UTS Geologi Indonesia , Extivonus 12012060

12
Extivonus K.Fr (12012060) Geologi Indonesia 1. Dari titik pandang struktur geologi, kita mengenal 3 pola struktur yang dominan di Pulau Sumatera. Coba anda jelaskan ketiga pola tersebut dari yang tua ke muda! Coba anda jelaskan juga (beri alasan dan contonya), adakah dari ketiga pola tersebut di atas yang memegang peranan penting pada cebakan minyak bumi dan gas di cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan ? Gambar 1. Pola Struktur Geologi Regional Indonesia Pulau Sumatera memiliki tiga struktur utama yang dominan dan berpengaruh pada pembentukan morfologi dan perkembangan cekungan di dalamnya. Tiga pola dominan tersebut adalah Pola Jambi, Pola Sumatera, dan Pola Jawa. a. Pola Sumatera berarah barat laut-tenggara ini diakibatkan adanya tumbukan lempeng india dan lempeng Eurasia pada Jurassic Awal-Kapur) sehingga mengakibatkan rezim kompresional. Manifestasi struktur Pola Sumatera saat ini berupaperlipatan yang berasosiasi dengan sesar naik yang terbentuk akibat adanya kompresi pada Plio-Pleistosen. b. Pola Jambi memiliki arah timur laut-baratdaya yang terbentuk pada zaman Pra-Tersier juga. Pola Jambi sangat jelas teramati di Sub-cekungan Jambi. Terbentuknya struktur ini

Transcript of UTS Geologi Indonesia , Extivonus 12012060

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

1. Dari titik pandang struktur geologi, kita mengenal 3 pola struktur yang dominan di Pulau

Sumatera. Coba anda jelaskan ketiga pola tersebut dari yang tua ke muda!

Coba anda jelaskan juga (beri alasan dan contonya), adakah dari ketiga pola tersebut di

atas yang memegang peranan penting pada cebakan minyak bumi dan gas di cekungan

Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan ?

Gambar 1. Pola Struktur Geologi Regional Indonesia

Pulau Sumatera memiliki tiga struktur utama yang dominan dan berpengaruh pada

pembentukan morfologi dan perkembangan cekungan di dalamnya. Tiga pola dominan tersebut

adalah Pola Jambi, Pola Sumatera, dan Pola Jawa.

a. Pola Sumatera berarah barat laut-tenggara ini diakibatkan adanya tumbukan lempeng india

dan lempeng Eurasia pada Jurassic Awal-Kapur) sehingga mengakibatkan rezim

kompresional. Manifestasi struktur Pola Sumatera saat ini berupaperlipatan yang

berasosiasi dengan sesar naik yang terbentuk akibat adanya kompresi pada Plio-Pleistosen.

b. Pola Jambi memiliki arah timur laut-baratdaya yang terbentuk pada zaman Pra-Tersier

juga. Pola Jambi sangat jelas teramati di Sub-cekungan Jambi. Terbentuknya struktur ini

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

berasosiasi dengan terbentuknya system graben di cekungan Sumatera selatan. Struktur

lipatan yang berkembang di pola jambi diakibatkan adanua pengaktifan kembali sesar-

sesar normal (graben) tersebut pada periode kompresif Plio-Plistosen yang berasosiasi

dengan sesar mendatar. Namun intensitas perlipatan tidak begitu kuat.

c. Pola Sunda memiliki arah utara-selatan yang terbentuk pada zaman Kaur Awal-Tersier

Awal. Pola struktur inilah yang menyebabkan terbukanya cekungan-cekungan yang ada di

daerah Sumatera. Cekungan ini awalnya termanifestasi sebagai ssar normal (graben)

namun pada periode tektonik Plio-Pleistosen teraktifkan kembali sebagai sesar mendatar

yang seringkali menunjukkan pola perlipatan di permukaan.

Gambar 2. Pola Struktur Geologi Daerah Jambi

Dari ketika pola dominan tersebut Pola Sumatera adalah yang memegang peranan penting

dalam pembentukan cekungan hidrokarbon di Pulau Sumatera. Pembentukan cekungan terutama

pada gerak tensional yang menghasilkan sesar-sesar bongkah (graben). Perangkap (trap) yang

terbentuk akibat adanya gaya kompresif pada zaman Plio-Pleistosen yang membentuk sesar-sesar

anjakan dan lipatan yang menjadi perangkap struktur berupa antiklin.

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

2. Suatu gejala strukturisasi yang menonjol pada formasi batuan tersier di Sumatera

Tengah, Jambi maupun di Sumatera Selatan adalah inversi.

a. Jelaskan apa yang dimaksud struktur inversi.

b. Jelaskan juga dengan gambar suatu penampang dengan formasi-formasi sedimen

sehingga jelas terlihat telah terjadi suatu inversi pada interval waktu tertentu.

c. Jelaskan melalui elemen-elemen struktur mana, inversi tersebut berlangsung, baik di

Sumatera Tengah, Jambi maupun di Sumatera Selatan.

A. Stuktur inversi adalah struktur yang

membentuk kenampakan sesar turun

dibagian bawah namun menunjukkan

kenampakan sesar naik pada bagian

atasnya, sehingga terdapat dua

kenampakan pergerakan sesar yang

berbeda dalam satu bidang sesar. Sesar

inversi merupakan hasil reaktivasi sesar

yang semula sesar turun menjadi sesar naik

akibat perubahan rezim tektonik, dari yang

semua tensional menjadi kompresional.

B. Bentukan khas yang menandakan adanya suatu inversi adalah bentukan struktur keris yang

nampak dari bentukan cekungan yang awalnya merupakan bentukan syn-rift lalu terjadi bentukan

lipatan pada sebelah timur formasi tersebut yang menjadikan indikasi adanya struktur tektonik

inversi.

Gambar 3 Skesa Pembentukan Struktur Inversi

Gambar 4

Penampang

Formasi

Talang Akar

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

C. Cekungan Sumatera Tengah

Dari penampang terlihat bahwa terdapat

struktur Harpon yang berkembang pada

cekungan Sumatera Tengah akibat adanya

fasa kompresif yang terjadi pada Miosen

Akhir hingga kini

Gambar 5

Penampang

seismic

Formasi

Talang Akar

Gambar 6 Penampang

dan tektonostratigrafi

Cekungan Sumatera

Tengah

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

. Sub Cekungan Jambi

Penampang Sub Cekungan Jambi

yang memperihatkan struktur inversi

pada Formasi Talang Akar dan Formasi

Baturaja yang terjadi akibat kompresi

pada Plio-Pleistosen sehingga

menyebabkan terangkatnya Formasi

Lahat.

Cekungan Sumatera Selatan

Pada penampang cekungan Sumatera

Selatan disamping juga ditemukan

struktur inversi yaitu pada formasi

Muara Enim.

3. Paparan Sunda atau “Sundaland” merupakan daerah yang dangkal di Kawasan Barat

Indonesia (KBI). Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan Paparan Sunda tersebut

dan di mana saja batas-batasnya ditinjau dari tatanan tektonik dan stratigrafi

LEMPENG

MIKRO SUNDA

Gambar 7 Letak dan

Batas Mikrokontinen

Sunda

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

Sundaland merupakan salah satu microplate akibat pecahnya Gondwana (126 juta tahun

yang lalu) menyebabkan kepingan-kepingan benua Gondwana bergerak ke utara dan membentur

bagian selatan dari Asia, microplate ini disebut dengan microplate Sunda. Sundaland mencakup

Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. Pola Struktur yang

berkembang pada Sundaland dipengaruhi oleh adanya kolisi antara lempeng India dan Eurasia,

sehingga menciptakan sesar-sesar mendatar akibat adanya extrusion tectonic.

Batas sundaland dibatasi oleh subduksi aktif Hindia-Australia pada barat Pulau Sumatera

dan Selatan Jawa, serta Sesar Besar Sumatera. Disebelah timur dibatasi oleh jejak subduksi

meratus pada zaman Kapur yang ditandai dengan kompleks mellange yang bias ditemukan di

Bayat, Karangsambung, dan Bayah. Sedangkan disebelah utara dibatasi oleh Lempeng Australia.

Gambar 8 Letak dan Batas Mikrokontinen Sunda

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

4. Uraikan dengan singkat tentang stratigrafi Pra Tersier dan Tersier di kawasan

paparanSunda ? Berilah masing-masing contoh di suatu cekungan ?

Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah

Karakteristik dari masing-masing formasi pada Cekungan Sumatera Tengah dari tua ke

muda adalah :

Basement (Pre-Tersier)

Batuan dasar (basement) berumur Pre-Tersier berfungsi sebagai landasan Cekungan

Sumatera Tengah. Eubank dan Makki (1981) serta Heidrich dan Aulia (1996) menyebutkan bahwa

batuan dasar Cekungan Sumatera Tengah terdiri dari batuan berumur Mezozoikum dan batuan

metamorf karbonat berumur Paleozoikum – Mesozoikum. Batuan tersebut terdiri atas tiga satuan

litologi yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Graywacke Terrane.

Mallaca Terrain disebut juga Quartzite Terrane , litologinya terdiri dari kuarsit, argilit,

batugamping kristalin serta intrusi granodiorit dan granitic yang berumur Jura. Mutus Assemblage

litologinya berupa baturijang radiolarian, meta-argilit, serpih merah, apisan tipis batugamping dan

batuan beku basalt, serta sedimen laut dalam lainnya. Graywacke Terrane tersusun ataslitologi

graywackr, pebbly mudstone dan kuarsa. Kelompok ini terletak di bagian barat dan barat daya

Kelompok Mutus yang dapat dikorelasikan dengan pebbly mudstone Formasi Bahorok yang

berumur Perm-Karbon.

Endapan Tersier

1. Formasi Menggala

Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal yang diendapakan diatas kelompok

Pematang secara tidak selaras. Lingkungan pengendapan formasi ini berupa braided river non-

marine (sungai teranyam-deltaic). Litologi penyusun adalah batupasir halus-kasar yang

bersifat konglomeratan dengan ketebalan mencapai 1800kaki.

2. Formasi Bangko

Formasi ini berumur Miosen Awal yang diendapkan secara selaras diatas Formasi

Menggala. Lingkungan pengendapan berupa open marine shelf yang menghasilkan maximum

flooding surface (MFS) pada Kala Miosen. Litologi tersusun atas serpih abu-abu yang bersifat

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

karbonatan berseling dengan batupasir halus-kasar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan

estuarian dengan ketebalan 300kaki.

3. Formasi Bekasap

Formasi ini memiliki kisaran umur antara N5 sampai N8 yang diendapakan selaras di

atas Formasi Bangko. Lingkungan pengendapan berupa estuarine, intertidal, inner-outer

neritic dengan ketebalan 1300kaki. Litologi tersusun atas batupasir dengan kandungan

glaukonit dibagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis, dan lapisan batubara.

4. Formasi Duri

Formasi ini berumur Miosen

Awal (N7-N8) yang diendapkan secara

selaras diatas Formasi Bekasap.

Lingkungan pengendapan berupa

barrier bar complex dan delta front

dengan ketebalan mencapai 900 kaki.

Litologi penyusun berupa batuasir

berukuran halus-sedang berseling

dengan serpih dan sedikit batugamping.

Formasi Duri mempunyai hubungan

yang menjari dengan Formasi Telisa

pada lingkungan yang lebih dalam pada

bagian barat cekungan.

5. Formasi Telisa

Formasi telisa berumur Miosen

Awal- Miosen Tengah (N7-N11) yang

diendapkan secara menjari pada bagian paling atas dari Formasi Duri. Litologi tersusun atas

dominasi serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitan berbutir halus yang

diendapkan pada lingkungan litoral dalam dan luar. Perubahan litologi dan fauna yang cukup

jelas terliat pada bagian atas dari Formasi Telisa dan menunjukkan awal dase regresif Miosen

Tengah dari siklus Neogen.

Gambar 9 Litostratigrafi Cekungan Sumatera Tengah

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

6. Formasi Petani

Kontak antara Formasi Telisa dan Formasi Petani merupakan suatu hiatus yang

diindikasikan dengan adanya zona fauna yang hilang. Pengendapan berlangsung pada kala

Miosen Tengah-Plistosen pada lingkungan laut yang berubah menjadi lingkunfan payau

hingga darat. Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari serpih-batulumput dan interkalasi

batupasir batulanau yang kea rah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan pengendapan

dan penyusutan pengaruh laut.

7. Formasi Minas

Formasi Minas merupakan

endapan Kuarter yang diendapkan secara

tidak selaras di atas Formasi Petani.

Litologi penyusun berupa konglomeratan,

batupasir, dan batulempung yang

mencirikan endapan alluvial. Proses

pengendapan masih terjadi hingga kini.

Gambar 10 Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera Tengah

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

5. Coba anda jelaskan tentang evolusi jalur-jalur magmatisma di Pulau Jawa sejak Pra Tersier,

Tersier, hingga Kuarter ?.

Evolusi jalur magmatic Pulau Jawa adalah akibat adanya subduksi lempeng Indo-Australia

yang menujam ke lempeng Eurasia. Terjadi perubahan pada jalur magmatic ini akibat adanya

perbedaan kecepatan penujaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.

Jalur subduksi purba pada Pre-

Tersier yang memiliki umur Kapur,

dapat diamati mulai dari Jawa Barat

selatan (ciletuh), Pegunungan Serayu

(Jawa Tengah) dan Laut Jawa bagian

timur ke Kalimantan Tenggara.

Sedangkan Jalur magmatic menempati

lepas pantau Utara Jawa.

Sedangkan jalur magmatisme

Tersier daoat dibedakan menjadi dua

periode kegiatan magmatic, yaitu yang

Gambar 11 Jalur Magmatisme Pulau Jawa dan Pulau Sumatera

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

berlangsung sepanjang Eosen Akhir-Miosen Awal yang berlangsung pada Miosen Akhir-Pliosen.

Produk kegiatan magmatic yang pertama menempati jalur paling selatan Pulau Jawa sebelumnya

dikenal dengan Formasi Andesit Tua (Bemmelen, 1949). Jalur pegunungan paling selatan Pulau

Jawa memiliki umur Eosen Akhir-Miosen Awal. Jalur magmatis ini dipengaruhi oleh zona

subduksi yang lebih dekat dengan Pulau Jawa dibangkan dengan jalur subduksi Kuarter. Posisi

zona subduksi dan zona magmatis relatif berdekatan akibat sudut penunjaman lebih tajam pada

kala itu.

Pergerakan mundur dari zona subduksi daerah selatan Jawa terjadi pada kala Miosen

Akhie-Pliosen yang diikuti dengan melandaikan sudut penunjaman antara Lempeng Indo-

Australia terhadap Lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan bergeraknya zona magmatis lebih ke

utara dari sebelumnya (lebih ke tengah pulau Jawa). Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan

magmatisme pada masa Kuarter.

KETERANGAN : Vulkanik Kuarter Vulkanik Miosen Akhir - Pliosen Vulkanik Eosen Akhir – Miosen Awal

Jalur Subduksi Kuarter Jalur Subduksi Tersier Sesar Naik Sesar Geser

1000m

Back Arc Basins

Gambar 12 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa (modifikasi Soeria-Atmadja

dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).

Extivonus K.Fr (12012060) Geologi

Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka :

Barber, A.J et.al. 2005. Sumatra: Geology , Resources , and Tectonic Evolutions. London, UK. The

Geological Society London

Darman, Herman dan Sidi, Hasan. 2000. An Outline of the Geology of Indonesia. Jakarts. Ikatan Ahli

Geologi Indonesia (IAGI)

Sumber website (diakses 1 Maret 22.00 WIB)

https://www.scribd.com/doc/246943060/Cekungan-Sumatera-Utara

https://www.scribd.com/doc/252866239/Data-Cekungan-Sumatera-Selatan

https://www.scribd.com/doc/169618441/geologi-reg-sumatra-tengah