TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI ...
TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI
NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI BUMN PERSERO
(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-
Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
KHAIRUNNISA
NIM: 11150480000143
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 M / 20020 H
i
TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI
NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI BUMN PERSERO
(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-
Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
KHAIRUNNISA
NIM: 11150480000143
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Khairunnisa
Nim : 11150480000143
Program Studi : Ilmu Hukum
Alamat : Jl. H. Zainudin RT 03/14 No.52 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Khairunnisa
Nim: 11150480000143
Jakarta, 18 Juni 2020
v
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengkaji tentang kedudukan BUMN (Persero)
dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit serta mengetahui pertimbangan
majelis hakim berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst apabila ditinjau berdasarkan ketentuan dalam Hukum
Kepailitan.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan (statute approach) yaitu mengkaji peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu peneliti juga
menggunakan pendekatan kasus (case approach) yaitu mengkaji putusan
Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BUMN Persero adalah badan
hukum berbentuk PT dan sepenuhnya tunduk pada UU PT. Dalam hal ini berarti
kedudukan BUMN Persero adalah sebagai badan hukum mandiri, dimana harta
kekayaan negara yang dipisahkan dan dijadikan modal penyertaan dalam Persero
bukan lagi menjadi milik negara melainkan menjadi milik Persero itu sendiri.
Sehingga ketika terjadi kepailitan terhadap Persero maka mengikuti kepailitan
pada PT biasa yaitu dapat diajukan oleh siapa saja selain mentri keuangan, selama
memenuhi syarat untuk dimohonkan pailit sebagaimana yang terdapat Undang
Undang Kepailitan. Dalam hal ini, PT MNA termasuk dalam BUMN Persero,
yang mana tidak seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan modalnya terbagi atas
saham. Hakim dalam memutus perkara Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst belum dapat dikatakan telah menerapkan prinsip-
prinsip hukum dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Kata Kunci : BUMN, Permohonan Pailit, Putusan
Pembimbing Skripsi : Dr. Nahrowi, S.H.,M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1990 sampai Tahun 2018
Khairunnisa. NIM 11150480000143. TINJAUAN YURIDIS
PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI
BUMN PERSERO (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst). Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M.
1x + 68 halaman + 25 lampiran.
vi
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم للاه
Alhamdulillah Waasyukurillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah memberikan rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya kepada kita semua. Peneliti menghaturkan shalawat serta salam yang
senantiasa kita curahkan kepada Baginda Rasul Nabi besar kita Muhammad
SAW, kepada segenap keluarga, sahabat serta umatnya sepanjang zaman, yang
Insya Allah kita ada di dalamnya, aamiin Yaa Rabbal’alamin..
Berkat rahmat, nikmat serta anugrah yang telah Allah SWT berikan,
peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “Tinjauan
Yuridis Permohonan Pailit PT Merpati Nunsatara Airline Sebagai BUMN Persero
(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst”.
Peneliti telah melewati proses perjalanan yang panjang dan tidak mudah
untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini, banyak hambatan, tekanan jiwa dan
raga yang telah dilalui, sampai pada akhirnya berkat kesungguhan, kerja keras,
doa serta Ridho Allah SWT, peneliti telah sampai pada titik akhir proses
penyelesaian skripsi ini.
Dalam penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih yang terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang turut berkontribusi dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Nahrowi., S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga serta kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing,
vii
memberikan arahan, saran dan motivasi yang sangat berharga kepada peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Kepala Perpustakaan
Universitas Indonesia yang telah membantu menyediakan fasilitas yang
memadai untuk peneliti, guna mengadakan studi kepustakaan dalam
penyelesaian skripsi.
5. Kepada Kedua orang tuaku yang tercinta, mamah Wiwin Alawiyah dan ayah
Ahmad Zainudin. Terimakasih yang sebesar besarnya atas kesabaran,
keikhlasan serta ketulusan dalam mendidik peneliti dari lahir hingga sampai
saat ini, yang telah memberikan semangat dan dukungan baik dari segi moral
dan materil serta doa yang tiada henti agar skripsi ini dapat diselesaikan oleh
peneliti.
6. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.
Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Sekian dan terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ............................................................................. 8
D. Metode Penelitian .................................................................................................. 8
E. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 11
BAB II KEPAILITAN DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA ................................... 13
A. Kerangka Konseptual ........................................................................................... 13
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ............................................................. 13
2. Tinjauan Umum Kepailitan ............................................................................. 21
B. Kerangka Teoritis ................................................................................................. 30
1. Teori Badan Hukum ........................................................................................ 30
2. Asas Corporate Separate Legal Personality .................................................... 33
3. Teori Kepastian Hukum .................................................................................. 34
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................................... 35
BAB III PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE (PERSERO) ........................ 37
ix
A. Profil PT Merpati Nusantara Airline (Persero) .................................................... 37
1. Sejarah Singkat PT Merpati Nusantara Airline (Persero) ............................... 37
2. Tujuan Pendirian perusahaan .......................................................................... 39
3. Bidang Usaha PT Merpati Nusantara Airline ................................................. 40
B. Kondisi PT Merpati Nusantara Airline (Persero) ................................................. 40
C. Duduk Perkara Antara Pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero) Dengan
PT Merpati Nusantara Airline (Persero) .............................................................. 42
BAB VI KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DALAM PROSES
KEPAILITAN ......................................................................................................... 45
A. Kedudukan BUMN Persero Dalam Pengajuan Permohonan Pailit...................... 45
B. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Terhadap Permohonan Pailit PT.
Merpati Airline Sebagai BUMN Persero ............................................................. 55
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 63
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 63
B. Rekomendasi ........................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 65
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BUMN menjadi salah satu wujud nyata Pasal 33 Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yaitu
memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 33 UUD NRI 1945
mengamanahkan kepada negara dalam menguasai kekayaan alam harus
ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Negara menguasai kekayaan alam, tetapi
negara tidak dapat turun secara langsung untuk melakukan kegiatan usaha
dengan cara pemerintah mengelola kekayaan alam tersebut, karena akan
berakibat pemerintahan yang komersial. Untuk itu negara membentuk badan
usaha atau biasa disebut BUMN dengan maksud mengelola kekayaan alam
tersebut demi kemakmuran rakyat.1
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (yang selanjutnya disebut UU BUMN) menyatakan
bahwa Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Dalam pasal 1 angka 10 menegaskan, maksud dari kekayaan yang
dipisahkan pada BUMN adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan sebagai penyertaan
modal negara pada Persero atau Perum serta perseroan terbatas lainnya.
Jika dilihat berdasarkan maksud dan tujuan dari BUMN itu sendiri,
BUMN memiliki tujuan sebagaimana tercantum pada pasal 2 ayat (1) UU
BUMN yaitu, “BUMN memiliki tujuan untuk memberikan sumbangan bagi
perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara
pada khususnya, mengejar keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan
1 Andriani Nurdin, Kepailitan BUMN Persero berdasarkan asas kepastian hukum, (PT.
Alumni, Bandung, 2012), h.1.
2
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, menjadi perintis
kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta
dan koperasi, turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat”.
UU BUMN membedakan bentuk bentuk BUMN yaitu Perushaan
Perseroan (yang selanjutnya disebut Persero) dan Perusahaan Umum (yang
selanjutnya disebut Perum). Dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa
Persero merupakan BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) sehingga
terdapat beberapa prinsip umum yang menjadi landasan atau dasar hukum
bagi eksistensi sebuah persero yaitu ketentuan Undang Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (yang selanjutnya disebut UU PT).
Ketentuan UU PT tersebut mengacu pada Pasal 11 UU BUMN dimana dalam
pasal ini menegaskan bahwa terhadap Persero Berlaku segala ketentuan dan
prinsip prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam UU PT. Dari
pasal 11 UU BUMN tersebut dapat diartikan bahwa pengelolaan pada persero
harus tunduk pada UU PT.
BUMN selama menjalankan usahanya dapat mengalami risiko kerugian
yang berpotensi bangkrut atau pailit apabila tidak dikelola secara profesional
dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sehat dan
baik (Good Corporate Governance). Diaturnya permohonan pernyataan pailit
terhadap BUMN dalam UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang selanjutnya disebut UU
Kepailitan dan PKPU) memperlihatkan bahwa pemerintah menyadari kondisi
pasang-surutnya keuangan BUMN.
Kepailitan merupakan suatu keadaan dimana debitor yang telah
dinyatakan pailit oleh pengadilan maka debitor tersebut telah kehilangan hak
hak keperdataannya dalam mengelola seluruh kekayaan dan aset asetnya. Lalu
seluruh aset tersebut berpindah status penguasaannya kepada kurator untuk
dilakukan pemberesan dan pengurusan aset yang diperuntukan untuk
membayar hutang debitor. Pengertian pailit tersebut dapat dilihat dalam Pasal
3
1 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa pailit
merupakan sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan
dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Pailit merupakan langkah akhir yang dapat dilakukan debitor maupun
kreditor karena ketidakmampuan debitor dalam mebayar utang utang para
kreditornya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan debitor ini biasanya
disebabkan karena usaha debitor yang mengalami kemunduran sehingga
menimbulkan kesulitan dalam kondisi keuangannya.2
Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan syarat syarat
debitor yang dapat diajukan pailit yaitu debitor yang mempunyai dua atau
lebih kreditor dan tidak membayar lunas seditkitnya satu utang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonanya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya. Namun, tidak semua kreditor memiliki kewenangan dalam
mengajukan permohonan pailit. Hal ini didasari sebagai suatu langkah
pembeda yang dilakukan oleh undang undang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang dikarenakan banyaknya pembagian jenis
debitor.3
Berkaitan dengan kepailitan BUMN, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat
(5) UU Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa yang berwenang untuk
mengajukan permohonan pailit suatu BUMN yang bergerak dibidang
kepentingan publik adalah Menteri Keuangan. Namun BUMN yang dimaksud
dalam Undang-Undang tersebut hanyalah BUMN yang bergerak dibidang
kepentingan publik. Maksud dari “BUMN yang bergerak dibidang
kepentingan publik“ adalah BUMN yang seluruh modalnya tidak terbagi atas
saham melainkan modal BUMN ini dimiliki seluruhnya oleh negara.4
2 Hadi Subhan, Hukum Kepailitan; Prinsip, norma, dan praktik dipengadilan, (Kencana
Prenamedia Goup, Jakarta, 2008), h.2. 3 Sutan Rehmi Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan, (PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009), h.103. 4 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik serta
penerapan hukumnya, (Prenadamedia Group, Jakarta, 2018), h.192.
4
UU BUMN menyebutkan bahwa terdapat 2 jenis BUMN yaitu
Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan. Mengenai BUMN Perum dapat
dilihat dalam pasal 1 angka 4 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perum
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sedangkan BUMN Persero
diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perusahaan
Perseroan merupakan BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik
hampir sama dengan pengertian Perusahaan Umum (Perum). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa maksud dari pasal 2 ayat 5 UU Kepailitan
dan PKPU adalah BUMN yang dapat dipailitkan oleh menteri keuangan
adalah BUMN Perum.
Berdasarkan hal tersebut yang menarik adalah bagaimana dengan
Persero sebagai BUMN yang modalnya juga berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan, namun terbagi atas saham. Apakah dalam Persero
diharuskan menteri keuangan sebagai pemohon dalam pernohonan pailit.
Menurut M. Hadi Subhan, mengingat bahwa yang dimaksud oleh UU
Kepailitan dan PKPU adalah BUMN Perum, yang mana didasarkan pada UU
BUMN tersebut sehingga ia menyimpulkan bahwa permohonan pernyataan
pailit terhadap BUMN dalam bentuk Persero dapat dimohonkan oleh selain
menteri keuangan atau dalam artian lain dapat dipailitkan oleh siapa saja,
termasuk para kreditornya.5
UU Kepailitan dan PKPU telah mengatur tentang kepailitan BUMN,
namun dalam penerapannya masih terdapat perbedaan pemahaman hakim
5 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik serta
penerapan hukumnya, h.193.
5
mengenai siapa yang berhak mengajukan permohonan pailit terhadap BUMN
khususnya Persero. Seperti kasus yang peneliti bahas yaitu permohonan pailit
PT Merpati Nusantara Airline (yang selanjutnya disebut PT MNA) yang
merupakan BUMN Persero, dimana PT MNA sedang mengalami
permasalahan dalam keuangannya, dalam keadaan tersebut PT MNA tidak
dapat membayar hak-hak normatif pekerja, sehingga pekerja berinisiatif
mengajukan permohonan pailit terhadap PT MNA ke Pengadilan Niaga,
sebagaimana terekam dalam putusan nomor 04/Pdt.Sus/2016/PN Niaga Jkt
Pst, tanggal 7 April 2016. Dalam permohonannya pekerja mengklaim bahwa
PT MNA mempunyai utang uang pesangon sebesar lebih dari 850 juta, akibat
adanya pemutusan hubungan kerja terhitung sejak bulan juli 2014. Selain itu,
pemohon juga menyebutkan bahwa termohon mempunyai utang pesangon
terhadap 114 pekerja lainnya sebesar 71,5 miliar sebagai kreditor lainnya.6
Namun sangat disayangkan oleh para pekerja bahwa hakim menyatakan
menolak permohonan. Putusan ini kemudian diperkuat oleh putusan kasasi
MA No. 447 K/Pdt.Sus/2016 yang menyatakan bahwa Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tidak salah menerapkan hukum dan perkara tidak bertentangan
dengan hukum dan Undang-Undang.
Hakim dalam menolak permohonan pailit yang diajukan oleh pekerja
salah satu pertimbanganya yaitu berdasarkan pada pasal 2 ayat (5) Undang-
Undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa dalam hal Debitor
adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau
“Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kepentingan
publik”, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri
Keuangan. Dalam pertimbangannya hakim menyatakan bahwa PT MNA
merupakan BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik karena 96,99
sahamnya dipegang oleh Negara Republik Indonesia dan 3,01% nya lagi
dipegang oleh PT Garuda Indonesia yang juga merupakan BUMN.
Berdasarkan hal tersebut saham PT MNA merupakan milik negara, sehingga
6 https://www.google.com/amp/s/buruh-online.com/2016/05/milik-negara-permohonan-
pailit-dua-pegawai-merpati-ditolak.html/amp diakses pada tanggal 04 Febuari 2020, pukul 09:45
WIB
6
permohonan pailit terhadap PT MNA tidak dapat diajukan oleh pekerja
melainkan hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Melihat pertimbangan hakim tersebut terjadi kebimbangan mengenai
pengajuan permohonan pailit terhadap BUMN Persero, dimana disatu sisi
modal/saham PT MNA berasal dari negara dan dipegang seluruhnya oleh
negara sehingga yang bisa mempailitkan hanya menteri keuangan. Namun
disisi lain, PT MNA adalah Persero dikarenakan menggunakan kata PT dan
terdapat pembagian saham didalamnya sehingga seharusnya pada kepailitan
Persero tunduk pada UU PT sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 UU
BUMN, dalam hal ini berarti dapat diajukan pailit oleh para pihak sesuai
dengan ketentuan dalam UU Kepailitan dan PKPU.7
Pada Perusahaan Perseroan yang sahamnya dimiliki oleh negara, masih
terjadi kerancuan terhadap konsep tentang kedudukan BUMN Persero dalam
hal diajukan pailit sebagaimana dimaksud dalam UU kepailitan dan PKPU
karena terdapat dua bentuk BUMN, akan tetapi dalam UU kepailitan tidak
secara tegas menjelaskan bentuk BUMN mana yang hanya dapat diajukan
pailit oleh menteri keuangan. Dengan tidak adanya kejelasan ini, maka dalam
praktik mengakibatkan ketidakpastian hukum dan mengakibatkan
inkonsistensi pada putusan hakim saat memutus perkara kepailitan BUMN.
Permasalahan atas rancunya konsep kepailitan pada BUMN khususnya
BUMN Persero menjadi pokok permasalahan yang akan ditulis oleh peneliti
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Permohonan Pailit
PT Merpati Nunsatara Airline Sebagai BUMN Persero (Analisis Putusan
Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)”.
7 https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/ini-kata-pakar-soal-kepailitan-
bumn diakses pada tanggal 04 Febuari 2020 pukul 13:01 WIB
7
B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Adanya perbedaan penafsiran mengenai kedudukan BUMN Persero
terhadap kekayaan negara yang dipisahkan ketika diajukan
permohonan pernyataan pailit.
b. Tujuan dan maksud pendirian BUMN Persero dalam hal kepentingan
publik atau untuk mencari keuntungan
c. Yang berhak mengajukan permohonan pailit pada BUMN Persero
d. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Niaga Nomor
04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst
2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
peneliti paparkan, agar masalah yang peneliti bahas tidak dijabarkan
terlalu luas dan menimbulkan ketidakjelasan. Oleh karena itu, peneliti
membatasi pembahasan dengan membuat pembatasan hanya pada perkara
pengajuan permohonan pailit terhadap BUMN Persero dengan objek
penelitian adalah studi putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
3. Perumusan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini adalah adanya kerancuan
mengenai kedudukan BUMN Persero dalam hal diajukan permohonan
pailit, dalam kaitannya dengan putusan Pengadilan Niaga Nomor
04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst. Untuk mempertegas arah
pembahasan dari masalah utama yang telah diuraikan sebelumnya, maka
peneliti membuat rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
penelitian, yaitu:
a. Bagaimana kedudukan BUMN Persero dalam pengajuan permohonan
pernyataan pailit?
8
b. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst mengenai kepailitan PT Merpati
Nusantara Airline sebagai BUMN Persero ditinjau dari Hukum
Kepailitan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan BUMN Persero dalam
proses kepailitan.
b. Untuk mengetahui dan memahami pertimbangan hakim dalam putusan
Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan serta pemikiran yang berharga bagi
perkembangan ilmu hukum dalam hukum bisnis khususnya dalam
masalah kepailitan pada BUMN Persero.
b. Manfaat Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi
peneliti lain, serta diharapkan dapat memberikan maanfaat bagi
pemerintah sebagai regulator dalam rangka penyempurnaan perangkat
hukum yang berkeadilan bagi para pihak yang berkepentingan
mengenai masalah kepailitan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti adalah penelitian yuridis-normarif.
Dikatakan penelitian hukum normatif karena masalah yang akan diteliti
9
tersebut berhubungan erat dengan law in books yang menelusuri buku-
buku hukum, jurnal jurnal hukum dan norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang undangan dan putusan putusan pengadilan.
2. Pendekatan Masalah
Penelitian hukum normatif ini, menggunakan metode pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case
approach). Perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Undang-Undang Dasar Negara Repiblik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
Kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah putusan
Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst perkara
antara PT Merpati Nusantara Airline (Persero) dengan Karyawannya.
3. Sumber Data
a. Sumber data primer
Data primer merupakan bahan hukum yang diperoleh langsung dari
sumber asli. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari putusan Mahkamah Agung nomor 447 K/Pdt.Sus-
Pailit/2016, putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst, KUH Perdata, Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, Undang – Undang Nomor 17 tahun 2003
10
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan data yang memberikan penjelasan terhadap
data primer berupa buku buku hukum yang ditulis oleh ahli hukum dan
hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,
termasuk skripsi dan jurnal jurnal hukum.
c. Sumber data tersier
Data tersier dapat berupa KBBI, Kamus Hukum, Black Law
Dictonary, Insklopedia, dan media internet lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti
menggunakan teknik studi dokumentasi yaitu dengan melakukan
penelusuran data melalui studi kepustakaan dan studi dokumen.
Penelusuran keputakaan dalam penelitian ini yaitu pada Perpustakaan
Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Univeristas Indonesia, dan
Perpustakaan Nasional. Penulusuran dokumen dalam penelitian ini yaitu
melalui website Mahkamah Agung untuk mendapatkan putusan
Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
5. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Pengelolaan data dalam penelitian ini adalah dengan
menghubungkan bahan hukum primer, bahan hukum skunder serta bahan
non hukum menjadi sedemikian rupa sehingga dalam penyajian penulisan
dalam menjawab permasalahan penelitian menjadi terstruktur dan dapat
dengan mudah dipahami. Pengelolaan bahan hukum dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari
permasalahan yang sifatnya umum terhadap permasalahan konkret yang
dihadapi. 8 Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.
8 Jhony Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang; Bayu Media
Publishing, 2006), h.393.
11
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan penulis dalam
skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang ada dalam
buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”
E. Sistematika Pembahasan
Untuk menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang
benar, sistematis dan teratur, maka skripsi ini dirancang dengan sistematikan
penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti menjelaskan Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, dan Rancangan Sistematika Penelitian.
BAB II KEPAILITAN TERHADAP BADAN USAHA MILIK
NEGARA
Pada bab ini menjelaskan tentang kerangka konseptual dan
teoritis yang mengacu pada kajian kepustakaan yang
relevan dengan permasalahan penelitian yaitu berkaitan
dengan Kepailitan, BUMN dan Keuangan Negara serta
teori-teori hukum yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Dalam bab ini terdapat pula tinjauan (review)
kajian terdahulu yang berhubungan dengan Kepailitan
BUMN
BAB III PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE
Dalam bab ini berisikan mengenai data data penelitian,
dimana peneliti akan memaparkan tentang profil PT
Merpati Nusantara Airline, kondisi persusahaan PT Merpati
Nusantara Airline (Persero) serta duduk perkara antara
12
pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero) dengan PT
Merpati Nunsantara Airline (Persero)
BAB IV KEDUDUKAN BUMN PERSERO DALAM PROSES
KEPAILITAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian
yaitu analisis kedudukan BUMN Persero dalam proses
permohonan pailit serta membahas mengenai pertimbangan
hakim dalam putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-
pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang didalamnya berisi
kesimpulan dan rekomendasi dari bab-bab sebelumnya
13
BAB II
KEPAILITAN DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
A. Kerangka Konseptual
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
a. Pengertian, Tujuan dan permodalan BUMN
Definisi Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut
BUMN, terdapat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) yaitu
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. Berdasarkan definisi BUMN tersebut terdapat
beberapa yang hal perlu dipenuhi agar suatu badan usaha dapat
dikategorikan sebagai BUMN yaitu merupakan badan usaha, modal
suatu badan usaha yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
negara, negara melakukan penyertaan modal secara langsung dan
penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.1
Maksud dan tujuan didirikannya BUMN terdapat dalam pasal 2
ayat (1) UU BUMN yaitu :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian
nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
2. Mengejar keuntungan;
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan
hajat hidup orang banyak;
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
1 Ridwan Khairandy, Pokok Pokok Pengantar Hukum Dagang Indonesia, (FH UII Press,
Yogyakarta, 2014), h.159.
14
Dalam Pasal 4 ayat (2) UU BUMN terdapat beberapa sumber
permodalan dan penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian
BUMN yaitu bersumber dari :
1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2) Kapitalisasi Cadangan
3) Sumber lainnya
Berdasarkan hal tersebut dapat dipertegas bahwa modal BUMN
berasal dari negara melalui penyertaan langsung, yang menunjukkan
negara memasukkan modalnya secara langsung kedalam BUMN tanpa
melalui campur tangan pihak lain (diluar pemerintah). Harta tersebut
haruslah berupa penyertaan modal BUMN. Modal tersebut berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan artinya dipisahkan dari sistem
keuangan negara, sehinnga pengelolaannya tidak dikendalikan
berdasarkan sistem APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara). Sejalan dengan kedudukannya sebagai perusahaan,
pengelolaan BUMN termasuk keuangannya berdasarkan pada prinsip-
prinsip perusahaan yang sehat.2
b. Bentuk Bentuk BUMN
Sebelum berlakukanya Undang - Undang nomor 19 Tahun 2003
berdasarkan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1969, BUMN
diklasifikasi menjadi 3 (tiga) yakni Perusahaan Jawatan (Perjan),
Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero). Tetapi
dikarenakan sifat BUMN yang menumpuk keuntungan dan
melaksanakan kemafaatan umum, sehingga dalam UU BUMN
disederhanakan menjadi 2 jenis yaitu Perusahaan Perseroan (Persero)
dan Perusahaan Umum (Perum), yang selanjutnya diuraikan sebagai
berikut:
2 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, (Rineka Cipta; Jakarta,
2016), h.20.
15
1) Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero
diatur dalam pasal 1 angka 2 UU BUMN yaitu BUMN yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam
saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Menurut pasal 12 UU BUMN dijelaskan maksud dan tujuan
Persero yaitu menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat, mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai perusahaan. Penjelasan pasal 12 UU BUMN
menentukan :
“Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut
untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
baik dipasar dalam negeri maupun internasional. Dengan demikian
dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang
bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pihak pihak yang terkait.”
Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut, Persero dituntut
untuk dapat menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi
agar perusahaan perseroan mampu menghadapi perkembangan
dalam dunia bisnis, selain itu Persero juga mempunyai sifat
mengejar keuntungan yang merupakan konsekuensi langsung dari
kedudukan Persero sebagai Perseroan Terbatas (PT).
Kemudian mengenai pendirian Persero diusulkan oleh
menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan
setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan menteri
keuangan. Pengkajian tersebut ditujukan untuk menentukan apakah
layak atau tidak sebuah Persero didirikan, melalui kajian atas
perencanaan bisnis dan kemampuan untuk mandiri serta
16
mengembangkan usaha dimasa mendatang. Pelaksanaan pendirian
Persero dilakukan oleh mentri mengingat mentri merupakan wakil
negara selaku pemegang saham pada persero dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.3
Dalam Persero telah ditegaskan bahwa Persero berbentuk PT
maka membawa konsekuensi bahwa dalam Persero berlaku
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT). Hal tersebut juga ditegaskan pada Pasal 11 UU
BUMN, yaitu terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan
prinsip prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(yang kemudian diganti dengan UU Nomorr 40 Tahun 2007).
Modal Persero terbagi atas saham, karena UU PT
memberikan syarat demikian, dan pendiriannya wajib mengambil
bagian atas saham. Sebagaimana BUMN, Persero didirikan oleh
negara maka saham seluruh atau saham mayoritas wajib dimiliki
oleh negara, yang dalam hal ini negara berkedudukan sebagai
pemegang saham.4
Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Persero memiliki
organ-organ perusahaan yang mirip dengan PT yaitu, 5 Rapat
Umum Pemegang Saham, Direksi Persero, Komisaris Persero.
a) Rapat Umum Pemegang Saham (yang selanjut nya disebut
RUPS) merupakan organ persero yang memiliki kekuasaan
tertinggi dan memiliki wewenang yang tidak diberikan oleh
direksi dan komisaris. Pada persero berlaku ketentuan apabila
seluruh saham dimiliki oleh negara 100% maka yang
bertindang selaku RUPS adalah menteri. Menteri yang ditunjuk
3 Muhladi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Ghalia
Indonseia, Bogor, 2002), h.168. 4 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, …. h.41. 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung; Citra Aditya Bakti;
2010), h.178.
17
mewakili negara selaku pemegang saham dalam setiap
keputusan tertulis yang berhubungan dengan Persero
merupakan keputusan RUPS. Namun Persero atau Perseroan
Terbatas yang sahamnya dimiliki negara kurang dari 100%
maka menteri berkedudukan selaku pemegang saham dan
keputusannya diambil bersama sama dengan pemegang saham
lainnya dalam RUPS. Pada praktiknya menteri dapat
memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan
ataupun badan hukum untuk mewakili RUPS. Pihak yang
mnerima kuasa harus mendapat persetujuan mentri untuk
mengambil keputusan dalam RUPS hal ini sebagaimana
disebutkan dalam 14 ayat (3) UU BUMN yaitu mengenai
perubahan jumlah modal, perubahan anggaran dasar, rencana
penggunaan laba, penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
pemisahan, serta pembubaran Persero, terhadap investasi dan
pembiayaan jangka panjang, kerjasama Persero, pembentukan
anak perusahaan atau penyertaan dan pengalihan aktiva.
Namun, dalam hal dipandang perlu, tidak menutup
kemungkinan kuasa juga bisa diberikan kepada badan hukum
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.6
b) Direksi Persero merupakan organ BUMN baik Persero maupun
Perum yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk
kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik
didalam maupun diluar pengadilan. Direksi diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS.7 Direksi dan anggota direksi dalam
melakukan tugasnya harus mematuhi anggaran dasar dan
peraturan perundang undangan. Dalam hal ini peran dan
kedudukan direksi BUMN sangat menentukan karena tanggung
jawab pengurus BUMN seluruhnya dipegang oleh direksi.
6 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, .... h.170. 7 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, ….. h.170.
18
Dengan kata lain maju mundurnya, berhasil atau tidaknya
usaha BUMN dalam mengemban misinya seperti yang
diharapkan oleh pemerintah/negara selaku pemegang saham
sangat ditentukan oleh kemampuan direksi dalam mengurus
dan mengelola BUMN.8
c) Komisaris Persero adalah organ Persero yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. Sama
hal nya dengan direksi, komisaris diangkat dan diberhentikan
oleh RUPS. Anggota komisaris diangkat berdasarkan
integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen
perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi
manajemen, memiliki pengetahuan yang meadai di bidang
usaha Persero. Komposisi komisaris harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara efektif tepat dan cepat serta
dapat bertindak secara independen.
Dari apa yang sudah dipaparkan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur yang ada dalam BUMN Persero
antara lain berbentuk Perseoan Terbatas, terbagi atas saham, tujuan
utamanya untuk mencari keuntungan guna meningkatkan hasil
perusahaan dan menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat, dipimpin oleh direksi
2) Perusahaan Umum (Perum)
Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum dapat
dikatakan bukan perusahaan atau persekutuan, melainkan
perusahaan milik negara yang didirikan dengan peraturan
pemerintah atas kuasa undang undang.9 Berdasarkan UU BUMN
pasal 1 angka 4 dijelaskan bahwa Perum adalah BUMN yang
8 Rahayu Hartini, BUMN persero (Konsep Keuangan Negara dan Hukum Kepailitan Di
Indonesia), (Setara Press, Jakarta, 2018), h.34. 9 Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Sinar Grafika; Jakarta, 2014), h.165.
19
seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip prinsip pengelolaan
perusahaan.
Dalam pasal 36 ayat (1) UU BUMN dijelaskan bahwa
maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang
sehat.
Perum tidak berupa saham, syarat modal Perum harus 100%
(seratus persen) berasal dari negara. Hal ini menunjukan bahwa
didalam mendirikan Perum, negara bertindak sendiri karena tidak
dimungkinkan untuk dapat bekerja sama dengan pihak lain (dalam
hal ini swasta) dalam menumpuk modal. Disamping itu dengan
modal seluruhnya dari negara, Perum tidak dapat dikelola seperti
lembaga negara/pemerintah dengan sistem keuangan negara, oleh
karena didalam pengertian tersebut ditekankan pengelolaannya
berdasarkan pada prinsip perusahaan. Perum dalam hal ini berbeda
dengan Perseroan, Perum tidak tunduk dengan UU PT, sehingga
dalam Perum tidak berlaku UU PT. Perum hanya tunduk dengan
UU BUMN karena didalam UU BUMN telah mengatur secara
khusus aturan mengenai Perum.10 Perum mempunyai organ yaitu11
Menteri, Direksi Perum dan Dewan Pengawas
a) Menteri menurut undang-undang BUMN adalah menteri yang
diberi kuasa untuk mewakili pemerintah sebagai pihak yang
memiliki modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan. Pasal 38 ayat (1) UU BUMN
10 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, …. h. 42. 11 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, .... h.191.
20
menegasakan bahwa menteri memberikan persetujuan atas
kebijakan pengembangan usaha Perum yang diusulkan oleh
direksi. Sebagai wakil pemerintah dan pemilik modal Perum,
menteri menetapkan kebijakan pengembangan Perum yang
bertujuan menetapkan arah dalam mencapai tujuan perusahaan
baik penyangkut kebijakan investasi, pembiayaan usaha
sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan,
dan kebijakan pengembangan. Kemudian Pasal 39 UU BUMN
menyebutkan bahwa Menteri tidak bertanggung jawab atas
segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian Perum melebihi nilai
kekayaan negara yang telah dipisahkan ke dalam Perum kecuali
menteri beiktikad buruk memanfaatkan Perum untuk
kepentingan pribadi, menteri terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan Perum serta menteri secara melawan
hukum menggunakan kekayaan Perum.
b) Direksi Perum diangkat dan diberhentikan oleh menteri sesuai
dengan mekanisme dan ketentuan perturan perundang-
undangan. Terdapat beberapa kewajiban yang harus dilakukan
oleh dirksi dalam melaksanakan tugas tugasnya yaitu, direksi
wajib mencurahkan tenaga dan pikiran serta perhatian secara
penuh pada tugas, kewajiban dan pencapain tujuan Perum,
direkai juga wajib menyiapkan rancangan rencana jangka
panjang yang merupakan rencana strategis memuat sasaran dan
tujuan perum yang akan dicapai dalam jangan waktu lima
tahun, dirksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan
anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari
rencana jangka panjang, direksi wajib menyampaikan
rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan kepada
menteri untuk memperoleh pengesahan, dalam waktu lima
bulan setelah tahun buku Perum ditutup, direksi wajib
21
menyampaikan laporan tahunan kepada menteri untuk
memperoleh pengesahan.12
c) Dewan pengawas adalah organ Perum yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum. Dewan
pengawas diangkat dan diberhentikan oleh mentri sesuai
dengan mekanisme dan peraturan perundang-undangan.13
Dewan pengawas bertugas untuk mengawasi direksi dalam
melaksanakan pengurusan Perum dan juga meberikan nasihat
kepada direksi.
Berdasarkan beberapa uraian terkait Perum dapat
disimpulkan bahwa Perum memiliki karakteristik yaitu, tujuan
utamanya disamping melayani kepentingan umum sekaligus
menumpuk keuntungan, berstatus sebagai badan hukum, bergerak
dalam bidang bidang vital, mempunyai nama dan kekayaan sendiri,
modal seluruhnya dimiliki oleh negara, dipimpin oleh direksi.14
2. Tinjauan Umum Kepailitan
a. Pengertian dan Tujuan Kepailitan
Istilah pailit dapat dijumpai dalam bahasa Belanda, Perancis,
Inggris dan Latin dengan istilah yang berbeda-beda. Dalam bahasa
Perancis istilah faillite artinya pemogokan atau kemacetan dalam
melakukan pembayaran. Oleh karena itu, orang yang mogok atau
macet atau berhenti membayar disebut le failli. Untuk arti yang sama
dengan bahasa perancis, dalam bahasa Belanda juga digunakan istilah
faillete, lalu di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah to fail dan
dalam bahasa Latin digunakan istilah fallire.15
12 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.180. 13 Mulhadi, Hukum Perusahaa: Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.80. 14 Farida Hasyim, Hukum Dagang, …. h.166. 15 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Di
Indonesia, (Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2003), h.23.
22
Dalam Black’s Law Dictonary mendefinisikan pailit atau
“Bankrupt is the state or condition of a person (individual,
partnership, corporation, municipality) who is unable to pay its debt
as they are, or become due. The term includes a person against whom
an voluntary petition has been filed, or who has been adjudged a
bankrupt”. Jadi berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s
Law Dictonary tersebut, dapat dilihat bahwa pengertian pailit
dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang
(debitor) atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo, ketidakmampuan
tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan,
baik dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri maupun permintaan
pihak ketiga (diluar debitor), suatu permohonan pernyataan pailit ke
pengadilan.16
Pailit merupakan suatu keadaan di mana debitor tidak mampu
untuk melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari
para kreditornya. Keadaan tidak mampu membayar lazimnya
disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan (financial distress) dari
usaha debitor yang telah mengalami kemunduran. Sedangkan
kepailitan merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita
umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada
maupun yang akan ada di kemudian hari. Pengurusan dan pemberesan
kepailitan dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim
pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta
kekayaan tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit
tersebut secata proposional dan sesuai dengan struktur kreditor.17
Pada prinsipnya, pengaturan masalah kepailitan merupakan suatu
perwujudan dari Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata. Menurut
Kartini Muljadi, rumusan pada Pasal 1131 KUH Perdata menunjukkan
bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam lapangan
16 Gunawan Widjaja, Risiko hukum & bisnis perusahaan pailit, (Forum Sahabat, Jakarta,
2009), h.15-16. 17 M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan;Prinsip, Norma, dan Praktik di peradilan, …. h.1.
23
harta kekayaan selalu akan membawa akibat terhadap harta
kekayaannya baik yang bersifat menambah jumlah harta kekayaan
maupun yang nantinya akan mengurangi jumlah harta kekayaan.
Adapun rumusan Pasal 1132 KUH Perdata menentukan bahwa setiap
pihak atau kreditor yang berhak atas pemenuhan perikatan, haruslah
mendapatkan pemenuhan perikatan dari harta kekayaan pihak yang
berkewajiban tersebut secara18 :
1) Pari passu yaitu secara bersama sama memperoleh pelunasan,
tanpa ada yang didahulukan; dan
2) Pro rata atau prposional, yang dihitung berdasarkan pada
besarnya piutang masing-masing dibandingkan terhadap piutang
mereka secara keseluruhan, terhadap seluruh harta kekayaan
debitur tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 entang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang juga menjelaskan
mengenai pengertian kepalitan yaitu kepailitan merupakan sita umum
atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim
pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kepailitan merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak
mampu membayar utang-utangnya kepada kreditor. Lalu, debitor
tersebut dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga atas
permohonananya sendiri atau para kreditornya. Terhadap permohonan
pernyataan pailit tersebut, debitor telah kehilangan hak-hak
keperdataannya dalam mengelola seluruh kekayaan dan aset asetnya.
Kemudian seluruh aset tersebut berpindah status penguasaannya
kepada kurator untuk dilakukan pemberesan dan pengurusan aset yang
diperuntukan untuk membayar hutang debitor.
18 Jono, Hukum Kepailitan, (Sinar Grafika, Jakarta, 2013), h. 3.
24
b. Tujuan Kepailitan
Tujuan kepailitan pada dasarnya adalah memberikan solusi
ketika terjadi keadaan dimana debitor berhenti membayar atau tidak
mampu membayar utang utangnya terhadap para kreditor. Dalam
penjelasan umum UU Kepailitan dan PKPU Tahun 2004 dikemukakan
mengenai beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang, sebagai berikut :19
1) Untuk menghindari perbuatan harta debitor apabila dalam waktu
yang sama ada beberapa faktor kreditor yang menagih piutangnya
dari debitor.
2) Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan
kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang
milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para
kreditor lainnya.
3) Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh salah satu seorang kreditor atau debitor sendiri.
Misalnya, debitor berusaha untuk memberikan keuntungan kepada
seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor
lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk
melarikan semua harya kekayaannya dengan maksud untuk
melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.
Dengan adanya lembaga kepailitan ini diharapkan dapat
menjadi lembaga yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan
permasalahan utang piutang antara debitor dan kreditor. Lembaga
kepailitan ini juga diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang dapat
mencegah terjadinya kesewenang wenangan pihak kreditor yang
19 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan (Pustaka Utama Grafiti; Jakarta, 2010), h.28.
25
dengan menggunakan berbagai cara memaksa debitor untuk melunasi
utang-utangnya.20
c. Syarat – Syarat Pengajuan Permohonan Pailit
Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa syarat-syarat
debitor yang dapat diajukan pailit yaitu debitor yang mempunyai dua
atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas seditkitnya satu utang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonanya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.
Selanjutnya, pada ketentuan pasal 8 ayat (4) UUK dan PKPU
menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan
apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana
bahwa persyaratan untuk dinyatakn pailit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi. Berdasarkan ketentuan-
ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat pengajuan
permohonan pailit sebagai berikut:
1) Syarat adanya 2 (dua) atau lebih kreditor (Concursus Creditorum).
Syarat ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH
Perdata yang menyebutkan bahwa harta kekayaan debitor
merupakan jaminan bersama bagi para kreditor dan hasil penjualan
harus dibagikan kepada kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya,
kecuali jika diantara kreditor itu berdasarkan undang-undang harus
didahulukan dalam pembagiannya.21Sedangkan apabila debitor
hanya berutang kepada satu kreditor, maka seluruh harta kekayaan
debitor otomatis menjadi jaminan atas pelunasan utang debitur
tersebut dan tidak diperlukan pembagian secara pro rata dan pari
20 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No.1
Tahun 1995 Tentang PT, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995), dalam Peter Mahmud dan Rahayu
Hartini, Hukum Kepailitan, (Penertbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2007), h.22 21 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan,
(Jakarta: PT Raja Grafind Persada, 2004), h.107.
26
passu. Dengan demikian debitur tidak dapat dituntut pailit, jika
debitur hanya mempunyai satu kreditur.22
2) Syarat Adanya Utang
Dalam kepailitan, utang merupakan konsep yang paling
menentukan, karena tanpa adanya utang tidaklah mungkin perkara
kepailitan dapat diperiksa. Tanpa adanya utang tersebut maka
esensi kepailitan menjadi tidak ada karena kepailitan merupakan
pranata hukum untuk melakukan likuidasi asset debitor untuk
membayar utang-utangnya terhadap para kreditornya.23
Definisi utang disebutkan dalam pasal 1 angka 6 UU
Kepailitan dan PKPU yaitu utang merupakan kewajiban yang
dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia
maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan
timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh
debitor dan bila tidak dipenuhi memberikan hak kepada kreditor
untuk mendapat pemenuhannya dari karta kekayaan debitor.
Menurut Kartini Muljadi yang mana istilah utang merujuk
pada hukum perikatan dalam Pasal 1233 dan 1234 KUH Perdata.
Dari uraian pendapatnya dapat disimpulkan bahwa utang sama
dengan kewajiban, yang dimaksud adalah kewajiban dari setiap
perikatan, yang menurut Pasal 1233 KUH Perdata dilahirkan baik
karena persetujuan maupun karena undang-undang. Selanjutnya
Kartini Muljadi menghubungkan perikatan yang dimaksud dalam
pasal 1233 dengan Pasal 1234 KUH Perdata yang menentukan
bahwa tiap-tiap perikatan (menimbulkan kewajiban) untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak
22 Jono, Hukum Kepailitan,… h.5. 23 Hadi Subhan, Hukum kepailitan: Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta;
Pranamedi Group, 2008), h.34.
27
berbuat sesuatu.24 Jadi, beliau berpendapat bahwa utang adalah
kewajiban debitor kepada setiap kreditornya baik untuk
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu,
sehingga utang ini menganut pengertian secara luas.
Menurut Prof Sutan Remy Sjahdeini, utang tidak seharusnya
hanya diberi arti berupa kewajiban membayar utang yang timbul
karena perjanjian utang piutang saja, tetapi merupakan kewajiban
setiap debitur yang berupa kewajiban untuk membayar sejumlah
uang kepada kreditur, baik kewajiban itu timbul karena perjanjian
apapun juga (tidak terbatas hanya kepada perjanjian utang piutang
saja), maupun timbul karena ketentuan undang-undang dan timbul
karena putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap.25
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pada dasarnya
utang dapat diartikan secara sempit maupun secara luas. Yang
mana pengertian utang dalam arti sempit hanya sebatas pada
kewajiban yang timbul dari perjanjian utang piutang (pinjam
meminjam) saja. Sedangkan, pengertian utang dalam arti luas yaitu
utang bukan hanya meliputi “utang yang timbul dari perjanjian
utang piutang atau perjanjian pinjam-meminjam” tetapi juga
“utang yang timbul karena undang-undang atau perjanjian yang
dapat dinilai dengan sejumlah uang.26
3) Syarat tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih
Suatu utang dapat dikatakan telah jatuh tempo dan dapat
ditagih apabila utang tersebut sudah pada waktunya untuk
dibayarkan. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ketentuan adanya
syarat utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih merupakan
24 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening
Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998 , (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2004), h.109. 25 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening
Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998, …. h.110. 26 Jono, Hukum Kepailitan, ..... h.11
28
dua istilah yang memiliki pengertian yang berbeda. Suatu utang
dikatakan sebagai utang yang telah jatuh waktu atau utang yang
expired, yaitu utang yang dengan sendirinya menjadi utang yang
telah dapat ditagih. Namun utang yang telah dapat ditagih belum
tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu.27
Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU telah merumuskan pengertian utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih yaitu kewajiban untuk
membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, percepatan waktu penagihannya sebagaimana
diperjanjikan, pengenaan saksi atau denda oleh instansi yang
berwenang maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau
majelis arbitrase. Syarat utang harus telah jatuh waktu dan dapat
ditagih menunjukan bahwa kreditur sudah mempunyai hak untuk
menuntut debitur agar memenuhi prestasinya.28
4) Syarat atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan
seorang atau lebih kreditornya
Dalam pasal 2 UU Kepailitan dan PKPU menjelaskan pihak
yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah:
1. Debitor sendiri
2. Seorang kreditor atau lebih
3. Kejaksaan, dalam Pasal 2 ayat (2) menjelaskan bahwa
permohonan pailit terhadap debitor juga dapat diajukan oleh
kejaksaan demi kepentingan umum. Yang dimaksud dengan
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara
dan/atau kepentingan masyarakat luas.
4. Bank Indonesia, Pasal 2 ayat (3) menjelaskan nahwa
permohonan pailit terhadap bank hanya dapat diajukan oleh
27 Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas Dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, (Jakarta; Prenamedia Group, 2016),
h.137. 28 Jono, Hukum Kepailitan, …. h.11.
29
Bank Indonesia berdasarkan penilaian kondisi keuangan dan
kondisi perbankan secara keseluruhan.
5. Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam, dalam pasal 2
ayat (4) pemohon pernyataan pailit terhadap perusahaan efek,
bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyelesaian, hanya dapat diajukan oleh Bapepam.
6. Mentri Keuangan, dalam Pasal 2 ayat (5) menjelaskan bahwa
permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransi.
Perusahaan reasuransi, dana pensiun atau BUMN yang
bergerak dibidang kepentingan publik hanya dapat diajukan
oleh mendtri keuangan.
5) Dapat dibuktikan secara sederhana
Berdasarkan penjelasan ketentuan Pasal 8 ayat (4)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang
terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih
kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar.
Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh
pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkan
hukuman pailit. Keadaan tidak mau atau tidak mampu membayar
itu diucapkan apabila secara sederhana terbukti tidak ada peristiwa
atau keadaan yang menunjukkan bahwa keadaan tidak mau atau
tidak mampu membayar itu ada.
d. Akibat Kepailitan
Kepailitan mengakibatkan seorang debitor yang telah dinyatakan
pailit demi hukum kehilangan segala hak keperdataanya dalam
menguasai dan mengurus harta kekayaannya yang termasuk dalam
harta pailit, hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 24 ayat (1)
UU Kepailitan dan PKPU yang menyebutkan bahwa:
30
1) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan
mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak
tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
2) Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
sejak pukul 00.00 waktu setempat.
3) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah
dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank
pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), transfer
tersebut wajib diteruskan
4) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah
dilaksanakan Transaksi Efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut
wajib diselesaikan.
B. Kerangka Teoritis
1. Teori Badan Hukum
Untuk mengetahui apa hakikat badan hukum, para ahli hukum telah
mengemukakan teori teori baik dengan jalan menafsiran secara deomagtis
dengan penafisran teologis yaitu sebagai berikut29 :
a. Teori Fiksi
Teori ini dipelopori oleh Friedrich Carl Von Savign, ia
mengemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abstraksi bukan
merupakan suatu hal yang konkret, sehingga karena hanya suatu
abstraksi maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan
hukum, sebab hukum memberi hak hak kepada yang bersangkutan
suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa. Badan hukum
semata mata hanyalah buatan pemerinta atau negara. Badan hukum itu
suatu yang fiksi maksudnya adalah sesuatu yang sebenarnya tidak ada
tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk menarangkan
suatu hal. Artinya sebenarnya menurut alam hanya manusia yang
merupakan subjek hukum, tetapi orang menciptakan dalam
29 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.76.
31
bayangannya badan hukum selaku subjek hukum, diperhitungkan sama
dengan manusia.
b. Teori Organ
Teori ini dipelopori oleh Otto Van Gierke Sebagai reaksi
terhadap teori fiksi munculah teori organ. Menurut Otto badan hukum
itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam
pergaulan hukum. Badan hukum menjadi suatu badan yang
membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-
organ badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya
seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan
mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis
diatas kertas. Apa yang mereka putuskan adalah kehendak dari badan
hukum. Badan hukum menurut teori ini bukan merupakan suatu yang
abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum tidak berbeda dengan
manusia, karena itu tiap-tiap perkumpulan/perhimpunan orang adalah
badan hukum.
c. Teori kekayaan bersama
Teori ini dikemukakan oleh Rudolf Von Jhering. Teori ini
menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan
badan hukum adalah kepentingan seluruh anggotanya. Badan hukum
bukan merupakan abstraksi dan juga bukan organisme. Pada
hakikatnya, hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan
kewajiban anggota bersama-sama. Harta kekayaan badan itu
merupakan milik bersama seluruh anggotanya. Teori ini juga disebut
propriete collective theorie (Planiol), atau teori kepunyaan kolektif
(Utrecht), collectiviteitstheorie dan bestemmingstheorie.
d. Teori kekayaan bertujuan
Teori ini dikemukakan oleh E.M Meijers, dan dianut oleh Paul
Scholten. Menurut Meijers, badan hukum itu merupakan suatu realitas
konkrit, riil, walaupun tidak dapat diraba bukan khayal tetapi suatu
kenyataan yuridis. Jadi menurut teori ini, badan hukum adalah wujud
32
yang riil, sama riilnya dengan manusia dan lain lain perikatan.
Menurut Paul Scholten teori ini berasal dari teori organ yang sudah
diperhalus artinya tidak begitu mutlak lagi, sehingga tidak perlu lagi
dipertanyakan nama tangannya, mana otaknya dan sebagainya.
Pendapat lain mengenai badan hukum yaitu dikemukakan oleh
Mertokusumo yang menyatakan bahwa badan hukum ialah organisasi
atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat
menyandang hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban badan hukum
dilaksanakan oleh pengurusnya. Menurut Supramono, badan hukum
juga dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang berada dalam
suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai harta
kekayaan sendiri, serta dapat melakukan hak hak dan kewajibannya
yang berhubungan dengan kekayaan tersebut.30
Sejalan dengan pendapat subekti menegenai badan hukum yaitu
suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak hak dan
melakukan perbuatan sendiri seperti seorang manusia, serta memiliki
kekayaan sendiri dapat digugat dan menggugat didepan hakim.31
Menurut Wijono Prodjodikoro mengatakan bahwa badan hukum
sebagai badan disamping manusia perseorangan yang dianggap dapat
bertindak dalam hukum dan mempunyai hak hak, kewajiban-
kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan
hukum.32
Berdasarkan teori hukum diatas maka pada pokoknya dapat
disimpulkan bahwa badan hukum disamakan dengan subyek hukum,
dalam hal ini ciri badan hukum yang dapat dikatakan sebagai subyek
hukum yaitu :
a. Terdiri dari sekelompok orang
b. Memiliki hak dan kewajiban
30 Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, …. h.181 31 Chaidir Ali, Badan Hukum, (PT.Alumni, Bandung, 1999), h.18. 32 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentu Badan Usaha Di Indonesia, …. h.83.
33
c. Memiliki susunan pengurusan
d. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam suatu hubungan hukum
e. Memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari para pengurusnya
atau anggotanya
f. Mempunyai kedudukan dimuka hukum yaitu dapat digugat ataupun
menggungat di pengadilan.
2. Asas Corporate Separate Legal Personality
Apabila melihat konsep pendirian Perseroan Terbatas maka muncul
asas corporate separate legal personality, dalam hal ini Yahya Harahap
mengemukakan bahwa Perseroan Terbatas mempunyai personalitas atau
kepribadian yang berbedaa dari orang yang menciptakannya atau disebut
personalitas perseroan. Ciri Personalitas Perseroan sebagai Badan hukum
yang paling utama adalah perseroan merupakan wujud atau entitas (entity)
yang ‘terpisah’ dan ‘berbeda’ dari pemiliknya dalam hal ini pemegang
saham (separate and distinct from its owner).33 Asas ini berangkat dari
suatu doktrin dasar PT, dalam hal ini PT adalah suatu perusahaan yang
merupakan suatu kesatuan hukum yang terpisah dari subjek hukum pribadi
yang menjadi pendiri atau pemegang saham dari Perusahaan tersebut.
Terdapat suatu tabir pemisah (veil) antara Perusahaan sebagai suatu legal
entity dengan para pemegang saham dari Perusahaan tersebut.34
Asas ini muncul sebagaimana terdapat dalam pasal 3 ayat (1) UU PT
menjelaskan bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian perseroan melibihi nilai saham yang
telah diambilnya. Penjelasan pasal 3 ayat (1) UU PT menyebutkan bahwa
ketentuan dalam pasal 3 ayat (1) mempertegas ciri perseroan terbatas,
bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham
yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Beranjak
33 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Sinar Grafika, Jakarta, 2009), h.57. 34 Tuti Rastuti, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, (Refika Aditama,
Bandung, 2015), h.130.
34
dari uraian tersebut Asas hukum Corporate Separate Legal Personality
menyatakan dengan tegas bahwa PT merupakan suatu kesatuan hukum
yang terpisah (separate legal entity) dari subjek hukum pribadi yang
menjadi pendirinya dalam hal ini pemegang saham, sehingga tanggung
jawab pemegang saham hanya terbatas sebesar nilai sahamnya (limited
liability of its shareholders)
3. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum adalah kejelasan sekenario berperilaku yang
bersifat umum dan mengikat semua masyarakat termasuk konsekuensi
konsekuensi hukumnya. Kepastian hukum juga dapat berarti hal yang
dapat ditentukan oleh hukum dalam hal hal yang konkret.35 Dalam hal ini,
kepastian hukum diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat
dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan peraturan. Dengan
adanya kepastian hukum diharapkan dapat memberikan kejelasan dan
ketegasan terhadap sutau hukum pada masyarakat, sehingga tidak
menimbulkan banyak perbedaan pendapat. 36
Menurut Urecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu
pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja
yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu37
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis Dogmatik
yang berdasarkan pada aliran pemikiran positivits dalam dunia hukum,
yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom mandiei
karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan
aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu
35 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Pradya Paramita; Jakarta, 1990), h.25. 36 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, …. h.24 37 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Citra Aditya Bakti; Bandung,
1999), h.23.
35
diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu
aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan aturan hukum
membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan kadilan
atau kemanfaatan, melainkan semata mata untuk kepastian hukum.38
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Untuk menjaga keaslian judul yang diajukan oleh penulis, maka perlu
adanya penelitian berupa kajian terdahulu sebagai bahan pertimbangan
penelitian diantaranya sebagai berikut :
1. Adanya perbandingan mengenai persamaan dan perbedaan antara skripsi
Putri Hilaliatul Badria Hakim dengan skripsi Khairunnisa. Dalam skripsi
Putri Hilaliatul Badria Hakim membahas mengenai dasar dari
pertimbangan hakim dalam menolak permohonan pailit terhadap
perusahaan asuransi dan status perusahaan asuransi yang telah dicabut
izin usahanya. Kemudian persamaan dalam kedua penelitian ini adalah
sama-sama membahas mengenai pengajuan permohonan pailit dan
meneliti dasar pertimbangan hakim, sedangkan yang membedakannya
dengan penelitian yang dibahas oleh Khairunnisa adalah penelitian
khairunnisa lebih berfokus pada pertimbangan hakim dalam permohonan
pailit terhadap BUMN Persero apakah sudah sesuai dengan UU yang
berlaku atau tidak dan juga membahas mengenai kedudukan BUMN
Persero dalam proses kepailitan.39
2. Adanya perbandingan mengenai persamaan dan perbedaan antara
penelitian Shinta Novi Wardhani dengan Penelitian Khairunnisa. Dalam
skripsi Shinta Novi Wardhani membahas mengenai aspek aspek hukum
yang perlu diperhatikan terkait dengan kepailitan BUMN dan membahas
mengenai Akibat Hukum Bagi Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan
38 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis), (Gunung
Agung; Jakarta, 2002), h.83. 39 Skripsi ditulis oleh Putri Hilaliatul Badria Hakim, Analisis Penolakan Permohonan
Pernyataan Pailit Perusahaan Asuransi Prima Indonesia (Studi Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 388 K/Pdt.Sus/2010), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
36
Pailit khususnya pada kasus kepailitan PT Dirgantara Indonesia putusan
kasasi nomor 075 K/Pdt.Sus/2007. Persamaan dalam penelitian ini adalah
sama sama membahas mengenai kepailitan terhadap BUMN Persero.
Sedangkan yang menjadi pembedanya adalah penelitian Khairunnisa
membahas mengenai putusan pailit terhadap PT Merpati Nusantara
Ailine, dan membahas mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap
kekayaan negara dalam hal terjadi kepailitan.40
3. Buku ini membahas seputas Badan Usaha Milik Negara, yang di
dalamnya memiliki isi mengenai pengertian, dasar hukum, sejarah
BUMN, pendirian BUMN, anggaran dasar, permodalan, pengangkatan
pengurus dan pengawas sampai dengan kepailitan dan pembubaran
BUMN. Sebagian dari isi buku tersebut peneliti gunakan sebagai bahan
sekunder dalam penelitian skripsi ini. Namun yang menjadi pembeda
adalah, penelitian Khairunnisa lebih berfokus pada analisis perkara pailit
PT Merpati Nusantara Airline yang terdapat dalam putusan Pengadilan
Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.41
4. Persamaan jurnal ini dengan skripsi Khairunnisa adalah sama-sama
membahas mengenai pengaturan hukum kepailitan dalam kaitannya
dengan BUMN Persero, namun terdapat perbedaan yaitu peneliti Dewi
Tuti Muryati dkk, hanya membahas mengenai pengaturan hukumnya saja
sedangkan peneliti Khairunnisa lebih berfokus pada analisis kasus yaitu
perkara putusan pailit yang terjadi pada PT Merpati Nusantara Airline,
dan juga membahas mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap
keuangan negara dalam hal terjadi kepailitan.42
40 Skripsi ditulis oleh Shinta Novi Wardhani, 110710101331, Akibat Hukum Bagi
Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan Pailit, Fakultas Hukum, Universitas Jember, 2016. 41 Buku Karya Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, 2016 42 Jurnal ditulis oleh Dewi Tuti Muryati, dkk, Kajian Normatif Atas Kepailitan BUMN
(persero) Dalam Kaitannya Dengan Pengaturan Perseroan Terbatas, (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Semarang), Volume 17 Nomor 2, 2015.
37
BAB III
PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE (PERSERO)
A. Profil PT Merpati Nusantara Airline (Persero)
1. Sejarah Singkat PT Merpati Nusantara Airline (Persero)
PT Merpati Nusantara Airlines merupakan salah satu Maskapai
Penerbangan Nasional yang sahamnya dimiliki sebagian besar oleh
Pemerintah Indonesia. Awal mulanya, perusahaan tersebut berdiri dengan
nama Perusahaan Negara (P.N) Merpati berlandaskan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 1962 yang diterbitkan pada tanggal 6
September 1962. Tanggal tersebut dijadikan sebagai awal kelahiran PT
Merpati Nusantara Airline. Bermodal 10 Juta dan 6 Pesawat yang terdiri
dari: empat pesawat De Havillan Otter DGC-3 dan dua Dakota DC-3 milik
AURI, P.N Merpati memulai usahanya sebagai jembatan udara yang
menghubungkan tempat tempat terpencil di Kalimantan. Tugas utama P.N
Merpati adalah menyelenggarakan perikatan udara di daerah-daerah dan
penerbangan serba guna, serta memajukan segala sesuatu yang berkaitan
dengan angkutan udara dalam arti seluas-luasnya.1
Pada tahun 1963, ketika Irian Jaya diserahkan oleh pemerintah
Belanda kepada pemerintah Indonesia. NV. De Kroonduif yang merupakan
perusahaan penerbangan Belanda di Irian Jaya ikut pula diserahkan
kepada Garuda Indonesia Airways, termasuk enam pesawat, yang terdiri
dari tiga buah Dakota DC-3, dua Twin Pioneer dan sebuah Beaver. Karena
Garuda lebih memusatkan perhatian pada pengembangan usahanya
sebagai flag carrier, maka semua konsesi penerbangan dan fasilitas
teknisnya di Irian Jaya dilimpahkan kepada Merpati. Selain itu, Merpati
juga memperluas jaringan operasinya dengan menghubungkan Jakarta-
Semarang, Jakarta- Tanjung Karang dan Palangkaraya-Balikpapan.
1 http://m.instansi.web.id/id3/266-163/Merpati-Nusantara-Airlines_38197_instansi.html,
diakses pada tanggal 14 Agustus 2019, pukul 12:54 WIB
38
Pada tahun 1969, Merpati dibagi dalam dua daerah operasi, yakni
Operasi MIB (Merpati Irian Barat) dan MOB (Merpati Operasi Barat),
yang mencakup Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sejalan
dengan itu, Merpati pun memasuki babak baru dengan
berganti nama menjadi Merpati Nusantara Airlines (MNA). Mulai tahun
1970, Merpati tidak hanya mampu mengembangkan operasinya dengan
menerbangi rute-rute jarak pendek, melainkan juga rute-rute jarak
menengah dan jauh. Perluasan operasi ini berhasil dengan baik. Merpati
mulai melayani Penerbangan Regional (lintas batas) yakni rute Pontianak-
Kuching dan Palembang-Singapura, juga Kupang-Darwin.
Kemudian pada tahun 1974, Penerbangan Perintis yang disubsidi
pemerintah secara resmi diserahkan kepada Merpati. Sederet keberhasilan
dan prestasi Merpati ternyata berbuah kepercayaan. Peran positif Merpati
sebagai moda transportasi udara, yang didukung kemantapan manajemen
dan keuangan, mendorong pemerintah untuk menjadikan merpati sebagai
perusahaan perseroan (PT). Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 70
tahun 1971, status perusahaan merpati beralih dari Perusahaan Negara
(PN) menjadi PT Merpati Nusantara Airlines (PT MNA), terhitung sejak 6
September 1975.
Tahun 1975-1978, PT MNA merintis operasi berskala lebih besar
dengan mengambil bagian dalam penerbangan haji dan penerbangan
transmigrasi. Selain itu, merpati juga membantu pengembangan pariwisata
dengan melakukan penerbangan borongan Internasional (charter flight),
seperti, Manila – Denpasar pp, dan Los Angeles-Depasar PP. Selanjutnya,
berdasarkan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1978, pemerintah
memutuskan untuk mengalihkan penguasaan modal negara di PT. Merpati
Nusantara Airlines ke PT. Garuda Indonesia Airways (GIA). Dengan
pengalihan ini, PT MNA sebagai anak perusahaan PT GIA, diserahi tugas
melayani penerbangan perintis, penerbangan lintas batas, penerbangan
transmigrasi, penerbangan borongan dosmetik dan Internasional, serta
kegiatan lainnya.
39
Era penerbangan Internasional dirasakan oleh PT MNA sebagai
tuntutan kebutuhan yang kian mendesak. Maka, pada bulan Agustus 1996,
Merpati membuka rute International Jakarta - Melbourne. Sejalan dengan
perkembangan ini, kemudian pemerintah menetapkan PT. Merpati
Nusantara Airlines terpisah dari induknya, yaitu Garuda Indonesia, dan
menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang mandiri di bawah naungan
Departemen Perhubungan. Pemisahan ini ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1997, tertanggal 29 April 1997 Sebagai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).2
2. Tujuan Pendirian perusahaan
Dalam melaksanakan operasinya PT MNA mempunyai tujuan yaitu
sebagai berikut 3:
a) Ikut berperan dalam membantu keberhasilan pembangunan dan
pariwisata dengan menyelenggarakan jasa pengangkutan penumpang
barang dan jasa dalam jumlah yang cukup lancar, aman sampai ke
daerah terpencil untuk mempercepat tercapainya sasaran pembangunan.
b) Untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat, mengembangkan
perusahaan dan memperhatikan kepentingan nasional, lingkungan,
pelanggan, penanaman modal, pemasok pegawai, dan mitra perusahaan.
c) Mengadakan pengumpulan keuntungan dengan memperhatikan
keselamatan penerbangan, kecepatan, ketetapan dan kenyamanan.
d) Menjadi teladan dalam bidang penerbangan yang berperan dalam
mengembangkan perekonomian nasional yang sehat dengan
memperlancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas
manusia ke seluruh wilayah Indonesia.
e) Membina serta mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan
pegawai secara berkelanjutan agar mampu menjadi aparatur perusahaan
dan bakti terhadap negara dan masyarakat.
2 https://fildzahazzahra.wordpress.com/2015/06/17/analisis-matriks-pt-merpati-nusantara-
airlines/ diakses pada tanggal 19 Agustus 2019, pukul 16:22 WIB. 3 https://www.scribd.com/doc/223253735/11-BAB-II diakses pada 12 September 2019
pada pukul 08:42 WIB.
40
3. Bidang Usaha PT Merpati Nusantara Airline
Merpati berperan dalam rute rute penerbangan dalam negri meliputi
rute utama, rute penumpang dan rute perintis. Agar tercapai tujuan dan
peran merpati itu, maka merpati mempunyai bidang usaha yang meliputi :
a. Angkutan udara komersial berjadwal untuk penumpang, barang dan pos
dalam negri
b. Angkutan udara borongan untuk barang dan wisatawan dalam negri dan
luar negri
c. Angkutan udara transmigrasi
d. Angkutan udara perintis
e. Angkutan udara lintas batas
f. Reparaso dan pemeliharaan pesawat udara
g. Usaha-usaha lain yang berhubungan dengan usaha tersebut diatas
seluas-luasnya.
B. Kondisi PT Merpati Nusantara Airline (Persero)
Tepat pada tanggal 1 Febuari 2014 PT MNA menangguhkan seluruh
penerbangan dikarenakan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai
utang. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan, sejak
2009 hingga 30 September 2013, pendapatan PT MNA lebih kecil dari biaya
oprasionalnya, PT MNA mengalami kerugian beruntun selama hampir 14
tahun yang mengakibatkan PT MNA berutang kepada sejumlah kreditor
pendukung oprasional penerbangan.
Hingga Oktober 2013, PT MNA masih memiliki utang senilai Rp 7,29
Triliun. Pada Pertamina, PT MNA mempunyai utang sebesar 270 miliar
rupiah, itu belum ditambah bunga dan denda. Karena terlalu lam menunggak,
pada 2011 PT Pertamina sempat melakukan embargo avtur pada PT MNA.
Sejumlah upaya revilitasi dan restrukturisasi juga telah dilakukan. Pada tahun
2004 dan 2005, pemerintah memberikan bantuan berupa Penyertaan Modal
Negara (PMN) kepada Merpati senilai Rp 75 miliar, Tahun 2006, dana PMN
41
kembali diberikan kepada PT MNA dengan jumlah yang lebih besar yaitu Rp
450 Miliar.
Dua tahun kemudian, pemerintah menyetujui suntikan modal sebersar
Rp300 Miliar untuk restrukturisasi Sumber Daya Manusia (SDM), revitalisasi
armada, relokasi operasi dan perbaikan aliran kas. Kemudian pada tahun 2011,
pemerintah juga menyuntikan Rp 560 miliar dana PMN. Namun, upaya upaya
tersebut terbukti gagal memperbaiki konidisi PT MNA. Entah langkah
restrukturisasinya yang tidak tepat atau manajemennya yang salah langkah.4
Setelah berhenti beroperasi pada Februari 2014, PT MNA berjanji akan
kembali beroperasi pada Maret tahun 2014. Namun, rencana tersebut gagal
karena belum selesainya masalah keuangan PT MNA. Lalu PT MNA diberi
waktu 1 tahun untuk menyelesaikan masalah keuangannya agar bisa beroprasi
kembali. Sejalan dengan jangka waktu tersebut, kementerian mengevaluasi
apakah izin oprasi PT MNA akan dicabut atau tidak. Tahun 2015 pun berlalu
dan PT MNA belum menunjukan tanda tanda akan beroprasi lagi. Gaji
karyawan pun masih belum diselesaikan. Janji pemerintah untuk membayar
gaji karyawan PT MNA dengan menggunakan dana penyertaan modal negara
(PMN) melalui PT Perusahaan Pengelola Aset pun tak kunjung terwujud.
Padahal pihak keuangan PT MNA telah meminta para karyawan untuk
mengumpulkan nomor rekening aktif karena akan dilakukan pembayaran gaji
pada bulan Desember 2015, namun tetap tidak dilakukan pembayaran. Utang
PT MNA pun menumpuk, sementara investor yang diharapkan untuk bisa
membantu memulihkan PT MNA tak kunjung datang, sampai akhirnya
rencara terbang di tahun 2015 pun kandas.5
Pada tahun 2016 PT MNA memastikan total utang maskapai ini telah
lebih dari 10 triliun rupiah atau meningkat dari yang sebelum asalnya dari
pemerintah, BUMN dan swasta. PT MNA memiliki utang pinjaman untuk
pembelian jet 235 pada pinjaman lunak pertama dan pinjaman lunak kedua
4 https://tirto.id/nasib-tragis-maskapai-perintis-l6j diakses pada tanggal 19 Agustus 2019,
pukul 17:14. WIB 5 https://tirto.id/berharap-merpati-tak-lagi-ingkar-janji-bRbb diakses pada tanggal 29
Agustus 2019, pukul 12:1
42
untuk membeli pesawat MA60 dengan total Rp 2,4 triliun. Sementara pada
BUMN tercatat utang sebesar 2,7 triliun rupiah. Utang lainnya berupa
tunggakan pajak sebesar 873 miliar rupiah, swasta sebesar 1,01 triliun rupiah,
karyawan sebesar 265 miliar rupiah dan pemerintah daerah sebesar 62 miliar
rupiah. Melihat kondisi tersebut, Sudiyarto dan Jafar Tambuan yang
merupakan salah satu pegawai PT MNA yang belum dibayarkan hak hak
normatifnya berinisiatif untuk mengajukan permohonan pailit terhadap
maskapai penerbangan tersebut ke Pengadilan Niaga.
C. Duduk Perkara Antara Pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero)
Dengan PT Merpati Nusantara Airline (Persero)
Permohoan kepailitan ini diajukan oleh Sudiyarto sebagai Pemohon I
yang merupakan mantan pegawai PT Merpati Nusantara Airline dan Jafar
Tambuan sebagai Pemohin II yang merupakan pegawai PT Merpati Nusantara
Airline. Melawan PT Merpati Nusantara Airline sebagai termohon pailit.
Dalam putusan ini Pemohon I (Sudiyarto) merupakan pegwai yang
diberhentikan secara terhormat oleh PT MNA. Sudiyarto mengklaim bahwa
PT MNA memiliki utang yang telah jatuh tempo berdasarkan perjanjian
bersama yang tercantum dalam surat keputusan direksi PT MNA tanggal 17
Juli 2014 Nomor SKEP/267/VII/2014, sejumlah Rp 406.674.590,00 (empat
ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus sembilan puluh
ribu rupiah) dengan rincian Hak Normatif sebagai berikut :
1. gaji dari Desember 2013 sampai Juli 2014
2. denda gaji Desember 2013 sampai Mei 2014
3. Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari tahun 2009 sampai 2014,
dengan nilai sebesar Rp148.895.640,00 (seratus empat puluh delapan juta
delapan ratus sembilan puluh lima ribu enam ratus empat puluh rupiah)
4. Uang pesangon sebesar Rp257.778.950,00 (dua ratus lima puluh tujuh juta
tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu sembilan ratus lima puluh rupiah)
Dalam permohonannya tersebut, Sudiyarto juga memasukkan Jafar
Tambuan sebagai pemohon II yang juga merupakan pegawai PT MNA dengan
43
mengklaim bahwa PT MNA memiliki utang sejumlah Rp 431.941.709,00
(empat ratus tiga puluh satu juta sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh
ratus sembilan rupiah) dengan rincian hak normatif sebagai berikut:
1. Gaji dari Desember 2013 sampai Juli 2014
2. Denda gaji Desember 2013 sampai Mei 2014
3. Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari tahun 2009 sampai 2014
dengan nilai sebesar Rp141.881.609,00 (seratus empat puluh satu juta
delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus sembilan rupiah)
4. Uang pesangon sebesar Rp290.060.100,00 (dua ratus sembilan puluh juta
enam puluh ribu seratus rupiah)
Sebelum mengajukan permohonan pailit ini, Sudiyarto dan Jafar sudah
berkali kali menghubungi dan meminta haknya kepada pihak PT MNA,
namun hingga tenggang waktu yang telah ditentukan pihak PT MNA tidak
menanggapi dan memenuhi kerwajibannya tersebut. Maka atas tagihan
tersebut, Sudiyarto dan Jafar melalui kuasa hukumnya mengirimkan Somasi
ke-1 (kesatu) kepada PT MNA pada tanggal 15 Januari 2016 agar PT MNA
segera membayarkan hak Sudiyarto dan Jafar. Lalu, dikirimkan Somasi ke-2
(kedua) pada tanggal 25 Januari 2016, tetap tidak dilakukan pembayaran.
Selanjutnya, Somasi ke-3 (ketiga) pada tanggal 02 Februari 2016 dan Surat
Tagihan pada tanggal 31 Januari 2016, namun PT MNA masih tidak
membayar juga. Kemudian, pada tanggal 03 Febuari 2016 PT MNA melalui
kuasa hukumnya memberi jawaban melalui surat jawaban somasi ke-3
(ketiga) Nomor 011/ADCO/RD/11/2016 mengatakan bahwa "apabila saudara
akan mengajukan permohonan pailit yang dapat membawa terlambatnya
pencairan dana penyelesaian hak-hak normatif seluruh karyawan Merpati
maka PT MNA akan menempuh segala langkah hukum baik pidana maupun
Perdata". Ini merupakan ancaman dan Intimidasi dari PT MNA kepada
Sudiyarto dan Jafar, padahal jelas PT MNA yang tidak membayar utangnya
kepada para karyawan.
Selain Jafar, Sudiyarto juga mengikutsertakan para karyawan lainnya
sebanyak 104 orang sebagai kreditor. Sehingga dalam permohonannya
44
tersebut PT MNA telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dinyatakan
Termohon Pailit, dimana telah terbukti PT MNA mempunyai lebih dari 2
(dua) Kreditur dan Termohon telah jatuh tempo dan dapat ditagih
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU). Dengan demikian telah cukup alasan bagi Sudiyarto untuk
mengajukan permohonan pernyataan Pailit terhadap PT MNA dan untuk itu
patutlah apabila PT MNA dinyatakan Pailit dengan segala akibat hukumnya.
Terhadap permohonan pailitnya tersebut PT MNA menolak serta
membantah permohonan pailit pemohon dengan alasan bahwa pemohon pailit
tidak memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan pailit, oleh
karenanya permohonan pailit tersebut dikatakan cacat hukum. Bantahan
tersebut menyebutkan bahwa PT MNA merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sehingga yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap PT
MNA haruslah dilakukan oleh menteri keuangan
Dalam permohonan pailit pemohon terhadap PT MNA di pengadilan
niaga tersebut, majelis hakim menolak permohonan. Sehingga para pemohon
mengambil langkah untuk mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah
Agung. Namun di tingkat kasasi, Mahkamah Agung juga menolak
permohonan dengan menguatkan putusan Pengadilan Niaga.
45
BAB VI
KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DALAM PROSES
KEPAILITAN
A. Kedudukan BUMN Persero Dalam Pengajuan Permohonan Pailit
Pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terdapat
dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (UU BUMN). Definisi BUMN berdasarkan pasal 1 angka 1 UU
BUMN yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Negara yang dipisahkan. BUMN terbagi menjadi 2 jenis yaitu Perusahaan
Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Mengenai Persero diatur
dalam Pasal 1 Angka 2 UU BUMN yaitu merupakan BUMN yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Kekakayaan negara yang dipisahkan yang kemudian menjadi penyertaan
modal pada Perseroan merupakan langkah negara menggerakan BUMN
sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam
penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
Bentuk kekayaan negara yang dipisahkan merupakan salah satu unsur
keuangan negara yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Pemisahan kekayaan
negara ini mengandung makna dan konsekuensi, yaitu pemerintah
menyisihkan kekayaan negara untuk dijadikan modal penyertaan guna
dijadikan modal pendirian perusahaan umum atau perseroan, atau untuk
46
menambah dan memperkuat struktur permodalan perusahaan umum atau
perseroan terbatas dalam meningkatkan kegiatan usahanya.
BUMN khususnya pada Persero dibentuk oleh negara semata-mata
untuk dijadikan sebuah perusahaan. Namun, sampai saat ini masih terdapat
perbedaan pendapat mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap kekayaan
negara yang dipisahkan. Ada yang berpendapat bahwa status kekayaan
BUMN Persero merupakan milik negara dengan alasan karena modalnya
berasal dari negara dan juga dipengaruhi karena adanya peraturan sebelum
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(UU BUMN) yang mengatur mengenai kekayaan negara yang dipisahkan
dalam perusahaan negara yaitu dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara).
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara Pasal 1 angka 1 yang menyebutkan bahwa “keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”
Keuangan Negara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut
dijelaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Keuangan Negara meliputi :
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/ perusahaan daerah;
47
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Ketentuan tersebut memberikan ketegasan bahwa pada prinsipnya
keuangan Negara terdiri dari 2 macam, diantaranya kekayaan negara yang
dipisahkan dan kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Kekayaan negara
yang dipisahkan hanya diatur dalam pasal 2 huruf g, yaitu berupa kekayaan
negara yang dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah.
Berdasarkan ketentuan ini jika dikaitkan dengan definisi BUMN, maka dapat
dikatakan bahwa kekayaan BUMN merupakan kekayaan negara atau milik
negara. Ketentuan ini lah yang menjadi perbedatan, karena prinsip ini tidak
sejalan dengan UU BUMN dan UU PT .1
Dalam UU BUMN Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa modal BUMN
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang
dipisahkan dalam hal ini adalah kekayaan negara yang berasal dari APBN
untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta
Perseroan Terbatas lainnya (Pasal 1 Angka 10 UU BUMN). Kemudian, yang
dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal
negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak
lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun
pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan
yang sehat. (Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU BUMN).
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dipertegas bahwa kekayaan negara
yang dipisahkan dari APBN yang kemudian dijadikan sebagai modal Persero
dengan sendirinya akan menjadi kekayaan Persero bukan lagi menjadi
kekayaan negara. Hal ini dikarenakan adanya peralihan kedudukan negara
pada Persero, ketika negara masuk sebagai bagian dari Persero maka
kedudukannya adalah sebagai stakeholder atau setara dengan pemegang
1 Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau dari Segi Hukum Perdata, …. h.183.
48
saham lainnya. Dalam hal ini berarti negara tidak lagi sebagai badan hukum
publik yang memegang kuasa penyelenggaraan negara tetapi sebagai badan
hukum privat yang tunduk kepada ketentuan Perseroan.2
Hal tersebut juga sejalan dengan Pasal 11 UU BUMN yang menyatakan
bahwa terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip prinsip yang
berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 dan telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (yang selanjutnya disebut UU PT). Dari uraian
tersebut dapat diketahui bahwa BUMN Persero merupakan badan usaha yang
berbentuk PT. Walaupun ada unsur negara didalam perusahaan tersebut, tapi
karena badan usaha ini adalah berbentuk PT, maka badan usaha tersebut harus
tunduk pada UU PT yang menjadi dasar substantif pengaturan eksistensi pada
PT. Dalam hal ini, Persero akan berstatus sebagai badan hukum setelah akta
pendirian Persero disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (4) UU PT yakni Perseroan
memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, dan keputusan
mengenai pengesahan status badan hukum tersebut diumumkan dalam
lembaran Negara Republik Indonesia.
Pasal 1 angka 1 UU PT menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas adalah
badan hukum yang merupakan perserkutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya. Ketentuan dalam Pasal 1
angka 1 UUPT tersebut, merupakan penegasan dan sekaligus merupakan
bentuk pengakuan bahwa PT merupakan badan hukum dalam hal ini sebagai
subyek hukum yang merupakan pendukung hak dan kewajiban.3
Badan hukum menurut Otto Van Gierke dikemukakan berdasarkan teori
organnya. Otto menyatakan bahwa badan hukum itu seperti manusia, menjadi
2 Dwi Amanda Fajar, Pertanggung Jawaban Hukum terhadap Kerugian Keuangan
Negara Pada BUMN / Persero, Badamai Law Jurnal, Vol. 1, Issue 1, April 2016, h.163. 3 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia,…. h.8.
49
penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum menjadi
suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau
organ-organ badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya
seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan
mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis diatas
kertas. Apa yang mereka putuskan adalah kehendak dari badan hukum.4 Teori
ini secara sangat kuat diakui bahwa badan hukum sebagai subyek hukum yang
terpisah dengan para anggotanya dan Pemegang saham.5 Selaras dengan teori
tersebut maka dapat diartikan bahwa PT sebagai badan hukum memiliki
organ/pengurus yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan
Komisaris. Organ organ tersebut memiliki kekayaan yang terpisah dari PT
sebagai badan hukum, karena PT sendiri sama seperti manusia, sebagai
pemegang hak dan kewajiban serta memiliki kekayaan sendiri, memiliki
kehendak dan kemauan dalam melakukan kegiatan bisnis atas namanya
sendiri, melalui organnya sebagai alat bagi badan hukum tersebut untuk
menjalin hubungan hukum dengan pihak ketiga. Selain itu, Subekti juga
mengemukakan pendapatnya mengenai badan hukum yaitu suatu badan atau
perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti
seorang manusia serta memiliki kekayaan sendiri dapat digugat dan
menggugat didepan hakim.6
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa PT sebagai badan
hukum memiliki kedudukan mandiri terlepas dari orang sebagai pengurus atau
orang yang mendirikannya. Disatu pihak PT merupakan wadah yang
menghimpun orang orang yang mengadakan kerjasama, tetapi dilain pihak
segala perbuatan yang dilakukan dalam rangka kerjasama PT itu oleh hukum
dipandang semata mata sebagai perbuatan badan hukum itu sendiri. Oleh
karena itu, segala keuntungan yang diperoleh dipandang sebagai hak dan harta
kekayaan badan itu sendiri. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi suatu utang
4 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia,…. h. 76. 5 Munir Fuady, Doktrin - Doktrin Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam
Hukum Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2014), h.4. 6 Chaidir Ali, Badan Hukum, …. h.18
50
atau kerugian dianggap menjadi beban PT itu sendiri yang dibayarkan dari
harta kekayaan PT.7
Pada PT, penyetoran modal pada saat pendirian maupun pada saat
penambahan modal PT dalam bentuk saham merupakan suatu penyertaan.
Suatu penyertaan adalah ikut sertanya seseorang mengambil bagian dalam
suatu badan usaha yang diwujudkan melalui lembar saham, sebagai bukti ikut
sertanya seorang menanamkan modalnya dalam PT.8 Secara yuridis, dapat
dikatakan bahwa modal yang telah disertakan ke dalam PT bukan lagi menjadi
kekayaan orang yang menyertakan modal, tetapi menjadi kekayaan PT itu
sendiri. Dari sinilah terjadi pemisahan kekayaan antara kekayaan pemegang
saham dan PT. Sebagaimana asas hukum corporate separate legal personality,
dimana Yahya Harahap juga menegaskan bahwa suatu perusahaan dalam hal
ini PT mempunyai personalitas atau kepribadian yang berbeda dari yang
menciptakan (disebut dengan personalitas perseroan). Ciri Personalitas PT
sebagai Badan hukum adalah Perseroan merupakan wujud atau entitas (entity)
yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya (pemegang saham).9 Berdasarkan
karakteristik tersebut, maka tanggung jawab pemegang saham atas kerugian
atau utang Perseroan juga terbatas.
Sistem pertanggung jawaban terbatas hanya sampai harta PT diatur Pasal
3 ayat (1) UU PT menjelaskan bahwa pemegang saham Perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melibihi nilai
saham yang telah diambilnya. Penjelasan pasal 3 ayat (1) UU PT
menyebutkan bahwa ketentuan dalam pasal 3 ayat (1) mempertegas ciri
Perseroan Terbatas, bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab
sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan
pribadinya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa
7 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No. 1
Tahun 1995 Tentang PT, …. h. 9. 8 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No. 1
Tahun 1995 Tentang PT, .... h. 13. 9 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, …. h.57.
51
suatu badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas memiliki kekayaan
yang terpisah dari kekayaan Direksi (sebagai pengurus), Komisaris (sebagai
pengawas) dan Pemegang saham (sebagai pemilik).
Mengingat bahwa BUMN Persero merupakan badan hukum yang
berbentuk PT dimana segala ketentuan dan prinsip prinspnya berlaku UU PT
sehingga cara pandang terhadap PT sebagaimana diuraikan diatas dapat
digunakan untuk menganalisis status kekayaan BUMN Persero. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa Modal BUMN Persero berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, ketika Negara menyertakan modalnya dalam bentuk
saham kepada Persero dari kekayaan Negara yang dipisahkan, maka demi
hukum kekayaan itu menjadi kekayaan Persero dan tidak lagi menjadi
kekayaan negara. Akibatnya segala kekayaan yang didapat baik melalui
penyertaan negara maupun yang diperoleh dari kegiatan bisnis Persero
tidaklah merupakan kekayaan negara. Dalam hal ini juga memberikan artian
bahwa hubungan negara terhadap Persero merupakan hubungan kepemilikan
yaitu sebagai pemegang saham. Negara sudah tidak lagi memiliki kekuasaan
yang bebas terhadap sebagian kekayaan negara yang dipisahkan untuk
menjadi modal pada Perseroan, karena kekayaan negara yang disertakan
sebagai modal Persero tersebut telah berubah wujud menjadi saham
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Dari uraian diatas, perbedaan penafsiran mengenai status Persero
terhadap kekayaan negara yang dipisahkan, sesuai dengan teori dan doktrin
hukum maka dengan berlakukanya UU BUMN yang merupakan aturan
khusus dan lebih baru, sehingga berdasarkan asas lex spesialis derogate legi
generalis dan asas lex posteriori derogate legi priori yaitu prinsip kekayaan
BUMN yang dianut didalam UU BUMN yang diberlakukan, sedangkan
prinsip kekayaan BUMN yang diatur dalam UU Keuangan Negara harus
dikesampingkan.
Persero sebagai badan hukum dapat menjalankan kegiatan bisnisnya
secara mandiri dengan pihak ketiga, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak banyaknya, hal ini sebagaimana diamanatkan dalam
52
pasal 12 UU BUMN bahwa maksud dan tujuan pendirian Persero adalah
menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Namun, Persero dalam menjalankan bisnisnya tidak selalu berjalan mulus dan
mendapat keuntungan, meskipun Persero merupakan bagian dari kekayaan
negara yang dipisahkan, adakalanya Persero mengalami kerugian yang
diakibatkan dari kesalahan organ persero dalam mengelola perusahaan atau
dalam pengelolaannya tidak didasari dengan prinsip prinsip pengelolaan
perusahaan yang baik (Good Corporate Govermance). Kerugian ini biasanya
disertai dengan utang yang seharusnya dibayar oleh Persero. Ketika Persero
mengalami kerugian maka secara otomatis persero juga akan kesulitan untuk
membayar utang-utangnya. Dalam hal ini, penyelesaian mengenai
permasalahan utang dalam dunia bisnis dapat dilakukan melalui jalur
kepailitan, dimana ketentuannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Pailit merupakan suatu keadaan di mana debitor tidak mampu untuk
melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para
kreditornya. Keadaan tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena
kesulitan kondisi keuangan (financial distress) dari usaha debitor yang telah
mengalami kemunduran. Sedangkan kepailitan merupakan putusan pengadilan
yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik
yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari. Pengurusan dan
pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim
pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan
tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit tersebut secata
proposional dan sesuai dengan struktur kreditor.10
Terdapat syarat syarat yang harus dipenuhi apabila ingin mengajukan
permohonan pailit yaitu terdapat pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa :
10 M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan;Prinsip, Norma, dan Praktik di peradilan, … h.1.
53
1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan
oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
3. Dalam hal debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Bank Indonesia.
4. Dalam hal debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring
dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
5. Dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan hal tersebut kita dapat melihat bahwa sebenarnya
pemerintah telah menyadari resiko kepailitan yang mungkin saja dialami oleh
BUMN. Terhadap BUMN, baik Persero maupun Perum berdasarkan UU
Kepailitan dan PKPU dapat dinyatakan pailit, namun dalam ketentuan pasal 2
ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU telah membatasi mengenai kepailitan
terhadap BUMN yaitu menyatakan bahwa dalam hal debitor adalah
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Pasal tersebut mengatur bahwa permohonan pailit terhadap BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publiklah yang hanya bisa diajukan oleh
menteri keuangan. BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 2 ayat (5) tersebut ialah badan
usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham.
54
Melihat penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publik sebagaimana yang tercantum pada
pasal 2 ayat (5) UU KPKPU dan penjelasannya di atas, maka dapat dipahami
jenis BUMN yang dimaksud ialah sebagaimana yang tertera padal pasal 1
angka 4 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perusahaan Umum, yang
selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki
negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Kesesuaian maksud dari pasal 2 ayat (5) UU KPKPU dan pasal 1 angka 4 UU
BUMN tersebut adalah terletak pada dua kata kunci yakni BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Maka
sesungguhnya, berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (5) UU KPKPU,
kementerian keuangan hanya dapat mengajukan permohonan pailit terhadap
Perusahaan Umum (Perum) yakni BUMN yang seluruh modalnya dimiliki
negara dan tidak terbagi atas saham.
Adapun BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan
terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara.
Sehingga, BUMN Persero bukanlah BUMN sebagaimana yang dimaksud pada
pasal 2 ayat (5) UU KPKPU yang permohonan pailitnya hanya dapat diajukan
oleh menteri keuangan. Dalam kepailitan Persero, seperti yang sudah
diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Persero adalah sebagai suatu
legal entity identik dengan PT dimana merupakan pribadi hukum mandiri
yang mempunyai kekayaan sendiri dan mempunyai keterpisahan dalam
pelaksaan hak dan kewajiban dengan masing masing pribadi pemegang saham
ataupun pengurusnya, sementara pada Persero mentri keuangan sebagai
pemegang saham, sehingga hak dan kewajiban yang ada sama seperti
pemegang saham biasa. Hal ini yang menjadi dasar bahwa ketika terjadi
kepailitan terhadap Persero maka mengikuti kepailitan pada PT biasa yaitu
dapat diajukan oleh siapa saja selain mentri keuangan, termasuk para
55
kreditornya dan permohonan pailit Persero harus memenuhi syarat syarat
kepailitan sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan
PKPU. Kemudian, Oleh karena Persero terbagi atas saham dan tidak
seluruhnya dimiliki oleh negara maka apabila Persero memiliki kewajiban
yang harus dibayarkan dan berada dalam keadaan insolvensi maka untuk
dipailitkan tidak perlu mendapat persetujuan dari menteri keuangan karena
Persero bukan seperti perum yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan
tidak terbagi atas saham.
B. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Terhadap Permohonan
Pailit PT. Merpati Airline Sebagai BUMN Persero
Dalam perkara antara PT Merpati Nusantara Airline dengan
pengawainya terdapat beberapa pertimbangan hakim dalam memutus perkara.
Sehingga untuk menghindari luasnya pembahasan maka sesuai dengan judul
penelitian, peneliti dalam menganalisis permasalahan ini hanya berfokus pada
pertimbangan hakim mengenai siapa yang berwenang dalam mengajukan
permohonan pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline sebagai BUMN
Persero apabila ditinjau dari hukum kepailitan.
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek paling penting dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan dan mengandung kepastian hukum, disamping itu juga mengandung
manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga perimbangan hakim ini
harus disikapi dengan teliti baik dan cermat. 11
Berdasarkan Putusan Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst
tanggal 7 April 2016 Majelis Hakim Pengadilan Niaga menyatakan bahwa
permohonan pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline ditolak.
Sebelumnya hakim mempertimbangkan bahwa termohon dalam keberatannya
menyatakan bahwa pemohon tidak punya kedudukan hukum (legal standing)
dalam mengajukan kepailitan terhadap pemohon. Karena yang berhak
11 Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Pustakan Pelajar; Yogyakarta,
2004), h.140.
56
mengajukan kepailitan adalah menteri keuangan sebagaimana diatas dalam
Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004.
Kemudian, atas keberatan termohon tersebut, pemohon dalam repliknya
menanggapi bahwa pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing)
dalam mengajukan permohonan pailit, oleh karena berdasarkan penjelasan
Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004,
BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik saja yang hanya
dipailitkan oleh menteri keuangan. Sedangkan termohon adalah bukan BUMN
yang bergerak dibidang publik lagi karena modalnya sudah terbagi atas
saham.
Berdasarkan hal tersebut majelis hakim berpendapat bahwa dengan
memperhatikan bukti T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia R.I. No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang persetujuan Akta
Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 tentang Modal
Perseroan disebut modal dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh
pemegang saham sebanyak Rp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun empat ratus
tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta
empat ratus tiga ribu lima ratus lima puluh enam) saham dengan perincian
1,344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta empat
ratus enam puluh delapan) saham Negara Republik Indonesia dan
Pp,59.088.000.000,-(lima puluh Sembilan milyar delapan puluh delapan juta
rupiah) atau 59.088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham
milik PT.Garuda Indonesia (Persero) Juncto Bukti T-2 tentang pernyataan
keputusan para pemegang saham Perusahaan Perseroan PT. Merpati
Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar RUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014
dihadapan notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b
disebutkan bahwa keputusan para pemegang saham diluar rapat mewakili
100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari
sebagai berikut:
57
1) Negara Pepublik Indonesia sebesar Pp.1.905.468,-(satu juta sembilan ratus
lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan
96.99% (sembilan puluh enam koma sembilan puluh sembilan persen)
2) Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima
puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham atau setara dengan 3.01
% (tiga koma nol satu persen)
Melihat dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines
(PT.MNA) terbukti milik negara dan bergabung dalam Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Dalam hal ini berarti, PT.Merpati Nusantara Airlines adalah
BUMN yaitu dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3 tentang maksud dan
tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan
berdaya saling kuat untuk mendapatkan keuntungan. Maka dari itu apabila
memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara
Airlines (PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines
(PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani kepentingan publik.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan PKPU yaitu dalam hal debitor adalah Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik
Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.
Mengingat dalam perkara ini yang mengajukan pailit adalah Sudiyarto
dan Jafar Tabuan selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA),
bukan menteri keuangan sehingga berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (5)
UUK dan PKPU maka dapat disimpulkan bahwa pemohon bukan pihak yang
berhak atau tidak memiliki kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai
legal standing). Berdasarkan hal tersebut maka permohonan pailit pemohon
terhadap PT Merpati Nusantara Airline haruslah ditolak.
Kemudian terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut Pemohon
mengajukan kasasi ke Mahkmah Agung dengan Nomor perkara 447
K/Pdt.Sus-Pailit/2016, Namun sayangnya dalam putusan Mahkamah Agung
58
menguatkan putusan Pengadilan Niaga, dengan pertimbangan bahwa
Pengadilan Niaga tidak salah menerapkan hukum sehingga permohonan kasasi
pemohon haruslah ditolak.
UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa pihak pihak yang dapat
mengajukan pailit terhadap debitor yang tidak mampu untuk melakukan
pembayaran terhadap utang-utangnya yaitu sebagai berikut :
1. Debitor sendiri
2. Kreditor
3. Kejaksaan
4. Bank Indonesia (BI)
5. Badan Pengawas Pasar Modal
6. Mentri Keuangan
Dari uraian pertimbangan majelis hakim diatas, hakim menilai bahwa
modal PT MNA yang mayoritas sahamnya dimiliki negara dan sebagian
kecilnya lagi dimiliki oleh PT Garuda yang juga sebagai BUMN merupakan
kepemilikian yang sama, sehingga secara keseluruhan modal PT MNA
merupakan milik negara. Kemudian melihat maksud dan tujuan PT MNA,
hakim beranggapan bahwa PT MNA termasuk BUMN yang bergerak
dibidang kepentingan publik, sehingga hanya dapat diajukan pailit oleh mentri
keuangan dan permohonan pernyataan pailit yang dilakukan oleh para
pegawainya haruslah ditolak karena tidak mempunyai legal standing
(kedudukan hukum). Melihat Pertimbangan hakim tersebut, hakim seolah
memberikan ketegasan bahwa semua jenis BUMN, baik Persero maupun
perum merupakan milik negara dan mempunyai tujuan untuk kepentingan
publik sehingga hanya dapat dipailitkan oleh menteri keuangan. Hakim tidak
merujuk pada ketentuan kententuan terkait dengan jenis BUMN sehingga
menyamaratakan permodalan serta tujuan utama BUMN.
Seperti yang diketahui bahwa dalam ketentuan pasal 2 ayat (5) UU
Kepailitan dan PKPU telah menyebutkan bahwa dalam hal debitor adalah
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan publik,
59
permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.
Dalam penjelasan pasal tersebut juga ditegaskan bahwa maksud dari BUMN
yang bergerak dibidang kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh
modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Dari ketentuan ini
maka kita dapat menyimpulkan bahwa untuk memenuhi kategori BUMN yang
bergerak dibidang kepentingan publik harus memenuhi 2 unsur yaitu yang
pertama “modal seluruhnya dimiliki oleh negara” dan yang kedua “tidak
tebagi atas saham”.
Majelis hakim dalam memberikan pertimbangan terhadap permohonan
pailit PT MNA telah mengesampingkan kata-kata terbagi atas saham
sebagaimana terdapat dalam penjelasan pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan
PKPU yaitu yang menyatakan bahwa BUMN yang bergerak dibidang
kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
negara dan tidak terbagi atas saham. Padahal apabila dicermati kata “dan”
dalam penjelasan Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU mempunyai sifat
kumulatif yang berarti kedua unsur dalam penjelasan ketentuan tersebut
merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi yaitu bukan hanya unsur
seluruh modalnya dimiliki oleh negara saja, tetapi juga BUMN itu haruslah
tidak boleh berbentuk atau terbagi atas saham.
Sebelumnya juga telah dijelaskan dalam pembahasan sub pertama yaitu
berdasarkan Pasal 1 angka 2 dan angka 4 dalam UU BUMN bahwa BUMN
yang kepemilikannya dikuasai oleh negara seluruhnya dan tidak terbagi atas
saham adalah BUMN berbentuk Perum dan bukan Persero. BUMN itu terdiri
dari Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Dalam
pasal 1 angka 2 UU BUMN menyebutkan bahwa Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan. Sedangkan pasal 1 angka 4 UU BUMN menyebutkan
bahwa Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
60
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip prinsip pengelolaan perusahaan.
Singkatnya, berdasarkan penjelasan tersebut, BUMN yang modal seluruhnya
dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham sebagaimana dimaksud pada
UU Kepailitan dan PKPU pada pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan
PKPU hanyalah BUMN yang berbentuk Perum. Sedangkan pada Persero
ditegaskan bahwa merupakan badan hukum yang terbagi atas saham dan pada
Persero juga tunduk pada UU PT sebagaimana di jelaskan berdasarkan pasal
11 UU BUMN, sehingga dalam permohonan pailitnya mengikuti PT biasa
dimana dapat dimohonkan pailit oleh selain menteri keuangan.
Ketentuan Pasal 2 ayat (5) UUK dan PKPU memang tidak menyebutkan
BUMN mana yang dimaksud apakah Perum atau Persero. Ketentuan tersebut
hanya menjelaskan kepemilikan modal suatu BUMN seluruhnya dan tidak
terrbagi dalam saham sebagai BUMN yang bergerak dibidang kepentingan
publik. Hal ini lah yang menjadikan perbedaan pendapat oleh majelis hakim.
Namun apabila ditelaah, penjelasan dalam UUK dan PKPU sejalan dengan
penjelasan UU BUMN yang menyatakan bahwa BUMN yang bergerak
dibidang kepentingan publik hanya BUMN yang berbentuk Perum, karena
selain memenuhi kreteria penjelasan 2 ayat (5) UU kepailitan Perum juga
mempunyai tujuan untuk kemanfaatan umum. Artinya BUMN yang hanya
dipailitkan oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud oleh pasa 2 ayat (5)
UUK dan PKPU adalah Perum.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pertimbangan majelis hakim dalam
kasus PT MNA perlu dicermati karena hakim telah memberikan penafsiran
yang berbeda sebagaimana yang dimaksud pada kentetuan pasal 2 ayat (5) UU
Kepailitan dan PKPU. Dari ketentuan yang telah diuraikan diatas, seharusnya
PT MNA dapat dipailitkan oleh siapa saja termasuk para kreditornya, tidak
hanya menteri keuangan saja. Hal tersebut dikarenakan PT MNA merupakan
BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas dimana berdasarkan bukti surat
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang persetujuan Akta Perubahan
61
Anggaran Dasar Perseroan), Pasal 4 tentang Modal Perseroan dan dalam
Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT.
Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar PUPS No.31 tanggal 26
November 2014 dihadapan Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga)
huruf b disebutkan bahwa pemegang saham PT MNA adalah Negara Republik
Indonesia sebesar 96,99 % (Sembilan puluh enam koma Sembilan puluh
sembilan persen) dan Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia sebesar
3,01% (tiga koma nol satu persen).
Melihat bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT MNA memenuhi
karakteristik sebagai BUMN Persero sebagaimana disebutkan dalam pasal 1
angka 2 UU BUMN yaitu BUMN yang berbentuk PT dan terbagi atas saham.
Kemudian juga dapat dilihat dari maksud dan tujuan PT MNA adalah untuk
mencari keuntungan bukan untuk tujuan melayani kepentingan publik,
sehingga jelas bahwa PT MNA tidak dapat dikategorikan sebagai BUMN
yang hanya dapat diajukan permohonan pailit oleh menteri keuangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU.
Dengan demikian tidak menutup kemungkinan PT MNA dapat diajukan pailit
oleh selain mentri keuangan yaitu diajukan pailit oleh para pegawainya yang
juga berkedudukan sebagai kreditor.
Dalam permohonan pailit ini para pegawainya yang merupakan
pemohon pailit telah membuktikan bahwa PT MNA mempunyai utang
terhadap pemohon dan kreditor lainnya yaitu berupa tidak dibayarkannya gaji,
denda gaji, pesangon dan iuran jamsostek oleh PT MNA terhadap dirinya
(pemohon) dan 112 pegawai lainnya. Dalam hal ini utang yang dimaksud juga
sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sehingga telah memenuhi syarat syarat
yang terdapat dalam pasal 2 angka 1 UU Kepailitan dan PKPU.
Menurut peneliti pertimbangan hakim dalam proses menyelesaikan
kepailitan BUMN Persero yaitu terhadap PT Merpati Nusantara Airline dan
pegawainya pada putusan nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst tidak
sesuai dengan ketentuan dalam hukum kepailitan. Sehingga dalam kasus ini,
hakim tidak memberikan kepastian hukum dalam memutus perkara. Kepastian
62
hukum menurut Urecht, mengandung dua pengertian yaitu pertama, adanya
aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum
itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan
oleh negara terhadap individu.12 Dalam UU Kepailitan dan PKPU telah
menegaskan bahwa walaupun BUMN Persero seluruh modalnyanya milik
negara namun apabila terbagi atas saham maka seharusnya dapat dimohonlan
pailit oleh siapa saja. Apabila hakim memutuskan harus melalui menteri
keuangan padahal dalam UU Kepailitan dan PKPU memperbolehkan bahwa
pemohon pailit adalah selain menteri keuangan maka pertimbangan hakim
tersebut tidak berdasarkan pada kepastian hukum.
12 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, …. h.23.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari seluruh rangkaian penelitian serta pengkajian
yang telah dilakukan, maka peneliti menarik kesimpulan dari permasalahan
yang telah dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu:
1. BUMN Persero adalah badan hukum yang berbentuk PT dan sepenuhnya
tunduk pada UU PT. Kemudian jika dikaitkan dengan teori dan doktrin
hukum perseroan maka jelas bahwa kedudukan Persero adalah sebagai
suatu badan hukum mandiri. Berdasarkan kedudukannya sebagai badan
hukum mandiri maka demi hukum harta kekayaan negara yang dipisahkan
dan dijadikan modal penyertaan dalam Persero bukan lagi menjadi milik
negara melainkan menjadi milik Persero itu sendiri. Dalam hal ini,
hubungan negara terhadap Persero merupakan hubungan kepemilikan
yaitu sebagai pemegang saham. Negara yang diwakili oleh menteri
keuangan sebagai pemegang saham memiliki hak dan kewajiban yang
sama seperti pemegang saham biasa. Hal ini yang menjadi dasar bahwa
apabila Persero memiliki kewajiban yang harus dibayarkan dan berada
dalam keadaan insolvensi maka untuk dipailitkan tidak perlu mendapat
persetujuan dari menteri keuangan dan proses kepailitannya mengikuti
kepailitan pada PT biasa yaitu dapat diajukan oleh siapa saja, termasuk
para kreditornya selama memenuhi syarat untuk dimohonkan pailit
sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU.
2. Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mengatur secara tegas
mengenai kepailitan terhadap BUMN sehingga mengakibatkan putusan
pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline sebagai BUMN Persero tidak
sesuai sebagaimana disebutkan dalam UU kepailitan dan PKPU. Hakim
dalam pertimbangannya memberikan penafsiran yang berbeda mengenai
64
maksud dari Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU yaitu PT MNA
hanya dapat diajukan pailit oleh menteri keuangan. Padahal apabila
disinkronkan dengan UU BUMN, BUMN yang dimaksud dalam Pasal 2
ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU adalah BUMN Perum, sedangkan PT
MNA termasuk dalam kategori BUMN Persero yang berbentuk PT dan
modalnya terbagi atas saham, sehingga seharusnya dapat diajukan pailit
oleh siapa saja termasuk para karyawannya.
B. Rekomendasi
Dalam rangka menyumbangkan sedikit pengetahuan peneliti mengenai
hukum perdata Indonesia, agar dalam hegemoninya tetap menjunjung nilai-
nilai proporsionalitas, peneliti hendak mengajukan rekomendasi sebagai
secercah kontribusi peneliti atas kemajuan konstruksi kegiatan perekonomian
Indonesia. Peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu adanya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
khususnya Pasal 2 ayat (5) yaitu dengan lebih menjelaskan secara tegas
mengenai BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik dan BUMN
mana yang hanya dapat diajukan pailit oleh mentri keuangan. Dengan
direvisinya pasal tersebut diharapkan tidak ada lagi perbedaan penafsiran
makna yang terdapat dalam pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU
tersebut .
2. Hendaknya hakim lebih hati hati dalam memutuskan suatu perkara,
apabila Undang - Undang sudah mengatur dengan jelas, maka tidak perlu
menafsirkan lagi, agar dapat dicapai adanya kepastian hukum sekaligus
yang berkeadilan bagi para pihak yang berperkara.
65
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi Nugroho, Susanti, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik
serta penerapan hukumnya, Prenadamedia Group, Jakarta, 2018
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum; Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis,
Gunung Agung, Jakarta, 2002
Ali, Chaidir, Badan Hukum, PT.Alumni, Bandung, 1999
Apeldoorn, Van, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1990
Harahap, Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika, 2009
Arto, Mukti, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, Pustakan Pelajar,
Yogyakarta, 2004
Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2003
Fuady, Munir, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam
Hukum Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014
Hartini, Rahayu, BUMN persero; Konsep Keuangan Negara dan Hukum
Kepailitan Di Indonesia, Setara Press, Jakarta, 2018
Hasyim, Farida, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014
Ibrahim, Jhony, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2006
Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2013
Khairandy, Ridwan, Pokok Pokok Pengantar Hukum Dagang Indonesia, FH UII
Press, Yogyakarta, 2014
66
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia
Indonseia, Bogor, 2002
Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan, Pedoman Menangani Perkara
Kepailitan, PT Raja Grafind Persada, Jakarta, 2004.
Nurdin, Andriani, Kepailitan BUMN Persero berdasarkan asas kepastian hukum,
PT. Alumni, Bandung, 2012
Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU
No. 1 Tahun 1995 Tentang PT, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995
Rastuti, Tuti, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, Bandung, Refika
Aditama, 2015
Remy Sjahdeini, Sutan, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening
Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998, Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta, 2004
_________________ , Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009
_________________ , Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2010
_________________ , Sejarah, Asas Dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Prenamedia
Group, Jakarta, 2016
Subhan, Hadi, Hukum kepailitan prinsip, norma, dan praktik dipengadilan,
Kencana Prenamedia Goup, Jakarta, 2008
Supramono, Gatot, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, Rineka Cipta,
Jakarta, 2016
67
Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999
Widjaja, Gunawan, Risiko hukum & bisnis perusahaan pailit, Forum Sahabat,
Jakarta, 2009
JURNAL
Amanda Fajar, Dwi, Pertanggung Jawaban Hukum terhadap Kerugian Keuangan
Negara Pada BUMN / Persero, Badamai Law Jurnal, Vol. 1, Issue 1, April
2016
Tuti Muryati, Dewi, dkk, Kajian Normatif Atas Kepailitan BUMN (persero)
Dalam Kaitannya Dengan Pengaturan Perseroan Terbatas, Jurnal Dosen
Fakultas Hukum Universitas Semarang, Vol.17 No. 2, 2015
SKRIPSI
Hilaliatul Badria Hakim, Putri, Analisis Penolakan Permohonan Pernyataan
Pailit Perusahaan Asuransi Prima Indonesia (Studi Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 388 K/Pdt.Sus/2010), Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016.
Novi Wardhani, Shinta, Akibat Hukum Bagi Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan
Pailit, Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Jember, 2016.
INTERNET
https://fildzahazzahra.wordpress.com/2015/06/17/analisis-matriks-pt-merpati-
nusantara-airlines/
https://tirto.id/berharap-merpati-tak-lagi-ingkar-janji-bRbb
https://tirto.id/nasib-tragis-maskapai-perintis-l6j
68
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/ini-kata-pakar-soal-
kepailitan-bumn
https://www.google.com/amp/s/buruh-online.com/2016/05/milik-negara-
permohonan-pailit-dua-pegawai-merpati-ditolak.html/amp
https://www.scribd.com/doc/223253735/11-BAB-II
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Repiblik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
Undang –Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
Undang –Undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
LAMPIRAN
Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSANNOMOR : 04/Pdt.Sus-PAILIT/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang memeriksa dan mengadili perkara Permohonan
Kepailitan pada tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut dibawah ini dalam permohonan
Kepailitan yang diajukan oleh :
1 SUDIYARTO yang beralamat di Jin.Peída Tarmizi No. 99 Jakamulya
Bekasi Selatan, dalam hal ini telah memberikan Kuasa kepada : Gelora Tarigan, S.H., M.H.
Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H. Advokat dan Asisten Advokat yang berkantor Law Firm
GELORA TARIGAN, SH MH dan Rekan yang berkantor di Komplek Griya Kemayoran
Jalan Industri Raya no 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax 6253907, baik secara
bersama-sama maupun sendiri- sendiri. berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. : 06/SURAT
KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Terlampir) selanjutnya disebut Sebagai
PEMOHON PAILIT I.;
2 JAFAR TAMBUNAN yang beralamat di Jin. P. Bangka 2 no 214 RT.007 /
RW 016 Arenjaya Bekasi Timur, dalam hal ini telah memberikan Kuasa kepada : Gelora
Tarigan, S.H., M.H. Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H. Advokat dan Asisten Advokat yang
berkantor Law Firm GELORA TARIGAN SH MH dan Rekan yang berkantor di Komplek
Griya Kemayoran Jl, Industri Raya no 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax
6253907. Baik secara bersama - sama maupun sendiri-sendiri, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus No. : 007/SURAT KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Asli Terlampir)
selanjutnya disebut Sebagarí' PEMOHON PAILIT II ;
Pemohon I dan Pemohon II secara bersama-sama selanjutnya disebut
sebagai :--------------------------------------------- "PARA PEMOHON PAILIT"
TERHADAP
PT. MERPATI NUSANTARA AIRLINES (PERSERO), beralamat di Jalan Angkasa Blok B-15 Kav 2-3
Kemayoran Jakarta Pusat 10610 selanjutnya disebut sebagai TERMOHON PAILIT;
Pengadilan Niaga tersebut;Hal I rkiri 36 hal Nnmor ' 04/Pdl Sus-PaHU/2016.^PN Niaga .Iki.Psi
Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat Nomor: 04/Pdt.Sus-PAlLlT/2016/
PN.NlAGA.JKT.PST. tanggal 11 Pebruari 2016 tentang Penunjukan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan
memutus perkara
¡ni ; ----------------------------- ---------------- ----- ------------------------------- ...........
Setelah membaca berkas perkara dan surat-surat bukti dari Para Pihak---------------------TENTANG DUDUKNYA PERKARA ..................................................................
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal yang telah didaftarkan pada
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 10 Pebruari 2016 dengan Register Nomor : 04/
PAIL1T/2016/
PN.NIAGA.Jkt.Pst. telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :-------------------------
1 TERHADAP PEMOHON 1:
1. Bahwa Pemohon I adalah Pegawai dari TERMOHON sejak bulan Agustus 1996 (Pl-1) dan diberhentikan dengan
hormat oleh TERMOHON sejak tanggal 17 Juli 2014 (PI-2) dimana Pemohon I akan diberikan oleh Termohon
uang sejumlah Rp. Rp. 406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus
Sembilan puluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut: Hak Normatif (Gaji dari Desember 2013 sd Juli
2014, Denda Gaji Desember 2013 sd Mei 2014, Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari Tahun 2009 s/d
2014) dengan nilai sebesar Rp. 148,895,640,- (seratus empat puluh delapan juta delapan ratus Sembilan puluh DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
lima ribu enam ratus empat puluh rupiah) ditambah dengan uang pesangon sebesar Rp. 257,778,950,- (dua ratus
lima puluh tujuh juta tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu Sembilan ratus lima puluh rupiah) sehingga jumlah
keseluruhan adalah Rp, 406,674,590,-. (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus
Sembilan puluh ribu rupiah) Namun sampai permohonan pailit ini diajukan, TERMOHON belum juga
memenuhi kewajibannya, yang artinya TERMOHON memiliki Hutang kepada PEMOHON I sebesar
Rp.406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus Sembilan puluh ribu
rupiah) yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, bahkan selama ini PEMOHON I meminta haknya terhadap
Pihak TERMOHON dan Pihak TERMOHON tidak menanggapi dan tidak memenuhi kewajibannya sehingga
melalui Kuasa Hukum PEMOHON I pada tanggal 15 Januari 2016 mengajukan SOMASI agar TERMOHON
segera membayarkan Hak PEMOHON I yang dilanjutkan dengan SOMASI ke-2 (kedua) pada tanggal 25
Januari 2016 juga tidak dilakukan pembayaran sehingga dilanjutkan dengan SOMASI ke-3 (ketiga) agar Hutang
TERMOHON dibayarkan ke PEMOHON 1 dan pada tanggal 31 Januari 2016 PEMOHON 1 mengirimkan lagi
Penagihan Hutang kepada TERMOHONHa! 2 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pnilit/2016/PN.Niaga.Jkt. PsI.
sebesar Rp.406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus Sembilan puluh
ribu rupiah) tetapi TERMOHON tetap tidak memenuhi kewajibannya walaupun telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
2 Bahwa walupun telah di Somasi beberapa kali Termohon tetap tidak memenuhi kewajibannya sehingga Pemohon
I hidup menjadi menderita begitu juga Kreditur Lainnya ;--------------------- ---------------
II TERHADAP PEMOHON II;
1 Bahwa ternyata selain hutang terhadap PEMOHON l, TERMOHON juga terbukti masih berhutang terhadap
PIHAK lain, yaitu PEMOHON II.
2 Bahwa kewajiban TERMOHON terhadap PEMOHON il karena adanya hubungan HUKUM dimana PEMOHON
II adalah pegawai TERMOHON dimana PEMdHON II diangkat sebagai pegawai sejak tahun 1990 dimana
PEMOHON II akan diberikan oleh TERMOHON uang sejumlah Rp. 431,941,709,- (empat ratus tiga puluh satu juta
Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) dengan perincian sebagai berikut: Hak Normatif
(Gaji dari Desember 2013 sd Juli 2014, Denda Gaji Desember 2013 sd Mei 2014, Iuran Jamsostek beserta
pengembangannya dari Tahun 2009 sd 2014) dengan nilai sebesar Rp. 141,881,609- (seratus empat puluh satu juta
delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus Sembilan rupiah) ditambah dengan uang pesangon sebesar Rp.
290,060,100,- (dua ratus Sembilan puluh juta enam puluh ribu seratus rupiah) sehingga jumlah keseluruhan adalah
Rp. 431,941,709,-. (empat ratus tiga puluh satu juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan
rupiah) Namun sampai permohonan pailit ini diajukan, TERMOHON belum juga memenuhi kewajibannya, yang
artinya TERMOHON memiliki Hutang kepada PEMOHON II sebesar Rp.431,941,709- (empat ratus tiga puluh satu
juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
bahkan selama ini PEMOHON II meminta haknya terhadap Pihak TERMOHON dan Pihak TERMOHON tidak
menanggapi dan tidak memenuhi kewajibannya sehingga melalui Kuasa PEMOHON II pada tanggal 15 Januari 2016
mengajukan SOMASI agar TERMOHON segera membayarkan Hak PEMOHON II yang dilanjutkan dengan
SOMASI ke-2 (kedua) pada tanggal 25 Januari 2016 juga tidak dilakukan pembayaran sehingga dilanjutkan dengan
SOMASI ke-3 (ketiga) agar Hutang TERMOHON dibayarkan ke PEMOHON II dan pada tanggal 30 Januari 2016
PEMOHON II mengirimkan lagi Penagihan Hutang kepada TERMOHON sebesar Rp.431.941.709,- (empat ratus tiga
puluh satu juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) tetapiHal 3 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PaUU/2016/PN.NiagaJkt.Pst.
TERMOHON tetap tidak memenuhi kewajibannya walaupun telah jatuh tempo dan dapat ditagih.; -
3 Bahwa PARA PEMOHON telah berkali-kali mencoba menagih kepada
TERMOHON untuk melunasi HUTANG TERMOHON baik melalui surat maupun mendatangi langsung ke
TERMOHON akan tetapi TERMOHON tidak menanggapinya.;------------------------- -—DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4 Bahwa TERMOHON beberapa kali dihubungi PARA PEMOHON,
TERMOHON hanya janji-janji saja, dengan demikian TERMOHON telah terbukti beretikat BURUK tidak
melaksanakan kewajibannya dalam melunasi seluruh hutangnya yang telah jatuh tempo kepada para PEMOHON,
sebagaimana dimaksudkan dalam PASAL 2 ayat (1) UU no. 37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN dan
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (UU KEPAILITAN).;-----
5 Bahwa atas tagihan tersebut PEMOHON I dan PEMOHON II telah
mengirimkan SOMASI ke-1 (kesatu) kepada TERMOHON pada tanggal 15 Januari 2016, SOMASI ke-2 (kedua)
pada tanggal 25 Januari 2016, SOMASI ke-3 (ketiga) pada tanggal 02 Februari 2016 dan Surat Tagihan pada
tanggal 31 Januari 2016, namun TERMOHON masih tidak membayar juga malahan TERMOHON melalui kuasa
hukumnya memberi jawaban melalui surat jawaban somasi ke-3 (ketiga) No. 0T1/ADCO/RD/11/2016 tanggal 03
Februari 2016 yang antara lain mengatakan bahwa "apabila saudara akan mengajukan permohonan PAILIT yang
dapat membawa terlambatnya pencairan dana penyelesaian Hak-hak Normatif seluruh Karyawan Merpati maka
TERMOHON akan menempuh segala langkah HUKUM baik PIDANA maupun PERDATA" yang merupakan
ANCAMAN dan INTIMIDASI dari TERMOHON kepada PARA PEMOHON padahal jelas TERMOHON yang
tidak membayar HUTANGnya kepada PARA PEMOHON.;------------------------------
III TENTANG ADANYA KREDITUR LAINNYA:
1 Bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) UU no.37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN
dan PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) secara tegas mengatur syarat limitatif
mengenai pernyataan PAILIT, yaitu "DEBITUR YANG MEMPUNYAI 2 ATAU LEBIH KREDITUR DAN
TIDAK MEMBAYAR LUNAS SEDIKITNYA 1 HUTANG YANG TELAH JATUH WAKTU DAN DAPAT
DITAGIH, DINYATAKAN PAILIT DENGAN PUTUSAN PENGADILAN".;-----
2 Bahwa ternyata selain berhutang kepada PARA PEMOHON, TERMOHON juga terbukti masih berhutang kepada
PIHAK lain, yaitu :
Hal 4 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Siix-Pailit/2.016/PN.Niaga.Jkl. PsI.
No Nama Alamat Jumlah1 MOHAMMADARIF
AROFANI
JL, RAYA INPRES NO, 11B RT/RW 005/001 KEL, TENGAH K RAM AT JATI JAKARTA TIMUR
Rp 526.008 833
2 SAYU PAGAR ALAM PERUM TAMAN ELANG BLOK L N0.19 JL. M THOHA KM. 5.5 RT/RW 004/010 KEL PERIUK TANGERANG 15131
Rp 291.268,179
3 DONNY EKO SETYAWAN JL. PELDA TARMIZI NO.18 RT/RW 002/015 JAKAMULYA BEKASI SELATAN
Rp 3S5 065.777
4 ACHMAJ YULIZAR PERUMAHAN GRAHA HARAPAN BLOK A 15/08 RT/RW 004/019 MUSTIKA JAYA BEKASI
Rp 352,024,369
S HERIZAL TAMAN KEBALEN INDAH NO 14/48 RT/RW 002/016 BABELAN KAB. BEKASI JAWA BARAT KODE POS 17610
Rp 340.679.256
6 MOCH. JAFAR TAMBUNAN
JL. P BANGKA 2 NO.214 RT/RW 007/016 KEL AREN JAYA KEC BEKASI TIMUR
Rp 431.941,709
7 CHRISTIAN
FERNANDO
PERUMAHAN MUTIARA BARU, JALAN MUTIARA 1 BLOK B NO,24 RT/RW 001/012 KEL SEPANJANG JAYA KEC RAWALUMBU BEKASI JABAR
Rp 1.679.964,689
16 ERWIN YULIANTO PONDOK MELATI INDAH JL TAMPOMAS RAYA B4/6 JATIWARNA PONDOK MELATI BEKASI
Rp 1.920,558.002
17 DEDY HERMANSYAH JL KALIMANTAN 9 BLOK F1 NO.I BSD NUSALOKA RT/RW 003/012 RAWA MEKAR JAYA SERPONG TANGERANG SELATAN
Rp 1.836,756.065
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
18 IWAN RIDWAN JL. OTISTA III KOMPLEK VIII NO H-97 RT/RW 005/002 CIPINANG CEMPEDEK JATINEGARA JAKARTA TIMUR
Rp 578,829.627
Hal 5 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailii/2016/PN.Niaga.Jkt. PsI.
19 HADI SUTRISNO PERUMAHAN WISMA HARAPAN BLOK A3 NO.42 RT/RW 005/009 GEMBOR PERIUK
Rp 646.028.194
20 FAUSTINA DWI H PANGKALAN JATI 1 JALAN SWADAYA NO 24 RT/RW 007/007 PONDOK LABU CIÑERE JAKARTA SELATAN
Rp 426,550.743
21 DEA5Y DESTARI JL. KEMARI PERUM GRAND RESIDENCE PONDOK CABE BLOK A2/9 PONDOK CABE UDIK PAMULANG TANGERANG SELATAN
Rp 217.839.467
22 ADITHYA PRIYO YOEWONO
JL. KEMIRI PERUM GRAND RESIDENCE PONDOK CABE BLOK A2/9 PONDOK CABE UDIK PAMULANG TANGERANG SELATAN
Rp 1,668.645,902
23 HERU PURNAWAN JL. H SANWANI NO,2 RT/RW 001/008 KEL JATIMURNI KEC PONDOK MELATI KOTA BEKASI JAWA BARAT
Rp 674,860.973
24 ASWAN DY JL, SULTAN ALAUDDIN KOMPLEK GRAHA MODERN JAYA BLOK A NO,15 MAKASAR
Rp 443.036,452
25 MUHAMMAD S SAID BTN MAKKIO BAJI BLOK B3 NO.I ANTANG MAKASSAR
Rp 399,390.011
26 SRI WAHYUNINGSIH MEDITERANIA BOULEVARD NW 19 AQ KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
Rp 277.089.488
21 HENY YUUASTUTI KOMPLEK WAP J L. MOKMER III D/9 RT/RW 006/007 KEL GUNUNG SAHARI UTARA JAKARTA PUSAT
Rp 317.696.521
28 MUHAMAD GUMILANG WAHYU PERDANA
KAMPUNG BARU RT/RW 004/004 TAWANG REJO KELTAWANGANOM KABUPATEN MAGETAN
Rp 36,781,603
29 SUTANTO CEMENG BAKALAN RT/RW 006/002 KECAMATAN
Rp 464.193.099
Ha! 6 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl..Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.
SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR
30 ISRAR FIRDAUS JL, SINGOSARI RAYA NO,23 PERUM 3 KARAWACI TANGERANG BANTEN
Rp 491.002.469
31 BUDI KURNIAWAN JL. KH RIDI NO.12 RT/RW 005/001 KEL PONDOK JAYA KE CIPAYUNG DEPOK JAWA BARAT
Rp 385.286.545
32 SURYAD!
M
JALAN ANCOL SELATAN RT/RW 015/001 N0.26A SUNTER AGUNG TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
Rp 581.754.492
33 ALI AKBAR CEMPAKA BARU 1/52 JAKARTA PUSAT
Rp 287.951.762
34 KIKI ROSMAYANI PALEM INDAH BLOK P NO 24 RT005 PONDOK KELAPA DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR
Rp 389,999.816
35 SARONO PRATIKNO JL. KOTA BAMBU UTARA RT/RW 009/009 KELURAHA KOTA BAMBU UTARA KEC. PALMERAH JAKARTA BARAT
Rp 67,852.902
36 RIANI AGUSENA JL MEGA KUNINGAN A PT BELLAGIO 8C BF 15 KUNINGAN JAKARTA SELATAN
Rp 437.600.000
37 BAGUS HANDITO JL PORSELEN V NO 5 KAYU Rp 411.299.717DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
PUTIH PULO GADUNG JAKARTA TIMUR 13210
38 WILDAN YUSFITA JL. H ICANG NO 27A RT/RW 002/002 LENTENG AGUNG JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
Rp 287.735.108
39 WURI HENDRIANA ISNAINA
JL. AKASIA RAYA BLOK F.5 NO,13 PENGASINAN RAWALUMBU BEKASI TIMUR
Rp 109.771.769
40 PARTONO KOMPLEK GOLDEN LAND BLOK C NO12A BATAM CENTRE - BATAM
Rp 336.645.566
41 AGUSTINUS
SUGIHARTO
PONDOK JATI AM-10 DESA PAGERWOJO BUDURAN
Rp 1,213.221.120
lial 7 dari 36 ha! Nomor : ()4/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.
SIDOARJO42 ANDREY YOHANES
SOAVIOU SPONDOK UNGU PERMAI BLOK AM 26 RT/RW 005/012 DESA BAHAGIA KECAMATAN BABELAN BEKASI 17610
Rp 82,648.450
43 DANU RISMAN HUSEIN PULO GEBANG NO.13 04/06 KEL PULO GEBANG KEC. CAKUNG JAKARTA TIMUR
Rp 352,854.438
44 PRAYITNO JL. SOLO RT/RW 004/004 NO.03 KP UTAN KEL CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Rp 475.521.798
45 DARWANDl PONDOK CIPTA BLOK D-36 RT/RW 005/008 BINTARA BEKASI BARAT JAWA BARAT
Rp 463.801.575
46 SUPONO TELAGA MAS BLOK K1 NO.7 RT/RW 006/013 KELURAHAN HARAPAN BARU KECAMATAN BEKASI UTARA
Rp 283.127,246
47 SUDIYARTO JL. PELDA TARMIZI NO 99 JAKAMULYA BEKASI SELATAN
Rp 406.674.590
48 NOENGKI PRIJANTO JL. JAMBU RAYA NO. 233/118 PERUMNAS 1 BEKASI 17135
Rp 379.336,380
49 AGUS GANDIANA JATINEGARA LT10 RT/RW 012/003 JATINEGARA KEC. CAKUNG JAKARTA TIMUR
Rp 1.120.681.917
50 ANGGUN BAHTIAR GRIYA CANDRAMAS DB 38 SEDATI SIDOARJO JAWA TIMUR
Rp 632.815.176 i
51 B BUDHI SANTOSO JL KERJA BAKTI NO.09 RT/RW 006/004 KEI/KEC MAKASAR JAKARTA TIMUR
Rp 391.688.103
52 BADRIAH JL. PISANGAN LAMA 111/96 RT/RW 005/003 JAKARTA TIMUR
Rp 427,613.249
53 BUDI LAKSONO JL. NUSANTARA III B229 PERUM JATI MULYA TAMBON SELATAN BEKASI
Rp 380.621.778
54 BUDI WIJAYANTO JL. CENDRAWASIH 8/343 Rp 308.850,491
Ha! 8 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Siis-Pailit./20l6/PN.Niaga Jkl. PsI.
RT/RW 006/013 KELURAHAN DEPOK JAYA KECAMATAN PANCORANMAS DEPOK
55 DIAN
SULISTYANINGRUM
DASANA INDAH BLOK SE 7 N0.14 RT/RW 002/011 KEL BOJONG NANGKA KEC KELAPA DUA TANGERANG 15821
Rp 208.816 239
56 EDDY SUDHIARTO PERUM BUMI CABEAN ASRI BLOK E2/42 CANDI SIDOARJO
Rp 723.031.978
57 EKO SURYO CAHYONO JL NABA IV RT/RW 003/009 N0.16 CILEDUK TANGERANG
Rp 472.314.149
58 EMAN SUPRIATMAN JL RAYA HANKAM/WISMA KUSUMA INDAH BLOK B N0.59JATI RAHAYU PONDOK MELATI BEKASI 17414
Rp 3 409.798.514
59 ERRY PRIJANTO PERUM GRIYA PERMATA HIJAU V-34 CANDI SIDOARJO JAWA TIMUR
Rp 748.761.710DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
60 ERYWARDHANA JL WR JATI BARAT N0.31 RT/RW 006/005 KALIBATA PULO KEL. KALI BATA KEC.PANCORAN JAKARTA SELATAN
Rp 817.396.432
61 ESSUSILANING TYAS PERUM SINAR MEDAYU SELATAN BLOK A-47 RT/RW 010/002 RUNGKUT SURABAYA
Rp 299.313.058
62 FX DIDI DION JL. TANJUNG SAN YANG RT/RW 008/004 NO 36B JAKARTA TIMUR
Rp 876 666.198
63 H MOCHAMAD FADJARUDIN
JL. CANNA 4/1 PONDOK INDAH RT/RW 007/008 PERUM KOTA BUMI PASAR KEMIS TANGERANG
Rp 2.660.726.810
64 HERINAWATI PRIMA HARAPAN REGENCY D12/8 BEKASI UTARA HARAPAN BARU 17123
Rp 545.702.666
65 HERRYLATUHERU JL AMARTA RT/RW 002/006 SEMAMBUNG GEDANGAN SIDOARJO JAWA TIMUR
Rp 754.757.589
Ha! 9 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailit./2016/PN.Niaga. Jkl.Psl.
66 1 WAYAN SUARNA KOMP DEPPEN JL MEDIA 111 BLOK AD-11 SUKATANI TAPOS DEPOK
Rp 1,079.069.729
67 IDA BAGUS PUTU INDRAWAN
JL POS TUJUH SENTANI RT/RW 001/004
Rp 102.297,467
68 IKASEPTRIANI JLOTISTAGG DELIMA NO 28 RT 92 RW26 KARANG ANYAR SUBANG JAWA BARAT
Rp 208.600.808
69 ISKANDAR
SYARIFUDIN
JLTEBET TIMUR DALAM IP/3 JAKARTA SELATAN
Rp 1.902.645,385
70 ISKANDIZURA JATI BENING II JL. HANJUANG II NO.12 RT/RW 008/008 KELURAHAN JATI BENING BARU KEC. PONDOK GEDE BEKASI JAWA BARAT
Rp 3,005.234.719
71 ISTIYOSO KOMPLEK POLRI RAGUNAN JL M/55 RT/RW 008/006 RAGUNAN KEL. PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN
Rp 340.404.656
72 JHONRY SIRUMPEA JL KELAPA GADING II N0.14A RT/RW 002/001 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
Rp 812.094.561
73 JOHANNES LTOBING JL. DAHLIA VIII BLOK D NO 402 RT/RW 003/013 JATIMULYA BEKASI
Rp 567,386.003
74 JULIUS ALEXANDER P R KEPA V/731 TOMANG Rp 494.745.37975 MOHAMMAD ROESMIN
IRFANUDDIN SPONDOK MUTIARA BV- 12AJL PAHLAWAN SIDOARJO
Rp 446.146.785
76 MUHAMAD MUCHTAR JL M KAHFI1 GG PANJANG NO 88 RT/RW 004/006 CIPEDAK CIGANJUR JAKARTA SELATAN
Rp 488.879.779
77 MUHAMMAD RIDWAN JL PULO GEBANG RT/RW 006/006 NO 100 CAKUNG JAKARTA TIMUR 13950
Rp 663.159.165
78 MUHAMMAD SAKUR GRIYA CANDRAMAS CA 05 PEPE SEDATI SIDOARJO
Rp 561.580.037
79 MURSANYOTO H KODIR NO 119 C CIMINDI CIMAHI
Rp 544.031.370
80 NUR IZZATI ANWAR RUNGKUT MENANGGAL HARAPAN 0-24 SURABAYA
Rp 422.370.928
Hal 10 dan 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Paiiit/2016/PN.NiagaJkt.Pst.
81 NURCHOLIS PONDOK SEDATI ASRI GL- 24 PEPE SEDATI SIDOARJO
Rp 666.147.003
82 NURSINDI PERUMAHAN GRIYA PUTRA MANDIRI BLOK G NO 18 RT/RW 007/009 BOJONG PONDOK DEPOK
Rp '114.808.483
83 OKTI DWI RAHAYU JL DAHLIA9 BLOK D9 NO 3 RT/RW 014/008 PERUM PESONA TERATAI KOMPLEK DEPSOS CIBITUNG BEKASI 17S20
Rp 114.808.483
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
84 PETRUS HENDRIK MOFU JL GARUDA GG SAWO N0.8 RT/RW 012/004 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
Rp 317.651,973
85 PIRTONDI
BSIMBOLON
J L. P ALA WAN REVOLUSI GG. H KHAMAD NO 34 RT/RW 004/003 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR
Rp 254.866.989
86 RUDIZ KALIKl JL KEMUNING GG H RT/RW 004/007 N0.2 UTAN KAYU JAKARTA TIMUR
Rp 500.808.887
87 SLAMET WARDOYO PERUM ALAMANDA BLOK A2 N0.3 DS DUKUN TENGAH BUDURAN SIDOARJO JAWA TIMUR
Rp 322.369,413
88 SUBAGYO KP PANCORAN MAS RT/RW 001/006 N0.48 KEL PANCORANMAS DEPOK
Rp 465,750,454
89 SUHERMAN KOMP VIJAYA KUSUMA BLOK B14 N0.5 RT/RW 002/017 CIPADUNG BANDUNG
Rp 341,825.260
90 SUJANTO KOMP MERPATI JL. MERPATI III BLOK 0/16 PABEAN SEDATI SIDOARJO JAKARTA TIMUR
Rp 790.227.357
91 SUPARI RT/RW 003/015 KELURAHAN PENGASINAN KECAMATAN RAWALUMBU BEKASI 17115
Rp 630.864,079
92 SUPRIYONO JL PALEM II N0.80 RT/RW 005/003 KEL CIJANTUNG KEC. PASAR REBO
Rp 446 487 083
Ilal 11 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
93 TOBER SIRE6AR JL. SEI DENAI NO 70/56 | KEL BABURA KEC. MEDAN BARU SUMATERA UTARA
Rp 333,570.893
94 TRESNA
HENDRAWAN
H, SYUKUR V NO/11 SEDATI CEDE SIDOARJO
Rp 559.270.573
95 WAHYU WIBOWO K JL. BUMI PRATAMA VIII BLOK A. 125 RT/RW 005/006 KEL DUKUH KEC, KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR
Rp 1,041.836,040
96 WAHYUDIN
ABDULLAH
KOMPLEK MERPATI BLOK H NO.3 PEGADUNGAN KALIDERES JAKARTA BARAT 11830
Rp 2.500.000.000
97 YUUA K MOIWEND JL DAYUNG 3C NOMOR 21 KELAPA DUA TANGERANG BANTEN
Rp 208.600.808
98 YUNI SEFI ERLIANA PERUM MAGERSARI PERMAI AA21 SIDOARJO
Rp 202,800.808
99 ZAINAL ABIDIN JL, KEBON JAHE KOBER G6T NO. 19 TANAH ABANG JAKARTA PUSAT
Rp 747,763.668
100 ZAINUL ARIFIN GRIYO PABEAN II F-21 PABEAN SEDATI SIDOARJO
Rp 517.350.271
101 ERPAN SETIAWAN KOMP HOLIS PERMAI VIII NO.10 CIBONDEWAH KALER BANDUNG
Rp 340.143.759
102 HUSEIN ONGSO KEBONPALA RT/RW 001/010 NO,64
Rp 268.800.210
103 LOUREN
HARYANDONO
JL. SIAGA DHARMA VIII NO.26 PEJATEN TIMUR PASAR MINGGU
Rp 495.007.020
104 FERDIANSYAH JL. KUDUS GG PATIH NO,21 RT/RW 008/006 KEL MENTENG JAKARTA PUSAT
Rp 495,007.020
105 TATI MULYATI JLN, MELATI IV BLOK N34 KP2 BEKASI 17116
Rp 403.217.131
106 M. A YUSUF KOMPLEK PERUMAHAN MERPATI KEHUTANAN JL. MERBAU BLOK CC N0.6 PABEAN SEDATI SIDOARJO
Rp 542,809,695
107 FEBRl SUZANE SERPONG PARK BI NO 07 TANGERANG SELATAN
Rp 326,400,239
108 WULANITA PERUM GRIYA ABADI Rp 210.600.808
Ha! 12 dari 36 hal Nnivnr : 04/Pdt.Sus-Pailit/2016'TN.Niaga.Jkl. Rsl.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
AE.33 BANGKALAN 6961109 WANDA PUTRI KARTIKA KEDUNG RUKEM 1/4D RT/RW
002/004 KEDUNG DORORp 209.700.000
110 ERITA SARI SUHARMO VILLA SELECTA BLOK E NO 5 CIATER SERPONG
Rp 220.000.000
111 DESSY NURHAYATI KOMP ANGKASA PURA II JL MUTIARA BLOK C22 NO 10 RW.07 KEL KARANG ANYAR TANGERANG
Rp 220.000.000
112 FARAH SEPTIANI HERDALINA
PERUM KORPRI JL. DUKU VI F/5 KRAMAT SELATAN MAGELANG 56115
Rp 114.808 483
113 RINOVAN PERUM WALIKOTA JL. PIPIT BLOK A4 NO.3 SUKAPURAJAKARTA UTARA
Rp 165.700.175
114 IRWAN JL. YOS SUDARSO LORONG 2 TIMUR NO.12 RT/RW 002/001 KEL. KOJA JAKARTA UTARA
Rp 164.751 175
TOTAL Rp 71.515.826 750
3 Bahwa PEMOHON 1, berada pada nomor urut 47 (empat puluh tujuh) dan PEMOHON II berada pada nomor urut
6 (enam) dari Daftar tersebut diatas.;-
4 Bahwa Kreditur lainnya juga telah mengirimkan Somasi kepada
TERMOHON tetapi TERMOHON juga belum melakukan pembayaran.;---------------
5 Bahwa dengan terpenuhinya syarat - syarat untuk dapat dinyatakan
TERMOHON PAILIT, dimana telah terbukti TERMOHON mempunyai lebih dari 2 (Dua) Kreditur dan
TERMOHON telah tidak membayar LUNAS sedikitnya 1 (Satu) Hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU no.37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN DAN
PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU), dengan demikian telah cukup alasan bagi para
pemohon untuk mengajukan permohonan pernyataan PAILIT terhadap TERMOHON dan untuk itu patutlah
apabila TERMOHON dinyatakan PAILIT dengan segala akibat HUKUMnya.;--------
6 Bahwa demi melindungi kepentingan PARA PEMOHON dan KREDITUR
lainnya, karena dikhawatirkan TERMOHON hendak melakukan perbuatan melawan HUKUM atas harta
kekayaannya yang dapat merugikan PEMOHON dan KREDITUR lainnya, maka dimohonkan agar kiranya
Pengadilan Niaga berkenan melakukan Sita Jaminan atas :--------------------------------Hai 13 dari 36 hai Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20i 6/PN Niaga.Jkt.PsL
• Kekayaan Termohon berupa seluruh Aset milik TERMOHON baik berupa
Tanah-tanah dan bangunan-bangunan yang terletak di atasnya serta segala sesuatu yang terletak di atasnya baik
yang ada pada TERMOHON serta harta TERMOHON lainnya yang akan di jual dimuka umum melalui kantor
lelang Negara dan hasil penjualannya untuk membayar hutang TERMOHON kepada PEMOHON dan
KREDITUR lainnya.;-—--------------------------------------------------------------------
• Alokasi Dana PMN sebesar Rp. 800.000.000.000.000,- (delapan ratus
milyar rupiah) yang dititipkan kepada PT. Perusahaan Pengelola Aset yang beralamat Sampoerna Strategie
Squar Tower A lantai 12 Jl. Sudirman Kav 45-46 Jakarta Pusat, yang akan digunakan untuk membayar hutang
kepada PEMOHON dan kreditur lainnya tersebut diatas, untuk melunasi HUTANG kepada karyawan termasuk
Pemohon PAILIT dimana PT Perusahaan Pengelolah Aset (PPA) sebagai pihak yang menangani Restrukturisasi
PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero);------------------------------------------------
7 Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut dan uraian yang telah dijelaskan oleh
para PEMOHON, maka PERMOHONAN PAILIT yang diajukan oleh PARA PEMOHON PAILIT telah
memenuhi syarat, sehingga sudah sepatutnya Majelis Hakim yang Mulia untuk mengabulkan permohonan PAILIT
ini.;-------------------------------------------------------------------------------------------------
8 Bahwa guna mengawasi pengurusan dan pemberesan harta PAILIT
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
TERMOHON diperlukan hakim pengawas dan karenanya PARA PEMOHON memohon dan mengusulkan agar
majelis hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan menunjuk
dan mengangkat Hakim Pengawas dan Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.;
9 Bahwa untuk kepentingan pemberesan harta PAILIT menurut pasal 15 ayat
(3) UU Kepailitan diperlukan Kurator dan karenanya para PEMOHON memohon dan mengusulkan agar Majelis
Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan menunjuk dan
mengangkat Tim Kurator dalam KEPAILITAN ini.;---------------------------------------
10 Bahwa apabila TERMOHON dalam permohonan ini mengajukan
permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan dikabulkan. PARA PEMOHON memohon
dan mengusulkan agar Majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo
berkenan menunjuk dan mengangkat TIM Kurator sebagai Tim Pengurus Harta Pailit dalam PKPU dimaksud
tersebut.;--------------------------------------------------------------------------------- --------
11 Bahwa berkenan dengan imbalan jasa dari TIM Kurator, mohon ditetapkan akan ditentukan kemudian setelah TIM
Kurator melaksanakan tugasnya.;—
Hal 14 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6^PN.Niaga. Jkt.Pst.
12 Bahwa apabila Permohonan Pailit ini diterima dan dikabulkan, maka
segalah biaya yang timbul dari Permohonan ini, haruslah ditanggung oleh
TERMOHON.;---------------------- ------------------------------------------- ------- --------
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka PARA PEMOHON mohon kiranya agar Majelis Hakim yang Muliah yang
memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan untuk memberikan Putusan yang adil sebagai
berikut:
1 Menerima dan Mengabulkan Permohonan PARA PEMOHON PAILIT
seluruhnya,;----------------------------------------------------------------------------------
2 Menyatakan TERMOHON PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero)
PAILIT dengan segala akibat hukumnya;------------- ---------------------------------
3 Menetapkan dan menunjuk serta mengangkat Hakim pada Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;------------ ---------------------------
4 Menunjuk dan Mengangkat TIM Kurator dalam Kepailitan ini atau selaku
Pengurus jika masuk dalam PKPU;------------------------------------------------------
5 Menetapkan Imbalan Jasa Kurator akan ditentukan kemudian setelah
Kurator melaksanakan tugasnya;---------------------------------------------------------
6 Menghukum Termohon Pailit untuk membayar seluruh biaya perkara
yang timbul;---------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan, untuk
Pemohon I dan Pemohon II telah hadir kuasanya : Gelora Tarigan, S.H., M.H. Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H.
Advokat dan Asisten Advokat dari kantor hukum Law Firm GELORA TARIGAN.SH,MH., dan Rekan yang
berkantor di Komplek Griya Kemayoran Jalan Industri Raya No 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax
6253907, baik secara bersama - sama maupun sendiri- sendiri. berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. ; 06/SURAT
KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Terlampir),untuk Termohon hadir Kuasanya Rizky
Dwinanto.SH,MH., Budi Satrio.SH., Agung Cahyono.SH., Advokat dari kantor hukum ADCO Attorneys at Law,
beralamat di Setiabudi Building 2, 2'^'^ Floor, Suite 205C, Jl. HR Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta 12920,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 25 Februari 2016;--------------------------------
Menimbang, bahwa Termohon telah mengajukan Tanggapan/Jawaban tertanggal 16 Maret 2016 yang pada
pokoknya sebagai berikut:
A MENGENAI TERMOHON PAILIT YANG DENGAN TEGAS DAN JELAS MENOLAK SELURUH
DALIL-DALIL YANG DIAJUKAN OLEH PEMOHON PAILIT DALAM PERMOHONAN INI.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Termohon Pailit selaku Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mayoritas sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia dengan ini secara tegas dan jelas menolak seluruh dalil-dalil Pemohon Pailit
dalamHal 15 dai'i 36 ha! Nomor : 04fPcll.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkl Psl.
perkara a quo, kecuali yang secara tegas dinyatakan dan/atau diakui lain oleh Termohon Pailit dalam
tanggapannya,;-.............................................................—......... ........... ............ ..........
B PEMOHON BUKAN MENTERI KEUANGAN DAN OLEH KARENANYA TIDAK MEMPUNYAI
KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DALAM MENGAJUKAN PERMOHONAN PAILIT
TERHADAP TERMOHON PAILIT
1 Termohon Pailit adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
sebagian besar modal dan/atau sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang bergerak Melayani
Kepentingan Publik sebagaimana jelas tergambar dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya
melakukan usaha di bidang jasa angkutan negara serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
perseroan untuk menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;
2 Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan sangatlah jelas terlihat dimana komposisi dari kepemilikan
saham negara sangatlah mayoritas dan/atau dominan dimana Negara Republik Indonesia memiliki saham dengan
persentase 96,99 % terbilang (sembilan puluh enam koma sembilan puluh sembilan persen) dan PT Garuda Indonesia,
Tbk memiliki saham dengan persentase 3,01% terbilang (tiga koma nol satu persen).
3 Ketentuan dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-undang No. 37 tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ("UUKPKPU") sangatlah jelas menyatakan
bahwa dalam hal BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik maka Permohonan Pailit tersebut harus
diajukan oleh Menteri Keuangan,;-------------------------------------------------------
Pasal 2 ayat (5) UUKPKPU:Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi. Dana Pensiun, atau Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidangKepentingan Publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Menteri Keuangan.;-------------------------------------------------------
4 Bahwa dikarenakan Termohon Pailit adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak melayani Kepentingan Publik maka Permohonan Pailit haruslah berasal dari Menteri
Keuangan sedangkan Pemohon Pailit (in casu Sdr. Sudiyarto dan Sdr. Jafar Tambunan) bukanlah
Menteri Keuangan.;---------------------------------- ------ ------------ ----- -----------
5 Hal ini sangatlah sejalan dan sesuai dengan putusan PKPU perkara dalam Nomor; 15/Pdt.SUS-PKPU/2015/
PN.Niaga,Jkt.Pst antara PT Prathita Titian Nusantara ("pemohon PKPU") melawan PT Merpatillal 16 dari J6 hal Nomnr : Od/Tdl.Sus-PailiigO16/PMNiai’a.Jkl. PsI.
Nusantara Airlines (Persero) ("termohon PKPU") dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:
"menimbang bahwa dalam kasus ini yang mengajukan PKPU adalah Aris Munandar selaku Direktur Utama
PT Prathita Titian Nusantara BUKAN Menteri Keuangan maka pemohon bukan pihak yang berhak
(pihak yang tidak mempunyai legal standing) mengajukan permohonan".
6 Selain daripada itu Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
sudah menyatakan dengan tegas bahwa untuk BUMN yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara dan
bergerak bergerak Melayani Kepentingan Publik maka yang berwenang memohonkan pernyataan pailit
adalah Menteri Keuangan.;------------------------------------ ---------------------------
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 075 K / Pdt.Sus / 2007, antara PT Dirgantara Indonesia
(Persero) melawan Heryono, Nugroho dan Sayudi ;------------------------------
7 Bahwa karena Pemohon Pailit bukanlah Menteri Keuangan makaDisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan ini dan demi
hukum, Permohonan Pernyataan Pailit Pemohon haruslah ditolak secara keseluruhan oleh Majelis Hakim
Yang Mulia.;------------------------------------------------------------------------- -------
C ASET-ASET MILIK DARI TERMOHON PAILIT TIDAK BISA DILETAKKAN
SITA KARENA BERTENTANGAN DENGAN UNDANG - UNDANG
PEMBENDAHARAN NEGARA
8 Bahwa akibat dari putusan pernyataan kepailitan adalah diletakkannya
sita umum atas seluruh aset debitor yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
kewenangan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. {vide Pasal 1 ayat (1)
UUKPKPU):,--------------------------------------------------------------------------------
9 Akibat dari putusan pailit tersebut jelas-jelas bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana yang diatur dalam pasal Pasal 50 Undang Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Pembendaharaan Negara yang dengan tegas bahwa pihak mana pun dilarang melakukan sita terhadap aset
Negara :--------------------------------------------------------------------------------------
Pasal 50 UU 1 Tahun 2004:"Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap; (a) uang atau surat berharga milik negara/daerah
baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga; (b) uang yang harus disetor oleh pihak
ketiga kepada negara/daerah; (c) barang bergerak milikHal 17 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/2016/PN Niaga.Jkt.Pst.
negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga; (d) barang tidak
bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah; (e) barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh
negara/daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan";----
10 Termohon Pailit adalah Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) yang
bergerak melayani kepentingan publik dimana 96,99 % terbilang (sembilan puluh enam koma sembilan puluh
sembilan persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan oleh karenanya terikat dan tunduk
pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 UU 1 tahun 2004 tentang Pembendaharan Negara.;
11 Bahwa karena Termohon Pailit adalah BUMN yang tunduk atas Undang-
undang nomor 1 tahun 2004 tentang Pembendaharan Negara maka demi hukum guna menegakkan supremasi
hukum maka Permohonan pernyataan pailit Pemohon haruslah ditolak secara keseluruhan oleh Majelis
Hakim Yang Mulia.;------------------------------------------------------------------------
D UTANG PARA PEMOHON PAILIT BELUM JATUH TEMPO DAN DAPATDITAGIH
12 Para Pemohon Pailit dalam dalil Permohonannya dengan jelas
menyatakan memiliki utang kepada Termohon Pailit yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Namun dalam
fakta hukum yang sebenarnya utang dari Pemohon Pailit belum jatuh tempo dan dapat ditagih.:
13 Alasan hukum dari penagihan yang diajukan oleh Pemohon Pailit adalah
Perjanjian Bersama yang dibuat antara PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) dengan Forum Pegawai
Merpati (FPM) tertangal 17 Juli 2014 (selanjutnya "Perjanjian Bersama").;---
14 Dalam dokumen Perjanjian Bersama tersebut sangatlah jelas jika kita
lihat ketentuan sebagaimana diatur dalam hal 3 angka 7 yang isinya menerangkan:
Angka 7:
Pembayaran hak-hak pekerja sesuai point 5 di atas dilakukan melalui transfer ke rekening pribadi peserta
PHK atau cek tunai, dan akan dibayarkan setelah perusahaan Pihak Pertama beroperasi kembali dan
memiliki kemampuan untuk melakukan pembayaran.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
15 Dalam ketentuan angka 7 yang telah disepakati bersama antara Pemohon Pailit dan Termohon Pailit tersebut
sangatlah jelas bahwa pembayaran seluruh hak- hak dari Pemohon Pailit akan dibayarkan
l-lal 18 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psl.
setelah perusahaan Termohon Pailit beroperasi kembali dan memiliki kemampuan untuk melakukan
pembayaran,;----------------------------------------------------------------------- ----------
16 Fakta hukum yang tidak terbantahkan lagi dimana hingga saat ini
Termohon Pailit masih berhenti beroperasi dan sangat jelas tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
pembayaran sehingga demi hukum utang Termohon Pailit terhadap Pemohon Pailit belum jatuh tempo dan
dapat ditagih,;-------------------------------------------------------------------------------
17 Hai ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia No. 386 K/Pdt.Sus-Pailit/2014 antara Gusniati Adawiyah, Spd melawan PT Iskana Adi Sejahtera
yang pertimbangan hukumnya sebagai berikut :------------------------------ ---------
"Bahwa untuk membuktikan adanya utang yang telah jatuh tempo
adalah tidak sederhana, sehingga ditolaknya permohonan pailit dipandang tepat dikarenakan tidak memenuhi
unsur Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 tahun 2004" ;--------------------
18 Fakta-fakta hukum sebagaimana disebutkan di atas sangatlah jelas
dimana Pemohon Pailit tidak cakap untuk mengajukan Permohonan Pailit ini dikarenakan utang dari Termohon
Pailit belum jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU tidak
terpenuhi dan oleh karenanya Permohonan ini demi hukum haruslah ditolak.;----
E PEMOHON TIDAK MEMILIKI KEWAJIBAN TERHADAP TERMOHON
PAILIT
19 Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU sangatlah jelas mengatur dan menjelaskan
dimana dalam hal terbukti dengan secara sederhana syarat pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
UUKPKPU maka Permohonan Pailit haruslah dikabulkan.;-------------------------
Pasal 8 ayat (1) UUKPKU:
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi;
20 Yang dimaksud dengan "fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana" adalah fakta dua atau lebih kreditur dan fakta utang yang telah jatuh tempo dan tidak dibayarkan
oleh Termohon Pailit.;------------------------------------------------------------ ---------
21 Hal ini dikarenakan jumlah utang yang diklaim oleh Pemohon Pailit tidak disepakati dan disetujui oleh
Termohon Pailit dikarenakan seharusnyaHa! 19 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdi.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Psl.
nilai tersebut disepakati terlebih dahulu oleh para pihak atau dalam hal ada perselisihan haruslah diselesaikan
terlebih dahulu oleh Pengadilan Hubungan Industrial.;---- -------- -------- ---------
22 Jumlah utang yang diajukan oleh Pemohon Pailit adalah utang
pengakuan sepihak dan dengan jelas Termohon Pailit membantah untuk keseluruhannya. Meskipun Pemohon
Pailit menyatakan jumlah tersebut adalah jumlah yang benar sudah seharusnya dan sepatutnya dikuatkan
dengan putusan dari Pengadilan Hubungan Industrial guna mendudukkan dalil Permohonannya.;
23 Hal ini sesuai dan sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung
Republik Indonesia No, 18 K/N/2000 tanggal 8 Juni 2000 antara Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) melawan PT Sumi Asih, dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:-
"Pembuktian perkara Permohonan Pailit ini tidak dapat dilakukan secara sederhana atau sumir (vide Pasal 6
ayat (3) Undang-undang Kepailitan) sebab eksistensi adanya utang dengan jumlah pasti belum dapat DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan melalui proses perdata di Pengadilan Negeri atau Pengadilan
Umum"
24 Atas fakta hukum di atas, dan melihat ketentuan dalam Pasal 8 ayat (4)
jo Pasal 2 ayat (1) UUKPKU maka demi hukum Permohonan Pemohon haruslah ditolak untuk keseluruhan
atas sebab utang tidak dapat dibuktikan secara sederhana oleh Pemohon Pailit.;---
PERMASALAHAN HUKUM ANTARA PEMOHON PAILIT DAN TERMOHON PAILIT DEMI HUKUM
MASUK KE DALAM RANAH PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BUKAN PENGADILAN
NIAGA.
25 Bahwa dalam dalil-dalil Permohonannya butir 1 halaman 2, Pemohon
dengan jelas menyatakan "Bahwa PEMOHON 1 adalah Pegawai dari TERMOHON sejak bulan Agustus
1996 dan diberhentikan dengan hormat oleh TERMOHON sejak tanggal 17 Juli 2014".;
26 Adapun tuntutan dari Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit adalah
meminta untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan berupa pembayaran gaji, denda gaji, pesangon dan
iuran Jamsostek yang mana ke semua itu masuk dalam Perselisihan Hubungan Industrial.;
27 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial disebutkan bahwa "Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabunganHal 20 dari 36 hal Nnmor : Od/Pdl.Sm-PailU/lO!Cv'PN Niaga. Jkl.Psl
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/
serikat buruh dalam satu perusahaan".;------------------------------------- -.........—
28 Dari pada yang didalilkan dan dimohonkan Pemohon Pailit sangatlah jelas bahwa hal ini masuk ke dalam
ranah Perselishan Hubungan Industrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 dan oleh karenanya ''Pengadilan
Hubungan Industrial (PHI) adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang
berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial" (vide Pasal 1
butir 17 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).;-—
29 Bahwa dikarenakan permasalahan ini masuk ke dalam lingkup
Pengadilan Hubungan Industrial maka haruslah diselesaikan terlebih dahulu melalui tiga (3) tahap yakni:
Perundingan Bipartit pada tingkat Perusahaan;Perundingan Mediasi pada Instansi Ketenagakerjaan setempat; danProses peradilan pada Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
30 Bahwa atas hal tersebut maka sudah sepatutnya Pemohon Pailit
menyelesaikan permasalahan ini dengan melalui tahapan sebagaimana disebutkan dalam butir 29 di atas
dalam lingkup sengketa Pengadilan Hubungan Industrial bukan melalui permohonan pernyataan pailit pada
Pengadilan Niaga.;—----------------------------------------------------------------------
31 Tindakan dan / atau langkah dari Pemohon Pailit ini adalah cacat
hukum dan sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Mulia Menolak dalil Permohonannya untuk keseluruhan.;
G. TERMOHON PAILIT TIDAK MEMILIKI KEWAJIBAN TERHADAP
KREDITUR LAIN DARI PEMOHON PAILIT
KEWAJIBAN TERMOHON PAILIT TERHADAP KREDITUR LAIN BELUM
DAPAT DITAGIHKAN DIKARENAKAN BELUM JATUH TEMPO DAN
JUMLAH NILAI YANG DIPERMASALAHKAN.
32 Bahwa Kreditur Lain dari Permohonan Pailit ini adalah pihak yang sama
masuk dalam pihak-pihak yang terikat dari Perjanjian Bersama yang dibuat antara PT Merpati Nusantara
Airlines (Persero) dengan Forum Pegawai Merpati (FPM) tertanggal 17 Juli 2014.;DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
33 Dalam angka 7 Perjanjian Bersama tersebut jelas dinyatakan dan
disepakati bersama para pihak dimana "Pembayaran hak-hak pekerja
Hal 21 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Siis-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
sesuai poin 5 di atas dilakukan melalui transfer ke rekening pribadi peserta PHK atau cek tunai, dan akan
dibayarkan setelah perusahaan Pihak Pertama beroperasi kembali dan memiliki kemampuan untuk
melakukan pembayaran ----------------------------------------------------------------
34 Dari isi ketentuan ini maka jelas belum ada kewajiban dari Termohon
Pailit yang jatuh tempo untuk melaksanakan kewajibannya dikarenakan hingga saat ini Termohon Pailit masih
stop beroperasi dan tidak memiliki kemampuan pembayaran.:-------- .................. — -
35 Bahwa kemudian terkait nilai tagihan yang diajukan oleh Kreditur Lain
dengan sangat jelas dan tegas Termohon Pailit menolak untuk mengakui dan membayarkannya. Hal ini karena
nilai tagihan tersebut adalah nilai tagihan sepihak yang belum terverifikasi oleh pihak yang berkompeten (in
casu Pengadilan Hubungan Industrial).;-------------------------------------------------
36 Terlebih lagi ada beberapa orang dalam Kreditur Lain tersebut masih
berstatus pegawai aktif dari Termohon Pailit yang sangatlah jelas secara hukum tidak cakap bertindak sebagai
Kreditur Lain.;---------------------------------------------------------------- -------------
37 Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangatlah jelas secara hukum
dimana Termohon Pailit tidak memiliki Kreditur Lain sehingga syarat dari putusan pailit sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU tidak terpenuhi dan oleh karenanya demi hukum Majelis Hakim Yang Mulia
haruslah menolak seluruh dalil Pemohon.;----------------------------------------------
Berdasarkan uraian-uraian dan alasan-alasan hukum tersebut di atas, maka Termohon Pailit mohon kepada Majelis
Hakim Yang Terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan memberikan Putusan sebagai
berikut:------------------- -------- ------------------------------------------------ ---------- --------
1 Menolak Permohonan Pernyatan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit
untuk keseluruhan; dan ;
2 Menghukum Pemohon Pailit untuk membayar biaya perkara.;
Menimbang, bahwa atas Jawaban yang diajukan Termohon, Pihak Pemohon telah mengajukan Replik tertanggal 22
Maret 2016 dan Pihak
Termohon mengajukan Duplik tanggal 28 Maret 2016 ;---------------------------------------
Menimbang, bahwa pihak Kreditur lain telah mengajukan tanggapan
tertanggal 22 maret 2016 ;--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, oleh Pemohon I telah mengajukan foto
copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda
Bukti P.1-1 s/d Bukti P.1-45, sebagai beikut;----------------------------------------------------llal 22 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Pst.
Bukti P1-1 Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara
Airlines/Termohon Pailit tanggal 13 Agustus 1996 Nomor SKEP/282A/III/1996 mengangkat
Pemohon 1 sebagai Pegawai Termohon
Bukti P1-2 Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara
Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2001 Nomor SKEP/267A/II/2014
Bukti P1-2a Lampiran data Pemohon dari Petikan Surat Keputusan
Direksi PT Merpati Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/267A/
II/2014, tanggal 17 Juli 2014 (Buykti P1-2)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bukti P1-2b Lampiran Jumlah Hutang Termohon sesuai Petgikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara
Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/267/VII/2014, tanggal 17 Juli 2014
(Bukti P1-2)
Bukti P1-3 Surat Somasi dari Pemohon I tanggal 15 Januari 2016 No. 01/S/DPP-GRASHI/I/2016
Bukti P1-4 Surat Somasi ke 2, dari Pemohon I tanggal 25 Januari 2016 No, 09/S/DPP-GRASHI/II/2016
Bukti P1-5 Surat Somasi ke 3 dari Pemohon I tanggal 02 Februari 2016 No, 09/S/DPP-GRASHI/II/2016
Bukti P1-6 Perjanjian Bersama antara Pemohon I dengan Termohon tanggal 17 Juli 2014
Bukti P1-7 Surat Balasan Somasi-1 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)
Bukti P1-8 Surat Balasan Somasi-2 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)
Bukti P1-9 Surat Balasan Somasi-3 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)
Bukti P1-10 Pemohon pada tanggai 31 Januari 2016 ajukan Penagihan Hutang kepada termohon) (PT MNA)
Bukti P1-11 Rencana Penggunaan PMN untuk Merpati (Dokumen
DPR,RI);
Bukti P1-12 Berita dari Detik Finance.Com tanggal 26/10/2015
Bukti P1-13 Berita dari Berita satu.com tanggal 2 Desember 2015
Bukti P1-14 Berita Online ANTARA NEWS tanggal 12 Agustus 2014
Bukti P1-15 Berita Publikapos.com: 800 Miliar untuk gaji karyawan
Merpati disetujui DPR
Bukti P1-16 Surat GRASHI ke Komnas HAMHal 23 dari 36 hal Nomor . 04/Pdi.Sus-Pailit/20l6^PN.Niaga.Jki.Psl.
Bukti P1-17 Suratdari KOMNAS HAMkepada GRASHI No.
0.006/K/PMT/I/2016 tanggal 5 Januari 2016
Bukti P1-18 Surat Kementerian Keuangan ditujukan kepada Komnas HAM kementerian keuangan No. S-1191/
KN/2015 tanggal 7 September 2015;
Bukti P1-19 Surat GRASHI kepada Komnas HAM No, 10/P/DPP-
GRASHJI/ll/2016 tanggal 10 Februari 2016;
Bukti P1-20 Surat GRASHI kepada Menteri BUMN No. 02/P/DPP-
GRASHI/03/2015, tanggal 23 Maret 2015
Bukti P1-21 Video aksi setelah pertemuan audensi dengan asisten deputi Menteri BUMN tanggal 29 April 2015
Bukti P1-22 Surat GRASHI kepada Menteri BUMN No. 28/P/DPP-
GRASHI/XII/2015 tanggai 01 Desember 2015;
Bukti P1-23 Surat GRASHI kepada Menteri Keuangan No. 03/P/DPP-
GRASHI/ll/2015 tanggal 01 Desember 2015;
Bukti P1-24 Surat GRASHI kepada Menteri Keuangan No.02/P/DPP- GRASHI/l/2016, tanggal 18 Januari 2016
Bukti P1-25 Surat GRASHI kepada Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 01/P/DPP-GRASHI/03/2015
tanggal 23 Maret 2015
Bukti P1-26 Surat Menko PMK kepada Ibu Menteri BUMN No.
B.514/SES/IV/2015. tanggal 21 April 2015;
Bukti P1-27 Surat GRASHI kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (persero) No. 08/P/DPP-GRASHI/IV/2015, tanggal
27 April 2015
Bukti P1-28 Jawaban Surat PT ,PPA kepada GRASHI No. S-
365/PPA/BAAMD/0515, tanggal 28 Mei 2015
Bukti P1-29 Surat GRASHI kepada Pimpinan Komisi VI DPR RI
No.11/P/DPP-GRASHIA//2015, I, tanggai 19 Mei 2015;
Bukti P1-30 Lembar analisa surat AKD Bagian Pengaduan Masyarakat
Bukti P1-31 Surat GRASHI kepada Termohon No,10/P/DPP-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
GRASHIA//2015, tanggal 19 Mei 2015;
Bukti P1-32 Jawaban Surat Termohon Pailit, kepada GRASHI No.
MNA/DZ/447/AD.3/2015 tanggal 20 Mei 2015
Bukti P1-33 Surat kepada Forum Pegawai Merpati No . MNA / DR / 168 / PS5 / 2015, tanggal Maret 2015
Bukti P1-34 Surat GRASHI kepada Menteri tenaga Kerja RI,
NO.07/P/DPP-GRASHI/IV/2015, tanggal 22 April 2015;
Bukti P1-35 Surat GRASHI kepada Menteri Tenaga Kerja RI, No.Hal 24 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psi
Bukti P1-36Bukti P1-37Bukti P1-38Bukti P1-39Bukti P1-40Bukti P1-41Bukti P1-42Bukti P1-43Bukti P1-44Bukti P1-4520/P/DPP-GRASHI/1V/2015, tanggal 19 Agustus 2015; Undangan Dirjen PH! & Jamsostek Kemenakertrans No. 441/
PHIJSK/PPHIA/1I/2015 tanggal 24 Juli 2015 Undangan Direkjen PHI & Jamsostek Kemenakertrsns No. 209/PHIJSK/
PPHI/IX/2015 tanggal 02 September 2015 kepada Termohon Pailit
Undangan Direkjen PHI & Jamsostek Kemenakertrsns No. 209/PHIJSK/PPH1/IX/2015 tanggal 16 Oktober 2015 Surat
Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/67/XII/2013 tanggal 27 Desember 2013; Surat
Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/01/1/2014 tanggal 21 januari 2014;
Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/03/1/2014 tanggai 24 Januari 2014 Surat
Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DZ/02/XII/2015 tanggal 21 Desember 2015; Surat
Edaran yang dikeluarkan oleh VP.Corporate Secretary & Legal No.SE/02/ll/2016, tanggal 22 Januari 2016;
Surat Edaran yang dikeluarkan oleh VP.Corporate Secretary & Legal No.SE/03/11/2016, tanggal 5 Februari 2016;
Surat Forum Pegawai Merpati No. FPM/046A//2014
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, oleh Pemohon II telah mengajukan foto
copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda
Bukti P.2-1 s/d Bukti P.2-10 sebagai berikut;---------------------------------------------------
1. Bukti P2-1Bukti P2-2
Berupa Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati
Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 14
Nopember1991 Nomor SKEP/352/XI/1991 mengangkat
Pemohon II Sebagai Pegawai Termohon. Dengan
demikian jelas ada hubungan hukum antara Pemohon I
dengan Termohon ;
Berupa Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati
Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004
Nomor SKEP/237/VII/2014 tentang Pemberhentian
Pemohon II tanggal 17 Juli 2014 dimana Termohon
Pailit memberikan hak kepegawaian kepada Pemohon I
berupa:
a Uang Pesangon Sebesar 18 (delapan belas) kali gajiHa! 25 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.
3, Bukti P2-2a4. Bukti P2-2b5. Bukti P2-3
terakhirb Uang Penghargaan masa kerja (uang jasa) sebesar 10 kali gaji terakhirDisclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
c Uang ganti rugi hak cuti 30 (tiga puluh) hari sebesar 1 (satu) kali gai terakhir
d Uang penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan sebesar 15% (lima belas
persen) kali 28 (dua puluh delapan) kali gaji terakhir.
Sehingga jumlah pesangon Pemohon II adalah sebesar Rp. 141.881.609 (seratus empat
puluh satu juta delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus Sembilan ribu rupiah),
Lampiran Data Pemohon dari Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara
Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/237A/II/2014, tanggal 17 Juli
2014 (Bukti : P2-2) ;
Lampiran Perjanjian Bersama No. LAMP/PB/15/ VII/ 2014, dimana Jumlah hutang
Termohon sesuai Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara Airlines/
Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/237A/11/2014, tanggal 17 Juli 2014
(Bukti : P2-2), dimana hutang Termohon Rp 141,881,609,- (seratus empat puluh satu juta
delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus sembilan rupiah) ditambah perhitungan
pesangon, perhitungan masa kerja, uang Usia hak Cuti yang telah disepakati antara
Pemohon II dengan Termohon sebesar Rp. 290,060,100,- (dua ratus sembilan puluh juta
enam puluh ribu Seratus rupiah), jumlah keseluruhan yang menjadi hutang Termohon
kepada Pemohon II yang telah jatuh tempo tetapi sampai sekarang belum dibayar
Termohon Kepada Pemohon II sebesar Rp. 431.941.709,- (empat ratus tiga puluh satu juta
sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus sembilan rupiah) yang telah diperkuat
dengan Perjanjian Bersama tanggal 17 Juli 2014 (Bukti : P2-6) meskipun sudah ditagih
melalui somasi belum dibayar juga.
Berupa Surat Somasi dari Pemohon 11 tanggal 15 Januari 2016, No, 01/S/DPP-
GRASHI/I/2016,Hal 26 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailH/20l6dPN. Niaga Jkt.Pst.
6. Bukti P2-47. Bukti P2-58. Bukti P2-69. Bukti P2-710 Bukti P2-811 Bukti P2-912 Bukti P2-10
bahwa telah terbukti telah ditagih beberapa kali oleh
Pemohon II kepada Termohon tetapi tidak dihiraukan
oleh Termohon ;
Berupa Surat Somasi Ke-2, dari Pemohon II tanggal
25 Januari 2016, No. 03/S/DPP-GRASHI/I/2016 ;
Berupa Surat Somasi Ke-3, dari Pemohon II tanggal 02
Februari 2016, No. 09/S/DPP-GRASH1/II/2016, bahwa
telah terbukti ditagih beberapa kali oleh Pemohon II
kepada Termohon tetapi tidak dihiraukan oleh
Termohon ;
Berupa Perjanjian Bersama antara Pemohon II dengan
Termohon tanggal 17 Juli 2014, dimana Termohon
antara lain mengatakan bahwa Termohon Kesulitan
keuangan bahkan sejak tanggal 1 Februari 2014 dalam
keadaan berhenti beroperasi sehingga Termohon tidak
memiliki kemampuan untuk membayar hak-hak normatif
kepada seluruh Pegawai, yang membuktikan Bahwa
Pemohon Sebenarnya sudah Pailit. ;DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Surat Balasan Somasi -1 :
Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon),
melalui surat nomor : 006/ADCO/RD/I/2016, tanggal
22 Januari 2016 menginformasikan bahwa
penyelesaian pegawai dalam proses pada Kemen
BUMN dan Kemenkeu ;
Surat Balasan Somasi -2 :
Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon),
melalui surat No. 008/ ADCO/ RD/ I/ 2016, tanggal 26
Januari 2016 menyampaikan Termohon akan
menyampaikan informasi kepada Grashi pada
kesempatan pertama ;
Surat Balasan Somasi -3 :
Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon), melalui surat No. 011/ADCO/
RD/II/2016, tanggal 3 Februari 2016 menyampaikan mangancam akan mempidanakan
Pemohon bila meneruskan rencananya; PEMOHON II pada tanggal 31 Januari 2016
ajukan Penagihan Hutang kepada Termaohon (PT.MNA) sejumlah sebesar Rp.
431.941.709,- (empat ratus tiga puluh satu juta sembilan ratus empat puluh satu ribu
llal 27 dari 36 hal Nomnr : 04/Pdl.Sus-Pailit/20l6d’N.Niaga. Jkl.Psl.
tujuh ratus sembilan rupiah).;Menimbang, bahwa untuk menguatkan daiil-dalii Sanggahannya Termohon telah mengajukan foto copy surat -
surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda Bukti T-1 s/d
Bukti T-12, sebagai beikut-------------------------------------------------------------------------
Bukti T-1Bukti T-2Bukti T-3Bukti T-4Bukti T-5Bukti T-6Bukti T-7Bukti T-8.aBukti T-8.bBukti T-8.CBukti T-8,dAkta Penerimaan Perubahan Data Perseroan PT Merpati Nusantara Airlines (persero) No. 14 tanggal 15 Agustus 2013,
Notaris Surjadi S.H, dan
Pengesahan Kementerian Hukum dan HAM No. AHU- AH.01.10-34784, tertanggal 23 Agustus 2013 Tambahan Berita
Negara RI tanggal 17-2-2009 No. 14, Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor AHU- 81409.AH.01.02.Tahun
2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan,
Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT MNA nomor 102 tanggal
15-8-2008
Nomor Pokok Wajib Pajak an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 01.001.636.8-093.000
Tanda Daftar Perusahaan an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 09.05.1.51.37722 , tertanggal 6 Oktober
2011 Surat Keterangan Domisili an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No.
826/5.16.0/31.71.03.1005/-1.824.1/2015 tanggal 27 November 2015
Surat Izin Usaha Perdagangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 10.619/09-01/PB/XI/95 , tertanggal 20
November 1995
Kartu Tanda Penduduk Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (persero) an Bpk. Asep Ekanugraha, Nomor
KTP 3275020808690035 . berlaku hingga 8 Agustus 2017
Surat-surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama: Okti Dwi Rahayu Surat-
surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama: Dian Sulistyaningrum Surat-surat DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama : Erita Sari Suharno Surat-surat
Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP -Hal 28 dari 36 hal. Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Psi.
Grashi, yang diajukan atas nama :Ferdiansyah Bukti T-8.e Surat-surat Persetujuan Pencabutan
kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama '.Lourens Haryandono Bukti T-8.f Surat-surat Persetujuan
Pencabutan kepesertaan di DPP- Grashi, yang diajukan atas nama :Yuni Sefi Erliana Bukti T-8.g Surat-surat
Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama :Sarono Pratikno BuktiT-8,h Surat-surat
Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama ;Budhi Laksono Bukti T-8.i Surat-
surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP -
Grashi, yang diajukan atas nama Jhonry Sirumapea Bukti T-8.j Surat-surat Persetujuan
Pencabutan kepesertaan di DPP -
Grashi, yang diajukan atas nama :Zainul Arifin Bukti T-9 : Putusan PKPU nomor 15/
Pdt.Sus-PKPU/2016/
PN.Niaga. Jkt.Pst tertanggal 8 Maret 2016 Bukti T-10 Yurisprudensi Mahkamah Agung
nomor 075 K / Pdt.Sus /
2007 tertanggal 22 Oktober 2007 perkara Kepailitan antara PT Dirgantara Indonesia (Pemohon
Kasasi I/ dahulu Termohon) , Perusahaan Pengelola Aset (Pemohon kasasi ll/dahulu Kreditur
Lain) melawan Heryono, Nugroho dan Sayudi (Termohon Kasasi/dahulu Pemohon)
Bukti T-11 : Surat Menteri Perhubungan No. UM.007/8/21 PHB 2015
tertanggal 3 Maret 2015 perihal pemberhentian izin operasional atas Merpati sejak 1 Februari
2014 Bukti T-12 Perjanjian Bersama dengan Forum Pegawai Merpati (in casu
Pemohon Pailit) tertanggal 17 Juli 2014 (“PB FPM”)
Menimbang, bahwa Kreditur Lain telah mengajukan foto copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai
secukupnya dan telah dilegalisir sesuai
aslinya yang diberi tanda Bukti KL-4 s/d Bukti KL-47, sebagai berikut;--------------------
Bukti KL-4 : Achmad Yuiizar, beralamat di Perum Graha Flarapan Blok,A.15 No.8, Rt.004/019, Kel.Mustika
Bekasi, Jawa Barat, dengan Jumlah Rp.352.024,368,-
Bukti KL-5 Herizal, beralamat Taman Kebalen Indah Blok.14/48,
Rt.002/016, Babelan Bekasi, dengan jumlah Rp.340.679,256,-
Bukti KL-9 Paulus Santosa, beralamat di Jalan Sinar Asih No.64,
Rt.01/08, Kel.Jati Asih Kec.Jati Asih, Kota Bekasi, dengan
Ha! 29 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psi.
jumlah Rp. 475,757.913,-
BuktiKL-10 Horas Simbolon, beralamat di Jl.Bambu Apus Raya No.187, Rt.4/10, Kel.Pondok Bambu, Kec.Duren
Sawit, Jakarta Timur dengan jumlah Rp. 59.562,464,-
BuktiKL-11 : Atang Sukandar, beralamat di JI.Haji Uung No.E,335, Rt.010/02, Kel.Utan Panjang, Kec. Kemayoran,
Jakarta Pusat, dengan jumlah Rp. 522.425,219,-
Bukti KL-12 : Ihwan Yulianto, beralamat di JI.DR.Saharjo (Jl.Sawo) No.14
Rt.—3/010, Jakarta Selatan dengan jumlah Rp.
537,906,648,-
Bukti KL-13 Achmad Sulaiman, beralamat di Jl.Damar I No.534/D,
Rt.04/08. Magahayu Jaya Bekasi Timur, dengan jumlah Rp. 533,242,005,-
Bukti KL-14 Ibnu Basori, beralamat Komplek Merpati Blok.C.13,
Rt.002/10, Kel.Pegadungan, Kec.Kalideres, Jakarta Barat, dengan jumlah Rp. 1.631,763,330,-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bukti KL-15 Bharoto Wibowo, beralamat JI.D.I.Panjaitan Komplek AL No.1 Rt.017/02, Cipinang Cempedak,
Jatinegara, Jakarta Timur, dengan jumlah Rp. 1.925,785,048,-
Bukti KL-16 : Erwin Yulianto, beralamat Pondok Melati Indah
JI.Tampomas Raya B4/6, Jati Warna Pondok Melati, Bekasi 17415, dengan jumlah Rp.
1.920,558,002,-
Bukti KL-17 Dedy Hermansyah, beralamat Jl.Kalimantan 9 Blok.F-1
No.1, BSD Nusa Loka Rt.003/012, Kel.Rawa Mekar Jaya Kec.Serpong, Tangerang Selatan dengan
jumlah Rp. 1.836,756,065,-
Bukti KL-19 Hadi Sutrisno, beralamat Wisma Harapan Blok.A3 No,42, Rt.05/09, Gembor, Periuk, Kota Tangerang,
dengan jumlah Rp. 646,028,194,-
Bukti KL-20 Faustina Dwi M, beralamat Pangkalan Jati I, Jl. Swadaya No.24 Rt.07/07, Ciñere, Jakarta Selatan, dengan
jumlah Rp. 426,550,743,-
Bukti KL-21 Deasy Destari, beralamat Jl.Kemiri Grand Residence
Blok.A2, No.09, Rt.09, Rw,14, Pondok Cabe Udik Pamulang Tangerang Selatan dengan jumlah
Rp. 217,839,467,-
Bukti KL-22 Adithiya Prio Joewono, beralamat Jl.Kemiri Grand
Residence Blok.A2, No.09, Rt.01, Rw.14, Pondok Cabe UdikHal 30 dan 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-PaiUt/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.
Pamulang Tangerang Selatan dengan jumlah Rp.
1,668,645,902,-
Bukti KL-23 Heru Purnawan, beralamat H.Sanwani No.2 Rt.001/008,
Jatimurni, Pondok Melati, Kota Bekasi dengan jumlah
Rp,674,860,973,-
Bukti KL-26 Sri Wahyuningsih, beralamat Mediterania Boulevard NW/19
AQ, Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan jumlah
Rp.277,089,488,-
Bukti KL-27 Heny Yuliastuti, beralamat Komplek WAP JI.Mokmer III D/9,
Rt.006/007, Kel.Gunung Sahari, Kec.Sawah Besar, Jakarta
Pusat, dengan jumlah Rp.277,089,488,-
Bukti KL-30 Israr Firdaus, beralamat Jl.Singosari Raya No.23 Rt.001/
021, Kel.Bencongan, Kec.Kelapa Dua, Tangerang, Banten
dengan jumlah Rp.491,002,469,-
Bukti KL-31 Budi Kurniawan, beralamat JI.KH.Ridi No,12, Rt,05/01,
Kel.Pondok Jaya, Kec.Cipayung, Depok, dengan jumlah
Rp.385,286,545,-
Ali Akbar, beralamat Cempaka Baru I No.52 Jakarta Pusat
dengan jumlah Rp,287,951,762,-
Andrey Yohanes.S, beralamat Pondok Ungu Permai
Blok,AM 26 No.21, Rt,005/012, Desa Bahagia, Kec. Babelan
Bekasi, dengan jumlah Rp,82,648,450,-
Bukti KL-43 Danu Risman Husein beralamat JI.Raya Pulo Gebang No.13, Rt.004/06, Pulo Gebang, Cakung,
Jakarta Timur dengan jumlah Rp.352,854,438,-
Bukti KL-44 Prayitno beralamat Jl.Solo No.3 Rt.04/04, Kp.Utan, Kel,Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur,
Tangerang dengan jumlah Rp.47,521,789,-
Bukti KL-46 Supono, beralamat Telaga Mas Blok,K1/7, Rt,006, Rw,013, Harapan Baru, Bekasi Utara, dengan
jumlah Rp.283,127,246,-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bukti KL-47 Noengky Prijanto, beralamat Jl.Bambu Raya No,233/11B, Perumnas I Bekasi , dengan jumlah
Rp,379,336,380,-
Bukti KL-33Bukti KL-42
Menimbang, bahwa Kuasa Pemohon dan Kuasa Termohon telah mengajukan kesimpulannya masing masing
pada persidangan tanggal 30 Maret 2016 dan selanjutnya mohon putusan ;----------------llal 31 dori 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailit/2016/PN Niago.Jkl. PsI
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka segala sesuatu yang terjadi di
persidangan sebagaimana yang termuat dalam Berita Acara Persidangan dianggap termasuk dalam putusan
ini ;................................................................................................................... ..............—-
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM ;Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah
sebagaimana tersebut diatas ;------------------- --------- ------ ---- ---------- ------------------
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan permohonan
Pemohon, oleh karena ada tanggapan dari Pemohon dalam Repliknya yang menyatakan Kuasa Termohon tidak sah
karena diberikan oleh Direktur Utama PT.Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) yang tidak sah, Maka akan
dipertimbangkan terlebih dahulu hal ini dengan mempertimbangkan tanggapan
dari Kuasa Termohon ;------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam tanggapannya Kuasa Termohon
membantahnya dengan menyatakan ASEP EKA NUGRAHA masih merupakan
Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines, (PT.MNA);---------------------------------
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan bukti T-1 tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT.
Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) No.14, pada tanggal 15 Agustus 2013 dihadapan Notaris SURYADI.SH, Pada
halaman 8 huruf a disebutkan Direktur Utama adalah
ASEP EKA NUGRAHA ;--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas maka
kebberatan Pemohon sebagaimana tersebut dalam Repliknya ditolak;-----------------------
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon, Termohon dalam
Jawaban mengajukan keberatan hal sebagai berikut:----------------------------------------—
- Bahwa Pemohon tidak punya kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan Kepailitan terhadap
Pemohon. Karena yang berhak mengajukan Kepailitan adalah Menteri Keuangan sebagaimana diatus
dalam Pasal 2 Ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37
Tahun 2004;----------------------------------------------- -----------------------------
Menimbang, bahwa atas Tanggapan Termohon tersebut, Pemohon
dalam Repliknya menanggapinya sebagai berikut ;---------------------------------------------
Bahwa Pemohon menyatakan Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam
mengajukan permohonan pailit, oleh karena berdasarkan penjelasan Pasal 2 Ayat (5) Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004, BUMN yang bergerak di bidang kepentingan public saja
yang hanya dipailitkan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Termohon adalah bukan BUMN yangHal 32 dari 36 hal. Nomor : 04/Pdi.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkl.Pst.
bergerak dibidang pubiic iagi karena modalnya sudah terbagi atassaham ------- -------------------- ----------------------------------- --------- -.........
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut Majelis Hakim berpendapat dengan memperhatikan bukti
T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.l. No.AHU.81409.01.02 Tahun 2008 (tentang
persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 Tentang Modal Perseroan disebut modal
dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh pemegang saham sebanyak Rp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun
empat ratus tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta empat ratus tiga ribu lima DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ratus lima puluh enam) saham dengan perincian 1.344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta
empat ratus enam puluh delapan) saham Negara Republik Indonesia dan Rp.59,088.000.000,-(lima puluh sembilan
milyar delapan puluh delapan juta rupiah) atau 59,088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham milik
PT.Garuda Indonesia (Persero) Jo. Bukti T-2 tentang Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan
Perseroan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar RUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014 dihadapan
Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b disebutkan bahwa Keputusan para Pemegang Saham diluar
Rapat mewakili 100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari ;-
1 Negara Republik Indonesia sebesar Rp.1.905.468,-(satu juta sembilan
ratus lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan 96.99% (sembilan puluh enam koma
sembilan puluh sembilan persen) ;--------------- --------------------------------- --------
2 Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima
puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) Saham atau setara dengan 3.01 ;------
Menimbang, bahwa dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) terbukti milik
Negara dan bergabung dalam Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) ;-----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa PT.Merpati Nusantara Airlines adalah BUMN dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3
tentang maksud dan tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk
menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk
mendapatkan keuntungan ;--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara Airlines
(PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani
kepentingan Publik ;----------------------------------------------------------------------------------Hal 33 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/20l 6/PN. Niaga. Jkt.Pst.
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 2 Ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU apabila suatu BUMN yang bergerak dihidang kepentingan public maka berhak mengajukan
PKPU
adalah Menteri Keuangan ;-------------------- --------------- - -----------------------------------Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang mengajukan Pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR
TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara
Airlines (PT.MNA), bukan Menteri Keuangan ;-------------------------------------------------
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 2 Ayat 5 menyatakan :
Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan public, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Menteri Keuangan”: Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan diatas bahwa yang mengajukan pailit adalah
SUDIYARTO dan JAFAR TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) dimana sesuai
dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 5 tersebut diatas yang bisa mengajukan permohonan pailit hanya
Menteri Keuangan ;----------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena yang mengajukan pailit bukan Menteri Keuangan, maka Pemohon bukan pihak
yang berhak atau tidak memiliki
kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai legal standing) ;---------------------------
Menimbang, bahwa kemudian Termohon juga mengajukan keberatan dalam Repliknya yaitu bahwa sengketa
tidak masuk lingkup Pengadilan Niaga melainkan masuk dalam ranah Pengadilan Hubungan Industrial, dengan alasan:
- Bahwa Pemohon I adalah pegawai dari Termohon sejak bulan Agustus 1996 dan diberhentikan dengan
hormat oleh Termohon sejak bulan
Juli 2004 ;-------------------------------------------------------------------------------
Bahwa tuntutan permohonan seharusnya mengajukan untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan berupa
pembayaran gaji, denda gaji, pesangon, iuran jamsostek, yang mana karenanya masuk
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dalam perselisihan hubungan industrial :-------------------------------------------
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas Majelis berpendapat dengan memperhatikan
ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di dalam Pasal 1 angka 22 berisi : ’’Perselisihan
hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buurh hanya dalam satu perusahaan :---------------------------------- ---- ----------------------Hal 34 dari 36 ha! Nomor : CI4/Pd.l.Sus-Pailit/2016/PN. Niaga. Jkl.Psl.
bergerak dibidang public lagi karena modalnya sudah terbagi atassaham ;--------------- —-........... ......... .......... ......... ...........—.............. ........
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut Majelis Hakim berpendapat dengan memperhatikan bukti
T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.l. No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang
persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 Tentang Modal Perseroan disebut modal
dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh pemegang saham sebanyak Pp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun
empat ratus tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta empat ratus tiga ribu lima
ratus lima puluh enam) saham dengan perincian 1,344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta
empat ratus enam puluh delapan) saham Negara Pepublik Indonesia dan Pp,59.088.000.000,-(lima puluh sembilan
milyar delapan puluh delapan juta rupiah) atau 59.088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham
milik PT.Garuda Indonesia (Persero) Jo. Bukti T-2 tentang Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan
Perseroan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar PUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014 dihadapan
Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b disebutkan bahwa Keputusan para Pemegang Saham diluar
Papat mewakili 100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari ;-
1 Negara Pepublik Indonesia sebesar Pp.1.905.468,-(satu juta sembilan
ratus lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan 96.99% (sembilan puluh enam
koma sembilan puluh sembilan persen) ;---- ---- -----------------------------------------
2 Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima
puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) Saham atau setara dengan 3.01 ;-----
Menimbang, bahwa dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) terbukti milik
Negara dan bergabung dalam Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) ;----------------------------------- ---------- ------------------------------
Menimbang, bahwa PT.Merpati Nusantara Airlines adalah BUMN dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3
tentang maksud dan tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk
menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk
mendapatkan keuntungan ;--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara Airlines
(PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani
kepentingan Publik ;-------------------------------------------------------------- ------ ------------Hal 33 dari 36 ha! Nnmnr : 04/Pdt.Sus-Pailil/20l6/PN.hHapa..Jkl PsL
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 2 Ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU apabila suatu BUMN yang bergerak dibidang kepentingan public maka berhak mengajukan
PKPU
adalah Menteri Keuangan ------------ -------------------------------------------- ---- -----------
Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang mengajukan Pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR
TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara
Airlines (PT.MNA), bukan Menteri Keuangan ;------------------------------------------------
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 2 Ayat 5 menyatakan :DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
“ Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan public, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Menteri Keuangan”; Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan diatas bahwa yang mengajukan
pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA)
dimana sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 5 tersebut diatas yang bisa mengajukan permohonan pailit hanya
Menteri Keuangan ;------------------------------- -------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena yang mengajukan pailit bukan Menteri Keuangan, maka Pemohon bukan
pihak yang berhak atau tidak memiliki
kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai legal standing) ;---------------------------
Menimbang, bahwa kemudian Termohon juga mengajukan keberatan dalam Repliknya yaitu bahwa sengketa
tidak masuk lingkup Pengadilan Niaga melainkan masuk dalam ranah Pengadilan Flubungan Industrial, dengan
alasan;
- Bahwa Pemohon I adalah pegawai dari Termohon sejak bulan Agustus 1996 dan diberhentikan dengan
hormat oleh Termohon sejak bulan
Juli 2004 ;--------------------------------------------------------------------------------
Bahwa tuntutan permohonan seharusnya mengajukan untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan
berupa pembayaran gaji, denda gaji, pesangon, iuran jamsostek, yang mana karenanya masuk
dalam perselisihan hubungan industrial ;--------------------------------------------
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas Majelis berpendapat dengan memperhatikan
ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di dalam Pasal 1 angka 22 berisi :
"Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha
atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buurh hanya dalam satu perusahaan ;-------------------------------------------Hal 34 dari 36 hal Nomor : 04/Rdl.Sus-PailU/2016/PN.NiagaJkL Pst..
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan ketentuan diatas dengan melihat bukti-bukti yang diajukan serta
Pemohon Pailit dan tanggapan Termohon Pailit tidak disangkal, benar Pemohon adalah karyawan (buruh)
sedang Termohon adalah majikan ;---------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan demikian hubungan Pemohon dengan Termohon adalah hubungan industrial atau
hubungan antara Pengusaha
dengan buruh atau pekerja atau seikat buruh ;---------------------------------------------------
Menimbang, bahwa apabila terjadi sengketa antara pengusaha dan buruh apakah dapat diselesaikan oleh
Pengadilan Niaga?
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan sengketa antara Pemohon dan Termohon yang mempersoalkan
tentang diberhentikannya Pemohon dimana hak-hak Pemohon tidak dibayarkan gaji, denda gaji, iuran jamsostek dan
lain-lain. Maka hubungan tersebut jika terjadi sengketa seharusnya
diselesaikan oleh Pengadilan Hubungan Industrial;-------------------- ---- ------------------
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan hak-hak Pemohon dan jumlah haknya sudah jelas disebutkan
sebagaimana bukti P.1-2b dan P.1-2b, dimana pembayarannya dijelaskan oleh Termohon yang menyatakan bahwa
pembayaran menunggu perusahaan beroperasi kembali. Sebagaimana bukti T- 12 berupa pejanjian bersama antara PT.
Merpati Nusantara Airlines dengan Forum Pegawai PT.Merpati Nusantara Airlines. Dimana PT.Merpati Nusantara
Airlines / Termohon ditandatangani oleh Direktur Utama Capten ASEP EKA NUGRAHA sedangkan karyawan
ditandatangani Pemohon I yang lengkapnya perjanjian bersama tersebut termuat dalam angka 7 berbunyi :
” Pembayaran hak-hak pekerja sesuai point 5 diatas dilakukan melalui transfer e rekening pribadi peserta PHK
atau cek tunai dan akan dibayarkan setelah perusahaan pihak pertama beroperasi kembali dan memiliki kemampuan
untuk melkaukan pembabyaran” Menimbang, bahwa dalam sengketa seperti ini Pengadilan Niaga sesuai Undang-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Undang Kepailitan dan PKPU No.37 tahun 20024 menyatakan tidak berwenang menyelesaikannya, oleh karena itu
permohonan Para Pemohon
ditolak :-------------------- --------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Niaga tidak berwenang menyelesaikan perkara ini, oleh karenanya
tuntutan Para Pemohon untuk
mempailitkan Termohon dinyatakan di tolak;---------------------------------------------------
maka Para Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara ini;--------------------------
Mengingat Undang-Undang Nomor 37, Tahun 2004 tentang "Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang” dan Undang-Undang Nomor 13, Tahun 2003 tentang "Ketenagakerjaan” serta peraturan
perundang- undangan lainnya yang bersangkutan;----------------- -----------------------------Ha! 35 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Pst.
MENGADILI:1 Menolak permohonan Para Pemohon -------------------------------------------------------2 Membebankan biaya perkra kepada Para Pemohon sebesar Rp,316.000,-
(Tiga ratus enam belas ribub rupiah) ;------------------------------------------------ -----
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat pada hari : Kamis, Tanggal 7 April 2016, oleh kami : HERU PRAKOSA.SH,MH., sebagai Ketua
Majelis. SUKO TRIYONO,SH,MH„ dan TAFSIR SEMBIRING,SH,M.Hum., dan
masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum oleh HERU PRAKOSA.SH., sebagai Ketua Majelis dengan di dampingi para Hakim Anggota tersebut
dengan dibantu oleh MARYATl,SH,MH., sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Para Pemohon dan
Kuasa Termohon ;-----------------------------------------------------------------------------------
HAKIM-HAKIM ANGGOTA.HAKIM KETUA MAJELIS,SUKO TRIYONO, SH,MH.,H E R U P R AKO S A, S H, M H.,TAFSIR SEMBIRING M.SH,M.Hum.,
PANITERA PENGGANTI,MARYATI,SH,MH.,
Perincian Biaya-Biaya
• PNBP
• Biaya Proses
• Panggilan @ 2
• Materai
• Redaksi
TotalRp. 30,000,- Rp. 75.000,- Rp. 200.000,- Rp. 6.000,-
Rp. 5.000,-
: Rp. 316.000,-Hal 36 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN. Niaga. Jkt.Pst.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25