Pemberantasan Korupsi di China
Transcript of Pemberantasan Korupsi di China
PEMBERANTASAN KORUPSI DI CHINA
Jefry Harysandy, Muhammad Raf Sanjani Nasution, PebrianiHardiyanti,
Reza Dias Primadana, Sukindar Ari [email protected]; [email protected];
[email protected]; [email protected];[email protected]
Kelas VII A, Prodip IV Akuntansi Khusus, STAN, TangerangSelatan
Abstrak – China, sebuah negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, memiliki
sejarah yang panjang, begitupun tenyata juga dengan praktik-praktik korupsi yang terjadi di sana.
Kemauan keras Pemerintah China mewujudkan perubahan dalam pemberantasan korupsi tercermin
dalam penerapan hukuman tegas kepada para koruptor, yaitu dengan hukuman mati. Lantas
bagaimanakah penerapan hukuman tersebut dan apakah berhasil dalam memberantas korupsi di
negeri tersebut?
Kata Kunci: korupsi, China, hukuman
1. PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
China (Tiongkok) adalah negara
dengan peradaban yang sangat awal
dan sejarah panjang dan kaya.
Kompas, bubuk mesiu, seni pembuatan
kertas dan percetakan blok ditemukan
oleh China (Tiongkok) kuno yang
telah berkontribusi sangat besar
terhadap kemajuan umat manusia.
Tembok Besar, Grand Canal dan proyek
lainnya yang dibangun oleh orang
China (Tiongkok) dianggap sebagai
prestasi rekayasa di dunia. Dengan
daratan dari 9.600.000 kilometer
persegi, China (Tiongkok) adalah
negara ketiga terbesar di dunia.
Terletak di bagian timur benua Asia,
di pantai barat Samudra Pasifik,
Republik Rakyat China (Tiongkok)
memiliki luas lahan sekitar 9,6 juta
kilometer persegi, dan adalah negara
terbesar ketiga di dunia, di samping
Rusia dan Kanada. .
Negara dibagi menjadi 3
kawasan utama yaitu wilayah otonom,
provinsi, dan munisipalitas. Untuk
1
wilayah otonom dan Provinsi mempunya
kabupate dan kelurahan atau desa
sedangkan untuk munisipalitas hanya
Kelurahan atau desa dan distrik.
Sistem pemerintahan di China adalah
Marxisme-Leninisme, Negara dengan
Partai tunggal. Saat ini China
dipimpin oleh Presiden Xi Jinping
dengan Perdana Menteri Li Keqjang.
Untuk badan legislatif disebut
Kongres Rakyat Nasional dengan ketua
kongres Zhang Dejiang.
Cina (Tiongkok) merupakan satu
kesatuan bangsa multi-etnis dari 56
Grup etnis. Seperti sebagian besar
(91,6 persen) penduduk adalah dari
Kelompok etnis Han, Cina (Tiongkok)
lainnya 55 Grup etnis yang lazim
disebut sebagai etnis minoritas.
Menurut sensus nasional kelima tahun
2000, 18 etnis minoritas memiliki
populasi lebih dari satu juta.
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud disusunnya
tulisan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi, dan
penulis ingin memberikan
informasi mengenai bagaimana
Pemerintah China menghadapi
praktik korupsi yang terjadi
di negaranya. Diharapkan
setelah membaca tulisan ini,
pembaca dapat memperoleh
informasi tentang
pemberantasan korupsi di China
serta dapat melihat
perbandingannya dengan
Indonesia.
1.3. Perumusan Masalah
Dalam tulisan ini akan
dipaparkan beberapa rumusan masalah,
yaitu:
a. Apa saja praktik-praktik korupsi
di China serta kasus korupsi yang
menyita perhatian publik
b. Apa saja langkah-langkah
pemberantasan korupi yang
diterapkan oleh China
c. Apa saja langkah-langkah
pencegahan korupsi yang diterapkan
oleh China
d. Bagaimana hasil dari langkah
pemberantasan dan pencegahan
korupsi yang telah dilakukan oleh
China
2. LANDASAN TEORI
Telah dipahami bersama bahwa
korupsi akan membawa dampak merusak
yang sangat luas pada berbagai sendi
kehidupan negara, yaitu terhadap
aspek ekonomi, sosial, demokrasi,
akhlak dan moral, hukum, kode etik
profesi, budaya, pajak, sumber daya
manusia, dan politik.
2
Dalam penanggulangan kasus
korupsi di China untuk meminimalisir
dampak yang mungkin di timbulkan,
China dikenal dengan pengenaan
hukuman korupsi yang sangat tegas,
yaitu hukuman mati. Hal tersebut
dilakukan melihat praktik-praktik
korupsi China yang telah terjadi
sekian lama yaitu sejak zaman
kekaisaran, yang semakin lama
semakin besar, dan semakin menyita
perhatian publik.
3.PEMBAHASAN
3.1. Praktik Korupsi di China
a. Era Dinasti
Dalam sejarahnya, korupsi yang
berlangsung di China telah berakar
sejak ribuan tahun yang lalu.
Diperkirakan sudah ada sejak zaman
Dinasti Zhou (1027-771 SM). Kasus-
kasus korupsi banyak ditemukan
dalam berbagai catatan sejarah
dinasti di China.
Awal sebuah dinasti dimulai
dengan sebuah periode kepahlawanan
yaitu munculnya pahlawan yang
berhasil menumbangkan rezim
sebelumnya yang menyengsarakan
rakyat. Dinasti baru ini kemudian
mampu membawa kekaisarannya
mencapai puncak kejayaannya.
Periode berikutnya adalah periode
kemerosotan dinasti dan akhirnya
periode keruntuhan. Pada umumnya
penguasa terakhir muncul dalam
kemewahan dan intrik-intrik istana
yang membuat kekuasaan melemah,
misalnya korupsi-korupsi di
kalangan pengumpul pajak atau
praktek suap di bagian
kepegawaian.
Salah satunya pada masa-masa
akhir kekuasaan Dinasti Ming
(1368-1644), dalam kekaisaran
sendiri terjadi pertikaian karena
kekuasaan kasim semakin besar.
Para sarjana mantan pejabat
menekankan pentingnya integritas
moral dan mencela para pemegang
kekuasaan. Salah satu tokoh anti
korupsi yang sangat terkemuka
adalah Hai Rui, seorang guru
konfusian muslim yang hidup pada
masa pemerintahan dinasti Ming. Ia
banyak menyerukan tentang
ketidakadilan dan korupsi yang
marak terjadi di jajaran
pemerintahan. Salah satunya adalah
korupsi yang dilakukan oleh kasim
Wei Zhongxian selain berbagai
kasus kejahatan lain yang
dilakukannya. Tetapi kasim
tersebut berhasil menyingkirkannya
sehingga ia dipecat dari
jabatannya sebagai seorang pejabat
dan dihukum. Namun demikian
3
degradasi moral terus terjadi
dalam rezim Ming.
Pada zaman Dinasti Qing (1644-
1911), pada era Kaisar Qianlong
(1735-1796) pemerintahan Dinasti
Qing tercemar oleh praktek korupsi
pejabat-pejabatnya, salah satunya
oleh menteri kesayangannya,
Heshen. Di tengah keadaan
masyarakat Dinasti Qing yang
sedang terpuruk oleh bencana
meluapnya sungai kuning, tingginya
pungutan pajak dan naiknya harga
kebutuhan pokok masyarakat,
Henshen bersama pejabat-pejabat
lainnya menggelapkan uang pajak
masyarakat yang seharusnya
digunakan untuk pembangunan kanal-
kanal dan bendungan-bendungan
mengantisipasi bencana banjir.
Demi menunjukkan baktinya pada
kakeknya kaisar Kangxi, kaisar
Qianlong turun tahta sebelum
lamanya pemerintahannya menyamai
kaisar Kangxi dan menyerahkan
tahta pada putranya yang
kelimabelas Pangeran Jia. Pangeran
Jia kemudian menjadi Kaisar
Jiaqing. Sepeninggal ayahnya,
Kaisar Jiaqing kemudian
mengeksekusi Heshen dengan tuduhan
korupsi dan menyita kekayaannya.
Korupsi yang mulai merajalela
dalam pemerintahan pada masa akhir
kaisar Qianlong, menandakan mulai
melemahnya dinasti Qing.
b. Era Republik Cina (1912-1949)
Setelah melalui periode
revolusi nasional akhirnya
Republik China yang nasionalis
berdiri pada tahun 1912,
mengakhiri era kekaisaran di China
yang telah berlangsung ribuan
tahun. Namun China kembali
memasuki periode kekacauan yang
ditandai dengan munculnya era
warlordisme sejak wafatnya Yuan
Shikai (1916)sampai dengan dapat
dipersatukannya kembali oleh
Chiang Kai Shek (1928). Sejak itu
Republik China kembali ke tangan
kaum nasionalis (Kuomintang) di
bawah pimpinan Chiang.
Pada masa ini pun korupsi
terus berlangsung, dan bahkan
telah menjadi epidemi pada masa
pemerintahan nasionalis. Korupsi
merajalela di mana-mana, memaksa
Chiang Kai Shek membentuk badan
khusus untuk memeranginya. Tetapi
kemudian ternyata badan itu justru
dijadikan sebagai alat oleh mereka
yang benar-benar mempunyai
kekuasaan untuk memeras uang dari
orang-orang kaya.
Bentuk-bentuk korupsi yang
umumnya terjadi di kalangan
masyarakat, di antaranya adalah
4
pemerasan secara terang-terangan.
Apabila permintaan tersebut
ditolak maka dianggap sebagai
penentang Kuomintang dan akan
langsung dituduh sebagai komunis,
dan hal itu berarti ditangkap dan
disiksa. Para petani enggan
menjual hasil bumi ke kota karena
mereka harus melewati pos-pos
pemeriksaan Kuomintang dan dipaksa
membayar uang sogokan atau
menyerahkan barang dagangan.
Bahkan Chiang Kai Shek dan
keluarganya terlibat erat dalam
korupsi, demikian pula pejabat
dari tingkat pusat hingga daerah
dan para jenderalnya. Korupsi
ditengarai menjadi salah satu
penyebab jatuhnya Kuomintang,
antara lain dana-dana bantuan
milliter dari Amerika Serikat yang
diselewengkan untuk kepentingan
pribadi atau kelompok.
c. Era Republik Rakyat Cina (1949-
1998)
Pada era pemerintahan Mao Tse
Tung (1949-1976) kasus-kasus
korupsi tidak menghilang begitu
saja. Tidak lama setelah merebut
kekuasaan, Komunis menghadapi
krisis. Mereka berhasil menarik
simpati dan mendapat dukungan
jutaan rakyat dengan menjanjikan
pemerintahan yang bersih, tetapi
beberapa pejabat mulai menerima
suap atau mendahulukan kepentingan
kerabat dan teman-teman mereka.
Beberapa pejabat mulai suka
menyelenggarakan pesta mewah,
sebagai suatu kebiasaan yang
mendarah daging dalam tradisi
China dan merupakan cara untuk
menyenang-nyenangkan orang lain
sambil pamer, atas biaya dan atas
nama negara.Banyak pejabat
melakukan penggelapan besar-
besaran, sementara pemerintah
sedang berusaha memperbaiki
kondisi ekonomi yang carut-marut.
Pada era reformasi yang
dimulai sejak pemerintahan Deng
Xiaoping, korupsi justru semakin
meluas. Slogan yang sangat
terkenal pada masa pemerintahan
Deng Xiaoping bahwa getting rich is
glorious atau menjadi kaya itu
mulia, berpengaruh bagi masyarakat
China dalam mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya. Masyarakat
didorong untuk mengejar kemakmuran
pribadi. Seruan Deng itu telah
memberi rakyat China ruang terbuka
yang luas untuk memaksimalkan
upaya menjadi kaya. Dalam
kenyataannya, di banyak kasus
seruan “menjadi kaya itu mulia”
dimaknai dan diterapkan secara
5
negatif sehingga korupsi di China
semakin meluas.
Beberapa kasus korupsi yang
terjadi pada masa ini antara lain:
1. Wang Shouxin
Kader tingkat menengah dari
Partai Komunis China yang menjadi
terkenal karena skandal korupsi
terbesar RRC yang pernah terjadi
pada tahun 1979. Wang Shouxin
Bekerja di provinsi Heilongjiang,
dia menggelapkan setidaknya
536.000 yuan uang milik negara.
Kasusnya diselidiki oleh Liu
Binyan dan diterbitkan dalam
sebuah artikel berjudul
mengekspos orang atau monster
yang diterbitkan dalam Sastra
Rakyat pada bulan September 1979.
2. Kasus Penyeludupan Xiamen
(Xiamen Smuggling Case) (1996-
1998)
Lai Changxing, kepala kelompok
penyelundupan di Xiamen, Cina
Timur, Provinsi Fujian,
menjalankan operasi penyelundupan
bernilai miliaran dolar di Cina
antara tahun 1996 dan semester
pertama tahun 1999. Dibutuhkan
dua tahun bagi pemeriksa untuk
benar-benar membongkar kasus
tersebut dan menghukum para
pelakunya.
Penyelidikan terhadap kasus
ini menunjukkan bahwa selama
periode 1996-1999, Lai dan
tersangka lainnya menyeludupkan
lebih dari 4,5 juta ton minyak
olahan, 450.000 ton minyak
nabati, tiga juta bungkus rokok,
3.588 mobil dan sejumlah besar
obat-obatan dari barat, bahan
kimia, bahan baku tekstil, dan
barang-barang elektro-mekanis,
dengan total nilai 53 miliar yuan
($ 6.380.000.000), menghindari
pajak sebesar 30 miliar yuan ($
3.600.000.000).
Lebih dari 600 orang terlibat
dalam kegiatan ilegal ini.
Sekitar 200 tersangka yang
melarikan diri dari daerah
tersebut ditangkap dan ditahan.
Pengadilan setempat telah
mengadili hampir 300 tersangka
sampai saat ini.
Dari sisi pemerintah sendiri,
kepala Bea Cukai Xiamen, Yang
Qianxian, ditetapkan bersalah
karena menerima suap sebesar 160
juta Yuan dari Lai Changxing agar
menutup mata dan membiarkan
kegiatan penyeludupannya tetap
berjalan. Yang Qianxian akhirnya
dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan Cina.
6
Lai Changxing sendiri berhasil
melarikan diri ke Kanada. Setelah
melalui proses diplomasi dan
perundingan ekstradisi yang
sengit Lai Chingxing akhirnya
diekstradisi ke Cina pada tahun
2011 dan dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup.
3. Kasus Suap Walikota Beijing
(1994)
Chen Xitong, yang merupakan
Walikota Beijing, dicopot dari
kursinya di Komite Sentral partai
dan tempatnya di pembuatan
kebijakan Politbiro. Para
pemimpin partai juga dianjurkan
menghapus dia dari legislatif.
Hal ini dikarenakan
keterlibatannya dalam penggelapan
dana sebesar $ 35.000.000,-.
Wakil Walikota Beijing, Wang
Baosen, bunuh diri setelah adanya
tuduhan tersebut, dan Chen Xitong
mengundurkan diri dari jabatannya
tidak lama setelah Wang bunuh
diri. Pada tahun 1998 Chen Xitong
diadili dan dijatuhi hukuman 16
tahun penjara oleh pengadilan.
d. Era 1998-Sekarang
Beberapa kasus korupsi besar
yang terjadi pada kurun waktu
ini, antara lain:
1. Kasus Suap Kepala UFWD (2002-
2011)
UFWD (United Front Work Department)
adalah badan penghubung antara
partai Komunis yang berkuasa dan
organisasi non-komunis lainnya.
Zhou Zhenhong, mantan kepala UFWD
di Provinsi Guangdong mengaku
menerima suap sebesar 24,6 juta
yuan atau sekitar empat juta
dolar (setara dengan 46,6 miliar
rupiah) antara tahun 2002 hingga
2011.Ia dihukum mati dengan masa
penangguhan dua tahun, bentuk
hukuman yang biasanya akan
diringankan menjadi hukuman
seumur hidup.
Zhou juga dinyatakan bersalah
karena memiliki aset yang tidak
bisa dijelaskan bernilai lebih
dari 37 juta yuan atau sekitar 70
miliar rupiah. Ia dinyatakan
menerima suap dari 33 orang untuk
memberi imbalan promosi
pekerjaan, kesepakatan bisnis dan
terpilih dalam kedudukan politik
tertentu.
2. Kasus Korupsi Walikota Nanjing
(2013)
Ji Jianye adalah walikota
Nanjing periode 2010 s.d. 2013.
Ji diselidiki karena hubungannya
dengan raja konstruksi Jiangsu
yang sedang berada dalam tahanan.
7
Ji dikenal memiliki reputasi
dalam mengarahkan kontrak
pembangunan pemerintah kepada
teman-teman dan rekan-rekannya
dengan menempatkan besaran angka
kontrak yang tidak sesuai untuk
keuntungan mereka.
Pada tanggal 16 Oktober 2013
Ji Jianye dipecat, ditangkap dan
diselidiki (Shuanggui) oleh
Central Commission for Discipline Inspection
of the Communist Party of China karena
korupsi. Pada Januari 2014, ia
dikeluarkan dari Partai Komunis.
3. Sichuan School Corruption Scandal
(2008)
Skandal ini adalahserangkaian
tuduhan korupsi terhadap pejabat
yang terlibat dalam pembangunan
sekolah di daerah yang terkena
dampak gempa bumi Sichuan
2008.Berbagai diskusi dan laporan
menuduh bahwa pejabat pemerintah
dan perusahaan konstruksi lalai
dalam menyempurnakan pembangunan
sekolah, dan bahwa mereka
mengabaikan standar teknik sipil
dan mengambil jalan pintas untuk
menyelesaikan proyeknya demi
mendapatkan keuntungan yang lebih
besar
Meskipun pada awalnya
Pemerintah Cina terbuka untuk
pelaporan independen dan media
asing, pemerintah Cina berusaha
mengecilkan masalah dan menekan
kritik.Selain itu, pemerintah
daerah Sichuan berusaha untuk
memberi kompensasi moneter kepada
para orang tua yang anaknya
menjadi korban agar tidak memberi
informasi kepada media.
Adanya tuntutan dari
masyarakat untuk menindaklanjuti
skandal tersebut ditanggapi oleh
Pemerintah Pusat yang berjanji
akan segera menangani kasus
tersebut. Tapi janji tersebut
tidak diikuti dengan tindakan-
tindakan substansial.
4. Skandal Dana Pensiun Shanghai
(2006)
Skandal Dana Pensiun Shanghai
adalah kasus korupsi di Shanghai,
Cina, yang mengakibatkan
pemecatan beberapa pejabat senior
Partai Komunis Cina dari 2006 dan
seterusnya. Kasus ini melibatkan
penyalahgunaan dan investasi
ilegal dana jaminan sosial
Shanghai di berbagai real estate
dan jalan proyek.
Pada akhirnya, mantan ketua
partai di Shanghai Chen Liangyu
yang terlibat dalam skandal itu
dan diberhentikan. Pejabat tinggi
lain juga terlibat seperti Zhu
Junyi, Qin Yu, Yu Zhifei, dan
8
Chen Chaoxian. Wakil Perdana
Menteri Huang Ju dan istrinya Yu
Huiwen juga diyakini terlibat,
tapi tidak pernah secara resmi
terkena sebagai bagian dari
skandal itu.
Dana jaminan sosial Shanghai
mengelola 10 miliar yuan aset.
Tuduhan adalah bahwa sekitar
sepertiga dari dana publik
tersebut dialihkan ke proyek real
estate dan proyek-proyek
investasi jalan.
Chen Liangyu, Kepala Partai
Komunis di Shanghai dan anggota
Politbiro dipecat dari partai
pada tahun 2006, menjadi anggota
partai paling senior yang dipecat
dalam satu dekade terakhir. Ia
dituduh menyalahgunakan investasi
miliaran yuan uang dana pensiun
di real estate, membantu bisnis
ilegal, melindungi rekan korup,
dan menyalahgunakan posisinya
untuk menguntungkan anggota
keluarga. Pada tanggal 11 April
2008, Chen, dijatuhi hukuman 18
tahun penjara karena menerima $
340.000 uang suap dan
menyalahgunakan kekuasaan,
khususnya, untuk manipulasi
saham, penipuan keuangan dan
perannya dalam skandal dana
pensiun Shanghai.
3.2. Pemberantasan Korupsi di China
Keseriusan pemerintah China
dalam memerangi korupsi mulai
terlihat pada masa kepemimpinan
Zhu Rongji (1997-2002) dengan
ucapannya yang menyiratkan
keseriusan pemerintah dalam
memberantas korupsi, yaitu “Beri
saya 100 peti mati, Sembilan puluh
sembilan akan saya gunakan untuk
mengubur para koruptor, dan satu
untuk saya kalau saya melakukan
tindakan korupsi.” Zhu Rongji
mempopulerkan hukuman mati di
China bagi para pelaku korupsi,
meskipun dilakukan oleh pejabat
pemerintahan sekalipun. Hukuman
berat yang diterapkan bagi para
koruptor tersebut dimaksudkan agar
memberikan efek jera dan rasa
takut bagi para koruptor. Namun
pemberantasan korupsi di China
dimulai sejak zaman dinasti.
Pemberantasan Korupsi Pada Masa
Kekaisaran
Pemberantasan korupsi pada
masa kekaisaran dilakukan secara
bertingkat oleh pejabat
daerah/provinsi. Para pejabat
provinsi ini bekerja sama dengan
panglima-panglima militer (warlord)
yang ditugaskan oleh kaisar untuk
mengamankan beberapa wilayah.
9
Laporan dari para panglima militer
dilanjutkan kepada kaisar melalui
kasim. Kasim adalah pengurus rumah
tangga istana dan pengurus dayang
kaisar, namun karena kasim
mengetahui rahasia dalam istana
dan menjadi penghubung dunia luar
kepada kaisar, maka kekuasaannya
menjadi terlalu besar dan
pemberantasan korupsi tidak
efektif. Bahkan akhir zaman
Dinasti Manchu, yaitu pada
pemerintahan kaisar Pu Yi, Kasim
istana pada waktu itu Kasim Ho
Shen diduga memutus banyak
informasi dari luar dan memupuk
kekayaan untuk dirinya sendiri
bersama dengan para jendral
militer, salah satunya Fu Kang An,
dengan melakukan korupsi atas dana
militer sehingga disebut sebagai
salah satu penyebab gagalnya
militer Dinasti Qing dalam
membendung Revolusi Xianhia tahun
1911-1912.
Pemberantasan Korupsi Pada Masa
Republik (1912-1949)
Setelah Revolusi Xianhia yang
dipimpin oleh dr. Sun Yat Sen,
dengan ditandai terbentuknya
Republik Tiongkok dipimpin oleh
Partai Kuomintang (KMT),
pemerintahan Republik Tiongkok
tidak pernah memposisikan
pemberantasan korupsi sebagai
fokus utama. Hal tersebut
disebabkan pada masa revolusi
tersebut terjadi banyak konflik
dan otoritas pusat pasang surut
dalam menanggapi warlordisme
(1915-1928), Invasi Jepang (1937-
1945), dan Perang Saudara Tiongkok
(1927-1949). Chiang Kai Shek
membentuk badan khusus untuk
memeranginya. Badan itu dinamakan
“Kelompok Penumpas Harimau‟,
karena rakyat membandingkan para
pejabat yang korup dengan harimau
yang buas. Badan itu mempersilakan
rakyat untuk mengajukan keluhan.
Tetapi kemudian ternyata bahwa
sesungguhnya badan itu justru
dijadikan sebagai alat oleh mereka
yang benar-benar mempunyai
kekuasaan untuk memeras uang dari
orang-orang kaya. Apabila
permintaan tersebut ditolak maka
dianggap sebagai penentang
Kuomintang dan akan langsung
dituduh sebagai komunis, dan hal
itu berarti ditangkap dan disiksa.
Pada tahun 1927 partai oposisi
yaitu Partai Komunis China
(Communist Party of China/中中中中中)
membentuk Central Control
Commission untuk memberantas
korupsi pada internal Partai
Komunis China.
10
Pemberantasan Korupsi Pada Masa
Republik Rakyat Tiongkok
Setelah berdirinya Republik
Rakyat Tiongkok pada 1949, Partai
komunis Cina yang mulai saat itu
menguasai pemerintahan, mengubah
nama Central Control menjadi
Central Commission for Discipline Inspection
of the Communist Party of China (中中中中中中中中
中 中 中 中 中 中 ) yang bertugas untuk
menginvestigasi dan memberantas
korupsi diantara anggota partai.
China memiliki beberapa
peraturan yang mengatur tentang
pemberantasan korupsi ataupun
suap, antara lain:
• the PRC Criminal Law atau Hukum
Pidana Cina: merupakan
peraturan yang menghukum kasus
suap yang paling akut
• PRC Unfair Competition Law atau
Undang-undang Persaingan Usaha
Tidak Sehat Cina: merupakan
UU yang mengatur kasus suap
yang dilakukan secara sengaja
oleh pelaku usaha untuk tujuan
bisnis yang dapat dikenakan
pidana atau non-pidana.
• Interim Regulations on Prohibition of
Commercial Bribery atau Peraturan
Sementara tentang Larangan
Suap Komersial dikeluarkan
oleh State Administration for Industry
and Commerce.
• Peraturan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Agung, Kejaksaan
Agung atau Lembaga Negara
untuk Industri dan Perdagangan
• Peraturan yang dikeluarkan
oleh Partai Komunis Cina,
ditujukan untuk pejabat yang
tidak terlibat dalam penyuapan
tapi bertindak pasif yaitu
tidak mengambil tindakan
terhadap penyuapan dan korupsi
yang secara aturan merupakan
wewenang mereka.
Ada dua penggerak besar yang
berperan dalam pemberantasan
korupsi di China, yaitu partai dan
pemerintah. Sebagai negara
berpartai tunggal kebijakan
pemerintah adalah kebijakan
partai, sehingga tidak
mengherankan bila suatu badan yang
dibentuk pemerintah di China
bertanggung jawab kepada Partai
Komunis China.
Lembaga-Lembaga Yang Bergerak
Dalam Bidang Pemberantasan Korupsi
1. Central Commission for
Discipline Inspection
Central Commission for
Discipline Inspection yang
merupakan tingkat kedua dari
Partai Komunis China dapat
menindak seluruh petugas
11
pemerintahan. Hal itu karena dalam
pengangkatan PNS dan pejabat di
China harus melakukan sumpah setia
kepada partai. Lembaga ini
memiliki sistem investigasi yang
sangat ditakuti oleh para
anggotanya yaitu Shuanggui.
Shuanggui, diartikan sebagai
penuduhan ganda. Tersangka
menghadiri sesi tanya jawab di
tempat yang telah ditentukan untuk
jangka waktu yang ditunjuk.
Tersangka korupsi yang
diinvestigasi oleh lembaga ini
akan mengalami suatu tekanan fisik
dan batin yang amat berat hingga
mengakui tindakannya. Selain itu
Partai Komunis Cina juga
menetapkan aturan yang melarang
pejabat daerah untuk memimpin di
daerah kelahirannya, sehingga
dapat mengurangi peluang untuk
korupsi.
2. Supreme People's Procuratorate
(SPP)
The Supreme People's
Procuratorate (Chinese: 中中中中中中中;
pinyin: Zuìgāo Rénmín Jiǎncháyuàn)
adalah lembaga tertinggi di
tingkat nasional bertanggung jawab
untuk penuntutan dan penyidikan.
SPP berdiri pada tahun 1949
berdasarkan The Organic Law of The
Central People's Government of The People's
Republic of China article 130.
Organisasi ini sempat
dibekukan selama 10 tahun saat
terjadi “cultural revolution” dan
didirikan kembali pada Maret 1978
berdasarkan The Constitution of the
People's Republic of China article 129.
Secara struktur, SPP berada di
bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada kongres.
SPP adalah unsur penegak
hukum di China yang juga diberikan
wewenang melakukan kegiatan
investigasi sekaligus penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi.
Selain itu, SPP juga melakukan
monitoring terhadap seluruh
pejabat negara China.
Berikut adalah fungsi dan
wewenang dari SPP :
a. Melakukan procuratorial pada
kasus pengkhianatan terhadap
negara dan tindak pidana yang
membahayakan negara.
b. Melakukan investigasi terhadap
kasus korupsi, kelalaian dalam
menjalankan tugas negara,
kasus pelanggaran HAM, dan
pelanggaran serius seperti
penahanan tidak sesuai hukum,
penggeledahan tidak sesuai
hukum, dan penangkapan orang
yang tidak sesuai hukum.
12
c. Mengkaji kasus yang ditangani
oleh public security organs and state
security agencies (kepolisian).
d. Menginisiasi dan mendukung
penuntutan pada kasus kriminal
dan mensupervisi pada
pemeriksaan di pengadilan
e. Mensupervisi putusan dan
hukuman dari pengadilan pada
kasus kriminal yang sesuai
dengan hukum. Mensupervisi
pada kasus dimana ditemukan
kesalahan, dengan mengajukan
banding sesuai dengan
prosedur.
f. Menjalankan legal supervision
pada pemeriksaan di
pengadilan.
g. Menjalankan legal supervision
pada administrasi pemeriksaan
perkara.
h. Memberikan perlindungan hukum
kepada warga negara yang
mengajukan pengaduan dan
petisi melawan pelanggaran
hukum oleh penyelenggara
negara, menginvestigasi
pertanggungjawaban hukum
terhadap pelanggaran HAM atau
hak-hak yang lain, menerima
pengaduan dan melaporkan
kesalahan tindakan dan petisi
oleh warga negara.
Peraturan perundang-undangan
mengenai anti korupsi di China
mengenal sistem pembuktian
terbalik, apabila seorang
penyelenggara negara yang memiliki
penambahan harta kekayaan
(pendapatan – pengeluaran) lebih
dari RMB 300.000 atau sekitar
Rp.360.000.000 selama setahun maka
si penyelenggara negara harus
dapat menjelaskan asal-usul harta
kekayaannya tersebut. Jika
penyelenggara negara tidak dapat
menjelaskan maka akan ditindak
sesuai Undang-undang Anti Korupsi
yang berlaku di China.
3. China Anti Money Laundering
Monitoring and Analysis Center
(CAMLMAC)
CAMLMAC merupakan salah satu
unit kerja di bawah People’s Bank
of China (Bank Sentral China) yang
bertugas untuk memberantas tindak
pidana pencucian uang di China.
Sama seperti halnya kebijakan
perbankan di negara-negara lain,
CAMLMAC memiliki database mengenai
seluruh Suspicious Transaction
Report (STR) dan Large Value
Transaction (LVT) yang terjadi di
seluruh Pemberi Jasa Keuangan
(PJK). Pada database STR dan LVT
tersebut memuat informasi mengenai
para pelaku transaksi, besaran dan
13
nilai transaksi, waktu dan tempat
kejadian transaksi.
Hasil analisis dan
diseminasi STR/LVT dari CAMLMAC
tersebut akan dibawa dalam Joint
Meeting dengan Biro AML negara
lain atau Ministry of Public
Security (Kepolisian) atau lembaga
penegak hukum lainnya tergantung
kepada major crime-nya.
4. Ministry of Supervision (MoS)
Ministry of Supervision (中中
中 ) atau Kementerian Pengawasan
bertanggung jawab untuk menjaga
pemerintahan yang efisien,
disiplin, bersih dan jujur, dan
mendidik pegawai negeri tentang
tugas dan disiplin mereka. MoS
bekerja sama dengan Central
Commission for Discipline Inspection of the
Communist Party of China menghimpun
laporan aduan masyarakat pada
situs http://www.12388.gov.cn.
Pengaduan masyarakat ini dengan
"manajemen problem territorial”
pengadu memilih situs yang tepat
mencerminkan masalah yang
dilaporkan oleh informan sesuai
dengan jenis masalah dan wilayah.
Laporan tersebut dianalisis
untuk kemudian dilanjutkan kepada
masing-masing
departemen/kementerian atau
pemerintah wilayah yang
bersangkutan. Apabila laporan
tersebut berkaitan dengan tindak
pidana korupsi akan dilanjutkan
kepada Central Commission for Discipline
Inspection of the Communist Party of China
dan The Supreme People's
Procuratorate. Walaupun pemerintah
China menjanjikan imbalan kepada
para pengadu (whistleblower) berupa
perlindungan keamanan dan jaminan
posisi pada pemerintahan,
mayoritas pengadu tersebut
menyembunyikan identitas asli
mereka karena dua hal, yaitu:
a. Kesalahan pengaduan dapat
mengakibatkan pengadu
diterapkan tindak pidana bila
substansi pelaporannya tidak
terbukti;
b. Terdapat organisasi kriminal
triad yang digerakkan oleh
politisi kotor.
Fungsi dan wewenang yang
dimiliki MOS ini berlaku di
seluruh institusi pemerintahan
baik di tingkat pusat maupun
daerah mulai dari departemen
hingga unit pelayanan teknisnya,
badan/komisi, dan pemerintah
daerah hingga unit pelayanan
teknisnya. Berikut adalah wewenang
yang dimiliki oleh MOS :
a. Wewenang untuk melakukan
inspeksi.
14
Memeriksa jalannya
administrasi pemerintahan dan
mensupervisi para pegawainya
dalam menjalankan disiplin
peraturan dan kebijakan.
b. Wewenang untuk melakukan
investigasi
Melakukan penyelidikan
terhadap kasus-kasus yang
melanggar hukum, peraturan dan
kebijakan yang dilakukan oleh
institusi pemerintah dan
pegawainya.
c. Wewenang untuk memberikan
rekomendasi
Merekomendasikan kepada
departemen /institusi
pemerintahan yang bersangkutan
untuk menghindari terjadinya
pelanggaran terhadap peraturan
atau kebijakan dan meningkatkan
efisiensi dalam administrasi
pemerintahan. MOS juga dapat
merekomendasikan pemberian
penghargaan kepada institusi
atau pegawai yang sudah
menjalankan tugasnya dengan
baik.
d. Wewenang untuk memberikan
hukuman
Sebagai hasil dari temuan-
temuan di lapangan, MOS dapat
memberikan sanksi berupa
peringatan, penurunan pangkat,
pemindahan posisi, hingga
pemecatan.
Untuk melaksanakan fungsinya
tersebut, MOS menempatkan
personilnya di semua departemen
baik di pusat maupun daerah.
Jumlah personil yang di tempatkan
untuk setiap departemen berkisar
antara 10 – 15 orang. Dalam hal
memberikan rekomendasi perbaikan,
institusi yang diberikan
rekomendasi wajib menjalankannya.
5. State Administration for
Industry and Commerce (SAIC)
SAIC adalah otoritas di
Republik Rakyat China bertanggung
jawab untuk mengeksekusi undang-
undang tentang administrasi
industri dan perdagangan di
Republik Rakyat. Tindak pidana
korupsi yang marak dalam
perdagangan dan industri adalah
penyuapan.
6. Independent Commission Against
Corruption (ICAC)
ICAC adalah lembaga
pemberantasan dan anti korupsi di
Hong Kong yang didirikan oleh
Gubernur Murray MacLehose pada
tanggal 15 Februari 1974, ketika
Hong Kong berada di bawah
kekuasaan Inggris. Tujuan utamanya
adalah untuk membersihkan korupsi
endemik di banyak departemen
15
Pemerintah Hong Kong melalui
penegakan hukum, pencegahan dan
pendidikan masyarakat. Sejak tahun
1997, Komisioner ICAC telah
ditunjuk oleh Dewan Negara
Republik Rakyat China, berdasarkan
rekomendasi dari Kepala Eksekutif
Hong Kong. Petugas ICAC harus
mematuhi kode etik sebagai
berikut:
a. Memegang teguh prinsip
integritas dan keadilan
b. Menghormati hak-hak semua orang
di bawah hukum
c. Menjalankan tugas tanpa rasa
takut dan pilih kasih.
d. Beraksi sesuai dengan hukum
yang berlaku.
e. Tidak menyalahgunakan
kewenangan dan jabatan yang
dimiliki.
f. Beraksi sesuai dengan kebutuhan
g. Betanggung jawab terhadap
perintah dan pekerjaan
h. Mengutamakan jalur persidangan
dan membatasi perilaku dan
perkataan
i. Menghargai upaya individu dan
profesionalisme
Petugas ICAC harus bekerja
sesuai dengan standar berikut ini:
a. Merespon laporan korupsi dalam
48 jam
b. Merespon laporan selain korupsi
dalam dua hari kerja
c. Merespon permintaan untuk
pencegahan korupsi dalam dua
hari kerja
d. Merespon permintaan layanan
pendidikan anti korupsi dan
informasi dalam dua hari kerja.
Selain Kode Etik dan Standar
Kinerja di atas, petugas ICAC
dilarang memiliki kartu diskon
dan/atau kartu-kartu fasilitas VIP
lain sebagai upaya menekan
kebiasaan korupsi.
ICAC diberikan kewenangan
untuk melakukan investigasi dan
penangkapan dibawah tiga
ordonansi, yaitu:
a. Independent Commision Againts
Corruption Ordinance
• Bertugas membentuk dan
mendeskripsikan tugas dari
ICAC.
• Bertugas membuat batasan-
batasan yang bisa dilakukan
oleh ICAC dalam investigasi,
prosedur dalam menangani
tersangka dan penyitaan
asset.
• Memberi ICAC kewenangan untuk
melakukan penahanan,
pencekalan, juga kewenangan
untuk mencari tersangka
sehubungan dengan
16
kewenangannya untuk menahan
dan mencekal.
• Memberi ijin kepada ICAC
untuk melakukan analisis
forensic
• Memberi kewenangan untuk
melakukan investigasi
terhadap pejabat public yang
melakukan penyalahgunaan
wewenang.
b. The Prevention of Bribery
Ordinance
• Mendefinisikan pelanggaran
yang termasuk penyuapan baik
kepada pegawai sektor public
dan swasta.
• Memberi kewenangan pada ICAC
untuk melakukan investigasi
dan identifikasi transaksi
dan asset yang disembunyikan
oleh koruptor. Seperti
melacak rekening bank,
pemeriksaan dokumen bisnis,
penghasilan dan pengeluaran.
• Memberi kewenangan ICAC untuk
melakukan pencekalan dan
penghentian sementara proses
penghapusan asset dalam
rangka pencucian uang.
• Memberi ICAC kewenangan untuk
memberikan perlindungan pada
investigasi
c. The Election(Corrupt and
Illegal Conduct) Ordinance
• Memastikan agar pemilu
dilakukan dengan adil,
terbuka dan jujur, serta
bebas dari korupsi dan
tindakan ilegal lainnya.
ICAC, sejak pendiriannya telah
mengadopsi strategi unik untuk
melawan korupsi. Tiga pendekatan
tersebut yaitu, penegakan hukum,
pencegahan dan pendidikan anti
korupsi. Tiga pendekatan tadi
terwujud dalam struktur unik ICAC
yang terdiri dari Commissioner,
Administration Branch, Operation
Departement(Law Enforcement),
Corruption Prevention
Department(Prevention), Community
Relations Departement(Education).
Tiga pendekatan tadi memiliki
peran yang sangat vital dalam
membentuk kesadaran masyarakat
dalam melawan korupsi. Masing-
masing department tadi mewakili
fungsi sebagai berikut:
a. Operation Department
Menerima, memeriksa, dan
investigasi segala laporan
pelanggaran korupsi.
b. Corruption Prevention
Department
Memeriksa pelaksanan dan
prosedur kantor-kantor
pemerintah untuk mengurangi
kesempatan adanya korupsi dan
17
menawarkan koncultasi
pencegahan korupsi gratis pada
sektor swasta.
c. Community Relations Department
Mendidik publik melawan
korupsi dan memberi suport pada
publik dalam memerangi korupsi.
3.3. Pencegahan Korupsi di China
Pada September 2007,
pemerintah China mengumumkan
pendirian Biro Pencegahan
Korupsi Nasional/ The National
Bureau of Corruption
Prevention (NBCP) yang akan
bertugas untuk memonitor jalur
aset yang mencurigakan serta
aktivitas yang dicurigai
merupakan hasil korupsi. Staf
NBCP akan mengumpulkan dan
menganalisis informasi dari
sejumlah sektor termasuk di
antaranya dari perbankan,
penggunaan lahan, pengobatan,
dan telekomunikasi. sehingga
mampu memonitor alur keuangan
masuk dan keluar para pejabat
dan mendeteksi perilaku pihak-
pihak yang dicurigai. Biro ini
nantinya akan melaporkan
langsung temuannya kepada
dewan negara atau kabinet
China. Meski demikian, biro
tersebut tidak akan terlibat
dan tidak memiliki wewenang
dalam penyelidikan kasus
perseorangan. NBCP juga
bertugas memberikan arahan
pekerjaan anti-korupsi bagi
perusahaan, organisasi non-
pemerintah, membantu asosiasi
perdagangan untuk menciptakan
sistem dan mekanisme disiplin
sendiri, mencegah penyuapan
komersial, serta memperluas
pencegahan korupsi bagi
organisasi pedesaan seperti
halnya masyarakat kota.
Demi meningkatkan
kemampuan NBCP, maka dilakukan
kerja sama internasional dan
bantuan badan internasional
dalam pencegahan korupsi. Biro
tersebut, di bawah kerangka
kerja Konvensi Perlawanan
Korupsi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), juga menawarkan
bantuan bagi negara-negara
berkembang dalam pencegahan
korupsi serta bekerja untuk
dukungan teknis dan bentuk
bantuan lainnya dari negara-
negara asing dan organisasi
internasional. Selain itu,
juga akan mempelajari
pengalaman anti korupsi di
negara-negara lain dan
meningkatkan pertukaran
18
informasi dengan organisasi
internasional dan negara lain.
Biro tersebut juga telah
ditetapkan untuk melaksanakan
tugas menjabarkan kemajuan
transparansi informasi
pemerintah pada semua
tingkatan. NBCP akan
mengevaluasi sejumlah celah
dalam kebijakan baru yang
dikeluarkan pemerintah yang
kemungkinan masih ada cara
untuk melakukan korupsi,
melakukan pemeriksaan dan
pencegahan korupsi pada semua
tingkatan, mengadakan proyek
perintis serta menyiapkan
sebuah pembentukan standar
untuk menetapkan apakah sebuah
departemen atau seorang
pejabat bersih.
Struktur Organisasi
NBCP berada di bawah State
Council yang bertanggungjawab dalam
pencegahan korupsi di China. Biro
ini sekarang bertempat di
Kementerian Pengawasan dan jabatan
direktur dipegang oleh Menteri
Pengawasan. Dalam biro ini terdapat
dua deputi direktur, satu sebagai
Vice Minister of Supervision (wakil
kepala NBCP). Satu lagi Vice
Minister level oversees yang
mengerjakan pekerjaan rutin di biro.
Tugas NBCP adalah:
中 Bertanggung jawab terhadap
pengharmonisasian, perencanaan,
formulasi kebijakan dan pengujian
serta supervisi dari pemberlakuan
anti korupsi di China
中 Pengkoordinasian dan pengarahan
untuk pencegahan kerja di bidang
swasta, sektor public, kelompok
sosial, dan organisasi sosial
lainnya
中 Bertanggung jawab untuk kerjasama
internasional dalam hal
pencegahan korupsi
Biro Nasional Pencegahan Korupsi
mendirikan sebuah website untuk
mempublikasikan acara dan posting
berita yang berkaitan dengan
korupsi. Situs ini juga menyediakan
tempat bagi warga negara untuk
langsung mengajukan pengaduan
korupsi dan opini yang objektif
tentang kinerja pemerintah.
Pemerintah China telah
menetapkan sejumlah kebijakan
untuk mencegah perluasan
korupsi di negaranya, seperti
menaikkan gaji pegawai negeri
(sejak tahun 1989 gaji pegawai
negeri telah naik lima kali),
meningkatkan transparansi
dalam rekrutmen dan promosi
pegawai negeri, menjalankan
19
reformasi administrasi.
Semuanya didukung dengan
adanya landasan hukum yang
kuat.
Pada tingkat lokal,
langkah pencegahan korupsi
misalnya, Walikota Beijing Liu
Qi meluncurkan sunshine policy
untuk melawan korupsi.
Kebijakan ini mengharuskan
para petinggi partai, pejabat,
dan pegawai pemerintah untuk
melaporkan hal-hal pribadi
seperti membangun atau membeli
rumah, mengirim anak belajar
ke luar negeri, upacara
pernikahan anak, bahkan
memilih pasangan hidup untuk
menjaga stabilitas dan
integrasi sistem politik.
3.4. Hasil Pemberantasan Korupsi di
China – saat ini
Korupsi di China dianggap
sebagai kejahatan besar. Alasan
utamanya adalah korupsi bisa
menghancurkan dan meluluhlantakkan
sendi-sendi kehidupan di masyarakat
dan negara. Daya rusak korupsi
terhitung dahsyat. Bukan hanya
menghancurkan moral, tetapi dianggap
mampu membunuh solidaritas hingga
merusak infrastruktur. Bahkan bisa
pula membunuh banyak orang atau
setidak-tidaknya memarjinalkan warga
tertentu, merusak tatanan, hingga
memperkokoh perbedaan kelas. Oleh
karena itu, koruptor layak dihukum
mati. Adapun hasil dari langkah,
kebijakan, serta kegiatan yang dalam
pemberantasan dan pencegahan korupsi
yang dilakukan oleh China yaitu:
1. Peringkat CPI China
Tahun CPI2002 3,52009 3,6
2010 3,5
2011 3,6
2012 3,9
2013 4
Di tahun 2013, China menduduki
peringkat 80 dari 178
negara menurut Transparency
International. Corruption Perceptions Index.
(CPI) China dari tahun ke tahun
masih stagnan berada dikisaran
angka yang tidak begitu tinggi.
Meskipun CPI menurut Transparency
International tidak bersifat mutlak
karena didasarkan pada persepsi
sektor publik, China adalah contoh
negara yang menerapkan hukuman
sangat berat bagi pelaku korupsi,
yaitu hukuman mati, tetapi hasil
yang diperoleh tidak berbanding
terbalik dengan berkurangnya
jumlah korupsi.
20
2. Pertumbuhan Ekonomi China
Langkah pemberantasan korupsi
dengan pondasi komitmen yang kuat
dari Pemerintah China untuk
memberantas korupsi sudah dimulai
sejak masa Zhu Rongji (1997-2002)
yang merupakan bagian dari
reformasi birokrasi. Langkah
positif tersebut memberikan
kepastian hukum sehingga mendorong
iklim investasi yang mampu
menghimpun dana asing senilai 50
miliar US dollar setiap tahun.
Pertumbuhan ekonomilangsung
melesat pesat, terlepas dari
kelemahannya, sehingga menempatkan
China sebagai negara yang pertama
kali keluar dari resesi finansial
global.
Di tahun 1992-2008, meskipun
penilaian atas korupsi di China
menurut Transparency International
semakin meningkat, pertumbuhan
ekonomi di China, khususnya Gross
Domestic Product juga tetap tinggi.
3. Penanganan Kasus Korupsi Sesuai
Hukum
Dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana China diatur bahwa
seseorang atau grup yang
menawarkan dan menerima suap akan
dihukum. Bagi penerima suap akan
diberlakukan hukuman mati
sedangkan bagi pemberi suap dapat
dihukum seumur hidup atau hukuman
ganti rugi. Hukuman mati di China
diterapkan pada siapa saja yang
terbukti bersalah, dimulai
masyarakat biasa, mantan pejabat
tinggi, hingga pejabat tinggi yang
sedang berkuasa. Hal ini
dimaksudkan untuk menumbuhkan efek
jera dan takut korupsi.
Kekurangan sistem hukum di China
yaitu tidak adanya independensi
sistem hukum dari CCP (Chinese
Communist Party) yang menjadi
hambatan utama bagi terwujudnya
pemerintahan berdasarkan hukum.
Sebagian besar kasus korupsi yang
melibatkan anggota partai tidak
ditangani oleh jaksa dan polisi,
21
melainkan oleh kader partai.
Ketika kasus korupsi kader partai
dilimpahkan ke pengadilan, partai
sering merekomendasikan hukuman
yang djatuhkan serta menangani
kasus korupsi di luar jalur
hukum.Dalam beberapa kasus juga
terdapat kesan selektif (tebang
pilih) telah membuat beberapa
pejabat korup yang dekat dengan
puncak kekuasaan tidak dijatuhi
hukuman yang sesuai. Kekurangan
lainnya yaitu pengenaan hukuman
mati dapat menimbulkan efek lain
yaitu adanya “tarif” yang dipasang
oleh polisi, jaksa dan hakim atas
tersangka yang mereka lindungi.
4. Korupsi pada Anggota Partai
dan Sistem Politik
Pada pemerintahan Hu Jintau,
sepanjang 2004, pemerintahan Hu
menghukum sebanyak 164.831 anggota
partai karena menguras uang negara
lebih dari 300 juta dollar AS.
Sebanyak 15 diantaranya menteri.
Sedangkan pada semester pertama
2007, angka resmi menyebutkan
5.000 pejabat korup dijatuhi
hukuman. Tahun 2013 lalu, China
telah memproses hukum 182.038
pejabatnya yang melakukan korupsi.
Otoritas pemberantasan korupsi ini
menyidik sebanyak 172.532 kasus
dan menerima 1,95 juta laporan,
dari jumlah kasus tersebut didapat
182.038 pejabat yang melakukan
korupsi.
Kekurangan sistem politik China
adalah tidak terdapatnya mekanisme
kontrol terhadap kekuasaan.
Seperti di Indonesia, meski
pemerintah China terus melakukan
kampanye antikorupsi dan
penangkapan ratusan pejabat,
berbagai tindakan korupsi masih
terjadi. Hal itu dimungkinkan
karena elite partai di China masih
menguasai industri strategis
seperti perbankan, properti dan
manufaktur. Berbagai gerakan anti
korupsi, kebanyakan mempunyai
motif politis dan bersifat
musiman. Seringkali gerakan-
gerakan yang dikampanyekan dan
dilakukan hanya berfungsi untuk
menyingkirkan lawan politik.
Anggota partai yang berjumlah
sekitar 68 juta orang juga
mendapat perlakuan istimewa,
dimana kejaksaan atau kepolisian
tidak boleh menentukan, apakah
orang tersebut boleh diajukan ke
pengadilan atau tidak. Dilaporkan
setidaknya 4.000 pejabat korup
telah hengkang dari China dalam 20
tahun terakhir ini dengan
merugikan negara setidaknya 50
miliar US dollar
22
5. Peran Media Massa dan
Masyarakat
Komitmen Pemerintah China
dalam penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi dapat
dilihat salah satunya pada adanya
mekanisme pengawasan oleh rakyat
melalui pemilihan langsung di
tingkat desa dan dibolehkannya
media secara resmi membuat liputan
tentang korupsi yang dilakukan
oleh kader-kader partai sejak
tahun 2005. Selain itu, di tahun
2008-2012, dilaporkan ada 201.000
laporan whistleblowing yang
diterima dari pengaduan
masyarakat.Xinhua News Agency
melaporkan terdapat sejumlah
pengadilan tinggi yang memiliki
websitedan hotline24 jam yang
memungkinkan warga untuk
melaporkan pelanggaran peraturan.
Sedangkan dalam The International Herald
Tribune, Jim Yardly menyebutnya
adanya “boom in corruption”. Meski
berdasarkan CPI yang dikeluarkan
Transparency International menunjukkan
China mendapatkan skor yang cukup
baik namun dalam praktek korupsi
sangat mungkin keadaannya jauh
lebih buruk. Hal tersebut
dimungkinkan mengingat survey ini
didasarkan pada persepsi pengusaha
yang berada di bawah tekanan rezim
komunis serta pers dan internet
yang masih dikendalikan oleh
partai.
6. Komitmen China menurut
Pergaulan Internasional
Bentuk keseriusan Pemerintah
China dalam pemberantasan korupsi
salah satunya juga diwujudkan
dengan ikut meratifikasi Konvensi
PBB melawan korupsi yang
memasukkan suap kepada pejabat
publik sebagai tindak kriminal
oleh Kongres Rakyat Nasional pada
tahun 2005. China pun kini telah
menjadi role model dalam
pemberantasan korupsi oleh
beberapa negara termasuk
Indonesia, bahkan KPK menjalin
kerjasama dengan China untuk
pemberantasan korupsi.
Menurut perkiraan Amnesty
International, sekitar 1770 orang
dieksekusi di China pada tahun
2005, dan 3900 orang dijatuhi
hukuman mati. Beberapa ahli hukum
China memperkirakan bahwa
sebetulnya jumlah yang
sesungguhnya jauh lebih besar, dan
bahkan mungkin mendekati 8.000
eksekusi per tahun; pihak-pihak
lain bahkan menyebutkan angka
10.000.
Tingginya angka hukuman mati
membuat hakim tertinggi di China
23
saat itu, Xiao Yang, mendesak para
hakim untuk tidak menjatuhkan
hukuman mati apabila masih mungkin
memberi hukuman yang lebih ringan.
Mahkamah Agung China menyetujui
amandemen terhadap undang-undang
kriminal yang memusatkan kontrol
atas eksekusi. Mahkamah Agung akan
kembali memperoleh wewenang
memutuskan seluruh hukuman mati.
Gerakan ini dilihat sebagai
jawaban terhadap meningkatnya
kritik publik terhadap meluasnya
praktek hukuman mati secara
sewenang-wenang. Masih menurut
Amnesty International, “Di China,
tidak seorang pun yang dijatuhi
hukuman mati telah menjalani
proses peradilan yang adil dan
sejalan dengan standar
internasional.” Sistem hukum China
dikritik karena tidak tersedianya
akses yang cepat ke pengacara,
tidak adanya asas praduga tak
bersalah, adanya campurtangan
politik di peradilan, dan
digunakannya keterangan yang
diperoleh dengan cara penyiksaan.
Perubahan akhir-akhir ini dalam
undang-undang dan diberlakukannya
kontrol pusat terhadap hukuman
mati dipandang sebagai gerakan
untuk memperoleh kembali
kepercayaan publik terhadap sistem
peradilan di China.
7. Aspek Sumber Daya Manusia
(Pejabat dan Pegawai Negeri)
Terdapat kebijakan
pemerintahan China yang
mengharuskan untuk mereview dan
mengevaluasi tindakan dan perilaku
antar pejabat. Tetapi melakukan
review dan evaluasi tindakan
pejabat senior hampir mustahil
dilakukan. Hal ini disebabkan
karena di China pejabat yang
levelnya lebih rendah sulit untuk
memberikan kritik kepada pejabat
yang lebih senior, sehingga hampir
mustahil untuk mereview tindakan
mereka.
Pada tahun 2006, State Council’s
Development Research Center melakukan
survey kepada 4,586 business
executivesuntuk melihat tingkat
integritas dari pegawai negeri,
hasilnya hampir 25% menyatakan
pegawai negeri lokal mereka
“buruk” dan 12% menyatakan “sangat
buruk”.
Sementara itu secara nasional,
berdasarkan data CCDI, pada tahun
2013 terdapat lebih dari 180.000
pejabat yang dihukum karena kasus
korupsi.
24
8. Sistem Pemerintahan dengan
Kekuasaaan Partai
Bagi pemerintah China komunis,
perang melawan korupsi merupakan
suatu keharusan yang wajib
dijalankan. China ingin
menunjukkan kepada dunia bahwa
ideologi komunisme yang mereka
anut bukan merupakan halangan
untuk mencapai kemakmuran ekonomi,
pemerintahan yang bersih, dan
masyarakat yang beretos kerja dan
berdisiplin tinggi. Dalam hal ini
China menumpukan upaya-upaya
pemberantasan korupsi pada Partai
Komunis China (PKC), partai
berkuasa di China. China
memberikan contoh bagaimana partai
politik harus berperan utama dalam
pemberantasan korupsi dengan
menanamkan disiplin anti korupsi
yang kuat pada semua anggotanya.
Oleh karena itu China terus
menyempurnakan sistem deklarasi
aset seluruh pekerja pemerintah
sebagai salah satu cara agar
rakyat semakin aktif mengontrol
praktek korupsi. Sebenarnya
kewajiban bagi seluruh anggota PKC
untuk melaporkan harta kekayaan
keluarganya telah diberlakukan
sejak tahun 2006. Sebelumnya
kewajiban melaporkan tersebut
hanya diberlakukan kepada mereka
yang menjabat di pemerintahan dan
pengurus PKC. Melalui aturan ini
setiap anggota PKC harus juga
melaporkan kekayaan istri/suami
dan anak-anaknya. Organ disiplin
PKC pun akan terus mengatur
pengeluaran pemerintah terkait
dengan pembelian kendaraan,
resepsi di kantor-kantor
pemerintah, dan juga perjalanan-
perjalanan keluar negeri untuk
memastikan uang pembayar pajak
digunakan dengan bijak.
Hal ini disebabkan karena kondisi
kekuasaan yang tidak seimbang pada
sistem pemerintahan Negara China,
serta tidak adanya pembagian
kekuasaan pada system pemerintahan
China.
Dalam empat tahun terakhir
berlangsung perkembangan yang
menarik dari korupsi di China.
Kerja keras pemerintah dan partai
untuk mengatasi persoalan yang
sangat penting bagi legitimasi
mereka itu memang telah membuahkan
hasil, namun itu tidak cukup untuk
menghentikan korupsi yang meluas
di tingkat local dan gejala
‘pertumbuhan kembali’ kasus
korupsi di tingkat pusat.
9. Hongkong dan China
Di Asia Timur, Hong Kong
termasuk negara yang mendapat
25
predikat wilayah yang bebas
korupsi. Berdasarkan Transparency
International, Hong Kong berada di
peringkat 14. Dengan penyerahan
kembali Hong Kong pada China di
tahun 1997, semakin banyak
interaksi untuk menciptakan
peluang Hong Kong dalam membasmi
korupsi di China. Badan Anti
Korupsi Independen Hong Kong
(ICAC) juga membantu pemerintah
China dalam memberantas korupsi
dengan tidak pandang bulu.
4. KESIMPULAN
Korupsi di China telah terjadi
sejak ratusan bahkan ribuan tahun
yang lalu. Pemerintah China pun
semakin sadar bahwa korupsi dapat
meniadakan kemandirian suatu bangsa,
oleh karena itu China segera
melakukan reformasi birokrasi.
Komitmen kuat pemerintah China untuk
memberantas korupsi pun dimulai
sejak masa Zhu Rongji (1997-2002)
dengan ucapan yang sangat terkenal
“Beri saya 100 peti mati, 99 akan
saya gunakan untuk mengubur para
koruptor, dan satu untuk saya kalau
saya melakukan korupsi”. Tetapi
reformasi birokrasi ini juga tidak
menutup terjadinya celah korupsi di
China sehingga Pemerintah China
semakin berupaya dengan keras untuk
melakukan berbagai tindakan
pemberantasan dan pencegahan.
Selama bertahun-tahun upaya
pemberantasan dan pencegahan
tersebut memang telah membuahkan
hasil namun oleh beberapa pihak
dinilai tidak cukup signifikan untuk
menghentikan korupsi yang semakin
meluas dan mulai tumbuh kembali.
Bahkan dengan ancaman hukuman mati
pun, korupsi di China tidak
menimbulkan efek jera, kasus korupsi
tetap tinggi, semakin beragam, serta
tidak sedikit melibatkan para
pejabat dan petinggi partai.
26
DAFTAR REFERENSI
Anthony B. L. Cheung, Combating Corruption As A Political Strategy To Rebuild Trust and Legitimacy: Can China Learn From Hongkong?,International Public Management Review,Volume 8 Issue 22007
Anti-corruption laws in Asia Pacific,http://www.nortonrosefulbright.com/files/anti-corruption-laws-in-asia-pacific-63559.pdf, Diakses pada 18Juni 2014
Bahri, Samsul, dkk.2012.Perbandingan Pemberantasan Korupsi, Singapore, Cina, dan Indonesia. http://allaboutadministration.blogspot.com/2012/04/perbandingan-pemberantasan-korupsi.html.diakses pada 29 Juli 2013, Diakses pada 18 Juni 2014
Central Commission for Discipline Inspection of the Communist Party of China, http://en.wikipedia.org/wiki/Central_Commission_for_Discipline_Inspection_of_the_Communist_Party_of_China, Diakses pada 18 Juni 2014
Corruption in China, www.wikipedia.com, Diakses Pada 15 Juni 2014
Corruption in China , http://en.wikipedia.org/wiki/Corruption_in_China#Countermeasures, Diakses pada 18 Juni 2014.
Hermanita, Karlina, Sukron Kamil, Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi, Jakarta: CSRC, 2011.
Independent Commission Agains Corruption,http://en.wikipedia.org/wiki/Independent_Commission_Against_Corruption_%28Hong_Kong%29
Korupsi Dengan Karakteristik China, www.rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/KorupsiChinaUpdate.pdf, Diakses pada14 Juni 2014
Komisi Pemberantasan Korupsi. LAPORAN HASIL PENELITIAN DATABASE NASABAH TERPADU (DNT) DI NEGARA PERANCIS, JERMAN, KOREA SELATAN, CHINA, SPANYOL DAN ITALIA. Jakarta, 2013
http://www.transparency.org, DiaksesPada 15 Juni 2014
Lembaga Administrasi Negara PusatKajian Administrasi Internasional,Strategi Penanganan Korupsi di Negara-NegaraAsia Pasifik, Jakarta, 2007.
Ministry of Supervision.http://www.12388.gov.cn. Diaksespada 18 Juni 2014 Perbandingan Pemberantasan Korupsi, http://allaboutadministration.blogspot.com/2012/04/perbandingan-pemberantasan-korupsi.html, Diakses pada 22 Juni 2014
27