Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum
Transcript of Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan sekalian Alam, yang memberikan
kita harapan dan pengetahuan untuk mengenal, mempelajari dan
berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi kemaslahatan makhluk.
Makalah ini disusun selain untuk menyelesaikan tugas
kelompok juga untuk memberi pandangan pengetahuan dan ilmu
tambah bagi semua mahasiswa mengenai tata cara eksekusi
terhadap tindak pidana korupsi, oleh karena itu penulis yang
berbentuk kelompok ini menuliskan sebuah makalah yang berjudul
Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan Dasar Hukum.
Terima kasih penulis ucapkan kepada guru-guru pembimbing
yang senantiasa mengarahkan dan memberikan masukan baik materi
maupun ide-ide demi tersusunnya makalah ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman
anggota kelompok yang sudah meluangkan waktu, menyalurkan ide-
ide, memberikan pengarahan, menciptakan pola penyususan yang
sistematis untuk terwujudnya makalah ini.
Harapan penulis dan kelompok adalah tercipta pola pikir
yang mementingkan kepentingan khalayak ramai dibandingkan
dengan kepentingan yang bersifat koruptif yang merugikan diri
mereka sendiri, masyarakat, negara dan generasi mendatang.
Selain itu penulis juga berharap dengan tersusunnya makalah
ini dapat memberikan pandangan umum mengenai tata cara
eksekusi asset tipikor berdasarkan perundang-undangan atau
dasar hukum yang berlaku.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
i
Penulis dan kelompok juga berharap sudi kiranya para
pembaca untuk memberikan kritik membangun, dan saran yang
berguna agar makalah ini dapat memberikan makna dalam, yang
kita dan pembaca dapat mengambil sarat makna.
Jakarta, 18 November
2014
Kelompok 3 Pendidikan
Anti Korupsi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... i
DAFTAR ISI .............................................. ii
PENDAHULUAN ...............................................1
PEMBAHASAN
A...................................... Pengertian Eksekusi
.........................................................2
B..................................... Macam-Macam Eksekusi
.........................................................3
C..................................... Dasar Hukum Eksekusi
.........................................................3
D............................................. Contoh Kasus
.........................................................4
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
ii
E........................ Cara Penyitaan Asset Dalam Negeri
.........................................................6
F.......... Cara Penyitaan Asset yang Berada Di Luar Negeri
.........................................................7
G. Faktor Penghambat Pengembalian Asset yang Di Luar Negeri
.........................................................8
H...........................Pelelangan Barang Hasil Korupsi
.........................................................8
KESIMPULAN ...............................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................12
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
iii
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang sarat akan perkara korupsi
bahkan sudah mendarah daging dalam tubuh bangsa ini, data yang
dikumpulkan oleh World Bank menunjukkan indonesia adalah
negara terkorup di asia tenggara, dengan berbagai kasus yang
menggerogoti bak kanker ganas mulai dari sektor pemrintahan
pusat, kementerian, bahkan ke sektor-sektor kecil diperdesaan.
Berbicara mengenai korupsi, banyak kalangan berpendapat
bahwa korupsi sudah menjadi budaya bangsa ini dikarenakan
korupsi memang sudah terjadi mulai saat bangsa ini didirikan,
namun sebagian lagi berpendapat bahwa korupsi bukanlah budaya
namun lebih didasari atas prilaku tamak, dan sifat konsumtif
yang tidak dibaringi dengan pendapat.
Negara ini merupakan negara hukum, yang tentunya sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, dalam hal ini pemerintah
membentuk komite-komite dan instansi pemerintah yang mengawasi
kinerja dan transparansi penggunaan anggaran pemerintah dan
penilaian kinerja seperti, KPK, BAPPENAS yang sekarang dikenal
dengan OJK, BPKP dan lainnya yang ditempatkan disetiap daerah
di indonesia. Selain itu pemerintah juga membuka jalur
komunikasi dengan masyarakat guna melaporkan setiap tindakan
yang mencurigakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah demi
meminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang.
Bagi pejabat negara yang terbukti melalukan tindakan
korupsi dan atau menyalahkan wewenang jabatannya untuk
memperkaya diri sendiri, kelompok atau golongan tertentu maka
akan diadili, setelah putusan hakim maka seluruh asset dan
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
1
harta yang dihasilkan dari hasil korupsi akan disita dan
dieksekusi oleh negara, dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai tata cara peng-eksekusian dan dasar-dasar
hukum.
Adapun poin-point yang akan dijabarkan adalah membahas
mencakup :
1. Pengertian Eksekusi bagi Tindak Pidana Korupsi
2. Dasar-Dasar Hukum Eksekusi
3. Contoh Kasus Tindak Pidana Korupsi yang di Eksekusi
4. Tindakan-Tindakan yang di Ambil Jika Terjadi Penolakan
Eksekusi
5. Cara Penyitaan Asset Korupsi Dalam dan Luar Negeri
6. Hambatan Pemulangan Asset Korupsi yang Berada Di Luar
Negeri
7. Pelelangan Barang Hasil Korupsi
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksekusi
Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan
yang sudah berkekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan
yang dieksekusi adalah putusan Pengadilan yang mengandung
perintah kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah
uang, atau juga pelaksanaan putusan hakim yang
memerintahkan pengosongan benda tetap, sedangkan pihak
yang kalah tidak mau melaksanakan putusan itu secara
sukarela sehingga memerlukan upaya paksa dari Pengadilan
untuk melaksanakannya. Putusan Pengadilan yang dapat
dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai kekuatan
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
2
eksekutorial. Ada pun yang memberikan kekuatan
eksekutorial pada putusan Pengadilan terletak pada kepada
putusan yang berbuyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Di samping itu putusan Pengadilan yang
mempunyai titel eksekutorial adalah putusan yang bersifat
atau yang mengandung amar “condemnatoir”, sedangkan
putusan Pengadilan yang bersifat deklaratoir dan
constitutif tidak dilaksanakan eksekusi karena tidak
memerlukan eksekusi dalam menjalankannya. Menurut Sudikno
Mertokusumo (1988 : 201) eksekusi pada hakekatnya tidak
lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah
untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan
Pengadilan tersebut. Pihak yang menang dapat memohon
eksekusi pada Pengadilan yang memutus perkara tersebut
untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa (execution
force). Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas
yang harus dipegangi oleh pihak Pengadilan, yakni sebagai
berikut :
1. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum
tetap.
Sifat putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap adalah
tidak ada lagi upaya hukum, dalam bentuk putusan tingkat
pertama, bisa juga dalam bentuk putusan tingkat banding
dan kasasi. Sifat dari putusan yang sudah berkekuatan
hukum tetap adalah litis finiri opperte, maksudnya tidak
bisa lagi disengketakan oleh pihak-pihakyang berperkara.
Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap mempunyai
kekuatan mengikat para pihak-pihak yang berperkara dan
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
3
ahli waris serta pihak-pihak yang mengambil manfaat atau
mendapat hak dari mereka. Putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap dapat dipaksa pemenuhannya melalui
Pengadilan jika pihak yang kalah tidak mau
melaksanakannya secara sukarela.
2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 196 . dan Pasal 207 R.Bg
maka ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan
yaitu dengan cara sukarela karena pihak yang kalah
dengan sukarela melaksanakan putusan tersebut, dan
dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh
Pengadilan. Pelaksanaan putusan Pengadilan secara paksa
dilaksanakan dengan bantuan pihak kepolisian sesuai
dengan Pasal 200 ayat (1) .
B. Macam-Macam Eksekusi
Sudikno Mertokusumo,SH. (1988:201) mengemukakan ada
tiga jenis eksekusi yaitu: (1) eksekusi putusan yang
menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah
uang sebagaimana diatur dalam Pasal 196, dan Pasal 208 (2)
eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan
sesuatu perbuatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 225,
dan Pasal 259 (3) eksekusi riil yaitu pelaksanaan putusan
hakim yang memerintahkan mengosongkan benda tetap kepada
orang yang dikalahkan, tetapi perintah tersebut tidak di
laksanakan secara sukarela.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
4
Eksekusi terak ini diatur dalam Pasal 1033 Rv. dalam
Pasal 200 ayat (11), dan Pasal 218 ayat (2). hanya
mengenal eksekusi riil dalam penjualan lelang. Dalam
praktek Peradilan dikenal dua macam eksekusi yaitu (1)
eksekusi riil atau nyata sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 200 ayat (11), Pasal 218 ayat (2). dan Pasal 1033 Rv
yang meliputi penyerahan, pengosongan, pembongkaran,
pembahagian, dan melakukan sesuatu, (2) eksekusi
pembayaran sejumlah uang melalui lelang atau executorial
verkoop sebagaimana tersebut dalam Pasal 200. dan Pasal
215.
C. Dasar Hukum Eksekusi
1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang
Undang Hukum Acara Pidana
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme
3. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
5. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian
Uang
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
5
7. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia KPK
8. Undang-Undangn No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi
9. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005
Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK
10. Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
D. Contoh Kasus
Bandung- Hakim Mahkamah Agung (MA) memvonis terpidana
kasus Bansos Pemkot Bandung anggaran 2009-2010, Uus Ruslan
hukuman enam tahun penjara denda Rp 300 juta subsider
kurungan 8 bulan penjara.
Putusan itu diketuk pimpinan Majelis hakim di MA,
Artidjo Alkostar. Hukuman kepada Uus lebih berat dibanding
putusan di Pengadilan Tinggi (PT) Jabar yang memvonis Uus
dengan hukuman 2,5 tahun penjara.
Bahkan di tingkat Pengadilan Negeri (PN) Bandung Uus
dan enam terdakwa lainnya pada kasus ini hanya divonis 1
tahun penjara. Saat di PN Bandung, ketua majelis hakimnya
Setyabudi Tejocahyono.
Dalam salinan petikan putusan yang diterima PN
Tipikor Bandung, majelis hakim menyatakan terdakwa Uus
Ruslan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sma dan
berlanjut.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
6
"Menjatuhkan pidana penjara selama 6 enam tahun dan
denda Rp 300 juta, jika denda tidak dibayar maka diganti
dengan pidana kurungan selama 8 bulan," demikian dalam
petikan putusan MA.
Kahumas PN Tipikor Bandung Djoko Indiarto didampingi
Panmud Tipikor Susilo Nandang Bagio mengatakan, petikan
putusan MA baru diterima PN Bandung Selasa (23/9/2014).
Putusan MA itu sendiri ditandatangani oleh hakim
ketua Artidjo Alkostar dan dua hakim anggota yakni MS
Lumme dan Leopold Luhut Hutagalung pada 13 Januari 2014."
Jadi salinannya baru kita terima 9 bulan setelah putusan
di MA," katanya.
Dia menyebutkan, pada salinan putusan MA itu juga
tertera kewajiban bagi Uus untuk membayar uang pengganti
sebesar Rp 1,4 miliar. Namun karena sebelumnya Uus dan
enam terdakwa lainnya sudah mengembalikan kerugian negara
pada kasus korupsi tersebut, maka kewajiban membayar uang
pengganti itu langsung digugurkan.
Menurut Djoko, setelah menerima salinan putusan MA
itu pihaknya sesegera mungkin bakal menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Uus Ruslan dan Kejaksaan Tinggi
(Kejati) Jawa Barat.
Jika pemberitahuan itu sudah sampai ke Kejati,
selanjutnya tugas jaksa untuk melakukan eksekusi terhadap
terdakwa."Mengenai kapan waktu eksekusinya, itu sepenuhnya
kewenangan jaksa," kata Djoko.
Terdakwa Kasus BBJ Kembalikan Kerugian Negara
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
7
KBRN Jember: Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jawa
Timur, Jumat (5/9/2014), kembali melanjutkan sidang dugaan
Kasus Korupsi Bulan Berkunjung Jember (BBJ) 2012 dengan
menghadirkan 2 Terdakwa SSH, Mantan Kabaghumas Pemkab
Jember dan GTH Ketua KONI.
Dengan agenda sidang Penyampaiaan Tuntutan Tim Jaksa
Penuntut Umum. Dalam sidang yang digelar Selasa
(2/9/2014), kemarin, Pengacara kedua terdakwa menitipkan
uang pengembaliaan atas kerugiaan negara yang ditimbulkan
dalam kasus korupsi BBJ 2012, sehingga hal tersebut
menjadi pertimbangaan dalam penyampaiaan tuntutan tim
jaksa yang akan dibacakan saat persidangaan kali ini.
Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jember
Hambaliyanto mengungkapkan, pengembaliaan kerugiaan negara
yang dilakukan kedua terdakwa menjadi pertimbangaan
tersendiri dalam penyampiaan Tuntutan bagi keduanya, sebab
hal itu sudah menunjukan itikad baik atas pertanggung
jawaban pengembaliaan kerugiaan negara dari kedua
terdakwa.
“Dalam sidang kemarin, kedua terdakwa melalui
pengacaranya menitipkan pengembaliaan kerugiaan negara
sebesar 175 juta lebih atau sesuai dengan hasil audit yang
dikeluarkan BPKP Jawa Timur,” ujar Hambaliyanto, Jumat
(5/9/2014).
Ditambahkan olehnya, Pengembalian uang kerugian
negara itu bisa menjadi pertimbangan yang meringankan
hukuman terdakwa dan menjadi pertimbangan tersendiri bagi
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
8
jaksa penuntut umum untuk menyusun tuntutan kedua terdakwa
kasus korupsi BBJ itu.
Dalam kasus BBJ 2012, selain dua nama pejabat yang
saat ini telah disidangkan, masih ada satu nama terdakwa
lain yaitu SND yang merupakan Bendahara panitia BBJ 2012,
namun sejauh ini yang bersangkutan belum dapat disidangkan
menyusul kondisi kesehataan.
“Untuk terdakwa SND masih terus kita pantau kondisi
kesehataannya, hasil pemeriksaan Dokter yang bersangkutan
divonis terkena Stroke sehingga tidak memungkinkan untuk
diperiksa, namun jika kondisinya membaik tetap akan kita
proses sesuai aturan hukum,” pungkas Hambaliyanto.
(GL/AKS)
E. Cara Penyitaan Asset dalam Negeri
Upaya Jaksa Penuntut Umum dalam Melakukan Penyitaan
Harta Kekayaan Sebagai Uang Pengganti Dari Terpidana
Tindak Pidana Korupsi
Uang Pengganti adalah hukuman yang dijatuhkan oleh
pengadilan kepada terpidana berupa pembayaran sejumlah
uang yang disesuaikan dengan kerugian negara yang timbul
karena perbuatan pidana korupsi.
Pidana pembayaran uang pengganti merupakan
konsekuensi dari akibat tindak pidana korupsi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
sehingga untuk mengembalikan kerugian tersebut diperlukan
sarana yuridis yakni dalam bentuk pembayaran uang
pengganti.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
9
Pasal 39 menyebutkan yang dapat dikenakan penyitaan
adalah :
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang
seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak
pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi
penyidikan tindak pidana;
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan
melakukan tindak pidana ;
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
tindak pidana yang dilaktikan.
f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara
perdata atau karena pailit dapat juga disita untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara
pidana, sepanjang memenuhi ketentuan ayat (1).
F. Cara Penyitaan Aset yang Berada Diluar Negeri
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi sebagai
berikut:
1. Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang
dilakukan oleh negara korban (victim state) tindak pidana
korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas
aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak
pidana korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme.
Baik secara pidana maupun perdata, aset yang berada di
dalam maupun disimpan di luar negeri, yang dilacak,
dibekukan, dirampas, disita, dan dikembalikan kepada
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
10
negara korban hasil tindak pidana korupsi, sehingga
dapat mengembalikan kerugian keuangan akibat tindak
pidana korupsi. Juga termasuk untuk memberikan efek jera
kepada pelaku dan/ atau calon pelaku tindak pidana
korupsi.
2. Terdapat pula mekanisme dalam melakukan proses
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu:
pertama dengan melakukan pelacakan, selanjutnya aset
yang sudah dilacak dan diketahui kemudian dibekukan,
terakhir, aset yang dibekukan lalu disita dan dirampas
oleh badan berwenang dari negara di mana aset tersebut
berada, dan kemudian dikembalikan kepada negara tempat
aset tersebut diambil melalui mekanisme-mekanisme
tertentu.
Dengan diaturnya ketentuan mengenai bantuan hukum
timbal balik di dalam UNCAC, maka upaya pengembalian aset
dapat terlaksana dengan maksimal. Cara paling mudah dalam
melakukan proses pengembalian aset yang berada di luar
yurisdiksi negara korban adalah melalui bantuan hukum
timbal balik. Ketika aset-aset hasil tindak pidana korupsi
ditempatkan di luar negeri, negara korban yang diwakili
oleh penyelidik, penyidik, atau lembaga otoritas dapat
meminta kerjasama dengan negara penerima untuk melakukan
proses pengembalian aset. hal ini sesuai dengan apa yang
diatur dalam Pasal 46 UNCAC, di mana negara-negara
penerima aset harus memberikan bantuan kepada negara
korban dalam rangka proses pengembalian aset.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
11
Lebih jauh dikritisi bahwa bantuan timbal balik
merupakan hakikat dari kerja sama internasional dalam
pengembalian aset. UNCAC memberikan jalan keluar yang
sangat mudah kepada negara-negara korban dalam melakukan
proses pengembalian aset. UNCAC mewajibkan setiap negara
peserta untuk memberikan bantuan (timbal balik) kepada
para negara korban yang membutuhkan. Bahkan penulis
melihat bahwa bantuan timbal balik ini memberikan
terobosan bagi para negara korban untuk menembus batasan-
batasan konvensional yang selama ini menjadi penghambat
dalam proses pengembalian aset.
G. Faktor Penghambat Pengembalian Asset yang Di Luar Negeri
Faktor-faktor penghambat atau permasalahan tersebut
antara lain:
1. Pengaturan Hukum Nasional yang tidak Menunjang
Keberlakuan UNCAC di Indonesia.
Semenjak UNCAC di adopsi oleh Majelis Umum PBB
berdasarkan resolusi 58/ 4 tanggal 31 Oktober 2003,
Indonesia telah meratifikasinya melalui Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan
UNCAC pada tanggal 18 April 2006.
Hingga saat ini, pemerintah belum membentuk suatu
peraturan pelaksana terhadap keberlakuan UNCAC di
Indonesia. UNCAC menyediakan sarana kepada para negara
korban untuk dapat melakukan kerja sama internasional
dalam upaya pengembalian aset, tetapi setiap negara
peserta harus mempunyai suatu peraturan nasional yang
dapat memberlakukan UNCAC tersebut.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
12
Permasalahannya di sini adalah ratifikasi Indonesia
terhadap UNCAC tidak menjadikan penerapan proses
pengembalian aset menjadi terlaksana secara maksimal.
Karena Indonesia belum memiliki pengaturan khusus
mengenai proses pengembalian aset yang didasarkan atas
kerja sama internasional.
2. Tidak Adanya Kemauan Politik Pemerintah yang Kuat
terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi.
Proses pengembalian aset sebagai salah satu upaya
pemberantasan korupsi memerlukan dukungan kuat dari
pemerintah negaranya. Kemauan politik pemerintah
merupakan faktor utama yang menentukan dalam berhasil
tidaknya suatu upaya pemberantasan korupsi di suatu
negara, khususnya terhadap proses pengembalian aset.
Hal ini terlihat dalam proses hukum kasus mantan
Presiden Soeharto, di mana hingga saat Soeharto
meninggal pun belum ada satu aset pun (hasil tindak
pidana korupsi) yang berhasil dikembalikan.
H. Pelelangan Barang Hasil Korupsi JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi
melelang sejumlah barang hasil sitaan dari berbagai kasus
korupsi yang sudah berkekuatan hukum tetap. Kepala Bagian
Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha mengatakan,
kegiatan lelang ini dilakukan KPK setidaknya setahun sekali.
"Bukan barang rampasan tahanan, tapi barang yang statusnya
dirampas untuk negara melalui putusan yang sudah berkekuatan
hukum tetap," ujar Priharsa melalui pesan singkat, Rabu
(12/11/2014).
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
13
Sebanyak 42 barang sitaan yang dilelang oleh KPK, yang
terdiri dari ponsel berbagai merek, laptop bermerek
Toshiba, netbookbermerek Fujitsu, dan proyektor bermerek Toshiba.
Harga limit yang diterapkan beragam, tergantung jenis
barang yang dilelang. Misalnya, untuk ponsel merek BlackBerry,
kisaran harga limitnya antara Rp 400.000 hingga Rp 800.000.
Sementara proyektor Toshiba dikenakan harga limit sebesar
Rp 500.000, laptop Toshiba dikenakan harga limit sebesar Rp
750.000, serta netbook bermerek Fujitsu dikenakan harga limit
sebesar Rp 400.000.
Sebelum pelaksanaan lelang, peserta diminta menyerahkan
uang jaminan lelang sejumlah yang tertera di daftar barang. Uang
jaminan yang ditetapkan pun berbeda pada setiap barang, dengan
kisaran antara Rp 20.000 hingga Rp 300.000.
Pemenang lelang diwajibkan melunasi harga lelang disertai
biaya lelang sebesar dua persen, paling lambat lima hari kerja
setelah disahkan sebagai pemenang lelang. Jika tidak dilunasi,
maka akan dianggap wanprestasi dan uang jaminan akan disetorkan
ke kas negara. Peserta tersebut juga akan dimasukkan ke dalam
daftar hitam lelang.
Priharsa mengatakan, uang hasil lelang akan diserahkan ke
kas negara. Setoran tersebut akan diserahkan dalam bentuk
penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
14
KESIMPULAN
Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan yang
sudah berkekuatan hukum tetap. Putusan Pengadilan yang
dieksekusi adalah putusan Pengadilan yang mengandung perintah
kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang, atau
juga pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan pengosongan
benda tetap, sedangkan pihak yang kalah tidak mau melaksanakan
putusan itu secara sukarela sehingga memerlukan upaya paksa
dari Pengadilan untuk melaksanakannya.
Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas yang
harus dipegangi oleh pihak Pengadilan, yakni sebagai berikut :
1. Putusan Pengadilan harus sudah berkekuatan hukum tetap
2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.
Macam-macam Eksekusi menurut Sudikno Mertokusumo,SH.
(1988:201) mengemukakan ada tiga jenis eksekusi yaitu:
1. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan
untuk membayar sejumlah uang sebagaimana diatur dalam Pasal
196, dan Pasal 208.
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
15
2. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan
sesuatu perbuatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 225,
dan Pasal 259.
3. Eksekusi riil yaitu pelaksanaan putusan hakim yang
memerintahkan mengosongkan benda tetap kepada orang yang
dikalahkan, tetapi perintah tersebut tidak di laksanakan
secara sukarela.
Penyitaan asset dalam negeri diatur oleh Pasal 39 yang
menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dikenakan penyitaan
adalah :
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh
atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau
sebagai hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi
penyidikan tindak pidana;
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan
tindak pidana ;
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak
pidana yang dilaktikan.
f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata
atau karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan
penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana,
sepanjang memenuhi ketentuan ayat (1).
Sedangkan cara penyitaan asset yang berada diluar negeri
hasil tindak pidana korupsi sebagai berikut:
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
16
1. Pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang
dilakukan oleh negara korban (victim state) tindak pidana
korupsi untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas
aset hasil tindak pidana korupsi dari pelaku tindak pidana
korupsi melalui rangkaian proses dan mekanisme. Baik secara
pidana maupun perdata, aset yang berada di dalam maupun
disimpan di luar negeri, yang dilacak, dibekukan, dirampas,
disita, dan dikembalikan kepada negara korban hasil tindak
pidana korupsi, sehingga dapat mengembalikan kerugian
keuangan akibat tindak pidana korupsi. Juga termasuk untuk
memberikan efek jera kepada pelaku dan/ atau calon pelaku
tindak pidana korupsi.
2. Terdapat pula mekanisme dalam melakukan proses
pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi, yaitu:
pertama dengan melakukan pelacakan, selanjutnya aset yang
sudah dilacak dan diketahui kemudian dibekukan, terakhir,
aset yang dibekukan lalu disita dan dirampas oleh badan
berwenang dari negara di mana aset tersebut berada, dan
kemudian dikembalikan kepada negara tempat aset tersebut
diambil melalui mekanisme-mekanisme tertentu.
Faktor-faktor penghambat atau permasalahan tersebut
antara lain:
1. Pengaturan Hukum Nasional yang tidak Menunjang
Keberlakuan UNCAC di Indonesia.
2. Tidak Adanya Kemauan Politik Pemerintah yang Kuat
terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
17
Barang-barang hasil eksekusi akan dilelang kepada
khalayak ramai, dan hasil pelelangan tersebut akan dimasukkan
ke kas negara, setoran tersebut akan diserahkan dalam bentukpenerimaan negara bukan pajak (PNBP).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung
inilah.com
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135559-T%2027980-
Implikasi%20perampasan-Metodologi.pdf
kompas.com
http://itskiyanafs.blogspot.com/2013/11/eksekusi-dalam-hukum-
acara-perdata.html
Pendidikan Anti Korupsi | Eksekusi Tindak Pidana Korupsi dan DasarHukum
18