TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMEN Analisis Wacana Kritis terhadap...

37
TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMEN Analisis Wacana Kritis terhadap Produksi dan Konsumsi Teks/Berita tentang Korupsi Anggota DPR RI dalam kasus Aliran Dana BI di DPR RI pada Suratkabar Media Indonesia dan Republika Hasyim Ali Imran Latar Belakang, Masalah Pokok dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecurigaan terhadap fenomena pemberitaan korupsi anggota parlemen dalam kasus Aliran Dana Bank Indonesia (BI) di DPR pada dua media, yaitu Media Indonesia dan Republika. Permasalahan : (1) Bagaimana media mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI?; (2) Mengapa media mengkonstruksi realitas tersebut dengan cara demikian? Ideologi siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah terdapat pengaruh ideologi pemilik media?; (3) Bagaimana efek pemaknaan korupsi aliran dana BI oleh media terhadap pemaknaan pembaca? Tujuan penelitian: (1) Ingin mengetahui cara Suratkabar Media Indonesia dan Harian Republika dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI.; (2) Ingin mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi media melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, serta ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan teks dimaksud; dan (3) Ingin mengetahui cara pembaca (efek) dalam memaknai pemaknaan korupsi aliran dana BI yang dilakukan oleh media. Konsep-Konsep Teoritik 1

Transcript of TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMEN Analisis Wacana Kritis terhadap...

TESISIDEOLOGI MEDIA

DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMENAnalisis Wacana Kritis terhadap Produksi dan Konsumsi

Teks/Beritatentang Korupsi Anggota DPR RI dalam kasus Aliran Dana BI di

DPR RIpada Suratkabar Media Indonesia dan Republika

Hasyim Ali Imran

Latar Belakang, Masalah Pokok dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecurigaan terhadapfenomena pemberitaan korupsi anggota parlemen dalam kasusAliran Dana Bank Indonesia (BI) di DPR pada dua media,yaitu Media Indonesia dan Republika.

Permasalahan : (1) Bagaimana media mengkonstruksi(memproduksi makna) teks/berita korupsi Anggota DPR RIdalam kasus aliran dana BI di DPR RI?; (2) Mengapa mediamengkonstruksi realitas tersebut dengan cara demikian?Ideologi siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut?Apakah terdapat pengaruh ideologi pemilik media?; (3)Bagaimana efek pemaknaan korupsi aliran dana BI olehmedia terhadap pemaknaan pembaca?

Tujuan penelitian: (1) Ingin mengetahui cara SuratkabarMedia Indonesia dan Harian Republika dalam mengkonstruksiteks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasusaliran dana BI di DPR RI.; (2) Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi media melakukan cara-caratertentu dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsiAnggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI,serta ideologi dominan yang berada di balik pewacanaanteks dimaksud; dan (3) Ingin mengetahui cara pembaca(efek) dalam memaknai pemaknaan korupsi aliran dana BIyang dilakukan oleh media.

Konsep-Konsep Teoritik

1

1. Teks ; 2. Wacana Media; 3. Ideologi ; 4. Ideologi danMedia

Methodologi Penelitian

Model analisis wacana Fairclough dalam tesis inidapat digambarkan melalui pemaparannya dalam tabelberikut ini :

Tabel 1 : Level Analisis dan Metode Penelitian Analisis Wacana Kritis

FaircloughTahapan Analisis

Level Masalah

Level Analisis

Metode Penelitian Sumber data

1. Communicative events

a. Teks Mikro Analisis teks Fairclough*)

Berita korupsiterkaitketerlibatananggota DPRI dalamkasus aliran danaBI di DPR RI diHarian Republikadan MediaIndonesia. (tabel4 & 5)

b. Discourse Practise

Meso 1) Level proses pembuatan teks (processing analysis) : Melalui depth interviewdengan awak RedaksiRepublika dan MediaIndonesia terkaitdata tentang : 1)sisi individuwartawan,2) hubunganantara wartawan danstruktur organisasi mediaserta 3) praktikkerja/rutinitas kerja2) Level praktik konsumsi teks terkait data tentang : terpaan teks mediadikonsumsi padatataran khalayakdan bagaimanaterpaan teks mediamempengaruhi persepsiaudiensnya akan

1) Pada levelproses pembuatanteks sumbernysadalah wartawandan jajaran dalamstrukturorganisasi media.Termasuk jugaobservasi situasinewsroom.

2) Pada levelpraktik konsumsiteks adalahkhalayak pembacaRepublika danMedia Indonesiaterkait tekskorupsi ‘DPR RI’.

2

dilakukan melaluidepth interview.

c. SocioculturalPractise

Makro 1) Dilaksanakan melaluidepth interviewterhadap redaksi media yangditeliti (Republikadan MI) terkaitdata tentang levelsituasional ketikateks korupsi ‘DPRRI’ diproduksimenjadipemberitaan.

2) a. melalui studiliteratur, gunamenggali data levelsosial menyangkutpersepsi, imagepihak-pihak di luaranggota DPR RI thdanggota DPR RImenyangkut korupsisebelum munculnyateks korupsi ‘DPRRI’.; b. Melalui depthinterview thdinforman gunamenggali data levelsosial terkait sistembudaya, ekonomi danpolitik yangmempengaruhinyadalam memproduksiteks3) depth interviewdengan awak RedaksiRepublika danMedia Indonesiaterkait penggaliandata tentang levelinstitusional yangberpengaruhterhadap produksiteks.

1) redaksi mediayang diteliti(Republika dan MI)

2) a. Dokumentasi b. --

3) awak RedaksiRepublika danMedia Indonesia

2. Order of discourse

Teks

Mikro :

1. genre 1. teks komunikasipada genre berita‘korupsi DPR RI’dalam Republika

3

2. intertekstual : Analisis teks Fairclough thd pengutipan sumber dalam pemberitaan melalui kategori : a. secara langsung (direct discourse) b. tidak langsung (indirect discourse)

dan MI dengan tipeaktifitasberitanya yangbersifat hardnews.2. Berita korupsiterkaitketerlibatananggota DPR dalamkasus aliran danaBI di DPR RI diHarian Republikadan MediaIndonesia.

Tabel 2 :*) Analisis Teks Norman Fairclough

Dimodifikasi menjadi tabel dari (Fairclough, 2005, Analysing Discourse-Textual Analysis for Sosial

Research, London and New York, Routledge, p. 191-195 ) Elemen Analisis Teks

Terjemahan Keterangan/Penjelasan

1. Social Event Teks berita itu menjadi bagian darirangkaian peristiwa sosial apa? 1. Apakah teks bagian dari peristiwasocial tertentu?2. Apakah text sebagai bagian dari suatujeringan teks tertentu?3. Peristiwa social itu mengacu pada apa?

2. Genre Apakah tersebut berada pada rangkaiangenre berita tertentu. Atau merupakanmix genre?Genre Chaín :1. Straigh news2. interview3. hard news4. opini5. feature, dllMix genre : genre baru campuran:misalnya berita news feature.

3. Difference 1. Skenario seperti apa ?2. Dialog seperti apa ? Protagonis atauantagonis 3. Aksentuasi ?: apakah bersifatkonflik, polemik, struggle over meaning,norma, dominasi/power4. Memecahkan masalah dalam dialog ataumembiarkan difference ?

4. Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang

4

Intertextuality tidak dimasukkan atau yang beratributsecara langsung atau tidak langsung.Apakah menyangkut pada pengarang atausumber tertentu atau ada sangkutandengan sumber lain atau sangkutan ataskeduanya.Kutipan, text, data, ”suara lain” yangrelevan :1. included :2. excluded :

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dannilai yang dibuat dalam teks. Apakahada sesuatu yang dilihat ataudiasumsikan sebagai sesuatu yangbersifat ideologi ?Asumsi eksistensial :Asumsi proporsional:Asumsi Nilai :

6. Semantic/Gramatical relations between Sentences and clauses

Relasi semantic predominan apa yang adadi antara kalimat-kalimat dan klausa(kata majemuk). (kausalitas, alasan,tujuan, konsekuensi, kondisional,temporal, aditif, elaboratif, kontrastif– konsesive. Apakah ada hubungansemantic yang levelnya ditinggikanmelalui penekanan yang sangat besar padasatu teks. Misalnya: Problem X Solusi .Apakah ada relasi gramatikal padaklausa-klausa yang secara predominanberbentuk para taktik (terpisah),hipotaktik (samar-samar), atau menempel(embedded). Adakah relasi khusus yangsecara signifikan mengenai ekuivalen dandiffren yang dibangun di dalam teks?

7. Exchanges, Speech function and grammatical mood

Bentuk-bentuk perubahan . Fungsi2 ujaran(pernyataan, pertanyaan, penawaran,permintaan) ? Tipe2 pernyataan apa sajayang ada di sana. Ada yang bersifatfakta, prediksi, hipotesis, evaluasi ?Adakah relasi metaforik antarapertukaran fungsi ujaran atau tipe2pernyatan. Apakah Mood gramatika yangpredominan yang terdapat dalam teks(deklaratif, interogatif, imperative) ?

8. Discourses Diskursus : Wacana apa yang digambarkandi dalam teks. Bagaimana wacana2 ituterbentuk secara bersama. Adakahpercampuran yang signican dari wacana2tersebut ? Karakeristik apa yang adadalam fitur wacana (semantik dalamrelasi kata2, kolokasi, metafora,asumsi, fitur gramatika)

5

9. Representation of social events

Menyangkut elemen2 dari representasisuatu peristiwa, apakah dimasukkan dalamteks atau tidak, atau kencenderunganuntuk ditonjolkan. Bagaimana suatuperistiwa social secara abstrak ataukonkrit direpresentasikan?. Bagaimanaproses perepresentasiannya, tipe prosesapa yang predominan, apakah material,mental, verbal, relasional daneksistensial?. Adakah dalam prosesrepresentasi tersebut bentuk2 gramatikalyang bersifat metaphor?. Bagaimanaaktor-aktor sosial direpresentasikan ?Bagaimana ruang waktu dan relasi ruangwaktu direpresentasikan ? Secara rincikomponen yang perlu dijawab adalah ,sbb. :1. waktu dan tempat : 2. Orang-orang (person) : kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah.

3. bentuk aktifitas : 4. Relasi sosial, ben tuk institusional :5. Bahasa/tanda : 6. Objects :7. Alat :B. Social event direpresentasikan secara: a. abstrak b. konkritC. Bagaimana proses Representasinya ? a. material : -aktor -affected (korban) b. kalimat yg dinyatakan aktor (verbal) c. mental : -experience -fenomena d. Relational : -atribut (pengatributan-memperlambangkan)

-Relational : value/token

f. eksistensionalD. Adakah metafor gramatika dalam

6

representasi dari proses sosial (sosial event):E. Sosial aktor : 1. inklusi/eksklusi 2. noun/pronoun 3. aktif/pasif 4. personal/impersonal 5. name/classified (mis. Oknum,dll) 6. Spesifik/generik

10. Styles Style seperti apa yg tergambar dalamteks. Bagaimana gaya2 tersebut dibentukbersama. Adakah campuran yang signifikanantara gaya2 tersebut? Karakteristikseperti apa yg dimiliki oleh fitur gaya2yang digambarkan ?

11. Modality Bagaimana si penulis/pengarangberkomitmen terhadap diri mereka dalamkerangka mengungkapkan kebenaran ataudalam terma kewajiban dan kebutuhan.Apakah mereka mengungkapkan eksistensiyg menyangkut kategori modalitastertentu, seperti persetujuan ataupenyangkalan. Apakah penanda eksplisitdari modalitas itu? Bagaimana komitmen ygdibangun pada modalitas ygdimodalisasikannya ? Apa penanda darimodalisasi itu ?

12. Evaluation Nilai2 apa yg diarahkan (dibawa) oleh sipenulis itu ? Dengan cara apadirealisasikannya dalam teks ?

Tabel 3 Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)

Elemen Analisis Teks

Temuan

1. Social Event ............................................................................................................

2. Genre …………………………………………………………………………3. Difference 1. Skenario seperti apa ?

2. Dialog seperti apa ? - Protagonis : -- - antagonis : --3. Aksentuasi ?: apakah bersifat :

7

-konflik : -- -polemik : -- -struggle over meaning : -norma : -- -dominasi/power : --4. Memecahkan masalah dalam dialog ataumembiarkan difference ?

4. Intertextuality

Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidakdimasukkan atau yang beratribut secara langsungatau tidak langsung. Apakah menyangkut padapengarang atau sumber tertentu atau adasangkutan dengan sumber lain atau sangkutanatas keduanya.Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :1. included :………….2. excluded : …………

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yangdibuat dalam teks. Apakah ada sesuatu yangdilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yangbersifat ideologi ? Asumsi eksistensial : --Asumsi proporsional : --Asumsi Ideologis : --

6. Semantic/Gramatical relations between Sentences and clau- ses

Relasi dalam teks, sbb.: A. Relasi semantik : Relasi berbentuk kausalitas : Relasi berbentuk alasan : Relasi berbentuk konsekuensi : Relasi berbentuk kondisional : -- Relasi berbentuk temporal: -- Relasi berbentuk elaboratif : -- Relasi berbentuk kontrastif : Relasi berbentuk Aditif: B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan melalui penekanan pada -Problem : -- -Solusi : --C. Bentuk Relasi gramatikal : Para taktik : -- Hipotaktik : -- Embedded : -- D. Relasi khusus apa yang secara signifikan

8

dibangun di dalam teks? Apakah bersifat : -Ekuivalen (sama) : -Diffrence:

7. Pertukaran, fungsi ujaran dan gramatikal mood

Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.: A. Bentuk-bentuk pertukaran? Tipe pertukaran : a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : -- b. knowledge –pertukaran pengetahuan : -- B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada disana.? fungsi ujaran : a. statement : 1. fakta : 2. prediksi : -- 3. hipotetical : -- 4. evaluasi : b. demand/permintaan : -- c.questions: -- d.offer/penawaran : C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipe pernyatan?D. Apakah Mood gramatika yang predominan yangterdapat dalam teks ? Predominant grammatical mood : a . deklaratif :

b. interrogative : c. imperative/perintah :

8. Discourses A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacanayang signifikan ?C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya darisisi relasi semantik kata ?Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata ditemukan pada teks melalui : 1)colocation: 2) metafora :

9

3) asumsi : -asumsi eksistensi: -- -asumsi proporcional : -- -asumsi nilai : --4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah ……..

9. Representation of social events

A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan : 1. waktu dan tempat : 2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : 3. bentuk aktifitas : --4.Relasi sosial, bentuk institusional : 5. Bahasa/tanda : 6. Objects : 7. Alat :-- B. Social event direpresentasikan secara : a. abstrak : b. konkrit: c. proses material : -aktor : -affected (korban) : d. kalimat yang dinyatakan aktor (prosesverbal): -- e. proses mental : -- f. Relational : 1. atribut (pengatributan-memperlambangkan ) 2. relational : value/token : . g. eksistensional : --C. Adakah metafor gramatika dalam representasidari peristiwa sosial (sosial event): D. Sosial aktor : 1. inklusi : 2. eksklusi : 3. -noun : --. -pronoun: 4. aktif/pasif : -diaktifasi : -dipasifasi : 5.Impersonal : 6. -name: --

10

-classified : 7. Spesifik : -- 8. generik : --

10. Styles --11. Modality --12. Evaluation Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si

penulis itu ? ......................Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ? + Dibangun dengan cara .......................

Terkait obyek penelitian, maka yang dijadikan obyek adalahpemberitaan Harian Republika dan Media Indonesia yangberhubungan dengan masalah keterlibatan Anggota DPR RI dalamkasus aliran dana BI sejumlah Rp 31,5 milyar di institusiDPR RI. (lihat tabel 4 dan 5 dalam laporan tesis halaman 61-65).

Menyangkut tehnik analisis, maka tesis ini akan mengikutipola kerangka analisis Fairclough dengan cara mendudukkannyapada konteks situasi tertentu dari munculnya semangatpemberitaan atau pewacanaan korupsi anggota parlemen. Untukkepentingan ini maka teks yang dijadikan bahan analisisadalah berita-berita korupsi (hard news) yang melibatkananggota parlemen (DPR) dalam masa-masa menurut : fase proseshukum penyelesaian kasus Aliran Dana BI ke DPR. Fasedimaksud meliputi : Fase Penyelidikan; Fase Penyidikan, FasePenetapan Tersangka dan Fase Persidangan/Peradilan.Menurutnya, sebagaimana dijelaskan Eriyanto1, analisiswacana kritis mencakup tiga tahap. Tahap pertama, deskripsi,yakni menguraikan isi dan analisis secara deskriptif atasteks. Pada tahap ini teks dijelaskan tanpa dihubungkandengan aspek lain. Dengan kata lain, kegiatan dalam tahapini hanya menganalisis isi dan bahasa yang dipakai dalampemberitaan korupsi terkait keterlibatan anggota DPR RIdalam kasus aliran dana BI di DPR RI di Harian Republika danMedia Indonesia. Tahap kedua yaitu interpretasi. Dalam tahapini maka kegiatannya adalah menafsirkan teks yangdihubungkan dengan praktik wacana yang dilakukan. Dengankata lain, pada tahap ini teks tidak dianalisis secara1 Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Pengantara Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, hlm. 327.

11

deskriptif, tetapi ditafsirkan dengan menghubungkannyadengan bagaimana proses produksi teks dibuat. Analisis atasisi dan bahasa yang dipakai dalam berita tersebutdihubungkan dengan proses produksi berita korupsi ‘DPR RI’diHarian Republika dan Media Indonesia. Tahap ketiga, yaitueksplanasi. Tahap ini sendiri bertujuan untuk mencaripenjelasan atas hasil penafsiran yang diperoleh pada tahapkedua. Penjelasan dimaksud akan didapat dengan caramenghubungkan produksi teks ‘tahap kedua’ tadi denganpraksis sosiokultural di lingkungan domisili mediaberoperasi, yakni Kota Jakarta sebagai domisili operasionalHarian Republika dan Media Indonesia.

Contoh Hasil Analisis Teks dengan MenggunakanModel Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)

Teks 18 : Uang BI di Balik Dagang Pasal

(MI, 26/11/2007) Elemen Analisis Teks Temuan1. Social Event Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR

mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).

2. Genre Hard News, konstruksi wartawan mengenai LaporanKoalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPRmengenai anggota dewan penerima aliran danaBank Indonesia (BI).

3. Difference 1. Skenario seperti apa ? Skenariao diarahkan ke dalam situasi yangmenunjukkan 16 anggota Komisi IX DPR periode1999-2004 memang menerima uang sogokan pihak BIterkait proses pembahasan sejumlah RUU dananggaran BI di DPR. Ini tampak dalam judul:“Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1, “….Paraanggota dewan itu diduga telah menerima uangdari Bank Indonesia (BI) terkait denganpembahasan sejumlah rancangan undang-undang(RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp4,5 miliar.”2. Dialog seperti apa ? - Protagonis : -- - antagonis : dialog diarahkan ke arah antagonis, yaknipada penguatan situasi yang menunjukkan bahwa

12

pihak DPR memang terlibat suap-menyuap dalamurusan pembahasan RUU menyangkut BI. Ini tampakdari teksasi dalam : p.2, ”..... terlepas darikeengganan BK untuk mengusut , dari dokumenyang beredar, praktik jual beli pasal dalampembahasan sejumlah RUU terkait BI memangterjadi pada 2004.”; p.5, ”Setelah berkordinasidengan para mantan anggota Panja RUU LPS yangakan menjabat kembali, telah disepakati untukmengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yangberdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu.Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”3. Aksentuasi ?: apakah bersifat : -konflik : -polemik : -struggle over meaning : aksentuasi cenderung bersifat pertarungan merebut makna, bahwa anggota dewan itu adalah pihak yang biasameminta imbalan kepada BI agar pembahasan RUUterkait BI sesuai yg diinginkan BI. Ini tampakdari judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal”; p.1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20 Agustus2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPRperiode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK)DPR. Para anggota dewan itu diduga telahmenerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkaitdengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004.Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUUSistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)dan RUU Kepailitan juga tak lupus daritransaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itudikucurkan …..karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10,“Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004pun tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp650 juta.”-norma : ---dominasi/power : --4. Memecahkan masalah dalam dialog ataumembiarkan difference ? Sifatnya cenderung bersifat memecahkankarena media menunjukkan bahwa perbuatan suap-menyuap itu termasuk tindak pidana korupsi. Initampak dalam p. 11, ”Transaksi pasal itu jelasmelanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999 jo UU

13

20/2001 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkaitjabatan diancam minimal satu tahun dan maksimallima tahun.”

4. Intertextuality Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidakdimasukkan atau yang beratribut secara langsungatau tidak langsung. Apakah menyangkut padapengarang atau sumber tertentu atau adasangkutan dengan sumber lain atau sangkutanatas keduanya.Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :1. included : Kutipan-kutipan yang diambil berdasarkandata Koalisi Penegak Citra DPR. Kutipan iniditeksasi dalam : p.5, ”Setelah berkordinasidengan para mantan anggota Panja RUU LPS yangakan menjabat kembali, telah disepakati untukmengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yangberdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu.Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”; p.7, “ ….Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540juta”; p. 8, ”….juga tak luput dari transaksisenilai Rp 2,6 miliar…..”; dan p. 10. “….. puntak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650juta.” 2. excluded : -“….Sembilan dari 16 anggota Komisi IX DPRperiode 1999–2004 yang diduga menerima alirandana BI ternyata masih aktif sebagai anggotalegislatif. Untuk memastikan nama-nama itu,rencananya hari ini Badan Kehormatan (BK) DPRakan kembali memanggil Koalisi Penegak CitraDPR sebagai pihak pelapor. ……………Wakil Ketua BKDPR Gayus Lumbuun “Kalau tidak salah, sekitarsembilan orang. Besok (hari ini) kita akanminta penjelasan lagi,” tegas Gayuskemarin........” (http://web.pab-indonesia.com/content/view/3941/9/) ; -“Alirandana dari Bank Indonesia (BI) yang disinyalirsebagai gratifikasi kepada sejumlah anggota DPRRI harus menjadi prioritas utama pemeriksaanoleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jikaini tidak dilakukan, fenomena calo anggaranakan tetap merajalela tanpa tersentuh hukumsama sekali. Demikian disampaikan WakilKoordinator Indonesian Corruption Watch (ICW)

14

Danang Widiyoko saat dihubungi SH, Senin(12/11). “DPR harus menjadi domain utama. KPKharus punya target utama ke DPR karena DPR itumerupakan ujung dari serangkaian korupsi,”katanya. Dia menilai, sejak KPK berdiri, banyakdugaan korupsi yang melibatkan anggota DPRtidak pernah tersentuh. Selama ini, KPK hanyamelakukan tindakan hukum kepada birokrasi danpimpinan proyek (pimpro). Kegiatan merekapadahal juga melibatkan anggota Dewan. Akibatdari pemeriksaan “tebang pilih” tersebut, kasuspemberian dana kepada anggota Dewan maupunpercaloan terus muncul. ……..Dengan menggunakandana yayasan itu pula, kerugian negara dapatdiminimalkan. “Selama ini KPK belum berhasilmendorong DPR, padahal banyak contohnya,seperti dana DKP, dana ……..dan sekarang danaBI. Makanya, BI ini harus menjadi pintu masukKPK supaya penyelesaian kasus ini tuntas,”(Sinar Harapan, 12 November 2007, dalamhttp://antikorupsi.org/indo/content/view/11642/6/.

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yangdibuat dalam teks. Apakah ada sesuatu yangdilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yangbersifat ideologi ? Asumsi eksistensial : Anggota dewan terlibat suap-menyuap dengan BIAsumsi proporsional : Anggota dewan terlibat suap-menyuap dengan BI terkait urusan pembahasan RUUmenyangkut BI di parlemen.Asumsi Ideologis : Wartawan anti parlemen yangkorup. Ini terlihat dari unsur difference, dimana dari sisi skenario, diarahkan ke dalamsituasi yang menunjukkan 16 anggota Komisi IXDPR periode 1999-2004 itu memang menerima uangsogokan pihak BI terkait proses pembahasansejumlah RUU dan anggaran BI di DPR. Ini tampakdalam judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.1, “….Para anggota dewan itu diduga telahmenerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkaitdengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004.Totalnya Rp 4,5 miliar.” Termasuk juga darisisi dialog, dialog diarahkan ke arahantagonis, yakni pada penguatan situasi yangmenunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat

15

suap-menyuap dalam urusan pembahasan RUUmenyangkut BI. Ini tampak dari teksasi dalam :p.2, ”..... terlepas dari keengganan BK untukmengusut, dari dokumen yang beredar, praktikjual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUUterkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.5,”Setelah berkordinasi dengan para mantananggota Panja RUU LPS yang akan menjabatkembali, telah disepakati untuk mengajukan RUULikuidasi Bank sebagai RUU yang berdirisendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatanitu dibanderol Rp 500 juta.”. Begitu jugadari aksentuasi yg sifatnya cenderung terkaitupaya memenangkan pertarungan merebut makna,bahwa anggota dewan itu adalah pihak yangbiasa meminta imbalan kepada BI agar pembahasanRUU terkait BI sesuai dgn yg diinginkan BI. Initampak dari judul: “Uang BI di Balik DagangPasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada20 Agustus 2007 melaporkan 16 anggota Komisi IXDPR periode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan(BK) DPR. Para anggota dewan itu diduga telahmenerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkaitdengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004.Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUUSistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)dan RUU Kepailitan juga tak lupus daritransaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itudikucurkan …..karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10,“Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004pun tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp650 juta.”

6. Semantic/Gramatical relations between Sentences and clau- ses

Relasi dalam teks, sbb.: A. Relasi semantik : Relasi berbentuk kausalitas : p.2,”....BK DPR belum menindaklanjuti pengaduankoalisi karena nama yang diadukan tidaklengkap.......”Relasi berbentuk alasan : p.2, ”.......nama yang diadukan tidaklengkap.......”Relasi berbentuk konsekuensi :p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPRuntuk membuktikannya.”

16

Relasi berbentuk kondisional : --Relasi berbentuk temporal: -- Relasi berbentuk elaboratif : --Relasi berbentuk kontrastif :--p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BK untukmengusut, dari dokumen yang beredar, praktikjual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUUterkait BI memang terjadi pada 2004.” Relasi berbentuk Aditif: B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan melalui penekanan pada -Problem : Level hubungan semantik cenderungditinggikan melalui penekanan pada problemdalam proses pengusutan aliran dana BI, yakniyang dilakukan BK DPR terhadap anggota yangdiduga menerima aliran dana BI. -Solusi : C. Bentuk Relasi gramatikal : Para taktik : -- Hipotaktik : -- Embedded : Secara gramatika berita ini cenderungmenggambarkan relasi yang bersifat embedded, dimana untaian paragraf dan kalimat masihmerupakan lanjutan sebelumnya menyangkut isilaporan Koalisi Penegak Citra DPR. D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam teks? Apakah bersifat :-Ekuivalen (sama) : -Diffrence: cenderung bersifat difference yang sifatnyamengarah pada pembenaran terjadinya aliran danalewat transaksi jual beli pasal antara BI dananggota Komisi IX periode 1999-2004 dalamproses pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.

7. Pertukaran, fungsi ujaran dan gramatikal mood

Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.: A. Bentuk-bentuk pertukaran? Tipe pertukaran : a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : -- b. knowledge –pertukaran pengetahuan : lebih banyak pertukaran pengetahuan karena cenderung menggambarkan data transaksi jual beli pasal. B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada disana.?

17

fungsi ujaran : a. statement : 1. fakta : -- 2. prediksi : -- 3. hipotetical : -- 4. evaluasi : p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BKuntuk mengusut, dari dokumen yang beredar,praktik jual beli pasal dalam pembahasansejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada2004.”; p.11, Transaksi pasal itu jelasmelanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999 jo UU20/2001 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkaitjabatan diancam penjara minimal satu tahun danmaksimal lima tahun. b. demand/permintaan : -- c.questions: -- d.offer/penawaran : --C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipe pernyatan?Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan18 orang anggota Komisi IX di HotelMulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itudikucurkan , .........karena seluruh high callpada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi;p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benarmengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPRuntuk membuktikannya.”p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.D. Apakah Mood gramatika yang predominan yangterdapat dalam teks ?Predominant grammatical mood : a . deklaratif :

b. interrogative : Mood gramatika yang predominan dalam tekscenderung interrogative yang mempertanyakanmengapa para anggota dewan yang diduga menerimaaliran dana masih belum juga diperiksa. c. imperative/perintah : --

8. Discourses A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?

18

+ Anggota DPR Pendukung kasus Suap BI.B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacanayang signifikan ? +Dibangun melalui sejumlah relasi metaforikantara pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipepernyataan yang sifatnya menggambarkan memangterjadi transaksi jual beli pasal dalam rosespembahasan RUU antara Komisi IX DPR periode1999-2004 dan BI, sebagaimana tampak dalamsejumlah paragraf dan judul, yakni : Judul :Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2,”.....praktik jual beli pasal....”; p,5,Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7,”.....perlunya pertemuan informal dengan 18orang anggota Komisi IX di HotelMulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itudikucurkan , .........karena seluruh high callpada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi;p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benarmengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPRuntuk membuktikannya.”; p.10, Penundaanpembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun takluput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta. . C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya darisisi relasi semantik kata ?Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata ditemukan pada teks melalui : 1)colocation: p.2, “Terlepas dari keengganan BK....”; p.6, Komisi IX dan BI......Komisi IX pada 15 September 2004.....” 2) metafora : Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;p,5,Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7,”.....perlunya pertemuan informal dengan 18orang anggota Komisi IX di HotelMulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itudikucurkan , .........karena seluruh high callpada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi;p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesarRp 650 juta.; p.13, “…….mengalir ke Senayan,

19

…….” 3) asumsi : -asumsi eksistensi: BI suap anggota DewanKomisi IX periode 1999-2004. -asumsi proporcional : BI suap anggotaDewan Komisi IX periode 1999-2004terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaranBI. -asumsi nilai : BI suap anggota Dewan KomisiIX periode 1999-2004 terkait kepentinganpembahasan RUU dan anggaran BI adalah melanggarUU TIPIKOR dan Kode Etik DPR. 4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah pada predominan mood bersifat interrogative yang mempertanyakan mengapa para anggota dewan yang diduga menerima aliran masihbelum juga diperiksa

9. Representation of social events

A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan : Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran danaBank Indonesia (BI). 1. waktu dan tempat : 20 Agustus 2007 di Gedung MPR/DPR Jakarta2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : Koalisi Penegak Citra DPR 3. bentuk aktifitas : --4.Relasi sosial, bentuk institusional :Koalisi Penegak Citra DPR; BK DPR; BI 5. Bahasa/tanda : p.5, berkoordinasi; p.7, pertemuan informal.6. Objects : BI dan 16 anggota Komisi IX DPRperiode 1999-2004 7. Alat :-- B. Social event direpresentasikan secara : a. abstrak : -- b. konkrit: Digambarkan secara konkrit mengenaipelaporan koalisi atas 16 anggota penerimaaliran dana BI kepada BK pada 20 Agustus 2007. c. proses material : -aktor : aktor protagonis disebut secarakonkrit : Koalisi Penegak Citra DPR. Sedangaktor antagonis secara abstrak : 16 anggotaKomisi IX DPR periode 1999-2004 yang didugamenerima aliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar. -affected (korban) : 16 anggota Komisi

20

IX DPR periode 1999-2004 yang diduga menerimaaliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar. d. kalimat yang dinyatakan aktor (prosesverbal): -- e. proses mental : -- f. Relational : 1. atribut (pengatributan-memperlambangkan )Temuan: : metapora-metapora pada sejumlahparagraf mengatribusikan pandangan wartawanbahwa memang terjadi kasus penyuapan BIterhadap 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancarpembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI. 2. relational : value/token : KoalisiPenegak Citra DPRPenempatan Koalisi Penegak Citra DPR sebagaiaktor pelapor secara relasional mengandungnilai bahwa posisi pelapor adalah sebagaiinstitusi yang berkomitmen tinggi terhadappemberantasan korupsi. g. eksistensional : --C. Adakah metafor gramatika dalam representasidari peristiwa sosial (sosial event): Tampak dari teksasi dalam : Judul : Uang BI diBalik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jualbeli pasal....”; p,5, Kesepakatan itudibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunyapertemuan informal dengan 18 orang anggotaKomisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itumembutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8,”.......Uang BI itudikucurkan , .........karena seluruh high callpada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi;p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesarRp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….” D. Sosial aktor : 1. inklusi : Koalisi Penegak Citra DPR 2. eksklusi : 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004; Kepala Biro Gubernur; DeputiGubernur BI;BK DPR. 3. -noun : --. -pronoun: 16 anggota dewan yang menerimadana; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI 4. aktif/pasif :

21

-diaktifasi : Koalisi Penegak CitraDPR -dipasifasi : 16 anggota dewan yangmenerima dana; Kepala Biro Gubernur; DeputiGubernur BI; BK DPR. -Impersonal : 16 anggota dewan yang menerimadana; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI 6. name: -- -classified : yang menerima dana . 7. Spesifik : -- 8. generik : --

10. Styles Wartawan/media tampak mengambil posisi”bersatu” dengan sumber tunggal (KoalisiPenegak Citra DPR) sebagai penekan pihak yangterlibat dalam peroses pengusutan aliran danaBI, yaitu BK DPR dan KPK.

11. Modality --12. Evaluation Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si

penulis itu ?+Nilai-nilai tekanan yang diskursif terhadap BKDPR agar memeriksa anggota dewan yang diduga menerima suap BI. Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?+ Dibangun dengan cara merepresentasikanperistiwa sosial melalui metafor gramatikadalam judul dan sejumlah paragraf yang secararelasional mengatribusikan pandangan wartawanbahwa memang terjadi kasus penyuapan BIterhadap 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancarpembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.Metafor dimaksud yaitu : Judul : Uang BI diBalik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jualbeli pasal....”; p,5, Kesepakatan itudibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunyapertemuan informal dengan 18 orang anggotaKomisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itumembutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8,”.......Uang BI itudikucurkan , .........karena seluruh high callpada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi;p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesarRp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

22

PEWACANAAN KORUPSI ANGGOTA DPR DALAM SURATKABAR

A. Deskripsi Perbedaan Wacana keterlibatan Anggota DPR dalamKasus Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di MediaIndonesia dan Republika

Dalam pandangan konstruksionis, berita itu jugadapat dimetaforakan sebagai sebuah drama, atau sejenisnyasemisal permainan bola dan lain-lain. Terkait dengan ini,temuan penelitian ini juga memperlihatkan konstruksiMedia Indonesia dan Harian Republika mengenai kasuskorupsi anggota DPR melalui aliran dana BI itu juga dapatdimetaforakan sebagai sebuah permainan bola, di mana disitu ada, pelatih, pemain, wasit, dan penonton. Jadi,pewacanaan yang muncul dalam konstruksi media terhadaprealitas korupsi anggota dewan terkait kasus aliran danaBI itu bisa dipilah-pilah juga ke dalam suatu metaforikberupa tema-tema minor dari sebuah tema mayor permainanbola.

Untuk kepentingan penelitian ini sendiri, yangdimaksud dengan pelatih yaitu : suatu mediasi mediamengenai teksasi wartawan menyangkut peristiwa sosialyang berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalamkasus korupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yangsifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan semacamperan fungsi pelatih dalam permainan sepak bola yang dalamkaitan kasus ini ciri-cirinya berupa : membentuk skenario(misalnya : judul berita : Uang BI di Balik Dagang Pasal,melakukan tindakan pengarahan (misal : p,5, Kesepakatanitu dibanderol Rp.500 juta), mengkoordinasi dan menyusunstrategi.(misal : p.2, ”.....praktik jual belipasal....”). Pemain yaitu : suatu mediasi media mengenaiteksasi wartawan menyangkut peristiwa sosial yangberhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalam kasuskorupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yangsifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan semacamperan fungsi pemain dalam permainan sepak bola yang dalamkaitan kasus ini ciri-cirinya berupa : adanya buktipartisipasi anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana

23

BI; partisipasi itu misalnya berupa turut menerima; ataudiduga ikut menerima aliran dana dari BI (contoh : p.5,KPK sedang menyelidiki kasus dugaan suap BI kepadasejumlah anggota Komisi IX DPR pada 2004.........”; p.8,”....BPK menemukan adanya aliran dana Rp 31,5 miliaruntuk sejumlah anggota DPR. .....BPK juga mengungkapkandana tersebut dicairkan Rusli dan diserahkan kepadaanggota DPR Antony Zeidra Abidin....”). Wasit yaitu :suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan menyangkutperistiwa sosial yang berhubungan dengan keterlibatananggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana BankIndonesia (BI) di DPR yang sifatnya merepresentasikananggota DPR memainkan semacam peran fungsi wasit dalamsuatu permainan sepak bola, yakni melakukan aktifitaspenilaian, evaluasi, dan punishment, terhadap kasus dugaankorupsi aliran dana BI di DPR. (contoh : p.1 BadanKehormatan (BK) DPR akan meminta keterangan dari koalisiLSM termasuk Indonesia Corruption Watch (ICW),besok ........”; p.2, ”Pelibatan koalisi LSM dan ICWtersebut adalah sebagai pihak pelapor dan pemberiketerangan tambahan.....”; p. 4, “ …Agung Laksono memintapenyelesaian kasus aliran dana BI tidak dipolitisasi,tapi harus mengedepankan prinsip-prinsip etika, moral danhukum.”; p.5, ”Gayus Lumbuun menilai, KPK tidak seriusdalam masalah Aulia Pohan. ”Ini apakah ada tebang pilihberkaitan dengan keluarga istana, hingga...”. Sedangpenonton yaitu : suatu mediasi media mengenai teksasiwartawan menyangkut peristiwa sosial yang berhubungandengan keterlibatan anggota DPR dalam kasus korupsialiran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yang sifatnyamerepresentasikan anggota DPR memainkan semacam peranfungsi penonton dalam suatu permainan sepak bola yangdalam kaitan kasus ini ciri-cirinya berupa indikasiketidakikutsertaan anggota DPR dalam ‘permainan bola’dimaksud, yang diantaranya ditandai oleh kata-kata yangbersifat bantahan, penolakan dan sejenisnya. (misalnya:p.1, ”....Saya tidak pernah menerima dana seperti yangdituduhkan. ...Saya tengah berada di luar negeri....Bagaimana saya menerima dana jika sedang di luar negeri.

24

... ”. Terkait dengan posisi penonton ini, ada yangsifatnya positip bagi pihak anggota DPR dan ada yangsifat negatif. Posisi penonton yang bersifat positipyaitu posisi anggota DPR direpresentasikan sebagai pihakyang benar-benar tidak terlibat dalam kasus dugaankorupsi tersebut, atau meskipun direpresentasikan sebagaipihak yang terlibat, namun keterlibatan mereka itusemata-mata karena kecerobohan manajemen pihak BI, bukankarena kemauan pihak DPR. Sedang Posisi penonton yangbersifat negatif yaitu posisi anggota DPRdirepresentasikan sebagai pihak yang tidak terlibat atautidak menerima aliran dana BI dalam kasus dugaan korupsitersebut, namun demikian dalam perepresentasian itusecara tekstual dijumpai juga hal-hal yang menguatkanketerlibatan anggota dewan.

Temuan penelitian ini sendiri, terkait pewacanaanposisi-posisi anggota DPR tadi, hasilnya dapat dilihatdalam tabel 6 (lihat dalam tesis halaman 68-96 ):

Mengacu pada data tabel 6 dimaksud, terlihat bahwapewacanaan posisi-posisi anggota DPR dalam beragam premisminor itu muncul pada setiap fase proses pengusutan kasusaliran dana BI ke DPR RI. Hanya saja, antara premis minoryang satu dengan yang lainnya itu, pemunculannya terlihatberbeda dalam satu fase dengan fase lainnya.

Selanjutnya, terkait dengan pewacanaan posisi-posisianggota DPR melalui beragam premis minor tadi, maka untukkepentingan penelitian ini, dilakukan proses reduksi gunapengkategorisasian pewacanaan posisi-posisi anggota DPRitu dalam konteks tema mayor ‘permainan sepak bola’.Proses reduksi ini dilakukan dengan cara mengidentifikasisetiap wacana ‘premis minor’ yang diorientasikan padalahirnya kategori wacana yang bersifat positip, netraldan negatif.

Wacana yang bersifat positif adalah : wacana yangmerepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasusdugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang bersih,misalnya sebagai pihak yang tidak terlibat suap, pihakyang tidak menerima aliran dana, pihak yang menjadikorban pihak BI belaka; pihak yang tidak ada kaitannya

25

dengan kasus aliran dana BI dan sejenisnya. Wacana yangbersifat negatif adalah : wacana yang merepresentasikanposisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsialiran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnyadigambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasus alirandana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana BI;pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dan negosiatordalam kasus aliran dana BI. Sementara wacana yangsifatnya netral adalah wacana yang merepresentasikanposisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsialiran dana BI sebagai pihak yang memainkan peran fungsiperwasitan terhadap kasus aliran dana BI di DPR yangdiantaranya berupa tindakan-tindakan evaluatif, vonis,atau reward.

Dengan menggunakan kategori dimaksud, makateridentifikasi bahwa tema-tema minor yang menunjukkanposisi-posisi anggota dewan dalam tema mayor ‘permainanbola’ berupa pewacanaan korupsi aliran dana BI tadi,lebih didominasi oleh Wacana yang bersifat negatif, yakniDPR ditempatkan dalam posisi negatif dalam kasus korupsialiran dana BI di DPR, baik di Media Indonesia (56)maupun di Republika (52). Sementara wacana yang bersifatpositif (Media Indonesia 7; Republika 4) dan wacana yangsifatnya netral (Media Indonesia 10; Republika 11)tampaknya menjadi wacana yang tidak dominan diwacanakanoleh kedua media.

B. Ideologi Media dalam Pewacanaan Keterlibatan Anggota DPRdalam Kasus Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di Media Indonesia dan Republika

Wacana-wacana yang muncul dalam penelitian inisendiri, temuannya memperlihatkan terbungkus ke dalamempat tema minor dari suatu tema mayor ‘permainan sepakbola’ aliran dana BI di DPR, yaitu : anggota DPR sebagai‘pelatih’; anggota DPR sebagai ‘pemain’; anggota DPRsebagai ‘wasit’; dan anggota DPR sebagai ‘penonton’.Tema-tema minor ini, sesuai dengan hasilpengkategorisasiannya menjadi Wacana yang bersifat

26

positif; negatif dan netral, menunjukkan posisi-posisianggota dewan dalam tema mayor ‘permainan bola’ berupapewacanaan korupsi aliran dana BI tadi, lebih didominasioleh Wacana yang bersifat negatif. Dengan demikian, arahkomposisi pengkategorian pewacanaan dimaksud, cenderungmemperlihatkan wacana yang bersifat negatif terhadappenempatan posisi anggota dewan dalam pewacanaan kasusaliran dana BI di DPR itu. Meskipun demikian, terkadangkedua media terlihat juga saling berupaya mengangkatpewacanaan yang sifatnya positip maupun netral dalammenempatkan posisi anggota dewan dalam pewacanaan korupsianggota DPR terkait kasus saliran dana BI di DPR.

Terkait dengan kecenderungan wacana di atas, ituberarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagaipihak yang menjadi ‘pelaku atau koruptor’ dalam kasusdugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Dengan kata lain,wacana yang bersifat negatif berarti wacana yangmerepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasusdugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor , misalnya digambarkan sebagai pihak pengatur skenariokasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi alirandana BI; pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dannegosiator dalam kasus aliran dana BI.

Dengan penempatan posisi anggota DPR yang dominandiletakkan dalam posisi negatif tersebut, maka ini dapatdiartikan bahwa kedua media berdasarkan representasinyadapat dikatakan cenderung memiliki sikap yang bersifat‘anti parlemen’ atau ‘kontra legislatif’. Jadi, denganmengacu pada pendapat Shoemaker dan Reese bahwa mediasiitu sangat dipengaruhi oleh ideologi serta menurutFairclough bahwa lokasi ideologi itu salah satunya memangterletak dalam teks, maka teks-teks yang dimediasi olehMedia Indonesia dan Republika menyangkut kasus dugaankorupsi anggota DPR dalam aliran dana BI di DPR tadi,berarti pewacanaan mereka yang cenderung negative itukelihatannya lebih didominasi oleh karena adanya ideologi‘kontra legislatif’ di kalangan wartawan atau media .Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir ataukerangka referensi tertentu yang dipakai individu untuk

27

melihat realita dan bagaimana mereka menghadapinya.2

Dalam kaitan ini, dengan demikian ideologi ‘kontralegislatif’ di sini berarti berfungsi sebagai kerangkaberpikir atau kerangka referensi yang dominan bagiwartawan/media dalam melihat dan menghadapi realitasdugaan korupsi anggota parlemen dalam kasus aliran danaBI di DPR.

PENUTUP

Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah : 1)Bagaimana media mengkonstruksi (memproduksi makna)teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran danaBI di DPR RI?; 2) Mengapa media mengkonstruksi realitastersebut dengan cara demikian? Ideologi siapakah yangmempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah terdapat pengaruhideologi pemilik media?; dan 3) Bagaimana efek pemaknaankorupsi aliran dana BI oleh media terhadap pemaknaan pembaca?A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadaptemuan-temuan penelitian ini, maka dapat disimpulkanbahwa : 1) Terkait dengan cara Suratkabar Media Indonesia dan

Harian Republika dalam mengkonstruksi (memproduksimakna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalamkasus aliran dana BI di DPR RI, maka menyangkut :

a. Media Indonesia Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna)

teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalamkasus aliran dana BI di DPR RI, Media Indonesiamelakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifatnegatif, dengan mana berarti anggota dewan di sinidirepresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelakuatau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana

2 Terkait dengan ini, Raymond Williams mendefinisikan ideologi sebagai sebuah bentukrelatif formal dan mengartikulasikan sistem makna, nilai-nilai dan kepercayaan, ataupunsemacamnya yang diabstraksikan sebagai sebuah “pandangan dunia” atau “pandangan kelas”(Williams, 1977, p 109). Menurut Samuel becker (1984; p 69), ideologi merupakan “cara kitamempersepsi dunia kita dan diri kita; ideologi mengontrol apa yang kita lihat sebagaisesuatu yang “natural” atau “obvious. “Sebuah ideologi merupakan suatu bentuk setting,diintegrasikan dalam bingkai referensi, di mana di dalamnya melewati masing-masing darikita untuk melihat dunia dan yang mengatur tindakan kita semua” Beckers, 1984, p 69)(lihat, Reese dan Shoemaker, 1996: 222).

28

BI di DPR. Dengan kata lain, wacana yang bersifatnegatif ini berarti wacana yang merepresentasikanposisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsialiran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnyadigambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasusaliran dana BI; pengarah permainan korupsi alirandana BI; pelaksana strategis kasus aliran dana BI,dan negosiator dalam kasus aliran dana BI.

b. Republika Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna)

teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalamkasus aliran dana BI di DPR RI, Republikamelakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifatnegatif, dengan mana berarti anggota dewan di sinidirepresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelakuatau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran danaBI di DPR. Itu. Wacana yang bersifat negatif inidengan kata lain berarti wacana yangmerepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitankasus dugaan korupsi aliran dana BI itu sebagai pihakyang kotor, yang digambarkan sebagai pihak pengaturskenario kasus aliran dana BI; pengarah permainankorupsi aliran dana BI; pelaksana strategis kasusaliran dana BI, dan negosiator dalam kasus alirandana BI.

2) Terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi mediamelakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi(memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi AnggotaDPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, sertaideologi dominan yang berada di balik pewacanaan teksdimaksud, maka menyangkut :

a. Media Indonesia Faktor-faktor yang mempengaruhi Media Indonesia

melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi(memproduksi makna) teks/berita tentang korupsiAnggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RIadalah : 1.a. berkaitan dengan perspektif negatifterhadap korupsi, perspektif negatif terhadapparlemen; b. rutinitas media; c. Heteroglossia

29

menyangkut fenomena korupsi dan parlemen; 2. ideologipemilik media (ideologi media); 3. Sedang Ideologidominan yang berada di balik pewacanaan yang bersifatnegatif terhadap parlemen itu adalah berupa ideologi‘kontra legislatif/parlemen’.

b. Republika Faktor-faktor yang mempengaruhi Republika

melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi(memproduksi makna) teks/berita tentang korupsiAnggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RIadalah : 1.a. berkaitan dengan perspektif negatifterhadap korupsi; b. perspektif negatif terhadapparlemen; c. rutinitas media; d. Komodifikasi; e.Heteroglossia menyangkut fenomena korupsi danparlemen; 2. ideologi media 3. Sedang Ideologidominan yang berada di balik pewacanaan yang bersifatnegatif terhadap parlemen itu adalah berupa ideologi‘kontra legislatif/parlemen’.

3) Terkait dengan cara pembaca (efek) dalam memaknaipemaknaan korupsi aliran dana BI yang dilakukan olehmedia, maka terkait dengan :

a. Media Indonesia Menurut konsumen teks Media Indonesia, korupsi itu

ibarat penyakit kronis yang dapat membunuh yang diIndonesia gejalanya sudah menjadi budaya disegalasendi kehidupan dan di kalangan birokrat/pejabatbahkan sudah dianggap sebagai hal yang legal.Kemudian, dalam kaitan pandangannya menyangkutparlemen, pengonsumsi teks ini menilai bahwa parlemenitu sudah seperti kumpulan para pembohong denganstatus keanggotaan yang lebih dimanfatkan untukkepentingan diri ataupun partai ketimbang mengerjakantugas-tugasnya sebagai wakil rakyat. Dengan demikian,ini menggambarkan efek pada pembaca yang mengarahpada munculnya ideologi yang sama dengan media dalammemaknai keterlibatan anggota parlemen terkait kasusdugaan korupsi melalui aliran dana BI di DPR. Temuanpenelitian ini memang menunjukkan adanya kesamaan

30

ideologi di antara pembaca dan media, yaitu ideologi‘kontra legislatif’.

b. Republika Menurut konsumen teks Republika, fenomena korupsi

merupakan perilaku menyimpang dari seseorang yangsifatnya melanggar hukum. Dengan kata lain sebagaisuatu aktifitas penempatan uang yang tidak padatempatnya dan digunakan untuk kepentingan pribadi,sepihak. Fenomenanya sendiri di kalangan masyarakatIndonesia pada semua level tarafnya sudah mengarahpada suatu aktifitas yang dianggap biasa, dinikmatidan dibiarkan. Dalam kaitan parlemen ia menilaibahwa parlemen itu sebagai kumpulan koruptor-koruptoryang sebelumnya memang berasal dari tempat-tempatcalon koruptor atau pernah menjadi konspiratorkorupsi pada masa-masa sebelumnya. Dengan demikian,ini menggambarkan efek pada pembaca yang mengarahpada munculnya ideologi yang sama dengan media dalammemaknai keterlibatan anggota parlemen terkait kasusdugaan korupsi melalui aliran dana BI di DPR. Temuanpenelitian ini memang menunjukkan adanya kesamaanideologi di antara pembaca dan media, yaitu ideologi‘kontra legislatif’.

B. SaranDalam kaitan temuan penelitian ini yang menunjukkan

adanya kesamaan ideologi dalam tiga level (pewacanaanmedia, pembaca dan dalam praktik-praktik kehidupansosiokultural) menyangkut posisi anggota Parlemen dalamkaitan keterlibatan mereka dalam kasus Dugaan koorupsimelalui Aliran Dana BI yang berupa ideologi ‘kontralegislatif/parlemen’, yang nota bene menjadi penandabahwa parlemen itu sudah dilabel negatif secara massif,maka secara praktis temuan ini diharapkan dapat menjadimasukan positif buat anggota parlemen dalam rangkamemperbaiki kualitas citranya di kalangan masyarakatIndonesia. Sementara secara akademis, mengingat studi CDAitu termasuk juga mempelajari fenomena politik ekonomidalam kaitan proses mediasi media, maka terkait denganinstrument analisis teks Fairclough yang sangat

31

linguistik dan belum mewadahi sama sekali cara-cara dalammengumpulkan data fenomena politik ekonomi dalam mediaitu, kiranya perlu dilakukan upaya-upayapengonstruksiannya oleh akademisi-akademisi lain gunamenutupi kelemahan dari metode analisis teks yang sudahdikembangkan Fairclough itu. Termasuk pula di sinimenyangkut instrument pengumpulan data menyangkut datapada level sosiocultural praktice, karena memang belumdikembangkan juga oleh Fairclough. Dengan upaya-upaya inidiharapkan akan dapat menyempurnakan studi CDA dalamversi Norman Fairclough di masa-masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Althusser, Louis, Tentang Ideologi, Marisma Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies, terjemahan Olsy Vinoli Arnof, Bandung, Jalasutra, 2005, hlm. xxiv.

Curran, James, Gurevitch and Woollacott, The Study of the media :Theoretical Approaches., p. 18.

Departemen Ilmu Komunikasi,FISIP UI, (2004-2006), JurnalPenelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol III (2) 2004; ThesisVol III (3) 2004; Vol IV (3) 2005; Thesis Vol V (1)2006.

Eriyanto , (2001), Analisis Wacana, Pengantar analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, hlm. 288.

Fairclough, N. (1989). Language and Power. New York: Longman.

Fairclough, N. (1993). Critical discourse analysis and themarketization of public discourse: The universities.Discourse and Society, 4(2), 133-168.

Fairclough, Norman, 1995, Media Discourse, VoicesIntertextuality, p.39.

Fairclough, Norman, 1995, Critical Discourse Analysis : TheCritical Study of Language, London and New York,Longman, p.76.

Gurevith, Michael, Tony Bennett, James Curran andWoollacott, (1982), Culture, Society and The Media. MethuenLondon and New York, 263.

32

Halliday, M.A.K., Hasan, Ruqaiya, 1994, Bahasa, Konteks danTeks, Aspek-Aspek bahasan dalam Pandangan SemiotikaSosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm.13-14.

Herman, Edward S., 1986, “Gatekeeper versus PropagandaModels: A Critical American Perspectif “, dalamCommunicating Politics, Editor: Peter Golding; GrahamMurdock and Philip Schlesinger, Leicester UniversityPress. p.175.

Herman dan Chomsky, 1988, Manufacturing Consent ThePolitical Economy of the Mass Media,p.2.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2006, Memahami UntukMembasmi, Buku Saku Untuk Memahami Tindak PidanaKorupsi, Jakarta, KPK, hal. 11.

Laeyendecker, L. 1983, Tata, Perubahan, Ketimpangan : SuatuPengantar Sejarah Sosiologi, Jakarta, Gramedia, hlm.361.

Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication,Wardsworth, Belmont, California, 1996.

McQuail, Denis & Sven Windahl, Communication Models For The Studyof Mass Communications, Longman, London, 1993.

Narendra, Pitra, 2008, ”Analisis Wacana Teun A. Van Dijk”,dalam Metodologi Riset Komunikasi, Yogyakarta, Balai Pengkajiandan Pengembangan Informasi Wilayah IV Yogyakarta danPusat Kajian Media dan Budaya Populer Yogyakarta,Cetakan I Juni 2008, hlm. 146.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,(2005), KamusBesar Bahasa Indonesia, edisi III, Jakarta, Balai Pustaka.

Rusadi, Udi, 1998,“Perspektif Studi Media Massa”, JurnalKampus Tercinta Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, YayasanKampus Tercinta, hl. 5.

Rusadi, Udi, “Diskursus Kerusuhan Sosial Dalam Media Massa”,disertasi dalam Bidang Ilmu Komunikasi, UniversitasIndonesia, 2002.

Seliger, dalam John B. Thompson, Analisis Ideologi, KritikWacana Ideologi-ideologi Dunia, 2003, Diterjemahkan,Haqqul Yaqin, Yogyakarta, IRCiSoD, hlm. 132.

Shoemaker, Pamela J., Reese dan Reese, Stephen D., 1996,Mediating The Message, Theories of Influences on Mass Media Content,NY,Longman Publishers USA, p. 223.

33

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media; Suatu PengantarUntuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,AnalisisFraming, Bandung, Rosdakarya, hlm. 56.

Takwin, Bagus: “Cuplikan-cuplikan Ideologi”, dalam JurnalFilsafat Universitas Indonesia Volume I No. 2, Agustus1999.

Tiamono, Rigakittyndya, 2008, “Analisis Wacana Norman Fairclough”,dalam Metodologi Riset Komunikasi, Panduan Untuk MelaksanakanPenelitian Komunikasi, Yogyakarta, Balai Pengkajian danPengembangan Informasi Wilayah IV Yogyakarta dan PusatKajian Media dan Budaya Populer, hlm. 151.

Thompson, John B.,(2003) Analisis Ideologi, Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia, , Diterjemahkan, Haqqul Yaqin, Yogyakarta,IRCiSoD, hlm. 132.

Werner J. Severn, James W. Tankard, Jr. Communication Theories:Origins, Methods and Uses in the Mass Media, 1997, 4th ed inChinese, translated by Guo Zhenzhi, 2000, HuaxiaPublishing House, P.345.

Jurnal :Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu

Komunikasi Thesis Vol III (2).Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu

Komunikasi Thesis Vol III (3).Universitas Indonesia, 2006, Jurnal Penelitian Ilmu

Komunikasi Thesis Vol V (1).Website :Blanketguarantee,dalam:

http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi.html).Bourdieu, Pierre, ‘Classes and Classifications’, dalam

http://www.marxists.org/reference/subject/philosophy/works/ fr/bourdieu.htm, dan

Bourdieu S Theory Of Power And Practice, dalamhttp://www.museumstuff.com/learn/topics/Pierre_Bourdieu:ub::Bourdieu_S_Theory_Of_Power_And_Practice, diakses :3 Januari 2011.

Djiwandono J. , Soedradjad, dalam :http://www.pacific.net.id/pakar/sj /permasalahan _blbi.html. taken on friday, March 14, 2008.

34

Fikom Univ Vetra Surabaya;http://digilib.petra.ac.id/viewer.php? page=8&submit.x=19&submit.y=15&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F2005%2Fjiunkpe-ns-s1-2005-51401015-2116-feature-chapter2.pdf.

Hamad, Ibnu, (2007), Perkembangan Analisis Wacana Dalam IlmuKomunikasi Sebuah Telaah Ringkas ccm .www.um .edu .myHamad 2007.

Harris et al. (1989) dan Kittredge & Lehrberger (1982),dalam http://en.wikipedia.org/wiki/ Discourse_ análisis.

Kleden, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta,1987

Klitgaard, Robert & Maclean, Ronald , “PenuntunPemberantasan Korupsi”, sebagaimana dikutip BettyRosalina dalam http://www.kammi. or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&id=240.

Luke, A. (1997). Theory and practice in critical sciencediscourse. In L. Saha (Ed.), International encyclopedia of thesociology of education. Accessed March 6, 2003.http://www.gseis.ucla.edu/courses/ed253a/Luke/SAHA6.html

McGregor, Sue L.T., dalam, “Critical Discourse Analysis- APrimer”, dalam http://www.kon.org/ archives/forum/15-1/mcgregorcda.html.

Mosco, Vincent The Political Economy of Communication:Rethinking and Renewal, Sage, London, 1996

Namibia's Zero Tolerance for Corruption Campaign, dalamhttp://www.anticorruption.info/corr def.htm/.

Novel Ali, “Ideologi Media Vs Gerakan Antikorupsi” , dalamhttp://www.freelists.org/archives/ppi/03-2006/msg00142.html

Rahardjo, Turnomo,2005, ” Koran Lokal dan Ruang Publik”, dalam,http://www.suaramerdeka.com/ harian/0502/11/ opi03.htm

Rosalina,Betty,”Korupsi dalam Perspektif Sosio-Kultural”,dalam, http://www.kammi. or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&id=240.

The 'Lectric Law Library,dalam http://www.lectlaw.com/def/c314.htm.Transparency Internasional (TI) Indonesia , dalam

http://www.ti.or.id/polling/9/.

35

Zappen, James P., “Mikhail Bakhtin (1895-1975)”, dalamhttp:/www.rpi.edu/zappen/Bibliografi/bakhtin.html,diunduh 3/2/2001.

Detikcom.,http://www.detiknews.com/read/2006/01/05/185730/513489/10/pendirian-rumah-ibadah-minimal-harus-ada-100-pemeluknya).

Situs lainnya : http://www. Wikipedia.com. merriam-webster online dictionary,

http://www.merriam-webster.com/dictionary /corrupts).http://allword.com.http://www.transparency.org/news_room/faq/corruption_faq.http://www. Wikipedia.com. http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_Likuiditas_Bank_Indonesia.http://id.wikipedia.org/wiki/

Bantuan_Likuiditas_Bank_Indonesia ,diambil,14/3/2008 .http://atheism.about.com/library/glossary/ general/bldef_

foucaultmichel.htm. http://plato. stanford.edu/entries/feminist- power/#domi).http://atheism.about.com/library/glossary/general/

bldef_ideology.htmhttp://www.merriam-ebster.com/cgibin/dictionary?

book=Dictionary&va=hegemony.http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_hegemony).http://www.usingenglish.com/glossary/text.html.http://www.webopedia.com/TERM/T/text.htmlhttp://www.thefreedictionary.com/ideologyhttp://www.allwords.com/word-ideology.html http://atheism.about.com/library/glossary/ general/bldef_ideology.htmhttp://www.freelists.org/archives/ppi/03-2006/msg00142.html.http://www.thefreedictionary.com/ideology;

http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi; Tesis dan lainnya : Imran, Hasyim Ali,”Representasi Opini Media Dalam Konstruksi

Realitas Isu Korupsi Soeharto, (Analisis SemiotikaSosial Terhadap Isu Penyelesaian Hukum Kasus KorupsiSoeharto Dalam Editorial SKh. Republika)”, makalah,disajikan dalam temu ilmiah peneliti di lingkungan BadanLitbang SDM Depkominfo, Cisarua Bogor, 2008.

36

Syaifuddin, (2008),“Wacana Tajuk Rencana SuratkabarRepublika Tentang kasus KKN mantan Presiden Soeharto,Studi CDA Versi Teun A. Van Dijk dan Halliday”, Tesis,Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, SekolahPascasarjana Universitas Sahid Jakarta.

Keterangan Drs. Halomoan Harahap, MSi, Dekan FIKOMUniversitas Indonusa Esa Unggul Jakarta, 5 Januari 2009.

Keterangan Drs. Yafis, Kepala Perpustakaan IISIP Jakarta, 5januari 2009.

Keterangan Drs.Aa bambang As, MSi, Dekan Fikom UsahidJakarta, 4 Januari 2009.

Media Indonesia, edisi 29, 30 dan 31 Januari 2008.Republika edisi 30 dan 31 Januari 2008.Kompas edisi 30 Januari 2008 .Rakyat Merdeka edisi 5 Maret 2008.

37