BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sumantri & Gemina (2015) Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kecamatan amatan Caringin Kabupaten Bogor. Kesimpulan pada penelitian ini adalah faktor kepribadian individual, self efficacy serta locus of control berpengaruh terhadap kinerja pengusaha kecil dan menengah di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Wiharti, Ariffin & Dahniar (2017) Penelitian ini dilakukan pada UMKM pada sektor industri olahan di Kabupaten Tabalong. Kesimpulan pada penelitian ini adalah entrepreneurial self efficacy dan motivasi (need for achievement) berpengaruh terhadap kinerja pada UMKM pada sektor industri olahan di Kabupaten Tabalong. Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Nadia (2020) Penelitian ini dilakukan pada UMKM Muslim Kota Jambi. Kesimpulan pada penelitian ini adalah kepribadian dan karakteristik entrepreneur berpengaruh terhadap kinerja pada UMKM Muslim Kota Jambi. Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Chairul hakim & Khomarudin (2020) Self efficacy locus of control dan kompetensi serta Pengaruhnya kepada kinerja (studi kasus pengusaha umkm di Kecamatan darmaraja, sumedang barat - indonesia) analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan 9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sumantri

& Gemina (2015) Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

di Kecamatan amatan Caringin Kabupaten Bogor. Kesimpulan pada penelitian ini

adalah faktor kepribadian individual, self efficacy serta locus of control

berpengaruh terhadap kinerja pengusaha kecil dan menengah di Kecamatan

Caringin Kabupaten Bogor.

Hasil penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Wiharti, Ariffin &

Dahniar (2017) Penelitian ini dilakukan pada UMKM pada sektor industri olahan

di Kabupaten Tabalong. Kesimpulan pada penelitian ini adalah entrepreneurial

self efficacy dan motivasi (need for achievement) berpengaruh terhadap kinerja

pada UMKM pada sektor industri olahan di Kabupaten Tabalong.

Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Nadia (2020) Penelitian ini

dilakukan pada UMKM Muslim Kota Jambi. Kesimpulan pada penelitian ini

adalah kepribadian dan karakteristik entrepreneur berpengaruh terhadap kinerja

pada UMKM Muslim Kota Jambi.

Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Chairul hakim &

Khomarudin (2020) Self efficacy locus of control dan kompetensi serta

Pengaruhnya kepada kinerja (studi kasus pengusaha umkm di Kecamatan

darmaraja, sumedang barat - indonesia) analisis regresi berganda menunjukkan

bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan

9

10

positif terhadap kinerja UKM. self-efficacy berpengaruh signifikan dan positif

terhadap Kompetensi. dan locus of control berpengaruh signifikan terhadap

Kompetensi.

Hasil penelitian selanjutnya Pengaruh self efficacy dan locus of control

Terhadap kinerja karyawan studi pada ramayana mal bali Iwan Restu Ary & Anak

Agung Ayu Sriathi (2019) dapat disimpulkan bahwa self efficacy berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Locus of control berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Self efficacy dan locus of control

secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Penelitian selanjutnya adalah Pengaruh self-efficacy dan locus of control

terhadap kinerja karyawan divisi redaksi Pt. Semarang intermedia pers Martha

Oktavia, & Dra. Sri Suryoko, M (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel self-efficacy dan locus of control secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel self-efficacy dan locus of control

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

divisi redaksi.

Penelitian selanjutnya Analisis pengaruh locus of control pada kinerja

karyawan Wuryaningsih dl & rini kuswati, (2013) Hasil uji menunjukkan bahwa

locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja individu dan rata-rata

indeks persepsi karyawan untuk locus of control dan kinerja adalah tinggi. Hal

ini menunujukkan bahwa tingkat locus of control dan kinerja karyawan rata-rata

adalah baik.

11

Pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawaistruktural di balai diklat

Surabaya Amali Mutamimah, (2019) Hasil penelitian tersebut membuktikan 1

hipotesa. Hipotesa pertama menunjukkan, bahwa locus of control terhadap kinerja

berpengaruh signifikan denga p value 0.000 dan nilai hubungan sebesar 0.681.

Indikator yang paing dominan adalah keberuntungan sebesar 0.955. Indikator

yang rendah adalah campur tangan orang lain sebesar 0.781.

Penelitian yang terakhir yaitu Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Mikro

Melalui Kajian Komitmen Dan Abisius Pengusaha (Siti Ati Sidiqqoh, Doni

Purnama Alamsyah, 2017). Berdasarkan hasil penelitian pada responden melalui

penyebaran kuesioner terhadap 100 responden dan perhitungan rekapitulasi

tanggapan responden menyatakan bahwa komitmen, ambisi pengusaha, dan

kinerja bisnis Usaha Mikro Binaan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bandung dinilai Baik.

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

No. Penulis variabel Hasil Penelitian

1. (Sumantri&Gemina

pada tahun 2015) Kepribadian

Self efficacy

Locus of control

Kinerja

pengusaha

Hasil penelitian ini adalah

faktor kepribadian

individual, self efficacy

serta locus of control

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja

pengusaha kecil dan

menengah di Kecamatan

amatan Caringin Kabupaten Bogor.

2. (Wiharti, Ariffin &

Dahniar pada tahun

2017)

Entrepreneurial

Self efficacy

Motivasi

kinerja

Hasil pada entrepreneurial

self efficacy dan motivasi

(need for achievement)

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pada

UMKM pada sektor

industri olahan di

Kabupaten Tabalong.

12

No Penulis Variabel Hasil penelitian

3. (Nadia pada tahun

2020)

• kepribadian

• karakteristik

entrepreneur

• kinerja

Hasil penelitian adalah

kepribadian dan

karakteristik entrepreneur

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pada

UMKM Muslim Kota

Jambi.

4. (Chairul hakim,

khomarudin 2020)

• self efficacy

• locus of control

• kinerja

Hasil penelitian self-

efficacy berpengaruh

signifikan dan positif

terhadap Kompetensi. dan

locus of control

berpengaruh signifikan

terhadap Kompetensi.

5. (Iwan Restu Ary,

Anak Agung Ayu

Sriathi 2019)

• self efficacy

• locus of control

• kinerja

Hasil penelitian bahwa self

efficacy berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

Locus of control

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja

karyawan. Self efficacy

dan locus of control secara

bersama-sama

berpengaruh terhadap

kinerja karyawan

6. (Martha Oktavia,

dan Dra. Sri

Suryoko, M 2019)

• self efficacy

• locus of control

• kinerja

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

variabel self-efficacy dan

locus of controlsecara

parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Variabel

self-efficacy dan locus of

control secara simultan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja

karyawan divisi redaksi.

13

No Penulis Variable Hasil penelitian

7. (Nurfitri

Sutradawanti,

2018)

• self efficacy

• motivasi

• keberhasilan

wirausaha

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Self

Efficacy, motivasi dan

Keberhasilan Wirausaha

UMKM pada Bakso di

Kota Bandung dapat

dikatakan cukup baik. Self

efficacy dan Motivasi

memberikan pengaruh

yang kuat terhadap

peningkatan

Keberhasilan. Secara

parsial Self efficacy

memberikan pengaruh

terhadap Keberhasilan

Wirausaha, sedangkan

Motivasi memberikan

pengaruh yang besar

terhadap Keberhasilan

Wirausaha.

8. (Wuryaningsih dl

dan rini kuswati,

2013)

• locus of control

• kinerja

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

locus of control

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja individu

dan rata-rata indeks

persepsi karyawan untuk

locus of control dan

kinerja adalah tinggi. Hal

ini menunujukkan bahwa

tingkat locus of control

dan kinerja karyawan

rata-rata adalah baik

9. (AmaliMutamimah,

2019)

• locus of control

• kinerja

Hasil penelitian

menunjukkan, bahwa

locus of control terhadap

kinerja berpengaruh

signifikan denga dan nilai

hubungan. Indikator yang

paling dominan adalah

14

keberuntungan yang

rendah adalah campur

tangan orang lain sebesar.

10. (Siti Ati Sidiqqoh,

Doni Purnama

Alamsyah, 2017)

• kinerja usaha Hasil penelitian pada

menyatakan bahwa

komitmen, ambisi

pengusaha, dan kinerja

bisnis Usaha Mikro

Binaan Dinas Koperasi

UMKM Perindustrian dan

Perdagangan Kota

Bandung dinilai Baik.

B. Tinjauan Teori

Landasan teori digunakan untuk memberikan deskripsi terkait variable yang

diteliti, sehigga memberikan hasil penelitian yang relevan. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kinerja

a. Definisi Kinerja

Menurut Yeremias T. Keban (2004) kinerja adalah sebuah kata yang

dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kerja yang menerjemahkan

kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga

pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Adapun menurut Suyadi

Prawirosentono (1999) bahwa kinerja sebagai performance, yaitu hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

15

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu

organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi

tersebut (Sumber: Anang, 2013).

Suyanto (2010:179) berpendapat bahwa kinerja usaha industri kecil dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau

tujuan yang diharapkan dengani ukuran keberhasilan usaha yang dapat

dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan.

Lebih lanjut Suryana (2014:66) menyatakan bahwa untuk menjadi

wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, ada

kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun

uang. Hal ini sejalan dengan Benedicta (2003: 24) mengemukakan bahwa

keberhasilan usaha didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau

tujuan organisasi, usaha kecil berhasil karena wirausaha memliki otak yang

cerdas, yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat

menerapkan secara proaktif.

McClelland dalam Robbins dan Judge (2015) menyatakan bahwa

seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi

mempunyai keinginan yang kuat untuk sukses. Menurutnya, ada tiga atribut

yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi

yang tinggi, yaitu (a) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil

keputusan, (b) mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan

(c) memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil

16

Menurut Suryana (2014:50) wirausaha yang memiliki motif berprestasi

tinggi pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut:

1) Mau mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan yang ada dalam dirinya

2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan

dan kegagalan

3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi

4) Berani menghadapi risiko dengan penuh pertimbangan

5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.

Sama halnya dengan Suryana, Steer dan Braunstein (1976) dalam

penelitiannya mengungkapkan 5 indikator yaitu mau mengatasi sendiri

kesulitan, selalu memerlukan umpan balik, memiliki tanggung jawab yang

tinggi, berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan, menyukai

tantangan.

b. Dimensi Kinerja

Pada hakikatnya, indikator merupakan suatu alat ukur yang digunakan

untuk menjelaskan dan memahamkan mengenanai hasil suatu aktivitas

kegiatan penentuan Indiaktor Kinerja Utama (IKU) merupakan bagian yang

sangat penting dalam merancang system pengukuran kinerja pada IKU

disajikan serangkaian ukuran yang lebih fokus pada aspek-aspek kinerja

organisasi serta lebih mementingkan tentang keberhasilan organisasi pada

saat ini dan waktu yang akan datang, pada organisasi yang beorientasi pada

Profit (organisasi bisnis) dan non profit (nirlaba/organisasi sosial)

(Moeheriono,2012: 41-42).

17

Kinerja (business Performance) adalah merujuk pada tingkat

pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu,

variabel dalam penelitian ini dikembangkan dari kinerja yang telah diteliti

oleh Less Tsang (2012:599), diwakili oleh Venture grow yang terdiri atas

pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan usaha. Variabel ini

diukur dengan 2 dimensi yaitu:

1) Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode

masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa

yang akan datang, pertumbuhan atas penjuaklan merupakan indikator

penting penerimaan dasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut,

dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat

digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.

2) Pertumbuhan Keuntungan Usaha

Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari

penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut,

pertumbuhan pendapatan yang konsisten dan juga pertumbuhan

keuntungan dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik

melalui saham untuk menarik investor.

Kinerja adalah prestasi yang dicapai perusahaan pada periode tertentu

yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. dalam Hidayat dan

Hairil Budiarto (2012:11) membagi kinerja berdasarkan:

1) Kinerja Kualitas (quality performance) yang terdiri dari persentase

produk rusak, pengembalian dan jaminan, barang rusak dan

18

pengelolaan kembali dan sebagainya.

2) Kinerja operasi (operating performance) yang terdiri dari rata-rata

tingkat perputaran tahunan dan laba bersih tahun lalu

3) Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (Return On Assets)

4) Kinerja pemasaran yang diukur dengan prosentase market share

tahunan dan

5) Kinerja penjualan yang diukur dengan peningkatan jumlah prosentase

penjualan

c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

1) Kemampuan dan Keahlian

Kemampuan dan keahlian merupakan komponen penting dari tercapainya

kinerja yang maksimal. Kemampuan merupakan keterampilan yang dimiliki

oleh karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin luas

keterampilan yang dimiliki oleh seorang karyawan, maka semakin mudah

karyawan tersebut dalam mencapai hasil kinerja yang maksimal. Sedangkan

keahlian merupakan pengetahuan yang dimiliki karyawan tentang

pekerjaannya.

2) Kepribadian

kepribadian atau karakter yang dimiliki karyawan berpengaruh terhadap

kinerjanya. Karyawan yang memiliki kepribadian yang baik maka dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik.

3) Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah dorongan bagi karyawan untuk melakukan

pekerjaannya. Biasanya motivasi kerja dipengaruhi oleh banyak komponen

19

lain seperti gaji, tunjangan kesehatan, keselamatan kerja, kebijakan

pimpinan, dan beberapa faktor lainnya.

4) Self Efficacy

Self efficacy merupakan rasa kepercayaan seseorang bahwa ia dapat

menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu situasi yang spesifik.

Karakteristik individu yang bersifat stabil terbentuk karena memang sudah

melekat pada individu tersebut.

5) Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan kebiasaan atau norma-norma yang berlaku

dalam suatu organisasi atau perusahaan. Biasanya kebiasaan atau norma-

norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan dapat diterima secara umum

serta harus dipatuhi oleh seluruh anggota perusahaan atau organisasi.

6) Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau suka karyawan setelah

melakukan pekerjaannya. Jika karyawan senang dengan pekerjaannya maka

karyawan akan berpotensi lebih besar dalam menghasilkan kinerja yang

lebih baik. Hal tersebut menjadi faktor ini menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan.

7) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah kondisi tempat karyawan bekerja. Faktor

lingkungan sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja

nyaman dapat membuat karyawan lebih fokus dan mudah dalam mencapai

kinerja maksimal. Lingkungan kerja juga dapat diartikan sebagai suasana

kerja. Suasana yang suportif akan membuat produktivitas karyawan lebih

20

tinggi dibandingkan suasana kerja yang tidak suportif.

8) Locus of Control

Locus of control adalah keyakinan umum orang tentang jumlah control yang

mereka miliki terhadap kejadian kehidupan personal.

9) Komitmen

Banyak komponen yang mempengaruhi komitmen karyawan dalam

bekerja. Komitmen dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap perjanjian

yang telah dibuat karyawan bersama perusahaan atau organisasi. Semakin

kuat komitmen karyawan makan semakin besar keinginan karyawan untuk

menghasilkan kinerja yang baik.

10) Loyalitas

Loyalitas adalah kesetiaan karyawan terhadap perusahaan atau organisasi.

Faktor yang satu ini sangat mempengaruhi terhadap kinerja karyawan.

Semakin tinggi loyalitas karyawan terhadap perusahaan atau organisasi

maka karyawan akan semakin bersungguh-sungguh dalam bekerja.

d. Indikator

1) Pertumbuhan penjualan

a. Sarana promosi (tingkat kemampuan meningkatkan penjualan)

b. Target penjualan (tingkat kemampuan meningkatkan target penjualan)

c. Target pasar (tingkat mengelola jumlah penjualan sesuai target pasar)

d. Kualitas produk (kat kemampuan menjaga kualitas produk)

2) Keuntungan usaha

a. Aset perusahaan (tingkat keuntungan berdasarkan jumlah asset)

b. Profitabilitas (tingkat mengontrol pengelolaan dana usaha)

21

c. Produktivitas tenaga kerja (tingkat kemampuan pengusaha dalam

mengelola sdm)

2. Self Efficacy

a. Definisi Self efficacy

Self efficacy merupakan istilah dalam psikologi, yaitu penilaian individu

terhadap kemampuan untuk mengorganisasikan dan melaksanakan

sejumlah tingkah laku yang sesuai dengan unjuk kerja (Bandura dalam

Flora Puspitaningsih, 2016:76). Menurut Woolfolk (dalam Chomzana Kinta

Marini dan Siti Hamidah, 2014:197) self efficacy merupakan penilaian

seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai

seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu

untuk mencapai hasil tertentu. Berikut adalah pengertian efikasi diri

menurut beberapa para ahli:

Self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan

dirinya melakukan sesuatu atau pekerjaan spesifik yang menjadi tanggung

jawabnya (Bandura dan Bailey, 1990 dalam Greenberg dan Baron, 2003).

Bagi pengusaha, self efficacy berarti terkait dengan proses menjalankan

usahanya seperti kemampuan memahami bisnis, kemampuan

menyelesaikan berbagai macam permasalahan bisnis, dan kemampuan

menjalankan tanggung jawab dalam aktivitas usahanya.

Menurut Bandura (2013:7) “Efikasi diri merupakan suatu keyakinan

atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk

mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,

menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai

22

kecamatanakapan tertentu, penilaian orang tentang kemampuan mereka

untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk

mencapai jenis yang ditunjuk dari kinerja,Dan menurut Cherian dan Jolly,

(2013) bahwa :“Efikasi diri berhubungan dengan kontrol diri, ketahanan

seseorang dalam menghadapi sebuah kegagalan, kinerja dan tugas upaya

dalam pemecahan sebuah masalah”.Sedangkan menurut Medhayanti dan

Alit, (2015) bahwa :“Individu yang mempunyai efikasi diripastinya akan

lebih aktif menyelesaikan tugas dengan kata lain akan lebih meningkatkan

partisipasi dalam menyusun sebuah anggaran ataupun kinerja manajerialnya

akan meningkat”. Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas dapat di

simpulkan efikasi diri adalah seseorang yang memiliki kepercayaan atas

kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas

Bagi pengusaha, self efficacy berarti terkait dengan proses menjalankan

usahanya seperti kemampuan memahami bisnis, kemampuan

menyelesaikan berbagai macam permasalahan bisnis, dan kemampuan

menjalankan tanggung jawab dalam aktivitas usahanya.

b. Faktor pembentuk self efficacy

Direct experience terkait dengan pengalaman penerimaan timbal balik

dari pekerjaan yang telah dilakukan berulang kali. Vicarious experience

terkait dengan penilaian kinerja dari orang lain dalam pelaksanaan dan

penyelesaian tugas tertentu (Greenberg dan Baron, 2003). Self efficacy

memainkan peran yang penting dalam perilaku di sebuah organisasi.

Individu dengan self efficacy yang tinggi cenderung bahagia dalam

pekerjaan dan kehidupan mereka secara umum. Selain itu, individu tersebut

23

juga lebih sering berinovasi dalam pekerjaannya. Dalam konteks dunia

usaha, pengusaha dengan self efficacy yang tinggi akan cenderung merasa

senang dan menikmati usaha yang dijalankannya. Pengusaha tersebut akan

lebih mudah dan yakin dalam menyelesaikan berbagai macam

permasalahan usaha yang dihadapinya.

c. Dimensi dan Indikator Self Eficacy (Efikasi Diri)

Keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan

efikasi diri. Tingkat efikasi diri yang dimiliki individu dapat dilihat dari

dimensi efikasi diri. Efikasi diri yang dimiliki seseorang berbeda-beda,

dapat dilihat berdasarkan dimensi yang mempunyai implikasi penting pada

perilaku. Menurut Bandura (2013:145) ada tiga dimensi dalam efikasi diri

yaitu:

1) Magnitude, dimensi ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-

tugas yang dibebankan pada individu menurut tingkat kesulitannya,

maka perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terdapat pada

tugas-tugas yang sederhana, menengah, atau tinggi. individu akan

melakukan tindakan yang dirasakan mampuuntuk dilaksanakannya dan

akan tugas-tugas yang diperkirakan diluar batas kemampuan yang

dimilkinya.

2) Generality, dimensi ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah

laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan

terhadappengharapan pada bidang tugas atau tingka laku yang khusus

sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi

berbagai tugas

24

3) Strength, dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau

kemantapanseseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang

lebih rendah mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang

memperlemahnya, sedanagkan seseorang yang memiliki efikasi diri

yang kuat tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai

pengalaman yang memperlemahnya.

Individu yang memiliki bentuk efikasi diri yang tinggi memiliki sikap

optimis, suasana hati yang positif, dapat memperbaiki kemampuan untuk

memproses informasi secara lebih efisien, memiliki pemikiran bahwa

kegagalan bukanlah sesuatu yang merugikan namun justru memotivasi diri

untuk melakukan yang lebih baik. Individu yang efikasi dirinya rendah

memiliki sikap pesimis, suasana hati yang negatif meningkatkan

kemungkinan seseorang menjadi marah, mudah bersalah, dan memperbesar

kesalahan mereka Bandura (2013:265) Jadi aspek efikasi diri adalah selalu

berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang diberikan, yang berhubungan

juga dengan tingkah laku individu dalam berbagai bidang penguasaan tugas

serta tingkat kemampuan atau kemamtapan yang ada dalam diri inividu

d. Indikator

1) Magnitude (Tingkat kesulitan tugas)

yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu

yakin dapat menyelesaikan tugas yang sulit

2) Generality (Luas BidangPerilaku)

Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

25

Yakin bahwa diri mampu berusaha dengan keras, gigih dan tekun.

3) Strength (derajat keyakinan atau pengharapan)

Yakin bahwa diri mampu bertahan menghadapi kesulitan dan

hambatan,

Yakin dapat menyelesaikan masalah diberbagai kondisi.

3. Locus of Control

a. Definisi Locus of Control

Dufty at all dalam Patricia, dkk memberikan definisi locus of control adalah

sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu. Keyakinan tersebut

digunakan dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri

sendiri maupun dari luar dirinya. Locus of control berkaitan dengan perilaku

seorang individu. Hal tersebut dihubungkan dengan peristiwa kehidupan

pribadi. Locus of control mempunyai dua faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal

Locus of control merupakan salah satu konsep kepribadian individual

dalam perilaku keorganisasian. Konsep dasar locus of control diambil dari

teori pembelajaran sosial (learning social) yang dikembangkan oleh Rotter

(Patten, 2005). Locus of control terkait dengan tingkat kepercayaan

seseorang tentang peristiwa, nasib, keberuntungan dan takdir yang terjadi

pada dirinya, apakah karena faktor internal atau faktor eksternal.

Individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir disebabkan

karena kendali dirinya sendiri disebut dengan internal locus of control.

Sedangkan individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir

disebabkan karena kendali dari faktor di luar dirinya disebut dengan

26

eksternal locus of control (Robbins, 2005)

Seseorang yang memiliki kecamatanenderungan internal locus of

control memandang bahwa segala sesuatu yang dialaminya, baik yang

berbentuk peristiwa, kejadian, nasib atau takdir disebabkan karena kendali

dirinya sendiri. Dia mampu mengendalikan situasi dan kondisi yang terjadi

pada dirinya. Berbeda dengan orang yang cenderung eksternal locus of

control, dia beranggapan bahwa segala peristiwa, kajadian, takdir dan nasib

disebabkan karena kendali dari faktor eksternal. Dia tidak mampu

mengendalikan situasi dan kondisi yang terjadi disekelilingnya.

b. Orientasi locus of Control

Locus of control dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu internal

dan eskternal. Rotter menyatakan locus of control internal mengindikasikan

bahwa individu percaya dirinya bertanggung jawab atas segala kejadian

yang dialami. Individu dengan locus of control internal percaya bahwa,

kesuksesan dan kegagalan yang dialami disebabkan oleh tindakan dan

kemampuannya sendiri. Mereka merasa mampu mengontrol akibat-akibat

dari tingkah lakunya sendiri. Sedangkan individu dengan locus of control

eksternal melihat keberhasilan pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan dari

luar dirinya, apakah itu keburuntungan, konteks sosial, atau orang lain.

Individu dengan control eksternal merasa tidak mampu mengontrol

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya (Allen,2003:294). Lebih lanjut

pendapat Rotter tersebut telah dikembangkan oleh Levenson (1981) dengan

penelompokan orientasi locus of control sebagai berikut:

1) Orientasi locus of control internal: internality

27

2) Orientasi locus of control eksternal: powerful Others(P)dan Chance (C).

Menurut Levenson, individu yang berorientasi locus of control internal

lebih yakin bahwa peristiwa yang dialami dalam kehidupan mereka

terutama ditentukan oleh kemampuan dan usahanya sendiri.

Individu dengan Locus of control External yang berkeyakinan bahwa

peristiwa-peristiwa yang dialaminya merupakan konsekuensi dari hal-hal di

luar dirinya, sepert takdir, kesempatan, keberuntungan dan oranglain.

Individu cenderung menjadi malas, karena merasa bahwa usaha apapun

yang dilakukan tidak akan menjamin keberhasilan dalam pencapaian hasil

yang diharapkan.

Crider (2003) menjelaskan perbedaan karakteristik antara Locus of

control internal dengan Locus of control external sebagai berikut: (Ghufron

& Risnawita 2010:68)

Tabel 2.2 Karakteristik Locus of Control Internal dan External

No Internal Locus of Control Eksternal Locus of Control

1 Suka bekerja keras Kurang memiliki Inisiatif

2 Memiliki Inisiatif Mempunyai harapan bahwa ada

sedikit

korelasi antara usaha dan kesuksesan

3 Selalu berusaha menemukan

pemecahan masalah

Kurang suka berusaha karena percaya

bahwa faktor luar yang mengontrol

4 Selalu mencoba untuk berpikir

seefektif mungkin

Kurang mencari informasi dalam

memecahkan masalah

5 Selalu mempunyai persepsi

bahwa usaha harus dilakukan jika

ingin berhasil

Sumber: Crider (2003)

28

Skala Locus of control bersifat Kontinum, dalam artian adakalanya

seseorang mempunyai kecamatanenderungan Internal Locus of control dan

adakalanya Kecamatanenderungan Locus of control External.

Pusat Kendali bukan merupakan suatu konsep yang tipologik,

melainkan berupa konsep kontinum, yaitu pusat kendali internal pada satu

sisi dan eksternal pada sisi yang lain. Oleh karenanya tidak ada satupun

individu yang benar-benar internal atau benar-benar eksternal. Kedua tipe

pusat kendali terdapat pada setiap individu, hanya saja ada

kecamatanenderungan untuk lebih memiliki salah satu pusat kendali

tertentu, disamping itu pusat kendali tidak bersifat statis, tetapi dapat

berubah individu yang berorientasi pusat kendali eksternal. Begitu pula

sebaliknya hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi yang menyertainya.

Yaitu ditempat mana ia tinggal dan sering melakukan aktivitasnya (Ghufron

& Risnawita (2010:69).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Locus of Control

Pembentukan faktor Locus of control sangat dipengaruhi dan ditentukan

oleh faktor lingkungan. Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan faktor-

faktor yang mempengaruhi Locus of control seseorang individu yaitu:

1) Faktor keluarga

Menurut Kuzgun (dikutip Hamedoglu, Kantor & Gulay, 2012)

lingkungan keluarga tempat seseorang individu tumbuh dapat

memberikan pengaruh terhadap Locus of control yang dimilikinya.

Orangtua yang mendidik anak, pada kenyataannya mewakili nilai-nilai

dan sikap atas kelas sosial mereka. Kelas sosial yang di sebutkan disini

29

tidak hanya mengenai status ekonomi, tetapi juga memiliki arti yang

luas, termasuk tingkat pendidikan, kebiasaan, pendapatan dan gaya

hidup. Individu dalam kelas sosial ekonomi tertentu mewakili bagian

dari sebuah system nilai yang mencakup gaya membesarkan anak, yang

mengarah pada pembangunan karakter kepribadian yang berbeda. dalam

lingkungan otokratis dimana pelaku dibawah kontrol yang ketat, anak-

anak tumbuh sebagai pemalu, suka bergantung (Locus of control

External). di sisi lain, ia mengamati bahwa anak-anak yang tumbuh

dalam lingkungan yang demokratis, mengembangkan rasa

individualism yang kuat menjadi mandiri, dominan memiliki

keterampilan interaksi sosial, percaya diri, dan rasa ingin tahu yang

besar (Locus of control Internal).

2) Faktor Motivasi

Menurut Forte (dikutip Karimi & Alipour, 2011) kepuasan kerja, harga

diri, peningkatan kualitas hidup (Motivasi internal) dan pekerjaan yang

lebih baik, promosi jabatan, gaji yang lebih tinggi (motivasi eksternal)

dapat mempengaruhi Locus of control seseorang. Reward dan

Punishment (Motivasi Eksternal) juga berpengaruh terhadap Locus of

control menurut Mischel (dikutip Nevid 2009)

3) Faktor Pelatihan

Program pelatihan telah terbukti mempengaruhi Locus of control

individu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan peserta

pelatihan dalam mengatasi hal-hal yang memberi efek buruk. Pelatihan

adalah sebuah pendekatan terapi untuk mengembalikan kendali atas

30

hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan diketahui dapat mendorong Locus

of control Internal yang lebih tinggi, meningkatkan prestasi dan

meningkatkan keputusan karir menurut Luzzo, Funk & Stang (dikutip

Huang & Ford, 2011).

Individu yang cenderung pada Locus of control internal dibesarkan dalam

lingkungan yang penuh kehangatan dan demokratis, sedangkan individu

yang cenderung berorientasi pada Locus of control eksternal dibesarkan dari

lingkungan yang banyak menerapkan hukuman fisik, hukuman afektif, dan

pengurangan hak- hak istimewa.

Interaksi antara anak dan orangtua yang hangat, fleksibel akan

menghasilkan anak yang beorientasi ke internal, bila dibandingkan dengan

orangtua yang menolak, memusuhi dan mendominasi dalam segala sesuatu

sering tidaknya orangtua berada di rumah ikut pula mempengaruhi

terbentuknya Locus of control, anak-anak yang orangtuanya sering tidak

berada dirumah lebih eksternal bila dibandingkan dengan orangtua yang

sering berada dirumah. Selain faktor lingkungan social, perkembangan

Locus of control kearah internal terjadi dengan berkembangnya usia

seseorang. Semakin dewasa usia maka Locus of control berkembang kearah

internal dan stabil para usia paruh baya, hal ini sebabkan karena semakin

bertambahnya kemampuan persepsi sehingga memungkinkan mereka

melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap model- model penalaran

logis yang menyangkut sebab akibat yang terjadi antara perilaku dan

motivasi yang melatarbelakanginya (Ghufron & Risnawita 2010:70)

31

Lefcourt (dalam Robinson dkk, 2012) menyatakan perkembangan Locus

of control individu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu episodic antecedent

dan accumulative antecedent. Episodic antecedent adalah kejadian-kejadian

yang relative mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu.

Seperti kematian orang yang dicintai kecamatanelakaan atau bencana alam.

Sedangkan accumulative antecedent adalah kejadian atau faktor yang

bersifat berkelanjutan atau terus-menerus yang dapat mempengaruhi Locus

of control. Ada 3 faktor penting yang merupakan accumulative antecedent

taitu diskriminasi sosial, ketidakmampuan yang berkepanjangan, dan pola

asuh anak. Diskriminasi sosial yang dimaksud adalah adanya perbedaan ras,

status sosial dan status ekonomi, individu yang berasal dari status ekonomi

rendah memandang sesuatu yang terjadi pada dirinya tergantung pada nasib

dan kesempatan yang ada, sehingga mereka cenderung memiliki Locus of

control eksternal.

Rotter dan para ahli juga mengemukakan bahwa usia mempengaruhi

Locus of control yang dimiliki individu, Ditunjukan dengan Locus of

control Internal akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.hal ini

berkaitan dengan tingkat kematangan berpikir dan kemampuan mengambil

keputusan, dimana teori Rotter menitik beratkan pada penilaian kognitif

terutama persepsi sebagai penggerak tingkah laku dan tentang bagaimana

tingkah laku dikendalikan dan diarahkan melalui fungsi kognitif, Serin,

Serin & Sahin (2010).

Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

Locus of control, seperti pada budaya barat dan timur, seara umum budaya

32

barat lebih pada kendali internal, seangkan budaya timur lebih pada kendali

eksternal

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan Locus of control diantaranya faktor

lingkungan yang didukung oleh peran keluarga terutama orangtua ketika

masa-masa awal

perkembangan anak, bertambahnya usia seseorang sejarah dan konteks

budaya, kejadian-kejadian yang relatif mempunyai makna penting yang

muncul pada waktu tertentu, seperti kematian seseorang yang dicintai,

kecamatanelakaan atau bencana alam, kejadian atau faktor yang bersifat

berkelanjutanan terus-menerus diantaranya diskriminasi sosial (perbedaan

ras, status sosial, dan status ekonomi), ketidakmampuan yang

berkepanjangan dan pola asuh

d. indikator

1) Locus of control internal

a) Suka Bekerja Keras

b) Memiliki Inisiatif

c) Berpikir Efektif

d) Berusaha menemukan pemecahan masalah

2) Locus of control eksternal

a) Kurang memiliki inisiatif

b) Mempunyai harapan bahwa keberhasilan yang diraih merupakan

keberuntungan

c) Kurang berusaha

33

d) Kurang mencari informasi

4. Usaha Mikro Kecil

a. Definisi Usaha Mikro Kecil

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro

Kecil dan Menengah UMKM, usaha mikro adalah usaha produktif milik

orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha kecil menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung yang dengan kriteria memiliki kekayaan bersih lebih

dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

C. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Self efficacy terhadap Kinerja Pengusaha UMKM

Self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya

melakukan sesuatu atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Seseorang

34

dengan self efficacy yang tinggi akan merasa bahwa dirinya mampu dan optimis

untuk menyelesaikan pekerjaannya dan tanggung jawabnya. Sebaliknya, orang

dengan self efficacy yang rendah akan merasa bahwa dirinya tidak mampu dan

pesimis untuk menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pengusaha

dengan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu

untuk menyelesaikan permasalahan usaha, mengikuti proses usahanya dengan

baik, dan merasa mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pengusaha.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa self esteem dan self efficacy

menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan secara umum.

Strauss (2005) menyatakan bahwa self esteem memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja seseorang. Luthans dan Peterson (2002)

menunjukan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap efektivitas

manajer. Cockerill et al. (1996) menyatakan bahwa self efficacy dan self esteem

sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Pillai

dan Williams (2004) menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan

terhadap kinerja seseorang. Berdasarkan uraian di atas, maka Self efficacy

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja UMKM.

2. Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja Pengusaha UMKM

Locus of control terkait dengan kendali seseorang dalam menghadapi

kejadian, peristiwa, keberuntungan, dan takdir. Terdapat dua

kecamatanenderungan locus of control yaitu internal dan eksternal. Individu

dengan internal locus of control lebih menyukai pekerjaan yang menantang,

menuntut kreativitas, kompleks, dan penuh inisiatif. Individu dengan eksternal

locus of control lebih menyukai pekerjaan yang stabil, rutin, sederhana, dan

35

terkontrol oleh atasan atau supervisor. Patten (2005) menyatakan bahwa locus

of control berpengaruh signifikan terhadap pencapaian suatu kinerja dalam

organisasi. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa individu dengan

internal locus of control berkinerja lebih baik daripada individu dengan

eksternal locus of control.

Beukman (2005) menyatakan bahwa beberapa penelitian empiris telah

membuktikan bahwa locus of control merupakan variabel penentu kinerja

seseorang dan kinerja organisasi. Individu dengan internal locus of control akan

bekerja untuk memperoleh reward dengan menunjukan usaha-usaha pencapaian

reward tersebut. Usaha-usaha ini biasanya terkait dengan pembelajaran dan

pencarian informasi untuk mendukung pencapaian reward tersebut yang juga

akan berdampak pada kinerja organisasi. Bello (2001) menyatakan bahwa salah

satu variabel penting yang menjadi luaran dari locus of control adalah kinerja

organisasional. Berdasarkan uraian di atas locus of control berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kinerja UMKM.

D. Kerangka Pikir Penelitian

Menurut sugiono (2012), mengemukakan “kerangka berfikir adalah model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang

telah diidentifikasi sebagai hal yang penting”. Penjelasan kerangka berfikir

tersebut akan digambarkan kedalam sebuah pola rancangan instrument,

kemudian dijelaskan dengan devinisi operasional variable penelitian.

Berdasarkan uraian hubungan antar variabel self efficacy, locus of control

dan kinerja pengusaha, masing-masing variabel memiliki hubungan yang

digambarkan oleh garis, seperti hubungan antara self efficacy dengan kinerja

36

Self Efficacy

pengusaha, locus of control dengan kinerja pengusaha, Berikut digambarkan

kerangka pikir penelitian:

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Pada gambar diatas, ada 2 variabel independen, yaitu self efficacy (X1), dan

locus of control (X2) dan satu variabel dependen yakni kinerja pengusaha UMKM

(Y). Garis H1 dan H2 yang tergambar lurus dari kedua variabel X menujukan

variabel Y memberikan gambaran mengenai pengaruh secara parsial yang

diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y. Garis H3 yang tergambar lurus dari

kedua variabel X menuju ke variabel Y memberikan gambaran mengenai

pengaruh secara simultan yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y.

E. Hipotesis

Patten (2005) menyatakan bahwa locus of control berpengaruh signifikan

terhadap pencapaian suatu kinerja dalam organisasi. Hasil penelitiannya

mengungkapkan bahwa individu dengan internal locus of control berkinerja lebih

baik daripada individu dengan eksternal locus of control. Pillai dan Williams

(2004) menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja

seseorang. Strauss (2005) menyatakan bahwa self esteem memiliki pengaruh yang

Locus of

Control

Kinerja

Pengusaha

UMKM H2

H3

37

signifikan terhadap kinerja seseorang. Luthans dan Peterson (2002)

menunjukan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas manajer.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah

dipaparkan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini

adalah:

H1. Self efficcay berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja

pengusaha UMKM pada sektor industri makanan di Kecamatan

Gandusari Kabupaten Blitar.

H2. locus of control berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja

pengusaha usaha skala kecil dan menengah UMKM pada sektor industri

makanan di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

H3. Variabel self efficacy dan locus of control paling berpengaruh terhadap

kinerja pengusaha usaha skala kecil dan menengah UMKM pada sektor

industri makanan di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.