Isi, Daftar Pustaka Sk 4

41
BAB 4 SKENARIO ADUH NGILUNYA Laki-laki berusia 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan gigi belakang kiri atas terasa ngilu saat minum air dingin dan menyikat gigi. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya karies servikal, pada gigi 24 dengan kerusakan jaringan gigi yang cukup dalam, sedangkan pada gigi 25 kerusakannya dangkal. Dokter gigi melakukan isolasi dengan memasang cotton roll pada daerah vestibulum, kemudian melakukan preparas seperti desain bentuk ginjal, setelah itu kavitas dibersihkan. Pada gigi 24, penumpatan dilakukan dengan teknik sandwich, sedangkan pada gigi 25 setelah ditumpat kemudian diberi varnish 1

description

klas III

Transcript of Isi, Daftar Pustaka Sk 4

BAB 4

SKENARIO

ADUH NGILUNYA

Laki-laki berusia 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan gigi

belakang kiri atas terasa ngilu saat minum air dingin dan menyikat gigi. Pada

pemeriksaan intra oral ditemukan adanya karies servikal, pada gigi 24 dengan

kerusakan jaringan gigi yang cukup dalam, sedangkan pada gigi 25

kerusakannya dangkal. Dokter gigi melakukan isolasi dengan memasang

cotton roll pada daerah vestibulum, kemudian melakukan preparas seperti

desain bentuk ginjal, setelah itu kavitas dibersihkan. Pada gigi 24,

penumpatan dilakukan dengan teknik sandwich, sedangkan pada gigi 25

setelah ditumpat kemudian diberi varnish

BAB II

1

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa gigi belakang kiri atas terasa ngilu saat minum air dingin dan

menyikat gigi?

2. Apa fungsi cotton roll?

3. Mengapa desain preparasi seperti bentuk ginjal?

4. Bagaimana cara penumpatan yang sesuai prosedur itu?

5. Apa fungsi dari pembersihan kavitas sebelum dilakukan penumpatan?

6. Bahan tumpatan apa yang bisa digunakan pada pasien?

7. Apa keuntungan dan kekurangan teknik sandwich?

8. Pada kasus apa saja tumpatan diberi varnish atau teknik sandwich?

9. Adakah cara lain melakukan isolasi selain menggunakan cotton roll?

10. Mengapa harus diberi varnish?

11. Adakah bentuk desain lain untuk melakukan preparasi?

12. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari bahan yang digunakan pada

pasien tersebut?

13. Ap saja tahapan pembersihan kavitas?

14. Apa perbedaan tindakan pada kerusakan jaringan gigi yang dalam dan

dangkal?

BAB III

HIPOTESIS

2

BAB IV

LEARNING ISSUE

1. Desain preparasi khusus karies servikal

3

Laki-laki, 55 tahun

Karies Servikal

Gigi 24 (dalam) Gigi 25 (dangkal)

Teknik Sandwich Varnish

Isolasi

Preparasi

Pembersihan Kavitas

Penumpatan

2. Bahan tumpatan (semua bahan yang cocok untuk karies servikal ; GIC,

Amalgam, komposit)

a. Definisi

b. Indikasi dan Kontraindikasi

c. Kelebihan, kekurangan

d. Macam-macam (tipe)

e. Biokompabilitas

f. Modifikasi

3. Prosedur penumpatan untuk karies servikal, Teknik meliputi tahapan

(khusus GIC)

4. Isolasi daerah kerja

a. Rubber dam

b. HVE

c. Saliva ejector

d. Cotton rolls

BAB V

LEARNING OUTCOMES

1. Desain preparasi khusus karies servikal

A. Preparasi

Prinsip preparasi oleh GV Black :

4

a. Akses

Ada 3 aspek yang bersangkutan dengan akses, yaitu :

- operator dapat dengan mudah memeriksa luas karies

- bur mudah mencapai dentin karies di daerah pertautan email

dentin

- Air pendingin mudah mencapai kepala bur

b. Pembuangan karies permukaan

Perluasan kavitas di permukaan ditentukan oleh luasnya karies.

Email yang terkena karies total akan hancur, sedangkan yang terkena

karies sebagian akan terlihat putih seperti kapur dan rapuh

c. Pembuatan bentuk resisten

Agar tumpatan mampu menahan beban kunyah seperti

misalnya pada gigi posterior

d. Pembuatan bentuk retensi

- Retensi adalah kemampuan restorasi untuk tidak terlepas dari

kavitas melalui jalan masuknya

- Untuk restorasi plastis; kavitas dibuat lebih luas di bagian

dalam daripada di permukaan dan ini dapat dicapai dengan

membuat dinding konvergen (menyudut) ke oklusal

- Untuk restorasi rigid kebalikannya dari restorasi plastis

e. Pembuatan bentuk konvenien

Pembuangan awalnya akan menciptakan jalan masuk yang

lebih baik di daerah lesi dentin sehingga memungkinkan operator

melihat dan menggunakan instrumennya lebih tepat

f. Pembuangan karies dalam

Harus tidak ada lagi email karies yang masih tersisa dan dentin

di tepi kavitas juga harus sudah bersih dari karies

g. Pembersihan kavitas

Semua debris harus dicuci bersih dengan semprotan air

sebelum kavitas dikeringkan dengan semprotan udara, kemudian teliti

tiap aspek

B. Outline Form

Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi

kavitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan

outline form antara lain:

• Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus

dimasukkan dalam outline form

5

• Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies

harus dimasukkan dalam outline form

• Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.

• Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.

Preparasi kavitas klas V harus dengan sudut cavosurface sebesar 90o,

tidak boleh mempunyai undercut pada dinding mesial dan distal,

mempunyai kedalaman yang sama pada setiap sudut sisi aksial,

serta membuat retensi groove bila diperlukan. Outline preparasi

kavitas kelas V berbentuk seperti ginjal, menyusur mengikuti

bentuk servikal gigi.

Preparasi gigi untuk restorasi resin komposit pada penelitian ini

menggunakan desain perparasi yang konvensional. Gigi

dipreparasi dengan dinding aksial (kedalaman kavitas) 2 mm dari

pernukaan gigi, dengan tepi servikal berada 1 mm di atas

cemento-enamel junction, lebar mesio-distal 3 mm dan jarak

okluso-gingival 2 mm.

2. Bahan tumpatan (semua bahan yang cocok untuk karies servikal ; GIC,

Amalgam, komposit)

A. Amalgam

B. Komposit

a) Definisi

Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi,

dengan bahan dasar polimer dan ditambahkan dengan partikel

anorganik sebagai penguat. Resin komposit merupakan

campuran dari bahan kuarsa dengan resin Bahan tambal ini

umumnya mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan sinar

(sinar UV, atau bisa juga dengan visible light) berupa gas

halogen yang berwarna biru.

Resin komposit melekat pada permukaan gigi secara

mekanis, yaitu melalui pori-pori yang dibuat pada permukaan

email dengan cara dietsa. Cara lain adalah dengan perlekatan

hibrida pada permukaandentin.

Email merupakan Kristal yang sangat padat, 95 - 98%-

nya adalah mineral. Sedangkan dentin hanya mengandung 75%

mineral, selebihnya berupa serabut kolagen yang lunak. Dentin

6

pun tidak padat karena mengandung puluhan ribu saluran

mikro per mm2. Secara mekanis perlekatan resin komposit

pada pori-pori email lebih kuat dibandingkan pada kolagen,

yang disebut ikatan hibrida, di permukaan dentin. Demikian

pula dengan GIC yang secara kimia melekat pada mineral gigi

yang lebih banyak dikandung oleh email.

b) Indikasi Tambalan Resin

1. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior

2. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)

3. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar

4. Hilangnya sudut insisal gigi

5. Fraktur gigi anterior

6. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi

tuang

7. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan

II)

c) Kontra Indikasi Tambalan Resin

1. Lesi distal dari premolar dan caninus

2. Tambalan rutin untuk posterior

3. Pasien dengan insidens karies tinggi dan kebersihan

mulut tidak terjaga

d) Kelebihan

1. Secara estetik sangat memuaskan, terutama resin

komposit dengan formulasi terkini di mana hasil akhirnya

sangat menyerupai gigi asli. Namun tentu membutuhkan

keterampilan dan keahlian dari dokter gigi. Karena

kelebihannya ini, resin komposit adalah bahan tambal

yang paling sering digunakan dalam “cosmetic

dentistry”.

2. Aplikasinya cukup luas. Meski dulu ada keraguan bahwa

bahan tambal resin komposit tidak cukup kuat untuk

digunakan pada gigi geraham di mana tekanan kunyah

di daerah tersebut paling besar, namun bahan tambal ini

7

terus menerus mengalami perkembangan sehingga kini

cukup dapat diandalkan untuk menambal gigi geraham

meskipun kekuatannya masih tetap di bawah amalgam.

3. Warna bahan tambal dapat disesuaikan dengan keadaan

gigi pasien, karena resin komposit memiliki pilihan

shade/warna.

4. Tambalan komposit sedang atau kecil dapat bertahan

terhadap tekanan kunyah.

5. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi

sangat baik.

6. Tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk

menambalkan komposit pada lubang gigi.

e) Kekurangan

1. Material ini membutuhkan tahapan-tahapan yang

membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang

cukup mendalam dari dokter gigi untuk mendapatkan

hasil yang benar-benar memuaskan dan tahan lama. Jika

tidak, tambalan dapat mudah lepas/patah, berubah

warna, atau terlihat batas antara tepi tambalan dengan

gigi sehingga mengurangi estetika.

2. Pada saat penambalan diperlukan suasana mulut yang

cukup kering karena kontaminasi saliva dapat

mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin

komposit, seperti kekuatan dan daya tahannya. Oleh

sebab itu gigi yang akan ditambal resin komposit

idealnya harus benar-benar diisolasi, dan hal ini cukup

sulit dilakukan terutama pada gigi belakang dan

mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.

3. Dapat terjadi karies sekunder di bawah tambalan yang

mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan

sehingga bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan

kembali menyebabkan karies.

4. Resin komposit dapat menyerap warna dari zat pewarna

dari makanan atau minuman sehingga dalam jangku

waktu lama dapat berubah warna.

8

5. Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal

dibanding bahan amalgam, bergantung pada besar-

kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam

melakukan penambalan.

f) Klasifikasi Komposit

Berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan pengisi utama

1. Tradisional

2. Pengisi partikel kecil, cocok untuk penumpatan karies

kelas I dan II

3. Pengisi mikro, cocok untuk penumpatan karies kelas III

dan V

4. Hibrid, cocok untuk penumpatan karies kelas IV

g) Biokompatibilitas

Dapat membahayakan bila komponen yang dikeluarkan

bahan mencapai pulpa. Bila polimerisasinya tepat maka bisa

diterima. Tidak toksik, dapat menimbulkan alergi namun jarang.

Bila terjadi pengerutan komposit saat pengerasan yang

mengakibatkan kebocoran tepi, maka bakteri dapat tumbuh.

C. Glass Ionomer Cement (GIC)

Merupakan bahan restoratif yang digunakan dalam bidang Kedokteran

Gigi sebagai bahan tambal dan semen dasar.

a) Komposisi

Powder : SiO2 , Al2O3, CaF2, Na3AlF6, AlF3, AlPO4

Liquid : larutan polyacrylic acid

b) Sifat

1. Melekat secara kimia dengan enamel dan dentin

2. Compressive strength lebih besar dari zinc phosphate

3. Bond strength lebih kecil dari komposit, di daerah

servikal lebih baik dari komposit.

4. Fluoride release

5. Thermal diffusi rendah

6. Harus dlindungi varnish

7. Estetik bagus

c) Aplikasi

9

1. Semen permanen

2. Basis

3. Tumpatan kelas V

4. Pit dan fissure sealant

5. Penyemenan orthodontic bands

d) Indikasi

Simpel dan tidak mahal

Ikatan kimia dengan gigi mencegah dari kebocoran

mikro

Melepaskan Flouride

Estetika baik

Ideal untuk gigi dengan resiko karies tinggi

Stabil dilingkungan mulut

Dapat menjadi basis resin komposit

Restorasi lesi servikal

Restorasi Klas V di mana faktor estetik tidak begitu

diperhatikan

e) Kontra Indikasi

Tidak dapat bertahan dengan beban oklusal berat

Membutuhkan proteksi dan dukungan dari sisa jaringan

gigi atau material tumpatan lain

Transluaensi diperoleh setelah beberapa hari, jika

terkena air akan menjadi kusam.

Tidak begitu cocok dengan warna gigi asli, perlu dilapisi

komposit.

Pengganti amalgam

Restorasi yang melibatkan daerah oklusal

Pengganti cusp yang rusak

Bila digunakan pada restorasi klas IV dan VIkarena formula kurang kuat dan pada daerah tersebut masih peka terhadap keausan.

f) Klasifikasi ( Combe,1992 )

Tipe I :

~ Luting cement, powder halus

~ Kegunaan : restorasi gigi estetik

~ Seting rate : fast set

10

~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih

~ Sebagian besar radiopak

Tipe II :

~ Bahan restorasi abrasi dan erosi

restorasi gigi sulung

restorasi kelas V

memperbaiki restorasi lama

~ Kegunaan : meningkatkan sifat fisik tetapi estetik

tidak terlalu diperhatikan

~ Setting rate : fast set

~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih

~ Selalu radiopak

Tipe III :

~ Bahan lining ( bawah komposit ) dan fissure sealant

( pada oklusal )

~ Kegunan : lapisan yang tipis untuk pembatas termal

pada restorasi logam

~ Setting rate : fast set

~ Powder : liquid = 1,5 : 1

~ Base ( pengganti dentin)

~ Kegunaan : kombinasi dengan komposit pada tehnik

laminasi

~ Setting rate : fast set

~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih

~ Selalu radiopak

g) Klasifikasi (Mount And Hume)

Type I – Luting

~ Kegunaan – sementasi crown, bridge, inlay, perangkat

ortodonsi

~ Tingkat Setting – fast set

~ Perbandingan Bubuk:Likuid – 1,5:1

~ Radiopak- secara umum

~ Ketebalan film - <20 μm

Type II- Restoratif

Type II.1 Restoratif Estetik

~ Kegunaan – restorasi estetik

11

~ Tingkat setting : fast set

~ Autocure – ketahanan lambat terhadap masuk dan

lepasnya air

~ Resin-modified – fast set, ketahanan segera terhadap

masuknya air

~ Perbandingan Bubuk: Likuid – 3:1 atau lebih besar

~ Radiopak- sebagian besar material

Type II.2 Retoratif Reinforced

~ Kegunaan- peningkatan sifat fisik namun estetik tidak

dipentingkan

~ Kecepatan setting – fast set

~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 3:1 atau lebih besar

~ Radiopak – selalu

Type III – Lining atau Basis

Lining

~ Kegunaan – pada bagian tipis sebagai pembatas

thermal di bawah restorasi metal

~ Kecepatan setting – fast set

~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 1,5:1

Basis- Dentin Substitute

~ Kegunaan – kombinasi dengan resin komposit dalam

teknik laminasi

~ Kecepatan setting – fast set

~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 3:1 atau lebih besar

~ Radiopak – selalu.

h) Sifat Utama Gic

Adhesi

Keunikan GIC ini adalah kemampuan GIC untuk

berikatan dengan dentin dan email secara kimia. Bahan ini

digunakan secara luas pada abrasi servikal tanpa harus

melakukan preparasi kavitas.

1. GIC dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau

dapat dipakai sebagai basis dan di atasnya dilapisi oleh resin

komposit (restorasi sandwich).

2. Bond to collagen

12

3. Mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan

periodontal dan pulpa. GIC dapat ditumpatkan di dalam

kavitas tanpa mengiritasi pulpa sekalipun tanpa diberi

pelapik. Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak

diinginkan pada kavitas yang dalam, pelapik tetap diberikan.

Peradangan tetap timbul bila semen langsung diletakkan di

atas pulpa terbuka.

4. Kelarutan pada air tinggi.

5. Sebagai antikariogenik karena melepas fluoride.

6. Tidak cocok untuk dipakai di gigi posterior karena britel.

g) Prosedur penggunaan GIC

Untuk mendapatkan restorasi yang tahan lama ada 3 hal yang harus

diperhatikan:

1. preparasi permukaan kavitas harus benar.

2. pengadukan yang benar (manilupasi).

3. penyelesaian serta perlindungan permukaan selama

pengerasan semen

Preparasi permukaan.

Permukaan harus bersih adhesi. Dapat dicuci dengan pumis

untuk menghilangkan lapisan yang terbentuk selama preparasi kavitas.

Metode lain : mengoleskan larutan asam poliakrilat 10 % kepermukaan

selama 10 – 15 detik, diikuti dengan pembilasan air selama 30 detik

(proses : kondisioning). Setelah kondisioning harus kering.

Kondisoner, yaitu asam lemah yang digunakan untuk membuang

debris organic sebelum menambalkan gic yang akan ber- adhesi

secara kimia ke email dan dentin.

Persiapan bahan.

Rasio bubuk : cairan yang dianjurkan oleh pabrik haruslah

ditaati. Untuk pengadukan manual mixip pad. Atau bisa

menggunakan glass slab dengan suhu dingin memperpanjang

working time tidak dianjurkan mengurangi compressive strength.

Waktu manipulasi :45 – 60 detik permukaan adonan

mengkilap dan mencapain konsistensi yang sesuai.

Penempatan bahan.

Adukan harus langsung diaplikasiakn dengan plastic filling atau

disuntikan. Penundaan permukaan kusan pengerasan

13

berkembang, setelah itu dipasang matriks, supaya : kontur maksimal,

permukaan utuh, melindungi semen yang sedang mengeras dari hilang

atau bertambahnya air.

Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras,

harus ditunda selama paling sedikit 24 jam setelah penumpatan.

Pengulasan bahan pelindung GIC

Setelah restorasi dibentuk dan dipoles, restorasi dapat segera di

lapisi dengan varnish menggunakan pinset dan gulungan kapas. Cara

ini akan mencegah agar semen tidak kehilangan atau mendapat

kandungan air.

Vernis merupakan larutan resin, shellac, sandarac, dan

medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau

alkohol. Pada penguapan membentuk lapisan yang lengket atau film

yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau

bahan pengiritasi. Terjadi penurunan yang nyata dalam hitungan

radiaktif dari dentin yang terletak dibawah dinding kavitas yang dilapisi

vernis, dibandingkan dengan yang tidak.

Vernis juga mencegah penetrasi produk-produk korosi dari amalgam ke

dalam tubula dentin dan dengan demikian mengurangi pewarnaan gigi

yang tidak diinginkan dengan restorasi amalgam.

MODIFIKASI GIC

a) Modifikasi Resin

Self cured hybrid ionomer

Untuk penyemenan permanent dari crown, bridge, metal inlays-

onlays perawatan orthodontic.

Light cured hybrid ionomer

Untuk liner dan basis

Kepekaan terhadap semen dan kekuatan awal yang rendah dari

GIC adalah akibat reaksi pengerasan asam basa yang lambat.

Gugus fungsional yang terpolimerisasi ditambahkan dalam

formula semen untuk mempercepat proses pematangan

sehingga semen ini dapat mengatasi kedua kekurangannya dan

memungkinkan bahan yang tebal menjadi matang dalam reaksi

asam basa.

Di pasaran tersedia produk yang pengerasannya berdasarkan

reaksi kimia maupun berdasarkan penggunaan sinar tertentu.

14

Kelompok bahan ini disebut semen ionomer kaca dengan

modifikasi resin.

Komposisi dan Reaksi Pengerasan :

Komponen bubuk dari bahan yang dikeraskan dengan sinar

mengandung kaca yang dapat melepaskan ion-ion dan inisiator

untuk pengerasan dengan sinar atau kimiawi atau keduanya.

Komponen cairan biasanya mengandung air, asam poliakrilat,

atau asam poliakrilat dengan beberapa gugus karbosilik yang

dimodifikasi dengan monomer metakrilat dan hidroksietil

metakrilat.

Kedua bahan ini bertanggung jawab untuk polimerisasi.

Pengerasan awal bahan ini ditimbulkan oleh polimerisasi gugus-

gugus metakrilat. Pengerasan dengan reaksi asam-basa akan

lebih lambat.

Sifat fisik :

- Translusensi berkurang karena adanya perbedaan yang

besar pada index refraksi antara bubuk dengan matriks

resin yang telah mengeras.

- Transluensi setelah light cure langsung terjadi dan hasilnya

bisa cocok dengan warna gigi asli.

- Fluoride yang dilepas sama dengan GIC.

- Kekuatan perlekatan pada dentin antara 10-14 Mpa lebih

tinggi daripada composite cements.

- pH awalnya kurang lebih 3,5 dan secara bertahap

meningkat.

- Semen tidak mempunyai sifat very low solubility.

- Post operative sensitivity minimal.

Kekuatan GIC dengan Modifikasi Resin :

Kekuatan tarik garis tengah dari GIC resin modified adalah lebih

tinggi dari GIC, yang berkaitan dengan lebih banyaknya

deformasi plastic yang dapat ditahan oleh bahan sebelum

terjadi fraktur. Sifat-sifat lain sulit dibandingkan karena

perbedaan di dalam bahan dan cara pengetesan.

Adhesi dengan Struktur Gigi :

Mekanisme ikatannya serupa dengan GIC (semen ionomer kaca

konvensional).

15

Adhesi dengan Bahan Tambalan Lain :

Bisa digunakan untuk restorasi, meskipun terutama digunakan

untuk basis/pelapik. Dibandingkan dengan GIC, semen ini

mempunyai kekuatan ikatan yang lebih tinggi dengan resin

komposit.

Adaptasi Tepi :

Akibat polimerisasi, bahan ini memiliki derajat penyusutan yang

lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air

dan asam karboksilik juga mengurangi kemampuan semen

untuk membasahi substrat gigi sehingga keadaan ini akan

banyak meningkatkan kebocoran mikro dibandingkan GIC.

Kepekaan Air :

Pelapik dari bahan ini masih peka terhadap dehidrasi dan

bahwa bahan ini dapat menyerap air sehingga menghasilkan

perubahan bentuk yang cukup berarti.

Pertimbangan Klinis / Indikasi :

Pertimbangan klinis dari bahan ini adalah sebagai :

- Pelapik

- penutup fisur

- basis

- pembangun badan inti

- restorasi

- adhesive untuk bracket orthodonti

- bahan perbaikan untuk inti atau tonjol amalgam yang rusak

- bahan pengisi saluran akar retrograd.

- Lesi servikal

- Karies Klas III dan V

- Gigi susu

- Klas I pada anak-anak

- Teknik sandwich (Klas II)

- Resiko karies tinggi

Kekurangan / Kontraindikasi :

Kebocoran mikro meningkat dari GIC

b) Modifikasi Logam

Untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap fraktur, dan

ketahanan terhadap keausan mka GIC telah dimodifikasi dengan

mengikatkan partikel logam sebagai bahan pengisi.

16

Ada 2 metode modifikasi :

1. Campuran bentuk logam campuran amalgam yang berpartikel

sferis dengan GIC tipe II, dinamakan gabungan logam campur

perak.

2. Campuran bentuk kaca dengan partikel perak dengan

menggunakan pemanasan tinggi, dinamakan cermet.

Sifat Umum

Dari suatu ujicoba keausan didapatkan bahwa bahan cermet

jauh lebih tahan keausan dibandingkan GIC konvensional.

Peningkatan ketahanan terhadap keausan berkaitan dengan

penambahan bahan pengisi logam, seperti dibuktikan oleh

penampilan mengkilap yang terjadi jika logam dikenai tes

keausan ini.

Pelepasan Fluorida

Jumlah fluoride yang dilepaskan dari kedua system modifikasi

ini cukup besar. Namun, fluor yang dilepaskan cermet lebih

sedikitdaripada yang dilepaskan oleh GIC konvensional, hal ini

terjadi karena sebagian partikel kaca yang asli (yang

mengandung fluor) telah dilapisi logam.

Pertimbangan Klinis

Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan

potensi anti kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam

ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai

alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi

posterior. Meskipun demikian, bahan ini masih diklasifikasikan

sebagai bahan rapuh, sehingga penggunaannya tebatas pada

restorasi konservatif dan umumnya untuk restorasi karies klas I.

Bahan ini juga cocok terutama untuk pasien muda yang rentan

terhadap karies.

3. Prosedur penumpatan untuk karies servikal, Teknik meliputi tahapan

(khusus GIC)

a) Teknik Sandwich

Teknik sandwich pada semen ionomer kaca adalah restorasi

berlapis yang menggunakan semen ionomer kaca dan resin

komposit, di mana semen ionomer kaca akan menggantikan dentin

17

sedangkan resin komposit akan menggantikan enamel (Hewlett and

Mount, 2003).

Strategi ini menggabungkan sifat paling baik dari kedua bahan

tersebut  seperti Daya tahan terhadap karies, Adhesi secara kimia

terhadap dentin, Pelepasan fluor dan proses remineralisasi ,

Pengerutan pada lapisan dalam yang rendah, Pengikatan semen

ionomer kaca dengan enamel, Penyelesaian akhir enamel,

Durabilitas dan Sifat resin komposit yang estetis (Mount and

Hewlett, 2003).

Dalam penerapan teknik sandwich biasanya di awali dengan

pelapisan SIK tipe II pada dasar kavitas, kemudian di lanjutkan

dengan penggunaan resin komposit untuk memberikan ketahanan

dan durability ( annusavice, 2003 ).

Teknik sandwich biasanya di aplikasikan dalam hal – hal berikut

ini :

1.   Lesi dimana terdapat satu atau lebih margins pada dentin

(misal pada cervical lesions)

2.   Karies yang disebabkan abrasi pada daerah servikal

ataupun lesi kelas V, menurut klasifikasi G.V. Black, ditemukan

pada Manula, pada orang yang kurang baik dan benar cara

menyikat giginya, serta pada kasus di mana preparasi jaringan

sehat gigi kurang memungkinkan. Akibatnya, preparasinya

diusahakan untuk tidak mengambil jaringan yang sehat.

3.   Restorasi komposit class II

Prosedur Penumpatan Teknik Sandwich

Prosedur penumpatan pada restorasi sandwich sangat

sederhana. Teknik preparasi pada semua kavitas sama

tergantung lokasi karies. Pada restorasi sandwich ini

dipergunakan prinsip preparasi minimal. Prosedur penumpatan

pada restorasi sandwich harus dilakukan dalam keadaan kering

agar dapat perlekatan resin komposit ke permukaan dentin yang

dilapisi semen ionomer kaca.

1.     Preparasi dan Lining

Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang

dengan menggunakan bur diamond. Diamond stone yang

rata atau tungsten karbid bertujuan untuk menyelesaikan

tepi enamel. Linier kalsium hidroksida digunakan hanya

18

apabila terlihat keadaan dentin yang hamper terbuka

dengan perkiraan dentin yang menutupinya hanya sekitar 1

mm atau kurang. Tetapi kalsium hidroksida tidak boleh

menutupi daerah yang besar yang dapat mengganggu

bonding semen ionomer kaca. Setelah kavitas dipreparasi,

kemudian tepi enamel dibevel.

2.     Perawatan Permukaan

Setelah kavitas dibersihkan, dikeringkan kemudian

dioleskan kondisioner pada permukaan kavitas. Ikatan

semen ionomer kaca ke gigi dapat diperkuat dengan

menggunakan larutan yang mengandung asam poliakrilik,

asam tannic atau dodicin.

3.     Pemberian Semen

Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Semen ionomer

kaca diinjeksikan ke dalam kavitas dan dibiarkan menutupi

tepi kavosurface. Sebagai alternatif, pencampuran dengan

tangan secara standar dapat digunakan dan semen

tersebut diaduk sampai menyerupai plastic yang berkilau

sebelum digunakan. Warna semen harus dipilh agar sesuai

dengan warna dentin. Pengerasan semen yang dianjurkan

adalah dalam waktu 5 menit.

4.     Preparasi Semen Tepi Enamel

Setelah mengeras selama 5 menit, semen yang

berlebihan dilepaskan dari tepi-tepi enamel dan dikamfer

ke dinding dentin.

5.     Pemberian Resin Bonding

Salah satu bonding yang dipakai adalah agen

bonding. Resin liquid dioleskan segera ke basis semen dan

dinding-dinding kavitas. Harus hati-hati untuk memastikan

bahwa lapisan tersebut tipis. Sistem visible light cured

dianjurkan karena pengerasan yang cepat dari agen

bonding adalah penting untuk menjamin semen dan

permukaan enamel tidak terkontaminasi.

19

6.     Pemberian Resin Komposit

Tumpatan resin dimasukkan dan dikontur ke

posisinya. Bahan tersebut tidak boleh berlebihan, dan

adaptasi yang tepat dapat dicapai dengan pemakaian

matriks plastik bening.

7.     Penyelesaian

Setelah disinari, restorasi tersebut diselesaikan

dengan bur diamond rata atau bur karbid. Pemolesan

restorasi dapat diselesaikan dengan menggunakan “cup

polishing” karet abrasif dan bubuk aluminium oksida yang

halus.(Mc  Lean, 1985).

Keunggulan dan kekurangan pemakaian semen ionomer kaca dalam

teknik sandwich

a) Keunggulan teknik sandwich antara lain:

1.  Mempunyai kekuatan kompresi yang lebih tinggi

daripada hanya menggunakan SIK sebagai restorasi tunggal

2.  sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap

fraktur.

3.  Bersifat adhesi karena lapisan resin terikat dengan

pelapik semen ionomer kaca.

4.  Pelepasan fluoride SIK lebih besar daripada komposit

atau bahan tumpatan lainnya.

5.  Dapat menghambat kerusakan tepi (microleakage),

karena ikatan kimiawi SIK dengan email dan dentin sangat

baik.

6.  Bersifat radiopak.

7.  Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat

biokompabilitas, yaitu menunjukkan efek biologis yang baik

terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa. Kelebihan lain dari

bahan ini yaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti

bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus mutant

(mount, 1995).

20

8. Dari segi biaya (cost) jauh lebih murah dibandingkan jika

100% menggunakan bahan tumpatan dari resin estetik,

karena semen ionomer kaca harganya jauh lebih murah

dibanding bahan tumpatan yang lain.

9. Dilihat dari segi komposisi SIK dan resin komposit yang

sama-sama mengandung polikarboksilat sehingga sama-

sama hidrofilik sehingga lama-kelamaan warnanya akan

terlarut sehingga estetiknya berkurang.

10.  Teknik sandwich hanya dapat digunakan untuk restorasi

tipe ,2,5

b) Kondisioner

Kondisioner ini merupakan pelapikan yang ditujukan untuk

perlindungan pulpa dari iritan bakteri, serta untuk peningkatan

bonding semen ke dentin. Teknik yang dapat dilakukan:

c) Varnish

21

Email dibersihkan dengan larutan kondisioner

Kondisioner yang dipakai awalnya memakai Asam sitrat, namun sekarang sudah diganti dengan Asam poliakrilat yang

diencerkan

Aplikasi (ditunggu) selama 30 detik

Dicuci dengan air

Dikeringkan

Penumpatan GIC

Varnish kavitas resin alami atau sintesis dilarutkan pada pelarut eter atau kloroform

Pelarut menguap

Pengolesan ke kavitas dengan pinset atau sonde

Muncul lapisan tipis pada preparasi kavitas (balut terhadap dentin yang terpotong)

Lapisan 1 (akan meninggalkan lubang-lubang kecil

Lapisan 2 (akan mengisi rongga-rongga, sehingga lapisan lebih homogen)

Restorasi logam

d. Teknik Etsa Asam

Adanya suatu perlekatan resin komposit secara mekanis ke email

yang telah dietsa dan mengutamakan estetis. Bahan bonding juga

dioleskan untuk mendapatkan kebasahan yang baik dan membentuk tag

resin pada email yang telah dietsa (adhesi perlekatan dentin dan

sementum). Akan tetapi masih dapat timbul kebocoran mikro yang dapat

mengakibatkan karies sekunder, iritasi pulpa, ngilu, dan lepasnya

tambalan (bukan tambalan permanen).

e. Teknik Pasta Pumis

Teknik ini digunakan untuk pembersih lesi dari plak dan debris. Namun

sudah jarang digunakan, karena kandungan gliserinya meninggalkan

lapisan tipis pada gigi yang tidak bisa dibersihkan, sehingga menghalangi

etsa email/pembasahan resin.

4. Isolasi Daerah Kerja

I. Pembersihan Kavitas (Toilet Of Cavity)

Yang termasuk dalam prinsip ‘Toilet of the Cavity’ adalah:

1) Isolasi daerah kerja

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Hal ini ditujukan

agar mendapatkan daerah kerja/kavitas yang kering serta

pandangan yang jelas. Gigi selalu dibasahi saliva, lidah yang

22

mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah merupakan

beberapa masalah yang harus diatasi sebelum kerja yang teliti dan

tepat dapat dilkukan.

Beberapa cara mengisolasi daerah kerja, antara lain :

1. Dengan Saliva Ejektor

Saliva ejector berdiameter 4 mm, digunakan untuk menghisap

saliva yang tertumpuk di dasar mulut. Saliva ejector dapat

dipegang oleh pasien atau dibiarkan tergantung di dasar mulut.

Ada yang terbuat dari plastik dan dapat dibuang setelah sekali

pakai. Selain itu ada yang terbuat dari logam yang dilengkapi

dengan semacam sayap untuk meretraksi dan melindungi lidah

dan dasar mulut, yang seperti ini bermanfaat bagi operator

yang bekerja sendiri. Bagian yang paling kritis dari saliva

ejector adalah ujungnya. Karena terus berada di dasar mulut, di

bawah tekanan negatif yang konstan, dapat menarik jaringan

lunak ke dalam orifisnya sehingga menimbulkan suatu lesi yang

jelek.

2. Dengan Evakuator Kecepatan Tinggi (HVE)

Evakuator kecepatan tinggi (HVE) dengan diameter 10

mm, digunakan untuk menyerap semua air dan debris dari

daerah kerja. Biasanya dioperasikan oleh asisten gigi. HVE

sangat efektif bila dokter gigi dan asistennya bekerja sebagai

suatu tim.

3. Dengan Cotton Rolls

Tujuan untuk menggunakan ini adalah untuk menyerap saliva

dan cairan lainnya, untuk menarik pipi, bibir dan lidah. Cotton

roll ini diletakkan di gigi2 yang kita preparasi. Cotton rolls dapat

mengisap saliva dalam waktu yang cukup singkat. Selama

prosedur restorasi di lakukan cotton rolls harus selalu diganti

jika sudah cukup basah oleh saliva.

Cara menempatkan dan lokasi dari cotton rolls di dalam rongga

mulut adalah sbb :

a. Untuk mengisolasi daerah kerja pada gigi RA

23

Caranya : dengan menggunakan kaca mulut bibir dan pipi

pasien di tarik atau di angkat ke atas, lalu cotton rolls di

tempatkan di ruang vestibulum oris.

Lokasinya :

a) Pada Gigi Posterior

Cotton rolls di letakan di samping gigi yang akan di

restorasi dan juga gigi tetangga serta menutup

tempat muara kelenjar parotis.

b) Pada Gigi Anterior

Cotton rools di letakkan mulai dari gigi caninu menuju

kea rah posterior, baik pada rahang kanan maupaun

kiri.

b. Untuk mengisolasi daerah Kerja Gigi RB

Selain di tempatkan di vestibulum oris juga di tempatkan

didasar mulut dan menutupi muara kelenjar

submandibularis.

Lokasinya :

a) Pada Gigi Posterior

Cotton rolls di letakan di bagian bukal dan lingual dari

yang akan di restorasi dan juga gigi tetangganya.

b) Pada Gigi Anterior

Cotton rolls di letakan di bagian kanan dan kiri mulai

dari gigi caninus menuju kea rah posterior baik pada

bagian bukal/ labial maupun lingual

4. Rubber Dam (Isolator Karet)

Cara paling sempurna untuk mengendalikan cairan

dalam mulut adalah dengan menggunakan isolator karet

(rubber dam). Gigi atau gigi-gigi yang akan diterapi, bersama-

sama dengan gigi sebelahnya, ditempatkan dalam lubang karet

isolator dan yang terlihat hanya mahkotanya dan mencegah

kebasahan serta infeksi.

a) Keuntungan pemakaian isolator karet

1) Memungkinkan dilakukannya isolasi gigi dengan

sempurna dari ludah, darah, atau eksudat cairan gingiva.

24

Hal ini penting bagi semua restorasi terutama pada

tumpatan “ adhesif “.

2) Membantu isolasi dari bakteri yang terdapat di ludah

sehingga diindikasikan untuk menghindari infeksi dari

bagian lain di mulut misalnya pada perawatan saluran

akar dan pulp caping baik direk maupun direk.

3) Melindungi pasien dari kemungkinan tertelan atau

terhisapnya instrumen ke trakea atau esofagus, seperti

pin dentin, patahan bur, serpihan amalgam, wedge,

mahkota, inlay, instrumen saluran akar, sayap penyedot

ludah, bahkan kepala henpis.

4) Melindungi dokter gigi dari kemungkinan terinfeksi oleh

pasien. Penggunaan isolator karet diindikasikan pada

semua pasien yang dalam darah atau ludahnya potensial

untuk mentransmisikan penyakit kepada dokter gigi atau

stafnya. (misalnya pembawa hepatitis B).

5) Mempunyai efek fisik dan psikologis, memisahkan dokter

gigi dari pasien. Tidak hanya dari sisi dokter gigi isolator

karet mempunyai velositas tinggi dalam membersihakan

air, debu, debris, tetapi pasien sering kali merasakan

lebih aman, tidak merasakan hampir semua apa yang

sedang dilakukan dokternya.

6) Memungkinkan bekerja lebih cepat dan lebih aman.

Mulut yang basah, gangguan lidah, bibir, dan pasien

yang banyak omong bukan gangguan lagi dengan

pemakaian isolator karet.

b) Kerugian pemakaian isolator karet

1) Pasien tidak lagi dapat berbicara dengan mudah.

Percakapan yang terjadi hanya satu arah.

2) Sebagian pasien tidak menyukai isolator karet karena

adanya klaustrofobia (phobia pada ruang yang sempit).

3) Isolator karet dipegang pada gigi-gigi posterior dengan

cengkeram dan gigi masih merasa sensitif beberapa jam

setelah cengkeram dibuka.

4) Memerlukan waktu dalam memegang dan membuka,

walaupun dokter gigi yang sudah berpengalaman hanya

memerlukan beberapa menit saja. Sebenarnya, setelah

25

isolator karet dipasang, kondisi operasi meningkat dan

banyak waktu yang dihemat.

c) Peralatan Isolator Karet

1) Karet isolator

Berbentuk lembaran-lembaran 15 cm persegi. Karet

ini tahan robekan, melekat ketat ke gigi dan meretraksi

jaringan gingiva dengan baik. Selain itu, bahan karet harus

yang baru. Setelah 2-3 tahun dalam rak, isolator mudah

berubah dan mudah koyak bila tertarik di atas gigi.

Isolator karet tersedia dalam berbagai ketebalan:

tipis (0,15 mm); sedang (0,20 mm) berwarna biru; tebal

(0,25 mm) berwarna hijau; ekstra-tebal (0,30 mm); dan

khusus ekstra-tebal (0,35 mm). Isolator yang tipis mudah

dipasang dan memberikan rasa nyaman pada pasien, yang

lebih tebal mampu menarik jaringan lunak dan memiliki

daya tahan terhadap goresan bur gigi. Ketebalan medium

dianjurkan untuk molar, tebal (atau ekstra-tebal) untuk gigi-

gigi anterior dan premolar.

26

2) Pembolong

Digunakan un tuk membolong karet isolator. Hasil

lubangnya harus bersih karena jika tidak demikian akan

timbul titik lemah di tepi lubang yang mungkin bisa robek.

Sejumlah pembolong memiliki lubang dengan diameter

berbeda, makin besar lubangnya, makin mudah

memasukkannya ke gigi. Makin kecil lubangnya, makin ketat

letak karet ke gigi.

3) Setempel

Digunakan untuk menandai posisi lubang. Setempel

ini akan menghasilkan serangkain titik pada karet isolator

yang sesuai dengan posisi rata-rata gigi. Jika isolator

terpasang, posisinya mencapai suatu titik persis di bawah

hidung sehingga rongga mulut akan tertutupi tetapi hidung

tetap bebas. Untuk itu, ketika mengaplikasikan isolator pada

gigi-gigi atas atau molar ketiga bawah, posisi incisivus

sentral atas harus distempelkan sekitar 2,5 cm dari ujung

atas karet isolator. Untuk gigi bawah, lubang-lubang harus

diletakkan lebih ke depan lagi untuk menghindari penutupan

hidung.

4) Cengkeram isolator karet (Klem)

Berupa klip logam yang pas dengan leher gigi dan

menjaga isolator pada posisinya. Bahan dasar untuk

cengkeram adalah dua jaw, dan 4 prong, busur, lubang-

lubang dan sayap. Ukuran cengkeram dan lokasi prong

ditentukan oleh keliling eksternal dan bentuk gigi. Selain itu,

ada kalanya membantu retraksi gingiva. Perangkat

cengkeram dibawah ini biasanya cukup bagus untuk

digunakan:

27

Cengkeram molar BW, JW, tanpa sayap ; dipakai jika

cengkeram dipasang dahulu sebelum karetnya.

Cengkeram molar K, bersayap; sayapnya memungkinkan

penempatan karet dan cengkeram bersama-sama.

Cengkeram premolar GM

Cengkeram EW, dipakai untuk setiap gigi yang kecil.

Cengkeram molar AW, tanpa sayap; hanya dipakai untuk

gigi yang erupsi sebagian. Rahang cengkeram ini retentif

dan mengarah ke gingiva, sehingga membantu retensi

pada satu gigi yang kecembungan maksimalnya ada di

subgingiva.

Cengkeram servikal, pola Ferrier, untuk dipakai pada gigi

anterior jika diperlukan retraksi karet atau gingiva untuk

memudahkan akses ke kavitas servikal.

5) Cunam cengkeram

Suatu instrumen untuk meletakkan cengkeram, mengatur

dan melepaskannya.

6) Pelumas isolator karet

Gel berbahan dasar air biasanya disertakan untuk keperluan

ini, tetapi krim pencukur tanpa sikat sudah cukup memadai.

Pelumas diulaskan di sekeliling lubang pada karet sebelum

memasang karet pada gigi agar isolator karet lebih mudah

28

dipasang. Gosok permukaan batangan sabun yang basah,

ambil yang hancur dengan jari dan oleskan ke lubang-

lubang pada permukaan dalam isolator karet tersebut.

7) Pita atau benang gigi yang dilapisi malam

Bahan ini dipakai agar karet dapat melewati titik kontak

yang ketat

8) Handuk

Digunakan untuk kenyamanan pasien. Keringat dan saliva

yang keluar mudah diblok oleh handuk untuk memisahkan

isolator dari kulit.

9) Kerangka atau pemegang isolator karet

Kerangka akan memegang ujung karet yang bebas dan

mencegahnya jatuh ke dalam mulut atau kembali ke arah

muka pasien. Ada berbagai tipe dan desain pemegang

isolator karet. Pada dasarnya meliputi:

(a) traksi servikal, dengan strap di sekeliling kepala atau

leher; traksi servikal memberikan akses yang lebih besar

dan memperbaiki tumpuan jari, karena tangan operator

dapat diletakkan lebih dekat ke daerah kerja. Tetapi,

strap kadang-kadang mengganggu pasien dan jika

metode fiksasi strap digunakan akan lebih sulit

menempatkan penyedot kecepatan tinggi dan

mengontrol aliran air selama prosedur pengeboran.

(b) rangka fasial yang menghasilkan tarikkan

sirkumferensial di sekeliling mulut itu sendiri. Rangka

fasial lebih mudah dan lebih cepat dipasangdan lebih

bisa ditoleransi oleh pasien. Tetapi, rangka menghambat

pergerakan operator dan tidak memberikan keamanan

dan penjangkaran sebanyak tipe servikal.

d) Pemasangan Isolator Karet

Terdapat 3 tahapan dalam pemasangan isolator karet:

1. Persiapan

mempersiapkan :

- 4 peralatan dasar, kaca mulut, sone, penjepit kapas,

instrumen plastik

29

- Pelubang isolator karet

- Tang klem isolator karet

- Isolator karet yang telah dilubangi

- Pemegang isolator karet

- Handuk isolator karet

- 2 potong pita gigi 18 inci

- Pelumas karet

- saliva ejector

- Gunting

- Klem R-D

2) Pemasangan

a. Pemasangan klem.

b. Pemberian pelumas karet.

c. Pemasangan karet ke gigi distal dan klem

termasuk semua sayap. Lubang besar memungkinkan

operator dengan jari telunjuknya menarik dan

menggeser karet dari klem hingga masuk pas pada leher

gigi.

d. Pemasangan handuk isolator.

e. Pemasangan pemegang. Suatu tanda identifikasi

dalam bentuk lubang dibuat pada sudut kanan bawah

dari karet untuk patokan dalam mengorientasikan karet

sebelum pemasangan pemegang. Perhatikan bahwa gigi

yang diberi klem adalah satu-satunya gigi yang menonjol

keluar dari karet pada tahap pemsangan ini. Lipatan

pada batas atas untuk menambah kenyamanan pasien.

f. Karet kemudian ditarik ke gigi seberangnya.

Biasanya caninus atau premolar.

g. Bekerja dari gigi ini ke belakang klem, karet

ditarik dengan ibu jari pada permukaan labial dan jari

telunjuk pada permukaan lingual untuk meningkatkan

septum karet sehingga dapat melewati titik kontak.

h. Gunakan pita gigi untuk melewatkan karet

melalui satu atau dua titik kontak yang tersisa.

3) Stabilisasi

a. Gunakan klem / isolator, tentu saja dengan

memegang ujung distal dari karet di sekeliling gigi yang

30

paling posterior atau bisa ditambah di kaninus /

premolar, atau juga dengan pita karet

b. Pemeriksaan pada karet yang mengelilingi gigi yang

diklem dapat menunjukkan suatu sayap yang tidak

diingkari oleh karet

c. Invaginasi karet di sekeliling leher gigi hanya

diperlukan pada daerah yang akan dirawat. Tetapi

apabila memeasukkan semua pada tiap sulkus akan

menghasilkan lapangan kerja yang baik dan rapi

d. Pemegang diperiksa, di sekitar hidung, pastikan

pasien bisa bernafas dengan bebas

e. Kalau menggunakan saliva ejector bisa dilewatkan

melalui lubang kecil pada isolator karet atau dilewatkan

dibawah isolator karet dan masker muka

f. Kerutan di dagu (isolator karet) dapat dihilangkan

dengan adanya lipatan pada karet

g. Daerah tersebut harus disiram, divakum, dan

dikeringkan

31

32

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Harty, F. J. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Kidd, Edwina A. M. 1991. Dasar-dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangan.

Jakarta: EGC.

Pitt, Ford T. R. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta: EGC.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20092/4/ChapterII.pdf

33