AUDIT ATAS TRANSAKSI BELANJA
Transcript of AUDIT ATAS TRANSAKSI BELANJA
AUDIT ATAS TRANSAKSI BELANJA
Pada umumnya audit terhadap belanja daerah terdiri
atas audit terhadap belanja aparat dan belanja
pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan
publik terdiri atas belanja administrasi umum. Belanja
operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal /
pembangunan.
1. Belanja Operasi
belanja pegawai,- belanja barang,- bunga,-
subsidi,- hibah, dan- bantuan sosial.
2. Belanja Modal
belanja tanah;- belanja peralatan dan mesin;-
belanja gedung dan bangunan;- belanja jalan,
irigasi, dan jaringan; dan- belanja aset tetap
lainnya.
3. Belanja Lain-lain
4. Transfer
1. SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan
keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah
daerah, termasuk dinas dan instansi pemerintah
daerah.siklus ini dimulai dengan adanya permintaan
pembelian dari berbagai dinas/setingkat dinas melalui
pengajuan daftar isian anggaran dari masing – masing
dinas. Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah
daerah bisa dilakukan secara tunai maupun kredit
(menimbulkan uang), baik untuk belanja aparat maupun
belanja pelayanan publik. Audit siklus belanja ini
berkaitan dengan belanja pegawai; belanja operasional
seperti pengadaan barang inventaris kantor dan ATK;
belanja pemeliharaan dan lain-lain. Dua kelompok
transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening
sebagai berikut :
1) Kas
2) Persediaan barang habis pakai
3) Aktiva tetap
4) Aktiva lain-lain
5) Utang
Dokumen/catatan dalam siklus belanja adalah
Kartu Sedian
Buku Barang
Buku pengadaan barang
Berita acara serah terima gudang
Surat permohonan
Bukti memorial
Bukti inventaris
Laporan Penerimaan Barang
Surat Keterapan Otorisasi(SKO)
SPP,SPM,dan SP2D
2. MATERIALITAS
Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini
sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah
daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran /
belanja untuk belanja aparat dengan pengeluaran/belanja
untuk pelayanan publik akan menyebabkan laporan
keuangan yang salah saji.
Berbagai pos rekening seperti belanja administrasi
umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja
modal/pembangunan dapat bersifat material secara
individual. Dengan demikian, auditor berusaha untuk
mencapai tingkat resiko yang lebih rendah dengan
memastikan bahwa transaksi dalam pos belanja daerah
bukan merupakan sumber salah saji material dalam
laporan keuangan.
3. RESIKO BAWAAN
Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak
entitas adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang
menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus belanja,
yaitu :
1) Volume transaksi yang selalu tinggi
2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran
tanpa rotasi
3) Pembelian aktifa yang tidak perlu
4) Masalah akuntansi yang berkembang.
Tingginya volume transaksi akan meningkatkan
kemungkan terjadinya salah saji. Semakin tinggi volume
transaksi, maka semakin tinggi pula kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pencatatan transaksi
tersebut. Disamping it, terdapat juga kemungkinan bahwa
entitas melakukan pembelian aktiva yang tidak perlu.
Namun, sering terjadi kasus dimana dimana entitas masih
tetap mencatumkan aktiva yang tidak berguna dalam
neracanya sebesar nilai dari aktiva tersebut. Masalah
akuntansi mengenai penetuan apakah harga perolehan
aktiva dikapitalisasi atau dibebankan mengakibatkan
tingginya kemungkinan kesalahan dalam pengeluaran kas.
4. STRATEGI AUDIT
Tingginya resiko bawaan dalam siklus belanja daerah
menyebabkan banyak entitas memprioritaskan atau
memperluas struktur pengendalian internal terhadap
siklus belanja guna mencegah dan mendeteksi terjadinya
salah saji. Hal ini dapat secara signifikan mengurangi
resiko pengendalian dalam pernyataan keberadaan dan
keterjadian; kelengkapan serta penilaian dan
pengalokasian yang berkaitan dengan transaksi dan
rekening siklus belanja daerah. Dengan demikian ,
strategi audit yang sering dipakai adalah pendekatan
tingkat resiko kontrol yang ditetapkan lebih rendah.
Dalam strategi ini auditor lebih banyak
mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran
yang mendasari penggunaan strategi ini adalah apabila
auditor yakin bahwa struktur pengendalian internal
klien sangat baik dan dapat mencegah serta mendeteksi
terjadinya salah saji, maka auditor perlu menguji
kelayakan dari keyakinannya tersebut. Auditor akan
menguji afektifitas struktur pengendalian internal.
Dengan kata lain auditor akan melaksanakan pengujian
pengendalian.
Sebagaimana halnya dengan siklus pengujian
pengendalian umumnya tidak mengurangi resiko
pengendalian untuk pernyataan hak dan kewajiban.jadi,
auditor dapat menggunakan kombinasi antara strategi
resiko kontrol yang ditetapkan lebih rendah dengan
substantif. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih strategi audit adalah manfaat versus
biaya. Pengujian pengendalian sangat dipengaruhi oleh
pertimbangan antara manfaat versus biaya. Auditor perlu
membandingkan biaya untuk melakukan pengujian
pengendalian internal dengan penghematan yang diperoleh
sebagai akibat berkurangnya pengujian tersebut.
5. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus belanja adalah memperoleh bukti
mengenai masing-masing pernyataan signifikan yang
berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja.
Saldo berlanja menekankan pada asersi hutang(kewajiban)
dan aktiva,pembelian dan pengeluaran kas. Tujuan audit
ditentukan berdasarkan lima kategori pernyataan laporan
keuangan berikut:
1. Pernyataan Keberadaan dan Keterjadian
Seluruh utang dan aktiva memang benar di
neraca.pemebelian dan pengeluran kas benar ada.
2. Pernyataan Kelengkapan
Transaksi dan saldo memang tercatat
3. Pernyataan Hak dan Kewajiban
4. Pernyataan Penilaian dan Pengalokasian
Jumlah biaya,utang dan aktiva benar.prinsip
akuntansi sesuai.
5. Pernyataan Pelaporan dan Pengungkapan
Diklasifikasikan ,dijelaskan,dan diungkapakan
dalam neraca.
Pengunkapan dengan metode depresiasi yg sesuai.
6. PEMAHAMAN ATAS STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL
BELANJA
1. Lingkungan Pengendalian
2. Sistem akuntansi
3. Prosedur pengendalian, meliputi :
Otorisasi yang memadai
Adanya pemisahan tugas
Dokumen dan catatan
Pengendalian atas setiap akses terhadap harta atau
aktiva perusahaan
Pemeriksaan independen
Pelaksanaan Pemeriksaan Belanja
Langkah2 yang dilakukan :
1.Memahami Pengendalian internal,
2.Mengujinya Pengendalian Internal
3.pertimbangan biaya dan manfaat,
4.uji pengendalian subtantif saldo dan transaksi
5.Prosedur analisis dan pengujian saldo rinci
Belanja Daerah adalah kewajiban pemda diakui
dengan pengurang kekayaan bersih.
Pengakuan : memakai metode kas
jenis belanja : 1.Operasi
2.Modal
3.Tak terduga
4.Transfer
Sistem dan Prosedur Belanja Daerah secara umum
adalah sebagai berikut:
.PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan Surat
Penyediaan Dana (SPD) yang disiapkan oleh kuasa BUD
untuk ditandatangani oleh PPKD, setelah penetapan
anggaran kas. SPD tersebut merupakan dasar pengeluaran
kas yang membebani APBD (belanja)
.Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPD di atas, bendahara pengeluaran
mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran melalui PPK-SKPD. SPP yang diajukan tersebut
dapat berupa SPP Uang Persediaan (SPP-UP); SPP Ganti
Uang (SPP-GU); SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan SPP
Langsung (SPP-LS). Pengajuan SPP tersebut dilampiri
dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai
dengan jenis belanja dan persyaratan dokumen lainnya.
Dalam hal dokumen SPP tersebut lengkap dan sah,
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran atau perjabat
yang diberikan kewenangan menerbitkan SPM dalam waktu 2
hari kerja sejak diterima SPP.
Dalam hal dokumen SPP dinyatakan Jtidak lengkap
dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran menolak menerbitkan SPM dalam waktu 1 hari
kerja sejak diterima SPP.
SPM(diajukan pa/kpa) yang telah diterbitkan
tersebut diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan
SP2D.
Kuasa BUD atau pejabat yang diberi kuasa meneliti
kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang
diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
seperti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.
Dalam hal dokumen SPM tersebut dinyatakan lengkap,
kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lama 2 hari kerja
sejak diterimanya SPM. Dalam hal dokumen SPM tersebut
dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau
pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD
menolak menerbitkan SP2D melalui surat penolakan paling
lama 1 hari kerja sejak diterimanya SPM.
Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk
keperluan uang persediaan/ganti uang persediaan/
tambahan uang persediaan kepada pengguna anggaran/kuasa
penggguna anggaran serta menyerahkan SP2D yang
diterbitkan untuk keperluan pembayaran langsung kepada
pihak ketiga.
AKUNTANSI BELANJA – DANA-DANA PEMERINTAH
Anggaran operasional tahunan dipersiapkan oleh
pihak eksekutif berisi rencana aktivitas dan belanja
yang kepala negara (presiden-chief executif) ingin
jalankan selama satu tahun fiskal. Pihak legislatif
mereviu rencana, kemudian menyediakan apropriasi,
legislatif masuk ke dalam kontrak dengan pihak
eksekutif supaya meletakkan rencana tersebut kedalam
dampak – atau sama banyaknya rencana mereka
mengesahkan. Pihak eksekutif kemudian dibebani tanggung
jawab dalam menjalankan kontrak tersebut dengan cara
yang legal dan efisien.
Fokus pengukuran utama dalam akuntansi dana
terdapat pada sumber keuangan lancar dan perubahan
dalam sumber keuangan lancarnya. Kemudian, aktivitas
yang dibiayai melalui dana pemerintahan lazimnya
direncanakan, diotorisasi, dikontrol, dan dievaluasi
sesuai ketentuan belanja – pengukuran arus kas keluar
utama dalam akuntansi dana pemerintahan. Belanja,
sebuah konsep pengukuran yang berbeda daripada biaya,
adalah suatu ukuran atas kewajiban dana yang terjadi
(atau sumber-keuangan-dana-dapat-dibelanjakan yang
digunakan) selama suatu periode operasi, belanja modal,
dan pelunasan hutang. Beban merupakan sebuah ukuran
dari biaya yang telah daluwarsa atau dikonsumsi selama
suatu periode.
Makalah ini fokus pada akuntansi belanja dalam dana
pemerintahan, khususnya dalam :
1. Definisi belanja dalam lingkungan akuntansi dana
pemerintahan dan kriteria pengakuan belanja yang
digunakan.
2. Pengendalian dan prosedur akuntansi belanja.
3. Klasifikasi akun belanja, dan
4. Beberapa topik akuntansi belanja yang penting –
termasuk klaim dan keputusan pengadilan, kompensasi
absensi, kontribusi pensiun yang didanai dan tidak,
revisi apropriasi dan perubahan dalam prinsip
akuntansi belanja.
Lampiran dalam makalah ini membahas dan
mengilustrasikan klasifikasi ganda akun belanja.
Pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini,
mengasumsikan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara basis anggaran dana pemerintah pusat dan daerah
dengan basis GAAP akuntansi pemerintah. Juga, kecuali
dicatat lain, akun-akun dikelola sesuai GAAP selama
tahun tersebut.
DEFINISI DAN PENGAKUAN BELANJA
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, belanja
didefinisikan dalam akuntansi dana pemerintahan sebagai
semua penurunan dalam aset bersih dana – untuk operasi
lancar, belanja modal, atau pelunasan hutang – kecuali
yang timbul dari tranfer ke dana-dana lainnya. Hanya
pertukaran – seperti hasil transaksi pembiayaan
antardana dalam pengakuan belanja dana yang bukan
merupakan belanja pemerintah secara keseluruhan.
GASB Codification, menyatakan bahwa :
Fokus pengukuran atas akuntansi dana pemerintahan
berdasarkan pada belanja – penurunan dalam sumber
keuangan bersih- daripada beban.
Codification tersebut mengobservasi bahwa sebagian
besar belanja dan transfer keluar merupakan secara
objektif dapat diukur dan seharusnya dicatat ketika
kewajiban dana terkait terjadi.
Tegasnya, ini memberikan agar:
Belanja seharusnya diakui dalam periode akuntansi
ketika kewajiban dana terjadi, jika dapat diukur,
kecuali untuk bunga (dan pokoknya) yang belum jatuh
tempo pada kewajiban jangka panjang, yang seharusnya
diakui ketika jatuh tempo.
Codification tersebut juga menetapkan bahwa belanja
pokok dan bunga pada kewajiban jangka panjang biasanya
tidak diakrualkan pada akhir tahun :
Pengecualian utama pada aturan umum belanja akrual
berhubungan dengan pokok dan bunga yang belum jatuh
tempo pada kewajiban hutang jangka panjang.
Sumber keuangan biasanya diapropiasikan dalam dana
lain untuk transfer ke dana pelunasan hutang pada
periode ketika pokok dan bunga hutang yang jatuh tempo
harus dibayar. Besarannya itu bukan kewajiban lancar
dari dana pelunasan hutang ketika pelunasannya tidak
membutuhkan belanja dari aset dana yang tersedia.
Kemudian, belanja pelunasan pokok GLTL dan belanja
bunga terkait biasanya dicatat ketika pokok dan bunga
tersebut jatuh tempo dan harus dibayar daripada
diakrualkan pada akhir tahun. Tetapi, Codification
menyusun 4 keadaan dimana pemerintah pusat dan daerah
(SGLs) diijinkan untuk mengakrualkan belanja pelunasan
hutang GLTL.
Codification menyatakan bahwa :
Di lain pihak, jika sumber dana pelunasan hutang
(yang didedikasikan) telah disediakan selama tahun
berjalan untuk pembayaran pokok dan bunga jatuh tempo
sebelumnya (tidak lebih dari 1 bulan) di tahun
berikutnya, belanja dan kewajiban terkait boleh diakui
dalam dana pelunasan hutang (dan jumlah pokok hutang
dikeluarkan dari akun kewajiban jangka panjang).
Selanjutnya, Codification tersebut menyediakan 2
alternatif pengakuan belanja lainnya :
1. Item-item persediaan (contohnya, material dan
perlengkapan) boleh dianggap sebagai belanja baik
ketika pembelian (metode pembelian) atau ketika
digunakan (metode konsumsi), tetapi jumlah signifikan
persediaan seharusnya dilaporkan dalam neraca.
2. Belanja untuk asuransi dan jasa serupa yang
melebihi satu periode akuntansi (pembayaran dimuka)
tidak perlu dialokasikan antara periode akuntansi,
tetapi boleh dicatat sebagai belanja pada periode
perolehan.
Belanja Pengeluaran Modal (Capital Outlay)
Akuntansi untuk belanja pengeluaran modal yang secara
tipikal dibiayai dari dana umum dan dana pendapatan
khusus – seperti untuk peralatan, mesin, dan kendaraan
– telah dibahas dan diilustrasikan pada makalah
sebelumnya. Satu tipe tambahan dari transaksi
pengeluaran modal yang dapat dicatat dalam dana umum
dan dana pendapatan khusus- perolehan aset modal dengan
leasing modal (leasing modal) – dibahas dan
diilustrasikan pada makalah ini.
Sebagian besar belanja pengeluaran modal
pemerintahan umum utama biasanya dicatat melalui dana
proyek modal, meskipun banyak setidaknya sebagian
dibiayai oleh transfer antardana dari dana umum atau
dana pendapatan khusus. Oleh karena itu, akuntansi
untuk belanja modal utama dibahas dan diilustrasikan
pada makalah dana proyek modal.
Belanja Pelunasan Hutang
Belanja pelunasan hutang GLTD (general long term debt)
utamanya diakui “ketika jatuh tempo” karena sebagian
besar pajak pemerintah pusat dan daerah (SLGs)
berhubungan dengan pajak properti dan anggaran pada
basis “ketika jatuh tempo”. Kemudian, apropiasi untuk
belanja pokok dan bunga GLTL setara dengan pembayaran
yang dilakukan selama tahun tersebut, tanpa
memperhatikan akrual apapun pada akhir tahun.
Pengizinan pemerintah dalam menghitung dan melaporkan
untuk tujuan GAAP pada basis dimana anggaran
dipersiapkan untuk menghindari perbedaan signifikan
anggaran GAAP yang akan telah dijelaskan dan
direkonsiliasikan dalam hampir setiap laporan keuangan
dana pemerintah. Ada juga alasan praktis dan teoritis
lain untuk pendekatan “ketika jatuh tempo” ini.
Sebagian besar pelunasan hutang GLTL
dipertanggungjawabkan melalui dana pembiayaan hutang,
meskipun:
1. Pelunasan hutang leasing modal (capital lease)
mungkin
dipertanggungjawabkan dalam dana umum dan dana
pendapatan khusus.
2. Sumber daya keuangan mungkin ditransfer dari dana
umum dan dana pendapatan khusus untuk membiayai
pembayaran pelunasan hutang yang
dipertanggungjawabkan dalam dana pelunasan hutang.
Oleh karena itu, akuntansi untuk pelunasan hutang
leasing modal (capital lease) dibahas dan
diilustrasikan dalam makalah ini, dan baik pengakuan
“ketika jatuh tempo” belanja pokok dan bunga GLTL dan
alternatif pengakuan “sebelum jatuh tempo” untuk
pembayaran yang jatuh tempo permulaan tahun berikutnya
dibahas dan diilustrasikan lebih jauh dalam makalah
“dana pelunasan hutang”.
Belanja Intern Pemerintah
Pemerintah pusat, pada khususnya, sering membuat
belanja intern pemerintah yakni dalam pembagian
pendapatan negara, hibah, dan program bantuan keuangan
lain bagi desa, kota, distrik, dan pemerintah daerah
lainnya. Pajak bahan bakar negara mungkin dapat dibagi
dengan kota dan desa, sebagai contoh, dan hibah program
dan bantuan lainnya mungkin disediakan untuk sekolah
distrik dalam negara. Klasifikasi belanja “intern
pemerintah” mengisyaratkan bahwa merupakan belanja
tingkat pemerintah pusat ini bukan untuk barang dan
jasa pada level tersebut, tetapi merupakan pembayaran
untuk pemerintah daerah untuk membiayai belanja tingkat
daerah.
Belanja operasi lancar
Seluruh belanja dana pemerintah selain untuk
pengeluaran modal, pelunasan hutang, atau tujuan intern
pemerintah diarahkan untuk sebagai belanja operasi
sekarang atau sederhananya belanja operasional.
Pembayaran gaji dan biaya pegawai terkait merupakan
belanja operasi lancar terbesar bagi kebanyakan
pemerintah pusat dan daerah. Memang, pembayaran gaji
dan biaya terkait sering berkomposisi 65% – 75% dari
belanja dana umum dan dana pendapatan khusus dari kota
– kota, desa – desa dan pemerintah daerah lainnya dan
75% – 85% dari belanja sistem sekolah umum dari tipe
dana ini. Oleh karena itu, prosedur akuntansi untuk
belanja jasa pegawai didiskusikan pada makalah ini.
Persediaan dan Pembayaran Dimuka
GASB mengizinkan persediaan dan pembayaran dimuka
dibebankan sebagai belanja segera karena – dari
perspektif kas atau yang dapat dikonversi ke kas –item
demikian bukanlah sumber keuangan yang tersedia untuk
belanja keuangan masa depan. Pada intinya, alternatif
tersebut mengizinkan pemerintah yang ingin melakukan
untuk mengikuti sebuah konsep “aset cepat” dari working
capital dalam akuntansi untuk saldo dana dan perubahan
dalam posisi keuangan dana. Juga, banyak pemerintah
membuat apropiasi sesuai jangka waktu persediaan untuk
diperoleh atau asuransi untuk dibeli selama satu tahun
fiskal. Pengizinan mereka untuk melaporkan item
tersebut dalam basis anggaran di Laporan Penerimaan,
Belanja, Dan Perubahan Saldo Dana dana pemerintah
menghindari konflik potensial antara prosedur akuntansi
anggaran dan prinsip-pronsip akuntansi berterima umum
(GAAP) yang akan telah dijelaskan dan direkonsiliasikan
dalam catatan laporan keuangan. Prosedur akuntansi
persediaan dana pemerintah dan pembayaran dimuka
selanjutnya dibahas dan diilustrasikan nanti pada
makalah ini.
PENGENDALIAN AKUNTANSI BELANJA
Sistem akuntansi merupakan alat yang kuat untuk
mengendalikan legalitas dan efisiensi belanja. Meskipun
peran sesungguhnya adalah keuangan, system akuntansi
mungkin juga digunakan untuk mencatat dan melaporkan
dana kuantitatif dari semua jenis. Tentu saja, data
statistik yang harus diestimasi dan diakumulasi untuk
merencanakan dan mengendalikan secara virtual semua
operasi pemerintah digunakan terbaik bersama dengan
data finansial, dan secara berkala kedua jenis data
dapat diakumulasikan secara simultan. Sistem akuntansi
juga menjalankan peran penting manajerial dalam
mengenai masalah dan kontrol berikut ini:
1. Penyalahgunaan aset
2. Belanja ilegal
Pengeluaran berlebihan dari apropriasi
Pengeluaran untuk tujuan ilegal
Penggunaan metode dan prosedur yang tidak
tepat
Belanja yang tidak bijaksana atau tidak
sesuai.
Alokasi dan allotment dari aproproasi.
Pada umumnya prisip-prisip pengendalian belanja
adalah prinsip-prisip dan prosedur-prosedur
pengendalian internal dan demikian pembahasan mendalam
dalam topik tersebut tidak disajikan di sini.
PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA
Belanja diklasifikasikan dan diberi kode selama
tahap preaudit dari proses pengendalian belanja.
Preaudit terdiri dari transaksi – transaksi yang
disetujui sebelum transksi tersebut terjadi, dalam hal
pesanan pembelian encumbrances, atau sebelum transksi
tersebut dicatat, dalam hal belanja.
Kepala bagian akuntansi biasanya bertanggung jawab
terhadap fungsi ini, meskipun departemen yang besar
mungkin memiliki akuntan-akuntan yang menjalankan
sebagian atau seluruh fungsi preaudit. Tujuan dari
preaudit belanja adalah untuk mengendalikan metode dan
prosedur yang dilibatkan dalam proses belanja, sama
halnya untuk untuk mencegah belanja ilegal.
Kebanyakan unit pemerintahan menggunakan beberapa
bentuk sistem voucher, yang menghendaki bahwa semua
pengeluaran diotorisasi oleh sebuah voucher yang
disetujui. Voucher tersebut mendasari sebuah skema dari
tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam meyakinkan
bahwa prosedur yang sesuai telah diikuti dalam proses
permintaan, pembelian, penerimaan, dan invoice yang
disetujui untuk pembayaran.
Voucher-voucher biasanya menyediakan sebuah ruang
dari setiap tahapan dalam proses persetujuan dan
preaudit untuk orang yang bertanggung jawab bagi setiap
tahapan untuk menandatangani atau memaraf setelah
menyelesaikan tahapan tersebut. Bagian-bagian tanda
tangan ini juga merupakan bagian penting jejak
postaudit transaksi-transaksi yang dievaluasi baik
dalam studi pengendalian internal dan selama transaksi-
transaksi diuji dalam proses postaudit.
Seluruh belanja dana pemerintah–apakah operasi
lancar, pengeluaran modal, pelunasan hutang, atau
intern pemerintah–seharusnya dikendaliakan secara tepat
melalui proses voucher dan preaudit dan termasuk dalam
ruang lingkup postaudit. Karena kebanyakan prosedur
akuntansi untuk pengeluaran modal dan belanja pelunasan
hutang dibahas dalam makalah dana proyek modal dan dana
pelunasan hutang, dalam makalah ini fokus utama pada
akuntansi untuk belanja-belanja operasi lancar.
Sisa bagian ini membahas akuntansi untuk jasa
pegawai, material dan perlengkapan dan jasa-jasa dan
biaya-biaya lainnya. Jasa Pegawai
Tahap dalam akuntansi untuk jasa pegawai adalah (1)
memastikan apakah orang itu adalah pegawai jujur, (2)
menentukan tingkat gaji, (3) menetapkan jumlah yang
didapat oleh pegawai, (4) mencatat pembayaran yang
dibuat untuk pegawai, (5) membebankan belanja-belanja
yang diakibatkan pada akun yang sesuai.
Belanja jasa pegawai yang dibebankan pada apropriasi
departemen secara tepat memasukkan biaya tunjangan
pegawai–seperti pajak penghasilan pegawai, biaya
asuransi, pensiun dan biaya tunjangan purna tugas
lainnya, dan biaya kompensasi absensi seperti liburan
dan cuti sakit–sama halnya dengan gaji dan upah
pegawai.
Bagaimanapun, banyak pemerintahan memisahkan
apropriasi untuk belanja tunjangan dan membebankan
belanja pada semacam apropriasi terpisah ketimbang
sebagai belanja departemen. Walaupun belanja demikian
lebih disukai diapropriasikan dan dicatat sebagai biaya
departemen atau kegiatan, penggunaan apropriasi
tunjangan dan akun belanja terpisah diterima sebagai
alternatif dalam praktiknya.
Pengakuan Belanja Biaya Pensiun
Kebanyakan pemerintah pusat dan daerah
berkontribusi untuk rencana pensiun atau purna tugas
untuk keuntungan pegawainya. Beberapa berpartisipasi
dalam rencana pemerintah atau kelompok lainnya, tetapi
lainnya mengelola rencananya sendiri. Transaksi-
transaksi antara pemerintah dan rencana pensiun yang
dikelola sendiri dianggap pertukaran seperti transaksi
pembiayaan antar dana.
Oleh karena itu, kontribusi pensiun yang
ditentukan dengan baik diakui sebagai belanja, bukan
transfer, dalam dana pemberi kerja pemerintah.
Pemerintah yang lebih kecil tidak memiliki rencana-
rencana pensiun atau memiliki rencana informal dimana
pegawai tertentu menerima tunjangan pensiun yang
dibebankan sebagai belanja pada basis kas bayar-saat-
kau-pergi (pay-as-you-go). Tetapi kebanyakan pemerintah
memiliki atau berpartisipasi baik dalam rencana pensiun
kontribusi yang ditetapkan atau rencana pensiun
tunjangan yang ditetapkan.
Rencana-Rencana Kontribusi yang Ditetapkan
Kewajiban pemberi kerja pemerintah dibawah rencana
kontribusi pensiun dibatasi dalam membuat kontribusi
yang diperlukan dalam rencana tersebut. Tunjangan
pensiunan ditentukan oleh total kontribusi terhadap
rencana kontribusi yang ditetapkan untuk kepentingan
pensiunan dan oleh kinerja investasi rencana
(kontribusi) sepanjang masa (investasi tersebut).
Tunjangan tidak dijamin oleh pemberi kerja pemerintah.
Pemerintah dengan rencana kontribusi yang ditetapkan
seharusnya membebankan jumlah kontribusi yang
dibutuhkan–termasuk acrual lancar pada akhir tahun–
untuk belanja dalam tahun yang dihasilkan oleh pegawai
pemerintah umum. Kewajiban tidak lancar untuk
pembayaran yang lebih rendah (underpayment) dianggap
sebagai kewajiban umum jangka panjang. Banyak
pemerintah pusat dan daerah mematuhi persyaratan
pengakuan belanja ini. Sepintas kontribusi yang sesuai
dibayar, pemerintah ini tidak memiliki kewajiban lebih
lanjut atas rencana pensiun kontribusi yang ditetapkan.
Rencana-Rencana Tunjangan yang Ditetapkan
Kebanyakan rencana pensiun dan purna tugas pemerintah
pusat dan daerah adalah rencana-rencana pensiun
tunjangan yang ditetapkan. Dibawah rencana tunjangan
yang ditetapkan, pemerintah menjamin pensiunan-pegawai
tunjangan pensiun yang dapat ditentukan, yang biasanya
didasarkan pada formula sebagai berikut :
1. Jumlah tahun kerja x
2. Rata-rata kompensasi selama 3 sampai 5 tahun
tertinggi x
3. Persentase, seperti 1,5% – 2% =
4. Tunjangan pensiun dan purna tugas tahunan.
Tunjangan tahunan dibagi dengan 12 untuk menentukan
tunjangan bulanan.
Kontribusi rencana pensiun tunjangan yang ditetapkan
harus didasarkan pada estimasi sejumlah penilai.
Perkiraan tersebut memasukkan jumlah tahun seorang
pegawai akan bekerja; tingkat inflasi dan tarif gaji
sepanjang tahun; perputaran pegawai; rentang hidup
pensiunan dan tingkat kematian; dan rencana pendanaan,
pengembalian investasi, dan biaya administrasi.
Selanjutnya, rencana provisi mungkin berubah dimasa
yang akan dating, atau peristiwa-peristiwa lain mungkin
terjadi yang mengharuskan revisi besar dari estimasi
penilaian kewajiban puncak pemberi kerja pemerintah di
bawah rencana pensiuntunjangan yang ditetapkan. Jadi,
jumlah yang seharusnya secara tepat diakui sebagai
belanja dan kewajiban dana pemerintah (lancar dan tidak
lancar) setiap tahunnya dibawah rencana pensiun
tunjangan yang ditetapkan sulit untuk diestimasi.
GASB Statement No. 27 “Akuntansi untuk Pensiun oleh
Pemberi Kerja Pemerintahan Pusat dan Daerah”,
menyediakan petunjuk yang luas−termasuk parameter
penilaian spesifik yang harus dipenuhi−untuk menentukan
kontribusi tahunan yang dibutuhkan pemberi kerja(Annual
Required Contribution /ARC). ARC secara khas dibayar
pada tahun berjalan, atau apapun porsi yang belum
dibayar dianggap kewajiban lancar pada akhir tahun.
Untuk kebanyakan pemerintahan, kemudian, ARC sama
dengan belanja pensiun tahunan. Bagaimanapun, GASB
Statement No. 27 menetapkan bahwa, konsisten dengan
basis akrual yang dimodifikasi, apapun setiap kewajiban
yang lebih rendah dibayar tidak lancar seharusnya
dicatat sebagai kewajiban jangka panjang.
Jumlah dari kewajiban yang lebih rendah dibayar
tidak lancar ini tidak akan dilaporkan sebagai belanja
periode lancar. Akuntansi untuk kontribusi rencana
pensiun–termasuk pembagian pengakuan biaya dan
kewajiban pensiun antara dana pemerintahan dan akun
kewajiban jangka panjang (GLTL)–dibahas dan
diilustrasikan kemudian pada makalah ini.
Material dan perlengkapan Prosedur akuntansi untuk
material dan perlengkapan, yang penulis bahas nanti,
dapat dibagi ke dalam 2 bagian: (1) akuntansi untuk
pembelian dan (2) akuntansi untuk penggunaan material
dan perlengkapan.
Akuntansi untuk pembelian
Rincian dari beragam prosedur pembelian berdasarkan
apakah :
1. Material dan perlengkapan dibeli secara langsung
oleh departemen individual atau melalui agen
pembelian pusat.
2. Material dan perlengkapan dibeli untuk gudang
penyimpanan atau secara langsung untuk departemen.
Hampir seluruh kota, negara, dan pemerintah pusat,
sama halnya dengan pemerintah federal, menggunakan
beragam tingkat pusat pembelian. Sepanjang makalah ini,
pembelian diasumsikan dilakukan melalui agen pusat.
Jika gudang pusat tidak digunakan, seluruh material dan
perlengkapan dikirim secara langsung kepada departemen,
dan bahkan jika gudang digunakan, banyak pengiriman
akan dilakukan secara langsung ke departemen.
Prosedur pembelian dan prosedur akuntansi terkait
terdiri dari tahap-tahap berikut:
1. Mempersiapkan permintaan pembelian dan
menempatkannya dengan agen pembelian.
2. Mengamankan harga dan penawaran.
3. Menempatkan pesanan.
4. Menerima material dan perlengkapan.
5. Menerima faktur dan menyetujui kewajiban.
6. Membayar kewajiban.
Akuntansi untuk Material dan Perlengkapan yang
Digunakan
Sebagaimana pada seluruh aktivitas pemerintahan, hukum
mungkin pada beberapa tingkatan menentukan praktik
pemakaian pemerintah untuk menyediakan dan menghitung
material dan perlengkapan yang digunakan oleh
departemen tersebut, tetapi hukum dan kebijakan mungkin
mengizinkan ruang gerak yang substansial. Dua asumsi
legal yang berkaitan dengan paragraf berikut:
1. Akun belanja dibebankan dengan jumlah material dan
suplai yang dikonsumsi (metode konsumsi)
2. Akun belanja dibebankan dengan jumlah material dan
suplai yang dibeli (metode pembelian)