CBD
TINEA CORPORIS
et CRURIS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang
Disusun Oleh :
Gayut Baluwarti P
012065193
Pembimbing : dr. Susilowati, SpKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2011
TINEA CORPORIS et CRURIS
PENDAHULUANMikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Insidens mikosis
superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Penyakit
jamur atau mikosis dibagi menjadi mikosis profunda dan mikosis superfisialis.
Miksosis superfisialis terdiri dari nondernatofitosis dan dermatifitosis. Dermatofitosis
adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Tinea korporis dan kruris merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada kulit yang
penyakitnya disebut dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat
mencernakan keratin. Penyakit ini termasuk dalam kelompok mikosis superfisialis. (1)
SINONIMSinonim dari Tinea Korporis adalah Tinea sirsinata, Tinea glabrosa. Sinonim
dari Tinea Kruris adalah Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch”. (2)
DEFINISITinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit tubuh
tidak berambut (globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. Tinea kruris adalah infeksi jamur jamur dermatofita yang mengenai lipat paha,
daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian
bawah. (1,3,4)
EPIDEMIOLOGITinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih
sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi.. Lebih sering menyerang pria daripada wanita.
Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi meningkat pada
kelembaban udara yang tinggi. (2,4)
ETIOPATOGENESISTinea korporis disebabkan jamur Dermatofita, terutama oleh Epidermophyton
floccosum atau Trichophyton rubrum. Tinea kruris disebabkan jamur dermatofita
terutama oleh Epidermophyton floccosum, Trichophyton rubrum, dan Trichophyton
mentagrophytes. (1,4) Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain. (5)
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum
menyebabkan timbulnya lesi kulit yang sirsinar dengan batas yang jelas dan
meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan berupa suatu dermatitis. (6)
GEJALA KLINISGambaran klinis dari tinea korporis merupakan lesi anular, bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul
di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang ( tanda peradangan lebih jelas pada
daerah tepi ) yang sering disebut dengan central healing. Tapi kadang juga dijumpai
erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak
terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat juga terlihat sebagai lesi-lesi
dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Selain
itu lesi dapat berupa arsiner, atau sinsiner. Bila tinea korporis ini menahun tanda-
tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi dan skuamasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama
dengan tinea kruris. (1,2,3,7)
Pada tinea kruris keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi
umumnya bilateral walaupun tidak simetris, berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat
berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat
lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat
kehitaman bersisik. Lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan kadang-kadang disertai
dengan banyak vesikel kecil-kecil. Biasanya disertai rasa gatal dan kadang-kadang
rasa panas. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit.
Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan, meskipun pemeriksaan jamur dapat
positif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya
macula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. (1,6,7)
DIAGNOSA BANDINGTinea korporis dapat didiagnosa banding dengan dermatitis kontak, Pitiriasis
rosea, Psoriasis vulgaris, sifilis stadium II tipe makulopapular, dan dermatitis
seboroik. (2,3,6,8) Tinea kruris dapat didiagnosa banding dengan kandidiasis inguinal, eritrasma,
psoriasis, dan dermatitis kontak. (2,3,4,8)
DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan:1. Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal
bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk, maka timbul lesi
sehingga lesi bertambah meluas, terutama pada kulit yang lembab2. Gejala klinis yang khas3. Pemeriksaan laboratorium
Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa yang bercabang) yang khas pada
infeksi dermatofita. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies
jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium Agar Dekstrosa
Sabouraud. (4,5,7)
PENATALAKSANAAN
1. Umum
Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang berlebihan
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian yang
panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon)
Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing, atau
kontak pasien lain.
Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.
Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelaian endokrin yang
lain, leukemia, harus dikontrol. (7)
2. Khusus
Topikal
- Derivat azol misalnya mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1%
- Salep Whitfield
- Asam benzoate 6-12%
- Asam salisilat 2-4% (4,7)
Sistemik
- Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25
mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah
3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal
tidak ada perbaikan.
- Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan derivat azol
seperti ketokonazol 200 mg per hari selama 2-4 minggu pada pagi hari
setelah makan, itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu atau 200
mg/hari selama 1 minggu, flukonazol 150 mg 1x/mgg selama 2-4
minggu, terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu.
- Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. (5,7,9)
PROGNOSIS
Tinea korporis dan tine kruris mempunyai prognosa baik dengan pengobatan
yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu dijaga. (1,4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.. Bab II. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Kelima. Cetakan ke-2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:2008,
halaman 92-99 2. Mikosis superficial, diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. 3. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I. Hipokrates. Jakarta:2000, halaman
77-78 4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. EGC. Jakarta:2008, halaman 17-33 5. Tinea kruris, diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/140 6. Budimulja, U. Prof. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatomikosis.
FKUI.Jakarta, halaman47-537. Tinea korporis, diunduh dari http://madesunaria.wordpress.com/2009/11/13/tinea-
corporis/8. Abdullah B. Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit. Percetakan
Universitas Airlangga. Surabaya. Halaman 69-76
9. Infeksi Kulit, diunduh dari
http://ilmukesehatankulitdankelamin.blogspot.com/2009_06_01_archive.html
STATUS DERMATOLOGI
I. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama : Sdr. B
2. Umur : 20 th
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Asrama AKMIL
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar
7. No. Cm : 04-42-16
8. Tanggal periksa : 7 Februari 2011
9. Ruang : Poli Kulit dan Kelamin
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 7 Februari 2011.
1. Keluhan Utama :
Gatal-gatal sejak ± 2 bulan lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal-gatal
sejak ± 2 bulan lalu. Gatal dirasakan di daerah perut bagian bawah, sela paha
kanan-kiri dan bokong. Awalnya berupa bintil-bintil merah kecil pada perut
bagian bawah disertai rasa gatal yang bertambah saat berkeringat. Karena
gatal, pasien menggaruknya sehingga bintil merah tersebut menyebar hingga
sela paha dan bokong. Lama kelamaan bintil merah ini berubah menjadi
bercak kemerahan. Pasien tidak demam baik sebelum maupun selama
penyakit tersebut menyerang. Ternyata teman satu asrama ada yang
menderita keluhan yang sama seperti pasien dan belum diobati.
Sebelumnya pasien belum pernah menderita hal seperti ini. Pasien
belum pernah memeriksakan keluhannya ke dokter. Oleh karena itu pasien
memutuskan untuk periksa ke Poli Kulit dan Kelamin RST dr. Soedjono
Magelang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat asma bronchial disangkal
- Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat DM : disangkal
- Riayat alergi : disangkal
- Keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini.
5. Riwayat Alergi :
- Riwayat alergi makanan disangkal.
- Riwayat alergi obat disangkal.
- Riwayat alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman disangkal.
6. Siwayat Sosial ekonomi :
Pasien adalah seorang taruna. Biaya pengobatan ditanggung oleh Dinas.
Kesan sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Aktifitas : Normoaktif
- Kooperatif : Kooperatif
- Status gizi : Cukup
- Vital Sign : Tidak dilakukan
B. Status Dermatologi
a) Inspeksi
Lokasi : perut bagian bawah sekitar umbilikus, regio
inguinalis bilateral, dan gluteus.
UKK : papul, plak hiperpigmentasi, skuama. Pada tepi
lesi dijumpai papul eritematosa atau vesikel..
b) Distribusi : Lokaslisata
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN
Kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10%
Pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) pada medium agar dekstrosa
Sabouraud.
Patch tes
Pemeriksaan dengan lampu Wood
V. DIAGNOSIS BANDING
Tinea corporis et cruris
Dermatitis Kontak alergi
Eritrasma
VI. DIAGNOSIS KERJA
Tinea corporis et cruris
VII. PENGOBATAN
Nonmedikamentosa
- Menjaga kebersihan tubuh
- Memakai pakaian yang menyerap keringat
- Menghindari garukan
- Tidak memakai peralatan rumah tangga secara bersama-sama
Medikamentosa
1) Topical
Antimikotik : ketokonazole cream 1% 10 gram oleskan 2x/hari
Konvensional : Sapoviridis soap digunakan saat mandi.
2) Sistemik
Antihistamin : Cetirizine 10 mg 1x/hari selama 7 hari
Antimikotik : ketokonazol 2x200mg selama 7 hari
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
IX. EDUKASI
Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang
berlebihan.
Menghindari garukan.
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian
yang panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon).
Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing,
atau kontak pasien lain.
Tidak memakai peralatan rumah tangga secara bersama-sama.
Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus dan obesitas harus
dikontrol.
Minum obat teratur dan rajin kontrol jika obat habis.
Jika hal serupa muncul kembali, segera diperiksakan kedokter.