BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sumantri
& Gemina (2015) Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
di Kecamatan amatan Caringin Kabupaten Bogor. Kesimpulan pada penelitian ini
adalah faktor kepribadian individual, self efficacy serta locus of control
berpengaruh terhadap kinerja pengusaha kecil dan menengah di Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor.
Hasil penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Wiharti, Ariffin &
Dahniar (2017) Penelitian ini dilakukan pada UMKM pada sektor industri olahan
di Kabupaten Tabalong. Kesimpulan pada penelitian ini adalah entrepreneurial
self efficacy dan motivasi (need for achievement) berpengaruh terhadap kinerja
pada UMKM pada sektor industri olahan di Kabupaten Tabalong.
Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Nadia (2020) Penelitian ini
dilakukan pada UMKM Muslim Kota Jambi. Kesimpulan pada penelitian ini
adalah kepribadian dan karakteristik entrepreneur berpengaruh terhadap kinerja
pada UMKM Muslim Kota Jambi.
Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Chairul hakim &
Khomarudin (2020) Self efficacy locus of control dan kompetensi serta
Pengaruhnya kepada kinerja (studi kasus pengusaha umkm di Kecamatan
darmaraja, sumedang barat - indonesia) analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan
9
10
positif terhadap kinerja UKM. self-efficacy berpengaruh signifikan dan positif
terhadap Kompetensi. dan locus of control berpengaruh signifikan terhadap
Kompetensi.
Hasil penelitian selanjutnya Pengaruh self efficacy dan locus of control
Terhadap kinerja karyawan studi pada ramayana mal bali Iwan Restu Ary & Anak
Agung Ayu Sriathi (2019) dapat disimpulkan bahwa self efficacy berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Locus of control berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Self efficacy dan locus of control
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Penelitian selanjutnya adalah Pengaruh self-efficacy dan locus of control
terhadap kinerja karyawan divisi redaksi Pt. Semarang intermedia pers Martha
Oktavia, & Dra. Sri Suryoko, M (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel self-efficacy dan locus of control secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel self-efficacy dan locus of control
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
divisi redaksi.
Penelitian selanjutnya Analisis pengaruh locus of control pada kinerja
karyawan Wuryaningsih dl & rini kuswati, (2013) Hasil uji menunjukkan bahwa
locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja individu dan rata-rata
indeks persepsi karyawan untuk locus of control dan kinerja adalah tinggi. Hal
ini menunujukkan bahwa tingkat locus of control dan kinerja karyawan rata-rata
adalah baik.
11
Pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawaistruktural di balai diklat
Surabaya Amali Mutamimah, (2019) Hasil penelitian tersebut membuktikan 1
hipotesa. Hipotesa pertama menunjukkan, bahwa locus of control terhadap kinerja
berpengaruh signifikan denga p value 0.000 dan nilai hubungan sebesar 0.681.
Indikator yang paing dominan adalah keberuntungan sebesar 0.955. Indikator
yang rendah adalah campur tangan orang lain sebesar 0.781.
Penelitian yang terakhir yaitu Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Mikro
Melalui Kajian Komitmen Dan Abisius Pengusaha (Siti Ati Sidiqqoh, Doni
Purnama Alamsyah, 2017). Berdasarkan hasil penelitian pada responden melalui
penyebaran kuesioner terhadap 100 responden dan perhitungan rekapitulasi
tanggapan responden menyatakan bahwa komitmen, ambisi pengusaha, dan
kinerja bisnis Usaha Mikro Binaan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Bandung dinilai Baik.
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
No. Penulis variabel Hasil Penelitian
1. (Sumantri&Gemina
pada tahun 2015) Kepribadian
Self efficacy
Locus of control
Kinerja
pengusaha
Hasil penelitian ini adalah
faktor kepribadian
individual, self efficacy
serta locus of control
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
pengusaha kecil dan
menengah di Kecamatan
amatan Caringin Kabupaten Bogor.
2. (Wiharti, Ariffin &
Dahniar pada tahun
2017)
Entrepreneurial
Self efficacy
Motivasi
kinerja
Hasil pada entrepreneurial
self efficacy dan motivasi
(need for achievement)
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pada
UMKM pada sektor
industri olahan di
Kabupaten Tabalong.
12
No Penulis Variabel Hasil penelitian
3. (Nadia pada tahun
2020)
• kepribadian
• karakteristik
entrepreneur
• kinerja
Hasil penelitian adalah
kepribadian dan
karakteristik entrepreneur
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pada
UMKM Muslim Kota
Jambi.
4. (Chairul hakim,
khomarudin 2020)
• self efficacy
• locus of control
• kinerja
Hasil penelitian self-
efficacy berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap Kompetensi. dan
locus of control
berpengaruh signifikan
terhadap Kompetensi.
5. (Iwan Restu Ary,
Anak Agung Ayu
Sriathi 2019)
• self efficacy
• locus of control
• kinerja
Hasil penelitian bahwa self
efficacy berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Locus of control
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan. Self efficacy
dan locus of control secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap
kinerja karyawan
6. (Martha Oktavia,
dan Dra. Sri
Suryoko, M 2019)
• self efficacy
• locus of control
• kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel self-efficacy dan
locus of controlsecara
parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Variabel
self-efficacy dan locus of
control secara simultan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan divisi redaksi.
13
No Penulis Variable Hasil penelitian
7. (Nurfitri
Sutradawanti,
2018)
• self efficacy
• motivasi
• keberhasilan
wirausaha
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Self
Efficacy, motivasi dan
Keberhasilan Wirausaha
UMKM pada Bakso di
Kota Bandung dapat
dikatakan cukup baik. Self
efficacy dan Motivasi
memberikan pengaruh
yang kuat terhadap
peningkatan
Keberhasilan. Secara
parsial Self efficacy
memberikan pengaruh
terhadap Keberhasilan
Wirausaha, sedangkan
Motivasi memberikan
pengaruh yang besar
terhadap Keberhasilan
Wirausaha.
8. (Wuryaningsih dl
dan rini kuswati,
2013)
• locus of control
• kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
locus of control
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja individu
dan rata-rata indeks
persepsi karyawan untuk
locus of control dan
kinerja adalah tinggi. Hal
ini menunujukkan bahwa
tingkat locus of control
dan kinerja karyawan
rata-rata adalah baik
9. (AmaliMutamimah,
2019)
• locus of control
• kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa
locus of control terhadap
kinerja berpengaruh
signifikan denga dan nilai
hubungan. Indikator yang
paling dominan adalah
14
keberuntungan yang
rendah adalah campur
tangan orang lain sebesar.
10. (Siti Ati Sidiqqoh,
Doni Purnama
Alamsyah, 2017)
• kinerja usaha Hasil penelitian pada
menyatakan bahwa
komitmen, ambisi
pengusaha, dan kinerja
bisnis Usaha Mikro
Binaan Dinas Koperasi
UMKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota
Bandung dinilai Baik.
B. Tinjauan Teori
Landasan teori digunakan untuk memberikan deskripsi terkait variable yang
diteliti, sehigga memberikan hasil penelitian yang relevan. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kinerja
a. Definisi Kinerja
Menurut Yeremias T. Keban (2004) kinerja adalah sebuah kata yang
dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kerja yang menerjemahkan
kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga
pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Adapun menurut Suyadi
Prawirosentono (1999) bahwa kinerja sebagai performance, yaitu hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
15
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu
organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi
tersebut (Sumber: Anang, 2013).
Suyanto (2010:179) berpendapat bahwa kinerja usaha industri kecil dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau
tujuan yang diharapkan dengani ukuran keberhasilan usaha yang dapat
dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan.
Lebih lanjut Suryana (2014:66) menyatakan bahwa untuk menjadi
wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, ada
kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun
uang. Hal ini sejalan dengan Benedicta (2003: 24) mengemukakan bahwa
keberhasilan usaha didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau
tujuan organisasi, usaha kecil berhasil karena wirausaha memliki otak yang
cerdas, yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat
menerapkan secara proaktif.
McClelland dalam Robbins dan Judge (2015) menyatakan bahwa
seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi
mempunyai keinginan yang kuat untuk sukses. Menurutnya, ada tiga atribut
yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi
yang tinggi, yaitu (a) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil
keputusan, (b) mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya, dan
(c) memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil
16
Menurut Suryana (2014:50) wirausaha yang memiliki motif berprestasi
tinggi pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Mau mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan yang ada dalam dirinya
2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan kegagalan
3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
4) Berani menghadapi risiko dengan penuh pertimbangan
5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
Sama halnya dengan Suryana, Steer dan Braunstein (1976) dalam
penelitiannya mengungkapkan 5 indikator yaitu mau mengatasi sendiri
kesulitan, selalu memerlukan umpan balik, memiliki tanggung jawab yang
tinggi, berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan, menyukai
tantangan.
b. Dimensi Kinerja
Pada hakikatnya, indikator merupakan suatu alat ukur yang digunakan
untuk menjelaskan dan memahamkan mengenanai hasil suatu aktivitas
kegiatan penentuan Indiaktor Kinerja Utama (IKU) merupakan bagian yang
sangat penting dalam merancang system pengukuran kinerja pada IKU
disajikan serangkaian ukuran yang lebih fokus pada aspek-aspek kinerja
organisasi serta lebih mementingkan tentang keberhasilan organisasi pada
saat ini dan waktu yang akan datang, pada organisasi yang beorientasi pada
Profit (organisasi bisnis) dan non profit (nirlaba/organisasi sosial)
(Moeheriono,2012: 41-42).
17
Kinerja (business Performance) adalah merujuk pada tingkat
pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu,
variabel dalam penelitian ini dikembangkan dari kinerja yang telah diteliti
oleh Less Tsang (2012:599), diwakili oleh Venture grow yang terdiri atas
pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan usaha. Variabel ini
diukur dengan 2 dimensi yaitu:
1) Pertumbuhan penjualan
Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode
masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa
yang akan datang, pertumbuhan atas penjuaklan merupakan indikator
penting penerimaan dasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut,
dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.
2) Pertumbuhan Keuntungan Usaha
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari
penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut,
pertumbuhan pendapatan yang konsisten dan juga pertumbuhan
keuntungan dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik
melalui saham untuk menarik investor.
Kinerja adalah prestasi yang dicapai perusahaan pada periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. dalam Hidayat dan
Hairil Budiarto (2012:11) membagi kinerja berdasarkan:
1) Kinerja Kualitas (quality performance) yang terdiri dari persentase
produk rusak, pengembalian dan jaminan, barang rusak dan
18
pengelolaan kembali dan sebagainya.
2) Kinerja operasi (operating performance) yang terdiri dari rata-rata
tingkat perputaran tahunan dan laba bersih tahun lalu
3) Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (Return On Assets)
4) Kinerja pemasaran yang diukur dengan prosentase market share
tahunan dan
5) Kinerja penjualan yang diukur dengan peningkatan jumlah prosentase
penjualan
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
1) Kemampuan dan Keahlian
Kemampuan dan keahlian merupakan komponen penting dari tercapainya
kinerja yang maksimal. Kemampuan merupakan keterampilan yang dimiliki
oleh karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin luas
keterampilan yang dimiliki oleh seorang karyawan, maka semakin mudah
karyawan tersebut dalam mencapai hasil kinerja yang maksimal. Sedangkan
keahlian merupakan pengetahuan yang dimiliki karyawan tentang
pekerjaannya.
2) Kepribadian
kepribadian atau karakter yang dimiliki karyawan berpengaruh terhadap
kinerjanya. Karyawan yang memiliki kepribadian yang baik maka dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.
3) Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan bagi karyawan untuk melakukan
pekerjaannya. Biasanya motivasi kerja dipengaruhi oleh banyak komponen
19
lain seperti gaji, tunjangan kesehatan, keselamatan kerja, kebijakan
pimpinan, dan beberapa faktor lainnya.
4) Self Efficacy
Self efficacy merupakan rasa kepercayaan seseorang bahwa ia dapat
menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu situasi yang spesifik.
Karakteristik individu yang bersifat stabil terbentuk karena memang sudah
melekat pada individu tersebut.
5) Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan kebiasaan atau norma-norma yang berlaku
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Biasanya kebiasaan atau norma-
norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan dapat diterima secara umum
serta harus dipatuhi oleh seluruh anggota perusahaan atau organisasi.
6) Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau suka karyawan setelah
melakukan pekerjaannya. Jika karyawan senang dengan pekerjaannya maka
karyawan akan berpotensi lebih besar dalam menghasilkan kinerja yang
lebih baik. Hal tersebut menjadi faktor ini menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan.
7) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kondisi tempat karyawan bekerja. Faktor
lingkungan sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja
nyaman dapat membuat karyawan lebih fokus dan mudah dalam mencapai
kinerja maksimal. Lingkungan kerja juga dapat diartikan sebagai suasana
kerja. Suasana yang suportif akan membuat produktivitas karyawan lebih
20
tinggi dibandingkan suasana kerja yang tidak suportif.
8) Locus of Control
Locus of control adalah keyakinan umum orang tentang jumlah control yang
mereka miliki terhadap kejadian kehidupan personal.
9) Komitmen
Banyak komponen yang mempengaruhi komitmen karyawan dalam
bekerja. Komitmen dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap perjanjian
yang telah dibuat karyawan bersama perusahaan atau organisasi. Semakin
kuat komitmen karyawan makan semakin besar keinginan karyawan untuk
menghasilkan kinerja yang baik.
10) Loyalitas
Loyalitas adalah kesetiaan karyawan terhadap perusahaan atau organisasi.
Faktor yang satu ini sangat mempengaruhi terhadap kinerja karyawan.
Semakin tinggi loyalitas karyawan terhadap perusahaan atau organisasi
maka karyawan akan semakin bersungguh-sungguh dalam bekerja.
d. Indikator
1) Pertumbuhan penjualan
a. Sarana promosi (tingkat kemampuan meningkatkan penjualan)
b. Target penjualan (tingkat kemampuan meningkatkan target penjualan)
c. Target pasar (tingkat mengelola jumlah penjualan sesuai target pasar)
d. Kualitas produk (kat kemampuan menjaga kualitas produk)
2) Keuntungan usaha
a. Aset perusahaan (tingkat keuntungan berdasarkan jumlah asset)
b. Profitabilitas (tingkat mengontrol pengelolaan dana usaha)
21
c. Produktivitas tenaga kerja (tingkat kemampuan pengusaha dalam
mengelola sdm)
2. Self Efficacy
a. Definisi Self efficacy
Self efficacy merupakan istilah dalam psikologi, yaitu penilaian individu
terhadap kemampuan untuk mengorganisasikan dan melaksanakan
sejumlah tingkah laku yang sesuai dengan unjuk kerja (Bandura dalam
Flora Puspitaningsih, 2016:76). Menurut Woolfolk (dalam Chomzana Kinta
Marini dan Siti Hamidah, 2014:197) self efficacy merupakan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai
seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu
untuk mencapai hasil tertentu. Berikut adalah pengertian efikasi diri
menurut beberapa para ahli:
Self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan
dirinya melakukan sesuatu atau pekerjaan spesifik yang menjadi tanggung
jawabnya (Bandura dan Bailey, 1990 dalam Greenberg dan Baron, 2003).
Bagi pengusaha, self efficacy berarti terkait dengan proses menjalankan
usahanya seperti kemampuan memahami bisnis, kemampuan
menyelesaikan berbagai macam permasalahan bisnis, dan kemampuan
menjalankan tanggung jawab dalam aktivitas usahanya.
Menurut Bandura (2013:7) “Efikasi diri merupakan suatu keyakinan
atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk
mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai
22
kecamatanakapan tertentu, penilaian orang tentang kemampuan mereka
untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk
mencapai jenis yang ditunjuk dari kinerja,Dan menurut Cherian dan Jolly,
(2013) bahwa :“Efikasi diri berhubungan dengan kontrol diri, ketahanan
seseorang dalam menghadapi sebuah kegagalan, kinerja dan tugas upaya
dalam pemecahan sebuah masalah”.Sedangkan menurut Medhayanti dan
Alit, (2015) bahwa :“Individu yang mempunyai efikasi diripastinya akan
lebih aktif menyelesaikan tugas dengan kata lain akan lebih meningkatkan
partisipasi dalam menyusun sebuah anggaran ataupun kinerja manajerialnya
akan meningkat”. Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas dapat di
simpulkan efikasi diri adalah seseorang yang memiliki kepercayaan atas
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas
Bagi pengusaha, self efficacy berarti terkait dengan proses menjalankan
usahanya seperti kemampuan memahami bisnis, kemampuan
menyelesaikan berbagai macam permasalahan bisnis, dan kemampuan
menjalankan tanggung jawab dalam aktivitas usahanya.
b. Faktor pembentuk self efficacy
Direct experience terkait dengan pengalaman penerimaan timbal balik
dari pekerjaan yang telah dilakukan berulang kali. Vicarious experience
terkait dengan penilaian kinerja dari orang lain dalam pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tertentu (Greenberg dan Baron, 2003). Self efficacy
memainkan peran yang penting dalam perilaku di sebuah organisasi.
Individu dengan self efficacy yang tinggi cenderung bahagia dalam
pekerjaan dan kehidupan mereka secara umum. Selain itu, individu tersebut
23
juga lebih sering berinovasi dalam pekerjaannya. Dalam konteks dunia
usaha, pengusaha dengan self efficacy yang tinggi akan cenderung merasa
senang dan menikmati usaha yang dijalankannya. Pengusaha tersebut akan
lebih mudah dan yakin dalam menyelesaikan berbagai macam
permasalahan usaha yang dihadapinya.
c. Dimensi dan Indikator Self Eficacy (Efikasi Diri)
Keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan
efikasi diri. Tingkat efikasi diri yang dimiliki individu dapat dilihat dari
dimensi efikasi diri. Efikasi diri yang dimiliki seseorang berbeda-beda,
dapat dilihat berdasarkan dimensi yang mempunyai implikasi penting pada
perilaku. Menurut Bandura (2013:145) ada tiga dimensi dalam efikasi diri
yaitu:
1) Magnitude, dimensi ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-
tugas yang dibebankan pada individu menurut tingkat kesulitannya,
maka perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terdapat pada
tugas-tugas yang sederhana, menengah, atau tinggi. individu akan
melakukan tindakan yang dirasakan mampuuntuk dilaksanakannya dan
akan tugas-tugas yang diperkirakan diluar batas kemampuan yang
dimilkinya.
2) Generality, dimensi ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah
laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan
terhadappengharapan pada bidang tugas atau tingka laku yang khusus
sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi
berbagai tugas
24
3) Strength, dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau
kemantapanseseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang
lebih rendah mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang
memperlemahnya, sedanagkan seseorang yang memiliki efikasi diri
yang kuat tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai
pengalaman yang memperlemahnya.
Individu yang memiliki bentuk efikasi diri yang tinggi memiliki sikap
optimis, suasana hati yang positif, dapat memperbaiki kemampuan untuk
memproses informasi secara lebih efisien, memiliki pemikiran bahwa
kegagalan bukanlah sesuatu yang merugikan namun justru memotivasi diri
untuk melakukan yang lebih baik. Individu yang efikasi dirinya rendah
memiliki sikap pesimis, suasana hati yang negatif meningkatkan
kemungkinan seseorang menjadi marah, mudah bersalah, dan memperbesar
kesalahan mereka Bandura (2013:265) Jadi aspek efikasi diri adalah selalu
berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang diberikan, yang berhubungan
juga dengan tingkah laku individu dalam berbagai bidang penguasaan tugas
serta tingkat kemampuan atau kemamtapan yang ada dalam diri inividu
d. Indikator
1) Magnitude (Tingkat kesulitan tugas)
yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu
yakin dapat menyelesaikan tugas yang sulit
2) Generality (Luas BidangPerilaku)
Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
25
Yakin bahwa diri mampu berusaha dengan keras, gigih dan tekun.
3) Strength (derajat keyakinan atau pengharapan)
Yakin bahwa diri mampu bertahan menghadapi kesulitan dan
hambatan,
Yakin dapat menyelesaikan masalah diberbagai kondisi.
3. Locus of Control
a. Definisi Locus of Control
Dufty at all dalam Patricia, dkk memberikan definisi locus of control adalah
sumber keyakinan yang dimiliki oleh individu. Keyakinan tersebut
digunakan dalam mengendalikan peristiwa yang terjadi baik itu dari diri
sendiri maupun dari luar dirinya. Locus of control berkaitan dengan perilaku
seorang individu. Hal tersebut dihubungkan dengan peristiwa kehidupan
pribadi. Locus of control mempunyai dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal
Locus of control merupakan salah satu konsep kepribadian individual
dalam perilaku keorganisasian. Konsep dasar locus of control diambil dari
teori pembelajaran sosial (learning social) yang dikembangkan oleh Rotter
(Patten, 2005). Locus of control terkait dengan tingkat kepercayaan
seseorang tentang peristiwa, nasib, keberuntungan dan takdir yang terjadi
pada dirinya, apakah karena faktor internal atau faktor eksternal.
Individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir disebabkan
karena kendali dirinya sendiri disebut dengan internal locus of control.
Sedangkan individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir
disebabkan karena kendali dari faktor di luar dirinya disebut dengan
26
eksternal locus of control (Robbins, 2005)
Seseorang yang memiliki kecamatanenderungan internal locus of
control memandang bahwa segala sesuatu yang dialaminya, baik yang
berbentuk peristiwa, kejadian, nasib atau takdir disebabkan karena kendali
dirinya sendiri. Dia mampu mengendalikan situasi dan kondisi yang terjadi
pada dirinya. Berbeda dengan orang yang cenderung eksternal locus of
control, dia beranggapan bahwa segala peristiwa, kajadian, takdir dan nasib
disebabkan karena kendali dari faktor eksternal. Dia tidak mampu
mengendalikan situasi dan kondisi yang terjadi disekelilingnya.
b. Orientasi locus of Control
Locus of control dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu internal
dan eskternal. Rotter menyatakan locus of control internal mengindikasikan
bahwa individu percaya dirinya bertanggung jawab atas segala kejadian
yang dialami. Individu dengan locus of control internal percaya bahwa,
kesuksesan dan kegagalan yang dialami disebabkan oleh tindakan dan
kemampuannya sendiri. Mereka merasa mampu mengontrol akibat-akibat
dari tingkah lakunya sendiri. Sedangkan individu dengan locus of control
eksternal melihat keberhasilan pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan dari
luar dirinya, apakah itu keburuntungan, konteks sosial, atau orang lain.
Individu dengan control eksternal merasa tidak mampu mengontrol
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya (Allen,2003:294). Lebih lanjut
pendapat Rotter tersebut telah dikembangkan oleh Levenson (1981) dengan
penelompokan orientasi locus of control sebagai berikut:
1) Orientasi locus of control internal: internality
27
2) Orientasi locus of control eksternal: powerful Others(P)dan Chance (C).
Menurut Levenson, individu yang berorientasi locus of control internal
lebih yakin bahwa peristiwa yang dialami dalam kehidupan mereka
terutama ditentukan oleh kemampuan dan usahanya sendiri.
Individu dengan Locus of control External yang berkeyakinan bahwa
peristiwa-peristiwa yang dialaminya merupakan konsekuensi dari hal-hal di
luar dirinya, sepert takdir, kesempatan, keberuntungan dan oranglain.
Individu cenderung menjadi malas, karena merasa bahwa usaha apapun
yang dilakukan tidak akan menjamin keberhasilan dalam pencapaian hasil
yang diharapkan.
Crider (2003) menjelaskan perbedaan karakteristik antara Locus of
control internal dengan Locus of control external sebagai berikut: (Ghufron
& Risnawita 2010:68)
Tabel 2.2 Karakteristik Locus of Control Internal dan External
No Internal Locus of Control Eksternal Locus of Control
1 Suka bekerja keras Kurang memiliki Inisiatif
2 Memiliki Inisiatif Mempunyai harapan bahwa ada
sedikit
korelasi antara usaha dan kesuksesan
3 Selalu berusaha menemukan
pemecahan masalah
Kurang suka berusaha karena percaya
bahwa faktor luar yang mengontrol
4 Selalu mencoba untuk berpikir
seefektif mungkin
Kurang mencari informasi dalam
memecahkan masalah
5 Selalu mempunyai persepsi
bahwa usaha harus dilakukan jika
ingin berhasil
Sumber: Crider (2003)
28
Skala Locus of control bersifat Kontinum, dalam artian adakalanya
seseorang mempunyai kecamatanenderungan Internal Locus of control dan
adakalanya Kecamatanenderungan Locus of control External.
Pusat Kendali bukan merupakan suatu konsep yang tipologik,
melainkan berupa konsep kontinum, yaitu pusat kendali internal pada satu
sisi dan eksternal pada sisi yang lain. Oleh karenanya tidak ada satupun
individu yang benar-benar internal atau benar-benar eksternal. Kedua tipe
pusat kendali terdapat pada setiap individu, hanya saja ada
kecamatanenderungan untuk lebih memiliki salah satu pusat kendali
tertentu, disamping itu pusat kendali tidak bersifat statis, tetapi dapat
berubah individu yang berorientasi pusat kendali eksternal. Begitu pula
sebaliknya hal tersebut disebabkan situasi dan kondisi yang menyertainya.
Yaitu ditempat mana ia tinggal dan sering melakukan aktivitasnya (Ghufron
& Risnawita (2010:69).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Locus of Control
Pembentukan faktor Locus of control sangat dipengaruhi dan ditentukan
oleh faktor lingkungan. Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan faktor-
faktor yang mempengaruhi Locus of control seseorang individu yaitu:
1) Faktor keluarga
Menurut Kuzgun (dikutip Hamedoglu, Kantor & Gulay, 2012)
lingkungan keluarga tempat seseorang individu tumbuh dapat
memberikan pengaruh terhadap Locus of control yang dimilikinya.
Orangtua yang mendidik anak, pada kenyataannya mewakili nilai-nilai
dan sikap atas kelas sosial mereka. Kelas sosial yang di sebutkan disini
29
tidak hanya mengenai status ekonomi, tetapi juga memiliki arti yang
luas, termasuk tingkat pendidikan, kebiasaan, pendapatan dan gaya
hidup. Individu dalam kelas sosial ekonomi tertentu mewakili bagian
dari sebuah system nilai yang mencakup gaya membesarkan anak, yang
mengarah pada pembangunan karakter kepribadian yang berbeda. dalam
lingkungan otokratis dimana pelaku dibawah kontrol yang ketat, anak-
anak tumbuh sebagai pemalu, suka bergantung (Locus of control
External). di sisi lain, ia mengamati bahwa anak-anak yang tumbuh
dalam lingkungan yang demokratis, mengembangkan rasa
individualism yang kuat menjadi mandiri, dominan memiliki
keterampilan interaksi sosial, percaya diri, dan rasa ingin tahu yang
besar (Locus of control Internal).
2) Faktor Motivasi
Menurut Forte (dikutip Karimi & Alipour, 2011) kepuasan kerja, harga
diri, peningkatan kualitas hidup (Motivasi internal) dan pekerjaan yang
lebih baik, promosi jabatan, gaji yang lebih tinggi (motivasi eksternal)
dapat mempengaruhi Locus of control seseorang. Reward dan
Punishment (Motivasi Eksternal) juga berpengaruh terhadap Locus of
control menurut Mischel (dikutip Nevid 2009)
3) Faktor Pelatihan
Program pelatihan telah terbukti mempengaruhi Locus of control
individu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan peserta
pelatihan dalam mengatasi hal-hal yang memberi efek buruk. Pelatihan
adalah sebuah pendekatan terapi untuk mengembalikan kendali atas
30
hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan diketahui dapat mendorong Locus
of control Internal yang lebih tinggi, meningkatkan prestasi dan
meningkatkan keputusan karir menurut Luzzo, Funk & Stang (dikutip
Huang & Ford, 2011).
Individu yang cenderung pada Locus of control internal dibesarkan dalam
lingkungan yang penuh kehangatan dan demokratis, sedangkan individu
yang cenderung berorientasi pada Locus of control eksternal dibesarkan dari
lingkungan yang banyak menerapkan hukuman fisik, hukuman afektif, dan
pengurangan hak- hak istimewa.
Interaksi antara anak dan orangtua yang hangat, fleksibel akan
menghasilkan anak yang beorientasi ke internal, bila dibandingkan dengan
orangtua yang menolak, memusuhi dan mendominasi dalam segala sesuatu
sering tidaknya orangtua berada di rumah ikut pula mempengaruhi
terbentuknya Locus of control, anak-anak yang orangtuanya sering tidak
berada dirumah lebih eksternal bila dibandingkan dengan orangtua yang
sering berada dirumah. Selain faktor lingkungan social, perkembangan
Locus of control kearah internal terjadi dengan berkembangnya usia
seseorang. Semakin dewasa usia maka Locus of control berkembang kearah
internal dan stabil para usia paruh baya, hal ini sebabkan karena semakin
bertambahnya kemampuan persepsi sehingga memungkinkan mereka
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap model- model penalaran
logis yang menyangkut sebab akibat yang terjadi antara perilaku dan
motivasi yang melatarbelakanginya (Ghufron & Risnawita 2010:70)
31
Lefcourt (dalam Robinson dkk, 2012) menyatakan perkembangan Locus
of control individu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu episodic antecedent
dan accumulative antecedent. Episodic antecedent adalah kejadian-kejadian
yang relative mempunyai makna penting yang muncul pada waktu tertentu.
Seperti kematian orang yang dicintai kecamatanelakaan atau bencana alam.
Sedangkan accumulative antecedent adalah kejadian atau faktor yang
bersifat berkelanjutan atau terus-menerus yang dapat mempengaruhi Locus
of control. Ada 3 faktor penting yang merupakan accumulative antecedent
taitu diskriminasi sosial, ketidakmampuan yang berkepanjangan, dan pola
asuh anak. Diskriminasi sosial yang dimaksud adalah adanya perbedaan ras,
status sosial dan status ekonomi, individu yang berasal dari status ekonomi
rendah memandang sesuatu yang terjadi pada dirinya tergantung pada nasib
dan kesempatan yang ada, sehingga mereka cenderung memiliki Locus of
control eksternal.
Rotter dan para ahli juga mengemukakan bahwa usia mempengaruhi
Locus of control yang dimiliki individu, Ditunjukan dengan Locus of
control Internal akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.hal ini
berkaitan dengan tingkat kematangan berpikir dan kemampuan mengambil
keputusan, dimana teori Rotter menitik beratkan pada penilaian kognitif
terutama persepsi sebagai penggerak tingkah laku dan tentang bagaimana
tingkah laku dikendalikan dan diarahkan melalui fungsi kognitif, Serin,
Serin & Sahin (2010).
Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Locus of control, seperti pada budaya barat dan timur, seara umum budaya
32
barat lebih pada kendali internal, seangkan budaya timur lebih pada kendali
eksternal
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan Locus of control diantaranya faktor
lingkungan yang didukung oleh peran keluarga terutama orangtua ketika
masa-masa awal
perkembangan anak, bertambahnya usia seseorang sejarah dan konteks
budaya, kejadian-kejadian yang relatif mempunyai makna penting yang
muncul pada waktu tertentu, seperti kematian seseorang yang dicintai,
kecamatanelakaan atau bencana alam, kejadian atau faktor yang bersifat
berkelanjutanan terus-menerus diantaranya diskriminasi sosial (perbedaan
ras, status sosial, dan status ekonomi), ketidakmampuan yang
berkepanjangan dan pola asuh
d. indikator
1) Locus of control internal
a) Suka Bekerja Keras
b) Memiliki Inisiatif
c) Berpikir Efektif
d) Berusaha menemukan pemecahan masalah
2) Locus of control eksternal
a) Kurang memiliki inisiatif
b) Mempunyai harapan bahwa keberhasilan yang diraih merupakan
keberuntungan
c) Kurang berusaha
33
d) Kurang mencari informasi
4. Usaha Mikro Kecil
a. Definisi Usaha Mikro Kecil
Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah UMKM, usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Usaha kecil menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung yang dengan kriteria memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
C. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Self efficacy terhadap Kinerja Pengusaha UMKM
Self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya
melakukan sesuatu atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Seseorang
34
dengan self efficacy yang tinggi akan merasa bahwa dirinya mampu dan optimis
untuk menyelesaikan pekerjaannya dan tanggung jawabnya. Sebaliknya, orang
dengan self efficacy yang rendah akan merasa bahwa dirinya tidak mampu dan
pesimis untuk menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pengusaha
dengan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu
untuk menyelesaikan permasalahan usaha, mengikuti proses usahanya dengan
baik, dan merasa mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pengusaha.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa self esteem dan self efficacy
menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan secara umum.
Strauss (2005) menyatakan bahwa self esteem memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja seseorang. Luthans dan Peterson (2002)
menunjukan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
manajer. Cockerill et al. (1996) menyatakan bahwa self efficacy dan self esteem
sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Pillai
dan Williams (2004) menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan
terhadap kinerja seseorang. Berdasarkan uraian di atas, maka Self efficacy
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja UMKM.
2. Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja Pengusaha UMKM
Locus of control terkait dengan kendali seseorang dalam menghadapi
kejadian, peristiwa, keberuntungan, dan takdir. Terdapat dua
kecamatanenderungan locus of control yaitu internal dan eksternal. Individu
dengan internal locus of control lebih menyukai pekerjaan yang menantang,
menuntut kreativitas, kompleks, dan penuh inisiatif. Individu dengan eksternal
locus of control lebih menyukai pekerjaan yang stabil, rutin, sederhana, dan
35
terkontrol oleh atasan atau supervisor. Patten (2005) menyatakan bahwa locus
of control berpengaruh signifikan terhadap pencapaian suatu kinerja dalam
organisasi. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa individu dengan
internal locus of control berkinerja lebih baik daripada individu dengan
eksternal locus of control.
Beukman (2005) menyatakan bahwa beberapa penelitian empiris telah
membuktikan bahwa locus of control merupakan variabel penentu kinerja
seseorang dan kinerja organisasi. Individu dengan internal locus of control akan
bekerja untuk memperoleh reward dengan menunjukan usaha-usaha pencapaian
reward tersebut. Usaha-usaha ini biasanya terkait dengan pembelajaran dan
pencarian informasi untuk mendukung pencapaian reward tersebut yang juga
akan berdampak pada kinerja organisasi. Bello (2001) menyatakan bahwa salah
satu variabel penting yang menjadi luaran dari locus of control adalah kinerja
organisasional. Berdasarkan uraian di atas locus of control berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kinerja UMKM.
D. Kerangka Pikir Penelitian
Menurut sugiono (2012), mengemukakan “kerangka berfikir adalah model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang
telah diidentifikasi sebagai hal yang penting”. Penjelasan kerangka berfikir
tersebut akan digambarkan kedalam sebuah pola rancangan instrument,
kemudian dijelaskan dengan devinisi operasional variable penelitian.
Berdasarkan uraian hubungan antar variabel self efficacy, locus of control
dan kinerja pengusaha, masing-masing variabel memiliki hubungan yang
digambarkan oleh garis, seperti hubungan antara self efficacy dengan kinerja
36
Self Efficacy
pengusaha, locus of control dengan kinerja pengusaha, Berikut digambarkan
kerangka pikir penelitian:
Gambar 2.1 Kerangka pikir
Pada gambar diatas, ada 2 variabel independen, yaitu self efficacy (X1), dan
locus of control (X2) dan satu variabel dependen yakni kinerja pengusaha UMKM
(Y). Garis H1 dan H2 yang tergambar lurus dari kedua variabel X menujukan
variabel Y memberikan gambaran mengenai pengaruh secara parsial yang
diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y. Garis H3 yang tergambar lurus dari
kedua variabel X menuju ke variabel Y memberikan gambaran mengenai
pengaruh secara simultan yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y.
E. Hipotesis
Patten (2005) menyatakan bahwa locus of control berpengaruh signifikan
terhadap pencapaian suatu kinerja dalam organisasi. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa individu dengan internal locus of control berkinerja lebih
baik daripada individu dengan eksternal locus of control. Pillai dan Williams
(2004) menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja
seseorang. Strauss (2005) menyatakan bahwa self esteem memiliki pengaruh yang
Locus of
Control
Kinerja
Pengusaha
UMKM H2
H3
37
signifikan terhadap kinerja seseorang. Luthans dan Peterson (2002)
menunjukan bahwa self efficacy berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas manajer.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini
adalah:
H1. Self efficcay berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
pengusaha UMKM pada sektor industri makanan di Kecamatan
Gandusari Kabupaten Blitar.
H2. locus of control berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
pengusaha usaha skala kecil dan menengah UMKM pada sektor industri
makanan di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.
H3. Variabel self efficacy dan locus of control paling berpengaruh terhadap
kinerja pengusaha usaha skala kecil dan menengah UMKM pada sektor
industri makanan di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.