TESIS PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of TESIS PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...
KOMPETENSI SOSIAL DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) LINGGA DABO SINGKEP
KEPULAUAN RIAU
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam
Oleh:
SAID REZA FASITO NIM: 182866
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: [email protected]
Pembimbing I : Prof. Dr.Risnita, M.Pd
Pembimbing II : Dr.Jalaluddin,M.Pd.
Jambi, 2 Agustus 2021
Alamat : Pascasarajana UIN STS Jambi Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura
Kepada Yth. Bapak Direktur Pascasarja UIN STS Jambi Di – Jambi
NOTA DINAS
Assalamualaikum wr, wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku Pascasarjana UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara SAID REZA FASITO. NIM: 182866. dengan judul Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau telah diperbaiki sebagaimana mestinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister (S2) Program Studi Pendidikan Islam dalam kosentrasi Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.
Demikian yang dapat kami sampaikan pada bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr.Risnita, M.Pd Dr.Jalaluddin,M.Pd.I
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK UJIAN TESIS
Pembimbing I
Prof. Dr.Risnita, M.Pd
Pembimbing II
Dr.Jalaluddin,M.Pd.I
Mengetahui Wakil Direktur
Dr. Badarussyamsi, S. Ag., MA
Nama : SAID REZA FASITO Nim : MMP. 182866 Judul : Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: [email protected]
PERNYATAAN ORSINALITAS TESIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SAID REZA FASITO
Nim : 182866
Tempat Tanggal Lahir : Dabo Singkep, 02 Maret 1968
Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Alamat : Jalan Mutiara, RW 13 Dabo Singkep
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya tesis yang berjudul:
“Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau” adalah benar karya asli saya,
kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini
tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggungjawab sesuai dengan
hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan Pascasarjana UIN STS
Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui tesis ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jambi, 10 Maret 2021
NIM: MMP. 182866
v
Penulis
SAID REZA FASITO
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: [email protected]
PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS
Tesis dengan judul “Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau, yang
diujiankan oleh Sidang Pascasarjana UIN STS Jambi pada :
Hari : Kamis,
Tanggal : 08 Juli 2021
Jam : 15.00 - 16.30 WIB
Tempat : (Aplikasi Zoom) Online
Nama : Said Reza Fasito
Nim : MMP182866
Telah diperbaiki sebagai mana hasil sidang diatas dan telah diterima
sebagai bagaian dari persyaratan tahap akhir tesis dalam kosentrasi
Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.
PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS
NO Nama Tanda Tangan Tanggal
1 Dr. Badarussyamsi, S.Ag., M.A
(Ketua Sidang)
23-09-2021
2 Dr. Jamaluddin, M. Pd.I
(Penguji I)
15-08-2021
3
Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I (Penguji II)
25-08-2021
4
Prof. Dr. Risnita, M.Pd (Pembimbing I)
13-08-2021
5
Dr.Jalaluddin, M.Pd.I (Pembimbing II)
10-08-2021
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: [email protected]
vi
MOTTO
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal (Q.S. Al-Hujarat 13).1
1 Al-Quran Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Sunnah. 2015.
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada :
1. Yang mulia ibunda Hj. Zainab Hadi
2. Yang mulia ayahanda Said Ruslan (Alm)
3. Kakanda tercinta Sy. Wisma erika, S.Pd (Alm)
4. Kakanda tercinta Said Rezu Firman, S.Ag
5. Kakanda tercinta Drs. H, Said Ricky Pasli
6. Kakanda tercinta Drs. H. Said Rudi Fallaw
7. Adinda Ir. H. Said Krisna Pandi
8. Teman-Teman Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam di
Pascasarjana UIN STS Jambi
viii
KOMPETENSI SOSIAL DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) LINGGA DABO SINGKEP KEPULAUAN RIAU.
Oleh:
SAID REZA FASITO. NIM: 182866.
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari tiga pertanyaan mendasar Pertama bagaimana kompetensi sosial dosen. Kedua apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen. Ketiga bagaimana upaya yang dilakukan untuk mingkatkan kompetensi sosial dosen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriftif dengan mengunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi dan melakukan konsultasi ke pembimbing.
Hasil penelitian ini mengungkapkan, pertama kompetensi sosial dosen terlihat dari; a) pengatahuan sosial dosen, b) kepercayaan diri dosen dalam usaha pemecahan masalah, c) empati, yakni kemampuan menghargai perasaan orang lain serta mampu mengendalikan emosi yang tulus dalam menjalin hubungan, d) sensitivitas sosial dosen yakni kemampuan untuk menerima dan merespon norma-norma yang berlaku disekitarnya. Kedua; Faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah; a) Interpersonal dosen yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap sosial, b) Lingkungan sosial dosen, yang terdiri dari nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berkembang dimasyarakat. Ketiga upaya yang dilakukan adalah; a) mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya dan tradisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial. Peningkatan pengetahuan dan kasadaran sosial, b) mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang dilakukan, c) membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus dan diluar kampus.
Kata Kunci : Kompentensi Sosial, Dosen
ix
OCIAL COMPETENCY OF LECTURERS OF HIGH SCHOOL OF SCIENCE TARBiyah (STIT) LINGGA DABO SINGKEP RIAU ISLAND.
By:
SAID REZA FASITO. ID number: 182866.
ABSTRACT
This research departs from three basic questions. First, how is the lecturer's social competence. Second, what are the factors that influence lecturer's social competence. Third, how are the efforts made to improve the social competence of lecturers.
This study uses a descriptive qualitative approach by using data collection methods of observation, interviews and documentation. The data analysis technique stage includes data reduction, data presentation and data verification, while checking the reliability of the data is carried out by extending participation, observing accuracy, triangulation and consulting with supervisors.
The results of this study reveal, First; The lecturer's social competence can be seen from; a) lecturer's social knowledge, b) lecturer's confidence in problem solving, c) empathy, namely the ability to respect the feelings of others and be able to control sincere emotions in relationships, d) lecturer's social sensitivity, namely the ability to accept and respond to norms happening around him. Second; Factors that affect lecturer's social competence are; a) Lecturer interpersonal which includes knowledge, skills and social attitudes, b) Lecturer's social environment, which consists of cultural values and customs that develop in the community. The three efforts made are; a) encourage an increase in lecturers' knowledge and social awareness of customs (social-religion), culture and tradition, democracy, aesthetics and social awareness. Increasing knowledge and social awareness, b) encouraging the participation and involvement of lecturers in social activities that occur in the community that are carried out, c) building social communities that exist in the campus environment and outside the campus.
Keywords: Social Competence, Lecturer
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah Nya yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan judul Kompetensi Sosial Dosen Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau. Yang
mana penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
persyaratan guna memperoleh gelar MagisterPendidikan Islam dalam
Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana UIN STS
Jambi.
Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami penulis dalam
menyusun tugas ini terutama dalam mendapatkan data dan mengolahnya,
tetapi semua itu telah dapat diatasi dengan baik berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy'ari, MA., Ph.D Selaku Rektor UIN STS
Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmas Syukri, SS., M. Ag, Selaku direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
3. Bapak Dr. Badarussyamsi, S. Ag., MA Selaku Wakil direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
4. Ibu Prof. Dr. Risnita, M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr. Jalaluddin,
M.Pd. I Selaku pembimbing II.
5. Bapak Dr. Jamaluddin M.Pd.I selaku Penguji I dan Bapak Dr. H.
Lukman Hakim, M.Pd.I selaku Penguji II.
6. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN
STS Jambi
7. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN STS Jambi
8. Bapak dan Ibu Staf Pascasarjana UIN STS Jambi
9. Teman-Teman seperjuangan Prodi Manajemen Pendidikan Islam di
Pascasarjana UIN STS Jambi
xi
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritikkan dan saran yang bersifat membangun akan
penulis terima dengan senang hati. Dan mudah-mudahan Tesis ini
berguna bagi berbagai pihak. Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi
semua orang, terlebih untuk pribadi penulis sendiri.
Jambi, 10 Maret 2021 Penulis
SAID REZA FASITO NIM: MMP. 182866
xii
DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL..................................................................... i
LEMBAR LOGO ........................................................................ ii
HALAMAN NOTA DINAS ......................................................... iii
LEMBARAN PERSETUJUAN.................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ................... v
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................... vi
HALAMAN MOTTO.................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................. ix
ABSTRAC ................................................................................ x
KATA PENGANTAR .................................................................. xi
DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................... 9
C. Fokus Penelitian ......................................................... 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
A. Landasan Teori ................................................................. 11
1. Kompetensi Sosial Dosen ............................................. 11
2. Kompetensi Sosial dalam Perspektif Islam .................. 33
3. Sintesis Teori Kompetensi Sosial .................................. 47
B. Penelitian Yang Relevan ................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ...................................................... 57
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ................................. 58
C. Jenis dan Sumber Data..................................................... 60
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 62
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 63
F. Uji Keterpercayaan Data .................................................. 66
G. Rencana Penelitian ........................................................... 68
i
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN, TEMUAN
PENELITIAN DAN ANSLISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 69
1. Profil ............................................................................ 69
2. Sejarah ........................................................................ 69
3. Letak Geografis ........................................................... 70
4. Visi Misi dan Tujuan..................................................... 70
5. Struktur ........................................................................ 73
6. Keadaan Dosen ........................................................... 77
7. Penjamin Mutu ............................................................. 84
8. Kurikulum ..................................................................... 85
9. Keadaan Mahasiswa ................................................... 90
10. Sarana Prasarana ....................................................... 90
B. Temuan Penelitian Dan Analisis Hasil Penelitian .............. 93
1. Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau ................................... 93
2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kompetensi
Sosial Dosen Di STIT Lingga 118
3. Upaya peningkatan Kompetensi Sosial
Dosen ........................................................................... 126
4. Analisis Hasil dan Pembahasan ................................ 130
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................. 136
B. Rekomendasi ......................................................... 139
C. Saran ...................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA
CURRUCULUM VITEA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1:Jadwal Penelitian .................................................. 81
Tabel 4.1: Jumlah Dosen Program Studi ................................ 92
Tabel 4:2 Dosen Tetap MPI .................................................. 93
Tabel 4:3 Dosen Tetap PAI .................................................... 94
Tabel 4.4: Jumalah Karyawan ................................................ 95
Tabel 4.5:Jumlah Mahasiswa ................................................. 102
Tabel 4.6: Sarana STIT Lingga .............................................. 103
Tabel 4.7:Prasarana STIT Lingga .......................................... 104
iii
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini ada banyak ragam perguruan tinggi di Indonsia, salah
satu diantaranya adalah PTKI yang meliputi PTKIN Dan PTKIS.
PTKIN adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang
dikelola langsung oleh pemerintah melalui kemenag, sedangkan
PTKIS adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta yang
dikelola secara mandiri melalui yayasan atau kelompok masyarakat,
namun keduanya tetap berada di bawah naungan Diktis Kemenag RI.
Berdasarkan data yang terhimpun bahwa ada 55 PTKIN dan 700 an
lebih PTKIS yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Ini
menandakan bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI),
memiliki peran penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa.2
Keberadaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tidak
saja berimplikasi pada pengetahuan keagamaan semata, tetapi juga
memiliki implikasi terhadap perubahan kehidupan sosial yang ada di
masyarakat. Karenanya ada tiga tugas besar perguruan tinggi
keagamaan Islam di Indonesia antara lain:
1. Mencetak sarjana yang berkualitas, bermutu dan berakhlak; dalam
artian tidak hanya pintar namun juga mampu bersaing dengan
bangsa lain dalam bingkai keIslaman.
2. Mempertahankan dan merawat Islam Indonesia yakni Islam yang
damai-toleran-demokratis terhadap keberagaman yang ada di
bangsa Indonesia.
2 Di akses dari diktis.kemenag.go.id/v1/ pada tanggal 21 Januari 2020
1
2
3. Mentransformasi atau melakukan objektivikasi pengetahuan
keagamaan menjadi perilaku keagamaan. “Tidak hanya mencetak
sarjana yang tahu, tetapi bisa dilakukan dalam praktek sehari-hari.3
Dari tiga soal tersebut, maka tantangan Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI), menjadi tidak mudah, artinya Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam, selain harus memiliki sistem manajerial dan arah
pengambangan yang jelas, harus juga di dukung oleh sumber daya
manusia mumpuni. Tidak saja pada sumber daya manusia
stakeholdernya tetapi juga sumber daya manusia dosennya.
Berdasarkan kedudukan sebagaimana di atur pada pasal 5 UU
No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ditegaskan bahwa dosen
adalah tenaga profesional yang menjadi agen pembelajaran,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi
kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.4 Seorang dosen harus memiliki kapabilitas dalam bidang
keilmuan tertentu dan dengan kapabilitasnya itu dia bisa mengajar,
meneliti untuk mengembangkan teori-teori serta teknologi dalam
bidang keilmuannya dan bahkan melakukan pengabdian pada
masyarakat.
Artinya, dosen harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
bidang tugasnya agar mampu menjalankan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu dalam bidang pendidikan seperti mengembangkan
kurikulum; menyusun bahan ajar dengan baik, baik berbentuk modul,
buku teks; maupun bidang penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Dosen juga harus mampu mengembangkan suasana
belajar yang dinamis dengan tetap menghargai para mahasiswanya
agar optimal dalam belajar. Guna melaksanakan tugasnya, setiap
dosen harus memiliki integritas yang kuat dalam profesi
kedosenannya sekaligus meyakini bahwa profesinya sebagai dosen
3 Di Akses dari http://darunnajah.ac.id/tiga-tugas-besar-ptkin-ptkis-di-indonesia/ pada
tanggal 21 Januari 2020 4 Undang – Undang No. 14 tahun 2005 pasal 5 tentang Guru dan Dosen
3
merupakan pilihan terbaik bagi dirinya. Dengan begitu, dosen bisa
bekerja secara total untuk profesinya, bahkan dosen juga harus
mampu meyakinkan orang lain untuk mendukung program-program
tridharma perguaruan tinggi, baik dari kolega, pengelola perguruan
tinggi maupun para mahasiswanya.
Bersamaan dengan itu, dosen juga wajib memiliki berbagai
kompetensi unggulan. Salah satu kompetensi yang harus di miliki
setiap dosen adalah kompetensi sosial, yakni kemampuan mengelola
hubungan kemasyarakatan yang membutuhkan berbagai
keterampilan, kecakapan dan kapasitas dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam hubungan antar pribadi. Signifikansi
kompetensi sosial bagi dosen bisa di rasakan dalam banyak konteks
sosial. Di antaranya dengan menjalin hubungan yang baik dengan
para stakeholder kampus, termasuk di dalamnya para pelanggan
kampus, pengguna lulusan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat
berpengaruh dalam proses pemajuan kampus.
Signifikansi kompetensi sosial dosen juga dapat dirasakan
melalui cara mengajarnya, dosen yang memiliki kompetensi sosial
yang baik akan dapat menghargai tingkat kemampuan yang dimiliki
mahasiswanya, dapat mengajak para mahasiswa untuk pekak dengan
kehidupan sosial disekitarnya. Karena dosen tidak saja menyiapkan
mahasiswanya menjadi profesional tetapi menyiapkan mahasiswanya
memiliki mrelationship dengan masyarakat luas.
Istilah “kompetensi‟ ini dimaknai sebagai “pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak”.5 Secara sederhana kompetensi memiliki
makna tentang seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan,
sikap, nilai, dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki
seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
5 Depdiknas 2004, hlm 4.
4
tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya.6 Dan
kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan
dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan
orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan
di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak dan
konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan sosial
konseptual.
Tujuan dimilikinya kompetensi sosial bagi dosen adalah supaya
mampu membangun kerja sama yang baik dan stabil baik dengan
dosen lainnya, tenaga kependidikan, mahasiswa, maupun
masyarakat. Kunci keberhasilan lembaga pendidikan tinggi adalah
dosen. Perfomance dan kepribadian dosen mengarah pada baik dan
buruknya keberhasilan proses pendidkan di perguruan tinggi. Untuk
itu kompetensi sosial dosen tidak hanya perlu di lihat dari
pengetahuan, keterampilan, melainykan juga interaksi sosial, baik
dengan mahasiswa, sesama dosen dan lingkungan masyarakat.
Hasil penelitian yang di lakukan Muawanah sesungguhnya telah
menggambarkan bagaimana seharusnya seorang dosen memiliki
kompetensi sosial untuk tiga konteks;7
1. Mempersiapkan para mahasiswa untuk memasuki dunia profesi,
baik sebagai pegawai, aparatur sipil negara, polisi, tentara,
pegawai swasta, pengusaha, atau bahkan pemimpin politik yang
kekuatannya terletak pada konstituen dan kesuksesannya pada
kemampuan komunikasi sosialnya. Oleh sebab itu, para
mahasiswa harus dilatih untuk bisa memiliki kompetensi sosial,
memiliki kecakapan untuk berkomunikasi, mempengaruhi orang
lain, meyakinkan orang lain untuk bisa melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang diyakini, termasuk kemampuan menerima
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses, Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya.
2009), hlm 1. 7
Muawanah, Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen; Jurnal Vijjacariya, Volume IV Nomor 1, Tahun 2017, hlm. 20.
5
keragaman sosial, etnik, agama, ras dan budaya. Semua itu harus
dilatih sejak mahasiswa berada di kampus. Lalu, bagaimana dosen
dapat melatih kecakapan sosial mahasiswanya jika dosen sendiri
tidak memiliki kompetensi tersebut? Untuk itu, seorang dosen
harus memiliki kompetensi sosial yang baik. Kemampuan yang
harus dosen latihkan secara terencana kepada para mahasiswa,
karena kecakapan ini tidak ditransformasi atau dilatihkan melalui
kurikulum tertulis. Sebaliknya, kemampuan ini dibangun melalui
kurikulum yang terselubung, namun menjadi bagian dalam proses
interaksi dosen-mahasiswa, baik dalam proses pembelajaran
maupun melalui kegiatan lainnya.
2. Memperkuat profesionalisme melalui proses peer-guidence, peer
review sesama dosen, baik di internal maupun lintas satuan
pendidikan. Dosen yang cenderung introvet, tertutup, dan tidak
banyak berkomunikasi dengan sesama di kampusnya, akan
tereliminasi dan tertinggal oleh berbagai perubahan. Sementara
dalam lintas satuan pendidikan, pemerintah mendorong para
dosen memiliki wadah komunikasi satu sama lain. Wadah
komunikasi dosen ini dibentuk pemerintah dengan tujuan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang dimulai
dengan peningkatan dosen. Dengan demikian, dosen harus
terbuka, mau menerima dan memberi masukan, dan bersama-
sama memikirkan inovasi dunia pendidikan bagi kemajuan
Indonesia. Untuk itulah, maka setiap dosen atau calon dosen
harus memiliki kompetensi atau kecerdasan sosial.
3. Memperkuat institusi pendidikan melalui optimalisasi partisipasi
seluruh stakeholder kampus guna meningkatkan mutu layanan
pendidikan. Tugas ini seolah-olah merupakan tugas pimpinan saja,
padahal tidak seluruh kegiatan komunikasi dengan pihak-pihak
luar dilakukan oleh pimpinan.
6
Untuk konteks-konteks tertentu, khususnya tentang kemajuan
para mahasiswa menjadi tanggung jawab dosen. Termasuk
perlakuan-perlakuan dosen pada mahasiswa dalam pembelajaran,
seperti menambah jam belajar, melakukan remedial, reinforcement,
dan kunjungan lapangan, merupakan kebijakan setiap dosen yang
harus dikomunikasikan dengan pimpinan.
Demikian pula saat para dosen mencari informasi tentang
kebutuhan-kebutuhan para pengguna lulusan, mereka harus mampu
berkomunikasi dengan para pengguna, mendengarkan secara serius
dan seksama, menghargai pendapat-pendapat mereka. Semua hal ini
harus dilakukan setiap dosen sekaligus merupakan kewajiban yang
mengikat, karena akan selalu ada setiap tahun dan harus dilakukan
sebagai tugas rutin. Oleh karena itu, dosen harus memiliki kompetensi
dan kecerdasan sosial, agar kampus memperoleh informasi yang
dibutuhkan untuk kemajuan dan pemajuan lembaga.
Jadi kompetensi sosial dosen adalah konsep integratif,
komprehensif dan holistik tentang kemampuan dosen dalam
menghasilkan respon penyesuaian yang fleksibel, lentur dan sangat
adaptif terhadap berbagai tuntutan dalam perubahan yang terlihat dari
jalinan komunikasi antara dosen dengan mahasiswa, dosen dengan
sesama rekan dosen dan dosen dengan lingkungan masyarakat.
Sebagai intelektual yang hidup di tengah masyarakat, dosen
perlu memiliki keahlian dalam berbaur dengan masyarakat setempat,
bisa melalui kegiatan adat istiadat, keagamaan, dan sosial budaya.
Keahliannya dalam berbaur akan sangat berpengaruh pada
kehidupan sosialnya, termasuk juga kompetensi sosialnya. Ia akan
lebih peka‟ terhadap masalah –masalah yang ada disekitarnya, dan
akan mudah menerima pikiran orang lain. Sehingga tercipta hubungan
sosial yang baik.
7
Di sisi lain para dosen di tuntut untuk memahami konsteks
kehidupan keagamaan, sosial dan budaya yang menjadi kebiasan
yang berkembang di masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan
sosial yang kuat, dosen akan lebih mudah untuk beradaptasi dan
berimprofisasi dengan lingkungan sosial nya. Sebab itulah kebutuhan
kompetensi sosial dosen harus dipenuhi, karena dosen tidak hanya
bertanggung jawab terhadap pendidikan, melainkan juga terhadap
penelitian dan pengabdian masyarakat. Termasuk menjalin hubungan
yang harmonis di dalam maupun di luar kampus. Bukan justru
sebaliknya.
Begitu pula dengan kehidupan dosen di STIT Lingga, dimana
dosen di tuntut untuk memiliki kompetensi sosial. Dengan
kompetensi sosial yang dimiliki oleh dosen, hubungan sosial yang
terjalin akan semakin baik. Namun berdasarkan hasil observasi
ditemukan bahwa kompetensi sosial dosen belum sepadan dengan
pendapat Marlowe;8
Pertama pengatahuan sosial dosen terhadap konteks sosialnya
masih sangat minim hal ini ditandai dari hasil wawancara yang
menyimpulkan bahwa sebagian oknum dosen tidak begitu mengenal
hukum adat masyarakat setempat.9 Sementara itu dosen dituntut
untuk aktif terlibat dalam kehidupan sosial, yang dimaksud disini
keterlibatan sosial dosen adalah keterlibatnnya secara positif
ditengah masyarakat. berdasarkan dimensi ini, dosen mestinya
terlibat dalam prubahan struktur sosial yang ada di lingkuangan
masyarakat, melalui kompetensi sosial nya.
8 Dam, G. T., and Volman, M. Edocating for Adulthood or for Citizenship: Social
Competence as am Education Goal.European Journal of Education, 42 (2), . 2007, hlm. 281-298 9 Hasill observasi dan wawancara di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo
Singkep Kepulauan Riau”.
8
Kedua; kurangnya kepercayaan diri dosen dalam memecahkan
beberapa permasalahan yang ada disekitarnya, sehingga sebagaian
dosen terkesan kurang aktif dengan lingkungan sosialnya,10 di sisi
lain dosen dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah–masalah
interpersonal-kolektif secara adaptif, dimana dalam mencari
pemecahan masalah individu-kolektif harus mampu memilih tujuan
dan strategi dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain
disamping kebutuhan pribadinya.
Ketiga tingkat kepedulian dosen dan rasa empati yang dimiliki
dalam menjalin hubungan dengan orang yang tidak dikenal, dan
bermasalah masih kurang, sehingga kehidupan sosial dosen hanya
ada dalam singklus kampus dan rumah.11 Padahal dosen dituntut
untuk memiliki kecakapan individu dalam menjalin hubungan dengan
kolega dan non koleganya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam
kegiatan kelompok lainnya. Disamping itu rasa empati adalah
performansi sosial yakni kemampuan berperilaku dengan baik dalam
konteks dan situasi sosialnya yang di tunjukkan dari gaya dalam
berinteraksi dan kemampuan memilih gaya yang efektif dalam
interaksi sosialnya serta ketepatan dosen dalam memilih respon
yang diberikan terhadap situasi yang dihadapi.
Keempat sensitivitas sosial; yakni kemampuan untuk menerima
dan mengerti pesan-pesan verbal dan perhatian pada aturan-aturan
sosial serta norma-norma yang berlaku disekitarnya juga masih
belum terpenuhi oleh sebagian oknum dosen di STIT Lingga. Di
tambah lagi dengan padat nya aktivitas dosen terkait hal-hal yang
bersifat administratif, hal ini tentunya bisa penghambat sensistivitas
sosial dosen di dalam maupun di luar kampus.12 Sebab itu,
penelitian ini bermaksud memotret lebih dalam, bagaimana
10 Ibid.,
11 Ibid.,.
12 Ibid.,
9
susungguhnya kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Provinsi
Kepulauan Riau. Karena kompetensi sosial dosen tidak saja bicara
pengetahuan sosial dosen tetapi juga interaksi sosial dosen didalam
dan diluar kampus. Maka judul penelitian ini adalah “Kompetensi
Sosial Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga Dabo
Singkep Kepulauan Riau”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, merumuskan beberapa
permasalahan terkait dengan kompetensi sosial dosen di STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau sebagai mana berikut:
1. Bagaimana kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen STIT
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
3. Bagaimana upaya peningkatan kompetensi sosial dosen STIT
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
C. Pembatasan Masalah
Meskipun terdapat beberapa kompetensi yang wajib dilimiliki
oleh dosen, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
kompetensi sosial dosen meliputi, pengetahuan sosial dosen,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menjalin hubungan
sosial dosen di dalam dan diluar kampus, faktor yang mempengaruhi
kompetensi sosial dosen serta upaya peningkatan kompetensi sosial
dosen.
10
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo
Singkep Kepulauan Riau.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial
dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
kompetensi sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Bagi perguruan tinggi hasil penelitian ini diharapkan menjadi
referensi teoritis terhadap penelitian lanjutan serta menjadi bahan
pertimbangan dalam peningkatan kompetensi sosial dosen.
b. Bagi penulis penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi
ilmiah bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan.
c. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran
secara teoritis dan praktis dalam memahami kompetensi sosial
dosen.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN STUDI RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Kompetensi Sosial Dosen
Kompetensi sosial merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang seharusnya dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran/pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Tujuan dimilikinya kompetensi
sosial bagi dosen adalah supaya mampu membangun kerja sama
yang baik dan stabil baik dengan dosen lainnya, tenaga
kependidikan, mahasiswa, maupun masyarakat.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan, yakni
seseorang yang memiliki kapabilitas dalam bidang keilmuan tertentu
dan dengan kapabilitasnya itu dia bisa mengajar, meneliti dan
mengembangkan teori-teori serta teknologi dalam bidang
keilmuannya, bahkan juga dapat melakukan pengabdian pada
masyarakat berdasarkan bidang keilmuannya. Kedudukan dosen,
pada dasarnya telah diatur pada pasal 5 UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, yang menegaskan bahwa dosen adalah
tenaga profesional yang menjadi agen pembelajaran, pengembang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada
masyarakat yang berfungsi guna meningkatkan mutu pendidikan
secara nasional.13
Karenanya dosen harus memiliki berbagai keahlian ataupun
kompetensi. Diantara kompetensi yang harus dimiliki setiap dosen
adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan
dosen dalam mengelola hubungan didalam maupun diluar kampus,
baik dalam bentuk interaksi maupun komunikasi yang dihadirkan oleh
dosen yang bersangkutan. Sebab itu, dibutuhkan kemampuan dosen
13 Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 5 tentang Guru dan Dosen
11
12
dalam hal kompetensi sosial, dimana dosen yang memiliki
kompetensi sosial akan mudah beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya, termasuk ketika berada ditengah masyarakat. Karen
dosen tidak saja dituntut untuk memberikan materi dalam perkuliahan
tetapi juga menjadi sosok yang terdidik dan harus memberikan
contoh sosial yang baik pada lingkungannya, baik lingkungan tempat
dia bekerja, maupun pada lingkungan sosial masyarakat.
Signifikansi kompetensi sosial bagi dosen bisa dirasakan dalam
banyak konteks sosial. Salah satunya dengan para stakeholder
kampus, termasuk di dalamnya para pelanggan kampus, pengguna
lulusan, dan tokoh-tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh
dalam proses pemajuan kampus. Signifikansi juga dirasakan dengan
kolega mereka di kampus dan para mahasiswa yang prestasinya
berada di tangan dosen sendiri. Para mahasiswa harus dihantarkan
oleh para dosen untuk bisa masuk dalam komunitas profesi, jasa,
pedagang, atau bahkan harus mampu mempersiapkan para
mahasiswa untuk menjadi pengusaha yang sangat membutuhkan
relationship dengan masyarakat luas. Dengan demikian kompetensi
sosial dosen yang dimaksud adalah kemampuan dosen untuk
berinteraksi, berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
mahasiswa, sesama rekan seprofesi, dan masyarakat sekitar.
a. Pengertian Kompetensi Sosial Dosen
Kompetensi sosial terdiri dari kata kompetensi dan sosial,
umumnya kompetensi dalam kamus bahasa indonesia diartikan
sebagai kemampuan, kecakapan, dan keahlian. Pemaknaan
terhadap kompetensi ini, masih sangat beragam. Namun demikian
terdapat beberapa entitas yang dapat di tarik garis merahnya.
Dengan kata lain, kompetensi dapat didefinisikan dari berbagai sudut
pandang, diantaranya tertuang dalam Depdiknas yang megartikan
kompetensi sebagai sebuah “pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
13
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak”. 14
Secara sederhana kompetensi dapat pula dimaknai sebagai
kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam
rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab
pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangny. 15 Artinya secara
umum kompetensi dipandang sebagai sebuah kemampuan individu
untuk berperilaku secara efektif dalam kaitannya dengan diri sendiri
dan orang lain, termasuk di dalamnya berbagai situasi kehidupan.
Beberapa pandangan lain, seperti Nurhadi menyatakan, bahwa
“kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”.16
Selanjutnya menurut Mc Ashan menyatakan, ”kompetensi diartikan
Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai
seseorang sebagai pengetahuan”.17 Keterampilan dan kemampuan
yang dikuasai seseorang yangtelah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Mc. Cleland mengemukakan bahwa dalam konteks tradisional,
kompetensi menunjukkan kemampuan individu dalam membaca,
menulis dan berhitung. Dalam perkembangnnya, kompetensi juga
menunjukkan kemampuan individu dalam berperilaku yang
memberikan manfaat di berbagai bidang kehidupan sosial, seperti
kemampuan memimpin dan atau keterampilan sosial.18
Sedikit berbeda, Suhariadi mendefinisikan kompetensi sebagai
suatu perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan motivasi yang
14 Depdiknas, 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP. hlm 4.
15 Sudjana, Nana, Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaj
Rosdakarya, 2009), hlm 1. 16
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Jakarta: PT Grasindo).hlm. 15 17
Ibid. hlm. 16. 18
Ibid.,
14
berperan besar dalam kesuksesan melaksanakan tugas, pekerjaan,
atau suatu peran tertentu. 19 Suhariadi juga menyatakan bahwa
kompetensi dipandang sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab yang di miliki individu sebagai syarat untuk dapat di
anggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas
tertentu. 20 Dalam hal ini, kompetensi dapat digambarkan sebagai
suatu kemampuan untukm elaksanakan suatu tugas, peran,
kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai pribadi, dan kemampuan unt uk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang di dasarkan pada pe ngalaman
dan pembelajaran yang telah dilakukan.
Menurut Gordon ada enam aspek atau ranah yang terkandung
dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut:21
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang dosen mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan perkuliahan, dan bagaimana melakukan perkuliahan
terhadap mahasiwa sesuai dengan kebutuhannya.
2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimilki oleh individu, misalnya seorang dosen yang akan
melaksanakan perkuliahan harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi mahasiwa, agar melaksanakan
perkuliahan berjalan secara efektif dan efesien.
3) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu
dosen untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya, misalnya kemampuan dosen dalam memilih dan
19 Isnawati, Dian & Suhariadi Rendi. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Penyesuaian Diri Masa Persiapan Pensiun pada Karyawan PT Pupuk Kaltim. Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. Vol. 1, Februari 2013, hlm. 1-6. 20
Ibid., 21
Anderson, Gordon, C, Managing Performance Appraisal System. Blackwell Publishers, UK. 1993
15
membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan
perkuliahan kepada mahasiswa.
4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini
dan secara psikologi telah menyatu dalam diri seseorang,
misalnya standar perilaku dosen dalam pembelajaran (kejujuran,
keterbukaan, demokratis, dan lain- lain).
5) Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak senang, suka-tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan
gaji, dan lainlain.
6) Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan
sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu
Dengan demikian kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang dikontruksi dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak yang diterapkan dalam berinteraksi,
berkomunaksi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Selanjutnya, yang maksud dengan kompetensi sosial adalah
sebuah hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas
interaksi antar pribadi. Kompetensi sosial merupakan salah satu jenis
kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen, kompetensi ini
merupakan suatu hal yang penting. Ross-Krasnor mendefinisikan
kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari
perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada
masa perkembangan dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.22
Kompetensi sosial Menurut Spencer and Spencer adalah
karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk
membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif
22 Denham, S., A., & Queenan, P. Preschool Emotional Competence: Pathway To Social
Competence. Journal of Child Development. Vol. 74, No 1, 238-256. 2003.
16
bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan ditempat kerja yang
terbentuk melalui sinergi antara watak dan konsep diri, motivasi
internal, serta kapasitas pengetahuan sosial konseptual. 23
Pasal 28 ayat 3 butir d menjelaskan bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan guru/ dosen sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau
wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.24 Sedangkan dalam UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
perilaku (afektif) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.25
Jadi, kompetensi sosial yang dipahami disini adalah
kemampuan sosial dosen dalam berkomunikasi dan berinteraksi
secara aktif dengan lingkungan sosialnya, baik didalam kampus
maupun diluar kampus. Jika merujuk pada pernyataan aristoteles
yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya manusia itu adalan
zoon politicon atau mahluk sosial yang senantiasa hidup
berkelompok.
Maka manusia dalam hal ini tidak akan mampu hidup sendiri, ia
membutuhkan orang lain untuk menjalankan perannya sebagai
mahluk sosila, begitu pula dosen sebagai manusia. Ia adalah bagian
yang terintegrasi dengan dunia akademik sebagai pendidik, dan
orang yang terdidik ditengah masyarakat. Maka seorang dosen harus
memiliki kapabilatas cukup, sehingga dapat memberikan implikasi
sosial yang cukup baik bagi perubahan sosial didunia akademik
maupun ditengah kehidupan bermasyarakat.
23 Spencer, Lyle & Signe M. Spencer. Competence at Work, Models For Superior
Performance. Canada : John Wiley & Sons, Inc. 1993),hlm.36. 24
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 25
Ibid.,
17
Sebab itu, kompetensi sosial dosen harus dikembangkan
dengan menjalin hubungan baik, antara dosen dengan mahasiswa,
dosen dengan teman seprofesi, dan dosen dengan masyarakat.
dengan adanya hubungan yang baik antar keduanya akan dapat
menghasilkan hubungan timbal balik yang terjalin secara
berkelanjutan. Karena menurut suharsimi bahwa seorang pendidik /
dosen harus mampu berkomunikasi dengan peserta mahasiswa,
teman sejawat dan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan kajian di atas, maka kompetensi sosial adalah
kemampuan dan kecakapan dosen dalam berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif di dalam dan diluar dunia kampus, baik
komunikasi dengan mahasiswa, dosen, dan masayarakat. Untuk itu
dalam penelitian ini, peneliti membatasi kompetensi sosial sebagai
wujud dari kemampuan berinteraksi dosen mahasiswa, kolega, dan
masyarakat. Karena sesungguhnya kompetensi sosial tidak lepas
dari karakter dan sikap yang melekat pada individu dosen serta
lingkungan sosial yang mengitarinya.
Dosen yang memiliki komptensi sosial yang baik akan dapat
beradaptasi dalam berbagai keadaan, termasuk dalam berinteraksi
dan membangun hubungan kerja sama yang baik dimanapun mereka
ditempatkan. Artinya, dengan kompetensi sosial yang dimiliki, akan
mengahasilkan hubungan yang positif dalam berbagai situasi yang
merupakan pencapaian dari sebuah proses kompetensi sosial, yang
di dilihat dari aspek, interaksi, komunikas dan hubungan.
Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah
kemampuan individu dosen dalam bekerja sama, membangun
interaksi sosial dengan lingkungan disekitarnya, baik dalam aspek
akademik maupun non akademik dengan memanfaatkan
kemampuan dan keahliannya dalam berinteraksi, berkomunikasi dan
beradaptasi dengan lingkungannya, seperti kemampuan seorang
18
dosen dalam menghadapi situasi sosial yang di manisfestasikan
dalam bentuk prilaku yang tepat.
b. Bentuk-Bentuk Kompetensi Sosial Dosen
Dalam beberapa pandangan ahli manyatakan bahwa
kompetensi sosial dapat di tunjukkan dari adanya, kesadaran akan
kondisi emosi dan motivasi, kemampuan untuk memahami emosi
orang lain melalui isyarat non verbal, kemampuan untuk
menggunakan bahasa emosi, empati, memahami bahwa ekspresi
internal dan eksternal mungkin tidak terjadi bersama–sama, terhadap
tekanan emosi, memahami bahwa hubungan baik akan terjadi bila
dapat mengkomunikasikan keadaan emosi, serta ketepatan
mengekspresikan emosi diri.26
Kompetensi sosial dapat pula di tunjukkan dari adanya tiga
model berjenjang yang meliputi penyesuaian sosial, performansi
sosial, dan keterampilan sosial yang dimiliki.27 Penyesuaian sosial
merupakan tingkatan yang paling tinggi. Penyesuaian sosial tampak
pada individu dosen yang mampu memilih perilaku yang tepat yang
sesuai dengan tujuan dan konteks sosialnya. Tingkatan ini mengacu
pada dosen yang mampu mempertemukan harapan mahasiswa,
sesama rekan dosen dan masyarakat. Dosen yang dapat mencapai
tingakatan ini, tidak banyak mengalami permasalahan. Namun bagi
dosen yang mengalami kesulitan mencapai penyesuaian sosial akan
tersisihkan menjadi sosok yang individualistik.
Performansi sosial ditunjukkan dari bagaimana seorang dosen
mampu berperilaku dengan baik dalam konteks dan situasi sosialnya.
Hal ini dapat ditunjukkan dari gaya dosen dalam berinteraksi dan
26 Clikeman, M. S. Social competence in children. Journal for educational research
online , 2007, hlm. 158-160 27
Cavell, T.A., Meehan, B.T., & Fiala, S.E. Assessing Social Competence in C hildren a nd A dolescents. In C .R. R eynolds & R .W. K amphaus ( eds). Handbook of Psychological and Educational Assesment of Children: Personality, Behavior, and Context). (New York ; Guildford Press. 2003), hlm. 433 – 454
19
kemampuan dosen memilih gaya yang efektif dalam setiap interaksi
sosialnya. Sementara tingkatan paling dasar adalah keterampilan
sosial dalam situasi sosialnya. Keterampilan sosial ditunjukkan dari
ketepatan dosen dalam merespon persoalan sosial yang hadapi.28
Selain itu, kompetensi sosial dosen juga dapat ditunjukkan dari
bagaimana dosen mampu memecahkan masalah dan efektivitas
individu dalam berkomunikasi29 Ten Dam & Volman menggambarkan
dimensi kompetensi sosial ini berupa sikap, pengetahuan, refleksi
dan keterampilan dalam kaitannya dengan diri sendiri (intrapersonal),
dalam kaitannya dengan individu lain (interpersonal), serta dalam
kaitannya dengan masyarakat luas (sosial). Kompetensi sosial
mencakup pula keterampilan dasar dan pengetahuan.30
Menurut krasnor kompetensi sosial, pada hakikatnya mencakup
dua dimensi, pertama dimensi pemecahan masalah, dimensi ini
berkaitan dengan kemampuan dosen dalam menyelesaikan masalah
–masalah sosial yang dihadapinya pada saat terjadinya proses
interaksi sosial.31 Dosen dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah
–masalah interpersonal secara adaptif, dimana dalam mencari
pemecahan masalah individu harus mampu memilih tujuan dan
strategi yang mempertimbangkan kebutuhan orang lain disamping
kebutuhan pribadinya. Kedua, Keterlibatan sosial dosen, yang
dimaksud disini keterlibatan sosial dosen adalah keterlibatnnya
secara positif ditengah masyarakat. berdasarkan dimensi ini, dosen
terlibat dalam prubahan struktur sosial yang ada dilingkuangan
masyarakat, melalui kompetensi sosial nya.
28 Ibid.,
29 Kazemi, Farhat, dkk.. “Investigation the impact of chess play on developing meta-
cognitive ability and math problem-solving power of students at different levels of education”. Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol. 32, 2012, hlm. 372-379. 30
Dam, G. T., and Volman, M. Edocating for Adulthood or for Citizenship: Social
Competence as am Education Goal.European Journal of Education, 42 (2), . 2007, hlm. 281-298 31
Ibid.,
20
Marlowe membagi aspek komptensi sosial dalam empat bagian,
pertama; pengatahuan sosial, yakni pengetahuan tentang keadaan
sosial yang sesuai denga konteks sosialnya, Kedua; kepercayaan
diri, yakni perasaan percaya diri sendiri dalam suatu tindakan dan
adnya usaha dalam pemecahan masalah. Ketiga ampati, yakni
kemampuan menghargai persaan orang lain sekalipun orang
tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan dengannya, juga
memberikan respon –respon emosional, mampu mengendalikan
emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang
bersmasalah. Keempat sensitivitas sosial; yakni kemampuan untuk
menerima dan mengerti pesan-pesan verbal dan perhatian pada
aturan-aturan sosial serta norma-norma yang berlaku disekitarnya.32
Gullotta dalam hal ini juga mengemukakan beberapa aspek
kompetensi sosial, yaitu:33
1) Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan
sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal
positif. Kapasitas kognitif meliputi harga diri yang positif,
kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, dan
keterampilan memecahkan masalah interpersonal.
2) Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan
privasi. Kebutuhan sosialisasi merupakan kebutuhan individu
untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungan
dengan orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah
keinginan untuk menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas
melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.
3) Keterampilan sosial, merupakan kecakapan individu dalam
menjalin hubungan dengan koleganya sehingga tidak mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat
terlibat dalam kegiatan kelompok.
32 Ibid.,
33 Gullotta, T. P.; Adams, G, R.; Montemayor, R.. Developing Social Competence In
Adolescent. California: Sage Publications, Inc. 1990.
21
Dari beberapa pandangan diatas maka penulis berkesimpulan
bahwa bentuk–bentuk kompetensi sosial dapat dilihat dari
kemampuan dosen dalam memahami emosi diri, kesadaran akan
kondisi emosi, memahami bahwa hubungan baik akan terjadi bila
dapat mengkomunikasikan keadaan emosi, serta ketepatan
mengekspresikan emosi diri. kemampuan memahami emosi orang
lain yakni kemampuan untuk memahami perasaan individu lain dan
kemampuan memahami bahwa ekspresi internal dan eksternal
mungkin tidak terjadi bersama–sama.
Kemampuan mengelola emosi diri yakni kemampuan untuk
menggunakan bahasa emosi dan isyarat nonverbal serta koping
terhadap tekanan emosi. Empati, performansi sosial yakni
kemampuan berperilaku dengan baik dalam konteks dan situasi
sosialnya yang di tunjukkan dari gaya dalam berinteraksi dan
kemampuan memilih gaya yang efektif dalam interaksi sosialnya.
keterampilan sosial yakni ketepatan dosen dalam memilih respon
yang diberikan terhadap situasi yang dihadapi, serta keterlibatan
sosialnya dalam perubahan struktur sosial.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen
Calhoun menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi kompetensi sosial yakni, faktor kognitigf, hubungan
dengan keluarga dan tempramen.34 Demikian pula dengan pendapat
marheni yang menyatakan adanya hubungan positif antara
tempramen seseorang dengan komptensi sosialnya.35
Hurlock mengatakan bahwa pengalaman sosial pada masa-
masa awal akan menentukan kompetensi sosial pada masa
selanjutnya. artinya kompetensi sosial yang dibina pada masa kanak-
34 Calhoun, F & Acocella, J. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan edisi ketiga.(Semarang: IKIP Semarang. 1995), hlm 23. 35
Marheni, A. Hubungan Antara Temprament dan Intelegensi dengan Kompetensi Sosial. Abtraksi Tesis, (Yogyakarta : Program Pasca UGM. 1998), hlm. 4.
22
kanak akan mempengaruhi dan membentuk kompetensi sosial
seseorang ketika tumbuh menjadi manusia dewasa. 36 Maka pola
tersebut cendrung menjadi atribut yang melekat pada dirinya. Boyum
dan Parker merangkum beberapa hasil penelitian yang
mengungkapkan bahwa hubungan sosial dan problematikanya pada
masa- kanak ternyata dapat memprediksi prilaku bermasalah.
Karananya menurut hourlock kompetensi sosial merupakan proses
belajar yang diperoleh individu melalui pengalamannya dalam
berinteraksi. Dan sebagai mahluk sosial, dosen seabagai manusia
harus memiliki komptensi sosial yang cukup. 37
Atas dasar inilah maka, komptensi sosial merupakan sebuah
produk kerjasama yang dihasilkan melalui interaksi sosial yang
berumber dari dalam dirinya, dam diluar dirinya yang diuperkuat dari
pengalaman hidupnya dalam berinteraksi, berkomunikasi dan
bergaul. Selain itu berdasarkan studi literatur, artikel jurnal serta hasil
penelitian yang relevan dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faktor usia dan kematangan emosi
Usia merupakan kurun waktu sejak adanya seseorang dan
dapat diukur menggunakan satuan waktu dipandang dari segi
kronologis, individu normal dapat dilihat derajat perkembangan
anatomis dan fisiologis sama. Usia juga merupakan waktu lamanya
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Faktor usia pada
dasarnya sangat mempengaruhi kompetensi sosial seseorang,
dikarenakan semakin berusia maka semakin banyak pengalaman
hidupnya, maka usia menjadi penentu dari kompetensi sosial yang
terlihat dari perjalanan hidupnya. Artinya semakin lanjut Usianya
maka semakin matang emosi sosialnya.
36 Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (terjemahan). (Jakarta: Erlangga. 2012). Hlm. 34. 37
Ibid.,
23
2) Faktor pendidikan
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-
nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang
terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk
melestarikan hidupnya.
Menurut Jhon Dewey bahwa “Pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. 38 Sedangkan
menurut J.J. Rousseau menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan
memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-
kanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.39
Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intellect) dan tubuh; dalam pengertian Taman Siswa tidak
boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
yang kita didik selaras dengan dunianya 40
38 Dewey John, Democracy And Education, Fourth Edition, terjemahan (New York : The
Macmillan Company,) 1964), hlm. 69. 39
Rousseau, Jean-Jacques, Kontrak Sosial, (Judul asli: The Social Contract), Diterjemahkan oleh Sumardjo, Penerbit Erlangga, Jakarta 1986.hlm 65. 40
Ki Hadjar Dewantara. Pandangan Para Cantrik dan Mantriknya, (Yogyakarta: MLPTS, 1989), hlm. 14.
24
Menurut Redja Mudyahardjo pendidikan dapat dibagi menjadi
tiga, yakni secara sempit, luas dan alternatif. Pendidikan secara luas
adalah mengartikan pendidikan sebagai hidup. Pendidikan adalah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan
sepanjang hidup (long life education). Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Secara
simplistik pendidikan didefinisikan sebagai sekolah, yakni pengajaran
yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang di
upayakan terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan hubungan dan tugas sosial mereka.41 Terdapat
sejumlah nilai budaya yang dapat ditransformasikan dalam dunia
pendidikan yakni: (1) nilai produktif, (2) nilai berorientasi pada
keunggulan (par excellence), dan (3) kejujuran.42
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh melalui banyak hal,
tidak terfokus pada yang formal tetapi juga yang non Formal. Maka
pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kompetensi sosial dosen. Melalui pengalaman pendidikan nya, akan
berimplikasi pada bagaimana dosen berhubungan dengan kehidupan
sosialnya baik, dikampus maupun diluar kampus.
3) Faktor sosial dan lingkungan
Faktor sosial dan lingkungan juga menjadi penentu dari
kompetensi sosial yang dimiliki oleh dosen. Faktor sosial dan
lingkungan adalah faktor mempengaruhi pandangan hidupnya. Apa
yang menjadi tradisi dan kebiasaan yang dilakukan akan melekat
pada dirinya. Sehingga keterlibatan sosial dosen ditengah
masyarakat menentukan seberapa besar kompetensi sosialnya.
41 Sulistiawan. Manajemen Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 18.
42 Ibid.,
25
Dosen yang memiliki kompetensi sosial yang baik, akan senantiasa
terlibat dan berkontribusi terhadap perubahan sosial di mana dia
tinggal. Oleh karenanya, faktor sosial dan linggkungan akan sangat
berdampak pada kompetensi sosial yang dosen miliki.
d. Indikator Kompetensi Sosial Dosen
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d
disebutkan bahwa yang di maksud dengan kompetensi sosial adalah
“kemampuan guru/dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.” 43 Sedangkan menurut Naim bahwa “tugas
dan peran pendidik/ dosen tidak hanya terbatas pada lingkungan
pendidikan saja, melainkan juga panutan masyarakat.” Dengan adanya
hubungan ini menciptakan keuntungan mutualisme di antara pendidik
dan lingkungan yang disentuhnya.44
Menurut Mulyasa terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik meliputi :
1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun
agama;
2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi;
3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi;
4) Memiliki pengetahuan tentang estetika;
5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial;
6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan;
7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.45
43 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
44 Ngainun, Naim. Menjadi Guru Inspiratif: Membudayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20110, hlm, 15. 45
Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter.( Jakarta: PT. Bumi Aksara2012), hlm. 176
26
Di sisi lain kompetensi sosial tersebut di rinci menjadi beberapa
faktor, yaitu: bersikap inklusif dan bertindak obyektif, beradaptasi
dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan
masyarakat, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan
dalam bentuk lain, serta berkomunikasi secara empirik dan santun
dengan masyarakat.
1) Bersikap dan bertindak objektif
Bersikap dan bertindak objektif adalah kemampuan yang harus
dimiliki agar dosen selalu berkomunikasi dan bergaul secara baik
dengan mahasiswa. Bagi mahasiswa, dosen adalah pembimbing,
motivator, fasilitator, penolong, dan teman dalam proses pendidikan.
Walaupun demikian, dosen bukanlah sosok yang di posisikan segala-
segalanya oleh mahasiswa. Karena dosen tidak selamanya berada
disamping mahasiwa.
Bertindak objektif berarti dosen juga dituntut berlaku bijaksana,
arif, dan adil tehadap mahassiswa dalam bertindak, bijak dalam
berkata, dan bijak dalam bersikap. Kemudian dosen dituntut untuk
objektif dalam berkata, objektif dalam berbuat, objektif dalam
bersikap, dan objektif dalam menilai hasil belajar.
Bertindak objektif dapat pula berarti bahwasanya dosen sebagi
figur sentral dalam proses pembelajaran (apalagi untuk tingkat awal)
harus senantiasa memperlakukan mahasiwa proporsional dan tidak
akan memilih, memilah dan berlaku tidak adil terhadap. Bersikap dan
bertindak objektif sebagai reptesentasi figur yang menjadi panutan
mahasiswa. Di kampus, dosen menjadi figur penutan bagi
mahasiswanya.
Bersikap bertindak objektif terhadap mahasiswa sesungguhnya
adalah upaya transformasi agar suatu ketika mahasiswa mampu
menghadapi berbagai persoalan yang dialaminya. Istansi Surviani
menyatakan bahwa salah satu bentuk belajar yang perlu
27
dikembangkan adalah belajar sikap. Tujuannya adalah mendapatkan
kemampuan menerima, merespon, menghargai, menghayati dan
menginterprestasikan objek-objek atau nilai nilai moral.
2) Beradaptasi dengan lingkungan
Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan yang
dituntut pada seorang dosen. Beradaptasi dengan lingkungan berarti
seorang dosen perlu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik lingkungan kampus maupun lingkungan masyarakat umumnya. Di
lingkungan kampus, dosen diharapkan dapat beradaptasi dengan
teman-teman kolegial profesi dan menyesuiankan diri dengan para
mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Adaptasi berhubungan dengan konsep diri. Mulyasa
menjelaskan bahwa hubungan interpersonal sesama dosen di kampus
dapat mempengaruhi kualitas kinerja. Karena motivasi kerja dapat
terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya, di
samping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja, dan
kondisi fisik gedung.
Sedangkan hasil analisis Nawawi menunjukkan adalah
hubungan yang intim penuh kekeluargaan terlepas dari formalitas yang
kaku, dan prosedural yang otogratis berpengaruh positif terhadap
moral kerja para dosen. Oleh karena itu kehidupan dikampus harus
dikondisikan agar dapat mendukung pelaksanaan perkuliahan yang
aman, nyaman dan kondusif.
Selain beradaptasi dengan kolage seprofesi dikampus dan
masyarakat dosen harus menyadari bahwa perkuliahan memiliki sifat
yang sangat kompleks karena melibatkan aspek psikologis, pedagogis,
dan didaktis secara bersama. Aspek bedagogik menunjukkan bahwa
proses perkuliahan berlangsung pada suatu lingkungan akademik.
Aspek psiokologis menunjukkan pada suatu kenyataan bahwa para
mahasiswa sendiri pada umumnya memiliki perkembangan yang
28
berbeda, disamping memiliki variasi seperti keterampilan motorik,
konsep, dan belajar sikap.
Sedangkan aspek didaktis menunjukkan pada pegaturan
perkuliahan yang ditugaskan oleh dosen. Sebagai seorang dosen,
dosen mestinya dapat memberikan contoh dan teladan yang bai bagi
mahasiswanya, diantaranya adalah senantiasa menciptakan dialogis
yang harmonis antara dosen dengan mahasiwa, dosen dengan dosen,
ataupun dosen dengan masyarakat. Pemelihara hubungan dialogis ini,
akan berimpilkasi pada terbentuknya jalinan komunikasi dan interaksi
yang baik, sehingga dapat memantik ikatan rasa persaudaraan yang
kuat.
3) Berkomunikasi secara efektif
Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi secara
efektif. Dosen sebagai inspirator dan motivator dalam proses
perkuliahan memiliki peran penting dalam melakukan komunikasi
yang efektif. Misalnya, dosen dituntut berkomunikasi dan bergaul
dengan kolagialnya, mahaiswa, dan masyarakat sekitar.
Komunikatif efektif dapat terjalin jika dilakukan sering percaya
bukan saling curiga di lingkungan sosial, termasuk lingkungan
akademik. Berkomunikasi akan di anggap efektif bila dosen dapat
memahami karakteristik sosial dan lingkungannya.
Hubungan sesama dengan profesi lebih didasarkan pada
kebutuhan dan tuntutan yang sama. Di antara yang perlu diperhatikan
dalam melakukan hubungan dengan sesama dosen dan masyarakat
dalam kultur. Conrad P. Kottak dalam Ainul Yaqin menguraikan
bahwa kultur memiliki karakteristik khusus.
Kotta membedakannya menjadi: pertama, kultur adalah sesuatu
yang general dan spesifik. Maksudnya, menusia memiliki kultur, dan
spesifik berarti setiap kultur bervariasi. Kedua, kultur adalah suatu
yang dipelajari. Ketiga, kultur adalah simbol yang berbentuk verbal
dan nonverbal. Keempat, kultur adalah dapat membentuk dan
29
melengkapi sesuatu yang alami. Kelima, kultur adalah sesuatu yang
dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut sebagai
anggota kelompok dan masyarakat. Keenam, kultur adalah sebuah
model. Dan ketujuh, kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif.
4) Empatik dan santun berkomunikasi
Sikap empatik dan santun menjadi hal yang paling penting
dalam berkomunikasi. Sikap dan prilaku serat tutur bahasa akan
menentukan atmosphere komunikasi. Soetjipto menegaskan, seorang
dosen akan dikatakan profesional apabila ia memiliki citra di
masyarakat. Ia banyak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya.
Masyarakat yang di maksud disini adalah masyarakat pendidik
(yang bergelut dengan dunia pendidikan) maupun masyarakat pada
umumnya. Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara
melakukan kritik, teguran, dan nasehat. Bahasa menjadi solusi
alternatif dalam menyampaikan kritik, teguran, dan nasehat tersebut.
Bahkan empatik dan santun merupakan cara dan pendekatan yang
dilakukan dosen dalam melakukan komunikasi dengan mahasiswa,
sesama kolega, dan masyarakat.
Oleh karena itu dosen juga membutuhkan strategi dan
pendekatan yang lebih intensif dapat diterima oleh lingkungan
perkuliahan. Sikap empatik dan santun ini terkadang terabaikan ketika
berkomunikasi berlangsung antara dosen sesama kolega, dosen
dengan mahasiswa, dan dosen dengan masyarakat. Sikap ini harus
diperhatikan secara serius oleh dunia pendidikan di masa mendatang.
Untuk itu, dosen sebelum bertugas dipandang perlu untuk diberi
pelatihan-pelatihan tentang komunikasi dan teori-teori komunikasi
yang dapat diaplikasikan dalam proses perkuliahan.
Slamet PH membagi komptensi sosial dalam beberapa sub
indikator, yakni:
30
1) Memahami dan menghargai perbedaan (respek) serta memiliki
kemampuan mengelola konflik dan benturan.
2) Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan temena
sejawat, yayasan, pimpinan dan pihak-pihak terkait lainnya.
3) Membangun kerja tim (teamwork) yang kompak, cerdas, dinamis,
dan lincah.
4) Melaksanakan kominikasi (oral, tertulis, tergambar) secara efektif
dan menyenangkan dengan seluruh civitas akademi, dengan
kesadaran sepenuhnya bahwa masing-masing memiliki peran dan
tanggungjawab terhadap kemajuan kampus.
5) Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan
perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
6) Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dalam system nilai yang
berlaku di masyarakat sekitarnya.
7) Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (misalnya:
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, penegakan hokum, dan
profesionalisme).46
Sedangkan kompetensi social dosen yang berlaku di masyarakat
adalah perangkat perilaku yang merupakan dasar bagi pemahaman
diri dengan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan social serta
tercapainya perubahan social secara objektif dan efisien.
Dengan demikian kompetensi sosial yang berlaku di masyarakat
ini mencakup pertama; kemampuan interaktif; yaitu kemampuan yang
menunjang efektifitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan
ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain
terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lai, mencapai rasa aman
bersama orang lain. kedua; keterampilan memecahkan masalah
kehidupan, seperti mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga,
memahami nilai kehidupan dan sebagainya.
46 Slamet, P.H. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 037, Juli 2008., Jakarta: Balitbang Depdiknas
31
Dengan demikian dapat dipahami bahwa indikator kompetensi
sosial dosen dapat dilihat dari cara berkomunikasi, dan berinteraksi
dosen dalam hal akademik dan non akademik, dalam aktivitas dosen
di dalam dan diluar kampus, intinya adalah bagaimana dosen
berkomunikasi dengan santun dilingkungannya. Kemudian juga dilihat
dari keterlibatan dosen dalam pergaulan, baik dengan mahasiswa,
sesama dosen dan masyarakat pada umumnya. Karenanya dosen
sebagai orang yang terdidik tidak hanya dituntut untuk memiliki
pengetahuan akademik teapi juga pengatahuan sosial seperti tentang
adat istiadat, budaya dan agama.
e. Pentingnya Kompetensi Sosial Dosen
Dosen dalam menjalani kehidupan sosial seringkali menjadi
tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para mahasiswa, dan
lingkungannya. Abduhzen mengungkapkan profesi seorang pendidik
seperti halnya dosen adalah posisi tertinggi dan termulia dalam
berbagai tingkat pekerjaan masyarakat.
Pendidik dalam pandangan Al-Ghazali mengembangkan dua misi
sekaligus, yaitu tugas keagamaan, ketika dosen melakukan kebaikan
dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai
makhluk termulia di muka bumi ini. Sedangkan yang termulia dari
tubuh manusia adalah hatinya. Pendidik/ dosen bekerja
menyampaikan, membersihkan, menyucikan, dan membawakan hati
itu mendakti Allah Swt. Dimana pendidik/dosen membangun,
memimpin dan menjadi teladan yang menegakkan keteratuaran,
kerukunan dan menjamin keberlangsungan masyarakat, yang
keduanya berujung pada pencapaian kebahagian di akhirat. Oleh
karena itu, pendidik/ dosen harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Dosen di mata masyarakat pada umumnya merupakan panutan yang
perlu dicontoh sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-
32
hari. Dosen merupakan type dan makhluk yang diberi tugas membina
dan membimbing masyarakat kearah norma yang berlaku, untuk itu
dosen harus memiliki kemampuan sosial dan mampu beradaptasi
dengan masyarakat, sehingga prose belajar-mengajar yang
diselenggarakan di kampus dan diluar kampus dapat berdayakan
kemampuan tersebut secara otomatis sehingga hubungan kampus
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga ketika ada
kebutuhan terkait partisipasi masyarakat akan dengan mudah
terpenuhi.
Oleh karenanya, penting bagi dosen untuk memiliki kompetensi
sosial yang cukup dianataranya adalah, keterampilan dosen dalam
berkomunikasi. Keterampilan dosen dalam berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan menjadi bagian terpenting dan diperlukan kompetensi
sosila. Penggunaan bahasa yang baik dan santun menjadi pemantik
orang yang diajak interaksi, untuk meneladi sikap sosial yang
diterapkan oleh dosen. Mengingat kondisi sosial da kultur yang
berbeda, maka dosen harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang
santun dan baik, agar setiap argumentasi yang disampaikan dapat
mencerdaskan.
Dengan demikian, jelas bahwa kompetensi sosial menjadi sangat
penting dalam aktivitas keseharian dosen, baik dalam hal akademik
maupun di luar kegiatan akademik. Karena sesungguhnya dosen
sebagai orang yang terdidik, menjadi acuan dan panutan dimasyarakat
sebab itu, sebagai dosen sangat diperlukan adanya kompetensi sosial
tidak saja pada proses pendidikan, tetapi juga pada penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Disamping itu, keterlibatan dosen ditengah masayarakat, tentu
akan menimbulkan implikasi positif, terhadap kampus. Karena dosen
memiliki tanggung jawab sosial yang tidak terbatas hanya pada
perkuliahan, tetapi juga sebagai pendidik di tengah kehidupan
bermasyarakat. Kahadirannya harus memberi warna pada kontruksi
33
sosial yang ada dimasyarakat. Karena stiap tindakannya bersifat
rasional, objektif, empiris dan tidak diskriminatif dengan pola
komunikasi yang efektif santun dan bijaksana. Kapasitas kogntif yang
dimilikianya menjadi dasar dalam penyelesaian masalah sosial yang
terjadi dilingkungannya.
2. Kompetensi Sosial Dosen Dalam Persepektif Islam
Kepribadian atau personalitas bukanlah merupakan hal yang
diwarisi, yang diperoleh dari keturunan, tetapi personalitas itu adalah
hasil resultants dari pada proses intraksi sosial. Manusia itu dilahirkan
di dalam masyarakat mempunyai tata hidup dan penghidupan serta
pola tingkah laku yang komplek.47 Masyarakat dapat kita pelajari baik
dari sudut bentuknya mapun dari fungsi masyarakatnya. Kalau
masyarakat itu kita lihat dari segi bentuknya, maka kita sampai pada
pembicaraan group, assosiasi dan lain-lain golongan yang terdapat
dalam masyarakat. Sedangkan kita mempelajari bekerjanya geraknya
masyarakat maka kita sampai pada pembicaraan proses sosial.
Proses sosial yang dimaksud adalah “cara-cara intraksi” (aksi
dan reaksi) yang apabila individu-individu dan kelompok-kelompok
bertemu dan mengadakan sistem perhubungan mengenai caracara
hidup yang telah ada. Dengan kata lain apabila dua orang atau lebih
saling berhubungan mengadakan intraksi, maka akan terjadi apa yang
kita namakan proses sosial. Kompetensi sosial menuntut Dosen selalu
berpenampilan menarik, berempati, suka bekerja sama, suka
menolong, dan memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi.48
Perintah untuk berkomunikasi dengan baik banyak terdapat
dalam Al-Qur‟an antara lain, firman Allah dalam QS An-Nisa‟ ayat 63.
47 Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), hlm. 89
48 Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja, kualifikasi, & Kompetensi
Guru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm. 110-112
34
Artinya: mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah
kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.
(QS An-Nisa‟ ayat 63).49
Kemudian ada ayat tentang perkataan/komunikasi yang baik.
Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur) QS. An Nisa ayat 9:
Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang
benar. (QS. An Nisa ayat 9).50
Didalam Tafsir Al Azhar dijelaskan sesudah di larang
mencedaskan mulut, mengeluh sambil mengerutkan kening,
walaupun suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi agar tidak
49 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Q,S. An-
Nisa‟ ayat 63 50
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Qs. An Nisa ayat 9
35
membentak keduanya, jangan menghardik keduanya. Disini berlaku
perumpamaan qiyas Aulawiy yang dipakai oleh ahli-ahli Ushul Fiqh
yaitu sedangakan mengatakan Uffin yang tidak kedengaran tidak di
perbolehkan apalagi membentak dan menghardiknya. Selanjutnya
hendaklah katakan kepada kedua ibu dan bapak itu perkataan yang
pantas, kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari mulut orang
yang beradab sopan santun. Seorang Dosen besar Gilbert Hight
dalam Jamil Suprihatiningrum dalam bukunya The Art of Teaching
(Seni mengajar) menyatakan bahwa…teaching is an art, not a
science, artinya mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah Ilmu.
Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa seseorang dapat
mengajar dengan baik bukan lantaran ia menguasai ilmu mengajar
yang banyak, melainkan karena ia memiliki seni mengajar yang
dapat ditunujukkan ketika ia mengajar
Salah satu seni mengajar yang dimaksud adalah seni
berkomunikasi dengan siswa ketika mengajar. Untuk dapat
berkomunikasi dengan baik, dosen tidak sekedar menguasai ilmu
komunikasi, tetapi bagaimana dosen tersebut mampu menempatkan
komunikasi sebagai kebutuhan siswa untuk berkembang. Bagaimana
komunikasi yang diciptakan dosen dikelas, siswa lalu berpikir untuk
belajar lebih lanjut. Kompetensi sosial sangat penting dimiliki seorang
dosen karena mempengaruhi kualitas pembelajaran dan motivasi
belajar siswa. Hubungan yang akrab antara dosen dan siswa
menyebabkan siswa tidak takut dan ragu dalam mengungkapkan
permasalahannya. Hubungan yang demikian hanya dapat tercipta
bila seorang dosen memiliki kemampuan bergaul dan berkomunikasi
yang baik. Selain itu untuk menciptakan kultur sekolah yang baik,
dosen juga harus mampu suasana kerja yang baik melalui pergaulan
dan komunikasi yang baik dengan teman sejawat dan orang-orang
36
yang ada dilingkuangn sekolah, bahkan orang tua wali siswa dan
masyarakat.51
Menurut Sukamdinata dalam Jejen Musfah “di antara
kemampuan sosial dan personal yang peling mendasar yang harus di
kuasai dosen adalah Idealisme, yaitu cita-cita dosen yang ingin
dicapai dengan pendidikan”. Cita-cita semacam ini dapat di wujudkan
dosen melalui beberpa tahapan yaitu:
1) Kesungguhannya dalam mengajar dan mendidik mahasiswa.
Tidak perlu kondisi ekonomi, sosial, politik dan medan yang
dihadapinya. Ia selalu semangat memberikan pengajarannya
kepada muridnya. Siapapun orangnya akan tetapi jika ia mau
belajar maka pendidik itu wajib mengajarinya tanpa adanya
embel-embel lainnya.
2) Pembelajaran masyarakat melalui intraksi atau komunikasi
langsung dengan mereka di beberapa tempat, seperti dimesjid,
majlis ta’lim, musholla, pesantren, balai desa, dan pos yandu.
Dalam konteks ini dosen, bukan hanya dosen pada muridnya,
tetapi juga bagi masyarakat di lingkungannya. Mulyasa dalam
Jejen Musfah menyatakan “banyak cara yang dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah. Cara
ini antara lain diskusi, bermain peran, dan kunjungan langsung ke
masyarakat dan lingkungan sosial yang beragama.
3) Dosen menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya
melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajal,
maupun artikel ilmiah. Ia dapat menerbitkannya di surat kabar,
blog pribadi, majalah, jurnal dan lainnya. Idealnnya kampus
memfasilitasi dosen untuk aktif menulis dan menerbitkan tulisan
dosen tersebut tentu setelah ada seleksi tulis dan naskah.
51 Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja, kualifikasi, & Kompetensi
Guru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hlm.113.
37
Keterampilan dan kepercayaan diri dosen dalam menulis perlu
ditumbuhkan melalui pelatihan dan dorongan.52
Jadi kompetensi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang
kemampuan dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi, bergaul dan berintraksi secara efektif dengan peserta
didik baik dalam mapun diluar lingkungan kampus, sesama dosen,
mahasiswa, dan masyarakat sekitar dimana dosen itu tinggal baik
masyarakat sekitar kampus maupun masyarakat di sekitar rumah
dosen.
Islam telah meletakkan dasar-dasar umum cara bermasyarakat.
Di dalamnya di atur hubungan antara individu dengan individu, antara
individu dengan masyarakat, antara satu komunitas masyarakat
dengan komunitas masyarakat lainnya. Aturan itu mulai dari yang
sederhana hingga sampai kepada yang sempurna mulai dari hukum
berkeluarga hingga hukum bernegara. Kitab suci Alquran memang
bukan buku sejarah yang secara sisteatis membahas keadaan
masyarakat masa lampau, namun sebagai bukti petunjuk yang di
dalamnya di dapati hukum-hukum sosial masyarakat yang berlaku
sepanjang sejarah manusia hingga hari akhir. Oleh karena itu di
dalam Alquran ada ayat-ayat yang berisi tentang perintah agar
menusia memperhatikan sejarah umat terdahulu sebagai ibrah bagi
manusia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini diantara indikstor
kompetensi sosial pendidik dalam Qs Al Hujurat ayat 1 yaitu:
52 Jejen Musfah. Peningktan Kompetensi Guru, Melalui pelatiahan dan sumber belajar,
teori dan praktik. (Jakarta; Kencana, 2011) hlm. 53
38
Artinya: hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.
(Qs Al Hujurat ayat 1)53
Dalam tafsir Al Azhar diterangkan bahwa, hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya (pangkal
ayat 1 ) artinya bahwa orang-orang yang telah mengaku bahwa
dirinya beriman kepada Allah dan Rasulnya, tidaklah dia akan
mendahuli Allah dan Rasul. Menurut keterangan dari pada ulama-
ulama besar sejak dari pada sahabat Rasulullah sampai kepada
ulama lain yang menjadi ikutan umat ialah dilarang janganlah
seorang beriman itu mendahulukan pikiran dan pendapatnya sendiri
di dalam hal-hal yang berkenaan dengan agama sebelum dia terlebih
dahulu menilik, memandang dan memperhatikan sabda Allah dan
Rasulnya. Jangan dia mendahulukan pendapatnya sendiri. Untuk itu
Imam ibn Katsir telah mengemukakan dalam tafsirnya suatu
percontohan. Yaitu ketika Rasulullah SAW mengutus sahabatnya
Mu‟az bin Jabal menyebarkan agama Islam ke negeri Yaman, ketika
ia berangkat Rasulullah bertanya kepadanya. Dengan apa engkau
menghukum? Mu‟az bin Jabal menjawa. Dengan kitab Allah, lalu
Rasulullah bertanya lagi: Mu‟az bin Jabal menjawab. Dengan sunnah
Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya pula: kalau tidak engkau
dapatkan bagaimana: saya akan berijtihad dengan pendapatku
sendiri.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesudah dipangkal ayat di beri
peringatan kepada orang-orang beriman. Maka diujung ayat Allah
beri peringatan kembali supaya taqwa kepada Allah. Artinya supaya
menjaga hubungan yang baik dengan Allah. Karena orang yang
53 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.
39
beriman dan bertaqwa sangat berhati-hati didalam segala gerak
langkahnya.
Berdasarkan penafsiran di atas manusia yang hidup
berdampingan dan saling membutuhkan serta saling membantu
sesama manusia, khususnya seorang pendidik yang memiliki
keimanan kepada Allah swt, hendaklah jika memberikan pendidikan
kepada peserta didik dengan ilmu yang benar yang bersumber dari
Allah melaui Alquran dan sabda Rasulullah dalam hadis, pendidik
tidak semena-mena menyampaikan materi sesuai isi kepalanya saja,
akan tetapi dahulukan titah Allah dan Rasulnya barulah di jabarkan
secara luas. Para sahabat saja yang hidup semasa dengan
Rasulullah tidak berani mengungkapkan sesuatu yang berhubungan
dengan yang sacral secara sesuka hati, akan tetapi para sahabat
selalu mendahulukan firman Allah dan Sabda Nabi saw. Akibatnya
jika menyampaikan dengan sesuka hatinya akan menjadi kabur isi
pembelajaran itu bahkan menjadi ajaran sesat kepada peserta didik.
Kemudian ayat ini memanggil orang yang beriman dan ditutup
dengan kalimat bertaqwa. Artinya jika seseorang beriman dan
bertaqwa kepada Allah maka mustahil seseorang itu akan
mengatakan sesuatu kecuali berdasarkan tuntunan hidup. Jika
seseorang beriman dan bertaqwa kepada Allah maka mustahil ia
menyampaikan ajaran yang tidak sesuai tuntunan kepada peserta
didiknya. Dengan bekal iman dan taqwa maka seseorang akan dapat
menghadirkan pada dirinya rasa takut dan rasa bahwa dirinya selalu
di awasi oleh monitor yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa.
Yakni sang khalik yang maha mendengar lagi maha melihat yang
tidak memiliki batasan tempat dan waktu. Jadi dengan
menumbuhkan keimanan dan ketakwaan maka pendidik akan selalu
mendahulukan titah Allah dan Rasulnya. Ini salah satu adab dalam
berkomunikasi dalam berbagai hal. Selalu libatkan Allah dalam
segala hal. Sebagaimaan yang dilakukan Muaz ketika di tanya
40
Rasulullah dengan apa kamu menjawab pertanyaan umat, maka
muaz menjawab dengan firman Allah. Jika tidak ada maka dengan
sabda Rasul jika tidak ada maka saya berijtihat berdasarkan firman
Allah dan sabda Nabi saw.
Didalam kitab Madarijus Salikin Ibn Qayyum Al Jauziyah dalam
Hamka menerangkan bahwa hendaklah kita menjaga juga
kesopanan kita bila mana ada orang yang menyebutkan suatu hadis,
suatu sabda beliau dengarkanlah baik-baik dengan hormat.
Sedangkan orang yang membaca hadis beliau hendaklah hormat
apatah lagi membacakannya. Hendaklah kita membacanya dengan
jujur dan benar bukan semata-mata hanya hendak mengalahkan
lawan. Bertengkar berkeruk mulut dalam soal-soal agama yang
membawa yang membawa hadis-hadis Rasul hendaklah hormat.32
Dengan demikian nilai-nilai kompeteni sosial pendidik dalam surah
Al-Hujurat adalah perintah untuk tidak mendahului Allah dan
Rasulnya dalam berbicara. Adab ketika berbicara dengan siapapun
maka ingat Allah dan Rasulnya, artinya pembicaraan itu tidak keluar
begitu saja tanpa adanya panduan. Secara sederhananya seorang
yang memiliki iman didalam hatinya, maka tidak akan mendahulukan
pikirannya sendiri dalam hal yang berkenaan dengan agama
sebelum ia melihat terlebih dahulu firman Allah dan Sabda Rasulullah
yang terdapat dalam Alquran dan hadis.
Dengan demikian nilai-nilai sosial pendidik yang terdapat di
dalam Alquran yaitu: Pertama adanya adab dan tata karma dalam
berbicara yang meliputi struktur dalam berkomunikasi. Kedua
berintraksi dengan masyarakat baik lingkungan sekolah maupun
masyarakat. Ketiga menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan
semangat kebersamaan yang diikat dengan satu keturunan yang
sama serta di simpul oleh iman dan di perkuat oleh kebhinekaan.
Keempat menghindari prasangak buruk kepada siapapun dan kelima
saling berbagi dab saling membantu satu sama lainnya.
41
Selain itu ayat dai Alquran surah An-Nahl ayat 90 juga
mempunyai hubungan erat dengan kompetensi sosial Dosen, yaitu:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran (An-Nahl:90).54
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa semua orang harus
bersifat adil begitu juga dosen adil kepada semua anak murid
maupun orang lain. Karena sifat adil yang dimiliki seorang dosen
dapat meningkatkan rasa kepedulian sosial siswa baik di sekolah
maupun diluar sekolah. Selain itu, berlaku adil tanpa disadari Dosen
mencerminkan tauladan yang baik untuk anak muridnya.
Muhammad Athiyah al-Abrasy29 telah menjelaskan tentang
sifat –sifat yang harus memiliki oleh seorang pendidik seperti
disampaikan berikut ini:
1) Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena
mencari keridlaan Allah semata.
Seorang Dosen menduduki tempat yang tinggi dan suci, maka
dia harus tahu kewajiban sesuai dengan posisinya. Dia haruslah
orang yang benar – benar zuhud dan mengajar dengan maksud
mencari keridlaan Ilahi. Artinya dengan mengajar, dia mengajar tidak
menghendaki selain mencari keridlaan Allah dan menyebarkan ilmu
54 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.
42
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Yamg
berbunyi :
Artinya: ” Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Yasin : 21)55
Tidak berarti seorang Dosen harus hidup miskin dan sengsara,
melainkan boleh memiliki kekayaan sebagaimana lazimnya orang
lain. Dan ini tidak berarti pula bahwa sorang Dosen tidak boleh
menerima pemberian atau upah dari muridnya, melainkan dia boleh
menerima upah tersebut, karena jasa mengajarnya. Hanya saja pada
awal bertugas, dia niat semata – mata karena Allah. Dengan
demikian, tugas Dosen akan dilaksanakan dengan baik.56
2) Kebersihan Dosen
Seorang Dosen harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan
kesalahan, terhindar dari dosa besar, sifat ria‟ (mencari nama),
dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat tercela lainnya.
Rasulullah SAW. bersabda :
55 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus.
56 Abuddin Nata, Filsafat, hlm 124
43
Artinya: “ Rusaknya umatku adalah karena dua macam orang :
seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil. Dan
orang yang paling baik adalah Ulama yang baik dan orang yang
paling jahat adalah orang – orang yang paling bodoh.” (HR. Ad-
Darimi)
3) Ikhlas dalam pekerjaan
Keikhlasan dan kejujuran seorang Dosen dalam pekerjaannya
merupakan jalan terbaik menuju kesuksesannya dalam
melaksanakan tugas dan kesuksesan murid – muridnya. Orang yang
tergolong ikhlas adalah seorang yang sesuai kata dan perbuatannya
dan tidak malu – malu mengatakan “aku tidak tahu” bila ada sesuatu
yang tidak diketahuinya. Seorang alim ialah orang yang masih
merasa harus selalu menambah ilmunya dan menempatkan dirinya
sebagai pelajar untuk mencari hakikat.
4) Pemaaf
Seorang Dosen harus bersifat pemaaf terhadap muridnya. Dia
sanggup menahan diri, menahan kemarahan, berlapang hati, banyak
bersabar, berkepribadian dan mempunyai harga diri.
5) Mencintai Murid
Seorang Dosen harus mencintai murid – muridnya seperti
halnya dia mencintai anaknya sendiri dan memikirkan keadaan
mereka sebagaimana dia memikirkan keadaan anaknya.
6) Harus mengetahui tabiat murid
Dosen harus mengetahui tabiat pembawaan, adat istiadat,
perasan dan pemkiran murid agar dia tidak salah mendidik mereka.
Dengan memperhatikan hal tersebut dalam mengajar, seorang
Dosen dapat memilihkan mata pelajaran yang sesuai untuk mereka
dan sejalan dengan tingkat pemikiran mereka. Dan sebagai pendidik
(Dosen) yang baik adalah memulai mengajarkan kepada manusia
44
(peserta didik) dengan materi pengetahuan yang mudah sebelum
mengajarkan yang sulit-sulit.57
Al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan
tentang ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan sebagai
berikut :
1) Pendidik harus mencintai murid-muridnya sebagaimana dia
mencintai anak kandungnya sendiri.
2) Pendidik jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan
utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah
pekerjaan yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan upahnya terletak pada terbentuknya anak didik yang
mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
3) Pendidik harus mengingatkan kepada murid-muridnya agar
tujuannya mencari ilmu bukan untuk membanggakan diri atau
mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
4) Pendidik harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang
bermanfaat, yakni ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia
dan akhirat.
5) Pendidik harus memberi contoh yang baik kepada muridnya.
6) Pendidik harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya.
7) Pendidik harus mengamalkan apa yang diajarkannya.
8) Pendidik harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya,
sehingga di samping tidak salah dalam mendidik, juga akan
terjalin hubungan yang akrab, baik antara Dosen dan anak
didiknya.
57 Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan al-Qur’an (terj.),
(Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 205
45
9) Pendidik harus menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak
didiknya, sehingga akal pikiran anak tersebut dijiwai oleh
keimanan itu.58
Hossein Nasr seperti dikutip Samsul Nizar mengatakan bahwa
para pendidik setidaknya memiliki empat syarat yang menjadi
kreteria utama bagi tumbuhnya kepribadian pendidik secara utuh,
sehingga dapat melaksanakan tugas dan funsinya, yaitu :
1) Memiliki rasa tanggung jawab profesional dan menyadari
tugasnya merupakan upaya sentral dalam membangun manusia
seutuhnya.
2) Memiliki intelektual secara akademis yang tinggi dan moralitas
terpuji.
3) Memiliki ghirah yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya
tersebut.
4) Melaksanakan ajaran agama yang diyakini secara konsekwen.59
Abdurrahaman an-Nahlawi mengatakan bahwa sifatsifat yang
harus dimiliki oleh para Dosen adalah hendaknya tujuan, tingkah
laku, dan pola pikir Dosen bersifat rabbani, ikhlas, bersabar, jujur,
membekali diri dengan ilmu, mampu menggunakan metode
mengajar, mampu mengelola mahasiwa, mempelajari kehidupan
psikis mahasiswa, tanggap terhadap berbagai persoalan dan
bersikap adil.60
Mahmud Yunus seperti yang dikutip Ahmad Tafsir sifat-sifat
pendidik antara lain : kasih sayang kepada murid, bijak dalam
memilih mata pelajaran yang sesuai dengan taraf kecerdasan anak
didik, senang melarang murid melakukan hal yang tidak baik, senang
memberikan peringatan, senang memberikan nasehat, hormat
58 Abuddin Nata, Filsafat, hlm. 213-214
59 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2001), hlm. 202 60
Abdurrahaman an-Nahlawi, Op. Cit., hlm. 239-246
46
kepada pelajaran lain yang bukan pegangannya, mementingkan
berpikir dan berijtihad, jujur dalam keilmuan dan adil.61
Dari hasil kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi sosial dosen dalam Alquran (kajian dalam tafsir Al
Azhar). pertama, Tafsir Alquran tentang nilai-nilai kompetensi sosial
di jelaskan dalam QS Al Hujurat bahwasanya seorang dosen dalam
hal ini harus mampu berkomunikasi dan berintraksi dengan baik
secara efektif dengan masyarakat luas agar mampu menjalin
persaudaran antar sesama sehingga tercipta kerukunan dan
kebersamaan tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain.
Karena sesunguhnya Allah tidak memandang wajah dan rupa, akan
tetapi yang paling baik adalah tingkat taqwa kepada Allah Swt.
Kedua Indikator kompetensi sosial pendidik/dosen yang
terdapat dalam Alquran. Adab sopan santun di dalam berbicara,
Mampu berintraksi dengan masyarakat secara baik, Menerapkan
prinsip-prinsip Persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan,
Mampu menghindari prasangka, Dan berbagi dengan sesama.
Adapun nilai-nilai kompetensi sosial dosen yang terdapat dalam
Alquran menurut Tafsir Al Azhar masih relevans dengan kompetensi
sosial dosen yang berlaku saat ini sesuai undang-undang tentang
guru dan dosen. Hal ini dapat terlihat dalam kompetensi sosial,
misalnya, dalam hal berintraksi dengan masyarakat, Alquran juga
telah mengatur dengan baik bagaimana cara berintraksi dengan
lapisan masyarkat serta menerapkan prinsip persaudaraan dan
semangat kebersamaan, dan sudah Allah perintahkan dalam Alquran
agar dapat menjalin dan menjaga hubungan persaudaraan,karena
semuanya berasal dri tempat yang sama.
Disamping itu juga Alquran memerintahkan untuk berintraksi
secara baik dengan masyarakat, begitun juga dalam Undang-undang
61 Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami,( Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya2013),hlm.82.
47
yang berlaku saat ini. Artinya kompetensi sosial yang berlaku saat ini
memiliki nilai-nilai Qurani yang merupakan keselarasan antara
Alquran dengan undang-undang yang berlaku saat ini dalam hal
kompetensi sosial pendidik/dosen dalam Alquran surah Al-Hujurat
dan tafsir Al-Azhar. Dengan demikian islam telah memiliki kreteria
tersendiri terhadap kompetensi sosial yang mestinya dimilki oleh
pendidik atau dalam hal ini adalah dosen. Artinya dosen dalam
kompetensi sosial harus disertai nilai-nilai keislaman.
3. Sintesis Teori Kompetensi Sosial Dosen
Ada banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen di
antaranya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah
kemampuan dosen dalam berhubungan secara efektif dengan
mahasiswa, kolega, karyawan dan masyarakat. Oleh karena itu,
indikator-indikator teori tersebut digunakan untuk melihat kompetensi
sosial dosen dan faktor apa saja yang mempengarhuinya yang
dipotret dari bagaimana kemampuan dosen dalam memecahkan
masalah, kemampuan dosen dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat setempat,
selanjutnya dilihat dari keterlibatan dosen dan memahami berbagai
faktor sosial yang ada didalam kampus maupun di luar kampus yakni
kondisi lingkungan masyarakat.
48
B. Studi Relevan
Setelah melakukan penelusuran terhadap penelitian yang relevan
dengan penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang
relevan, hasil temuannya dapat di jadikan referensi dalam penyusunan
tesis, antara lain sebagai berikut:
1. Tesis yang di tulis Abdul Kholik dengan judul “Pengaruh Kompetensi
Dosen Dan Kepuasan Kerja Dosen Terhadap Kinerja Dosen Di
Universitas Djuanda Bogor. Tesis Pascasarjana Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta
Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan terhadap dosen di Universitas
Djuanda Bogor. Jenis penelitian kuantiatif dengan sifat penelitian ex-
postfacto. Populasi dalam penelitian sebanyak 166 orang. Penentuan
jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
tabel Isac dan Michael dengan taraf keslahan 5% dan teknik yang
digunakan adalah nonprobability covience sampling, sehingga jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 110 responden. Uji prasyarat
analisis menggunakan uji validitas, reliabilitas dan uji linieritas. Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi
berganda, analisis regresi berganda dan koefisien dterminisai
dengan perhitungan menggunakan SPSS V16 for windows. Hasil
penelitian yang bersumber dari pengolahan data menunjukkan
hubungan yang positif sedang antara variabel kompetensi dosen,
kepuasan kerja dosen dan kinerja dosen. Secara parsial pengaruh
kompetensi dosen dan kinerja dosen sebesar 0,184 dan kepuasan
kerja dosen terhadap kinerja dosen sebesar 0,243. Secara simultan
variabel kompetensi dosen dan kepuasan kerja dosen secara
bersama sama memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai 0,427
terhadap kinerja dosen. Dari hasil analisis ditemukan bahwa
pengaruh kompetensi dosen dan kepuasan kerja terhadap kinerja
dosen masing-masing adalah 18,4% dan 24,3%. Secara bersama-
49
sama pengaruh kompetensi dosen dan kepuasan kerja dosen
terhadap kinerja dosen adalah 42,7% dan 57,3% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.62
2. Tesis yang ditulis Laimak dengan judul “Strategi Peningkatan
Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeDosenan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Hasil penelitiannya menunjukan;
1) Stratege yang dilakukan pimpinan adalah dengan (a) mendorong
para dosen untuk meningkatkan kualifikasi akademik dengan cara
melanjutkan program studi doktoral dan Dosen besar, (b)
melaksanakan kegiatan promosi bagi dosen yang berprestasi, (c)
menyelenggarakan forum diskusi ilmiah seperti seminar dan
lokakarya (d) Menyelanggarakan pelatihan –pelatihan seperti
teknologi informasi, bahasa inggris dan bahasa arab, (e) memeberika
reward kepada dosen yang penelitian ilmiahnya di terbitkan di jurnal
nasional dan internasional. (f) dilakukan pembinaan secara terus
menerus. 2) Strategi individu dosen adalah dengan menguasai
teknologi informasi, studi lanjut, memperkaya wawasan, peningkatan
karir atau kepangkatan, meningkatkan kompetensi yang dimiliki.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah keinginan untuk
berkembang, kedisiplinan, komitmen terhadap tugas, motivasi,
tanggung jawab, lingkungan kerja yang berprestasi, dan kebijakan
pimpinan, pelatihan dan reward. Sedangkan faktor penghambat
adalah kurangnya pembinaan dari dosen senior kepada dosen muda,
kurang intensifnya komunikasi antar dosen, kurangnya anggaran
melanjutkan studi.63
62 Abdul Kholik “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Kepuasan Kerja Dosen Terhadap
Kinerja Dosen Di Universitas Djuanda Bogor. Tesis Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta Tahun 2016 63
Laimak “Strategi Peningkatan Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016
50
3. Tesis yang ditulis Sofia Afritasari yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa” Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi
dosen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Nilai koefisien regresi kompetensi dosen bertanda positif sehingga
semakin baik kompetensi dosen maka semakin semakin tinggi pula
prestasi belajar mahasiswa. Motivasi belajar berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar mahasiswa. Nilai koefisien regresi motivasi
belajar bertanda positif sehingga semakin tinggi motivasi belajar
mahasiswa maka semakin semakin tinggi pula prestasi belajar
mahasiswa. Kompetensi dosen dan motivasi belajar berpengaruh
terhadap prestasi belajar. 64
4. Tesis yang ditulis Ridhal Amal dengan judul, “Manajemen
Pengembangan Kompetensi Dosen STAI Luqman Al-Hakim
Surabaya”. Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 1) pengelolaan
pengembangan kompetensi dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya
melalui empat tahap yakni perencanaan, perngorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan. Sementara langkah-langkah
pengembangan kompetensi dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya
dilakukan dengan berbagai kegitan seperti studi lanjut S3,
pembinaan kelambagaan, mengikuti workshop, seminar dan
pelatihan, terjun dunia dakwah dan presntasi makalah di forum
dosen. 2) Terdapat setidaknya dua faktor pengembangan
kompetensi dosen: pertama faktor internal meliputi, visi misi, tujuan
strategi pencapaian, sifat dan jenis kegiatan serta teknologi yang di
gunakan. Kedua, Faktor eksternal yang meliputi kebijaksanaan
pemerintah, sosial budaya masyrakat, dan perkembangan ilmu
64Sofia Afritasari “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa” Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013.
51
pengetahuan dan teknologi. 3) yang menjadi kendala pengembangan
komptensi dosen adalah, pertama, dosen dalam pembelajaran masih
mempertahankan konsep dan metode ceramah, kedua kurang
memahami konsep hidayatullah yang diterapkan di STAI Luqman Al-
Hakim Surabaya, ketiga dalam memberikan pembinaan terkesan
masih menyamaratakan antara dosen dan Dosen dibawah YPP
Hidayatullah,Keempat STAI Luqman Al-Hakim Surabaya belum
mengakomodasi finansial/ materi kepada dosen yang sedang atau
berkeinginan melanjutkan studi.65
5. Jurnal Mochamad Hatip,dkk dengan judul “Kompetensi Dosen,
Profesionalisme Dosen, Dan Kecerdasan Spritual Dampaknya
Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa”. JSMBI. Jurnal Sains
Manajemen Dan Bisnis Indonesia Vol. 8 No. 1 Juni 2018. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa1) kompetensi dosen, profesionalisme
dosen, dan kecerdasan spiritual dosen berpengaruh terhadap
motivasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Jawa Timur. Oleh
karena itu, perlunya upaya peningkatan kompetensi dosen,
profesionalisme dosen, dan kecerdasan spiritual dosen yang dapat
dilalukan melalui peningkatan atau update bahan ajar, peningkatan
fasilitas pengajaran, pelaksanaan evaluasi belajar secara objektif dan
transparan, serta mendorong dosen untuk mengikuti berbagai
seminar dan kegiatan penelitian. 2. Bagi penelitian lanjutan
disarankan untuk menambahkan variabel lain seperti lingkungan
belajar, fasilitas, dan lain-lain. Selain itu, perlu adanya keterlibatan
secara langsung dari peneliti, sehingga objektivitas penelitian bisa
tercapai. Sehingga dapat memperoleh hasil temuan yang lebih baik
65 Ridhal Amal dengan judul, Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen STAI
Luqman Al-Hakim Surabaya, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2016.
52
dalam menjelaskan prestasi belajar dan berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.66
6. Jurnal Yuli Alam dengan judul “Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar
Mahasiswa dan Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam
Pembelajaran Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program
studi Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang)”.
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1), 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar
mahasiswa secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar mahasiswa hal ini dapat dibuktikan dengan
nilai t hitung sebesar 3.290 dengan tingkat signifikan sebesar 0.002.
Variable Kompetensi dosen juga secara parsial menunjukkan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
mahasiswa dengan nilai t hitung sebesar 4,310 dengan Sig.t =
0,000). Motivasi belajar mahasiswa, Kompetensi dosen menurut
sudut pandang mahasiswa secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilihat
dari nilai F hitung sebesar 14063 dengan tingkat signifikan sebesar
0.000.67
7. Jurnal Citra Dewi dengan judul “Manajemen Pengembangan
Kompetensi Dosen”. JMSP: Jurnal Manajemen dan Supervisi
Pendidikan Volume 3 Nomor 1 November 2018 Fakultas KeDosenan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa (1) dari hasil analisa lingkungan
kedua perDosenan tinggi memiliki kekuatan, kelemahan, peluang,
66Mochamad Hatip,dkk. Kompetensi Dosen, Profesionalisme Dosen, Dan Kecerdasan
Spritual Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jsmbi Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis Indonesia (JSMBI ) Vol. 8 No. 1 Universitas Muhammadiyah Jember, 2018. 67
Yuli Alam Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar Mahasiswa dan Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program studi Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang) Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1), Program Studi Manajemen Informatika, AMIK Bina Sriwijaya.2018.
53
dan tantangan yang beraneka ragam, (2) kegiatan yang dilakukaan
dalam perumusan strategi yaitu pembentukan tim perumus Rensta,
melakukan perumusan, dan sosialisasi, (3) kegiatan yang dilakukan
dalam perencanaan berupa; pembuatan program kerja tahunan prodi
yang didasarkan pada visi dan misi fakultas dituangkan dalam
rencana anggaran belanja prodi. (4) Kegiatan dalam implementasi
berupa pelatihan, seminar, workshop, serta program studi lanjut bagi
dosen, (5) kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa monitoring
pembelajaran, penelitian namun masih ditemukan dosen yang
mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi bidang ilmu nya, dan (6)
kegiatan yang dilakukan dalam penilaian berupa evaluasi kinerja dan
evaluasi pembelajaran yang menunjukkan hasil sesuai dengan
kriteria yang diharapkan meskipun masih ditemukan dosen yang
tidak produktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat.68
8. Jurnal Mimi Hariyani dengan judul “Analisis Kompetensi Profesional
Dosen Fakultas Tarbiyah Dan KeDosenan Uin Sultan Syarif Kasim
Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hal.16 – 29
Pendidikan Dosen Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala.
Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa kompetensi profesional
dosen dengan memakai subvariabel tugas dan tanggungjawab dosen
pada 7 indikator yaitu melaksanakan pendidikan, melaksanakan
penelitian, melaksanakan pengabdian pada masyarakat,
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik, bertindak
objektif, menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
menunjukan bahwa kompetensi profesional dosen berada pada
68Citra Dewi. Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen JMSP: Jurnal Manajemen
dan Supervisi Pendidikan (JMSI) Volume 3 Nomor 1 November 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu.
54
kategori baik. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata sebesar
83,74.69
9. Jurnal Fathorrahman dengan judul “Kompetensi Pedagogik,
Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial dosen”. Jurnal
AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi ASIA Malang. Hasil penelitian nmenunjukan: 1) Kompetensi
pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja dosen. Semakin
tinggi kompetensi pedagogik dosen dapat meningkatkan kinerja
dosen, 2) Kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap
kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi profesional dosen dapat
meningkatkan kinerja dosen, 3) Kompetensi kepribadian tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi
kepribadian dosen yang tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen, 4)
Kompetensi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
dosen. Kompetensi sosial dosen yang tinggi tidak meningkatkan
kinerja dosen.70
10. Jurnal Muh. Ilyas Ismail dengan judul Peningkatan Kompetensi
Profesional Dosen (Studi Kasus Pada Fakultas Tarbiyah Dan
KeDosenan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar) Jurnal
Biotek Volume 5 Nomor 1 Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan
KeDosenan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Pengembangan kompetensi
profesional dosen pada Fakultas Tarbiyah dan KeDosenan UIN
Alauddin Makassar; 2) Motivasi Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan
KeDosenan UIN Alauddin Makassar; 3) Meningkatkan kompetensi
profesionalnya Komitmen Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan
KeDosenan UIN Alauddin Makassar, untuk meningkatkan
69 Mimi Hariyani “Analisis Kompetensi Profesional Dosen Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Sultan Syarif Kasim Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hlm.16 – 29 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala 70
Fathorrahman “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Dosen”. Jurnal: AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
55
kompetensi profesionalnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
studi kasus (case study approach) Sumber data penelitian ini adalah
1. unsur manusia dan 2. unsur non manusia, Instrumen penelitian
adalah Peneliti sendiri berfungsi sebagai instrumen kunci. Temuan
penelitian adalah; 1. Model Motivasi dosen yang dapat meningkatkan
kompetensi profesionanya, yaitu karena adanya dorongan dari dalam
diri dosen dan dari luar diri dosen. Dorongan dari dalam diri dosen
adalah kejelasan karir dosen dalam jabatan structural, dan juga
jabatan fungsional dosen. Sedangkan dorongan dari luar diri dosen
yang sangat berpengaruh dalam hal berprestasi dan menguasai
kompetensi profesional adalah Dekan Fakultas Tarbiyah dan
KeDosenan UIN Alauddin Makassar. 2) Model komitmen seorang
dosen yang dapat meningkatkan kompetensi professional mereka
adalah dedikasi dan layanan landasan komitmen. Oleh karena itu
untuk menciptakan komitmen seorang dosen menjadi bagunan
sinergi dan utu maka Dekan Fakultas Tarbiyah dan KeDosenan UIN
Alauddin Makassar harus memberdayakan seluru dosen, yaitu
dengan melibatkan dosen dalam pengambilan keputusan yang
penting melalui senat Fakultas. 3) Peningkatan kompetensi
professional dosen akan bermanfaat langsung untuk meningkatkan
profesionalismenya dalam memperbaiki kualitas pendidikan. Oleh
karena itu, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) juga dipandang sangat
berperan dalam meningkatakan komptensi professional seorang
dosen. Seorang dosen perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampialan baru agar dosen tersebut dapat menghasilkan output
yang kualitas.71
71 Muh. Ilyas Ismail “Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen (Studi Kasus Pada
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)” Jurnal: Biotek Volume 5 Nomor 1 Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
56
Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIT Dabo Singkep Kepulauan
Riau, penelitian bertujuan untuk mengetahui kompetensi sosial dosen
melalui studi wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun relevansi
penelitian ini dengan sebelumnya. Adalah sebab kesamaan tema
penelitian yakni tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen serta
faktor yang mempengaruhinya. Namun demikian bukan berarti penelitian
menduplikasi penelitian sebelumnya, melainkan penelitian di atas hanya
sebagai sarana pendukung atau untuk memperkuat signifikansi teori dan
temuan dalam penelitian ini. Kemudian dalam penelitian ini pula terdapat
perbedaan waktu, lokasi dan objek penelitian, selain itu kajian teori yang
terdapat dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang disebutkan
di atas. Adapun perbedaan signifikan penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan diteliti yakni terletak pada objek kajian, informan dan
kultur kampus yang berbeda.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk
mencapai tujuan tersebut di perlukan suatu metode yang relevan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karana itu pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif
memiliki karakteristik alami (Natural serfing) sebagai sumber data
langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.
Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisis induktif dan makna makna merupakan hal yang esensial.72
Objek dalam penelitian ini adalah objek yang alamiah, atau
natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian
naturalistic. Obyek yang alami adalah objek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti
memasuki objek, setelah berada di objek dan keluar dari objek relatif
tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang
atau Human instrument. Untuk menjadi instrumen peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi objek yang
diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam penelitian
kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar
72 Moleong, j, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006),hlm. 04.
57
58
terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang
terlihat dan terucap tersebut.73
Dalam penyusunan tesis ini dibutuhkan data dan informasi yang
sesuai dengan sifat permasalahannya agar data dan informasi yang
diperoleh cukup lengkap digunakan sebagai dasar dalam mengkaji
masalah yang diteliti, yakni kompetensi sosial dosen di STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau. Dengan demikian akan tergambar
secara sistematis, faktual dan akurat terkait fenomena yang akan
diteliti. Ada beberapa isntrumen yang akan digunakan peneliti, yakni
instrumen observasi, wawancara dan dokumentasi.
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
1. Situasi Sosial Penelitian
Situasi sosial merupakan tempat dimana peneliti melakukan
penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang
sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan
data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan situasi penelitian,
Moleong menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan
mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan dan
mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya,
tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi
penelitian.74
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan
sengaja (purposive), yang dilakukan di STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil
penjajakan lapangan, sekaligus memadukan dengan informasi-
informasi faktual sebelumnya, sehingga kondisi sosial, geografis, dan
situasi internal dilokasi penelitian, penulis sudah mendapat gambaran
73 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D
(Cet. VI; Jakarta: Alfabeta, 2008), hlm. 02. 74
Moleong, j, Lexy. Op.Cit., hlm 132
59
tentang kesesuaian masalah yang diteliti dengan kenyataan di lokasi.
Hal ini penulis hubungkan dengan pendapat Bogdan yang membagi
model pentahapan sebuah penelitian kualitatif kepada tiga hal yaitu;
Pra-lapangan, Kegiatan lapangan, dan Analisis intensif. Adapun
alasan dilakukan penelitian di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau antara lain:
a. Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu
Keterbatasan yang di miliki oleh peneliti dalam hal tenaga, biaya
dan waktu menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi.
b. Pertimbangan Geografis
STIT Lingga Dabok terletak di Kabupaten Lingga Provinsi
Kepulauan Riau, tepatnya di Pulau Singkep. Kabupaten lingga
terbentuk berdasarkan Undang- Undang nomor 31 Tahun 3004
Tanggal 7 januari 2004, merupakan daerah pemekaran dari
Kabupaten induk yaitu Kabupaten Kepulauan Riau yang sekarang
bernama Kabupaten Bintan. Kabupaten Lingga Memiliki luas ±
211.722 km2 meliputi luas laut 209.654,28 km2, luas daratan 2.117,72
km2 dan memiliki 377 pulau dan hanya 92 pulau yang sudah
berpenghuni. Pulau Singkep terletak di sebelah selatan dari pusat
Pemerintahan Kabupaten Lingga. Pulau ini merupakan salah satu
bekas penghasil timah terbesar di Indonesia dan juga menjadi pusat
perdagangan khususnya kabupaten lingga. Masyarakat Pulau
Singkep kental dengan budaya melayu dan kaya akan seni dan
budayanya.Selain itu juga di dukung oleh lingkungan yang kondusif,
kondisi alam yang asri, tempat wisata seperti: Batu Berdaun, ait terjun
batu Ampar, Pemandian Air panas, pantai sergang yang
memungkinkan dikembangkan potensi wisatanya. STIT Lingga Dabok
menjadi satu –satu nya ada di kabupaten singkep.75
75 Dokumen STIT Dabo Singkep Kepulauan Riau
60
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi
terkait judul penelitian adalah dosen dan mahasiswa STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau, seseorang yang memberikan
informasi tersebut disebut pula informan. Informan adalah orang yang
diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
pada latar belakang. Sugiyono tidak menggunakan istilah populasi
pada penelitian kualitatif, melainkan Social Situation atau situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen, yaitu, tempat (place), pelaku (actor), dan
aktivitas (activity).76
Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang
ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Adapun penentuan
informan dalam penelitian dilakukan secara snowball sampling.
Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah dimana pada situasi
tertentu, jumlah subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah
karena subjek atau informan penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya kurang memberikan informasi yang mendalam atau pada
situasi-situasi tertentu tidak memungkinkan peneiti untuk
mendapatkan akses pada sumber, lokasi atau subjek yang hendak
diteliti.
Adapun informan pada penelitian ini meliputi kriteria; 1) Tercatat
sebagai Dosen aktif dan mahasiswa di STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau, 2) Memiliki komunikasi yang baik sehingga terhindar
dari subjektifitas, 3) Bersedia memberikan informasi secara
sistematis, fakutual dan relevan.
76 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 208.
61
C. Jenis dan Sumber Data
Arikunto menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek
darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam
mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P,
yaitu: a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya
mengenai variabel yang diteliti. b. Paper (kertas), adalah tempat
peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penelitian, seperti arsip, angka, gambar, dokumen-dokumen,
simbol-simbol, dan lain sebagainya. c. Place (tempat), yaitu tempat
berlangsungnya kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.77
Menurut Lofland dalam Moleong sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari
informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lainlain.78 Untuk mendapatkan data dan
informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan secara
purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan
sebelumnya. Informan merupakan orang-orang yang terlibat atau
mengalami proses pelaksanaan dan perumusan program dilokasi
penelitian.
Adapun jenis data yang di kumpulkan dari penelitian ini berasal
dari dua sumber, yaitu:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
baik melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak
informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara
wawancara langsung terhadap Dosen dan mahasiswa terkait
kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau.
b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-
literatur dari, internet, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya.
77 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006),hlm. 224. 78
Moleong, j, Lexy. Op. Cit., hlm 165.
62
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau
menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang
tercatat di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada
hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Oleh karenanya dalam penelitian ini
penulis hanya menggunakan beberapa teknik antara lain, observasi,
wawancara (interview), dokumentasi;
1. Observasi
Observasi adalah metode yang metode yang dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-
fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.79 Dalam penelitian
ini penulis akan melakukan pengamatan mengenai Kompetensi Sosial
Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau. sehingga
dengan cara ini diharapkan akan diperoleh data-data yang akurat
sesuai dengan permasalahan-permasalahan pada substansi
penelitian ini
Pengamatan ini penulis anggap suatu metode yang sangat
membantu karena disamping bisa secara langsung mengetahui
permasalahan secara akurat juga sangat membantu dalam
memberikan suatu analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada
kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau.
79 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), Cet.II,
hlm.. 158.
63
2. Interview
Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula.80 Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang kompetensi sosial dosen di STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau. Dalam hal ini, penulis mengadakan
wawancara langsung dengan dosen dan mahasiswa menggunakan
dua pola wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yang dimaksudkan penulis
adalah keseluruhan objek yang dijadikan informan akan diberikan
pilihan yang sama, dalam arti seluruh pertanyaan disajikan dalam
cara dan gaya yang sama serta disusun dalam urutanyang sama pula.
Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan memberikan
kebebasan penuh dan lebih aktif kepada responden untuk
memberikan informasi yang valid serta berhubungan dengan data-
data yang berkaitan dengan persoalan substansi penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data-data yang
berkaitan dengan profil, sejarah, Visi Misi dan Kegiatan Kompetensi
Sosial Dosen, penulis maksudkan disini adalah keseluruhan
dokumen-dokumen yang bersifat administratif sebagai sumber data
yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi data data yang dapat
mendukung validitas data penelitian yang diperoleh.
E. Teknik Analisis Data
Dalam berbagai pandangan pakar metodologi menyatakan
bahwa, dalam pengolahan dan analisis data kualitatif, belum ada pola
dan sistem yang jelas.Menurut Miles and Huberman yang dikutip
dalam buku Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D karangan Sugiyono, bahwa “The moust serious
80 Suharsimi Arikunto. Op. Cit., hlm. 202
64
and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of
analisis are not well formulate”. Yang paling serius dan sulit dalam
analisis data kualitatif adalah, karena metode analisis belum
dirumuskan dengan baik”.81
Juga dimaksudkan bahwa upaya langkah-langkah melakukan
analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis
memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi.
Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis,
sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan
cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa
diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.82
Analisis data adalah usaha untuk mencari dan menyusun
secara sistematis catatan-catatan observasi, wawancara dan
dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan. Analisis data dilakukan
dalam upaya mencari makna.83 Analisis data merupakan proses
penelaahan dan penyusunan secara sistematis semua catatan
lapangan hasil pengamatan, transkrip wawancara, dan bahan-bahan
lainnya yang dihimpun untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman mengenai data tersebut dan mengkomunikasikan apa
yang telah ditemukan dari kancah penelitian.84
Berdasarkan beberapa ulasan di atas, analisis data dalam
penelitian ini adalah proses mencari dan menata data mengenai
Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau, secara sistematis berdasarkan hasil observasi berperanserta,
wawancara mendalam, dan teknik dokumentasi untuk selanjutnya
81 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 334
82 Ibid.,
83 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
hlm. 67 84
Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research in Education, an Introduction to Theory and Methods, Edisi ke III (Boston: Allyn and Bacon, 1998), h. 157
65
menelaah pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan
oleh pihak guru.
Data dalam penelitian ini pada hakikatnya berwujud kata-kata,
kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf dalam bentuk narasi yang
mendiskripsikan mengenaisituasi, peristiwa, interaksi, pernyataan
pandangan atau pendapat dan perilaku dari subjek penelitian
sebagaimana terangkum dalam catatan lapangan, transkrip
wawancara, dan catatan dokumentasi dari lapangan penelitian.
Berdasarkan wujud dan sifat-sifat data sebagaimana telah
dikemukakan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan
yakni: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Ketiga cara tersebut saling berkaitan dan
merupakan alur kegiatan analisis data untuk memperoleh yang
bermakna.85
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian
berlangsung.86 Selama pengumpulan data, peneliti selalu membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus. Reduksi
data merupakan bentuk analisis untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasi
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan
diverifikasi.
85 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, Diterjemahkan
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16 86
Ibid., hlm. 16.
66
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah proses penyusunan sekumpulan
informasi tersusun ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga
menjadi lebih selektif dan sederhana, serta dapat dipahami
maknanya. Penyajian data dimaksudkan untuk memperoleh pola-pola
yang bermakna, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.87 Penyajian data dalam
penelitian menggunakan uraian naratif, untuk menggambarkan secara
keseluruhan temuan penelitian yang berkaitan kompetensi sosial
dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah bagian ketiga yang
tidak kalah pentingnya dalam analisis data. Penarikan kesimpulan
adalah kegiatan untuk membangun konfigurasi yang utuh.88Dari data
yang telah terkumpul untuk memperoleh makna. Dengan demikian
kesimpulan yang akan ditarik setelah melakukan reduksi data dan
penyajian data dalam penelitian ini, adalah suatu konfigurasi yang
utuh tentang kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau Inilah beberapa hal yang berkaitan dengan upaya
penulis dalam mengolah data yang diperoleh di lapangan, sehingga
dapat menjadi suatu temuan yang benar benar akurat dan valid, yang
pada gilirannya nanti akan memberikan kontribusi secara lokal kepada
dosen dan mahasiswa, untuk melakukan langkah evaluasi yang lebih
efektif dan efisien.
87 Ibid, hlm. 17
88 Ibid, hlm. 19
67
F. Uji Keterpercayaan Data
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.89 Dengan
perpanjangan keikutsertaan peneliti mempelajari „kebudayaan‟, dapat
menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan distorsi, dan
membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti serta
kepercayaan peneliti terhadap diri sendiri.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan Pengamatan berarti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses
analisis yang konstan dan tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud
mencari ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri
pada hal tersebut secara rinci.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.90
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dibedakan menjadi 4 macam
yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
a) Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
b) Triangulasi dengan metode, yaitu metode pengecekan data
dengan menggunakan strategi pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan
data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.
89Lexy J. Moelong, Op. Cit., hlm, 327-328.
90 Ibid., hlm. 328
68
c) Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat
lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
pengumpulan data.
d) Triangulasi dengan teori, yaitu teknik berdasarkan anggapan
bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori saja. Dalam hal ini,
jika analisis telah menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul dari analisis maka penting sekali untuk
mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.
G. Rencana Penelitian
Tabel;
Jadwal Penelitian
Catatan : Jadwal penelitian ini dapat berubah sesuai waktu
BAB IV
DESSKRIPSI LOKASI PENELITIAN, TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil
Nama Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lingga
Alamat : Jl. Bunga Gg.Kenanga Kel.Dabo
Kec.Singkep, Kab. Lingga
No. Telepon : 085374443443
No. Faksimili : -
Homepage dan E-Mail : [email protected]
Nomor dan Tanggal
SK Pendirian Institusi : 604 tahun 2016
Pejabat Penerbit SK : Dirjen Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI
Program studi :
1. Manajemen Pendidikan Islam ( S.1)
2. Pendidikan Agama Islam (S.1)91
2. Sejarah
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga terletak Jl. Bunga
Gang Kenanga Kelurahan Dabo Kecamatan Singkep di Kabupaten
Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Berdiri pada tahun 2016.
berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI No
604 tahun 2016. Dan saat ini Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
telah memiliki dua program studi yakni PAI dan MPI yang terakreditasi
BAN PT .
91 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
69
70
3. Letak Geografis92
STIT Lingga terletak Jl. Bunga Gg.Kenanga Kel.Dabo
Kec.Singkep di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya
di Pulau Singkep. Kabupaten lingga terbentuk berdasarkan Undang-
Undang nomor 31 Tahun 3004 Tanggal 7 januari 2004, merupakan
daerah pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Kepulauan
Riau yang sekarang bernama Kabupaten Bintan. Kabupaten Lingga
Memiliki luas ± 211.722 km2 meliputi luas laut 209.654,28 km2, luas
daratan 2.117,72 km2 dan memiliki 377 pulau dan hanya 92 pulau
yang sudah berpenghuni.
4. Visi Dan Misi93
Visi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga adalah
Terwujudnya Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga sebagai
Pusat Pendidikan Tinggi Islam yang mengkaji dan mengembangkan
ajaran Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dalam payung ajaran
Islam dan budaya Melayu secara integral di Kepulauan Riau Tahun
2026.
Untuk mendukung tercapainya Visi tersebut maka Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga adalah memiliki misi sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk melahirkan
sumber daya manusia yang berkualitas secara akademik dan
profesional serta memiliki integritas pribadi sebagai sarjana muslim.
b. Menyelenggarakan penelitian dan pengkajian untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya
Melayu dengan menggunakan paradigma Islami.
c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya
Melayu dengan menggunakan paradigma Islami.
92 Ibid.,
93 Ibid.
71
d. Menyiapkan Sumber Daya Manusia serta sarana dan prasarana
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan Tri Darma Perguruan
Tinggi.
Adapun tujuan yang di harapkan dari Visi dan Misi Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga, yakni:
a. Menghasilkan sarjana muslim yang kokoh Akidahnya, mulia
Akhlaknya, dalam ilmunya dan luas wawasannya, handal
keterampilan hidupnya (life skill) dan kuat daya juang hidupnya
untuk diabdikan kepada umat, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Menghasilkan, mengembangkan, menyebarluaskan pemikiran dan
karya ilmiah dalam ilmu Agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan budaya Melayu serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan martabat dan taraf kehidupan masyarakat
serta memperkaya Kebudayaan Nasional.
c. Menghasilkan Sarjana muslim yang mampu berkontribusi dalam
kehidupan masyarakat serta mengembangkan keilmuan yang
berasas teknologi dengan tetap meneguhkan prinsip kemelayuan.
d. Menghasilkan sarjana Muslim yang mampu berkompeten dalam
mengembangkan pendidikan islam yang berasas konsep keilmuan.
Selain memiliki Visi Misi dan Tujuan STIT Lingga juga memiliki
sasaran yang akan dicapai pada 2026 dalah:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi saat ini dan juga mengacu pada
kurikulum KKNI.
b. Berupaya Meningkatkan kualitas dosen dan tenaga kependidikan
secara berkesinambungan.
c. Mahasiswa dididik agar mampu mengembangkan keilmuan serat
lanjutan studi setelah menyelesaikan di STIT Lingga guna
memperkuat kompetensi STIT.
72
d. Mahasiswa dididik agar mampu mengembangkan suasana
akademik yang serasi sesuai dengan tatanan nilai-nilai kepribadian
bangsa.
e. Berupaya melakukan Pengadaan bahan perpustakaan dan
laboratorium Microteaching dan Komputerr
f. Membangun sarpras (Sarana dan Prasarana) Pembelajaran.
Arah pengembangan STIT Lingga menuju keunggulan dalam tata
kelola dan keunggulan dalam pembelajaran berbasis integrasi ilmu,
teknologi, seni dengan Islam perlu diterjemahkan dalam bentuk
strategi-strategi pengembangan. Adapun strategi STIT Lingga adalah
sebagai berikut:
a. Membangun dan melengkapi sarana dan prasarana perkantoran
dan pembelajaran.
b. Mengembangkan dan melengkapi sumber daya manusia yang
berkualifikasi dalam struktural, staf pendidikan, staf administrasi,
dan staf kependidikan.
c. Melengkapi perpustakaan, laboratorium Al-Qur‟an, laboraturium
komputer, ruang bahasa, ruang diskusi.
d. Menyiapkan lahan praktek dan kerjasama dengan lembaga-
lembaga pengembangan dan pengkajian Al-Qur‟an dan lembaga
lain sejalan dengan visi dan misi.
e. Menggerakan penelitian dan pengabdian masyarakat.
f. Menjalin Kerjasama yang baik dengan berbagai Institusi luar negeri
seperti Malaysia.
73
5. Struktur
Gambar: 4.1
Struktur Organisasi STIT Lingga94
Berdasarkan struktur/ bagan organisasi di atas menunjukkan dan
memberikan gambaran bahwa pada STIT Lingga sangat baik, struktur
telah lengkap, efisien dan efektif dan penempatan personalia sesuai
dengan kemampuan dan kompetensi. Tata pamong ini mampu
mewujudkan visi, melaksanakan misi dan mencapai tujuan dan
sasarannya memenuhi lima pilar berikut: kredibel, transparan,
akuntabel, bertanggung jawab dan adil.
94 Ibid.
74
Adapun Tugas masing-masing unsur pelaksana tersebut adalah
sebagai berikut :95
a. Ketua STIT Lingga.
Adapun tugas ketua STIT lingga:
1) Berupaya menjalin kerjasama dengan pihak perguruan tinggi di
sekitar
2) Memimpin pelaksanaan tugas dilingkungan STIT Lingga
3) Selalu mendorong dan menciptakan suasana akademik STIT
Lingga
4) menyusun rencana startegis yang memuat tujuan dan sasaran
perguruan tinggi yang hendak dicapai
5) Mengelola dan memelihara aset yang ada di STIT Lingga.
6) Membagi tugas, menggerakan, mengarahkan, membimbing dan
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dilingkungan Prodi
7) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
tugas bawahan;
8) Melakukan penyelenggaraan program pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
9) Membina tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta
kemahasiswaan;
10) Mempelajari dan menilai/mengoreksi laporan hasil
kerja/pelaksanaan tugas bawahan;
11) Melakukan pemecahan dan penyelesaian masalah yang timbul
dilingkungan Kampus
12) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan
kegiatan serta penyusunan laporan;
13) Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan
sistem/teknis pelaksanakan tugas;
95 Ibid.
75
14) Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan tugas kepada Ketua
STIT Lingga.
b. Wakil Ketua I
Adapun tugas tugas wakil ketua i:
1) Merumuskan peraturan di bidang akademik dan kemahasiswaan
2) Menyusun laporan bidang akademik dan kemahasiswaan.
3) Mengelola sarana dan prasarana akademik dan
kemahasiswaan.
4) Mengelola data akademik dan kemahasiswaan.
5) Melaksanakan pengenalan kehidupan kampus
c. Wakil Ketua II
Adapun tugas tugas wakil ketua II:
1) Membuat rencana program kerja keuangan
2) Melakukan pengurusan dan pelayanan keuangan
3) Melakukan pembukuan keuangan
4) Melakukan segala ketertiban keadministrasian berupa keuangan
5) Melakukan pengawasan
6) Melakukan pengendalian dalam sistem keuangan
7) Menyiapkan laporan setiap semester
d. Wakil Ketua III
Adapun tugas tugas wakil ketua III:
1) Melayani administrasi akademik dan kemahasiswaan
2) membuat program kemahasiswaan setiap jurusan
3) melakukan pembinaan kepada mahasiswa
4) Aktif berkomunikasi dengan Alumni STIT Lingga
5) Melakukan penerimaan mahasiswa baru
6) Membuat aturan kemahasiswaan
7) Melakukan pengelolaan dibidang sarana prasarana mahasiswa
76
8) Mengelola data informasi mahasiswa
9) Mendukung serta memfasilitasi minta bakat mahasiswa
e. Ketua Program Studi
Adapun tugas tugas ketua program studi
1) Menyusun dan membuat rencana program prodi;
2) Mengatur jadual mata perkuliahan;
3) Mengawasi jadwal perkuliahan;
4) Memonitor pelaksanaan ujian semester;
5) Mengkoordinasikan nilai-nilai ujian kepada setiap dosen yang
mengampu mata kuliah;
6) Membuat laporan prodi disetiap semesternya.
f. Sekretaris Program Studi
Adapun tugas tugas sekretaris program studi:
1) Membantu menyusun dan membuat rencana program prodi
2) Membantu Mengatur jadual mata perkuliahan
3) Membantu Mengawasi jadwal perkuliahan;
4) Membantu Memonitor pelaksanaan ujian semester;
5) Membantu berkoordinasi terhadap nilai-nilai ujian kepada setiap
dosen yang mengampu mata kuliah;
6) membantu membuat laporan prodi disetiap semesternya
g. Kepala Bagian Tata Usaha
Adapun tugas tugas kepala bagian tatausaha:
1) Membantu menyusun rencana program kerja untuk setiap jurusan
2) Membantu dalam melaksanaan administrasi akademik
3) Membantu dalam melaksanaan kemahasiswaan;
4) Membantu dalam melaksanaan administrasi kepegawaian;
5) Membantu dalam melaksanaan administrasi keuangan;
77
6) Membantu dalam melaksanaan pembuatan surat-menyurat,
pengarsipan (data sapras, prestasi mahasiswa dan dosen dan
dokumen lainnya) dan dalam pembuatan laporan pada setiap
semester
6. Keadaan Dosen
Perlu diketahui bahwa dosen yang ada di STIT lingga adalah dosen
yang secara kompetensi telah memenuhi persyaratan baik akademik
maupun non akademik, karena rekrutmen dosen dilakukan dengan
sangat memperhatikan kompetensi dan relevansi keilmuan calon
dosen. Sistem rekrutmen dosen dilakukan dengan cara: Pertama, asal
calon dosen. Calon dosen bisa berasal dari internal maupun eksternal
Program Study S-1 STIT Lingga. Mereka harus berpendidikan minimal
strata dua (S2), atau telah memiliki pangkat akademik dari institusi
yang berwenang dan disyaratkan memiliki minimal IPK 3,00 dan
memiliki pengalaman di bidang yang pendidikan. Kedua, mekanisme
seleksi mengikuti ujian tertulis dan wawancara tentang kepribadian
yang dilakukan oleh tim rekrutmen tenaga dosen untuk melihat
kompetensi yang memiliki kemampuan mengajar mata kuliah yang
direncanakan akan diampu. Ketiga, kelulusan calon dosen. Keputusan
mengenai diterima atau tidaknya calon dosen dibicarakan dalam
sebuah rapat pimpinan dengan memperhatikan hasil seleksi dan
rekomendasi dari tim rekrutmen tenaga dosen.
Dosen yang dinyatakan diterima diberi tanggung jawab untuk
mengajar mata kuliah yang sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya. Di samping itu dosen yang berasal dari dalam selanjutnya
diberikan kesempatan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang
lebih tinggi. Sementara itu sistem rekrutmen tenaga pendukung
dilakukan secara terpusat melalui tim rekrutmen. Rekrutmen dilakukan
berdasarkan kebutuhan ketatausahaan yang meliputi bagian
administrasi akademik, keuangan, kerumahtanggaan dan
78
perpustakaan. Seleksi tenaga pendukung dilakukan melalui
wawancara dan uji keterampilan yang dibutuhkan.96
Perlu dikemukakan bahwa sebagian besar dosen cukup
berpengalaman pada bidangnya. Di antara mereka sering digunakan
oleh institusi di luar STIT Lingga seperti prodi Manajemen pendidikan
Islam sebagai konsultan, peneliti, narasumber dan pelatih pada
sejumlah bidang yang berkaitan dengan keahliannya. Disamping it
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tingkat PS, telah
disusun perencanaan pengembangan dosen dan tenaga kependidikan
baik untuk studi lanjut maupun mengikuti magang/ pelatihan/ seminar/
lokakarya. Perencanaan pengembangan dosen dilakukan dengan
kerjasama kelompok bidang ilmu sehingga sesuai dengan sasarannya
dan pendanaannya dilakukan dan sesuaikan dengan dana yang ada.
Sedangkan retensi atau pemberhentian dosen dan tenaga
kependidikan dilakukan apabila tenaga akademik dan tenaga
kependidikan melakukan pelanggaran kote etik atau etos kerja
yang rendah maka pihak kampus akan melakukan evaluasi dengan
beberapa tahap dimulai dari teguran sampai pada pengenaan
sanksi terberat yaitu pemberhentian atau pemutusan hubungan
kerja, yang telah diatur dalam peraturan STIT Lingga.
Adapun jumlah dosen berdasarkan program studi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
96 Hasil wawancara dengan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
79
Tabel : 4.1
Jumlah Dosen Program Studi97
No.
Hal
Jumlah Dosen Tetap yang
Bertugas
pada Program Studi:
Total di
STIT PS-1
MPI
PS-2
PAI
PS-3 PS-4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Jabatan Fungsional :
1 Asisten Ahli 6 6 - - 12
2 Lektor - - - - -
3 Lektor Kepala - - - - -
4 Guru Besar/Profesor - - - - -
TOTAL 6 6 - - 12
B Pendidikan Tertinggi :
1 S1
2 S2/Profesi/Sp-1 6 6 - -
3 S3/Sp-2 - - - - -
TOTAL 6 6 - - 12
Dosen tetap adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai
tenaga tetap pada STIT Lingga termasuk dosen penugasan Kopertais,
dan dosen yayasan dalam bidang yang relevan dengan keahlian
bidang studinya. Seorang dosen hanya dapat menjadi dosen tetap
pada satu perguruan tinggi, dan mempunyai penugasan kerja minimum
36 jam/minggu. Dosen tetap di STIT Lingga dipilih dalam 2 kelompok;
1) Dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan PS. 2) Dosen
tetap yang bidang keahliannya di luar PS. Sebagaimana pada tabel di
bawah:
97 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
80
Tabel :4.2
Dosen Tetap MPI98
No.
Nama Dosen Tetap
NIDN**
Tgl. Lahir
Jabatan Akademik
***
Gelar Akadem
ik
Pendidika n S1, S2, S3 dan Asal PT*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1
Desty
Puspita
Sari
21221284
03
Manna,
22-
Desember
-1984
Asisten
Ahli
M.T.Pd.
S1Universit
as
Bengkulu
S2-
Universitas
Bengkulu
2
Zulkifli
21080672
01
Muntai, 8-
Mei-1972
Asisten
Ahli
M.Pd.I
S1-IAIN
Sultan
Syarif
Kasim Riau
S2-
Universitas
Sunan Giri
Surabaya
3
Munawwir
21301085
01
Lamongan
, 30-
Oktober-
1985
Asisten
Ahli
MA.
S1-Institut
Keislaman
Abdullah
Faqih
S2-Institut
PTIQ
Jakarta
4 Aliadi Joko
Susanto
21270680
01
Rantau
Prapat, 27
Asisten
Ahli M.Pd.I
S1- UIN
Sultan
98 Dokumen Program studi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
81
Mei 1980 Syarif
Hidayatulla
h Jakarta
S2-
Univeristas
Sunan Giri
Surabaya
5
M. Atak
21031186
04
Impol, 3
November
1986
Asisten
Ahli
M.Pd.I
S1-
Universitas
Riau
S.2
Univeristas
Negeri
Padang
6
Juni
Mahani
s
21070682
04
Palemban
g, 07 Juni
1982
Asisten
Ahli
S.Pd.I S1 Ibnu
Sina Batam
M.Pd.I S2 PTIQ
Jakarta
Tabel:4.3
Dosen Tetap PAI99
No
Nama Dosen Tetap
NIDN**
Tgl. Lahir
Jabatan Akademi
k***
Gelar Akademi
k
Pendidikan S1, S2, S3 dan Asal
PT*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1
Suhaidi
21030571
01
Bekawan /
03 Mei 1971
Asisten
Ahli
S.Ag S1 IAISSU
Medan
M.Pd.I S2- UIN
Sultan Syarif
99 Dokumen Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
82
Kasim Riau
2
Siti
Marfua
h
21020775
03
Ponorogo /
02 Juli 1975
Asisten
Ahli
S.Ag S1-IAIRMN
Ponorogo
M.Ed S2-UK
Malaysia
3
Idrus
Moein
Dabo
Singkep / 27
Juli 1962
Asisten
Ahli
SE S1-
Universitas
Pasundan
M.Pd.I
S2-
Univeristas
Pasundan
4
Sulikah
21160276
01
Bojonegoro /
16 Februari
1976
Asisten
Ahli
S.Pd.I S1- STAI
Ibnu Sina
Batam
M.Pd.I S2- USG
Surabaya
5
Muham
m ad
Nizar
21230882
01
Dabo
Singkep / 23
Agustus
1982
Asisten
Ahli
S.Th.I S.1- UIN
Syarif
Hidayatullah
MA S2- IIQ
Jakarta
6
Selamat
21270290
02
Pulau Mas /
27 Februari
1990
Asisten
Ahli
PAI S1- IKHA
Jombang
M.Pd S.2 UHAT
Jombang
Pengembangan dosen dilakukan secara terbuka dengan
melibatkan sepenuhnya unsur jurusan dan program studi. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan kualifikasi yang
diinginkan sehingga menjamin keberlanjutan dan peningkatan mutu
83
dosen maupun staff kependidikan dalam pelaksanaan kegiatan
akademik maupun operasional lain.
Dalam pengembangan dosen tetap di semua Program Studi telah
mencakup aspek kecukupan dengan kualifiksi yang telah memenuhi
syarat. Sedangkan pengembangan karir direncanakanakan dilakukan
secara kontiniue dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop,
seminar, loka karya baik dilakukan di intra kampus maupun
mengikutkan dosen-dosen pada kegiatan yang sama yang dilakukan di
Kopertais Wilayah XII dan Diktis Kemenag. Dalam pengembangan
dosen di semua prodi tidak ditemukan kendala yang berarti, akan
tetapi dalam meningkatkan kuatitas dosen khususnya dalam
kepangkatan akademik ada kendala yang dihadapi terutama dari
Kopertais Wilayah XII yang lambat mengeluarkan surat keputusan
kepangkatan akademik.
Tabel:4.4
Jumalah Karyawan100
No
Jenis Tenaga
Kependidika
n
Jumlah Tenaga Kependidikan dengan
Pendidikan Terakhir
Unit
Kerja S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1
SMA/SM
K
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Pustakawan * - 1 3 - 1 - - - STIT
2
Laboran/
Teknisi/ Analis/
Operator/
Programer
-
-
5
-
-
-
-
-
STIT
3 Administrasi - - 7 - - - - - STIT
4 Lainnya : - - 2 - 3 - - 2 STIT
Total 1 17 - 4 - 2
100 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
84
7. Penjamin Mutu
Pengelolaan mutu pada tingkat Program Studi, dilakukan dengan
mengolah masukan, antara lain; melakukan monitoring, evaluasi dan
analisa pelaksanaan kurikulum terhadap kesesuaian kurikulum dengan
kebutuhan pasar, serta menyelenggarakan pengajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Semua komponen, berlaku mekanisme yang
saling melengkapi sehingga mampu menghasilkan lulusan yang sarat
dengan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan agama.
Untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas, masukan yang
akan diproses dalam pendidikan dan penelitian harus memenuhi
standar mutu. Standar mutu yang dilakukan di Program Studi ini
diukur melalui tes yang meliputi : tes pengetahuan umum dan tes
pengetahuan dasar di bidang Al-Qur‟an pada saat penerimaan
mahasiswa baru.
Hasil proses pendidikan, dievaluasi berdasarkan hasil masukan dari
stake holder yang menggunakan lulusan dan perkembangan jabatan
pada unit/bidangnya di mana mahasiswa bekerja. Hal ini merupakan
ukuran yang cukup meyakinkan bahwa lulusan dinilai secara obyektif
oleh masyarakat atau oleh pengguna lulusan
Hasil evaluasi yang berkualitas, baik internal maupun eksternal,
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembelajaran, sebagai penambahan point untuk pemenuhan
persyaratan dalam pembentukan Program Studi tingkat selanjutnya,
sebagai referensi dalam melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan
Program Studi, dan dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan
dan kekuatan dalam penyelenggaraan program studi. Serta Kerjasama
dan kemitraan dalam pengendalian mutu, direalisasikan dalam bentuk
Lembaga Penjamin Mutu STIT Lingga.
85
8. Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana Akademik
a. Kurikulum STIT Lingga
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta
cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi.
Kurikulum STIT Lingga memuat standar kompetensi lulusan yang
terstruktur dalam kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang
mendukung tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya
visi program studi. Kurikulum juga memuat mata kuliah/modul/blok
yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan
keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas wawasan dan
memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi
dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus, rencana
pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum STIT Lingga dirancang
berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman
materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills
danketerampilan kepribadian dan perilaku (soft skills)yangdapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Ada pun Kurikulum
Prgram Studi STIT Lingga mengacu pada : Keputusan Mendiknas No.
232/U/2000 dan No.045/U/2002. Keputusan Menag No. 122 Tahun
1988.Hasil rumusan Kopertais wilayah XII Riau-Kepri dan hasil rapat
senat dan unsur Proram Studi unsur stakeholder.101
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan secara teratur, terjadwal,
sistematis dan kontinu untuk setiap semester. Pembelajaran
dilaksanakan menggunakan berbagai strategi dan teknik yang
mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis bereksplorasi, berkreasi
dan bereksperimen dengan memanfaatkan aneka sumber.
101 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
86
Pelaksanaan pembelajaran memiliki mekanisme untuk memonitor,
mengkaji, dan memperbaiki secara periodik kegiatan perkuliahan
(kehadiran dosen jurusan telah menunjuk personel untuk melakukan
monitoring pelaksanaan kuliah. Pada tiap jadwal kuliah, petugas
mendatangi seluruh ruang kuliah, mengisi check-list kehadiran dosen
yang dibubuhi dengan paraf dosen yang bersangkutan pada tiap-tiap
lokasi perkuliahan.
Tiap akhir bulan, dilakukan rekapitulasi kehadiran dosen. Dari data
rekapitulasi ini dapat dilakukan tindakan preventif agar perkuliahan
yang tertinggal dapat segera disesuaikan dan tidak menyimpang
terlalu jauh dari jadwal yang telah disusun. Evaluasi pembelajaran saat
ini dikelola bersama-sama dengan Badan Penjaminan Mutu STIT
Lingga dengan cara menyebarkan kuesioner ke mahasiswa-
mahasiswa. di STIT Lingga menyiapkan borang isian yang
didistribusikan ke jurusan pada akhir semester. Jurusan kemudian
mendistribusikan ke mahasiswa-mahasiswa pada masing-masing
kelas dan mahasiswa mengisi borang tersebut.
Adapun mekanisme evaluasi yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dan tingkat penguasaan materi perkuliahan
berbentuk ujian mid semester dan ujian semester, yang sudah
terjadwal secara universitas. Ujian mid semester dilaksanakan pada
bulan November (untuk semester ganjil) dan bulan April (untuk
semester genap). Sedangkan untuk ujian semester dilaksanakan bulan
Januari (untuk semester ganjil) dan bulan Juni (untuk semester genap)
sesuai dengan kalender akademis yang ditetapkan setiap periode.
Selain itu, juga dilakukan pemberian tugas individual dan kelompok,
tugas pekerjaan rumah, kuis, diskusi kelas dll. Nilai Akhir seorang
mahasiswa pada suatu mata kuliah, merupakan nilai kumulatif semua
kegiatan akademis, dengan persentase bervariasi sesuai dengan
ketetapan dosennya (baik komponennya, bobotnya maupun bentuk
penilaiannya. seperti : Ujian mid semester (35%), Ujian semester
87
(35%), Tugas mandiri (15% )Tugas terstruktur (15%) maka Jumlahnya
100%.
Evaluasi hasil studi dilaksanakan pada berbagai tahapan masa
studi, yaitu setiap akhir semester, pada akhir dua tahun pertama, pada
akhir jenjang studi (semester 8-10), dan pada batas akhir studi
(semester 14). Evaluasi ini dilakukan berdasarkan kepada jumlah SKS
yang telah dapat ditempuh dan Indeks Prestasi (IP). Berdasarkan IP,
seorang mahasiswa mengetahui beberapa beban SKS yang diambil
untuk semester depannya, dengan kisaran beban studi.
Berdasarkan wawancara bahwa monitoring dan evaluasi kinerja
dosen dilakukan ketua prodi dengan memantau buku Absensi Dosen
dan dilaporkan kepada Pembantu Ketua I STIT Lingga. Dosen yang
kurang memenuhi target perkuliahan, diingatkan secara tertulis.
Sedangkan dosen yang tidak hadir tiga kali secara berturut-turut tanpa
alasan yang jelas, akan diganti dengan dosen yang lain. Adapun
rekam kinerja akademik sebagai berikut
1) Kedisiplinan dosen dalam memenuhi jadwal mengajar dan silabus
mata kuliah.
2) Ketepatan waktu dosen dalam memberikan umpan balik kepada
mahasiswa berdasarkan tugas dan ujian yang diberikan.
3) Kelengkapan alat mengajar
4) Dosen dievaluasi setiap akhir semester berdasarkan kriteria,
sebagai berikut:
a) Kesiapan mengajar
b) Ketepatan dalam memulai dan mengakhiri waktu perkuliahan
c) Kejelasan memberikan materi kuliah dan menjawab
pertanyaan /respon mahasiswa.
d) Kesesuaian bahan ajar dengan bidangnya
e) Kemampuan mengarahkan diskusi dan memberikan motivasi
belajar.
88
f) Keterbukaan menerima dan memberikan umpan balik pendapat
mahasiswa
5) Tenaga Kependidikan setiap akhir semester berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
a) Keterampilan dalam mengerjakan sasarana kepegawaian yang
diberikan penilaian 60 %
b) Penilaian perilaku pekerja yang diberikan penilaian 40 %
Sementara monitoring proses pembelajaran mengacu kepada
prosedur baku monitoring dan evaluasi proses pembelajaran Pusat
Penjamin Mutu STIT Lingga yaitu berupa:
1) Mengontrol Aktivitas Mengajar Dosen
2) Memberikan Evaluasi Berupa Umpan Balik Kepada Mahasiswa
Untuk Menilai Belajar Dosen
3) Memberikan Berupa Kuesioner Kepada Mahasiswa
4) Mengevaluasi Proses Pembelajaran Ketika Rapat Akhir Semester
Kepada Mahasiswa
c. Suasanan Akademik
Suasana akademik STIT Lingga mendorong suasana akademik
yang kondusif, terutama dalam:
1) Kebijakan tentang suasana akademik jelas
Kebijakan tentang suasana akademik berperan dalam upaya
mewujudkan proses pembelajaran yang baik dan peningkatan
kegiatan-kegiatan akademik lainnya, seperti penelitian. Untuk itu,
Prodi selalu bertekad untuk menciptakan suasana akademik yang
kondusif. Beberapa pedoman atau SOP telah dibuat untuk
menjamin terwujudnya suasana akademik yang kondusif. SOP
tersebut meliputi antara lain, tatacara kuliah team teaching,
pembimbingan tugas akhir, dan sebagainya.
89
2) Penyediaan Prasarana dan sarana
Selain itu, untuk mendukung interaksi akademik yang kondusif dan
dinamis sebagaimana yang diharapkan seluruh sivitas akademika,
perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang
memadai. Sarana tersebut antara lain berupa fasilitas olahraga
(lapangan basket) dan jaringan internet. Dengan adanya beberapa
jaringan nirkabel (hotspot), mahasiswa memiliki keleluasaan dalam
akses informasi untuk mendapatkan bahan-bahan atau materi ajar
dalam rangka pengayaan ilmu dalam kaitannya dengan
perkuliahan, penyusunan tugas mandiri maupun kelompok, serta
penyusunan tugas akhir.
3) Dukungan Dana
Dukungan dana di STIT lingga dan yayasan disediakan untuk
penelitian dan pengabdian pada masyarakat guna memberi
dukungan finansial kepada dosen-dosen yang ingin
mempublikasikan artikel ilmiahnya ke jurnal nasional terakreditasi
dan mempresentasikannya pada seminar.
4) Kegiatan Akademik
Kegiatan akademik di STIT Lingga di dukung untuk selalu aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan tingkat nasional, seperti program
PIOS dan lain sebagainya. Untuk itu, fakultas menyediakan fasilitas
pelatihan dengan mengundang dosen-dosen di lingkungan STIT
Lingga yang memiliki banyak pengalaman dalam program
kreatifitas mahasiswa atau juga reviewer untuk menjadi
narasumber. Dukungan dana juga disediakan untuk
mengoptimalkan kegiatan tersebut.
90
9. Keadaan Mahasiswa
Tabel: 4.5
Jumlah Mahasiswa102
No
Hal
Jumlah Mahasiswa pada PS:
Total Mahasiswa
pada Fakultas
PS-1 MPI
PS- 2
PAI
PS-3 dst
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1
Program
reguler
1. Mhs. baru bukan
transfer 30 30
2. Mhs. baru
transfer
-
-
3. Total mhs.
regular (Student
Body)
30
30
2
Program
non-
reguler
1. Mhs. baru bukan
transfer
2. Mhs. baru
transfer - -
-
3. Total mhs. non-
reguler (Student
Body)
10. Sarana Prasarana
STIT Lingga saat ini memiliki lahan kampus seluas 2 Ha di
Kelurahan Dabo, kecaatan Singkep yang berstatus kerjasama.
Perencanaan sarana dan prasana terbaru yang masih peletakan batu
pertama milik STIT dengan luas tanah 4,12 ha. Diantaranya tersedia
dari kerjasama ruang kantor Ketua, Pembantu ketua, KA. BAAK dan
staff, Prodi, ruang dosen, ruang rapat, ruang musholla, perpustakaan,
laboraturium prodi MPI.
102 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
91
Prasarana yang ada dapat dinilai telah mencapai tingkat kelayakan
untuk mendukung proses pembelajaran dalam rangka melaksanakan
misi dan mencapai visi. Namun untuk tingkat yang lebih ideal seperti
yang telah dicita-citakan, prasarana yang ada masih tergolong baru
mencapai tingkat minimal.
Sebagai perguruan tinggi /institusi Swasta, sistem perolehan
sarana, fasilitas/peralatan telah dijamin adanya keberlanjutan dan
ketersediaannya. Hal ini sangat jelas selain dari masyarakat STIT
memperoleh anggaran keuangan Negara dan bahkan setiap tahun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Sarana yang ada sekarang dapat dinilai telah mencapai tingkat
kelayakan untuk mendukung proses pembelajaran dalam rangka
melaksanakan misi, dalam mencapai visi. Namun untuk tingkatan yang
lebih ideal seperti yang telah dicita-citakan sarana yang ada tetap
masih terus dilengkapi bahkan yang ada selalu diperbaharui..
Tabel: 4.6
Sarana STIT Lingga103
No. Jenis Sarana Unit Kondisi
(Baik/Tidak Baik)
(1) (2) (3) (4)
1 Komputer - -
2 Laptop 10 Baik
3 Infokus 5 Baik
4 Jaringan Komputer - Baik
5 Kamera Digital 1 Baik
6 Buku Perpustakaan 640 Baik
7 Kipas Angin 10 Baik
8 Kendaraan Dinas Roda 2 1 Baik
9 Kendaraan Dinas Roda 4 1 Baik
103 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
92
10 AC 5 Baik
11 Wireles 1 Baik
Prasarana STIT Lingga telah memungkinkan untuk dapat
menjalankan tri darma perguruan tinggi di STIT Lingga, sehingga
mampu mencapai visi dan misi yang ditetapkan oleh STIT Lingga.
Adapun Prasarana yang dimiliki oleh STIT Lingga adalah sebagai
berikut:
Tabel:4.7
Prasarana STIT Lingga104
Jenis
Nama
Unit
Kondisi
(Baik/Tidak
Baik)
(1) (2) (3) (4)
Prasarana
Gedung Kantor 1 Baik
Ruang Perkuliahan 5 Baik
Ruangan Sidang
Munaqasyah 1 Baik
Ruangan Admministrasi
kelembagaan/akademik 1 Baik
Ruangan Pusat Kegiatan
Mahasiswa 1 Baik
Ruang Perpustakaan 1 Baik
Ruangan Laboratorium
Bahasa 1 Baik
Ruangan Dosen 1 Baik
Ruangan Administrasi dan
akademik 1 Baik
Ruangan Ketua 1 Baik
104 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
93
Ruangan Wakil Ketua 1 Baik
Ruangan Kabag. TU 1 Baik
Ruangan Prodi 2 Baik
RuanganP3M 1 Baik
Ruangan P2M 1 Baik
Mushala Kampus 1 Baik
Ruang Toilet 2 Baik
Tempat Wudhu 1 Baik
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan
1. Kompetensi Sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan
Riau
Dari hasil kajian teori menunjukan bahwa dosen adalah sebuah
nama yang disematkan kepada seorang pendidik atau pengajar yang
terdaftar di perguruan tinggi baik itu yang dikelola oleh pemerintah
ataupun yang dikelola secara mandiri oleh kelompok masyarakat.
Keterlibatan dosen sebagai seorang pendidik sangat dibutuhkan untuk
mendukung terlaksananya tujuan pendidikan secara nasional, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, tuntutan sebagai seorang
dosen tidaklah mudah, karena dosen tidak saja dituntut untuk mendidik,
tetapi juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Atas dasar inilah maka dosen harus
memiliki kompetensi yang mumpuni untuk mendukung setiap
aktivitasnya.
Adapun salah satu kompetensi yang mesti dimiliki oleh dosen
adalah kompetensi sosial. Dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, ortang tua/wali peserta didik dan
masyarakat. Begitu pula menurut Trianto (2006) bahwa kompetensi
94
sosial adalah “kemampuan guru dan dosen dalam membina dan
mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional
maupun sebagai tenaga anggota masyarakat”.
Hasil kajian di bab II menggambarkan bahwa dosen yang
memiliki kompetensi sosial adalah yang memiliki kemampuan dalam
membangun hubungan secara efektif dengan peserta didik
(Mahasiswa), rekan sejawat (sesama Dosen) dan lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu hasil temuan penelitian yang dilaksanakan
di STIT Lingga terkait kompetensi sosial dosen tergambar sebagaimana
berikut;
a. Hubungan Sosial Dosen Dengan Mahasiswa
Hubungan sosial dosen dengan mahasiswa dipotret melalui
interaksi yang terjalin atara mahasiswa dan dosen pada saat
perkuliahan, ataupun pada saat diluar jam perkuliahan. Hasil observasi
ditemukan bahwa hubungan interaksi dosen dan mahasiswa berjalan
dengan baik. Hal ini di perlihatkan dari aktivitas pekuliahan yang ada di
kampus. Dimana rata-rata mahasiswa yang di wawancarai
menyatakan hubungan mereka dengan dosen terjalin dengan baik.
Bahkan menurutnya dosen tidak pernah mempersulit mahasiswa yang
ingin berkonsultasi. Dimanapun dan kapanpun bisa dilakukan. Apalagi
pada saat berada didalam kelas. Dosen sangat terbuka sekali
menerima pendapat dan kritik dari mahasiswa. Bahkan tidak jarang
dosen sebelum menutup perkuliahan meminta pandangan kepada
mahasiswa terkait pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah
di sampaikan. Sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:
“ya, kalau untuk masalah komunikasi, sangat terbuka sekali, dalam
kegiatan pembelajaran biasanya, kami para mahasiswa diberikan
kesempatan untuk bertanya seputar materi yang telah disampaikan,
bahkan rata-rata dosen sebelum memulai materi biasanya bertanya
terlabih dahulu bagaimana kondisi kesehatan, keluarga dan lain
sebagainya, dan sebelum menutup perkuliahan menanyakan
95
tentang pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah
disampaikan.105
Hasil Observasi menunjukan pula bahwa proses pembelajaran
dikelas dilaksanakan secara teratur, terjadwal, dan tersistemetis pada
tiap semester. Pembelajaran yang di laksanakan oleh dosen
menggunakan berbagai strategi dan teknik yang mendorong
mahasiswa untuk berpikir kritis, bereksplorasi, berkreasi dan
bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber bacaan.
Adapun mekanisme evaluasi yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan para mahasiswa dan tingkat penguasaan materi
perkuliahan berbentuk ujian mid semester dan ujian semester, yang
sudah terjadwal.
Selain itu, juga dilakukan pemberian tugas individual dan kelompok,
tugas pekerjaan rumah, kuis, diskusi kelas dll. Nilai Akhir seorang
mahasiswa pada suatu mata kuliah, merupakan nilai kumulatif semua
kegiatan akademis, dengan persentase bervariasi sesuai dengan
ketetapan dosennya baik komponennya, bobotnya maupun bentuk
penilaiannya. seperti : Ujian mid semester (35%), Ujian semester
(35%), Tugas mandiri (15% )Tugas terstruktur (15%) maka Jumlahnya
100%.
Evaluasi hasil studi dilaksanakan pada berbagai tahapan masa
studi, yaitu setiap akhir semester, pada akhir dua tahun pertama, pada
akhir jenjang studi semester 8-10, dan pada batas akhir studi semester
14. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan jumlah SKS yang telah dapat
ditempuh dan Indeks Prestasi (IP). Berdasarkan IP, seorang
mahasiswa mengetahui beberapa beban SKS yang diambil untuk
semester depannya, dengan kisaran beban studi.
105 Wawancara dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
96
Hasil monitoring dan evaluasi kinerja dosen juga dilakukan oleh
ketua prodi dengan memantau buku absensi dosen dan dilaporkan
kepada Pembantu Ketua I STIT Lingga. Dosen yang kurang memenuhi
target perkuliahan, diingatkan secara tertulis. Sedangkan dosen yang
tidak hadir tiga kali secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas, akan
diganti dengan dosen yang lain.
Proses pembelajaran tentu tidak hanya melibatkan mahasiswa
pandai dan cerdas, namun dalam proses tersebut pasti ada
mahasiswa yang kurang memahami penjelasan dosen yang telah
disampaikan. Oleh sebab itu dosen dituntut untuk memiliki strategi
dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan
keterbukaan, karena dengan keterbukaan itu akan menimbulkan rasa
nyaman bagi mahasiswa.
Sebagaimana hasil wawancara dengan dosen menurutnya
keterbukaan memang sangat diperlukan ketika dalam melaksanakan
perkuliahan didalam kelas. Karena ketika dosen terbuka dalam
perkuliahan maka mahasiswa juga akan memberikan respon yang
sama.106 Bahkan apa yang dilakukan dosen tersebut dapat menjadikan
mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar. Hasil wawancara
menjelaskan bahwa pendekatan persuasive yang dilakukan dosen
terhadap mahasiswa ternyata dapat membuat hubungan antara dosen
dan mahasiswa menjadi cair.
Hal ini juga terungkap melalui kutipan hasil wawancara dengan
dosen MPI. Dimana ia mengungkapakn bahwa sebagian mahasiswa
telah memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pendekatan
personal kepada dosen.107 Pendekatan personal itu tidak hanya
dilakukan di dalam kelas tetapi juga diluar kelas. Dalam kelas
mahasiswa terlihat aktif dengan memberikan tanggapan serta serta
106 Hasil Wawancara dengan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
107 Ibid.,
97
keritiknya terhadap persolan yang dianggap bertentangan dengan
pemikirannya.
Apalagi jika materi yang disampaikan berkaiatan dengan gejala
sosial. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa merasa dekat dengan
dosen, sehingga dengan rasa bangga ia tidak sungkan untuk
menyampaikan pendapatnya. Selain keaktifan mahasiswa dalam
kegiatan pembelajaran dikelas, dosen juga sangat terbuka dengan
mahasiswa yang hendak berkonsultasi tentang persoalan keluarga
maupun pekerjaan. Keterbukaan ini menunjukan kepedulian sosial
dosen terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mahasiswa.
Karena rata-rata mahasiswa yang kuliah di STIT lingga adalah mereka
yang rata –rata memiliki aktivitas pekerjaan disiang hari, kemudian
malam hari nya mereka kuliah di STIT LIngga. Sebagaimana kutipan
hasil wawancara dengan Ketua Prodi MPI berikut:
“Ya jadi Kedekatan kami dengan mahasiswa selama ini sangat
baik. Artinya mereka tidak segan untuk bertanya ataupun
bersilaturahim dengan kami. Namanya dunia kampus, tentunya
pola berpikir mereka juga sudah lebih maju dibandingkan dengan
anak-anak yang ada disekolah sehingga mereka lebih dewasa
untuk di ajak berdialog dan berdiskusi karena mereka lebih
dewasa. Bahkan pada umumnya mahasiswa angkatan pertama
dan kedua disini kebanyakan sudah berkeluarga sehingga kadang
mereka berkonsultasi tentang masalah keluarga, maupun masalah
pekerjaan, karena mereka pada umumnya juga telah bekerja. Jadi
siang hari mereka bekerja malam harinya mereka kuliah. Dan
banyak juga yang mengeluhkan rasa capek, karena siangnya harus
bekerja malamnya juga harus kuliah. Dan saya sampaikan juga
pada mereka, inilah yang namanya perjuangan, karena perjuangan
itu membutuhkan pengorbanan, dan pengorbanan itu adalah rasa
capek, tetapi nanti hasilnya akan bisa dirasakan.”108
Selain adanya keterbukaan, dosen STIT lingga sangat aktif dalam
mengikut sertakan mahasiswa di berbagai kegiatan sosial
108 Wawancara dengan Ketua Prodi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
98
kemasyarakatan. Seperti keterlibatan dosen dalam mendorong
mahasiswa untuk tanggap dan peduli terhadap bencana alam ataupun
bencana kemanusiaan. Sebagai mana hasil wawancara berikut:
“Ya, kita disini sangat aktif dalam mendorong aktivitas sosial
mahasiswa untuk peka terhadap lingkungan sosial masyarakat,
sehingga jika terjadi musibah besar seperti kebakaran, bencana
alam dan lainnya, mahasiswa disini terlibat langsung dalam
penggalangan dana, bahkan jika dibutuhkan ada yang menjadi
relawan”. 109
Lebih lanjut PK III mengungkapkan:
Kalau arah nya kesitu, kita juga memang sudah melakukan
beberapa kegiatan, kebetulan sayakan PK III sebagai pembantu
ketua III dibidang kemahasiswaan kami bekerja sama dengan BEM
melakukan kegiatan yang sifatnya sosial, gotong royong kita juga
pernah mengadakan ketika kabupaten lingga itu lagi gencar-gencar
nya melakukan gotong royong untuk Adipura. Jadi kita ikut turun
berpastisipasi mengajak menghimbau, seluruh mahasiswa dan
masyarakat untuk bergotong royong dalam rangka mendukung
program pemerintah tersebut. Kita juga pernah melaksanakan
kegiatan penanaman manggrofe di pinggir pantai pasir kuning,
terus kita juga mengadakan bakti sosial yang sifatnya menggalang
dana ketika ada bencana-bencana yang kira-kira sifatnya umum
contohnya ketika kemaren di Dae ada kebakaran, untuk
membangun kompetensi sosial kita turun kejalan kita arahkan
mahasiswa itu untuk membantu para korban melalui gotong royong
dan penggalangan dana.110
Lebih lanjut PK III mengungkapkan:
“disamping itu, ada juga dosen yang aktif sebagai pembicara
dalam kegiatan diskusi bulanan yang dilaksnakan oleh BEM.
Tujuan diskusi ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sosial
mahasiswa. Adapun tema-temanya itu tentang sosial misalnya
109 Wawancara dengan Ketua Prodi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
110 Wawancara dengan Ketua PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
99
peran mahasiswa dalam mengawal kebijakan pemerintah. peranan
mahasiwa dalam pemberantasan buta aksara, peran mahasiswa
membangun hubungan bermasyarakat”.111
Dengan adanya bimbingan dan arahan dari dosen, mahasiswa
senantiasa aktif dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakat, baik
yang sifatnya insidental maupun yang terprogram. Kegiatan sosial
insidental seperti penggalangan dana terhadap korban bencana alam,
seperti musibah longsor, banjir, dan kebakaran. Sementara kegiatan
yang terencana seperti terlibat dalam kegiatan pemberatasan buta
aksara, kemudian mengedukasi masyarakat melalui penanaman hutan
mangrofe. Kegiatan sosial tersebut merupakan upaya dosen dalam
menghadirkan sikap empatik mahasiswa melalui berbagai aktivitas
sosial yang ada didalam dan diluar kampus.
Soetjipto menegaskan, seorang dosen akan dikatakan memiliki
kompetensi sosial yang baik apabila ia memiliki citra diri dan jiwa sosial
yang tinggi. Ia banyak menjadi panutan atau teladan bagi orang yang
ada di sekelilingnya. Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan
ketika melakukan kritik, teguran, dan nasehat. Bahasa yang santun
akan menjadi solusi dalam menyampaikan kritik, ataupun saran. Rasa
empatik merupakan pendekatan yang dapat dilakukan dosen dalam
berinteraksi dengan sesama dosen, mahasiswa dan masyarakat.
Dengan demikian dapat diambil satu pemahaman bahwa dosen
di STIT Lingga memiliki kepedulian terhadap lingkuangan dan situasi
sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai,
moral, dan adat istiadat yang berlaku. Dosen juga bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Bahkan dosen di STIT Lingga memiliki kelebihan dalam
merealisasikan kepedulian sosial dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga bisa di jadikan contoh bagi para mahasiswa.
111 Ibid.,
100
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang
mahasiswa mengatakan ada juga dosen STIT Lingga yang sulit untuk
di ajak berinteraksi karena memang dosen tersebut jarang berada
dikampus. Hasil wawancara dengan mahasiswa:
“ ada juga dosen yang susah untuk di temui, karena kegiatan beliau
yang padat, dan sering keluar daerah, jadi kita kalau mau ketemu
beliau untuk melakukan konsultasi harus intip –intip, kalau tidak
begitu juga harus pendai lah mendekati beliau, kalau dak tu
susahlah nak interaksi dengan beliau, tak sama dosen-dosen yang
lain, yang memang selalu stanbay di kampus”.112
Menurut supardan interaksi sosial adalah proses sosial yang
menyangkut hubungan timbal balik antar pribadi, kelompok, maupun
pribadi dengan kelompok. Interaksi sosial tersebut merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas sosial. Oleh karena itu sudah menjadi
keharusan jika dosen menyediakan waktu untuk beriteraksi dengan
mahasiswa. Karena lewat interaksi tersebut akan terjadi hubungan
timbal balik antara dosen dan mahasiswa.
Jika ada dosen yang tidak ingin berinteraksi tentu saja transfer
pengetahuan dari dosen ke mahasiswa akan terhambat dan tidak
berjalan dengan baik. Hal ini jelas tidak sejalan dengan kompetensi
sosial dosen. Akan tetapi menurut ketua yayasan STIT Lingga bahwa
dosen itu memiliki cara yang berbeda dalam berinteraksi dengan
mahasiswa. Ada dosen yang sangat dekat dengan mahasiswa
sangking dekatnya mereka terlihat seperti teman akrab. Ada pula yang
menjaga wibawa kalau dihadapan mahasiswa karena memang
bawaaan sikap dan prilaku nya seperti itu. Ada juga dosen yang cara
interaksi agak unik, yakni kadang terlihat sangat dekat dengan
112 Wawancara dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
101
mahasiswa tapi terkadang juga sangat cuek. Intinya setiap dosen
memiliki gaya sendiri dalam berinteraksi.113
Gaya interaksi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang
terspesialisasi dan digunakan dalam suatu sistem tertentu. Masing-
masing gaya terdiri dari sekumpulan prilaku yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Kesesuaian dari gaya interaksi yang digunakan
bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).
Pengirim dalam hal ini adalah dosen. Dosen tentu
mengharapkan bahwa maksud dari penjelasan yang diucapkan akan
diterima oleh mahasiswa. Dosen memiliki peran penting pada proses
tersebut. Kegiatan pembelajaran bagi sebagian mahasiswa akan
terasa jenuh jika pengirim pesan, dalam hal ini dosen, tidak dapat
membangkitkan semangat mereka. Sedangkan penerima pesan
adalah mahasiswa. Mahasiswa juga dituntut untuk berusaha
memahami materi yang disampaikan dosen. Ketika belum memahami
maksud yang disampaikan, mahasiswa tidak boleh merasa malu untuk
bertanya.
Namun dalam proses perkuliahan, dosen tidak hanya berperan
sebagai pengirim pesan, tapi juga penerima pesan. Begitu pula
sebaliknya, mahasiswa juga dapat disebut sebagai pengirim pesan.
Hal ini karena setiap mahasiswa perlu menyampaikan ide maupun
gagasan saat perkuliahan berlangsung. Saat dosen berperan sebagai
penerima, dan pada saat itulah dosen perlu menjadi pengirim pesan
lagi ketika alur berpikir mahasiswa dirasa kurang benar. Gaya interaksi
dosen akan terlihat pada saat itu. Gaya interaksi ini ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa, dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
113 Wawancara dengan ketua yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
102
Menurut hasil wawancara dengan sejumlah mahasiswa bahwa
sebagian mahasiswa lebih menyukai jika dosen menggunakan gaya
bersahabat atau friendly style, yaitu gaya interaksi yang ditampilkan
seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu memberikan respon
positif, dan mendukung.114 Karena efek ini membuat mahasiswa
mencari interaksi dengan dosen. Komunikasi dalam gaya interaksi ini
menggunakan bahasa tubuh dan komunikasi verbal. Hal tersebut
menunjukkan citra diri orang lain dengan menunjukkan bahwa mereka
orang yang ramah. Gaya interaksi ini juga ditandai oleh pengakuan
dari prestasi dan nilai.
Mahasiswa juga menyukai gaya berkesan atau impression style.
Hal ini menyebabkan mereka mudah mengingat materi kuliah yang
disampaikan dosen. Gaya berkesan adalah gaya interaksi yang
merangsang orang lain sehingga mudah diingat. Orang yang
menggunakan gaya ini menyampaikan pesan dengan cara yang unik
dan mudah bagi penerima pesan untuk membedakan dari komunikator
lainnya. Kualitas ini membuat orang menggunakan gaya meninggalkan
kesan mudah diingat.
Gaya berkesan yang dimiliki dosen dapat terlihat saat
menyampaikan materi, baik itu melalui bahasa yang digunakan
maupun gerak tubuh. Kata-kata yang diucapkan dosen akan berkesan
jika memiliki gaya tersendiri dan dapat diingat oleh mahasiswa.
Sementara gerak tubuh yang unik dapat berkesan di hati mahasiswa.
Contohnya dosen menggunakan logat saat berbicara serta sikap
santai dan memiliki aura.
Interaksi yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa
dimaksud untuk memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam
konteks kemampuan sosial. Hal tersebut dapat tersalurkan setiap
kesempatan, misalnya saat berlangsung proses pembelajaran di kelas.
Dosen tentu menginginkan agar dirinya terlihat berwibawa saat
114 Wawancara dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
103
melakukan proses pembelajaran. Kewibawaan yang dibentuk karena
kepintaran dan kecerdasan cenderung dapat bertahan lama. Karena
kewibawaan tersebut berasal dari dirinya sendiri, bukan orang lain.
Beberapa cara yang dilakukan seseorang untuk menjaga
kewibawaannya antara lain menjaga penampilan (rapi dan sopan),
selalu menjaga sikap dan perilaku, meningkatkan kualitas diri, cerdas
bertutur, pandai menjaga diri (kapan harus bicara, kapan harus diam).
Interaksi yang dilakukan dosen saat melakukan proses pembelajaran,
tentu berbeda dengan interaksi yang dilakukan saat berbincang santai
dengan teman maupun keluarga. Mahasiswa tentunya menantikan
keterangan yang bersifat ilmiah. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa interaksi dosen adalah proses penyampaian suatu pernyataan
yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa yang bertujuan untuk
memberikan ide berupa pengetahuan baru dalam konteks keilmuan
dan sosial.
Disamping itu terdapat pula beberapa kendala yang dihadapi
oleh dosen dalam berinteraksi dengan mahasiwa diantaranya:
Pertama, pengetahuan dan pengalaman dosen dalam pengajaran.
Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan sistem pembelajaran yang ada
diruang kelas dimana dosen terlihat belum terbiasa menggunakan IT
sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Bahkan
ada juga dosen yang menggunakan buku-buku terbitan lama sebagai
sumber rujukan perkuliahan.
Hal ini dikarenakan keterbatasan sarana prasarana perkuliahan
yang belum maksimal, begitu juga dengan contoh –contoh penjelasan
yang disampaikan oleh dosen belum sepenuhnya menampilkan
Inovasi-Inovasi. Meskipun sudah sangat baik dalam penyampaian
materi perkuliahan, kurangnya luasnya pengalaman dalam mengajar,
dan terbatasnya referensi dalam membaca, menyebebkan dosen
merasa sulit untuk mengeksplorasi pengetahuannya secara luas dan
104
mendalam. Sehingga materi yang disampaikan terkesan tidak luas.
Sebagai mana kutipan wawancara berikut:
“ rata –rata dosen yang mengajar dikampus ini sudah mencukupi
syarat dengan kualifikasi pendidikan S2 di berbagai perguruan
tinggi dalam dan luar negeri. Jadi secara pengalaman maupun
keilmuan sudah baik. Hanya saja memang masih terbatas jika
dibandingkan dengan dosen-dosen yang lebih senior yang secara
pengalaman jauh lebih dulu dan lebih luas. Namun perlu disadari
juga, kita ini kan berada dilingkungan yang secara atmosfir
akademinya masih perlu peningkatan. Udah itu, referensi dan
sumber bacaan secara ilmiah juga masih sangat terbatas, jadi mau
gak mau para dosen wajib untuk mengembangan kompetensinya
secara mandiri, dengan lebih banyak membaca dan mencari
pengalaman diluar.”115
“jika dilihat dari segi keilmuan, kita sangat menyadari bahwa
dibandingkan dengan temen-temen dosen yang ada diluar tentu
jauh sekali, karena memang pertama kita disini masih baru, jadi
memang belum cukup pengalaman menjadi dosen. Maka nya
dosen-dosen disini berupaya aktif dalam melakukan kajian diskusi,
agar terus dapat mengasah bidang keilmuannya masing-masing,
karena dengan kita rajin diskusi tentunya akan mempengaruhi cara
berfikir kita, tetapi kalau menuntup diri ya sabatas itulah
kemampuan kita, intinya dosen disini meskipun dengan
keterbatasan yang ada namun tetap bersemangat dalam menggali
setiap potensi yang dimiliki.116
Kecerdasan dosen pada dasarnya tidak lagi diukur pada skala
waktu tertentu dan melalui tes standar semata. Tetapi kecerdasan
dosen merupakan proses berkelanjutan yang bermuara pada
tercapainya tujuan yang ditargetkan. Berdasarkan konfigurasinya,
manusia memiliki spektrum kecerdasan penuh dan setiap individu
mampu mewujudkan ciri-ciri kognitif yang sanggup memunculkan
keunggulan-keunggulan sesuai dengan bakat dan karakternya. Karena
115 Wawancara dengan dosen PAI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
116 Wawancara dengan dosen MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
105
kunci sukses perkuliahan adalah dosen yang memiliki tiga kualifikasi
utama, yakni memiliki kapabilitas, loyalitas, dan akuntabilitas.
Seorang dosen harus memiliki kapabilitas yang baik dalam
bidang keilmuannya ditandai dengan pendidikan yang linier dengan
cabang atau bidang ilmu yang akan menjadi tanggung jawabnya;
produktif dalam menulis baik untuk bahan ajar maupun artikel untuk
disampaikan dalam jurnal, forum seminar atau simposium; Dosen
harus memiliki loyalitas yang baik, karena dosen yang pintar tidak akan
bisa menghantarkan para mahasiswanya menjadi pintar jika tidak
pernah terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
Untuk itu, dosen harus mampu mengelola hubungan yang
membutuhkan berbagai keterampilan, kecakapan dan kapasitas dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam ruang kelas. Signifikansi
kompetensi sosial bagi dosen bisa akan sangat dapat diraskan, jika
dosen memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas.
Kedua adalah Waktu – karena perkulihan yang dilaksanakan
pada malam hari sehingga intensitas tingkat pertemuan mahasiswa
dan dosen menjadi sangat terbatas, disamping itu juga sering kali
jadwal kegiatan sosial bertepatan dengan jadwal kerja mahasiswa
sehingga tidak banyak mahasiswa yang ikut terlibat dalam kegiatan
sosial. Sebagaimana hasil kutipan wawancara berikut:
“kalau kendala nya gini pak. Jadi mahasiswa itu kan banyakan
pekerja pak, sehingga kendala mereka itu dari segi waktu dan
tenaga. Jadi memang kita baru bisa melakukan perkuliahan itu
setelah mereka pulang kerja. Mungkin faktor capek dan lain
sebagainya, namun itu salah satu saja. Faktor lain Kalau untuk
kegiatan sosial di luar kampus, jika berbenturan dengan pekerjaan
atau kegiatan mereka, tentu juga menjadi terkendala. Namun kalau
misalnya mereka itu tidak ada kegiatan yang berbenturan dengan
kegiatan lain, misal mereka gak kerja, mereka tidak ada acara
penting lain, maka mereka semua ikut andil, intinya mereka itu
106
sangat inginlah mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ada, dan
kalau mereka ikut tentulah sangat bersemangat sekali.117
Dari hasil wawancara diketahui bahwa, waktu juga menjadi
kendala dalam interaksi sosial dosen disebabkan karena jam
perkuliahan dengan mahasiswa dilakukan pada malam hari. Rata-rata
mahasiswa pada siang hari sibuk bekerja. Dengan sistem perkuliahan
yang dilakukan pada malam hari, ruang interaksi antara mahasiswa
dan dosen menjadi terkendala, karena terbatas waktu. Maka dosen
dengan berbagai upaya mengoptimalkan waktu yang terbatas itu,
dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi
atau berkonsultasi setelah jam perkuliahan selesai. Sebagai solusi
dosen memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya melalui
WA grup, ketika ada pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas dan
belum terungkap dalam diskusi kelas. Tujuannya agar mahasiswa
benar-benar dapat mengembangkan kreativitas berpikirnya serta dapat
memahami materi yang telah disampaikan secara jelas.
Karena Menurut J.P. Guilford kreativitas adalah kemampuan
berpikir divergen (menyebar, tidak searah) untuk menjajaki bermacam-
macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama
benarnya. Definisi Guilford ini memberikan pemahaman bahwa
kreativitas adalah kemampuan dalam berpikir untuk memilih. Setiap
persoalan sebenarnya membukakan banyak pilihan. Ada beragam
pilihan yang terbuka, yang antara satu sama lain memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Jika menurut penilaiannya sebuah
pilihan dirasa kurang tepat, pikiran secara otomatis akan melompat
kepada alternatif lainnya yang memungkinkan. Terlihat bahwa
kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam kemampuan manusia
berpikir. The Liang Gie kemudian merumuskan makna kreativitas
sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan
117 Wawancara dengan PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
107
baru. Kretivitas sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang,
yaitu proses seseorang dalam menciptakan gagasan baru.
Kemampuan berpikir divergen biasanya didorong oleh pola
komunikasi yang diterapkan oleh dosen kepada mahasiswa. Dengan
memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menanggapi
persoalan dari berbagai sudut pandang, akan membentuk cara berpikir
mahasiswa yang kreatif, tidak terbatas pada suatu hal, dan mendorong
mahasiswa untuk mengembangkan ide-idenya. Satu hal mendasar
yang menjadi titik temu yaitu kemampuan untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru.
Kreativitas sendiri bukan hanya merupakan hasil dari proses
berpikir yang disengaja, melainkan juga merupakan suatu anugerah
dari Yang Kuasa kepada siapa saja yang dikehendaki. Dalam
pemaknaan semacam ini, kreativitas merupakan potensi yang bersifat
alamiah pada semua manusia. Dalam istilah Islam disebut sebagai
fitrah, yaitu potensi yang bersifat suci, positif, dan siap berkembang
mencapai puncaknya.
Dengan demikian, sesungguhnya kreativitas adalah potensi
yang dianugerahkan tuhan kepada setiap manusia. Selain sentuhan
dari dosen, kreativitas mahasiswa bisa tumbuh dan berkembang
karena bersentuhan dengan faktor internal dan eksternal. Salah satu
tujuan penting pengajaran adalah membantu mahasiswa menjadi lebih
kreatif.
Kreativitas berpikir sebagai potensi memang memiliki dua
kemungkinan, yaitu statis dan bahkan mungkin hilang atau tumbuh dan
berkembang dengan pesat. Statisnya kreativitas terjadi ketika
mahasiswa tidak mendayagunakannya untuk mengembangkan dirinya
secara optimal. Potensi besar yang ada dalam dirinya pun perlahan
tetapi pasti kemudian melemah dan sangat mungkin hilang. Sementara
jika dilatih dan dikembangkan, kreativitas berpikir mahasiswa dapat
melejit secara mengagumkan.
108
Ketiga, keterbatasan anggaran juga menjadi penghambat dari
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial dosen dan mahasiswa.
Sebagaimana hasil wawancara dengan dosen:
“Menurut kami, yang menjadi kendala-kendala dalam kegiatan
sosial itu, selain waktu ya karena terbatasnya anggaran dana
kegiatan sosial. Selama ini kegiatan sosial yang kita lakukan diluar
itu sangat mendapat dukungan dari kampus, artinya kampus sangat
merespon itu, tapi karena keterbatasan dana yang ada, jadi untuk
kegiatan sosial itu kita tidak minta dari kampus, kalaupun ada
dosen yang mau menyumbang dan berpartisipasi pasti kita terima,
karena kegiatan sosial diluar kampus ini murni dari upaya dosen
dan mahasiswa secara mandiri. Niatnya itu untuk meningkatkan
kepekaan sosial mahasiswa, dan itung-itung ibadah.118
Dari kutipan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa
terbatasnya anggaran juga menjadi kendala dalam melaksanakan
kegiatan sosial di luar kampus. Artinya ditemukan adanya beberapa
kendala yang menjadi persoalan terhadap kompetensi sosial dosen
dalam berinterakasi dengan mahasiswa baik di dalam maupun di luar
kampus. Namun demikian hubungan antara dosen dengan mahasiswa
tetap terjalin secara harmonis, hal ini dilihat dari bagaimana cara dosen
memperlakukan mahasiswanya baik didalam maupun diluar kelas.
Diantara beberapa dosen tidak segan untuk menjadi teman dan tempat
mahasiwa berkonsultasi, baik masalah perkuliahan, maupun masalah
pribadinya, sehingga tidak terjadi jarak antara mahasiswa dan dosen.
Disamping itu juga dosen senantiasa mendorong para mahasiwa untuk
meningkatkan kepekaan sosialnya, terhadap berbagai persoalan yang
ada di sekitarnya. Dosen senantiasa memberika contoh-contoh melalui
sikapnya yang peduli, ramah, santun dan mengahargai pendangan
dari mahasiwa, tidak serta merta cuek terahadap persoalan yang
hadapi oleh mahasiswa. Maka wajar jika hubungan mahasiswa dan
118 Wawancara dengan dosen MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
109
dosen terjalin dengan baik. Meskipun tetap ditemukan adanya oknum
dosen yang sulit untuk di ajak berkomunikasi, hal tersebut disebabkan
aktifitas dosen yang disbukan dengan pekerjaan administrasi.
b. Hubungan Sosial Dosen Dengan Dosen
Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi sosial dosen di
STIT Lingga dapat dilihat dari hubungan interaksi antara dosen
dengan dosen. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat
hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dosen sebagai
manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi adalah
syarat utama terjadinya hubungan sosial.
Hasil wawancara dengan dosen terungkap bahwa interaksi
sosial dosen dengan dosen di STIT Lingga berjalan secara harmonis.
Interaksi itu ini dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Misalnya
pada saat bertemu di ruang dosen, dimana dosen terlihat saling tegur
sapa antara satu dan yang lainnya. Bahkan ada juga yang
membicarakan tentang hal-hal positif sesuai tema-tema yang sedang
menarik untuk di kaji dan di diskusikan. Sebagai mana hasil kutipan
wawancara berikut:
“Kalau udah ketemu itu, macam – macam yang dibahas, mulai dari
urusan yang sifatnya akademik maupun yang non akademik, ya
bebaslah pokoknya. Kadang-kadang isu yang dibahas para dosen
itu bukan yang sifatnya lokal saja, tetapi juga ada isu-isu nasional
yang menarik untuk dikaji. Jadi tidak monoton hanya pada masalah
akademik saja”.119
Demikian juga kutipan wawancara dengan ketua prodi MPI.
“Hubungan kami sesama dosen sangat baik sekali, kalau dari
kepedulian sosial sesama tentulah, disini budaya kekeluargaan
sangat dijaga sekali, disamping itu dosen-dosen disinikan masih
119 Wawancara dengan Dosen MPI Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
Lingga
110
sangat sedikit untuk komunikasi dan hubungan silaturahim terus
kita jaga dan kita pertahan kan, misal ketika ada yang sakit itu wajib
kita jenguk, intinya para dosen disini sangat peduli antar sesama
dosen”.
Kutipan wawancara di atas, menyimpulkan bahwa interaksi
sesama dosen terjadi karena adanya hubungan yang dinamis. Yang
menyangkut hubungan orang-perorang, kelompok perkelompok,
ataupun orang perorang dengan kelompok. Karena jika dilihat dari cara
interaksinya, setiap dosen berupaya memahami ucapan dan bahasa
yang disampaikan oleh lawan bicaranya.
Interaksi antar dosen tidak hanya terjadi ketika berada di dalam
kampus saja, melainkan juga ketika berada diluar kampus. Diluar
kampus interaksi mereka terhubung melalui grup WA. Dengan interaksi
tersebut memperlihatkan bahwa hubungan antar sesama dosen di
STIT Lingga berjalan dengan baik. hal ini senada dengan pendapat
Spencer bahwa kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku
atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul simpul kerja
sama dengan orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi
permasalahan ditempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara
watak dan konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan
sosial konseptual.
c. Hubungan Sosial Dosen Dengan Masyarakat
Dalam menjalani kehidupan sosial, dosen menjadi tokoh dan
panutan dilingkungan sekitarnya. Sebagai individu yang berkecimpung
dalam pendidikan, dosen wajib memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai
pendidik dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Hal ini
dikarenakan adanya persepsi bahwa pesan-pesan yang disampaikan
dosen bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru
atau diteladani.
111
Untuk itu, dosen mesti mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat setempat. Apabila ada nilai yang
bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dosen menyikapinya
dengan hal yang bijak sehingga tidak terjadi benturan nilai antara
dosen dengan masyarakat. Apabila terjadi benturan antara keduanya
maka akan berakibat pada terganggunya proses interaksi yang terjadi
antara dosen dan masyarakat. Oleh karena itu, seorang dosen
haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila terjadi
perbedaan nilai dengan masyarakat, dosen dapat menyelesaikannya
dengan baik dan bijaksana.
Menurut Adam kompetensi sosial mempunyai hubungan yang
erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi.
Maka kompetensi sosial merupakan salah satu jenis kompetensi yang
harus dimiliki oleh dosen, kompetensi ini merupakan suatu hal yang
penting. Kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi,
hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan wawancara,
observasi dan dokumentasi diketahui bahwa dosen di lingkungan STIT
lingga tidak hanya memiliki aktifitas di dalam kampus sebagai dosen,
tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, sebagai mana
kutipan wawancara berikut:
“aktvitas saya selain menjadi ketua prodi, aktif di STIT saya juga
aktif mengajar di Di MTS Negeri Lingga dan Madrasah Aliah. Saya
Juga aktif dalam kegiatan organisasi masyarakat Misal PHBI,
LPTQ, Dai, Imam, dan Khotib di masjid-masjid yang ada di
kecamatan singkep. Selain itu juga saya aktif dikegiatan sosial
keagamaan seper Nahdhotul Ulama. Ya tentu, ada pengaruhnya
karena dengan kita ada pengalaman diluar, disamping kita
menyampaikan mata kuliah yang berkaitan juga, kita bisa
menyampaikan kepada mereka pengalaman – pengalaman kita,
112
selama berkecimpung di masyarakat yang mana mudah-mudahan
hal ini bisa diterapkan oleh mahasiswa nanti ketika mereka turun
kemasyarakat”.120
Hasil wawancara ini juga dibenarkan oleh PK III bidang
Kemahasiswaan, menurutnya:
“Untuk kompetensi sosial dosen dikampus ini saya rasa tidak perlu
ada keraguan pak, karena memang selain kita melihat mereka
punya kemampuan akademik yang baik tentunya mereka juga
memiliki jiwa sosial yang baik pula, contoh saja dalam kegiatan
sehari –hari di masyarakat rata-rata dosen – dilingkungan ini,
dipercaya sebagai pengurus masjid, langgar atau surau, karena
memang sesuai juga dengan keahliannya di bidang agama, ada
juga dosen yang menjadi penceramah dalam kegiatan-kegiatan
hari besar Islam. Ada juga yang tinggal diperumahan dipercaya
menajadi RT dan lain sebagainya, jadi bisa dibahasakan rata-rata
dosen yang ada dikampus ini memiliki kopetensi sosial yang
baik.121
Hasil wawancara dengan Ketua yayasan juga menyampaikan
bahwa:
“ Untuk menilai apakah dosen itu memiliki jiwa sosial yang tinggi
dari mana, ya kan bisa kita lihat dari aktivitas nya dimasyarakat,
kalau dia banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat itu
artinya kompetensi sosialnya bagus, karena kalau tidak bagus tidak
mungkin dia di percaya di lingkungan masyarakat, begitu juga
dosen –dosen yang ada di STIT lingga ini. Selain mereka mengajar
mereka juga punya aktivitas sosial ditengah masyarakat, seperti
dipercaya menjadi pengurus masjid, imam, khotib, dan lain
sebagainya.”122
120 Wawancara dengan ketua Program Studi MPI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Lingga 121
Wawancara dengan PK III Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga 122
Wawancara dengan yayasan Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
113
Dari petikan wawancara di atas peneliti meyimpulkan bahwa
dosen selain memiliki aktivitas akademik didalam kampus juga aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang ada di luar kampus, seperti dalam
kegiatan PHBI, dimana ada dosen yang menjadi panitia ada pula yang
menjadi penceramah dalam kegiatan tersebut. Ini menunjukan bahwa
secara sosial, dosen memiliki hubungan yang baik terhadap
masyarakat sehingga selain menjadi pengajar dosen juga aktif dalam
kegiatan sosial keagamaan.
Terjadinya hubungan sosial ini tentunya karena adanya rasa
saling percaya antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Proses hubungan sosial ini terjadi karena merupakan proses timbal
balik yang mana ada pengaruh yang di timbulkan dari individu yang
satu kepada individu atau kelompok yang lebih besar. Dengan
demikian secara tidak sadar dosen memiliki kemampuan
mempengaruhi kelompok lain melalui hubungan sosial yang di miliki.
Namun hubungan sosial tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi
sosial yang didasari dari kontak sosial dan komunikasi sosial. Karena
tidak mungkin hubungan sosial itu akan terhubung tanpa didasari pada
adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya.
Kontak sosial berlangsung melalui organisme fisik, seperti
dalam pembicaraan, pendengaran, melakukan gerak pada badan,
melihat dan lainnya. Bahkan bisa juga dilakukan dengan secara tidak
sengaja seperti melalui tulisan dan dengan cara berhubungan secara
jarak jauh. Artinya kepercayaan masyarakat terhadap dosen itu,
muncul karena adanya kontak yang dilakukan melalui aktivitas sosial –
keagamaan di tengah masyarakat. Maka wajar jika sebagian dosen
dipercaya masyarakat untuk menjadi pengurus di satu lembaga,
karena selain memiliki kompetensi sosial yang baik, dosen juga
dipercaya sebagai orang yang terdidik dan terpelajar.
114
Menurut soejono kontak sosial itu ada dua macam, yaitu kontak
sosial yang primer dan yang skunder. Yang primer adalah kontak
sosial dalam bentuk tatap muka, bertemu, jabat tangan, bercakap-
cakap, berdialog diantara orang yang melakukan kotak sosial.
Sedangkan yang skunder adalah kontak yang dilakukan secara tidak
langsung, yaitu kontak sosial yang membutuhkan perantara. Hal ini
sama dengan hubungan kontak sosial yang tidak berhubungan secara
langsung melainkan adanya perpanjangan melalui orang lain, ataupun
media masa.
Jika merujuk pada hasil wawancara bahwa kepercayaan
masyarakat terhadap dosen di STIT Lingga terjadi karena kontak sosial
secara langsung dan tidak langsung. Yang secara langsung adalah di
mana dosen aktif dalam kegiatan pengajaran di kampus, maupun luar
kampus. Sementara, kontak sosial yang secara tidak langsung
terbentuk karena adanya kepercayaan yang tinggi terhadap kampus.
Jadi dosen-dosen yang ada di STIT Lingga telah di anggap memiliki
kemampuan yang cukup sehingga dapat dipercaya mengisi kegiatan –
kegiatan sosial ke-agaamaan yang ada dimasyarakat, semisal menjadi
penceramah dalam kegiatan PHBI.
Hubungan sosial di STIT Lingga terjadi karena adanya kontak
sosial, karena kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau
lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan
tujuan masing-masing dalam kehidupan sosial. Kontak sosial terjadi
tidak semata-mata oleh karena aksi belaka, akan tetapi harus melalui
syarat tertentu yaitu reaksi dari pihak lain sebagai lawan dari kontak
sosial. Disamping kontak sosial menurut peneliti kepercayaan terhadap
dosen STIT Lingga disebabkan adanya komunikasi sosial. Dimana
komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang yang
satu dengan yang lainnya.
Menurut Soerdjono, komunikasi adalah bahwa sesorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, perasaan –perasaan
115
akan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan pada orang lain. Dan dalam komunikasi banyak sekali
penafsiran terhadap perilaku dan sikap masing-masing orang yang
berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan juga bahwa interaksi
sosial dosen dengan lingkungan sosial masyarakat sangat variatif.
Dalam hal tertentu ada dosen yang menjadi motor penggerak dan
motivator dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.
Kebanyakan masyarakat merespon dengan baik dan antusias,
sehingga menghadirkan hubungan yang baik dan akrab. Bahkan ada
juga dosen yang kehadirannya sangat ditunggu berbagai kegiatan
sosial keagamaan dimasyarakat. Sebagaimana yang telah dijelaskan
di awal. Hubungan intraksi sosial yang baik dimasyarakat, menciptakan
banyak peluang yang bisa dilakukan oleh dosen, salah satunya dalam
memberikan edukasi.
“begini, memang ada jugalah dosen kita itu selain dia sebagai
dosen, tetapi aktif juga di organisasi yang ada di luar, ada yang
aktif di KNPI, yang bergerak dalam organisasi kepemudaan dan
sosial, dan ada juga dosen yang aktif terlibat dalam organasisai
keagamaan, seperti NU ataupun Muhamadiyah. Dalam setiap
kegiatan itu, pasti ide-ide dan gagasan dari mereka yang banyak
dipakai, begitu”123
Hal senada Juga di ungkapkan PK III:
Ya selain saya aktif di KNPI, saya juga aktif PGRI, asosiasi Guru,
Perkumpulan orang jawa, atau wisnu murti, dengan adanya kita
bersosialisasi diluar kampus itu artinya kita sedang
mengembangkan jiwa sosial sebagai dosen, karena dengan
semakin banyaknya kita bersosialisasi maka jiwa emosional kita
dan jiwa sosial kita akan semakin tumbuh kan seperti itu. Jadi
123 Wawancara dengan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
116
nantinya akan membentuk karakter kita menjadi manusia yang
tidak hanya individu tetapi manusia yang berjiwa sosial.124
Selain itu, berdasarkan hasil observasi ditemukan pula bahwa
sebagian dosen di STIT Lingga terlibat aktif dalam kegiatan-kegitan
kebudayaan, adat istiadat yang ada di masyarakat, diantaranya
keterlibatan dosen dalam aktivitas mandi safar misalnya. Kegiatan
mandi safar ini adalah kegiatan yang secara simbolis dilakukan sejak
kabupaten lingga dilahirkan, kegiatan ini biasanya dimulai dari arak-
arakan yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa yang dipilih secara
khusus untuk dimandikan secara simbolis sampai dibalai adat. Prosesi
ini diawali dengan penyerahan sekol (gayung dari tempurung kelapa)
oleh hulubalang (pengawal), sebelum dimandikan biasanya tokoh adat
yang dituakan diminta untuk membacakan doa-doa tolak balak dan
memamsuk isim (doa-doa yang dituliskan) kedalam sebuah kendi kecil,
kemudian dilanjutnya secara bersama-sama pembacaan doa selamat
yang dilakukan secara adat. Menariknya kegiatan ini, memperlihatkan
kekentalan adat istiadat melayu yang menggunakan pakaian melayu
baik peserta maupun tamu undangan, ditambah lagi dengan kehadiran
pemuda berpakaian hitam dengan memegang tombak yang bertugas
tak ubahnya seperti pengawal pada masa kesultanan melayu.
Menurut hasil wawancara dengan dosen yang juga sebagai
pengurus LAM, secara historis, kegiatan mandi safar ini merupakan
warisan yang telah ada dari masa kerajaan Riau Lingga. Yakni pada
masa Sultan Abdulrahman Muazamsayah, yang mengajak masyarakat
untuk terlebih dahulu mandi safar disebuah kolam dengan harapan
terhindar dari segala macam balak dan musibah. Tidak berbeda
dengan kegiatan mandi safar saat ini, dimana secara simbolis
merupakan rangkaian adat untuk memanjatkan doa-doa kepada tuhan
yang maha kuasa agar terlindung dari segala macam marabahaya.
124 Wawancara dengan PK III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
117
Selain mandi safar, banyak lagi aktivitas sosial yang melibatkan
para dosen ditengah masyarakat, diantaranya adalah kegiatan adat
basuh lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif saman, kenduri dan
kegiatan adat lainnya. Artinya, dosen memiliki keterlibatan dalam
beberapa aktifitas adat dan budaya yang ada di masyarkat, hal ini
menandakan bahwa para dosen memiliki kepedulian dan kepekaan
sosial yang tinggi dalam menjaga tradisi dan budaya yang berkembang
di masyarakat setempat.
Bahkan dalam kegiatan sosial kagaamaan, para dosen juga
senantiasa terlibat aktif, baik dalam program maupun dalam
kepengurusan. Namun, ada juga oknum dosen yang tidak aktif dalam
kegiatan sosial masyarakat dikarenakan, kesibukan dalam hal
administrasi kampus. Dimana dosen –dosen tersebut sangat jarang
terlibat dalam aktivitas sosial dimasyarakat, karena aktivitas mereka
yang lebih cendrung pada kegiatan –kegiatan yang sifatnya
administarsi. Sehingga jarang terlibat dalam interaksi sosial ditengah
masyarakat.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa, sebagian dosen di
STIT Lingga memiliki keterlibatan yang kuat ditengah masyarakat
terkait dengan kompetensi sosialnya. Karena ia tidak hanya aktif dalam
kegiatan sosial keagamaan, tetapi juga aktif dalam memahami
kegiatan adat istiadat yang ada dikabupaten lingga. Disisi lain juga,
ditemukan bahwa sebagian dosen juga terlibat dalam kepengurusan
LAM kecamatan maupun kabupaten, ini menandakan bahwa para
dosen juga berperan aktif dalam menjaga tradisi-tradisi yang ada
masyarakat melayu, serta memiliki kompetensi sosial dan kepedulian
terhadap adat istiadat.
Maka dari hasil temuan penelitian ini dapatlah diambil benang
merah bahwa kompetensi sosial dosen dapat dilihat dari hubungan
interaksi dan kerjasama yang terjalin dengan baik antara dosen
118
dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, dan dosen dengan
masyarakat. Implikasinya adalah terciptanya sebuah sikap saling
terbuka, saling memahami antara satu dengan lainnya. Sikap saling
terbuka dan saling memahami adalah reaksi dari kepadulian dan
kepekaan sosial yang tinggi, kepedulian sosial yang tinggi merupakan
abstraksi dari kompetensi sosial yang baik. Artinya dapat disimpulkan
bahwa kompetensi dosen di STIT lingga sesuai dengan indikator
penelitian, dilihat dari bagaimana cara dosen berinteraksi dengan
mahasiswa, sesama dosen, dan lingkungan masyarakat. Hal ini
senada dengan pernyataan Arikunto yang mangatakan bahwa
kompetensi sosial dosen tercermin melalui indikator hubungan yang
terjalin secara efektif (1) antara dosen dengan mahasiswa, (2) dosen
dengan dosen, (3) dosen dengan masyarakat.
Nilai terkandung dalam hubungan sosial dosen, mahasiswa dan
masyarakat menjadi nilai yang signifikan dalam kehidupan sosial. Nilai
itu adalah pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku yang peduli
antar sesama yang bersumber dari kompetensi sosial. Nilai ini menjadi
prinsip, ukuran, dan landasan kehidupan dosen dalam bersosialisasi,
menjadi dasar dalam berinteraksi, menjadi landasan dalam
membangun solidaritas dan integrasi, dan menjadi basis dalam
penyelesaian masalah. Praktek kompetensi sosial ini malahirkan nilai-
nilai yang dapat membentuk struktur sosial yang kokoh, menjamin
terlaksananya fungsi sosial dengan baik, mendorong terjadinya
hubungan sosial yang harmonis, dan membangun penanganan
problem sosial yang berwawasan kemanusiaan dan kepercayaan.
Sedangkan inti dari komptensi sosial dosen adalah kemampuan
menghargai keragaman, menyampaikan pendapat dengan runtut,
efisien dan jelas, menghargai pendapat orang lain, mengelola
kehidupan ruang kelas secara efektif, serta mampu membina suasana
kerja yang kondusif, dan mimiliki kepekaan sosial yang tinggi di di
tengah masyarakat.
119
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen
di STIT Lingga
Sebagaimana terungkap dari hasil penelitian dilapangan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi bahwa ada banyak faktor
yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen diantaranya adalah
faktor personal yang meliputi pengetahuan sosial dosen, keterampilan
sosial dosen dan sikap sosial dosen.
Dilihat dari sudut pandang personal seorang dosen memiliki
kecendrungan sosial yang berbeda karena dipengaruhi oleh benyak
faktor, misalnya faktor bawaan individunya, fakto pengalaman
pendidikannya, faktor sosial yang ada di sekitarnya. Faktor personal
disini adalah cara memandang ke obyek tertentu dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya mencakup usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan. Karakteristik personal mencakup sifat-sifat berupa
kemampuan dan ketrampilan, latar belakang keluarga, sosial,
pengalaman, umur, kebangsaan, jenis kelamin, dan lainnya yang
mencerminkan sifat demografis tertentu, serta karakteristik psikologis
yang terdiri atas presepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor personal dosen yang
ikut mempengaruhi kompetensi sosial dosen, adalah Pertama
pengetahuan sosial. Hasil wawancara bersama salah seorang dosen
menuturkan bahwa;
“ada banyak faktor yang sekiranya mempegaruhi kompetensi sosial dosen, yakni adalah pengetahuan sosial dosen itu sendiri. Pengatahuan itu didapat dari pengalaman hidup, pendidikan dan interaksi sosialnya dimasyarakat. Artinya pengetahuan sosial dosen itu akan memberikan pengaruh besar terhadap kompetensi sosialnya.125
125 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
120
dosen;
Hal yang sama juga terungkap dari hasil wawancara dengan
“Kompetensi sosial dosen itu berbeda-beda, tergantung tingkat pengalaman, pengetahuannya di masyarakat. dosen yang memiliki pengetahuan sosial yang tinggi biayasanya memiliki kompetensi sosial yang lebih, biayasa mereka mendapatkan kepercayaan yang lebih dimasyarakat dibanding dengan dosen-dosen lainnya. ya karena pengetahuan sosial dan pergaualan sosialnya yang luas, termasuk jaringannya. Orang yang memiki kompetensi sosial biasa mereka tidak bisa jauh dari lingkungan sosialnya.126
Pengetahuan sosial disini diartikan sebagai sebuah
pengetahuan mengenai manusia dalam konteks sosialnya atau
sebagai anggota masyarakat. Pengetahuan sosial itu meliputi interaksi
sosial, budaya, kebutuhan materi, pendidikan, norma dan peraturan,
sikap dan reaksi kejiwaan, dan geografi. Pengetahuan sosial dosen
terlihat dari sebuah proses sosial yang timbul sebagai akibat
hubungan timbal balik yang berkaitan dengan norma, nilai, peran dan
semua yang diperlukan dalam mengahasilkan partisipasi dan
hubungan yang efektif dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan sosial dosen
di STIT lingga ditunjukan dari kemampuan dosen memberikan
pemahaman kepada para mahasiswa tentang bagaimana menjaga
hubungan sosial sesama manusia, tanpa harus saling mendiskriditkan
antara satu dengan yang lainnya, rasa saling menghargai perbedaan
dalam keragaman, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya
menjaga hubungan sosial secara baik.127
Pengetahuan sosial dosen juga ditunjukan dari hasil tulisan-
tulisan dosen yang menyoroti tentang tardisi yang berkembang di
daerahnya, seperti tulisan yang menyoroti tentang tradisi mandi safar
126 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
127 Observasi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
121
yang merupakan sebuah warisan budaya yang masih dipertahankan
oleh masyarakat lingga.
Tradisi mandi safar ini, adalah upacara atau ritual yang
didalamnya terdapat pembacaan doa-doa agar terhindar dari segala
macam musibah. Tradisi mandi Safar adalah salah satu tradisi lama
Melayu yang hingga kini masih terjaga eksistensinya di Kabupaten
Lingga. Tradisi lama yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun
silam ini digelar setiap tahun di bulan Safar dalam hitungan Tahun
Hijriah.128
Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Negeri Bunda Tanah
Melayu secara turun temurun sejak lama. Bahkan, Sultan-sultan
zaman dahulu juga telah melakukan kegiatan yang memiliki makna
luar biasa itu. Tradisi Mandi Safar juga dilaksanakan masyarakat
Lingga umumnya. Ada yang melaksanakannya secara berkelompok di
tempat pemandian umum dan ada juga yang melaksanakannya di
sekitar masjid-masjid yang ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dosen yang
memiliki pengetahuan sosial yang luas cendrung memiliki komptensi
sosial yang baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan
sosial seorang dosen berpengaruh terhadap kompetensi sosialnya.
Pengetahuan sosial yang luas akan berdampak pada prilaku sosial
dan sikap sosialnya, termasuk ketika berinteraksi dengan mahasiswa
melaui ruang perkuliahan, atau dengan sesama rekan dosen pada
saat bekerjasama dalam sebuah tim, begitu juga dengan aktivitas
sosialnya dimasyarakat. Artinya, secara personal dosen yang memiliki
pengetahuan sosial yang luas, akan mempengaruhi kompetensi
sosialnya secara personal, hal ini akan terlihat dari keterampilan dan
sikapnya pada saat bersosialisasi dengan orang lain.
128 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
122
Kedua, Keterampilan sosial dosen, hasil kajian teori
menunjukan bahwa keterampilan sosial merupakan pikiran, tindakan,
dan aktivitas regulasi emosi yang memungkinkan seorang individu
untuk mencapai tujuan personal atau tujuan sosial, menjaga
kesesuaian dengan partner sosialnya
Keterampilan sosial ini diperlihatkan oleh dosen di STIT Lingga
dari kemampuan untuk memulai, membangun, dan menyokong
hubungan yang baik dengan orang lain, misalnya hubungan antara
dosen dengan mahasiswa dimana dosen dalam beberapa kasus
memperbolehkan dan mempersilahkan mahasiswanya untuk
menyampaikan pendapatnya tentang materi yang telah disampaikan
oleh dosen, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memberi kritik
dan masukannya, karena poroses yang terjadi adalah hubungan timbal
balik yang positif antara dosen dengan mahasiswa.129
Kemudian juga keterampilan dosen ini terlihat dari kemampuan
dosen untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat dengan
orang lain misalnya, dalam pengerjaan borang akreditasi masing-
masing dosen saling memberi masukan dan saling melengkapi
kekurangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjalin
hubungan yang kompak dalam menyelesaikan setip permasalahan
yang dihadapi; keterempilan sosial juga ditunjukan dari kemampuan
dosen untuk membuat dan memelihara hubungan intim yang saling
menguntungkan antara sesama tim misalkan pada saat ada dosen
yang mengalami kesulitan dalam suatu bidang keilmuan, biasanya
dosen lainnya membantu untuk saling memberikan solusi dan
melengkapi; kemudian keterampilan dosen juga ditunjukan dari sikap
empati, baik sesama rekan dosen ataupun dengan mahasiswa.130
129 Observasi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
130 Ibid.,
123
Menurut Michelson, Sugai, Wood, dan Kazdin mengemukakan
bahwa keterampilan sosial diperoleh individu melalui pendidikan.
Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi
efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana
keterampilan ini merupakan perilaku yang di peroleh melalui
pendidikan.
Dosen dengan keterampilan sosial akan mampu
mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam
hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Keterampilan
sosial dosen merupakan cara dalam melakukan sebuah interaksi, baik
dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan
orang lain.
Goleman mengamati bahwa orang-orang yang terampil dalam
berinteraksi memiliki kecerdasan sosial yang dapat menjalin hubungan
dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan
perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisasi dan pintar
menangani perselisihan yang muncul, sedangkan Buck menjelaskan
bahwa keterampilan sosial merujuk kepada kemampuan-kemampuan
khusus yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal.
Selanjutnya kecerdasan interpersonal menurut Hatch dan
Gardner mempunyai 4 (empat) kemampuan terpisah sebagai
komponen-komponennya, yaitu kemampuan mengorganisir kelompok,
kemampuan merundingkan pemecahan, kemampuan menjalin
hubungan, dan kemampuan analisis sosial. Selanjutnya Goleman
berpendapat bahwa keterampilan sosial adalah seni atau kemampuan
untuk menangani emosi orang lain dalam menggugah tanggapan yang
dikehendaki (direspons) kepada orang lain.
124
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
keterampilan sosial dosen STIT lingga merupakan kemampuan untuk
melakukan interaksi, baik secara verbal maupun non verbal yang dapat
diterima atau ditanggapi (direspon) serta bermanfaat bagi dirinya
maupun orang lain dan kemampuan seseorang dalam
menyeimbangkan kemampuan proses berfikir yang diekspresikan
secara kultural, seperti berbagi, membantu seseorangyang sedang
membutuhkan dan mengungkapkan simpati.
Keterampilan sosial dosen STIT Lingga juga juga terlihat dari
cara bergaul dengan lingkungannya yang dilakukan dengan menjalin
komunikasi dan bentuk perilaku. Keterampilan sosial yang dimiliki
dosen membantu dirinya untuk memudahkan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan kampus dan masyarakat dengan mentaati norma-
norma yang berlaku di tempat tersebut. Keterampilan sosial dosen
yang baik akan mempengaruhi kompetensi sosialnya terutama dalam
hal menghargai orang lain, tidak bersifat individual, dan mudah bergaul
dengan lingkungan sekitarnya.131
Ketiga, Sikap sosial dosen, berdasarkan pendapat Maio dan
Haddock sikap sebagai evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek
berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral. Sax
menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu: komponen
kognisi, afeksi, dan konasif.
Komponen kognisi merupakan kenyakinan/kepercayaan
seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar tentang
objek sikap berdasarkan persepsi-persepsi terhadap fakta. Komponen
kognitif berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, kenyakinan, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap. Mengapa orang percaya atau mempunyai
kepercayaan? Kepercayaan datang dari apa yang telah dilihat atau
apa yang telah diketahui. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu
131 Ibid.,
125
kemudian terbentuk suatu ide/persepsi mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek tersebut.
Komponen afeksi merupakan perasaan-perasaan seseorang
terhadap suatu objek sikap yang bergantung pada nilai-nilai
komponen afeksi ialah komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
Komponen perilaku atau komponen konasi dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya. Perilaku diasumsikan bahwa banyak dipengaruhi
kepercayaan dan perasaan. Maksudnya orang berperilaku dalam
situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan
oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus
tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras
dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap. Karena itu,
adalah logis bahwa sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku terhadap objek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap sosial dosen STIT
Lingga merupakan kemampuan yang dibentuk sesuai pengalaman
individu dalam interaksi sosialnya. Pembentukan dan perubahan sikap
sosialnya ternyata dipengaruhi oleh dua faktor yakni: (1) faktor
psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan,
dan kepatuhan, (2) faktor kultural atau kebudayaan seperti status
sosial, lingkungan keluarga dan pendidikan yang menentukan sikap
sosialnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah sikap sosial dosen
yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya, pengaruh orang lain,
pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan agama, dan
emosional.
126
Pengalaman pribadi menjadikan dasar pembentukan sikap
sosial yang kuat, sedangkan pengaruh orang lain pada umumnya
cenderung untuk memiliki sikap sosial yang konformis atau searah
dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dengan orang
yang dianggap penting tersebut. sementara kebudayaan memiliki
implikasi terhadap sikap sosialnya sebagai akibat dari kebiasaan yang
melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan bahwa kompetensi
sosial dosen juga dipengaruhi oleh lingkunganya. lingkungan yang
dimaksud mencakup tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan
tanah, keadaan alam; Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan
warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan,
pandangan hidup, keagamaan; Kelompok hidup bersama (lingkungan
sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bekerja, dan masyrakat.
Lingkungan sosial disini adalah sebuah wilayah dimana
terjadinya sebuah interaksi sosial antara dosen dengan mahasiswa,
antara dosen dengan sesama rekan dosen, dosen dengan lingkungan
masyakarakat. Pranata sosial yang dihasilkan adalah simbol dari nilai
dan norma yang berlaku dalam lingkungan sosial. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi
kompetensi sosial dosen adalah sebuah lingkungan tempat dimana
terjadinya proses interaksi sosial, yang mengahasikan simbol, nilai dan
tradisi yang melekat dalam aktivitas sosialnya. Sebab faktor lingkungan
menjadi salah faktor external yang ikut mempengaruhi kompetensi
sosial dosen.
127
3. Upaya Peningkatan Kompetensi Sosial Dosen
Berdasarkan hasil temuan melalui wawancara, observasi,dan
dokumentasi terlihat ada beberapa langkah yang dilakukan sebagai
sebuah upaya dalam peningkatan komptensi sosial dosen di STIT
Lingga yakni:
a. Mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran
sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya dan tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial .
Dari hasil penelitian di temukan bahwa peningkatan
pengetahuan sosial dosen di lakukan dengan banyak hal;
Pertama: melalui kajian dan diskusi dosen dengan
melibatkan komunitas adat dan budaya. Kajian dan diskusi dosen
adalah kegiatan yang biasa di lakukan untuk meningkatkan
pengetahuan sosial dosen. Diskusi dan kajian dosen dilakukan
secara rutin dengan melibatkan dosen, mahasiswa dan kelompok-
kelompok studi masyarakat, seperti seperti LAM Keacamatan/
Kabuapaten. Diskusi dan kajian ini, juga memotret persoalan
persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.132
Kedua: dilakukan pelatihan dan pembinaan tentang
peningkatan kompetensi sosial dosen. Pelatihan dan pembinaan
ini tidak saja di batasi pada kompetensi sosial saja, tetapi juga
kompetemsi-komptensi pendukung lainnya. Hal ini dilakukan
sebagai langkah dalam memberikan bimbingan dan arahan
kedapa dosen untuk memiliki kecakapan sosial yang tinggi.
sebagaimana terungkap dari hasil wawancara dengan dosen.
“Ya,salah satu diantara peningkatan kompetensi sosial dosen, adalah dilakukan pembinaan dan pelatiahan. Pembinaan dan pelatihan ini, tidak saja fokus pada peningkatan Kompetensi
132 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
128
sosial dosen, tetapi juga merujuk pada komptensi-kompetensi lainnya, yang wajib dimiliki oleh dosen.133
Hasil observasi dan wawancara menunjukan, bahwa
kegiatan pembinaan dan pelatihan tidak saja dilakukan didalam
kampus, tetapi juga dilakukan diluar kampus, dengan mengahadiri
acara –acara seminar yang dilaksanakan oleh mitra kampus.
Disamping itu juga, kegiatan pembinaan dan pelatihan melibatkan
lembaga luar melalui kerjasama yang terjalin oleh pihak kampus.
Ketiga adalah mendorong keterlibatan dosen dalam aktivitas
sosial di masyarakat. Upaya ini dilakukan, untuk memberikan
kesempatan pada dosen agar bisa berimporovisasi di tengah
masyarakat. Keterlibatan dosen melalui aktivitas sosialnya, akan
berimplikasi pada kompetensi sosialnya. Atas dasar inilah
pimpinan, senantiasa memberi suport kepada civitas akademika
STIT Lingga untuk lebih aktif terlibat dalam aktivatas sosial di
masyarakat.
b. Mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan
sosial yang terjadi ditengah masyarakat
Pertama, memberikan kesempatan kepada dosen untuk
terlibat dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan
memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam
kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang ada di tengah masyarakat.
Misalkan saja penyuluhan pemberantasan buta aksara al-quran,
yang melibatkan kemenag dalam penyelesaian buta aksara alquran
di Kabupaten Lingga.
Kedua, membangun hubungan kerjasama melalui desa
binaan. Hubungan kerjasama melalui desa binaan, dilakukan
dengan mengawali kerjasama dengan pihak desa. Yang dilakukan
133 Wawancara dengan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
129
melalui kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini
kemudian di tindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap
dosen memiliki kewajiban untuk membina desa –desa tersebut,
melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.134
Ketiga, memberikan kesempatan kepada dosen untuk
melakukan kegiatan PKM di Masyarakat. Kegiatan PKM ini erat
hubungannya dengan kegiatan KKN mahasiswa dan Desa binaan.
Dosen di berikan kesempatan untuk melakukan pengabdian diri
ditengah masyarakat, dengan cara memberikan pelatihan dan
bimbingan, yang paling sering dilakukan adalah dengan
memberikan pendampingan terhadap kegiatan sosial keagamaan.
c. Membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus
dan di luar kampus
Pertama, memberdayakan dosen dan mahasiswa untuk
terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hampir sama dengan telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa upaya lainnya dalam
meningkatkan kompetensi sosial dosen yang dilakukan oleh STIT
Lingga adalah dengan membangun komunitas sosial yang ada
lingkungan kampus dan diluar kampus, yang tujuan nya
menghimpun dan mefasilitasi kegiatan-kegiatan amal, dan
kepakaan sosial terhadap situasi yang terjadi. Komunitas sosial ini,
berguna untuk memberikan contoh dan edukasi yang baik kepada
para mahaiswa untuk senantiasa peduli terhadap lingkungannya.
Komunitas sosial ini, bergerak dalam berbagai penyaluran dana
bantuan terhadap korban bencana alam misalnya, yang di Inisiasi
oleh kampus melalui Komunitas ini. Yang didalamnya terlibat dosen
dan mahasiswa sebagai pembina dan pengurus.135
134 Dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
135 Ibid.,
130
Kedua, melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin
hubungan emosional yang harmonis antara dosen dengan
mahasiswa, dosen dengan sesama dosen, dan dosen dengan
masyarakat. Kegiatan lainnya yang terpotret pada saat observasi
dilakukan adalah kegiatan yang berhubungan dengan keterjalinan
hubungan emosional antara dosen dan mahasaiswa, rekean
sesama dosen, d dosen dan masyarakat adalah kegiatan sejenis
PHBI dan kegiatan keagamaan lainnya yang tidak saja melibatkan
dosen tetapi juga melibatkan unsur civitas akademika yang ada di
STIT Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan romadhon
adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen dan
mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah
safari romadon misalnya yang juga dilakukan pada aktivitas bulan
romadhon yang juga melibatkan dosen dan mahasiswa. 136
2. Analisis Hasil
Jika di lihat dari hasil penelitian ini ada banyak temuan yang bisa
dipaparkan dan dikaji secara ilmiah.
a. Kompetensi Sosial Dosen
Pertama bahwa kompetensi sosial dosen dapat dilihat dari
hubungan sosial dosen yang terjalin antara dosen dengan mahasiswa,
dosen dengan dosen, dan dosen dengan lingkungan masyarakat.
Hubungan dosen dengan mahasiswa terpotret pada aktivitas
perkuliahan yang terjalin dalam lingkungan dan suana ademik yang
kondusif. Dimana dosen,dalam perkuliahan menunjukan sikap yang
peduli dan respek terhadap mahasiswa. Dosen juga dalam berinteraksi
terlihat ramah dan luwes dalam memberikan pemaparan terhadap
kondisi sosial yang terjadi, ini menunjukan bahwa sebagian besar
dosen yang ada STIT lingga memiliki kompetensi sosial yang sesuai
dengan teori yang ada. Dimana dosen selaku Individu yang terdidik
dapat memberikan contoh, prilaku dan interaksi sosial yang baik dan
136 Wawancara dengan dokumen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Lingga
131
terbuka pada mahasiswanya. Hal ini juga ditunjukan pada saat
observasi dilaksanakan dimana dosen, dalam perkuliahan sangat
begitu terbuka dalam penyampaian materi, bahkan dosen tidak
sungkan dalam mendengarkan keluhan, kritik bahkan masukan dari
mahaiswa. Dalam beberapa kasus, sebelum menutup perkuliahan
dosen juga senantiasa memberikan pandangan penutup nya, terhadap
kritik yang disampaikan mahasiswa kepada nya.
Kedua, hubungan dosen dengan dosen juga terjalin harmonis,
hal ini terpotret dari kerjasama yang terjalin dalam melaksanakan
berbagai aktivitas dosen yang ada dikampus, aktivitas ini meliputi
perkuliahan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Terjalinnya
komunikasi dosen ini, karena adanya ruang dialog dan diskusi antar
sesama dosen, baik itu pada saat jam istirahat diruang tunggu,
maupun pada saat-saat rapat. Dalam menyelesaikan sebuah masalah
misalnya, masing-masing dosen akan saling membantu dan
melangkapi, misalkan pada saat observasi dilakukan para dosen
sedang aktiv dalam berdiskusi terkait pembuatan borang dalam rangka
akreditasi prodi. Terlihat keakraban yang terkomunikasi dengan baik
dan saling melengkapi antara satu dengan lainnya. masing-masing
dosen memiliki peran yang berbeda-beda tetapi disatu sisi juga saling
membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Hal ini menandakan
adanya simbiosis mutualisme antara dosen yang satu dengan dosen
yang lainnya. Pekerjaan yang dilakukan secara bersama –sama jauh
lebih efektif dibandingkan dengan bekerja secara individu. Dalam
konteks ini, pekerjaan dosen dilakukan melalui pembagian tugas yang
jelas berdasarkan keahlian dan kompetensinya.
Ketiga, hubungan dosen dengan lingkungan masyarakat.
Hubungan sosial yang terjalin di masyarakat juga terkesan
harmanonis, hal ini di tandai dengan padatnya aktivitas dosen yang
ada dimasyarakat, seperti aktivitas dosen sebagai, pend‟ai, imam dan
penyuluh. Aktivitas sosial dosen juga tampak pada, tingginya tingkat
132
kepercayaan masyarakat kepada sebagian besar dosen di STIT
Lingga untuk menjadi pengurus dibeberapa organisasi keagamaan
seperti NU dan Muhamidyah. Bahkan ada juga dosen dipercaya
sebagai pengurus LAM baik ditingkat kecamatan maupun di tingkat
kabupaten. Keterlibatan dosen dalam aktivatas sosialnya juga tampak
pada kegiatan-kegiatan dosen dalam tradisi adat istiadat yang di
masyarkat, seperti terlibatny dosen dalam tradisi mandi syafar, basuh
lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif saman, kenduri dan
kegiatan adat lainnya. Selain itu, ada juga dosen yang dipercaya
dalam mengurus kegiatan kepemudaan Seperti KNPI. Aktivitas sosial
lainnya juga tampak pada kegiatan hari besar islam, dimana sebagian
besar dosen diberikan kesempatan untuk menjadi penceramah, tidak
saja diwilayah lingga, bahkan sampai kewilayah tetangga.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Kompetensi sosial
merupakan kemampuan dosen untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, dan masyarakat
sekitar. Komunikasi dosen dengan mahasiswa dimulai dari komunikasi
yang dibangun secara personal dan kelompok, baik dalam proses
perkuliahan di ruang kelas maupun perkuliahan di luar ruang kelas.
Komunikasi dengan sesama dosen terjalin dalam hubungan kerjasama
tim yang kompak dan harmonis, sedengkan komunikasi dengan
masyarakat terbangun dari hubungan sosial dan aktivitas sosial yang
ada dimasrakat.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Dosen
Adapun faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen
adalah, faktor personal dan lingkungan sosial dosen. Faktor personal
adalah faktor internal dosen yang meliputi pengetahuan sosial dosen,
keterampilan sosial dosen dan sikap sosial dosen, sedangkan
lingkungan sosial dosen adalah lingkungan tempat dimana dosen
tinggal, tempat dimana dosen bekerja dan tempat dimana dosen
memiliki aktivitas sosial dimasyarakat. Namun hasil penelitian juga
133
menunjukan bahwa kompetensi sosial dosen dipengaruhi oleh
pengalaman pendidikan dan kehidupan sosialnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, yang dapat
mempengaruhi kompetensi sosial dosen adalah personal dosen itu
sendiri, lingkungan sosialnya, dan pengalaman hidupnya. Pengalaman
hidup ini menjadi sebuah nilai yang melakat dalam kepribadiannya
sehingga menjadi sebuah nilai. Dosen yang memiliki kompetensi sosial
adalah dosen yang mampu berdaptasi dengan lingkungan sosialnya
secara efektif.
c. Upaya Peningkatan Kompetensi Sosial Dosen
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi dosen
adalah; pertama mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan
kesadaran sosial dosen terhadap adat istiadat (sosal-agama), budaya
dan tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial . Peningkatan
pengatahuan dan kasadaran sosial ini dilakukan melalui kajian dan
diskusi dosen dengan melibatkan komunitas adat dan budaya. Kajian
dan diskusi dosen adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan sosial dosen. Diskusi dan kajian dosen
dilakukan secara rutin dengan melibatkan dosen, mahasiswa dan
kelompok-kelompok studi di masyarakat, seperti seperti LAM
Kecamatan/ Kabupaten. Diskusi dan kajian ini, juga memotret
persoalan-persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.
Selanjutnya dilakukan pelatihan dan pembinaan tentang
peningkatan kompetensi sosial dosen. Pelatihan dan pembinaan ini
tidak saja dibatasi pada skop kompetensi sosial saja, tetapi juga
kompetemsi-kompetensi pendukung lainnya. Hal ini dilakukan sebagai
langkah dalam memberikan bimbingan dan arahan kedapa dosen
untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dan yang terahir adalah
mendorong keterlibatan dosen dalam aktivitas sosial di masyarakat
Upaya ini dilakukan, untuk memberikan kesempatan pada dosen agar
bisa berimporovisasi di tengah masyarakat.
134
Upaya Kedua adalah mendorong partisipasi dan keterlibatan
dosen dalam kegiatan sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang
dilakukan dengan cara, memberikan kesempatan kepada dosen untuk
terlibat dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan
memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam kegiatan
penyuluhan-penyuluhan yang ada ditengah masyaakat. Misalkan saja
penyuluhan pemberantasan buta aksara alquran, yang melibatkan
guru ngaji dan kemenag dalam penyelesaian buta aksara alquran di
Kabupaten Lingga.
Selanjutnya membangun hubungan kerjasama melalui desa
binaan. Hubungan kerjasama ini, dilakukan dengan mengawali
kerjasama kampus dengan pihak desa. Yang dilakukan melalui
kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini kemudian
ditindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap dosen memiliki
kewajiban untuk membina desa –desa tersebut, melalui berbagai
kegiatan pemberdayaan. Dan yang terakhir adalah memberikan
kesempatan kepada dosen untuk melakukan kegiatan PKM di
masyarakat. Kegiatan PKM Ini erat hubungannya dengan kegiatan
KKN mahasiswa dan desa binaan. Dosen diberikan kesempatan untuk
melakukan pengabdian diri ditengah masyarakat, dengan cara
memberikan pelatihan dan bimbingan, yang paling sering dilakukan
adalah dengan memberikan pendampingan terhadap kegiatan sosial
keagamaan.
Ketiga membangun komunitas sosial yang ada lingkungan
kampus dan diluar kampus dengan memberdayakan dosen dan
mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. tujuan nya
adalah menghimpun dan mefasilitasi kegiatan-kegiatan amal, dan
kepakaan sosial terhadap situasi yang terjadi. Komunitas sosial ini,
berguna untuk memberikan contoh dan edukasi yang baik kepada para
mahaiswa untuk senantiasa peduli terhadap lingkungannya. Komunitas
sosial ini, bergerak dalam berbagai penyaluran dana bantuan terhadap
135
korban bencana alam misalnya, yang di Inisiasi oleh kampus melalui
komunitas ini. Yang didalamnya terlibat dosen dan mahasiswa sebagai
pembina dan pengurus.
Selanjutnya melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin
hubungan emosional yang harmonis antara dosen dengan mahasiswa,
dosen dengan dosen, dan dosen dengan masyarakat. Kegiatan yang
berhubungan dengan keterjalinan hubungan emosional antara dosen
dan mahasiswa, rekan sesama dosen, dosen dan masyarakat adalah
kegiatan sejenis PHBI dan kegiatan keagamaan lainnya yang tidak
saja melibatkan dosen tetapi juga melibatkan unsur civitas akademika
yang ada di STIT Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan suci
romadhon adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen
dan mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat adalah
safari romadon misalnya yang juga melibatkan dosen dan mahasiswa.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa dosen STIT
Lingga secara sosial telah memiliki kompetensi sosial yang mumpuni
yang dapat dilihat dari keterjalinan hubungan sosial yang efektif antara
dosen dengan mahaisiswa, dosen dengan dosen, dan dengan
masrakat. Kompetensi sosial dosen yang terbangun secara efektif,
menjadi nilai signifikan dalam kehidupan sosialnya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan di bab IV maka
kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut;
1. Bahwa kompetensi sosial dosen di STIT lingga terlihat; Pertama
dari pengatahuan sosial yang di miliki oleh dosen, dimana sebagian
besar dosen di lingga dipercaya menjadi pengurus LAM (lembaga
adat Melayu) kabupaten ataupun kecamatan, bahkan organisi
sosial-keagaman (NU dan Muhammdiayah), serta organisasi
kepemudaan. Keperrcayaan tersebut tidak akan dapat diperoleh,
jika dosen tidak memiliki pengatuan dan kecakapan sosial yang
cukup. Kedua; kepercayaan diri, yakni perasaan percaya diri
sendiri dalam suatu tindakan dan adanya usaha dalam pemecahan
masalah terlihat dari bagaimana keterbukaan dosen dalam
menyampaikan materi di dalam atau diluar ruang kelas,
Keterbukaan dosen dalam menyediakan ruang konsultasi bagi
mahasiswa. Keterbukaan dosen dalam menerima pandapat, kritik
atau saran dari mahasiswa, keterbukaan dosen dalam
mengarahkan mahasiswa untuk peduli serta terlibat aktif dalam
kegiatan sosial-keagamaan, budaya dan kemasyarakat. Ketiga
empati, yakni kemampuan menghargai perasaan orang lain
sekalipun orang tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan
dengannya, juga memberikan respon –respon emosional, mampu
mengendalikan emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan
orang-orang yang bersmasalah hal ini tampak dari hubungan
kerjasama melalui beberapa komunitas yang ada di dalam dan
diluar dikampus. Terdapat juga rasa saling menghargai dan
memahami antara satu dosen dengan dosen yang lainnya, serta
menjunjung pola komunikasi yang santun melalui diskusi dan dialog
pada kegiatan formal maupun non formal. Keempat sensitivitas
136
137
sosial; yakni kemampuan untuk menerima dan mengerti pesan-
pesan verbal dan perhatian pada aturan-aturan sosial serta norma-
norma yang berlaku disekitarnya. Hal ini terlihat dari keterlibatan
sebagian dosen dalam aktivitas sosial seperti kegiatan PHBI dan
majlis ta‟lim. Keterlibatan dosen dalam kegiatan-kegitan
kebudayaan, adat istiadat yang ada di masyarakat, seperti tradisi
mandi safar, basuh lantai, haul jamaah, malam tujuh likur, ratif
saman dan kegiatan adat lainnya, keterlibatan dosen dalam
pemberantasan buta aksara alquran yang dilakukan melalui
program magrib mengaji.
2. Adapaun faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen
adalah, faktor personal dan lingkungan sosial dosen. Faktor
personal tersebut meliputi pengetahuan sosial dosen, keterampilan
sosial dosen dan sikap sosial dosen yang terlihat dari aktivitas
dosen. Sementara lingkungan sosial dosen adalah lingkungan
masyarakat tempat dimana dosen tinggal, tempat dimana dosen
bekerja dan tempat dimana dosen memiliki aktivitas sosial
dimasyarakat. Kompetensi sosial dosen juga dipengaruhi oleh
pengalaman pendidikan dan kehidupan sosialnya.
3. Upaya peningkatan kompetensi sosial dosen dilakukan dengan;
a. Mendorong adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran
sosial dosen terhadap adat istiadat (sosial-agama), budaya dan
tardisi, demokrasi, estetika dan kesadaran sosial. Peningkatan
pengatahuan dan kasadaran sosial ini dilakukan melalui 1)
kajian dan diskusi dosen dengan melibatkan komunitas adat
dan budaya. 2) pelatihan dan pembinaan tentang peningkatan
kompetensi sosial dosen. 3) Mendorong keterlibatan dosen
dalam aktivitas sosial di masyarakat. Upaya ini dilakukan, untuk
memberikan kesempatan pada dosen agar bisa berimporovisasi
di tengah masyarakat.
138
b. Mendorong partisipasi dan keterlibatan dosen dalam kegiatan
sosial yang terjadi ditengah masyarakat yang dilakukan dengan
cara, 1) memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat
dalam kegiatan penyuluhan di masyarakat. Pihak pimpinan
memberikan kesempatan kepada dosen untuk terlibat dalam
kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang ada ditengah
masyarakat. Misalkan saja penyuluhan pemberantasan buta
aksara alquran, yang melibatkan guru ngaji dan kemenag dalam
penyelesaian buta aksara alquran di Kabupaten Lingga. 2)
Membangun hubungan kerjasama melalui desa binaan.
Hubungan kerjasama ini, dilakukan dengan mengawali
kerjasama kampus dengan pihak desa. Yang dilakukan melalui
kegiatan KKN mahasiswa. Kagiatan KKN mahasiswa ini
kemudian ditindak lanjuti melalui kegiatan desa binaan. Setiap
dosen memiliki kewajiban untuk membina desa –desa tersebut,
melalui berbagai kegiatan pemberdayaan. 3) Memberikan
kesempatan kepada dosen untuk melakukan kegiatan PKM di
masyarakat. Kegiatan PKM Ini erat hubungannya dengan
kegiatan KKN mahasiswa dan desa binaan. Dosen diberikan
kesempatan untuk melakukan pengabdian diri ditengah
masyarakat, dengan cara memberikan pelatihan dan bimbingan,
yang paling sering dilakukan adalah dengan memberikan
pendampingan terhadap kegiatan sosial keagamaan.
c. Membangun komunitas sosial yang ada lingkungan kampus dan
diluar kampus dengan cara 1) memberdayakan dosen dan
mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. 2)
melaksanakan kegiatan yang dapat menjalin hubungan
emosional yang harmonis antara dosen dengan mahasiswa,
dosen dengan dosen, dan dosen dengan masyarakat. Kegiatan
yang berhubungan dengan keterjalinan hubungan emosional
antara dosen dan mahasiswa, rekan sesama dosen, dosen dan
139
masyarakat adalah kegiatan sejenis PHBI dan kegiatan
keagamaan lainnya yang tidak saja melibatkan dosen tetapi
juga melibatkan unsur civitas akademika yang ada di STIT
Lingga, kegiatan lainnya misalnya dalam bulan suci romadhon
adalah kegiatan buka bersama yang juga melibatkan dosen dan
mahasiswa. Adapun kegiatan yang melibatkan masyarakat
adalah safari romadon misalnya yang juga melibatkan dosen
dan mahasiswa.
B. Rekomendasi
Hasil analisis penelitian ini merekomendasikan :
1. Bahwa untuk dapat mengetahui kompetensi sosial dosen dapat
dilihat dari dua persepektif. Pertama dilihat dari efektifitas
hubungan dan interaksi yang terjalin antara dosen dengan
dosen, dosen dengan mahasiswa baik dalam persoalan
akademik maupun non akademik, didalam atapun diluar
kampus. Kedua dilihat dari keterlibatan dosen dalam aktivitas
sosial di masyarakat, seperti katerlibatan dosen dalam kegiatan
adat dan budaya yang ada dimasyarakat setempat.
2. Peningkatan kompetensi sosial dosen bisa dilakukan dengan
berbagai upaya salah satunya adalah memperbanyak kegiatan
kerjasama dalam pengabdian dimasyarakat, seperti melakukan
pembinaan dan kerjama sama dengan desa dan lembaga adat.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan
komptensi sosial dosen.
140
C. Saran
Adapun saran terkait hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut;
1. Kepada pihak STIT diharapkan dapat memastikan proses
pengembangan kompetensi sosial dosen agar berjalan secara
berkesinambungan.
2. Kepada dosen diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
sosialnya.
3. Kepada pembaca diharapkan untuk memberikan masukan dan
saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus. Sunnah.
2015.
Aan Komariah, dkk, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif
Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan berdasarkan al-
Qur’an (terj.), Jakarta : Rineka Cipta, 2003
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, cet 4 2010.
Abdul Kholik “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Kepuasan Kerja
Dosen Terhadap Kinerja Dosen Di Universitas Djuanda Bogor.
Tesis Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Intitut Agama Islam Negeri Surakarta Tahun 2016
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: Grafindo
persada, 2009
Agung Nugroho, Fungsi Kepala Madrasah Sebagai Supervisi Pendidikan dalam Pembinaan Disiplin Guru di Mts Negeri Habirau Kalimantan Selatan, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya.2013
Anang Zamroni,“Efektivitas Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Profesionalitas Guru PAI pada Madrasah Aliyah Negeri I di Kabupaten Klaten.” Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2008
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana, 2011
Citra Dewi. Manajemen Pengembangan Kompetensi Dosen JMSP:
Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan (JMSI) Volume 3
Nomor 1 November 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Dehasen Bengkulu.
Dharma, Surya. Manajemen Kinerja. (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
2007
141
142
Dede Rosyada, Paradigma pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Jakarta kencana, 2004.
Djohar MS Guru, Pendidikan dan Pembinaanya. Yokyakarta: Grafica
2006
Didi Supriadie, dkk, Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.M.
D. Bartram, TheGreat Eight Competencies: ACriterioncentric Approach To Validation. Journal of Applied Psychology, 90,6, 1185-1203
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
Fathorrahman “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Dosen”. Jurnal: AKADEMIKA; Vol. 15. No.1 Februari 2017. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
Fred Luthans, Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh Yogyakarta: Andi,
2006.
Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2004Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta : Kencana, 2011.
Hari Sudrajat, Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah.
Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2014
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma
Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina, 2001
Indra Bastian,Akuntansi Sektor Publik Edisi Pertama,Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas UGM, 2001.
Jamil Suprihatiningrum. Guru Profesional. Pedoman Kinerja,
kualifikasi, & Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013
143
Laimak “Strategi Peningkatan Kualitas Kinerja Dosen Di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tesis
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi Terj. Kartini Kartono. Jakarta: RajaGrafindo, 2002.
L. J. Mullins, (1994). Management and Organisational Behaviour, 3ed.
Singapore: Longman SingaporePublishers (Ptd), Ltd, 1994Mike Schmoker, Menjadi Guru yang Efektif. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012
Kasnawi, “Efektifitas Kepala Madrasah Dalam Peningkatan Kualitas
Proses Belajar Mengajar Kelas III dalam Menghadapi UAN tahun pelajaran 2002/2003 pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus”. Tesis, (Yogyakarta:Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2004).
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai.
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. 2012
Sugeng Riyadi, “Supervisi Akademik Pengawas Kemenag Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab Studi Kasus di Kemeneterian Agama Kabupaten Ponorogo. Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014
M.A.S. Imam Chourmain, “Hand Out Kuliah” Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Negri Jakarta, 2002
Mochamad Hatip,dkk. Kompetensi Dosen, Profesionalisme Dosen,
Dan Kecerdasan Spritual Dampaknya Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa Jsmbi Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis
Indonesia (JSMBI ) Vol. 8 No. 1 Universitas Muhammadiyah
Jember, 2018.
Moeheriono.. “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi”. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada.2012
Michael Armstrong, Performance Management, Yutran: Tugu Publisher, 2004
Mimi Hariyani “Analisis Kompetensi Profesional Dosen Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Uin Sultan Syarif Kasim Riau”. Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 5, April 2017, hlm.16 – 29 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala
144
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014.
Muh. Ilyas Ismail “Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen (Studi
Kasus Pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar)” Jurnal: Biotek Volume 5 Nomor 1
Juni 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Nasution, S, Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara, 2011.Suparlan, Menjadi Guru Efektif .Yogyakarta: Hikayat, 2005.
Nana Sudjana Dasar-dasar proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989
Ngainun, Naim. Menjadi Guru Inspiratif: Membudayakan dan
Mengubah. Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka 2009.
Paul Suparno, Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grafindo, 2004.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008
P.S., Mishra, & A. K. D. Mohapatra, Relevance of Emotional
Intelligence for Effective Job Performance: An Empirical Study. The Journal for Decision MakersVIKALPA, 35,1,53-61. (2010).
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan
Jakarta: Kencana, 2010, hal. 108-109.
Retno Wijianti, Gaya Komunikasi BBM. Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya. 2012.
R.C.Vandeveer.,&M. L. Menefee Human Behavior in Organizations.
New Jersey: Person Education, Inc, 2006
145
Ridhal Amal dengan judul, Manajemen Pengembangan Kompetensi
Dosen STAI Luqman Al-Hakim Surabaya, Tesis Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.2016
Sanjaya, Wina.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses.
Pendidikan.Jakarta: Kencana. 2013
Sardiman A.M. , Interaksi dan Motovasi Belajar Mengajar: Pedoman Bagi Guru dan Clon Guru Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 1994.
Sasa Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok: Teori Komunikasi Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.
Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Gramedia
Widiasarana, Jakarta, 1993.
Siti Karomah,“Dampak Supervisi Kepala Madrasah dan Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Kinerja Guru di KKM Sub Rayon Basin.Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014.
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM,.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pndekatan Kuatitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung : Alfabeta,2012.
_Metode Penelitian Pendidikan; Pendektan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta, 2012.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
Jakarta : Rineka Cipta, 2007.
Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yogjakarta: Hikayat. 2005.
Soetiksno, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Tetap pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Ambon, Jurnal manajemen Akuntansi, VOL. 9.No. 2. (2009).
Sofia Afritasari “Pengaruh Kompetensi Dosen Dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa” Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013.
S.Wijono, Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Personaliti dengan Prestasi Kerja di Sebuah Organisasi.Tesis. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia 199
146
Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Yuli Alam Kompetensi Dosen, Motivasi Belajar Mahasiswa dan
Dampaknya terhadap Prestasi Mahasiswa dalam Pembelajaran
Pengantar Ekonomi (studi pada mahasiswa program studi
Manajemen Informatika AMIK Bina Sriwijaya Palembang)
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya (JMBS) Vol.16 (1),
Program Studi Manajemen Informatika, AMIK Bina
Sriwijaya.2018.
Wibowo. Manajemen Kinerja . Edisi Keempat . Jakarta : Rajawali Pers
2014
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2013
INSTRUME N PENGUMPULAN DATA (IPD)
Adapun instrumen penelitian data yang digunakan dalam penelitian
ini di bagi kepada tiga bagian, yaitu: pedoman observasi, wawancara,
dokumentasi. IPD ini ditujukan sebagai acuan dalam penggalian data di
lapangan. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
A. PANDUAN OBSERVASI
Adapun yang menjadi pedoman observasi adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengamati keadaan sarana dan prasarana yang ada di
STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
2. Peneliti mengamati apa saja yang berkaiatna dengan Profil STIT
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
3. Peneliti mengamati bagaimana aktivitas Sosial dosen STIT Lingga
Dabo Singkep Kepulauan Riau.
4. Peneliti mengamati bagaimana interaksi sosial dosen dengan
dosen, mahasiswa dan masyarakat sekitar STIT Lingga Dabo
Singkep Kepulauan Riau.
5. Peneliti Mengamati apa aja yang menjadi kendala kompetensi
sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
6. Peneliti mengamatai apa saja upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan kompetensi dosen di STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau.
7. Peneliti mengamati bagai mana hasil pengembangan kompetensi
sosial dosen STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau.
8. Peneliti juga mengati Hal-hal lain yang dianggap penting di
lapangan.
B. PANDUAN WAWANCARA
1. Bagaimana kah aktivitas sosial dosen di kampus maupun di luar
kampus?
2. Bagaiman hubungan sosial dosen dengan sesama dosen di STIT
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
3. Bagaimana hubungan sosial dosen dengan mahasiswa STIT
Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
4. Bagaimana hubungan i sosial dosen dengan masyarakat di sekitar
STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
5. Bagaimana kompetensi sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep
Kepulauan Riau?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial dosen di
STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
7. Bagaimana upaya pimpinan dalam meningkatkan kompetensi
sosial dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau?
8. Bagaimana hasil yang dicapai dari pengembangan kompetensi
sosial Dosen di STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau
9. Peneliti menanyakan hal- hal penting lainnya yang dapat
menambah informasi secara mendalam?
C. PANDUAN DOKUMENTASI
Beberapa hal yang menjadi panduan domentasi adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti mendokumentasikan setiap informan yang dimintai
keterangannya dalam sesi wawancara;
2. Peneliti meminta soft copy maupun hard copy dari profil lembaga di
STIT Lingga Dabo Singkep Kepulauan Riau;
3. Peneliti memfoto batas wilayah geografis dari STIT Lingga Dabo
Singkep Kepulauan Riau
4. Peneliti mendokumentasikan hal-hal yang terkait dengan penelitian
ini.
Lampiran: Wawancara:
Catatan Wawancara
Nama : Fathullah, M.Pd
Jabata : Ketua Program Studi MPI
1. Sejak berdiri dari tahun 2016 sampai sekarang sudah 4 tahun
2. Aktvitas saya selain menjadi ketua prodi, atau disetai saya juga
aktif mengajar di Di MTS Negeri Lingga dan Aliah, Saya Juga aktif
dalam kegiatan organisasi masyarakat PHBI, LPTQ, Dai. Imam
dan Khotib di masjid-masjid ada di kecamatan singkep. Selain itu
juga saya aktif dalam kegiatan sosiaal keagamaan seperti
Nahdhotul Ulama.
3. Ya tentu, ada pengaruhnya karena dengan kita ada pengalaman
diluar, disamping kita menyampaikan mata kuliah yang berkaitan
juga kita bisa menyampaikan kepada mereka pengalaman –
pengalaman kita, selama berkecimpung di masyarakat yang mana
mudah-mudahan hal ini bisa diterapkan oleh mahasiswa nanti
ketika mereka turun kemasyarakat
4. Memang di kabupaten lingga inikan ada dua perguruan tinggi yang
satu di Daik lingga dan yang satu di Dabo, jadi satu-satunyalah
perguruan tinggi di Dabo ini.
5. Saya juga di samping mengajar di MTS juga mengajar di Madrasah
Aliyah sudah sekitar sepuluh tahunan, untuk di perguruan tinggi ya
baru pada tahun 2016, kita baru berkecimpung di perguan tinggi, ya
sambil belajar juga.
6. Ya, jadi kedekatan kami dengan mahasiswa selama ini baik, artinya
mereka juga tak segan bertanya atau silaturahmi, tetapi juga kita
yang namanya dunia kampus kan pola pikir mereka juga sudah
lebih maju dibandingkan dengan anak-anak yang ada disekolah
sehingga mereka lebih dewasa untuk di ajak berdialog, berdiskusi
dan lebih dewasa, bahkan ya umumnya mahasiswa angkatan-
angkatan pertama dan kedua itukan kebanyakan sudah
berkeluarga; sehingga kadang mereka konsultasi masalah
keluarga, masalah pekerjaan karena mereka pada umumnya telah
bekerja, jadi siang hari bekerja malam harinya kuliah, ya banyak
juga yang mengeluhkan capek pak, karena siangnya bekerja
malamnya harus kuliah, ya saya sampaikan pada mereka inilah
yang namanya perjuangan, karena perjuangan itu butuh
pengorbanan, pengorbanan inilah capek itu. Tapi nanti hasilnya
akan bisa dirasakan.
7. Kalau untuk nilai, itu ya masih menyesuaikan, yang penting mereka
itu aktif datang, mengerjakan tugas, kemudian juga aktif dalam
berinteraksi dialog, diskusi. Initinya keaktifan merekalah yang
menjadi salah satu aspek penilaian
8. Ya, kalau untuk meningkatkan kompetensi sosial. yang namanya
guru dosen itu namanya juga manusia yang berinteraksi dengan
manusia lainnya, jadi tentu, dengan mereka mempunyai
pengalaman di organisasi atau mereka misalkan ditokohkan di
daerahnya, tentu akan berpengaruh dengan kehidupan kampus,
karena tentu mahasiswa juga kan berpandangan bahwa dosennya
orang yang punya wawasan luas, disegani yang dihormati ditengah
masyarakat. tentu akan berbeda, dan yang jelas ini bisa menjadi
pengalaman kita sendiri yang bisa kita sampaikan kepada
masasiswa untuk dicontoh. Sehingga dengan kita menjalani itu
mana yang baik akan di contohkan oleh mereka.
CURRICULUM VITAE
INFORMASI DIRI
NAMA : Said Reza Fasito
T.T.L : Dabo singkep, 02 Maret 1968
ALAMAT : Jalan Mutiara, RW 13 Dabo singkep
STATUS : Belum Kawin
AGAMA : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD : SDN 02 Dabo Singkep (1978 s/d 1983)
2. SMP : SMPN 02 Dabo Singkep (1983 s/d 1985)
3. SMA : SMAN 01 Dabo Singkep (1985 s/d 1987)
4. S1 : SI FAPERI UNRI Pekan Baru Jurusan MSP ( Mamajemen
Sumber Daya Perairan) Angkatan (1987 s/d 1991)
PENGALAMAN KERJA/ORGNISASI
1. Sales PT MOST FLY, Jl. Pasar Ikan Tanjung Pinang (1992 sd
1994)
2. Exim ( Export Import ) PT DIMA ARTIFLO. Jl. D.I Panjaitan KM.8
Tanjung Pinang
3. Ketua PII ( Persatuan Insyinyur Indonesia ) Kabupaten Lingga (
2001 s/d 2005)
4. Anggota SDI ( Sidang Dewan Insinyur ) PII ( Persatuan Insiyur
Indonesia ) Jakarta Pusat ( 2003 s/d 2006 )
5. Sekjen Kadin Lingga ( 2006 sd 2010 )
6. Manajer PT. Putra Sumber Laksana Utama ( 1998 sd 2006 )
7. Ka. Perwakilan Biro Instalator Listrik CV, Menara Dabo Singkep
Cabang Tanjung Pinang ( 2000 s/d 2005 )
8. WAPIMREP Detik KEPRI ( 2006 s/d 2010 )
9. Ketua SPSI PT. Dima Artiflo dan PT. Panca Rasa Pratama Tanjung
Pinang ( 1995 s/d 1998 )
10. Agen Batam Pos ( 2001 s/d 2017 )
11. Direktur CV. Citra Fajar ( 2006 sampai dengan sekarang )
12. Wakil Ketua IPSI Lingga ( 2005 s/d 2010 )
KARYA ILMIAH
1. Skripsi : Studi Ekologi Penyebaran Gongong (Strombus
sp) dengan Metode Transek di Kecamatan
Singkep Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau
2. Penelitian Umum : Penelitian Kualitas Air Desa Mata Air Bekas
Galian Timah untuk Budidaya Perikanan Air
Tawar di Kecamatan Kundur, Kabupaten
Karimun, Kepulauan Riau