MAKALAH ILMU GIZI
NUTRISI pada DEWASA dan LANSIA
DISUSUN OLEH :
1. ARIF NUGROHO
2. FAIZAL RICO S
3. HARJATI GALUH
4. KHARISMA
5. MEI VERA K H
6. MUHAMMAD HARIS YOGA
7. MUQODIMAH NUR
8. NARUMI INDASARI
9. RISTA NOER H
10. SAKTYANI DWI H
11. TRI YUNAWAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2012
KEBUTUHAN NUTRISI DEWASA DAN LANSIA
A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah seluruh interaksi antara organisme dengan makanan yang
dikonsumsinya, dengan kata lain sesuai dengan tubuh yang menggunakannya. Nutrien
adalah zat penyusun bahan makanan protein, lemak, vitamin dan mineral.
Jumlah zat makanan yang dipergunakan tidaklah sama bagi setiap orang karena
jumlah zat makanan yang diperlukan tergantung pada jumlah tenaga yang dikeluarkan dan
kuantitas proses pembentukan jaringan didalam tubuh sebenarnya masih banyakfaktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan akan jumlah berbagai zat makanan yang belum diketahui.
B. Fungsi Nutrisi
Nutrisi mempunyai 3 fungsi pokok, antara lain :
a.Untuk pertumbuhan, penyedian energi, untuk pergerakan dan proses tubuh.
b.Untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak
c.Untuk metabolisme dalam tubuh.
Selain nutrisi memiliki fungsi pokok, nutrisi juga memiliki fungsi, antara lain :
a. Memberi tenaga
b. Mengatur suhu tubuh
c. Melindungi tubuh dari penyakit
d. Membentuk cadangan makanan dalam tubuh
I. GIZI USIA DEWASA
A. Tujuan pemberian nutrisi dewasa
Gizi adalah makanan dan manfaatnya untuk kesehatan dapat juga diuraikan saat
makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Zat gizi yang terkandung dalam makanan, maka manusia mendapat zat gizi atau
nutrien dalam bentuk makanan yang berasal dari hewan (hewani) dan tumbuhan-tumbuhan
(nabati). Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, yang disebut sebagai zat gizi
mikro serta vitamin dan mineral yang diseut dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk
memperlancar proses metabolisme dalam tubuh diperlukan air serat. Tubuh manusia
membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi tersebut kekurangan
atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit, oleh
karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan
jumlah yang sesuai kebutuhan masing-masing individua agar tercapai kondisi kesehatan
yang prima.
Hidangan “gizi seimbangan” adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum,
ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
Ada 2 periode usia dewasa :
a) Dewasa muda : 18 – 40 tahun
sedang dalam kehidupan yang penuh rencana, sangat tertarik dg aktivitas
latihan/olahraga.
b) Dewasa menengah : > 40 – 55 tahun
aktifitas menurun, mudah capek, aktivitas fisik/latihan sangat berkurang, nafsu
makan & asupan makanan tidak berkurang.
B. Faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi orang dewasa :
1. TINGGI BADAN, BERAT BADAN DAN JENIS KELAMIN
2. FAKTOR AKTIVITAS
3. TINGKAT KESEHATAN
4. IKLIM
5. STATUS EKONOMI
6. KEBIASAAN MAKAN
7. KESENANGAN DAN KETIDAKSENANGAN
8. TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
9. AGAMA , KEPERCAYAAN DAN TAHAYUL
10. KEHAMILAN DAN MENYUSUI
11. DIET
C. Kebutuhan Gizi Dewasa
Zat penghasil energi terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein.
a) gr karbohidrat menghasilkan 4 Kkal.
b) 1 gr lemak menghasilkan 9 Kkal.
c) 1 gr protein menghasilkan 4 Kkal.
Setelah menginjak usia 25 tahun, mereka yang lebih aktif butuh lebih banyak kalori
dari pada yang tidak/ kurang aktif.
Kebutuhan Fe antara perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.
Kalsium & vit. D dibutuhkan utk memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan
tulang mualai usia 35 – 40 tahun.
D. Standart Kecukupan Gizi
Standart kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:
a) Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.
b) Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral.
E. Kecukupan kalori (energi)
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan, tubuh
memperoleh energi dari makanan yang dimakan. Bentuk energi yang berkaitan dengan
proses-proses biologi adalah energi kimia, energi mekanis, energi panas dan energi listrik.
Energi dalam tubuh digunakan untuk:
Melakukan pekerjaan eksternal;
Melakukan pekerjaan internal dan untuk mereka yang masih tumbuh;
Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk senyawa-senyawa baru.,
Untuk mengukur atau menentukan banyaknya energi yang dihasilkan makanan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Langsung
2. Secara tidak langsung
Energi BMR (basal metabolisme rate)
Energi BMR adalah energi minimal untuk menjalankan proses kerja atau proses faal
dalam tubuh dalam kondisi Resting Bed (berbaring istirahat di atas tempat tidur).
F. Masalah Gizi Dewasa
1. Gizi kurang ,aktifitas berlebih, absorbsi berkurang, stress/depresi, berakibat
Anemia.
2. Gizi lebih, asupan tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat. Berakibat penyakit
jantung koroner, hipertensi, DM.
G. Pengaturan Makan yang Baik
-Makan rendah lemak
-Makan bahan makanan rendah kolesterol
-Pilih bahan makanan sumber serat : sayur, buah
-Hindari alcohol
-Baca label makanan : lemak sebaiknya < 30% Energi
-Pilih bahan makanan sumber omega 3 : ikan laut
-Kurangi gula
Berikut ini adalah 8 Panduan untuk Pola Makan Sehat dari HEA/MAAF/DoH
1. Nikmati makan anda
Jangan memantang makanan kecuali alasan medis
Jangan khawatir/stress karena makanan
Cobalah jenis makanan yang baru
2. Makanlah makanan yang bervariasi
Khusus: kurangi garam bagi pendrt tekanan darah tinggi
3. Makan dengan jumlah yang tepat untuk mendapat berat badan yang sehat
Perlu diimbangi dengan olah raga, tidak harus berat
4. Makanlah banyak makanan yang mengandung pati dan serat:
Spr: roti, serealia, kentang dan kacang-kacangan
5. Makanlah banyak buah-buahan dan sayur
Dapat menurunkan penyakit kronik
6. Jangan terlalu banyak makan berlemak (terutama lemak jenuh)
7. Janganlah makan makanan yang mengandung gula dan minum alkohol yang terlalu sering
8. Apabila anda minum alkohol maka minumlah dengan takaran yang masuk akal.
Untuk kali-laki: 3-4 unit per hari
Untuk perempuan : 2 -3 unit per hari (1 unit=12 g)
II. KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
B. MASALAH GIZI PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
2. Gizi kurang
3. Kekurangan vitamin
C. PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5
Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan
lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,
hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan
gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-
obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan
tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia,
akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang
atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak
terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah dicerna
· Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan
harus lunak/lembek atau dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi sering
· Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna
pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna
Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran
dan buah-buahan segar, roti dan sereal.
2. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari untuk
melembutkan feses.
3. Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien akan
menjadi tergantung pada laksatif.
E. CONTOH BAHAN MAKANAN UNTUK SETIAP KELOMPOK MAKANAN
1. Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) :
Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers,
maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) :
Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.
3. Bahan makanan sumber protein hewani :
Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.
4. Bahan makanan sumber protein nabati :
Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
F. KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANJUT USIA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANSIA
1. Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia,
sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia
kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi.
2. Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan
untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
3. Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk
mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi
karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan
penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan laksatif
yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.
4. Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai
masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau
mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).
MASALAH CAIRAN PADA LANSIA
Masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah kekurangan cairan tubuh, hal
ini berhubungan dengan berbagai perubahan-perubahan yang dialami lansia, diantaranya
adalah peningkatan jumlah lemak pada lansia, penurunan fungsi ginjal untuk memekatkan
urin dan penurunan rasa haus.
PEMANTAUAN STATUS CAIRAN PADA LANSIA
1. Tanda-tanda kekurangan cairan
_ Tanda – tanda vital
a. Terjadi peningkatan suhu tubuh
b. Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan
(normal : 14 – 20 x/mnt)
c. Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
d. Tekanan darah menurun
_ Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit kering dan agak kemerahan
b. Lidah kering dan kasar
c. Mata cekung
d. Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis
e. Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
_ Perilaku :
a. Penurunan kesadaran
b. Gelisah
c. Lemah
d. Pusing
e. Tidak nafsu makan
f. Mual dan muntah
g. Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
_ Terjadi penurunan jumlah urin
2. Tanda-tanda kelebihan cairan
_ Tanda –tanda vital
a. Terjadi penurunan suhu tubuh
b. Dapat terjadi sesak nafas
c. Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
d. Tekanan darah meningkat
_ Pemeriksaan fisik :
a. Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
b. Edema
c. Peningkatan BB secara tiba-tiba
d. Kulit lembab
_ Perilaku :
a. Pusing
b. Anoreksia / tidak nafsu makan
c. mual muntah
_ Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)
G. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi pada Lansia
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
H. Penyakit yang Sering Diderita oleh Lanjut Usia
1. Jantung
Otot jantung menjadi kurang efektif dalam memompa, bekerja dengan lebih
keras untuk memompa darah dalam jumlah yang sama ke tubuh. Pembuluh darah
menjadi kurang elastis. Timbunan lemak yang mengeras mungkin terbentuk di
dinding arteri (atherosclerosis), sehingga jalur untuk mengantarkan darah menjadi
lebih sempit.
elastisitas secara alami, kombinasi dengan atherosclerosis, membuat arteri menjadi
lebih kaku, sehingga menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah melaluinya. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: Atherosclerosis, Hipertensi, penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh jantung dan serangan jantung.
2. Paru–paru dan Sistem Pernafasan
Jumlah kantung udara (alveoli) pada lanjut usia akan berkurang dibanding pada
saat usia dewasa. Berkurangnya kantung udara tidak akan terasa apabila kita sehat
dan dapat menjalani kehidupan yang aktif. Emfisema dan turunnya daya tahan paru–
paru karena merokok dan polusi udara, menjadikan lanjut usia rentan terhadap
berbagai gangguan paru–paru dan pernafasan.
3. Tulang, Otot dan Persendian
Tulang akan menyusut, sehingga tinggi badan menjadi lebih pendek. Kepadatan
tulang juga berkurang, secara sedikit-sedikit membuat tulang lebih rentan terhadap
patah tulang. Otot, tendon dan sendi umumnya kehilangan kekuatan,kelenturan
atau fleksibilitas seiring dengan bertambahnya usia. Masalah kesehatan yang
mungkin timbul: Osteoporosis, Osteoartritis.
4. Sistem Pencernaan
Menelan dan gerakan peristaltik otomatis yang memindahkan makanan yang
dicerna ke saluran usus akan makin lambat. Jumlah luas permukaan dalam usus akan
berkurang. Laju sekresi enzim-enzim dari lambung, hati, pankreas serta usus halus
akan berkurang. Hal ini umumnya tidak mempengaruhi kesehatan & proses
pencernaan, jadi mungkin tidak menyadarinya. Tetapi mungkin akan lebih sering
mengalami konstipasi.
Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam memindahkan
kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes atau tekanan darah
tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal.
Sekitar 30% dari orang usia 65 tahun atau lebih mengalami kelemahan dalam
kontrol kandung kemih (urinary incontinence ). Incontinence urine ( pengeluaran
urine di luar kesadaran ) dapat disebabkan oleh beragam masalah kesehatan, seperti
obesitas, konstipasi dan batuk kronik. Wanita lebih banyak yang mengalami
incontinence dari pada pria. Wanita yang telah mengalami menopause mungkin
mengalaminya karena otot sfingter kehilangan kekuatannya dan refleks kandung
kemih juga berubah. Dengan menurunnya produksi estrogen, jaringan pada saluran
kemih menjadi lebih tipis. Otot pelvic lebih lemah, sehingga mengurangi kontrol
pada kandung kemih. Pada pria yang telah tua, incontinence disebabkan karena
perbesaran prostat, yang kemudian memblokir uretra. Hal ini menyebabkan sukar
untuk mengosongkan kandung kemih dan menyebabkan sedikit urin yang keluar.
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: penurunan fungsi ginjal, Urinary
Incontinence, penyakit prostate.
Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan
nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadi kurang gizi (kurang energi protein
yang kronis)
Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat
(sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas.
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi
zat-zat gizi mikro.
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga
lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya
anemia
5. Mata
Pada lanjut usia atau lansia produksi air mata akan berkurang, retina akan
semakin tipis dan lensa mata akan berangsur berubah menjadi kuning sehingga
pandangan menjadi pudar.
Pada usia 40 tahunan, memfokuskan mata pada suatu obyek yang dekat
menjadi lebih sulit. Iris akan menjadi lebih kaku, sehingga pupil menjadi kurang
responsif, hal ini dapat menyebabkan mata menjadi kurang dapat beradaptasi
dengan perubahan cahaya.
Perubahan lainnya adalah pada lensa mata menjadi terlalu sensitif terhadap
sorotan cahaya, yang dapat menyebabkan masalah bila menyetir pada malam hari.
Masalah kesehatan yang mungkin timbul: Katarak, Glaukoma dan Degenerasi
Makular (kehilangan pandangan tengah).
Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang
dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
6. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
DAFTAR PUSTAKA
http://GIZI PADA LANSIA/ catatan kuliah lenteraimpian.htm/
http:// menjaga-kecukupan-gizi-di-usia-lanjut.html/
http:// kebutuhan-nutrisi-pada-lanjut-usia.html/