Waris Islam di Filipina

25
WARIS ISLAM DI FILIPINA oleh : Nurhikmah Hairak H. Biga 1220310040 Fredi Siswanto 1220310087 M. Dzul Fahmi Arif 1220310088 KONSENTRASI HUKUM KELUARGA PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

Transcript of Waris Islam di Filipina

WARIS ISLAM DI FILIPINA

oleh :

Nurhikmah Hairak H. Biga 1220310040

Fredi Siswanto 1220310087

M. Dzul Fahmi Arif 1220310088

KONSENTRASI HUKUM KELUARGA

PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Waris Islam di Filipina

A. Pendahuluan

Filipina merupakan negara yang mayoritas

penduduknya beragama Kristen. Walaupun dalam sejarahnya

Islam lebihn dulu masuk di daerah Filipina, namun

kenyataan yang didapat bahwa Islam menjadi kaum

minoritas sampai sekarang. Meskipun demikian, dengan

perjuangan yang dilakukan masyarakat muslim, Islam

tetap mampu menjaga eksistensinya. Hingga pada akhirnya

Islam diakui sebagai salah satu agama yang memiliki

undang-undang sendiri.

Sebagaimana Indonesia, Filipina memiliki kofikasi

hukum Islam yang mengatur masyarakat yang beragama

Islam. Kodifikasi tersebut merupakan hasil dari

unifikasi hukum Islam dari aturan-aturan yang

sebelumnya bersifat sementara. Bentuk dari kodifikasi

hukum Islam Filipina adalah UU Perseorangan Muslim

Filipina yang merupakan Dekrit Presiden No. 1083. UU

2

tersebut memuat serangkaian hukum perdata yang berlaku

bagi umat muslim Filipina.

Lebih jelasnya, tulisan ini akan sedikit membahas

tentang UU yang telah disebutkan. Namun sebelumnya

terlebih dahulu akan dibahas mengenai sejarah dan

keadaan Islam di Filipina. Hasil dari diskusi kelas

mengenai pembahasan ini, kami menambahkan latar

belakang keluarnya dekrit Presiden No. 1083 ini,

keadaan umat Islam Filipina saat itu dan harapan dari

dikeluarkannya Dekrit ini.

B. Islam di Filipina

Islam diperkenalkan ke Filipina pada tahun 1210

oleh para pedagang Arab dan penyebar Islam, 300 tahun

sebelum masuknya Kristen Katolik ke Filipina melalui

kolonialisme Spanyol tahun 1521. Ketika Spanyol masuk

ke Filipina, Islam telah membentuk beberapa komunitas

di wilayah perpantaian dari pulau-pulau besar di

Filipina termasuk Manila.1 Jumlah Ummat Islam di

1 John Gresham, “Peta dan Prospek Gerakan Islam di Filipina”dalam Moeflich Hasbullah (Editor), Asia Tenggara Konsentrasi Baru:Kebangkitan Islam (Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm. 238.

3

Filipina sekarang  sebanyak 12 juta jiwa atau 12 persen

dari populasi penduduk Filipina. Tapi ada data lain

yang mengatakan hanya 5 persen. Filipina berada di

urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan

jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005, dan Filipina

mempunyai kira-kira 92,2 juta penduduk menurut

perkiraan sensus 2009.2 Menurut sensus penduduk tahun

1990, diperkirakan 19% dari penduduk Mindanao adalah

muslim.3

Pada sejarah perkembangan Islam, Filipina

mengalami dua periode dimana merupakan hambatan yang

sangat menentukan bagaimana Islam di Filipina sampai

sekarang. Pertama yakni adanya penjajah dari Spanyol

yang datang kedaratan Filipina. Sejak saat itu

penyebaran Islam terbatas sampai ke kepulauan Sulu dan

Mindanao sebelah Barat. Spanyol menyebarkan agama

Kristen dengan berbagai cara, dan sangat tidak senang

dengan keberadaan Islam. Disitu lah kemudian terjadi

2 Aviv Syuhada, Kekuatan Islam di ASIA (Edisi : Filipina), dalamhttp://avivsyuhada.wordpress.com, tanggal akses 14 Desember 2013

3 John Gresham, “Peta dan Prospek Gerakan Islam diFilipina”, hlm. 238.

4

peperangan antara Islam dengan penjajah Spanyol.

Rentetan peperangan yang panjang antara orang-orang

Spanyol dan Islam dinamakan Perang Moro.4

Kedua adalah datangnya kolonial kedua yakni Amerika

yang merebut Filipina dari kekuasaan Spanyol tahun

1898. Ini agak berbeda dengan Spanyol. Amerika tidak

menganjurkan Kristen-Islam. Namun dengan mengirimkan

beribu-ribu penetap Kristen ke daerah-daerah Islam

untuk menenangkan konflik antara dua komunitas itu.

Amerika membiarkan kehidupan agama orang-orang Islam

dan kebiasaan ritual-ritual Islam. Meskipun demikian,

Islam dirasakan sebagai asing dan ganjil. Mereka

memandang Islam dengan penuh kecurigaan dan kebencian.

Akan tetapi Amerika tidak sampai memusuhi dan menjadi

peperangan, melainkan tetap menjaga hubungan

persahabatan antara penduduk pribumi.5 4 Ketika orang-orang Spanyol datang di Filipina pada paruh

ke dua abad ke-16, mereka menggunakan istilah moro untuk menamakanpenduduk yang beragama Islam. Baca Cesal A. Majul, Dinamika IslamFilipina, terj. Eddy Zainurry, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 9-14.

5 Dengan seperti itu, perlahan Amerika mampu bekerja samadengan Kristen Filipina. Dengan demikian, rencana Amerika untukmengurus kemerdekaan orang-orang Islam diubah dan disesuaikandengan orang Kristen Filipina. Hal ini terjadi pada tahun 1920,ketika provinsi-provinsi Islam jatuh ke tangan orang Kristen

5

Dengan adanya dua periode tersebut, kiranya itulah

yang menyebabkan Islam Filipina merupakan kaum

minoritas yang selalu memiliki konflik dengan Kristen

Filipina sampai sekarang. Konflik yang terjadi

menjadikan Islam Filipina membentuk organisasi-

organisasi pergerakan guna memperjuangkan Islam.6

Selain berjuang menegakkan Islam, organisasi tersebut

juga berjuang untuk memerdekakan diri. Diantara

organisasi tersebut adalah MNLF (Moro National

Liberation Front) dan dua kelompok sebagai pecahan dari

MNLF.

Moro, adalah label yang digunakan para nasionalis

Muslim Filipina bagi identitas nasional mereka. Tiga

kelompok etnolinguistik yang terpenting menyebar di

Filipina antaralain: Kelompok Maguindanao-Iranun di

Filipina, yang ingin sekali mewarisi mantel kekaisaran, pada saatkemerdekaan sebagaiman dijanjikan oleh Amerika. Baca Cesal A.Majul, Dinamika..., hlm. 14-17.

6 Gerakan-gerakan yang ada antara lain: Moro National LiberationFront (MLNF), Moro Islamic Liberation Front (MILF), Abu Sayyaf, Organization of theIslamic Conference (OIC). Baca Jhon Gershman, peta dan Prospek GerakanIslam di Filipina, dalam kumpulam tulisan: Asia Tenggara Kosentrasi BaruKebangkitan Islam, Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm. 241-242.

6

wilayah Cotabato, kelmpok Tausug-Samal di Kepulauan

Sulu dan Kelompok Maranawa di daerah Lanao.7

C. Hukum Islam di Filipina

Daerah Filipina yang eksis dengan Islamnya yakni

Sulu dan Magindanao. Masing-masing pengasa Sulu dan

Magindanao memberlakukan kitab hukum Diwan Tousug dan

Luwara sa Maguindanao. Dua kitab hukum ini menegaskan

tentang kedudukan kedaulatan dalam masalah-masalah

yuridis. Kedua kitab ini berdasarkan pada kitab fikh

Islam mazhab Syafi’i.8

Pada tahap selanjutnya, masyarakat muslim Filipina

sebagaimana masyarakat muslim negara lain, menginginkan

adanya kodifikasi hukum Islam sebagai bentuk unifikasi

hukum Islam masyarakat muslim Filipina. Ide kodifikasi

7 John Gresham, “Peta dan Prospek Gerakan Islam diFilipina”, hlm. 238

8 Kitab utama rujukan kitab Luwaran adalah Minhaj ath-Thalibin,Minhaj al-‘Arifin, Fathul Qarib, Mirah ath-Thullab. Kiatb Luwaran Lebihkonfrehensif dibandingkan kitab Diwan Taosug. Didalamnya terdapat85 pasal yang membahas masalah-masalah transaksi, kepemilikan,perkawinan dan perceraian, prosedur dan pembuktian, warisan sertapembagian harta. Kitab ini juga memuat persoalan tentang hukumanta’zir serta mengklasifikasikan diyat ke dalam 12 kategori. BacaMastura, Legislasi Islam dalam Hubungannya dengan Reformasi Hukum di Filipina,dalam kumpilan tulisan Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir HukumIslam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya,(Bandung: Mizan, 1993), hlm. 148-149.

7

hukum ini telah muncul dalam akta No. 787 Komisi

Filipina tahun 1903. Hingga kurun waktu sampai tahun

1973, belum terdapat kodifikasi hukum Islam yang

mutlak, masih bersifat peraturan yang disahkan oleh

pemerintah dan selalu berubah-rubah.9

Pada akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1973,

dibentuklah Staf Riset untuk Kodifikasi UU Islam

Filipina. Staf tersebut bertugas menggali,

mengumpulkan, dan menyusun bahan penelitian tentang

Hukum Perseorang Muslim Filipina. Maka pada tanggal 23

Desember 1974, pemerintah mengeluarkan Perintah

Eksekutif No. 442 yang menetapkan “Komite UU

Kepresidenan untuk Mengkaji Kitab UU Muslim Filipina”.

Sebagai hasil dari kinerja komite ini, setelah diajukan

kepada Presiden Filipina saat itu yakni Presiden

Marcos, ditetapkan P.D. No. 1083 pada tanggal 4

Februari 1977 yang dikenal sebagai “Kitab UU

Perseorangan Muslim Filipina”.10

9 Ibid., hlm. 154-157.10 Ibid., hlm. 161.

8

Undang-undang ini disusun dalam lima buah buku

yang memuat 190 pasal yang meliputi perkara: ketentuan

umum, hubungan keluarga dan manusia, pewarisan,

penyelesaian pertikaian dan pendapat berkaitan undang-

undang, peruntukan jinayah dan peruntukan peralihan.

Terdapat tiga tujuan dasar dalam pembentukan

undang-undang untuk muslim Filipina. Pertama, sebagai

rujukan kepada budaya masyarakat Filipina. Hal ini

merujuk pada orang Filipina yang menganut agama selain

Kristen. Seperti diatur dalam akta republic No 1888

tanggal 22 Juni 1957 dalam pembentukan “Suruhanjaya

Perpaduan Negara” untuk memajukan masyarakat dalam

bidang moral, ekonomi dan politik. Dalam pembukaan

undang-undang Islam ditekankan tentang pemeliharaan

“adat, tradisi, kepercayaan” yang merupakan usaha baru

untuk memenuhi keinginan umat Islam yang kembali pada

sumber agamanya sendiri.

Kedua, sebagai rujukan terhadap pembuatan undang-

undang. Teks undang-undang Islam bukan mewujudkan

prinsip undang-undang tetapi membuat sesuatu yang baru.

9

Pada dasarnya jika melihat penjelasan awal mengenai

kenyataan sosial umat islam, undang-undang untuk orang

Islam tidak mungkin dibentuk. Melihat kenyataan lain

bahwa undang-undang ini adalah yang pertama dibuat,

setiap pembentukan undang-undang sulit dilakukan.

Seperti dalam undang-undang ini, bukan sebagai bentuk

undang-undang yang ideal tapi sebagian besar isinya

merupakan ringkasan dari mazhab syafi’I yang berkaitan

dengan perkawinan, perceraian dan nafkah serta warisan.

Ketiga, dalam pembukaan undang-undang merujuk pada

persoalan pengelolaan undang-undang untuk orang Islam

dan aturan itu kemudian mengatur secara rinci tentang

pembentukan Mahkamah Syariah. Aturan ini menjadi

inovasi Mahkamah agung yang ada disetiap daerah tapi

kurang berfungsi bahkan tidak ada di beberapa daerah

lain. Bagaimanapun, mahkamah syari’ah tidak terpisah

dari system mahkamah sekuler secara keseluruhan.

Terdapat kesamaan dalam bidang perekrutan pegawai,

tugas, dan pembiayaan. Ini pertama kalinya pengelolaan

10

undang-undang untuk orang Islam yang tersusun rapi

dibentuk di Filipina.

Undang-undang Islam merupakan langkah percobaan

menyatukan orang Moro secara resmi menjadi masyarakat

modern Filipina. Undang-undang memberikan batas yang

jelas tentang prinsip-prinsip Islam dalam aturan Negara

sekuler. Penerapan ajaran Islam dalam bentuk Undang-

undang dan aturan khusus bagi mahkamah Negara untuk

Moro muslim ini menjadikan etika agama diserap oleh

aturan Negara. Perubahan dasar pada peraturan undang-

undang bagi muslim di Filipina ini meletakkan orang

islam Filipina setara dengan umat Islam lainnya di

Malaysia, Indonesia dan Singapura.11

D. Latar Belakang Terbitnya Dekrit Presiden Mengenai UU

Keluarga Islam

Negara Filipina diproklamasikan sebagai Republik

yang merdeka pada tanggal 4 Juli 1946. Banyak umat

Islam yang mendapatkan posisi-posisi lokal dan nasional

dalam administrasi yang baru. Orang-orang Islam11 M.B., Hooker, Undang-undang islam di Asia Tenggara, (Kuala

Lumpur, Ampang Press, 1992) , hlm. 278.

11

mengikuti pemilihan-pemilihan, terjun di dunia politik

dan menghadapi masalah-masalah nasional. Meskipun

begitu, orang Islam tidak memili rasa identitas

nasional disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, orang-orang Islam merasa sulit untuk

menghargai undang-undang nasional, khususnya mengenai

hubungan-hubungan pribadi dan keluarga, karena undang-

undang itu jelas berasal dari nilai-nilai moral Barat

dan Katolik. Orang-orang Islam tidak dapat memahami

mengapa hukum nasional tidak memperbolehkan poligami

dan perceraian sedangkan hukum Islam yang suci

membolehkannya bagi orang-orang mukmin. Karena orang-

orang Islam tidak menerima undang-undang nasional yang

berasal dari bangsa lain, maka orang Islam membangun

keluarga mereka sendiri sesuai dengan tradisi mereka.

Sementara dalam perihal adat, mereka lebih cenderung

mengikuti adat mereka. Kedua, sistem sekolah umum

dibawah Republik tidak berbeda dengan yang

diperkenalkan oleh orang-orang Amerika dan telah

dikembangkan oleh persemakmuran. Orangtua dari murid-

12

murid yang beragama Islam tidak mau menyekolahkan anak-

anaknya di tempat itu. Selain itu, kurikulum yang

digunakan pun sama disetiap daerah tanpa menghiraukan

perbedaan agama atau kultural. Hal ini menjadikan anak-

anak umat Islam filipina tidak mengenal wilayah dan

negara mereka karena dalam sekolah madrasah, mereka

tidak diajarkan untuk itu. Ketiga, mengenai

ketidakmampuan orang-orang Islam untuk menganggap diri

mereka sendiri sebagai warga negara Republik adalah

kebenciannya yang mendalam dan kemudian menjadi reaksi

kekerasan terhadap gelombang kaum penetap yang terus

menerus ke bagian-bagian Mindanao. Di banyak daerah

tradisional mereka, penduduk muslim hampir lenyap pada

tahun 1960-an dan terjadi pergeseran penduduk di bagian

utara Lanao.12

Pada tahun 1960-an timbul persaingan di kalangan

kaum politisi Islam pada tingkat-tingkat nasional dan

lokal karena perbedaan etno-linguistik dan penyerapan

beberapa pemimpin Islam ke dalam struktur nasional.12 Caesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina, (Jakarta: LP3ES,

1989), hlm. 23-26.

13

Rakyat mencoba memelihara dan meningkatkan agama dan

kultur mereka, meskipun ada semacam rintangan berupa

undang-undang nasional yang bertentangan dengan hukum

Islam dan sistem pendidikan nasional yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip agama dan identitas etnik

mereka.13

Pada tahun 1970an, Presiden Marcos yang saat

menjabat, mengakui kesalahan-kesalahan yang kronis dari

pemerintahan yang lalu, dan menyatakan bahwa negara itu

tidak pernah benar-benar menjembatani jurang kultural

antara orang-orang Filipina dan saudara-saudaranya yang

muslim dan sekarang saatnya untuk menjembatani mereka.

Presiden Marcos mulai menyadari bahwa perlunya

merekonstruksi masyarakat Filipina, maka aspirasi-

aspirasi Islam dan harapan-harapannya harus

diaplikasikan secara luas sehingga orang-orang Islam

akan mulai merasakan diri mereka sebagai warga negara.

Mereka pun memulai memprakarsai proses perbaikan

kondisi-kondisi ekonomi pada tahun 1972.14

13 Ibid., hlm. 33,14 Ibid., hlm. 81

14

Ada banyak hal yang kemudian diubah dan diatur

oleh presiden Marcos untuk umat Islam. Seperti tidak

mencabut hak tanah yang merupakan warisan nenek moyang

umat Islam, membangun kembali dan merekonstruksi

daerah-daerah yang sudah hancur, membangun Islamic

Centre di Metro, Manila Desa Maharlika dan asrama bagi

mahasiswa dan mahasiswi Islam.15

Meskipun Republik ini adalah negara sekuler,

pemerintah mulai mengeluarkan undang-undang dan dekrit-

dekrti dan menciptakan lembaga-lembaga yang dapat

memelihara dan memperkuat Islam di negara itu. Selain

itu, presiden juga menyadari bahwa orang-orang Islam

tidak hanya tertarik dengan hasil-hasil ekonomi tetapi

juga memiliki aspirasi-aspirasi pendidikan dan

kultural. Pemerintah lalu memberikan otorisasi untuk

menggunakan bahasa Arab di sekolah-sekolah yang mungkin

menghendakinya. Lembaga studi Islam didirikan di

universitas Filipina dan memberikan beasiswa bagi

mahasiswa berpestasi.16

15 Ibid., hlm. 81-8316 Ibid., hlm. 83

15

Persetujuan presiden mengenai Kode Udang-Undang

Pribadi Islam pada tanggal 4 Februari 1977 merupakan

hal yang sangat penting. Pada tanggal 1 agustus 1973

presiden memberikan otorisasi pembentukan staf riset

bagi kodifikasi undang-undang pribadi Islam. Staf yang

dibentuk itu kemudian melaporkan hasil risetnya pada

tanggal 4 april 1974 yang kemudian di tanggal 23

Desember ditinjau oleh komisi presiden yang termasuk di

dalamnya ahli hukum Islam dan Ulama. Hasil kerja komisi

kemudian disempurnakan pada tanggal 29 Agustus tahun

1975.17

Kode yang disetujui berupa ketetapan-ketetapan

Islam yang paling penting adalah mengenai Perkawinan,

Perceraian dan warisan. Kode itu menyediakan sistem

peradilan Syari’ah yang secara harmonis dan struktural

diintegrasikan kedalam sistem peradilan nasional, yang

penasehat hukumnya diangkat oleh presiden. Persetujuan

kode menunjukkan bahwa pemerintah mengakui Undang-

undang Pribadi Islam sebagai bagian dari undang-undang

17 Ibid., hlm. 84

16

nasional meskipun undang-undang tersebut hanya berlaku

untuk orang Islam.18

Berlakunya kode ini selanjutnya digunakan untuk

mendidik orang Islam dalam aspek hukum agama mereka dan

pada saatnya mengurangi pengaruh-pengaruh yang kuat

dari adat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Walaupun

terlihat masih ada beberapa dalam ketentuan waris yang

dipengaruhi oleh hukum adat tradisional Filipina.19

E. Undang-Undang Waris dan Wasiat Muslim Moro Filipina.

Aturan mengenai waris terdapat dalam Dekrit

Presiden No. 1083 tanggal 4 Februari 1977 buku tiga

yang terdiri empat judul (pasal 89-136). Judul I

mengenai ketentuan umum, Judul II mengenai Pewaris dan

wasiat, Judul III mengenai Pewarisan menurut Undang-

undang, judul IV tentang penyelesaian persoalan

pembagian harta pusaka. Secara garis besar, peraturan

pembagianwaris bagi muslim Filipina sama dengan

peraturan waris di Indonesia karena menganut mazhab

yang sama yaitu Syafi’i.18 Ibid.19 Ibid.

17

Apa itu Waris ?

Waris adalah satu aturan pembagian apabila harta

pusaka dipindahkan kepada pewaris menurut undang-undang

ini. (Pasal 89)

Syarat Waris

Kematian orang yang meninggal dipastikan

Ahli waris masih hidup pada saat kematian orang

yang meninggal.

Penggantinya tidak didiskualifikasi untuk

mewarisi. (Pasal 91)

Apa yang dapat diwariskan?

Warisan (Harta Pusaka) adalah harta yang dimilik

secara turun temurun atau dihasilkan sendiri dan harta

tersebutr bergerak atau tidak bergerak dan semua hak

serta tanggung jawab yang boleh dipindahkan saat

pewaris meninggal. (Pasal 92).

Mereka yang terhalang mewarisi

Mereka yang sengaja menjadi sebab langsung atau

tidak langsung kematian pewaris

Mereka yang berlainan agama dengan pewaris

18

Mereka yang berada dalam kondisi bahwa mereka

tidak dapat mewarisi bawah hukum Islam. (Art.93)

Waris bagi anak tidak sah

Seorang anak yang menjadi penyebab perceraian ibu

dengan Li'an memiliki hak saling mewarisi hanya dengan

ibu dan kerabatnya. (Pasal 95)

Waris Bagi mereka yang telah bercerai

Suami yang menceraikan istrinya harus memiliki hak

saling waris dengan dia selama berada dalam masa

'iddah-nya. Setelah berakhirnya 'iddah, tidak akan ada

hak saling mewarisi di antara mereka. (Pasal 96.1)

Suami yang berada dalam kondisi kematian-penyakit,

menceraikan istrinya tidak akan mendapat bagian

darinya, tapi dia berhak untuk menggantikannya bahkan

setelah berakhirnya 'iddah-nya. (Pasal 96.2)

Urutan pewarisan diantara Ahli waris

Ahli waris pewaris akan mewarisi dalam urutan

sebagai berikut:

Sharers (ashab-ul-furud) berhak atas bagian yang

telah ditetapkan

19

Penerima Ashobah berhak atas sisa harta setelah

pembagian

Dzawil arham yang memiliki hubungan darah tetapi

tidak termasuk pada ashabul furudh dan penerima

ashobah.

Jika tidak ada tiga golongan di atas maka kerabat

yang diketahui sebera jauh pun, atau diberikan

kepada baitul mal (Pasal 99)

Apa yang dimaksud dengan wasiat ?

Surat wasiat didefinisikan sebaga suatu ketetapan

untuk seseorang yang diizinkan dengan aturan melalui

hukum ntuk mengontrol pembagian tersebut setelah

kematiannya yang tidak lebih dari 1/3 hartanya, jika

ada ahli waris. Atau keseluruhan hartanya jika tidak

ada ahli waris atau keluarga jauh. (Pasal 101)

Siapa saja yang termasuk dalam golongan ashabul

furudh ?

Orang-orang berikut berhak warisan sebagai ashabul

furudh adalah:

Sang suami, istri

20

Sang ayah, ibu, kakek, nenek

Putri dan putri anak dalam garis langsung

Adik penuh, adik kerabat, adik rahim dan saudara

rahim. (Pasal 110)

Faktor mereka yang tidak termasuk dalam waris sebab

faktor berikut:

Dalam keturunan yang sama, saudara yang lebih

dekat menghalangi saudara yang jauh, saudara

sekandung menghalangi saudara sebapa atau suadara

seibu.

Kerabat kecuali karena memiliki hubungan pertalian

darah dan rahim.

Siapa pun yang berkaitan dengan pewaris melalui

setiap orang tidak akan mendapatkan warisan

sedangkan yang kedua adalah hidup, kecuali dalam

kasus seorang ibu bersepakat dengan anak-anaknya.

Ahli waris yang, dalam kasus tertentu, tidak

berhasil dengan alasan terhijab atas dasar apa pun

tidak akan menghijabi orang lain. (Pasal 123).20

20 Asian Institute Of Journalism And Communication (Aijc), aPrimer on Code of Muslim Personal Laws of The Philippines.

21

Dari uraian singkat mengenai inti dalam aturan

waris dalam peraturan muslim Filipina dapat dilihat

bahwa secara garis besar, aturan ini sama dengan yang

diterapkan di Indonesia. Menariknya, dalam peraturan

Muslim Filipina dalam pasal 107 membahas mengenai

ketentuan pemberian wasiat melalui pelaksanaan undang-

undang. “Jika pewasiat meninggal dunia tanpa membuat

surat wasiat untuk anak kepada anak laki-lakinya yang

meninggal lebih dulu, anak itu berhak mendapatkan 1/3

dari bagian ibu bapaknya. Ibu bapak, atau suami atau

istri yang tidak berhak menerima warisan (karena

terhalangi sebab mewarisi) berhak mendapat 1/3 dari

yang seharusnya diterimanya jika ia tidak terhalangi.

Hal ini memang mengurangi kuasa dan seolah-olah diatur

untuk kondisi jika ibu atau bapak atau suami atau istri

bukan orang Islam melainkan non muslim.21

Dalam article 138 diatur bahwa peraturan ini hanya

berlaku di lima distrik di Filipina yaitu; Sulu, tawi-

tawi, basilan, lanao del norte dan Maguindanao. Hal ini

21 Ibid., hlm. 273

22

disebabkan karena daerah inilah yang ditempati oleh

muslim minoritas di Filipina. Sejalan dengan tujuan

pembentukan pertaturan ini memang hanya diperuntukkan

kepada umat Islam.

Walaupun sebagian besar isi dari undang-undang ini

bersumber dari mazhab syafi’i, nyatanya tidak semuanya

merupakan hasil dari mazhab syafii. Terbukti pada

article 98 yang mengatur warisan untuk mafqud (orang

hilang) yang tetap disimpan hingga: dia datang dan

memintanya, dia sudah meninggal secara hakiki dan atau

diputuskan pengadilan setelah mafqud 10 tahun lebih. Di

poin terakhir tidak menunjukkan hasil mazhab syafi’i.

Menurut Syafi’i, batas waktu orang yang hilang adalah

sembilan puluh tahun, yakni dengan emlihat umur orang-

orang yang sebaya di wilayahnya. Namun, pendapat yang

paling shahih menurut anggapan Syafi’i adalah bahwa

batas waktu tertentu tidak ditentukan atau

dipastikan.22 Dari sini terbukti beberapa pasal yang

22 Waryani Fajar Riyanto, Sistem Kewarisan Islam: Klasik,Modern dan Postmodern (Perspektif Filsafat Sistem), (Pekalongan:STAIN Press, 2012), hlm. 339-340.

23

mengatur waris merujuk pada hukum adat Filipina yang

penulis tidak menemukan referensi mengenai pembagian

waris menurut adat Filipina sehingga tidak dapat

menguraikan lebih jauh mengenai hal dimaksud.

F. Penutup

Dari apa yang dipaparkan, maka dapat disampaikan

bahwa pada dasarnya hukum Islam yang ada di Filipina

hampir sama dengan Indonesia. Hal tersebut dapat

dilihat dari mazhab yang dianut Islam Filipina adalah

Syafi’i. Namun karena Islam Filipna adalah minoritas,

terdapat beberapa perbedaan dalam penerapannya.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam Pasal 107 UU

Muslim Filipina.

Daftar Pustaka

Asian Institute Of Journalism And Communication (Aijc),

a Primer on Code of Muslim Personal Laws of The Philippines.

Hasbullah Moeflich, Asia Tenggara Konsentrasi Baru: Kebangkitan

Islam Bandung: Fokusmedia, 2003.

24

Hooker M.B., Undang-undang islam di Asia Tenggara, Kuala

Lumpur, Ampang Press, 1992.

Majul Cesal A., Dinamika Islam Filipina, terj. Eddy Zainurry,

Jakarta: LP3ES, 1989.

Riyanto, Waryani Fajar, Sistem Kewarisan Islam: Klasik,

Modern dan Postmodern (Perspektif Filsafat

Sistem), Pekalongan: STAIN Press, 2012.

Syuhada Aviv, Kekuatan Islam di ASIA (Edisi : Filipina), dalam

http://avivsyuhada.wordpress.com.

Tebba Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia

Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya,

Bandung: Mizan, 1993.

25