TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ...
1
TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ISLAM;
TINJAUAN FIQIH MUAMALAH
Hamli Syaifullah1dan Lukmanul Hakim2
ABSTRAK
Ekonomi Islam salah satu ajaran yang bersumber dari Al-Quran dan Al-
Sunnah, mengedepankan nilai keadilan. Sehingga, orang yang bertransaksi
akan sama-sama mendapatkan keuntungan. Keadilan transaksi dalam
Ekonomi Islam bisa direalisasikan, baik dalam sektor riil ataupun non-ril.
Tujuan akhirnya ialah, agar ummat manusia memperolah falah, yaitu
kesejahtraan di dunia dan di akhirat kelak.
Kata Kunci: Keadilan, Ekonomi Islam, Bisnis Islami, Fiqih Muamalah
PENDAHULUAN
Kehadiran Ekonomi Islam berusaha menjawab ketidakadilan dari dua sistem
ekonomi dunia--kapitalis dan sosialis, dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai
luhur yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Dengan harapan, al-Quran
dan al-Sunnah akan menjadi guide-line (panduan hidup) setiap manusia, khususnya
ummat Islam. Sehingga orang yang menerapkan nilai-nilai yang terdapat di
dalamnya akan memperoleh Falah, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Transformasi nilai-nilai yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah dalam
kehidupan sehari-hari, dengan menjadikan keduanya sebagai rujukan dan sumber
hukum (mashadirul al-ahkam), yaitu asal yang darinya tempat munculnya hukum.3
Jika ada larangan harus dihindari, sedangkan jika ada perintah harus dikerjakan.
Itulah inti yang terdapat di dalamnya. Sehingga bangunan sistem ekonomi yang
1Dosen Program Studi Manajemen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta. 2 Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Tangerang. 3Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam; Sejarah Teori dan Konsep, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 72.
2
lahir merupakan bangunan ekonomi yang lebih menitik beratkan kepada nilai-nilai
ke-Tuhanan (ilahiyyah).
Adiwarman A. Karim menambahkan bahwa bangunan ekonomi Islami
didasarkan atas lima nilai universal, yakni: Tahuhied (keimanan), Adl (keadilan),
Nubuwah (kenabian), Khilafah (pemerintahan), dan Ma’ad (hasil). Dengan adanya
nilai-nilai tersebut akan membentuk sebuah prilaku (akhlak) baik yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.4
Begitulah perhatiannya Islam terhadap masalah keadilan.Sehingga keadilan
dimasukkan ke dalam sendi-sendi kegiatan ekonomi.Imam Ibn al-Qayyim
menyatakan dalam tulisan yang dikutip oleh Husnul Hakim bahwa keadilan
merupakan sebuah intisari dari setiap ajaran.Oleh sebab itu, jika setiap ajaran yang
tidak menyerukan keadilan, maka tidak dikatagorikan sebagai syariah.5
Maka tidak salah jika Islam lebih mengedepankan keadilan dalam kegiatan
ekonominya. Karena dengan mengedepankan keadilan dalam kegiatan ekonomi,
semua akan mendapatkan bagian sesuai kontribusi terhadap lingkungan atau
terhadap barang yang dihasilkannya.6Tentunya tidak salah jika dalam ekonomi
Islam, keadilan merupakan tolak ukur yang paling penting dalam kegiatan
ekonomi.Salah satu keadilan yang ada dalam Ekonomi Islam adalah keadilan
bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Keadilan bertransaksi dalam ekonomi Islam mulai dihidupkan dalam kegiatan
ekonomi sehari-hari. Karena hal tersebut telah terbukti membawa keberkahan dan
bahkan berhasil melewati masa krisis yang melanda Indonesia pada masa Orde
Baru hingga memasuki masa reformasi, salah satu bukti keadilan transaksi tersebut
terdapat dalam entitas bisnis syariah, yaitu Perbankan Syariah, dan lebih khusus
yaitu Bank Muamalat Indonesia yang waktu itu berhasil melewati masa krisis.
Dengan kemampuannya mempertahankan diri pada saat terjadi krisisi ekonomi,
hal ini membuat pemerintah mengubah UU perbankan 1992 menjadi UU perbankan
4 Adiwarman A. Karim,Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 34. 5 Husnul Hakim, “Prinsip-Prinsip Keadilan Menurut al-Quran”, Dalam Jurnal Al-Burhan,
No.10, Jakarta, PTIQ, h.68. 2009. 6 Veizal Rivai dan Antoni Nizar Usman,Islamic Economic And Finance, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.162.
3
1998, kemudian disempurnakan menjadi UU 21 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang Perbankan Syariah secara
khusus.
Selain dari itu, penduduk muslim yang tinggal di Indonesia merupakan
penduduk mayoritas. Hal tersebut, seperti yang diungkap dari salah satu hasil
penelitian dari Center for Religious and Cross-cultural Studies Universitas Gadjah
Mada (CRCS-UGM), bahwa ummat Islam Indonesia berjumlah 207,2 juta jiwa atau
87,18 persen berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 dan 2010.7
Maka dari itu, dilihat dari kaca mata bisnis, ini sangat memungkinkan untuk
mengembangkan bisnis syariah. Bahkan menjadikan bisnis syariah sebagai
alternatifentitas bisnis yang ada di Indonesia, terutama LKS (Lembaga Keuangan
Syariah). Apalagi asas keadilan tersebut ditunjukkan dengan penerapan fixed (tetap)
dalam setiap transaksi seperti murabahah, salam, salam paralel, dan beberapa
produk halal lainnya, dan juga Profit and Loss sharing dalam transaksi seperti
mudharabah dan musyarakah. Sehingga adanya entitas bisnis syariah sangat
potensial untuk dikembangkan dan bahkan menjadi alternatif dan solusi bisnis di
Indonesia.
Namun, tujuan dari ekonomi Islam, bukan hanya untuk memenuhi pangsa pasar
dan menghindari krisis ekonomi.Tujuan yang paling utama adalah الحق من ربكم
(Menegakkan agama Allah).Selain dari pada itu adalah dakwah tauhied, mengajak
orang-orang Islam yang lainnya kepada tauhied Allah, yang memang tidak ada
keraguan di dalamnya.
Tauhied merupakan inti dari ajaran Islam yang paling dasar sebagai pijakan
keber-Islam-an seorang Muslim. Islam akan tetap tegak di hati seseorang, apabila
seorang muslim memiliki keimanan (Tahuhied) yang kokoh. Karena Islam itu اإل
.(Islam tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya)سالم يعلوا وال يعلي عليه
Pemikiran seperti itulah yang harus menjadi landasan bagi seorang muslimsebagai
homo economic (makhluk ekonomi).
7Agus Indyanto, Agama di Indonesia Dalam Angka; Dinamika Demografis Berdasarkan Sensus
Penduduk,(Jogjakarta: CRCS-UGM, 2013), h.25.
4
Islam berusaha menjawab tantangan yang sangat berat ini, yaitu masalah
keuangan yang selalu saja merugikan orang-orang miskin.Karena dalam Islam,
uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, bukan komoditas.Jika uang sudah beralih
fungsi menjadi komditas, maka uang akan dapat menghasilkan uang
(interest/bunga). Praktik tersebut jika dipandang menggunakan kacamata Islam,
maka sangatlah tidak dibenarkan dan bahkan melanggar syariat Islam. Sebenarnya
uang bisa menghasilkan uang jika dijadikan suatu usaha.8
M. Quraish Shihab menjelaskan Surat al-Baqarah 175 yang berbunyi:
با م الر وأحل الله البيع وحر
Bahwa jual beli adalah transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak,
sedangkan riba merugikan salah satu pihak. Keuntungan yang pertama diperoleh
melalui kerja manusia; sedangkan yang kedua, yang menghasilkan adalah uang
bukan kerja manusia. jual beli menuntuk aktivitas manusia, sedangkan riba tanpa
aktivitas manusia.9
Akan tetapi tidak mudah untuk menyadarkan masyarakat agar kembali pada
syariat Islam, khususnya ajaran untuk bertransaksi yang adil dalam kegiatan
ekonomi sehari-hari. Namun sebagai seorang muslim yang beriman, kita harus
yakin bahwa suatu saat nanti konsep ini, akan menjadi solusi dan juga alternatif
dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi di lapangan berdasarkan
8 Hal ini mengacu kepada Firman Allah di dalam al-Quran Surat al-Baqarah 275 yang
menerangkan bahwa: م باوأحل الله البيع وحر الر . Dengan demikian, uang akan mendangkan uang
haruslah ditransaksikan terlebih dahulu dalam bentuk jual-beli yang halal.
9 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Volume 1, (Tangerang Selatan: Lentera hati,
2002), h. 721.
5
fakta yang diperoleh di lapangan secara mendalam.10Dalam metode penelitian yang
dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasiatau
kejadian-kejadian.11Metode ini sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu
suatu metode menentukan, menggambarkan, mengklasifikasi dan mengumpulkan
data (informasi yang tepat, benar, valid dengan menggunakan teknik Studi
Pustaka).
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu sebuah studi
untuk menemukan fakta dan interpretasiyang tepat dan menganalisis lebih dalam
lantaran hubungan-hubungannya. 12 Pendekatan yang digunakan adalah empiris,
yaitu subjek kegiatan dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Makna Keadilan Menurut Syariah Islam
a. Dalil al-Quran
Allah telah menjelaskan bagaimana seseorang yang tidak memiliki
kredibilitas keadilan dalam melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-
hari. Sesuai dengan firman-Nya di dalam al-Quran:
فين } لمطف ل ين إذا اكتالوا على الناس يستوفون }1ويل رون 2{ الذ زنوهم يخس { وإذا كالوهم أو و
{3}
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi” (QS. al-Mutaffifin [83]:1-3).
Allah SWT berusaha mendeskripsikan bagaimana seseorang yang tidak
memiliki kredibilitas dalam melakukan transaksi ekonomi dalam ayat di
10Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993); h.309.
11Sunadi Suryabrata. Metodologi Penetilian (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004); h.76.
12Muhammad Nazin. Metode Penelitian(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998); h.328.
6
atas. Di mana Allah menggunakan kiasan dengan timbangan, akan tetapi
apabila digeneralisasikan, ayat tersebut memiliki makna yang lebih luas,
yaitu menyuruh kepada kita untuk selalu berbuat adil dalam melakukan
transaksi dengan tidak melakukan kecurangan kepada orang lain.
Selain itu, bentuk keadilan dalam ekonomi Islam yaitu ditiadakannya
riba dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Karena Allah telah menegaskan di
dalam al-Quran bagaimana riba itu dilarang dan jual belilah yang dihalalkan
oleh Allah, seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
ن المس ذلك ب ي يتخبطه الشيطان م با ال يقومون إال كما يقوم الذ ين يأكلون الر أنهم قالوا إنما الذ
با وأحل الله ال ثل الر ب ه فانتهى فله ما سلف وأمره البيع م ن ر م ظة با فمن جآءه موع م الر بيع وحر
{272إلى الله ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون }
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya”(QS. al-Baqarah [02] : 275)
Hal ini pun ditegaskan oleh seorang pakar Ekonomi Islam bagaimana
sebenarnya dampak riba dalam kehidupan sehari-hari, yaitu oleh A. Riawan
Amien bahwa ada tiga konsekuensi utama dengan berlakunya bunga,
pertama, bunga akan terus menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang terus menerus mesikipun kondisi ekonomi aktual mencapai titik jenuh
atau konstan, kedua, bunga mendorong persaingan di antara para pemain
dalam sebuah ekonomi, dan ketiga, bunga cendrung memposisikan
kesejahtraan pada segelintir minoritas dengan memajaki kaum mayoritas.13
13 Riawan Amin,Satanic Finance, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), h.48.
7
Maka dari itu, sudah saatnyalah kita sebagai ummat Islam untuk
mentransformasikan keadilan muamalah yang terdapat di dalam Ekonomi
Islam (al-Quran dan al-Sunnah) dalam kehidupan ekonomi (muamalah)
sehari-hari. Sehingga kita akan memperoleh falah, yaitu kebahagiaan di
dunia dan di akhirat kelak.
Selain dua ayat di atas, ada lagi perintah Allah yang menyuruh kepada
manusia untuk berbuat adil. Seperti yang termaktub dalam firman-Nya:
ي القربى و حسان وإيتآئ ذ ظكم لعلكم إن الله يأمر بالعدل واإل ينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يع
{09تذكرون }
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. an-
Nahl [16] :90)
Di lain ayat pun Allah menyebutkan kata adil dengan
menyekutukan. Seperti dalam firman-Nya:
ين كذبوا بأياتنا وال لون }والتتبع أهوآء الذ م يعد رة وهم برب ه نون باألخ ين اليؤم {*129ذ
“….. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan
mereka” (QS. al-An’am [06] : 150)
Term ya’dilun di sini berarti menyekutukan, sedangkan term adl berarti
keseimbangan.14 Dapatlah disimpulkan bahwa orang-orang yang tidak adil
dalam bertransaksi sama saja dengan menyekutukan Allah SWT.
Dalam artian bahwa orang yang berani berbuat tidak adil dalam kegiatan
ekonomi, berarti dirinya sudah tidak mempecayai bahwa Allah SWT Maha
Mengetahui dan Maha Mengawasi segala bentuk transaksi ekonomi yang
14 Husnul Hakim., Op.Cit. 2009. h. 69.
8
dikerjakannya.Maka dapatlah dikatakan orang-orang tersebut sebagai orang
yang musyrik.Karena telah berani menyekutukan Allah SWT.
b. Dalil Al-Sunnah
Banyak dalil hadis Rasulullah Saw yang menjelaskan tentang
keadilan bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu makna
keadilan bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari ialah dengan tidak
memakan harta haram, baik secara zat ataupun secara non-zat.
Hal tersebut seperti yang telah disinyalir oleh Rasulullah Saw di
dalam salah satu hadisnya:
“Akan datang suatu masa, orang-orang tidak perduli dari mana harta
yang dihasilkannya, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang
haram” (HR. Bukhori).
Orang-orang tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:15
1. Sebagian manusia tidak perduli akan kaidah rabbani dalam
mencapai tujuan mencari harta, kelompok ini dianjurkan untuk
memeriksa kembali aqidah mereka, di mana mereka telah
menjadikan dinar dan dirham sebagai tuhannya dan tidak
menghindarkan peraturan Allah Swt.
2. Sebagian lagi merupakan orang-orang yang masih memiliki
dhamir (hati) yang peka, akan tetapi karena mereka sedari kecil
tidak pernah mengerti dan mempelajari ketentuan Allah Swt
tentang muamalat, kelompok ini-mau tidak mau-akan melanggar
syariat Allah saat mengumpulkan harta karena ketidak
tahuannya.
c. Pendapat Ulama
15Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: BMI Publishing,
2013), h. 1-2.
9
Bunga bank yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam akad pinjam
meminjam bank, dalam istilah syara’ termasuk riba nasi’ah. Menjadi sebab
turunnya ayat 130 dari surat Ali Imran. Prof.Dr.Muhammad Abu Zahrah,
yang juga ditegaskan oleh Abu A’la al-Maududi serta Prof.Dr.Muhammad
Abdullah al-Arabi menyatakan bahwa bunga bank adalah riba nasiah yang
diharamkan dalam Islam.16
Adanya bunga bank yang dilakukan oleh perbankan konvensional
merupakan salah satu cerminan ketidak adilan ekonomi.Di mana mereka
telah memprediksi sesuatu yang belum tentu terjadi dalam bisnis dengan
sebuah harga keuntungan, harga tersebut yang lebih dikenal dengan bunga
bank.Maka adanya bunga bank yang telah ditentukan di awal transaksi,
membuktikan bahwa dalam perbankan konvensional mencermintakan tidak
adanya keadilan di dalamnya.
Dalam ayat an-Nahl yang telah penulis sebutkan di atas, term al-adl
lebih di dahulukan dari term al-ihsan, menurut az-Zamakhsyari karena
berlaku adil berhukum wajib, sedangkan berlaku ihsan berhukum sunnah.17
Dari pendapat ulama tersebut, dapatlah digeneralisasikan bahwa adil
dalam kegiatan ekonomi berhukum wajib. Adil dalam kegiatan ekonomi
seperti meninggalkan transaksi bunga yang terdapat di lembaga keuangan
(bank konvensional, asuransi konvensional, pegadaian konvensional,
koperasi konvensional, dll); meninggalkan transaksi gharar (remang-
remang) seperti penimbunan barang, merusak harga dengan
mempermainkan suply (penawaran) dan dimand (permintaan),
menyembunyikan cacat barang, dll; serta maysir (transaksi judi/gabling)
seperti bermain saham yang tidak spot (goreng-goreng saham), jual beli
valas yang tidak spot, dll.18
B. Fungsi Fiqih Dalam Kegiatan Transaksi Ekonomi
16 Mustafa Kamal Pasha,Fikih Islam, (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2009), h. 382. 17 Husnul Hakim., Op.Cit. 2009. h. 69. 18 Hamli Syaifullah, Keadilan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta, Opini Harian Suara Karya,
2013), h. 11.
10
Fiqih sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi rujukan yang sangat penting
dalam pengembangan Ekonomi Islam.Karena fiqih merupakan sumber kajian
ilmu yang tak bisa dipisahkan dari Ilmu Ekonomi Islam.Di dalam fiqih, masih
terdapat beberapa cabang ilmu seperti Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih, Qawaid Fiqih,
dan lain sebagainya.
Ilmu Fiqih merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang dalil hukum
yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah yang berkenaan dengan
perbuatan mukallaf. Fiqih menurut Wahbah Al-Zuhaili mengutip pendapat Abu
Hanifah ialah pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi haknya, dan
apa yang menjadi kewajibannya.19
Ushul Fiqih merupakan cabang ilmu yang membahas tentang sifat-sifat
esensial dari suatu dalil syara’, yang kemudian digambarkan atau digariskan
menjadi bentuk kaidah-kaidah fiqih.Salah satu fungsi dari Ushul Fiqih ialah
sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang ayat-ayat hukum dari
al-Quran dan al-Sunnah dengan berbagai macam metode yang telah ditetapkan
oleh Fuqoha (ahli fiqih).
Menurut Wahbah Al-Zuhaili dalam Satria Efendi, Ushul Fiqih mengandung
beberapa pengertian: 1). Bermakna adil, 2). Bermakna kaidah umum yaitu suatu
ketentuan yang bersifat umum yang berlaku pada seluruh cakupannya, 3).
Tempat menganalogikan sesuatu yang merupakan salah satu dari rukun qiyas.20
Sedangkan Qawaid Fiqih merupakan saifat-sifat esensial yang dirumuskan
ke dalam bentuk dalil-dalil atau kaidah-kaidah secara global. Apabila ditarik
kesimpulan dari ketiga cabang ilmu ini, maka ruang lingkup Fiqih menurut
Veitzhal Rivai dan Antoni Niizar Usman mencakup segala aspek kehidupan
manusia, seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Aspek
ekonomi dalam kajian fikih sering disebut Iqtishady. Iktishadiah (ekonomi)
ialah suatu cara bagaimana individu-individu dan masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dari segala yang ada di dalam alam raya ini.21
19 Satria Efendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 3. 20 Ibid., 21 Veitzhal Rivai dan Antoni Niizar Usman,Islamic Economic & Finance(Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 186.
11
Namun segala yang ada di dalam alam raya ini ada yang halal dan ada yang
haram. Maka Veitzhal Rivai dan Antoni Nizar Usmanmenerangkan kembali
bahwa apa yang halal dan apa yang haram diterangkan dan dijelaskan di dalam
Fiqih Ekonomi. Fiqih ekonomi merupakan ilmu yang mencakup aturan-aturan
atau rambu-rambu yang diperoleh dari hasil Ijtihad manusia yang didasarkan
pada wahyu Ilahi (al-Quran dan al-Hadis), berkenaan bagaimana manusia dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dengan membuat pilihan-pilihan dalam
menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia.22
Dapatlah disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara Fiqih yang merupakan
sumber hukum Islam dengan Ekonomi.Perpaduan antara Fiqih dan Ekonomi
yang kemudian mampu melahirkan salah satu cabang Ilmu yang kita kenal
dengan Ilmu Ekonomi Islam.
Dengan demikian, kita pun dapat membantah para akademisi non-muslim
yang masih menolak dan menyatakan bahwa Ekonomi Islam bukanlah suatu
cabang Ilmu yang tidak memiliki metodologi tersendiri.Namun setelah kita kaji
perlahan-lahan, ternyata Ilmu Ekonomi Islam merupakan sebuah cabang Ilmu
yang memiliki kajian sangat mendalam dan jelas.
a. Karakteristik Hukum Islam Dalam Bisnis
Karakteristik hukum Islam, pada dasarnya membolehkan segala
bentuk muamalah (jual-beli) sampai datang suatu dalil yang
mengharamkan muamalah tersebut.Tentu hal ini sangat menarik apabila
dikorelasikan dengan kasus yang terjadi di masyarakat.Seperti yang kita
ketahui bahwa kebanyakan bisnis korporasi yang berbasis hukum Islam
seperti Bank Syariah, kebanyakan Owner dan Direksi bukan dari
kalangan Muslim.Lantas timbul pertanyaan; apakah bisnis korporasi
yang berbasis syariah seperti Bank Syariah yang Owner serta Direksi
non-muslim halal melakukan transaksi di dalamnya?
22Ibid.,
12
Tentu hal tersebut sah ketika kita sebagai seorang Muslim
melakukan transaksi pada korporasi yang berbasis syariah seperi Bank
Syariah, walaupun Owner dan Direksinya berasal dari non-muslim.
Salah satu dalil yang dapat digunakan seperti apa yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Di mana ke tika itu Rasulullah saw pernah
menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi.
Apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw menjadi salah
satu dalil bahwa ummat Islam boleh melakukan transaksi dengan non-
Muslim. Tentu ada beberapa kriteria dari non-muslim yang akan dipilih
menjadi patner bisnis.
Hal ini seperti apa yang difirmankan oleh Allah swt di dalam al-
Quran surat al-Baqarah 120:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka”. (Q.S. Al-Baqarah: 120)
Redaksi ayat di atas tertuju kepada nabi Muhammad saw. Manusia
paling bertakwa pun diupayakan oleh orang Yahudi dan Nasrani itu
untuk disesatkan, apalagi orang kebanyakan.Ayat di atas bisa dipahami
sebagai bukti bahwa semua orang yahudi dan nasrani tidak rela kecuali
jika kaum muslimin mengikuti agama mereka. Yang dimaksud orang-
orang yahudi dan nasrani di dalam ayat ini adalah orang-orang tertentu
di antara mereka, bukan semua ahlul kitab.23
Jika dikorelasikan ayat tersebut dengan kebolehan bertransaksi
bersama non-muslim, tentu ummat Islam yang bertransaksi harus tetap
berhati-hati.Agar tidak terjadi hegemoni ekonomi yang dilakukan oleh
non-muslim terhadap ummat Islam. Sehingga non-muslim lah yang
akan diuntungkan dan ummat muslim yang dirugikan.24
23 M.Quraish Shihab., Op.Cit. 2002. h. 721. 24Hamli Syaifullah, Fungsi Fiqih Sebagai Rujukan Ekonomi Islam, (Jakarta: Opini Majalah
Tabligh, 2013), h. 33.
13
Artinya ketika ada kasus seperti Bank Syariah yang Owner dan
direksinya berasal dari non-muslim, maka ummat Islam harus tetap
berhati-hati ketika bertransaksi. Ditakutkan mereka orang-orang non-
muslim hanya mencari market (pasar) dari mayoritas ummat Islam di
Indonesia. Sehingga merekalah yang akan merasakan keuntungannya.
b. Fiqih dan Sumber Hukum Muamalah
Ada dimensi lain selain menggunakan al-Quran dan al-Hadis, seperti
ijtihad. Ijtihad dilakukan ketika tidak ada dalil hukum yang ditemukan
di dalam al-Quran dan al-Hadis.Tentu orang-orang yang berijtihad
(Mujtahid) merupakan orang-orang yang memiliki kriteria sebagai
seorang Mujtahid seperti menguasai bahasa Arab, ilmu al-Quran, ilmu
al-Hadis, Fiqih, dll.
Para ulama Ushul Fiqih antara lain al-Tayyib Khuderi al-Sayyid,
seorang ahli ushul fiqih berkebangsaan Mesir berpendapat, bahwa
bilamana syarat-syarat tersebut di atas telah cukup pada diri seseorang,
hukum melakukan ijtihad baginya fadhu ain, bisa fardhu kifayah, bisa
mandub, dan bisa pula haram.25
Contoh ijtihad, tidak ada kata Mudharabah di dalam al-Quran, tidak
ada juga Waqaf di dalam al-Quran.Pengembangannya sumber hukum
dari semua itu menggunakan ijtihadiyah (Qiyas, ijma’, Maslahah
Mursalah, dll).
Kata Mudharabah masih terlalu baru, seperti pada zaman Imam
Syafi’i adalah Qirad.Mazhab Syafi’i tidak membolehkan mudharabah
turunan seperti yang terjadi dalam Bank Syariah sekarang ini.Alasannya
karena ditakutkan untuk Mudharabah yang kedua terjadi ketidak
percayaan (hilangnya trust).
Namun, mazhab yang membolehkan adalah mazhab Maliki,
walaupun minoritas.Dalam praktik Fiqih/Bisnis Syariah, menggunakan
25 Satria Efendi., Op.Cit. 2005. h. 255.
14
minoritas mazhab dibolehkan sepanjang alasannya jelas (sumber hukum
jelas/dimensi ijtihad).Begitulah beberapa contoh penggunaan sumber
hukum Ekonomi Islam dalam transaksi ekonomi sehari-hari.
C. Transformasi keadilan dalam Transaksi Ekonomi Islam
Transaksi dalam kegiatan ekonomi menyangkut transaksi sektor rill dan
transaksi sektor non-rill / sektor moneter. Segala bentuk transaksi dalam
ekonomi Islam harus terhindar dari praktik Riba (tambahan yang diharamkan),
Gharar (remang-remang/tidak jelas), Maysir (judi/gambling).
a. Transaksi Sektor Rill
Bentuk transaksi di sektor rill seperti bertransaksi ekonomi antara orang
dengan orang lain, antara orang dengan lembaga maupun lembaga dengan
perorangan, ataupun lembaga dengan lembaga.
Transaksi sektor rill yang dilakukan oleh ummat Islam haruslah terjauh
dari praktik seperti Riba, Gharar dan Maysir. Karena praktik tersebut
merupakan praktik yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan menghilangkan
praktik tersebut dalam kehidupan ekonomi, berarti seorang muslim telah
berusaha mengamalkan keadilan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
Agar wujud itu maujud, ia membutuhkan sebab.26Sebab seorang muslim
diperintahkan untuk meninggalkan transaksi Riba, Gharar, Maysir, karena
transaksi tersebut merupakan transaksi yang jauh dari keadilan. Salah satu
contoh ketidak adilannya ialah, seseorang yang tidak menanggung risiko
harus menikmati hasil/keuntungan dari setiap transaksinya.
Contoh ialah orang yang menabung di Bank Konvensional dalam bentuk
deposito selama satu tahun sebesar Rp 10.000.000,00. Anggap saja bunga
deposito selama satu tahun Fix diperjanjikan di awal sebesar 10 %. Berarti
selama satu tahun setelah deposito jatuh tempoh, maka bank harus
membayarkan uang pokok beserta bunganya sebesar Rp 11.000.000,00.
26 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna, Penerjemah. Muhammad Nur Mufid,
(Bandung: Mizan, 1991), h. 217.
15
Padahal seperti yang kita ketahui bank harus menanggung risiko ketidak
stabilan ekonomi global, inflasi, dan bahkan kerugian akibat kredit macet.
Namun bank harus tetap membayarkan pokok uang beserta bunga ketika
telah tiba jatuh tempo deposito nasabah.
Tentu praktik seperi itu sangatlah dilarang dalam Islam. Karena praktik
seperti itu merupakan praktik yang mengandung Riba, Gharar dan Maysir.
Maka dari itu, hendaknya setiap muslim memperhatikan bentuk transaksi
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terbebas dari praktik-praktik yang
tidak dihalalkan oleh Islam.
Jika seorang muslim hendak bertransaksi dengan lembaga keuangan,
maka pilihlah lembaga keuangan yang halal. Beberapa contoh lembaga
keuangan yang insya-Allah halal seperti: Bank Syariah, BPR Syariah,
Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Leasing Syariah, Koperasi Syariah
(KJKS/UJKS), dan lain sebagainya.
Namun apabila seorang muslim hendak bertransaksi antar sesama
muslim (perorangan), maka harus tetap memperhatikan praktik-praktik
yang dilarang seperti jual beli ijon, menumpuk barang dagangan dengan
maksud menciptakan kelangkaan, menghadang orang yang hendak pergi ke
pasar lalu membeli dengan harga yang lebih murah, dan lain sebagainya.
Inti dari traksaksi sektor rill haruslah terbebas dari praktik-praktik riba,
gharar dan maysir. Dengan menjauhkan praktik tersebut dalam kehidupan
ekonomi sehari-hari, insya-Allah Izzil Islam Wal Muslimin – kejawayaan
ummat Islam akan tercapai.
b. Transaksi Sektor Non-Rill
Transaksi sektor non-rill biasaya dilakukan di Pasar Modal. Namun
selama ini pasar modal identik dengan pasar yang bertransaksi ribawi,
gharar, dan maysir. Maka dari itu, ummat muslim haram untuk bertransaksi
di pasar modal.
16
Dengan haramnya tansaksi di pasar modal, maka lahirlah Pasar Modal
Syariah untuk mengakomudir ummat muslim yang hendak melakukan
transaksi di sektor non-rill. Tentu Pasar Modal Syariah merupakan pasar
yang terbebas dari transaksi ribawi, gharar, dan maysir.
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan
diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment
Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h
Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000,
yang bertujuan memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya
secara syariah.27
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan
dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya,
instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan
kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002.Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang
digunakan adalah akad mudharabah.28
Kemudian Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No.40/DSN-
MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal.29 Prinsip-prinsip syariah di bidang pasar
modal dijelaskan dalam bab II, yaitu :
1) Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya
terutamamengenai emiten, jenis Efek yang diperdagangkan dan
mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan Syariah
apabila telah memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.
27Pasar Modal Syaria, Sejarah Pasar Modal Syariah, Diakses 14 November 2013, Dari
http://www.bapepam.go.id. 28 Ibid., 29Pasar Modal Syariah, Fatwa DSN MUI. No.40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, Diakses 14 November
2013, Dari http://www.bapepam.go.id.
17
2) Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah
apabilatelah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.
Dapatlah disimpulkan bahwa praktik transaksi dalam sektor non-rill
haruslah mengacu kepada Fatwa No.40/DSN-MUI/X/2003 bahwa Prinsip-
prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atasajaran Islam
yangpenetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa
maupun dalam fatwa terkait lainnya.
D. Falah Sebagai Tujuan Transaksi
Ketika ummat Islam menyadari bahwa Falah merupakan cita-cita dan
harapan yang harus dicapai, tentu nilai-nilai ke-Tuhanan akan tetap
bersemayam di dalam hatinya. Hingga Islam mampu menjadi sebuah tata nilai
kehidupan sehari-hari, dan bukan hanya menjadi Epitimologi dan Epistimologi
semata dalam ajaran Islam.30
Satu hal yang harus digaris bawahi dan tidak boleh diperdebatkan bahwa
Islam merupakan sebuah keyakinan (Aqidah Tauhied).Aqidah Tauhied
mencakup seperangkat sistem, aturan, hukum, etika dan nilai yang sistematis,
saling melengkapi dan kait-terkait, yang tak mungkin dikatakan ada atau wujud
secara sempurna kecuali jika memang benar-benar dibumikan secara nyata di
alam sosial yang nyata.31
Artinya Islam berawal dari pengetahuan (al-Ilmu), kemudian menjadi
tingkah laku sehari-hari (al-Amal), kemudian disebarkan kepada yang lainnya
(al-Dakwah), sehingga terciptalah Islam yang selalu memberikan keberkahan
kepada sesama makhluk (Rahmatan lil alamien).32
Penulis sangat yakin, jika ummat Islam mampu membumikan nilai-nilai ke-
Islaman—yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah, dalam kehidupan
sehari-hari secara masif, Insya-Allah keadilan transaksi akan mampu
30Hamli Syaifullah, Penerapan Nilai-Nilai Islam, (Jakarta, Opini Harian Suara Karya,
2013), h. 11. 31Anis Malik Toha, Tren Pluralisme Agama, (Depok, Persepektif, 2005). h. 12. 32 Hamli Syaifullah., Op.Cit. 2013. h. 11.
18
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari—seperti yang telah digariskan oleh
Syariat Islam—yang diterjemahkan dalam bentuk Fiqih Muamalat.
PENUTUP
Sebagai ummat Islam yang beriman kepada Allah SWT, sudah sepantasnya
menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap muslim
yang mampu menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari—sesuai
dengan yang disyariatkan oleh Allah Swt—yang diterjemahkan dalam bentuk Fiqih
Muamalah, maka akan memperoleh falah—yaitu kebahagiaan/kesejahtraan di
dunia dan di akhirat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-QuranulKarim. Al-Huda KelompokGemaInsani. 2005.
Ash-Shadr, Muhammad Baqir. Falsafatuna. Penerjemah. Muhammad Nur Mufid.
Bandung: Mizan. 1991.
Amien, A Riawan. Satanic Finance.Jakarta: PT Senayan Abadi. 2008.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.
Chapra, Umar.The Future of Economics; An Islamic Persepective, Pen. Sigit
Pramono, Jakarta: SEBI, 2001.
Djamil, Fathurrahman.Hukum Ekonomi Islam; Sejarah Teori dan Konsep,Jakarta:
Sinar Grafika, 2013.
Efendi,Satria.Ushul Fiqih, Jakarta: Prenada Media Group, 2005.
Hakim, Husnul.“Prinsip-Prinsip Keadilan Menurut al-Quran”.Dalam Jurnal Al-
Burhan.No.10, Jakarta, PTIQ. 2009.
Indyanto, Agus. Agama di Indonesia Dalam Angka; Dinamika Demografis
Berdasarkan Sensus Penduduk. Jogjakarta: CRCS. 2013.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Nazin, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998.
Pasar Modal Syariah. Sejarah Pasar Modal Syariah. Diakses 14 November 2013.
Dari http://www.bapepam.go.id.
Pasar Modal Syariah. Fatwa DSN MUI. No.40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal. Diakses 14 November 2013. Dari http://www.bapepam.go.id.
Pasha, Mustafa Kamal.Fikih Islam. Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri. 2009.
Rivai, Veizal dan Usman, Antoni Nizar.Islamic Economic And Finance. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama. 2012.
Shihab, M.Quraish. Tafsir al-Mishbah. Volume 1. Tangerang Selatan: Lentera hati.
2002.
Suryabrata, Sunadi. Metodologi Penetilian. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.
Syaifullah, Hamli.Keadilan Dalam Ekonomi Islam, Jakarta, Opini Harian Suara
Karya, 2013.
20
Syaifullah, Hamli.Fungsi Fiqih Sebagai Rujukan Ekonomi Islam, Jakarta: Opini
Majalah Tabligh, 2013.
Syaifullah, Hamli.Penerapan Nilai-Nilai Islam, Jakarta, Opini Harian Suara Karya,
2013.
Toha,Anis Malik.Tren Pluralisme Agama, Depok, Persepektif, 2005.
Tarmizi, Erwandi.Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bogor: BMI Publishing,
2013.