KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR ...

170
i KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Adrian Nugroho NIM: 131224057 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR ...

i

KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF

PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

DI KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Adrian Nugroho

NIM: 131224057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

MOTTO

“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama

dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu”

(Matius 7:24)

“Jangan pergi agar dicari, jangan sengaja lari agar dikejar.

Berjuang tak sebercanda itu.”

(Sujiwo Tejo)

“Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi

sayur tanpa garam.”

(Ws. Rendra)

“Toleransi dan relasi membangun kesuksesan yang akan indah

pada waktunya.”

(Penulis)

(Sebelum sisa umurku habis takkan pernah menyerah)

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya yang sederhana ini untuk orang-orang yang yang selalu

memberikan kepercayaan dan harapan kepadaku.

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber pengharapanku

dan penolongku.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Priyono dan Ibu Maria Surtiningsih

yang penuh kesabaran mendidik, mendoakan, memotivasi, dan

mendukungku hingga sampai pada tahap ini aku menyelesaikan tugas

akhirku.

3. Bagi adikku, Yosephine Nawangsih yang selalu memberikan ku motivasi

dan semangat sehingga aku dapat menyelesaikan tahap ini.

4. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, kritik dan

saran, serta saling mendukung satu sama lain untuk terus berjuang

menyelesaikan tahap ini.

5. Teman-teman Domawa dan UKM Karawitan USD yang sudah

memberikan dukungan motivasi, kritik dan masukan aku untuk sampai

tahap ini.

6. Sahabat PBSI 2013 yang selalu memberikan banyak kritikan, masukan,

dan dukungan.

7. Teruntuk almamater tercinta, yang telah memberikan wadah untuk belajar,

berproses, dan berdinamika dalam kegiatan kampus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

ABSTRAK

Adrian Nugroho, 2018, Kesantunan Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif

pada Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarata Tahun Ajaran 2016/2017, Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran dan (2) mengetahui makna pragmatik dan sosiopragmatik tindak

tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni deskriptif kualitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang sedang berinteraksi saat pembelajaran.

Pengambilan data dengan cara dokumentasi, catat, dan simak subjek pada

interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Bentuk data yang didapatkan dalam

penelitian ini adalah tuturan direktif, wujud dan makna sosiopragmatik.

Data yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 70 tuturan. Dari 70 data

tersebut ditemukan 14 jenis tindak tutur direktif yakni tindak tutur direktif

menasihati, memerintah, mengancam, menyindir, mengingatkan, menegur,

menyuruh, mendukung, mengkritik, menargetkan, meminta, memberi saran,

melarang, dan mengajak. Dalam pembahasan data yang dimasukkan ke dalam

tabel triangulasi terdapat 40 data. Dari 40 data tuturan tersebut terdapat makna-

makna yang berbeda-beda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif pada

interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V masih terdapat guru yang

menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi dengan siswa. Guru yang pertama

dominan menggunakan bahasa Jawa saat berinteraksi dengan siswa lebih sopan.

Guru yang kedua lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia namun sesekali

menambahkan sedikit bahasa Jawa. Sedangkan guru yang ketiga penggunaan

bahasa Jawa dan bahasa Indonesia seimbang. Terdapat beberapa tuturan guru

dengan bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Tuturan yang menggunakan guru tidak

jadi permasalahan siswa saat terjadi interaksi dalam pembelajaran karena siswa

tersebut memahami bahasa daerah.

Kata kunci : Tindak tutur direktif, sosiopragmatik, pragmatik, wujud, dan makna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

ABSTRACT

Nugroho, Adrian, 2018, Socio-Pragmatics of Directive Speech Acts Politeness

toward The Teachers and The Students Interaction in The Learning

Process of The Fifth Grade Students at Kanisius Sengkan Yogyakarta

Elementary School 2016/2017, Thesis, Yogyakarta: Indonesia

Language Literary Education Study Program, Departmen of Language

Education and Arts, Faculty of Teachers Training and Education.

Sanata Dharma University.

The research aimed to: (1) know the form of socio-pragmatics of directive

speech acts politeness toward the teacher’s and the student’s interaction during

the learning process and (2) see the meaning of pragmatics and socio-pragmatics

of directive speech acts toward the teachers and the fifth grade students

interaction during learning process of Kanisius Sengkan Yogyakarta Elementary

School 2016/2017.

Methodology used in this research is descriptive-qualitative. The subject

of this research are teachers and the fifth grade students at Kanisius Sengkan

Elementary School Yogyakarta 2016/2017 who have had interactions during

learning process. The data collection process used in this research are

documentation, took taking, and observation toward the teacherss and the fifth

grade students interactions during learning process. The form of data analyzed

are directive speech, form, and the meaning of socio-pragmatics.

The data collection process got 70 speeches. From 70 data the researcher

found 14 types of directive speech of suggesting, commanding, threatening,

satirizing, reminding, admonishing, ordering, supporting, criticizing, targeting,

asking, giving suggestion, permitting, and inviting. There were 40 data that was

categorized in triangulation table in the data analysis. In addition, from 40 data,

the researcher found that it has various meanings.

The result shows that directive speech acts toward teachers and the fifth

grade students interactions during learning process still used native language in

order to interact with each other.The first teacher used dominant in Javanese

language toward polite student. The second teacher used dominant in Indonesian

language, rarely added Javanese language. The third teacher used balanced

Javanese and Indonesian language. Some other used Javanese language and

English in their speech with students. The speech used by the teachers did not give

any trouble for the students. It was because the students understood the native

Indonesian language.

Keywords: directive speech acts, socio-pragmatics, pragmatics, form, meaning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian-bagian yang telah dimiliki orang lain, kecuali

yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya

penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juni 2018

Penulis,

Adrian Nugroho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Adrian Nugroho

NIM : 131224057

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya

kepada Perpustakaan Sanata Dharma yang berjudul:

KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF

PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

DI KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 11 Juni 2018

Penulis,

Adrian Nugroho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat

menyeselasikan skripsi yang berjudul Kesantunan Sosiopragmatik Tindak Tutur

Direktif pada Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas V SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi ini ditulis sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

maka perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis baik yang secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang memberikan dukungan,

pendampingan, dan nasihat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

3. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang senantiasa membantu penulis

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

4. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum. , selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan, dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik,

membimbing, memberikan dukungan, dan menghantarkan penulis untuk

meraih cita-citanya dari awal hingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

6. Th. Rusmiyanti selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia yang turut membantu kelancaran penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Priyono dan Ibu Maria Surtiningsih

yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian

dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah bersusah payah mencari

biaya dan tenaga untuk membiayai kuliah.

8. Adik saya, Yosephine Nawangsih yang selalu memberikan nasihat dan

dukungan kepada penulis.

9. Teman-teman saya, Clara Alverina Pramudita, Agnes Listi Sukmawati,

Lawrence Herianto, Katarina Widya, dan Ajeng Anggraeni Putri yang

memberikan penghiburan melalui candaan, memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

10. Teman-temanku dalam satu almamater Indah Rahayu, Riska Safitri, Clara

Wahyu Kurnia, Maria Kiki Adhy, Fransiska Kumala Sari, Natalia Kartika,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

Lukas Budi Husada, Yohana Agusta, Iwan, dan Galih yang selalu setia

menemani selama masa perkuliahan, memberikan penghiburan, dan

masukan yang membuat masa perkuliahan saya menjadi lebih berwarna.

11. Teman-teman prodi PBSI angkatan 2013 kelas B dan A, yang selalu

memberikan dukungan, motivasi dan keharmonisan selama kuliah.

12. Almamater kebanggaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengasah

pengetahuan, berproses, berdinamika, dan menghantarkan penulis ke

depan pintu gerbang masa depan.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam

memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, segala bentuk saran, sumbangan ide beruba gagasan, dan kritik yang

sifatnya membangun dapat disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan

tulisan ini. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan dapat digunakan sebagai referensi bagi siapa pun yang mempunyai minat

pada bidang kebahasaan, khususnya ilmu pragmatik untuk penelitian lebih lanjut.

Yogyakarta, 11 Juni 2018

Penulis

Adrian Nugroho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii

MOTO ........................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... xii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................... xiii

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv

LAMPIRAN ............................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................... ....................... xvi

BA B I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori yang Relevan.................................................................... 6

2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 8

2.2.1 Pragmatik dan Sosiopragmatik .................................................... 8

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik.......................................................... 10

2.2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur ............................................................. 12

2.2.4 Tindak Tutur Direktif sebagai Kajian Pragmatik ....................... 15

2.2.5 Konteks ....................................................................................... 20

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 22

3.2 Sumber Data dan Data ......................................................................... 23

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 24

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 26

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 27

3.6 Triangulasi ........................................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 30

4.2 Hasil Analisis Data .............................................................................. 34

4.2.1 Wujud Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif ............................... 35

4.2.1.1 Wujud Tindak Tutur Direktif Menasihati ................................ 38

4.2.1.2 Wujud Tindak Tutur Direktif Memerintah .............................. 41

4.2.1.3 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengancam ............................... 45

4.2.1.4 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyindir ................................. 46

4.2.1.5 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengingatkan ........................... 50

4.2.1.6 Wujud Tindak Tutur Direktif Menegur .................................... 54

4.2.1.7 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyuruh ................................. 58

4.2.1.8 Wujud Tindak Tutur Direktif Mendukung ............................... 60

4.2.1.9 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengkritik ................................ 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

4.2.1.10 Wujud Tindak Tutur Direktif Menargetkan ........................... 64

4.2.1.11 Wujud Tindak Tutur Direktif Meminta ................................. 65

4.2.1.12 Wujud Tindak Tutur Direktif Memberi Saran ....................... 67

4.2.1.13 Wujud Tindak Tutur Direktif Melarang ................................. 68

4.2.1.14 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengajak ................................ 70

4.2.2 Makna Pragmatik dan Sosiopragmatik ........................................... 71

4.2.2.1 Makna Tuturan Direktif Menasihati ......................................... 72

4.2.2.2 Makna Tuturan Direktif Memerintah ........................................ 76

4.2.2.3 Makna Tuturan Direktif Mengancam ....................................... 80

4.2.2.4 Makna Tuturan Direktif Menyindir .......................................... 83

4.2.2.5 Makna Tuturan Direktif Mengingatkan .................................... 89

4.2.2.6 Makna Tuturan Direktif Menegur ............................................. 93

4.2.2.7 Makna Tuturan Direktif Menyuruh ........................................... 99

4.2.2.8 Makna Tuturan Direktif Mendukung ........................................ 101

4.2.2.9 Makna Tuturan Direktif Mengkritik ......................................... 103

4.2.2.10 Makna Tuturan Direktif Menargetkan .................................... 104

4.2.2.11 Makna Tuturan Direktif Meminta ........................................... 107

4.2.2.12 Makna Tuturan Direktif Memberi Saran................................. 109

4.2.2.13 Makna Tuturan Direktif Melarang .......................................... 110

4.2.2.14 Makna Tuturan Direktif Mengajak ......................................... 112

4.3 Pembahasan .......................................................................................... 113

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................... 119

5.2 Saran ...................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 123

LAMPIRAN ............................................................................................... 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR SINGKTAN DAN LAMBANG

KD : kesantunan direktif

Mt : mitra tutur

Pn : penutur

Sub-KD : sub-kesantunan direktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kajian yang memusatkan perhatiannya tentang tindak tutur juga pernah

dilakukan oleh Basuki (2002:195-197). Kajian ini mengkhususkan pada

pemakaian tindak tutur dalam seni pertunjukan ketoprak. Hasilnya adalah bahasa

dalam seni pertunjukkan menggunakan tindak tutur yang dapat dikelompokkan

menjadi lima kategori tindak tutur. Kelima tindak tutur itu yaitu tindak tutur

asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak

tutur deklaratif. Sementara menurut Haryanti (2001:142-143) melalui

penelitiannya berjudul Implikatur Percakapan dalam Prosa Fiksi Bahasa Inggris

(Suatu kajian Pragmatik). Jenis tindak tutur bermuatan implikatur berdasarkan

daya ilokusi dapat diklasifikasikan ke dalam tindak tutur asertif, direktif,

ekspresif, dan komisif.

Salah satu tindak tutur yang akan diteliti yakni tindak tutur direktif saat

pembelajaran berlangsung di kelas maupun di luar kelas pada sekolah dasar yang

masih berbudaya Jawa. Tindak tutur direktif yang dilakukan siswa siswi sekolah

dasar yang berbudaya Jawa masih banyak yang dapat ditemukan berbagai macam

contohnya “Bud rene lho”. Mulai dari tindak tutur memerintah siswa dengan

teman sebayanya, guru dengan siswa, dan siswa dengan warga disekitaran

sekolah. Tindak tutur direktif dijadikan menjadi 29 sub-TT adalah sub-TT

menyuruh, menasihati, meminta izin, permisi, menguji, meminta restu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

melamar, mengingatkan, melerai, memaksa, merayu, menantang, menyarankan,

memohon, menyumpah, merekomendasi, memperingatkan, menganjurkan,

mengharap, mengajak, mendesak, menginterupsi, menegur, memarahi, menagih

janji, membujuk, mempersilahkan, mengusir, dan melarang. Latar belakang

budaya dari tiap-tiap siswa atau penutur turut menentukan cara-cara

berkomunikasi. Hal ini menjadikan siswa yang akan berkomunikasi dengan teman

sebayanya harus melihat latar belakang terlebih dahulu agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Misalnya penutur memerintahkan temannya untuk bergabung

belajar bersama namun terhalang dengan budaya dan bahasa yang berbeda, mitra

tutur kesulitan memahami maksud atau makna dari tuturan yang dituturkan.

Penutur dan mitra tutur harus saling bekerjasama supaya tidak terjadi

kesalahpahaman. Menurut Leech (1983: 80) berpendapat bahwa prinsip kerjasama

digunakan untuk memudahkan penjelasan hubungan antara makna dan daya.

Pendapat ini mempengaruhi pemaham dari mitra tutur untuk menangkap makna

dan daya dari setiap ucapan yang dikemukakan oleh penutur. Bentuk kerjasama

yang terjadi dapat terlihat antara penutur dengan mitra tutur yang sedang bercakap

dan memahami makna katanya. Daya yang diterima oleh mitra tutur dapat

mempengaruhi perilaku mitra tutur untuk melakukan tindakan. Saat penutur

dengan mitra tutur sedang berkomunikasi terlebih dahulu melihat prinsip-prinsip

dari kesantunan ini yang berkaitan dengan nilai norma sosial, teori kontak

percakapan, teori maksim percakapan, dan teori penyelamatan muka. Bisa dilihat

dari norma yang pertama yakni norma sosial, semua orang memiliki pandangan

yang berbeda mengenai norma sosial menyatakan bahwa tiap masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

memiliki norma, adat istiadat, dan tatanan sosial. Misalnya percakapan yang

terjadi antara siswa dengan guru yang seharusnya siswa menggunakan bahasa

yang halus dengan orang yang lebih tua. Dengan demikian, asumsinya adalah

pada masyarakat mempunyai kaidah yang umumnya tidak tertulis. Melihat dari

pandangan para pakar di atas, seorang yang lebih tua usianya belum tentu bertutur

dengan sopan kepada orang yang lebih muda umurnya. Hal ini bisa dilihat dari

suatu tindak tutur yang dilakukan saat pembelajaran di kelas oleh guru kepada

siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Dari 3

guru terdapat wujud tuturan dari guru kurang baik namun isi dari tuturan tersebut

bermakna baik. Dalam wujud tuturan guru saat pembelajaran di kelas V masih

perlu diidentifikasi dan dihubungkan dengan makna dari wujud tuturan tersebut.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat menentukan masalah sebagai

berikut:

a. Apa saja wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada

interaksi guru dan siswa dalam Pembelajaran di kelas V SD Kanisius

Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017?

b. Apa saja makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik tindak tutur

direktif pada interaksi guru dan siswa dalam Pembelajaran di kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur

direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun ajaran 2016/2017.

b. Mendeskripsikan makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran

di kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun ajaran 2016/2017.

1.4 Manfaat dari Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat digunakan memahami bidang

kajian sosiopragmatik khususnya tindak tutur direktif. Penelitian ini

bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang lain.

b. Manfaat Praktis :

Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca

mengenai jenis dan wujud tindak tutur direktif, yang terdapat dalam

tuturan. Selain itu dalam pembelajaran bahasa, penelitian ini dapat

digunakan untuk menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah

tuturan, sehingga antar siswa dapat memahami maksud sebuah tuturan

yang mengandung tindak tutur direktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah sebegai berikut:

a. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan

situasi-situasi ujar.

b. Sosiopragmatik pada dasarnya yakni pragmatik yang terjadi dalam

konteks sosisal dan konteks kultural tertentu.

c. Tindak tutur direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si

penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan

tindakan-tindakan yang dikehendakinya.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab 1 adalah bab

pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, identifikasi masalah, manfaat penelitian, batasan, dan

sistematika penyajian. Bab 2 adalah kajian pustaka. Bab ini berisi seputar

tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti

saat ini. Dan kajian teoretis yaitu teori-teori yang berkaitan langsung dengan

penulisan penelitian ini. Bab 3 adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas

seputar pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data.

Bab 4 adalah hasil penelitian dan pembahasa. Bab ini membahas mengenai

deskripsi data, hasil analasis data, dan pembahasan. Bab 5 adalah penutup yang

berisikan mengenai kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini secara khusus akan diuraikan tiga hal, yaitu : (1) penelitian

terdahulu yang relevan, (2) landasan teori, dan (3) kerangka berpikir. Khusus

untuk bagian kedua yaitu landasan teori, akan diuraikan mengenai (a) kajian

pragmatik, (b) tindak tutur, (c) konteks dan (d) tindak tutur ilokusi jenis tuturan

direktif.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai tindak tutur direktif sebelumnya sudah pernah ada

dan dilakukan oleh peneliti lain. Secara khusus penelitian tentang tindak tutur

direktif dalam lingkungan sekolah sudah ada. Namun perbedaan yang peneliti

dapatkan dari penelitian yang didapatkan yakni dari jenjang pendidikan. Tindak

tutur direktif yang terdapat pada kajian terdahulu mengenai interaksi siswa dan

guru. Setelah dicermati pada kajian terdahulu ini interaksi tidak diterjadi saat

proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, pada kajian terdahulu ini peniliti hanya

memberikan satu penelitian terdahulu yang mirip atau serupa dengan penelitian

yang akan hendak peneliti lakukan. Penelitian terdahulu yang mirip atau serupa

dengan kajian penelitian peneliti yakni :

a. Penelitian Nurul Masfufah yang berjudul Kesantunan Bentuk Tuturan

Direktif di Lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta, menganalisis mengenai

interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Objek yang menjadi fokus penelitian Nurul Masfufah yakni : (1) bentuk

tuturan direktif yang terjadi di lingkungan sekolah, (2) mengenai prinsip

dan strategi tuturan direktif di lingkungan sekolah.

Metode pengumpulan data yang digunakan Nurul adalah metode observasi,

wawancara secara mendalam, dan angket. Data yang diambil dalam penelitian ini

data lisan, meliputi tuturan yang dilakukan oleh karyawan, guru, dan siswa SMA

Negeri 1 Surakarta dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam.

Teknik simak bebas libat cakap tersebut dilakukan dengan menyimak peristiwa

tutur dan mencatatnya, baik ikut terlibat di dalamnya maupun tidak terlibat

langsung. Teknik rekam dilakukan dengan cara merekam peristiwa tutur dibantu

tape recorder secara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan penutur.

Selanjutnya, dilakukan dokumentasi data dengan memindahkan data-data tuturan

yang diperoleh dari teknik simak dan teknik rekam ke dalam kartu data yang

sudah disiapkan.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat terjadi interaksi guru dan siswa

dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran

2016/2017. Hampir sama dengan penelitian yang terdahulu, yang membedakan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tingkat

atau jenjang pendidikan yang diteliti. Pengumpulan datanya bisa menggunakan

teknik simak, teknik catat, dan dibantu dengan teknik dokumentasi.

b. Penelitian Conny Handayani, dkk. yang berjudul Tindak Tutur Direktif

Dosen dengan Tenaga Administrasi: Ancangan Sosiopragmatik

Berperspektif Jender, menganalisis mengenai interaksi terjadi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

lingkungan dosen dan tenaga administrasi. Interaksi yang terjadi biasa

ditemukandi tempat seperti kampus atau kantor.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tentang kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi pada guru dan siswa dalam

pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran

2016/2017. Peneliti meneliti mengenai tindak tutur direktif yang terjadi saat

pembelajaran berlangsung antara guru dan siswa kelas V SD kanisius Sengkan.

Perbedaan dari kedua penelitian terdahulu yakni dimana penelitian pertama

mengenai tindak tutur direktif di SMA dan yang kedua tindak tutur direktif antara

dosen dengan tenaga administrasi. Setiap tuturan yang dituturkan memiliki makna

yang berbeda.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori merupakan pisau analisis yang harus diketahui peneliti

sebelum melakukan penelitian. Dalam landasan teori akan dijabarkan atau

dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan atau berkaitan dengan

penelitian yang hendak dilakukan peneliti dan menjadi acuan dalam penelitian

tindak tutur direktif para guru dan siswa dalam interaksi belajar mengajar pada

siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

Penulisan penelitian ini didukung oleh teori – teori yang menurut peneliti relevan

dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga dijadikan acuan penelitian.

2.2.1 Pragmatik dan Sosiopragmatik

Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-

situasi ujar (speech situations). Pragmatik makna diberi definisi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Sedangkan menurut

pandangan lainnya tentang pragmatik yakni studi mengenai penggunaan bahasa

(Levinson, 1985). Penggunaan bahasa yang dimaksudkan oleh Levinson adalah

penggunaan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan

pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik yang memungkinkan orang untuk masuk

ke dalam analisis. Sebagai topik yang melingkupi deiksis, presuposisi dan

implikatur percakapan, pragmatik lazim diberi definisi sebagai “telaah mengenai

hubungan di antara lambang dengan penafsiran” (Purwo 1990:15). Yang

dimaksud dengan lambang di sini adalah satuan ujaran, entah berupa satu kalimat

atau lebih, yang “membawa” makna tertentu, yang di dalam pragmatik ditentukan

atas hasil penafsiran si pendengar.

Istilah sosiopragmatik pertama-tama disampaikan oleh Leech (1983)

ketika ia menjelaskan tentang jangkauan pragmatik umum dalam bukunya yang

sangat ternama Pragmatics. Dalam sosiopragmatik pada dasarnya yakni

pragmatik yang terjadi dalam konteks sosisal dan konteks kultural tertentu.

Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti bisa dilihat dari konteks sosial, dimana

sekolah tersebut terletak di daerah mayoritas keturunan Jawa atau Yogyakarta.

Mulai dari siswa dari berbagai daerah luar Yogyakarta serta guru yang mengajar

di sekolah tersebut. Penggunaan bahasa atau tindak tutur pragmatik dan

sosiopragmatik saat pembelajaran berlangsung terkadang menggunakan dua

bahasa, bisa menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Saat penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

bertutur kepada mitra tuturnya harus memperhatikan konteks sosial dan konteks

kulturalnya.

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik

Untuk memahami apa itu pragmatik, mungkin kita bisa mengkaji pendapat

para pakar pragmatik yang mana pendapat mereka berbeda antara satu dan

lainnya. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu

(1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna

menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang

diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh

pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial

yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

2.2.2.1 Praanggapan

Presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian

sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presupposisi adalah penutur,

bukan kalimat (George Yule, hal. 43). Sebuah tuturan dapat dikatakan

mempraanggapkan tuturan lain apabila ketidakbenaran tuturan dipresuposisikan

mengakibatkan kebenaran dan ketidakbenaran tuturan mempresuposisikan tidak

dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai

sekali. Mempraanggapkan adanya seorang mahasiswa yang berparas sangat

cantik. Apabila kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas

sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya.

Sebaliknya, apabila di kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas sangat

cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Jika suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan

kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna. Yang tidak dinyatakan, tetapi

tersiratkan dari pengucapan kalimat itu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif pada guru dan siswa dalam pembelajaran di

kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta akan menemukan tuturan seperti

seorang guru yang mengatakan siswa tersebut pintar atau rajin mengerjarakan

tugas rumah. Praanggapan tersebut harus disertai dengan bukti atau kenyataannya

supaya dapat diketahui benar dan salah tuturan tersebut. Setelah mengetahui benar

dan tidak tuturan yang dikatakan, juga perlu diperhatikan makna dari sebuah

tuturan tuturan tersebut.

2.2.2.2 Ikutan atau Entailment

Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang

ditegaskan di dalam tuturan (George Yule, hal. 43). Penafsirannya harus

didasarkan pada latar belakang pengetahuan yang sama (the same background

knowledge) antara penutur dan mitra tutur tentang sesuatu yang sedang

dipertuturkan itu. Berbeda dengan hal tersebut, di dalam entailment hubungan

tersebut bersifat mutlak. Tuturan yang berbunyi Reni hamil muda

mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Reni itu sudah pernah berhubungan

badan dengan sorang pria sehingga ia bisa hamil. Dengan demikian, jelas bahwa

hubungan antara tuturan dengan maksud tuturan pada entailment itu bersifat

mutlak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Pembicaraan yang dilakukan antara guru dengan siswa harus sama agar tidak

terjadi kesalahan dalam tuturan tersebut. Misal tuturan seorang guru yang

berbunyi Budi ranking 1 satu kelas yang mengindikasikan siswa yang bernama

Budi selalu mendapat ranking 1 satu kelas.Jadi memang benar hubungan antara

tuturan dengan maksud tuturan itu mutlak.

2.2.2.3 Tindak Tutur

Studi tentang tindak tutur (TT) dalam aktivitas berbahasa, tanpa kecuali

aktivitas penggunaan bahasa Indonesia sesungguhnya telah banyak dilakukan.

Kajian tentang tindak tutur direktif bahasa Indonesia dengan menggunakan kajian

etnograsi komunikasi pernah dilakukan oleh Ibrahim (1997:132-142). Dalam

kajiannya Ibrahim memfokuskan kajiannya pada pemakaian bentuk tindak tutur

direktif camat-lurah dalam berinteraksi diadik bersemuka, yaitu tuturan yang: (a)

bermodus imperatif, (b) berperformatif eksplisit, (c) berperformatif berpagar, (d)

berproposisi keharusan, (e) menunjukan kesangsian, (f) berpengandaian bersyarat,

(g) menggunakan impersona, (h) menggunakan sindiran, dan (i) menggunakan

kelekar. Tindak tutur yang dilakukan dalam bentuk kalimat performatif oleh

Austin (1962) dirumuskan sebagai tiga buah bagian yang berbeda, yaitu (1) tindak

tutur lokusi, (2) tindak tutur ilokusi, (3) tindak tutur perlokusi. Dengan

menggunakan tiga bagian tindak tutur di atas dapat membantu penelitian yang

dilakukan oleh peneliti untuk membantu mengidentifikasi tindak tutur yang

diutarakan oleh guru kepada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

2.2.3 Jenis-jenis Tindak Tutur

Menurut Gunawan (1994) memang kadang-kadang agak sukar membedakan

tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Namun, menurut Gunawan (1994) juga terdapat

kata kerja yang menunjukkan tindak tuturnya adalah ilokusi. Misalnya, kata kerja

melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan,dan sebagainya. Searle

(1975) membagi tindak tutur itu atas lima kategori, yaitu tindak tutur:

respresentatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi. Dalam penelitian ini, peneliti

lebih memfokuskan ke kategori direktif. Pengertian dari direktif adalah tindak

tutur yang melakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan

tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya, menyuruh, memohon,

menuntut, menyarankan, menantang, dsb.

Searle di dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of

Language (1969: 23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya

ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni

tindakan lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Seorang penutur harus

memperhatikan kemampuan mitra tuturnya dalam menangkap maksud atau isi

dari tuturan yang diutarakan. Bila tidak ada respon oleh mitra tutur maka tuturan

yang disampaikan oleh penutur tidak diterima maksud atau isi tuturannya. Tiga

tindakan tutur tersebut harus didukung dengan kemampuan memahami yang

dimiliki oleh mitra tutur untuk menangkap maksud atau isi dari tuturan tersebut.

2.2.3.1 Tindak Lokusi

Tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Menurut Wijana (1996:17-20) tindak

tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Some thing. Secara seksama konsep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau

tuturan dalam hal ini dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua unsur,

yakni subjek/topik dan predikat/comment (Nababan, 1987: 4). Lebih jauh tindak

lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan

karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan

konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur dalam bab II di atas. Jadi, dari

persfektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting

peranannya untuk memahami tindak tutur (Parker, 1986: 15).

Tindak lokusi memang mudah dipahami karena tuturan tersebut untuk

menyatakan sesuatu oleh penutur. Tanpa memperhatikan konteks pun seorang

penutur dapat menyatakan sesuatu kepada mitra tutur. Seorang penutur yang

menyatakan sesuatu dapat berupa informasi-informasi kepada mitra tutur.

Selanjutnya mitra tutur dapat menangkap atau memahami maksud atau sesuatu

yang dinyatakan oleh penutur. Contoh kalimat dari tindak lokusi seperti berikut:

1. Budi belajar menulis.

2. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan

bahwa harga solar untuk para nelayan tidak akan ada kenaikan.

3. Semarang Ibu Kota Jawa Tengah terletak dijazirah utara

Kabupaten Semarang yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota.

2.2.3.2 Tindak Ilokusi

Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan

sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi,

tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Menurut Wijana (1996:17-20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak ilokusi sangat

sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa

penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan

sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk

memahami tindak tutur.

Berhubungan dengan ilokusi, tuturan yang bisa dilihat pada penelitian ini

adalah tuturan oleh penutur dan lawan tutur yang terjadi saat pembelajaran

berlangsung. Misalnya seorang guru sedang berinteraksi dengan siswa kelas V SD

Kanisius Sengkan saat pembelajaran berlangung.Isi atau makna dari tuturan

tersebut menginformasikan sesuatu untuk membuat siswa tersebut melakukan

tindakan sesuatu. Berikut contoh tindak ilokusi guru kepada siswa:

1. Budi masuk kelas tepat waktu.

2. Kelas ini terlihat seperti kandang hewan.

3. Rambutmu sudah panjang.

4. Kapur di kelas sudah habis

2.2.3.3 Tindak Perlokusi

Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai

daya pengaruh (perlocutionary), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau

daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh

penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk

mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Wijana (1996: 17-20)

tindak ini disebut the act of affecting someone.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Tindak perlokusi yakni tuturan yang mempengaruhi lawan tuturnya untuk

melakukan sebuah tindakan untuk penutur. Namun tuturan tersebut tidak

menunjuk kesalah satu orang melainkan beberapa orang untuk melakukan sesuatu

yang diutarakan penutur sebelumnya baik disengaja atau tidak sengaja. Contoh

dari tindak perlokusi sebagai berikut:

1. Budi mendapat nilai tertinggi di kelas.

2. Setiap masuk kelas ini seperti masuk kandang hewan.

3. Rudi mendapatkan beasiswa.

2.2.4 Kesantunan Tindak Tutur Direktif Sosiopragmatik

Bentuk tutur direktif (directive). Yang dimaksud dengan bentuk tutur direktif

adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk membuat

pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang

dikehendakinya seperti berikut ini: (a) memesan (ordering), (b) memerintah

(commanding), (c) memohon (requesting), (d) menasehati (advising). Jenis ilokusi

ini sering dimasukkan ke dalam kategori kompetitif, karena itu mencakup juga

kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun

dipihak lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang

secara instrinsik memang sopan. Tuturan yang diutarakan akan mempengaruhi

mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Penyampaian informasi yang tidak

sengaja maupun disengaja oleh penutur memiliki efek terhadap mitra tutur untuk

melakukan sesuatu.

Tindak Tutur Direktif Menasihati menurut Harun Joko Prayitno (2011:70)

kategori menasihati (to advice) meliputi: sub-kesantunan direktif memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

nasihat, mengandung maksud memberikan anjuran, petunjuk, saran, teguran, dan

ajaran secara baik dengan cara sopan. Memperhatikan kategori di atas, yang

dimaksud sub-kesantunan direktif menasihati di dalam penelitian ini adalah suatu

petunjuk yang berisi pelajaran tertepik dan baik dari Pn yang dapat dijadikan

sebagai alasan bagi Mt untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif

memerintah menurut Harun Joko Prayitno (2011:51) derajat kedirektifan sub-KD

memerintah dalam penelitian ini adalah setingkat lebih tinggi daripada sub-KD

menyuruh. Sub-KD memerintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh Mt

melakukan sesuatu.Dalam sub-KD memerintah ini ada semacam aba-aba,

komando, atau aturan dari pihak Pn sebagai orang yang merasa lebih tinggi

kedudukannya. Tindak tutur direktif mengancam menurut Harun Joko Prayitno

(2011:78) yang dimaksud dengan sub-KD mengancam adalah suatu KD yang

mengandung maksud utama agar Mt tidak melakukan sesuatu sebagaimana yang

dinyatakan oleh Pn. Sub-KD ancaman merupakan suatu KD yang bertujuan

memberikan pertanda, aba-aba, atau peringatan keras kepada Mt supaya tidak

mengulangi lagi perbuatannya.

Tindak tutur direktif menyindir menurut Harun Joko Prayitno (2011:49) yang

dimaksud dengan sub-KD menyindir adalah suatu tindak KD yang bertujuan

untuk mengingatkan atau menegur seseorang secara tidak langsung. Sedangkan

menurut Leech (1993:148) dinamakannya sebagai strategi sindiran yakni

penuturan sebuah ilokusi yang tujuannya diinterpretasi sebagai suatu tujuan

tembahan dari pelaksanaan sebuah ilokusi lain. Tindak tutur direktif

mengingatkan menurut Harun Joko Prayitno (2011:56) yang dimaksud dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

sub-KD mengingatkan adalah suatu KD yang bertujuan untuk memberi ingat atau

memberi nasihat, teguran, peringatan supaya seseorang ingat akan kewajiban

pekerjaan atau tindakan yang harus diselesaikan.

Tindak tutur direktif menegur menurut Harun Joko Priyatno (2011:66) KD

yang berhubungan dengan sub-KD menegur adalah suatu KD yang bertujuan

untuk mengingatkan dan menasihati secara kasar kepada seseorang supaya

bersedia melakukan suatu pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam sub-

KD ini ada semacam kurang cermat pada Mt dalam merampungkan suatu kegiatan

atau tugas yang dipercayakannya. Tindak tutur direktif menyuruh menurut Harun

Joko Priyatno (2011:48) KD menyuruh adalah suatu tindak tutur mengandung

unsur mengutus supaya Mt melakukan sesuatu sebagaiman yang disuruhkan oleh

Pn. Tindak tutur direktif mendukung menurut Harun Joko Prayitno (2011:82)

yang dimaksud dengan sub-KD mendukung adalah suatu KD yang bertujuan

untuk memberikan dukungan atau sokongan kepada seseorang supaya tindakan

yang telah dilakukannya dapat diteruskan.Seseorang yang sedang pada titik jenuh

dan bimbang perlu mendapatkan dukungan.

Tindak tutur direktif mengkritik menurut Harun Joko Prayitno (2011:75) yang

dimaksudkan dengan sub-KD mengkritik dalam penelitian ini adalah tindak

kesantunan berbahasa yang tujuannya utamanya adalah memberi masukan dengan

keras atas tindakan Mt. Melihat dari seseorang Mt yang melakukan tindakan yang

tidak maksimal dalam memberikan layanan atau permintaan Pn. Tindak tutur

direktif menargetkan menurut Harun Joko Prayitno (2011:76) yang dimaksud

dengan sub-KD menargetkan adalah suatu KD yang bertujuan untuk menetapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

sasaran atau batas ketentuan yang harus dicapai oleh seseorang. Hal ini bisa

dilihat dari Mt yang sedang melakukan tindakan yang semata-mata untuk

memenuhi permintaan yang telah ditargetkan oleh Pn.

Tindak tutur direktif meminta menurut Harun Joko Prayitno (2011:46) tindak

kesantunan direktif meminta adalah suatu sub-KD yang bertujuan untuk memohon

dan mengharapkan kepada Mt supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah

kenyataan sebagaimana yang diminta oleh Mt. Sub-KD ini agar Pn diberi atau

mendapatkan sesuatu dari Mt. Inti dari tuturan meminta adalah agar apa yang

diinginkan oleh Pn dapat dipenuhi oleh Mt. Tindak tutur direktif memberi saran

menurut Harun Joko Prayitno (2011:72) maksud yang hendak dituju oleh tindak

bahasa sub-KD menyarankan di dalam penelitian ini adalah suatu KD yang

mengandung pendapat Pn supaya dipertimbangkan oleh Mt dalam bertindak. Isi

dari dari KD ini berupa usulan, anjuran, atau cita-cita.Sesuatu yang disarankan

dapat digunakan oleh Mt mempertimbangkan untuk mengambil keputusan atau

bertindak.

Tindak tutur direktif melarang menurut Harun Joko Priyatno (2011:62) sub

KD melarang di dalam penelitian ini adalah KD yang bertujuan supaya Mt tidak

boleh sama sekali atau dilarang melakukan sesuatu. Inti dari KD ini agar Mt tidak

diperbolehkan sama sekali berbuat sesuatu sebagaimana diinginkan oleh Pn.

Tindak tutur direktif mengajak menurut Harun Joko Priyatno (2011:52) sub-KD

mengajak adalah sub-KD mengajak suatu KD yang mengandung maksud bahwa

Pn mengajak Mt supaya melakukan sesuatu sebagaimana yang dinyatakan oleh Pn

melalui tuturan secara bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

2.2.5 Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (1993:38) sebagai the surroundings,

in the widest sense, that enable the participants in communication to interact, and

that make the linguistic expressions of their interaction intelligible (“situasi

lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat

berinteraksi, yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”). Pentingnya konteks

dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (1996: 2) yang menyebutkan bahwa

konteks pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer

dan Bierwich (1980: 9) yang menegaskan bahwa pragmatics is concerned with

the way in which the interpretation of syntacfically defined expressions depends

on the particular conditions of the use on context (“pragmatik berkaitan dengan

interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan

cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus

penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks”). Konteks telah diberi berbagai

arti: antara lain diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan

fisik dan sosial sebuah tuturan. Secara langsung maupun tidak langsung suatu

konteks bahasan yang tidak jelas mempengaruhi tentang makna yang diujarkan

oleh penutur kepada mitra tutur. Kesalahan penerimaan makna menjadikan

kegagalan komunikasi yang bermaksud untuk memerintah tetapi tidak terjadi.

Konteks yang terjadi dalam penelitian di lingkungan sekolah dan di kelas,

saat terjadi interaksi pada guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta. Ungkapan yang digunakan guru kepada siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

akan berbeda dengan interaksi guru dengan guru. Mulai dari bahasa atau kalimat

yang digunakan guru kepada siswa lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ini peneliti memberikan gambaran mengenai

penelitian yang dilakukan. Judul yang diambil peneliti melihat dari situasi-situasi

yang berada dalam pembelajaran di sekolah khususnya sekolah dasar lekat dengan

kebudayan Jawa salah satunya yakni SD Kanisius Sengkan. Peneliti mengamati

interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Dengan cara

merekam suara dan mencatat tuturan yang dituturkan guru. Berdasarkan judul

yang digunakan di atas, pengetahuan-pengetahuan tentang ilmu sosiopragmatik,

pragmatik, dan tindak tutur direktif. Data yang didapatkan kemudian

dikelompokan dan dimasukkan ke dalam tabel triangulasi dengan jenis wujud

tindak tutur direktif dan maknanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif

jenis deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang

tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

secara purposive dan snowbad, teknik pengumpulan dengan triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Nazir (2013: 43) metode deskriptif adalah “suatu metode dalam

meneliti suatu kelompok manusia, suatu set kondisi, dan suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang”. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.

Selanjutnya, metode penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

sistematis, faktual, dan akurat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang sedang

diteliti sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri (Sukmadinata 2009: 72).

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari

proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan

antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.

Penelitian kualitatif menggunakan data alamiah untuk menerangkan gejala atau

fenomena secara menyeluruh. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang

alamiah,yaitu objek yang berkembang adanya dan tidak dimanipulasi peneliti dan

kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi kehadiran pada objek tersebut.

Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah

yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari

bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih

dari fenomena yang dihadapi (Gunawan 2013: 80).

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data adalah tempat ditemukannya data yang hendak diteliti. Dalam

penelitian, sumber data harus jelas supaya mendapatkan data yang valid dan

akurat. Penelitian ini sumber data yang digunakan adalah guru dan siswa SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta di kelas V Tahun Ajaran 2016/2017. Sedangkan

data merupakan hasil capaian yang nantinya akan diolah untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang diangkat oleh peneliti. Data yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif guru

dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

Tahun Ajaran 2016/2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan namanya “penyediaan”, tahap ini merupakan upaya sang

peneliti menyediakan data secukupnya. Data di sini dimengerti sebagai fenomena

lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang

dimaksud. Data yang demikian itu, substansinya dipandang berkualifikasi sahih

(valid ) dan terandal (reliable). Upaya penyediaan data itu dilakukan semata-mata

untuk dan demi kepentingan analisis. Setiap data atau fakta yang dikumpulkan

harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang jelas. Oleh karena itu

dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik pengumpulan data

yang tepat supaya bisa memperoleh data yang tepat. Abdurrahman & Muhidin

(2011: 85), menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk megumpulkan data”. Teknik pengumpulan data

adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang akan dikupas,

guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua teknik pengumpulan data yang tepat untuk memperoleh data.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Dokumentasi

Pengumulan data menggunakan dokumentasi dengan metode rekam dan

catat. Teknik pencatatan dalam metode observasi tidak dapat dilakukan secara

lengkap dan sempurna oleh peneliti, yang dimaksud peneliti tidak bisa

mencatat semua kejadian saat observasi. Penggunaan teknik rekaman untuk

memperoleh data untuk menunjang metode observasi itu sendiri. Hal-hal

yang sebelumnya belum tercatat oleh peneliti akan dikonfirmasikan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

dilengkapi melalui hasil rekaman. Kedua metode ini menjadi alat untuk

peneliti saat melakukan observasi subjek untuk memperoleh data yang

bersifat fakta atau asli. Data yang diperoleh merupakan data asli dan tidak

dibuat-buat. Teknik ini membantu peneliti untuk memperoleh data dengan

cara mendokumentasikan apa saja yang terjadi ketika interaksi guru dan siswa

dalam pembelajaran di Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun

Ajaran 2016/2017.

b. Teknik Catat

Di samping perekaman itu, dapat pula dilakukan pencatatan pada kartu

data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat

dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan-

diterapkan atau sesudah perekaman dilakukan dan dengan menggunakan alat

tulis tertentu. Dengan teknik ini peneliti akan mencatat tuturan-tuturan yang

diutarakan saat interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

c. Teknik Simak

“Metode simak” atau “penyimakan” karena memang berupa penyimakan,

yang dilakukan dengan menyimak suatu penggunaan bahasa. Metode ini

dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu

sosial. Peneliti menyimak atau mengamati bahasa yang digunakan saat

interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di Kelas V SD Kanisius

Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan peneliti dalam

memperoleh data atau fakta. Purwanto (2007: 6) memberikan contoh mengenai

instrumen atau alat pengukur dalam proses pengumpulan data, “tentang suhu

badan dilakukan melalui pengukuran menggunakan termometer yang menjadi

instrumennya, data berat dikumpulkan dengan menimbang menggunakan

timbangan, jarak diukur dengan mistar, dan sebagainya”. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa Human Instrument. Human

Instrument merupakan instrumen penelitian atau alat penelitian yang melibatkan

manusia atau peneliti itu sendiri.

Alat yang paling tepat untuk mengungkap dan mengupas penelitian

kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Human instrumen merupakan instrumen

penelitian yang melibatkan peneliti sebagai alat yang memiliki indera sehingga

dapat bereaksi dan berinteraksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang

akan diteliti. Dengan menggunakan peneliti sebagai alat meruapakn pilihan tepat

dalam penelitian kualitatif, karena peneliti dapat menyesuaikan diri terhadapt

semua aspek keadaan dan sekaligus mengumpulkan berbagai data. Menurut

Sugiono (2009: 306) “peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya”.

Dalam pemerolehan data penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai

alat yang mampu mengumpulkan data. Apabila peneliti memanfaatkan alat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

bukan manusia atau peneliti itu sendiri, sangat tidak mungkin untuk bisa

menyesuaikan terhadap kenyataan yang ada di lapangan. Hanya manusia sebagai

alat saja yang dapat memahami kenyataan di lapangan dan dapat menyadari

berbagai bentuk faktor yang merugikan maupun menguntungkan di lapangan serta

mampu mengatasinya. Pengukuran dalam dunia pendidikan tentu saja akan

melibatkan objek-objek dalam lingkungan pendidikan. Objek-objek yang terdapat

dalam proses pengukuran disebut responden. Responden dalam penelitian yang

kaitannya dengan pendidikan dapat berupa manusia maupun hasil karya manusia.

Dalam penelitian yang hendak dilakukan peneliti dengan menggunkana human

instrument atau peneliti sebagai alat, yang menjadi responden atau objek

penelitian adalah manusia, yakni para guru dan siswa dalam pembelajaran kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

3.5 Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data adalah tahapan yang sangat menentukan, karena

pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus

sudah diperoleh. Ada dua metode utama yang dapat digunakan dalam analisis

data, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Bagi

penelitian ini membantu memperoleh data-data yang diinginkan oleh peneliti

mengenai kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif guru dan siswa kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Sebelum

menjelaskan mengenai metode padan intralingual, terlebih dahulu akan dijelaskan

mengenai konsep padan dan konsep intralingual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Konsep padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan

sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga

padan di sini diartikan sebagai hal menghubungkan-bandingkan; sedangkan

intralingual mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa

(bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ekstra

lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan

lain-lain. Berbeda dengan metode padan intralingual, metode padan ekstralingual

digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti

menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Analisis

data ada kegiatan yang dilakukan setelah peneliti menyeleksi data sesuai dengan

kriteria yang akan diteliti (Siswantoro, 2004: 48). Menurut Miles dan Huberman

(1984: 21-23) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yakni

reduksi data, model data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Penelitian ini

menggunakan analisis data kualitatif dengan tiga kegiatan ini memudahkan

peneliti menganalisis data yang diperoleh berupa wujud dan makna yang

mengandung kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif setelah melakukan

observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan penelitian ini

adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif memang

tepat untuk menganalisis penelitian ini. Mengetahui lingkup pragmatik dan

sosiopragmatik pada kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada

interaksi guru dan siswa dalam pembelajarandi kelas V SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

3.6 Triangulasi

Triangulasi data dalam penelitian ini menggunakan peran penyidik.

Penyidik berperan sebagai orang yang menyelidiki atau mengecek kembali derajat

kepercayaan dengan teknik triangulasi. Jadi, objek dari kajian penelitian ini

mengikutsertakan bantuan dari dosen yaitu Prof. Dr. Pranowo, M.Pd sebagai

penyidik yang mengevaluasi atau mengecek kredibilitas kajian objek penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan tiga hal yaitu deskripsi data penelitian, analisis

data, dan pembahasan. Deskripsi data yang diperoleh merupakan deskripsi

berdasarkan hasil penelitian yang terlah dilakukan dengan membuat klasifikasi

data berdasarkan kategori dan jenis tindak tutur direktif pada guru. Pada bagian

analisis data akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk analisis data yang

sudah dicantumkan dalam lampiran. Pada bagian pembahasan berisikan urian

jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah mengenai tindak tutur

kesantunan sosiopragmatik direktif pada guru dan siswa dalam pembelajaran di

kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017. Pada

penelitian ini peneliti mendapatkan data yang berbentuk tuturan dari seorang guru

yang sedang mengajar di kelas kepada siswa kelas V.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini akan diberikan paparan mengenai hasil penelitian dan

pembahasan yang dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di SD

Kanisius Sengkan Yogyakarata tahun ajaran 2016/2017 saat pembelajaran

berlangsung di dalam kelas V antara guru dan siswa. Penjelasan yang akan

diberikan merupakan penjabaran dari rumusan masalah yang dituliskan oleh

peneliti. Data diperoleh melalui metode catat, dokumentasi, dan simak yang

dilakukan secara langsung mulai tanggal 21 Agustus 2017 - 09 September 2017 di

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Pengambilan data melalui teknik observasi dan simak bebas libat cakap yang

dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2017. Hasil dari penelitian ini ditemukan

14 jenis tindak tutur direktif. Sumber data penelitian ini adalah guru sedangkan

data dari penelitian adalah tuturan-tuturan yang mengandung tuturan direkif. Data

yang diperoleh dari penelitian ini adalah tuturan direktif di dalam kelas saat

pembelajaran berlangsung. Jumlah tuturan direktif di dalam kelas sebanyk 70

tuturan dengan rincian kesantunan direktif menasihati terdapat 4 tuturan,

kesantunan direktif memerintah terdapat 12 tuturan, kesantunan direktif

mengancam terdapat 3 tuturan, kesantunan direktif menyindir terdapat 14 tuturan,

kesantunan direktif mengingatkan terdapat 7 tuturan, kesantunan direktif menegur

terdapat 5 tuturan, kesantunan direkti menyuruh terdapat 5 tuturan, kesantunan

direktif mendukung terdapat 4 tuturan, kesantunan direktif mengkritik terdapat 1

tuturan, kesantunan direktif menargetkan terdapat 1 tuturan, kesantunan direktif

meminta terdapat 3 tuturan, kesantunan direktif menyarankan terdapat 1 tuturan,

kesantunan direktif melarang terdapat 2 tuturan, kesantunan direktif mengajak

terdapat 1 tuturan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini telah melalui tahap triangulasi.

Triangulasi data dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2017.

Triangulasi data dilakukan oleh dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yakni Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Berdasarkan hasil triangulasi terdapat 18 dari 70 data yang tidak disetujui oleh

dosen triangulator (dapat dilihat pada lampiran).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Berbagai macam kesantunan direktif yang sudah disebutkan oleh peneliti

di atas, memiliki beberapa contoh tuturan dari masing-masing kesantunan direktif.

Kesantunan tindak tutur direktif yang pertama adalah kesantunan tindak tutur

direktif menasihati berikut contohnya:

1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.

Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman yang lainnya

kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Supaya lebih

baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-apa.

Siswa: Iya Bu.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di

kelas V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu

Guru mengenai siswa yang tidak naik kelas.

Percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “kegagalan adalah

kesuksesan yang tertunda.” ini bermakna pragmatik untuk mitra tutur atau siswa

yang ketika mengalami sebuah kegagalan jangan pernah takut untuk mencoba lagi

karena kesuksesan tidak hanya diraih dengan sekali mencoba. Konteks juga

menjadi penunjang untuk menentukan makna pragmatik. Konteks dari tuturan di

atas ketika guru yang sedang mengabsensi kehadiran ada salah satu siswa yang

berkata “ada yang tidak tidak naik kelas Bu”. Menurut Brown & Levinson (1987:

101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan

negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif

karena wujud dari tuturan “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” yakni

menasihati dan makna dari tuturan diatas memberikan perhatian terhadap siswa

yang tinggal kelas untuk terus belajar untuk menjadi lebih baik. Cara

penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif.

Kesantunan tindak tutur direktif yang kedua adalah kesantunan tindak tutur

direktif menegur berikut contohnya:

2. Guru : Latihan!

Siswa: Ditulis Bu latihannya?

Guru : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.

(makanya didengarkan to, latihannya ditulis ya anak ganteng.)

Konteks: Tuturan tersebut berlangsung di kelas V saat Guru

mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti latian soal. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

sibuk dengan temannya.

Dari percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “ Makane

dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.” ini bermakna pragmatik

menyindir siswa atau mitra tutur ketika tidak mendengarkan perintah dari guru

dan kesiapan siswa untuk mengikuti latian soal. Konteks jugamenjadi penunjang

untuk menentukan makna pragmatik. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-

129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena

wujud tuturan “makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus” yakni

menegur. Tutuan ini ditujukan kepada siswa dan memberikan perhatian terhadap

siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru yang dituturkan.

Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif.

Kesantuna tindak tutur direktif yang ketiga adalah kesantunan tindak tutur direktif

menyindir berikut contohnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

3. Guru : Kelasnya full color ya?

Siswa: La bagaimana Bu?

Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak (D16)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang dianggap seperti siswa taman kanak-kanak.

Dari percakapan di atas bisa dilihat pada tuturan guru “ Kelasnyafull

color ya?” ini bermakna pragmatik menegur siswa yang masih ramai di dalam

kelas untuk diam dengan cara menanyakan seseuatu dalam wujud sindiran.

Konteks tuturan di atas ketika guru melihat para siswa yang masih ramai di kelas

dan perilaku siswa kelas V yang masih kekanak-kanakan. Menurut Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang negatih karena wujud tuturan “Kelasnya full color ya?” yakni

menyindir. Tuturan ini menggunakan ujaran tak langsung dan pertanyaan yang

ditujukan ke siswa untuk diam saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung .

Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan negatif dan

bertutur dengan cara tidak transparan. Konteks juga menjadi penunjang untuk

menentukan makna pragmatik.

4.2 Hasil Analisis Data

Analisis data penelitian ini meliputi ini meliputi tiga hal, yaitu konteks,

wujud tuturan direktif, makna pragmatik tuturan direktif. Kegita hal ini dijadikan

satu sub dalam analisis data sesuai dengan masing-masing bentuk direktif yang

digunakan peneliti. Peneliti menggunakan teori Harun Joko Prayitno (2011) yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

mengklasifikasikan bentuk direktif menjadi beberapa bagian. Disamping itu,

peneliti juga menggunakan teori Rahadi tentang sosiopragmatik. Kombinasi teori

dari dua ahli tersebut guna memperkuat teori yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini.

Kesantunan tindak tutur direktif merupakan tuturan yang berfungsi untuk

mendorong mitra tutur melakukan sesuatu seperti menyuruh, memerintah dan meminta.

Arti dari tuturan yang dituturkan oleh penutur menggambarkan dari kejadian yang

sedang berlangsung. Tanggapan yang diharapkan muncul dari mitra tutur yakni

tindakan atau respons dari tuturan penutur. Respons dari mitra tutur akan

dilakukan apabila mitra tutur memahami wujud dan makna dari tuturan penutur.

Berkaitan dengan wujud dan makna tindak tutur dari penutur, perlu dilakukan

identifikasi berdasarkan konteks tuturan. Konteks menjadi peranan penting dalam

menafsirkan wujud dan makna penutur, karena konteks merupakan latar belakang

yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.

Dalam tuturan tentunya memiliki makna dan wujud yang ingin diutarakan

kepada mitra tutur. Wujud tuturan dapat diketahui berdasarkan konteks situasi

tuturan yang terjadi. Penutur dan mitra tutur harus saling paham dengan konteks,

agar tidak terjadi salah paham atau tafsir antara wujud dan makna tuturan penutur

dengan tindakan dari mitra tutur.

4.2.1 Wujud Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif

Tuturan yang muncul dari percakapan guru dan siswa tidak terlalu formal.

Kalimat pada tuturan guru dapat dibedakan menjadi kalimat berita (declarative),

kalimat tanya (interogative), dan kalimat perintah (imperative) (Wijana, 1996:4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Setiap tuturan yang muncul dari seorang guru memiliki kalimat yang bermacam-

macam untuk para siswa. Contohnya saja kalimat berita yang digunakan guru

untuk memberikan informasi kepada siswa yang nantinya para siswa melakukan

sesuatu menurut berita yang didapatkan. Untuk kalimat tanya digunakan guru

untuk menanyakan sesuatu kepada siswa dan secara tidak langsung guru

menyindir siswa dengan menggunakan pertanyaan. Sedangkan kalimat perintah

ini digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan.

Dalam tindak tutur direktif bisa menggunakan tuturan langsung dan tidak

langsung. Misalnya saja kalimat perintah yang digunakan guru saat interaksi

dengan siswa meminta mengeluarkan buku atau segera mengerjakan tugas yang

sudah diperintahkan guru dikerjakan. Wujud kesantunan Tuturan tersebut bisa

dibilang sopan dilihat dari tuturan yang menggunakan kalimat deklaratif, kalimat

interogatif, dan kalimat imperatif. Dari data yang diperoleh peneliti terdapat 10

kalimat interogatif dari beberapa tuturan direktif. Dalam tuturan direktif

menyindir kalimat interogatif lebih banyak digunakan oleh penutur yakni guru.

Tuturan direktif menyindir dengan menggunakan kalimat interogatif

kesantunannya bisa dibilang sopan karena tuturan yang digunakan adalah tuturan

tidak langsung. Tuturan menyindir juga menjaga perasaan dari mitra tutur yakni

siswa. Berikut contoh tuturan dengan menggunakan kalimat interogatif ”Lihat

sini ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?” dari wujud ini secara tidak

langsung ingin menanyakan siswa mana yang tulisnya masih belum baik dengan

kalimat yang lebih sopan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Selanjutnya kalimat berita yang terdapat dalam data berjumlah 13 kalimat.

Dalam macam-macam tuturan direktif terdapat kalimat berita yang digunakan

oleh guru. Dari beberapa kalimat berita yang digunakan oleh guru sebagian besar

kesantunan dari tuturan yang digunakan ada yang sopan dan ada yang kurang

sopan. Tuturan yang digunakan oleh guru secara langsung dan transparan. Berikut

contoh tuturan dengan menggunakan kalimat berita yang sopan “ kegagalan

adalah kesuksesan yang tertunda “ wujud dari tuturan ini yakni menasihati.

Secara langsung guru memberikan informasi kepada para siswa bahwa seorang

siswa yang tidak naik kelas bukan hal yang buruk namun untuk mencapai

kesuksesan memerlukan daya juang yang lebih untuk selalu mencoba dan jangan

takut gagal.

Pada macam kalimat yang ketiga yakni kalimat perintah yang terdapat

dalam data penelitian berjumlah 17 kalimat. Dalam macam-macam tuturan

direktif juga terdapat kalimat perintah yang digunakan oleh guru saat

pembelajaran di dalam kelas. Dari beberapa kalimat perintah yang digunakan oleh

guru sebagian besar kesantunan dari tuturan yang digunakan ada yang sopan dan

ada yang kurang sopan. Tuturan yang digunakan oleh guru secara langsung dan

transparan. Berikut contoh tuturan dengan menggunakan kalimat berita yang

kurang sopan “sekarang dikeluarkan bukunya!“ dari wujud ini secara langsung

guru memberikan perintah kepada parasiswa untuk segera mengeluarkan buku

pelajaran. Tuturan diatas belum bisa dianggap sopan karena dilihat dari

kontesknya tuturan tersebut muncul ketika guru melihat kondisi kelas yang masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

ramai. Tuturan tersebut menggunakan intonasi yang tinggi agar siswa segera

bergegas untuk mengeluarkan buku pelajaran.

Beranjak dari data yang diperoleh peneliti, terdapat 14 jenis wujud tindak

tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas. Wujud

tindak tutur direktif yakni tindak tutur direktif menasihati, memerintah,

mengancam, menyindir, mengingatkan, menegur, menyuruh, mendukung,

mengkritik, menargetkan, meminta, memberi saran, melarang, mengajak. Berikut

pemaparan hasil data yang diperoleh berdasarkan jenis wujud tindak tutur direktif:

4.2.1.1 Wujud Tindak Tutur Direktif Menasihati

Berikut beberapa tuturan menasihati di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menasihati karena penutur memberikan petunjuk atau

arahan kepada mitra tutur supaya melakukan sesuatu atau tindakan menjadi lebih

baik. Tuturan menasihati dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

mengandung anjuran, petunjuk, dan ajaran secara baik dengan cara sopan.

1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.

Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman-teman

yang lainnya. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Supaya lebih baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-

apa.

Siswa : Iya Bu. (D1)

Tuturan : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Wujud tuturan : Menasihati

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu Guru mengenai

siswa yang tidak naik kelas.

2. Guru : Udara bersih, akan dibawa sel darah.

Siswa: Dibawa naik apa Bu? dibawa naik kereta Bu?

Guru : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu. (D19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tuturan : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu.

Wujud tuturan : Menasihati.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru menjelaskan materi pembelajaran IPA. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan materi yang diberikan.

3. Guru : Hayo jangan berbicara sendiri, konsentrasi-

konsentrasi ke pelajaran dulu. Siswa: Konsentrasi-konsentrasi. Zzzzt.

Guru : Pertanyaannya adalah bagaimana paru-paru mendapatkan udara

bersih? (D22)

Tuturan : Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi

kepelajaran dulu. Wujud tuturan : Menasihati.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru yang sedang menjelaskan materi IPA. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas

tidak konsentrasi.

4. Guru : Sekarang Bu Guru tunjuk nama silahkan salah satu

pokoknya kamu baca kamu tulis. Neta satu apa?

Siswa: Kalau sedang belajar itu kita sering ada godaan.

Guru : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya

mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. (D41)

Tuturan : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya

mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. Wujud tuturan : Menasihati

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru menanyakan jawaban kepada seorang siswa namun siswa

yang lain ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang menjawab pertanyaan dari Guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (1) “Kegagalan adalah

kesuksesan yang tertunda” termasuk dalam kesantunan tindak tutur direktif

menasihati melalui tuturan ini penutur memberikan masukan kepada mitra tutur

untuk dijadikan motivasi untuk lebih rajin dalam belajar. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang mendapatkan nilai

kurang baik. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif menasihati. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

siswa yang masih tinggal kelas atau tidak naik kelas. Tindakan yang dilakukan

oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang tinggal kelas tersebut semakin

giat untuk belajar agar tidak terjadi kegagalan yang sama.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (2) “Dikurangi

bercandanya, kita fokus dulu” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur

direktif menasihati melalui tuturan ini penutur memberikan arahan kepada mitra

tutur untuk lebih fokus saat mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Tuturan tersebut dituturkan pada saat guru sedang menjelaskan materi kepada

siswa agar tidak bercanda saat pelajaran berlangsung. Tuturan di atas merupakan

wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk semua siswa yang masih ramai di kelas

agar lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh

siswa dari tuturan tersebut adalah diam, tenang dan memperhatikan materi yang

sedang diberikan oleh guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (3) “Hayo jangan

berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi kepelajaran dulu” termasuk dalam

wujud kesantunan tindak tutur direktif menasihati melalui tuturan ini penutur

memberikan masukan terhadap mitra tutur untuk diam dan berkonsentrasi.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang

masih ramai di kelas agar tetap konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan di

atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati.

Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di

kelas dan tidak memperhatikan dan konsentrasi saat pelajaran berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang ramai

tersebut untuk lebih berkonsentrasi dan tenang saat mengikuti pelajaran yang

sedang berlangsung.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (4) “Anak-anak kalau

ada yang berbicara, tolong lainnya mendengarkan. Nah itu pokok

bahasannya.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menasihati

melalui tuturan ini penutur memberikan masukan kepada mitra tutur untuk saling

menghormati jika ada siswa lain yang sedang berbicara membacakan materi.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada siswa yang

ramai di kelas dan tidak mendengarkan siswa lain yang sedang berbicara

mengenai materi yang sedang dibicarakan. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Guru menyampaikan

suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di dalam kelas. Tindakan

yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa harus saling

menghormati sesama siswa dan tenang saat pembelajaran berlangsung.

4.2.1.2 Wujud Tindak Tutur Direktif Memerintah

Berikut beberapa tuturan memerintah di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif memerintah karena penutur sebagai orang yang merasa

lebih tinggi kedudukannya sedangkan mitra tutur seolah-olah sebagai bawahan.

Dalam tuturan memerintah ini ada semacam aba-aba, komanda, atau aturan dari

pihak penutur. Tuturan memerintah dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

mengandung maksud memerintah kepada mitra tutur agar melaksanakan sesuatu

sebagaimana yang diinginkan oleh penutur.

5. Siswa : Ganti baju ndak Bu?

Guru : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.

Siswa : La olahraganya Cuma ngukur tinggi sama berat badan

Bu. (D4)

Tuturan : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.

Wujud tuturan : Memerintah

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru memberikan materi pelajaran. Penutur merupakan seorang

Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa dari kelas lain yang menanyakan

perlu tidaknya mengganti baju setelah olahraga.

6. Guru : Menurut jadwal sekarang jam 07.00-08.20 pelajaran Bhs.

Jawa. Saiki dikeluarkan bukunya! (sekarang dikeluarkan

bukunya)

Siswa : Nggih Bu.

Guru : Sopo sik dereng kagungan bukune? (siapa yang belum

punya bukunya? (D5)

Tuturan : Saiki dikeluarkan bukunya!

Wujud tuturan : Memerintah.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru melihat jam yang sudah menunjukan pelajaran akan dimulai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang belum siap untuk mengeluarkan buku pelajaran.

7. Guru : Sekarang kita baca bersama. Baca yang keras Rafael!

Siswa: Yang atas sendiri itu Bu?

Guru : Hewan, manusia, dan tumbuhan. (D13)

Tuturan : Baca yang keras Rafael!

Wujud tuturan : Memerintah

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru ingin mendengarkan suara keras dari salah satu siswa. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang sedang

sibuk sendiri dan tidak memperhatikan.

8. Guru : Saiki sik B diwoco Brian!

Siswa: Baik Bu. (D6)

Tuturan : Saiki sik B diwoco Brian! ( Sekarang poin B dibaca Brian!)

Wujud tuturan : Memerintah

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru melihat siswa yang sedang mengerjakan soal. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak

serius mengerjakan soal.

9. Guru : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!

Siswa: Tenang, tenang, Ssttt

Guru : Iya bagus. (D40)

Tuturan : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!

Wujud tuturan :Memerintah

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswayang ramai

di kelas.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (5) “Pokoknya setelah

olahraga kalian harus ganti baju.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak

tutur direktif memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah kepada

mitra tutur untuk ganti seragam sekolah setelah melakukan olahraga. Tuturan

tersebut dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang masih

menanyakan perlu tidaknya ganti seragam sekolah setelah olahraga. Tuturan di

atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

memerintah. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang

menanyakan perlu tidaknya mengganti seragam sekolah setelah melakukan

olahraga. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah

mengganti pakaian olahraga dengan seragam sekolah.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (6) “Saiki dikeluarkan

bukunya” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif memerintah

melalui tuturan ini penutur memerintah mitra tutur untuk mengeluarkan buku

pelajaran dengan menggunakan bahasa daerah. Tuturan tersebut dituturkan saat

guru. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur

direktif memerintah. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

menyiapkan diri untuk memulai pelajaran bahasa Jawa. Tindakan yang dilakukan

oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa bersiap diri dan mengeluarkan buku

bahasa Jawa.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (7) “Baca yang keras

Rafael!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif memerintah

melalui tuturan ini penutur memberikan perintahkepada mitra tutur untuk

melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan

saat guru memberikan perintah kepada siswa untuk lebih keras saat membaca

materi. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang maih

masih kurang keras saat membacakan materi. Tindakan yang dilakukan oleh siswa

dari tuturan tersebut adalah siswa yang membacanya kurang keras agar lebih keras

saat membaca materi.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (8) “Saiki sik B diwoco

Brian! (sekarang poin B dibaca Brian!)” termasuk dalam wujud kesantunan

tindak tutur direktif memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah

kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang

masih kurang serius dalam pelajaran. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Guru menyampaikan

suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih kurang serius dalam mengikuti

pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa

yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran dan membacakan materi dengan

keras.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (9) “Sekarang Ciro dulu

aja. Ciro tepuk tenang!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

memerintah melalui tuturan ini penutur memberikan perintah kepada mitra tutur

untuk melakukan tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru memberikan perintah kepada siswa yang masih ramai saat

pelajaran berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Guru menyampaikan suatu

tuturan ini untuk seorang siswa yang maih ramai di dalam kelas. Tindakan yang

dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang masih ramai untuk

melakukan tindakan tepuk tenang yang diperintahkan oleh guru.

4.2.1.3 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengancam

Berikut beberapa tuturan mengancam di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengancam karena mitra tutur tidak melakukan suatu

tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh penutur. Dalam tuturan mengancam

ini ada semacam aba-aba, atau peringatan keras terhadap mitra tutur. Tuturan

mengancam dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud

mengancam kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan sebagaimana

yang diancamkan oleh penutur akan berakibat pada kesulitan.

10. Siswa: Bu kecepeten Bu. Bu belum Bu.

Guru : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat

mendektekan. Siswa : Aduuh Bu.

Guru : Sudah itu dulu. (D24)

Tuturan : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat

mendektekan.

Wujud tuturan :Mengancam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang tidak mendengarkan materi yang didektekan.

11. Guru : Jangan rame, nanti tak tambahi!

Siswa: Diam to. (D28)

Tuturan : Jangan rame, nanti tak tambahi!

Wujud tuturan :Mengancam

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang ramai di kelas dan tidak memperhatikan.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (10) “Kalau kalian

semakin rame, Bu Maria semakin cepat mendektekan” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif mengancam melalui tuturan ini penutur

memberikan ancaman kepada mitra tutur agar tidak melakukan sesuatu yang

dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan

ancaman kepada siswa yang masih ramai di kelas saar guru memberikan materi

untuk dicatat. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif mengancam. Guru menyampaikan suatu tuturan ini memberikan aba-

aba atau peringata untuk seorang siswa yang masih ramai di dalam kelas saat guru

memberikan materi. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah tidak melanggar ancaman dari guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (11) “Jangan rame,

nanti tak tambahi” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

mengancam melalui tuturan ini penutur memberikan ancaman kepada mitra tutur

agar tidak melakukan sesuatu yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru memberikan ancama kepada siswa yang masih ramai saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

menulis soal yang diberikan oleh guru. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengancam. Guru menyampaikan

suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai saat menulis soal yang

diberikan oleh guru. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah tidak melanggar ancaman dari guru.

4.2.1.4 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyindir

Berikut beberapa tuturan menyindir di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menyindir karena tindakan ini mengingatkan atau

menegur seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Dalam tuturan

menyindir ini ada permohonan yang sopan biasanya berupa pertanyaan akan

kesediaan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dikehendaki oleh

penutur. Tuturan menyindir dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

mengandung maksud menyindir memberikan teguran atau peringatan secara tidak

langsung atau tidak terus terang itu supaya seseorang yang dimaksud melakukan

tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur.

12. Guru : Jelas tidak?

Siswa: Jelas Bu.

Guru : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?

Siswa: Tidak ada ya Bu. (D7)

Tuturan : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?

Wujud tuturan :Menyindir

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru memberikan penjelasan materi

pelajaran. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang selesai menulis materi pelajaran.

13. Guru : Kelasnya full color ya?

Siswa: La bagaimana Bu?

Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak. (D16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Tuturan : Kelasnya full color ya?

Wujud tuturan :Menyindir

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

dianggap seperti siswa taman kanak-kanak.

14. Guru : Tadi kalau sudah membaca, jadi Bu Maria ulang lagi

di dalam hidung ada bulu hidung yang disebut apa? Bagus lo

sebutannya.

Siswa: Apa Bu?

Guru : Cilia.

Siswa: Sudah Bu. Cilia kan Bu?

Guru: Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu? (D23)

Tuturan : Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu?

Wujud tuturan :Menyindir

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi yang sebelumnya

sudah dibaca. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan.

15. Siswa: Fungsinya ditulis tidak?

Siswa: Ndak usah Bu.

Guru : Kan sudah ada dibuku paket to?

Siswa: Iya Bu.

Guru : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca

kelihatan lo ya.

Siswa: Aku belum baca lo Bu. (D25)

Tuturan : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca

kelihatan lo ya.

Wujud tuturan :Menyindir

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang sedang membaca

materi. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang kurang teliti membaca buku paket.

16. Guru : Apa lagi kalau kalian pas olahraga, berarti kalian ndak ada jeda

istirahat to itu berarti olahraga-olahraga terus IPA to itu? Lha Pak

Ari sudah kasih waktu 15 menit buat ganti tok to? Nah sudah jam

08.20 kok masih pada diluar, mestinya kalian sudah siap di kelas.

Tidak seperti tadi Bu Maria panggil “V B masuk!“

Siswa: Iya Bu Maria.

Guru : Gitu ya. (D15)

Tuturan : sudah jam 08.20 kok masih pada diluar.

Wujud tuturan :Menyindir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Gurumasuk kelas dan sebelum memulai pelajaran. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang masih

di luar kelas.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (12) “Lihat sini, ada

yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?” termasuk dalam wujud kesantunan

tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran

kepada mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan sindiran kepada siswa yang

masih kurang bagus dan rapi saat mencatat materi pelajaran. Tuturan di atas

merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir.

Guru menyampaikan suatu tuturan ini mengingatkan seorang siswa agar saat

menulis catatan materi pelajaran dengan bagus dan rapi. Tindakan yang dilakukan

oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang menulisnya belum rapi dan

bagus agar diperbaiki.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (13) “Kelasnya full color

ya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menyindir melalui

tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada mitra tutur untuk mengingatkan

atau menegur secara tidak langsung. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

memberikan sindiran kepada siswa masih ramai saat pelajaran akan dimulai.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini menegur para siswa agar diam

dan siap untuk memulai pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari

tuturan tersebut adalah para siswa diam dan mempersiapkan diri untuk mengikuti

pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (14) “Katanya tadi

sudah baca, kok masih belum tahu?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak

tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada

mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung. Tuturan

tersebut dituturkan saat guru mengecek kembali pekerjaan siswa yang diberikan

oleh guru. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang

siswa yang tidak membaca materi yang diperintahkan oleh guru. Tindakan yang

dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa membaca materi pelajaran

agar bisa pertanyaan dari guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (15) “Ternyata yang

sudah baca duluan atau yang belum baca kelihatan lo ya” termasuk dalam

wujud kesantunan tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur

memberikan sindiran kepada mitra tutur untuk mengingatkan atau menegur secara

tidak langsung. Tuturan tersebut dituturkan saat guru melihat siswa yang masih

ramai di kelas dana melihat siswa yang sudah membaca dan belum membaca.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

menyindir. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih

ramai di kelas dan siswa yang belum membaca. Tindakan yang dilakukan oleh

siswa dari tuturan tersebut adalah siswa membaca materi pelajaran dengan serius.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (16) “Sudah jam 08:20

kok masih pada di luar” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan sindiran kepada mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

untuk mengingatkan atau menegur secara tidak langsung. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru mengajar di dalam kelas dan membahas kelas lainnya yang

menanyakan jam masuk kelas setelah olahraga. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir. Guru menyampaikan

suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang terbiasa masuk kelas tidak sesuai

jadwal jam 08.20. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah siswa masuk kelas sebelum jam 08.20 atau sebelum pelajaran selanjutnya

dimulai.

4.2.1.5 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengingatkan

Berikut beberapa tuturan mengingatkan di dalam kelas V saat

pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang

dimaksud merupakan tuturan direktif mengingatkan karena dilihat dari KD

tersebut untuk memberi ingat atau memberi nasihat kepada mitra tutur. Dalam

tuturan mengingatkan ini memberi teguran, peringatan supaya seseorang ingat

akan kewajiban pekerjaanyang harus diselesaikan. Tuturan mengingatkan dapat

diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud mengingatkan

kepada mitra tutur memiliki janji yang menjadi tanggung jawabnya tetapi karena

sesuatu hal kemudian dilupakan.

17. Guru : Itu pekerjaannya harus selesai!

Siswa: Iya Bu.

Guru : Segera dikerjakan. (D9)

Tuturan : Itu pekerjaannya harus selesai!

Wujud tuturan : Mengingatkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati siswa yang mengerjakan

tugas kepada siswa. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang sedang mengerjakan tugas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

18. Guru : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum

selesai? Siswa: Halaman berapa Bu?

Guru : Halaman 4-5.

Siswa: Oh iya Bu. (D58)

Tuturan : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum

selesai? Wujud tuturan :Mengingatkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang tidak mengerjakan

tugas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang belum selesai dan tidak memperhatikan apa yang

diperintahkan.

19. Guru : Haloo!

Siswa: Iya Bu.

Guru : Sudah bisa dimulai pelajarannya?

Siswa: Sudah Bu. (D47)

Tuturan : Sudah bisa dimulai pelajarannya?

Wujud tuturan :Mengingatkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas yang ramai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang ramai di kelas.

20. Guru : 3 itu 5 soal lo bukan 4 soal.

Siswa: Iya Bu.

Guru : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.

Siswa: Iya Bu. (D50)

Tuturan : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.

Wujud tuturan :Mengingatkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menerangkan soal yang akan

dikerjakan. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang berbicara dengan temannya.

21. Guru : 3 menit lagi.

Siswa: Iya Bu. Satu hehe

Guru : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.

Siswa: Iya Bu. (D52)

Tuturan : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.

Wujud tuturan :Mengingatkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat situasi kelas yang tidak

kondusif atau ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang sudah selesai mengerjakan dan bergaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (17) “Itu pekerjaannya

harus selesai!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

mengingatkann melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau nasihat, teguran

peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau pekerjaan yang harus

diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan penegasan atau

teguran agar tugas yang sudah diberikan kepada siswa harus diselesiakan. Tuturan

di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang

masih ramai dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tindakan

yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (18) “Sen ini temannya

sudah mau selesai, masak kamu belum selesai?” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur

memberi ingat atau nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan

kewajiban atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan

saat guru melihat dan mengingatkan seorang siswa yang belum selesai

mengerjakan tugas dan ramai di kelas. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai dan belum

selesai mengerjakan tugas. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan

tersebut adalah siswa tersebut menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (19) “Sudah bisa

dimulai pelajarannya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

mengingatkan melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau nasihat, teguran

peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau pekerjaan yang harus

diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru yang akan memulai pelajaran

mengingatkan siswa yang masih ramai untuk mempersiapkan diri memulai

pelajaran. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang

siswa yang masih ramai di dalam kelas dan belum siap untuk mengikuti pelajaran.

Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa diam,

tenang dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (20) “Yang lain

mengerjakan, bukan bicara dengan temannya” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur

memberi ingat atau nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan

kewajiban atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan

saat guru sedang mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal dan

mengingatkan siswa agar tidak bicara dengan temannya. Tuturan di atas

merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.

Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai

sendiri dan tidak mengerjakan soal yang sudah diberikan oleh guru. Tindakan

yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa tenang dan

mengerjakan soal-soal dengan serius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (21) “Kalau yang sudah

mengerjakan tidak usah bergaya.” termasuk dalam wujud kesantunan tindak

tutur direktif mengingatkan melalui tuturan ini penutur memberi ingat atau

nasihat, teguran peringatan supaya mitra tutur ingat akan kewajiban atau

pekerjaan yang harus diselesaikan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru sedang

duduk dan memperhatikan siswa mengerjakan tugas mengingatkan agar fokus

mengerjakan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif mengingatkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang

siswa yang sudah selesai mengerjakan namun membuat gaduh kelas. Tindakan

yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa tetap diam dan

tenang menunggu siswa lain menyelesaikan tugas.

4.2.1.6 Wujud Tindak Tutur Direktif Menegur

Berikut beberapa tuturan menegur di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menegur karena bertujuan untuk mengingatkan dan

menasihati secara keras kepada seseorang supaya bersedia melakukan suatu

pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam tuturan menegur ini ada

semacam kekurangcermatan pada mitra tutur dalam merampungkan suatu

kegiatan yang dipercayakan. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan

wujud yang mengandung maksud memberikan kritikan atau peringatan supaya

mitra tutur tidak melakukan lagi suatu yang terjadi.

22. Guru : Jangan diulangi lagi ya.

Siswa: Iya Bu. Tidak akan saya ulangi Bu. (D10)

Tuturan : Jangan diulangi lagi ya.

Wujud tuturan : Menegur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat tindakan siswa yang

menggangu temannya. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan

mitra tutur adalah siswa yang melakukan tindakan mengganggu.

23. Guru : No 1 tulis soalnya menjawabnya nanti.

Siswa: Sik Sebentar Bu. (tunggu sebentar Bu)

Guru : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!

Siswa: Ssttt diam to. Tenang! (D27)

Tuturan : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!

Wujud tuturan : Menegur

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kelas yang masih ada siswa

yang membuat gaduh kelas. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.

24. Guru : Lalu Bu Guru itu suka makan buah nangka, siapa yang suka

makan buah nangka?

Siswa: Aku Bu.

Guru : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!

Siswa: Ssttt

Guru : Nah tapi buah nangka itu Bu Guru senang sekali yang manis.

(D31)

Tuturan : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!

Wujud tuturan :Menegur

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas masih banyak

yang ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang ramai di kelas. Tuturan dituturkan saat Guru yang

sedang memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk

sendiri-sendiri.

25. Guru : Latihan!

Siswa: Ditulis Bu latihannya?

Guru : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.

(makanya didengarkan to, latihannya ditulis ya anak tampan) (D68)

Tuturan : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.

Wujud tuturan : Menegur

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru mengamati kesiapan siswa untuk

mengikuti latian soal. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang sibuk dengan temannya.

26. Guru : Andika nanti pinjam palu Pak Sarmin saja.

Siswa: Pak Sarmin pinjam palunya.

Guru : Pakai sepatu ndak bisa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Siswa: Vin palu Vin

Guru : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak? (D44)

Tuturan : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak?

Wujud tuturan : Menegur

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat ada seorang siswa yang sedang

memukuli kursi di dalam kelas. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memukul kursi yang

menimbulkan suara berisik di dalam kelas.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (22) “Jangan diulangi

lagi ya” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif menegur melalui

tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur agar tidak melaukan

tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru memberikan teguran kepada

siswa agar tidak melakukan kesalahan lagi. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru menyampaikan

suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang melakukan tindakan yang salah.

Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa

mengoreksi diri sendiri dan tidak melakukan tindakan yang salah lagi.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (23) “Bu Maria akan

mulai kalau kalian sudah diam!” termasuk dalam wuju kesantunan tindak tutur

direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra

tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

memberikan soal dan soal harus ditulis terlebih dahulu. Guru melihat siswa yang

membuat gaduh di dalam kelas. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru menyampaikan suatu tuturan

ini untuk seorang siswa yang membuat gaduh di dalam kelas. Tindakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang membuat gaduh di

dalam kelas untuk diam dan menghormati siswa lainnya.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (24) “Sudah, kalian siap

mendengarkan lagi?!” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur

agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-sendiri.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

menegur. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih

sibuk sendiri-sendiri. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah siswa lebih tenang dan memperhatikan materi yang akan diberikan oleh

guru.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (25) “Makane

dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan

peringatan untuk mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru menyuruh para siswa yang ramai di dalam kelas untuk

menulis soal latihan dengan nada atau suara yang tegas. Tuturan di atas

merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk siswa yang masih ramai dan membuat

gaduh di dalam kelas. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah siswa memperhatikan dan lebih fokus saat mengikuti pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (26) “Andika dengar

yang tadi dibilang Bu Guru tidak?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak

tutur direktif menegur melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk

mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat

guru mengajar dan mengamati situasi kelas menegur salah satu siswanya untuk

memperhatikan materi yang sedang dibahas oleh guru. Tuturan di atas merupakan

wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menegur. Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang masih ramai di kelas.

Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa yang ramai

di kelas untuk diam dan fokus saat mengikuti pelajaran.

4.2.1.7 Wujud Tindak Tutur Direktif Menyuruh

Berikut beberapa tuturan menyuruh di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menyuruh karena KD ini jika dinaikan kedirektifannya

akan menjadi KD memerintah. Dalam tuturan menyuruh ini seseorang yang

mempunyai kewenangan menyuruh mitra tutur apabila kedudukannya lebih tinggi

daripada mitra tutur.Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan wujud

yang mengandung unsur mengutus supaya mitra tutur melakukan tindakan

sebagaimana yang disuruhkan oleh penutur.

27. Siswa: Bu izin minum ya Bu.

Guru : Tadikan sudah. Siapa yang haus?

Siswa: Iya semuanya Bu.

Guru : Ibu hitung satu sampai sepuluh.

Siswa: Iya Bu.

Guru : Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, dan

sepuluh. Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.

(D53)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Tuturan : Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.

Wujud tuturan : Menyuruh

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat banyak siswa merasa haus dan

ingin minum. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang meminta izin ingin minum.

28. Guru : Sudah Dandi yang nulis?

Siswa: Belum Bu.

Guru : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.

Siswa: Iya Bu. Sudah kok Bu. (D56)

Tutuan : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.

Wujud tuturan :Menyuruh

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat seorang siswa yang sedang

menggunakan jaket. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang menggunakan jaket.

29. Guru : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.

Siswa: Tidak ada Bu haha

Guru : Didalam hidungmu coba kamu rasakan. Ada rambutnya tidak?

(D67)

Tuturan : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.

Wujud tuturan :Menyuruh

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan tentang pelajaran IPA.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang mengikuti pelajaran IPA.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (27) “Minumnya sudah

selesai, sekarang hadap depan” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur

direktif menyuruh melalui tuturan ini penutur mengutus agar mitra tutur

melakukan tindakan yang ingingkan oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat

guru menyuruh siswa yang minum di kelas untuk berhenti minum dan kembali

menghadap depan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk

seorang siswa yang masih minum di dalam kelas. Tindakan yang dilakukan oleh

siswa kembali hadap depan dan bersiap untuk melanjutkan pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (28) “Jaketnya tolong

ditaruh di laci dulu” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif

menyuruh melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk mitra tutur

agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

mengamati kesiapan siswa untuk memulai pelajaran dan menyuruh siswa

menaruh jaket di laci. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan

ini untuk siswa yang belum siap memulai pelajaran dan masih terdapat jaket di

atas meja. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa

memaruh jaket di laci dan mempersiapkan diri untuk memulai pelajaran.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (29) “Nah coba

sekarang rabalah hidungmu sendiri” termasuk dalam wujud kesantunan tindak

tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan untuk

mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan saat

guru selesai menjelaskan materi menyuruh para siswanya untuk meraba

hidungnya masing-masing. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif menyuruh. Guru menyampaikan suatu tuturan

ini untuk para siswa yang sedang mengikuti pelajaran IPA. Tindakan yang

dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa mengikuti suruhan untuk

meraba hidung masing-masing.

4.2.1.8 Wujud Tindak Tutur Direktif Mendukung

Berikut beberapa tuturan mendukung di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang dimaksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

merupakan tuturan direktif mendukung karena seseorang mitra tutur yang sedang

melakukan tindakan perlu mendapatkan dukungan dari penutur. Dalam tuturan

mendukung bertujuan untuk memberikan sokongan lebih kepada mitra tutur

.Tuturan mendukung dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang

mendasari seseorang itu meneruskan atau melakukan suatu tindakan karena

adanya dorongan yang dinyatakan oleh penutur.

30. Guru : Juga mengeluarkan udara kotor melalui apa?

Siswa: Hidung Bu.

Guru : Waah benar pintar e. (D18)

Tuturan : Waah benar pintar e.

Wujud tuturan :Mendukung

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran

IPA. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang didukung oleh gurunya.

31. Guru : Sekarang nomor 2 berarti. Yang kedua apa tempatmu Neta?

Siswa: Sudah, tapi aku takut salah Bu.

Guru : Silahkan dicoba saja, tidak ada yang salah kok coba.

Siswa: Kalau berhasil melewati godaan-godaan itu kita bisa mencapai

keinginan.

Guru : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta. (D42)

Tuturan : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta.

Wujud tuturan : Mendukung

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan tentang materi pelajaran.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang menjawab pertanyaan.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (30) “Wah benar pintar

e” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur direktif mendukung melalui

tuturan ini penutur memberikan dukungan kepada mitra tutur supaya tindakan

yang telah dilakukan dapat diteruskan. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

mendengar jawaban dari siswa dan mendukung jawaban yang dituturkan. Tuturan

di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

mendukung. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang

menjawab soal yang diberikan oleh guru dengan benar. Tindakan yang dilakukan

oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa meningkatkan belajaranya agar

nantinya menjawab soal dengan benar.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (31) “Nah boleh itu.

Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta” termasuk dalam wujud kesantunan

tindak tutur direktif menyindir melalui tuturan ini penutur memberikan peringatan

untuk mitra tutur agar tidak melaukan tindakan lagi. Tuturan tersebut dituturkan

saat guru mendukung jawaban yang diutarakan oleh seorang siswa dan guru

meminta kepada para siswa untuk memberikan pengharagaan dengan tepuk tanga.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

mendukung. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk memuji seorang siswa

yang sudah menjawab pertanyaan dengan benar dan menyuruh siswa lainnya

untuk tepuk tangan. Tindakan yang dilakukan oleh siswa mengingkatkan

belajarnya dan memotivasi siswa lainnya untuk belajar dengan giat agar bisa

menjawab soal-soal nantinya.

4.2.1.9 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengkritik

Berikut beberapa tuturan mengkritik di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengkritik karena lazimnya diasarkan atas tidak

maksimalnya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.

Dalam tuturan mengkritik bertujuan untuk mitra tutur agar tidak mengulang

kembali kesalahan yang sama dan yang diakan datang. Tuturan mengkritik dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

diidentifikasi berdasarkan wujud atas dasar itu penutur merasa tidak puas dengan

apa yang sudah dilakukan oleh mitra tutur maka penutur menegur secara keras

agar mitra tutur tidak mengulang kesalahan lagi.

32. Guru : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?

Siswa: La gimana Bu?

Guru : Berarti nanti kamu sampai kelas 5 selesai habis 5 buku itu

nanti. La jeda 1 baris. (D17)

Tuturan : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?

Wujud tuturan :Mengkritik

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat tulisan siswa pada buku

catatan. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang menulisnya terlalu banyak jeda.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (32) “Bima, kamu kalau

nulis diberi jeda-jeda segitu ya?” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur

direktif mengkritik melalui tuturan ini penutur memberi masukan dengan keras

atas tindakan yang sudah dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan tersebut dituturkan

saat guru yang sedang berkeliling kelas dan melihat seorang siswa yang menulis

catatannya di buku. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif mengkritik. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk

seorang siswa yang terlalu banyak jarak jeda setiap kalimatnya saat mencatat

materi di buku. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah

siswa mengurangi jarak jeda yang tadinya jauh menjadi lebih dekat agar tidak

menghabiskan buku banyak.

4.2.1.10 Wujud Tindak Tutur Direktif Menargetkan

Berikut beberapa tuturan menargetkan di dalam kelas V saat

pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang

dimaksud merupakan tuturan direktif menargetkan karena bisa dilihat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

penetapan suatu sasaran yang akan dilakukan atau dicapai oleh seseorang. Dalam

tuturan menargetkan bertujuan untuk memberikan batas ketentuan agar

tercapainya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.

Tuturan menargetkan dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang

ditargetkan oleh penutur dapat dilakukan dengan baik oleh mitra tutur.

33. Siswa: Itu ditulis Bu?

Guru : Mau ditulis atau ndak?

Siswa: Ditulis Bu.

Guru : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita

latihan soal. Siswa: Yeee nyelesaiin ini bentar Bu. (D26)

Tuturan : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita

latihan soal. Wujud tuturan :Menargetkan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang belum selesai mencatat. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum

selesai mencatat.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (33) “Bu Maria Kasih

waktu untuk menyelesaikan itu, setelah itu kita latihan soal” termasuk dalam

wujud kesantunan tindak tutur direktif menargetkan melalui tuturan ini penutur

menetapkan sasaran atau batas ketentuan yang harus dicapai oleh mitra tutur.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru menargetkan siswanya untuk menyelesaikan

mencatat materi di buku masing-masing dan dilanjutkan dengan latian soal.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

menargetkan. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang

masih mencatat materi di buku masing-masing. Tindakan yang dilakukan oleh

siswa dari tuturan tersebut adalah siswa harus menyelesaikan mencatatnya karena

akan dilanjutkan dengan latihan soal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

4.2.1.11 Wujud Tindak Tutur Direktif Meminta

Berikut beberapa tuturan meminta di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif meminta karena tuturan ini bersifat memohon dan

meminta kepada mitra tutur. Dalam tuturan meminta bertujuan untuk memberikan

keinginan dari penutur yang dilakukan oleh mitra tutur menjadi kenyataan.

Tuturan meminta dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang dilakukan

oleh mitra tutur telah menjadi kenyataan.

34. Guru : Jadi begitu ya membuat ringkasan. Kamu tulis pokok pokoknya

saja. Cara-cara gimana bisa tulis pokok-pokoknya? Pertama harus apa?

Siswa : Baca.

Guru : Betul. Baca yang seperti apa?

Siswa : Seperti Doraemon.

Guru : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau

komentar. (D32)

Tuturan : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau

komentar. Wujud tuturan : Meminta

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan sesuatu materi pelajaran

Bhs. Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang jawabannya kurang tepat dan tidak diawali dengan

angkat tangan.

35. Guru : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk

menuliskan di depan. Siapa ya? Siswa: Kok Rama terus Bu?

Guru : Oh ya la Rama angkat tangan. Siapa yang lain? (D43)

Tuturan : Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan

di depan. Siapa ya? Wujud tuturan :Meminta

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru akan memberikan penjelasan materi

pelajaran Bhs. Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan

mitra tutur adalah siswa yang ingin menuliskan materi.

36. Guru : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan

Taruma Negara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Siswa: Yang keras Bu?

Guru : Iya yang keras Be. Yang B ya. (D69)

Tuturan : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan

Taruma Negara. Wujud tuturan : Meminta

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang sudah siap

mengikuti pelajaran. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan

mitra tutur adalah siswa yang membacakan materi yang sedang

diajarkan.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (34) “Siapa yang mau

komentar? Bisa angkat tangan” termasuk dalam wujud kesantunan tindak tutur

direktif meminta melalui tuturan ini penutur mengharapkan kepada mitra tutur

agar diberi sesuatu menjadi kenyataan sebagaimana yang diminta oleh penutur.

Tuturan tersebut dituturkan saat guru meminta siswanya angkat tangan untuk yang

mau berkomentar. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif meminta. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk para

yang ingin berkomentar sebaiknya angkat tangan terlebih dahulu. Tindakan yang

dilakukan oleh siswa angkat tangan terlebih dahulu sebelum berkomentar.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (35) “Bu Enggar

minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”

termasuk dalam kesantunan tindak tutur direktif meminta melalui tuturan ini

penutur mengharapkan kepada mitra tutur agar diberi sesuatu menjadi kenyataan

sebagaimana yang diminta oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

mengajar bahasa Indonesia meminta kepada para siswa untuk menuliskan materi

yang akan dipelajari di papan tulis. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif meminta.Guru menyampaikan suatu tuturan

ini untuk para siswa yang mau menuliskan materi di papan tulis. Tindakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut adalah siswa angkat tangan dan maju

untuk menuliskan materi yang akan dibahas.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (36) “Bu Guru minta

tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan Taruma Negara” termasuk dalam

wujud kesantunan tindak tutur direktif meminta melalui tuturan ini penutur

mengharapkan kepada mitra tutur agar diberi sesuatu menjadi kenyataan

sebagaimana yang diminta oleh penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

menyuruh salah satu siswa untuk membacakan materi yang akan diajarkan dengan

suara keras. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif meminta.Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa

membacakan materi pelajaran. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan

tersebut adalah siswa membacakan materi pelajaran dengan suara yang keras.

4.2.1.12 Wujud Tindak Tutur Direktif Memberi Saran

Berikut beberapa tuturan menyarankan di dalam kelas V saat

pembelajaran berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan yang

dimaksud merupakan tuturan direktif memberi saran karena tuturan ini

memberikan pertimbangan sebelum melakukan tindakan.Dalam tuturan memberi

saram bertujuan kepada penutur memberikan pendapat yang nantinya

dipertimbangkan oleh mitra tutur sebelum melakukan tindakan.Tuturan memberi

saran dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan berupa usulan, anjuran, atau

cita-cita.

37. Guru : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.

Siswa: Ho’o Bu. Sama Bu, tadi aku hampir mau kejedug Bu.

Guru : Sementara kasih sini dulu. Besuk tak kasih belakang. (D66)

Tuturan : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Wujud tuturan :Menyarankan

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat sebuah barang yang

membahayakan di kelas. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang hampir terluka.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (37) “Ini mbok

dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki” termasuk dalam kesantunan tindak

tutur direktif menyarankan melalui tuturan ini penutur memberikan pertimbangan

kepada mitra tutur dalam bertindak. Tuturan tersebut dituturkan saat guru

menyuruh salah satu siswa untuk memindahkan barang berbahaya yang berada di

dalam kelas untuk dibawa keluar kelas. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menyarankan.Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk seorang siswa yang berada didekat barang

berbahaya tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah siswa memindahkan barang berbahaya tersebut keluar kelas.

4.2.1.13 Wujud Tindak Tutur Direktif Melarang

Berikut beberapa tuturan melarang di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini.Tuturan merupakan tuturan

direktif melarang karena tuturan ini larangan untuk melakukan suatu tindakan.

Dalam tuturan melarang bertujuan untuk melarang mitra tutur untuk melakukan

tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan melarang dapat diidentifikasi

berdasarkan wujud tuturan yang melarang dapat ditambahkan dengan intonasi

yang tinggi.

38. Guru : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!

Siswa: Ini lo Bu ada yang buang di laci. (D38)

Tuturan : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan

dibuang di laci!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Wujud tuturan :Melarang

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru melihat siswa yang masih

membuang sampah di laci. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak membuang sampah di laci.

39. Guru : Pernah melihat gambar paru-paru?

Siswa: Pernah Bu, ditempat rokok.

Guru : Sering beliin rokok bapaknya po?

Siswa: Iya Bu.

Guru : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang rokok

itu. (D65)

Tuturan : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang

rokok itu. Wujud tuturan : Melarang

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang

pelajaran IPA. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang terbiasa membelikan rokok bapaknya.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (38) “Kalau buang

sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif melarang melalui tuturan ini penutur memberikan

larangan kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru mengitari kelas untuk mengecek pekerjaan siswa sudah

dikerjakan atau belum. Guru meluhat kondisi meja belajar para siswa yang

terdapa sampah dan melarang siswanya membuang sampah di laci. Tuturan di atas

merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif melarang.Guru

menyampaikan suatu tuturan ini untuk para siswa yang masih membuang sampah

di laci meja belajar. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan tersebut

adalah siswa membuang sampah pada tempatnya dan tidak mengotori laci meja

belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (39) “Tidak usah ditiru.

Besok kalian buat penelitian tentang rokok itu” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif melarang melalui tuturan ini penutur memberikan

larangan kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan. Tuturan tersebut

dituturkan saat guru menanyakan sebuah gambar apakah para siswa sudah pernah

melihat gambar tersebut dan menasihati agar para siswa tidak meniru orang tua

yang merokok. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif melarang. Guru menyampaikan suatu tuturan ini untuk para

siswa yang pernah melihat gambar, pernah membelikan barang tersebut dan

melihat orang tuanya merokok. Tindakan yang dilakukan oleh siswa dari tuturan

tersebut adalah siswa tidak boleh meniru apa yang dilakukan orang tuanya dan

lebih baik membuat penelitian mengenai rokok.

4.2.1.14 Wujud Tindak Tutur Direktif Mengajak

Berikut beberapa tuturan mengajak di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturanyang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengajak karena tuturan ini memerlukan kekompakan

antara penutur dengan mitra tutur. Dalam tuturan mengajak bertujuan untuk mitra

tutur melakukan tindakan yang dinyatakan oleh penutur melalui secara bersama.

Tuturan mengajak dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan ajakan dari

penutur kepada mitra tutur agar melakukan sebuah tindakan.

40. Guru : Jadi Ika itu mempunyai kesulitan konsentrasi belajar yang

baik seperti apa.

Siswa: Sama kayak aku Bu.

Guru : Lalu dia menulis, surat kepada majalah, nah majalah itu

memberi jawabannya.

Siswa: Sama kayak aku Bu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Guru : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang. (D39)

Tuturan : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang.

Wujud tuturan : Mengajak

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut

berlangsung di kelas V saat Guru akan memulai pelajaran Bhs. Indonesia.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang lupa tentang materi yang akan diajarkan.

Sesuai dengan pendapat Prayitno di atas, tuturan (40) “Untuk

meningkatkan pelajaran, mari kita baca ulang” termasuk dalam wujud

kesantunan tindak tutur direktif mengajak melalui tuturan ini penutur memberikan

ajakan kepada mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diinginkan oleh

penutur. Tuturan tersebut dituturkan saat guru mengawali pelajaran dengan cara

mengajak para siswa untuk mengingat pelajaran yang kemarin sudah dipelajari

dengan cara membaca ulang. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif mengajak.Guru menyampaikan suatu tuturan

ini untuk para siswa agar mengingat kembali materi pelajaran yang sebelumnya

sudah diberikan. Tindakan yang dilakukan oleh siswa membaca ulang materi yang

sebelumnya sudah diberikan.

4.2.2 Makna Pragmatik dan Sosiopragmatik

Pada pengertiannya bahwa makna ini bersifat internal, jadi unsur-unsur

yang ada di dalam bahasa. Perbedaan antara makna dengan maksud yakni

menenai sifatnya. Untuk maksud ini bersifat di luar bahasa. Dalam penelitian ini

yang diteliti yakni makna dari tuturan guru kepada siswa dalam pembelajaran di

kelas V. Setiap tuturan guru memiliki makna yang berbeda-beda. Saat guru

menggunakan kalimat direktifpada tuturannya makna yang terkandung berbeda

dengan makna yang menggunakan kalimat interogatif dan kalimat imperatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.2.2.1 Makna Tuturan Direktif Menasihati

Berikut beberapa tuturan menasihati di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menasihati karena penutur memberikan petunjuk atau

arahan kepada mitra tutur supaya melakukan sesuatu atau tindakan menjadi lebih

baik. Tuturan menasihati dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

mengandung anjuran, petunjuk, dan ajaran secara baik dengan cara sopan.

1. Siswa : Bu ada teman yang tidak naik kelas.

Guru : Iya, jadi kalian harus melihat pengalaman teman-teman yang

lainnya. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Supaya

lebih baik nilainya mengulang lagi di kelas V tidak apa-apa.

Siswa : Iya Bu. (D1)

Tuturan : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Wujud tuturan :Menasihati

Makna pragmatik : Guru memberikan nasihat kepada siswa yang tinggal

kelas dan dahulu mendapatkan nilai kurang baik agar nantinya

memperbaiki nilai dan naik kelas.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru mengisi daftar hadir siswa. Penutur merupakan seorang Guru,

sedangkan mitra tutur adalah siswa yang memberitahu Guru mengenai

siswa yang tidak naik kelas.

2. Guru : Udara bersih, akan dibawa sel darah.

Siswa: Dibawa naik apa Bu? dibawa naik kereta Bu?

Guru : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu. (D19)

Tuturan : Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu.

Wujud tuturan : Menasihati

Makna pragmatik : Tuturan ini menegur siswa yang masih bercanda di

dalam kelas untuk lebih serius kepelajaran yang sedang berlangsung.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru menjelaskan materi pembelajaran IPA. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan materi yang diberikan.

3. Guru : Hayo jangan berbicara sendiri, konsentrasi-konsentrasi ke

pelajaran dulu. Siswa: Konsentrasi-konsentrasi. Zzzzt.

Guru : Pertanyaannya adalah bagaimana paru-paru mendapatkan udara

bersih? (D22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Tuturan : Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-konsentrasi

kepelajaran dulu. Wujud tuturan : Menasihati

Makna pragmatik : Tuturan ini menegur siswa yang belum berkonsentrasi

saat mengikuti pelajaran dan membuat gaduh kelas.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru yang sedang menjelaskan materi IPA. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas

tidak konsentrasi.

4. Guru : Sekarang Bu Guru tunjuk nama silahkan salah satu pokoknya kamu

baca kamu tulis. Neta satu apa?

Siswa: Kalau sedang belajar itu kita sering ada godaan.

Guru : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya

mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. (D41)

Tuturan : Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong lainnya

mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya. Wujud tuturan :Menasihati

Makna pragmatik : Tuturan ini mengingatkan siswa untuk saling

mendengarkan jika ada siswa yang sedang berbicara tolong didengarkan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru menanyakan jawaban kepada seorang siswa namun siswa

yang lain ramai. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur

adalah siswa yang menjawab pertanyaan dari Guru.

Tuturan sebagai berikut (1) “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memberikan nasihat kepada

siswa yang mendapatkan nilai kurang baik. Tuturan tersebut mengandung makna

Guru memberikan nasihat kepada siswa yang tinggal kelas dan dahulu

mendapatkan nilai kurang baik agar nantinya memperbaiki nilai dan naik kelas.

Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

menasihati. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Kegagalan

adalah kesuksesan yang tertunda” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut

memberikan perhatian terhadap siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

tuturan guru yang dituturkan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan kesantunan positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (2) “Kurangi bercandanya, kita serius

dulu”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang

menjelaskan materi memberikan nasihat kepada siswa agar tidak bercanda saat

pelajaran berlangsung dan harus fokus. Tuturan tersebut mengandung makna

Tuturan ini menegur siswa yang masih bercanda di dalam kelas untuk lebih serius

kepelajaran yang sedang berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud

kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang positif karena tuturan “Dikurangi bercandanya, kita serius

dulu.” merupakan kalimat berita.Kalimat tersebut memberikan perhatian terhadap

siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru yang dituturkan.

Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus

terang tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (3) “Hayo jangan berbicara terus,

konsentrasi-konsentrasi kepelajaran dulu”. Konteks tuturan tersebut tuturan

dituturkan saat guru yang sedang mengajar memberikan nasihat kepada siswa agar

tetap konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan tersebut mengandung makna

pragmatik tuturan ini guru menegur siswa yang belum konsentrasi saat mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

pelajaran dan membuat gaduh kelas. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown & Levinson

(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan

kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan

yang positif karena tuturan “Hayo jangan berbicara terus, konsentrasi-

konsentrasi kepelajaran dulu.” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut

memberikan perhatian terhadap siswa untuk lebih berkonsentrasi saat mengikuti

pelajaran yang sedang berlangsung. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (4) “Anak-anak kalau ada yang

berbicara, tolong lainnya mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru sedang mendengarkan siswa

berbicara, menasihati para siswa yang lain untuk mendengarkan siswa yang

sedang berbicara. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini

mengingatkan siswa untuk saling mendengarkan jika ada siswa lain yang sedang

berbicara tolong didengarkan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif menasihati. Menurut Brown & Levinson

(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan

kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan

yang positif karena tuturan “Anak-anak kalau ada yang berbicara, tolong

lainnya mendengarkan. Nah itu pokok bahasannya.” merupakan kalimat

perintah. Kalimat tersebut memberikan penghormatan terhadap siswa yang ramai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

untuk lebih tenang saat mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung agar siswa

yang lainnya dapat mendengarkan siswa yang sedang berbicara. Cara

penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus

terang tanpa basa-basi.

4.2.2.2 Makna Tuturan Direktif Memerintah

Berikut beberapa tuturan memerintah di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif memerintah karena penutur sebagai orang yang merasa

lebih tinggi kedudukannya sedangkan mitra tutur seolah-olah sebagai bawahan.

Dalam tuturan memerintah ini ada semacam aba-aba, komanda, atau aturan dari

pihak penutur. Tuturan memerintah dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

mengandung maksud memerintah kepada mitra tutur agar melaksanakan sesuatu

sebagaimana yang diinginkan oleh penutur.

5. Siswa : Ganti baju ndak Bu?

Guru : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.

Siswa : La olahraganya Cuma ngukur tinggi sama berat badan Bu. (D4)

Tuturan : Pokoknya setelah olahraga kalian harus ganti baju.

Wujud tuturan : Memerintah

Makna pragmatik : Tuturan guru mengingatkan siswa setelah olahraga

harus ganti baju seragam.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru memberikan materi pelajaran. Penutur merupakan seorang

Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa dari kelas lain yang menanyakan

perlu tidaknya mengganti baju setelah olahraga.

6. Guru : Menurut jadwal sekarang jam 07.00-08.20 pelajaran Bhs. Jawa.

Saiki dikeluarkan bukunya! (sekarang dikeluarkan bukunya)

Siswa : Nggih Bu.

Guru : Sopo sik dereng kagungan bukune? (siapa yang belum punya

bukunya? (D5)

Tuturan : Saiki dikeluarkan bukunya!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Wujud tuturan : Memerintah

Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa untuk

mengeluarkan buku tulis mata pelajaran Bhs. Jawa.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru melihat jam yang sudah menunjukan pelajaran akan dimulai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang belum siap untuk mengeluarkan buku pelajaran.

7. Guru : Sekarang kita baca bersama. Baca yang keras Rafael!

Siswa: Yang atas sendiri itu Bu?

Guru : Hewan, manusia, dan tumbuhan. (D13)

Tuturan : Baca yang keras Rafael!

Wujud tuturan : Memerintah

Makna pragmatik : Tuturan guru menyuruh siswa yang bernama Brian

untuk membacakan soal yang sudah diberikan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru ingin mendengarkan suara keras dari salah satu siswa. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang sedang

sibuk sendiri dan tidak memperhatikan.

8. Guru : Saiki sik B diwoco Brian!

Siswa: Baik Bu. (D6)

Tuturan : Saiki sik B diwoco Brian! ( Sekarang poin B dibaca Brian!)

Wujud tuturan : Memerintah

Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa yang bernama

Brian untuk membacakan materi yang diberikan oleh guru dengan suara

yang lantang dan keras.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan berlangsung di kelas

V saat Guru melihat siswa yang sedang mengerjakan soal. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak

serius mengerjakan soal.

9. Guru : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!

Siswa: Tenang, tenang, Ssttt

Guru : Iya bagus. (D40)

Tuturan : Sekarang Ciro dulu aja. Ciro tepuk tenang!

Wujud tuturan : Memerintah

Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa yang ramai

bernama Ciro untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh guru yakni

tepuk tenang.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswayang ramai

di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Tuturan di atas sebagai berikut (5) “Pokoknya setelah olahraga harus ganti

baju.”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang

mengajar tiba-tiba siswa dari kelas lain menawar agar setelah olahraga tidak ganti

pakaian. Guru dengan sikap tegas menekankan untuk tetap ganti pakian. Tuturan

tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru mengingatkan siswa setelah

olahraga harus ganti baju seragam. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson

(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan

kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan

yang positif karena tuturan “Pokoknya setelah olahraga harus ganti baju!”

merupakan wujud direktif memerintah. Kalimat tersebut mengintensifkan

perhatian kepada siswa yang untuk lebih menaati aturan atau kesepakatan

bersama setelah olah raga harus ganti baju. Cara penyampaian atau strategi

tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur

dengan menggunakan kesantunan positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (6) “Sekarang dikeluarkan bukunya!”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru meminta kepada siswa untuk

mengeluarkan buku dan bersiap untuk mengikuti pelajaran. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan guru memerintahkan siswa untuk

mengeluarkan buku tulis pelajaran Bhs. Jawa karena segera dimulai. Tuturan di

atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmaik tindak tutur direktif

memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Sekarang

dikeluarkan bukunya!” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut

memberikan perhatian kepada siswa untuk mengeluarkan buku sesuai dengan

perintah yang diinginkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan kesantunan positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (7) “Baca yang keras Rafael!”. Konteks

tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memerintah siswa untuk

membacakan teks yang tadinya dibacakan dengan suara lembut. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan ini menyuruh siswa yang bernama Brian

untuk membacakan materi yang diberikan oleh guru dengan suara yang lantang

atau keras. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik tindak

tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat

dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan

dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan

“Sekarang dikeluarkan bukunya!” merupakan kalimat perintah. Kalimat

tersebut mengintensifkan perhatian kepada siswa untuk mengeluarkan buku sesuai

dengan perintah yang diinginkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi

tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur

dengan menggunakan kesantunan positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (8) “Sekarang poin yang B dibaca Brian!”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menyuruh seorang siswa

untuk membacakan soal yang diberikan. Tuturan tersebut mengandung makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

pragmatik tuturan guru menyuruh siswa yang bernama Brian untuk membacakan

soal yang sudah diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif memerintah. Menurut Brown & Levinson

(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan

kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan

yang positif karena tuturan “Sekarang poin yang B dibaca Brian!” merupakan

kalimat perintah. Kalimat tersebut menggunakan tuturan impersonal kepada

siswa untuk membacakan poin yang selanjutnya dengan suara yang keras dan

jelas. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni

guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan

terus terang tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (9) “Sekarang Ciro tepuk tenang!”. Konteks

tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru memerintah seorang siswa untuk

tepuk tenang akibat siswa tersebut melakukan hal yang tidak disukai oleh guru.

Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini memerintahkan siswa

yang ramai bernama Ciro untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh guru

yakni tepuk tenang. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

memerintah. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Sekarang Ciro

tepuk tenang!” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut memakai

impersonal untuk seorang siswa melakukan tindakan seperti yang dituturkan oleh

guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan

terus terang tanpa basa-basi.

4.2.2.3 Makna Tuturan Direktif Mengancam

Berikut beberapa tuturan mengancam di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengancam karena mitra tutur tidak melakukan suatu

tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh penutur. Dalam tuturan mengancam

ini ada semacam aba-aba, atau peringatan keras terhadap mitra tutur. Tuturan

mengancam dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud

mengancam kepada mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan sebagaimana

yang diancamkan oleh penutur akan berakibat pada kesulitan.

10. Siswa: Bu kecepeten Bu. Bu belum Bu.

Guru : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat

mendektekan. Siswa: Aduuh Bu.

Guru : Sudah itu dulu. (D24)

Tuturan : Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat

mendektekan. Wujud tuturan : Mengancam

Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih ramai di

dalam kelas dan memerintahkan siswa yang masih berisik di kelas untuk

memindahkan mejanya di lapangan.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang tidak

mendengarkan materi yang didektekan.

11. Siswa: Bu soalnya berapa Bu?

Guru : Jangan rame, nanti tak tambahi!

Siswa: Diam to. (D28)

Tuturan : Jangan rame, nanti tak tambahi!

Wujud tuturan : Mengancam

Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih ramai di

dalam kelas untuk diam. Jika tidak bisa diam guru mengancam akan

menambahkan soal latihan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kondisi kelas yang ramai. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai

di kelas dan tidak memperhatikan.

Tuturan di ats sebagai berikut (10) “Kalau kalian semakin rame, Bu Maria

semakin cepat mendektekan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat

guru yang sedang mendektekan materi pelajaran mendengar suara rame akan

mengancam untuk meningkatkan kecepatan mendekteknya. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik menegur siswa yang masih ramai dan tidak

mendengarkan materi yang didektekan oleh guru agar lebih mendengarkan materi

yang diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan sosiopragmatik

tindak tutur direktif mengancam. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129)

terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena

tuturan “Kalau kalian semakin rame, Bu Maria semakin cepat mendektekan”

merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut memberikan perhatian kepada

siswauntuk diam saat mengikuti pembelajaran dan mencatat sesuai dengan yang

dituturkan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan

kesantunan positif dan terus terang tanpa basa-basi.

Tuturan direktif memerintah sebagai berikut (11) “Jangan rame, nanti

tak tambahi!”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru mengancam

siswa apabila saat menulis soal masih rame akan ditambah soalnya. Tuturan

tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru menegur siswa yang masih

ramai di dalam kelas untuk diam. Jika tidak bisa diam guru mengancam akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

menambahkan soal latihan. Tuturan di atas merupakan wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif mengancam. Menurut Brown & Levinson

(1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan

kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan

yang positif karena tuturan “Jangan rame, nanti tak tambahi!” merupakan

kalimat berita. Kalimat tersebut mengintensifkan perhatian para siswa untuk

tenang saat mengikuti pembelajaran dan mencatat soal yang diberikan oleh guru.

Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan kesantunan positif dan terus

terang tanpa basa-basi.

4.2.2.4 Makna Tuturan Direktif Menyindir

Berikut beberapa tuturan menyindir di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menyindir karena tindakan ini mengingatkan atau

menegur seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang. Dalam tuturan

menyindir ini ada permohonan yang sopan biasanya berupa pertanyaan akan

kesediaan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dikehendaki oleh

penutur. Tuturan menyindir dapat diidentifikasi berdasarkan wujud yang

mengandung maksud menyindir memberikan teguran atau peringatan secara tidak

langsung atau tidak terus terang itu supaya seseorang yang dimaksud melakukan

tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur.

12. Guru : Jelas tidak?

Siswa: Jelas Bu.

Guru : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?

Siswa: Tidak ada ya Bu. (D7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Tuturan : Lihat sini, ada yang tulisannya seperti kaki ayam tidak?

Wujud tuturan : Menyindir

Makna pragmatik : Tuturan guru meminta hasil tulisannya dibawa ke meja

guru untuk dicek sudah benar atau belum tulisannya.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru memberikan penjelasan materi pelajaran. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang selesai

menulis materi pelajaran.

13. Guru : Kelasnya full color ya?

Siswa: La bagaimana Bu?

Guru : Warna-warni kayak taman kanak-kanak. (D16)

Tuturan : Kelasnya full color ya?

Wujud tuturan : Menyindir

Makna pragmatik : Tuturan guru secara tidak langsung menegur siswa

yang masih ramai dan membuat gaduh di dalam kelas untuk diam.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati tingkah laku siswa. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang dianggap seperti

siswa taman kanak-kanak.

14. Guru : Tadi kalau sudah membaca, jadi Bu Maria ulang lagi di dalam

hidung ada bulu hidung yang disebut apa? Bagus lo sebutannya.

Siswa: Apa Bu?

Guru : Cilia.

Siswa: Sudah Bu. Cilia kan Bu?

Guru: Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu? (D23)

Tuturan : Katanya tadi sudah baca, kok masih belum tahu?

Wujud tuturan : Menyindir

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswanya yang masih belum

paham dengan materi yang diberikan oleh guru.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menanyakan materi yang sebelumnya sudah dibaca.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang tidak bisa menjawab pertanyaan.

15. Siswa : Fungsinya ditulis tidak?

Siswa : Ndak usah Bu.

Guru : Kan sudah ada dibuku paket to?

Siswa : Iya Bu.

Guru : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca

kelihatan lo ya.

Siswa : Aku belum baca lo Bu. (D25)

Tuturan : Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca

kelihatan lo ya.

Wujud tuturan : Menyindir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang tidak

memperhatikan perintah sebelumnya dari guru untuk membaca buku

paket.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang sedang membaca materi. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang kurang

teliti membaca buku paket.

16. Guru : Apa lagi kalau kalian pas olahraga, berarti kalian ndak ada jeda

istirahat to itu berarti olahraga-olahraga terus IPA to itu? Lha Pak Ari

sudah kasih waktu 15 menit buat ganti tok to? Nah sudah jam 08.20 kok

masih pada diluar, mestinya kalian sudah siap di kelas. Tidak seperti tadi

Bu Maria panggil “V B masuk!“

Siswa: Iya Bu Maria.

Guru : Gitu ya. (D15)

Tuturan : sudah jam 08.20 kok masih pada diluar.

Wujud tuturan : Menyindir

Makna pragmatik : Tuturan guru mengingatkan kepada siswa untuk segera

masuk ke dalam kelas karena waktu sudah menunjukan untuk memulai

pelajaran selanjutnya.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru masuk kelas dan sebelum memulai pelajaran. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang masih

di luar kelas.

Tuturan di atas sebagai berikut (12) “Lihat sini ada yang tulisannya seperti

kaki ayam tidak?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru ingin

mengetahui seperti apa wujud tulisan siswanya dengan menanyakan. Tuturan

tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru meminta hasil tulisannya

dibawa ke meja guru untuk dicek sudah bagus atau belum tulisannya. Tuturan di

atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif menyindir. Menurut

Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan

positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang negatif karena tuturan “Lihat sini ada yang tulisannya seperti

kaki ayam tidak?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan

ujaran tak langsung dan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada para siswa saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

mencatat materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan

yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan ujaran tak langsung dan tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (13) “Kelasnya full color ya?”. Konteks

tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru disela-sela menjelaskan materi

pelajaran menyindir dengan halus dengan menanyakan terlebih dahulu dan

diakhiri dengan sindiran. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan

guru secara tidak langsung menegur siswa yang masih ramai seperti siswa kelas I

untuk diam. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif

menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatih karena tuturan “Kelasnya full

color ya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan ujaran tak

langsung dan pertanyaan yang ditujukan ke siswa untuk diam saat pembelajaran

di kelas sedang berlangsung. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan kesantunan negatif dan bertutur dengan cara tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (14) “Katanya tadi sudah baca, kok

masih belum tahu?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru

mengecek kembali pekerjaan siswa yang diberikan oleh guru dan menyindir

secara halus dengan mengatakan katanya sudah baca, kok belum ketemu

jawabannya. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini

menyindir siswanya yang masih belum paham dengan materi yang diberikan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

guru. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif

menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatih karena tuturan “Katanya tadi

sudah baca, kok masih belum tahu?” merupakan kalimat tanya. Kalimat

tersebut menggunakan ujaran bersifat umum kepada para siswa yang sudah

diberikan waktu untuk membaca materi namun tidak dapat mengerjakan soal yang

sudah diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan kesantunan negatif.

Tuturan di atas sebagai berikut (15) “Ternyata yang sudah baca duluan

atau yang belum baca itu kelihatan lo ya”. Konteks tuturan tersebut tuturan

dituturkan saat guru yang sudah melihat mana siswa yang sudah membaca dan

yang belum membaca. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan

guru menyindir siswa yang tidak memperhatikan perintah sebelumnya dari guru

untuk membaca buku paket. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik

tindak tutur direktif menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129)

terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena

tuturan “Ternyata yang sudah baca duluan atau yang belum baca itu

kelihatan lo ya” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut menggunakan

tuturan impersonal kepada siswayang membaca materi dengan serius atau tidak

serius. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan ujaran tidak langsung

dan cara bertutur tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (16) “Sudah jam 08.20 kok masih pada

di luar”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang

mengajar menyindir siswa yang terbiasa masuk kelas jam 08.20. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan guru mengingatkan kepada siswa untuk

segera masuk ke dalam kelas karena waktu sudah menunjukan untuk memulai

pelajaran selanjutnya. Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak

tutur direktif menyindir. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat

dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan

dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan

“Sudah jam 08.20 kok masih pada di luar” merupakan kalimat berita. Kalimat

tersebut menggunakan ujaran bersifat umum kepada siswa untuk taat pada aturan

jam masuk kelas yang sudah ada. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan ujaran tidak langsung.

4.2.2.5 Makna Tuturan Direktif Mengingatkan

Berikut beberapa tuturan mengingatkan di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengingatkan karena dilihat dari KD tersebut untuk

memberi ingat atau memberi nasihat kepada mitra tutur. Dalam tuturan

mengingatkan ini memberi teguran, peringatan supaya seseorang ingat akan

kewajiban pekerjaanyang harus diselesaikan. Tuturan mengingatkan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

diidentifikasi berdasarkan wujud yang mengandung maksud mengingatkan

kepada mitra tutur memiliki janji yang menjadi tanggung jawabnya tetapi karena

sesuatu hal kemudian dilupakan.

17. Guru : Itu pekerjaannya harus selesai!

Siswa: Iya Bu.

Guru : Segera dikerjakan. (D9)

Tuturan : Itu pekerjaannya harus selesai!

Wujud tuturan : Mengingatkan

Makna pragmatik : Tuturan guru menyuruh siswanya untuk menyelesaikan

tugas yang sudah diberikan oleh guru.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati siswa yang mengerjakan tugas kepada

siswa. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang sedang mengerjakan tugas.

18. Guru : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum

selesai? Siswa: Halaman berapa Bu?

Guru : Halaman 4-5.

Siswa: Oh iya Bu. (D58)

Tuturan : Sen ini temannya sudah mau selesai, masak kamu belum

selesai? Wujud tuturan : Mengingatkan

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang dipanggil Sen

untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang tidak mengerjakan tugas. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum

selesai dan tidak memperhatikan apa yang diperintahkan.

19. Guru : Haloo!

Siswa: Iya Bu.

Guru : Sudah bisa dimulai pelajarannya?

Siswa: Sudah Bu. (D47)

Tuturan : Sudah bisa dimulai pelajarannya?

Wujud tuturan : Mengingatkan

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang masih ramai untuk

diam karena pelajaran akan segera dimulai.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas yang ramai. Penutur merupakan

seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang ramai di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

20. Guru : 3 itu 5 soal lo bukan 4 soal.

Siswa: Iya Bu.

Guru : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.

Siswa: Iya Bu. (D50)

Tuturan : Yang lain mengerjakan, bukan bicara dengan temannya.

Wujud tuturan : Mengingatkan

Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang sedang berbicara

dengan temannya untuk lebih fokus mengerjakan soal dan

menyelesaikannya.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menerangkan soal yang akan dikerjakan. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

berbicara dengan temannya.

21. Guru : 3 menit lagi.

Siswa: Iya Bu. Satu hehe

Guru : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.

Siswa: Iya Bu. (D52)

Tuturan : Kalau yang sudah mengerjakan tidak usah bergaya.

Wujud tuturan :Mengingatkan

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir seorang siswa yang sudah

selesai mengerjakan soal agar tidak bergaya karena belum tentu benar

semua jawabannya.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat situasi kelas yang tidak kondusif atau ramai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang sudah selesai mengerjakan dan bergaya.

Tuturan di atas sebagai berikut (17) “Itu pekerjaannya harus selesai”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menegaskan agar tugas yang

diberikan selesai. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru

menyuruh siswanya untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan oleh guru.

Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif

mengingatkan. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Itu

pekerjaannya harus selesai” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

menggunakan penyampaian hal-hal yang umum kepada siswa untuk segera

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau strategi

tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur

dengan menggunakan tuturan kesantunan yang positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (18) “Sen ini temannya sudah mau selesai,

masak kamu belum selesai?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat

guru mengingatkan siswa untuk segera menyelesaikan tugasnya. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang dipanggil Sen

untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tuturan di atas

merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan.

Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni

kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas

merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Sen ini temannya sudah

mau selesai, masak kamu belum selesai?” merupakan kalimat tanya. Kalimat

tersebut menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada seorang siswa untuk

segera menyelesaikan tugasnya. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan tuturan yang tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (19) “Sudah bisa dimulai pelajarannya?”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang akan memulai

pelajaran mengingatkan siswa untuk mempersiapkan diri untuk memulai

pelajaran. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini menyindir

siswa yang masih ramai untuk diam karena pelajaran akan segera dimulai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Tuturan di atas merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif

mengingatkan. Menurut Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Sudah bisa

dimulai pelajarannya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut

menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada para siswa untuk segera

mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Cara penyampaian atau strategi

tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur

dengan menggunakan tuturan yang tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (20) “Yang lain mengerjakan, bukan bicara

dengan temannya”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru sedang

mengamati siswa yang sedang mengerjakan soal dan mengingatkan siswa yang

lain agar tidak berbicara dengan temannya. Tuturan tersebut mengandung makna

pragmatik tuturan guru menegur siswa yang sedang berbicara dengan temannya

untuk lebih fokus mengerjakan soal dan menyelesaikannya. Tuturan di atas

merupakan wujud sosiopragmatik tindak tutur direktif mengingatkan. Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang positif karena tuturan “Yang lain mengerjakan, bukan bicara

dengan temannya” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut

mengintefsihkan perhatiannya agar para siswa lebih fokus dalam mengerjakan

soal-soal yang sudah diberikan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara langsung tanpa basa-

basi dan transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (21) “Kalau sudah bisa mengerjakan

tidak udah bergaya”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru

sedang duduk dan memperhatikan siswa mengerjakan tugas mengingatkan agar

fokus mengerjakan. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru

menyindir seorang siswa yang sudah selesai mengerjakan soal agar tidak bergaya

karena belum tentu benar semua jawabannya. Tuturan di atas merupakan wujud

tuturan direktif mengingatkan. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua

pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Kalau sudah

bisa mengerjakan tidak udah bergaya” merupakan kalimat berita. Kalimat

tersebut menggunakan ujaran tidak langsung kepada para siswa supaya siswa saat

mengikuti pelajaran tetap dalam suasana kelas yang tidak gaduh atau ramai. Cara

penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan positif karena

penyampaiannya secara tidak transparan.

4.2.2.6 Makna Tuturan Direktif Menegur

Berikut beberapa tuturan menegur di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menegur karena bertujuan untuk mengingatkan dan

menasihati secara keras kepada seseorang supaya bersedia melakukan suatu

pekerjaan atau tindakan yang dihindarinya. Dalam tuturan menegur ini ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

semacam kekurangcermatan pada mitra tutur dalam merampungkan suatu

kegiatan yang dipercayakan. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan

wujud yang mengandung maksud memberikan kritikan atau peringatan supaya

mitra tutur tidak melakukan lagi suatu yang terjadi.

22. Guru : Jangan diulangi lagi ya.

Siswa: Iya Bu. Tidak akan saya ulangi Bu. (D10)

Tuturan : Jangan diulangi lagi ya.

Wujud tuturan : Menegur

Makna pragmatik : Tuturan guru melarang siswa untuk tidak mengulangi

kesalahan yang sama.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat tindakan siswa yang menggangu temannya.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang melakukan tindakan mengganggu.

23. Guru : No 1 tulis soalnya menjawabnya nanti.

Siswa: Sik Sebentar Bu. (tunggu sebentar Bu)

Guru : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!

Siswa: Ssttt diam to. Tenang! (D27)

Tuturan : Bu Maria akan mulai kalau kalian sudah diam!

Wujud tuturan : Menegur

Makna pragmatik : Tuturan guru menegur siswa yang masih membuat

gaduh di dalam kelas untuk diam. Guru mengancam akan memulai

memberiakan soal setelah siswa diam dan tenang.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kelas yang masih ada siswa yang

membuat gaduh kelas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang membuat gaduh di dalam kelas.

24. Guru : Lalu Bu Guru itu suka makan buah nangka, siapa yang suka makan

buah nangka?

Siswa: Aku Bu.

Guru : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!

Siswa: Ssttt

Guru : Nah tapi buah nangka itu Bu Guru senang sekali yang manis. (D31)

Tuturan : Sudah, kalian siap mendengarkan lagi?!

Wujud tuturan : Menegur

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang ramai di dalam

kelas utnuk diam dan mengikuti pelajaran.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat kondisi kelas masih banyak yang ramai.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

yang ramai di kelas. Tuturan dituturkan saat Guru yang sedang

memberikan materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-

sendiri.

25. Guru : Latihan!

Siswa: Ditulis Bu latihannya?

Guru :Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus. (makanya

didengarkan to, latihannya ditulis ya anak pintar) (D68)

Tuturan : Makane dirungoke to yo latihane ditulis yo cah bagus.

Wujud tuturan : Menegur

Makna pragmatik : Tuturan guru menasihati siswa untuk mendengarkan

apa yang dituturkan oleh guru saat pelajaran berlangsung.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti latian

soal. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang sibuk dengan temannya.

26. Guru : Andika nanti pinjam palu Pak Sarmin saja.

Siswa: Pak Sarmin pinjam palunya.

Guru : Pakai sepatu ndak bisa.

Siswa: Vin palu Vin

Guru : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak? (D44)

Tuturan : Andika dengar yang tadi dibilang Bu Guru tidak?

Wujud tuturan : Menegur

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang bernama Andika

yang masih sibuk sendiri memukuli kursi yang sebelumnya membuat tidak

nyaman duduk siswa tersebut.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat ada seorang siswa yang sedang memukuli

kursi di dalam kelas. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra

tutur adalah siswa yang memukul kursi yang menimbulkan suara berisik di

dalam kelas.

Tuturan di atas sebagai berikut (22) “Jangan diulangi lagi ya”. Konteks

tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menekankan kepada siswa agar tidak

melakukan kesalahan lagi. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik

tuturan guru melarang siswa untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown & Levinson (1987:

101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan

negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

karena tuturan “Jangan diulangi lagi ya” merupakan kalimat perintah. Kalimat

tersebut menciptakan persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswanya tidak

mengulangi lagi kesalahan yang sama. Cara penyampaian atau strategi tuturan

yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara positif dan

transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (23) “Bu Maria akan mulai kalau kalian

sudah diam!”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menegur

siswa yang masih membuat gaduh di dalam kelas dan tidak akan memulai

pelajaran sebelum siswa diam. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik

tuturan guru menegur siswa yang masih membuat gaduh di dalam kelas untuk

diam. Guru mengancam akan memulai memberikan soal setelah siswa diam dan

konsentrasi. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang positif karena tuturan “Bu Maria akan mulai kalau kalian

sudah diam!” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut menciptakan

persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswa merasa setuju untuk diam

supaya dimulai kembali ke pelajarannya. Cara penyampaian atau strategi tuturan

yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara positif dan

transparan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Tuturan di atas sebagai berikut (24) “Kalian siap mendengarkan lagi?!”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang memberikan

materi pelajaran menegur siswa yang masih sibuk sendiri-sendiri. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang ramai di dalam

kelas untuk diam dan konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Tuturan di atas

merupakan wujud direktif menegur. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat

dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan

dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karenatuturan

“Kalian siap mendengarkan lagi?!” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut

menciptakan persetujuan antara guru dengan siswa supaya siswa yang masih

ramai merasa bersalah dan menyetujui untuk diam supaya dimulai kembali ke

pelajarannya. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan

positif karena penyampaiannya secara positif dan transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (25) “Makane dirungoke to yo latihane

ditulis yo cah bagus”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru

menyuruh para siswa untuk menulis soal latihan dengan nada atau suara yang

tegas. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru menasihati

siswa untuk mendengarkan apa yang dituturkan oleh guru saat pelajaran

berlangsung. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Menurut Brown

& Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang positif karena tuturan “makane dirungoke to yo latihane

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

ditulis yo cah bagus” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut memberikan

perhatian terhadap siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan tuturan guru

yang dituturkan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan

kesantunan positif.

Tuturan di atas sebagai berikut (26) “Andika dengar yang tadi dibilang

bu guru tidak?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang

sedang mengajar dan mengamati situasi kelas menegur salah satu siswanya untuk

memperhatikan yang sedang dibahas oleh guru. Tuturan tersebut mengandung

makna pragmatik tuturan guru menyindir siswa yang bernama Andika yang masih

sibuk sendiri memukuli bangku yang sebelumnya membuat tidak nyaman duduk

siswa tersebut. Tuturan di atas merupakan wujud direktif menegur. Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang negatif karena tuturan “Andika dengar yang tadi dibilang bu

guru tidak?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan

pertanyaan yang ditujukan kepada siswa yang masih memukuli kursi supaya diam

dan mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau

strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus

bertutur dengan menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara

kesantunan negatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

4.2.2.7 Makna Tuturan Direktif Menyuruh

Berikut beberapa tuturan menyuruh di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menyuruh karena KD ini jika dinaikan kedirektifannya

akan menjadi KD memerintah. Dalam tuturan menyuruh ini seseorang yang

mempunyai kewenangan menyuruh mitra tutur apabila kedudukannya lebih tinggi

daripada mitra tutur. Tuturan menegur dapat diidentifikasi berdasarkan wujud

yang mengandung unsur mengutus supaya mitra tutur melakukan tindakan

sebagaimana yang disuruhkan oleh penutur.

27. Siswa: Bu izin minum ya Bu.

Guru : Tadikan sudah. Siapa yang haus?

Siswa: Iya semuanya Bu.

Guru : Ibu hitung satu sampai sepuluh.

Siswa: Iya Bu.

Guru : Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, dan

sepuluh. Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan. (D53)

Tuturan : Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan.

Wujud tuturan : Menyuruh

Makna pragmatik : Tuturan guru meminta siswa untuk segera hadap depan

dan fokus karena pelajaran akan segera dimulai kembali.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat banyak siswa merasa haus dan ingin minum.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang meminta izin ingin minum.

28. Guru : Sudah Dandi yang nulis?

Siswa: Belum Bu.

Guru : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.

Siswa: Iya Bu. Sudah kok Bu. (D56)

Tutuan : Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu.

Wujud tuturan : Menyuruh

Makna pragmatik : Tuturan guru menyilakan siswa untuk menaruh jaket di

laci agar pembelajaran berlangsung dengan nyaman.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat seorang siswa yang sedang menggunakan

jaket. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang menggunakan jaket.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

29. Guru : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.

Siswa: Tidak ada Bu haha

Guru : Didalam hidungmu coba kamu rasakan. Ada rambutnya tidak?

(D67)

Tuturan : Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri.

Wujud tuturan : Menyuruh

Makna pragmatik : Tuturan guru memerintahkan siswa untuk melakukan

tindakan meraba hidung yang diperintahkan oleh guru.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menanyakan tentang pelajaran IPA. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

mengikuti pelajaran IPA.

Tuturan di atas sebagai berikut (27) “Minumnya sudah selesai, sekarang

hadap depan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru menyuruh

siswa untuk berhenti minum dan menghadap depan. Tuturan tersebut mengandung

makna pragmatik tuturan guru memerintah siswa untuk segera hadap depan dan

fokus karena pelajaran akan segera dimulai kembali. Tuturan di atas merupakan

wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua

pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari

wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan

“Minumnya sudah selesai, sekarang hadap depan” merupakan kalimat

perintah. Kalimat tersebut ini memberikan perhatian terhadap siswa untuk

mengakhiri minumnya dan segera menyiapkan dirinya untuk memulai kembali

pelajaran. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur

yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan positif

karena penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (28) “Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu”.

Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang sedang mengamati

kesiapan siswa untuk pelajaran siswa menaruh jaket di laci. Tuturan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

mengandung makna pragmatik tuturan guru menyilakan siswa untuk menaruh

jaket di laci agar pembelajaran berlangsung dengan nyaman. Tuturan di atas

merupakan wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987: 101-129)

terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena

tuturan “Jaketnya tolong ditaruh di laci dulu” merupakan kalimat perintah.

Kalimat tersebut meminimalkan paksaan terhadap siswanya untuk melakukan

tindakan karena dalam tuturan tersebut terdapat kata tolong menjadikan tuturan

tersebut lebih sopan. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan

negatif karena penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (29) “Nah coba sekarang rabalah

hidungmu sendiri”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru setelah

menjelaskan materi menyuruh para siswanya untuk meraba hidungnya masing-

masing. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru memerintah

siswa untuk melakukan tindakan meraba hidung yang diperintahkan oleh guru.

Tuturan di atas merupakan wujud direktif menyuruh. Brown & Levinson (1987:

101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan

negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif

karena tuturan “Nah coba sekarang rabalah hidungmu sendiri” merupakan

kalimat perintah. Kalimat tersebut penyampaiannya dengan hal-hal yang umum

ditujukan kepada siswa karena dalam tuturan tersebut terdapat hal-hal yang umum

seperti bagian dari tubuh manusia. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan tuturan positif karena penyampaiannya secara tuturan langsung

tanpa basa-basi.

4.2.2.8 Makna Tuturan Direktif Mendukung

Berikut beberapa tuturan mendukung di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mendukung karena seseorang mitra tutur yang sedang

melakukan tindakan perlu mendapatkan dukungan dari penutur. Dalam tuturan

mendukung bertujuan untuk memberikan sokongan lebih kepada mitra tutur.

Tuturan mendukung dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang

mendasari seseorang itu meneruskan atau melakukan suatu tindakan karena

adanya dorongan yang dinyatakan oleh penutur.

30. Guru : Juga mengeluarkan udara kotor melalui apa?

Siswa: Hidung Bu.

Guru : Waah benar pintar e. (D18)

Tuturan : Waah benar pintar e.

Wujud tuturan : Mendukung

Makna pragmatik : Tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab

pertanyaan dari guru dengan benar.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran IPA. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

didukung oleh gurunya.

31. Guru : Sekarang nomor 2 berarti. Yang kedua apa tempatmu Neta?

Siswa: Sudah, tapi aku takut salah Bu.

Guru : Silahkan dicoba saja, tidak ada yang salah kok coba.

Siswa: Kalau berhasil melewati godaan-godaan itu kita bisa mencapai

keinginan.

Guru : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta. (D42)

Tuturan : Nah boleh itu. Bagus itu, beri tepuk tangan untuk Neta.

Wujud tuturan : Mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Makna pragmatik : Tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab soal

dengan benar dan guru meminta siswa lain untuk mengapresiasi atau

memuji dengan cara memberikan tepuk tangan.

Konteks : Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Gurumenanyakan tentang materi pelajaran. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

menjawab pertanyaan.

Tuturan di atas sebagai berikut (30) “Wah benar, pintare”. Konteks tuturan

tersebut tuturan dituturkan saat guru mendukung sepenuhnya jawaban yang

diutarakan oleh siswa. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan

guru memuji siswa yang sudah menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.

Tuturan di atas merupakan wujud direktif mendukung. Brown & Levinson (1987:

101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan

negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang

negatif karena tuturan “Wah benar, pintare” merupakan kalimat berita. Kalimat

tersebut memberikan penghormatan kepada siswa karena saat pelajaran siswa

tersebut menjawab soal dengan benar dan mendapat dukungan dari guru. Cara

penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif karena

penyampaiannya secara tuturan langsung tanpa basa-basi.

Tuturan di atas sebagai berikut (31) “Nah boleh itu.Bagus itu, beri tepuk

tangan untuk Neta”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang

mendukung dengan jawaban yang diutarakan oleh seorang siswa dan semua siswa

memberikan penghargaan dengan tepuk tangan. Tuturan tersebut mengandung

makna pragmatik tuturan guru memuji siswa yang sudah menjawab soal dengan

benar dan guru meminta siswa lain untuk mengapresiasi atau memuji dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

memberikan tepuk tangan. Tuturan di atas merupakan wujud direktif mendukung.

Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan

positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang negatif karena tuturan “Nah boleh itu.Bagus itu, beri tepuk

tangan untuk Neta” merupakan kalimat perintah. Kalimat tersebut memberikan

penghormatan kepada siswa karena saat pelajaran siswa tersebut menjawab soal

dengan benar dan mendapat dukungan atau apresiasi dari guru. Cara penyampaian

atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan

modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif karena penyampaiannya

secara tuturan langsung tanpa basa-basi.

4.2.2.9 Makna Tuturan Direktif Mengkritik

Berikut beberapa tuturan mengkritik di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengkritik karena lazimnya diasarkan atas tidak

maksimalnya mitra tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur.

Dalam tuturan mengkritik bertujuan untuk mitra tutur agar tidak mengulang

kembali kesalahan yang sama dan yang diakan datang. Tuturan mengkritik dapat

diidentifikasi berdasarkan wujud atas dasar itu penutur merasa tidak puas dengan

apa yang sudah dilakukan oleh mitra tutur maka penutur menegur secara keras

agar mitra tutur tidak mengulang kesalahan lagi.

32. Guru : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?

Siswa: La gimana Bu?

Guru : Berarti nanti kamu sampai kelas 5 selesai habis 5 buku itu nanti. La

jeda 1 baris. (D17)

Tuturan : Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-jeda gitu ya?

Wujud tuturan : Mengkritik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Makna pragmatik : Tuturan guru menyindir siswa yang cara menulisnya

masih terlalu banyak jeda setiap menulis kalimat baru.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat tulisan siswa pada buku catatan. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

menulisnya terlalu banyak jeda.

Tuturan di atas sebagai berikut (32) “Bima, kamu kalau nulis diberi

jeda-jeda gitu ya?”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru yang

sedang berkeliling di dalam kelas dan melihat seorang siswa yang menulis

catatannya di buku. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan guru

menyindir siswa yang cara menulisnya masih terlalu banyak jeda setiap menulis

kalimat baru. Tuturan di atas merupakan wujud direktif mengkritik. Brown &

Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif

dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

kesantunan yang negatif karena tuturan “Bima, kamu kalau nulis diberi jeda-

jeda gitu ya?” merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan

pertanyaan yang ditujukan kepada siswa karena cara menulis dari siswa tersebut

berbeda dengan siswa yang lain. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang

digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan

menggunakan tuturan negatif.

4.2.2.10 Makna Tuturan Direktif Menargetkan

Berikut beberapa tuturan menargetkan di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif menargetkan karena bisa dilihat dari penetapan suatu

sasaran yang akan dilakukan atau dicapai oleh seseorang. Dalam tuturan

menargetkan bertujuan untuk memberikan batas ketentuan agar tercapainya mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

tutur dalam melakukan tindakan yang diminta oleh penutur. Tuturan menargetkan

dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang ditargetkan oleh penutur

dapat dilakukan dengan baik oleh mitra tutur.

33. Siswa: Itu ditulis Bu?

Guru : Mau ditulis atau ndak?

Siswa: Ditulis Bu.

Guru : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita

latihan soal. Siswa: Yeee nyelesaiin ini bentar Bu. (D26)

Tuturan : Bu Maria kasih waktu untuk selesaikan itu, setelah itu kita

latihan soal. Wujud tuturan : Menargetkan

Makna pragmatik : Tuturan ini guru menargetkan siswanya dengan

memberikan sedikit waktu untuk menyelesaikan mencatat materi yang

diajarkan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang belum selesai mencatat. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang belum

selesai mencatat.

Tuturan di atas sebagai berikut (33) “Bu Maria kasih waktu untuk

menyelesaikan itu, setelah itu latian soal”. Konteks tuturan tersebut tuturan

dituturkan saat guru menargetkan siswanya menyelesaikan mencatat dibuku

masing-masing dan dilanjutkan dengan latian soal. Tuturan tersebut mengandung

makna pragmatik tuturan ini guru menargetkan siswanya dengan memberikan

sedikit waktu untuk menyelesaikan mencatat materi yang diajarkan. Tuturan di

atas merupakan wujud direktif menargetkan. Brown & Levinson (1987: 101-129)

terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena

tuturan “Bu Maria kasih waktu untuk menyelesaikan itu, setelah itu latian

soal” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut meminimalkan paksaankepada

para siswa saat mencatat materi yang diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus

bertutur dengan menggunakan tuturan negatif.

4.2.2.11 Makna Tuturan Direktif Meminta

Berikut beberapa tuturan meminta di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif meminta karena tuturan ini bersifat memohon dan

meminta kepada mitra tutur. Dalam tuturan meminta bertujuan untuk memberikan

keinginan dari penutur yang dilakukan oleh mitra tutur menjadi kenyataan.

Tuturan meminta dapat diidentifikasi berdasarkan wujud sesuatu yang dilakukan

oleh mitra tutur telah menjadi kenyataan.

34. Guru : Jadi begitu ya membuat ringkasan. Kamu tulis pokok-pokoknya

saja. Cara-cara gimana bisa tulis pokok-pokoknya? Pertama harus apa?

Siswa: Baca.

Guru : Betul. Baca yang seperti apa?

Siswa: Seperti Doraemon.

Guru : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau

komentar.(D32)

Tuturan : Siapa yang mau komentar? Angkat tangan yang mau

komentar. Wujud tuturan : Meminta

Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta siswa yang sudah

mempunyai gagasan atau hasil pemikirannya bisa mengutarakan dengan

angkat tangan terlebih dahulu sebelum berbicara.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menanyakan sesuatu materi pelajaran Bhs. Indonesia.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang jawabannya kurang tepat dan tidak diawali dengan angkat tangan.

35. Guru : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk

menuliskan di depan. Siapa ya? Siswa: Kok Rama terus Bu.

Guru : Oh ya la Rama angkat tangan. Siapa yang lain? (D43)

Tuturan : Baik, Bu Enggar minta tolong salah satu siswa untuk

menuliskan di depan. Siapa ya? Wujud tuturan : Meminta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta tolong kepada salah satu

siswa untuk maju ke depan kelas menuliskan materi yang akan diajarkan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru akan memberikan penjelasan materi pelajaran Bhs.

Indonesia. Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah

siswa yang ingin menuliskan materi.

36. Guru : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan Taruma

Negara. Siswa: Yang keras Bu?

Guru : Iya yang keras Be. Yang B ya. (D69)

Tuturan : Bu Guru minta tolong Abe dibaca nak. Yang kerajaan

Taruma Negara. Wujud tuturan : Meminta

Makna pragmatik : Tuturan ini guru meminta seorang siswa yang bernama

Abe untuk membacakan materi pelajaran yang sedang diajarkan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang sudah siap mengikuti pelajaran.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang membacakan materi yang sedang diajarkan.

Tuturan di atas sebagai berikut (34) “Siapa yang mau komentar?Bisa

angkat tangan”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru meminta

siswanya angkat tangan untuk yang mau berkomentar. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan ini guru meminta siswa yang sudah

mempunyai gagasan atau hasil pemikirannya bisa mengutarakannya dengan

angkat tangan terlebih dahulu sebelum berbicara. Tuturan di atas merupakan

wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Siapa yang

mau komentar? Bisa angkat tangan” merupakan kalimat tanya. Kalimat

tersebut menggunakan pertanyaan yang ditujukan kepada siswa, tuturan guru ini

secara tidak langsung meminta siswa untuk berkomentar. Cara penyampaian atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus

bertutur dengan menggunakan tuturan negatif dan tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (35) “Bu Enggar minta tolong salah satu

siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”. Konteks tuturan tersebut tuturan

dituturkan saat guru mengajar meminta kepada seorang siswa untuk menuliskan

yang akan dipelajari di papan tulis. Tuturan tersebut mengandung makna

pragmatik tuturan ini guru meminta tolong kepada salah satu siswa untuk maju ke

depan kelas menuliskan materi yang akan di ajarkan. Tuturan di atas merupakan

wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Bu Enggar

minta tolong salah satu siswa untuk menuliskan di depan. Siapa ya?”

merupakan kalimat tanya. Kalimat tersebut menggunakan pertanyaan yang

ditujukan kepada siswa, tuturan guru ini secara tidak langsung juga meminta

siswanya untuk menuliskan materi di depan atau papan tulis. Cara penyampaian

atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan

modus bertutur dengan menggunakan tuturan negatif dan tidak transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (36) “Bu Guru minta tolong Abe dibaca

nak, yang kerajaan Taruma Negara”. Konteks tuturan tersebut tuturan

dituturkan saat guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan materi yang

akan diajarkan dengan suara yang keras. Tuturan tersebut mengandung makna

pragmatik tuturan ini guru meminta seorang siswa yang bernama Abe untuk

membacakan materi pelajaran yang sedang diajarkan. Tuturan di atas merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

wujud direktif meminta. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Bu Guru

minta tolong Abe dibaca nak, yang kerajaan Taruma Negara” merupakan

kalimat perintah. Kalimat tersebut menggunakan tuturan impersonal, karena

tuturan guru ini secara langsung juga meminta siswanya yang bernama Abe untuk

membacakan materi. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan

secara langsung dan transparan.

4.2.2.12 Makna Tuturan Direktif Memberi Saran

Berikut beberapa tuturan menyarankan di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan yang dimaksud

merupakan tuturan direktif memberi saran karena tuturan ini memberikan

pertimbangan sebelum melakukan tindakan. Dalam tuturan memberi saram

bertujuan kepada penutur memberikan pendapat yang nantinya dipertimbangkan

oleh mitra tutur sebelum melakukan tindakan. Tuturan memberi saran dapat

diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan berupa usulan, anjuran, atau cita-cita.

37. Guru : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.

Siswa: Ho’o Bu. Sama Bu, tadi aku hampir mau kejedug Bu.

Guru : Sementara kasih sini dulu. Besuk tak kasih belakang.(D66)

Tuturan : Ini mbok dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki.

Wujud tuturan : Menyarankan

Makna pragmatik : Tuturan ini guru memerintahkan siswa untuk

memindahkan barang yang hampir melukai guru dan siswa itu sendiri.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat sebuah barang yang membahayakan di kelas.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang hampir terluka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Tuturan di atas sebagai berikut (37) “Ini mbok dipindah aja, hampir

melukai Bu Kiki”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru

menyuruh salah satu siswa untuk memindahkan barang berbahaya yang berada di

dalam kelas untuk dibawa keluar kelas. Tuturan tersebut mengandung makna

pragmatik tuturan ini guru memerintahkan siswa untuk memindahkan barang

yang hampir melukai guru dan siswa itu sendiri. Tuturan di atas merupakan wujud

direktif menyarankan. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang negatif karena tuturan “Ini mbok

dipindah aja, hampir melukai Bu Kiki” merupakan kalimat perintah. Kalimat

tersebut menggunakan tuturan impersonal, karena tuturan guru ini secara tidak

langsung juga memberi saran agar siswanya memindahkan barang yang hampir

melukai guru. Cara penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh

penutur yakni guru menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan

secara tidak langsung dan tidak transparan.

4.2.2.13 Makna Tuturan Direktif Melarang

Berikut beberapa tuturan melarang di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturan merupakan tuturan

direktif melarang karena tuturan ini larangan untuk melakukan suatu tindakan.

Dalam tuturan melarang bertujuan untuk melarang mitra tutur untuk melakukan

tindakan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan melarang dapat diidentifikasi

berdasarkan wujud tuturan yang melarang dapat ditambahkan dengan intonasi

yang tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

38. Guru : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di laci!

Siswa: Ini lo Bu ada yang buang di laci. (D38)

Tuturan : Kalau buang sampah pada tempatnya, jangan dibuang di

laci! Wujud tuturan : Melarang

Makna pragmatik : Tuturan ini guru melarang siswanya untuk tidak

membuang sampah di kelas atau di laci meja.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru melihat siswa yang masih membuang sampah di laci.

Penutur merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa

yang tidak membuang sampah di laci.

39. Guru : Pernah melihat gambar paru-paru?

Siswa: Pernah Bu, ditempat rokok.

Guru : Sering beliin rokok bapaknya po?

Siswa: Iya Bu.

Guru : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang rokok

itu. (D65)

Tuturan : Tidak usah ditiru. Besok kalian buat penelitian tentang

rokok itu. Wujud tuturan : Melarang

Makna pragmatik : Tuturan ini guru menasihati siswa agar tidak

menirukan hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari

dikeluarganya.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru menanyakan materi tentang pelajaran IPA. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang

terbiasa membelikan rokok bapaknya.

Tuturan di atas sebagai berikut (38) “Kalau buang sampah pada

tempatnya, jangan dibuang di laci”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan

saat guru mengitari kelas untuk mengecek pekerjaan siswa sudah dikerjakan atau

belum. Guru melihat kondisi meja belajar para siswa dan melarang siswanya

untuk membuang sampah di laci. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik

tuturan ini guru melarang siswanya untuk tidak membuang sampah di laci kelas

atau di kelas. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur direktif melarang.

Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni kesantunan

positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

kesantunan yang positifkarena tuturan “Kalau buang sampah pada tempatnya,

jangan dibuang di laci” merupakan kalimat berita. Kalimat tersebut

menyangkutpautkan dengan hal-hal yang umum biasanya terjadi di kehidupan

sehari-hari, karena tuturan guru ini secara tidak langsung melarang siswanya agar

tidak membuang sampah di laci meja kelas. Cara penyampaian atau strategi

tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus bertutur

dengan menggunakan tuturan secara langsung dan transparan.

Tuturan di atas sebagai berikut (39) “Tidak usah ditiru.Besok kalian

buat penelitian tentang rokok itu”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan

saat guru menanyakan sebuah gambar apakah para siswa sudah pernah melihat

gambar tersebut dan menasihati agar para siswa tidak meniru orang tua yang

merokok. Tuturan tersebut mengandung makna pragmatik tuturan ini guru

menasihati siswa agar tidak menirukan hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan

sehari-hari dikeluarga. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur direktif

melarang. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi utama yakni

kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud tuturan di atas

merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Tidak usah ditiru.Besok

kalian buat penelitian tentang rokok itu” merupakan kalimat berita. Kalimat

tersebut menyangkutpautkan dengan hal-hal yang umum biasanya terjadi di

kehidupan sehari-hari, tuturan guru ini secara tidak langsung melarang siswanya

agar tidak menirukan tindakan orang tuanya yang suka merokok. Cara

penyampaian atau strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

menggunakan modus bertutur dengan menggunakan tuturan secara langsung dan

transparan.

4.2.2.14 Makna Tuturan Direktif Mengajak

Berikut beberapa tuturan mengajak di dalam kelas V saat pembelajaran

berlangsung yang ditemukan dalam penelitian ini. Tuturanyang dimaksud

merupakan tuturan direktif mengajak karena tuturan ini memerlukan kekompakan

antara penutur dengan mitra tutur. Dalam tuturan mengajak bertujuan untuk mitra

tutur melakukan tindakan yang dinyatakan oleh penutur melalui secara bersama.

Tuturan mengajak dapat diidentifikasi berdasarkan wujud tuturan ajakan dari

penutur kepada mitra tutur agar melakukan sebuah tindakan.

40. Guru : Jadi Ika itu mempunyai kesulitan konsentrasi belajar yang baik

seperti apa.

Siswa: Sama kayak aku Bu.

Guru : Lalu dia menulis, surat kepada majalah, nah majalah itu memberi

jawabannya.

Siswa: Sama kayak aku Bu.

Guru : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang. (D39)

Tuturan : Untuk mengingat pelajaran, mari kita baca ulang.

Wujud tuturan : Mengajak

Makna pragmatik : Tuturan ini guru mengajak para siswa untuk membaca

ulang materi yang sebelumnya sudah diajarkan agar ingat kembali materi

yang sudah diajarkan.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Tuturan tersebut berlangsung

di kelas V saat Guru akan memulai pelajaran Bhs. Indonesia. Penutur

merupakan seorang Guru, sedangkan mitra tutur adalah siswa yang lupa

tentang materi yang akan diajarkan.

Tuturan di atas sebagai berikut (40) “Untuk mengingatkan pelajaran,

mari kita baca ulang”. Konteks tuturan tersebut tuturan dituturkan saat guru

mengawali pelajaran dengan cara mengajak para siswa untuk mengingat pelajaran

yang kemarin sudah dipelajari dengan cara membaca ulang. Tuturan tersebut

mengandung makna pragmatik tuturan ini guru mengajak para siswa untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

membaca ulang materi yang sebelumnya sudah diberikan agar ingat kembali

materi yang sudah diberikan. Tuturan di atas merupakan wujud tindak tutur

direktif mengajak. Brown & Levinson (1987: 101-129) terdapat dua pondasi

utama yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif. Kesantunan dari wujud

tuturan di atas merupakan kesantunan yang positif karena tuturan “Untuk

mengingatkan pelajaran, mari kita baca ulang” merupakan kalimat perintah.

Kalimat tersebut membangun kebersamaan para siswanya untuk mengingat

pelajaran yang minggu lalu sudah diberikan oleh guru. Cara penyampaian atau

strategi tuturan yang digunakan oleh penutur yakni guru menggunakan modus

bertutur dengan menggunakan tuturan secara langsung dan transparan.

4.3 Pembahasan

Pada bagian pembahasan peneliti akan memaparkan mengenai tindak tutur

direktif guru kepada siswa yang menjadi rumusan masalah utama. Rumusan

masalah utama dibagi menjadi dua sub masalah, yaitu apa saja wujud kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif dan apa saja makna pragmatik dan kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif. Bagian pembahasan ini akan menjawab

keseluruhan dari rumusan masalah dalam penelitian dengan menghubungkan teori

yang digunakan peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik

dokumentasi dengan metode rekam dan catat. Saat interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan berlangsung peneliti merekam

suara guru dan siswa yang sedang berinteraksi. Melihat situasi di dalam kelas

yang tidak menentu maka dengan metode rekam peneliti lebih mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

mendapatkan data yang valid dan akurat. Dengan menggunakan metode rekam,

data yang sekiranya tidak bisa tidak jelas didengar oleh peneliti dapat terekam

pada alat rekam yakni handphone. Data yang sekiranya tidak tercatat oleh peneliti

dapat terekam dalam alat rekam. Untuk metode catat yang dilakukan oleh peneliti

untuk mencatat data yang didengar oleh peneliti saat pengambilan data pada

interaksi dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan.Selain data yang

diperoleh dengan metode catat, peneliti memperoleh informasi mengenai umur

guru yang mengajar di kelas. Hal ini membantu peneliti untuk melengkapi

pengkodean dari data-data yang diperoleh.

Peneliti mengamati tiga orang guru yang menjadi objek penelitiannya dan

sisw-siswa yang berbeda. Guru yang mengajar siswa kelas V SD Kanisius

Sengkan ini memiliki perbedaan mengenai gaya bahasanya saat mengajar. Guru

pertama yang diamati oleh penelitit lebih menggunakan dua bahasa yakni bahasa

Indonesia dan bahasa daerah saat berinteraksi dengan siswa di dalam kelas. Untuk

guru yang kedua saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan berinteraksi

dengan siswa lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa

daerah tetapi sesekali guru tersebut menambahkan sedikit. Sedangkan guru yang

ketiga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang seimbang saat

berinteraksi dalam pembelajaran di kelas. Dapat dilihat dari hasil pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti penggunaan bahasa daerah yang terjadi saat interaksi

guru dengan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan lebih

dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Sedangkan siswa yang menjadi

mitra tutur menggunakan bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Penggunaan bahasa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas V SD

Kanisius Sengkan ini bahasa Indonesia namun dikombinasikan dengan bahasa

daerah yakni Jawa. Saat terjadinya interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran

di kelas V SD Kanisius Sengkan, penggunaan bahasa Jawa digunakan oleh guru

pertama saat berinteraksi dengan siswa lebih sopan dalam tuturan direktif. Guru

yang menggunakan bahasa Jawa untuk berinteraksi bisa respon dari siswa dalam

wujud tindakan atau tuturan menggunakan bahasa Indonesia. Terdapat beberapa

tuturan yang menggunakan bahasa Jawa dengan maksud menegur. Hampir setiap

tuturan yang dituturkan oleh guru kepada siswa terdapat tambahan bahasa Jawa.

Namun guru yang menggunakan bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan siswa

juga mudah dipahami maknanya oleh siswa untuk melakukan sebuah tindakan.

Metode yang gunakan oleh peneliti adalah metode padan dengan alat

penentu launge lain dan mitra wicara. Data dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terdapat tuturan yang menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah.

Terdapat bahasa Inggris pada tuturan guru yang sedang berinteraksi dalam

pembelajaran di dalam kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran 2016/2017.

Pada data yang dituturkan oleh guru “kelasnya full color ya?“ ini guru menyindir

siswanya yang masih ramai di dalam kelas. Tuturan yang diucapkan

mempengaruhi siswa melakukan tindakan untuk diam. Data lain juga terdapat

tuturan yang menggunakan bahasa Jawa “Makane dirungoke to yo latihane

ditulis yo cah bagus.“ tuturan ini untuk menegur siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru. Tindakan yang dilakukan oleh siswa yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

menyiapkan buku untuk mencatat soal latihan. Metode ini membantu sekali untuk

peneliti untuk membahas data yang sudah diperoleh.

Penelitian yang berlangsung dan mengambil data-data yang akan diteliti

oleh peneliti dengan cara mengamati atau observasi dengan bantuan teknik

dokumentasi dan catat. Setelah data yang diinginkan sudah diperoleh peneliti

kemudian memasukan data-data tersebut ke dalam tabel triangulasi. Awalnya data

yang diperoleh peneliti berjumlah 70. Nanti data yang sudah dimasukan ke dalam

tabel akan ditriangulasi oleh triangulator. Waktu yang dibutuhkan triangulator

untuk mengecek data-data tersebut kurang lebih satu minggu. Setelah itu peneliti

baru tahu jumlah data yang disetujui dan tidak disetujui untuk dibahas oleh

peneliti. Data yang tidak disetujui oleh triangulator bisa diperbaiki untuk nantinya

dilampirkan pada halaman lampiran. Berikut contoh data yang dimasukkan ke

dalam tabel triangulasi yang sudah ditriangulasi namun masih terdapat kesalahan:

Setiap tuturan oleh guru memiliki makna yang berbeda-beda dengan

memperhatikan konteks. Kesantunan yang digunakan oleh bisa bermacam-macam

melihat kondisi atau konteks. Dilihat dari data yang diperoleh peneliti kesantunan

tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 tidak terlalu jauh

perbandingnannya. Kesantunan tindak tutur direktif yang sopan dan tidak sopan

pada interaksi guru dan siswa dapat dilihat dengan kondisi kelas atau perasaan

yang dirasakan oleh guru.

Dalam studi pragmatik dikenal dengan dua cabang yang sedikit-banyak

saling berkaitan dengan fungsi bahasa sebagaimana dikemukakan oleh Halliday

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

(1992), yaitu fungsi interpersonal dan fungsi tekstual. Fungsi interpersonal

berkaitan dengan sikap penutur serta pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku

mitra tutur. Kemudian oleh Leech (1983) dalam studi pragmatik membedakannya

menjadi pragmatik interpersonal dan pragmatik tekstual. Namun demikian patut

untuk dicatat bahwa pragmatik interpersonal adalah yang paling menarik sebab

berkaitan dengan jaringan kerjasama, kesantunan, pandangan hidup, nilai-nilai,

tata krama, dll.

Menurut Leech (1993:1) mengembangkan pragmatik yang luas. Leech

menggunakan pengertian pragmatik secara umum sebagai sebuah studi mengenai

makna dalam linguistik. Pada bidang sosiopragmatik merupakan studi yang

mempelajari makna yang berhubungan dengan sosiologi. Lanjutnya seseorang

tidak dapat memahami sifat bahasa kecuali dia memahami pragmatik. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan banyak makna

terdapat pada tuturan yang dituturkan oleh guru. Mulai dari bahasa yang sering

digunakan bahasa daerah yakni bahasa Jawa. Salah satu guru dari 3 guru yang

diamati oleh peneliti lebih sering menggunakan bahasa daerah. Namun salah satu

guru yang lain lebih sering menggunakan bahasa Indonesia saat mengajar. Guru

yang sering menggunakan tuturan bahasa Jawa saat mengajar di dalam kelas, para

siswa yang mendengarkan masih bisa memahami maksud dan makna dari tuturan

guru dengan bahasa Jawa. Makna dari tuturan tersebut tidak selalu sesuai dengan

wujud. Contohnya tuturan “ Dikurangi bercandanya, kita fokus dulu” ini wujud

tuturan menasihati namun makna dari tuturan tersebut menjadi menegur karena

dilihat dari konteks terjadinya interaksi guru dan siswa di dalam kelas yang ramai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini dipaparkan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran. Kedua hal

itu diuraikan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap Kesantunan

Sosiopragmatik Tindak Tutur Direktif pada Interaksi Guru dan Siswa dalam

Pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Tahun Ajaran

2016/2017: Suatu Kajian Pragmatik , peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa

dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun

ajaran 2016/2017. Ada empatbelas bentuk kesantunan tindak tutur direktif

yang ditemukan pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V

SD Kanisius Sengkan, yaitu kesantunan tindak tutur direktif menasihati,

kesantunan tindak tutur direktif memerintah, kesantunan tindak tutur direktif

mengancam, kesantunan tindak tutur direktif menyindir, kesantunan tindak

tutur direktif mengingatkan, kesantunan tindak tutur direktif menegur,

kesantunan tindak tutur direktif menyuruh, kesantunan tindak tutur direktif

mendukung, kesantunan tindak tutur direktif mengkritik, kesantunan tindak

tutur direktif menargetkan, kesantunan tindak tutur direktif meminta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

kesantunan tindak tutur direktif menyarankan, kesantunan tindak tutur

direktif melarang, kesantunan tindak tutur direktif mengajak. Keseluruhan

kesantunan tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini

digolongkan ke dalam wujud kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif

dan makna pragmatik dan kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif.

Konteks pada seluruh tuturan direktif tidak pernah lepas dalam bagian analisis

data dan pembahasan. Hal ini dikarenakan konteks sebuah tuturan sangatlah

penting dalam suatu kajian pragmatik. Jumlah data keseluruhan yang

ditemukan dalam penelitian tindak tutur direktif dalam pembelajaran di kelas

V SD Kanisius Sengkan adalah sebanyak 70 tuturan. Tuturan yang ditemukan

di kelas adalah sebanyak 70 tuturan yang terdiri dari 4 tuturan tindak tutur

direktif menasihati, 12 tuturan tindak tutur direktif memerintah perintah, 3

tuturan tindak tutur direktif mengancam, 14 tuturan tindak tutur direktif

menyindir, 7 tuturan tindak tutur direktif mengingatkan, 5 tuturan tindak tutur

direktif menegur, 5 tuturan tindak tutur menyuruh, 4 tuturan tindak tutur

direktif mendukung, 1 tuturan tindak tutur direktif mengkritik, 1 tuturan tindak

tutur direktif menargetkan, 3 tuturan tindak tutur direktif meminta, 1 tuturan

tindak tutur direktif menyarankan, 2 tuturan tindak tutur direktif melarang, dan

1 tuturan tindak tututr direktif mengajak.

2. Penelitian ini juga menemukan wujud tuturan tindak tutur direktif yang

hampir seluruh tuturannya menggunakan bahasa Jawa dan kolaborasi

menggunakan bahasa asing pada tabel triangulasi. Data tersebut mengandung

makna menegur. Temuan wujud pada tuturan yang diperoleh ini menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

kekhasan yang ada dalam penelitian. Temuan yang khas tersebut terdiri dari

makna menegur dengan wujud tuturannya yaitu makane dirungoke to yo

latihane ditulis yo cah bagus dan makna menyindir dengan wujud tuturannya

yaitu kelasnya full color ya?.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi

pihak-pihak tertentu. Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa

Bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan bahasa sastra Indonesia

disarankan supaya melakukan penelitian sejenis dengan kajian pragmatik. Hal ini

dikarenakan masih banyak aspek-aspek dalam kajian pragmatik yang perlu

diteliti. Selain itu, agar eksistensi kajian pragmatik semakin bersaing dengan ilmu-

ilmu yang lain.

2. Penelitian lain

Bagi peneliti lain, khususnya yang sedang melakukan penelitian

mengenai kesantunan sosiopragmatik tindak tutur direktif disarankan untuk

menambahkan inovasi mengenai objek yang akan diteliti. Penelitian tidak harus

dilakukan di sekolah namun tidak menutup kemungkinan dilakukan di luar

sekolah. Misalnya mengenai interaksi di lingkungan masyarakat umum. Selain itu,

agar lebih luas jangkauan yang diteliti mengenai kajian pragmatik dan kesantunan

sosiopragmatik tindak tutur direktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

3. Bagi guru dan calon guru

Interaksi yang digunakan guru atau calon guru saat pembelajaran

berlangsung di kelas menggunakan bahasa Indonesia. Namun juga tidak

dipungkiri jika masih ada guru yang menggunakan bahasa daerah saat

mengajar di dalam kelas. Lingkungan dari guru tersebut yang sudah

terbiasa menggunakan bahasa daerah terbawa sampai cara mengajarnya di

sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul, Agustina Leoni. 2010. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (Oka, Trans). Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Pranowo. 2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat Ditinjau Dari

Aspek Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Putu Wijana, Dewa. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI

OFFSET.

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta. Erlangga: PT. Gelora

Aksara Pratama.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa

Indonesia. Jakarta. Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama.

Rohmadi, Muhammad dan Wijana, I Dewa Putu. 2008. Semantik Teori

dan Analisis. Yuma Pustaka.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=137219&val=5682(5-

05-2017).

https://id.wikipedia.org/wiki/Implikatur (22-02-2017).

http://eprints.ums.ac.id/15565/4/Bab_2.pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN

KESANTUNAN SOSIOPRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Bapak Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Trianggulator yang

dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang sosiopragmatik,

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Bapak Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang pada kolom Triangulasi jika setuju atau tidak setuju berdasarkan

ketepatan wujud dan makna tuturan direktif yang terjadi dalam interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas V SD Kanisius

Sengkan Yogyakarta.

2. Bapak Triangulator mohon untuk memberikan catatan pada kolom Komentar Trianggulator untuk memberikan kritik dan masukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

No. Data Konteks Wujud Tuturan

Direktif

Makna Pragmatik Tuturan

Direktif

Triangulasi Pakar

Setuju Tidak

Setuju

Komentar

Trianggulator

1. Siswa: Bu ada teman

yang tidak naik kelas.

Guru: Iya, jadi kalian

harus melihat

pengalaman teman-

teman yang lainnya

kegagalan adalah

kesuksesan kesuksesan

yang tertunda. Supaya

lebih baik nilainya

megulang lagi di kelas

V tidak apa-apa. (D1)

Siswa: iya bu.

Tuturan dituturkan

pada ketika Guru

mengabsen

kehadiran siswa di

kelas sebelum

memulia pelajaran

dan mendengar salah

satu siswa berbicara

“ada yang tidak naik

kelas”.

Menasihati

“Kegagalan adalah

kesuksesan yang

tertunda”

Guru memberikan nasihat

kepada siswa yang tinggal

kelas dan dahulu

mendapatkan nilai kurang

baik agar nantinya

memperbaiki nilai dan naik

kelas.

2. Guru: Bu Maria juga

tidak suka kalau ada

“glotekan”, keras atau

tidak ibu anggap

menggangu. Kalau Bu

Maria mendengar atau

melihat sekali saja

langsung ibu suruh

mejanya ditaruh di

lapangan saja

“glotekan” sampe

pulang sekolah.

Siswa: Iya bu.(D2))

Tuturan dituturkan

pada saat Guru

menganjurkan

kepada siswa yang

masih membuat

suara berisik untuk

menaruh mejanya di

luar kelas.

Mengancam

“Kalau Bu Maria

masih mendengar

atau melihat sekali

saja langsung ibu

suruh mejanya

ditaruh di lapangan.

Tuturan Guru menegur

siswa yang masih ramai di

dalam kelas dan

memerintahkan siswa yang

masih berisik di kelas untuk

memindahkan mejanya di

lapangan.

3. Guru: Jangan suka

makan “brutu” ayam.

Tuturan dituturkan

pada saat Guru

Menyindir

Guru melarang siswanya

untuk tidak makan brutu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Siswa: Nanti ndak

bodoh ya bu. (D3)

mengajar dan

menanyakan soal

kepada siswa di kelas

tiba-tiba memberi

saran kepada siswa

yang tidak bisa

menjawab soal.

“Jangan suka

makan brutu ayam”

ayam dan jawaban dari

siswa karena membuat

bodoh jika memakan brutu

ayam.

4. Siswa: Ganti baju ndak

Bu?

Guru: Pokoknya

setelah olahraga kalian

harus ganti baju.

Siswa: La olahraganya

cuma ngukur tinggi

sama berat badan Bu.

(D4)

Tuturan dituturkan

pada ketika Guru

yang sedang

mengajar di kelas

tiba-tiba siswa dari

kelas lain menawar

agar setelah olahraga

tidak ganti pakaian.

Guru dengan sikap

tegas menekankan

untuk tetap ganti

pakaian.

Memerintah

“Pokoknya setelah

olahraga harus

ganti baju.

Tuturan ini Guru

mengingatkan siswa setelah

olahraga harus ganti baju

seragam.

5. Guru: Menurut jadwal

sekarang jam 07.00-

08.20 pelajaran Bhs.

Jawa. Saiki

dikeluarkan bukunya!

(sekarang dikeluarkan

bukunya)

Siswa: Nggih Bu.

Guru: Sopo sik dereng

kagungan bukune?

(siapa yang belum

punya bukunya?) (D5)

Tuturan dituturkan

pada saat Guru akan

memulai pelajaran

bahasa Jawa kepada

siswa untuk

mengeluarkan buku

dan bersiap untuk

mengikuti pelajaran.

Memerintah

“Sekarang

dikeluarkan

bukunya!”

Tuturan Guru memerintah

siswa untuk mengeluarkan

buku tulis mata pelajaran

Bhs. Jawa karena segera

dimulai.

6. Guru: Saiki sik B

diwoco Brian!

Tuturan dituturkan

saat Guru menyuruh

Memerintah

Tuturan Guru menyuruh

siswa yang bernama Brian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

(sekarang yang B

dibaca Brian!)

Siswa: Baik Bu. (D6)

seorang siswa untuk

membacakan soal

yang diberikan.

“Sekarang soal

yang B dibaca

Brian!”

untuk membacakan soal

yang sudah diberikan.

7. Guru: jelas tidak?

Siswa: Jelas bu.

Guru: Lihat sini, ada

yang tulisannya seperti

kaki ayam tidak?

Siswa: Tidak ada ya

Bu. (D7)

Tuturan dituturkan

saat Guru ingin

mengetahui seperti

apa wujud tulisan

siswanya dengan

menanyakan

Menyindir

“ Lihat sini ada

yang tulisannya

seperti kaki ayam

tidak?

Tuturan Guru meminta

hasil tulisannya dibawa ke

meja guru untuk dicek

sudah bagus atau belum

tulisannya.

8. Guru: Anak yang

menulis menggunakan

tangan kiri biasanya

pintar.

Siswa: Aku bu aku

Guru: Terus pakai

tangan kiri supaya

dibilang pintar semua.

(D8)

Tuturan dituturkan

saat Guru secara

langsung memuji

siswa yang menulis

menggunakan tangan

kiri itu pintar.

Menyindir

“Anak yang

menulis

menggunakan

tangan kiri

biasanya pintar.”

Secara tidak langsung

tuturan guru mendukung

siswanya yang menulis

menggunakan tangan kiri

berarti siswa yang pintar.

9. Guru: Itu pekerjaannya

harus selesai!

Siswa: Iya Bu.

Guru: Segera

dikerjakan. (D9)

Tuturan dituturkan

saat Guru melihat

siswa yang masih

ramai dan

menegaskan agar

tugas yang sudah

diberikan harus

selesai.

Mengingatkan

“Itu pekerjaannya

harus selesai!”

Tuturan guru menyuruh

siswanya untuk

menyelesaikan tugas yang

sudah diberikan oleh guru.

10. Guru: Jangan diulangi Tuturan dituturkan Menegur Tuturan guru melarang √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

lagi ya.

Siswa: Iya Bu. Tidak

akan saya ulangi Bu.

(D10)

saat Guru

menekankan kepada

siswa agar tidak

melakukan kesalahan

lagi.

“Jangan diulangi

lagi ya.”

siswa untuk tidak

mengulangi kesalahan yang

sama.

11. Guru: Lala hari ini jadi

absen?

Siswa: Sudah Bu.

Guru: Tapi Iar belum

masuk ya?

Siswa: Iya Bu. (D11)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengabsen

kehadiran

menanyakan kesalah

satu seorang siswa

yang akan izin tidak

masuk sekolah.

Konfirmasi

“Lala hari ini jadi

absen?”

Tuturan ini menanyakan

kehadiran dari siswa yang

bernama Lala .

12. Guru: Ini belum pada

fokus ya sepertinya,

Ayo Paul fokus

pelajaran dulu.

Siswa: Iya Bu.

Guru: Lapar ya?

Siswa: Iya Bu. Ndak

Bu. (D12)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang memberikan

materi pelajaran

menghimbau

siswanya yang tidak

memperhatikan.

Mengingatkan

“Ayo Paul fokus

pelajaran dulu.”

Tuturan ini memerintahkan

siswa yang bernama Paul

untuk lebih fokus pada

pelajaran terlebih dahulu.

13. Guru: Sekarang kita

baca bersama. Baca

yang keras Rafael!

Siswa: Yang atas

sendiri itu bu?

Guru: Hewan,

manusia, dan

tumbuhan. (D13)

Tuturan dituturkan

saat Guru

memerintah siswa

untuk membacakan

teks yang

dikehendaki guru

yang tadinya

dibacakan dengan

suara lembut.

Memerintah

“Baca yang keras

Rafael!”

Tuturan ini menyuruh

siswa yang bernama Brian

untuk membacakan materi

yang diberikan oleh guru

dengan suara yang lantang

atau keras.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

14. Guru: Ayo belajar dan

dibaca dulu, nanti itu

disalin dibukumu.

Siswa: Iya bu. (D14)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menyerukan agar

siswanya tetep fokus

belajar dan membaca

karena nantinya

bacaan tersebut harus

disalin dibuku.

Memerintah

“Ayo belajar dan

dibaca dulu, nanti

itu disalin

dibukumu.”

Tuturan ini mengingatkan

kepada siswa untuk lebih

fokus untuk belajar

terlebih dahulu.

15. Guru: Apa lagi kalau

kalian pas olahraga,

berarti kalian ndak ada

jeda istirahat to itu

berarti olaharaga-

olahraga terus IPA to

itu? Lha Pak Ari sudah

kasih waktu 15 menit

buat ganti tok to?

Nahsudah jam 08.20

kalian sudah siap

dikelas, tidak seperti

tadi Bu Maria panggil

“V b masuk!”

Siswa: Iya Bu Maria.

Guru: Gitu ya. (D15)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengajar

menyindir siswa

yang harus masuk

kelas jam 08.20

setelah pelajaran

olahraga selesai.

Menyindir

“Sudah jam 08.20

kok masih pada di

luar.”

Tuturan guru

mengingkatkan kepada

siswa untuk segera masuk

ke dalam kelas karena

waktu sudah menunjukan

untuk mulai pelajaran

selanjutnya.

16. Guru: Kelasnya full

color ya?

Siswa: la gimana bu?

Guru: warna-warni

kayak taman kanak-

kanak. (D16)

Tuturan dituturkan

saat Guru disela-sela

menjelaskan materi

pelajaran menyindir

dengan halus dengan

menanyakan terlebih

dahulu dan diakhiri

dengan sindiran.

Menyindir

“Kelasnya full

color ya?”

Tuturan guru secara tidak

langsung menegur siswa

yang masih ramai seperti

siswa kelas I untuk diam.

17. Guru: Bima, kamu Tuturan dituturkan Mengkritik Tuturan guru menyindir √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

kalau nulis diberi jeda-

jeda gitu ya?

Siswa: la gimana Bu?

Guru: Berarti nanti

kamu sampaikelas 5

selesai habis 5 buku

itu nanti. La dijeda 1

baris. (D17)

saat Guru yang

sedang berkeliling

didalam kelas dan

melihat seorang

siswa yang menulis

catatanya di buku.

“Bima, kamu kalau

nulis diberi jeda-

jeda segitu ya?”

siswa yang cara menulisnya

masih terlalu banyak jeda

setiap menulis kalimat

baru.

18. Guru: Juga

mengelurakan udara

kotor melalui apa?

Siswa: Hidung Bu.

Guru: Waah benar,

pintar e. (D18)

Tuturan dituturkan

saat Guru mendengar

jawaban dari siswa

dan mendukung

sepenuhnya jawaban

yang diutarakan oleh

siswa.

Mendukung

“Wah benar, pintar

e.”

Tuturan guru memuji siswa

yang sudah menjawab

pertanyaan dari guru

dengan benar.

19. Guru: Udara bersih,

akan dibawa sel darah.

Siswa: Dibawa naik

apa Bu? dibawa kereta

Bu?

Guru: Dikurangi

bercandanya, kita

fokus dulu. (D19)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang menjelaskan

materi memberikan

nasihat kepada siswa

agar tidak bercanda

saat pelajaran

berlangsung dan

harus fokus.

Menasihati

“Dikurangi

bercandanya, kita

serius dulu.”

Tuturan ini guru menegur

siswa yang masih bercanda

di dalam kelas untuk lebih

serius ke pelajaran yang

sedang berlangsung.

20. Guru: Untuk

menghemat spidol, Bu

Maria akan

mendektekan kalian

Tuturan dituturkan

saat Guru mengajak

siswanya untuk

menulis materi

Memerintah

“Untuk menghemat

spidol, Bu Maria

Tuturan ini menyindir

siswanya untuk mengetahui

kesiapan mencatat materi

dan supaya tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

fokus ya?

Siswa: waduuuh Bu.

Guru: Dengarkan baik-

baik. (D20)

pelajaran dibuku tulis

masing-masing.

akan mendekatkan

kalian tulis ya?”

tergantung mencatat materi

di papan tulis.

21. Guru: Zat-zat yang

tadinya dibakarakan

menghasilakan apa?

Siswa: Sari-sari

makanan.

Guru: Bukan, apa

hayo?

Siswa: Tenaga Bu.

Guru: Pintar, nah

seperti itu dong. (D21)

Siswa: Iya dong Bu.

Tuturan dituturkan

saat Guru

menanyakan jawaban

dari soal yang sudah

diberikan. Dan

memuji jawaban

yang diutarakan oleh

siswa.

Mendukung

“Waah pintar, nah

seperti itu dong.”

Tuturan ini medukung

siswa yang sudah

menjawab pertanyaan dari

guru dengan benar.

22. Guru: Hayo jangan

berbicara sendiri,

konsentrasi-

konsentrasi ke

pelajaran dulu.

Siswa: Konsentrasi-

konsentrasi. zzzzzt .

Guru: Pertanyaannya

adalah bagaimana

paru-paru

mendapatkan udara

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengajar

memberikan nasihat

kepada siswa yang

ramai di kelas agar

tetap konsentrasi saat

mengikuti pelajaran.

Menasihati

“Hayo jangan

berbicara terus,

konsentrasi-

konsentrasi ke

pelajaran dulu.

Tuturan ini guru menegur

siswa yang belum

konsentrasi saat mengikuti

pelajaran dan membuat

gaduh kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

bersih? (D22)

23. Guru: Tadi kalau

sudah membaca, jadi

Bu Maria ulang lagi di

dalam hidung ada bulu

hidung yang disebut

apa ? Bagus lo

sebutannya.

Siswa: Apa Bu?

Guru: Cilia.

Siswa: Sudah bu.Cilia

kan bu?

Guru: Katanya tadi

sudah baca, kok masih

belum tahu? (D23)

Tuturan dituturkan

saat Guru saat

mengecek kembali

pekerjaan siswa yang

diberikan oleh guru

dan menyindir secara

halus dengan

mengatakan katanya

sudah dibaca.

Menyindir

“Katanya tadi

sudah baca, kok

masih belum tahu?”

Tuturan ini menyindir

siswanya yang masih

belum paham dengan

materi yang diberikan oleh

guru.

24. Siswa: Bu kecepeten

Bu. Bu belum Bu.

Guru: Kalau kalian

semakin rame, Bu

Maria semakin cepat

mendektekan.

Siswa: Aduuuh Bu.

Guru: Sudah itu dulu.

(D24)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mendektekan

materi pelajaran

mendengar suara

ramai akan

mengancam untuk

meningkatkan

kecepatan

mendektenya.

Mengancam

“Kalau kalian

semakin rame, Bu

Maria semakin

cepat

mendektekan.”

Tuturan ini menegur siswa

yang masih ramai dan tidak

mendengarkan materi yang

didektekan oleh guru agar

lebih mendengarkan materi

yang diberikan.

25. Siswa: Fungsinya

ditulis tidak?

Siswa: Ndak usah Bu.

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

melihat siswa yang

masih ramai di kelas

Menyindir

“Ternyata yang

sudah baca duluan

Tuturan guru menyindir

siswa yang tidak

memperhatikan perintah

sebelumnya dari guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Guru: Kan sudah ada

dibuku paket to?

Siswa: Iya Bu.

Guru: Ternyata yang

sudah baca duluan atau

yang belum baca itu

kelihatan lo ya.

Siswa: Aku belum

baca lo Bu. (D25)

dan sudah melihat

mana siswa yang

sudah membaca dan

yang belum

membaca.

atau yang belum

baca itu kelihatan

lo ya.”

untuk membaca buku

paket.

26. Siswa: Itu ditulis Bu?

Guru: Mau ditulis atau

ndak?

Siswa: Ditulis Bu.

Guru: Bu Maria kasih

waktu untuk

selesaikan itu , setelah

itu kita latian soal.

Siswa: Yeeee

nyelesaiin ini bentar

Bu. (D26)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menargetkan

siswanya

menyelesaikan

mencatat materi di

buku masing-masing

dan dilanjutkan

dengan latian soal.

Menargetkan

“Bu Maria kasih

waktu untuk

selesaikan itu,

setelah itu latian

soal.”

Tuturan ini guru

menargetkan siswanya

dengan memberikan sedikit

waktu untuk menyelesaikan

mencatat materi yang

diajarkan.

27. Guru: No 1 tulis

soalnya menjawabnya

nanti.

Siswa: Sik sebentar

Bu.

Tuturan dituturkan

saat Guru

memberikan latihan

soal dan soal tersebut

harus ditulis terlebih

dahulu. Guru melihat

Menegur

“Bu Maria akan

mulai kalau kalian

sudah diam!”

Tuturan guru menegur

siswa yang masih membuat

gaduh di dalam kelas untuk

diam. Guru mengancam

akan memulai memberikan

soal setelah siswa diam dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

(Tunggu sebentar Bu.)

Guru: Bu Maria akan

mulai kalau kalian

sudah diam!

Siswa: Ssttt diam to.

Tenang! (D27)

siswa yang membuat

gaduh di dalam

kelas.

konsentrasi.

28. Siswa: Bu soalnya

berapa Bu?

Guru: Jangan rame,

nanti tak tambahi!

Siswa: Diam to.

Guru: Nomor 6.

Diafragma adalah ….

(D28)

Tuturan dituturkan

saat Guru

mengancam siswa

apabila saat menulis

soal masih rame akan

ditambah soalnya.

Mengancam

“Jangan rame, nanti

tak tambahi!

Tuturan guru menegur

siswa yang masih ramai di

dalam kelas untuk diam.

Jika tidak bisa diam guru

mengancam akan

menambahkan soal latihan.

29. Guru: Jangan banyak

bicara, dikerjakan dulu

soalnya.

Siswa: Iya bu. (D29)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengamati

siswa mengerjakan

soal dan menuntut

siswanya untuk

mengerjakan soal

yang sudah

diberikan.

Memerintah

“Jangan banyak

bicara, kerjakan

dulu soalnya.”

Tuturan ini melarang

siswanya untuk tidak

banyak berbicara saat

mengerjakan soal yang

sudah diberikan oleh guru.

30. Guru: Bu Maria

buatkan kelompok,

setiap kelompok

terdapat 4 orang anak.

Siswa: Milih sendiri

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang menjelaskan

materi dan memarahi

siswa agar diam

memperhatikan.

Memerintah

“Dengarkan Bu

Maria!”

Tuturan ini menegur para

siswa yang masih ramai

untuk mendengarkan

penjelasan yang akan

diberikan oleh guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

apa dipilihkan Bu?

Guru: Dipilhkan.

Siswa: Yaaah Bu.

Guru: Dengarkan Bu

Maria!

Siswa: Hei diam to.

(D30)

31. Guru: Lalu Bu guru itu

suka makan buah

nangka, Siapa yang

suka makan buah

nangka?

Siswa: Aku Bu.

Guru: Sudah,kalian

siap mendengarkan

lagi?!

Siswa: ssstt

Guru: Naah tapi buah

nangka itu Bu Guru

senang sekali yang

manis. (D31)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang memberikan

materi pelajaran

menegur siswa yang

masih sibuk sendiri-

sendiri.

Menegur

“Kalian siap

mendengarkan

lagi?!

Tuturan guru menyindir

siswa yang ramai di dalam

kelas untuk diam dan

konsentrasi saat mengikuti

pelajaran.

32. Guru: Jadi begitu ya

membuat ringkasan.

Kamu tulis pokok-

pokoknya saja. Cara-

cara gimana bisa tulis

pokok-pokoknya?

Tuturan dituturkan

saat Guru meminta

siswanya angkat

tangan untuk yang

mau berkomentar.

Meminta

“Siapa yang mau

komentar? Bisa

angkat tangan.”

Tuturan ini guru meminta

siswa yang sudah

mempunyai gagasan atau

hasil pemikirannya bisa

mengutarakannya dengan

angkat tangan terlebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Pertama harus apa?

Siswa: Baca.

Guru: Betul. Baca

yang seperti apa?

Siswa: Seperti

Doraemon.

Guru: Siapa yang mau

komentar? angkat

tangan yang mau

komentar. (D32)

dahulu sebelum berbicara.

33. Siswa: Bu aku mau

tanya Bu..

Guru: Ya silahkan

Kelvin.

Siswa: Boleh nyatet

ndak sekarang Bu?

Guru: Silahkan

membaca dulu sampai

habis.

Siswa: Sudah Bu.

Sudah selesai Bu.

Guru: Bu guru kok

tidak dengar suara

Paul ya? Karena pada

rame ya.

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang

mendengarkan

siswanya yang

sedang membaca

materi pelajaran tiba-

tiba tidak bisa

mendengarkan

karena suasana kelas

terlalu gaduh dan

memutuskan untuk

menyindir siswa

yang membuat

ramai.

Menyindir

“Bu guru kok tidak

dengar suara Paul

ya?”

Tuturan ini menyindir

siswa yang masih ramai di

kelas membuat guru tidak

mendengar suara siswa

yang bernama Paul saat

membacakan materi

pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Siswa: Sssst (D33)

34. Guru: Anak-anak

sebentar. Tolong yang

ada di atas meja hanya

buku Bhs. Indonesia,

buku yang lain

dimasukan.

Siswa: Buku cerita?

Guru: Ya boleh kalau

buku cerita. (D34)

Tuturan dituturkan

saat Guru

mengintruksikan

kepada para siswa

untuk menyiapkan

buku pelajaran yang

akan diajarkan.

Memerintah

“Anak-anak

sebentar. Tolong

yang ada di atas

meja hanya buku

Bhs. Indonesia,

buku yang lain

dimasukan.”

Tuturan ini memerintah

siswa untuk

mempersiapkan buku

pejalaran bahasa Indonesia.

Buku yang lain dimasukan

ke dalam tas dulu.

35. Guru: Baik. Membaca

itu dengan mulut atau

tidak ?

Siswa: Tidak bu.

Guru: Naah membaca

itu dengan mata.

Dibatin membacanya.

(D35)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang

memperhatikan

siswanya yang

sedang membaca

dalam hati tiba-tiba

melihat siswa yang

mengobrol dengan

teman sebangku dan

tindakan yang

dilakukan guru

tersebut adalah

menyindir.

Memerintah

“Membaca itu

dengan mulut atau

tidak?”

Menyindir √

36. Guru: Siapa yang

sudah menulis

ringkasan?

Siswa: Aku wes

rampung bu.

(Saya sudah selesai

Bu.)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang berintertaksi

saat pelajaran

menyuruh siswa

untuk berbicara

dengan bahasa

Indonesia.

Menegur

“Coba kalau

berbicara dengan

Bu guru memakai

Bhs. Indonesia.”

Tuturan ini menyuruh

siswa untuk menggunakan

bahasa Indonesia saat

berbicara dengan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Guru: Coba kalau

berbicara dengan bu

guru memakai Bhs.

Indonesia.

Siswa: Iya Bu.

Guru: Bahasa

Indonesia nya “aku

wes rampung” apa?

Siswa: Saya sudah

selesai Bu. (D36)

37. Siswa: Bu Enggar,

culas itu apa Bu?

Guru: Licik itu.

Siswa: Oh ya Bu.

Guru: Waah ini buku

yang mudah, cerita

anak kecil.

Siswa: Iya ini Bu.

(D37)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menggugah

kesadaran siswanya

untuk mengerjakan

dengan sungguh-

sungguh karena yang

dibaca buku yang

mudah.

Mengejek

“Waah ini buku

yang mudah, cerita

anak kecil.”

Tuturan ini menyindir

siswa yang sedang

membaca buku tentang

cerita anak kecil dan

dianggap oleh guru buku

bacaan tersebut buku yang

mudah untuk dipahami.

38. Guru: Kalau buang

sampah pada

tempatnya, jangan

dibuang di laci!

Siswa: Ini lo Bu ada

yang buang di laci.

(D38)

Tuturan dituturkan

saat Guru saat

mengitari kelas untuk

mengecek pekerjaan

siswa sudah

dikerjakan atau

belum. Guru melihat

kondisi meja belajar

para siswa dan

Melarang

“Kalau buang

sampah pada

tempatnya, jangan

dibuang di laci!”

Tuturan ini guru melarang

siswanya untuk tidak

membuang sampah di kelas

atau di laci meja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

melarang siswanya

membuang sampah

di laci.

39. Guru: Jadi Ika itu

mempunyai kesulitan

konsentrasi belajar

yang baik seperti apa.

Siswa: Sama kayak

aku Bu.

Guru: Lalu dia menulis

surat kepada majalah,

nah majalah itu

memberi

jawabanannya.

Siswa: Sama kayak

aku Bu.

Guru: Untuk

mengingat pelajaran,

mari kita baca ulang.

(D39)

Tuturan dituturkan

saat Guru mengawali

pelajaran dengan

cara mengajak para

siswa untuk

mengingat pelajaran

yang kemarin sudah

dipelajari dengan

cara membaca ulang.

Mengajak

“Untuk

meningatkan

pelajaran, mari kita

baca ulang.”

Tuturan ini guru mengajak

para siswa untuk membaca

ulang materi yang

sebelumnya sudah

diberikan agar ingat

kembali materi yang sudah

diberikan.

40. Guru: Sekarang Ciro

dulu aja. Ciro tepuk

tenang!

Siswa: Tenang,

Tenang, Ssttt

Guru: Iya bagus.

(D40)

Tuturan dituturkan

saat Guru

memerintah seorang

siswa untuk tepuk

tenang akibat siswa

tersebut melakukan

hal yang tidak

disukai oleh guru.

Memerintah

“Sekarang Ciro

tepuk tenang!”

Tuturan ini memerintahkan

siswa yang ramai bernama

Ciro untuk melakukan

tindakan yang diinginkan

oleh guru yakni tepuk

tenang

41. Guru: Sekarang Bu Tuturan dituturkan Menasihati Tuturan ini mengingatkan √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

Guru tunjuk nama

silahkan salah satu

pokoknya kamu baca

kamu tulis. Neta satu

apa?

Siswa: Kalau sedang

belajar itu kita sering

ada godaan.

Guru: Anak-anak

kalau ada yang

berbicara, tolong

lainnya

mendengarkan. Nah

itu pokok bahasannya.

(D41)

saat Guru sedang

mendengarkan siswa

berbicacara,

menasihati para

siswa yang lain

untuk mendengarkan

siswa yang sedang

berbicara.

“Anak-anak kalau

ada yang berbicara,

tolong lainnya

mendengarkan.

Nah itu pokok

bahasannya.”

siswa untuk saling

mendengarkan jika ada

siswa lain yang sedang

berbicara tolong

didengarkan.

42. Guru: Sekarang nomor

2 berarti. Yang kedua

apa tempatmu Neta?

Siswa: Sudah tapi aku

takut salah bu.

Guru: Silahkan dibaca

saja, tidak ada yang

salah kok coba.

Siswa: Kalau berhasil

melewati godaan-

godaan itu kita bisa

mencapai keinginan.

Guru: Naah boleh itu.

Bagus itu, beri tepuk

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

mendukung jawaban

yang diutarakan oleh

seorang siswa dan

guru menyuruh

kepada para siswa

untuk memberikan

penghargaan dengan

tepuk tangan.

Mendukung

“Nah boleh itu.

Bagus itu, beri

tepuk tangan untuk

Neta.”

Tuturan guru memuji siswa

yang sudah menjawab soal

dengan benar dan guru

meminta siswa lain untuk

mengapresiasi atau memuji

dengan cara memberikan

tepuk tangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

tangan untuk Neta.

(D42)

43. Guru: Baik, Bu Enggar

minta tolong salah satu

siswa untuk

menuliskan di

depan.Siapa ya?

Siswa: Kok Rama

terus to Bu?

Guru: Oh ya la Rama

angkat tangan. Siapa

yang lain? (D43)

Tuturan dituturkan

saat Guru saat

mengajar pelajaran

bahasa Indonesia

meminta kepada para

siswa untuk

menuliskan materi

yang akan dipelajari

di papan tulis.

Meminta

“Bu Enggar minta

tolong salah satu

siswa untuk

menuliskan di

depan. Siapa ya?”

Tuturan ini guru meminta

tolong kepada salah satu

siswa untuk maju ke depan

kelas menuliskan materi

yang akan diajarkan.

44. Guru: Andika nanti

pinjam palunya Pak

Sarmin saja.

Siswa: Pak Sarmin

pinjam palunya.

Guru: Pakai sepatu

ndak bisa.

Siswa: Vin palu Vin

Guru: Andika dengar

yang tadi dibilang bu

guru tidak? (D44)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengajar dan

mengamati situasi

kelas menegur salah

satu siswanya untuk

memperhatikan

materi yang sedang

dibahas oleh guru.

Menegur

“Andika dengar

yang tadi dibilang

bu guru tidak?”

Tuturan guru menyindir

siswa yang bernama

Andika yang masih sibuk

sendiri memukuli bangku

yang sebelumnya membuat

tidak nyaman duduk siswa

tersebut

45. Guru: Kamu duduknya

sebelah sini saja, tidak

usah dekat-dekat ke

sana.

Tuturan dituturkan

saat Guru

memisahkan dua

siswa yang membuat

gaduh di kelas dan

Memerintah

“Kamu duduknya

sebelah sini saja,

tidak usah dekat-

Tuturan ini menyarankan

siswa tersebut untuk pindah

tempat duduk agar tidak

ramai atau membuat gaduh

dengan teman-temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Siswa: Iya Bu.

Guru: Nanti ndak rame

terus. Sekarang

perhatikan depan.

(D45)

mengimbau salah

satu siswa untuk

tidak mendekat ke

temannya.

dekat ke sana.”

46. Guru: Kalimat yang

ditulis Ayu, Andika

duduk!!

Siswa: Iya Bu.

Guru: Oleh karena itu

dibutuhkan semangat

yang tinggi untuk

mengejar kesuksesan.

Tuturan dituturkan

saat Guru

memerintahkan

siswanya yang

sedang berdiri di

kelas dan membuat

gaduh untuk duduk

dengan tenang.

Memerintah

“Kalimat yang

ditulis Ayu, Andika

duduk!!”

Tuturan ini menegur siswa

dengan intonasi yang tinggi

agar siswa yang membuat

gaduh tersebut lekas untuk

duduk kembali di

tempatnya dan diam.

47. Guru: Haloo!

Siswa: Iya bu.

Guru: Sudah bisa

dimulai pelajarannya?

Siswa: Sudah Bu.

(D47)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang akan

memulai pelajaran

mengingatkan siswa

yang masih ramai

untuk

mempersiapkan diri

untuk memulai

pelajaran.

Mengingatkan

“Sudah bisa

dimulai

pelajarannya?”

Tuturan ini menyindir

siswa yang masih ramai

untuk diam karena

pelajaran akan segera

dimulai.

48. Siswa: Bu soalnya

ditulis Bu?

Guru: Siapa yang

mendengar Bu Kiki

bilang? Pertanyaan

tadi diulangi Andika.

Siswa: Apa ya?

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang menjelaskan

materi pelajaran tiba-

tiba menyindir

seorang siswanya

yang duduk di depan

tetapi tidak

memperhatikan guru

yang sedang

Menyindir

“Masak duduk di

depan sendiri tidak

mendengarkan.”

Tuturan ini menyindir

siswa yang duduk di depan

sendiri dan tidak

memperhatikan penjelasan

materi dari guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Guru: Hayo apa?

Ditulis soalnya

Andika.Masak duduk

di depan sendiri tidak

mendengarkan. (D48)

menjelaskan.

49. Guru: Heeh nomor 3

dulu. Kok sudah yang

lainnya.

Siswa: Bu 3 B juga po

Bu?

Guru: Iya itu soalnya

beda. Tolong dicermati

ayo. soalnya itu beda.

Siswa: Iya Bu. (D49)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

memerintah

siswanya untuk

memperhatikan atau

mengamati soalnya

dengan teliti sebelum

dijawab.

Memerintah

“ Iya itu soalnya

beda.Tolong

dicermati ayo.

soalnya itu beda.”

Tuturan ini menyuruh

siswanya untuk mencermati

masing-masing soal yang

diberikan oleh guru.

50. Guru: 3 itu 5 soal lo

bukan 4 soal.

Siswa: Iya Bu.

Guru: Yang lain

mengerjakan, bukan

bicara dengan

temannya.

Siswa: Iya Bu. (D50)

Tuturan dituturkan

saat Guru sedang

mengamati siswa

yang sedang

mengerjakan soal

dan mengingatkan

siswa agar tidak

bicara dengan

temannya.

Mengingatkan

“ Yang lain

mengerjakan,

bukan bicara

dengan temannya.”

Tuturan guru menegur

siswa yang sedang

berbicara dengan temannya

untuk lebih fokus

mengerjakan soal dan

menyelesaikannya.

51. Guru: Belum ada yang

dapat 100 tho, tidak

menyimak to?

Siswa: Yowes Bu aku

mergo iki Bu. (D51)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengoreksi

hasil pekerjaan siswa

dan menyindir siswa

yang belum selesai

agar mendapat nilai

Menyindir

“ Belum ada yang

dapat 100 tho, tidak

menyimak to?”

Tuturan ini menyindir para

siswa untuk lebih

menyimak materi yang

diajarakan agar nantinya

saat diberikan soal

mendapatkan nilai 100.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

100.

52. Guru: 3 menit lagi.

Siswa: Iya bu. satu

hehe

Guru: Kalau yang

sudah mengerjakan

tidak usah bergaya.

Siswa: Iya Bu. (D52)

Tuturan dituturkan

saat Guru sedang

duduk dan

memperhatikan

siswa mengerjakan

tugas mengingatkan

agar fokus

mengerjakan.

Mengingatkan

“Kalau sudah bisa

mengerjakan tidak

usah bergaya.”

Tuturan guru menyindir

seorang siswa yang sudah

selesai mengerjakan soal

agar tidak bergaya karena

belum tentu benar semua

jawabannya.

53. Siswa: Bu izin minum

ya Bu.

Guru: Tadikan sudah.

Siapa yang haus?

Siswa: Iya semuanya

Bu.

Guru: Ibu hitung satu

sampai sepuluh.

Siswa: Iya Bu.

Guru: Satu, dua, tiga,

empat, lima, enam,

tujuh, delapan,

sembilan, dan sepuluh.

Minumnya sudah

selesai, sekarang

hadap depan. (D53)

Tuturan dituturkan

saat Guru menyuruh

siswa yang sedang

minum untuk

berhenti minum dan

kembali menghadap

depan.

Menyuruh

Minumnya sudah

selesai, sekarang

hadap depan.”

Tuturan guru memerintah

siswa untuk segera hadap

depan dan fokus karena

pelajaran akan segara

dimulai kembali.

54. Guru: Sudah, stop!!

Siswa: Aku Bu yang

Tuturan dituturkan

saat Guru melihat

siswa yang membuat

Menyuruh

“Sudah, stop!!”

Tuturan ini menegur siswa

yang ramai untuk diam dan

mendengarkan penjelasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

selanjutnya.

Guru: Sudah nanti

dulu, Bu guru mau

jelaskan sebentar.

(D54)

ramai di dalam kelas

dan menegur siswa

tersebut agar diam.

dari guru.

55. Guru: Peninggalan

kerajaan Kediri itu

apa? A apa? B apa? C?

Siswa: Tidak haru

semua to Bu?

Guru: Tapi yang C itu

nanti kitab-kitabnya

ditulis ya, itu yang

mengarang siapa?

Silahkan ditulis dulu,

lihat dibuku paketmu.

Siswa: Yaaah Bu.

(D55)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang menjelaskan

materi menyilakan

para siswa untuk

menulis atau

mencatat materi

dibuku masing-

masing.

Menyuruh

“ Silahkan ditulis

dulu, lihat buku

paketmu.”

Tuturan ini menyilakan

siswa untuk mencata materi

yang sudah ada dalam buku

paket ke dalam buku

catatan.

56. Guru: Sudah Dandi

yang nulis?

Siswa: Belum Bu.

Guru: Jaketnya tolong

ditaruh di laci dulu.

Siswa: Iya Bu. Sudah

kok Bu. (D56)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang mengamati

kesiapan siswa untuk

memulai pelajaran

dan menyuruh siswa

menaruh jaket di laci.

Menyuruh

“ Jaketnya tolong

ditaruh di laci

dulu.”

Tuturan guru menyilakan

siswa untuk menaruh jaket

di laci agar pembelajaran

berlangsung dengan

nyaman.

57. Guru: Ini bukunya kok

ndak dibuka?

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

mengetahui kelasnya

Memerintah

“Sudah, segera

Tuturan ini menyuruh

siswa untuk segera

membaca materi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Siswa: Iya Bu hehe

Guru: Sudah, segera

dibaca dulu.

Siswa: Iya Bu. (D57)

ramai tiba-tiba

menegur siswa untuk

membaca materi

pelajaran.

dibaca dulu.”

berikan oleh guru.

58. Guru: Sen ini

temannya sudah mau

selesai, masak kamu

belum selesai?

Siswa: Halaman

berapa Bu?

Guru: Halaman 4-5.

Siswa: Oh iya Bu.

(D58)

Tuturan dituturkan

saat Guru

mengingatkan

seorang siswa yang

belum selesai

menyelesaikan tugas

untuk segera

menyelesaikan

tugasnya.

Mengingatkan

“Sen ini temannya

sudah mau selesai,

masak kamu belum

selesai?”

Tuturan guru menyindir

siswa yang dipanggil Sen

untuk segera

menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

59. Guru: Kayaknya

Sendy belum menulis.

Siswa: Belum Bu.

Guru: Yawes mana

coba? Tak tunggu

sebentar. Tugasnya

sudah dong belum?

Siswa: Dong Bu.

(D59)

Tuturan dituturkan

saat Guru

mengetahui siswa

yang bernama Sendy

belum selesai

mencatat materi.

Menyindir

“ Kayaknya Sendy

belum menulis.”

Tuturan ini menyindir

siswa yang bernama Sendy

karena belum mencatat

materi yang diberikan oleh

guru.

60. Siswa: Bu Enggar?

Guru: Iya apa?

Siswa: Buku PS nya

Tuturan dituturkan

saat Guru

memerintah siswa

untuk menutup buku

sejenak.

Memerintah

“ Bukunya tolong

ditutup dulu.”

Tuturan ini menyuruh

siswa untuk menutup buku

dan memasuknya ke dalam

tas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

dimasukan juga?

Guru: Oh iya. Oke

anak-anak untuk

sementara pelajaran

kita cukupkan sekian

Siswa: Belum selesai

Bu.

Guru: Bukunya tolong

ditutup dulu.

Siswa: Iya Bu. (D60)

61. Guru: Yang digambar

itu mainan tradisional,

mengapa kok

dinamakan mainan

tradisioanal?

Siswa: Sudah dari

lama.

Guru: Ada jawaban

yang lainnya tidak?

waah ini punya buku

baru tapi tidak dibaca

kok cuma buat bantal

tidur saja to tidak

dibaca bukunya. (D61)

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

menanyakan tentang

materi yang

diajarkan tetapi

jawaban dari siswa

tersebut kurang tepat.

Kemudian guru

kembali menanyakan

jawaban yang benar

apa dan ditambahi

dengan kata-kata

menyindir siswa

yang menjawab

kurang tepat

sebelumnya.

Menyindir

“ Wah ini punya

buku baru tidak

dibaca kok Cuma

buat bantal tidur

saja to tidak dibaca

bukunya.”

Tuturan ini menyindir

siswa yang mempunyai

buku banyak namun tidak

dimanfaatkan dengan baik

oleh siswa tersebut.

62. Guru: Selamat pagi,

silahkan duduk Dania.

Masih pagi jadi

pasarnya itu ditunda

dulu.

Tuturan dituturkan

saat Guru yang baru

masuk jam pertama

memberikan salam

selamat pagi kepada

Menyindir

“ Masih pagi, jadi

pasar itu ditunda

dulu.” “Masih pagi

Tuturan ini menyindir para

siswa dari pagi sebelum

pelajaran dimulai sudah

ramai dan gaduh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Siswa: Oke Bu.

Guru: Masih pagi kok

sudah kayak bebek itu

kenapa e? (D62)

para siswa dan secara

tidak langsung

menyindir kelasnya

yang masih pagi

sudah seperti pasar.

kok sudah kayak

bebek itu kenapa

e?”

63. Guru: Itu namanya

Andreas to?

Siswa: Iya itu Bu

namanya Andreas.

Guru: Andreas kenapa

kok angkat tangan?

Siswa: Ndak bawa

buku PS PR.

Guru: Ndak bawa PS

PR apa? Bagus,

Jadwalmu buat apa?

(D63)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menanyakan kepada

para siswa apakah

Dia yang bernama

Andreas dan

menanyakan kenapa

Andreas angkat

tangan. Setelah itu

Guru menyindir

Siswa tersebut.

Menyindir

“ Ndak bawa PS

PR apa? Bagus,

jadwalmu buat

apa?”

Tuturan ini menyindir

siswa yang tidak

memperhatikan jadwal

pelajaran dan hasilnya tidak

membawa buku sesuai

jadwal perlajaran hari ini.

64. Guru: Ketika setelah

olahraga itu harus

ganti baju!

Siwa: Wajib ya bu.

Guru: kok masih ada

pertanyaan bu

gantinya kapan? Bu

aku ndak bawa baju

ganti, Bu aku lupa, Bu

kalau ndak ganti

gimana? Lha kalian itu

Tuturan dituturkan

saat Guru yang

sedang menasihati

para Siswa yang

masih bertanya-tanya

setelah kegiatan

olahraga selesai

harus ganti baju.

Mengingatkan

“ Kok masih ada

pertanyaan bu

gantinya kapan? Bu

aku ndak bawa baju

ganti, bu aku lupa,

bu kalau ndak ganti

gimana? Lha kalian

itu kelas V apa

kelas I? kalau kelas

I wajar tidak

paham. Kapan itu

Tuturan ini menasihati

siswanya yang tidak

memperhatikan pesan-

pesan yang sebelumnya

sudah disampaikan oleh

guru dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

kelas V apa kelas I?

kalau masih kelas I

wajar tidak paham.

Kapan itu Bu Maria

tanya, siapa yang ndak

jelas? Tapi pada tidak

angkat tangan. Setelah

hari H nya masih

banyak yang tanya

waktu Bu Maria

sedang mengajar, itu

kan mengganggu.

Tidak diulangi lagi ya?

Siswa: Iya bu. (D64)

Bu Maria tanya,

siapa yang ndak

jelas? Tapi pada

tidak angkat

tangan. Setelah itu

hari H nya masih

banyak yang tanya

waktu Bu Maria

sedang mengajar,

itu kan menggangu.

Tidak diulangi lagi

ya?”

65. Guru: Pernah melihat

gambar paru-paru?

Siswa: Pernah Bu, di

tempat rokok.

Guru: Sering beliin

rokok bapaknya po?

Siswa: Iya Bu.

Guru: Tidak usah

ditiru. Besuk kalian

buat penelitian tentang

rokok itu. (D65)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menanyakan sebuah

gambar apakah para

siswa sudah pernah

melihat gambar

tersebut dan

menasihati agar para

siswa tidak meniru

orang tua yang

merokok

Melarang

“ Tidak usah ditiru.

Besok kalian buat

penelitian tentang

rokok itu.”

Tuturan ini guru menasihati

siswa agar tidak menirukan

hal-hal yang kurang baik

dalam kehidupan sehari-

hari dikeluarganya.

66. Guru: Ini mbok

dipindah aja, hampir

melukai Bu Kiki.

Siswa: Ho’o Bu. Sama

Tuturan dituturkan

saat Guru menyuruh

salah satu siswa

untuk memindahkan

barang berbahaya

Menyarankan

“Ini mbok dipindah

aja, hampir melukai

Bu Kiki.

Tuturan ini guru

memerintahkan siswa untuk

memindahkan barang yang

hampir melukai guru dan

siswa itu sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Bu, tadi aku hampir

mau kejedug Bu.

Guru: Sementara kasih

sini dulu. Besuk tak

kasih belakang. (D66)

yang berada di dalam

kelas untuk dibawa

keluar kelas.

67. Guru: Nah coba

sekarang rabalah

hidungmu sendiri.

Siswa: Tidak ada bu

haha

Guru: Didalam

hidungmu coba kamu

rasakan. Ada

rambutnya tidak?

(D67)

Tuturan dituturkan

saat Guru setelah

menjelaskan materi

menyuruh para

siswanya untuk

meraba hidungnya

masing-masing.

Menyuruh

“ Nah coba

sekarang rabalah

hidungmu sendiri.”

Tuturan guru memerintah

siswa untuk melakukan

tindakan meraba hidung

yang diperintahkan oleh

guru.

68. Guru: Latihan!

Siswa: Ditulis Bu

latihannya?

Guru: Makane

dirungoke to yo

latihane ditulis yo

cah bagus. ( Makanya

didengarkan to,

latihannya ditulis ya

anak pintar.) (D68)

Tuturan dituturkan

saat Guru menyuruh

para siswa yang

ramai di dalam kelas

untuk menulis soal

latihan dengan nada

atau suara yang

tegas.

Menegur

“ Makane

dirungoke to yo

latihane ditulis yo

cah bagus.”

(Makanya

didengarkan to,

latihannya ditulis

ya anak pintar.)

Tuturan guru menasihati

siswa untuk mendengarkan

apa yang dituturkan oleh

guru saat pelajaran

berlangsung.

69. Guru: Bu Guru minta

tolong Abe dibaca

nak. Yang Kerajaan

Tuturan dituturkan

saat Guru menyuruh

salah satu siswa

Meminta

“ Bu Guru minta

Tuturan ini guru meminta

seorang siswa yang

bernama Abe untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

Taruma Negara.

Siswa: Yang keras Bu?

Guru: Iya yang keras

Be. Yang B ya. (D69)

untuk membacakan

materi yang akan

diajarkan dengan

suara yang keras.

tolong Abe dibaca

nak. Yang Kerajaan

Taruma Negara.”

membacakan materi

pelajaran yang sedang

diajarkan.

70. Siswa: Jadi jawabnya

kaya gini ya Bu?

Guru: Caranya bukan

jawabannya. Caranya

seperti itu.

Guru: Yang sudah

boleh mengumpulkan

ya.

Siswa: Iya Bu.

Guru: Sebelum

sepuluh menit nanti

Ibu beri poin. (D70)

Tuturan dituturkan

saat Guru

menargetkan para

siswa agar kurang

dari 10 menit untuk

menyelesaikan tugas

dan dikumpulkan.

Menyuruh

“ Sebelum sepuluh

menit nanti Ibu beri

poin.”

Tuturan ini menargetkan

siswa untuk mendapatkan

poin harus selesai sebelum

sepuluh menit selesai.

Triangulator Peneliti

Prof. Dr. Pranowo, M,Pd Adrian Nugroho

Pemohon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI