PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BERBASIS AL Quran finish

25
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI BERBASIS AL-QUR’AN (Pembinaan M2IQ) Oleh : Wahyu Saripudin A. Pendahuluan Di Indonesia, persoalan korupsi nyaris telah menjadi hal yang lumrah, bahkan ada yang mengatakan telah membudaya. Korupsi sudah menjadi cara atau jalan hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, terjadi dari pemerintahan pusat sampai ketingkat terendah semisal Rukun Tetangga (RT). Korupsi di Indonesia telah menjadi persoalan struktural, kultural dan personal (Hasyim Muzadi 2010: xli). Hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga menunjukan bahwa tingkat korupsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk yang paling tinggi di dunia. Kasus-kasus tersebut menjadi tamparan yang keras bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Negara dengan 89% penduduknya muslim adalah negara yang paling korup di Asia dan juara ketiga korupsi di dunia (Amirullah 2013: 140). Tidak kah Islam mengatur umatnya supaya tidak berbuat korupsi? Bagaimana konsepsi Islam upaya membangun bangsa yang tidak korup? Pertanyaan ini menjadi refleksi bagi kita, bahkan menimbulkan 1

Transcript of PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BERBASIS AL Quran finish

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI BERBASIS AL-QUR’AN (Pembinaan M2IQ)

Oleh : Wahyu Saripudin

A. Pendahuluan

Di Indonesia, persoalan korupsi nyaris telah menjadi

hal yang lumrah, bahkan ada yang mengatakan telah

membudaya. Korupsi sudah menjadi cara atau jalan hidup

bagi sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia,

terjadi dari pemerintahan pusat sampai ketingkat

terendah semisal Rukun Tetangga (RT). Korupsi di

Indonesia telah menjadi persoalan struktural, kultural

dan personal (Hasyim Muzadi 2010: xli). Hasil riset

yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga menunjukan

bahwa tingkat korupsi di Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam termasuk yang paling tinggi

di dunia.

Kasus-kasus tersebut menjadi tamparan yang keras

bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Negara dengan 89% penduduknya muslim adalah negara yang

paling korup di Asia dan juara ketiga korupsi di dunia

(Amirullah 2013: 140). Tidak kah Islam mengatur umatnya

supaya tidak berbuat korupsi? Bagaimana konsepsi Islam

upaya membangun bangsa yang tidak korup? Pertanyaan ini

menjadi refleksi bagi kita, bahkan menimbulkan

1

pertanyaan lanjutan, apa dan siapa yang salah?

Islamnya, muslimnya, atau Indonesianya?

Menurut Selo Sumarjan (1998: xiv) korupsi adalah

penyakit ganas yang menggrogoti kesehatan masyarakat

seperti penyakit kanker yang setapak demi setapak

menghabisi daya hidup manusia. Para ahli kesehatan dan

kedokteran di dunia pun tak ada hentinya mencari obat

dan cara melawan kanker, pun demikian dengan korupsi

harus terus dicarikan obat dan cara melawannya. KPK

hari ini sedang gencar-gencarnya memberantas para

koruptor, itu merupakan salah satu cara untuk melawan

penyakit korupsi, namun tidak cukup hanya dengan satu

pendekatan itu saja. Jika diibaratkan yang sedang

dilakukan hari ini hanya memberantas dipermukaannya

saja, terdapat banyak bibit-bibit koruptor yang akan

bermunculan jika akarnya tidak kita benahi. Maka

dibutuhkan penyelesaian serta penyembuhan sampai

keakar-akarnya. Intinya dibutuhkan usaha preventif

untuk generasi mendatang supaya terjauh dari korupsi.

Satu-satunya cara yaitu dengan pendidikan.

Pendidikan merupakan investasi bangsa, pendidikan

merupakan cerminan sebuah bangsa. Maju mundurnya bangsa

tergantung pendidikannya. Pengamat pendidikan

berpendapat bahwa merajalelanya praktek korupsi di

Indonesia sebagai bukti dari kegagaglan pendidikan

2

kita, terutama pendidikan Islam (Amirullah 2013: 140).

Pendidikan harus menjadi solusi alternatif untuk

membangun bangsa yang jujur terjauh dari korupsi.

Sehingga muncullah gagasan tentang pendidikan

antikorupsi. Kita meyakini bahwa melalui pendidikan lah

dapat terbentuk dan terbangun bangasa yang

berperadaban.

Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan

menjelaskan tentang bagaimana pendidikan anti korupsi

berbasis al-Qur’an, mulai dari persoalan mencari apa

pengertian korupsi dalam al-Qur’an sampai pada konsepsi

al-Qur’an tentang pendidikan antikorupsi serta starak

(startegi dan taktik) dalam menjalankan pendidikan

antikorupsi. Semoga tulisan ini dapat menjadi refleksi

bagi kita semua untuk senantiasa menjaga diri dari

perbuatan korupsi serta dapat memberikan kontribusi

dalam pendidikan antikorupsi yang dewasa ini sedang

digalakan.

B. Korupsi: Definisi serta Terminologinya dalam Al-

Qur’an

Korupsi, istilah ini telah menjadi bahasa populer

disemua kalangan masyarakat. Merupakan suatu

keniscayaan tatkala kita akan membicarakan suatu hal/

pengetahuan tertentu maka kita harus mengetahui

terlebih dahulu konsep dasar/ hakikat dari apa yang

akan kita bicarakan. Termasuk dalam tulisan ini akan

3

berbicara tentang pendidikan antikorupsi berbasis al-

Qur’an maka penulis akan memaparkan pengertian tentang

korupsi dari berbagai interpretasi yang ada, sebagai

sebuah landasan ontologis mencari konsep dasar korupsi

secara etimologis dan terminologisnya. Kajian ontologis

ini dianggap penting dalam membedah makna dan asal-usul

dari kata korupsi, sebab pada hakikatnya kajian

ontologis adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana

menemukan hakikat makna dan esensi dari segala sesuatu

(Amsal Bakhtiar, 2010: 17). Dengan demikian nantinya

akan mudah untuk memetakan masalah korupsi secara

sistematis.

Secara etimologis, korupsi berasal dari bahasa

latin yaitu corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau

Corruptus (Webster Student Dictionarry, 1960).

Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula

dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua.

Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa eropa

seperti Inggris Coruption, corrupt; Perancis corruption dan

Belanda corruptie (korruptie). Menurut Amirullah Dari

bahasa Belanda inilah digunakan dalam bahasa Indonesia

“korupsi” (Amirullah 2013: 141). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, korupsi diartikan : kebusukan,

keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap,

tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata

menghina atau memfitnah, penyelewengan dan penggelapan

4

untuk keuntungan pribadi atau orang lain (Kamus Besar

Bahasa Indonesia1995: 527).

Sedangkan secara terminologis, makna korupsi

dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut: Menurut

Kartono (1983) Korupsi adalah tingkah laku individu

yang menggunakan wewenang dan jabatan, guna menngambil

keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan

negara (Agus Wibowo 2013: 19). Sedangkan menurut

Baharuddin Lopa (1997: 1) Korupsi adalah offering and

accepting of bribes (pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah

berupa suap). Sayyed Husaen Alatas (2005:108)

sebagaimana dikutif oleh Amirullah (2013: 158)

menegaskan bahwa korupsi adalah pencurian melalui

penipuan dalam situasi yang menghkhianati kepercayaan.

Sedangkan dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 ayat 1,

korupsi diartikan dengan tindakan memperkaya diri

sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya

korporasi dengan cara melawan hukum dan merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

Di dalam Islam, Istilah korupsi disebut dengan

ghulul (penggelapan) istilah ini diambil dari (Q.S Ali

Imran ayat 161) yang berarti penggelapan atau berlaku

curang terhadap harta rampasan perang, Risywah

(Penyuapan) istilah ini diambil dari hadits Nabi dalam

(al –syaukani:172) “ س�����ي� ي� والمرت�� yang Ibrahim anis ”لعن� الل�����ه الراش������5

adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan

yang batil atau menyalahkan yang benar. Selain itu

korupsi disebut juga ghasab (Mengambil paksa hak/ harta

orang lain) istilah ini diambil dari (QS. Al-Nisa: 29

dan al-Baqarah: 188) yang secara terminologi

didefinisikan sebagai upaya untuk menguasai hak orang

lain secara permusuhan/ terang-terngan (al-

Syarbini:275), Khiyanah (Pelanggaran kepercayaan)

istilah ini diambil dari (Q.S. Al-Anfal: 27) yang

berarti mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan

menampakkan perilaku baiknya terhadap pemilik hartanya

(al-Syaukani jlid 7: 304), sariqah (pencurian) yang

berarti mengambil barang/ harta secara sembunyi-

sembunyi dari tempat penyimpanannya yang biasa

digunakan untuk menyimpan barang atau harta kekayaan

tersebut (Nurul irfan 2011: 117), dan hirabah

(perampokan) istilah ini diambil dari (Q.S. al-

Maidah :33) yang menurut al-Syafi’i yaitu penyerangan

dengan membawa senjata kepada satu komunitas orang

sehingga para pelaku merampas harta kekayaan mereka di

tempat terbuka secara terang-terangan (Nurul irfan

2011: 123).

Dari paparan di atas serta berdasar ayat al-Qur’an

dan Hadits di atas, penulis dapat mengambil simpulan

bahwa korupsi memiliki makna yang sangat luas

tergantung dari sudut pandang mana korupsi

6

didefinisikan. Namun, ada titik temu dari semuanya

yaitu korupsi dengan berbagai istilah merupakan

tindakan dzolim mengambil hak orang lain yang

mengakibatkan kerusakan , kehancuran dan kerugian bagi

orang lain (negara/masyarakat).

C. Sebab Akibat korupsi serta Berbagai Pencegahannya

Ada banyak sebab seseorang melakukan korupsi, hanya

jika ditarik simpulan menurut Hakim Muda Harahap (2009:

21) ada dua faktor penyebab seseorang melakukan

korupsi; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan timbul dari diri pribadi/

kepribadian dan kondisi fujur manusia. Sedangkan faktor

eksternal berupa kebudayaan, kekuasaan, ekonomi, dan

kelemahan hukum.

Menurut hemat penulis sebab utamanya adalah faktor

internal yaitu kondisi dimana hilangnya keimanan

seseorang. Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. bersabda:

"Tidaklah berzina orangyang berzina ketika ia berzina

dalam keadaan beriman, dan tidaklahmencuri orang yang

mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman."(H.R.

Bukhari)”. Mafhum muwafaqoh dari hadits ini “koruptor

tidak akan korupsi dalam keadaan beriman”.

Setelah keimanan lemah didukung pula dengan faktor

eksternal yaitu adanya kesempatan untuk melakukannya.

Korupsi biasanya erat kaitannya dengan jabatan atau

kedudukan seseorang. Dengan jabatan atau kedudukan,

7

seseorang memiliki kekuasaaan dan wewenang di sanalah

kesempatan untuk melakukan muncul. Sesuai dengan yang

disampaikan oleh Lord Acton seorang ahli politik,

“setiap kekuasaan cenderung korup. Kian lama seseorang

berkuasa, korupsinya kian menjadi-jadi” (Amirullah

2013: 142).

Korupsi yang seringkali dilakukan karena sebuah

konspirasi kolektif juga didasari oleh motif memperoleh

harta sebanyak-banyaknya dengan cara mudah (Abdul Munir

Mulkan, 2007: 210). Ibnu Khaldun (1332-1406) juga

menyampaikan “sebab utama korupsi adalah nafsu untuk

hidup mewah dalam kelompok memerintah”.

Sedangkan akibat yang paling nyata dari kejahatan

korupsi adalah prahara dan kesenjangan sosial yang akan

terjadi. paling tidak hal inilah yang dapat kita simak

dari kesan surah al-Fajr (89): 15-20. Jika dipahami

secara kontekstual ayat 15-20 surah al-Fajr ini ingin

menegaskan bahwa prahara sosial yang terjadi pada

masyarakat paling tidak disebabkan oleh empat hal,

yakni; pertama, sikap ahumanis yaitu tidak memuliakan

anak yatim. Kedua, sikap asosial yakni enggan memberi

makan orang miskin dan kaum mustad’afin. Ketiga,

monopolistik yaitu orang yang rakus dalam memanfaatkan

(kekayaan) warisan alam. Keempat, sikap hedonis dengan

terlalu mencintai harta secara berlebihan. Sikap

hedonis ini juga disebut oleh Rasul sebagai penyakit

8

al-Wahn: hubbu al-Dunya wa karahiyatul maut yakni

penyakit terlalu cinta terhadap dunia dan takut akan

kematian. Dilihat dari ke empat sendi ini dapat kita

pastikan bahwa korupsi hadir dalam setiap sendi

tersebut.

Berapa juta rakyat yang kelaparan? berapa ribu

sekolah yang hancur (tidak dibangun /diperbaiki) ?,

berapa juta orang yang menderita sakit tidak bisa

diobati?

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk larangan untuk

menghindari praktik korupsi. Secara teoritis al-Qur’an

menyinggung permasalah korupsi dengan larangan

mengambil harta orang lain dengan cara yang bathil

namun menganjurkan untuk melakukan perniagaan dengan

cara yang ma’ruf atas prinsip suka sama suka (QS. An-

Nisa: 4; 29, lihat juga QS. Al-Baqarah: 2; 188) jika

kita kaji sababun nuzulnya ayat ini turun berkenaan

dengan Imriil Qais bin 'Abis dan 'Abdan bin Asyma' al-

Hadlrami yang bertengkar dala soal tanah. Imriil Qais

berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya

dengan bersumpah di depan Hakim. Ayat ini sebagai

peringatan kepada orang-orang yang merampas hak orang

dengan jalan bathil. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang

bersumber dari Sa'id bin Jubair). Dari ayat ini jelas

larangannya jangan mengambil hak orang lain dengan

jalan yang batil sekecil apapun.

9

Pada kesempatan lain al-Qur’an menilai sebagai orang

yang celaka, bagi umat Islam yang mengumpulkan harta

dan menghitung-hitungnya tanpa ada kesadaran nurani

(inner conscious) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial

(social welfare) (QS. Al-Humazah:104; 1-9).

Selanjutnya al-Qur’an menyuruh untuk memiliki

kepekaan sosial yang tinggi/ kesalehan sosial dengan

tegas mengancam orang yang rajin melaksanakan shalat

(mushalin) sebagai pendusta agama jika tidak

menafkahkan hartanya untuk membantu anak yatim dan

demikian pula bagi orang yang enggan memberikan bantuan

(QS. Al-Ma’un:107; 1-7). Al-Qur’an pun pada penjelasan

yang lain menegaskan bahwa sifat dari kaum Yahudi

adalah melakukan praktek suap-menyuap dan memakan harta

dengan cara yang haram, oleh karena itu al-Qur’an

melarang untuk melakuakan perbuatan seperti itu agar

kita tidak termasuk ke dalam golongan mereka (QS. Al-

Maidah:5; 62).

Demikian penyebab-penyebab yang menjadikan manusia

berkorupsi. Sebagai pencegahannya ada beberapa prinsip

penting yang harus dipegang kuat yaitu 1) pentingnya

penegakan hukum yang adil dan tegas, 2) membangun

kekuatan iman (Quwwatul imaniyah), sehingga tidak tergoda

dengan limpahan harta untuk menkhianati hukum tersebut,

3) menanamkan tanggung jawab atas apa yang diperbuat,

4) Tazkyratun nafs/ Pembersihan diri dengan berani mengakui

10

kesalahan dan menerima hukuman.5) perlunya menyiapkan

generasi berkarakter kuat. Kelima prinsip ini KPK

berusaha menjalankan prinsip nomor satu untuk

menjalankan prinsip nomor dua sampai lima maka

dibutuhkan usaha yang panjang untuk

menginternalisasikan nilai-nilai tersebut yaitu melalui

pendidikan yang hari ini kita kenal dengan pendidikan

anti korupsi.

D. Konsepsi Al-Qur’an : Apa dan bagaimana Pendidikan

Antikorupsi?

Kita meyakini bahwa secara antropologi al-Qur’an

memiliki kekuatan membentuk budaya masyarakat.

Merupakan suatu aksioma bahwa al-Qur’an adalah kitab

suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh umat

manusia (Q.S. 2: 185). Memposisikan al-Qur’an sebagai

petunjuk konsekuensinya menuntut manusia untuk mampu

mentransformasikan dan mengimplementasikan ajaran al-

Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk

kesempurnaan al-Qur’an menjawab persoalan tentang

korupsi melalui pendidikan anti korupsi.

1. Pengertian dan tujuan Pendidikan Antikorupsi

Korupsi sebagaimana telah diuraikan, merupakan

tindakan yang mendzolimi berbagai pihak dampak dari

perbuatan korupsi menyengsarakan semua orang khususnya

rakyat kecil. Sungguh berbahayanya korupsi, maka tidak

ada pilihan lain kecuali semua pihak harus segera

11

menghentikan tindakan korupsi tersebut. Mata rantai

korupsi harus diputus dari sejak dini melalui

pendidikan. Melalui pendidikanlah korupsi harus

diberangus sampai keakar-akarnya.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dinyatakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat dan bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara

(1977:14) Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intellect), dan

jasmani anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Sedangkan menurut Zamroni (2001) pendidikan adalah

suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri

peserta didik pengetauan tentang hidup, sikap dalam

hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar

dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga

ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi

secara optimal. Sementara itu dari sudut pandang

filsafat socrates mengaskan bahwa pendidikan merupakan

proses pengembanngan manusia ke arah kearifan (wisdom),

pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct) (Elmubarak

2007: 3).

12

Sedangkan pendidikan antikorupsi perspektif al-

Qur’an kita bisa kita lihat kontekstual dari bebrapa

ayat yaitu Q.S. An-nisa ayat 58 :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.”

Dari beberapa defenisi di atas dapat penulis tarik

benang merahnya bahwa pendidikan adalah uapaya

menciptakan manusia yang memiliki pengetahuan yang

baik, akhlak yang baik dan bisa menjadi manusia yang

bermanfaat. Konteks dalam ati korupsi bahwa pendidikan

pada dasarnya menjauhkan manusia dari prilaku korup.

Konsep pendidikan sudah sangat ideal, sebenarnya jika

pendidikan berjalan sesuai dengan konsepnya maka tidak

akan tumbuh generasi koruptor.

Beragam usaha dari pemerintah untuk memberantas

korupsi dari akarnya yaitu dengan mengkhususkan

penanaman nilai anti korupsi melalui pendidikan

antikorupsi. Kemendikbud sudah menyusun modul untuk

13

kurikulum antikorupsi dari mulai Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) sampai ke tingkat perguruan tinggi (Agus

Wibowo 2013: 37). Adapun tujuan dari pendidikan

antikorupsi menurut Muhamamad Nuh (2012) yaitu untuk

menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan

berprilaku anti koruptif. Pun demikian menurut haryono

Umar tujuan pendidikan antikorupsi tidak lain untuk

membangun karakter teladan agar anak tidak melakukan

korupsi sejak dini (Agus wibowo 2013: 38). Melihat

tujuan dari pendidikan antikorupsi ini, penulis yakin

jika betul dioptimalkan usaha ini maka generasi penerus

akan terjauh dari korupsi.

Al-Qur’an menjadi landasan dalam praktek

pendidikan Islam, menurut Syahdin pendidikan berbasis

Qur’an bertumpu pada 4 prinsip dasar, yaitu: prinsip

kasih sayang, keterbukaan, keseimbangan dan prinsip

integralitas. (Syahdin 2009: 58). Sementara itu, Said

Agil Husni Almunawar menyebutkan bahwa, secara

normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam aktualisasi

nilai-nilai al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga

dimensi atau aspek yang harus dibina dan dikembangkan

melalui pendidikan, yaitu dimensi spiritual, budaya dan

kecerdasan. Ketiganya merupakan asas yang mampu

mengantarkan umat Islam untuk terjauh dari korupsi.

Jadi, pendidikan dan tujuannya dalam perspektif al-

Qur’an adalah proses pengembangan dan pembentukan

14

manusia yang selalu berlandaskan tauhid (kesalehan

secara spiritual) kemudian berefek terhadap kesalehan

secara sosial (tauhid sosial).

2. Optimalisasi Pendidikan Antikorupsi

Sebaik apapun dan seideal apapun konsep pendidikan

antikorupsi tidak akan memberikan dampak yang

signifikan terhadap pemberantasan korupsi ketika yang

menjalankan konsep ini hanya sepihak. Misalnya jika

yang menjalankan pendidikan antikorupsi hanya

dipendidikan formal sedangkan keluarga dan masyarakat

tidak bersama-sama menjalankan pendidikan dan

mengoptimalkan pendidikan antikorupsi ini. Maka usaha

yang dilakukan disekolah hanya akan sia-sia. Dengan

demikian pendidikan antikorupsi harus dioptimalkan

secara terintegrasi disemua jalur pendidikan yakni

pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal

(sekolah), dan pendidikan non formal (masyarakat).

Semuanya bertanggung jawab terhadap optimalisasi

pendidikan antikorupsi ini dengan metode dan strategi

yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

a. Implementasi Pendidikan Antikorupsi dikeluarga

Jika kita lihat salah satu hadits Nabi “setiap anak

dilahirkan dalam keadaaan fitrah maka kedua

orangtuanyalah yang akan membuatnya Yahudi, Nashrani,

atau Majusi ...” (HR. Bukhori). Maka sebenarnya yang

paling bertanggung jawab terhadap pendidikan itu adalah

15

keluarga (orang tua). Keluarga adalah institusi

pendidikan pertama dan utama bagi anak juga sebagai

fondasi untuk pendidikan selanjutnya (Dindin Jamaludin

2013: 129). Masa depan anak termasuk di akhlaknya,

agamanya bahkan karirnya tidak lepas dari settingan orang

tua.

Pada dasarnya anak adalah karunia dari Allah yang

diamanahkan kepada orang tua (Q.S al-Kahfi: 46). Dengan

landasan ini, orang tua wajib mendidik anak-anaknya

termasuk di dalamnya wajib mendidik kelurganya untuk

menjauhi dari korupsi, sebagaimana dalam al-Qur’an

surat at-Tahrim ayat 6

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai

Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Oleh karena itu, mendidik, mengajar, dan mejaga

anak agar tidak terjembap masuk ke dalam neraka adalah

cara fundamental untuk meraih surga. Mafhum

16

mukhalafahnya, jika tidak melakukannya dengan baik,

neraka adalah balasannya.

Apa dan bagaimana keluarga dalam mendidik

antikorupsi kepada anak-anaknya? Materi mendasar yang

harus ditanamkan dikeluarga adalah

1. Menanamkan tauhid dan Akidah yang benar kepada

anak (Q.S. Lukman: 13). Pemahaman dan penumbuhan

nilai-nilai keimanan, diantaranya perasaan selalu

diawasi oleh Allah (QS. Al-Thariq:87; 4). Nabi

Bersabda “ Beribadah kepada Allah azza wajalla

seakan-akan engkau melihatnya dan seandainya

engkau tidak dapat melihat-Nya, engkau yakin Dia

melihatmu. (HR. Bukhori Muslim). Dalam Islam,

tauhid adalah suatu panggilan dunia, yang hidup

dan penuhmakna, menentang keserakahan dan

bertujuan memberantas penyakit yang muncul dari

penumpukan uang dan penyembahan harta. Ia

bertujuan menghapus stigma eksploitasi,

konsumerisme dan aristokrasi Ali Syariati seperti

dikutip Farid Esack (2000:128). Tauhid merupakan

pusat segala usaha dan tujuan dalam amal

perbuatan. Ketika keimanannya kuat manusia tidak

akan berani untuk melaksanakan larangan Allah.

2. Mengajarkan Anak untuk melaksanakan Ibadah.

Hendaknya anak sejak kecil diajarkan beribadah

17

dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah

SAW. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa,

dan ibdah lainnya. Dengan melatih anak sejak dini,

mereka akan terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut

saat dewasa. Pelaksanaan ibadah merupakan

Penanaman nilai moral untuk memiliki tanggung

jawab, kemuliaan, kehormatan, dan keluhuran yang

pasti diminta pertanggungjawabannya di hadapan

Allah (QS. Yasin:36; 65, al-Hijr:15; 92,93).

3. Mendidik anak dengan berbagai Adab dan Akhlak yang

Mulia. Antikorupsi erat kaitannya dengan akhlak.

Mendidik akhlak dibutuhkan pembiasaan dan uswah

dalam cara menginternalisasikannya.

4. Melarang Anak dari berbagai perbuatannya yang

diharamkan. Disinilah nilai antikorupsi terus

ditanmakn karena korupsi adalah perbuatan yang

haram. Hendaknya sedini mungkin diperinngatkan

dari beragam perbuatan yang tidak baik atau

diharamkan, seperti judi, minum khamar, mencuri,

mengambil hak orang lain, zalim, durhaka kepada

orang tua, bahkan hal-hal yang makruh pun larang

seperti merokok, dll.

Banyak Isyarat di dalam al-Qur’an yang harus

diperhatikan oleh setiap muslim dalam mendidik

anaknya. Satu dari sekioan banyaknya isyarat itu

adalah pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan

18

oelh seorang ahlihikmah bernama Luqman. Allah

mengabadikan keberhasilannya dalam mendidik anak-

anaknya di dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 13-16.

b. Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah

Jika pendidikan antikorupsi di keluarga telah

tertanam pada anak, maka sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal menindak lanjuti dan menguatkan

pendidikan yang sebelumnya. Lalu seperti apa pola

pendidikan antikorupsi di sekolah? Memang hal ini

menjadi wacana yang panjang dan debate able. Sama halnya

tatkala pendidikan karakter yang akan diimplementasikan

di sekolah. Apakah harus membuat kurikulum yang baru

atau terintegrasi disemua mata pelajaran? Namun, pada

akhirnya karena saking banyaknya mata pelajaran yang

sudah ada di sekolah maka dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) polanya dientegrasikan kesemua

mata pelajaran yang sudah ada disekolah (Wibowo 2013:

57).

Sama halnya dengan pendidikan karakter, pendidikan

antikorupsi pun pada dasarnya adalah penguatan dan

pembentukan moral peserta didik. Bagaimana caranya

semua mata pelajaran menanamkan moral kepada peserta

didik agar selalu memegang teguh nilai keimanan, moral,

dan etika. Sebab semakin kuat berpegang pada pada moral

dan etika agama maka akan semakin berkurang kebobrokan

sosial, ekonomi, dan budaya (QS. Thaha:20; 123-126).

19

Praktiknya disekolah, dibuatnya kantin kejujuran untuk

melihat dan melatih prilaku peserta didik.

Selanjutnya implemntasi pendidikan antikorupsi

disekolah bagaimana caranya peserta didik memiliki

komitmen untuk berperilaku lurus dan benar. Dalam

implementasinya adalah dengan saling berlomba dalam

kebajikan dan taqwa (QS. Al-Maidah:5; 2, al-‘Asr:103;

3). Penerapan sistem reward and punishment yang bertumpu

pada rasa keadilan dan persamaan perlakuan tanpa ada

perbedaan (QS. Al-Maidah:2; 8, al-Nisa:4; 57, al-

Nahl:16; 90). Dalam hal ini adalah Guru yang memiliki

peran utamanya. Metode pembelajaran reward and punishment

harus betul-betul adil dan mendidik.

Intinya pendidikan anti korupsi di sekolah adalah

semua stake holder di sekolah harus mengimplementasikan

nilai yang membuat peserta didik memiliki moral yang

baik dan antikorupsi. Dari mulai manajemen lembaga

pendidikannya, kurikulumnya, pendidiknya semuanya harus

terintegrasi memiliki komitmen yang sama untuk

pendidikan anti korupsi.

c. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di

Masyarakat

Pendidikan di masyarakat ini cakupannya memanglah

luas, namun kita bisa membatasinya yaitu peran-peran

masyarakat yang sangat memengaruhi terhadap pendidikan

anak yaitu media masa yaitu media cetak maupun

20

elektronik. Dalam hal ini media memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perkembangan pola pikir/ paradigma

masyarakat. Sehingga dalam pendidikan antikorupsi media

bertanggung jawab pula untuk memberikan informasi dan

tayangan-tayangan yang mendukung terhadap pendidikan

antikorupsi.

Selain media pendidikan di masyarakat yaitu Tokoh

Masyarakat/ para pemimpin merupakan pendidik di

masyarakat. Segala bentuk tindakannya akan diperhatikan

oleh masyarakat. Sehingga Para elit dan pemimpin harus

mengedepankan sikap dan tauladan yang mulia agar bisa

menjadi contoh, hal inilah yang menjadi andalan Rasul

dalam memimpin masyarakat (QS. Al-Ahzab:33; 21).

Pengejawantahan pola dan konsepsi dan strategi al-

Qur’an di atas dijamin mampu mewujukan kesalehan

semesta, baik bagi kaum Muslim maupaun non Muslim

(Husain Husain Syahatah, 2002: 38). Pada sisi lain

konsep ini juga meniscayakan keimanan dan keyakinan

bahwa Allah sang penguasa jagad semesta Maha pemberi

rezeki, Maha Mengadili, Maha pemilik Kekuasaan, dan

Dialah sumber segala keberkahan (QS. Al-A’raf:7; 96).

Semoga kita semua mampu meyakini ini semua.

21

E. Penutup

Korupsi setidaknya tercermin dalam al-Qur’an dengan

beberapa term diantaranya gulul, al-suht, dan al-sariqah. Yang

semuanya harus dihindari oleh umat muslim.

Pemberantasan korupsi haruslah di dekati dengan

berbagai pendekatan. Pendekatan pedidikan merupakan

pendekatan yang utama demi menciptakan kader penerus

bangsa yang memiliki moral yang baik dengan adanya

pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi berbasis

al-Qur’an adalah usaha yang dilandasi dengan penuh

kesadaran untuk mengantarkan manusia memiliki karakter

antikorupsi, dengan kekuatan imannya menjauhi,

mencegah, berjuang dan berjuang untuk meninggalkan dan

memerangi korupsi. inti dari pendidikan antikorupsi

adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan secara

menyeluruh. Goal settingnya adanya kesadaran secara

kolektif untuk menjauhi dan memberantas korupsi.

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkan, 2007, Manusia Al-Qur’an: Jalan Ketiga

Religiositas di

Indonesia, Yogyakarta: Kanisius.

Amirullah Syarbini, 2013. Pemikiran Pendidikan Islam

Kontemporer. Bandung:

Fajar Media.

----------------, 2013. Buku Pintar Musabaqah Makalah

Ilmiah Al-Qur’an.

Bandung : Fajar Media.

Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di sekolah startegi

Internalisasi

Pendidikan Antikorupsi di Sekolah.Yogyakarta: Pusataka

Pelajar.

Ajip rosidi. 2006. Sejumlah Karangan Lepas: Korupsi dan

Kebudayaan. Jakarta:

23

Dunia Pustaka Jaya.

Andi Hamzah .2005, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum

Nasional dan

Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bambang Widjoyanto, dkk. 2010. Telaah fiqih Korupsi dalam

Muhammadiyyah

dan nahdlatul Ulama Koruptor itu Kafir.Jakarta: Mizan

Publika.

Dindin Jamaludin. 2013. Paradigma Pendidikan Anak dalam

Islam. Bandung:

Pustaka Setia

Hakim Muda harahap.2009. Ayat-ayat korupsi. Yogyakarta:

Gama Media.

Ibnu Khaldun. 2013.Terjemahan Mukaddimah Ibnu Khaldun. Cet.

3. Jakarta: al

Kautsar

M. Quraish Shihab, 2002, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan

Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.

Malik Ben Nabi, 2002, Penomena Al-Qur’an: Pemahaman baru

Kitab Suci, terj.

Farid Wajdi, Bandung: Marja’.

M. Nurul Irfan, 2011, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam,

Jakarta: Amzah.

Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

Jakarta: Darus

24

Sunnah.

Robert Klitgaard. 2005. Membasmi Korupsi (terjemahan).

Jakarta: Yayasan obor

Indonesia.

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembanngan

Bahasa.1995.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

25