TERAPI NON FARMAKOLOGI DALAM PENANGANAN GEJALA MENDENGKUR PADA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA

29
1 TERAPI NON FARMAKOLOGI DALAM PENANGANAN GEJALA MENDENGKUR PADA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) KARYA TULIS ILMIAH (KTI) disusun untuk melengkapi tugas Matakuliah Bahasa Indonesia Oleh Intan Palupi NIM 122010101056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

Transcript of TERAPI NON FARMAKOLOGI DALAM PENANGANAN GEJALA MENDENGKUR PADA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA

1

TERAPI NON FARMAKOLOGI DALAM PENANGANAN GEJALAMENDENGKUR PADA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA)

KARYA TULIS ILMIAH(KTI)

disusun untuk melengkapi tugas Matakuliah Bahasa Indonesia

Oleh

Intan PalupiNIM 122010101056

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER

2013

2

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Intan Palupi

NIM : 122010101056

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang

berjudul “Terapi Non Farmakologi dalam Penanganan

Gejala Mendengkur pada Obstructive Sleep Apnea (OSA)” adalah

benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang

sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan

pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan.

Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran

isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung

tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun

serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata

di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 29 Mei 2013

3

Yang menyatakan,

Intan Palupi

NIM. 122010101056

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Swt. karena atas ridha-

Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul “Terapi Non Farmakologi dalam Penanganan

Gejala Mendengkur pada Obstructive Sleep Apnea (OSA)” ini

tepat waktu. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi

tugas Matakuliah Bahasa Indonesia.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

4

1. Dra. A. Erna Rochiyati, S.,M.Hum. selaku dosen

pembina matakuliah;

2. papa, mama, kakak dan adik tercinta yang telah

memberikan motivasi, semangat dan doa;

3. teman-teman angkatan 2012-Panacea, Fakultas

Kedokteran Universitas Jember;

4. semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung hingga terselesaikannya karya

tulis ilmiah ini.

Penulis menerima segala kritik dan saran dari

semua pihak, demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga

karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.

Jember, Mei 2013 Penulis

5

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................... i

PERNYATAAN ........................................ ii

PRAKATA ......................................... iii

DAFTAR ISI ........................................ iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………................vi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................. 1

1.1 Latar Belakang ............................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................ 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ......................... 2

1.3.1 Tujuan ............................... 2

1.3.2 Manfaat ................................ 2

BAB 2. LANDASAN TEORI ........................... 3

2.1 Mendengkur ............................... 3

2.1.1 Etiologi Mendengkur…………………………………….. 3

2.1.2 Mekanisme Mendengkur…………………………………. 4

2.2 Apnea Tidur .............................. 4

2.3 OSA (Obstructive Sleep Apnea) ................ 5

2.3.1 Etiologi OSA …………………………………………….........5

2.3.2 Mendengkur sebagai Gejala Awal OSA…………………. 5

2.4 Hubungan Mendengkur dengan Penyakit

Kardiovaskuler ................................. 6

6

2.4.1 Definisi Penyakit Kardiovaskuler………………………..

6

2.4.2 Faktor Resiko Terserang Penyakit

Kardiovaskuler……….............................6

2.5 Definisi Terapi Non Farmakologi…………………………….. 7

BAB 3. TERAPI PENANGANAN GEJALA MENDENGKUR ........ 8

BAB 4. PENUTUP .................................... 13

4.1 Kesimpulan ............................... 13

4.2 Saran .................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 14

LAMPIRAN .......................................... 15

7

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Prinsip nCPAP…………………………………………………………..........

11

3.2 Alat nCPAP...................................

11

3.3 Mandibular Splint............................... 12

8

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

9

Tidur adalah suatu proses esensial yang dibutuhkan

setiap orang untuk bertahan hidup. Manusia menjadikan

tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan melepaskan penat

setelah seharian beraktivitas, oleh karena itu, tidur

yang nyenyak menjadi kebutuhan setiap orang. Namun

ternyata, banyak yang memiliki perbedaan pendapat

mengenai definisi tidur yang nyenyak itu.

Sebagian besar orang mengira bahwa, tidur yang

nyenyak adalah ketika seseorang tertidur lelap, kemudian

mengeluarkan suara (mendengkur). Tidak sedikit juga orang

yang meyakini bahwa, seseorang yang terlalu lelah, ketika

tidur malam hari, pasti akan mendengkur, dan hal ini

menurut mereka menandakan orang tersebut telah tertidur

nyenyak. Padahal, keyakinan seperti ini adalah sebuah

keyakinan yang salah. Justru mendengkur merupakan suatu

bentuk gangguan tidur yang tidak kita sadari.

Mendengkur atau dalam medis disebut snoring adalah

suara bising yang disebabkan oleh sumbatan parsial

saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi

saat tidur. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot

dilator saluran nafas atas dalam melakukan stabilisasi

jalan nafas saat tidur. Mendengkur adalah suatu kebiasaan

buruk yang dapat menjadi pertanda seseorang terkena

penyakit kardiovaskuler.

10

Semua orang dapat mendengkur pada waktu-waktu

tertentu pada saat tidur, dan biasanya dapat hilang

dengan sendirinya. Namun, pada beberapa orang, kejadian

mendengkur ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang selalu

terjadi saat tidur, padahal hal ini termasuk suatu

kebiasaan buruk yang harus dihentikan. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan mendengkur

dalam karya tulis ilmiah ini dan menjelaskan berbagai

terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan

buruk tersebut, demi meningkatkan derajat kesehatan

penderitanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan, penulis dapat menemukan suatu permasalahan

yaitu bagaimana cara terapi non farmakologi dalam

menangani gejala mendengkur pada Obstructive Sleep Apnea (OSA).

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah

ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan

11

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan

penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana cara

terapi non farmakologi dalam menangani gejala mendengkur

pada Obstructive Sleep Apnea (OSA).

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam karya tulis

ilmiah ini antara lain.

a. Karya tulis ini mampu meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman penulis terhadap bagaimana

patofisiologi/mekanisme terjadinya mendengkur,

serta berbagai penyebabnya;

b. Karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan

kepada pembaca bahwa mendengkur adalah suatu

kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya

berbagai penyakit kardiovaskuler;

c. Karya tulis ini mampu memberikan pengetahuan dan

informasi kepada pembaca berupa cara terapi non

farmakologi dalam menangani kebiasaan mendengkur,

sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan

derajat kesehatan pembaca.

BAB 2. LANDASAN TEORI

12

Landasan teori merupakan suatu bab yang membahas

teori-teori yang telah ada dan berkaitan dengan masalah

yang dibahas. Teori-teori berikut akan penulis gunakan

sebagai dasar pembahasan dan pemecahan masalah pada

penulisan karya tulis ilmiah ini.

2.1 Mendengkur

“Mendengkur atau dalam medis disebut snoring adalah

suara bising yang disebabkan oleh sumbatan parsial

saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi

saat tidur.” (Kotecha, dalam Saragih, 2007:5). “…

mendengkur terjadi ketika ada gangguan terhadap aliran

udara bebas melalui jalan lintasan di bagian belakang

mulut Anda. Gangguan tersebut memaksa udara melalui

sebuah lubang kecil dan keluar dari mulut Anda: udara

yang bergesekan dengan lapisan tenggorokan Andalah yang

menghasilkan suara itu” (Roizen, 2007: 149).

Dalam subbab mendengkur ini, akan lebih detail dijelaskan

mengenai beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

13

2.1.1 Etiologi Mendengkur

Dari definisi mendengkur di atas, dapat dikemukakan

bahwa mendengkur memang merupakan suatu gangguan tidur.

Hal ini terjadi tanpa disadari dan hampir 50% dari orang

dewasa kadang-kadang mendengkur saat tidur, sedangkan 25%

lainnya selalu mendengkur saat tidur. Gangguan tidur ini

dapat disebabkan oleh suatu kondisi, seperti penumpukan

lemak pada leher. Lemak yang menumpuk di bagian belakang

tenggorokan menyebabkan dengkuran dan apnea tidur ketika

otot-otot di sekitarnya melemas selama tidur (Roizen,

2007:149).

2.1.2 Mekanisme Mendengkur

Terjadinya gangguan aliran udara saat tidur akan

menimbulkan suara yang disebut sebagai dengkuran, dengan

mekanisme detailnya sebagai berikut. Ketika seseorang

bertambah tua, jaringan di dalam tenggorokan

melembut/melunak, dan daerah di sekitar amandel menjadi

tempat utama lemak untuk tinggal. Lemak dan jaringan

tersebut membengkak kemudian menghalangi saluran

pernafasan. Ketika tidur, otot-otot di dalam tubuh,

termasuk otot pada leher, menjadi kendur sepenuhnya.

Jaringan otot leher itu akan jatuh ke belakang sehingga

tidak ada ruang di bagian belakang tenggorokan (Roizen,

2007:151).

14

2.2 Apnea Tidur

Apnea tidur atau biasa dikenal dengan sleep apnea

merupakan periode dalam tidur, ketika seseorang berhenti

bernafas selama lebih dari 10 detik untuk setiap periode.

Sebenarnya, periode henti nafas ini bukanlah mendengkur,

tapi merupakan suatu periode pemberhentian dari

mendengkur. Sehingga, berdasarkan definisi tersebut, asal

mula terjadinya apnea tidur adalah dari gangguan aliran

nafas lalu timbul dengkuran, kemudian dengkuran yang

berlanjut, pada suatu periode tertentu akan mengalami

henti nafas. (Roizen, 2007:151).

Apnea pada orang dewasa didefinisikan sebagai tidak

adanya aliran udara di hidung atau mulut selama 10 detik

atau lebih.29 Gastaut et al. menyatakan ada 3 jenis apnea:

a. obstruktif, di mana aliran udara pernafasan terhenti

tetapi gerakan dinding dada tetap ada,

b. sentral, di mana aliran udara pernafasan dan gerakan

dinding dada terhenti,

c. campuran, merupakan kombinasi yang dimulai dengan tipe

sentral diikuti dengan obstruksi (Gastaut et al, dalam

Saragih, 2007:9).

15

2.3 OSA (Obstructive Sleep Apnea)

OSA merupakan suatu jenis sleep apnea yang disebabkan

oleh penyempitan atau obstruksi (penyumbatan) saluran

nafas akibat melemahnya tonus otot leher saat tidur.

Sebenarnya, sebagian kecil apnea tidur ada yang

disebabkan oleh terganggunya kontrol pernafasan. Akan

tetapi kebanyakan apnea tidur memang disebabkan oleh

tersumbatnya aliran nafas (Davey, dalam Safitri,

2005:171). Dalam subbab ini, akan dibahas mendetail

mengenai etiologi OSA dan mendengkur sebagai gejala awal

OSA.

2.3.1 Etiologi OSA

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa OSA disebabkan

oleh penyempitan atau obstruksi saluran nafas. Obstruksi

dan penyempitan ini disebabkan oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor itu antara lain obesitas leher, pembesaran

tonsil, gangguan endokrin (seperti akromegali dan

hipotiroidisme), kelainan neuromuscular, penggunaan

alcohol dan zat sedative serta kondisi kurang tidur yang

bisa memperburuk keadaan pada saluran pernafasan yang

16

mengalami penyempitan secara anatomis (Davey, dalam

Safitri, 2005:171).

2.3.2 Mendengkur sebagai Gejala Awal OSA

Gejala utama dari OSA adalah mendengkur. Hal ini

dapat diketahui oleh pasangan tidur si penderita, karena

pasangan tidur biasanya merasa terganggu dengan suara

dengkuran. Pasangan tidur penderita juga bisa saja

mengetahui periode apnea saat tidur, yaitu ditandai

dengan kondisi megap-megap, seperti kekurangan nafas

(asma) yang terjadi secara mendadak. Kondisi megap-megap

ini selanjutnya akan membangunkan penderita seketika, dan

ini menyebabkan penderita akan terbangun beberapa kali

(jika apnea tidur lebih dari satu periode). Tentunya

tidur yang terputus-putus ini akan mengurangi nyenyaknya

tidur. Sehingga gejala selanjutnya akan timbul, yaitu

mengantuk berat di siang hari. Selain itu, ada pula

gejala potensial lain, seperti nyeri kepala di pagi hari,

konsentrasi buruk dan impotensi (Davey, dalam Safitri,

2005:171).

2.4 Hubungan Mendengkur dengan Penyakit Kardiovaskuler

17

Dalam subbab ini, akan dijelaskan lebih rinci mengenai

beberapa teori, antara lain sebagai berikut.

2.4.1 Definisi Penyakit Kardiovaskuler

Kardiovaskuler berasal dari kata cardio yang berarti

jantung dan vascular yang berarti pembuluh darah. Dengan

demikian, kardiovaskuler artinya pembuluh darah yang

berhubungan dengan jatung. Penyakit kardiovaskuler adalah

penyakit-penyakit pembuluh darah yang mempunyai hubungan

langsung dengan kerja jantung (Wiryowidagdo, 2006:14)

2.4.2 Faktor Resiko Terserang Penyakit Kardiovaskuler

Orang yang memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur,

ternyata mempunyai resiko besar untuk menderita penyakit

kardiovaskuler, seperti stroke dan penyakit jantung

koroner. Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang

dilakukan oleh Universitas Bologna Italia, yang hasil

akhirnya telah ditemukan suatu hubungan antara faktor

resiko penyakit jantung koroner dengan orang yang terbisa

mendengkur ketika tidur.

Selain itu, ada pula penelitian yang menunjukkan

bahwa seseorang yang terbiasa mendengkur akan meningkat

tekanan darahnya dan memicu terjadinya stroke. Timbulnya

18

penyakit kardiovaskular pada penderita OSA diduga sebagai

akibat stimulasi simpatis yang berulang-ulang yang

terjadi pada setiap akhir fase obstruktif (Sitepoe,

2008:246).

2.5 Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan tanpa

obat-obatan yaitu dengan cara pendekatan, edukasi dan

pemahaman mengenai suatu penyakit. Edukasi kepada

pasien/keluarga bertujuan untuk:

a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit yang

diderita);

b. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam

penanganan suatu penyakit secara mandiri);

c. meningkatkan kepuasan;

d. meningkatkan rasa percaya diri;

e. meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan

mandiri;

f. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan

suatu penyakit (Sitepoe, 2008:251).

19

BAB 3. TERAPI PENANGANAN GEJALA MENDENGKUR

Mendengkur, yang merupakan gejala awal OSA, telah

terbukti merupakan suatu gangguan tidur dan akan berefek

pada kehidupan sosial si penderita. Seseorang yang

terbiasa mendengkur tentunya akan sangat mengganggu

pasangan tidurnya. Hal ini membuat pasangannya tidak bisa

tidur nyenyak, begitupun dirinya. Seorang pendengkur

ketika mengalami sleep apnea akan berulang kali terbangun

karena merasakan sesak (disebabkan oleh sumbatan yang

terjadi pada tenggorokan). Karena itulah, akibatnya,

20

banyak pendengkur yang mengalami rasa kantuk berat di

siang hari, dan menurunnya konsentrasi. Hal ini tentunya

akan mengurangi produktivitas kerja. Selain berefek pada

produktivitas kerja, kantuk berat di siang hari

menimbulkan kondisi bahaya bagi dirinya saat mengemudi

kendaraan bermotor (Englemen, dalam Saragih, 2007:9).

Resiko terbesar dari kebiasaan mendengkur, adalah

terserang oleh penyakit kardiovaskuler. Telah dibahas

sebelumnya dalam kajian pustaka, beberapa penyakit yang

kemungkinan akan diderita oleh seorang pendengkur adalah

stroke, dan penyakit jantung koroner. Dengan demikian,

mendengkur merupakan suatu kebiasaan yang kurang baik,

dan jika diteruskan akan memicu terjadinya gangguan

kesehatan pada penderita. Oleh karena itu, kita perlu

mengurangi kebiasaan mendengkur. Hal yang mendasar yang

perlu diingat, adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Jadi, kebiasaan mendengkur lebih baik dikurangi dengan

melakukan hal-hal yang sederhana seperti yang akan saya

bahas berikut ini.

Beberapa terapi mudah tanpa obat yang dapat

dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mendengkur antara

lain.

a. Mengubah Posisi Tidur

21

Biasanya orang-orang lebih menyukai tidur dengan

posisi telentang, daripada posisi miring. Padahal, tidur

dengan posisi telentang akan menyebabkan pangkal lidah

jatuh ke dalam tenggorokan, sehingga mempersempit saluran

pernafasan dan menyebabkan suara dengkuran. Oleh karena

itu, sebaiknya gantilah posisi tidur dengan posisi

menyamping, karena hal ini dapat memperkecil kemungkinan

terjadinya obstruksi akibat pangkal lidah yang jatuh ke

tenggorokan.

Seperti yang kita tahu, kita tidak akan menyadari

bagaimana posisi tidur kita saat sudah terlelap,

kemungkinan kita akan kembali tidur telentang, maka dapat

disiasati dengan cara, mengganjal kepala dengan bantal

(mengapit kepala menggunakan bantal, yang diletakkan di

samping telinga (Ghoffar, 2006:416).

b. Mengurangi Berat Badan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa

etiologi atau penyebab mendengkur dapat pula dari

obesitas. Obesitas atau keadaan tubuh dengan lemak

berlebih, terutama obesitas atau penumpukan lemak pada

leher, dapat menyebabkan obstruksi dan menghambat aliran

udara pernafasan sehingga timbul dengkuran. Oleh karena

itu, alangkah lebih baik jika kita membiasakan hidup

22

sehat dengan mengurangi makanan berlemak dan berolahraga

secara teratur. Kebiasaan hidup sehat harus dilakukan

demi mengurangi berat badan, terutama untuk mereka yang

memiliki berat badan berlebih, sehingga kemungkinan

kebiasaan mendengkur bisa terkurangi (Ghoffar, 2006:417).

c. Mengurangi Konsumsi Alkohol dan Obat Penenang

Mengonsumsi alkohol dan obat penenang dapat menekan

susunan system syaraf pusat sehingga menyebabakan otot-

otot tubuh, termasuk otot di bagian tenggorokan, menjadi

relaksasi atau lemas berlebihan. Sehingga otot yang lemas

ini kemungkinan bisa menutup saluran nafas dan menghambat

aliran udara lalu menyebabkan timbulnya dengkuran. Oleh

karena itu, lebih baik kita mengurangi konsumsi alkohol

dan obat penenang, atau setidaknya tidak mengonsumsi

selama 2 jam sebelum tidur (Ghoffar, 2006:417).

d. Tidak Merokok

Asap rokok dapat menyebabkan terganggunya aliran

udara di hidung, serta dapat menambah resiko obstruksi

pada daerah saluran pernafasan atas dan menyebabkan

timbulnya dengkuran. Oleh karena itu, akan lebih baik

apabila kita menjauhi merokok (Ghoffar, 2006:417).

23

e. Tidur yang Cukup

Apabila kita tidur dalam kondisi terlalu lelah,

biasanya kita dapat tidur sangat lelap dan dalam.

Sehingga, hal ini akan membuat otot-otot (termasuk otot

pada tenggorokan) kita yang tadinya bekerja terlalu

keras, lalu akan berelaksasi berlebihan sehingga otot

terlalu lemas. Keadaan ini, kembali seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, dapat menyebabkan obstruksi pada

saluran nafas atas dan menyebabkan dengkuran. Sehingga,

sebaiknya kita mengatur tidur dengan waktu yang teratur

setiap harinya untuk menghindari kelelahan, dan juga

dalam upaya mengurangi kebiasaan mendengkur (Ghoffar,

2006:417).

f. Menghindari Hidung Tersumbat

Kondisi hidung tersumbat dapat menyebabkan aliran

udara keluar masuk menjadi tidak lancar. Sehingga, hidung

tersumbat yang biasanya dikarenakan flu ini dapat

memperberat suara dengkuran. Mandi dengan air hangat dan

melegakan hidung yang tersumbat dengan salep inhaler akan

membantu melegakan pernafasan (Ghoffar, 2006:418).

g. Minum Banyak Air

24

Lendir yang ada pada saluran pernafasan juga bisa

menjadi penyebab terganggunya aliran udara pernafasan.

Lendir ini akan dihasilkan lebih banyak saat kita

mengalami dehidrasi, dan otomatis hal ini memperbesar

kemungkinan timbulnya suara mendengkur. Sehingga, akan

lebih baik jika kita meminum air putih kurang lebih 8

gelas per hari, untuk mengurangi kemungkinan terjadi

dehidrasi, yang bisa saja mengakibatkan mendengkur

(Ghoffar, 2006:418).

h. Memakai Counter Nasal Strips

Strip penjepit yang bernama counter nasal strips ini

digunakan dengan cara dilekatkan pada hidung. Alat ini

dapat memperlebar saluran pernafasan terutama dari hidung

sehingga si pengguna memilih bernafas menggunakan hidung

daripada bernafas dari mulut. Hal ini tentunya akan

mengurangi kemungkinan terjadinya mendengkur, karena

tidak terjadi sumbatan jalan nafas (Weaver, 2006:85).

i. Terapi Menggunakan nasal Continous Positive Airway Pressure

(nCPAP)

Suatu alat yang dinamakan nCPAP dikenal dapat

memperlancar jalannya aliran udara pernafasan. Prinsip

penggunaan alat ini cukup sederhana, yaitu dengan

25

memberikan tekanan positif melalui hidung, dan hal ini

dapat menghindari kecenderungan jalan nafas untuk

menyempit dan menutup. Akibatnya, dinding jalan nafas

dapat distabilkan (tidak terjadi ganggua aliran udara),

sehingga dapat menekan suara mendengkur. Telah dibuktikan

bahwa efektifitas pengobatan menggunakan nCPAP ini dapat

mencapai 90-95% (Gibson, dalam Saragih, 2007:16).

Gambar berikut adalah gambar prinsip dan alat nCPAP

Gambar 3.1 Prinsip nCPAP Gambar 3.2 Alat nCPAP

Sumber: Abdul Rachman Saragih, 2007.j. Terapi Terbaru Menggunakan Alat Mandibular Advancement

Mandibular Advancement atau biasa disebut mandibular

splint ini prinsipnya dipasangkan pada gigi, sehingga

dapat menahan lidah dan mandibula ke depan. Hal ini akan

memperbesar diameter faring dan mengurangi kemungkinan

terjadinya kolaps atau jatuhnya lidah ke bawah (ke

faring). Sehingga memperkecil kemungkinan terjadi

obstruksi jalan nafas, dan tentunya mengurangi terjadinya

26

dengkuran. Biasanya alat ini digunakan pada penderita OSA

yang tidak dapat menjalani operasi (tonsilektomi) atau

pada penderita OSA yang intoleran terhadap nCPAP (Lim,

dalam Saragih, 2007:17).

Gambar 3.3 Mandibular Splint

Sumber : Abdul Rachman Saragih, 2007.

BAB 4. PENUTUP

27

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, serta

pembahasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa mendengkur

merupakan suatu kebiasaan buruk yang dapat membahayakan

kesehatan penderitanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

beberapa terapi untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini.

Terapi yang dijelaskan dalam karya tulis ini adalah

terapi tanpa obat, yang pada umumnya lebih mengarah ke

cara hidup sehat, dan tidak menimbulkan efek samping,

serta tentunya mudah untuk dilakukan.

4.2 Saran

Dari sepuluh terapi yang dijelaskan pada karya tulis

ini, sebaiknya penderita ataupun pembaca mencoba

melakukan terapi dimulai dari yang paling sederhana.

Terapi yang sederhana yaitu terapi yang mengarah ke cara

hidup sehat atau terapi tanpa menggunakan alat-alat

bantu.

28

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Alih bahasa oleh AnisaRahmalia & Cut Novianty dan Amalia Safitri (Ed.).2005. Jakarta: Erlangga.

Roizen, Michael F. & Mehmet, C. You: The Ownner’s Manual. Alihbahasa oleh Rahmani Astuti. 2007. Yogyakarta: B-first.

Sitepoe, Mangku. 2008. Coret-coret Anak Desa Berprofesi Ganda.Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Jember: Badan Penerbit Universitas Jember.

Wiryowadigdo, Sudjaswadi & Sitanggang, M. 2008. TanamanObat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi & Kolesterol. Tangerang:PT Agromedia Pustaka.

29

Naskah Pidato

Saragih, Abdul Rachman. 2007. Mendengkur “The Silent Killer”dan Upaya Penanganannya dalam Meningkatkan KualitasHidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam BidangIlmu Kesehatan THT & Bedah Kepala Leher di Fakultas Kedokteran –Universitas Sumatera Utara.

Majalah

Vegetarian Times (Snore No More). November 2002.

LAMPIRAN