Laporan Praktikum Hari, tanggal : Kamis, 28 November 2013Biokimia Waktu : 07.00 - 08.40 WIB
PJP : Syaefudin, M.SiAsisten : Sari Yuniarini, S.Si
Lusianawati, S.Si
ENZIM II
Kelompok 5
Rima Damayanti J3L112100Indahayu Puspita N J3L112103Danu Fajar Rizki J3L112099
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
Pendahuluan
Enzim merupakan protein yang dapat bertindak sebagai katalis dalam
reaksi biokimia (Daintith 1990). Sedangkan menurut Kusnawijaya (1993), enzim
merupakan biokatalisator, yaitu suatu bahan yang berfungsi mempercepat reaksi
kimia dalam tubuh makhluk hidup tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi karena
pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Enzim digolongkan menjadi 6 golongan
yaitu oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase molekul, ligase atau
sintetase. Oksidoreduktase merupakan enzim yang terkait dalam transfer elektron
yaitu mengkatalisa reaksi oksidasi dan reduksi, contohnya NAD mengkatalisa
oksidasi alkohol menjadi aldehid. Oksidoreduktase memiliki 5 subkelas, yaitu
oksidase, oksigenase, hidroksilase, peroksidase, dan katalase. Transferase
merupakan enzim yang mentransfer suatu kelompok kimia dari suatu zat ke zat
lainnya, yang biasa di transfer oleh enzim ini yaitu amino, fosfat, karbon, dan
grup glikosil. Hidrolase merupakan enzim yang memotong substrat dengan
mengambil suatu molekul air (hidrolisis). Contohnya esterase, lipase, fosfatase,
amilase, dan proteolitik atau protease atau peptidase. Liase merupakan enzim
yang membentuk ikatan ganda yang menambahkan atau memindahkan suatu
kelompok kimia. Contohnya dekarboksilase, dehidratase, dan aldolase. Isomerase
molekul merupakan enzim yang memindahkan satu kelompok untuk membentuk
isomer. Contohnya mengkatalisa pembalikan karbon asimetrik yang terjadi pada
epimerase atau recemase. Dan ligase atau sintetase merupakan enzim yang
mengadakan pembentukan berbagai ikatan kimia sampai pada gangguan ikatan
pirofosfat di dalam trifosfat adenosin atau sebuah nukleotida yang sama.
Contohnya pembentukan acyl amino tRNA (Sedyautama 1985).
Enzim amilase memiliki suhu optimum 37oC dan pH optimumnya ialah
5,6 – 7,2 (Poedjiadi 2006). Selain dalam saliva, enzim amilase terdapat dalam
pankreas yang berbentuk α-amilase (Anderson 1982). Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk merangsang kelenjar saliva yaitu dengan mengunyah.
Mengunyah merupakan rangsangan mekanik yang dapat menimbulkan refleks
saliva sederhana (tidak terkondisi). Refleks saliva terjadi bila reseptor tekanan
merespon adanya makanan yang berada dalam rongga mulut. Reseptor-reseptor
tersebut akan mengimpuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula batang otak. Kemudian sekresi saliva akan ditingkatkan dengan
mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva oleh pusat
saliva. Manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut terjadi karena
gigi mendorong sekresi saliva (Amerongen 1991).
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan sifat dan susunan saliva
terhadap pengaruh suhu dan pH pada aktivitas amilase saliva serta pengaruh
hidrolisis pati mentah dan pati matang oleh amilase air liur.
Alat, Bahan, dan Metode
Alat-alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, gelas piala, pipet tetes,
batang pengaduk, kaca arloji, sudip, corong, pipet mohr, pelat tetes, water bath,
gegep kayu, hot plate, dan botol semprot. Bahan-bahan yang digunakan yaitu air
liur, glass wool, cabai, kanji 1%, HCl, CH3COOH, Na-Karbonat 0,1%, pereaksi
Benedict, pereaksi iod, dan akuades.
Rongga mulut dibersihkan dengan cara berkumur berkali-kali. Cabai
dikunyah dan di buang. Sebanyak 30 mL air liur dikumpulkan dalam gelas piala
dan disaring dengan menggunakan glass wool.
Pengaruh suhu pada aktivitas amilase saliva. Sebanyak 4 tabung reaksi
disiapkan. Sebanyak 2 mL saliva dan 2 mL akuades dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Tabung pertama diletakkan pada penangas es yang bersuhu 10oC, tabung
kedua pada suhu kamar, tabung ketiga pada pengas air bersuhu 37oC, dan tabung
keempat diletakkan pada penangas air bersuhu 80oC selama 15 menit. Sebanyak 2
mL larutan kanji ditambahkan ke dalam setiap tabung dan dikocok. Tabung
diletakkan kembali pada masing-masing kondisi suhu selama 10 menit. Kemudian
larutan dalam tabung diuji dengan pereaksi Benedict dan pereaksi iod. Jika
terbentuk warna kuning pada uji iod, maka hasil uji positif. Sedangkan pada uji
Benedict terbentuk warna biru-hijau-kuning.
Pengaruh pH pada aktivitas amilase saliva. Sebanyak 4 tabung reaksi
disiapkan. Sebanyak 2 mL asam klorida pH 1 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
pertama, sebanyak 2 mL asam asetat pH 5 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kedua, sebanyak 2 mL akuades pH 7 dimasukkan ke dalam tabung reaksi ketiga,
dan sebanyak 2 mL natrium karbonat 0,1% pH 9 dimasukkan ke dalam tabung
reaksi keempat. Sebanyak 2 mL kanji dan 2 mL saliva dimasukkan ke dalam tiap
tabung reaksi. Larutan dikocok dan diletakkan dalam penangas air bersuhu 37oC
selama 15 menit. Kemudian larutan diuji dengan pereaksi benedict dan pereaksi
iodium. Jika terbentuk warna kuning pada uji iod, maka hasil uji positif.
Sedangkan pada uji Benedict terbentuk warna biru-hijau-kuning.
Hidrolisis pati matang oleh amilase saliva. Sebanyak 5 mL larutan kanji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes saliva. Kemudian
dipanaskan pada suhu 37oC. Sebanyak 1 tetes saliva yang telah dipanaskan
dipindahkan ke plat tetes setiap selang waktu 1 menit dan ditetesi dengan pereaksi
iodium. Hal ini dilakukan sampai terbentuk warna kuning. Hal yang sama
dilakukan pada uji Benedict.
Hidrolisis pati mentah oleh amilase saliva. Sebanyak 0,1 gram tepung
pati ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5
mL akuades dan 10 tetes saliva. Tabung reaksi dipanaskan pada suhu 37oC. Setiap
selang 1 menit lakukan uji iod sampai 5 kali, kemudian selang 5 menit sampai uji
iod bernilai negatif. Uji Benedict dilakukan pada larutan yang bernilai negatif
pada uji iod.
Hasil dan Pembahasan
Rongga mulut dibersihkan dengan cara berkumur berkali-kali bertujuan
untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang tertinggal dalam mulut sehingga
tidak akan mengganggu pengamatan. Penggunaan cabai berfungsi untuk
menstimulasi produk air liur. Penggunaan glass wool sebagai penyaring bertujuan
agar partikel-partikel pada air liur dapat tersaring. Karena jika menggunakan
kertas saring, air liur tidak akan dapat tersaring. Hal ini dikarenakan partikel-
partikel air liur terlalu besar untuk melewati kertas saring.
Uji pengaruh suhu pada aktivitas amilase saliva. Percobaan pengaruh
suhu pada aktivitas amilase dilakukan dengan uji iod dan Benedict. Uji Iod
digunakan untuk mendeteksi adanya amilosa dalam sampel yang ditandai dengan
adanya perubahan warna pada larutan menjadi berwarna biru. Pati terdiri dari dua
komponen yang dapat dipisahkan yaitu amilosa dan amilopektin (Harborne 1987).
Kedua jenis pati ini mudah dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap iodium,
yaitu amilosa berwarna biru dan amilopektin berwarna kemerahan (Hartati 2003).
Berikut reaksi dari uji Iod:
O ║
__SO3H
║ H2C─ ─────C───── ─OH
Gambar 4 Mekanisme reaksi uji iod (Sumardjo 2006)
Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa,
Uji benedict merupakan uji biokimia untuk mendeteksi gula pereduksi
dalam larutan. Reagen benedict ialah campuran tembaga (II) sulfat dan hasil
saringan dari campuran natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat
berhidrat. Campuran ini ditambahkan kepada larutan yang diuji dan dididihkan.
Konsentrasi gula pereduksi yang tinggi membentuk endapan merah bata karena
terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O, sedangkan konsentrasi yang rendah
menimbulkan endapan kuning (Daintith 1990). Fungsi pemanasan yaitu agar ion
Cu2+ berada dalam suasana alkalis sehingga menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2 + 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula pereduksi Endapan merah bata
Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga pencernaan makanan
oleh air liur terhenti setelah makanan tersebut berada dalam suasana asam
lambung (Amerongen 1991).
Titik akromatik merupakan keadaan suatu larutan yang tidak terjadi lagi
perubahan warna. Titik akromatik yang diperoleh pada percobaan hidrolisis pati
matang pada uji iod yaitu pada menit ke-1 yang ditandai dengan terbentuknya
warna kuning kecoklatan. Sedangkan pada uji Benedict terbentuk warna hijau
setelah dipanaskan yang menandakan hasil uji positif. Titik akromatik pada
hidrolisis pati mentah pada uji iod terjadi pada menit ke-35 yang ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi kuning kecoklatan. Sedangkan pada uji
Benedict setelah dipanaskan larutan tidak terjadi perubahan warna yang
menandakan hasil uji negatif.
Tabel 1 Data hasil pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase saliva
SuhuHasil pengamatan Perubahan warnaIod Benedict Iod Benedict
10oC - + Jingga Hijau kebiruanSuhu kamar - + Jingga Hijau kebiruan37oC - + Jingga Hijau kebiruan80oC - - Jingga Hijau kebiruan
Tabel 2 Data hasil pengaruh pH terhadap aktivitas amilase saliva
pHHasil pengamatan Perubahan warnaIod Benedict Iod Benedict
HCl (1) + - Biru BiruAsam asetat(5) + - Biru BiruAkuades (7) - + Kuning Hijau kebiruanNa2CO3 (9) - + Kuning Hijau kebiruan
Tabel 3 Data hasil hidrolisis pati matang dan pati mentah oleh amilase saliva
BahanMenit
ke-Hasil pengamatan Perubahan warna
Iod Benedict Iod BenedictPati matang 1 - + Kuning kecoklatan Hijau
2 - Kuning kecoklatan3 - Kuning kecoklatan4 - Kuning kecoklatan5 - Kuning kecoklatan10 - Kuning kecoklatan15 - Kuning kecoklatan
Pati mentah 1 + - Biru tua Biru2 + Biru tua3 + Biru tua4 + Biru tua5 + Biru tua10 + Biru15 + Biru20 + Biru25 + Biru30 + Biru35 - Kuning kecoklatan40 - Kuning kecoklatan
Gambar 1 Hasil uji pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase saliva dengan
pereaksi (A) iod dan (B) Benedict pada suhu (a) 10oC, (b) suhu kamar, (c) 37oC, dan (d) 80oC
d bca
da b c
BA
b d a c a bd c
A B
Gambar 2 Hasil uji pengaruh pH terhadap aktivitas amilase saliva dengan pereaksi (A) iod dan (B) Benedict pada (a) HCl, (b) asam asetat, (c) akuades, dan (d) natrium karbonat
Gambar 4 Hidrolisis pati matang pada aktivitas amilase dengan pereaksi (A) iod dan (B) Biuret
Gambar 5 Hasil uji hidrolisis pati mentah pada aktivitas amilase dengan pereaksi (A) iod dan (B) Biuret
Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu optimum enzim
amilase di dalam air liur ialah 37oC, sedangkan pH optimum enzim amilase ialah
pada pH 5-9. Titik akromatik hidrolisis pati mentah pada menit yang ke-35,
sedangkan pada hirolisis pati matang pada menit yang ke-1.
Daftar PustakaAzmi J. 2006. Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus Oryzae untuk
Isolasi Enzim Amilase pada Medium Pati biji Nangka (Arthocarphus Heterophilus). Jurnal Biogenesis. 2(2):55-58.
Daintith J. 1990. Kamus Lengkap Kimia, Edisi Baru. Achmadi Suminar, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari A Concise Dictionary of Chemistry, New Edition.
Gilvery dan Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Surabaya: Airlangga University Press.
BA
A B
Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.Hart Harold. 2003. Kimia Organik. Achmadi Suminar, penerjemah. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari Organic Chemistry.Keusch P. 2003. Basic and acid Azo Dyes. USA: Chemie-uni.Kusnawijaya. 1993. Biokimia. Bandung: Exact Ganeca.Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.Maryati S. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta: Erlangga.Poedjiadi A, T Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia, Edisi Revisi. Jakarta:
Universitas Indonesia.Soesilo D. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva
pada Proses Pencegahan Karies. J. Dent. 38:25-28.Soewoto H. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya MedikaSuharsono M. 1986. Enzim dalam Biokimia. Yogyakarta: UGM Press.Suryadinata A. 2012. Kadar Bikarbonat Saliva Penderita Karies dan Bebas Karies.
Jurnal Saintis. 1:2089-2099.Swasti E. 2009. Super Tips dan Trik Kimia. Jakarta: Wahyumedia.
Amerongen AVN. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti Bagi Kesehatan Gigi. Surabaya : Gadjah Mada University Press.Anderson CR. 1982. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. William W,
penerjemah. Bandung: Indonesia Publishing House. Terjemahan:
Modern to Health Guide.
Sedyautama, Djaeni Achmad. 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Top Related