1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut HL Blum (1974) yang dikutip oleh Maimunah (2002, h. 3),
derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor-faktor tersebut,
lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keadaan lingkungan
yang tidak sehat dapat merugikan manusia, contohnya akibat dari pem-
buangan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Salah satu instansi yang
memproduksi sampah adalah rumah sakit.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkum-
pulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penu-
laran penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan. (KEPMENKES RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004)
Rumah sakit merupakan penghasil sampah terbersar. Salah satu sampah
yang berbahaya dari hasil kegiatan rumah sakit adalah sampah medis.
Sampah medis merupakan sarana medis habis pakai dan terbuang yang
telah digunakan sebagai alat bantu dalam upaya diagnosis dan pengobatan
melalui prosedur dan tindakan medis atau perawatan penderita, contohnya :
perban, kassa, plester, syringe/ jarum suntik, set infus/botol infus, kantong
darah, sarung tangan (Darmadi, 2008, h. 28)
Masalah sampah medis dapat dianggap sebagai mata rantai penye-
baran penyakit menular. Sampah medis dapat menjadi tempat berkembang-
biaknya organisme dan serangga serta tikus. Sampah bahan kimia beracun
2
dan benda tajam terkandung dalam sampah medis sehingga dapat menim-
bulkan gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dalam sampah dapat
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebarkan kuman penyakit
dan kontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes RI, 1992, h. 48)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soeselo Slawi Kabupaten
Tegal terletak di Jl. dr Soetomo No 63 Slawi Kabupaten Tegal dan meru-
pakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. Kapasitas
tempat tidur yang tersedia di rumah sakit ini sebanyak 330 tempat tidur
dengan prosentase BOR (Bad Ocupancy Rate) adalah 69% yang dapat
mempengaruhi timbulan sampah medis. Sampah medis yang dihasilkan per
hari 1,5m3. Letak insenerator dekat dengan permukiman dan persawahan
warga sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran akibat sampah medis
tersebut. Sampah medis yang dihasilkan dapat menimbulkan dampak negatif,
seperti gangguan kesehatan, gangguan estetika dan kenyamanan berupa
bau serta kesan kotor bagi karyawan, pasien, pengunjung, dan masyarakat
sekitar rumah sakit
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit
Dr. Soesilo Kabupaten Tegal Tahun 2012”.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi
Kabupaten Tegal?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sumber penimbulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal
b. Mengetahui berat dan volume sampah medis di RSUD Dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal
c. Mengetahui jenis sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabu-
paten Tegal
d. Mengetahui cara pewadahan sampah medis pada sumber timbulan
sampah di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Kabupaten Tegal
e. Mengetahui cara pengumpulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal
f. Mengetahui cara pengangkutan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal
g. Mengetahui pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis di
RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
h. Mengetahui faktor penunjang pengelolaan sampah medis di RSUD
Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
i. Menilai pelaksanaan pengelolaan sampah medis di RSUD Dr.
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi masukan dalam program penyehatan lingkungan
terutama dalam pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi
Kabupaten Tegal.
2. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksana-
kan program penyehatan lingkungan terutama upaya pengelolaan sam-
pah di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.
3. Bagi Almamater
Sebagai tambahan pustaka dalam bidang pengelolaan sampah te-
rutama pengelolaan sampah medis.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
No Nama Judul Penelitian
Nama Peneliti
Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
1. Studi Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Khusus Be-dah Jatiwinangun Purwokerto Kabu-paten Banyumas Tahun 2010
Gramelia Dwi Witriana
Penelitian Deskriptif
Volume rata-rata sam-pah non medis di Ru-mah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto Kabupaten Banyumas adalah 272, 02 liter dan sampah medis 59,42 liter, ter-masuk dalam kategori kurang baik dengan nilai prosentase untuk sampah non medis sebesar 55,17% dan sampah medis sebe-sar 48,30%.
2. Studi Sistem Pe-ngelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum Hidayah
Lilis Suryani
Penelitian Deskriptif
Volume rata-rata sam-pah medis di Rumah Sakit Umum Hidayah Kabupaten Banyumas
5
Kabupaten Banyumas Tahun 2010
adalah 65,69 liter dan sampah non medis 180 ,72liter, termasuk da-lam kategori cukup baik dengan nilai prosenta-se untuk sampah medis sebesar 72,5% dan non sampah medis sebesar 49,75%.
3. Studi Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit San-ta Maria Cilacap, Kabupaten Cilacap Tahun 2011
Agung Dwi Trisnanto
Penelitian Deskriptif
Volume rata-rata sam-pah medis di Rumah Sakit Santa Maria Cila-cap, Kabupaten Cila-cap adalah 66,6liter, termasuk dalam kate-gori cukup baik dengan nilai prosentase 62, 16%.
Perbedaan antara peneliti yang terdahulu adalah lokasi dan waktu
penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
Menurut Wikku Adisasmito (2008, h. 33)
“Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang menye-lenggarakan upaya kesehatan masyarakat, termasuk di da-lamnya upaya pencegahan penyakit mulai dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sampai perawatan intensif dan re-habilitasi orang sakit sampai ke tingkat penyembuhan op-timal.”
Menurut KEPMENKES Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
“Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan ter-jadinya pencemaran lingkungan dang gangguan kesehatan.”
B. Sampah Medis
1. Pengertian Sampah
Menurut Budiman Chandra (2007, h. 111), pengertian sampah
menurut WHO
“Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipa-kai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang bera-sal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendi-rinya.”
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah
“Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam berbentuk padat.”
7
2. Pengertian Sampah Medis
Menurut Depkes RI (1992, h. 67)
“Sampah medis adalah sampah yang berasal dari pelaya-nan medis, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis pe-nelitian, pengobatan, perawatan, atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya atau yang bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pe-ngamatan-pengamatan tertentu.”
Menurut KEPMENKES Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
“Sampah medis adalah sampah padat yang terdiri dari sampah infeksius, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah sitotoksis, sampah kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan, dan sampah dengan kandu-ngan logam berat yang tinggi.”
3. Jenis dan sumber sampah medis
a. Jenis sampah medis
Menurut Depkes RI (1992, h. 67-69) jenis-jenis sampah medis
berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya adalah :
1) Sampah benda tajam
Sampah benda tajam adalah alat yang memiliki sudut ta-
jam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit, seperti jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pi-
sau, peralatan infus, pecahan kaca, dan paku.
2) Sampah infeksius
Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengan-
dung pathogen (bakteri, virus, parasit atau jamur) dalam konsen-
trasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada
pejamu yang rentan. Contohnya kultur laboratorium, sampah dari
8
bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang tersentuh pa-
sien yang terinfeksi, eksreta. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 3)
3) Sampah jaringan tubuh
Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, da-
rah, dan cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan
atau autopsy.
4) Sampah sitotoksik
Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau
mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Contonhya : spuit,
jarum, ampul yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pem-
berian obat, obat-obatan yang kadaluwarsa, obat-obatan yang di-
kembalikan dari bangsal.
5) Sampah farmasi
Sampah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadalu-
warsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak meme-
nuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan
yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
dan obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang bersang-
kutan, serta sampah medis yang dihasilkan selama produksi obat-
obatan.
6) Sampah kimia
Sampah kimia yang dihasilkan dari penggunaan bahan ki-
mia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterili-
9
sasi, dan riset. Contohnya : botol, infus, jarum suntik, spuit yang
terkontaminasi.
7) Sampah radioaktif
Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi de-
ngan radioisotope yang berasal dari penggunaan sampah medis
atau riset radionukleida. Contohnya : sampah medis dengan ting-
kat radiasi yang rendah, misalnya : kertas pengisap, kapas, pera-
latan gelas, spuit, ampul.
b. Sumber sampah medis
Rumah Sakit merupakan penghasil sampah medis terbesar.
Berbagai sampah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelaya-
nan kesehatan dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan
bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani sam-
pah tersebut serta masyarakat yang ada disekitar rumah sakit. Sum-
ber sampah medis menurut Depkes (1992, 50) yaitu berasal dari :
1. Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric
Jenis sampah yang dihasilkan adalah dressing (pembalut/
pakaian), sponge (sepon/pengosok), placenta, ampul, termasuk
kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposa-
ble (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain
yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet dispo-
sable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), disposable
unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan
underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.
10
2. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan
Sampah yang dihasilkan meliputi dressing (pembalut/pa-
kaian), sponge (sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk am-
putasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat di-
buang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposa-
ble blood lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis, Levin
tubes (pembuluh), chateter (alat bedah), drainase set (alat penga-
liran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung be-
dah.
3. Unit laboratorium, kamar mayat, pathologi, dan autopsy
Jenis sampah yang dihasilkan gelas terkontaminasi, terma-
suk pipet petri dish, wadah specimen, slide spesimen (kaca/alat
sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang.
4. Unit isolasi
Jenis sampah yang dihasilkan yaitu bahan-bahan kertas
yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air
liur), dressing (pembalut/pakaian) dan bandages (perban), masker
disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perleng-
kapan makan.
5. Unit perawatan
Jenis sampah yang dihasilkan yaitu ampul, jarum disposa-
ble dan syringe (alat semprot).
4. Berat dan volume sampah medis
Berat dan volume sampah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit
sebagai dasar perencanaan pengelolaan selanjutnya merencanakan bia-
11
ya dan fasilitas yang diperlukan, misalnya : untuk menentukan jumlah dan
ukuran tempat sampah yang diperlukan dan sarana pengangkutan, besar-
nya insenerator yang akan dibuat. Untuk menentukan berat dan volume
sampah yang dihasilkan per harinya dengan cara pengukuran yang
menggunakan satuan kilogram dan liter.
C. Penggolongan Sampah Medis
Penggolongan sampah medis dalam kaitannya dengan pengelolaan
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Golongan A
Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah :
- Dressing bedah, swab dan semua sampah yang terkontaminasi dari
daerah ini.
- Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.
- Seluruh jaringan tubuh manusia baik terinfeksi maupun tidak, bang-
kai/jaringan hewan dari laboratorium dan lain-lain yang berkaitan de-
ngan swab dan dressing.
2. Golongan B
Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah syringe bekas,
jarum, pecahan gelas dll.
3. Golongan C
Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah sampah dari
ruang laboratorium dan postportum kecuali yang termasuk golongan A.
12
4. Golongan D
Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah sampah bahan
kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
5. Dolongan E
Termasuk golongan ini adalah pelapis badpan disposable, urinoir,
incontinencebed dan stamagbags. (Depkes RI 1992, h. 70)
D. Pengelolaan Sampah Medis
1. Penimbulan sampah medis
Timbulnya sampah merupakan awal dari adanya kegiatan di ru-
mah sakit yang menghasilkan sampah terutama sampah medis, biasanya
berasal dari unit obstetric dan ruang perawatan obstetric, unit emergency
dan bedah termasuk ruang perawatan, unit laboratorium, ruang mayat,
phatology dan autopsy, unit perawatan, dan unit Isolasi.
Tahap penimbulan meliputi : minimisasi, pemanfaatan kembali dan
daur ulang sampah medis, pemilahan sampah medis.
a. Minimisasi sampah medis
Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 61 & 62) pengurangan sig-
nifikan jumlah sampah medis yang berasal dari instansi layanan ke-
sehatan dan sarana penelitian dapat didukung melalui penerapan be-
berapa kebijakan dan praktik tertentu. Contoh kebijakan dan praktik
yang mendukung program minimisasi sampah medis adalah :
13
1) Pengurangan sumber
a) Mengurangi pembelian dengan cara menyeleksi persediaan
yang tidak banyak terbuang percuma atau tidak terlalu ber-
bahaya.
b) Menggunakan metode pembersihan secara fisik bukan kimia
(misalnya : desinfeksi tekanan uap bukan desinfeksi bahan ki-
mia).
c) Mencegah pemborosan produk, misalnya pada aktivitas pera-
watan dan pembersihan.
2) Tindakan pengelolaan dan pengendalian di rumah sakit
a) Pemusatan pembelian bahan kimia berbahaya.
b) Pantau peredaran bahan kimia baik di dalam fasilitas kese-
hatan, mulai dari penerimaan bahan baku sampai pembua-
ngan akhir sampah medis berbahaya.
3) Pengelolaan persediaan bahan kimia dan farmasi
a) Lakukan pemesanan dalam jumlah kecil secara berkala bukan
dalam jumlah besar tetapi sekaligus (sangat aplikatif terutama
untuk produk yang tidak stabil).
b) Gunakan dahulu produk dengan tanggal kedaluarsa yang
lebih dekat.
c) Gunakan atau habiskan dahulu semua isi yang ada dalam se-
tiap wadah.
d) Periksa dengan seksama tanggal kedaluarsa semua produk
saat penerimaan barang.
14
Minimisasi sampah medis biasanya menguntungkan produsen sam-
pah medis itu sendiri, yaitu : biaya yang dikeluarkan untuk bahan
pembelian bahan baku dan untuk pengolahan serta pembuangan
sampah medis menjadi berkurang sehingga pertanggunggugatan
yang berkaitan dengan pembuangan sampah medis berbahaya men-
jadi berkurang.
b. Pemanfaatan kembali dan daur ulang sampah medis
Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, sy-
ringes, botol gelas, dan kontainer. Alat-alat lain yang dapat dimanfa-
atkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang te-
lah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needles, atau
seeds (KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/2004)
c. Pemilahan sampah medis
Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibebankan pada
produsen sampah medis dan harus dilakukan sedekat mungkin de-
ngan tempat dihasilkannya sampah medis, kondisi yang telah terpilah
itu harus tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pe-
ngangkutan (A. Pruss, dkk, 2005, h. 64)
2. Pewadahan sampah medis
Setiap unit penghasil sampah hendaknya disediakan tempat pe-
wadahan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan
jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Wadah sampah medis
harus dilakukan pencucian setiap pengosongan sampah medis atau se-
belum tampak kotor, penggunaan kantong pelapis dapat mengurangi fre-
15
kuensi pencucian, kemudian didesinfeksi setelah pencucian lalu diperiksa
jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti (Depkes RI, 1992, h.
52 & 53)
Tempat pewadahan sampah medis harus sesuai dengan persya-
ratan yang telah ditetapkan dalam KEPMENKES RI No 1204/MENKES/-
SK/X/2004 yaitu :
1. Harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
2. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misal-
nya fiberglass.
3. Tersedia wadah yang terpisah antara sampah medis dengan sampah
non medis.
4. Benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol
atau karton yang aman.
5. Jenis wadah label sampah medis yang digunakan harus sesuai de-
ngan kategorinya seperti pada tabel berikut :
16
Tabel 2.1: Jenis Wadah dan Label Sampah Medis Sesuai Kategorinya
No Kategori Warna Kontainer/ kantong Plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif Merah
Kantong boks timbal dengan Symbol ra-dioaktif
2. Sangat infeksius
Kuning
Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kon-tainer yang dapat di-sterilisasi dengan oto-klaf
3. Sampah infeksius Patologi dan anatomi
Kuning
Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau kontainer
4. Sitotoksis Ungu
Kontainer plastik kuat dan anti bocor
5. Sampah Kimia dan Farmasi
Coklat - Kantong plastik atau kontainer
3. Pengumpulan sampah medis
Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah
yang dimulai dari tempat penampungan sampah atau dari sumber
sampah ke tempat pengumpulan sementara atau langsung ke tempat
pembuangan akhir. Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 67) staf keperawatan
dan staf klinis lainnya harus memastikan bahwa kantong sampah medis
tertutup atau terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh.
Kantong yang belum terisi penuh dapat disegel dengan membuat simpul
ikatan di bagian lehernya sementara kantong yang berat/ penuh mungkin
perlu diikat dengan menggunakan label plastik pengikat dari jenis self-
17
locking. Kantong tidak boleh ditutup dengan cara distaples. Sampah
medis tidak boleh terlalu lama menumpuk di satu titik pengumpulan.
Petugas yang mengumpulkan sampah medis harus mematuhi
rekomendasi sebagai berikut :
1) Sampah medis harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi
yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang di-
tentukan.
2) Jangan memindahkan satu kantong sampah medispun kecuali label-
nya memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal
atau bagian-bagiannya) dan isinya.
3) Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan
kontainer baru dari jenis yang sama.
4. Pengangkutan sampah medis
Pengangkutan sampah medis di dalam rumah sakit atau ke fasi-
litas lain menggunakan trolli, kotainer, atau gerobak yang tidak digunakan
untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan yang mudah dimuat dan
dibongkar muat, tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau
kontainer sampah selama pemuatan maupun pembongkarmuatan, serta
mudah dibersihkan. Kendaraan pengangkut sampah medis tersebut harus
dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari dengan desinfektan yang tepat.
Semua ikatan atau tutup kantong sampah medis harus berada di tem-
patnya dan masih utuh setibanya di tempat pengangkutan. (A. Pruss, dkk,
2005, h. 68)
Menurut Budiman Chandra (2007, h. 194 & 195) pengangkutan
sampah biasanya menggunakan kereta. Pada bangunan bertingkat, pe-
18
ngangkutan dilakukan dengan menggunakan cerobong sampah atau lift
(conveyor). Berikut sarana yang digunakan untuk pangangkutan sampah
medis :
a. Kereta
Kereta pengangkut yang digunakan harus memenuhi syarat :
permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah diber-
sihkan, serta mudah diisi dan dikosongkan. Kereta pengangkut untuk
sampah padat medis harus dipisah dengan kereta untuk sampah non
medis. Untuk memudahkan pengangkutan, perlu dipertimbangkan dis-
tribusi tempat penampungan sampah, jalur jalan dalam rumah sakit,
jenis dan jumlah, serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.
b. Cerobong sampah atau lift
Sarana ini biasanya digunakan di gedung rumah sakit yang
bertingkat. Namun pengangkutan dengan metode ini banyak mengan-
dung risiko. Cerobong atau lift dapat menjadi tempat perkembang-
biakan kuman dan dapat menyebabkan pencemaran udara, selain
juga sulit untuk dibersihkan sehingga harus menggunakan kantong
plastik yang tebal dan kuat.
c. Lain-lain
Pengangkutan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
sewerage system atau saluran tersendiri. Pada sistem ini, sampah
berbentuk bubur dialirkan ke bak penampungan sementara baik de-
ngan memanfaatkan gravitasi maupun tekanan.
19
5. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis
Menurut Budiman Chandra (2007, h. 195) pemusnahan dan pem-
buangan sampah medis dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses
autoclaving, insenerasi, ataupun dengan penguburan, seperti berikut :
a. Autoclave
Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan
kuman atau mensterilkan sampah infeksius dengan memanfaatkan
uap panas bertekanan tinggi.
b. Insenerator
Ukuran insenerasi harus sesuai dengan volume dan kualitas
sampah. Insenerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah
medis (misalnya : perban, kasa, plester, atau masker bekas).
c. Lokasi penguburan
Lokasi khusus untuk sampah medis, seperti plasenta atau
sisa potongan anggota tubuh dari ruang operasi atau autopsy yang
mudah membusuk, perlu segera dikubur.
Persyaratan pembuangan akhir sampah medis sesuai peraturan
yang telah ditetapkan oleh KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/
2004 adalah :
1) Sampah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir sampah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan sampah medis di-
sesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis sampah medis
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan insenerator.
20
E. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis
1. Organisasi
Hubungan masing-masing individu, tugas-tugas serta tanggung ja-
wabnya dalam mencapai tujuan akan terlihat dengan adanya struktur or-
ganisasi. Pengelolaan sampah yang tepat selain bergantung pada admi-
nistrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan kebijakan dan penda-
naan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan
terdidik. Direktur rumah sakit harus membentuk tim pengelolaan sampah
rumah sakit. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 48)
2. Tenaga/pengelola sampah medis
Menurut Depkes RI (1992, h. 65), tenaga/pengelola sampah
medis :
a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikum-
pulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan
sampah medis dan non medis, sedang ruang lain bisa dilakukan oleh
tenaga kebersihan.
b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi SMP ditambah latihan khusus.
c. Pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga
sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
Petugas dibekali dengan alat pelindung atau pakaian yang mema-
dai, seperti :
a. Sepatu
b. Baju
c. Celana
21
d. Sarung tangan
e. Topi
f. Masker (Budiman Chandra, 2005, h. 196)
3. Sarana
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986, h. 62), peralatan
pengumpulan sampah dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pewadahan serta perlengkapannya.
b. Pengangkutan serta perlengkapannya.
Pengadaptasian peralatan pengumpulan sampah terhadap situasi daerah
setempat sangat penting agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi
persyaratan kenyamanan dan kesehatan lingkungan masyarakat, tidak
membahayakan, efektif, praktis dan ekonomis (Lilis Suryani, 2010, h. 23)
4. Dana
Pendanaan dapat berasal dari sektor swasta atau dari satu atau
beberapa tingkat pemerintahan. Untuk instansi kesehatan milik pemerin-
tah, pemerintah dapat menggunakan pendapatan negara untuk membia-
yai sistem pengelolaan sampah, sedangkan bagi instansi kesehatan
swasta, pemerintah dapat memberlakukan kebijakan langsung yang me-
wajibkan swasta untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah me-
disnya sendiri.
Membuat prosedur akutansi untuk mendokumentasikan biaya
yang dikeluarkan dalam pengelolaan sampah medis. Biaya untuk pe-
ngumpulan yang terpisah, pengemasan yang tepat dan penanganan di te-
mpat merupakan biaya internal instansi dan dikeluarkan dalam bentuk gaji
dan biaya persediaan. Biaya sampah medis harus dimasukan dalam ko-
22
lom yang berbeda, hal ini memungkinkan dilakukannya perbandingan bia-
ya antar periode dan membantu mengurangi biaya pengolahan. (A. Pruss,
dkk, 2005, h. 145-147)
5. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta
serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan meru-
muskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang di-
inginkan (Riza Hapsari, 2010, h. 30 & 31)
Tahap perencanaan merupakan tahapan awal dalam proses pe-
laksanaan program pembangunan pengelolaan sampah. Hal ini dimak-
sudkan bahwa perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedo-
man dalam proses pembangunan dimaksud (Ni Komang Ayu Artiningsih,
2008, h. 21)
F. Dampak Pengelolaan Sampah Medis
Pengelolaan sampah medis dapat menimbulkan dampak positif dan
negatif, yaitu :
a. Dampak positif pengelolaan sampah medis
Pengelolaan sampah yang baik memberikan dampak positif terha-
dap kesehatan mayarakat, lingkungan, dan rumah sakit itu sendiri seperti:
1. Meningkatkan pemeliiharaan bersih dan rapi, meningkatkan pengawa-
san, pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus dapat
mencegah penularan/infeksi nosokomial.
23
2. Keadaan yang saniter, estetika yang baik akan menimbulkan rasa
nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung serta mencerminkan
keberadaan sosial budaya masyarakat di luar rumah sakit.
3. Berkurangnya tempat berkembangbiak untuk serangga dan tikus di
lingkungan rumah sakit, sehingga kepadatan populasi vektor sebagai
mata rantai penularan dapat dikurangi.
b. Dampak negatif pengelolaan sampah medis
Pengelolaan sampah yang tidak baik menimbulkan dampak ne-
gatif yang berupa:
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu
dan menimbulkan masalah kesehatan serta keluhan bagi masyarakat
yang tinggal dilingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan meng-
ganggu estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang, misalnya
dengan bertebarannya sampah dimana-mana sehingga mengganggu
kenyamanan pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar.
3. Proses pembusukan sampah medis oleh mikroorganisme akan meng-
hasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau
busuk. (Maimunah, 2010, h. 18-21)
G. Sampah Medis sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sampah medis adalah sampah padat yang terdiri dari sampah
infeksius, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah sitotoksis, sampah
kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan, dan sampah
dengan kandungan logam berat yang tinggi (KEPMENKES Nomor
24
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit)
Menurut Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap bahan
yang karena sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusakkan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lainnya. Menegaskan bahwa setiap usaha dan/ atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, yang meliputi
kegiatan: menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan/ atau membuang. Pengelolaan B3 tersebut telah diatur
dalam PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun. Peraturan tersebut mengklasifikasikan B3 kedalam:
1. Mudak meledak(explosisive)
2. Pengoksidasi (oxidizing)
3. Menyala:
a. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
b. Sangat mudah menyala (highly flammable)
c. Mudah menyala (flammable)
4. Beracun:
a. Amat sangat beracun (extremely toxic)
b. Sangat beracun (highly toxic)
c. Beracun (moderately toxic)
5. Berbahaya(harmful):
a. Korosif (coorosive)
25
b. Bersifat iritasi (irritant)
c. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
6. Toksik yang bersifat kronis:
a. Karsinogenik (carcinogenic)
b. Teratogenik (teratogenic)
c. Mutagenik (metagenic)
H. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Dampak pengelolaan
sampah medis
Faktor penunjang pengelolaan sampah medis:
1. Organisasi 2. Tenaga/pengelo
la sampah medis
3. Sarana 4. Dana 5. Perencanaan
Proses pengelolaan sampah medis :
a. Penimbulan sampah b. Pewadahan sampah c. Pengumpulan sampah d. Pengangkutan
sampah e. Pemusnahan dan
pembuangan akhir sampah medis
Berat dan Volume sampah medis
Rumah Sakit
Sampah
Medis
Sumber sampah medis
1. unit obstetric dan ruang perawatan obstetric
2. unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan
3. unit laboratorium, ruang mayat, phatology dan autopsy
4. unit Perawatan 5. unit Isolasi
Jenis sampah
medis
Sampah medis
sebagai bahan
berbahaya dan
beracun
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pikir
1. Komponen Penyusun
a. Input
1) Organisasi
2) Tenaga/pengelola sampah medis
3) Sarana
4) Dana
5) Perencanaan
b. Proses
1) Penimbulan sampah medis
2) Berat dan volume sampah medis
3) Jenis sampah medis
4) Pewadahan sampah medis
5) Pengumpulan sampah medis
6) Pengangkutan sampah medis
7) Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis
c. Output
Penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis menggunakan
checklist dengan kategori penilaian baik, cukup baik, dan kurang baik
27
2. Gambar Kerangka Pikir
3. Definisi Operasional
Tabel 3.1: Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara mengum-pulkan data dan instrumen
Satuan
1 2 3 4 5
1. Organisasi Struktur organisasi yang ada dalam pe-ngelolaan sampah medis
Wawancara dengan kuesioner
-
2. Tenaga/pengelola sampah medis
Petugas yang ber-wenang di bagian pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit
Wawancara dengan kuesioner
- Laki-laki - Perempua
n - Tahun
3. Sarana Alat yang diguna- Wawancara - kan dalam penge-
lolaan sampah me-dis.
dengan kuesioner
4. Dana Biaya yang diguna-kan dalam pengelo-laan sampah medis.
Wawancara dengan kuesioner
-
5. Perenca- Program yang dibuat Wawancara - Ada
Gambar 3.1
Kerangka Pikir
INPUT
1. Organisasi 2. Tenaga/pe-
ngelola sam-pah medis
3. Sarana 4. Dana 5. Perencana-
an
PROSES
1. Penimbulan sampah medis
2. Berat sampah medis 3. Volume sampah
medisa 4. Jenis sampah medis 5. Pewadahan sampah
medis 6. Pengumpulan
sampah medis 7. Pengangkutan
sampah medis 8. Pemusnahan dan
pembuangan akhir sampah
OUTPUT
Penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis menggunakan checklist dengan kategori penilaian :
- Baik - Cukup baik - Kurang baik
28
1 2 3 4
naan dalam pengelolaan sampah medis.
dengan kuesioner - Tidak ada
6. Penimbu-lan sampah medis
Meliputi tahap mini-misasi, pemilahan, pemanfaatan kem-bali dan daur ulang
Wawancara dan pengamatan de-ngan kuesioner dan checklist
- Ya - Tidak
7. Berat sampah medis
Produksi sampah medis per hari yang dihasilkan oleh ru-mah sakit dengan satuan kilogram
Pengukuran dengan Timbangan
Kilogram
8. Volume sampah medis
Rata-rata sampah medis yang dihasil-kan setiap harinya dengan satuan liter
Pengukuran dengan Box sampling
Liter
9. Jenis sampah medis
Macam-macam sampah medis yang dihasilkan oleh ru-mah sakit
Wawancara dengan kuesioner
-
10. Wadah sampah medis
Alat yang diguna-kan untuk menam-pung sampah medis
Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner
- Ya - Tidak
11. Pengum-pulan sampah medis
Membawa sampah medis dari wadah ke tempat pengumpu-lan sampah
Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner
- Ya - Tidak
12. Pengang-kutan sampah medis
Membawa sampah dari sumber pengha-sil sampah ketempat pembuangan akhir
Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner
- Ya - Tidak
13. Pengola-han sam-pah
Suatu cara tertentu untuk mengolah sampah medis pada suatu sarana ter-tentu
Pengamatan dengan checklist
- Ya - Tidak
14. Pemusna-han/pem-buangan akhir sam-pah
Upaya memusnahkan sampah medis
Pengamatan dengan checklist
- Ya - Tidak
15. Penilaian pelaksanaan penge-lolaan sampah medis
Suatu cara untuk menilai pelaksanaan pengelolaan sampah medis pada lima ta-hap pengelolaannya
Pengamatan dengan checklist
- Baik - Cukup
baik - Kurang
baik
29
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan sampah
medis di RSUD Dr. Soeselo.
C. Ruang Lingkup
1. Waktu
a. Tahap persiapan : Januari-Pebruari 2012
b. Tahap pelaksanaan : Mei-Juni 2012
c. Tahap penyelesaian : Juni-Juli 2012
2. Lokasi
Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo yang
beralamat di Jl. dr Soetomo No 63 Slawi
3. Materi
Materi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pengelolaan
sampah medis yang meliputi tahap penimbulan, tahap pewadahan, tahap
pengumpulan, tahap pengangkutan dan tahap pemusnahan/pembuangan
akhir.
D. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti adalah pengelolaan sampah medis yang meliputi
tahap penimbulan sampah medis, tahap pewadahan, tahap pengumpulan,
tahap pengangkutan, tahap pemusnahan dan pembuangan akhir sampah
medis, pengukuran berat dan volume sampah medis serta faktor penunjang
30
pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo, sedangkan obyek
penelitiannya adalah RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Umum
Data umum yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dengan mengambil data di kantor antara lain struktur organisasi,
keadaan wilayah, denah rumah sakit di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Soeselo.
b. Data Khusus
Data khusus yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
hasil pengamatan dan wawancara yang dipandu dengan checklist dan
kuesioner pengelolaan sampah medis serta pengukuran berat dan
volume sampah medis dengan menggunakan timbangan dan box
sampling di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan
dan wawancara yang menggunakan checklist dan kuesioner
pengelolaan sampah medis serta pengukuran berat dan volume
sampah medis menggunakan timbangan dan box sampling di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.
31
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Observasi, yaitu melihat langsung objek yang akan diteliti dengan
menggunakan checklist.
b. Wawancara, yaitu menanyakan data tentang dokumen dan data
lainnya.
c. Pengukuran berat dan volume sampah medis yang dihasilkan di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.
4. Instrument Pengumpul Data
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
proses penelitian, meliputi :
a. Checklist
b. Kuesioner
c. Box sampling
d. Timbangan
F. Pengolohan Data
1. Edting yaitu mengadakan seleksi dan pemilihan data sesuai dengan ke-
lompoknya
2. Coding yaitu pemberian kode pada masing-masing data yang diperoleh.
3. Tabulating yaitu memasukkan data tabel untuk mempermudah pengo-
lahannya.
32
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan
untuk mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, kemudian data
tersebut diolah menggunakan analisis deskriptif yaitu menggunakan distri-
busi frekuensi yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, gambar atau grafik.
H. Etika Penelitian
Peneliti akan mengajukan permohonan ijin kepada instansi setempat
untuk mendapatkan persetujuan dalam melakukan penelitian dengan mene-
kankan prinsip-prinsip etika meliputi:
1. Informed Consent
Lembar persetujuan akan diberikan subyek yang akan diteliti. Pe-
neliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaku-
kan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengum-
pulan data. Jika responden tersebut menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonimity
Peneliti menjaga identitas responden dengan tidak mencantum-
kan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi ini-
sial pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
data tertentu yang disajikan sebagai akan dilaporkan sebagai hasil pe-
nelitian. (A. Aziz Ahmad Hidayat, 2007, h. 93-95)
33
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum RSUD Dr Soeselo
1. Letak geografis
RSUD dr. Soeselo Slawi merupakan rumah sakit milik Pemerintah
Kabupaten Tegal yang berlokasi di Jl. Dr Soetomo No. 63 Slawi
Kabupaten Tegal dengan luas wilayah 47.125 m2 dan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
a. Utara : Jl. Dr. Soetomo
b. Timur : Jl. Dr. Wahidin
c. Selatan : Persawahan
d. Barat : Persawahan
Denah rumah sakit dapat dilihat pada lampiran 6
2. Sejarah
Sejarah berdirinya RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
berawal dari Balai Pengobatan Karyawan perusahaan gabungan pabrik
gula se ex Karasidenan Pekalongan pada tahun 1917. Pada awal
kemerdekaan tersebut (1945-1947) Balai Pengobatan tersebut dialihkan
fungsinya sebagai Rumah Sakit Tentara yang dipimpin oleh dr. HRM
Soeselo Wiriosapoetra.
Seiring dengan kebijakan dan kewenangan pemerintah selanjutnya
sejarah perkembangan RSUD dokter Soeselo Slawi sebagai berikut :
a. Tahun 1952 pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Dati
Tingkat II Tegal sampai dengan sekarang, dan mulai dikenal dalam
34
nomenklatur sebagai RSUD dr. Soeselo Slawi, namun demikian
masyarakat sekitar Slawi masih banyak yang menyebut RSUD
Dukuhwringin.
b. Tahun 1983 ditetapkan Pemerintah sebagai Rumah Sakit Tipe C
dengan SK Menkes RI No. 233/Menkes/SK/VI/1983.
c. Tahun 2000 oleh DEPKES telah diakreditasi penuh tingkat dasar
dengan sertifikat akreditasi No. YM.00.03.3.5.623 yang berlaku
sampai dengan 25 Pebruari 2003.
d. Tahun 2003 ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Rumah Sakit
dengan Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut melalui Keputusa Dirjen
Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.2.46 tanggal 12 Januari 2003 yang
berlaku hingga 12 Januari 2006.
e. Tahun 2005 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Non
Pendidikan dengan SK Menkes RI No. 932/Menkes/SK/VI/2005.
f. Tahun 2006 mendapatkan sertifikat akreditasi tumah sakit dari
Menkes dengan No HK.00.06.3.5.1876 dengan status penuh tingkat
lengka tanggal 22 Mei 2006.
g. Bulan Mei Tahun 2008 Keputusan Bupati Tegal Nomor: 445/61/
2008 tentang Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) penuh kepada Badan
Pengelola RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal.
35
3. Struktur organisasi
RSUD Dr. Soeselo dipimpin oleh seorang Direktur yang bernama
dr. Widodo Joko Mulyono, M.Kes.M.M dan dibantu oleh dua Wadir
diantaranya Wadir Pelayanan yaitu dr. Endang Kusdaryati M dan Wadir
Umum & Keua-ngan yaitu Dra. Nany Lestari. Wadir pelayanan dibagi
menjadi tiga bidang yaitu : Bidang Pelayanan Medis, Bidang
Keperawatan dan Bidang Penun-jang, masing-masing bidang tersebut
memiliki dua seksi, yang pertama Bi-dang Pelayanan diantaranya Seksi
Pelayanan Medis dan Seksi Mutu & Eti-ka, yang kedua Bidang
Keperawatan meliputi : Bidang Pelayanan Kepera-watan dan Seksi
Asuhan Keperawatan dan yang ketiga Bidang Penunjang meliputi Seksi
Penunjang Medis dan Seksi Penunjang Non Medis. Struktur Organisasi
RSUD Dokter Soeselo Kabupaten Tegal dapat dilihat pada lam-piran 7.
4. Kepegawaian
RSUD Dr. Soeselo mempunyai 589 pegawai yang meliputi 42 Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS), 424 Pegawai Negeri Sipil (PNS) , 72
pegawai BLUD, 10 Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 6 Dokter Tamu (DT).
Rincian jumlah pegawai berdasarkan jenis jabatan dapat dilihat pada
tabel 4.1
36
Tabel 4.1: Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012
No. Jenis Jabatan CPNS PNS BLUD PTT Dokter Tamu
1. Dokter Spesialis 1 14 0 0 6 2. Dokter Umum 3 7 0 0 0 3. Dokter Gigi 0 3 0 0 0 4. Dokter Struktural 0 5 0 0 0 5. Apoteker 2 3 1 0 0 6. Sarjana Psikologi 0 1 0 4 0 7. Perawatan 20 157 43 0 0 8. Para Medis Non medis 7 58 14 6 0 9. Para Medis 9 131 14 10 0
Jumlah 42 424 72 20 6
Sumber : Profil RSUD Dr Soeselo tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang
paling banyak adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 424.
5. Kapasitas tempat tidur
Kapasitas tempat tidur yang dimiliki oleh RSUD Dr Soeselo
sebanyak 330 tempat tidur dengan BOR (Bad Ocupancy Rate) pada
bulan Januari-Mei tahun 2012 sebesar 76,57% dan jumlah pasien per
bulan adalah 230 pasien, rincian jumlah tempat tidur dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.2: Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012
No. Nama Ruangan Jumlah Tempat Tidur (TT)
1. Jatayu 20 2. Cendrawasih 17 3. Cempaka kelas Utama dan I 28 4. Bougenvil Kelas II dan III 33 5. Dahlia Kelas II dan III 46 6. Anggrek Kelas VIP, I, II, dan III 50 7. Nusa Indah Kelas I, II, dan III 30 8. Palm Kelas Utama, I, II, dan III 53 9. Perinatologi 6 10. ICU 4 11. Kemuning (Kelas III/ Jamkesmas) 40
Jumlah 327
Sumber : profil RSUD Dr Soeselo Tahun 2012
37
6. Pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan & Kandungan
3) Klinik Anak & Imunisasi
4) Klinik Bedah Umum
5) Klinik Bedah Orthopedi
6) Klinik Mata
7) Klinik THT
8) Klinik Kulit & Kelamin
9) Klinik Syaraf
10) Klinik Jantung
11) Klinik Paru
12) Klinik Kedokteran Jiwa
13) Klinik Rehabilitasi Medik
14) Klinik Umum
15) Klinik Gigi
16) Konsultasi Gigi
17) Klinik Perjanjian (Pelayanan Privat)
b. Pelayanan rawat inap
1) Ruang Jatayu
2) Ruang Cendrawasih
3) Ruang Cempaka Kelas Utama dan I
38
4) Ruang Bougenvil Kelas II dan III
5) Ruang Dahlia Kelas II, dan III
6) Ruang Anggrek Kelas VIP, I, II dan III
7) Ruang Nusa Indah Kelas I, II, dan III
8) Ruang Palm Kelas Utama, I, II dan III
9) Ruang Perinatologi
10) ICU (Intensif Central Unit)
11) Ruang Kemuning (Kelas III/ Jamkesmas)
B. Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo
1. Penimbulan sampah medis
Penimbulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo berasal dari
ruang keperawatan meliputi ruang Jatayu, Cendrawasih, Cempaka,
Bougenvil, Dahlia, Anggrek, Nusa Indah dan Palm, Perinatologi, ICU,
IGD, Ponek, IBS dan laboratorium.
a. Tahap penimbulan sampah medis
Tahap penimbulan sampah medis di RSUD Dr Soeselo
adalah :
1) Telah dilakukan minimisasi sampah medis seperti memesan
bahan sesuai kebutuhan dan menghabiskan bahan dari setiap
kemasan.
2) Pada bagian tutup/ dinding luar tempat sampah terdapat tulisan
mengenai anjuran tentang sampah medis apa yang harus
dibuang di tempat sampah tersebut, tetapi dalam penerapannya
tidak sesuai dengan apa yang telah dianjurkan.
39
3) Masih terdapat sampah non medis pada tempat sampah medis
yang menjadi masalah bagi petugas pengelola sampah medis
dan di sekitar tempat sampah masih terdapat sampah medis
yang tercecer.
b. Berat dan volume sampah medis
Berat dan volume sampah medis rumah sakit yang telah diukur
pada tahap penimbulan sampah di RSUD Dr Soeselo dari tanggal 29
Mei sampai 4 Juni 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3: Berat dan Volume Sampah Medis Tanggal 29 Mei-04 Juni
2012 di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012
Tanggal Sumber Sampah Medis
Berat Sampah Medis (kg)
Volume Sampah Medis
(liter) 1 2 3 4
29 Mei 2012 1. Dahlia 9,0 70
2. Nusa Indah 6,5 50
3. Anggrek 2,0 35
4. Cendrawasih 4,5 30,5
5. Palm 4,5 40
6. Bougenvil 6,0 45
7. Cempaka 5,5 40
8. Jatayu 4,5 30,5
9. Kemuning 5,5 35
10. Ponek 4,5 25
11. ICU 1,5 35
12. IGD 5,0 35
13. IBS 2,0 25
14. Laboratorium 3,5 25
Jumlah 64,5 521
30 Mei 2012 1. Dahlia 5,0 60 2. Nusa Indah 9,5 60 3. Anggrek 6,0 35 4. Cendrawasih 2,5 15 5. Palm 5,0 40 6. Bougenvil 5,0 40 7. Cempaka 4,5 35 8. Jatayu 2,5 15 9. Kemuning 6,5 40 10. Ponek 3,5 30
40
1 2 3 4
11. ICU - - 12. IGD 5,7 40 13. IBS 5,5 40 14. Laboratorium 3,2 35
Jumlah 64,4 485
31 Mei 2012 1. Dahlia 8,0 45 2. Nusa Indah 11,5 70 3. Anggrek 1,5 20 4. Cendrawasih 3,0 30 5. Palm 3,5 30 6. Bougenvil 5,0 50 7. Cempaka 6,0 50 8. Jatayu 2,0 20 9. Kemuning 4,5 50 10. Ponek 1,0 20 11. ICU 1,0 15 12. IGD 4,7 50 13. IBS 3,5 25 14. Laboratorium 4,5 40
Jumlah 59,7 515
1 Juni 2012 1. Dahlia 8,0 70
2. Nusa Indah 11,5 80
3. Anggrek 2,5 20
4. Cendrawasih 3,5 30
5. Palm 2,5 30
6. Bougenvil 8,0 50
7. Cempaka 6,0 50
8. Jatayu 2,0 20
9. Kemuning 6,0 40
10. Ponek 4,0 30
11. ICU 2,0 20
12. IGD 4,0 30
13. IBS 6,0 60
14. Laboratorium 7,0 40
Jumlah 73,0 570
2 Juni 2012 1. Dahlia 9,5 60 2. Nusa Indah 11,5 130 3. Anggrek 3,0 20 4. Cendrawasih 4,0 40 5. Palm 3,0 40 6. Bougenvil 5,0 60 7. Cempaka 6,5 60 8. Jatayu 3,5 30 9. Kemuning 4,0 35 10. Ponek 3,0 20 11. ICU 2,0 20 12. IGD 8,0 60
1 2 3 4
41
13. IBS 4,0 30 14. Laboratorium 2,5 20
Jumlah 69,5 625
3 Juni 2012 1. Dahlia 6,0 50 2. Nusa Indah 4,0 30 3. Anggrek 1,5 15 4. Cendrawasih 2,0 25 5. Palm 0,5 10 6. Bougenvil 5,5 60 7. Cempaka 3,0 35 8. Jatayu 2,0 25 9. Kemuning 3,0 35 10. Ponek 1,5 35 11. ICU 1,0 15 12. IGD 5,0 20 13. IBS 5,5 50 14. Laboratorium 1,5 15
Jumlah 55,5 420
4 Juni 2012 1. Dahlia 6,5 60 2. Nusa Indah 11,0 100 3. Anggrek 1,5 15 4. Cendrawasih 4,0 45 5. Palm 0,5 10 6. Bougenvil 7,0 75 7. Cempaka 6,0 55 8. Jatayu 2,0 25 9. Kemuning 5,0 55 10. Ponek 1,5 35 11. ICU 1,0 15 12. IGD 6,0 30 13. IBS 5,5 50 14. Laboratorium 1,5 15
Jumlah 59 585
Total 445,6 3.721
Rata-rata 63,66 531,6
Berdasarkan tabel 4.3, rata-rata berat sampah medis per
harinya adalah 63,66 kg dengan rata-rata volume sampah medis
per hari adalah 531,6 liter. Berat jenis dari sampah tersebut
yaitu 0,12 kg/liter.
42
c. Jenis sampah medis
Jenis sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit ini adalah:
1) Sampah benda tajam
Sampah benda tajam yang dihasilkan adalah jarum suntik,
lancet, pecahan kaca.
2) Sampah infeksius
Sampah infeksius yang dihasilkan yaitu kapas, perban
luka, kantong darah, slang infus, botol infus, spet, sarung tangan
disposable, botol injeksi yang terkontaminasi, kantong kencing
pasien yang terkena penyakit infeksi.
3) Sampah jaringan tubuh
Sampah jaringan tubuh yang dihasilkan oleh rumah sakit
adalah anggota badan, darah.
4) Sampah farmasi
Sampah farmasi yang dihasilkan adalah obat-obatan yang
sudah kadaluwarsa, obat-obatan yang kemasannya terkontami-
nasi.
5) Sampah kimia
Sampah kimia yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah
bahan kima yang berasal dari kegiatan laboratorium.
43
2. Pewadahan sampah medis
Tahap pewadahan di RSUD Dr Soeselo yaitu :
a. Disediakan wadah sampah medis di setiap ruang penghasil sampah
medis, wadah sampah medis dicuci 2 kali dalam seminggu yaitu hari
rabu dan sabtu atau ketika tampak kotor, tidak dilakukan desinfeksi
pada wadah sampah medis yang telah dicuci, wadah sampah medis
sudah dilapisi dengan kantong plastik yang berwarna kuning, tetapi
masih terdapat beberapa wadah sampah medis yang belum dilapisi
dengan kantong plastik.
b. Wadah sampah yang digunakan adalah tempat sampah yang kedap
air, anti tusuk, terbuat dari bahan plastik, kuat cukup ringan, tahan
karat dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya.
c. Sudah tersedia wadah sampah yang terpisah antara sampah medis
dengan sampah non medis.
d. Benda tajam ditampung pada tempat khusus yaitu botol kecil, tetapi
dalam penampungannya masih ada yang ke tempat sampah medis
lainnya seperti pada tempat sampah infeksius dan hal ini dapat
menyebabkan kecelakaan pada petugas yang menangani sampah
medis seperti tertusuk jarum suntik.
e. Pada bagian tutup/ dinding bagian luar tempat sampah terdapat
tulisan yang membedakan sampah medis apa yang harus dibuang di
tempat sampah tersebut dan tulisan yang membedakan sampah
medis dan sampah non medis, tidak terdapat simbol sampah medis.
44
Tempat sampah yang disediakan oleh rumah sakit berjumlah 22
buah tempat sampah, masing-masing tempat sampah tersebut diletakan
di setiap ruangan yang menghasilkan sampah medis, yaitu ruang
keperawatan yang meliputi ruang Jatayu, Cendrawasih, Cempaka,
Bougenvil, Dahlia, Anggrek, Nusa Indah, Palm, Perinatologi, ICU, IGD,
Ponek, IBS, dan laboratorium. Rincian jumlah tempat sampah yang ada
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4: Jumlah Tempat Sampah Medis Setiap Ruang di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012
No Nama Ruangan Jumlah Tempat Sampah Medis (buah)
Bentuk tempat sampah medis
Volume tempat sampa medis (liter)
Keterangan
1 2 3 4 5 6
1. Dahlia 2 Bulat, berpenutup 80 Baik
Persegi panjang, berpenutup
42
2. Nusa Indah 3 Bulat, berpenutup 80 Baik 2 Persegi panjang, berpenutup
42
3. Anggrek 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
4. Cendrawasih 2 Bulat, berpenutup 80 Baik Persegi panjang, berpenutup
42
5. Palm 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
6. Bougenvil 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
7. Cempaka 2 2 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
8. Jatayu 2 2 persegi panjang, berpenutup
42 Baik
9. Kemuning 1 Persegi panjang, 42 Baik Berpenutup
10. ICU 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
45
1 2 3 4 5 6
11. IGD 2 2 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
12. Ponek 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
13. IBS 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
14. Instalasi Perinatal (ruang Peristi)
1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
15. Laboratorium 1 Persegi panjang, berpenutup
42 Baik
Jumlah 22 744
3. Pengumpulan sampah medis
Sampah medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di setiap
ruangan dikumpulkan ke tempat pengumpulan sampah medis yang
dilakukan setiap hari oleh petugas, pengumpulan sampah medis
tersebut dibebankan kepada staff keperawatan setiap ruangan yang
menghasilkan sampah medis. Kantong plastik tidak dalam keadaan
tertutup atau tidak terikat dengan kuat dan kantong plastik sampah
medis tidak diganti setiap hari oleh petugas.
4. Pengangkutan sampah medis
Sampah medis diangkut dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore
hari, pengangkutan pada waktu sore hari dilakukan dari jam 15.00-
17.00. Pengangkutan yang sering dilakukan oleh petugas sampah
medis adalah pada waktu pagi hari dari jam 07.00-09.00 dan untuk
mengangkut sampahnya tidak menggunakan jalur khusus. Pengang-
kutan sampah medis menggunakan gerobak khusus untuk mengangkut
sampah medis dan memenuhi syarat yaitu mudah dimuat dan dibongkar
muat, tidak memiliki tepi tajam yang dapat merusak kantong plastik se-
lama pemuatan maupun pembongkar muatan, dan mudah dibersihkan,
46
tetapi tidak berpenutup. Gerobak sampah medis yang digunakan untuk
pengangkutan dibersihkan setiap hari dan tidak didesinfektan. Sampah
medis yang terdapat di dalam tempat sampah medis atau kantong
plastik yang berwarna kuning dalam pengangkutannya dituang ke dalam
gerobak sampah.
5. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis
Pemusnahan sampah medis dilakukan pada pagi hari pukul 10.00
menggunakan incenerator dengan suhu 1.000oC selama 45 menit.
Abu yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran sampah medis tersebut
dibuang ke TPA bersama dengan sampah non medis yang bekerja
sama dengan Dinas Kebersihan Perkotaan (DKP) Slawi, biasanya abu
dibuang selama dua kali dalam satu minggu yaitu setiap hari senin dan
kamis. Sampah medis yang dimusnahkan adalah semua sampah medis
yang dihasilkan oleh rumah sakit kecuali sampah patologis dan sampah
farmasi. Sampah patologis dalam pemusnahannya yaitu dengan cara
ditanam/ dikubur dalam tanah, sedangkan pemusnahan untuk sampah
farmasi yaitu sampah farmasi di kembalikan ke distributor.
C. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo
1. Organisasi
Organisasi pengelolaan sampah medis terdiri dari 3 orang yaitu :
a. Satu orang sebagai Kepala Instalasi Sanitasi yang bertanggung
jawab pengelolaan sampah medis.
47
b. Satu orang bagian administrasi mengatur semua keperluan yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah medis.
c. Satu orang sebagai koordinator pengelolaan sampah medis dan
sekaligus sebagai pelaksana pengelolaan sampah medis.
2. Tenaga/ pengelola sampah medis
Pengawas pengelolaan sampah medis di RSUD Dr Soeselo
adalah Kepala Instalasi Sanitasi, sedangkan tenaga yang menangani
sampah medis adalah petugas sampah medis dengan pendidikan
terakhir SMA dan ditambah dengan pelatihan khusus tentang
pengelolaan sampah medis.
Petugas pengelola sampah medis sudah menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang meliputi : sepatu boot, wear pack, topi,
sarung tangan, dan masker, selain itu petugas sampah medis juga telah
mendapatkan cek kesehatan secara rutin.
3. Sarana
Sarana pengelolaan sampah medis yang digunakan di RSUD Dr
Soeselo dpat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
48
Tabel 4.5: Sarana yang Digunakan Untuk Pengelolaan Sampah Medis
di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012
No Jenis Sarana Jumlah Keterangan
1. Tempat sampah plastik 22 buah Baik 2. Kantong plastik Sesuai kebutuhan Baik 3. Gerobak pengangkut sampah 1 buah Baik 4. Sapu lidi 1 buah Baik 5. Pengki 1 buah Baik 6. Cakar 1 buah Baik 7. Sodok 1 buah Baik 8. Incenerator 1 buah Baik 9. Sarung tangan 2 buah Baik
10. Masker 4 buah Baik 11. Topi 1 buah Baik 12. Sepatu boot 1 pasang Baik 13. Wear pack 2 pasang Baik
Sumber : Instalasi Sanitasi RSUD Dr Soeselo Tahun 2012 4. Dana
Biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah medis setiap
bulan mengeluarkan anggaran sebanyak Rp. 3.040.000,00 dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 4.6: Data Biaya Pengelolaan Sampah Medis Tiap Bulan di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012
No Keperluan Biaya (Rp/bulan)
1. Pembelian plastik 500.000 2. Pembelian solar 540.000 3. Lain-lain (pembelian APD,
perawatan incenerator) 2.000.000
Jumlah 3.040.000
Sumber : Instalasi Sanitasi RSUD Dr Soeselo Tahun 2012
5. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan sampah medis sudah terencana dalam
Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo
Kabupaten Tegal yang masuk dalam lingkup kegiatan pengelolaan sam-
pah medis. Perencanaan program yang dilakukan agar terlaksananya
49
kegiatan pengelolaan sampah medis dengan baik dan sesuai dengan
prosedur (Protap) adalah:
a. Pertemuan dan sosialisasi dengan kepala ruangan
b. Supervisi ke unit/ruangan
c. Penyuluhan terhadap keluarga penderita
d. Pelatihan terhadap petugas
e. Upaya pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian ekstra
fooding bagi petugas
f. Penyediaan kebutuhan kantong plastik
g. Penyediaan tempat sampah dan troli pengangkut
RSUD Dr Soeselo mempunyai upaya dalam memusnahkan
sampah medis yaitu dengan memusnahkan sampah medis agar tidak
mencemari lingkungan, cara memusnahkan sampah yaitu dengan
menggunakan incenerator bersuhu 1000oC.
D. Penilaian Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo
Hasil observasi yang telah dilakukan dengan menggunakan checklist
yang berbentuk prosentase adalah:
x 100%=
Berdasarkan hasil diatas menurut Suharsimi Ari Kunto pelaksanaan
pengelolaan sampah medis di RSUD Dr Soeselo termasuk dalam kriteria
cukup baik yaitu 56-75%.
50
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD Dr Soeselo
RSUD Dr. Soeselo Slawi merupakan rumah sakit milik Pemerintah
Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah yang bertype B dan memiliki luas
wilayah 47.125 m2. Awal berdirinya RSUD Dr Soeselo pada tahun 1917 yang
merupakan Balai Pengobatan Karyawan perusahaan gabungan pabrik gula
se ex Karasidenan Pekalongan. Lokasi rumah sakit yang strategis sehingga
kebersihan lingkungan rumah sakit harus dijaga, lokasi rumah sakit tepatnya
di Jl. Dr Soetomo No. 63 Slawi Kabupaten Tegal.
Struktur organisasi RSUD Dr. Soeselo dapat dilihat pada lampiran 7
bahwa Direktur rumah sakit sebagai pemimpin yang dibantu oleh dua Wadir
sehingga lebih mudah dalam menjalankan tugasnya. Masing-masing Wadir
tersebut mengepalai Wadir Pelayanan dan Wadir Umum & Keuangan.
Jumlah pegawai di RSUD Dr. Soeselo adalah 589 pegawai, pegawai
tersebut dapat melakukan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan
tugasnnya, sehingga pekerjaan dapat terselesaikan.
Tempat tidur yang dimiliki oleh RSUD Dr Soeselo adalah 330 tempat
tidur dengan BOR sebesar 76,57%. Jumlah pasien yang dirawat di rumah
sakit dapat mempengaruhi timbulan sampah medis, sehingga perlu adanya
pengelolaan sampah medis dengan baik. Rumah sakit ini dilengkapi dengan
pelayanan yang cukup lengkap.
51
B. Sumber penimbulan sampah medis RSUD Dr Soeselo
RSUD Dr Soeselo mempunyai beberapa ruangan yang menghasilkan
sampah terutama sampah medis, tetapi tidak semua ruangan yang terdapat
di rumah sakit ini menghasilkan sampah medis. Ruangan yang
menghasilkan sampah medis yaitu ruangan yang berkaitan dengan kegiatan
medis. Ruangan yang menghasilkan sampah medis di rumah sakit ini yaitu
ruang keperawatan, ICU, IGD, Ponek, IBS, Instalasi Perinatal (ruang Peristi)
dan laboratorium, oleh karena itu setiap ruang yang menghasilkan sampah
medis disediakan tempat sampah.
C. Berat dan volume sampah medis RSUD Dr Soeselo
Kegiatan rumah sakit yang berhubungan dengan tindakan medis akan
menghasilkan sampah medis. Rata-rata berat sampah medis yang
dihasilkan rumah sakit yaitu 63,66 kg per hari, sedangkan rata-rata volume
sampah medis yang dihasilkan sebesar 531,6 liter per hari dengan jumlah
pasien per bulannya adalah 230 pasien per bulan.
Volume sampah medis yang cukup besar tersebut membutuhkan
pengelolaan sampah medis yang baik, jika tidak dapat menyebabkan
penularan penyakit. Berat dan volume sampah medis yang dihasilkan oleh
rumah sakit sebagai dasar perencanaan pengelolaan yang selanjutnya untuk
merencanakan biaya dan fasilitas yang diperlukan untuk pengelolaan
sampah medis, sehingga dilakukan pengukuran berat dan volume sampah
sebelum sampah medis dimusnahkan ke dalam incenerator.
52
D. Jenis sampah medis RSUD Dr Soeselo
Jenis sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit ini adalah
sampah benda tajam, sampah infeksius, sampah jaringan tubuh, sampah
farmasi dan sampah farmasi. Jenis sampah medis yang dihasilkan tersebut
dapat menjadi sumber penyakit untuk menularkan penyakit baik tehadap
petugas yang ada di rumah sakit maupun para pengunjung jika sampahnya
tidak dikelola dengan baik, sehingga perlu adanya pengelolaan sampah
medis yang baik.
E. Pewadahan sampah medis RSUD Dr Soeselo
Pewadahan untuk sampah medis digunakan wadah yang berbentuk
persegi panjang dan bulat, wadah sampah medis tersebut berjumlah 22
buah tempat sampah (rincian dapat dilihat pada tabel 4.4). Setiap ruangan
yang menghasilkan sampah medis telah disediakan wadah yang sesuai
dengan jenis sampah medis yang dihasilkan dan wadah sampah medis
sudah terpisah antara sampah medis dengan sampah non medis, sudah
terdapat tulisan pada wadah sampah medis tentang sampah medis apa yang
harus dibuang ke wadah sampah medis tersebut, tetapi belum terdapat
symbol pada wadah sampah medis untuk masing-masing jenis sampah
medis, tetapi dalam pemanfaatan wadah sampah tersebut belum sesuai
karena masih terdapat jenis sampah yang masuk tidak sesuai dengan
wadah sampah yang disediakan misalnya dalam pewadahan sampah medis
masih tercampur dengan sampah medis yang lainnya dan dalam pewadahan
sampah non medis masih tercampur dengan sampah medis. Wadah sampah
yang digunakan adalah tempat sampah yang kedap air, anti tusuk, terbuat
dari bahan plastik, kuat cukup ringan, tahan karat dan mempunyai permuka-
53
an yang halus pada bagian dalamnya. Wadah sampah medis telah dilapisi
dengan kantong plastik berwarna kuning, sedangkan wadah sampah non
medis dilapisi dengan kantong plastik yang berwarna hitam, Wadah sampah
medis dicuci dua kali dalam seminggu atau ketika tampak kotor, wadah
sampah medis tidak dilakukan desinfeksi setelah pencucian. Botol kecil yang
telah disediakan sebagai safety box masih ada yang belum memanfaatkan
untuk sampah benda tajam.
Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibebankan pada
produsen sampah medis dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan
tempat dihasilkannya sampah medis, kondisi yang telah terpilah itu harus
tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pengangkutan (A.
Pruss, dkk, 2005, h. 64) Menurut KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/
2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit syarat
tempat pewadahan sampah medis yaitu:
1. Harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
2. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
3. Tersedia wadah yang terpisah antara sampah medis dengan sampah
non medis.
54
4. Benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol
atau karton yang aman.
5. Jenis wadah label sampah medis yang digunakan harus sesuai dengan
kategorinya (Jenis wadah label sampah medis dapat dilihat pada tabel
2.1)
Wadah sampah medis harus dilakukan pencucian setiap pengosongan
sampah medis atau sebelum tampak kotor, penggunaan kantong pelapis
dapat mengurangi frekuensi pencucian, kemudian didesinfeksi setelah
pencucian lalu diperiksa jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti
(Depkes RI, 1992, h. 52 & 53)
Pemilahan sampah medis belum berjalan karena kurangnya kesadaran
perawat untuk memilah atau memisahkan sampah medis yang dihasilkannya
hal ini disebabakan masih terdapat sampah medis yang dibuang pada
tempat sampah yang belum sesuai dengan jenisnya, sebaiknya pemisahan
sampah medis dilakukan oleh perawat dan kesadaran yang tinggi diperlukan
bagi para perawat akan pentingnya pemisahan sampah medis tersebut dan
dilakukan pengawasan oleh penanggungjawab pengelolaan sampah medis
terhadap perilaku perawat dalam membuang sampah medis, sampah non
medis masih terdapat pada tempat sampah medis karena para pengunjung
membuang sampah pada tempat sampah yang tidak sesuai hal ini
disebabkan ketidaktahuan para pengunjung akan tempat sampah yang
dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda, sebaiknya tidak membuang
sampah pada tempat sampah medis, oleh sebab itu dilakukan penyuluhan
kepada para pengunjung tentang kegunaan setiap tempat sampah yang
dilapisi kantong plastik yang berbeda agar sampah non medis tidak
55
tercampur dengan sampah medis dan diberikan symbol yang sesuai pada
wadah sampah medis. Wadah sampah medis yang dilakukan dua kali
pencucian dalam seminggu atau ketika tampak kotor belum sesuai dengan
yang ditetapkan, sebaiknya wadah sampah medis harus dilakukan
pencucian setiap pengosongan sampah medis atau sebelum tampak kotor
menggunakan detergen, kemudian didesinfeksi setelah pencucian kemudian
diperiksa jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti. Botol yang
digunakan untuk pewadahan sampah benda tajam sudah disediakan hanya
saja masih ada yang belum memanfaatkan karena masih terdapat sampah
benda tajam yang terdapat pada tempat sampah selain benda tajam,
sebaiknya botol kecil tersebut dimanfaatkan sehingga sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan dan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
bagi petugas atau pengunjung.
F. Pengumpulan sampah medis RSUD Dr Soeselo
Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh penanggungjawab yang
telah dibebankan setiap ruangan penghasil sampah medis. pengumpulan
sampah medis dilakukan setiap hari, tempat pengumpulan sampah medis
menggunakan tempat sampah yang berbentuk bulat dan berukuran 80 liter.
Kantong plastik yang berisi sampah medis tidak dipastikan tertutup atau
terikat dengan kuat terlebih dahulu sebelum dikumpulkan ke tempat
pengumpulan sampah medis, kantong plastik juga tidak diganti setiap hari.
Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 67) staf keperawatan dan staf klinis
lainnya harus memastikan bahwa kantong sampah medis tertutup atau
terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong yang belum
56
terisi penuh dapat disegel dengan membuat simpul ikatan di bagian lehernya
sementara kantong yang berat/ penuh mungkin perlu diikat dengan
menggunakan label plastik pengikat dari jenis self-locking. Kantong tidak
boleh ditutup dengan cara distaples. Sampah medis tidak boleh terlalu lama
menumpuk di satu titik pengumpulan. Petugas yang mengumpulkan sampah
medis harus mematuhi rekomendasi sebagai berikut :
a. Sampah medis harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi
yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang di-
tentukan.
b. Jangan memindahkan satu kantong sampah medispun kecuali labelnya
memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau
bagian-bagiannya) dan isinya.
c. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan
kontainer baru dari jenis yang sama.
Pengumpulan yang telah dilakukan oleh rumah sakit ini sudah sesuai
karena pengumpulan telah dilakukan oleh staff yang telah dibebankan dalam
setiap ruangan penghasil sampah medis, tetapi staff tersebut tidak
memastikan kantong plastik yang berisi sampah medis tersebut tidak
dipastikan dalam keadaan tertutup atau terikat dengan kuat, sebaiknya
kantong plastik tersebut dipastikan dalam keadaan tertutup atau terikat
dengan kuat sebelum dikumpulkan dan penggantian kantong plastik sampah
yang digunakan sebagai pelapis tempat sampah medis sebaiknya dilakukan
setiap hari.
57
G. Pengangkutan sampah medis RSUD Dr Soeselo
Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah medis adalah gerobak
yang digunakan khusus untuk mengangkut sampah medis, gerobak sampah
medis yang digunakan mudah dimuat dan dibongkar muat, tidak memiliki
tepi tajam yang dapat merusak kantong plastik selama pemuatan maupun
pembongkar muatan, dan mudah dibersihkan, gerobak tersebut masih dalam
keadaan baik, tetapi tidak berpenutup. Gerobak yang digunakan untuk
mengangkut sampah medis dibersihkan setiap hari tetapi tidak didesinfeksi
setelah pencucian. Pengangkutan sampah medis yang dilakukan yaitu
kantong plastik yang berisi sampah medis dituang ke dalam gerobak
sampah medis, seharusnya sampah yang berada dalam kantong plastik
tidak boleh dituang ke dalam gerobak sampah medis, jalur untuk
pengangkutan sampah medis yang digunakan adalah bukan jalur khusus.
Pengangkutan sampah medisnya dilakukan dua kali yaitu pada waktu pagi
dan sore hari, tetapi yang sering dilakukan oleh petugas sampah medis yaitu
pada waktu pagi hari.
Alat yang digunakan untuk pengangkutan sampah medis yaitu trolli,
kotainer, atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi
persyaratan yang mudah dimuat dan dibongkar muat, tidak ada tepi tajam
yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah selama pemuatan
maupun pembongkarmuatan, serta mudah dibersihkan. Kendaraan
pengangkut sampah medis tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi
setiap hari dengan desinfektan yang tepat. Semua ikatan atau tutup kantong
sampah medis harus berada di tempatnya dan masih utuh setibanya di
tempat pengangkutan. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 68)
58
Pengangkutan sampah medis sudah menggunakan alat pengangkut
khusus untuk sampah medis, alat pengangkut yang digunakan adalah
gerobak sampah medis sehingga memudahkan dalam mengangkut sampah
medis. Gerobak sampah tersebut masih sudah memenuhi syarat tetapi
masih belum berpenutup, kadang-kadang dilakukan pengangkutan sampah
medis dua kali sehari padahal pada peraturan telah ditetapkan dua kali
sehari secara rutin oleh karena itu petugas sebaiknya melakukan
pengangkutan dua kali secara rutin yaitu pagi dan sore hari, selain itu
pengangkutan sampah medis masih belum sesuai hal ini dikarenakan
petugas menuangkan sampah medis ke dalam gerobak, tindakan seperti ini
dapat menjadikan masalah pada saat memasukan sampah medis ke dalam
incenerator, selain itu dapat pula menimbulkan penyebaran penyakit,
sebaiknya sampah medis harus selalu di dalam kantong plastik sampai
pembakaran sampah medis agar kantong plastik tersebut dibakar bersama
dengan sampah medis. Jalur pengangkutan sampah medis belum ada
H. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis RSUD Dr Soeselo
Alat yang digunakan untuk memusnahkan sampah medis adalah
incenerator, kapasitas tempat pembakaran sampah medis pada incenerator
yang dimiliki oleh rumah sakit ini yaitu 200 liter. Pemusnahan sampah medis
dilakukan setiap pagi pada pukul 10.00 dengan suhu 1.000oC selama 45
menit, abu yang dihasilkan dari pembakaran dibuang ke TPA yang bekerja
sama dengan DKP Slawi, tetapi pembakaran sampah medis tersebut belum
sempurna karena sampah medis yang dibakar belum seluruhnya menjadi
abu disebabkan sampah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit melebihi
kapasitas tempat pembakaran sampah medis. Pembuangan sampah
59
patologis yaitu dengan cara dikubur, sedangkan sampah farmasi
dikembalikan ke distributor.
Menurut Budiman Chandra (2007, h. 195) pemusnahan dan
pembuangan sampah medis dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses
autoclaving, insenerasi, ataupun dengan penguburan, seperti berikut :
a. Autoclave
Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan
kuman atau mensterilkan sampah infeksius dengan memanfaatkan uap
panas bertekanan tinggi.
b. Insenerator
Ukuran insenerasi harus sesuai dengan volume dan kualitas
sampah. Insenerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah
medis (misalnya : perban, kasa, plester, atau masker bekas).
c. Lokasi penguburan
Lokasi khusus untuk sampah medis, seperti plasenta atau sisa
potongan anggota tubuh dari ruang operasi atau autopsy yang mudah
membusuk, perlu segera dikubur.
Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis telah memenuhi
syarat hanya saja dalam proses pembakaran sampah medis yang belum
sempurna karena sampah medis tidak seluruhnya menjadi abu, untuk
mendapatkan pembakaran sampah medis yang sempurna dapat menaikan
suhu pada incenerator dan menambahkan waktu atau menambahkan
frekuensi pembakaran sampah medis.
60
I. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo
1. Organisasi
Organisasi pengelolaan sampah medis teridiri dari tiga orang yang
terdiri dari kepala instalasi sanitasi, administrasi, dan koordinator
pengelola sampah medis yang sekaligus sebagai pelaksana
pengelolaan sampah medis. Organisasi tersebut berjalan dengan lancar
sesuai tugasnya masing-masing dan dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
Hubungan masing-masing individu, tugas-tugas serta tanggung ja-
wabnya dalam mencapai tujuan akan terlihat dengan adanya struktur or-
ganisasi. Pengelolaan sampah yang tepat selain bergantung pada admi-
nistrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan kebijakan dan
penda-naan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang
terlatih dan terdidik. Direktur rumah sakit harus membentuk tim
pengelolaan sampah rumah sakit. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 48)
Pengelolaan sampah medis di rumah sakit sudah ada organisasi
yang telah di laksanakan dengan baik sesuai dengan tugas masing-
masing sehingga pelaksanaan pengelolaan sampah medis berjalan
dengan lancar.
2. Tenaga/ pengelola sampah medis
Pendidikan terakhir tenaga pelaksana pengelola sampah medis
yaitu SMA dan ditambah dengan latihan khusus tentag pengelolaan
sampah medis, tenaga tersebut disediakan APD (Alat Pelindung Diri)
yaitu sepatu boot, wearpack, sarung tangan, masker dan topi.
Pengawas pengelolaan sampah medis dilakukan oleh penanggung
61
jawab pengelolaan sampah medis yang sekaligus sebagai kepala
instalasi sanitasi di rumah sakit ini, pendidikan terakhirnya yaitu sarjana.
Menurut Depkes RI (1992, h. 65), tenaga/pengelola sampah medis
yang melaksanakan pengelolaan sampah medis harus mempunyai
kualifikasi SMP ditambah latihan khusus tentang pengelolaan sampah
medis. Petugas pelaksana tersebut harus dibekali dengan alat pelindung
atau pakaian yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung
tangan, topi dan masker (Budiman Chandra, 2005, h. 196) Pengawas
sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi
D1 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 1992, h. 65)
Tenaga/ pengelola sampah medis sudah sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan yaitu tenaga yang menangani sampah
medis dengan kualifikasi SMA ditambah dengan latihan khusus tentang
pengelolaan sampah medis sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan
sampah medis dilakukan dengan baik dan diharapkan petugas
mengetahui tentang bahaya sampah medis, selain itu pengawas
pengelolaan sampah medis juga telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
3. Sarana
Sarana yang disediakan oleh rumah sakit yaitu tempat sampah
plastik, kantong plastik, gerobak pengangkut sampah, sapu lidi, pengki,
cakar, sodok, incenerator, sarung tangan, masker, topi, sepatu boot dan
wear pack, sarana tersebut memudahkan dalam penanganan sampah
medis.
62
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986, h. 62), peralatan
pengumpulan sampah dibagi menjadi dua yaitu:
c. Pewadahan serta perlengkapannya.
d. Pengangkutan serta perlengkapannya.
Pengadaptasian peralatan pengumpulan sampah terhadap situasi daerah
setempat sangat penting agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi
persyaratan kenyamanan dan kesehatan lingkungan masyarakat, tidak
membahayakan, efektif, praktis dan ekonomis (Lilis Suryani, 2010, h. 23)
Sarana yang sudah ada telah memadai dan memudahakan
petugas dalam pengelolaan sampah medis sehingga pengelolaan
tersebut dapat dilakukan dengan lancar dan dapat mengurangi kendala
yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis.
4. Dana
Dana yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah medis setiap
bulannya yaitu Rp. 3.040.000,00, untuk pengelolaan sampah per
harinya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6822,00/kg. Pendanaan untuk
pengelolaan sampah medis dikelola tersendiri oleh bagian keuangan
pengelolaan sampah medis RSUD Dr Soeselo.
Biaya sampah medis harus dimasukan dalam kolom yang
berbeda, hal ini memungkinkan dilakukannya perbandingan biaya antar
periode dan membantu mengurangi biaya pengolahan. (A. Pruss, dkk,
2005, h. 145-147)
Pengelolaan sampah ini lebih murah jika dikelola sendiri
dibandingkan bekerjasama dengan pihak ketiga hal ini dibandingkan
dengan biaya pengelolaan sampah medis yang harus dikeluarkan oleh
63
rumah sakit yang bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu
Rp.12.500,00/kg pada setiap pembakaran sampah medis. Pendanaan
untuk pengelolaan sampah medis sudah dimasukan dalam keuangan
tersendiri sehingga terencana dengan baik dan fasilitas yang dibutuhkan
dapat terpenuhi sehingga dapat memperlancar dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah tersebut.
5. Perencanaan
Perencanaan untuk pengelolaan sampah medis sudah terencana
dalam perencanaan Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis
RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal (dapat dilihat pada lampiran 8),
perencanaan yang dibuat untuk panduan pengelolaan sampah medis
dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan sampah tersebut.
Perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta
serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan (Riza Hapsari, 2010, h. 30 & 31) Tahap perencanaan
merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan program
pembangunan pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan bahwa
perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedoman dalam
proses pembangunan dimaksud (Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, h. 21)
Perencanaan pengelolaan sampah medis yang merupakan tahap
awal dari pelaksanaan pengelolaan sampah medis sudah terencana
dengan baik.
64
J. Penilaian Pelaksanaan Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Medis RSUD
Dr. Soeselo
Hasil penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis yang telah
dilakukan yaitu cukup baik dengan nilai prosentase 73,8%, dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah medis masih ada yang belum sesuai
dengan lingkup kegiatan pengelolaan sampah medis yang telah dibuat
dalam Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo
Kabupaten Tegal. Pelaksanaan pengelolaan sampah medis yang belum
sesuai adalah penggantian kantong plastik yang tidak dilakukan setiap hari,
penggunaan gerobak sampah medis yang digunakan untuk mengangkut
sampah tidak tertutup, pengangkutan tidak menggunakan jalur khusus,
pembersihan tempat sampah yang tidak dilakukan setiap hari dan gerobak
sampah yang tidak didesinfeksi setelah pencucian, sebaiknya pelaksanaan
pengelolaan sampah medis yang belum sesuai dengan lingkup kegiatan
disesuaikan agar pelaksanaan pengelolaan sampah medis lebih baik.
65
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo cukup baik.
2. Sumber penimbulan sampah berasal dari ruang ruang keperawatan, ICU,
IGD, Ponek, IBS, Instalasi Perinatal (ruang Peristi) dan laboratorium .
3. Rata-rata berat sampah medis tiap hari berdasarkan pengukuran yang
telah dilakukan adalah 63,66 kg/hari dan rata-rata volume sampah tiap
hari 531,6 liter/hari.
4. Jenis sampah medis yang dihasilkan oleh RSUD Dr. Soeselo adalah
sampah benda tajam, sampah infeksius, sampah jaringan tubuh, sampah
farmasi dan kimia.
5. Wadah sampah sudah memenuhi syarat, tetapi dalam pemanfaatannya
masih belum sesuai, pencucian wadah sampah tidak dilakukan setiap hari
dan tidak dilakukan desinfeksi setelah pencucian, wadah sampah masih
ada yang belum dilapisi dengan kantong plastik dan masih ada yang
belum memanfaatkan safety box dari perabot.
6. Pengumpulan sampah medis dilakukan setiap hari, kantong plastik dalam
keadaan terbuka dan penggantian kantong plastik tidak dilakukan setiap
hari.
7. Pengangkutan sampah medis menggunakan gerobak sampah yang
terbuka dan dilakukan kadang-kadang dua kali dalam sehari. Tidak ada
jalur khusus yang digunakan untuk mengangkut sampah medis.
8. Pemusnahan sampah medis menggunakan insenerator bersuhu 1.000oC
dan pembuangan abunya bekerja sama dengan Dinas Kebersihan
66
Perkotaan (DKP) Slawi, sampah patologis dikubur/ditanam di dalam tanah
dan sampah dari farmasi dikembalikan ke distributor.
9. Faktor penunjang pengelolaan sampah medis yang terdapat di RSUD Dr.
Soeselo sudah memadai.
10. Hasil penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis di RSUD Dr.
Soeselo yaitu 73,8% dan termasuk dalam kriteria cukup baik.
B. Saran
1. Untuk penanggung jawab sampah medis :
a. Dilakukan pemantauan terhadap semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan sampah medis agar pengelolaan sampah medis
lebih baik.
b. Memberikan penyuluhan kepada para pengunjung terhadap fungsi
atau kegunaan tempat sampah yang dilapisi dengan kantong plastik
berwarna kuning agar dalam membuang sampah sesuai dengan
tempat sampah yang disediakan.
2. Untuk petugas pengelola sampah medis :
a. Sebaiknya petugas mengganti kantong plastik sampah medis setiap
hari sesuai dengan warna yang ditetapkan, mencuci wadah sampah
medis setiap hari menggunakan sabun atau detergen, tidak
menuangkan sampah medis yang terdapat di dalam kantong plastik
ke dalam gerobak ketika pengangkutan, pengangkutan dilakukan dua
kali sehari secara rutin, melakukan desinfeksi terhadap gerobak
sampah dan wadah sampah medis setiap hari setelah pencucian.
b. Dilakukan pengukuran berat dan volume sampah medis yang
dihasilkan untuk merencanakan biaya dan fasillitas yang diperlukan
67
dalam pengelolaan sampah medis, misalnya untuk menentukan
jumlah dan ukuran tempat sampah yang diperlukan.
c. Sebaiknya pelaksanaan pengelolaan sampah medis tersebut
dilakukan sesuai dengan program yang telah dibuat dalam Program
Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo
Kabupaten Tegal.
3. Untuk perawat yang bekerja di RSUD Dr Soeselo :
a. Sebaiknya melakukan pemisahan sampah medis terhadap sampah
medis yang dihasilkan dengan cara memanfaatkan tempat sampah
medis yang telah disediakan sesuai dengan jenis sampah medis dan
memanfaatkan botol yang telah disediakan sebagai safety box yang
digunakan untuk pewadahan sampah benda tajam seperti jarum.
b. Sebaiknya penanggung jawab yang dibebankan di setiap ruang
penghasil sampah medis memastikan kantong plastik yang berisi
sampah medis tertutup rapat atau diikat kuat.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Hidayat, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika
Agung Dwi Trisnanto, 2011, Studi Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit Santa Maria Cilacap, Kabupaten Cilacap Tahun 2011, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC
Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta: Salemba Medika
Gramelia Dwi Witriani, 2010, Studi Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Khusus Be-dah Jatiwinangun Purwokerto Kabupaten Bnayumas Tahun 2010, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Indonesia, 1992, Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral PPM & PLP, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta : Departemen Kesehatan
, 1997, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : Departemen Kesehatan
, 2001, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Jakarta : Presiden Republik Indonesia
, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes RI Direktorat Jendral PPm & PLP
, 2008, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta: Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Lilis Suryani, 2010, Studi Sistem Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum Hidayah Kabupaten Banyumas Tahun 2010, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Maimunah, 2002, Gambaran Perilaku Petugas Rumah Sakit terhadap Sistem Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Kusta Sinacang Belawan Tahun 2002, Skripsi, Medan : Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat,
69
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14791/ 1/001000227.pdf tanggal akses 30 Januari 2012 Pukul 12:03 PM
Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, Peran Sserta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang), Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana (http://eprints.undip.ac.id/18387/1/Ni__Komang__Ayu__Artiningsih.pdf) tanggal akses 6 maret 2012 Pukul 18:00
Pruss. A, Giroult. E, Rushbrook. P, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta: EGC
Riza Hapsari, 2010, Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD dr Moewardi Surakarta, Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang Program Pasca Sarjana Kesehatan Lingkungan, eprints.undip.ac.id/23847/1/RIZA_HAPSARI. pdf, tanggal akses 22 Januari 2012 Pukul 05:58 PM
Wiku Adisasmito, 2008, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Rajawali Pers
70
Lampiran 1
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2012
KUESIONER
(Bagian Sanitasi)
A. Data Responden
1. Nama responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
B. Data Umum
1. Nama rumah sakit :
2. Tahun berdiri :
3. Alamat rumah sakit :
4. Type rumah sakit :
5. Penanggung jawab rumah sakit :
6. Batas wilayah rumah sakit :
7. Luas wilayah rumah sakit :
8. Jumlah tempat tidur :
9. Jumlah BOR :
10. Jumlah pasien rata-rata tiap hari
71
a. Rawat inap :
b. Rawat jalan :
11. Jumlah tenaga pengelola sampah medis :
12. Pendidikan pengelola sampah medis :
a. SMP
b. SMA
13. Penanggung jawab pengelola sampah medis :
14. Jumlah tempat sampah medis :
C. Data khusus
1. Darimana saja sampah medis dihasilkan?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi sampah medis?
3. Apakah dilakukan pemisahan sampah medis? Jika ya, bagaimana cara
pemisahan sampah medis tersebut?
4. Apakah ada slogan-slogan tentang pemisahan sampah?
5. Apakah ada pemanfaatan kembali terhadap sampah medis yang
dihasilkan?
6. Apakah dilakukan daur ulang terhadap sampah medis?
7. Berapa berat sampah medis per hari yang dihasilkan oleh rumah sakit?
8. Berapa volume sampah medis per hari yang dihasilkan oleh rumah sakit?
9. Apa saja jenis sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit?
10. Bagaimana cara pewadahan sampah medis?
11. Apa saja alat yang digunakan untuk menampung sampah medis?
12. Bagaimana cara pengumpulan sampah medis dilakukan?
13. Berapa kali dalam sehari pengumpulan sampah medis dilakukan?
72
14. Berapa kali dalam sehari sampah medis diangkut ke tempat
penampungan sementara?
15. Apa saja alat angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah
medis?
16. Berapa jumlah alat pengangkut yang disediakan?
17. Apakah pengelolaan sampah medis dikelola sendiri? Jika ya, bagaimana
cara pengelolaan sampah medis tersebut?
18. Apa saja sarana yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis?
19. Bagaimana upaya dalam memusnahkan sampah medis?
20. Apakah anda mengetahui setiap kebijakan yang berlaku dalam hal penge-
loalaan sampah medis? Jika ya, sebutkan peraturannya?
21. Pernahkah anda mendapat masalah dalam mengelola sampah medis?
Jika pernah, apa saja masalah yang pernah ada?
22. Apa saja upaya-upaya yang anda lakukan untuk mengatasi masalah ter-
sebut?
23. Apakah petugas pengelola sampah medis mendapatkan pelatihan tentang
pe-ngelolaan sampah medis?
24. Apakah disediakan APD untuk petugas pengelola sampah medis? Jika ya,
apa saja APD yang disediakan?
25. Apakah pernah terjadi kecelakaan dalam bekerja? Jika pernah, dalam
bentuk apa kecelakaan tersebut?
26. Apakah terdapat program untuk pengelolaan sampah medis? Jika ada,
apa saja programnya?
27. Berapa biaya yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis?
73
28. Apakah terdapat struktur organisasi dalam pengelolaan sampah? Jika ya,
bagaimana struktur organisasi tersebut?
74
Lampiran 2
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2012
Checklist Pengelolaan Sampah Medis
No Variabel Komponen Yang Dinilai Ya Tidak
1. Tahap Penimbulan
a. Dilakukan pemisahan sampah medis dan non medis
b. Dilakukan pemisahan antara masing-masing jenis sampah medis
c. Tidak ada sampah medis yang tercecer
2. Tahap Pawadahan/ penampungan
a. Tempat sampah medis : 1. Terbuat dari bahan yang
kuat
2. Cukup ringan
3. Tahan karat
4. Kedap air
5. Anti tusuk
6. Permukaan bagian dalam halus
7. Berpenutup
8. Tidak mudah dibuka orang
9. Mudah dibersihkan
10. Dilapisi kantong plastik
b. Tempat sampah terpisah antara sampah medis dengan sampah non medis
c. Tempat sampah terpisah
75
antara masing-masing jenis sampah medis
d. Pewadahan sampah medis menggunakan label yang sesuai
e. Terdapat tempat sampah medis di setiap ruang penghasil sampah medis
f. Tempat sampah medis dicuci setiap hari
g. Tempat sampah medis di desinfeksi setelah dicuci
h. Tempat sampah medis Letaknya mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah
3. Tahap Pengumpulan
a. Sampah medis dari setiap ruangan dikumpulkan setiap hari
b. Kantong plastik dalam keadaan tertutp rapat
c. Kantong plastik diganti setiap hari
4. Tahap Pengangkutan
a. Sampah medis diangkut 2 kali/hari ke tempat penampungan sementara
b. Sampah medis diangkut 1 kali/hari ke tempat pembuangan akhir
c. Pengangkutan menggunakan troli/gerobak sampah medis khusus
d. Troli/gerobak mudah diisi
e. Troli/gerobak mudah dikosongkan
f. Troli/gerobak mudah dibersihkan
g. Permukaan dalam rata
h. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah selama pemuatan maupun pembokarmuatan
i. Melalui jalur khusus
j. Petugas pengangkut sampah medis menggunakan : 1. Topi/helm
2. Masker
76
3. Pakaian panjang (coverall)
4. Sepatu boot
5. Sarung tangan
5. Tahap Pemus-nahan dan Pembuangan akhir
a. Sampah medis tidak dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir
b. Terdapat incinerator, jika tidak ada incinerator, bekerjasama dengan pihak lain yang mempunyai incinerator
c. Pemusnahan dilakukan selambat-lambatnya 24 jam
d. Sampah farmasi dalam jumlah besar dikembalikan ke distributor
e. Hasil pembakaran tidak dibuang sembarang tempat
77
Kriteria Penilaian :
Penilaian = X 100% = x 100% = 73,8%
Menurut Suharsimi Ari Kunto (1996, h. 246) :
Baik : 76 - 100%
Cukup Baik : 56 - 75%
Kurang Baik : 40 - 55%
Tidak Baik : < 40%
78
Lampiran 3
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2012
Prosedur Pengukuran Volume Sampah
A. Alat dan bahan
1. Box sampling
2. Penggaris
3. Sampah medis rumah sakit
B. Prosedur kerja
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Masukkan seluruh sampah ke dalam box sampling.
3. Padatkan dengan cara mengangkat setinggi kira-kira 20 cm kemudian
jatuhkan box sampling sebanyak 3 kali.
4. Ukur panjang, lebar dan tinggi sampah dalam box sampling (cm)
5. Hitung volume sampah dengan rumus:
Volume sampah (Vs) = p x l x t liter
79
Lampiran 4
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2012
Prosedur Pengukuran Berat Sampah
A. Alat dan bahan
1. Timbangan
2. Box sampling
3. Sampah medis rumah sakit
B. Prosedur kerja
1. Box sampling ditimbang (kg) dan catat
2. Masukan sampah medis ke dalam box sampling
3. Timbang sampah medis (kg) dan catat
4. Berat sampah medis dikurangi dengan berat box sampling
5. Catat hasilnya
80
Lampiran 5
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/ibu/saudara Responden
Di RSUD dr Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa Program DIII
Kesehatan Lingkungan Poltekkes KEMENKES Semarang :
Nama : Egga Anjarsari
NIM : P17433109015
Alamat : Margasari RT 05/01
Tegal
Akan melakukan penelitian tentang “Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah
Sakit Umum Daerah dr Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2012” sebagai
per-syaratan tugas akhir. Untuk keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak
ber-sedia*) bapak/ibu/saudara untuk menjadi Responden dalam penelitian ini,
selanjut-nya kami mohon bersedia/tidak bersedia*) bapak/ibu/saudara untuk
mengisi kuesio-ner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.
Jawaban saudara dija-min kerahasiaannya.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disam-paikan terimakasih.
Tegal, Mei 2012
Responden Peneliti
………. Egga Anjarsari
81
Lampiran 6
82
Lampiran 7
83
Lampiran 8
84
85
86
87
88
Lampiran 9
89
Lampiran 10
90
Lampiran 11
91
Lampiran 12
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar Penimbulan Sampah Medis
Gambar Tempat Sampah Medis
Gambar Pengangkutan Sampah Medis
Gambar Pemusnahan Sampah Medis
92
Lampiran 13
Contoh Gambar Wadah Sampah Medis
Gambar tempat sampah medis yang telah dipisah
Gambar safety box
http://3.bp.blogspot.com/bYKTfTLhhX8/TzhDw0xaKCI/AAAAAAAAAzU/hhc9h9BxcxI/s320/klinik+sanitasi.JPG
Top Related