8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
1/32
Page | 1
Administrasi Puskesmas
Rachellia Agustina
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6
Jakarta Barat
Pendahuluan
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang
tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang
dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan
hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di
sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikansebagai kebutuhan publik. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah
kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya
dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak,
negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan
mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di
bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas
adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng
relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.
Tujuan terselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
2/32
Page | 2
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk
jenjang tingkat pertama
ISI
1. DEFENISI dan FUNGSI PUSKESMAS
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat.1 Menurut Ilham Akhsanu, puskesmas adalah Suatu unit
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar
(basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan
(public health service).
Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas
juga meliputi kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di
wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau
private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas
tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
3/32
Page | 3
Gambar 1: Level Pelayanan Kesehatan
Adapun penjabaran fungsi puskesmas sebagai penyelenggara pelayanankesehatan primer antara lain: 1,2,3
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: 2,3,8
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut
tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program
RS Provinsi
RS Kabu aten
PKM kecamatan
PKM kelurahan
Pos andu
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
4/32
Page | 4
2. ORGANISASI2,3,4,8
2.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kab/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha, bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas
dalam mengelola data dan informasi, perencanaan dan penilaian,
keuangan, umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional
2.2.Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit puskesmas. Khusus
untuk kepala puskesmas kriteria tersebut disyaratkan harus seorang sarjana
dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat
2.3. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan ditingkat
kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya peran
kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan ditingkat
kecamatan maka jabatan kepala puskesmas setingkat eselon III-B. Dalam
keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan
eselon III-B ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria kepala
puskesmas yakni sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara
dengan pejabat tetap.
Struktur Organisasi Puskesmas
Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas
Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha
Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
5/32
Page | 5
Tugas Pokok
Kepala Puskesmas: bertugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam
jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Kepala urusan tata usaha: bertugas dibidang kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
Unit I: bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak,
keluargaberencana dan perbaikan gizi
Unit II: Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan
laboratorium sederhana
Unit III: Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenagakerja dan manula
Unit IV: Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat,
kesehatan sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya
Unit V: Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan remaja
dan dana sehat
Unit VI : Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat
inap
Unit VII : Melaksanakan kegiatan kefarmasian.
3. TATA KERJA 2,3,4,8
3.1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan,
pengendalian, pengawasan serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
6/32
Page | 6
penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor
kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas kesehatan.2,3,4,8
3.2. Dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
Dengan demikian, secara teknis dan administratif puskesmas bertanggung
jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada puskesmas. Sedangkan sebagai pembina upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. 2,3,4,8
3.3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, puskesmas menjalin kerja sama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan jalinan
kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan
kesehatan perorangan seperti rumah sakit dan berbagai balai kesehatan
masyarakat. Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat jalinan
ker jasama diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
masyarakat rujukan seperti Dinas Kesehatan Kab/Kota. Kerjasama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam
koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota. 2,3,4,8
3.4. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh Dinas KesehatanKab/Kota. Untuk hasil yang optimal penyelenggaraan
pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai
lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan disatu pihak
penyelenggaraan pembangunan kes eh atan di kecamatan tersebut mendapat
dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan dipihak lain pembangunan
yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif
terhadap kesehatan. 2,3,4,8
3.5. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
7/32
Page | 7
sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun
berbagai potensi masyarakat. BPP berperan sebagai mitra puskesmas dalam
menyelenggarakan pembangunankesehatan. 2,3,4,8
3.6. Badan Penyantun Puskesmas
Badan Penyantun Puskesmas adalah suatu organisasi yang menghimpun tokoh-
tokoh masyarakat peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja
puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kerja puskesmas. Fungsi dari Badan Penyantun Puskesmas adalah:
Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
oleh Puskesmas
Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan
pembangunankesehatan oleh puskesmas
Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang
kinerja puskesmas
4. PENYELENGGARAAN PROGRAM PUSKESMAS
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat
2010. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar
Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan
dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai
(benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)
diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas UW-SPM yang wajib diselenggarakanoleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya
diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM
wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular,
penyelenggaraan promosi kesehatan, dan lain-lain. Sedangkan UW-SPM spesifik
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.
Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal. 8,9
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
8/32
Page | 8
Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010
Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia adalah Indonesia Sehat 2010.
Dalam Indonesia Sehat 2010, Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya lingkungan sehat yaitu:
1. Lingkungan yang bebas dari polusi
2. Tersedianya sumber air bersih
3. Sanitasi lingkungan yang memadai
4. Perumahan dan pemukiman yang sehat
5. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa
Perilaku Masyarakat Indonesia sehat yang diharapkan adalah:
1. Yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
2. Mencegah resiko terjadinya penyakit
3. Melindungi diri dari ancaman sakit
4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
Untuk mencapai visi tersebut, maka disusunlah misi pembangunan
kesehatan sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individual, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
9/32
Page | 9
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL
Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan
Dasar
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra
sekolah
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
Pelayanan kesehatan usia subur
Pelayanan kesehatan usia lanjut
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
Pelayanan pengobatan / perawatan
2. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang
Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi
dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam,
anak)
Pelayanan kesehatan darurat
Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat
Penyediaan pembiayaan dan jaminan
kesehatan
3. Penyelenggaraan
pemberantasan penyakit
menular
Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
polio
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB
paru
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
malaria
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
kusta
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
10/32
Page | 10
ISPA
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
HIV-AIDS
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
diare
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
fliariasis
4. Penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat
Pemantauan pertumbuhan balita
Pemberian suplemen gizi
Pelayanan gizi
Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan promosi
kesehatan
Penyuluhan prilaku sehat
Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar
Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik,
kimia, biologi
Pengendalian vektor
Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan
narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain
Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA)
yang berbasis masyarakat
8. Penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian
dan pengamanan sediaan
farmasi, alat kesehatan
serta makanan dan
minuman
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar
Penyediaan dan pemerataan pelayanan
kefarmasian di saranan pelayanan kesehatan
Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
11/32
Page | 11
Program Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya,
karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian
kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai
berikut:1-10
1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan termasuk
Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Usaha Kesehatan Kerja
12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi
sederhana )
16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem
Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan
pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas
seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan
program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat (contoh: Pekan Imunisasi
Nasional).2,3,4,8,9Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan
diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai
kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana
alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda
kegiatan lain.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
12/32
Page | 12
Upaya dan Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, maka puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokan
menjadi dua yakni:
Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkankomitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia, meliputi: Upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat,
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, upaya pengobatan
Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yangdisesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada
yakni: upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, dan program lainnya.
1.Azas pertanggungjawaban wilayah1
a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b.Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling
2. Azas pemberdayaan masyarakat1
a. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b.Potensi masyarakat perlu dihimpun
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
13/32
Page | 13
3.Azas keterpaduan1
Untuk mengatasi keterbatasan sumberun daya serta diperolehnya hasil yang
optimal penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu. Jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan:
Keterpaduan lintas program
UKS : keterpaduan Promosi kesehatan, Pengobatan, Kesehatan Gigi,
Kesehatan reproduksi, Remaja, Kesehatan Jiwa
Keterpaduan lintassektoral
Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK
Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4.Azas rujukan1
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik. Baik secara vertikal maupun secara
horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai
dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni:
Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
rujukan kasus
bahan pemeriksaan
ilmu pengetahuan
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
rujukan sarana dan logistik
rujukan tenaga
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
14/32
Page | 14
rujukan operasional
5. PEMANTAUAN
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang
dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1,2,3,4
Telaahan internal yakni telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan
hasil yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar
pelayanan. Kesimpulan dirumuskan dalam dua bentuk pertama kinerja puskesmas
yang terdiri dari cakupan, mutu, dan biaya kegiatan puskesmas.
Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yangdicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya sektor lain terkait yang ada
diwilayah kerja puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini
triwulan puskesmas secara lintas sektor.
6. PENILAIAN
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang
dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut:1,2,3,4
a. Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan.Sumber data yang
digunakan pada penilaian adalah data primer dan data sekunder
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian
serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencanatahunan berikutnya.
7. PENGAWASAN dan PERTANGGUNGJAWABAN
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas
kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana
dan peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku.
Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal
dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
15/32
Page | 15
atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas
Kesehatan Kab/Kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan
mencakup administrasi, keuangan, dan teknis pelayanan. Apabila
dalam pengawasan terdapat suatu penyimpangan akan dilakukan pembinaan.
b. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus membuat
laporan pertanggung jawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan,
serta perolehan dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan.
Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota serta pihak-pihak
terkait lainnya.
8. PEMBIAYAAN
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang
dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber
pembiayaan puskesmas yaitu: 1,2,3,4,8,9
Pemerintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas dana
pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara bertahap ke
Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
Retribusi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang membiayai
upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan besarnya ditentukan oleh
Pemerintah Daerah.
PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai imbal
jasa kepada peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya sebagai
imbal jasa kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai / karyawan yang berada
dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
16/32
Page | 16
BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
9. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAYANAN PUSKESMAS
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang terjadi sehubungan dengan kasus
administrasi kesehatan antara lain:8
Faktor Internal
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai
target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada
Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatian oleh pemerintah dengan
alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan
prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat
medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan
yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun
menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.
Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah tenaga
medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan
pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan satu-satunya
pendapatan resmi mereka adalah gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan pimpinan yang mau
memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak
sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya
pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak
sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
17/32
Page | 17
kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas
lebih baik daripada Puskesmas.
Program Puskesmas tidak berjalan dengan baik
Dalam kasus 4 masalah kesehatan yang terjadi sehubungan dengan
program puskesmas adalah cakupan imunisasi dasar, peserta Keluarga
Berencana, peserta antenatal care tidak sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Hal ini bias saja terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat,
tidak cukupnya tenaga medis, atau mungkin saja disebabkan karena
perangkat medis tidak terlalu menguasai apa yang harus dilakukan.
Faktor Eksternal
Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau
setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki
keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya
dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi
ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang
bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh
dari Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang tidak cukup untuk
menggunakan alat-alat transportasi atau memang tempat tinggalnya
terpencil sehingga penduduknya lebih senang tinggal di rumahnya daripada
pergi ke Puskesmas.
Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya
mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara
Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang mana
kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang
memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar
retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian
justru enggan datang ke Puskesmas.
Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan
yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
18/32
Page | 18
tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih
rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan
belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat
tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat
pendidikan yang rendah yang mana sebagian besar penduduk Indonesia
lulusan SD terutama di daerah pelosok-pelosok Indonesia, sehingga hal
berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang
letaknya dekat dengan masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan
Rumah Sakit lebih baik sarana dan prasarananya, padahal Puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar dalam lingkungan
masyarakat setempat.
10.SOLUSI MENGATASI MASALAH YANG MUNCUL DI LINGKUP
PUSKESMAS
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi
mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan
kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk
meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan
melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang
efektif dan efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga
kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum
untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistem
informasi pada semua tingkatan pemerintah. Dari banyak kasus yang terjadi dibanyak
daerah, jelas bahwa Puskesmas memiliki pencitraan yang rendah pada saat sekarang,
terutama jika dilihat dari sarana, Puskesmas tidak memiliki fasilitas yang lengkap
walaupun sudah mendapat dana dari Dinas Kesehatan.
11.1. Imunisasi dasar
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Tujuan Umum program
imunisasi adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
19/32
Page | 19
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). sedangkan tujuan
khususnya adalah tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100%
desa/kelurahan pada tahun 2010, tercapainya eliminasi tetanus maternal dan
neonatal (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun),
tercapainya pemutusan rantai penularan Poliomyelitis pada tahun 2004-
2005, serta sertifikasi bebas polio pada tahun 2008, tercapainya reduksi campak
(RECAM) pada tahun 2005.5,8
Masukan (input)
Masukan merupakan suatu struktur yang berupa sumber daya manusia (man),
dana (money), sarana fisik perlengkapan dan peralatan (material), organisasi
dan manajemen (method).
Proses/administrasi
Dalam usaha melaksanakan program-program harus dimulai dengan
manajemen atau administrasi. Administrasi ialah
proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Administrasi, baik dalam pengertian luas maupun
sempit di dalam penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi
manajemen, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. Jadi administrasi adalah penyelenggaraannya, dan manajemen
adalah orang-orang yang menyelenggarakan kerja.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu
pada diri seseorang dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen yang
dapat bersifat aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun
racun yang dilemahkan. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi, misalnya vaksin
BCG, DPT, DT, TT, Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan
secara oral yaitu vaksin polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi
dan balita diketahui mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah.
Penyebab
Semua jenis hambatan atau penyebab timbulnya masalah dalam sesuatu
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
20/32
Page | 20
program dapat dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (sistem) yang
lebih difokuskan pada sumber daya dan proses (input dan proses).
Input
Man: jumlah staf kurang, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja yang
rendah. Tingkat partisipasi masyarakat juga rendah.
Money: jumlah dana untuk pengembangan program sangat terbatas dan
turunnya dana terlambat.
Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai dan jenis obat yang
tersedia tidak sesuai dengan masalah kesehatan yang potensial berkembang di
wilayah kerja Puskesmas. Harga peralatan yang mahal.
Method: pelaksanaan program yang kurang efektif dan efisien. Waktu yang
dimiliki oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk mengadakan
supervisi. Informasi juga dapat menjadi hambatan program karena datanya
yang tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat, pemanfaatan data jarang
dilakukan untuk perencanaan kegiatan program sehingga staf terperangkap
pada rutinisme, dan laporannya belum dibuat.
Proses (POAC)
Planning: kurang jelasnya tujuan atau rumusan masalah program
sehingga rencana kerja operasional tidak relevans dengan upaya
pemecahan masalah.
Organizing: pembagian tugas untuk staf tidak jelas bahkan sering tidak
ada.
Actuating: koordinasi dan motivasi staf kurang atau kepimpinan kepala
Puskesmas tidak disenangi staf.
Controlling: pengawasan (supervise) lemah dan jarang dilakukan serta
pencatatan data untuk monitoring program kurang akurat dan jarang
dimanfaatkan.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
21/32
Page | 21
Lingkungan
Pengaruh lingkungan misalnya hambatan geografis (jalan rusak), iklim atau
musim yang kurang menguntungkan, masalah tingkat pendidikan yang
rendah, sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif (tabu, salah
persepsi, mitos)
Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk
manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah meningkatkan
derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan dapat tercapai jika
kebutuhan (needs) dan tuntutan (demands) perseorangan/masyarakat dapat
dipenuhi.
Penyelesaian
Pada kasus kita di dapatkan satu dokter umum, satu dokter gigi, tiga
perawat, satu sanitarian,
Input
Man: tenaga, transportasi, alat-alat
Money: tidak diketahui
Material: alat suntik, vaksin
Method: mengadakan penyuluhan tentang imunisasi, pelaksanaan
program imunisasi
Proses
Planning. Faktor yang mempengaruhi: data dasar penyusunan
anggaran tidak akurat.
Organizing. Terdapat kekurangan personil/tenaga kesehatan,
penyusunan staf tidak efektif
Actuating. Mengusulkan kepada Dinas kesehatan untuk meminta
tenaga tambahan, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat
tentang pentingnya imunisasi
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
22/32
Page | 22
Controlling. Meliputi pelaporan kegiatan setelah imunisasi selesai
dilaksanakan.
Output: cakupan imunisasi dasar tercapai, 80% bayi dan balita
dalam wilayah kerja Puskesmas telah mendapat imunisasi dasar
Sasaran: bayi dan balita
Dampak: diharapkan cakupan imunisasi dasar akan mencapai hasil
dimana detidaknya 80% bayi dan balita mendapatkan seluruh
imunisasi dasar.
Langkah-Langkah Kegiatan
a. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasi
yang telah membawa Buku KIA/KMS di Ruang Imunisasi setelah
mendaftar di loket pendaftaran.
b. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS dan
menentukan jenis imunisasi yang akan diberikan.
c. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya
(keadaan bayi yang memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bila
tidak akan dirujuk ke ruang pengobatan).
d. Petugas menyiapkan alat dan vaksin.
e. Petugas menyiapkan sasaran.
f. Petugas memberikan Imunisasi.
g. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasi
kepada orang tua bayi sasaran imunisasi.
h. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwal
imunisasi berikutnya.
i. Mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA/KMS dan buku catatan
imunisasi
serta rekapitulasi setiap akhir bulannya.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
23/32
Page | 23
11.2. Antenatal care
Antenatal care adalah layanan kesehatan yang ditujan untuk ibu hamil,
tujuannya adalah menghindari komplikasi yang mungkin terjadi pada
kehamilan, sehingga angka kematian bayi dapat ditekan serendah mungkin.
Input
Man: jumlah staf/ bidan kurang, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi
kerja yang rendah. Tingkat partisipasi masyarakat rendah, kecendrungan
ibu hamil untuk melahirkan dengan pertolongan dukun beranak masih
tinggi, khususnya di saerah pedesaan.
Money: jumlah dana untuk pengembangan program sangat terbatas dan
turunnya dana terlambat.
Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai
Method: pelaksanaan program yang kurang efektif dan efisien. Wilayah
gografis tidak mendukung, jarak yang jauh antara puskesmas dengan jarak
desa-desa, adat dan budaya dimana ibu hamil di pedesaan lebih senang
untuk melahirkan dengan pertolongan dukun.
Penyelesaian5
Pada kasus kita di dapatkan satu dokter umum, satu dokter gigi, tiga perawat, satu
sanitarian,. Tidak disebutkan adanya tenaga bidan.
Input
Man: diperlukan adanya bidan, atau perawat yang telah mendapat pelatihan
Money: tidak diketahui
Material: alat-alat obstetric dan ginekologi untuk melakukan persalinan,
adanya ambulans untuk membawa ibu hamil ke puskesmas/rumah bersalin.
Method: mendata bumil, memberikan penyuluhan dan kursus kepada dukun
beranak
Proses
Planning. Faktor yang mempengaruhi: data dasar penyusunan anggaran tidak
akurat, perlu melakukan penyuluhan dengan melatih kader-kader untuk
memberi pengetahuan kepada ibu hamil.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
24/32
Page | 24
Organizing. Terdapat kekurangan personil/tenaga kesehatan (bidan).
Actuating. Mengusulkan kepada Dinas kesehatan untuk meminta tenaga
kesehatan tambahan, mengadakan pelatihan untuk kader, member kursus
kepada dukun beranak agar setidaknya bias menolong persalinan dengan
bersih, memberikan penyuluhan kepada dukun beranak agar segera merujuk
ibu yang melahirkan dengan perdarahan ke puskesma, bekerja sama dengan
pemerintah desa untuk mendata siapa saja ibu hamil di desa tersebut.
Controlling. Meliputi pelaporan kegiatan setelah Kegiatan antenatal care
selesai dilaksanakan. Bisa dilakukan saat program berjalan atau saat akhir
tahun.
Output: seluruh ibu hamil diharapkan mempunyai kehamilan yang sehat
sehingga memperkecil komplikasi saat melahirkan.
Sasaran: seluruh ibu hamil maupun wanita yang berencana hamil, serta
dukun beranak.
Dampak: diharapkan dengan adanya program ante natal care angka kematian
ibu dan bayi dapat ditekan.
Langkah-Langkah Kegiatan
a. Petugas kesehatan mendata ibu hamil (bumil) di wilayah tersebut.
b. Petugas melakukan penyuluhan kepada bumil tentang antenatal care.
c. Petugas mengadakan pelatiahan kepada dukun beranak tentang persalinan
yang steril dan mengajarkan dukun untuk segera membawa pasien ke
puskesmas jika terjadi perdarahan saat persalian.
d. Petugas mengadakan kegiatan untuk bumil, meliputi pemeriksaan
kehamilan, penyuluhan tentang makanan bergizi, melakukan pengobatan jika
terdapat resiko penyakit selama kehamilan, seperti eklampsia-preeklampsia,
hipertensi, ataupun penyakit-penyakit lainnya .
e. Melakukan pencatatan/evaluasi setiap bulannya.
11.3. Pemberantarasan dengue haemorrhagic fever (DBD)7
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia karena tinginya angka kesakitan. Penyakit ini disebabkan oleh virus
yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
25/32
Page | 25
Input
Man: jumlah staf kurang, keterampilan, pengetahuan, rendah. Tingkat
kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan sanitasi masih rendah.
Money: jumlah dana untuk pengembangan program sangat terbatas dan
turunnya dana terlambat.
Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai (fogging)
Method: pelaksanaan program yang kurang efektif dan efisien.
Penyelesaian
Input
Man: penambahan tenaga kesehatan, petugas lapangan untuk melakukan
pengasapan, perlu kader untuk memberi penyuluhan pada masyarakat
tentang bahaya DBD
Money: tidak diketahui
Material: alat-alat yang berkaitan dengan dengan pengasapan, perlu
pembagian bubuk abate untuk membasmi jentik nyamuk
Method: memberikan penyuluhan, mengadakan fogging
Proses
Planning. Perlunya perencanaan berkaitan dengan kapan biasanya terjadi
DBD, metode apa yang ingin dipakai, semua perencanaan yang berkaitan
dengan pemberantasan DBD.
Organizing. Terdapat kekurangan personil/tenaga kesehatan, sehingga perlu
pembagian yang lebih baik, perlu penambahan tenaga
Actuating. Mengusulkan kepada Dinas kesehatan untuk meminta tenaga
kesehatan tambahan, mengadakan penyuluhan tentang DBD, bagaimana
cara penularan, mengajarkan masyarakat untuk melakukan kegiatan 3M
(menutup tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas,
menguras tempat penampungan air), memberantas vector dengan
pengasapan.
Controlling. Meliputi pelaporan kegiatan setelah Kegiatan selesai
dilaksanakan. Bisa dilakukan saat program berjalan atau saat akhir tahun.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
26/32
Page | 26
Output: diharapkan tidak ada kejadian DBD lagi, atau menekan insiden
serendah mungkin
Sasaran: seluruh masyarakat
Dampak: diharapkan dengan adanya pemberantasan vektor insidenterjadinya DBD dapat ditekan sehingga tidak menjadi kejadian luar biasa.
Langkah-Langkah Kegiatan
a. Petugas kesehatan mengadakan penyuluhan tentang semua kegiatan dalam
rangka memberantas vector DBD.
b. Melakukan fogging/pengasapan diseluruh wilayah kerja.
c. Melakukan pengobatan pada pasien dengan DBD, merujuk pasien jika
keadaan tidak dapat ditangani di puskesmas.
d. Melakukan pencatatan/evaluasi setelah akhir program.
11.4. Tenaga kerja8
Tenaga kerja merupakan factor yang penting dalam terselenggaranya kegiatan
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Kekurangan tenaga kerja dapat
berakibat tidak tercapainya kegiatan puskesmas. Dalam kasus, dalam 30.000
populasi jiwa hanya terdapat satu orang dokter gigi, tiga orang
perawat, satu orang sanitarian dan tiga orang administrator. Sedangkan
setidaknya untuk satu puskesmas mempunyai satu orang dokter umum, satu
orang dokter gigi yang bekerja di tiga puskesmas, lima orang perawat, tiga
orang bidan, satu orang sanitarian, satu orang nutrisionis, satu orang tenaga
kesehatan masyarakat, satu orang laboratories, dan tiga orang administrator.
Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan keputusan menteri kesehatan tahun
2004, bahwa pada tahun 2010 ke atas, semua desa di Indonesia menjadi desa
siaga, dengan fasilitas 1 desa mempunyai 1 pustu atau polindes yang dilayani
oleh satu rang perawat dan satu orang bidan.
Penyelesaian
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
27/32
Page | 27
Input
Man: penambahan tenaga kesehatan
Money: perlu dana tambahan untuk menggaji tenaga tambahan
Material: tidak diketahui
Method: mengusulkan kepada Dinas Kesehatan untuk memberi tenaga
Proses
Planning. Perlunya perencanaan berkaitan dengan berapa tenaga yang
diperlukan dengan mempertimbangkan luas wilayah kerja, meliputi tenaga
apa saja, dan darimana sumber dana untuk menggaji tenaga.
Organizing. Pengorganisasian tenaga apa saja yang diperlukan sehingga
tenaga yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan puskesmas
Actuating. Mengusulkan kepada Dinas kesehatan untuk meminta tenaga
kesehatan tambahan
Controlling. Melaporkan bagaimana hasil yang dicapai puskesmas setelah
mendapatkan tenaga tambahan
Output: pelayanan puskesmas menjadi maksimal, seluruh kegiatan
terlaksana dengan baik, masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai
Sasaran: terselenggaranya kegiatan puskesmas yang efektif
Dampak: diharapkan pelayanan puskesmas dapat terselenggara dengan
maksimal, masyarakat mendapat peleyanan
11.5. Sarana dan prasarana8
Sarana dan prasarana juga memegang peranan penting dalam terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang efektif. Dengan kondisi geografis yang terpencil
yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor, perahu bermotor dan berjalan
kaki, serta tenaga yang tidak mencukupi, tentulah ini merupakan salah satu
masalah yang cukup serius. Dalam hal kasus dr.Tr yang mengurus 30.000
populasi jiwa, tenaga yang kurang dan kondisi daerah yang terpencil, maka hal
yang diperlukan adalah penambahan tenaga seperti yang telah dijelaskan diatas,
perlunya pembangunan puskesmas pembantu (Pustu) ataupun pusat bersalin
desa (Polindes), perlu prasarana lain seperti pengusulan ambulans atau perahu
bermotor untuk program puskesmas keliling, perlu bekerja sama dengan sector
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
28/32
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
29/32
Page | 29
Dampak: diharapkan dengan adanya pustu/polindes tiap desa, masyarakat
bisa mendapat pelayanan yang optimal sehingga visi Indonesia sehat 2010
bisa tercapai dengan baik.
11.PERAN DOKTER
Peranan dokter Puskesmas
1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang dokter
Pendapat umum mengenai seorang dokter biasanya ialah seorang yang berilmu untuk
menyembuhkan orang sakit. Demikian pula masyarakat mengharapkan seorang dokter
Kepala Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun
demikian, dalam kenyataan tanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak
hanya mengobati orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan
meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Disamping itu, ia
berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan seorang manager pula.
Penting kiranya seorang dokter puskesmas dalam melakukan pemeriksaan dan
pengobatan penderita, pandangan dan cara berfikir dalam menentukan diagnosa dan
pengobatan tidak semata mata ditujukan kepada penderita sebagai individu, akan
tetapi pandangan ditujukan kepada keluarga penderita dan dihubungkan pula dengan
masyarakat lingkungan penderita tersebut. Dalam melaksanakan pemeriksaan dan
tindakan pengobatan pergunakanlah semua fasilitas yang ada dan kemampuan yang
dimiliki sebaik baiknya. Hal ini sangat penting untuk memupuk kepercayaan
masyarakat dan para pejabat di lingkungan kecamatan kepada dokter puskesmas yang
bersangkutan.
2. Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang manager
a. Organisasi dan tatalaksana
Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan
yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis kesehatan maupun
administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II (Dokabu). Puskesmas
Pembantu dan bidan di desa di dalam wilayah kerja puskesmas merupakan bagian
integral dari puskesmas. Puskesmas Pembantu melaksanakan sebagian tugas
tugas puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
30/32
Page | 30
wilayah kerja tertentu merupakan sebagian dari wilayah kerja puskesmas. Jenis dan
jumlah tenaga puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk setiap
puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang
dicakup serta keadaan geografis dan perhubungan di wilayah kerjanya.
Kepala puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama sama stafnya
disesuaikan dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang perlu dilakukan.
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pula lokasi peerjaan dan waktu pekerjaan,
sehingga bisa diadakan pembangian tugas dan giliran kerja yang merata di antara
tenaga tenaga puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
baik. Walupun pekerjaan yang dilakukan berbeda beda akan tetapi semuanya
dengan satu tujuan, ialah meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat di wilayah
kerja puskesmas dan di bawah satu pimpinan, ialah Kepala Puskesmas. Tidak ada
pengkotakan struktur dalam puskesmas.
Pertemuan berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya (termasuk
Puskesmas Pembantu dan bidan di desa) perlu dilakukan secara teratur paling
sedikit sebulan sekali. Buku Pedoman Mini Lokakarya Puskesmas dengan
lampirannya merupakan pedoman untuk penyelenggaraan pertemuan berkala
tersebut.
Tujuan pertemuan berkala itu antara laina adalah :
- Menampung masalah/hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan
seharihari untuk dipecahkan bersama
- Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan berikutnya
atau minggu yang akan datang
- Menilai hasilhasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang lalu
- Meneruskan informasi/instruksi/petunjuk dari atasan untuk diketahui dan
dilaksanakan bersama.
b. Bimbingan teknis dan supervisi
Selain pertemuan berkala dengan segenap staf puskesmas yang dilakukan di
puskesmas, Kepala puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi
bimbingan kepada staf puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di
puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk
dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur
untuk memelihara disiplin kerja staf puskesmas.
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
31/32
Page | 31
c. Dokter Kepala Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya
Disamping hubungan langsung antara dokter Kepala Puskesmas dan staf dengan
anggota masyarakat sebagai pengunjung puskesmas dalam rangka pemeriksaan,
pengobatan dan penyuuhan kesehatan, perlu pula dilakukan hubungan kerjasama
dengan masyarakat dalam rangka membantu masyarakat menolong mereka sendiri
dalam bidang kesehatan. Khususnya dengan para pemuka masyarakat dalam
rangka memperbaiki nasib mereka baik dalam ruang lingkup kesehatan maupun
dalam hal hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
KESIMPULAN
Puskesmas merupakan suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta
kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Upaya kesehatantersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk perorangan dan
masyarakat luas bagi mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Pelayanan di Puskesmas mencakup pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai
dengan rehabilitative. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat mencakup upaya promosi
kesehatan, kesehatan ibu dan anak, program imunisasi, konsultasi gizi, upaya kesehatan
sekolah dan sebagainya. Namun dalam usaha merealisasi setiap upaya kesehatan tersebut
harus mendapat kerjasama semua pihak termasuk individu, keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
8/10/2019 PBL BLOK 26 08 h
32/32
1. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
2004; hal. 13-33.
2. Muninjaya, a.a Gde. Manajemen Kesehatan. 1999; hal. 15-102.
3. Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta. Stratafikasi Puskesmas. Jakarta, 2003
4. Departemen Kesehatan RI. Kesehatan Ibu dan Anak dalam Pedoman Kerja
Puskesmas Jilid II. 1990-1991; hal C2-4.
5. Departemen Kesehatan RI. Keluarga Berencana dalam Pedoman Kerja Puskesmas
Jilid II. 1990-1991; hal C2-4.
6. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan Penyakit Menular dalam Pedoman Kerja
Puskesmas Jilid II. 1990-1991; hal C2-4.
7. Ridlo IA. Model Puskesmas Era Desentralisasi. September 2008. Diunduh dari
http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/09/model-puskesmas-era-
desentralisasi.html, 16 Juni 2012.
8. Rima Amelia. Visi dan Misi Indonesia sehat 2010. April 2010. Di unduh dari
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2136859-visi-dan-misi-indonesia-
sehat/#ixzz1RoLfubNF.16 Juni 2012
9. Feni Wahyuningsih. Evaluasi Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Kelurahan
Grogol III. 2007; 2-23.
http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/09/model-puskesmashttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/2136859-visi-dan-misi-indonesia-sehat/#ixzz1RoLfubNFhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/2136859-visi-dan-misi-indonesia-sehat/#ixzz1RoLfubNFhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/2136859-visi-dan-misi-indonesia-sehat/#ixzz1RoLfubNFhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/2136859-visi-dan-misi-indonesia-sehat/#ixzz1RoLfubNFhttp://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/09/model-puskesmas