SASTRA NUSANTARA

42
SASTRA NUSANTARA KEANEKARAGAMAN SASTRA BUDAYA INDONESIA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Diskusi pada Mata Kuliah Sastra Nusantara Semester Dua yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fauzan Ahmad, M. A. Oleh : Siti Eka Soniawati (13010112130129) PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Transcript of SASTRA NUSANTARA

SASTRA NUSANTARAKEANEKARAGAMAN SASTRA BUDAYA INDONESIA

MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Diskusi

pada Mata Kuliah Sastra Nusantara Semester Duayang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fauzan Ahmad, M. A.

Oleh :

Siti Eka Soniawati(13010112130129)

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.

Makalah ini saya persembahkan kepada :

1. Drs. H. M. Nur Fauzan Ahmad,M.A. selaku dosen

pembimbing mata kuliah Sastra Nusantara.

2. Kedua orangtua saya, bapak dan ibu yang selama ini

telah memberikan biaya kuliah.

3. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia angakatan

2012.

4. Pembaca yang budiman.

Secara garis besar makalah ini mencakup tentang ragam suku

budaya yang ada di Indonesia. Betapa banyak dan corak suku-suku

budaya di Indonesia. Artinya, ini mencerminkan Indonesia adalah

negeri yang kaya akan warisan budaya. Dilihat dari banyak suku

yang ada, seperti suku Dayak, suku Jawa dengan tembang Macapat,

suku Batak, suku Toraja, suku Bali, suku Minang, dll. Masing-

masing mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.

Demikianlah makalah saya. Ibarat pepatah tiada gading yang tak

retak, saya menyadari masih banyak kesalahan baik dalam

penulisan, sistematika, tata bahasa. Oleh karena itu, mohon

kritik dan saran yang membangun guna revisi makalah

selanjutnya. Sedikit atau banyak, mudah-mudahan makalah ini

bermanfaat.

Semarang, 29 Juni 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….….

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..…….

1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………….…..

Bab II PEMBAHASAN

I. Sastra Melayu ……………………………………………………………..

1.1 Pengertian ………………………………………………………….…..

1.2 Sejarah …………………………………………………………………

1.3 Ciri sastra Melayu ………………………………………………..……

1.4 Pembagian sastra Melayu …………………………………………..…

II. Keanekaragam suku di Indonesia

2.1 Sastra Jawa……………………………………………………………..

2.1.1. Pengertian………………………………………………………..

2.1.2. Sejarah ………………………………………………………..…

2.1.3. Periodisasi………………………………………………………..

2.2 Sastra Minangkabau

2.2.1 Pengertian………………………………………………………

2.2.2 Sejarah …………………………………………………………

2.2.3 Ciri Khas sastra Minangkabau………………………………….

2.2.4 Karya sastra Minangkabau……………………………………...

2.3 Sastra Dayak

2.3.1 Pengertian …………………………………………………..….

2.3.2 Karya sastra Dayak…………………………………………….

2.3.3 Sejarah …………………………………………………………

2.4 Sastra Sunda

2.4.1 Pengertian ……………………………………………………...

2.4.2 Sejarah …………………………………………………………

2.4.3 Karya sastra …………………………………………………....

2.5 Sastra Bugis

2.5.1Pengertian ……………………………………………………...

2.5.2 Sejarah ………………………………………………………...

2.5.3 Karya sastra ………………………………………….……..…

2.6 Sastra Bali

2.6.1Pengertian …………………………………………………..….

2.6.2 Pembagian …………………………………………….………

2.6.3 Periodisasi……………………………………………….…….

2.6.4 Tokoh sastra Bali ………………………………………..…….

2.7 Sastra Batak

2.7.1 Pengertian

…......................................................

........................

2.7.2 Karya

Sastra.................................................

..............................

Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….…………

3.2 Saran ………………………………………………………………..……….

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkaitan dengan Sastra Nusantara sebagai salah satu mata

kuliah yang khususnya mempelajari seluk beluk kesusastraan

tidak akan lepas dari budaya sekitar. Kebudayaan adalah salah

satu yang dijadikan objek penelitian yang nanti akan

dikembangkan kemudian dipelajari secara mendalam. Lepas dari

masalah tersebut, Sastra Nusantra yang berarti adalah semua

hasil sastra/kebudayaan yang berada di Indonesia baik dari

Sabang sampai Merauke merupakan salah satu hal yang wajib kita

ketahui dan pelajari. Sebenarnya, Indonesia adalah negeri yang

kaya. Kaya akan tradisi dan budaya. 33 Provinsi di Indonesia

mempunyai corak dan cirri khas yang berbeda-beda, itu

menunjukkan betapa kaya Indonesia akan budaya. Corak dan budaya

dari masing-masing daerah pun berbeda, itu menunjukkan bahwa

negeri kita berhias dengan warisan budaya. Hal yang mudah saja,

ada banyak suku di Indonesia serta budaya-budaya yang menjadi

cirri khas masing-masing daerah.

Sehubungan dengan itu, keanekaragaman sastra di Indonesia

seperti ada sastra Jawa, sastra Batak, sastra Dayak, sastra

Bali, , sastra Bugis, dll. Hal itu merupakan sebagian kecil

kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun perlu diketahui, dengan

adanya berbagai macam suku di Indonesia tidak akan memecahkan

ras atau membedakan antara suku satu dengan suku yang lain.

Bahkan, dengan banyaknya suku di Indonesia sikap dan toleransi

masing-masing daerah semakin harmonis.

Berkaitan dengan adanya permasalahan tersebut, seberapa

luas cakupan tentang suku-suku yang diketahui di Indonesia,

saya sebagai penyusun mengkaji dan member judul makalah dengan

“SASTRA NUSANTARA KEANEKARAGAMAN SASTRA DI INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat Sastra Melayu dengan kebudayaan yang ada

khususnya suku-suku di Indonesia?

2. Apa saja ragam sastra yang ada di Indonesia?

3. Apa kesimpulan/ manfaat dari pembelajaran sastra Nusantara

berkaitan dengan keanekaragaman sastra di Indonesia?

C. Tujuan

1. Menjelaskan hakikat sastra Nusantara dengan kebudayaan

yang ada khususnya suku-suku di Indonesia.

2. Menjelaskan ragam sastra yang ada di Indonesia.

3. Menjelaskan kesimpulan/manfaat dari pembelajaran sastra

Nusantara berkaitan dengan keanekaragaman suku di

Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

I. SASTRA MELAYU

I.1 PENGERTIAN

Sastra Melayu Klasik lama adalah sastra yang

berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari

suatu ujaran atau ucapansastra yang hidup dan berkembang

di daerah Melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam

hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Masa

sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu

berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh

Islam yang mengembangkan sastra Melayu.(Agepe. 2013.

“Sastra Melayu Klasik”. Dalam alamat website http://agepe-

lesson.blogspot.com)

I.2 Sejarah

Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan

masuknya agama Islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra

Melayu lama terlihat pada batu nisan seorang muslim di

Minye Tujuh, Aceh. Sastra Melayu berkembang di lingkungan

masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau

dan daerah Sumatera lainnya. Karya sastra pertama yang

tebit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair. Catatan

tertulis pertama dalam bahasa Melayu kuna berasal dari

abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti

peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera

dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.

Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya,

bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat,

meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari

abad ke-18.(Agepe. 2013.”Sastra Melayu Klasik”. Dalam almat

website http://agepe-lesson.blogspot.com)

I.3 Ciri-ciri sastra Melayu

1)Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat.2)Merupakan milik bersama masyarakat.3)Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisarpada lingkungan istana.4)Disebarkan secara lisan.5)Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknyatetap.6)Bentuk: puisi terikat: Pantun, syair, mantra, bidal,seloka, gurindam.7)Menggunakan Bahasa: arab Melayu, Melayu tradisional,daerah.8)Dipengaruhi: Kehidupan tradisi, kesetiaan terhadapadat istiadat.9)Sifat masyarakat: statis, perubahan sangat lambat.

(Jayanti :2012).

I.4 Pembagian sastra Melayu

Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai

berikut :

A. Berdasarkan bentuknya, sastra lama dibagi menjadi dua,

yaitu :

1. Prosa lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat

pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra

prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan,

disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah

agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat

menjadi akrab dengan tulisan.

(agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-

klasik.doc).

2. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-

aturan. Aturan- aturan itu antara lain jumlah kata dalam 1

baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan, banyak suku

kata tiap baris, irama.

(agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-

klasik.doc).

B. berdasarkan isinya, sastra lama dibedakan menjadi tiga,

yaitu :

1. Sastra Sejarah

Sastra yang berkaitan tentang sejarah/mengkaji

sejarah. Hasil sastra berisi sejarah seperti Hikayat

Aceh, Hikayat Banjar, Hikayat Raja Pasai.

(http://myindoliterature.blogspot.com/2011/sastra-

sejarah,html).

2. Sastra Undang-Undang

Yang dimaksud dengan undang-undang dalam sastraundang-undang bukan seperti dalam bahasa Inggris yangdisebut law, tapi adat kebiasaan yang dipakai sejakzaman dahulu secara turun-temurun yang biasadisebut customary law. (Djamaris, dkk. 1981:3).

3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa

C. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama

dibedakan menjadi tiga

1. Sastra Indonesia Asli

Karya sastra yang hidup dan berkembang secara turun-

temurun dari generasi-kegerasi berikutnya.Karya

sastra yang hidup di kalangan manyarakat menjadi

milik bersama, bikan milik perorangan.Yang Termasuk

Sastra Melayu Asli: kepercayaan, pandangan hidup,

adat istiadat, peribahasa, teka-teki, pantun..

(http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-

lama.html).

2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu

Sastra yang diengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Seperti

Kitab Ramayana, Bharatayudha dan Pancatantra.

(http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-

lama-pengaruh-hindu.html).

3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam

Sastra yang dipengaruhi oleh pengaruh agama Islam.

Jenis Karya Sastra dengan Pengarh Islam seperti kisah

tentang para Nabi, hikayat tentang Nabi, dongeng dan

legenda Islam.

(agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-

klasik.doc)

II. KEANEKARAGAMAN SASTRA NUSANTARA DI INDONESIA

1. SASTRA JAWA

1.1 Pengertian

Sastra yang banyak kaitan degan masyarakat Jawa.

1.2 Sejarah

Wikipedia

Abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai

dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis

baik dalam bentuk prosa (gancaran)

maupun puisi (kakawin). Karya-karya ini mencakup

genre seperti sajak wiracarita, undang-undang

hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan.

Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam

bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip

yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan

sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan

ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi

catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks

kesusastraan.Penelitian ilmiah mengenai sastra

Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal

dan mulanya dirintis oleh Stamford Raffles,

Gubernur-Jenderal dari Britania Raya yang

memerintah di pulau Jawa. Selain sebagai seorang

negarawan beliau juga tertarik dengan kebudayaan

setempat. Bersama asistennya, Kolonel Colin

Mackenzie beliau mengumpulkan dan meneliti naskah-

naskah Jawa Kuno.

1.3 Periodisasi

1. Sastra Jawa kuno

sastra dalam bahasa Jawa sebelum masuknya pengaruh

Islamatau pembagian yang lebih halus lagi adalah

sastra Jawa yang terlama. Jadi merupakan sastra Jawa

sebelum masa sastra Jawa Pertengahan.

Daftar sastra Jawa kuno dalam bentuk prosa :

a. Candakarana

b. Sang Hayng Kamahayanikan

c. Adiparwa

d. Sabhaparwa

e. Uttarakanda

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja.

1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam:

Djambatan.Asmawasanaparwa).

Daftar sastra Jawa juno dalam bentuk puisi

(kakawin) :

a. Kakawin tertua Jawa

b. Kakawin Ramayan

c. Kakawin Aarjunawiwaha

d. Kakawin Kresnayana

e. Kakawin Sumanasantaka

f. Kakawin Smaradahana

g. Kakawin Bhomakawya

h. Kakawin Gatotkacasraya

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja.

1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam:

Djambatan.Asmawasanaparwa).

2. Sastra Jawa Pertengahan

Sastra Jawa Pertengahan muncul

di Kerajaan Majapahit, mulai dari abad ke-13 sampai

kira-kira abad ke-16. Setelah ini, sastra Jawa

Tengahan diteruskan di Bali menjadi Sastra Jawa-

Bali.Pada masa ini muncul karya-karya puisi yang

berdasarkan metrum Jawa atau Indonesia asli.

Daftar karya sastra Jawa Tengahan yaitu :

a. Tantu Panggelaran

b. Pararato

c. Calon Arang

d. Tantri Kamandaka

e. Korawasrama

Daftar karya sastra Jawa Tengahan puisi yaitu :

a. Kakawin Dewaruci

b. Kidung Sudamala

c. Kidung Subrata

d. Kidung Sunda

e. Kidung Panji Angreni

f. Kidung Sri Tanjung

(R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja.

1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam:

Djambatan.Asmawasanaparwa).

3. Sastra Jawa Baru

Sastra Jawa baru kuranglebih muncul setelah

masyarakat agama Islam di pulau Jawa dan Demak antara

abad kelimabelas dan keenambelas Masehi. Dengan

masuknya agama Islam, orang Jawa mendapatkan ilham

baru dalam menulis karya mereka. Maka, pada masa-masa

awal, zaman Sastra Jawa Baru, banyak pula digubah

karya-karya sastra mengenai agama Islam. Suluk Malang

Sumirang adalah salah satu yang terpenting.

Daftar Karya Sastra Jawa Baru masa Islam :

a. Suluk Wujil

b. Suluk Malang Sumirang

c. Serat Nitisruti

d. Serat Nitipraja

e. Serat Sewaka

f. Serat Menak

g. Serat Yusup

h. Serat Rengganis

i. Serat Manik Maya

j. Serat Ambiya

k. Serat Kandha

4. Sastra Jawa Modern

Sastra Jawa Modern muncul setelah pengaruh

penjajah Belanda dan semakin terasa di

Pulau Jawa sejak abad kesembilan belas Masehi.

Para cendekiawan Belanda

memberi saran para pujangga Jawa untuk menulis

cerita atau kisah mirip orang Barat dan tidak

selalu berdasarkan mitologi, ceritawayang, dan

sebagainya. Maka, lalu

muncullah karya sastra seperti di Dunia

Barat; esai, roman, novel, dan

sebagainya. Genre yang cukup populer adalah

tentangperjalanan. Gaya bahasa pada masa ini masih

mirip dengan Bahasa Jawa Baru. Perbedaan utamanya

ialah semakin banyak digunakannya kata-

kata Melayu, dan juga kata-kata Belanda.Pada masa

ini (tahun 1839, oleh Taco Roorda) juga

diciptakan huruf cetak berdasarkan aksara

Jawa gaya Surakarta untuk Bahasa Jawa, yang

kemudian menjadi standar di pulau Jawa.

Daftar karya sastra :

a. Lelampahaning Purwalelana , Raden Mas

Purwalelana (jeneng sesinglon) 1875-1880

b. Rangsang Tuban , Padmasoesastra, 1913

c. Ratu , Krishna Mihardja, 1995

d. Tunggak-Tunggak Jati , Esmiet

e. Lelakone Si lan Man , Suparto Brata, 2004

f. Pagelaran , J. F. X. Hoery

g. Banjire Wis Surut , J. F. X. Hoery

2. 2 SASTRA MINANGKABAU

2.2.1 Pengertian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :

Sastra Minangkabau adalah sastra yang hidup dan

dipelihara dalam masyarakat Minagkabau, baik lisan

maupun tulisan, adapun sastra lisan yang masih hidup

dalam masyarakat Minangkabau adalah jenis kaba dan

dendang.

2.2.2 Sejarah

Karya sastra Minangkabu dihasilkan antara 1870-1972

yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera

seperti Langkat, Tapnuli, Minagkabau dan daerah

Sumatera lainnya. Orang Tionghoa dan masyarakat

Indonesia pertama kali diterbitkan pada tahun 1870.

(http://www.scribd.com/doc/53959412/Karya-sastra-

Minangkabau).

2.2.3 Ciri khas sastra Minangkabau

a. Menggunakan bahasa Minagkabau

b. Berlatarbelakang budaya Minangkabau

c. Berbicara tentang manusia dan kemanusiaan

Miangkabau

d. Diwarnai oleh kesenian Minangkabau

(http://www.minangforum.com/Thread-Karya-Sastra-

Minangkabau).

2.2.4 Karya sastra Minangkabau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

bebas

a. Kaba 

Kaba adalah cerita yang disampaikan oleh tukang

kaba dengan iringan gesekan rebab. Kekuatan

sastra kaba ini sangat ditentukan kemampuan

tukang kaba. Jenis sastra kaba tersebut

misalnyaKaba Cindua Mato, Kaba Anggun Nan

Tongga, Kaba Lareh Simawang, Kaba Rancak

Dilabuah, Kaba Gadih Basanai, Kaba Malin

Deman, Kaba Rambun Pamenan. di dalam kaba

(cerita) tukang kaba tidak hanya menyampaikan

bahan berbentuk prosa ssaja seperti contoh di

atas, namun tukang kaba juga menyampaikan bahan

cerita yang bukan cerita dengan bentuk seperti

petuah adat dan nasihat seperti halnya gurindam.

b. Dendang 

Dendang adalah seni suara yang diiringi oleh

alat musik saluang.

2.3 SASTRA DAYAK

2.3.1 Pengertian

Sastra dayak adalah salah satu kesusatraan pada

ruang lingkup daerah Kalimantan. Salah satu hasil

sastra adalah Karungut.

2.3.2 Karya sastra Dayak

a. Karungut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni ini berupa sastra lisan atau juga bisa

disebut pantun yang dilagukan.Karungut merupakan

karya yang dijunjung masyarakat Dayak sebagai sastra

besar klasik dan merupakan semacam pantun

ataugurindam. Pelantun karungut mengisahkan syair-

syair kebajikan dengan meramu bermacam legenda,

nasihat, teguran, dan peringatan mengenai kehidupan

sehari-hari. Karungut sering dilantunkan pada acara

penyambutan tamu yang dihormati. Salah satu ekspresi

kegembiraan dan kebahagiaan diungkapkan dalam bentuk

Karungut.

Karungut adalah salah satu kesenian tradisional

yang sangat komunikatif, karena pesan-pesan yang

disampaikan berbentuk pantun dalam bahasa daerah

Dayak dan mudah dimengerti penontonnya. Karungut

diiringi alat musik kecapi, bisa pakai band

atau organ. Karungut semacam sastra lisan nusantara

untuk Kalimantan Tengah sama dengan Madihin jika di

Kalimantan Selatan. Sedangkan di Jawa Tengah

disebut Macapat. Dengan kata lain karungut dapat

dikatakan suatu irama lagu daerah Kalimantan Tengah

untuk melagukan syair-syair atau naskah yang bukan

berbentuk syair. Karungut dikenal di sepanjang

jalur sungai Kahayan, Kapuas, Katingan, Rungan

Manuhing dan sebagian jalur sungai Barito.

Karungut merupakan seni khas Kalimantan Tengah

yang mempunyai arti dan makna yang sangat dalam untuk

ritual dan untuk menyampaikan segala sesuatu sesuai

dengan keperluannya. Dahulu karangut dinyanyikan para

ibu untuk menidurkan putra-putrinya. Dewasa ini

karungut dapat ditemui di tempat hajatan perkawinan

maupun khitanan, untuk menyambut tamu penting, untuk

kampanye pilkada dan lain-lain.

2.3.3 Karya sastra Dayak

Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara

lain:

a. Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang

menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua

Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik:

Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.

b. Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek

ceritanya beda.

c. Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak

Kanayatn.

Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri

dari Kollimoi (jaman kedua), Tahtum (jaman ketiga),

Parung, Kandan dan Kendau. Pada jaman tertua atau

pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia.

Pada sastra lisan jaman kedua ini adalah tentang

kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada jaman

ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan

pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di

bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang

sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga

dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau

penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke

bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan

Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di

Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan

Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai

Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa

mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara

Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung

adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau

perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling

tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi,

Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa

digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash

dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini

harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini

sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang

tua.

( http://palingindonesia.com/suku-dayak-kalimantan/).

2.3.4 Sejarah

kepercayaan suku Dayak di Kalimantan Tengah, pada

zaman dahulu manusia diturunkan dari langit

bersamaan palangka bulau (tetek tatum). Pada waktu berada

di bumi, palangka bulau adalah alat untuk menurunkan

manusia dari langit ke bumi oleh Ranying Hatalla langit

atau dewa para petinggi suku Dayak. Maka dari itulah

mulai adanya alunan suara atau tembang-tembang dan

sejak itulah Karungut muncul. Bahasa yang digunakan

dalam Karungut adalah bahasa Sangiang atau

sejenis bahasa Ngaju yang sangat tinggi sastranya

digunakan dalam upacara adat dan berkomunikasi dengan

roh halus. Dalam kehidupan masyarakat Dayak yang

melaksanakan upacara, khususnya upacara adat,

keagamaan, perkawinan, dan syukuran selalu di warnai

dengan kegiatan kesenian seperti tari Manasai

Karungut, Karunya, Tandak Mandau, dan Deder.

2.4 SASTRA SUNDA

2.4.1 Pengertian

Dari wikipedia ensiklopedi bebas

Adalah karya sastra yang mencakup wilayah Jawa

Barat.

2.4.2 Sejarah

Nama Sunda mulai digunakan oleh

raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut

ibukota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya.

Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang

semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa,

penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama

Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian

peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh

untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan

Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin

menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima

tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara

dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan

Sunda dan Kerajaan Galuh denganSungai

Citarum sebagai batasnya.

2.4.3 Karya sastra Sunda

a. Lutung kasarung

Lutung Kasarung adalah cerita pantun yang

dianggap paling sakral diantara pantun Sunda

yang lain, sehingga jarang sekali ada juru

pantun yang berani menceritakannya.

Cerita pantun Lutung Kasarung bukan hanya

merupakan karya sastra lisan yang luhur dari

masyarakat Sunda. Pantun tersebut mengandung

bagian-bagian yang menyangkut peristiwa sejarah

Sunda, maka pantun Lutung Kasarung memiliki

nilai sejarah. Karena itu, cerita pantun Lutung

Kasarung dianggap sebagai artefak budaya

masyarakat Sunda sekaligus bentuk kebudayaan

Sunda yang paling besar.

(http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/

puisi-tradisional-sunda/).

b. Sawér

yaitu bentuk karya sastra tradisional Sunda

buhun yang sering digunakan dalam upacara

nyawér. Dalam pelaksanaan sawér atau nyawér

biasanya naskah sawér ditembangkan, dikawihkeun

(dinyanyikan) ataudideklamasikan.

(http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/

puisi-tradisional-sunda/).

2.5 SASTRA BUGIS

2.5.1 Pengertian

Sastra yang berkembang di wilayah Makasar. Sastra

bugis pada umumnya adalah hasil cipata masyarakat

Bugis.

2.5.2 Sejarah

Dilihat dari tradisi perkemabngan satra Bugis

menempuh dua cara, yaitu tradisi lisan dan tradisi

tulis.

a. Periode awal yang ditandai dengan munculnya

karya sastra bugis yang kemudian disebut karya

sastra galigo. Masa perkembangannya diperkirakan

oleh beberapa pakar secara berbeda. Mattulada,

misalnya memperkirakan antara abad ke-7 hingga

abad ke-10 sezaman dengan perkembangan kerajaan-

kerajaan Hindu di nusantara seperti Sriwijaya dan

Syailendra. Berbeda halnya dengan pendapat

Fakhruddin Ambo Enre yang memperkirakan sekitar

abad ke-14 atau masa perkembangan sastra galigo

diduga sezaman dengan sezaman dengan kerajaan

Malaka dan kerajaan Majapahit yang sebagaimana

yang disebutkan dalam naskah galigo. Dalam periode

ini muncul atau berkembang dua bentuk pustaka

bugis, ada yang tergolong karya sastra yang

disebut tolok dan yang bukan karya sastra yang

disebut lontarak.

b.   Periode kedua para pakar menyebutnya zaman

tomanurung atau periode yang ditandai dengan

munculnya sebuah bentuk pustaka bugis yang berbeda

dengan pustaka galgo (sastra). Dalam periode ini

muncul atau berkembang dua bentuk pustaka bugis,

ada yang tergolong karya sastra yang disebut tolok

dan yang bukan karya sastra yang disebut lontarak.

C. Ketika periode lontarak berkembang beberapa

lama, muncul pula bentuk pustaka bugis yang lain

dari kedua bentuk karya sastra yang berkembang

sebelumnya (galigo dan tolok), yakni pau-pau atau

pau-pau rikadong serta pustaka lontarak yang

berbau islmi. Selain itu ada perkembanga baru

sastra bugis dalam bentuk prosa. Pada umumnya,

sastra prosa ini merupakan saduran dari sastra

Melayu kuno atau sastra pars

2.5.3 Bentuk karya Sastra Bugis

    Karya sastra Bugis yang berbentuk puisi, yaitu:

a. Elong, dalam  pengertian secara harfiah, elong

berarti nyanyian dalam bahasa Bugis. Elong

merupakan puisi yang berupa syair yang

menggambarkan falsafah, petuah serta suasana

pikiran. Elong dalam masyarakat Bugis betul-betul

dinyanyikan atau dilagukan secara lisan. Fungsi

elong sebagi hiburan sangat menonjol

Bentuk-bentuk elongmpugi yaitu:

a) Berdasarkan jumlah larik setiap bait: bait

yang terdiri atas dua larik dan tiga larik.

b) Berdasarkan posisi dan suku katanya:

1)      Elong sikai-kai

2)      Elong yang berangkai ana sure

3)      Elong yang berangkai nama-nama hari

c) Berdasarkan cara penuturannya:

Elong sibali (dinyanyikan secara berbalasan)

d)   Berdasrkan isi dan bentuknya:

1)      Elong sipaqdio-rio

2)      Elong assimiliereng

3)      Elong silebbai

4)      Elong osong dan aruq

e) Berdasarkan usia:

1)      Elong ana-ana

2)      Elong to malolo (elong mappadicawa

dan elong sicanring)

3)      Elong to matoa (elong pangngajak dan

elong masigala)

4)      Elong toto/ nasib (elong peddi dan

elong maruddani)

f) Berdasrkan gaya bahasanya:

1)      Elong maliung

2)      Elong bawang

b.      Cenningrara (mantra) adalah salah satu jenis

puisi lama. Mengandung makna permohonan, permintaan,

atau harapan. Jumlah barisnya tidak tetap, ada yang

berjumlah tiga baris, empat baris, dan bahkan ada yang

lebih dari sepuluh baris. Cenningrara bersifat magis,

memiliki kekuatan gaib dan kesaktian bila diyakini oleh

pemiliknya.

c.       Warekkada (ungkapan) adalah  suasana yang

indah untuk mengungkapakan sesuatu secara halus.

Warekkda dapat berupa sindiran dan nasihat.

d.      Paddennuang (pribahasa) adalah kata atu

seelompok kata yang susunannya tetap yang merupakan

perumpamaan yang bersifat halus.

e.       Pappaseng  adalah perintah, nasihat, amanat,

dan permintaan yang disampaikan oleh orang lain, atau

merupakan wasiat yang diturunkan secara turun temurun

oleh masyarakat, yang berisikan ajaran moral yang patut

untuk dituruti.

2.      Karya sastra Bugis yang berbentuk prosa yaitu:

a.       Sastra Lagaligo, merupakan epic terpanjang di

dunia. Isinya sebagian trbesar berbentuk puisi yang

ditulis dalam Bahasa Bugis kuno.

b.      Pau-pau rikadong atau merupakan cerita rakayat

masyarakat Bugis. Contohnya: Dewatae, olo-kolo, dan

towaranie.

c.       Sastra Tolo, merupakan cerita tentang

kepahlawanan.

(http://lifeiseducation09.blogspot.com/2012/12/sejarah-

sastra-bugis.html).

2.6 SASTRA BALI

2.6.1 Pengertian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sastra Bali merupakan salah satu khazanah kesusastraan

Nusantara.Seperti kesusastraan umumnya, sastra Bali ada

yang diaktualisasikan dalam bentuk lisan (orality) dan

bentuk tertulis (literary). Menurut katagori

periodisasinya kesusastraan Bali ada yang disebut

Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali

Purwa maksudnya adalah Sastra Bali yang diwarisi secara

tradisional dalam bentuk naskah-naskah lama. Sastra

Bali Anyar yaitu karya sastra yang diciptakan pada masa

masyarakat Bali telah mengalami modernisasi. Ada juga

yang menyebut dengan sebutan Sastra Bali Modern.

Bali sebelum dikenal adanya kertas di Bali, umumnya

ditulis di atas daun lontar. Karena ditulis di atas

daun lontar, "buku sastra" ini disebut dengan "lontar".

Memang ada bentuk tertulis lainnya, seperti prasasti,

dengan menggunakan berbagai media seperti batu dan

lempengan tembaga, namun tidak terdapat karya Sastra

Bali ditulis di atas bilah bambu, kulit binatang, kayu,

kulit kayu. Belakangan setelah dikenal kertas, penulis

karya sastra Bali menuliskan karyanya di atas kertas,

bahkan sudah banyak diketik.

Bahasa yang digunakan untuk menulis Sastra Bali ada

tiga jenis yaitu Bahasa Jawa Kuna (Kawi Bali), Bahasa

Jawa Tengahan, Bahasa Bali.

2.6.2 Pembagian sastra Bali

a. Sastra Bali menurut bentuknya

1) Tembang

Di Bali terdapat berbagai jenis tembang

yang mempunyai struktur dan fungsi yang

berbeda-beda. Masyarakat Bali membedakan

seni tembang ini menjadi empat (4)

kelompok yaitu gegendingan, macapat,

palawikia, kakawin.

2) Gancaran

3) Palawikia

b. Sastra Bali menurut jamannya

c. Sastra Bali menurut cara penuturunyaa

d. Sastra Bali menurut bahasanya

2.6.3 Periodisasi sastra Bali

1) periode runtuhnya Kerajaan Gelgel, 1686, hingga

ekspedisi Belanda ke Buleleng, 1849, selama periode ini

bahasa Bali untuk pertama kalinya digunakan pada karya

sastra lokal baru;

(2) periode 1849 sampai dengan 1908: untuk periode

ini, koleksi-koleksi dan publikasi oleh Van Eck dan

Van der Tuuk menunjukkan bukti yang subtantif untuk

perkembangan aksara Bali sampai dengan akhir abad ke-

19 M;

(3) periode 1908 sampai dengan Indonesia merdeka pada

1945, ketika ibukota di Singaraja, di mana pendidikan

berkembang dan terakhir Gedong Kirtya yang memengaruhi

kesusasteraan Bali: selama periode ini penulis-penulis

asal Bali awal menggunakan bahasa Indonesia sudah mulai

aktif sejak 1930-an;

(4) periode 1945 dan seterusnya, ketika ibukota

dipindahkan ke Den Pasar, Universitas Udayana dibangun,

jurnalisme dan penyiaran menyediakan media saluran baru

bagi para penulis, dan penggunaan bahasa Indonesia menjadi

resmi dan menyebar ke seantero Bali.

(http://wacananusantara.org/periodisasi-sastra-bali/)

2.6.4 Tokoh sastra Bali

1. Tokoh dalam mitologi Hindu

Nama: Pratipa

Aksara Dewanagari

Ejaan Sanskerta: Pratīpa

Muncul dalam kitab: Mahabharata; Purana

Gelar: Raja Hastinapura

Asal: Hastinapura, Kerajaan Kuru

Kediaman: Hastinapura

Kasta: Ksatriya

Profesi: Raja

Dinasti: Kuru, keturunan Candra

Pasangan: Sunanda

Anak: Dewapi, Bahlika, Santanu

Dalam mitologi Hindu, Pratipa (Sanskerta:Pratīpa)

adalah nama seorang Raja India dari trah Candrawangsa atau

Dinasti Candra. Ia merupakan seorang keturunan Maharaja

Bharata, dan memerintah Kerajaan Kuru dengan pusat

pemerintahan di Hastinapura. Ia menikah dengan Sunanda,

putri dari Kerajaan Sibi dan memiliki tiga orang putra,

yaitu Dewapi, Santanu, dan Bahlika. Di antara ketiga

putranya tersebut, Santanu yang dinobatkan sebagai raja,

sebab Dewapi memilih untuk menjadi pertapa. Sementara itu,

Bahlika memilih untuk mengembara ke wilayah India Barat.

(http://sastrabali.com/category/sastra-2/mahabharata/

tokoh-mahabharata/page/9).

2.7 Sastra Batak

2.7.1 Pengertian

Sastra Batak adalah sastra masyarakat batak toba yang

memiliki makna yang berkaitan erat dengan kehidupan

yang dialami setiap hari, misalnya: falsafah

pengetahuan (Batak: Habisuhon), kesusilaan (Batak:

Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat Dohotuhum)

dan kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari).

Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak

Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat ini

sangatlah lemah karena bukti untuk itu tidak kuat.

(http://togapardede.wordpress.com/2012/02/04/sastra-budaya-batak-toba/)

2.7.2 Karya Sastra

1. Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang

berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak,

penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari

Allah.

Umpasa batak toba ini adalah karya sastra dalam

bentuk syair/puisi yang berisi pernyataan restu,

nasehat dan doa bagi orang yang mendengarnya. Umpasa

adat batak toba diperdengarkan dalam upacara adat dan

ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin,

upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya,

serta Kadang kala umpasa ini juga diperdengarkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh: Bintang na rumiris,ombun na sumorop.Sai tubu di hamu anak na riris,boru pe antong torop.

2. Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatahyang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dansemua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematangsawah yang licin.

3. Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yangsering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yangsedang rindu, yang bergembira dan yang sedangsedih.

4. Pepatah (Batak: Umpama). Terdapat beberapa macampepatah yang ada dalam Sastra Batak.

5. Batak Toba

Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar

atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara,

khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah

Tapanuli.

Namun demikian orang Batak telah tersebar ke

berbagai penjuru dunia ini. Suku Batak Toba menjadi

suku bangsa yang besar. Nenek moyang suku bangsa

Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau

menurut mitos orang Batak yang beredar di kalangan

masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal dari

titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak

sebagai manusia pertama dikirim oleh dewa ke bumi ini

di gunung Pusuk Buhit, di pulau Samosir. Suku ini

memiliki beberapa persamaan dengan salah satu suku di

daerah Fhilipina. Karena itu diperkirakan bahwa

sebenarnya keturunan Batak Toba berasa dari daerah

Asia bagian Hindia Belakang. Banyak teori dan

pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak

Toba.

(http://togapardede.wordpress.com/2012/02/04/sastra-budaya-batak-toba/ )

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui hakikat sastra Melayu serta ragam corak

sastra di Indonesia dapat diketahui betapa kaya Indonesia

akan budaya. Maka dari itu, kita harus mempunyai rasa bangga

terhadap sastra-sastra yang ada di Indonesia. Manfaat dari

pembelajaran ini adalah kita sadar akan adanya sastra di

tengah-tengah kita, dengan begitu karya sastra tersebut

tetap utuh.

3.2 Saran

Adanya pembelajaran tentang sastra Nusantara, Melayu, dan

sastra-sastra di daerah lain dapat menambah wawasan serta

manfaat bagi yang membaca. Semoga bermanfaat di kemudian

hari.

DAFTAR PUSTAKA

Agepe. 2013.”Sastra Melayu Klasik”. Dalam almat website http://agepe-lesson.blogspot.com.

Agsuyoto.files.wordpress.com/2008/03/sastra-melayu-

klasik.doc.

http://myindoliterature.blogspot.com/2011/sastra-sejarah,html.

http://myindoliterature.blogspot.com/2011/10/sastra-lama-pengaruh-hindu.html.

http://www.scribd.com/doc/53959412/Karya-sastra-Minangkabau

http://www.minangforum.com/Thread-Karya-Sastra-Minangkabau

http://palingindonesia.com/suku-dayak-kalimantan

http://mangfirman.wordpress.com/2012/09/06/puisi-tradisional-sunda

http://lifeiseducation09.blogspot.com/2012/12/sejarah-sastra-bugis.html

http://sastrabali.com/category/sastra-2/mahabharata/tokoh-mahabharata/page/9

(http://togapardede.wordpress.com/2012/02/04/sastra-budaya-batak-toba/ )

R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja.

1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam:

Djambatan.Asmawasanaparwa.