Pemberantasan Korupsi di China

27
PEMBERANTASAN KORUPSI DI CHINA Jefry Harysandy, Muhammad Raf Sanjani Nasution, Pebriani Hardiyanti, Reza Dias Primadana, Sukindar Ari Santoso [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] ; [email protected] Kelas VII A, Prodip IV Akuntansi Khusus, STAN, Tangerang Selatan Abstrak – China, sebuah negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, memiliki sejarah yang panjang, begitupun tenyata juga dengan praktik-praktik korupsi yang terjadi di sana. Kemauan keras Pemerintah China mewujudkan perubahan dalam pemberantasan korupsi tercermin dalam penerapan hukuman tegas kepada para koruptor, yaitu dengan hukuman mati. Lantas bagaimanakah penerapan hukuman tersebut dan apakah berhasil dalam memberantas korupsi di negeri tersebut? Kata Kunci: korupsi, China, hukuman 1. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum China (Tiongkok) adalah negara dengan peradaban yang sangat awal dan sejarah panjang dan kaya. Kompas, bubuk mesiu, seni pembuatan kertas dan percetakan blok ditemukan oleh China (Tiongkok) kuno yang telah berkontribusi sangat besar terhadap kemajuan umat manusia. Tembok Besar, Grand Canal dan proyek lainnya yang dibangun oleh orang China (Tiongkok) dianggap sebagai prestasi rekayasa di dunia. Dengan daratan dari 9.600.000 kilometer persegi, China (Tiongkok) adalah negara ketiga terbesar di dunia. Terletak di bagian timur benua Asia, di pantai barat Samudra Pasifik, Republik Rakyat China (Tiongkok) memiliki luas lahan sekitar 9,6 juta kilometer persegi, dan adalah negara terbesar ketiga di dunia, di samping Rusia dan Kanada. . Negara dibagi menjadi 3 kawasan utama yaitu wilayah otonom, provinsi, dan munisipalitas. Untuk 1

Transcript of Pemberantasan Korupsi di China

PEMBERANTASAN KORUPSI DI CHINA

Jefry Harysandy, Muhammad Raf Sanjani Nasution, PebrianiHardiyanti,

Reza Dias Primadana, Sukindar Ari [email protected]; [email protected];

[email protected]; [email protected];[email protected]

Kelas VII A, Prodip IV Akuntansi Khusus, STAN, TangerangSelatan

Abstrak – China, sebuah negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, memiliki

sejarah yang panjang, begitupun tenyata juga dengan praktik-praktik korupsi yang terjadi di sana.

Kemauan keras Pemerintah China mewujudkan perubahan dalam pemberantasan korupsi tercermin

dalam penerapan hukuman tegas kepada para koruptor, yaitu dengan hukuman mati. Lantas

bagaimanakah penerapan hukuman tersebut dan apakah berhasil dalam memberantas korupsi di

negeri tersebut?

Kata Kunci: korupsi, China, hukuman

1. PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum

China (Tiongkok) adalah negara

dengan peradaban yang sangat awal

dan sejarah panjang dan kaya.

Kompas, bubuk mesiu, seni pembuatan

kertas dan percetakan blok ditemukan

oleh China (Tiongkok) kuno yang

telah berkontribusi sangat besar

terhadap kemajuan umat manusia.

Tembok Besar, Grand Canal dan proyek

lainnya yang dibangun oleh orang

China (Tiongkok) dianggap sebagai

prestasi rekayasa di dunia. Dengan

daratan dari 9.600.000 kilometer

persegi, China (Tiongkok) adalah

negara ketiga terbesar di dunia.

Terletak di bagian timur benua Asia,

di pantai barat Samudra Pasifik,

Republik Rakyat China (Tiongkok)

memiliki luas lahan sekitar 9,6 juta

kilometer persegi, dan adalah negara

terbesar ketiga di dunia, di samping

Rusia dan Kanada. .

Negara dibagi menjadi 3

kawasan utama yaitu wilayah otonom,

provinsi, dan munisipalitas. Untuk

1

wilayah otonom dan Provinsi mempunya

kabupate dan kelurahan atau desa

sedangkan untuk munisipalitas hanya

Kelurahan atau desa dan distrik.

Sistem pemerintahan di China adalah

Marxisme-Leninisme, Negara dengan

Partai tunggal. Saat ini China

dipimpin oleh Presiden Xi Jinping

dengan Perdana Menteri Li Keqjang.

Untuk badan legislatif disebut

Kongres Rakyat Nasional dengan ketua

kongres Zhang Dejiang.

Cina (Tiongkok) merupakan satu

kesatuan bangsa multi-etnis dari 56

Grup etnis. Seperti sebagian besar

(91,6 persen) penduduk adalah dari

Kelompok etnis Han, Cina (Tiongkok)

lainnya 55 Grup etnis yang lazim

disebut sebagai etnis minoritas.

Menurut sensus nasional kelima tahun

2000, 18 etnis minoritas memiliki

populasi lebih dari satu juta.

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud disusunnya

tulisan ini adalah untuk

memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Anti Korupsi, dan

penulis ingin memberikan

informasi mengenai bagaimana

Pemerintah China menghadapi

praktik korupsi yang terjadi

di negaranya. Diharapkan

setelah membaca tulisan ini,

pembaca dapat memperoleh

informasi tentang

pemberantasan korupsi di China

serta dapat melihat

perbandingannya dengan

Indonesia.

1.3. Perumusan Masalah

Dalam tulisan ini akan

dipaparkan beberapa rumusan masalah,

yaitu:

a. Apa saja praktik-praktik korupsi

di China serta kasus korupsi yang

menyita perhatian publik

b. Apa saja langkah-langkah

pemberantasan korupi yang

diterapkan oleh China

c. Apa saja langkah-langkah

pencegahan korupsi yang diterapkan

oleh China

d. Bagaimana hasil dari langkah

pemberantasan dan pencegahan

korupsi yang telah dilakukan oleh

China

2. LANDASAN TEORI

Telah dipahami bersama bahwa

korupsi akan membawa dampak merusak

yang sangat luas pada berbagai sendi

kehidupan negara, yaitu terhadap

aspek ekonomi, sosial, demokrasi,

akhlak dan moral, hukum, kode etik

profesi, budaya, pajak, sumber daya

manusia, dan politik.

2

Dalam penanggulangan kasus

korupsi di China untuk meminimalisir

dampak yang mungkin di timbulkan,

China dikenal dengan pengenaan

hukuman korupsi yang sangat tegas,

yaitu hukuman mati. Hal tersebut

dilakukan melihat praktik-praktik

korupsi China yang telah terjadi

sekian lama yaitu sejak zaman

kekaisaran, yang semakin lama

semakin besar, dan semakin menyita

perhatian publik.

3.PEMBAHASAN

3.1. Praktik Korupsi di China

a. Era Dinasti

Dalam sejarahnya, korupsi yang

berlangsung di China telah berakar

sejak ribuan tahun yang lalu.

Diperkirakan sudah ada sejak zaman

Dinasti Zhou (1027-771 SM). Kasus-

kasus korupsi banyak ditemukan

dalam berbagai catatan sejarah

dinasti di China.

Awal sebuah dinasti dimulai

dengan sebuah periode kepahlawanan

yaitu munculnya pahlawan yang

berhasil menumbangkan rezim

sebelumnya yang menyengsarakan

rakyat. Dinasti baru ini kemudian

mampu membawa kekaisarannya

mencapai puncak kejayaannya.

Periode berikutnya adalah periode

kemerosotan dinasti dan akhirnya

periode keruntuhan. Pada umumnya

penguasa terakhir muncul dalam

kemewahan dan intrik-intrik istana

yang membuat kekuasaan melemah,

misalnya korupsi-korupsi di

kalangan pengumpul pajak atau

praktek suap di bagian

kepegawaian.

Salah satunya pada masa-masa

akhir kekuasaan Dinasti Ming

(1368-1644), dalam kekaisaran

sendiri terjadi pertikaian karena

kekuasaan kasim semakin besar.

Para sarjana mantan pejabat

menekankan pentingnya integritas

moral dan mencela para pemegang

kekuasaan. Salah satu tokoh anti

korupsi yang sangat terkemuka

adalah Hai Rui, seorang guru

konfusian muslim yang hidup pada

masa pemerintahan dinasti Ming. Ia

banyak menyerukan tentang

ketidakadilan dan korupsi yang

marak terjadi di jajaran

pemerintahan. Salah satunya adalah

korupsi yang dilakukan oleh kasim

Wei Zhongxian selain berbagai

kasus kejahatan lain yang

dilakukannya. Tetapi kasim

tersebut berhasil menyingkirkannya

sehingga ia dipecat dari

jabatannya sebagai seorang pejabat

dan dihukum. Namun demikian

3

degradasi moral terus terjadi

dalam rezim Ming.

Pada zaman Dinasti Qing (1644-

1911), pada era Kaisar Qianlong

(1735-1796) pemerintahan Dinasti

Qing tercemar oleh praktek korupsi

pejabat-pejabatnya, salah satunya

oleh menteri kesayangannya,

Heshen. Di tengah keadaan

masyarakat Dinasti Qing yang

sedang terpuruk oleh bencana

meluapnya sungai kuning, tingginya

pungutan pajak dan naiknya harga

kebutuhan pokok masyarakat,

Henshen bersama pejabat-pejabat

lainnya menggelapkan uang pajak

masyarakat yang seharusnya

digunakan untuk pembangunan kanal-

kanal dan bendungan-bendungan

mengantisipasi bencana banjir.

Demi menunjukkan baktinya pada

kakeknya kaisar Kangxi, kaisar

Qianlong turun tahta sebelum

lamanya pemerintahannya menyamai

kaisar Kangxi dan menyerahkan

tahta pada putranya yang

kelimabelas Pangeran Jia. Pangeran

Jia kemudian menjadi Kaisar

Jiaqing. Sepeninggal ayahnya,

Kaisar Jiaqing kemudian

mengeksekusi Heshen dengan tuduhan

korupsi dan menyita kekayaannya.

Korupsi yang mulai merajalela

dalam pemerintahan pada masa akhir

kaisar Qianlong, menandakan mulai

melemahnya dinasti Qing.

b. Era Republik Cina (1912-1949)

Setelah melalui periode

revolusi nasional akhirnya

Republik China yang nasionalis

berdiri pada tahun 1912,

mengakhiri era kekaisaran di China

yang telah berlangsung ribuan

tahun. Namun China kembali

memasuki periode kekacauan yang

ditandai dengan munculnya era

warlordisme sejak wafatnya Yuan

Shikai (1916)sampai dengan dapat

dipersatukannya kembali oleh

Chiang Kai Shek (1928). Sejak itu

Republik China kembali ke tangan

kaum nasionalis (Kuomintang) di

bawah pimpinan Chiang.

Pada masa ini pun korupsi

terus berlangsung, dan bahkan

telah menjadi epidemi pada masa

pemerintahan nasionalis. Korupsi

merajalela di mana-mana, memaksa

Chiang Kai Shek membentuk badan

khusus untuk memeranginya. Tetapi

kemudian ternyata badan itu justru

dijadikan sebagai alat oleh mereka

yang benar-benar mempunyai

kekuasaan untuk memeras uang dari

orang-orang kaya.

Bentuk-bentuk korupsi yang

umumnya terjadi di kalangan

masyarakat, di antaranya adalah

4

pemerasan secara terang-terangan.

Apabila permintaan tersebut

ditolak maka dianggap sebagai

penentang Kuomintang dan akan

langsung dituduh sebagai komunis,

dan hal itu berarti ditangkap dan

disiksa. Para petani enggan

menjual hasil bumi ke kota karena

mereka harus melewati pos-pos

pemeriksaan Kuomintang dan dipaksa

membayar uang sogokan atau

menyerahkan barang dagangan.

Bahkan Chiang Kai Shek dan

keluarganya terlibat erat dalam

korupsi, demikian pula pejabat

dari tingkat pusat hingga daerah

dan para jenderalnya. Korupsi

ditengarai menjadi salah satu

penyebab jatuhnya Kuomintang,

antara lain dana-dana bantuan

milliter dari Amerika Serikat yang

diselewengkan untuk kepentingan

pribadi atau kelompok.

c. Era Republik Rakyat Cina (1949-

1998)

Pada era pemerintahan Mao Tse

Tung (1949-1976) kasus-kasus

korupsi tidak menghilang begitu

saja. Tidak lama setelah merebut

kekuasaan, Komunis menghadapi

krisis. Mereka berhasil menarik

simpati dan mendapat dukungan

jutaan rakyat dengan menjanjikan

pemerintahan yang bersih, tetapi

beberapa pejabat mulai menerima

suap atau mendahulukan kepentingan

kerabat dan teman-teman mereka.

Beberapa pejabat mulai suka

menyelenggarakan pesta mewah,

sebagai suatu kebiasaan yang

mendarah daging dalam tradisi

China dan merupakan cara untuk

menyenang-nyenangkan orang lain

sambil pamer, atas biaya dan atas

nama negara.Banyak pejabat

melakukan penggelapan besar-

besaran, sementara pemerintah

sedang berusaha memperbaiki

kondisi ekonomi yang carut-marut.

Pada era reformasi yang

dimulai sejak pemerintahan Deng

Xiaoping, korupsi justru semakin

meluas. Slogan yang sangat

terkenal pada masa pemerintahan

Deng Xiaoping bahwa getting rich is

glorious atau menjadi kaya itu

mulia, berpengaruh bagi masyarakat

China dalam mengumpulkan uang

sebanyak-banyaknya. Masyarakat

didorong untuk mengejar kemakmuran

pribadi. Seruan Deng itu telah

memberi rakyat China ruang terbuka

yang luas untuk memaksimalkan

upaya menjadi kaya. Dalam

kenyataannya, di banyak kasus

seruan “menjadi kaya itu mulia”

dimaknai dan diterapkan secara

5

negatif sehingga korupsi di China

semakin meluas.

Beberapa kasus korupsi yang

terjadi pada masa ini antara lain:

1. Wang Shouxin

Kader tingkat menengah dari

Partai Komunis China yang menjadi

terkenal karena skandal korupsi

terbesar RRC yang pernah terjadi

pada tahun 1979. Wang Shouxin

Bekerja di provinsi Heilongjiang,

dia menggelapkan setidaknya

536.000 yuan uang milik negara.

Kasusnya diselidiki oleh Liu

Binyan dan diterbitkan dalam

sebuah artikel berjudul

mengekspos orang atau monster

yang diterbitkan dalam Sastra

Rakyat pada bulan September 1979.

2. Kasus Penyeludupan Xiamen

(Xiamen Smuggling Case) (1996-

1998)

Lai Changxing, kepala kelompok

penyelundupan di Xiamen, Cina

Timur, Provinsi Fujian,

menjalankan operasi penyelundupan

bernilai miliaran dolar di Cina

antara tahun 1996 dan semester

pertama tahun 1999. Dibutuhkan

dua tahun bagi pemeriksa untuk

benar-benar membongkar kasus

tersebut dan menghukum para

pelakunya.

Penyelidikan terhadap kasus

ini menunjukkan bahwa selama

periode 1996-1999, Lai dan

tersangka lainnya menyeludupkan

lebih dari 4,5 juta ton minyak

olahan, 450.000 ton minyak

nabati, tiga juta bungkus rokok,

3.588 mobil dan sejumlah besar

obat-obatan dari barat, bahan

kimia, bahan baku tekstil, dan

barang-barang elektro-mekanis,

dengan total nilai 53 miliar yuan

($ 6.380.000.000), menghindari

pajak sebesar 30 miliar yuan ($

3.600.000.000).

Lebih dari 600 orang terlibat

dalam kegiatan ilegal ini.

Sekitar 200 tersangka yang

melarikan diri dari daerah

tersebut ditangkap dan ditahan.

Pengadilan setempat telah

mengadili hampir 300 tersangka

sampai saat ini.

Dari sisi pemerintah sendiri,

kepala Bea Cukai Xiamen, Yang

Qianxian, ditetapkan bersalah

karena menerima suap sebesar 160

juta Yuan dari Lai Changxing agar

menutup mata dan membiarkan

kegiatan penyeludupannya tetap

berjalan. Yang Qianxian akhirnya

dijatuhi hukuman mati oleh

pengadilan Cina.

6

Lai Changxing sendiri berhasil

melarikan diri ke Kanada. Setelah

melalui proses diplomasi dan

perundingan ekstradisi yang

sengit Lai Chingxing akhirnya

diekstradisi ke Cina pada tahun

2011 dan dijatuhi hukuman penjara

seumur hidup.

3. Kasus Suap Walikota Beijing

(1994)

Chen Xitong, yang merupakan

Walikota Beijing, dicopot dari

kursinya di Komite Sentral partai

dan tempatnya di pembuatan

kebijakan Politbiro. Para

pemimpin partai juga dianjurkan

menghapus dia dari legislatif.

Hal ini dikarenakan

keterlibatannya dalam penggelapan

dana sebesar $ 35.000.000,-.

Wakil Walikota Beijing, Wang

Baosen, bunuh diri setelah adanya

tuduhan tersebut, dan Chen Xitong

mengundurkan diri dari jabatannya

tidak lama setelah Wang bunuh

diri. Pada tahun 1998 Chen Xitong

diadili dan dijatuhi hukuman 16

tahun penjara oleh pengadilan.

d. Era 1998-Sekarang

Beberapa kasus korupsi besar

yang terjadi pada kurun waktu

ini, antara lain:

1. Kasus Suap Kepala UFWD (2002-

2011)

UFWD (United Front Work Department)

adalah badan penghubung antara

partai Komunis yang berkuasa dan

organisasi non-komunis lainnya.

Zhou Zhenhong, mantan kepala UFWD

di Provinsi Guangdong mengaku

menerima suap sebesar 24,6 juta

yuan atau sekitar empat juta

dolar (setara dengan 46,6 miliar

rupiah) antara tahun 2002 hingga

2011.Ia dihukum mati dengan masa

penangguhan dua tahun, bentuk

hukuman yang biasanya akan

diringankan menjadi hukuman

seumur hidup.

Zhou juga dinyatakan bersalah

karena memiliki aset yang tidak

bisa dijelaskan bernilai lebih

dari 37 juta yuan atau sekitar 70

miliar rupiah. Ia dinyatakan

menerima suap dari 33 orang untuk

memberi imbalan promosi

pekerjaan, kesepakatan bisnis dan

terpilih dalam kedudukan politik

tertentu.

2. Kasus Korupsi Walikota Nanjing

(2013)

Ji Jianye adalah walikota

Nanjing periode 2010 s.d. 2013.

Ji diselidiki karena hubungannya

dengan raja konstruksi Jiangsu

yang sedang berada dalam tahanan.

7

Ji dikenal memiliki reputasi

dalam mengarahkan kontrak

pembangunan pemerintah kepada

teman-teman dan rekan-rekannya

dengan menempatkan besaran angka

kontrak yang tidak sesuai untuk

keuntungan mereka.

Pada tanggal 16 Oktober 2013

Ji Jianye dipecat, ditangkap dan

diselidiki (Shuanggui) oleh

Central Commission for Discipline Inspection

of the Communist Party of China karena

korupsi. Pada Januari 2014, ia

dikeluarkan dari Partai Komunis.

3. Sichuan School Corruption Scandal

(2008)

Skandal ini adalahserangkaian

tuduhan korupsi terhadap pejabat

yang terlibat dalam pembangunan

sekolah di daerah yang terkena

dampak gempa bumi Sichuan

2008.Berbagai diskusi dan laporan

menuduh bahwa pejabat pemerintah

dan perusahaan konstruksi lalai

dalam menyempurnakan pembangunan

sekolah, dan bahwa mereka

mengabaikan standar teknik sipil

dan mengambil jalan pintas untuk

menyelesaikan proyeknya demi

mendapatkan keuntungan yang lebih

besar

Meskipun pada awalnya

Pemerintah Cina terbuka untuk

pelaporan independen dan media

asing, pemerintah Cina berusaha

mengecilkan masalah dan menekan

kritik.Selain itu, pemerintah

daerah Sichuan berusaha untuk

memberi kompensasi moneter kepada

para orang tua yang anaknya

menjadi korban agar tidak memberi

informasi kepada media.

Adanya tuntutan dari

masyarakat untuk menindaklanjuti

skandal tersebut ditanggapi oleh

Pemerintah Pusat yang berjanji

akan segera menangani kasus

tersebut. Tapi janji tersebut

tidak diikuti dengan tindakan-

tindakan substansial.

4. Skandal Dana Pensiun Shanghai

(2006)

Skandal Dana Pensiun Shanghai

adalah kasus korupsi di Shanghai,

Cina, yang mengakibatkan

pemecatan beberapa pejabat senior

Partai Komunis Cina dari 2006 dan

seterusnya. Kasus ini melibatkan

penyalahgunaan dan investasi

ilegal dana jaminan sosial

Shanghai di berbagai real estate

dan jalan proyek.

Pada akhirnya, mantan ketua

partai di Shanghai Chen Liangyu

yang terlibat dalam skandal itu

dan diberhentikan. Pejabat tinggi

lain juga terlibat seperti Zhu

Junyi, Qin Yu, Yu Zhifei, dan

8

Chen Chaoxian. Wakil Perdana

Menteri Huang Ju dan istrinya Yu

Huiwen juga diyakini terlibat,

tapi tidak pernah secara resmi

terkena sebagai bagian dari

skandal itu.

Dana jaminan sosial Shanghai

mengelola 10 miliar yuan aset.

Tuduhan adalah bahwa sekitar

sepertiga dari dana publik

tersebut dialihkan ke proyek real

estate dan proyek-proyek

investasi jalan.

Chen Liangyu, Kepala Partai

Komunis di Shanghai dan anggota

Politbiro dipecat dari partai

pada tahun 2006, menjadi anggota

partai paling senior yang dipecat

dalam satu dekade terakhir. Ia

dituduh menyalahgunakan investasi

miliaran yuan uang dana pensiun

di real estate, membantu bisnis

ilegal, melindungi rekan korup,

dan menyalahgunakan posisinya

untuk menguntungkan anggota

keluarga. Pada tanggal 11 April

2008, Chen, dijatuhi hukuman 18

tahun penjara karena menerima $

340.000 uang suap dan

menyalahgunakan kekuasaan,

khususnya, untuk manipulasi

saham, penipuan keuangan dan

perannya dalam skandal dana

pensiun Shanghai.

3.2. Pemberantasan Korupsi di China

Keseriusan pemerintah China

dalam memerangi korupsi mulai

terlihat pada masa kepemimpinan

Zhu Rongji (1997-2002) dengan

ucapannya yang menyiratkan

keseriusan pemerintah dalam

memberantas korupsi, yaitu “Beri

saya 100 peti mati, Sembilan puluh

sembilan akan saya gunakan untuk

mengubur para koruptor, dan satu

untuk saya kalau saya melakukan

tindakan korupsi.” Zhu Rongji

mempopulerkan hukuman mati di

China bagi para pelaku korupsi,

meskipun dilakukan oleh pejabat

pemerintahan sekalipun. Hukuman

berat yang diterapkan bagi para

koruptor tersebut dimaksudkan agar

memberikan efek jera dan rasa

takut bagi para koruptor. Namun

pemberantasan korupsi di China

dimulai sejak zaman dinasti.

Pemberantasan Korupsi Pada Masa

Kekaisaran

Pemberantasan korupsi pada

masa kekaisaran dilakukan secara

bertingkat oleh pejabat

daerah/provinsi. Para pejabat

provinsi ini bekerja sama dengan

panglima-panglima militer (warlord)

yang ditugaskan oleh kaisar untuk

mengamankan beberapa wilayah.

9

Laporan dari para panglima militer

dilanjutkan kepada kaisar melalui

kasim. Kasim adalah pengurus rumah

tangga istana dan pengurus dayang

kaisar, namun karena kasim

mengetahui rahasia dalam istana

dan menjadi penghubung dunia luar

kepada kaisar, maka kekuasaannya

menjadi terlalu besar dan

pemberantasan korupsi tidak

efektif. Bahkan akhir zaman

Dinasti Manchu, yaitu pada

pemerintahan kaisar Pu Yi, Kasim

istana pada waktu itu Kasim Ho

Shen diduga memutus banyak

informasi dari luar dan memupuk

kekayaan untuk dirinya sendiri

bersama dengan para jendral

militer, salah satunya Fu Kang An,

dengan melakukan korupsi atas dana

militer sehingga disebut sebagai

salah satu penyebab gagalnya

militer Dinasti Qing dalam

membendung Revolusi Xianhia tahun

1911-1912.

Pemberantasan Korupsi Pada Masa

Republik (1912-1949)

Setelah Revolusi Xianhia yang

dipimpin oleh dr. Sun Yat Sen,

dengan ditandai terbentuknya

Republik Tiongkok dipimpin oleh

Partai Kuomintang (KMT),

pemerintahan Republik Tiongkok

tidak pernah memposisikan

pemberantasan korupsi sebagai

fokus utama. Hal tersebut

disebabkan pada masa revolusi

tersebut terjadi banyak konflik

dan otoritas pusat pasang surut

dalam menanggapi warlordisme

(1915-1928), Invasi Jepang (1937-

1945), dan Perang Saudara Tiongkok

(1927-1949). Chiang Kai Shek

membentuk badan khusus untuk

memeranginya. Badan itu dinamakan

“Kelompok Penumpas Harimau‟,

karena rakyat membandingkan para

pejabat yang korup dengan harimau

yang buas. Badan itu mempersilakan

rakyat untuk mengajukan keluhan.

Tetapi kemudian ternyata bahwa

sesungguhnya badan itu justru

dijadikan sebagai alat oleh mereka

yang benar-benar mempunyai

kekuasaan untuk memeras uang dari

orang-orang kaya. Apabila

permintaan tersebut ditolak maka

dianggap sebagai penentang

Kuomintang dan akan langsung

dituduh sebagai komunis, dan hal

itu berarti ditangkap dan disiksa.

Pada tahun 1927 partai oposisi

yaitu Partai Komunis China

(Communist Party of China/中中中中中)

membentuk Central Control

Commission untuk memberantas

korupsi pada internal Partai

Komunis China.

10

Pemberantasan Korupsi Pada Masa

Republik Rakyat Tiongkok

Setelah berdirinya Republik

Rakyat Tiongkok pada 1949, Partai

komunis Cina yang mulai saat itu

menguasai pemerintahan, mengubah

nama Central Control menjadi

Central Commission for Discipline Inspection

of the Communist Party of China (中中中中中中中中

中 中 中 中 中 中 ) yang bertugas untuk

menginvestigasi dan memberantas

korupsi diantara anggota partai.

China memiliki beberapa

peraturan yang mengatur tentang

pemberantasan korupsi ataupun

suap, antara lain:

• the PRC Criminal Law atau Hukum

Pidana Cina: merupakan

peraturan yang menghukum kasus

suap yang paling akut

• PRC Unfair Competition Law atau

Undang-undang Persaingan Usaha

Tidak Sehat Cina: merupakan

UU yang mengatur kasus suap

yang dilakukan secara sengaja

oleh pelaku usaha untuk tujuan

bisnis yang dapat dikenakan

pidana atau non-pidana.

• Interim Regulations on Prohibition of

Commercial Bribery atau Peraturan

Sementara tentang Larangan

Suap Komersial dikeluarkan

oleh State Administration for Industry

and Commerce.

• Peraturan yang dikeluarkan

oleh Mahkamah Agung, Kejaksaan

Agung atau Lembaga Negara

untuk Industri dan Perdagangan

• Peraturan yang dikeluarkan

oleh Partai Komunis Cina,

ditujukan untuk pejabat yang

tidak terlibat dalam penyuapan

tapi bertindak pasif yaitu

tidak mengambil tindakan

terhadap penyuapan dan korupsi

yang secara aturan merupakan

wewenang mereka.

Ada dua penggerak besar yang

berperan dalam pemberantasan

korupsi di China, yaitu partai dan

pemerintah. Sebagai negara

berpartai tunggal kebijakan

pemerintah adalah kebijakan

partai, sehingga tidak

mengherankan bila suatu badan yang

dibentuk pemerintah di China

bertanggung jawab kepada Partai

Komunis China.

Lembaga-Lembaga Yang Bergerak

Dalam Bidang Pemberantasan Korupsi

1. Central Commission for

Discipline Inspection

Central Commission for

Discipline Inspection yang

merupakan tingkat kedua dari

Partai Komunis China dapat

menindak seluruh petugas

11

pemerintahan. Hal itu karena dalam

pengangkatan PNS dan pejabat di

China harus melakukan sumpah setia

kepada partai. Lembaga ini

memiliki sistem investigasi yang

sangat ditakuti oleh para

anggotanya yaitu Shuanggui.

Shuanggui, diartikan sebagai

penuduhan ganda. Tersangka

menghadiri sesi tanya jawab di

tempat yang telah ditentukan untuk

jangka waktu yang ditunjuk.

Tersangka korupsi yang

diinvestigasi oleh lembaga ini

akan mengalami suatu tekanan fisik

dan batin yang amat berat hingga

mengakui tindakannya. Selain itu

Partai Komunis Cina juga

menetapkan aturan yang melarang

pejabat daerah untuk memimpin di

daerah kelahirannya, sehingga

dapat mengurangi peluang untuk

korupsi.

2. Supreme People's Procuratorate

(SPP)

The Supreme People's

Procuratorate (Chinese: 中中中中中中中;

pinyin: Zuìgāo Rénmín Jiǎncháyuàn)

adalah lembaga tertinggi di

tingkat nasional bertanggung jawab

untuk penuntutan dan penyidikan.

SPP berdiri pada tahun 1949

berdasarkan The Organic Law of The

Central People's Government of The People's

Republic of China article 130.

Organisasi ini sempat

dibekukan selama 10 tahun saat

terjadi “cultural revolution” dan

didirikan kembali pada Maret 1978

berdasarkan The Constitution of the

People's Republic of China article 129.

Secara struktur, SPP berada di

bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada kongres.

SPP adalah unsur penegak

hukum di China yang juga diberikan

wewenang melakukan kegiatan

investigasi sekaligus penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi.

Selain itu, SPP juga melakukan

monitoring terhadap seluruh

pejabat negara China.

Berikut adalah fungsi dan

wewenang dari SPP :

a. Melakukan procuratorial pada

kasus pengkhianatan terhadap

negara dan tindak pidana yang

membahayakan negara.

b. Melakukan investigasi terhadap

kasus korupsi, kelalaian dalam

menjalankan tugas negara,

kasus pelanggaran HAM, dan

pelanggaran serius seperti

penahanan tidak sesuai hukum,

penggeledahan tidak sesuai

hukum, dan penangkapan orang

yang tidak sesuai hukum.

12

c. Mengkaji kasus yang ditangani

oleh public security organs and state

security agencies (kepolisian).

d. Menginisiasi dan mendukung

penuntutan pada kasus kriminal

dan mensupervisi pada

pemeriksaan di pengadilan

e. Mensupervisi putusan dan

hukuman dari pengadilan pada

kasus kriminal yang sesuai

dengan hukum. Mensupervisi

pada kasus dimana ditemukan

kesalahan, dengan mengajukan

banding sesuai dengan

prosedur.

f. Menjalankan legal supervision

pada pemeriksaan di

pengadilan.

g. Menjalankan legal supervision

pada administrasi pemeriksaan

perkara.

h. Memberikan perlindungan hukum

kepada warga negara yang

mengajukan pengaduan dan

petisi melawan pelanggaran

hukum oleh penyelenggara

negara, menginvestigasi

pertanggungjawaban hukum

terhadap pelanggaran HAM atau

hak-hak yang lain, menerima

pengaduan dan melaporkan

kesalahan tindakan dan petisi

oleh warga negara.

Peraturan perundang-undangan

mengenai anti korupsi di China

mengenal sistem pembuktian

terbalik, apabila seorang

penyelenggara negara yang memiliki

penambahan harta kekayaan

(pendapatan – pengeluaran) lebih

dari RMB 300.000 atau sekitar

Rp.360.000.000 selama setahun maka

si penyelenggara negara harus

dapat menjelaskan asal-usul harta

kekayaannya tersebut. Jika

penyelenggara negara tidak dapat

menjelaskan maka akan ditindak

sesuai Undang-undang Anti Korupsi

yang berlaku di China.

3. China Anti Money Laundering

Monitoring and Analysis Center

(CAMLMAC)

CAMLMAC merupakan salah satu

unit kerja di bawah People’s Bank

of China (Bank Sentral China) yang

bertugas untuk memberantas tindak

pidana pencucian uang di China.

Sama seperti halnya kebijakan

perbankan di negara-negara lain,

CAMLMAC memiliki database mengenai

seluruh Suspicious Transaction

Report (STR) dan Large Value

Transaction (LVT) yang terjadi di

seluruh Pemberi Jasa Keuangan

(PJK). Pada database STR dan LVT

tersebut memuat informasi mengenai

para pelaku transaksi, besaran dan

13

nilai transaksi, waktu dan tempat

kejadian transaksi.

Hasil analisis dan

diseminasi STR/LVT dari CAMLMAC

tersebut akan dibawa dalam Joint

Meeting dengan Biro AML negara

lain atau Ministry of Public

Security (Kepolisian) atau lembaga

penegak hukum lainnya tergantung

kepada major crime-nya.

4. Ministry of Supervision (MoS)

Ministry of Supervision (中中

中 ) atau Kementerian Pengawasan

bertanggung jawab untuk menjaga

pemerintahan yang efisien,

disiplin, bersih dan jujur, dan

mendidik pegawai negeri tentang

tugas dan disiplin mereka. MoS

bekerja sama dengan Central

Commission for Discipline Inspection of the

Communist Party of China menghimpun

laporan aduan masyarakat pada

situs http://www.12388.gov.cn.

Pengaduan masyarakat ini dengan

"manajemen problem territorial”

pengadu memilih situs yang tepat

mencerminkan masalah yang

dilaporkan oleh informan sesuai

dengan jenis masalah dan wilayah.

Laporan tersebut dianalisis

untuk kemudian dilanjutkan kepada

masing-masing

departemen/kementerian atau

pemerintah wilayah yang

bersangkutan. Apabila laporan

tersebut berkaitan dengan tindak

pidana korupsi akan dilanjutkan

kepada Central Commission for Discipline

Inspection of the Communist Party of China

dan The Supreme People's

Procuratorate. Walaupun pemerintah

China menjanjikan imbalan kepada

para pengadu (whistleblower) berupa

perlindungan keamanan dan jaminan

posisi pada pemerintahan,

mayoritas pengadu tersebut

menyembunyikan identitas asli

mereka karena dua hal, yaitu:

a. Kesalahan pengaduan dapat

mengakibatkan pengadu

diterapkan tindak pidana bila

substansi pelaporannya tidak

terbukti;

b. Terdapat organisasi kriminal

triad yang digerakkan oleh

politisi kotor.

Fungsi dan wewenang yang

dimiliki MOS ini berlaku di

seluruh institusi pemerintahan

baik di tingkat pusat maupun

daerah mulai dari departemen

hingga unit pelayanan teknisnya,

badan/komisi, dan pemerintah

daerah hingga unit pelayanan

teknisnya. Berikut adalah wewenang

yang dimiliki oleh MOS :

a. Wewenang untuk melakukan

inspeksi.

14

Memeriksa jalannya

administrasi pemerintahan dan

mensupervisi para pegawainya

dalam menjalankan disiplin

peraturan dan kebijakan.

b. Wewenang untuk melakukan

investigasi

Melakukan penyelidikan

terhadap kasus-kasus yang

melanggar hukum, peraturan dan

kebijakan yang dilakukan oleh

institusi pemerintah dan

pegawainya.

c. Wewenang untuk memberikan

rekomendasi

Merekomendasikan kepada

departemen /institusi

pemerintahan yang bersangkutan

untuk menghindari terjadinya

pelanggaran terhadap peraturan

atau kebijakan dan meningkatkan

efisiensi dalam administrasi

pemerintahan. MOS juga dapat

merekomendasikan pemberian

penghargaan kepada institusi

atau pegawai yang sudah

menjalankan tugasnya dengan

baik.

d. Wewenang untuk memberikan

hukuman

Sebagai hasil dari temuan-

temuan di lapangan, MOS dapat

memberikan sanksi berupa

peringatan, penurunan pangkat,

pemindahan posisi, hingga

pemecatan.

Untuk melaksanakan fungsinya

tersebut, MOS menempatkan

personilnya di semua departemen

baik di pusat maupun daerah.

Jumlah personil yang di tempatkan

untuk setiap departemen berkisar

antara 10 – 15 orang. Dalam hal

memberikan rekomendasi perbaikan,

institusi yang diberikan

rekomendasi wajib menjalankannya.

5. State Administration for

Industry and Commerce (SAIC)

SAIC adalah otoritas di

Republik Rakyat China bertanggung

jawab untuk mengeksekusi undang-

undang tentang administrasi

industri dan perdagangan di

Republik Rakyat. Tindak pidana

korupsi yang marak dalam

perdagangan dan industri adalah

penyuapan.

6. Independent Commission Against

Corruption (ICAC)

ICAC adalah lembaga

pemberantasan dan anti korupsi di

Hong Kong yang didirikan oleh

Gubernur Murray MacLehose pada

tanggal 15 Februari 1974, ketika

Hong Kong berada di bawah

kekuasaan Inggris. Tujuan utamanya

adalah untuk membersihkan korupsi

endemik di banyak departemen

15

Pemerintah Hong Kong melalui

penegakan hukum, pencegahan dan

pendidikan masyarakat. Sejak tahun

1997, Komisioner ICAC telah

ditunjuk oleh Dewan Negara

Republik Rakyat China, berdasarkan

rekomendasi dari Kepala Eksekutif

Hong Kong. Petugas ICAC harus

mematuhi kode etik sebagai

berikut:

a. Memegang teguh prinsip

integritas dan keadilan

b. Menghormati hak-hak semua orang

di bawah hukum

c. Menjalankan tugas tanpa rasa

takut dan pilih kasih.

d. Beraksi sesuai dengan hukum

yang berlaku.

e. Tidak menyalahgunakan

kewenangan dan jabatan yang

dimiliki.

f. Beraksi sesuai dengan kebutuhan

g. Betanggung jawab terhadap

perintah dan pekerjaan

h. Mengutamakan jalur persidangan

dan membatasi perilaku dan

perkataan

i. Menghargai upaya individu dan

profesionalisme

Petugas ICAC harus bekerja

sesuai dengan standar berikut ini:

a. Merespon laporan korupsi dalam

48 jam

b. Merespon laporan selain korupsi

dalam dua hari kerja

c. Merespon permintaan untuk

pencegahan korupsi dalam dua

hari kerja

d. Merespon permintaan layanan

pendidikan anti korupsi dan

informasi dalam dua hari kerja.

Selain Kode Etik dan Standar

Kinerja di atas, petugas ICAC

dilarang memiliki kartu diskon

dan/atau kartu-kartu fasilitas VIP

lain sebagai upaya menekan

kebiasaan korupsi.

ICAC diberikan kewenangan

untuk melakukan investigasi dan

penangkapan dibawah tiga

ordonansi, yaitu:

a. Independent Commision Againts

Corruption Ordinance

• Bertugas membentuk dan

mendeskripsikan tugas dari

ICAC.

• Bertugas membuat batasan-

batasan yang bisa dilakukan

oleh ICAC dalam investigasi,

prosedur dalam menangani

tersangka dan penyitaan

asset.

• Memberi ICAC kewenangan untuk

melakukan penahanan,

pencekalan, juga kewenangan

untuk mencari tersangka

sehubungan dengan

16

kewenangannya untuk menahan

dan mencekal.

• Memberi ijin kepada ICAC

untuk melakukan analisis

forensic

• Memberi kewenangan untuk

melakukan investigasi

terhadap pejabat public yang

melakukan penyalahgunaan

wewenang.

b. The Prevention of Bribery

Ordinance

• Mendefinisikan pelanggaran

yang termasuk penyuapan baik

kepada pegawai sektor public

dan swasta.

• Memberi kewenangan pada ICAC

untuk melakukan investigasi

dan identifikasi transaksi

dan asset yang disembunyikan

oleh koruptor. Seperti

melacak rekening bank,

pemeriksaan dokumen bisnis,

penghasilan dan pengeluaran.

• Memberi kewenangan ICAC untuk

melakukan pencekalan dan

penghentian sementara proses

penghapusan asset dalam

rangka pencucian uang.

• Memberi ICAC kewenangan untuk

memberikan perlindungan pada

investigasi

c. The Election(Corrupt and

Illegal Conduct) Ordinance

• Memastikan agar pemilu

dilakukan dengan adil,

terbuka dan jujur, serta

bebas dari korupsi dan

tindakan ilegal lainnya.

ICAC, sejak pendiriannya telah

mengadopsi strategi unik untuk

melawan korupsi. Tiga pendekatan

tersebut yaitu, penegakan hukum,

pencegahan dan pendidikan anti

korupsi. Tiga pendekatan tadi

terwujud dalam struktur unik ICAC

yang terdiri dari Commissioner,

Administration Branch, Operation

Departement(Law Enforcement),

Corruption Prevention

Department(Prevention), Community

Relations Departement(Education).

Tiga pendekatan tadi memiliki

peran yang sangat vital dalam

membentuk kesadaran masyarakat

dalam melawan korupsi. Masing-

masing department tadi mewakili

fungsi sebagai berikut:

a. Operation Department

Menerima, memeriksa, dan

investigasi segala laporan

pelanggaran korupsi.

b. Corruption Prevention

Department

Memeriksa pelaksanan dan

prosedur kantor-kantor

pemerintah untuk mengurangi

kesempatan adanya korupsi dan

17

menawarkan koncultasi

pencegahan korupsi gratis pada

sektor swasta.

c. Community Relations Department

Mendidik publik melawan

korupsi dan memberi suport pada

publik dalam memerangi korupsi.

3.3. Pencegahan Korupsi di China

Pada September 2007,

pemerintah China mengumumkan

pendirian Biro Pencegahan

Korupsi Nasional/ The National

Bureau of Corruption

Prevention (NBCP) yang akan

bertugas untuk memonitor jalur

aset yang mencurigakan serta

aktivitas yang dicurigai

merupakan hasil korupsi. Staf

NBCP akan mengumpulkan dan

menganalisis informasi dari

sejumlah sektor termasuk di

antaranya dari perbankan,

penggunaan lahan, pengobatan,

dan telekomunikasi. sehingga

mampu memonitor alur keuangan

masuk dan keluar para pejabat

dan mendeteksi perilaku pihak-

pihak yang dicurigai. Biro ini

nantinya akan melaporkan

langsung temuannya kepada

dewan negara atau kabinet

China. Meski demikian, biro

tersebut tidak akan terlibat

dan tidak memiliki wewenang

dalam penyelidikan kasus

perseorangan. NBCP juga

bertugas memberikan arahan

pekerjaan anti-korupsi bagi

perusahaan, organisasi non-

pemerintah, membantu asosiasi

perdagangan untuk menciptakan

sistem dan mekanisme disiplin

sendiri, mencegah penyuapan

komersial, serta memperluas

pencegahan korupsi bagi

organisasi pedesaan seperti

halnya masyarakat kota.

Demi meningkatkan

kemampuan NBCP, maka dilakukan

kerja sama internasional dan

bantuan badan internasional

dalam pencegahan korupsi. Biro

tersebut, di bawah kerangka

kerja Konvensi Perlawanan

Korupsi Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB), juga menawarkan

bantuan bagi negara-negara

berkembang dalam pencegahan

korupsi serta bekerja untuk

dukungan teknis dan bentuk

bantuan lainnya dari negara-

negara asing dan organisasi

internasional. Selain itu,

juga akan mempelajari

pengalaman anti korupsi di

negara-negara lain dan

meningkatkan pertukaran

18

informasi dengan organisasi

internasional dan negara lain.

Biro tersebut juga telah

ditetapkan untuk melaksanakan

tugas menjabarkan kemajuan

transparansi informasi

pemerintah pada semua

tingkatan. NBCP akan

mengevaluasi sejumlah celah

dalam kebijakan baru yang

dikeluarkan pemerintah yang

kemungkinan masih ada cara

untuk melakukan korupsi,

melakukan pemeriksaan dan

pencegahan korupsi pada semua

tingkatan, mengadakan proyek

perintis serta menyiapkan

sebuah pembentukan standar

untuk menetapkan apakah sebuah

departemen atau seorang

pejabat bersih.

Struktur Organisasi

NBCP berada di bawah State

Council yang bertanggungjawab dalam

pencegahan korupsi di China. Biro

ini sekarang bertempat di

Kementerian Pengawasan dan jabatan

direktur dipegang oleh Menteri

Pengawasan. Dalam biro ini terdapat

dua deputi direktur, satu sebagai

Vice Minister of Supervision (wakil

kepala NBCP). Satu lagi Vice

Minister level oversees yang

mengerjakan pekerjaan rutin di biro.

Tugas NBCP adalah:

中 Bertanggung jawab terhadap

pengharmonisasian, perencanaan,

formulasi kebijakan dan pengujian

serta supervisi dari pemberlakuan

anti korupsi di China

中 Pengkoordinasian dan pengarahan

untuk pencegahan kerja di  bidang

swasta, sektor public, kelompok

sosial, dan organisasi sosial

lainnya

中 Bertanggung jawab untuk kerjasama

internasional dalam hal

pencegahan korupsi

Biro Nasional Pencegahan Korupsi

mendirikan sebuah website untuk

mempublikasikan acara dan posting

berita yang berkaitan dengan

korupsi. Situs ini juga menyediakan

tempat bagi warga negara untuk

langsung mengajukan pengaduan

korupsi dan opini yang objektif

tentang kinerja pemerintah.

Pemerintah China telah

menetapkan sejumlah kebijakan

untuk mencegah perluasan

korupsi di negaranya, seperti

menaikkan gaji pegawai negeri

(sejak tahun 1989 gaji pegawai

negeri telah naik lima kali),

meningkatkan transparansi

dalam rekrutmen dan promosi

pegawai negeri, menjalankan

19

reformasi administrasi.

Semuanya didukung dengan

adanya landasan hukum yang

kuat.

Pada tingkat lokal,

langkah pencegahan korupsi

misalnya, Walikota Beijing Liu

Qi meluncurkan sunshine policy

untuk melawan korupsi.

Kebijakan ini mengharuskan

para petinggi partai, pejabat,

dan pegawai pemerintah untuk

melaporkan hal-hal pribadi

seperti membangun atau membeli

rumah, mengirim anak belajar

ke luar negeri, upacara

pernikahan anak, bahkan

memilih pasangan hidup untuk

menjaga stabilitas dan

integrasi sistem politik.

3.4. Hasil Pemberantasan Korupsi di

China – saat ini

Korupsi di China dianggap

sebagai kejahatan besar. Alasan

utamanya adalah korupsi bisa

menghancurkan dan meluluhlantakkan

sendi-sendi kehidupan di masyarakat

dan negara. Daya rusak korupsi

terhitung dahsyat. Bukan hanya

menghancurkan moral, tetapi dianggap

mampu membunuh solidaritas hingga

merusak infrastruktur. Bahkan bisa

pula membunuh banyak orang atau

setidak-tidaknya memarjinalkan warga

tertentu, merusak tatanan, hingga

memperkokoh perbedaan kelas. Oleh

karena itu, koruptor layak dihukum

mati. Adapun hasil dari langkah,

kebijakan, serta kegiatan yang dalam

pemberantasan dan pencegahan korupsi

yang dilakukan oleh China yaitu:

1. Peringkat CPI China

Tahun CPI2002 3,52009 3,6

2010 3,5

2011 3,6

2012 3,9

2013 4

Di tahun 2013, China menduduki

peringkat 80 dari 178

negara menurut Transparency

International. Corruption Perceptions Index.

(CPI) China dari tahun ke tahun

masih stagnan berada dikisaran

angka yang tidak begitu tinggi.

Meskipun CPI menurut Transparency

International tidak bersifat mutlak

karena didasarkan pada persepsi

sektor publik, China adalah contoh

negara yang menerapkan hukuman

sangat berat bagi pelaku korupsi,

yaitu hukuman mati, tetapi hasil

yang diperoleh tidak berbanding

terbalik dengan berkurangnya

jumlah korupsi.

20

2. Pertumbuhan Ekonomi China

Langkah pemberantasan korupsi

dengan pondasi komitmen yang kuat

dari Pemerintah China untuk

memberantas korupsi sudah dimulai

sejak masa Zhu Rongji (1997-2002)

yang merupakan bagian dari

reformasi birokrasi. Langkah

positif tersebut memberikan

kepastian hukum sehingga mendorong

iklim investasi yang mampu

menghimpun dana asing senilai 50

miliar US dollar setiap tahun.

Pertumbuhan ekonomilangsung

melesat pesat, terlepas dari

kelemahannya, sehingga menempatkan

China sebagai negara yang pertama

kali keluar dari resesi finansial

global.

Di tahun 1992-2008, meskipun

penilaian atas korupsi di China

menurut Transparency International

semakin meningkat, pertumbuhan

ekonomi di China, khususnya Gross

Domestic Product juga tetap tinggi.

3. Penanganan Kasus Korupsi Sesuai

Hukum

Dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana China diatur bahwa

seseorang atau grup yang

menawarkan dan menerima suap akan

dihukum. Bagi penerima suap akan

diberlakukan hukuman mati

sedangkan bagi pemberi suap dapat

dihukum seumur hidup atau hukuman

ganti rugi. Hukuman mati di China

diterapkan pada siapa saja yang

terbukti bersalah, dimulai

masyarakat biasa, mantan pejabat

tinggi, hingga pejabat tinggi yang

sedang berkuasa. Hal ini

dimaksudkan untuk menumbuhkan efek

jera dan takut korupsi.

Kekurangan sistem hukum di China

yaitu tidak adanya independensi

sistem hukum dari CCP (Chinese

Communist Party) yang menjadi

hambatan utama bagi terwujudnya

pemerintahan berdasarkan hukum.

Sebagian besar kasus korupsi yang

melibatkan anggota partai tidak

ditangani oleh jaksa dan polisi,

21

melainkan oleh kader partai.

Ketika kasus korupsi kader partai

dilimpahkan ke pengadilan, partai

sering merekomendasikan hukuman

yang djatuhkan serta menangani

kasus korupsi di luar jalur

hukum.Dalam beberapa kasus juga

terdapat kesan selektif (tebang

pilih) telah membuat beberapa

pejabat korup yang dekat dengan

puncak kekuasaan tidak dijatuhi

hukuman yang sesuai. Kekurangan

lainnya yaitu pengenaan hukuman

mati dapat menimbulkan efek lain

yaitu adanya “tarif” yang dipasang

oleh polisi, jaksa dan hakim atas

tersangka yang mereka lindungi.

4. Korupsi pada Anggota Partai

dan Sistem Politik

Pada pemerintahan Hu Jintau,

sepanjang 2004, pemerintahan Hu

menghukum sebanyak 164.831 anggota

partai karena menguras uang negara

lebih dari 300 juta dollar AS.

Sebanyak 15 diantaranya menteri.

Sedangkan pada semester pertama

2007, angka resmi menyebutkan

5.000 pejabat korup dijatuhi

hukuman. Tahun 2013 lalu, China

telah memproses hukum 182.038

pejabatnya yang melakukan korupsi.

Otoritas pemberantasan korupsi ini

menyidik sebanyak 172.532 kasus

dan menerima 1,95 juta laporan,

dari jumlah kasus tersebut didapat

182.038 pejabat yang melakukan

korupsi.

Kekurangan sistem politik China

adalah tidak terdapatnya mekanisme

kontrol terhadap kekuasaan.

Seperti di Indonesia, meski

pemerintah China terus melakukan

kampanye antikorupsi dan

penangkapan ratusan pejabat,

berbagai tindakan korupsi masih

terjadi. Hal itu dimungkinkan

karena elite partai di China masih

menguasai industri strategis

seperti perbankan, properti dan

manufaktur. Berbagai gerakan anti

korupsi, kebanyakan mempunyai

motif politis dan bersifat

musiman. Seringkali gerakan-

gerakan yang dikampanyekan dan

dilakukan hanya berfungsi untuk

menyingkirkan lawan politik.

Anggota partai yang berjumlah

sekitar 68 juta orang juga

mendapat perlakuan istimewa,

dimana kejaksaan atau kepolisian

tidak boleh menentukan, apakah

orang tersebut boleh diajukan ke

pengadilan atau tidak. Dilaporkan

setidaknya 4.000 pejabat korup

telah hengkang dari China dalam 20

tahun terakhir ini dengan

merugikan negara setidaknya 50

miliar US dollar

22

5. Peran Media Massa dan

Masyarakat

Komitmen Pemerintah China

dalam penegakan hukum dan

pemberantasan korupsi dapat

dilihat salah satunya pada adanya

mekanisme pengawasan oleh rakyat

melalui pemilihan langsung di

tingkat desa dan dibolehkannya

media secara resmi membuat liputan

tentang korupsi yang dilakukan

oleh kader-kader partai sejak

tahun 2005. Selain itu, di tahun

2008-2012, dilaporkan ada 201.000

laporan whistleblowing yang

diterima dari pengaduan

masyarakat.Xinhua News Agency

melaporkan terdapat sejumlah

pengadilan tinggi yang memiliki

websitedan hotline24 jam yang

memungkinkan warga untuk

melaporkan pelanggaran peraturan.

Sedangkan dalam The International Herald

Tribune, Jim Yardly menyebutnya

adanya “boom in corruption”. Meski

berdasarkan CPI yang dikeluarkan

Transparency International menunjukkan

China mendapatkan skor yang cukup

baik namun dalam praktek korupsi

sangat mungkin keadaannya jauh

lebih buruk. Hal tersebut

dimungkinkan mengingat survey ini

didasarkan pada persepsi pengusaha

yang berada di bawah tekanan rezim

komunis serta pers dan internet

yang masih dikendalikan oleh

partai.

6. Komitmen China menurut

Pergaulan Internasional

Bentuk keseriusan Pemerintah

China dalam pemberantasan korupsi

salah satunya juga diwujudkan

dengan ikut meratifikasi Konvensi

PBB melawan korupsi yang

memasukkan suap kepada pejabat

publik sebagai tindak kriminal

oleh Kongres Rakyat Nasional pada

tahun 2005. China pun kini telah

menjadi role model dalam

pemberantasan korupsi oleh

beberapa negara termasuk

Indonesia, bahkan KPK menjalin

kerjasama dengan China untuk

pemberantasan korupsi.

Menurut perkiraan Amnesty

International, sekitar 1770 orang

dieksekusi di China pada tahun

2005, dan 3900 orang dijatuhi

hukuman mati. Beberapa ahli hukum

China memperkirakan bahwa

sebetulnya jumlah yang

sesungguhnya jauh lebih besar, dan

bahkan mungkin mendekati 8.000

eksekusi per tahun; pihak-pihak

lain bahkan menyebutkan angka

10.000.

Tingginya angka hukuman mati

membuat hakim tertinggi di China

23

saat itu, Xiao Yang, mendesak para

hakim untuk tidak menjatuhkan

hukuman mati apabila masih mungkin

memberi hukuman yang lebih ringan.

Mahkamah Agung China menyetujui

amandemen terhadap undang-undang

kriminal yang memusatkan kontrol

atas eksekusi. Mahkamah Agung akan

kembali memperoleh wewenang

memutuskan seluruh hukuman mati.

Gerakan ini dilihat sebagai

jawaban terhadap meningkatnya

kritik publik terhadap meluasnya

praktek hukuman mati secara

sewenang-wenang. Masih menurut

Amnesty International, “Di China,

tidak seorang pun yang dijatuhi

hukuman mati telah menjalani

proses peradilan yang adil dan

sejalan dengan standar

internasional.” Sistem hukum China

dikritik karena tidak tersedianya

akses yang cepat ke pengacara,

tidak adanya asas praduga tak

bersalah, adanya campurtangan

politik di peradilan, dan

digunakannya keterangan yang

diperoleh dengan cara penyiksaan.

Perubahan akhir-akhir ini dalam

undang-undang dan diberlakukannya

kontrol pusat terhadap hukuman

mati dipandang sebagai gerakan

untuk memperoleh kembali

kepercayaan publik terhadap sistem

peradilan di China.

7. Aspek Sumber Daya Manusia

(Pejabat dan Pegawai Negeri)

Terdapat kebijakan

pemerintahan China yang

mengharuskan untuk mereview dan

mengevaluasi tindakan dan perilaku

antar pejabat. Tetapi melakukan

review dan evaluasi tindakan

pejabat senior hampir mustahil

dilakukan. Hal ini disebabkan

karena di China pejabat yang

levelnya lebih rendah sulit untuk

memberikan kritik kepada pejabat

yang lebih senior, sehingga hampir

mustahil untuk mereview tindakan

mereka.

Pada tahun 2006, State Council’s

Development Research Center melakukan

survey kepada 4,586 business

executivesuntuk melihat tingkat

integritas dari pegawai negeri,

hasilnya hampir 25% menyatakan

pegawai negeri lokal mereka

“buruk” dan 12% menyatakan “sangat

buruk”.

Sementara itu secara nasional,

berdasarkan data CCDI, pada tahun

2013 terdapat lebih dari 180.000

pejabat yang dihukum karena kasus

korupsi. 

24

8. Sistem Pemerintahan dengan

Kekuasaaan Partai

Bagi pemerintah China komunis,

perang melawan korupsi merupakan

suatu keharusan yang wajib

dijalankan. China ingin

menunjukkan kepada dunia bahwa

ideologi komunisme yang mereka

anut bukan merupakan halangan

untuk mencapai kemakmuran ekonomi,

pemerintahan yang bersih, dan

masyarakat yang beretos kerja dan

berdisiplin tinggi. Dalam hal ini

China menumpukan upaya-upaya

pemberantasan korupsi pada Partai

Komunis China (PKC), partai

berkuasa di China. China

memberikan contoh bagaimana partai

politik harus berperan utama dalam

pemberantasan korupsi dengan

menanamkan disiplin anti korupsi

yang kuat pada semua anggotanya.

Oleh karena itu China terus

menyempurnakan sistem deklarasi

aset seluruh pekerja pemerintah

sebagai salah satu cara agar

rakyat semakin aktif mengontrol

praktek korupsi. Sebenarnya

kewajiban bagi seluruh anggota PKC

untuk melaporkan harta kekayaan

keluarganya telah diberlakukan

sejak tahun 2006. Sebelumnya

kewajiban melaporkan tersebut

hanya diberlakukan kepada mereka

yang menjabat di pemerintahan dan

pengurus PKC. Melalui aturan ini

setiap anggota PKC harus juga

melaporkan kekayaan istri/suami

dan anak-anaknya. Organ disiplin

PKC pun akan terus mengatur

pengeluaran pemerintah terkait

dengan pembelian kendaraan,

resepsi di kantor-kantor

pemerintah, dan juga perjalanan-

perjalanan keluar negeri untuk

memastikan uang pembayar pajak

digunakan dengan bijak.

Hal ini disebabkan karena kondisi

kekuasaan yang tidak seimbang pada

sistem pemerintahan Negara China,

serta tidak adanya pembagian

kekuasaan pada system pemerintahan

China.

Dalam empat tahun terakhir

berlangsung perkembangan yang

menarik dari korupsi di China.

Kerja keras pemerintah dan partai

untuk mengatasi persoalan yang

sangat penting bagi legitimasi

mereka itu memang telah membuahkan

hasil, namun itu tidak cukup untuk

menghentikan korupsi yang meluas

di tingkat local dan gejala

‘pertumbuhan kembali’ kasus

korupsi di tingkat pusat.

9. Hongkong dan China

Di Asia Timur, Hong Kong

termasuk negara yang mendapat

25

predikat wilayah yang bebas

korupsi. Berdasarkan Transparency

International, Hong Kong berada di

peringkat 14. Dengan penyerahan

kembali Hong Kong pada China di

tahun 1997, semakin banyak

interaksi untuk menciptakan

peluang Hong Kong dalam membasmi

korupsi di China. Badan Anti

Korupsi Independen Hong Kong

(ICAC) juga membantu pemerintah

China dalam memberantas korupsi

dengan tidak pandang bulu.

4. KESIMPULAN

Korupsi di China telah terjadi

sejak ratusan bahkan ribuan tahun

yang lalu. Pemerintah China pun

semakin sadar bahwa korupsi dapat

meniadakan kemandirian suatu bangsa,

oleh karena itu China segera

melakukan reformasi birokrasi.

Komitmen kuat pemerintah China untuk

memberantas korupsi pun dimulai

sejak masa Zhu Rongji (1997-2002)

dengan ucapan yang sangat terkenal

“Beri saya 100 peti mati, 99 akan

saya gunakan untuk mengubur para

koruptor, dan satu untuk saya kalau

saya melakukan korupsi”. Tetapi

reformasi birokrasi ini juga tidak

menutup terjadinya celah korupsi di

China sehingga Pemerintah China

semakin berupaya dengan keras untuk

melakukan berbagai tindakan

pemberantasan dan pencegahan.

Selama bertahun-tahun upaya

pemberantasan dan pencegahan

tersebut memang telah membuahkan

hasil namun oleh beberapa pihak

dinilai tidak cukup signifikan untuk

menghentikan korupsi yang semakin

meluas dan mulai tumbuh kembali.

Bahkan dengan ancaman hukuman mati

pun, korupsi di China tidak

menimbulkan efek jera, kasus korupsi

tetap tinggi, semakin beragam, serta

tidak sedikit melibatkan para

pejabat dan petinggi partai.

26

DAFTAR REFERENSI

Anthony B. L. Cheung, Combating Corruption As A Political Strategy To Rebuild Trust and Legitimacy: Can China Learn From Hongkong?,International Public Management Review,Volume 8 Issue 22007

Anti-corruption laws in Asia Pacific,http://www.nortonrosefulbright.com/files/anti-corruption-laws-in-asia-pacific-63559.pdf, Diakses pada 18Juni 2014

Bahri, Samsul, dkk.2012.Perbandingan Pemberantasan Korupsi, Singapore, Cina, dan Indonesia. http://allaboutadministration.blogspot.com/2012/04/perbandingan-pemberantasan-korupsi.html.diakses pada 29 Juli 2013, Diakses pada 18 Juni 2014

Central Commission for Discipline Inspection of the Communist Party of China, http://en.wikipedia.org/wiki/Central_Commission_for_Discipline_Inspection_of_the_Communist_Party_of_China, Diakses pada 18 Juni 2014

Corruption in China, www.wikipedia.com, Diakses Pada 15 Juni 2014

Corruption in China , http://en.wikipedia.org/wiki/Corruption_in_China#Countermeasures, Diakses pada 18 Juni 2014.

Hermanita, Karlina, Sukron Kamil, Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi, Jakarta: CSRC, 2011.

Independent Commission Agains Corruption,http://en.wikipedia.org/wiki/Independent_Commission_Against_Corruption_%28Hong_Kong%29

Korupsi Dengan Karakteristik China, www.rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/KorupsiChinaUpdate.pdf, Diakses pada14 Juni 2014

Komisi Pemberantasan Korupsi. LAPORAN HASIL PENELITIAN DATABASE NASABAH TERPADU (DNT) DI NEGARA PERANCIS, JERMAN, KOREA SELATAN, CHINA, SPANYOL DAN ITALIA. Jakarta, 2013

http://www.transparency.org, DiaksesPada 15 Juni 2014

Lembaga Administrasi Negara PusatKajian Administrasi Internasional,Strategi Penanganan Korupsi di Negara-NegaraAsia Pasifik, Jakarta, 2007.

Ministry of Supervision.http://www.12388.gov.cn. Diaksespada 18 Juni 2014 Perbandingan Pemberantasan Korupsi, http://allaboutadministration.blogspot.com/2012/04/perbandingan-pemberantasan-korupsi.html, Diakses pada 22 Juni 2014

27