WAWASAN NUSANTARA

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah kedaulatan. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi serta mempunyai perbatasan tertentu; misalnya apakah perbatasan merupakan perbatasan alamiah (laut, sungai, gunung), apakah negara itu tidak memiliki perbatasan laut sama sekali (land- locked) atau apakah negara itu merupakan benua atau kepulauan. Kekuasaan sebuah negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, melainkan juga laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya. Selain masalah wilayah kedaulatan, rakyat dan pemerintahan sah yang diakui juga merupakkan syarat mutlak suatu negara. Penduduk dalam suatu negara biasanya menunjukkan beberapa ciri khas tertentu dalam masalah kebudayaan, nilai-nilai politiknya, atau identitas nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya, kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku bangsa, kesamaan agama merupakkan faktor-faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasioanal dan identitas nasional yang kuat. 1

Transcript of WAWASAN NUSANTARA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh

sebuah negara adalah wilayah kedaulatan. Setiap negara

menduduki tempat tertentu di muka bumi serta mempunyai

perbatasan tertentu; misalnya apakah perbatasan merupakan

perbatasan alamiah (laut, sungai, gunung), apakah negara

itu tidak memiliki perbatasan laut sama sekali (land-

locked) atau apakah negara itu merupakan benua atau

kepulauan. Kekuasaan sebuah negara mencakup seluruh

wilayah, tidak hanya tanah, melainkan juga laut di

sekelilingnya dan angkasa di atasnya.

Selain masalah wilayah kedaulatan, rakyat dan

pemerintahan sah yang diakui juga merupakkan syarat

mutlak suatu negara. Penduduk dalam suatu negara biasanya

menunjukkan beberapa ciri khas tertentu dalam masalah

kebudayaan, nilai-nilai politiknya, atau identitas

nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya,

kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku

bangsa, kesamaan agama merupakkan faktor-faktor yang

mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasioanal dan

identitas nasional yang kuat.

1

Sebagai negara kepulauan yang luas, Indonesia

menghadapi berbagai macam tantangan dan permasalahan,

diantaranya faktor geografis, seperti iklim dan sumber

daya alam, serta mengenai batas-batas wilayah. Selain

itu, kemajemukan suku bangsa, ras dan agama juga

merupakan variabel yang perlu di perhatikan

Melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, Indonesia

meletakkan konsep dasar Wawasan Nusantara , salah satu

pedoman bangsa Indonesia mengenai wawasan nasional yang

berpijak pada wujud wilayah nusantara dan keberagaman

masyarakat yang hidup dan saling berinteraksi di

dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bahasan mengenai wawasan nusantara memiliki beberapa

rumusan masalah, antara lain :

a. Pengertian dari wawasan nusanntara

b. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara

c. Kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan nusantara

d. Wawasan Nasional Indonesia

e. Arah pandang wawasan nusantara

f. Implementasi wawasan nusantara

1.3 Metode Penulisan

2

Penulisan makalah ini menggunakan metode Observasi,

keputakaan dan referensi dari beberapa artikel terpilih

bersumber pada situs-situs dan blo-blog dunia maya.

1.4 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu :

a. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian dari

wawasan nusantara

b. Untuk dapat mengetahui  unsur-unsur dasar dari

wawasan nusantara

c. Untuk dapat mengetahui kedudukan, fungsi dan tujuan

wawasan nusantara

d. Untuk dapat mememahami makna wawasan nasional

Indonesia

e. Untuk memahami arah pandang wawasan nusantara

f. Untuk dapat mengetahui implementasi wawasan

nusantara

BAB II

PEMBAHASAN

3

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nasional, yang di Indonesia disebut sebagaiWawasan Nusantara, pada dasarnya merupakan cara pandangterhadap bangsa sendiri. Kata “wawasan” berasal darikata “wawas” yang bearti melihat atau memandang (S.Sumarsono, 2005).

.Sedangkan kata “Nusantara” terdiri dari kata “nusa

dan antara”. Kata nusa artinya pulau atau kesatuan

kepulauan. Antara menunjukkan letak antara dua unsur.

Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara

dua benua yakni Asia dan Australia dan dua samudera

yakni; samudera Hindia dan samudera Pasifik.

Di bawah ini dipaparkan beberapa pengertian dari

Wawasan Nusantara, sebagai berikut :

1. Menurut Prof.Dr. Wan Usman

Menurut Prof.Dr. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah

cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah

air nya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek

kehidupan yang beragam.

2. Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap

bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang

beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah

dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat,

4

berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan

nasional.

3. Menurut Ketetapan  MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang

GBHN

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap

bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya

dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa

serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan

kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara

untuk mencapai tujuan nasional.

Dengan demikian wawasan Nusantara dapat didefinisikan

sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai

diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai

strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan

wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati

kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk

mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

2.2 Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara

2.2.1 Wadah (Contour)A. Wujud Wilayah

Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh

lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau

yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu,

Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta

5

dihubungkan oleh perairan didalamnya. Setelah bernegara

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa

indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan

wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud

suprastruktur politik.

Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat

adalah lembaga dalam wujud infrastruktur politik. Letak

geografis negara berada di posisi dunia antara dua

samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan

antara dua benua, yaitu banua Asia dan benua Australia.

Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan

politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

B. Tata Inti Organisasi

Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara

didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan

kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem

pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia

adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

Kedaulatan di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sistem

pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden

memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia adalah

Negara hukum ( Rechtsstaat ) bukan Negara kekuasaan

( Machtsstaat ).

6

C. Tata Kelengkapan Organisasi

Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran

politik dan kesadaran bernegara yang harus dimiliki oleh

seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan

organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur

Negara, yang dapat diwujudkan dalam bentuk demokrasi

konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal

berdasarkan dasar falsafah Pancasila.

2.2.2 Isi (Content)

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di

masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang

terdapat pada pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal

yang essensial, yaitu :

A. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan

bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan

nasional. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di

dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan :

Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil dan makmur.

Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan

yang bebas.

Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

7

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

B. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional

berciri manunggal, utuh menyeluruh meliputi :

Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup

daratan perairan dan dirgantara secara terpadu.

Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan

politik pelaksanaannya serta satu ideologi dan

identitas nasional.

Satu kesatuan sosial-budaya, dalam arti satu

perwujudan masyarakat Indonesia atas dasar

“Bhinneka Tunggal Ika”, satu tertib sosial dan

satu tertib hukum.

Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas

asas usaha bersama dan asas kekeluargaan dalam

satu sistem ekonomi kerakyatan.

Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu

system terpadu, yaitu sistem pertahanan keamanan

rakyat semesta (Sishankamrata).

Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang

mencakup aspek kehidupan nasional.

Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat

maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di

8

atas, bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan

dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional.

2.2.3 Tata Laku (conduct)

Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah

dengan isi, yang terdiri dari tata laku tata laku

batiniah dan lahiriah.

Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan

mentalitas yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata

laku lahiriah tercermin dalam tindakan , perbuatan, dan

perilaku dari bangsa Indonesia.

Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh,

dalam arti kemanunggalan. Meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.

Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati

diri atau kepribadian bangsa indonesia berdasarkan

kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga

dan cinta kepada bangga dan tanah air sehingga

menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalm segala aspek

kehidupan nasional.

2.3 Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara

2.3.1 Kedudukan Wawasan Nusantara

Sebagai Wawasan Nasional

Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa

Indonesia merupakan ajaran yang di yakini

9

kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi

penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

Sebagai Pedoman Persatuan

Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara

structural dan fungsional mewujudkan keterkaitan

hierarkis piramida dan secara instrumental mendasari

kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa.

Visi adalah keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan

yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan visi

bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi

bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan Nusantara

adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu

secara utuh.

2.3.2 Fungsi Wawasan Nusantara

Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam

bukunya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi  menjelaskan

bahwa fungsi wawasan nusantara:

Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa

dan Negara Indonesia

Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi

kebijakkan dan strategi pembangunan nasional

10

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman,

motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan

segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan

bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah

maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan

bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.3.3 Tujuan Wawasan Nusantara

Di dalam buku pendidikan kewarganegaraan diperguruan tinggi,

Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk menjelaskan

bahwa tujuan wawasan nusantara adalah :

Tujuan ke dalam mewujudkan kesatuan dalam segenap

aspek kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan

aspek sosial

Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang

mengelilingi Indonesia ialah ikut serta mewujudkan

ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan

kemerdekaan keadilan sosial dan perdamaian abadi

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasioanalisme

yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia

yang lebih mengutamakan kepentingan nasioanal dari pada

kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa

atau daerah (kepentingan individu, kelompok, golongan,

suku bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak

11

bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan

masyarakat banyak.

2.4 Wawasan Nasional Indonesia

2.4.1 WAWASAN NASIONALSetiap Negara perlu memiliki wawasan nasional dalam

usaha menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan itu pada

umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang hakikat

sebuah Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya.

Fokus pembicaraan pada unsur kekuasaan dan kewilayahan

disebut “geopolitik”.

A. Paham Kekuasaan Bangsa IndonesiaBangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi

Pancasila menganut paham tentang perang dan damai:”Bangsa

Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta

kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak

mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan,

karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan

dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa

Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai

landasan idiil dalam menentukan politik nasional,

dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia

dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya

adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan

bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.

B. Geopolitik Indonesia

12

Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang

dikembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman

tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan

kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan

pemahaman tentang Negara Indonesia menganut paham Negara

kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas

archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman

archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.

Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa

menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah”

pulau, sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah

“penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi satu

kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara

Kepulauan.

C. Latar Belakang FilosofisWawasan Nasional merupakan sebuah cara pandang

geopolitik Indonesia yang bertolak dari latar belakang

pemikiran sebagai berikut ((S. Sumarsono, 2005)

Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila

Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia

Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya

Indonesia

Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila

menjadikan Pancasila sebagai dasar pengembangan Wawasan

13

Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi

dasar dari pengembangan wawasan itu.

Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan

Nusantara merupakan wawasan yang menghormati

kebebasan beragama

Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan

Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang menghormati

dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia)

Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan

Nusantara merupakan wawasan yang mengutamakan

kepentingan bangsa dan negara.

Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)

menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang

dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.

Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan

wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia.

Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia

menjadikan wilayah Indonesia sebagai dasar pengembangan

wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif geografis

Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan

14

menjadi dasar bagi pengambilan-pengambilan keputusan

politik. Adapun kondisi obyektif geografi Indonesia telah

mengalami perkembangan sebagai berikut.

Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih

mengikuti aturan dalam Territoriale Zee En Maritime

Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut wilayah

Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari

masing-masing pantai pulau Indonesia.

Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan

merupakan kesatuan, laut menjadi pemisah-pemecah wilayah

karena Indonesia merupakan negara kepulauan

Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13

Desember 1957) berbunyi:”…berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala

perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan

pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak

memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang

wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia, dan

dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau

nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara

Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman

in bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar

tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan

keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan

teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang

15

menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-

pulau negara Indonesia….”

Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia

merupakan satu wilayah yang utuh, kesatuan yang bulat dan

utuh.

Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun

1960 tentang Perairan Indonesia yang berisi konsep

kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi Djuanda itu. Maka

Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan

(Negara Maritim).

Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En

Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 luas Indonesia

adalah kurang lebih 2 juta km2 maka menurut Deklarasi

Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta

km2 (dimana 65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan)

Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut

Internasional III mengakui pokok-pokok asas Negara

Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi

Djuanda)

Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan

dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law af

the Sea). Dampak dari UNCLOS 1982 adalah pengakuan

tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)

dan Landas Kontinen Indonesia. Indonesia kemudian

16

meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17 Tahun 1985

(tanggal 31 Desember 1985)

Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi

oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16

November 1994. Perjuangan selanjutnya adalah perjuangan

untuk wilayah antariksa nasional, termasuk GSO (Geo 

Stationery Orbit)

Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna

dalam S. Sumarsono, 2005, hal 74)

Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut

Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari

Pangkal Laut

Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km

Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km

Sedangkan atas antariksa Indonesia :

Tinggi = 33.761 km

Tebal GSO (Geo  Stationery Orbit) = 350 km

Lebar GSO (Geo  Stationery Orbit) = 150 km

Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya

Indonesia menjadikan keanekaragaman budaya Indonesia

menjadi bahan untuk memandang (membangun wawasan)

nusantara Indonesia. Menurut Hildred Geertz sebagaimana

dikutip Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari

17

300 suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Adapun

menurut Skinner yang juga dikutip Nasikun (1988)

Indonesia mempunyai 35 suku bangsa besar yang masing-

masing mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak.

Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

menunjuk pada sejarah perkembangan Indonesia sebagai

bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak sejarahnya

adalah:

20 Mei 1908, Kebangkitan Nasional Indonesia

28 Okotber 1928, Kebangkitan Wawasan Kebangsaan

melalui Sumpah Pemuda

17 Agustus 1945, Kemerdekaa Republik Indonesia

2.5 Arah Pandang Wawasan Nusantara

2.5.1 Arah Pandang Wawasan Nusantara

Dalam arah pandang wawasan nusantara dibagi menjadi

2, yakni kedalam dan keluar. Dengan latar belakang

budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi

serta memperhatikan perkembangan lingkungan strategis,

maka arah pandang wawasan nusantara meliputi :

1. Arah Pandang Ke Dalam

Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan

persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, baik

aspek alamiah maupun sosial. Arah pandang ke dalam

mengandung arti bahwa bangasa indonesia harus peka dan

18

berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin

faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan

harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya

persatua dan kesatuan dalam kebhinekaan.

2. Arah Pandang Ke Luar

Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya

kepentingan nasional dalam duna serba berubah maupun

kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial, serta kerja sama dan sikap

saling menghormati. Arah pandang ke luar mengandung arti

bahwa kehidupan internasionalnya, bangsa Idonesia harus

berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua

aspek kehidupan baik politik, ekonomi, social budaya

maupun pertahanan da keamanan demi tercapainya tujuan

nasional sesuai tertera pada Pembukaan UUD1945.

2.5.2 Asas Wawasan Nusantara.

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus

dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar

terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur

pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap

kesepakatan (commitment) bersama. Asas Wasantara terdiri

dari :

Kepentingan/Tujuan yang sama

19

Keadilan

Kejujuran

Solidaritas

Kerjasama

Kesetiaan terhadap kesepakatan

2.6 Implementasi Wawasan Nusantara

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus

tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak

yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan

negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan

kata lain, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari

cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka

menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan

bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Implementasi

wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada

kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan

menyeluruh.

2.6.1 Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Bidang

Nasional

A. Di Bidang Ideologi

Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan

ideologi bangsa Indonesia. Ketahanan ini diartikan

mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional

dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan,

20

ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar

maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung

membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan

negara Indonesia.

B. Di Bidang Politik

Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa

Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan

wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk

dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya

secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan

negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang

kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi,

sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan yang

berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila

dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan

aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat,

bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai

tujuan perjuangan nasional.

Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan

kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik

bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap.

MPR No.IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan

akhir perkembangan konsepsi negara kepulauan yang telah

diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember

1957.

21

C. Di Bidang Ekonomi

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara menjadi

pola yang mendasari cara berpikir, bersikap dan bertindak

dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi

pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh

dan menyeluruh.

Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara

akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar

menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu,

juga dapat mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber

daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar

daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya

alam itu sendiri.

Prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang

ekonomi yaitu :

Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun

efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa untuk

memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia

secara merata.

Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan

seimbang di seluruh daerah tanpa meninggalkan ciri

22

khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam

pengembangan kehidupan ekonominya.

Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara

diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan asas

kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk

kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang

ekonomi diantaranya dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat

dan Daerah dengan keluarnya Undang-Undang No. 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan

Daerah. Pembagian keuangan yang semula hampir 80%

anggaran daerah harus menunggu didatangkan dari pusat,

padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada

pemerintahan pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi:

Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah

pusat dan 90% untuk daerah.

Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20%

untuk pusat, 80% untuk daerah.

Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20%

untuk pusat dan 80% untuk daerah.

Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah

dan gas alam, 70% untuk pusat dan 30% untuk daerah.

Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya

“Dana Alokasi Umum” yang dialokasikan untuk daerah-

daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah

23

totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam negeri

APBN, sebagai perimbangan.

D. Di Bidang Sosial Budaya

Budaya atau kebudayaan secara etimologis adalah

segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi

manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa, dan

karsa (budi, perasaan dan kehendak). Sosial budaya adalah

faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan

pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan

sosial diantara angota-anggotanya.

Secara universal, kebudayaan masyarakat yang

heterogen mempunyai unsur-unsur yang sama, yaitu :

Sistem religi dan upacara keagamaan sistem masyarakat

dan organisasi kemasyarakatan.

Sistem pengetahuan

Bahasa

Keserasian

Sistem mata pencaharian

Sistem teknologi dan peralatan

Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan

yang bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan.

Artinya setiap generasi yang lahir dari suatu masyarakat

dengan serta merta mewarisi norma-norma budaya dari

generasi sebelumnya. Berdasarkan ciri dan sifat

kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi.

24

Masyarakat Indonesia sangat heterogen dan unik sehingga

mengandung potensi konflik yang sangat besar, terlebih

kesadaran nasional masyarakat relatif rendah sejalan

dengan terbatasnya masyarakat terdidik.

Besarnya potensi antar golongan masyarakat yang

setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi

bangsa semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial

yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan

setiap kelompok masyarakat budaya untuk saling membuka

diri, memahami eksistensi budaya masing-masing serta mau

menerima dan memberi.

Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional

sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara

pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi

budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk

membina kehidupan bersama secara harmonis.

E. Di Bidang Pertahanan Keamanan

Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan

pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta

tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk

sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.

Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta

bela Negara menjadi modal utama yang akan mengerakkan

partisipasi setiap warga negara indonesia dalam

menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain :

25

Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah

pada hakikatnya adalah ancaman terhadap seluruh

bangsa dan negara.

Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban

yang sama untuk ikut serta dalam pertahanan dan

keamanan Negara dalam rangka pembelaan negara dan

bangsa.

26

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan

secara umum Wawasan Nusantara adalah keutuhan

nusantara/nasional, dalam pengertiannya yaitu cara

pandang yang secara utuh menyeluruh dalam lingkup

nusantara dan demi kepentingan nasional.

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa.

Visi adalah keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan

yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan visi

bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi

bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan Nusantara

27

adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu

secara utuh.

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman,

motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan

segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan

bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah

maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan

bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan dari wawasan nusantara tersebut yaitu

mewujudkan nasioanalisme yang tinggi disegala aspek

kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan

kepentingan nasioanal dari pada kepentingan individu,

kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah tetap

dihargai selama tidak bertentangan dengan kepentingan

nasional atau kepentingan masyarakat banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2014.

28

Sumarsono, S. Penidikan kewaarganegaraan, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2015.

Sumarsono, S. Cara Pandang Geopolitik, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Jordyayal (2012). Arah Pandang Wawasan Nusantara. From

http://jordyayal.wordpress.com/2012/07/27/arah-

pandangan-wawasan-nusantara/, 8 Januari 2015

Vabrian (2013). Wawasan Nusantara. From http://vabrianz.wordpress.com/wawasan nusantara, 9 Januari 2015

Sarjanaku (2010). Wawasan Nusantara. From http://www.sarjanaku.com/2010/10/wawasan-nusantara.html, 9 Januari 2015.

Rina (2012), Wawasan Nusantara. From

http://rinastkip.wordpress.com/2012/11/21/makalah-pkn-

wawasan-nusantara/, 6 Januari 2015.

Agus (2013), Asas dan Arah Pandang Wawasan Nusantara. From

http://agusismyname.blogspot.com/2013/06/asas-dan-

arah-pandang-wawasan-nusantara.html, 8 Januari 2015.

Hizaf, Zafiq (2013), Implementasi Wawasan Nusantara dalam

Kehidupan Nasional. From

http://zafiqhizaf.wordpress.com/2013/06/03/implementas

i-wawasan-nusantara-dalam-kehidupan-nasional/, 8

Januari 2015.

Hidayat, Taufik (2013), Pengertian Hakikat dan Kedudukan

Wawasan Nusantara. From http://welcome-

29