Download - pbl blok 26 pelayanan puskesmass

Transcript

Prosedur Evaluasi Pelaksanaan Program di Puskesmas Kecamatan

Nurul Widya Effrani102011001

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Telephone: (021) 5694-2061Email : [email protected]

Pendahuluan1Administrasi kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan institusi dimana fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien sebaik-baiknya itu secara promotif,preventif, kuratif dan rehabilitasi. Puskesmas juga unit pelaksana teknis dinas, yakni unit organisasi di lingkungan dinas kesehatan kabupaten/kota yang melaksanakan tugas teknis operasional dan bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan oleh Puskesmas danjaringannya, sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam tiap kegiatan/program puskesmas yang telah direncanakan, ada sistem yang mengatur mulai dari perencanaan hingga penilaian. Disinilah dibutuhkan peranan dokter puskesmas yang selain dapat menjadi dokter yang merawat pasien, dokter juga dapat menjadi seorang manager ataupun pendamping ahli dari kepala desa/camat.

Pengertian Puskesmas2,5Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah kerjanya.Wilayah Kerja Puskesmas4,5Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah (KDH), dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

Fungsi dan Peran puskesmas2,5Fungsi Puskesmas adalah:1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.Peran Puskesmas:Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

Peran Dokter1Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya. WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:1. Health care provider(penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.2. Decision maker(pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.3. Community leader(pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya.4. Manager(manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.5. Communicator(penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakansoftskillyang harus dimiliki setiap dokter.Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing, disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang dokter/Medicus PracticusPendapat umum mengenai seorang dokter biasanya ialah seorang yang berilmu untuk menyembuhkan orang sakit. Demikian pula masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian, dalam kenyataan bertanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak hanya mengobati orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Di samping itu ia berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan seorang manajer pula.

2. Dokter kepala puskesmas sebagai seorang managera. Organisasi dan Talaksana Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang tehnis kesehatan maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II. Puskesmas pembantu dan bidan di desa di dalam wilayah kerja puskesmas merupakan bagian integral dari puskesmas. Puskesmas pembantu melaksanakan sebagian tugas-tugas puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam wilayah kerja tertentu yang merupakan sebagian dari wilayah kerja puskesmas. Jenis dan jumlah tenaga puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk setiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan perhubungan di wilayah kerjanya. Kepala Puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian tugas dan giliran kerja yang merata diantara tenaga-tenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Pertemuan berkala antara kepala Puskesmas dengan segenap stafnya (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa) perlu dilakukan secara teratur paling sedikit 1 bulan sekali.b. Bimbingan Teknis dan SupervisiSelain pertemuan berkala dengan segenap staf Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas, Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di Puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas. Dalam kunjungan ini dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf Puskesmas dapat dilakukan di tempat mereka bekerja, di samping melimpahkan pengetahuan dan keterampilan kepada staf puskesmas yang bersangkutan.c. Hubungan Kerja Antar Instansi KecamatanCamat merupakan koodinatif dari semua instansi/dinas tingkat kecamatan. Kepala puskesmas bertanggung jawab secara tehnis kesehatan dan administratif kepada Dokter Kabupaten (Dokabu). Hubungan dengan camat merupakan hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab secara moril dari kepala Puskesmas terhadap camat tetap ada. Hubungan kerjasama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas dengan semua instansi di tingkat kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara aktif mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat kecamatan. Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan perlu kerjasama dengan instansi-instansi lain. Pertemuan berkala antar instansi tingkat kecamatan perlu diadakan dibawah koordinasi pak Camat.d. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Penggerak Pembangunan di Wilayah KerjanyaDi samping hubungan langsung antara dokter Kepala Puskesmas dan staf dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam rangka membantu masyarakat menolong mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya dengan para permuka masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka, baik dalam ruang lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai dengan kebutuhan mayarakat.

3. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Tenaga Ahli dan Pendamping Camat/Public Health WorkerProgram pemerintah saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas sebagai seorang sarjana secara merata di kecamatan-kecamatan. Dengan sendirinya harapan dari seluruh masyarakat kecamatan adalah untuk mendapatkan manfaat dari keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara berpikir yang luas dan kreatif dari seorang sarjana. Maka peranan dokter Puskesmas di kecamatan disamping sebagai pemimpin Puskesmas, juga merupakan tenaga ahli dan pendamping camat. Secara garis besar, dokter sebagai Pimpinan Puskesmas perlu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen, seperti:1. Analisis masalah program dan masalah kesehatan masyarakat.2. Fungsi perencanaan (merencanakan program).3. Fungsi pengorganisasian (pendegelasian wewenang dan pembagian tugas pokok kepada staff yang dipimpinnya).4. Fungsi aktuasi (memotivasi dan mengkoordinasikan pemenafaatan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan perannya masing-masing).5. Fungsi pengawasan dan pengendalian (supervisi), mengukur kemajuan yang sudah dicapai dan memberikan bimbingan kepada staff.6. Fungsi evaluasi (mengkaji produktivitas, efisiensi dan efektivitas program).

Upaya Kesehatan Puskesmas5Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:a. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: 1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta).5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.b. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: Upaya Kesehatan Sekolah. Upaya Kesehatan Olah Raga. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat. Upaya Kesehatan Kerja. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. Upaya Kesehatan Jiwa. Upaya Kesehatan Mata. Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari Badan Perencana dan Pengembangan (BPP). Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Sistem2,3Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pendekatan sistem adalah penterapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Gambar 1. Unsur-unsur Sistem2

Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau pusat kesehatan harus dimulai dengan administrasi. Dalam penyelenggaraannya diwujudkan melalui beberapa unsur pokok administrasi kesehatan, yaitu:

1. Masukan (input)Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system administrasi dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material), marketing, machinery dan metoda (method) yang merupakan variable dalam melaksanakan kegiatan. MoneyMerupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar & alat pengukur nilai. Besar- kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan & harus dibeli serta berapa hasil yang akan di capai dari sesuatu organisasi. Man Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen factor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerjasama untuk mencapai tujuan. MaterialMerujuk pada fasilitas yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen factor ini menentukan pelaksanaanya sesuatu kegiatan. Fasilitas bisa saja seperti pusat pelayanan kesehatannya, obat-obat atau kebutuhan-kebutuhan untuk acara tersebut. Machine Digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. MetodeSesuatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja sesuatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia & penggunaan waktu, serta uang & kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri. Marketing Suatu kegiatan haruslah disebarluaskan. Sehingga kegiatan pelaksanaan dapat tersosialisasikan dengan baik dan peserta pada acara kegiatan tersebut dapat mencapai target dari yang telah di rencanakan.2. Proses (process)Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan, serta pengawasan. PerencanaanPerencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I yang dibina oleh DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap kegiatan pokok puskesmas.Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai cirri-ciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta seperti pengobatan individu.

PengorganisasianDinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program yang ditangani. Struktur organisasi puskesmas: Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas. Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha. Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII. PelaksanaanPelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi, peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer.Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah dimulai dari diri manajer, di mana manajer harus menunjukkan kepada stafnya bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis.Tujuan fungsi pelaksanaan: Menciptakan kerjasama yang lebih efisien. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan ini. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis. PengawasanPengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi terakhir yang berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin. Tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan: Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai. Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih dulu untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-langkah untuk mengatasinya. 3. Keluaran (output)Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan.4. Dampak (impact)Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit untuk dinilai. Langsung : Hasilnya langsung terlihat setelah kegiatan selesai Tidak Langsung : Hasilnya tidak langsung terlihat. Biasa terlihat beberapa lama setelah kegiatan5. Umpan Balik (feed back)Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam kegiatan. Adanya pencatatan dan Pelaporan- Sesuai dengan waktu yang ditetapkan- Masukan dalam program-program selanjutnya. Rapat kerja (berapa kali / tahun)- Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk1. Membahas laporan kegiatan bulanan2. Evaluasi program yang telah dilakukan6. Lingkungan (environment)Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport, dan lain-lain) dan non fisik (sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan lain-lain). Lingkungan fisik misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah rumah tangga atau industri, sarana komunikasi, transportasi, dan lain sebagainya. Lingkungan biologis misalnya gambaran vector penyakit yang ada di wilayah tersebut. Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial dalam masyarakat, misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada (gotong royong), dan lain sebagainya. Lingkungan ekonomi misalnya mata pencaharian, pendapatan, pengangguran, dan lain sebagainya.Evaluasi Program3Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan data secara statistik lalu dianalisis dan digunakan untuk menjawab apa yang diharapkan pada suatu program terutama mengenai efektivitas dan efisiensi dan orang-orang. Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa di antaranya yang dianggap cukup penting adalah:a) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistimatis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya (The World Health Organization).b) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalarn mencapai tujuan yang telah ditetapkan (The American Public Association).c) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam, membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population Options).d) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dan dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Riecken).

I. Jenis Penilaian3Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap tahap pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yakni :1. Penilaian pada tahap awal programPenilaian yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program (formative evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang dimaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhan masyarakat ini sering disebut pula dengan studi penjajakan kebutuhan (need assessment study).2. Penilaian pada tahap pelaksanaan programPenilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilaksanakan (promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini ialah pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).3. Penilaian pada tahap akhir programPenilaian yang dilakukan di sini ialah pada saat program telah selesai dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni untuk mengukur keluaran (output) serta untuk mengukur dampak (impact) yang dihasilkan. Dari kedua macam penilaian akhir ini, diketahui bahwa penilalan keluaran lebih mudah dari pada penilaian dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan waktu yang lama. Peranan dan arti dari ketiga macam penilaian ini sama pentingnya. Karena sebenarnyalah hasil yang diperoleh dari ketiga macam penilaian ini amat berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Dengan dilaksanakannya penilaian, akan dapat dihindari terjadinya sesuatu yang sia-sia, yang dalam bidang yang terpenting adalah mencegah terjadinya penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan (tenaga, dana, sarana, dan metoda) yang keadaamya memang selalu amat terbatas sekali.Langkah-langkah Melakukan Penilaian3Untuk kepentingan praktis, langkah langkah yang ditempuh pada waktu melaksanakan penilaian agaknya merupakan perpaduan dan keempat pembagian diatas. Langkah-langkah yang dimaksud lain:1. Pahami dahulu program yang akan dinilaiLangkah pertama yang harus dilakukan pada penilaian ialah memahami dahulu program yang akan dinilai. Untuk dapat memahami program dengan baik, perhatian haruslah ditujukan kepada semua unsur program yang meliputi: Latar belakang yang dilaksanakannya program. Masalah yang mendasari lahirnya program. Tujuan yang ingin dicapai oleh program. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program. Organisasi dan tenaga pelaksana program. Sumberdaya yang dipergunakan oleh program. Waktu dan pentahapan program. Tolak ukur, kriteria keberhasilan dan rencana penilaian program (jika ada).2. Tentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukanApabila pemahaman program telah berhasil dilakukan, lanjutkanlah dengan menentukan macam dan ruang lingkup penilaian. Pekerjaan yang seperti ini makin bertambah penting jika kebetulan tidak ditemukan keterangan apapun tentang penilaian dalam rencana kerja yang ditetapkan sebelumnya.3. Susunlah rencana penilaianSetelah ditentukan macam dan ruang lingkup penilaian, lanjutkan dengan menyusun rencana penilaian. Pada dasarnya rencana penilaian harus memenuhi semua syarat rencana yang baik, yakni yang mengandung keterangan tentang:a. Tujuan penilaianRumuskan tujuan penilaian dengan jelas yakni yang mempunyai tolak ukur ataupun criteria sehingga memudahkan pengambilan kesimpulan.b. Macam dataTetapkan macam data atau keterangan yang diperlukan untuk penilaian yang tentu saja berbeda antara satu program dengan program lainya.c. Sumber dataLanjutkan dengan menetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Sumber data yang baik ialah yang dapat dipercaya, akurat dan lengkap.d. Cara mendapatkan dataTetapkan cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data atau keterangan yang dibutuhkan tersebut. Pada dasarnya ada empat cara mendapatkan data yakni dengan wawancara, dengan pemeriksaan, dengan pengamatan dan ataupun dengan peran serta.e. Cara menarik kesimpulanTetapkan cara mengambil kesimpualan yang akan dipergunakan. Secara umum kesimpulan dapat dilakukan dengan lima cara yakni : Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data awal. Jika cara ini yang dipergunakan, harus diyakini bahwa data awal yakni data sebelum dilaksanakannya program, tersedia dengan lengkap. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan program. Kesimpulan dapat pula ditarik dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan. Cara ini dapat dipergunakan jika rumusan tujuan jelas dan lengkap. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil program lainJika kesimpulan ditarik dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari program lain, haruslah diupayakan bahwa program lain tersebut, selalu ditemukan beberapa faktor yang berbeda, misalnya keadaan sosial budaya masyarakat tempat dilakukanya program, waktu pelaksanaan program, pelaksana program dan lain sebagainya yang seperti ini. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan sesuatu tolak ukur,Kesimpulan dapat pula ditarik dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan suatu tolak ukur berupa indikator dan atau yang dicapai dengan suatu tolak ukur berupa indikator dan ataupun kriteria tertentu. Indikator (indicator) dipergunakan jika yang ingin diukur adalah suatu perubahan, mudah dimengerti karena indikator mengandung tolak ukur berupa variabel. Misalnya angka kematian, angka komplikasi, angka kesembuhan dan lain sebagainya yang seperti ini, jika menggunakan kriteria (criteria) maka yang diukur adalah hasil dari suatu perbuatan, karena kriteria mengandung tolak ukur berupa standar. Misalnya standar pelayanan medis, yang baik atau tidaknya ditentukan oleh beberapa kriteria. Antara lain anamnesis, pemerikasaan fisik, pemerikasaan penunjang, diagnosis, tindakan dan lain sebagainya yang seperti ini. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kontrol.Jika cara ini yang dipergunakan, haruslah diyakini bahwa program lain sebagai kontrol tersebut memang ada.f. Laksanakan penilaianApabila rencana penilaian telah berhasil disusun, lanjutkan dengan melaksanakan penilaian tersebut. Catatlah semua kegiatan serta hasil yang diperoleh.g. Tarik kesimpulanHasil penilaian haruslah disimpulkan. Tariklah kesimpulan tersebut sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dalam rencana penilaian. Pada dasarnya ada dua macam kesimpulan yang sering dirumuskan yakni: Kesimpulan tentang keberhasilan programYang dinilai di sini ialah sampai seberapa jauh program telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik berupa keluaran dan ataupun dampaknya. Lazimnya kesimpulan tersebut ditarik dengan membandingkan hasil yang diperoleh terhadap tolak ukur yang telah ditetapkan. Kesimpulan tentang nilai programNilai program ada dua yakni efektivitas dan efisiensi. Program dinilai efektif jika dapat menyelesaikan masalah, sedangkan jika dalam menyelesaikan masalah tersebut diperlukan penggunaan sumber dana yang sedikit maka program tersebut dinilai efisien. Karena penilaian efisiensi dikaitkan dengan biaya (cost), maka pada saat ini banyak dikembangkan berbagai teknik perhitungan biaya program kesehatan. Perhitungan seperti ini menjadi perhatian utama para ahli ekonomi kesehatan (health economist) yang banyak membantu dalam pengambilan keputusan tentang alokasi biaya. Dua contoh perhitungan biaya yang sering dipergunakan ialah cost benefit analysis dan cost effectiveness analysis.h. Susunlah saran-saranLangkah terakhir yang dilaksanakan pada penilaian ialah menyusun saran-saran sesuai dengan hasil hasil penilaian. Tujuanya ialah untuk lebih memperbaiki pelaksanaan program pada masa yang akan datang.

II. Pengumpulan data3Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Adapun yang dimaksud dengan data di sini ialah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan. Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:a. Jenis dataJenis data yang harus dikumpulkan banyak macamnya. Sekedar pegangan dapat dipergunakan pendapat Blum yang membedakan data kesehatan atas empat macam yakni data tentang perilaku (behaviour), lingkungan (environment), pelayanan kesehatan (health services) dan keturunan (heredity). Kumpulkan keempat macam data tersebut. Tetapi, apabila waktu, tenaga, sarana dan dana cukup tersedia, tidak ada salahnya mengumpulkan data yang lebih lengkap. Data lengkap yang dimaksud adalah: Keadaan GeografisYang dimaksud dalam data geografis banyak macamnya. Yang terpenting antara lain tentang luas dan batas-batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora, keadaan flora, keadaan fauna. Peranan data geografis amat besar dalam memberikan arahan tentang ada atau tidaknya suatu masalah kesehatan. Jika di wilayah tersebut banyak ditemukan rawa misalnya, mungkin saja penyakit malaria akan banyak ditemukan. Kecuali itu data geografis juga bermanfaat untuk menetapkan prioritas jalan keluar. Jika keadaan geografis tidak menguntungkan, misalnya jika tidak ada sarana transportasi, perlu dipertimbangkan pelayanan kesehatan yang bersifat mobil. Pemerintahan Data yang perlu dikumpulkan disini antara lain tentang bentuk pemerintahan, peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan dan belanjat kesehatan, serta mekanisme dan proses pengambilan keputusan. Semua data ini penting artinya pada waktu menyusun rencana, terutama pada waktu merumuskan prioritas jalan keluar. Kependudukan Data kependudukan yang diperluakn antara lain tentang jumlah, penyebaran (susunan umur, jenis kelamin dan geografis), angka pertumbuhan serta angka kelahiran penduduk. Peranan data kependudukan bukan saja penting dalam menetapkan masalah kesehatan, tetapi juga dalam menyususn cara untuk masalah kesehatan tersebut. Pendidikan Kumpulkan pula data tentang pendidikan, yang meliputi tingkat pendidikan serta fasilitas pendidikan yang tersedia. Sama halnya dengan kependudukan, peranan data pendidikan ini juga penting dalam menetapkan masalah dan cara penyelesaian masalah kesehatan. Pekerjaan dan Mata Pencaharian Data lain yang perlu dikumpulkan ialah tentang pekerjaan dan mata pencaharian penduduk. Uraikanlah data tersebut dengan lengkap. Keadaan Sosial Budaya Data tentang sosial budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan dan anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kesemua data ini mempunyai peranan yang amat penting dalam membantu menetapkan masalah dan jalan keluar mengatasi maslah kesehatan tersebut. Kesehatan Data terakhir yang perlu dikumpulkan adalah tentang kesehatan penduduk. Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga macam yakni: (a). data yang menunjuk status kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum, bayi, ibu dan penyakti tertentu), angka harapan hidup rata-rata angka penyakit dan sebaginya yang seperti ini. (b) data yang menunjuk keadaan kesehatan lingkungan pemukiman, seperti persentase penduduk yang mempunyai sumber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah, mempunyai rumah sehat dan lain sebagianya yang seperti ini. (c). data yang menunjuk keadaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, seperti ratio penduduk/sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah kunjungan, luas cangkupan, jumlah dan pemakaian tempat tidur dan lain sebagainya yang seperti ini.b. Sumber DataApabila jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkanlah dengan menetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Untuk ini ada tiga sumber data yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan sumber tertier. Contoh sumber data primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan masyarakat. Contoh sumber data sekunder adalah laporan bulanan Puskesmas dan Kantor Kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi badan-badan resmi, seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor Kabupaten. Pilihlah sumber data yang sesuai.c. Jumlah RespondenJika kemampuan tersedia dengan cukup, kumpulkan data dengan lengkap dalam arti mencakup seluruh penduduk. Dalam praktek sehari-hari, pengumpulan data secara total ini sulit dilakukan. Lazimnya diambil data dari sebagian penduduk saja, yang besarnya, karena hanya merupakan suatu survei diskriptif, ditentukan dengan mempergunakan rumus sampel.d. Cara Mengambil Sampel Jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan sampel. Untuk ini ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal, yakni cara simple random sampling, sistematic random sampling, stratified random sampling dan cluster random sampling. Pilihlah yang sesuai.

III. Rumusan Masalah3Suatu rencana yang baik harus mengandung tentang masalah (problem statement) yang ingin diselesaikan. Rumusan masalah tersebut harus memenuhi syarat yaitu, harus mempunyai tolak ukur, yaitu tentang apa masalahnya. Siapa yang terkena masalah, serta berapa besar masalahnya. Dan bersifat netral, yaitu tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai menyalahkan orang lain.

IV. Menetapkan Prioritas Masalah3Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan adalah yang menyangkut proses perencanaan (process of planning). Yang dimaksud dengan proses perencanaan disini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu rencana. Untuk bidang kesehatan, langkah-langkah yang sering dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah (problem solving cycle). Sebagai langkah pertama dilakukan upaya menetapkan prioritas masalah (problem priority). Adapun yang dimaksud dengan masalah disini ialah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what should be).Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini dianggap sangat penting. Paling tidak ada dua alasan yang ditemukan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.Cara menetapkan prioritas masalah banyak macamnya. Sebagian lebih mengutamakan institusi, sebagai lainnya lebih mengandalkan ilham atau petunjuk atasan. Ketiga cara menetapkan masalah ini, meskipun hasilnya sering tepat tetapi tidak dianjurkan. Cara menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah:a. Melakukan Pengolahan DataKegiatan kedua yang harus dilakukan ialah mengolah data yang telah dikumpulkan. Adapun yang dimaksud dengan pengolahan data disini ialah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni secara manual, mekanikal serta elektrikal. Pilihlah cara pengolahan data yang paling dikuasai.b. Melakukan Penyajian Data Kegiatan ketiga yang harus dilakukan menyajikan data yang telah diolah. Ada tiga macam cara penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal. Pilihlah cara penyajian data yang paling tepat.c. Memilih prioritas masalahHasil penyajian data akan menampilkan berbagai masalah. Apa berbagai masalah ini perlu diselesaikan? Tidak perlu. Pertama, kasrena antar masalah mungkin terdapat keterkaitan. Yang perlu diperhatikan hanya menyelesaikan masalah pokok saja. Masalah lainnya akan selesai dengan sendirinya. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu bersifat terbatas. Dalam keadaan yang seperti ini, lanjutkan kegiatan dengan memilih prioritas masalah. Untuk itu banyak cara pemilihan yang perlu dipergunakan. Cara yang dianjurkan adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama tekhnik kriteria matrik (criteria matrix tecnique).

V. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar3Apabila prioritas masalah telah berhasil ditetapkan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menetapkan prioritas jalan keluar (solution priority). Untuk ini ada beberapa kegiatan pokok yang harus dilakukan sebagai berikut:a. Menyusun Alternatif jalan keluarKegiatan pertama yang harus dilakukan ialah menyusun alternatif jalan keluar untuk mengatasi prioritas masalah yang telah ditetapkan. Menyusun alternatif jalan keluar dipandang penting, karena terkait dengan upaya memperluas wawasan, yang apabila berhasil diwujudkan akan besar peranannya dalam membantu kelancaran pelaksanan jalan keluar. Untuk dapat menyusun alternatif jalan keluar, cobalah berpikir kreatif (creative thinking). Teknik berpikir kreatif banyak macamnya. Salah satu diantaranya dikenal dengan teknik analogi atau populer pula dengan sebutan synectic technique. Jika dengan teknik berpikir kreatif masih belum dapat dihasilkan alternatif jalan keluar, cobalah tempuh langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan berbagai penyebab masalahUntuk dapat menentukan berbagai penyebab masalah, lakukan curah pendapat (brain storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Gunakanlah alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect diargam) atau populer pula dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, serta dibantu oleh data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis. Memeriksa kebenaran penyebab masalahKarena daftar penyebab masalah yang telah disusun baru bersifat teoritis, perlu dilakukan pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation). Untuk ini, jika perlu, lakukanlah pengumpulan data tambahan. Coabalah lakukan uji statistik untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang sebenarnya. Sisihkan daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya tidak bermakna. Mengubah penyebab masalah kedalam bentuk kegiatan Apabila daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil disusun, lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah tersebut kedaam bentuk kegiatan. Usahakan untuk satu penyebab masalah tersusun satu kegiatan penyelesaian masalah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaan ini ialah tersusunnya alternatif cara penyelesaian masalah.b. Memilih prioritas jalan keluar Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi selalu bersifat terbatas, untuk mengatasinya, pilihlah salah satu dari alternatif jalan keluar yang paling menjanjikan. Untuk dapat memilih prioritas jalan keluar, pelajarilah dengan seksama berbagai alternatif yang tersedia. Sebelum melakukan pilihan, ada baiknya jika dicoba padukan dahulu. Siapa tahu berbagai alternatif tersebut sebenarnya hanya merupakan bagian dari satu paket kegiatan yang sulit dipisahkan. Apabila keterpaduan tersebut sulit dilakukan, antara lain karena adanya perbedaan antar alternatif yang terlalu tajam, atau karena keterbatasan sumber daya dalam melaksanakan program yang telah dipadukan, barulah dilakukan macamnya. Cara yang dianjurkan adalah memakai teknik kriteria matriks. Untuk ini ada dua kriteria yang lazim dipergunakan. Kriteria yang dimaksud adalah: Efektivitas jalan keluar Tetapkanlah nilai efektivitas (effectivity) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, pergunakanlah kriteria tambahan sebagai berikut: Besarnya masalah yang dapat diselesaikan Hitunglah besarnya masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan, untuk setiap alternatif. Makin beasr masalah dapat diatasi, maki tinggi prioritas jalan keluar tersebut. Pentingnya jalan keluar Hitunglah pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi masalah yang dihadapi, untuk setiap alternatif. Pentingnya jalan keluar yang dimaksudkan disini dikaitkan dengan kelanggengan selesainya masalah. Makin langgeng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut. Senstivitas jalan keluarHitunglah sensitifitas jalan keluar (unerabilty) dalam mengatasi masalah yang dihadapi, untuk setiap alternatif. Sensitivitas yang dimaksud disini dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut. Efisiensi jalan keluar Tetapkanlah nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (aling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut.

c. Melakukan uji lapanganKegiatan ketiga yang harus dilakukan pada penetapan prioritas jalan keluar ialah melakukan uji lapangan untuk prioritas jalan keluar terpilih. Patutlah diingat dalam melaksanakan uji lapangan, tujuan utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar yang telah terpilih, melainkan hanya untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan. Catatlah berbagai faktor penopang dan penghambat yang ditemukan.

d. Memperbaiki prioritas jalan keluarSelesai melakukan uji lapangan, lanjutkan dengan memperbaiki prioritas jalan keluar, yakni dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan itu meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.

e. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluarKegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas jalan keluar adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar selengkapnya. Untuk ini uraikanlah semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan suatu rencana yang lengkap. Langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas masalah saling terkait dengan langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas jalan keluar.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas7Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan satu-satunya Pencatatan dan Pelaporan yang berlaku di Puskesmas di seluruh Indonesia. Tujuan pelaksanaan SP2TP ini antara lain sebagai berikut: Tersedianya data dan informasi yang tepat waktu, up to date, mutahir secara periodik/ teratur, dapat digunakan untuk pengelolaan program kesehatan melalui Puskesmas di perbagai tingkat administrasi. Tujuan khusus :1. Tersedianya data, keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok Puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutahir secara teratur.2. Terlaksananya pelaporan tersebut secara teratur di berbagai administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.3. Pemanfaatan data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaannya program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat administrasi. Ruang Lingkup: SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan perawatan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pencatatan dan pelaporan meliputi data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas, data ketenagaan Puskesmas, data sarana yang dimiliki Puskesmas, data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan dan tahunan dengan menggunakan formulir yang baku. Adapun laporan berjenjang : Puskesmas ke Dati II, Dati II ke Dati I, Dati I ke Pusat. Pelaksanaan SP2TPPelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah:a. Pencatatan dengan menggunakan format.Pencatatan dilakukan dalam gedung puskesmas/puskesmas pembantu, yaitu mengisi:1. Family forder (kartu identitas dan kartu tanda pengenal keluarga)2. Buku register untuk: Rawat jalan/rawat nginap Penimbangan Kohort ibu Kohort anak Persalinan Laboratorium Pengamatan penyakit menular Imunisasi3. Kartu indek penyakit (kelompok penyakit) yang disertai distribusi jenis kelamin, golongan, umur dan desa.4. Kartu perusahaan5. Kartu murid6. Sensus harian (penyakit dan kegiatan puskesmas) untuk mempermudah pembuatan laporan.

b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik.Jenis dan periode laporan sebagai berikut:1. Bulanan Data kesakitan Data kematian Data operasional (gizi, imunisasi dan KIA) Data manajemen obat2. Triwulan Data kegiatan puskesmas3. Tahunan Umum, fasilitas Saran Tenaga

c. Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasiPengolahan, analisa dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang administrasi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam mengambil keputusan. Ditingkat puskesmas, untuk tindakan segera serta untuk pemantauan pelaksanaan program (operative) sebagai early warning system. Pada tingkat Dati II dapat digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan. Pada tingkat I dapat digunakan juga untu perencanaan program dan pemberian bantuan diperlukan. Pada tingkat pusat digunakan dalam pengambilan kebijaksanaan yang diperlukan.1. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan dan analisa meliputi:a. Mengkomplikasi data dari puskesmas pembantu, kegiatan lapangan termasuk posyandu dan kegiatan dalam gedung puskesmas.b. Mentabulasi data kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, yang dibedakan atas masyarakat dalam wilayah dan luar wilayah puskesmas.c. Menyusun kartu index penyakit.d. Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan.e. Melakukan berbagai perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data denominator.f. Membuat penyajian dalam bentuk narasi, tabel dan grafik sesuai kebutuhan menurut waktu dan lokasi. Sebagai pembanding dapat dipergunakan data tahun-tahun sebelumnya.g. Melakukan beberapa analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi serta perencanaan di masa mendatang.h. Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan.2. Pemanfaatan data SP2TPPada hakikatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda, karena:a. Data tersebut dilaporkan dari puskesmas untuk kebutuhan administrasi di atasnya, dalam rangka pembianaan, perencanaan serta penetapan kebijaksanaan.b. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh puskesmas sendiri dalam rangka peningkatan upaya kesehatan puskesmas, melalui perencanaan (microplanning), penggerakan, pelaksanaan (mini lokakarya) dan pengawasan, pengendalian, serta penilaian (statifikasi).c. Salah satu komponen dari pengawasan adalah pemantauan yang merupakan tindak lanjut secara kontinu dari kegiatan program yang dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan serta tindakan (action).KesimpulanPuskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di wilayah kerjanya. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas, yaitu seorang Dokter Umum. Syarat dokter umum yaitu memenuhi criteria Five Stars Doctor, yaitu Health care provider, Decision makER, Community leader, Manager, Communicator. Peran dokter Puskesmas yaitu sebagai medicus practicus, manajer, dan public health worker. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas memiliki berberapa program-program kesehatan. Agar program Puskesmas dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan manajemen Puskesmas yang baik. Dan untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi (input, proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian mencari solusi yang tepat sehingga masalah cakupan program puskesmas yang tidak terpenuhi dapat terselesaikan.Daftar Pustaka1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.227-235.2. Muninjaya A.A.Gde. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC;2011.h. 170-250.3. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;2011.h.17-24, 181-241, 329-33.4. Satrianegara M. F. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika;2014.h. 142-605. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Puskesmas nomor 75 tahun 2014. Jakarta:2014.h. 5-12.6. Sulaeman E. S. Manajemen Kesehata: Teori Dan Praktik Di Puskesmas (Revisi). Yogyakarta. 2011;h. 28-42; 77-80.

7. Departemen kesehatan RI. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas SP2TP. Jakarta;1997.h.B52-5.

21