Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum

21
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan sekalian Alam, yang memberikan kita harapan dan pengetahuan untuk mengenal, mempelajari dan berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi kemaslahatan makhluk. Makalah ini disusun selain untuk menyelesaikan tugas kelompok juga untuk memberi pandangan pengetahuan dan ilmu tambah bagi semua mahasiswa mengenai tata cara eksekusi terhadap tindak pidana korupsi, oleh karena itu penulis yang berbentuk kelompok ini menuliskan sebuah makalah yang berjudul Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum. Terima kasih penulis ucapkan kepada guru-guru pembimbing yang senantiasa mengarahkan dan memberikan masukan baik materi maupun ide-ide demi tersusunnya makalah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman anggota kelompok yang sudah meluangkan waktu, menyalurkan ide- ide, memberikan pengarahan, menciptakan pola penyususan yang sistematis untuk terwujudnya makalah ini. Harapan penulis dan kelompok adalah tercipta pola pikir yang mementingkan kepentingan khalayak ramai dibandingkan dengan kepentingan yang bersifat koruptif yang merugikan diri mereka sendiri, masyarakat, negara dan generasi mendatang. Selain itu penulis juga berharap dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan pandangan umum mengenai tata cara eksekusi asset tipikor berdasarkan perundang-undangan atau dasar hukum yang berlaku. Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum i

Transcript of Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan sekalian Alam, yang memberikan

kita harapan dan pengetahuan untuk mengenal, mempelajari dan

berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi kemaslahatan makhluk.

Makalah ini disusun selain untuk menyelesaikan tugas

kelompok juga untuk memberi pandangan pengetahuan dan ilmu

tambah bagi semua mahasiswa mengenai tata cara eksekusi

terhadap tindak pidana korupsi, oleh karena itu penulis yang

berbentuk kelompok ini menuliskan sebuah makalah yang berjudul

Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum.

Terima kasih penulis ucapkan kepada guru-guru pembimbing

yang senantiasa mengarahkan dan memberikan masukan baik materi

maupun ide-ide demi tersusunnya makalah ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman

anggota kelompok yang sudah meluangkan waktu, menyalurkan ide-

ide, memberikan pengarahan, menciptakan pola penyususan yang

sistematis untuk terwujudnya makalah ini.

Harapan penulis dan kelompok adalah tercipta pola pikir

yang mementingkan kepentingan khalayak ramai dibandingkan

dengan kepentingan yang bersifat koruptif yang merugikan diri

mereka sendiri, masyarakat, negara dan generasi mendatang.

Selain itu penulis juga berharap dengan tersusunnya makalah

ini dapat memberikan pandangan umum mengenai tata cara

eksekusi asset tipikor berdasarkan perundang-undangan atau

dasar hukum yang berlaku.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

i

Penulis dan kelompok juga berharap sudi kiranya para

pembaca untuk memberikan kritik membangun, dan saran yang

berguna agar makalah ini dapat memberikan makna dalam, yang

kita dan pembaca dapat mengambil sarat makna.

Jakarta, 18 November

2014

Kelompok 3 Pendidikan

Anti Korupsi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... i

DAFTAR ISI .............................................. ii

PENDAHULUAN ...............................................1

PEMBAHASAN

A...................................... Pengertian Eksekusi

.........................................................2

B..................................... Macam-Macam Eksekusi

.........................................................3

C..................................... Dasar Hukum Eksekusi

.........................................................3

D............................................. Contoh Kasus

.........................................................4

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

ii

E........................ Cara Penyitaan Asset Dalam Negeri

.........................................................6

F.......... Cara Penyitaan Asset yang Berada Di Luar Negeri

.........................................................7

G. Faktor Penghambat Pengembalian Asset yang Di Luar Negeri

.........................................................8

H...........................Pelelangan Barang Hasil Korupsi

.........................................................8

KESIMPULAN ...............................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................12

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

iii

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang sarat akan perkara korupsi

bahkan sudah mendarah daging dalam tubuh bangsa ini, data yang

dikumpulkan oleh World Bank menunjukkan indonesia adalah

negara terkorup di asia tenggara, dengan berbagai kasus yang

menggerogoti bak kanker ganas mulai dari sektor pemrintahan

pusat, kementerian, bahkan ke sektor-sektor kecil diperdesaan.

Berbicara mengenai korupsi, banyak kalangan berpendapat

bahwa korupsi sudah menjadi budaya bangsa ini dikarenakan

korupsi memang sudah terjadi mulai saat bangsa ini didirikan,

namun sebagian lagi berpendapat bahwa korupsi bukanlah budaya

namun lebih didasari atas prilaku tamak, dan sifat konsumtif

yang tidak dibaringi dengan pendapat.

Negara ini merupakan negara hukum, yang tentunya sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, dalam hal ini pemerintah

membentuk komite-komite dan instansi pemerintah yang mengawasi

kinerja dan transparansi penggunaan anggaran pemerintah dan

penilaian kinerja seperti, KPK, BAPPENAS yang sekarang dikenal

dengan OJK, BPKP dan lainnya yang ditempatkan disetiap daerah

di indonesia. Selain itu pemerintah juga membuka jalur

komunikasi dengan masyarakat guna melaporkan setiap tindakan

yang mencurigakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah demi

meminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang.

Bagi pejabat negara yang terbukti melalukan tindakan

korupsi dan atau menyalahkan wewenang jabatannya untuk

memperkaya diri sendiri, kelompok atau golongan tertentu maka

akan diadili, setelah putusan hakim maka seluruh asset dan

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

1

harta yang dihasilkan dari hasil korupsi akan disita dan

dieksekusi oleh negara, dalam makalah ini penulis akan

membahas mengenai tata cara peng-eksekusian dan dasar-dasar

hukum.

Adapun poin-point yang akan dijabarkan adalah membahas

mencakup :

1. Pengertian Eksekusi bagi Tindak Pidana Korupsi

2. Dasar-Dasar Hukum Eksekusi

3. Contoh Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di Eksekusi

4. Tindakan-Tindakan yang di Ambil Jika Terjadi Penolakan

Eksekusi

5. Cara Penyitaan Asset Korupsi Dalam dan Luar Negeri

6. Hambatan Pemulangan Asset Korupsi yang Berada Di Luar

Negeri

7. Pelelangan Barang Hasil Korupsi

PEMBAHASAN

A. Pengertian Eksekusi

Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan

yang sudah berkekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan

yang dieksekusi adalah putusan Pengadilan yang mengandung

perintah kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah

uang, atau juga pelaksanaan putusan hakim yang

memerintahkan pengosongan benda tetap, sedangkan pihak

yang kalah tidak mau melaksanakan putusan itu secara

sukarela sehingga memerlukan upaya paksa dari Pengadilan

untuk melaksanakannya. Putusan Pengadilan yang dapat

dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai kekuatan

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

2

eksekutorial. Ada pun yang memberikan kekuatan

eksekutorial pada putusan Pengadilan terletak pada kepada

putusan yang berbuyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Di samping itu putusan Pengadilan yang

mempunyai titel eksekutorial adalah putusan yang bersifat

atau yang mengandung amar “condemnatoir”, sedangkan

putusan Pengadilan yang bersifat deklaratoir dan

constitutif tidak dilaksanakan eksekusi karena tidak

memerlukan eksekusi dalam menjalankannya. Menurut Sudikno

Mertokusumo (1988 : 201) eksekusi pada hakekatnya tidak

lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah

untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan

Pengadilan tersebut. Pihak yang menang dapat memohon

eksekusi pada Pengadilan yang memutus perkara tersebut

untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa (execution

force). Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas

yang harus dipegangi oleh pihak Pengadilan, yakni sebagai

berikut :

1. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum

tetap.

Sifat putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah

tidak ada lagi upaya hukum, dalam bentuk putusan tingkat

pertama, bisa juga dalam bentuk putusan tingkat banding

dan kasasi. Sifat dari putusan yang sudah berkekuatan

hukum tetap adalah litis finiri opperte, maksudnya tidak

bisa lagi disengketakan oleh pihak-pihakyang berperkara.

Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap mempunyai

kekuatan mengikat para pihak-pihak yang berperkara dan

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

3

ahli waris serta pihak-pihak yang mengambil manfaat atau

mendapat hak dari mereka. Putusan yang telah berkekuatan

hukum tetap dapat dipaksa pemenuhannya melalui

Pengadilan jika pihak yang kalah tidak mau

melaksanakannya secara sukarela.

2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 196 . dan Pasal 207 R.Bg

maka ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan

yaitu dengan cara sukarela karena pihak yang kalah

dengan sukarela melaksanakan putusan tersebut, dan

dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh

Pengadilan. Pelaksanaan putusan Pengadilan secara paksa

dilaksanakan dengan bantuan pihak kepolisian sesuai

dengan Pasal 200 ayat (1) .

B. Macam-Macam Eksekusi

Sudikno Mertokusumo,SH. (1988:201) mengemukakan ada

tiga jenis eksekusi yaitu: (1) eksekusi putusan yang

menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah

uang sebagaimana diatur dalam Pasal 196, dan Pasal 208 (2)

eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan

sesuatu perbuatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 225,

dan Pasal 259 (3) eksekusi riil yaitu pelaksanaan putusan

hakim yang memerintahkan mengosongkan benda tetap kepada

orang yang dikalahkan, tetapi perintah tersebut tidak di

laksanakan secara sukarela.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

4

Eksekusi terak ini diatur dalam Pasal 1033 Rv. dalam

Pasal 200 ayat (11), dan Pasal 218 ayat (2). hanya

mengenal eksekusi riil dalam penjualan lelang. Dalam

praktek Peradilan dikenal dua macam eksekusi yaitu (1)

eksekusi riil atau nyata sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 200 ayat (11), Pasal 218 ayat (2). dan Pasal 1033 Rv

yang meliputi penyerahan, pengosongan, pembongkaran,

pembahagian, dan melakukan sesuatu, (2) eksekusi

pembayaran sejumlah uang melalui lelang atau executorial

verkoop sebagaimana tersebut dalam Pasal 200. dan Pasal

215.

C. Dasar Hukum Eksekusi

1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang

Undang Hukum Acara Pidana

2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme

3. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

5. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian

Uang

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

5

7. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem

Manajemen Sumber Daya Manusia KPK

8. Undang-Undangn No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan

Tindak Pidana Korupsi

9. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005

Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK

10. Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

D. Contoh Kasus

Bandung- Hakim Mahkamah Agung (MA) memvonis terpidana

kasus Bansos Pemkot Bandung anggaran 2009-2010, Uus Ruslan

hukuman enam tahun penjara denda Rp 300 juta subsider

kurungan 8 bulan penjara.

Putusan itu diketuk pimpinan Majelis hakim di MA,

Artidjo Alkostar. Hukuman kepada Uus lebih berat dibanding

putusan di Pengadilan Tinggi (PT) Jabar yang memvonis Uus

dengan hukuman 2,5 tahun penjara.

Bahkan di tingkat Pengadilan Negeri (PN) Bandung Uus

dan enam terdakwa lainnya pada kasus ini hanya divonis 1

tahun penjara. Saat di PN Bandung, ketua majelis hakimnya

Setyabudi Tejocahyono.

Dalam salinan petikan putusan yang diterima PN

Tipikor Bandung, majelis hakim menyatakan terdakwa Uus

Ruslan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sma dan

berlanjut.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

6

"Menjatuhkan pidana penjara selama 6 enam tahun dan

denda Rp 300 juta, jika denda tidak dibayar maka diganti

dengan pidana kurungan selama 8 bulan," demikian dalam

petikan putusan MA.

Kahumas PN Tipikor Bandung Djoko Indiarto didampingi

Panmud Tipikor Susilo Nandang Bagio mengatakan, petikan

putusan MA baru diterima PN Bandung Selasa (23/9/2014).

Putusan MA itu sendiri ditandatangani oleh hakim

ketua Artidjo Alkostar dan dua hakim anggota yakni MS

Lumme dan Leopold Luhut Hutagalung pada 13 Januari 2014."

Jadi salinannya baru kita terima 9 bulan setelah putusan

di MA," katanya.

Dia menyebutkan, pada salinan putusan MA itu juga

tertera kewajiban bagi Uus untuk membayar uang pengganti

sebesar Rp 1,4 miliar. Namun karena sebelumnya Uus dan

enam terdakwa lainnya sudah mengembalikan kerugian negara

pada kasus korupsi tersebut, maka kewajiban membayar uang

pengganti itu langsung digugurkan.

Menurut Djoko, setelah menerima salinan putusan MA

itu pihaknya sesegera mungkin bakal menyampaikan surat

pemberitahuan kepada Uus Ruslan dan Kejaksaan Tinggi

(Kejati) Jawa Barat.

Jika pemberitahuan itu sudah sampai ke Kejati,

selanjutnya tugas jaksa untuk melakukan eksekusi terhadap

terdakwa."Mengenai kapan waktu eksekusinya, itu sepenuhnya

kewenangan jaksa," kata Djoko.

Terdakwa Kasus BBJ Kembalikan Kerugian Negara

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

7

KBRN Jember: Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jawa

Timur, Jumat (5/9/2014), kembali melanjutkan sidang dugaan

Kasus Korupsi Bulan Berkunjung Jember (BBJ) 2012 dengan

menghadirkan 2 Terdakwa SSH, Mantan Kabaghumas Pemkab

Jember dan GTH Ketua KONI.

Dengan agenda sidang Penyampaiaan Tuntutan Tim Jaksa

Penuntut Umum. Dalam sidang yang digelar Selasa

(2/9/2014), kemarin, Pengacara kedua terdakwa menitipkan

uang pengembaliaan atas  kerugiaan negara yang ditimbulkan

dalam kasus korupsi BBJ 2012, sehingga hal tersebut

menjadi pertimbangaan dalam penyampaiaan tuntutan tim

jaksa yang akan dibacakan saat persidangaan kali ini.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jember

Hambaliyanto mengungkapkan, pengembaliaan kerugiaan negara

yang dilakukan kedua terdakwa menjadi pertimbangaan

tersendiri dalam penyampiaan Tuntutan bagi keduanya, sebab

hal itu sudah menunjukan itikad baik atas pertanggung

jawaban pengembaliaan kerugiaan negara dari kedua

terdakwa.

“Dalam sidang kemarin, kedua terdakwa melalui

pengacaranya menitipkan pengembaliaan kerugiaan negara

sebesar 175 juta lebih atau sesuai dengan hasil audit yang

dikeluarkan BPKP Jawa Timur,” ujar Hambaliyanto, Jumat

(5/9/2014).

Ditambahkan olehnya, Pengembalian uang kerugian

negara itu bisa menjadi pertimbangan yang meringankan

hukuman terdakwa dan menjadi pertimbangan tersendiri bagi

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

8

jaksa penuntut umum untuk menyusun tuntutan kedua terdakwa

kasus korupsi BBJ itu.

Dalam kasus BBJ 2012, selain dua nama pejabat yang

saat ini telah disidangkan, masih ada satu nama terdakwa

lain yaitu SND yang merupakan Bendahara panitia BBJ 2012,

namun sejauh ini yang bersangkutan belum dapat disidangkan

menyusul kondisi kesehataan.

“Untuk terdakwa SND masih terus kita pantau kondisi

kesehataannya, hasil pemeriksaan Dokter yang bersangkutan

divonis terkena Stroke sehingga tidak memungkinkan untuk

diperiksa, namun jika kondisinya membaik tetap akan kita

proses sesuai aturan hukum,” pungkas Hambaliyanto.

(GL/AKS)

E. Cara Penyitaan Asset dalam Negeri

Upaya Jaksa Penuntut Umum dalam Melakukan Penyitaan

Harta Kekayaan Sebagai Uang Pengganti Dari Terpidana

Tindak Pidana Korupsi

Uang Pengganti adalah hukuman yang dijatuhkan oleh

pengadilan kepada terpidana berupa pembayaran sejumlah

uang yang disesuaikan dengan kerugian negara yang timbul

karena perbuatan pidana korupsi.

Pidana pembayaran uang pengganti merupakan

konsekuensi dari akibat tindak pidana korupsi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

sehingga untuk mengembalikan kerugian tersebut diperlukan

sarana yuridis yakni dalam bentuk pembayaran uang

pengganti.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

9

Pasal 39 menyebutkan yang dapat dikenakan penyitaan

adalah :

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang

seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak

pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk

melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana;

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan

melakukan tindak pidana ;

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

tindak pidana yang dilaktikan.

f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara

perdata atau karena pailit dapat juga disita untuk

kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara

pidana, sepanjang memenuhi ketentuan ayat (1).

F. Cara Penyitaan Aset yang Berada Diluar Negeri

pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi sebagai

berikut:

1. Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang

dilakukan oleh negara korban (victim state) tindak pidana

korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas

aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak

pidana korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme.

Baik secara pidana maupun perdata, aset yang berada di

dalam maupun disimpan di luar negeri, yang dilacak,

dibekukan, dirampas, disita, dan dikembalikan kepada

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

10

negara korban hasil tindak pidana korupsi, sehingga

dapat mengembalikan kerugian keuangan akibat tindak

pidana korupsi. Juga termasuk untuk memberikan efek jera

kepada pelaku dan/ atau calon pelaku tindak pidana

korupsi.

2. Terdapat pula mekanisme dalam melakukan proses

pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu:

pertama dengan melakukan pelacakan, selanjutnya aset

yang sudah dilacak dan diketahui kemudian dibekukan,

terakhir, aset yang dibekukan lalu disita dan dirampas

oleh badan berwenang dari negara di mana aset tersebut

berada, dan kemudian dikembalikan kepada negara tempat

aset tersebut diambil melalui mekanisme-mekanisme

tertentu.

Dengan diaturnya ketentuan mengenai bantuan hukum

timbal balik di dalam UNCAC, maka upaya pengembalian aset

dapat terlaksana dengan maksimal. Cara paling mudah dalam

melakukan proses pengembalian aset yang berada di luar

yurisdiksi negara korban adalah melalui bantuan hukum

timbal balik. Ketika aset-aset hasil tindak pidana korupsi

ditempatkan di luar negeri, negara korban yang diwakili

oleh penyelidik, penyidik, atau lembaga otoritas dapat

meminta kerjasama dengan negara penerima untuk melakukan

proses pengembalian aset. hal ini sesuai dengan apa yang

diatur dalam Pasal 46 UNCAC, di mana negara-negara

penerima aset harus memberikan bantuan kepada negara

korban dalam rangka proses pengembalian aset.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

11

Lebih jauh dikritisi bahwa bantuan timbal balik

merupakan hakikat dari kerja sama internasional dalam

pengembalian aset. UNCAC memberikan jalan keluar yang

sangat mudah kepada negara-negara korban dalam melakukan

proses pengembalian aset. UNCAC mewajibkan setiap negara

peserta untuk memberikan bantuan (timbal balik) kepada

para negara korban yang membutuhkan. Bahkan penulis

melihat bahwa bantuan timbal balik ini memberikan

terobosan bagi para negara korban untuk menembus batasan-

batasan konvensional yang selama ini menjadi penghambat

dalam proses pengembalian aset.

G. Faktor Penghambat Pengembalian Asset yang Di Luar Negeri

Faktor-faktor penghambat atau permasalahan tersebut

antara lain:

1. Pengaturan Hukum Nasional yang tidak Menunjang

Keberlakuan UNCAC di Indonesia.

Semenjak UNCAC di adopsi oleh Majelis Umum PBB

berdasarkan resolusi 58/ 4 tanggal 31 Oktober 2003,

Indonesia telah meratifikasinya melalui Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan

UNCAC pada tanggal 18 April 2006.

Hingga saat ini, pemerintah belum membentuk suatu

peraturan pelaksana terhadap keberlakuan UNCAC di

Indonesia. UNCAC menyediakan sarana kepada para negara

korban untuk dapat melakukan kerja sama internasional

dalam upaya pengembalian aset, tetapi setiap negara

peserta harus mempunyai suatu peraturan nasional yang

dapat memberlakukan UNCAC tersebut.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

12

Permasalahannya di sini adalah ratifikasi Indonesia

terhadap UNCAC tidak menjadikan penerapan proses

pengembalian aset menjadi terlaksana secara maksimal.

Karena Indonesia belum memiliki pengaturan khusus

mengenai proses pengembalian aset yang didasarkan atas

kerja sama internasional.

2. Tidak Adanya Kemauan Politik Pemerintah yang Kuat

terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi.

Proses pengembalian aset sebagai salah satu upaya

pemberantasan korupsi memerlukan dukungan kuat dari

pemerintah negaranya. Kemauan politik pemerintah

merupakan faktor utama yang menentukan dalam berhasil

tidaknya suatu upaya pemberantasan korupsi di suatu

negara, khususnya terhadap proses pengembalian aset.

Hal ini terlihat dalam proses hukum kasus mantan

Presiden Soeharto, di mana hingga saat Soeharto

meninggal pun belum ada satu aset pun (hasil tindak

pidana korupsi) yang berhasil dikembalikan.

H. Pelelangan Barang Hasil Korupsi JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi

melelang sejumlah barang hasil sitaan dari berbagai kasus

korupsi yang sudah berkekuatan hukum tetap. Kepala Bagian

Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha mengatakan,

kegiatan lelang ini dilakukan KPK setidaknya setahun sekali.

"Bukan barang rampasan tahanan, tapi barang yang statusnya

dirampas untuk negara melalui putusan yang sudah berkekuatan

hukum tetap," ujar Priharsa melalui pesan singkat, Rabu

(12/11/2014).

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

13

Sebanyak 42 barang sitaan yang dilelang oleh KPK, yang

terdiri dari ponsel berbagai merek, laptop bermerek

Toshiba, netbookbermerek Fujitsu, dan proyektor bermerek Toshiba.

Harga limit yang diterapkan beragam, tergantung jenis

barang yang dilelang. Misalnya, untuk ponsel merek BlackBerry,

kisaran harga limitnya antara Rp 400.000 hingga Rp 800.000.

Sementara proyektor Toshiba dikenakan harga limit sebesar

Rp 500.000, laptop Toshiba dikenakan harga limit sebesar Rp

750.000, serta netbook bermerek Fujitsu dikenakan harga limit

sebesar Rp 400.000.

Sebelum pelaksanaan lelang, peserta diminta menyerahkan

uang jaminan lelang sejumlah yang tertera di daftar barang. Uang

jaminan yang ditetapkan pun berbeda pada setiap barang, dengan

kisaran antara Rp 20.000 hingga Rp 300.000.

Pemenang lelang diwajibkan melunasi harga lelang disertai

biaya lelang sebesar dua persen, paling lambat lima hari kerja

setelah disahkan sebagai pemenang lelang. Jika tidak dilunasi,

maka akan dianggap wanprestasi dan uang jaminan akan disetorkan

ke kas negara. Peserta tersebut juga akan dimasukkan ke dalam

daftar hitam lelang.

Priharsa mengatakan, uang hasil lelang akan diserahkan ke

kas negara. Setoran tersebut akan diserahkan dalam bentuk

penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

14

KESIMPULAN

Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan yang

sudah berkekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan yang

dieksekusi adalah putusan Pengadilan yang mengandung perintah

kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang, atau

juga pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan pengosongan

benda tetap, sedangkan pihak yang kalah tidak mau melaksanakan

putusan itu secara sukarela sehingga memerlukan upaya paksa

dari Pengadilan untuk melaksanakannya.

Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas yang

harus dipegangi oleh pihak Pengadilan, yakni sebagai berikut :

1. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum tetap

2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.

Macam-macam Eksekusi menurut Sudikno Mertokusumo,SH.

(1988:201) mengemukakan ada tiga jenis eksekusi yaitu:

1. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan

untuk membayar sejumlah uang sebagaimana diatur dalam Pasal

196, dan Pasal 208.

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

15

2. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan

sesuatu perbuatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 225,

dan Pasal 259.

3. Eksekusi riil yaitu pelaksanaan putusan hakim yang

memerintahkan mengosongkan benda tetap kepada orang yang

dikalahkan, tetapi perintah tersebut tidak di laksanakan

secara sukarela.

Penyitaan asset dalam negeri diatur oleh Pasal 39 yang

menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dikenakan penyitaan

adalah :

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh

atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau

sebagai hasil dari tindak pidana;

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk

melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana;

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan

tindak pidana ;

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak

pidana yang dilaktikan.

f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata

atau karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan

penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana,

sepanjang memenuhi ketentuan ayat (1).

Sedangkan cara penyitaan asset yang berada diluar negeri

hasil tindak pidana korupsi sebagai berikut:

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

16

1. Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang

dilakukan oleh negara korban (victim state) tindak pidana

korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas

aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak pidana

korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme. Baik secara

pidana maupun perdata, aset yang berada di dalam maupun

disimpan di luar negeri, yang dilacak, dibekukan, dirampas,

disita, dan dikembalikan kepada negara korban hasil tindak

pidana korupsi, sehingga dapat mengembalikan kerugian

keuangan akibat tindak pidana korupsi. Juga termasuk untuk

memberikan efek jera kepada pelaku dan/ atau calon pelaku

tindak pidana korupsi.

2. Terdapat pula mekanisme dalam melakukan proses

pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu:

pertama dengan melakukan pelacakan, selanjutnya aset yang

sudah dilacak dan diketahui kemudian dibekukan, terakhir,

aset yang dibekukan lalu disita dan dirampas oleh badan

berwenang dari negara di mana aset tersebut berada, dan

kemudian dikembalikan kepada negara tempat aset tersebut

diambil melalui mekanisme-mekanisme tertentu.

Faktor-faktor penghambat atau permasalahan tersebut

antara lain:

1. Pengaturan Hukum Nasional yang tidak Menunjang

Keberlakuan UNCAC di Indonesia.

2. Tidak Adanya Kemauan Politik Pemerintah yang Kuat

terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

17

Barang-barang hasil eksekusi akan dilelang kepada

khalayak ramai, dan hasil pelelangan tersebut akan dimasukkan

ke kas negara, setoran tersebut akan diserahkan dalam bentukpenerimaan negara bukan pajak (PNBP).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung

inilah.com

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135559-T%2027980-

Implikasi%20perampasan-Metodologi.pdf

kompas.com

http://itskiyanafs.blogspot.com/2013/11/eksekusi-dalam-hukum-

acara-perdata.html

Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum

18