Tindak Lanjuti Keluhan Masyarakat, Kapolres Sergai Pimpin ...
KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR ...
i
KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF
PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
DI KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Adrian Nugroho
NIM: 131224057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama
dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu”
(Matius 7:24)
“Jangan pergi agar dicari, jangan sengaja lari agar dikejar.
Berjuang tak sebercanda itu.”
(Sujiwo Tejo)
“Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi
sayur tanpa garam.”
(Ws. Rendra)
“Toleransi dan relasi membangun kesuksesan yang akan indah
pada waktunya.”
(Penulis)
(Sebelum sisa umurku habis takkan pernah menyerah)
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya yang sederhana ini untuk orang-orang yang yang selalu
memberikan kepercayaan dan harapan kepadaku.
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber pengharapanku
dan penolongku.
2. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Priyono dan Ibu Maria Surtiningsih
yang penuh kesabaran mendidik, mendoakan, memotivasi, dan
mendukungku hingga sampai pada tahap ini aku menyelesaikan tugas
akhirku.
3. Bagi adikku, Yosephine Nawangsih yang selalu memberikan ku motivasi
dan semangat sehingga aku dapat menyelesaikan tahap ini.
4. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, kritik dan
saran, serta saling mendukung satu sama lain untuk terus berjuang
menyelesaikan tahap ini.
5. Teman-teman Domawa dan UKM Karawitan USD yang sudah
memberikan dukungan motivasi, kritik dan masukan aku untuk sampai
tahap ini.
6. Sahabat PBSI 2013 yang selalu memberikan banyak kritikan, masukan,
dan dukungan.
7. Teruntuk almamater tercinta, yang telah memberikan wadah untuk belajar,
berproses, dan berdinamika dalam kegiatan kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Adrian Nugroho, 2018, Kesantunan Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif
pada Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarata Tahun Ajaran 2016/2017, Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran dan (2) mengetahui makna pragmatik dan sosiopragmatik tindak
tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni deskriptif kualitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang sedang berinteraksi saat pembelajaran.
Pengambilan data dengan cara dokumentasi, catat, dan simak subjek pada
interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Bentuk data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah tuturan direktif, wujud dan makna sosiopragmatik.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 70 tuturan. Dari 70 data
tersebut ditemukan 14 jenis tindak tutur direktif yakni tindak tutur direktif
menasihati, memerintah, mengancam, menyindir, mengingatkan, menegur,
menyuruh, mendukung, mengkritik, menargetkan, meminta, memberi saran,
melarang, dan mengajak. Dalam pembahasan data yang dimasukkan ke dalam
tabel triangulasi terdapat 40 data. Dari 40 data tuturan tersebut terdapat makna-
makna yang berbeda-beda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif pada
interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V masih terdapat guru yang
menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi dengan siswa. Guru yang pertama
dominan menggunakan bahasa Jawa saat berinteraksi dengan siswa lebih sopan.
Guru yang kedua lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia namun sesekali
menambahkan sedikit bahasa Jawa. Sedangkan guru yang ketiga penggunaan
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia seimbang. Terdapat beberapa tuturan guru
dengan bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Tuturan yang menggunakan guru tidak
jadi permasalahan siswa saat terjadi interaksi dalam pembelajaran karena siswa
tersebut memahami bahasa daerah.
Kata kunci : Tindak tutur direktif, sosiopragmatik, pragmatik, wujud, dan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Nugroho, Adrian, 2018, Socio-Pragmatics of Directive Speech Acts Politeness
toward The Teachers and The Students Interaction in The Learning
Process of The Fifth Grade Students at Kanisius Sengkan Yogyakarta
Elementary School 2016/2017, Thesis, Yogyakarta: Indonesia
Language Literary Education Study Program, Departmen of Language
Education and Arts, Faculty of Teachers Training and Education.
Sanata Dharma University.
The research aimed to: (1) know the form of socio-pragmatics of directive
speech acts politeness toward the teacher’s and the student’s interaction during
the learning process and (2) see the meaning of pragmatics and socio-pragmatics
of directive speech acts toward the teachers and the fifth grade students
interaction during learning process of Kanisius Sengkan Yogyakarta Elementary
School 2016/2017.
Methodology used in this research is descriptive-qualitative. The subject
of this research are teachers and the fifth grade students at Kanisius Sengkan
Elementary School Yogyakarta 2016/2017 who have had interactions during
learning process. The data collection process used in this research are
documentation, took taking, and observation toward the teacherss and the fifth
grade students interactions during learning process. The form of data analyzed
are directive speech, form, and the meaning of socio-pragmatics.
The data collection process got 70 speeches. From 70 data the researcher
found 14 types of directive speech of suggesting, commanding, threatening,
satirizing, reminding, admonishing, ordering, supporting, criticizing, targeting,
asking, giving suggestion, permitting, and inviting. There were 40 data that was
categorized in triangulation table in the data analysis. In addition, from 40 data,
the researcher found that it has various meanings.
The result shows that directive speech acts toward teachers and the fifth
grade students interactions during learning process still used native language in
order to interact with each other.The first teacher used dominant in Javanese
language toward polite student. The second teacher used dominant in Indonesian
language, rarely added Javanese language. The third teacher used balanced
Javanese and Indonesian language. Some other used Javanese language and
English in their speech with students. The speech used by the teachers did not give
any trouble for the students. It was because the students understood the native
Indonesian language.
Keywords: directive speech acts, socio-pragmatics, pragmatics, form, meaning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian-bagian yang telah dimiliki orang lain, kecuali
yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya
penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Juni 2018
Penulis,
Adrian Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Adrian Nugroho
NIM : 131224057
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya
kepada Perpustakaan Sanata Dharma yang berjudul:
KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF
PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
DI KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 11 Juni 2018
Penulis,
Adrian Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat
menyeselasikan skripsi yang berjudul Kesantunan Sosiopragmatik Tindak Tutur
Direktif pada Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi ini ditulis sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis baik yang secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang memberikan dukungan,
pendampingan, dan nasihat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
3. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang senantiasa membantu penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum. , selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan, dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik,
membimbing, memberikan dukungan, dan menghantarkan penulis untuk
meraih cita-citanya dari awal hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
6. Th. Rusmiyanti selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia yang turut membantu kelancaran penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Priyono dan Ibu Maria Surtiningsih
yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian
dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah bersusah payah mencari
biaya dan tenaga untuk membiayai kuliah.
8. Adik saya, Yosephine Nawangsih yang selalu memberikan nasihat dan
dukungan kepada penulis.
9. Teman-teman saya, Clara Alverina Pramudita, Agnes Listi Sukmawati,
Lawrence Herianto, Katarina Widya, dan Ajeng Anggraeni Putri yang
memberikan penghiburan melalui candaan, memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
10. Teman-temanku dalam satu almamater Indah Rahayu, Riska Safitri, Clara
Wahyu Kurnia, Maria Kiki Adhy, Fransiska Kumala Sari, Natalia Kartika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Lukas Budi Husada, Yohana Agusta, Iwan, dan Galih yang selalu setia
menemani selama masa perkuliahan, memberikan penghiburan, dan
masukan yang membuat masa perkuliahan saya menjadi lebih berwarna.
11. Teman-teman prodi PBSI angkatan 2013 kelas B dan A, yang selalu
memberikan dukungan, motivasi dan keharmonisan selama kuliah.
12. Almamater kebanggaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengasah
pengetahuan, berproses, berdinamika, dan menghantarkan penulis ke
depan pintu gerbang masa depan.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam
memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala bentuk saran, sumbangan ide beruba gagasan, dan kritik yang
sifatnya membangun dapat disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan
tulisan ini. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan dapat digunakan sebagai referensi bagi siapa pun yang mempunyai minat
pada bidang kebahasaan, khususnya ilmu pragmatik untuk penelitian lebih lanjut.
Yogyakarta, 11 Juni 2018
Penulis
Adrian Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii
MOTO ........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... xii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................... xiii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
LAMPIRAN ............................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................... ....................... xvi
BA B I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori yang Relevan.................................................................... 6
2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 8
2.2.1 Pragmatik dan Sosiopragmatik .................................................... 8
2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik.......................................................... 10
2.2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur ............................................................. 12
2.2.4 Tindak Tutur Direktif sebagai Kajian Pragmatik ....................... 15
2.2.5 Konteks ....................................................................................... 20
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 22
3.2 Sumber Data dan Data ......................................................................... 23
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 24
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 26
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 27
3.6 Triangulasi ........................................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 30
4.2 Hasil Analisis Data .............................................................................. 34
4.2.1 Wujud Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif ............................... 35
4.2.1.1 Wujud Tindak Tutur Direktif Menasihati ................................ 38
4.2.1.2 Wujud Tindak Tutur Direktif Memerintah .............................. 41
4.2.1.3 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengancam ............................... 45
4.2.1.4 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyindir ................................. 46
4.2.1.5 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengingatkan ........................... 50
4.2.1.6 Wujud Tindak Tutur Direktif Menegur .................................... 54
4.2.1.7 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyuruh ................................. 58
4.2.1.8 Wujud Tindak Tutur Direktif Mendukung ............................... 60
4.2.1.9 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengkritik ................................ 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.1.10 Wujud Tindak Tutur Direktif Menargetkan ........................... 64
4.2.1.11 Wujud Tindak Tutur Direktif Meminta ................................. 65
4.2.1.12 Wujud Tindak Tutur Direktif Memberi Saran ....................... 67
4.2.1.13 Wujud Tindak Tutur Direktif Melarang ................................. 68
4.2.1.14 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengajak ................................ 70
4.2.2 Makna Pragmatik dan Sosiopragmatik ........................................... 71
4.2.2.1 Makna Tuturan Direktif Menasihati ......................................... 72
4.2.2.2 Makna Tuturan Direktif Memerintah ........................................ 76
4.2.2.3 Makna Tuturan Direktif Mengancam ....................................... 80
4.2.2.4 Makna Tuturan Direktif Menyindir .......................................... 83
4.2.2.5 Makna Tuturan Direktif Mengingatkan .................................... 89
4.2.2.6 Makna Tuturan Direktif Menegur ............................................. 93
4.2.2.7 Makna Tuturan Direktif Menyuruh ........................................... 99
4.2.2.8 Makna Tuturan Direktif Mendukung ........................................ 101
4.2.2.9 Makna Tuturan Direktif Mengkritik ......................................... 103
4.2.2.10 Makna Tuturan Direktif Menargetkan .................................... 104
4.2.2.11 Makna Tuturan Direktif Meminta ........................................... 107
4.2.2.12 Makna Tuturan Direktif Memberi Saran................................. 109
4.2.2.13 Makna Tuturan Direktif Melarang .......................................... 110
4.2.2.14 Makna Tuturan Direktif Mengajak ......................................... 112
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 113
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 119
5.2 Saran ...................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 123
LAMPIRAN ............................................................................................... 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKTAN DAN LAMBANG
KD : kesantunan direktif
Mt : mitra tutur
Pn : penutur
Sub-KD : sub-kesantunan direktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian yang memusatkan perhatiannya tentang tindak tutur juga pernah
dilakukan oleh Basuki (2002:195-197). Kajian ini mengkhususkan pada
pemakaian tindak tutur dalam seni pertunjukan ketoprak. Hasilnya adalah bahasa
dalam seni pertunjukkan menggunakan tindak tutur yang dapat dikelompokkan
menjadi lima kategori tindak tutur. Kelima tindak tutur itu yaitu tindak tutur
asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak
tutur deklaratif. Sementara menurut Haryanti (2001:142-143) melalui
penelitiannya berjudul Implikatur Percakapan dalam Prosa Fiksi Bahasa Inggris
(Suatu kajian Pragmatik). Jenis tindak tutur bermuatan implikatur berdasarkan
daya ilokusi dapat diklasifikasikan ke dalam tindak tutur asertif, direktif,
ekspresif, dan komisif.
Salah satu tindak tutur yang akan diteliti yakni tindak tutur direktif saat
pembelajaran berlangsung di kelas maupun di luar kelas pada sekolah dasar yang
masih berbudaya Jawa. Tindak tutur direktif yang dilakukan siswa siswi sekolah
dasar yang berbudaya Jawa masih banyak yang dapat ditemukan berbagai macam
contohnya “Bud rene lho”. Mulai dari tindak tutur memerintah siswa dengan
teman sebayanya, guru dengan siswa, dan siswa dengan warga disekitaran
sekolah. Tindak tutur direktif dijadikan menjadi 29 sub-TT adalah sub-TT
menyuruh, menasihati, meminta izin, permisi, menguji, meminta restu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
melamar, mengingatkan, melerai, memaksa, merayu, menantang, menyarankan,
memohon, menyumpah, merekomendasi, memperingatkan, menganjurkan,
mengharap, mengajak, mendesak, menginterupsi, menegur, memarahi, menagih
janji, membujuk, mempersilahkan, mengusir, dan melarang. Latar belakang
budaya dari tiap-tiap siswa atau penutur turut menentukan cara-cara
berkomunikasi. Hal ini menjadikan siswa yang akan berkomunikasi dengan teman
sebayanya harus melihat latar belakang terlebih dahulu agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Misalnya penutur memerintahkan temannya untuk bergabung
belajar bersama namun terhalang dengan budaya dan bahasa yang berbeda, mitra
tutur kesulitan memahami maksud atau makna dari tuturan yang dituturkan.
Penutur dan mitra tutur harus saling bekerjasama supaya tidak terjadi
kesalahpahaman. Menurut Leech (1983: 80) berpendapat bahwa prinsip kerjasama
digunakan untuk memudahkan penjelasan hubungan antara makna dan daya.
Pendapat ini mempengaruhi pemaham dari mitra tutur untuk menangkap makna
dan daya dari setiap ucapan yang dikemukakan oleh penutur. Bentuk kerjasama
yang terjadi dapat terlihat antara penutur dengan mitra tutur yang sedang bercakap
dan memahami makna katanya. Daya yang diterima oleh mitra tutur dapat
mempengaruhi perilaku mitra tutur untuk melakukan tindakan. Saat penutur
dengan mitra tutur sedang berkomunikasi terlebih dahulu melihat prinsip-prinsip
dari kesantunan ini yang berkaitan dengan nilai norma sosial, teori kontak
percakapan, teori maksim percakapan, dan teori penyelamatan muka. Bisa dilihat
dari norma yang pertama yakni norma sosial, semua orang memiliki pandangan
yang berbeda mengenai norma sosial menyatakan bahwa tiap masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memiliki norma, adat istiadat, dan tatanan sosial. Misalnya percakapan yang
terjadi antara siswa dengan guru yang seharusnya siswa menggunakan bahasa
yang halus dengan orang yang lebih tua. Dengan demikian, asumsinya adalah
pada masyarakat mempunyai kaidah yang umumnya tidak tertulis. Melihat dari
pandangan para pakar di atas, seorang yang lebih tua usianya belum tentu bertutur
dengan sopan kepada orang yang lebih muda umurnya. Hal ini bisa dilihat dari
suatu tindak tutur yang dilakukan saat pembelajaran di kelas oleh guru kepada
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Dari 3
guru terdapat wujud tuturan dari guru kurang baik namun isi dari tuturan tersebut
bermakna baik. Dalam wujud tuturan guru saat pembelajaran di kelas V masih
perlu diidentifikasi dan dihubungkan dengan makna dari wujud tuturan tersebut.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat menentukan masalah sebagai
berikut:
a. Apa saja wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada
interaksi guru dan siswa dalam Pembelajaran di kelas V SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017?
b. Apa saja makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik tindak tutur
direktif pada interaksi guru dan siswa dalam Pembelajaran di kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mendeskripsikan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur
direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017.
b. Mendeskripsikan makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
di kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun ajaran 2016/2017.
1.4 Manfaat dari Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tersebut sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat digunakan memahami bidang
kajian sosiopragmatik khususnya tindak tutur direktif. Penelitian ini
bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang lain.
b. Manfaat Praktis :
Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai jenis dan wujud tindak tutur direktif, yang terdapat dalam
tuturan. Selain itu dalam pembelajaran bahasa, penelitian ini dapat
digunakan untuk menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah
tuturan, sehingga antar siswa dapat memahami maksud sebuah tuturan
yang mengandung tindak tutur direktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah sebegai berikut:
a. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan
situasi-situasi ujar.
b. Sosiopragmatik pada dasarnya yakni pragmatik yang terjadi dalam
konteks sosisal dan konteks kultural tertentu.
c. Tindak tutur direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si
penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan
tindakan-tindakan yang dikehendakinya.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab 1 adalah bab
pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, identifikasi masalah, manfaat penelitian, batasan, dan
sistematika penyajian. Bab 2 adalah kajian pustaka. Bab ini berisi seputar
tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti
saat ini. Dan kajian teoretis yaitu teori-teori yang berkaitan langsung dengan
penulisan penelitian ini. Bab 3 adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas
seputar pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data.
Bab 4 adalah hasil penelitian dan pembahasa. Bab ini membahas mengenai
deskripsi data, hasil analasis data, dan pembahasan. Bab 5 adalah penutup yang
berisikan mengenai kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini secara khusus akan diuraikan tiga hal, yaitu : (1) penelitian
terdahulu yang relevan, (2) landasan teori, dan (3) kerangka berpikir. Khusus
untuk bagian kedua yaitu landasan teori, akan diuraikan mengenai (a) kajian
pragmatik, (b) tindak tutur, (c) konteks dan (d) tindak tutur ilokusi jenis tuturan
direktif.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai tindak tutur direktif sebelumnya sudah pernah ada
dan dilakukan oleh peneliti lain. Secara khusus penelitian tentang tindak tutur
direktif dalam lingkungan sekolah sudah ada. Namun perbedaan yang peneliti
dapatkan dari penelitian yang didapatkan yakni dari jenjang pendidikan. Tindak
tutur direktif yang terdapat pada kajian terdahulu mengenai interaksi siswa dan
guru. Setelah dicermati pada kajian terdahulu ini interaksi tidak diterjadi saat
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, pada kajian terdahulu ini peniliti hanya
memberikan satu penelitian terdahulu yang mirip atau serupa dengan penelitian
yang akan hendak peneliti lakukan. Penelitian terdahulu yang mirip atau serupa
dengan kajian penelitian peneliti yakni :
a. Penelitian Nurul Masfufah yang berjudul Kesantunan Bentuk Tuturan
Direktif di Lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta, menganalisis mengenai
interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Objek yang menjadi fokus penelitian Nurul Masfufah yakni : (1) bentuk
tuturan direktif yang terjadi di lingkungan sekolah, (2) mengenai prinsip
dan strategi tuturan direktif di lingkungan sekolah.
Metode pengumpulan data yang digunakan Nurul adalah metode observasi,
wawancara secara mendalam, dan angket. Data yang diambil dalam penelitian ini
data lisan, meliputi tuturan yang dilakukan oleh karyawan, guru, dan siswa SMA
Negeri 1 Surakarta dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam.
Teknik simak bebas libat cakap tersebut dilakukan dengan menyimak peristiwa
tutur dan mencatatnya, baik ikut terlibat di dalamnya maupun tidak terlibat
langsung. Teknik rekam dilakukan dengan cara merekam peristiwa tutur dibantu
tape recorder secara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan penutur.
Selanjutnya, dilakukan dokumentasi data dengan memindahkan data-data tuturan
yang diperoleh dari teknik simak dan teknik rekam ke dalam kartu data yang
sudah disiapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat terjadi interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran
2016/2017. Hampir sama dengan penelitian yang terdahulu, yang membedakan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tingkat
atau jenjang pendidikan yang diteliti. Pengumpulan datanya bisa menggunakan
teknik simak, teknik catat, dan dibantu dengan teknik dokumentasi.
b. Penelitian Conny Handayani, dkk. yang berjudul Tindak Tutur Direktif
Dosen dengan Tenaga Administrasi: Ancangan Sosiopragmatik
Berperspektif Jender, menganalisis mengenai interaksi terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
lingkungan dosen dan tenaga administrasi. Interaksi yang terjadi biasa
ditemukandi tempat seperti kampus atau kantor.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tentang kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi pada guru dan siswa dalam
pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran
2016/2017. Peneliti meneliti mengenai tindak tutur direktif yang terjadi saat
pembelajaran berlangsung antara guru dan siswa kelas V SD kanisius Sengkan.
Perbedaan dari kedua penelitian terdahulu yakni dimana penelitian pertama
mengenai tindak tutur direktif di SMA dan yang kedua tindak tutur direktif antara
dosen dengan tenaga administrasi. Setiap tuturan yang dituturkan memiliki makna
yang berbeda.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori merupakan pisau analisis yang harus diketahui peneliti
sebelum melakukan penelitian. Dalam landasan teori akan dijabarkan atau
dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan atau berkaitan dengan
penelitian yang hendak dilakukan peneliti dan menjadi acuan dalam penelitian
tindak tutur direktif para guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar pada
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
Penulisan penelitian ini didukung oleh teori – teori yang menurut peneliti relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga dijadikan acuan penelitian.
2.2.1 Pragmatik dan Sosiopragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-
situasi ujar (speech situations). Pragmatik makna diberi definisi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Sedangkan menurut
pandangan lainnya tentang pragmatik yakni studi mengenai penggunaan bahasa
(Levinson, 1985). Penggunaan bahasa yang dimaksudkan oleh Levinson adalah
penggunaan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan
pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik yang memungkinkan orang untuk masuk
ke dalam analisis. Sebagai topik yang melingkupi deiksis, presuposisi dan
implikatur percakapan, pragmatik lazim diberi definisi sebagai “telaah mengenai
hubungan di antara lambang dengan penafsiran” (Purwo 1990:15). Yang
dimaksud dengan lambang di sini adalah satuan ujaran, entah berupa satu kalimat
atau lebih, yang “membawa” makna tertentu, yang di dalam pragmatik ditentukan
atas hasil penafsiran si pendengar.
Istilah sosiopragmatik pertama-tama disampaikan oleh Leech (1983)
ketika ia menjelaskan tentang jangkauan pragmatik umum dalam bukunya yang
sangat ternama Pragmatics. Dalam sosiopragmatik pada dasarnya yakni
pragmatik yang terjadi dalam konteks sosisal dan konteks kultural tertentu.
Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti bisa dilihat dari konteks sosial, dimana
sekolah tersebut terletak di daerah mayoritas keturunan Jawa atau Yogyakarta.
Mulai dari siswa dari berbagai daerah luar Yogyakarta serta guru yang mengajar
di sekolah tersebut. Penggunaan bahasa atau tindak tutur pragmatik dan
sosiopragmatik saat pembelajaran berlangsung terkadang menggunakan dua
bahasa, bisa menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Saat penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bertutur kepada mitra tuturnya harus memperhatikan konteks sosial dan konteks
kulturalnya.
2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik
Untuk memahami apa itu pragmatik, mungkin kita bisa mengkaji pendapat
para pakar pragmatik yang mana pendapat mereka berbeda antara satu dan
lainnya. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu
(1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna
menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang
diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh
pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial
yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
2.2.2.1 Praanggapan
Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian
sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presupposisi adalah penutur,
bukan kalimat (George Yule, hal. 43). Sebuah tuturan dapat dikatakan
mempraanggapkan tuturan lain apabila ketidakbenaran tuturan dipresuposisikan
mengakibatkan kebenaran dan ketidakbenaran tuturan mempresuposisikan tidak
dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai
sekali. Mempraanggapkan adanya seorang mahasiswa yang berparas sangat
cantik. Apabila kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas
sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya.
Sebaliknya, apabila di kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas sangat
cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Jika suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan
kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna. Yang tidak dinyatakan, tetapi
tersiratkan dari pengucapan kalimat itu.
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif pada guru dan siswa dalam pembelajaran di
kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta akan menemukan tuturan seperti
seorang guru yang mengatakan siswa tersebut pintar atau rajin mengerjarakan
tugas rumah. Praanggapan tersebut harus disertai dengan bukti atau kenyataannya
supaya dapat diketahui benar dan salah tuturan tersebut. Setelah mengetahui benar
dan tidak tuturan yang dikatakan, juga perlu diperhatikan makna dari sebuah
tuturan tuturan tersebut.
2.2.2.2 Ikutan atau Entailment
Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang
ditegaskan di dalam tuturan (George Yule, hal. 43). Penafsirannya harus
didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama (the same background
knowledge) antara penutur dan mitra tutur tentang sesuatu yang sedang
dipertuturkan itu. Berbeda dengan hal tersebut, di dalam entailment hubungan
tersebut bersifat mutlak. Tuturan yang berbunyi Reni hamil muda
mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Reni itu sudah pernah berhubungan
badan dengan sorang pria sehingga ia bisa hamil. Dengan demikian, jelas bahwa
hubungan antara tuturan dengan maksud tuturan pada entailment itu bersifat
mutlak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pembicaraan yang dilakukan antara guru dengan siswa harus sama agar tidak
terjadi kesalahan dalam tuturan tersebut. Misal tuturan seorang guru yang
berbunyi Budi ranking 1 satu kelas yang mengindikasikan siswa yang bernama
Budi selalu mendapat ranking 1 satu kelas.Jadi memang benar hubungan antara
tuturan dengan maksud tuturan itu mutlak.
2.2.2.3 Tindak Tutur
Studi tentang tindak tutur (TT) dalam aktivitas berbahasa, tanpa kecuali
aktivitas penggunaan bahasa Indonesia sesungguhnya telah banyak dilakukan.
Kajian tentang tindak tutur direktif bahasa Indonesia dengan menggunakan kajian
etnograsi komunikasi pernah dilakukan oleh Ibrahim (1997:132-142). Dalam
kajiannya Ibrahim memfokuskan kajiannya pada pemakaian bentuk tindak tutur
direktif camat-lurah dalam berinteraksi diadik bersemuka, yaitu tuturan yang: (a)
bermodus imperatif, (b) berperformatif eksplisit, (c) berperformatif berpagar, (d)
berproposisi keharusan, (e) menunjukan kesangsian, (f) berpengandaian bersyarat,
(g) menggunakan impersona, (h) menggunakan sindiran, dan (i) menggunakan
kelekar. Tindak tutur yang dilakukan dalam bentuk kalimat performatif oleh
Austin (1962) dirumuskan sebagai tiga buah bagian yang berbeda, yaitu (1) tindak
tutur lokusi, (2) tindak tutur ilokusi, (3) tindak tutur perlokusi. Dengan
menggunakan tiga bagian tindak tutur di atas dapat membantu penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk membantu mengidentifikasi tindak tutur yang
diutarakan oleh guru kepada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur
Menurut Gunawan (1994) memang kadang-kadang agak sukar membedakan
tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Namun, menurut Gunawan (1994) juga terdapat
kata kerja yang menunjukkan tindak tuturnya adalah ilokusi. Misalnya, kata kerja
melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan,dan sebagainya. Searle
(1975) membagi tindak tutur itu atas lima kategori, yaitu tindak tutur:
respresentatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi. Dalam penelitian ini, peneliti
lebih memfokuskan ke kategori direktif. Pengertian dari direktif adalah tindak
tutur yang melakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan
tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya, menyuruh, memohon,
menuntut, menyarankan, menantang, dsb.
Searle di dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of
Language (1969: 23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya
ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni
tindakan lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Seorang penutur harus
memperhatikan kemampuan mitra tuturnya dalam menangkap maksud atau isi
dari tuturan yang diutarakan. Bila tidak ada respon oleh mitra tutur maka tuturan
yang disampaikan oleh penutur tidak diterima maksud atau isi tuturannya. Tiga
tindakan tutur tersebut harus didukung dengan kemampuan memahami yang
dimiliki oleh mitra tutur untuk menangkap maksud atau isi dari tuturan tersebut.
2.2.3.1 Tindak Lokusi
Tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Menurut Wijana (1996:17-20) tindak
tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Some thing. Secara seksama konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau
tuturan dalam hal ini dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua unsur,
yakni subjek/topik dan predikat/comment (Nababan, 1987: 4). Lebih jauh tindak
lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan
karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan
konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur dalam bab II di atas. Jadi, dari
persfektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting
peranannya untuk memahami tindak tutur (Parker, 1986: 15).
Tindak lokusi memang mudah dipahami karena tuturan tersebut untuk
menyatakan sesuatu oleh penutur. Tanpa memperhatikan konteks pun seorang
penutur dapat menyatakan sesuatu kepada mitra tutur. Seorang penutur yang
menyatakan sesuatu dapat berupa informasi-informasi kepada mitra tutur.
Selanjutnya mitra tutur dapat menangkap atau memahami maksud atau sesuatu
yang dinyatakan oleh penutur. Contoh kalimat dari tindak lokusi seperti berikut:
1. Budi belajar menulis.
2. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan
bahwa harga solar untuk para nelayan tidak akan ada kenaikan.
3. Semarang Ibu Kota Jawa Tengah terletak dijazirah utara
Kabupaten Semarang yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota.
2.2.3.2 Tindak Ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi,
tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Menurut Wijana (1996:17-20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak ilokusi sangat
sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa
penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan
sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk
memahami tindak tutur.
Berhubungan dengan ilokusi, tuturan yang bisa dilihat pada penelitian ini
adalah tuturan oleh penutur dan lawan tutur yang terjadi saat pembelajaran
berlangsung. Misalnya seorang guru sedang berinteraksi dengan siswa kelas V SD
Kanisius Sengkan saat pembelajaran berlangung.Isi atau makna dari tuturan
tersebut menginformasikan sesuatu untuk membuat siswa tersebut melakukan
tindakan sesuatu. Berikut contoh tindak ilokusi guru kepada siswa:
1. Budi masuk kelas tepat waktu.
2. Kelas ini terlihat seperti kandang hewan.
3. Rambutmu sudah panjang.
4. Kapur di kelas sudah habis
2.2.3.3 Tindak Perlokusi
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai
daya pengaruh (perlocutionary), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau
daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh
penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Wijana (1996: 17-20)
tindak ini disebut the act of affecting someone.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tindak perlokusi yakni tuturan yang mempengaruhi lawan tuturnya untuk
melakukan sebuah tindakan untuk penutur. Namun tuturan tersebut tidak
menunjuk kesalah satu orang melainkan beberapa orang untuk melakukan sesuatu
yang diutarakan penutur sebelumnya baik disengaja atau tidak sengaja. Contoh
dari tindak perlokusi sebagai berikut:
1. Budi mendapat nilai tertinggi di kelas.
2. Setiap masuk kelas ini seperti masuk kandang hewan.
3. Rudi mendapatkan beasiswa.
2.2.4 Kesantunan Tindak Tutur Direktif Sosiopragmatik
Bentuk tutur direktif (directive). Yang dimaksud dengan bentuk tutur direktif
adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk membuat
pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang
dikehendakinya seperti berikut ini: (a) memesan (ordering), (b) memerintah
(commanding), (c) memohon (requesting), (d) menasehati (advising). Jenis ilokusi
ini sering dimasukkan ke dalam kategori kompetitif, karena itu mencakup juga
kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun
dipihak lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang
secara instrinsik memang sopan. Tuturan yang diutarakan akan mempengaruhi
mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Penyampaian informasi yang tidak
sengaja maupun disengaja oleh penutur memiliki efek terhadap mitra tutur untuk
melakukan sesuatu.
Tindak Tutur Direktif Menasihati menurut Harun Joko Prayitno (2011:70)
kategori menasihati (to advice) meliputi: sub-kesantunan direktif memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
nasihat, mengandung maksud memberikan anjuran, petunjuk, saran, teguran, dan
ajaran secara baik dengan cara sopan. Memperhatikan kategori di atas, yang
dimaksud sub-kesantunan direktif menasihati di dalam penelitian ini adalah suatu
petunjuk yang berisi pelajaran tertepik dan baik dari Pn yang dapat dijadikan
sebagai alasan bagi Mt untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif
memerintah menurut Harun Joko Prayitno (2011:51) derajat kedirektifan sub-KD
memerintah dalam penelitian ini adalah setingkat lebih tinggi daripada sub-KD
menyuruh. Sub-KD memerintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh Mt
melakukan sesuatu.Dalam sub-KD memerintah ini ada semacam aba-aba,
komando, atau aturan dari pihak Pn sebagai orang yang merasa lebih tinggi
kedudukannya. Tindak tutur direktif mengancam menurut Harun Joko Prayitno
(2011:78) yang dimaksud dengan sub-KD mengancam adalah suatu KD yang
mengandung maksud utama agar Mt tidak melakukan sesuatu sebagaimana yang
dinyatakan oleh Pn. Sub-KD ancaman merupakan suatu KD yang bertujuan
memberikan pertanda, aba-aba, atau peringatan keras kepada Mt supaya tidak
mengulangi lagi perbuatannya.
Tindak tutur direktif menyindir menurut Harun Joko Prayitno (2011:49) yang
dimaksud dengan sub-KD menyindir adalah suatu tindak KD yang bertujuan
untuk mengingatkan atau menegur seseorang secara tidak langsung. Sedangkan
menurut Leech (1993:148) dinamakannya sebagai strategi sindiran yakni
penuturan sebuah ilokusi yang tujuannya diinterpretasi sebagai suatu tujuan
tembahan dari pelaksanaan sebuah ilokusi lain. Tindak tutur direktif
mengingatkan menurut Harun Joko Prayitno (2011:56) yang dimaksud dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sub-KD mengingatkan adalah suatu KD yang bertujuan untuk memberi ingat atau
memberi nasihat, teguran, peringatan supaya seseorang ingat akan kewajiban
pekerjaan atau tindakan yang harus diselesaikan.
Tindak tutur direktif menegur menurut Harun Joko Priyatno (2011:66) KD
yang berhubungan dengan sub-KD menegur adalah suatu KD yang bertujuan
untuk mengingatkan dan menasihati secara kasar kepada seseorang supaya
bersedia melakukan suatu pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam sub-
KD ini ada semacam kurang cermat pada Mt dalam merampungkan suatu kegiatan
atau tugas yang dipercayakannya. Tindak tutur direktif menyuruh menurut Harun
Joko Priyatno (2011:48) KD menyuruh adalah suatu tindak tutur mengandung
unsur mengutus supaya Mt melakukan sesuatu sebagaiman yang disuruhkan oleh
Pn. Tindak tutur direktif mendukung menurut Harun Joko Prayitno (2011:82)
yang dimaksud dengan sub-KD mendukung adalah suatu KD yang bertujuan
untuk memberikan dukungan atau sokongan kepada seseorang supaya tindakan
yang telah dilakukannya dapat diteruskan.Seseorang yang sedang pada titik jenuh
dan bimbang perlu mendapatkan dukungan.
Tindak tutur direktif mengkritik menurut Harun Joko Prayitno (2011:75) yang
dimaksudkan dengan sub-KD mengkritik dalam penelitian ini adalah tindak
kesantunan berbahasa yang tujuannya utamanya adalah memberi masukan dengan
keras atas tindakan Mt. Melihat dari seseorang Mt yang melakukan tindakan yang
tidak maksimal dalam memberikan layanan atau permintaan Pn. Tindak tutur
direktif menargetkan menurut Harun Joko Prayitno (2011:76) yang dimaksud
dengan sub-KD menargetkan adalah suatu KD yang bertujuan untuk menetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sasaran atau batas ketentuan yang harus dicapai oleh seseorang. Hal ini bisa
dilihat dari Mt yang sedang melakukan tindakan yang semata-mata untuk
memenuhi permintaan yang telah ditargetkan oleh Pn.
Tindak tutur direktif meminta menurut Harun Joko Prayitno (2011:46) tindak
kesantunan direktif meminta adalah suatu sub-KD yang bertujuan untuk memohon
dan mengharapkan kepada Mt supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah
kenyataan sebagaimana yang diminta oleh Mt. Sub-KD ini agar Pn diberi atau
mendapatkan sesuatu dari Mt. Inti dari tuturan meminta adalah agar apa yang
diinginkan oleh Pn dapat dipenuhi oleh Mt. Tindak tutur direktif memberi saran
menurut Harun Joko Prayitno (2011:72) maksud yang hendak dituju oleh tindak
bahasa sub-KD menyarankan di dalam penelitian ini adalah suatu KD yang
mengandung pendapat Pn supaya dipertimbangkan oleh Mt dalam bertindak. Isi
dari dari KD ini berupa usulan, anjuran, atau cita-cita.Sesuatu yang disarankan
dapat digunakan oleh Mt mempertimbangkan untuk mengambil keputusan atau
bertindak.
Tindak tutur direktif melarang menurut Harun Joko Priyatno (2011:62) sub
KD melarang di dalam penelitian ini adalah KD yang bertujuan supaya Mt tidak
boleh sama sekali atau dilarang melakukan sesuatu. Inti dari KD ini agar Mt tidak
diperbolehkan sama sekali berbuat sesuatu sebagaimana diinginkan oleh Pn.
Tindak tutur direktif mengajak menurut Harun Joko Priyatno (2011:52) sub-KD
mengajak adalah sub-KD mengajak suatu KD yang mengandung maksud bahwa
Pn mengajak Mt supaya melakukan sesuatu sebagaimana yang dinyatakan oleh Pn
melalui tuturan secara bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.5 Konteks
Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (1993:38) sebagai the surroundings,
in the widest sense, that enable the participants in communication to interact, and
that make the linguistic expressions of their interaction intelligible (“situasi
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat
berinteraksi, yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”). Pentingnya konteks
dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (1996: 2) yang menyebutkan bahwa
konteks pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer
dan Bierwich (1980: 9) yang menegaskan bahwa pragmatics is concerned with
the way in which the interpretation of syntacfically defined expressions depends
on the particular conditions of the use on context (“pragmatik berkaitan dengan
interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan
cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus
penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks”). Konteks telah diberi berbagai
arti: antara lain diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan
fisik dan sosial sebuah tuturan. Secara langsung maupun tidak langsung suatu
konteks bahasan yang tidak jelas mempengaruhi tentang makna yang diujarkan
oleh penutur kepada mitra tutur. Kesalahan penerimaan makna menjadikan
kegagalan komunikasi yang bermaksud untuk memerintah tetapi tidak terjadi.
Konteks yang terjadi dalam penelitian di lingkungan sekolah dan di kelas,
saat terjadi interaksi pada guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta. Ungkapan yang digunakan guru kepada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
akan berbeda dengan interaksi guru dengan guru. Mulai dari bahasa atau kalimat
yang digunakan guru kepada siswa lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir ini peneliti memberikan gambaran mengenai
penelitian yang dilakukan. Judul yang diambil peneliti melihat dari situasi-situasi
yang berada dalam pembelajaran di sekolah khususnya sekolah dasar lekat dengan
kebudayan Jawa salah satunya yakni SD Kanisius Sengkan. Peneliti mengamati
interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Dengan cara
merekam suara dan mencatat tuturan yang dituturkan guru. Berdasarkan judul
yang digunakan di atas, pengetahuan-pengetahuan tentang ilmu sosiopragmatik,
pragmatik, dan tindak tutur direktif. Data yang didapatkan kemudian
dikelompokan dan dimasukkan ke dalam tabel triangulasi dengan jenis wujud
tindak tutur direktif dan maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif
jenis deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang
tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbad, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Menurut Nazir (2013: 43) metode deskriptif adalah “suatu metode dalam
meneliti suatu kelompok manusia, suatu set kondisi, dan suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang”. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Selanjutnya, metode penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang sedang
diteliti sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri (Sukmadinata 2009: 72).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Penelitian kualitatif menggunakan data alamiah untuk menerangkan gejala atau
fenomena secara menyeluruh. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang
alamiah,yaitu objek yang berkembang adanya dan tidak dimanipulasi peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi kehadiran pada objek tersebut.
Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah
yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari
bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih
dari fenomena yang dihadapi (Gunawan 2013: 80).
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah tempat ditemukannya data yang hendak diteliti. Dalam
penelitian, sumber data harus jelas supaya mendapatkan data yang valid dan
akurat. Penelitian ini sumber data yang digunakan adalah guru dan siswa SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta di kelas V Tahun Ajaran 2016/2017. Sedangkan
data merupakan hasil capaian yang nantinya akan diolah untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang diangkat oleh peneliti. Data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif guru
dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
Tahun Ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan namanya “penyediaan”, tahap ini merupakan upaya sang
peneliti menyediakan data secukupnya. Data di sini dimengerti sebagai fenomena
lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang
dimaksud. Data yang demikian itu, substansinya dipandang berkualifikasi sahih
(valid ) dan terandal (reliable). Upaya penyediaan data itu dilakukan semata-mata
untuk dan demi kepentingan analisis. Setiap data atau fakta yang dikumpulkan
harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang jelas. Oleh karena itu
dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik pengumpulan data
yang tepat supaya bisa memperoleh data yang tepat. Abdurrahman & Muhidin
(2011: 85), menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk megumpulkan data”. Teknik pengumpulan data
adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang akan dikupas,
guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua teknik pengumpulan data yang tepat untuk memperoleh data.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Dokumentasi
Pengumulan data menggunakan dokumentasi dengan metode rekam dan
catat. Teknik pencatatan dalam metode observasi tidak dapat dilakukan secara
lengkap dan sempurna oleh peneliti, yang dimaksud peneliti tidak bisa
mencatat semua kejadian saat observasi. Penggunaan teknik rekaman untuk
memperoleh data untuk menunjang metode observasi itu sendiri. Hal-hal
yang sebelumnya belum tercatat oleh peneliti akan dikonfirmasikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dilengkapi melalui hasil rekaman. Kedua metode ini menjadi alat untuk
peneliti saat melakukan observasi subjek untuk memperoleh data yang
bersifat fakta atau asli. Data yang diperoleh merupakan data asli dan tidak
dibuat-buat. Teknik ini membantu peneliti untuk memperoleh data dengan
cara mendokumentasikan apa saja yang terjadi ketika interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran di Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun
Ajaran 2016/2017.
b. Teknik Catat
Di samping perekaman itu, dapat pula dilakukan pencatatan pada kartu
data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat
dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan-
diterapkan atau sesudah perekaman dilakukan dan dengan menggunakan alat
tulis tertentu. Dengan teknik ini peneliti akan mencatat tuturan-tuturan yang
diutarakan saat interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
c. Teknik Simak
“Metode simak” atau “penyimakan” karena memang berupa penyimakan,
yang dilakukan dengan menyimak suatu penggunaan bahasa. Metode ini
dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu
sosial. Peneliti menyimak atau mengamati bahasa yang digunakan saat
interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan peneliti dalam
memperoleh data atau fakta. Purwanto (2007: 6) memberikan contoh mengenai
instrumen atau alat pengukur dalam proses pengumpulan data, “tentang suhu
badan dilakukan melalui pengukuran menggunakan termometer yang menjadi
instrumennya, data berat dikumpulkan dengan menimbang menggunakan
timbangan, jarak diukur dengan mistar, dan sebagainya”. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa Human Instrument. Human
Instrument merupakan instrumen penelitian atau alat penelitian yang melibatkan
manusia atau peneliti itu sendiri.
Alat yang paling tepat untuk mengungkap dan mengupas penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Human instrumen merupakan instrumen
penelitian yang melibatkan peneliti sebagai alat yang memiliki indera sehingga
dapat bereaksi dan berinteraksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang
akan diteliti. Dengan menggunakan peneliti sebagai alat meruapakn pilihan tepat
dalam penelitian kualitatif, karena peneliti dapat menyesuaikan diri terhadapt
semua aspek keadaan dan sekaligus mengumpulkan berbagai data. Menurut
Sugiono (2009: 306) “peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya”.
Dalam pemerolehan data penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai
alat yang mampu mengumpulkan data. Apabila peneliti memanfaatkan alat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
bukan manusia atau peneliti itu sendiri, sangat tidak mungkin untuk bisa
menyesuaikan terhadap kenyataan yang ada di lapangan. Hanya manusia sebagai
alat saja yang dapat memahami kenyataan di lapangan dan dapat menyadari
berbagai bentuk faktor yang merugikan maupun menguntungkan di lapangan serta
mampu mengatasinya. Pengukuran dalam dunia pendidikan tentu saja akan
melibatkan objek-objek dalam lingkungan pendidikan. Objek-objek yang terdapat
dalam proses pengukuran disebut responden. Responden dalam penelitian yang
kaitannya dengan pendidikan dapat berupa manusia maupun hasil karya manusia.
Dalam penelitian yang hendak dilakukan peneliti dengan menggunkana human
instrument atau peneliti sebagai alat, yang menjadi responden atau objek
penelitian adalah manusia, yakni para guru dan siswa dalam pembelajaran kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
3.5 Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data adalah tahapan yang sangat menentukan, karena
pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus
sudah diperoleh. Ada dua metode utama yang dapat digunakan dalam analisis
data, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Bagi
penelitian ini membantu memperoleh data-data yang diinginkan oleh peneliti
mengenai kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif guru dan siswa kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Sebelum
menjelaskan mengenai metode padan intralingual, terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai konsep padan dan konsep intralingual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Konsep padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan
sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga
padan di sini diartikan sebagai hal menghubungkan-bandingkan; sedangkan
intralingual mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa
(bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ekstra
lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan
lain-lain. Berbeda dengan metode padan intralingual, metode padan ekstralingual
digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Analisis
data ada kegiatan yang dilakukan setelah peneliti menyeleksi data sesuai dengan
kriteria yang akan diteliti (Siswantoro, 2004: 48). Menurut Miles dan Huberman
(1984: 21-23) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yakni
reduksi data, model data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Penelitian ini
menggunakan analisis data kualitatif dengan tiga kegiatan ini memudahkan
peneliti menganalisis data yang diperoleh berupa wujud dan makna yang
mengandung kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif setelah melakukan
observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif memang
tepat untuk menganalisis penelitian ini. Mengetahui lingkup pragmatik dan
sosiopragmatik pada kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada
interaksi guru dan siswa dalam pembelajarandi kelas V SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.6 Triangulasi
Triangulasi data dalam penelitian ini menggunakan peran penyidik.
Penyidik berperan sebagai orang yang menyelidiki atau mengecek kembali derajat
kepercayaan dengan teknik triangulasi. Jadi, objek dari kajian penelitian ini
mengikutsertakan bantuan dari dosen yaitu Prof. Dr. Pranowo, M.Pd sebagai
penyidik yang mengevaluasi atau mengecek kredibilitas kajian objek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan tiga hal yaitu deskripsi data penelitian, analisis
data, dan pembahasan. Deskripsi data yang diperoleh merupakan deskripsi
berdasarkan hasil penelitian yang terlah dilakukan dengan membuat klasifikasi
data berdasarkan kategori dan jenis tindak tutur direktif pada guru. Pada bagian
analisis data akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk analisis data yang
sudah dicantumkan dalam lampiran. Pada bagian pembahasan berisikan urian
jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah mengenai tindak tutur
kesantunan sosiopragmatik direktif pada guru dan siswa dalam pembelajaran di
kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Pada
penelitian ini peneliti mendapatkan data yang berbentuk tuturan dari seorang guru
yang sedang mengajar di kelas kepada siswa kelas V.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini akan diberikan paparan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di SD
Kanisius Sengkan Yogyakarata tahun ajaran 2016/2017 saat pembelajaran
berlangsung di dalam kelas V antara guru dan siswa. Penjelasan yang akan
diberikan merupakan penjabaran dari rumusan masalah yang dituliskan oleh
peneliti. Data diperoleh melalui metode catat, dokumentasi, dan simak yang
dilakukan secara langsung mulai tanggal 21 Agustus 2017 - 09 September 2017 di
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Pengambilan data melalui teknik observasi dan simak bebas libat cakap yang
dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2017. Hasil dari penelitian ini ditemukan
14 jenis tindak tutur direktif. Sumber data penelitian ini adalah guru sedangkan
data dari penelitian adalah tuturan-tuturan yang mengandung tuturan direkif. Data
yang diperoleh dari penelitian ini adalah tuturan direktif di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung. Jumlah tuturan direktif di dalam kelas sebanyk 70
tuturan dengan rincian kesantunan direktif menasihati terdapat 4 tuturan,
kesantunan direktif memerintah terdapat 12 tuturan, kesantunan direktif
mengancam terdapat 3 tuturan, kesantunan direktif menyindir terdapat 14 tuturan,
kesantunan direktif mengingatkan terdapat 7 tuturan, kesantunan direktif menegur
terdapat 5 tuturan, kesantunan direkti menyuruh terdapat 5 tuturan, kesantunan
direktif mendukung terdapat 4 tuturan, kesantunan direktif mengkritik terdapat 1
tuturan, kesantunan direktif menargetkan terdapat 1 tuturan, kesantunan direktif
meminta terdapat 3 tuturan, kesantunan direktif menyarankan terdapat 1 tuturan,
kesantunan direktif melarang terdapat 2 tuturan, kesantunan direktif mengajak
terdapat 1 tuturan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini telah melalui tahap triangulasi.
Triangulasi data dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2017.
Triangulasi data dilakukan oleh dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yakni Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
Berdasarkan hasil triangulasi terdapat 18 dari 70 data yang tidak disetujui oleh
dosen triangulator (dapat dilihat pada lampiran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berbagai macam kesantunan direktif yang sudah disebutkan oleh peneliti
di atas, memiliki beberapa contoh tuturan dari masing-masing kesantunan direktif.
Kesantunan tindak tutur direktif yang pertama adalah kesantunan tindak tutur
direktif menasihati berikut contohnya:
1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.
Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman yang lainnya
kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Supaya lebih
baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-apa.
Siswa: Iya Bu.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di
kelas V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu
Guru mengenai siswa yang tidak naik kelas.
Percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda.” ini bermakna pragmatik untuk mitra tutur atau siswa
yang ketika mengalami sebuah kegagalan jangan pernah takut untuk mencoba lagi
karena kesuksesan tidak hanya diraih dengan sekali mencoba. Konteks juga
menjadi penunjang untuk menentukan makna pragmatik. Konteks dari tuturan di
atas ketika guru yang sedang mengabsensi kehadiran ada salah satu siswa yang
berkata “ada yang tidak tidak naik kelas Bu”. Menurut Brown & Levinson (1987:
101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif
karena wujud dari tuturan “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” yakni
menasihati dan makna dari tuturan diatas memberikan perhatian terhadap siswa
yang tinggal kelas untuk terus belajar untuk menjadi lebih baik. Cara
penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif.
Kesantunan tindak tutur direktif yang kedua adalah kesantunan tindak tutur
direktif menegur berikut contohnya:
2. Guru : Latihan!
Siswa: Ditulis Bu latihannya?
Guru : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.
(makanya didengarkan to, latihannya ditulis ya anak ganteng.)
Konteks: Tuturan tersebut berlangsung di kelas V saat Guru
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti latian soal. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
sibuk dengan temannya.
Dari percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “ Makane
dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.” ini bermakna pragmatik
menyindir siswa atau mitra tutur ketika tidak mendengarkan perintah dari guru
dan kesiapan siswa untuk mengikuti latian soal. Konteks jugamenjadi penunjang
untuk menentukan makna pragmatik. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-
129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.
Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena
wujud tuturan “makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus” yakni
menegur. Tutuan ini ditujukan kepada siswa dan memberikan perhatian terhadap
siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru yang dituturkan.
Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif.
Kesantuna tindak tutur direktif yang ketiga adalah kesantunan tindak tutur direktif
menyindir berikut contohnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Guru : Kelasnya full color ya?
Siswa: La bagaimana Bu?
Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak (D16)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang dianggap seperti siswa taman kanak-kanak.
Dari percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “ Kelasnyafull
color ya?” ini bermakna pragmatik menegur siswa yang masih ramai di dalam
kelas untuk diam dengan cara menanyakan seseuatu dalam wujud sindiran.
Konteks tuturan di atas ketika guru melihat para siswa yang masih ramai di kelas
dan perilaku siswa kelas V yang masih kekanak-kanakan. Menurut Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang negatih karena wujud tuturan “Kelasnya full color ya?” yakni
menyindir. Tuturan ini menggunakan ujaran tak langsung dan pertanyaan yang
ditujukan ke siswa untuk diam saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung .
Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan negatif dan
bertutur dengan cara tidak transparan. Konteks juga menjadi penunjang untuk
menentukan makna pragmatik.
4.2 Hasil Analisis Data
Analisis data penelitian ini meliputi ini meliputi tiga hal, yaitu konteks,
wujud tuturan direktif, makna pragmatik tuturan direktif. Kegita hal ini dijadikan
satu sub dalam analisis data sesuai dengan masing-masing bentuk direktif yang
digunakan peneliti. Peneliti menggunakan teori Harun Joko Prayitno (2011) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengklasifikasikan bentuk direktif menjadi beberapa bagian. Disamping itu,
peneliti juga menggunakan teori Rahadi tentang sosiopragmatik. Kombinasi teori
dari dua ahli tersebut guna memperkuat teori yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini.
Kesantunan tindak tutur direktif merupakan tuturan yang berfungsi untuk
mendorong mitra tutur melakukan sesuatu seperti menyuruh, memerintah dan meminta.
Arti dari tuturan yang dituturkan oleh penutur menggambarkan dari kejadian yang
sedang berlangsung. Tanggapan yang diharapkan muncul dari mitra tutur yakni
tindakan atau respons dari tuturan penutur. Respons dari mitra tutur akan
dilakukan apabila mitra tutur memahami wujud dan makna dari tuturan penutur.
Berkaitan dengan wujud dan makna tindak tutur dari penutur, perlu dilakukan
identifikasi berdasarkan konteks tuturan. Konteks menjadi peranan penting dalam
menafsirkan wujud dan makna penutur, karena konteks merupakan latar belakang
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.
Dalam tuturan tentunya memiliki makna dan wujud yang ingin diutarakan
kepada mitra tutur. Wujud tuturan dapat diketahui berdasarkan konteks situasi
tuturan yang terjadi. Penutur dan mitra tutur harus saling paham dengan konteks,
agar tidak terjadi salah paham atau tafsir antara wujud dan makna tuturan penutur
dengan tindakan dari mitra tutur.
4.2.1 Wujud Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif
Tuturan yang muncul dari percakapan guru dan siswa tidak terlalu formal.
Kalimat pada tuturan guru dapat dibedakan menjadi kalimat berita (declarative),
kalimat tanya (interogative), dan kalimat perintah (imperative) (Wijana, 1996:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Setiap tuturan yang muncul dari seorang guru memiliki kalimat yang bermacam-
macam untuk para siswa. Contohnya saja kalimat berita yang digunakan guru
untuk memberikan informasi kepada siswa yang nantinya para siswa melakukan
sesuatu menurut berita yang didapatkan. Untuk kalimat tanya digunakan guru
untuk menanyakan sesuatu kepada siswa dan secara tidak langsung guru
menyindir siswa dengan menggunakan pertanyaan. Sedangkan kalimat perintah
ini digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan.
Dalam tindak tutur direktif bisa menggunakan tuturan langsung dan tidak
langsung. Misalnya saja kalimat perintah yang digunakan guru saat interaksi
dengan siswa meminta mengeluarkan buku atau segera mengerjakan tugas yang
sudah diperintahkan guru dikerjakan. Wujud kesantunan Tuturan tersebut bisa
dibilang sopan dilihat dari tuturan yang menggunakan kalimat deklaratif, kalimat
interogatif, dan kalimat imperatif. Dari data yang diperoleh peneliti terdapat 10
kalimat interogatif dari beberapa tuturan direktif. Dalam tuturan direktif
menyindir kalimat interogatif lebih banyak digunakan oleh penutur yakni guru.
Tuturan direktif menyindir dengan menggunakan kalimat interogatif
kesantunannya bisa dibilang sopan karena tuturan yang digunakan adalah tuturan
tidak langsung. Tuturan menyindir juga menjaga perasaan dari mitra tutur yakni
siswa. Berikut contoh tuturan dengan menggunakan kalimat interogatif ”Lihat
sini ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?” dari wujud ini secara tidak
langsung ingin menanyakan siswa mana yang tulisnya masih belum baik dengan
kalimat yang lebih sopan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Selanjutnya kalimat berita yang terdapat dalam data berjumlah 13 kalimat.
Dalam macam-macam tuturan direktif terdapat kalimat berita yang digunakan
oleh guru. Dari beberapa kalimat berita yang digunakan oleh guru sebagian besar
kesantunan dari tuturan yang digunakan ada yang sopan dan ada yang kurang
sopan. Tuturan yang digunakan oleh guru secara langsung dan transparan. Berikut
contoh tuturan dengan menggunakan kalimat berita yang sopan “ kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda “ wujud dari tuturan ini yakni menasihati.
Secara langsung guru memberikan informasi kepada para siswa bahwa seorang
siswa yang tidak naik kelas bukan hal yang buruk namun untuk mencapai
kesuksesan memerlukan daya juang yang lebih untuk selalu mencoba dan jangan
takut gagal.
Pada macam kalimat yang ketiga yakni kalimat perintah yang terdapat
dalam data penelitian berjumlah 17 kalimat. Dalam macam-macam tuturan
direktif juga terdapat kalimat perintah yang digunakan oleh guru saat
pembelajaran di dalam kelas. Dari beberapa kalimat perintah yang digunakan oleh
guru sebagian besar kesantunan dari tuturan yang digunakan ada yang sopan dan
ada yang kurang sopan. Tuturan yang digunakan oleh guru secara langsung dan
transparan. Berikut contoh tuturan dengan menggunakan kalimat berita yang
kurang sopan “sekarang dikeluarkan bukunya!“ dari wujud ini secara langsung
guru memberikan perintah kepada parasiswa untuk segera mengeluarkan buku
pelajaran. Tuturan diatas belum bisa dianggap sopan karena dilihat dari
kontesknya tuturan tersebut muncul ketika guru melihat kondisi kelas yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ramai. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi agar siswa segera
bergegas untuk mengeluarkan buku pelajaran.
Beranjak dari data yang diperoleh peneliti, terdapat 14 jenis wujud tindak
tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas. Wujud
tindak tutur direktif yakni tindak tutur direktif menasihati, memerintah,
mengancam, menyindir, mengingatkan, menegur, menyuruh, mendukung,
mengkritik, menargetkan, meminta, memberi saran, melarang, mengajak. Berikut
pemaparan hasil data yang diperoleh berdasarkan jenis wujud tindak tutur direktif:
4.2.1.1 Wujud Tindak Tutur Direktif Menasihati
Berikut beberapa tuturan menasihati di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menasihati karena penutur memberikan petunjuk atau
arahan kepada mitra tutur supaya melakukan sesuatu atau tindakan menjadi lebih
baik. Tuturan menasihati dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
mengandung anjuran, petunjuk, dan ajaran secara baik dengan cara sopan.
1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.
Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman-teman
yang lainnya. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Supaya lebih baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-
apa.
Siswa : Iya Bu. (D1)
Tuturan : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Wujud tuturan : Menasihati
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu Guru mengenai
siswa yang tidak naik kelas.
2. Guru : Udara bersih, akan dibawa sel darah.
Siswa: Dibawa naik apa Bu? dibawa naik kereta Bu?
Guru : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu. (D19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tuturan : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu.
Wujud tuturan : Menasihati.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru menjelaskan materi pembelajaran IPA. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan materi yang diberikan.
3. Guru : Hayo jangan berbicara sendiri, konsentrasi-
konsentrasi ke pelajaran dulu. Siswa: Konsentrasi-konsentrasi. Zzzzt.
Guru : Pertanyaannya adalah bagaimana paru-paru mendapatkan udara
bersih? (D22)
Tuturan : Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi
kepelajaran dulu. Wujud tuturan : Menasihati.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru yang sedang menjelaskan materi IPA. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas
tidak konsentrasi.
4. Guru : Sekarang Bu Guru tunjuk nama silahkan salah satu
pokoknya kamu baca kamu tulis. Neta satu apa?
Siswa: Kalau sedang belajar itu kita sering ada godaan.
Guru : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya
mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. (D41)
Tuturan : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya
mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. Wujud tuturan : Menasihati
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru menanyakan jawaban kepada seorang siswa namun siswa
yang lain ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang menjawab pertanyaan dari Guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (1) “Kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda” termasuk dalam kesantunan tindak tutur direktif
menasihati melalui tuturan ini penutur memberikan masukan kepada mitra tutur
untuk dijadikan motivasi untuk lebih rajin dalam belajar. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai
kurang baik. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif menasihati. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
siswa yang masih tinggal kelas atau tidak naik kelas. Tindakan yang dilakukan
oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang tinggal kelas tersebut semakin
giat untuk belajar agar tidak terjadi kegagalan yang sama.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (2) “Dikurangi
bercandanya, kita fokus dulu” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur
direktif menasihati melalui tuturan ini penutur memberikan arahan kepada mitra
tutur untuk lebih fokus saat mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
Tuturan tersebut dituturkan pada saat guru sedang menjelaskan materi kepada
siswa agar tidak bercanda saat pelajaran berlangsung. Tuturan di atas merupakan
wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk semua siswa yang masih ramai di kelas
agar lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh
siswa dari tuturan tersebut adalah diam, tenang dan memperhatikan materi yang
sedang diberikan oleh guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (3) “Hayo jangan
berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi kepelajaran dulu” termasuk dalam
wujud kesantunan tindak tutur direktif menasihati melalui tuturan ini penutur
memberikan masukan terhadap mitra tutur untuk diam dan berkonsentrasi.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang
masih ramai di kelas agar tetap konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan di
atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati.
Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di
kelas dan tidak memperhatikan dan konsentrasi saat pelajaran berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang ramai
tersebut untuk lebih berkonsentrasi dan tenang saat mengikuti pelajaran yang
sedang berlangsung.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (4) “Anak-anak kalau
ada yang berbicara, tolong lainnya mendengarkan. Nah itu pokok
bahasannya.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menasihati
melalui tuturan ini penutur memberikan masukan kepada mitra tutur untuk saling
menghormati jika ada siswa lain yang sedang berbicara membacakan materi.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang
ramai di kelas dan tidak mendengarkan siswa lain yang sedang berbicara
mengenai materi yang sedang dibicarakan. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Guru menyampaikan
suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di dalam kelas. Tindakan
yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa harus saling
menghormati sesama siswa dan tenang saat pembelajaran berlangsung.
4.2.1.2 Wujud Tindak Tutur Direktif Memerintah
Berikut beberapa tuturan memerintah di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif memerintah karena penutur sebagai orang yang merasa
lebih tinggi kedudukannya sedangkan mitra tutur seolah-olah sebagai bawahan.
Dalam tuturan memerintah ini ada semacam aba-aba, komanda, atau aturan dari
pihak penutur. Tuturan memerintah dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mengandung maksud memerintah kepada mitra tutur agar melaksanakan sesuatu
sebagaimana yang diinginkan oleh penutur.
5. Siswa : Ganti baju ndak Bu?
Guru : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.
Siswa : La olahraganya Cuma ngukur tinggi sama berat badan
Bu. (D4)
Tuturan : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.
Wujud tuturan : Memerintah
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru memberikan materi pelajaran. Penutur merupakan seorang
Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa dari kelas lain yang menanyakan
perlu tidaknya mengganti baju setelah olahraga.
6. Guru : Menurut jadwal sekarang jam 07.00-08.20 pelajaran Bhs.
Jawa. Saiki dikeluarkan bukunya! (sekarang dikeluarkan
bukunya)
Siswa : Nggih Bu.
Guru : Sopo sik dereng kagungan bukune? (siapa yang belum
punya bukunya? (D5)
Tuturan : Saiki dikeluarkan bukunya!
Wujud tuturan : Memerintah.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru melihat jam yang sudah menunjukan pelajaran akan dimulai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang belum siap untuk mengeluarkan buku pelajaran.
7. Guru : Sekarang kita baca bersama. Baca yang keras Rafael!
Siswa: Yang atas sendiri itu Bu?
Guru : Hewan, manusia, dan tumbuhan. (D13)
Tuturan : Baca yang keras Rafael!
Wujud tuturan : Memerintah
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru ingin mendengarkan suara keras dari salah satu siswa. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang sedang
sibuk sendiri dan tidak memperhatikan.
8. Guru : Saiki sik B diwoco Brian!
Siswa: Baik Bu. (D6)
Tuturan : Saiki sik B diwoco Brian! ( Sekarang poin B dibaca Brian!)
Wujud tuturan : Memerintah
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru melihat siswa yang sedang mengerjakan soal. Penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak
serius mengerjakan soal.
9. Guru : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!
Siswa: Tenang, tenang, Ssttt
Guru : Iya bagus. (D40)
Tuturan : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!
Wujud tuturan :Memerintah
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswayang ramai
di kelas.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (5) “Pokoknya setelah
olahraga kalian harus ganti baju.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak
tutur direktif memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah kepada
mitra tutur untuk ganti seragam sekolah setelah melakukan olahraga. Tuturan
tersebut dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang masih
menanyakan perlu tidaknya ganti seragam sekolah setelah olahraga. Tuturan di
atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
memerintah. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang
menanyakan perlu tidaknya mengganti seragam sekolah setelah melakukan
olahraga. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah
mengganti pakaian olahraga dengan seragam sekolah.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (6) “Saiki dikeluarkan
bukunya” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif memerintah
melalui tuturan ini penutur memerintah mitra tutur untuk mengeluarkan buku
pelajaran dengan menggunakan bahasa daerah. Tuturan tersebut dituturkan saat
guru. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur
direktif memerintah. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menyiapkan diri untuk memulai pelajaran bahasa Jawa. Tindakan yang dilakukan
oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa bersiap diri dan mengeluarkan buku
bahasa Jawa.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (7) “Baca yang keras
Rafael!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif memerintah
melalui tuturan ini penutur memberikan perintahkepada mitra tutur untuk
melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan
saat guru memberikan perintah kepada siswa untuk lebih keras saat membaca
materi. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang maih
masih kurang keras saat membacakan materi. Tindakan yang dilakukan oleh siswa
dari tuturan tersebut adalah siswa yang membacanya kurang keras agar lebih keras
saat membaca materi.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (8) “Saiki sik B diwoco
Brian! (sekarang poin B dibaca Brian!)” termasuk dalam wujud kesantunan
tindak tutur direktif memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah
kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang
masih kurang serius dalam pelajaran. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Guru menyampaikan
suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih kurang serius dalam mengikuti
pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa
yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran dan membacakan materi dengan
keras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (9) “Sekarang Ciro dulu
aja. Ciro tepuk tenang!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah kepada mitra tutur
untuk melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang masih ramai saat
pelajaran berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Guru menyampaikan suatu
tuturan ini untuk seorang siswa yang maih ramai di dalam kelas. Tindakan yang
dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang masih ramai untuk
melakukan tindakan tepuk tenang yang diperintahkan oleh guru.
4.2.1.3 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengancam
Berikut beberapa tuturan mengancam di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengancam karena mitra tutur tidak melakukan suatu
tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh penutur. Dalam tuturan mengancam
ini ada semacam aba-aba, atau peringatan keras terhadap mitra tutur. Tuturan
mengancam dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud
mengancam kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan sebagaimana
yang diancamkan oleh penutur akan berakibat pada kesulitan.
10. Siswa: Bu kecepeten Bu. Bu belum Bu.
Guru : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat
mendektekan. Siswa : Aduuh Bu.
Guru : Sudah itu dulu. (D24)
Tuturan : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat
mendektekan.
Wujud tuturan :Mengancam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang tidak mendengarkan materi yang didektekan.
11. Guru : Jangan rame, nanti tak tambahi!
Siswa: Diam to. (D28)
Tuturan : Jangan rame, nanti tak tambahi!
Wujud tuturan :Mengancam
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang ramai di kelas dan tidak memperhatikan.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (10) “Kalau kalian
semakin rame, Bu Maria semakin cepat mendektekan” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif mengancam melalui tuturan ini penutur
memberikan ancaman kepada mitra tutur agar tidak melakukan sesuatu yang
dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan
ancaman kepada siswa yang masih ramai di kelas saar guru memberikan materi
untuk dicatat. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif mengancam. Guru menyampaikan suatu tuturan ini memberikan aba-
aba atau peringata untuk seorang siswa yang masih ramai di dalam kelas saat guru
memberikan materi. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah tidak melanggar ancaman dari guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (11) “Jangan rame,
nanti tak tambahi” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
mengancam melalui tuturan ini penutur memberikan ancaman kepada mitra tutur
agar tidak melakukan sesuatu yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru memberikan ancama kepada siswa yang masih ramai saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menulis soal yang diberikan oleh guru. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengancam. Guru menyampaikan
suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai saat menulis soal yang
diberikan oleh guru. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah tidak melanggar ancaman dari guru.
4.2.1.4 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyindir
Berikut beberapa tuturan menyindir di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menyindir karena tindakan ini mengingatkan atau
menegur seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Dalam tuturan
menyindir ini ada permohonan yang sopan biasanya berupa pertanyaan akan
kesediaan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dikehendaki oleh
penutur. Tuturan menyindir dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
mengandung maksud menyindir memberikan teguran atau peringatan secara tidak
langsung atau tidak terus terang itu supaya seseorang yang dimaksud melakukan
tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur.
12. Guru : Jelas tidak?
Siswa: Jelas Bu.
Guru : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?
Siswa: Tidak ada ya Bu. (D7)
Tuturan : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?
Wujud tuturan :Menyindir
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru memberikan penjelasan materi
pelajaran. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang selesai menulis materi pelajaran.
13. Guru : Kelasnya full color ya?
Siswa: La bagaimana Bu?
Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak. (D16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tuturan : Kelasnya full color ya?
Wujud tuturan :Menyindir
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
dianggap seperti siswa taman kanak-kanak.
14. Guru : Tadi kalau sudah membaca, jadi Bu Maria ulang lagi
di dalam hidung ada bulu hidung yang disebut apa? Bagus lo
sebutannya.
Siswa: Apa Bu?
Guru : Cilia.
Siswa: Sudah Bu. Cilia kan Bu?
Guru: Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu? (D23)
Tuturan : Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu?
Wujud tuturan :Menyindir
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi yang sebelumnya
sudah dibaca. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan.
15. Siswa: Fungsinya ditulis tidak?
Siswa: Ndak usah Bu.
Guru : Kan sudah ada dibuku paket to?
Siswa: Iya Bu.
Guru : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca
kelihatan lo ya.
Siswa: Aku belum baca lo Bu. (D25)
Tuturan : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca
kelihatan lo ya.
Wujud tuturan :Menyindir
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang sedang membaca
materi. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang kurang teliti membaca buku paket.
16. Guru : Apa lagi kalau kalian pas olahraga, berarti kalian ndak ada jeda
istirahat to itu berarti olahraga-olahraga terus IPA to itu? Lha Pak
Ari sudah kasih waktu 15 menit buat ganti tok to? Nah sudah jam
08.20 kok masih pada diluar, mestinya kalian sudah siap di kelas.
Tidak seperti tadi Bu Maria panggil “V B masuk!“
Siswa: Iya Bu Maria.
Guru : Gitu ya. (D15)
Tuturan : sudah jam 08.20 kok masih pada diluar.
Wujud tuturan :Menyindir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Gurumasuk kelas dan sebelum memulai pelajaran. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang masih
di luar kelas.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (12) “Lihat sini, ada
yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?” termasuk dalam wujud kesantunan
tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran
kepada mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan sindiran kepada siswa yang
masih kurang bagus dan rapi saat mencatat materi pelajaran. Tuturan di atas
merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir.
Guru menyampaikan suatu tuturan ini mengingatkan seorang siswa agar saat
menulis catatan materi pelajaran dengan bagus dan rapi. Tindakan yang dilakukan
oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang menulisnya belum rapi dan
bagus agar diperbaiki.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (13) “Kelasnya full color
ya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menyindir melalui
tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada mitra tutur untuk mengingatkan
atau menegur secara tidak langsung. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
memberikan sindiran kepada siswa masih ramai saat pelajaran akan dimulai.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini menegur para siswa agar diam
dan siap untuk memulai pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari
tuturan tersebut adalah para siswa diam dan mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (14) “Katanya tadi
sudah baca, kok masih belum tahu?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak
tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada
mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung. Tuturan
tersebut dituturkan saat guru mengecek kembali pekerjaan siswa yang diberikan
oleh guru. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang
siswa yang tidak membaca materi yang diperintahkan oleh guru. Tindakan yang
dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa membaca materi pelajaran
agar bisa pertanyaan dari guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (15) “Ternyata yang
sudah baca duluan atau yang belum baca kelihatan lo ya” termasuk dalam
wujud kesantunan tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur
memberikan sindiran kepada mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara
tidak langsung. Tuturan tersebut dituturkan saat guru melihat siswa yang masih
ramai di kelas dana melihat siswa yang sudah membaca dan belum membaca.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih
ramai di kelas dan siswa yang belum membaca. Tindakan yang dilakukan oleh
siswa dari tuturan tersebut adalah siswa membaca materi pelajaran dengan serius.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (16) “Sudah jam 08:20
kok masih pada di luar” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru mengajar di dalam kelas dan membahas kelas lainnya yang
menanyakan jam masuk kelas setelah olahraga. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir. Guru menyampaikan
suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang terbiasa masuk kelas tidak sesuai
jadwal jam 08.20. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah siswa masuk kelas sebelum jam 08.20 atau sebelum pelajaran selanjutnya
dimulai.
4.2.1.5 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengingatkan
Berikut beberapa tuturan mengingatkan di dalam kelas V saat
pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang
dimaksud merupakan tuturan direktif mengingatkan karena dilihat dari KD
tersebut untuk memberi ingat atau memberi nasihat kepada mitra tutur. Dalam
tuturan mengingatkan ini memberi teguran, peringatan supaya seseorang ingat
akan kewajiban pekerjaanyang harus diselesaikan. Tuturan mengingatkan dapat
diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud mengingatkan
kepada mitra tutur memiliki janji yang menjadi tanggung jawabnya tetapi karena
sesuatu hal kemudian dilupakan.
17. Guru : Itu pekerjaannya harus selesai!
Siswa: Iya Bu.
Guru : Segera dikerjakan. (D9)
Tuturan : Itu pekerjaannya harus selesai!
Wujud tuturan : Mengingatkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati siswa yang mengerjakan
tugas kepada siswa. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang sedang mengerjakan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
18. Guru : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum
selesai? Siswa: Halaman berapa Bu?
Guru : Halaman 4-5.
Siswa: Oh iya Bu. (D58)
Tuturan : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum
selesai? Wujud tuturan :Mengingatkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang tidak mengerjakan
tugas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang belum selesai dan tidak memperhatikan apa yang
diperintahkan.
19. Guru : Haloo!
Siswa: Iya Bu.
Guru : Sudah bisa dimulai pelajarannya?
Siswa: Sudah Bu. (D47)
Tuturan : Sudah bisa dimulai pelajarannya?
Wujud tuturan :Mengingatkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas yang ramai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang ramai di kelas.
20. Guru : 3 itu 5 soal lo bukan 4 soal.
Siswa: Iya Bu.
Guru : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.
Siswa: Iya Bu. (D50)
Tuturan : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.
Wujud tuturan :Mengingatkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menerangkan soal yang akan
dikerjakan. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang berbicara dengan temannya.
21. Guru : 3 menit lagi.
Siswa: Iya Bu. Satu hehe
Guru : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.
Siswa: Iya Bu. (D52)
Tuturan : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.
Wujud tuturan :Mengingatkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat situasi kelas yang tidak
kondusif atau ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang sudah selesai mengerjakan dan bergaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (17) “Itu pekerjaannya
harus selesai!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
mengingatkann melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau nasihat, teguran
peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau pekerjaan yang harus
diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan penegasan atau
teguran agar tugas yang sudah diberikan kepada siswa harus diselesiakan. Tuturan
di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang
masih ramai dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tindakan
yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (18) “Sen ini temannya
sudah mau selesai, masak kamu belum selesai?” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur
memberi ingat atau nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan
kewajiban atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan
saat guru melihat dan mengingatkan seorang siswa yang belum selesai
mengerjakan tugas dan ramai di kelas. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai dan belum
selesai mengerjakan tugas. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan
tersebut adalah siswa tersebut menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (19) “Sudah bisa
dimulai pelajarannya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
mengingatkan melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau nasihat, teguran
peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau pekerjaan yang harus
diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru yang akan memulai pelajaran
mengingatkan siswa yang masih ramai untuk mempersiapkan diri memulai
pelajaran. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang
siswa yang masih ramai di dalam kelas dan belum siap untuk mengikuti pelajaran.
Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa diam,
tenang dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (20) “Yang lain
mengerjakan, bukan bicara dengan temannya” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur
memberi ingat atau nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan
kewajiban atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan
saat guru sedang mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal dan
mengingatkan siswa agar tidak bicara dengan temannya. Tuturan di atas
merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.
Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai
sendiri dan tidak mengerjakan soal yang sudah diberikan oleh guru. Tindakan
yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa tenang dan
mengerjakan soal-soal dengan serius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (21) “Kalau yang sudah
mengerjakan tidak usah bergaya.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak
tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau
nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau
pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru sedang
duduk dan memperhatikan siswa mengerjakan tugas mengingatkan agar fokus
mengerjakan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang
siswa yang sudah selesai mengerjakan namun membuat gaduh kelas. Tindakan
yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa tetap diam dan
tenang menunggu siswa lain menyelesaikan tugas.
4.2.1.6 Wujud Tindak Tutur Direktif Menegur
Berikut beberapa tuturan menegur di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menegur karena bertujuan untuk mengingatkan dan
menasihati secara keras kepada seseorang supaya bersedia melakukan suatu
pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam tuturan menegur ini ada
semacam kekurangcermatan pada mitra tutur dalam merampungkan suatu
kegiatan yang dipercayakan. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan
wujud yang mengandung maksud memberikan kritikan atau peringatan supaya
mitra tutur tidak melakukan lagi suatu yang terjadi.
22. Guru : Jangan diulangi lagi ya.
Siswa: Iya Bu. Tidak akan saya ulangi Bu. (D10)
Tuturan : Jangan diulangi lagi ya.
Wujud tuturan : Menegur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat tindakan siswa yang
menggangu temannya. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan
mitra tutur adalah siswa yang melakukan tindakan mengganggu.
23. Guru : No 1 tulis soalnya menjawabnya nanti.
Siswa: Sik Sebentar Bu. (tunggu sebentar Bu)
Guru : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!
Siswa: Ssttt diam to. Tenang! (D27)
Tuturan : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!
Wujud tuturan : Menegur
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kelas yang masih ada siswa
yang membuat gaduh kelas. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.
24. Guru : Lalu Bu Guru itu suka makan buah nangka, siapa yang suka
makan buah nangka?
Siswa: Aku Bu.
Guru : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!
Siswa: Ssttt
Guru : Nah tapi buah nangka itu Bu Guru senang sekali yang manis.
(D31)
Tuturan : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!
Wujud tuturan :Menegur
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas masih banyak
yang ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang ramai di kelas. Tuturan dituturkan saat Guru yang
sedang memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk
sendiri-sendiri.
25. Guru : Latihan!
Siswa: Ditulis Bu latihannya?
Guru : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.
(makanya didengarkan to, latihannya ditulis ya anak tampan) (D68)
Tuturan : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.
Wujud tuturan : Menegur
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kesiapan siswa untuk
mengikuti latian soal. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang sibuk dengan temannya.
26. Guru : Andika nanti pinjam palu Pak Sarmin saja.
Siswa: Pak Sarmin pinjam palunya.
Guru : Pakai sepatu ndak bisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Siswa: Vin palu Vin
Guru : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak? (D44)
Tuturan : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak?
Wujud tuturan : Menegur
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat ada seorang siswa yang sedang
memukuli kursi di dalam kelas. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memukul kursi yang
menimbulkan suara berisik di dalam kelas.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (22) “Jangan diulangi
lagi ya” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menegur melalui
tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur agar tidak melaukan
tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan teguran kepada
siswa agar tidak melakukan kesalahan lagi. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru menyampaikan
suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang melakukan tindakan yang salah.
Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa
mengoreksi diri sendiri dan tidak melakukan tindakan yang salah lagi.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (23) “Bu Maria akan
mulai kalau kalian sudah diam!” termasuk dalam wuju kesantunan tindak tutur
direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra
tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
memberikan soal dan soal harus ditulis terlebih dahulu. Guru melihat siswa yang
membuat gaduh di dalam kelas. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru menyampaikan suatu tuturan
ini untuk seorang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas. Tindakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang membuat gaduh di
dalam kelas untuk diam dan menghormati siswa lainnya.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (24) “Sudah, kalian siap
mendengarkan lagi?!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur
agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-sendiri.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
menegur. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih
sibuk sendiri-sendiri. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah siswa lebih tenang dan memperhatikan materi yang akan diberikan oleh
guru.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (25) “Makane
dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan
peringatan untuk mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru menyuruh para siswa yang ramai di dalam kelas untuk
menulis soal latihan dengan nada atau suara yang tegas. Tuturan di atas
merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk siswa yang masih ramai dan membuat
gaduh di dalam kelas. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah siswa memperhatikan dan lebih fokus saat mengikuti pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (26) “Andika dengar
yang tadi dibilang Bu Guru tidak?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak
tutur direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk
mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat
guru mengajar dan mengamati situasi kelas menegur salah satu siswanya untuk
memperhatikan materi yang sedang dibahas oleh guru. Tuturan di atas merupakan
wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di kelas.
Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang ramai
di kelas untuk diam dan fokus saat mengikuti pelajaran.
4.2.1.7 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyuruh
Berikut beberapa tuturan menyuruh di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menyuruh karena KD ini jika dinaikan kedirektifannya
akan menjadi KD memerintah. Dalam tuturan menyuruh ini seseorang yang
mempunyai kewenangan menyuruh mitra tutur apabila kedudukannya lebih tinggi
daripada mitra tutur.Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan wujud
yang mengandung unsur mengutus supaya mitra tutur melakukan tindakan
sebagaimana yang disuruhkan oleh penutur.
27. Siswa: Bu izin minum ya Bu.
Guru : Tadikan sudah. Siapa yang haus?
Siswa: Iya semuanya Bu.
Guru : Ibu hitung satu sampai sepuluh.
Siswa: Iya Bu.
Guru : Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, dan
sepuluh. Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.
(D53)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tuturan : Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.
Wujud tuturan : Menyuruh
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat banyak siswa merasa haus dan
ingin minum. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang meminta izin ingin minum.
28. Guru : Sudah Dandi yang nulis?
Siswa: Belum Bu.
Guru : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.
Siswa: Iya Bu. Sudah kok Bu. (D56)
Tutuan : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.
Wujud tuturan :Menyuruh
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat seorang siswa yang sedang
menggunakan jaket. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang menggunakan jaket.
29. Guru : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.
Siswa: Tidak ada Bu haha
Guru : Didalam hidungmu coba kamu rasakan. Ada rambutnya tidak?
(D67)
Tuturan : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.
Wujud tuturan :Menyuruh
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan tentang pelajaran IPA.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang mengikuti pelajaran IPA.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (27) “Minumnya sudah
selesai, sekarang hadap depan” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur
direktif menyuruh melalui tuturan ini penutur mengutus agar mitra tutur
melakukan tindakan yang ingingkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat
guru menyuruh siswa yang minum di kelas untuk berhenti minum dan kembali
menghadap depan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk
seorang siswa yang masih minum di dalam kelas. Tindakan yang dilakukan oleh
siswa kembali hadap depan dan bersiap untuk melanjutkan pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (28) “Jaketnya tolong
ditaruh di laci dulu” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif
menyuruh melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur
agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
mengamati kesiapan siswa untuk memulai pelajaran dan menyuruh siswa
menaruh jaket di laci. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan
ini untuk siswa yang belum siap memulai pelajaran dan masih terdapat jaket di
atas meja. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa
memaruh jaket di laci dan mempersiapkan diri untuk memulai pelajaran.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (29) “Nah coba
sekarang rabalah hidungmu sendiri” termasuk dalam wujud kesantunan tindak
tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk
mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat
guru selesai menjelaskan materi menyuruh para siswanya untuk meraba
hidungnya masing-masing. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan
ini untuk para siswa yang sedang mengikuti pelajaran IPA. Tindakan yang
dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa mengikuti suruhan untuk
meraba hidung masing-masing.
4.2.1.8 Wujud Tindak Tutur Direktif Mendukung
Berikut beberapa tuturan mendukung di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang dimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
merupakan tuturan direktif mendukung karena seseorang mitra tutur yang sedang
melakukan tindakan perlu mendapatkan dukungan dari penutur. Dalam tuturan
mendukung bertujuan untuk memberikan sokongan lebih kepada mitra tutur
.Tuturan mendukung dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang
mendasari seseorang itu meneruskan atau melakukan suatu tindakan karena
adanya dorongan yang dinyatakan oleh penutur.
30. Guru : Juga mengeluarkan udara kotor melalui apa?
Siswa: Hidung Bu.
Guru : Waah benar pintar e. (D18)
Tuturan : Waah benar pintar e.
Wujud tuturan :Mendukung
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran
IPA. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang didukung oleh gurunya.
31. Guru : Sekarang nomor 2 berarti. Yang kedua apa tempatmu Neta?
Siswa: Sudah, tapi aku takut salah Bu.
Guru : Silahkan dicoba saja, tidak ada yang salah kok coba.
Siswa: Kalau berhasil melewati godaan-godaan itu kita bisa mencapai
keinginan.
Guru : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta. (D42)
Tuturan : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta.
Wujud tuturan : Mendukung
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan tentang materi pelajaran.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang menjawab pertanyaan.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (30) “Wah benar pintar
e” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif mendukung melalui
tuturan ini penutur memberikan dukungan kepada mitra tutur supaya tindakan
yang telah dilakukan dapat diteruskan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
mendengar jawaban dari siswa dan mendukung jawaban yang dituturkan. Tuturan
di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mendukung. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang
menjawab soal yang diberikan oleh guru dengan benar. Tindakan yang dilakukan
oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa meningkatkan belajaranya agar
nantinya menjawab soal dengan benar.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (31) “Nah boleh itu.
Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta” termasuk dalam wujud kesantunan
tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan
untuk mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan
saat guru mendukung jawaban yang diutarakan oleh seorang siswa dan guru
meminta kepada para siswa untuk memberikan pengharagaan dengan tepuk tanga.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
mendukung. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk memuji seorang siswa
yang sudah menjawab pertanyaan dengan benar dan menyuruh siswa lainnya
untuk tepuk tangan. Tindakan yang dilakukan oleh siswa mengingkatkan
belajarnya dan memotivasi siswa lainnya untuk belajar dengan giat agar bisa
menjawab soal-soal nantinya.
4.2.1.9 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengkritik
Berikut beberapa tuturan mengkritik di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengkritik karena lazimnya diasarkan atas tidak
maksimalnya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.
Dalam tuturan mengkritik bertujuan untuk mitra tutur agar tidak mengulang
kembali kesalahan yang sama dan yang diakan datang. Tuturan mengkritik dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
diidentifikasi berdasarkan wujud atas dasar itu penutur merasa tidak puas dengan
apa yang sudah dilakukan oleh mitra tutur maka penutur menegur secara keras
agar mitra tutur tidak mengulang kesalahan lagi.
32. Guru : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?
Siswa: La gimana Bu?
Guru : Berarti nanti kamu sampai kelas 5 selesai habis 5 buku itu
nanti. La jeda 1 baris. (D17)
Tuturan : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?
Wujud tuturan :Mengkritik
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat tulisan siswa pada buku
catatan. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang menulisnya terlalu banyak jeda.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (32) “Bima, kamu kalau
nulis diberi jeda-jeda segitu ya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur
direktif mengkritik melalui tuturan ini penutur memberi masukan dengan keras
atas tindakan yang sudah dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan tersebut dituturkan
saat guru yang sedang berkeliling kelas dan melihat seorang siswa yang menulis
catatannya di buku. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif mengkritik. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk
seorang siswa yang terlalu banyak jarak jeda setiap kalimatnya saat mencatat
materi di buku. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah
siswa mengurangi jarak jeda yang tadinya jauh menjadi lebih dekat agar tidak
menghabiskan buku banyak.
4.2.1.10 Wujud Tindak Tutur Direktif Menargetkan
Berikut beberapa tuturan menargetkan di dalam kelas V saat
pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang
dimaksud merupakan tuturan direktif menargetkan karena bisa dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
penetapan suatu sasaran yang akan dilakukan atau dicapai oleh seseorang. Dalam
tuturan menargetkan bertujuan untuk memberikan batas ketentuan agar
tercapainya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.
Tuturan menargetkan dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang
ditargetkan oleh penutur dapat dilakukan dengan baik oleh mitra tutur.
33. Siswa: Itu ditulis Bu?
Guru : Mau ditulis atau ndak?
Siswa: Ditulis Bu.
Guru : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita
latihan soal. Siswa: Yeee nyelesaiin ini bentar Bu. (D26)
Tuturan : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita
latihan soal. Wujud tuturan :Menargetkan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang belum selesai mencatat. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum
selesai mencatat.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (33) “Bu Maria Kasih
waktu untuk menyelesaikan itu, setelah itu kita latihan soal” termasuk dalam
wujud kesantunan tindak tutur direktif menargetkan melalui tuturan ini penutur
menetapkan sasaran atau batas ketentuan yang harus dicapai oleh mitra tutur.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru menargetkan siswanya untuk menyelesaikan
mencatat materi di buku masing-masing dan dilanjutkan dengan latian soal.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
menargetkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang
masih mencatat materi di buku masing-masing. Tindakan yang dilakukan oleh
siswa dari tuturan tersebut adalah siswa harus menyelesaikan mencatatnya karena
akan dilanjutkan dengan latihan soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.2.1.11 Wujud Tindak Tutur Direktif Meminta
Berikut beberapa tuturan meminta di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif meminta karena tuturan ini bersifat memohon dan
meminta kepada mitra tutur. Dalam tuturan meminta bertujuan untuk memberikan
keinginan dari penutur yang dilakukan oleh mitra tutur menjadi kenyataan.
Tuturan meminta dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang dilakukan
oleh mitra tutur telah menjadi kenyataan.
34. Guru : Jadi begitu ya membuat ringkasan. Kamu tulis pokok pokoknya
saja. Cara-cara gimana bisa tulis pokok-pokoknya? Pertama harus apa?
Siswa : Baca.
Guru : Betul. Baca yang seperti apa?
Siswa : Seperti Doraemon.
Guru : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau
komentar. (D32)
Tuturan : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau
komentar. Wujud tuturan : Meminta
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan sesuatu materi pelajaran
Bhs. Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang jawabannya kurang tepat dan tidak diawali dengan
angkat tangan.
35. Guru : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk
menuliskan di depan. Siapa ya? Siswa: Kok Rama terus Bu?
Guru : Oh ya la Rama angkat tangan. Siapa yang lain? (D43)
Tuturan : Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan
di depan. Siapa ya? Wujud tuturan :Meminta
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru akan memberikan penjelasan materi
pelajaran Bhs. Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan
mitra tutur adalah siswa yang ingin menuliskan materi.
36. Guru : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan
Taruma Negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Siswa: Yang keras Bu?
Guru : Iya yang keras Be. Yang B ya. (D69)
Tuturan : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan
Taruma Negara. Wujud tuturan : Meminta
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang sudah siap
mengikuti pelajaran. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan
mitra tutur adalah siswa yang membacakan materi yang sedang
diajarkan.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (34) “Siapa yang mau
komentar? Bisa angkat tangan” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur
direktif meminta melalui tuturan ini penutur mengharapkan kepada mitra tutur
agar diberi sesuatu menjadi kenyataan sebagaimana yang diminta oleh penutur.
Tuturan tersebut dituturkan saat guru meminta siswanya angkat tangan untuk yang
mau berkomentar. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif meminta. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk para
yang ingin berkomentar sebaiknya angkat tangan terlebih dahulu. Tindakan yang
dilakukan oleh siswa angkat tangan terlebih dahulu sebelum berkomentar.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (35) “Bu Enggar
minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”
termasuk dalam kesantunan tindak tutur direktif meminta melalui tuturan ini
penutur mengharapkan kepada mitra tutur agar diberi sesuatu menjadi kenyataan
sebagaimana yang diminta oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
mengajar bahasa Indonesia meminta kepada para siswa untuk menuliskan materi
yang akan dipelajari di papan tulis. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif meminta.Guru menyampaikan suatu tuturan
ini untuk para siswa yang mau menuliskan materi di papan tulis. Tindakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa angkat tangan dan maju
untuk menuliskan materi yang akan dibahas.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (36) “Bu Guru minta
tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan Taruma Negara” termasuk dalam
wujud kesantunan tindak tutur direktif meminta melalui tuturan ini penutur
mengharapkan kepada mitra tutur agar diberi sesuatu menjadi kenyataan
sebagaimana yang diminta oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
menyuruh salah satu siswa untuk membacakan materi yang akan diajarkan dengan
suara keras. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif meminta.Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa
membacakan materi pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan
tersebut adalah siswa membacakan materi pelajaran dengan suara yang keras.
4.2.1.12 Wujud Tindak Tutur Direktif Memberi Saran
Berikut beberapa tuturan menyarankan di dalam kelas V saat
pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang
dimaksud merupakan tuturan direktif memberi saran karena tuturan ini
memberikan pertimbangan sebelum melakukan tindakan.Dalam tuturan memberi
saram bertujuan kepada penutur memberikan pendapat yang nantinya
dipertimbangkan oleh mitra tutur sebelum melakukan tindakan.Tuturan memberi
saran dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan berupa usulan, anjuran, atau
cita-cita.
37. Guru : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.
Siswa: Ho’o Bu. Sama Bu, tadi aku hampir mau kejedug Bu.
Guru : Sementara kasih sini dulu. Besuk tak kasih belakang. (D66)
Tuturan : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Wujud tuturan :Menyarankan
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat sebuah barang yang
membahayakan di kelas. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang hampir terluka.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (37) “Ini mbok
dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki” termasuk dalam kesantunan tindak
tutur direktif menyarankan melalui tuturan ini penutur memberikan pertimbangan
kepada mitra tutur dalam bertindak. Tuturan tersebut dituturkan saat guru
menyuruh salah satu siswa untuk memindahkan barang berbahaya yang berada di
dalam kelas untuk dibawa keluar kelas. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyarankan.Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang berada didekat barang
berbahaya tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah siswa memindahkan barang berbahaya tersebut keluar kelas.
4.2.1.13 Wujud Tindak Tutur Direktif Melarang
Berikut beberapa tuturan melarang di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan merupakan tuturan
direktif melarang karena tuturan ini larangan untuk melakukan suatu tindakan.
Dalam tuturan melarang bertujuan untuk melarang mitra tutur untuk melakukan
tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan melarang dapat diidentifikasi
berdasarkan wujud tuturan yang melarang dapat ditambahkan dengan intonasi
yang tinggi.
38. Guru : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!
Siswa: Ini lo Bu ada yang buang di laci. (D38)
Tuturan : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan
dibuang di laci!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Wujud tuturan :Melarang
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang masih
membuang sampah di laci. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak membuang sampah di laci.
39. Guru : Pernah melihat gambar paru-paru?
Siswa: Pernah Bu, ditempat rokok.
Guru : Sering beliin rokok bapaknya po?
Siswa: Iya Bu.
Guru : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang rokok
itu. (D65)
Tuturan : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang
rokok itu. Wujud tuturan : Melarang
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang
pelajaran IPA. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang terbiasa membelikan rokok bapaknya.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (38) “Kalau buang
sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif melarang melalui tuturan ini penutur memberikan
larangan kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru mengitari kelas untuk mengecek pekerjaan siswa sudah
dikerjakan atau belum. Guru meluhat kondisi meja belajar para siswa yang
terdapa sampah dan melarang siswanya membuang sampah di laci. Tuturan di atas
merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif melarang.Guru
menyampaikan suatu tuturan ini untuk para siswa yang masih membuang sampah
di laci meja belajar. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut
adalah siswa membuang sampah pada tempatnya dan tidak mengotori laci meja
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (39) “Tidak usah ditiru.
Besok kalian buat penelitian tentang rokok itu” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif melarang melalui tuturan ini penutur memberikan
larangan kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan. Tuturan tersebut
dituturkan saat guru menanyakan sebuah gambar apakah para siswa sudah pernah
melihat gambar tersebut dan menasihati agar para siswa tidak meniru orang tua
yang merokok. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif melarang. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk para
siswa yang pernah melihat gambar, pernah membelikan barang tersebut dan
melihat orang tuanya merokok. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan
tersebut adalah siswa tidak boleh meniru apa yang dilakukan orang tuanya dan
lebih baik membuat penelitian mengenai rokok.
4.2.1.14 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengajak
Berikut beberapa tuturan mengajak di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturanyang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengajak karena tuturan ini memerlukan kekompakan
antara penutur dengan mitra tutur. Dalam tuturan mengajak bertujuan untuk mitra
tutur melakukan tindakan yang dinyatakan oleh penutur melalui secara bersama.
Tuturan mengajak dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan ajakan dari
penutur kepada mitra tutur agar melakukan sebuah tindakan.
40. Guru : Jadi Ika itu mempunyai kesulitan konsentrasi belajar yang
baik seperti apa.
Siswa: Sama kayak aku Bu.
Guru : Lalu dia menulis, surat kepada majalah, nah majalah itu
memberi jawabannya.
Siswa: Sama kayak aku Bu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Guru : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang. (D39)
Tuturan : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang.
Wujud tuturan : Mengajak
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut
berlangsung di kelas V saat Guru akan memulai pelajaran Bhs. Indonesia.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang lupa tentang materi yang akan diajarkan.
Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (40) “Untuk
meningkatkan pelajaran, mari kita baca ulang” termasuk dalam wujud
kesantunan tindak tutur direktif mengajak melalui tuturan ini penutur memberikan
ajakan kepada mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diinginkan oleh
penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru mengawali pelajaran dengan cara
mengajak para siswa untuk mengingat pelajaran yang kemarin sudah dipelajari
dengan cara membaca ulang. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif mengajak.Guru menyampaikan suatu tuturan
ini untuk para siswa agar mengingat kembali materi pelajaran yang sebelumnya
sudah diberikan. Tindakan yang dilakukan oleh siswa membaca ulang materi yang
sebelumnya sudah diberikan.
4.2.2 Makna Pragmatik dan Sosiopragmatik
Pada pengertiannya bahwa makna ini bersifat internal, jadi unsur-unsur
yang ada di dalam bahasa. Perbedaan antara makna dengan maksud yakni
menenai sifatnya. Untuk maksud ini bersifat di luar bahasa. Dalam penelitian ini
yang diteliti yakni makna dari tuturan guru kepada siswa dalam pembelajaran di
kelas V. Setiap tuturan guru memiliki makna yang berbeda-beda. Saat guru
menggunakan kalimat direktifpada tuturannya makna yang terkandung berbeda
dengan makna yang menggunakan kalimat interogatif dan kalimat imperatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.2.2.1 Makna Tuturan Direktif Menasihati
Berikut beberapa tuturan menasihati di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menasihati karena penutur memberikan petunjuk atau
arahan kepada mitra tutur supaya melakukan sesuatu atau tindakan menjadi lebih
baik. Tuturan menasihati dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
mengandung anjuran, petunjuk, dan ajaran secara baik dengan cara sopan.
1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.
Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman-teman yang
lainnya. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Supaya
lebih baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-apa.
Siswa : Iya Bu. (D1)
Tuturan : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Wujud tuturan :Menasihati
Makna pragmatik : Guru memberikan nasihat kepada siswa yang tinggal
kelas dan dahulu mendapatkan nilai kurang baik agar nantinya
memperbaiki nilai dan naik kelas.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan seorang Guru,
sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu Guru mengenai
siswa yang tidak naik kelas.
2. Guru : Udara bersih, akan dibawa sel darah.
Siswa: Dibawa naik apa Bu? dibawa naik kereta Bu?
Guru : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu. (D19)
Tuturan : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu.
Wujud tuturan : Menasihati
Makna pragmatik : Tuturan ini menegur siswa yang masih bercanda di
dalam kelas untuk lebih serius kepelajaran yang sedang berlangsung.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru menjelaskan materi pembelajaran IPA. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan materi yang diberikan.
3. Guru : Hayo jangan berbicara sendiri, konsentrasi-konsentrasi ke
pelajaran dulu. Siswa: Konsentrasi-konsentrasi. Zzzzt.
Guru : Pertanyaannya adalah bagaimana paru-paru mendapatkan udara
bersih? (D22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tuturan : Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi
kepelajaran dulu. Wujud tuturan : Menasihati
Makna pragmatik : Tuturan ini menegur siswa yang belum berkonsentrasi
saat mengikuti pelajaran dan membuat gaduh kelas.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru yang sedang menjelaskan materi IPA. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas
tidak konsentrasi.
4. Guru : Sekarang Bu Guru tunjuk nama silahkan salah satu pokoknya kamu
baca kamu tulis. Neta satu apa?
Siswa: Kalau sedang belajar itu kita sering ada godaan.
Guru : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya
mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. (D41)
Tuturan : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya
mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. Wujud tuturan :Menasihati
Makna pragmatik : Tuturan ini mengingatkan siswa untuk saling
mendengarkan jika ada siswa yang sedang berbicara tolong didengarkan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru menanyakan jawaban kepada seorang siswa namun siswa
yang lain ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur
adalah siswa yang menjawab pertanyaan dari Guru.
Tuturan sebagai berikut (1) “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada
siswa yang mendapatkan nilai kurang baik. Tuturan tersebut mengandung makna
Guru memberikan nasihat kepada siswa yang tinggal kelas dan dahulu
mendapatkan nilai kurang baik agar nantinya memperbaiki nilai dan naik kelas.
Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
menasihati. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Kegagalan
adalah kesuksesan yang tertunda” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut
memberikan perhatian terhadap siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tuturan guru yang dituturkan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan kesantunan positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (2) “Kurangi bercandanya, kita serius
dulu”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang
menjelaskan materi memberikan nasihat kepada siswa agar tidak bercanda saat
pelajaran berlangsung dan harus fokus. Tuturan tersebut mengandung makna
Tuturan ini menegur siswa yang masih bercanda di dalam kelas untuk lebih serius
kepelajaran yang sedang berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud
kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang positif karena tuturan “Dikurangi bercandanya, kita serius
dulu.” merupakan kalimat berita.Kalimat tersebut memberikan perhatian terhadap
siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru yang dituturkan.
Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus
terang tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (3) “Hayo jangan berbicara terus,
konsentrasi-konsentrasi kepelajaran dulu”. Konteks tuturan tersebut tuturan
dituturkan saat guru yang sedang mengajar memberikan nasihat kepada siswa agar
tetap konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan tersebut mengandung makna
pragmatik tuturan ini guru menegur siswa yang belum konsentrasi saat mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pelajaran dan membuat gaduh kelas. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown & Levinson
(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan
kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan
yang positif karena tuturan “Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-
konsentrasi kepelajaran dulu.” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut
memberikan perhatian terhadap siswa untuk lebih berkonsentrasi saat mengikuti
pelajaran yang sedang berlangsung. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (4) “Anak-anak kalau ada yang
berbicara, tolong lainnya mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru sedang mendengarkan siswa
berbicara, menasihati para siswa yang lain untuk mendengarkan siswa yang
sedang berbicara. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini
mengingatkan siswa untuk saling mendengarkan jika ada siswa lain yang sedang
berbicara tolong didengarkan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown & Levinson
(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan
kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan
yang positif karena tuturan “Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong
lainnya mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya.” merupakan kalimat
perintah. Kalimat tersebut memberikan penghormatan terhadap siswa yang ramai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
untuk lebih tenang saat mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung agar siswa
yang lainnya dapat mendengarkan siswa yang sedang berbicara. Cara
penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus
terang tanpa basa-basi.
4.2.2.2 Makna Tuturan Direktif Memerintah
Berikut beberapa tuturan memerintah di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif memerintah karena penutur sebagai orang yang merasa
lebih tinggi kedudukannya sedangkan mitra tutur seolah-olah sebagai bawahan.
Dalam tuturan memerintah ini ada semacam aba-aba, komanda, atau aturan dari
pihak penutur. Tuturan memerintah dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
mengandung maksud memerintah kepada mitra tutur agar melaksanakan sesuatu
sebagaimana yang diinginkan oleh penutur.
5. Siswa : Ganti baju ndak Bu?
Guru : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.
Siswa : La olahraganya Cuma ngukur tinggi sama berat badan Bu. (D4)
Tuturan : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.
Wujud tuturan : Memerintah
Makna pragmatik : Tuturan guru mengingatkan siswa setelah olahraga
harus ganti baju seragam.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru memberikan materi pelajaran. Penutur merupakan seorang
Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa dari kelas lain yang menanyakan
perlu tidaknya mengganti baju setelah olahraga.
6. Guru : Menurut jadwal sekarang jam 07.00-08.20 pelajaran Bhs. Jawa.
Saiki dikeluarkan bukunya! (sekarang dikeluarkan bukunya)
Siswa : Nggih Bu.
Guru : Sopo sik dereng kagungan bukune? (siapa yang belum punya
bukunya? (D5)
Tuturan : Saiki dikeluarkan bukunya!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Wujud tuturan : Memerintah
Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa untuk
mengeluarkan buku tulis mata pelajaran Bhs. Jawa.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru melihat jam yang sudah menunjukan pelajaran akan dimulai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang belum siap untuk mengeluarkan buku pelajaran.
7. Guru : Sekarang kita baca bersama. Baca yang keras Rafael!
Siswa: Yang atas sendiri itu Bu?
Guru : Hewan, manusia, dan tumbuhan. (D13)
Tuturan : Baca yang keras Rafael!
Wujud tuturan : Memerintah
Makna pragmatik : Tuturan guru menyuruh siswa yang bernama Brian
untuk membacakan soal yang sudah diberikan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru ingin mendengarkan suara keras dari salah satu siswa. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang sedang
sibuk sendiri dan tidak memperhatikan.
8. Guru : Saiki sik B diwoco Brian!
Siswa: Baik Bu. (D6)
Tuturan : Saiki sik B diwoco Brian! ( Sekarang poin B dibaca Brian!)
Wujud tuturan : Memerintah
Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa yang bernama
Brian untuk membacakan materi yang diberikan oleh guru dengan suara
yang lantang dan keras.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas
V saat Guru melihat siswa yang sedang mengerjakan soal. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak
serius mengerjakan soal.
9. Guru : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!
Siswa: Tenang, tenang, Ssttt
Guru : Iya bagus. (D40)
Tuturan : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!
Wujud tuturan : Memerintah
Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa yang ramai
bernama Ciro untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh guru yakni
tepuk tenang.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswayang ramai
di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tuturan di atas sebagai berikut (5) “Pokoknya setelah olahraga harus ganti
baju.”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang
mengajar tiba-tiba siswa dari kelas lain menawar agar setelah olahraga tidak ganti
pakaian. Guru dengan sikap tegas menekankan untuk tetap ganti pakian. Tuturan
tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru mengingatkan siswa setelah
olahraga harus ganti baju seragam. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson
(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan
kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan
yang positif karena tuturan “Pokoknya setelah olahraga harus ganti baju!”
merupakan wujud direktif memerintah. Kalimat tersebut mengintensifkan
perhatian kepada siswa yang untuk lebih menaati aturan atau kesepakatan
bersama setelah olah raga harus ganti baju. Cara penyampaian atau strategi
tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur
dengan menggunakan kesantunan positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (6) “Sekarang dikeluarkan bukunya!”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru meminta kepada siswa untuk
mengeluarkan buku dan bersiap untuk mengikuti pelajaran. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan guru memerintahkan siswa untuk
mengeluarkan buku tulis pelajaran Bhs. Jawa karena segera dimulai. Tuturan di
atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmaik tindak tutur direktif
memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Sekarang
dikeluarkan bukunya!” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut
memberikan perhatian kepada siswa untuk mengeluarkan buku sesuai dengan
perintah yang diinginkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan kesantunan positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (7) “Baca yang keras Rafael!”. Konteks
tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memerintah siswa untuk
membacakan teks yang tadinya dibacakan dengan suara lembut. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan ini menyuruh siswa yang bernama Brian
untuk membacakan materi yang diberikan oleh guru dengan suara yang lantang
atau keras. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak
tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat
dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan
dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan
“Sekarang dikeluarkan bukunya!” merupakan kalimat perintah. Kalimat
tersebut mengintensifkan perhatian kepada siswa untuk mengeluarkan buku sesuai
dengan perintah yang diinginkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi
tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur
dengan menggunakan kesantunan positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (8) “Sekarang poin yang B dibaca Brian!”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menyuruh seorang siswa
untuk membacakan soal yang diberikan. Tuturan tersebut mengandung makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pragmatik tuturan guru menyuruh siswa yang bernama Brian untuk membacakan
soal yang sudah diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson
(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan
kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan
yang positif karena tuturan “Sekarang poin yang B dibaca Brian!” merupakan
kalimat perintah. Kalimat tersebut menggunakan tuturan impersonal kepada
siswa untuk membacakan poin yang selanjutnya dengan suara yang keras dan
jelas. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni
guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan
terus terang tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (9) “Sekarang Ciro tepuk tenang!”. Konteks
tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memerintah seorang siswa untuk
tepuk tenang akibat siswa tersebut melakukan hal yang tidak disukai oleh guru.
Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini memerintahkan siswa
yang ramai bernama Ciro untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh guru
yakni tepuk tenang. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Sekarang Ciro
tepuk tenang!” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut memakai
impersonal untuk seorang siswa melakukan tindakan seperti yang dituturkan oleh
guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan
terus terang tanpa basa-basi.
4.2.2.3 Makna Tuturan Direktif Mengancam
Berikut beberapa tuturan mengancam di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengancam karena mitra tutur tidak melakukan suatu
tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh penutur. Dalam tuturan mengancam
ini ada semacam aba-aba, atau peringatan keras terhadap mitra tutur. Tuturan
mengancam dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud
mengancam kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan sebagaimana
yang diancamkan oleh penutur akan berakibat pada kesulitan.
10. Siswa: Bu kecepeten Bu. Bu belum Bu.
Guru : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat
mendektekan. Siswa: Aduuh Bu.
Guru : Sudah itu dulu. (D24)
Tuturan : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat
mendektekan. Wujud tuturan : Mengancam
Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih ramai di
dalam kelas dan memerintahkan siswa yang masih berisik di kelas untuk
memindahkan mejanya di lapangan.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak
mendengarkan materi yang didektekan.
11. Siswa: Bu soalnya berapa Bu?
Guru : Jangan rame, nanti tak tambahi!
Siswa: Diam to. (D28)
Tuturan : Jangan rame, nanti tak tambahi!
Wujud tuturan : Mengancam
Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih ramai di
dalam kelas untuk diam. Jika tidak bisa diam guru mengancam akan
menambahkan soal latihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai
di kelas dan tidak memperhatikan.
Tuturan di ats sebagai berikut (10) “Kalau kalian semakin rame, Bu Maria
semakin cepat mendektekan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat
guru yang sedang mendektekan materi pelajaran mendengar suara rame akan
mengancam untuk meningkatkan kecepatan mendekteknya. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik menegur siswa yang masih ramai dan tidak
mendengarkan materi yang didektekan oleh guru agar lebih mendengarkan materi
yang diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik
tindak tutur direktif mengancam. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129)
terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.
Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena
tuturan “Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat mendektekan”
merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut memberikan perhatian kepada
siswauntuk diam saat mengikuti pembelajaran dan mencatat sesuai dengan yang
dituturkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan
kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi.
Tuturan direktif memerintah sebagai berikut (11) “Jangan rame, nanti
tak tambahi!”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru mengancam
siswa apabila saat menulis soal masih rame akan ditambah soalnya. Tuturan
tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru menegur siswa yang masih
ramai di dalam kelas untuk diam. Jika tidak bisa diam guru mengancam akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menambahkan soal latihan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif mengancam. Menurut Brown & Levinson
(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan
kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan
yang positif karena tuturan “Jangan rame, nanti tak tambahi!” merupakan
kalimat berita. Kalimat tersebut mengintensifkan perhatian para siswa untuk
tenang saat mengikuti pembelajaran dan mencatat soal yang diberikan oleh guru.
Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus
terang tanpa basa-basi.
4.2.2.4 Makna Tuturan Direktif Menyindir
Berikut beberapa tuturan menyindir di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menyindir karena tindakan ini mengingatkan atau
menegur seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Dalam tuturan
menyindir ini ada permohonan yang sopan biasanya berupa pertanyaan akan
kesediaan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dikehendaki oleh
penutur. Tuturan menyindir dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang
mengandung maksud menyindir memberikan teguran atau peringatan secara tidak
langsung atau tidak terus terang itu supaya seseorang yang dimaksud melakukan
tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur.
12. Guru : Jelas tidak?
Siswa: Jelas Bu.
Guru : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?
Siswa: Tidak ada ya Bu. (D7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tuturan : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?
Wujud tuturan : Menyindir
Makna pragmatik : Tuturan guru meminta hasil tulisannya dibawa ke meja
guru untuk dicek sudah benar atau belum tulisannya.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru memberikan penjelasan materi pelajaran. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang selesai
menulis materi pelajaran.
13. Guru : Kelasnya full color ya?
Siswa: La bagaimana Bu?
Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak. (D16)
Tuturan : Kelasnya full color ya?
Wujud tuturan : Menyindir
Makna pragmatik : Tuturan guru secara tidak langsung menegur siswa
yang masih ramai dan membuat gaduh di dalam kelas untuk diam.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang dianggap seperti
siswa taman kanak-kanak.
14. Guru : Tadi kalau sudah membaca, jadi Bu Maria ulang lagi di dalam
hidung ada bulu hidung yang disebut apa? Bagus lo sebutannya.
Siswa: Apa Bu?
Guru : Cilia.
Siswa: Sudah Bu. Cilia kan Bu?
Guru: Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu? (D23)
Tuturan : Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu?
Wujud tuturan : Menyindir
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswanya yang masih belum
paham dengan materi yang diberikan oleh guru.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menanyakan materi yang sebelumnya sudah dibaca.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang tidak bisa menjawab pertanyaan.
15. Siswa : Fungsinya ditulis tidak?
Siswa : Ndak usah Bu.
Guru : Kan sudah ada dibuku paket to?
Siswa : Iya Bu.
Guru : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca
kelihatan lo ya.
Siswa : Aku belum baca lo Bu. (D25)
Tuturan : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca
kelihatan lo ya.
Wujud tuturan : Menyindir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang tidak
memperhatikan perintah sebelumnya dari guru untuk membaca buku
paket.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang sedang membaca materi. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang kurang
teliti membaca buku paket.
16. Guru : Apa lagi kalau kalian pas olahraga, berarti kalian ndak ada jeda
istirahat to itu berarti olahraga-olahraga terus IPA to itu? Lha Pak Ari
sudah kasih waktu 15 menit buat ganti tok to? Nah sudah jam 08.20 kok
masih pada diluar, mestinya kalian sudah siap di kelas. Tidak seperti tadi
Bu Maria panggil “V B masuk!“
Siswa: Iya Bu Maria.
Guru : Gitu ya. (D15)
Tuturan : sudah jam 08.20 kok masih pada diluar.
Wujud tuturan : Menyindir
Makna pragmatik : Tuturan guru mengingatkan kepada siswa untuk segera
masuk ke dalam kelas karena waktu sudah menunjukan untuk memulai
pelajaran selanjutnya.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru masuk kelas dan sebelum memulai pelajaran. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang masih
di luar kelas.
Tuturan di atas sebagai berikut (12) “Lihat sini ada yang tulisannya seperti
kaki ayam tidak?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru ingin
mengetahui seperti apa wujud tulisan siswanya dengan menanyakan. Tuturan
tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru meminta hasil tulisannya
dibawa ke meja guru untuk dicek sudah bagus atau belum tulisannya. Tuturan di
atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir. Menurut
Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan
positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang negatif karena tuturan “Lihat sini ada yang tulisannya seperti
kaki ayam tidak?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan
ujaran tak langsung dan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada para siswa saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
mencatat materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan
yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan ujaran tak langsung dan tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (13) “Kelasnya full color ya?”. Konteks
tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru disela-sela menjelaskan materi
pelajaran menyindir dengan halus dengan menanyakan terlebih dahulu dan
diakhiri dengan sindiran. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan
guru secara tidak langsung menegur siswa yang masih ramai seperti siswa kelas I
untuk diam. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif
menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatih karena tuturan “Kelasnya full
color ya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan ujaran tak
langsung dan pertanyaan yang ditujukan ke siswa untuk diam saat pembelajaran
di kelas sedang berlangsung. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan kesantunan negatif dan bertutur dengan cara tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (14) “Katanya tadi sudah baca, kok
masih belum tahu?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru
mengecek kembali pekerjaan siswa yang diberikan oleh guru dan menyindir
secara halus dengan mengatakan katanya sudah baca, kok belum ketemu
jawabannya. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini
menyindir siswanya yang masih belum paham dengan materi yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
guru. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif
menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatih karena tuturan “Katanya tadi
sudah baca, kok masih belum tahu?” merupakan kalimat tanya. Kalimat
tersebut menggunakan ujaran bersifat umum kepada para siswa yang sudah
diberikan waktu untuk membaca materi namun tidak dapat mengerjakan soal yang
sudah diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan kesantunan negatif.
Tuturan di atas sebagai berikut (15) “Ternyata yang sudah baca duluan
atau yang belum baca itu kelihatan lo ya”. Konteks tuturan tersebut tuturan
dituturkan saat guru yang sudah melihat mana siswa yang sudah membaca dan
yang belum membaca. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan
guru menyindir siswa yang tidak memperhatikan perintah sebelumnya dari guru
untuk membaca buku paket. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik
tindak tutur direktif menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129)
terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.
Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena
tuturan “Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca itu
kelihatan lo ya” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut menggunakan
tuturan impersonal kepada siswayang membaca materi dengan serius atau tidak
serius. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan ujaran tidak langsung
dan cara bertutur tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (16) “Sudah jam 08.20 kok masih pada
di luar”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang
mengajar menyindir siswa yang terbiasa masuk kelas jam 08.20. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan guru mengingatkan kepada siswa untuk
segera masuk ke dalam kelas karena waktu sudah menunjukan untuk memulai
pelajaran selanjutnya. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak
tutur direktif menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat
dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan
dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan
“Sudah jam 08.20 kok masih pada di luar” merupakan kalimat berita. Kalimat
tersebut menggunakan ujaran bersifat umum kepada siswa untuk taat pada aturan
jam masuk kelas yang sudah ada. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan ujaran tidak langsung.
4.2.2.5 Makna Tuturan Direktif Mengingatkan
Berikut beberapa tuturan mengingatkan di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengingatkan karena dilihat dari KD tersebut untuk
memberi ingat atau memberi nasihat kepada mitra tutur. Dalam tuturan
mengingatkan ini memberi teguran, peringatan supaya seseorang ingat akan
kewajiban pekerjaanyang harus diselesaikan. Tuturan mengingatkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud mengingatkan
kepada mitra tutur memiliki janji yang menjadi tanggung jawabnya tetapi karena
sesuatu hal kemudian dilupakan.
17. Guru : Itu pekerjaannya harus selesai!
Siswa: Iya Bu.
Guru : Segera dikerjakan. (D9)
Tuturan : Itu pekerjaannya harus selesai!
Wujud tuturan : Mengingatkan
Makna pragmatik : Tuturan guru menyuruh siswanya untuk menyelesaikan
tugas yang sudah diberikan oleh guru.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati siswa yang mengerjakan tugas kepada
siswa. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang sedang mengerjakan tugas.
18. Guru : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum
selesai? Siswa: Halaman berapa Bu?
Guru : Halaman 4-5.
Siswa: Oh iya Bu. (D58)
Tuturan : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum
selesai? Wujud tuturan : Mengingatkan
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang dipanggil Sen
untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang tidak mengerjakan tugas. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum
selesai dan tidak memperhatikan apa yang diperintahkan.
19. Guru : Haloo!
Siswa: Iya Bu.
Guru : Sudah bisa dimulai pelajarannya?
Siswa: Sudah Bu. (D47)
Tuturan : Sudah bisa dimulai pelajarannya?
Wujud tuturan : Mengingatkan
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang masih ramai untuk
diam karena pelajaran akan segera dimulai.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas yang ramai. Penutur merupakan
seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
20. Guru : 3 itu 5 soal lo bukan 4 soal.
Siswa: Iya Bu.
Guru : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.
Siswa: Iya Bu. (D50)
Tuturan : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.
Wujud tuturan : Mengingatkan
Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang sedang berbicara
dengan temannya untuk lebih fokus mengerjakan soal dan
menyelesaikannya.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menerangkan soal yang akan dikerjakan. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
berbicara dengan temannya.
21. Guru : 3 menit lagi.
Siswa: Iya Bu. Satu hehe
Guru : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.
Siswa: Iya Bu. (D52)
Tuturan : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.
Wujud tuturan :Mengingatkan
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir seorang siswa yang sudah
selesai mengerjakan soal agar tidak bergaya karena belum tentu benar
semua jawabannya.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat situasi kelas yang tidak kondusif atau ramai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang sudah selesai mengerjakan dan bergaya.
Tuturan di atas sebagai berikut (17) “Itu pekerjaannya harus selesai”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menegaskan agar tugas yang
diberikan selesai. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru
menyuruh siswanya untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan oleh guru.
Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif
mengingatkan. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Itu
pekerjaannya harus selesai” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menggunakan penyampaian hal-hal yang umum kepada siswa untuk segera
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi
tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur
dengan menggunakan tuturan kesantunan yang positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (18) “Sen ini temannya sudah mau selesai,
masak kamu belum selesai?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat
guru mengingatkan siswa untuk segera menyelesaikan tugasnya. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang dipanggil Sen
untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tuturan di atas
merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.
Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni
kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas
merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Sen ini temannya sudah
mau selesai, masak kamu belum selesai?” merupakan kalimat tanya. Kalimat
tersebut menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada seorang siswa untuk
segera menyelesaikan tugasnya. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan tuturan yang tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (19) “Sudah bisa dimulai pelajarannya?”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang akan memulai
pelajaran mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri untuk memulai
pelajaran. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini menyindir
siswa yang masih ramai untuk diam karena pelajaran akan segera dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif
mengingatkan. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Sudah bisa
dimulai pelajarannya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut
menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada para siswa untuk segera
mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Cara penyampaian atau strategi
tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur
dengan menggunakan tuturan yang tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (20) “Yang lain mengerjakan, bukan bicara
dengan temannya”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru sedang
mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal dan mengingatkan siswa yang
lain agar tidak berbicara dengan temannya. Tuturan tersebut mengandung makna
pragmatik tuturan guru menegur siswa yang sedang berbicara dengan temannya
untuk lebih fokus mengerjakan soal dan menyelesaikannya. Tuturan di atas
merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan. Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang positif karena tuturan “Yang lain mengerjakan, bukan bicara
dengan temannya” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut
mengintefsihkan perhatiannya agar para siswa lebih fokus dalam mengerjakan
soal-soal yang sudah diberikan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara langsung tanpa basa-
basi dan transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (21) “Kalau sudah bisa mengerjakan
tidak udah bergaya”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru
sedang duduk dan memperhatikan siswa mengerjakan tugas mengingatkan agar
fokus mengerjakan. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru
menyindir seorang siswa yang sudah selesai mengerjakan soal agar tidak bergaya
karena belum tentu benar semua jawabannya. Tuturan di atas merupakan wujud
tuturan direktif mengingatkan. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua
pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Kalau sudah
bisa mengerjakan tidak udah bergaya” merupakan kalimat berita. Kalimat
tersebut menggunakan ujaran tidak langsung kepada para siswa supaya siswa saat
mengikuti pelajaran tetap dalam suasana kelas yang tidak gaduh atau ramai. Cara
penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan positif karena
penyampaiannya secara tidak transparan.
4.2.2.6 Makna Tuturan Direktif Menegur
Berikut beberapa tuturan menegur di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menegur karena bertujuan untuk mengingatkan dan
menasihati secara keras kepada seseorang supaya bersedia melakukan suatu
pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam tuturan menegur ini ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
semacam kekurangcermatan pada mitra tutur dalam merampungkan suatu
kegiatan yang dipercayakan. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan
wujud yang mengandung maksud memberikan kritikan atau peringatan supaya
mitra tutur tidak melakukan lagi suatu yang terjadi.
22. Guru : Jangan diulangi lagi ya.
Siswa: Iya Bu. Tidak akan saya ulangi Bu. (D10)
Tuturan : Jangan diulangi lagi ya.
Wujud tuturan : Menegur
Makna pragmatik : Tuturan guru melarang siswa untuk tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat tindakan siswa yang menggangu temannya.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang melakukan tindakan mengganggu.
23. Guru : No 1 tulis soalnya menjawabnya nanti.
Siswa: Sik Sebentar Bu. (tunggu sebentar Bu)
Guru : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!
Siswa: Ssttt diam to. Tenang! (D27)
Tuturan : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!
Wujud tuturan : Menegur
Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih membuat
gaduh di dalam kelas untuk diam. Guru mengancam akan memulai
memberiakan soal setelah siswa diam dan tenang.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kelas yang masih ada siswa yang
membuat gaduh kelas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.
24. Guru : Lalu Bu Guru itu suka makan buah nangka, siapa yang suka makan
buah nangka?
Siswa: Aku Bu.
Guru : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!
Siswa: Ssttt
Guru : Nah tapi buah nangka itu Bu Guru senang sekali yang manis. (D31)
Tuturan : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!
Wujud tuturan : Menegur
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang ramai di dalam
kelas utnuk diam dan mengikuti pelajaran.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas masih banyak yang ramai.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
yang ramai di kelas. Tuturan dituturkan saat Guru yang sedang
memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-
sendiri.
25. Guru : Latihan!
Siswa: Ditulis Bu latihannya?
Guru :Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus. (makanya
didengarkan to, latihannya ditulis ya anak pintar) (D68)
Tuturan : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.
Wujud tuturan : Menegur
Makna pragmatik : Tuturan guru menasihati siswa untuk mendengarkan
apa yang dituturkan oleh guru saat pelajaran berlangsung.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti latian
soal. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang sibuk dengan temannya.
26. Guru : Andika nanti pinjam palu Pak Sarmin saja.
Siswa: Pak Sarmin pinjam palunya.
Guru : Pakai sepatu ndak bisa.
Siswa: Vin palu Vin
Guru : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak? (D44)
Tuturan : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak?
Wujud tuturan : Menegur
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang bernama Andika
yang masih sibuk sendiri memukuli kursi yang sebelumnya membuat tidak
nyaman duduk siswa tersebut.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat ada seorang siswa yang sedang memukuli
kursi di dalam kelas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra
tutur adalah siswa yang memukul kursi yang menimbulkan suara berisik di
dalam kelas.
Tuturan di atas sebagai berikut (22) “Jangan diulangi lagi ya”. Konteks
tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menekankan kepada siswa agar tidak
melakukan kesalahan lagi. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik
tuturan guru melarang siswa untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown & Levinson (1987:
101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
karena tuturan “Jangan diulangi lagi ya” merupakan kalimat perintah. Kalimat
tersebut menciptakan persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswanya tidak
mengulangi lagi kesalahan yang sama. Cara penyampaian atau strategi tuturan
yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara positif dan
transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (23) “Bu Maria akan mulai kalau kalian
sudah diam!”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menegur
siswa yang masih membuat gaduh di dalam kelas dan tidak akan memulai
pelajaran sebelum siswa diam. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik
tuturan guru menegur siswa yang masih membuat gaduh di dalam kelas untuk
diam. Guru mengancam akan memulai memberikan soal setelah siswa diam dan
konsentrasi. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang positif karena tuturan “Bu Maria akan mulai kalau kalian
sudah diam!” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut menciptakan
persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswa merasa setuju untuk diam
supaya dimulai kembali ke pelajarannya. Cara penyampaian atau strategi tuturan
yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara positif dan
transparan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tuturan di atas sebagai berikut (24) “Kalian siap mendengarkan lagi?!”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang memberikan
materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-sendiri. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang ramai di dalam
kelas untuk diam dan konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan di atas
merupakan wujud direktif menegur. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat
dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan
dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karenatuturan
“Kalian siap mendengarkan lagi?!” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut
menciptakan persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswa yang masih
ramai merasa bersalah dan menyetujui untuk diam supaya dimulai kembali ke
pelajarannya. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan
positif karena penyampaiannya secara positif dan transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (25) “Makane dirungoke to yo latihane
ditulis yo cah bagus”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru
menyuruh para siswa untuk menulis soal latihan dengan nada atau suara yang
tegas. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru menasihati
siswa untuk mendengarkan apa yang dituturkan oleh guru saat pelajaran
berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Menurut Brown
& Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang positif karena tuturan “makane dirungoke to yo latihane
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ditulis yo cah bagus” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut memberikan
perhatian terhadap siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru
yang dituturkan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan
kesantunan positif.
Tuturan di atas sebagai berikut (26) “Andika dengar yang tadi dibilang
bu guru tidak?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang
sedang mengajar dan mengamati situasi kelas menegur salah satu siswanya untuk
memperhatikan yang sedang dibahas oleh guru. Tuturan tersebut mengandung
makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang bernama Andika yang masih
sibuk sendiri memukuli bangku yang sebelumnya membuat tidak nyaman duduk
siswa tersebut. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang negatif karena tuturan “Andika dengar yang tadi dibilang bu
guru tidak?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan
pertanyaan yang ditujukan kepada siswa yang masih memukuli kursi supaya diam
dan mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau
strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus
bertutur dengan menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara
kesantunan negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.2.2.7 Makna Tuturan Direktif Menyuruh
Berikut beberapa tuturan menyuruh di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menyuruh karena KD ini jika dinaikan kedirektifannya
akan menjadi KD memerintah. Dalam tuturan menyuruh ini seseorang yang
mempunyai kewenangan menyuruh mitra tutur apabila kedudukannya lebih tinggi
daripada mitra tutur. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan wujud
yang mengandung unsur mengutus supaya mitra tutur melakukan tindakan
sebagaimana yang disuruhkan oleh penutur.
27. Siswa: Bu izin minum ya Bu.
Guru : Tadikan sudah. Siapa yang haus?
Siswa: Iya semuanya Bu.
Guru : Ibu hitung satu sampai sepuluh.
Siswa: Iya Bu.
Guru : Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, dan
sepuluh. Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan. (D53)
Tuturan : Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.
Wujud tuturan : Menyuruh
Makna pragmatik : Tuturan guru meminta siswa untuk segera hadap depan
dan fokus karena pelajaran akan segera dimulai kembali.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat banyak siswa merasa haus dan ingin minum.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang meminta izin ingin minum.
28. Guru : Sudah Dandi yang nulis?
Siswa: Belum Bu.
Guru : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.
Siswa: Iya Bu. Sudah kok Bu. (D56)
Tutuan : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.
Wujud tuturan : Menyuruh
Makna pragmatik : Tuturan guru menyilakan siswa untuk menaruh jaket di
laci agar pembelajaran berlangsung dengan nyaman.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat seorang siswa yang sedang menggunakan
jaket. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang menggunakan jaket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
29. Guru : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.
Siswa: Tidak ada Bu haha
Guru : Didalam hidungmu coba kamu rasakan. Ada rambutnya tidak?
(D67)
Tuturan : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.
Wujud tuturan : Menyuruh
Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa untuk melakukan
tindakan meraba hidung yang diperintahkan oleh guru.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menanyakan tentang pelajaran IPA. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
mengikuti pelajaran IPA.
Tuturan di atas sebagai berikut (27) “Minumnya sudah selesai, sekarang
hadap depan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menyuruh
siswa untuk berhenti minum dan menghadap depan. Tuturan tersebut mengandung
makna pragmatik tuturan guru memerintah siswa untuk segera hadap depan dan
fokus karena pelajaran akan segera dimulai kembali. Tuturan di atas merupakan
wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua
pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari
wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan
“Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan” merupakan kalimat
perintah. Kalimat tersebut ini memberikan perhatian terhadap siswa untuk
mengakhiri minumnya dan segera menyiapkan dirinya untuk memulai kembali
pelajaran. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur
yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan positif
karena penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (28) “Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu”.
Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang mengamati
kesiapan siswa untuk pelajaran siswa menaruh jaket di laci. Tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
mengandung makna pragmatik tuturan guru menyilakan siswa untuk menaruh
jaket di laci agar pembelajaran berlangsung dengan nyaman. Tuturan di atas
merupakan wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987: 101-129)
terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.
Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena
tuturan “Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu” merupakan kalimat perintah.
Kalimat tersebut meminimalkan paksaan terhadap siswanya untuk melakukan
tindakan karena dalam tuturan tersebut terdapat kata tolong menjadikan tuturan
tersebut lebih sopan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan
negatif karena penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (29) “Nah coba sekarang rabalah
hidungmu sendiri”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru setelah
menjelaskan materi menyuruh para siswanya untuk meraba hidungnya masing-
masing. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru memerintah
siswa untuk melakukan tindakan meraba hidung yang diperintahkan oleh guru.
Tuturan di atas merupakan wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987:
101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif
karena tuturan “Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri” merupakan
kalimat perintah. Kalimat tersebut penyampaiannya dengan hal-hal yang umum
ditujukan kepada siswa karena dalam tuturan tersebut terdapat hal-hal yang umum
seperti bagian dari tubuh manusia. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara tuturan langsung
tanpa basa-basi.
4.2.2.8 Makna Tuturan Direktif Mendukung
Berikut beberapa tuturan mendukung di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mendukung karena seseorang mitra tutur yang sedang
melakukan tindakan perlu mendapatkan dukungan dari penutur. Dalam tuturan
mendukung bertujuan untuk memberikan sokongan lebih kepada mitra tutur.
Tuturan mendukung dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang
mendasari seseorang itu meneruskan atau melakukan suatu tindakan karena
adanya dorongan yang dinyatakan oleh penutur.
30. Guru : Juga mengeluarkan udara kotor melalui apa?
Siswa: Hidung Bu.
Guru : Waah benar pintar e. (D18)
Tuturan : Waah benar pintar e.
Wujud tuturan : Mendukung
Makna pragmatik : Tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran IPA. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
didukung oleh gurunya.
31. Guru : Sekarang nomor 2 berarti. Yang kedua apa tempatmu Neta?
Siswa: Sudah, tapi aku takut salah Bu.
Guru : Silahkan dicoba saja, tidak ada yang salah kok coba.
Siswa: Kalau berhasil melewati godaan-godaan itu kita bisa mencapai
keinginan.
Guru : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta. (D42)
Tuturan : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta.
Wujud tuturan : Mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Makna pragmatik : Tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab soal
dengan benar dan guru meminta siswa lain untuk mengapresiasi atau
memuji dengan cara memberikan tepuk tangan.
Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Gurumenanyakan tentang materi pelajaran. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
menjawab pertanyaan.
Tuturan di atas sebagai berikut (30) “Wah benar, pintare”. Konteks tuturan
tersebut tuturan dituturkan saat guru mendukung sepenuhnya jawaban yang
diutarakan oleh siswa. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan
guru memuji siswa yang sudah menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.
Tuturan di atas merupakan wujud direktif mendukung. Brown & Levinson (1987:
101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan
negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang
negatif karena tuturan “Wah benar, pintare” merupakan kalimat berita. Kalimat
tersebut memberikan penghormatan kepada siswa karena saat pelajaran siswa
tersebut menjawab soal dengan benar dan mendapat dukungan dari guru. Cara
penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif karena
penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.
Tuturan di atas sebagai berikut (31) “Nah boleh itu.Bagus itu, beri tepuk
tangan untuk Neta”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang
mendukung dengan jawaban yang diutarakan oleh seorang siswa dan semua siswa
memberikan penghargaan dengan tepuk tangan. Tuturan tersebut mengandung
makna pragmatik tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab soal dengan
benar dan guru meminta siswa lain untuk mengapresiasi atau memuji dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
memberikan tepuk tangan. Tuturan di atas merupakan wujud direktif mendukung.
Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan
positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang negatif karena tuturan “Nah boleh itu.Bagus itu, beri tepuk
tangan untuk Neta” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut memberikan
penghormatan kepada siswa karena saat pelajaran siswa tersebut menjawab soal
dengan benar dan mendapat dukungan atau apresiasi dari guru. Cara penyampaian
atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan
modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif karena penyampaiannya
secara tuturan langsung tanpa basa-basi.
4.2.2.9 Makna Tuturan Direktif Mengkritik
Berikut beberapa tuturan mengkritik di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengkritik karena lazimnya diasarkan atas tidak
maksimalnya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.
Dalam tuturan mengkritik bertujuan untuk mitra tutur agar tidak mengulang
kembali kesalahan yang sama dan yang diakan datang. Tuturan mengkritik dapat
diidentifikasi berdasarkan wujud atas dasar itu penutur merasa tidak puas dengan
apa yang sudah dilakukan oleh mitra tutur maka penutur menegur secara keras
agar mitra tutur tidak mengulang kesalahan lagi.
32. Guru : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?
Siswa: La gimana Bu?
Guru : Berarti nanti kamu sampai kelas 5 selesai habis 5 buku itu nanti. La
jeda 1 baris. (D17)
Tuturan : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?
Wujud tuturan : Mengkritik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang cara menulisnya
masih terlalu banyak jeda setiap menulis kalimat baru.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat tulisan siswa pada buku catatan. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
menulisnya terlalu banyak jeda.
Tuturan di atas sebagai berikut (32) “Bima, kamu kalau nulis diberi
jeda-jeda gitu ya?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang
sedang berkeliling di dalam kelas dan melihat seorang siswa yang menulis
catatannya di buku. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru
menyindir siswa yang cara menulisnya masih terlalu banyak jeda setiap menulis
kalimat baru. Tuturan di atas merupakan wujud direktif mengkritik. Brown &
Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif
dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
kesantunan yang negatif karena tuturan “Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-
jeda gitu ya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan
pertanyaan yang ditujukan kepada siswa karena cara menulis dari siswa tersebut
berbeda dengan siswa yang lain. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang
digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan
menggunakan tuturan negatif.
4.2.2.10 Makna Tuturan Direktif Menargetkan
Berikut beberapa tuturan menargetkan di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif menargetkan karena bisa dilihat dari penetapan suatu
sasaran yang akan dilakukan atau dicapai oleh seseorang. Dalam tuturan
menargetkan bertujuan untuk memberikan batas ketentuan agar tercapainya mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur. Tuturan menargetkan
dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang ditargetkan oleh penutur
dapat dilakukan dengan baik oleh mitra tutur.
33. Siswa: Itu ditulis Bu?
Guru : Mau ditulis atau ndak?
Siswa: Ditulis Bu.
Guru : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita
latihan soal. Siswa: Yeee nyelesaiin ini bentar Bu. (D26)
Tuturan : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita
latihan soal. Wujud tuturan : Menargetkan
Makna pragmatik : Tuturan ini guru menargetkan siswanya dengan
memberikan sedikit waktu untuk menyelesaikan mencatat materi yang
diajarkan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang belum selesai mencatat. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum
selesai mencatat.
Tuturan di atas sebagai berikut (33) “Bu Maria kasih waktu untuk
menyelesaikan itu, setelah itu latian soal”. Konteks tuturan tersebut tuturan
dituturkan saat guru menargetkan siswanya menyelesaikan mencatat dibuku
masing-masing dan dilanjutkan dengan latian soal. Tuturan tersebut mengandung
makna pragmatik tuturan ini guru menargetkan siswanya dengan memberikan
sedikit waktu untuk menyelesaikan mencatat materi yang diajarkan. Tuturan di
atas merupakan wujud direktif menargetkan. Brown & Levinson (1987: 101-129)
terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.
Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena
tuturan “Bu Maria kasih waktu untuk menyelesaikan itu, setelah itu latian
soal” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut meminimalkan paksaankepada
para siswa saat mencatat materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus
bertutur dengan menggunakan tuturan negatif.
4.2.2.11 Makna Tuturan Direktif Meminta
Berikut beberapa tuturan meminta di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif meminta karena tuturan ini bersifat memohon dan
meminta kepada mitra tutur. Dalam tuturan meminta bertujuan untuk memberikan
keinginan dari penutur yang dilakukan oleh mitra tutur menjadi kenyataan.
Tuturan meminta dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang dilakukan
oleh mitra tutur telah menjadi kenyataan.
34. Guru : Jadi begitu ya membuat ringkasan. Kamu tulis pokok-pokoknya
saja. Cara-cara gimana bisa tulis pokok-pokoknya? Pertama harus apa?
Siswa: Baca.
Guru : Betul. Baca yang seperti apa?
Siswa: Seperti Doraemon.
Guru : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau
komentar.(D32)
Tuturan : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau
komentar. Wujud tuturan : Meminta
Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta siswa yang sudah
mempunyai gagasan atau hasil pemikirannya bisa mengutarakan dengan
angkat tangan terlebih dahulu sebelum berbicara.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menanyakan sesuatu materi pelajaran Bhs. Indonesia.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang jawabannya kurang tepat dan tidak diawali dengan angkat tangan.
35. Guru : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk
menuliskan di depan. Siapa ya? Siswa: Kok Rama terus Bu.
Guru : Oh ya la Rama angkat tangan. Siapa yang lain? (D43)
Tuturan : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk
menuliskan di depan. Siapa ya? Wujud tuturan : Meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta tolong kepada salah satu
siswa untuk maju ke depan kelas menuliskan materi yang akan diajarkan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru akan memberikan penjelasan materi pelajaran Bhs.
Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah
siswa yang ingin menuliskan materi.
36. Guru : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan Taruma
Negara. Siswa: Yang keras Bu?
Guru : Iya yang keras Be. Yang B ya. (D69)
Tuturan : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan
Taruma Negara. Wujud tuturan : Meminta
Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta seorang siswa yang bernama
Abe untuk membacakan materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang sudah siap mengikuti pelajaran.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang membacakan materi yang sedang diajarkan.
Tuturan di atas sebagai berikut (34) “Siapa yang mau komentar?Bisa
angkat tangan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru meminta
siswanya angkat tangan untuk yang mau berkomentar. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan ini guru meminta siswa yang sudah
mempunyai gagasan atau hasil pemikirannya bisa mengutarakannya dengan
angkat tangan terlebih dahulu sebelum berbicara. Tuturan di atas merupakan
wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Siapa yang
mau komentar? Bisa angkat tangan” merupakan kalimat tanya. Kalimat
tersebut menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada siswa, tuturan guru ini
secara tidak langsung meminta siswa untuk berkomentar. Cara penyampaian atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus
bertutur dengan menggunakan tuturan negatif dan tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (35) “Bu Enggar minta tolong salah satu
siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”. Konteks tuturan tersebut tuturan
dituturkan saat guru mengajar meminta kepada seorang siswa untuk menuliskan
yang akan dipelajari di papan tulis. Tuturan tersebut mengandung makna
pragmatik tuturan ini guru meminta tolong kepada salah satu siswa untuk maju ke
depan kelas menuliskan materi yang akan di ajarkan. Tuturan di atas merupakan
wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Bu Enggar
minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”
merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan pertanyaan yang
ditujukan kepada siswa, tuturan guru ini secara tidak langsung juga meminta
siswanya untuk menuliskan materi di depan atau papan tulis. Cara penyampaian
atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan
modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif dan tidak transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (36) “Bu Guru minta tolong Abe dibaca
nak, yang kerajaan Taruma Negara”. Konteks tuturan tersebut tuturan
dituturkan saat guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan materi yang
akan diajarkan dengan suara yang keras. Tuturan tersebut mengandung makna
pragmatik tuturan ini guru meminta seorang siswa yang bernama Abe untuk
membacakan materi pelajaran yang sedang diajarkan. Tuturan di atas merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Bu Guru
minta tolong Abe dibaca nak, yang kerajaan Taruma Negara” merupakan
kalimat perintah. Kalimat tersebut menggunakan tuturan impersonal, karena
tuturan guru ini secara langsung juga meminta siswanya yang bernama Abe untuk
membacakan materi. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan
secara langsung dan transparan.
4.2.2.12 Makna Tuturan Direktif Memberi Saran
Berikut beberapa tuturan menyarankan di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud
merupakan tuturan direktif memberi saran karena tuturan ini memberikan
pertimbangan sebelum melakukan tindakan. Dalam tuturan memberi saram
bertujuan kepada penutur memberikan pendapat yang nantinya dipertimbangkan
oleh mitra tutur sebelum melakukan tindakan. Tuturan memberi saran dapat
diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan berupa usulan, anjuran, atau cita-cita.
37. Guru : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.
Siswa: Ho’o Bu. Sama Bu, tadi aku hampir mau kejedug Bu.
Guru : Sementara kasih sini dulu. Besuk tak kasih belakang.(D66)
Tuturan : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.
Wujud tuturan : Menyarankan
Makna pragmatik : Tuturan ini guru memerintahkan siswa untuk
memindahkan barang yang hampir melukai guru dan siswa itu sendiri.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat sebuah barang yang membahayakan di kelas.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang hampir terluka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tuturan di atas sebagai berikut (37) “Ini mbok dipindah aja, hampir
melukai Bu Kiki”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru
menyuruh salah satu siswa untuk memindahkan barang berbahaya yang berada di
dalam kelas untuk dibawa keluar kelas. Tuturan tersebut mengandung makna
pragmatik tuturan ini guru memerintahkan siswa untuk memindahkan barang
yang hampir melukai guru dan siswa itu sendiri. Tuturan di atas merupakan wujud
direktif menyarankan. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Ini mbok
dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki” merupakan kalimat perintah. Kalimat
tersebut menggunakan tuturan impersonal, karena tuturan guru ini secara tidak
langsung juga memberi saran agar siswanya memindahkan barang yang hampir
melukai guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh
penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan
secara tidak langsung dan tidak transparan.
4.2.2.13 Makna Tuturan Direktif Melarang
Berikut beberapa tuturan melarang di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan merupakan tuturan
direktif melarang karena tuturan ini larangan untuk melakukan suatu tindakan.
Dalam tuturan melarang bertujuan untuk melarang mitra tutur untuk melakukan
tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan melarang dapat diidentifikasi
berdasarkan wujud tuturan yang melarang dapat ditambahkan dengan intonasi
yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
38. Guru : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!
Siswa: Ini lo Bu ada yang buang di laci. (D38)
Tuturan : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di
laci! Wujud tuturan : Melarang
Makna pragmatik : Tuturan ini guru melarang siswanya untuk tidak
membuang sampah di kelas atau di laci meja.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru melihat siswa yang masih membuang sampah di laci.
Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa
yang tidak membuang sampah di laci.
39. Guru : Pernah melihat gambar paru-paru?
Siswa: Pernah Bu, ditempat rokok.
Guru : Sering beliin rokok bapaknya po?
Siswa: Iya Bu.
Guru : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang rokok
itu. (D65)
Tuturan : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang
rokok itu. Wujud tuturan : Melarang
Makna pragmatik : Tuturan ini guru menasihati siswa agar tidak
menirukan hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari
dikeluarganya.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran IPA. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang
terbiasa membelikan rokok bapaknya.
Tuturan di atas sebagai berikut (38) “Kalau buang sampah pada
tempatnya, jangan dibuang di laci”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan
saat guru mengitari kelas untuk mengecek pekerjaan siswa sudah dikerjakan atau
belum. Guru melihat kondisi meja belajar para siswa dan melarang siswanya
untuk membuang sampah di laci. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik
tuturan ini guru melarang siswanya untuk tidak membuang sampah di laci kelas
atau di kelas. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur direktif melarang.
Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan
positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kesantunan yang positifkarena tuturan “Kalau buang sampah pada tempatnya,
jangan dibuang di laci” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut
menyangkutpautkan dengan hal-hal yang umum biasanya terjadi di kehidupan
sehari-hari, karena tuturan guru ini secara tidak langsung melarang siswanya agar
tidak membuang sampah di laci meja kelas. Cara penyampaian atau strategi
tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur
dengan menggunakan tuturan secara langsung dan transparan.
Tuturan di atas sebagai berikut (39) “Tidak usah ditiru.Besok kalian
buat penelitian tentang rokok itu”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan
saat guru menanyakan sebuah gambar apakah para siswa sudah pernah melihat
gambar tersebut dan menasihati agar para siswa tidak meniru orang tua yang
merokok. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini guru
menasihati siswa agar tidak menirukan hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan
sehari-hari dikeluarga. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur direktif
melarang. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni
kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas
merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Tidak usah ditiru.Besok
kalian buat penelitian tentang rokok itu” merupakan kalimat berita. Kalimat
tersebut menyangkutpautkan dengan hal-hal yang umum biasanya terjadi di
kehidupan sehari-hari, tuturan guru ini secara tidak langsung melarang siswanya
agar tidak menirukan tindakan orang tuanya yang suka merokok. Cara
penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan secara langsung dan
transparan.
4.2.2.14 Makna Tuturan Direktif Mengajak
Berikut beberapa tuturan mengajak di dalam kelas V saat pembelajaran
berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturanyang dimaksud
merupakan tuturan direktif mengajak karena tuturan ini memerlukan kekompakan
antara penutur dengan mitra tutur. Dalam tuturan mengajak bertujuan untuk mitra
tutur melakukan tindakan yang dinyatakan oleh penutur melalui secara bersama.
Tuturan mengajak dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan ajakan dari
penutur kepada mitra tutur agar melakukan sebuah tindakan.
40. Guru : Jadi Ika itu mempunyai kesulitan konsentrasi belajar yang baik
seperti apa.
Siswa: Sama kayak aku Bu.
Guru : Lalu dia menulis, surat kepada majalah, nah majalah itu memberi
jawabannya.
Siswa: Sama kayak aku Bu.
Guru : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang. (D39)
Tuturan : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang.
Wujud tuturan : Mengajak
Makna pragmatik : Tuturan ini guru mengajak para siswa untuk membaca
ulang materi yang sebelumnya sudah diajarkan agar ingat kembali materi
yang sudah diajarkan.
Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung
di kelas V saat Guru akan memulai pelajaran Bhs. Indonesia. Penutur
merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang lupa
tentang materi yang akan diajarkan.
Tuturan di atas sebagai berikut (40) “Untuk mengingatkan pelajaran,
mari kita baca ulang”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru
mengawali pelajaran dengan cara mengajak para siswa untuk mengingat pelajaran
yang kemarin sudah dipelajari dengan cara membaca ulang. Tuturan tersebut
mengandung makna pragmatik tuturan ini guru mengajak para siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
membaca ulang materi yang sebelumnya sudah diberikan agar ingat kembali
materi yang sudah diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur
direktif mengajak. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi
utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud
tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Untuk
mengingatkan pelajaran, mari kita baca ulang” merupakan kalimat perintah.
Kalimat tersebut membangun kebersamaan para siswanya untuk mengingat
pelajaran yang minggu lalu sudah diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau
strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus
bertutur dengan menggunakan tuturan secara langsung dan transparan.
4.3 Pembahasan
Pada bagian pembahasan peneliti akan memaparkan mengenai tindak tutur
direktif guru kepada siswa yang menjadi rumusan masalah utama. Rumusan
masalah utama dibagi menjadi dua sub masalah, yaitu apa saja wujud kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif dan apa saja makna pragmatik dan kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif. Bagian pembahasan ini akan menjawab
keseluruhan dari rumusan masalah dalam penelitian dengan menghubungkan teori
yang digunakan peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik
dokumentasi dengan metode rekam dan catat. Saat interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan berlangsung peneliti merekam
suara guru dan siswa yang sedang berinteraksi. Melihat situasi di dalam kelas
yang tidak menentu maka dengan metode rekam peneliti lebih mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
mendapatkan data yang valid dan akurat. Dengan menggunakan metode rekam,
data yang sekiranya tidak bisa tidak jelas didengar oleh peneliti dapat terekam
pada alat rekam yakni handphone. Data yang sekiranya tidak tercatat oleh peneliti
dapat terekam dalam alat rekam. Untuk metode catat yang dilakukan oleh peneliti
untuk mencatat data yang didengar oleh peneliti saat pengambilan data pada
interaksi dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan.Selain data yang
diperoleh dengan metode catat, peneliti memperoleh informasi mengenai umur
guru yang mengajar di kelas. Hal ini membantu peneliti untuk melengkapi
pengkodean dari data-data yang diperoleh.
Peneliti mengamati tiga orang guru yang menjadi objek penelitiannya dan
sisw-siswa yang berbeda. Guru yang mengajar siswa kelas V SD Kanisius
Sengkan ini memiliki perbedaan mengenai gaya bahasanya saat mengajar. Guru
pertama yang diamati oleh penelitit lebih menggunakan dua bahasa yakni bahasa
Indonesia dan bahasa daerah saat berinteraksi dengan siswa di dalam kelas. Untuk
guru yang kedua saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan berinteraksi
dengan siswa lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa
daerah tetapi sesekali guru tersebut menambahkan sedikit. Sedangkan guru yang
ketiga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang seimbang saat
berinteraksi dalam pembelajaran di kelas. Dapat dilihat dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti penggunaan bahasa daerah yang terjadi saat interaksi
guru dengan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan lebih
dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Sedangkan siswa yang menjadi
mitra tutur menggunakan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas V SD
Kanisius Sengkan ini bahasa Indonesia namun dikombinasikan dengan bahasa
daerah yakni Jawa. Saat terjadinya interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
di kelas V SD Kanisius Sengkan, penggunaan bahasa Jawa digunakan oleh guru
pertama saat berinteraksi dengan siswa lebih sopan dalam tuturan direktif. Guru
yang menggunakan bahasa Jawa untuk berinteraksi bisa respon dari siswa dalam
wujud tindakan atau tuturan menggunakan bahasa Indonesia. Terdapat beberapa
tuturan yang menggunakan bahasa Jawa dengan maksud menegur. Hampir setiap
tuturan yang dituturkan oleh guru kepada siswa terdapat tambahan bahasa Jawa.
Namun guru yang menggunakan bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan siswa
juga mudah dipahami maknanya oleh siswa untuk melakukan sebuah tindakan.
Metode yang gunakan oleh peneliti adalah metode padan dengan alat
penentu launge lain dan mitra wicara. Data dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdapat tuturan yang menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah.
Terdapat bahasa Inggris pada tuturan guru yang sedang berinteraksi dalam
pembelajaran di dalam kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 2016/2017.
Pada data yang dituturkan oleh guru “kelasnya full color ya?“ ini guru menyindir
siswanya yang masih ramai di dalam kelas. Tuturan yang diucapkan
mempengaruhi siswa melakukan tindakan untuk diam. Data lain juga terdapat
tuturan yang menggunakan bahasa Jawa “Makane dirungoke to yo latihane
ditulis yo cah bagus.“ tuturan ini untuk menegur siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. Tindakan yang dilakukan oleh siswa yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
menyiapkan buku untuk mencatat soal latihan. Metode ini membantu sekali untuk
peneliti untuk membahas data yang sudah diperoleh.
Penelitian yang berlangsung dan mengambil data-data yang akan diteliti
oleh peneliti dengan cara mengamati atau observasi dengan bantuan teknik
dokumentasi dan catat. Setelah data yang diinginkan sudah diperoleh peneliti
kemudian memasukan data-data tersebut ke dalam tabel triangulasi. Awalnya data
yang diperoleh peneliti berjumlah 70. Nanti data yang sudah dimasukan ke dalam
tabel akan ditriangulasi oleh triangulator. Waktu yang dibutuhkan triangulator
untuk mengecek data-data tersebut kurang lebih satu minggu. Setelah itu peneliti
baru tahu jumlah data yang disetujui dan tidak disetujui untuk dibahas oleh
peneliti. Data yang tidak disetujui oleh triangulator bisa diperbaiki untuk nantinya
dilampirkan pada halaman lampiran. Berikut contoh data yang dimasukkan ke
dalam tabel triangulasi yang sudah ditriangulasi namun masih terdapat kesalahan:
Setiap tuturan oleh guru memiliki makna yang berbeda-beda dengan
memperhatikan konteks. Kesantunan yang digunakan oleh bisa bermacam-macam
melihat kondisi atau konteks. Dilihat dari data yang diperoleh peneliti kesantunan
tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 tidak terlalu jauh
perbandingnannya. Kesantunan tindak tutur direktif yang sopan dan tidak sopan
pada interaksi guru dan siswa dapat dilihat dengan kondisi kelas atau perasaan
yang dirasakan oleh guru.
Dalam studi pragmatik dikenal dengan dua cabang yang sedikit-banyak
saling berkaitan dengan fungsi bahasa sebagaimana dikemukakan oleh Halliday
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
(1992), yaitu fungsi interpersonal dan fungsi tekstual. Fungsi interpersonal
berkaitan dengan sikap penutur serta pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku
mitra tutur. Kemudian oleh Leech (1983) dalam studi pragmatik membedakannya
menjadi pragmatik interpersonal dan pragmatik tekstual. Namun demikian patut
untuk dicatat bahwa pragmatik interpersonal adalah yang paling menarik sebab
berkaitan dengan jaringan kerjasama, kesantunan, pandangan hidup, nilai-nilai,
tata krama, dll.
Menurut Leech (1993:1) mengembangkan pragmatik yang luas. Leech
menggunakan pengertian pragmatik secara umum sebagai sebuah studi mengenai
makna dalam linguistik. Pada bidang sosiopragmatik merupakan studi yang
mempelajari makna yang berhubungan dengan sosiologi. Lanjutnya seseorang
tidak dapat memahami sifat bahasa kecuali dia memahami pragmatik. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan banyak makna
terdapat pada tuturan yang dituturkan oleh guru. Mulai dari bahasa yang sering
digunakan bahasa daerah yakni bahasa Jawa. Salah satu guru dari 3 guru yang
diamati oleh peneliti lebih sering menggunakan bahasa daerah. Namun salah satu
guru yang lain lebih sering menggunakan bahasa Indonesia saat mengajar. Guru
yang sering menggunakan tuturan bahasa Jawa saat mengajar di dalam kelas, para
siswa yang mendengarkan masih bisa memahami maksud dan makna dari tuturan
guru dengan bahasa Jawa. Makna dari tuturan tersebut tidak selalu sesuai dengan
wujud. Contohnya tuturan “ Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu” ini wujud
tuturan menasihati namun makna dari tuturan tersebut menjadi menegur karena
dilihat dari konteks terjadinya interaksi guru dan siswa di dalam kelas yang ramai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran. Kedua hal
itu diuraikan sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap Kesantunan
Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif pada Interaksi Guru dan Siswa dalam
Pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran
2016/2017: Suatu Kajian Pragmatik , peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun
ajaran 2016/2017. Ada empatbelas bentuk kesantunan tindak tutur direktif
yang ditemukan pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V
SD Kanisius Sengkan, yaitu kesantunan tindak tutur direktif menasihati,
kesantunan tindak tutur direktif memerintah, kesantunan tindak tutur direktif
mengancam, kesantunan tindak tutur direktif menyindir, kesantunan tindak
tutur direktif mengingatkan, kesantunan tindak tutur direktif menegur,
kesantunan tindak tutur direktif menyuruh, kesantunan tindak tutur direktif
mendukung, kesantunan tindak tutur direktif mengkritik, kesantunan tindak
tutur direktif menargetkan, kesantunan tindak tutur direktif meminta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
kesantunan tindak tutur direktif menyarankan, kesantunan tindak tutur
direktif melarang, kesantunan tindak tutur direktif mengajak. Keseluruhan
kesantunan tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini
digolongkan ke dalam wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif
dan makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif.
Konteks pada seluruh tuturan direktif tidak pernah lepas dalam bagian analisis
data dan pembahasan. Hal ini dikarenakan konteks sebuah tuturan sangatlah
penting dalam suatu kajian pragmatik. Jumlah data keseluruhan yang
ditemukan dalam penelitian tindak tutur direktif dalam pembelajaran di kelas
V SD Kanisius Sengkan adalah sebanyak 70 tuturan. Tuturan yang ditemukan
di kelas adalah sebanyak 70 tuturan yang terdiri dari 4 tuturan tindak tutur
direktif menasihati, 12 tuturan tindak tutur direktif memerintah perintah, 3
tuturan tindak tutur direktif mengancam, 14 tuturan tindak tutur direktif
menyindir, 7 tuturan tindak tutur direktif mengingatkan, 5 tuturan tindak tutur
direktif menegur, 5 tuturan tindak tutur menyuruh, 4 tuturan tindak tutur
direktif mendukung, 1 tuturan tindak tutur direktif mengkritik, 1 tuturan tindak
tutur direktif menargetkan, 3 tuturan tindak tutur direktif meminta, 1 tuturan
tindak tutur direktif menyarankan, 2 tuturan tindak tutur direktif melarang, dan
1 tuturan tindak tututr direktif mengajak.
2. Penelitian ini juga menemukan wujud tuturan tindak tutur direktif yang
hampir seluruh tuturannya menggunakan bahasa Jawa dan kolaborasi
menggunakan bahasa asing pada tabel triangulasi. Data tersebut mengandung
makna menegur. Temuan wujud pada tuturan yang diperoleh ini menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
kekhasan yang ada dalam penelitian. Temuan yang khas tersebut terdiri dari
makna menegur dengan wujud tuturannya yaitu makane dirungoke to yo
latihane ditulis yo cah bagus dan makna menyindir dengan wujud tuturannya
yaitu kelasnya full color ya?.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi
pihak-pihak tertentu. Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan bahasa sastra Indonesia
disarankan supaya melakukan penelitian sejenis dengan kajian pragmatik. Hal ini
dikarenakan masih banyak aspek-aspek dalam kajian pragmatik yang perlu
diteliti. Selain itu, agar eksistensi kajian pragmatik semakin bersaing dengan ilmu-
ilmu yang lain.
2. Penelitian lain
Bagi peneliti lain, khususnya yang sedang melakukan penelitian
mengenai kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif disarankan untuk
menambahkan inovasi mengenai objek yang akan diteliti. Penelitian tidak harus
dilakukan di sekolah namun tidak menutup kemungkinan dilakukan di luar
sekolah. Misalnya mengenai interaksi di lingkungan masyarakat umum. Selain itu,
agar lebih luas jangkauan yang diteliti mengenai kajian pragmatik dan kesantunan
sosiopragmatik tindak tutur direktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
3. Bagi guru dan calon guru
Interaksi yang digunakan guru atau calon guru saat pembelajaran
berlangsung di kelas menggunakan bahasa Indonesia. Namun juga tidak
dipungkiri jika masih ada guru yang menggunakan bahasa daerah saat
mengajar di dalam kelas. Lingkungan dari guru tersebut yang sudah
terbiasa menggunakan bahasa daerah terbawa sampai cara mengajarnya di
sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul, Agustina Leoni. 2010. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (Oka, Trans). Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Pranowo. 2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat Ditinjau Dari
Aspek Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Putu Wijana, Dewa. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta. Erlangga: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta. Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama.
Rohmadi, Muhammad dan Wijana, I Dewa Putu. 2008. Semantik Teori
dan Analisis. Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=137219&val=5682(5-
05-2017).
https://id.wikipedia.org/wiki/Implikatur (22-02-2017).
http://eprints.ums.ac.id/15565/4/Bab_2.pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
TRIANGULASI HASIL PENELITIAN
KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Bapak Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Trianggulator yang
dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang sosiopragmatik,
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Bapak Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang pada kolom Triangulasi jika setuju atau tidak setuju berdasarkan
ketepatan wujud dan makna tuturan direktif yang terjadi dalam interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius
Sengkan Yogyakarta.
2. Bapak Triangulator mohon untuk memberikan catatan pada kolom Komentar Trianggulator untuk memberikan kritik dan masukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No. Data Konteks Wujud Tuturan
Direktif
Makna Pragmatik Tuturan
Direktif
Triangulasi Pakar
Setuju Tidak
Setuju
Komentar
Trianggulator
1. Siswa: Bu ada teman
yang tidak naik kelas.
Guru: Iya, jadi kalian
harus melihat
pengalaman teman-
teman yang lainnya
kegagalan adalah
kesuksesan kesuksesan
yang tertunda. Supaya
lebih baik nilainya
megulang lagi di kelas
V tidak apa-apa. (D1)
Siswa: iya bu.
Tuturan dituturkan
pada ketika Guru
mengabsen
kehadiran siswa di
kelas sebelum
memulia pelajaran
dan mendengar salah
satu siswa berbicara
“ada yang tidak naik
kelas”.
Menasihati
“Kegagalan adalah
kesuksesan yang
tertunda”
Guru memberikan nasihat
kepada siswa yang tinggal
kelas dan dahulu
mendapatkan nilai kurang
baik agar nantinya
memperbaiki nilai dan naik
kelas.
√
2. Guru: Bu Maria juga
tidak suka kalau ada
“glotekan”, keras atau
tidak ibu anggap
menggangu. Kalau Bu
Maria mendengar atau
melihat sekali saja
langsung ibu suruh
mejanya ditaruh di
lapangan saja
“glotekan” sampe
pulang sekolah.
Siswa: Iya bu.(D2))
Tuturan dituturkan
pada saat Guru
menganjurkan
kepada siswa yang
masih membuat
suara berisik untuk
menaruh mejanya di
luar kelas.
Mengancam
“Kalau Bu Maria
masih mendengar
atau melihat sekali
saja langsung ibu
suruh mejanya
ditaruh di lapangan.
Tuturan Guru menegur
siswa yang masih ramai di
dalam kelas dan
memerintahkan siswa yang
masih berisik di kelas untuk
memindahkan mejanya di
lapangan.
√
3. Guru: Jangan suka
makan “brutu” ayam.
Tuturan dituturkan
pada saat Guru
Menyindir
Guru melarang siswanya
untuk tidak makan brutu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Siswa: Nanti ndak
bodoh ya bu. (D3)
mengajar dan
menanyakan soal
kepada siswa di kelas
tiba-tiba memberi
saran kepada siswa
yang tidak bisa
menjawab soal.
“Jangan suka
makan brutu ayam”
ayam dan jawaban dari
siswa karena membuat
bodoh jika memakan brutu
ayam.
4. Siswa: Ganti baju ndak
Bu?
Guru: Pokoknya
setelah olahraga kalian
harus ganti baju.
Siswa: La olahraganya
cuma ngukur tinggi
sama berat badan Bu.
(D4)
Tuturan dituturkan
pada ketika Guru
yang sedang
mengajar di kelas
tiba-tiba siswa dari
kelas lain menawar
agar setelah olahraga
tidak ganti pakaian.
Guru dengan sikap
tegas menekankan
untuk tetap ganti
pakaian.
Memerintah
“Pokoknya setelah
olahraga harus
ganti baju.
Tuturan ini Guru
mengingatkan siswa setelah
olahraga harus ganti baju
seragam.
√
5. Guru: Menurut jadwal
sekarang jam 07.00-
08.20 pelajaran Bhs.
Jawa. Saiki
dikeluarkan bukunya!
(sekarang dikeluarkan
bukunya)
Siswa: Nggih Bu.
Guru: Sopo sik dereng
kagungan bukune?
(siapa yang belum
punya bukunya?) (D5)
Tuturan dituturkan
pada saat Guru akan
memulai pelajaran
bahasa Jawa kepada
siswa untuk
mengeluarkan buku
dan bersiap untuk
mengikuti pelajaran.
Memerintah
“Sekarang
dikeluarkan
bukunya!”
Tuturan Guru memerintah
siswa untuk mengeluarkan
buku tulis mata pelajaran
Bhs. Jawa karena segera
dimulai.
√
6. Guru: Saiki sik B
diwoco Brian!
Tuturan dituturkan
saat Guru menyuruh
Memerintah
Tuturan Guru menyuruh
siswa yang bernama Brian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
(sekarang yang B
dibaca Brian!)
Siswa: Baik Bu. (D6)
seorang siswa untuk
membacakan soal
yang diberikan.
“Sekarang soal
yang B dibaca
Brian!”
untuk membacakan soal
yang sudah diberikan.
7. Guru: jelas tidak?
Siswa: Jelas bu.
Guru: Lihat sini, ada
yang tulisannya seperti
kaki ayam tidak?
Siswa: Tidak ada ya
Bu. (D7)
Tuturan dituturkan
saat Guru ingin
mengetahui seperti
apa wujud tulisan
siswanya dengan
menanyakan
Menyindir
“ Lihat sini ada
yang tulisannya
seperti kaki ayam
tidak?
Tuturan Guru meminta
hasil tulisannya dibawa ke
meja guru untuk dicek
sudah bagus atau belum
tulisannya.
√
8. Guru: Anak yang
menulis menggunakan
tangan kiri biasanya
pintar.
Siswa: Aku bu aku
Guru: Terus pakai
tangan kiri supaya
dibilang pintar semua.
(D8)
Tuturan dituturkan
saat Guru secara
langsung memuji
siswa yang menulis
menggunakan tangan
kiri itu pintar.
Menyindir
“Anak yang
menulis
menggunakan
tangan kiri
biasanya pintar.”
Secara tidak langsung
tuturan guru mendukung
siswanya yang menulis
menggunakan tangan kiri
berarti siswa yang pintar.
√
9. Guru: Itu pekerjaannya
harus selesai!
Siswa: Iya Bu.
Guru: Segera
dikerjakan. (D9)
Tuturan dituturkan
saat Guru melihat
siswa yang masih
ramai dan
menegaskan agar
tugas yang sudah
diberikan harus
selesai.
Mengingatkan
“Itu pekerjaannya
harus selesai!”
Tuturan guru menyuruh
siswanya untuk
menyelesaikan tugas yang
sudah diberikan oleh guru.
√
10. Guru: Jangan diulangi Tuturan dituturkan Menegur Tuturan guru melarang √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
lagi ya.
Siswa: Iya Bu. Tidak
akan saya ulangi Bu.
(D10)
saat Guru
menekankan kepada
siswa agar tidak
melakukan kesalahan
lagi.
“Jangan diulangi
lagi ya.”
siswa untuk tidak
mengulangi kesalahan yang
sama.
11. Guru: Lala hari ini jadi
absen?
Siswa: Sudah Bu.
Guru: Tapi Iar belum
masuk ya?
Siswa: Iya Bu. (D11)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengabsen
kehadiran
menanyakan kesalah
satu seorang siswa
yang akan izin tidak
masuk sekolah.
Konfirmasi
“Lala hari ini jadi
absen?”
Tuturan ini menanyakan
kehadiran dari siswa yang
bernama Lala .
√
12. Guru: Ini belum pada
fokus ya sepertinya,
Ayo Paul fokus
pelajaran dulu.
Siswa: Iya Bu.
Guru: Lapar ya?
Siswa: Iya Bu. Ndak
Bu. (D12)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang memberikan
materi pelajaran
menghimbau
siswanya yang tidak
memperhatikan.
Mengingatkan
“Ayo Paul fokus
pelajaran dulu.”
Tuturan ini memerintahkan
siswa yang bernama Paul
untuk lebih fokus pada
pelajaran terlebih dahulu.
√
13. Guru: Sekarang kita
baca bersama. Baca
yang keras Rafael!
Siswa: Yang atas
sendiri itu bu?
Guru: Hewan,
manusia, dan
tumbuhan. (D13)
Tuturan dituturkan
saat Guru
memerintah siswa
untuk membacakan
teks yang
dikehendaki guru
yang tadinya
dibacakan dengan
suara lembut.
Memerintah
“Baca yang keras
Rafael!”
Tuturan ini menyuruh
siswa yang bernama Brian
untuk membacakan materi
yang diberikan oleh guru
dengan suara yang lantang
atau keras.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
14. Guru: Ayo belajar dan
dibaca dulu, nanti itu
disalin dibukumu.
Siswa: Iya bu. (D14)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menyerukan agar
siswanya tetep fokus
belajar dan membaca
karena nantinya
bacaan tersebut harus
disalin dibuku.
Memerintah
“Ayo belajar dan
dibaca dulu, nanti
itu disalin
dibukumu.”
Tuturan ini mengingatkan
kepada siswa untuk lebih
fokus untuk belajar
terlebih dahulu.
√
15. Guru: Apa lagi kalau
kalian pas olahraga,
berarti kalian ndak ada
jeda istirahat to itu
berarti olaharaga-
olahraga terus IPA to
itu? Lha Pak Ari sudah
kasih waktu 15 menit
buat ganti tok to?
Nahsudah jam 08.20
kalian sudah siap
dikelas, tidak seperti
tadi Bu Maria panggil
“V b masuk!”
Siswa: Iya Bu Maria.
Guru: Gitu ya. (D15)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengajar
menyindir siswa
yang harus masuk
kelas jam 08.20
setelah pelajaran
olahraga selesai.
Menyindir
“Sudah jam 08.20
kok masih pada di
luar.”
Tuturan guru
mengingkatkan kepada
siswa untuk segera masuk
ke dalam kelas karena
waktu sudah menunjukan
untuk mulai pelajaran
selanjutnya.
√
16. Guru: Kelasnya full
color ya?
Siswa: la gimana bu?
Guru: warna-warni
kayak taman kanak-
kanak. (D16)
Tuturan dituturkan
saat Guru disela-sela
menjelaskan materi
pelajaran menyindir
dengan halus dengan
menanyakan terlebih
dahulu dan diakhiri
dengan sindiran.
Menyindir
“Kelasnya full
color ya?”
Tuturan guru secara tidak
langsung menegur siswa
yang masih ramai seperti
siswa kelas I untuk diam.
√
17. Guru: Bima, kamu Tuturan dituturkan Mengkritik Tuturan guru menyindir √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
kalau nulis diberi jeda-
jeda gitu ya?
Siswa: la gimana Bu?
Guru: Berarti nanti
kamu sampaikelas 5
selesai habis 5 buku
itu nanti. La dijeda 1
baris. (D17)
saat Guru yang
sedang berkeliling
didalam kelas dan
melihat seorang
siswa yang menulis
catatanya di buku.
“Bima, kamu kalau
nulis diberi jeda-
jeda segitu ya?”
siswa yang cara menulisnya
masih terlalu banyak jeda
setiap menulis kalimat
baru.
18. Guru: Juga
mengelurakan udara
kotor melalui apa?
Siswa: Hidung Bu.
Guru: Waah benar,
pintar e. (D18)
Tuturan dituturkan
saat Guru mendengar
jawaban dari siswa
dan mendukung
sepenuhnya jawaban
yang diutarakan oleh
siswa.
Mendukung
“Wah benar, pintar
e.”
Tuturan guru memuji siswa
yang sudah menjawab
pertanyaan dari guru
dengan benar.
√
19. Guru: Udara bersih,
akan dibawa sel darah.
Siswa: Dibawa naik
apa Bu? dibawa kereta
Bu?
Guru: Dikurangi
bercandanya, kita
fokus dulu. (D19)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang menjelaskan
materi memberikan
nasihat kepada siswa
agar tidak bercanda
saat pelajaran
berlangsung dan
harus fokus.
Menasihati
“Dikurangi
bercandanya, kita
serius dulu.”
Tuturan ini guru menegur
siswa yang masih bercanda
di dalam kelas untuk lebih
serius ke pelajaran yang
sedang berlangsung.
√
20. Guru: Untuk
menghemat spidol, Bu
Maria akan
mendektekan kalian
Tuturan dituturkan
saat Guru mengajak
siswanya untuk
menulis materi
Memerintah
“Untuk menghemat
spidol, Bu Maria
Tuturan ini menyindir
siswanya untuk mengetahui
kesiapan mencatat materi
dan supaya tidak
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
fokus ya?
Siswa: waduuuh Bu.
Guru: Dengarkan baik-
baik. (D20)
pelajaran dibuku tulis
masing-masing.
akan mendekatkan
kalian tulis ya?”
tergantung mencatat materi
di papan tulis.
21. Guru: Zat-zat yang
tadinya dibakarakan
menghasilakan apa?
Siswa: Sari-sari
makanan.
Guru: Bukan, apa
hayo?
Siswa: Tenaga Bu.
Guru: Pintar, nah
seperti itu dong. (D21)
Siswa: Iya dong Bu.
Tuturan dituturkan
saat Guru
menanyakan jawaban
dari soal yang sudah
diberikan. Dan
memuji jawaban
yang diutarakan oleh
siswa.
Mendukung
“Waah pintar, nah
seperti itu dong.”
Tuturan ini medukung
siswa yang sudah
menjawab pertanyaan dari
guru dengan benar.
√
22. Guru: Hayo jangan
berbicara sendiri,
konsentrasi-
konsentrasi ke
pelajaran dulu.
Siswa: Konsentrasi-
konsentrasi. zzzzzt .
Guru: Pertanyaannya
adalah bagaimana
paru-paru
mendapatkan udara
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengajar
memberikan nasihat
kepada siswa yang
ramai di kelas agar
tetap konsentrasi saat
mengikuti pelajaran.
Menasihati
“Hayo jangan
berbicara terus,
konsentrasi-
konsentrasi ke
pelajaran dulu.
Tuturan ini guru menegur
siswa yang belum
konsentrasi saat mengikuti
pelajaran dan membuat
gaduh kelas.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
bersih? (D22)
23. Guru: Tadi kalau
sudah membaca, jadi
Bu Maria ulang lagi di
dalam hidung ada bulu
hidung yang disebut
apa ? Bagus lo
sebutannya.
Siswa: Apa Bu?
Guru: Cilia.
Siswa: Sudah bu.Cilia
kan bu?
Guru: Katanya tadi
sudah baca, kok masih
belum tahu? (D23)
Tuturan dituturkan
saat Guru saat
mengecek kembali
pekerjaan siswa yang
diberikan oleh guru
dan menyindir secara
halus dengan
mengatakan katanya
sudah dibaca.
Menyindir
“Katanya tadi
sudah baca, kok
masih belum tahu?”
Tuturan ini menyindir
siswanya yang masih
belum paham dengan
materi yang diberikan oleh
guru.
√
24. Siswa: Bu kecepeten
Bu. Bu belum Bu.
Guru: Kalau kalian
semakin rame, Bu
Maria semakin cepat
mendektekan.
Siswa: Aduuuh Bu.
Guru: Sudah itu dulu.
(D24)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mendektekan
materi pelajaran
mendengar suara
ramai akan
mengancam untuk
meningkatkan
kecepatan
mendektenya.
Mengancam
“Kalau kalian
semakin rame, Bu
Maria semakin
cepat
mendektekan.”
Tuturan ini menegur siswa
yang masih ramai dan tidak
mendengarkan materi yang
didektekan oleh guru agar
lebih mendengarkan materi
yang diberikan.
√
25. Siswa: Fungsinya
ditulis tidak?
Siswa: Ndak usah Bu.
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
melihat siswa yang
masih ramai di kelas
Menyindir
“Ternyata yang
sudah baca duluan
Tuturan guru menyindir
siswa yang tidak
memperhatikan perintah
sebelumnya dari guru
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Guru: Kan sudah ada
dibuku paket to?
Siswa: Iya Bu.
Guru: Ternyata yang
sudah baca duluan atau
yang belum baca itu
kelihatan lo ya.
Siswa: Aku belum
baca lo Bu. (D25)
dan sudah melihat
mana siswa yang
sudah membaca dan
yang belum
membaca.
atau yang belum
baca itu kelihatan
lo ya.”
untuk membaca buku
paket.
26. Siswa: Itu ditulis Bu?
Guru: Mau ditulis atau
ndak?
Siswa: Ditulis Bu.
Guru: Bu Maria kasih
waktu untuk
selesaikan itu , setelah
itu kita latian soal.
Siswa: Yeeee
nyelesaiin ini bentar
Bu. (D26)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menargetkan
siswanya
menyelesaikan
mencatat materi di
buku masing-masing
dan dilanjutkan
dengan latian soal.
Menargetkan
“Bu Maria kasih
waktu untuk
selesaikan itu,
setelah itu latian
soal.”
Tuturan ini guru
menargetkan siswanya
dengan memberikan sedikit
waktu untuk menyelesaikan
mencatat materi yang
diajarkan.
√
27. Guru: No 1 tulis
soalnya menjawabnya
nanti.
Siswa: Sik sebentar
Bu.
Tuturan dituturkan
saat Guru
memberikan latihan
soal dan soal tersebut
harus ditulis terlebih
dahulu. Guru melihat
Menegur
“Bu Maria akan
mulai kalau kalian
sudah diam!”
Tuturan guru menegur
siswa yang masih membuat
gaduh di dalam kelas untuk
diam. Guru mengancam
akan memulai memberikan
soal setelah siswa diam dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
(Tunggu sebentar Bu.)
Guru: Bu Maria akan
mulai kalau kalian
sudah diam!
Siswa: Ssttt diam to.
Tenang! (D27)
siswa yang membuat
gaduh di dalam
kelas.
konsentrasi.
28. Siswa: Bu soalnya
berapa Bu?
Guru: Jangan rame,
nanti tak tambahi!
Siswa: Diam to.
Guru: Nomor 6.
Diafragma adalah ….
(D28)
Tuturan dituturkan
saat Guru
mengancam siswa
apabila saat menulis
soal masih rame akan
ditambah soalnya.
Mengancam
“Jangan rame, nanti
tak tambahi!
Tuturan guru menegur
siswa yang masih ramai di
dalam kelas untuk diam.
Jika tidak bisa diam guru
mengancam akan
menambahkan soal latihan.
√
29. Guru: Jangan banyak
bicara, dikerjakan dulu
soalnya.
Siswa: Iya bu. (D29)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengamati
siswa mengerjakan
soal dan menuntut
siswanya untuk
mengerjakan soal
yang sudah
diberikan.
Memerintah
“Jangan banyak
bicara, kerjakan
dulu soalnya.”
Tuturan ini melarang
siswanya untuk tidak
banyak berbicara saat
mengerjakan soal yang
sudah diberikan oleh guru.
√
30. Guru: Bu Maria
buatkan kelompok,
setiap kelompok
terdapat 4 orang anak.
Siswa: Milih sendiri
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang menjelaskan
materi dan memarahi
siswa agar diam
memperhatikan.
Memerintah
“Dengarkan Bu
Maria!”
Tuturan ini menegur para
siswa yang masih ramai
untuk mendengarkan
penjelasan yang akan
diberikan oleh guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
apa dipilihkan Bu?
Guru: Dipilhkan.
Siswa: Yaaah Bu.
Guru: Dengarkan Bu
Maria!
Siswa: Hei diam to.
(D30)
31. Guru: Lalu Bu guru itu
suka makan buah
nangka, Siapa yang
suka makan buah
nangka?
Siswa: Aku Bu.
Guru: Sudah,kalian
siap mendengarkan
lagi?!
Siswa: ssstt
Guru: Naah tapi buah
nangka itu Bu Guru
senang sekali yang
manis. (D31)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang memberikan
materi pelajaran
menegur siswa yang
masih sibuk sendiri-
sendiri.
Menegur
“Kalian siap
mendengarkan
lagi?!
Tuturan guru menyindir
siswa yang ramai di dalam
kelas untuk diam dan
konsentrasi saat mengikuti
pelajaran.
√
32. Guru: Jadi begitu ya
membuat ringkasan.
Kamu tulis pokok-
pokoknya saja. Cara-
cara gimana bisa tulis
pokok-pokoknya?
Tuturan dituturkan
saat Guru meminta
siswanya angkat
tangan untuk yang
mau berkomentar.
Meminta
“Siapa yang mau
komentar? Bisa
angkat tangan.”
Tuturan ini guru meminta
siswa yang sudah
mempunyai gagasan atau
hasil pemikirannya bisa
mengutarakannya dengan
angkat tangan terlebih
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Pertama harus apa?
Siswa: Baca.
Guru: Betul. Baca
yang seperti apa?
Siswa: Seperti
Doraemon.
Guru: Siapa yang mau
komentar? angkat
tangan yang mau
komentar. (D32)
dahulu sebelum berbicara.
33. Siswa: Bu aku mau
tanya Bu..
Guru: Ya silahkan
Kelvin.
Siswa: Boleh nyatet
ndak sekarang Bu?
Guru: Silahkan
membaca dulu sampai
habis.
Siswa: Sudah Bu.
Sudah selesai Bu.
Guru: Bu guru kok
tidak dengar suara
Paul ya? Karena pada
rame ya.
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang
mendengarkan
siswanya yang
sedang membaca
materi pelajaran tiba-
tiba tidak bisa
mendengarkan
karena suasana kelas
terlalu gaduh dan
memutuskan untuk
menyindir siswa
yang membuat
ramai.
Menyindir
“Bu guru kok tidak
dengar suara Paul
ya?”
Tuturan ini menyindir
siswa yang masih ramai di
kelas membuat guru tidak
mendengar suara siswa
yang bernama Paul saat
membacakan materi
pelajaran.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Siswa: Sssst (D33)
34. Guru: Anak-anak
sebentar. Tolong yang
ada di atas meja hanya
buku Bhs. Indonesia,
buku yang lain
dimasukan.
Siswa: Buku cerita?
Guru: Ya boleh kalau
buku cerita. (D34)
Tuturan dituturkan
saat Guru
mengintruksikan
kepada para siswa
untuk menyiapkan
buku pelajaran yang
akan diajarkan.
Memerintah
“Anak-anak
sebentar. Tolong
yang ada di atas
meja hanya buku
Bhs. Indonesia,
buku yang lain
dimasukan.”
Tuturan ini memerintah
siswa untuk
mempersiapkan buku
pejalaran bahasa Indonesia.
Buku yang lain dimasukan
ke dalam tas dulu.
√
35. Guru: Baik. Membaca
itu dengan mulut atau
tidak ?
Siswa: Tidak bu.
Guru: Naah membaca
itu dengan mata.
Dibatin membacanya.
(D35)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang
memperhatikan
siswanya yang
sedang membaca
dalam hati tiba-tiba
melihat siswa yang
mengobrol dengan
teman sebangku dan
tindakan yang
dilakukan guru
tersebut adalah
menyindir.
Memerintah
“Membaca itu
dengan mulut atau
tidak?”
Menyindir √
36. Guru: Siapa yang
sudah menulis
ringkasan?
Siswa: Aku wes
rampung bu.
(Saya sudah selesai
Bu.)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang berintertaksi
saat pelajaran
menyuruh siswa
untuk berbicara
dengan bahasa
Indonesia.
Menegur
“Coba kalau
berbicara dengan
Bu guru memakai
Bhs. Indonesia.”
Tuturan ini menyuruh
siswa untuk menggunakan
bahasa Indonesia saat
berbicara dengan guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Guru: Coba kalau
berbicara dengan bu
guru memakai Bhs.
Indonesia.
Siswa: Iya Bu.
Guru: Bahasa
Indonesia nya “aku
wes rampung” apa?
Siswa: Saya sudah
selesai Bu. (D36)
37. Siswa: Bu Enggar,
culas itu apa Bu?
Guru: Licik itu.
Siswa: Oh ya Bu.
Guru: Waah ini buku
yang mudah, cerita
anak kecil.
Siswa: Iya ini Bu.
(D37)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menggugah
kesadaran siswanya
untuk mengerjakan
dengan sungguh-
sungguh karena yang
dibaca buku yang
mudah.
Mengejek
“Waah ini buku
yang mudah, cerita
anak kecil.”
Tuturan ini menyindir
siswa yang sedang
membaca buku tentang
cerita anak kecil dan
dianggap oleh guru buku
bacaan tersebut buku yang
mudah untuk dipahami.
√
38. Guru: Kalau buang
sampah pada
tempatnya, jangan
dibuang di laci!
Siswa: Ini lo Bu ada
yang buang di laci.
(D38)
Tuturan dituturkan
saat Guru saat
mengitari kelas untuk
mengecek pekerjaan
siswa sudah
dikerjakan atau
belum. Guru melihat
kondisi meja belajar
para siswa dan
Melarang
“Kalau buang
sampah pada
tempatnya, jangan
dibuang di laci!”
Tuturan ini guru melarang
siswanya untuk tidak
membuang sampah di kelas
atau di laci meja.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
melarang siswanya
membuang sampah
di laci.
39. Guru: Jadi Ika itu
mempunyai kesulitan
konsentrasi belajar
yang baik seperti apa.
Siswa: Sama kayak
aku Bu.
Guru: Lalu dia menulis
surat kepada majalah,
nah majalah itu
memberi
jawabanannya.
Siswa: Sama kayak
aku Bu.
Guru: Untuk
mengingat pelajaran,
mari kita baca ulang.
(D39)
Tuturan dituturkan
saat Guru mengawali
pelajaran dengan
cara mengajak para
siswa untuk
mengingat pelajaran
yang kemarin sudah
dipelajari dengan
cara membaca ulang.
Mengajak
“Untuk
meningatkan
pelajaran, mari kita
baca ulang.”
Tuturan ini guru mengajak
para siswa untuk membaca
ulang materi yang
sebelumnya sudah
diberikan agar ingat
kembali materi yang sudah
diberikan.
√
40. Guru: Sekarang Ciro
dulu aja. Ciro tepuk
tenang!
Siswa: Tenang,
Tenang, Ssttt
Guru: Iya bagus.
(D40)
Tuturan dituturkan
saat Guru
memerintah seorang
siswa untuk tepuk
tenang akibat siswa
tersebut melakukan
hal yang tidak
disukai oleh guru.
Memerintah
“Sekarang Ciro
tepuk tenang!”
Tuturan ini memerintahkan
siswa yang ramai bernama
Ciro untuk melakukan
tindakan yang diinginkan
oleh guru yakni tepuk
tenang
√
41. Guru: Sekarang Bu Tuturan dituturkan Menasihati Tuturan ini mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Guru tunjuk nama
silahkan salah satu
pokoknya kamu baca
kamu tulis. Neta satu
apa?
Siswa: Kalau sedang
belajar itu kita sering
ada godaan.
Guru: Anak-anak
kalau ada yang
berbicara, tolong
lainnya
mendengarkan. Nah
itu pokok bahasannya.
(D41)
saat Guru sedang
mendengarkan siswa
berbicacara,
menasihati para
siswa yang lain
untuk mendengarkan
siswa yang sedang
berbicara.
“Anak-anak kalau
ada yang berbicara,
tolong lainnya
mendengarkan.
Nah itu pokok
bahasannya.”
siswa untuk saling
mendengarkan jika ada
siswa lain yang sedang
berbicara tolong
didengarkan.
42. Guru: Sekarang nomor
2 berarti. Yang kedua
apa tempatmu Neta?
Siswa: Sudah tapi aku
takut salah bu.
Guru: Silahkan dibaca
saja, tidak ada yang
salah kok coba.
Siswa: Kalau berhasil
melewati godaan-
godaan itu kita bisa
mencapai keinginan.
Guru: Naah boleh itu.
Bagus itu, beri tepuk
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
mendukung jawaban
yang diutarakan oleh
seorang siswa dan
guru menyuruh
kepada para siswa
untuk memberikan
penghargaan dengan
tepuk tangan.
Mendukung
“Nah boleh itu.
Bagus itu, beri
tepuk tangan untuk
Neta.”
Tuturan guru memuji siswa
yang sudah menjawab soal
dengan benar dan guru
meminta siswa lain untuk
mengapresiasi atau memuji
dengan cara memberikan
tepuk tangan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
tangan untuk Neta.
(D42)
43. Guru: Baik, Bu Enggar
minta tolong salah satu
siswa untuk
menuliskan di
depan.Siapa ya?
Siswa: Kok Rama
terus to Bu?
Guru: Oh ya la Rama
angkat tangan. Siapa
yang lain? (D43)
Tuturan dituturkan
saat Guru saat
mengajar pelajaran
bahasa Indonesia
meminta kepada para
siswa untuk
menuliskan materi
yang akan dipelajari
di papan tulis.
Meminta
“Bu Enggar minta
tolong salah satu
siswa untuk
menuliskan di
depan. Siapa ya?”
Tuturan ini guru meminta
tolong kepada salah satu
siswa untuk maju ke depan
kelas menuliskan materi
yang akan diajarkan.
√
44. Guru: Andika nanti
pinjam palunya Pak
Sarmin saja.
Siswa: Pak Sarmin
pinjam palunya.
Guru: Pakai sepatu
ndak bisa.
Siswa: Vin palu Vin
Guru: Andika dengar
yang tadi dibilang bu
guru tidak? (D44)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengajar dan
mengamati situasi
kelas menegur salah
satu siswanya untuk
memperhatikan
materi yang sedang
dibahas oleh guru.
Menegur
“Andika dengar
yang tadi dibilang
bu guru tidak?”
Tuturan guru menyindir
siswa yang bernama
Andika yang masih sibuk
sendiri memukuli bangku
yang sebelumnya membuat
tidak nyaman duduk siswa
tersebut
√
45. Guru: Kamu duduknya
sebelah sini saja, tidak
usah dekat-dekat ke
sana.
Tuturan dituturkan
saat Guru
memisahkan dua
siswa yang membuat
gaduh di kelas dan
Memerintah
“Kamu duduknya
sebelah sini saja,
tidak usah dekat-
Tuturan ini menyarankan
siswa tersebut untuk pindah
tempat duduk agar tidak
ramai atau membuat gaduh
dengan teman-temannya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Siswa: Iya Bu.
Guru: Nanti ndak rame
terus. Sekarang
perhatikan depan.
(D45)
mengimbau salah
satu siswa untuk
tidak mendekat ke
temannya.
dekat ke sana.”
46. Guru: Kalimat yang
ditulis Ayu, Andika
duduk!!
Siswa: Iya Bu.
Guru: Oleh karena itu
dibutuhkan semangat
yang tinggi untuk
mengejar kesuksesan.
Tuturan dituturkan
saat Guru
memerintahkan
siswanya yang
sedang berdiri di
kelas dan membuat
gaduh untuk duduk
dengan tenang.
Memerintah
“Kalimat yang
ditulis Ayu, Andika
duduk!!”
Tuturan ini menegur siswa
dengan intonasi yang tinggi
agar siswa yang membuat
gaduh tersebut lekas untuk
duduk kembali di
tempatnya dan diam.
√
47. Guru: Haloo!
Siswa: Iya bu.
Guru: Sudah bisa
dimulai pelajarannya?
Siswa: Sudah Bu.
(D47)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang akan
memulai pelajaran
mengingatkan siswa
yang masih ramai
untuk
mempersiapkan diri
untuk memulai
pelajaran.
Mengingatkan
“Sudah bisa
dimulai
pelajarannya?”
Tuturan ini menyindir
siswa yang masih ramai
untuk diam karena
pelajaran akan segera
dimulai.
√
48. Siswa: Bu soalnya
ditulis Bu?
Guru: Siapa yang
mendengar Bu Kiki
bilang? Pertanyaan
tadi diulangi Andika.
Siswa: Apa ya?
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang menjelaskan
materi pelajaran tiba-
tiba menyindir
seorang siswanya
yang duduk di depan
tetapi tidak
memperhatikan guru
yang sedang
Menyindir
“Masak duduk di
depan sendiri tidak
mendengarkan.”
Tuturan ini menyindir
siswa yang duduk di depan
sendiri dan tidak
memperhatikan penjelasan
materi dari guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Guru: Hayo apa?
Ditulis soalnya
Andika.Masak duduk
di depan sendiri tidak
mendengarkan. (D48)
menjelaskan.
49. Guru: Heeh nomor 3
dulu. Kok sudah yang
lainnya.
Siswa: Bu 3 B juga po
Bu?
Guru: Iya itu soalnya
beda. Tolong dicermati
ayo. soalnya itu beda.
Siswa: Iya Bu. (D49)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
memerintah
siswanya untuk
memperhatikan atau
mengamati soalnya
dengan teliti sebelum
dijawab.
Memerintah
“ Iya itu soalnya
beda.Tolong
dicermati ayo.
soalnya itu beda.”
Tuturan ini menyuruh
siswanya untuk mencermati
masing-masing soal yang
diberikan oleh guru.
√
50. Guru: 3 itu 5 soal lo
bukan 4 soal.
Siswa: Iya Bu.
Guru: Yang lain
mengerjakan, bukan
bicara dengan
temannya.
Siswa: Iya Bu. (D50)
Tuturan dituturkan
saat Guru sedang
mengamati siswa
yang sedang
mengerjakan soal
dan mengingatkan
siswa agar tidak
bicara dengan
temannya.
Mengingatkan
“ Yang lain
mengerjakan,
bukan bicara
dengan temannya.”
Tuturan guru menegur
siswa yang sedang
berbicara dengan temannya
untuk lebih fokus
mengerjakan soal dan
menyelesaikannya.
√
51. Guru: Belum ada yang
dapat 100 tho, tidak
menyimak to?
Siswa: Yowes Bu aku
mergo iki Bu. (D51)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengoreksi
hasil pekerjaan siswa
dan menyindir siswa
yang belum selesai
agar mendapat nilai
Menyindir
“ Belum ada yang
dapat 100 tho, tidak
menyimak to?”
Tuturan ini menyindir para
siswa untuk lebih
menyimak materi yang
diajarakan agar nantinya
saat diberikan soal
mendapatkan nilai 100.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
100.
52. Guru: 3 menit lagi.
Siswa: Iya bu. satu
hehe
Guru: Kalau yang
sudah mengerjakan
tidak usah bergaya.
Siswa: Iya Bu. (D52)
Tuturan dituturkan
saat Guru sedang
duduk dan
memperhatikan
siswa mengerjakan
tugas mengingatkan
agar fokus
mengerjakan.
Mengingatkan
“Kalau sudah bisa
mengerjakan tidak
usah bergaya.”
Tuturan guru menyindir
seorang siswa yang sudah
selesai mengerjakan soal
agar tidak bergaya karena
belum tentu benar semua
jawabannya.
√
53. Siswa: Bu izin minum
ya Bu.
Guru: Tadikan sudah.
Siapa yang haus?
Siswa: Iya semuanya
Bu.
Guru: Ibu hitung satu
sampai sepuluh.
Siswa: Iya Bu.
Guru: Satu, dua, tiga,
empat, lima, enam,
tujuh, delapan,
sembilan, dan sepuluh.
Minumnya sudah
selesai, sekarang
hadap depan. (D53)
Tuturan dituturkan
saat Guru menyuruh
siswa yang sedang
minum untuk
berhenti minum dan
kembali menghadap
depan.
Menyuruh
Minumnya sudah
selesai, sekarang
hadap depan.”
Tuturan guru memerintah
siswa untuk segera hadap
depan dan fokus karena
pelajaran akan segara
dimulai kembali.
√
54. Guru: Sudah, stop!!
Siswa: Aku Bu yang
Tuturan dituturkan
saat Guru melihat
siswa yang membuat
Menyuruh
“Sudah, stop!!”
Tuturan ini menegur siswa
yang ramai untuk diam dan
mendengarkan penjelasan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
selanjutnya.
Guru: Sudah nanti
dulu, Bu guru mau
jelaskan sebentar.
(D54)
ramai di dalam kelas
dan menegur siswa
tersebut agar diam.
dari guru.
55. Guru: Peninggalan
kerajaan Kediri itu
apa? A apa? B apa? C?
Siswa: Tidak haru
semua to Bu?
Guru: Tapi yang C itu
nanti kitab-kitabnya
ditulis ya, itu yang
mengarang siapa?
Silahkan ditulis dulu,
lihat dibuku paketmu.
Siswa: Yaaah Bu.
(D55)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang menjelaskan
materi menyilakan
para siswa untuk
menulis atau
mencatat materi
dibuku masing-
masing.
Menyuruh
“ Silahkan ditulis
dulu, lihat buku
paketmu.”
Tuturan ini menyilakan
siswa untuk mencata materi
yang sudah ada dalam buku
paket ke dalam buku
catatan.
√
56. Guru: Sudah Dandi
yang nulis?
Siswa: Belum Bu.
Guru: Jaketnya tolong
ditaruh di laci dulu.
Siswa: Iya Bu. Sudah
kok Bu. (D56)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang mengamati
kesiapan siswa untuk
memulai pelajaran
dan menyuruh siswa
menaruh jaket di laci.
Menyuruh
“ Jaketnya tolong
ditaruh di laci
dulu.”
Tuturan guru menyilakan
siswa untuk menaruh jaket
di laci agar pembelajaran
berlangsung dengan
nyaman.
√
57. Guru: Ini bukunya kok
ndak dibuka?
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
mengetahui kelasnya
Memerintah
“Sudah, segera
Tuturan ini menyuruh
siswa untuk segera
membaca materi yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Siswa: Iya Bu hehe
Guru: Sudah, segera
dibaca dulu.
Siswa: Iya Bu. (D57)
ramai tiba-tiba
menegur siswa untuk
membaca materi
pelajaran.
dibaca dulu.”
berikan oleh guru.
58. Guru: Sen ini
temannya sudah mau
selesai, masak kamu
belum selesai?
Siswa: Halaman
berapa Bu?
Guru: Halaman 4-5.
Siswa: Oh iya Bu.
(D58)
Tuturan dituturkan
saat Guru
mengingatkan
seorang siswa yang
belum selesai
menyelesaikan tugas
untuk segera
menyelesaikan
tugasnya.
Mengingatkan
“Sen ini temannya
sudah mau selesai,
masak kamu belum
selesai?”
Tuturan guru menyindir
siswa yang dipanggil Sen
untuk segera
menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
√
59. Guru: Kayaknya
Sendy belum menulis.
Siswa: Belum Bu.
Guru: Yawes mana
coba? Tak tunggu
sebentar. Tugasnya
sudah dong belum?
Siswa: Dong Bu.
(D59)
Tuturan dituturkan
saat Guru
mengetahui siswa
yang bernama Sendy
belum selesai
mencatat materi.
Menyindir
“ Kayaknya Sendy
belum menulis.”
Tuturan ini menyindir
siswa yang bernama Sendy
karena belum mencatat
materi yang diberikan oleh
guru.
√
60. Siswa: Bu Enggar?
Guru: Iya apa?
Siswa: Buku PS nya
Tuturan dituturkan
saat Guru
memerintah siswa
untuk menutup buku
sejenak.
Memerintah
“ Bukunya tolong
ditutup dulu.”
Tuturan ini menyuruh
siswa untuk menutup buku
dan memasuknya ke dalam
tas.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
dimasukan juga?
Guru: Oh iya. Oke
anak-anak untuk
sementara pelajaran
kita cukupkan sekian
Siswa: Belum selesai
Bu.
Guru: Bukunya tolong
ditutup dulu.
Siswa: Iya Bu. (D60)
61. Guru: Yang digambar
itu mainan tradisional,
mengapa kok
dinamakan mainan
tradisioanal?
Siswa: Sudah dari
lama.
Guru: Ada jawaban
yang lainnya tidak?
waah ini punya buku
baru tapi tidak dibaca
kok cuma buat bantal
tidur saja to tidak
dibaca bukunya. (D61)
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
menanyakan tentang
materi yang
diajarkan tetapi
jawaban dari siswa
tersebut kurang tepat.
Kemudian guru
kembali menanyakan
jawaban yang benar
apa dan ditambahi
dengan kata-kata
menyindir siswa
yang menjawab
kurang tepat
sebelumnya.
Menyindir
“ Wah ini punya
buku baru tidak
dibaca kok Cuma
buat bantal tidur
saja to tidak dibaca
bukunya.”
Tuturan ini menyindir
siswa yang mempunyai
buku banyak namun tidak
dimanfaatkan dengan baik
oleh siswa tersebut.
√
62. Guru: Selamat pagi,
silahkan duduk Dania.
Masih pagi jadi
pasarnya itu ditunda
dulu.
Tuturan dituturkan
saat Guru yang baru
masuk jam pertama
memberikan salam
selamat pagi kepada
Menyindir
“ Masih pagi, jadi
pasar itu ditunda
dulu.” “Masih pagi
Tuturan ini menyindir para
siswa dari pagi sebelum
pelajaran dimulai sudah
ramai dan gaduh.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Siswa: Oke Bu.
Guru: Masih pagi kok
sudah kayak bebek itu
kenapa e? (D62)
para siswa dan secara
tidak langsung
menyindir kelasnya
yang masih pagi
sudah seperti pasar.
kok sudah kayak
bebek itu kenapa
e?”
63. Guru: Itu namanya
Andreas to?
Siswa: Iya itu Bu
namanya Andreas.
Guru: Andreas kenapa
kok angkat tangan?
Siswa: Ndak bawa
buku PS PR.
Guru: Ndak bawa PS
PR apa? Bagus,
Jadwalmu buat apa?
(D63)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menanyakan kepada
para siswa apakah
Dia yang bernama
Andreas dan
menanyakan kenapa
Andreas angkat
tangan. Setelah itu
Guru menyindir
Siswa tersebut.
Menyindir
“ Ndak bawa PS
PR apa? Bagus,
jadwalmu buat
apa?”
Tuturan ini menyindir
siswa yang tidak
memperhatikan jadwal
pelajaran dan hasilnya tidak
membawa buku sesuai
jadwal perlajaran hari ini.
√
64. Guru: Ketika setelah
olahraga itu harus
ganti baju!
Siwa: Wajib ya bu.
Guru: kok masih ada
pertanyaan bu
gantinya kapan? Bu
aku ndak bawa baju
ganti, Bu aku lupa, Bu
kalau ndak ganti
gimana? Lha kalian itu
Tuturan dituturkan
saat Guru yang
sedang menasihati
para Siswa yang
masih bertanya-tanya
setelah kegiatan
olahraga selesai
harus ganti baju.
Mengingatkan
“ Kok masih ada
pertanyaan bu
gantinya kapan? Bu
aku ndak bawa baju
ganti, bu aku lupa,
bu kalau ndak ganti
gimana? Lha kalian
itu kelas V apa
kelas I? kalau kelas
I wajar tidak
paham. Kapan itu
Tuturan ini menasihati
siswanya yang tidak
memperhatikan pesan-
pesan yang sebelumnya
sudah disampaikan oleh
guru dengan baik.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
kelas V apa kelas I?
kalau masih kelas I
wajar tidak paham.
Kapan itu Bu Maria
tanya, siapa yang ndak
jelas? Tapi pada tidak
angkat tangan. Setelah
hari H nya masih
banyak yang tanya
waktu Bu Maria
sedang mengajar, itu
kan mengganggu.
Tidak diulangi lagi ya?
Siswa: Iya bu. (D64)
Bu Maria tanya,
siapa yang ndak
jelas? Tapi pada
tidak angkat
tangan. Setelah itu
hari H nya masih
banyak yang tanya
waktu Bu Maria
sedang mengajar,
itu kan menggangu.
Tidak diulangi lagi
ya?”
65. Guru: Pernah melihat
gambar paru-paru?
Siswa: Pernah Bu, di
tempat rokok.
Guru: Sering beliin
rokok bapaknya po?
Siswa: Iya Bu.
Guru: Tidak usah
ditiru. Besuk kalian
buat penelitian tentang
rokok itu. (D65)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menanyakan sebuah
gambar apakah para
siswa sudah pernah
melihat gambar
tersebut dan
menasihati agar para
siswa tidak meniru
orang tua yang
merokok
Melarang
“ Tidak usah ditiru.
Besok kalian buat
penelitian tentang
rokok itu.”
Tuturan ini guru menasihati
siswa agar tidak menirukan
hal-hal yang kurang baik
dalam kehidupan sehari-
hari dikeluarganya.
√
66. Guru: Ini mbok
dipindah aja, hampir
melukai Bu Kiki.
Siswa: Ho’o Bu. Sama
Tuturan dituturkan
saat Guru menyuruh
salah satu siswa
untuk memindahkan
barang berbahaya
Menyarankan
“Ini mbok dipindah
aja, hampir melukai
Bu Kiki.
Tuturan ini guru
memerintahkan siswa untuk
memindahkan barang yang
hampir melukai guru dan
siswa itu sendiri.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Bu, tadi aku hampir
mau kejedug Bu.
Guru: Sementara kasih
sini dulu. Besuk tak
kasih belakang. (D66)
yang berada di dalam
kelas untuk dibawa
keluar kelas.
67. Guru: Nah coba
sekarang rabalah
hidungmu sendiri.
Siswa: Tidak ada bu
haha
Guru: Didalam
hidungmu coba kamu
rasakan. Ada
rambutnya tidak?
(D67)
Tuturan dituturkan
saat Guru setelah
menjelaskan materi
menyuruh para
siswanya untuk
meraba hidungnya
masing-masing.
Menyuruh
“ Nah coba
sekarang rabalah
hidungmu sendiri.”
Tuturan guru memerintah
siswa untuk melakukan
tindakan meraba hidung
yang diperintahkan oleh
guru.
√
68. Guru: Latihan!
Siswa: Ditulis Bu
latihannya?
Guru: Makane
dirungoke to yo
latihane ditulis yo
cah bagus. ( Makanya
didengarkan to,
latihannya ditulis ya
anak pintar.) (D68)
Tuturan dituturkan
saat Guru menyuruh
para siswa yang
ramai di dalam kelas
untuk menulis soal
latihan dengan nada
atau suara yang
tegas.
Menegur
“ Makane
dirungoke to yo
latihane ditulis yo
cah bagus.”
(Makanya
didengarkan to,
latihannya ditulis
ya anak pintar.)
Tuturan guru menasihati
siswa untuk mendengarkan
apa yang dituturkan oleh
guru saat pelajaran
berlangsung.
√
69. Guru: Bu Guru minta
tolong Abe dibaca
nak. Yang Kerajaan
Tuturan dituturkan
saat Guru menyuruh
salah satu siswa
Meminta
“ Bu Guru minta
Tuturan ini guru meminta
seorang siswa yang
bernama Abe untuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Taruma Negara.
Siswa: Yang keras Bu?
Guru: Iya yang keras
Be. Yang B ya. (D69)
untuk membacakan
materi yang akan
diajarkan dengan
suara yang keras.
tolong Abe dibaca
nak. Yang Kerajaan
Taruma Negara.”
membacakan materi
pelajaran yang sedang
diajarkan.
70. Siswa: Jadi jawabnya
kaya gini ya Bu?
Guru: Caranya bukan
jawabannya. Caranya
seperti itu.
Guru: Yang sudah
boleh mengumpulkan
ya.
Siswa: Iya Bu.
Guru: Sebelum
sepuluh menit nanti
Ibu beri poin. (D70)
Tuturan dituturkan
saat Guru
menargetkan para
siswa agar kurang
dari 10 menit untuk
menyelesaikan tugas
dan dikumpulkan.
Menyuruh
“ Sebelum sepuluh
menit nanti Ibu beri
poin.”
Tuturan ini menargetkan
siswa untuk mendapatkan
poin harus selesai sebelum
sepuluh menit selesai.
√
Triangulator Peneliti
Prof. Dr. Pranowo, M,Pd Adrian Nugroho
Pemohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI