C5, C6, C7 nervus thoracis longus.Pasien menekan lengan melawan tembokPerhatikan pergerakan scapula, misal meninggi dari dinding dada
PEMERIKSAAN – EKSTREMITAS ATAS
Pemeriksaan untuk M. serratus anterior
Fleksi siku
Bicep: C5, C6 nervus musculocutaneus
Lengan difleksikan melawan tahanan dengan tangan supinasi
penuh
Brachioradialis: C5, C6. Nervus radialis
Fleksi lengan melawan tahan dengan tangan dalam posisi
setengan pronasi dan supinasi
Abduksi bahu
Deltoid: C5, C6. Nervus axilaris
Abduksi lengan (dengan sudut lebih dai 150 dari sumbu
vertikal) melawan tahanan
Ekstensi Siku
Triceps: C6, C7, C8. Nervus radialis
Pasien mengekstensikan lengan melawan tahanan
Ekstensi Jari
Extensor digitorum: C7, C8. Nervus interosseus posterior
Pasien mengekstensikan jari-jari melawan tahanan.
Ekstensi Ibu jari – phalang distal
M. ekstensor pollicis longus dan breves: C7, C8.
Nervus interosseus posterior
Ibu jari diekstensikan melawan tahanan
Fleksi jari – phalang distal
M. fleksor digitorum profundus I dan II: C7, C8. Nervus
medianus
M. fleksor digitorum profundus III dan IV: C7, C8. Nervus
Ulnaris
Pemeriksa mencoba mengekstensikan ujung jari pasien yang
fleksi
Oposisi ibu jari
M. opponens pollicis: C8, T1. Nervus medianus
Pasien mencoba untuk menyentuk basis jari kelingking dengan
ibu jarinya dan melawan tahanan
Abduksi jari
M. interosseus dorsalis digiti I: C8, T1. Nervus ulnaris
M. abductor digiti minimi: C8, T1. Nervus ulnaris
Jari diabduksikan melawan tahanan.
[Catatan: tidak semua otot tersebut termasuk dalam otot yang didahulukan, tetapi karena
dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan membedakan lesi syaraf dan segmennya]
SENSASI
Nyeri
Menusuk dengan menggunakan jarum yang steril
merupakan metode yang sederhana untuk menguji
kemampuan yang penting ini. Pertama, pastikan bahwa
pasien mendeteksi jarum sebagai sesuatu yang tajam,
misal nyeri, sehingga mampu menguji tiap dermatom
secara cepat.
Mengingat distribusi dermaton disederhanakan dengan
memperhatikan bahwa C7 membentang turun hingga ke
jari tengah.
Bila kemampuan sensasi tajam terganggu, kemudian
lakukan pemeriksaan yang lebih hati-hati untuk
menentukan luasnya abnormalitas, beranjak dari daerah
abnormal menuju yang normal.
Sentuhan halus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara yang sama, dengan menggunakan sehelai kapas
Sensasi Suhu
Pemeriksaan suhu jarang memberikan banyak informasi tambahan. Jika diperlukan, gunakan
sesuatu yang dingin atau panas dan uji tabung dingin.
Sensasi gerak dan posisi
Pegang salah satu sisi jari pasien atau ibu jari dan lakukan gerakan ‘naik dan turun’.
Ulangi dengan keadaan mata pasien tertutup.
Minta pasien untuk menentukan arah pergerakan.
Minta pasien, dengan mata tertutup, untuk menyentuh
hidungnya dengan jari telunjuknya atau untuk
mempertemukan kedua jari telunjuknya dengan posisi
lengan yang diulurkan.
Sensasi getar
Letakkan garpu tala (biasanya 128 c/s) pada penonjolan tulang, misal radius. Minta pasien
untuk menunjukkan getaran, bila terasam hentikan. Bila terganggu, pindahkan posisi garpu
tala lebih proksimal dan ulangi. Uji getaran ini penting dalam deteksi awal penyakit
demielinisasi dan neuropati perifer, tetapi sebaliknya manfaatnya terbatas.
Jika keseluruhan fungsi sensoris di atas hasilnya normal dan diduga terdapat suatu lesi
kortikal, akan sangat berguna bila melakukan beberapa tes
berikut:
Uji diskriminasi dua titik: kemampuan untuk membedakan dua
titik tekan yang diberikan secara bersamaan pada jari, dengan
jarak 5 mm (4 cm di kaki).
Sensory inattention (persaingan persepsi): kemampuan untuk mendeteksi rangsang (tajam
atau sentuh) di kedua ekstremitas yang dilakukan secara bersamaan.
Stereognosis: kemampuan untuk mengenali benda yang diletakkan di tangan.
Graphaestesia: kemampuan untuk mengenali angka atau huruf yang dituliskan di telapak
tangan.
REFLEKS
Refleks Biceps C5, C6. Nervus musculocutaneus
Pastikan lengan pasien dalam posisi relaks dan fleksi sebagian. Palpasi
tendo m. biceps dengan ibu jari dan pukul dengan tendon hammer.
Perhatikan fleksi siku dan kontraksi m. biceps.
Refleks Supinator C6, C7. Nervus radialis.
Pukul bagian bawah radius dengan hammer dan perhatikan fleksi siku
dan jari.
Refleks Triceps C6,C7,C8. Nervus radialis
Pukul siku pasien beberapa inchi di atas processus olecranon. Perhatikan adanya ekstensi siku
dan kontraksi m. triceps.
Refleks Hoffman C7, C8.
Petik/jentikkan phalang distal jari pasien, secara tiba-tiba akan terjadi peregangan tendo
fleksor saat dilepaskan. Fleksi ibu jari menunjukkan hiperrefleks. (Dapat muncul pada subyek
normal dengan reflex tendo yang cepat)
Peningkatan refleks
Bila refleks sulit diperoleh, peningkatan refleks akan muncul bila pasien diminta untuk
‘mencengkeramkan giginya’.
FUNGSI KOORDINASI
Gangguan koordinasi (ataksia) sering muncul sebagai gambaran klinis yang menonjol pada
penyakit cerebellum. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan bahwa kekuatan dan
propioseptik masih normal.
Gangguan koordinasi
Tes telunjuk-hidung
Minta pasien untuk menyentuh hidungnya dengan jari (mata
terbuka). Perhatikan adanya gerakan tersentak – dismetria atau
intensio tremor (tremor yang hanya muncul pada gerakan
volunter).
Minta pasien untuk menyentuh hidungnya lalu menyentuh jari
pemeriksa secara berulang dan secepat mungkin. Hal ini akan
memperjelas intensio tremor dan dapat menunjukkan
disdisdokinesis – ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
berulang secara cepat. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
meminta pasien untuk melakukan gerakan supinasi dan pronasi
secara cepat pada lengannya atau untuk melakukan gerakan
mengetuk secara berulang dan cepat.
Pemantulan lengan
Penekanan ke bawah dan pelepasan secara tiba-tiba
lengan pasien yang diulurkan akan menyebabkan ayunan
lengan yang berlebihan.
Rebound phenomenon
Minta pasien untuk memfleksikan siku melawan tahanan.
Pelepasan tangan secara tiba-tiba akan mengakibatkan tangan
memukul wajah karena kontraksi triceps yang tertunda.
PEMERIKSAAN BATANG TUBUH
SENSASI
Tes tajam dan sentuhan halus pada distribusi dermatom seperti
pada pemeriksaan ekstremitas atas.
Seperti pada ekstremitas atas
Segmen yang harus diingat: T5 – di putting/nipple
T10 – di umbilicus
T12 – di ligamentus inguinal
Refleks abdomen: segmen T7-T12. Pukul atau goreskan secara halus
pada kulit ke arah umbilicus pada masing-masing kuadran secara
bergantian. Perhatikan kontraksi otot perut dan catat jika refleks tidak
muncul atau ada gangguan. (N.B. refleks mungkin tidak muncul pada
pasien obesitas, pasca kehamilan, atau setelah operasi abdomen).
Refleks cremaster: segmen L1. Goreskan di paha bagian dalam.
Amati kontraksi musculus cremaster yang menimbulkan elevasi testis.
SPINGTER
Periksa abdomen terhadap adanya buli-buli yang distensi.
Catat adanya inkontinensia urin dan alvi.
Catat tonus spingter anus selama pemeriksaan rectal toucher.
Refleks Anal: segmen S4, S5. Lakukan goresan pada kulit di samping anus yang
mengakibatkan refleks kontraksi spingter anus.
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH
SISTEM MOTORIK
Penampilan: Catat - asimetris atau deformitas
- Muscle wasting
- Hipertrofi otot
- Fasikulasi otot
Tonus
Coba untuk merilekskan pasien dan secara
bergantian lakukan fleksi dan ekstensi sendi lutut.
Catat adanya tahanan.
Gerakkan kaki pasien dari satu sisi ke sisi lain.
Lalu secara tiba-tiba angkat paha pasien dan catat
adanya respon pada tungkai bawah pasien. Bila
terdapat tonus yang meningkat, kaki dapat
menendang ke atas.
Klonus.
Pastikan pasien dalam keadaan rileks. Lakukan fleksi sendi pergelangan kaki secara tiba-tiba
dan pertahankan terus menerus. Sedikit irama goyangan dapat muncul pada pasien normal,
tetapi bila hal itu berlangsung lama, menunjukkan tonus yang meningkat.
Kekuatan motorik
Saat memeriksa setiap kelompok otot, ingat perjalanan syaraf dan segmennya.
Fleksi pinggul
M. iliopsoas: L1, L2, L3. Nervus femoralis
Fleksi pinggul melawan tahanan.
Ekstensi pinggul
M. gluteus maximus: L5, S1, S2. Nervus gluteus inferius.
Pasien mencoba mempertahankan tumit pada kasur periksa
melawan tahanan.
Abduksi pinggul
M. gluteus medius dan minimus, m. tensor fascia lata: L4, L5, S1.
Nervus gluteus superius.
Pasien berbaring dan mencoba melakukan abduksi tungkai melawan
tahanan.
Adduksi pinggul
M. adductor: L2, L3, L4. Nervus obturatorius.
Pasien berbaring mencoba menarik lutut secara bersamaan dan
melawan tahanan.
Fleksi lutut
M. hamstring: L5, S1, S2. Nervus sciatic.
Pasien menarik tumit ke arah bokong dan mencoba
mempertahankan posisi ini melawan tahanan.
Ekstensi lutut
M. quadriceps femoris: L2, L3, L4. Nervus femoralis.
Pasien mencoba melakukan ekstensi lutut melawan tahanan.
Dorsofleksi
M. tibialis anterior: L4, L5. Nervus peroneus profundus.
Pasien melakukan dorsofleksi pergelangan kaki melawan tahanan.
Dapat muncul kesulitan pada pergerakan tumit.
Plantarfleksi
M. gastroknemius, m. soleus: S1, S2. Nervus tibialis.
Pasien melakukan plantarfleksi pergelangan kaki melawan tahanan.
Dapat muncul kesulitan pada pergerakan ibu jari sebelum
kelemahan dapat terdeteksi secara langsung
Ekstensi ibu jari kaki
M. ekstensor halluci longus, m. ekstensor digitorum longus: L5, S1.
Nervus peroneus profundus.
Pasien melakukan dorsofleksi ibu jari kakimelawan tahanan.
Inversi
M. tibialis posterior: L4, L5. Nervus tibialis.
Pasien melakukan inversi kaki melawan tahanan.
Eversi
M. peroneus longus dan breves: L5, S1.
Nervus peroneus superfisialis.
Pasien melakukan eversi kaki melawan tahanan.
SENSASI
Tes: Nyeri
Sentuhan halusMengikuti distribusi dermatom seperti pada ekstremitas atas
(Suhu)
Sensasi gerak dan posisi
Pertama, lakukan gerakan fleksi dan ekstensi ibu
jari kaki. Kemudian minta pasien untuk
menunjukkan arah gerakan dengan mata tertutup.
Jika terdapat kelainan, lakukan tes sensasi gerak
dan posisi pada pergelangan kaki dengan cara yang
sama.
Sensasi getar
Tes persepsi getar dilakukan dengan menempatkan garpu tala pada
maleolus. Jika hasilnya kurang baik, lakukan hal serupa pada caput
fibula atau spina iliaca superior anterior.
REFLEKS
Refleks lutut (patella): L2, L3, L4.
Pastikan tungkai pasien dalam posisi rileks dengan
meletakkannya di atas lengan pemeriksa atau dengan
menggantungkannya di pinggir tempat tidur. Ketuk tendo
patella dengan hammer dan amati kontraksi m. quadriceps
femoris. Catat adanya gangguan atau refleks yang berlebihan.
Refleks pergelangan kaki (Achilles): S1, S2.
Lakukan rotasi eksternal pada tungkai pasien. Pegang
kaki pasien dengan posisi setengah dorsofleksi. Pastikan
kaki dalam posisi rileks dengan melakukan palpasi tendo
m. tibialis anterior. Apabila teraba tegang, maka tidak
akan ada refleks Achilles yang muncul.
Ketuk tendo Achilles dan perhatikan adanya kontraksi otot betis dan plantarfleksi.
Peningkatan refleks.
Bila refleks sulit diperoleh, peningkatan refleks akan muncul bila pasien diminta untuk
mencengkeramkan giginya atau dengan cara menarik genggaman kedua tangan (maneuver
Jendressik).
Respon plantar
Catat adanya goyangan tubuh yang berlebihan atau hilangnya keseimbanganMuncul saat mata terbuka dan tertutup
Muncul hanya saat tertutup (Tes Romberg positif)
= Deficit cerebellum (ataksia cerebellum)
= Deficit propoioseptik (ataksia sensoris)
Pastikan bahwa ibu jari kaki dalam keadaan rileks. Goreskan bagian lateral telapak kaki dan
menyusuri lengkungan kaki. Catat gerakan pertama dari ibu jari kaki. Fleksi ibu jari kaku
seharusnya muncul. Ekstensi karena adanya kontraksi m. ekstensor hallucis longus (refleks
Babinski) menunjukkan lesi upper motr neuron (UMN). Hal ini biasanya disertai dengan
kontraksi m. fleksor lutut dan m. tensor fascia lata yang sinkron.
Refleks Chaddock dapat muncul dengan cara merangsang bagian lateral dari punggung kaki.
Ibu jari kaki menunjukkan adanya lesi UMN.
Untuk menghindari kerancuan, jangan menyentuh bagian yang dalam telapak kaki atau ibu
jari kaki itu sendiri,
KOORDINASI
Minta pasien untuk menggerakkan tumitnya menyusuri
lutut kontralateralnya ke bawah menuju ibu jari kaki secara
berulang. Perhatikan adanya ataksia (gangguan koordinasi).
Minta pasien untuk mengetuk lantai dengan kakinya secara
berulang. Catat adanya disdiadokinesis (kesulitan melakukan gerakan berulang secara cepat).
Tes Romberg
berdiri dengan Minta pasien untuk tumit yang saling bertemu, pertama
dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
GAIT
Catat:
- Ukuran panjang langkah lebar jarak diantaranya
- Gerakan kaki abnormal (misal langkah tinggi yang
berlebihan)
- Ketidakstabilan (gait ataksia)
- Gerakan postural yang berkaitan (misal pelvic swinging)
Bila normal, ulangi dengan berjalan tandem, misal tumit ke ibu jari kaki. Hal ini akan
memperjelas ketidakstabilan berjalan.