UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM

32
UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan ini sangatlah penting yang namanya pendidikan, penting bagi setiap orang untuk terbentuknya kepribadian yang utama pada dirinya (identitas diri) karena dalam pandangan yang sudah sangat umum tentang pendidikan diutarakan oleh Driyarkara yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda 1 . Maksudnya mengangkat manusia muda ke taraf insani haruslah diwujudkan didalam seluruh proses atau upaya pendidikan secara maksimal. Upaya memanusiakan manusia muda sebagaimana diungkapkan diatas harus mempunyai tujuan seperti tujuan pendidikan nasional sendiri, yaitu berkembangnya peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, 1 Hera Lestari Mikarsa, Agus taufiq & Puji Lestari Prianto, Pendidikan Anak SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h. 1.2 1

Transcript of UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM

UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan ini sangatlah penting yang namanya

pendidikan, penting bagi setiap orang untuk

terbentuknya kepribadian yang utama pada dirinya

(identitas diri) karena dalam pandangan yang sudah

sangat umum tentang pendidikan diutarakan oleh

Driyarkara yang menyatakan bahwa pendidikan adalah

upaya memanusiakan manusia muda1. Maksudnya mengangkat

manusia muda ke taraf insani haruslah diwujudkan

didalam seluruh proses atau upaya pendidikan secara

maksimal.

Upaya memanusiakan manusia muda sebagaimana

diungkapkan diatas harus mempunyai tujuan seperti

tujuan pendidikan nasional sendiri, yaitu berkembangnya

peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

1 Hera Lestari Mikarsa, Agus taufiq & Puji Lestari Prianto,Pendidikan Anak SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h. 1.2

1

2

kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab yang disebutkan dalam

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen Bab II Pasal 62.

Sebuah tujuan tidak akan mungkin tercapai tanpa

adanya proses dan didalam pendidikan ada proses belajar

mengajar, belajar mengajar disini bukan hanya dilihat

sebagai proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi akan

tetapi harus lebih dari itu sebagai proses pemanusiaan

manusia3. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan efektif

dan bermakna apabila memberikan keberhasilan dan

kepuasan baik bagi peserta didik maupun guru4.

Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak

terlepas dari sang pendidik (subjek pendidikan),

berhasil atau gagalnya pendidikan sangat ditentukan

oleh subjek pendidikan tersebut. Mulai dari kemapanan2 Murip Yahya, Pengantar Pendidikan, (Bandung: Prospect, 2008) h.

843 Saeful Bahri, Profil Guru Ideal,

http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/18296/4/, diakses padatanggal 19 Januari 2013

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Didaktik/Metodik Umum,(Jakarta: 1995) h. 40

3

ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik

dalam menguasai objek pendidikan dan berbagai syarat

yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik.

Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli

pendidikan sejak dahulu sampai sekarang, sehingga

pengertian mengajarpun mengalami erkembangan pula.

Bahkan, hingga dewasa ini belum ada devinisi yang tepat

bagi semua pihak mengenai mengajar itu.

Bagi peserta didik, seorang pendidik merupakan

contoh ideal dan teladan yang bisa mengarahkan semua

masalah dalam kehidupannya baik berbentuk ucapan maupun

tindakan. Teladan juga penting dan paling efektif untuk

menyiapkan etika dan mencetak kepribadian seorang

peserta didik. Jadi, dalam proses belajar-mengajar,

pendidik dalam hal ini guru memunyai tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar

bagi siswa untuk mencapai tujuan. Agar hasil yang

direncanakan (tujuan) tercapai semaksimal mungkin.

Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek

pendidikan. Dalam makalah ini penulis akan mencoba

4

memaparkan sedikit tentang subjek pendidikan dengan

harapan dapat memahami dengan apa yang dimaksud sang

pendidik.

PEMBAHASAN

UNSUR-UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM

1. Unsur-Unsur Pendidikan Islam

Dalam implementasinya, fungsinya, pendidikan Islam

sangat memperhatikan aspek yang mendukung atau unsur

yang turut mendukung terhadap tercapainya tujuan dari

pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur

tersebut adalah :

1) Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Fadlil Aljamali yang dikutip oleh Abdul

Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama, mengenalkan

manusia akan perannya diantara sesama (makhluk) dan

tanggung jawab pribadinya. Kedua, mengenalkan manusia

akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata

hidup bermasyarakat. Ketiga, mengenalkan manusia akan

alam ini dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah

5

diciptakannya serta memberi kemungkinan untuk

mengambil manfaat dari alam tersebut. Keempat,

mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah)

dan memerintahkan beribadah kepada-Nya.

Tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya

pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan

keyakinan akan kebenarannya. Sedangkan menurut

Zakiyah Dzarajat tujuan pendidikan Islam yaitu

membentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat

mengalami perubahan, bertambah dan berkurang dalam

perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itulah tujuan

pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk

menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan

mempertahankan.

Hal yang sama pula tujuan pendidikan Islam dapat

dipahami dalam firman Allah :

6

Arinya: “Wahai orang-orang yang beriman

bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya

taqwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

muslim (QS. 3 Ali-Imron: 102).

Sedangkan menurut Ahmad D Marimba yang dikutip

oleh Halim Soebahar, menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah terbentuknya muslim. Dan

menurutnya bahwa tujuan demikian identik dengan

tujuan hidup setiap muslim. Adapun tujuan hidup

seorang muslim adalah menghamba kepada Allah yang

berkaitan dengan firman Allah Surat Dzariat 56 yang

berbunyi :

Artinya: “Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin

dan manusia melainkan untuk meyembah-Ku”.

Dan masih banyak beberapa deskripsi yang

membahas tentang tujuan pendidikan Islam seperti

konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980, bahwa

pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas)

Islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim

7

secara meyeluruh yang harmonis yang berdasarkan

fisiologis dan psikologis maupun yang mengacu kepada

keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara

berkeseimbangan sehingga terbentuklah muslim yang

paripurna, berjiwa tawakkal secara total kepada Allah

sebagaimana firman Allah Surat Al-An’am Ayat 162:

Artinya: “Katakanlah sesungguhnya sholatku,

ibadahku, hidup dan matiku hanya bagi Allah, tuhan

semesta alam”.

Imam Al-Ghazali mengatakan tujuan penddikan

Islam adalah untuk mencapai kesempurnaan manusia yang

mendekatkan diri kepada Allah dan bertujuan meraih

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Maka dari pada itu, tujuan pendidikan Islam

dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis yang termuat

dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti halnya dasar

pendidikannya, maka tujuan pendidikan Islam juga

8

identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Sedanagkan

Muhammad Umar Altomi Al-Zaibani yang dikutip oleh

Djalaluddin, mengatakan tujuan pendidikan Islam

adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga

mencapai akhlak ul karimah. Tujuan ini sama dan

sebangun dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi

kerasulann yaitu “membimbing manusia agar berakhlak

mulia”.

Maka dengan demikian tujuan pendidikan Islam

yang berdasarkan deskripsi di atas ialah menanamkan

makrifat (kesadaran) dalam diri manusia terhadap

dirinya sendiri selaku hamba Allah, kesadaran selaku

anggota masyarakat yang harus meiliki rasa tanggung

jawab sosial terhadap pembinaan masyarakatnya, serta

menanamkan kemampuan manusia untuk menolak,

memanfaatkan alam sekitar sebagai ciptaan Allah bagi

kepentingan kesejahteraan manusia, dan kegiatan

ibadahnya kepada pencipta alam itu sendiri.

Telah kita ketahui, bahwa dasar tujuan

pendidikan ditiap-tiap negara itu tidak selalu tetap

9

sepanjang masa, melainkan sering mengalami perubahan

atau pergantian, sesuai dengan perkembangan zaman.

Perumbakan itu biasanya akibat dari pertentangan

pendirian atau ideologi yang ada di dalam masyarakat

itu. Hal ini kerap kali terjadi lebih-lebih di negara

yang belum stabil kehidupan politiknya, karena mereka

yang bertentangan itu sadar bahwa pendidikan memegang

peranan penting sebagai generasi bangsa.

Sama halnya dengan tujuan pendidikan di

Indonesia juga selalu berubah-rubah, dikarenakan

kondisi dan situasi politiknya tidak stabil. Hal ini

dibuktikan mulai tahun 1946 sampai pada saat

sekarang. Dengan demikian tujuan pendidikan itu tidak

berdiri sendiri, melainkan dirumuskan atas dasar

hidup bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan

itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh

norma-norma yang berlaku bagi semua warga negara.

Oleh karena itu, sebelum seseorang melaksanakan

tugas kependidikannya, terlebih dahulu harus memahami

falsafah negara, supaya norma yang melandasi hidup

10

bernegara itu tercermin dari tindakannya, agar

pendidikan yang diarahkan kepada pembentukan sikap

posisi pada peserta didik hendaknya diperhitungkan

pula bahwa manusia muda (peserta didik) itu tidak

hidup tersendiri di dunia ini.

2) Subjek Pendidikana. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik merupakan salah satu komponen

penting dalam suatu proses pendidikan islam.

Peserta didik artinya orang yang ikut serta dalam

proses pendidikan. Orang tersebut mengambil bagian

dalam sistem atau jenis pendidikan tertentu untuk

menumbuhkan dan mengembangkan dirinya.

Ramayulis mendeskripsikan bahwa peserta didik

adalah orang yang berada pada fase pertumbuhan dan

perkembangan fisik maupun psikis, yang merupakan

ciri dari seseorang peserta didik yang perlu

bimbingan dari seorang pendidik.5

5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI;Jakarta:KalamMulia, 2008). Hal.77).

11

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan

pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.6

Dengan pendidikan seorang anggota masyarakat

dikatakan sebagai peserta didik.

Anggota masyarakat yang berada pada fase

pertumbuhan dan perkembangan, berusaha untuk

menumbuhkan dan mengembangkan dirinya melalui

proses pendidikan pada jalur-jalur pendidikan.

Didalam proses tansformasi yang disebut pendidikan,

peserta didik merupakan “Raw Material” (bahan

mentah). Pada sistem pendidikan, “materil” ini

berada dengan yang diterima oleh komponen-komponen

yang lain karena sistem pendidikan menerima

“materil” sudah dalam keadaan setengah jadi,

sedangkan komponen-komponen lainnya masih dapat

merumuskan dan menyesuaikan dengan keadaan-keadaan

6 Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 thn 2003

12

fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

Komponen lainnya masih membutuhkan prooses-proses

terlebih dahulu agar materil ini benar-benar siap

digunakan. Lain halnya dengan sistem pendidiksn,

materil atau peserta didik perlu untuk menumbuhkan

yang menyangkut fisik dan mengembangkan yang

menyangkut psikis dalam diri seorang peserta didik.

Dengan berpijak pada paradigma “belajar

sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk

menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta

didik bukan anak didik. Syaiful Bahri Djamarah

mengatakan bahwa setiap orang yang menerima

pengaruh dari orang lain dalam menjalankan kegiatan

Pendidikan adalah anak didik.7 Peserta didik

lebih luass cakupannya dari pada anak didik. Siswa

atau anak didik adalah salah satu komponen

manusiawi yang menempati posisi sentral dalam

proses belajar mengajar.8 Seorang manusia yang7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif

Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). Hal.51).8 Abdul Mujid, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2006. Hal 88.

13

menjadi pusat pembelajaran karena memiliki tujuan

untuk dicapainya.

Terdapat pula istilah yang memberikan arti untuk

peserta didik. Dalam istilah tasawuf peserta didik

sering kali disebut dengan “murid” atau thalib. Secara

etimologi, murid berarti orang yang menghendaki.

Sedangkan menurut terminologi murid adalah pencari

hakikat dibawah bimbingan dan arahan seorang

pembimbing spiritual (mursyid).

Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang

sedang mencari, sedang menurut istilah tasawuf

adalah penempuh jalan spiritual, serta berusaha

keras menempuh untuk mencapai derajat sufi.9

Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut

peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan

menengah, untuk perguruan tinggi disebut dengan

istilah mahasiswa. Setiap lembaga-lembaga menyebut

istilah peserta didik ini berbeda-bada. Di dalam

9 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Ed. I(Cet. III; Jakarta:Rajawali, 1990).hal.109.

14

keluarga disebut anak kandung, alam kehidupan

masyarakat disebut anak penduduk, serta dalam suatu

agama peserta didik menjadi umat beragama.

b. Pengertian Pendidik

Secara terminologi, pendidikan islam menggunakan

tujuan sebagai dasar untuk menentukan pengertian

pendidik. Hal ini disebabkan karena pendidikan

merupakan kewajiban agama, dan kewajiban hamya

dipikulkan kepada orang telah dewasa.10

Pendidik berarti juga orang dewasa yang

bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta

didiknyadalam perkembangan jasmani dan rohannya,

agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri

sendiri dan mmemenuhi tugasnya sebagai hamba dan

khalifah allah SWT. Dan mampu melakukan tugas

sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu

yang mandiri.11

10 Ramayulis, Hakikat Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, makalah,STAIN Batusangkar 2000. Hal.7

11 Abdul Mujid, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, 2006. Hal.88

15

Di indonesia pendidik disebut juga guru, yaitu

“orang yang ditiru”. Menurut Hadari Nawawi, guru

adalah orang-orang yang kerjanya mengajar atau

memberikan pelajaran disekolah atau di kelas. Lebih

khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang

pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung

jawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan

masing-masing.12

Menurut Marimba, mengartikan pendidik sebagai

orang yang memikul pertanggungjawaban sebagai

pendidik. Zakiah Dradjat berpendapat bahwa pendidik

adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan

pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.

c. Macam-macam Pendidik dalam Ilmu Pendidikan Islam

1. Ditinjau dari leteratur kependidikan

Islam, seorang guru atau pendidik biasa disebut

sebagai berikut :

12 Muhammad Fadhil Aljamali, Tarbiyah Al-insani Aljadid. Hal.74

16

1. Ustadz, yaitu julukan untuk orang yang

mengajar di madrasah atau pondok pesantren,

Ustadz berasal dari bahasa Parsi yang artinya

guru13. maksudnya seorang guru dituntut untuk

komitmen terhadap profesinya, ia selalu

berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-

model atau cara kerjanya sesuai dengan

tuntunan zaman.

2. Mu’allim, berasal dari kata “ ‘ilm ” yang berarti

menangkap hakekat sesuatu, ini mengandung

makna bahwa guru adalah orang yang dituntut

untuk mampu menjelaskan hakekat dalam

pengetahuan yang diajarkannya.

3. Murabbiy, berasal dari kata “ rabb ”. Tuhan

sebagai Rabb al-‘âlamin dan Rabb al-nâs yakni yang

menciptakan, mengatur dan memelihara alam dan

seisinya termasuk manusia. Dilihat dari

pengertian ini maka guru adalah orang yang

mendidik dan menyiapkan peserta didik agar

13 Muhammad Nur Ali, “Kamus Agama Islam”, (Cirebon: Annizam,2004). H. 253

17

mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan

memelihara hasil kreasinya untuk tidak

menimbulkan malapetaka bagi dirinya,

masyarakat, dan alam sekitarnya.

4. Mursyid, yaitu seorang guru yang berusaha

menularkan penghayatan (Transinternalisasi) akhlak

dan atau kepribadian kepada peserta didiknya.

5. Mudarris, berasal dari kata “ darasa - yudarusu -

darsan wa durusan wadirasatun ” yang berarti

terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih

dan mempelajari. Artinya seorang guru adalah

yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya,

menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas

kebodohan, serta melatih ketrampilan peserta

didik sesuai dengan bakat dan minatnya.

6. Muaddib, berasal dari kata adab, yang berarti

moral, etika dan adab. Artinya seorang guru

adalah yang beradab sekalugus memiliki peran

18

dan fungsi untuk membangun peradaban

(civilization) yang berkualitas dimasa depan14.

Sedangkan Menurut perspektif al-Qur’an

sebagai pedoman umat Islam, pendidik/guru menurut

al-Qur’an secara garis besar ada empat, yaitu :

1. ALLAH SWT, sebagai Maha Guru tertinggi Alllah

SWT, menginginkan umat manusia menjadi baik

dan bahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Dengan seluruh sifat yang melekat pada-Nya,

Allah SWT sebagai Maha Guru tertinggi, Ia

memiliki pengetahuan yang Maha Luas (al-Ȃlim),

Ia juga sebagai pencipta, memiliki sifat

Pemurah; tidak kikir dengan ilmu-Nya, Maha

Tinggi, Penentu, Pembimbing, Penumbuh

Prakarsa, Mengetahui kesungguhan manusia yang

beribadah kepada-Nya, mengetahui siapa yang

baik dan siapa yang jahat, menguasai cara-

cara atau metode dalam membina umat-Nya

14 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, ( Surabaya: PSAPM, 2003 ), h. 209-213.

19

antara lain melalui penegasan, perintah,

pemberitahuan, kisah, sumpah, keteladanan,

pembantahan, mengemukakan teka-teki,

mengajukan pertanyaan, memperingatkan,

mengutuk dan meminta perhatian. Semua

terdapat dalam al-Qur’an Surah al-Alaq, al-Qalam,

al-Muzammil, al-Mudatsir, al-Lahab, al-Taqwir, dan al-A’la.

2. Nabi Muhammad Saw., dan nabi-nabi lainnya.

Para nabi menyampaikan ajaran Allah SWT

kepada umat manusia. Ajaran yang diterima

umat manusia dapat memberi petunjuk mengenai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sebagai guru, nabi melalui pendidikannya

kepada anggota keluarganya yang terdekat,

dilanjutkan kepada orang-orang yang ada

disekitarnya. Sejarah mencatat bahwa Nabi

Muhammad Saw., sebagai seorang guru kepada

umatnya, tugasnya dapat dilaksanakan dengan

hasil yang memuaskan, sehingga ajaran Islam

melekat dan menjadi tak terpisahkan dari

20

perilaku dan prikehidupan kaum muslimin

sehari-hari. Hal ini tidak dapat dilepaskan

dari metode yang digunakan oleh nabi, yaitu

dengan cara menyayangi, keteladanan yang

baik, mengatasi penderitaan dan masalah yang

dihadapi oleh umatnya.

3. Kedua orang tua, al-Qur’an menyebutkan bahwa

orang tua sebagai guru harus memiliki hikmah

atau kesadaran tentang kebenaran yang

diperoleh melalui ilmu dan rasio, dapat

bersyukur kepada Allah SWT, suka menasehati

anaknya agar tidak menyekutukan Tuhan,

memerintahkan anaknya agar menjalankan

shalat, sabar dalam menghadapi penderitaan,

tidak sombong dan takabur. Tercantum dalam

al-Qur’an Surah Lukman ayat 12-19.

4. Orang lain, informasi yang amat jelas

mengenai hal antara lain terdapat dalam al-

Qur’an surah al-Kahfi ayat 60-82 tentang proses

belajar mengajar antara nabi Khaidir as

21

kepada nabi Musa as. Bahwa dalam proses

belajar hendaknya muridnya berlaku sabar dan

agar tidak bertanya sebelum dijelaskan, dan

lain-lain. Orang yang keempat inilah yang

selanjutnya disebut guru. Guru sebagai

seorang pendidik yang memiliki tugas amat

mulia, baik disisi manusia maupun dalam

pandangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah

menjanjikan pahala surga bagi mereka yang

mengamalkan ilmunya dan mengancamnya dengan

api neraka terhadap mereka yang

menyembunyikan ilmunya15.

d. Tugas dan Kewajiban Guru

Guru memegang peranan penting dalam

peningkatan kualitas pembelajaran, baik kualitas

proses maupun kualitas lulusan. Oleh sebab itu,

seorang guru harus menjalankan tugas dan

kewajibannya agar tercipta peningkatan dalam

kualitas pembelajaran.

15 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengahdalam teori, konsep dan analisis, h. 2-3

22

Tugas dan Kewajiban seorang guru menurut

salah satu Ulama klasik yang disebut sebagai bapak

Ilmu Tasawuf yaitu Imam al Ghazâlî, menurut beliau

tugas dan kewajiban guru yaitu sebagai berikut :

Pertama, Seorang guru harus mencintai muridnya,

dan memperlakukan mereka sebagaimana ia

memperlakukan anaknya sendiri.

Kedua, Seorang guru dianjurkan agar tidak

memungut bayaran apapun dari muridnya, dan

tidak pula mengharapkan hadiah dari mereka.

Seperti yang dicontohkan oleh Rasulallah Saw.

Ketiga, Seorang guru berkewajiban mengenali sebaik

mungkin latar belakang pengetahuan muridnya

dalam bidang kajian tertentu, agar ia dapat

menentukan tingkat pengetahuan yang cocok

untuknya.

Keempat, Seorang guru harus mengajarkan

pendidikan akhlak kepada para muridnya karena

murid-murid seringkali melakukan hal-hal yang

23

tidak semestinya mereka lakukan. Saran dan

nasihat akan lebih baik daripada peringatan

keras dan sikap positif lebih efektif daripada

cacimaki.

Kelima, Seorang guru harus mengembangkan rasa

hormat terhadap ilmu-ilmu diluar ilmu yang

ditekuninya, maksudnya tidak boleh berprasangka

terhadap disiplin ilmu lain, apalagi

merendahkan nilainya didepan para murid.

Keenam, Seorang guru haruslah mempertimbangkan

daya tangkap muridnya dan mengajarnya

berdasarkan daya tersebut. Maksudnya, seorang

guru disamping harus mengetahui latar belakang

pengetahuan muridnya, guru juga membutuhkan

pengetahuan psikologis tentang kecerdasan para

muridnya.

Ketujuh, Seorang guru harus memberikan perhatian

dan perlakuan secara khusus terhadap murid yang

tertinggal, berbeda dari murid kebanyakan.

24

Kedelapan, Seorang guru haruslah menjadi contoh

teladan yang baik (uswah) bagi para muridnya.

Maksudnya, Praktek hidupnya mestilah sesuai

dengan apa yang diajarkannya16.

Imam al-Ghazali juga berpendapat bahwa guru

yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru

yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru

yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya  Dengan

kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu

pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya

yang baik ia dapat menjadi contoh  dan teladan

bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia

dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan

mengarahkan anak-anak muridnya17.

Selain tugas dan kewajiban seorang guru di

atas, ada juga tugas guru yang dijelaskan oleh S.

Nasution, terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

16 Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan Al-Ghazali, (Yogyakarta: Tiara Wacan,1999) h. 104-111

17Imam Tabroni el-Khalimi, “Proposal Tesis”, http://imam-tabroni.blogspot.com/2012/07/prposal-tesis.html, di akses padatanggal 5 Mei 2013

25

1. Sebagai orang yang mengkonsumsi pengetahuan

2. Guru sebagai model dan contoh nyata dari yang

dikehendaki oleh mata pelajaran.

3. Menjadi model sebagai pribadi, seperti

berdisiplin, cermat berpikir, mencintai

pelajarannya18.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang telah

dijelaskan oleh S. Nasution tentang tugas guru,

ada juga yang menjelaskan lebih khusus bahwa

seorang guru mempunyai peran utama dalam proses

belajar mengajar/pembelajaran yaitu sebagai

pelayan belajar, sebagai model dan sebagai

penunjuk arah.

1. Sebagai pelayan belajar, tugas utama guru

bukanlah mengajar dalam arti menyampaikan

konsep, teori, dan fakta akademik semata

kepada peserta didik. Melainkan tugas utama

guru ialah membantu kesulitan belajar peserta

didik dalam melakukan proses pematangan

18 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengahdalam teori, konsep dan analisis, h. 3

26

kualitas dirinya. Upaya itu dilakukan melalui

proses pengajaran, bimbingan, penyuluhan,

penerangan, latihan, dan atau pendekatan

lainnya yang memungkinkan peserta didik

melakukan proses pematangan kualitas diri dan

kepribadian unggul.

2. Sebagai model, guru harus tampil menarik

dihadapan para peserta didiknya. Guru harus

mampu memerankan model belajar yang baik,

model manusia yang berkualitas dan

berkepribadian unggul. Sebagai model, dalam

kondisi apapun, guru harus menjadi teladan

bagi siapapun khususnya teladan bagi para

peserta didik, atau paling tidak menjadi

teladan bagi dirinya sendiri. Hilangnya

teladan dalam proses pendidikan menggambarkan

hilangnya roh belajar.

3. Sebagai penunjuk arah, guru harus lebih tahu

dan lebih menguasai konsep, fakta ilmiah, dan

teori-teori ilmu pengetahuan yang

27

digelutinya. Hal itu akan menjadikan guru

sebagai kamus berjalan. Sebagai petunjuk

arah, guru harus mampu mengantarkan peserta

didik pada titik yang tepat. Kapan, dengan

cara apa, dan bagaimana guru menempatkan

peserta didik secara tepat sesuai dengan

bakat, kemampuan, karakteristik, dan

kebutuhannya. Dengan demikian guru dituntut

mampu mengambil keputusan pada waktu yang

tepat, di tempat yang tepat, dan dalam urusan

yang tepat19.

Kewajiban yang dimiliki guru menurut UU No.

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pasal 40 ayat 2, yaitu :

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.

b) Mempunyai komitmen secara professional untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

19 Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung:Remaja Rosadakarya, 2011) h. 44-45

28

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik

lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan

kepercayaan yang diberikan kepadanya20.

PENUTUP

Kesimpulan

Subjek pendidikan dalam islam benar-benar

diperhatikan keberadaannya. Terlihat betapa

selektifnya islam dalam menentukan mana yang pantas

dikataka sebagai pendidik dan mana yang tidak.

20 Murip Yahya, Pengantar Pendidikan, h. 131

29

Subjek pendidikan atan pendidik yang pertama

adalah orang yang ada dirumah tangga (orang tua atau

Wali), yang kedua adalah diluar rumah seperti guru,

dose, masyarakat dan lain-lain. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, si pendidik harus memenusi syarat-

syarat yang sudah ditentukan.

Kata “pendidik” itu meliputi semua orang yang

memberi pendidikan, seperti guru, ustadz, kiyai,

pengajar dan orang tua. Seorang pendidik adalah

teladan bagi generasi dizamannya. Ia memegang peranan

penting dalam perkembangan suatu masyarakat. Oleh

karenanya, jika ia dapat melaksanakan kewajibannya

dalam mengajar, ikhlas dalam melaksanakan tugas, dan

mengarahkan anak didiknya kepada pendidikan agama

serta perilaku yang baik, maka ia akan mendapat

keberuntungan baik didunia maupun diakhirat.

Pesan dan anjuran paling mendasar bagi pendiik

sukses:

1) Menjauhi kemusrikan

2) Menghormati orang tua

30

3) Mendirikan shalat

4) Beramar makhruf nahi munkar

5) Menghindari sombong dan angkuh

6) Berjalan dan bersuara secara wajar

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujid, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana

Prenada Media, 2006.

Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,

(Bandung: Remaja Rosadakarya, 2011).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Didaktik/Metodik

Umum, (Jakarta: 1995).

Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan Al-

Ghazali, (Yogyakarta: Tiara Wacan,1999).

Hera Lestari Mikarsa, Agus taufiq & Puji Lestari

Prianto, Pendidikan Anak SD, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2007).

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Ed. I(Cet. III;

Jakarta: Rajawali, 1990).

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya:

PSAPM,2003).

31

Muhammad Fadhil Aljamali, Tarbiyah Al-insani Aljadid.

Muhammad Nur Ali, “Kamus Agama Islam”, (Cirebon: Annizam,

2004).

Murip Yahya, Pengantar Pendidikan, (Bandung: Prospect,

2008)

Ramayulis, Hakikat Peserta Didik dalam Pendidikan Islam,

makalah, STAIN Batusangkar 2000.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI;Jakarta:Kalam

Mulia, 2008).

Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar &

Menengah dalam teori, konsep dan analisis,.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif

Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).

32