BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan kondisi nyata yang ada
di lapangan dengan teori yang relevan, pendekatan penelitian yang digunakan pada
penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Penelitian Terdahulu Uraian
1
Nama peneliti dan tahun
Judul
Tehnik analisis data
Hasil
Selvy Mutiara, dkk(2016)
Pengaruh Disiplin Kerja dan Stres Kerja
terhadap Kinerja Karyawan pada
PT.Kereta API Indonesia (PERSERO)
daerah Operasi 1 JAKARTA
Analisis regeresi linier berganda
Variabel disiplin kerja dan stress kerja
tidak berpengaruh Signifikan terhadap
kinerja karyawan
12
No
2
Penelitian Terdahulu
Nama peneliti dan tahun
Judul
Tehnik analisi data
Hasil
Uraian
H.M. Thamrin Noor (2016)
Analisa Pengaruh Disiplin Kerja Dan
Stress Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Bandar Udara H.ASAN Di
SAMPIT
Analisis Regresi linear berganda
Variabel Disiplin kerja ,Sres kerja dan
prestasi masing-masing secara signifikan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
3
Nama peneliti dan tahun
Judul
Tehnik analisis data
Hasil
Deny Ardila Sari ( 2015)
Pengaruh motivasi kerja,disiplin kerja
,stress kerja, lingkungan kerja, dan
kompensasi terhadap kinerja pegawai
bidang keungan di DPPKAD
KotaTanjung pinang dan Pengelolahan
Keuangan Kekayaan Daerah (BPKKD)
Provinsi Kepri
Analisi Regrisi linear berganda
Hasil pengujian secara simultan
menunjukkan bahwa motivasi kerja,
disiplin kerja, stres kerja, lingkungan kerja,
dan kompensasi berpengaruh
signifikanterhadap kinerja pegawai pada
bidang pendapatan, anggaran, dan
Perbendaharaan di DPPKAD kota
Tanjungpinang dan di BPKKD provinsi
Kepri.
13
Dari hasil penelitian terdahulu yang telah disebutkan pada tabel 2.1 di atas,
penulis menemukan perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini yaitu :
1) Pada penelitian yang dilakukan oleh Selvy Mutiara, Syahrum Agung dan Undang
Suryana, (2016) telah ditemukan persamaan yaitu pada variabel bebas, terikat dan
teknik analisis data
2) Pada penelitian yang dilakukan oleh H.M. Thamrin Noor (2016) telah ditemukan
perbedaan variabel terikat menggunakan prestasi kerja sedangkan peneliti
menggunakan kinerja karyawan, serta persamaan variabel bebas dan teknik analisis
data yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda.
3) Pada penelitian yang dilakukan oleh Denyardila (2015)terdapat perbedaan variabel
bebas mengunakan motivasi kerja, disiplin kerja, stres kerja, lingkungan kerja, dan
kompensasi, sedangakan peneliti meggunakan disiplin kerja dan stress kerja,serta
persamaan teknik analisis data yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda.
B. Tinjaun Teori
1. Kinerja
a.Pengertian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi
suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Kinerja dapat diketahui
hanya jika individu atau kelompok individu tersebut memiliki kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-
14
tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan
serta target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat diketahui karena
tidak ada tolok ukurnya.
Kinerja berasal dari kata performance, ada yang memberikan pengertian
performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya
kinerjamempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil keja tetapi
termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Jadi manajamen kinerja
adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan memastikan
komunikasi yang efektif (Wibowo, 2013).Menurut Robbins (2007) bahwa
kinerja karyawan (prestasi kerja)adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya.
Menurut Melayu S.P.Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas
yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu. Sedangkan menurut Rivai (2009) kinerja diartikan
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan,
dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan.Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat di atas,
bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun secara
kuantitas yang telah dicapai oleh karyawan dalam menjalankan tugas-tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, melalui kriteria atau
standar yang berlaku dalam organisasi. Berhasil tidaknya kinerja yang dicapai
15
organisasi tersebut dipengaruhi kinerja karyawan secara individu maupun
kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan, maka semakin baik
pula kinerja organisasi.
b. Indikator Kinerja
Menurut (Mangkunegara, 2006) dalam bukunya yang berjudul evaluasi
kinerja SDM, kinerja mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi dan
dapat diukur dengankuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Berikut ini cara
pengukurannya :
1) Kuantitas, merupakan target yang harus dicapai oleh karyawan.
2) Kualitas, merupakan tingkat baik atau buruknya hasil kerja yang
dicapaioleh karyawan dibandingkan dengan standart yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
3) Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya pekerjaan yang dilakukan dengan
waktu yang telah ditetapkan
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Suprihatiningrum (2012) menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja antara lain:
1) Motivasi
Karami et al (2013) mengatakan bahwa motivasi berasal dari bahasa Latin
move yang berarti pergerakan atau menggerakkan. Menurut Cong dan Van
(2013) motivasi pada dasarnya adalah apa yang mendorong seseorang untuk
bekerja dengan cara tertentu dan dengan sejumlah usaha yang diberikan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang
16
bersifat intrinsik adalah ketika sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seseorang termotivasi, bukan karena adanya rangsangan lain seperti status
ataupun uang, dapat juga dikatakan seorang yang sedang melakukan
hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah ketika faktor-faktor diluar
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang
termotivasi.
2) Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari evaluasi karateristiknya. Kepuasan kerja yang
tinggi akan membuat pegawai semakin meningkatkan komitmen dan rasa
tenang dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kinerjanya.
3) Tingkat stres
Stres merupakan suatu kondisi internal yang terjadi dengan ditandai
gangguanfisik, lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi pada kondisi
yang tidak baik.
4) Kondisi fisik pekerjaan
Suatu perusahaan perlu memikirkan bagaimana menciptakan lingkungan
kerja yang baik dan menyenangkan bagi pegawainya karena lingkungan
kerja diduga memiliki pengaruh yang kuat dengan kinerja pegawai.
Lingkungan kerja yang baik tidak hanya dapat memuaskan pegawai dalam
melaksanakan tugasnya tetapi juga berpengaruh dalam meningkatkan
kinerja pegawai, peningkatan kinerja pegawai akan berdampak pada
prestasi perusahaan.
17
5) Desain Pekerjaan
Desain pekerjaan yaitu proses penentuan tugas yang akan dilaksanakan,
metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas, dan bagaimana
pekerjaan berhubungan dengan pekerjaan lainnya di dalam organisasi
(Simamora 2006). Desain pekerjaan sangat menentukan bagaimana
pekerjaan dilakukan, seberapa besar pengambilan keputusan yang dibuat
oleh pegawai terhadap pekerjaannya, dan seberapa banyak tugas yang harus
diselesaikan oleh pegawai.
d. Mengukur Kinerja
Menurut Ken Lawson(2005) menyarankan adanya tiga sistem yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:
1. A Rating System
a) Seperti namanya, metode ini menyangkut penggunaan rating
scale untuk masing-masing bagian penting pekerjaan bawahan.
Masing-masing bagian diberi scor, sering dalam skala, biasanya
1-5, atau sesuai kebutuhan masing-masing organisasi. Misalnya
pekerjaan seseorang dalam pelayanan pelanggan terdiri dari
berbagai aspek penting antara lain: (1) kecepatan kerja, (2)
kualitas pekerjaan, (3) ketrampilan komunikasi, (4)
keterampilan berinisiatif, (5) kerja sama kelompok, dan (6)
sikap.
b) Sikap yang diberikan memerlukan difinisi tertentu yang
18
menunjukkan karakteristik kinerja, apakah kinerjanya buruk
atau tidak memuaskan, marginal, rata-rata, atau cukup, baik, atau
unggul.
c) Misalnya, karakteristik kinerja buruk atau tidak memuaskan
dapat berupa(1) secara berulang membuat kesalahan yang sama
atau sangat mirip, (2) perlu pengawasan secara konstan, (3) tidak
dapat mengikuti penjelasan singkat atau instruksi jelas lainnya,
(4) tidak dapat melihat kesalahan sendiri, (6)mempunyai
kehadiran buruk atau catatan terputus-putus.
d) Sedangkan karakteristik kinerja marginal dapat berbentuk antara
lain: (1) mempunyai kesulitan menyelesaikan tugas, (2)
membuat beberapa kesalahan, (3) bekerja lambat
biladibandingkan dengan orang lainnya dalam posisi sama, (4)
memerlukan considerable pengawasan, (5) salah memahami
penjelasan singkat atau instruksi lain, (6) sering tidak dapat
mencapai standart kualitas, (7) kadang-kadang mempunyai
hubungan buruk dengan rekan dan rekanan, (8) kadang-kadang
terlambat atau tidak hadir bekerja.
e) Karakteristik kinerja rata-rata atau cukup dapat diukur dari: (1)
bekerja sesuai standart yang disepakati, (2) dapat menyesuaikan
pada permintaan proyek baru atau rekanan, (3) dapat memahami
dan menginterpretasikan penjelasan singkat atau instruksi, (4)
mempunyai hubungan baik dengan rekan dan rekanan, (5) perlu
19
sedikit pengawasan, (6) membuat beberapa kesalahan tetapi
dapat melihatnya, (7) menunjukkan inisiatif, (8) tidak
bisaterlambat atau tidak hadir di pekerjaan.
f) Adapun karakter kinerja baik atau superior ditunjukkan antara
lain dengan:(1) menghasilkan pekerjaan diatas apa yang telah
disetujui, (2) bekerja lebih cepat dan akurat daripada mereka
yang berada di posisi sama, (3) dapat bekerja tanpa pengawasan
untuk jangka waktu lama, (4) popular dengan rekan dan rekanan,
(5) dapat dengan mudah mengikuti instruksi dan
memperluasnya, (6) melihat kesalahan sendiri dan
mengoreksinya, (7) dapat mengatasi tugas kompleks, (8)
membuat saran untuk perbaikan.
g) Contoh karakteristik kinerja unggul atau outstanding antara lain
adalah: (1) secara konsisten melebihi tujuan dan sasaran yang
telah disetujui, (2)dapat bekerja cepat dan standart tinggi secara
konsisten, (3)dapat bekerja tanpa pengawasan, (4) diharapkan
mengambil kepemimpinan, (5) mempunyai pemikiran yang
dihargai, yang secara konstan mencari, (6) adalah natural leader,
mendorong mereka di sekitarnya.
2. A Ranking System
Apabila rating menciptakan gambaran yang jelas kinerja pekerja
individual, ranking menciptakan perbandingan langsung kinerja
diantara lebih dari satu pekerja dalam posisi yang sama. Ranking
20
menunjukkan pekerja mana yang paling berhasil secara keseluruhan
dalam tugas-tugas penting.
3. A Narrative System
Narrative umumnya menjadi bagian dari review kinerja. Ini
merupakan gaya essai deskriptif memperinci kinerja individual. System
ini digunakan karena member kesempatan untuk mengurangi sifat kaku
dari formulir penilaian dan bekerja terbaik ketika dipertimbangkan
sebagai pelengkap terhadap ranking atau rating. System narrative sering
diberi bobot besar pada formulir penilaian karena memerlukan
ketrampilan menulis yang mungkin tidak dimiliki manajer dan juga
mengundang pendekatan subjektif pada penilaian karena tidak ada
kriteria yang ditentukan sebelumnya.
e. Manfaat Penilaian Kinerja
Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka.
Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja
Dengan adanya penilaian, pegawai memperoleh umpan balik dan dapat
memperbaiki kualitas pekerjaan mereka.
2. Kesempatan kerja yang adil
Penilaian kerja yang akurat akan menjamin setiap pegawai akan
memperolehkesempatan menempati posisi pekerjaan sesuai
kemampuannya.
21
3. Kebutuhan-kebutuhan pelatihan pengembangan
Melalui penilaian kinerja akan diketahui pegawai mana yang memiliki
kemampuan rendah dan kemudian akan ditindak lanjuti dengan adanya
program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
4. Penyesuaian kompensasi
Penilaian kinerja dapat membantu manajer untuk mengambil keputusan
dalam menentukan perbaikan pemberian gaji, kompensasi, dan sebagainya.
5. Keputusan-keputusan promosi dan demosi
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengambil keputusan untuk
mempromosikan pegawai yang berprestasi baik dan demosi untukpegawai
yang berprestasi kurang baik.
6. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menilai desain kerja, maksudnya
yaitu hasil dari penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan-
kesalahan dalam desain kerja.
7. Penyimpangan-penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menilai proses rekruitmen dan
seleksi pegawai yang sebelumnya. Kinerja yang sangat rendah bagi pegawai
baru mencerminkan adanya penyimpangan-penyimpangan proses
rekruitmen dan seleksi.
2. Disiplin Kerja
22
Disiplin kerja sangat penting bagi karyawan maupun bagi organisasi karena
disiplin kerja akan mempengaruhi produktifitas kerja karyawan. Oleh karena itu
karyawan merupakan motor penggerak utama dalam organisasi. Disiplin kerja
yangbaik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugastugas
yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Sutrisno (2009) menyatakan
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan. Selanjutnya menurut Wursanto
(2000) menyatakan bahwa Disiplin adalah suatu ketaatan karyawan terhadap suatu
aturan atau ketentuan yang berlaku dalam perusahaan atas dasar adanya suatu
kesadaran atau keinsyafan bukan hanya unsur pamaksaan.
a. Macam – Macam Disiplin kerja
Menurut Mangkunegara (2011) ada 2 bentuk disiplim kerja yaitu disiplin
preventif dan disiplin korektif
a) Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalahsuatu upaya untuk menggerakan pegawai
mengikuti dan memenuhi pedoman kerja, aturan–aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan.Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakan pegawai berdisiplin diri.Dengan cara preventif,pegawai
dapat memelihara dirnya terhadap peraturan – peraturan perusahaan
(Mangkunegara,2011).
Pemimpin perusahan mempunyai tanggung jawa dalam membangun
iklim organisasi dengan displin preventif.Begitu juga pegawai harus
wajibmematuhi,memahami semua pedoman kerja serta peraturan-
23
peraturan yang ada dalam organisasi Mangkunegara (2011).Selain itu
disiplin preventif dapat dilihat dari kartu absensi,tepat waktu,dan jam
kantor (Siagin,2008).
Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada
disiplin pribadi para anggota otganisasi.Akan tetapi agar disiplin
pribadi para anggota tersebut semakin kokoh,painag sedikit tiga hali
yang perlu mendpaat perhatian manajemen,yaitu (Siagian,2008).
1) Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa
memiliki organisasi.
2) Para karyawan perlu diberi penjelasan tetang berbagai ketentuan
yang wajib ditaai danstandar yanag harus dipenuhi.
3) Para karyawan didorong untuk menetukan sendiri cara – cara
pendisiplinan diri dalam keangka ketentuan – ketentuan yang
berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi
b) Displin korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai
dalam menyatukan suatu peraturan dan menggerakanan untuk tetap
mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yanag berlaku pada
perusahaaan. Pada disiplin korektif,pegawai yang melanggar disiplin
perlu diberikan sanksi, tujuannya untuk memperbaiki pegawai
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan
pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara,2011).
24
Sedangkan menurut Siagian (2008) disiplin korektif adalah upaya
penerapan disiplin kepada karyawan yang nyata telah melakukan
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar yang telah ditetapkan dan kepadanya dikenakan
sanksi secara bertahap.Pendisiplinan korektif dapat dilihat dari taatdan
patuh terhadap peraturan, sanksi atau peringatan, hukuman untuk
mengurangi kelalaian.
Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan prosedur yang
seharusnya, yang berarti bahwa prosedur harus menunjukan pegawai
yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang
seharusnya itu dimaksud adalah (Keith Davis dalam Mangkuenegara,
2011):
1) Suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai
berperan dalam pelanggaran.
2) Hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh
pegawai lain.
3) Disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
keterlibatan pelanggaran.
b. Indikator Disiplin Kerja
Robbins dan Coulter (2005) menyatakan bahwa kriteria yang dipakai dalam
disiplin kerja tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator disiplin kerja
yaitu diantaranya:
25
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu disini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi: kehadiran dan
kepatuhan karyawan pada jam kerja, karyawan melaksanakan tugas
dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar
tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu
dibutuhkan sikap setia dari karyawan terhadap komitmen yang
ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti taat dan patuh dalam
melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib yang telah
ditetapkan serta ketaatan karyawan dalam menggunakan kelengkapan
pakaian seragam yang telah ditentukan organisasi atau perusahaan.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan dan
pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat
menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya
kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya sebagai seorang karyawan
c. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011) mengemukakan beberapa
faktor faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu :
a) Besar kecilnya pemberian kompensasi.
26
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan mematuhi segala peraturan yang belaku, bila ia merasa
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang
telah dikontribusikan bagi perusahaan
b) Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana
pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaiman ia dapat
mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan bagaiman ia dapat
mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
c) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila
tidak adanya aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan
bersama.
d) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
tingkat pelanggaran yang dibuatnya.
e) Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan, yang akan mengarahkan karyawan agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Orang
27
yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini tentulah
atasan langsung para karyawan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan para
atasan langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat dengan para
karyawan yang ada dibawahnya.
f) Ada tidaknya perhatian kepada para
Seorang karyawan tidak hanya puas dengan menerima kompensasi yang
tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi mereka juga masih membutuhkan
perhatian dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin
didengar, dan dicarikan jalan keluarnya. Pimpinan yang berhasil memberi
perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat menciptakan
disiplin kerja yang baik.
g) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya
disiplin.Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:
1) Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.
2) Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi
pertemuan yang berkaitan dengan nasib
3) Saling menghormati,bila bertemu di lingkungan kerja
4) Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja,
dengan menginformasikan, kemana dan untuk urusan apa, walaupun
kepada bawahan sekalipun.
28
d. Pentingnya Disiplin Kerja
Menurut Edy Sutrisno (2011) mengemukakan bahwa tujuan utama disiplin
adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah
pemborosan waktu dan energi. Selain itu, disiplin mencegah kerusakan atau
kehilangan harta benda, mesin, peralatan dan perlengkapan kerja yang disebabkan
oleh ketidakhati-hatian, senda gurau atau pencurian. Disiplin mencoba mengatasi
kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena kurang perhatian,
ketidakmampuan, dan keterlambatan.
Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya
mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Disiplin
juga berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar karyawan dan mencegah
ketidaktaatan yang disebabkan oleh salah pengertian dan salah penafsiran. Disiplin
kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan
organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi, adanya disiplin kerja akan
menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja
yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan
tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan
pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.
29
e. Peraturan yang berkaitan dengan disiplin kerja
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan disiplin menurut Singodimedjo
dalam Edy Sutrisno (2011) antara lain :
1. Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat
2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit
kerja lain.
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para karyawan selama dalam organisasi dan sebagainya.
f. Fungsi Disiplin Kerja
Menurut Pandi (2016), disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap karyawan.
Disiplin menjadi persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan
berdisiplin yang akan membuat karyawan mendapat kemudahan dalam bekerja,
dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung
usaha pencapaian tujuan. Fungsi disiplin antara lain :
1. Menata kehidupan bersama dalam suatu organisasi.
2. Membangun dan melatih kepribadian yang baik.
3. Pemaksaan untuk mengikuti peraturan organisasi.
4. Sanksi atau hukuman bagi yang melanggar disiplin
g. Prinsip-Prinsip Disiplin Kerja
Menurut Pandi (2016) mengemukakan beberapa prinsip pendisiplinan sebagai
berikut :
1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi
30
2. Pendisiplinan harus bersifat membangun
3. Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera
4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan
3. Stres Kerja
Menurut Nawawi (2006) memberikan definisi stres sebagai suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Keadaan tertekan tersebut secara
umum merupakan kondisi yang memiliki karakteristik bahwa tuntutan lingkungan
melebihi kemampuan individu untuk meresponnya. Lingkungan tidak berarti hanya
lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan sosial. Lingkungan seperti ini juga
terdapat dalam organisasi kerja sebagai tempat setiap anggota organisasi atau
karyawan menggunakan sebagian besar waktunya dalam kehidupan sehari-hari.
Stres kerja menurut Handoko (2011) adalah suatu kondisi ketegangan
yangmempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu
besar dapatmengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala
stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini
menyangkut baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang
mengalami stres bisa menjadi nerveous dan merasakan kekhawatiran kronis.
Mereka sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat relaks,atau
menunjukkan sikap yang tidak kooperatif. Mereka biasanya sering melarikan diri
dengan minum alkohol atau merokok secara berlebihan. Di samping itu, mereka
bahkan bisa terkena berbagai penyakit fisik, seperti masalah pencernaan atau
tekanan darah tinggi, serta sulit tidur.
31
Kondisi-kondisi tersebut meskipun dapat juga terjadi karena penyebab-
penyebab lain, tetapi pada umumnya hal itu merupakan gejala-gejala stres. Stres
kerja merupakan bagian dari stres dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bekerja
potensi untuk mengalami stres cukup tinggi, antara lain dapat disebabkan oleh
ketegangan dalam berinteraksi dengan atasan, pekerjaan yang menuntut konsentrasi
tinggi, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan, kondisi kerja yang tidak
mendukung, persaingan yang berat dan tidak sehat, dan lain-sebagainya.
Mangkunegara dalam Nawawi (2006) mendefinisikan stres kerja sebagai
rasatertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Stres kerja
dapat terjadi pada setiap jajaran, baik pemimpin (manajer) maupun yang dipimpin,
staf dan para tenaga ahli/profesional di lingkungan suatu organisasi. Oleh karena
itu usaha untuk menghindari stres menjadi sangat penting untuk dilakukan. Usaha
tersebut harus dilakukan pada pimpinan dari jajaran bawah, menengah sampai
jajaran atas, karena siapapun diantaranya yang mengalami stres tidak dapat dan
tidak mungkin bekerja secara efektif dan efisien
a. Penyebab Stres
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors.
MenurutHandoko (2011) penyebab stres ada dua, yaitu on-the-job dan off-the-job.
Penyebab-penyebab stress on-the-job antara lain beban kerja yang berlebihan,
tekanan atau desakan waktu, kualitas supervisi yang jelek, iklim politis yang tidak
aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang
tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung-jawab, kemenduaan peranan,
frustrasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-nilai
32
perusahaan dan karyawan, serta berbagaibentuk perubahan. Sedangkan penyebab
stres off-the-job antara lain kekuatiran finansial, masalah-masalah yang
bersangkutan dengan anak, masalah-masalah fisik, masalah-masalah perkawinan
(misal, perceraian), perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal, serta
masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara. Indikator Stress
kerja dari Robbins (2006): 1) Gejala Fisiologi, 2) Gejala Psikologis, 3) Gejala
Perilaku
b. Jenis-Jenis Stess
Selye ( 2001) membedakan stres menjadi 2 (dua), yaitu:
Distress
Merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak
menyenangkan. yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak)., yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, pertengkaran, kematian pasangan hidup, dan lain-lain.
Eustress
Merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang
menyenangkan. hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.Sebagai contoh:
perubahan peran setelah menikah, kelahiran anak pertama, dan lain-lain.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Disiplin kerja dan Kinerja karyawan
33
Kedisiplinan merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi kinerja
karyawan. Semakin baik disiplin karyawan, maka semakin tinggi prestasi kerja
yang dapat dicapainya. Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa “Disiplin kerja
yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-
tugas yang diberikan kepadanya”. Hal ini dapat mendorong gairah kerja guna
terwujudnya tujuan perusahaan.
Prawirosentono (2008) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan yang salah satu diantaranya adalah disiplin kerja. Disiplin kerja
diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin karyawan
akan berusaha untuk melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja yang
dihasilkan akan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarani
(2014) yaitu hasil penelitian disiplin berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi disiplin karyawan maka
kinerja yang dihasilkan juga akan meningkat.
2. Hubungan Stress Kerja dan Kinerja Karyawan
Stres kerja memiliki hubungan yang berkesinambungan karena stress yang
dirasakan oleh karyawan akan sangat mempengaruhi kinerja karyawan menurut
Sprihanto,dkk (2003), hubungan sters dengan kinerja tampak jelas bahwa stress
yang terlalu rendahatau tinggi dapat menyebabkan kinerja yang rendah (tidak
optimum) Stres yang berlebihan akan menyebabkan frustasi dan dapat menurunkan
kinerjanya, sebaliknya stres yang terlalu rendah menyebabkan karyawan tersebut
tidak termotivasi untuk berkinerja dengan baik. Menurut Rose dalam jurnal Usman
34
Basher & Muhamad Ismail Ramay(2010), karyawan memiliki kecenderungan
tingkat stres yang tinggi tentang waktu, bekerja berjam-jam lebih lama yang akan
mengurangi dorongan karyawan untuk melakukan yang lebih baik, stress di
lingkungan kerja mengurangi niat karyawan untuk melakukan lebih baik dalam
meningkatkan pekerjaan, jika stres meningkat kecenderungan karyawan untuk
bekerja dengan baik menurun. Tapi stres diperlukan untuk meningkatkan kinerja
karyawan dengantingkat tertentu.
Gambar 2.1
Hubungan stress kerja dan kinerja karyawan
Tinggi
kinerja
Rendah Stres kerja Tinggi
Sedangkan menurut Robin (1996) menyatakan logika yang Mendasari U terbalik
itu adalah bahwa tingkat rendah sampai sedang sering melakukan stress.
Merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi. Pada saat itulah
individu sering melakukantugasnya dengan lebih baik.
3. Hubungan anatara Disiplin kerja ,Stres kerja dan Kinerja karyawan
Disiplin kerja dan Stres kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.Disiplin kerja dan Stres kerja yang dimiliki oleh karyawan
35
Kinerja yang diharapkan oleh perusahaan ditentukan oleh seberapa besar
disiplin kerja dan stres kerja yang dimiliki oleh karyawan.Robbins (2006)
menyatakan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya iklim organisasi, kepemimpinan, kualitas pekerjaan,
kemampuan, inisiatif, motivasi, daya tahan atau kehandalan, kuantitas kerja
dan disiplin kerja. Peningkatan disiplin kerja pada diri karyawan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja
organisasi.Menurut Suprihanto, dkk (2003), hubungan stres dengan kinerja
tampak jelasbahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan kinerja yang rendah (tidak optimum). Bagi seorang pemimpin
tekanan-tekanan yang diberikan kepada seseorang pekerja haruslah
dikaitkan dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanantersebut masih
dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan frustasi dan
dapat menurunkan kinerjanya,
D. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Disiplin kerja
terhadap kinerja karyawan,pengaruh strres kerja terhadap kinerja
karyawan dan pengaruh disiplin kerja dan stress kerja secara simultan
terhadap karyawan.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja
karyawan, variabel bebas dalam penelitian ini adalah disiplin kerja dan
strees kerja.Adapaun indikator-indikator kinerja karyawan menurut
pendapat Mangkunegara (2006) yang meliputi : 1) Kuantitas, 2) Kualitas,
3) Ketepatan waktu.Indikator disiplin kerja menggunakan pendapat dari
36
Robbins dan Coulter (2005) yang meliputi : 1) Disiplin waktu ,2) Disiplin
peraturan ,3) Disiplin tanggung jawab.Indikator Stress kerja menggunakan
pendapat dari Robbins (2006) : 1) Gejala Fisiologi, 2) Gejala Psikologis,
3) Gejala Perilaku.Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka
kerangka pikir pada tabel 2.1
Gambar 2.2
Kerangka Hubungan Disiplin Kerja,Stres Kerja Dan Kinerja
H 1
H 3
H 2
Hasibuan(2003),menyatakan bahwa faktor disiplin sangat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.Disiplin biasanya berbanding lurus terhadap kinerja
karyawan dalam suatu perusahaan,bila tingkat disiplin karyawan suatu
perusahaan baik maka tingkat kinerja perusahaan itu juga akan baik.
Disiplin Kerja(X1)
Robbins dan coulter
(2005)
1)Disiplin waktu
2)Disiplin peraturan
3)Disiplin tanggung
jawab
Stres Kerja (X2)
Robbins (2006)
1)Gejala fisiologi
2)Gejala
psikologis
3)Gejala perilaku
Kinerja (Y)
Mangkunegar
a (2006)
1)Kuantitas
2)Kualitas
3)Ketepatan
waktu
37
Berdasarkan hasil penelitian Titik Puji Astutik (2016) mengemukakan
bahwa disiplin kerja dan stress kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawa.Dari uraian tersebut maka dapat di hipotesiskan :
1. H1 :Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
THS Jaya Block
Stres kerja dapat berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan menurut
Rosidah (2003) kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman,
dan kesungguhan, serta waktu. Akibat pengaruh stress tersebut akan membuat
kinerja mengalami perubahan. Menurut Kirkcaldy dalam Gita Pratiwi (2010)
stress kerja dapat mempengaruhi penurunan kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian olehTri Wartono (2017) mengemukakan bahawa
stress kerja dan kinerja karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan sehingga hipotesis 2 sebagai berikut:
2. H2 : Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
THS Jaya Block
Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh H.M
Thamrin Noor (2016), yang menyatakan bahwa disiplin kerja dan stress kerja
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja. Dari uraian tersebut
maka dapat di hipotesiskan :
3. H3 :Disiplin kerja dan Stress kerja secara simultan berpengaruh
signifikanterhadap kinerja karyawan PT. THS Jaya Block