Isi & Daftar Pustaka

92
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut HL Blum (1974) yang dikutip oleh Maimunah (2002, h. 3), derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor-faktor tersebut, lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keadaan lingkungan yang tidak sehat dapat merugikan manusia, contohnya akibat dari pem- buangan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Salah satu instansi yang memproduksi sampah adalah rumah sakit. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkum- pulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penu- laran penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (KEPMENKES RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004) Rumah sakit merupakan penghasil sampah terbersar. Salah satu sampah yang berbahaya dari hasil kegiatan rumah sakit adalah sampah medis. Sampah medis merupakan sarana medis habis pakai dan terbuang yang telah digunakan sebagai alat bantu dalam upaya diagnosis dan pengobatan melalui prosedur dan tindakan medis atau perawatan penderita, contohnya : perban, kassa, plester, syringe/ jarum suntik, set infus/botol infus, kantong darah, sarung tangan (Darmadi, 2008, h. 28) Masalah sampah medis dapat dianggap sebagai mata rantai penye- baran penyakit menular. Sampah medis dapat menjadi tempat berkembang- biaknya organisme dan serangga serta tikus. Sampah bahan kimia beracun

Transcript of Isi & Daftar Pustaka

Page 1: Isi & Daftar Pustaka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut HL Blum (1974) yang dikutip oleh Maimunah (2002, h. 3),

derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor-faktor tersebut,

lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keadaan lingkungan

yang tidak sehat dapat merugikan manusia, contohnya akibat dari pem-

buangan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Salah satu instansi yang

memproduksi sampah adalah rumah sakit.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkum-

pulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penu-

laran penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan. (KEPMENKES RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004)

Rumah sakit merupakan penghasil sampah terbersar. Salah satu sampah

yang berbahaya dari hasil kegiatan rumah sakit adalah sampah medis.

Sampah medis merupakan sarana medis habis pakai dan terbuang yang

telah digunakan sebagai alat bantu dalam upaya diagnosis dan pengobatan

melalui prosedur dan tindakan medis atau perawatan penderita, contohnya :

perban, kassa, plester, syringe/ jarum suntik, set infus/botol infus, kantong

darah, sarung tangan (Darmadi, 2008, h. 28)

Masalah sampah medis dapat dianggap sebagai mata rantai penye-

baran penyakit menular. Sampah medis dapat menjadi tempat berkembang-

biaknya organisme dan serangga serta tikus. Sampah bahan kimia beracun

Page 2: Isi & Daftar Pustaka

2

dan benda tajam terkandung dalam sampah medis sehingga dapat menim-

bulkan gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dalam sampah dapat

menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebarkan kuman penyakit

dan kontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes RI, 1992, h. 48)

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soeselo Slawi Kabupaten

Tegal terletak di Jl. dr Soetomo No 63 Slawi Kabupaten Tegal dan meru-

pakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. Kapasitas

tempat tidur yang tersedia di rumah sakit ini sebanyak 330 tempat tidur

dengan prosentase BOR (Bad Ocupancy Rate) adalah 69% yang dapat

mempengaruhi timbulan sampah medis. Sampah medis yang dihasilkan per

hari 1,5m3. Letak insenerator dekat dengan permukiman dan persawahan

warga sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran akibat sampah medis

tersebut. Sampah medis yang dihasilkan dapat menimbulkan dampak negatif,

seperti gangguan kesehatan, gangguan estetika dan kenyamanan berupa

bau serta kesan kotor bagi karyawan, pasien, pengunjung, dan masyarakat

sekitar rumah sakit

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit

Dr. Soesilo Kabupaten Tegal Tahun 2012”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi

Kabupaten Tegal?

Page 3: Isi & Daftar Pustaka

3

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo

Slawi Kabupaten Tegal

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui sumber penimbulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo

Slawi Kabupaten Tegal

b. Mengetahui berat dan volume sampah medis di RSUD Dr. Soeselo

Slawi Kabupaten Tegal

c. Mengetahui jenis sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabu-

paten Tegal

d. Mengetahui cara pewadahan sampah medis pada sumber timbulan

sampah di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Kabupaten Tegal

e. Mengetahui cara pengumpulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo

Slawi Kabupaten Tegal

f. Mengetahui cara pengangkutan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo

Slawi Kabupaten Tegal

g. Mengetahui pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis di

RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

h. Mengetahui faktor penunjang pengelolaan sampah medis di RSUD

Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

i. Menilai pelaksanaan pengelolaan sampah medis di RSUD Dr.

Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

Page 4: Isi & Daftar Pustaka

4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Dapat menjadi masukan dalam program penyehatan lingkungan

terutama dalam pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo Slawi

Kabupaten Tegal.

2. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksana-

kan program penyehatan lingkungan terutama upaya pengelolaan sam-

pah di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.

3. Bagi Almamater

Sebagai tambahan pustaka dalam bidang pengelolaan sampah te-

rutama pengelolaan sampah medis.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1: Keaslian Penelitian

No Nama Judul Penelitian

Nama Peneliti

Jenis Penelitian

Hasil Penelitian

1. Studi Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Khusus Be-dah Jatiwinangun Purwokerto Kabu-paten Banyumas Tahun 2010

Gramelia Dwi Witriana

Penelitian Deskriptif

Volume rata-rata sam-pah non medis di Ru-mah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto Kabupaten Banyumas adalah 272, 02 liter dan sampah medis 59,42 liter, ter-masuk dalam kategori kurang baik dengan nilai prosentase untuk sampah non medis sebesar 55,17% dan sampah medis sebe-sar 48,30%.

2. Studi Sistem Pe-ngelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum Hidayah

Lilis Suryani

Penelitian Deskriptif

Volume rata-rata sam-pah medis di Rumah Sakit Umum Hidayah Kabupaten Banyumas

Page 5: Isi & Daftar Pustaka

5

Kabupaten Banyumas Tahun 2010

adalah 65,69 liter dan sampah non medis 180 ,72liter, termasuk da-lam kategori cukup baik dengan nilai prosenta-se untuk sampah medis sebesar 72,5% dan non sampah medis sebesar 49,75%.

3. Studi Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit San-ta Maria Cilacap, Kabupaten Cilacap Tahun 2011

Agung Dwi Trisnanto

Penelitian Deskriptif

Volume rata-rata sam-pah medis di Rumah Sakit Santa Maria Cila-cap, Kabupaten Cila-cap adalah 66,6liter, termasuk dalam kate-gori cukup baik dengan nilai prosentase 62, 16%.

Perbedaan antara peneliti yang terdahulu adalah lokasi dan waktu

penelitian.

Page 6: Isi & Daftar Pustaka

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Menurut Wikku Adisasmito (2008, h. 33)

“Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang menye-lenggarakan upaya kesehatan masyarakat, termasuk di da-lamnya upaya pencegahan penyakit mulai dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sampai perawatan intensif dan re-habilitasi orang sakit sampai ke tingkat penyembuhan op-timal.”

Menurut KEPMENKES Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

“Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan ter-jadinya pencemaran lingkungan dang gangguan kesehatan.”

B. Sampah Medis

1. Pengertian Sampah

Menurut Budiman Chandra (2007, h. 111), pengertian sampah

menurut WHO

“Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipa-kai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang bera-sal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendi-rinya.”

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Sampah

“Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam berbentuk padat.”

Page 7: Isi & Daftar Pustaka

7

2. Pengertian Sampah Medis

Menurut Depkes RI (1992, h. 67)

“Sampah medis adalah sampah yang berasal dari pelaya-nan medis, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenis pe-nelitian, pengobatan, perawatan, atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya atau yang bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pe-ngamatan-pengamatan tertentu.”

Menurut KEPMENKES Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

“Sampah medis adalah sampah padat yang terdiri dari sampah infeksius, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah sitotoksis, sampah kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan, dan sampah dengan kandu-ngan logam berat yang tinggi.”

3. Jenis dan sumber sampah medis

a. Jenis sampah medis

Menurut Depkes RI (1992, h. 67-69) jenis-jenis sampah medis

berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya adalah :

1) Sampah benda tajam

Sampah benda tajam adalah alat yang memiliki sudut ta-

jam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit, seperti jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pi-

sau, peralatan infus, pecahan kaca, dan paku.

2) Sampah infeksius

Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengan-

dung pathogen (bakteri, virus, parasit atau jamur) dalam konsen-

trasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada

pejamu yang rentan. Contohnya kultur laboratorium, sampah dari

Page 8: Isi & Daftar Pustaka

8

bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang tersentuh pa-

sien yang terinfeksi, eksreta. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 3)

3) Sampah jaringan tubuh

Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, da-

rah, dan cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan

atau autopsy.

4) Sampah sitotoksik

Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau

mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,

pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Contonhya : spuit,

jarum, ampul yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pem-

berian obat, obat-obatan yang kadaluwarsa, obat-obatan yang di-

kembalikan dari bangsal.

5) Sampah farmasi

Sampah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadalu-

warsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak meme-

nuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan

yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,

dan obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang bersang-

kutan, serta sampah medis yang dihasilkan selama produksi obat-

obatan.

6) Sampah kimia

Sampah kimia yang dihasilkan dari penggunaan bahan ki-

mia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterili-

Page 9: Isi & Daftar Pustaka

9

sasi, dan riset. Contohnya : botol, infus, jarum suntik, spuit yang

terkontaminasi.

7) Sampah radioaktif

Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi de-

ngan radioisotope yang berasal dari penggunaan sampah medis

atau riset radionukleida. Contohnya : sampah medis dengan ting-

kat radiasi yang rendah, misalnya : kertas pengisap, kapas, pera-

latan gelas, spuit, ampul.

b. Sumber sampah medis

Rumah Sakit merupakan penghasil sampah medis terbesar.

Berbagai sampah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelaya-

nan kesehatan dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan

bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani sam-

pah tersebut serta masyarakat yang ada disekitar rumah sakit. Sum-

ber sampah medis menurut Depkes (1992, 50) yaitu berasal dari :

1. Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric

Jenis sampah yang dihasilkan adalah dressing (pembalut/

pakaian), sponge (sepon/pengosok), placenta, ampul, termasuk

kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposa-

ble (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain

yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet dispo-

sable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), disposable

unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan

underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.

Page 10: Isi & Daftar Pustaka

10

2. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

Sampah yang dihasilkan meliputi dressing (pembalut/pa-

kaian), sponge (sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk am-

putasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat di-

buang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposa-

ble blood lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis, Levin

tubes (pembuluh), chateter (alat bedah), drainase set (alat penga-

liran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung be-

dah.

3. Unit laboratorium, kamar mayat, pathologi, dan autopsy

Jenis sampah yang dihasilkan gelas terkontaminasi, terma-

suk pipet petri dish, wadah specimen, slide spesimen (kaca/alat

sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang.

4. Unit isolasi

Jenis sampah yang dihasilkan yaitu bahan-bahan kertas

yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air

liur), dressing (pembalut/pakaian) dan bandages (perban), masker

disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perleng-

kapan makan.

5. Unit perawatan

Jenis sampah yang dihasilkan yaitu ampul, jarum disposa-

ble dan syringe (alat semprot).

4. Berat dan volume sampah medis

Berat dan volume sampah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit

sebagai dasar perencanaan pengelolaan selanjutnya merencanakan bia-

Page 11: Isi & Daftar Pustaka

11

ya dan fasilitas yang diperlukan, misalnya : untuk menentukan jumlah dan

ukuran tempat sampah yang diperlukan dan sarana pengangkutan, besar-

nya insenerator yang akan dibuat. Untuk menentukan berat dan volume

sampah yang dihasilkan per harinya dengan cara pengukuran yang

menggunakan satuan kilogram dan liter.

C. Penggolongan Sampah Medis

Penggolongan sampah medis dalam kaitannya dengan pengelolaan

dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Golongan A

Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah :

- Dressing bedah, swab dan semua sampah yang terkontaminasi dari

daerah ini.

- Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.

- Seluruh jaringan tubuh manusia baik terinfeksi maupun tidak, bang-

kai/jaringan hewan dari laboratorium dan lain-lain yang berkaitan de-

ngan swab dan dressing.

2. Golongan B

Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah syringe bekas,

jarum, pecahan gelas dll.

3. Golongan C

Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah sampah dari

ruang laboratorium dan postportum kecuali yang termasuk golongan A.

Page 12: Isi & Daftar Pustaka

12

4. Golongan D

Sampah medis yang termasuk golongan ini adalah sampah bahan

kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

5. Dolongan E

Termasuk golongan ini adalah pelapis badpan disposable, urinoir,

incontinencebed dan stamagbags. (Depkes RI 1992, h. 70)

D. Pengelolaan Sampah Medis

1. Penimbulan sampah medis

Timbulnya sampah merupakan awal dari adanya kegiatan di ru-

mah sakit yang menghasilkan sampah terutama sampah medis, biasanya

berasal dari unit obstetric dan ruang perawatan obstetric, unit emergency

dan bedah termasuk ruang perawatan, unit laboratorium, ruang mayat,

phatology dan autopsy, unit perawatan, dan unit Isolasi.

Tahap penimbulan meliputi : minimisasi, pemanfaatan kembali dan

daur ulang sampah medis, pemilahan sampah medis.

a. Minimisasi sampah medis

Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 61 & 62) pengurangan sig-

nifikan jumlah sampah medis yang berasal dari instansi layanan ke-

sehatan dan sarana penelitian dapat didukung melalui penerapan be-

berapa kebijakan dan praktik tertentu. Contoh kebijakan dan praktik

yang mendukung program minimisasi sampah medis adalah :

Page 13: Isi & Daftar Pustaka

13

1) Pengurangan sumber

a) Mengurangi pembelian dengan cara menyeleksi persediaan

yang tidak banyak terbuang percuma atau tidak terlalu ber-

bahaya.

b) Menggunakan metode pembersihan secara fisik bukan kimia

(misalnya : desinfeksi tekanan uap bukan desinfeksi bahan ki-

mia).

c) Mencegah pemborosan produk, misalnya pada aktivitas pera-

watan dan pembersihan.

2) Tindakan pengelolaan dan pengendalian di rumah sakit

a) Pemusatan pembelian bahan kimia berbahaya.

b) Pantau peredaran bahan kimia baik di dalam fasilitas kese-

hatan, mulai dari penerimaan bahan baku sampai pembua-

ngan akhir sampah medis berbahaya.

3) Pengelolaan persediaan bahan kimia dan farmasi

a) Lakukan pemesanan dalam jumlah kecil secara berkala bukan

dalam jumlah besar tetapi sekaligus (sangat aplikatif terutama

untuk produk yang tidak stabil).

b) Gunakan dahulu produk dengan tanggal kedaluarsa yang

lebih dekat.

c) Gunakan atau habiskan dahulu semua isi yang ada dalam se-

tiap wadah.

d) Periksa dengan seksama tanggal kedaluarsa semua produk

saat penerimaan barang.

Page 14: Isi & Daftar Pustaka

14

Minimisasi sampah medis biasanya menguntungkan produsen sam-

pah medis itu sendiri, yaitu : biaya yang dikeluarkan untuk bahan

pembelian bahan baku dan untuk pengolahan serta pembuangan

sampah medis menjadi berkurang sehingga pertanggunggugatan

yang berkaitan dengan pembuangan sampah medis berbahaya men-

jadi berkurang.

b. Pemanfaatan kembali dan daur ulang sampah medis

Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah

melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, sy-

ringes, botol gelas, dan kontainer. Alat-alat lain yang dapat dimanfa-

atkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang te-

lah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needles, atau

seeds (KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/2004)

c. Pemilahan sampah medis

Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibebankan pada

produsen sampah medis dan harus dilakukan sedekat mungkin de-

ngan tempat dihasilkannya sampah medis, kondisi yang telah terpilah

itu harus tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pe-

ngangkutan (A. Pruss, dkk, 2005, h. 64)

2. Pewadahan sampah medis

Setiap unit penghasil sampah hendaknya disediakan tempat pe-

wadahan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan

jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Wadah sampah medis

harus dilakukan pencucian setiap pengosongan sampah medis atau se-

belum tampak kotor, penggunaan kantong pelapis dapat mengurangi fre-

Page 15: Isi & Daftar Pustaka

15

kuensi pencucian, kemudian didesinfeksi setelah pencucian lalu diperiksa

jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti (Depkes RI, 1992, h.

52 & 53)

Tempat pewadahan sampah medis harus sesuai dengan persya-

ratan yang telah ditetapkan dalam KEPMENKES RI No 1204/MENKES/-

SK/X/2004 yaitu :

1. Harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga

orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

2. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,

dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misal-

nya fiberglass.

3. Tersedia wadah yang terpisah antara sampah medis dengan sampah

non medis.

4. Benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol

atau karton yang aman.

5. Jenis wadah label sampah medis yang digunakan harus sesuai de-

ngan kategorinya seperti pada tabel berikut :

Page 16: Isi & Daftar Pustaka

16

Tabel 2.1: Jenis Wadah dan Label Sampah Medis Sesuai Kategorinya

No Kategori Warna Kontainer/ kantong Plastik

Lambang Keterangan

1. Radioaktif Merah

Kantong boks timbal dengan Symbol ra-dioaktif

2. Sangat infeksius

Kuning

Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kon-tainer yang dapat di-sterilisasi dengan oto-klaf

3. Sampah infeksius Patologi dan anatomi

Kuning

Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau kontainer

4. Sitotoksis Ungu

Kontainer plastik kuat dan anti bocor

5. Sampah Kimia dan Farmasi

Coklat - Kantong plastik atau kontainer

3. Pengumpulan sampah medis

Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah

yang dimulai dari tempat penampungan sampah atau dari sumber

sampah ke tempat pengumpulan sementara atau langsung ke tempat

pembuangan akhir. Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 67) staf keperawatan

dan staf klinis lainnya harus memastikan bahwa kantong sampah medis

tertutup atau terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh.

Kantong yang belum terisi penuh dapat disegel dengan membuat simpul

ikatan di bagian lehernya sementara kantong yang berat/ penuh mungkin

perlu diikat dengan menggunakan label plastik pengikat dari jenis self-

Page 17: Isi & Daftar Pustaka

17

locking. Kantong tidak boleh ditutup dengan cara distaples. Sampah

medis tidak boleh terlalu lama menumpuk di satu titik pengumpulan.

Petugas yang mengumpulkan sampah medis harus mematuhi

rekomendasi sebagai berikut :

1) Sampah medis harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi

yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang di-

tentukan.

2) Jangan memindahkan satu kantong sampah medispun kecuali label-

nya memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal

atau bagian-bagiannya) dan isinya.

3) Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan

kontainer baru dari jenis yang sama.

4. Pengangkutan sampah medis

Pengangkutan sampah medis di dalam rumah sakit atau ke fasi-

litas lain menggunakan trolli, kotainer, atau gerobak yang tidak digunakan

untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan yang mudah dimuat dan

dibongkar muat, tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau

kontainer sampah selama pemuatan maupun pembongkarmuatan, serta

mudah dibersihkan. Kendaraan pengangkut sampah medis tersebut harus

dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari dengan desinfektan yang tepat.

Semua ikatan atau tutup kantong sampah medis harus berada di tem-

patnya dan masih utuh setibanya di tempat pengangkutan. (A. Pruss, dkk,

2005, h. 68)

Menurut Budiman Chandra (2007, h. 194 & 195) pengangkutan

sampah biasanya menggunakan kereta. Pada bangunan bertingkat, pe-

Page 18: Isi & Daftar Pustaka

18

ngangkutan dilakukan dengan menggunakan cerobong sampah atau lift

(conveyor). Berikut sarana yang digunakan untuk pangangkutan sampah

medis :

a. Kereta

Kereta pengangkut yang digunakan harus memenuhi syarat :

permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah diber-

sihkan, serta mudah diisi dan dikosongkan. Kereta pengangkut untuk

sampah padat medis harus dipisah dengan kereta untuk sampah non

medis. Untuk memudahkan pengangkutan, perlu dipertimbangkan dis-

tribusi tempat penampungan sampah, jalur jalan dalam rumah sakit,

jenis dan jumlah, serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.

b. Cerobong sampah atau lift

Sarana ini biasanya digunakan di gedung rumah sakit yang

bertingkat. Namun pengangkutan dengan metode ini banyak mengan-

dung risiko. Cerobong atau lift dapat menjadi tempat perkembang-

biakan kuman dan dapat menyebabkan pencemaran udara, selain

juga sulit untuk dibersihkan sehingga harus menggunakan kantong

plastik yang tebal dan kuat.

c. Lain-lain

Pengangkutan juga dapat dilakukan dengan menggunakan

sewerage system atau saluran tersendiri. Pada sistem ini, sampah

berbentuk bubur dialirkan ke bak penampungan sementara baik de-

ngan memanfaatkan gravitasi maupun tekanan.

Page 19: Isi & Daftar Pustaka

19

5. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis

Menurut Budiman Chandra (2007, h. 195) pemusnahan dan pem-

buangan sampah medis dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses

autoclaving, insenerasi, ataupun dengan penguburan, seperti berikut :

a. Autoclave

Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan

kuman atau mensterilkan sampah infeksius dengan memanfaatkan

uap panas bertekanan tinggi.

b. Insenerator

Ukuran insenerasi harus sesuai dengan volume dan kualitas

sampah. Insenerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah

medis (misalnya : perban, kasa, plester, atau masker bekas).

c. Lokasi penguburan

Lokasi khusus untuk sampah medis, seperti plasenta atau

sisa potongan anggota tubuh dari ruang operasi atau autopsy yang

mudah membusuk, perlu segera dikubur.

Persyaratan pembuangan akhir sampah medis sesuai peraturan

yang telah ditetapkan oleh KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/

2004 adalah :

1) Sampah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat

pembuangan akhir sampah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan sampah medis di-

sesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis sampah medis

yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan

pembakaran menggunakan insenerator.

Page 20: Isi & Daftar Pustaka

20

E. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis

1. Organisasi

Hubungan masing-masing individu, tugas-tugas serta tanggung ja-

wabnya dalam mencapai tujuan akan terlihat dengan adanya struktur or-

ganisasi. Pengelolaan sampah yang tepat selain bergantung pada admi-

nistrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan kebijakan dan penda-

naan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan

terdidik. Direktur rumah sakit harus membentuk tim pengelolaan sampah

rumah sakit. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 48)

2. Tenaga/pengelola sampah medis

Menurut Depkes RI (1992, h. 65), tenaga/pengelola sampah

medis :

a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikum-

pulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan

sampah medis dan non medis, sedang ruang lain bisa dilakukan oleh

tenaga kebersihan.

b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

kualifikasi SMP ditambah latihan khusus.

c. Pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga

sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

Petugas dibekali dengan alat pelindung atau pakaian yang mema-

dai, seperti :

a. Sepatu

b. Baju

c. Celana

Page 21: Isi & Daftar Pustaka

21

d. Sarung tangan

e. Topi

f. Masker (Budiman Chandra, 2005, h. 196)

3. Sarana

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986, h. 62), peralatan

pengumpulan sampah dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pewadahan serta perlengkapannya.

b. Pengangkutan serta perlengkapannya.

Pengadaptasian peralatan pengumpulan sampah terhadap situasi daerah

setempat sangat penting agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi

persyaratan kenyamanan dan kesehatan lingkungan masyarakat, tidak

membahayakan, efektif, praktis dan ekonomis (Lilis Suryani, 2010, h. 23)

4. Dana

Pendanaan dapat berasal dari sektor swasta atau dari satu atau

beberapa tingkat pemerintahan. Untuk instansi kesehatan milik pemerin-

tah, pemerintah dapat menggunakan pendapatan negara untuk membia-

yai sistem pengelolaan sampah, sedangkan bagi instansi kesehatan

swasta, pemerintah dapat memberlakukan kebijakan langsung yang me-

wajibkan swasta untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah me-

disnya sendiri.

Membuat prosedur akutansi untuk mendokumentasikan biaya

yang dikeluarkan dalam pengelolaan sampah medis. Biaya untuk pe-

ngumpulan yang terpisah, pengemasan yang tepat dan penanganan di te-

mpat merupakan biaya internal instansi dan dikeluarkan dalam bentuk gaji

dan biaya persediaan. Biaya sampah medis harus dimasukan dalam ko-

Page 22: Isi & Daftar Pustaka

22

lom yang berbeda, hal ini memungkinkan dilakukannya perbandingan bia-

ya antar periode dan membantu mengurangi biaya pengolahan. (A. Pruss,

dkk, 2005, h. 145-147)

5. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta

serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi

untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan meru-

muskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang di-

inginkan (Riza Hapsari, 2010, h. 30 & 31)

Tahap perencanaan merupakan tahapan awal dalam proses pe-

laksanaan program pembangunan pengelolaan sampah. Hal ini dimak-

sudkan bahwa perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedo-

man dalam proses pembangunan dimaksud (Ni Komang Ayu Artiningsih,

2008, h. 21)

F. Dampak Pengelolaan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis dapat menimbulkan dampak positif dan

negatif, yaitu :

a. Dampak positif pengelolaan sampah medis

Pengelolaan sampah yang baik memberikan dampak positif terha-

dap kesehatan mayarakat, lingkungan, dan rumah sakit itu sendiri seperti:

1. Meningkatkan pemeliiharaan bersih dan rapi, meningkatkan pengawa-

san, pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus dapat

mencegah penularan/infeksi nosokomial.

Page 23: Isi & Daftar Pustaka

23

2. Keadaan yang saniter, estetika yang baik akan menimbulkan rasa

nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung serta mencerminkan

keberadaan sosial budaya masyarakat di luar rumah sakit.

3. Berkurangnya tempat berkembangbiak untuk serangga dan tikus di

lingkungan rumah sakit, sehingga kepadatan populasi vektor sebagai

mata rantai penularan dapat dikurangi.

b. Dampak negatif pengelolaan sampah medis

Pengelolaan sampah yang tidak baik menimbulkan dampak ne-

gatif yang berupa:

1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu

dan menimbulkan masalah kesehatan serta keluhan bagi masyarakat

yang tinggal dilingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.

2. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan meng-

ganggu estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang, misalnya

dengan bertebarannya sampah dimana-mana sehingga mengganggu

kenyamanan pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar.

3. Proses pembusukan sampah medis oleh mikroorganisme akan meng-

hasilkan gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya bau

busuk. (Maimunah, 2010, h. 18-21)

G. Sampah Medis sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Sampah medis adalah sampah padat yang terdiri dari sampah

infeksius, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah sitotoksis, sampah

kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan, dan sampah

dengan kandungan logam berat yang tinggi (KEPMENKES Nomor

Page 24: Isi & Daftar Pustaka

24

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit)

Menurut Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan hidup, bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap bahan

yang karena sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusakkan

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk

hidup lainnya. Menegaskan bahwa setiap usaha dan/ atau kegiatan wajib

melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, yang meliputi

kegiatan: menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,

menggunakan dan/ atau membuang. Pengelolaan B3 tersebut telah diatur

dalam PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan

Beracun. Peraturan tersebut mengklasifikasikan B3 kedalam:

1. Mudak meledak(explosisive)

2. Pengoksidasi (oxidizing)

3. Menyala:

a. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)

b. Sangat mudah menyala (highly flammable)

c. Mudah menyala (flammable)

4. Beracun:

a. Amat sangat beracun (extremely toxic)

b. Sangat beracun (highly toxic)

c. Beracun (moderately toxic)

5. Berbahaya(harmful):

a. Korosif (coorosive)

Page 25: Isi & Daftar Pustaka

25

b. Bersifat iritasi (irritant)

c. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

6. Toksik yang bersifat kronis:

a. Karsinogenik (carcinogenic)

b. Teratogenik (teratogenic)

c. Mutagenik (metagenic)

H. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Dampak pengelolaan

sampah medis

Faktor penunjang pengelolaan sampah medis:

1. Organisasi 2. Tenaga/pengelo

la sampah medis

3. Sarana 4. Dana 5. Perencanaan

Proses pengelolaan sampah medis :

a. Penimbulan sampah b. Pewadahan sampah c. Pengumpulan sampah d. Pengangkutan

sampah e. Pemusnahan dan

pembuangan akhir sampah medis

Berat dan Volume sampah medis

Rumah Sakit

Sampah

Medis

Sumber sampah medis

1. unit obstetric dan ruang perawatan obstetric

2. unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

3. unit laboratorium, ruang mayat, phatology dan autopsy

4. unit Perawatan 5. unit Isolasi

Jenis sampah

medis

Sampah medis

sebagai bahan

berbahaya dan

beracun

Page 26: Isi & Daftar Pustaka

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

1. Komponen Penyusun

a. Input

1) Organisasi

2) Tenaga/pengelola sampah medis

3) Sarana

4) Dana

5) Perencanaan

b. Proses

1) Penimbulan sampah medis

2) Berat dan volume sampah medis

3) Jenis sampah medis

4) Pewadahan sampah medis

5) Pengumpulan sampah medis

6) Pengangkutan sampah medis

7) Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis

c. Output

Penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis menggunakan

checklist dengan kategori penilaian baik, cukup baik, dan kurang baik

Page 27: Isi & Daftar Pustaka

27

2. Gambar Kerangka Pikir

3. Definisi Operasional

Tabel 3.1: Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara mengum-pulkan data dan instrumen

Satuan

1 2 3 4 5

1. Organisasi Struktur organisasi yang ada dalam pe-ngelolaan sampah medis

Wawancara dengan kuesioner

-

2. Tenaga/pengelola sampah medis

Petugas yang ber-wenang di bagian pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit

Wawancara dengan kuesioner

- Laki-laki - Perempua

n - Tahun

3. Sarana Alat yang diguna- Wawancara - kan dalam penge-

lolaan sampah me-dis.

dengan kuesioner

4. Dana Biaya yang diguna-kan dalam pengelo-laan sampah medis.

Wawancara dengan kuesioner

-

5. Perenca- Program yang dibuat Wawancara - Ada

Gambar 3.1

Kerangka Pikir

INPUT

1. Organisasi 2. Tenaga/pe-

ngelola sam-pah medis

3. Sarana 4. Dana 5. Perencana-

an

PROSES

1. Penimbulan sampah medis

2. Berat sampah medis 3. Volume sampah

medisa 4. Jenis sampah medis 5. Pewadahan sampah

medis 6. Pengumpulan

sampah medis 7. Pengangkutan

sampah medis 8. Pemusnahan dan

pembuangan akhir sampah

OUTPUT

Penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis menggunakan checklist dengan kategori penilaian :

- Baik - Cukup baik - Kurang baik

Page 28: Isi & Daftar Pustaka

28

1 2 3 4

naan dalam pengelolaan sampah medis.

dengan kuesioner - Tidak ada

6. Penimbu-lan sampah medis

Meliputi tahap mini-misasi, pemilahan, pemanfaatan kem-bali dan daur ulang

Wawancara dan pengamatan de-ngan kuesioner dan checklist

- Ya - Tidak

7. Berat sampah medis

Produksi sampah medis per hari yang dihasilkan oleh ru-mah sakit dengan satuan kilogram

Pengukuran dengan Timbangan

Kilogram

8. Volume sampah medis

Rata-rata sampah medis yang dihasil-kan setiap harinya dengan satuan liter

Pengukuran dengan Box sampling

Liter

9. Jenis sampah medis

Macam-macam sampah medis yang dihasilkan oleh ru-mah sakit

Wawancara dengan kuesioner

-

10. Wadah sampah medis

Alat yang diguna-kan untuk menam-pung sampah medis

Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner

- Ya - Tidak

11. Pengum-pulan sampah medis

Membawa sampah medis dari wadah ke tempat pengumpu-lan sampah

Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner

- Ya - Tidak

12. Pengang-kutan sampah medis

Membawa sampah dari sumber pengha-sil sampah ketempat pembuangan akhir

Pengamatan dan wawancara dengan checklist dan kuesioner

- Ya - Tidak

13. Pengola-han sam-pah

Suatu cara tertentu untuk mengolah sampah medis pada suatu sarana ter-tentu

Pengamatan dengan checklist

- Ya - Tidak

14. Pemusna-han/pem-buangan akhir sam-pah

Upaya memusnahkan sampah medis

Pengamatan dengan checklist

- Ya - Tidak

15. Penilaian pelaksanaan penge-lolaan sampah medis

Suatu cara untuk menilai pelaksanaan pengelolaan sampah medis pada lima ta-hap pengelolaannya

Pengamatan dengan checklist

- Baik - Cukup

baik - Kurang

baik

Page 29: Isi & Daftar Pustaka

29

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan sampah

medis di RSUD Dr. Soeselo.

C. Ruang Lingkup

1. Waktu

a. Tahap persiapan : Januari-Pebruari 2012

b. Tahap pelaksanaan : Mei-Juni 2012

c. Tahap penyelesaian : Juni-Juli 2012

2. Lokasi

Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo yang

beralamat di Jl. dr Soetomo No 63 Slawi

3. Materi

Materi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pengelolaan

sampah medis yang meliputi tahap penimbulan, tahap pewadahan, tahap

pengumpulan, tahap pengangkutan dan tahap pemusnahan/pembuangan

akhir.

D. Subyek Penelitian

Subyek yang diteliti adalah pengelolaan sampah medis yang meliputi

tahap penimbulan sampah medis, tahap pewadahan, tahap pengumpulan,

tahap pengangkutan, tahap pemusnahan dan pembuangan akhir sampah

medis, pengukuran berat dan volume sampah medis serta faktor penunjang

Page 30: Isi & Daftar Pustaka

30

pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo, sedangkan obyek

penelitiannya adalah RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Umum

Data umum yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

dengan mengambil data di kantor antara lain struktur organisasi,

keadaan wilayah, denah rumah sakit di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Soeselo.

b. Data Khusus

Data khusus yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

hasil pengamatan dan wawancara yang dipandu dengan checklist dan

kuesioner pengelolaan sampah medis serta pengukuran berat dan

volume sampah medis dengan menggunakan timbangan dan box

sampling di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan

dan wawancara yang menggunakan checklist dan kuesioner

pengelolaan sampah medis serta pengukuran berat dan volume

sampah medis menggunakan timbangan dan box sampling di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.

Page 31: Isi & Daftar Pustaka

31

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo.

3. Cara Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu melihat langsung objek yang akan diteliti dengan

menggunakan checklist.

b. Wawancara, yaitu menanyakan data tentang dokumen dan data

lainnya.

c. Pengukuran berat dan volume sampah medis yang dihasilkan di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal.

4. Instrument Pengumpul Data

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

proses penelitian, meliputi :

a. Checklist

b. Kuesioner

c. Box sampling

d. Timbangan

F. Pengolohan Data

1. Edting yaitu mengadakan seleksi dan pemilihan data sesuai dengan ke-

lompoknya

2. Coding yaitu pemberian kode pada masing-masing data yang diperoleh.

3. Tabulating yaitu memasukkan data tabel untuk mempermudah pengo-

lahannya.

Page 32: Isi & Daftar Pustaka

32

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan

untuk mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, kemudian data

tersebut diolah menggunakan analisis deskriptif yaitu menggunakan distri-

busi frekuensi yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, gambar atau grafik.

H. Etika Penelitian

Peneliti akan mengajukan permohonan ijin kepada instansi setempat

untuk mendapatkan persetujuan dalam melakukan penelitian dengan mene-

kankan prinsip-prinsip etika meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan akan diberikan subyek yang akan diteliti. Pe-

neliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaku-

kan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengum-

pulan data. Jika responden tersebut menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity

Peneliti menjaga identitas responden dengan tidak mencantum-

kan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi ini-

sial pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya

data tertentu yang disajikan sebagai akan dilaporkan sebagai hasil pe-

nelitian. (A. Aziz Ahmad Hidayat, 2007, h. 93-95)

Page 33: Isi & Daftar Pustaka

33

BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum RSUD Dr Soeselo

1. Letak geografis

RSUD dr. Soeselo Slawi merupakan rumah sakit milik Pemerintah

Kabupaten Tegal yang berlokasi di Jl. Dr Soetomo No. 63 Slawi

Kabupaten Tegal dengan luas wilayah 47.125 m2 dan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

a. Utara : Jl. Dr. Soetomo

b. Timur : Jl. Dr. Wahidin

c. Selatan : Persawahan

d. Barat : Persawahan

Denah rumah sakit dapat dilihat pada lampiran 6

2. Sejarah

Sejarah berdirinya RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

berawal dari Balai Pengobatan Karyawan perusahaan gabungan pabrik

gula se ex Karasidenan Pekalongan pada tahun 1917. Pada awal

kemerdekaan tersebut (1945-1947) Balai Pengobatan tersebut dialihkan

fungsinya sebagai Rumah Sakit Tentara yang dipimpin oleh dr. HRM

Soeselo Wiriosapoetra.

Seiring dengan kebijakan dan kewenangan pemerintah selanjutnya

sejarah perkembangan RSUD dokter Soeselo Slawi sebagai berikut :

a. Tahun 1952 pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Dati

Tingkat II Tegal sampai dengan sekarang, dan mulai dikenal dalam

Page 34: Isi & Daftar Pustaka

34

nomenklatur sebagai RSUD dr. Soeselo Slawi, namun demikian

masyarakat sekitar Slawi masih banyak yang menyebut RSUD

Dukuhwringin.

b. Tahun 1983 ditetapkan Pemerintah sebagai Rumah Sakit Tipe C

dengan SK Menkes RI No. 233/Menkes/SK/VI/1983.

c. Tahun 2000 oleh DEPKES telah diakreditasi penuh tingkat dasar

dengan sertifikat akreditasi No. YM.00.03.3.5.623 yang berlaku

sampai dengan 25 Pebruari 2003.

d. Tahun 2003 ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Rumah Sakit

dengan Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut melalui Keputusa Dirjen

Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.2.46 tanggal 12 Januari 2003 yang

berlaku hingga 12 Januari 2006.

e. Tahun 2005 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Non

Pendidikan dengan SK Menkes RI No. 932/Menkes/SK/VI/2005.

f. Tahun 2006 mendapatkan sertifikat akreditasi tumah sakit dari

Menkes dengan No HK.00.06.3.5.1876 dengan status penuh tingkat

lengka tanggal 22 Mei 2006.

g. Bulan Mei Tahun 2008 Keputusan Bupati Tegal Nomor: 445/61/

2008 tentang Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) penuh kepada Badan

Pengelola RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal.

Page 35: Isi & Daftar Pustaka

35

3. Struktur organisasi

RSUD Dr. Soeselo dipimpin oleh seorang Direktur yang bernama

dr. Widodo Joko Mulyono, M.Kes.M.M dan dibantu oleh dua Wadir

diantaranya Wadir Pelayanan yaitu dr. Endang Kusdaryati M dan Wadir

Umum & Keua-ngan yaitu Dra. Nany Lestari. Wadir pelayanan dibagi

menjadi tiga bidang yaitu : Bidang Pelayanan Medis, Bidang

Keperawatan dan Bidang Penun-jang, masing-masing bidang tersebut

memiliki dua seksi, yang pertama Bi-dang Pelayanan diantaranya Seksi

Pelayanan Medis dan Seksi Mutu & Eti-ka, yang kedua Bidang

Keperawatan meliputi : Bidang Pelayanan Kepera-watan dan Seksi

Asuhan Keperawatan dan yang ketiga Bidang Penunjang meliputi Seksi

Penunjang Medis dan Seksi Penunjang Non Medis. Struktur Organisasi

RSUD Dokter Soeselo Kabupaten Tegal dapat dilihat pada lam-piran 7.

4. Kepegawaian

RSUD Dr. Soeselo mempunyai 589 pegawai yang meliputi 42 Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS), 424 Pegawai Negeri Sipil (PNS) , 72

pegawai BLUD, 10 Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan 6 Dokter Tamu (DT).

Rincian jumlah pegawai berdasarkan jenis jabatan dapat dilihat pada

tabel 4.1

Page 36: Isi & Daftar Pustaka

36

Tabel 4.1: Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Jabatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012

No. Jenis Jabatan CPNS PNS BLUD PTT Dokter Tamu

1. Dokter Spesialis 1 14 0 0 6 2. Dokter Umum 3 7 0 0 0 3. Dokter Gigi 0 3 0 0 0 4. Dokter Struktural 0 5 0 0 0 5. Apoteker 2 3 1 0 0 6. Sarjana Psikologi 0 1 0 4 0 7. Perawatan 20 157 43 0 0 8. Para Medis Non medis 7 58 14 6 0 9. Para Medis 9 131 14 10 0

Jumlah 42 424 72 20 6

Sumber : Profil RSUD Dr Soeselo tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang

paling banyak adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 424.

5. Kapasitas tempat tidur

Kapasitas tempat tidur yang dimiliki oleh RSUD Dr Soeselo

sebanyak 330 tempat tidur dengan BOR (Bad Ocupancy Rate) pada

bulan Januari-Mei tahun 2012 sebesar 76,57% dan jumlah pasien per

bulan adalah 230 pasien, rincian jumlah tempat tidur dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.2: Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012

No. Nama Ruangan Jumlah Tempat Tidur (TT)

1. Jatayu 20 2. Cendrawasih 17 3. Cempaka kelas Utama dan I 28 4. Bougenvil Kelas II dan III 33 5. Dahlia Kelas II dan III 46 6. Anggrek Kelas VIP, I, II, dan III 50 7. Nusa Indah Kelas I, II, dan III 30 8. Palm Kelas Utama, I, II, dan III 53 9. Perinatologi 6 10. ICU 4 11. Kemuning (Kelas III/ Jamkesmas) 40

Jumlah 327

Sumber : profil RSUD Dr Soeselo Tahun 2012

Page 37: Isi & Daftar Pustaka

37

6. Pelayanan

a. Pelayanan rawat jalan

1) Klinik Penyakit Dalam

2) Klinik Kebidanan & Kandungan

3) Klinik Anak & Imunisasi

4) Klinik Bedah Umum

5) Klinik Bedah Orthopedi

6) Klinik Mata

7) Klinik THT

8) Klinik Kulit & Kelamin

9) Klinik Syaraf

10) Klinik Jantung

11) Klinik Paru

12) Klinik Kedokteran Jiwa

13) Klinik Rehabilitasi Medik

14) Klinik Umum

15) Klinik Gigi

16) Konsultasi Gigi

17) Klinik Perjanjian (Pelayanan Privat)

b. Pelayanan rawat inap

1) Ruang Jatayu

2) Ruang Cendrawasih

3) Ruang Cempaka Kelas Utama dan I

Page 38: Isi & Daftar Pustaka

38

4) Ruang Bougenvil Kelas II dan III

5) Ruang Dahlia Kelas II, dan III

6) Ruang Anggrek Kelas VIP, I, II dan III

7) Ruang Nusa Indah Kelas I, II, dan III

8) Ruang Palm Kelas Utama, I, II dan III

9) Ruang Perinatologi

10) ICU (Intensif Central Unit)

11) Ruang Kemuning (Kelas III/ Jamkesmas)

B. Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo

1. Penimbulan sampah medis

Penimbulan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo berasal dari

ruang keperawatan meliputi ruang Jatayu, Cendrawasih, Cempaka,

Bougenvil, Dahlia, Anggrek, Nusa Indah dan Palm, Perinatologi, ICU,

IGD, Ponek, IBS dan laboratorium.

a. Tahap penimbulan sampah medis

Tahap penimbulan sampah medis di RSUD Dr Soeselo

adalah :

1) Telah dilakukan minimisasi sampah medis seperti memesan

bahan sesuai kebutuhan dan menghabiskan bahan dari setiap

kemasan.

2) Pada bagian tutup/ dinding luar tempat sampah terdapat tulisan

mengenai anjuran tentang sampah medis apa yang harus

dibuang di tempat sampah tersebut, tetapi dalam penerapannya

tidak sesuai dengan apa yang telah dianjurkan.

Page 39: Isi & Daftar Pustaka

39

3) Masih terdapat sampah non medis pada tempat sampah medis

yang menjadi masalah bagi petugas pengelola sampah medis

dan di sekitar tempat sampah masih terdapat sampah medis

yang tercecer.

b. Berat dan volume sampah medis

Berat dan volume sampah medis rumah sakit yang telah diukur

pada tahap penimbulan sampah di RSUD Dr Soeselo dari tanggal 29

Mei sampai 4 Juni 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3: Berat dan Volume Sampah Medis Tanggal 29 Mei-04 Juni

2012 di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012

Tanggal Sumber Sampah Medis

Berat Sampah Medis (kg)

Volume Sampah Medis

(liter) 1 2 3 4

29 Mei 2012 1. Dahlia 9,0 70

2. Nusa Indah 6,5 50

3. Anggrek 2,0 35

4. Cendrawasih 4,5 30,5

5. Palm 4,5 40

6. Bougenvil 6,0 45

7. Cempaka 5,5 40

8. Jatayu 4,5 30,5

9. Kemuning 5,5 35

10. Ponek 4,5 25

11. ICU 1,5 35

12. IGD 5,0 35

13. IBS 2,0 25

14. Laboratorium 3,5 25

Jumlah 64,5 521

30 Mei 2012 1. Dahlia 5,0 60 2. Nusa Indah 9,5 60 3. Anggrek 6,0 35 4. Cendrawasih 2,5 15 5. Palm 5,0 40 6. Bougenvil 5,0 40 7. Cempaka 4,5 35 8. Jatayu 2,5 15 9. Kemuning 6,5 40 10. Ponek 3,5 30

Page 40: Isi & Daftar Pustaka

40

1 2 3 4

11. ICU - - 12. IGD 5,7 40 13. IBS 5,5 40 14. Laboratorium 3,2 35

Jumlah 64,4 485

31 Mei 2012 1. Dahlia 8,0 45 2. Nusa Indah 11,5 70 3. Anggrek 1,5 20 4. Cendrawasih 3,0 30 5. Palm 3,5 30 6. Bougenvil 5,0 50 7. Cempaka 6,0 50 8. Jatayu 2,0 20 9. Kemuning 4,5 50 10. Ponek 1,0 20 11. ICU 1,0 15 12. IGD 4,7 50 13. IBS 3,5 25 14. Laboratorium 4,5 40

Jumlah 59,7 515

1 Juni 2012 1. Dahlia 8,0 70

2. Nusa Indah 11,5 80

3. Anggrek 2,5 20

4. Cendrawasih 3,5 30

5. Palm 2,5 30

6. Bougenvil 8,0 50

7. Cempaka 6,0 50

8. Jatayu 2,0 20

9. Kemuning 6,0 40

10. Ponek 4,0 30

11. ICU 2,0 20

12. IGD 4,0 30

13. IBS 6,0 60

14. Laboratorium 7,0 40

Jumlah 73,0 570

2 Juni 2012 1. Dahlia 9,5 60 2. Nusa Indah 11,5 130 3. Anggrek 3,0 20 4. Cendrawasih 4,0 40 5. Palm 3,0 40 6. Bougenvil 5,0 60 7. Cempaka 6,5 60 8. Jatayu 3,5 30 9. Kemuning 4,0 35 10. Ponek 3,0 20 11. ICU 2,0 20 12. IGD 8,0 60

1 2 3 4

Page 41: Isi & Daftar Pustaka

41

13. IBS 4,0 30 14. Laboratorium 2,5 20

Jumlah 69,5 625

3 Juni 2012 1. Dahlia 6,0 50 2. Nusa Indah 4,0 30 3. Anggrek 1,5 15 4. Cendrawasih 2,0 25 5. Palm 0,5 10 6. Bougenvil 5,5 60 7. Cempaka 3,0 35 8. Jatayu 2,0 25 9. Kemuning 3,0 35 10. Ponek 1,5 35 11. ICU 1,0 15 12. IGD 5,0 20 13. IBS 5,5 50 14. Laboratorium 1,5 15

Jumlah 55,5 420

4 Juni 2012 1. Dahlia 6,5 60 2. Nusa Indah 11,0 100 3. Anggrek 1,5 15 4. Cendrawasih 4,0 45 5. Palm 0,5 10 6. Bougenvil 7,0 75 7. Cempaka 6,0 55 8. Jatayu 2,0 25 9. Kemuning 5,0 55 10. Ponek 1,5 35 11. ICU 1,0 15 12. IGD 6,0 30 13. IBS 5,5 50 14. Laboratorium 1,5 15

Jumlah 59 585

Total 445,6 3.721

Rata-rata 63,66 531,6

Berdasarkan tabel 4.3, rata-rata berat sampah medis per

harinya adalah 63,66 kg dengan rata-rata volume sampah medis

per hari adalah 531,6 liter. Berat jenis dari sampah tersebut

yaitu 0,12 kg/liter.

Page 42: Isi & Daftar Pustaka

42

c. Jenis sampah medis

Jenis sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit ini adalah:

1) Sampah benda tajam

Sampah benda tajam yang dihasilkan adalah jarum suntik,

lancet, pecahan kaca.

2) Sampah infeksius

Sampah infeksius yang dihasilkan yaitu kapas, perban

luka, kantong darah, slang infus, botol infus, spet, sarung tangan

disposable, botol injeksi yang terkontaminasi, kantong kencing

pasien yang terkena penyakit infeksi.

3) Sampah jaringan tubuh

Sampah jaringan tubuh yang dihasilkan oleh rumah sakit

adalah anggota badan, darah.

4) Sampah farmasi

Sampah farmasi yang dihasilkan adalah obat-obatan yang

sudah kadaluwarsa, obat-obatan yang kemasannya terkontami-

nasi.

5) Sampah kimia

Sampah kimia yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah

bahan kima yang berasal dari kegiatan laboratorium.

Page 43: Isi & Daftar Pustaka

43

2. Pewadahan sampah medis

Tahap pewadahan di RSUD Dr Soeselo yaitu :

a. Disediakan wadah sampah medis di setiap ruang penghasil sampah

medis, wadah sampah medis dicuci 2 kali dalam seminggu yaitu hari

rabu dan sabtu atau ketika tampak kotor, tidak dilakukan desinfeksi

pada wadah sampah medis yang telah dicuci, wadah sampah medis

sudah dilapisi dengan kantong plastik yang berwarna kuning, tetapi

masih terdapat beberapa wadah sampah medis yang belum dilapisi

dengan kantong plastik.

b. Wadah sampah yang digunakan adalah tempat sampah yang kedap

air, anti tusuk, terbuat dari bahan plastik, kuat cukup ringan, tahan

karat dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian

dalamnya.

c. Sudah tersedia wadah sampah yang terpisah antara sampah medis

dengan sampah non medis.

d. Benda tajam ditampung pada tempat khusus yaitu botol kecil, tetapi

dalam penampungannya masih ada yang ke tempat sampah medis

lainnya seperti pada tempat sampah infeksius dan hal ini dapat

menyebabkan kecelakaan pada petugas yang menangani sampah

medis seperti tertusuk jarum suntik.

e. Pada bagian tutup/ dinding bagian luar tempat sampah terdapat

tulisan yang membedakan sampah medis apa yang harus dibuang di

tempat sampah tersebut dan tulisan yang membedakan sampah

medis dan sampah non medis, tidak terdapat simbol sampah medis.

Page 44: Isi & Daftar Pustaka

44

Tempat sampah yang disediakan oleh rumah sakit berjumlah 22

buah tempat sampah, masing-masing tempat sampah tersebut diletakan

di setiap ruangan yang menghasilkan sampah medis, yaitu ruang

keperawatan yang meliputi ruang Jatayu, Cendrawasih, Cempaka,

Bougenvil, Dahlia, Anggrek, Nusa Indah, Palm, Perinatologi, ICU, IGD,

Ponek, IBS, dan laboratorium. Rincian jumlah tempat sampah yang ada

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4: Jumlah Tempat Sampah Medis Setiap Ruang di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr Soeselo Tahun 2012

No Nama Ruangan Jumlah Tempat Sampah Medis (buah)

Bentuk tempat sampah medis

Volume tempat sampa medis (liter)

Keterangan

1 2 3 4 5 6

1. Dahlia 2 Bulat, berpenutup 80 Baik

Persegi panjang, berpenutup

42

2. Nusa Indah 3 Bulat, berpenutup 80 Baik 2 Persegi panjang, berpenutup

42

3. Anggrek 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

4. Cendrawasih 2 Bulat, berpenutup 80 Baik Persegi panjang, berpenutup

42

5. Palm 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

6. Bougenvil 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

7. Cempaka 2 2 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

8. Jatayu 2 2 persegi panjang, berpenutup

42 Baik

9. Kemuning 1 Persegi panjang, 42 Baik Berpenutup

10. ICU 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

Page 45: Isi & Daftar Pustaka

45

1 2 3 4 5 6

11. IGD 2 2 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

12. Ponek 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

13. IBS 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

14. Instalasi Perinatal (ruang Peristi)

1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

15. Laboratorium 1 Persegi panjang, berpenutup

42 Baik

Jumlah 22 744

3. Pengumpulan sampah medis

Sampah medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di setiap

ruangan dikumpulkan ke tempat pengumpulan sampah medis yang

dilakukan setiap hari oleh petugas, pengumpulan sampah medis

tersebut dibebankan kepada staff keperawatan setiap ruangan yang

menghasilkan sampah medis. Kantong plastik tidak dalam keadaan

tertutup atau tidak terikat dengan kuat dan kantong plastik sampah

medis tidak diganti setiap hari oleh petugas.

4. Pengangkutan sampah medis

Sampah medis diangkut dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore

hari, pengangkutan pada waktu sore hari dilakukan dari jam 15.00-

17.00. Pengangkutan yang sering dilakukan oleh petugas sampah

medis adalah pada waktu pagi hari dari jam 07.00-09.00 dan untuk

mengangkut sampahnya tidak menggunakan jalur khusus. Pengang-

kutan sampah medis menggunakan gerobak khusus untuk mengangkut

sampah medis dan memenuhi syarat yaitu mudah dimuat dan dibongkar

muat, tidak memiliki tepi tajam yang dapat merusak kantong plastik se-

lama pemuatan maupun pembongkar muatan, dan mudah dibersihkan,

Page 46: Isi & Daftar Pustaka

46

tetapi tidak berpenutup. Gerobak sampah medis yang digunakan untuk

pengangkutan dibersihkan setiap hari dan tidak didesinfektan. Sampah

medis yang terdapat di dalam tempat sampah medis atau kantong

plastik yang berwarna kuning dalam pengangkutannya dituang ke dalam

gerobak sampah.

5. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis

Pemusnahan sampah medis dilakukan pada pagi hari pukul 10.00

menggunakan incenerator dengan suhu 1.000oC selama 45 menit.

Abu yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran sampah medis tersebut

dibuang ke TPA bersama dengan sampah non medis yang bekerja

sama dengan Dinas Kebersihan Perkotaan (DKP) Slawi, biasanya abu

dibuang selama dua kali dalam satu minggu yaitu setiap hari senin dan

kamis. Sampah medis yang dimusnahkan adalah semua sampah medis

yang dihasilkan oleh rumah sakit kecuali sampah patologis dan sampah

farmasi. Sampah patologis dalam pemusnahannya yaitu dengan cara

ditanam/ dikubur dalam tanah, sedangkan pemusnahan untuk sampah

farmasi yaitu sampah farmasi di kembalikan ke distributor.

C. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo

1. Organisasi

Organisasi pengelolaan sampah medis terdiri dari 3 orang yaitu :

a. Satu orang sebagai Kepala Instalasi Sanitasi yang bertanggung

jawab pengelolaan sampah medis.

Page 47: Isi & Daftar Pustaka

47

b. Satu orang bagian administrasi mengatur semua keperluan yang

berkaitan dengan pengelolaan sampah medis.

c. Satu orang sebagai koordinator pengelolaan sampah medis dan

sekaligus sebagai pelaksana pengelolaan sampah medis.

2. Tenaga/ pengelola sampah medis

Pengawas pengelolaan sampah medis di RSUD Dr Soeselo

adalah Kepala Instalasi Sanitasi, sedangkan tenaga yang menangani

sampah medis adalah petugas sampah medis dengan pendidikan

terakhir SMA dan ditambah dengan pelatihan khusus tentang

pengelolaan sampah medis.

Petugas pengelola sampah medis sudah menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) yang meliputi : sepatu boot, wear pack, topi,

sarung tangan, dan masker, selain itu petugas sampah medis juga telah

mendapatkan cek kesehatan secara rutin.

3. Sarana

Sarana pengelolaan sampah medis yang digunakan di RSUD Dr

Soeselo dpat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Page 48: Isi & Daftar Pustaka

48

Tabel 4.5: Sarana yang Digunakan Untuk Pengelolaan Sampah Medis

di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012

No Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Tempat sampah plastik 22 buah Baik 2. Kantong plastik Sesuai kebutuhan Baik 3. Gerobak pengangkut sampah 1 buah Baik 4. Sapu lidi 1 buah Baik 5. Pengki 1 buah Baik 6. Cakar 1 buah Baik 7. Sodok 1 buah Baik 8. Incenerator 1 buah Baik 9. Sarung tangan 2 buah Baik

10. Masker 4 buah Baik 11. Topi 1 buah Baik 12. Sepatu boot 1 pasang Baik 13. Wear pack 2 pasang Baik

Sumber : Instalasi Sanitasi RSUD Dr Soeselo Tahun 2012 4. Dana

Biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah medis setiap

bulan mengeluarkan anggaran sebanyak Rp. 3.040.000,00 dengan

rincian sebagai berikut :

Tabel 4.6: Data Biaya Pengelolaan Sampah Medis Tiap Bulan di RSUD Dr Soeselo Tahun 2012

No Keperluan Biaya (Rp/bulan)

1. Pembelian plastik 500.000 2. Pembelian solar 540.000 3. Lain-lain (pembelian APD,

perawatan incenerator) 2.000.000

Jumlah 3.040.000

Sumber : Instalasi Sanitasi RSUD Dr Soeselo Tahun 2012

5. Perencanaan

Perencanaan pengelolaan sampah medis sudah terencana dalam

Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo

Kabupaten Tegal yang masuk dalam lingkup kegiatan pengelolaan sam-

pah medis. Perencanaan program yang dilakukan agar terlaksananya

Page 49: Isi & Daftar Pustaka

49

kegiatan pengelolaan sampah medis dengan baik dan sesuai dengan

prosedur (Protap) adalah:

a. Pertemuan dan sosialisasi dengan kepala ruangan

b. Supervisi ke unit/ruangan

c. Penyuluhan terhadap keluarga penderita

d. Pelatihan terhadap petugas

e. Upaya pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian ekstra

fooding bagi petugas

f. Penyediaan kebutuhan kantong plastik

g. Penyediaan tempat sampah dan troli pengangkut

RSUD Dr Soeselo mempunyai upaya dalam memusnahkan

sampah medis yaitu dengan memusnahkan sampah medis agar tidak

mencemari lingkungan, cara memusnahkan sampah yaitu dengan

menggunakan incenerator bersuhu 1000oC.

D. Penilaian Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo

Hasil observasi yang telah dilakukan dengan menggunakan checklist

yang berbentuk prosentase adalah:

x 100%=

Berdasarkan hasil diatas menurut Suharsimi Ari Kunto pelaksanaan

pengelolaan sampah medis di RSUD Dr Soeselo termasuk dalam kriteria

cukup baik yaitu 56-75%.

Page 50: Isi & Daftar Pustaka

50

BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RSUD Dr Soeselo

RSUD Dr. Soeselo Slawi merupakan rumah sakit milik Pemerintah

Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah yang bertype B dan memiliki luas

wilayah 47.125 m2. Awal berdirinya RSUD Dr Soeselo pada tahun 1917 yang

merupakan Balai Pengobatan Karyawan perusahaan gabungan pabrik gula

se ex Karasidenan Pekalongan. Lokasi rumah sakit yang strategis sehingga

kebersihan lingkungan rumah sakit harus dijaga, lokasi rumah sakit tepatnya

di Jl. Dr Soetomo No. 63 Slawi Kabupaten Tegal.

Struktur organisasi RSUD Dr. Soeselo dapat dilihat pada lampiran 7

bahwa Direktur rumah sakit sebagai pemimpin yang dibantu oleh dua Wadir

sehingga lebih mudah dalam menjalankan tugasnya. Masing-masing Wadir

tersebut mengepalai Wadir Pelayanan dan Wadir Umum & Keuangan.

Jumlah pegawai di RSUD Dr. Soeselo adalah 589 pegawai, pegawai

tersebut dapat melakukan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan

tugasnnya, sehingga pekerjaan dapat terselesaikan.

Tempat tidur yang dimiliki oleh RSUD Dr Soeselo adalah 330 tempat

tidur dengan BOR sebesar 76,57%. Jumlah pasien yang dirawat di rumah

sakit dapat mempengaruhi timbulan sampah medis, sehingga perlu adanya

pengelolaan sampah medis dengan baik. Rumah sakit ini dilengkapi dengan

pelayanan yang cukup lengkap.

Page 51: Isi & Daftar Pustaka

51

B. Sumber penimbulan sampah medis RSUD Dr Soeselo

RSUD Dr Soeselo mempunyai beberapa ruangan yang menghasilkan

sampah terutama sampah medis, tetapi tidak semua ruangan yang terdapat

di rumah sakit ini menghasilkan sampah medis. Ruangan yang

menghasilkan sampah medis yaitu ruangan yang berkaitan dengan kegiatan

medis. Ruangan yang menghasilkan sampah medis di rumah sakit ini yaitu

ruang keperawatan, ICU, IGD, Ponek, IBS, Instalasi Perinatal (ruang Peristi)

dan laboratorium, oleh karena itu setiap ruang yang menghasilkan sampah

medis disediakan tempat sampah.

C. Berat dan volume sampah medis RSUD Dr Soeselo

Kegiatan rumah sakit yang berhubungan dengan tindakan medis akan

menghasilkan sampah medis. Rata-rata berat sampah medis yang

dihasilkan rumah sakit yaitu 63,66 kg per hari, sedangkan rata-rata volume

sampah medis yang dihasilkan sebesar 531,6 liter per hari dengan jumlah

pasien per bulannya adalah 230 pasien per bulan.

Volume sampah medis yang cukup besar tersebut membutuhkan

pengelolaan sampah medis yang baik, jika tidak dapat menyebabkan

penularan penyakit. Berat dan volume sampah medis yang dihasilkan oleh

rumah sakit sebagai dasar perencanaan pengelolaan yang selanjutnya untuk

merencanakan biaya dan fasilitas yang diperlukan untuk pengelolaan

sampah medis, sehingga dilakukan pengukuran berat dan volume sampah

sebelum sampah medis dimusnahkan ke dalam incenerator.

Page 52: Isi & Daftar Pustaka

52

D. Jenis sampah medis RSUD Dr Soeselo

Jenis sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit ini adalah

sampah benda tajam, sampah infeksius, sampah jaringan tubuh, sampah

farmasi dan sampah farmasi. Jenis sampah medis yang dihasilkan tersebut

dapat menjadi sumber penyakit untuk menularkan penyakit baik tehadap

petugas yang ada di rumah sakit maupun para pengunjung jika sampahnya

tidak dikelola dengan baik, sehingga perlu adanya pengelolaan sampah

medis yang baik.

E. Pewadahan sampah medis RSUD Dr Soeselo

Pewadahan untuk sampah medis digunakan wadah yang berbentuk

persegi panjang dan bulat, wadah sampah medis tersebut berjumlah 22

buah tempat sampah (rincian dapat dilihat pada tabel 4.4). Setiap ruangan

yang menghasilkan sampah medis telah disediakan wadah yang sesuai

dengan jenis sampah medis yang dihasilkan dan wadah sampah medis

sudah terpisah antara sampah medis dengan sampah non medis, sudah

terdapat tulisan pada wadah sampah medis tentang sampah medis apa yang

harus dibuang ke wadah sampah medis tersebut, tetapi belum terdapat

symbol pada wadah sampah medis untuk masing-masing jenis sampah

medis, tetapi dalam pemanfaatan wadah sampah tersebut belum sesuai

karena masih terdapat jenis sampah yang masuk tidak sesuai dengan

wadah sampah yang disediakan misalnya dalam pewadahan sampah medis

masih tercampur dengan sampah medis yang lainnya dan dalam pewadahan

sampah non medis masih tercampur dengan sampah medis. Wadah sampah

yang digunakan adalah tempat sampah yang kedap air, anti tusuk, terbuat

dari bahan plastik, kuat cukup ringan, tahan karat dan mempunyai permuka-

Page 53: Isi & Daftar Pustaka

53

an yang halus pada bagian dalamnya. Wadah sampah medis telah dilapisi

dengan kantong plastik berwarna kuning, sedangkan wadah sampah non

medis dilapisi dengan kantong plastik yang berwarna hitam, Wadah sampah

medis dicuci dua kali dalam seminggu atau ketika tampak kotor, wadah

sampah medis tidak dilakukan desinfeksi setelah pencucian. Botol kecil yang

telah disediakan sebagai safety box masih ada yang belum memanfaatkan

untuk sampah benda tajam.

Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibebankan pada

produsen sampah medis dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan

tempat dihasilkannya sampah medis, kondisi yang telah terpilah itu harus

tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pengangkutan (A.

Pruss, dkk, 2005, h. 64) Menurut KEPMENKES RI No 1204/MENKES/SK/X/

2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit syarat

tempat pewadahan sampah medis yaitu:

1. Harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga

orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

2. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya

fiberglass.

3. Tersedia wadah yang terpisah antara sampah medis dengan sampah

non medis.

Page 54: Isi & Daftar Pustaka

54

4. Benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol

atau karton yang aman.

5. Jenis wadah label sampah medis yang digunakan harus sesuai dengan

kategorinya (Jenis wadah label sampah medis dapat dilihat pada tabel

2.1)

Wadah sampah medis harus dilakukan pencucian setiap pengosongan

sampah medis atau sebelum tampak kotor, penggunaan kantong pelapis

dapat mengurangi frekuensi pencucian, kemudian didesinfeksi setelah

pencucian lalu diperiksa jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti

(Depkes RI, 1992, h. 52 & 53)

Pemilahan sampah medis belum berjalan karena kurangnya kesadaran

perawat untuk memilah atau memisahkan sampah medis yang dihasilkannya

hal ini disebabakan masih terdapat sampah medis yang dibuang pada

tempat sampah yang belum sesuai dengan jenisnya, sebaiknya pemisahan

sampah medis dilakukan oleh perawat dan kesadaran yang tinggi diperlukan

bagi para perawat akan pentingnya pemisahan sampah medis tersebut dan

dilakukan pengawasan oleh penanggungjawab pengelolaan sampah medis

terhadap perilaku perawat dalam membuang sampah medis, sampah non

medis masih terdapat pada tempat sampah medis karena para pengunjung

membuang sampah pada tempat sampah yang tidak sesuai hal ini

disebabkan ketidaktahuan para pengunjung akan tempat sampah yang

dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda, sebaiknya tidak membuang

sampah pada tempat sampah medis, oleh sebab itu dilakukan penyuluhan

kepada para pengunjung tentang kegunaan setiap tempat sampah yang

dilapisi kantong plastik yang berbeda agar sampah non medis tidak

Page 55: Isi & Daftar Pustaka

55

tercampur dengan sampah medis dan diberikan symbol yang sesuai pada

wadah sampah medis. Wadah sampah medis yang dilakukan dua kali

pencucian dalam seminggu atau ketika tampak kotor belum sesuai dengan

yang ditetapkan, sebaiknya wadah sampah medis harus dilakukan

pencucian setiap pengosongan sampah medis atau sebelum tampak kotor

menggunakan detergen, kemudian didesinfeksi setelah pencucian kemudian

diperiksa jika terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti. Botol yang

digunakan untuk pewadahan sampah benda tajam sudah disediakan hanya

saja masih ada yang belum memanfaatkan karena masih terdapat sampah

benda tajam yang terdapat pada tempat sampah selain benda tajam,

sebaiknya botol kecil tersebut dimanfaatkan sehingga sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan dan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

bagi petugas atau pengunjung.

F. Pengumpulan sampah medis RSUD Dr Soeselo

Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh penanggungjawab yang

telah dibebankan setiap ruangan penghasil sampah medis. pengumpulan

sampah medis dilakukan setiap hari, tempat pengumpulan sampah medis

menggunakan tempat sampah yang berbentuk bulat dan berukuran 80 liter.

Kantong plastik yang berisi sampah medis tidak dipastikan tertutup atau

terikat dengan kuat terlebih dahulu sebelum dikumpulkan ke tempat

pengumpulan sampah medis, kantong plastik juga tidak diganti setiap hari.

Menurut A. Pruss, dkk (2005, h. 67) staf keperawatan dan staf klinis

lainnya harus memastikan bahwa kantong sampah medis tertutup atau

terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong yang belum

Page 56: Isi & Daftar Pustaka

56

terisi penuh dapat disegel dengan membuat simpul ikatan di bagian lehernya

sementara kantong yang berat/ penuh mungkin perlu diikat dengan

menggunakan label plastik pengikat dari jenis self-locking. Kantong tidak

boleh ditutup dengan cara distaples. Sampah medis tidak boleh terlalu lama

menumpuk di satu titik pengumpulan. Petugas yang mengumpulkan sampah

medis harus mematuhi rekomendasi sebagai berikut :

a. Sampah medis harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi

yang ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang di-

tentukan.

b. Jangan memindahkan satu kantong sampah medispun kecuali labelnya

memuat keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau

bagian-bagiannya) dan isinya.

c. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan

kontainer baru dari jenis yang sama.

Pengumpulan yang telah dilakukan oleh rumah sakit ini sudah sesuai

karena pengumpulan telah dilakukan oleh staff yang telah dibebankan dalam

setiap ruangan penghasil sampah medis, tetapi staff tersebut tidak

memastikan kantong plastik yang berisi sampah medis tersebut tidak

dipastikan dalam keadaan tertutup atau terikat dengan kuat, sebaiknya

kantong plastik tersebut dipastikan dalam keadaan tertutup atau terikat

dengan kuat sebelum dikumpulkan dan penggantian kantong plastik sampah

yang digunakan sebagai pelapis tempat sampah medis sebaiknya dilakukan

setiap hari.

Page 57: Isi & Daftar Pustaka

57

G. Pengangkutan sampah medis RSUD Dr Soeselo

Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah medis adalah gerobak

yang digunakan khusus untuk mengangkut sampah medis, gerobak sampah

medis yang digunakan mudah dimuat dan dibongkar muat, tidak memiliki

tepi tajam yang dapat merusak kantong plastik selama pemuatan maupun

pembongkar muatan, dan mudah dibersihkan, gerobak tersebut masih dalam

keadaan baik, tetapi tidak berpenutup. Gerobak yang digunakan untuk

mengangkut sampah medis dibersihkan setiap hari tetapi tidak didesinfeksi

setelah pencucian. Pengangkutan sampah medis yang dilakukan yaitu

kantong plastik yang berisi sampah medis dituang ke dalam gerobak

sampah medis, seharusnya sampah yang berada dalam kantong plastik

tidak boleh dituang ke dalam gerobak sampah medis, jalur untuk

pengangkutan sampah medis yang digunakan adalah bukan jalur khusus.

Pengangkutan sampah medisnya dilakukan dua kali yaitu pada waktu pagi

dan sore hari, tetapi yang sering dilakukan oleh petugas sampah medis yaitu

pada waktu pagi hari.

Alat yang digunakan untuk pengangkutan sampah medis yaitu trolli,

kotainer, atau gerobak yang tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi

persyaratan yang mudah dimuat dan dibongkar muat, tidak ada tepi tajam

yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah selama pemuatan

maupun pembongkarmuatan, serta mudah dibersihkan. Kendaraan

pengangkut sampah medis tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi

setiap hari dengan desinfektan yang tepat. Semua ikatan atau tutup kantong

sampah medis harus berada di tempatnya dan masih utuh setibanya di

tempat pengangkutan. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 68)

Page 58: Isi & Daftar Pustaka

58

Pengangkutan sampah medis sudah menggunakan alat pengangkut

khusus untuk sampah medis, alat pengangkut yang digunakan adalah

gerobak sampah medis sehingga memudahkan dalam mengangkut sampah

medis. Gerobak sampah tersebut masih sudah memenuhi syarat tetapi

masih belum berpenutup, kadang-kadang dilakukan pengangkutan sampah

medis dua kali sehari padahal pada peraturan telah ditetapkan dua kali

sehari secara rutin oleh karena itu petugas sebaiknya melakukan

pengangkutan dua kali secara rutin yaitu pagi dan sore hari, selain itu

pengangkutan sampah medis masih belum sesuai hal ini dikarenakan

petugas menuangkan sampah medis ke dalam gerobak, tindakan seperti ini

dapat menjadikan masalah pada saat memasukan sampah medis ke dalam

incenerator, selain itu dapat pula menimbulkan penyebaran penyakit,

sebaiknya sampah medis harus selalu di dalam kantong plastik sampai

pembakaran sampah medis agar kantong plastik tersebut dibakar bersama

dengan sampah medis. Jalur pengangkutan sampah medis belum ada

H. Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis RSUD Dr Soeselo

Alat yang digunakan untuk memusnahkan sampah medis adalah

incenerator, kapasitas tempat pembakaran sampah medis pada incenerator

yang dimiliki oleh rumah sakit ini yaitu 200 liter. Pemusnahan sampah medis

dilakukan setiap pagi pada pukul 10.00 dengan suhu 1.000oC selama 45

menit, abu yang dihasilkan dari pembakaran dibuang ke TPA yang bekerja

sama dengan DKP Slawi, tetapi pembakaran sampah medis tersebut belum

sempurna karena sampah medis yang dibakar belum seluruhnya menjadi

abu disebabkan sampah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit melebihi

kapasitas tempat pembakaran sampah medis. Pembuangan sampah

Page 59: Isi & Daftar Pustaka

59

patologis yaitu dengan cara dikubur, sedangkan sampah farmasi

dikembalikan ke distributor.

Menurut Budiman Chandra (2007, h. 195) pemusnahan dan

pembuangan sampah medis dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses

autoclaving, insenerasi, ataupun dengan penguburan, seperti berikut :

a. Autoclave

Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan

kuman atau mensterilkan sampah infeksius dengan memanfaatkan uap

panas bertekanan tinggi.

b. Insenerator

Ukuran insenerasi harus sesuai dengan volume dan kualitas

sampah. Insenerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah

medis (misalnya : perban, kasa, plester, atau masker bekas).

c. Lokasi penguburan

Lokasi khusus untuk sampah medis, seperti plasenta atau sisa

potongan anggota tubuh dari ruang operasi atau autopsy yang mudah

membusuk, perlu segera dikubur.

Pemusnahan dan pembuangan akhir sampah medis telah memenuhi

syarat hanya saja dalam proses pembakaran sampah medis yang belum

sempurna karena sampah medis tidak seluruhnya menjadi abu, untuk

mendapatkan pembakaran sampah medis yang sempurna dapat menaikan

suhu pada incenerator dan menambahkan waktu atau menambahkan

frekuensi pembakaran sampah medis.

Page 60: Isi & Daftar Pustaka

60

I. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis RSUD Dr. Soeselo

1. Organisasi

Organisasi pengelolaan sampah medis teridiri dari tiga orang yang

terdiri dari kepala instalasi sanitasi, administrasi, dan koordinator

pengelola sampah medis yang sekaligus sebagai pelaksana

pengelolaan sampah medis. Organisasi tersebut berjalan dengan lancar

sesuai tugasnya masing-masing dan dapat mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

Hubungan masing-masing individu, tugas-tugas serta tanggung ja-

wabnya dalam mencapai tujuan akan terlihat dengan adanya struktur or-

ganisasi. Pengelolaan sampah yang tepat selain bergantung pada admi-

nistrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan kebijakan dan

penda-naan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang

terlatih dan terdidik. Direktur rumah sakit harus membentuk tim

pengelolaan sampah rumah sakit. (A. Pruss, dkk, 2005, h. 48)

Pengelolaan sampah medis di rumah sakit sudah ada organisasi

yang telah di laksanakan dengan baik sesuai dengan tugas masing-

masing sehingga pelaksanaan pengelolaan sampah medis berjalan

dengan lancar.

2. Tenaga/ pengelola sampah medis

Pendidikan terakhir tenaga pelaksana pengelola sampah medis

yaitu SMA dan ditambah dengan latihan khusus tentag pengelolaan

sampah medis, tenaga tersebut disediakan APD (Alat Pelindung Diri)

yaitu sepatu boot, wearpack, sarung tangan, masker dan topi.

Pengawas pengelolaan sampah medis dilakukan oleh penanggung

Page 61: Isi & Daftar Pustaka

61

jawab pengelolaan sampah medis yang sekaligus sebagai kepala

instalasi sanitasi di rumah sakit ini, pendidikan terakhirnya yaitu sarjana.

Menurut Depkes RI (1992, h. 65), tenaga/pengelola sampah medis

yang melaksanakan pengelolaan sampah medis harus mempunyai

kualifikasi SMP ditambah latihan khusus tentang pengelolaan sampah

medis. Petugas pelaksana tersebut harus dibekali dengan alat pelindung

atau pakaian yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung

tangan, topi dan masker (Budiman Chandra, 2005, h. 196) Pengawas

sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

D1 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 1992, h. 65)

Tenaga/ pengelola sampah medis sudah sesuai dengan

persyaratan yang dibutuhkan yaitu tenaga yang menangani sampah

medis dengan kualifikasi SMA ditambah dengan latihan khusus tentang

pengelolaan sampah medis sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan

sampah medis dilakukan dengan baik dan diharapkan petugas

mengetahui tentang bahaya sampah medis, selain itu pengawas

pengelolaan sampah medis juga telah memenuhi syarat yang telah

ditentukan.

3. Sarana

Sarana yang disediakan oleh rumah sakit yaitu tempat sampah

plastik, kantong plastik, gerobak pengangkut sampah, sapu lidi, pengki,

cakar, sodok, incenerator, sarung tangan, masker, topi, sepatu boot dan

wear pack, sarana tersebut memudahkan dalam penanganan sampah

medis.

Page 62: Isi & Daftar Pustaka

62

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986, h. 62), peralatan

pengumpulan sampah dibagi menjadi dua yaitu:

c. Pewadahan serta perlengkapannya.

d. Pengangkutan serta perlengkapannya.

Pengadaptasian peralatan pengumpulan sampah terhadap situasi daerah

setempat sangat penting agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi

persyaratan kenyamanan dan kesehatan lingkungan masyarakat, tidak

membahayakan, efektif, praktis dan ekonomis (Lilis Suryani, 2010, h. 23)

Sarana yang sudah ada telah memadai dan memudahakan

petugas dalam pengelolaan sampah medis sehingga pengelolaan

tersebut dapat dilakukan dengan lancar dan dapat mengurangi kendala

yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis.

4. Dana

Dana yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah medis setiap

bulannya yaitu Rp. 3.040.000,00, untuk pengelolaan sampah per

harinya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6822,00/kg. Pendanaan untuk

pengelolaan sampah medis dikelola tersendiri oleh bagian keuangan

pengelolaan sampah medis RSUD Dr Soeselo.

Biaya sampah medis harus dimasukan dalam kolom yang

berbeda, hal ini memungkinkan dilakukannya perbandingan biaya antar

periode dan membantu mengurangi biaya pengolahan. (A. Pruss, dkk,

2005, h. 145-147)

Pengelolaan sampah ini lebih murah jika dikelola sendiri

dibandingkan bekerjasama dengan pihak ketiga hal ini dibandingkan

dengan biaya pengelolaan sampah medis yang harus dikeluarkan oleh

Page 63: Isi & Daftar Pustaka

63

rumah sakit yang bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu

Rp.12.500,00/kg pada setiap pembakaran sampah medis. Pendanaan

untuk pengelolaan sampah medis sudah dimasukan dalam keuangan

tersendiri sehingga terencana dengan baik dan fasilitas yang dibutuhkan

dapat terpenuhi sehingga dapat memperlancar dalam pelaksanaan

pengelolaan sampah tersebut.

5. Perencanaan

Perencanaan untuk pengelolaan sampah medis sudah terencana

dalam perencanaan Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis

RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal (dapat dilihat pada lampiran 8),

perencanaan yang dibuat untuk panduan pengelolaan sampah medis

dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan sampah tersebut.

Perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta

serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi

untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan (Riza Hapsari, 2010, h. 30 & 31) Tahap perencanaan

merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan program

pembangunan pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan bahwa

perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedoman dalam

proses pembangunan dimaksud (Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, h. 21)

Perencanaan pengelolaan sampah medis yang merupakan tahap

awal dari pelaksanaan pengelolaan sampah medis sudah terencana

dengan baik.

Page 64: Isi & Daftar Pustaka

64

J. Penilaian Pelaksanaan Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Medis RSUD

Dr. Soeselo

Hasil penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis yang telah

dilakukan yaitu cukup baik dengan nilai prosentase 73,8%, dalam

pelaksanaan pengelolaan sampah medis masih ada yang belum sesuai

dengan lingkup kegiatan pengelolaan sampah medis yang telah dibuat

dalam Program Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo

Kabupaten Tegal. Pelaksanaan pengelolaan sampah medis yang belum

sesuai adalah penggantian kantong plastik yang tidak dilakukan setiap hari,

penggunaan gerobak sampah medis yang digunakan untuk mengangkut

sampah tidak tertutup, pengangkutan tidak menggunakan jalur khusus,

pembersihan tempat sampah yang tidak dilakukan setiap hari dan gerobak

sampah yang tidak didesinfeksi setelah pencucian, sebaiknya pelaksanaan

pengelolaan sampah medis yang belum sesuai dengan lingkup kegiatan

disesuaikan agar pelaksanaan pengelolaan sampah medis lebih baik.

Page 65: Isi & Daftar Pustaka

65

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pengelolaan sampah medis di RSUD Dr. Soeselo cukup baik.

2. Sumber penimbulan sampah berasal dari ruang ruang keperawatan, ICU,

IGD, Ponek, IBS, Instalasi Perinatal (ruang Peristi) dan laboratorium .

3. Rata-rata berat sampah medis tiap hari berdasarkan pengukuran yang

telah dilakukan adalah 63,66 kg/hari dan rata-rata volume sampah tiap

hari 531,6 liter/hari.

4. Jenis sampah medis yang dihasilkan oleh RSUD Dr. Soeselo adalah

sampah benda tajam, sampah infeksius, sampah jaringan tubuh, sampah

farmasi dan kimia.

5. Wadah sampah sudah memenuhi syarat, tetapi dalam pemanfaatannya

masih belum sesuai, pencucian wadah sampah tidak dilakukan setiap hari

dan tidak dilakukan desinfeksi setelah pencucian, wadah sampah masih

ada yang belum dilapisi dengan kantong plastik dan masih ada yang

belum memanfaatkan safety box dari perabot.

6. Pengumpulan sampah medis dilakukan setiap hari, kantong plastik dalam

keadaan terbuka dan penggantian kantong plastik tidak dilakukan setiap

hari.

7. Pengangkutan sampah medis menggunakan gerobak sampah yang

terbuka dan dilakukan kadang-kadang dua kali dalam sehari. Tidak ada

jalur khusus yang digunakan untuk mengangkut sampah medis.

8. Pemusnahan sampah medis menggunakan insenerator bersuhu 1.000oC

dan pembuangan abunya bekerja sama dengan Dinas Kebersihan

Page 66: Isi & Daftar Pustaka

66

Perkotaan (DKP) Slawi, sampah patologis dikubur/ditanam di dalam tanah

dan sampah dari farmasi dikembalikan ke distributor.

9. Faktor penunjang pengelolaan sampah medis yang terdapat di RSUD Dr.

Soeselo sudah memadai.

10. Hasil penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah medis di RSUD Dr.

Soeselo yaitu 73,8% dan termasuk dalam kriteria cukup baik.

B. Saran

1. Untuk penanggung jawab sampah medis :

a. Dilakukan pemantauan terhadap semua kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan sampah medis agar pengelolaan sampah medis

lebih baik.

b. Memberikan penyuluhan kepada para pengunjung terhadap fungsi

atau kegunaan tempat sampah yang dilapisi dengan kantong plastik

berwarna kuning agar dalam membuang sampah sesuai dengan

tempat sampah yang disediakan.

2. Untuk petugas pengelola sampah medis :

a. Sebaiknya petugas mengganti kantong plastik sampah medis setiap

hari sesuai dengan warna yang ditetapkan, mencuci wadah sampah

medis setiap hari menggunakan sabun atau detergen, tidak

menuangkan sampah medis yang terdapat di dalam kantong plastik

ke dalam gerobak ketika pengangkutan, pengangkutan dilakukan dua

kali sehari secara rutin, melakukan desinfeksi terhadap gerobak

sampah dan wadah sampah medis setiap hari setelah pencucian.

b. Dilakukan pengukuran berat dan volume sampah medis yang

dihasilkan untuk merencanakan biaya dan fasillitas yang diperlukan

Page 67: Isi & Daftar Pustaka

67

dalam pengelolaan sampah medis, misalnya untuk menentukan

jumlah dan ukuran tempat sampah yang diperlukan.

c. Sebaiknya pelaksanaan pengelolaan sampah medis tersebut

dilakukan sesuai dengan program yang telah dibuat dalam Program

Pengelolaan Sampah dan Limbah Medis RSUD Dr Soeselo

Kabupaten Tegal.

3. Untuk perawat yang bekerja di RSUD Dr Soeselo :

a. Sebaiknya melakukan pemisahan sampah medis terhadap sampah

medis yang dihasilkan dengan cara memanfaatkan tempat sampah

medis yang telah disediakan sesuai dengan jenis sampah medis dan

memanfaatkan botol yang telah disediakan sebagai safety box yang

digunakan untuk pewadahan sampah benda tajam seperti jarum.

b. Sebaiknya penanggung jawab yang dibebankan di setiap ruang

penghasil sampah medis memastikan kantong plastik yang berisi

sampah medis tertutup rapat atau diikat kuat.

Page 68: Isi & Daftar Pustaka

68

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Hidayat, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika

Agung Dwi Trisnanto, 2011, Studi Pengelolaan Sampah Medis Rumah Sakit Santa Maria Cilacap, Kabupaten Cilacap Tahun 2011, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC

Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta: Salemba Medika

Gramelia Dwi Witriani, 2010, Studi Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Khusus Be-dah Jatiwinangun Purwokerto Kabupaten Bnayumas Tahun 2010, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Indonesia, 1992, Departemen Kesehatan, Direktorat Jendral PPM & PLP, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta : Departemen Kesehatan

, 1997, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : Departemen Kesehatan

, 2001, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Jakarta : Presiden Republik Indonesia

, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes RI Direktorat Jendral PPm & PLP

, 2008, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta: Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Lilis Suryani, 2010, Studi Sistem Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum Hidayah Kabupaten Banyumas Tahun 2010, KTI, Purwokerto : Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Maimunah, 2002, Gambaran Perilaku Petugas Rumah Sakit terhadap Sistem Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Kusta Sinacang Belawan Tahun 2002, Skripsi, Medan : Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Page 69: Isi & Daftar Pustaka

69

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14791/ 1/001000227.pdf tanggal akses 30 Januari 2012 Pukul 12:03 PM

Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, Peran Sserta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang), Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana (http://eprints.undip.ac.id/18387/1/Ni__Komang__Ayu__Artiningsih.pdf) tanggal akses 6 maret 2012 Pukul 18:00

Pruss. A, Giroult. E, Rushbrook. P, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Jakarta: EGC

Riza Hapsari, 2010, Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD dr Moewardi Surakarta, Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang Program Pasca Sarjana Kesehatan Lingkungan, eprints.undip.ac.id/23847/1/RIZA_HAPSARI. pdf, tanggal akses 22 Januari 2012 Pukul 05:58 PM

Wiku Adisasmito, 2008, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Rajawali Pers

Page 70: Isi & Daftar Pustaka

70

Lampiran 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI

KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2012

KUESIONER

(Bagian Sanitasi)

A. Data Responden

1. Nama responden :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

B. Data Umum

1. Nama rumah sakit :

2. Tahun berdiri :

3. Alamat rumah sakit :

4. Type rumah sakit :

5. Penanggung jawab rumah sakit :

6. Batas wilayah rumah sakit :

7. Luas wilayah rumah sakit :

8. Jumlah tempat tidur :

9. Jumlah BOR :

10. Jumlah pasien rata-rata tiap hari

Page 71: Isi & Daftar Pustaka

71

a. Rawat inap :

b. Rawat jalan :

11. Jumlah tenaga pengelola sampah medis :

12. Pendidikan pengelola sampah medis :

a. SMP

b. SMA

13. Penanggung jawab pengelola sampah medis :

14. Jumlah tempat sampah medis :

C. Data khusus

1. Darimana saja sampah medis dihasilkan?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi sampah medis?

3. Apakah dilakukan pemisahan sampah medis? Jika ya, bagaimana cara

pemisahan sampah medis tersebut?

4. Apakah ada slogan-slogan tentang pemisahan sampah?

5. Apakah ada pemanfaatan kembali terhadap sampah medis yang

dihasilkan?

6. Apakah dilakukan daur ulang terhadap sampah medis?

7. Berapa berat sampah medis per hari yang dihasilkan oleh rumah sakit?

8. Berapa volume sampah medis per hari yang dihasilkan oleh rumah sakit?

9. Apa saja jenis sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit?

10. Bagaimana cara pewadahan sampah medis?

11. Apa saja alat yang digunakan untuk menampung sampah medis?

12. Bagaimana cara pengumpulan sampah medis dilakukan?

13. Berapa kali dalam sehari pengumpulan sampah medis dilakukan?

Page 72: Isi & Daftar Pustaka

72

14. Berapa kali dalam sehari sampah medis diangkut ke tempat

penampungan sementara?

15. Apa saja alat angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah

medis?

16. Berapa jumlah alat pengangkut yang disediakan?

17. Apakah pengelolaan sampah medis dikelola sendiri? Jika ya, bagaimana

cara pengelolaan sampah medis tersebut?

18. Apa saja sarana yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis?

19. Bagaimana upaya dalam memusnahkan sampah medis?

20. Apakah anda mengetahui setiap kebijakan yang berlaku dalam hal penge-

loalaan sampah medis? Jika ya, sebutkan peraturannya?

21. Pernahkah anda mendapat masalah dalam mengelola sampah medis?

Jika pernah, apa saja masalah yang pernah ada?

22. Apa saja upaya-upaya yang anda lakukan untuk mengatasi masalah ter-

sebut?

23. Apakah petugas pengelola sampah medis mendapatkan pelatihan tentang

pe-ngelolaan sampah medis?

24. Apakah disediakan APD untuk petugas pengelola sampah medis? Jika ya,

apa saja APD yang disediakan?

25. Apakah pernah terjadi kecelakaan dalam bekerja? Jika pernah, dalam

bentuk apa kecelakaan tersebut?

26. Apakah terdapat program untuk pengelolaan sampah medis? Jika ada,

apa saja programnya?

27. Berapa biaya yang digunakan dalam pengelolaan sampah medis?

Page 73: Isi & Daftar Pustaka

73

28. Apakah terdapat struktur organisasi dalam pengelolaan sampah? Jika ya,

bagaimana struktur organisasi tersebut?

Page 74: Isi & Daftar Pustaka

74

Lampiran 2

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI

KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2012

Checklist Pengelolaan Sampah Medis

No Variabel Komponen Yang Dinilai Ya Tidak

1. Tahap Penimbulan

a. Dilakukan pemisahan sampah medis dan non medis

b. Dilakukan pemisahan antara masing-masing jenis sampah medis

c. Tidak ada sampah medis yang tercecer

2. Tahap Pawadahan/ penampungan

a. Tempat sampah medis : 1. Terbuat dari bahan yang

kuat

2. Cukup ringan

3. Tahan karat

4. Kedap air

5. Anti tusuk

6. Permukaan bagian dalam halus

7. Berpenutup

8. Tidak mudah dibuka orang

9. Mudah dibersihkan

10. Dilapisi kantong plastik

b. Tempat sampah terpisah antara sampah medis dengan sampah non medis

c. Tempat sampah terpisah

Page 75: Isi & Daftar Pustaka

75

antara masing-masing jenis sampah medis

d. Pewadahan sampah medis menggunakan label yang sesuai

e. Terdapat tempat sampah medis di setiap ruang penghasil sampah medis

f. Tempat sampah medis dicuci setiap hari

g. Tempat sampah medis di desinfeksi setelah dicuci

h. Tempat sampah medis Letaknya mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah

3. Tahap Pengumpulan

a. Sampah medis dari setiap ruangan dikumpulkan setiap hari

b. Kantong plastik dalam keadaan tertutp rapat

c. Kantong plastik diganti setiap hari

4. Tahap Pengangkutan

a. Sampah medis diangkut 2 kali/hari ke tempat penampungan sementara

b. Sampah medis diangkut 1 kali/hari ke tempat pembuangan akhir

c. Pengangkutan menggunakan troli/gerobak sampah medis khusus

d. Troli/gerobak mudah diisi

e. Troli/gerobak mudah dikosongkan

f. Troli/gerobak mudah dibersihkan

g. Permukaan dalam rata

h. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer sampah selama pemuatan maupun pembokarmuatan

i. Melalui jalur khusus

j. Petugas pengangkut sampah medis menggunakan : 1. Topi/helm

2. Masker

Page 76: Isi & Daftar Pustaka

76

3. Pakaian panjang (coverall)

4. Sepatu boot

5. Sarung tangan

5. Tahap Pemus-nahan dan Pembuangan akhir

a. Sampah medis tidak dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir

b. Terdapat incinerator, jika tidak ada incinerator, bekerjasama dengan pihak lain yang mempunyai incinerator

c. Pemusnahan dilakukan selambat-lambatnya 24 jam

d. Sampah farmasi dalam jumlah besar dikembalikan ke distributor

e. Hasil pembakaran tidak dibuang sembarang tempat

Page 77: Isi & Daftar Pustaka

77

Kriteria Penilaian :

Penilaian = X 100% = x 100% = 73,8%

Menurut Suharsimi Ari Kunto (1996, h. 246) :

Baik : 76 - 100%

Cukup Baik : 56 - 75%

Kurang Baik : 40 - 55%

Tidak Baik : < 40%

Page 78: Isi & Daftar Pustaka

78

Lampiran 3

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI

KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2012

Prosedur Pengukuran Volume Sampah

A. Alat dan bahan

1. Box sampling

2. Penggaris

3. Sampah medis rumah sakit

B. Prosedur kerja

1. Persiapkan alat dan bahan.

2. Masukkan seluruh sampah ke dalam box sampling.

3. Padatkan dengan cara mengangkat setinggi kira-kira 20 cm kemudian

jatuhkan box sampling sebanyak 3 kali.

4. Ukur panjang, lebar dan tinggi sampah dalam box sampling (cm)

5. Hitung volume sampah dengan rumus:

Volume sampah (Vs) = p x l x t liter

Page 79: Isi & Daftar Pustaka

79

Lampiran 4

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO SLAWI

KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2012

Prosedur Pengukuran Berat Sampah

A. Alat dan bahan

1. Timbangan

2. Box sampling

3. Sampah medis rumah sakit

B. Prosedur kerja

1. Box sampling ditimbang (kg) dan catat

2. Masukan sampah medis ke dalam box sampling

3. Timbang sampah medis (kg) dan catat

4. Berat sampah medis dikurangi dengan berat box sampling

5. Catat hasilnya

Page 80: Isi & Daftar Pustaka

80

Lampiran 5

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak/ibu/saudara Responden

Di RSUD dr Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa Program DIII

Kesehatan Lingkungan Poltekkes KEMENKES Semarang :

Nama : Egga Anjarsari

NIM : P17433109015

Alamat : Margasari RT 05/01

Tegal

Akan melakukan penelitian tentang “Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah

Sakit Umum Daerah dr Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2012” sebagai

per-syaratan tugas akhir. Untuk keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak

ber-sedia*) bapak/ibu/saudara untuk menjadi Responden dalam penelitian ini,

selanjut-nya kami mohon bersedia/tidak bersedia*) bapak/ibu/saudara untuk

mengisi kuesio-ner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.

Jawaban saudara dija-min kerahasiaannya.

Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya

disam-paikan terimakasih.

Tegal, Mei 2012

Responden Peneliti

………. Egga Anjarsari

Page 81: Isi & Daftar Pustaka

81

Lampiran 6

Page 82: Isi & Daftar Pustaka

82

Lampiran 7

Page 83: Isi & Daftar Pustaka

83

Lampiran 8

Page 84: Isi & Daftar Pustaka

84

Page 85: Isi & Daftar Pustaka

85

Page 86: Isi & Daftar Pustaka

86

Page 87: Isi & Daftar Pustaka

87

Page 88: Isi & Daftar Pustaka

88

Lampiran 9

Page 89: Isi & Daftar Pustaka

89

Lampiran 10

Page 90: Isi & Daftar Pustaka

90

Lampiran 11

Page 91: Isi & Daftar Pustaka

91

Lampiran 12

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Penimbulan Sampah Medis

Gambar Tempat Sampah Medis

Gambar Pengangkutan Sampah Medis

Gambar Pemusnahan Sampah Medis

Page 92: Isi & Daftar Pustaka

92

Lampiran 13

Contoh Gambar Wadah Sampah Medis

Gambar tempat sampah medis yang telah dipisah

Gambar safety box

http://3.bp.blogspot.com/bYKTfTLhhX8/TzhDw0xaKCI/AAAAAAAAAzU/hhc9h9BxcxI/s320/klinik+sanitasi.JPG