TESIS PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...

177
KOMPETENSI SOSIAL DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) LINGGA DABO SINGKEP KEPULAUAN RIAU TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam Oleh: SAID REZA FASITO NIM: 182866 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

Transcript of TESIS PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...

KOMPETENSI SOSIAL DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) LINGGA DABO SINGKEP

KEPULAUAN RIAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

SAID REZA FASITO NIM: 182866

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

ii

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA

Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731

e-mail: [email protected]

Pembimbing I : Prof. Dr.Risnita, M.Pd

Pembimbing II : Dr.Jalaluddin,M.Pd.

Jambi, 2 Agustus 2021

Alamat : Pascasarajana UIN STS Jambi Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura

Kepada Yth. Bapak Direktur Pascasarja UIN STS Jambi Di – Jambi

NOTA DINAS

Assalamualaikum wr, wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku Pascasarjana UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara SAID REZA FASITO. NIM: 182866. dengan judul Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau telah diperbaiki sebagaimana mestinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister (S2) Program Studi Pendidikan Islam dalam kosentrasi Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.

Demikian yang dapat kami sampaikan pada bapak, semoga

bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Risnita, M.Pd Dr.Jalaluddin,M.Pd.I

iii

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731

e-mail: [email protected]

PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK UJIAN TESIS

Pembimbing I

Prof. Dr.Risnita, M.Pd

Pembimbing II

Dr.Jalaluddin,M.Pd.I

Mengetahui Wakil Direktur

Dr. Badarussyamsi, S. Ag., MA

Nama : SAID REZA FASITO Nim : MMP. 182866 Judul : Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau

iv

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731

e-mail: [email protected]

PERNYATAAN ORSINALITAS TESIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SAID REZA FASITO

Nim : 182866

Tempat Tanggal Lahir : Dabo Singkep, 02 Maret 1968

Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam

Alamat : Jalan Mutiara, RW 13 Dabo Singkep

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya tesis yang berjudul:

“Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau” adalah benar karya asli saya,

kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini

tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggungjawab sesuai dengan

hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan Pascasarjana UIN STS

Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui tesis ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 10 Maret 2021

NIM: MMP. 182866

v

Penulis

SAID REZA FASITO

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731

e-mail: [email protected]

PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS

Tesis dengan judul “Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu

Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau, yang

diujiankan oleh Sidang Pascasarjana UIN STS Jambi pada :

Hari : Kamis,

Tanggal : 08 Juli 2021

Jam : 15.00 - 16.30 WIB

Tempat : (Aplikasi Zoom) Online

Nama : Said Reza Fasito

Nim : MMP182866

Telah diperbaiki sebagai mana hasil sidang diatas dan telah diterima

sebagai bagaian dari persyaratan tahap akhir tesis dalam kosentrasi

Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.

PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS

NO Nama Tanda Tangan Tanggal

1 Dr. Badarussyamsi, S.Ag., M.A

(Ketua Sidang)

23-09-2021

2 Dr. Jamaluddin, M. Pd.I

(Penguji I)

15-08-2021

3

Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I (Penguji II)

25-08-2021

4

Prof. Dr. Risnita, M.Pd (Pembimbing I)

13-08-2021

5

Dr.Jalaluddin, M.Pd.I (Pembimbing II)

10-08-2021

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731

e-mail: [email protected]

vi

MOTTO

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal (Q.S. Al-Hujarat 13).1

1 Al-Quran Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Sunnah. 2015.

vii

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada :

1. Yang mulia ibunda Hj. Zainab Hadi

2. Yang mulia ayahanda Said Ruslan (Alm)

3. Kakanda tercinta Sy. Wisma erika, S.Pd (Alm)

4. Kakanda tercinta Said Rezu Firman, S.Ag

5. Kakanda tercinta Drs. H, Said Ricky Pasli

6. Kakanda tercinta Drs. H. Said Rudi Fallaw

7. Adinda Ir. H. Said Krisna Pandi

8. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam di

Pascasarjana UIN STS Jambi

viii

KOMPETENSI SOSIAL DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) LINGGA DABO SINGKEP KEPULAUAN RIAU.

Oleh:

SAID REZA FASITO. NIM: 182866.

ABSTRAK

Penelitian ini berangkat dari tiga pertanyaan mendasar Pertama bagaimana kompetensi sosial dosen. Kedua apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen. Ketiga bagaimana upaya yang dilakukan untuk mingkatkan kompetensi sosial dosen.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriftif dengan mengunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi dan melakukan konsultasi ke pembimbing.

Hasil penelitian ini mengungkapkan, pertama kompetensi sosial dosen terlihat dari; a) pengatahuan sosial dosen, b) kepercayaan diri dosen dalam usaha pemecahan masalah, c) empati, yakni kemampuan menghargai perasaan orang lain serta mampu mengendalikan emosi yang tulus dalam menjalin hubungan, d) sensitivitas sosial dosen yakni kemampuan untuk menerima dan merespon norma-norma yang berlaku disekitarnya. Kedua; Faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah; a) Interpersonal dosen yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap sosial, b) Lingkungan sosial dosen, yang terdiri dari nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berkembang dimasyarakat. Ketiga upaya yang dilakukan adalah; a) mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya dan tradisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial. Peningkatan pengetahuan dan kasadaran sosial, b) mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang dilakukan, c) membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus dan diluar kampus.

Kata Kunci : Kompentensi Sosial, Dosen

ix

OCIAL COMPETENCY OF LECTURERS OF HIGH SCHOOL OF SCIENCE TARBiyah (STIT) LINGGA DABO SINGKEP RIAU ISLAND.

By:

SAID REZA FASITO. ID number: 182866.

ABSTRACT

This research departs from three basic questions. First, how is the lecturer's social competence. Second, what are the factors that influence lecturer's social competence. Third, how are the efforts made to improve the social competence of lecturers.

This study uses a descriptive qualitative approach by using data collection methods of observation, interviews and documentation. The data analysis technique stage includes data reduction, data presentation and data verification, while checking the reliability of the data is carried out by extending participation, observing accuracy, triangulation and consulting with supervisors.

The results of this study reveal, First; The lecturer's social competence can be seen from; a) lecturer's social knowledge, b) lecturer's confidence in problem solving, c) empathy, namely the ability to respect the feelings of others and be able to control sincere emotions in relationships, d) lecturer's social sensitivity, namely the ability to accept and respond to norms happening around him. Second; Factors that affect lecturer's social competence are; a) Lecturer interpersonal which includes knowledge, skills and social attitudes, b) Lecturer's social environment, which consists of cultural values and customs that develop in the community. The three efforts made are; a) encourage an increase in lecturers' knowledge and social awareness of customs (social-religion), culture and tradition, democracy, aesthetics and social awareness. Increasing knowledge and social awareness, b) encouraging the participation and involvement of lecturers in social activities that occur in the community that are carried out, c) building social communities that exist in the campus environment and outside the campus.

Keywords: Social Competence, Lecturer

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah Nya yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan judul Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau. Yang

mana penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

persyaratan guna memperoleh gelar MagisterPendidikan Islam dalam

Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS

Jambi.

Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami penulis dalam

menyusun tugas ini terutama dalam mendapatkan data dan mengolahnya,

tetapi semua itu telah dapat diatasi dengan baik berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy'ari, MA., Ph.D Selaku Rektor UIN STS

Jambi

2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmas Syukri, SS., M. Ag, Selaku direktur

Pascasarjana UIN STS Jambi

3. Bapak Dr. Badarussyamsi, S. Ag., MA Selaku Wakil direktur

Pascasarjana UIN STS Jambi

4. Ibu Prof. Dr. Risnita, M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr. Jalaluddin,

M.Pd. I Selaku pembimbing II.

5. Bapak Dr. Jamaluddin M.Pd.I selaku Penguji I dan Bapak Dr. H.

Lukman Hakim, M.Pd.I selaku Penguji II.

6. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN

STS Jambi

7. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN STS Jambi

8. Bapak dan Ibu Staf Pascasarjana UIN STS Jambi

9. Teman-Teman seperjuangan Prodi Manajemen Pendidikan Islam di

Pascasarjana UIN STS Jambi

xi

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu segala kritikkan dan saran yang bersifat membangun akan

penulis terima dengan senang hati. Dan mudah-mudahan Tesis ini

berguna bagi berbagai pihak. Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi

semua orang, terlebih untuk pribadi penulis sendiri.

Jambi, 10 Maret 2021 Penulis

SAID REZA FASITO NIM: MMP. 182866

xii

DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL..................................................................... i

LEMBAR LOGO ........................................................................ ii

HALAMAN NOTA DINAS ......................................................... iii

LEMBARAN PERSETUJUAN.................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ................... v

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................... vi

HALAMAN MOTTO.................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................. ix

ABSTRAC ................................................................................ x

KATA PENGANTAR .................................................................. xi

DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................... 9

C. Fokus Penelitian ......................................................... 9

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

A. Landasan Teori ................................................................. 11

1. Kompetensi Sosial Dosen ............................................. 11

2. Kompetensi Sosial dalam Perspektif Islam .................. 33

3. Sintesis Teori Kompetensi Sosial .................................. 47

B. Penelitian Yang Relevan ................................................... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ...................................................... 57

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ................................. 58

C. Jenis dan Sumber Data..................................................... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 62

E. Teknik Analisis Data ......................................................... 63

F. Uji Keterpercayaan Data .................................................. 66

G. Rencana Penelitian ........................................................... 68

i

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN, TEMUAN

PENELITIAN DAN ANSLISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 69

1. Profil ............................................................................ 69

2. Sejarah ........................................................................ 69

3. Letak Geografis ........................................................... 70

4. Visi Misi dan Tujuan..................................................... 70

5. Struktur ........................................................................ 73

6. Keadaan Dosen ........................................................... 77

7. Penjamin Mutu ............................................................. 84

8. Kurikulum ..................................................................... 85

9. Keadaan Mahasiswa ................................................... 90

10. Sarana Prasarana ....................................................... 90

B. Temuan Penelitian Dan Analisis Hasil Penelitian .............. 93

1. Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau ................................... 93

2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kompetensi

Sosial Dosen Di STIT Lingga 118

3. Upaya peningkatan Kompetensi Sosial

Dosen ........................................................................... 126

4. Analisis Hasil dan Pembahasan ................................ 130

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ............................................................. 136

B. Rekomendasi ......................................................... 139

C. Saran ...................................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA

CURRUCULUM VITEA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1:Jadwal Penelitian .................................................. 81

Tabel 4.1: Jumlah Dosen Program Studi ................................ 92

Tabel 4:2 Dosen Tetap MPI .................................................. 93

Tabel 4:3 Dosen Tetap PAI .................................................... 94

Tabel 4.4: Jumalah Karyawan ................................................ 95

Tabel 4.5:Jumlah Mahasiswa ................................................. 102

Tabel 4.6: Sarana STIT Lingga .............................................. 103

Tabel 4.7:Prasarana STIT Lingga .......................................... 104

iii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Struktur Organisasi ............................................. 86

iv

A. Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini ada banyak ragam perguruan tinggi di Indonsia, salah

satu diantaranya adalah PTKI yang meliputi PTKIN Dan PTKIS.

PTKIN adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang

dikelola langsung oleh pemerintah melalui kemenag, sedangkan

PTKIS adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta yang

dikelola secara mandiri melalui yayasan atau kelompok masyarakat,

namun keduanya tetap berada di bawah naungan Diktis Kemenag RI.

Berdasarkan data yang terhimpun bahwa ada 55 PTKIN dan 700 an

lebih PTKIS yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Ini

menandakan bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI),

memiliki peran penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

bangsa.2

Keberadaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tidak

saja berimplikasi pada pengetahuan keagamaan semata, tetapi juga

memiliki implikasi terhadap perubahan kehidupan sosial yang ada di

masyarakat. Karenanya ada tiga tugas besar perguruan tinggi

keagamaan Islam di Indonesia antara lain:

1. Mencetak sarjana yang berkualitas, bermutu dan berakhlak; dalam

artian tidak hanya pintar namun juga mampu bersaing dengan

bangsa lain dalam bingkai keIslaman.

2. Mempertahankan dan merawat Islam Indonesia yakni Islam yang

damai-toleran-demokratis terhadap keberagaman yang ada di

bangsa Indonesia.

2 Di akses dari diktis.kemenag.go.id/v1/ pada tanggal 21 Januari 2020

1

2

3. Mentransformasi atau melakukan objektivikasi pengetahuan

keagamaan menjadi perilaku keagamaan. “Tidak hanya mencetak

sarjana yang tahu, tetapi bisa dilakukan dalam praktek sehari-hari.3

Dari tiga soal tersebut, maka tantangan Perguruan Tinggi Keagamaan

Islam (PTKI), menjadi tidak mudah, artinya Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam, selain harus memiliki sistem manajerial dan arah

pengambangan yang jelas, harus juga di dukung oleh sumber daya

manusia mumpuni. Tidak saja pada sumber daya manusia

stakeholdernya tetapi juga sumber daya manusia dosennya.

Berdasarkan kedudukan sebagaimana di atur pada pasal 5 UU

No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ditegaskan bahwa dosen

adalah tenaga profesional yang menjadi agen pembelajaran,

pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi

kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional.4 Seorang dosen harus memiliki kapabilitas dalam bidang

keilmuan tertentu dan dengan kapabilitasnya itu dia bisa mengajar,

meneliti untuk mengembangkan teori-teori serta teknologi dalam

bidang keilmuannya dan bahkan melakukan pengabdian pada

masyarakat.

Artinya, dosen harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan

bidang tugasnya agar mampu menjalankan Tri Dharma Perguruan

Tinggi yaitu dalam bidang pendidikan seperti mengembangkan

kurikulum; menyusun bahan ajar dengan baik, baik berbentuk modul,

buku teks; maupun bidang penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Dosen juga harus mampu mengembangkan suasana

belajar yang dinamis dengan tetap menghargai para mahasiswanya

agar optimal dalam belajar. Guna melaksanakan tugasnya, setiap

dosen harus memiliki integritas yang kuat dalam profesi

kedosenannya sekaligus meyakini bahwa profesinya sebagai dosen

3 Di Akses dari http://darunnajah.ac.id/tiga-tugas-besar-ptkin-ptkis-di-indonesia/ pada

tanggal 21 Januari 2020 4 Undang – Undang No. 14 tahun 2005 pasal 5 tentang Guru dan Dosen

3

merupakan pilihan terbaik bagi dirinya. Dengan begitu, dosen bisa

bekerja secara total untuk profesinya, bahkan dosen juga harus

mampu meyakinkan orang lain untuk mendukung program-program

tridharma perguaruan tinggi, baik dari kolega, pengelola perguruan

tinggi maupun para mahasiswanya.

Bersamaan dengan itu, dosen juga wajib memiliki berbagai

kompetensi unggulan. Salah satu kompetensi yang harus di miliki

setiap dosen adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan mengelola

hubungan kemasyarakatan yang membutuhkan berbagai

keterampilan, kecakapan dan kapasitas dalam menyelesaikan

masalah yang terjadi dalam hubungan antar pribadi. Signifikansi

kompetensi sosial bagi dosen bisa di rasakan dalam banyak konteks

sosial. Di antaranya dengan menjalin hubungan yang baik dengan

para stakeholder kampus, termasuk di dalamnya para pelanggan

kampus, pengguna lulusan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat

berpengaruh dalam proses pemajuan kampus.

Signifikansi kompetensi sosial dosen juga dapat dirasakan

melalui cara mengajarnya, dosen yang memiliki kompetensi sosial

yang baik akan dapat menghargai tingkat kemampuan yang dimiliki

mahasiswanya, dapat mengajak para mahasiswa untuk pekak dengan

kehidupan sosial disekitarnya. Karena dosen tidak saja menyiapkan

mahasiswanya menjadi profesional tetapi menyiapkan mahasiswanya

memiliki mrelationship dengan masyarakat luas.

Istilah “kompetensi‟ ini dimaknai sebagai “pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak”.5 Secara sederhana kompetensi memiliki

makna tentang seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan,

sikap, nilai, dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki

seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan

5 Depdiknas 2004, hlm 4.

4

tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya.6 Dan

kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan

dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan

orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan

di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak dan

konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan sosial

konseptual.

Tujuan dimilikinya kompetensi sosial bagi dosen adalah supaya

mampu membangun kerja sama yang baik dan stabil baik dengan

dosen lainnya, tenaga kependidikan, mahasiswa, maupun

masyarakat. Kunci keberhasilan lembaga pendidikan tinggi adalah

dosen. Perfomance dan kepribadian dosen mengarah pada baik dan

buruknya keberhasilan proses pendidkan di perguruan tinggi. Untuk

itu kompetensi sosial dosen tidak hanya perlu di lihat dari

pengetahuan, keterampilan, melainykan juga interaksi sosial, baik

dengan mahasiswa, sesama dosen dan lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian yang di lakukan Muawanah sesungguhnya telah

menggambarkan bagaimana seharusnya seorang dosen memiliki

kompetensi sosial untuk tiga konteks;7

1. Mempersiapkan para mahasiswa untuk memasuki dunia profesi,

baik sebagai pegawai, aparatur sipil negara, polisi, tentara,

pegawai swasta, pengusaha, atau bahkan pemimpin politik yang

kekuatannya terletak pada konstituen dan kesuksesannya pada

kemampuan komunikasi sosialnya. Oleh sebab itu, para

mahasiswa harus dilatih untuk bisa memiliki kompetensi sosial,

memiliki kecakapan untuk berkomunikasi, mempengaruhi orang

lain, meyakinkan orang lain untuk bisa melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang diyakini, termasuk kemampuan menerima

6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses, Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya.

2009), hlm 1. 7

Muawanah, Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen; Jurnal Vijjacariya, Volume IV Nomor 1, Tahun 2017, hlm. 20.

5

keragaman sosial, etnik, agama, ras dan budaya. Semua itu harus

dilatih sejak mahasiswa berada di kampus. Lalu, bagaimana dosen

dapat melatih kecakapan sosial mahasiswanya jika dosen sendiri

tidak memiliki kompetensi tersebut? Untuk itu, seorang dosen

harus memiliki kompetensi sosial yang baik. Kemampuan yang

harus dosen latihkan secara terencana kepada para mahasiswa,

karena kecakapan ini tidak ditransformasi atau dilatihkan melalui

kurikulum tertulis. Sebaliknya, kemampuan ini dibangun melalui

kurikulum yang terselubung, namun menjadi bagian dalam proses

interaksi dosen-mahasiswa, baik dalam proses pembelajaran

maupun melalui kegiatan lainnya.

2. Memperkuat profesionalisme melalui proses peer-guidence, peer

review sesama dosen, baik di internal maupun lintas satuan

pendidikan. Dosen yang cenderung introvet, tertutup, dan tidak

banyak berkomunikasi dengan sesama di kampusnya, akan

tereliminasi dan tertinggal oleh berbagai perubahan. Sementara

dalam lintas satuan pendidikan, pemerintah mendorong para

dosen memiliki wadah komunikasi satu sama lain. Wadah

komunikasi dosen ini dibentuk pemerintah dengan tujuan

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang dimulai

dengan peningkatan dosen. Dengan demikian, dosen harus

terbuka, mau menerima dan memberi masukan, dan bersama-

sama memikirkan inovasi dunia pendidikan bagi kemajuan

Indonesia. Untuk itulah, maka setiap dosen atau calon dosen

harus memiliki kompetensi atau kecerdasan sosial.

3. Memperkuat institusi pendidikan melalui optimalisasi partisipasi

seluruh stakeholder kampus guna meningkatkan mutu layanan

pendidikan. Tugas ini seolah-olah merupakan tugas pimpinan saja,

padahal tidak seluruh kegiatan komunikasi dengan pihak-pihak

luar dilakukan oleh pimpinan.

6

Untuk konteks-konteks tertentu, khususnya tentang kemajuan

para mahasiswa menjadi tanggung jawab dosen. Termasuk

perlakuan-perlakuan dosen pada mahasiswa dalam pembelajaran,

seperti menambah jam belajar, melakukan remedial, reinforcement,

dan kunjungan lapangan, merupakan kebijakan setiap dosen yang

harus dikomunikasikan dengan pimpinan.

Demikian pula saat para dosen mencari informasi tentang

kebutuhan-kebutuhan para pengguna lulusan, mereka harus mampu

berkomunikasi dengan para pengguna, mendengarkan secara serius

dan seksama, menghargai pendapat-pendapat mereka. Semua hal ini

harus dilakukan setiap dosen sekaligus merupakan kewajiban yang

mengikat, karena akan selalu ada setiap tahun dan harus dilakukan

sebagai tugas rutin. Oleh karena itu, dosen harus memiliki kompetensi

dan kecerdasan sosial, agar kampus memperoleh informasi yang

dibutuhkan untuk kemajuan dan pemajuan lembaga.

Jadi kompetensi sosial dosen adalah konsep integratif,

komprehensif dan holistik tentang kemampuan dosen dalam

menghasilkan respon penyesuaian yang fleksibel, lentur dan sangat

adaptif terhadap berbagai tuntutan dalam perubahan yang terlihat dari

jalinan komunikasi antara dosen dengan mahasiswa, dosen dengan

sesama rekan dosen dan dosen dengan lingkungan masyarakat.

Sebagai intelektual yang hidup di tengah masyarakat, dosen

perlu memiliki keahlian dalam berbaur dengan masyarakat setempat,

bisa melalui kegiatan adat istiadat, keagamaan, dan sosial budaya.

Keahliannya dalam berbaur akan sangat berpengaruh pada

kehidupan sosialnya, termasuk juga kompetensi sosialnya. Ia akan

lebih peka‟ terhadap masalah –masalah yang ada disekitarnya, dan

akan mudah menerima pikiran orang lain. Sehingga tercipta hubungan

sosial yang baik.

7

Di sisi lain para dosen di tuntut untuk memahami konsteks

kehidupan keagamaan, sosial dan budaya yang menjadi kebiasan

yang berkembang di masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan

sosial yang kuat, dosen akan lebih mudah untuk beradaptasi dan

berimprofisasi dengan lingkungan sosial nya. Sebab itulah kebutuhan

kompetensi sosial dosen harus dipenuhi, karena dosen tidak hanya

bertanggung jawab terhadap pendidikan, melainkan juga terhadap

penelitian dan pengabdian masyarakat. Termasuk menjalin hubungan

yang harmonis di dalam maupun di luar kampus. Bukan justru

sebaliknya.

Begitu pula dengan kehidupan dosen di STIT Lingga, dimana

dosen di tuntut untuk memiliki kompetensi sosial. Dengan

kompetensi sosial yang dimiliki oleh dosen, hubungan sosial yang

terjalin akan semakin baik. Namun berdasarkan hasil observasi

ditemukan bahwa kompetensi sosial dosen belum sepadan dengan

pendapat Marlowe;8

Pertama pengatahuan sosial dosen terhadap konteks sosialnya

masih sangat minim hal ini ditandai dari hasil wawancara yang

menyimpulkan bahwa sebagian oknum dosen tidak begitu mengenal

hukum adat masyarakat setempat.9 Sementara itu dosen dituntut

untuk aktif terlibat dalam kehidupan sosial, yang dimaksud disini

keterlibatan sosial dosen adalah keterlibatnnya secara positif

ditengah masyarakat. berdasarkan dimensi ini, dosen mestinya

terlibat dalam prubahan struktur sosial yang ada di lingkuangan

masyarakat, melalui kompetensi sosial nya.

8 Dam, G. T., and Volman, M. Edocating for Adulthood or for Citizenship: Social

Competence as am Education Goal.European Journal of Education, 42 (2), . 2007, hlm. 281-298 9 Hasill observasi dan wawancara di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo

Singkep Kepulauan Riau”.

8

Kedua; kurangnya kepercayaan diri dosen dalam memecahkan

beberapa permasalahan yang ada disekitarnya, sehingga sebagaian

dosen terkesan kurang aktif dengan lingkungan sosialnya,10 di sisi

lain dosen dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah–masalah

interpersonal-kolektif secara adaptif, dimana dalam mencari

pemecahan masalah individu-kolektif harus mampu memilih tujuan

dan strategi dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain

disamping kebutuhan pribadinya.

Ketiga tingkat kepedulian dosen dan rasa empati yang dimiliki

dalam menjalin hubungan dengan orang yang tidak dikenal, dan

bermasalah masih kurang, sehingga kehidupan sosial dosen hanya

ada dalam singklus kampus dan rumah.11 Padahal dosen dituntut

untuk memiliki kecakapan individu dalam menjalin hubungan dengan

kolega dan non koleganya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam

kegiatan kelompok lainnya. Disamping itu rasa empati adalah

performansi sosial yakni kemampuan berperilaku dengan baik dalam

konteks dan situasi sosialnya yang di tunjukkan dari gaya dalam

berinteraksi dan kemampuan memilih gaya yang efektif dalam

interaksi sosialnya serta ketepatan dosen dalam memilih respon

yang diberikan terhadap situasi yang dihadapi.

Keempat sensitivitas sosial; yakni kemampuan untuk menerima

dan mengerti pesan-pesan verbal dan perhatian pada aturan-aturan

sosial serta norma-norma yang berlaku disekitarnya juga masih

belum terpenuhi oleh sebagian oknum dosen di STIT Lingga. Di

tambah lagi dengan padat nya aktivitas dosen terkait hal-hal yang

bersifat administratif, hal ini tentunya bisa penghambat sensistivitas

sosial dosen di dalam maupun di luar kampus.12 Sebab itu,

penelitian ini bermaksud memotret lebih dalam, bagaimana

10 Ibid.,

11 Ibid.,.

12 Ibid.,

9

susungguhnya kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Provinsi

Kepulauan Riau. Karena kompetensi sosial dosen tidak saja bicara

pengetahuan sosial dosen tetapi juga interaksi sosial dosen didalam

dan diluar kampus. Maka judul penelitian ini adalah “Kompetensi

Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo

Singkep Kepulauan Riau”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, merumuskan beberapa

permasalahan terkait dengan kompetensi sosial dosen di STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau sebagai mana berikut:

1. Bagaimana kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen STIT

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

3. Bagaimana upaya peningkatan kompetensi sosial dosen STIT

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

C. Pembatasan Masalah

Meskipun terdapat beberapa kompetensi yang wajib dilimiliki

oleh dosen, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

kompetensi sosial dosen meliputi, pengetahuan sosial dosen,

kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menjalin hubungan

sosial dosen di dalam dan diluar kampus, faktor yang mempengaruhi

kompetensi sosial dosen serta upaya peningkatan kompetensi sosial

dosen.

10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo

Singkep Kepulauan Riau.

b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial

dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

a. Bagi perguruan tinggi hasil penelitian ini diharapkan menjadi

referensi teoritis terhadap penelitian lanjutan serta menjadi bahan

pertimbangan dalam peningkatan kompetensi sosial dosen.

b. Bagi penulis penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi

ilmiah bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan.

c. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran

secara teoritis dan praktis dalam memahami kompetensi sosial

dosen.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN STUDI RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Kompetensi Sosial Dosen

Kompetensi sosial merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang seharusnya dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas Tri Dharma

Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran/pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat. Tujuan dimilikinya kompetensi

sosial bagi dosen adalah supaya mampu membangun kerja sama

yang baik dan stabil baik dengan dosen lainnya, tenaga

kependidikan, mahasiswa, maupun masyarakat.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan, yakni

seseorang yang memiliki kapabilitas dalam bidang keilmuan tertentu

dan dengan kapabilitasnya itu dia bisa mengajar, meneliti dan

mengembangkan teori-teori serta teknologi dalam bidang

keilmuannya, bahkan juga dapat melakukan pengabdian pada

masyarakat berdasarkan bidang keilmuannya. Kedudukan dosen,

pada dasarnya telah diatur pada pasal 5 UU No. 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, yang menegaskan bahwa dosen adalah

tenaga profesional yang menjadi agen pembelajaran, pengembang

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada

masyarakat yang berfungsi guna meningkatkan mutu pendidikan

secara nasional.13

Karenanya dosen harus memiliki berbagai keahlian ataupun

kompetensi. Diantara kompetensi yang harus dimiliki setiap dosen

adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan

dosen dalam mengelola hubungan didalam maupun diluar kampus,

baik dalam bentuk interaksi maupun komunikasi yang dihadirkan oleh

dosen yang bersangkutan. Sebab itu, dibutuhkan kemampuan dosen

13 Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 5 tentang Guru dan Dosen

11

12

dalam hal kompetensi sosial, dimana dosen yang memiliki

kompetensi sosial akan mudah beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya, termasuk ketika berada ditengah masyarakat. Karen

dosen tidak saja dituntut untuk memberikan materi dalam perkuliahan

tetapi juga menjadi sosok yang terdidik dan harus memberikan

contoh sosial yang baik pada lingkungannya, baik lingkungan tempat

dia bekerja, maupun pada lingkungan sosial masyarakat.

Signifikansi kompetensi sosial bagi dosen bisa dirasakan dalam

banyak konteks sosial. Salah satunya dengan para stakeholder

kampus, termasuk di dalamnya para pelanggan kampus, pengguna

lulusan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh

dalam proses pemajuan kampus. Signifikansi juga dirasakan dengan

kolega mereka di kampus dan para mahasiswa yang prestasinya

berada di tangan dosen sendiri. Para mahasiswa harus dihantarkan

oleh para dosen untuk bisa masuk dalam komunitas profesi, jasa,

pedagang, atau bahkan harus mampu mempersiapkan para

mahasiswa untuk menjadi pengusaha yang sangat membutuhkan

relationship dengan masyarakat luas. Dengan demikian kompetensi

sosial dosen yang dimaksud adalah kemampuan dosen untuk

berinteraksi, berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

mahasiswa, sesama rekan seprofesi, dan masyarakat sekitar.

a. Pengertian Kompetensi Sosial Dosen

Kompetensi sosial terdiri dari kata kompetensi dan sosial,

umumnya kompetensi dalam kamus bahasa indonesia diartikan

sebagai kemampuan, kecakapan, dan keahlian. Pemaknaan

terhadap kompetensi ini, masih sangat beragam. Namun demikian

terdapat beberapa entitas yang dapat di tarik garis merahnya.

Dengan kata lain, kompetensi dapat didefinisikan dari berbagai sudut

pandang, diantaranya tertuang dalam Depdiknas yang megartikan

kompetensi sebagai sebuah “pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

13

nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak”. 14

Secara sederhana kompetensi dapat pula dimaknai sebagai

kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai, dan

keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam

rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab

pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangny. 15 Artinya secara

umum kompetensi dipandang sebagai sebuah kemampuan individu

untuk berperilaku secara efektif dalam kaitannya dengan diri sendiri

dan orang lain, termasuk di dalamnya berbagai situasi kehidupan.

Beberapa pandangan lain, seperti Nurhadi menyatakan, bahwa

“kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”.16

Selanjutnya menurut Mc Ashan menyatakan, ”kompetensi diartikan

Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai

seseorang sebagai pengetahuan”.17 Keterampilan dan kemampuan

yang dikuasai seseorang yangtelah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Mc. Cleland mengemukakan bahwa dalam konteks tradisional,

kompetensi menunjukkan kemampuan individu dalam membaca,

menulis dan berhitung. Dalam perkembangnnya, kompetensi juga

menunjukkan kemampuan individu dalam berperilaku yang

memberikan manfaat di berbagai bidang kehidupan sosial, seperti

kemampuan memimpin dan atau keterampilan sosial.18

Sedikit berbeda, Suhariadi mendefinisikan kompetensi sebagai

suatu perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan motivasi yang

14 Depdiknas, 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP. hlm 4.

15 Sudjana, Nana, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaj

Rosdakarya, 2009), hlm 1. 16

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Jakarta: PT Grasindo).hlm. 15 17

Ibid. hlm. 16. 18

Ibid.,

14

berperan besar dalam kesuksesan melaksanakan tugas, pekerjaan,

atau suatu peran tertentu. 19 Suhariadi juga menyatakan bahwa

kompetensi dipandang sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh

tanggung jawab yang di miliki individu sebagai syarat untuk dapat di

anggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas

tertentu. 20 Dalam hal ini, kompetensi dapat digambarkan sebagai

suatu kemampuan untukm elaksanakan suatu tugas, peran,

kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai pribadi, dan kemampuan unt uk membangun

pengetahuan dan keterampilan yang di dasarkan pada pe ngalaman

dan pembelajaran yang telah dilakukan.

Menurut Gordon ada enam aspek atau ranah yang terkandung

dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut:21

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,

misalnya seorang dosen mengetahui cara melakukan identifikasi

kebutuhan perkuliahan, dan bagaimana melakukan perkuliahan

terhadap mahasiwa sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif

yang dimilki oleh individu, misalnya seorang dosen yang akan

melaksanakan perkuliahan harus memiliki pemahaman yang baik

tentang karakteristik dan kondisi mahasiwa, agar melaksanakan

perkuliahan berjalan secara efektif dan efesien.

3) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu

dosen untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan

kepadanya, misalnya kemampuan dosen dalam memilih dan

19 Isnawati, Dian & Suhariadi Rendi. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun pada Karyawan PT Pupuk Kaltim. Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. Vol. 1, Februari 2013, hlm. 1-6. 20

Ibid., 21

Anderson, Gordon, C, Managing Performance Appraisal System. Blackwell Publishers, UK. 1993

15

membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan

perkuliahan kepada mahasiswa.

4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini

dan secara psikologi telah menyatu dalam diri seseorang,

misalnya standar perilaku dosen dalam pembelajaran (kejujuran,

keterbukaan, demokratis, dan lain- lain).

5) Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak

suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari

luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan

gaji, dan lainlain.

6) Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk

melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan

sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu

Dengan demikian kompetensi adalah pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang dikontruksi dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak yang diterapkan dalam berinteraksi,

berkomunaksi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Selanjutnya, yang maksud dengan kompetensi sosial adalah

sebuah hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas

interaksi antar pribadi. Kompetensi sosial merupakan salah satu jenis

kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen, kompetensi ini

merupakan suatu hal yang penting. Ross-Krasnor mendefinisikan

kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari

perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada

masa perkembangan dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang.22

Kompetensi sosial Menurut Spencer and Spencer adalah

karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk

membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif

22 Denham, S., A., & Queenan, P. Preschool Emotional Competence: Pathway To Social

Competence. Journal of Child Development. Vol. 74, No 1, 238-256. 2003.

16

bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan ditempat kerja yang

terbentuk melalui sinergi antara watak dan konsep diri, motivasi

internal, serta kapasitas pengetahuan sosial konseptual. 23

Pasal 28 ayat 3 butir d menjelaskan bahwa kompetensi

sosial adalah kemampuan guru/ dosen sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau

wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.24 Sedangkan dalam UU

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan

perilaku (afektif) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25

Jadi, kompetensi sosial yang dipahami disini adalah

kemampuan sosial dosen dalam berkomunikasi dan berinteraksi

secara aktif dengan lingkungan sosialnya, baik didalam kampus

maupun diluar kampus. Jika merujuk pada pernyataan aristoteles

yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya manusia itu adalan

zoon politicon atau mahluk sosial yang senantiasa hidup

berkelompok.

Maka manusia dalam hal ini tidak akan mampu hidup sendiri, ia

membutuhkan orang lain untuk menjalankan perannya sebagai

mahluk sosila, begitu pula dosen sebagai manusia. Ia adalah bagian

yang terintegrasi dengan dunia akademik sebagai pendidik, dan

orang yang terdidik ditengah masyarakat. Maka seorang dosen harus

memiliki kapabilatas cukup, sehingga dapat memberikan implikasi

sosial yang cukup baik bagi perubahan sosial didunia akademik

maupun ditengah kehidupan bermasyarakat.

23 Spencer, Lyle & Signe M. Spencer. Competence at Work, Models For Superior

Performance. Canada : John Wiley & Sons, Inc. 1993),hlm.36. 24

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 25

Ibid.,

17

Sebab itu, kompetensi sosial dosen harus dikembangkan

dengan menjalin hubungan baik, antara dosen dengan mahasiswa,

dosen dengan teman seprofesi, dan dosen dengan masyarakat.

dengan adanya hubungan yang baik antar keduanya akan dapat

menghasilkan hubungan timbal balik yang terjalin secara

berkelanjutan. Karena menurut suharsimi bahwa seorang pendidik /

dosen harus mampu berkomunikasi dengan peserta mahasiswa,

teman sejawat dan masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan kajian di atas, maka kompetensi sosial adalah

kemampuan dan kecakapan dosen dalam berinteraksi dan

berkomunikasi secara efektif di dalam dan diluar dunia kampus, baik

komunikasi dengan mahasiswa, dosen, dan masayarakat. Untuk itu

dalam penelitian ini, peneliti membatasi kompetensi sosial sebagai

wujud dari kemampuan berinteraksi dosen mahasiswa, kolega, dan

masyarakat. Karena sesungguhnya kompetensi sosial tidak lepas

dari karakter dan sikap yang melekat pada individu dosen serta

lingkungan sosial yang mengitarinya.

Dosen yang memiliki komptensi sosial yang baik akan dapat

beradaptasi dalam berbagai keadaan, termasuk dalam berinteraksi

dan membangun hubungan kerja sama yang baik dimanapun mereka

ditempatkan. Artinya, dengan kompetensi sosial yang dimiliki, akan

mengahasilkan hubungan yang positif dalam berbagai situasi yang

merupakan pencapaian dari sebuah proses kompetensi sosial, yang

di dilihat dari aspek, interaksi, komunikas dan hubungan.

Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah

kemampuan individu dosen dalam bekerja sama, membangun

interaksi sosial dengan lingkungan disekitarnya, baik dalam aspek

akademik maupun non akademik dengan memanfaatkan

kemampuan dan keahliannya dalam berinteraksi, berkomunikasi dan

beradaptasi dengan lingkungannya, seperti kemampuan seorang

18

dosen dalam menghadapi situasi sosial yang di manisfestasikan

dalam bentuk prilaku yang tepat.

b. Bentuk-Bentuk Kompetensi Sosial Dosen

Dalam beberapa pandangan ahli manyatakan bahwa

kompetensi sosial dapat di tunjukkan dari adanya, kesadaran akan

kondisi emosi dan motivasi, kemampuan untuk memahami emosi

orang lain melalui isyarat non verbal, kemampuan untuk

menggunakan bahasa emosi, empati, memahami bahwa ekspresi

internal dan eksternal mungkin tidak terjadi bersama–sama, terhadap

tekanan emosi, memahami bahwa hubungan baik akan terjadi bila

dapat mengkomunikasikan keadaan emosi, serta ketepatan

mengekspresikan emosi diri.26

Kompetensi sosial dapat pula di tunjukkan dari adanya tiga

model berjenjang yang meliputi penyesuaian sosial, performansi

sosial, dan keterampilan sosial yang dimiliki.27 Penyesuaian sosial

merupakan tingkatan yang paling tinggi. Penyesuaian sosial tampak

pada individu dosen yang mampu memilih perilaku yang tepat yang

sesuai dengan tujuan dan konteks sosialnya. Tingkatan ini mengacu

pada dosen yang mampu mempertemukan harapan mahasiswa,

sesama rekan dosen dan masyarakat. Dosen yang dapat mencapai

tingakatan ini, tidak banyak mengalami permasalahan. Namun bagi

dosen yang mengalami kesulitan mencapai penyesuaian sosial akan

tersisihkan menjadi sosok yang individualistik.

Performansi sosial ditunjukkan dari bagaimana seorang dosen

mampu berperilaku dengan baik dalam konteks dan situasi sosialnya.

Hal ini dapat ditunjukkan dari gaya dosen dalam berinteraksi dan

26 Clikeman, M. S. Social competence in children. Journal for educational research

online , 2007, hlm. 158-160 27

Cavell, T.A., Meehan, B.T., & Fiala, S.E. Assessing Social Competence in C hildren a nd A dolescents. In C .R. R eynolds & R .W. K amphaus ( eds). Handbook of Psychological and Educational Assesment of Children: Personality, Behavior, and Context). (New York ; Guildford Press. 2003), hlm. 433 – 454

19

kemampuan dosen memilih gaya yang efektif dalam setiap interaksi

sosialnya. Sementara tingkatan paling dasar adalah keterampilan

sosial dalam situasi sosialnya. Keterampilan sosial ditunjukkan dari

ketepatan dosen dalam merespon persoalan sosial yang hadapi.28

Selain itu, kompetensi sosial dosen juga dapat ditunjukkan dari

bagaimana dosen mampu memecahkan masalah dan efektivitas

individu dalam berkomunikasi29 Ten Dam & Volman menggambarkan

dimensi kompetensi sosial ini berupa sikap, pengetahuan, refleksi

dan keterampilan dalam kaitannya dengan diri sendiri (intrapersonal),

dalam kaitannya dengan individu lain (interpersonal), serta dalam

kaitannya dengan masyarakat luas (sosial). Kompetensi sosial

mencakup pula keterampilan dasar dan pengetahuan.30

Menurut krasnor kompetensi sosial, pada hakikatnya mencakup

dua dimensi, pertama dimensi pemecahan masalah, dimensi ini

berkaitan dengan kemampuan dosen dalam menyelesaikan masalah

–masalah sosial yang dihadapinya pada saat terjadinya proses

interaksi sosial.31 Dosen dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah

–masalah interpersonal secara adaptif, dimana dalam mencari

pemecahan masalah individu harus mampu memilih tujuan dan

strategi yang mempertimbangkan kebutuhan orang lain disamping

kebutuhan pribadinya. Kedua, Keterlibatan sosial dosen, yang

dimaksud disini keterlibatan sosial dosen adalah keterlibatnnya

secara positif ditengah masyarakat. berdasarkan dimensi ini, dosen

terlibat dalam prubahan struktur sosial yang ada dilingkuangan

masyarakat, melalui kompetensi sosial nya.

28 Ibid.,

29 Kazemi, Farhat, dkk.. “Investigation the impact of chess play on developing meta-

cognitive ability and math problem-solving power of students at different levels of education”. Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol. 32, 2012, hlm. 372-379. 30

Dam, G. T., and Volman, M. Edocating for Adulthood or for Citizenship: Social

Competence as am Education Goal.European Journal of Education, 42 (2), . 2007, hlm. 281-298 31

Ibid.,

20

Marlowe membagi aspek komptensi sosial dalam empat bagian,

pertama; pengatahuan sosial, yakni pengetahuan tentang keadaan

sosial yang sesuai denga konteks sosialnya, Kedua; kepercayaan

diri, yakni perasaan percaya diri sendiri dalam suatu tindakan dan

adnya usaha dalam pemecahan masalah. Ketiga ampati, yakni

kemampuan menghargai persaan orang lain sekalipun orang

tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan dengannya, juga

memberikan respon –respon emosional, mampu mengendalikan

emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang

bersmasalah. Keempat sensitivitas sosial; yakni kemampuan untuk

menerima dan mengerti pesan-pesan verbal dan perhatian pada

aturan-aturan sosial serta norma-norma yang berlaku disekitarnya.32

Gullotta dalam hal ini juga mengemukakan beberapa aspek

kompetensi sosial, yaitu:33

1) Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan

sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal

positif. Kapasitas kognitif meliputi harga diri yang positif,

kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, dan

keterampilan memecahkan masalah interpersonal.

2) Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan

privasi. Kebutuhan sosialisasi merupakan kebutuhan individu

untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungan

dengan orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah

keinginan untuk menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas

melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.

3) Keterampilan sosial, merupakan kecakapan individu dalam

menjalin hubungan dengan koleganya sehingga tidak mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat

terlibat dalam kegiatan kelompok.

32 Ibid.,

33 Gullotta, T. P.; Adams, G, R.; Montemayor, R.. Developing Social Competence In

Adolescent. California: Sage Publications, Inc. 1990.

21

Dari beberapa pandangan diatas maka penulis berkesimpulan

bahwa bentuk–bentuk kompetensi sosial dapat dilihat dari

kemampuan dosen dalam memahami emosi diri, kesadaran akan

kondisi emosi, memahami bahwa hubungan baik akan terjadi bila

dapat mengkomunikasikan keadaan emosi, serta ketepatan

mengekspresikan emosi diri. kemampuan memahami emosi orang

lain yakni kemampuan untuk memahami perasaan individu lain dan

kemampuan memahami bahwa ekspresi internal dan eksternal

mungkin tidak terjadi bersama–sama.

Kemampuan mengelola emosi diri yakni kemampuan untuk

menggunakan bahasa emosi dan isyarat nonverbal serta koping

terhadap tekanan emosi. Empati, performansi sosial yakni

kemampuan berperilaku dengan baik dalam konteks dan situasi

sosialnya yang di tunjukkan dari gaya dalam berinteraksi dan

kemampuan memilih gaya yang efektif dalam interaksi sosialnya.

keterampilan sosial yakni ketepatan dosen dalam memilih respon

yang diberikan terhadap situasi yang dihadapi, serta keterlibatan

sosialnya dalam perubahan struktur sosial.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen

Calhoun menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat

mempengaruhi kompetensi sosial yakni, faktor kognitigf, hubungan

dengan keluarga dan tempramen.34 Demikian pula dengan pendapat

marheni yang menyatakan adanya hubungan positif antara

tempramen seseorang dengan komptensi sosialnya.35

Hurlock mengatakan bahwa pengalaman sosial pada masa-

masa awal akan menentukan kompetensi sosial pada masa

selanjutnya. artinya kompetensi sosial yang dibina pada masa kanak-

34 Calhoun, F & Acocella, J. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan edisi ketiga.(Semarang: IKIP Semarang. 1995), hlm 23. 35

Marheni, A. Hubungan Antara Temprament dan Intelegensi dengan Kompetensi Sosial. Abtraksi Tesis, (Yogyakarta : Program Pasca UGM. 1998), hlm. 4.

22

kanak akan mempengaruhi dan membentuk kompetensi sosial

seseorang ketika tumbuh menjadi manusia dewasa. 36 Maka pola

tersebut cendrung menjadi atribut yang melekat pada dirinya. Boyum

dan Parker merangkum beberapa hasil penelitian yang

mengungkapkan bahwa hubungan sosial dan problematikanya pada

masa- kanak ternyata dapat memprediksi prilaku bermasalah.

Karananya menurut hourlock kompetensi sosial merupakan proses

belajar yang diperoleh individu melalui pengalamannya dalam

berinteraksi. Dan sebagai mahluk sosial, dosen seabagai manusia

harus memiliki komptensi sosial yang cukup. 37

Atas dasar inilah maka, komptensi sosial merupakan sebuah

produk kerjasama yang dihasilkan melalui interaksi sosial yang

berumber dari dalam dirinya, dam diluar dirinya yang diuperkuat dari

pengalaman hidupnya dalam berinteraksi, berkomunikasi dan

bergaul. Selain itu berdasarkan studi literatur, artikel jurnal serta hasil

penelitian yang relevan dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Faktor usia dan kematangan emosi

Usia merupakan kurun waktu sejak adanya seseorang dan

dapat diukur menggunakan satuan waktu dipandang dari segi

kronologis, individu normal dapat dilihat derajat perkembangan

anatomis dan fisiologis sama. Usia juga merupakan waktu lamanya

hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Faktor usia pada

dasarnya sangat mempengaruhi kompetensi sosial seseorang,

dikarenakan semakin berusia maka semakin banyak pengalaman

hidupnya, maka usia menjadi penentu dari kompetensi sosial yang

terlihat dari perjalanan hidupnya. Artinya semakin lanjut Usianya

maka semakin matang emosi sosialnya.

36 Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (terjemahan). (Jakarta: Erlangga. 2012). Hlm. 34. 37

Ibid.,

23

2) Faktor pendidikan

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-

nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi

berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang

terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk

melestarikan hidupnya.

Menurut Jhon Dewey bahwa “Pendidikan adalah proses

pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual

dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. 38 Sedangkan

menurut J.J. Rousseau menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan

memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-

kanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.39

Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan

sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani

agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan

yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau

menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intellect) dan tubuh; dalam pengertian Taman Siswa tidak

boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat

memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan

yang kita didik selaras dengan dunianya 40

38 Dewey John, Democracy And Education, Fourth Edition, terjemahan (New York : The

Macmillan Company,) 1964), hlm. 69. 39

Rousseau, Jean-Jacques, Kontrak Sosial, (Judul asli: The Social Contract), Diterjemahkan oleh Sumardjo, Penerbit Erlangga, Jakarta 1986.hlm 65. 40

Ki Hadjar Dewantara. Pandangan Para Cantrik dan Mantriknya, (Yogyakarta: MLPTS, 1989), hlm. 14.

24

Menurut Redja Mudyahardjo pendidikan dapat dibagi menjadi

tiga, yakni secara sempit, luas dan alternatif. Pendidikan secara luas

adalah mengartikan pendidikan sebagai hidup. Pendidikan adalah

segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan

sepanjang hidup (long life education). Pendidikan adalah segala

situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Secara

simplistik pendidikan didefinisikan sebagai sekolah, yakni pengajaran

yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang di

upayakan terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya

agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh

terhadap hubungan hubungan dan tugas sosial mereka.41 Terdapat

sejumlah nilai budaya yang dapat ditransformasikan dalam dunia

pendidikan yakni: (1) nilai produktif, (2) nilai berorientasi pada

keunggulan (par excellence), dan (3) kejujuran.42

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh melalui banyak hal,

tidak terfokus pada yang formal tetapi juga yang non Formal. Maka

pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi sosial dosen. Melalui pengalaman pendidikan nya, akan

berimplikasi pada bagaimana dosen berhubungan dengan kehidupan

sosialnya baik, dikampus maupun diluar kampus.

3) Faktor sosial dan lingkungan

Faktor sosial dan lingkungan juga menjadi penentu dari

kompetensi sosial yang dimiliki oleh dosen. Faktor sosial dan

lingkungan adalah faktor mempengaruhi pandangan hidupnya. Apa

yang menjadi tradisi dan kebiasaan yang dilakukan akan melekat

pada dirinya. Sehingga keterlibatan sosial dosen ditengah

masyarakat menentukan seberapa besar kompetensi sosialnya.

41 Sulistiawan. Manajemen Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 18.

42 Ibid.,

25

Dosen yang memiliki kompetensi sosial yang baik, akan senantiasa

terlibat dan berkontribusi terhadap perubahan sosial di mana dia

tinggal. Oleh karenanya, faktor sosial dan linggkungan akan sangat

berdampak pada kompetensi sosial yang dosen miliki.

d. Indikator Kompetensi Sosial Dosen

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d

disebutkan bahwa yang di maksud dengan kompetensi sosial adalah

“kemampuan guru/dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.” 43 Sedangkan menurut Naim bahwa “tugas

dan peran pendidik/ dosen tidak hanya terbatas pada lingkungan

pendidikan saja, melainkan juga panutan masyarakat.” Dengan adanya

hubungan ini menciptakan keuntungan mutualisme di antara pendidik

dan lingkungan yang disentuhnya.44

Menurut Mulyasa terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus

dimiliki oleh seorang pendidik meliputi :

1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun

agama;

2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi;

3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi;

4) Memiliki pengetahuan tentang estetika;

5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial;

6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan;

7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.45

43 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

44 Ngainun, Naim. Menjadi Guru Inspiratif: Membudayakan dan Mengubah Jalan Hidup

Siswa. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20110, hlm, 15. 45

Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter.( Jakarta: PT. Bumi Aksara2012), hlm. 176

26

Di sisi lain kompetensi sosial tersebut di rinci menjadi beberapa

faktor, yaitu: bersikap inklusif dan bertindak obyektif, beradaptasi

dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan

masyarakat, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan

komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan

dalam bentuk lain, serta berkomunikasi secara empirik dan santun

dengan masyarakat.

1) Bersikap dan bertindak objektif

Bersikap dan bertindak objektif adalah kemampuan yang harus

dimiliki agar dosen selalu berkomunikasi dan bergaul secara baik

dengan mahasiswa. Bagi mahasiswa, dosen adalah pembimbing,

motivator, fasilitator, penolong, dan teman dalam proses pendidikan.

Walaupun demikian, dosen bukanlah sosok yang di posisikan segala-

segalanya oleh mahasiswa. Karena dosen tidak selamanya berada

disamping mahasiwa.

Bertindak objektif berarti dosen juga dituntut berlaku bijaksana,

arif, dan adil tehadap mahassiswa dalam bertindak, bijak dalam

berkata, dan bijak dalam bersikap. Kemudian dosen dituntut untuk

objektif dalam berkata, objektif dalam berbuat, objektif dalam

bersikap, dan objektif dalam menilai hasil belajar.

Bertindak objektif dapat pula berarti bahwasanya dosen sebagi

figur sentral dalam proses pembelajaran (apalagi untuk tingkat awal)

harus senantiasa memperlakukan mahasiwa proporsional dan tidak

akan memilih, memilah dan berlaku tidak adil terhadap. Bersikap dan

bertindak objektif sebagai reptesentasi figur yang menjadi panutan

mahasiswa. Di kampus, dosen menjadi figur penutan bagi

mahasiswanya.

Bersikap bertindak objektif terhadap mahasiswa sesungguhnya

adalah upaya transformasi agar suatu ketika mahasiswa mampu

menghadapi berbagai persoalan yang dialaminya. Istansi Surviani

menyatakan bahwa salah satu bentuk belajar yang perlu

27

dikembangkan adalah belajar sikap. Tujuannya adalah mendapatkan

kemampuan menerima, merespon, menghargai, menghayati dan

menginterprestasikan objek-objek atau nilai nilai moral.

2) Beradaptasi dengan lingkungan

Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan yang

dituntut pada seorang dosen. Beradaptasi dengan lingkungan berarti

seorang dosen perlu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan,

baik lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat umumnya. Di

lingkungan kampus, dosen diharapkan dapat beradaptasi dengan

teman-teman kolegial profesi dan menyesuiankan diri dengan para

mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Adaptasi berhubungan dengan konsep diri. Mulyasa

menjelaskan bahwa hubungan interpersonal sesama dosen di kampus

dapat mempengaruhi kualitas kinerja. Karena motivasi kerja dapat

terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya, di

samping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja, dan

kondisi fisik gedung.

Sedangkan hasil analisis Nawawi menunjukkan adalah

hubungan yang intim penuh kekeluargaan terlepas dari formalitas yang

kaku, dan prosedural yang otogratis berpengaruh positif terhadap

moral kerja para dosen. Oleh karena itu kehidupan dikampus harus

dikondisikan agar dapat mendukung pelaksanaan perkuliahan yang

aman, nyaman dan kondusif.

Selain beradaptasi dengan kolage seprofesi dikampus dan

masyarakat dosen harus menyadari bahwa perkuliahan memiliki sifat

yang sangat kompleks karena melibatkan aspek psikologis, pedagogis,

dan didaktis secara bersama. Aspek bedagogik menunjukkan bahwa

proses perkuliahan berlangsung pada suatu lingkungan akademik.

Aspek psiokologis menunjukkan pada suatu kenyataan bahwa para

mahasiswa sendiri pada umumnya memiliki perkembangan yang

28

berbeda, disamping memiliki variasi seperti keterampilan motorik,

konsep, dan belajar sikap.

Sedangkan aspek didaktis menunjukkan pada pegaturan

perkuliahan yang ditugaskan oleh dosen. Sebagai seorang dosen,

dosen mestinya dapat memberikan contoh dan teladan yang bai bagi

mahasiswanya, diantaranya adalah senantiasa menciptakan dialogis

yang harmonis antara dosen dengan mahasiwa, dosen dengan dosen,

ataupun dosen dengan masyarakat. Pemelihara hubungan dialogis ini,

akan berimpilkasi pada terbentuknya jalinan komunikasi dan interaksi

yang baik, sehingga dapat memantik ikatan rasa persaudaraan yang

kuat.

3) Berkomunikasi secara efektif

Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi secara

efektif. Dosen sebagai inspirator dan motivator dalam proses

perkuliahan memiliki peran penting dalam melakukan komunikasi

yang efektif. Misalnya, dosen dituntut berkomunikasi dan bergaul

dengan kolagialnya, mahaiswa, dan masyarakat sekitar.

Komunikatif efektif dapat terjalin jika dilakukan sering percaya

bukan saling curiga di lingkungan sosial, termasuk lingkungan

akademik. Berkomunikasi akan di anggap efektif bila dosen dapat

memahami karakteristik sosial dan lingkungannya.

Hubungan sesama dengan profesi lebih didasarkan pada

kebutuhan dan tuntutan yang sama. Di antara yang perlu diperhatikan

dalam melakukan hubungan dengan sesama dosen dan masyarakat

dalam kultur. Conrad P. Kottak dalam Ainul Yaqin menguraikan

bahwa kultur memiliki karakteristik khusus.

Kotta membedakannya menjadi: pertama, kultur adalah sesuatu

yang general dan spesifik. Maksudnya, menusia memiliki kultur, dan

spesifik berarti setiap kultur bervariasi. Kedua, kultur adalah suatu

yang dipelajari. Ketiga, kultur adalah simbol yang berbentuk verbal

dan nonverbal. Keempat, kultur adalah dapat membentuk dan

29

melengkapi sesuatu yang alami. Kelima, kultur adalah sesuatu yang

dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut sebagai

anggota kelompok dan masyarakat. Keenam, kultur adalah sebuah

model. Dan ketujuh, kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif.

4) Empatik dan santun berkomunikasi

Sikap empatik dan santun menjadi hal yang paling penting

dalam berkomunikasi. Sikap dan prilaku serat tutur bahasa akan

menentukan atmosphere komunikasi. Soetjipto menegaskan, seorang

dosen akan dikatakan profesional apabila ia memiliki citra di

masyarakat. Ia banyak menjadi panutan atau teladan masyarakat

sekelilingnya.

Masyarakat yang di maksud disini adalah masyarakat pendidik

(yang bergelut dengan dunia pendidikan) maupun masyarakat pada

umumnya. Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara

melakukan kritik, teguran, dan nasehat. Bahasa menjadi solusi

alternatif dalam menyampaikan kritik, teguran, dan nasehat tersebut.

Bahkan empatik dan santun merupakan cara dan pendekatan yang

dilakukan dosen dalam melakukan komunikasi dengan mahasiswa,

sesama kolega, dan masyarakat.

Oleh karena itu dosen juga membutuhkan strategi dan

pendekatan yang lebih intensif dapat diterima oleh lingkungan

perkuliahan. Sikap empatik dan santun ini terkadang terabaikan ketika

berkomunikasi berlangsung antara dosen sesama kolega, dosen

dengan mahasiswa, dan dosen dengan masyarakat. Sikap ini harus

diperhatikan secara serius oleh dunia pendidikan di masa mendatang.

Untuk itu, dosen sebelum bertugas dipandang perlu untuk diberi

pelatihan-pelatihan tentang komunikasi dan teori-teori komunikasi

yang dapat diaplikasikan dalam proses perkuliahan.

Slamet PH membagi komptensi sosial dalam beberapa sub

indikator, yakni:

30

1) Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki

kemampuan mengelola konflik dan benturan.

2) Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan temena

sejawat, yayasan, pimpinan dan pihak-pihak terkait lainnya.

3) Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,

dan lincah.

4) Melaksanakan kominikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif

dan menyenangkan dengan seluruh civitas akademi, dengan

kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki peran dan

tanggungjawab terhadap kemajuan kampus.

5) Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan

perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.

6) Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dalam system nilai yang

berlaku di masyarakat sekitarnya.

7) Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:

partisipasi, transparansi, akuntabilitas, penegakan hokum, dan

profesionalisme).46

Sedangkan kompetensi social dosen yang berlaku di masyarakat

adalah perangkat perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman

diri dengan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan social serta

tercapainya perubahan social secara objektif dan efisien.

Dengan demikian kompetensi sosial yang berlaku di masyarakat

ini mencakup pertama; kemampuan interaktif; yaitu kemampuan yang

menunjang efektifitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan

ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain

terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lai, mencapai rasa aman

bersama orang lain. kedua; keterampilan memecahkan masalah

kehidupan, seperti mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga,

memahami nilai kehidupan dan sebagainya.

46 Slamet, P.H. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, No. 037, Juli 2008., Jakarta: Balitbang Depdiknas

31

Dengan demikian dapat dipahami bahwa indikator kompetensi

sosial dosen dapat dilihat dari cara berkomunikasi, dan berinteraksi

dosen dalam hal akademik dan non akademik, dalam aktivitas dosen

di dalam dan diluar kampus, intinya adalah bagaimana dosen

berkomunikasi dengan santun dilingkungannya. Kemudian juga dilihat

dari keterlibatan dosen dalam pergaulan, baik dengan mahasiswa,

sesama dosen dan masyarakat pada umumnya. Karenanya dosen

sebagai orang yang terdidik tidak hanya dituntut untuk memiliki

pengetahuan akademik teapi juga pengatahuan sosial seperti tentang

adat istiadat, budaya dan agama.

e. Pentingnya Kompetensi Sosial Dosen

Dosen dalam menjalani kehidupan sosial seringkali menjadi

tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para mahasiswa, dan

lingkungannya. Abduhzen mengungkapkan profesi seorang pendidik

seperti halnya dosen adalah posisi tertinggi dan termulia dalam

berbagai tingkat pekerjaan masyarakat.

Pendidik dalam pandangan Al-Ghazali mengembangkan dua misi

sekaligus, yaitu tugas keagamaan, ketika dosen melakukan kebaikan

dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai

makhluk termulia di muka bumi ini. Sedangkan yang termulia dari

tubuh manusia adalah hatinya. Pendidik/ dosen bekerja

menyampaikan, membersihkan, menyucikan, dan membawakan hati

itu mendakti Allah Swt. Dimana pendidik/dosen membangun,

memimpin dan menjadi teladan yang menegakkan keteratuaran,

kerukunan dan menjamin keberlangsungan masyarakat, yang

keduanya berujung pada pencapaian kebahagian di akhirat. Oleh

karena itu, pendidik/ dosen harus memiliki standar kualitas pribadi

tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Dosen di mata masyarakat pada umumnya merupakan panutan yang

perlu dicontoh sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-

32

hari. Dosen merupakan type dan makhluk yang diberi tugas membina

dan membimbing masyarakat kearah norma yang berlaku, untuk itu

dosen harus memiliki kemampuan sosial dan mampu beradaptasi

dengan masyarakat, sehingga prose belajar-mengajar yang

diselenggarakan di kampus dan diluar kampus dapat berdayakan

kemampuan tersebut secara otomatis sehingga hubungan kampus

dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga ketika ada

kebutuhan terkait partisipasi masyarakat akan dengan mudah

terpenuhi.

Oleh karenanya, penting bagi dosen untuk memiliki kompetensi

sosial yang cukup dianataranya adalah, keterampilan dosen dalam

berkomunikasi. Keterampilan dosen dalam berkomunikasi baik lisan

maupun tulisan menjadi bagian terpenting dan diperlukan kompetensi

sosila. Penggunaan bahasa yang baik dan santun menjadi pemantik

orang yang diajak interaksi, untuk meneladi sikap sosial yang

diterapkan oleh dosen. Mengingat kondisi sosial da kultur yang

berbeda, maka dosen harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang

santun dan baik, agar setiap argumentasi yang disampaikan dapat

mencerdaskan.

Dengan demikian, jelas bahwa kompetensi sosial menjadi sangat

penting dalam aktivitas keseharian dosen, baik dalam hal akademik

maupun di luar kegiatan akademik. Karena sesungguhnya dosen

sebagai orang yang terdidik, menjadi acuan dan panutan dimasyarakat

sebab itu, sebagai dosen sangat diperlukan adanya kompetensi sosial

tidak saja pada proses pendidikan, tetapi juga pada penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

Disamping itu, keterlibatan dosen ditengah masayarakat, tentu

akan menimbulkan implikasi positif, terhadap kampus. Karena dosen

memiliki tanggung jawab sosial yang tidak terbatas hanya pada

perkuliahan, tetapi juga sebagai pendidik di tengah kehidupan

bermasyarakat. Kahadirannya harus memberi warna pada kontruksi

33

sosial yang ada dimasyarakat. Karena stiap tindakannya bersifat

rasional, objektif, empiris dan tidak diskriminatif dengan pola

komunikasi yang efektif santun dan bijaksana. Kapasitas kogntif yang

dimilikianya menjadi dasar dalam penyelesaian masalah sosial yang

terjadi dilingkungannya.

2. Kompetensi Sosial Dosen Dalam Persepektif Islam

Kepribadian atau personalitas bukanlah merupakan hal yang

diwarisi, yang diperoleh dari keturunan, tetapi personalitas itu adalah

hasil resultants dari pada proses intraksi sosial. Manusia itu dilahirkan

di dalam masyarakat mempunyai tata hidup dan penghidupan serta

pola tingkah laku yang komplek.47 Masyarakat dapat kita pelajari baik

dari sudut bentuknya mapun dari fungsi masyarakatnya. Kalau

masyarakat itu kita lihat dari segi bentuknya, maka kita sampai pada

pembicaraan group, assosiasi dan lain-lain golongan yang terdapat

dalam masyarakat. Sedangkan kita mempelajari bekerjanya geraknya

masyarakat maka kita sampai pada pembicaraan proses sosial.

Proses sosial yang dimaksud adalah “cara-cara intraksi” (aksi

dan reaksi) yang apabila individu-individu dan kelompok-kelompok

bertemu dan mengadakan sistem perhubungan mengenai caracara

hidup yang telah ada. Dengan kata lain apabila dua orang atau lebih

saling berhubungan mengadakan intraksi, maka akan terjadi apa yang

kita namakan proses sosial. Kompetensi sosial menuntut Dosen selalu

berpenampilan menarik, berempati, suka bekerja sama, suka

menolong, dan memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi.48

Perintah untuk berkomunikasi dengan baik banyak terdapat

dalam Al-Qur‟an antara lain, firman Allah dalam QS An-Nisa‟ ayat 63.

47 Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), hlm. 89

48 Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja, kualifikasi, & Kompetensi

Guru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 110-112

34

Artinya: mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa

yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari

mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah

kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

(QS An-Nisa‟ ayat 63).49

Kemudian ada ayat tentang perkataan/komunikasi yang baik.

Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur) QS. An Nisa ayat 9:

Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)

mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar. (QS. An Nisa ayat 9).50

Didalam Tafsir Al Azhar dijelaskan sesudah di larang

mencedaskan mulut, mengeluh sambil mengerutkan kening,

walaupun suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi agar tidak

49 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Q,S. An-

Nisa‟ ayat 63 50

Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Qs. An Nisa ayat 9

35

membentak keduanya, jangan menghardik keduanya. Disini berlaku

perumpamaan qiyas Aulawiy yang dipakai oleh ahli-ahli Ushul Fiqh

yaitu sedangakan mengatakan Uffin yang tidak kedengaran tidak di

perbolehkan apalagi membentak dan menghardiknya. Selanjutnya

hendaklah katakan kepada kedua ibu dan bapak itu perkataan yang

pantas, kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari mulut orang

yang beradab sopan santun. Seorang Dosen besar Gilbert Hight

dalam Jamil Suprihatiningrum dalam bukunya The Art of Teaching

(Seni mengajar) menyatakan bahwa…teaching is an art, not a

science, artinya mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah Ilmu.

Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa seseorang dapat

mengajar dengan baik bukan lantaran ia menguasai ilmu mengajar

yang banyak, melainkan karena ia memiliki seni mengajar yang

dapat ditunujukkan ketika ia mengajar

Salah satu seni mengajar yang dimaksud adalah seni

berkomunikasi dengan siswa ketika mengajar. Untuk dapat

berkomunikasi dengan baik, dosen tidak sekedar menguasai ilmu

komunikasi, tetapi bagaimana dosen tersebut mampu menempatkan

komunikasi sebagai kebutuhan siswa untuk berkembang. Bagaimana

komunikasi yang diciptakan dosen dikelas, siswa lalu berpikir untuk

belajar lebih lanjut. Kompetensi sosial sangat penting dimiliki seorang

dosen karena mempengaruhi kualitas pembelajaran dan motivasi

belajar siswa. Hubungan yang akrab antara dosen dan siswa

menyebabkan siswa tidak takut dan ragu dalam mengungkapkan

permasalahannya. Hubungan yang demikian hanya dapat tercipta

bila seorang dosen memiliki kemampuan bergaul dan berkomunikasi

yang baik. Selain itu untuk menciptakan kultur sekolah yang baik,

dosen juga harus mampu suasana kerja yang baik melalui pergaulan

dan komunikasi yang baik dengan teman sejawat dan orang-orang

36

yang ada dilingkuangn sekolah, bahkan orang tua wali siswa dan

masyarakat.51

Menurut Sukamdinata dalam Jejen Musfah “di antara

kemampuan sosial dan personal yang peling mendasar yang harus di

kuasai dosen adalah Idealisme, yaitu cita-cita dosen yang ingin

dicapai dengan pendidikan”. Cita-cita semacam ini dapat di wujudkan

dosen melalui beberpa tahapan yaitu:

1) Kesungguhannya dalam mengajar dan mendidik mahasiswa.

Tidak perlu kondisi ekonomi, sosial, politik dan medan yang

dihadapinya. Ia selalu semangat memberikan pengajarannya

kepada muridnya. Siapapun orangnya akan tetapi jika ia mau

belajar maka pendidik itu wajib mengajarinya tanpa adanya

embel-embel lainnya.

2) Pembelajaran masyarakat melalui intraksi atau komunikasi

langsung dengan mereka di beberapa tempat, seperti dimesjid,

majlis ta’lim, musholla, pesantren, balai desa, dan pos yandu.

Dalam konteks ini dosen, bukan hanya dosen pada muridnya,

tetapi juga bagi masyarakat di lingkungannya. Mulyasa dalam

Jejen Musfah menyatakan “banyak cara yang dilakukan untuk

mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah. Cara

ini antara lain diskusi, bermain peran, dan kunjungan langsung ke

masyarakat dan lingkungan sosial yang beragama.

3) Dosen menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya

melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajal,

maupun artikel ilmiah. Ia dapat menerbitkannya di surat kabar,

blog pribadi, majalah, jurnal dan lainnya. Idealnnya kampus

memfasilitasi dosen untuk aktif menulis dan menerbitkan tulisan

dosen tersebut tentu setelah ada seleksi tulis dan naskah.

51 Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja, kualifikasi, & Kompetensi

Guru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm.113.

37

Keterampilan dan kepercayaan diri dosen dalam menulis perlu

ditumbuhkan melalui pelatihan dan dorongan.52

Jadi kompetensi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

kemampuan dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi, bergaul dan berintraksi secara efektif dengan peserta

didik baik dalam mapun diluar lingkungan kampus, sesama dosen,

mahasiswa, dan masyarakat sekitar dimana dosen itu tinggal baik

masyarakat sekitar kampus maupun masyarakat di sekitar rumah

dosen.

Islam telah meletakkan dasar-dasar umum cara bermasyarakat.

Di dalamnya di atur hubungan antara individu dengan individu, antara

individu dengan masyarakat, antara satu komunitas masyarakat

dengan komunitas masyarakat lainnya. Aturan itu mulai dari yang

sederhana hingga sampai kepada yang sempurna mulai dari hukum

berkeluarga hingga hukum bernegara. Kitab suci Alquran memang

bukan buku sejarah yang secara sisteatis membahas keadaan

masyarakat masa lampau, namun sebagai bukti petunjuk yang di

dalamnya di dapati hukum-hukum sosial masyarakat yang berlaku

sepanjang sejarah manusia hingga hari akhir. Oleh karena itu di

dalam Alquran ada ayat-ayat yang berisi tentang perintah agar

menusia memperhatikan sejarah umat terdahulu sebagai ibrah bagi

manusia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini diantara indikstor

kompetensi sosial pendidik dalam Qs Al Hujurat ayat 1 yaitu:

52 Jejen Musfah. Peningktan Kompetensi Guru, Melalui pelatiahan dan sumber belajar,

teori dan praktik. (Jakarta; Kencana, 2011) hlm. 53

38

Artinya: hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului

Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.

(Qs Al Hujurat ayat 1)53

Dalam tafsir Al Azhar diterangkan bahwa, hai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya (pangkal

ayat 1 ) artinya bahwa orang-orang yang telah mengaku bahwa

dirinya beriman kepada Allah dan Rasulnya, tidaklah dia akan

mendahuli Allah dan Rasul. Menurut keterangan dari pada ulama-

ulama besar sejak dari pada sahabat Rasulullah sampai kepada

ulama lain yang menjadi ikutan umat ialah dilarang janganlah

seorang beriman itu mendahulukan pikiran dan pendapatnya sendiri

di dalam hal-hal yang berkenaan dengan agama sebelum dia terlebih

dahulu menilik, memandang dan memperhatikan sabda Allah dan

Rasulnya. Jangan dia mendahulukan pendapatnya sendiri. Untuk itu

Imam ibn Katsir telah mengemukakan dalam tafsirnya suatu

percontohan. Yaitu ketika Rasulullah SAW mengutus sahabatnya

Mu‟az bin Jabal menyebarkan agama Islam ke negeri Yaman, ketika

ia berangkat Rasulullah bertanya kepadanya. Dengan apa engkau

menghukum? Mu‟az bin Jabal menjawa. Dengan kitab Allah, lalu

Rasulullah bertanya lagi: Mu‟az bin Jabal menjawab. Dengan sunnah

Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya pula: kalau tidak engkau

dapatkan bagaimana: saya akan berijtihad dengan pendapatku

sendiri.

Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesudah dipangkal ayat di beri

peringatan kepada orang-orang beriman. Maka diujung ayat Allah

beri peringatan kembali supaya taqwa kepada Allah. Artinya supaya

menjaga hubungan yang baik dengan Allah. Karena orang yang

53 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.

39

beriman dan bertaqwa sangat berhati-hati didalam segala gerak

langkahnya.

Berdasarkan penafsiran di atas manusia yang hidup

berdampingan dan saling membutuhkan serta saling membantu

sesama manusia, khususnya seorang pendidik yang memiliki

keimanan kepada Allah swt, hendaklah jika memberikan pendidikan

kepada peserta didik dengan ilmu yang benar yang bersumber dari

Allah melaui Alquran dan sabda Rasulullah dalam hadis, pendidik

tidak semena-mena menyampaikan materi sesuai isi kepalanya saja,

akan tetapi dahulukan titah Allah dan Rasulnya barulah di jabarkan

secara luas. Para sahabat saja yang hidup semasa dengan

Rasulullah tidak berani mengungkapkan sesuatu yang berhubungan

dengan yang sacral secara sesuka hati, akan tetapi para sahabat

selalu mendahulukan firman Allah dan Sabda Nabi saw. Akibatnya

jika menyampaikan dengan sesuka hatinya akan menjadi kabur isi

pembelajaran itu bahkan menjadi ajaran sesat kepada peserta didik.

Kemudian ayat ini memanggil orang yang beriman dan ditutup

dengan kalimat bertaqwa. Artinya jika seseorang beriman dan

bertaqwa kepada Allah maka mustahil seseorang itu akan

mengatakan sesuatu kecuali berdasarkan tuntunan hidup. Jika

seseorang beriman dan bertaqwa kepada Allah maka mustahil ia

menyampaikan ajaran yang tidak sesuai tuntunan kepada peserta

didiknya. Dengan bekal iman dan taqwa maka seseorang akan dapat

menghadirkan pada dirinya rasa takut dan rasa bahwa dirinya selalu

di awasi oleh monitor yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa.

Yakni sang khalik yang maha mendengar lagi maha melihat yang

tidak memiliki batasan tempat dan waktu. Jadi dengan

menumbuhkan keimanan dan ketakwaan maka pendidik akan selalu

mendahulukan titah Allah dan Rasulnya. Ini salah satu adab dalam

berkomunikasi dalam berbagai hal. Selalu libatkan Allah dalam

segala hal. Sebagaimaan yang dilakukan Muaz ketika di tanya

40

Rasulullah dengan apa kamu menjawab pertanyaan umat, maka

muaz menjawab dengan firman Allah. Jika tidak ada maka dengan

sabda Rasul jika tidak ada maka saya berijtihat berdasarkan firman

Allah dan sabda Nabi saw.

Didalam kitab Madarijus Salikin Ibn Qayyum Al Jauziyah dalam

Hamka menerangkan bahwa hendaklah kita menjaga juga

kesopanan kita bila mana ada orang yang menyebutkan suatu hadis,

suatu sabda beliau dengarkanlah baik-baik dengan hormat.

Sedangkan orang yang membaca hadis beliau hendaklah hormat

apatah lagi membacakannya. Hendaklah kita membacanya dengan

jujur dan benar bukan semata-mata hanya hendak mengalahkan

lawan. Bertengkar berkeruk mulut dalam soal-soal agama yang

membawa yang membawa hadis-hadis Rasul hendaklah hormat.32

Dengan demikian nilai-nilai kompeteni sosial pendidik dalam surah

Al-Hujurat adalah perintah untuk tidak mendahului Allah dan

Rasulnya dalam berbicara. Adab ketika berbicara dengan siapapun

maka ingat Allah dan Rasulnya, artinya pembicaraan itu tidak keluar

begitu saja tanpa adanya panduan. Secara sederhananya seorang

yang memiliki iman didalam hatinya, maka tidak akan mendahulukan

pikirannya sendiri dalam hal yang berkenaan dengan agama

sebelum ia melihat terlebih dahulu firman Allah dan Sabda Rasulullah

yang terdapat dalam Alquran dan hadis.

Dengan demikian nilai-nilai sosial pendidik yang terdapat di

dalam Alquran yaitu: Pertama adanya adab dan tata karma dalam

berbicara yang meliputi struktur dalam berkomunikasi. Kedua

berintraksi dengan masyarakat baik lingkungan sekolah maupun

masyarakat. Ketiga menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan

semangat kebersamaan yang diikat dengan satu keturunan yang

sama serta di simpul oleh iman dan di perkuat oleh kebhinekaan.

Keempat menghindari prasangak buruk kepada siapapun dan kelima

saling berbagi dab saling membantu satu sama lainnya.

41

Selain itu ayat dai Alquran surah An-Nahl ayat 90 juga

mempunyai hubungan erat dengan kompetensi sosial Dosen, yaitu:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkran dan permusuhan.

Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran (An-Nahl:90).54

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa semua orang harus

bersifat adil begitu juga dosen adil kepada semua anak murid

maupun orang lain. Karena sifat adil yang dimiliki seorang dosen

dapat meningkatkan rasa kepedulian sosial siswa baik di sekolah

maupun diluar sekolah. Selain itu, berlaku adil tanpa disadari Dosen

mencerminkan tauladan yang baik untuk anak muridnya.

Muhammad Athiyah al-Abrasy29 telah menjelaskan tentang

sifat –sifat yang harus memiliki oleh seorang pendidik seperti

disampaikan berikut ini:

1) Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena

mencari keridlaan Allah semata.

Seorang Dosen menduduki tempat yang tinggi dan suci, maka

dia harus tahu kewajiban sesuai dengan posisinya. Dia haruslah

orang yang benar – benar zuhud dan mengajar dengan maksud

mencari keridlaan Ilahi. Artinya dengan mengajar, dia mengajar tidak

menghendaki selain mencari keridlaan Allah dan menyebarkan ilmu

54 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.

42

pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Yamg

berbunyi :

Artinya: ” Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan

mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(QS. Yasin : 21)55

Tidak berarti seorang Dosen harus hidup miskin dan sengsara,

melainkan boleh memiliki kekayaan sebagaimana lazimnya orang

lain. Dan ini tidak berarti pula bahwa sorang Dosen tidak boleh

menerima pemberian atau upah dari muridnya, melainkan dia boleh

menerima upah tersebut, karena jasa mengajarnya. Hanya saja pada

awal bertugas, dia niat semata – mata karena Allah. Dengan

demikian, tugas Dosen akan dilaksanakan dengan baik.56

2) Kebersihan Dosen

Seorang Dosen harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan

kesalahan, terhindar dari dosa besar, sifat ria‟ (mencari nama),

dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat tercela lainnya.

Rasulullah SAW. bersabda :

55 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.

56 Abuddin Nata, Filsafat, hlm 124

43

Artinya: “ Rusaknya umatku adalah karena dua macam orang :

seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil. Dan

orang yang paling baik adalah Ulama yang baik dan orang yang

paling jahat adalah orang – orang yang paling bodoh.” (HR. Ad-

Darimi)

3) Ikhlas dalam pekerjaan

Keikhlasan dan kejujuran seorang Dosen dalam pekerjaannya

merupakan jalan terbaik menuju kesuksesannya dalam

melaksanakan tugas dan kesuksesan murid – muridnya. Orang yang

tergolong ikhlas adalah seorang yang sesuai kata dan perbuatannya

dan tidak malu – malu mengatakan “aku tidak tahu” bila ada sesuatu

yang tidak diketahuinya. Seorang alim ialah orang yang masih

merasa harus selalu menambah ilmunya dan menempatkan dirinya

sebagai pelajar untuk mencari hakikat.

4) Pemaaf

Seorang Dosen harus bersifat pemaaf terhadap muridnya. Dia

sanggup menahan diri, menahan kemarahan, berlapang hati, banyak

bersabar, berkepribadian dan mempunyai harga diri.

5) Mencintai Murid

Seorang Dosen harus mencintai murid – muridnya seperti

halnya dia mencintai anaknya sendiri dan memikirkan keadaan

mereka sebagaimana dia memikirkan keadaan anaknya.

6) Harus mengetahui tabiat murid

Dosen harus mengetahui tabiat pembawaan, adat istiadat,

perasan dan pemkiran murid agar dia tidak salah mendidik mereka.

Dengan memperhatikan hal tersebut dalam mengajar, seorang

Dosen dapat memilihkan mata pelajaran yang sesuai untuk mereka

dan sejalan dengan tingkat pemikiran mereka. Dan sebagai pendidik

(Dosen) yang baik adalah memulai mengajarkan kepada manusia

44

(peserta didik) dengan materi pengetahuan yang mudah sebelum

mengajarkan yang sulit-sulit.57

Al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan

tentang ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan sebagai

berikut :

1) Pendidik harus mencintai murid-muridnya sebagaimana dia

mencintai anak kandungnya sendiri.

2) Pendidik jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan

utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah

pekerjaan yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan upahnya terletak pada terbentuknya anak didik yang

mengamalkan ilmu yang diajarkannya.

3) Pendidik harus mengingatkan kepada murid-muridnya agar

tujuannya mencari ilmu bukan untuk membanggakan diri atau

mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

4) Pendidik harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang

bermanfaat, yakni ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia

dan akhirat.

5) Pendidik harus memberi contoh yang baik kepada muridnya.

6) Pendidik harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan

tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya.

7) Pendidik harus mengamalkan apa yang diajarkannya.

8) Pendidik harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya,

sehingga di samping tidak salah dalam mendidik, juga akan

terjalin hubungan yang akrab, baik antara Dosen dan anak

didiknya.

57 Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan al-Qur’an (terj.),

(Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 205

45

9) Pendidik harus menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak

didiknya, sehingga akal pikiran anak tersebut dijiwai oleh

keimanan itu.58

Hossein Nasr seperti dikutip Samsul Nizar mengatakan bahwa

para pendidik setidaknya memiliki empat syarat yang menjadi

kreteria utama bagi tumbuhnya kepribadian pendidik secara utuh,

sehingga dapat melaksanakan tugas dan funsinya, yaitu :

1) Memiliki rasa tanggung jawab profesional dan menyadari

tugasnya merupakan upaya sentral dalam membangun manusia

seutuhnya.

2) Memiliki intelektual secara akademis yang tinggi dan moralitas

terpuji.

3) Memiliki ghirah yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya

tersebut.

4) Melaksanakan ajaran agama yang diyakini secara konsekwen.59

Abdurrahaman an-Nahlawi mengatakan bahwa sifatsifat yang

harus dimiliki oleh para Dosen adalah hendaknya tujuan, tingkah

laku, dan pola pikir Dosen bersifat rabbani, ikhlas, bersabar, jujur,

membekali diri dengan ilmu, mampu menggunakan metode

mengajar, mampu mengelola mahasiwa, mempelajari kehidupan

psikis mahasiswa, tanggap terhadap berbagai persoalan dan

bersikap adil.60

Mahmud Yunus seperti yang dikutip Ahmad Tafsir sifat-sifat

pendidik antara lain : kasih sayang kepada murid, bijak dalam

memilih mata pelajaran yang sesuai dengan taraf kecerdasan anak

didik, senang melarang murid melakukan hal yang tidak baik, senang

memberikan peringatan, senang memberikan nasehat, hormat

58 Abuddin Nata, Filsafat, hlm. 213-214

59 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya

Media Pratama, 2001), hlm. 202 60

Abdurrahaman an-Nahlawi, Op. Cit., hlm. 239-246

46

kepada pelajaran lain yang bukan pegangannya, mementingkan

berpikir dan berijtihad, jujur dalam keilmuan dan adil.61

Dari hasil kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa

kompetensi sosial dosen dalam Alquran (kajian dalam tafsir Al

Azhar). pertama, Tafsir Alquran tentang nilai-nilai kompetensi sosial

di jelaskan dalam QS Al Hujurat bahwasanya seorang dosen dalam

hal ini harus mampu berkomunikasi dan berintraksi dengan baik

secara efektif dengan masyarakat luas agar mampu menjalin

persaudaran antar sesama sehingga tercipta kerukunan dan

kebersamaan tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain.

Karena sesunguhnya Allah tidak memandang wajah dan rupa, akan

tetapi yang paling baik adalah tingkat taqwa kepada Allah Swt.

Kedua Indikator kompetensi sosial pendidik/dosen yang

terdapat dalam Alquran. Adab sopan santun di dalam berbicara,

Mampu berintraksi dengan masyarakat secara baik, Menerapkan

prinsip-prinsip Persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan,

Mampu menghindari prasangka, Dan berbagi dengan sesama.

Adapun nilai-nilai kompetensi sosial dosen yang terdapat dalam

Alquran menurut Tafsir Al Azhar masih relevans dengan kompetensi

sosial dosen yang berlaku saat ini sesuai undang-undang tentang

guru dan dosen. Hal ini dapat terlihat dalam kompetensi sosial,

misalnya, dalam hal berintraksi dengan masyarakat, Alquran juga

telah mengatur dengan baik bagaimana cara berintraksi dengan

lapisan masyarkat serta menerapkan prinsip persaudaraan dan

semangat kebersamaan, dan sudah Allah perintahkan dalam Alquran

agar dapat menjalin dan menjaga hubungan persaudaraan,karena

semuanya berasal dri tempat yang sama.

Disamping itu juga Alquran memerintahkan untuk berintraksi

secara baik dengan masyarakat, begitun juga dalam Undang-undang

61 Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami,( Bandung : PT Remaja.

Rosdakarya2013),hlm.82.

47

yang berlaku saat ini. Artinya kompetensi sosial yang berlaku saat ini

memiliki nilai-nilai Qurani yang merupakan keselarasan antara

Alquran dengan undang-undang yang berlaku saat ini dalam hal

kompetensi sosial pendidik/dosen dalam Alquran surah Al-Hujurat

dan tafsir Al-Azhar. Dengan demikian islam telah memiliki kreteria

tersendiri terhadap kompetensi sosial yang mestinya dimilki oleh

pendidik atau dalam hal ini adalah dosen. Artinya dosen dalam

kompetensi sosial harus disertai nilai-nilai keislaman.

3. Sintesis Teori Kompetensi Sosial Dosen

Ada banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen di

antaranya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah

kemampuan dosen dalam berhubungan secara efektif dengan

mahasiswa, kolega, karyawan dan masyarakat. Oleh karena itu,

indikator-indikator teori tersebut digunakan untuk melihat kompetensi

sosial dosen dan faktor apa saja yang mempengarhuinya yang

dipotret dari bagaimana kemampuan dosen dalam memecahkan

masalah, kemampuan dosen dalam berkomunikasi dan berinteraksi

dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat setempat,

selanjutnya dilihat dari keterlibatan dosen dan memahami berbagai

faktor sosial yang ada didalam kampus maupun di luar kampus yakni

kondisi lingkungan masyarakat.

48

B. Studi Relevan

Setelah melakukan penelusuran terhadap penelitian yang relevan

dengan penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang

relevan, hasil temuannya dapat di jadikan referensi dalam penyusunan

tesis, antara lain sebagai berikut:

1. Tesis yang di tulis Abdul Kholik dengan judul “Pengaruh Kompetensi

Dosen Dan Kepuasan Kerja Dosen Terhadap Kinerja Dosen Di

Universitas Djuanda Bogor. Tesis Pascasarjana Program Studi

Manajemen Pendidikan Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta

Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan terhadap dosen di Universitas

Djuanda Bogor. Jenis penelitian kuantiatif dengan sifat penelitian ex-

postfacto. Populasi dalam penelitian sebanyak 166 orang. Penentuan

jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

tabel Isac dan Michael dengan taraf keslahan 5% dan teknik yang

digunakan adalah nonprobability covience sampling, sehingga jumlah

sampel pada penelitian ini adalah 110 responden. Uji prasyarat

analisis menggunakan uji validitas, reliabilitas dan uji linieritas. Teknik

analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi

berganda, analisis regresi berganda dan koefisien dterminisai

dengan perhitungan menggunakan SPSS V16 for windows. Hasil

penelitian yang bersumber dari pengolahan data menunjukkan

hubungan yang positif sedang antara variabel kompetensi dosen,

kepuasan kerja dosen dan kinerja dosen. Secara parsial pengaruh

kompetensi dosen dan kinerja dosen sebesar 0,184 dan kepuasan

kerja dosen terhadap kinerja dosen sebesar 0,243. Secara simultan

variabel kompetensi dosen dan kepuasan kerja dosen secara

bersama sama memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai 0,427

terhadap kinerja dosen. Dari hasil analisis ditemukan bahwa

pengaruh kompetensi dosen dan kepuasan kerja terhadap kinerja

dosen masing-masing adalah 18,4% dan 24,3%. Secara bersama-

49

sama pengaruh kompetensi dosen dan kepuasan kerja dosen

terhadap kinerja dosen adalah 42,7% dan 57,3% sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.62

2. Tesis yang ditulis Laimak dengan judul “Strategi Peningkatan

Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeDosenan

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis Program Pascasarjana UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Hasil penelitiannya menunjukan;

1) Stratege yang dilakukan pimpinan adalah dengan (a) mendorong

para dosen untuk meningkatkan kualifikasi akademik dengan cara

melanjutkan program studi doktoral dan Dosen besar, (b)

melaksanakan kegiatan promosi bagi dosen yang berprestasi, (c)

menyelenggarakan forum diskusi ilmiah seperti seminar dan

lokakarya (d) Menyelanggarakan pelatihan –pelatihan seperti

teknologi informasi, bahasa inggris dan bahasa arab, (e) memeberika

reward kepada dosen yang penelitian ilmiahnya di terbitkan di jurnal

nasional dan internasional. (f) dilakukan pembinaan secara terus

menerus. 2) Strategi individu dosen adalah dengan menguasai

teknologi informasi, studi lanjut, memperkaya wawasan, peningkatan

karir atau kepangkatan, meningkatkan kompetensi yang dimiliki.

Adapun faktor yang mempengaruhi adalah keinginan untuk

berkembang, kedisiplinan, komitmen terhadap tugas, motivasi,

tanggung jawab, lingkungan kerja yang berprestasi, dan kebijakan

pimpinan, pelatihan dan reward. Sedangkan faktor penghambat

adalah kurangnya pembinaan dari dosen senior kepada dosen muda,

kurang intensifnya komunikasi antar dosen, kurangnya anggaran

melanjutkan studi.63

62 Abdul Kholik “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Kepuasan Kerja Dosen Terhadap

Kinerja Dosen Di Universitas Djuanda Bogor. Tesis Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta Tahun 2016 63

Laimak “Strategi Peningkatan Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016

50

3. Tesis yang ditulis Sofia Afritasari yang berjudul “Pengaruh

Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa” Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi

dosen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Nilai koefisien regresi kompetensi dosen bertanda positif sehingga

semakin baik kompetensi dosen maka semakin semakin tinggi pula

prestasi belajar mahasiswa. Motivasi belajar berpengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar mahasiswa. Nilai koefisien regresi motivasi

belajar bertanda positif sehingga semakin tinggi motivasi belajar

mahasiswa maka semakin semakin tinggi pula prestasi belajar

mahasiswa. Kompetensi dosen dan motivasi belajar berpengaruh

terhadap prestasi belajar. 64

4. Tesis yang ditulis Ridhal Amal dengan judul, “Manajemen

Pengembangan Kompetensi Dosen STAI Luqman Al-Hakim

Surabaya”. Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 1) pengelolaan

pengembangan kompetensi dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya

melalui empat tahap yakni perencanaan, perngorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan. Sementara langkah-langkah

pengembangan kompetensi dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya

dilakukan dengan berbagai kegitan seperti studi lanjut S3,

pembinaan kelambagaan, mengikuti workshop, seminar dan

pelatihan, terjun dunia dakwah dan presntasi makalah di forum

dosen. 2) Terdapat setidaknya dua faktor pengembangan

kompetensi dosen: pertama faktor internal meliputi, visi misi, tujuan

strategi pencapaian, sifat dan jenis kegiatan serta teknologi yang di

gunakan. Kedua, Faktor eksternal yang meliputi kebijaksanaan

pemerintah, sosial budaya masyrakat, dan perkembangan ilmu

64Sofia Afritasari “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Mahasiswa” Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013.

51

pengetahuan dan teknologi. 3) yang menjadi kendala pengembangan

komptensi dosen adalah, pertama, dosen dalam pembelajaran masih

mempertahankan konsep dan metode ceramah, kedua kurang

memahami konsep hidayatullah yang diterapkan di STAI Luqman Al-

Hakim Surabaya, ketiga dalam memberikan pembinaan terkesan

masih menyamaratakan antara dosen dan Dosen dibawah YPP

Hidayatullah,Keempat STAI Luqman Al-Hakim Surabaya belum

mengakomodasi finansial/ materi kepada dosen yang sedang atau

berkeinginan melanjutkan studi.65

5. Jurnal Mochamad Hatip,dkk dengan judul “Kompetensi Dosen,

Profesionalisme Dosen, Dan Kecerdasan Spritual Dampaknya

Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa”. JSMBI. Jurnal Sains

Manajemen Dan Bisnis Indonesia Vol. 8 No. 1 Juni 2018. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa1) kompetensi dosen, profesionalisme

dosen, dan kecerdasan spiritual dosen berpengaruh terhadap

motivasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Jawa Timur. Oleh

karena itu, perlunya upaya peningkatan kompetensi dosen,

profesionalisme dosen, dan kecerdasan spiritual dosen yang dapat

dilalukan melalui peningkatan atau update bahan ajar, peningkatan

fasilitas pengajaran, pelaksanaan evaluasi belajar secara objektif dan

transparan, serta mendorong dosen untuk mengikuti berbagai

seminar dan kegiatan penelitian. 2. Bagi penelitian lanjutan

disarankan untuk menambahkan variabel lain seperti lingkungan

belajar, fasilitas, dan lain-lain. Selain itu, perlu adanya keterlibatan

secara langsung dari peneliti, sehingga objektivitas penelitian bisa

tercapai. Sehingga dapat memperoleh hasil temuan yang lebih baik

65 Ridhal Amal dengan judul, Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen STAI

Luqman Al-Hakim Surabaya, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2016.

52

dalam menjelaskan prestasi belajar dan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.66

6. Jurnal Yuli Alam dengan judul “Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar

Mahasiswa dan Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam

Pembelajaran Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program

studi Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang)”.

Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1), 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar

mahasiswa secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap prestasi belajar mahasiswa hal ini dapat dibuktikan dengan

nilai t hitung sebesar 3.290 dengan tingkat signifikan sebesar 0.002.

Variable Kompetensi dosen juga secara parsial menunjukkan

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar

mahasiswa dengan nilai t hitung sebesar 4,310 dengan Sig.t =

0,000). Motivasi belajar mahasiswa, Kompetensi dosen menurut

sudut pandang mahasiswa secara simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilihat

dari nilai F hitung sebesar 14063 dengan tingkat signifikan sebesar

0.000.67

7. Jurnal Citra Dewi dengan judul “Manajemen Pengembangan

Kompetensi Dosen”. JMSP: Jurnal Manajemen dan Supervisi

Pendidikan Volume 3 Nomor 1 November 2018 Fakultas KeDosenan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa (1) dari hasil analisa lingkungan

kedua perDosenan tinggi memiliki kekuatan, kelemahan, peluang,

66Mochamad Hatip,dkk. Kompetensi Dosen, Profesionalisme Dosen, Dan Kecerdasan

Spritual Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jsmbi Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis Indonesia (JSMBI ) Vol. 8 No. 1 Universitas Muhammadiyah Jember, 2018. 67

Yuli Alam Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar Mahasiswa dan Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program studi Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang) Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1), Program Studi Manajemen Informatika, AMIK Bina Sriwijaya.2018.

53

dan tantangan yang beraneka ragam, (2) kegiatan yang dilakukaan

dalam perumusan strategi yaitu pembentukan tim perumus Rensta,

melakukan perumusan, dan sosialisasi, (3) kegiatan yang dilakukan

dalam perencanaan berupa; pembuatan program kerja tahunan prodi

yang didasarkan pada visi dan misi fakultas dituangkan dalam

rencana anggaran belanja prodi. (4) Kegiatan dalam implementasi

berupa pelatihan, seminar, workshop, serta program studi lanjut bagi

dosen, (5) kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa monitoring

pembelajaran, penelitian namun masih ditemukan dosen yang

mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi bidang ilmu nya, dan (6)

kegiatan yang dilakukan dalam penilaian berupa evaluasi kinerja dan

evaluasi pembelajaran yang menunjukkan hasil sesuai dengan

kriteria yang diharapkan meskipun masih ditemukan dosen yang

tidak produktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat.68

8. Jurnal Mimi Hariyani dengan judul “Analisis Kompetensi Profesional

Dosen Fakultas Tarbiyah Dan KeDosenan Uin Sultan Syarif Kasim

Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hal.16 – 29

Pendidikan Dosen Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala.

Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa kompetensi profesional

dosen dengan memakai subvariabel tugas dan tanggungjawab dosen

pada 7 indikator yaitu melaksanakan pendidikan, melaksanakan

penelitian, melaksanakan pengabdian pada masyarakat,

meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik, bertindak

objektif, menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,

memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa

menunjukan bahwa kompetensi profesional dosen berada pada

68Citra Dewi. Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen JMSP: Jurnal Manajemen

dan Supervisi Pendidikan (JMSI) Volume 3 Nomor 1 November 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu.

54

kategori baik. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata sebesar

83,74.69

9. Jurnal Fathorrahman dengan judul “Kompetensi Pedagogik,

Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial dosen”. Jurnal

AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi ASIA Malang. Hasil penelitian nmenunjukan: 1) Kompetensi

pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Semakin

tinggi kompetensi pedagogik dosen dapat meningkatkan kinerja

dosen, 2) Kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap

kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi profesional dosen dapat

meningkatkan kinerja dosen, 3) Kompetensi kepribadian tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi

kepribadian dosen yang tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen, 4)

Kompetensi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

dosen. Kompetensi sosial dosen yang tinggi tidak meningkatkan

kinerja dosen.70

10. Jurnal Muh. Ilyas Ismail dengan judul Peningkatan Kompetensi

Profesional Dosen (Studi Kasus Pada Fakultas Tarbiyah Dan

KeDosenan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar) Jurnal

Biotek Volume 5 Nomor 1 Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan

KeDosenan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Pengembangan kompetensi

profesional dosen pada Fakultas Tarbiyah dan KeDosenan UIN

Alauddin Makassar; 2) Motivasi Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan

KeDosenan UIN Alauddin Makassar; 3) Meningkatkan kompetensi

profesionalnya Komitmen Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan

KeDosenan UIN Alauddin Makassar, untuk meningkatkan

69 Mimi Hariyani “Analisis Kompetensi Profesional Dosen Fakultas Tarbiyah Dan

Keguruan Uin Sultan Syarif Kasim Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hlm.16 – 29 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala 70

Fathorrahman “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Dosen”. Jurnal: AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang

55

kompetensi profesionalnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

studi kasus (case study approach) Sumber data penelitian ini adalah

1. unsur manusia dan 2. unsur non manusia, Instrumen penelitian

adalah Peneliti sendiri berfungsi sebagai instrumen kunci. Temuan

penelitian adalah; 1. Model Motivasi dosen yang dapat meningkatkan

kompetensi profesionanya, yaitu karena adanya dorongan dari dalam

diri dosen dan dari luar diri dosen. Dorongan dari dalam diri dosen

adalah kejelasan karir dosen dalam jabatan structural, dan juga

jabatan fungsional dosen. Sedangkan dorongan dari luar diri dosen

yang sangat berpengaruh dalam hal berprestasi dan menguasai

kompetensi profesional adalah Dekan Fakultas Tarbiyah dan

KeDosenan UIN Alauddin Makassar. 2) Model komitmen seorang

dosen yang dapat meningkatkan kompetensi professional mereka

adalah dedikasi dan layanan landasan komitmen. Oleh karena itu

untuk menciptakan komitmen seorang dosen menjadi bagunan

sinergi dan utu maka Dekan Fakultas Tarbiyah dan KeDosenan UIN

Alauddin Makassar harus memberdayakan seluru dosen, yaitu

dengan melibatkan dosen dalam pengambilan keputusan yang

penting melalui senat Fakultas. 3) Peningkatan kompetensi

professional dosen akan bermanfaat langsung untuk meningkatkan

profesionalismenya dalam memperbaiki kualitas pendidikan. Oleh

karena itu, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) juga dipandang sangat

berperan dalam meningkatakan komptensi professional seorang

dosen. Seorang dosen perlu dibekali dengan pengetahuan dan

keterampialan baru agar dosen tersebut dapat menghasilkan output

yang kualitas.71

71 Muh. Ilyas Ismail “Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen (Studi Kasus Pada

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)” Jurnal: Biotek Volume 5 Nomor 1 Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

56

Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIT Dabo Singkep Kepulauan

Riau, penelitian bertujuan untuk mengetahui kompetensi sosial dosen

melalui studi wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun relevansi

penelitian ini dengan sebelumnya. Adalah sebab kesamaan tema

penelitian yakni tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen serta

faktor yang mempengaruhinya. Namun demikian bukan berarti penelitian

menduplikasi penelitian sebelumnya, melainkan penelitian di atas hanya

sebagai sarana pendukung atau untuk memperkuat signifikansi teori dan

temuan dalam penelitian ini. Kemudian dalam penelitian ini pula terdapat

perbedaan waktu, lokasi dan objek penelitian, selain itu kajian teori yang

terdapat dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang disebutkan

di atas. Adapun perbedaan signifikan penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan diteliti yakni terletak pada objek kajian, informan dan

kultur kampus yang berbeda.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk

mencapai tujuan tersebut di perlukan suatu metode yang relevan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karana itu pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif

memiliki karakteristik alami (Natural serfing) sebagai sumber data

langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.

Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara

analisis induktif dan makna makna merupakan hal yang esensial.72

Objek dalam penelitian ini adalah objek yang alamiah, atau

natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian

naturalistic. Obyek yang alami adalah objek yang apa adanya, tidak

dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti

memasuki objek, setelah berada di objek dan keluar dari objek relatif

tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang

atau Human instrument. Untuk menjadi instrumen peneliti harus

memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu

bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi objek yang

diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam penelitian

kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang

sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar

72 Moleong, j, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006),hlm. 04.

57

58

terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang

terlihat dan terucap tersebut.73

Dalam penyusunan tesis ini dibutuhkan data dan informasi yang

sesuai dengan sifat permasalahannya agar data dan informasi yang

diperoleh cukup lengkap digunakan sebagai dasar dalam mengkaji

masalah yang diteliti, yakni kompetensi sosial dosen di STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau. Dengan demikian akan tergambar

secara sistematis, faktual dan akurat terkait fenomena yang akan

diteliti. Ada beberapa isntrumen yang akan digunakan peneliti, yakni

instrumen observasi, wawancara dan dokumentasi.

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian

1. Situasi Sosial Penelitian

Situasi sosial merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang

sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan

data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan situasi penelitian,

Moleong menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan

mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan dan

mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.

Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya,

tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi

penelitian.74

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan

sengaja (purposive), yang dilakukan di STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil

penjajakan lapangan, sekaligus memadukan dengan informasi-

informasi faktual sebelumnya, sehingga kondisi sosial, geografis, dan

situasi internal dilokasi penelitian, penulis sudah mendapat gambaran

73 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D

(Cet. VI; Jakarta: Alfabeta, 2008), hlm. 02. 74

Moleong, j, Lexy. Op.Cit., hlm 132

59

tentang kesesuaian masalah yang diteliti dengan kenyataan di lokasi.

Hal ini penulis hubungkan dengan pendapat Bogdan yang membagi

model pentahapan sebuah penelitian kualitatif kepada tiga hal yaitu;

Pra-lapangan, Kegiatan lapangan, dan Analisis intensif. Adapun

alasan dilakukan penelitian di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau antara lain:

a. Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu

Keterbatasan yang di miliki oleh peneliti dalam hal tenaga, biaya

dan waktu menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi.

b. Pertimbangan Geografis

STIT Lingga Dabok terletak di Kabupaten Lingga Provinsi

Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Singkep. Kabupaten lingga

terbentuk berdasarkan Undang- Undang nomor 31 Tahun 3004

Tanggal 7 januari 2004, merupakan daerah pemekaran dari

Kabupaten induk yaitu Kabupaten Kepulauan Riau yang sekarang

bernama Kabupaten Bintan. Kabupaten Lingga Memiliki luas ±

211.722 km2 meliputi luas laut 209.654,28 km2, luas daratan 2.117,72

km2 dan memiliki 377 pulau dan hanya 92 pulau yang sudah

berpenghuni. Pulau Singkep terletak di sebelah selatan dari pusat

Pemerintahan Kabupaten Lingga. Pulau ini merupakan salah satu

bekas penghasil timah terbesar di Indonesia dan juga menjadi pusat

perdagangan khususnya kabupaten lingga. Masyarakat Pulau

Singkep kental dengan budaya melayu dan kaya akan seni dan

budayanya.Selain itu juga di dukung oleh lingkungan yang kondusif,

kondisi alam yang asri, tempat wisata seperti: Batu Berdaun, ait terjun

batu Ampar, Pemandian Air panas, pantai sergang yang

memungkinkan dikembangkan potensi wisatanya. STIT Lingga Dabok

menjadi satu –satu nya ada di kabupaten singkep.75

75 Dokumen STIT Dabo Singkep Kepulauan Riau

60

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi

terkait judul penelitian adalah dosen dan mahasiswa STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau, seseorang yang memberikan

informasi tersebut disebut pula informan. Informan adalah orang yang

diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

pada latar belakang. Sugiyono tidak menggunakan istilah populasi

pada penelitian kualitatif, melainkan Social Situation atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen, yaitu, tempat (place), pelaku (actor), dan

aktivitas (activity).76

Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang

ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Adapun penentuan

informan dalam penelitian dilakukan secara snowball sampling.

Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah dimana pada situasi

tertentu, jumlah subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah

karena subjek atau informan penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya kurang memberikan informasi yang mendalam atau pada

situasi-situasi tertentu tidak memungkinkan peneiti untuk

mendapatkan akses pada sumber, lokasi atau subjek yang hendak

diteliti.

Adapun informan pada penelitian ini meliputi kriteria; 1) Tercatat

sebagai Dosen aktif dan mahasiswa di STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau, 2) Memiliki komunikasi yang baik sehingga terhindar

dari subjektifitas, 3) Bersedia memberikan informasi secara

sistematis, fakutual dan relevan.

76 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 208.

61

C. Jenis dan Sumber Data

Arikunto menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek

darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam

mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P,

yaitu: a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya

mengenai variabel yang diteliti. b. Paper (kertas), adalah tempat

peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan

dengan penelitian, seperti arsip, angka, gambar, dokumen-dokumen,

simbol-simbol, dan lain sebagainya. c. Place (tempat), yaitu tempat

berlangsungnya kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.77

Menurut Lofland dalam Moleong sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari

informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lainlain.78 Untuk mendapatkan data dan

informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan secara

purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan

sebelumnya. Informan merupakan orang-orang yang terlibat atau

mengalami proses pelaksanaan dan perumusan program dilokasi

penelitian.

Adapun jenis data yang di kumpulkan dari penelitian ini berasal

dari dua sumber, yaitu:

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

baik melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak

informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara

wawancara langsung terhadap Dosen dan mahasiswa terkait

kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau.

b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-

literatur dari, internet, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya.

77 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006),hlm. 224. 78

Moleong, j, Lexy. Op. Cit., hlm 165.

62

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau

menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang

tercatat di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada

hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah

penelitian yang ingin dipecahkan. Oleh karenanya dalam penelitian ini

penulis hanya menggunakan beberapa teknik antara lain, observasi,

wawancara (interview), dokumentasi;

1. Observasi

Observasi adalah metode yang metode yang dilakukan dengan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-

fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.79 Dalam penelitian

ini penulis akan melakukan pengamatan mengenai Kompetensi Sosial

Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau. sehingga

dengan cara ini diharapkan akan diperoleh data-data yang akurat

sesuai dengan permasalahan-permasalahan pada substansi

penelitian ini

Pengamatan ini penulis anggap suatu metode yang sangat

membantu karena disamping bisa secara langsung mengetahui

permasalahan secara akurat juga sangat membantu dalam

memberikan suatu analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada

kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau.

79 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), Cet.II,

hlm.. 158.

63

2. Interview

Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan

untuk dijawab secara lisan pula.80 Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data tentang kompetensi sosial dosen di STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau. Dalam hal ini, penulis mengadakan

wawancara langsung dengan dosen dan mahasiswa menggunakan

dua pola wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara

tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yang dimaksudkan penulis

adalah keseluruhan objek yang dijadikan informan akan diberikan

pilihan yang sama, dalam arti seluruh pertanyaan disajikan dalam

cara dan gaya yang sama serta disusun dalam urutanyang sama pula.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan memberikan

kebebasan penuh dan lebih aktif kepada responden untuk

memberikan informasi yang valid serta berhubungan dengan data-

data yang berkaitan dengan persoalan substansi penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data yang

berkaitan dengan profil, sejarah, Visi Misi dan Kegiatan Kompetensi

Sosial Dosen, penulis maksudkan disini adalah keseluruhan

dokumen-dokumen yang bersifat administratif sebagai sumber data

yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi data data yang dapat

mendukung validitas data penelitian yang diperoleh.

E. Teknik Analisis Data

Dalam berbagai pandangan pakar metodologi menyatakan

bahwa, dalam pengolahan dan analisis data kualitatif, belum ada pola

dan sistem yang jelas.Menurut Miles and Huberman yang dikutip

dalam buku Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D karangan Sugiyono, bahwa “The moust serious

80 Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hlm. 202

64

and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of

analisis are not well formulate”. Yang paling serius dan sulit dalam

analisis data kualitatif adalah, karena metode analisis belum

dirumuskan dengan baik”.81

Juga dimaksudkan bahwa upaya langkah-langkah melakukan

analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis

memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi.

Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis,

sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan

cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.82

Analisis data adalah usaha untuk mencari dan menyusun

secara sistematis catatan-catatan observasi, wawancara dan

dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus

yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan. Analisis data dilakukan

dalam upaya mencari makna.83 Analisis data merupakan proses

penelaahan dan penyusunan secara sistematis semua catatan

lapangan hasil pengamatan, transkrip wawancara, dan bahan-bahan

lainnya yang dihimpun untuk memperoleh pengetahuan dan

pengalaman mengenai data tersebut dan mengkomunikasikan apa

yang telah ditemukan dari kancah penelitian.84

Berdasarkan beberapa ulasan di atas, analisis data dalam

penelitian ini adalah proses mencari dan menata data mengenai

Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau, secara sistematis berdasarkan hasil observasi berperanserta,

wawancara mendalam, dan teknik dokumentasi untuk selanjutnya

81 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 334

82 Ibid.,

83 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

hlm. 67 84

Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research in Education, an Introduction to Theory and Methods, Edisi ke III (Boston: Allyn and Bacon, 1998), h. 157

65

menelaah pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan

oleh pihak guru.

Data dalam penelitian ini pada hakikatnya berwujud kata-kata,

kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf dalam bentuk narasi yang

mendiskripsikan mengenaisituasi, peristiwa, interaksi, pernyataan

pandangan atau pendapat dan perilaku dari subjek penelitian

sebagaimana terangkum dalam catatan lapangan, transkrip

wawancara, dan catatan dokumentasi dari lapangan penelitian.

Berdasarkan wujud dan sifat-sifat data sebagaimana telah

dikemukakan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan

yakni: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Ketiga cara tersebut saling berkaitan dan

merupakan alur kegiatan analisis data untuk memperoleh yang

bermakna.85

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian

berlangsung.86 Selama pengumpulan data, peneliti selalu membuat

ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus. Reduksi

data merupakan bentuk analisis untuk menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasi

data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan

diverifikasi.

85 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, Diterjemahkan

oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16 86

Ibid., hlm. 16.

66

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah proses penyusunan sekumpulan

informasi tersusun ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga

menjadi lebih selektif dan sederhana, serta dapat dipahami

maknanya. Penyajian data dimaksudkan untuk memperoleh pola-pola

yang bermakna, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.87 Penyajian data dalam

penelitian menggunakan uraian naratif, untuk menggambarkan secara

keseluruhan temuan penelitian yang berkaitan kompetensi sosial

dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah bagian ketiga yang

tidak kalah pentingnya dalam analisis data. Penarikan kesimpulan

adalah kegiatan untuk membangun konfigurasi yang utuh.88Dari data

yang telah terkumpul untuk memperoleh makna. Dengan demikian

kesimpulan yang akan ditarik setelah melakukan reduksi data dan

penyajian data dalam penelitian ini, adalah suatu konfigurasi yang

utuh tentang kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau Inilah beberapa hal yang berkaitan dengan upaya

penulis dalam mengolah data yang diperoleh di lapangan, sehingga

dapat menjadi suatu temuan yang benar benar akurat dan valid, yang

pada gilirannya nanti akan memberikan kontribusi secara lokal kepada

dosen dan mahasiswa, untuk melakukan langkah evaluasi yang lebih

efektif dan efisien.

87 Ibid, hlm. 17

88 Ibid, hlm. 19

67

F. Uji Keterpercayaan Data

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti tinggal di lapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.89 Dengan

perpanjangan keikutsertaan peneliti mempelajari „kebudayaan‟, dapat

menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan distorsi, dan

membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti serta

kepercayaan peneliti terhadap diri sendiri.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan Pengamatan berarti mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses

analisis yang konstan dan tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud

mencari ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri

pada hal tersebut secara rinci.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.90

Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dibedakan menjadi 4 macam

yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

a) Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

b) Triangulasi dengan metode, yaitu metode pengecekan data

dengan menggunakan strategi pengecekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan

data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber

data dengan metode yang sama.

89Lexy J. Moelong, Op. Cit., hlm, 327-328.

90 Ibid., hlm. 328

68

c) Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat

lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam

pengumpulan data.

d) Triangulasi dengan teori, yaitu teknik berdasarkan anggapan

bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu atau lebih teori saja. Dalam hal ini,

jika analisis telah menguraikan pola, hubungan dan menyertakan

penjelasan yang muncul dari analisis maka penting sekali untuk

mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.

G. Rencana Penelitian

Tabel;

Jadwal Penelitian

Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sesuai waktu

BAB IV

DESSKRIPSI LOKASI PENELITIAN, TEMUAN PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil

Nama Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lingga

Alamat : Jl. Bunga Gg.Kenanga Kel.Dabo

Kec.Singkep, Kab. Lingga

No. Telepon : 085374443443

No. Faksimili : -

Homepage dan E-Mail : [email protected]

Nomor dan Tanggal

SK Pendirian Institusi : 604 tahun 2016

Pejabat Penerbit SK : Dirjen Pendidikan Islam Kementerian

Agama RI

Program studi :

1. Manajemen Pendidikan Islam ( S.1)

2. Pendidikan Agama Islam (S.1)91

2. Sejarah

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga terletak Jl. Bunga

Gang Kenanga Kelurahan Dabo Kecamatan Singkep di Kabupaten

Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Berdiri pada tahun 2016.

berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI No

604 tahun 2016. Dan saat ini Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

telah memiliki dua program studi yakni PAI dan MPI yang terakreditasi

BAN PT .

91 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

69

70

3. Letak Geografis92

STIT Lingga terletak Jl. Bunga Gg.Kenanga Kel.Dabo

Kec.Singkep di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya

di Pulau Singkep. Kabupaten lingga terbentuk berdasarkan Undang-

Undang nomor 31 Tahun 3004 Tanggal 7 januari 2004, merupakan

daerah pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Kepulauan

Riau yang sekarang bernama Kabupaten Bintan. Kabupaten Lingga

Memiliki luas ± 211.722 km2 meliputi luas laut 209.654,28 km2, luas

daratan 2.117,72 km2 dan memiliki 377 pulau dan hanya 92 pulau

yang sudah berpenghuni.

4. Visi Dan Misi93

Visi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga adalah

Terwujudnya Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga sebagai

Pusat Pendidikan Tinggi Islam yang mengkaji dan mengembangkan

ajaran Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dalam payung ajaran

Islam dan budaya Melayu secara integral di Kepulauan Riau Tahun

2026.

Untuk mendukung tercapainya Visi tersebut maka Sekolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga adalah memiliki misi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk melahirkan

sumber daya manusia yang berkualitas secara akademik dan

profesional serta memiliki integritas pribadi sebagai sarjana muslim.

b. Menyelenggarakan penelitian dan pengkajian untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya

Melayu dengan menggunakan paradigma Islami.

c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya

Melayu dengan menggunakan paradigma Islami.

92 Ibid.,

93 Ibid.

71

d. Menyiapkan Sumber Daya Manusia serta sarana dan prasarana

untuk menunjang kelancaran pelaksanaan Tri Darma Perguruan

Tinggi.

Adapun tujuan yang di harapkan dari Visi dan Misi Sekolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga, yakni:

a. Menghasilkan sarjana muslim yang kokoh Akidahnya, mulia

Akhlaknya, dalam ilmunya dan luas wawasannya, handal

keterampilan hidupnya (life skill) dan kuat daya juang hidupnya

untuk diabdikan kepada umat, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Menghasilkan, mengembangkan, menyebarluaskan pemikiran dan

karya ilmiah dalam ilmu Agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi,

seni dan budaya Melayu serta mengupayakan penggunaannya

untuk meningkatkan martabat dan taraf kehidupan masyarakat

serta memperkaya Kebudayaan Nasional.

c. Menghasilkan Sarjana muslim yang mampu berkontribusi dalam

kehidupan masyarakat serta mengembangkan keilmuan yang

berasas teknologi dengan tetap meneguhkan prinsip kemelayuan.

d. Menghasilkan sarjana Muslim yang mampu berkompeten dalam

mengembangkan pendidikan islam yang berasas konsep keilmuan.

Selain memiliki Visi Misi dan Tujuan STIT Lingga juga memiliki

sasaran yang akan dicapai pada 2026 dalah:

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum berbasis kompetensi saat ini dan juga mengacu pada

kurikulum KKNI.

b. Berupaya Meningkatkan kualitas dosen dan tenaga kependidikan

secara berkesinambungan.

c. Mahasiswa dididik agar mampu mengembangkan keilmuan serat

lanjutan studi setelah menyelesaikan di STIT Lingga guna

memperkuat kompetensi STIT.

72

d. Mahasiswa dididik agar mampu mengembangkan suasana

akademik yang serasi sesuai dengan tatanan nilai-nilai kepribadian

bangsa.

e. Berupaya melakukan Pengadaan bahan perpustakaan dan

laboratorium Microteaching dan Komputerr

f. Membangun sarpras (Sarana dan Prasarana) Pembelajaran.

Arah pengembangan STIT Lingga menuju keunggulan dalam tata

kelola dan keunggulan dalam pembelajaran berbasis integrasi ilmu,

teknologi, seni dengan Islam perlu diterjemahkan dalam bentuk

strategi-strategi pengembangan. Adapun strategi STIT Lingga adalah

sebagai berikut:

a. Membangun dan melengkapi sarana dan prasarana perkantoran

dan pembelajaran.

b. Mengembangkan dan melengkapi sumber daya manusia yang

berkualifikasi dalam struktural, staf pendidikan, staf administrasi,

dan staf kependidikan.

c. Melengkapi perpustakaan, laboratorium Al-Qur‟an, laboraturium

komputer, ruang bahasa, ruang diskusi.

d. Menyiapkan lahan praktek dan kerjasama dengan lembaga-

lembaga pengembangan dan pengkajian Al-Qur‟an dan lembaga

lain sejalan dengan visi dan misi.

e. Menggerakan penelitian dan pengabdian masyarakat.

f. Menjalin Kerjasama yang baik dengan berbagai Institusi luar negeri

seperti Malaysia.

73

5. Struktur

Gambar: 4.1

Struktur Organisasi STIT Lingga94

Berdasarkan struktur/ bagan organisasi di atas menunjukkan dan

memberikan gambaran bahwa pada STIT Lingga sangat baik, struktur

telah lengkap, efisien dan efektif dan penempatan personalia sesuai

dengan kemampuan dan kompetensi. Tata pamong ini mampu

mewujudkan visi, melaksanakan misi dan mencapai tujuan dan

sasarannya memenuhi lima pilar berikut: kredibel, transparan,

akuntabel, bertanggung jawab dan adil.

94 Ibid.

74

Adapun Tugas masing-masing unsur pelaksana tersebut adalah

sebagai berikut :95

a. Ketua STIT Lingga.

Adapun tugas ketua STIT lingga:

1) Berupaya menjalin kerjasama dengan pihak perguruan tinggi di

sekitar

2) Memimpin pelaksanaan tugas dilingkungan STIT Lingga

3) Selalu mendorong dan menciptakan suasana akademik STIT

Lingga

4) menyusun rencana startegis yang memuat tujuan dan sasaran

perguruan tinggi yang hendak dicapai

5) Mengelola dan memelihara aset yang ada di STIT Lingga.

6) Membagi tugas, menggerakan, mengarahkan, membimbing dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dilingkungan Prodi

7) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan

tugas bawahan;

8) Melakukan penyelenggaraan program pendidikan dan

pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

9) Membina tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta

kemahasiswaan;

10) Mempelajari dan menilai/mengoreksi laporan hasil

kerja/pelaksanaan tugas bawahan;

11) Melakukan pemecahan dan penyelesaian masalah yang timbul

dilingkungan Kampus

12) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan

kegiatan serta penyusunan laporan;

13) Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan

sistem/teknis pelaksanakan tugas;

95 Ibid.

75

14) Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan tugas kepada Ketua

STIT Lingga.

b. Wakil Ketua I

Adapun tugas tugas wakil ketua i:

1) Merumuskan peraturan di bidang akademik dan kemahasiswaan

2) Menyusun laporan bidang akademik dan kemahasiswaan.

3) Mengelola sarana dan prasarana akademik dan

kemahasiswaan.

4) Mengelola data akademik dan kemahasiswaan.

5) Melaksanakan pengenalan kehidupan kampus

c. Wakil Ketua II

Adapun tugas tugas wakil ketua II:

1) Membuat rencana program kerja keuangan

2) Melakukan pengurusan dan pelayanan keuangan

3) Melakukan pembukuan keuangan

4) Melakukan segala ketertiban keadministrasian berupa keuangan

5) Melakukan pengawasan

6) Melakukan pengendalian dalam sistem keuangan

7) Menyiapkan laporan setiap semester

d. Wakil Ketua III

Adapun tugas tugas wakil ketua III:

1) Melayani administrasi akademik dan kemahasiswaan

2) membuat program kemahasiswaan setiap jurusan

3) melakukan pembinaan kepada mahasiswa

4) Aktif berkomunikasi dengan Alumni STIT Lingga

5) Melakukan penerimaan mahasiswa baru

6) Membuat aturan kemahasiswaan

7) Melakukan pengelolaan dibidang sarana prasarana mahasiswa

76

8) Mengelola data informasi mahasiswa

9) Mendukung serta memfasilitasi minta bakat mahasiswa

e. Ketua Program Studi

Adapun tugas tugas ketua program studi

1) Menyusun dan membuat rencana program prodi;

2) Mengatur jadual mata perkuliahan;

3) Mengawasi jadwal perkuliahan;

4) Memonitor pelaksanaan ujian semester;

5) Mengkoordinasikan nilai-nilai ujian kepada setiap dosen yang

mengampu mata kuliah;

6) Membuat laporan prodi disetiap semesternya.

f. Sekretaris Program Studi

Adapun tugas tugas sekretaris program studi:

1) Membantu menyusun dan membuat rencana program prodi

2) Membantu Mengatur jadual mata perkuliahan

3) Membantu Mengawasi jadwal perkuliahan;

4) Membantu Memonitor pelaksanaan ujian semester;

5) Membantu berkoordinasi terhadap nilai-nilai ujian kepada setiap

dosen yang mengampu mata kuliah;

6) membantu membuat laporan prodi disetiap semesternya

g. Kepala Bagian Tata Usaha

Adapun tugas tugas kepala bagian tatausaha:

1) Membantu menyusun rencana program kerja untuk setiap jurusan

2) Membantu dalam melaksanaan administrasi akademik

3) Membantu dalam melaksanaan kemahasiswaan;

4) Membantu dalam melaksanaan administrasi kepegawaian;

5) Membantu dalam melaksanaan administrasi keuangan;

77

6) Membantu dalam melaksanaan pembuatan surat-menyurat,

pengarsipan (data sapras, prestasi mahasiswa dan dosen dan

dokumen lainnya) dan dalam pembuatan laporan pada setiap

semester

6. Keadaan Dosen

Perlu diketahui bahwa dosen yang ada di STIT lingga adalah dosen

yang secara kompetensi telah memenuhi persyaratan baik akademik

maupun non akademik, karena rekrutmen dosen dilakukan dengan

sangat memperhatikan kompetensi dan relevansi keilmuan calon

dosen. Sistem rekrutmen dosen dilakukan dengan cara: Pertama, asal

calon dosen. Calon dosen bisa berasal dari internal maupun eksternal

Program Study S-1 STIT Lingga. Mereka harus berpendidikan minimal

strata dua (S2), atau telah memiliki pangkat akademik dari institusi

yang berwenang dan disyaratkan memiliki minimal IPK 3,00 dan

memiliki pengalaman di bidang yang pendidikan. Kedua, mekanisme

seleksi mengikuti ujian tertulis dan wawancara tentang kepribadian

yang dilakukan oleh tim rekrutmen tenaga dosen untuk melihat

kompetensi yang memiliki kemampuan mengajar mata kuliah yang

direncanakan akan diampu. Ketiga, kelulusan calon dosen. Keputusan

mengenai diterima atau tidaknya calon dosen dibicarakan dalam

sebuah rapat pimpinan dengan memperhatikan hasil seleksi dan

rekomendasi dari tim rekrutmen tenaga dosen.

Dosen yang dinyatakan diterima diberi tanggung jawab untuk

mengajar mata kuliah yang sesuai dengan kompetensi yang

dimilikinya. Di samping itu dosen yang berasal dari dalam selanjutnya

diberikan kesempatan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang

lebih tinggi. Sementara itu sistem rekrutmen tenaga pendukung

dilakukan secara terpusat melalui tim rekrutmen. Rekrutmen dilakukan

berdasarkan kebutuhan ketatausahaan yang meliputi bagian

administrasi akademik, keuangan, kerumahtanggaan dan

78

perpustakaan. Seleksi tenaga pendukung dilakukan melalui

wawancara dan uji keterampilan yang dibutuhkan.96

Perlu dikemukakan bahwa sebagian besar dosen cukup

berpengalaman pada bidangnya. Di antara mereka sering digunakan

oleh institusi di luar STIT Lingga seperti prodi Manajemen pendidikan

Islam sebagai konsultan, peneliti, narasumber dan pelatih pada

sejumlah bidang yang berkaitan dengan keahliannya. Disamping it

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tingkat PS, telah

disusun perencanaan pengembangan dosen dan tenaga kependidikan

baik untuk studi lanjut maupun mengikuti magang/ pelatihan/ seminar/

lokakarya. Perencanaan pengembangan dosen dilakukan dengan

kerjasama kelompok bidang ilmu sehingga sesuai dengan sasarannya

dan pendanaannya dilakukan dan sesuaikan dengan dana yang ada.

Sedangkan retensi atau pemberhentian dosen dan tenaga

kependidikan dilakukan apabila tenaga akademik dan tenaga

kependidikan melakukan pelanggaran kote etik atau etos kerja

yang rendah maka pihak kampus akan melakukan evaluasi dengan

beberapa tahap dimulai dari teguran sampai pada pengenaan

sanksi terberat yaitu pemberhentian atau pemutusan hubungan

kerja, yang telah diatur dalam peraturan STIT Lingga.

Adapun jumlah dosen berdasarkan program studi dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

96 Hasil wawancara dengan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

79

Tabel : 4.1

Jumlah Dosen Program Studi97

No.

Hal

Jumlah Dosen Tetap yang

Bertugas

pada Program Studi:

Total di

STIT PS-1

MPI

PS-2

PAI

PS-3 PS-4

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Jabatan Fungsional :

1 Asisten Ahli 6 6 - - 12

2 Lektor - - - - -

3 Lektor Kepala - - - - -

4 Guru Besar/Profesor - - - - -

TOTAL 6 6 - - 12

B Pendidikan Tertinggi :

1 S1

2 S2/Profesi/Sp-1 6 6 - -

3 S3/Sp-2 - - - - -

TOTAL 6 6 - - 12

Dosen tetap adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai

tenaga tetap pada STIT Lingga termasuk dosen penugasan Kopertais,

dan dosen yayasan dalam bidang yang relevan dengan keahlian

bidang studinya. Seorang dosen hanya dapat menjadi dosen tetap

pada satu perguruan tinggi, dan mempunyai penugasan kerja minimum

36 jam/minggu. Dosen tetap di STIT Lingga dipilih dalam 2 kelompok;

1) Dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan PS. 2) Dosen

tetap yang bidang keahliannya di luar PS. Sebagaimana pada tabel di

bawah:

97 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

80

Tabel :4.2

Dosen Tetap MPI98

No.

Nama Dosen Tetap

NIDN**

Tgl. Lahir

Jabatan Akademik

***

Gelar Akadem

ik

Pendidika n S1, S2, S3 dan Asal PT*

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

Desty

Puspita

Sari

21221284

03

Manna,

22-

Desember

-1984

Asisten

Ahli

M.T.Pd.

S1Universit

as

Bengkulu

S2-

Universitas

Bengkulu

2

Zulkifli

21080672

01

Muntai, 8-

Mei-1972

Asisten

Ahli

M.Pd.I

S1-IAIN

Sultan

Syarif

Kasim Riau

S2-

Universitas

Sunan Giri

Surabaya

3

Munawwir

21301085

01

Lamongan

, 30-

Oktober-

1985

Asisten

Ahli

MA.

S1-Institut

Keislaman

Abdullah

Faqih

S2-Institut

PTIQ

Jakarta

4 Aliadi Joko

Susanto

21270680

01

Rantau

Prapat, 27

Asisten

Ahli M.Pd.I

S1- UIN

Sultan

98 Dokumen Program studi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

81

Mei 1980 Syarif

Hidayatulla

h Jakarta

S2-

Univeristas

Sunan Giri

Surabaya

5

M. Atak

21031186

04

Impol, 3

November

1986

Asisten

Ahli

M.Pd.I

S1-

Universitas

Riau

S.2

Univeristas

Negeri

Padang

6

Juni

Mahani

s

21070682

04

Palemban

g, 07 Juni

1982

Asisten

Ahli

S.Pd.I S1 Ibnu

Sina Batam

M.Pd.I S2 PTIQ

Jakarta

Tabel:4.3

Dosen Tetap PAI99

No

Nama Dosen Tetap

NIDN**

Tgl. Lahir

Jabatan Akademi

k***

Gelar Akademi

k

Pendidikan S1, S2, S3 dan Asal

PT*

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

Suhaidi

21030571

01

Bekawan /

03 Mei 1971

Asisten

Ahli

S.Ag S1 IAISSU

Medan

M.Pd.I S2- UIN

Sultan Syarif

99 Dokumen Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

82

Kasim Riau

2

Siti

Marfua

h

21020775

03

Ponorogo /

02 Juli 1975

Asisten

Ahli

S.Ag S1-IAIRMN

Ponorogo

M.Ed S2-UK

Malaysia

3

Idrus

Moein

Dabo

Singkep / 27

Juli 1962

Asisten

Ahli

SE S1-

Universitas

Pasundan

M.Pd.I

S2-

Univeristas

Pasundan

4

Sulikah

21160276

01

Bojonegoro /

16 Februari

1976

Asisten

Ahli

S.Pd.I S1- STAI

Ibnu Sina

Batam

M.Pd.I S2- USG

Surabaya

5

Muham

m ad

Nizar

21230882

01

Dabo

Singkep / 23

Agustus

1982

Asisten

Ahli

S.Th.I S.1- UIN

Syarif

Hidayatullah

MA S2- IIQ

Jakarta

6

Selamat

21270290

02

Pulau Mas /

27 Februari

1990

Asisten

Ahli

PAI S1- IKHA

Jombang

M.Pd S.2 UHAT

Jombang

Pengembangan dosen dilakukan secara terbuka dengan

melibatkan sepenuhnya unsur jurusan dan program studi. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan kualifikasi yang

diinginkan sehingga menjamin keberlanjutan dan peningkatan mutu

83

dosen maupun staff kependidikan dalam pelaksanaan kegiatan

akademik maupun operasional lain.

Dalam pengembangan dosen tetap di semua Program Studi telah

mencakup aspek kecukupan dengan kualifiksi yang telah memenuhi

syarat. Sedangkan pengembangan karir direncanakanakan dilakukan

secara kontiniue dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop,

seminar, loka karya baik dilakukan di intra kampus maupun

mengikutkan dosen-dosen pada kegiatan yang sama yang dilakukan di

Kopertais Wilayah XII dan Diktis Kemenag. Dalam pengembangan

dosen di semua prodi tidak ditemukan kendala yang berarti, akan

tetapi dalam meningkatkan kuatitas dosen khususnya dalam

kepangkatan akademik ada kendala yang dihadapi terutama dari

Kopertais Wilayah XII yang lambat mengeluarkan surat keputusan

kepangkatan akademik.

Tabel:4.4

Jumalah Karyawan100

No

Jenis Tenaga

Kependidika

n

Jumlah Tenaga Kependidikan dengan

Pendidikan Terakhir

Unit

Kerja S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1

SMA/SM

K

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Pustakawan * - 1 3 - 1 - - - STIT

2

Laboran/

Teknisi/ Analis/

Operator/

Programer

-

-

5

-

-

-

-

-

STIT

3 Administrasi - - 7 - - - - - STIT

4 Lainnya : - - 2 - 3 - - 2 STIT

Total 1 17 - 4 - 2

100 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

84

7. Penjamin Mutu

Pengelolaan mutu pada tingkat Program Studi, dilakukan dengan

mengolah masukan, antara lain; melakukan monitoring, evaluasi dan

analisa pelaksanaan kurikulum terhadap kesesuaian kurikulum dengan

kebutuhan pasar, serta menyelenggarakan pengajaran, penelitian dan

pengabdian masyarakat. Semua komponen, berlaku mekanisme yang

saling melengkapi sehingga mampu menghasilkan lulusan yang sarat

dengan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan agama.

Untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas, masukan yang

akan diproses dalam pendidikan dan penelitian harus memenuhi

standar mutu. Standar mutu yang dilakukan di Program Studi ini

diukur melalui tes yang meliputi : tes pengetahuan umum dan tes

pengetahuan dasar di bidang Al-Qur‟an pada saat penerimaan

mahasiswa baru.

Hasil proses pendidikan, dievaluasi berdasarkan hasil masukan dari

stake holder yang menggunakan lulusan dan perkembangan jabatan

pada unit/bidangnya di mana mahasiswa bekerja. Hal ini merupakan

ukuran yang cukup meyakinkan bahwa lulusan dinilai secara obyektif

oleh masyarakat atau oleh pengguna lulusan

Hasil evaluasi yang berkualitas, baik internal maupun eksternal,

dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan

pembelajaran, sebagai penambahan point untuk pemenuhan

persyaratan dalam pembentukan Program Studi tingkat selanjutnya,

sebagai referensi dalam melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan

Program Studi, dan dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan

dan kekuatan dalam penyelenggaraan program studi. Serta Kerjasama

dan kemitraan dalam pengendalian mutu, direalisasikan dalam bentuk

Lembaga Penjamin Mutu STIT Lingga.

85

8. Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik

a. Kurikulum STIT Lingga

Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta

cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi.

Kurikulum STIT Lingga memuat standar kompetensi lulusan yang

terstruktur dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang

mendukung tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya

visi program studi. Kurikulum juga memuat mata kuliah/modul/blok

yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan

keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas wawasan dan

memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi

dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus, rencana

pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum STIT Lingga dirancang

berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman

materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills

danketerampilan kepribadian dan perilaku (soft skills)yangdapat

diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Ada pun Kurikulum

Prgram Studi STIT Lingga mengacu pada : Keputusan Mendiknas No.

232/U/2000 dan No.045/U/2002. Keputusan Menag No. 122 Tahun

1988.Hasil rumusan Kopertais wilayah XII Riau-Kepri dan hasil rapat

senat dan unsur Proram Studi unsur stakeholder.101

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan secara teratur, terjadwal,

sistematis dan kontinu untuk setiap semester. Pembelajaran

dilaksanakan menggunakan berbagai strategi dan teknik yang

mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis bereksplorasi, berkreasi

dan bereksperimen dengan memanfaatkan aneka sumber.

101 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

86

Pelaksanaan pembelajaran memiliki mekanisme untuk memonitor,

mengkaji, dan memperbaiki secara periodik kegiatan perkuliahan

(kehadiran dosen jurusan telah menunjuk personel untuk melakukan

monitoring pelaksanaan kuliah. Pada tiap jadwal kuliah, petugas

mendatangi seluruh ruang kuliah, mengisi check-list kehadiran dosen

yang dibubuhi dengan paraf dosen yang bersangkutan pada tiap-tiap

lokasi perkuliahan.

Tiap akhir bulan, dilakukan rekapitulasi kehadiran dosen. Dari data

rekapitulasi ini dapat dilakukan tindakan preventif agar perkuliahan

yang tertinggal dapat segera disesuaikan dan tidak menyimpang

terlalu jauh dari jadwal yang telah disusun. Evaluasi pembelajaran saat

ini dikelola bersama-sama dengan Badan Penjaminan Mutu STIT

Lingga dengan cara menyebarkan kuesioner ke mahasiswa-

mahasiswa. di STIT Lingga menyiapkan borang isian yang

didistribusikan ke jurusan pada akhir semester. Jurusan kemudian

mendistribusikan ke mahasiswa-mahasiswa pada masing-masing

kelas dan mahasiswa mengisi borang tersebut.

Adapun mekanisme evaluasi yang dilakukan untuk mengukur

kemampuan mahasiswa dan tingkat penguasaan materi perkuliahan

berbentuk ujian mid semester dan ujian semester, yang sudah

terjadwal secara universitas. Ujian mid semester dilaksanakan pada

bulan November (untuk semester ganjil) dan bulan April (untuk

semester genap). Sedangkan untuk ujian semester dilaksanakan bulan

Januari (untuk semester ganjil) dan bulan Juni (untuk semester genap)

sesuai dengan kalender akademis yang ditetapkan setiap periode.

Selain itu, juga dilakukan pemberian tugas individual dan kelompok,

tugas pekerjaan rumah, kuis, diskusi kelas dll. Nilai Akhir seorang

mahasiswa pada suatu mata kuliah, merupakan nilai kumulatif semua

kegiatan akademis, dengan persentase bervariasi sesuai dengan

ketetapan dosennya (baik komponennya, bobotnya maupun bentuk

penilaiannya. seperti : Ujian mid semester (35%), Ujian semester

87

(35%), Tugas mandiri (15% )Tugas terstruktur (15%) maka Jumlahnya

100%.

Evaluasi hasil studi dilaksanakan pada berbagai tahapan masa

studi, yaitu setiap akhir semester, pada akhir dua tahun pertama, pada

akhir jenjang studi (semester 8-10), dan pada batas akhir studi

(semester 14). Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kepada jumlah SKS

yang telah dapat ditempuh dan Indeks Prestasi (IP). Berdasarkan IP,

seorang mahasiswa mengetahui beberapa beban SKS yang diambil

untuk semester depannya, dengan kisaran beban studi.

Berdasarkan wawancara bahwa monitoring dan evaluasi kinerja

dosen dilakukan ketua prodi dengan memantau buku Absensi Dosen

dan dilaporkan kepada Pembantu Ketua I STIT Lingga. Dosen yang

kurang memenuhi target perkuliahan, diingatkan secara tertulis.

Sedangkan dosen yang tidak hadir tiga kali secara berturut-turut tanpa

alasan yang jelas, akan diganti dengan dosen yang lain. Adapun

rekam kinerja akademik sebagai berikut

1) Kedisiplinan dosen dalam memenuhi jadwal mengajar dan silabus

mata kuliah.

2) Ketepatan waktu dosen dalam memberikan umpan balik kepada

mahasiswa berdasarkan tugas dan ujian yang diberikan.

3) Kelengkapan alat mengajar

4) Dosen dievaluasi setiap akhir semester berdasarkan kriteria,

sebagai berikut:

a) Kesiapan mengajar

b) Ketepatan dalam memulai dan mengakhiri waktu perkuliahan

c) Kejelasan memberikan materi kuliah dan menjawab

pertanyaan /respon mahasiswa.

d) Kesesuaian bahan ajar dengan bidangnya

e) Kemampuan mengarahkan diskusi dan memberikan motivasi

belajar.

88

f) Keterbukaan menerima dan memberikan umpan balik pendapat

mahasiswa

5) Tenaga Kependidikan setiap akhir semester berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

a) Keterampilan dalam mengerjakan sasarana kepegawaian yang

diberikan penilaian 60 %

b) Penilaian perilaku pekerja yang diberikan penilaian 40 %

Sementara monitoring proses pembelajaran mengacu kepada

prosedur baku monitoring dan evaluasi proses pembelajaran Pusat

Penjamin Mutu STIT Lingga yaitu berupa:

1) Mengontrol Aktivitas Mengajar Dosen

2) Memberikan Evaluasi Berupa Umpan Balik Kepada Mahasiswa

Untuk Menilai Belajar Dosen

3) Memberikan Berupa Kuesioner Kepada Mahasiswa

4) Mengevaluasi Proses Pembelajaran Ketika Rapat Akhir Semester

Kepada Mahasiswa

c. Suasanan Akademik

Suasana akademik STIT Lingga mendorong suasana akademik

yang kondusif, terutama dalam:

1) Kebijakan tentang suasana akademik jelas

Kebijakan tentang suasana akademik berperan dalam upaya

mewujudkan proses pembelajaran yang baik dan peningkatan

kegiatan-kegiatan akademik lainnya, seperti penelitian. Untuk itu,

Prodi selalu bertekad untuk menciptakan suasana akademik yang

kondusif. Beberapa pedoman atau SOP telah dibuat untuk

menjamin terwujudnya suasana akademik yang kondusif. SOP

tersebut meliputi antara lain, tatacara kuliah team teaching,

pembimbingan tugas akhir, dan sebagainya.

89

2) Penyediaan Prasarana dan sarana

Selain itu, untuk mendukung interaksi akademik yang kondusif dan

dinamis sebagaimana yang diharapkan seluruh sivitas akademika,

perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang

memadai. Sarana tersebut antara lain berupa fasilitas olahraga

(lapangan basket) dan jaringan internet. Dengan adanya beberapa

jaringan nirkabel (hotspot), mahasiswa memiliki keleluasaan dalam

akses informasi untuk mendapatkan bahan-bahan atau materi ajar

dalam rangka pengayaan ilmu dalam kaitannya dengan

perkuliahan, penyusunan tugas mandiri maupun kelompok, serta

penyusunan tugas akhir.

3) Dukungan Dana

Dukungan dana di STIT lingga dan yayasan disediakan untuk

penelitian dan pengabdian pada masyarakat guna memberi

dukungan finansial kepada dosen-dosen yang ingin

mempublikasikan artikel ilmiahnya ke jurnal nasional terakreditasi

dan mempresentasikannya pada seminar.

4) Kegiatan Akademik

Kegiatan akademik di STIT Lingga di dukung untuk selalu aktif

dalam kegiatan kemahasiswaan tingkat nasional, seperti program

PIOS dan lain sebagainya. Untuk itu, fakultas menyediakan fasilitas

pelatihan dengan mengundang dosen-dosen di lingkungan STIT

Lingga yang memiliki banyak pengalaman dalam program

kreatifitas mahasiswa atau juga reviewer untuk menjadi

narasumber. Dukungan dana juga disediakan untuk

mengoptimalkan kegiatan tersebut.

90

9. Keadaan Mahasiswa

Tabel: 4.5

Jumlah Mahasiswa102

No

Hal

Jumlah Mahasiswa pada PS:

Total Mahasiswa

pada Fakultas

PS-1 MPI

PS- 2

PAI

PS-3 dst

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1

Program

reguler

1. Mhs. baru bukan

transfer 30 30

2. Mhs. baru

transfer

-

-

3. Total mhs.

regular (Student

Body)

30

30

2

Program

non-

reguler

1. Mhs. baru bukan

transfer

2. Mhs. baru

transfer - -

-

3. Total mhs. non-

reguler (Student

Body)

10. Sarana Prasarana

STIT Lingga saat ini memiliki lahan kampus seluas 2 Ha di

Kelurahan Dabo, kecaatan Singkep yang berstatus kerjasama.

Perencanaan sarana dan prasana terbaru yang masih peletakan batu

pertama milik STIT dengan luas tanah 4,12 ha. Diantaranya tersedia

dari kerjasama ruang kantor Ketua, Pembantu ketua, KA. BAAK dan

staff, Prodi, ruang dosen, ruang rapat, ruang musholla, perpustakaan,

laboraturium prodi MPI.

102 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

91

Prasarana yang ada dapat dinilai telah mencapai tingkat kelayakan

untuk mendukung proses pembelajaran dalam rangka melaksanakan

misi dan mencapai visi. Namun untuk tingkat yang lebih ideal seperti

yang telah dicita-citakan, prasarana yang ada masih tergolong baru

mencapai tingkat minimal.

Sebagai perguruan tinggi /institusi Swasta, sistem perolehan

sarana, fasilitas/peralatan telah dijamin adanya keberlanjutan dan

ketersediaannya. Hal ini sangat jelas selain dari masyarakat STIT

memperoleh anggaran keuangan Negara dan bahkan setiap tahun

mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sarana yang ada sekarang dapat dinilai telah mencapai tingkat

kelayakan untuk mendukung proses pembelajaran dalam rangka

melaksanakan misi, dalam mencapai visi. Namun untuk tingkatan yang

lebih ideal seperti yang telah dicita-citakan sarana yang ada tetap

masih terus dilengkapi bahkan yang ada selalu diperbaharui..

Tabel: 4.6

Sarana STIT Lingga103

No. Jenis Sarana Unit Kondisi

(Baik/Tidak Baik)

(1) (2) (3) (4)

1 Komputer - -

2 Laptop 10 Baik

3 Infokus 5 Baik

4 Jaringan Komputer - Baik

5 Kamera Digital 1 Baik

6 Buku Perpustakaan 640 Baik

7 Kipas Angin 10 Baik

8 Kendaraan Dinas Roda 2 1 Baik

9 Kendaraan Dinas Roda 4 1 Baik

103 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

92

10 AC 5 Baik

11 Wireles 1 Baik

Prasarana STIT Lingga telah memungkinkan untuk dapat

menjalankan tri darma perguruan tinggi di STIT Lingga, sehingga

mampu mencapai visi dan misi yang ditetapkan oleh STIT Lingga.

Adapun Prasarana yang dimiliki oleh STIT Lingga adalah sebagai

berikut:

Tabel:4.7

Prasarana STIT Lingga104

Jenis

Nama

Unit

Kondisi

(Baik/Tidak

Baik)

(1) (2) (3) (4)

Prasarana

Gedung Kantor 1 Baik

Ruang Perkuliahan 5 Baik

Ruangan Sidang

Munaqasyah 1 Baik

Ruangan Admministrasi

kelembagaan/akademik 1 Baik

Ruangan Pusat Kegiatan

Mahasiswa 1 Baik

Ruang Perpustakaan 1 Baik

Ruangan Laboratorium

Bahasa 1 Baik

Ruangan Dosen 1 Baik

Ruangan Administrasi dan

akademik 1 Baik

Ruangan Ketua 1 Baik

104 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

93

Ruangan Wakil Ketua 1 Baik

Ruangan Kabag. TU 1 Baik

Ruangan Prodi 2 Baik

RuanganP3M 1 Baik

Ruangan P2M 1 Baik

Mushala Kampus 1 Baik

Ruang Toilet 2 Baik

Tempat Wudhu 1 Baik

B. Temuan Penelitian dan Pembahasan

1. Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan

Riau

Dari hasil kajian teori menunjukan bahwa dosen adalah sebuah

nama yang disematkan kepada seorang pendidik atau pengajar yang

terdaftar di perguruan tinggi baik itu yang dikelola oleh pemerintah

ataupun yang dikelola secara mandiri oleh kelompok masyarakat.

Keterlibatan dosen sebagai seorang pendidik sangat dibutuhkan untuk

mendukung terlaksananya tujuan pendidikan secara nasional, yakni

mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, tuntutan sebagai seorang

dosen tidaklah mudah, karena dosen tidak saja dituntut untuk mendidik,

tetapi juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat. Atas dasar inilah maka dosen harus

memiliki kompetensi yang mumpuni untuk mendukung setiap

aktivitasnya.

Adapun salah satu kompetensi yang mesti dimiliki oleh dosen

adalah kompetensi sosial. Dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi sosial merupakan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, ortang tua/wali peserta didik dan

masyarakat. Begitu pula menurut Trianto (2006) bahwa kompetensi

94

sosial adalah “kemampuan guru dan dosen dalam membina dan

mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional

maupun sebagai tenaga anggota masyarakat”.

Hasil kajian di bab II menggambarkan bahwa dosen yang

memiliki kompetensi sosial adalah yang memiliki kemampuan dalam

membangun hubungan secara efektif dengan peserta didik

(Mahasiswa), rekan sejawat (sesama Dosen) dan lingkungan

masyarakat. Oleh karena itu hasil temuan penelitian yang dilaksanakan

di STIT Lingga terkait kompetensi sosial dosen tergambar sebagaimana

berikut;

a. Hubungan Sosial Dosen Dengan Mahasiswa

Hubungan sosial dosen dengan mahasiswa dipotret melalui

interaksi yang terjalin atara mahasiswa dan dosen pada saat

perkuliahan, ataupun pada saat diluar jam perkuliahan. Hasil observasi

ditemukan bahwa hubungan interaksi dosen dan mahasiswa berjalan

dengan baik. Hal ini di perlihatkan dari aktivitas pekuliahan yang ada di

kampus. Dimana rata-rata mahasiswa yang di wawancarai

menyatakan hubungan mereka dengan dosen terjalin dengan baik.

Bahkan menurutnya dosen tidak pernah mempersulit mahasiswa yang

ingin berkonsultasi. Dimanapun dan kapanpun bisa dilakukan. Apalagi

pada saat berada didalam kelas. Dosen sangat terbuka sekali

menerima pendapat dan kritik dari mahasiswa. Bahkan tidak jarang

dosen sebelum menutup perkuliahan meminta pandangan kepada

mahasiswa terkait pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah

di sampaikan. Sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:

“ya, kalau untuk masalah komunikasi, sangat terbuka sekali, dalam

kegiatan pembelajaran biasanya, kami para mahasiswa diberikan

kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah disampaikan,

bahkan rata-rata dosen sebelum memulai materi biasanya bertanya

terlabih dahulu bagaimana kondisi kesehatan, keluarga dan lain

sebagainya, dan sebelum menutup perkuliahan menanyakan

95

tentang pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah

disampaikan.105

Hasil Observasi menunjukan pula bahwa proses pembelajaran

dikelas dilaksanakan secara teratur, terjadwal, dan tersistemetis pada

tiap semester. Pembelajaran yang di laksanakan oleh dosen

menggunakan berbagai strategi dan teknik yang mendorong

mahasiswa untuk berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi dan

bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber bacaan.

Adapun mekanisme evaluasi yang dilakukan untuk mengukur

kemampuan para mahasiswa dan tingkat penguasaan materi

perkuliahan berbentuk ujian mid semester dan ujian semester, yang

sudah terjadwal.

Selain itu, juga dilakukan pemberian tugas individual dan kelompok,

tugas pekerjaan rumah, kuis, diskusi kelas dll. Nilai Akhir seorang

mahasiswa pada suatu mata kuliah, merupakan nilai kumulatif semua

kegiatan akademis, dengan persentase bervariasi sesuai dengan

ketetapan dosennya baik komponennya, bobotnya maupun bentuk

penilaiannya. seperti : Ujian mid semester (35%), Ujian semester

(35%), Tugas mandiri (15% )Tugas terstruktur (15%) maka Jumlahnya

100%.

Evaluasi hasil studi dilaksanakan pada berbagai tahapan masa

studi, yaitu setiap akhir semester, pada akhir dua tahun pertama, pada

akhir jenjang studi semester 8-10, dan pada batas akhir studi semester

14. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan jumlah SKS yang telah dapat

ditempuh dan Indeks Prestasi (IP). Berdasarkan IP, seorang

mahasiswa mengetahui beberapa beban SKS yang diambil untuk

semester depannya, dengan kisaran beban studi.

105 Wawancara dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

96

Hasil monitoring dan evaluasi kinerja dosen juga dilakukan oleh

ketua prodi dengan memantau buku absensi dosen dan dilaporkan

kepada Pembantu Ketua I STIT Lingga. Dosen yang kurang memenuhi

target perkuliahan, diingatkan secara tertulis. Sedangkan dosen yang

tidak hadir tiga kali secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas, akan

diganti dengan dosen yang lain.

Proses pembelajaran tentu tidak hanya melibatkan mahasiswa

pandai dan cerdas, namun dalam proses tersebut pasti ada

mahasiswa yang kurang memahami penjelasan dosen yang telah

disampaikan. Oleh sebab itu dosen dituntut untuk memiliki strategi

dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan

keterbukaan, karena dengan keterbukaan itu akan menimbulkan rasa

nyaman bagi mahasiswa.

Sebagaimana hasil wawancara dengan dosen menurutnya

keterbukaan memang sangat diperlukan ketika dalam melaksanakan

perkuliahan didalam kelas. Karena ketika dosen terbuka dalam

perkuliahan maka mahasiswa juga akan memberikan respon yang

sama.106 Bahkan apa yang dilakukan dosen tersebut dapat menjadikan

mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar. Hasil wawancara

menjelaskan bahwa pendekatan persuasive yang dilakukan dosen

terhadap mahasiswa ternyata dapat membuat hubungan antara dosen

dan mahasiswa menjadi cair.

Hal ini juga terungkap melalui kutipan hasil wawancara dengan

dosen MPI. Dimana ia mengungkapakn bahwa sebagian mahasiswa

telah memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pendekatan

personal kepada dosen.107 Pendekatan personal itu tidak hanya

dilakukan di dalam kelas tetapi juga diluar kelas. Dalam kelas

mahasiswa terlihat aktif dengan memberikan tanggapan serta serta

106 Hasil Wawancara dengan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

107 Ibid.,

97

keritiknya terhadap persolan yang dianggap bertentangan dengan

pemikirannya.

Apalagi jika materi yang disampaikan berkaiatan dengan gejala

sosial. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa merasa dekat dengan

dosen, sehingga dengan rasa bangga ia tidak sungkan untuk

menyampaikan pendapatnya. Selain keaktifan mahasiswa dalam

kegiatan pembelajaran dikelas, dosen juga sangat terbuka dengan

mahasiswa yang hendak berkonsultasi tentang persoalan keluarga

maupun pekerjaan. Keterbukaan ini menunjukan kepedulian sosial

dosen terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mahasiswa.

Karena rata-rata mahasiswa yang kuliah di STIT lingga adalah mereka

yang rata –rata memiliki aktivitas pekerjaan disiang hari, kemudian

malam hari nya mereka kuliah di STIT LIngga. Sebagaimana kutipan

hasil wawancara dengan Ketua Prodi MPI berikut:

“Ya jadi Kedekatan kami dengan mahasiswa selama ini sangat

baik. Artinya mereka tidak segan untuk bertanya ataupun

bersilaturahim dengan kami. Namanya dunia kampus, tentunya

pola berpikir mereka juga sudah lebih maju dibandingkan dengan

anak-anak yang ada disekolah sehingga mereka lebih dewasa

untuk di ajak berdialog dan berdiskusi karena mereka lebih

dewasa. Bahkan pada umumnya mahasiswa angkatan pertama

dan kedua disini kebanyakan sudah berkeluarga sehingga kadang

mereka berkonsultasi tentang masalah keluarga, maupun masalah

pekerjaan, karena mereka pada umumnya juga telah bekerja. Jadi

siang hari mereka bekerja malam harinya mereka kuliah. Dan

banyak juga yang mengeluhkan rasa capek, karena siangnya harus

bekerja malamnya juga harus kuliah. Dan saya sampaikan juga

pada mereka, inilah yang namanya perjuangan, karena perjuangan

itu membutuhkan pengorbanan, dan pengorbanan itu adalah rasa

capek, tetapi nanti hasilnya akan bisa dirasakan.”108

Selain adanya keterbukaan, dosen STIT lingga sangat aktif dalam

mengikut sertakan mahasiswa di berbagai kegiatan sosial

108 Wawancara dengan Ketua Prodi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

98

kemasyarakatan. Seperti keterlibatan dosen dalam mendorong

mahasiswa untuk tanggap dan peduli terhadap bencana alam ataupun

bencana kemanusiaan. Sebagai mana hasil wawancara berikut:

“Ya, kita disini sangat aktif dalam mendorong aktivitas sosial

mahasiswa untuk peka terhadap lingkungan sosial masyarakat,

sehingga jika terjadi musibah besar seperti kebakaran, bencana

alam dan lainnya, mahasiswa disini terlibat langsung dalam

penggalangan dana, bahkan jika dibutuhkan ada yang menjadi

relawan”. 109

Lebih lanjut PK III mengungkapkan:

Kalau arah nya kesitu, kita juga memang sudah melakukan

beberapa kegiatan, kebetulan sayakan PK III sebagai pembantu

ketua III dibidang kemahasiswaan kami bekerja sama dengan BEM

melakukan kegiatan yang sifatnya sosial, gotong royong kita juga

pernah mengadakan ketika kabupaten lingga itu lagi gencar-gencar

nya melakukan gotong royong untuk Adipura. Jadi kita ikut turun

berpastisipasi mengajak menghimbau, seluruh mahasiswa dan

masyarakat untuk bergotong royong dalam rangka mendukung

program pemerintah tersebut. Kita juga pernah melaksanakan

kegiatan penanaman manggrofe di pinggir pantai pasir kuning,

terus kita juga mengadakan bakti sosial yang sifatnya menggalang

dana ketika ada bencana-bencana yang kira-kira sifatnya umum

contohnya ketika kemaren di Dae ada kebakaran, untuk

membangun kompetensi sosial kita turun kejalan kita arahkan

mahasiswa itu untuk membantu para korban melalui gotong royong

dan penggalangan dana.110

Lebih lanjut PK III mengungkapkan:

“disamping itu, ada juga dosen yang aktif sebagai pembicara

dalam kegiatan diskusi bulanan yang dilaksnakan oleh BEM.

Tujuan diskusi ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sosial

mahasiswa. Adapun tema-temanya itu tentang sosial misalnya

109 Wawancara dengan Ketua Prodi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

110 Wawancara dengan Ketua PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

99

peran mahasiswa dalam mengawal kebijakan pemerintah. peranan

mahasiwa dalam pemberantasan buta aksara, peran mahasiswa

membangun hubungan bermasyarakat”.111

Dengan adanya bimbingan dan arahan dari dosen, mahasiswa

senantiasa aktif dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakat, baik

yang sifatnya insidental maupun yang terprogram. Kegiatan sosial

insidental seperti penggalangan dana terhadap korban bencana alam,

seperti musibah longsor, banjir, dan kebakaran. Sementara kegiatan

yang terencana seperti terlibat dalam kegiatan pemberatasan buta

aksara, kemudian mengedukasi masyarakat melalui penanaman hutan

mangrofe. Kegiatan sosial tersebut merupakan upaya dosen dalam

menghadirkan sikap empatik mahasiswa melalui berbagai aktivitas

sosial yang ada didalam dan diluar kampus.

Soetjipto menegaskan, seorang dosen akan dikatakan memiliki

kompetensi sosial yang baik apabila ia memiliki citra diri dan jiwa sosial

yang tinggi. Ia banyak menjadi panutan atau teladan bagi orang yang

ada di sekelilingnya. Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan

ketika melakukan kritik, teguran, dan nasehat. Bahasa yang santun

akan menjadi solusi dalam menyampaikan kritik, ataupun saran. Rasa

empatik merupakan pendekatan yang dapat dilakukan dosen dalam

berinteraksi dengan sesama dosen, mahasiswa dan masyarakat.

Dengan demikian dapat diambil satu pemahaman bahwa dosen

di STIT Lingga memiliki kepedulian terhadap lingkuangan dan situasi

sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai,

moral, dan adat istiadat yang berlaku. Dosen juga bertanggung jawab

terhadap segala sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Bahkan dosen di STIT Lingga memiliki kelebihan dalam

merealisasikan kepedulian sosial dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga bisa di jadikan contoh bagi para mahasiswa.

111 Ibid.,

100

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang

mahasiswa mengatakan ada juga dosen STIT Lingga yang sulit untuk

di ajak berinteraksi karena memang dosen tersebut jarang berada

dikampus. Hasil wawancara dengan mahasiswa:

“ ada juga dosen yang susah untuk di temui, karena kegiatan beliau

yang padat, dan sering keluar daerah, jadi kita kalau mau ketemu

beliau untuk melakukan konsultasi harus intip –intip, kalau tidak

begitu juga harus pendai lah mendekati beliau, kalau dak tu

susahlah nak interaksi dengan beliau, tak sama dosen-dosen yang

lain, yang memang selalu stanbay di kampus”.112

Menurut supardan interaksi sosial adalah proses sosial yang

menyangkut hubungan timbal balik antar pribadi, kelompok, maupun

pribadi dengan kelompok. Interaksi sosial tersebut merupakan syarat

utama terjadinya aktivitas sosial. Oleh karena itu sudah menjadi

keharusan jika dosen menyediakan waktu untuk beriteraksi dengan

mahasiswa. Karena lewat interaksi tersebut akan terjadi hubungan

timbal balik antara dosen dan mahasiswa.

Jika ada dosen yang tidak ingin berinteraksi tentu saja transfer

pengetahuan dari dosen ke mahasiswa akan terhambat dan tidak

berjalan dengan baik. Hal ini jelas tidak sejalan dengan kompetensi

sosial dosen. Akan tetapi menurut ketua yayasan STIT Lingga bahwa

dosen itu memiliki cara yang berbeda dalam berinteraksi dengan

mahasiswa. Ada dosen yang sangat dekat dengan mahasiswa

sangking dekatnya mereka terlihat seperti teman akrab. Ada pula yang

menjaga wibawa kalau dihadapan mahasiswa karena memang

bawaaan sikap dan prilaku nya seperti itu. Ada juga dosen yang cara

interaksi agak unik, yakni kadang terlihat sangat dekat dengan

112 Wawancara dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

101

mahasiswa tapi terkadang juga sangat cuek. Intinya setiap dosen

memiliki gaya sendiri dalam berinteraksi.113

Gaya interaksi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang

terspesialisasi dan digunakan dalam suatu sistem tertentu. Masing-

masing gaya terdiri dari sekumpulan prilaku yang dipakai untuk

mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang

tertentu pula. Kesesuaian dari gaya interaksi yang digunakan

bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari

penerima (receiver).

Pengirim dalam hal ini adalah dosen. Dosen tentu

mengharapkan bahwa maksud dari penjelasan yang diucapkan akan

diterima oleh mahasiswa. Dosen memiliki peran penting pada proses

tersebut. Kegiatan pembelajaran bagi sebagian mahasiswa akan

terasa jenuh jika pengirim pesan, dalam hal ini dosen, tidak dapat

membangkitkan semangat mereka. Sedangkan penerima pesan

adalah mahasiswa. Mahasiswa juga dituntut untuk berusaha

memahami materi yang disampaikan dosen. Ketika belum memahami

maksud yang disampaikan, mahasiswa tidak boleh merasa malu untuk

bertanya.

Namun dalam proses perkuliahan, dosen tidak hanya berperan

sebagai pengirim pesan, tapi juga penerima pesan. Begitu pula

sebaliknya, mahasiswa juga dapat disebut sebagai pengirim pesan.

Hal ini karena setiap mahasiswa perlu menyampaikan ide maupun

gagasan saat perkuliahan berlangsung. Saat dosen berperan sebagai

penerima, dan pada saat itulah dosen perlu menjadi pengirim pesan

lagi ketika alur berpikir mahasiswa dirasa kurang benar. Gaya interaksi

dosen akan terlihat pada saat itu. Gaya interaksi ini ditandai dengan

adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan

mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.

113 Wawancara dengan ketua yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

102

Menurut hasil wawancara dengan sejumlah mahasiswa bahwa

sebagian mahasiswa lebih menyukai jika dosen menggunakan gaya

bersahabat atau friendly style, yaitu gaya interaksi yang ditampilkan

seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu memberikan respon

positif, dan mendukung.114 Karena efek ini membuat mahasiswa

mencari interaksi dengan dosen. Komunikasi dalam gaya interaksi ini

menggunakan bahasa tubuh dan komunikasi verbal. Hal tersebut

menunjukkan citra diri orang lain dengan menunjukkan bahwa mereka

orang yang ramah. Gaya interaksi ini juga ditandai oleh pengakuan

dari prestasi dan nilai.

Mahasiswa juga menyukai gaya berkesan atau impression style.

Hal ini menyebabkan mereka mudah mengingat materi kuliah yang

disampaikan dosen. Gaya berkesan adalah gaya interaksi yang

merangsang orang lain sehingga mudah diingat. Orang yang

menggunakan gaya ini menyampaikan pesan dengan cara yang unik

dan mudah bagi penerima pesan untuk membedakan dari komunikator

lainnya. Kualitas ini membuat orang menggunakan gaya meninggalkan

kesan mudah diingat.

Gaya berkesan yang dimiliki dosen dapat terlihat saat

menyampaikan materi, baik itu melalui bahasa yang digunakan

maupun gerak tubuh. Kata-kata yang diucapkan dosen akan berkesan

jika memiliki gaya tersendiri dan dapat diingat oleh mahasiswa.

Sementara gerak tubuh yang unik dapat berkesan di hati mahasiswa.

Contohnya dosen menggunakan logat saat berbicara serta sikap

santai dan memiliki aura.

Interaksi yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa

dimaksud untuk memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam

konteks kemampuan sosial. Hal tersebut dapat tersalurkan setiap

kesempatan, misalnya saat berlangsung proses pembelajaran di kelas.

Dosen tentu menginginkan agar dirinya terlihat berwibawa saat

114 Wawancara dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

103

melakukan proses pembelajaran. Kewibawaan yang dibentuk karena

kepintaran dan kecerdasan cenderung dapat bertahan lama. Karena

kewibawaan tersebut berasal dari dirinya sendiri, bukan orang lain.

Beberapa cara yang dilakukan seseorang untuk menjaga

kewibawaannya antara lain menjaga penampilan (rapi dan sopan),

selalu menjaga sikap dan perilaku, meningkatkan kualitas diri, cerdas

bertutur, pandai menjaga diri (kapan harus bicara, kapan harus diam).

Interaksi yang dilakukan dosen saat melakukan proses pembelajaran,

tentu berbeda dengan interaksi yang dilakukan saat berbincang santai

dengan teman maupun keluarga. Mahasiswa tentunya menantikan

keterangan yang bersifat ilmiah. Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa interaksi dosen adalah proses penyampaian suatu pernyataan

yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa yang bertujuan untuk

memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam konteks keilmuan

dan sosial.

Disamping itu terdapat pula beberapa kendala yang dihadapi

oleh dosen dalam berinteraksi dengan mahasiwa diantaranya:

Pertama, pengetahuan dan pengalaman dosen dalam pengajaran.

Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan sistem pembelajaran yang ada

diruang kelas dimana dosen terlihat belum terbiasa menggunakan IT

sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Bahkan

ada juga dosen yang menggunakan buku-buku terbitan lama sebagai

sumber rujukan perkuliahan.

Hal ini dikarenakan keterbatasan sarana prasarana perkuliahan

yang belum maksimal, begitu juga dengan contoh –contoh penjelasan

yang disampaikan oleh dosen belum sepenuhnya menampilkan

Inovasi-Inovasi. Meskipun sudah sangat baik dalam penyampaian

materi perkuliahan, kurangnya luasnya pengalaman dalam mengajar,

dan terbatasnya referensi dalam membaca, menyebebkan dosen

merasa sulit untuk mengeksplorasi pengetahuannya secara luas dan

104

mendalam. Sehingga materi yang disampaikan terkesan tidak luas.

Sebagai mana kutipan wawancara berikut:

“ rata –rata dosen yang mengajar dikampus ini sudah mencukupi

syarat dengan kualifikasi pendidikan S2 di berbagai perguruan

tinggi dalam dan luar negeri. Jadi secara pengalaman maupun

keilmuan sudah baik. Hanya saja memang masih terbatas jika

dibandingkan dengan dosen-dosen yang lebih senior yang secara

pengalaman jauh lebih dulu dan lebih luas. Namun perlu disadari

juga, kita ini kan berada dilingkungan yang secara atmosfir

akademinya masih perlu peningkatan. Udah itu, referensi dan

sumber bacaan secara ilmiah juga masih sangat terbatas, jadi mau

gak mau para dosen wajib untuk mengembangan kompetensinya

secara mandiri, dengan lebih banyak membaca dan mencari

pengalaman diluar.”115

“jika dilihat dari segi keilmuan, kita sangat menyadari bahwa

dibandingkan dengan temen-temen dosen yang ada diluar tentu

jauh sekali, karena memang pertama kita disini masih baru, jadi

memang belum cukup pengalaman menjadi dosen. Maka nya

dosen-dosen disini berupaya aktif dalam melakukan kajian diskusi,

agar terus dapat mengasah bidang keilmuannya masing-masing,

karena dengan kita rajin diskusi tentunya akan mempengaruhi cara

berfikir kita, tetapi kalau menuntup diri ya sabatas itulah

kemampuan kita, intinya dosen disini meskipun dengan

keterbatasan yang ada namun tetap bersemangat dalam menggali

setiap potensi yang dimiliki.116

Kecerdasan dosen pada dasarnya tidak lagi diukur pada skala

waktu tertentu dan melalui tes standar semata. Tetapi kecerdasan

dosen merupakan proses berkelanjutan yang bermuara pada

tercapainya tujuan yang ditargetkan. Berdasarkan konfigurasinya,

manusia memiliki spektrum kecerdasan penuh dan setiap individu

mampu mewujudkan ciri-ciri kognitif yang sanggup memunculkan

keunggulan-keunggulan sesuai dengan bakat dan karakternya. Karena

115 Wawancara dengan dosen PAI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

116 Wawancara dengan dosen MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

105

kunci sukses perkuliahan adalah dosen yang memiliki tiga kualifikasi

utama, yakni memiliki kapabilitas, loyalitas, dan akuntabilitas.

Seorang dosen harus memiliki kapabilitas yang baik dalam

bidang keilmuannya ditandai dengan pendidikan yang linier dengan

cabang atau bidang ilmu yang akan menjadi tanggung jawabnya;

produktif dalam menulis baik untuk bahan ajar maupun artikel untuk

disampaikan dalam jurnal, forum seminar atau simposium; Dosen

harus memiliki loyalitas yang baik, karena dosen yang pintar tidak akan

bisa menghantarkan para mahasiswanya menjadi pintar jika tidak

pernah terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

Untuk itu, dosen harus mampu mengelola hubungan yang

membutuhkan berbagai keterampilan, kecakapan dan kapasitas dalam

menyelesaikan masalah yang terjadi dalam ruang kelas. Signifikansi

kompetensi sosial bagi dosen bisa akan sangat dapat diraskan, jika

dosen memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas.

Kedua adalah Waktu – karena perkulihan yang dilaksanakan

pada malam hari sehingga intensitas tingkat pertemuan mahasiswa

dan dosen menjadi sangat terbatas, disamping itu juga sering kali

jadwal kegiatan sosial bertepatan dengan jadwal kerja mahasiswa

sehingga tidak banyak mahasiswa yang ikut terlibat dalam kegiatan

sosial. Sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:

“kalau kendala nya gini pak. Jadi mahasiswa itu kan banyakan

pekerja pak, sehingga kendala mereka itu dari segi waktu dan

tenaga. Jadi memang kita baru bisa melakukan perkuliahan itu

setelah mereka pulang kerja. Mungkin faktor capek dan lain

sebagainya, namun itu salah satu saja. Faktor lain Kalau untuk

kegiatan sosial di luar kampus, jika berbenturan dengan pekerjaan

atau kegiatan mereka, tentu juga menjadi terkendala. Namun kalau

misalnya mereka itu tidak ada kegiatan yang berbenturan dengan

kegiatan lain, misal mereka gak kerja, mereka tidak ada acara

penting lain, maka mereka semua ikut andil, intinya mereka itu

106

sangat inginlah mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ada, dan

kalau mereka ikut tentulah sangat bersemangat sekali.117

Dari hasil wawancara diketahui bahwa, waktu juga menjadi

kendala dalam interaksi sosial dosen disebabkan karena jam

perkuliahan dengan mahasiswa dilakukan pada malam hari. Rata-rata

mahasiswa pada siang hari sibuk bekerja. Dengan sistem perkuliahan

yang dilakukan pada malam hari, ruang interaksi antara mahasiswa

dan dosen menjadi terkendala, karena terbatas waktu. Maka dosen

dengan berbagai upaya mengoptimalkan waktu yang terbatas itu,

dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi

atau berkonsultasi setelah jam perkuliahan selesai. Sebagai solusi

dosen memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya melalui

WA grup, ketika ada pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas dan

belum terungkap dalam diskusi kelas. Tujuannya agar mahasiswa

benar-benar dapat mengembangkan kreativitas berpikirnya serta dapat

memahami materi yang telah disampaikan secara jelas.

Karena Menurut J.P. Guilford kreativitas adalah kemampuan

berpikir divergen (menyebar, tidak searah) untuk menjajaki bermacam-

macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama

benarnya. Definisi Guilford ini memberikan pemahaman bahwa

kreativitas adalah kemampuan dalam berpikir untuk memilih. Setiap

persoalan sebenarnya membukakan banyak pilihan. Ada beragam

pilihan yang terbuka, yang antara satu sama lain memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing. Jika menurut penilaiannya sebuah

pilihan dirasa kurang tepat, pikiran secara otomatis akan melompat

kepada alternatif lainnya yang memungkinkan. Terlihat bahwa

kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam kemampuan manusia

berpikir. The Liang Gie kemudian merumuskan makna kreativitas

sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan

117 Wawancara dengan PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

107

baru. Kretivitas sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang,

yaitu proses seseorang dalam menciptakan gagasan baru.

Kemampuan berpikir divergen biasanya didorong oleh pola

komunikasi yang diterapkan oleh dosen kepada mahasiswa. Dengan

memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menanggapi

persoalan dari berbagai sudut pandang, akan membentuk cara berpikir

mahasiswa yang kreatif, tidak terbatas pada suatu hal, dan mendorong

mahasiswa untuk mengembangkan ide-idenya. Satu hal mendasar

yang menjadi titik temu yaitu kemampuan untuk menciptakan atau

menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru.

Kreativitas sendiri bukan hanya merupakan hasil dari proses

berpikir yang disengaja, melainkan juga merupakan suatu anugerah

dari Yang Kuasa kepada siapa saja yang dikehendaki. Dalam

pemaknaan semacam ini, kreativitas merupakan potensi yang bersifat

alamiah pada semua manusia. Dalam istilah Islam disebut sebagai

fitrah, yaitu potensi yang bersifat suci, positif, dan siap berkembang

mencapai puncaknya.

Dengan demikian, sesungguhnya kreativitas adalah potensi

yang dianugerahkan tuhan kepada setiap manusia. Selain sentuhan

dari dosen, kreativitas mahasiswa bisa tumbuh dan berkembang

karena bersentuhan dengan faktor internal dan eksternal. Salah satu

tujuan penting pengajaran adalah membantu mahasiswa menjadi lebih

kreatif.

Kreativitas berpikir sebagai potensi memang memiliki dua

kemungkinan, yaitu statis dan bahkan mungkin hilang atau tumbuh dan

berkembang dengan pesat. Statisnya kreativitas terjadi ketika

mahasiswa tidak mendayagunakannya untuk mengembangkan dirinya

secara optimal. Potensi besar yang ada dalam dirinya pun perlahan

tetapi pasti kemudian melemah dan sangat mungkin hilang. Sementara

jika dilatih dan dikembangkan, kreativitas berpikir mahasiswa dapat

melejit secara mengagumkan.

108

Ketiga, keterbatasan anggaran juga menjadi penghambat dari

pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial dosen dan mahasiswa.

Sebagaimana hasil wawancara dengan dosen:

“Menurut kami, yang menjadi kendala-kendala dalam kegiatan

sosial itu, selain waktu ya karena terbatasnya anggaran dana

kegiatan sosial. Selama ini kegiatan sosial yang kita lakukan diluar

itu sangat mendapat dukungan dari kampus, artinya kampus sangat

merespon itu, tapi karena keterbatasan dana yang ada, jadi untuk

kegiatan sosial itu kita tidak minta dari kampus, kalaupun ada

dosen yang mau menyumbang dan berpartisipasi pasti kita terima,

karena kegiatan sosial diluar kampus ini murni dari upaya dosen

dan mahasiswa secara mandiri. Niatnya itu untuk meningkatkan

kepekaan sosial mahasiswa, dan itung-itung ibadah.118

Dari kutipan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa

terbatasnya anggaran juga menjadi kendala dalam melaksanakan

kegiatan sosial di luar kampus. Artinya ditemukan adanya beberapa

kendala yang menjadi persoalan terhadap kompetensi sosial dosen

dalam berinterakasi dengan mahasiswa baik di dalam maupun di luar

kampus. Namun demikian hubungan antara dosen dengan mahasiswa

tetap terjalin secara harmonis, hal ini dilihat dari bagaimana cara dosen

memperlakukan mahasiswanya baik didalam maupun diluar kelas.

Diantara beberapa dosen tidak segan untuk menjadi teman dan tempat

mahasiwa berkonsultasi, baik masalah perkuliahan, maupun masalah

pribadinya, sehingga tidak terjadi jarak antara mahasiswa dan dosen.

Disamping itu juga dosen senantiasa mendorong para mahasiwa untuk

meningkatkan kepekaan sosialnya, terhadap berbagai persoalan yang

ada di sekitarnya. Dosen senantiasa memberika contoh-contoh melalui

sikapnya yang peduli, ramah, santun dan mengahargai pendangan

dari mahasiwa, tidak serta merta cuek terahadap persoalan yang

hadapi oleh mahasiswa. Maka wajar jika hubungan mahasiswa dan

118 Wawancara dengan dosen MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

109

dosen terjalin dengan baik. Meskipun tetap ditemukan adanya oknum

dosen yang sulit untuk di ajak berkomunikasi, hal tersebut disebabkan

aktifitas dosen yang disbukan dengan pekerjaan administrasi.

b. Hubungan Sosial Dosen Dengan Dosen

Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi sosial dosen di

STIT Lingga dapat dilihat dari hubungan interaksi antara dosen

dengan dosen. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dosen sebagai

manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi adalah

syarat utama terjadinya hubungan sosial.

Hasil wawancara dengan dosen terungkap bahwa interaksi

sosial dosen dengan dosen di STIT Lingga berjalan secara harmonis.

Interaksi itu ini dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Misalnya

pada saat bertemu di ruang dosen, dimana dosen terlihat saling tegur

sapa antara satu dan yang lainnya. Bahkan ada juga yang

membicarakan tentang hal-hal positif sesuai tema-tema yang sedang

menarik untuk di kaji dan di diskusikan. Sebagai mana hasil kutipan

wawancara berikut:

“Kalau udah ketemu itu, macam – macam yang dibahas, mulai dari

urusan yang sifatnya akademik maupun yang non akademik, ya

bebaslah pokoknya. Kadang-kadang isu yang dibahas para dosen

itu bukan yang sifatnya lokal saja, tetapi juga ada isu-isu nasional

yang menarik untuk dikaji. Jadi tidak monoton hanya pada masalah

akademik saja”.119

Demikian juga kutipan wawancara dengan ketua prodi MPI.

“Hubungan kami sesama dosen sangat baik sekali, kalau dari

kepedulian sosial sesama tentulah, disini budaya kekeluargaan

sangat dijaga sekali, disamping itu dosen-dosen disinikan masih

119 Wawancara dengan Dosen MPI Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Lingga

110

sangat sedikit untuk komunikasi dan hubungan silaturahim terus

kita jaga dan kita pertahan kan, misal ketika ada yang sakit itu wajib

kita jenguk, intinya para dosen disini sangat peduli antar sesama

dosen”.

Kutipan wawancara di atas, menyimpulkan bahwa interaksi

sesama dosen terjadi karena adanya hubungan yang dinamis. Yang

menyangkut hubungan orang-perorang, kelompok perkelompok,

ataupun orang perorang dengan kelompok. Karena jika dilihat dari cara

interaksinya, setiap dosen berupaya memahami ucapan dan bahasa

yang disampaikan oleh lawan bicaranya.

Interaksi antar dosen tidak hanya terjadi ketika berada di dalam

kampus saja, melainkan juga ketika berada diluar kampus. Diluar

kampus interaksi mereka terhubung melalui grup WA. Dengan interaksi

tersebut memperlihatkan bahwa hubungan antar sesama dosen di

STIT Lingga berjalan dengan baik. hal ini senada dengan pendapat

Spencer bahwa kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku

atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul simpul kerja

sama dengan orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi

permasalahan ditempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara

watak dan konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan

sosial konseptual.

c. Hubungan Sosial Dosen Dengan Masyarakat

Dalam menjalani kehidupan sosial, dosen menjadi tokoh dan

panutan dilingkungan sekitarnya. Sebagai individu yang berkecimpung

dalam pendidikan, dosen wajib memiliki kepribadian yang

mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai

pendidik dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Hal ini

dikarenakan adanya persepsi bahwa pesan-pesan yang disampaikan

dosen bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru

atau diteladani.

111

Untuk itu, dosen mesti mengenal nilai-nilai yang dianut dan

berkembang di masyarakat setempat. Apabila ada nilai yang

bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dosen menyikapinya

dengan hal yang bijak sehingga tidak terjadi benturan nilai antara

dosen dengan masyarakat. Apabila terjadi benturan antara keduanya

maka akan berakibat pada terganggunya proses interaksi yang terjadi

antara dosen dan masyarakat. Oleh karena itu, seorang dosen

haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila terjadi

perbedaan nilai dengan masyarakat, dosen dapat menyelesaikannya

dengan baik dan bijaksana.

Menurut Adam kompetensi sosial mempunyai hubungan yang

erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi.

Maka kompetensi sosial merupakan salah satu jenis kompetensi yang

harus dimiliki oleh dosen, kompetensi ini merupakan suatu hal yang

penting. Kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi,

hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun

dalam jangka panjang.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan wawancara,

observasi dan dokumentasi diketahui bahwa dosen di lingkungan STIT

lingga tidak hanya memiliki aktifitas di dalam kampus sebagai dosen,

tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, sebagai mana

kutipan wawancara berikut:

“aktvitas saya selain menjadi ketua prodi, aktif di STIT saya juga

aktif mengajar di Di MTS Negeri Lingga dan Madrasah Aliah. Saya

Juga aktif dalam kegiatan organisasi masyarakat Misal PHBI,

LPTQ, Dai, Imam, dan Khotib di masjid-masjid yang ada di

kecamatan singkep. Selain itu juga saya aktif dikegiatan sosial

keagamaan seper Nahdhotul Ulama. Ya tentu, ada pengaruhnya

karena dengan kita ada pengalaman diluar, disamping kita

menyampaikan mata kuliah yang berkaitan juga, kita bisa

menyampaikan kepada mereka pengalaman – pengalaman kita,

112

selama berkecimpung di masyarakat yang mana mudah-mudahan

hal ini bisa diterapkan oleh mahasiswa nanti ketika mereka turun

kemasyarakat”.120

Hasil wawancara ini juga dibenarkan oleh PK III bidang

Kemahasiswaan, menurutnya:

“Untuk kompetensi sosial dosen dikampus ini saya rasa tidak perlu

ada keraguan pak, karena memang selain kita melihat mereka

punya kemampuan akademik yang baik tentunya mereka juga

memiliki jiwa sosial yang baik pula, contoh saja dalam kegiatan

sehari –hari di masyarakat rata-rata dosen – dilingkungan ini,

dipercaya sebagai pengurus masjid, langgar atau surau, karena

memang sesuai juga dengan keahliannya di bidang agama, ada

juga dosen yang menjadi penceramah dalam kegiatan-kegiatan

hari besar Islam. Ada juga yang tinggal diperumahan dipercaya

menajadi RT dan lain sebagainya, jadi bisa dibahasakan rata-rata

dosen yang ada dikampus ini memiliki kopetensi sosial yang

baik.121

Hasil wawancara dengan Ketua yayasan juga menyampaikan

bahwa:

“ Untuk menilai apakah dosen itu memiliki jiwa sosial yang tinggi

dari mana, ya kan bisa kita lihat dari aktivitas nya dimasyarakat,

kalau dia banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat itu

artinya kompetensi sosialnya bagus, karena kalau tidak bagus tidak

mungkin dia di percaya di lingkungan masyarakat, begitu juga

dosen –dosen yang ada di STIT lingga ini. Selain mereka mengajar

mereka juga punya aktivitas sosial ditengah masyarakat, seperti

dipercaya menjadi pengurus masjid, imam, khotib, dan lain

sebagainya.”122

120 Wawancara dengan ketua Program Studi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

(STIT) Lingga 121

Wawancara dengan PK III Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga 122

Wawancara dengan yayasan Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

113

Dari petikan wawancara di atas peneliti meyimpulkan bahwa

dosen selain memiliki aktivitas akademik didalam kampus juga aktif

dalam kegiatan-kegiatan yang ada di luar kampus, seperti dalam

kegiatan PHBI, dimana ada dosen yang menjadi panitia ada pula yang

menjadi penceramah dalam kegiatan tersebut. Ini menunjukan bahwa

secara sosial, dosen memiliki hubungan yang baik terhadap

masyarakat sehingga selain menjadi pengajar dosen juga aktif dalam

kegiatan sosial keagamaan.

Terjadinya hubungan sosial ini tentunya karena adanya rasa

saling percaya antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Proses hubungan sosial ini terjadi karena merupakan proses timbal

balik yang mana ada pengaruh yang di timbulkan dari individu yang

satu kepada individu atau kelompok yang lebih besar. Dengan

demikian secara tidak sadar dosen memiliki kemampuan

mempengaruhi kelompok lain melalui hubungan sosial yang di miliki.

Namun hubungan sosial tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi

sosial yang didasari dari kontak sosial dan komunikasi sosial. Karena

tidak mungkin hubungan sosial itu akan terhubung tanpa didasari pada

adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu yang

lainnya.

Kontak sosial berlangsung melalui organisme fisik, seperti

dalam pembicaraan, pendengaran, melakukan gerak pada badan,

melihat dan lainnya. Bahkan bisa juga dilakukan dengan secara tidak

sengaja seperti melalui tulisan dan dengan cara berhubungan secara

jarak jauh. Artinya kepercayaan masyarakat terhadap dosen itu,

muncul karena adanya kontak yang dilakukan melalui aktivitas sosial –

keagamaan di tengah masyarakat. Maka wajar jika sebagian dosen

dipercaya masyarakat untuk menjadi pengurus di satu lembaga,

karena selain memiliki kompetensi sosial yang baik, dosen juga

dipercaya sebagai orang yang terdidik dan terpelajar.

114

Menurut soejono kontak sosial itu ada dua macam, yaitu kontak

sosial yang primer dan yang skunder. Yang primer adalah kontak

sosial dalam bentuk tatap muka, bertemu, jabat tangan, bercakap-

cakap, berdialog diantara orang yang melakukan kotak sosial.

Sedangkan yang skunder adalah kontak yang dilakukan secara tidak

langsung, yaitu kontak sosial yang membutuhkan perantara. Hal ini

sama dengan hubungan kontak sosial yang tidak berhubungan secara

langsung melainkan adanya perpanjangan melalui orang lain, ataupun

media masa.

Jika merujuk pada hasil wawancara bahwa kepercayaan

masyarakat terhadap dosen di STIT Lingga terjadi karena kontak sosial

secara langsung dan tidak langsung. Yang secara langsung adalah di

mana dosen aktif dalam kegiatan pengajaran di kampus, maupun luar

kampus. Sementara, kontak sosial yang secara tidak langsung

terbentuk karena adanya kepercayaan yang tinggi terhadap kampus.

Jadi dosen-dosen yang ada di STIT Lingga telah di anggap memiliki

kemampuan yang cukup sehingga dapat dipercaya mengisi kegiatan –

kegiatan sosial ke-agaamaan yang ada dimasyarakat, semisal menjadi

penceramah dalam kegiatan PHBI.

Hubungan sosial di STIT Lingga terjadi karena adanya kontak

sosial, karena kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau

lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan

tujuan masing-masing dalam kehidupan sosial. Kontak sosial terjadi

tidak semata-mata oleh karena aksi belaka, akan tetapi harus melalui

syarat tertentu yaitu reaksi dari pihak lain sebagai lawan dari kontak

sosial. Disamping kontak sosial menurut peneliti kepercayaan terhadap

dosen STIT Lingga disebabkan adanya komunikasi sosial. Dimana

komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang yang

satu dengan yang lainnya.

Menurut Soerdjono, komunikasi adalah bahwa sesorang

memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, perasaan –perasaan

115

akan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

bersangkutan memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin

disampaikan pada orang lain. Dan dalam komunikasi banyak sekali

penafsiran terhadap perilaku dan sikap masing-masing orang yang

berhubungan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan juga bahwa interaksi

sosial dosen dengan lingkungan sosial masyarakat sangat variatif.

Dalam hal tertentu ada dosen yang menjadi motor penggerak dan

motivator dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.

Kebanyakan masyarakat merespon dengan baik dan antusias,

sehingga menghadirkan hubungan yang baik dan akrab. Bahkan ada

juga dosen yang kehadirannya sangat ditunggu berbagai kegiatan

sosial keagamaan dimasyarakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan

di awal. Hubungan intraksi sosial yang baik dimasyarakat, menciptakan

banyak peluang yang bisa dilakukan oleh dosen, salah satunya dalam

memberikan edukasi.

“begini, memang ada jugalah dosen kita itu selain dia sebagai

dosen, tetapi aktif juga di organisasi yang ada di luar, ada yang

aktif di KNPI, yang bergerak dalam organisasi kepemudaan dan

sosial, dan ada juga dosen yang aktif terlibat dalam organasisai

keagamaan, seperti NU ataupun Muhamadiyah. Dalam setiap

kegiatan itu, pasti ide-ide dan gagasan dari mereka yang banyak

dipakai, begitu”123

Hal senada Juga di ungkapkan PK III:

Ya selain saya aktif di KNPI, saya juga aktif PGRI, asosiasi Guru,

Perkumpulan orang jawa, atau wisnu murti, dengan adanya kita

bersosialisasi diluar kampus itu artinya kita sedang

mengembangkan jiwa sosial sebagai dosen, karena dengan

semakin banyaknya kita bersosialisasi maka jiwa emosional kita

dan jiwa sosial kita akan semakin tumbuh kan seperti itu. Jadi

123 Wawancara dengan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

116

nantinya akan membentuk karakter kita menjadi manusia yang

tidak hanya individu tetapi manusia yang berjiwa sosial.124

Selain itu, berdasarkan hasil observasi ditemukan pula bahwa

sebagian dosen di STIT Lingga terlibat aktif dalam kegiatan-kegitan

kebudayaan, adat istiadat yang ada di masyarakat, diantaranya

keterlibatan dosen dalam aktivitas mandi safar misalnya. Kegiatan

mandi safar ini adalah kegiatan yang secara simbolis dilakukan sejak

kabupaten lingga dilahirkan, kegiatan ini biasanya dimulai dari arak-

arakan yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa yang dipilih secara

khusus untuk dimandikan secara simbolis sampai dibalai adat. Prosesi

ini diawali dengan penyerahan sekol (gayung dari tempurung kelapa)

oleh hulubalang (pengawal), sebelum dimandikan biasanya tokoh adat

yang dituakan diminta untuk membacakan doa-doa tolak balak dan

memamsuk isim (doa-doa yang dituliskan) kedalam sebuah kendi kecil,

kemudian dilanjutnya secara bersama-sama pembacaan doa selamat

yang dilakukan secara adat. Menariknya kegiatan ini, memperlihatkan

kekentalan adat istiadat melayu yang menggunakan pakaian melayu

baik peserta maupun tamu undangan, ditambah lagi dengan kehadiran

pemuda berpakaian hitam dengan memegang tombak yang bertugas

tak ubahnya seperti pengawal pada masa kesultanan melayu.

Menurut hasil wawancara dengan dosen yang juga sebagai

pengurus LAM, secara historis, kegiatan mandi safar ini merupakan

warisan yang telah ada dari masa kerajaan Riau Lingga. Yakni pada

masa Sultan Abdulrahman Muazamsayah, yang mengajak masyarakat

untuk terlebih dahulu mandi safar disebuah kolam dengan harapan

terhindar dari segala macam balak dan musibah. Tidak berbeda

dengan kegiatan mandi safar saat ini, dimana secara simbolis

merupakan rangkaian adat untuk memanjatkan doa-doa kepada tuhan

yang maha kuasa agar terlindung dari segala macam marabahaya.

124 Wawancara dengan PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

117

Selain mandi safar, banyak lagi aktivitas sosial yang melibatkan

para dosen ditengah masyarakat, diantaranya adalah kegiatan adat

basuh lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif saman, kenduri dan

kegiatan adat lainnya. Artinya, dosen memiliki keterlibatan dalam

beberapa aktifitas adat dan budaya yang ada di masyarkat, hal ini

menandakan bahwa para dosen memiliki kepedulian dan kepekaan

sosial yang tinggi dalam menjaga tradisi dan budaya yang berkembang

di masyarakat setempat.

Bahkan dalam kegiatan sosial kagaamaan, para dosen juga

senantiasa terlibat aktif, baik dalam program maupun dalam

kepengurusan. Namun, ada juga oknum dosen yang tidak aktif dalam

kegiatan sosial masyarakat dikarenakan, kesibukan dalam hal

administrasi kampus. Dimana dosen –dosen tersebut sangat jarang

terlibat dalam aktivitas sosial dimasyarakat, karena aktivitas mereka

yang lebih cendrung pada kegiatan –kegiatan yang sifatnya

administarsi. Sehingga jarang terlibat dalam interaksi sosial ditengah

masyarakat.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa, sebagian dosen di

STIT Lingga memiliki keterlibatan yang kuat ditengah masyarakat

terkait dengan kompetensi sosialnya. Karena ia tidak hanya aktif dalam

kegiatan sosial keagamaan, tetapi juga aktif dalam memahami

kegiatan adat istiadat yang ada dikabupaten lingga. Disisi lain juga,

ditemukan bahwa sebagian dosen juga terlibat dalam kepengurusan

LAM kecamatan maupun kabupaten, ini menandakan bahwa para

dosen juga berperan aktif dalam menjaga tradisi-tradisi yang ada

masyarakat melayu, serta memiliki kompetensi sosial dan kepedulian

terhadap adat istiadat.

Maka dari hasil temuan penelitian ini dapatlah diambil benang

merah bahwa kompetensi sosial dosen dapat dilihat dari hubungan

interaksi dan kerjasama yang terjalin dengan baik antara dosen

118

dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, dan dosen dengan

masyarakat. Implikasinya adalah terciptanya sebuah sikap saling

terbuka, saling memahami antara satu dengan lainnya. Sikap saling

terbuka dan saling memahami adalah reaksi dari kepadulian dan

kepekaan sosial yang tinggi, kepedulian sosial yang tinggi merupakan

abstraksi dari kompetensi sosial yang baik. Artinya dapat disimpulkan

bahwa kompetensi dosen di STIT lingga sesuai dengan indikator

penelitian, dilihat dari bagaimana cara dosen berinteraksi dengan

mahasiswa, sesama dosen, dan lingkungan masyarakat. Hal ini

senada dengan pernyataan Arikunto yang mangatakan bahwa

kompetensi sosial dosen tercermin melalui indikator hubungan yang

terjalin secara efektif (1) antara dosen dengan mahasiswa, (2) dosen

dengan dosen, (3) dosen dengan masyarakat.

Nilai terkandung dalam hubungan sosial dosen, mahasiswa dan

masyarakat menjadi nilai yang signifikan dalam kehidupan sosial. Nilai

itu adalah pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku yang peduli

antar sesama yang bersumber dari kompetensi sosial. Nilai ini menjadi

prinsip, ukuran, dan landasan kehidupan dosen dalam bersosialisasi,

menjadi dasar dalam berinteraksi, menjadi landasan dalam

membangun solidaritas dan integrasi, dan menjadi basis dalam

penyelesaian masalah. Praktek kompetensi sosial ini malahirkan nilai-

nilai yang dapat membentuk struktur sosial yang kokoh, menjamin

terlaksananya fungsi sosial dengan baik, mendorong terjadinya

hubungan sosial yang harmonis, dan membangun penanganan

problem sosial yang berwawasan kemanusiaan dan kepercayaan.

Sedangkan inti dari komptensi sosial dosen adalah kemampuan

menghargai keragaman, menyampaikan pendapat dengan runtut,

efisien dan jelas, menghargai pendapat orang lain, mengelola

kehidupan ruang kelas secara efektif, serta mampu membina suasana

kerja yang kondusif, dan mimiliki kepekaan sosial yang tinggi di di

tengah masyarakat.

119

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen

di STIT Lingga

Sebagaimana terungkap dari hasil penelitian dilapangan melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi bahwa ada banyak faktor

yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen diantaranya adalah

faktor personal yang meliputi pengetahuan sosial dosen, keterampilan

sosial dosen dan sikap sosial dosen.

Dilihat dari sudut pandang personal seorang dosen memiliki

kecendrungan sosial yang berbeda karena dipengaruhi oleh benyak

faktor, misalnya faktor bawaan individunya, fakto pengalaman

pendidikannya, faktor sosial yang ada di sekitarnya. Faktor personal

disini adalah cara memandang ke obyek tertentu dan mencoba

menafsirkan apa yang dilihatnya mencakup usia, jenis kelamin dan

tingkat pendidikan. Karakteristik personal mencakup sifat-sifat berupa

kemampuan dan ketrampilan, latar belakang keluarga, sosial,

pengalaman, umur, kebangsaan, jenis kelamin, dan lainnya yang

mencerminkan sifat demografis tertentu, serta karakteristik psikologis

yang terdiri atas presepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor personal dosen yang

ikut mempengaruhi kompetensi sosial dosen, adalah Pertama

pengetahuan sosial. Hasil wawancara bersama salah seorang dosen

menuturkan bahwa;

“ada banyak faktor yang sekiranya mempegaruhi kompetensi sosial dosen, yakni adalah pengetahuan sosial dosen itu sendiri. Pengatahuan itu didapat dari pengalaman hidup, pendidikan dan interaksi sosialnya dimasyarakat. Artinya pengetahuan sosial dosen itu akan memberikan pengaruh besar terhadap kompetensi sosialnya.125

125 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

120

dosen;

Hal yang sama juga terungkap dari hasil wawancara dengan

“Kompetensi sosial dosen itu berbeda-beda, tergantung tingkat pengalaman, pengetahuannya di masyarakat. dosen yang memiliki pengetahuan sosial yang tinggi biayasanya memiliki kompetensi sosial yang lebih, biayasa mereka mendapatkan kepercayaan yang lebih dimasyarakat dibanding dengan dosen-dosen lainnya. ya karena pengetahuan sosial dan pergaualan sosialnya yang luas, termasuk jaringannya. Orang yang memiki kompetensi sosial biasa mereka tidak bisa jauh dari lingkungan sosialnya.126

Pengetahuan sosial disini diartikan sebagai sebuah

pengetahuan mengenai manusia dalam konteks sosialnya atau

sebagai anggota masyarakat. Pengetahuan sosial itu meliputi interaksi

sosial, budaya, kebutuhan materi, pendidikan, norma dan peraturan,

sikap dan reaksi kejiwaan, dan geografi. Pengetahuan sosial dosen

terlihat dari sebuah proses sosial yang timbul sebagai akibat

hubungan timbal balik yang berkaitan dengan norma, nilai, peran dan

semua yang diperlukan dalam mengahasilkan partisipasi dan

hubungan yang efektif dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan sosial dosen

di STIT lingga ditunjukan dari kemampuan dosen memberikan

pemahaman kepada para mahasiswa tentang bagaimana menjaga

hubungan sosial sesama manusia, tanpa harus saling mendiskriditkan

antara satu dengan yang lainnya, rasa saling menghargai perbedaan

dalam keragaman, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya

menjaga hubungan sosial secara baik.127

Pengetahuan sosial dosen juga ditunjukan dari hasil tulisan-

tulisan dosen yang menyoroti tentang tardisi yang berkembang di

daerahnya, seperti tulisan yang menyoroti tentang tradisi mandi safar

126 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

127 Observasi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

121

yang merupakan sebuah warisan budaya yang masih dipertahankan

oleh masyarakat lingga.

Tradisi mandi safar ini, adalah upacara atau ritual yang

didalamnya terdapat pembacaan doa-doa agar terhindar dari segala

macam musibah. Tradisi mandi Safar adalah salah satu tradisi lama

Melayu yang hingga kini masih terjaga eksistensinya di Kabupaten

Lingga. Tradisi lama yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun

silam ini digelar setiap tahun di bulan Safar dalam hitungan Tahun

Hijriah.128

Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Negeri Bunda Tanah

Melayu secara turun temurun sejak lama. Bahkan, Sultan-sultan

zaman dahulu juga telah melakukan kegiatan yang memiliki makna

luar biasa itu. Tradisi Mandi Safar juga dilaksanakan masyarakat

Lingga umumnya. Ada yang melaksanakannya secara berkelompok di

tempat pemandian umum dan ada juga yang melaksanakannya di

sekitar masjid-masjid yang ada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dosen yang

memiliki pengetahuan sosial yang luas cendrung memiliki komptensi

sosial yang baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan

sosial seorang dosen berpengaruh terhadap kompetensi sosialnya.

Pengetahuan sosial yang luas akan berdampak pada prilaku sosial

dan sikap sosialnya, termasuk ketika berinteraksi dengan mahasiswa

melaui ruang perkuliahan, atau dengan sesama rekan dosen pada

saat bekerjasama dalam sebuah tim, begitu juga dengan aktivitas

sosialnya dimasyarakat. Artinya, secara personal dosen yang memiliki

pengetahuan sosial yang luas, akan mempengaruhi kompetensi

sosialnya secara personal, hal ini akan terlihat dari keterampilan dan

sikapnya pada saat bersosialisasi dengan orang lain.

128 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

122

Kedua, Keterampilan sosial dosen, hasil kajian teori

menunjukan bahwa keterampilan sosial merupakan pikiran, tindakan,

dan aktivitas regulasi emosi yang memungkinkan seorang individu

untuk mencapai tujuan personal atau tujuan sosial, menjaga

kesesuaian dengan partner sosialnya

Keterampilan sosial ini diperlihatkan oleh dosen di STIT Lingga

dari kemampuan untuk memulai, membangun, dan menyokong

hubungan yang baik dengan orang lain, misalnya hubungan antara

dosen dengan mahasiswa dimana dosen dalam beberapa kasus

memperbolehkan dan mempersilahkan mahasiswanya untuk

menyampaikan pendapatnya tentang materi yang telah disampaikan

oleh dosen, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memberi kritik

dan masukannya, karena poroses yang terjadi adalah hubungan timbal

balik yang positif antara dosen dengan mahasiswa.129

Kemudian juga keterampilan dosen ini terlihat dari kemampuan

dosen untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat dengan

orang lain misalnya, dalam pengerjaan borang akreditasi masing-

masing dosen saling memberi masukan dan saling melengkapi

kekurangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjalin

hubungan yang kompak dalam menyelesaikan setip permasalahan

yang dihadapi; keterempilan sosial juga ditunjukan dari kemampuan

dosen untuk membuat dan memelihara hubungan intim yang saling

menguntungkan antara sesama tim misalkan pada saat ada dosen

yang mengalami kesulitan dalam suatu bidang keilmuan, biasanya

dosen lainnya membantu untuk saling memberikan solusi dan

melengkapi; kemudian keterampilan dosen juga ditunjukan dari sikap

empati, baik sesama rekan dosen ataupun dengan mahasiswa.130

129 Observasi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

130 Ibid.,

123

Menurut Michelson, Sugai, Wood, dan Kazdin mengemukakan

bahwa keterampilan sosial diperoleh individu melalui pendidikan.

Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi

efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai

dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana

keterampilan ini merupakan perilaku yang di peroleh melalui

pendidikan.

Dosen dengan keterampilan sosial akan mampu

mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam

hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Keterampilan

sosial dosen merupakan cara dalam melakukan sebuah interaksi, baik

dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan

orang lain.

Goleman mengamati bahwa orang-orang yang terampil dalam

berinteraksi memiliki kecerdasan sosial yang dapat menjalin hubungan

dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan

perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisasi dan pintar

menangani perselisihan yang muncul, sedangkan Buck menjelaskan

bahwa keterampilan sosial merujuk kepada kemampuan-kemampuan

khusus yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal.

Selanjutnya kecerdasan interpersonal menurut Hatch dan

Gardner mempunyai 4 (empat) kemampuan terpisah sebagai

komponen-komponennya, yaitu kemampuan mengorganisir kelompok,

kemampuan merundingkan pemecahan, kemampuan menjalin

hubungan, dan kemampuan analisis sosial. Selanjutnya Goleman

berpendapat bahwa keterampilan sosial adalah seni atau kemampuan

untuk menangani emosi orang lain dalam menggugah tanggapan yang

dikehendaki (direspons) kepada orang lain.

124

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa

keterampilan sosial dosen STIT lingga merupakan kemampuan untuk

melakukan interaksi, baik secara verbal maupun non verbal yang dapat

diterima atau ditanggapi (direspon) serta bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain dan kemampuan seseorang dalam

menyeimbangkan kemampuan proses berfikir yang diekspresikan

secara kultural, seperti berbagi, membantu seseorangyang sedang

membutuhkan dan mengungkapkan simpati.

Keterampilan sosial dosen STIT Lingga juga juga terlihat dari

cara bergaul dengan lingkungannya yang dilakukan dengan menjalin

komunikasi dan bentuk perilaku. Keterampilan sosial yang dimiliki

dosen membantu dirinya untuk memudahkan dalam penyesuaian diri

dengan lingkungan kampus dan masyarakat dengan mentaati norma-

norma yang berlaku di tempat tersebut. Keterampilan sosial dosen

yang baik akan mempengaruhi kompetensi sosialnya terutama dalam

hal menghargai orang lain, tidak bersifat individual, dan mudah bergaul

dengan lingkungan sekitarnya.131

Ketiga, Sikap sosial dosen, berdasarkan pendapat Maio dan

Haddock sikap sebagai evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek

berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral. Sax

menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu: komponen

kognisi, afeksi, dan konasif.

Komponen kognisi merupakan kenyakinan/kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar tentang

objek sikap berdasarkan persepsi-persepsi terhadap fakta. Komponen

kognitif berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, kenyakinan, yaitu

hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi

terhadap objek sikap. Mengapa orang percaya atau mempunyai

kepercayaan? Kepercayaan datang dari apa yang telah dilihat atau

apa yang telah diketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu

131 Ibid.,

125

kemudian terbentuk suatu ide/persepsi mengenai sifat atau

karakteristik umum suatu objek tersebut.

Komponen afeksi merupakan perasaan-perasaan seseorang

terhadap suatu objek sikap yang bergantung pada nilai-nilai

komponen afeksi ialah komponen yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini

menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

Komponen perilaku atau komponen konasi dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. Perilaku diasumsikan bahwa banyak dipengaruhi

kepercayaan dan perasaan. Maksudnya orang berperilaku dalam

situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan

oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus

tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras

dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap. Karena itu,

adalah logis bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku terhadap objek.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap sosial dosen STIT

Lingga merupakan kemampuan yang dibentuk sesuai pengalaman

individu dalam interaksi sosialnya. Pembentukan dan perubahan sikap

sosialnya ternyata dipengaruhi oleh dua faktor yakni: (1) faktor

psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan,

dan kepatuhan, (2) faktor kultural atau kebudayaan seperti status

sosial, lingkungan keluarga dan pendidikan yang menentukan sikap

sosialnya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah sikap sosial dosen

yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya, pengaruh orang lain,

pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan agama, dan

emosional.

126

Pengalaman pribadi menjadikan dasar pembentukan sikap

sosial yang kuat, sedangkan pengaruh orang lain pada umumnya

cenderung untuk memiliki sikap sosial yang konformis atau searah

dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dengan orang

yang dianggap penting tersebut. sementara kebudayaan memiliki

implikasi terhadap sikap sosialnya sebagai akibat dari kebiasaan yang

melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan bahwa kompetensi

sosial dosen juga dipengaruhi oleh lingkunganya. lingkungan yang

dimaksud mencakup tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan

tanah, keadaan alam; Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan

warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan,

pandangan hidup, keagamaan; Kelompok hidup bersama (lingkungan

sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bekerja, dan masyrakat.

Lingkungan sosial disini adalah sebuah wilayah dimana

terjadinya sebuah interaksi sosial antara dosen dengan mahasiswa,

antara dosen dengan sesama rekan dosen, dosen dengan lingkungan

masyakarakat. Pranata sosial yang dihasilkan adalah simbol dari nilai

dan norma yang berlaku dalam lingkungan sosial. Dengan demikian

dapat dipahami bahwa lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi

kompetensi sosial dosen adalah sebuah lingkungan tempat dimana

terjadinya proses interaksi sosial, yang mengahasikan simbol, nilai dan

tradisi yang melekat dalam aktivitas sosialnya. Sebab faktor lingkungan

menjadi salah faktor external yang ikut mempengaruhi kompetensi

sosial dosen.

127

3. Upaya Peningkatan Kompetensi Sosial Dosen

Berdasarkan hasil temuan melalui wawancara, observasi,dan

dokumentasi terlihat ada beberapa langkah yang dilakukan sebagai

sebuah upaya dalam peningkatan komptensi sosial dosen di STIT

Lingga yakni:

a. Mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran

sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya dan tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial .

Dari hasil penelitian di temukan bahwa peningkatan

pengetahuan sosial dosen di lakukan dengan banyak hal;

Pertama: melalui kajian dan diskusi dosen dengan

melibatkan komunitas adat dan budaya. Kajian dan diskusi dosen

adalah kegiatan yang biasa di lakukan untuk meningkatkan

pengetahuan sosial dosen. Diskusi dan kajian dosen dilakukan

secara rutin dengan melibatkan dosen, mahasiswa dan kelompok-

kelompok studi masyarakat, seperti seperti LAM Keacamatan/

Kabuapaten. Diskusi dan kajian ini, juga memotret persoalan

persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.132

Kedua: dilakukan pelatihan dan pembinaan tentang

peningkatan kompetensi sosial dosen. Pelatihan dan pembinaan

ini tidak saja di batasi pada kompetensi sosial saja, tetapi juga

kompetemsi-komptensi pendukung lainnya. Hal ini dilakukan

sebagai langkah dalam memberikan bimbingan dan arahan

kedapa dosen untuk memiliki kecakapan sosial yang tinggi.

sebagaimana terungkap dari hasil wawancara dengan dosen.

“Ya,salah satu diantara peningkatan kompetensi sosial dosen, adalah dilakukan pembinaan dan pelatiahan. Pembinaan dan pelatihan ini, tidak saja fokus pada peningkatan Kompetensi

132 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

128

sosial dosen, tetapi juga merujuk pada komptensi-kompetensi lainnya, yang wajib dimiliki oleh dosen.133

Hasil observasi dan wawancara menunjukan, bahwa

kegiatan pembinaan dan pelatihan tidak saja dilakukan didalam

kampus, tetapi juga dilakukan diluar kampus, dengan mengahadiri

acara –acara seminar yang dilaksanakan oleh mitra kampus.

Disamping itu juga, kegiatan pembinaan dan pelatihan melibatkan

lembaga luar melalui kerjasama yang terjalin oleh pihak kampus.

Ketiga adalah mendorong keterlibatan dosen dalam aktivitas

sosial di masyarakat. Upaya ini dilakukan, untuk memberikan

kesempatan pada dosen agar bisa berimporovisasi di tengah

masyarakat. Keterlibatan dosen melalui aktivitas sosialnya, akan

berimplikasi pada kompetensi sosialnya. Atas dasar inilah

pimpinan, senantiasa memberi suport kepada civitas akademika

STIT Lingga untuk lebih aktif terlibat dalam aktivatas sosial di

masyarakat.

b. Mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan

sosial yang terjadi ditengah masyarakat

Pertama, memberikan kesempatan kepada dosen untuk

terlibat dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan

memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam

kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang ada di tengah masyarakat.

Misalkan saja penyuluhan pemberantasan buta aksara al-quran,

yang melibatkan kemenag dalam penyelesaian buta aksara alquran

di Kabupaten Lingga.

Kedua, membangun hubungan kerjasama melalui desa

binaan. Hubungan kerjasama melalui desa binaan, dilakukan

dengan mengawali kerjasama dengan pihak desa. Yang dilakukan

133 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

129

melalui kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini

kemudian di tindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap

dosen memiliki kewajiban untuk membina desa –desa tersebut,

melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.134

Ketiga, memberikan kesempatan kepada dosen untuk

melakukan kegiatan PKM di Masyarakat. Kegiatan PKM ini erat

hubungannya dengan kegiatan KKN mahasiswa dan Desa binaan.

Dosen di berikan kesempatan untuk melakukan pengabdian diri

ditengah masyarakat, dengan cara memberikan pelatihan dan

bimbingan, yang paling sering dilakukan adalah dengan

memberikan pendampingan terhadap kegiatan sosial keagamaan.

c. Membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus

dan di luar kampus

Pertama, memberdayakan dosen dan mahasiswa untuk

terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hampir sama dengan telah

dipaparkan sebelumnya, bahwa upaya lainnya dalam

meningkatkan kompetensi sosial dosen yang dilakukan oleh STIT

Lingga adalah dengan membangun komunitas sosial yang ada

lingkungan kampus dan diluar kampus, yang tujuan nya

menghimpun dan mefasilitasi kegiatan-kegiatan amal, dan

kepakaan sosial terhadap situasi yang terjadi. Komunitas sosial ini,

berguna untuk memberikan contoh dan edukasi yang baik kepada

para mahaiswa untuk senantiasa peduli terhadap lingkungannya.

Komunitas sosial ini, bergerak dalam berbagai penyaluran dana

bantuan terhadap korban bencana alam misalnya, yang di Inisiasi

oleh kampus melalui Komunitas ini. Yang didalamnya terlibat dosen

dan mahasiswa sebagai pembina dan pengurus.135

134 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

135 Ibid.,

130

Kedua, melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin

hubungan emosional yang harmonis antara dosen dengan

mahasiswa, dosen dengan sesama dosen, dan dosen dengan

masyarakat. Kegiatan lainnya yang terpotret pada saat observasi

dilakukan adalah kegiatan yang berhubungan dengan keterjalinan

hubungan emosional antara dosen dan mahasaiswa, rekean

sesama dosen, d dosen dan masyarakat adalah kegiatan sejenis

PHBI dan kegiatan keagamaan lainnya yang tidak saja melibatkan

dosen tetapi juga melibatkan unsur civitas akademika yang ada di

STIT Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan romadhon

adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen dan

mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah

safari romadon misalnya yang juga dilakukan pada aktivitas bulan

romadhon yang juga melibatkan dosen dan mahasiswa. 136

2. Analisis Hasil

Jika di lihat dari hasil penelitian ini ada banyak temuan yang bisa

dipaparkan dan dikaji secara ilmiah.

a. Kompetensi Sosial Dosen

Pertama bahwa kompetensi sosial dosen dapat dilihat dari

hubungan sosial dosen yang terjalin antara dosen dengan mahasiswa,

dosen dengan dosen, dan dosen dengan lingkungan masyarakat.

Hubungan dosen dengan mahasiswa terpotret pada aktivitas

perkuliahan yang terjalin dalam lingkungan dan suana ademik yang

kondusif. Dimana dosen,dalam perkuliahan menunjukan sikap yang

peduli dan respek terhadap mahasiswa. Dosen juga dalam berinteraksi

terlihat ramah dan luwes dalam memberikan pemaparan terhadap

kondisi sosial yang terjadi, ini menunjukan bahwa sebagian besar

dosen yang ada STIT lingga memiliki kompetensi sosial yang sesuai

dengan teori yang ada. Dimana dosen selaku Individu yang terdidik

dapat memberikan contoh, prilaku dan interaksi sosial yang baik dan

136 Wawancara dengan dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga

131

terbuka pada mahasiswanya. Hal ini juga ditunjukan pada saat

observasi dilaksanakan dimana dosen, dalam perkuliahan sangat

begitu terbuka dalam penyampaian materi, bahkan dosen tidak

sungkan dalam mendengarkan keluhan, kritik bahkan masukan dari

mahaiswa. Dalam beberapa kasus, sebelum menutup perkuliahan

dosen juga senantiasa memberikan pandangan penutup nya, terhadap

kritik yang disampaikan mahasiswa kepada nya.

Kedua, hubungan dosen dengan dosen juga terjalin harmonis,

hal ini terpotret dari kerjasama yang terjalin dalam melaksanakan

berbagai aktivitas dosen yang ada dikampus, aktivitas ini meliputi

perkuliahan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Terjalinnya

komunikasi dosen ini, karena adanya ruang dialog dan diskusi antar

sesama dosen, baik itu pada saat jam istirahat diruang tunggu,

maupun pada saat-saat rapat. Dalam menyelesaikan sebuah masalah

misalnya, masing-masing dosen akan saling membantu dan

melangkapi, misalkan pada saat observasi dilakukan para dosen

sedang aktiv dalam berdiskusi terkait pembuatan borang dalam rangka

akreditasi prodi. Terlihat keakraban yang terkomunikasi dengan baik

dan saling melengkapi antara satu dengan lainnya. masing-masing

dosen memiliki peran yang berbeda-beda tetapi disatu sisi juga saling

membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Hal ini menandakan

adanya simbiosis mutualisme antara dosen yang satu dengan dosen

yang lainnya. Pekerjaan yang dilakukan secara bersama –sama jauh

lebih efektif dibandingkan dengan bekerja secara individu. Dalam

konteks ini, pekerjaan dosen dilakukan melalui pembagian tugas yang

jelas berdasarkan keahlian dan kompetensinya.

Ketiga, hubungan dosen dengan lingkungan masyarakat.

Hubungan sosial yang terjalin di masyarakat juga terkesan

harmanonis, hal ini di tandai dengan padatnya aktivitas dosen yang

ada dimasyarakat, seperti aktivitas dosen sebagai, pend‟ai, imam dan

penyuluh. Aktivitas sosial dosen juga tampak pada, tingginya tingkat

132

kepercayaan masyarakat kepada sebagian besar dosen di STIT

Lingga untuk menjadi pengurus dibeberapa organisasi keagamaan

seperti NU dan Muhamidyah. Bahkan ada juga dosen dipercaya

sebagai pengurus LAM baik ditingkat kecamatan maupun di tingkat

kabupaten. Keterlibatan dosen dalam aktivatas sosialnya juga tampak

pada kegiatan-kegiatan dosen dalam tradisi adat istiadat yang di

masyarkat, seperti terlibatny dosen dalam tradisi mandi syafar, basuh

lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif saman, kenduri dan

kegiatan adat lainnya. Selain itu, ada juga dosen yang dipercaya

dalam mengurus kegiatan kepemudaan Seperti KNPI. Aktivitas sosial

lainnya juga tampak pada kegiatan hari besar islam, dimana sebagian

besar dosen diberikan kesempatan untuk menjadi penceramah, tidak

saja diwilayah lingga, bahkan sampai kewilayah tetangga.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Kompetensi sosial

merupakan kemampuan dosen untuk berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat

sekitar. Komunikasi dosen dengan mahasiswa dimulai dari komunikasi

yang dibangun secara personal dan kelompok, baik dalam proses

perkuliahan di ruang kelas maupun perkuliahan di luar ruang kelas.

Komunikasi dengan sesama dosen terjalin dalam hubungan kerjasama

tim yang kompak dan harmonis, sedengkan komunikasi dengan

masyarakat terbangun dari hubungan sosial dan aktivitas sosial yang

ada dimasrakat.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen

Adapun faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen

adalah, faktor personal dan lingkungan sosial dosen. Faktor personal

adalah faktor internal dosen yang meliputi pengetahuan sosial dosen,

keterampilan sosial dosen dan sikap sosial dosen, sedangkan

lingkungan sosial dosen adalah lingkungan tempat dimana dosen

tinggal, tempat dimana dosen bekerja dan tempat dimana dosen

memiliki aktivitas sosial dimasyarakat. Namun hasil penelitian juga

133

menunjukan bahwa kompetensi sosial dosen dipengaruhi oleh

pengalaman pendidikan dan kehidupan sosialnya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, yang dapat

mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah personal dosen itu

sendiri, lingkungan sosialnya, dan pengalaman hidupnya. Pengalaman

hidup ini menjadi sebuah nilai yang melakat dalam kepribadiannya

sehingga menjadi sebuah nilai. Dosen yang memiliki kompetensi sosial

adalah dosen yang mampu berdaptasi dengan lingkungan sosialnya

secara efektif.

c. Upaya Peningkatan Kompetensi Sosial Dosen

Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi dosen

adalah; pertama mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan

kesadaran sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya

dan tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial . Peningkatan

pengatahuan dan kasadaran sosial ini dilakukan melalui kajian dan

diskusi dosen dengan melibatkan komunitas adat dan budaya. Kajian

dan diskusi dosen adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan sosial dosen. Diskusi dan kajian dosen

dilakukan secara rutin dengan melibatkan dosen, mahasiswa dan

kelompok-kelompok studi di masyarakat, seperti seperti LAM

Kecamatan/ Kabupaten. Diskusi dan kajian ini, juga memotret

persoalan-persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.

Selanjutnya dilakukan pelatihan dan pembinaan tentang

peningkatan kompetensi sosial dosen. Pelatihan dan pembinaan ini

tidak saja dibatasi pada skop kompetensi sosial saja, tetapi juga

kompetemsi-kompetensi pendukung lainnya. Hal ini dilakukan sebagai

langkah dalam memberikan bimbingan dan arahan kedapa dosen

untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dan yang terahir adalah

mendorong keterlibatan dosen dalam aktivitas sosial di masyarakat

Upaya ini dilakukan, untuk memberikan kesempatan pada dosen agar

bisa berimporovisasi di tengah masyarakat.

134

Upaya Kedua adalah mendorong partisipasi dan keterlibatan

dosen dalam kegiatan sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang

dilakukan dengan cara, memberikan kesempatan kepada dosen untuk

terlibat dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan

memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam kegiatan

penyuluhan-penyuluhan yang ada ditengah masyaakat. Misalkan saja

penyuluhan pemberantasan buta aksara alquran, yang melibatkan

guru ngaji dan kemenag dalam penyelesaian buta aksara alquran di

Kabupaten Lingga.

Selanjutnya membangun hubungan kerjasama melalui desa

binaan. Hubungan kerjasama ini, dilakukan dengan mengawali

kerjasama kampus dengan pihak desa. Yang dilakukan melalui

kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini kemudian

ditindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap dosen memiliki

kewajiban untuk membina desa –desa tersebut, melalui berbagai

kegiatan pemberdayaan. Dan yang terakhir adalah memberikan

kesempatan kepada dosen untuk melakukan kegiatan PKM di

masyarakat. Kegiatan PKM Ini erat hubungannya dengan kegiatan

KKN mahasiswa dan desa binaan. Dosen diberikan kesempatan untuk

melakukan pengabdian diri ditengah masyarakat, dengan cara

memberikan pelatihan dan bimbingan, yang paling sering dilakukan

adalah dengan memberikan pendampingan terhadap kegiatan sosial

keagamaan.

Ketiga membangun komunitas sosial yang ada lingkungan

kampus dan diluar kampus dengan memberdayakan dosen dan

mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. tujuan nya

adalah menghimpun dan mefasilitasi kegiatan-kegiatan amal, dan

kepakaan sosial terhadap situasi yang terjadi. Komunitas sosial ini,

berguna untuk memberikan contoh dan edukasi yang baik kepada para

mahaiswa untuk senantiasa peduli terhadap lingkungannya. Komunitas

sosial ini, bergerak dalam berbagai penyaluran dana bantuan terhadap

135

korban bencana alam misalnya, yang di Inisiasi oleh kampus melalui

komunitas ini. Yang didalamnya terlibat dosen dan mahasiswa sebagai

pembina dan pengurus.

Selanjutnya melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin

hubungan emosional yang harmonis antara dosen dengan mahasiswa,

dosen dengan dosen, dan dosen dengan masyarakat. Kegiatan yang

berhubungan dengan keterjalinan hubungan emosional antara dosen

dan mahasiswa, rekan sesama dosen, dosen dan masyarakat adalah

kegiatan sejenis PHBI dan kegiatan keagamaan lainnya yang tidak

saja melibatkan dosen tetapi juga melibatkan unsur civitas akademika

yang ada di STIT Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan suci

romadhon adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen

dan mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah

safari romadon misalnya yang juga melibatkan dosen dan mahasiswa.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa dosen STIT

Lingga secara sosial telah memiliki kompetensi sosial yang mumpuni

yang dapat dilihat dari keterjalinan hubungan sosial yang efektif antara

dosen dengan mahaisiswa, dosen dengan dosen, dan dengan

masrakat. Kompetensi sosial dosen yang terbangun secara efektif,

menjadi nilai signifikan dalam kehidupan sosialnya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan di bab IV maka

kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut;

1. Bahwa kompetensi sosial dosen di STIT lingga terlihat; Pertama

dari pengatahuan sosial yang di miliki oleh dosen, dimana sebagian

besar dosen di lingga dipercaya menjadi pengurus LAM (lembaga

adat Melayu) kabupaten ataupun kecamatan, bahkan organisi

sosial-keagaman (NU dan Muhammdiayah), serta organisasi

kepemudaan. Keperrcayaan tersebut tidak akan dapat diperoleh,

jika dosen tidak memiliki pengatuan dan kecakapan sosial yang

cukup. Kedua; kepercayaan diri, yakni perasaan percaya diri

sendiri dalam suatu tindakan dan adanya usaha dalam pemecahan

masalah terlihat dari bagaimana keterbukaan dosen dalam

menyampaikan materi di dalam atau diluar ruang kelas,

Keterbukaan dosen dalam menyediakan ruang konsultasi bagi

mahasiswa. Keterbukaan dosen dalam menerima pandapat, kritik

atau saran dari mahasiswa, keterbukaan dosen dalam

mengarahkan mahasiswa untuk peduli serta terlibat aktif dalam

kegiatan sosial-keagamaan, budaya dan kemasyarakat. Ketiga

empati, yakni kemampuan menghargai perasaan orang lain

sekalipun orang tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan

dengannya, juga memberikan respon –respon emosional, mampu

mengendalikan emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan

orang-orang yang bersmasalah hal ini tampak dari hubungan

kerjasama melalui beberapa komunitas yang ada di dalam dan

diluar dikampus. Terdapat juga rasa saling menghargai dan

memahami antara satu dosen dengan dosen yang lainnya, serta

menjunjung pola komunikasi yang santun melalui diskusi dan dialog

pada kegiatan formal maupun non formal. Keempat sensitivitas

136

137

sosial; yakni kemampuan untuk menerima dan mengerti pesan-

pesan verbal dan perhatian pada aturan-aturan sosial serta norma-

norma yang berlaku disekitarnya. Hal ini terlihat dari keterlibatan

sebagian dosen dalam aktivitas sosial seperti kegiatan PHBI dan

majlis ta‟lim. Keterlibatan dosen dalam kegiatan-kegitan

kebudayaan, adat istiadat yang ada di masyarakat, seperti tradisi

mandi safar, basuh lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif

saman dan kegiatan adat lainnya, keterlibatan dosen dalam

pemberantasan buta aksara alquran yang dilakukan melalui

program magrib mengaji.

2. Adapaun faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen

adalah, faktor personal dan lingkungan sosial dosen. Faktor

personal tersebut meliputi pengetahuan sosial dosen, keterampilan

sosial dosen dan sikap sosial dosen yang terlihat dari aktivitas

dosen. Sementara lingkungan sosial dosen adalah lingkungan

masyarakat tempat dimana dosen tinggal, tempat dimana dosen

bekerja dan tempat dimana dosen memiliki aktivitas sosial

dimasyarakat. Kompetensi sosial dosen juga dipengaruhi oleh

pengalaman pendidikan dan kehidupan sosialnya.

3. Upaya peningkatan kompetensi sosial dosen dilakukan dengan;

a. Mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran

sosial dosen terhadap adat istiadat (sosial-agama), budaya dan

tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial. Peningkatan

pengatahuan dan kasadaran sosial ini dilakukan melalui 1)

kajian dan diskusi dosen dengan melibatkan komunitas adat

dan budaya. 2) pelatihan dan pembinaan tentang peningkatan

kompetensi sosial dosen. 3) Mendorong keterlibatan dosen

dalam aktivitas sosial di masyarakat. Upaya ini dilakukan, untuk

memberikan kesempatan pada dosen agar bisa berimporovisasi

di tengah masyarakat.

138

b. Mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan

sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang dilakukan dengan

cara, 1) memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat

dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan

memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam

kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang ada ditengah

masyarakat. Misalkan saja penyuluhan pemberantasan buta

aksara alquran, yang melibatkan guru ngaji dan kemenag dalam

penyelesaian buta aksara alquran di Kabupaten Lingga. 2)

Membangun hubungan kerjasama melalui desa binaan.

Hubungan kerjasama ini, dilakukan dengan mengawali

kerjasama kampus dengan pihak desa. Yang dilakukan melalui

kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini

kemudian ditindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap

dosen memiliki kewajiban untuk membina desa –desa tersebut,

melalui berbagai kegiatan pemberdayaan. 3) Memberikan

kesempatan kepada dosen untuk melakukan kegiatan PKM di

masyarakat. Kegiatan PKM Ini erat hubungannya dengan

kegiatan KKN mahasiswa dan desa binaan. Dosen diberikan

kesempatan untuk melakukan pengabdian diri ditengah

masyarakat, dengan cara memberikan pelatihan dan bimbingan,

yang paling sering dilakukan adalah dengan memberikan

pendampingan terhadap kegiatan sosial keagamaan.

c. Membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus dan

diluar kampus dengan cara 1) memberdayakan dosen dan

mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. 2)

melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin hubungan

emosional yang harmonis antara dosen dengan mahasiswa,

dosen dengan dosen, dan dosen dengan masyarakat. Kegiatan

yang berhubungan dengan keterjalinan hubungan emosional

antara dosen dan mahasiswa, rekan sesama dosen, dosen dan

139

masyarakat adalah kegiatan sejenis PHBI dan kegiatan

keagamaan lainnya yang tidak saja melibatkan dosen tetapi

juga melibatkan unsur civitas akademika yang ada di STIT

Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan suci romadhon

adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen dan

mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat

adalah safari romadon misalnya yang juga melibatkan dosen

dan mahasiswa.

B. Rekomendasi

Hasil analisis penelitian ini merekomendasikan :

1. Bahwa untuk dapat mengetahui kompetensi sosial dosen dapat

dilihat dari dua persepektif. Pertama dilihat dari efektifitas

hubungan dan interaksi yang terjalin antara dosen dengan

dosen, dosen dengan mahasiswa baik dalam persoalan

akademik maupun non akademik, didalam atapun diluar

kampus. Kedua dilihat dari keterlibatan dosen dalam aktivitas

sosial di masyarakat, seperti katerlibatan dosen dalam kegiatan

adat dan budaya yang ada dimasyarakat setempat.

2. Peningkatan kompetensi sosial dosen bisa dilakukan dengan

berbagai upaya salah satunya adalah memperbanyak kegiatan

kerjasama dalam pengabdian dimasyarakat, seperti melakukan

pembinaan dan kerjama sama dengan desa dan lembaga adat.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan

komptensi sosial dosen.

140

C. Saran

Adapun saran terkait hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut;

1. Kepada pihak STIT diharapkan dapat memastikan proses

pengembangan kompetensi sosial dosen agar berjalan secara

berkesinambungan.

2. Kepada dosen diharapkan dapat meningkatkan kompetensi

sosialnya.

3. Kepada pembaca diharapkan untuk memberikan masukan dan

saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Sunnah.

2015.

Aan Komariah, dkk, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif

Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan al-

Qur’an (terj.), Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan

Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, cet 4 2010.

Abdul Kholik “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Kepuasan Kerja

Dosen Terhadap Kinerja Dosen Di Universitas Djuanda Bogor.

Tesis Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan

Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta Tahun 2016

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: Grafindo

persada, 2009

Agung Nugroho, Fungsi Kepala Madrasah Sebagai Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Disiplin Guru di Mts Negeri Habirau Kalimantan Selatan, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008.

Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung : PT Remaja.

Rosdakarya.2013

Anang Zamroni,“Efektivitas Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Profesionalitas Guru PAI pada Madrasah Aliyah Negeri I di Kabupaten Klaten.” Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana, 2011

Citra Dewi. Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen JMSP:

Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan (JMSI) Volume 3

Nomor 1 November 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu.

Dharma, Surya. Manajemen Kinerja. (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

2007

141

142

Dede Rosyada, Paradigma pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Jakarta kencana, 2004.

Djohar MS Guru, Pendidikan dan Pembinaanya. Yokyakarta: Grafica

2006

Didi Supriadie, dkk, Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.M.

D. Bartram, TheGreat Eight Competencies: ACriterioncentric Approach To Validation. Journal of Applied Psychology, 90,6, 1185-1203

E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2008.

Fathorrahman “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Dosen”. Jurnal: AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang

Fred Luthans, Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh Yogyakarta: Andi,

2006.

Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2004Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta : Kencana, 2011.

Hari Sudrajat, Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah.

Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2014

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma

Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina, 2001

Indra Bastian,Akuntansi Sektor Publik Edisi Pertama,Yogyakarta:

Badan Penerbit Fakultas UGM, 2001.

Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja,

kualifikasi, & Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2013

143

Laimak “Strategi Peningkatan Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016

J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi Terj. Kartini Kartono. Jakarta: RajaGrafindo, 2002.

L. J. Mullins, (1994). Management and Organisational Behaviour, 3ed.

Singapore: Longman SingaporePublishers (Ptd), Ltd, 1994Mike Schmoker, Menjadi Guru yang Efektif. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012

Kasnawi, “Efektifitas Kepala Madrasah Dalam Peningkatan Kualitas

Proses Belajar Mengajar Kelas III dalam Menghadapi UAN tahun pelajaran 2002/2003 pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus”. Tesis, (Yogyakarta:Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2004).

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai.

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada. 2012

Sugeng Riyadi, “Supervisi Akademik Pengawas Kemenag Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab Studi Kasus di Kemeneterian Agama Kabupaten Ponorogo. Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014

M.A.S. Imam Chourmain, “Hand Out Kuliah” Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Negri Jakarta, 2002

Mochamad Hatip,dkk. Kompetensi Dosen, Profesionalisme Dosen,

Dan Kecerdasan Spritual Dampaknya Terhadap Motivasi

Belajar Mahasiswa Jsmbi Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis

Indonesia (JSMBI ) Vol. 8 No. 1 Universitas Muhammadiyah

Jember, 2018.

Moeheriono.. “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi”. (Jakarta:

Raja Grafindo Persada.2012

Michael Armstrong, Performance Management, Yutran: Tugu Publisher, 2004

Mimi Hariyani “Analisis Kompetensi Profesional Dosen Fakultas

Tarbiyah Dan Keguruan Uin Sultan Syarif Kasim Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hlm.16 – 29 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala

144

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014.

Muh. Ilyas Ismail “Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen (Studi

Kasus Pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar)” Jurnal: Biotek Volume 5 Nomor 1

Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar

Nasution, S, Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara, 2011.Suparlan, Menjadi Guru Efektif .Yogyakarta: Hikayat, 2005.

Nana Sudjana Dasar-dasar proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989

Ngainun, Naim. Menjadi Guru Inspiratif: Membudayakan dan

Mengubah. Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka 2009.

Paul Suparno, Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grafindo, 2004.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008

P.S., Mishra, & A. K. D. Mohapatra, Relevance of Emotional

Intelligence for Effective Job Performance: An Empirical Study. The Journal for Decision MakersVIKALPA, 35,1,53-61. (2010).

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru

Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan

Jakarta: Kencana, 2010, hal. 108-109.

Retno Wijianti, Gaya Komunikasi BBM. Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya. 2012.

R.C.Vandeveer.,&M. L. Menefee Human Behavior in Organizations.

New Jersey: Person Education, Inc, 2006

145

Ridhal Amal dengan judul, Manajemen Pengembangan Kompetensi

Dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya, Tesis Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.2016

Sanjaya, Wina.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses.

Pendidikan.Jakarta: Kencana. 2013

Sardiman A.M. , Interaksi dan Motovasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Clon Guru Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 1994.

Sasa Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok: Teori Komunikasi Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.

Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Gramedia

Widiasarana, Jakarta, 1993.

Siti Karomah,“Dampak Supervisi Kepala Madrasah dan Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Kinerja Guru di KKM Sub Rayon Basin.Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM,.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pndekatan Kuatitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung : Alfabeta,2012.

_Metode Penelitian Pendidikan; Pendektan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta, 2012.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek

Jakarta : Rineka Cipta, 2007.

Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yogjakarta: Hikayat. 2005.

Soetiksno, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Ambon, Jurnal manajemen Akuntansi, VOL. 9.No. 2. (2009).

Sofia Afritasari “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa” Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013.

S.Wijono, Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Personaliti dengan Prestasi Kerja di Sebuah Organisasi.Tesis. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia 199

146

Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Yuli Alam Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar Mahasiswa dan

Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam Pembelajaran

Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program studi

Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang)

Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1),

Program Studi Manajemen Informatika, AMIK Bina

Sriwijaya.2018.

Wibowo. Manajemen Kinerja . Edisi Keempat . Jakarta : Rajawali Pers

2014

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2013

INSTRUME N PENGUMPULAN DATA (IPD)

Adapun instrumen penelitian data yang digunakan dalam penelitian

ini di bagi kepada tiga bagian, yaitu: pedoman observasi, wawancara,

dokumentasi. IPD ini ditujukan sebagai acuan dalam penggalian data di

lapangan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

A. PANDUAN OBSERVASI

Adapun yang menjadi pedoman observasi adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengamati keadaan sarana dan prasarana yang ada di

STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

2. Peneliti mengamati apa saja yang berkaiatna dengan Profil STIT

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

3. Peneliti mengamati bagaimana aktivitas Sosial dosen STIT Lingga

Dabo Singkep Kepulauan Riau.

4. Peneliti mengamati bagaimana interaksi sosial dosen dengan

dosen, mahasiswa dan masyarakat sekitar STIT Lingga Dabo

Singkep Kepulauan Riau.

5. Peneliti Mengamati apa aja yang menjadi kendala kompetensi

sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

6. Peneliti mengamatai apa saja upaya yang dilakukan untuk

mengembangkan kompetensi dosen di STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau.

7. Peneliti mengamati bagai mana hasil pengembangan kompetensi

sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.

8. Peneliti juga mengati Hal-hal lain yang dianggap penting di

lapangan.

B. PANDUAN WAWANCARA

1. Bagaimana kah aktivitas sosial dosen di kampus maupun di luar

kampus?

2. Bagaiman hubungan sosial dosen dengan sesama dosen di STIT

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

3. Bagaimana hubungan sosial dosen dengan mahasiswa STIT

Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

4. Bagaimana hubungan i sosial dosen dengan masyarakat di sekitar

STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

5. Bagaimana kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep

Kepulauan Riau?

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen di

STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

7. Bagaimana upaya pimpinan dalam meningkatkan kompetensi

sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?

8. Bagaimana hasil yang dicapai dari pengembangan kompetensi

sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau

9. Peneliti menanyakan hal- hal penting lainnya yang dapat

menambah informasi secara mendalam?

C. PANDUAN DOKUMENTASI

Beberapa hal yang menjadi panduan domentasi adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti mendokumentasikan setiap informan yang dimintai

keterangannya dalam sesi wawancara;

2. Peneliti meminta soft copy maupun hard copy dari profil lembaga di

STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau;

3. Peneliti memfoto batas wilayah geografis dari STIT Lingga Dabo

Singkep Kepulauan Riau

4. Peneliti mendokumentasikan hal-hal yang terkait dengan penelitian

ini.

Lampiran: Wawancara:

Catatan Wawancara

Nama : Fathullah, M.Pd

Jabata : Ketua Program Studi MPI

1. Sejak berdiri dari tahun 2016 sampai sekarang sudah 4 tahun

2. Aktvitas saya selain menjadi ketua prodi, atau disetai saya juga

aktif mengajar di Di MTS Negeri Lingga dan Aliah, Saya Juga aktif

dalam kegiatan organisasi masyarakat PHBI, LPTQ, Dai. Imam

dan Khotib di masjid-masjid ada di kecamatan singkep. Selain itu

juga saya aktif dalam kegiatan sosiaal keagamaan seperti

Nahdhotul Ulama.

3. Ya tentu, ada pengaruhnya karena dengan kita ada pengalaman

diluar, disamping kita menyampaikan mata kuliah yang berkaitan

juga kita bisa menyampaikan kepada mereka pengalaman –

pengalaman kita, selama berkecimpung di masyarakat yang mana

mudah-mudahan hal ini bisa diterapkan oleh mahasiswa nanti

ketika mereka turun kemasyarakat

4. Memang di kabupaten lingga inikan ada dua perguruan tinggi yang

satu di Daik lingga dan yang satu di Dabo, jadi satu-satunyalah

perguruan tinggi di Dabo ini.

5. Saya juga di samping mengajar di MTS juga mengajar di Madrasah

Aliyah sudah sekitar sepuluh tahunan, untuk di perguruan tinggi ya

baru pada tahun 2016, kita baru berkecimpung di perguan tinggi, ya

sambil belajar juga.

6. Ya, jadi kedekatan kami dengan mahasiswa selama ini baik, artinya

mereka juga tak segan bertanya atau silaturahmi, tetapi juga kita

yang namanya dunia kampus kan pola pikir mereka juga sudah

lebih maju dibandingkan dengan anak-anak yang ada disekolah

sehingga mereka lebih dewasa untuk di ajak berdialog, berdiskusi

dan lebih dewasa, bahkan ya umumnya mahasiswa angkatan-

angkatan pertama dan kedua itukan kebanyakan sudah

berkeluarga; sehingga kadang mereka konsultasi masalah

keluarga, masalah pekerjaan karena mereka pada umumnya telah

bekerja, jadi siang hari bekerja malam harinya kuliah, ya banyak

juga yang mengeluhkan capek pak, karena siangnya bekerja

malamnya harus kuliah, ya saya sampaikan pada mereka inilah

yang namanya perjuangan, karena perjuangan itu butuh

pengorbanan, pengorbanan inilah capek itu. Tapi nanti hasilnya

akan bisa dirasakan.

7. Kalau untuk nilai, itu ya masih menyesuaikan, yang penting mereka

itu aktif datang, mengerjakan tugas, kemudian juga aktif dalam

berinteraksi dialog, diskusi. Initinya keaktifan merekalah yang

menjadi salah satu aspek penilaian

8. Ya, kalau untuk meningkatkan kompetensi sosial. yang namanya

guru dosen itu namanya juga manusia yang berinteraksi dengan

manusia lainnya, jadi tentu, dengan mereka mempunyai

pengalaman di organisasi atau mereka misalkan ditokohkan di

daerahnya, tentu akan berpengaruh dengan kehidupan kampus,

karena tentu mahasiswa juga kan berpandangan bahwa dosennya

orang yang punya wawasan luas, disegani yang dihormati ditengah

masyarakat. tentu akan berbeda, dan yang jelas ini bisa menjadi

pengalaman kita sendiri yang bisa kita sampaikan kepada

masasiswa untuk dicontoh. Sehingga dengan kita menjalani itu

mana yang baik akan di contohkan oleh mereka.

LAMPIRAN : DOKUMENTASI

WAWANCARA DENG KETUA PRODI

DOKUMEN WAWANCARA DENGAN DOSEN

WAWANCARA DENGAN DOSEN

WAWANCARA DENGAN DOSEN

OBSERVASI KODE ETIK DAN VISI MISI

WAWANCARA DENGAN MAHASISWA

SARANA PRASARANA KANTOR DAN RUANG KULIAH

OBSERVASI DI KAMPUS STIT LINGGA

KEGIATAN BEM SEMINAR KEPEMUDAAN

AKTIVITAS PERKULIAHAN MAHASISWA

KEGIATAN OLAHRAGA DAN OBSERVASI

KEGIATAN SOSIAL MAHASISWA

CURRICULUM VITAE

INFORMASI DIRI

NAMA : Said Reza Fasito

T.T.L : Dabo singkep, 02 Maret 1968

ALAMAT : Jalan Mutiara, RW 13 Dabo singkep

STATUS : Belum Kawin

AGAMA : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SDN 02 Dabo Singkep (1978 s/d 1983)

2. SMP : SMPN 02 Dabo Singkep (1983 s/d 1985)

3. SMA : SMAN 01 Dabo Singkep (1985 s/d 1987)

4. S1 : SI FAPERI UNRI Pekan Baru Jurusan MSP ( Mamajemen

Sumber Daya Perairan) Angkatan (1987 s/d 1991)

PENGALAMAN KERJA/ORGNISASI

1. Sales PT MOST FLY, Jl. Pasar Ikan Tanjung Pinang (1992 sd

1994)

2. Exim ( Export Import ) PT DIMA ARTIFLO. Jl. D.I Panjaitan KM.8

Tanjung Pinang

3. Ketua PII ( Persatuan Insyinyur Indonesia ) Kabupaten Lingga (

2001 s/d 2005)

4. Anggota SDI ( Sidang Dewan Insinyur ) PII ( Persatuan Insiyur

Indonesia ) Jakarta Pusat ( 2003 s/d 2006 )

5. Sekjen Kadin Lingga ( 2006 sd 2010 )

6. Manajer PT. Putra Sumber Laksana Utama ( 1998 sd 2006 )

7. Ka. Perwakilan Biro Instalator Listrik CV, Menara Dabo Singkep

Cabang Tanjung Pinang ( 2000 s/d 2005 )

8. WAPIMREP Detik KEPRI ( 2006 s/d 2010 )

9. Ketua SPSI PT. Dima Artiflo dan PT. Panca Rasa Pratama Tanjung

Pinang ( 1995 s/d 1998 )

10. Agen Batam Pos ( 2001 s/d 2017 )

11. Direktur CV. Citra Fajar ( 2006 sampai dengan sekarang )

12. Wakil Ketua IPSI Lingga ( 2005 s/d 2010 )

KARYA ILMIAH

1. Skripsi : Studi Ekologi Penyebaran Gongong (Strombus

sp) dengan Metode Transek di Kecamatan

Singkep Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau

2. Penelitian Umum : Penelitian Kualitas Air Desa Mata Air Bekas

Galian Timah untuk Budidaya Perikanan Air

Tawar di Kecamatan Kundur, Kabupaten

Karimun, Kepulauan Riau