9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi karena
bakteri mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang organ paru-
paru tetapi juga bisa menginfeksi organ lain seperti kulit, tulang, ginjal dan
otak (Fahmi, 2010).
2. Kuman Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, Sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. yang tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosis
complex adalah M tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian
African II, M. Bovis. Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan secara
epidemologi sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan dia juga tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup dalam udara
kering maupun keadaan udara dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam
lemari es). hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. dari sifat dormant
inilah kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis
aktif lagi. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunujukan
9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
10
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigenya.
Dalam hal ini tekanan oksigen dalam apikal paru-paru lebih tinggi dari
bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis.
3. Cara Penularan
Proses penularan infeksi Oleh M. Tuberkulosis biasanya terjadi secara
inhalasi. Sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
di bandingkan organ tubuh lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar
melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khusunya yang di
dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam ( BTA).
4. Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukan dan
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada adanya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam ruangan yang lembab dan gelap kuman dapat
bertahan berhari- hari bahkan berbulan-bulan. Bila kuman terhisap oleh
orang yang sehat, kuman akan menempel pada saluran napas dan
jaringan paru. Bila kuman berukuran < 5 mikrometer dia dapat masuk ke
alveolar. Bila kuman masuk ke paru-paru kuman akan di hadapi oleh
neutrofil baru setelah itu oleh makrofag. Makrofag akan membunuh
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
11
kuman dan akan mengeluarkanya dari percabangan trakeobronkial
bersama gerakan silia dan sekretnya. Akan tetapi bila masih ada kuman
di jaringan paru dan berkembang biak dalam sito-plasma makrofag. Dari
sini kuman dapat menginfeksi organ tubuh lain dari pleura maka terjadi
efusi pleura, bisa saja kuman masuk melalui saluran gastrointestinal,
jaringan limfe orofaring, dan kulit. Bila bakteri masuk ke dalam vena ke
organ yang terinfeksi adalah otak ginjal dan tulang, Bila kuman masuk
kedalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier. Semua proses tuberkulosis primer ini memakan
waktu 3-8 minggu.
b. Tuberkulosis Pasca Primer (Sekunder)
Dari tuberkulosis primer akan mengalami reaktifasi, Reaktifasi ini
disebut juga dengan tuberkulosis postprimer. Kuman akan menyebar
melalui hematogen ke bagian segmen apikal posterior. Reaktifasi dapat
juga terjadi melalui metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh
(Tabrani, 2010).
Reinfeksi baik secara endogen maupun eksogen dapat terjadi setiap
saat setelah terjadi infeksi primer. Jika tuan rumah sangat hipersensitif,
maka reaksi deposisi basil tuberkulosis akan berlangsung cepat dengan
proses pengujian yang ekstesif (caseous pnemonia). Dikenal 2 golongan
tuberkulosis paska primer, yaitu tuberkulosis sekunder dan tuberkulosis
tersier. Tuberkulosis sekunder berjalan akut dengan manifestasi alergi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
12
yang lebih berat, sedangkan tuberkulosis tersier berjalan kronik dan
produktif. Tuberkulosis pada organ urogenital dan tulang serta lupus
vaginalis termasuk golongan tuberkulosis tersier, sedangkan meningitis
tuberkulosis, tuberkulosis milier, pleuritis eksudatif, dan peritonitis
tuberkulosis termasuk golongan tuberkulosis sekunder (Maksum, 2011).
5. Klasifikasi Tuberkulosis
American thoracic society memberikan klasifikasi / kategori baru yang
di ambil berdasakan aspek kesehatan masyarakat yaitu :
a. Kategori 0 : Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tuberkulin negatif.
b. Kategori I : Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi. Riwayat
kontak postif, tes tuberkulin negatif.
c. Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit, tes tuberkulin
positif, radiologi dan sputum negatif.
d. Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
Klasifikasi tuberkulosis yang sering di pakai di Indonesia adalah
berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan mikrobiologis. Pemeriksaan
sputum sangat penting karena dengan di temukanya kuman BTA diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Dengan pemeriksaan sputum juga
dapat mengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini
mudah dan murah sehingga bisa di lakukan di Puskesmas. Kriteria sputum
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
13
BTA positif adalah bila sekurang kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan dengan kata lain di perlukan 5.000 kuman dalam 1
mL sputum. Adapun tes tuberkulin yang sering di gunakan untuk
menegakan diagnosa tuberkulosis pada anak dengan cara menyuntikan 0,1
cc tuberkulin P.P.D ( Purified Protein Derivative) Intrakutan berkekuatan 5
T.U bila di takutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau
2 T.U. setelah 48-72 jam tuberkulin di suntikan, akan timbul reaksi berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi
persenyawaan antara antibodi seluler dengan antigen tuberkulin. Banyak
sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi seluler dan antigen tuberkulin amat
dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengruh antibodi humoral,
makin kecil indurasi yang ditimbulkan. Biasanya hampir seluruh pasien
tuberkulosis memberikan reaksi mantoux yang positif (99,8%).
Selain klasifikas pembagian tersebut di atas pasien juga digolongkan
lagi berdasarkan riwayat penyakitnya yakni:
a. Kasus Baru : Yakni pasien yang dinyatakan positif TB setelah
pemeriksaan sputum
b. Kasus Kambuh : Yakni pasien yang pernah di nyatakan sembuh dari
TB, tetapi kemudian aktif lagi.
c. Kasus Gagal ( Smear Positive Failure) ada 2 tipe kasus gagal : Pasien
yang sputum BTA-nya masih positif setelah mendapatkan obat anti
TB selama lebih dari 5 bulan. Pasien yang menghentikan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14
pengobatanya sebelum 5 bulan dan sputum BTA-nya masih positif
(Drop out)
d. Kasus kronik : pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
mendapat pengobatan ulang (retreatment) lengkap yang di supervisi
dengan baik.
6. Diagnosa Tuberkulosis
Tuberkulosis paru cukup dikenal mudah dari keluhan-keluhan klinis,
gejala-gejala, kelainan fisis, kelainan radiologis sampai dengan kelainan
bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu mudah menegakan
diagnosisnya. Menurut American Thoracic Society diagnosis pasti
tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman mycobacterium
tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Selain
tuberkulosis paru ada pula tuberkulosis ekstra paru yakni TB yang
menyerang organ tubuh lain selain paru misalkan selaput otak, tulang
persendian, kulit, dan pleura. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat tidak
di tangani dengan segera penyakit tuberkulosis ini adalah :
a. Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
poncet’s arthrophaty
b. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan napas (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), Kerusakan parenkim berat (Fibrosis paru, Kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS),
sering terjadi pada TB millier.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
7. Rencana Pembrantasan TB
World Healt Organitation (WHO) merekomendasikan rencana
pembrantasan tuberkulosis yang dilihat paling efektif secara ekonomi (Cost-
efective) yakni dengan DOTS ( Directly Observed Treatment Short-course),
Adapun kegiatan srategi DOTS ini adalah:
a. Harus ada komitmen politik pada berbagai tingkatan, baik nasional
maupun kabupaten. Komitmen ini harus ditumbukan pada semua
pihak, khususnya yang dapat memberikan kontribusi sumber daya dan
keputusan bersama.
b. Diagnosis TB paru harus dilaksanakan dengan metode pemeriksan
dahak untuk mencari ada tidaknya kuman tahan asam TB yaitu BTA.
c. Pengobatan yang dilakukan dengan panduan obat yang telah
ditetapkan dan disepakati, yaitu obat anti tuberkulosis (OAT) jangka
pendek yang diawasi oleh pengawas minum obat (PMO). Anggota
PMO adalah keluarga dekat, kerabat, kenalan, tokoh masyarakat yang
bisa mengawasi pelaksanaan minum obat bagi penderita yang
bersangkutan.
d. Ketersediaan OAT dengan mutu yang baik harus terjamin selama
pengobatan.
e. Pencatatan dan pelaporan yang baik, disertai analisis untuk evaluasi
dan pengembangan program.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
8. Program Pengobatan
Tujuan serta prinsip pengobatan TB adalah Untuk menyembuhkan,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutus rantai penularan dan
mencegah resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).
Tabel 2.1 Jenis, Sifat dan Dosis OAT lini pertama
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3xseminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 15
(12-18) (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
Sumber : Kemenkes RI, 2011
Panduan OAT yang digunakan oleh program nasional pengendalian
TB di Indonesia ada dua Kategori :
a. Kategori Pertama : RHZE/HR diberikan pada pasien baru dengan
panduan (TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif tetapi foto toraks
positif, pasien Tb ekstra paru). Lama pengobatan 2 bulan. Pengobatan TB
kategori pertama diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan
tahap lanjutan sebagai berikut :
(1) Tahap awal (intensif)
(a) Pada tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu di awasi
secara langsung oleh PMO untuk mencegah terjadinya resistensi
obat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
(b) Bila pengobatan intensif ini di berikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
(c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
dalam kurun waktu 2 bulan.
(1) Tahap lanjutan
(a) Pada tahap lanjutan pasien mendapatkan jenis obat lebih sedikit
tetapi waktu pengobatan lebih lama.
(b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
b. Kategori Kedua : RHZE+ S/RHE diberikan pada pasien (Kambuh
setelah diobati sebelumnya, gagal, putus berobat (drop out). Lama
pengobatan 4 bulan.
Berikut ini adalah tabel acuan pemberian tablet sesuai dengan berat
badan pasien :
Tabel 2.2 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 56
hari RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan seminggu 3 kali selama
16 minggu RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Sumber : Kemenkes RI, 2011
Tabel 2.3 Dosis untuk panduan OAT KDT Kategori 2
Berat badan Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S
Selama 56 hari Selama 28 hari
Tahap Lanjutan 3 kali
seminggu RH (150/150) +
E (400) Selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg S inj 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab E
38 – 54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg S inj 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab E
55 – 70 kg 4 tab 4KDT + 1000 mg S inj 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab E
≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 1000 mg S inj 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab E
Sumber : Kemenkes RI, 2011
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
9. Hasil Pengobatan Pasien Tuberkulosis
a. Pengobatan Lengkap
Pasien yang telah menyelesikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak
ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya.
b. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara legkap dan pemeriksaan
apusan dahak ulang (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya.
c. Putus Berobat ( Drop out)
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut / lebih sebelum masa
pengobatanya selesai.
d. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Meninggal
Pasien yang meninggal pada saat pengobatan karena sebab apapun.
f. Pindah ( Transfer Out)
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain ( register)
lain dan hasil pengobatan tidak di ketahui
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
B. Drop Out Tuberkulosis
1. Pengertian drop out
Pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatanya selesai (Direktorat bina farmasi, 2005)
Tindakan yang dapat diambil pada pasien drop out yang lebih dari 2
bulan adalah dengan cara :
a. Lacak Pasien dan diskusikan permasalahanya
b. Periksa ulang dahak sebanyak 3 kali sewaktu pagi sewaktu (SPS)
c. Hentikan pengobatan sementara sambil menunggu hasil pemeriksaan
dahak
d. Bila hasil BTA negatif pengobatan dihentikan, pasien diobservasi bila
gejalanya semakin parah perlu dilakukan pemeriksaan dahak kembali
e. Bila hasil BTA Positif, pasien yang berhenti pengobatan pada kategori
1 maka dilanjutkan pada kategori 2. Pasien yang berhenti pengobatan
pada kategori 2 maka langsung saja rujuk ke Rumah sakit mungkin saja
kasus kronik resisten obat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi drop out TB
a. Pengetahuan
Kejadian drop out penderita TB paru dari program pengobatan dapat
dipandang sebagai respon penderita terhadap rendahnya pengetahuan
tentang penyakit TB dari pengobatan TB paru. Sebagai asumsi semakin
baik tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit TB paru
dan pengobatanya, maka penderita akan sadar untuk menjalani program
pengobatan secara teratur (Kusniah, 2005). Pengetahuan merupakan
hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan
raba. sebagian besar, pengetahuan manusia di peroleh dari mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2011) Adapun tingkatan pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2011) mempunyai 6 tingkatan yakni :
(1) Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,
karena seseorang hanya mengingat kembali (recall) sesuatu yang
sepesifik dari seluruh bahan materi yang dipelajari.
(2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, serta dapat
menginterpretasikan materi secara benar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
(3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah bentuk nyata dari kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
(real) sebenarnya.
(4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen- komponen tetapi masih di
dalam satu stuktur organisasi,dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan anlisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
(5) Sntesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
(6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian –
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
Rogers (1974) Mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan yang disebut AIETA, Yang berarti :
(1) Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimuluss (objek)
(2) Interest (tertarik) ada rasa tertarik terhadap stimulus objek, disini sikap
subjek sudah mulai timbul
(3) Evaluation (menimbang) baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.
(4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang
diberikan oleh stimulusnya.
(5) Adapttion, di mana subjek telah berprilaku seuai dengan
pengetahuannya
Penelitian yang dilakukan Erawatyningsih (2009) semakin
rendah pengetahuan maka semakin tidak patuh penderita TB paru
untuk datang berobat, hubungan ini memiliki nilai korelasi positif
yakni p=0,0002.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
b. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT
jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin
keteraturan pengobatan di perlukan seorang PMO (Kemenkes RI, 2011)
(1) Persyaratan menjadi PMO
(a) Seseorang yang dikenal, di percaya, dan disetujui baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan
dihormati oleh pasien.
(b) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
(c) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
(d) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien.
(2) Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan desa,
perawat, pekarya sanitarian, juru immunisasi. Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarganya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
(3) Tugas seorang PMO
(a) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan
(b) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
(c) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang
telah ditentukan
(d) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
(4) Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan
kepada pasien dan keluarganya
(a) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
(b) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
(c) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya
(d) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
(e) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
(f) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
meminta pertolongan ke pelayanan kesehatan terdekat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
c. Efek samping Obat dan penatalaksananya
Pemantauan efek samping obat sangat di perlukan selama
pengobatan, setiap orang mempunyai daya tahan tubuh berbeda sehingga
ada penderita yang biasa saja setelah minum obat, ada yang rentan
sehingga terjadi efek samping obat. Efek samping terhadap OAT dibagi
menjadi 2 jenis yaitu efek samping ringan dan efek samping berat.
(1) Efek samping ringan
(a) Mual, sakit perut, tidak nafsu makan disebabkan karena
rifampisin penatalaksanaanya semua OAT diminum malam
sebelum tidur.
(b) Nyeri sendi disebabkan karena pirasinamid penatalaksanaanya
berikan aspirin
(c) Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki disebabkan karena INH
penatalaksanaanya berikan vitamin B6 (piridoxin) 100mg per
hari.
(d) Warna kemerahan pada air seni (urine) disebabkan karena
rifampisin penatalaksanaanya tidak perlu diberi apa-apa, tapi
perlu penjelasan kepada pasien.
(2) Efek samping berat OAT
(a) Gatal dan kemerahan kulit disebabkan semua jenis OAT
penatalaksanaannya berikan dulu anti-histamin sambil
meneruskan OAT dengan pengawasan ketat, bila keadaan tetap
tidak membaik hentikan semua OAT tunggu sampai kemerahan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
kulit kembali reda, jika kemerahan ini bertambah berat pasien
perlu dirujuk.
(b) Tuli disebabkan karena streptomisin penatalaksanaanya
streptomisin dihentikan, ganti etambutol
(c) Gangguan keseimbangan karena streptomisin penatalaksanaanya
streptomisin dihentikan ganti dengan etambutol
(d) Ikterus tanpa penyebab lain karena hampir semua OAT
penatalaksanaanya hentikan semua OAT sampai ikterus
menghilang
(e) Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)
karena hampir semua OAT penatalaksanaanya hentikan semua
OAT segera lakukan tes fungsi hati.
(f) Gangguan penglihatan karena etambutol penatalaksanaanya
hentikan etambutol
(g) Purpura dan renjatan (syok) karena rifampisin penatalaksanaanya
hentikan rifampisin.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
d. Biaya
Rata-rata penderita TB kehilangan waktu kerja 3-4 bulan dalam
setahun, hal tersebut berakibat terhadap berkurangnya pendapatan rumah
tangganya skitar 20-30% (Depkes RI, 2008) beberapa penelitian
mengonfirmasi hasil yang sama dengan penelitian ini yang
memperlihatkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan
penderita dengan pendapatan keluarga. Dari 40 penderita yang tidak
patuh dalam pengobatan ada 87,50% termasuk golongan yang
berpenghasilan rendah dan mengaku tidak ada biaya perjalanan untuk ke
puskesmas karena mereka memiliki kebutuhan lain yang harus di penuhi.
Faktor sosial-ekonomi penderita berperan sebagai faktor resiko
rendahnya kemauan penderita untuk mencari pelayanan kesehatan karena
pendapatan rata-rata penderita TB paru masih rendah dari pendapatan
perkapita penduduk. Pendapatan yang didapat masih terfokus pada
kebutuhan pokoknya belum menjangkau pembiayaan dalam bidang
kesehatannya( Erni dkk, 2009)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
e. Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai proses dimana pengalaman dan
informasi diperoleh sebagai hasil dari belajar (Sugandi, 2007) Pendidikan
adalah suatu proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
keompok, ataupun masyarakat (Notoatmodjo, 2002). Pendidikan yang di
tetapkan oleh pemerintah adalah wajib belajar 9 tahun, akan tetapi stigma
masyarakat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang kesehatan (Irianto, 2010).
Berdasarkan peneitian yang dilakukan Erawatyningsih (2009)
menunjukan data bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin tidak patuh penderita untuk berobat (p=0,007). Orang
dengan pendidikan rendah berpotensi 2,05 kali untuk menghentikan
pengobatan TB parunya.
f. Jarak menuju tempat pelayanan kesehatan
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian dimaksudkan terutama dari
sudut lokasi.Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Pelayan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di
daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah
pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik (Azwar 2006).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
29
Menurut Green (1980), ketercapaian pelayanan kesehatan dari segi
jarak merupakan salah satu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya
perilaku dibidang kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa jarak
pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan seringkali kesalahan atau
penyebabnya dilimpahkan pada faktor jarak antara fasilitas tersebut
dengan masyarakat terlalu jauh (Notoatmodjo, 2005). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Fauziyah (2010) terdapat hubungan antara jarak ke
tempat pelayanan kesehatan dengan kejadian drop out penderita TB paru,
artinya orang dengan jarak ke tempat pelayanan jauh berpotensi 11 kali
untuk memutuskan pengobatanya. Penelitian dari Erawatyningsih (2009)
juga mengatakan bahwa dari 71 pasien atau responden yang tidak teratur
melakuan pengobatan 62,0% sebagian besar mengatakan jarak yang jauh
untuk ke Puskesmas. Menurut beberapa teori menjelaskan bahwa
beberapa letak tempat pelayanan tidak strategis dapat menyebabkan
penderita tidak patuh dalam melakukan pengobatan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
30
C. Kerangka Teori
Sumber : Kusniah, 2005 Naili Fauziyah, 2010 Kartika,2008 I Made Bagiada,
2010
Faktor Sosiodemografi :
Umur
Tingkat Pendidikan
Biaya
Efek Samping Obat
Faktor Predisposisi :
Motivasi Penderita terhadap
pengobatan TB
Pengetahuan penderita tentang
TB dan pengobatanya
Faktor Penguat :
Dukungan keluarga terhadap
pengobatan
Ketersediaan PMO
Faktor Pemungkin :
Jarak ke tempat pelayanan kesehatan
Drop out TB
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
31
Berdasarkan landasan teori penelitian diatas maka dapat dilihat bahwa
ada beberapa faktor yang berperan dalam kejadian drop out TB paru,
adapun faktor yang berpengaruh diantaranya adalah : Pengetahuan
penderita pada penyakit TB paru, keberadaan PMO, Adanya efek samping
obat, biaya, tingkat pendidikan dan jarak menuju tempat pelayanan yang
mempengaruhi kejaddian drop out TB (Erawatyningsih, 2009)
D. Kerangka Konsep
Faktor- faktor yang mempengaruhi drop out
Pengetahuan penderita pada TB
PMO
Efek samping obat
Biaya
Tingkat pendidikan pasien
Jarak ke tempat pelayanan
Drop out TB
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ..., Imam Satriadi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015