7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
1/83
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. A YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C
TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI TERATAI LANTAI IV
SELATAN RSUP FATMAWATI JAKARTA
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan
Program DIII Keperawatan
Oleh :
Ela Ameliawati
NIM. P17120013017
PRODI KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JUNI 2016
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
2/83
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A YANG
MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C TUBERKULOSIS PARU
DI INSTALASI TERATAI LANTAI IV SELATAN
RSUP FATMAWATI
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan
Program DIII Keperawatan
Oleh :
Ela Ameliawati
NIM. P17120013017
PRODI KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JUNI 2016
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
3/83
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Pendidikan Diploma
III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I :
Nama : Ela Ameliawati
NIM : P17120013017
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :
Asuhan Keperawatan Pada Tn.A yang Mengalami Efusi Pleura e.c
Tuberculosis Paru Di Lantai IV Selatan Di Instalasi Teratai
RSUP Fatmawati Jakarta
1.Disusun dan diselesaikan oleh saya sendiri.
2.
Bukan merupakan salinan sebagian atau seluruhnya dari karya tulis ilmiaH
yang pernah disusun oleh orang lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari
pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia kelulusan saya dibatalkan.
Jakarta, 27 Juni 2016
Ela Ameliawati
NIM. P17120013017
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
4/83
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
TN.A YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C TUBERCULOSIS PARU
DI LANTAI IV SELATAN INSTALASI TERATAI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA ini telah disetujui untuk diujikan
pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah dihadapan Tim Penguji.
Jakarta, 24 Juni 2016
Pembimbing,
Ratna Aryani, S.Kep., Ns., MKep
NIP. 19800416 200501 2 001
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
5/83
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A
Yang Mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru Di Lantai 4 Selatan
Instalasi Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. ini telah
berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS pada
Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta I.
Penguji I,
Mumpuni, SKp., M.Biomed
NIP. 19710124199903 2 001
Penguji II,
Ratna Aryani, S.Kep.,Ns.,MKep
NIP.19800416 200501 2 001
Penguji III,
Ns.Maryanih, S.Kep
NIP. 196810701990032003
Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 Ketua Jurusan Keperawatan
Ani Nuraeni, S.Kp., M.Kes Ns.Tarwoto, S.Kep., M.Kep
NIP. 196108281984102001 NIP. 197002091995031001
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
6/83
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Tn.A Yang Mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis
Paru Di Lantai IV Selatan Instalasi Teratai Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menemukan beberapa
hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai
pihak, semua hambatan dapat penulis lalui sehingga karya tulis ilmiah dapat
terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberi bantuan berupa bimbingan, pengarahan dan dukungan
baik moral maupun materi sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Terima kasih ini penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Ani Nuraeni, S.Kp., M.Kes, Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta I.
2. Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS, Selaku Direktur
Utama RSUP Fatmawati.
3. Bapak Ns. Tarwoto, S.Kep., M.Kep. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I.
4.
Ibu Rospa Hetharia, S.ST., MA.Kes, Selaku Wali Kelas Tahun Angkatan
2013 jurusan Keperawatan
5. Ibu Bara Miradwiyana SKp., MKM. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik Jurusan Keperawatan
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
7/83
6. Ibu Ratna Aryani S.Kep., Ns., M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing
Penyusunan Laporan Kasus serta Penguji Sidang II Jurusan Keperawatan
Politeknik Kemenkes Jakarta 1.
7. Ibu Mumpuni, SKp., M.Biomed Selaku Dosen Penguji Sidang I Jurusan
Keperawatan Politeknik Kemenkes Jakarta 1.
8.
Ibu Ns. Maryanih, S.Kep, Selaku Penguji Sidang III Ujian Akhir Program
dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan
9. Ibu Ii Solihah, S.Kp., MKM, Selaku Koordinaror Ujian Akhir Program
Bagian Praktek dan Bagian Sidang
10.Ibu Ns.Dinny Atin Amanah S.Kep Selaku Panitia Ujian Sidang Jurusan
Keperawatan Tahun 2016
11.
Seluruh dosen pengajar beserta staf Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1
12.
Kepala ruangan beserta perawat-perawat Gedung Teratai Lantai IV
Selatan IRNA RSUP Fatmawati yang telah membantu penulis selama
praktik pengambilan kasus
13.Kedua Orangtua tercinta (Musri dan Arja Sawung) yang telah senantiasa
memberikan doa yang tiada hentinya serta memberikan dukungan moral,
spiritual, dan material yang tidak bisa penulis ganti dengan apapun serta
seluruh perjuangan kedua orang tua yang penulis sangat cintai.
14.Kakak kakakku (Abdul Nendra, Prastyo Toto Sumarto, Andi Suwandi,
Asep Somantri) beserta keluarga kecilnya yang tidak bisa penulis tuliskan
satu persatu yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan program
DIII ini.
15.Teman terbaik (Megiya Permana) yang selalu mendukung, memberikan
doa dan semangatnya sejak awal penulis memasuki perkuliahan di WK
dan terimakasih atas kebaikannya.
16.Sahabat yang selalu mendukung, memberikan motivasi, dan menjaga
pertemanan baik selama ini (Rima Andani, Nuraeni, Mina Widya, Selly
Septi).
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
8/83
17.Sahabat tersayang dan terbaik di kampus WK ana uhibbya rifaqkepada
(Yusza, Anggiw, Anisa mpus, Anggita, Diana, Dije, Uwi, Mimi, Nisa,
Numuthia, Rachma) yang selalu bersama selama tiga tahun melewati masa
perkuliahan dalam susah maupun senang dan terimakasih atas
kebersamaannya .
18.
TIM KMB (Yusza, Atika, Chairunnisa, Rosalina, Helda) untuk
perjuangan, doa, pengorbanan yang tidak akan terlupakan.
19.Serta teman-teman Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I
angkatan XII tahun 2013 yang selalu bersama menyemangati, memotivasi
satu sama lain melewati pengalaman-pengalaman yang tidak akan
terlupakan selama proses perkuliahan.
20.
Bapak satpam (Pak.Dadi dkk) yang selalu membantu penulis dalam
mengumpulkan laporan ataupun makalah selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini di masa yang akan datang.
Jakarta , Juni 2016
Penulis
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
9/83
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN DIUJIKAN..............................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR SKEMA.................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................2
C.
Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Tuberkulosis
1. Anatomi Fisiologi Pernapasan................................................................4
2. Definisi Efusi Pleura...............................................................................5
3. Definisi Tuberkulosis..............................................................................6
4.
Etiologi Tuberkulosis..............................................................................6
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
10/83
5. Etiologi Efusi Pleura...............................................................................6
6. Manifestasi Efusi Pleura.........................................................................8
7.
Pemeriksaan Diagnostik Efusi Pleura....................................................9
8. Pemeriksaan Diagnostik Tuberkulosis....................................................9
9. Komplikasi Tuberkulosis........................................................................10
10.
Penatalaksanaan Efusi Pleura.................................................................11
11.Patofisiologi Tuberkulosis......................................................................12
12.Patofisiologi Efusi Pleura.......................................................................12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan.......................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................16
3.
Intervensi Keperawatan..........................................................................16
4. Implementasi Keperawatan....................................................................16
5. Evaluasi Keperawatan............................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian Keperawatan..............................................................................23
B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................30
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................33
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan..................................................34
D.
Evaluasi Keperawatan..................................................................................37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................39
B.
Saran.............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
11/83
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Anatomi Fisiologi paru ..................................................................4
2.1 Gambar Anatomi rongga pleura...................................................................5
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
12/83
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gambaran Mikroskopik ..................................................................7
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
13/83
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Patofisiologi Tuberculosis Paru..........................................................13
Skema 2.2 Patofisiologi Efusi Pleura..............................................................14
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
14/83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Asuhan Keperawatan
Lampiran 2 Penatalaksanaan Obat OAT
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
15/83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan infeksi saluran nafas
bawah, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
dari satu individu ke individu lainnya (Corwin 2009 h. 545).
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh
cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri 2012
h.106). Efusi pleura banyak disebabkan oleh penyakit gagal jantung kongestif,
malignansi, dan emboli paru. Prevalensinya di dunia cukup tinggi termasuk di
negara industri, dengan distribusi etiologi berhubungan dengan penyakitnya.
Di Indonesia, tuberkulosis paru merupakan penyebab utama efusi pleura yangdisusul oleh keganasan.
Pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta orang mengembangkan TB aktif ,
dengan 1,5 juta kematian disebabkan oleh penyakit tersebut. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia kejadian TB paru di beberapa daerah terdapat
1.000 kasus per 100.000 orang. Sekitar 25 % TB paru menyerang kelenjar
getah bening dan pleura. Terkait TB paru, penyakit efusi pleura terjadi pada
sekitar 2 % sampai 10 % dari pasien TB , dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan rasio 2 : 1. Bahkan dengan perawatan rutin , pleuritis tuberkulosis
dapat berkembang ke empiema tuberkulosis , semacam gejala sisa kronis dan
fatal.
Sebagai tenaga kesehatan seorang perawat memiliki peran dan fungsi
untuk mengatasi masalah keperawatan pada klien efusi pleura dan
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
16/83
tuberkulosis paru, yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator,
kolaborator, fasilitator, dan konselor.
Berdasrkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas kasus
Tuberkulosis paru dengan lebih spesifik untuk mendapatkan gambaran lebih
jelas dengan melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Efusi
Pleura et causa Tuberculosis paru yang di rawat di ruang IRNA B Teratai
Lantai IV Selatan RSUP Fatmawati Jakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui gambaran pengelolaan asuhan keperawatan pada
klien Tn.A dengan Efusi Pleura e.c Tuberkulosis paru yang dirawat di
ruang IRNA B teratai Lantai IV Selatan Ruang HCU isolasi RSUP
Fatmawati Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Memberikan gambaran nyata tentang :
a)Pengkajian pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura.
b)
Menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.A yang
mengalami Efusi Pleura.
c)
Menyusun rencana keperawatan pada Tn.A yang mengalami Efusi
Pleura .
d)Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.A yang mengalami
Efusi Pleura .
e)
Mengevaluasi hasil akhir pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura .
C.
Manfaat Penulisan
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
17/83
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi
dalam meningkatkan suatu pendidikan pada masa yang akan datang di
bidang keperawatan.
2.
Institusi pelayanan kesehatan
Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di unit pelayanan
keperawatan medikal bedah dalam rangka mengambil kebijakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang
mengalami masalah Efusi Pleura .
3.
Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
penerapan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
18/83
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Anatomi Fisiologi
Sistem pernapasan berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Salah
satu organ sistem pernafsan yaitu paru-paru, paru-paru terletak di rongga
dada bagian atas, bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk sedangkan
bagian bawah di batasi oleh otot diafragma.
Gambar 2.1 Anatomi paru-paru
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri dari
tiga lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru
kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
19/83
paru disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher dan pada bagian
bawah disebut basal. Paruparu dilapisi oleh selaput pleura.
Gambar 2.2
Anatomi rongga pleura
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru paru dalam
pleura viseralis dan yang menyelimuti rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura parieralis. Antara selaput luar dan
selaput dalam terdapat rongga yang berisi cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura
bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. (Tarwoto,2009)
2. Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang
diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura. Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat
penyakit yang mendasainya (Khairani, 2012).
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
20/83
Tuberkulosis paru yaitu penyakit infeksius yang menyerang
parenkim paru-paru. Penyakit ini juga dapat menyebar ke organ lain
seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Somantri 2012, h.67).
3. Etiologi TB Paru
Muttaqin (2014, h.126 ) menjelaskan dalam asuhan keperawatan
system pernafasan bahwa cairan pleura terbentuk 3 jenis ,yaitu :
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),
sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meigs
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB pneumonia, tumor, infrak paru,
radiasi, dan penyakit kolagen
c. Efusi hermoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru,
dan tuberkulosis.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara
kedua pleura tersebut, karena biasanya ditempat ini hanya terdapat sedikit
(10-20cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak
secara teratur. Cairan yang sedikit ini sebagai pelumas antara kedua
pleura, sehingga memudahkan pleura tersebut bergeser satu sama lain
(Somantri 2012, h.108).
Menurut Perhimpunan Doktor Paru Indonesia menyampaiakn salah
satu etiologi efusi pleura yaitu didapatkan dari pemeriksaan komposisi
selular cairan pleura. Efusi pleura disertai darah yang tampak dengan mata
telanjang (kadar eritrosit >100.000/mm3 disebabkan oleh trauma, infark
pulmonal atau keganasan. Pemeriksaan lain bisa dilihat pada tabel di
bawah ini.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
21/83
Tabel 2.1
gambaran mikroskopik
Pemeriksaan Nilai
abnormal
Kondisi yang biasanya berkaitan
Jumlah Eritrosit
(/mm3)
> 100.000 Malignansi, trauma, emboli pulmonary
Jumlah Leukosit
(/mm3)
> 10.000 Infeksi pyogenik
Neutrofil (%) > 50 Pleuritis akut
Limfosit > 90 Tuberkulosis, keganasan
Eosinofilia > 10 Asbestos effusion, pneumotoraks, sembuh
dari infeksi
Sel mesotelial Nihil Tuberkulosis
Protein (CP/S)* > 0,5 Eksudat
LDH (CP/S) > 0,6 Eksudat
LDH (IU)** > 200 Eksudat
Glukosa (mg/dl) < 60 Empyema, Tuberkulosis, malignansi,
rheumatoid arthritis
Ph < 7,20 Efusi parapneumonik dengan komplikasi,
empyena, ruptur oesofagus, tuberculosis,
kganasan, rheumatoid arthritis
Amilase (CP/S) > 1 Pankreatitis
Bakteriologik Positif Disebabkan infeksi
Sitologi Positif Diagnosis malignansi
*CP/P = rasio kadar dalam cairan pleura dibandingkan dengan dalam serum
**IU = kadar dalam International Units
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
22/83
4. Manifestasi Klinis Efusi Pleura
Manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar seperti
pneumonia, Tuberculosis paru dll. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau
menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan
bunyi datar, pekak saat diperkusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila
terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak
terdapat. Berikut tanda dan gejala:
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,
dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosis), banyak keringat, batuk dan banyak dahak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit
akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan
vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan dudukpermukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup
timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz,
yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,
pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
23/83
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diadnostik pada Efusi Pleura menurut Muttaqin,2014
a. Efusi pleura
1) Pemeriksaan diagnostic
Pada Fluoroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari
300 cc tidak terlihat. Pada Efusi pleura subpulmonal, meskipun
cairan pleura lebih dari 300cc, frenicocostalis tampak tumpul dan
diagfragma kelihatan meninggi. Pemeriksaan foto thoraks
diperlukan sebagai monitor atas intervensi yang diberikan dimana
keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan
dengan penunjang foto thoraks.
2) Biopsy pleura
Biopsy ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura
melalui biopsy jalur perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk
mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit(biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)
3) Pengukuran fungsi paru (Spipometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke
kapasitas total paru, dan penyakit pleural pada tuberculosis kronis
tahap lanjut
4) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratoriun yang spesifik adalah dengan memeriksa
cairan pleura agar dapat menunjang intervensi selanjutnya.
b. Tuberculosis Paru
Menurut Price (2012, h.854) dalam melakukan pemeriksaan
diagnostik TB paru ada beberapa macam yaitu :
1) Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux)
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
24/83
Digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya
Mycobacterium tuberculosa. Caranya yaitu dengan menyuntikan
Purified Protein Derivate (PPD) secara intradermal.
2)
Vaksinasi BCG
Bacille Calmette Guerin (BCG) yaitu vaksin yang biasanya
menimbulkam sensitivitas terhadap tes tuberkulin. Pada vaksin
BCG, organisme ini disuntikan ke kulit berkapur, berdinding dan
berbatas tegas.
3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi seringkali memperlihatkan adanya TB,
tetapi untuk mendiagnosis TB Paru bukan hanya pemeriksaan ini
saja. Pemmeriksaan radiologi ini dapat terlihat adanya
pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar dan
biasanya bilateral.
4)
Pemeriksaan bakteriologik
Pemeriksaan yang paling penting yaitu sputum, sediaan yang
positif memberikan petunjuk awal untuk menegakan diaganosis ,
tetapi suatu sediaan yang negatif tidak menutup kemungkinan
adanya infeksi penyakit yang lain.
6. Komplikasi TB Paru
Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh TB paru menurut
Mayon(2008) terbagi menjadi dua yaitu :
a. Akut : gagal napas, hemoptisis (kadang masif), efusi pleura,
empiema, efusi perikardial, laringitis.
b. Kronik : fibrosis paru, aspergiloma
7. Penatalaksanaan
a.
Efusi pleura
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
25/83
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit
dasar dan pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk
melakukan thorakosintesis adalah
1)
Menghilangkan sesak nafas yang disebabkan oleh akumulasi
cairan dalam rongga pleura
2) Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau
gagal
3) Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000cc,
karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dapat
menimbulkan edema paru yang ditandaidengan batuk dan sesak.
Kerugian thorakosintesis adalah :
1)Dapat menyebabkan kehilangan protein yang ada di dalam
cairan pleura
2)
Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura
3)
Dapat terjadi pneumothoraks
b. Tuberculosis paru
Menurut Sumantri (2009, h.71) penatalakasanaan yang bisa diberikan
pada penderita TB Paru berupa metode preventif dan kuratif yang
meliputi cara-cara seperti berikut ini :
1) Penyuluhan
2)
Pencegahan
3) Pemberian obat-obatan (OAT)
4) Fisioterapi dan rehabilitasi, dan konsultasi secara teratur.
8. Patofisiologi
Menurut Mutaqqin (2008, h.87) Seseorang yang mengalami
tuberkulosis paru ketika batuk, bersin atau berbicara maka s\ecara tidak
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
26/83
sengaja keluar kumanMycobacterium tuberculosa. Apabila terhisap oleh
orang yang sehat, maka orang tersebut berpotensi terkena infeksi . Bakteri
yang terhisap masuk ke saluran pernapasan, infeksi dapat menyebar ke
organ lain melalui berbagai jalan yaitu, percabangan bronkus, sistem
saluran limfe, aliran darah kemudian bakteri menjadi dorman sehingga
bakteri muncul beberapa tahun kemudian jika daya tahan tubuh penderita
melemah. Ia bisa sembuh dengan fibrotik atau inflamasi yang membentuk
kavitas dan akan merusak parenkim paru yang kemudian dapat terjadi
edema trakea/faring, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh
darah pada jalan nafas (batuk produktif), sesak napas dan penurunan
kemampuan batuk efektif. Apabila terjadi penurunan jaringan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, merusak pleura dan
perubahan cairan intrapleura maka. akan mengakibatkan komplikasi
tuberkulosis paru yaitu efusi pleura.
Patofisiologi terjadinya Efusi pleura bergantung pada
keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalamkeadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambatsebagai filtrasi
melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan
tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Efusi yang
berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder terhadap peradangan atau adanya neoplasma.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan
bergantung pada kekakuan relatif paru dan dinding dada. Pada volume
paru dalam batas pernapasan normal, dinding dada cenderung rekoil ke
luar sementara paru-paru cenderung rekoil ke dalam.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
27/83
Skema 2.1
Patofisiologi TB Paru (Sumber : Muttaqin, Arif, 2008, h. 89 )
Skema 2.2
Patofisiologi Efusi pleura
skema 2.2
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
28/83
patofisiologi Efusi pleura
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
29/83
1. Pengkajian
Berdasarkan Doengoes (2012, h.240) pengkajian tuberkulosis paru yaitu:
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan keletihan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil
dan berkeringat, menggigil dan berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak.
b. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan
berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan
c. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
d. Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat
tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda: Peningkatan frekuensi pernafasan , pengembangan pernafasan
tak simetris(efusi pleura), perkusi pekak dan penurunan taktil fremitus
(cairan pleura atau penebalan pleura), bunyi nafas menurun, inspirasi
cepat setelah batuk pendek, karakteristik sputum : hijau/purulen atau
bercak darah.
e.
Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh : AIDS, kanker, tes
HIV positif
Tanda: Demam rendah atau sakit panas akut
f. Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik
untuk melakukan peran
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
30/83
g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi
dalam terapi
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes(2012, h.242) diagnosa keperawatan yang dirumuskan
yaitu :
a.
Resiko infeksi (penyebaran/aktivasi berulang) berhubungan dengan
pertahan primer tidak adekuat, penekanan proses inflamasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret
kental, kelemahan batuk
c. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum, anoreksia.e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, salah
interpretasi informasi, keterbatasan kognitiff.
3. Intervensi Keperawatan
a.
Risiko infeksi (penyebaran/aktivasi berulang) berhubungan dengan
pertahan primer tidak adekuat, penekanan proses inflamasi
Intervensimandiri
1) Kaji patologi penyakit dan penyebaran infeksi melalui batuk,
bersin
Rasional : Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima
terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi
2) Identifikasi orang lain yang beresiko terhadap anggota
keluarga,teman
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
31/83
Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi
obat untuk mencegah terjadinya penyakit
3)
Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat
penampungan yang tertutup jika batuk
Rasional : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan
infeksi
4) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara (masker)
Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
5) Monitor temperatur suhu
Rasional : Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi
6) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
tuberkulosis
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien
untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden
tuberkulosis
7) Motivasi untuk rutin minum OAT,anjurkan tidak mengehentikan
terapi
Rasional : Resisten obat dapat terjadi jika penghentian terapi
sebelum waktunya
Kolaborasi :
8) Pemberian OAT sesuai instruksi dokter
Rasional: Obat pilihan bagi Tuberculosis paru
9) Monitor sputum BTA
Rasional : Pasien yang 3 usapan negatif (3-5 bulan) perlu
mentaati program obat.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkospasme
Intervensi mandiri :
1) Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman
dan penggunaan otot aksesoris
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
32/83
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis,
ronkhi indikasi akumulasi sekret/ketidakmampuan membersihkan
jalan nafas, sehingga otot aksesoris di gunakan dan kerja pernafsan
meningkat.
2) Catat kemampuan dalam mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya haemoptisis
Rasional : Pengeluaran sangat sulit bila sekret sangat tebal. Sputum
berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan
(kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
3) Beri pasien posisi semi atau fowler, bantu pasien untuk latihan nafas
dalam dan batuk efektif.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas
besar untuk di keluarkan.
4)
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai
keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat dapat
diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan
sekret, dan mudah dikeluarkan
Kolaborasi
6) Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Agen mukolitik,contoh
asetilsisten (Mucomyst), Bronkodilator, contoh okstrifillin
(Choledyl), teofilin kortikosteroid (prednison)
Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan
sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
33/83
Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan
trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksekmia dan bila
respon inflamasi mengancam hidup.
7) Periksa BTA
Rasional : Mengetahui kemajuan penyakit
8) Bersiap untuk membantu intubasi darurat
Rasional : Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB
dengan edema laring atau perdarahan paru akut.
c. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru
Intervensi mandiri
1) observasi dispnea, takipnea, bunyi pernapasn abnormal.
Rasional : Tuberculosis paru dapat menyebabkan meluasnya
jangkauan dalam paru yang berasal dari bronkopneumonia yang
meluas menjadi inflamasi, nekrosis, efusi pleura dan meluasnya
fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress
2) observasi tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit
Rasional : Akumulasi sekret dapat menangkap oksigenasi di organ
vital dan jaringan
3) Anjurkan bernapas bibir selama ekspirasi
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah
kolaps/penyempitan jalan napas, sehingga membantu
menyebarkan udara melalui paru dan menurunkan napas pendek
4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen selama periode
penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi :
5) Monitor AGD
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
34/83
Rasional : Menurunnya kandungan oksigen (PaO2)atau
meningkatnya PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi
perubahan program terapi
6) Beri oksigen tambahan yang sesuai
Rasional : Untuk membantu memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan
alveolar paru
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan, sering batuk/produksi sputum, anoreksia.
Intervensi mandiri :
1)
Observasi turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa
mulu
Rasional : Berguna mendefinisikan derajat masalah dan intervensi
yang tepat
2) Pastikan pola diet yang di sukai pasien
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus,
dan memperbaiki masukan diet
3) Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan
4) Observasi adanya anoreksia
Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi
area pemecahan masalah untuk meningkatkan nutrien
5) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau
obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah
6) Anjurkan makan sedikit tapi sering
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang
tak perlu
7)
Monitor intake output secara periodic
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
35/83
Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
8) Ukur TSF, MAC, IMT, BB ideal dan timbang berat badan
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi
Kolaborasi
9) Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diit
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diit
10)Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, Protein serum, dan
albumin)
Rasional : Nilai rendah menunjukan malnutrisi dan perubahan
program terapi
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang
salah, terbatasnya pengetahuan/kognitif
Intervensi mandiri:
1)
Observasi kemampuan belajar pasien
Rasional : Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi
dan kesiapan fisik.
2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat (hemoptisis,
nyeri dada, kesulitan bernafas,demam, kehilangan pendengaran,
vertigo)
Rasional : dapat menunjukan kemajuan atau pengaktifan ulang
penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
3) Tekankan pentingnya menjaga protein tinggi dan diet karbohidrat
Rasional : memnuhi kebutuhan metabolik membantu
meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan
4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, dan alasan pengobatan
lama
Rasional : meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan
dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
36/83
5) Kaji potensi efek samping pengobatan (mulut kering, konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit kepala)
Rasional : mencegah menurunkan ketidaknyamanan sehubungan
dengan terapi
6) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol saat minum INH
Rasional : kombinasi INH dan alkohol telah menunjukan
peningkatan insiden hepatitis
7) Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap
bulan selama minum etambutol
Rasional : efek samping utama menurunkan penglihatan
8) Anjurkan untuk tidak merokok
Rasional : meskipun tidak merangsang berulangnya TB, tapi
meningkatkan disfungsi pernapasan.
9) Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasional : pengetahuan dapat menurunkan risiko penularan atau
reaktivasi ulang.
4. Evaluasi Keperawatan
a. Infeksi tidak menjadi aktual.
b. Bersihan jalan napas menjadi efektif.
c. Pertukaran gas tidak terganggu.
d. Nutrisi tubuh seimbang.
e. Pengetahuan pemahaman tentang penyakit bertambah
BAB III
TINJAUAN KASUS
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
37/83
Pada Bab ini penulis akan menguraikan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.A dengan Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru yang di rawat di
ruang IRNA B Teratai Lantai IV selatan RSUP Fatmawati Jakarta :
Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan selama 3 hari sejak tanggal
30 mei 2016 sampai 1 juni 2016, yang disusun berdasarkan tahapan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, Diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan .
A. Pengkajian Keperawatan
Nama klien Tn.A (55 tahun) berjenis kelamin laki-laki status
perkawinan sudah menikah, agama Islam, pendidikan terakhir SLTP,
dan pekerjaan klien yaitu berjualan tanaman hias. Klien dirawat mulai
dari tanggal 28 mei 2016 dengan diagnosa medis Tuberkulosis paru.
Klien datang melalui IGD RS Fatmawati dengan keluhan sesak, kepala
pusing, dan paru terasa panas. Timbulnya keluhan secara mendadak
faktor pencetus jika klien merubah posisi lamanya keluhan 10 menit
dan akan berkurang jika klien istirahat. Klien mengatakan awalnya
klien mengalami sesak saat bicara dan beraktivitas, lalu klien merasa
sesak nafas dan di bawa ke RS Sari Asih lalu di lakukan torakosentesis
pada dada kanan cairan berwarna putih kekuningan. Keluhan di sertai
batuk berdahak warna kuning kehijauan kental sejak dua minggu yang
lalu. Demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat batuk darah bercampur dahak sejak juli 2014 , lalu klien
minum OAT (lepasan) selama 2 minggu, klien berhenti karena gatal-
gatal putus obat selama kurang dari 2 bulan. Kemudian pada bulan
januari 2016 klien mendapat obat dari puskesmas FDC untuk 8 bulan
dan tidak terdapat keluhan . Klien riwayat pemasangan WSD pada
bulan Maret 2016 di RS Fatmawati.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
38/83
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran compos
mentis, tekanan darah 123/88 mmHg, nadi 107x/menit, irama ireguler,
nadi teraba kuat dan suhu klien 36C, pernafasan 28x/menit, saturasi
O2 100%. Berat badan klien sebelum sakit 62 kg, BB saat ini 46 kg
klien mengalami penurunan berat badan sebanyak 16 kg, tinggi badan
160 cm, saat di inspeksi konjungtiva anemis, sklera anikterik, pupil
isokor, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, jalan nafas ada
sumbatan, warna kulit kecokelatan, area kulit tidak ada jejas, ada luka
post pemasangan selang WSD di ICS 5-6, pengembangan dinding dada
asimetris, bentuk dada normal, menggunakan otot bantu pernapasan,
frekuensi 28x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, batuk
mengeluarkan sekret warna kuning konsistensi kental, klien
menggunakan therapi oksigen nasal kanul 4 lpm. Saat dipalpasi kulit
teraba hangat, tidak ada nyeri tekan saat di palpasi, taktil fremitus paru
bagian kiri lebih bergetar di banding paru sebelah kanan di posterior,
pengembangan paru kanan kurang maksimal, pengembangan
diafragma 1 cm saat inspirasi. Saat di perkusi terdapat bunyi resonan di
kedua lapang paru anterior dan posterior, tidak ada nyeri ketuk. Saat di
auskultasi terdengar bunyi wheezing di paru kanankiri posterior.
Hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 28 mei 2016 Hemoglobin
12,2g/dl ( N : 13,2-17,3), Hematokri37% (33-45), Leukosit
11,7ribu/ul ( N:5,0-10,0), Trombosit 328ribu/ul ( N : 150-440) ,
Eritrosit 4,40juta/ul (N : 4,40-5,90), VER 83,3fl (N : 80,0-100,0), HER
27,8pg ( N : 26,0-34,0), KHER 33,4Gg/dl (N : 32,0-36,0), RDW
16,8% (N : 11,5-14,5) , SGOT 26u/l (N : 0-34) , SGPT 19U/l (N : 0-
40) , Ureum darah 19Mg/dl (N : 20-40), kreatinin darah 0,5Mg/dl
(N : 0,6-1,5) , glukosa darah sewaktu 74Mg/dl (N : 70-140), pH 7,35
(N:7,370-7,440),PCO2 67,2mmHg (N:35,0-45,0), PO2 146,3mmHg
(83,0-108,0), BP 760,0mmHg, HCO 339,0mmol/L (N : 21,0-
28,0),Saturasi O2 98,7% (N:95,0-99,0), BE 10,8 mmol/L (N : -2,5
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
39/83
2,5), total CO2 41,1Mmol/L (N : 19,0-24,0), natrium 136Mmol/L
(N:135-147), Kalium 2,75Mmol/L (N : 3,10-5,10), Klorida 91
Mmol/L(N : 95-108).
Pada tanggal 23 Maret 2016 Hasil pemeriksaan BTA nanah lendir pada
pagi hari positif, nanah lendir sewaktu hasilnya positif , pemeriksaan
nanah lendir pagi negatif. Pemeriksaan biakan mikoorganisme
menggunakan bahan sputum dengan hasil pembiakan Acinetobacter
baumanii yaitu suatu bakteri gram-negatif yang dapat menyebabkan
infeksi nosokomial pada manusia, bakteri ini resisten terhadap
antibiotik. Pemeriksaan mikroskopik : sel epitel 3-5 , leukosit 18-24
ribu/ul .
Pemeriksaan radiologi pada tanggal 28 mei 2016 didapatkan hasil
kesimpulan Fibroinfiltrat di lapangan atas kedua paru dan infiltrat di
kedua paru yang tervisualisasi tampak perselubungan. Pemeriksaan
USG Thorak pada tanggal 31 mei 2016 kesimpulan USG Thorax
bilateral. Paru kanan terdapat efusi pleura berseptasi, tidak diberi
marker . Paru kiri tidak tampak efusi pleura .
Penatalaksanaan medis yang diberikan pada klien yaitu terapi cairan
Nacl 0,9% 500cc + KCl 25 mEq/12 jam 14 tpm, Dextrose 5% + 2 ml
Bricasma 50cc/24 jam on siringe pump 2cc/jam. Klien mendapat terapi
diet TKTP 1700 kalori/hari. Terapi farmakologis yang didapatkan oleh
Tn.A yaitu Ambroxol 3 x 30 mg PO (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00)
, Salbutamol 3 x 2 mg PO (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00) , KSR 2 x
600 mg PO ( jam 07.00, jam 18.00), Rifampisin 1 x 450 mg PO ( jam
06.00 ) , INH 1 x 300 mg PO ( jam 06.00 ), Metilprednison 2 x 62,5
mg via IV bolus (jam 10.00, jam 22.00), Ranitidin 2 x 1 mg IV (jam
10.00, jam 22.00), Levofloxacin 1 x 750 mg IV (jam 10.00) , terapi
inhalasi Barotec : Bisolvon : Nacl 0,9% ( 1 cc : 1 cc : 1 cc) setiap
3x/hari (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00) selama 15 menit.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
40/83
B. Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada
Tn.A tanggal 30 mei 2016 1 juni 2016 dapat dirumuskan 3 masalah
keperawatan, berikut ini penulis uraikan sesuai dengan prioritas
masalah pasien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan pola pernafasan dan gangguan pertukaran gas.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
menumpuknya sekret
Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah sebagai berikut
Data subjektif : Klien mengeluh batuk dahak, kental, berwarna
kuning. Data Objektif : Sputum kental berwarna putih
kekuningan, klien terlihat lemah, klien tidak bisa melakukan batuk
efektif.
Berdasarkan diagnosa tersebut maka dibuat perencanaan
keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi sebagai
berikut : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam klien akan menunjukan jalan nafas yang efektif.
Kriteria hasil : RR 16-20 x/menit, suara nafas vesikuler, dapat
melakukan tarik nafas dalam dan batuk efektif, sekret berkurang
atau tidak ada. Intervensi dengan tindakan mandiri observasi
frekuensi nafas, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu nafas,
suara nafas, lakukan ausukultasi suara paru, ajarkan tarik nafas
dalam dan batuk efektif, beri cairan 1500 ml/hari (air hangat).
Intervensi dengan tindakan kolaborasi Beri obat ambroxol 30
mg sesuai dosis, Periksa BTA, Beri nebulizer bisolvon dan barotec
3x/hari. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan dari
tanggal 30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu mengobservasi frekuensi
nafas, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu nafas, suara nafas,
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
41/83
melakukan auskultasi suara paru, mengajarkan tarik nafas dalam
dan batuk efektif, berkolabirasi dalam pemberian obat ambroxol 30
mg sesuai dosis, melakukan pemeriksaan BTA, berkolaborasi
dalam pemberian terapi nebulizer dengan bisolvon dan barotec
3x/hari. Evaluasi Keperawatan dari tanggal 30/05/16-01/06/16
yaitu data subjektif : Klien mengatakan masih batuk dan sudah
bisa mengeluarkan dahaknya dan data objektif batuk (+) sekret
(+), klien mampu batuk efektif . Analisa : masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi sehingga
planning : Lanjutkan intervensi diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas .
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
Data yang mendukung diagnosa tersebut yaitu data subjektif :
Klien mengatakan sesak jika banyak bergerak atau merubah posisi
dan data objektif : RR : 28x/menit, irama teratur, nafas dangkal,
pola napas dypsnea, tachypnea, menggunakan otot bantu
pernafasan, taktil fremitus pada paru kiri lebih jelas getarannya
dibanding dengan paru kanan, posisi saat dilakukan pengkajian
ortopneu .
Berdasarkan diagnosa tersebut maka dibuat perencanaan
keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi sebagai
berikut : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam klien akan menunjukan pola nafas yang efektif.
Kriteria hasil : RR 16-20 X/menit, sesak nafas klien berkurang
atau tidak ada, klien mampu nafas dalam dan batuk efektif, nyaman
dengan posisinya . Intervensi mandiri: observasi pola pernafasan,
irama pernafasan, beri posisi fowler atau semifowler, anjurkan
klien untuk nafas dalam dan batuk efektif. Intervensi kolaborasi:
Beri therapi oksigen tambahan nasal kanul 4lpm, Beri obat
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
42/83
bricasma 1 ml dan D5% . Implementasi keperawatanyang telah
dilakukan dari tanggal 30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu
mengobservasi pola pernafasan, irama pernafasan, memberi posisi
fowler atau semifowler, menganjurkan klien untuk nafas dalam dan
batuk efektif, berkolaborasi dalam pemberian therapi oksigen
tambahan nasal kanul 4lpm, berkolaborasi dalam pemberian obat
bricasma 1 ml dan D5%. Evaluasi keperawatan dari tanggal
30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu data subjektif : klien mengatakan
sesak kadang timbul atau bahkan berkurang dan data objektif :
pernafasan 25x/menit , irama teratur, nafas dangkal, dyspnea(-),
tacypnea(-). Analisa : Masalah ketidakefektipan pola pernafasan
belum teratasi sehingga planning : Lanjutkan intervensi
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah sebagai berikut
Data subjektif : Klien mengatakan sesak. Data Objektif :
klien terlihat lemah, TD : 123/88 mmHg, RR : 28x/menit, N :
107x/menit, S :36C SaO2: 100% , hasil Analisa Gas Darah pH
: 7,304, PCO2 : 83,2, HCO3 : 40,4 .
Berdasarkan diagnosa tersebut maka di buat perencanaan
keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi
sebagai berikut : Tujuan : Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pertukaran gas
klien tidak terganggu. Kriteria hasil : peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang adekuat, mampu batuk efektif dan suara
napas yang bersih, mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, AGD dalam batas normal. Intervensi
mandiri : observasi kedalaman, irama nafas, penggunaan otot
bantu tambahan,observasi suara napas, observasi pola napas,
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
43/83
auskultasi suara napas. Intervensi kolaborasi : pemeriksaan
darah arteri. Implementasi keperawatan : mengobservasi
kedalaman, irama nafas, penggunaan otot bantu tambahan,
mengobservasi suara napas, mengobservasi pola napas,
mengauskultasi suara napas, melakukan pemeriksaan AGD .
Evaluasi keperawatan dari tanggal 30/05/16-01/06/16 yaitu
data subjektif : Sesak kadang timbul atau bahkan berkurang
dan data objektif :pernafasan 25x/menit , irama teratur, nafas
dangkal, dyspnea(-), tacypnea (-), pemeriksaan AGD PCO2
65,6 mmHg, HCO3 37,8mmol/L Analisa : Masalah
ketidakefektipan pola pernafasan belum teratasi sehingga
planning : Lanjutkan intervensi diagnosa gangguan pertukaran
gas dan Evaluasi keperawatandari tanggal 30/05/16-01/06/16
yaitu data subjektif : klien mengatakan sesak kadang timbul
atau bahkan berkurang dan data objektif : TD: 90/60 mmHg,
N: 90x/menit , pernafasan 28x/menit , Hasil analisa gas darah
Ph : 7,379 , PCO2 : 65,6 mmol, HCO3 : 37,8 mmol . Analisa :
masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi planning :
Lanjutkan intervensi : pantau pemeriksaan AGD.
BAB IV
PEMBAHASAN
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
44/83
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru
dengan membandingkan teori dengan fakta yang di dapatkan mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan,
serta menguraikan persamaan yang ditemukan dan rasionalnya.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan langkah utama dari proses keperawatan.
Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian adalah mengumpulkan data,
memvalidasi data, mengorganisasi data dan mencatat data yang diperoleh
Dinarti et al (2009, h.79). Data pengkajian dapat diperoleh melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Sumber data adalah pasien, keluarga,
perawat ruangan dan rekam medik.
Adapun fokus pengkajian yang dibahas pada bab ini adalah :
1.
Keluhan batuk berdahak
Klien mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih kekuningan. Batuk yang di
alami klien sudah lebih dari 3 minggu karena sebelum dirawat klien sudah
sering batuk-batuk. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh somantri
(2009, h.69) bahwa pasien TB paru akan mengalami gejala batuk berdahak
lebih dari 3 minggu.
Batuk berdahak pada penderita tuberculosis disebabkan karena terjadinya
iritasi pada bronkus sehingga merangsang untuk terjadinya batuk dan
mengeluarkan produksi radang (sputum), disamping itu batuk dengan sputum
menunjukan bahwa saluran pernafasan mengalami infeksi dari virus yang
masuk ke dalam tubuh. Bila dikeluarkan dahak akan keluar banyak, kental dan
biasanya berwarna agak kekuningan atau kehijauan.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
45/83
2. Keluhan sesak nafas
Klien mengeluhkan sesak nafas yang semakin memberat 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Sesak akan semakin memberat saat klien beraktifitas.
Davey (2006) menyebutkan bahwa salah satu komplikasi dari TB Paru yaitu
efusi pleura. Efusi pleura yaitu terkumpulnya cairan pada rongga pleura yang
salah satu gejalanya yaitu menunjukan adanya sesak nafas.
Sesak muncul karena terjadinya komplikasi efusi pleura dari tuberkulosis .
Gejala ini muncul karena infeksi pada saluran pernafasan disertai dengan
adanya penumpukan cairan, jika di biarkan saja volume cairan akan bertambah
yang menyebabkan udara tidak bisa masuk hingga dasar paru-paru karena
tertahan cairan sehingga pasien mengalami sulit bernapas. Penumpukan cairan
juga dapat menutup jalan nafas sehingga suply oksigen ke paru-paru
berkurang hal inilah yang menimbulkan terjadinya sesak. Berdasarkan hasil
pemeriksaan AGD pada tanggal 30 mei 2016 hasil pH : 7,304, PaCO2 :
83,2mmHg dan HCO3 40,4 mmol/L berdasarkan hasil tersebut menunjukanadanya asidosis respiratorik yaitu keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukankarbondioksidadalam darah sebagai akibat dari fungsi paru paru
yang buruk atau pernapasan yang lambat.
3. Keluhan Penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan mual
Pada saat melakukan pengkajian klien mengatakan bahwa berat badan saat ini
46 kg, dan sebelum sakit berat badan klien 62 kg. Sebelum dibawa ke lantai 4
klien dilakukan pengukuran berat badan di IGD RS Fatmawati dan tinggi
badan klien 160 cm. Klien mengalami penurunan berat badan 16 kg, dan saat
dirumah memang nafsu makan klien jadi menurun ditambah klien mengalami
mual dan muntah.
Menurut Doengoes (2012, h.240) mengemukakan bahwa pada pasien dengan
tuberkulosis akan mengalami penurunan berat badan, nafsu makan berkurang
, tidak dapat mencerna, sedangkan hasil penelitian Tambunan (2016, h.232)
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
46/83
mengatakan bahwa manifestasi klinis pada penderita TB yaitu status nutrisi
buruk, anoreksia, penurunan berat badan, IMT rendah, dan kadar albumin
rendah. Menurut Djojodibroto (2009) bahwa seseorang yang mengalami
tuberkulosis selalu menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat
badan (weight loss). Involuntary weight loss adalah turunnya berat badan
sebanyak 5% dari berat badan awal dalam waktu selama 6 bulan .
Penurunan berat badan hal ini terjadi karena klien sering batuk-batuk yang
menyebabkan klien mual,muntah dan tidak nafsu makan sehingga asupan
nutrisi klien tidak adekuat yang menyebabkan kondisi klien mengalami
kelemahan dan terjadi penurunan berat badan, dibuktikan dengan hasil IMT
yang rendah diperoleh nilai yaitu 17,9 analisanya berat badan klien kurang.
Didukung dengan hasil laboratorium pada tanggal 28/05/2016 yaitu
hemoglobin hasilnya 12,2 g/dL (N : 13,2-17,3) menunjukan kadar Hb kurang
dari normal. Data ini menunjukan bahwa penderita tuberkulosis paru akan
mengalami masalah nutrisi.
4.
Riwayat putus obat
Istri klien mengatakan bahwa Tn.A mengalami putus obat selama 2 minggu,
karena klien mengeluh gatal-gatal. Saat penulis menanyakan nama obatnya
klien lupa dengan nama obatnya.
Bagiana (2010) menyatakan bahwa putus obat yang dialami oleh penderita
tuberkulosis diakibatkan karena efek samping yang ditimbulkan yaitu maslah
pencernaan, gatal-gatal pada kulit.
Pada kasus yang dialami oleh Tn.A seharusnya tidak bisa dibiarkan karena
penderita TB paru yang malas minum obat atau putus obat sebelum
penyakitnya sembuh, maka kemungkinan penyakit akan berubah menjadi
lebih berbahaya yang dikenal sebagai MDR -TB(Multiple drug resistenc
Tuberculosis). MDR-TB bisa terjadi dikarenakanMycobacterium tuberculosa
menjadi resisten atau kebal terhadap OAT yang biasa.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
47/83
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang di
rumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia (Dinarti 2009). Menurut
Doengoes (2012) diagnosa yang ditemukan pada Tuberkulosis paru ada 5
diagnosa keperawatan yaitu: (1) Resiko penyebaran infeksi (2)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (3) Kerusakan pertukaran gas (4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, (5) Kurang pengetahuan . Dari
5 diagnosa keperawatan yang ada di dalam teori, penulis mengambil 3
diagnosa yang sesuai dengan teori dan 2 diagnosa yang tidak penulis temukan
di teori.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
akumulasi sekret
Definisi : suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman
yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk efektif (Carpenito moyet, 2007 h.381).Karakteristik mayor : batuk tak efektif, ketidakmampuan mengeluarkan
sekresi jalan napas dan karakteristik minor : bunyi napas abnormal,
frekuensi, irama, kedalaman abnormal. Yang terdapat pada Tn.A yaitu klien
tidak mampu melakukan batuk efektif, sputum kental berwarna kuning, bunyi
nafas weezing di apeks posterior sinistra dan dextra, RR 28X/m, irama teratur,
kedalaman dangkal.
2.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
Definisi : keadaan ketika seseorang individu mengalami kehilangan ventilasi
yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan (Carpenito 2007, h.383). diagnosa ini tidak diambil dari teori,
penulis memilih ini sebagai diagnosa ke dua karena melihat data yang
mendukung . Karakteristik mayor : perubahan dalam frekuensi atau pola
pernafasan, perubahan pada nadi (frekuensi, irama,kualitas) dan karakteristik
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
48/83
minor : ortopnea, takipnea, hiperpnea, hiperventilasi). Yang ditemukan pada
Tn.A yaitu pola pernafasan tachypnea, Nadi 107x/m, RR : 28X/m, posisi
ortopnea, menggunakan otot bantu pernafasan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Definisi : keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan jalannya gas
(oksigen dan karbondioksida) yang aktual (atau dapat mengalami potensial)
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Karakteristik mayor: dispnea
saat melakukan aktifitas dan karakteristik minor : cenderung mengambil
posisi 3 titik(duduk, 1 tangan pada setiap lutut, condong ke depan), bernapas
dengan bibir dengan fase ekspirasi yang lama, letargi dan keletihan,
penurunan oksigen, penururunan saturasi oksigen, peningkatan PaCO2,
sianosis. Yang terdapat pada Tn.A yaitu adanya sesak jika berbicara, posisi
ortopnea, klien lemah, saturasi O2 100%, pH 7,304, PaCO2 8,32 mmHg,
HCO3 40,4mmol/L.
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang diharakan
dari klien untuk membantu klien dalam mencapai hasil yang diharapkan
(Doengoes et all 2000, h.10). Menurut Dinarti (2009) implementasi
keperawatan adalah proses keperawatan terdiri yang terdiri dari rangkaian
aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan di
dokumentasikan secara cermat.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
akumulasi sekret
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
49/83
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut
maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan
utama klien yaitu : mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif,
mengauskultasi paru, berkolaborasi dalam pemberian obat ambroxol sesuai
dosis, memeriksa sputum BTA, beri inhalasi nebulizer dengan bisolvon dan
barotec.
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui letak penumpukan sekret sehingga
bisa dilakukan perencanaan berikutnya yaitu mengajarkan tekhnik nafas dalam
dan batuk efektif karena dapat membuka ventilasi maksimal sehingga dapat
membuka jalan nafas dan batuk yang efektif dapat memudahkan pengeluaran
sekret yang menempelm dijalan nafas, dilakukanpemeriksaan BTA untuk
mengetahui adanya infeksi dari kuman . terapi Ambrxol bekerja dengan cara
memecah serat asam mukopolisakarida yang membuat dahak lebih encer dan
mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah
pengeluaran lendir pada saat batuk(Farmasiana.com).
Intervensi kolaborasi kedua yang dilakukan yaitu melakukan terapi inhalasi
dengan bisolvon dan barotec (1 : 1), Bromhexine memiliki efek sekretolitik
dan sekretomotor pada daerah saluran bronkus, yang dapat mempermudah
pengeluaran dahak dan batuk. Bekerja sebagai mukolitik untuk meredakan
batuk berdahak. Indikasi dari berotec yaitu sebagai terapi simtomatik asma
bronkhial dan kondisi lain yang disertai dengan penyempitan saluran
pernafasan yang bersifat reversibel.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut
maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan
utama klien yaitu : Dengan memberikan klien posisi semifowler bertujuan
untuk mengurangi resiko stasis sekresi pulmonar dan mengurangi sekresi
dinding dada, Intervensi lain yaitu memberikan terapi oksigenasi nasal kanul
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
50/83
4lpm, manfaatnya untuk membantu menurunkan kerja nafas , dan
meningkatkan laju pernafasan klien . Intervensi kolaborasi yaitu memberikan
obat bricasma 1 ml dan salbutamol 2 mg . bricasma yaitu diindikasikan untuk
asma bronkial, bronkial, bronkitis kroonik, emfisema, penyakit paru lain.
Salbutamol merupakan obat yang menimbulkan relaksasi bronkus, maka
salbutamol dapat digunakan dengan efektif untuk mengatasi gejala sesak
napas yang timbul akibat adanya penyempitan bronkus seperti pada penyakit
asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema paru, baik untuk penggunaan
akut maupun kronik.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut
maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan
utama klien yaitu : auskultasi suara nafas, observasi pola napas, anjurkan
untuk tirah baring , pantau hasil AGD untuk mengetahui kadar PCO2 yg
abnormal, beri terapi oksigen nasal kanul 4lpm. manfaatnya untuk membantu
menurunkan kerja nafas
4. Fokus perencanaan keperawatan untuk mengatasi keluhan mual pada Tn.A
Yaitu dengan menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering . memberikan
makan dalam jumlah sedikit tapi sering tidak menjadi stimulus timbulnya
mual pada pasien, sehingga asupan klien tetap adekuat. Kolaborasi dalam
pemberian ranitidin 1 mg , untuk menteralisir ketorolac yang menimbulkan
efek samping mual .
5.
Fokus perencanaan keperawatan yaitu riwayat putus obat
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
51/83
Saat seseorang yang mengalami tuberkulosis paru lalu putus obat ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya putus obat yaitu komunikasi
yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien menentukan keberhasilan
pengobatan. Adapun perencanaan yang bisa dilakukan yaitu pemantauan ketat
guna memastikan efek samping OAT, dukungan psikososial merupakan
komponen tata laksana efek samping. Di sinilah peran terpenting tenaga
sukarela (PMO), yakni memberikan edukasi dan semangat kepaa pasien untuk
terusmelanjutkan pengobatan, bilaperlu mengadakan pertemuan kelompok
pendukung ini merupakan salah satu bentuk dukungan psikososial bagi pasien.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan didokumentasikan sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah dibuat, dan untuk evaluasi yaitu meliputi data subjektif (S),
Objektif (O), analisa permasahlahan (A), klien berdasarkan S dan O, serta
perencanaan ulang (P) dari setiap diagnosa keperawatan.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Pada saat pengkajian keperawatan klien mengatakan batuk berdahak ,
berwarna putih kekuningan, konsistensi kental, dahak yang dikeluarrkan
tidak bisa diukur. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam batuk klien masih berdahak dan dahak bisa dikeluarkan.
2.
Ketidakefektifan pola nafas
Pada saat pengkajian klien mengeluh sesak napas, nafas dirasakan
memberat saat klien merubah posisi atau berbicara. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam klien mengatakan sesak kadang
timbul atau bahkan berkurang. Dibuktikan dengan hasil 25x/menit, irama
teratur, nafas dangkal, dyspnea (-), tacypnea (-) .
3. Ketidakseimbangan nutrisi
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
52/83
Pada saat pengkajian klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mengatakan
nafsu makan baik dan mual sudah tidak ada. Klien juga menghabiskan
makannya, mual tidak ada.
4.
Riwayat putus obat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam klien mengatakan
selama dirumah sakit ataupun dirumah klien akan fokus terhadap
pengobatannya, karena klien mempunyai keinginan untuk bisa sembuh
kembali karena adanya dukungan istri dan anak yang membuat klien
menjadi termotivasi.
BAB V
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
53/83
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas secara rinci kesimpulan Setelah
dilakukan asuhan keperawatan sejak tanggal 30 mei 2016 sampai 1 juni 2016
didapatkan data pengkajian klien dirawat mulai dari tanggal 28 mei 2016 dengan
diagnosa medis Efusi Pleura e.c Tuberkulosis paru. Pembahasan pada bab ini
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
A. Kesimpulan
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 30 mei 2016 , penulis
melakukan pengkajian dengan metode pemeriksaan fisik terhadap klien, dan
metode wawancara terhadap klien dan keluarga klien, perawat ruangan dan
data rekam medik klien. Dari data hasil pengkajian didapatkan data klien
mengeluh sesak, batuk berdahak, terasa lemah, saat dilakukan pemeriksaan
fisik didapatkan data kesadaran compos mentis, tekanan darah 123/88 mmHg,
nadi 107x/menit, irama ireguler, nadi teraba kuat dan suhu klien 36C,
pernafasan 28x/menit, saturasi O2 100%. Jalan nafas ada sumbatan, warna
kulit kecokelatan, area kulit tidak ada jejas, ada luka post pemasangan selang
WSD di ICS 5-6, pengembangan dinding dada asimetris, bentuk dada normal,
menggunakan otot bantu pernapasan, frekuensi 28x/menit, irama teratur,
kedalaman dangkal, batuk mengeluarkan sekret warna putih kekuuningan
konsistensi kental, klien menggunakan therapi oksigen nasal kanul 4 lpm. Saat
dipalpasi kulit teraba hangat, tidak ada nyeri tekan saat di palpasi, taktil
fremitus paru bagian kiri lebih bergetar di banding paru sebelah kanan di
posterior. Saat di perkusi terdapat bunyi resonan di kedua lapang paru anterior
dan posterior, tidak ada nyeri ketok. Saat di auskultasi terdengar bunyi
wheezing di paru kanankiri posterior.
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
54/83
Berdasrkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.A dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sebanyak 3 diagnosa prioritas yaitu : (1) Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret (2) Ketidakefektifan pola
napas berhubungan penurunan ekspansi paru (3) Gangguan pertukaran gas
berhubungan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Perencanaan keperawatan yang disusun untuk setiap masalah keperawatan pada
Tn.A disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien sehingga disusun intervensi
keperawatan dari ke tiga diagnosa ini adalah : Kaji fungsi pernafasan bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesoris, Catat kemampuan
dalam mengeluarkan mukosa/batuk, jumlah sputum, adanya hemoptisis, Beri
pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam dan
batuk efektif, bersihkan sekret dari mulut dan trakea, kolaborasi dalam
memberikan obat-obat sesuai indikasi, periksa BTA, Observasi pola pernafasan,
beri therapi oksigen tambahan(nasal kanul 4lpm), untuk membantu menurunkan
kerja nafas, dan meningkatkan nafas klien, beri obat bricasma 1 ml dan D5% ,
observasi tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, anjurkan bernapas bibirselama ekspirasi , tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas , kolaborasi dengan ahli
laboratorium untuk periksa AGD.
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah di buat dan disesuaikan dengan kondisi Tn.A . intervensi
mandiri semuanya dapat dilakukan dan untuk intervensi kolaborasi ada beberapa
yang belum dilakukan seperti kolaborasi dalam pemeriksaan BTA , dan
pemeriksaan Hemoglobin, karena belum ada program dari dokter untuk
dilakukannya tindakan tersebut . pemberian KCL sudah tidak diberikan pada
tanggal 31/5/2016.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan sampai dengan tanggal 1 juni 2016 dari 5
diagnosa yang dirumuskan, belum ada masalah yang teratasi.
B.
Saran
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
55/83
Selama melaksanakan asuhan keperawatan dari tanggal 30 mei 2016 sampai
dengan 1 juni 2016 , ada beberapa saran yang dapat ingin penulis sampaikan
untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang akan datang, yaitu :
1.
Untuk Institusi Poltekkes Jakarta 1 khusunya Jurusan Keperawatan agar
tetap menjadi unggulan dengan staf pengajar yang baik dan kompeten
dalam memberikan pendidikan supaya menjadikan mahasiswa/i yang cerdas
dan berkualitas.
2. Untuk Institusi Poltekkes Jakarta 1 diharapkan melakukan pengembangan
kepustakaan agar mahasiswa/i lebih banyak mendapatkan sumber referensi
terbaru dalam memenuhi penulisan laporan karya tulis ilmiah.
3. Untuk RSUP Fatmawati untuk terus mempertahankan dan mengembangkan
kinerja, kekompakan serta caring kepada pasien dalam melakukan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
56/83
Carpenito, L.J. Dan Moyet.(2007) Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Ed.10.Jakarta:EGC
Corwin, J.E.(2009)Buku Saku Patofisiologi, Ed.3.Jakarta: EGC.
Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni, H., Chairani, R.(2009) Dokumentasi Keperawatan,
Jakarta : TIM.
Doengoes, M.E. dan Moorhouse, M.F dan Geissler, A.C. (2012) Rencana Asuhan
Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC.
Instalasi rekam Medis dan Pusat Data Informasi Umum Rumah Sakit
Fatmawati.(2015) Laporan 10 besar Penyakit Rawat Inap RSUP
Fatmawati SMF Paru, Jakarta . RSUP Fatmawati
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006) Analisis Cairan Pleura ,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia [online], melalui
http://www.klikparu.com/2013/07/html [di akses pada tanggal 29 Juni
2016]
Muttaqin, A. (2008) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta:Salemba Medika.
Nurarif, A.H Dan Kusuma, H. (2015)Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA-NIC-NOC Panduan Penyusunan Asuhan
Keperawatan Profesional 2015 Jilid 3, Yogyakarta: Mediaction Jogja.
http://www.klikparu.com/2013/07/http://www.klikparu.com/2013/07/http://www.klikparu.com/2013/07/7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
57/83
Somantri, I. (2012) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta: Salemba Medika.
Sylvia, A.P Dan Mary, P.S.(2012) Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses
penyakit, Jakarta : EGC.
Departemen Kementrian Kesehatan RI (2007) Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, ed 9. [online] melalui digilib.unimus.com [di akses pada
tanggal 13 Juni 2016]
Khairani. R, Syahruddin E, Partakusuma, L.G.2012 Karakteristik Efusi Pleura di
Rumah Sakit Persahabatan. Melalui Jurnalrespirologi.org [di akses
pada tanggal 28 Juni 2016]
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur : Tn.A/55 tahun No. Register : 01440049
Ruangan/No.Kamar : HCU Isolasi 427.A
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
58/83
No. Data Etiologi Masalah
Dx 1 DS:
-
Klien mengeluh batukbatuk
- Dahak kental berwarna putih
kekuningan
DO:
- Keadaan umum : sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- TTV : TD : 123/88 mmHg
N : 107 X/menit
RR : 28 X/menitS : 36C
SaO2 : 100%
- Sputum kental berwana putih
kekuningan
- Klien terlihat lemah
- Klien tidak mampu melakukan
batuk efektif
- Inspeksi :tidak ada jejas, luka
post WSD di ICS 5-6
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
taktil fremitus pada lapang paru
kiri lebih jelas getarannya
dibanding lapang paru kanan,
pengembangan paru 2 cm
- Perkusi : bunyi resonan di
lapang paru
- Auskultasi : saat diauskultasi
terdengar bunyi weezing di
apeks posterior
Penumpukan sekret Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Dx.2 DS :
- Klien mengatakan sesak nafas
DO :
- RR : 28x/menit, irama teratur,
nafas dangkal
- Pola napas dipsnea, tachypnea
-
Menggunakan otot bantu
Penurunan ekspansi
paru
Ketidakefektifan pola
pernafasan
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
59/83
pernafasan
- Taktil fremitus pada paru kiri
lebih jelas getarannya dibanding
dengan paru kanan
- Posisi ortopnea
Dx.3 DS :
- Klien mengatakan lemas
- Kepala terasa pusing
- Klien mengeluh sesak
DO :
-
Klien terlihat lemah- RR : 28x/menit, irama teratur,
nafas dangkal
- Pola napas tachypnea
- Menggunakan otot bantu
pernafasan
- Hasil AGD :
Ph : 7,35 (N : 7,370-7,440)
PCO2 : 67,2(N :35,0-45,0
PO2 : 146,3(N:83,0-108,0)HCO3 : 39,0 (N: 21,0-28,0)
Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
Gangguan pertukaran
gas
Dx.4 DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan, mual
- Klien hanya menghabiskan
makan porsi
DO :
- Klien terlihat lemah
Antropometri
- TB : 160 cm
BB sebelum sakit 62 kg
BB saat ini 46 kg
Penurunan BB 16 kg
BBI 54-60
IMT : 17,9 (Gizi kurang)
Biochemical
-
Hemoglobin 12.2 g/dl (N :13,2-
Penurunan asupan
oral :
ketidaknyamanan
mulut (mual )
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
60/83
17,3)
Clinical Sign
-
Konjungtiva anemis
- Sklera anikterik
- Klien terlihat kurus
- Mukosa mulut kering
- Diit : TKTP 1700 Kalori
Dx.5 DS :
- Klien mengatakan sesak makin
memberat jika banyak bergerak
atau merubah posisiDO :
- Klien terlihat sesak
- Posisi klien orthopnea
- Aktifitasnya dibantu oleh
perawat dan keluarga
- Klien membatasi pergerakan
- Kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Kelemahan umum Intoleransi aktifitas
Dx.6 DS :
- Klien mengatakan batuknya
berdahak
- Klien pernah dirawat di RS 3
bulan yang lalu karena batuk
batuk
DO :
- Jika batuk klien menutup
mulutnya
- Klien membuang dahaknya ke
tempat yang tertutup
- Klien terlihat lemah
- Klien konsumsi OAT (INH dan
Rifampicin)
-
Klien pernah putus obat >2
Pertahanan primer
tidak adekuat
Resiko penyebaran
infeksi
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
61/83
bulan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien/ Umur : Tn. A / 55tahun No. Register : 01440049
Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427 A
No. Dx Diagnosa Keperawatan TanggalDitemukan
TanggalTeratasi
Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b.d penumpukan sekret
Ketidakefektifan pola pernafasan b.d
Penurunan ekspansi paru
Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakefektifan perfusi ventilasi
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d Penurunan asupan
oral : ketidaknyamanan mulut (mual )
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
umum
Resiko penyebaran infeksi b.d
pertahanan primer tidak adekuat
30/05/2016
30/05/2016
30/05/2016
30/05/2016
30/05/2016
30/05/2016
-
-
-
01/06/2016
-
01/06/2016
Ela Ameliawati
Ela Ameliawati
Ela Ameliawati
Ela Ameliawati
Ela Ameliawati
Ela Ameliawati
INTERVENSI KEPERAWATAN
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
62/83
Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049
Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A
Tanggal No.Dx
Tujuan dan KriteriaHasil
Rencana TindakanDan Rasional
Paraf
30 Mei
2016
1 Tujuan :
Setelah dilakukantindakan
keperawatan selam
3 x 24 jam klien
akan menunjukanjalan nafas yang
efektif
Kriteria hasil :
-
RR 16-20 x/menit- Suara nafas
vesikuler
- Dapat melakukantarik nafas dalam
dan batuk efektif- Sekret berkurang
atau tidak ada
Mandiri :
1. Menghitung frekuensi nafasR/: Peningkatan RR terjadi karena
akumulasi sekret berlebih
2. Monitor irama , kedalaman,
penggunaan otot bantu nafas , suaranafas
R/: Takipnea, pernapasan dangkal,adanya ronchi menunjukan akumulasi
sekret dan gerakan dinding dada tidak
simetris terjadi karenaketidaknyamanan gerakan dada
3. Mengausukultasi suara paru
R/: pada saat inspirasi dan ekspirasiterdengar suara crekles, ronchi,weezing
menandakan adanya pengumpulansekret/cairan
4. Ajarkan tarik nafas dalam dan batukefektif
R/: Untuk memudahkan ekspansi paru
dan mekanisme pembersihan jalan
nafas5. Beri cairan 1500 ml/hari (air hangat)
R/: cairan hangat dapat membantumemobilisasi untuk mengeluarkan
sekretKolaborasi :
1. Beri ambroxol 30 mg sesuai dosis
R/: untuk membantu mengencerkan
dahak2. Monitor hasil pemeriksaan BTA
R /: Mengetahui kemajuan penyakit3. Lakukan nebulizer dengan mukolitik
R/: Bekerja dengan cara memecahikatan kimia mukoprotein dan
mukopolisakarida pada dahak sehingga
dahak menjadi lebih encer dan tidaklengket, hal ini kemudian akanmempermudah pengeluaran dahak dari
saluran napas
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
INTERVENSI KEPERAWATAN
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
63/83
Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049
Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A
Tanggal No.Dx
Tujuan dan KriteriaHasil
Rencana TindakanDan Rasional
Paraf
30 Mei
2016
2 Tujuan :
Setelah dilakukantindakan
keperawatan selam
3 x 24 jam klien
dapat menunjukanpola nafas yang
efektif
Kriteria hasil :
-
RR 16-20X/menit
- Sesak nafas klien
berkurang atautidak ada
- Klien mampunafas dalam dan
batuk efektif- Tidak
menggunakan
otot bantu
pernafasan
Mandiri :
1. Catat irama pernafasan
R/: nafas cepat menunjukan terjadinya
hipoksia
2. Monitor pola pernafasanR/: pola nafas menunjukan fungsi paru
3. Beri posisi fowler atau semifowlerR/: dapat memaksimalkan ekspansi
paru
4.
Anjurkan klien untuk nafas dalam danbatuk efektif
R/: untuk meningkatkan upaya
pernafasan
Kolaborasi :
1. Beri therapi oksigentambahan(nasal kanul )
R/: untuk membantu menurunkan
kerja nafas, dan meningkatkan
nafas klien2. Beri Bricasma 1 ml dan D5% 50cc
R/: untuk menghilangkan efekbronkhodilatasi
3. Beri salbutamol 2mgR/: untuk merelaksasi otot bronkus
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
Ela
INTERVENSI KEPERAWATAN
7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati
64/83
Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049
Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A
Tanggal No.
Dx
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan
Dan Rasional
Paraf
30 Mei
2016
3 Tujuan :Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selam
3 x 24 jamdiharapkan
gangguanpertukaran gas
dapat teratasi
denganKriteria hasil :
- Sesak
berkurang- Pola n