TESIS PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of TESIS PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...
1
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN TOLERANSI BERAGAMA SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BUDI LUHUR KECAMATAN RIMBO ILIR KABUPATEN TEBO
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
OLEH:
MAISARAH NIM: MPA. 162463
PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
6
MOTTO
روامابان فسهم ر مابقوم حتى ي غي واذا ارادالله بقوم سوءافال قلى ان الله الي غي
)اا(وما لهم من دونه من وال. ج مردله
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (Q.S. Ar-ra‟d : 11).1
1 Anonim, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002), hal 251.
7
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku yang tercinta
Ibunda Jamilah dan ayahanda Sayuti Hanafie, S. Pd
Yang telah merawat, membimbing, yang selalu memotivasi dan selalu
memberi dukungan serta do‟a hingga tesis ini bisa terselesaikan
Serta adik-adikku Nurasiah, Nazifah dan Yurdalena yang selalu suport
Untuk ananda Nauratul Ghaziyah yang selalu membuatku lebih semangat
untuk menyelesaikan tugas akhir ini
Buat teman sekalian khususnya konsentrasi pendidikan agama islam di
pascasarjana UIN STS Jambi serta teman-teman seangkatan PAI Non-reg
A&B
Yang selalu mengingatkan dan memberi motivasi
Atas segala jerih payah kita semua, mudah-mudahan ilmu yang bermanfaat
dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Aamiin
8
ABSTRAK
Maisarah. NIM. MPA 16.2463: “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Toleransi Beragama Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”
SMK Budi Luhur, merupakan salah satu lembaga pendidikan berjenjang menengah atas kejuruan yang terdapat di Kabupaten Tebo. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan beberapa metode dan strategi pembelajaran, Guru sekurang-kurangnya mampu menerapkan strategi yang efektif dan efisien, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan.
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tekhnik Pusposive sampling. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap tekhnik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan, sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi, dan melakukan konsultasi kepada pembimbing.
Hasil temuan dalam penelitian: Pertama, Strategi pembelajaran tidak mendukung siswa untuk tertarik dalam belajar. kedua, kurangnya fasilitas pembelajaran, ketiga, Penanaman sikap toleransi beragama dalam pembelajaran PAI yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru antara lain adalah melalui kebijakan sekolah, kegiatan rutin, keteladanan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat ditinjau dengan hasil yang dilihat dari perubahan pengetahuan dan sikap yang diimplementasikan dalam kegiatan proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun diluar sekolah meskipun masing-masing berbeda latar belakang agamanya. Kata kunci : strategi, pembelajaran, toleransi beragama.
9
ABSTRACT
Maisarah. NIM. MPA 162463. “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Toleransi Beragama Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”
Budi Luhur Vocational School, is one of eductional institutions in vocational school level at Tebo Regency. In a learning process the teacher uses some method and learning strategies, at least, the teacher able to apply the effective and efficient strategies, so that the goals of learning are achieved as expected.
The approach of this research is qualitative research with the technique of Pusposive sampling. Methods of collecting data through observation, interviews, and documentation. The data analysis technique includes data collection, data reduction, data presentation, and verification or conclusion, while checking the validity of the data is done by extension of participation, thorough observation, triangulation, and consulting the supervisor.
Findings in the study: First, learning strategies do not support students to be interested in learning. second, the lack of learning facilities, thirdly, the cultivation of religious tolerance in PAI learning carried out by school principals and teachers, among others, through school policies, routine activities, exemplary examples. The success of a learning process can be reviewed with the results seen from changes in knowledge and attitudes that are implemented in the activities of the learning process in daily life at school and outside the school even though each of them has different religious background.
Keywords: strategy, learning, religious tolerance.
10
KATA PENGANTAR
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister (S2) Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
(MPI) Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur yang
berhubungan dengan kepemimpinan, penilaian kinerja dan budaya organisasi
dalam hal ini yang berkenaan dengan budaya sekolah. Tesis ini ditulis
berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu tiga bulan, yang
dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo
Ilir Kabupaten Tebo, dengan judul: Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam Mengembangkan Toleransi Beragama Siswa di
Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo”Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian tesis ini,
terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga, MA selaku Direktur Pascasarjana
UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Abdul Malik, M. Pd selaku ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Islam Pascasarjana UIN STS Jambi.
4. Bapak Prof. Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd dan Bapak Samsu, S.Ag, MPd.I,
Ph. D selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Kesbanglinmas Provinsi Jambi dan Kepala Dinas Kesbangpol
Kabupaten Tebo yang telah memberikan saya izin penelitian.
6. Bapak Sardi Guswanto, ST selaku Kepala SMK Budi Luhur Kecamatan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo
11
7. Para guru, staf, dan siswa SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupate Tebo
8. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN STS Jambi
9. Bapak dan Ibu staf Pascasarjana UIN STS Jambi
10. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, saran dan
tanggapan guna penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima, semoga tesis
ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya penulis ucapkan terima
kasih.
Jambi, 29 Juni 2019 Penulis
Maisarah NIM. MPA. 162463
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................................. i HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... vi HALAM MOTTO ............................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix ABSTRACT .................................................................................................... x KATA PENGANTAR ...................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii ........................................................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv LITERASI ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori ............................................................................ 12
1. Strategi Pembelajaran PAI ...................................................... 12
2. Toleransi Beragama ................................................................ 34
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .................................................................. 53
B. Setting dan Subjek Penelitian ....................................................... 55
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 55
13
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 58
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 60
F. Teknik Keabsahan Data ............................................................... 63
G. Rencana dan Waktu Penelitian .................................................... 67
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 70
1. Historis dan geografis SMK Budi Luhur ................................... 70
2. Tenaga Pengajar ..................................................................... 71
3. Visi Misi dan Tujuan ................................................................ 71
4. Kurikulum SMK Budi Luhur ..................................................... 72
5. Program Mulok ......................................................................... 74
6. Struktur Organisasi ................................................................. 75
7. Keadaan Guru, Pegawai, dan Siswa ....................................... 77
8. Sarana dan Prasarana ............................................................ 85
B. Temuan Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian .......................... 89
1. Penerapan strategi pembelajaran PAI dalam
mengembangkan Toleransi Beragama guru siswa di SMK
Budi Luhur Kabupaten Tebo .................................................... 89
2. Penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan
agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo ................... 108
3. Keberhasilan penanaman sikap toleransi beragama dalam
pendidikan agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten
Tebo. ..................................................................................... 123
C.Analisis Hasi Penelitian…… ............................................. … 139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 148
B. Implikasi ....................................................................................... 149
C. Rekomendasi ............................................................................... 150
14
D. Saran ........................................................................................... 133
E. Kata Penutup ............................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Observasi Lampiran 2. Pedoman Wawancara Lampiran 3. Catatan Lapangan Hasil Observasi Lampiran 4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Lampiran 5. Dokumen Pendukung (Foto dan Dokumen) Lampiran 6. Hasil analisis Data CURRICULUM VITAE
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Standar mutu maupun kualitas pendidikan sangat tergantung kepada
hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Semakin
baik dan tinggi hasil dan prestasi belajar siswa, maka asumsi yang
berkembang adalah semakin baik dan tinggi pula mutu dan kualitas
pendidiikan lembaga tersebut. Sebaliknya, semakin rendah dan buruk hasil
serta prestasi belajar siswa, maka semakin rendah dan buruk pula mutu dan
kualitas pendidikan lembaga tersebut di mata masyarakat sebagai salah
satu stakeholder pendidikan. Dengan demikian, wajar bila setiap lembaga
atau institusi pendidikan berkompetisi semaksimal mungkin meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikannya, sehingga terkesan baik oleh
mansyarakat.
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang
satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan
berbarengan.2
“Dalam undang-undang Pendidikan Nasional, nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengemdalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan lainnya”.3
2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal,1
3 Undang-undang dan Peraturan Pemerintahan RI tentang Pendidikan, hal 47
16
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam
proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (message),
yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Ditinjau dari efek yang
diharapkan, tujuan komunikasi bersifat umum. Dalam hal inilah maka dalam
proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti penerangan,
propaganda, indoktrinasi, pendidikan dan lain-lain. Inti dari itu semua adalah
untuk mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun masalah
yang merupakan kepentingan bersama.4
Pendidikan akan dapat membawa kemajuan individu dalam berbagai
bidang bahkan akan mengangkat derajatnya di sisi Allah SWT. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu, Allah Berfirman dalam
surat Al-Mujadalah ayat 11:
( ١١ ا العلم درجت...")اجملادله:"...ي رفع الله الذينءامنوامنكم والذين أوتو “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat….”(QS. Al-Mujadalah ayat 11).
Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama
tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan
zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi diri sendiri dan
kehidupan orang banyak atau masyarakat dalam dunia pendidikan
sebenarnya telah banyak dilakukan, banyak para ahli telah menuliskan
buku-bukunya yang mengarah pada berbagai kajian dan strategi
4Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada,2010), hal 2-3
17
sebagaimana dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan adaptif
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan di masyarakat.5
Pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran, pelaksanaan kurikulum 2013 sekolah yang memiliki
full authority and responcibility atau wewenang dan tanggung jawab penuh
dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan satuan pendidikan. Kurikulum 2013 yang diterapkan merupakan
kurikulum yang berorientasi metode pembelajaran aktif ini diharapkan bisa
membantu siswa dalam proses mengingat dan memahami pelajaran
sebelum mereka beranjak pulang dalam kelas., sehingga siswa dapat
mengingat dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru pada saat
proses pembelajaran dipada kognitif, afektif dan psikomornya, peranan guru
lebih dominan, terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dasar,
tidak saja dalam program tertulis tetapi dalam pembelajarannya di kelas.
Menurut Amin Abdullah, menyoroti kegiatan pendidikan agama yang
selama ini berlangsung di sekolah, ia mengatakan bahwa pendidikan
agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu
diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara, media, dan forum.
Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual
yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan.6
Indonesia dikenal dan dikagumi sebagai bangsa yang majemuk
karena menyimpan akar keberagaman dalam hal agama, tradisi, dan
budaya. Dalam kaitannya dengan masalah agama, setidaknya ada enam
agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah. Keenamagama tersebut
5Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan
Pembelajaran Online, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)hal,1 6 Ismail, Staregi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008)
hal 2
18
meliputi agama Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu.7
Salah satu bentuk kemajemukan yang boleh dikatakan menonjol pada
masyarakatIndonesia adalah kemajemukan dibidangagama. Kemajemukan
dibidang agama dapat dijumpaipada berbagai macam level. Lembaga,
masyarakat, kelompok, dll. Kemajemukan masyarakat ini pada akhirnya
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Suatu interaksi sosial akan
terjadiapabila memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosialdan komunikasi.8
Terjadinya interaksi sosial dapat ditemukan dalam setiap pertemuan
atau perjumpaan. Tempat atau wadah berbagai aktivitas sosial individu
terhadap individu lain,individu terhadap kelompok atau kelompok terhadap
kelompok dalam masyarakat baik aktivitas spontan maupun direncanakan
dapat berfungsi sebagai saluran interaksi sosial.9 Sebagaimana diketahui
bahwa proses belajar merupakan proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar10 .
Dengan pengertian tersebut pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
terencana untuk menumbuhkan dan mengembangkan jiwa (mind), watak
(character), kemampuan fisik (physical ability), atau
keterampilan-keterampilan lain yang dibutuhkan dalam dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya tidak hanya
mengedepankan aspek intelektual saja, tetapi juga harus mengembangkan
aspek sikap dan keterampilan.
7 Imam Moedjiono, “Peran Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Kerukunan antar Umat
Beragama”, dalam buku, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, (Yogyakarta: Aditya
Media, 1997), hal.121. 8 ImamSujarwanto, “Interaksi Sosial antar Umat Beragama (Studi Kasus pada Masyarakat
Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal)”, Jurnal Studi Pendidikan Sosial, Vol. 1, No. 2, 2012, hal. 62, diakses pada tanggal 6 Juni 2018. 9 Ibid
10Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar, (UPI Press; Bandung :2001) hal 461
19
Pengembangan ketiga aspek tersebut akan menjadi bekal bagi peserta didik
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Proses belajar mengajar suatu materi terdapat beberapa strategi
yang digunakan idealnya secara bervariatif, baik antar teknik yang berpusat
pada guru dengan teknik-teknik yang melibatkan siswa. Dengan demikian
diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai dalam diri siswa akan tumbuh
dan berkembang sikap efektifnya.
Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur, merupakan suatu lembaga
pendidikan yang berjenjang menengah atas kejuruan yang terdapat di
Kabupaten Tebo. Dalam proses pembelajaran digunakan oleh guru
menggunakan beberapa metode dan strategi pembelajaran, Adapun tujuan
digunakan strategi tersebut sebagaimana diketahui tujuan dari pada
pembelajaran yang dicapai.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-
hasil teknologi dalam proses belajar. Guru sekurang-kurangnya dapat
menerapkan strategi yang efektif dan efisien, sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran
Penggunaan strategi pembelajaran disadari oleh banyak praktisi
pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar
siswa. Namun, dalam implementasinya, bahkan penggunaan metode
ceramah (lecture method) menonton masih cukup popular di kalangan guru
dalam proses pembelajaran. Keterbatasan media pembelajaran di suatu
pihak dan lemahnya kemampuan guru menciptakan media tersebut di pihak
lain membuat penerapan metode ceramah makin menjamur. Kondisi ini jauh
dari menguntungkan. Terbatasnya alat-alat teknologi pembelajaran yang
20
dipakai di kelas diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu
pendidikan pada umumnya.11
Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan
dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu,
dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan
pendidikan nasional.12 Setiap guru tahu bahwa keterlibatan anak secara
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan agar belajar
menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan.13
Pendidikan agama disekolah-sekolah selama ini hanya menekankan
ranah kognitif saja, dalam aplikasinya guru seakan sekedar melepas
tanggung jawabnya, tanpa ada tindak lanjut untuk memperdalam pendidikan
agama yang telah diajarkan. Padahal salah satu tujuan dari pendidikan
agama adalah tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai
berbagai ajaran agama, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta
dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan Negara pluralis artinya bahwa Indonesia
adalah bangsa yang dihuni oleh beragam budaya, ras, suku, bahasa, adat
istiadat, serta agama. Ada budaya jawa, sunda, Madura, batak, dan lainnya.
Setiap budaya memiliki bahasa, dan adat istiadat yang tidak sama pula.
Selain itu, agama yang dianut masyarakat pun berbeda-beda walaupun
mayoritas adalah pemeluk Islam, namun di Negara ini masih ada penganut
Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan sebagainya. Dengan kata lain
bahwa Indonesia adalah sebuah Negara yang penduduknya majemuk dari
segi suku bangsa, budaya dan agama.
11
Yudhi Munandi, Loc.Cit., hal 2 12
Oemar Hamalik, Loc.Cit., hal 1 13 Ibid., 27
21
Toleransi merupakan masalah yang actual sepanjang masa, terlebih
lagi toleransi beragama.Islam memberikan perhatian yang tinggi terhadap
perlunya toleransi beragama sejak awal perkembangan Islam, baik tersurat
di dalam Al Quran maupun tersirat dalam berbagai perilaku Nabi.
Aktualisasi toleransi beragama di Indonesia dipandang masih jauh dari
ideal, oleh karena itu sosialisasi dan pembinaan umat beragama di
Indonesia perlu terus ditingkatkan.14
Ada beberapa indikator yang menunjukkan adanya penekanan
semangat ke-ika-an daripada semangat kebhinneka dalam praktik
pendidikan di Indonesia. Di antaranya terlihat pada; (1) terjadinya
penyeragaman kurikulum dan metode pembelajaran, (2) terjadinya
sentralisasi dalam pengelolaan pendidikan, yang sarat dengan intruksi,
petunjuk, dan pengarahan dari atas, sebagai akibat dari paradigman
pendidikan sentralistik (top-down), dan (3) belum adanya proses
menghargai dan mengakomodasi perbedaan latar belakang peserta didik
yang menyangkut budaya, etnik, bahasa, dan agama15
Kemajemukan ini merupakan bagian dari sunnatullah. Sebagaimana
dalam Qs. Alhujurat(49): 13. Allah SWT berfirman:
14 15 Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi Tantangan Menuju Civil Society(Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001). Hal 10-12
22
Artinya;
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
Kondisi tersebut juga terjadi pada Sekolah Menenngah Kejuruan Budi
Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, terdapat beberapa ras, suku
dan agama yang dianut oleh para siswa. Sebagaimana hasil studi awal
pada Sekolah Menenngah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo , siswa yang beragama Islam 95% dan Kristen protestan
dan Kristen katolik 5% dari 270 siswa. Berdasarkan studi awal keberadaan
siswa non-muslim terdapat dibeberapa kelas.
Penelitian ini memilih Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo sebagai latar penelitian karena
berdasarkan observasi awal (grand tour), peneliti menemukan adanya
peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda,
yaitu dari agama Islam, Kristen, dan Katolik. Meskipun agama Islam menjadi
mayoritas di sekolah tersebut, tetapi di lingkungan sekolah hubungan antara
warga sekolah tetap terjalin dengan baik, dimana kondisi siswa yang
beragama non muslim yang minoritas akan berdampak pada kehidupan
beragama pada sekolah. Pada saat proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, siswa yang minoritas tersebut ikut serta dalam proses
pembelajaran.16
Indikasi yang terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung
antara lain: Pertama, Strategi pembelajaran tidak mendukung siswa untuk
tertarik dalam belajar, hal ini dapat di lihat banyaknya siswa yang kurang
16 Observasi pada SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo, pada tanggal 6-9 Juni 2018
23
serius dalam mengikuti pembelajaran. kedua, fasilitas pembelajarannya
kurang, hal ini bisa menjadi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
yang membuat siswa kurang respon dalam mengikuti pembelajaran, ketiga,
metode pembelajaran yang digunakan juga belum bervariasi yang dilakukan
oleh guru, sehingga hal ini juga dapat menyebabkan proses belajar tidak
menarik dan cenderung membosankan, sehingga adanya siswa yang
mengantuk dan tidak serius dalam mengikuti pelajaran, keempat, siswa
kurang menjaga sikap toleransi yang ditanamkan melalui pendidikan agama
meskipun masing-masing berbeda latar belakang agamanya.
Berdasarkan teori dan kondisi di lapangan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Dalam Mengembangkan Toleransi Beragama siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten
Tebo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan satu pertanyaan pokok yaitu: bagaimana penanaman sikap
toleransi beragama dalam pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah
Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.?
1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran pendidikan agama islam
dalam mengembangkan Toleransi Beragama siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo?
2. Bagaiman penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan
agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan
rimbo Ilir Kabupaten Tebo?
24
3. Bagaimana keberhasilan penanaman sikap toleransi beragama dalam
pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo?
C. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka peneliti
memfokuskan penelitian ini untuk mengetahui penerapan strategi
pembelajaran dalam mengembangkan sikap toleransi beragama bagi siswa
di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kabupaten Tebo yakni dengan
menggunakan strategi pembelajaran afektif melalui metode keteladanan
yang meliputi; perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran dan
penanaman sikap toleransi beragama dalam pembelajaran pendidikan
agama islam.
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui penerapan strategi pembelajaran pendidikan agama
islam dalam mengembangkan sikap toleransi beragama bagi siswa di
Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan rimbo Ilir
Kabupaten Tebo.
2. Ingin mengetahui penanaman sikap toleransi beragama bagi siswa
dalam pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Budi
Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
3. Ingin mengetahui hasil penanaman sikap toleransi beragama bagi siswa
dalam pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Budi
Luhur Kecamatan rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
Manfaat penelitian ini adalah:
25
1. Sebagai bahan masukan pemikiran bagi sekolah tentang strategi
pembelajaran pendidikan agama islam dalam meningkatkan toleransi
beragama siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
2. Sebagai wahana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan toleransi beragama siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
3. Sebagai persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan magister.
26
PBAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Strategi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi,
dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan.17 Dengan kata adalah a plan of operation achieviny
something.18Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada
sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.19
Istilah strategi berasal bahasa Yunani yaitu; strategia, strategi
merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam
mencapai suatu keuntungan.20Secara umum strategi mempunyai pengertian
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan-dihubungkan dengan belajar mengajar,
strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru , anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.21
17
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2009), hlm. 135 18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 127 19
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 187 20
Martinis Yamin, Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran ( Jakarta : Referensi (GP Press Group, 2013) hal 1 21
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hal 52
27
menurut Arthur,L. Costa dikutip Rustaman, Strategi pembelajaran
adalah proses pembelajaran secara optimal pula ada rencana pendekatan
strategi pembelajaran.Strategi pembelajaran merupakan pola kegiatan
pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan
untuk mencapai suatu hasil belajar peserta didik yang diinginkan.
Menurut Subianto Strategi pembelajaran juga untuk mencapai
komponen yang ada dalam pembelajaran : menyatakan komponen
pembelajaran yang mencakup tiga hal, yaitu tujuan, model, evaluasi. Tiga
komponen tersebut disebut tiga mata jangkau ( three auchar point) suatu
perpaduan atau kesatuan.
Strategi berarti segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran
tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan
secara maksimal. Strategi dalam dunia pendidikan pada hakikatnya adalah
pengetahuan atau seni mendayagunakan semua faktor ketentuan untuk
menggunakan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui
perencanaan dan penggunakan dalam operasionalisasi sesuai dengan
situasi dan kondisi kegunaan yang ada, termasuk pada pentingnya terhadap
hambatan-hambatan baik fisik maupun non fisik, mental spritual dan moral
baik dari subjek, objek maupun lingkungan.22
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru
dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi pembelajaran
yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian
pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, (3) strategi
pengelolaan pembelajaran. Strategi penyampaian menekankan pada media
apa yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran, kegiatan apa yang
dilakukan siswa, dan bagaimana struktur pembelajaran. Strategi pengelolaan
menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi
22
Moh.Haitami Salim dan Syaiful Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hal 210
28
pengorganisasian dan strategi penyampaian, termasuk pula membuat
catatan kemajuan belajar siswa23
Suyono dan Hariyanto mendefenisikan strategi pembelajaran sebagai
rangkaian kegiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan
lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian untuk
mencapai tujuan pembelajaran.24 Dick dan Carey mengatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk
aktifitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang
merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.25
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik , maka dalam
pendidikan Islam, fungsi strategi pendidikan agama Islam adalah agar tujuan
pendidikan Islam dapat tercapai semaksimal mungkin.
Menurut Dick and Corey, strategi pembelajaran menjelaskan
komponen-komponen umum dari seperangkat bahan pembelajaran dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut
untuk menghasilakn hasil belajar tertentu pada pembelajar. Lebih lanjut
dikemukakan terdapat lima komponenumum yang terkandung dalam strategi
pembelajaran yaitu: 1) kegiatan pra-instruksional; 2) penyajian informasi; 3)
peran serta pembelajar; 4) tes (evaluasi); dan 5) kegiatan tindak lanjut.26
Berdasarkan konteks di atas dapat peneliti simpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru pada
kegiatan pembelajaran, guru mengatur dan menentukan arah proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang
diharapkan.
23
Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 45 24
Suyono dan hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2015) hal 85 25
Dick and Carey, Systemic Design Instruction, (Glenview: Illois harper Collins Pubhliser, 2005), hlm. 7 26
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Referensi, 2012), hal. 68
29
Ada dua hal yang patut kita cermati dari beberapa pengertian di atas.
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan.
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran secara
sistematis, memiliki potensi untuk memudahkan kegiatan belajar peserta
didik.Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang
dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.27 Menurut Newman
dan Logan dalam Martinis Yamin, menggaris bawahi strategi dalam empat
cakupan, yaitu;
1) Mengidentifikasi dan menetapakan spesifikasi dan kualifikasi hasil
(output) seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran (target)
usaha itu, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic ways)
manakah yang dipandang paling ampuh (effective) guna mencapai
sasaran tersebut.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) mana yang
akan ditempuh sejak titik awal sampai titik akhir dimana tercapainya
sasaran tersebut.
27
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 9
30
4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) yang bagaimana dipergunakan dalam mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha tersebut.28
Menurut Rowntree dalam Wina Sanjaya29, ada beberapa strategi
pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree mengelompokkan ke dalam
strategi penyampaian penemuan (exposition-discovery learning), strategi
pembelajaran kelompok, dan strategi pembelajaran individual (groups-
individual learning).
1) Strategi Penyampaian (exposition)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.30
Berbeda dengan strategi discovery, yang mana bahan pelajaran dicari
dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktifitas, sehingga
tugas pendidik lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing. Karena
sifatnya yang demikian strategi ini sering disebut juga sebagai strategi
pembelajaran tidak langsung.
2) Strategi Kelompok
Belajar kelompok dilakukan secara beregu. Bentuk belajar kelompok
ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau klasikal; atau bisa juga
dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi ini tidak memperhatikan kecepatan
belajar individual, semua dianggap sama. Oleh karena itu, dalam belajar
kelompok dapat terjadi peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akan
terhambat oleh peserta didik yang kemampuannya biasa-biasa saja. Begitu
28
Op cit Martinis Yamin, hal 3 29
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana. 2009), hlm. 128-129 30
Ibid., hlm. 179
31
pula sebaliknya, peserta didik yang memiliki kemampuan kurang akan
merasa tergusur oleh peserta didik yang kemampuannya tinggi.
3) Strategi Pembelajaran Individual (groups-individual learning).
Strategi pembelajaran individual dilakukan peserta didik secara
mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan siswa sangat ditentukan
oleh kemampuan individu peserta didik yang bersangkutan. Bahan pelajaran
serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari
strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul atau melalui kaset
audio.
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih oleh pengajar
atau dosen dalam proses pembelajaran yang dapat membantu dan
memudahkan peserta didik ke arah tercapainya tujuan pengajaran tertentu.
Menurut Nawman dan Logan, strategi dasar dari setiap usaha meliputi
empat masalah yaitu :
1. Mendefinisikan dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian yang diharapkan dari siswa.
2. Memilih cara pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat yang dianggap paling efektif dan tetap untuk
mencapai sasaran.
3. Memilih atau menentukan prosedur metode dan tehnik belajar mengajar
yang dianggap paling efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma batas minimal keberhasilan kriteria atau standar
keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dijadikan ukuran
untuk memilih sejauh mana keberhasilan tugas yang telah dilaksanakan.31
31
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001)., h. 4
32
Dalam melaksanakan /menerapkan strategi belajar mengajar ada tiga
hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
a) Tahap mengajar.
b) Menggunakan model atau pendekatan mengajar.
c) Penggunaan prinsip mengajar32
Menurut Jacobsen, dkk., menyebutkan bahwa pada prinsipnya strategi-
strategi pembelajaran dapat dikategori pada tiga jenis;
Jenis Indikator
Strategi-strategi Questioning Membuatkan pertanyaan tingkat
rendah (mengingat, mengerti,
dan menerapkan)
Membuat pertanyaan tingkat
tinggi (menganalisa,
mengevaluasi, dan mencipta)
Membuatkan pertanyaan
konvergen (pertanyaan dengan
jawaban berdasarkan definisi,
teori, urutan, struktur, linier,
yang paling benar, penafsiran
abstrak, respon berdasarkan
fakta, dan teramalkan)
Membuatkan pertanyaan
divergen (pertanyaan dengan
jawaban dengan berbagai sudut
32
I.L. Pasaribu dan Drs. B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, edisi II ( Bandung ; Tarsito Bandung, 1983)., h. 79
33
pandang, tidak teratur, intuitif-
imajinatif, menemukan banyak
jawaban, suka berimpovisasi,
peka dalam rasa dan ungkapan
kiasan, suka kebebasan, dan
tidak teramalkan)
Prompting (aktivitas diruang
kelas adalah berinteraktif
dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan diskusi-
diskusi guru/peserta didik)
Probing (berdiskusi untuk
meningkatkan keterlibatan
peserta didik melalui (open-
ended questioning) ertanyaan
terbuka)
Strategi-strategi pengajaran yang
berpusat pada guru
Penerapan melalui pengenalan
dan review, pengembangan
pemahaman, praktik terbimbing,
praktik mandiri, dan discoveri
terpimpin.
Guru mentransferkan
pegetahuan dalam bentuk
mengajarkan konsep-konsep.
Ceramah merupakan metode
yang dominan dalam
penyampaian materi pelajaran.
Pengajaran dilaksanakan
34
terstruktur.
Mengajar pemahaman.
Strategi-strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa
Proses pembelajaran berpusat
pada peserta didik.
Guru sebagai fasilitator dan
mediator.
Membelajarkan peserta didik
dengan pemahaman mendalam.
Menerapkan pembelajaran
kooperatif (PBL, Jingsaw,
Student Teams Achivement
Divisions, Think-Pair-Share,
Numbered Heads Together).
Menetapkan metode inquiry.
Menerapkan portofolio.
Berdasarkan literatur bahwa ada beberapa strategi pembelajaran yang
harus dilakukan oleh seorang guru: 1) Strategi pembelajaran ekspositori, 2)
Strategi pembelajaran inquiry, 3) Strategi pembelajaran berbasis masalah, 4)
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa,
akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang
harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
35
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di
dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama,
strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-
gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Kedua,
telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan
ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-
hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh
dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan
anak.
5) Strategi pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok,
(b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan
(d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar. Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
36
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
6)Strategi pembelajaran kontekstual CTL
7) Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai
(value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang
yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi
dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk
sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan
ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah
untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan
bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau
sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam
keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi pembelajaran afektif pada
umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau
situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat
mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.33
b. Pembelajaran
Menurut Degeng yang dikutip oleh Husamah dan Yanur Setyaningrum,
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit,
33 Op cit Wina Sanjaya, hal : 177-286
37
dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan
serta didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada, kegiatan ini
merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.34 Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi.35
Pengertian pembelajaran sebagaimana dikutip Martinis Yamin dari
Reigeluth, 1999;6 dimana Pembelajaran merupakan salah satu sub system
dari system pendidikan, di samping kurikulum, konseling, administrasi dan
evaluasi.36 Hal ini juga dikemukakan oleh Smith dan Ragan menyatakan
bahwa pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi
dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu.37
Pembelajaran sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak
dari landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pembelajaran merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat. Beberapa
landasan pembelajaran sebagai berikut:
1) Landasan religuis Islam berdasarkan Al Qur‟an dan Sunah
2) Landasan filosofi
3) Landasan sosiologis
4) Landasan psikologis
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
34
Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran (Berbasis Pencapain Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013)(Jakarta: Prestasi Pustaka. 2013). hal.34 35
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/ 36
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta; GP Press, 2013), hal 70 37
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik (jakarta:GP Press, 2012) hal 66
38
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach). Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).Macam -macam pendekatan
pembelajaran yaitu sebagai berikut :38
a. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa
perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapainya.Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima
bentuk belajar yang penting,yaitu:
1) Mengaitkan
38
http://andhy-brenjenk.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendekatan-strategi-metode_27.html
39
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2) Mengalami
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan
berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun
pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian
yang aktif.
3) Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan
latihan yang realistic dan relevan.
4) Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan
yang signifikan. Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering
dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan
ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5) Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan
focus pada pemahaman bukan hapalan.
b) Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri
siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
40
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri
siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi
yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui
aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi
sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan
yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu)
yang utama, sebagai berikut;
a. Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam
psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional
atau kognitif dan strateginya.
b. Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan
dibentuk secara sosial,yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan
kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan
41
pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya
yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk
perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme sebagai berikut;
1) Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan
pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri
melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa
dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2) Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan
dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3) Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.
4) Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa
untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang
umum ke sesuatu yang khusus.Pendekatan deduktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,prinsip
umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan
aturan,prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
d. Pendekatan Induktif.
42
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering
disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum.Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang
bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. APB Statement No. 4
adalah contoh dari penelitian induksi,Statement ini adalah suatu usaha APB
untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun
berdasarkan observasi dari praktek yang ada.
e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta
didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnyaKonsep yang diperoleh berguna
untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan.
4. Konsep yang benar membentuk pengertian
5. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah;
43
Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang
mudah dimengerti.
Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik
pula sampai konsep yang komplek.
Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
f. Pendekatan Proses.
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-
benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir
atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor
peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan.
Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan
Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara
pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri
serta pendekatan lingkungan. (Susilo,1999). Istilah Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE)
atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya
44
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam
berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM)
merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada
di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah
menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal
pengetahuan,sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme,yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di
dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.39
b. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan merupakan proses terus menerus dalam kehidupan
manusia dari masa umur 0 (nol) menuju manusia sempurna (dewasa).
Bahkan Muhammad Abd. Ali mengatakan bahwa pendidikan itu dimulai dari
ketika memilih perempuan sebagai isteri. Pendapat ini didasari dari hadis
Nabi Saw, yaitu “Takhayyaru li nutfikum fa innal „Irqa dassas”. Artinya:
“pilihlah olehmu tempat benih kamu, sebab akhlak ayah itu menurun kepada
anak” oleh karena Islam sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan,
khususnya proses pertumbuhan anak dari awal pemilihan tempat benih
sampai membentuk pribadi individu dalam kehidupan. Dan yang turut
berperan dalam pembinaan kepribadian dan pendidikan anak adalah orang
tua, masyarakat dan sekolah. Pendidikan sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniah, dan jasmaniah, juga
harus berlangsung secara bertahap. Sebab tidak ada satupun makhluk
39
http://andhy-brenjenk.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendekatan-strategi-metode_27.html
45
ciptaan Allah yang secara langsung tercipta dengan sempurna tanpa melalui
suatu proses.40
Kematangan dan kesempurnaan yang diharapkan bertitik tolak pada
pengoptimalan kemampuannya dan potensinya. Tujuan yang diharapkan
tersebut mencakup dimensi vertikal sebagai hamba Tuhan; dan dimensi
horisontal sebagai makhluk individual dan sosial. Hal ini dimaknai bahwa
tujuan pendidikan dalam pengoptimalan kemampuan atau potensi manu sia
terdapat keseimbangan dan keserasian hidup dalam berbagai dimensi.41
Demikian pula yang diharapkan oleh pendidikan agama Islam Muhaimin
berpendapat bahwa pendidikan agama Islam bermakna upaya mendidikkan
agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan
dan sikap hidup seseorang. Dari aktivitas mendidikkan agama Islam itu
bertujuan untuk membantu seseorang atau sekelompok anak didik dalam
menanamkan dan /atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-
nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya.42 Sementara itu Harun
Nasution yang dikutip oleh Syahidin mengartikan tujuan PAI (secara khusus
di sekolah umum) adalah untuk membentuk manusia yang bertakwa, yaitu
manusia yang patuh kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan
menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul
karimah, meski mata pelajaran agama tidak diganti mata pelajaran akhlak
dan etika.
Dalam beberapa ahli mendefinisikan tentang kensep pendidikan Islam
yaitu;43
43
Abd. Rahman Abdullah. Aktualisasi konsep dasar Pendidikan Islam (rekonsstruksi pemikiran tinjauan filsafat pendidikan Islam) Cet. I, (Yogyakarta: UII Press, 2002. Hlm. 34-37
46
1) Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju pada terbentuknya keperibadian utama menurut Islam
2) Syahmina Zaini berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah usaha
mengembangkan fitra manusia dengan ajaran Islam agar terwujud
(tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia
3) Muhammad Athiya Al-Absyari berpendapat bahwa pendidikan Islam (At-
Tarbbiyah al-Islamia) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna
budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannyahalus perasaannya, mahir
dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun
tulisan.
Dari berbagai definisi pendidikan Islam yang dikemukakan nampak
sekali persoalan usaha membimbing ke arah pembentukan keperibadian,
dalam arti akhlak menjadi perhatian utama, di samping kearah
perkembangan diri.
Menurut Yusuf Amir Faisal, bahwa pendidikan islam dengan bertitik
tolak dari perinsip Iman-islam-ihsan atau akidah-ibadah-akhlak untuk menuju
satu sasarankemuliaan manusia dan budaya yang diridhai oleh Allah Swt,
setidak-tidaknya memiliki fungsi-fungsi,44 sebagai berikut ;
a. Individualisasi nilai dan ajaran islam demi terbentuknya derajat manusia
yang muttaqimdalam bersikap, berpikir dan berperilaku
b. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi terbenruknya umat Islam
c. Rekayasa kultur umat Islam demi terbentuk dan berkembangnya
peradaban Islam
44
Abd. Rahman Abdullah. Aktualisasi konsep dasar Pendidikan Islam (rekonsstruksi pemikiran tinjauan filsafat pendidikan Islam) Cet. I, (Yogyakarta: UII Press, 2002. Hlm. 56)
47
d. Menemukan, mengembangkan, serta memelihara ilmu, tekhnologi,
keterampilan demi terbentuknya para manjer dan manusia professional
e. Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari,
mengembangkan serta memelihara ilmu dan tekhnologi
f. Pengembangan pendidikan yang berkelanjutan dalam bidan ekonomi,
fisika, kimia, seni musik, seni budaya, politik, olah raga, kesehatan, dl
g. Pemgembangan kualitas muslim dan warga negara sebagai anggota dan
pembina masyarakat yang berkualitas kompetitif.
Sedangkan tujuan pendidikan Agama Islam, Pada dasarnya tujuan
pendidikan merupakan keristalisasi nilai-nilai. Yang di maksud nilai-nilai ialah
daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada
tindakan seseorang45 tujuan pendidikan ditentukan oleh pendidik sebagai
orang yang mengarahkan peroses pendidikan. Karenanya tujuan pendidikan
berkaitan erat dengan nilai-nilai yang di junjung tinggi oleh pendidik di dalam
hidupnya. Dengan perkataan lain, tujuan pendidikan tidak bisa di pisahkan
dari tujuan hidup pendidik. Tujuan pendidikan Islam sama dengan tujuan
hidup yang di tetapkan oleh Allah. Di dalam al-Qur‟an Allah telah
memberitahukan tujuan diadakannya atau dihidupkannya manusia atau
tujuan hidup manusia, sebagaimana termaktub dalam Q.S. adz-Dzariyat, ayat
56 sebagai berikut;
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dengan demikian tujuan hidup, tujuan hidup manusia adalah untuk
menjadipengabdi Allah, menjadi pelayang Allah, penurut kemauan Allah.
Orang yang menurut kemauan Allah itu dinamakan juga taqwa. Orang yang
45
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, Hlm., 56
48
paling tinggi derajat nilai dirinya dan paling mulia di sisi allah adalah orang
yang paling bertakwa.46
Pendidikan Islam bukan hanya pengajaran teoritis, melainkan juga
benar-benar melakukan pembentukan kecakapan riil yang diperlukan bagi
seorang pengabdi Allah yang mendapat tugas sebagai khalifa di bumi,
pengabdi Allah dinamakan juga orang takwa itu bukanlah ahli teori
keagamaan, melainkan tahu dengan jelas dan lengkap seluruh isi ajaran
Allah di dalam Al-Qur‟an dan cakap cakap mengerjakannya kedalam
peraktek hidup sehari-hari, baik selaku individu maupun selaku keluarga,
warga masyarakat dan bangsa.47
2. Toleransi Beragama
Dalam perspektif psikologi diketahui bahwa toleransi adalah karakteristik
mental yang merupakan bagian dari perilaku manusia (behavior). Ia adalah
sikap individu yang muncul ketika ia berhadapan dengan sejumlah
perbedaan dan bahkan pertentangan, baik di tingkat sikap, pandangan,
keyakinan dan juga tindakan, yang tumbuh di tengah masyarakat.48
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu Tolerantio artinya kelonggaran,
keluhuran hati, ketenangan dan kesabaran. Toleransi (Arab: as-samahah)
adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan
saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda
baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena
itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian
organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Pengertian
toleransi menurut Kemendiknas (2010 : 25) yaitu sikap dan tindakan yang
46
Akmal Hawi. Dasar-dasar Pendidikan Islam, Palembang : IAIN Raden Fatah Press, 2005, Hlm., 10 47
Ibid, hal. 11-12 12
Saiful Mujani dkk. Benturan Peradaban: Sikap dan Prilaku Islamis Indonesia terhadap Amerika Serikat: Jakarta: Nalar. 2005. Hal. 92.
49
menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya. Pendapat kemendiknas tersebut
menjelaskan bahwa toleransi yaitu sikap saling menghargai setiap perbedaan
yang ada diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
Dengan adanya sikap toleransi, diharapkan masyarakat Indonesia dapat
hidup berdampingan diantara perbedaan yang ada.
Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian
kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat
untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan
nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan
sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat
atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.49
Istilah Tolerance (toleransi) adalah istilah modern, baik dari segi nama
maupun kandungannya.50 Istilah ini pertama kali lahir di Barat, di bawah
situasi dan kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas. Toleransi berasal
dari bahasa Latin, yaitutolerantia,yang artinya kelonggaran, kelembutan hati,
keringanan dan kesabaran. Dari sini dapat dipahami bahwa toleransi
merupakan sikap untuk memberikan hak sepenuhnya kepada orang lain agar
menyampaikan pendapatnya, sekalipun pendapatnya salah dan berbeda.
Secara etimologis, istilah tersebut juga dikenal dengan sangat baik di dataran
Eropa, terutama pada revolusi Perancis. Hal itu sangat terkait dengan slogan
kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang menjadi inti revolusi di
Perancis. Ketiga istilah tersebut mempunyai kedekatan etimologis dengan
istilah toleransi. Secara umum, istilah tersebut mengacu pada sikap terbuka,
lapang dada, sukarela dan kelembutan. Kevin Osborn mengatakan bahwa
49
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), 22
50
toleransi adalah salah satu pondasi terpenting dalam demokrasi.51 Sebab,
demokrasi hanya bisa berjalan ketika seseorang mampu menahan
pendapatnya dan kemudian menerima pendapat orang lain.
Sejalan dengan hal tersebut, Fatchul Mu‟in mengemukakan bahwa
toleransi ialah suatu sikap menghormati orang lain yang berbeda dengan kita
atau yang kadang seakan menentang kita dan memusuhi kita. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa kita harus menjauhkan prasangka kita terhadap
orang lain yang berbeda dengan kita. Meskipun seakan-akan orang lain
memusuhi kita,namun kita harus tetap menghargai dan menghormatinya.
Selanjutnya, Muchlas Samani dan Hariyanto mengemukakan bahwa
toleransi ialah sikap menerima secara terbuka orang lain yang tingkat
kematangan dan latar belakangnya berbeda. Pendapat tersebut menyatakan
bahwa seseorang tidak boleh membeda-bedakan perlakuan terhadap orang
lain yang memiliki tingkat kematangan dan latar belakang yang berbeda
dengan dirinya.Seseorang harus tetap menerima dan menghargai orang lain
yang memiliki latar belakang yang berbeda dari dirinya.
Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku
manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai
atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga
dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti
sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas
dalam suatu masyarakat. Toleransi merupakan salah satu kebajikan
fundamental demokrasi, namun ia memiliki kekuatan ambivalen yang
termanivestasi dalam dua bentuk: bentuk solid dan bentuk demokratis.
Menjadi toleran adalah membiarkan atau membolehkan orang lain menjadi
diri mereka sendiri, menghargai orang lain, dengan menghargai asal-usul dan
51
Kevin Osborn,Tolerance,(New York : 1993) 11.
51
latar belakang mereka. Toleransi mengundang dialog untuk
mengkomunikasikan adanya saling pengakuan.52
Toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai
umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.Dalam masyarakat berdasarkan
pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan
kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai
manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai.
Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina
kerukunan hidup.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa toleransi
adalah suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang untuk membiarkan
kebebasan kepada orang lain dan memberikan kebenaran atas perbedaan
tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.
as-samahah (toleransi), Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali
memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:1) Kerelaan hati
karena kemuliaan dan kedermawanan, 2) Kelapangan dada karena
kebersihan dan ketaqwaan, 3) Kelemah lembutan karena kemudahan, 4)
Muka yang ceria karena kegembiraan, 5) Rendah diri dihadapan kaum
muslimin bukan karena kehinaan, 6) Mudah dalam berhubungan sosial
(mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian, 7) Menggampangkan dalam
berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi, 8) Terikat dan tunduk kepada
agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.53
Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik daripada toleransi
(as-samahah) merupakan (a) Inti Islam, (b) Seutama iman, dan (c) Puncak
52
http://www.referensimakalah.com/2013/03/pengertian-toleransi-dalam-islam.html 53
https://kajianpemikiranislam.com/konsep-toleransi-dalam-islam/
52
tertinggi budi pekerti (akhlaq).54 Bentuk-bentuk toleransi dalam Islam dapat
di lakukan sebagai berikut;55
a. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun
orang yang sakit.
Terkait sikap tersebut, Rasulullah Saw bersabda yang artinya; Dari Abi
Musa r.a. dia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, „Orang mukmin satu
dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling
mengokohkan. (HR. Bukhari)
b. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim.
Allah Ta‟ala berfirman,
وإن جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فال تطعهما
نيا معروفا وصاحبهما في الد
Artinya :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
3. Boleh memberi hadiah pada non muslim
Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.
Dari Ibnu „Umar radhiyallahu „anhuma, beliau berkata,
54
Ibid 55
https://rumaysho.com/5673-toleransi-dalam-islam.html
53
مر حلة على رجل تباع فقال للنبى صلى هللا عليه وسلم رأى ع » ابتع هذه الحلة تلبسها يوم الجمعة وإذا جاءك الوفد . فقال –
« . إنما يلبس هذا من ال خالق له فى اآلخرة فأتى رسول هللامنها بحلل فأرسل إلى عمر منها بحلة . –صلى هللا عليه وسلم
إنى لم » فقال عمر كيف ألبسها وقد قلت فيها ما قلت قال إلى أخ فأرسل بها عمر « . أكسكها لتلبسها ، تبيعها أو تكسوها
ة قبل أن يسلم له من أهل مك
Artinya:
“‟Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum‟at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu „alaihi wa sallam pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada „Umar. „Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian „Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619). Lihatlah sahabat mulia „Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada saudaranya yang non muslim.
Untuk membentuk siswa menjadi insan yang bertoleransi, diperlukan
suatu langkah agar tujuan tersebut dapat tercapai. Michele Borba (2008 :
234-257) menyatakan bahwa terdapat tiga langkah dalam menerapkan sikap
toleransi kepada siswa, yaitu :
1. Mencontohkan dan menumbuhkan toleransi
Dalam mencontohkan dan menumbuhkan toleransi, hal yang dapat
dilakukan oleh guru adalah:
54
a. Guru harus memerangi prasangka buruk kepada orang lain.
b. Guru harus bertekad untuk mendidik siswa yang toleran. Guru yang
mempunyai tekad kuat akan memiliki peluang keberhasilan lebih besar,
dikarenakan mereka merencanakan pola pendidikan yang diterapkan
kepada siswa.
c. Jangan dengarkan kata-kata siswa yang bernada diskriminasi. Guru bisa
menunjukkan reaksi ketidaksukaannya ketika melihat siswa berkomentar
diskriminatif.
d. Beri kesan positif tentang semua suku. Biasakan mengajak siswa untuk
membaca berita baik dari surat kabar atau televisi yang menggambarkan
beragam suku bangsa.
e. Dorong siswa agar banyak terlibatdengan keragaman. Latihlah siswa agar
bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda suku,
agama, atau budaya.
f. Contohkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Cara terbaik
dalam menanamkan sikap toleransi ialah dengan cara mencontohkan
sikap-sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menumbuhkan apresiasi terhadap perbedaan
Dalam upaya menumbuhkan apresiasi siswa terhadap perbedaan,
Dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut:
a. Melatih siswa untuk bisa menerima perbedaan sejak dini. Tugas guru di
sini ialah menekankan kepada siswa bahwa perbedaan itu bukanlah
masalah, justru dengan perbedaan dunia ini akan menjadi lebih
berwarna.
b. Kenalkan siswa terhadap keragaman. Apabila siswa sering menemui
keberagaman maka akan menambah wawasan bagi siswa bahwa
banyak di luar sana yang berbeda dengan kita. Melalui hal ini,
55
diharapkan siswa akan terbiasa dan belajar untuk menghargai
keberagaman yang ada.
c. Beri jawaban tegas dan sederhana terhadap pertanyaan tentang
perbedaan. Para siswa biasanya memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu, ketika siswa bertanya mengenai perbedaan, maka
hendaknya guru menjelaskan mengenai perbedaan tersebut
menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
d. Bantu siswa melihat persamaan. Di samping perbedaan, bantu siswa
untuk melihat persamaan dirinya dengan orang lain.
2. Menentang stereotip dan tidak berprasangka.
Cara-cara yang dapat dilakukan guru agar siswanya tidak
berprasangka buruk antara lain:
a. Tunjukkanlah prasangka
Guru menunjukkan sikap berprasangka baik terhadap semua siswa
pada kegiatan pembelajaran. Cara guru adalah dengan mengajarkan siswa
meski mempunyai bahasa yang berbeda, tetapi dapat saling berkomunikasi,
memberikan pemahaman bahwa semua orang berhak mendapat perlakuan
baik, memberikan contoh perbuatan yang berprasangka buruk kemudian
mengajukan pertanyaan berkaitan dengan prasangka agar memahami
kesalahpahaman, mengajari siswa agar memperhatikan ucapannya
mengenai orang/suatu kelompok, meminta siswa untuk mengecek terlebih
dahulu setiap kali ada komentar yang mengotak ngotakkan orang.
b. Dengarkan baik-baik tanpa memberi penilaian
Langkah pertama yang dilakukan adalah mendengarkan
tanggapan/pertanyaan/pendapat siswa dengan tidak memojokkan dan
memotong pembicaraan siswa. Guru juga perlu menanyakan alasan siswa
mengenai pendapat atau tanggapannya.
c. Lawanlah pandangan yang berprasangka buruk
56
Berkaitan dengan ini, guru berupaya menciptakan suasana/iklim kelas
yang harmonis/toleran dengan menentang pandangan yang berprasangka
buruk. Guru mengerti alasan di balik komentar siswa, guru mesti menentang
prasangka tersebut dan menjelaskan mengapa hal tersebut tidak dapat
diterima, ini artinya guru memberikan informasi tambahan/jika ada penafsiran
yang berbeda. Hal lainnya adalah dengan guru tidak menyalahkan siswa,
membuat aturan agar tidak diperkenankan memberi komentar yang bernada
membeda-bedakan, mengajarkan siswa bahwa berkomentar yang
menyinggung/merendahkan orang lain adalah perbuatan tidak baik dan tidak
dapat ditolerir. Terakhir, guru perlu memberikan pengalaman yang
menumbuhkan toleransi dan mengajarkan bahwa kita harus saling
menghargai perbedaan.
Sejalan dengan hal di atas, Margaret Sutton dalam jurnalnya yang
berjudul Nilai dalam Pelaksanaan Demokrasi (2006 : 57) mengemukakan ada
empat cara dalam menanamkan toleransi, yakni:
1. Bentuk keragaman budaya
Pengetahuan tentang keragaman budaya akan lebih berhasil jika
diintegrasikan dalam mata pelajaran, khususnya mata pelajaran sejarah. Hal
ini dikarenakan dalam mata pelajaran dibahas mengenai sejarah
perkembangan budaya dari dahulu hingga sekarang.
2. Membandingkan pendapat-pendapat yang berasal dari nilaipribadi
seseorang Guru dapat membimbing siswa dengan cara langsung. Siswa
diminta mengungkapkan pendapat mereka tentang suatu benda atau suatu
hal. Sebelum kegiatan dimulai, guru membuat perjanjian dengan siswa agar
mendenganrkan dan memberi kesempatan kepada teman lain untuk
mengungkapkan pendapat mereka. Dari pendapat-pendapat tersebut
kemudian dibandingkan pendapat yang satu dengan yang lain.
57
3. Mengembangkankebiasaan “kulit tebal” Adapun maksud dari kulit tebal
yaitu tidak mudah sakit hati. Dalam mengembangkan kebiasaan tersebut,
guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa tidak semua
orangbermaksud untuk melakukanhal yang tidak baik ataubermaksud tidak
baik.
4. Menumbuhkankebiasaan untuk protesterhadap hal yang tidak adil dan
Tidak jujur dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara melaksanakan
paktiktoleransi di dalam kehidupansehari-hari adalah dengan membicarakan
secara terbuka tentang hal-halyang tidak toleran yang ditemui dimana saja.
Guru dapat menjelaskan kepada siswa bahwakegiatankegitan dan aktivitas
yang tidak toleran tidak akan mendapat tempat dalam masyarakatyang
demokratik. Apabila semua orang berani untuk mengungkapkan hal-hal yang
tidak toleran, maka nilai toleransi akan semakin kuat dalam kehidupan
masyarakat. Sejalan dengan hal di atas, Kemendiknas mengemukakan
bahwa implementasi nilai-nilai karakter termasuk nilai toleransi di tingkat
satuan pendidikan dilakukan berdasarkan grand design (strategi
pelaksanaan) yang tercantum di dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter di Sekolah.
Adapun strategi pelaksanaan implementasi nilai-nilai karakter antara
lain adalah sebagai berikut.
1. Program Pengembangan diri
Dalam program pengembangan diri, perencaaan dan pelaksanaan
pendidikan karakter dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan
sehari-hari di sekolah. Integrasi tersebut dilakukan melalui beberapa hal
berikut.
a. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, piket kelas, pemeriksaan
58
kebersihan badan setiap hari Senin, mengucap salam bila bertemu guru,
tenaga kependidikan atau teman, dan sebagainya.
b. Kegiatan spontan
Sesuai dengan istilah “spontan” maka kegiatan ini dapat dimengerti bahwa
pelaksanaan kegiatan dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan
spontan biasanya dilakukan berkaitan dengan sikap atau perilaku positif
maupun negatif. Kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku positif
dilakukan sebagai bentuk tanggapan sekaligus penguatan atas sikap dan
perilaku positif siswa. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa sikap dan
perilaku siswa yang positif tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan
sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman yang lain. Sementara itu,
kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku negatif dilakukan sebagai
bentuk pemberian pengertian dan bimbingan bagaimana sikap dan perilaku
yang baik.
c. Keteladanan
Keteladanan yang dimaksud di sini adalah perilaku, sikap guru,
tenagakependidikan, dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui
tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa
yang lain. Michele Borba mengemukakan pentingnya keteladanan yang
dalam penjelasannya lebih menunjuk pada bagaimana membantu anak atau
siswa dalam “menangkap” kebajikan pembangunan kecerdasan moral.
Pernyataan ini selaras apabila dikaitkan dengan keteladanan dalam upaya
penanaman sikap toleransi. Michele Borba menyatakan bahwa mengajarkan
kebajikan kepada anak tidak sama pengaruhnya dibandingkan menunjukkan
kualitas kebajikan tersebut dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa guru perlu
menjadikan keseharian sebagai contoh nyata kebajikan yang dimaksud agar
anak dapat melihat secara langsung. Kondisi tersebut menjadi cara paling
59
baik dalam membantu anak “menangkap” kebajikan yang dimaksud serta
mau menerapkan dalam kehidupan sekarang maupun di masa mendatang.
d. Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan dengan penciptaan kondisi yang
mendukungketerlaksanaan pendidikan karakter, misalnya tempat sampah
disediakan di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah yang rapi,
halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan
di dalam kelas, dan sebagainya.
2. Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Implementasi nilai-nilai karakter diintegrasikan ke dalam setiap pokok
bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan ke dalam
silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh
melalui langkah-langkah berikut.
a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi untuk menentukan apakah nilai-nilai karakter yang tercantum itu
sudah tercakup di dalamnya.
b. Menggunakan tabel keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan
indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.
c. Mencantumkan nilai-nilai karakter ke dalam silabus.
d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP.
e. Mengembangkan proses pembelajaran siswa secara aktif yang
memungkinkan siswa memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan
menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai.
f. Memberikan bantuan kepada siswa, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
3. Budaya Sekolah
Budaya sekolah memiliki cakupan yang luas, meliputi ritual, harapan,
hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses
60
pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen
di sekolah. Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat
siswa berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota
kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antar
kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, dan etika bersama yang
berlaku di suatu sekolah. pengembangan nilai-nilai karakter dalam budaya
sekolah ini meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,
konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan siswa dan
menggunakan fasilitas sekolah.
Disamping implementasi pendidikan karakter melalui program
pengembangan diri, integrasi dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah,
Kemendiknas juga mengemukakan pernyataan tentang proses pembelajaran
pendidikan karakter. Menurut Kemendiknas pembelajaran pendidikan
karakter menggunakan pendekatan proses belajar siswa aktif dan
berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah,
dan luar sekolah (masyarakat).
1. Di lingkup kelas,pendidikan karakter dilakukan melalui proses belajar
setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap
kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
2. Di lingkup sekolah, pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai
kegiatan sekolah yang diikuti oleh seluruh peserta didik, guru, kepala
sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan
tersebut dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan dalam
Kalender Akademik, dan dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya
sekolah.
61
3. Di Luar sekolah, pendidikan karakter dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian
peseta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan
ke dalam Kalender Akademik. Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan
bahwa pihak sekolah terutama guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menanamkan sikap toleransi kepada siswa. Hal-hal yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menanamkan sikap toleransi antara lain melalui
pengembangan diri, mengintegrasikan ke dalam pembelajaran, dan melalui
budaya sekolah. Dalam kegiatan pengembangan diri, upaya penanaman
sikap toleransi dapat dilakukan dengan mengkondisikan sekolah yang
mengarahkan siswa untuk bersikap toleransi, membiasakan siswa untuk
bersikap toleransi, melakukan kegiatan spontan serta memberikan teladan.
Seorang guru merupakan model bagi siswa. Oleh sebab itu guru harus
memberikan teladan yang baik kepada para siswanya. Selain itu, guru juga
bisa menanamkan toleransi dengan cara menumbuhkan apresiasi terhadap
perbedaan, sehingga siswa akan terbiasa dengan perbedaan sejak dini.
Terakhir, guru dapat melakukan penanaman sikap toleransi kepada siswa
dengan cara mengajarkan siswanya untuk tidak berprasangka kepada orang
lain atau orang yang berbeda dari dirinya. Indikator keberhasilan penanaman
sikap toleransi merupakan suatu ukuran yang digunakan sebagai rambu-
rambu guru untuk mengetahui keberhasilan guru dalam menanamkan sikap
toleransi.
Kemendiknas menyebutkan bahwa terdapat dua jenis indikator
keberhasilan yang dapat dikembangkan dalam menanamkan sikap toleransi
kepada para siswa. Indikator keberhasilan tersebut terdiri dari indikator untuk
sekolah dan kelas serta indikator untuk mata pelajaran. Indikator di kelas
dapat diamati melalui pengamatan guru ketika siswa melakukan tindakan di
kelas, tanya jawab, tugas, dan kerja kelompok siswa. Indikator mata
62
pelajaran menggambarkan perilaku afektif siswa berkenaan dengan mata
pelajaran tertentu. Lebih lanjut, Kemendiknas menguraikan indikator
keberhasilan nilai toleransi untuk kelas terdiri dari:
1. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruhwarga kelas tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
2. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
3. Bekerja dalam kelompok yang berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, Fitri
mengemukakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan dari penanaman
sikap toleransi dapat dikembangkan indikator sebagai berikut:
1. Saling menghormati antar sesama tanpa memandang suku, agama, ras,
dan aliran.
2. Saling membantu antar sesama dalam kebaikan. Salah satu contoh di
kelas adalah sikap untuk berlaku baik terhadap seluruh teman kelas tanpa
membedakan satu sama lain, menerima perbedaan dengan lapang dada dan
belajar dari perbedaan tersebut untuk saling mendukung dan hidup saling
menolong sebagai wujud hidup rukun dan bersatu di tengah keragaman
bangsa. Guru dapat mengamati siswa sudah memiliki sikap toleran atau
belum melalui tindakan siswanya sehari-hari di sekolah.
Selanjutnya, Michele Borba menyebutkan ada beberapa tindakan
orang yang bertoleransi yakni:
1. Tidak mau ikut serta mengolok-olok orang yang berbeda dengan dirinya.
2. Tidak mau menertawakan suku, agama, budaya, ukuran tubuh, gender,
atau orientasi seksual seseorang.
3. Memfokuskan pada persamaan bukan pada perbedaan.
4. Tidak menolak orang yang berbeda atau tidak berpengalaman untuk
bergabung.
5. Membela orang-orang yang diolok atau dicela.
63
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
siswa dapat dikatakan bertoleransi apabila siswa dapat menerima dengan
lapang dada orang lain yang berbeda dengan kita. Selain itu, siswa dikatakan
mempunyai sikap toleransi apabila siswa dapat menghormati orang lain,
dapat memperlakukan orang lain tanpa pandang bulu. Guru dapat
mengamati apakah siswanya sudah memiliki sifat toleransi atau belum
melalui pengamatan sehari-hari saat proses belajar mengajar.
B. Studi Relevan
Studi relevan yang sering di sebut dengan kajian terdahulu atau literatur
review, adalah bagian dari proposal yang mendiskusikan laporan penelitian,
tulisan (buku atau jurnal) atau kegiatan akademis lainnya seperti seminar
terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan fokus kajian yang akan
dilakukan.
1. Husin (2016) dalam tesis yang berjudul penerapan metode pembelajaran
dalam penanaman nilai di Taman Kanak-kanak Islam Sa‟adatul Khidmah
Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Adapun hasil penelitian tesisnya
adalah penggunaan metode pembelajaran sanagatlah penting. Untuk itu guru
harus memeiliki pengetahuan, wawasan dan ketrampilandalam memilih dan
menggunakan metode agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran,
perkembangan anak dan tujuan pembelajaran.
2. Jelita (2015) dalam penelitiannya yang berjudul kompetensi social guru
Agama dalam membina kerukunan hidup beragama siswa di Sekolah
Menengaha Atas Negeri 2 Batanghari. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, a)kendala guru Agama Islam dalam membina kerukunan hidup
beragama siswa SMA N 2 Batang Hari adalah kesulitan menjabarkan nilai
kerukuna hidup beragama, kompetensi guru dari aspek social masih perlu
pembinaa lebih lanjut, system sekolah belum mendukung kerukunan hidup
64
beragama, kerukunan beragama belum menjadi budaya sekolah, tingkat
pendidikan masyarakat masih rendah serta siswa muslim dan non muslim
tidak begitu bersinergi dalam kegiatan sekolah. b) Upaya guru Agama Islam
dalam meningkatkan pembinaa kerukunan hidup beragama siswa di SMA N
2 Batanghari yaitu tanggap terhadap berbagai permasalahan yang ada pada
setiap siswa selama berada dilingkungan sekolah untuk bisa menghargai
siswa lain dalam beragama dan memperhatikan sopan santun dalam
pergaulan social serta menjaga kerukunan hidup sesame siswa dalam
menjalankan ajaran agama masing-masing di sekolah.56
3. Drajat Udin (2016) dalam penelitiannya yang berjudul kolaborasi PAI dengan
guru BK dalam upaya internalisasi nilai-nilai PAI di madrasah aliyah negeri
sungai gelam kab. Muaro Jambi. Adapun hasil penelitian tesisnya
menunjukkan bahwa guru sebagai pendidik tidak hanya sebatas menjadikan
anak didik tahu dan mengerti sesuatu yang diajarkan, sebagaimana yang
diajarkan dan dicontohkan Rasulullah SAW. Akan tetapi pendidik dituntut
mampu menjadikan anak didik memiliki pengetahuan, karakter, pribadi dan
prilaku yang mulia.57
4. Muhammad (2017) dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan perspektif
multikultural dalam meningkatkan sikap toleransi siswa di SMP xaverius
kuala tungkal kab.Tanjung jabung barat. Hasil penelitian bahwa sikap
toleransi dan berbagai konflik masalah etnik atau isu pertentangan agama
peneliti paparkan sebagai berikut; terdapat toleransi yang besar antar umat
beragama dalam pergaulan sehari-hari, berdialog serta peringatan hari-hari
besar agama.58
56
Jelita, Kompetensi social guru dalam membina kerukunan hidup beragama siswa di sekolah menengah atas negeri Batanghari, 2015 57
Drajat Udin, kolaborasi Guru PAI dengan Guru BK dalam upaya internalisasi nilai PAI di MAN sungai gelam Kab.muaro jambi, 2016 58
Muhammad, Pendidikan perspektif multicultural dalam meningkatkan sikap toleransi siswa di SMP Xaperius Kuala tungkal Kab. Tanjabbar, 2017
65
Jurnal yang ditulis oleh Samsu S, dkk, Jurusan Pendidikan Agama
islam, Institut Agama islam Negeri Palopo yang berjudul “ Strategi
Pembelajaran Agama Islam Antisipasi Krisis Akhlak Peserta didik pada SMA
Negeri Palopo” Tahun 2015. Hasil penelitian ini terkait strategi pembelajaran
yang diterapkan dan bertujuan untuk mengungkap implikasi strategi
pembelajaran yang diterapkan guru PAI terhadap upaya antisipasi krisis
akhlak peserta didik.
Jurnal yang ditulis oleh C Casram, dkk, Jurusan Agama dan social
budaya, Universitas Islam Negeri Sunan kalidjaga yang berjudul “
Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural” Tahun
2016. Hasil penelitian ini terkait penerapan strategi pembelajaran untuk
mengembangkan toleransi beragama yang berfungsi untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mengurangi kejenuhan, dan menjadikan siswa lebih, aktif,
kreatif dan inofatif dalam pembelajaran, sehingga mampu membuat kreasi-
kerasi baru dalam pembuatan naskah drama.59
Jadi, persamaan dari hasil penelitian ini adalah berfungsinya strategi
pembelajaran sebagai cara untuk memancing semangat siswa untuk belajar ,
strategi yang digunakan juga disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa
yang berbeda-beda. Oleh karena itu toleransi beragama yang dilakukan
dengan penuh kesadaran akan melahirkan sikap inklusif umat bergama.
Sikap ini menganggap agama sendiri benar tetapi masih memberikan ruang
untuk menyatakan kebenaran agama lain yang diyakini benar oleh umatnya.
Sikap inklusif umat beragama akan mampu meruntuhkan sikap ekstrimis dan
eksklusif umat beragama, yang biasanya melahirkan pemahaman fanatik
buta dan radi kalisme bahkan terorisme yang abadi terhadap umat berbeda
agama. Toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan
tidak menyakiti orang atau kelompok lain, baik yang berbeda maupun yang
59
Ni Luh Gede Wahyuni Lestari, dkk, “Variasi Mengajar Guru dalam Pembelajaran
Mengubah Pengalaman Pribadi Menjadi Naskah Drama pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
66
sama. Toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas dari segala
macam bentuk tekanan atau pengaruh serta terhindar dari hipokrisis.
Toleransi mengandung maksud untuk memungkinkan terbentuknya sistem
yang menjamin keamanan pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas
yang terdapat dalam masyarakat. Ini direalisasikan dengan menghormati
agama, moralitas dan lembagalembaga mereka serta menghargai pendapat
orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus
berselisih dengan sesamanya hanya karena berbeda keyakinan atau agama.
Dalam kaitan dengan agama, toleransi mencakup masalah-masalah
keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang
berhubungan dengan ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus
diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai
akidah) masing-masing yang dipilihnya serta memberikan penghormatan atas
pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininya.
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat
kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara, ilmiah, data, tujuan kegunaan
tertentu.60 Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarakan pada ciri-
ciri keilmuan, yaitu rasional,empiris dan sistematis.61
Pendekatan penelitian adalah cara-cara terstruktur, terencana dan
prosedur untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah dengan memadukan
semua potensi dan sumber yang telah disiapkan. Pendekatan penelitian
sangat ditentukan oleh paradigma penelitian, yaitu suatu cara pandang
metode penelitian yang dipilih oleh periset.62
Kemudian Sugiyono mengatakan : Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi ( gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.63 Berdasakan
pengertian di atas bahwa paradigma penelitian kualitatif ini meyakini bahwa
kenyataan yang terjadi pada sebuah fenomena sosial, perilaku manusia
maupan tentang budaya merupakan sebuah akibat yang terjadi dari adanya
konteks yang melatar belakanginya. Atau bisa dikatakan sebagai sebuah
60 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,
(Bandung:Afabeta.2009), hal. 3. 61
Ibid., Hal. 3 62
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Prees, 2013), hal 84
63 Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif.(Bandung: Alfabeta. 2013), hal. 1.
68
hubungan sebab akibat antara konteks dengan fenomena sosial budaya
yang terjadi pada manusia. Dan menurut paradigma ini hukum-hukum yang
tercipta tersebut tidak dapat ditentukan menjadi sebuah hukum tunggal
yang bebas dan konteks.
Pendekatan penelitian akan memadu seorang peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya dari awal hingga akhir. Pendekatan penelitian
menjadi titik balik kembali ke jalan yang benar ketika seorang peneliti
tersesat dalam rimba penelitiannya, atau keluar dari koridor dan tujuan yang
telah ditetapkan.64
Berbagai macam suatu kerangka yang di teliti, dan tujuannya yang
berbeda sehingga didalam mengadakan penelitian kualitatif ada ciri-ciri yang
membedakan dengan penelitian kuantitaif, berkaitan dengan perbedaan
tersebut, Iskandar, didalam bukunya beliau mengatakan :
Adapun ciri-ciri utama penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut: 1.
Penelitian terlibat secara langsung dengan setting sosial penelitian.Peneliti
tidak dapat dengan mudah mewakili kehadirannya dilapangan melalui orang
lain.2. Bersifat deskriptif. Dalam melakukan penelitian kualitatif, waktu
pengumpulan data, pada umumnya seorang peneliti dapat menemukan data
penelitian dalam bentuk kata-kata, gambar, data di sini bermaksud adalah
transkrip-transkrip wawancara, catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-
foto, kamera, nota dan lain-lainnya.3. Menekankan makna proses dari pada
hasil penelitian. Maksudnya data, prilaku, gambar, dan sebagainya, hanya
bermakna jika diberikan verifikasi atau tafsiran secara akurat oleh peneliti.4.
Menggunakan pendekatan analisis induktif. 5. Peneliti merupakan instrumen
utama (human instruments).65
64
Ibid., hal, 84. 65 Ibid., hal.191-193.
69
Dari aspek metodologi penelitian, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Setting (tempat) penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan
Budi Luhur Kabupaten Tebo. Karena permasalahan yang di ajukan dalam
latar belakang masalah relevan dengan keadaan di lapangan. Alasannya
agar dalam penelitian serta hasil pengamatan ini sesuai dengan keadaan
dan kondisi sebenarnya.
Penentuan subjek penelitian adalah dengan menggunakan purposive
sampling. Menurut Sugiono teknik sampel ini adalah suatu proses
pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu.66 Pada
penelitian ini yang di jadikan subjek penelitian adalah di ambil dari Sekolah
Menengah Kejuruan Budi Luhur Kabupaten Tebo yang meliputi Kepala
sekolah, guru, dan siswa.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang
diperoleh di lapangan sebagai pendukung kearah konstruksi ilmu secara
ilmiah dan akademis. Adapun manfaat data adalah, pertama, untuk
mengetahui atau memperoleh gambaran tentang sesuatu keadaan atau
persoalan. Kedua, untuk membuat keputusan atau memecahkan
persoalan.67
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data :
a. Data Primer
66
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal,124.
67 Mukhtar, Op. Cit, hal 99.
70
Dalam penelitian kualitatif, hal yang paling penting adalah
kedalaman dan kekayaan data, karena pemahaman terhadap masalah
yang di teliti merupakan tujuan utama penelitian kualitatif.
Dalam pengumpulan data primer, improvisasi penelitian terhadap
objek penelitian sangat penting dilakukan, terutama untuk memperoleh
informasi kualitatif yang melatar belakangi data kuantitatif yang
diperoleh. Pengumpulan data primer tetap dapat dilakukan dengan
menggunakan tenaga pembantu, asalkan peneliti telah menghayati
permasalahan yang dihadapi atau telah menemukan objek
penelitiannya.68
Data primer yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah data
mengenai penerapan strategi pembelajaran dalam mengembangkan
toleransi beragama siswa dalam mata pelajaran PAI di SMK Budi Luhur
Kabupaten Tebo, yang meliputi:
4. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran dalam mengembangkan
Toleransi Beragama guru siswa di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo?
5. Bagaiman penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan
agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo?
6. Bagaimana keberhasilan penanaman sikap toleransi beragama dalam
pendidikan agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo?
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek yang diteliti.69
Tetapi telah berjenjang melalui
sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai
68
Deni Damayanti, Panduan Penyusunan Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi, (Yogyakarta: Araska,2013)hal,124.
69 Ibid., hal 124
71
data-data pendukung atau pelengkap data utama yang dapat digunakan
oleh peneliti.70
Jenis Data sekunder ini berupa gambar-gambar, dokumentasi,
grafik, manuscrif, tulisan-tulisan tangan, dan berbagai dokumentasi
lainnya.71 yang terdapat di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
Kabupaten Tebo, yang meliputi:
1. Historis dan geografis
2. Struktur organisasi
3. Keadaan guru dan siswa
4. Keadaan sarana dan prasarana
5. Tata tertib sekolah
2. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek darimana data itu diperoleh.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data berupa manusia, yakni Kepala sekolah, guru, dan
siswa.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi lingkungan sekolah yang
di teliti.
c. Sumber data berupa dokumentasi, kegiatan, arsip dokumentasi resmi
yang berhubungan dengan keberadaan atau letak sekolah, jumlah
siswa, pelayanannya, dan lain-lain.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber
data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
70
Mukhtar, Op. Cit, hal 100. 71
Ibid., hal 100
72
adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk
mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau
teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat
berjalan lancar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka ketiga
teknik pengumpulan data tersebut dapat di gunakan dalam penelitian.
Peneliti mencatat data dari berbagai sumber, serta melakukan
iteraksi langsung dengan subjek penelitian dengan mendengar, melihat,
berbicara, bertanya dan meminta penjelasan, serta menangkap isyarat yang
tersirat dari subjek yang terlibat. Oleh karena itu peneliti menerapkan
beberapa metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan
dan di catat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas)
dan kesahihannya (validitasnya).72
Nasution yang dikutip didalam buku Sugiono, menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan
bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang
sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat di observasi dengan jelas.73
72
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Metode PenelitianSosial, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hal,52.
73Sugiyono, Op. Cit., hal 310
73
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik prilaku atau kejadian, metode ini digunakan untuk
mengungkapkan data yang mana secara langsung dapat mengamati hal-hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan metode pembelajaran variatif pada
mata pelajaran pendidikan agama islam.
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancarai disebut interviewee.74
Susan Stainback yang dikutip didalam buku Sugiono, mengemukakan
bahw: “interviewing provide the researcher a means to gain a deeper
understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon
than can be gained through observation alone. Jadi, dengan wawancara,
maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di
mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.75
Oleh karena itu wawancara merupakan metode pengumpulan data
yang paling resperentative karena dapat digali potensi informasi yang lebih
mendalam dan akurat.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, criteria, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
74
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Op.Cit, hal 55 75
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2014),hal, 316.
74
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain-lain. Metode dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.76
Data-data dokumentasi yang di teliti disini adalah: Jumlah siswa, guru,
sarana dan prasarana, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.
Sehingga akan diperoleh gambaran mengenai metode pembelajaran variatif
dalam mata pelajaran pendidikan agama islam.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hepotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. 77
Setelah data terkumpul perlu segera di garap, secara garis besar,
pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu: Persiapan, tabulasi dan
penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Dalam penelitian
kualitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan
untuk menjawab rumusan atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dalam proposal. Menurut Miles dan Huberman(1984) yang dikutip oleh
Sugiyono mengamukakan bahwa aktivitas dala analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas
,sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam data, yaitu data reduction,
76
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014),hal 82 77
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda karya, 2013), hal. 280.
75
dan data display, dan conclusion drawing/verification.78 Sehingga analisis
data kualitatif dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Reduksi data (Data Reduction)
Mereduksi data berartinya merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila di perlukan.79
Peneliti merangkum dan memilih data yang diperoleh dari
dokumentasi, wawancara dan observasi. Data tersebut kemudian di
sesuaikan dengan objek penelitian. Adapun data yang dipilih adalah data
mengenai strategi pembelajaran dalam mata pelajaran pendidikan agama
Islam dalam mengembangkan tolerasi keagamaan di SMK Budi Luhur
Kabupaten Tebo.
Peneliti kemudian menganalisis dengan menajamkan dan
mengelompokkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu dan
mengorganisir data tersebut sehingga bisa disajikan.
2. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi maka langkah berikutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono
menyatakan: the most frequent form of is play data for qualitative research
data in the past has been narrative text. Yang paling penting sering di
78 Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta, 2012), hal.
244. 79 Sugiyono, Op.Cit., hal. 247.
76
gunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.80
Peneliti menyajikan data mengenai proses internalisasi materi
pendidikan agama Islam dan penanaman akhlak mulia yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam dan sekolah. Penyajian data ini berupa uraian,
bagan dan hubungan antar kategori yakni antara penanaman akhlak mulia
dengan hasil pengamatana kondisi akhlak mulia siswa.
3. Conclusion drawing / Verivication
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman yang dikutip oleh Sugiyono adalah penarikan kesimpulan dan
verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakaan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung
pada tahapan pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan
konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.81
F. Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya di tekankan pada
uji validitas dan reliabilitas..82 Peneliti menggunakan teknik menguji
keabsahan data dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
observasi, triangulasi dan diskusi teman sejawat.
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan (PK) mengharuskan peneliti lebih lama
di lapangan dan bertemu serta berkomunikasi dengan lebih banyak orang.ini
dilakukan bukan saja untuk meningkatkan keakraban,juga untuk
80 Sugiyono, Op.Cit, .hal. 249. 81
Sugiyono, Op. Cit., hal. 99. 82
Sugiyono, Loc. Cit., hal. 117.
77
meningkatkan kualitas kepercayaan. Jika orang-orang yang diteliti semakin
akrab dan percaya pada peneliti, maka apa pun yang hendak digali lebih dala
akan didapatkan oleh peneliti.83 Perpanjangan Keikutsertaan,sebagaimana
teknik pemeriksaan keabsahandata yang lain, dilaksanakan jika data yang
terkumpul sudah sangat banyak,telah dianalisis,dan ada temuan di
kategorikan. Dengan kata lain fokusnya sudah dapat ditemukan,dapat di
jelaskan denga uraian yang rinci.84 Dan keikutsertan ini menuntun peneliti
untuk terjun langsung ke dalam lokasi dalam waktu yang cukup lama untuk
mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin akan
merusak data. Peneliti melakukan penelitian secara langsung ke SMK Budi
Luhur Kabupaten Tebo. dengan durasi waktu penelitian 3 bulan, selanjutnya
melakukan interaksi dengan objek penelitian sehingga 3 bulan yang
disediakan menjadi penelitian yang berkualitas.
2. Ketelitian Pengamatan
Ketelitian pengamatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
karakteristik dan elemen dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan
permasalahan atau isu yang sedang diteliti dan memfokuskan secara
terperinci. Peneliti mengadakan observasi atau pengamatan secara teliti dan
rinci secara terus menerus terhadap faktor yang menonjol dan kemudian
peneliti menelaahnya secara terinci sampai pada suatu titik sehingga pada
pemeriksaan tahap awal akan kelihatan salah satu atau keseluruhan faktor
yang telah difahami.
3. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksaan sumber lainnya. Denzim
83 Nusa Putra. Penelitia Kualitatif:Proses dan Aplikasi.(Jakarta:PT.Indeks), hal.168. 84 Ibid., hal. 169.
78
(1978) sebagaimana yang di kutip oleh Lexy J. Moleong, mengemukakan
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Kemudian
Patton 1987: 331 sebagaimana yang di kutip oleh Lexy J. Moleong,
mengemukakan Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dengan penelitian kualitatif.(Patton 1987:331).
Hal ini dapat dicapai dengan jalan.(1) Membandingkan hasil data
pengamatan denan hasil data wawancara; (2). Membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang stuasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan bebagai
pendapat dan pendangan orang seperti rakyat biasa orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,orang pemerintahan; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokomen yang
berkaitan.85
Adapun triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan–perbedan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu
studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan
dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa triangulasi peneliti dapat
me-recheck tamuan dengan jalan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukan dengan
jalan :1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.2. Mengeceknya
dengan berbagai sumber data.3. Memanfaatkan berbagai metode agar
pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.86
85
Lexi J Moleong, Op.Cit., .hal. 330-331. 86
Lexi J Moleong, Loc.Cit., hal. 332.
79
Triangulasi dengan metode dilakukan dengan dua strategi, yaitu
pertama pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi
dengan sumber ini dapat dilaksanakan dalam bentuk mengkomparasikan
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengamatan langsung
peneliti dilapangan. Trianggulasi dengan teori yaitu mencari dan mempelajari
teori-teori yang diperlukan untuk mendukung dan meninterpretasikan data.
Melalui teori ini, peneliti membenturkan data hasil temuan dengan teori-teori
yang dituangkan dalam kerangka teori relevan lainnya.
Komparasi ini terutama dilakukan untuk melihat metode
pembelajaran variatif dalam mengembangkan toleransi beragama siswa
sekolah menengah kejuruan Budi luhur Kabupaten Tebo. Selanjutnya peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti tidak tergesa-gesa dalam membawa data, yaitu peneliti tetap
tinggal/menetap atau hadir di lapangan sampai data yang terkumpul
mencapai titik jenuh.
b. Peneliti melibatkan teman sejawat. Cara ini dapat dilakukan untuk
mendapatkan masukan-masukan dan kritikan yang kronstruktif terhadap
penelitian ini, terutama pada aspek yang memang peneliti tidak fahami.
c. Peneliti memperpanjang waktu penelitian. Mengingat penelitian ini dengan
setting sosial dan banyak unsur yang terlibat, maka data yang ada masing
memungkinkan untuk berubah dan terus mengalami penyempurnaan
sampai pada titik jenuh.
d. Peneliti membuat standar tranferabilittas, untuk mendapat gambaran yang
konkrit dan jelas tentang konteks apa yang dihasilkan dari penelitian ini,
maka diusahakan dengan memperbanyak uraian rincian tentang latar dan
80
fokus penelitian. Tujuan dari uraian tersebut untuk merinci secara
sistematis dan terarah dan dapat dibuat pada catatan lapangan penelitian.
e. Peneliti membuat standar dependabilitas, dilakukan untuk mengecek
benar-salah dalam hal penelitian mengkonseptualisasikan apa yang diteliti.
f. Peneliti membuat standar konfirmabilitas, kualitas hasil penelitian sangat
tergantung dari catatan data lapangan dan hasil observasi yang mendalam
serta didukung rekaman yang dilakukan peneliti.
Jadi, Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber
data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakaan
hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini
sumber datanya kepala sekolah, guru, dan siswa.
4. Konsultasi Pembimbing
Peneliti melakukan proses bimbingan kepada pembimbing dalam
rangka untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan data. Ini yang
merupakan proses dimana peneliti mengekspos serta mengkonsultasikan
hasil penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing.
Peneliti melakukan diskusi dan konsultasi secara analitik dengan
tujuan untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin masih bersifat
implisit. Melalui teknik ini diharapkan dapat memperoleh pertanyaan dan
saran konstruktif serta memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengembangkan dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu
desain metodologi yang muncul.
G. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan yang akan di mulai pada
semester ganjil tahun ajaran 2018-2019. Penelitian dilaksanakan, diawali
81
pembuatan proposal, seminar proposal, kemudian dilanjutkan dengan
perbaikan hasil seminar. Setelah pengesahan judul dan izin riset maka
peneliti mangadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam
waktu berurutan.
Hasilnya peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum
diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan
dengan perbaikan dan penggandaan laporan tesis.
Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 3.1
JADWAL PENELITIAN
N
O KEGIATAN
Juni Juli Agt Sept Okt
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X
2 Penyusunan
Proposal
X
3 Perbaikan Proposal X
4 Pengurusan Izin
Seminar
X
5 Seminar Proposal X
6 Pembuatan IPD X
7 Perbaikan Proposal X
8 Pengajuan Izin
Riset
X X
9 Pengumpulan Data X X X X
10 Verifikasi dan Analisi
Data
X X X
11 Penulisan Laporan X X
82
Tesis
12 Penggandaan
Laporan Tesis
X
13 Sidang Munaqasah X
H. Pengembangan Instrumen
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data
yang di peroleh akan sangat menentukan oleh kualitas instrumen yang
digunakan. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi
mengungkapkan fakta menjadi data sehingga ketika instrumen yang
digunakan mempunyai kualitas yang memadai maka data yang diperoleh
akan sesuai dengan fakta atau keadaan yang sesungguhnya.
83
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Historis dan Geografis SMK Budi Luhur
SMK Budi Luhur berdiri pada tanggal 13 Juli 2007 dengan penggagas
sebagai berikut :Armeli Indra, S.T, M.Pd.I, Karno, Amd, Sardi Guswanto,
S.T.87 beralamat di Jl. Kopi Desa Sumber Agung, Kecamatan Rimbo Ilir,
Kabupaten Tebo - Jambi, dengan memiliki satu jurusan yaitu Jurusan Teknik
Sepeda Motor (2007), seiring berjalannya waktu dan potensi daerah
khususnya Kabupaten Tebo, pada tahun 2008 SMK Budi Luhur menambah
Program Keahlian Yaitu Teknik Komputer & Jaringan. Kemudian melihat dari
kemajuan Teknologi serta kebutuhan sumber daya manusia pada saat ini
maka pada tahun 2012 SMK Budi Luhur Menggenapkan Program Keahlian
sebagai berikut :
1. Teknik Sepeda Motor (TSM) - 2007
2. Teknik Komputer & Jaringan (TKJ) - 2008
3. Administrasi Perkantoran (ADP) – 2012
4. Kesehatan (Keperawatan)-2015
SMK Budi Luhur Berdiri dibawah naungan Yayasan Pendidikan Budhy Luhur
yang diketuai Oleh Bapak Karno, Amd dan Kepala Sekolah Bapak Sardi
Guswanto, S.T.
Adapun identitas dari sekolah SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo adalah sebagi berikut:
a. Nama Sekolah : SMK Budi Luhur Kab. Tebo
b. No. Statistik Sekolah : 10503244
87
Dokumentasi SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo 2018
84
c. Kategori Sekolah : SSN
d. Tipe Sekolah : B
e. Alamat :Jl.Kopi
f. Kecamatan : Rimbo Ilir
g. Kabupaten : Tebo
h. Propinsi : Jambi
i. Kode Pos : 37552
j. Status Sekolah : Swasta
k. Nilai Akreditasi Sekolah : B
l. Tahun ditetapkan menjadi rintisan SSN :Tahun 2008
m. SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi
n. Nomor; NO. 1 Tanggal 3 Desember 2007/S.K MENKEHHAM R.I
Adapun kepala sekolah yang pernah menjabat di SMK Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo adalah sebagai berikut;
a. Armeli Indra ST (Alm) menjabat dari tahun 2007-2015
b. Sardi Guswantoro, ST menjabat dari tahun 2015- sekarang
Adapun gambar SMK Budi Luhur Kab. Tebo, sebagaimana pada
gambar 4.1 berikut ini;
Gambar 4.1
SMK Budi Luhur Kab. Tebo
85
2. Visi Misi dan Tujuan SMK Budi Luhur Kab. Tebo.
SMK Budi luhur, merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan
untuk menghasilkan siswa/i yang siap kerja, sebagaimana visi dan misi
sekolah.
a. Visi Sekolah
“Berprestasi berlandaskan iman dan taqwa, dibekali sikap budi pekerti
luhur, cerdas, terampil serta memiliki wawasan global”
b. Misi Sekolah.
1. Menciptakan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
maha Esa
2. Menciptakan lulusan yang memiliki sikap budi pekerti yang luhur
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan akademik untuk dapat
mengembangkan diri secara berkelanjutan
4. Membekali peserta didik dengan ketrampilan yang diperlukan dunia usaha
atau industri sehingga mampu berkompetensi dan mengembangkan
dirinya secara berkelanjutan
5. Menghasilkan lulusan yang berkompeten dan menguasai iptek sehingga
dapat memenuhi tuntutan kerja dan persaingan global.
c. Tujuan
Adapun tujuan sekolah menengah kejuruan budi luhur tebo adalah:
1. Terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Esa
2. Terbentuknya peserta didik yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur
3. Terbentuknya tamatan yang mempunyai kemampuan akademik untuk
dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan
86
4. Terbentuknya tamatan dengan ketrampilan yang diperlukan dunia usaha
atau industry sehingga mampu berkompetensi dan mengembangkan
dirinya secara berkelanjutan
5. Terbentuknya peserta didik yang memiliki kompetensi keahlian sesuai
dengan tuntutan perkembangan iptek dan persaingan global.
3. Kurikulum Sekolah
Pada tahun pelajaran 2017 – 2018 struktur kurikulum SMK Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo mengacu kepada kurikulum 2013
untuk kelas X sampai dengan kelas XII sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendidikan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013, tanggal 8
November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013.
Oleh sebab itu, kelompok mata pelajaran di SMK Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo mengikuti pola dan ketentuan
kurikulum 2013, yaitu adanya kelompok mata pelajaran wajib A dan wajib B,
kelompok Peminatan, dan Lintas Minat, yang semuanya mengusung ke
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan sebagai berikut:
Tabel. 4.1Kompetensi Lulusan
No Domain Kompetensi
1.
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percayadiri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
87
Kompetensi lulusan dapat dicapai melalui kompetensi inti (KI) yang
dikelompokan kedalam domain sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta
dirumuskan kedalam tiap jenjang kelas yang berbeda (kelas X, XI dan XII).
selanjutnya, KI – KI tersebut dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar (KD)
untuk dirumuskan menjadi materi pembelajaran. Rumusan KI dan KD
tercantum pada permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum.Pengorganisasian kelas pada SMK Budi Luhur Kab.
Tebo adalah seluruh tingkatan kelas yaitu kelas X, XI, dan XII
melaksanakanan kurikulum 2013.88
Kegiatan Intra Kurikuler di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Sedangkan
kegiatan-kegiatan Ekstra Kurikuler diadakan pada hariSabtu. Adapun
kegiatan-kegiatannya sebagai berikut :
a. Keagamaan (praktek mengurus jenazah)
b. Pramuka
88
Dokumen SMK Budi Luhur Kab. Tebo, 2018
2 Pengetah
uan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab serta dampak
fenomena dan kejadian.
3 Keterampi
lan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
sebagai pengembangan dari yang dipelajari
disekolah secara mandiri.
88
c. Olah Raga (Bola kaki, volley ball, futsal, tenis meja, badminton)
d. Make Up
e. Paskib.
Sebagian besar misi sekolah sudah dijalankan oleh kepala sekolah,
Majlis guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan semua unsur yang
terlibat dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan apa yang diharapkan,
walaupun dalam prosesnya ada berbagai kendala.
4. Program Muatan Lokal
Berdasarkan hasil analisis keunggulan derah Kabupaten Tebomaka
jenis muatan yang dilaksanakan di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo seperti terdapat dalam struktur kurikulum pada tabel diatas
adalah Prakarya dan Kewirausahaan.
Strategi pelaksanaan muatan lokal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Prakarya dan kewirausahaan yang digunakan di SMK Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo adalah pada aspek kerajinan dan
menjadi mata pelajaran wajib
b) Prakarya dan Kewirausahaan dilaksanakan dalam pertemuaan tatap
muka yang diberikan untuk kelas X, XI, dan, dengan KI dan KD yang
diadopsi dari Permendikbud No 59 Tahun 2014.89
5. Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi merupakan Deskripsi suatu lembaga
mengenaitugas masing-masing yang terlibat dalam pengelolaan lembaga
tersebut. Selain itu struktur itu juga berfungsi untuk menggambarkan
hubungan kerja yang ada sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.
89
Dokumen SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo 2018
89
Dalam menjalankan Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMK
Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo di kelola satu orang
Kepala Sekolah dibantu oleh empat orang wakil, yaitu wakil bidang kurikulum,
wakil bidang kesiswaan,wakil bidang sarana prasarana,dan wakil bidang
ketertiban dan hubungan masyarakat. Empat orang wakil ini memiliki tugas
yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam
menjalankan tugasnya setiap para guru saling berkolaborasi dalam mencapai
tujuan lembaga.
Selain itu juga ada sebanyak 25 orang majelis guru yang terdaftar
sebagai tenaga edukatif di lembaga pendidikan tersebut. Untuk lebih jelasnya
struktur organisasi tersebut dapat dilihat komposisi selengkapnya sebagai
berikut.90
90
Dokumen SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo 2018
90
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Smk Budi Luhur Kab. Tebo
Tahun Pelajaran 2018/2019
Siswa
Semua Jurusan
GTT/GTY Kepala
PerpustakaanYunita
sari, S. S
BK
Anas Nur
Ketua Jurusan Kes
Juliana, S. Kep
Ketua Yayasan
Karno, A. Md
Kepala sekolah
Sardi Guswanto, ST
Wakasis
Ibnu Khairi,S. Ag
Kepala Tata
UsahaSunarsih, SE
Ketua Komite
Sugiyanto
Wakakur
Margono, S. Pd
Ketua Jurusan
TSMBudiono
Ketua Jurusan
TKJDedi Kurniawan, S.
Pd
Waka Sarpras
Wasiti, S. Pd
Waka Humas
Nugroho AS, M. Kom
Ketua Jurusan
ADPSri Lestari, S. Pd
91
6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a. Klasifikasi Tugas di SMK Budi Luhur Kab. Tebo
1) Kepala Sekolah
SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo dipegang
oleh kepala sekolah sebagai tugas administrator dan suvervisor yang
dipimpinnya yang bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan
semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara informasi kepada
masyarakat.Kepala sekolah bertugas sebagai berikut :
a). Menyusun Planning
Menetapkan rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek, misalnya
dalam program tahunan dan program semester.
b). Menyusun Organizing
Kepala sekolah merupakan seorang pelaksana dari kegiatan, baik itu
program jangka panjang maupun jangka pendek.Contoh; apabila siswa
mempunyai prestasi baik, maka kepala sekolah memberikan beasiswa
kepada siswa tersebut untuk meringankan biaya orangtua yang
ditanggungnya. Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah dibantu oleh :
2) Komite Sekolah
Komite sekolah bertujuan memelihara dan meningkatkan hubungan
yang ada dan serasi. Kerja dan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah untuk menyempurnakan kegiatan pendidikan.
Tugas dan wewenang komite sekolah :
a) Mendorong dan meningkatkan hubungan yang baik antara masyarakat,
sekolah dan pemerintahan.
b) Membantu kelancaran pendidikan.
c) Mengusahakan bantuan dari masyarakat berupa sarana, prasarana s
3) Tenaga Administrasi/ Tata Usaha (TU)
92
Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah tidak pernah lepas dari
tenaga administrasi yaitu Tata Usaha (TU). TU sendiri dikepalai oleh seorang
kepala TU yang bertugas mengkoordinir para pegawainya serta bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap segala urusan administrasi disekolah
tersebut.Tenaga administrasi pada SMK Budi Luhur Kab. Tebo mempunyai
andil besar dalam rangka lancarnya pendidikan di sekolah. Contoh dalam
rangka penerimaan siswa baru.
Kepala tata usaha sekolah bertanggung jawab kepada kepala sekolah
dan mempunyai tugas melaksanakan ketata usahaan sekolah meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a) Menyusun program tata usaha
b) Mengelola keuangan sekolah
c) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa
d) Membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah
e) Menyusun dan mengajukan data statistik sekolah
f) Mengkoordinir dan melaksanakan 7K
g) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepengurusan ketatausahaan
secara baik.
Susunan pengurus Tata Usaha SMK Budi Luhur Kab. Tebo dapat
dilihat dalam table berikut :
93
Tabel 4.2
Susunan Pengurus Tata Usaha SMK Budi Luhur Kabupaten
Nama/Jab
atan Jk
Tempat/Tgl.
Lahir Lulusan Jurusan Tahun Ket
Sunarsih,
SE
Ketua TU
P
Bungo Tebo,
28 April
1982
S.1
Ekonomi
Manaje
men RS
2007 -
Tri
Handayani,
S.Sos/
Staf TU
P
Giri purno,
27 Maret
1992
S.1
Administ
rasi
Negara
2014 -
Hariyanti/S
taf TU p
Lubuk
Karya, 17
Juni 1996
SMK TKJ 2015 -
Gusti
Randa/Sta
p TU
L
Rimbo Ilir,
19 mei 1993
SMK
TSM
2013
Tri/
Penjaga
Sekolah
L Tebo, 06
April 1989 SMK TSM 2010 -
Dwi
Asmoko/
Satpam
L
Pulau
Raman , 11-
09-1996
SMK TSM 2015 -
94
1. Wakil Kepala Sekolah
Di SMK Budi Luhur Kab. Tebo terdapat satu koordinator wakil
kepala sekolah yang bertugas mengkoordinir para wakil kepala sekolah
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian terdapat 4
wakil kepala sekolah yang menangani bidang yang berbeda :
Wakil Kurikulum : Margono, S.Pd
Wakil Kesiswaan : Ibnu khairi, S. Ag
Wakil Sarana dan Prasarana : Wasiti, S. Pd
Waka Ketertiban dan Humas : Nugroho Ali S, S.Kom, M. Kom
Wakil kepala sekolah Urusan Kurikulum Mempunyai tugas antara lain :
a) Menyusun program pengajaran.
b) Menyusun tugas guru dan jadwal pelajaran.
c) Menyusun jadwal pelaksanaan ulangan umum serta ujian akhir.
d) Menetapkan kriteria persyaratan naik/ tidak naik/ kriteria kelulusan.
e) Mengatur jadwal penerimaan buku laporan hasil belajar dan STTB.
f) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan suatu kegiatan.
g) Membina kegiatan MGMP.
h) Membina kegiatan sanggar PKG/ MGMP/ MEDIA.
i) Melakasanakan penilaian guru teladan.
j) Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis.
Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaaan Mempunyai tugas antara
lain sebagai berikut :
a) Menyusun program pembinaan kesiswaan atau OSIS.
b) Melaksanakan pembimbingan, pengarahan dan pengendalaian
kegiatan siswa atau OSIS dalam rangka menegakkan tata tertib
sekolah serta pemilihan pengurus OSIS.
c) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.Menyusun program dan
jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidental.
95
d) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan dan kekeluargaan.
e) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan penerima beasiswa.
f) Mengatur mutasi siswa.
g) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan
di luar sekolah.
h) Menyusun pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.
i) Menyusun program ekstrakurikuler.
Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Dan Prasarana
Mempunyai tugas antara lain sebagai berikut :
a. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang
tua atau wali murid.
b. Membina hubungan antara sekolah dengan lembaga penyantun dunia
usaha dan lembaga sosial lainnya.
c. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan secara berkala.91
5) Keadaan Guru
Keadaan guru dan pegawai di SMK Budi Luhur Kab. Tebo dapat
digolongkan cukup berkualitas, dikarenakan guru-guru yang mengajar dan
pegawai cukup senior dan tingkat pendidikan guru yang mengajar
tersebut adalah sarjana.
Adapun keadaan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo adalah sebagai berikut:
91
Dokumen SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir kab. Tebo, 2018
96
Tabel 4.3
Data Guru / Pegawai dan Karyawan SMK Budi Luhur
Tahun 2018/201992
NO Nama dan Gelar GTY/G
TT
Status/
Jabata
n
Mata
Pelajaran
Jenjang
Pendidi
kan
1 Sardi Guswanto, ST GTY Kepala Menggam
bar Teknik S1
2 Ibnu Khairi, S. Ag GTY Wakasi
s PAI S1
3 Margono, S. Pd GTY Wakaku
r --- S1
4 Wasiti, S. Pd GTY Waka
Sarpras Fisika S1
5 Nugroho Ali S, M. Kom GTY Waka
Humas AIJ S2
6 Joko Sutrisno, S. Kom GTY Kajur
TSM Pkk S1
7 Anas, S. Pd. I GTY Guru Aqidah
Akhlak S1
8 Yunita Sari, S. S GTY Kep.pus
taka
Bahasa
Indonesia S1
9 Sri Lestari, S. Pd GTT Guru KDM S1
10 Dedy Kurniawan, S.
Kom GTY
Operato
r ASJ S1
11 Juliana, S. Kep GTT Guru IPPD S1
12 Anggon Siswanto, S.
Pd GTY Guru PJOK S1
92
Dokumentasi Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. tebo 2018
97
13 Riana Nurmasari, S.
Pd GTT Guru
Bhs.
Inggris S1
No Nama/Gelar GTT/G
TY
Status/
Jabata
n
Mata
Pelajaran
Pendidi
kan
14 Devi Pajar Ningsih, S.
Pd GTT Guru
OTK
Sarpras S1
15 Rahmawati, S. Pd GTT Guru Bhs.
Indonesia S1
16 Rina Astuti, S. Pd GTT Guru Sejarah S1
17 Susandari, S. Pd GTT Guru Bahasa
Indonesia S1
18 Eka Purwaningsih, S.
Pd GTT Guru
Matematik
a S1
19 Pramono, S. Pd GTT Guru PKN S1
20 Agus Tiawan, S.Pd GTT Guru Komp.Jar S1
21 Fery Feryanto, S. Pd GTT Guru Pem.
Dasar S1
22 Ardianto, A. Md GTY Guru PKK D.1
23 Surya, S. Km GTT Guru Peng. Kep S1
24 Budiono GTT Guru PDTO STM
25 Wahyu GTT Guru Las SMK
Guru mempunyai tanggung jawab atas kelancaran proses belajar
mengajar di sekolah. Pentingnya peranan guru dalam upaya mengikat
sumber daya manusia, untuk itu keberhasilan proses belajar mengajar
98
tergantung sejauh mana peran dan tugas guru dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
Selain guru bidang studi ada juga guru BK yang mempunyai tugas
memberikan bantuan kepada siswa-siswa yang bermasalah di dalam
pendidikan di sekolah. Secara rutin mengadakan hubungan dengan orang
tua siswa dalam rangka mengontrol tingkah laku siswa di sekolah maupun
di rumah.
Adapun tugas guru di SMK Budi Luhur Kab. Tebo adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan informasi tentang sistem sekolah dan kegiatan sekolah
secara langsung kepada orang tua siswa melalui kontak sehari- hari.
b. Mengembangkan kerja sama dengan orangtua siswa dan masyarakat.
c. Mendidik siswa dan melakukan proses belajar mengajar dengan baik.
d. Memelihara kode etik jabatan guru.
Tata tertib yang diberikan kepada guru adalah :
a. Disiplin Ilmu
1) Jam dinas bagi guru dari pukul 07.15-14.30, setiap harinya kecuali
pada hari kamis dari pukul 07.15 – 14.15 bagi siswa kelas XI, hari
jum‟at dari pukul 07.15-11.30 dan pada hari sabtu sampai pukul 07.15-
13.00
2) Setiap guru yang mengajar di hari senin wajib mengikuti upacara
bendera dan hari tertentu lainnya dan setiap guru siap untuk bergilir
menjadi pembina upacara
3) Wali kelas diwajibkan hadir di hari senin untuk mengikuti upacara
bendera
4) Guru yang tidak hadir melaksanakan tugasnya karena ada halangan
penting atau sakit, maka harus mendapatkan izin dari kepala sekolah
dengan memberi tahu melalui surat atau berita lainnya
99
5) Guru yang tidak hadir padahal ada jam mengajarnya, maka guru
tersebut diusahakan untuk dapat memberi tugas pada siswanya, dan
diberikan sebelumnya pada guru piket hari tersebut.
b. Tertib mengajar
1. Memiliki buku persiapan harian, buku kerja tahunan, satuan pelajaran,
rencana pengajaran, buku daftar nilai atau absen dan buku-buku soal
ujian
2. Memberi pekerjaan rumah kepada siswa dalam mengerjakan soal-soal
yang berkaitan dengan pokok-pokok bahasan
3. Selain guru harus menjalankan tugas-tugas lainnya yang di atur oleh
kepala sekolah sebagaimana terdapat dalam program tahunan
c. Tertib Evaluasi
1. Evaluasi dilakukan setiap kali pokok bahasan.
2. Bahasan test yang digunakan adalah bahasan test yang dapat
mengakibatkan minat belajar siswa.
3. Evaluasi dalam bentuk tertulis dan lisan termasuk penilaian proses
belajar dan sikap siswa.93
2. Keadaan Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam system pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Alhamdulillah sejak berdirinya hingga kini keadaan siswa
mengalami perkembangan yang luar biasa pesatnya, perlu diketahui
siswa-siswi yang belajar di Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
Rimbo Ilir berasal dari berbagai sekolah yang ada di Kabupaten Tebo.
Dan setiap tahunya jumlah siswa terus mengalami peningkatan.
93
Dokumen SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo 2018
100
Pembatasan jumlah penerimaan ini dilatarbelakangi antara lain,
sudah tidak memungkinkan untuk melaksanakan KBM karena sarana dan
prasarana, sudah waktunya untuk meningkatkan kualitas, adanya
persaingan yang semakin ketat di antara lembaga pendidikan.
Berdasarkan analisis dokumen Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur
dari tahun pelajaran 2012/2013 ada 198 siswa, 2013/2014 ada 202 siswa,
2014/2015 ada 221 siswa, 2014/2015 ada 238 siswa, 2015/2016 ada 247
siswa, 2016/2017 ada 258 siswa, 2017/2018 ada 270 siswa. Jadi lima
tahun terakhir jumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo mengalami peningkatan.
Untuk mengetahui keadaan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.4
Keadaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Rimbo
Ilir Tahun Pelajaran 2017/201894
NO Kelas Agama Jumlah
Muslim Non
Muslim
1 X TSM 35 3 38
2 XI TSM 35 1 36
3 XII TSM 26 2 28
Jumlah 96 6 102
94 Dokumen Sekolah Menengah Kejuruan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Tahun 2018
101
No Kelas Agama
Muslim Non
Muslim
Jumlah
1 X TKJ A
X TKJ B
22
21
1
3
23
24
2 XI TKJ A
XI TKJ B/Kes
19
20
2
1
22
22
3 XII TKJ 25 1 28
Jumlah 111 8 119
No Kelas Agama
Muslim Non
Muslim
Jumlah
1 X ADP 17 - 17
2 XI ADP 15 1 16
3 XII ADP 16 - 16
Jumlah 48 1 49
3. Sarana dan Prasarana
102
Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten tebo, memiliki sarana dan prasarana yang cukup.95 Adapun
sarana dan prasarana yang terdapat di Sekolah Menengah Kejuruan Budi
Luhur kecamatan Rimbo Ilir kabupaten tebo sebagai berikut::
Tabel 4.5
Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Pembelajaran di SMK
Budi Luhur Kabupaten Tebo Tahun 2017/201896
No Nama Jumlah Keterangan
1. Ruang kelas 9 Baik
2. Lab. TSM 1 Baik
3. Lab. TKJ 1 Baik
4. Lab. ADP 1 Baik
5. Perpustakaan 1 Baik
6. Akses Internet 1 Baik
7. Daya Listrik 6.600 Baik
8. Lap.Futsal 1 Baik
9. Lap.Football 1 Baik
10. Lap.Vollyball 1 Baik
11. Lap.Badminton 1 Baik
95 Wasiti, Waka Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kec. Rimbo
Ilir Kab. Tebo, Wawancara, tanggal 20 November 2018 96
Dokumentasi, Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, Tahun
2018
103
12. Lap.Tenis meja 2 Baik
13. Mushalla 1 Baik
14 WC 6 Baik
B. Temuan Hasil Penelitian.
1. Penerapan strategi pembelajaran PAI dalam mengembangkan Toleransi
Beragama siswa di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo.
Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara97
Strategi pembelajaran erat hubungan dengan teknik pembelajaran,
dimana merupakan implementasi dari metode pembelajaran secara nyata
berlangsung di dalam kelas dan tempat terjadinya pembelajaran. Pada
proses penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan toleransi beragama, sebagaimana diketahui bahwa
dalam proses ini merupakan implementasi dari pada kompetensi siswa
sesuai dengan Kurikulum 2013 sebagaimana dikemukakan oleh wakil
Kurikulum sebagai berikut :
“Kompetensi siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa yang mencakup
tiga aspek, yaitu ; pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMK Budi Luhur menggunakan kurikulum 2013, dalam pelaksanaan
kurikulum 2013, dimana pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo diselenggarakan berdasarkan
97
Wawancara dengan guru Agama, tanggal 15 Oktober 2018
104
Kurikulum 2013. Pembelajaran diatur dalam Permendikbud No. 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses yang mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran PAI diimplementasikan oleh guru PAI”.98
Hal ini sesuai dengan pernyataaan salah satu guru yaitu guru PAI
berikut:
“Ya, karena pada kurikulum 2013 lebih ditekankan penanaman nilai-nilai
sikap, sedangkan pada kurikulum KTSP lebih cenderung pengetahuannya
saja. Maka, pendidikan pada kurikulum 2013 pendidikan yang komplit
yang mencakup tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan
dengan penekanan yang sama. Hal ini dikarenakan dalam membentuk
karakter pesertadidik”.99
Berdasarkan ungkapan tersebut, juga terlihat berdasarkan
hasilobservasi dilapangan pada visi dan misi sekolah;
Visi Sekolah
“Mewujudkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Luhur
Kabupaten Tebo sebagai salah satu Lembaga Pendidikan yang
menghasilkan lulusan berstandar nasional sesuai dengan bidang
keahliannya yang berbudi pekerti luhur dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa “
Misi Sekolah
a. Meningkatkan kemampuan profesional sumber daya sekolah sebagai pusat layanan
b. Membekali peserta didik dengan kemampuan akademik untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan
98
Wawancara Wakil Kurikulum , 15 Oktober 2018 99
Wawancara Guru Agama SMK Budi Luhur, 15 Oktober 2018
105
c. Menjadikan peserta didik sebagai sumber daya manusia yang produktif serta unggul dalam berbagai sektor pembangunan 100
Dengan melihat fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, tidak terkecuali SMK Budi Luhur Kecamatan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan sikap toleransi
peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun
dan berinteraksi dengan masyarakat. Dengan demikian sesuai dengan
apa yang peneliti temukan dalam kegiatan observasi yang telah
dilaksanakan SMK Budi Luhur Kecamatan rimbo Ilir Kabupaten Tebo
telah melaksanakan kurikulum berbasis karakter. Yang mana kurikulum
tersebut tentunya juga akan mengarah pada sikap toleransi antar sesama.
Ini artinya, implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi
kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta
karakter peserta didik. Maka mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama
Islam) sebagai mata pelajaran utama dalam menanamkan nilai-nilai
memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk sikap toleransi peserta
didik. Hal ini masih dengan pendapat Kepala Sekolah yang
mengatakanbahwa:
“Ya, sangat besar. Tugas utama PAI dan PKN dalam rangka membentuk
karakater. Dalam perubahan kurikulum 2013 yang diperbaharui, K1 dan
K2 wajib ada dipelajaran PAI dan PKN, sedangkan dimata pelajaran yang
lain tidak wajib, dia bisa masuk langsung pada K3 dan K4. Jadi,
perubahan kurikulum 2013 sekarang tugas utama pembentukan karakter
ada dimata pelajaran PAI danPKN.”13
Dengan demikian pembelajaran PAI dalam membentuk sikap
toleransiyang baik di SMK Budi Luhur Kab. Tebo telah ditopang oleh
100
Dokumen SMK Budi Luhur Kab. Tebo 2018
106
Kurikulum 2013 yang lebih menekankan nilai-nilai sikap. Maka proses
pembelajaran PAI yang dilaksanakan lebih menekankan kegiatan
internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku yang
bersumber dari nilai-nilai agama yang terdapat pada setiap materi ajar.
Melalui proses pembelajaran ini guru dapat mengintegrasikan sikap
toleransi dalam setiap proses pembelajaran yang dirancang (skenario
pembelajaran) dengan memilih metode, model, teknik, dan strategi yang
cocok untuk mengembangkan sikap toleransi peserta didik.
Dalam hal ini kegiatan pembelajaran PAI dirancang bukan hanya
untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi yang ditargetkan,
tetapi juga untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli
dan menginternalisasi nilai- nilai sikap toleransi dan menjadikannya
perilaku. Maka dalam merancang kegiatan pembelajaran yang
menginternalisasi nilai-nilai sikap yang terdapat pada pendidikan agama
Islam harus dimulai dari pembuatan perencanaan pembelajaran (RPP),
pelaksanaan pembelajaran di kelas sampai evaluasi pembelajaran. Misal,
pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan
sesuatu, berlatih secara fisik, menulis penjelasan, mendemonstrasikan,
menciptakan gagasan, dan sebagainya. Dari pola pembelajaran yang
demikian diharapkan dalam diri peserta didik akan tertanam nilai karakter
mandiri, kreatif, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi, kerja keras,
rasa ingin tahu.
Dengan pernyataan di atas, dapat diasumsikan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur
Kabupaten Tebo, telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan Pendidikan
Agama Islam yakni; untuk mewujudkan keunggulan potensi spiritual,
untuk mewujudkan keunggulan potensial intelektual, untuk mewujudkan
keunggulan potensi amal, untuk mewujudkan keunggulan potensi
107
keterampilan dan untuk mewujudkan keunggulan potensi akhlak.
Berdasarkan hasil oberservasi di lapangan, terlihat suasa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo berjalan baik dan
kondusif dan terlihat motivasi para siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.101
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam dalam pendekatan
pengembangan sikap toleransi keagamaan, gambaran implementasi kegiatan
pembelajaran PAI yang menginternalisasi nilai-nilai sikap (karakter) Islami yang
mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan
pembelajaran di kelas sampai pada tahap evaluasi pembelajaran di SMK Budi
Luhur Kab. Tebo. Berdasarkan observasi wawancara dan dokumentasi di kelas
X, XI, dan XII diperoleh gambaran sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
adanya teknik dan strategi pembelajaraan dilaksanakan yakni;
pembelajaran berpusat pada guru (teacher-centered teaching) dan
pembelajaran berpusat kepada siswa (student-centered teaching), serta
varian lain yakni perpaduan atau kombinasi antara keduanya.
Pelaksanaan pembelajaran ini konteks manajemen pembelajaran
yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam, melalui tahapan
identifikasi (fa‟arruf), Fungsi identifikasi (fa‟arrufi), fungsi yang menempati
posisi paling awal dalam rangkaian proses dalam manajemen
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, fungsi dioperasionalkan melalui
upaya mengidentifikasi bentuk-bentuk sumber belajar yang dimiliki,
kondisi sumber-sumber belajar yang dimiliki,kondisi lingkungan
pembelajaran, kondisi fasilitas belajar, kondisi peserta didik, kesiapan
mentalnya, kondisi asmosfer akademik, kekuatan potensi yang dimiliki,
101
Observasi pada tanggal 15 Oktober 2018
108
kelemahan-kelemahan potensi yang dimiliki, tantangan-tantangan yang
harus dihadapi.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh guru Pendidikan Agama
Islam berikut ini;
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana saya
memberikan dan menyampaikan materi, sesuai dengan kurikulum yang
telah ditetapkan yang termaktub dalam RPP, dan melakukan identifikasi
permasalahan materi yang akan disampaikan. Sehingga proses
pembelajaran berlangsung dengan baik.102 Kondisi sebagaimana hasil
observasi dilapangan, dimana terlihat guru menyampaikan materi dan
menggunakan media dan menerapkan strategi pembelajaran sesuai
dokumen RPP yang dibuat guru yang tersebut.103
Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat guru SMK Budi Luhur Kab.
Tebo bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan sikap
toleransi beragama menerapkan perencanaan pembelajaran sesuai
dengan konsepsi dan filosofi perencanaan, yakni melakukan tindakan
awal untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik.
b. Pengorgnisasian dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada pengorginasasian Pendidikan Agama , setidaknya indikator
yang harus ada dan dikembangkan yakni; memilih, memutuskan,
memformulasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.
Fungsi trasformatif (tahwili), Nilai transformatif merupakan upaya
memerankan lebih jauh fungsi agama sebagai pendorong dan penggerak
kemajuan. Di samping untuk membuktikan bahwa agama sebagai
kendala modernisasi dan sumber kebekuan sosial adalah tidak benar.
102
Wawancara dengan guru Agama Islam SMK Budi Luhur kab. Tebo, 15 Oktober 2018 103
Observasi pada tanggal 15 Oktober 2018
109
Nilai ini memperbesar usaha yang bersifat horizontal (hubungan manusia
dengan manusia) yang selama ini agak terabaikan demi mengejar aspek
vertikal (hubungan manusia dengan Tuhan-nya).
Proses pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dalam meningkatkan sikap tolerasi beragama pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, menurut hasil wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam berikut ini. Pada proses pengorganisasian
pembelajaran yang saya lakukan , dimana saya memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan suasana dalam proses
pembelajaran dan melakuka formulasi dalam proses pembelajaran
bertujuan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung
dengan baik dan siswa termotivasi belajar dan menyenangkan.104
Berdasarkan hasil observasi dilapangan terlihat guru dalam
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran dan melakukan formulasi pembelajaran sehingga
pembelajaran berlangsung lebih baik dan siswa termotivasi untuk
mengikuti proses pembelajaran tersebut.105 Pernyataan di atas,
memberikan asumsi bahwa dalam pengorganisasian proses
pembelajaran guru telah berusaha melakukannya sehingga proses
104
Wawancara dengan guru Agama Islam SMK Budi Luhur kab. Tebo, 15 Oktober 2018 105
Observasi pada tanggal 15 Oktober 2018
110
pembelajaran menjadi baik dan menyenangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang termuat dalam RPP.
c. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu
pelajaran yang sanggat urgen bagi siswa SMK Budi Luhur Kecamatan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, meningkatkan pelajaran ini adalah sebagai
upaya memberikan pemahaman kepada siswa tetang sumber pokok
ajaran Islam.
Adapun tujuan pelajaran Pendidikan Agama Islam menurut guru
Pendidikan Agama Islam adalah :“Membentuk kepribadian muslim yaitu
suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.”
Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisikdan social
melalui Pendidikan Agama Islam. Mengingat pelajaran Pendidikan Agama
Islam ini sebagai upaya untuk mengkaji lebih dalam ayat-ayat Allah, maka
sudah barang tentu pelajaran ini mempunyai tingkat kesulitan yang cukup
tinggi, oleh karena itu dibutuhkan dorongan yang cukup kuat agar siswa
memiliki motivasi untuk mempelajari materi tersebut.106. Observasi
dilapangan, para siswa antusias mengikuti proses pembelajaran.107
Berdasarkan keterangan di atas maka banyak upaya yang dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sebagaimana yang diterangkan
oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam:
1. Memberi Pujian Dan Melakukan Diskusi Kesulitan Belajar
Pada awalnya kemauan siswa dalam mepelajari Pendidikan
Agama Islam masih sanggat kurang, hal ini terlihat lemah dari
pemahaman siswa terhadap pelajaran yang sudah diberikan oleh guru,
bahkan siswa menganggap pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai
106
Wawancara dengan guru Agama Islam SMK Budi Luhur kab. Tebo, 16 Oktober 2018 107
Observasi pada tanggal 16 Oktober 2018
111
salah satu pelajaran yang sulit sehingga diakui oleh siswa itu sendiri.
Tugas-tugas seperti berupa ayat-ayat yang telah dipelajari banyak tidak
mampu di hafal oleh siswa dengan baik hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
“Pada pertemuan awal pelajaran Pendidikan Agama Islam, sangat
sulit bagi kami untuk melihat kemauan siswa yang betul-betul ingin
memahami pelajaran dengan baik, karena siswa menganggap pelajaran
ini adalah pelajaran yang banyak dibahas dengan pendekatan bahasa
Arab, sehingga pada saat kami memberikan kesempatan pada siswa
untuk membaca pelajaran yang akan dibahas, hampir tidak ada yang
berani membacanya” 108
Tindakan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya adalah melakukan
pujian bagi anak-anak yang terlihat sungguh-sungguh belajar dan
memberikan dorongan semangat belajar untuk terus belajar lebih giat lagi
dari sebelumnya. Bagi anak yang kurang sungguh-sungguh belajar maka
anak tersebut diajak untuk berdialog mengenai kesulitan belajar
Pendidikan Agama Islam dan dicari solusi pemecahan masalahnya. Satu
hal yang sangat positif yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
adalah tidak adanya tindakan diskriminasi antara anak yang malas dan
rajin belajar. 109. Hasil observasi dilapangan terlihat dalam proses
pembelajaran adanya beberapa siswa melakukan Tanya jawab dengan
guru, dengan demikian terlihat adanya interaksi antar guru dengan para
siswa dalam proses pembelajaran.110
108
Wawancara dengan guru Agama, 15 Oktober 2018 109
Wawancara dengan guru Agama, 15 Oktober 2018 110
Observasi pada tanggal 15 Oktober 2018
112
Hal ini sangat berguna bagi peningkatan prestasi belajar siswa ke
depan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Upaya ini bila
dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan maka akan terlihat
hasilnya pada prestasi belajar siswa.
2. Tipe-tipe khusus seorang belajar.
Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak. seseorang yang
bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan
secara tertulis, bagan, grafik dan gambar. Pokoknya mudah mempelajari
bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya.
Sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan dalam
bentuk suara, atau gerakan.begitupun bagi siswa yang bertipe lainnya
dan pada intinya tiap siswa memiliki tipe yang berbeda dalam belajar.
Saat wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam maka ia
mengatakan bahwa :
“Menghadapi karakteristik siswa yang berbeda dalam belajarnya sangat
sulit bagi saya, sebab saya harus mempelajari sejumlah siswa yang tiap
hari dan tiap saat jiwanya berubah, sehingga saya butuh kesabaran yang
tinggi terhadap hal ini. Dan hasil yang diperoleh belum menunjukkan hasil
yang mengembirakan”. 111
Kemudian guru Pendidikan Agama Islam tersebut juga
mengatakan:
“Tipe-tipe belajar siswa yang berbeda menuntut semua atau segenap
pendidik untuk mencari tahu apa sebenarnya kemauan siswa dalam
belajar atau dengan kata lain ingin cara belajar yang bagaimana yang
diinginkan siswa agar agar pelajaran berjalan dengan kondusif dan sesuai
111
Wawancara dengan guru Agama, 22 Oktober 2018
113
dengan tujuan yang diharapkan, namun saya selaku guru Pendidikan
Agama Islam di sini belum sepenuhnya bisa melaksanakan hal
tersebut”.112
Hasil pengamatan peneliti memang guru Pendidikan Agama Islam
di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo belum
melaksanakan sepenuhnya pemahaman terhadap strategi pembelajaran
afektif guna meningkatkan sikap toleransi beragama siswa dalam tipe-tipe
belajar ini. 113. Dan memang secara teoritis dan praktis hal ini sangat sulit
dilaksanakan, sekalipun guru tersebut sangat profesional.
3. Pemberian Tugas
Pemberian tugas bertujuan untuk membina siswa agar lebih kreatif
serta memperdalam pemahamannya terhadap Al-Qur‟an, maka dari itu
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sering memberikan tugas
rumah kepada siswa untuk dikerjakan di rumah tugas tersebut berupa
penghapalan ayat-ayat Al-Qur‟an atau hadis-hadis Nabi sesuai
kemampuan siswa. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo sebagai berikut:
“Kegiatan pemberian tugas dirumah sering saya lakukan terhadap siswa
yang belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih hafal ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis Nabi.
Hal ini kelak akan sangat berguna bagi mereka dikala mereka telah hidup
bermasyarakat. Pemberian tugas berbentuk perintah untuk menghapalkan
satu ayat atau satu satu hadis dan terkadang lebih. Sesuai dengan
keadaan materi yang diberikan”.114
112
Wawancara dengan guru Agama, 22 Oktober 2018 113
Observasi pada tanggal 22 Oktober 2018 114
Wawancara, guru Agama pada tanggal 22 Oktober 2018
114
Hasil wawancara dengan beberapa siswa dan berikut komentar
siswa kelas x yang mengatakan bahwa:
“Guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam memang sering
memerintahkan kepada kami selaku muridnya untuk mengerjakan tugas
yang diberikan berupa menghapalkan beberapa ayat atau hadis dirumah
dan hal ini akan dipertanggung jawabkan pada pertemuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berikutnya”.115
Sedangkan siswa yang lain yang duduk di kelas XI mengatakan
bahwa:
“Meskipun tugas menghapal yang diberikan kepada kami terasa berat,
namun hal ini banyak manfaatnya. Salah satunya, jika sebelumnya saya
tidak hapal satupun ayat Al-Qur‟an dan Hadis Nabi. Namun sekarang
saya sudah hapal.” 116
Hasil observasi peneliti juga menemukan data yang sama tentang
permasalahan, sebagaimana dikemukakan oleh guru Agama Islam
bahwa:
“Setiap akhir pembelajaran selesai, maka guru Pendidikan Agama Islam
memberikan beberapa ayat Al-Qur‟an dan beberapa Hadis untuk
dihapalkan oleh siswa-siswi di rumah. Pada pertemuan berikutnya siswa-
siswi tersebut harus menunjukkan hapalannya dihadapan kelas. Jika ada
siswa yang tidak bisa maka akan diberikan sanksi hukuman. Sanksi
hukuman tersebut berupa penambahan ayat Al-Qur‟an atau Hadis Nabi
pada pertemuan berikutnya. Sehingga siswa akan berpikir untuk tidak
115
Wawancara, siswa Marhaen pada tanggal 22 Oktober 2018 116
Wawancara, Ayu pada tanggal 22 Oktober 2018
115
hapal sebab akan menambah materi hapalan pada pertemuan
berikutnya”.117
Kegiatan pemberian tugas dirumah baik secara individu maupun
kelompok sangat baik peserta didik. Hal ini akan membuat mereka selalu
terkonsentrasi pada tugas belajar mereka, meskipun mereka berada di
luar lingkungan sekolah
4. Pelaksanaan Prinsip-prinsip Mengajar
Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang
digunakan atau dalam mata pelajaran yang digunakan maupun dalam
mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena
pelajaran dengan strategi yang dipakainya kurang sesuai, hingga kurang
menguasai lebih-lebih kalau kurang persiapan, sehingga cara
menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada
sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti
kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka
membantu anak, suka membentak, tak pandai menerangkan, sinis,
sombong, menjengkelkan, tinggi hati, pelit memberi angka, tak adil, dan
lain-lain. Sikap seperti ini tak disenangi murid, hingga menghambat
perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dengan murid
tidak baik.
Mengenai hal ini di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo maka guru Pendidikan Agama Islam menjawab :
“Kami sebagai guru telah berusaha untuk bersikap profesional dan
bersahabat dalam artian menjadikan murid sebagai objek dalam proses
117
Wawancara, guru Agama Islam, pada tanggal 22 Oktober 2018
116
pembelajaran dan sekaligus sebagai teman yang patut di dengar
pemikirannya, sehingga dengan demikian murid tidak merasa seperti
benda mati yang kita jadikan objek lukisan dengan senantiasa mengikuti
kemauan kita”.118
Selanjutnya data hasil observasi menggambarkan bahwa :
“Ada sikap yang berusaha ditunjukkan guru Pendidikan Agama Islam
untuk membuat suasana belajar nyaman yang di antaranya berusaha
menggunakan strategi-strategi dalam mengajar, melibatkan banyak siswa
dalam pembelajaran atau melakukan diskusi dengan siswa tentang
proses belajar yang mereka lakukan dan tindakan lainnya”.119
Untuk kebenaran data ini maka peneliti sengaja mewawancarai
salah seorang siswa di kelas XII yang akan diberikan pertanyaan apakah
kamu senang belajar dengan guru Pendidikan Agama Islam :
“Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar sangat baik dalam artian
kami sebagai siswa senang mengikuti pelajaran yang ada, namun tidak
bisa dikatakan bahwa setiap guru Pendidikan Agama Islam mengajar
kami menyenanginya, karena pada suatu waktu ada hal-hal yang
membuat guru ataupun kami tidak saling menyenangi”.120
Sedangkan siswa yang lain yang duduk di kelas X mengatakan
bahwa :
“Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam sebenarnya guru yang
mengajar sangat baik dan mengasyikkan jika mengajar sehingga kami
ada keinginan untuk lebih baik lagi belajar. Namun satu hal, pelajaran
118
Wawancara, guru Agama Islam pada tanggal 22 Oktober 2018 119
Observasi pada tanggal 22 Oktober 2018 120
Wawancara dengan Purwanto pada tanggal 22 Oktober 2018
117
Pendidikan Agama Islam bagi saya terlalu sulit karena harus menghapal
ayat-ayat Al-Qur‟an dan sabda Nabi yang disebut Hadis tersebut secara
terus menerus. Apalagi menjelang ujian mid atau semester saya dan
kawan-kawan yang lain harus menghapal sejumlah ayat Al-Qur‟an dan
beberapa Hadis Nabi untuk persiapan ujian dan saya kesulitan melakukan
hal itu”.121
Beberapa data yang diuraikan tersebut, maka hal ini sudah baik
atau paling tidak siswa cukup antusias mengikuti pelajaran dengan guru
Pendidikan Agama Islam.
5. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh satu
atau beberapa motif, motif atau biasa juga disebut juga dorongan atau
kebutuhan merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau
siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan
sebagaimana observasi peneliti terhadap guru Pendidikan Agama Islam
mengajar dan menemukan bahwa:
“Adapun yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan toleransi
beragama, di antaranya dengan menggunakan strategipembelajaran yang
menarik, menerapkan persaingan yang sportif dalam perbandingan hasil-
hasil belajar siswa dan membuka peluang bagi setiap siswa untuk
berprestasi, hal ini seperti memberikan kepada setiap siswa yang
berusaha untuk ingin belajar lebih giat, ingin bertanyaan sepenuhnya
tentang suatu pelajaran yang tidak mereka pahami”.122
Kondisi berikut ini, sebagaimana hasil observasi, terlihat guru aktif
melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana
121
Wawancara, dengan Muhammad Saiqu, 23 Oktober 2018 122
Wawancara dengan guru Agama, 23 Oktober 2018
118
terlihat siswa aktif mengikuti pembelajaran dan materi yang di berikan
oleh pihak guru. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar. 4.2 Guru Bidang Studi PAIMelaksanakan Proses Pembelajaran dengan
menggunakan buku paket
Seorang guru perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam
terhadap metode-metode yang ada. Selain itu pula, harus mampu
menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang menarik. Tujuannya supaya motivasi siswa dalam
proses pembelajaran bergairah, dan tidak terkesan monoton. Kemudian
juga tujuannya untuk menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Hal ini memang menuntut siswa untuk lebih memiliki kemampuan
menguasai materi yang telah disampaikan oleh gurunya, masalah
tersebut sesuai dengan fungsi seorang guru yaitu sebagai
motivator,fasilitator dan evaluator. Sebagaimana dikemukakan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab.Tebo berikut :
“Memang menjadi seorang guru harus mengembangkan kreativitas
dalam mempersiapkan desain pembelajarannya, di samping itu dia harus
119
mampu membuat kondisi belajar siswa yang kondusif salah satu caranya
dengan membuat variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Karena guru adalah orang yang sangat berperan dalam keseluruhan
proses pembelajaran di dalam kelas. Guru banyak sekali diharapkan oleh
siswa. Siswa akan merasa puas bila guru dapat memenuhi harapannya.
Sebaliknya, siswa akan merasa kecewa bila guru mengabaikannya. Guru
yang baik akan mampu memberikan tugas agar siswa terdorong untuk
mencapai tujuan. Namun di sini terkadang kami hanya menggunakan
strategi yang itu ke itu saja dan terkadang kami variasikan dari berbagai
macam metode yang ada pada suatu pembelajaran jika hal itu
memungkinkan”.123
Strategi pembelajaran yang terkesan monoton hendaknya tidak
dilakukan oleh guru. Guru karus kreatif melakukan strategi dariberbagai
macam metode dalam mengajar. Hal ini akan membuat pembelajaran
semakin kondusif dan dampaknya akan terlihat pada hasil belajar siswa
nantinya diakhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terlihat guru
menggunakan beberapa strategi dan beberapa metode pembelajaran
dalam memberikan penjelasan materi.124
Berdasarkan pernyataan di atas, dalam proses pembelajaran
bahwa guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan konsep toleransi beragama menggunakan strategi
pembelajaran afektif, konsep pembelajaran ini sebagaimana diketahui
bahwa pembelajaran yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang
aktif, interaktif, kreatif, edukatif dan menyenangkan. Pembelajaran yang
efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayakan
siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan
123
Wawancara dengan guru Agama 24 Oktober 2018 124
Observasi pada tanggal 24 Oktober 2018
120
pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada
internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam
kehidupan siswa.
6. Pre-test dan pos-test
Pre-test yang dilakukan tiap akan dimulai penyajian materi baru
tujuannya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa terhadap
bahan yang disajikan. Sedangkan pos-test pada akhir pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui taraf penguasaan materi yang disajikan.
Tiap kali pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung saya
berusaha mengunakan bentuk evaluasi jenis pre- test dan pos-test ini
sebagai salah satu bagian dari evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, hal ini bisa sebagai acuan apakah siswa telah memahami atau
mengerti dengan baik konsep materi yang saya berikan.125
Guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa pelaksanaan
evaluasi ini akan selalu dilaksanakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Saat diobservasi memang terlihat guru Pendidikan Agama
Islam melaksanakan bentuk evaluasi pre-test dan post-test saat memulai
dan mengakhiri pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan.126
Memvariasikan beberapa bentuk evaluasi dalam pembelajaran
akan sangat baik dilakukan. Manfaat dari itu adalah untuk mendiagnosa
tingkat penguasaan bahan yang telah diajarkan kepada siswa dan tingkat
kesulitan belajar siswa pada bahan-bahan tertentu yang telah diberikan.
d. Pengevaluasian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
125
Wawancara guru Agama Islam, 25 Oktober 2018 126
Observasi pada 25 Oktober 2018
121
Fungsi perbaikan (ishlahi), dan fungsi pengembangan
(tathwiri),Evaluasi Pendidikan Agama Islam terhadap sikap toleransi
beragama dapat dinilai melalui interview, observasi dan skala likert,
potensi yang ada pada peserta didik itu dapat dipersepsi sesuai dengan
potensi mereka. Adapun penilaian ini di lakukan kerana kemampuan
peserta didik yang berada dalam wilayah metafisik atau metaempiris.
Sebagaimana dikemukakan oleh guru PAI SMK Budi Luhur
Kab.Tebo berikut ini;
“Setiap mengakhiri proses pembelajaran dan materi, saya lakukan
evaluasi terhadap materi dengan memberikan beberapa pertanyaan
kepada siswa sesuai dengan materi baik tertulis maupun lisan, dan
selanjutnya memberikan refleksi terhadap materi yang terlah diajarkan”.127
Sebagaiman hasil observasi dilapangan terllihat dalam melakukan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan
sikap toleransi beragama, dimana guru melakukan evaluasi dengan
tulisan dan lisan terhadap pemahaman materi dan menilai sikap pada
saat proses pembelajaran dan dilingkungan sekolah.128 Sebagaimana
terlihat pada gambar 4.3 berikut ini;
Gambar. 4.3
127
Wawancara guru Agama Islam, 25 Oktober 2018 128
Observasi pada tanggal 25 Oktober 2018
122
Suasana kegiatan evaluasi pembelajaran Pada SMK Budi Luhur Kab. Tebo
Penyataan ini memberikan asumsi, bahwa dalam system evaluasi
guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
meningkatkan sikap toleransi beragama, dimana guru melakukan evaluasi
secara lisan dan tulisan yang bertujuan untuk melihat perkembangan
pemahaman materi yang telah diberikan. Sedangkan sikap siswa dalam
proses pembelajaran dan sikap siswa pada saat lingkungan sekolah
memberikan gambaran terhadap mengimplementasi materi pembelajaran
terhadap kehidupan sehari-hari.
2. Penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan agama Islam
di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo.
Salah satu tujuan pendidikan adalah menyiapkan generasi penerus
bangsa yang memiliki kompetensi sehingga mampu bersaing di dunia
nyata. Kompetensi yang dimaksud yaitu kompetensi di bidang ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sosial. Kompetensi sosial merupakan hal
yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu karena setiap manusia
tentu tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dengan masyarakat.
Hidup bermasyarakat di Indonesia bukan perkara yang mudah
mengingat masyarakat kita memiliki keragaman yang sangat tinggi. Hidup
di tengah-tengah perbedaan akan menyulitkan bagi individu yang tidak
mampu menerima dan menghargai perbedaan tersebut. Setiap individu di
masyarakat memiliki ciri khas, latar belakang, agama, suku dan bahasa
yang berbeda. Banyaknya perbedaan tersebut merupakan sebuah potensi
yang dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat apabila tidak
mampu disikapi secara bijak. Disinilah diperlukan peranan manusia
Indonesia yang mampu bertoleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang
ada di masyarakat agar keutuhan dan persatuan bangsa tetap terjaga.
123
Pada dasarnya sikap toleransi dapat ditunjukkan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada SMK Budi Luhur Kabupaten
Tebosebagai berikut;
a. Sikap Hormat dan Menghormati Hak
Sebagaimana diketahui, hak siswa dalam proses pembelajaran
perlu diperhatikan, siswa merupakan komponen dalam lingkungan
sekolah harus mendapat hak dalam mengikuti proses pembelajaran dan
ilmu pengetahuan. Sebagaimana hasil observasi dilapangan terlihat
bahwa pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada SMK
Budi Luhur, guru memberikan hak kepada siswa non muslim untuk
mengikuti proses pembelajaran, walaupun siswa tersebut hanya
mendengar dan melihat teman-teman berdiskusi. Sebagaimana terlihat
pada gambar 4.4 dibawah ini:
Gambar. 4.4
Suasan diskusi Siswa pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hal ini juga berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah,
diperoleh data bahwa, kepala sekolah juga menanamkan sikap toleransi
124
melalui memberikan hak, yakni mengikuti serta siswa dalam proses
pembelajaran pada Pendidikan Agama Islam.129
b. Keteladanan
Sikap ini keteladan ini sebagaimana yang diimplementasikan pada
kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi yang telah meraka terima
oleh guru dan bina oleh guru. Adapun sikap tersebut meliputi;
menghormati guru, menghormati teman kedisiplinan dan berinteraksi yang
baik dengan teman sejawat dan menghargai orang lain. Sebagaimana
terlihat pada gambar 4.5 berikut ini;
Gambar. 4.5 Suasana pembelajaran terlihat siswa menghormati guru dalam
proses pembelajaran
c. Memelihara Kebersamaan
Untuk melihat terhadap pelaksanaan sikap toleransi tersebut dapat
dilihat dari pada ungkapan wakil kurikulum berikut ini:
“Kalau untuk pengkondisian itu kita ada 1 poster di dekat pintu masuk
sekolah itu mbak. Disana kan ada poster yang bertuliskan “Anda
memasuki Kawasan Salam, Senyum, Sapa, Sopan”. Itu salah satu wujud
129
Wawancara Kepala Sekolah SMK Budi Luhur Kab. Tebo, 25 Oktober 2018
125
pengkondisian agar mereka terbiasa ramah kepada orang lain ,
menghargai dan bersikap sopan kepada orang lain mbak.”130
Selain kepala sekolah, guru kelas X, XI,XII juga melakukan peng-
kondisian dalammenanamkan sikap toleransi kepada para siswa.
Berikut penuturan Ibu Wasiti berkaitan dengan pengkondisian siswa
dalam upaya penanaman sikap toleransi;
“Kalau pengkondisian itu di kelas itu saya pasangi slogan mbak. Ada kan
itu slogan di belakang kelas yang berbunyi “SENYUM, SAPA, SALAM”. Itu
juga merupakan salah satu cara untuk membiasakan siswa itu saling
ramah dan saling rukun dengan semua teman tanpa terkecuali
mbak.Kalau di dalam kelas, siswa saya kondisikan untuk terbiasa bergaul
denganteman melalui pembentukan kelompok yang tidak permanen itu
mbak.”131
Berdasarkan pernyataan Ibu Wasiti di atas, dapat diketahui bahwa
guru melakukan pengkondisian dengan memasang slogan dan
membiasakan siswa untuk bergaul dengan teman melalui pembentukan
kelompok yang tidak permanen. Berkaitandengan pembelajaran di kelas,
Si dan An juga mengungkapkan bahwa guru seringmembagi siswa
menjadi kelompok yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal 25
Oktober 2018 yang dilaksanakan dalam penanaman sikap toleransi
sebagai berikut;
“menunjukkan bahwa guru mengkondisikan siswa untuk membaca materi
di dalamhati agar tidak mengganggu konsentrasi teman lain. Selanjutnya
pada tanggal15,25, dan 26 Oktober 2018 , guru mengkondisikan siswa
dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota
yang berbeda-beda setiap harinya (lihat lampiran 19, gambar 13).Pihak
130
Wawancara Wakil Kurikulum SMK Budi Luhur Kab. Tebo 25 Oktober 2018 131
Wawancara dengan guru SMK Budi Luhur Kab. Tebo 25 Oktober 2018
126
sekolah juga mengkondisikan siswa untuk bertoleransi dengan memajang
poster di dekat gerbang sekolah. Poster tersebut bertuliskan “Anda
Memasuki Kawasan : SENYUM, SAPA, SALAM. Untuk lebih jelasnya,
berikut penulis sajikan gambar poster yang dipasang di dekat gerbang
sekolah.132
Selanjutnya, peneliti melakukan analisis dokumen RPP terkait
dengan upaya guru dalam menanamkan sikap toleransi melalui
pengkondisian. Hasil analisis dokumen RPP menunjukkan bahwa pada
hari Rabu tanggal 5Desember, dalam mata pelajaran Akuntansi, guru
melibatkan siswa dalam keberagaman dengan cara membagi siswa
menjadi 4 kelompok dan meminta siswa untuk berdiskusi.Pada hari
Kamistanggal6 November 2018, dalam pembelajaran PAI siswa
dibentuk menjadi beberapa kelompok berdasarkan kemampuannya dan
diminta untuk bekerja sama menuliskan lafaz Asmaul Husna. Dalam
pembelajaran PAI selanjutnya, siswa diminta untuk bekerja sama
dengan teman sebangku untuk mengidentifikasi organisasi yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam pembelajaran PAI, siswa
dikondisikan untuk saling menghargai teman lain dengan cara meminta
siswa untuk membaca materi di dalam hati.Pada hari Senin, siswa
dibentuk menjadi 4 kelompok dengan anggota yang berbeda lagi. Para
siswa diminta untuk bekerjasama dalam mencari makna asmaul husna
dan menulisnya di buku masing-masing.Pada hari Selasa tanggal 7
November 2018, para siswa dibentuk menjadi 4 kelompok dengan
anggota yang berbeda pula. Para siswa diminta untuk memilih 5nama-
nama Allah SWT yang baik. Selanjutnya dalam pembelajaran PAI, guru
melanjutkan kelompok yang telah dibentuk pada hari sebelumnya.
Terakhir, pada hari Rabu tanggal 8 desember, guru kembali membagi
132
Observasi pada tanggal 26 Oktober 2018
127
siswa menjadi 4 kelompok dengan anggota yang berbeda dan meminta
siswa untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan bangun ruang.
Berdasarkan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik yang
dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa kepala sekolah dan guru
menanamkan sikap toleransi kepada para siswa melalui pengkondisian.
Adapaun pengkondisian dilakukan melalui pemasangan poster yang
dipasang di dekat gerbang sekolah serta pemasangan slogan di ruang
kelas. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa juga dikondisikan
untuk berlatih bersikap toleransi. Hal tersebut dilakukan
denganmembentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota
yang berbeda-beda. Selanjutnya, guru juga mengkondisikan siswa
untuk membaca materi dalamhati agar tidak mengganggu teman lain
yang sedang konsentrasi133
Penerapan yang berorientasi penanaman sikap beragama pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Budi Luhur
Kabupaten Tebo, memiliki harapan yang besar untuk menuntaskan
tujuan pendidikan dan pembelajaran yang lebih berhasil dibandingkan
dengan penerapan kurikulum sebelumnya. Salah satu hasil yang
diharapkan adalah terbentuk disiplin diri pada siswa melalui metode
keteladanan.
Melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru bisa
menjadikan siswa seorang individu yang mematuhi semua ketentuan-
ketentuan belajar dan melalui situasi belajar yang diciptakan di kelas,
guru bisa mengontrol semua kegiatan siswa agar menjadi disiplin.
Salah satu alat pengendalian guru terhadap siswa adalah metode.
Metode yang digunakan guru saat mengedalikan kondisi kelas atau
133
Observasi pada tanggal 6-7 November 2018
128
metode yang digunakan guru untuk menciptakan kondisi disiplin siswa
di kelas tentu harus dicari yang benar-benar sesuai dengan prilaku
siswa. Sehubungan dengan penerapan metode keteladanan dalam
membentuk disiplin siswa dalam belajar di SMK Budi Luhur Kabupaten
Tebo, berikut wawancara dengan Ibnu Khairi, S.Ag guru PAI di SMK
Budi Luhur yang mengatakan:
“Untuk menciptakan disiplin belajar siswa di kelas khususnya dan di
sekolah umumnya, maka saya sebagai guru pendidikan agama Islam
melakukan beberapa strategi pembelajaran pada mata pelajaran
tersebut. Salah satu metode yang digunakan adalah keteladanan.
Keteladanan yang ditampilkan tentu berdampak pada keikutsertaan
siswa untuk mengikuti segala sesuatu yang dilakukan oleh guru”.134
Untuk menyukseskan pembentukan sikap toleransi beragama
siswa, maka salah satu sasaran utama adalah pendidikan afektif atau
pendidikan sikap siswa seperti disiplin belajar. Salah satu faktor
pendukung tercapainya disiplin belajar siswa tersebut adalah metode
keteladanan. Metode keteladanan telah digunakan dalam mendidik
siswa agar berdisiplin dalam belajar. Hal ini dimaksudkan untuk
menciptakan kedisplinan siswa setiap waktu. Hasil wawancara juga
dengan guru PAI yang mengatakan:
“Saya selaku guru Pendidikan Agama Islam untuk menekankan
pendidikan afektif yang diutamakan dalam pencapaian hasil belajar
siswa, dan saya perhatikan guru mata pelajaran yang lain seperti
matematika dan bahasa Indonesia lebih mengutamakan pendidikan
kognitifnya. Apalagi saya selaku guru agama, banyak nilai-nilai agama
yang patut dan harus disampaikan kepada siswa seperti nilai keteladan
134
Wawancara, 7 November 2018
129
Rasulullah dan ini menjadi alasan mengapa guru Pendidikan Agama
Islam menjadi guru yang tepat melaksanakan pendidikan prilaku
(afektif) ini, di samping waka kesiswaan dan wali kelas.135
Berdasarkan wawancara tersebut, maka para guru Pendidikan
Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo berusaha mendidik prilaku
disiplin dalam diri siswa melalui penerapan sejumlah metode
keteladanan, dan sikap yang bersifat edukatif. Sebagaimana gambar
4.6 berikut ini;
Gambar 4.6
Suasana siswa yang terlambat dicatat oleh guru piket dan berikan sanksi yang bersifat edukatif
Dalam pola pembinaan disiplin kepada anak-anak, maka salah
satu cara yang utama adalah memberikan teladan kepada anak-anak di
sekolah dalam kehidupan kesehariannya. Karena dengan memberikan
contoh dan teladan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan
sekolah, maka anak-anak akan selalu mencontoh sikap dan prilaku
gurunya di sekolah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Ibnu
135
Wawancara, 7 November 2018
130
Khairi, guru Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo yang
mengatakan:
“Saya sebagai guru adalah orang yang panutan bagi siswa di sekolah.
Perkataan, perbuatan yang dilihat atau dengar anak akan masuk kedalam
jiwanya. Untuk itu saya berusaha memberikan contoh yang terbaik yang
bisa kami berikan. Seperti halnya dalam hal memberikan materi sholat,
saya sendiri harus sholat sebelum saya menganjurkan siswa untuk sholat.
Dengan disiplin dalam beribadah, siswa bisa memcontoh apa yang
dilakukan guru mereka”.136
Pengamatan di lapangan bahwa sejumlah guru Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk disiplin siswa dalam belajar dimana guru terlihat
selalu melaksanakan shalat Zuhur di masjid di sekolah lingkungan
sekolah tersebut bersama siswa, dan guru juga menganjurkan siswa
jarang terlihat shalat untuk melakukan shalat Zuhur bersama dalam
jamaah shalat, dan anjuran ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran
sebelumnya dilakukan.137
Keteladanan dalam pendidikan merupakan pembiasaan yang
cukup diyakini keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membimbing
anak untuk bertanggung jawab dengan ilmu yang mereka miliki. Ini
merupakan wujud disiplin yang tinggi, dimana siswa menyadari
bagaimana hakekat mereka sebagai makhluk Allah yang harus
bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dilakukannya, termasuk
disiplin/tepat waktu dalam beribadah.
Hasil observasi di lapangan maka telah diperoleh suatu gambaran
bahwa memang masalah perkataan guru dan tutur kata saat berbicara
136
Wawancara, 7 November 2018 137
Observasi, 7 November 2018
131
memang sangat diperhatikan, hal ini merupakan cara guru Pendidikan
Agama Islam untuk melakukan pembinaan sikap maupun pendidikan
kepada siswa di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo.138
“Wawancara dengan Ihsan dan Sinta, dua orang siswa di SMK Budi Luhur
Kab. Tebo yang mengatakan: “Memang tidak terlihat oleh kami guru di
SMK Budi Luhur Kab. Teboberkata dan berprilaku yang tidak sopan.
Guru-guru nampaknya ingin memberikan contoh yang baik kepada kami
sebagai murid di sekolah. Agar kami lebih berdisiplin dalam berprilaku dan
bersikap layaknya seorang Muslim yang baik”.139
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut di atas,
maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa perkataan dan perbuatan
merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap
perkembangan sikap siswa. Dengan demikian, pendidik haruslah orang
yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
Khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang
mandiri.140
Berdasarkan hasil observasi di SMK Budi Luhur Kab. Tebo
diperoleh suatu gambaran bahwa guru dalam mengajar sangat
menjungjung nilai sopan santun dalam berbicara dengan sesama guru,
antara guru dan kepala sekolah dan antara guru dengan siswa. Guru
138
Observasi, 7 November 2018 139
Wawancara, dengan siswa SMK Budi Luhur, 7 November 2018 140
Observasi, 10 November 2018
132
Pendidikan Agama Islam terlihat tetap selalu melakukan perbuatan dan
tindakan yang positif seperti itu setiap harinya di sekolah.141
Hasil wawancara dengan Bapak Ibnu Khairi guru Pendidikan
Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Teboyang mengatakan:
“Memberikan keteladanan sangat penting dalam upaya pembentukan
disiplin belajar siswa salah satunya. Sebab, keteladanan dapat membuka
mata anak pada hakikatnya sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi
luhur, dan menghiasinya dengan perilaku mulia serta membekalinya
dengan prinsip-prinsip Islam yang dapat membentengi diri dalam
berbuat”.142
Wawancara dengan Bayu dan Sintiya, di SMK Budi Luhur Kab.
Teboyang mengatakan: “Tidak banyak siswa yang berkelakukan yang
tidak baik seperti berkata tidak sopan dengan guru atau dengan teman-
teman sesama siswa, karena memang guru Pendidikan Agama Islam
memberikan keteladanan yang berguna bagi kami sebagai siswa dalam
hal ini.”143
Keteladanan bukan saja untuk mengarahkan anak pada jalan yang
benar, akan tetapi juga penting untuk menjaga anak agar tetap berada
pada disiplin dalam menjalankan sesuatu yang benar.Pendidikan perilaku
melalui keteladanan di sini adalah mencurahkan segala prilaku guru untuk
perkembangan anak dalam upaya pembinaan disiplin siswa. Guru
menjadi sosok yang pautu diteladi dihadapan siswa.Hasil observasi
terhadap guru PAI di SMK Budi Luhur Kab. Tebo dimana guru selalu
disiplin datang ke sekolah dan masuk kelas tepat pada waktunya. Guru
141
Observasi, 10 November 2018 142
Wawancara, 10 November 2018 143
Wawancara, 10 November 2018
133
sangat jarang sekali datang terlambat dan mengajurkan kepada siswa
untuk tidak melakukannya.144
Keteladanan dalam mendidik anak sangat penting artinya sehingga
apabila seorang pendidik tidak memahami dan tidak mengerti pentingnya
keteladanan yang lebih baik digunakan untuk mengajar anak didiknya,
maka besar kemungkinan tidak berhasil dalam menanamkan ajaran yang
dikehendaki kepada anak didiknya. Dengan adanya upaya membiasakan
mencontoh prilaku bagi yang ada pada diri seorang guru akan
menumbuhkan rasa percaya diri serta adanya kemauan sendiri dan sadar
akan dirinya untuk mengikuti suatu latihan dan pendidikan dari guru,
terbiasa terlatih dalam kehidupan sehari-hari bagi anak.
Pengamatan penulis bahwa guru menggunakan metode
keteladanan bagi pembentukan disiplin siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab. Tebo. Guru selalu
datang ke dalam kelas tepat pada saat waktu mengajar telah di mulai. Ini
adalah prilaku yang dapat diberikan kepada siswa untuk selalu tepat
waktu untuk datang ke sekolah.145
Hasil observasi di lapangan diperoleh keterangan bahwa metode
keteladanan untuk pembentukan sikap dan disiplin siswa di SMK Budi
Luhur Kab. Tebo dilakukan dengan datang tepat waktu biasa menjadikan
siswa bertambah rajin datang tepat waktu. Hal lain yang terlihat adalah
guru membiasakan siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan
secara tepat waktu., atau membagikan tugas masing-masing individu jika
ada kegiatan kelompok, menganjurkan siswa untuk lebih memperhatikan
guru saat mengajar di depan kelas dan membiasakan anak untuk tanggap
144
Observasi, 12 November 2018 145
Observasi, 12 November 2018
134
dalam menjawab pertanyaan guru dengan cara melemparkan sejumlah
pertanyaan kepada siswa, dan menganjurkan mereka mencoba
menjawabnya tanpa memperhatikan benar/salah jawaban mereka.146
Hasil wawancara dengan guru PAI yang mengatakan:
“Untuk membina disiplin, tentunya guru terlebih dahulu menerapkannya
lalu dicontohkan kepada siswa seperti saya membiasakan datang tepat
waktu dan membiasakan siswa untuk tidak terlambat mengerjakan tugas,
membiasakan siswa untuk mau mengungkapkan permasalahan belajar
mereka, dari pada mereka hanya diam saja dalam mengikuti kegiatan
belajar tanpa ada partisipasi aktif siswa”147
Adapun aturan kelas yang diterapkan oleh guru Pendidikan Agama
Islam adalah sebagai berikut:
1. Setiap siswa diharuskan membawa Al-Qur‟an setiap belajar materi Al-
Qur‟an, jika tidak siswa diharus menghafal materi yang lalu dan siswa
lainnya hanya menyimak.
2. Dalam kegiatan belajar siswa diharuskan membawa buku Agama dan
buku paket Agama, siswa yang melanggar akan belajar di pustaka.
3. Bagi siswa yang terlambat ke kelas diharuskan menghapal ayat
pendek.
4. Bagi yang ribut dan keluar masuk saat belajar, sanksinya
membersihkan WC.
5. Apel pagi dilakukan setiap hari sebelum belajar, bagi yang terlambat
menyiram kembang atau menyiram WC.
6. SKJ setiap hari Sabtu, yang tidak ikut, lapor guru piket untuk diberi
arahan sekaligus penismen.
146
Observasi, 12 November 2018 147
Wawancara, dengan guru PAI 12 November 2018
135
7. Melakukan IMTAQ Jum‟at, yang siswa yang terlambat diharuskan
menghapal ayat pendek.
8. Tugas diberikan setiap akhir materi, bagi yang tidak mengumpulkan
tugas, diberikan tugas baru.148
Meskipun demikian masih ada juga siswa yang kondisi disiplin
belajarnya masih kurang, berikut disiplin belajar dari siswa dalam belajar
di kelas dari 20 orang siswa, untuk melihat kondisi tersebut sebagai
kondisi disiplin pada table 11 berikut :
Wawancara dengan Rama dan Sulthan, siswa di SMK Budi Luhur
Kab. Tebo yang mengatakan: “Memang guru dalam mencontohkan
kepada kami untuk selalu datang ke kelas tepat waktu. Guru
menginginkan setiap siswa membiasakan diri disiplin dalam setiap waktu
hidupnya dan mengajurkan siswa untuk melakukan hal itu, meskipun
masih ada juga siswa yang tidak berbuat demikian.”149
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dapat diambil
suatu pemahaman bahwa, pembentukan sikap toleran siswa melalui
keteladanan yang dilakukan para guru Pendidikan Agama Islam adalah
bersifat pendidikan dan pembelajaran. Konsepsi untuk menanamkan
sikap toleransi dengan penanaman sikap ketauladan yang dilakukan oleh
para pihak guru dan sekolah dalam berinteraksi baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam interaksi di lingkungan sekolah.
3. Keberhasilan penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan
agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat ditinjau dengan
hasil yang dilihat dari perubahan pengetahuan dan sikap yang
148
Sumber Data: Dokumen Kantor TU SMK Budi Luhur Kab Tebo Tahun Ajaran 2018/2019 149
Wawancara, 15 November 2018
136
diimplementasikan dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah
maupun diluar sekolah.Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses
pembelajaran, dimana seorang guru melihat kompetensi siswa dalam tiga
aspek yakni; aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan.
Pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam, dimana
dalam pelaksanaan terdapat adanya individu non-Islam, maka dalam
konteks ini maka penilaian dapat ditinjau pada penghargaan terhadap
nilai. Sebagaimana diketahui kompetensi kompetensi penghargaan
terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapa bahwa
suatu gagasan, benda atau cara berpikir terhadap nilai sesuatu proses
atau kondisi.
Sebagaimana diketahui bagian kompetensi afektif adalah
kompetensi pengamalan, pengamalan berhubungan erat dengan
pengorganisasi dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai
pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan
sistem nilai tersebut.
Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan
mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai dipelajari dari produk
sosial dan secara perlahan di internalisasikan oleh individu ke dalam
dirinya serta diterima sebagai milik bersama. Nilai merupakan standar
konseptual yang relative stabil yang secara eksplisit dan implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta
aktifitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.
a. Sikap Kehidupan di Lingkungan Sekolah
Pendidikan toleransi beragama di SMK Budi Luhur Kab. Tebo
memang tidak secara khusus di laksanakan di sana akantetapi dengan
keadaan lingkungan yang heterogen dalam hal agama secaratidak
langsung bapak ibu guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam
137
memberikan edukasi tentang toleransi beragama yang mana hal tersebut
dapat membuat para siswa memiliki sikap dasar dalam bertingkah laku
sosial terhadap umat agama lain. Pernyataan tersebut telah disampaikan
oleh Wakil Kurikulum Dalam hal ini beliau menuturkan:
“Kalau secara khusus tidak ada, mata pelajaran pendidikan toleransi pun
tidak ada akan tetapi secara tidak langsung karena juga disini warganya
beragam ada islam dan lainnya maka semua bapak ibu guru disini
termasuk guru PAI juga dihimbau selalu mengarahkan semua siswa untuk
selalu rukun, baik itu sesama ataupun antar umat beragama. Kalau
secara tertulis tidak ada, akan tetapi secara tidak langsung semua bapak
ibu guru disini selalu mengarahkan semua siswa untuk selalu rukun.
Bahkan sebelum kesiswa kita selalu menghimbau guru agama untuk tidak
saling menimbulkan bahwa agama kita itu baik tetapi semua agama itu
baik. Artinya karena sekolah kita itu umum jangan sampai pada saat
pengajaran memojokkan salah satu agama, di Islam ya itu ajaran di islam
kalau yang Kristen ya sesuai agama hindu seperti itu. Jadi jangan sampai
menyudutkan pada salah satu agama, itu yang kita faham pada guru150
Selanjutnya dikemukakan oleh beberapa siswa berikut ini:
Dalam aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi kami tidak
membedakan antara satu teman dengan teman yang lain, tidak membeda
baik dalam ras, suku, maupun agama.151
Selanjutnya berdasarkan observasi terlihat, sikap toleransi dalam
komunikasi para siswa, tidak adanya perbedaan antara siswa gurunya
saling rukun pasti murid-muridnya akan ikut rukun. Berdasarkan hasil
obeservasi tersebut, ada 2 ( dua) perubahan sikap perubahan adan
150
Wawancara, dengan wakil SMK Budi Luhur Kab. Tebo 15 November 2018 151
Wawancara dengan beberapa siswa, 15 November 2018
138
pembentukan sikap dalam toleransi beragama yakni; pertama,
pengkondisian klasik yakni;interaksi, dan saling menghormati serta saling
menghargai sesama, kedua, kondisi non-klasik, yakni; berberntuk dalam
lingkungan sekolah dan yang tertera di dinding sekolah serta di dinding
kelas.152
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, diperoleh
data bahwa penanaman sikap toleransi dilakukan melalui
pengintegrasian di dalam mata pelajaran. Berikut pernyataan kepala
sekolah berkaitan dengan penanaman sikap toleransi melalui
pengintegrasian dalam mata pelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh
kepala sekolah berikut;
“Iya Buk. Jadi, penanaman sikap toleransi itu terintegrasi di dalam mata
pelajaran. Ketika guru mengajar itu tidak hanya menyampaikan materi
saja, tetapi juga guru menanamkan sikap toleransi dengan
mengintegrasikan dalam pembelajaran”153
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti kemudian menanyakan
apakah nilai toleransi tercantum pada silabus dan RPP dalam mata
pelajaran dan diperoleh datasebagai berikut : “Iya mba. Pada mata
pelajaran tertentu di dalam silabustercantum nilai toleransi”. Selanjutnya,
peneliti juga bertanya tentangpencantuman nilai toleransi ke dalam RPP
dan diperoleh data sebagai berikut: “Didalam RPP juga dicantumkan
mbak nilai toleransinya”.Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa
dalam menanamkan sikaptoleransi guru juga mengintegrasikannya di
dalam pembelajaran. Hal tersebutdilakukan dengan mencantumkan nilai
toleransi ke dalam silabus pembelajaran.
152
Observasi SMK Budi Luhur Kab. Tebo, 15 November 2018 153
Wawancara, dengan kepala Sekolah SMK Budi Luhur Kab. Tebo 15 November 2018
139
Setelah itu, guru mencantumkan nilai toleransi yang tertera di
silabus ke dalamRPP.Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Wasiti
berkaitan dengan penanamansikap toleransi melalui pengintegrasian ke
dalam mata pelajaran. Berikut jawabanIbu Wasiti berkaitan dengan
penanamansikap toleransi melalui pengintegrasiandalam mata
pelajaran.“Iya mbak. Misalnya dalam pembelajaran kan ada tugas
kelompok untukberdiskusi, nah di situ nanti saya memantau mereka
dalam diskusi, apakahsiswa itu sudah menghargai pendapat orang lain
atau hanya mengedepankanegonya sendiri. Kemudian sikap toleransi itu
biasanya malah dalam bentuksoal mbak, nanti misalnya saya bertanya
kepada siswa apabila ada temanyang sakit itu sikapnya bagaimana.
Nanti saya nilai sikapnya bagaimana, berdasarkan jawaban siswa
tersebut, jadi secara tersirat mbak.154
Selain itu, saya menggunakan cara belajar teman sejawat mbak.
Jadi biasanyasaya menyuruh siswa yang lebih pandai untuk menjelaskan
materi yangbelum dipahami oleh siswa lain. Tapi itu biasanya sistemnya
kelompok mbak.Kalau klasikal itu terlalu sulit bagi siswa. Biasanya yang
saya suruh untukmenjelaskan itu S dan L mbak, soalnya mereka memiliki
kepandaian yanglebih dibanding dengan teman-temannya. Ini kan juga
melatih siswa untukmenghargai perbedaan kemampuan diantara para
siswa mbak”155.
Selanjutnya, peneliti menanyakan pencantuman nilai toleransi ke
dalamsilabus dan diperoleh data sebagai berikut: “Iya, namun tidak
semuanya mbak, hanya saya masukkan ke silabus beberapa mata
pelajaran saja”. Selain itu, penelitijuga menanyakan pencantuman nilai
toleransi ke dalam RPP dan diperoleh datasebagai berikut: “Iya mbak.
154
Wawancara dengan beberapa guru SMK Budi Luhur Kab. Tebo, 16 November 2018 155
Wawancara dengan guru Agama, 16 November 2018
140
Tapi tidak selalu terpampang nyata di dalam RPPbegitu, namun dalam
kegiatan pembelajaran terdapat nilai-nilai tentang toleransimbak”.
Berdasarkan pernyataan Ibu Wasiti dapat diketahui bahwa guru
menanamkansikap toleransi melalui pengintegrasian dalam mata
pelajaran. Lebih lanjut lagi,Ibu Wasiti mengemukakan bahwa dalam
pengintegrasian sikap toleransi dalam pembelajaran, guru tidak selalu
mecantumkan nilai toleransi ke dalam RPP secaratersurat, namun
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk menginternalisasikansikap
toleransi kepada para siswa.156
Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal
1,2,4,6,7, dan 18 November 2018 yang menunjukkan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran, guru mengembangkan kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk bersikap toleransi. Pada tanggal 1
November 2018, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok. Hal tersebut tampak pada kegiatan pembelajaran
Akuntasi dan Agama. Dalam pembelajaran Akuntansi, guru membagi
siswa menjadi 4kelompok. Guru meminta setiap kelompok untuk
berdiskusi berkaitan dengan pendapat kelompok tentang pelaksanaan
dan sistem pembukuan. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
berpendapat.Dalam pembelajaran Agama Islam, Siswa diminta untuk
berkelompok yang berangotakan 2 orang. Guru meminta siswa
untukmengerjakan tugas yang ada di buku cetak.157
Pada tanggal 19 November 2018, dalam pembelajaran PAI, guru
mengembangkan pembelajaran dengan melakukan jajak pendapat
berkaitan dengan materi“Asmaul husna”. Setiap siswa memiliki jawaban
yang berbeda mengenai pemahamannya tentang asmaul husna. Guru
menampung jawaban dari tiap siswa danmeminta siswa untuk
156
Observasi, pada tanggal 16 November 2018 157
Observasi, pada tanggal 16 November 2018
141
menghargai pendapat yang disampaikan orang lain. Dalampembelajaran
PAI, guru mengembangkan pembelajaran dengan membentuk kelompok
untuk membuat Kaligrafi asmaul Husna. Setiap kelompok diminta untuk
bekerja sama dan menghargai hasil karya teman lain. Pada tanggal19
Nomber 2018, guru mengembangkan pembelajaran PAI dengan
mengajak siswa untukberjajak pendapat mengenai Prinsip Ekonomi
Islam untuk mengetahui pengetahuanawal siswa berkaitan dengan riba.
Dalam berjajak pendapat, gurumelatih siswa untuk menghargai pendapat
orang lain.158
Selanjutnya, pada tanggal 22 November 2018 guru
mengembangkan pembelajaranPAI dengan membentuk siswa menjadi
beberapa kelompok dan meminta siswa untuk berdiskusi tentang jenis-
jenis riba yang ada di dalam koran. Pada pembelajaran PAI, guru
membentuk kelompok untuk menuliskan tentang pengertian riba dalam
bentuk paragraf. Untuk lebih jelasnya,berikut penulis sajikan gambar
proses pembelajaran dengan metode diskusi. Guru mengembangkan
pembelajaran dengan metode diskusi,159
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa guru
mengembangkan pembelajaran dengan metode diskusi guna melatih
siswa untuk berbaur dengansiswa yang beragam dan menghargai
perbedaan pendapat pada saat diskusi.
Pada tanggal 22 November 2018, dalam pembelajaran PAI guru
membentuk kelompokuntuk mencari permasalahan tentang lembaga
perbankan yang tergolong syari‟ah. Kemudian siswa diminta untuk
menganalisis syari‟ah tersebut secara berkelompok.
Pada tanggal 23 November 2018 dalam pembelajaran PAI guru
mendesainvpembelajaran dengan metode diskusi. Dalam kegiatan ini,
158
Observasi, 19 November 2018 159
Observasi, 22 November 2018
142
siswa diminta untukmendiskusikan soal tentang larangan riba. Dalam
pembelajaran Ekonomi islam, gurumendesain pembelajaran dengan
metode jajak pendapat berkaitan dengan caramelakukanperdagangan
dan cara meneladani sikap rasulullah.Lebih lanjut lagi, hasil analisis
dokumen Silabus dan RPP juga menunjukkan bahwa guru
mencantumkan nilai toleransi ke dalam silabus dan RPP.
Berdasarkanhasil analisis dokumen RPP pada tanggal 23 November
2108 ditemukan bahwa dalam pembelajaran PAI, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan memberi
kesempatan kepada semua siswa untukmenjawab pertanyaan. Guru
juga mengapresiasi jawaban para siswa.
Dalam pembelajaran PAI, guru memberikan kesempatan yang
sama kepadasemua siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Guru
juga mengapresiasi siswayang memperoleh nilai tertinggi pada saat
mengerjakan tugas.Dalampembelajaran Penjasorkes, guru
mengingatkan siswa untuk menghargai temanlain yang sedang mencoba
melakukan guling depan dan guling kebelakang.Dalam pembelajaran PAI
selanjutnya, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok danmeminta siswa
untuk berdiskusi berkaitan dengan pendapat siswa tentangpersiapan
toleransi. guru berpesan kepada siswa agar setiapanggota menyumbang
ide dan menghargai pendapat teman lain. Guru jugamemberikan
apresiasi kepada siswa yang telah berani maju untuk
menyampaikanjawabannya.160
Selanjutnya, pada analisis dokumen RPP tanggal 28 November
2018 ditemukan bahwa dalam pembelajaran keterampilan, guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan kemampuan
siswa. Siswa yang terampil dan kurang terampil dijadikan satu agar bisa
160
Observasi, 23 November 2018
143
saling membantu dalam membuat kerajinan makra bergantungan pot
bunga. Guru juga memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
bertanya apabila masih ada yang belum paham dengan kerajinan
makra.Dalam pembelajaran PAI, siswa diminta untuk membentuk
kelompokdengan teman sebangkunya untuk berdiskusi tentang
organisasi yang ada dilingkungan tempat tinggalnya. Guru juga
mempersilakan siswa untukmenyampaikan hasil pekerjaannya di depan
kelas. Guru meminta siswa untukmenghargai teman yang sedang
menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas.161
Dalam pembelajaran PAI, guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan
kelas.Selanjutnya, pada analisis dokumen RPP tanggal 28 November
2018 ditemukan bahwa dalam pembelajaran PAI, guru membiasakan
siswa untuk tidak mengganggu teman lain yang sedang mengerjakan
tugas. Guru juga memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
menjawab pertanyaan.162
Selanjutnya, pada analisis dokumen RPP tanggal 3 Desember
2018 ditemukan bahwadalam pembelajaran PAI, guru memberikan
kesempatan kepadasemua siswa untuk membaca jadwal keberangkatan
maskapai penerbangan. Gurumembagi siswa menjadi 4 kelompok dan
meminta siswa untuk bekerja samamencari informasi jadwal
keberangkatan maskapai dan menuliskannya di bukumasing-masing.
Guru juga memberikan kesempatan kepada semua kelompokuntuk
menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas.163
Selanjutnya, pada analisis dokumen RPP tanggal 3 Dsember
2018 ditemukan bahwa dalam pembelajaran PAI, guru membagi siswa
161
Observasi, 28 November 2018 162
Observasi 28 November 2018 163
Observasi 3 Desember 2018
144
menjadi 4 kelompok dan meminta siswa untuk bekerja sama mencari
bebatuan di lingkungan sekolah yangditumbuhi oleh lumut. Guru
meminta siswa untuk mengidentifikasi lumut secaraberkelompok dan
melaporkannya di depan kelas. Guru juga memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk mengajukan pertanyaan apabila ada halyang
belum diketahuinya. Dalam pembelajaran PAI, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawabannya. Dalam
pembelajaranPAI, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
meminta setiapkelompok untuk membaca ayat a-lquran. Guru
jugameminta siswa untuk berdiskusi tentang cara menuliskan al-quran
yang benar. Guru memberikan kesempatan yang samakepada semua
kelompok untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas.164
Dalam pembelajaran PAI, guru memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya
berkaitan dengan pembuatan Asmaul husna, pada analisis dokumen
RPP tanggal 8 januari ditemukan bahwadalam pembelajaran PAI, guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok danmeminta siswa untuk
mengerjakan soal berkaitan dengan materi sebelumnya.
Gurumemberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk
menyampaikanjawabannya masing-masing. Guru menampung jawaban
siswa danmenghargai perbedaan pendapat yang ada di antara mereka.
Guru menmberikansoal berkaian dengan cara siswa mengingat nama-
nama Allah SWT yang baik.165
Dalam pembelajaran PAI, guru memberikan kesempatan kepada
siswauntuk menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya. Guru meminta
siswa untukmenuliskan berdasarkan firman Allah SWT sesuai dengan
yang ada di buku. Setelah itu, gurumengajak siswa untuk
164
Observasi, 3 Desember 2018 165
Observasi , 3 Desember 2018
145
bermusyawarah menentukan siswa yang maju membacakanhasil
tulisannya.166
Berdasarkan cross check antara hasil wawancara dengan hasil
observasi dancross check antara hasil wawancara dengan hasil analisis
dokumen, diketahuibahwa guru mengintegrasikan penanaman sikap
toleransi ke dalam matapelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara
mencantumkan nilai toleransi kedalam silabus dan RPP. Selain itu, guru
mengembangkan pembelajaran yangmemungkinkan siswa untuk
menginternalisasi sikap toleransi ke dalam dirinya.dalam kegiatan
pembelajaran, guru mendesain pembelajaran dengan metodediskusi
untuk membiasakan siswa bersikap menghargai orang lain. selain
itu,dalam kegiatan pembelajaran guru juga memberikan kesempatan
kepada siswauntuk menyampaikan pendapat atau bertanya apabila ada
materi yang belumdipahami.167
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kepala sekolahdan guru memiliki peran yang penting dalam upaya
menanamkan sikap toleransikepada para siswa. Upaya-upaya yang
dilakukan oleh kepalasekolah dan guruantaralain adalah melalui
kebijakan sekolah, kegiatan rutin, kegiatan spontan,keteladanan,
pengkondisian, membantu siswa melihat persamaan,mengintegrasikan
dalam mata pelajaran, dan membantu siswa melihat perbedaansejak
dini. Selain itu, penanaman sikap toleransi juga dilakukan dengan
caramengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Dalam kebijakan
sekolah, pihaksekolah merumuskan visi, misi, tujuan, dan peraturan
sekolah yang berkaitan dengan sikap toleransi. Selanjutnya, melalui
kegiatan rutin, siswa dibiasakan untuk bersalaman dengan bapak/ibu
guru ketika beliau datang ke sekolah danpada saat bertemu di
166
Observasi, 3 Desember 2018 167
Observasi, 4 Desember 2018
146
lingkungan sekolah. Guru juga membiasakan siswa untuk bekerja sama
melaksanakan piket harian sebelum pulang sekolah. Selanjutnya,dalam
kegiatan spontan guru melakukan peneguran kepada siswa yang
bersikaptidak toleran. Hal ini merupakan salah satu bentuk peringatan
agar siswa tidak mengulangi perbuatannya.
Selanjutnya, dalam kegiatan keteladanan kepala sekolah
menunjukkan sikaphidup rukun dengan sesama guru dan karyawan
dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu, guru juga memberikan teladan
sikap toleransi kepada para siswa dalamkegiatan pembelajaran. Hal itu
dilakukan dengan menghargai kemampuan siswa,memberikan
kesempatan yang sama kepada semua siswa dalam belajar, dan
jugamenghargai prestasi yang dicapai oleh siswa. selanjutnya, dalam
pengkondisianguru memasang poster dan slogan yang berkaitan dengan
sikap toleransi gunamembiasakan siswa untuk bersikap toleransi dalam
kehidupan sehari-hari. Selainitu, pengkondisian juga dilakukan saat
pembelajaran dengan cara membentuksiswa menjadi beberapa
kelompok yang tidak permanen. Hal ini dilakukan agarsiswa terbiasa
berbaur dengan teman-teman yang memiliki kepribadian yang beragam.
Selanjutnya, dalam membantu siswa melihat persamaan, guru
mengajaksiswa untuk menemukan persamaan makna pendapat apabila
terdapat perbedaanpendapat diantara para siswa. kemudian, dalam
melatih siswa melihat perbedaansejak dini, guru memberikan pengertian
kepada siswa bahwa setiap orangmemiliki sikap toleran yang berbeda
dan meminta siswa untuk menghargai perbedaanpendapat pada saat
pembelajaran. Selanjutnya dalam mengintegrasikan dalammata
pelajaran, guru mendesain kegiatan pembelajaran yang
memungkinkansiswa menginternalisasikan sikap toleransi ke dalam
dirinya. Hal itu diwujudkandengan kegiatan diskusi, jajak pendapat, dan
147
kerja sama dalam kegiatanpembelajaran. Untuk benar-benar
menginternalisasikan sikap toleransi ke dalamdiri siswa dibutuhkan kerja
sama antar pihak sekolah agar selalu memantauperkembangan para
siswa ketika di sekolah.
b. Sikap Kehidupan di Lingkungan Luar Sekolah
Berdasarkan halalamsebelumnya , sikap (attitude) adalah
perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih
bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan
kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah
kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki
konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan
objek sikap. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna
atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang
bersangkutan.Dengan memahami atau mengetahui sikap individu,
dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh
individu yang bersangkutan.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi Al-Qur‟an, Aqidah,
Akhlak, Fiqih serta Tarikh dan kebudayaan Islam, pendidikan agama
Islam lebih menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
sesama manusia, hubunganmanusia dengan diri sendiri dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya.99
Peranan pendidikan dalam membentuk karakter individu ini
seharusnya disadari dengan baik oleh para pemegang kepentingan
pendidikan di negeri ini. Pendidikan seharusnya tidak hanya
menitikberatkan pada penguasaan aspek kognitif saja namun juga harus
menitikberatkan pada aspek sikapdan perilaku siswa (afektif). Pemerintah
148
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebenarnya sudah
membagi tiga ranah pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kenyataannya bahwa guru
sebagai ujung tombak di lapangan masih terfokus hanya pada aspek
kognitif saja. Kenyataan tersebut tentu tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh pemerintah.
Namun hal ini tentu tidak dapat disalahkan begitu saja mengingat
sistem evaluasi pendidikan di negeri ini (Ujian Nasional) yang dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan ternyata juga hanya
mengukur aspek kognitif saja. Aspek afektif yang menekankan perubahan
sikap dan perilaku siswa ternyata masih belum dilakukan penilaian yang
seharusnya juga ikut menentukan kelulusan siswa dari satu jenjang
pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal inilah yang
menyebabkanguru tidak memberikan perhatian lebih kepada aspek afektif
tersebut.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan di lapangan seharusnya
juga menyadari tentang tugas dan kewajibannya sebagai pengajar dan
pendidik. Mungkin masih banyak guru di lapangan yang tidak bisa
membedakan definisi antara mengajar dan mendidik. Guru sebagai
pengajar berkewajiban untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa. Sementara guru sebagai
pendidik lebih menekankan kewajiban sosial dan moral seorang guru
dalam membentuk dan mengawasi sikap dan tingkah laku siswa. Selama
ini guru hanya menitikberatkan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pengajar saja. Hal ini tidak diimbangi dengan pembekalan nilai-nilai luhur
kepribadian bangsa yang harus tercermin dalam sikap dan tingkah laku
siswa sehari-hari.
149
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab
II dan III dapat diketahui bahwa implementasi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam untuk meningkatkan perilaku toleransi diSMK Budi Luhur
Kab. Tebo telah berjalan dengan baik, walaupun dalam pelaksanaannya
sangatlah berbeda pada sekolah , hal ini dikarenakan adanya latar
belakang dari siswa. Karena siswa SMK Budi Luhur Kab. Tebo itu
dilingkungan sehari-hari mereka mengadopsi ajaran dan menganut
lembaga sosial yakni; NU dan Muhammadiyah,yang mereka terima di luar
lingkungan sekolah.
Para siswa pun juga telah memiliki sikap dan perilaku dalam
bertoleransi intra-agama, hal ini dapat terlihat ketika mereka menerima
dengan baik ketika ada teman yang memiliki tatacara beribadah yang
berbeda, siswa juga tetap bersikap baik kepada tetangga yang memiliki
keyakinan berbeda, asalkan tidak bertentangan dengan agama Islam.100
Dengan melihat penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa dari segi
pembelajarannya mempunyai perbedaan, perbedaannya terletak
penggunaan kurikulum dari kedua sekolah tersebut, apabila di SMK Budi
Luhur Kab. Tebo sudah sepenuhnya menggunakan kurikulum 2013
secara penuh. Maka berbeda halnya dengan yang ada di SMK Budi Luhur
Kab. Tebo masih mengaitkannya dengan kurikulum terdahulu, yaitu
kurikulum KTSP. Yang dalam hal ini terlihat di dalam penggunaan buku
ajarnya yang masih berpedoman menggunakan kurikulum yang lama.
Tinjauan terhadap proses pembelajaran PAI di SMK Budi Luhur
Kab. Tebo mata pelajaran pendidikan agama Islam diajarkan secara
terpadu, yang setiap mapelnya masing-masing diampu oleh satu
guru.Salah satu guru dengan tegas menyampaikan penuturannya akan
sikap siswa setelah proses pembelajaran. Berikut penuturannya,“mereka
saling menghargai, mereka tidak pernah mempermasalahkan kalau
150
mereka satu kelompokdengan berbeda agama, tidak pernahdan mereka
saling berbaur, berbicara, bermain bersama teman yang beda
agama168Tinjauan observasi dilapangan terlihat Siswa siswi tampak
duduk dan makan bersama ketika istirahat tiba.Gambar tersebut
mencerminkan akankerukunan antar siswa.169
Pada pelaksanaan aktivitas sehari-hari disekolah tersebut tidak ada
perlakuan khusus atau membeda-bedakan kepada para siswa dari para
gurunya. Semua akan diperlakukan sama, walaupun ketika siswa tersebut
memiliki latarbelakang organisasi atau aliran yang berbeda. Begitu juga
dalam hal tata cara ibadah sehari-hari. Setiap sekolah mempunyai ciri
khas tersendiri didalam mengajarkan pendidikan agama Islam kepada
para siswanya. Jika di SMKBudi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo
menggunakan aturan yang ada di lembaga mengikuti aturan dari
Pendidikan Dasar dan Menengah dari yang mempunyai ciri khsusus
mata pelajaran Dari penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwasanya dalam meningkatkan toleransi intra agama kepada siswa
baik itu di SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo sudah terlihat
adanya perilaku toleransi intra-agama, walaupun toleransi tersebut masih
mengarah kepada toleransi negatif atau toleransi pasif. Hal ini nampak
dalam sikap dan perilaku siswa untuk membiarkan atau tidak
mengganggu terhadap siswa dengan paham yang berbeda dengannya.
C. Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran pendidikan
agama Islam dalam mengembangkan toleransi beragama di Sekolah
Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir KabupatenTebo,
168
Observasi, 6 Desember 2018 169
Observasi, 6 Desember 2018
151
dari data-data yang telah dapat dianalisis sesuai dengan indikator-
indikator dan interpresentasi data yang telah ditetapkan dalam
pembahasan sebelumnya.
1. Penerapan strategi pembelajaran PAI dalam mengembangkan
Toleransi Beragama siswa di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo.
Strategi pembelajaran pendidikan agama islam dalam
mengembangkan toleransi beragama siswa SMK Budi Luhur, bahwa
dalam proses pembelajaran, guru PAI sudah menggunakan strategi
pembelajaran efektif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sebab
berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dengan pihak sekolah
(Kepala sekolah, guru, Wakil kepala sekolah bagian Kurikulum ) serta
beberapa siswa. Dalam proses pembelajaran PAI dalam membentuk
sikap toleransi yang baik di SMK Budi Luhur Kec. Rimbo Ilir Kab. Tebo
telah ditopang olehKurikulum 2013 yang lebih menekankan nilai-nilai
sikap. Maka proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan lebih
menekankan kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan
tingkah laku yang bersumber dari nilai-nilai agama yang terdapat pada
setiap materi ajar. Melalui proses pembelajaran ini guru dapat
mengintegrasikan sikap toleransi dalam setiap proses pembelajaran yang
dirancang (scenario pembelajaran) dengan memilih metode, model,
teknik, dan strategi yang cocok untuk mengembangkan sikap toleransi
peserta didik. Sebagaimana diketahui strategi pembelajaran efektif
merupakan pola-pola umum kegiatan guru siswa dalam perwujudan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, ditandainya dengan adanya
perubahan yang pengaruh, makna dan manfaat dalam kegiatan
pembelajaran.
152
Analisis terhadap pernyataan ini, sebagaimana tujuan, Dengan
pernyataan di atas, dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan pembelajaran
pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo, telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan Pendidikan
Agama Islam yakni; untuk mewujudkan keunggulan potensi spiritual,
untuk mewujudkan keunggulan potensial intelektual, untuk mewujudkan
keunggulan potensi amal, untuk mewujudkan keunggulan potensi
keterampilan dan untuk mewujudkan keunggulan potensi akhlak.
Berdasarkan hasil oberservasi di lapangan, terlihat suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Budi Luhur Kab.Tebo berjalan baik dan
kondusif dan terlihat motivasi para siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, dimana dalam proses tersebut dilaksanakan sebagai berikut:
a.) Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
adanya teknik dan strategi pembelajaraan dilaksanakan yakni;
pembelajaran berpusat pada guru dan pembelajaran berpusat kepada
siswa, serta varian lain yakni perpaduan atau kombinasi antara keduanya.
Sebagaimana penjelasan dan hasil penelitian pada halaman sebelumnya
dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam mengembangkan sikap
toleransi beragama. Menurut literature bahwa dalam melakukan
perencanaan pembelajaran sebagai berikut;
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
diharapkan.
2. Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
153
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4. Menetapkan norma-naorma dan batas-batas minimal keberhasilan
atau criteria serta standar keberhasilan sehingg dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar mengajar
selanjutnya.
b) Pengorgnisasian dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran, melakukan
pengorganisasiasn proses pembelajaran. Dalam halaman sebelumnya
tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap pengembangan
sikap teoleransi beragama, yang dilakukan oleh guru dengan memilih
beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan sikap toleransi beragama
dan melakukan formulasi dalam proses pembelajaran dengan sistematis
proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan
pembelajaran untuk meningkatkan sikap tolerasi beragama antar siswa.
Pada pengorginasasian Pendidikan Agama,setidaknya indikator yang
harus ada dan dikembangkan yakni; memilih, memutuskan,
memformulasikan, membandingkan, membuat sistematisas.
c) Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu
pelajaran yang sanggat urgen bagi siswa SMK Budi Luhur Kecamatan
Rimbo Ilir Kabupaten Tebo,meningkatkan proses pembelajaran
pendidikan agama islamadalah sebagai upaya memberikan pemahaman
kepada siswa tetang sumber pokok ajaran Islam.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada tabel
4.9 yang memuat frekuensi kehadiran siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa 90% menyatakan selalu hadir mengikuti kegiatan
154
belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam. Siswa yang kadang-kadang
hadir hanya sebagian kecil yaitu 10%. Sedangkan yang menyatakan tidak
pernah hadir tidak ada.
B. Penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan agama Islam
di SMK Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
Pengamatan di lapangan bahwa sejumlah guru Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk disiplin siswa dalam belajar dimana guru terlihat
selalu melaksanakan shalat Zuhur di musholla sekolah dilingkungan
sekolah tersebut bersama siswa, dan guru juga menganjurkan siswa yang
jarang terlihat shalat untuk melakukan shalat Zuhur bersama dalam
jamaah shalat, dan anjuran ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran
sebelumnya dilakukan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan pembiasaan yang
cukup diyakini keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membimbing
anak untuk bertanggungjawab dengan ilmu yang mereka miliki. Ini
merupakan wujud disiplin yang tinggi, dimana siswa menyadari
bagaimana hakekat mereka sebagai makhluk Allah yang harus
bertanggungjawab atas segala kegiatan yang dilakukannya, termasuk
disiplin atau tepat waktu dalam beribadah, selain itu jika menghormati dan
menghargai serta berinterkasi dengan teman sejawat dengan baik dan
sopan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis, maka dapat
diambil suatu pemahaman bahwa perkataan dan perbuatan merupakan
salah satu masalah yang berpengaruh terhadap perkembangan sikap
siswa. Dengan demikian, pendidik haruslah orang yang
bertanggungjawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, untuk mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
155
kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
Khalifah Allah SWT, makhluk social dan sebagai makhluk hidup yang
mandiri.
C. Penerapan yang berorientasi pada penanaman sikap beragama pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Budi Luhur
Kabupaten Tebo,
SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo memiliki harapan yang besar
untuk menuntaskan tujuan pendidikan dan pembelajaran yang lebih
berhasil dibandingkan dengan penerapan kurikulum sebelumnya. Salah
satu hasil yang diharapkan adalah terbentuk disiplin diri pada siswa
melalui metode keteladanan.
Setiap hari dalam seminggu siswa yang mengulang pelajaran
pendidikan agama islam dirumah yaitu 29% termasuk kategori rendah.
Siswa yang menyatakan dua sampai tiga kali seminggu mengulangi
pelajaran pendidikan agama islam dirumah yaitu 37% termasuk kategori
sedang, siswa yang menyatakan mengulangi satu kali dalam seminggu
dirumah yaitu 26% kategori rendah, sementara siswa yang tidak
mengulangi dirumah ada 8% termasuk kategori rendah sekali.
Berdasarkan data pengamatan langsung dan hasil wawancara
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata sikap siswa yang kurang
menghargai perbedaan keyakinan hanya sebagian persen, didukung
dengan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru pendidikan agama islam dirumah, diketahui sebagian besar
termasuk kategori tinggi yakni 59% siswa menyatakan selalu
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru disekolah atau
dirumah, termasuk kategori tinggi yang menyatakan kadang-kadang
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru pendidikan agama islam
156
disekolah atau di rumah 34%. Sementara yang mengatakan tidak pernah
melaksanakan atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru mata
pelajaran pendidikan agama islam di sekolah atau dirumah 7%.
Berdasarkan persentasi siswa yang mengerjakan tugas-tugas pelajaran
pendidikan agama islam dirumah menunjukkan siswa yang senang
terhadap pembelajaran pendidikan agama islam.
Menurut hasil wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan
agama islam diperoleh tentang hasil presentasi belajar siswa pada
pelajaran pendidikan agama islam sebagian besar memperoleh nilai yang
cukup, hanya sebagian kecil yang belum bisa memeperoleh nilai baik.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa
siswa Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten tebo dalam frekuensi kehadirannya mereka selalu hadir 90%,
perhatian siswa dapat dilihat dari mereka selalu mencatat yaitu 81%,
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru mata pelajaran
sejarah kebudayaan islam di rumah yaitu 59% selalu mengerjakan, dari
segi mengulangi pelajaran sejarah kebudayaan islam di rumah dalam 1
minggu yaitu 29% dalam setiap hari dalam seminggu.
Berdasarkan data-data tersebut dan presentase yang telah
diperoleh setiap indikator-indikator yaitu dari empat indikator yang
diperoleh rata-rata 65% hal ini termasuk dalam kategori tinggi. Dengan
demikian minat siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama islam di
Sekolah Menengah Kejuruan Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo dikategorikan tinggi.
Beranggapan dari perasaan penting tidaknya mempelajari mata
pelajaran pendidikan agama islam sehingga mereka dituntut untuk
memperhatikan atau mencatat pelajaran yang diberikan guru di
kelas.Melihat dari data diatas maka dapat dikatakan bahwa presepsi
157
siswa terhadap strategipembelajaran pendidikan agama Islamdapat
menunjang dan mempengaruhi minat terhadap pembelajaran pendidikan
agama slam. Sikap ini penanaman sikap toleransi dapat dilihat sikap yang
implementasi dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan komponen dalam
pelaksaan tersebut meliputi;
1. Latar belakang pendidikan guru
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diketahui bahwa latar
belakang pendidikan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam sudah
memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan guru yang sudah
mencapai perguruan tinggi dan sudah sertifikasi.
2. Penggunaan strategi pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan
agama islam
Alat/sarana yang menunjang pembelajaran pendidikan agama
islam cukup tersedia, buku paket,Infocus, laptop, poster, dan internet
seperti pasilitas Wifi.Sedangkan untuk mengetahui semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam dengan
menggunakanstrategi pembelajaran, dapat di lihat pada tabel 4. yang
memuat tentang semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan agama islam dengan menggunakan strategi pembelajaran,
yang terlihat bahwa ada 61 orang (87%) dan ini sangat tingggi sekali
Semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam
dengan menggunakan strategipembelajaran.
3. Penguasaan materi dan strategi yang digunakan guru dalam proses
belajar mengajar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru
mata pelajaran pendidikan agama islam diketahui bahwa guru tersebut
158
menguasai materi yang diajarkan.Strategi yang digunakan dalam proses
belajar mengajar adalah strategi pembelajaran afektif melalui metode
keteladanan, sebagaimana diketahui metode keteladan merupakan salah-
satu metode-metode yang didasarkan dari ayat-ayat al qur‟an dan hadist
.metode ini sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan
membangkitkan semangat peserta didik. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan Abdurrahman An-nahrawi, metode yang menonjol dalam
pendidikan islam meliputi; metode hiwar (percakapan) qur‟an, metode
kisah al-qur‟an dan nabawi, metode amsal (perumpamaan) qur‟an,
metode member teladan, metode pembiasaan diri dan pengamalan,
metode „ibrah dan metode mau‟idhah (peringatan), serta metode targhib
dan tarkib.
Sedangkan mengerti atau tidaknya pembelajaran pendidikan
agamaislam berdasarkan metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat pada tabel 4. yaitu; siswa yang menyatakan
mengerti 64% termasuk kategori tinggi. Siswa yang menyatakan kurang
mengerti yaitu 22% termasuk kategori rendah sekali. Siswa yang
menyatakan tidak mengerti sama sekali 13%, ini dapat dikatakan bahwa
metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar mempengaruhi
minat terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam, dimana faktor-
faktor yang mempengaruhi; Lingkungan siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari segi tenang tidaknya
lingkungan keluarga siswa untuk belajar dirumah dapat dilihat bahwa
tenang tidaknya lingkungan keluarga siswa, berdasarkanpresentase
tertinggi adalah siswa yang menyatakan selalu tenang yaitu 81%
termasuk kategori tinggi sekali, siswa yang menyatakan selalu kurang
tenang yaitu 18% termasuk kategori rendah sekali dan siswa yang
menyatakan tidak pernah tenang tidak ditemukan.
159
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
strategi pembelajaran afektif melalui metode keteladanan terutama
dilingkungan sekolah dan lingkungan keluarga, maka peserta didik
dengan mudah mengaplikasikan sikap toleransi antar peserta didik
lainnya dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam. Dengan
demikian maka tidak sulit bagi setiap orang untuk dapat menumbuhkan
rasa toleransi dan saling menghargai antar sesama.
160
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Toleransi Beragama
Siswa di Budi Luhur Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.dapat di
simpulkan sebagai berikut;
Pertama, Penerapan strategi pembelajaran PAI dalam
mengembangkan Toleransi Beragama gurusiswa di SMK Budi Luhur
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo dengan menggunakan strategi
pembelajaran afektif melalui pendekatan keteladanan yang meliputi;
Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pengorganisasian
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Adapun strategi pembelajaran yang diterapkan
guru yakni; dengan menggunakan strategi pembelajaran efektif.
Kedua, Penanaman sikap toleransi beragama dalam pendidikan
agama Islam di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo; Pada dasarnya kepala
sekolah dan guru memiliki peran yang penting dalam upaya menanamkan
sikap toleransi kepada para siswa. Upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala
sekolah dan guru antara lain adalah melalui kebijakan sekolah, kegiatan rutin,
kegiatan spontan,keteladanan, pengkondisian, membantu siswa melihat
persamaan,mengintegrasikan dalam mata pelajaran, dan membantu siswa
untuk tidak melihat perbedaan sejak dini. Selain itu, penanaman sikap
toleransi juga dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata
pelajaran. Dalam kebijakan sekolah, pihak sekolah merumuskan visi, misi,
tujuan, dan peraturan sekolah yang berkaitan dengan sikap toleransi.
Selanjutnya, melalui kegiatan rutin, siswa dibiasakan untuk bersalaman
161
dengan bapak/ibu guru ketika mereka datang ke sekolah danpada saat
bertemu di lingkungan sekolah. Guru juga membiasakan siswa untuk bekerja
sama melaksanakan piket harian sebelum pulang sekolah.
Selanjutnya,dalam kegiatan spontan guru melakukan peneguran kepada
siswa yang bersikap tidak toleran. Hal ini merupakan salah satu bentuk
peringatan agar siswa tidak mengulangi perbuatannya.
Ketiga, Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat ditinjau dengan
hasil yang dilihat dari perubahan pengetahuan dan sikap yang
diimplementasikan dalam kegiatan proses pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah maupun diluar sekolah.
B. Implikasi
Permasalahan yang ditemukan di SMK Budi Luhur Kabupaten Tebo
merupakan suatu permasalahan yang cukup kompleks. Karena strategi
pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi usaha untuk
meningkatkan toleransi beragama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Dalam proses belajar mengajar guru harus melakukan strategi-
strategi, agar pembelajaran tidak membosankan. Terutama pada mata
pelajaran pendidikan agama islam, dalam rangka meningkatkan toleransi
beragama siswa, strategi yang perlu di lakukan yaitu strategi pembelajaran
afektif, jika guru tidak menggunakkan strategi pembelajaran afektifs iswa
akan bosan dalam belajar, jika siswa bosan maka siswa akan malas
mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam dan minat siswa akan
menurun, jika minatnya turun maka akan mempengaruhi prestasi siswa.
Dalam hai ini penulis menemukan faktor yang mempengaruhi minat
siswa dalam belajar, selain dari guru harus menguasai materi ajar guru juga
dalam mengajar harus kreatif baik dalam menggunakan metode dan strategi,
namun strategi juga dapat mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti
162
pelajaran, jika tidak menggunakan strategi maka daya tarik siswa untuk
belajar itu kurang, dan media pembelajaran juga sangat membantu guru
untuk memperjelas isi materi pelajaran dan siswa bisa dengan mudah untuk
memahami materi yang di ajarkan.
Namun dalam penerapan strategi pembelajaran afektif terdapat
beberapa kendala, yaitu keterbatasan sarana dan prasarana yang
mendukung dalam pemanfaatan media pembelajaran, Kurangnya waktu bagi
guru dalam mempersiapkan dan menyusun strategi pembelajaran, dan
pemanfaatan media yang bersamaan dengan guru lain. Hal ini harus segera
ditangani agar nantinya tidak berdampak buruk terhadap strategi
pembelajaran yang di terapkan oleh guru pendidikan agama islam dan dapat
meningkatkan toleransi beragama dalam mata pelajaran pendidikan agama
islam.
C. Rekomendasi
1. Sekolah adalah suatu sistem dimana unsur-unsurnya saling berinteraksi
satu sama lain dan saling bekerjasama dalam mencapai tujuan. Salah
satu unsur sekolah adalah Kepala Sekolah, peran, tugas pokok dan fungsi
kepala sekolah antara lain adalah melaksanakan supervisi dalam
pembelajaran. Terkait dengan penelitian ini diharapkan Kepala Sekolah
sering melakukan supervisi pada saat pembelajaran berlangsung. Hal
tersebut dimaksudkan di samping untuk lebih mengakrabkan kepada para
siswa, secara psikologis juga akan memberikan dampak yang positif
terhadap tanggung jawab guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sehingga kondisi yang dilaporkan dalam penelitian
tersebut dapat terhindari jika Kepala Sekolah dengan rutin melaksanakan
tupoksinya dengan baik.
2. Guru pendidikan agama islam di SMK Budi Luhur kabupaten Tebo dalam
melakukan proses belajar mengajar hendaknya lebih kreatif lagi dalam
163
membuat dan menyusun strategi pembelajaran yang beragam, yang
dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga mereka aktif
dalam belajar.
3. Guru pendidikan agama islam bisa membuat drama dari cerita yang ada
di materi dan di perankan oleh siswa agar makna dari isi materi tersebut
melekat pada siswa.
4. Guru pendidikan agama islamharus senantiasa menanamkan sikap
toleransi beragama siswa dengan menyusun strategi pembelajaran dan
metode pembelajaran yang beragam agar pembelajaran lebih menarik
lagi.
5. Guru pendidikan agama islam di SMK Budi Luhur kabupatenTebo harus
bisa membuat strategi pembelajaran sebaik mungkin walaupun masih
terbatas sarana,dan guru harus lebih kreatif lagi dalam menyusun strategi
pembelajaran agar proses belajar mengajar yang di harapkan bisa
tercapai dengan optimal.
6. Kepala sekolah di SMK Budi kabupaten tebo harus berusaha semaksimal
mungkin untuk memenuhi kekurangan-kerungan sarana prasarana yang
di butuhkan oleh guru dalam proses belajar mengajar, agar guru bisa
dengan mudah menerapkan Strategi pembelajaran pendidikan agama
islam dalam meningkatkan toleransi beragama siswa sekolah menengah
kejuruan budi luhur kabupaten tebo.
D. Saran-saran
Ada beberapa saran yang ingin peneliti berikan berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian berkaitan dengan Penanaman Sikap Toleransi
beragamadi SMK Budi Luhur . Beberapa saran yang dimaksud adalah
sebagai berikut;
1. Bagi Kepala sekolah di Sekolah, diharapkan senantiasa meningkatkan
pengawasan terhadap guru-guru yang ada di SMK Budi Luhur
164
Kabupaten Tebo,agar dapat mempertahankan dan meningkatkan
pemberian contoh sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah.
2. Bagi Guru, Selalu berusaha mempertahankan dan meningkatkan
keteladanan sikap toleransi kepada para siswa dan selalu
membudayakan siswa untuk bersikap toleransi dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah.
3. Bagi Siswa, Hendaknya senantiasa meningkatkan dan
membudayakan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah, dan saling mengingatkan antar siswa apabila dalam
kehidupan sehari-hari menemukan kejadian yang intoleran.
E. Kata Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tesis ini. Penulis berharap, semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri. Tidak lupa
penulis mohon maaf, apabila dalam penyusunan kalimat maupun bahasanya
masih dijumpai banyak kekeliruan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif guna perbaikan di masa mendatang.
Selanjutnya penulis juga memohon maaf andai ada pihak yang
merasa kurang berkenan dengan hasil penelitian karena terkait dengan
deskripsi keadaan lembaga pendidikan yang diteliti, khususnya kepada pihak
SMK Budi Luhur Kabupaten tebo. Inilah hasil penelitian yang penulis
tuangkan apa adanya, karena berdasarkan kondisi ril di lapangan.
Mudah-mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari Allah
yang Maha Murah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-
165
orang yang beruntung di akhir nanti. Semoga tesis ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, serta
orang tua dan guru semoga menambah pengetahuan dalam mendidik anak.
Amiin ya rabbal alamiin.
166
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Al-Qur‟an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI
_______. Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi
_______. Undang-undang dan Peraturan Pemerintahan RI tentang Pendidikan, Jakarta, 2006.
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren ; Telaah Terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Arend, Richard l, Learning To teach/Belajar untuk Mengajar, terjemahan Helly Prajitno Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2013.
Blum, Lawrence A, “Anti Rasismen, Multikulturalisme dan Komunitas antar Ras; Tiga Nilai yang Bersifat Mendidik Bagi sebuah Masyarakat Multikultural “ dalam Lary May, Etika Terapan I Sebuah Pendekatan Multikultural, edisi Terj. Sinta Carolina, dkk., Yokyakarta; Tiara Wacana 2001
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
David A. Jacobsen, dkk. Methods For Teaching (Promoting Student Learning in K-12 Classrooms) Pearson Education, Inc Publishing as Allyn & Bacon, One Lake Street Upper Saddle River, New Jersey, USA, 2009
Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Dokumentasi Sekolah Menangah Kejuruan Budi Luhur Kec. Rimbo Ili Kab. Tebo Tahun 2018.
Deni Damayanti, Panduan Penyusunan Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi, Yogyakarta: Araska, 2013.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2013 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada, 2009
167
Damayanti. Panduan Lengkap Menyusun Proposal Skripsi Tesis Disertasi untuk Semua Program Studi. Yogyakarta: Araska. 2013.
Deni Darmawan. Inovasi Pendidikan Pendekatan PraktikTeknologi Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012.
Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2015.
Emzir, Metodologi penelitian Pendidikan (Kuantitatif & Kualitatif), Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada, 2009
Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran (Berbasis Pencapain Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013) Jakarta: Prestasi Pustaka. 2013
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Prees, 2008.
Iskandar, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Referensi, 2012
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008
Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Meity Taqdir Qodratilah, dkk., Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Jakarta: GP Press, 2009
Martinis Yamin, Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran, Jakarta : Referensi , GP Press Group, 2013
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Konstruktivistik, Jakarta: Referensi, 2012
168
Made Pidarta. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Mansur Muslich. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara.2007
Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Referensi. 2013.
____________. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi. 2013.
Martinis Yamin, dan Maisah, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan, Jakarta : Referensi, 2012
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Referensi, 2013
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Prees, 2013
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Jakarta: GP Press, 2009
Martinis Yamin, Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran, Jakarta : Referensi , GP Press Group, 2013
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Konstruktivistik, Jakarta: Referensi, 2012
Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiya IAIN Walisongo Semarang. 2001.
Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia. 2015.
169
_________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Kalam Mulia. 2014
Rusdiana. Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2014
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengaja, rJakarta: Rineka Cipta, 2006 .
Sudarwan Danim. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cet. 9. Bandung: Alfabeta. 2009
_________. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2014.
_________, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014.
_________, Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosadakarya. 2012.
Wina Sanjaya. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2013.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif,Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana: 2008
Yatim Riyanto. Pradigma Baru Pembelajaran Senagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. 2009.
Yudhi Munandi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada. 2010.
Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi Tantangan Menuju Civil Society
.Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001
170
CURRICULUM VITAE
Informasi DiriMaisarah dilahirkan di Semabu
Tebo Pada 11 April 1983, Putri dari Sayuti Hanafie
dan Jamilah, anak pertama dari tiga bersaudara. Adik
Nurasiah dan Nazifah Muthoharoh.
R Riwayat Peidikan
Memperoleh Sarjana S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari IAIN STS Jambi pada
tahun 2006, ijazah Madrasah Aliyah (MAS) Darul Qur‟an Al-Islamy Muara
Bulian pada tahun 2001, Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul
Qur‟an Al-Islamy 1998 dan memperoleh ijazah Sekolah Dasar Negeri No.
125/II Desa Semabu.
Karya Ilmiah
Skripsi Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul iman Kabupaten Tebo.
Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja, yaitu sebagai tenaga pengajar di (guru) di
Sekolah SMP Negeri 28 Kabupaten tebo pada tahun 2007-2016, Sekolah
SMP Negeri 1 Kabupaten Tebo pada tahun 2015-Sekarang dan Dosen
STIT Tebo pada tahun 2018-Sekarang.