TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ...

20
1 TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ISLAM; TINJAUAN FIQIH MUAMALAH Hamli Syaifullah 1 dan Lukmanul Hakim 2 ABSTRAK Ekonomi Islam salah satu ajaran yang bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah, mengedepankan nilai keadilan. Sehingga, orang yang bertransaksi akan sama-sama mendapatkan keuntungan. Keadilan transaksi dalam Ekonomi Islam bisa direalisasikan, baik dalam sektor riil ataupun non-ril. Tujuan akhirnya ialah, agar ummat manusia memperolah falah, yaitu kesejahtraan di dunia dan di akhirat kelak. Kata Kunci: Keadilan, Ekonomi Islam, Bisnis Islami, Fiqih Muamalah PENDAHULUAN Kehadiran Ekonomi Islam berusaha menjawab ketidakadilan dari dua sistem ekonomi dunia--kapitalis dan sosialis, dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Dengan harapan, al-Quran dan al-Sunnah akan menjadi guide-line (panduan hidup) setiap manusia, khususnya ummat Islam. Sehingga orang yang menerapkan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya akan memperoleh Falah, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Transformasi nilai-nilai yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari, dengan menjadikan keduanya sebagai rujukan dan sumber hukum (mashadirul al-ahkam), yaitu asal yang darinya tempat munculnya hukum. 3 Jika ada larangan harus dihindari, sedangkan jika ada perintah harus dikerjakan. Itulah inti yang terdapat di dalamnya. Sehingga bangunan sistem ekonomi yang 1 Dosen Program Studi Manajemen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2 Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang. 3 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam; Sejarah Teori dan Konsep, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 72.

Transcript of TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ...

1

TRANSFORMASI KEADILAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ISLAM;

TINJAUAN FIQIH MUAMALAH

Hamli Syaifullah1dan Lukmanul Hakim2

ABSTRAK

Ekonomi Islam salah satu ajaran yang bersumber dari Al-Quran dan Al-

Sunnah, mengedepankan nilai keadilan. Sehingga, orang yang bertransaksi

akan sama-sama mendapatkan keuntungan. Keadilan transaksi dalam

Ekonomi Islam bisa direalisasikan, baik dalam sektor riil ataupun non-ril.

Tujuan akhirnya ialah, agar ummat manusia memperolah falah, yaitu

kesejahtraan di dunia dan di akhirat kelak.

Kata Kunci: Keadilan, Ekonomi Islam, Bisnis Islami, Fiqih Muamalah

PENDAHULUAN

Kehadiran Ekonomi Islam berusaha menjawab ketidakadilan dari dua sistem

ekonomi dunia--kapitalis dan sosialis, dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai

luhur yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah. Dengan harapan, al-Quran

dan al-Sunnah akan menjadi guide-line (panduan hidup) setiap manusia, khususnya

ummat Islam. Sehingga orang yang menerapkan nilai-nilai yang terdapat di

dalamnya akan memperoleh Falah, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Transformasi nilai-nilai yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah dalam

kehidupan sehari-hari, dengan menjadikan keduanya sebagai rujukan dan sumber

hukum (mashadirul al-ahkam), yaitu asal yang darinya tempat munculnya hukum.3

Jika ada larangan harus dihindari, sedangkan jika ada perintah harus dikerjakan.

Itulah inti yang terdapat di dalamnya. Sehingga bangunan sistem ekonomi yang

1Dosen Program Studi Manajemen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Jakarta. 2 Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Tangerang. 3Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam; Sejarah Teori dan Konsep, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2013), h. 72.

2

lahir merupakan bangunan ekonomi yang lebih menitik beratkan kepada nilai-nilai

ke-Tuhanan (ilahiyyah).

Adiwarman A. Karim menambahkan bahwa bangunan ekonomi Islami

didasarkan atas lima nilai universal, yakni: Tahuhied (keimanan), Adl (keadilan),

Nubuwah (kenabian), Khilafah (pemerintahan), dan Ma’ad (hasil). Dengan adanya

nilai-nilai tersebut akan membentuk sebuah prilaku (akhlak) baik yang tercermin

dalam kehidupan sehari-hari.4

Begitulah perhatiannya Islam terhadap masalah keadilan.Sehingga keadilan

dimasukkan ke dalam sendi-sendi kegiatan ekonomi.Imam Ibn al-Qayyim

menyatakan dalam tulisan yang dikutip oleh Husnul Hakim bahwa keadilan

merupakan sebuah intisari dari setiap ajaran.Oleh sebab itu, jika setiap ajaran yang

tidak menyerukan keadilan, maka tidak dikatagorikan sebagai syariah.5

Maka tidak salah jika Islam lebih mengedepankan keadilan dalam kegiatan

ekonominya. Karena dengan mengedepankan keadilan dalam kegiatan ekonomi,

semua akan mendapatkan bagian sesuai kontribusi terhadap lingkungan atau

terhadap barang yang dihasilkannya.6Tentunya tidak salah jika dalam ekonomi

Islam, keadilan merupakan tolak ukur yang paling penting dalam kegiatan

ekonomi.Salah satu keadilan yang ada dalam Ekonomi Islam adalah keadilan

bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Keadilan bertransaksi dalam ekonomi Islam mulai dihidupkan dalam kegiatan

ekonomi sehari-hari. Karena hal tersebut telah terbukti membawa keberkahan dan

bahkan berhasil melewati masa krisis yang melanda Indonesia pada masa Orde

Baru hingga memasuki masa reformasi, salah satu bukti keadilan transaksi tersebut

terdapat dalam entitas bisnis syariah, yaitu Perbankan Syariah, dan lebih khusus

yaitu Bank Muamalat Indonesia yang waktu itu berhasil melewati masa krisis.

Dengan kemampuannya mempertahankan diri pada saat terjadi krisisi ekonomi,

hal ini membuat pemerintah mengubah UU perbankan 1992 menjadi UU perbankan

4 Adiwarman A. Karim,Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 34. 5 Husnul Hakim, “Prinsip-Prinsip Keadilan Menurut al-Quran”, Dalam Jurnal Al-Burhan,

No.10, Jakarta, PTIQ, h.68. 2009. 6 Veizal Rivai dan Antoni Nizar Usman,Islamic Economic And Finance, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.162.

3

1998, kemudian disempurnakan menjadi UU 21 2008 tentang Perbankan Syariah.

Dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang Perbankan Syariah secara

khusus.

Selain dari itu, penduduk muslim yang tinggal di Indonesia merupakan

penduduk mayoritas. Hal tersebut, seperti yang diungkap dari salah satu hasil

penelitian dari Center for Religious and Cross-cultural Studies Universitas Gadjah

Mada (CRCS-UGM), bahwa ummat Islam Indonesia berjumlah 207,2 juta jiwa atau

87,18 persen berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 dan 2010.7

Maka dari itu, dilihat dari kaca mata bisnis, ini sangat memungkinkan untuk

mengembangkan bisnis syariah. Bahkan menjadikan bisnis syariah sebagai

alternatifentitas bisnis yang ada di Indonesia, terutama LKS (Lembaga Keuangan

Syariah). Apalagi asas keadilan tersebut ditunjukkan dengan penerapan fixed (tetap)

dalam setiap transaksi seperti murabahah, salam, salam paralel, dan beberapa

produk halal lainnya, dan juga Profit and Loss sharing dalam transaksi seperti

mudharabah dan musyarakah. Sehingga adanya entitas bisnis syariah sangat

potensial untuk dikembangkan dan bahkan menjadi alternatif dan solusi bisnis di

Indonesia.

Namun, tujuan dari ekonomi Islam, bukan hanya untuk memenuhi pangsa pasar

dan menghindari krisis ekonomi.Tujuan yang paling utama adalah الحق من ربكم

(Menegakkan agama Allah).Selain dari pada itu adalah dakwah tauhied, mengajak

orang-orang Islam yang lainnya kepada tauhied Allah, yang memang tidak ada

keraguan di dalamnya.

Tauhied merupakan inti dari ajaran Islam yang paling dasar sebagai pijakan

keber-Islam-an seorang Muslim. Islam akan tetap tegak di hati seseorang, apabila

seorang muslim memiliki keimanan (Tahuhied) yang kokoh. Karena Islam itu اإل

.(Islam tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya)سالم يعلوا وال يعلي عليه

Pemikiran seperti itulah yang harus menjadi landasan bagi seorang muslimsebagai

homo economic (makhluk ekonomi).

7Agus Indyanto, Agama di Indonesia Dalam Angka; Dinamika Demografis Berdasarkan Sensus

Penduduk,(Jogjakarta: CRCS-UGM, 2013), h.25.

4

Islam berusaha menjawab tantangan yang sangat berat ini, yaitu masalah

keuangan yang selalu saja merugikan orang-orang miskin.Karena dalam Islam,

uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, bukan komoditas.Jika uang sudah beralih

fungsi menjadi komditas, maka uang akan dapat menghasilkan uang

(interest/bunga). Praktik tersebut jika dipandang menggunakan kacamata Islam,

maka sangatlah tidak dibenarkan dan bahkan melanggar syariat Islam. Sebenarnya

uang bisa menghasilkan uang jika dijadikan suatu usaha.8

M. Quraish Shihab menjelaskan Surat al-Baqarah 175 yang berbunyi:

با م الر وأحل الله البيع وحر

Bahwa jual beli adalah transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak,

sedangkan riba merugikan salah satu pihak. Keuntungan yang pertama diperoleh

melalui kerja manusia; sedangkan yang kedua, yang menghasilkan adalah uang

bukan kerja manusia. jual beli menuntuk aktivitas manusia, sedangkan riba tanpa

aktivitas manusia.9

Akan tetapi tidak mudah untuk menyadarkan masyarakat agar kembali pada

syariat Islam, khususnya ajaran untuk bertransaksi yang adil dalam kegiatan

ekonomi sehari-hari. Namun sebagai seorang muslim yang beriman, kita harus

yakin bahwa suatu saat nanti konsep ini, akan menjadi solusi dan juga alternatif

dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi di lapangan berdasarkan

8 Hal ini mengacu kepada Firman Allah di dalam al-Quran Surat al-Baqarah 275 yang

menerangkan bahwa: م باوأحل الله البيع وحر الر . Dengan demikian, uang akan mendangkan uang

haruslah ditransaksikan terlebih dahulu dalam bentuk jual-beli yang halal.

9 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Volume 1, (Tangerang Selatan: Lentera hati,

2002), h. 721.

5

fakta yang diperoleh di lapangan secara mendalam.10Dalam metode penelitian yang

dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasiatau

kejadian-kejadian.11Metode ini sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu

suatu metode menentukan, menggambarkan, mengklasifikasi dan mengumpulkan

data (informasi yang tepat, benar, valid dengan menggunakan teknik Studi

Pustaka).

Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu sebuah studi

untuk menemukan fakta dan interpretasiyang tepat dan menganalisis lebih dalam

lantaran hubungan-hubungannya. 12 Pendekatan yang digunakan adalah empiris,

yaitu subjek kegiatan dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Makna Keadilan Menurut Syariah Islam

a. Dalil al-Quran

Allah telah menjelaskan bagaimana seseorang yang tidak memiliki

kredibilitas keadilan dalam melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-

hari. Sesuai dengan firman-Nya di dalam al-Quran:

فين } لمطف ل ين إذا اكتالوا على الناس يستوفون }1ويل رون 2{ الذ زنوهم يخس { وإذا كالوهم أو و

{3}

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta

dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi” (QS. al-Mutaffifin [83]:1-3).

Allah SWT berusaha mendeskripsikan bagaimana seseorang yang tidak

memiliki kredibilitas dalam melakukan transaksi ekonomi dalam ayat di

10Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993); h.309.

11Sunadi Suryabrata. Metodologi Penetilian (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004); h.76.

12Muhammad Nazin. Metode Penelitian(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998); h.328.

6

atas. Di mana Allah menggunakan kiasan dengan timbangan, akan tetapi

apabila digeneralisasikan, ayat tersebut memiliki makna yang lebih luas,

yaitu menyuruh kepada kita untuk selalu berbuat adil dalam melakukan

transaksi dengan tidak melakukan kecurangan kepada orang lain.

Selain itu, bentuk keadilan dalam ekonomi Islam yaitu ditiadakannya

riba dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Karena Allah telah menegaskan di

dalam al-Quran bagaimana riba itu dilarang dan jual belilah yang dihalalkan

oleh Allah, seperti yang terdapat dalam firman-Nya:

ن المس ذلك ب ي يتخبطه الشيطان م با ال يقومون إال كما يقوم الذ ين يأكلون الر أنهم قالوا إنما الذ

با وأحل الله ال ثل الر ب ه فانتهى فله ما سلف وأمره البيع م ن ر م ظة با فمن جآءه موع م الر بيع وحر

{272إلى الله ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون }

“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),

Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya”(QS. al-Baqarah [02] : 275)

Hal ini pun ditegaskan oleh seorang pakar Ekonomi Islam bagaimana

sebenarnya dampak riba dalam kehidupan sehari-hari, yaitu oleh A. Riawan

Amien bahwa ada tiga konsekuensi utama dengan berlakunya bunga,

pertama, bunga akan terus menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang terus menerus mesikipun kondisi ekonomi aktual mencapai titik jenuh

atau konstan, kedua, bunga mendorong persaingan di antara para pemain

dalam sebuah ekonomi, dan ketiga, bunga cendrung memposisikan

kesejahtraan pada segelintir minoritas dengan memajaki kaum mayoritas.13

13 Riawan Amin,Satanic Finance, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), h.48.

7

Maka dari itu, sudah saatnyalah kita sebagai ummat Islam untuk

mentransformasikan keadilan muamalah yang terdapat di dalam Ekonomi

Islam (al-Quran dan al-Sunnah) dalam kehidupan ekonomi (muamalah)

sehari-hari. Sehingga kita akan memperoleh falah, yaitu kebahagiaan di

dunia dan di akhirat kelak.

Selain dua ayat di atas, ada lagi perintah Allah yang menyuruh kepada

manusia untuk berbuat adil. Seperti yang termaktub dalam firman-Nya:

ي القربى و حسان وإيتآئ ذ ظكم لعلكم إن الله يأمر بالعدل واإل ينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يع

{09تذكرون }

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. an-

Nahl [16] :90)

Di lain ayat pun Allah menyebutkan kata adil dengan

menyekutukan. Seperti dalam firman-Nya:

ين كذبوا بأياتنا وال لون }والتتبع أهوآء الذ م يعد رة وهم برب ه نون باألخ ين اليؤم {*129ذ

“….. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang

mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman

kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan

mereka” (QS. al-An’am [06] : 150)

Term ya’dilun di sini berarti menyekutukan, sedangkan term adl berarti

keseimbangan.14 Dapatlah disimpulkan bahwa orang-orang yang tidak adil

dalam bertransaksi sama saja dengan menyekutukan Allah SWT.

Dalam artian bahwa orang yang berani berbuat tidak adil dalam kegiatan

ekonomi, berarti dirinya sudah tidak mempecayai bahwa Allah SWT Maha

Mengetahui dan Maha Mengawasi segala bentuk transaksi ekonomi yang

14 Husnul Hakim., Op.Cit. 2009. h. 69.

8

dikerjakannya.Maka dapatlah dikatakan orang-orang tersebut sebagai orang

yang musyrik.Karena telah berani menyekutukan Allah SWT.

b. Dalil Al-Sunnah

Banyak dalil hadis Rasulullah Saw yang menjelaskan tentang

keadilan bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu makna

keadilan bertransaksi dalam kehidupan sehari-hari ialah dengan tidak

memakan harta haram, baik secara zat ataupun secara non-zat.

Hal tersebut seperti yang telah disinyalir oleh Rasulullah Saw di

dalam salah satu hadisnya:

“Akan datang suatu masa, orang-orang tidak perduli dari mana harta

yang dihasilkannya, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang

haram” (HR. Bukhori).

Orang-orang tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:15

1. Sebagian manusia tidak perduli akan kaidah rabbani dalam

mencapai tujuan mencari harta, kelompok ini dianjurkan untuk

memeriksa kembali aqidah mereka, di mana mereka telah

menjadikan dinar dan dirham sebagai tuhannya dan tidak

menghindarkan peraturan Allah Swt.

2. Sebagian lagi merupakan orang-orang yang masih memiliki

dhamir (hati) yang peka, akan tetapi karena mereka sedari kecil

tidak pernah mengerti dan mempelajari ketentuan Allah Swt

tentang muamalat, kelompok ini-mau tidak mau-akan melanggar

syariat Allah saat mengumpulkan harta karena ketidak

tahuannya.

c. Pendapat Ulama

15Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: BMI Publishing,

2013), h. 1-2.

9

Bunga bank yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam akad pinjam

meminjam bank, dalam istilah syara’ termasuk riba nasi’ah. Menjadi sebab

turunnya ayat 130 dari surat Ali Imran. Prof.Dr.Muhammad Abu Zahrah,

yang juga ditegaskan oleh Abu A’la al-Maududi serta Prof.Dr.Muhammad

Abdullah al-Arabi menyatakan bahwa bunga bank adalah riba nasiah yang

diharamkan dalam Islam.16

Adanya bunga bank yang dilakukan oleh perbankan konvensional

merupakan salah satu cerminan ketidak adilan ekonomi.Di mana mereka

telah memprediksi sesuatu yang belum tentu terjadi dalam bisnis dengan

sebuah harga keuntungan, harga tersebut yang lebih dikenal dengan bunga

bank.Maka adanya bunga bank yang telah ditentukan di awal transaksi,

membuktikan bahwa dalam perbankan konvensional mencermintakan tidak

adanya keadilan di dalamnya.

Dalam ayat an-Nahl yang telah penulis sebutkan di atas, term al-adl

lebih di dahulukan dari term al-ihsan, menurut az-Zamakhsyari karena

berlaku adil berhukum wajib, sedangkan berlaku ihsan berhukum sunnah.17

Dari pendapat ulama tersebut, dapatlah digeneralisasikan bahwa adil

dalam kegiatan ekonomi berhukum wajib. Adil dalam kegiatan ekonomi

seperti meninggalkan transaksi bunga yang terdapat di lembaga keuangan

(bank konvensional, asuransi konvensional, pegadaian konvensional,

koperasi konvensional, dll); meninggalkan transaksi gharar (remang-

remang) seperti penimbunan barang, merusak harga dengan

mempermainkan suply (penawaran) dan dimand (permintaan),

menyembunyikan cacat barang, dll; serta maysir (transaksi judi/gabling)

seperti bermain saham yang tidak spot (goreng-goreng saham), jual beli

valas yang tidak spot, dll.18

B. Fungsi Fiqih Dalam Kegiatan Transaksi Ekonomi

16 Mustafa Kamal Pasha,Fikih Islam, (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2009), h. 382. 17 Husnul Hakim., Op.Cit. 2009. h. 69. 18 Hamli Syaifullah, Keadilan Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta, Opini Harian Suara Karya,

2013), h. 11.

10

Fiqih sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi rujukan yang sangat penting

dalam pengembangan Ekonomi Islam.Karena fiqih merupakan sumber kajian

ilmu yang tak bisa dipisahkan dari Ilmu Ekonomi Islam.Di dalam fiqih, masih

terdapat beberapa cabang ilmu seperti Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih, Qawaid Fiqih,

dan lain sebagainya.

Ilmu Fiqih merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang dalil hukum

yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah yang berkenaan dengan

perbuatan mukallaf. Fiqih menurut Wahbah Al-Zuhaili mengutip pendapat Abu

Hanifah ialah pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi haknya, dan

apa yang menjadi kewajibannya.19

Ushul Fiqih merupakan cabang ilmu yang membahas tentang sifat-sifat

esensial dari suatu dalil syara’, yang kemudian digambarkan atau digariskan

menjadi bentuk kaidah-kaidah fiqih.Salah satu fungsi dari Ushul Fiqih ialah

sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang ayat-ayat hukum dari

al-Quran dan al-Sunnah dengan berbagai macam metode yang telah ditetapkan

oleh Fuqoha (ahli fiqih).

Menurut Wahbah Al-Zuhaili dalam Satria Efendi, Ushul Fiqih mengandung

beberapa pengertian: 1). Bermakna adil, 2). Bermakna kaidah umum yaitu suatu

ketentuan yang bersifat umum yang berlaku pada seluruh cakupannya, 3).

Tempat menganalogikan sesuatu yang merupakan salah satu dari rukun qiyas.20

Sedangkan Qawaid Fiqih merupakan saifat-sifat esensial yang dirumuskan

ke dalam bentuk dalil-dalil atau kaidah-kaidah secara global. Apabila ditarik

kesimpulan dari ketiga cabang ilmu ini, maka ruang lingkup Fiqih menurut

Veitzhal Rivai dan Antoni Niizar Usman mencakup segala aspek kehidupan

manusia, seperti sosial, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Aspek

ekonomi dalam kajian fikih sering disebut Iqtishady. Iktishadiah (ekonomi)

ialah suatu cara bagaimana individu-individu dan masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya dari segala yang ada di dalam alam raya ini.21

19 Satria Efendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 3. 20 Ibid., 21 Veitzhal Rivai dan Antoni Niizar Usman,Islamic Economic & Finance(Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 186.

11

Namun segala yang ada di dalam alam raya ini ada yang halal dan ada yang

haram. Maka Veitzhal Rivai dan Antoni Nizar Usmanmenerangkan kembali

bahwa apa yang halal dan apa yang haram diterangkan dan dijelaskan di dalam

Fiqih Ekonomi. Fiqih ekonomi merupakan ilmu yang mencakup aturan-aturan

atau rambu-rambu yang diperoleh dari hasil Ijtihad manusia yang didasarkan

pada wahyu Ilahi (al-Quran dan al-Hadis), berkenaan bagaimana manusia dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dengan membuat pilihan-pilihan dalam

menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia.22

Dapatlah disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara Fiqih yang merupakan

sumber hukum Islam dengan Ekonomi.Perpaduan antara Fiqih dan Ekonomi

yang kemudian mampu melahirkan salah satu cabang Ilmu yang kita kenal

dengan Ilmu Ekonomi Islam.

Dengan demikian, kita pun dapat membantah para akademisi non-muslim

yang masih menolak dan menyatakan bahwa Ekonomi Islam bukanlah suatu

cabang Ilmu yang tidak memiliki metodologi tersendiri.Namun setelah kita kaji

perlahan-lahan, ternyata Ilmu Ekonomi Islam merupakan sebuah cabang Ilmu

yang memiliki kajian sangat mendalam dan jelas.

a. Karakteristik Hukum Islam Dalam Bisnis

Karakteristik hukum Islam, pada dasarnya membolehkan segala

bentuk muamalah (jual-beli) sampai datang suatu dalil yang

mengharamkan muamalah tersebut.Tentu hal ini sangat menarik apabila

dikorelasikan dengan kasus yang terjadi di masyarakat.Seperti yang kita

ketahui bahwa kebanyakan bisnis korporasi yang berbasis hukum Islam

seperti Bank Syariah, kebanyakan Owner dan Direksi bukan dari

kalangan Muslim.Lantas timbul pertanyaan; apakah bisnis korporasi

yang berbasis syariah seperti Bank Syariah yang Owner serta Direksi

non-muslim halal melakukan transaksi di dalamnya?

22Ibid.,

12

Tentu hal tersebut sah ketika kita sebagai seorang Muslim

melakukan transaksi pada korporasi yang berbasis syariah seperi Bank

Syariah, walaupun Owner dan Direksinya berasal dari non-muslim.

Salah satu dalil yang dapat digunakan seperti apa yang dicontohkan oleh

Rasulullah Saw. Di mana ke tika itu Rasulullah saw pernah

menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi.

Apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw menjadi salah

satu dalil bahwa ummat Islam boleh melakukan transaksi dengan non-

Muslim. Tentu ada beberapa kriteria dari non-muslim yang akan dipilih

menjadi patner bisnis.

Hal ini seperti apa yang difirmankan oleh Allah swt di dalam al-

Quran surat al-Baqarah 120:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu

hingga kamu mengikuti agama mereka”. (Q.S. Al-Baqarah: 120)

Redaksi ayat di atas tertuju kepada nabi Muhammad saw. Manusia

paling bertakwa pun diupayakan oleh orang Yahudi dan Nasrani itu

untuk disesatkan, apalagi orang kebanyakan.Ayat di atas bisa dipahami

sebagai bukti bahwa semua orang yahudi dan nasrani tidak rela kecuali

jika kaum muslimin mengikuti agama mereka. Yang dimaksud orang-

orang yahudi dan nasrani di dalam ayat ini adalah orang-orang tertentu

di antara mereka, bukan semua ahlul kitab.23

Jika dikorelasikan ayat tersebut dengan kebolehan bertransaksi

bersama non-muslim, tentu ummat Islam yang bertransaksi harus tetap

berhati-hati.Agar tidak terjadi hegemoni ekonomi yang dilakukan oleh

non-muslim terhadap ummat Islam. Sehingga non-muslim lah yang

akan diuntungkan dan ummat muslim yang dirugikan.24

23 M.Quraish Shihab., Op.Cit. 2002. h. 721. 24Hamli Syaifullah, Fungsi Fiqih Sebagai Rujukan Ekonomi Islam, (Jakarta: Opini Majalah

Tabligh, 2013), h. 33.

13

Artinya ketika ada kasus seperti Bank Syariah yang Owner dan

direksinya berasal dari non-muslim, maka ummat Islam harus tetap

berhati-hati ketika bertransaksi. Ditakutkan mereka orang-orang non-

muslim hanya mencari market (pasar) dari mayoritas ummat Islam di

Indonesia. Sehingga merekalah yang akan merasakan keuntungannya.

b. Fiqih dan Sumber Hukum Muamalah

Ada dimensi lain selain menggunakan al-Quran dan al-Hadis, seperti

ijtihad. Ijtihad dilakukan ketika tidak ada dalil hukum yang ditemukan

di dalam al-Quran dan al-Hadis.Tentu orang-orang yang berijtihad

(Mujtahid) merupakan orang-orang yang memiliki kriteria sebagai

seorang Mujtahid seperti menguasai bahasa Arab, ilmu al-Quran, ilmu

al-Hadis, Fiqih, dll.

Para ulama Ushul Fiqih antara lain al-Tayyib Khuderi al-Sayyid,

seorang ahli ushul fiqih berkebangsaan Mesir berpendapat, bahwa

bilamana syarat-syarat tersebut di atas telah cukup pada diri seseorang,

hukum melakukan ijtihad baginya fadhu ain, bisa fardhu kifayah, bisa

mandub, dan bisa pula haram.25

Contoh ijtihad, tidak ada kata Mudharabah di dalam al-Quran, tidak

ada juga Waqaf di dalam al-Quran.Pengembangannya sumber hukum

dari semua itu menggunakan ijtihadiyah (Qiyas, ijma’, Maslahah

Mursalah, dll).

Kata Mudharabah masih terlalu baru, seperti pada zaman Imam

Syafi’i adalah Qirad.Mazhab Syafi’i tidak membolehkan mudharabah

turunan seperti yang terjadi dalam Bank Syariah sekarang ini.Alasannya

karena ditakutkan untuk Mudharabah yang kedua terjadi ketidak

percayaan (hilangnya trust).

Namun, mazhab yang membolehkan adalah mazhab Maliki,

walaupun minoritas.Dalam praktik Fiqih/Bisnis Syariah, menggunakan

25 Satria Efendi., Op.Cit. 2005. h. 255.

14

minoritas mazhab dibolehkan sepanjang alasannya jelas (sumber hukum

jelas/dimensi ijtihad).Begitulah beberapa contoh penggunaan sumber

hukum Ekonomi Islam dalam transaksi ekonomi sehari-hari.

C. Transformasi keadilan dalam Transaksi Ekonomi Islam

Transaksi dalam kegiatan ekonomi menyangkut transaksi sektor rill dan

transaksi sektor non-rill / sektor moneter. Segala bentuk transaksi dalam

ekonomi Islam harus terhindar dari praktik Riba (tambahan yang diharamkan),

Gharar (remang-remang/tidak jelas), Maysir (judi/gambling).

a. Transaksi Sektor Rill

Bentuk transaksi di sektor rill seperti bertransaksi ekonomi antara orang

dengan orang lain, antara orang dengan lembaga maupun lembaga dengan

perorangan, ataupun lembaga dengan lembaga.

Transaksi sektor rill yang dilakukan oleh ummat Islam haruslah terjauh

dari praktik seperti Riba, Gharar dan Maysir. Karena praktik tersebut

merupakan praktik yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan menghilangkan

praktik tersebut dalam kehidupan ekonomi, berarti seorang muslim telah

berusaha mengamalkan keadilan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.

Agar wujud itu maujud, ia membutuhkan sebab.26Sebab seorang muslim

diperintahkan untuk meninggalkan transaksi Riba, Gharar, Maysir, karena

transaksi tersebut merupakan transaksi yang jauh dari keadilan. Salah satu

contoh ketidak adilannya ialah, seseorang yang tidak menanggung risiko

harus menikmati hasil/keuntungan dari setiap transaksinya.

Contoh ialah orang yang menabung di Bank Konvensional dalam bentuk

deposito selama satu tahun sebesar Rp 10.000.000,00. Anggap saja bunga

deposito selama satu tahun Fix diperjanjikan di awal sebesar 10 %. Berarti

selama satu tahun setelah deposito jatuh tempoh, maka bank harus

membayarkan uang pokok beserta bunganya sebesar Rp 11.000.000,00.

26 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna, Penerjemah. Muhammad Nur Mufid,

(Bandung: Mizan, 1991), h. 217.

15

Padahal seperti yang kita ketahui bank harus menanggung risiko ketidak

stabilan ekonomi global, inflasi, dan bahkan kerugian akibat kredit macet.

Namun bank harus tetap membayarkan pokok uang beserta bunga ketika

telah tiba jatuh tempo deposito nasabah.

Tentu praktik seperi itu sangatlah dilarang dalam Islam. Karena praktik

seperti itu merupakan praktik yang mengandung Riba, Gharar dan Maysir.

Maka dari itu, hendaknya setiap muslim memperhatikan bentuk transaksi

dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terbebas dari praktik-praktik yang

tidak dihalalkan oleh Islam.

Jika seorang muslim hendak bertransaksi dengan lembaga keuangan,

maka pilihlah lembaga keuangan yang halal. Beberapa contoh lembaga

keuangan yang insya-Allah halal seperti: Bank Syariah, BPR Syariah,

Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Leasing Syariah, Koperasi Syariah

(KJKS/UJKS), dan lain sebagainya.

Namun apabila seorang muslim hendak bertransaksi antar sesama

muslim (perorangan), maka harus tetap memperhatikan praktik-praktik

yang dilarang seperti jual beli ijon, menumpuk barang dagangan dengan

maksud menciptakan kelangkaan, menghadang orang yang hendak pergi ke

pasar lalu membeli dengan harga yang lebih murah, dan lain sebagainya.

Inti dari traksaksi sektor rill haruslah terbebas dari praktik-praktik riba,

gharar dan maysir. Dengan menjauhkan praktik tersebut dalam kehidupan

ekonomi sehari-hari, insya-Allah Izzil Islam Wal Muslimin – kejawayaan

ummat Islam akan tercapai.

b. Transaksi Sektor Non-Rill

Transaksi sektor non-rill biasaya dilakukan di Pasar Modal. Namun

selama ini pasar modal identik dengan pasar yang bertransaksi ribawi,

gharar, dan maysir. Maka dari itu, ummat muslim haram untuk bertransaksi

di pasar modal.

16

Dengan haramnya tansaksi di pasar modal, maka lahirlah Pasar Modal

Syariah untuk mengakomudir ummat muslim yang hendak melakukan

transaksi di sektor non-rill. Tentu Pasar Modal Syariah merupakan pasar

yang terbebas dari transaksi ribawi, gharar, dan maysir.

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan

diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment

Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h

Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment

Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000,

yang bertujuan memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya

secara syariah.27

Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan

dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang

Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya,

instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan

kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September

2002.Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang

digunakan adalah akad mudharabah.28

Kemudian Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No.40/DSN-

MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip

Syariah di Bidang Pasar Modal.29 Prinsip-prinsip syariah di bidang pasar

modal dijelaskan dalam bab II, yaitu :

1) Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya

terutamamengenai emiten, jenis Efek yang diperdagangkan dan

mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan Syariah

apabila telah memenuhi Prinsip-prinsip Syariah.

27Pasar Modal Syaria, Sejarah Pasar Modal Syariah, Diakses 14 November 2013, Dari

http://www.bapepam.go.id. 28 Ibid., 29Pasar Modal Syariah, Fatwa DSN MUI. No.40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal

dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, Diakses 14 November

2013, Dari http://www.bapepam.go.id.

17

2) Suatu Efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah

apabilatelah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.

Dapatlah disimpulkan bahwa praktik transaksi dalam sektor non-rill

haruslah mengacu kepada Fatwa No.40/DSN-MUI/X/2003 bahwa Prinsip-

prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atasajaran Islam

yangpenetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa

maupun dalam fatwa terkait lainnya.

D. Falah Sebagai Tujuan Transaksi

Ketika ummat Islam menyadari bahwa Falah merupakan cita-cita dan

harapan yang harus dicapai, tentu nilai-nilai ke-Tuhanan akan tetap

bersemayam di dalam hatinya. Hingga Islam mampu menjadi sebuah tata nilai

kehidupan sehari-hari, dan bukan hanya menjadi Epitimologi dan Epistimologi

semata dalam ajaran Islam.30

Satu hal yang harus digaris bawahi dan tidak boleh diperdebatkan bahwa

Islam merupakan sebuah keyakinan (Aqidah Tauhied).Aqidah Tauhied

mencakup seperangkat sistem, aturan, hukum, etika dan nilai yang sistematis,

saling melengkapi dan kait-terkait, yang tak mungkin dikatakan ada atau wujud

secara sempurna kecuali jika memang benar-benar dibumikan secara nyata di

alam sosial yang nyata.31

Artinya Islam berawal dari pengetahuan (al-Ilmu), kemudian menjadi

tingkah laku sehari-hari (al-Amal), kemudian disebarkan kepada yang lainnya

(al-Dakwah), sehingga terciptalah Islam yang selalu memberikan keberkahan

kepada sesama makhluk (Rahmatan lil alamien).32

Penulis sangat yakin, jika ummat Islam mampu membumikan nilai-nilai ke-

Islaman—yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah, dalam kehidupan

sehari-hari secara masif, Insya-Allah keadilan transaksi akan mampu

30Hamli Syaifullah, Penerapan Nilai-Nilai Islam, (Jakarta, Opini Harian Suara Karya,

2013), h. 11. 31Anis Malik Toha, Tren Pluralisme Agama, (Depok, Persepektif, 2005). h. 12. 32 Hamli Syaifullah., Op.Cit. 2013. h. 11.

18

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari—seperti yang telah digariskan oleh

Syariat Islam—yang diterjemahkan dalam bentuk Fiqih Muamalat.

PENUTUP

Sebagai ummat Islam yang beriman kepada Allah SWT, sudah sepantasnya

menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap muslim

yang mampu menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari—sesuai

dengan yang disyariatkan oleh Allah Swt—yang diterjemahkan dalam bentuk Fiqih

Muamalah, maka akan memperoleh falah—yaitu kebahagiaan/kesejahtraan di

dunia dan di akhirat.

19

DAFTAR PUSTAKA

Al-QuranulKarim. Al-Huda KelompokGemaInsani. 2005.

Ash-Shadr, Muhammad Baqir. Falsafatuna. Penerjemah. Muhammad Nur Mufid.

Bandung: Mizan. 1991.

Amien, A Riawan. Satanic Finance.Jakarta: PT Senayan Abadi. 2008.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.

Chapra, Umar.The Future of Economics; An Islamic Persepective, Pen. Sigit

Pramono, Jakarta: SEBI, 2001.

Djamil, Fathurrahman.Hukum Ekonomi Islam; Sejarah Teori dan Konsep,Jakarta:

Sinar Grafika, 2013.

Efendi,Satria.Ushul Fiqih, Jakarta: Prenada Media Group, 2005.

Hakim, Husnul.“Prinsip-Prinsip Keadilan Menurut al-Quran”.Dalam Jurnal Al-

Burhan.No.10, Jakarta, PTIQ. 2009.

Indyanto, Agus. Agama di Indonesia Dalam Angka; Dinamika Demografis

Berdasarkan Sensus Penduduk. Jogjakarta: CRCS. 2013.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Nazin, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia, 1998.

Pasar Modal Syariah. Sejarah Pasar Modal Syariah. Diakses 14 November 2013.

Dari http://www.bapepam.go.id.

Pasar Modal Syariah. Fatwa DSN MUI. No.40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar

Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar

Modal. Diakses 14 November 2013. Dari http://www.bapepam.go.id.

Pasha, Mustafa Kamal.Fikih Islam. Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri. 2009.

Rivai, Veizal dan Usman, Antoni Nizar.Islamic Economic And Finance. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. 2012.

Shihab, M.Quraish. Tafsir al-Mishbah. Volume 1. Tangerang Selatan: Lentera hati.

2002.

Suryabrata, Sunadi. Metodologi Penetilian. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.

Syaifullah, Hamli.Keadilan Dalam Ekonomi Islam, Jakarta, Opini Harian Suara

Karya, 2013.

20

Syaifullah, Hamli.Fungsi Fiqih Sebagai Rujukan Ekonomi Islam, Jakarta: Opini

Majalah Tabligh, 2013.

Syaifullah, Hamli.Penerapan Nilai-Nilai Islam, Jakarta, Opini Harian Suara Karya,

2013.

Toha,Anis Malik.Tren Pluralisme Agama, Depok, Persepektif, 2005.

Tarmizi, Erwandi.Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bogor: BMI Publishing,

2013.