Neng Nurmalasari
10-2010-326
F3
-2011
Pendahuluan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,usus besar, rektum
dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Makroskopis
I. Rongga oral, faring dan esofagus
A. Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori
yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak
diantara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi di
Alamat korespodensi :
Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email : [email protected]
1
Tinjauan pustaka
bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan
orofaring di bagian belakang.
1. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis oris) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara
a. Permukaan luar bibir dilapisi lapisan kulit yang mengandung folikel rambut.
Kelenjar keringat serta kelenjar sebasea.
b. Area transisional memiliki epidermis transparan. Bagian ini tampak merah karena
dilewati oleh banyak kapiler yang dapat dilihat.
c. Psermukaan dalam bibir adalah membran mukosa. Bagian frenulum labia
melekatkan membran mukosa pada gusi di garis tengah.
2. Pipi mengandung otot buksinator mastikasi. Lapisan epitelia pipi merupakan subjek
anrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru
yang membelah dengan cepat.
3. Lidah diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingula. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau di telan. Untuk pengecapan, dan dalam
produksi wicara.
a. Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringan di luar lidah serta
berfungsi dalam pergerakkan lidah secara keseluruhan. Otot-otot instrinsik lidah
memiliki serabut yang menghadap ke berbagai arah untuk membentuk sudut satu
sama lain. Ini memberikan mobilitas yang benar pada lidah.
b. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan dorsal
lidah. Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah menjadi kasar.
1) Papila fungiformis dan papila sirkumvalata memiliki kuncup-kuncup
pengecap
2) Sekresi berair dari kelenjar von ebner, terletak di otot lidah. Bercampur
dengan makanan pada permukaan lidah dan membantu pengecapan rasa.
c. Tonsil-tonsil lingula adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga bagian
belakang lidah.
4. Kelenjar saliva mensekresi saliva dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer
yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
a. Ada tiga pasang kelenjar saliva
2
1) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar. Terletak agak ke bawah
dan di depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (stensen)
menuju suatu elebasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi
molar kedua sisi.
2) Kelenjar submaksilar (submadibular) kurang lebih sebesar kacang kenari
dan terletak di permukaan dalam pada madibula serta membuka duktus
warthon menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingula.
3) Kelenjar sublingula terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus
sublingula kecil menuju dasar mulut.
b. Fungsi saliva
1) Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.
2) Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan.
Saliva juga memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga
terhindar dari kekeringan.
3) Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan
maltosa suatu disakarida.
4) Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti
obat, virus, dan logam, disekresi ke dalam saliva
5) Zat antibakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk membersihkan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.
5. Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada madibula dan maksilla
a.Anatomi gigi
1) Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung
bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal
akan menutup (overlap) gigi bawah.
2) Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi
sekunder (permanen).
a) Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di antara
dua gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar),
untuk total keseluruhan 20 gigi.
3
b) Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah
dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar
(bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.
Geraham ketiga disebut “gigi bungsu”.
3) Komponen gigi
a) Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat. Satu sampai tiga akar yang
tertanam terdiri dari bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus
(kantong) alveolar tulang rahang.
b) Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi).
c) Membran predontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong
alveolar dan melekat pada sementum di akar. Mebran ini menahan gigi di
rahang.
d) Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar. Berisi pulpa
gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka
ke tulang melalui foramen apikal.
e) Dentin menyelubungi rongga pulpa dan membentuk bagian terbesar gigi.
Dentin pada bagian mahkota tertutup oleh email dan di bagian akar oleh
sementum.
c. Fungsi gigi. Gigi berfungsi dalam proses matikasi (pengunyahan). Makanan yang
masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dicampur dengan
saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
B. Proses menelan (deglutisi) menggerakan makanan dari faring menuju ke esofagus. Aksi
penelanan meliputi tiga fase.
1. Fase volunter. Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan
bolus ke arah orofaring.
2. Fase faring. Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang
mengirimkan implus ke pusat menelan dalam medulla dan batang otak bagian bawah.
Refleks yang terjadi adalah pentutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga
makanan bisa masuk.
a. Lidah menekan palatum keras dan menghalangi makanan kembali ke mulut.
4
b. Otot palatum lunak dan uvula mengangkat palatum lunak untuk menutup mulut
saluran nasal sehingga makanan tidak masuk ke rongga nasal.
c. Laring terelevasi, glotis tertutup, dan epiglotis condong ke belakang menutupi
mulut laring yang menahan makanan sehingga tidak memasuki saluran
pernapasan.
d. Sfingter esofagus atas pada mulut esofagus secara normal menyempit untuk
mencegah udara memasuki esofagus, dan refleks relaksasi terjadi saat otot faring
berkontraksi dan laring terelevasi.
e. Gelombang peristaltik kontraksi yang bermula pada otot faring menggerakan
bolus ke dalam esofagus.
3. Fase esofagus, sfingter esofagus ke bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung
bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan
gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.
Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke
dalam esofagus.
C. Esofagus
1. Anatomi. Esofagus adalah tuba muskular, panjang sekitar 9 sampai 10 inci (25 cm)
dan berdiameter 1 inci (2,54 cm). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati
diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vetebra toraks kesepuluh,
dan membuka ke arah lambung.
2. Fungsi. Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerakan
peristaltik. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi
dan melindungi esofagus. Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
5
Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan
II. Lambung
A. Anatomi
1. Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil terletak pada
bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke
individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, bagian
organ, dan pilorus.
a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan
lambung (pertemuan gastroesofagus)
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus
c. Badan lambung adalah bagian yang berdilatasi di bawah fundus. Yang
membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung yang
konkaf disebut kurvatura kecil; tepi lateral dan badan lambung yang konveks
disebut kurvatura besar.
6
d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka
ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi
sfingter pilorus muskular tebal.
B. Fungsi lambung
1. Penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal dan memungkinkan adanya
interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan
makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian
bawah saluran. Lambung tidak memiliki peran mendasar dalam kehidupan dan
dapat diangkat, asalkan makanan yang dimakan sedikit dan sering.
2. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (masa
homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan
mendorongnya ke dalam duodenum.
3. Digesti protein. Lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan
asam klorida.
4. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1
mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dan sekresinya sendiri.
5. Produksi faktor instrinsik
a. Faktor instrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal
b. Vitamin B12 didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat pada
faktor instrinsik. Kompleks faktor instrinsik vitamin B12, di bawa ke ileum
usus halus, tempat vitamin B12 diabsorbsi.
c. Absorpsi. Absorpsi nutrien yang berlangsung dalam lambung pada dinding
lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.
III. Usus halus
A. Gambaran umum. Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari
sfingter pilorus sampai ke katup isosekal. Tempatnya menyatu dengan usus besar.
Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat
bekerja, panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna
berelaksasi.
7
B. Divisi
1. Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm). Duktus empedu
dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum
beberapa sentimeter ke bawah mulut pilorus.
2. Yeyenum adalah bagian selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m sampai 1,5 m.
3. Ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar.
C. Fungsi usus halus
1. Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan
lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta
dibantu empedu dalam hati.
D. Pankreas, hati dan kandung empedu
1. Pankreas
a. Anatomi
1) Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura
besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas
mensekresi hormon insulin dan glukagon . sel-sel eksokrin (asinar)
mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung
ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi.
2) Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas, yang
menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum di titik
ampula hepatopankreas, walaupun duktus pankreas dan duktus empedu
membuka secara terpisah pada duodenum. Sfingter oddi secara normal
mempertahankan keadaan mulut duktus agar tetap tertutup.
b. Kendali pada sekresi pankreas. Sekresi eksokrin pankreas dipengaruhi oleh
aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik dan lambung pada sekresi
lambung. Walaupun demikian, kendali utama terletak pada hormon duodenum
yang diabsorpsi ke dalam darah untuk mencapai pankreas.
1) Sekretin diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum dan diabsorpsi ke
dalam darah untuk mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika
kimus asam memasuki usus dan mengeluarkan sejumlah besar cairan
berair yang mengandung natrium bikarbonat. Bikarbonat menetralisir
8
asam dan membentuk lingkungan basa untuk kerja enzim pankreas dan
usus.
2) CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons
terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari
lambung. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim
pankreas.
c. Komposisi cairan pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk
mencerna protein, karbohidrat, dan lemak.
1) Enzim proteolitik pankreas (protease)
a) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin
oleh enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin
mencerna protein dan polipeptida besar untuk membentuk
polipeptida dan peptida yang lebih kecil
b) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin.
Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap
protein.
c) Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah
enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk
menghasilkan asam-asam amino bebas.
2) Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
3) Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh
amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).
4) Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA
menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.
Hati dan sekresi empedu
a. Anatomi hati. Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga.
Beratnya 1.500 g (2 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan
persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang
9
tidak teroksigenasi tetapi kaya nutrien dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi
lobus kanan dan kiri.
1. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki tiga bagian utama: lobus
kanan atas, lobus kaudatus dan lobus kuadratus.
2. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri. Diantara kedua lobus
terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus.
3. Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang dan beranastomosis untuk membentuk
jaringan tiga dimensi. Ruang-ruang darah sinusoid terletak diantara lempeng-lempeng
sel. Saluran portal, masing-masing berisi sebuah cabang vena portal, arteri hepatika,
dan duktus empedu membentuk sebuah lobulus portal.
b. Fungsi utama hati
1. Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam mengemulsikan dan
absorpsi lemak.
2. Metabolisme. Hati memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat tercerna.
a) Hati berperan penting dalam mempertahankan hemoestatis gula darah.
Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya
kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
b) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak.
Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen.
c) Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam
penyimpanan dan pemakaian lemak.
d) Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein, kolestrol,
dan fosfolipid).
e) Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah.
Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin
dan mensekresikannya ke dalam empedu.
3. Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga serta vitamin
larut lemak (A, D, E, dan K) dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya
peptisida) serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekstrasikan.
4. Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat.
Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang disintegrasi dalam darah.
10
5. Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber
utama panas tubuh terutama saat tidur.
6. Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan
bersama limpa mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.
c. Empedu
1. Anatomi sekresi empedu
a) Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang
kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri.
b) Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatika komunis yang
kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan keluar
dari hati sebagai duktus empedu komunis.
c) Duktus empedu komunis bersama dengan duktus pankreas bermuara di
duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan kandung empedu.
2. Komposisi empedu. Empedu adalah larutan kuning kehijauan terdiri dari 97% air,
pigmen empedu, dan garam-garam empedu.
a) Pigemen enpedu terdiri dari biliverdin (hijau) bilirubin (kuning), pigmen ini
merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah
terintegrasi.
i. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning
dari urine dan feses.
ii. Jaudince atau warna kekuningan pada jaringan, merupakan akibat dari
peningkatan kadar bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan
fungsi hati dan dapat disebabkan oleh kerusakan hati (hepatitis).
Peningkatkan destruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu
oleh batu empedu.
b) Garam-garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan
kolestrol dan asam amino. Setelah diekresi ke dalam usus, garam tersebut
direabsorpsi dari ileum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang
kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.
11
3. Fungsi garam empedu dalam usus halus
a) Emilsikan lemak. Garam empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam
bentuk usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil
dan area permukaan yang lebih luar untuk kerja enzim.
b) Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
c) Pengeluaran kolestrol dari tubuh. Garam empedu berikatan dengan kolestrol
dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut miselle yang akan dibuang
melalui feses.
4. Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf
(implus parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang
mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus
halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasikan
sfingter oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum.
d. Kandung empedu
1. Anatomi. Kandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan
panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas
total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml.
2. Fungsi
a) Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus
disekresikan oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara
waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan empedu mengalirkan ke
dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh
CCK.
b) Kandung empedu mengkonsentrasikan cairannya dengan cara mengabsorpsi
air dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12
jam sekresi ke empedu.
IV. Usus besar. Sebagian besar nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya menyisakan
zat-zat yang tidak tercerna. Makanan bisa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk
menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya: 2 sampai 6 jam di
lambung, 6 sampai 8 jam di usus halus, dan sisanya berada di usus besar.
12
A. Gambaran umum
1. Usus besar tidak memiliki vili, tidak memiliki plicae sirculares (lipatan-lipatan
sirkular), dan diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek dan daya
regangnya lebih besar dibandingkan usus halus.
2. Serabut otot longitudinal dalam muskularis eksterna membentuk tiga pita, taenia
coli yang menarik colon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra.
3. Katup ileosekal adalah mulut sfingter antara usus halus dan usus besar.
Normalnya, katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang
peristaltik sehingga kemungkinan kimus mengalir 15 ml sekali masuk, untuk total
alirannya 500 ml sehari.
B. Bagian-bagian usus besar
1. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal.
Apendiks vermiform suatu tabung buntu yang berisi jaringan limfoid, menonjol
dari ujung sekum.
2. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon mempunyai
tiga divisi.
a. Kolon ascenden merentang dari sekum sampai tepi bawah hati di sebelah
kanan dan membalik secara horisontal pada fleksura hepatika
b. Kolon tranversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempat memutar ke bawah fleksura splenik
c. Kolon descenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sigmoid berbentuk hurup s yang bermuara pada rektum.
3. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang sampai 12
sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di
anus.
a. Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal) yaitu lipatan-lipatan
yang masing-masing berisi arteri dan vena
b. Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.
13
C. Fungsi usus besar
1. Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi masa semi padat.
2. Usus besar hanya memproduksi mukus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau
hormon pencernaan.
3. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin (K, riboflavin, dan tiamin) serta berbagai gas.
4. Usus besar mengeksresi zat sisa dalam bentuk feses.
a. Air mencapai 70% sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah
bakteri dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat sisa organik dan
anorganik dari sekresi pencernaan, serta mukus dan lemak.
b. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar atau serat dan selulosa yang
tidak tercerna. Warna coklat berasal dari pigmen empedu; bau berasal dari
kerja bakteri. 1
Mikroskopis
Lidah
Pada lidah dapat di jumpai 3 papil yaitu :
1. Papilla sirkumvalata, ukuran papil besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah berderet
sepanjang linea terminalis. Bangunan papil ini terbenam dan dikelilingi parit sehingga
puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah, jadi papil ini tidak menonjol ke
permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar ebner, suatu kelenjar
serosa. Permukaan papilla ini dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Pada
permukaan lateral papil, yang terbenam dalam parit, terdapat banyak taste buds, yang
merupakan badan akhir saraf sensoris, sebagai indra pengecap.
2. Papilla filiformis., bentuknya mirip lembaran benang dengan ujung runcing. Hampir
seluruh permukaan atas lidah dipenuhi papilla jenis ini. Epitel yang melapisinya yaitu
14
epitel berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan tanduk. Papil ini terletak di atas
garis permukaan lidah. Taste buds tidak tampak di sini.2
3. Papilla fungiformis, bentuknya mirip jamur, terdapat di antara papilla filiformis. Papil
ini juga menonjol di atas permukaan lidah. Epitel permukaannya yaitu epitel berlapis
gepeng dan sering mempunyai lapisan tanduk. Pada papil ini kadang ditemukan adanya
taste buds. Baik papilla filiformis maupun papila fungiformis mempunyai papil sekunder.
Taste buds (kuncup kecap), merupakan badan akhir serat sensoris, bentuknya mirip bawang
sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang tersusun
mirip lapis-lapis bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Bangunan ini terdiri atas
dua macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong
langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama dengan tebal epitel. Sel
penyokong lebih gemuk, intinya mempunyai kromatin jarang, sedangkan sel pengecap lebih
langsing, intinya gepeng panjang, dengan kromatin padat. Pada ujung yang menghadap
permukaan biasanya tampak berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang
sebenarnya adalah mikrovilus.
Sebagian besar lidah terdiri atas serat-serat otot skelet (Mm. intrinsik lidah), saling menyilang
dalam tiga bidang yaitu 1. M. horizintalis (m. transversalis), 2. M. vertikalis dan 3. M.
longitudinalis linguae. Otot-otot ini berorigo dan berinsersio pada seputum linguae yaitu jaringan
ikat fibrosa yang terletak di tengah lidah.
Esofagus
Esophagus adalah suatu saluran panjang dan lunak yang panjangnya kira-kira 10 inci. Esophagus
terdapat lapisan-lapisan, antara lain :
Lapisan Mukosa
Lapisan mukosa esophagus terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dibawahnya
terdapat selapis tipis jaringan ikat, yaitu Lamina propia, dan selapis serat-serat otot polos
memanjang , yaitu muskularis mukosa yang tepotong melintang. Papilla jaringan ikat didalam
lamina propia melekukkan pemukaan bawah epitel. Lamina propia mengandung pembuluh darah
kecil, jaringan limfatik difus, dan limfonodulus kecil.
15
Lapisan Submukosa
Lapisan submukosa adalah lapisan luas jaringan ikat tak teratur, padat, sering mengandung sel-
sel lemak. Terdapat kelenjar esophageal propia dengan interval di sepanjang esophagus. Kelenjar
ini adalah kelenjar mukosa tubuloasinar dan duktus ekskretorius yang berjalan menembus
muskularis mukosa dan lamina propia dan bermuara ke dalam lumen esfagus. Epitel duktus
menyatu menjadi epitel berlapis gepeng pemukaan esophagus. Di dalam jaringan ikat submukosa
terdapat pembuluh-pembuluh darah besar.
Lapisan Muskularis
Lapisan muskularis terbagi menjadi 2, yaitu muskularis eksterna dan longitudinal. Lapisan
muskularis eksterna terdiri atas dua lapis otot yang terlihat jelas. Lapisan dalam melingkar atau
sirkular dan pada sediaan potongan melintang esophagus terpotong memanjang. Lapisan luar
berjalan memanjang atau longitudinal dan serat-seratnya terutama terpotong melintang. Sedikit
jaringan ikat memisahkan kedua lapisan otot ini.
Muskularis eksterna esophagus sangat bervariasi pada spesies berbeda. Pada manusia, sepertiga
bagian atas esophagus terutama terdiri atas otot rangka. Sepertiga bagian tengah terdiri atas otot
polos dan otot rangka, sepertiga bagian bawah hanya dibentuk oleh otot polos.
Adventisia
Esophagus terdiri atas jaringan ikat longgar yang menyatu dengan adventisia trakea dan struktur
sekitarnya. Jaringan lemak, pembuluh darah besar dan saraf membentuk berkas neorovaskular
yang terdapat di adventisia.
Gaster
Gaster atau yang biasa disebut lambung adalah suatu perluasan organ berongga yang terletak
diantara esophagus dan usus halus. Pada taut esophagus-gaster, terdapat transisi mendadak dari
epitel silindir tunggal gaster. Pada permukaan luminal gaster terlihat banyak pembukaan kecil
16
yang disebut foveola gastric. Lubang ini dibentuk oleh epitel luminal yang berinvaginasi ke
lamina propia jaringan ikat mukosa dibawahnya, kelenjar gaster tusbular terletak dibawah dan
secara langsung bermuara kelubang gaster untuk mengalirkan isinya ke dalam lumen gaster.
Lubang gaster meluas melalui lamina propia ke mukosa muskularis.
Submukosa jaringan ikat padat yang terdapat di bawah mukosa gaster, mengandung banyak
pembulu darah dan saraf gaster. Dinding muscular tebal gaster, yaitu muskularis eksterna, terdiri
atas tiga lapisan, selain dua lapisan yang normal terlihat pada esophagus dan usus halus. Lapisan
luar gaster ditutupi oleh serosa atau eritoneum visceral.
Usus halus (intestinum tenue)
Merupakan saluran panjang berkelok-kelok. Usus ini membentang dari batas lambung sampai
kebatas usus besar (colon). Usus halus ini dibagi menjadi 3, yaitu : Duodenum, jejenun, ileum.
Dalam usus halus terdapat Plika sirkularis, lipatan atau peninggian mukosa (dengan inti
submukosa) permanen, berjalan berpilin dan terlunjur kedalam lumen usus, plika yang paling
besar terdapat dibagian proximal usus halus yang merupakan tempat sebagian absorpsi
berlangsung dan semakin mengecil kearah ileum. Tedapat Vili intenstinalis, tonjolan permanen
mirip jari pada lamina propia mukosa yang juga terjulur kearah lumen. Vili ditutupi epitel selapis
selindiris dan lebih banyak terdapat dibagian proximal usus, didalam vili intenstinalis sendiri
terdapat Mikrovili, juluran sitoplasma yang menutupi apex sel-sel absorptive usus. Didalam usus
makin kedistal terdapat sel-sel goblet.
Kelenjar usus halus juga mengandung kelenjar intenstinal (kelenjang Liberkuhn). Kelenjar-
kelenjar ini terletak dimukosa usus dan bermuara kedalam lumen usus pada dasar vili. Epitel
permukaan vili juga ikut melapisi kelenjar intenstinal. Pada kelenjar intenstinal terdapat sel
paneth yang ditandai dengan granula eosinofilik di sitoplasmanya. Pada dinding terminal ujung
usus halus, yaitu ileum terdapat banyak agregat limfonoduli yang berhimpitan disebut Plaque
Payeri.
Duodenum
Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan : (1) Mukosa dengan epitel pelapisnya, Lamina
propia dan mukosan muskularis, Submukosa terdapat kelenjar duodenale (brunner).
17
Lapisan mukosa dari duodenum sendiri terdapat tonjolan yang disebut Vili, epitel berupa selapis
sel silindris dengan mikrovili. Dalam lamina propia mengandung kelenjar intenstinal, kelenjar ini
bemuara kedalam ruang antarvili. Lamina propia juga mengandung serat-serat jaringan ikat
halus, dan jaringan limfonodus.
Muskularis eksterna, terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar. Diantara
kedua lapisan tersebut terdapat sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus
(auerbach).
Jejunum
Pada jejunum memiliki vili yang banyak dan panjang-panjang dibanding dengan duodenum,
terpotong menurut aneka bidang-bidang irisan dan sebuah lipatan permanen besar usus halus,
yaitu plika sirkularis. Baik mukosa dan submukosa ikut membentuk plika sirkularis. Terdapat
kelenjar intenstinal meluas ke dalam lamina propia, kelenjar ini berhimpitan dan bermuara di
ruang antarvili. Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propia mukosa ke dalam
submukosa.
Muskularis eksterna dan serosa adalah khas untuk usus halus. Sel-sel ganglion parasimpatis
pleksus mienterikus terlihat didalam jaringan ikat antara lapisan otot polos sirkular dan
longitudinal muskularis eksterna. Di dekat otot polos mukosa muskularis, terlihat beberapa
kelenjar intenstinal. Tampak sel goblet yang khas dan sel dengan mikrovili dalam kelenjar . pada
dasar kelenjar ini, terlihat sel-sel berbentuk pyramid dengan granul asidofilik besar mengisi
sebagian besar sitoplasma dan mendesak inti ke dasar sel, yaitu sel Paneth dan terdapat di
sepanjang usus halus.
Ileum
Pada ileum memperlihatkan keempat lapisan usus. Vili menurut bidang irisan dan karena itu
tampak tidak teratur. Kelenjar intestinal (kriptus lieberkhun) terdapat di lamina propia; dua
diantaranya terlihat bermuara ke dalam ruang antarvili.
Ciri khas ileum adalah kumpulan limfonoduli yang disebut plak peyer. Setiap play peyer adalah
gabungan 10 atau lebih limfonoduli, yang terdapat pada dinding ileum berhadapan dengan
perlekatan mesenterium. Noduli ini berasal dari jaringan limfoid difus lamina propia. Vili tidak
18
terdapat pada daerah lumen usus tempat noduli mencapai permukaan mukosa. Biasanya
limfonofuli ini meluas ke dalam submukosa menembus muskularis mukosa dan menyebar di
jaringan ikat longgar submukosa.
Usus Besar (Collon)
Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Usus besar terdiri atas segmen awal
(sekum), dan colon asendens, transversum, desendens, sigmoid, dan rectum dan anus. Di usus
besar sel-sel goblet terdapat lebih banyak daripada di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah
dibagian sekum ke kolon sigmoid. Usus besar ini tidak memiliki plika sirkularis maupun vili
intenstinalis, dan kelenjar usus terletak lebih dalam daripada di usus halus. Kelenjar intenstinal
usus besar juga tidak memiliki sel paneth.
Colon
Mukosanya, berkelok-kelok oleh kelenjar intenstinal tubular panjang yang menerobos lamina
propia sampai muskularis mukosa. Epitel selapis colon adalah selapis selindris dengan sedikit
mikrovili dan banyak sel goblet. Epitel ini berlanjut bermuara ke kelenjar intenstinal tempat
terdapatnya sel goblet. Lamina propia seperti usus halus mengandung banyak jaringan limfoid.
Sebuah limfonodus terlihat dilamina propia bagian dalam, limfonodus yang besar dapat
menembus mukosa muskularis masuk ke dalam submukosa. Serosa menutupi colon transversum
dan colon sigmoid tetapi colon ascendens dan descendens letaknya retroparieal dan lapisan luar
permukaan posteriornya adalah adventisia.
Appendix
Terdapat beberapa persamaan antara mukosa appendix dan colon, yaitu epitel selapis dengan
banyak sel goblet, lamina propia dibawahnya mengandung kelenjar intenstinalis dan mukosa
muskularis. Kelenjar intenstinal pada appendix kurang berkembang, lebih pendek, dan sering
berjauhan letaknya. Terdapat jaringan limfoid di dalam lamina propianya sangat banyak dan
sering terlihat sampai ke submukosa.
Sangat banyak limfonoduli dengan pusat germinal, dan sangat khas utuk appendix. Noduli ini
berawal di lamina propia, namun karena ukurannya besar, noduli ini meluas dari epitel
permukaan sampai ke submukosa. Submukosanya sangat vascular dengan banyak pembuluh
19
darah. Muskularis eksterna terdiri lapisan sirkular dalam dan longditudinal luar, ketebalan
lapisan otot ini bervariasi.
Rektum
Epitel permukaan lumen dilapisi sel-sel selindris dengan mikrovili dan sel goblet. Kelenjar
intenstinal, sel-sel lemak dan sebaran limfonoduli di dalam lamina propia serupa dengan yang
ada di kolon, namun kelenjar-kelenjar lebih panjang, lebih rapat, dan terutama terdiri atas sel
goblet. Di bawah lamina propia terdapat mukosa muskularis otot polos.
Lamina memanjang pada rectum bagian atas dan kolon bersifat sementara. Lapisan ini
berpusatkan submukosa dan ditutupi mukosa. Lipatan transversal permanen rectum, jika terlihat
pada sediaan, mengandung serat otot polos lapisan sirkular (M. sphinter ani internus) dan serat
otot lurik (M. sphinter ani eksternus). Lipatan panjang permanen (kolumna rektalis) terdapat
pada rectum bagian bawah, yaitu saluran atau liang anus.
Taenia coli berlanjut kedalam rektum. Namun, disini otot muskularis eksterna kembali berupa
sirkular dalam dan longitudinal luar. Diantara kedua lapisan otot ini terdapat gangglia
parasimpatis pleksus mienterikus Auerbach.
Anus
Bagian atas liang anus diatas valvula ani, merupakan bagian terbawah rectum. Bagian bawah
liang anus dibawah valvula ani, merupakan peralihan dari epitel selapis selindris ke epitel
berlapis gepeng kulit.
Mukosa rectal serupa dengan mukosa kolon, tetapi kelenjar intenstinal lebih pendek dan lebih
longgar susunannya. Akibatnya, lamina propia lebih nyata. Mukosa muskuilaris dan kelenjar
intenstinal saluran cerna berakhir didekat valvula ani. Lamina propia rectum digangtu oleh
jaringan ikat padat yang tidak terayut. 3
Fungsi Organ-organ Pencernaaan
20
Mulut
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan
Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang berbentuk
bibir berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di mulut.
Bibir juga memiliki fungsi pencernaan yaitu penting untuk berbicara (artikulasi berbagai bunyi
bergantung pada bentukan bibir tertentu) dan sebagai reseptor sensorik.
Langit-langit (palatum) yang membentuk atap lengkung mulut, memisahkan mulut dari saluran
hidung. Palatum yang terdiri atas tulang yaitu palatum durum dan palatum yang tidak memiliki
tulang palatum mole (langit-langit lunak).
Lidah yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri atas otot rangka yang dikontrol secara
volunter. Pergerakan lidah tidak saja penting untuk memadu makanan di dalam mulut sewaktu
mengunyah dan menelan tetapi juga berperan penting untuk berbicara. Di lidah tertanam papil-
papil pengecap (taste buds) yang juga tersebar di palatum mole, tenggorokan dan dinding dalam
pipi.
Gigi bertanggung jawab untuk mengunyah, menguraikan makanan, mencampurkannya dengan
air liur dan merangsang sekresi pencernaan. Proses pertama pencernaan adalah mastikasi atau
mengunyah, motilitas mulut yang melibatkan pemotongan, perobekan, penggilingan dan
pencampuran makanan yang masuk oleh gigi.
Faring dan esofagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan dan deglutition. Menelan
dimulai ketika bolus atau bola makanan secara sengaja didorong oleh lidah ke bagian belakang
mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang
kemudian mengirimkan implus aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian
secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan.
Lambung
21
Lambung menyimpan makanan dan memulai pencernaan protein
Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak di antara esofagus dan
usus halus. lambung melakukan beberapa fungsi. Fungsi penting adalah menyimpan makanan
yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan
dan penyerapan yang optimal. Makanan yang dikonsumsi hanya beberapa menit memerlukan
waktu beberapa jam untuk dicerna dan diserap. Karena usus halus adalah tempat utama
pencernaan dan penyerapan, lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya sedikit
demi sedikit ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus. Fungsi kedua
lambung adalah untuk mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang memulai
pencernaan protein. Akhirnya, melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang masuk
dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran kental yang
dikenal dengan kimus.
Pankreas
Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak dibelakang dan di bawah lambung, di atas
lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan kelenjar campuran yang mengandung
jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-
kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-kantung atau asinus yang
berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara ke duodenum. Bagian endokrin yang lebih
kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhans (islets of
langerhans), yang tersebar di seluruh pankreas. Hormon terpenting yang disekresi oleh sel-sel
pulau langerhans adalah insulin dan glukagon. Pankreas eksokrin dan endokrin tidak memiliki
kesamaan, kecuali menempati lokasi yang sama.
Hati
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini penting bagi
sistem pencernaan untuk sekresi garam empedu, tetapi hati juga melakukan berbagai fungsi lain,
mencangkup hal-hal berikut :
1. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak, protein) setelah
penyerapan mereka dari saluran pencernaan.
22
2. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing
lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma, mencangkup protein-protein yang penting untuk
pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolestrol dalam
darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanankan oleh hati bersama dengan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah yang usang, berkat adanya makrofag residen.
7. Eksresi kolestrol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk penguraian yang berasal dari
destruksi sel darah merah yang sudah usang.4
Fungsi Usus Halus
Di usus halus, isi usus tercampur dengan sekresi sel-sel mukosa, getah pancreas, dan empedu.
Pencernaan yang dimulai di mulut dan lambung, diselesaikan di lumen dan sel-sel mukosa usus
halus tempat produk pencernaan diserap, bersama dengan sebagian besar vitamin dan cairan.
Dalam usus halus terdapat sekitar 9L air setiap hati, 2L dari makanan dan 7L dari sekresi saluran
cerna; akan tetapi, hanya 1-2L yang sampai ke kolon.
Fungsi Motilitas Usus Halus
Terdapat tiga jenis kontraksi otot polos: gelombang peristaltis, kontraksi segmentasi, dan
kontraksi tonik. Kontraksi ini mendorong isi usus (kimus) kearah usus besar. Kontraksi
segmentasi merupakan kontraksi berbentuk cincin yang muncul dalam interval yang relative
teratur dalam di sepanjang usus, lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi
cincin lain di segmen-segmen di antara kontraksi-kontraksi sebelumnya. Kontraksi ini
mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan pajanannya pada permukaan mukosa.
Kontraksi tonik adalah kontraksi yang relative lama yang pada dasarnya mengisolasi satu
segmen usus dari segmen lain. Perhatikan bahwa dua jenis kontraksi terakhir memperlambat
waktu transit di usus halus sehingga waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang
daripada keadaan puasa. Hal ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit
sehingga absorpsi meningkat.
23
Gelombang peristaltic yang sangat kuat dan disebut peristaltic rush, tidak terjadi pada orang
normal, tetapi timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang-kadang terjadi
antiperistaltic lemah, tetapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dari arah oral-ke-
kaudal. 5
Fungsi Usus Besar
Fungsi utama colon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses
yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian
proksimal colon terutama berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal,
berhubungan dengan penyimpanan.6 Colon mengeluarkan sekiar 90% cairan dan mengubah 1-2
L kimus isotonic yang masuk setiap hari dari ileum menjadi tinja semi padat dengan volume
sekitar 200-250 mL.5
Pencernaan Protein, Karbohidrat dan Lemak
Pencernaan karbohidrat di dalam mulut dan lambung. Ketika makanan dikunyah, makanan
bercampur dengan saliva yang terdiri atas enzim pencernaan ptialin (suatu α-amilase) yang
terutama dieksresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida
maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya yang mengandung tiga sampai sembilan molekul
glukosa. Namun, makanan yang berada dalam mulut hanya untuk waktu yang singkat, jadi tidak
lebih 5 persen dari semua tepung telah dihidrolisi pada saat makanan di telan.
Tetapi, pencernaan tepung kadang berlanjut di dalam korpus dan fundus lambung selama 1 jam
sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung. Kemudian aktivitas amilase dihambat
asam yang berasal dari sekresi lambung, karena amilase pada dasarnya tidak aktif sebagai suatu
enzim bila pH medium turun di bawah sekitar 4,0. Meskipun demikian, rata-rata sebelum
makanan dan saliva yang ada bersamanya menjadi seluruhnya bercampur dengan sekresi
lambung, sebanyak 30 sampai 40 persen tepung telah dihidrolisis terutama menjadi bentuk
maltosa.
Pencernaan karbohidrat dalam usus halus pencernaan oleh amiase pankreas. Sekresi
pankreas seperti saliva mengandung sejumlah besar α-amilase yang fungsinya hampir mirip
dengan α-amilase saliva tetapi beberapa kali lebih kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15 sampai
24
30 menit setelah kimus dikosongkan dari lambung ke dalam duodenum dan bercampur dengan
getah pankreas, sebenarnya semua karbohidrat telah dicernakan. Pada umumnya, hampir semua
karbohidrat diubah menjadi maltosa dan polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya
sebelum keduanya melewati duodenum atau jejenum bagian atas.
Hidrolisi disakarida dan poimer-polimer glukosa kecil menjadi monosakarida oleh enzim-
enzim epitel usus. Enterosit yang terletak pada vili usus halus mengandung empat enzim
(laktase, sukrase, maltase dan α-destrinase) yang mampu memecahkan disakarida laktosa,
sukrosa dan maltosa ditambah polimer-polimer glukosa kecil lainnya menjadi unsur
monosakarida. Enzim-enzim ini terletak di dalam enterosit yang melapisi brush borde mikrovili
usus, sehingga disakarida dicernakan sewaktu berkontak dengan enterosit ini.
Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa
dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa dan polimer-
polimer glukosa kecil lainnya semua akan dipecahkan menjadi molekul-molekul glukosa. Jadi,
produk akhir dari pencernaan karbohidrat semuanya adalah monosakarida. Seluruh
monosakarida tersebut larut air dan diserap segera ke darah portal.
Pencernaan protein
Pencernaan protein dalam lambung. Pepsin enzim peptik lambung yang penting yang paling
aktif pada pH 2,0 sampai 3,0 dan tidak aktif pada kira-kira pH di atas 5. Akibatnya agar enzim
ini dapat melakukan kerja pencernaan terhadap protein, getah lambung harus bersifat asam.
Kelenjar lambung menyekresi sejumlah besar asam hidroklorida. Asam hidroklorida ini
disekresikan oleh sel-sel parietal (oksintik) di dalam kelenjar pada pH kira-kira 0,8 tetapi pada
saat asam hidroklorida bercampur dengan isi lambung dan bersama dengan sekresi dari sel-sel
kelenjar non-ostotik lambung, pH lalu berkisar antara 2,0 sampai 3,0 suatu batas asiditas yang
cukup tinggi untuk aktivitas pepsin.
Pencernaan protein dan sekresi pankreas. Kebanyakan pencernaan protein terjadi di dalam
usus halus bagian atas, di dalam duodenum dan yeyenum di bawah pengaruh enzim-enzim
proteolitik dari sekresi pankreas. Segera setelah masuk dari lambung ke usus halus, produk yang
sebagian sudah dipecahkan dari makanan berprotein diserang oleh enzim-enzim proteolitik
utama pankreas: tripsin, kimotripsin, karboksifolipeptidase, dan proelastase.
25
Keduanya, baik tripsin maupun kimotripsin memecah molekul-molekul protein menjadi
polipeptida-polipeptida kecil; karboksifolipeptidase kemudian memecah asam amino-asam
amino tunggal dai ujung karboksil polipeptida. Proelastase, kemudian diubah menjadi elastase
yang kemudian mencernakan serabut-serabut elastin sebagian menahan daging.
Pencernaan peptida oleh peptidase di dalam enterosit yang melapisi vili usus halus. Tahap
terakhir pencernaan protein di dalam lumen usus dicapai oleh enterosit yang melapisi usus halus,
terutama di dalam duodenum dan yeyenum. Sel ini memiliki suatu brush border yang
mengandung beratus-ratus mikrovili yang menonjol dari permukaan masing-masing sel. Pada
membran sel dari masing-masing mikrovili ini terdapat banyak peptidase yang menonjol keluar
melalui membran tempat peptidase berkontak dengan cairan usus. Dua enzim peptidase yang
sangat pentinga adalah aminopolipeptidase dan beberapa dipeptidase.
Pencernaan lemak
Pencernaan lemak di dalam usus. Sejumlah kecil trigliserida dicernakan di dalam lambung oleh
lipase lingual yang disekresikan oleh kelenjar lingual di dalam mulut dan ditelan bersama dengan
saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10 persen dan umumnya tidak penting. Sebaliknya
pada dasarnya semua pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus sebagai berikut.
Emulsifikasi lemak dan asam empedu dan lesitin. Tahap pertama dalam pencernaan lemak
adalah secara fisik memecahkan gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat kecil, sehingga
enzim pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak. Proses ini
disebut emulsifikasi lemak, dan dimulai melalui pergolakan di dalam lambung untuk mencampur
lemak dengan produk pencernaan lambung. Lalu kebanyakan proses emulsifikasi tersebut terjadi
di dalam duodenum di bawah pengaruh empedu, sekresi dari hati yang tidak mengandung enzim
pencernaan apapun. Akan tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam empedu juga
fofsfolipid lesitin.
fungsi utama garam empedu dam lesitin, terutama lesitin, dalam empedu adalah untuk membuat
gelembung lemak siap untuk dipecah oleh pengadukan dengan air di dalam usus halus. Kerja ini
sama seperti yang terjadi pada banyak deterjen yang dipakai pada kebanyakan pembersih rumah
tangga untuk membersihkan noda kotoran.
26
Enzim lipase merupakan senyawa yang larut-air dan dapat menyerang gumpalan lemak hanya
pada permukaannya. Akibat, dapat dimengerti betapa pentingnya fungsi deterjen garam empedu
dan lesitin untuk pencernaan lemak.
Pencernaan Trigliserida oleh Lipase Pankreas
Sejauh ini enzim yang paling penting untuk pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas,
terdapat dalam jumlah sangat banyak di dalam getah pankreas, cukup untuk mencernakan dalam
1 menit semua trigliserida yang dicapainya. Selain itu, enterosit dari usus halus juga
mengandung sedikit lipase yang dikenal sebagai lipase usus, tetepi enzim ini biasanya tidak
diperlukan.
Produk Akhir Pencernaan Lemak
Sebagian besar trigliserida dalam makanan dipecah oleh getah pankreas menjadi asam lemak
bebas dan 2-monogliserida.
Enzim dan Hormon Pencernaan
Enzim Pencernaan
Pada saliva terdapat suatu jenis enzim yaitu amilase saliva atau ptialin. Pada polisakarida, enzim
ini bekerja dengan cara memutuskan ikatan glikosidik 1,4. Enzim ini akan menguraikan
polisakarida menjadi disakarida maltosa. Ion tertentu dapat menjadi aktivator dari enzim ini,
antara lain ion Cl-, Br-, NO3- dan SO42-. Enzim amilase saliva akan bekerja dengan optimal pada
pH 6,8. Pada pH dibawah 4, enzim ini akan menjadi inaktif (misalnya dalam lambung).
Setelah polisakarida mengalami pemecahan menjadi disakarida di mulut, bolus akan melanjutkan
perjalanan ke lambung melalui oesophagus. Begitu tiba di lambung, kimus akan berhadapan
dengan suasana yang asam. Hal ini disebabkan oleh karena adanya sekresi asam klorida dari sel
parietal sebagai respon terhadap eksistensi kimus. Tingkat keasaman yang tinggi ini sebenarnya
juga berfungsi pada denaturasi dari polipeptida yaitu dengan jalan menguraikan struktur tersier
dengan memotong ikatan hidrogen didalamnya.2 Selain itu tingkat keasaman yang tinggi
bersama lisozim dari saliva dapat menghancurkan sebagian besar mikroorganisme yang masuk
ke gastro-intestinal track.
27
Selain sel parietal, terdapat pula sel chief dan sel leher mukus pada dinding mukosa lambung. Sel
chief berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen, suatu zymogen yang bila aktif akan memecah
protein menjadi proteosa dan pepton. Pepsinogen ini menjadi aktif dengan bantuan asam klorida
yang dihasilkan sel parietal tadi. Pepsin ini spesifik bekerja dengan memutuskan ikatan peptida
pada asam amino aromatik ataupun asam amino dikarboksilat.
Renin merupakan suatu enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi. Renin berfungsi
menggumpalkan kasein yang ada pada susu sehingga tidak mengalir dengan cepat keluar dari
lambung. Kasein susu yang berkontak dengan kalsium pada renin akan bereaksi membentuk
kalsium parakaseinat yang bila berkontak dengan pepsin dapat pecah kembali.
Pada lambung juga ditemukan lipase. Lipase berfungsi untuk menghidrolisis tri-gliaserol rantai
pendek dan rantai sedang. Namun fungsi lipolitiknya pada lambung tidak terjadi karena pH
optimalnya 7,5 tidak sesuai dengan pH lambung.
Pencernaan pada pankreas dan usus dapat terjadi karena adanya sekresi hormon sekretin pada
duodenum dan jejunum. Hormon sekretin ini disekresikan sebagai bentuk respon terhadap
adanya HCl, lemak, protein, karbohidrat dan sebagian makanan yang telah dicerna dalam
lambung. Hormon ini akan mengalir melalui darah portal menuju pankreas, empedu dan hepar
dan merangsang sekresi pankreas. Jenis-jenis sekretin antara lain pankreozimin, hepatokrinin,
kolesistokinin dan enterokrinin.
Getah pankreas dihasilkan sebagai respon terhadapa kerja sekretin. Getah pankreas umumnya
kental seperti saliva, mangandung air, protein, ssedikit senyawa organik, berbagai macam ion
anorganik dan memiliki pH yang sedikit alkalis (7,5 – 8). Enzim-enzim yang terdapat pada getah
pankreas antara lain:
Tripsin : disekresikan dalam bentuk yang tidak aktif yaitu tripsinogen. Tripsinogen
diaktifkan dalam duodenum oleh enzim enterokinase menjadi tripsin.Protease yang
bergabung dengan tripsin akan menjadi polipeptida. Pepton akan dihidrolisis pada
bagian yang mengandung asam amino lisin/arganin. Tripsin juga dapat mengkoagulasi
susu pada pH optimal 8.
28
Kimotripsin : juga disekresikan dalam zymogen yaitu kimotripsinogen. Bentuk inaktif
ini akan bereaksi dengan tripsin menjadi kemotripsin. Kimotripsin bisa mengkoagulasi
susu dengan tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibanding tripsin.
Karboksipeptidase : merupakan enzim proteolitik yang mengandung Zink. Enzim ini
mengkatalisis hidrolisa pada ikatan peptida di ujung molekul pada sisi karboksil bebas
polipeptida.
Amilase pankreas : bentuknya sama dengan amilase saliva. Bekerja dengan cara
menghidrolisis pati menjadi maltosa dan optimal pada pH netral.
Lipas pankreas : bekerja dengan cara menghidrolisis lemak menjadi asam lemak,
gliserol, monogliserida dan digliserida. Aktivitasnya akan diperkuat dengan kerja garam
empedu.
Kolesterol esterase : akan mengkatalisis reaksi antara kolesterol bebas dan asam lemak
sehingga membentuk kolesterol esterase dan asam lemak. Enzim ini diaktifkan oleh
garam empedu.
RNAase dan DNAase: mengkatalisa asam nukleat menjadi nukleotida.
Pada proses pencernaan lemak, ada suatu zat yang penting yang turut berperan selain lipase
pankreas. Zat tersebut ialah empedu. Empedu disekresikan oleh hati dan bila tidak
diperlukan akan disimpan sementara di kantung empedu. Empedu mengandung asam yaitu
asam kolat, asam deoksikolat, asam kenodeoksikolat dan asam litokolat. Asam empedu
dapat berkonjugasi dengan asam amino glisin atau taurin padu gugus karboksil sehingga
dapat larut dalam air.
Pencernaan pada usus adalah dengan cara mensekresikan beberapa enzim yang akan
terdapat pada mikrovili intestinal. Selain sekresi enzim, ada pula sekresi getah usus halus
oleh kelenjar Brunner dan Lieberkuhn untuk membentu menetralkan keasaman kimus dari
lambung.
Adapun enzim yang diekskresi adalah di usus halus adalah:
Aminopeptidase : mengubah polipeptida menjadi asam amino dan peptida dengan
ikatan yang lebih pendek dengan cara katalisa hidrolisis ikatan peptida di ujung molekul
di sisi yang mengandung asam amino bebas.
Dipeptidase : mengubah peptida menjadi asam amino.
29
Disakaridase : yaitu sukrase, maltase, isomaltase dan laktase. Mengubah disakarida
menjadi monosakarida.
Fosfatase : melepaskan fosfat dari senyawa fosfat organik yang berasal dari makanan
seperti hexofosfat, gliserofosfat dan nukleotida.
Polinukleotidase : mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.
Nukleosida (nukleosida fosforilase) mengkatalisis perubahan nukleosida menjadi
fosforilasi pentosa, uridin, sistidin dan timidin.
Lesitinase mengubah lesitin menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan kolin.
Setelah diubah menjadi bentuk yang paling sederhana, maka molekul hasil pencernaan
makanan akan diabsorbsi dengan jalan menggunakan difusi, transpor aktif, sitotaksis, dan
persorpsi. Makanan yang diabsorsi kemudian akan melalui dua jalan yaitu melalui vena
porta menuju ke hati dan melalui pembuluh limfe di sekitar usus lalu menuju duktus
thoracicus dan berakhir di darah. 6
Disakarida adalah enzim brush border
Disakarida, maltase, sukrase –isomaltase (suatu enzim bifungsional yang mengkatalisis hidrolisis
sukrosa dan isomaltosa), laktase, dan trehalase terletak di brush border sel mukosa usus, tempat
monosakarida dan zat lain yang berasal dari diet serap. Pada sebagian besar orang, selain itu
mereka berasal dari bahasa eropa utara, laktase secara bertahap menurun semasa remaja sehingga
terjadi intoleransi laktosa. Laktosa tetap berada di lumen usus dan menjadi substrat bagi
fermentasi bakteri yang menghasilkan laktat sehingga menyebabkan mulas dan diare.
Beberapa kelompok enzim yang mengkatalisis pencernaan protein
Terdapat dua kelas utama enzim pencernaan proteolitik (protease) dengan spesifisitas yang
berbeda untuk asam amino yang membentuk ikatan peptida yang akan dihidrolisis.
Endopeptidase menghidrolisis ikatan peptida antara asam-asam amino spesifik di seluruh
molekul. Enzim ini bekerja pertama kali, menghasilkan sejumlah besar fragmen yang lebih kecil;
misalnya pepsin getah lambung; tripsin, kimotripsin, dan elatase yang disekresikan ke dalam
usus halus dan pankreas. Eksopeptidase mengkatalisis karboksipeptidase yang disekresikan di
getah pankreas, aminopeptidase yang disekresikan oleh sel mukosa usus, membebaskan asam
30
amino dari terminal amino. Dipeptidase di brush border sel mukosa usus mengkatalisis hidrolisis
dipeptida, yang bukan merupakan substrat bagi amino peptidase dan karboksipeptidase.
Protease disekresikan sebagai zimogen inaktif; tempat aktif enzim ditutupi oleh sebuah regio
kecil rantai peptida yang dikeluarkan oleh hidrolissi ikatan peptida spesifik. Pepsinogen
diaktifkan menjadi pepsin aktif (autokatalisis). Di usus halus, tripsinogen, prekursor tripsin,
diaktifkan oleh enteropeptidase, yang disekresikan oleh sel epitel duodenum; tripsin kemudian
dapat mengaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin, proelastase menjadi elastase,
prokarboksipeptidase menjadi karboksipeptidase, dan proaminopeptidase menjadi
aminopeptidase. 7
Kesimpulan
Sistem digestivus atau pencernaan adalah sistem yang penting dalam tubuh. Sistem ini
melakukan proses mekanisme kerjanya sepanjang saluran pencernaan dari mulut sampai rektum-
anus. Di sepanjang saluran pencernaan proses motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan
berlangsung sesuai dengan bagian organ masing-masing. Pencernaan karbohidrat dimulai di
dalam mulut, sedangkan protein dicerna saat sampai pada lambung bersama dengan pencernaan
karbohidrat. sedangkan lemak, protein dan karbohidrat diserap di usus halus, namun lemak dapat
dicerna dan diserap apabila dengan bantuan garam empedu. Sistem pencernaan satiap tahapan
dan prosesnya saling berkesimanbungan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu
organ pencernaan maka akan mengganggu proses pencernaan tersebut.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC; 2003.h.281-295
2. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2009.
31
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke 9. Jakarta :
EGC; 2003.h. 147-229
4. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta : EGC; 2001.h.545-
566
5. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of medical physiology. 23rd ed.
New York: McGraw-Hill; 2010.
6. Guyton AC dan Hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC, 2009.
7. Murray RK. Biokimia harper. Edisi 23. Jakarta : EGC; 2009.h.496-499
32