Analisis Masalah
1. Seorang anak laki-laki, 9 tahun datang berobat ke poliklinik IKKK RSMP dengan keluhan
kulit kepala bersisik dan rambut ro ntok disertai rasa gatal sejak 2 bulan yang lalu.
a. Bagaimana patofisiologi kuit kepala bersisik dan rambut rontok?
2. Pasien awalnya merasaka ada bintil bersisik ukuran biji jagung yang terasa gataldi kulit
kepala. Kisaran 2 minggu bintil menjadi bercak tebal warna putih keabuan dan bersisik
sebesar uang logam, rambut di atasnya patah dan rontok.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya perubahan setelah 2 minggu dari bintil menjadi tebal,
warna putih keabuan, berisisik sebesar uang logam ?
3. Status dematologikus
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan status dematologikus?
4. Analisis Aspek Klinis
a. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada kasus?
1) Anamnesis
keluhan utama
riwayat penyakit
2) Pemeriksaan Fisik
Lesi primer di kulit bagian : kepala, alis,bulu mata.
Pada inflamatori: limfadenopati servikal
Wood lamp
3) Laboratorium
Kultur KOH
Histology: dengan biopsy kulit terdapat: hifa jamur, hyperkeratosis, infiltrasi
inflamatori perivaskular
Metanamin silver & periodic acid Schiff
Imunofluorescent: untuk tahu antigen fungal
b. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?
Diagnosis klinik dermatofitosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopik dan
atau kultur. Walaupun dengan beberapa menit saja pemeriksaan mikroskopik dapat
membuat bukti infeksi jamur tapi kadang tidak selalu spesifik untuk golongan jamur
tertentu dan kadang sering muncul hasil negatif palsu.
1) Pemeriksaan mikroskopik. Rambut,
Pemeriksaan langsung menggunakan wood lamp pada lesi sering menunjukkan
flurosense pada pteridine patogens tertentu. Sangat perlu diketahui jika golongan
patogens ektotrix sering memberikan flourosensi positif, yaitu dari golongan M.
Canis dan M. Audouinii sedangkan untuk patogen endotrix menunjukkan flourosensi
negatif. Ketika ingin dilakukan pengecatan, rambut harus di cabut dan jangan di
potong, taruh di slide/ gelas objeks mikroskop dan ditetesi dengan potassium
Hydroxide (KOH) 10-20 % 1-2 tetes. Setelah itu dipanaskan dengan tujuan untuk
melarutkan dan diamati dari perbesaran lemah 10 x 10 dilanjutkan dengan 10 x 45
tetapi tidak diperlukan mencapai 10 x 100 perbesaran dan akan tampak gambaran
khas berupa ektotrix atau endotrix. Ektotix (artroconidia mengelilingi batang rambut)
dan endotrix (antrokonidia didalam batang rambut). Kulit dapat didapatkan dari
kerokan kulit dengan sisi tumpul skapel pada tepi lesi yang aktif. Kuku termasuk
potongan potongan dari bagian distrofik kuku, seperti mulai bagian proximal ke
bagian distal. Pada sediaan kulit dan kuku sering dapat di lihat gambaran hifa sejajar
dengan adanya sekat dan kadang terlihat spora pada infeksi yang lama dan atau sudah
diobati.
2) Kultur test.
Agar sabouroud’s merupakan media yang sering digunakan untuk membiakkan
jamur. Walaupun demikian dapat juga tumbuh organisme saprofit yang akan me-
masking organisme yang sesungguhnya. Biasanya di butuhkan cycloheximide (0,5
g/L) dan chlorampenicol (0,05 g/L) untuk membuat media agar sangat selektif hanya
pada dermatofita. Media kultur disimpan dalam ruangan suhu 26 C selama 4 minggu.
c. Apa diagnosis banding pada kasus?
Tinea Capitis Alopecia Areata Impetigo Psoriasis Dermatitis
Seboroik
1. Batas Tegas,
erithematous
2. Nyeri +++
3. Rambut
Kusam, patah
4. Hiperkeratosis
+
1. Batas (-) tegas
2. Nyeri (-)
3. Rambut
eritem→(n),
patah
4. Hiperkeratosis
–
1. Batas
tegas
2. Nyeri +
3. Rambut
patah
1. Nyeri +
2. Rambut(-)
patah
1. Batas
Tegas,
(-)eritemat
ous
2. Nyeri +
3. Rambut
(-) patah
d. Apa working diagnosis pada kasus?
Tinea Capitis gray Patch ringworm
e. Apa saja etiologi dan faktor resiko pada kasus?
Etiologi gray patch worm: M. audouinii, M. canis
faktor resiko:
o DM
o Orang kulit hitam
o Anak-anak pre-pubertas
o Pekerja salan
o Daerah padat penduduk
o Saling pakai sisir
f. Bagaimana patogenesis pada kasus?
1) Adherence/ pengikatan. Fungi selalu mempunyai hambatan dalam proses infeksinya,
fungi harus resisten terhadap sinar UV, tahan terhadap berbagai temperature dan
kelembaban, kompetisi dengan flora normal kulit, spingosine yang di hasilkan oleh
keratinosit. Asam lemak yg di produksi oleh glandula sebasea bersifat fungistatik
(menghambat pertumbuhan jamur). Mulainya di produksi asam lemak pada anak anak
post-pubertas mungkin menerangkan menurunnya kejadian tinea kapitis secara
drastis.
2) Penetration setelah fase adherence, spora akan tumbuh dan memasuki stratum
korneum dengan kecepatan yang lebih cepat dari waktu deskuamasi epidermis.
Penetrasi juga di dukung dengan keluarnya enzim proteinase, lipase dan musinolitik
yang juga membantu dalam pembuatan nutrisi fungi. Fungal mannans yang ada di
dinding sel dermatofita juga dapat menurunkan poliferasi sel keratinosit. Pertahanan
terbaru pada lapisan epidermis yang lebih dapat tercapai diantaranya berkompetisi
dengan besi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron.
g. Bagaimana respon imun pada kasus?
Proses inflamasi yang terjadi sangat tergantung dari sistem imun host dan juga oleh jenis
organisme. Beberapa fungi dapat menghasilkan faktor kemotaktik dengan berat melekul
rendah seperti yang dihasilkan bakteri. Antibodi tidak terlihat pada infeksi dermatofita,
tetapi hanya menggunakan jalur reaksi hipersensitivitas tipe IV. Infeksi yang sangat
ringan sering hanya menimbulkan inflamasi yang ringan juga, pertama muncul berupa
eritema dan scale / skuama yang menandakan terjadinya peningkatan pergantian
keratinosite (keratinocyte turnover). Antigen dermatofit di proses oleh sel langerhans
epidermis dan di presentasikan di nodus limpa lokal menuju ke limfosit T. Kemudian
limfosit T mengalami poliferasi dan bermigrasi ke lokasi untuk membunuh jamur dan
pada waktu ini lesi menjadi mendadak inflamasi. Oleh sebab ini barier epidermal menjadi
permeable terhadap transferin dan migrasi sel.
h. Bagimana maninfestasi klinis pada kasus?
semula berupa papula kecil eritematus yang gatal, mengelilingi satu batang rambut
yang meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya
terdapat skuama, tetapi inflamasi minimal.
rambut pd daerah yg trkena berubah mnjd abu-abu dan kusam serta patah beberapa
milimeter diatas
sembuh spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum berhubungan dengan
mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum asam lemak-lemak
yang fungistatik
i. Bagaimana penatalaksaan pada kasus?
1) Terapi Utama: Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan
bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi
antar obat.
a) Tablet Griseofulvin 10-25 mg/kg BB diberikan 1-2x sehari. Lama pengobatan
tergantung lokasi, penyebab penyakit dan imunitas penderita. Setelah sembuh
klinis pengobatan dilanjutkan sampai 2 minggu.
b) Tablet microsize (125, 250, 500mg) 20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-
12 minggu
c) Tablet ultramicrosize (330mg) 15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12
minggu.
d) Kapsul Itrakonazol (100 mg) dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu.
e) Terapi denyut dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2
minggu/siklus.
f) Tablet Terbinafin (tablet 250 mg).
g) Tablet Flukonazo.
2) Terapi Ajuvan
a) Shampo
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan
dan mencegah penularan, serta membuang skuama dan membasmi spora viabel,
diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis.
Shampo selenium zulfit 1% – 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5
menit baru dicuci.
Shampo Ketokonazole 1% – 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit
baru dicuci.
Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit.
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair
Conditioner dioleskan dirambut dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini
untuk membuat rambut tidak kering. Juga shampo ini dipakai untuk karier
asimptomatik yaitu kontak dekat dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4
minggu. Karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau
penitipan anak yang kontak dekat dengan karier daripada anak-anak
yang terinfeksi jelas.
j. Bagaimana pencegahan pada kasus?
1) Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi pada
anak-anak lain.
2) Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
3) Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk, sarung
bantal dan lain yang dipakai dikepala.
4) Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/rumah sakit
bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa
dengan lampu Wood.
5) Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6
bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
6) Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian
pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebik baik dibuang.
7) Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat
pergi ke sekolah.
8) Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.
k. Bagaimana komplikasi pada kasus?
Komplikasi utama dari dermatofitosis adalah infeksi bakteri. Kebotakan merupakan
komplikasi dari tinea capitis.
l. Bagaimana prognosis?
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang
zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) . Infeksi ektotrik sembuh
selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur
penyebab kelain anak selama waktu infeksi.
m. Apa SKDI kasus?
4A
Learning Issue
Tinea capitis ( gray-patch ringworm) (Devin, Balkis, Sarah, Vita, Ica, Nay, Ezi)