TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI ...

103
TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI BUMN PERSERO (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus- Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: KHAIRUNNISA NIM: 11150480000143 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 M / 20020 H

Transcript of TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI ...

TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI

NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI BUMN PERSERO

(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-

Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

KHAIRUNNISA

NIM: 11150480000143

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 M / 20020 H

i

TINJAUAN YURIDIS PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI

NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI BUMN PERSERO

(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-

Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

KHAIRUNNISA

NIM: 11150480000143

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Khairunnisa

Nim : 11150480000143

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. H. Zainudin RT 03/14 No.52 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Khairunnisa

Nim: 11150480000143

Jakarta, 18 Juni 2020

v

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengkaji tentang kedudukan BUMN (Persero)

dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit serta mengetahui pertimbangan

majelis hakim berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst apabila ditinjau berdasarkan ketentuan dalam Hukum

Kepailitan.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan

pendekatan perundang-undangan (statute approach) yaitu mengkaji peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu peneliti juga

menggunakan pendekatan kasus (case approach) yaitu mengkaji putusan

Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BUMN Persero adalah badan

hukum berbentuk PT dan sepenuhnya tunduk pada UU PT. Dalam hal ini berarti

kedudukan BUMN Persero adalah sebagai badan hukum mandiri, dimana harta

kekayaan negara yang dipisahkan dan dijadikan modal penyertaan dalam Persero

bukan lagi menjadi milik negara melainkan menjadi milik Persero itu sendiri.

Sehingga ketika terjadi kepailitan terhadap Persero maka mengikuti kepailitan

pada PT biasa yaitu dapat diajukan oleh siapa saja selain mentri keuangan, selama

memenuhi syarat untuk dimohonkan pailit sebagaimana yang terdapat Undang

Undang Kepailitan. Dalam hal ini, PT MNA termasuk dalam BUMN Persero,

yang mana tidak seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan modalnya terbagi atas

saham. Hakim dalam memutus perkara Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst belum dapat dikatakan telah menerapkan prinsip-

prinsip hukum dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Kata Kunci : BUMN, Permohonan Pailit, Putusan

Pembimbing Skripsi : Dr. Nahrowi, S.H.,M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1990 sampai Tahun 2018

Khairunnisa. NIM 11150480000143. TINJAUAN YURIDIS

PERMOHONAN PAILIT PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE SEBAGAI

BUMN PERSERO (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst). Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M.

1x + 68 halaman + 25 lampiran.

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره الره بسم للاه

Alhamdulillah Waasyukurillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah memberikan rahmat, nikmat, dan

karunia-Nya kepada kita semua. Peneliti menghaturkan shalawat serta salam yang

senantiasa kita curahkan kepada Baginda Rasul Nabi besar kita Muhammad

SAW, kepada segenap keluarga, sahabat serta umatnya sepanjang zaman, yang

Insya Allah kita ada di dalamnya, aamiin Yaa Rabbal’alamin..

Berkat rahmat, nikmat serta anugrah yang telah Allah SWT berikan,

peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “Tinjauan

Yuridis Permohonan Pailit PT Merpati Nunsatara Airline Sebagai BUMN Persero

(Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst”.

Peneliti telah melewati proses perjalanan yang panjang dan tidak mudah

untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini, banyak hambatan, tekanan jiwa dan

raga yang telah dilalui, sampai pada akhirnya berkat kesungguhan, kerja keras,

doa serta Ridho Allah SWT, peneliti telah sampai pada titik akhir proses

penyelesaian skripsi ini.

Dalam penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan

bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti

mengucapkan terimakasih yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang turut berkontribusi dalam

pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Nahrowi., S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga serta kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing,

vii

memberikan arahan, saran dan motivasi yang sangat berharga kepada peneliti,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Kepala Perpustakaan

Universitas Indonesia yang telah membantu menyediakan fasilitas yang

memadai untuk peneliti, guna mengadakan studi kepustakaan dalam

penyelesaian skripsi.

5. Kepada Kedua orang tuaku yang tercinta, mamah Wiwin Alawiyah dan ayah

Ahmad Zainudin. Terimakasih yang sebesar besarnya atas kesabaran,

keikhlasan serta ketulusan dalam mendidik peneliti dari lahir hingga sampai

saat ini, yang telah memberikan semangat dan dukungan baik dari segi moral

dan materil serta doa yang tiada henti agar skripsi ini dapat diselesaikan oleh

peneliti.

6. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.

Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Sekian dan terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ............................................................................. 8

D. Metode Penelitian .................................................................................................. 8

E. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 11

BAB II KEPAILITAN DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA ................................... 13

A. Kerangka Konseptual ........................................................................................... 13

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ............................................................. 13

2. Tinjauan Umum Kepailitan ............................................................................. 21

B. Kerangka Teoritis ................................................................................................. 30

1. Teori Badan Hukum ........................................................................................ 30

2. Asas Corporate Separate Legal Personality .................................................... 33

3. Teori Kepastian Hukum .................................................................................. 34

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................................... 35

BAB III PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE (PERSERO) ........................ 37

ix

A. Profil PT Merpati Nusantara Airline (Persero) .................................................... 37

1. Sejarah Singkat PT Merpati Nusantara Airline (Persero) ............................... 37

2. Tujuan Pendirian perusahaan .......................................................................... 39

3. Bidang Usaha PT Merpati Nusantara Airline ................................................. 40

B. Kondisi PT Merpati Nusantara Airline (Persero) ................................................. 40

C. Duduk Perkara Antara Pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero) Dengan

PT Merpati Nusantara Airline (Persero) .............................................................. 42

BAB VI KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DALAM PROSES

KEPAILITAN ......................................................................................................... 45

A. Kedudukan BUMN Persero Dalam Pengajuan Permohonan Pailit...................... 45

B. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Terhadap Permohonan Pailit PT.

Merpati Airline Sebagai BUMN Persero ............................................................. 55

BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 63

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 63

B. Rekomendasi ........................................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 65

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

BUMN menjadi salah satu wujud nyata Pasal 33 Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yaitu

memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 33 UUD NRI 1945

mengamanahkan kepada negara dalam menguasai kekayaan alam harus

ditujukan untuk kemakmuran rakyat. Negara menguasai kekayaan alam, tetapi

negara tidak dapat turun secara langsung untuk melakukan kegiatan usaha

dengan cara pemerintah mengelola kekayaan alam tersebut, karena akan

berakibat pemerintahan yang komersial. Untuk itu negara membentuk badan

usaha atau biasa disebut BUMN dengan maksud mengelola kekayaan alam

tersebut demi kemakmuran rakyat.1

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (yang selanjutnya disebut UU BUMN) menyatakan

bahwa Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Dalam pasal 1 angka 10 menegaskan, maksud dari kekayaan yang

dipisahkan pada BUMN adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan sebagai penyertaan

modal negara pada Persero atau Perum serta perseroan terbatas lainnya.

Jika dilihat berdasarkan maksud dan tujuan dari BUMN itu sendiri,

BUMN memiliki tujuan sebagaimana tercantum pada pasal 2 ayat (1) UU

BUMN yaitu, “BUMN memiliki tujuan untuk memberikan sumbangan bagi

perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara

pada khususnya, mengejar keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan

1 Andriani Nurdin, Kepailitan BUMN Persero berdasarkan asas kepastian hukum, (PT.

Alumni, Bandung, 2012), h.1.

2

umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan

memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, menjadi perintis

kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta

dan koperasi, turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada

pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat”.

UU BUMN membedakan bentuk bentuk BUMN yaitu Perushaan

Perseroan (yang selanjutnya disebut Persero) dan Perusahaan Umum (yang

selanjutnya disebut Perum). Dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa

Persero merupakan BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) sehingga

terdapat beberapa prinsip umum yang menjadi landasan atau dasar hukum

bagi eksistensi sebuah persero yaitu ketentuan Undang Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (yang selanjutnya disebut UU PT).

Ketentuan UU PT tersebut mengacu pada Pasal 11 UU BUMN dimana dalam

pasal ini menegaskan bahwa terhadap Persero Berlaku segala ketentuan dan

prinsip prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam UU PT. Dari

pasal 11 UU BUMN tersebut dapat diartikan bahwa pengelolaan pada persero

harus tunduk pada UU PT.

BUMN selama menjalankan usahanya dapat mengalami risiko kerugian

yang berpotensi bangkrut atau pailit apabila tidak dikelola secara profesional

dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sehat dan

baik (Good Corporate Governance). Diaturnya permohonan pernyataan pailit

terhadap BUMN dalam UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (yang selanjutnya disebut UU

Kepailitan dan PKPU) memperlihatkan bahwa pemerintah menyadari kondisi

pasang-surutnya keuangan BUMN.

Kepailitan merupakan suatu keadaan dimana debitor yang telah

dinyatakan pailit oleh pengadilan maka debitor tersebut telah kehilangan hak

hak keperdataannya dalam mengelola seluruh kekayaan dan aset asetnya. Lalu

seluruh aset tersebut berpindah status penguasaannya kepada kurator untuk

dilakukan pemberesan dan pengurusan aset yang diperuntukan untuk

membayar hutang debitor. Pengertian pailit tersebut dapat dilihat dalam Pasal

3

1 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa pailit

merupakan sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan

dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan

hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Pailit merupakan langkah akhir yang dapat dilakukan debitor maupun

kreditor karena ketidakmampuan debitor dalam mebayar utang utang para

kreditornya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan debitor ini biasanya

disebabkan karena usaha debitor yang mengalami kemunduran sehingga

menimbulkan kesulitan dalam kondisi keuangannya.2

Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan syarat syarat

debitor yang dapat diajukan pailit yaitu debitor yang mempunyai dua atau

lebih kreditor dan tidak membayar lunas seditkitnya satu utang yang telah

jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,

baik atas permohonanya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih

kreditornya. Namun, tidak semua kreditor memiliki kewenangan dalam

mengajukan permohonan pailit. Hal ini didasari sebagai suatu langkah

pembeda yang dilakukan oleh undang undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang dikarenakan banyaknya pembagian jenis

debitor.3

Berkaitan dengan kepailitan BUMN, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat

(5) UU Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa yang berwenang untuk

mengajukan permohonan pailit suatu BUMN yang bergerak dibidang

kepentingan publik adalah Menteri Keuangan. Namun BUMN yang dimaksud

dalam Undang-Undang tersebut hanyalah BUMN yang bergerak dibidang

kepentingan publik. Maksud dari “BUMN yang bergerak dibidang

kepentingan publik“ adalah BUMN yang seluruh modalnya tidak terbagi atas

saham melainkan modal BUMN ini dimiliki seluruhnya oleh negara.4

2 Hadi Subhan, Hukum Kepailitan; Prinsip, norma, dan praktik dipengadilan, (Kencana

Prenamedia Goup, Jakarta, 2008), h.2. 3 Sutan Rehmi Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, (PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009), h.103. 4 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik serta

penerapan hukumnya, (Prenadamedia Group, Jakarta, 2018), h.192.

4

UU BUMN menyebutkan bahwa terdapat 2 jenis BUMN yaitu

Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan. Mengenai BUMN Perum dapat

dilihat dalam pasal 1 angka 4 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perum

adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi

atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sedangkan BUMN Persero

diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perusahaan

Perseroan merupakan BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang

modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima

puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang

tujuan utamanya mengejar keuntungan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut

dapat dipahami bahwa BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik

hampir sama dengan pengertian Perusahaan Umum (Perum). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa maksud dari pasal 2 ayat 5 UU Kepailitan

dan PKPU adalah BUMN yang dapat dipailitkan oleh menteri keuangan

adalah BUMN Perum.

Berdasarkan hal tersebut yang menarik adalah bagaimana dengan

Persero sebagai BUMN yang modalnya juga berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan, namun terbagi atas saham. Apakah dalam Persero

diharuskan menteri keuangan sebagai pemohon dalam pernohonan pailit.

Menurut M. Hadi Subhan, mengingat bahwa yang dimaksud oleh UU

Kepailitan dan PKPU adalah BUMN Perum, yang mana didasarkan pada UU

BUMN tersebut sehingga ia menyimpulkan bahwa permohonan pernyataan

pailit terhadap BUMN dalam bentuk Persero dapat dimohonkan oleh selain

menteri keuangan atau dalam artian lain dapat dipailitkan oleh siapa saja,

termasuk para kreditornya.5

UU Kepailitan dan PKPU telah mengatur tentang kepailitan BUMN,

namun dalam penerapannya masih terdapat perbedaan pemahaman hakim

5 Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik serta

penerapan hukumnya, h.193.

5

mengenai siapa yang berhak mengajukan permohonan pailit terhadap BUMN

khususnya Persero. Seperti kasus yang peneliti bahas yaitu permohonan pailit

PT Merpati Nusantara Airline (yang selanjutnya disebut PT MNA) yang

merupakan BUMN Persero, dimana PT MNA sedang mengalami

permasalahan dalam keuangannya, dalam keadaan tersebut PT MNA tidak

dapat membayar hak-hak normatif pekerja, sehingga pekerja berinisiatif

mengajukan permohonan pailit terhadap PT MNA ke Pengadilan Niaga,

sebagaimana terekam dalam putusan nomor 04/Pdt.Sus/2016/PN Niaga Jkt

Pst, tanggal 7 April 2016. Dalam permohonannya pekerja mengklaim bahwa

PT MNA mempunyai utang uang pesangon sebesar lebih dari 850 juta, akibat

adanya pemutusan hubungan kerja terhitung sejak bulan juli 2014. Selain itu,

pemohon juga menyebutkan bahwa termohon mempunyai utang pesangon

terhadap 114 pekerja lainnya sebesar 71,5 miliar sebagai kreditor lainnya.6

Namun sangat disayangkan oleh para pekerja bahwa hakim menyatakan

menolak permohonan. Putusan ini kemudian diperkuat oleh putusan kasasi

MA No. 447 K/Pdt.Sus/2016 yang menyatakan bahwa Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat tidak salah menerapkan hukum dan perkara tidak bertentangan

dengan hukum dan Undang-Undang.

Hakim dalam menolak permohonan pailit yang diajukan oleh pekerja

salah satu pertimbanganya yaitu berdasarkan pada pasal 2 ayat (5) Undang-

Undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa dalam hal Debitor

adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau

“Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kepentingan

publik”, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri

Keuangan. Dalam pertimbangannya hakim menyatakan bahwa PT MNA

merupakan BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik karena 96,99

sahamnya dipegang oleh Negara Republik Indonesia dan 3,01% nya lagi

dipegang oleh PT Garuda Indonesia yang juga merupakan BUMN.

Berdasarkan hal tersebut saham PT MNA merupakan milik negara, sehingga

6 https://www.google.com/amp/s/buruh-online.com/2016/05/milik-negara-permohonan-

pailit-dua-pegawai-merpati-ditolak.html/amp diakses pada tanggal 04 Febuari 2020, pukul 09:45

WIB

6

permohonan pailit terhadap PT MNA tidak dapat diajukan oleh pekerja

melainkan hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

Melihat pertimbangan hakim tersebut terjadi kebimbangan mengenai

pengajuan permohonan pailit terhadap BUMN Persero, dimana disatu sisi

modal/saham PT MNA berasal dari negara dan dipegang seluruhnya oleh

negara sehingga yang bisa mempailitkan hanya menteri keuangan. Namun

disisi lain, PT MNA adalah Persero dikarenakan menggunakan kata PT dan

terdapat pembagian saham didalamnya sehingga seharusnya pada kepailitan

Persero tunduk pada UU PT sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 UU

BUMN, dalam hal ini berarti dapat diajukan pailit oleh para pihak sesuai

dengan ketentuan dalam UU Kepailitan dan PKPU.7

Pada Perusahaan Perseroan yang sahamnya dimiliki oleh negara, masih

terjadi kerancuan terhadap konsep tentang kedudukan BUMN Persero dalam

hal diajukan pailit sebagaimana dimaksud dalam UU kepailitan dan PKPU

karena terdapat dua bentuk BUMN, akan tetapi dalam UU kepailitan tidak

secara tegas menjelaskan bentuk BUMN mana yang hanya dapat diajukan

pailit oleh menteri keuangan. Dengan tidak adanya kejelasan ini, maka dalam

praktik mengakibatkan ketidakpastian hukum dan mengakibatkan

inkonsistensi pada putusan hakim saat memutus perkara kepailitan BUMN.

Permasalahan atas rancunya konsep kepailitan pada BUMN khususnya

BUMN Persero menjadi pokok permasalahan yang akan ditulis oleh peneliti

dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Permohonan Pailit

PT Merpati Nunsatara Airline Sebagai BUMN Persero (Analisis Putusan

Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)”.

7 https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/ini-kata-pakar-soal-kepailitan-

bumn diakses pada tanggal 04 Febuari 2020 pukul 13:01 WIB

7

B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Adanya perbedaan penafsiran mengenai kedudukan BUMN Persero

terhadap kekayaan negara yang dipisahkan ketika diajukan

permohonan pernyataan pailit.

b. Tujuan dan maksud pendirian BUMN Persero dalam hal kepentingan

publik atau untuk mencari keuntungan

c. Yang berhak mengajukan permohonan pailit pada BUMN Persero

d. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Niaga Nomor

04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

peneliti paparkan, agar masalah yang peneliti bahas tidak dijabarkan

terlalu luas dan menimbulkan ketidakjelasan. Oleh karena itu, peneliti

membatasi pembahasan dengan membuat pembatasan hanya pada perkara

pengajuan permohonan pailit terhadap BUMN Persero dengan objek

penelitian adalah studi putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

3. Perumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah adanya kerancuan

mengenai kedudukan BUMN Persero dalam hal diajukan permohonan

pailit, dalam kaitannya dengan putusan Pengadilan Niaga Nomor

04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst. Untuk mempertegas arah

pembahasan dari masalah utama yang telah diuraikan sebelumnya, maka

peneliti membuat rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan

penelitian, yaitu:

a. Bagaimana kedudukan BUMN Persero dalam pengajuan permohonan

pernyataan pailit?

8

b. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst mengenai kepailitan PT Merpati

Nusantara Airline sebagai BUMN Persero ditinjau dari Hukum

Kepailitan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan BUMN Persero dalam

proses kepailitan.

b. Untuk mengetahui dan memahami pertimbangan hakim dalam putusan

Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan serta pemikiran yang berharga bagi

perkembangan ilmu hukum dalam hukum bisnis khususnya dalam

masalah kepailitan pada BUMN Persero.

b. Manfaat Praktis

Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi

peneliti lain, serta diharapkan dapat memberikan maanfaat bagi

pemerintah sebagai regulator dalam rangka penyempurnaan perangkat

hukum yang berkeadilan bagi para pihak yang berkepentingan

mengenai masalah kepailitan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti adalah penelitian yuridis-normarif.

Dikatakan penelitian hukum normatif karena masalah yang akan diteliti

9

tersebut berhubungan erat dengan law in books yang menelusuri buku-

buku hukum, jurnal jurnal hukum dan norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang undangan dan putusan putusan pengadilan.

2. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum normatif ini, menggunakan metode pendekatan

perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case

approach). Perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Undang-Undang Dasar Negara Repiblik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan PKPU

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

Kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah putusan

Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst perkara

antara PT Merpati Nusantara Airline (Persero) dengan Karyawannya.

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Data primer merupakan bahan hukum yang diperoleh langsung dari

sumber asli. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari putusan Mahkamah Agung nomor 447 K/Pdt.Sus-

Pailit/2016, putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst, KUH Perdata, Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara, Undang – Undang Nomor 17 tahun 2003

10

tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang memberikan penjelasan terhadap

data primer berupa buku buku hukum yang ditulis oleh ahli hukum dan

hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,

termasuk skripsi dan jurnal jurnal hukum.

c. Sumber data tersier

Data tersier dapat berupa KBBI, Kamus Hukum, Black Law

Dictonary, Insklopedia, dan media internet lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, peneliti

menggunakan teknik studi dokumentasi yaitu dengan melakukan

penelusuran data melalui studi kepustakaan dan studi dokumen.

Penelusuran keputakaan dalam penelitian ini yaitu pada Perpustakaan

Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Univeristas Indonesia, dan

Perpustakaan Nasional. Penulusuran dokumen dalam penelitian ini yaitu

melalui website Mahkamah Agung untuk mendapatkan putusan

Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

5. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Pengelolaan data dalam penelitian ini adalah dengan

menghubungkan bahan hukum primer, bahan hukum skunder serta bahan

non hukum menjadi sedemikian rupa sehingga dalam penyajian penulisan

dalam menjawab permasalahan penelitian menjadi terstruktur dan dapat

dengan mudah dipahami. Pengelolaan bahan hukum dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari

permasalahan yang sifatnya umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi. 8 Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.

8 Jhony Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang; Bayu Media

Publishing, 2006), h.393.

11

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan penulis dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang ada dalam

buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”

E. Sistematika Pembahasan

Untuk menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang

benar, sistematis dan teratur, maka skripsi ini dirancang dengan sistematikan

penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti menjelaskan Latar Belakang

Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, dan Rancangan Sistematika Penelitian.

BAB II KEPAILITAN TERHADAP BADAN USAHA MILIK

NEGARA

Pada bab ini menjelaskan tentang kerangka konseptual dan

teoritis yang mengacu pada kajian kepustakaan yang

relevan dengan permasalahan penelitian yaitu berkaitan

dengan Kepailitan, BUMN dan Keuangan Negara serta

teori-teori hukum yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Dalam bab ini terdapat pula tinjauan (review)

kajian terdahulu yang berhubungan dengan Kepailitan

BUMN

BAB III PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE

Dalam bab ini berisikan mengenai data data penelitian,

dimana peneliti akan memaparkan tentang profil PT

Merpati Nusantara Airline, kondisi persusahaan PT Merpati

Nusantara Airline (Persero) serta duduk perkara antara

12

pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero) dengan PT

Merpati Nunsantara Airline (Persero)

BAB IV KEDUDUKAN BUMN PERSERO DALAM PROSES

KEPAILITAN

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian

yaitu analisis kedudukan BUMN Persero dalam proses

permohonan pailit serta membahas mengenai pertimbangan

hakim dalam putusan Pengadilan Niaga Nomor 04/pdt.sus-

pailit/2016/PN Niaga Jkt Pst

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang didalamnya berisi

kesimpulan dan rekomendasi dari bab-bab sebelumnya

13

BAB II

KEPAILITAN DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

A. Kerangka Konseptual

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

a. Pengertian, Tujuan dan permodalan BUMN

Definisi Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut

BUMN, terdapat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) yaitu

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan. Berdasarkan definisi BUMN tersebut terdapat

beberapa yang hal perlu dipenuhi agar suatu badan usaha dapat

dikategorikan sebagai BUMN yaitu merupakan badan usaha, modal

suatu badan usaha yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh

negara, negara melakukan penyertaan modal secara langsung dan

penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.1

Maksud dan tujuan didirikannya BUMN terdapat dalam pasal 2

ayat (1) UU BUMN yaitu :

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian

nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

2. Mengejar keuntungan;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan

hajat hidup orang banyak;

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

1 Ridwan Khairandy, Pokok Pokok Pengantar Hukum Dagang Indonesia, (FH UII Press,

Yogyakarta, 2014), h.159.

14

Dalam Pasal 4 ayat (2) UU BUMN terdapat beberapa sumber

permodalan dan penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian

BUMN yaitu bersumber dari :

1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

2) Kapitalisasi Cadangan

3) Sumber lainnya

Berdasarkan hal tersebut dapat dipertegas bahwa modal BUMN

berasal dari negara melalui penyertaan langsung, yang menunjukkan

negara memasukkan modalnya secara langsung kedalam BUMN tanpa

melalui campur tangan pihak lain (diluar pemerintah). Harta tersebut

haruslah berupa penyertaan modal BUMN. Modal tersebut berasal dari

kekayaan negara yang dipisahkan artinya dipisahkan dari sistem

keuangan negara, sehinnga pengelolaannya tidak dikendalikan

berdasarkan sistem APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara). Sejalan dengan kedudukannya sebagai perusahaan,

pengelolaan BUMN termasuk keuangannya berdasarkan pada prinsip-

prinsip perusahaan yang sehat.2

b. Bentuk Bentuk BUMN

Sebelum berlakukanya Undang - Undang nomor 19 Tahun 2003

berdasarkan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1969, BUMN

diklasifikasi menjadi 3 (tiga) yakni Perusahaan Jawatan (Perjan),

Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero). Tetapi

dikarenakan sifat BUMN yang menumpuk keuntungan dan

melaksanakan kemafaatan umum, sehingga dalam UU BUMN

disederhanakan menjadi 2 jenis yaitu Perusahaan Perseroan (Persero)

dan Perusahaan Umum (Perum), yang selanjutnya diuraikan sebagai

berikut:

2 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, (Rineka Cipta; Jakarta,

2016), h.20.

15

1) Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero

diatur dalam pasal 1 angka 2 UU BUMN yaitu BUMN yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam

saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu

persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang

tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Menurut pasal 12 UU BUMN dijelaskan maksud dan tujuan

Persero yaitu menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat, mengejar keuntungan guna

meningkatkan nilai perusahaan. Penjelasan pasal 12 UU BUMN

menentukan :

“Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut

untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat

baik dipasar dalam negeri maupun internasional. Dengan demikian

dapat meningkatkan keuntungan dan nilai persero yang

bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang optimal

bagi pihak pihak yang terkait.”

Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut, Persero dituntut

untuk dapat menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi

agar perusahaan perseroan mampu menghadapi perkembangan

dalam dunia bisnis, selain itu Persero juga mempunyai sifat

mengejar keuntungan yang merupakan konsekuensi langsung dari

kedudukan Persero sebagai Perseroan Terbatas (PT).

Kemudian mengenai pendirian Persero diusulkan oleh

menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan

setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan menteri

keuangan. Pengkajian tersebut ditujukan untuk menentukan apakah

layak atau tidak sebuah Persero didirikan, melalui kajian atas

perencanaan bisnis dan kemampuan untuk mandiri serta

16

mengembangkan usaha dimasa mendatang. Pelaksanaan pendirian

Persero dilakukan oleh mentri mengingat mentri merupakan wakil

negara selaku pemegang saham pada persero dengan berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.3

Dalam Persero telah ditegaskan bahwa Persero berbentuk PT

maka membawa konsekuensi bahwa dalam Persero berlaku

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (UU PT). Hal tersebut juga ditegaskan pada Pasal 11 UU

BUMN, yaitu terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan

prinsip prinsip yang berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

(yang kemudian diganti dengan UU Nomorr 40 Tahun 2007).

Modal Persero terbagi atas saham, karena UU PT

memberikan syarat demikian, dan pendiriannya wajib mengambil

bagian atas saham. Sebagaimana BUMN, Persero didirikan oleh

negara maka saham seluruh atau saham mayoritas wajib dimiliki

oleh negara, yang dalam hal ini negara berkedudukan sebagai

pemegang saham.4

Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Persero memiliki

organ-organ perusahaan yang mirip dengan PT yaitu, 5 Rapat

Umum Pemegang Saham, Direksi Persero, Komisaris Persero.

a) Rapat Umum Pemegang Saham (yang selanjut nya disebut

RUPS) merupakan organ persero yang memiliki kekuasaan

tertinggi dan memiliki wewenang yang tidak diberikan oleh

direksi dan komisaris. Pada persero berlaku ketentuan apabila

seluruh saham dimiliki oleh negara 100% maka yang

bertindang selaku RUPS adalah menteri. Menteri yang ditunjuk

3 Muhladi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Ghalia

Indonseia, Bogor, 2002), h.168. 4 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, …. h.41. 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung; Citra Aditya Bakti;

2010), h.178.

17

mewakili negara selaku pemegang saham dalam setiap

keputusan tertulis yang berhubungan dengan Persero

merupakan keputusan RUPS. Namun Persero atau Perseroan

Terbatas yang sahamnya dimiliki negara kurang dari 100%

maka menteri berkedudukan selaku pemegang saham dan

keputusannya diambil bersama sama dengan pemegang saham

lainnya dalam RUPS. Pada praktiknya menteri dapat

memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan

ataupun badan hukum untuk mewakili RUPS. Pihak yang

mnerima kuasa harus mendapat persetujuan mentri untuk

mengambil keputusan dalam RUPS hal ini sebagaimana

disebutkan dalam 14 ayat (3) UU BUMN yaitu mengenai

perubahan jumlah modal, perubahan anggaran dasar, rencana

penggunaan laba, penggabungan, peleburan, pengambilalihan,

pemisahan, serta pembubaran Persero, terhadap investasi dan

pembiayaan jangka panjang, kerjasama Persero, pembentukan

anak perusahaan atau penyertaan dan pengalihan aktiva.

Namun, dalam hal dipandang perlu, tidak menutup

kemungkinan kuasa juga bisa diberikan kepada badan hukum

sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.6

b) Direksi Persero merupakan organ BUMN baik Persero maupun

Perum yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk

kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik

didalam maupun diluar pengadilan. Direksi diangkat dan

diberhentikan oleh RUPS.7 Direksi dan anggota direksi dalam

melakukan tugasnya harus mematuhi anggaran dasar dan

peraturan perundang undangan. Dalam hal ini peran dan

kedudukan direksi BUMN sangat menentukan karena tanggung

jawab pengurus BUMN seluruhnya dipegang oleh direksi.

6 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, .... h.170. 7 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, ….. h.170.

18

Dengan kata lain maju mundurnya, berhasil atau tidaknya

usaha BUMN dalam mengemban misinya seperti yang

diharapkan oleh pemerintah/negara selaku pemegang saham

sangat ditentukan oleh kemampuan direksi dalam mengurus

dan mengelola BUMN.8

c) Komisaris Persero adalah organ Persero yang bertugas

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. Sama

hal nya dengan direksi, komisaris diangkat dan diberhentikan

oleh RUPS. Anggota komisaris diangkat berdasarkan

integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen

perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi

manajemen, memiliki pengetahuan yang meadai di bidang

usaha Persero. Komposisi komisaris harus ditetapkan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan

keputusan dapat dilakukan secara efektif tepat dan cepat serta

dapat bertindak secara independen.

Dari apa yang sudah dipaparkan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa unsur-unsur yang ada dalam BUMN Persero

antara lain berbentuk Perseoan Terbatas, terbagi atas saham, tujuan

utamanya untuk mencari keuntungan guna meningkatkan hasil

perusahaan dan menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat, dipimpin oleh direksi

2) Perusahaan Umum (Perum)

Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum dapat

dikatakan bukan perusahaan atau persekutuan, melainkan

perusahaan milik negara yang didirikan dengan peraturan

pemerintah atas kuasa undang undang.9 Berdasarkan UU BUMN

pasal 1 angka 4 dijelaskan bahwa Perum adalah BUMN yang

8 Rahayu Hartini, BUMN persero (Konsep Keuangan Negara dan Hukum Kepailitan Di

Indonesia), (Setara Press, Jakarta, 2018), h.34. 9 Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Sinar Grafika; Jakarta, 2014), h.165.

19

seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas

saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus

mengejar keuntungan berdasarkan prinsip prinsip pengelolaan

perusahaan.

Dalam pasal 36 ayat (1) UU BUMN dijelaskan bahwa

maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang

bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang

sehat.

Perum tidak berupa saham, syarat modal Perum harus 100%

(seratus persen) berasal dari negara. Hal ini menunjukan bahwa

didalam mendirikan Perum, negara bertindak sendiri karena tidak

dimungkinkan untuk dapat bekerja sama dengan pihak lain (dalam

hal ini swasta) dalam menumpuk modal. Disamping itu dengan

modal seluruhnya dari negara, Perum tidak dapat dikelola seperti

lembaga negara/pemerintah dengan sistem keuangan negara, oleh

karena didalam pengertian tersebut ditekankan pengelolaannya

berdasarkan pada prinsip perusahaan. Perum dalam hal ini berbeda

dengan Perseroan, Perum tidak tunduk dengan UU PT, sehingga

dalam Perum tidak berlaku UU PT. Perum hanya tunduk dengan

UU BUMN karena didalam UU BUMN telah mengatur secara

khusus aturan mengenai Perum.10 Perum mempunyai organ yaitu11

Menteri, Direksi Perum dan Dewan Pengawas

a) Menteri menurut undang-undang BUMN adalah menteri yang

diberi kuasa untuk mewakili pemerintah sebagai pihak yang

memiliki modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan. Pasal 38 ayat (1) UU BUMN

10 Gatot Supramono, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, …. h. 42. 11 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, .... h.191.

20

menegasakan bahwa menteri memberikan persetujuan atas

kebijakan pengembangan usaha Perum yang diusulkan oleh

direksi. Sebagai wakil pemerintah dan pemilik modal Perum,

menteri menetapkan kebijakan pengembangan Perum yang

bertujuan menetapkan arah dalam mencapai tujuan perusahaan

baik penyangkut kebijakan investasi, pembiayaan usaha

sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan,

dan kebijakan pengembangan. Kemudian Pasal 39 UU BUMN

menyebutkan bahwa Menteri tidak bertanggung jawab atas

segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan tidak

bertanggung jawab atas kerugian Perum melebihi nilai

kekayaan negara yang telah dipisahkan ke dalam Perum kecuali

menteri beiktikad buruk memanfaatkan Perum untuk

kepentingan pribadi, menteri terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan Perum serta menteri secara melawan

hukum menggunakan kekayaan Perum.

b) Direksi Perum diangkat dan diberhentikan oleh menteri sesuai

dengan mekanisme dan ketentuan perturan perundang-

undangan. Terdapat beberapa kewajiban yang harus dilakukan

oleh dirksi dalam melaksanakan tugas tugasnya yaitu, direksi

wajib mencurahkan tenaga dan pikiran serta perhatian secara

penuh pada tugas, kewajiban dan pencapain tujuan Perum,

direkai juga wajib menyiapkan rancangan rencana jangka

panjang yang merupakan rencana strategis memuat sasaran dan

tujuan perum yang akan dicapai dalam jangan waktu lima

tahun, dirksi wajib menyiapkan rancangan rencana kerja dan

anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari

rencana jangka panjang, direksi wajib menyampaikan

rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan kepada

menteri untuk memperoleh pengesahan, dalam waktu lima

bulan setelah tahun buku Perum ditutup, direksi wajib

21

menyampaikan laporan tahunan kepada menteri untuk

memperoleh pengesahan.12

c) Dewan pengawas adalah organ Perum yang bertugas

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum. Dewan

pengawas diangkat dan diberhentikan oleh mentri sesuai

dengan mekanisme dan peraturan perundang-undangan.13

Dewan pengawas bertugas untuk mengawasi direksi dalam

melaksanakan pengurusan Perum dan juga meberikan nasihat

kepada direksi.

Berdasarkan beberapa uraian terkait Perum dapat

disimpulkan bahwa Perum memiliki karakteristik yaitu, tujuan

utamanya disamping melayani kepentingan umum sekaligus

menumpuk keuntungan, berstatus sebagai badan hukum, bergerak

dalam bidang bidang vital, mempunyai nama dan kekayaan sendiri,

modal seluruhnya dimiliki oleh negara, dipimpin oleh direksi.14

2. Tinjauan Umum Kepailitan

a. Pengertian dan Tujuan Kepailitan

Istilah pailit dapat dijumpai dalam bahasa Belanda, Perancis,

Inggris dan Latin dengan istilah yang berbeda-beda. Dalam bahasa

Perancis istilah faillite artinya pemogokan atau kemacetan dalam

melakukan pembayaran. Oleh karena itu, orang yang mogok atau

macet atau berhenti membayar disebut le failli. Untuk arti yang sama

dengan bahasa perancis, dalam bahasa Belanda juga digunakan istilah

faillete, lalu di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah to fail dan

dalam bahasa Latin digunakan istilah fallire.15

12 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.180. 13 Mulhadi, Hukum Perusahaa: Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.80. 14 Farida Hasyim, Hukum Dagang, …. h.166. 15 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Di

Indonesia, (Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2003), h.23.

22

Dalam Black’s Law Dictonary mendefinisikan pailit atau

“Bankrupt is the state or condition of a person (individual,

partnership, corporation, municipality) who is unable to pay its debt

as they are, or become due. The term includes a person against whom

an voluntary petition has been filed, or who has been adjudged a

bankrupt”. Jadi berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s

Law Dictonary tersebut, dapat dilihat bahwa pengertian pailit

dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seseorang

(debitor) atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo, ketidakmampuan

tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan,

baik dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri maupun permintaan

pihak ketiga (diluar debitor), suatu permohonan pernyataan pailit ke

pengadilan.16

Pailit merupakan suatu keadaan di mana debitor tidak mampu

untuk melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari

para kreditornya. Keadaan tidak mampu membayar lazimnya

disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan (financial distress) dari

usaha debitor yang telah mengalami kemunduran. Sedangkan

kepailitan merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita

umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada

maupun yang akan ada di kemudian hari. Pengurusan dan pemberesan

kepailitan dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim

pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta

kekayaan tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit

tersebut secata proposional dan sesuai dengan struktur kreditor.17

Pada prinsipnya, pengaturan masalah kepailitan merupakan suatu

perwujudan dari Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata. Menurut

Kartini Muljadi, rumusan pada Pasal 1131 KUH Perdata menunjukkan

bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam lapangan

16 Gunawan Widjaja, Risiko hukum & bisnis perusahaan pailit, (Forum Sahabat, Jakarta,

2009), h.15-16. 17 M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan;Prinsip, Norma, dan Praktik di peradilan, …. h.1.

23

harta kekayaan selalu akan membawa akibat terhadap harta

kekayaannya baik yang bersifat menambah jumlah harta kekayaan

maupun yang nantinya akan mengurangi jumlah harta kekayaan.

Adapun rumusan Pasal 1132 KUH Perdata menentukan bahwa setiap

pihak atau kreditor yang berhak atas pemenuhan perikatan, haruslah

mendapatkan pemenuhan perikatan dari harta kekayaan pihak yang

berkewajiban tersebut secara18 :

1) Pari passu yaitu secara bersama sama memperoleh pelunasan,

tanpa ada yang didahulukan; dan

2) Pro rata atau prposional, yang dihitung berdasarkan pada

besarnya piutang masing-masing dibandingkan terhadap piutang

mereka secara keseluruhan, terhadap seluruh harta kekayaan

debitur tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 entang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang juga menjelaskan

mengenai pengertian kepalitan yaitu kepailitan merupakan sita umum

atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim

pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kepailitan merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak

mampu membayar utang-utangnya kepada kreditor. Lalu, debitor

tersebut dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga atas

permohonananya sendiri atau para kreditornya. Terhadap permohonan

pernyataan pailit tersebut, debitor telah kehilangan hak-hak

keperdataannya dalam mengelola seluruh kekayaan dan aset asetnya.

Kemudian seluruh aset tersebut berpindah status penguasaannya

kepada kurator untuk dilakukan pemberesan dan pengurusan aset yang

diperuntukan untuk membayar hutang debitor.

18 Jono, Hukum Kepailitan, (Sinar Grafika, Jakarta, 2013), h. 3.

24

b. Tujuan Kepailitan

Tujuan kepailitan pada dasarnya adalah memberikan solusi

ketika terjadi keadaan dimana debitor berhenti membayar atau tidak

mampu membayar utang utangnya terhadap para kreditor. Dalam

penjelasan umum UU Kepailitan dan PKPU Tahun 2004 dikemukakan

mengenai beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan

dan penundaan kewajiban pembayaran utang, sebagai berikut :19

1) Untuk menghindari perbuatan harta debitor apabila dalam waktu

yang sama ada beberapa faktor kreditor yang menagih piutangnya

dari debitor.

2) Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang

milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para

kreditor lainnya.

3) Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang

dilakukan oleh salah satu seorang kreditor atau debitor sendiri.

Misalnya, debitor berusaha untuk memberikan keuntungan kepada

seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor

lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk

melarikan semua harya kekayaannya dengan maksud untuk

melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.

Dengan adanya lembaga kepailitan ini diharapkan dapat

menjadi lembaga yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan

permasalahan utang piutang antara debitor dan kreditor. Lembaga

kepailitan ini juga diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang dapat

mencegah terjadinya kesewenang wenangan pihak kreditor yang

19 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan (Pustaka Utama Grafiti; Jakarta, 2010), h.28.

25

dengan menggunakan berbagai cara memaksa debitor untuk melunasi

utang-utangnya.20

c. Syarat – Syarat Pengajuan Permohonan Pailit

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa syarat-syarat

debitor yang dapat diajukan pailit yaitu debitor yang mempunyai dua

atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas seditkitnya satu utang

yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

putusan pengadilan, baik atas permohonanya sendiri maupun atas

permohonan satu atau lebih kreditornya.

Selanjutnya, pada ketentuan pasal 8 ayat (4) UUK dan PKPU

menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan

apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana

bahwa persyaratan untuk dinyatakn pailit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi. Berdasarkan ketentuan-

ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat pengajuan

permohonan pailit sebagai berikut:

1) Syarat adanya 2 (dua) atau lebih kreditor (Concursus Creditorum).

Syarat ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 1132 KUH

Perdata yang menyebutkan bahwa harta kekayaan debitor

merupakan jaminan bersama bagi para kreditor dan hasil penjualan

harus dibagikan kepada kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya,

kecuali jika diantara kreditor itu berdasarkan undang-undang harus

didahulukan dalam pembagiannya.21Sedangkan apabila debitor

hanya berutang kepada satu kreditor, maka seluruh harta kekayaan

debitor otomatis menjadi jaminan atas pelunasan utang debitur

tersebut dan tidak diperlukan pembagian secara pro rata dan pari

20 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No.1

Tahun 1995 Tentang PT, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995), dalam Peter Mahmud dan Rahayu

Hartini, Hukum Kepailitan, (Penertbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2007), h.22 21 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan,

(Jakarta: PT Raja Grafind Persada, 2004), h.107.

26

passu. Dengan demikian debitur tidak dapat dituntut pailit, jika

debitur hanya mempunyai satu kreditur.22

2) Syarat Adanya Utang

Dalam kepailitan, utang merupakan konsep yang paling

menentukan, karena tanpa adanya utang tidaklah mungkin perkara

kepailitan dapat diperiksa. Tanpa adanya utang tersebut maka

esensi kepailitan menjadi tidak ada karena kepailitan merupakan

pranata hukum untuk melakukan likuidasi asset debitor untuk

membayar utang-utangnya terhadap para kreditornya.23

Definisi utang disebutkan dalam pasal 1 angka 6 UU

Kepailitan dan PKPU yaitu utang merupakan kewajiban yang

dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia

maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan

timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena

perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh

debitor dan bila tidak dipenuhi memberikan hak kepada kreditor

untuk mendapat pemenuhannya dari karta kekayaan debitor.

Menurut Kartini Muljadi yang mana istilah utang merujuk

pada hukum perikatan dalam Pasal 1233 dan 1234 KUH Perdata.

Dari uraian pendapatnya dapat disimpulkan bahwa utang sama

dengan kewajiban, yang dimaksud adalah kewajiban dari setiap

perikatan, yang menurut Pasal 1233 KUH Perdata dilahirkan baik

karena persetujuan maupun karena undang-undang. Selanjutnya

Kartini Muljadi menghubungkan perikatan yang dimaksud dalam

pasal 1233 dengan Pasal 1234 KUH Perdata yang menentukan

bahwa tiap-tiap perikatan (menimbulkan kewajiban) untuk

memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak

22 Jono, Hukum Kepailitan,… h.5. 23 Hadi Subhan, Hukum kepailitan: Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta;

Pranamedi Group, 2008), h.34.

27

berbuat sesuatu.24 Jadi, beliau berpendapat bahwa utang adalah

kewajiban debitor kepada setiap kreditornya baik untuk

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu,

sehingga utang ini menganut pengertian secara luas.

Menurut Prof Sutan Remy Sjahdeini, utang tidak seharusnya

hanya diberi arti berupa kewajiban membayar utang yang timbul

karena perjanjian utang piutang saja, tetapi merupakan kewajiban

setiap debitur yang berupa kewajiban untuk membayar sejumlah

uang kepada kreditur, baik kewajiban itu timbul karena perjanjian

apapun juga (tidak terbatas hanya kepada perjanjian utang piutang

saja), maupun timbul karena ketentuan undang-undang dan timbul

karena putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap.25

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pada dasarnya

utang dapat diartikan secara sempit maupun secara luas. Yang

mana pengertian utang dalam arti sempit hanya sebatas pada

kewajiban yang timbul dari perjanjian utang piutang (pinjam

meminjam) saja. Sedangkan, pengertian utang dalam arti luas yaitu

utang bukan hanya meliputi “utang yang timbul dari perjanjian

utang piutang atau perjanjian pinjam-meminjam” tetapi juga

“utang yang timbul karena undang-undang atau perjanjian yang

dapat dinilai dengan sejumlah uang.26

3) Syarat tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh

tempo dan dapat ditagih

Suatu utang dapat dikatakan telah jatuh tempo dan dapat

ditagih apabila utang tersebut sudah pada waktunya untuk

dibayarkan. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ketentuan adanya

syarat utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih merupakan

24 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening

Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998 , (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2004), h.109. 25 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening

Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998, …. h.110. 26 Jono, Hukum Kepailitan, ..... h.11

28

dua istilah yang memiliki pengertian yang berbeda. Suatu utang

dikatakan sebagai utang yang telah jatuh waktu atau utang yang

expired, yaitu utang yang dengan sendirinya menjadi utang yang

telah dapat ditagih. Namun utang yang telah dapat ditagih belum

tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu.27

Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Kepailitan dan PKPU telah merumuskan pengertian utang yang

telah jatuh tempo dan dapat ditagih yaitu kewajiban untuk

membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah

diperjanjikan, percepatan waktu penagihannya sebagaimana

diperjanjikan, pengenaan saksi atau denda oleh instansi yang

berwenang maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau

majelis arbitrase. Syarat utang harus telah jatuh waktu dan dapat

ditagih menunjukan bahwa kreditur sudah mempunyai hak untuk

menuntut debitur agar memenuhi prestasinya.28

4) Syarat atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan

seorang atau lebih kreditornya

Dalam pasal 2 UU Kepailitan dan PKPU menjelaskan pihak

yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah:

1. Debitor sendiri

2. Seorang kreditor atau lebih

3. Kejaksaan, dalam Pasal 2 ayat (2) menjelaskan bahwa

permohonan pailit terhadap debitor juga dapat diajukan oleh

kejaksaan demi kepentingan umum. Yang dimaksud dengan

kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara

dan/atau kepentingan masyarakat luas.

4. Bank Indonesia, Pasal 2 ayat (3) menjelaskan nahwa

permohonan pailit terhadap bank hanya dapat diajukan oleh

27 Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas Dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, (Jakarta; Prenamedia Group, 2016),

h.137. 28 Jono, Hukum Kepailitan, …. h.11.

29

Bank Indonesia berdasarkan penilaian kondisi keuangan dan

kondisi perbankan secara keseluruhan.

5. Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam, dalam pasal 2

ayat (4) pemohon pernyataan pailit terhadap perusahaan efek,

bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga

penyelesaian, hanya dapat diajukan oleh Bapepam.

6. Mentri Keuangan, dalam Pasal 2 ayat (5) menjelaskan bahwa

permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransi.

Perusahaan reasuransi, dana pensiun atau BUMN yang

bergerak dibidang kepentingan publik hanya dapat diajukan

oleh mendtri keuangan.

5) Dapat dibuktikan secara sederhana

Berdasarkan penjelasan ketentuan Pasal 8 ayat (4)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan fakta atau keadaan yang

terbukti secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih

kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar.

Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh

pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkan

hukuman pailit. Keadaan tidak mau atau tidak mampu membayar

itu diucapkan apabila secara sederhana terbukti tidak ada peristiwa

atau keadaan yang menunjukkan bahwa keadaan tidak mau atau

tidak mampu membayar itu ada.

d. Akibat Kepailitan

Kepailitan mengakibatkan seorang debitor yang telah dinyatakan

pailit demi hukum kehilangan segala hak keperdataanya dalam

menguasai dan mengurus harta kekayaannya yang termasuk dalam

harta pailit, hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 24 ayat (1)

UU Kepailitan dan PKPU yang menyebutkan bahwa:

30

1) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan

mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak

tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.

2) Tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

sejak pukul 00.00 waktu setempat.

3) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah

dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank

pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), transfer

tersebut wajib diteruskan

4) Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah

dilaksanakan Transaksi Efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut

wajib diselesaikan.

B. Kerangka Teoritis

1. Teori Badan Hukum

Untuk mengetahui apa hakikat badan hukum, para ahli hukum telah

mengemukakan teori teori baik dengan jalan menafsiran secara deomagtis

dengan penafisran teologis yaitu sebagai berikut29 :

a. Teori Fiksi

Teori ini dipelopori oleh Friedrich Carl Von Savign, ia

mengemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abstraksi bukan

merupakan suatu hal yang konkret, sehingga karena hanya suatu

abstraksi maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan

hukum, sebab hukum memberi hak hak kepada yang bersangkutan

suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa. Badan hukum

semata mata hanyalah buatan pemerinta atau negara. Badan hukum itu

suatu yang fiksi maksudnya adalah sesuatu yang sebenarnya tidak ada

tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk menarangkan

suatu hal. Artinya sebenarnya menurut alam hanya manusia yang

merupakan subjek hukum, tetapi orang menciptakan dalam

29 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia, …. h.76.

31

bayangannya badan hukum selaku subjek hukum, diperhitungkan sama

dengan manusia.

b. Teori Organ

Teori ini dipelopori oleh Otto Van Gierke Sebagai reaksi

terhadap teori fiksi munculah teori organ. Menurut Otto badan hukum

itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam

pergaulan hukum. Badan hukum menjadi suatu badan yang

membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-

organ badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya

seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan

mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis

diatas kertas. Apa yang mereka putuskan adalah kehendak dari badan

hukum. Badan hukum menurut teori ini bukan merupakan suatu yang

abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum tidak berbeda dengan

manusia, karena itu tiap-tiap perkumpulan/perhimpunan orang adalah

badan hukum.

c. Teori kekayaan bersama

Teori ini dikemukakan oleh Rudolf Von Jhering. Teori ini

menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan

badan hukum adalah kepentingan seluruh anggotanya. Badan hukum

bukan merupakan abstraksi dan juga bukan organisme. Pada

hakikatnya, hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan

kewajiban anggota bersama-sama. Harta kekayaan badan itu

merupakan milik bersama seluruh anggotanya. Teori ini juga disebut

propriete collective theorie (Planiol), atau teori kepunyaan kolektif

(Utrecht), collectiviteitstheorie dan bestemmingstheorie.

d. Teori kekayaan bertujuan

Teori ini dikemukakan oleh E.M Meijers, dan dianut oleh Paul

Scholten. Menurut Meijers, badan hukum itu merupakan suatu realitas

konkrit, riil, walaupun tidak dapat diraba bukan khayal tetapi suatu

kenyataan yuridis. Jadi menurut teori ini, badan hukum adalah wujud

32

yang riil, sama riilnya dengan manusia dan lain lain perikatan.

Menurut Paul Scholten teori ini berasal dari teori organ yang sudah

diperhalus artinya tidak begitu mutlak lagi, sehingga tidak perlu lagi

dipertanyakan nama tangannya, mana otaknya dan sebagainya.

Pendapat lain mengenai badan hukum yaitu dikemukakan oleh

Mertokusumo yang menyatakan bahwa badan hukum ialah organisasi

atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat

menyandang hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban badan hukum

dilaksanakan oleh pengurusnya. Menurut Supramono, badan hukum

juga dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang berada dalam

suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai harta

kekayaan sendiri, serta dapat melakukan hak hak dan kewajibannya

yang berhubungan dengan kekayaan tersebut.30

Sejalan dengan pendapat subekti menegenai badan hukum yaitu

suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak hak dan

melakukan perbuatan sendiri seperti seorang manusia, serta memiliki

kekayaan sendiri dapat digugat dan menggugat didepan hakim.31

Menurut Wijono Prodjodikoro mengatakan bahwa badan hukum

sebagai badan disamping manusia perseorangan yang dianggap dapat

bertindak dalam hukum dan mempunyai hak hak, kewajiban-

kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan

hukum.32

Berdasarkan teori hukum diatas maka pada pokoknya dapat

disimpulkan bahwa badan hukum disamakan dengan subyek hukum,

dalam hal ini ciri badan hukum yang dapat dikatakan sebagai subyek

hukum yaitu :

a. Terdiri dari sekelompok orang

b. Memiliki hak dan kewajiban

30 Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, …. h.181 31 Chaidir Ali, Badan Hukum, (PT.Alumni, Bandung, 1999), h.18. 32 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentu Badan Usaha Di Indonesia, …. h.83.

33

c. Memiliki susunan pengurusan

d. Dapat melakukan perbuatan hukum dalam suatu hubungan hukum

e. Memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari para pengurusnya

atau anggotanya

f. Mempunyai kedudukan dimuka hukum yaitu dapat digugat ataupun

menggungat di pengadilan.

2. Asas Corporate Separate Legal Personality

Apabila melihat konsep pendirian Perseroan Terbatas maka muncul

asas corporate separate legal personality, dalam hal ini Yahya Harahap

mengemukakan bahwa Perseroan Terbatas mempunyai personalitas atau

kepribadian yang berbedaa dari orang yang menciptakannya atau disebut

personalitas perseroan. Ciri Personalitas Perseroan sebagai Badan hukum

yang paling utama adalah perseroan merupakan wujud atau entitas (entity)

yang ‘terpisah’ dan ‘berbeda’ dari pemiliknya dalam hal ini pemegang

saham (separate and distinct from its owner).33 Asas ini berangkat dari

suatu doktrin dasar PT, dalam hal ini PT adalah suatu perusahaan yang

merupakan suatu kesatuan hukum yang terpisah dari subjek hukum pribadi

yang menjadi pendiri atau pemegang saham dari Perusahaan tersebut.

Terdapat suatu tabir pemisah (veil) antara Perusahaan sebagai suatu legal

entity dengan para pemegang saham dari Perusahaan tersebut.34

Asas ini muncul sebagaimana terdapat dalam pasal 3 ayat (1) UU PT

menjelaskan bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab

secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak

bertanggung jawab atas kerugian perseroan melibihi nilai saham yang

telah diambilnya. Penjelasan pasal 3 ayat (1) UU PT menyebutkan bahwa

ketentuan dalam pasal 3 ayat (1) mempertegas ciri perseroan terbatas,

bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham

yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Beranjak

33 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Sinar Grafika, Jakarta, 2009), h.57. 34 Tuti Rastuti, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, (Refika Aditama,

Bandung, 2015), h.130.

34

dari uraian tersebut Asas hukum Corporate Separate Legal Personality

menyatakan dengan tegas bahwa PT merupakan suatu kesatuan hukum

yang terpisah (separate legal entity) dari subjek hukum pribadi yang

menjadi pendirinya dalam hal ini pemegang saham, sehingga tanggung

jawab pemegang saham hanya terbatas sebesar nilai sahamnya (limited

liability of its shareholders)

3. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum adalah kejelasan sekenario berperilaku yang

bersifat umum dan mengikat semua masyarakat termasuk konsekuensi

konsekuensi hukumnya. Kepastian hukum juga dapat berarti hal yang

dapat ditentukan oleh hukum dalam hal hal yang konkret.35 Dalam hal ini,

kepastian hukum diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat

dijadikan pedoman bagi masyarakat yang dikenakan peraturan. Dengan

adanya kepastian hukum diharapkan dapat memberikan kejelasan dan

ketegasan terhadap sutau hukum pada masyarakat, sehingga tidak

menimbulkan banyak perbedaan pendapat. 36

Menurut Urecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan

hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja

yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu37

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis Dogmatik

yang berdasarkan pada aliran pemikiran positivits dalam dunia hukum,

yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom mandiei

karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan

aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar

menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu

35 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Pradya Paramita; Jakarta, 1990), h.25. 36 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, …. h.24 37 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Citra Aditya Bakti; Bandung,

1999), h.23.

35

diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu

aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan aturan hukum

membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan kadilan

atau kemanfaatan, melainkan semata mata untuk kepastian hukum.38

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menjaga keaslian judul yang diajukan oleh penulis, maka perlu

adanya penelitian berupa kajian terdahulu sebagai bahan pertimbangan

penelitian diantaranya sebagai berikut :

1. Adanya perbandingan mengenai persamaan dan perbedaan antara skripsi

Putri Hilaliatul Badria Hakim dengan skripsi Khairunnisa. Dalam skripsi

Putri Hilaliatul Badria Hakim membahas mengenai dasar dari

pertimbangan hakim dalam menolak permohonan pailit terhadap

perusahaan asuransi dan status perusahaan asuransi yang telah dicabut

izin usahanya. Kemudian persamaan dalam kedua penelitian ini adalah

sama-sama membahas mengenai pengajuan permohonan pailit dan

meneliti dasar pertimbangan hakim, sedangkan yang membedakannya

dengan penelitian yang dibahas oleh Khairunnisa adalah penelitian

khairunnisa lebih berfokus pada pertimbangan hakim dalam permohonan

pailit terhadap BUMN Persero apakah sudah sesuai dengan UU yang

berlaku atau tidak dan juga membahas mengenai kedudukan BUMN

Persero dalam proses kepailitan.39

2. Adanya perbandingan mengenai persamaan dan perbedaan antara

penelitian Shinta Novi Wardhani dengan Penelitian Khairunnisa. Dalam

skripsi Shinta Novi Wardhani membahas mengenai aspek aspek hukum

yang perlu diperhatikan terkait dengan kepailitan BUMN dan membahas

mengenai Akibat Hukum Bagi Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan

38 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis), (Gunung

Agung; Jakarta, 2002), h.83. 39 Skripsi ditulis oleh Putri Hilaliatul Badria Hakim, Analisis Penolakan Permohonan

Pernyataan Pailit Perusahaan Asuransi Prima Indonesia (Studi Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 388 K/Pdt.Sus/2010), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

36

Pailit khususnya pada kasus kepailitan PT Dirgantara Indonesia putusan

kasasi nomor 075 K/Pdt.Sus/2007. Persamaan dalam penelitian ini adalah

sama sama membahas mengenai kepailitan terhadap BUMN Persero.

Sedangkan yang menjadi pembedanya adalah penelitian Khairunnisa

membahas mengenai putusan pailit terhadap PT Merpati Nusantara

Ailine, dan membahas mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap

kekayaan negara dalam hal terjadi kepailitan.40

3. Buku ini membahas seputas Badan Usaha Milik Negara, yang di

dalamnya memiliki isi mengenai pengertian, dasar hukum, sejarah

BUMN, pendirian BUMN, anggaran dasar, permodalan, pengangkatan

pengurus dan pengawas sampai dengan kepailitan dan pembubaran

BUMN. Sebagian dari isi buku tersebut peneliti gunakan sebagai bahan

sekunder dalam penelitian skripsi ini. Namun yang menjadi pembeda

adalah, penelitian Khairunnisa lebih berfokus pada analisis perkara pailit

PT Merpati Nusantara Airline yang terdapat dalam putusan Pengadilan

Niaga Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.41

4. Persamaan jurnal ini dengan skripsi Khairunnisa adalah sama-sama

membahas mengenai pengaturan hukum kepailitan dalam kaitannya

dengan BUMN Persero, namun terdapat perbedaan yaitu peneliti Dewi

Tuti Muryati dkk, hanya membahas mengenai pengaturan hukumnya saja

sedangkan peneliti Khairunnisa lebih berfokus pada analisis kasus yaitu

perkara putusan pailit yang terjadi pada PT Merpati Nusantara Airline,

dan juga membahas mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap

keuangan negara dalam hal terjadi kepailitan.42

40 Skripsi ditulis oleh Shinta Novi Wardhani, 110710101331, Akibat Hukum Bagi

Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan Pailit, Fakultas Hukum, Universitas Jember, 2016. 41 Buku Karya Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, 2016 42 Jurnal ditulis oleh Dewi Tuti Muryati, dkk, Kajian Normatif Atas Kepailitan BUMN

(persero) Dalam Kaitannya Dengan Pengaturan Perseroan Terbatas, (Dosen Fakultas Hukum

Universitas Semarang), Volume 17 Nomor 2, 2015.

37

BAB III

PROFIL PT MERPATI NUSANTARA AIRLINE (PERSERO)

A. Profil PT Merpati Nusantara Airline (Persero)

1. Sejarah Singkat PT Merpati Nusantara Airline (Persero)

PT Merpati Nusantara Airlines merupakan salah satu Maskapai

Penerbangan Nasional yang sahamnya dimiliki sebagian besar oleh

Pemerintah Indonesia. Awal mulanya, perusahaan tersebut berdiri dengan

nama Perusahaan Negara (P.N) Merpati berlandaskan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1962 yang diterbitkan pada tanggal 6

September 1962. Tanggal tersebut dijadikan sebagai awal kelahiran PT

Merpati Nusantara Airline. Bermodal 10 Juta dan 6 Pesawat yang terdiri

dari: empat pesawat De Havillan Otter DGC-3 dan dua Dakota DC-3 milik

AURI, P.N Merpati memulai usahanya sebagai jembatan udara yang

menghubungkan tempat tempat terpencil di Kalimantan. Tugas utama P.N

Merpati adalah menyelenggarakan perikatan udara di daerah-daerah dan

penerbangan serba guna, serta memajukan segala sesuatu yang berkaitan

dengan angkutan udara dalam arti seluas-luasnya.1

Pada tahun 1963, ketika Irian Jaya diserahkan oleh pemerintah

Belanda kepada pemerintah Indonesia. NV. De Kroonduif yang merupakan

perusahaan penerbangan Belanda di Irian Jaya ikut pula diserahkan

kepada Garuda Indonesia Airways, termasuk enam pesawat, yang terdiri

dari tiga buah Dakota DC-3, dua Twin Pioneer dan sebuah Beaver. Karena

Garuda lebih memusatkan perhatian pada pengembangan usahanya

sebagai flag carrier, maka semua konsesi penerbangan dan fasilitas

teknisnya di Irian Jaya dilimpahkan kepada Merpati. Selain itu, Merpati

juga memperluas jaringan operasinya dengan menghubungkan Jakarta-

Semarang, Jakarta- Tanjung Karang dan Palangkaraya-Balikpapan.

1 http://m.instansi.web.id/id3/266-163/Merpati-Nusantara-Airlines_38197_instansi.html,

diakses pada tanggal 14 Agustus 2019, pukul 12:54 WIB

38

Pada tahun 1969, Merpati dibagi dalam dua daerah operasi, yakni

Operasi MIB (Merpati Irian Barat) dan MOB (Merpati Operasi Barat),

yang mencakup Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sejalan

dengan itu, Merpati pun memasuki babak baru dengan

berganti nama menjadi Merpati Nusantara Airlines (MNA). Mulai tahun

1970, Merpati tidak hanya mampu mengembangkan operasinya dengan

menerbangi rute-rute jarak pendek, melainkan juga rute-rute jarak

menengah dan jauh. Perluasan operasi ini berhasil dengan baik. Merpati

mulai melayani Penerbangan Regional (lintas batas) yakni rute Pontianak-

Kuching dan Palembang-Singapura, juga Kupang-Darwin.

Kemudian pada tahun 1974, Penerbangan Perintis yang disubsidi

pemerintah secara resmi diserahkan kepada Merpati. Sederet keberhasilan

dan prestasi Merpati ternyata berbuah kepercayaan. Peran positif Merpati

sebagai moda transportasi udara, yang didukung kemantapan manajemen

dan keuangan, mendorong pemerintah untuk menjadikan merpati sebagai

perusahaan perseroan (PT). Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 70

tahun 1971, status perusahaan merpati beralih dari Perusahaan Negara

(PN) menjadi PT Merpati Nusantara Airlines (PT MNA), terhitung sejak 6

September 1975.

Tahun 1975-1978, PT MNA merintis operasi berskala lebih besar

dengan mengambil bagian dalam penerbangan haji dan penerbangan

transmigrasi. Selain itu, merpati juga membantu pengembangan pariwisata

dengan melakukan penerbangan borongan Internasional (charter flight),

seperti, Manila – Denpasar pp, dan Los Angeles-Depasar PP. Selanjutnya,

berdasarkan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1978, pemerintah

memutuskan untuk mengalihkan penguasaan modal negara di PT. Merpati

Nusantara Airlines ke PT. Garuda Indonesia Airways (GIA). Dengan

pengalihan ini, PT MNA sebagai anak perusahaan PT GIA, diserahi tugas

melayani penerbangan perintis, penerbangan lintas batas, penerbangan

transmigrasi, penerbangan borongan dosmetik dan Internasional, serta

kegiatan lainnya.

39

Era penerbangan Internasional dirasakan oleh PT MNA sebagai

tuntutan kebutuhan yang kian mendesak. Maka, pada bulan Agustus 1996,

Merpati membuka rute International Jakarta - Melbourne. Sejalan dengan

perkembangan ini, kemudian pemerintah menetapkan PT. Merpati

Nusantara Airlines terpisah dari induknya, yaitu Garuda Indonesia, dan

menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang mandiri di bawah naungan

Departemen Perhubungan. Pemisahan ini ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1997, tertanggal 29 April 1997 Sebagai

Badan Usaha Milik Negara (BUMN).2

2. Tujuan Pendirian perusahaan

Dalam melaksanakan operasinya PT MNA mempunyai tujuan yaitu

sebagai berikut 3:

a) Ikut berperan dalam membantu keberhasilan pembangunan dan

pariwisata dengan menyelenggarakan jasa pengangkutan penumpang

barang dan jasa dalam jumlah yang cukup lancar, aman sampai ke

daerah terpencil untuk mempercepat tercapainya sasaran pembangunan.

b) Untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat, mengembangkan

perusahaan dan memperhatikan kepentingan nasional, lingkungan,

pelanggan, penanaman modal, pemasok pegawai, dan mitra perusahaan.

c) Mengadakan pengumpulan keuntungan dengan memperhatikan

keselamatan penerbangan, kecepatan, ketetapan dan kenyamanan.

d) Menjadi teladan dalam bidang penerbangan yang berperan dalam

mengembangkan perekonomian nasional yang sehat dengan

memperlancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas

manusia ke seluruh wilayah Indonesia.

e) Membina serta mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan

pegawai secara berkelanjutan agar mampu menjadi aparatur perusahaan

dan bakti terhadap negara dan masyarakat.

2 https://fildzahazzahra.wordpress.com/2015/06/17/analisis-matriks-pt-merpati-nusantara-

airlines/ diakses pada tanggal 19 Agustus 2019, pukul 16:22 WIB. 3 https://www.scribd.com/doc/223253735/11-BAB-II diakses pada 12 September 2019

pada pukul 08:42 WIB.

40

3. Bidang Usaha PT Merpati Nusantara Airline

Merpati berperan dalam rute rute penerbangan dalam negri meliputi

rute utama, rute penumpang dan rute perintis. Agar tercapai tujuan dan

peran merpati itu, maka merpati mempunyai bidang usaha yang meliputi :

a. Angkutan udara komersial berjadwal untuk penumpang, barang dan pos

dalam negri

b. Angkutan udara borongan untuk barang dan wisatawan dalam negri dan

luar negri

c. Angkutan udara transmigrasi

d. Angkutan udara perintis

e. Angkutan udara lintas batas

f. Reparaso dan pemeliharaan pesawat udara

g. Usaha-usaha lain yang berhubungan dengan usaha tersebut diatas

seluas-luasnya.

B. Kondisi PT Merpati Nusantara Airline (Persero)

Tepat pada tanggal 1 Febuari 2014 PT MNA menangguhkan seluruh

penerbangan dikarenakan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai

utang. Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan, sejak

2009 hingga 30 September 2013, pendapatan PT MNA lebih kecil dari biaya

oprasionalnya, PT MNA mengalami kerugian beruntun selama hampir 14

tahun yang mengakibatkan PT MNA berutang kepada sejumlah kreditor

pendukung oprasional penerbangan.

Hingga Oktober 2013, PT MNA masih memiliki utang senilai Rp 7,29

Triliun. Pada Pertamina, PT MNA mempunyai utang sebesar 270 miliar

rupiah, itu belum ditambah bunga dan denda. Karena terlalu lam menunggak,

pada 2011 PT Pertamina sempat melakukan embargo avtur pada PT MNA.

Sejumlah upaya revilitasi dan restrukturisasi juga telah dilakukan. Pada tahun

2004 dan 2005, pemerintah memberikan bantuan berupa Penyertaan Modal

Negara (PMN) kepada Merpati senilai Rp 75 miliar, Tahun 2006, dana PMN

41

kembali diberikan kepada PT MNA dengan jumlah yang lebih besar yaitu Rp

450 Miliar.

Dua tahun kemudian, pemerintah menyetujui suntikan modal sebersar

Rp300 Miliar untuk restrukturisasi Sumber Daya Manusia (SDM), revitalisasi

armada, relokasi operasi dan perbaikan aliran kas. Kemudian pada tahun 2011,

pemerintah juga menyuntikan Rp 560 miliar dana PMN. Namun, upaya upaya

tersebut terbukti gagal memperbaiki konidisi PT MNA. Entah langkah

restrukturisasinya yang tidak tepat atau manajemennya yang salah langkah.4

Setelah berhenti beroperasi pada Februari 2014, PT MNA berjanji akan

kembali beroperasi pada Maret tahun 2014. Namun, rencana tersebut gagal

karena belum selesainya masalah keuangan PT MNA. Lalu PT MNA diberi

waktu 1 tahun untuk menyelesaikan masalah keuangannya agar bisa beroprasi

kembali. Sejalan dengan jangka waktu tersebut, kementerian mengevaluasi

apakah izin oprasi PT MNA akan dicabut atau tidak. Tahun 2015 pun berlalu

dan PT MNA belum menunjukan tanda tanda akan beroprasi lagi. Gaji

karyawan pun masih belum diselesaikan. Janji pemerintah untuk membayar

gaji karyawan PT MNA dengan menggunakan dana penyertaan modal negara

(PMN) melalui PT Perusahaan Pengelola Aset pun tak kunjung terwujud.

Padahal pihak keuangan PT MNA telah meminta para karyawan untuk

mengumpulkan nomor rekening aktif karena akan dilakukan pembayaran gaji

pada bulan Desember 2015, namun tetap tidak dilakukan pembayaran. Utang

PT MNA pun menumpuk, sementara investor yang diharapkan untuk bisa

membantu memulihkan PT MNA tak kunjung datang, sampai akhirnya

rencara terbang di tahun 2015 pun kandas.5

Pada tahun 2016 PT MNA memastikan total utang maskapai ini telah

lebih dari 10 triliun rupiah atau meningkat dari yang sebelum asalnya dari

pemerintah, BUMN dan swasta. PT MNA memiliki utang pinjaman untuk

pembelian jet 235 pada pinjaman lunak pertama dan pinjaman lunak kedua

4 https://tirto.id/nasib-tragis-maskapai-perintis-l6j diakses pada tanggal 19 Agustus 2019,

pukul 17:14. WIB 5 https://tirto.id/berharap-merpati-tak-lagi-ingkar-janji-bRbb diakses pada tanggal 29

Agustus 2019, pukul 12:1

42

untuk membeli pesawat MA60 dengan total Rp 2,4 triliun. Sementara pada

BUMN tercatat utang sebesar 2,7 triliun rupiah. Utang lainnya berupa

tunggakan pajak sebesar 873 miliar rupiah, swasta sebesar 1,01 triliun rupiah,

karyawan sebesar 265 miliar rupiah dan pemerintah daerah sebesar 62 miliar

rupiah. Melihat kondisi tersebut, Sudiyarto dan Jafar Tambuan yang

merupakan salah satu pegawai PT MNA yang belum dibayarkan hak hak

normatifnya berinisiatif untuk mengajukan permohonan pailit terhadap

maskapai penerbangan tersebut ke Pengadilan Niaga.

C. Duduk Perkara Antara Pegawai PT Merpati Nusantara Airline (Persero)

Dengan PT Merpati Nusantara Airline (Persero)

Permohoan kepailitan ini diajukan oleh Sudiyarto sebagai Pemohon I

yang merupakan mantan pegawai PT Merpati Nusantara Airline dan Jafar

Tambuan sebagai Pemohin II yang merupakan pegawai PT Merpati Nusantara

Airline. Melawan PT Merpati Nusantara Airline sebagai termohon pailit.

Dalam putusan ini Pemohon I (Sudiyarto) merupakan pegwai yang

diberhentikan secara terhormat oleh PT MNA. Sudiyarto mengklaim bahwa

PT MNA memiliki utang yang telah jatuh tempo berdasarkan perjanjian

bersama yang tercantum dalam surat keputusan direksi PT MNA tanggal 17

Juli 2014 Nomor SKEP/267/VII/2014, sejumlah Rp 406.674.590,00 (empat

ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus sembilan puluh

ribu rupiah) dengan rincian Hak Normatif sebagai berikut :

1. gaji dari Desember 2013 sampai Juli 2014

2. denda gaji Desember 2013 sampai Mei 2014

3. Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari tahun 2009 sampai 2014,

dengan nilai sebesar Rp148.895.640,00 (seratus empat puluh delapan juta

delapan ratus sembilan puluh lima ribu enam ratus empat puluh rupiah)

4. Uang pesangon sebesar Rp257.778.950,00 (dua ratus lima puluh tujuh juta

tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu sembilan ratus lima puluh rupiah)

Dalam permohonannya tersebut, Sudiyarto juga memasukkan Jafar

Tambuan sebagai pemohon II yang juga merupakan pegawai PT MNA dengan

43

mengklaim bahwa PT MNA memiliki utang sejumlah Rp 431.941.709,00

(empat ratus tiga puluh satu juta sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh

ratus sembilan rupiah) dengan rincian hak normatif sebagai berikut:

1. Gaji dari Desember 2013 sampai Juli 2014

2. Denda gaji Desember 2013 sampai Mei 2014

3. Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari tahun 2009 sampai 2014

dengan nilai sebesar Rp141.881.609,00 (seratus empat puluh satu juta

delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus sembilan rupiah)

4. Uang pesangon sebesar Rp290.060.100,00 (dua ratus sembilan puluh juta

enam puluh ribu seratus rupiah)

Sebelum mengajukan permohonan pailit ini, Sudiyarto dan Jafar sudah

berkali kali menghubungi dan meminta haknya kepada pihak PT MNA,

namun hingga tenggang waktu yang telah ditentukan pihak PT MNA tidak

menanggapi dan memenuhi kerwajibannya tersebut. Maka atas tagihan

tersebut, Sudiyarto dan Jafar melalui kuasa hukumnya mengirimkan Somasi

ke-1 (kesatu) kepada PT MNA pada tanggal 15 Januari 2016 agar PT MNA

segera membayarkan hak Sudiyarto dan Jafar. Lalu, dikirimkan Somasi ke-2

(kedua) pada tanggal 25 Januari 2016, tetap tidak dilakukan pembayaran.

Selanjutnya, Somasi ke-3 (ketiga) pada tanggal 02 Februari 2016 dan Surat

Tagihan pada tanggal 31 Januari 2016, namun PT MNA masih tidak

membayar juga. Kemudian, pada tanggal 03 Febuari 2016 PT MNA melalui

kuasa hukumnya memberi jawaban melalui surat jawaban somasi ke-3

(ketiga) Nomor 011/ADCO/RD/11/2016 mengatakan bahwa "apabila saudara

akan mengajukan permohonan pailit yang dapat membawa terlambatnya

pencairan dana penyelesaian hak-hak normatif seluruh karyawan Merpati

maka PT MNA akan menempuh segala langkah hukum baik pidana maupun

Perdata". Ini merupakan ancaman dan Intimidasi dari PT MNA kepada

Sudiyarto dan Jafar, padahal jelas PT MNA yang tidak membayar utangnya

kepada para karyawan.

Selain Jafar, Sudiyarto juga mengikutsertakan para karyawan lainnya

sebanyak 104 orang sebagai kreditor. Sehingga dalam permohonannya

44

tersebut PT MNA telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dinyatakan

Termohon Pailit, dimana telah terbukti PT MNA mempunyai lebih dari 2

(dua) Kreditur dan Termohon telah jatuh tempo dan dapat ditagih

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(PKPU). Dengan demikian telah cukup alasan bagi Sudiyarto untuk

mengajukan permohonan pernyataan Pailit terhadap PT MNA dan untuk itu

patutlah apabila PT MNA dinyatakan Pailit dengan segala akibat hukumnya.

Terhadap permohonan pailitnya tersebut PT MNA menolak serta

membantah permohonan pailit pemohon dengan alasan bahwa pemohon pailit

tidak memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan pailit, oleh

karenanya permohonan pailit tersebut dikatakan cacat hukum. Bantahan

tersebut menyebutkan bahwa PT MNA merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) sehingga yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap PT

MNA haruslah dilakukan oleh menteri keuangan

Dalam permohonan pailit pemohon terhadap PT MNA di pengadilan

niaga tersebut, majelis hakim menolak permohonan. Sehingga para pemohon

mengambil langkah untuk mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah

Agung. Namun di tingkat kasasi, Mahkamah Agung juga menolak

permohonan dengan menguatkan putusan Pengadilan Niaga.

45

BAB VI

KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DALAM PROSES

KEPAILITAN

A. Kedudukan BUMN Persero Dalam Pengajuan Permohonan Pailit

Pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terdapat

dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (UU BUMN). Definisi BUMN berdasarkan pasal 1 angka 1 UU

BUMN yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki

oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan. BUMN terbagi menjadi 2 jenis yaitu Perusahaan

Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Mengenai Persero diatur

dalam Pasal 1 Angka 2 UU BUMN yaitu merupakan BUMN yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh

atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh

Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Kekakayaan negara yang dipisahkan yang kemudian menjadi penyertaan

modal pada Perseroan merupakan langkah negara menggerakan BUMN

sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam

penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (2) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa cabang-cabang

produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh negara.

Bentuk kekayaan negara yang dipisahkan merupakan salah satu unsur

keuangan negara yang dikelola dengan sebaik-baiknya. Pemisahan kekayaan

negara ini mengandung makna dan konsekuensi, yaitu pemerintah

menyisihkan kekayaan negara untuk dijadikan modal penyertaan guna

dijadikan modal pendirian perusahaan umum atau perseroan, atau untuk

46

menambah dan memperkuat struktur permodalan perusahaan umum atau

perseroan terbatas dalam meningkatkan kegiatan usahanya.

BUMN khususnya pada Persero dibentuk oleh negara semata-mata

untuk dijadikan sebuah perusahaan. Namun, sampai saat ini masih terdapat

perbedaan pendapat mengenai kedudukan BUMN Persero terhadap kekayaan

negara yang dipisahkan. Ada yang berpendapat bahwa status kekayaan

BUMN Persero merupakan milik negara dengan alasan karena modalnya

berasal dari negara dan juga dipengaruhi karena adanya peraturan sebelum

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

(UU BUMN) yang mengatur mengenai kekayaan negara yang dipisahkan

dalam perusahaan negara yaitu dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara).

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara Pasal 1 angka 1 yang menyebutkan bahwa “keuangan negara adalah

semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala

sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”

Keuangan Negara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut

dijelaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Keuangan Negara meliputi :

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,

dan melakukan pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum

pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan Negara;

d. Pengeluaran Negara;

e. Penerimaan Daerah;

f. Pengeluaran Daerah;

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan negara/ perusahaan daerah;

47

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.

Ketentuan tersebut memberikan ketegasan bahwa pada prinsipnya

keuangan Negara terdiri dari 2 macam, diantaranya kekayaan negara yang

dipisahkan dan kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Kekayaan negara

yang dipisahkan hanya diatur dalam pasal 2 huruf g, yaitu berupa kekayaan

negara yang dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah.

Berdasarkan ketentuan ini jika dikaitkan dengan definisi BUMN, maka dapat

dikatakan bahwa kekayaan BUMN merupakan kekayaan negara atau milik

negara. Ketentuan ini lah yang menjadi perbedatan, karena prinsip ini tidak

sejalan dengan UU BUMN dan UU PT .1

Dalam UU BUMN Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa modal BUMN

berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang

dipisahkan dalam hal ini adalah kekayaan negara yang berasal dari APBN

untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta

Perseroan Terbatas lainnya (Pasal 1 Angka 10 UU BUMN). Kemudian, yang

dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal

negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak

lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun

pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan

yang sehat. (Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU BUMN).

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dipertegas bahwa kekayaan negara

yang dipisahkan dari APBN yang kemudian dijadikan sebagai modal Persero

dengan sendirinya akan menjadi kekayaan Persero bukan lagi menjadi

kekayaan negara. Hal ini dikarenakan adanya peralihan kedudukan negara

pada Persero, ketika negara masuk sebagai bagian dari Persero maka

kedudukannya adalah sebagai stakeholder atau setara dengan pemegang

1 Gatot Soepomo, BUMN Ditinjau dari Segi Hukum Perdata, …. h.183.

48

saham lainnya. Dalam hal ini berarti negara tidak lagi sebagai badan hukum

publik yang memegang kuasa penyelenggaraan negara tetapi sebagai badan

hukum privat yang tunduk kepada ketentuan Perseroan.2

Hal tersebut juga sejalan dengan Pasal 11 UU BUMN yang menyatakan

bahwa terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip prinsip yang

berlaku bagi PT sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 dan telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (yang selanjutnya disebut UU PT). Dari uraian

tersebut dapat diketahui bahwa BUMN Persero merupakan badan usaha yang

berbentuk PT. Walaupun ada unsur negara didalam perusahaan tersebut, tapi

karena badan usaha ini adalah berbentuk PT, maka badan usaha tersebut harus

tunduk pada UU PT yang menjadi dasar substantif pengaturan eksistensi pada

PT. Dalam hal ini, Persero akan berstatus sebagai badan hukum setelah akta

pendirian Persero disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (4) UU PT yakni Perseroan

memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan

menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, dan keputusan

mengenai pengesahan status badan hukum tersebut diumumkan dalam

lembaran Negara Republik Indonesia.

Pasal 1 angka 1 UU PT menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas adalah

badan hukum yang merupakan perserkutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya. Ketentuan dalam Pasal 1

angka 1 UUPT tersebut, merupakan penegasan dan sekaligus merupakan

bentuk pengakuan bahwa PT merupakan badan hukum dalam hal ini sebagai

subyek hukum yang merupakan pendukung hak dan kewajiban.3

Badan hukum menurut Otto Van Gierke dikemukakan berdasarkan teori

organnya. Otto menyatakan bahwa badan hukum itu seperti manusia, menjadi

2 Dwi Amanda Fajar, Pertanggung Jawaban Hukum terhadap Kerugian Keuangan

Negara Pada BUMN / Persero, Badamai Law Jurnal, Vol. 1, Issue 1, April 2016, h.163. 3 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia,…. h.8.

49

penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum menjadi

suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau

organ-organ badan tersebut misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya

seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan

mulutnya atau dengan perantaraan tangannya jika kehendak itu ditulis diatas

kertas. Apa yang mereka putuskan adalah kehendak dari badan hukum.4 Teori

ini secara sangat kuat diakui bahwa badan hukum sebagai subyek hukum yang

terpisah dengan para anggotanya dan Pemegang saham.5 Selaras dengan teori

tersebut maka dapat diartikan bahwa PT sebagai badan hukum memiliki

organ/pengurus yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan

Komisaris. Organ organ tersebut memiliki kekayaan yang terpisah dari PT

sebagai badan hukum, karena PT sendiri sama seperti manusia, sebagai

pemegang hak dan kewajiban serta memiliki kekayaan sendiri, memiliki

kehendak dan kemauan dalam melakukan kegiatan bisnis atas namanya

sendiri, melalui organnya sebagai alat bagi badan hukum tersebut untuk

menjalin hubungan hukum dengan pihak ketiga. Selain itu, Subekti juga

mengemukakan pendapatnya mengenai badan hukum yaitu suatu badan atau

perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti

seorang manusia serta memiliki kekayaan sendiri dapat digugat dan

menggugat didepan hakim.6

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa PT sebagai badan

hukum memiliki kedudukan mandiri terlepas dari orang sebagai pengurus atau

orang yang mendirikannya. Disatu pihak PT merupakan wadah yang

menghimpun orang orang yang mengadakan kerjasama, tetapi dilain pihak

segala perbuatan yang dilakukan dalam rangka kerjasama PT itu oleh hukum

dipandang semata mata sebagai perbuatan badan hukum itu sendiri. Oleh

karena itu, segala keuntungan yang diperoleh dipandang sebagai hak dan harta

kekayaan badan itu sendiri. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi suatu utang

4 Mulhadi, Hukum Perusahaan; Bentuk Bentuk Badan Usaha di Indonesia,…. h. 76. 5 Munir Fuady, Doktrin - Doktrin Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam

Hukum Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2014), h.4. 6 Chaidir Ali, Badan Hukum, …. h.18

50

atau kerugian dianggap menjadi beban PT itu sendiri yang dibayarkan dari

harta kekayaan PT.7

Pada PT, penyetoran modal pada saat pendirian maupun pada saat

penambahan modal PT dalam bentuk saham merupakan suatu penyertaan.

Suatu penyertaan adalah ikut sertanya seseorang mengambil bagian dalam

suatu badan usaha yang diwujudkan melalui lembar saham, sebagai bukti ikut

sertanya seorang menanamkan modalnya dalam PT.8 Secara yuridis, dapat

dikatakan bahwa modal yang telah disertakan ke dalam PT bukan lagi menjadi

kekayaan orang yang menyertakan modal, tetapi menjadi kekayaan PT itu

sendiri. Dari sinilah terjadi pemisahan kekayaan antara kekayaan pemegang

saham dan PT. Sebagaimana asas hukum corporate separate legal personality,

dimana Yahya Harahap juga menegaskan bahwa suatu perusahaan dalam hal

ini PT mempunyai personalitas atau kepribadian yang berbeda dari yang

menciptakan (disebut dengan personalitas perseroan). Ciri Personalitas PT

sebagai Badan hukum adalah Perseroan merupakan wujud atau entitas (entity)

yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya (pemegang saham).9 Berdasarkan

karakteristik tersebut, maka tanggung jawab pemegang saham atas kerugian

atau utang Perseroan juga terbatas.

Sistem pertanggung jawaban terbatas hanya sampai harta PT diatur Pasal

3 ayat (1) UU PT menjelaskan bahwa pemegang saham Perseroan tidak

bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama

perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melibihi nilai

saham yang telah diambilnya. Penjelasan pasal 3 ayat (1) UU PT

menyebutkan bahwa ketentuan dalam pasal 3 ayat (1) mempertegas ciri

Perseroan Terbatas, bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab

sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan

pribadinya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa

7 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No. 1

Tahun 1995 Tentang PT, …. h. 9. 8 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU No. 1

Tahun 1995 Tentang PT, .... h. 13. 9 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, …. h.57.

51

suatu badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas memiliki kekayaan

yang terpisah dari kekayaan Direksi (sebagai pengurus), Komisaris (sebagai

pengawas) dan Pemegang saham (sebagai pemilik).

Mengingat bahwa BUMN Persero merupakan badan hukum yang

berbentuk PT dimana segala ketentuan dan prinsip prinspnya berlaku UU PT

sehingga cara pandang terhadap PT sebagaimana diuraikan diatas dapat

digunakan untuk menganalisis status kekayaan BUMN Persero. Dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa Modal BUMN Persero berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan, ketika Negara menyertakan modalnya dalam bentuk

saham kepada Persero dari kekayaan Negara yang dipisahkan, maka demi

hukum kekayaan itu menjadi kekayaan Persero dan tidak lagi menjadi

kekayaan negara. Akibatnya segala kekayaan yang didapat baik melalui

penyertaan negara maupun yang diperoleh dari kegiatan bisnis Persero

tidaklah merupakan kekayaan negara. Dalam hal ini juga memberikan artian

bahwa hubungan negara terhadap Persero merupakan hubungan kepemilikan

yaitu sebagai pemegang saham. Negara sudah tidak lagi memiliki kekuasaan

yang bebas terhadap sebagian kekayaan negara yang dipisahkan untuk

menjadi modal pada Perseroan, karena kekayaan negara yang disertakan

sebagai modal Persero tersebut telah berubah wujud menjadi saham

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Dari uraian diatas, perbedaan penafsiran mengenai status Persero

terhadap kekayaan negara yang dipisahkan, sesuai dengan teori dan doktrin

hukum maka dengan berlakukanya UU BUMN yang merupakan aturan

khusus dan lebih baru, sehingga berdasarkan asas lex spesialis derogate legi

generalis dan asas lex posteriori derogate legi priori yaitu prinsip kekayaan

BUMN yang dianut didalam UU BUMN yang diberlakukan, sedangkan

prinsip kekayaan BUMN yang diatur dalam UU Keuangan Negara harus

dikesampingkan.

Persero sebagai badan hukum dapat menjalankan kegiatan bisnisnya

secara mandiri dengan pihak ketiga, dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan sebanyak banyaknya, hal ini sebagaimana diamanatkan dalam

52

pasal 12 UU BUMN bahwa maksud dan tujuan pendirian Persero adalah

menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing

kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Namun, Persero dalam menjalankan bisnisnya tidak selalu berjalan mulus dan

mendapat keuntungan, meskipun Persero merupakan bagian dari kekayaan

negara yang dipisahkan, adakalanya Persero mengalami kerugian yang

diakibatkan dari kesalahan organ persero dalam mengelola perusahaan atau

dalam pengelolaannya tidak didasari dengan prinsip prinsip pengelolaan

perusahaan yang baik (Good Corporate Govermance). Kerugian ini biasanya

disertai dengan utang yang seharusnya dibayar oleh Persero. Ketika Persero

mengalami kerugian maka secara otomatis persero juga akan kesulitan untuk

membayar utang-utangnya. Dalam hal ini, penyelesaian mengenai

permasalahan utang dalam dunia bisnis dapat dilakukan melalui jalur

kepailitan, dimana ketentuannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Pailit merupakan suatu keadaan di mana debitor tidak mampu untuk

melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para

kreditornya. Keadaan tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena

kesulitan kondisi keuangan (financial distress) dari usaha debitor yang telah

mengalami kemunduran. Sedangkan kepailitan merupakan putusan pengadilan

yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik

yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari. Pengurusan dan

pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim

pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan

tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit tersebut secata

proposional dan sesuai dengan struktur kreditor.10

Terdapat syarat syarat yang harus dipenuhi apabila ingin mengajukan

permohonan pailit yaitu terdapat pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa :

10 M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan;Prinsip, Norma, dan Praktik di peradilan, … h.1.

53

1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar

lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,

dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya

sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan

oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.

3. Dalam hal debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat

diajukan oleh Bank Indonesia.

4. Dalam hal debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring

dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan

pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal

5. Dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,

Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang

kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan

oleh Menteri Keuangan.

Berdasarkan hal tersebut kita dapat melihat bahwa sebenarnya

pemerintah telah menyadari resiko kepailitan yang mungkin saja dialami oleh

BUMN. Terhadap BUMN, baik Persero maupun Perum berdasarkan UU

Kepailitan dan PKPU dapat dinyatakan pailit, namun dalam ketentuan pasal 2

ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU telah membatasi mengenai kepailitan

terhadap BUMN yaitu menyatakan bahwa dalam hal debitor adalah

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,

permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

Pasal tersebut mengatur bahwa permohonan pailit terhadap BUMN yang

bergerak di bidang kepentingan publiklah yang hanya bisa diajukan oleh

menteri keuangan. BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik

sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 2 ayat (5) tersebut ialah badan

usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak

terbagi atas saham.

54

Melihat penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan BUMN yang

bergerak di bidang kepentingan publik sebagaimana yang tercantum pada

pasal 2 ayat (5) UU KPKPU dan penjelasannya di atas, maka dapat dipahami

jenis BUMN yang dimaksud ialah sebagaimana yang tertera padal pasal 1

angka 4 UU BUMN yang menyatakan bahwa Perusahaan Umum, yang

selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki

negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan

umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan

sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Kesesuaian maksud dari pasal 2 ayat (5) UU KPKPU dan pasal 1 angka 4 UU

BUMN tersebut adalah terletak pada dua kata kunci yakni BUMN yang

seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Maka

sesungguhnya, berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (5) UU KPKPU,

kementerian keuangan hanya dapat mengajukan permohonan pailit terhadap

Perusahaan Umum (Perum) yakni BUMN yang seluruh modalnya dimiliki

negara dan tidak terbagi atas saham.

Adapun BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling

sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara.

Sehingga, BUMN Persero bukanlah BUMN sebagaimana yang dimaksud pada

pasal 2 ayat (5) UU KPKPU yang permohonan pailitnya hanya dapat diajukan

oleh menteri keuangan. Dalam kepailitan Persero, seperti yang sudah

diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Persero adalah sebagai suatu

legal entity identik dengan PT dimana merupakan pribadi hukum mandiri

yang mempunyai kekayaan sendiri dan mempunyai keterpisahan dalam

pelaksaan hak dan kewajiban dengan masing masing pribadi pemegang saham

ataupun pengurusnya, sementara pada Persero mentri keuangan sebagai

pemegang saham, sehingga hak dan kewajiban yang ada sama seperti

pemegang saham biasa. Hal ini yang menjadi dasar bahwa ketika terjadi

kepailitan terhadap Persero maka mengikuti kepailitan pada PT biasa yaitu

dapat diajukan oleh siapa saja selain mentri keuangan, termasuk para

55

kreditornya dan permohonan pailit Persero harus memenuhi syarat syarat

kepailitan sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan

PKPU. Kemudian, Oleh karena Persero terbagi atas saham dan tidak

seluruhnya dimiliki oleh negara maka apabila Persero memiliki kewajiban

yang harus dibayarkan dan berada dalam keadaan insolvensi maka untuk

dipailitkan tidak perlu mendapat persetujuan dari menteri keuangan karena

Persero bukan seperti perum yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan

tidak terbagi atas saham.

B. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Terhadap Permohonan

Pailit PT. Merpati Airline Sebagai BUMN Persero

Dalam perkara antara PT Merpati Nusantara Airline dengan

pengawainya terdapat beberapa pertimbangan hakim dalam memutus perkara.

Sehingga untuk menghindari luasnya pembahasan maka sesuai dengan judul

penelitian, peneliti dalam menganalisis permasalahan ini hanya berfokus pada

pertimbangan hakim mengenai siapa yang berwenang dalam mengajukan

permohonan pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline sebagai BUMN

Persero apabila ditinjau dari hukum kepailitan.

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek paling penting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan dan mengandung kepastian hukum, disamping itu juga mengandung

manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga perimbangan hakim ini

harus disikapi dengan teliti baik dan cermat. 11

Berdasarkan Putusan Nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst

tanggal 7 April 2016 Majelis Hakim Pengadilan Niaga menyatakan bahwa

permohonan pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline ditolak.

Sebelumnya hakim mempertimbangkan bahwa termohon dalam keberatannya

menyatakan bahwa pemohon tidak punya kedudukan hukum (legal standing)

dalam mengajukan kepailitan terhadap pemohon. Karena yang berhak

11 Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Pustakan Pelajar; Yogyakarta,

2004), h.140.

56

mengajukan kepailitan adalah menteri keuangan sebagaimana diatas dalam

Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004.

Kemudian, atas keberatan termohon tersebut, pemohon dalam repliknya

menanggapi bahwa pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing)

dalam mengajukan permohonan pailit, oleh karena berdasarkan penjelasan

Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004,

BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik saja yang hanya

dipailitkan oleh menteri keuangan. Sedangkan termohon adalah bukan BUMN

yang bergerak dibidang publik lagi karena modalnya sudah terbagi atas

saham.

Berdasarkan hal tersebut majelis hakim berpendapat bahwa dengan

memperhatikan bukti T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia R.I. No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang persetujuan Akta

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 tentang Modal

Perseroan disebut modal dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh

pemegang saham sebanyak Rp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun empat ratus

tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta

empat ratus tiga ribu lima ratus lima puluh enam) saham dengan perincian

1,344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta empat

ratus enam puluh delapan) saham Negara Republik Indonesia dan

Pp,59.088.000.000,-(lima puluh Sembilan milyar delapan puluh delapan juta

rupiah) atau 59.088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham

milik PT.Garuda Indonesia (Persero) Juncto Bukti T-2 tentang pernyataan

keputusan para pemegang saham Perusahaan Perseroan PT. Merpati

Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar RUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014

dihadapan notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b

disebutkan bahwa keputusan para pemegang saham diluar rapat mewakili

100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari

sebagai berikut:

57

1) Negara Pepublik Indonesia sebesar Pp.1.905.468,-(satu juta sembilan ratus

lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan

96.99% (sembilan puluh enam koma sembilan puluh sembilan persen)

2) Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima

puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham atau setara dengan 3.01

% (tiga koma nol satu persen)

Melihat dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT.MNA) terbukti milik negara dan bergabung dalam Badan Usaha Milik

Negara (BUMN). Dalam hal ini berarti, PT.Merpati Nusantara Airlines adalah

BUMN yaitu dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3 tentang maksud dan

tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang

dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan

berdaya saling kuat untuk mendapatkan keuntungan. Maka dari itu apabila

memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara

Airlines (PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani kepentingan publik.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan PKPU yaitu dalam hal debitor adalah Perusahaan

Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik

Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan publik, permohonan

pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.

Mengingat dalam perkara ini yang mengajukan pailit adalah Sudiyarto

dan Jafar Tabuan selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA),

bukan menteri keuangan sehingga berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (5)

UUK dan PKPU maka dapat disimpulkan bahwa pemohon bukan pihak yang

berhak atau tidak memiliki kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai

legal standing). Berdasarkan hal tersebut maka permohonan pailit pemohon

terhadap PT Merpati Nusantara Airline haruslah ditolak.

Kemudian terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut Pemohon

mengajukan kasasi ke Mahkmah Agung dengan Nomor perkara 447

K/Pdt.Sus-Pailit/2016, Namun sayangnya dalam putusan Mahkamah Agung

58

menguatkan putusan Pengadilan Niaga, dengan pertimbangan bahwa

Pengadilan Niaga tidak salah menerapkan hukum sehingga permohonan kasasi

pemohon haruslah ditolak.

UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa pihak pihak yang dapat

mengajukan pailit terhadap debitor yang tidak mampu untuk melakukan

pembayaran terhadap utang-utangnya yaitu sebagai berikut :

1. Debitor sendiri

2. Kreditor

3. Kejaksaan

4. Bank Indonesia (BI)

5. Badan Pengawas Pasar Modal

6. Mentri Keuangan

Dari uraian pertimbangan majelis hakim diatas, hakim menilai bahwa

modal PT MNA yang mayoritas sahamnya dimiliki negara dan sebagian

kecilnya lagi dimiliki oleh PT Garuda yang juga sebagai BUMN merupakan

kepemilikian yang sama, sehingga secara keseluruhan modal PT MNA

merupakan milik negara. Kemudian melihat maksud dan tujuan PT MNA,

hakim beranggapan bahwa PT MNA termasuk BUMN yang bergerak

dibidang kepentingan publik, sehingga hanya dapat diajukan pailit oleh mentri

keuangan dan permohonan pernyataan pailit yang dilakukan oleh para

pegawainya haruslah ditolak karena tidak mempunyai legal standing

(kedudukan hukum). Melihat Pertimbangan hakim tersebut, hakim seolah

memberikan ketegasan bahwa semua jenis BUMN, baik Persero maupun

perum merupakan milik negara dan mempunyai tujuan untuk kepentingan

publik sehingga hanya dapat dipailitkan oleh menteri keuangan. Hakim tidak

merujuk pada ketentuan kententuan terkait dengan jenis BUMN sehingga

menyamaratakan permodalan serta tujuan utama BUMN.

Seperti yang diketahui bahwa dalam ketentuan pasal 2 ayat (5) UU

Kepailitan dan PKPU telah menyebutkan bahwa dalam hal debitor adalah

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan publik,

59

permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.

Dalam penjelasan pasal tersebut juga ditegaskan bahwa maksud dari BUMN

yang bergerak dibidang kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh

modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Dari ketentuan ini

maka kita dapat menyimpulkan bahwa untuk memenuhi kategori BUMN yang

bergerak dibidang kepentingan publik harus memenuhi 2 unsur yaitu yang

pertama “modal seluruhnya dimiliki oleh negara” dan yang kedua “tidak

tebagi atas saham”.

Majelis hakim dalam memberikan pertimbangan terhadap permohonan

pailit PT MNA telah mengesampingkan kata-kata terbagi atas saham

sebagaimana terdapat dalam penjelasan pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan

PKPU yaitu yang menyatakan bahwa BUMN yang bergerak dibidang

kepentingan publik adalah BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh

negara dan tidak terbagi atas saham. Padahal apabila dicermati kata “dan”

dalam penjelasan Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU mempunyai sifat

kumulatif yang berarti kedua unsur dalam penjelasan ketentuan tersebut

merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi yaitu bukan hanya unsur

seluruh modalnya dimiliki oleh negara saja, tetapi juga BUMN itu haruslah

tidak boleh berbentuk atau terbagi atas saham.

Sebelumnya juga telah dijelaskan dalam pembahasan sub pertama yaitu

berdasarkan Pasal 1 angka 2 dan angka 4 dalam UU BUMN bahwa BUMN

yang kepemilikannya dikuasai oleh negara seluruhnya dan tidak terbagi atas

saham adalah BUMN berbentuk Perum dan bukan Persero. BUMN itu terdiri

dari Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Dalam

pasal 1 angka 2 UU BUMN menyebutkan bahwa Persero, adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki

oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya

mengejar keuntungan. Sedangkan pasal 1 angka 4 UU BUMN menyebutkan

bahwa Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan

tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum

60

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus

mengejar keuntungan berdasarkan prinsip prinsip pengelolaan perusahaan.

Singkatnya, berdasarkan penjelasan tersebut, BUMN yang modal seluruhnya

dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham sebagaimana dimaksud pada

UU Kepailitan dan PKPU pada pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan

PKPU hanyalah BUMN yang berbentuk Perum. Sedangkan pada Persero

ditegaskan bahwa merupakan badan hukum yang terbagi atas saham dan pada

Persero juga tunduk pada UU PT sebagaimana di jelaskan berdasarkan pasal

11 UU BUMN, sehingga dalam permohonan pailitnya mengikuti PT biasa

dimana dapat dimohonkan pailit oleh selain menteri keuangan.

Ketentuan Pasal 2 ayat (5) UUK dan PKPU memang tidak menyebutkan

BUMN mana yang dimaksud apakah Perum atau Persero. Ketentuan tersebut

hanya menjelaskan kepemilikan modal suatu BUMN seluruhnya dan tidak

terrbagi dalam saham sebagai BUMN yang bergerak dibidang kepentingan

publik. Hal ini lah yang menjadikan perbedaan pendapat oleh majelis hakim.

Namun apabila ditelaah, penjelasan dalam UUK dan PKPU sejalan dengan

penjelasan UU BUMN yang menyatakan bahwa BUMN yang bergerak

dibidang kepentingan publik hanya BUMN yang berbentuk Perum, karena

selain memenuhi kreteria penjelasan 2 ayat (5) UU kepailitan Perum juga

mempunyai tujuan untuk kemanfaatan umum. Artinya BUMN yang hanya

dipailitkan oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud oleh pasa 2 ayat (5)

UUK dan PKPU adalah Perum.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pertimbangan majelis hakim dalam

kasus PT MNA perlu dicermati karena hakim telah memberikan penafsiran

yang berbeda sebagaimana yang dimaksud pada kentetuan pasal 2 ayat (5) UU

Kepailitan dan PKPU. Dari ketentuan yang telah diuraikan diatas, seharusnya

PT MNA dapat dipailitkan oleh siapa saja termasuk para kreditornya, tidak

hanya menteri keuangan saja. Hal tersebut dikarenakan PT MNA merupakan

BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas dimana berdasarkan bukti surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.

No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang persetujuan Akta Perubahan

61

Anggaran Dasar Perseroan), Pasal 4 tentang Modal Perseroan dan dalam

Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT.

Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar PUPS No.31 tanggal 26

November 2014 dihadapan Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga)

huruf b disebutkan bahwa pemegang saham PT MNA adalah Negara Republik

Indonesia sebesar 96,99 % (Sembilan puluh enam koma Sembilan puluh

sembilan persen) dan Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia sebesar

3,01% (tiga koma nol satu persen).

Melihat bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT MNA memenuhi

karakteristik sebagai BUMN Persero sebagaimana disebutkan dalam pasal 1

angka 2 UU BUMN yaitu BUMN yang berbentuk PT dan terbagi atas saham.

Kemudian juga dapat dilihat dari maksud dan tujuan PT MNA adalah untuk

mencari keuntungan bukan untuk tujuan melayani kepentingan publik,

sehingga jelas bahwa PT MNA tidak dapat dikategorikan sebagai BUMN

yang hanya dapat diajukan permohonan pailit oleh menteri keuangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU.

Dengan demikian tidak menutup kemungkinan PT MNA dapat diajukan pailit

oleh selain mentri keuangan yaitu diajukan pailit oleh para pegawainya yang

juga berkedudukan sebagai kreditor.

Dalam permohonan pailit ini para pegawainya yang merupakan

pemohon pailit telah membuktikan bahwa PT MNA mempunyai utang

terhadap pemohon dan kreditor lainnya yaitu berupa tidak dibayarkannya gaji,

denda gaji, pesangon dan iuran jamsostek oleh PT MNA terhadap dirinya

(pemohon) dan 112 pegawai lainnya. Dalam hal ini utang yang dimaksud juga

sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sehingga telah memenuhi syarat syarat

yang terdapat dalam pasal 2 angka 1 UU Kepailitan dan PKPU.

Menurut peneliti pertimbangan hakim dalam proses menyelesaikan

kepailitan BUMN Persero yaitu terhadap PT Merpati Nusantara Airline dan

pegawainya pada putusan nomor 04/pdt.sus-pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst tidak

sesuai dengan ketentuan dalam hukum kepailitan. Sehingga dalam kasus ini,

hakim tidak memberikan kepastian hukum dalam memutus perkara. Kepastian

62

hukum menurut Urecht, mengandung dua pengertian yaitu pertama, adanya

aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh atau

tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari

kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum

itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan

oleh negara terhadap individu.12 Dalam UU Kepailitan dan PKPU telah

menegaskan bahwa walaupun BUMN Persero seluruh modalnyanya milik

negara namun apabila terbagi atas saham maka seharusnya dapat dimohonlan

pailit oleh siapa saja. Apabila hakim memutuskan harus melalui menteri

keuangan padahal dalam UU Kepailitan dan PKPU memperbolehkan bahwa

pemohon pailit adalah selain menteri keuangan maka pertimbangan hakim

tersebut tidak berdasarkan pada kepastian hukum.

12 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, …. h.23.

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari seluruh rangkaian penelitian serta pengkajian

yang telah dilakukan, maka peneliti menarik kesimpulan dari permasalahan

yang telah dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu:

1. BUMN Persero adalah badan hukum yang berbentuk PT dan sepenuhnya

tunduk pada UU PT. Kemudian jika dikaitkan dengan teori dan doktrin

hukum perseroan maka jelas bahwa kedudukan Persero adalah sebagai

suatu badan hukum mandiri. Berdasarkan kedudukannya sebagai badan

hukum mandiri maka demi hukum harta kekayaan negara yang dipisahkan

dan dijadikan modal penyertaan dalam Persero bukan lagi menjadi milik

negara melainkan menjadi milik Persero itu sendiri. Dalam hal ini,

hubungan negara terhadap Persero merupakan hubungan kepemilikan

yaitu sebagai pemegang saham. Negara yang diwakili oleh menteri

keuangan sebagai pemegang saham memiliki hak dan kewajiban yang

sama seperti pemegang saham biasa. Hal ini yang menjadi dasar bahwa

apabila Persero memiliki kewajiban yang harus dibayarkan dan berada

dalam keadaan insolvensi maka untuk dipailitkan tidak perlu mendapat

persetujuan dari menteri keuangan dan proses kepailitannya mengikuti

kepailitan pada PT biasa yaitu dapat diajukan oleh siapa saja, termasuk

para kreditornya selama memenuhi syarat untuk dimohonkan pailit

sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Kepailitan dan PKPU.

2. Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mengatur secara tegas

mengenai kepailitan terhadap BUMN sehingga mengakibatkan putusan

pailit terhadap PT Merpati Nusantara Airline sebagai BUMN Persero tidak

sesuai sebagaimana disebutkan dalam UU kepailitan dan PKPU. Hakim

dalam pertimbangannya memberikan penafsiran yang berbeda mengenai

64

maksud dari Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU yaitu PT MNA

hanya dapat diajukan pailit oleh menteri keuangan. Padahal apabila

disinkronkan dengan UU BUMN, BUMN yang dimaksud dalam Pasal 2

ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU adalah BUMN Perum, sedangkan PT

MNA termasuk dalam kategori BUMN Persero yang berbentuk PT dan

modalnya terbagi atas saham, sehingga seharusnya dapat diajukan pailit

oleh siapa saja termasuk para karyawannya.

B. Rekomendasi

Dalam rangka menyumbangkan sedikit pengetahuan peneliti mengenai

hukum perdata Indonesia, agar dalam hegemoninya tetap menjunjung nilai-

nilai proporsionalitas, peneliti hendak mengajukan rekomendasi sebagai

secercah kontribusi peneliti atas kemajuan konstruksi kegiatan perekonomian

Indonesia. Peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Perlu adanya revisi terhadap Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

khususnya Pasal 2 ayat (5) yaitu dengan lebih menjelaskan secara tegas

mengenai BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik dan BUMN

mana yang hanya dapat diajukan pailit oleh mentri keuangan. Dengan

direvisinya pasal tersebut diharapkan tidak ada lagi perbedaan penafsiran

makna yang terdapat dalam pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU

tersebut .

2. Hendaknya hakim lebih hati hati dalam memutuskan suatu perkara,

apabila Undang - Undang sudah mengatur dengan jelas, maka tidak perlu

menafsirkan lagi, agar dapat dicapai adanya kepastian hukum sekaligus

yang berkeadilan bagi para pihak yang berperkara.

65

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adi Nugroho, Susanti, Hukum Kepailitan di Indonesia; dalam teori dan praktik

serta penerapan hukumnya, Prenadamedia Group, Jakarta, 2018

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum; Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis,

Gunung Agung, Jakarta, 2002

Ali, Chaidir, Badan Hukum, PT.Alumni, Bandung, 1999

Apeldoorn, Van, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1990

Harahap, Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika, 2009

Arto, Mukti, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, Pustakan Pelajar,

Yogyakarta, 2004

Asikin, Zainal, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2003

Fuady, Munir, Doktrin-Doktrin Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam

Hukum Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014

Hartini, Rahayu, BUMN persero; Konsep Keuangan Negara dan Hukum

Kepailitan Di Indonesia, Setara Press, Jakarta, 2018

Hasyim, Farida, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014

Ibrahim, Jhony, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media

Publishing, Malang, 2006

Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2013

Khairandy, Ridwan, Pokok Pokok Pengantar Hukum Dagang Indonesia, FH UII

Press, Yogyakarta, 2014

66

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2010

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk- Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia

Indonseia, Bogor, 2002

Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan, Pedoman Menangani Perkara

Kepailitan, PT Raja Grafind Persada, Jakarta, 2004.

Nurdin, Andriani, Kepailitan BUMN Persero berdasarkan asas kepastian hukum,

PT. Alumni, Bandung, 2012

Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri PT Disertai Dengan Ulasan Menurut UU

No. 1 Tahun 1995 Tentang PT, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995

Rastuti, Tuti, Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan, Bandung, Refika

Aditama, 2015

Remy Sjahdeini, Sutan, Hukum Kepailitan: Memahami Failissementsverordening

Juncto Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1998, Pustaka Utama Grafiti,

Jakarta, 2004

_________________ , Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009

_________________ , Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2010

_________________ , Sejarah, Asas Dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Prenamedia

Group, Jakarta, 2016

Subhan, Hadi, Hukum kepailitan prinsip, norma, dan praktik dipengadilan,

Kencana Prenamedia Goup, Jakarta, 2008

Supramono, Gatot, BUMN ditinjau dari segi Hukum Perdata, Rineka Cipta,

Jakarta, 2016

67

Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,

1999

Widjaja, Gunawan, Risiko hukum & bisnis perusahaan pailit, Forum Sahabat,

Jakarta, 2009

JURNAL

Amanda Fajar, Dwi, Pertanggung Jawaban Hukum terhadap Kerugian Keuangan

Negara Pada BUMN / Persero, Badamai Law Jurnal, Vol. 1, Issue 1, April

2016

Tuti Muryati, Dewi, dkk, Kajian Normatif Atas Kepailitan BUMN (persero)

Dalam Kaitannya Dengan Pengaturan Perseroan Terbatas, Jurnal Dosen

Fakultas Hukum Universitas Semarang, Vol.17 No. 2, 2015

SKRIPSI

Hilaliatul Badria Hakim, Putri, Analisis Penolakan Permohonan Pernyataan

Pailit Perusahaan Asuransi Prima Indonesia (Studi Putusan Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor 388 K/Pdt.Sus/2010), Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

Novi Wardhani, Shinta, Akibat Hukum Bagi Perusahaan BUMN Yang Dinyatakan

Pailit, Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Jember, 2016.

INTERNET

https://fildzahazzahra.wordpress.com/2015/06/17/analisis-matriks-pt-merpati-

nusantara-airlines/

https://tirto.id/berharap-merpati-tak-lagi-ingkar-janji-bRbb

https://tirto.id/nasib-tragis-maskapai-perintis-l6j

68

https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/ini-kata-pakar-soal-

kepailitan-bumn

https://www.google.com/amp/s/buruh-online.com/2016/05/milik-negara-

permohonan-pailit-dua-pegawai-merpati-ditolak.html/amp

https://www.scribd.com/doc/223253735/11-BAB-II

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Repiblik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang

Undang –Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang –Undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

LAMPIRAN

Pengadilan Niaga Nomor 04/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSANNOMOR : 04/Pdt.Sus-PAILIT/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang memeriksa dan mengadili perkara Permohonan

Kepailitan pada tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut dibawah ini dalam permohonan

Kepailitan yang diajukan oleh :

1 SUDIYARTO yang beralamat di Jin.Peída Tarmizi No. 99 Jakamulya

Bekasi Selatan, dalam hal ini telah memberikan Kuasa kepada : Gelora Tarigan, S.H., M.H.

Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H. Advokat dan Asisten Advokat yang berkantor Law Firm

GELORA TARIGAN, SH MH dan Rekan yang berkantor di Komplek Griya Kemayoran

Jalan Industri Raya no 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax 6253907, baik secara

bersama-sama maupun sendiri- sendiri. berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. : 06/SURAT

KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Terlampir) selanjutnya disebut Sebagai

PEMOHON PAILIT I.;

2 JAFAR TAMBUNAN yang beralamat di Jin. P. Bangka 2 no 214 RT.007 /

RW 016 Arenjaya Bekasi Timur, dalam hal ini telah memberikan Kuasa kepada : Gelora

Tarigan, S.H., M.H. Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H. Advokat dan Asisten Advokat yang

berkantor Law Firm GELORA TARIGAN SH MH dan Rekan yang berkantor di Komplek

Griya Kemayoran Jl, Industri Raya no 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax

6253907. Baik secara bersama - sama maupun sendiri-sendiri, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus No. : 007/SURAT KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Asli Terlampir)

selanjutnya disebut Sebagarí' PEMOHON PAILIT II ;

Pemohon I dan Pemohon II secara bersama-sama selanjutnya disebut

sebagai :--------------------------------------------- "PARA PEMOHON PAILIT"

TERHADAP

PT. MERPATI NUSANTARA AIRLINES (PERSERO), beralamat di Jalan Angkasa Blok B-15 Kav 2-3

Kemayoran Jakarta Pusat 10610 selanjutnya disebut sebagai TERMOHON PAILIT;

Pengadilan Niaga tersebut;Hal I rkiri 36 hal Nnmor ' 04/Pdl Sus-PaHU/2016.^PN Niaga .Iki.Psi

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat Nomor: 04/Pdt.Sus-PAlLlT/2016/

PN.NlAGA.JKT.PST. tanggal 11 Pebruari 2016 tentang Penunjukan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan

memutus perkara

¡ni ; ----------------------------- ---------------- ----- ------------------------------- ...........

Setelah membaca berkas perkara dan surat-surat bukti dari Para Pihak---------------------TENTANG DUDUKNYA PERKARA ..................................................................

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal yang telah didaftarkan pada

Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 10 Pebruari 2016 dengan Register Nomor : 04/

PAIL1T/2016/

PN.NIAGA.Jkt.Pst. telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :-------------------------

1 TERHADAP PEMOHON 1:

1. Bahwa Pemohon I adalah Pegawai dari TERMOHON sejak bulan Agustus 1996 (Pl-1) dan diberhentikan dengan

hormat oleh TERMOHON sejak tanggal 17 Juli 2014 (PI-2) dimana Pemohon I akan diberikan oleh Termohon

uang sejumlah Rp. Rp. 406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus

Sembilan puluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut: Hak Normatif (Gaji dari Desember 2013 sd Juli

2014, Denda Gaji Desember 2013 sd Mei 2014, Iuran Jamsostek beserta pengembangannya dari Tahun 2009 s/d

2014) dengan nilai sebesar Rp. 148,895,640,- (seratus empat puluh delapan juta delapan ratus Sembilan puluh DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

lima ribu enam ratus empat puluh rupiah) ditambah dengan uang pesangon sebesar Rp. 257,778,950,- (dua ratus

lima puluh tujuh juta tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu Sembilan ratus lima puluh rupiah) sehingga jumlah

keseluruhan adalah Rp, 406,674,590,-. (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus

Sembilan puluh ribu rupiah) Namun sampai permohonan pailit ini diajukan, TERMOHON belum juga

memenuhi kewajibannya, yang artinya TERMOHON memiliki Hutang kepada PEMOHON I sebesar

Rp.406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus Sembilan puluh ribu

rupiah) yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, bahkan selama ini PEMOHON I meminta haknya terhadap

Pihak TERMOHON dan Pihak TERMOHON tidak menanggapi dan tidak memenuhi kewajibannya sehingga

melalui Kuasa Hukum PEMOHON I pada tanggal 15 Januari 2016 mengajukan SOMASI agar TERMOHON

segera membayarkan Hak PEMOHON I yang dilanjutkan dengan SOMASI ke-2 (kedua) pada tanggal 25

Januari 2016 juga tidak dilakukan pembayaran sehingga dilanjutkan dengan SOMASI ke-3 (ketiga) agar Hutang

TERMOHON dibayarkan ke PEMOHON 1 dan pada tanggal 31 Januari 2016 PEMOHON 1 mengirimkan lagi

Penagihan Hutang kepada TERMOHONHa! 2 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pnilit/2016/PN.Niaga.Jkt. PsI.

sebesar Rp.406,674,590,- (empat ratus enam juta enam ratus tujuh puluh empat ribu lima ratus Sembilan puluh

ribu rupiah) tetapi TERMOHON tetap tidak memenuhi kewajibannya walaupun telah jatuh tempo dan dapat

ditagih.

2 Bahwa walupun telah di Somasi beberapa kali Termohon tetap tidak memenuhi kewajibannya sehingga Pemohon

I hidup menjadi menderita begitu juga Kreditur Lainnya ;--------------------- ---------------

II TERHADAP PEMOHON II;

1 Bahwa ternyata selain hutang terhadap PEMOHON l, TERMOHON juga terbukti masih berhutang terhadap

PIHAK lain, yaitu PEMOHON II.

2 Bahwa kewajiban TERMOHON terhadap PEMOHON il karena adanya hubungan HUKUM dimana PEMOHON

II adalah pegawai TERMOHON dimana PEMdHON II diangkat sebagai pegawai sejak tahun 1990 dimana

PEMOHON II akan diberikan oleh TERMOHON uang sejumlah Rp. 431,941,709,- (empat ratus tiga puluh satu juta

Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) dengan perincian sebagai berikut: Hak Normatif

(Gaji dari Desember 2013 sd Juli 2014, Denda Gaji Desember 2013 sd Mei 2014, Iuran Jamsostek beserta

pengembangannya dari Tahun 2009 sd 2014) dengan nilai sebesar Rp. 141,881,609- (seratus empat puluh satu juta

delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus Sembilan rupiah) ditambah dengan uang pesangon sebesar Rp.

290,060,100,- (dua ratus Sembilan puluh juta enam puluh ribu seratus rupiah) sehingga jumlah keseluruhan adalah

Rp. 431,941,709,-. (empat ratus tiga puluh satu juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan

rupiah) Namun sampai permohonan pailit ini diajukan, TERMOHON belum juga memenuhi kewajibannya, yang

artinya TERMOHON memiliki Hutang kepada PEMOHON II sebesar Rp.431,941,709- (empat ratus tiga puluh satu

juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,

bahkan selama ini PEMOHON II meminta haknya terhadap Pihak TERMOHON dan Pihak TERMOHON tidak

menanggapi dan tidak memenuhi kewajibannya sehingga melalui Kuasa PEMOHON II pada tanggal 15 Januari 2016

mengajukan SOMASI agar TERMOHON segera membayarkan Hak PEMOHON II yang dilanjutkan dengan

SOMASI ke-2 (kedua) pada tanggal 25 Januari 2016 juga tidak dilakukan pembayaran sehingga dilanjutkan dengan

SOMASI ke-3 (ketiga) agar Hutang TERMOHON dibayarkan ke PEMOHON II dan pada tanggal 30 Januari 2016

PEMOHON II mengirimkan lagi Penagihan Hutang kepada TERMOHON sebesar Rp.431.941.709,- (empat ratus tiga

puluh satu juta Sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus Sembilan rupiah) tetapiHal 3 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PaUU/2016/PN.NiagaJkt.Pst.

TERMOHON tetap tidak memenuhi kewajibannya walaupun telah jatuh tempo dan dapat ditagih.; -

3 Bahwa PARA PEMOHON telah berkali-kali mencoba menagih kepada

TERMOHON untuk melunasi HUTANG TERMOHON baik melalui surat maupun mendatangi langsung ke

TERMOHON akan tetapi TERMOHON tidak menanggapinya.;------------------------- -—DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Bahwa TERMOHON beberapa kali dihubungi PARA PEMOHON,

TERMOHON hanya janji-janji saja, dengan demikian TERMOHON telah terbukti beretikat BURUK tidak

melaksanakan kewajibannya dalam melunasi seluruh hutangnya yang telah jatuh tempo kepada para PEMOHON,

sebagaimana dimaksudkan dalam PASAL 2 ayat (1) UU no. 37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN dan

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (UU KEPAILITAN).;-----

5 Bahwa atas tagihan tersebut PEMOHON I dan PEMOHON II telah

mengirimkan SOMASI ke-1 (kesatu) kepada TERMOHON pada tanggal 15 Januari 2016, SOMASI ke-2 (kedua)

pada tanggal 25 Januari 2016, SOMASI ke-3 (ketiga) pada tanggal 02 Februari 2016 dan Surat Tagihan pada

tanggal 31 Januari 2016, namun TERMOHON masih tidak membayar juga malahan TERMOHON melalui kuasa

hukumnya memberi jawaban melalui surat jawaban somasi ke-3 (ketiga) No. 0T1/ADCO/RD/11/2016 tanggal 03

Februari 2016 yang antara lain mengatakan bahwa "apabila saudara akan mengajukan permohonan PAILIT yang

dapat membawa terlambatnya pencairan dana penyelesaian Hak-hak Normatif seluruh Karyawan Merpati maka

TERMOHON akan menempuh segala langkah HUKUM baik PIDANA maupun PERDATA" yang merupakan

ANCAMAN dan INTIMIDASI dari TERMOHON kepada PARA PEMOHON padahal jelas TERMOHON yang

tidak membayar HUTANGnya kepada PARA PEMOHON.;------------------------------

III TENTANG ADANYA KREDITUR LAINNYA:

1 Bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) UU no.37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN

dan PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) secara tegas mengatur syarat limitatif

mengenai pernyataan PAILIT, yaitu "DEBITUR YANG MEMPUNYAI 2 ATAU LEBIH KREDITUR DAN

TIDAK MEMBAYAR LUNAS SEDIKITNYA 1 HUTANG YANG TELAH JATUH WAKTU DAN DAPAT

DITAGIH, DINYATAKAN PAILIT DENGAN PUTUSAN PENGADILAN".;-----

2 Bahwa ternyata selain berhutang kepada PARA PEMOHON, TERMOHON juga terbukti masih berhutang kepada

PIHAK lain, yaitu :

Hal 4 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Siix-Pailit/2.016/PN.Niaga.Jkl. PsI.

No Nama Alamat Jumlah1 MOHAMMADARIF

AROFANI

JL, RAYA INPRES NO, 11B RT/RW 005/001 KEL, TENGAH K RAM AT JATI JAKARTA TIMUR

Rp 526.008 833

2 SAYU PAGAR ALAM PERUM TAMAN ELANG BLOK L N0.19 JL. M THOHA KM. 5.5 RT/RW 004/010 KEL PERIUK TANGERANG 15131

Rp 291.268,179

3 DONNY EKO SETYAWAN JL. PELDA TARMIZI NO.18 RT/RW 002/015 JAKAMULYA BEKASI SELATAN

Rp 3S5 065.777

4 ACHMAJ YULIZAR PERUMAHAN GRAHA HARAPAN BLOK A 15/08 RT/RW 004/019 MUSTIKA JAYA BEKASI

Rp 352,024,369

S HERIZAL TAMAN KEBALEN INDAH NO 14/48 RT/RW 002/016 BABELAN KAB. BEKASI JAWA BARAT KODE POS 17610

Rp 340.679.256

6 MOCH. JAFAR TAMBUNAN

JL. P BANGKA 2 NO.214 RT/RW 007/016 KEL AREN JAYA KEC BEKASI TIMUR

Rp 431.941,709

7 CHRISTIAN

FERNANDO

PERUMAHAN MUTIARA BARU, JALAN MUTIARA 1 BLOK B NO,24 RT/RW 001/012 KEL SEPANJANG JAYA KEC RAWALUMBU BEKASI JABAR

Rp 1.679.964,689

16 ERWIN YULIANTO PONDOK MELATI INDAH JL TAMPOMAS RAYA B4/6 JATIWARNA PONDOK MELATI BEKASI

Rp 1.920,558.002

17 DEDY HERMANSYAH JL KALIMANTAN 9 BLOK F1 NO.I BSD NUSALOKA RT/RW 003/012 RAWA MEKAR JAYA SERPONG TANGERANG SELATAN

Rp 1.836,756.065

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

18 IWAN RIDWAN JL. OTISTA III KOMPLEK VIII NO H-97 RT/RW 005/002 CIPINANG CEMPEDEK JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Rp 578,829.627

Hal 5 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailii/2016/PN.Niaga.Jkt. PsI.

19 HADI SUTRISNO PERUMAHAN WISMA HARAPAN BLOK A3 NO.42 RT/RW 005/009 GEMBOR PERIUK

Rp 646.028.194

20 FAUSTINA DWI H PANGKALAN JATI 1 JALAN SWADAYA NO 24 RT/RW 007/007 PONDOK LABU CIÑERE JAKARTA SELATAN

Rp 426,550.743

21 DEA5Y DESTARI JL. KEMARI PERUM GRAND RESIDENCE PONDOK CABE BLOK A2/9 PONDOK CABE UDIK PAMULANG TANGERANG SELATAN

Rp 217.839.467

22 ADITHYA PRIYO YOEWONO

JL. KEMIRI PERUM GRAND RESIDENCE PONDOK CABE BLOK A2/9 PONDOK CABE UDIK PAMULANG TANGERANG SELATAN

Rp 1,668.645,902

23 HERU PURNAWAN JL. H SANWANI NO,2 RT/RW 001/008 KEL JATIMURNI KEC PONDOK MELATI KOTA BEKASI JAWA BARAT

Rp 674,860.973

24 ASWAN DY JL, SULTAN ALAUDDIN KOMPLEK GRAHA MODERN JAYA BLOK A NO,15 MAKASAR

Rp 443.036,452

25 MUHAMMAD S SAID BTN MAKKIO BAJI BLOK B3 NO.I ANTANG MAKASSAR

Rp 399,390.011

26 SRI WAHYUNINGSIH MEDITERANIA BOULEVARD NW 19 AQ KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

Rp 277.089.488

21 HENY YUUASTUTI KOMPLEK WAP J L. MOKMER III D/9 RT/RW 006/007 KEL GUNUNG SAHARI UTARA JAKARTA PUSAT

Rp 317.696.521

28 MUHAMAD GUMILANG WAHYU PERDANA

KAMPUNG BARU RT/RW 004/004 TAWANG REJO KELTAWANGANOM KABUPATEN MAGETAN

Rp 36,781,603

29 SUTANTO CEMENG BAKALAN RT/RW 006/002 KECAMATAN

Rp 464.193.099

Ha! 6 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl..Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.

SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

30 ISRAR FIRDAUS JL, SINGOSARI RAYA NO,23 PERUM 3 KARAWACI TANGERANG BANTEN

Rp 491.002.469

31 BUDI KURNIAWAN JL. KH RIDI NO.12 RT/RW 005/001 KEL PONDOK JAYA KE CIPAYUNG DEPOK JAWA BARAT

Rp 385.286.545

32 SURYAD!

M

JALAN ANCOL SELATAN RT/RW 015/001 N0.26A SUNTER AGUNG TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA

Rp 581.754.492

33 ALI AKBAR CEMPAKA BARU 1/52 JAKARTA PUSAT

Rp 287.951.762

34 KIKI ROSMAYANI PALEM INDAH BLOK P NO 24 RT005 PONDOK KELAPA DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR

Rp 389,999.816

35 SARONO PRATIKNO JL. KOTA BAMBU UTARA RT/RW 009/009 KELURAHA KOTA BAMBU UTARA KEC. PALMERAH JAKARTA BARAT

Rp 67,852.902

36 RIANI AGUSENA JL MEGA KUNINGAN A PT BELLAGIO 8C BF 15 KUNINGAN JAKARTA SELATAN

Rp 437.600.000

37 BAGUS HANDITO JL PORSELEN V NO 5 KAYU Rp 411.299.717DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTIH PULO GADUNG JAKARTA TIMUR 13210

38 WILDAN YUSFITA JL. H ICANG NO 27A RT/RW 002/002 LENTENG AGUNG JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

Rp 287.735.108

39 WURI HENDRIANA ISNAINA

JL. AKASIA RAYA BLOK F.5 NO,13 PENGASINAN RAWALUMBU BEKASI TIMUR

Rp 109.771.769

40 PARTONO KOMPLEK GOLDEN LAND BLOK C NO12A BATAM CENTRE - BATAM

Rp 336.645.566

41 AGUSTINUS

SUGIHARTO

PONDOK JATI AM-10 DESA PAGERWOJO BUDURAN

Rp 1,213.221.120

lial 7 dari 36 ha! Nomor : ()4/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.

SIDOARJO42 ANDREY YOHANES

SOAVIOU SPONDOK UNGU PERMAI BLOK AM 26 RT/RW 005/012 DESA BAHAGIA KECAMATAN BABELAN BEKASI 17610

Rp 82,648.450

43 DANU RISMAN HUSEIN PULO GEBANG NO.13 04/06 KEL PULO GEBANG KEC. CAKUNG JAKARTA TIMUR

Rp 352,854.438

44 PRAYITNO JL. SOLO RT/RW 004/004 NO.03 KP UTAN KEL CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Rp 475.521.798

45 DARWANDl PONDOK CIPTA BLOK D-36 RT/RW 005/008 BINTARA BEKASI BARAT JAWA BARAT

Rp 463.801.575

46 SUPONO TELAGA MAS BLOK K1 NO.7 RT/RW 006/013 KELURAHAN HARAPAN BARU KECAMATAN BEKASI UTARA

Rp 283.127,246

47 SUDIYARTO JL. PELDA TARMIZI NO 99 JAKAMULYA BEKASI SELATAN

Rp 406.674.590

48 NOENGKI PRIJANTO JL. JAMBU RAYA NO. 233/118 PERUMNAS 1 BEKASI 17135

Rp 379.336,380

49 AGUS GANDIANA JATINEGARA LT10 RT/RW 012/003 JATINEGARA KEC. CAKUNG JAKARTA TIMUR

Rp 1.120.681.917

50 ANGGUN BAHTIAR GRIYA CANDRAMAS DB 38 SEDATI SIDOARJO JAWA TIMUR

Rp 632.815.176 i

51 B BUDHI SANTOSO JL KERJA BAKTI NO.09 RT/RW 006/004 KEI/KEC MAKASAR JAKARTA TIMUR

Rp 391.688.103

52 BADRIAH JL. PISANGAN LAMA 111/96 RT/RW 005/003 JAKARTA TIMUR

Rp 427,613.249

53 BUDI LAKSONO JL. NUSANTARA III B229 PERUM JATI MULYA TAMBON SELATAN BEKASI

Rp 380.621.778

54 BUDI WIJAYANTO JL. CENDRAWASIH 8/343 Rp 308.850,491

Ha! 8 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Siis-Pailit./20l6/PN.Niaga Jkl. PsI.

RT/RW 006/013 KELURAHAN DEPOK JAYA KECAMATAN PANCORANMAS DEPOK

55 DIAN

SULISTYANINGRUM

DASANA INDAH BLOK SE 7 N0.14 RT/RW 002/011 KEL BOJONG NANGKA KEC KELAPA DUA TANGERANG 15821

Rp 208.816 239

56 EDDY SUDHIARTO PERUM BUMI CABEAN ASRI BLOK E2/42 CANDI SIDOARJO

Rp 723.031.978

57 EKO SURYO CAHYONO JL NABA IV RT/RW 003/009 N0.16 CILEDUK TANGERANG

Rp 472.314.149

58 EMAN SUPRIATMAN JL RAYA HANKAM/WISMA KUSUMA INDAH BLOK B N0.59JATI RAHAYU PONDOK MELATI BEKASI 17414

Rp 3 409.798.514

59 ERRY PRIJANTO PERUM GRIYA PERMATA HIJAU V-34 CANDI SIDOARJO JAWA TIMUR

Rp 748.761.710DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

60 ERYWARDHANA JL WR JATI BARAT N0.31 RT/RW 006/005 KALIBATA PULO KEL. KALI BATA KEC.PANCORAN JAKARTA SELATAN

Rp 817.396.432

61 ESSUSILANING TYAS PERUM SINAR MEDAYU SELATAN BLOK A-47 RT/RW 010/002 RUNGKUT SURABAYA

Rp 299.313.058

62 FX DIDI DION JL. TANJUNG SAN YANG RT/RW 008/004 NO 36B JAKARTA TIMUR

Rp 876 666.198

63 H MOCHAMAD FADJARUDIN

JL. CANNA 4/1 PONDOK INDAH RT/RW 007/008 PERUM KOTA BUMI PASAR KEMIS TANGERANG

Rp 2.660.726.810

64 HERINAWATI PRIMA HARAPAN REGENCY D12/8 BEKASI UTARA HARAPAN BARU 17123

Rp 545.702.666

65 HERRYLATUHERU JL AMARTA RT/RW 002/006 SEMAMBUNG GEDANGAN SIDOARJO JAWA TIMUR

Rp 754.757.589

Ha! 9 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailit./2016/PN.Niaga. Jkl.Psl.

66 1 WAYAN SUARNA KOMP DEPPEN JL MEDIA 111 BLOK AD-11 SUKATANI TAPOS DEPOK

Rp 1,079.069.729

67 IDA BAGUS PUTU INDRAWAN

JL POS TUJUH SENTANI RT/RW 001/004

Rp 102.297,467

68 IKASEPTRIANI JLOTISTAGG DELIMA NO 28 RT 92 RW26 KARANG ANYAR SUBANG JAWA BARAT

Rp 208.600.808

69 ISKANDAR

SYARIFUDIN

JLTEBET TIMUR DALAM IP/3 JAKARTA SELATAN

Rp 1.902.645,385

70 ISKANDIZURA JATI BENING II JL. HANJUANG II NO.12 RT/RW 008/008 KELURAHAN JATI BENING BARU KEC. PONDOK GEDE BEKASI JAWA BARAT

Rp 3,005.234.719

71 ISTIYOSO KOMPLEK POLRI RAGUNAN JL M/55 RT/RW 008/006 RAGUNAN KEL. PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN

Rp 340.404.656

72 JHONRY SIRUMPEA JL KELAPA GADING II N0.14A RT/RW 002/001 KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR

Rp 812.094.561

73 JOHANNES LTOBING JL. DAHLIA VIII BLOK D NO 402 RT/RW 003/013 JATIMULYA BEKASI

Rp 567,386.003

74 JULIUS ALEXANDER P R KEPA V/731 TOMANG Rp 494.745.37975 MOHAMMAD ROESMIN

IRFANUDDIN SPONDOK MUTIARA BV- 12AJL PAHLAWAN SIDOARJO

Rp 446.146.785

76 MUHAMAD MUCHTAR JL M KAHFI1 GG PANJANG NO 88 RT/RW 004/006 CIPEDAK CIGANJUR JAKARTA SELATAN

Rp 488.879.779

77 MUHAMMAD RIDWAN JL PULO GEBANG RT/RW 006/006 NO 100 CAKUNG JAKARTA TIMUR 13950

Rp 663.159.165

78 MUHAMMAD SAKUR GRIYA CANDRAMAS CA 05 PEPE SEDATI SIDOARJO

Rp 561.580.037

79 MURSANYOTO H KODIR NO 119 C CIMINDI CIMAHI

Rp 544.031.370

80 NUR IZZATI ANWAR RUNGKUT MENANGGAL HARAPAN 0-24 SURABAYA

Rp 422.370.928

Hal 10 dan 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Paiiit/2016/PN.NiagaJkt.Pst.

81 NURCHOLIS PONDOK SEDATI ASRI GL- 24 PEPE SEDATI SIDOARJO

Rp 666.147.003

82 NURSINDI PERUMAHAN GRIYA PUTRA MANDIRI BLOK G NO 18 RT/RW 007/009 BOJONG PONDOK DEPOK

Rp '114.808.483

83 OKTI DWI RAHAYU JL DAHLIA9 BLOK D9 NO 3 RT/RW 014/008 PERUM PESONA TERATAI KOMPLEK DEPSOS CIBITUNG BEKASI 17S20

Rp 114.808.483

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

84 PETRUS HENDRIK MOFU JL GARUDA GG SAWO N0.8 RT/RW 012/004 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

Rp 317.651,973

85 PIRTONDI

BSIMBOLON

J L. P ALA WAN REVOLUSI GG. H KHAMAD NO 34 RT/RW 004/003 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR

Rp 254.866.989

86 RUDIZ KALIKl JL KEMUNING GG H RT/RW 004/007 N0.2 UTAN KAYU JAKARTA TIMUR

Rp 500.808.887

87 SLAMET WARDOYO PERUM ALAMANDA BLOK A2 N0.3 DS DUKUN TENGAH BUDURAN SIDOARJO JAWA TIMUR

Rp 322.369,413

88 SUBAGYO KP PANCORAN MAS RT/RW 001/006 N0.48 KEL PANCORANMAS DEPOK

Rp 465,750,454

89 SUHERMAN KOMP VIJAYA KUSUMA BLOK B14 N0.5 RT/RW 002/017 CIPADUNG BANDUNG

Rp 341,825.260

90 SUJANTO KOMP MERPATI JL. MERPATI III BLOK 0/16 PABEAN SEDATI SIDOARJO JAKARTA TIMUR

Rp 790.227.357

91 SUPARI RT/RW 003/015 KELURAHAN PENGASINAN KECAMATAN RAWALUMBU BEKASI 17115

Rp 630.864,079

92 SUPRIYONO JL PALEM II N0.80 RT/RW 005/003 KEL CIJANTUNG KEC. PASAR REBO

Rp 446 487 083

Ilal 11 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

93 TOBER SIRE6AR JL. SEI DENAI NO 70/56 | KEL BABURA KEC. MEDAN BARU SUMATERA UTARA

Rp 333,570.893

94 TRESNA

HENDRAWAN

H, SYUKUR V NO/11 SEDATI CEDE SIDOARJO

Rp 559.270.573

95 WAHYU WIBOWO K JL. BUMI PRATAMA VIII BLOK A. 125 RT/RW 005/006 KEL DUKUH KEC, KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR

Rp 1,041.836,040

96 WAHYUDIN

ABDULLAH

KOMPLEK MERPATI BLOK H NO.3 PEGADUNGAN KALIDERES JAKARTA BARAT 11830

Rp 2.500.000.000

97 YUUA K MOIWEND JL DAYUNG 3C NOMOR 21 KELAPA DUA TANGERANG BANTEN

Rp 208.600.808

98 YUNI SEFI ERLIANA PERUM MAGERSARI PERMAI AA21 SIDOARJO

Rp 202,800.808

99 ZAINAL ABIDIN JL, KEBON JAHE KOBER G6T NO. 19 TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

Rp 747,763.668

100 ZAINUL ARIFIN GRIYO PABEAN II F-21 PABEAN SEDATI SIDOARJO

Rp 517.350.271

101 ERPAN SETIAWAN KOMP HOLIS PERMAI VIII NO.10 CIBONDEWAH KALER BANDUNG

Rp 340.143.759

102 HUSEIN ONGSO KEBONPALA RT/RW 001/010 NO,64

Rp 268.800.210

103 LOUREN

HARYANDONO

JL. SIAGA DHARMA VIII NO.26 PEJATEN TIMUR PASAR MINGGU

Rp 495.007.020

104 FERDIANSYAH JL. KUDUS GG PATIH NO,21 RT/RW 008/006 KEL MENTENG JAKARTA PUSAT

Rp 495,007.020

105 TATI MULYATI JLN, MELATI IV BLOK N34 KP2 BEKASI 17116

Rp 403.217.131

106 M. A YUSUF KOMPLEK PERUMAHAN MERPATI KEHUTANAN JL. MERBAU BLOK CC N0.6 PABEAN SEDATI SIDOARJO

Rp 542,809,695

107 FEBRl SUZANE SERPONG PARK BI NO 07 TANGERANG SELATAN

Rp 326,400,239

108 WULANITA PERUM GRIYA ABADI Rp 210.600.808

Ha! 12 dari 36 hal Nnivnr : 04/Pdt.Sus-Pailit/2016'TN.Niaga.Jkl. Rsl.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

AE.33 BANGKALAN 6961109 WANDA PUTRI KARTIKA KEDUNG RUKEM 1/4D RT/RW

002/004 KEDUNG DORORp 209.700.000

110 ERITA SARI SUHARMO VILLA SELECTA BLOK E NO 5 CIATER SERPONG

Rp 220.000.000

111 DESSY NURHAYATI KOMP ANGKASA PURA II JL MUTIARA BLOK C22 NO 10 RW.07 KEL KARANG ANYAR TANGERANG

Rp 220.000.000

112 FARAH SEPTIANI HERDALINA

PERUM KORPRI JL. DUKU VI F/5 KRAMAT SELATAN MAGELANG 56115

Rp 114.808 483

113 RINOVAN PERUM WALIKOTA JL. PIPIT BLOK A4 NO.3 SUKAPURAJAKARTA UTARA

Rp 165.700.175

114 IRWAN JL. YOS SUDARSO LORONG 2 TIMUR NO.12 RT/RW 002/001 KEL. KOJA JAKARTA UTARA

Rp 164.751 175

TOTAL Rp 71.515.826 750

3 Bahwa PEMOHON 1, berada pada nomor urut 47 (empat puluh tujuh) dan PEMOHON II berada pada nomor urut

6 (enam) dari Daftar tersebut diatas.;-

4 Bahwa Kreditur lainnya juga telah mengirimkan Somasi kepada

TERMOHON tetapi TERMOHON juga belum melakukan pembayaran.;---------------

5 Bahwa dengan terpenuhinya syarat - syarat untuk dapat dinyatakan

TERMOHON PAILIT, dimana telah terbukti TERMOHON mempunyai lebih dari 2 (Dua) Kreditur dan

TERMOHON telah tidak membayar LUNAS sedikitnya 1 (Satu) Hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU no.37 tahun 2004 tentang KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU), dengan demikian telah cukup alasan bagi para

pemohon untuk mengajukan permohonan pernyataan PAILIT terhadap TERMOHON dan untuk itu patutlah

apabila TERMOHON dinyatakan PAILIT dengan segala akibat HUKUMnya.;--------

6 Bahwa demi melindungi kepentingan PARA PEMOHON dan KREDITUR

lainnya, karena dikhawatirkan TERMOHON hendak melakukan perbuatan melawan HUKUM atas harta

kekayaannya yang dapat merugikan PEMOHON dan KREDITUR lainnya, maka dimohonkan agar kiranya

Pengadilan Niaga berkenan melakukan Sita Jaminan atas :--------------------------------Hai 13 dari 36 hai Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20i 6/PN Niaga.Jkt.PsL

• Kekayaan Termohon berupa seluruh Aset milik TERMOHON baik berupa

Tanah-tanah dan bangunan-bangunan yang terletak di atasnya serta segala sesuatu yang terletak di atasnya baik

yang ada pada TERMOHON serta harta TERMOHON lainnya yang akan di jual dimuka umum melalui kantor

lelang Negara dan hasil penjualannya untuk membayar hutang TERMOHON kepada PEMOHON dan

KREDITUR lainnya.;-—--------------------------------------------------------------------

• Alokasi Dana PMN sebesar Rp. 800.000.000.000.000,- (delapan ratus

milyar rupiah) yang dititipkan kepada PT. Perusahaan Pengelola Aset yang beralamat Sampoerna Strategie

Squar Tower A lantai 12 Jl. Sudirman Kav 45-46 Jakarta Pusat, yang akan digunakan untuk membayar hutang

kepada PEMOHON dan kreditur lainnya tersebut diatas, untuk melunasi HUTANG kepada karyawan termasuk

Pemohon PAILIT dimana PT Perusahaan Pengelolah Aset (PPA) sebagai pihak yang menangani Restrukturisasi

PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero);------------------------------------------------

7 Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut dan uraian yang telah dijelaskan oleh

para PEMOHON, maka PERMOHONAN PAILIT yang diajukan oleh PARA PEMOHON PAILIT telah

memenuhi syarat, sehingga sudah sepatutnya Majelis Hakim yang Mulia untuk mengabulkan permohonan PAILIT

ini.;-------------------------------------------------------------------------------------------------

8 Bahwa guna mengawasi pengurusan dan pemberesan harta PAILIT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TERMOHON diperlukan hakim pengawas dan karenanya PARA PEMOHON memohon dan mengusulkan agar

majelis hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan menunjuk

dan mengangkat Hakim Pengawas dan Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.;

9 Bahwa untuk kepentingan pemberesan harta PAILIT menurut pasal 15 ayat

(3) UU Kepailitan diperlukan Kurator dan karenanya para PEMOHON memohon dan mengusulkan agar Majelis

Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan menunjuk dan

mengangkat Tim Kurator dalam KEPAILITAN ini.;---------------------------------------

10 Bahwa apabila TERMOHON dalam permohonan ini mengajukan

permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan dikabulkan. PARA PEMOHON memohon

dan mengusulkan agar Majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo

berkenan menunjuk dan mengangkat TIM Kurator sebagai Tim Pengurus Harta Pailit dalam PKPU dimaksud

tersebut.;--------------------------------------------------------------------------------- --------

11 Bahwa berkenan dengan imbalan jasa dari TIM Kurator, mohon ditetapkan akan ditentukan kemudian setelah TIM

Kurator melaksanakan tugasnya.;—

Hal 14 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6^PN.Niaga. Jkt.Pst.

12 Bahwa apabila Permohonan Pailit ini diterima dan dikabulkan, maka

segalah biaya yang timbul dari Permohonan ini, haruslah ditanggung oleh

TERMOHON.;---------------------- ------------------------------------------- ------- --------

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka PARA PEMOHON mohon kiranya agar Majelis Hakim yang Muliah yang

memeriksa dan mengadili serta memutus perkara Aquo berkenan untuk memberikan Putusan yang adil sebagai

berikut:

1 Menerima dan Mengabulkan Permohonan PARA PEMOHON PAILIT

seluruhnya,;----------------------------------------------------------------------------------

2 Menyatakan TERMOHON PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero)

PAILIT dengan segala akibat hukumnya;------------- ---------------------------------

3 Menetapkan dan menunjuk serta mengangkat Hakim pada Pengadilan

Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;------------ ---------------------------

4 Menunjuk dan Mengangkat TIM Kurator dalam Kepailitan ini atau selaku

Pengurus jika masuk dalam PKPU;------------------------------------------------------

5 Menetapkan Imbalan Jasa Kurator akan ditentukan kemudian setelah

Kurator melaksanakan tugasnya;---------------------------------------------------------

6 Menghukum Termohon Pailit untuk membayar seluruh biaya perkara

yang timbul;---------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan, untuk

Pemohon I dan Pemohon II telah hadir kuasanya : Gelora Tarigan, S.H., M.H. Jutawan, S.H. Denny Yusuf, S.H.

Advokat dan Asisten Advokat dari kantor hukum Law Firm GELORA TARIGAN.SH,MH., dan Rekan yang

berkantor di Komplek Griya Kemayoran Jalan Industri Raya No 9-11 Jakarta Pusat 10720 Telp. 62203635 Fax

6253907, baik secara bersama - sama maupun sendiri- sendiri. berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. ; 06/SURAT

KUASA/P/I 1/2016 tanggal 10 Februari 2016 (Terlampir),untuk Termohon hadir Kuasanya Rizky

Dwinanto.SH,MH., Budi Satrio.SH., Agung Cahyono.SH., Advokat dari kantor hukum ADCO Attorneys at Law,

beralamat di Setiabudi Building 2, 2'^'^ Floor, Suite 205C, Jl. HR Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta 12920,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 25 Februari 2016;--------------------------------

Menimbang, bahwa Termohon telah mengajukan Tanggapan/Jawaban tertanggal 16 Maret 2016 yang pada

pokoknya sebagai berikut:

A MENGENAI TERMOHON PAILIT YANG DENGAN TEGAS DAN JELAS MENOLAK SELURUH

DALIL-DALIL YANG DIAJUKAN OLEH PEMOHON PAILIT DALAM PERMOHONAN INI.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Termohon Pailit selaku Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mayoritas sahamnya dimiliki

oleh Negara Republik Indonesia dengan ini secara tegas dan jelas menolak seluruh dalil-dalil Pemohon Pailit

dalamHal 15 dai'i 36 ha! Nomor : 04fPcll.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkl Psl.

perkara a quo, kecuali yang secara tegas dinyatakan dan/atau diakui lain oleh Termohon Pailit dalam

tanggapannya,;-.............................................................—......... ........... ............ ..........

B PEMOHON BUKAN MENTERI KEUANGAN DAN OLEH KARENANYA TIDAK MEMPUNYAI

KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DALAM MENGAJUKAN PERMOHONAN PAILIT

TERHADAP TERMOHON PAILIT

1 Termohon Pailit adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

sebagian besar modal dan/atau sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang bergerak Melayani

Kepentingan Publik sebagaimana jelas tergambar dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya

melakukan usaha di bidang jasa angkutan negara serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

perseroan untuk menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat;

2 Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan sangatlah jelas terlihat dimana komposisi dari kepemilikan

saham negara sangatlah mayoritas dan/atau dominan dimana Negara Republik Indonesia memiliki saham dengan

persentase 96,99 % terbilang (sembilan puluh enam koma sembilan puluh sembilan persen) dan PT Garuda Indonesia,

Tbk memiliki saham dengan persentase 3,01% terbilang (tiga koma nol satu persen).

3 Ketentuan dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-undang No. 37 tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ("UUKPKPU") sangatlah jelas menyatakan

bahwa dalam hal BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik maka Permohonan Pailit tersebut harus

diajukan oleh Menteri Keuangan,;-------------------------------------------------------

Pasal 2 ayat (5) UUKPKPU:Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi. Dana Pensiun, atau Badan Usaha

Milik Negara yang bergerak di bidangKepentingan Publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat

diajukan oleh Menteri Keuangan.;-------------------------------------------------------

4 Bahwa dikarenakan Termohon Pailit adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang bergerak melayani Kepentingan Publik maka Permohonan Pailit haruslah berasal dari Menteri

Keuangan sedangkan Pemohon Pailit (in casu Sdr. Sudiyarto dan Sdr. Jafar Tambunan) bukanlah

Menteri Keuangan.;---------------------------------- ------ ------------ ----- -----------

5 Hal ini sangatlah sejalan dan sesuai dengan putusan PKPU perkara dalam Nomor; 15/Pdt.SUS-PKPU/2015/

PN.Niaga,Jkt.Pst antara PT Prathita Titian Nusantara ("pemohon PKPU") melawan PT Merpatillal 16 dari J6 hal Nomnr : Od/Tdl.Sus-PailiigO16/PMNiai’a.Jkl. PsI.

Nusantara Airlines (Persero) ("termohon PKPU") dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:

"menimbang bahwa dalam kasus ini yang mengajukan PKPU adalah Aris Munandar selaku Direktur Utama

PT Prathita Titian Nusantara BUKAN Menteri Keuangan maka pemohon bukan pihak yang berhak

(pihak yang tidak mempunyai legal standing) mengajukan permohonan".

6 Selain daripada itu Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia

sudah menyatakan dengan tegas bahwa untuk BUMN yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara dan

bergerak bergerak Melayani Kepentingan Publik maka yang berwenang memohonkan pernyataan pailit

adalah Menteri Keuangan.;------------------------------------ ---------------------------

Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 075 K / Pdt.Sus / 2007, antara PT Dirgantara Indonesia

(Persero) melawan Heryono, Nugroho dan Sayudi ;------------------------------

7 Bahwa karena Pemohon Pailit bukanlah Menteri Keuangan makaDisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan ini dan demi

hukum, Permohonan Pernyataan Pailit Pemohon haruslah ditolak secara keseluruhan oleh Majelis Hakim

Yang Mulia.;------------------------------------------------------------------------- -------

C ASET-ASET MILIK DARI TERMOHON PAILIT TIDAK BISA DILETAKKAN

SITA KARENA BERTENTANGAN DENGAN UNDANG - UNDANG

PEMBENDAHARAN NEGARA

8 Bahwa akibat dari putusan pernyataan kepailitan adalah diletakkannya

sita umum atas seluruh aset debitor yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah

kewenangan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. {vide Pasal 1 ayat (1)

UUKPKPU):,--------------------------------------------------------------------------------

9 Akibat dari putusan pailit tersebut jelas-jelas bertentangan dengan

ketentuan sebagaimana yang diatur dalam pasal Pasal 50 Undang Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang

Pembendaharaan Negara yang dengan tegas bahwa pihak mana pun dilarang melakukan sita terhadap aset

Negara :--------------------------------------------------------------------------------------

Pasal 50 UU 1 Tahun 2004:"Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap; (a) uang atau surat berharga milik negara/daerah

baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga; (b) uang yang harus disetor oleh pihak

ketiga kepada negara/daerah; (c) barang bergerak milikHal 17 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/2016/PN Niaga.Jkt.Pst.

negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga; (d) barang tidak

bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah; (e) barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh

negara/daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan";----

10 Termohon Pailit adalah Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) yang

bergerak melayani kepentingan publik dimana 96,99 % terbilang (sembilan puluh enam koma sembilan puluh

sembilan persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan oleh karenanya terikat dan tunduk

pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 UU 1 tahun 2004 tentang Pembendaharan Negara.;

11 Bahwa karena Termohon Pailit adalah BUMN yang tunduk atas Undang-

undang nomor 1 tahun 2004 tentang Pembendaharan Negara maka demi hukum guna menegakkan supremasi

hukum maka Permohonan pernyataan pailit Pemohon haruslah ditolak secara keseluruhan oleh Majelis

Hakim Yang Mulia.;------------------------------------------------------------------------

D UTANG PARA PEMOHON PAILIT BELUM JATUH TEMPO DAN DAPATDITAGIH

12 Para Pemohon Pailit dalam dalil Permohonannya dengan jelas

menyatakan memiliki utang kepada Termohon Pailit yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Namun dalam

fakta hukum yang sebenarnya utang dari Pemohon Pailit belum jatuh tempo dan dapat ditagih.:

13 Alasan hukum dari penagihan yang diajukan oleh Pemohon Pailit adalah

Perjanjian Bersama yang dibuat antara PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) dengan Forum Pegawai

Merpati (FPM) tertangal 17 Juli 2014 (selanjutnya "Perjanjian Bersama").;---

14 Dalam dokumen Perjanjian Bersama tersebut sangatlah jelas jika kita

lihat ketentuan sebagaimana diatur dalam hal 3 angka 7 yang isinya menerangkan:

Angka 7:

Pembayaran hak-hak pekerja sesuai point 5 di atas dilakukan melalui transfer ke rekening pribadi peserta

PHK atau cek tunai, dan akan dibayarkan setelah perusahaan Pihak Pertama beroperasi kembali dan

memiliki kemampuan untuk melakukan pembayaran.DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

15 Dalam ketentuan angka 7 yang telah disepakati bersama antara Pemohon Pailit dan Termohon Pailit tersebut

sangatlah jelas bahwa pembayaran seluruh hak- hak dari Pemohon Pailit akan dibayarkan

l-lal 18 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psl.

setelah perusahaan Termohon Pailit beroperasi kembali dan memiliki kemampuan untuk melakukan

pembayaran,;----------------------------------------------------------------------- ----------

16 Fakta hukum yang tidak terbantahkan lagi dimana hingga saat ini

Termohon Pailit masih berhenti beroperasi dan sangat jelas tidak memiliki kemampuan untuk melakukan

pembayaran sehingga demi hukum utang Termohon Pailit terhadap Pemohon Pailit belum jatuh tempo dan

dapat ditagih,;-------------------------------------------------------------------------------

17 Hai ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik

Indonesia No. 386 K/Pdt.Sus-Pailit/2014 antara Gusniati Adawiyah, Spd melawan PT Iskana Adi Sejahtera

yang pertimbangan hukumnya sebagai berikut :------------------------------ ---------

"Bahwa untuk membuktikan adanya utang yang telah jatuh tempo

adalah tidak sederhana, sehingga ditolaknya permohonan pailit dipandang tepat dikarenakan tidak memenuhi

unsur Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 tahun 2004" ;--------------------

18 Fakta-fakta hukum sebagaimana disebutkan di atas sangatlah jelas

dimana Pemohon Pailit tidak cakap untuk mengajukan Permohonan Pailit ini dikarenakan utang dari Termohon

Pailit belum jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU tidak

terpenuhi dan oleh karenanya Permohonan ini demi hukum haruslah ditolak.;----

E PEMOHON TIDAK MEMILIKI KEWAJIBAN TERHADAP TERMOHON

PAILIT

19 Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU sangatlah jelas mengatur dan menjelaskan

dimana dalam hal terbukti dengan secara sederhana syarat pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)

UUKPKPU maka Permohonan Pailit haruslah dikabulkan.;-------------------------

Pasal 8 ayat (1) UUKPKU:

Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara

sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi;

20 Yang dimaksud dengan "fakta atau keadaan yang terbukti secara

sederhana" adalah fakta dua atau lebih kreditur dan fakta utang yang telah jatuh tempo dan tidak dibayarkan

oleh Termohon Pailit.;------------------------------------------------------------ ---------

21 Hal ini dikarenakan jumlah utang yang diklaim oleh Pemohon Pailit tidak disepakati dan disetujui oleh

Termohon Pailit dikarenakan seharusnyaHa! 19 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdi.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Psl.

nilai tersebut disepakati terlebih dahulu oleh para pihak atau dalam hal ada perselisihan haruslah diselesaikan

terlebih dahulu oleh Pengadilan Hubungan Industrial.;---- -------- -------- ---------

22 Jumlah utang yang diajukan oleh Pemohon Pailit adalah utang

pengakuan sepihak dan dengan jelas Termohon Pailit membantah untuk keseluruhannya. Meskipun Pemohon

Pailit menyatakan jumlah tersebut adalah jumlah yang benar sudah seharusnya dan sepatutnya dikuatkan

dengan putusan dari Pengadilan Hubungan Industrial guna mendudukkan dalil Permohonannya.;

23 Hal ini sesuai dan sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung

Republik Indonesia No, 18 K/N/2000 tanggal 8 Juni 2000 antara Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN) melawan PT Sumi Asih, dengan pertimbangan hukum sebagai berikut:-

"Pembuktian perkara Permohonan Pailit ini tidak dapat dilakukan secara sederhana atau sumir (vide Pasal 6

ayat (3) Undang-undang Kepailitan) sebab eksistensi adanya utang dengan jumlah pasti belum dapat DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan melalui proses perdata di Pengadilan Negeri atau Pengadilan

Umum"

24 Atas fakta hukum di atas, dan melihat ketentuan dalam Pasal 8 ayat (4)

jo Pasal 2 ayat (1) UUKPKU maka demi hukum Permohonan Pemohon haruslah ditolak untuk keseluruhan

atas sebab utang tidak dapat dibuktikan secara sederhana oleh Pemohon Pailit.;---

PERMASALAHAN HUKUM ANTARA PEMOHON PAILIT DAN TERMOHON PAILIT DEMI HUKUM

MASUK KE DALAM RANAH PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BUKAN PENGADILAN

NIAGA.

25 Bahwa dalam dalil-dalil Permohonannya butir 1 halaman 2, Pemohon

dengan jelas menyatakan "Bahwa PEMOHON 1 adalah Pegawai dari TERMOHON sejak bulan Agustus

1996 dan diberhentikan dengan hormat oleh TERMOHON sejak tanggal 17 Juli 2014".;

26 Adapun tuntutan dari Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit adalah

meminta untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan berupa pembayaran gaji, denda gaji, pesangon dan

iuran Jamsostek yang mana ke semua itu masuk dalam Perselisihan Hubungan Industrial.;

27 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial disebutkan bahwa "Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan

pertentangan antara pengusaha atau gabunganHal 20 dari 36 hal Nnmor : Od/Pdl.Sm-PailU/lO!Cv'PN Niaga. Jkl.Psl

pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,

perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/

serikat buruh dalam satu perusahaan".;------------------------------------- -.........—

28 Dari pada yang didalilkan dan dimohonkan Pemohon Pailit sangatlah jelas bahwa hal ini masuk ke dalam

ranah Perselishan Hubungan Industrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 dan oleh karenanya ''Pengadilan

Hubungan Industrial (PHI) adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri yang

berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial" (vide Pasal 1

butir 17 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).;-—

29 Bahwa dikarenakan permasalahan ini masuk ke dalam lingkup

Pengadilan Hubungan Industrial maka haruslah diselesaikan terlebih dahulu melalui tiga (3) tahap yakni:

Perundingan Bipartit pada tingkat Perusahaan;Perundingan Mediasi pada Instansi Ketenagakerjaan setempat; danProses peradilan pada Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

30 Bahwa atas hal tersebut maka sudah sepatutnya Pemohon Pailit

menyelesaikan permasalahan ini dengan melalui tahapan sebagaimana disebutkan dalam butir 29 di atas

dalam lingkup sengketa Pengadilan Hubungan Industrial bukan melalui permohonan pernyataan pailit pada

Pengadilan Niaga.;—----------------------------------------------------------------------

31 Tindakan dan / atau langkah dari Pemohon Pailit ini adalah cacat

hukum dan sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Mulia Menolak dalil Permohonannya untuk keseluruhan.;

G. TERMOHON PAILIT TIDAK MEMILIKI KEWAJIBAN TERHADAP

KREDITUR LAIN DARI PEMOHON PAILIT

KEWAJIBAN TERMOHON PAILIT TERHADAP KREDITUR LAIN BELUM

DAPAT DITAGIHKAN DIKARENAKAN BELUM JATUH TEMPO DAN

JUMLAH NILAI YANG DIPERMASALAHKAN.

32 Bahwa Kreditur Lain dari Permohonan Pailit ini adalah pihak yang sama

masuk dalam pihak-pihak yang terikat dari Perjanjian Bersama yang dibuat antara PT Merpati Nusantara

Airlines (Persero) dengan Forum Pegawai Merpati (FPM) tertanggal 17 Juli 2014.;DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

33 Dalam angka 7 Perjanjian Bersama tersebut jelas dinyatakan dan

disepakati bersama para pihak dimana "Pembayaran hak-hak pekerja

Hal 21 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Siis-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

sesuai poin 5 di atas dilakukan melalui transfer ke rekening pribadi peserta PHK atau cek tunai, dan akan

dibayarkan setelah perusahaan Pihak Pertama beroperasi kembali dan memiliki kemampuan untuk

melakukan pembayaran ----------------------------------------------------------------

34 Dari isi ketentuan ini maka jelas belum ada kewajiban dari Termohon

Pailit yang jatuh tempo untuk melaksanakan kewajibannya dikarenakan hingga saat ini Termohon Pailit masih

stop beroperasi dan tidak memiliki kemampuan pembayaran.:-------- .................. — -

35 Bahwa kemudian terkait nilai tagihan yang diajukan oleh Kreditur Lain

dengan sangat jelas dan tegas Termohon Pailit menolak untuk mengakui dan membayarkannya. Hal ini karena

nilai tagihan tersebut adalah nilai tagihan sepihak yang belum terverifikasi oleh pihak yang berkompeten (in

casu Pengadilan Hubungan Industrial).;-------------------------------------------------

36 Terlebih lagi ada beberapa orang dalam Kreditur Lain tersebut masih

berstatus pegawai aktif dari Termohon Pailit yang sangatlah jelas secara hukum tidak cakap bertindak sebagai

Kreditur Lain.;---------------------------------------------------------------- -------------

37 Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangatlah jelas secara hukum

dimana Termohon Pailit tidak memiliki Kreditur Lain sehingga syarat dari putusan pailit sebagaimana diatur

dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU tidak terpenuhi dan oleh karenanya demi hukum Majelis Hakim Yang Mulia

haruslah menolak seluruh dalil Pemohon.;----------------------------------------------

Berdasarkan uraian-uraian dan alasan-alasan hukum tersebut di atas, maka Termohon Pailit mohon kepada Majelis

Hakim Yang Terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan memberikan Putusan sebagai

berikut:------------------- -------- ------------------------------------------------ ---------- --------

1 Menolak Permohonan Pernyatan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit

untuk keseluruhan; dan ;

2 Menghukum Pemohon Pailit untuk membayar biaya perkara.;

Menimbang, bahwa atas Jawaban yang diajukan Termohon, Pihak Pemohon telah mengajukan Replik tertanggal 22

Maret 2016 dan Pihak

Termohon mengajukan Duplik tanggal 28 Maret 2016 ;---------------------------------------

Menimbang, bahwa pihak Kreditur lain telah mengajukan tanggapan

tertanggal 22 maret 2016 ;--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, oleh Pemohon I telah mengajukan foto

copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda

Bukti P.1-1 s/d Bukti P.1-45, sebagai beikut;----------------------------------------------------llal 22 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Pst.

Bukti P1-1 Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara

Airlines/Termohon Pailit tanggal 13 Agustus 1996 Nomor SKEP/282A/III/1996 mengangkat

Pemohon 1 sebagai Pegawai Termohon

Bukti P1-2 Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara

Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2001 Nomor SKEP/267A/II/2014

Bukti P1-2a Lampiran data Pemohon dari Petikan Surat Keputusan

Direksi PT Merpati Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/267A/

II/2014, tanggal 17 Juli 2014 (Buykti P1-2)

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bukti P1-2b Lampiran Jumlah Hutang Termohon sesuai Petgikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara

Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/267/VII/2014, tanggal 17 Juli 2014

(Bukti P1-2)

Bukti P1-3 Surat Somasi dari Pemohon I tanggal 15 Januari 2016 No. 01/S/DPP-GRASHI/I/2016

Bukti P1-4 Surat Somasi ke 2, dari Pemohon I tanggal 25 Januari 2016 No, 09/S/DPP-GRASHI/II/2016

Bukti P1-5 Surat Somasi ke 3 dari Pemohon I tanggal 02 Februari 2016 No, 09/S/DPP-GRASHI/II/2016

Bukti P1-6 Perjanjian Bersama antara Pemohon I dengan Termohon tanggal 17 Juli 2014

Bukti P1-7 Surat Balasan Somasi-1 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)

Bukti P1-8 Surat Balasan Somasi-2 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)

Bukti P1-9 Surat Balasan Somasi-3 dari Attorneys at law ADCO (selalu Kuasa termohon)

Bukti P1-10 Pemohon pada tanggai 31 Januari 2016 ajukan Penagihan Hutang kepada termohon) (PT MNA)

Bukti P1-11 Rencana Penggunaan PMN untuk Merpati (Dokumen

DPR,RI);

Bukti P1-12 Berita dari Detik Finance.Com tanggal 26/10/2015

Bukti P1-13 Berita dari Berita satu.com tanggal 2 Desember 2015

Bukti P1-14 Berita Online ANTARA NEWS tanggal 12 Agustus 2014

Bukti P1-15 Berita Publikapos.com: 800 Miliar untuk gaji karyawan

Merpati disetujui DPR

Bukti P1-16 Surat GRASHI ke Komnas HAMHal 23 dari 36 hal Nomor . 04/Pdi.Sus-Pailit/20l6^PN.Niaga.Jki.Psl.

Bukti P1-17 Suratdari KOMNAS HAMkepada GRASHI No.

0.006/K/PMT/I/2016 tanggal 5 Januari 2016

Bukti P1-18 Surat Kementerian Keuangan ditujukan kepada Komnas HAM kementerian keuangan No. S-1191/

KN/2015 tanggal 7 September 2015;

Bukti P1-19 Surat GRASHI kepada Komnas HAM No, 10/P/DPP-

GRASHJI/ll/2016 tanggal 10 Februari 2016;

Bukti P1-20 Surat GRASHI kepada Menteri BUMN No. 02/P/DPP-

GRASHI/03/2015, tanggal 23 Maret 2015

Bukti P1-21 Video aksi setelah pertemuan audensi dengan asisten deputi Menteri BUMN tanggal 29 April 2015

Bukti P1-22 Surat GRASHI kepada Menteri BUMN No. 28/P/DPP-

GRASHI/XII/2015 tanggai 01 Desember 2015;

Bukti P1-23 Surat GRASHI kepada Menteri Keuangan No. 03/P/DPP-

GRASHI/ll/2015 tanggal 01 Desember 2015;

Bukti P1-24 Surat GRASHI kepada Menteri Keuangan No.02/P/DPP- GRASHI/l/2016, tanggal 18 Januari 2016

Bukti P1-25 Surat GRASHI kepada Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 01/P/DPP-GRASHI/03/2015

tanggal 23 Maret 2015

Bukti P1-26 Surat Menko PMK kepada Ibu Menteri BUMN No.

B.514/SES/IV/2015. tanggal 21 April 2015;

Bukti P1-27 Surat GRASHI kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (persero) No. 08/P/DPP-GRASHI/IV/2015, tanggal

27 April 2015

Bukti P1-28 Jawaban Surat PT ,PPA kepada GRASHI No. S-

365/PPA/BAAMD/0515, tanggal 28 Mei 2015

Bukti P1-29 Surat GRASHI kepada Pimpinan Komisi VI DPR RI

No.11/P/DPP-GRASHIA//2015, I, tanggai 19 Mei 2015;

Bukti P1-30 Lembar analisa surat AKD Bagian Pengaduan Masyarakat

Bukti P1-31 Surat GRASHI kepada Termohon No,10/P/DPP-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

GRASHIA//2015, tanggal 19 Mei 2015;

Bukti P1-32 Jawaban Surat Termohon Pailit, kepada GRASHI No.

MNA/DZ/447/AD.3/2015 tanggal 20 Mei 2015

Bukti P1-33 Surat kepada Forum Pegawai Merpati No . MNA / DR / 168 / PS5 / 2015, tanggal Maret 2015

Bukti P1-34 Surat GRASHI kepada Menteri tenaga Kerja RI,

NO.07/P/DPP-GRASHI/IV/2015, tanggal 22 April 2015;

Bukti P1-35 Surat GRASHI kepada Menteri Tenaga Kerja RI, No.Hal 24 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psi

Bukti P1-36Bukti P1-37Bukti P1-38Bukti P1-39Bukti P1-40Bukti P1-41Bukti P1-42Bukti P1-43Bukti P1-44Bukti P1-4520/P/DPP-GRASHI/1V/2015, tanggal 19 Agustus 2015; Undangan Dirjen PH! & Jamsostek Kemenakertrans No. 441/

PHIJSK/PPHIA/1I/2015 tanggal 24 Juli 2015 Undangan Direkjen PHI & Jamsostek Kemenakertrsns No. 209/PHIJSK/

PPHI/IX/2015 tanggal 02 September 2015 kepada Termohon Pailit

Undangan Direkjen PHI & Jamsostek Kemenakertrsns No. 209/PHIJSK/PPH1/IX/2015 tanggal 16 Oktober 2015 Surat

Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/67/XII/2013 tanggal 27 Desember 2013; Surat

Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/01/1/2014 tanggal 21 januari 2014;

Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DF/03/1/2014 tanggai 24 Januari 2014 Surat

Edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Keuangan Merpati No. SE/DZ/02/XII/2015 tanggal 21 Desember 2015; Surat

Edaran yang dikeluarkan oleh VP.Corporate Secretary & Legal No.SE/02/ll/2016, tanggal 22 Januari 2016;

Surat Edaran yang dikeluarkan oleh VP.Corporate Secretary & Legal No.SE/03/11/2016, tanggal 5 Februari 2016;

Surat Forum Pegawai Merpati No. FPM/046A//2014

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, oleh Pemohon II telah mengajukan foto

copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda

Bukti P.2-1 s/d Bukti P.2-10 sebagai berikut;---------------------------------------------------

1. Bukti P2-1Bukti P2-2

Berupa Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati

Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 14

Nopember1991 Nomor SKEP/352/XI/1991 mengangkat

Pemohon II Sebagai Pegawai Termohon. Dengan

demikian jelas ada hubungan hukum antara Pemohon I

dengan Termohon ;

Berupa Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati

Nusantara Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004

Nomor SKEP/237/VII/2014 tentang Pemberhentian

Pemohon II tanggal 17 Juli 2014 dimana Termohon

Pailit memberikan hak kepegawaian kepada Pemohon I

berupa:

a Uang Pesangon Sebesar 18 (delapan belas) kali gajiHa! 25 dari 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

3, Bukti P2-2a4. Bukti P2-2b5. Bukti P2-3

terakhirb Uang Penghargaan masa kerja (uang jasa) sebesar 10 kali gaji terakhirDisclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c Uang ganti rugi hak cuti 30 (tiga puluh) hari sebesar 1 (satu) kali gai terakhir

d Uang penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan sebesar 15% (lima belas

persen) kali 28 (dua puluh delapan) kali gaji terakhir.

Sehingga jumlah pesangon Pemohon II adalah sebesar Rp. 141.881.609 (seratus empat

puluh satu juta delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus Sembilan ribu rupiah),

Lampiran Data Pemohon dari Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara

Airlines/Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/237A/II/2014, tanggal 17 Juli

2014 (Bukti : P2-2) ;

Lampiran Perjanjian Bersama No. LAMP/PB/15/ VII/ 2014, dimana Jumlah hutang

Termohon sesuai Petikan Surat Keputusan Direksi PT Merpati Nusantara Airlines/

Termohon Pailit tanggal 17 Juli 2004 Nomor SKEP/237A/11/2014, tanggal 17 Juli 2014

(Bukti : P2-2), dimana hutang Termohon Rp 141,881,609,- (seratus empat puluh satu juta

delapan ratus delapan puluh satu ribu enam ratus sembilan rupiah) ditambah perhitungan

pesangon, perhitungan masa kerja, uang Usia hak Cuti yang telah disepakati antara

Pemohon II dengan Termohon sebesar Rp. 290,060,100,- (dua ratus sembilan puluh juta

enam puluh ribu Seratus rupiah), jumlah keseluruhan yang menjadi hutang Termohon

kepada Pemohon II yang telah jatuh tempo tetapi sampai sekarang belum dibayar

Termohon Kepada Pemohon II sebesar Rp. 431.941.709,- (empat ratus tiga puluh satu juta

sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus sembilan rupiah) yang telah diperkuat

dengan Perjanjian Bersama tanggal 17 Juli 2014 (Bukti : P2-6) meskipun sudah ditagih

melalui somasi belum dibayar juga.

Berupa Surat Somasi dari Pemohon 11 tanggal 15 Januari 2016, No, 01/S/DPP-

GRASHI/I/2016,Hal 26 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailH/20l6dPN. Niaga Jkt.Pst.

6. Bukti P2-47. Bukti P2-58. Bukti P2-69. Bukti P2-710 Bukti P2-811 Bukti P2-912 Bukti P2-10

bahwa telah terbukti telah ditagih beberapa kali oleh

Pemohon II kepada Termohon tetapi tidak dihiraukan

oleh Termohon ;

Berupa Surat Somasi Ke-2, dari Pemohon II tanggal

25 Januari 2016, No. 03/S/DPP-GRASHI/I/2016 ;

Berupa Surat Somasi Ke-3, dari Pemohon II tanggal 02

Februari 2016, No. 09/S/DPP-GRASH1/II/2016, bahwa

telah terbukti ditagih beberapa kali oleh Pemohon II

kepada Termohon tetapi tidak dihiraukan oleh

Termohon ;

Berupa Perjanjian Bersama antara Pemohon II dengan

Termohon tanggal 17 Juli 2014, dimana Termohon

antara lain mengatakan bahwa Termohon Kesulitan

keuangan bahkan sejak tanggal 1 Februari 2014 dalam

keadaan berhenti beroperasi sehingga Termohon tidak

memiliki kemampuan untuk membayar hak-hak normatif

kepada seluruh Pegawai, yang membuktikan Bahwa

Pemohon Sebenarnya sudah Pailit. ;DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Surat Balasan Somasi -1 :

Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon),

melalui surat nomor : 006/ADCO/RD/I/2016, tanggal

22 Januari 2016 menginformasikan bahwa

penyelesaian pegawai dalam proses pada Kemen

BUMN dan Kemenkeu ;

Surat Balasan Somasi -2 :

Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon),

melalui surat No. 008/ ADCO/ RD/ I/ 2016, tanggal 26

Januari 2016 menyampaikan Termohon akan

menyampaikan informasi kepada Grashi pada

kesempatan pertama ;

Surat Balasan Somasi -3 :

Dari Attorneys at Law ADCO (selaku Kuasa Termohon), melalui surat No. 011/ADCO/

RD/II/2016, tanggal 3 Februari 2016 menyampaikan mangancam akan mempidanakan

Pemohon bila meneruskan rencananya; PEMOHON II pada tanggal 31 Januari 2016

ajukan Penagihan Hutang kepada Termaohon (PT.MNA) sejumlah sebesar Rp.

431.941.709,- (empat ratus tiga puluh satu juta sembilan ratus empat puluh satu ribu

llal 27 dari 36 hal Nomnr : 04/Pdl.Sus-Pailit/20l6d’N.Niaga. Jkl.Psl.

tujuh ratus sembilan rupiah).;Menimbang, bahwa untuk menguatkan daiil-dalii Sanggahannya Termohon telah mengajukan foto copy surat -

surat bukti yang telah dibubuhi meterai secukupnya dan telah dilegalisir sesuai aslinya yang diberi tanda Bukti T-1 s/d

Bukti T-12, sebagai beikut-------------------------------------------------------------------------

Bukti T-1Bukti T-2Bukti T-3Bukti T-4Bukti T-5Bukti T-6Bukti T-7Bukti T-8.aBukti T-8.bBukti T-8.CBukti T-8,dAkta Penerimaan Perubahan Data Perseroan PT Merpati Nusantara Airlines (persero) No. 14 tanggal 15 Agustus 2013,

Notaris Surjadi S.H, dan

Pengesahan Kementerian Hukum dan HAM No. AHU- AH.01.10-34784, tertanggal 23 Agustus 2013 Tambahan Berita

Negara RI tanggal 17-2-2009 No. 14, Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor AHU- 81409.AH.01.02.Tahun

2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan,

Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT MNA nomor 102 tanggal

15-8-2008

Nomor Pokok Wajib Pajak an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 01.001.636.8-093.000

Tanda Daftar Perusahaan an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 09.05.1.51.37722 , tertanggal 6 Oktober

2011 Surat Keterangan Domisili an PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No.

826/5.16.0/31.71.03.1005/-1.824.1/2015 tanggal 27 November 2015

Surat Izin Usaha Perdagangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) No. 10.619/09-01/PB/XI/95 , tertanggal 20

November 1995

Kartu Tanda Penduduk Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (persero) an Bpk. Asep Ekanugraha, Nomor

KTP 3275020808690035 . berlaku hingga 8 Agustus 2017

Surat-surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama: Okti Dwi Rahayu Surat-

surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama: Dian Sulistyaningrum Surat-surat DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama : Erita Sari Suharno Surat-surat

Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP -Hal 28 dari 36 hal. Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Psi.

Grashi, yang diajukan atas nama :Ferdiansyah Bukti T-8.e Surat-surat Persetujuan Pencabutan

kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama '.Lourens Haryandono Bukti T-8.f Surat-surat Persetujuan

Pencabutan kepesertaan di DPP- Grashi, yang diajukan atas nama :Yuni Sefi Erliana Bukti T-8.g Surat-surat

Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama :Sarono Pratikno BuktiT-8,h Surat-surat

Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP - Grashi, yang diajukan atas nama ;Budhi Laksono Bukti T-8.i Surat-

surat Persetujuan Pencabutan kepesertaan di DPP -

Grashi, yang diajukan atas nama Jhonry Sirumapea Bukti T-8.j Surat-surat Persetujuan

Pencabutan kepesertaan di DPP -

Grashi, yang diajukan atas nama :Zainul Arifin Bukti T-9 : Putusan PKPU nomor 15/

Pdt.Sus-PKPU/2016/

PN.Niaga. Jkt.Pst tertanggal 8 Maret 2016 Bukti T-10 Yurisprudensi Mahkamah Agung

nomor 075 K / Pdt.Sus /

2007 tertanggal 22 Oktober 2007 perkara Kepailitan antara PT Dirgantara Indonesia (Pemohon

Kasasi I/ dahulu Termohon) , Perusahaan Pengelola Aset (Pemohon kasasi ll/dahulu Kreditur

Lain) melawan Heryono, Nugroho dan Sayudi (Termohon Kasasi/dahulu Pemohon)

Bukti T-11 : Surat Menteri Perhubungan No. UM.007/8/21 PHB 2015

tertanggal 3 Maret 2015 perihal pemberhentian izin operasional atas Merpati sejak 1 Februari

2014 Bukti T-12 Perjanjian Bersama dengan Forum Pegawai Merpati (in casu

Pemohon Pailit) tertanggal 17 Juli 2014 (“PB FPM”)

Menimbang, bahwa Kreditur Lain telah mengajukan foto copy surat-surat bukti yang telah dibubuhi meterai

secukupnya dan telah dilegalisir sesuai

aslinya yang diberi tanda Bukti KL-4 s/d Bukti KL-47, sebagai berikut;--------------------

Bukti KL-4 : Achmad Yuiizar, beralamat di Perum Graha Flarapan Blok,A.15 No.8, Rt.004/019, Kel.Mustika

Bekasi, Jawa Barat, dengan Jumlah Rp.352.024,368,-

Bukti KL-5 Herizal, beralamat Taman Kebalen Indah Blok.14/48,

Rt.002/016, Babelan Bekasi, dengan jumlah Rp.340.679,256,-

Bukti KL-9 Paulus Santosa, beralamat di Jalan Sinar Asih No.64,

Rt.01/08, Kel.Jati Asih Kec.Jati Asih, Kota Bekasi, dengan

Ha! 29 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga.Jkt.Psi.

jumlah Rp. 475,757.913,-

BuktiKL-10 Horas Simbolon, beralamat di Jl.Bambu Apus Raya No.187, Rt.4/10, Kel.Pondok Bambu, Kec.Duren

Sawit, Jakarta Timur dengan jumlah Rp. 59.562,464,-

BuktiKL-11 : Atang Sukandar, beralamat di JI.Haji Uung No.E,335, Rt.010/02, Kel.Utan Panjang, Kec. Kemayoran,

Jakarta Pusat, dengan jumlah Rp. 522.425,219,-

Bukti KL-12 : Ihwan Yulianto, beralamat di JI.DR.Saharjo (Jl.Sawo) No.14

Rt.—3/010, Jakarta Selatan dengan jumlah Rp.

537,906,648,-

Bukti KL-13 Achmad Sulaiman, beralamat di Jl.Damar I No.534/D,

Rt.04/08. Magahayu Jaya Bekasi Timur, dengan jumlah Rp. 533,242,005,-

Bukti KL-14 Ibnu Basori, beralamat Komplek Merpati Blok.C.13,

Rt.002/10, Kel.Pegadungan, Kec.Kalideres, Jakarta Barat, dengan jumlah Rp. 1.631,763,330,-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bukti KL-15 Bharoto Wibowo, beralamat JI.D.I.Panjaitan Komplek AL No.1 Rt.017/02, Cipinang Cempedak,

Jatinegara, Jakarta Timur, dengan jumlah Rp. 1.925,785,048,-

Bukti KL-16 : Erwin Yulianto, beralamat Pondok Melati Indah

JI.Tampomas Raya B4/6, Jati Warna Pondok Melati, Bekasi 17415, dengan jumlah Rp.

1.920,558,002,-

Bukti KL-17 Dedy Hermansyah, beralamat Jl.Kalimantan 9 Blok.F-1

No.1, BSD Nusa Loka Rt.003/012, Kel.Rawa Mekar Jaya Kec.Serpong, Tangerang Selatan dengan

jumlah Rp. 1.836,756,065,-

Bukti KL-19 Hadi Sutrisno, beralamat Wisma Harapan Blok.A3 No,42, Rt.05/09, Gembor, Periuk, Kota Tangerang,

dengan jumlah Rp. 646,028,194,-

Bukti KL-20 Faustina Dwi M, beralamat Pangkalan Jati I, Jl. Swadaya No.24 Rt.07/07, Ciñere, Jakarta Selatan, dengan

jumlah Rp. 426,550,743,-

Bukti KL-21 Deasy Destari, beralamat Jl.Kemiri Grand Residence

Blok.A2, No.09, Rt.09, Rw,14, Pondok Cabe Udik Pamulang Tangerang Selatan dengan jumlah

Rp. 217,839,467,-

Bukti KL-22 Adithiya Prio Joewono, beralamat Jl.Kemiri Grand

Residence Blok.A2, No.09, Rt.01, Rw.14, Pondok Cabe UdikHal 30 dan 36 hal Nomor : 04/Pdl.Sus-PaiUt/20l6/PN.Niaga. Jkt.Pst.

Pamulang Tangerang Selatan dengan jumlah Rp.

1,668,645,902,-

Bukti KL-23 Heru Purnawan, beralamat H.Sanwani No.2 Rt.001/008,

Jatimurni, Pondok Melati, Kota Bekasi dengan jumlah

Rp,674,860,973,-

Bukti KL-26 Sri Wahyuningsih, beralamat Mediterania Boulevard NW/19

AQ, Kemayoran, Jakarta Pusat, dengan jumlah

Rp.277,089,488,-

Bukti KL-27 Heny Yuliastuti, beralamat Komplek WAP JI.Mokmer III D/9,

Rt.006/007, Kel.Gunung Sahari, Kec.Sawah Besar, Jakarta

Pusat, dengan jumlah Rp.277,089,488,-

Bukti KL-30 Israr Firdaus, beralamat Jl.Singosari Raya No.23 Rt.001/

021, Kel.Bencongan, Kec.Kelapa Dua, Tangerang, Banten

dengan jumlah Rp.491,002,469,-

Bukti KL-31 Budi Kurniawan, beralamat JI.KH.Ridi No,12, Rt,05/01,

Kel.Pondok Jaya, Kec.Cipayung, Depok, dengan jumlah

Rp.385,286,545,-

Ali Akbar, beralamat Cempaka Baru I No.52 Jakarta Pusat

dengan jumlah Rp,287,951,762,-

Andrey Yohanes.S, beralamat Pondok Ungu Permai

Blok,AM 26 No.21, Rt,005/012, Desa Bahagia, Kec. Babelan

Bekasi, dengan jumlah Rp,82,648,450,-

Bukti KL-43 Danu Risman Husein beralamat JI.Raya Pulo Gebang No.13, Rt.004/06, Pulo Gebang, Cakung,

Jakarta Timur dengan jumlah Rp.352,854,438,-

Bukti KL-44 Prayitno beralamat Jl.Solo No.3 Rt.04/04, Kp.Utan, Kel,Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur,

Tangerang dengan jumlah Rp.47,521,789,-

Bukti KL-46 Supono, beralamat Telaga Mas Blok,K1/7, Rt,006, Rw,013, Harapan Baru, Bekasi Utara, dengan

jumlah Rp.283,127,246,-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bukti KL-47 Noengky Prijanto, beralamat Jl.Bambu Raya No,233/11B, Perumnas I Bekasi , dengan jumlah

Rp,379,336,380,-

Bukti KL-33Bukti KL-42

Menimbang, bahwa Kuasa Pemohon dan Kuasa Termohon telah mengajukan kesimpulannya masing masing

pada persidangan tanggal 30 Maret 2016 dan selanjutnya mohon putusan ;----------------llal 31 dori 36 ha! Nomor : 04/Pdl.Sus-Pailit/2016/PN Niago.Jkl. PsI

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka segala sesuatu yang terjadi di

persidangan sebagaimana yang termuat dalam Berita Acara Persidangan dianggap termasuk dalam putusan

ini ;................................................................................................................... ..............—-

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM ;Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana tersebut diatas ;------------------- --------- ------ ---- ---------- ------------------

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan permohonan

Pemohon, oleh karena ada tanggapan dari Pemohon dalam Repliknya yang menyatakan Kuasa Termohon tidak sah

karena diberikan oleh Direktur Utama PT.Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) yang tidak sah, Maka akan

dipertimbangkan terlebih dahulu hal ini dengan mempertimbangkan tanggapan

dari Kuasa Termohon ;------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dalam tanggapannya Kuasa Termohon

membantahnya dengan menyatakan ASEP EKA NUGRAHA masih merupakan

Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines, (PT.MNA);---------------------------------

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan bukti T-1 tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT.

Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) No.14, pada tanggal 15 Agustus 2013 dihadapan Notaris SURYADI.SH, Pada

halaman 8 huruf a disebutkan Direktur Utama adalah

ASEP EKA NUGRAHA ;--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas maka

kebberatan Pemohon sebagaimana tersebut dalam Repliknya ditolak;-----------------------

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon, Termohon dalam

Jawaban mengajukan keberatan hal sebagai berikut:----------------------------------------—

- Bahwa Pemohon tidak punya kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan Kepailitan terhadap

Pemohon. Karena yang berhak mengajukan Kepailitan adalah Menteri Keuangan sebagaimana diatus

dalam Pasal 2 Ayat (5) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU No.37

Tahun 2004;----------------------------------------------- -----------------------------

Menimbang, bahwa atas Tanggapan Termohon tersebut, Pemohon

dalam Repliknya menanggapinya sebagai berikut ;---------------------------------------------

Bahwa Pemohon menyatakan Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam

mengajukan permohonan pailit, oleh karena berdasarkan penjelasan Pasal 2 Ayat (5) Undang-Undang

Kepailitan dan PKPU No.37 Tahun 2004, BUMN yang bergerak di bidang kepentingan public saja

yang hanya dipailitkan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan Termohon adalah bukan BUMN yangHal 32 dari 36 hal. Nomor : 04/Pdi.Sus-Pailil/2016/PN.Niaga.Jkl.Pst.

bergerak dibidang pubiic iagi karena modalnya sudah terbagi atassaham ------- -------------------- ----------------------------------- --------- -.........

Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut Majelis Hakim berpendapat dengan memperhatikan bukti

T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.l. No.AHU.81409.01.02 Tahun 2008 (tentang

persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 Tentang Modal Perseroan disebut modal

dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh pemegang saham sebanyak Rp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun

empat ratus tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta empat ratus tiga ribu lima DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ratus lima puluh enam) saham dengan perincian 1.344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta

empat ratus enam puluh delapan) saham Negara Republik Indonesia dan Rp.59,088.000.000,-(lima puluh sembilan

milyar delapan puluh delapan juta rupiah) atau 59,088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham milik

PT.Garuda Indonesia (Persero) Jo. Bukti T-2 tentang Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan

Perseroan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar RUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014 dihadapan

Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b disebutkan bahwa Keputusan para Pemegang Saham diluar

Rapat mewakili 100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari ;-

1 Negara Republik Indonesia sebesar Rp.1.905.468,-(satu juta sembilan

ratus lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan 96.99% (sembilan puluh enam koma

sembilan puluh sembilan persen) ;--------------- --------------------------------- --------

2 Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima

puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) Saham atau setara dengan 3.01 ;------

Menimbang, bahwa dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) terbukti milik

Negara dan bergabung dalam Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) ;-----------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa PT.Merpati Nusantara Airlines adalah BUMN dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3

tentang maksud dan tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk

menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk

mendapatkan keuntungan ;--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani

kepentingan Publik ;----------------------------------------------------------------------------------Hal 33 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-PailU/20l 6/PN. Niaga. Jkt.Pst.

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 2 Ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan PKPU apabila suatu BUMN yang bergerak dihidang kepentingan public maka berhak mengajukan

PKPU

adalah Menteri Keuangan ;-------------------- --------------- - -----------------------------------Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang mengajukan Pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR

TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara

Airlines (PT.MNA), bukan Menteri Keuangan ;-------------------------------------------------

Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 2 Ayat 5 menyatakan :

Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha

Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan public, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan

oleh Menteri Keuangan”: Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan diatas bahwa yang mengajukan pailit adalah

SUDIYARTO dan JAFAR TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) dimana sesuai

dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 5 tersebut diatas yang bisa mengajukan permohonan pailit hanya

Menteri Keuangan ;----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena yang mengajukan pailit bukan Menteri Keuangan, maka Pemohon bukan pihak

yang berhak atau tidak memiliki

kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai legal standing) ;---------------------------

Menimbang, bahwa kemudian Termohon juga mengajukan keberatan dalam Repliknya yaitu bahwa sengketa

tidak masuk lingkup Pengadilan Niaga melainkan masuk dalam ranah Pengadilan Hubungan Industrial, dengan alasan:

- Bahwa Pemohon I adalah pegawai dari Termohon sejak bulan Agustus 1996 dan diberhentikan dengan

hormat oleh Termohon sejak bulan

Juli 2004 ;-------------------------------------------------------------------------------

Bahwa tuntutan permohonan seharusnya mengajukan untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan berupa

pembayaran gaji, denda gaji, pesangon, iuran jamsostek, yang mana karenanya masuk

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dalam perselisihan hubungan industrial :-------------------------------------------

Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas Majelis berpendapat dengan memperhatikan

ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di dalam Pasal 1 angka 22 berisi : ’’Perselisihan

hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan

pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,

perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat

buurh hanya dalam satu perusahaan :---------------------------------- ---- ----------------------Hal 34 dari 36 ha! Nomor : CI4/Pd.l.Sus-Pailit/2016/PN. Niaga. Jkl.Psl.

bergerak dibidang public lagi karena modalnya sudah terbagi atassaham ;--------------- —-........... ......... .......... ......... ...........—.............. ........

Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut Majelis Hakim berpendapat dengan memperhatikan bukti

T-2 berupa Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.l. No.AHU.81409,01.02 Tahun 2008 (tentang

persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan) dan dalam Pasal 4 Tentang Modal Perseroan disebut modal

dasar tersebut ditempatkan dan diambil bagian oleh pemegang saham sebanyak Pp.1.403.556.000.000,-(satu triliyun

empat ratus tiga milyar lima ratus lima puluh enam juta rupiah) atau 1.403.556 (satu juta empat ratus tiga ribu lima

ratus lima puluh enam) saham dengan perincian 1,344.468.000.000,- (satu triliyun tiga ratus empat puluh empat juta

empat ratus enam puluh delapan) saham Negara Pepublik Indonesia dan Pp,59.088.000.000,-(lima puluh sembilan

milyar delapan puluh delapan juta rupiah) atau 59.088,-(lima puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) saham

milik PT.Garuda Indonesia (Persero) Jo. Bukti T-2 tentang Pernyataan Keputusan para Pemegang Saham Perusahaan

Perseroan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) diluar PUPS No.31 tanggal 26 Nopember 2014 dihadapan

Notaris Asep Eka Nugraha dalam halaman 3 (tiga) huruf b disebutkan bahwa Keputusan para Pemegang Saham diluar

Papat mewakili 100% saham-saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor terdiri dari ;-

1 Negara Pepublik Indonesia sebesar Pp.1.905.468,-(satu juta sembilan

ratus lima ribu empat ratus enam puluh delapan) saham atau setara dengan 96.99% (sembilan puluh enam

koma sembilan puluh sembilan persen) ;---- ---- -----------------------------------------

2 Perusahaan Perseroan PT.Garuda Indonesia, Tbk sejumlah 59,088 (lima

puluh sembilan ribu delapan puluh delapan) Saham atau setara dengan 3.01 ;-----

Menimbang, bahwa dari bukti - bukti tersebut PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) terbukti milik

Negara dan bergabung dalam Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) ;----------------------------------- ---------- ------------------------------

Menimbang, bahwa PT.Merpati Nusantara Airlines adalah BUMN dengan memperhatikan bukti T-2 Pasal 3

tentang maksud dan tujuan serta kegiatan serta optimalisasi, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk

menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saling kuat untuk

mendapatkan keuntungan ;--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan maksud dan tujuan didirikannya PT. Merpati Nusantara Airlines

(PT.MNA) dapat disimpulkan PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA) merupakan BUMN yang melayani

kepentingan Publik ;-------------------------------------------------------------- ------ ------------Hal 33 dari 36 ha! Nnmnr : 04/Pdt.Sus-Pailil/20l6/PN.hHapa..Jkl PsL

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan Pasal 2 Ayat (5) Undang- Undang No.37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan PKPU apabila suatu BUMN yang bergerak dibidang kepentingan public maka berhak mengajukan

PKPU

adalah Menteri Keuangan ------------ -------------------------------------------- ---- -----------

Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang mengajukan Pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR

TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara

Airlines (PT.MNA), bukan Menteri Keuangan ;------------------------------------------------

Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 2 Ayat 5 menyatakan :DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“ Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha

Milik Negara yang bergerak di bidang asuransi kepentingan public, permohonan pernyataan pailit hanya dapat

diajukan oleh Menteri Keuangan”; Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan diatas bahwa yang mengajukan

pailit adalah SUDIYARTO dan JAFAR TAMBUNAN selaku pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines (PT.MNA)

dimana sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 5 tersebut diatas yang bisa mengajukan permohonan pailit hanya

Menteri Keuangan ;------------------------------- -------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena yang mengajukan pailit bukan Menteri Keuangan, maka Pemohon bukan

pihak yang berhak atau tidak memiliki

kedudukan hukum (pihak yang tidak mempunyai legal standing) ;---------------------------

Menimbang, bahwa kemudian Termohon juga mengajukan keberatan dalam Repliknya yaitu bahwa sengketa

tidak masuk lingkup Pengadilan Niaga melainkan masuk dalam ranah Pengadilan Flubungan Industrial, dengan

alasan;

- Bahwa Pemohon I adalah pegawai dari Termohon sejak bulan Agustus 1996 dan diberhentikan dengan

hormat oleh Termohon sejak bulan

Juli 2004 ;--------------------------------------------------------------------------------

Bahwa tuntutan permohonan seharusnya mengajukan untuk dibayarkannya hak-hak ketenagakerjaan

berupa pembayaran gaji, denda gaji, pesangon, iuran jamsostek, yang mana karenanya masuk

dalam perselisihan hubungan industrial ;--------------------------------------------

Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas Majelis berpendapat dengan memperhatikan

ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di dalam Pasal 1 angka 22 berisi :

"Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha

atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan

mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buurh hanya dalam satu perusahaan ;-------------------------------------------Hal 34 dari 36 hal Nomor : 04/Rdl.Sus-PailU/2016/PN.NiagaJkL Pst..

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan ketentuan diatas dengan melihat bukti-bukti yang diajukan serta

Pemohon Pailit dan tanggapan Termohon Pailit tidak disangkal, benar Pemohon adalah karyawan (buruh)

sedang Termohon adalah majikan ;---------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dengan demikian hubungan Pemohon dengan Termohon adalah hubungan industrial atau

hubungan antara Pengusaha

dengan buruh atau pekerja atau seikat buruh ;---------------------------------------------------

Menimbang, bahwa apabila terjadi sengketa antara pengusaha dan buruh apakah dapat diselesaikan oleh

Pengadilan Niaga?

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan sengketa antara Pemohon dan Termohon yang mempersoalkan

tentang diberhentikannya Pemohon dimana hak-hak Pemohon tidak dibayarkan gaji, denda gaji, iuran jamsostek dan

lain-lain. Maka hubungan tersebut jika terjadi sengketa seharusnya

diselesaikan oleh Pengadilan Hubungan Industrial;-------------------- ---- ------------------

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan hak-hak Pemohon dan jumlah haknya sudah jelas disebutkan

sebagaimana bukti P.1-2b dan P.1-2b, dimana pembayarannya dijelaskan oleh Termohon yang menyatakan bahwa

pembayaran menunggu perusahaan beroperasi kembali. Sebagaimana bukti T- 12 berupa pejanjian bersama antara PT.

Merpati Nusantara Airlines dengan Forum Pegawai PT.Merpati Nusantara Airlines. Dimana PT.Merpati Nusantara

Airlines / Termohon ditandatangani oleh Direktur Utama Capten ASEP EKA NUGRAHA sedangkan karyawan

ditandatangani Pemohon I yang lengkapnya perjanjian bersama tersebut termuat dalam angka 7 berbunyi :

” Pembayaran hak-hak pekerja sesuai point 5 diatas dilakukan melalui transfer e rekening pribadi peserta PHK

atau cek tunai dan akan dibayarkan setelah perusahaan pihak pertama beroperasi kembali dan memiliki kemampuan

untuk melkaukan pembabyaran” Menimbang, bahwa dalam sengketa seperti ini Pengadilan Niaga sesuai Undang-DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang Kepailitan dan PKPU No.37 tahun 20024 menyatakan tidak berwenang menyelesaikannya, oleh karena itu

permohonan Para Pemohon

ditolak :-------------------- --------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Niaga tidak berwenang menyelesaikan perkara ini, oleh karenanya

tuntutan Para Pemohon untuk

mempailitkan Termohon dinyatakan di tolak;---------------------------------------------------

maka Para Pemohon dihukum untuk membayar biaya perkara ini;--------------------------

Mengingat Undang-Undang Nomor 37, Tahun 2004 tentang "Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang” dan Undang-Undang Nomor 13, Tahun 2003 tentang "Ketenagakerjaan” serta peraturan

perundang- undangan lainnya yang bersangkutan;----------------- -----------------------------Ha! 35 dari 36 ha! Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/20l6/PN.Niaga. Jkl.Pst.

MENGADILI:1 Menolak permohonan Para Pemohon -------------------------------------------------------2 Membebankan biaya perkra kepada Para Pemohon sebesar Rp,316.000,-

(Tiga ratus enam belas ribub rupiah) ;------------------------------------------------ -----

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat pada hari : Kamis, Tanggal 7 April 2016, oleh kami : HERU PRAKOSA.SH,MH., sebagai Ketua

Majelis. SUKO TRIYONO,SH,MH„ dan TAFSIR SEMBIRING,SH,M.Hum., dan

masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan yang terbuka

untuk umum oleh HERU PRAKOSA.SH., sebagai Ketua Majelis dengan di dampingi para Hakim Anggota tersebut

dengan dibantu oleh MARYATl,SH,MH., sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Para Pemohon dan

Kuasa Termohon ;-----------------------------------------------------------------------------------

HAKIM-HAKIM ANGGOTA.HAKIM KETUA MAJELIS,SUKO TRIYONO, SH,MH.,H E R U P R AKO S A, S H, M H.,TAFSIR SEMBIRING M.SH,M.Hum.,

PANITERA PENGGANTI,MARYATI,SH,MH.,

Perincian Biaya-Biaya

• PNBP

• Biaya Proses

• Panggilan @ 2

• Materai

• Redaksi

TotalRp. 30,000,- Rp. 75.000,- Rp. 200.000,- Rp. 6.000,-

Rp. 5.000,-

: Rp. 316.000,-Hal 36 dari 36 hal Nomor : 04/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN. Niaga. Jkt.Pst.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25