TUTUR SEMARA - ISI Denpasar Download

16
TUTUR SEMARA I Nyoman Ngurah Sudarma, Ni Ketut Suryatini, Ni Ketut Dewi Yulianti Institut Seni Indonesia Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp (0361) 227316, Fax (0361) 236100 E-mail : [email protected] Abstrak Tutur Semara merupakan suatu garapan komposisi karawitan yang berpijak dari sebuah nasehat atau petuah yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang dianggap lebih muda agar harapan untuk menjadi baik. Tutur Semara ini menceritakan seorang ibu yang begitu sayang terahadap anaknya yang memberikan sebuah nasehat mulai dari kecil, remaja hingga dewasa selalu dipenuhi oleh nasehat-nasehat baik guna kelak nanti akan menjadi anak yang berguna baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Akan tetapi di zaman sekarang anak-anak khususnya anak remaja belum mengerti apa itu arti tutur atau nasehat, sehingga sering kali ketika seorang ibu yang menasehati anak yang remaja selalu membrontak terhadap si ibu dikarenakan anak remaja tersebut merasa orangtuanya egois. Padahal jika diingat betapa pentingnya nasehat seseorang ibu tersebut. Dalam komposisi karya seni karawitan ini penata akan menggunakan pengolahan melodi, ritme yang baru serta memadukan dan mencari nada-nada tumbuk disetiap masing-masing instrumen yang telah digabungkan sehingga menghasilkan sebuah kesan yang harmoni dan warna suara yang berbeda serta mentranspormasikan agar menjadi suatu karya seni karawitan yang khas. Garapan Tutur Semara ini menggunakan beberapan instrumen karawitan bali seperti Selunding, Semarandhana dan Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana yang dipadukan menjadi satu untuk mendukung garapan tutur semara tersebut. Keutuhan karya seni ini merupakan jawaban dari semua tantangan selama berproses mulai tantangan pertama yakni melewati beberapa proses yakni proses kreativitas. Dalam proses kreativitas ini dibagi menjadi tiga yang pertama melewati tahap penjajagan pencarian ide-ide, berpikir, berimajinasi dan terus berusaha untuk mencari bahan atau inspirasi untuk melahirkan sebuah ide hingga pada pengendapan ide tersebut. Melakukan percobaan perenungan konsep musikal, dan proses akhir yaitu pembentukan penuangan materi yang tertulis lewat notasi kepada pendukung. Sehingga terwujudnya sebuah karya seni dan layak untuk dipresentasikan. Karya seni karawitan “Tutur Semara” ini, merupakan sebuah garapan komposisi baru yang wujudnya dapat dinikmati oleh inderia mata dan telinga. Kata Kunci: Konsep Tutur Semara, Komposisi Musik. Abstrak Semara's remark is a cultivation of musical composition based on an advice or advice given by adults to people who are considered younger in order to hope to be good. Semara's remarks tell a mother who is so dear to his son who gives a little advice from teenagers to adulthood is always filled with good advice for later will be a useful child both in the family and in the community. But today children especially teenagers do not understand what is the meaning of speech or advice, so often when a mother who advises a teenager is always membrontak against the mother because the teenager feels his parents are selfish. And if remembered how important the advice of a mother. In the composition of this karawitan artwork the stylist will use melodic processing, new rhythm and combine and look for the pounding tones in each instrument that have been combined so as to produce a different impression of harmony and color of sound and transpormasikan to become a musical artwork typical. Tutur Semara cultivation is using bali musical instrument like Bali Selunding, Semarandhana and Jegog that resembles Jegog Jembrana which is combined into one to support the cultivation of the semara. The integrity of this artwork is the answer to all challenges during the process of starting the first challenge that is through several processes namely the process of creativity. In this process of creativity is divided into the first three passes through the stages of searching for ideas, thinking, imagining and constantly trying to find the material or inspiration to give birth to an idea to the deposition of the idea. Perform experiments contemplation musical concepts, and the final

Transcript of TUTUR SEMARA - ISI Denpasar Download

TUTUR SEMARA

I Nyoman Ngurah Sudarma, Ni Ketut Suryatini, Ni Ketut Dewi Yulianti

Institut Seni Indonesia Denpasar

Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp (0361) 227316, Fax (0361) 236100

E-mail : [email protected]

Abstrak

Tutur Semara merupakan suatu garapan komposisi karawitan yang berpijak dari sebuah

nasehat atau petuah yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang dianggap lebih muda

agar harapan untuk menjadi baik. Tutur Semara ini menceritakan seorang ibu yang begitu sayang

terahadap anaknya yang memberikan sebuah nasehat mulai dari kecil, remaja hingga dewasa selalu

dipenuhi oleh nasehat-nasehat baik guna kelak nanti akan menjadi anak yang berguna baik dalam

keluarga maupun dimasyarakat. Akan tetapi di zaman sekarang anak-anak khususnya anak remaja

belum mengerti apa itu arti tutur atau nasehat, sehingga sering kali ketika seorang ibu yang

menasehati anak yang remaja selalu membrontak terhadap si ibu dikarenakan anak remaja tersebut

merasa orangtuanya egois. Padahal jika diingat betapa pentingnya nasehat seseorang ibu tersebut.

Dalam komposisi karya seni karawitan ini penata akan menggunakan pengolahan melodi, ritme

yang baru serta memadukan dan mencari nada-nada tumbuk disetiap masing-masing instrumen

yang telah digabungkan sehingga menghasilkan sebuah kesan yang harmoni dan warna suara yang

berbeda serta mentranspormasikan agar menjadi suatu karya seni karawitan yang khas. Garapan

Tutur Semara ini menggunakan beberapan instrumen karawitan bali seperti Selunding,

Semarandhana dan Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana yang dipadukan menjadi satu untuk

mendukung garapan tutur semara tersebut. Keutuhan karya seni ini merupakan jawaban dari

semua tantangan selama berproses mulai tantangan pertama yakni melewati beberapa proses yakni

proses kreativitas. Dalam proses kreativitas ini dibagi menjadi tiga yang pertama melewati tahap

penjajagan pencarian ide-ide, berpikir, berimajinasi dan terus berusaha untuk mencari bahan atau

inspirasi untuk melahirkan sebuah ide hingga pada pengendapan ide tersebut. Melakukan

percobaan perenungan konsep musikal, dan proses akhir yaitu pembentukan penuangan materi

yang tertulis lewat notasi kepada pendukung. Sehingga terwujudnya sebuah karya seni dan layak

untuk dipresentasikan. Karya seni karawitan “Tutur Semara” ini, merupakan sebuah garapan

komposisi baru yang wujudnya dapat dinikmati oleh inderia mata dan telinga.

Kata Kunci: Konsep Tutur Semara, Komposisi Musik.

Abstrak

Semara's remark is a cultivation of musical composition based on an advice or advice given by adults to people who are considered younger in order to hope to be good. Semara's remarks tell a mother who is so dear to his son who gives a little advice from teenagers to adulthood is always filled with good advice for later will be a useful child both in the family and in the community. But today children especially teenagers do not understand what is the meaning of speech or advice, so often when a mother who advises a teenager is always membrontak against the mother because the teenager feels his parents are selfish. And if remembered how important the advice of a mother. In the composition of this karawitan artwork the stylist will use melodic processing, new rhythm and combine and look for the pounding tones in each instrument that have been combined so as to produce a different impression of harmony and color of sound and transpormasikan to become a musical artwork typical. Tutur Semara cultivation is using bali musical instrument like Bali Selunding, Semarandhana and Jegog that resembles Jegog Jembrana which is combined into one to support the cultivation of the semara. The integrity of this artwork is the answer to all challenges during the process of starting the first challenge that is through several processes namely the process of creativity. In this process of creativity is divided into the first three passes through the stages of searching for ideas, thinking, imagining and constantly trying to find the material or inspiration to give birth to an idea to the deposition of the idea. Perform experiments contemplation musical concepts, and the final

process is the formation of pouring material written through notation to supporters. So that the realization of a work of art and deserve to be presented. Karawitan art work "Tutur Semara" is, is a new composition cultivation whose form can be enjoyed by inderia eyes and ears. Keywords: Semara Concept Tutur, Music Composition.

Pendahuluan

Latar belakang

Tutur merupakan sebuah nasehat atau petuah yang diberikan oleh orang dewasa kepada

orang yang dianggap lebih muda agar harapan untuk menjadi baik. Sedangkan arti

semaraberarti kasih sayang. Dalam karya seni yang berjudulTutur Semara ini menceritakan

seorang ibu yang begitu sayang terahadap anaknya yang memberikan sebuah nasehat mulai

dari kecil, remaja hingga dewasa selalu dipenuhi oleh nasehat-nasehat baik guna kelak nanti

akan menjadi anak yang berguna baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Akan tetapi di

zaman sekarang anak-anak khususnya anak remaja belum mengerti apa itu arti tuturatau

nasehat, sehingga sering kali ketika seorang ibu yang menasehati anak yang remaja selalu

membrontak terhadap si ibu dikarenakan anak remaja tersebut merasa orangtuanya egois.

Padahal jika diingat betapa pentingnya nasehat seseorang ibu tersebut.

Tutur atau nasehat juga dapat mengubah hidup seseorang karena tanpa nasehat kita

tidak dapat bercermin pada kehidupan yang dahulu serta kehidupan yang sekarang kita jalani.

Seorang ibu menasehati anaknya itu ada sebabnya, mulai dari pengalaman dan banyaknya

peristiwa yang dialami atau dilalui semasa hidupnya seperti pepatah mengatakan “orang tua

sudah banyak memakan asam garam kehidupan” maka dari itu, dari setiap pengalaman yang

dialami oleh ibu dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Selain nasehat itu bisa

mengubah hidup kita menjadi baik, tutur atau nasehat tersebut menjadikan kita orang yang

lebih bijaksana dalam artian ketika kita menjalani sebuah kehidupan kita mampu mengambil

sebuah keputusan yang tepat dalam sebuah kehidupan, namun alangkah baiknya terlebih

dahulu sifat bijaksana ini kita pertimbangkan kembali serta mendiskusikan masalah kita

terlebih dahulu dengan orangtua dan mendengarkan nasehatnya, kita pun akan lebih bersikap

bijaksana dalam memutuskan sesuatu.

Sesungguhnya tanpa sebuah nasehat seorang ibu kita tidak akan ada dan bersyukurlah

ketika selalu dinasehati oleh ibu sebab nasehat orangtua tersebut tentu menginginkan anak-

anaknya menjadi lebih baik dari mereka sendiri. Seperti ajaran putra sesana. Putera sesana

adalah pendidikan Hindu Siwa Sidhanta yang berlandaskan Tatwa Wedanta dibawah

bimbingan Catur Guru dan dilaksanakan di Desa Pekraman memakai forum pendidikan

Catur Asrama (Keramas, 2008:17). Ajaran ini membicarakan bagaimana cara mendidik anak

agar menjadi putera sesana yang artinya seorang anak yang mempunyai modal prilaku

sesuai, tingkah laku, hak dan kewajiban sesuai tugas. Serta sifat putra sesana ini bersifat

cerdas, supel dan jenius.

Dalam sebuah kehidupan tutur sangat penting karena tutur atau nasehat tersebut dapat

mencerminkan bayangan hidup atau sesuluh hidup dari kehidupan yang lampau hingga

kehidupan yang sekarang dijalani, serta dari tutur itupun kita dapat memperbaiki prilaku yang

dahulunya tidak baik hingga sekarang menjadi prilaku yang baik, dan menjadi anak putera

sesana yang diinginkan oleh orang tua.

Dengan adanya peristiwa tersebut memunculkan sebuah ide untuk menciptakan suatu

karya musik karawitan inovatif yang bejudul “Tutur Semara” dimana dalam karya seni ini

melukiskan kisah nyata yang dialami oleh penata sendiri. Kisah ini mengandung banyak filosofi

kehidupan dan makna serta arti penting dalam hidup, dari mendengarkan sebuah tutur atau

nasehat manusia atau orang akan sadar dengan hidup bahwa hidup itu kadang susah dijalani,

kadang enak dijalani. Tutur juga bisa mengubah manusia baik dahulunya manusia itu berbuat

jelek atau jahat hingga sadar dengan mendengarkan sebuah tutur atau pesan manusia akan bisa

berubah menjadi baik. Terkadang tutur tersebut bisa membuat suatu sentuhan hati bagi

seseorang karena dari tutur tersebut manusia akan sadar dan menjalani hidup yang lebih baik

untuk kedepannya.

Judul “Tutur Semara”ini akan dituangkan ke dalam unsur-unsur gamelan yang berbeda

yakni perpaduan antara Selunding, Semarandhan serta Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana

untuk mendukung dalam konsep “Tutur Semara”.

Bagian Inti

Ide Garapan

Ide garapan merupakan pikiran yang paling mendasar untuk membuat suatu karya atau garapan

serta proses awal dalam menciptakan karya seni. Ide dapat diperoleh dari manapun, dimanapun, dalam

bentuk apapun (termasuk permasalahan-permasalahan seperti kerisauan, keprihatinan, kepedulian,

keterpaksaan) dan melaui cara apapun (Sangadianto, 2005:9). Ide juga bisa didapatkan ketika berjalan di

jalanan, ketika berada di kamar mandi serta ide itu juga bisa kita dapatkan ketika kita mempunyai suatu

konflik atau permasalahn baik di rumah maupun konflik bersama teman.Dalam komposisi karawitan ini,

penggarap menemukan sebuah ide untuk menciptakan suatu karya seni karawitan yaitu tentang “tutur”

atau amanah kasih sayang seorang ibu.

Ide yang didapatkan ketika seorang ibu yaitu ibu penata bercerita atau berpesan kepada penata

sendiri yang menyampaikan sebuah amanah “jika kelak nanti sudah menjadi anak yang lebih dewasa ibu

berpesan jadilah anak yang berguna baik dalam keluarga maupun masyarakat”, serta ibu menyarankan

jadilah anak yang putera sesana.

Kebaikan yang dimaksud adalah sikap yang selalu mengikuti aturan-aturan kitab suci dalam sifat

satvam guna yang artinya selalu bertindak dilandasi dengan cinta kasih dan ketulusan. Untuk mencapai

kedudukan sebagai putra sesana, seseorang harus selalu melaksanakan empat tiang dharma yaitu satya

(kejujuran), daya (kasih sayang), tapa (pertapaan), dan saucam (kesucian) (Prabhupada, 2006:729).

Ide ini juga berdasarkan dari pengalaman kisah nyata penata sendiri, sehingga dari ide tersebut

panata mencoba membuat suatu komposisi musik karawitan inovatif dengan menggunakan teknik-teknik

yang sudah ada akan tetapi dikembangkan kembali. Selain itu penata mengaplikasikan tutur semara

tersebut lewat tembang tunggal yang disebut Palawakya.Palawakyaini dinyanyikan oleh penata sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penata menemukan ide dan mengangkat tutur semara atau nasehat

sebagai musik karawitan inovatif, yang mana dalam komposisi ini penata menuangkan ide tersebut ke

dalam sebuah unsur-unsur gamelan yang berbeda yakni perpaduan antara instrumen gamelan

Semarandhana, Selunding serta Jegog.

Gamelan Semarandhana yang ditemukan pada tahun 1988 oleh Wayan Bratha ini adalah salah

satu gamelan yang diperbaharui dari perangkat sebelumnya yaitu Gamelan Genta Pinara Pitu. Selain itu

gamelan Semarandhanadibuat karena mempunyai roh tersendiri dan kaya dengan suara. Gamelan ini pun

dibuat atas pengalaman-pengalaman komposer ketika membuat sebuah sendratari yang dipentaskan di

Pesta Kesenian Bali pada tahun 1979 sekaligus sebagai pementasan sendratari pertama (Sukerta,

1998:167-168). Terlihat jelas gamelan Semarandhana ini kaya dengan suara, dari pengertian kata

“semarandhana” yaitu terdiri dari dua kata yaitusemara yang artinya “suara” dan dhana yang artinya

“kaya”. Jadi kata Semarandhana bisa diartikan bahwa gamelan ini memiliki banyak suara yang

menghasilkan lagu-lagu atau gending. Gending gamelan Semarandhana pun biasanya mirip dengan

gending yang terdapat di gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu, gamelan Gambang dan menyerupai

gendingGong Kebyar.

Dalam penggarapan tugas akhir penata juga memakai gamelan Jegog.Gamelan Jegog merupakan

gamelan besar yang terbuat dari bambu.Gamelan Jegog yang muncul di zaman modern yang digunakan

untuk mengiringi tarian kebyarserta digunakan untuk memainkan lagu-lagu atau gending khas

pajegogan.Di zaman modern gamelan Jegog ini sudah terkenal di Bali maupun di luar negeri seperti di

Jepang dan USA. I Ketut Suwentra, I Gusti Ketut Sudana dan I Wayan Gama Astawa adalah beberapa

tokoh gamelan Jegogyang membuat suatu garapan atau memperkaya reportuarpajegogan dengan ide-ide

baru serta kreasi baru sehingga gamelan Jegog ini terkenal di dalam negeri ataupun di manca negara

(Bandem, 2013:77). Namun Jegog yang dibuat dalam karya seni ini bukanlah sama persis dengan Jegog

yang ada di Jembrana akan tetapi Jegog yang dibuat menyerupai Jegog Jembrana dengan laras pelog

tujuh nada, dan ukuranya pun lebih kecil dari Jegog yang berada di Jembrana.

Selunding merupakan gamelan yang terbuat dari besi yang biasanya digunakan untuk mengiringi

tarian upacara agama dan Selunding juga disakralkan oleh mayarakat Bali Agayaitu masyarakat Desa

Tenganan Pagringsingan. Maka dari itu jumlah perangkat gamelan Selundingsekarang ini di Bali sangat

sedikit dibandingkan dengan perangkat-perangkat gamelan lainya, seperti misalnya Angklung, Semar

Pegulingan Saih Pitu dan SemarPegulingan Saih Lima (Sukerta, 1998:161). Selain di Desa Tenganan,

Selunding juga terdapat di Desa Bungaya di Kabupaten Karangasem.Gamelan Selunding ini berlaraskan

pelog saih pitu. Pada garapan ini pula khusunya ensambel selunding tidak memakai saih seperti yang ada

di Desa Tenganan pada umumnya namun saih yang dibuat memang seusai dengan kebutuhan garapan

misalnya seperti urutan bilahnya tidak mutlak seperti di Desa Tenganan akan tetapi bilah Selunding

dalam garapan karya seni ini urutanya menyerupai gamelan Semar Pegulingan pada umunya.

Dalam penggarapan tugas akhir penata memilih barungan ensambel ini dikarenakan ketiga

barungan tersebut mampu mendukung konsep dari tutur semara dengan membuat suatu kesan yang

bebeda dari perpaduan bunyi yang menarik dan karakteristik yang berbeda serta ingin membuat suasana

yang menyentuh hati lewat sebuah ide yang kemudian diralisasikan ke dalam sebuah karya seni

karawitan inovatif yang berjudul “Tutur Semara”. Garapan komposisi ini adalah garapan komposisi

karawitan baru dan strukturnya pun tidak menggunakan tri angga melainkan menggunakan struktur

“bagian Bentuk dan struktur gending yang berbeda yaitu menonjolkan kotras sebuah permainan tempo

dan dinamika untuk menggambarkan seorang ibu dengan keras menasehati anaknya ketika beranjak

dewasa atau remaja dan anak itu sendiri tidak mau mendengarkan sebuah nasehat orangtuanya.

Proses Kreativitas

Dalam terwujudnya suatu karya seni, seniman akan melalui sebuah proses yang berlangsungatau

proses yang mendasari langkah awal terwujudnya suatu bentuk karya seni itu sendiri. Suatu proses yang

diperlukan dalam penggarapan musik karawitan ini mulai dari keseriusan atau kesungguhan, ketelitian

serta kecermatan,sehingga akan terciptanya suatu karya yang apik dan berkualitas. Terkadang proses

tersebut bisa berjalan dengan mudah dan cepat, tetapi bisa juga memakan waktu yang lama, bahkan bisa

berhenti ditengah jalan hingga karya yang dimaksudkan tidak pernah terwujud (Djelantik, 1990:57).

Kreativitas adalah kemampuan atau daya seseorang menciptakan suatu yang baru yang dapat

dilihat, didengar dan dinikmati oleh orang lain. Disamping daya, untuk mewujudkan karya, kreativitas

juga sebagai sebuah sikap dan kemampuan untuk melihat sekaligus merespon tanpa dihadiri wujud karya

seni yang direspon (Garwa, 2007:11). Untuk menciptakan sebuah karya seni musik karawitan

memerlukan waktu yang cukup serta usaha yang meksimal agar dalam terwujudnya karya seni nantinya

sesuai dengan apa yang diharapkan.Karya seni yang berjudul “Tutur Semara”ini dalam proses kreativitas

tidaklah selalu berjalan dengan mulus akan tetapi kadang-kadang dalamproses membuat suatu karya seni

ini terjadi hambatan karena didalam proses banyak muncul masalah sehingga terjadi hambatan yang tak

pernah terduga sebelumnya.

Untuk mewujudkan sebuah karya seni, penggarap harus melalui sebuah proses dimana proses

tersebut merupakan hal yang harus dilalui bagi penggarap untuk menentukan keberhasilan sebuah karya

seni yang diciptakan. Oleh karena itu seperti yang tertuang dalam Buku Creating Through Dance oleh

Alma M. Hawkins (1964:19) yang diterjemahkan oleh Y. Sumandyo Hadi, “Mencipta Lewat Tari”

disebutkan tiga proses yang dilalui dalam penciptaan tari yaitu tahap penjajagan (ekplorasi), tahap

percobaan (improvisasi), dan tahap pembentukan (forming). Meskipun tahapan-tahapan tersebut adalah

suatu proses penciptaan seni tari, namun dalam penciptaan suatu musik karawitan dilalui proses yang

sama pula.

Tahap penjajagan (eksplorasi)

Tahapan ini adalah tahap awal untuk melakukan sebuah proses penggarapan karya seni. Pada

tahapan ini, pada umumnya dilakukan pencarian ide-ide dan bahan yang nantinya akan dijadikan suatu

karya seni yang diinginkan. Ide yang didapatkan dalam membuat sebuah karya seni karawitan inovatif

yang berjudul “Tutur Semara” ini tidaklah mudah muncul begitu saja karena dalam karya ini penggarap

memadukan tiga gamelan seperti Selunding, Semarandhana dan Jegog, akan tetapi gamelan Jegog yang

dibuat larasnya menyerupai gamelan Semarandhana. Selain itu dalam menemukan sebuah ide, penata

juga melakukan observasi dengan banyak menonton, menyimak dan juga terlibat langsung dalam proses

penggarapan komposisi musik inovatif.

Untuk memperkuat sebuah karya dan untuk memperjelas karya musik inovatif ini, penata juga

sering melakukan diskusi serta bertanya langsung kepada seniman yang lebih tahu dan mumpuni dalam

penggarapan musik karawitan inovatif, sehingga dalam penggarapan musik inovatif penggarap

mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang ide-ide yang layak untuk diangkat menjadi sebuah karya

seni.

Hal pertama dalam tahapan ini dimulai pada bulan Juni 2016 dimana sebagai tahapan awal

penata melakukan observasi terhadap media ungkap yang akan digunakan. Langkah selanjutnya, penata

mendiskusikan masalah penggarapan musik inovatif tersebut bersama teman-teman serta guru yang

memang mumpuni dibidang musik inovatif. Salah satu contohnya yang diajak berdiskusi ialah I Wayan

Wiryadi S.Sn. Penata berdiskusi mengenai ide dan konsep garapan yang penata angkat nantinya sebagi

karya seni musik karawitan yang berjudul “Tutur Semara”.

Setelah melakukan sebuah diskusi kecil, langkah penata selanjutnya adalah melakukan proses

pemilihan media ungkap yang akan dipakai untuk meciptakan suatu karya seni karawitan. Tidak hanya

sampai disana, adapun langkah selanjutnya dalam proses penjajagan ini, penata juga melakukan kegiatan

mendengarkan sebuah rekaman baik rekaman audio maupun visual yang dapat mendukung terbentuknya

karya seni karawitan tersebut

.

Tahap percobaan (Improvisasi)

Setelah informasi terkumpul menjadi satu, maka penata mencoba mencari media ungkap sebagai

transformasi dari ide serta konsep itu sendiri. Pada tahap percobaan penata lebih banyak melakukan

kegiatan-kegiatan seperti menerapkan konsep tertulis melalui bahasa musik dan mencoba mencari nada-

nada tumbuk dalam gamelan yang akan digunakan antara lain gamelanSelunding, Semarandhana serta

Jegog, yang nantinya akan dipakai untuk menggarap bagian pertama dalam pembentukan karya seni

musik inovatif yang berjudul “Tutur Semara”.

Alasan pemilihan gamelan tersebut karena penata ingin mencoba sesuatu yang baru dan sesuatu

yang jarang dibuat seperti memadukan tiga gamelan dibutuhkan ide dan konsep yang memang matang

sehingga penata berani mencoba serta ingin membuat suatu kesan yang berbeda. Dalam garapan ini

nantinya penata juga memadukan gamelan Selunding, Semarandhana serta Jegog dengan laras yang

sama, akan tetapi jenis dan bahan dari gamelan tersebut berbeda.

Ketiga gamelan tersebut dipilih sebagai media ungkap, kemudian direspon melalui tindakan yang

lebih dari proses eksplorasi. Pada proses ini juga dilakukan kegiatan diantaranya, mencatat notasi dan

motif-motif lagu.

Setelah ide dan konsep terbentuk, maka dilakukan rancangan-rancangan dan tindakan yang lebih

ke dalam sebuah komposisi karya seni karawitan. Proses ini merupakan langkah awal pencatatan notasi

gending. Dalam langkah ini pula prosesnya tidak saja berjalan dengan mulus akan tetapi kadang-kadang

terjadi hambatan setelah konsep tersebut ditulis ke dalam bentuk notasi.

Sebelum lanjut pada tahap ini, penata menentukan hari baik atau nuasendemi kelancaran jalannya

percobaan. Pada saat nuasen penata beserta pendukung melakukan persembahyangn di Pura Dalem

Sakenan yang letaknya di Br, Gambang, Munggu, Mengwi, Badung. Tujuannya agar memperoleh

keselamatan serta kemelancaran dalam proses yangakan berlangsung nantinya. Pada tanggal 30 April

dilakukan nuasen karena di kalender Bali hari tersebut merupakan hariyang baik untuk

melakukannuasen.Latihan pertama atau nuasen ini dilakukan di Br, Gambang, Munggu pada sore hari

pukul 16.00 WITA. Pada hari baik tersebut penata melakukan latihan ringan serta menuangkan awal

bagian satu.

Pendukan (Forming)

Tahap pembentukan ini dilakukan sesuai dengan proses penuangan sebuah konsep yang timbul

dari pikiran yang nantinya akan diungkapkan lewat gending yang tertulis dalam bentuk penotasian.

Gending atau lagu ini nantinya akan ditransformasikan dan dituangkan ke dalam media ungkap sehingga

menjadi sebuah karya seni karawitan inovatif. Penggarapan karya seni “Tutur Semara” ini melalui suatu

proses dalam mewujudkannya yaitu proses pemantapan dan proses pendalaman.

WujudGarapan

Wujud merupakan kenyataan yang nampak secara konkrit didepan kita (berarti dapat dipersepsi

dengan mata atau telinga) dan juga kenyataan yang tidak nampak secara konkrit dimuka kita, tetapi

secara abstrak dan wujud itu dapat dibayangkan, seperti sesuatu yang diceritakan atau yang kita baca

dalam buku (Djelantik, 1990:17).

Wujud garapan adalah aspek-aspek yang menyangkut seluruh karya baik dalam karya seni itu

maupun peranan masing-masing bagian dalam keseluruhan karya itu sendiri. Berkaitan dengan karya seni

ini, wujud dari garapan karya seni inovatif yang berjudul “Tutur Semara”, dalam komposisinya

menggunkan beberapa media ungkap unsur-unsur gamelan antara lain Selunding, Semarandhana dan

Jegog yang berlaras menyerupai gamelan Semarandhana yang mendukung dalam konsep garapan “Tutur

Semara”.Penyajiankarya seni karawitan inovatif initerwujud dari tiga jenis instrumen yang berbeda,

mulai dari bahannya hingga larasnyapun berbeda, namun dalam gamelan Jegog, penata sengaja membuat

nada yang menyerupai gamelan Semarandhana. Adapun durasi dalam pementasan garapan ini adalah 14

menit. Karya seni ini didukung oleh 36 orang termasuk penata sendiri. Adapun pendukung dari karya ini

yakni komunitas “Sing Seni” Desa Munggu, dan Sanggar Seni Mario Bros.

Deskripsi instrumen

Komposisi karya seni karawitan inovatif “Tutur Semara” mempergunakan tiga jenis unsur

instrumen yang berbeda yang mendukung konsep karya seni karawitan ini. Pemilihan tiga instrumen

yang berbeda ini dengan tujuan membuat suatu kesan yang baru dengan mengemas nada pelog yang

sama, namun bahan dari instrumen tersebut berbeda. Penata juga berkeinginan mencari nada tumbuk

dalam instrumen yang berbeda, sehingga nantinya akan timbul sebuah warna suara yang harmonis dari

ketiga jenis instrumen tersebut. Adapun instrumen dari ketiga gamelan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Selunding.

1. Foto Gong selunding, dokumentasi Ngurah Sudarma.Gong Selunding berfungsi sebagai

penegas melodi.

2. Foto Kempul Selunding, Dokumentasi Ngurah Sudarma.Kempul Selunding berfungsi

sebagai mempertegas melodi.

3. Foto Peneem Selunding, Dokumentasi Ngurah Sudarma.Peneem Selunding berfungsi

sebagai melodi pokok namun garapan ini fungsinya sebagai hiasan melodi berupa ubit-

ubitan.

4. Foto Petuduh Selunding, Dokumentasi Ngurah Sudarma.Petuduh Selunding berfungsi

sebagai melodi namun pada garapan ini fungsinya sama dengan peneem sebagai hiasan

melodi berupa ubit-ubitan.

5. Foto Nyonyong Alit Selunding, Dokumentasi Ngurah Sudarma.Nyongnyong Alit Selunding

berfungsi sebagai melodi namun pada garapan ini fungsinya sama dengan nyongnyong ageng

sebagai hiasan berupa ubit-ubitan.

6. Foto Nyonyong Ageng Selunding, Dokumentasi Ngurah Sudarma.Nyongnyong ageng

Selunding dalam garapan ini berfungsi sebagai melodi dan sebagai hiasan melodi berupa

ubit-ubitan.

2. Gamelan Semarandhana.

1. FotoGong danKlentong Semarandhana. Dokumentasi Ngurah SudarmaGong wadon pada

gamelan Semarandhana menandai permulaan dan akhiran gending dan memberi rasa

keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu atau gendingyang panjang. Namun pada

karya seni ini jatuhnya pukulan gong tidak memakai hitungan akan tetapi menyesuaikan

dengan kebutuhan garapan.

2. Foto Kendang. Dokumentasi Ngurah Sudarma Kendang pada umumnya berfungsi

sebagai pemurba irama, namun pada karya seni ini fungsi kendang sedikit dikembangkan

selain pemurba irama kendang ini juga berfungsi sebagai pemberi aksen-aksen pada lagu

atau gending.

3. Foto Kajar. Dokumentasi Ngurah Sudarma.Kajar pada gamelan Semarandhana

berfungsi sebagai pemegang tempo.

4. Ceng-ceng ricik. Dokumen Ngurah Sudarma. Ceng-ceng ricik pada gamelan

Semarandhana berfungsi sebagai pengisi irama dan fungsi ceng-ceng ricik pada garapan

ini juga sebagai pemberi aksen-aksen.

5. Foto Suling besar. Dokumentasi Ngurah Sudarma.Suling pada gamelan Semarandhana

berfungsi untuk membuat jalinan melodi yang harmoni.

6. Foto Jublag Semarandhana. Dokumentasi Ngurah Sudarma. Jublag pada gamelan

Semarandhana pada umumnya berfungsi untuk memperjelas tekanan-tekanan melodi

dari melodi penyacah, namun pada karya seni ini fungsinya sedikit berbeda selain untuk

memperjelas melodi, fungsi lainnya yaitu untuk membuat suatu jalinan atau kotekan.

7. Foto Penyacah Semarandhana. Dokumentasi Ngurah Sudarma. Penyacah pada gamelan

Semarandhana secara umum berfungsi sebagai melodi pokok, namun pada garapan ini

fungsi penyacah sedikit dikembangkan selain menjadi melodi pokok, penyacah juga

memberikan suatu jalinan dan memberi hiasan terhadap melodi berupa ubit-ubitan.

8. Foto Jegog Semarandhana. Dokumentasi Ngurah Sudarma. Jegogan pada gamelan

Semarandhana berfungsi untuk memperjelas tekanan-tekanan pada setiap akhir kalimat

lagu atau gending. Pada karya seni ini jatuhnya pukulan jegogan tidak saja pada saat

akhir lagu akan tetapi ada juga jatuh pada tengah-tengah lagu atau gending.

9. Foto reyong Semarandhana. Dokumentasi Ngurah Sudarma. Fungsi umum reyong pada

gamelan Semarandhana adalah sebagai pemberi aksen-aksen pada lagu yang dimainkan

serta membuat jalinan motif-motif tertentu, dan instrumen ini juga berfungsi untuk

menghiasi melodi dengan ubit-ubitan.

1. Foto Jegog. Dokumentasi Ngurah Sudarma. Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana

berfungsi sebagai penegas melodi serta untuk berkolaborasi dengan instrumen lainnya.

Analisa Simbol

Dari bentuk sebuah komposisi karawitan inovatif “Tutur Semara” tidak saja mengutamakan

pada unsur-unsur musikal yang dikemas dalam karya seni tersebut, namun di sisi lain ada empat unsur

pokok yang terdapat dalam lontar Prekempa yakni filsafat, etika, estetika dan gegebug yang dapat

ditransformasikan ke dalam komposisi karawitan “Tutur Semara” ini.

Dalam karya seni ini, kebutuhan serta keinginan untuk menggambarkan suara-suara tulisan yang

dapat dibaca, untuk terciptanya suatu tulisan tabuh atau gending yang disebut notasi dalam berbagai

sistem nada dan tangga nada. Notasi juga mempermudah cara penata untuk menuangkan suatu lagu atau

gending kepada para penabuh.

Pepatutan gamelan Semarandhana, Selunding serta Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana

menggunakan sistem notasi sebagai unsur dapat dilihat sebagai berikut:

A. Gamelan Semarandhana (pelog tujuh nada)

Tanda 1 namanya Cecek dibaca dang

Tanda 2 namanya Pepet dibaca daing

Tanda 3 namanya Ulu dibaca ding

Tanda 4 namanya Tedong dibaca dong

Tanda 5 namanya Taleng dibaca deng

Tanda 6 namanya Bisah dibaca deung

Tanda 7 namanya Suku dibaca dung

B. Selunding (pelog tujuh nada)

Tanda 1 namanya Cecek dibaca dang

Tanda 2 namanya Pepet dibaca daing

Tanda 3 namanya Ulu dibaca ding

Tanda 4 namanya Tedong dibaca dong

Tanda 5 namanya Taleng dibaca deng

Tanda 6 namanya Bisah dibaca deung

Tanda 7 namanya Suku dibaca dung

C. Jegog yang menyerupai Jegog Jembrana (pelog tujuh nada)

Tanda 1 namanya Cecek dibaca dang

Tanda 2 namanya Pepet dibaca daing

Tanda 3 namanya Ulu dibaca ding

Tanda 4 namanya Tedong dibaca dong

Tanda 5 namanya Taleng dibaca deng

Tanda 6 namanya Bisah dibaca deung

Tanda 7 namanya Suku dibaca dung.

Dalam komposisi karya seni ini ada beberapa proyeksi suara yang dihasilkan dari beberapa

instrumen gamelan semarandhana merupakan instrumen yang tidak menghasilkan nada maupun bernada

berikut analisa symbol dari instrumen tersebut.

Tanda instrumen klentong +

Tanda instrumen Gong ( )

Kendang Wadon O

Tanda instrumen Kendang Lanang ^

Tanda Ka Kendang Wadon K

Tanda Pak Kendang Lanang P

Tanda Tong Kendang Wadon -

Tanda Teng Kendang Lanang /

Tanda Tut Kendang Lanang T

Tanda De D

Tanda Cung C

Tanda Kung U

Tanda ulang atau (pengulangan) [ ]

Tanda pukulan mati \

Tanda c Ceng

Tanda j Jot

4.3 Struktur Garapan

Karya seni karawitan “ Tutur Semara” ini disusun berdasarkan struktur garapan yang terdiri dari

tiga pokok bagian yakni : bagian I, bagian II dan bagian III. Garapan ini juga menunjukkan suasana

harmoni dengan perpaduan tiga karakter gamelan yang berbeda. Adapun uraian dari masing-masing

bagian tersebut adalah sebagai berikut.

Bagian I, menunjukkan penonjolan dari masing-masing instrumen untuk menggambarkan suasana yang

harmoni dari perpaduan tiga jenis instrumen yang berbeda, dan pada bagian awal ini menceritakan

tentang tutur atau pesan kepada anak kecil. Nuansa musikalnya megambarkan keceriaan

Bagian II, menunjukkan mulai adanya sikap yang keras yang dimiliki oleh anak yang baru

menginjak dewasa (remaja), sehingga pada bagian ini nuansa musikalnya sedikit keras akan tetapi tetap

terdengar harmoni. Permainan tempo serta dinamika sedikit lebih cepat karena pada bagian ini

menceritakan seorang ibu yang meberi “tutur” atau pesan kepada anaknya yang tidak mau

mendengarkan karena susahnya memberi suatu nasehat kepada anak yang baru menginjak dewasa

(remaja

Bagian III menunjukkan dan menggambarkan seorang ibu memberi “tutur” atau nasehat kepada

anak yang sudah dewasa, dimana dalam bagian ini seorang anak yang sudah menjadi dewasa dan

pemikirannyapun lebih panjang dari sebelumnya sewaktu anak tersebut baru menginjak (remaja). Pada

bagian akhir ini nuansa musikalnya lembut dan harmoni sesuai kebutuhan dari garapan.

Analisa Estetik

Semua hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia yang dapat memberi kita suatu

kesenangan dan kepuasan dengan penikmatan rasa indah, merupakan sebuah ungkapan yang timbul

ketika kita melakukan dan menikmati suatu karya seni. Keindahan itu pula merupakan unsur-unsur estetis

yang timbul dikarenakan sebuah karya yang telah sampai pada penikmatnya.

Dalam karya seni karawitan inovatif yang berjudul “Tutur Semara” ini ada tiga jenis unsur

estetik untuk pengorganisasian karya tersebut, diantaranya :unsur keutuhan, unsur penonjolan dan

keseimbangan. Ketiga unsur tersebut dipakai untuk menganalisisunsur estetika yang terdapat dalam karya

seni inovatif yang berjudul “Tutur Semara”.

Unsur Keutuhan (Unity)

Keutuhan yangdimaksudadalah bahwa karya yang indah menunjukkan secara keseluruhan

sesuatu yang utuh, yang tidak ada cacatnya atau tidak ada yang kurang dan tidak ada yang berlebihan

(Djelantik, 1990:32). Dalam keutuhan terdapat hubungan yang bermakna atau relevan. Dalam suatu

karya seni, bilamana bagian-bagian dari suatu komposisi semua sama wujudnya, maka di dalam

keutuhanya akan nampak secara lebih jelas, dan apabila bagian-bagian dalam suatu komposisi itu sangat

berlainan, maka keutuhan dari keseluruhanya dapat dicapai dengan hubungan yang kuat, kedudukan dan

fungsinya. Pada bagian pertama dalam karya seni inovatif “Tutur Semara” ini menggambarkan suasana

yang harmonis dan dinamis dalam bentuk jalinan melodi yang harmonis. Karya seni ini pula sudah

tersusun dan mempunyai suatu hubungan yang relevan,yang artinya saling mengisi antara bagian satu

dengan bagian yang lainnya. Untuk mencapai rasa utuh diperkuat dengan tiga sifat rasa keutuhan. Tiga

sifat rasa keutuhan itu adalah sebagai berikut.

1. Simetri

Simetri memberikan rasa tenang dan aman, unsur itu bersifat memperkuat keutuhan suatu karya

seni. Dalam kesenian memang keutuhan yang kita hendaki, tetapi rasa ketenangan yang terus menerus

bila tidak diselingi dengan rasa tegang sewaktu-waktu, akhirnya akan bisa menjemukan dan dalam

kesenian mengurangi daya tarik karya seni (Djelantik, 1990:34). Dalam karya seni inovatif “Tutur

Semara” ini, pola-pola simetri dapat dilihat melalui pola hitungan genap dalam sebuah bentuk gending

pada bagian pertama sebagai berikut.

Pola-pola simetri pada bagian satu menggunakan hitungan genap dan cenderung memberikan

kesan atau suasana yang tenang.

Untuk memberikan kesan dinamis dan lincah diperlukan pola-pola yang bersifat a-simetri.

Pola-pola a-simetri bisa dilihat dari ketukan pada sebuah gending yang mempunyai ketukan tidak

tetap atau jumlah ketukan yang tidak sama dalam gending satu pola gending.

Adapun cara lain untuk mendukung pola a-simetri dengan melakukan pengolahan tempo dalam satu pola

melodi yang dimainkan.

2. Ritme Dalam suatu karya seni ritme atau irama menunjukan kepada cara kehadiran suatu hal yang

berulang-ulang dan secara teratur (Djelantik, 1990:35). Seperti ada jarak yang teratur atau jangka waktu

yang sama. Sebuah karya seni khusunya seni unsur ritme mempunyai sebuah peranan penting dimana

ritme yang konstan (sama terus menerus) dan tidak berubah. Rasa jenuh itu berbahaya karena bisa

mengurangi daya tarik dan mutu estetikanya.

Daya tarik tersebut bisa dilakukan dengan membuat karyanya lebih bervariasi. Hal tersebut dapat

dicapai dengan adanya perubah-perubahan ritme, yang artinya dalam ritme ada yang cepat dan ada yang

lambat, serta bisa diganti dengan teratur. Selain itu ritme juga bisa diberi modus yang lain, atau jenis

instrumen yang membuat atau menonjolkan ritme itu digilirkan. Pada karya seni ini, penonjolan pola

ritme ada disetiap bagian dengan porsi masing-masing.

3. Harmoni Harmoni yang dimaksud adalah adanya keselarasan antara bagian-bagian atau komponen-

komponen yang tersusun dan dijadikan kesatuan. Kerharmonian memperkuat rasa keutuhan karena

memberi rasa tenang, nyaman, sedap, tidak mengganggu penangkapan panca indria kita (Djelantik,

1990:36).

Harmoni timbul akibat adanya perpaduan atau bertemunya beberapa nada yang tidak sama atau

istilah dalam karawitan Bali yaitu ngempyung. Hal ini bisa dilakukan baik secara sengaja maupun tidak

disengaja. Dalam karya seni inovatif “Tutur Semara” ini, kesan harmoni terjadi karena bertemunya

nada-nada yang tidak sama dalam suatu instrumen yang berbeda dalam satu melodi yang dimainkan.

Melalui eksplorasi bunyi yang dimainkan oleh pemilihan instrumen Selunding, Semarandhana

dan Jegog yang menyerupai Jegog jembrana akan mendapatkan sebuah kesan perpaduan nada yang

menarik. Permainan tersebut penata buat sedemikian rupa untuk memperkuat rasa keutuhan sehingga

menghasilkan unsur harmonis yang bisa memberi mutu estetik yang tinggi pada karya seni tersebut.

Unsur Penonjolan (Dominance) Penonjolan mempunyai maksud mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu karya

seniyang dipandang lebih penting daripada hal-hal yang lain dalam karya seni itu ( Djelantik, 1990:41).

Dalam karya seni ini penonjolan dilakukan pada masing-masing bagian serta masing-masing instrumen

yang dimainkan untuk mendapatkan perlakuan yang sama secara proporsional. Penonjolan juga

dilakukan agar para pendengar atau penonton memberikan vitalitas dan greget dalam penampilan. Disisi

lain penonjolan bisa dilakukan dengan mengeraskan suara tertentu, melalui perubahan ritme dan

perubahan kecepatan melodi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk memberi corak dan identitas pada

garapan. Sebagai contoh jalinan nada dari masing-masing instrumen dengan memunculkan karakteristik

dari media ungkap tersebut.

Dalam karya seni karawitan “Tutur Semara”penonjolan dilakukan sesuai porsi dari kebutuhan

garapan. Pada bagian satu penonjolan pada masing-masing instrumen dengan membuat suatu jalinan

melodi yang terkesan harmoni, dan pada bagian ini penonjolan olah vokal yang menghasilkan suasana

hening dan keceriaan anak-anak.

Pada bagian kedua penonjolan dilakukan dengan pola permainan tempo dan ritme yang agak

keras serta olah vokal untuk kesan anak yang baru meranjak dewasa (remaja yang bandel) karena pada

bagian ini, penata menginginkan suasana yang keras sesuai karakter dari anak yang tidak bisa diberikan

tutur atau nasehat.

Pada bagian ketiga penonjolan dilakukan dengan vokal serta jalinan melodi yang harmoni

dengan suasana yang hening dan menyentuh hati. Pada bagian ini anak mulai menyadari dan mengubah

prilaku ke jalan yang benar (baik).

Pembaharuan pola garap adalah salah satu penonjolan yang dilakukan dengan memberikan

sentuhan karya kreatif melalui pengolahan instrumen gamelan Selunding, Semarandhana, dan Jegog yang

menyerupai Jegog Jembrana. Penonjolan ini penata garap dengan pola-polagendingleluanganuntuk

menghasilkan suasana yang baru dan menyentuh dalam karya seni karawitan inovatif “Tutur Semara”.

Pada karya ini instrumen Jegog, Jublag, Penyacah gamelan Semarandhana serta Jegog yang menyerupai

Jegog Jembrana merupakan penonjolan yangsangat berperan dalam eksperimen bunyi.

Unsur Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah sifat alami manusia bahwa ia dalam menempatkan dirinya terhadap alam

sekitarnya atau lingkungan hidupnya selalu menghendaki keseimbangan. Mulai dengan waktu ia belajar

berdiri, dan berjalan kaki sendiri, ia memerlukan rasa keseimbangan agar tidak jatuh dan untuk

mempertahankan tegak tubuhnya (Djelantik, 1990:42). Mempertahankan suatu keutuhan dalam

perpaduan telah menimbulkan rasa keseimbangan karena keseimbangan garapan musikal sangatlah perlu

diperhatikan dalam karya seni karawitan inovatif ini penata menginginkan penyeimbangan segala sesuatu

yang bersangkutan dengan segala karya seni baik dari garap musikal, setting dan lighting.

Karya seni karawitan inovatif “Tutur Semara” ini menunjukkan keseimbangan dalam porsi

penonjolan teknik serta dinamika yang sama. Untuk karya seni ini pula, keseimbangan dinamika atau

ngumbang dan ngisep sangat berpengaruh terhadap keseimbangan suatu bentuk karya. Gegebug dan

teknik-teknik lainya juga diperhitungkan baik dari teknik pukulan yang ririh mapun yang keras karena

dalam karya ini penata merealisasikan sebuah teknik ke dalam tiga unsur gamelan yang berbeda demi

tercapainya sebuah keseimbangan dalam bentuk karya. Lighting sangat berperan juga karena

lightingmenentukan keindahan serta keseimbangan garapan dalam suatu pertunjukan. Penataan lighting

pada karya seni karawitan inovatif “Tutur Semara” ditata sesuai dengan bagian-bagian yang

disampaikan lewat bahasa unsur. Bisa dilihat dari penggunaan lighting dalam bagian-bagian sebagai

berikut.Pada bagian satu lampu atau lighting yang digunakan yakni terang sesuai suasana yang

diinginkan, dan yang pada bagian dua penataan lampu atau lighting berubah-ubah atau warna-warni

untuk mempertegas suasana yang diinginkan, suasana yang agak keras. Pada bagian tiga penataan lampu

kembali terang untuk memberikan kesan yang cerah dalam konsep “Tutur Semara”.

Hal tersebut dilakukan hanya untuk memperindah suatu penyajian karya seni dan biasanya

timbul dari kemampuan seseorang untuk menikmati sebuah karya seni yang disajikan. Atau dengan kata

lain jika suatu karya seni mampu dinikmati dan memuaskan diri sendiri sebagai penikmat seni maka rasa

estetika yang terbentuk dalam karya tersebut telah sampai pada para pendengar atau penikmat itu sendiri,

begitu juga sebaliknya.

Analisa Materi

Dalam sebuah bentuk karya seni, tentu saja ada sebuah materi yang menunjang terwujudnya

suatu karya seni. Selain dibentuk oleh unsur-unsur musikal seperti : nada, tempo, dinamika, warna suara

dan harmoni, juga dibentuk dengan analisa materi yang memperkuat terbentuknya suatu komposisi unsur

yang ditentukan berdasarkan motif-motif lagu, teknik pukulan serta pengolahan melodi dan penggarapn

gerakan tubuh yang terbentuk menjadi satu.

Motif merupakan suatu nada dalam satu kesatuan yang memiliki arti pada dirinya sendiri. Motif

muncul sebagai unsur namun dikembangkan serta diolah lebih dalam lagi. Hal ini antara lain dilakukan

dengan pengulangan motif pada saat dan dengan cara tertentu. Di lain pihak pengulangan suatu motif

dapat membuat suatu kebosanan untuk menghindari hal itu maka dilakukan variasi untuk memberikan

kesan yang beda.

Analisa Penyajian atau Penampilan

Tata penyajian atau penampilan, dapat dilihat dari sudut property serta setting mapun busana.

Dalam karya seni karawitan “Tutur Semara” ini, roperty yang digunakan mampu mendukung karakter

suasana, sedangkan busana dalam pementasan menggunakan pakaian klasik guna untuk mendukung dari

konsep karya seni tersebut.Setting media ungkap dilakukan sesuai dengan konsep yang diharapkan.

Dalam pementasan karya seni “Tutur Semara” ini, setiing dari beberapa instrumen gamelan

Semarandha, Selunding, Jegog yang menyerupai JegogJembrana terletak di stage Natya Mandala (lihat

gambar setting instrumen). Sedangkan untuk gambar stageNatya Mandala bisa dilihat pada gambar

(terlampir)

Gambar 1. Denah (Stage)

Panggung Belakang

Sisi panggung J.G G&K J.G Sisi panggung

J.S J.S P.S P.S J.S J.S (13,7 m)

REONG

K.S K.S G.S G.S

N.Alit N.Ageng

P.N P.T

20, 89

Pit tempat orchestra Pit tempat orchestra

Tabel 4. Keterangan Denah (Stage)

Auditorium (Penonton)

P.N P.T Peneem dan Petuduh

P.Alit P.Ageng Nyonyong alit dan Nyonyong ageng.

K.S G.S Kempul Selunding dan Gong Selunding.

R Reyong.

J.S J.S P.S Jegog, Jublag dan Penyacah Semarandhana.

J.G Jegog menyerupai Jegog Jembrana.

G Gong Semarandhana.

K Klentong.

Analisa Kostum

Kostum merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah pementasan karya seni musik. Selain

itu kostum juga perpengaruh secara langsung terhadap penampilan dalam menabuh, dengan melihat

corak, warna maupun bentuk kostum, maka akan dapat menjadikan suatu penyatuan dalam konsep.

Fungsi kostum bukan saja untuk menutupi tubuh akan tetapi sebagai pendukung dari desain gerak yang

dilakukan oleh penabuh.

Dalam karya seni karawitan “Tutur Semara” ini, menggunakan konsep kostum yang bersifat

sedarhana namun mendukung serta tidak mengurangi nilai estetik dari garapan. Konsep kostum yang

digunakan baju hitam polos dengan menggunakan saput endek serta udeng endek,kamen orange sesuai

kebutahan yang diinginkan.

Gambar 4.7.1 Kostum Penata Gambar 4.7..2 Kostum Pendukung

Penutup

Bab ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan simpulan dan bagian dua adalah

saran.

Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada garapan konsep “Tutur Semara” ini, maka dapat

disimpulkan bahwasebuah tutur atau nasehat dapat mengubah prilaku manusia yang menjadi lebih baik

serta lewat nasehat kita sebagai manusia sadar bagaimana kehidupan yang dahulunya jelek atau buruk

kita bisa perbaiki dikehidupan yang sekarang kita jalani.

Lewat sebuah karya seni karawitan dan dengan perpaduan dari tiga instrumen gamelan seperti

Selunding, Semarandhana dan Jegog mampu mendukung konsep “Tutur Semara” ini. Struktur karya ini

pun berbeda tidak menggunakan tri angga akan tetapi menggunakan bagian-bagian dikarenakan penata

menginginkan suatu hal yang menyentuh hati dan suasana dari kebutuhan garapan tutur semara. lewat

tembang palawakya yang dinyanyikan penata sendiri, penata menyampaikan pesan bahwa sesungguhnya

kita sebagai manusia patutnya bersyukur sebab tuhan sudah mengatur jalan kehidupan kita dan semua

akan indah pada waktunya.

Proses menuangkan sebuah konsep “Tutur Semara” ini tidaklah mudah banyak hambatan-

hambatan dan tahapan yang dilewati namun penata berusaha dan sudah memikirkan matang-matang

bahwa mengaplikasikan sebuah nasehat ke dalam sebuah karya seni karawitan ini tidak mudah

diperlukan pemikiran yang matang untuk mendapatkan sebuah konsep yang benar-benar pas yang

nantinya penata ingin membuat suatu sentuhan hati lewat nasehat yang dituangkan ke dalam karya seni

karawitan.

Karya seni karawitan ini berduarasi 14 menit yang dipentaskan di gedung Natya Mandala ISI

Denpasar dan karya ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat S1 di Institut Seni Indonesia

Denpasar.

Saran-saran

Dari hasil garapan “Tutur Semara” dan pembahasan dapat dibuat saran sebagai berikut:

1. Diperlukan penjiwaan dalam menyajikan karya seni karawitan “Tutur Semara”.

2. Meminimalisir anggota penabuh supaya menekan biaya atau pengeluaran konsumsi selama

latihan hingga pementasan berlangsung.

3. Bagi seniman khususnya di bali mari kita berkreativitas setinggi-tinggi mungkin karena batasan

kreativitas itu tidak ada.

Daftar Pustaka

Bandem, I Made. 1988.Prekempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar.

Bandem, I Made.2013.Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah. Yogyakarta: BP STIKOM BALI.

Dibia, I Wayan.2012. Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Buku Arti.

Djelantik, A. A. M. 1990.Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumen. Denpasar: Sekolah

Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.

Djelantik, A. A. M. 1992.Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid II Falsafah Keindahan Dan Kesenian.

Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.

Garwa, I Ketut 2009. “Komposisi Karawitan IV”. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

Hawkins, Alma. M. 2003. Mencipta Lewat Tari. Diterjemahkan oleh: Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta:

Manthili.

Keramas, Dewa Made Tantera.2008.Putera Sesana Sistem Pendidikan Demi Ajeg Bali .Surabaya:

Paramita.

Prabhupada, A. C. 2006. Bhagavad Gita as It Is. Los Angeles : The Bakti Vedanta Book Trust.

Sangadiyanto, Anung.2005.Menimbang Pendekatan Pengkajian & Penciptaan Musik Nusantara.

Surakarta: Jurusan Karawitan bekerjasama dengan Program Pendidikan Pascasarjana dan

STSI press Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Sukerta, Pande Made.1998.Ensiklopedi Mini Karawitan Bali.Bandung: Sastrataya.

DAFTAR NARASUMBER

Nama : Ni Nyoman Karmi

Tempat dan tanggal lahir : Munggu, 4-01-1960

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama : I Wayan Wiryadi S.Sn., M.Si

Tempat dan tanggal lahir :Tunjuk, 3-04-1972

Pekerjaan : Guru

Nama : I Made Surata

Tempat dan tanggal lahir : Munggu, 15-6-1955

Pekerjaan : Pemangku Pura Dalam Sakenan