10 Rahasia Mendapatkan Rasa Percaya Diri Dalam Hitungan Detik
TEO EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of TEO EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO ...
TEO
EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA
BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)
SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITAS
KEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN
DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
TESIS
Oleh:
LUKAS IVAN SANJAYA
Oleh:
YOSEPH DIDIK MARDIYANTO
NIM: 156312026
PROGRAM MAGISTER TEOLOGI
JURUSAN TEOLOGI-FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
TEO
EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA
BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)
SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITAS
KEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN
DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Teologi
Oleh:
YOSEPH DIDIK MARDIYANTO
NIM: 156312026
PROGRAM MAGISTER TEOLOGI
JURUSAN TEOLOGI-FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TrDClrctLIrLtlft
EF'EKTIWTAS GERAKAN BELA RASABERKHAT SANTO YrrSrP (RKSY)
SEBAGAI PERWUJIJDAN SOLIDARTTASKEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN
DI KEI"iSKI.IPAN AGUNG JAKARTA
<gKetua
Sekretaris
Anggota
(
: I)r.
: I)r.
f.,*., Jr. v
Yogyakaita,. .3 .,f* i....202A
Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma
T\^I-^-r_./t A(III,
\ /
Pada
dan
T)^ -:+: ^I d.r[Lr4
2019
111
Alb. Bagus Laksana, SJ
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN MENGENAI KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASABERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)
SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITASKEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN
DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
Tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah'
14 lanuari 2020
Yoseph Didik Mardiyanto
NIM:156312026
lv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
...DAN KUPERSEMBAHKAN ‘KARYA SEDERHANA’ INI
KEPADA:
Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus: Sang Entrenador Sejati kehidupanku,
...yang telah menghadiahiku skill dan passion, untuk menerjemahkan skema,
formasi, dan posisi perjalanan hidupku.
Gereja Keuskupan Agung Semarang: club dimana aku mengabdi,
...yang karena dan demi mereka, aku masih berjuang dan mengayunkan langkah.
Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta: La Masia-nya Romo
KAS,
...yang di dalamnya aku berproses, untuk menjadi seorang playmaker, defender
dan keeper atas kehidupan.
Komunitas Pastoran Katedral dan seluruh umat Katedral yang teramat
kucintai,
...yang di dalamnya aku memperoleh gambaran utama seorang care-taker
sekaligus entrenador sejati, yang mewujud dalam jiwa raga manusia.
Bapak, Ibu dan Masku;
...yang doa dan dukungannya tiada putus untukku. Aku tak tahu, dengan apa aku
hendak membalas kasih kalian kepadaku.
Rekan-rekan seperjalanan dalam tugas, cinta dan panggilan,
Dan anda semua, yang terus menyebut namaku dalam doa-doa anda
sekalian, yang tak tersebutkan satu persatu.
Amo te ut tui semper memor sim,
(aku mencintaimu, maka aku akan selalu mengingatmu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Kemiskinan yang timbul akibat kesenjangan sosial, di Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta, menjadi opsi fundamental bagi kehadiran Gereja di tengah
masyarakat. Gereja yang berpihak kepada sesama yang lemah dan miskin, dengan
mewujudkan solidaritas ini, menjadi perwujudan nyata dari penerusan karya
Yesus sendiri, yang selalu berpihak kepada mereka yang kecil, lemah, miskin,
tersingkir dan difabel. Mgr. Ignatius Suharyo, mencanangkan gerakan bela rasa
Berkhat Santo Yusup (BKSY), sebagai wujud konkret solidaritas tersebut, yaitu
dengan memberikan bantuan dana bagi mereka yang kesulitan biaya untuk rawat
inap dan kematian. Selain itu, gerakan bela rasa ini juga bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran umat untuk berbagi dan berbela rasa, bukan sekedar
untuk ikut menjadi peserta dan mengharapkan keuntungan.
Tulisan ini hendak meneliti tentang efektivitas gerakan bela rasa BKSY
sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Metode
penelitian yang digunakan adalah dengan analisis data statistik kepesertaan
selama periode 2014-2018 dan wawancara secara mendalam kepada peserta yang
mengambil sampel di tiga paroki, yaitu: Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki
St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki St. Matius Bintaro. Di tiga paroki
tersebut, beberapa hal yang menjadi garis utama penelitian adalah tentang
sosialisasi dan katekese bela rasa, peran pastor paroki dalam pemahaman umat,
keterlibatan dan keaktifan pengurus BKSY paroki dan lingkungan, serta efek
konkret gerakan bela rasa di dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan bela rasa BKSY ini menjadi
sarana yang efektif bagi perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan
miskin. Efektifitas ini bisa dilihat dari proses perubahan pemahaman peserta, yang
tadinya tidak paham menjadi paham tentang bela rasa. Kemudian, perubahan
pemahaman tersebut memiliki pengaruh bagi perubahan sikap dan tindakan, yang
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan menggereja
dan bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Poverty arising from social inequality, in the Special Capital Region of
Jakarta, has become a fundamental option for the presence of the Church in the
midst of society. The church which sided with the weak and poor fellow, by
manifesting this solidarity, became a real manifestation of the continuation of the
work of Jesus himself, who always sided with those who were small, weak, poor,
marginalized and disabled. Mgr. Ignatius Suharyo, launched the compassionate
movement of Berkhat Santo Yusup (BKSY), as a concrete form of solidarity,
namely by providing financial assistance for those who have difficulty in
hospitalization and death. In addition, this compassion movement also aims to
foster awareness of the people to share and have compassion, not just to
participate and expect profit.
This paper will examine the effectiveness of the BKSY’s compassionate
movement as a manifestation of solidarity with others who are weak and poor.
The research method used was the analysis of membership statistical data during
the 2014-2018 period and in-depth interviews with participants who took sample
int three parishes, namely: Parish of St. Anthony Bidaracina, Parish of St. John
the Evangelist Blok B, and Parish of St. Matthew Bintaro. In the three parishes,
some things that became the main line of research were about socialization and
catechetical compassion, the role of the parish priest in the understanding of the
people, the involvement and activeness of the parish and environmental
management, as well as the concrete effects of the compassionate movement in
church and community life.
The results showed that the BKSY compassion movement became an
effective tool for the realization of solidarity with others who are weak and poor.
This effectiveness can be seen from the process of changing the understanding of
participants, who previously did not understand to understand about compassion.
Then, the change in understanding has an influence on changes in attitudes and
actions, which are shown in everyday life, especially in church and community
life.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
‘Vamos, Vamos’, demikian teriak para jugador sepakbola kalau
memenangkan sebuah title kejuaraan, pun tidak salah kalau saya pun hendak
meneriakkan hal yang sama karena telah menyelesaikan ‘musim-musim’ yang
melelahkan ini, yang diwarnai ketegangan dan kegelisahan di tiap giornata-nya.
Masterpiece berjudul ‘Efektivitas Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup
(BKSY) Sebagai Perwujudan Solidaritas kepada Sesama yang Lemah dan Miskin
di Keuskupan Agung Jakarta’ ini, adalah bentuk dan bukti nyata bahwa
penyertaan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai Sang Entrenador Sejati atas
kehidupan, sungguh nyata dan sedemikian berarti. Penyertaan yang dilewatkan
pula lewat orang-orang baik, yang dengan caranya masing-masing mengingatkan,
menyemangati dan mendukung untuk segera menyelesaikan tulisan akhir ini.
Maka, dengan masih meneriakkan ‘vamos, vamos’, penulis juga hendak
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung proses penulisan tesis ini. Secara khusus, rasa terima kasih ini penulis
haturkan kepada:
1. Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang, yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk
mengolah hidup panggilan imamat sebagai calon imam dan imam
Keuskupan Agung Semarang. Terima kasih karena telah sabar dan selalu
memberi kesempatan-kesempatan yang tak terduga, termasuk ‘SK’ untuk
tinggal di Kentungan, di saat paroki sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan
Natal.
2. Rm. Matheus Djoko Setya Prakosa, Pr, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus,
Yogyakarta, yang terus mendukung, membimbing dan memberikan
keteladanan-keteladanan penuh arti bagi penulis dalam menghayati hidup
panggilan imamat. Terima kasih karena ‘rekomendasi’ Romo yang baik,
kami Remukan-(remukan) Peyek boleh menerima tahbisan imamat mulia!
3. Rm. Joseph Kristanto, Pr, orang yang ‘mengucapkan’ perutusan untuk studi
ini pertama kali, dalam perjalanan dari Halim Perdana Kusuma sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Bukit Cengkeh II. Juga yang memberi ‘kesempatan’ untuk menjalani tahun
perutusan di Depok dan Jakarta, sehingga saya boleh berkecimpung di
BKSY, dan mantap menulis tulisan akhir tentang gerakan bela rasa ini.
Terima kasih Romo, yang telah ‘mem-format’ saya jadi pribadi yang
semakin baik dari ke hari. Tanpa anda, hari ini saya tetap menjadi pribadi
yang biasa-biasa saja.
4. Rm. J. Mateus Mali, CSsR, selaku pembimbing I, sebagai care-taker atas
tesis ini, yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mendukung dan
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis, yang Xenia Hijau-nya selalu
kami tunggu terparkir, saat jam istirahat kuliah, meski tidak pernah punya
bahan untuk didiskusikan. Dasar aku!
5. Rm. Matheus Purwatma, Pr, selaku pembimbing II tahap I, yang mengawal
tulisan ini dari pra-proposal, ujian proposal sampai bab III. Terima kasih
bahwa dalam segala kesibukan, dan bahkan rasa sakit, tetap sabar
mendampingi dan memberikan masukan-masukan berharga.
6. Rm. EPD. Martasudjita, Pr, selaku pembimbing II tahap II, yang membidani
tulisan ini, secara khusus dalam refleksi teologis dan bagian akhir. Guyonan
satire dan mencekam di saat-saat akhir telah membuat saya ‘terbangun’ dari
tidur, dan segera menyelesaikan tulisan ini, yang ternyata masuk dalam
kriteria ‘kritis’, alias mustahil diselamatkan.
7. Para Romo, Suster, Bruder dan Karyawan Seminari Tinggi St. Paulus,
Yogyakarta, yang dengan caranya masing-masing selalu membuat penulis
merasa nyaman untuk tinggal di ‘rumah’ kita ini. Secara khusus kepada Rm.
Bismoko ‘Lapendoz’ Mahamboro, Pr, teman sebaya sekaligus sebagai
pembimbing rohani, yang tidak bosan-bosannya bertanya “Tesis sampai
mana, Romo?” dan juga Mas Wandi serta Mas Lismi, sebagai karyawan
perpustakaan, yang membantu kebutuhan-kebutuhan literatur kami, dan
senantiasa memberikan yang terbaik dalam penyediaan sumber-sumber
pustaka.
8. Para Romo Komunitas Pastoran Katedral, Kak Otchep, Om Wihong, dan
Mas Hulek, yang siap, sigap dan cekatan menggantikan tugas-tugas misa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
manakala saat-saat akhir sering ‘kabur’ ke Kentungan demi mengemban
misi menyelesaikan tugas akhir S2 ini. Juga Umat Katedral yang selalu
bertanya: “Romo, lama gak kelihatan? Ke mana saja?” Maafkan saya yang
belum maksimal melayani, karena demi prioritas ini banyak agenda yang
harus terlewati. Maafkan sekali lagi.
9. Rekan-rekan seangkatan tahbisan ‘Remukan Peyek’: Rm. Bernard ‘Pakdhe’
Himawan, Pr, Rm. Kristoforus Rhesa ‘Gombal’ Alem Pramudita, Pr, dan
Rm. Albertus Hesta ‘Senthun’ Hana, Pr,. Kalau PSS Sleman punya Brigata
Curva Sud (BCS) sebagai suporter, maka dalam hidup saya, saya punya
teman-teman seangkatan yang menjadi ‘suporter’, yang menemani,
menghibur dan menginspirasi penulis dalam menjalani rutinitas yang padat
dan ‘gila-gilaan’ ini, yang selalu memulai dengan pertanyaan: “Aa Hendra
atau Olive Chicken?”
10. Semua dan apa saja (termasuk potus, kopi, permen, foto ‘print-print’-an,
senyum, sapaan, ejekan, kunjungan, dolan, doa, dan seterusnya), yang selalu
jadi ‘bahan bakar’ ketika menulis tesis ini. Terima kasih untuk anda semua!
Dan, penulis ini menyadari bahwa tulisan ini ditulis dalam segala
keterbatasan dan kerapuhan seorang manusia, dan seperti kita ketahui bahwa tiada
manusia yang sempurna. Maka penulis mengharapkan selalu kritik dan saran dari
pembaca semua demi semakin baik dan bermutunya tulisan ini. Semoga ‘karya
sederhana’ ini mampu memberikan masukan dan sumbangan positif bagi
kehidupan gereja, dan segala usaha mewujudkan bela rasa kepada sesama. Matur
nuwun, Berkah Dalem.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA .................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Landasan Teori ............................................................................................. 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10
1.5 Metodologi Penelitian .................................................................................. 11
1.5.1 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 11
1.5.1.1 Studi Dokumen dan Statistik ................................................................... 12
1.5.1.2 Wawancara Mendalam (In Depth Interview) .......................................... 13
1.5.2 Tempat dan Subjek Penelitian .................................................................... 14
1.5.3 Instrumen Penelitian................................................................................... 15
1.5.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 16
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 17
BAB II MAKNA SOLIDARITAS DAN PERWUJUDANNYA DALAM
GERAKAN BELARASA BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY) .................... 20
2.1 Makna Solidaritas ...................................................................................... 20
2.1.1 Solidaritas menurut Kitab Suci .................................................................. 22
2.1.1.1 Solidaritas dalam Perjanjian Lama.......................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.1.2 Solidaritas dalam Perjanjian Baru ........................................................... 25
2.1.1.3 Yesus Kristus: Model Solidaritas Gereja kepada Sesama yang Lemah dan
Miskin ................................................................................................................. 27
2.1.1.3.1 Yesus Kristus sebagai Model Solidaritas ............................................. 28
2.1.1.3.2 Solidaritas Murid-murid Kristus .......................................................... 30
2.1.1.4 Solidaritas dalam Gereja Perdana ........................................................... 31
2.1.2 Solidaritas Dalam Konsili Vatikan II ......................................................... 32
2.1.3 Solidaritas dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) Pasca Konsili Vatikan II . 34
2.1.4 ‘Gereja Berpihak kepada Orang Miskin’: Solidaritas menurut Evangelii
Gaudium ............................................................................................................. 37
2.1.5 Solidaritas dalam Dokumen FABC ........................................................... 39
2.1.6 Solidaritas dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta ........ 41
2.2. Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ...................................... 43
2.2.1 Sejarah Pendirian Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Keterlibatan
PaLingSah……………………………………………………………………... 44
2.2.2 ‘Spiritualitas’ Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ............. 46
2.2.2.1 ‘Hendaklah Kamu Bermurah Hati seperti Bapamu Murah Hati’............ 46
2.2.2.2 Orang Samaria yang Baik Hati ............................................................... 48
2.2.2.3 Pending Coffee atau Coffee Suspeso ....................................................... 48
2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY) .......................... 49
2.2.3.1 Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) melengkapi Seksi St.
Yusup .................................................................................................................. 50
2.3.3.2 Gerakan Belarasa Santo Yusup (BKSY) Bukan Produk Asuransi ......... 52
2.3.3.3 Pendaftaran dan Kepesertaan .................................................................. 54
2.3 Rangkuman .................................................................................................. 56
BAB III METODE, INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN TERHADAP
EFEKTIFITAS GERAKAN BELARASA BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)
DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ............................................................. 57
3.1 Pengantar ................................................................................................... 57
3.2 Metode Penelitian Kualitatif ...................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.3 Tempat Penelitian ...................................................................................... 60
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62
3.5 Tahap Penelitian………………………………………………………… 64
3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian ........................................................................ 65
3.5.2 Menentukan Informan ............................................................................... 66
3.5.3 Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 67
3.5.2.1 Observasi Data ........................................................................................ 68
3.5.2.2 Wawancara Mendalam ............................................................................ 68
3.5.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 69
3.5.5 Validasi Data ............................................................................................. 71
3.6 Metode Pasca Penelitian ........................................................................... 71
3.6.1 Metode Pengolahan Data ........................................................................... 72
3.6.2 Metode Analisis Data ................................................................................ 73
3.7 Analisis Hasil Penelitian ............................................................................ 74
3.7.1 Observasi Data ........................................................................................... 74
3.7.2 Hasil Wawancara ....................................................................................... 81
3.7.2.1 Sistem Pelayanan dan Pengelolaan Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup
(BKSY) ............................................................................................................... 86
3.7.2.1.1 Sosialisasi dan Katekese ...................................................................... 87
3.7.2.1.2 Peran Pastor Paroki .............................................................................. 92
3.7.2.1.3 Peran Pengurus Paroki dan Lingkungan .............................................. 96
3.7.2.2 Pemahaman Menumbuhkan Kesadaran Belarasa dan Solidaritas .......... 99
3.7.2.3 Efek Konkret bagi Hidup Menggereja dan Bermasyarakat .................... 104
3.8 Poin-poin Kesimpulan Penelitian................................................................ 108
3.9 Rangkuman ................................................................................................. 113
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS: ALLAH YANG BERBELARASA DALAM
KRISTUS DAN GEREJA YANG BERSOLIDARITAS ..................................... 115
4.1 Pengantar ...................................................................................................... 115
4.2 Metode Refleksi Teologis ............................................................................ 116
4.3 Analisis Sosial dan Kultural ......................................................................... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.4 Sintesis Hasil Penelitian ............................................................................... 123
4.5 Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri Kristus dan Gereja
yang Bersolidaritas .............................................................................................. 127
4.5.1 Allah yang Berbela Rasa kepada Manusia ................................................ 128
4.5.2 Yesus Kristus sebagai Puncak Pewahyuan Bela Rasa Allah ..................... 131
4.5.3 Gereja sebagai Perwujudan Konkret Bela Rasa Allah .............................. 135
4.5.4 Gereja dan Solidaritas ................................................................................ 140
4.6 Usulan Pastoral ............................................................................................ 144
4.6.1 Pengurus BKSY Pusat ............................................................................... 146
4.6.2 Pastor Paroki .............................................................................................. 148
4.6.3 Pengurus BKSY Paroki ............................................................................. 149
4.6.4 Pengurus Wilayah atau Lingkungan .......................................................... 151
4.7 Rangkuman .................................................................................................. 152
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 154
5.1 Pengantar ...................................................................................................... 154
5.2 Kesimpulan .................................................................................................. 155
5.2 Saran ............................................................................................................ 162
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan bisa diartikan sebagai sebuah keadaan ketika seseorang atau
sekelompok orang tidak mendapatkan kesempatan atau membuat pilihan atas hasil-
hasil pembangunan manusia yang paling mendasar, yaitu menjalani kehidupan yang
panjang, sehat, kreatif serta menikmati standar hidup yang layak, bebas, bermartabat,
mendapatkan penghargaan diri dan penghormatan satu sama lain.1 Kemiskinan adalah
hal yang kompleks dan melingkupi beragam dimensi, tidak hanya mencakup satu
bidang, namun ‘menjangkiti’ manusia dalam berbagai macam bidang kehidupan.
Kemiskinan, kini semakin meningkat dari segi kualitas dan kuantitas, karena begitu
banyak orang, yang dalam rangka memperoleh kehidupan yang lebih baik, sering kali
tidak mendapatkan kesempatan atau sesuatu yang dikehendaki, dan bahkan
1 Berma Klein Goldewijk dan Bas de Gaay Fortman, Where Needs Meets Right, (Geneva: WCC
Publications, 1999), 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mendapatkan perlakuan serta tindakan sewenang-wenang dari pihak-pihak yang
memiliki kapital ekonomi dan kapital simbolik.2
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, adalah ibukota negara Indonesia, yang
sekaligus menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan. Permasalahan paling menonjol
di kota ini adalah soal kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial terjadi karena
perbedaan kesempatan yang dimiliki masing-masing orang. Tingkat pendapatan atau
kekayaan antar individual tentu saja berbeda, dan dengan demikian pula, kesempatan
untuk memperoleh akses sumber daya akan berbeda-beda pula, termasuk kesempatan
untuk menerima manfaat-manfaat dari pembangunan di bidang ekonomi. Belum lagi,
kalau kita harus berbicara tentang struktur dalam masyarakat yang memungkinkan
ketidakadilan terjadi secara struktural. Ketidakadilan struktural ini terjadi bersama-
sama sebagai sebuah tindakan yang memiliki dasar pada tindakan-tindakan politik,
ekonomi dan bahkan sosial-budaya.3 Masalah yang dihadapi oleh penduduk miskin di
‘ibukota’ tentu saja beragam, mulai dari gizi buruk, pendidikan yang tidak memenuhi
syarat, pengangguran, sampai pada ketidaktersediaan rumah yang layak. ‘Dukacita’
bertambah kalau ada yang sakit, karena itu berarti menambah pengeluaran untuk
rawat inap, transportasi, makan selama di Rumah Sakit, obat-obatan; apalagi kalau
sampai menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Makin sengsara
kalau yang sakit adalah kepala keluarga, yang menjadi ‘tulang punggung’ bagi
2 J. Haryatmoko, “Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa”, BASIS no. 11-12 tahun 52, November-
Desember (2003), 14. 3 Marco Kusumawijaya, Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, (Jakarta: Institut Sosial Jakarta, 2003),
94.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
keluarga. Ini belum kalau yang sakit ini kemudian meninggal. Biaya makin banyak,
untuk pemakaman, termasuk doa berhari-hari dan transportasi menuju kampung
halaman atau tanah pemakaman. Kenyataan seperti ini adalah keadaan yang
membutuhkan kepedulian, bela rasa dan tindakan berbagi dari orang lain.
Gereja, sebagai persekutuan umat beriman, yang hadir di tengah pergulatan
‘masyarakat’ dunia, adalah Gereja yang berpihak kepada mereka yang kecil, lemah,
miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Kesadaran ini adalah kesadaran tentang
kelanjutan serta kesinambungan sikap dan karya Yesus sendiri.4 Yesus selalu
berpihak kepada mereka yang KLMTD. Yesus memberi perhatian khusus, bahkan
memprioritaskan mereka dalam setiap karya kasih-Nya. Paus Fransiskus menetapkan
Hari Orang Miskin Sedunia I, pada 19 November 2017 silam, dengan tujuan agar
Gereja kembali kepada semangat Yesus, untuk memberi perhatian kepada KLMTD.
Maka, Gereja dipanggil untuk menjadi ‘terang’ dengan memberi perhatian kepada
KLMTD, terlebih yang terjadi akibat struktur dalam masyarakat yang dominan tidak
adil dan tidak berpihak ini.
Pendekatan Gereja dalam menyatakan kepedulian tersebut, adalah dengan
bentuk pelayanan Gereja yang menekankan aspek solidaritas. Dasarnya, tentu saja
sikap Yesus yang solider terhadap mereka yang berdosa dan KLMTD. Dalam karya
pelayanan-Nya, Yesus selalu mengutamakan mereka yang KLMTD ini. Puncak
solidaritas Yesus adalah saat menderita dan wafat di salib demi manusia. Kekhasan
dari solidaritas ini adalah perbuatan kasih yang tidak mengharapkan balasan dari
4 T. Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 116.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
segala kebaikan yang telah diberikan. Yesus memilih untuk tidak netral, dan memilih
opsi keberpihakan pada sesama yang KLMTD tersebut, bukan karena mereka
memiliki sifat-sifat yang istimewa, namun karena mereka adalah orang-orang yang
tak berdaya dan tak seorang pun membela hidup mereka. Maka, Gereja yang
membangun solidaritas adalah Gereja yang mencoba menghidupi konsekuensi serta
sehati-seperasaan pada komitmen Yesus sendiri untuk berpihak pada mereka yang
KLMTD.
Dengan demikian, Gereja yang hadir menjadi ‘penerus’ karya Yesus dalam
mewujudkan solidaritas, menjadikan karya-karya pelayanan bagi mereka yang
KLMTD, sebagai sekaligus bentuk tindakan iman personal, dan terbuka serta
diterima oleh orang lain, dalam lingkup iman komunal.5 Dalam keterbukaan tersebut,
ada usaha untuk saling membantu dan saling mendukung dalam iman. Keterbukaan
pada dinamika orang lain, dalam hal ini, mereka yang KLMTD, adalah usaha untuk
memahami misteri Allah, dan membiarkan seluruh kekayaan misteri itu terungkap.6
Maka, solidaritas ini bukan sekedar soal memberi simpati, berbagi dan memberikan
sesuatu yang dibutuhkan saja, namun sebagai usaha untuk semakin mengenali misteri
Allah, beserta kedalamannya, di dalam ranah hidup yang konkret, dan lewat masalah-
masalah sosial yang ditemui dalam keseharian.
Atas kesadaran akan penting dan mendesaknya tindakan solidaritas tersebut,
Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), yang berada dalam konteks kesenjangan
5 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 79. 6 Jon Sobrino dan Juan Hernandez Pico, Teologi Solidaritas, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sosial ‘kaya-miskin’ DKI Jakarta pun, hendak menanggapi panggilan untuk
mewujudkan solidaritas antar umat beriman ini. Mgr. Ignatius Suharyo, sebagai
pemimpin tertinggi Gereja KAJ, ‘menggandeng’ Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr.
Ignatius Suharyo (PaLingSah), yang sebagian besar terdiri dari eks-seminaris
Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, dan membentuk sebuah gerakan
bela rasa dan solidaritas, yang bertujuan untuk membantu umat dan warga yang
mengalami kesulitan dalam pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Di paroki-
paroki, sesungguhnya sudah ada seksi kematian St. Yusup atau sejenisnya, namun
tampaknya, keberadaannya masih kurang bergema dan berdaya-guna, karena masih
terbatas di satu paroki tertentu saja. Gerakan bela rasa dan solidaritas yang kemudian
dinamai dengan Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, akan dijalankan di seluruh paroki
di KAJ.
Gerakan bela rasa BKSY ini, bertujuan untuk mengumpulkan dana dari iuran
peserta yang tersebar di paroki-paroki dan komunitas-komunitas, kemudian dari dana
yang terkumpul, dikelola dan peruntukannya digunakan untuk membantu umat yang
kesulitan dalam pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Bagi umat yang tergabung
sebagai peserta BKSY ini, gerakan bela rasa ini menjadi sarana untuk menumbuhkan
kepekaan dan kesadaran untuk peduli, berbagi dan berbela rasa kepada umat lain
yang KLMTD. Dan tentu saja, yang terpenting, sesuai tujuan dari Mgr. Ignatius
Suharyo ketika menggagas pertama kali BKSY ini, adalah untuk
menumbuhkembangkan hidup beriman umat lewat kesadaran untuk ber-solidaritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kepada sesama yang KLMTD. Dengan dasar dan latar belakang tersebut, akan
menjadi hipotesis yang hendak dijawab dan dibuktikan dalam tulisan ini, yaitu:
“Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah sarana yang efektif untuk
mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung
Jakarta (KAJ)”.
1.2. Rumusan Masalah
Gerakan bela rasa BKSY adalah gerakan yang akan dilaksanakan di seluruh
paroki di KAJ, maka lingkup pelayanannya nanti adalah seluruh umat KAJ. Namun,
dari 66 paroki di KAJ, baru 32 paroki yang ‘tergerak’ menjadi peserta (data per Maret
2018). Meski begitu, dari data kepesertaan selama lima tahun gerakan ini berjalan
(2013-2018), selalu ada peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan. Jumlah
peserta yang terus meningkat ini, mestinya ditangkap sebagai kenyataan bahwa
kesadaran umat untuk menjadikan BKSY sebagai sarana mewujudkan solidaritas
kepada umat yang KLMTD juga meningkat. Namun, perlu didalami lebih lanjut
tentang motivasi dari masing-masing orang ketika mengajukan diri menjadi peserta
BKSY: apakah sungguh ingin berbagi dan ber-solidaritas kepada umat yang
KLMTD, atau justru hendak mengambil keuntungan bagi diri sendiri, karena dengan
iuran yang ‘minim’, maka akan memperoleh bantuan dana yang cukup besar? Selain
itu, dengan sistem pelayanan dan pengelolaan dana yang sudah berjalan dan diatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
oleh pihak ketiga, apakah dana bantuan sudah menemui sasaran bagi umat yang
KLMTD? Berdasarkan dari beberapa hal di atas, pokok-pokok persoalan yang hendak
dicari dan ditemukan jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah sistem pelayanan dan pengelolaan keuangan dari gerakan
belarasa BKSY ini, sudah sesuai dengan tujuan dan semangat?
Apakah dana bantuan sudah menemui sasaran yang tepat, yaitu
umat yang KLMTD?
2. Apakah gerakan bela rasa BKSY ini sudah menjadi sarana yang
efektif bagi pesertanya untuk menumbuhkan kesadaran dalam
mewujudkan kepedulian dan solidaritas bagi umat yang KLMTD?
3. Apakah gerakan bela rasa BKSY ini, memberikan efek yang
konkret bagi pesertanya dalam hidup menggereja dan
bermasyarakat?
1.3. Landasan Teori
Keberpihakan Gereja kepada mereka yang KLMTD, adalah kelanjutan sikap
dan karya Yesus. Dalam setiap karya-Nya, Yesus mengutamakan pelayanan kepada
yang lemah, sakit dan miskin.7 Yesus memprioritaskan mereka dalam karya
pewartaan dan karya kasih dengan semangat solidaritas. Maka, bentuk-bentuk
solidaritas kepada mereka yang KLMTD, berpangkal dan berpusat pada sikap Yesus
7 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 79.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sendiri, serta kesiapsediaan kita sebagai murid-murid Kristus untuk mengikuti-Nya.8
Gereja mengikuti Yesus Kristus sebagai teladan dalam menjalankan karya pelayanan
terhadap sesama yang KLMTD. Kerajaan Allah dalam Kitab Suci pun selalu
berkaitan dengan orang-orang yang KLMTD. Kitab Suci menyebut mereka sebagai
‘empunya Kerajaan Allah’ (bdk. Luk. 6:20). Panggilan Gereja untuk menghadirkan
Kerajaan Allah bagi sesama yang KLMTD merupakan hal yang esensial dari
kehadiran Gereja bagi masyarakat dan dunia. Keberadaan Gereja sebagai pelayan
Kerajaan Allah bagi sesama yang KLMTD menjadi jaminan bagi mereka untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik (bdk. Mrk. 6:37).
Mengikuti Yesus Kristus berarti masuk dalam inti pengalaman salib. Injil
Yohanes menulis demikian: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal (bdk. Yoh. 3:16)”.
Melalui Yesus Kristus, hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata. Allah yang
hadir dalam diri Yesus Kristus, merupakan Allah yang menunjukkan solidaritas
dengan kehidupan manusia. Allah telah memilih untuk hadir di tengah pergulatan
hidup manusia, berbagi nasib dengan manusia: “Ia telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia (bdk.
Flp. 2:6)”. Pengalaman inkarnasi merupakan pengalaman Allah yang menjadi
8 F.A. Teguh Santoso dan Edi Mulyono, Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, (Jakarta: Konsorsium
Pengembangan dan Pemberdayaan KWI, 2013), 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
manusia agar manusia dapat mengambil bagian dalam hidup Allah, yang mau terlibat
dalam perjuangan dan keprihatinan hidup manusia.9
Iman kepada Yesus Kristus, yang telah menjadi miskin dan selalu dekat pada
sesama yang KLMTD, merupakan dasar kepedulian dan solidaritas kita bagi mereka
yang ‘tertinggal’ dalam masyarakat. Masing-masing pribadi dan komunitas, dipanggil
menjadi sarana Allah bagi pembebasan dan perjuangan kaum miskin, sekaligus peka,
penuh perhatian akan ‘jeritan’ kaum miskin, dengan membantu lewat karya ‘amal-
kasih’. Perbuatan ‘amal-kasih’ ini sudah menjadi ciri khas murid-murid Kristus (bdk.
Luk. 10:37).10 Perbuatan ‘amal-kasih’ ini adalah bentuk solidaritas bagi sesama yang
KLMTD. Karya amal-kasih perlu dilakukan sebagai tanggapan atas penderitaan dunia
dewasa ini.11 Para murid Kristus dipanggil untuk ikut mengalami suka-duka hidup
sesama dengan peduli terhadap penderitaan manusia.12 Solidaritas adalah tanggapan
yang tepat dari mereka yang mengetahui fungsi sosial dari harta milik, dan tujuan
universal dari barang-barang. Solidaritas mesti disadari sebagai sebuah keputusan
untuk memulihkan segala hal yang menjadi hak milik kaum lemah dan miskin.
Dalam tradisi kita, solidaritas terungkap dalam semangat gotong royong dan saling
membantu. Nilai solidaritas itu sendiri semakin mendesak untuk diwujudkan dalam
konteks dunia sekarang ini.
9 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, (Yogyakarta: Kanisius,
2013), 166. 10 Albert Nolan, Yesus Bukan Orang Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 119. 11 Gaudium et Spes (GS) art. 72. 12 GS art. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Meneliti efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup
(BKSY) sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang
lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).
2. Memetakan peluang dan tantangan serta kemungkinan-
kemungkinan gerakan bela rasa BKSY ini dikembangkan dalam
konteks dan lingkup yang lebih luas.
3. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Teologi di
Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi sumbangan refleksi kritis, berkaitan dengan pelaksanaan
gerakan bela rasa BKSY, terutama dalam aspek solidaritas kepada
sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel
(KLMTD), sehingga kesejahteraan bersama bisa terwujud.
2. Dalam kerangka pelayanan pastoral di Keuskupan Agung
Semarang (KAS) sebagai medan pelayanan penulis, maka tulisan
ini dapat memberikan sumbangan berupa contoh atau role-model
serta pengalaman pelaksanaan BKSY di Keuskupan Agung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Jakarta (KAJ), selama kurang lebih lima tahun, karena gerakan
bela rasa ini sudah mulai dijalankan di KAS.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian meliputi: metode penelitian dan teknik
pengumpulan data, tempat dan subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data.
1.5.1. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif ini hendak ‘menerjemahkan’ realitas sosial yang subjektif dan
diinterpretasikan, sehingga tercipta makna-makna dari kehidupan sosial, sehingga
tercapai sebuah pengertian dari sebuah peristiwa atau fenomena sosial tertentu.13 Pada
penelitian dengan metode kualitatif ini, objek yang diteliti adalah objek pada kondisi
alami (natural setting), yaitu objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut.14 Melalui metode ini, hendak dikaji secara komprehensif tentang fenomena-
fenomena yang terjadi, dengan tujuan utama yaitu mendapatkan pemahaman yang
13 John. W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014), 58. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mendalam dan menyeluruh tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo
Yusup (BKSY) sebagai perwujudan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin.
Untuk mendapatkan data-data penelitian, maka digunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu: studi dokumen dan statistik, serta wawancara
mendalam (in-depth interview).
1.5.1.1. Studi Dokumen dan Statistik
Sebelum mengadakan wawancara, penelitian akan dimulai dengan
mencari data-data yang diperoleh dari dokumentasi penyelenggaraan gerakan bela
rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) oleh Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius
Suharyo (PaLingSah), berupa notulensi rapat, materi sosialisasi, katekese bela rasa,
serta sejarah kronologis, sehingga maksud dan tujuan dari gerakan bela rasa BKSY
bisa diteliti dan ditafsirkan secara lebih mendalam. Selain itu, data dan statistik
kepesertaan selama lima tahun berjalannya gerakan bela rasa BKSY ini, menjadi
salah satu sumber data yang kredibel, karena memuat ‘track-record’ kepesertaan
secara terperinci dari 32 paroki dan komunitas-komunitas yang sudah ambil bagian
dalam gerakan bela rasa BKSY ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.5.1.2. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Wawancara mendalam bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang
berbagai macam makna subjektif yang dipahami oleh informan, berkaitan dengan
tema yang hendak diteliti, dan termasuk usaha untuk memperdalam tema tersebut.
Metode wawancara mendalam juga bertujuan untuk mendapatkan perspektif dan
sudut pandang informan tentang kondisi dan pengalaman yang dihadapi berkaitan
dengan tema yang hendak diteliti. Metode wawancara mendalam ini digunakan dalam
penelitian, karena ingin mengetahui pengaruh gerakan bela rasa BKSY bagi para
peserta.
Adapun proses pengambilan data melalui wawancara mendalam adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan Pedoman Wawancara
i. Menyusun landasan teori tentang paham solidaritas
dalam sudut pandang Kitab Suci, dan ajaran gereja.
ii. Membuat instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali tentang efektivitas gerakan
bela rasa BKSY.
iii. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
iv. Mendiskusikan pedoman wawancara kepada
pembimbing.
b. Penyusunan Lembar Observasi
Lembar observasi terdiri dari beberapa hal:
i. Deskripsi setting dan suasana wawancara.
ii. Penampilan fisik informan.
iii. Pihak-pihak yang terlibat dalam setting observasi.
iv. Komunikasi non-verbal dari informan.
v. Hal-hal khusus yang terjadi selama wawancara.
2. Tahap Pengambilan Data
Wawancara akan dilakukan kepada peserta gerakan bela rasa
Berkhat Santo Yusup (BKSY) di tiga paroki, yaitu paroki St.
Matius Bintaro, paroki St. Antonius Bidaracina dan paroki St.
Yohanes Penginjil Blok B.
1.5.2. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di beberapa tempat yaitu:
1. Kantor sekretariat gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup
(BKSY), untuk mencari data dokumen dan statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Paroki St. Matius Bintaro, paroki St. Antonius Bidaracina dan
paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, sebagai tempat untuk
melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Pemilihan
tiga paroki ini dengan pertimbangan bahwa paroki tersebut sudah
menjalankan gerakan bela rasa BKSY selama empat (4) tahun.
Dalam penelitian ini juga digunakan teknik purposes sampling, atau
teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu.15
1.5.3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah key instrument atau instrumen
kunci, yang mengumpulkan sendiri data yang dibutuhkan, serta tidak menggunakan
atau berpedoman pada instrumen atau daftar pertanyaan yang dikembangkan atau
ditemukan oleh peneliti lainnya.16 Untuk menggali pemahaman dan pengalaman
peserta BKSY di tiga paroki, peneliti menggunakan beberapa daftar pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah motivasi utama menjadi peserta gerakan bela rasa Berkhat
Santo Yusup (BKSY) ini?
15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 300. 16 John Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches,
(California: Sage Publications, 2007), 38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Apakah sudah paham tentang konsep: peduli, berbagi, berbela rasa
dan solidaritas, yang menjadi ‘dasar’ dari gerakan bela rasa BKSY
ini?
3. Apakah mekanisme, pelayanan dan pengelolaan gerakan belarasa
BKSY ini mudah untuk diikuti dan dijalankan?
4. Apakah efek atau pengaruh konkret setelah menjadi peserta
gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, dalam hidup
menggereja dan bermasyarakat?
1.5.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses analisis data
menggunakan model Miles-Huberman, melalui tiga proses17, yaitu:
1. Reduksi data (data reduction).
2. Penyajian data (data display).
3. Kesimpulan atau verifikasi (conclusing drawing/verification).
Kumpulan data-data yang diperoleh melalui studi data dan dokumen serta
wawancara mendalam (in-depth interview), akan dirangkum, dipilih bagian-bagian
yang pokok, dan diambil bagian yang penting serta membuang bagian yang tidak
penting. Peneliti memberikan perhatian utama pada fenomena-fenomena yang terjadi
di lapangan, termasuk tingkah laku informan yang diteliti atau diwawancarai,
17 John Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches, 337.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pemahaman para informan tentang prinsip solidaritas, dan perwujudan nilai
solidaritas itu dalam gerakan bela rasa BKSY.
Data-data yang sudah direduksi, akan ditampilkan dan diolah dalam
bentuk teks naratif, dan pada bagian ini, peneliti akan menunjukkan relasi antar
fenomena dalam rangka menjawab permasalahan pokok yang ada. Langkah terakhir
adalah membuat suatu kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dihasilkan
berasal dari pemahaman makna dari setiap data dan hasil refleksi mendalam dari
peneliti, setelah mengadakan analisis relasi dari setiap data yang sudah ditampilkan.
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dibagi dalam lima (5) bab, dan masing-masing bab
akan diakhiri dengan kesimpulan. Bab-bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan. Bab ini akan memaparkan dan menjelaskan tentang
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Landasan Teori, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II: Makna Solidaritas dan Perwujudannya dalam Gerakan Bela
Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY). Bab ini akan menjelaskan tentang paham
solidaritas dalam Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja (ASG), Dokumen Konsili Vatikan
II, Dokumen FABC (Federation of Asian Bishops Conference) dan Arah Dasar
(ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Bab ini juga akan memaparkan refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
biblis-teologis tentang solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, sebagai
bagian dari perwujudan Gereja yang hadir dan hidup, yang juga menghadirkan
solidaritas Kristus bagi dunia. Dunia yang dimaksud adalah konteks masyarakat
dewasa ini. Kemudian akan dijelaskan tentang perwujudan solidaritas ini dalam
gerakan bela rasa BKSY, yang meliputi sejarah, keprihatinan awal, spiritual, dan
mekanisme gerakan bela rasa BKSY ini.
Bab III: Metode, Instrumen dan Hasil Penelitian terhadap
Efektivitas Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) di Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ). Bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang
digunakan, tempat penelitian, instrumen penelitian dan tahap-tahap penelitian itu
sendiri, sekaligus memaparkan hasil penelitian setelah mengadakan observasi
dokumen dan data, serta wawancara mendalam (in-depth interview).
Bab IV: Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri
Kristus dan Gereja yang Bersolidaritas. Bab ini akan menganalisis hasil penelitian
yang dilakukan di tiga paroki, yaitu paroki St. Matius Bintaro, paroki St. Antonius
Bidaracina, dan paroki St. Yohanes Penginjil Blok B. Data-data yang sudah dianalisis
ini akan direfleksikan secara sistematis dan teologis, terlebih refleksi teologis tentang
solidaritas.
Bab V: Usulan Pastoral, Kesimpulan dan Penutup. Bab ini merupakan
kesimpulan dari keseluruhan penelitian sekaligus memberikan langkah serta saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pastoral supaya gerakan bela rasa BKSY ini sungguh menjadi sarana yang efektif
untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB II
MAKNA SOLIDARITAS DAN PERWUJUDANNYA
DALAM GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO YUSUP
(BKSY)
2.1 Makna Solidaritas
Perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah dilakukan dengan berbagai
macam cara dan usaha terutama dalam menegakkan keadilan, dan secara konkret,
dapat menyentuh realitas hidup manusia. Kerajaan Allah sendiri adalah ‘kerajaan’
yang menghargai semua orang menurut martabatnya sebagai anak-anak Allah, dan
dipanggil untuk melayani sesuai dengan fungsinya masing-masing. Wujud konkret
Gereja yang menghadirkan Kerajaan Allah adalah dengan sikap solidaritas kepada
mereka yang lemah dan miskin. Solidaritas, secara sederhana, berarti usaha untuk
saling membantu di antara mereka yang ‘miskin dan kaya’, atau yang ‘lemah dan
kuat’, dengan tujuan, terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi satu sama lain.
Solidaritas Gereja kepada yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD)
mendasarkan diri pada sikap Yesus yang selalu berpihak kepada yang lemah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
miskin, serta tersingkir dari struktur masyarakat pada zaman itu.18 Yesus
memprioritaskan pelayanan kepada yang lemah dan miskin dalam keseluruhan karya
pewartaan dan kasih dengan semangat solidaritas.
Dengan tumbuhnya sikap solidaritas, maka perbedaan yang dipahami
sebelumnya sebagai persaingan, akan menjadi perbedaan yang saling memperkaya
satu sama lain. Masing-masing pribadi memiliki tanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup sesamanya. Taraf kesadaran ini, memampukan orang untuk
menemukan makna hidupnya yaitu martabat manusiawi dan ikut serta dalam
penderitaan sesama. Namun, secara lebih mendalam, solidaritas bukan sekedar
memberi sesuatu dari yang dimiliki, namun juga tindakan yang membawa perubahan
dari proses kehidupan selanjutnya. Solidaritas adalah tindakan iman pribadi, namun
bermuara kepada iman orang lain, dan tentu saja bermanfaat bagi perkembangan dan
pertumbuhan imannya sendiri. Relasi iman ini saling menguatkan dan meneguhkan,
sekaligus menyempurnakan di hadapan Tuhan dan sesama.19
Sikap Gereja untuk berpihak kepada sesama yang lemah dan miskin, sekaligus
terlibat dalam permasalahan hidup manusia memiliki dasar yang kuat. Maka, dari itu
Gereja mengembangkan solidaritas atas dasar Kitab Suci, Dokumen Konsili Vatikan
II (DKV II), Ajaran Sosial Gereja (ASG), Dokumen FABC, serta situasi konkret
umat Keuskupan Agung Jakarta, dalam kerangka Arah Dasar (ARDAS) KAJ 2011-
2015 dan 2016-2020.
18 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 79. 19 Jon Sobrino dan Juan Hernandez Pico, Teologi Solidaritas, 51-52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.1.1 Solidaritas menurut Kitab Suci
Rencana Allah untuk menyelamatkan semua manusia adalah dasar solidaritas
dalam Kitab Suci. Allah yang solider ini tampak dalam peristiwa sejarah manusia,
seperti yang digambarkan dalam Kitab Suci. Puncak dan kepenuhan solidaritas Allah
ini adalah peristiwa Allah yang mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus ke dunia, untuk
menebus dan menyelamatkan manusia. Yesus Kristus masuk dalam situasi dosa
dunia, menerima kehampaan dan rela mati bagi manusia.20 Solidaritas Yesus Kristus
ini diteruskan oleh komunitas jemaat perdana, yang selalu berusaha untuk berguna
bagi orang lain demi Kerajaan Allah.21 Melalui hidup, sabda dan karya-Nya, Yesus
menyatakan hidup dan kasih Allah sendiri, yang berpuncak pada misteri Paskah,
lewat wafat dan kebangkitan-Nya.
2.1.1.1 Solidaritas dalam Perjanjian Lama
Dalam sejarah dan perjalanan bangsa Israel, Allah hadir dengan memberikan
pertolongan kepada umat Israel ketika mengalami kesulitan hidup. Solidaritas Allah
tampak dari keberpihakan Allah yang selalu memastikan kelangsungan hidup dan
masa depan umat-Nya. Solidaritas Allah dalam Perjanjian Lama dimulai dari inisiatif
Allah untuk memberkati umat manusia dan perkembangannya (Kej. 1:28). Allah
20 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 243. 21 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 78.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
memperbaharui berkat-Nya, meski manusia jatuh dalam dosa (Kej. 8:21), dan bahkan
ketika Allah ‘menghukum’ manusia dengan air bah (Kej. 7:10), Allah tidak pernah
berhenti mencintai umat manusia. Allah selalu berpihak pada umat Israel.
Solidaritas Allah kepada umat Israel, terus berjalan ketika Allah melihat
penderitaan umat-Nya dalam masa ‘pembuangan’ di Mesir. Dalam Kitab Keluaran
2:24-25, dituliskan demikian, “Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia
mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Maka, Allah
melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” Selain teks tersebut,
dalam Kitab Keluaran 3:7, Allah memperlihatkan solidaritas-Nya: “Aku telah
mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku
mengetahui penderitaan mereka.” Allah tidak pernah tinggal diam dan segera
memanggil Musa (Kel. 3:1, 6:28) untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan.
Pembebasan Israel dari kuasa orang-orang Mesir bertujuan supaya bangsa Israel tetap
menjadi milik Allah (Kel. 3:10).
Pada zaman raja-raja, solidaritas Allah tampak dalam kehadiran para nabi. Para
nabi berbicara dan berseru-seru mengenai kasih, kesetiaan dan keadilan Allah
terhadap manusia. Kasih Allah tampak dalam ‘berkat’ Allah atas Tanah Kanaan
sebagai warisan (Ul. 4:1), menjadikan bangsa Israel sebagai ‘anak’-Nya (Ul. 32:5-6),
memberikan kemakmuran di Tanah Terjanji (Ul. 7:12-15), dan memberikan kerajaan
kepada Daud dan menjadikannya sebagai milik Allah. Selain berbicara tentang kasih
dan kesetiaan, para nabi berbicara tentang keadilan. Keadilan dalam masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berupa persamaan hak dan persaudaraan bagi semua (Yer. 34:8-19). Solidaritas Allah
dilukiskan dalam Kitab Nabi Yesaya 29:18-19: “Orang-orang buta akan melihat,
orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam Tuhan, orang-orang
miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Maha Kudus, Allah
Israel.”
Dalam Kitab Nabi Yesaya 35:5-6, juga dinyatakan demikian, ”Pada waktu itu,
mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu, orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan
bersorak-sorai.” Keberpihakan Allah kepada manusia yang miskin juga dihadirkan
melalui para nabi, seperti yang dituliskan dalam Kitab Nabi Yesaya 61:1-2, “Roh
Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang
yang remuk hati, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan
kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.”
Solidaritas para nabi juga diperlihatkan dalam bentuk kritik sosial kepada Raja-
raja Israel yang melanggar hak-hak bawahannya, misalnya, Nabi Natan yang
mengkritik sikap Raja Daud dalam sikap dan tindakannya yang memburu
kepentingan untuk diri sendiri dan mengorbankan kepentingan rakyatnya. Ketika
Daud jatuh dalam dosa, Allah tidak meninggalkan dan justru memeliharanya lewat
‘pewartaan’ para nabi.22 Solidaritas Allah dalam Kitab Suci Perjanjian Lama,
22 Wim van der Weiden, ‘Kritik Sosial dari Nabi-nabi Israel’, dalam J.B. Banawiratma, Aspek-aspek
Teologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ditunjukkan dengan pemeliharaan dan penyertaan Allah kepada bangsa Israel, melalui
para bapa bangsa Israel, para Raja dan para nabi. Semuanya hendak mewujudkan
solidaritas Allah dalam diri bangsa Israel yang secara konkret terwujud dalam
pembelaan hak-hak kaum miskin, perjuangan keadilan, dan pencegahan akan
kerakusan harta yang berlebihan. Meski kadang tidak berhasil dan menemui banyak
hambatan, namun Allah tidak pernah menghendaki bangsa Israel masuk dalam dosa
dan kesulitan hidup.
2.1.1.2 Solidaritas dalam Perjanjian Baru
Puncak solidaritas Allah tampak dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus
merupakan hidup Allah yang dibagikan kepada manusia.23 Solidaritas Allah ini,
seperti yang ditulis dalam Yohanes 3:16-17 demikian, “[…] karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, sebab
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Dalam hal ini, Yesus Kristus hadir
secara nyata sebagai seorang manusia yang lemah, miskin dan bahkan mengalami
penderitaan dan wafat (Luk. 2:1-20).
Sikap Yesus terhadap penderitaan manusia juga tampak dalam ‘kemanusiaan’-
Nya, seperti yang tertulis dalam Kitab Ibrani 5:7-8 demikian, “Dalam hidupnya
23 A. Widyahadi Seputra, Y. Edi Mulyono, F.A. Teguh Santosa, Hidup yang Dibagikan, (Jakarta:
Konsorsium Pengembangan Pemberdayaan Pastoral Sosial Ekonomi, 2012), 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap
tangis dan keluhan Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena
kesalehan-Nya, Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya.”
Yesus memberikan teladan sikap belas kasih, ketika berhadapan dengan situasi
kemiskinan jemaat-Nya, karena misi Yesus Kristus ke dunia adalah membebaskan
dan menyelamatkan manusia, seperti yang dinyatakan dalam Injil Lukas 4:18-19,
sebagai berikut, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang tertindas, untuk memberitakan bahwa
tahun rahmat Tuhan sudah datang.”
Allah yang berbelas kasih itu nyata dalam diri Yesus Kristus yang juga berbela
rasa terhadap perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:25-34), terhadap lima ribu
orang yang lapar (Mrk. 6:34), terhadap perempuan Siro-Fenisia yang anaknya sakit
(Mrk. 7:24-30), terhadap janda Nain yang anaknya meninggal (Luk. 7:13). Bela rasa
juga tampak dalam diri orang Samaria yang baik hati, yang menolong korban
perampokan (Luk. 10:25-37), yang hendak menunjukkan tentang kemurahan hati
yang melampaui sekat dan batas.24 Maka, Gereja juga diajak untuk melayani tanpa
membeda-bedakan, sehingga kehadiran Gereja sungguh menjadi tanda kasih
24 Krispurwana Cahyadi, Evangelii Gaudium: Dalam Hidup Imam yang Bersaksi dengan Gembira,
Bahan rekoleksi Imam KAS sebagai Persiapan Pembaharuan Janji Imamat dan Pemberkatan Minyak
Krisma, Rumah Retret Syalom dan Griya Asisi Bandungan, 14-15 April 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
keselamatan Allah. Bela rasa adalah sikap utama Allah dalam diri Yesus, dan menjadi
dasar pewartaan dan pemakluman Kerajaan Allah dalam kata, sikap dan tindakan
Yesus.25
Yesus memberikan hidup-Nya sendiri bagi semua, pun bagi musuh-musuh-
Nya, untuk mengubah hati mereka. Dalam salib Kristus, bela rasa Allah memancar
keluar.26 Kematian Kristus mampu menunjukkan bahwa kasih dan bela rasa Allah itu
menghancurkan kematian dan membawa manusia pada keselamatan. Pemberian diri
Kristus secara penuh mengatasi ketakutan manusia dan membuat manusia mampu
untuk mempercayakan diri seutuhnya kepada-Nya. Dalam diri Yesus, Allah secara
definitif, membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang penuh belas kasih dan bela rasa.
Yesus menempatkan bela rasa dan kerahiman sebagai pusat misteri Paskah, sekaligus
sebagai peristiwa yang menghadirkan rahmat bagi umat kristiani.
2.1.1.3 Yesus Kristus: Model Solidaritas Gereja kepada Sesama yang Lemah
dan Miskin
Keberpihakan Gereja kepada sesama yang lemah dan miskin, adalah kelanjutan
sikap Yesus. Dalam setiap karya-Nya, Yesus mengutamakan pelayanan kepada yang
lemah, sakit dan miskin. Yesus memprioritaskan mereka dalam karya pewartaan dan
karya kasih dengan semangat solidaritas. Maka, bentuk-bentuk solidaritas kepada
25 F.A. Teguh Santosa, Y. Edi Mulyono, Kerja Wujud Belarasa Kristiani, 31. 26 Lumen Fidei (LF), art. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sesama yang lemah dan miskin ini, berpangkal dan berpusat kepada sikap Yesus
sendiri, serta kesediaan kita sebagai murid-murid Kristus untuk mengikuti-Nya.
2.1.1.3.1 Yesus Kristus sebagai Model Solidaritas
Gereja mengikuti Yesus Kristus sebagai model dalam menjalankan karya
pelayanan terhadap orang yang kecil, lemah, miskin dan menderita. Yesus Kristus
mengutus para murid dan membekali mereka dengan karunia-karunia yang
dibutuhkan (Mat. 10:1), sehingga para murid dapat bekerja sama dan saling
membantu sebagai mitra untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan
Allah dalam Kitab Suci selalu berkaitan dengan orang-orang yang kecil, lemah,
miskin dan menderita, bahkan disebutkan bahwa mereka ini adalah ‘empunya
Kerajaan Allah’ (Luk. 6:20).27 Keberadaan Gereja sebagai pelayan Kerajaan Allah
bagi orang kecil, lemah, miskin dan menderita menjadi jaminan bagi mereka untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik (Mrk. 6:37).28
Mengikuti Yesus Kristus berarti mengikuti jejak-Nya ke dalam inti terdalam
pengalaman salib, perwujudan kasih yang radikal. Injil Yohanes 3:16, menuliskan
demikian, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bersama Yesus Kristus,
27 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 56. 28 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata, karena Allah yang hadir dalam
diri Yesus Kristus merupakan Allah yang solider dengan kehidupan manusia. Allah
telah memilih untuk hadir di tengah hiruk pikuk kehidupan, berbagi nasib dengan
manusia. Pengalaman inkarnasi merupakan pengalaman Allah yang menjadi manusia,
agar manusia dapat mengambil bagian dalam hidup Allah, yang mau terlibat dalam
perjuangan dan keprihatinan manusia.29
Allah menghendaki agar manusia mengambil inisiatif dan bertindak proaktif
untuk memihak orang miskin dan mengupayakan berbagai macam hal: peduli, solider
dan membantu orang miskin mengatasi kesulitan hidupnya. Gereja dipanggil
meneladan Yesus Kristus, yang ‘…menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan membebaskan
orang-orang tertindas (Luk. 4:18-19)’.30 Realitas Yesus Kristus, dengan demikian
adalah realitas Allah yang berpihak, dan dengan demikian, Gereja yang hendak
menjadi bagian dari Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia, harus menjadi
Gereja ‘yang berpihak’. Gereja menemukan kekuatan dan motif karya pelayanan
dalam realitas salib. Salib merupakan ‘aksi’ solidaritas Allah pada penderitaan
manusia. Yesus Kristus lewat salib memenuhi janji Allah untuk menyelamatkan
manusia di dunia. Dengan ketaatanNya, Yesus Kristus melaksanakan penebusan.31
29 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat,145. 30 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, 69. 31 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.1.1.3.2 Solidaritas Murid-murid Kristus
Iman kepada Yesus Kristus yang telah menjadi miskin, dan selalu dekat dengan
‘kaum miskin’, merupakan dasar kepedulian dan solidaritas terhadap mereka yang
berkekurangan di tengah masyarakat. Masing-masing orang dan komunitas Kristiani
dipanggil menjadi sarana Allah bagi perjuangan dan pembebasan kaum miskin, serta
membantu mereka antara lain, lewat karya amal kasih. Melakukan amal kasih sudah
dipandang selalu sebagai ciri khas murid Kristus (Luk. 10:37). Karya amal kasih
perlu dilakukan sebagai tanggapan atas penderitaan dunia dewasa ini (GS art. 1). Para
murid Kristus dipanggil untuk ikut mengalami suka duka hidup sesama mereka
dengan peduli terhadap penderitaan sesama. Dibutuhkan penghiburan kasih,
persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan yang ada dalam Kristus (Flp. 2:1),
sehingga ada kepekaan untuk tolong-menolong menanggung beban dan dengan
demikian memenuhi ‘hukum Kristus (Gal. 6:2)’.32
Solidaritas merupakan reaksi yang tepat dari mereka yang mengetahui fungsi
sosial dari harta milik dan tujuan universal dari barang-barang. Solidaritas semestinya
dihidupi sebagai keputusan untuk memulihkan yang menjadi milik dan hak orang
miskin. Sikap solider mewujud-nyata dalam kesediaan untuk bekerja sama dan
gotong royong menyelesaikan masalah yang merundung orang miskin. Nilai
solidaritas inilah yang semakin mendesak untuk diwujudkan dalam konteks dunia
sekarang ini. Penghargaan terhadap martabat manusia dapat mendorong masyarakat
32 J. Fuellenbach, Church: Community for the Kingdom, (Manila: Logos Publications, 2004), 174.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menuju kesejahteraan bersama, dengan mengamalkan prinsip solidaritas. Gereja
sebagai umat Allah dan ‘sakramen keselamatan’ diwujudkan dalam komunitas
persaudaraan yang ditandai dengan semangat kesatuan dan kasih persaudaraan. Iman
hendaknya menjadi motivasi dasar bagi seorang beriman memperhatikan
sesamanya.33
2.1.1.4 Solidaritas dalam Gereja Perdana
Kisah Para Rasul berbicara tentang solidaritas dalam gambaran ideal, yaitu
kelompok ‘Gereja Perdana’, yang memiliki semangat berbagi secara sungguh-
sungguh. Dua teks dari Kisah Para Rasul, yaitu Kis. 2:42-47 dan Kis. 4:32-35
melukiskan gambaran ideal jemaat Kristen, yaitu jemaat yang bersatu dan dicirikan
oleh kesediaan untuk bersolider kepada sesama dengan cara ‘menjual dan
membagikan harta milik’ bagi kepentingan bersama. Menurut Kis. 2:42-47, semangat
itu muncul karena Roh Kudus yang hadir pada hari Pentakosta. Meski jemaat harus
berjuang soal ‘semangat berbagi’ dalam hal-hal duniawi, namun setidaknya ada
petunjuk bahwa semangat berbagi ini sudah ‘dipraktekkan’ oleh Jemaat Gereja
Perdana34.
Kotbah Petrus sesudah hari Pentakosta membawa orang-orang bertanya:
“Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara? (Kis. 2:37)” Mereka yang
33 J. Fuellenbach, Church: Community for the Kingdom, 177-178. 34 Indra Sanjaya, Semangat Berbagi dalam Gereja Perdana: Sebuah Tinjauan Alkitabiah, Panitia Buku
Kenangan KEK I KAS GMKA 27-29 Juni 2008, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan, 17-19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mendengarkan pewartaan Petrus kemudian menyerahkan diri untuk dibaptis, dan
membentuk komunitas Kristen yang pertama. Kebiasaan yang dilakukan dalam
komunitas ini adalah bertekun dalam pengajaran para rasul, dan hidup dalam
persekutuan (koinonia). Mereka juga memecahkan roti dan berdoa. Dalam Kis. 2:44-
45, diungkapkan bahwa kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan bahwa
selalu ada orang yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya untuk
kepentingan bersama.35
Solidaritas dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah
rencana keselamatan Allah, sebagaimana terwujud ketika mengutus Yesus Kristus.
Solidaritas itu terus dihidupi dan memunculkan dimensi relasi timbal balik dan
berjalan dua arah. Masing-masing saling memberi dalam kerangka kasih
persaudaraan. Dalam arti positif, dibutuhkan keterbukaan iman dari dua pihak dalam
mengembangkan relasi sehingga keduanya saling merasakan kedekatan. Tindakan
inilah yang menjadi sarana bagi sesama yang hendak mewujudkan misteri
keselamatan Allah.
2.1.2 Solidaritas dalam Dokumen Konsili Vatikan II
Dokumen Konsili Vatikan II yang berbicara tentang keterlibatan Gereja dalam
masalah sosial adalah Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (GS). Konstitusi pastoral,
tentu berbeda dengan konstitusi dogmatis, karena konstitusi pastoral lebih memuat
35 Indra Sanjaya, Semangat Berbagi dalam Gereja Perdana: Sebuah Tinjauan Alkitabiah, 20-21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hal-hal yang perlu dihayati dan dijalankan, sedangkan konstitusi dogmatis lebih
banyak memuat hal tentang sesuatu yang diimani. Gaudium et Spes, membahas
masalah-masalah dalam masyarakat yang lebih luas, dan membukanya dengan
pembicaraan tentang ‘tanda-tanda jaman’.36 Dalam Gaudium et Spes art. 1 dituliskan
demikian:
Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang jaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita,
merupakan kegembiraan dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada
sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka.
Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang yang dipersatukan
dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus, dalam peziarahan mereka
menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk
disampaikan kepada semua orang.
Gereja sebagai bagian integral dalam masyarakat dunia perlu membangun
solidaritas dengan masyarakat itu sendiri, karena Gereja dipanggil bukan untuk
menjadi kelompok yang eksklusif, melainkan menjadi tanda dan sarana keselamatan
Allah. Gereja berusaha mendorong seluruh umat beriman untuk berperan aktif dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosial.37 Umat Allah diharapkan untuk
mengusahakan terwujudnya kesejahteraan umum (GS art. 30), ikut serta dalam
paguyuban-paguyuban sosial (GS art. 31), bahkan dengan merelakan harta milik
pribadi dalam gerak amal-kasih sebagai anggota masyarakat (GS art. 72). Gereja juga
harus ‘sungguh mendunia’, tidak terpaku pada gerak ke dalam, tetapi membuka diri
36 Kunarwoko, Pijar Vatikan II: Renungan Kecil 50 tahun Konsili Vatikan II, (Yogyakarta: Kanisius,
2013), 95. 37 Michael Schulteis, Ed P. de Berri, Peter Henriot, Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, (Yogyakarta:
Kanisius, 1988), 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pada dunia yang luas, terlebih bagi mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir,
sehingga menampakkan diri sebagai ‘Gereja kaum miskin’.
Cita-cita tentang ‘Gereja kaum miskin’ mendapat peneguhan pada Konsili
Vatikan II, yang dalam Gaudium et Spes, dijelaskan bahwa kemiskinan bukan sesuatu
yang harus ditanggung dengan sabar demi kebahagiaan di akhirat, melainkan sebagai
sesuatu yang harus diatasi dengan usaha-usaha perkembangan (GS art. 65).
Kemiskinan merupakan gejala ‘ketidakmerataan’, bahkan ‘ketidakadilan’ di dalam
masyarakat (GS art. 63). Konsili juga melihat adanya hubungan antara kemiskinan
dan ketidakadilan, sehingga selalu ada usaha untuk membuat keadaan menjadi ‘sama
rata’ dan ‘adil’ karena maksud Allah adalah supaya kekayaan dunia ditujukan bagi
semua orang (GS art. 69).38
2.1.3 Solidaritas dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) Pasca Konsili Vatikan II
Dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG), solidaritas bukan sekedar rasa belas kasih
yang samar-samar atau rasa sedih yang dangkal karena nasib buruk sekian banyak
orang dekat maupun jauh. Solidaritas adalah tekad yang teguh dan tabah untuk
membaktikan diri kepada kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan semua orang dan
setiap perorangan, karena kita ini semua sungguh bertanggung jawab atas semua
38 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2010),
225.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
orang39. Di setiap masyarakat, solidaritas sungguh dilaksanakan, bila para warganya
saling mengakui sebagai pribadi. Mereka yang memiliki pengaruh lebih besar
terhadap harta benda maupun jasa umum, hendaklah merasa bertanggungjawab atas
mereka yang lebih lemah, dan bersedia berbagi segala milik kepunyaan. Di pihak
lain, mereka yang lemah, dalam semangat solidaritas juga, janganlah mengenakan
sikap yang pasif belaka, sementara menghendaki hak-hak yang sah, juga berusaha
sedapat mungkin demi kesejahteraan semua orang.40
Prinsip solidaritas secara umum, juga dipahami sebagai prinsip hidup untuk
saling membantu antara yang lemah dan yang kuat, yang kaya dan yang miskin, agar
terwujud suatu kehidupan yang lebih baik.41 Prinsip ini muncul dari hakikat sosial
sebagai makhluk yang secara radikal saling tergantung satu sama lain, dan dari paham
kesejahteraan manusia.42 Solidaritas itu hendaklah memungkinkan setiap orang
menjadi pelaksana bagi nasib masing-masing, relasi yang dibangun hendaknya
berlandaskan sikap saling menghormati, persahabatan dan kerja sama yang saling
menguntungkan.43 Manusia memiliki kewajiban yang konkret dan mengikat untuk
membantu sesama, bahkan ketika sesama yang dimaksud secara formal dan eksplisit
tidak berhak mendapatkan bantuan dan dukungan tersebut.44
39 Sollicitudo Rei Socialis (SRS) no. 38. 40 SRS no. 39. 41 Konsorsium Sosialisasi Ajaran Sosial Gereja, Sosialisasi Ajaran Sosial Gereja, Pergumulan
Kesadaran Sosial Menuju Gereja yang Berkeadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 28. 42 Hari Juliawan dan Mintara Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, (Jakarta: Komisi
PSE KWI, 2012), 36. 43 Robert Hardawiryana, Cara Baru Menggereja di Indonesia 3: Umat Kristiani Awam Masa Kini
Berevangelisasi Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 142. 44 Hari Juliawan dan Mintara Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, 37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Solidaritas Gereja terutama tampak dalam keberpihakan kepada kaum miskin.
Orang miskin, dalam arti rohani, yaitu orang yang kehilangan kekudusan, kedamaian
dan cinta kasih. Orang miskin dalam arti jasmani, yaitu orang yang kurang dapat
memenuhi kebutuhan dasar.45 Mereka adalah para petani miskin, para buruh pabrik,
penduduk marginal, anak-anak terlantar, kaum jompo dan mereka semua yang
dimiskinkan dan diperlakukan tidak adil.46 Dan pada akhirnya, Gereja memandang
bahwa pelayanan sosial adalah sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja di dunia,
seperti yang diungkapkan oleh Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Deus Caritas
Est47, bahwa prinsip solidaritas adalah bagian dari karya amal kasih, yang merupakan
hal paling mendasar dalam tugas perutusan Gereja di dunia.
Dengan demikian solidaritas dalam ASG adalah partisipasi anggota Gereja
kepada sesama yang miskin, yang menjadi bentuk kepedulian dan keterlibatan
sebagai umat beriman. Partisipasi ini secara konkret terwujud dalam orientasinya
pada tindakan-tindakan praksis yang menyentuh realitas kehidupan. Tindakan ini
bersumber dari refleksi atas situasi yang terjadi dalam masyarakat, yang bertolak dari
perjuangan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan harapan
untuk memperoleh kehidupan yang layak.48
45 Bambang Sudibyo, Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan, dalam Kemiskinan dan Kesenjangan di
Indonesia, (Yogyakarta: Aditya Media, 1995), 11. 46 Ricardo Antonich, Iman dan Keadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 25. 47 Deus Caritas Est (Allah adalah Kasih), adalah ensiklik yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI, dan
dipromulgasikan pada 25 Januari 2006, yang menerangkan konsep tentang cinta ‘eros’, kasih ‘agape’,
‘logos’ (firman), dan hubungan-hubungannya masing-masing dengan pengajaran Yesus Kristus.
Ensiklik ini diterbitkan dalam 8 (delapan) bahasa yaitu: Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Latin,
Polandia, Portugis dan Spanyol. 48 Michael Schulteis, Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.1.4 ‘Gereja Berpihak kepada Orang Miskin’: Solidaritas menurut Evangelii
Gaudium
Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, mengajak untuk memaknai kata
‘evangelium’ sebagai bagian substantif dari pribadi Yesus sendiri. Dijelaskan bahwa
evangelium dalam bahasa Romawi, berarti amanat yang diberikan oleh kaisar, entah
itu menggembirakan atau tidak, namun selalu mengandung unsur keselamatan dan
perubahan ke arah hidup yang lebih baik. Yesus, yang adalah wujud solidaritas Allah
yang konkret, juga datang sebagai evangelium, yang mengajar, bukan melulu secara
informatif, tapi juga secara performatif-transformatif, karena ajarannya selalu berupa
teladan nyata dan berdaya guna yang masuk ke dunia untuk menyelamatkan dan
memperbaharui.49
Dalam kerangka usaha untuk ber-solidaritas kepada sesama yang lemah dan
miskin, maka solidaritas itu adalah perwujudan konkret dari evangelium, yang
menyingkapkan perjumpaan Gereja dan Allah sendiri. Evangelii Gaudium (EG) art.
198 mengajak untuk mengakui daya penyelamatan yang bekerja dalam hidup sesama
yang lemah dan miskin, dan menaruh mereka dalam pusat peziarahan Gereja:
“…Gereja dipanggil untuk menemukan Kristus di dalam diri orang miskin, untuk
meminjam suara kita bagi perkara-perkara mereka, tetapi juga menjadi sahabat-
49 Evangelii Gaudium (EG) no. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sahabat mereka, mendengarkan mereka, memahami mereka, dan menerima hikmat
tersembunyi yang ingin disampaikan Allah kepada kita melalui mereka.”50
Yesus sendiri me-relevasi-kan diri melalui orang miskin, dan mengindentifikasi
diri-Nya melalui mereka: “[…]they represent for you the person of Our Lord, who
said: ‘Whatever you do for one of these, the least of my brethren, I will consider it as
done to me…”51 Karena menurut Evangelii Gaudium, sesama yang lemah dan miskin
ini memiliki banyak hal yang diajarkan kepada kita, karena mereka tidak hanya
berbagi sensus fidei, tetapi dalam kesulitan-kesulitan mereka, juga mengenalkan
Kristus yang menderita.52 Sesama yang lemah dan miskin, sejatinya membawa
transformasi hidup bagi kita, karena Yesus yang hadir dalam diri mereka, menjadi
sebuah evangelium, yang terus menerus memperbaharui hidup kita. Maka, solidaritas
yang dikehendaki dalam Evangelii Gaudium, adalah bahwa keberpihakan kepada
sesama yang lemah dan miskin ini menjadi cara yang paling tepat bagi Gereja untuk
mengikuti sikap Yesus dalam realitas konkret zaman ini, yang juga ditentukan dari
cara setiap orang memahami Injil sebagai sabda Allah dan evangelium.53 Gereja
memperhitungkan orang miskin, agar terlibat dalam realitas jalinan persahabatan dan
50 EG no. 198. 51 “[…]mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: ‘Apapun yang kau lakukan untuk
saudaraku ini, maka Aku akan menganggapnya sebagai sesuatu yang dilakukan untukku..” Robert
Maloney, A Contemporary Spirituality in the Service of the Poor, (USA: New City Press, 1992), 26. 52 EG no. 198. 53 EG no. 152.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
persaudaraan sebagai sesama manusia, karena orang miskin pun adalah bagian utuh
dari realitas sosial masyarakat manusia.54
2.1.5 Solidaritas dalam Dokumen FABC (Federation of Asian Bishops’
Conferences)
Gereja di Asia adalah gereja yang ‘berjumpa’ dengan konteks yang unik,
sehingga menekankan triple dialogue, yaitu usaha dialog pada tiga realitas utama di
Asia, yaitu realitas agama dan kepercayaan, realitas kemiskinan dan realitas
keberagaman budaya. Usaha dialog ini, selain untuk menjaga keharmonisan hidup
bersama, namun juga untuk mengenali bimbingan Roh Kudus yang tidak hanya
bekerja di dalam Gereja.55 Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC)56,
menekankan bahwa Gereja hadir di tengah masyarakat Asia untuk melayani dan
menjadi bagian dari pergulatan masyarakat Asia dalam mewujudkan kehidupan yang
lebih baik. Dalam sidang FABC V di Bandung tahun 1990, dirumuskan tentang sikap
Gereja Asia untuk membangun solidaritas dan sikap bela rasa (compassion), seperti
Orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37), terutama bagi mereka yang lemah,
miskin dan tersingkir.
54 EG no. 158. 55 Peter C. Phan, In Our Own Tonguers, (Maryknoll: Orbis Book, 2003), 13-14. 56 FABC merupakan Federasi Konferensi Uskup-uskup Asia, yang memiliki kantor sekretariat di
Hongkong. Pada tanggal 16 November 1972, secara resmi berdiri dan mendapat persetujuan dari Tahta
Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kepedulian kepada orang miskin didasarkan pada realita bahwa 80 % penduduk
Asia tergolong kepada orang yang lemah dan miskin, maka harapan FABC adalah
bahwa Gereja-gereja Asia sungguh menjadi ‘Gereja orang miskin’. Keberpihakan
inilah yang menjadi wujud nyata solidaritas dalam mengutamakan cinta kasih kepada
orang yang lemah dan miskin, maka titik pijak pastoral Gereja di Asia adalah
pembelaan terhadap orang yang lemah dan miskin, menentang segala bentuk
ketidakadilan, dan terus memberikan kesaksian akan nilai-nilai kristiani kepada
semua orang. Gereja di Asia memuat perutusan yaitu misi pewartaan, dialog dan
perjuangan nilai kemanusiaan, sehingga Gereja mampu terlibat secara nyata dalam
membangun kehidupan yang baik, yaitu kehidupan yang semakin menampakkan
karya keselamatan Allah.57
Gereja Asia menjadikan pewartaan dan perwujudan Kerajaan Allah di dunia
sebagai arah dan panggilan perutusan, sehingga bukan angka baptisan yang hendak
ditekankan, namun usaha untuk membangun kehidupan, serta menjadi bagian dari
pergumulan umat manusia di tengah realitas hidup sehari-hari. Kerajaan Allah
menjadi sedemikian nyata, jika setiap orang dalam keterbukaan akan misteri ilahi,
bersedia memberikan kasih dan pelayanan bagi sesama.58 Gereja Asia tidak terutama
bekerja untuk kaum miskin, sebagai lembaga penderma, melainkan bekerja sama
kaum miskin, ikut mengalami kehidupan dan aspirasi mereka, memahami
keputusasaan dan harapan mereka, dan berjalan menyertai mereka dalam usaha
57 Krispurwana Cahyadi, Pastoral Gereja: Paroki dalam Membangun Gereja yang Hidup,
(Yogyakarta: Kanisius, 2010), 36. 58 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 202.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mencari kemanusiaan yang otentik dalam Kristus. Dengan memberikan ketegasan
tersebut, Gereja di Asia mengulangi komitmennya untuk menjadi ‘gereja orang
miskin’.59
2.1.6 Solidaritas dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta
(KAJ)60
Dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta sejak 2011, selalu ada
harapan dan usaha bahwa umat di KAJ terus berkembang dalam iman, semakin
bersaudara dan semakin berbela rasa. Tiga kata kunci ini tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Ciri orang yang sungguh beriman adalah tergerak untuk membangun
persaudaraan sejati. Indikator dari persaudaraan sejati adalah tumbuhnya semangat
berbela rasa atau bersolidaritas. Ketiganya berkaitan satu sama lain, lingkar-
melingkar, berulang terus, semakin kuat dan semakin mendalam, sehingga dengan
demikian, Gereja KAJ akan menjadi Gereja yang semakin hidup. Salah satu pilar
Gereja yang hidup, seperti yang dikatakan dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah
Gereja yang menjunjung tinggi kehidupan, khususnya kehidupan manusia.
Menjunjung tinggi kehidupan, berarti termasuk mengembangkan sikap hormat
terhadap martabat manusia, dan membangun kebaikan bersama. Kebaikan bersama
59 Eddy Kristiyanto (ed), Spiritualitas Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2010),
224. 60 Subbab ini disarikan dari sambutan Mgr. Ignatius Suharyo dalam Rekoleksi Para Rasul (Pengurus)
BKSY, 14-15 Maret 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
adalah kebaikan yang bukan sekedar kebaikan untuk diri sendiri, kebaikan keluarga
sendiri, kebaikan paroki sendiri, apalagi kebaikan untuk kelompok sendiri, tetapi
kebaikan bersama sebagai warga Gereja dan masyarakat.
Bela rasa dan solidaritas dalam bentuk apa pun, dan kesetiakawanan sehebat
apa pun, tetap saja ada sesama yang ‘kurang beruntung’. Maka, Gereja mesti
memberikan perhatian lebih kepada sesama yang ‘kurang beruntung’ ini, dalam arti
apa pun, termasuk dalam hal kesehatan, sampai pada akhir hidupnya dapat dihormati
martabatnya sebagai manusia dan satu citra dengan Allah. Ajaran Sosial Gereja
bukan pertama-tama ajarannya, tetapi semangat yang mesti diwujudkan di dalam
gerakan dan tindakan yang nyata. Dalam pertanyaan yang sederhana: “Apa yang
sudah dilakukan supaya lingkungan, entah secara sempit atau luas, secara nasional
atau regional; dapat semakin manusiawi?” Dengan lingkungan hidup semakin
manusiawi, maka hidup juga semakin kristiani. Jawaban untuk pertanyaan di atas,
membutuhkan dua syarat, yaitu kompetensi etis bela rasa, dan kompetensi etis kerja
sama.
Kompetensi etis bela rasa, bukan sekedar kompetensi etis berdasarkan
keterampilan, melainkan rasa atau sense, yang dibutuhkan supaya hidup menjadi
lebih manusiawi. Kalau melihat penderitaan orang lain, reaksi orang bisa bermacam-
macam. Ada yang akan mengatakan, ‘Itu salah sendiri’, atau ‘Dia tidak berusaha’,
lalu pergi begitu saja. Penyebabnya jelas, yaitu karena orang tersebut tidak memiliki
kompetensi etis. Orang yang memiliki kompetensi etis, tentu akan segera melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
usaha, bukan sekedar memikirkan, supaya orang menderita dapat mendapatkan
kebutuhannya, dan lebih luas lagi, supaya kehidupan menjadi lebih baik. Kompetensi
etis kerja sama, membutuhkan latihan, pengorbanan dan hati yang lapang. Jadi bukan
sekedar saya mengusahakan sesuatu, tapi saya dan orang lain mengusahakan sesuatu.
Permasalahan yang timbul kadang besar dan kompleks, sehingga tidak cukup kalau
dipikirkan sendiri.
2.2 Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)
Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah singkatan dari
‘BERbelarasa dalam Kematian dan KeseHATan’ Santo Yusup. BKSY menjadi salah
satu program dan gerakan untuk peduli, berbela rasa dan berbagi yang kemudian
diangkat menjadi program dan gerakan milik Keuskupan Agung Jakarta. Gerakan
bela rasa ini juga memiliki ‘prospek’ untuk dilaksanakan di keuskupan-keuskupan
lain serta dalam komunitas-komunitas kristiani di seluruh Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2.2.1 Sejarah Pendirian Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Keterlibatan
PaLingSah61
Pada tahun 2009, Mgr. Ignatius Suharyo, terpilih untuk mengemban tugas
sebagai Uskup Coajutor62 Keuskupan Agung Jakarta, dan kemudian menggantikan
Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ sejak 28 Juni 2010. Sebagai bentuk dukungan
kepada Uskup Agung Jakarta ini, sejumlah ‘sahabat’ Uskup yang tergabung dalam
kelompok alumni Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan, sering mengundang
Uskup untuk berkumpul di rumah-rumah anggota secara bergiliran. Setiap kali
pertemuan alumni, diawali dengan Perayaan Ekaristi, dilanjutkan dengan ramah
tamah atau diskusi dengan tema-tema aktual dengan mengundang pembicara yang
berkompeten berkaitan dengan tema-tema tersebut. Kelompok alumni tersebut pada
akhirnya, menamakan diri ‘Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius Suharyo’,
yang disingkat dengan PaLingSah. Pertemuan diadakan secara rutin 2-3 kali setahun.
Dalam salah satu kesempatan pertemuan alumni tahun 2011, Uskup bertanya:
“Apakah yang dapat kalian sumbangkan secara nyata untuk pelayanan pastoral di
keuskupan ini (Keuskupan Agung Jakarta)?” Pertanyaan ini berangkat dari
keprihatinan Uskup dalam pelayanan pastoral di bidang pendidikan dan kesehatan.
61 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Januari
2015, 14. 62 Uskup Coajutor adalah uskup yang akan menggantikan uskup lain di suatu keuskupan, namun uskup
yang akan digantikan tersebut belum resmi mengundurkan diri atau meninggal, biasanya karena
pensiun. Hal ini seperti yang tertulis dalam kan. 403 Kitab Hukum Kanonik, tentang penunjukan uskup
auksilier dan uskup coajutor dalam situasi khusus. Mgr. Ignatius Suharyo ditunjuk Tahta Suci untuk
menggantikan Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ yang mengundurkan diri atau pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pada saat itu, program ‘Ayo Sekolah, Ayo Kuliah (ASAK)’ sudah digulirkan oleh
sejumlah paroki, yang menjadi jawaban iman terhadap permasalahan keluarga-
keluarga Katolik yang tidak mampu membiaya pendidikan anak-anaknya. Kelompok
PaLingSah lantas memikirkan program konkret serupa, yang dapat menjadi sarana
untuk peduli, berbela rasa, dan berbagi antar umat, khususnya mereka yang kecil,
lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Inilah gagasan awal berdirinya
BKSY.
Salah satu keprihatinan yang dirasakan pada saat itu, adalah semakin mahalnya
biaya pemakaman dari tahun ke tahun. Dana sebesar Rp. 2.500.000 sampai Rp.
3.000.000 dirasa sudah tidak mencukupi lagi. Di paroki-paroki, sudah ada usaha
untuk mengumpulkan dana untuk kematian oleh Seksi St. Yusup atau
‘pangruktilaya’. Iurannya bervariasi, rata-rata Rp. 5.000 per keluarga per bulan,
dengan jumlah santunan atau bantuan sebesar Rp. 2.500.000 sampai Rp. 3.000.000
untuk uang duka dan biaya pemakaman. Namun, karena biaya pemakaman semakin
mahal, maka muncullah gagasan untuk membuat program bersama yang hendak
melengkapi Seksi St. Yusup. Setelah melalui pertimbangan yang masak dan proses
yang cukup panjang, hampir sekitar 2 tahun, akhirnya jawaban konkret atas masalah
biaya rawat inap dan biaya pemakaman ini ditanggapi dengan peluncuran/launching
gerakan belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY), yang ditetapkan juga sebagai
gerakan belarasa Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) oleh Mgr. Ignatius Suharyo.
Peluncuran ini ditandai dengan Perayaan Ekaristi pada 30 November 2013 di Aula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Katedral Jakarta, dan dihadiri oleh wakil dari seluruh paroki di Keuskupan Agung
Jakarta.
2.2.2 ‘Spiritualitas’ Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)
Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah usaha untuk terlibat
dalam usaha membangun pilar Gereja yang hidup yaitu menjunjung tinggi kehidupan,
menghargai martabat manusia, mengembangkan bela rasa, dan kebaikan bersama
serta perhatian lebih kepada sesama yang kurang beruntung. Diharapkan dengan ikut
serta dalam gerakan bela rasa BKSY ini, perwujudan iman menjadi sungguh nyata
dengan mewujudkan solidaritas antar umat. Dalam perjalanan waktu, BKSY
senantiasa memiliki semangat dasar atau spiritualitas yang hendak diperjuangkan dan
diwujudkan sehingga usaha untuk mewujudkan iman ini sungguh khas dan lahir dari
kesadaran untuk memberi perhatian kepada sesama yang KLMTD.
2.2.2.1 ‘Hendaklah Kamu Bermurah Hati seperti Bapa-Mu adalah Murah Hati
(Luk. 6:36)’63
Usaha untuk meneladan solidaritas Allah sesuai dengan Injil Lukas 6:36,
“Hendaklah kamu murah hati (berbela rasa) sama seperti Bapamu adalah murah hati
63 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret
2015, 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(bela rasa)”, menunjukkan bahwa salah satu ciri anak Allah, yang sudah dibaptis
adalah kasih, saling mengasihi dan tidak egois. Anak Allah adalah yang menunjukkan
kepedulian dan bela rasa, seperti Bapa. Kalau Bapa-nya murah hati, tetapi anak-Nya
tidak murah hati, maka patut dipertanyakan dan diperdebatkan tentang status ‘anak
Allah’ tersebut. Maka, usaha untuk meneladan Bapa yang adalah murah hati ini,
diwujudkan dalam kepesertaan anggota BKSY, yang meski menyumbang atau
memberikan iuran yang sangat sedikit atau minim, namun kalau semakin banyak
orang yang ikhlas, maka yang kecil itu akan diberkati oleh Tuhan sehingga
bermanfaat bagi orang lain pula.
Motivasi utama untuk menjadi peserta gerakan bela rasa BKSY adalah untuk
bersyukur kepada Allah atas rahmat serta kebaikan Allah, yang begitu besar dan
melimpah. Allah telah berbela rasa dan bermurah hati terlebih dahulu, yaitu saat
manusia dibelenggu dalam dosa, Allah hadir dalam diri Yesus Kristus, yang
menderita, wafat di salib, dan akhirnya bangkit demi keselamatan manusia. Di dalam
Yesus Kristus, manusia menjadi anak-anak Allah, dan diutus untuk berbagi kasih,
keselamatan dan terang itu kepada sesama. Jadi, walaupun dalam segala keterbatasan
sebagai manusia, BKSY ini hendak mewujudkan iman dalam perbuatan, karena iman
tanpa perbuatan, pada hakikatnya adalah mati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2.2.2.2 Orang Samaria yang Baik Hati (Luk. 10:33-36)64
Orang Samaria adalah gambaran orang yang rela, ikhlas dan tulus membantu
orang lain yang menderita, tanpa memandang pribadi atau latar belakang yang
dibantu. Teladan Orang Samaria ini pula yang menjadi sumber inspirasi bagi peserta
BKSY dalam mewujudkan solidaritas, karena lingkup kepesertaan yang luas,
meliputi paroki-paroki dalam satu keuskupan, maka bantuan yang diberikan, tidak
pernah diketahui kepada siapa akan ditujukan. Namun, prinsip utamanya adalah
kerelaan, dan keikhlasan untuk membantu orang lain yang menderita, karena pada
dasarnya, BKSY bukan sekedar pelayanan karitatif semata, sehingga umat atau
peserta menerima bantuan saja. BKSY mengedepankan cara berbagi dan berbela rasa
yang dapat dijangkau semua orang, baik yang miskin maupun yang kaya. BKSY
mengarahkan semua orang untuk beriman semakin dewasa, dan sadar akan perutusan
untuk berbagi dan melayani sesama tanpa sekat dan batas.
2.2.2.3 Pending Coffee atau Caffe Sospeso65
Di Napoli, Italia, banyak orang yang kaya, tetapi tidak sedikit orang miskin.
Orang-orang miskin ini, bergantung pada kebaikan orang lain. Untuk bisa membeli
64 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret
2015, 19. 65 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret
2015, 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
secangkir kopi saja, menunggu orang yang berbaik hati, yang ‘menyumbangkan’
secangkir kopi di kedai-kedai kopi. Orang yang mampu, akan datang membeli
secangkir kopi, dan membayar lebih dari harga secangkir kopi tersebut. Uang ‘lebih’
dari pembayaran tersebut, yang nantinya akan berguna bagi orang-orang miskin yang
hendak minum secangkir kopi, namun tidak memiliki uang untuk membelinya.
Dalam gerakan bela rasa BKSY ini, orang yang mampu, akan membayar lebih
dari jumlah iuran yang seharusnya, dan kelebihannya digunakan untuk ‘membantu’
peserta lain yang berkeinginan menjadi peserta namun tidak memiliki cukup uang.
Kesadaran ini mulai muncul, ketika disadari bahwa iuran yang ditetapkan bagi
peserta, untuk peserta yang sangat mampu, tentu tidak menjadi beban, dan bahkan
bisa memberikan jumlah yang lebih besar, yang kelebihannya bisa digunakan untuk
membantu peserta lain.
2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY)
Penekanan utama dari gerakan belarasa BKSY adalah dasar dan motivasi
utama, yaitu berbagi, peduli, berbela rasa dan bersolidaritas bagi sesama yang lemah
dan miskin, namun dalam perwujudannya, chasing dari gerakan ini tetap menjadi
sesuatu yang dipertimbangkan sehingga dasar dan motivasi utama tersebut bisa
tercapai. Dalam perjalanannya, segala sesuatu terus dibenahi dan disempurnakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sehingga umat beriman semakin terbantu untuk mewujudkan iman dengan ber-
solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.
2.2.3.1 Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) Melengkapi Seksi St.
Yusup66
Mengapa gerakan bela rasa BKSY ini tetap mengambil nama Santo Yusup?
Jawabannya mudah dan sederhana, yaitu karena di paroki-paroki Keuskupan Agung
Jakarta (KAJ) sudah memiliki seksi kematian St. Yusup, dan dengan kehadiran
BKSY ini, Seksi St. Yusup akan dilengkapi dan ‘diangkat’ supaya menjadi lebih
bermakna dan berarti. Bukan sekedar dari segi pendanaan, tetapi wawasan dan
pemahaman tentang solidaritas juga diperdalam. Secara garis besar, perbedaan
mendasar dari gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Seksi St. Yusup
adalah sebagai berikut67:
1. Seksi St. Yusup anggotanya adalah umat paroki setempat dengan cara yang
pasif, tanpa mendaftar, dan biasanya ditentukan karena menjadi bagian atau
umat dari lingkungan tertentu dari paroki setempat. Keanggotaan BKSY
bersifat aktif, karena harus mendaftar dengan identitas yang jelas dan lengkap,
serta membayar iuran sebesar Rp. 80.000, per orang, berlaku selama satu
66 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Mei
2015, 19. 67 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP,
Februari 2015, 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tahun dan bisa diperpanjang (renewal). Peserta BKSY, pada awalnya
mencakup satu keuskupan, yaitu Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), namun
kemudian mulai mencakup komunitas-komunitas Katolik dan sekolah, serta
beberapa keuskupan, yaitu Keuskupan Padang dan Keuskupan Agung
Semarang (KAS).
2. Iuran Seksi St. Yusup pada umumnya berkisar antara Rp. 5000 sampai Rp.
30.000, per bulan per keluarga. Pengumpulan iuran banyak yang terkendala
karena perpindahan umat, sulit ditagih dan pengelolaan dana masih dilakukan
secara manual. Dana iuran Seksi St. Yusup dikelola sendiri oleh paroki, dan
apabila defisit maka akan ditutup oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi
(SPSE) paroki. Iuran BKSY dikelola oleh pihak ketiga yang berpengalaman
dalam mengelola dana dan sekaligus menjamin resiko defisit, sehingga dana
dikelola secara profesional, dan dijalankan secara online
3. Seksi St. Yusup berfokus untuk melayani umat yang ada di paroki, sedangkan
BKSY memiliki program ‘Pending Coffee’, yaitu umat yang lebih mampu
dan dengan sukarela membantu membayar iuran keanggotaan peserta lain
yang kurang mampu.
4. Rentang usia peserta Seksi St. Yusup tidak terbatas, karena pada dasarnya,
keanggotaannya adalah pasif atau ditentukan oleh orang lain, pengurus dan
paroki. Dalam program BKSY, rentang usia peserta yang dapat diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
adalah 15 hari sampai sebelum usia 80 tahun, karena kepesertaan didasari oleh
kesadaran pribadi untuk berbagi kepada orang lain.
5. Administrasi pendaftaran anggota, pencairan dana bantuan dan proses data
anggota Seksi St. Yusup dilakukan secara manual oleh Ketua Lingkungan.
Program BKSY menggunakan sistem basis data komputer dan terhubung
secara online sehingga memudahkan pengisian data serta menjamin
kelengkapan dan keamanan.
Dengan BKSY, semangat, cinta sesama, belarasa, kasih, kepedulian, dan
tolong menolong antar umat se-paroki yang ada pada Seksi St. Yusup, semakin
diperkuat dan diperluas dengan sistem dan struktur sehingga solidaritasnya juga
semakin diperluas karena mencakup satu keuskupan, bahkan lebih luas lagi.
2.2.3.2 Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) Bukan Produk
Asuransi68
Berbeda dengan bentuk pelayanan lain di paroki-paroki, BKSY didukung oleh
pihak ketiga, yaitu perusahaan asuransi. Iuran kepesertaan menjadi terjangkau dan
dana gotong royong peserta BKSY akan dikelola secara profesional, sehingga kapan
pun terjadi pengajuan bantuan, akan selalu tersedia dana bantuan. BKSY adalah
perwujudan solidaritas, maka perusahaan asuransi yang diajak untuk bekerja sama
68 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP,
September 2015, 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
adalah perusahaan yang selain kuat dan profesional, juga memahami semangat,
solidaritas dan tujuan BKSY. Dari 11 (sebelas) perusahaan asuransi yang dihubungi
dan ditawari, hanya PT. Asuransi Central Asia yang memahami maksud dan tujuan
BKSY. ACA bersedia mendukung program ini. Komitmen ini ditandai dengan
penandatanganan perjanjian kerja sama antara ACA dan PaLingSah disaksikan oleh
Mgr. Ignatius Suharyo. Selain pengelolaan dana, ACA juga membantu membangun
sistem informasi berbasis web/online. Melalui teknologi internet, pendaftaran peserta
menjadi lebih mudah dan akurat, dan solidaritas umat menjadi diperluas. Solidaritas
umat tidak hanya terjadi antar umat satu paroki, tetapi antar paroki dalam satu
keuskupan, dan bahkan antar keuskupan.
Lantaran bekerja sama dengan perusahaan asuransi, apalagi dalam mekanisme
ada kartu kepesertaan yang menyerupai polis asuransi, tidak mengherankan banyak
umat yang berasumsi bahwa BKSY adalah asuransi, seperti asuransi komersial.
Namun, ditegaskan bahwa BKSY bukanlah asuransi, karena jika ini asuransi, pasti
tidak akan murah dan longgar. Lagi pula, Bapa Uskup, tentu tidak akan setujua jika
BKSY menjadi produk asuransi yang bertujuan mencari keuntungan atau profit.
Apabila BKSY adalah asuransi maka tujuan dan motivasi peserta adalah mencari
keuntungan, sedangkan BKSY bertujuan untuk berbagi, peduli dan berbela rasa,
maka yang perlu terus ditanamkan dalam diri setiap peserta adalah usaha untuk
memberikan sesuatu secara tulus, dan ikhlas kepada sesama yang lemah dan miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Roh dan inti BKSY adalah kasih, semangat berbela rasa, berbagi, solider dan
tolong menolong. Dengan kenyataan bahwa masih banyak orang memikirkan
keuntungan bagi diri sendiri, maka perlu ada ‘revolusi mental’, membutuhkan
pertobatan, dan membutuhkan kesadaran bahwa di dalam Yesus Kristus, setiap orang
diangkat menjadi anak-anak Allah, dan status ini mesti dihidupi dengan semangat
kasih.
2.2.3.3 Pendaftaran dan Kepesertaan69
Untuk dapat menjadi peserta BKSY, ada dua kemungkinan pendaftaran, yaitu
kepesertaan dan pendaftaran berbasis paroki, yaitu melalui ketua lingkungan, yang
Pastor Paroki dan Dewan Parokinya sudah memutuskan untuk melaksanakan gerakan
bela rasa BKSY. Kemungkinan lain, yaitu pendaftaran berbasis kategorial, yaitu
melalui komunitas-komunitas, yang pimpinan komunitasnya sudah memutuskan
untuk melaksanakan gerakan bela rasa BKSY. Secara sederhana, pelaksanaan
gerakan bela rasa BKSY, adalah dengan iuran bela rasa sebesar Rp. 80.000 per tahun
per orang, dan akan mendapatkan bantuan rawat inap sebesar Rp. 100.000 per hari
maksimal 90 hari dalam setahun; dan bantuan pemakaman sebesar Rp. 10.000.000.
Dari pengalaman, tidak sedikit yang merasakan bahwa Rp. 80.000 adalah iuran
yang memberatkan. Kebutuhan sehari-hari, dan berbagai kegiatan, baik di gereja dan
69 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Juli
2015, 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
masyarakat, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun, apabila dirinci lagi, Rp.
80.000 per tahun sama dengan Rp. 6.700 per bulan, dan jika bersedia menyisihkan
Rp. 500 per hari saja, dalam sebulan akan terkumpul Rp. 15.000. Ini menjadi lebih
ringan dan memungkinkan, karena yang penting adalah ketulusan dan keikhlasan
dalam berbagi. Selain itu, ada banyak umat yang lanjut usia, yang menderita sakit
berat, bahkan mendekati tutup usia, didaftarkan menjadi peserta BKSY. BKSY
sebagai wujud solidaritas, mewajibkan peserta dari usia 15 hari sampai dengan
menjelang 80 tahun, dengan tujuan supaya aspek solidaritas menjadi tampak. Bukan
sekedar mendapatkan keuntungan, karena mampu ‘mengorbankan’ yang tua dan
sakit, untuk mendapatkan dana bantuan.
BKSY juga mengusahakan kepesertaan berdasarkan kesatuan keluarga dan
lingkungan, karena bila direnungkan lebih jauh, pihak atau orang yang akan pertama
kali berbela rasa jika ada saudara yang sakit dan menderita, adalah dari keluarga dan
lingkungan terdekat. Maka, selain kepesertaan BKSY dilakukan per orang, agar
tampak wujud iman yang tidak anonim, karena menampakkan identitas pribadi, juga
dilakukan dalam kesatuan keluarga dan lingkungan, karena di situ tampak aspek
berbagi, berbela rasa, dan peduli dalam lingkup satu keluarga dan komunitas terdekat.
Orang non-Katolik atau non-Kristiani boleh ikut berbela rasa dan mendaftar menjadi
peserta BKSY dengan ketentuan bahwa memiliki hubungan atau keterikatan dengan
keluarga atau komunitas Katolik. Misalnya dalam sebuah keluarga, ada anggota
keluarga, saudara, pembantu, sopir atau pegawai non-Katolik, maka orang tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bisa dimasukkan menjadi peserta BKSY. Selain itu, kemungkinan lain, jika ada
komunitas-komunitas Katolik yang memiliki pegawai atau karyawan non, Katolik,
maka orang tersebut juga bisa dimasukkan menjadi peserta BKSY.
2.3 Rangkuman
Secara garis besar, bab II memberikan kerangka pemikiran teoritis yang
menjadi dasar tindakan solidaritas Gereja kepada sesama yang lemah dan miskin.
Dasar solidaritas adalah rencana keselamatan Allah, yang terwujud secara konkret
dalam diri Yesus Kristus. Solidaritas Allah kepada orang miskin, melalui inkarnasi
Yesus Kristus menjadi inspirasi utama bagi Gereja untuk membantu sesama yang
lemah dan miskin. Dalam usaha mewujudkan Gereja yang berpihak pada sesama
yang lemah dan miskin, Mgr. Ignatius Suharyo bersama PaLingSah, membentuk
gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dengan tujuan supaya setiap umat
Allah menyadari pentingnya meneruskan karya cinta kasih Allah, dengan memberi
perhatian kepada sesama yang lemah dan miskin. Selain itu, gerakan bela rasa BKSY
ini juga bertujuan supaya hidup beriman umat Allah di Keuskupan Agung Jakarta,
sungguh terwujud dalam tindakan nyata, melalui perbuatan kasih, kepedulian, bela
rasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Dalam hal ini, BKSY menjadi salah satu
sarana untuk mewujudkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB III
METODE, INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN
TERHADAP EFEKTIVITAS GERAKAN BELARASA
BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)
DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA (KAJ)
3.1. Pengantar
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan tentang makna dan prinsip-prinsip
solidaritas dengan acuan dan terang ajaran Gereja dan Kitab Suci. Selain itu,
penerapannya dalam gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dijelaskan
secara detail dan terperinci. Dengan mengandalkan pemahaman tentang makna dan
prinsip-prinsip solidaritas tersebut, maka di bab III ini, akan dipaparkan tentang
metode dan instrumen penelitian, serta setelahnya akan dipaparkan pula tentang hasil
penelitian, yang meliputi observasi data dan wawancara. Pembahasan tentang metode
dan instrumen penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran informasi tentang
proses penelitian itu sendiri, sedangkan analisis data adalah usaha untuk ‘membaca’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
atau menafsirkan secara terstruktur data yang sudah dikumpulkan dari proses
penelitian.
3.2. Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yang menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
informan atau narasumber.70 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti kondisi objek atau situasi secara alamiah, natural, dan
peneliti sendiri adalah sebagai instrumen kunci. Objek yang alamiah adalah objek apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi saat peneliti memasuki
objek, setelah berada di objek atau berada bersama objek, dan setelah keluar dari
objek, relatif tidak berubah, dan dalam proses penelitian, pengumpulan data tidak
dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan saat penelitian di
lapangan71, yang dibantu dengan berbagai macam instrumen penelitian.
Tema dari penelitian ini adalah tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat
Santo Yusup (BKSY) sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan
miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), dan secara khusus akan menggunakan
metode penelitian kualitatif yang bersifat evaluatif, yang hendak menguraikan dan
memahami dinamika internal berjalannya suatu program atau gerakan. Proses
70 Moeloeng, Dasar Penelitian Kualitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
(Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta, 2007), 9. 71 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya sebuah
program, yang dalam penelitian ini, deskripsi akan didasarkan pada observasi data
dan wawancara dengan pengurus BKSY, dan di antaranya sudah menerima bantuan,
baik rawat inap maupun kematian. Proses evaluasi ini, dalam proses dan
perkembangannya, bisa dikembangkan, berkesinambungan, luwes dan induktif.72
Dalam penelitian kualitatif, bisa terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah
yang hendak diteliti73, yaitu:
1. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki penelitian itu
tetap atau tidak berubah, sehingga sejak awal sampai akhir
penelitian, keadaannya adalah sama. Dengan demikian, judul
proposal dengan judul laporan penelitian adalah sama.
2. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki proses penelitian
menjadi berkembang, yaitu memperluas dan memperdalam
masalah yang telah disiapkan, diteliti dan diobservasi. Dengan
demikian, tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul
penelitian cukup disempurnakan.
3. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki lapangan
berubah total, sehingga harus diganti masalah. Dengan demikian,
judul proposal dengan judul laporan penelitian tidak sama dan
judulnya diganti.
72 Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, diterjemahkan oleh Budi
Puspo Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 31. 73 Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah gerakan yang sudah
berlangsung 4 (empat) tahun dan sudah memasuki tahun kelima, dan selama itu, tentu
ada perkembangan, baik perubahan menurun atau meningkat, dan sampai sekarang
masih dijalankan, maka perubahan-perubahan yang ‘signifikan’ akan dicatat.
Harapannya, akan diperoleh data seakurat dan setepat, serta se-update mungkin,
sehingga semakin membantu proses analisis dan pembuatan refleksi teologis.
3.3. Tempat Penelitian
Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) sejak semula diinisiasi dan
dilaksanakan pertama kali di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) karena diprakarsai
sendiri oleh Mgr. Ignatius Suharyo, dibantu Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr.
Ignatius Suharyo (PaLingSah). Maka, tempat untuk mengadakan penelitian, secara
umum, adalah paroki-paroki dan komunitas di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang
sudah menjalankan gerakan bela rasa BKSY. Jumlah paroki yang sudah ikut serta,
berdasarkan data per Juli 2018, adalah 32 paroki, dengan Paroki St. Helena Curug,
sebagai paroki yang paling baru sebagai peserta BKSY. Namun, dalam rangka
melaksanakan penelitian dengan metode kualitatif, secara khusus dengan metode
wawancara mendalam (in-depth interview), maka penelitian akan difokuskan di tiga
paroki sebagai sampel, yang masing-masing paroki akan diambil 7-8 orang sebagai
informan, yaitu peserta yang pernah mendapatkan bantuan berupa dana rawat inap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
maupun kematian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan
tempat atau paroki tempat penelitian, yaitu:
1. Lama keikutsertaan sebuah paroki menjadi peserta BKSY.
2. Susunan demografi/umat paroki, misalnya berdasarkan suku/ras,
usia, pekerjaan, dan lain-lain.
3. Keterlibatan Pastor Paroki dalam mendukung gerakan bela rasa
BKSY ini sebagai gerakan bela rasa milik Keuskupan Agung
Jakarta (KAJ).
4. Data dan grafik kepesertaan dari sebuah paroki.
Maka, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, paroki-paroki
yang dipilih untuk tempat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Paroki St. Matius Bintaro
Paroki St. Matius Bintaro adalah paroki yang termasuk dalam
Dekanat Tangerang.
2. Paroki St. Antonius Bidaracina
Paroki St. Antonius Bidaracina adalah paroki yang termsauk
dalam Dekanat Jakarta Timur.
3. Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B
Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B adalah paroki yang termasuk
dalam Dekanat Jakarta Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.4. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian
yaitu instrumen penelitian dan pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.74 Dalam penelitian kualitatif, manusia menjadi
instrumen penelitian utama, karena segala sesuatunya belum pasti, karena masalah,
fokus penelitian, proses penelitian, hipotesis yang digunakan dan bahkan hasil yang
diharapkan, semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih bisa dikembangkan, dan dengan demikian, tidak ada pilihan
lain yaitu peneliti sendiri sebagai satu-satunya alat untuk mencapainya.75
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti berusaha memenuhi apa yang menjadi
ciri-ciri yang harus dimiliki peneliti sebagai instrumen sebuah penelitian kualitatif76:
1. Peneliti peka dan dapat bereaksi terhadap segala bentuk stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakan akan berguna atau tidak
bagi penelitian.
2. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
74 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 60. 75 Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), 14. 76 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 61.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, karena tidak ada instrumen
yang berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan
situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata, maka untuk memahaminya
peneliti perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh, dengan menafsirkannya, melahirkan hipotesis dan
segera menentukan arah pengamatan, untuk memverifikasi
hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat
menggunakan segera sebagai feed-back untuk memperoleh
penegasan, perubahan dan perbaikan.
Dalam penelitian kualitatif, selain peneliti yang berfungsi sebagai instrumen,
dibutuhkan juga panduan wawancara. Panduan wawancara hanya membantu peneliti
dalam membangun percakapan dan pembicaraan dengan informan. Panduan
wawancara dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan namun juga bisa
dalam bentuk tema-tema atau hal-hal pokok yang hendak digali dalam wawancara
dari informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.5. Tahap Penelitian
Tahap penelitian ini terdiri dari dua tahapan yang dilalui oleh peneliti. Tahap
pertama, peneliti melakukan observasi data. Observasi data dilakukan dengan
melakukan analisis data pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY) selama kurun
waktu tahun 2013-2018. Adapun data-data yang dianalisis adalah:
1. Data keseluruhan peserta paroki dan komunitas di Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ).
2. Data peserta di masing-masing paroki dan komunitas.
3. Data peserta per tahun (pertambahan dan pembaharuan/renewal
kepesertaan).
4. Data peserta yang memohonkan bantuan sakit dan kematian.
5. Data keuangan keseluruhan paroki dan komunitas di Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ).
6. Data keuangan di masing-masing paroki dan komunitas.
Tahap kedua penelitian adalah wawancara mendalam (in depth interview) dari
informan, dengan mengambil sampel 7-8 orang per paroki. Adapun wawancara
dilakukan dalam kurun waktu: 7-29 Juli 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3.5.1. Tahap Persiapan Penelitian
Tema penelitian ini berangkat dari pengalaman peneliti yang pernah bertugas
pastoral di sekretariat gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) pada Juli 2016
– Juli 2017. Pengalaman selama setahun ini, membawa banyak masukan dan ide,
terutama ide tentang perwujudan solidaritas antar umat yang tidak lagi terbatas dalam
paroki tertentu, namun bisa dilaksanakan dalam satu keuskupan, bahkan antar
keuskupan. Namun, usaha itu bukan tanpa hambatan dan tantangan, dan salah satunya
adalah pemahaman umat yang belum mengerti sungguh tentang makna solidaritas itu
sendiri, dan pemahaman bahwa BKSY adalah benar dan sungguh sebagai program
milik keuskupan. Pelaksanaan gerakan bela rasa ini di paroki-paroki juga tidak mulus
dan tidak semudah seperti yang diharapkan, dan mengacu pada beberapa faktor,
misalnya: peran Pastor Paroki, pemahaman umat tentang solidaritas, dan manajemen
kepengurusan di pusat maupun di masing-masing paroki, yang akan menentukan
tercapai atau tidaknya maksud dan tujuan dari BKSY ini.
Dalam tahap ini, peneliti menentukan hipotesis awal yang akan menjadi acuan
penelitian. Ketiga hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman umat tentang bela rasa dan solidaritas masih lemah
dan kurang mendalam, sehingga memandang BKSY sebagai
produk asuransi dengan premi yang murah atau terjangkau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Peran Pastor Paroki, dalam usaha mengajak umat untuk ikut serta
dalam BKSY sangat penting, karena melalui mereka-lah,
pemahaman dan seruan untuk berbela rasa dan bersolidaritas
disampaikan.
3. Manajemen kepengurusan, baik di sekretariat pusat atau di paroki,
masih didasarkan pada relasi kedekatan atau pengurus bidang
tertentu (St. Yusup Paroki atau PSE), bukan pengurus khusus yang
profesional dan terpercaya.
4. Keikutsertaan dalam gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup
(BKSY) ini, baik sebagai peserta dan atau pengurus, membantu
orang untuk semakin menghayati hidup yang berdaya guna dalam
menggereja dan bermasyarakat.
3.5.2. Menentukan Informan
Setiap peserta BKSY dapat dipilih sebagai informan, namun tidak setiap
orang dapat memberikan informasi yang baik. Informan yang baik adalah orang yang
mudah dan nyaman diajak bicara, yang mampu memahami pertanyaan peneliti
dengan baik, mampu menjelaskan dan memberikan informasi yang diminta maupun
yang tidak diminta tetapi masih dirasakan relevan dengan topik penelitian.77 Maka,
dalam penelitian ini, akan difokuskan pada para peserta BKSY, dari tiga paroki yang
77 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2002), 222.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sudah dipilih. Namun, sebelumnya, akan dilakukan koordinasi dengan pengurus
BKSY paroki perihal peserta BKSY yang akan menjadi informan, sehingga pada
prosesnya akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Yang selalu diharapkan dari
informan ini adalah bahwa informan dapat menjadi sumber informasi yang penting,
yang bisa dilihat sebagai orang yang memiliki pengetahuan tertentu, dapat
menyampaikan gagasan, dan pandangannya dapat menambah guna serta wawasan
bagi penelitian.
3.5.3. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian sosial, data dapat dikumpulkan lewat berbagai macam cara
dan alat, seperti wawancara, pengamatan, kuesioner, dan skala penelitian. Tiap
metode memiliki kelemahan dan kekuatannya masing-masing. Metode penelitian
yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan observasi data dan wawancara.
Observasi data dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematik,
fenomena-fenomena yang muncul dari data yang ‘dibaca’ atau dianalisis. Wawancara
dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in depth interview) dengan para
peserta BKSY di tiga paroki, yaitu Paroki St. Matius Bintaro, Paroki St. Yohanes
Penginjil Blok B, dan Paroki St. Antonius Bidaracina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3.5.3.1. Observasi Data
Observasi data bertujuan untuk menggambarkan program atau gerakan BKSY
ini secara menyeluruh, termasuk proses dan kegiatan yang berlangsung, orang-orang
yang berpartisipasi, dan makna yang timbul dari keikutsertaan dari orang-orang yang
berpartisipasi tersebut. Selain itu, dengan observasi data, dapat dilihat perkembangan
program BKSY ini dari minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, dalam
lingkup satu keuskupan atau di masing-masing paroki dan komunitas. Dari data yang
dianalisis, dapat dilihat ‘fakta’ sementara tentang solidaritas umat beriman kepada
sesama yang lemah dan miskin berdasarkan fakta berupa data-data angka.
3.5.3.2. Wawancara Mendalam
Melakukan wawancara mendalam meliputi usaha untuk menanyakan
pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan merekamnya, kemudian
menindaklanjuti dengan pertanyaan tambahan yang terkait. Tujuan wawancara
mendalam adalah untuk memungkinkan peneliti masuk ke perspektif orang lain.
Dalam melakukan wawancara mendalam, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan
yaitu:
1. Wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data, bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diperoleh, maka peneliti sudah mempersiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis sesuai dengan
tema penulis. Dalam wawancara terstruktur, terdapat seperangkat
pertanyaan yang dirangkai dan disusun dengan seksama.
Wawancara terstruktur membuat analisis data menjadi lebih
mudah karena memungkinkan untuk menempatkan setiap jawaban
informan untuk pertanyaan yang sama secara cepat dan untuk
mengorganisasikan pertanyaan dan jawaban yang sama.
2. Wawancara tak terstruktur, yang memberikan kesempatan kepada
informan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan
pendapatnya. Metode wawancara inilah yang akan dipilih peneliti
supaya mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang
informan. Jenis-jenis pertanyaan yang digunakan oleh peneliti
adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, perasaan,
pengetahuan, pendapat dan berkenaan dengan indera dan latar
belakang serta demografi.
3.5.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, selain observasi yang dilakukan dengan melihat kembali
perkembangan grafik dan data dari keberlangsungan gerakan bela rasa Berkhat Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Yusup (BKSY) ini, data yang terpenting diperoleh dengan wawancara mendalam
kepada para informan yang telah ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang sudah disampaikan dalam penjelasan di atas. Pada dasarnya telah disiapkan
panduan wawancara, yang berisi butir-butir yang hendak digali melalui setiap
wawancara, namun teknik pengumpulan data dengan wawancara ini akan dilakukan
dalam situasi yang natural dan alami. Informan akan diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mengungkapkan pengalaman menjadi peserta BKSY, termasuk
pengalaman-pengalaman lain yang menyertainya, di antaranya pengalaman hidup
sehari-hari dan pengalaman pelayanan. Peneliti hanya akan meminta keterangan lebih
lanjut untuk sejumlah hal yang dirasa penting dan mengarah pada pokok persoalan
yang akan dikaji dalam tulisan ini.
Informan tidak terlalu mendapatkan kesempatan fleksibel dalam
melaksanakan wawancara, karena memang sudah ditentukan waktu dan tempatnya.
Pertimbangannya adalah jarak tempat antara peneliti dan informan, sehingga waktu
yang ada benar-benar dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Namun,
konfirmasi-konfirmasi yang penting berkaitan dengan hasil wawancara dapat terus
dilakukan dengan berbagai macam sarana, yaitu e-mail dan whatsapp, sehingga data
yang diperoleh dalam wawancara menjadi semakin lengkap. Berkaitan dengan
instrumen penelitian, segala macam informasi akan direkam dengan alat perekam.
Alat perekam ini menjadi salah satu instrumen penting dalam hubungannya dengan
teknik pengumpulan data ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3.5.5. Validasi Data
Validasi data merupakan sebuah proses untuk memperkuat akurasi dan
kredibilitas sebuah data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam konteks penelitian
menggunakan wawancara, pertama-tama, informan menjadi pihak yang utama dalam
proses penelitian. Para informan adalah subjek penelitian dan semangat solidaritas
serta pelaksanaan dari gerakan belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah objek
yang akan diteliti. Validasi data hasil wawancara akan dilakukan dengan melihat
kesinambungan antara apa yang diungkapkan oleh informan dengan objek penelitian
yaitu pelaksanaan BKSY. Data atau hasil wawancara yang telah diperolah akan
divalidasi dengan cara mengkoreksikan hasil wawancara yang sekiranya
membutuhkan konfirmasi dan validasi kepada pihak yang bersangkutan dengan hasil
wawancara tersebut.
3.6. Metode Pasca Penelitian
Metode pasca penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dalam melihat
proses penelitian dan pengolahan data. Pada bagian ini dapat ditemukan dua metode
lain, yang dimaksudkan untuk memberi tekanan tentang perbedaan proses
pengelolaan data hasil wawancara. Ada dua proses yang dijalani pasca observasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
wawancara, yaitu, pengolahan data mentah agar siap untuk dianalisis dan proses
analisis data berdasarkan atas teori-teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya.
3.6.1. Metode Pengolahan Data
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah data. Dalam tulisan ini, pengolahan data dilakukan dengan beberapa
langkah, yaitu:
1. Menyiapkan dan mengorganisasi data.78 Hasil observasi dan
rekaman wawancara akan ditranskrip. Karena keterbatasan sarana
untuk mendokumentasikan hasil wawancara, penulis memberikan
kode {…} untuk beberapa percakapan yang tidak dapat didengar
jelas dan tidak terdeteksi maksud pembicaraannya. Mengingat
wawancara berlangsung secara alami, ada juga beberapa
pembicaraan di luar tema wawancara sehingga dalam transkrip
ditemukan juga kode […], di antara percakapan yang terjadi.
2. Mereduksi data dan koding.79 Tidak semua data yang didapat dari
wawancara digunakan dalam proses analisis. Oleh karena itu,
transkrip hasil wawancara yang sudah ada akan dipilah, dan
78 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015), 88. 79 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,
92-94.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
informasi-informasi yang didapatkan dari para informan akan
diberi kode dengan tema untuk mempermudah analisis data.
3. Menyajikan data.80 Penyajian data atau transkrip hasil wawancara
dibuat untuk mempermudah dalam membuat rujukan dalam
analisis data. Dalam tulisan ini, data akan disajikan dalam bentuk
verbatim.81 Yang dimaksud dengan verbatim adalah paparan
proses wawancara sebagaimana nyatanya terjadi. Verbatim akan
menyajikan hasil transkrip wawancara ke dalam tabel yang terdiri
dari 4 kolom. Kolom-kolom tersebut adalah baris, pelaku, uraian
wawancara dan tema.
3.6.2. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam tulisan ini dibedakan dengan metode pengolahan
data, dengan maksud mempermudah untuk memahami proses penulisan saja. Metode
analisis data dilakukan setelah pengolahan data. Metode pengolahan data yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah proses yang dijalani dari perolehan data dari
informan sampai dengan disajikan dalam bentuk transkrip dan koding. Kemudian,
80 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,
95-98. 81 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif – Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika, --), 166-170.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
metode analisis data merupakan proses pendalaman untuk mencari makna dari data
yang sudah didapatkan.
3.7. Analisis Hasil Penelitian
Setelah memaparkan tentang metodologi penelitian, maka bagian selanjutnya
dari bab ini adalah memaparkan hasil penelitian, yang terbagi dalam dua bagian yaitu
observasi data dan wawancara. Observasi data lebih mengarahkan pada analisis data,
grafik, angka yang ditunjukkan dalam perjalanan BKSY selama empat tahun terakhir,
sedangkan wawancara lebih mengarahkan pada situasi konkret dan real dari para
peserta BKSY yang diambil sampel dari tiga paroki, yaitu: Paroki St. Antonius
Bidaracina, Paroki St. Matius Bintaro dan Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B.
3.7.1. Observasi Data
Observasi data dalam penelitian ini dilakukan untuk membuat panorama
secara menyeluruh dari gerakan bela rasa BKSY, yang terjadi selama kurang lebih
empat tahun perjalanan BKSY dalam bentuk pemaparan data, fakta dan angka.
Aspek-aspek yang dipaparkan antara lain: data kepesertaan keseluruhan, daftar paroki
dan komunitas, dan data penerima bantuan rawat inap serta kematian. Keseluruhan
sumber observasi data ini diambil atas izin dari sekretariat BKSY, yang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
operasional sehari-hari dibantu oleh ACA dan CAR, dengan sistem online, dan
diakses melalui laman: aca-komunitas.co.id. Pengumpulan data tersebut
membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena harus ‘mengekstrak’ data online ke
dalam data-data yang siap saji.
Setelah diluncurkan pada 30 November 2013 sampai sekarang, sudah ada 32
paroki di KAJ yang ambil bagian dalam gerakan bela rasa ini. Selain itu, BKSY juga
memiliki peserta dari komunitas-komunitas dan perusahaan-perusahaan yang dimiliki
oleh orang-orang Katolik. BKSY sudah dijalankan setidaknya di tiga keuskupan.
Selain KAJ, masih ada Keuskupan Padang dan Keuskupan Agung Semarang, meski
untuk keduanya secara administrasi masih ‘menginduk’ di KAJ, dan diberi username
sebagai komunitas. Komunitas-komunitas yang ada terdiri dari: paguyuban karyawan
dan panti asuhan, dan ditambah dua perusahaan, yaitu: PT. Sido Muncul, Tbk dan PT.
Kino Indonesia, Tbk yang mengikutsertakan semua karyawannya. Keputusan itu
dibuat ketika dewan direksi sudah menerima sosialisasi dari tim sekretariat, dengan
motivasi untuk ambil bagian juga dalam karya Bapa Uskup KAJ.
Daftar paroki dan jumlah umat yang sudah mengikuti BKSY di KAJ adalah
sebagai berikut:
Tabel 1: Paroki yang sudah mengikuti BKSY dan jumlah peserta masing-masing paroki
per Desember 2018
No. Nama Paroki Jumlah Peserta Aktif per Des 2018
A. Dekenat Utara (0)
B. Dekenat Pusat (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga Katedral 423
Paroki Kristus Raja Pejompongan 314
Paroki St. Paskalis Cempaka Putih 83
C. Dekenat Timur (6)
Paroki St. Antonius Bidaracina 601
Paroki St. Aloysius Gonzaga Cijantung 642
Paroki St. Anna Duren Sawit 236
Paroki St. Yoseph Matraman 679
Paroki St. Bonaventura Pulomas 1.403
Paroki St. Gabriel Pulogebang 209
D. Dekenat Selatan (4)
Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B 919
Paroki St. Perawan Maria Ratu 1.092
Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu 695
Paroki St. Fransiskus Asisi 537
E. Dekenat Jakarta Barat I (4)
Paroki St. Maria Bunda Perantara Cideng 153
Paroki St. Petrus dan Paulus Mangga Besar 204
Paroki St. Kristus Salvator 420
Paroki St. Maria de Fatima 294
F. Dekenat Jakarta Barat II (3)
Paroki Trinitas Cengkareng 478
Paroki St. Matias Rasul Kosambi 448
Paroki St. Maria Imakulata 560
G. Dekenat Tangerang (6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Paroki St. Matius Bintaro 1.523
Paroki St. Bernadet Ciledug 422
Paroki St. Barnabas Pamulang 1.514
Paroki St. Helena Curug 275
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang 775
Paroki St. Maria Regina Bintaro Jaya 210
H. Dekenat Bekasi (5)
Paroki St. Arnoldus Bekasi 252
Paroki St. Leo Agung Jatiwaringin 375
Paroki St. Servatius Kampung Sawah 347
Paroki St. Lubang Buaya Kalvari 358
Paroki St. Bartolomeus Galaxi 1.260
Total (32 Paroki) 17.515
Daftar komunitas yang sudah mengikuti BKSY di KAJ adalah sebagai
berikut:
Tabel 2: Komunitas yang sudah mengikuti BKSY dan jumlah peserta masing-masing
komunitas per Desember 2018
No. Nama Komunitas Jumlah Peserta Aktif per Des 2018
1. PaLingSah Jakarta 104
2. Paguyuban Gembala Utama (PGU) Jakarta 16
3. PGU Semarang dan Tiyang Sekeng 57
4. Guru dan Karyawan Seminari Mertoyudan 1
5. Guru Yos Sudarso 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
6. Karyawan Seminari Kentungan Yogyakarta 25
7. Sesawi Jakarta 34
8. Laetitia Lembaga Daya Dharma 107
9. Komunitas Karyawan KAJ 20
10. Pusat Pastoral KAJ Klender 6
11. Komunitas Yubel 83
12. Komunitas KKBS 52
13. Komunitas PI Semarang 59
14. Komunitas LDD 403
15. Komunitas PSKP Padang 129
16. Komunitas Katolik Alumni STAN 101
17. Panti Asuhan Pondok Siboncel 87
18. Panti Asuhan Vincentius Putra 6
19. Panti Wredha Melania Pademangan 56
20. Komisi Kateketik 16
21. Sido Muncul, Tbk 2222
22. Kino, Tbk 1367
23. BKSY KAS 1290
Total 6298
Selama empat tahun berjalan, jumlah peserta cenderung naik dan meningkat,
namun yang menjadi kendala adalah tidak semua peserta yang sudah ikut, bersedia
untuk renewal atau memperpanjang kepesertaan. Alasannya bermacam-macam, di
antaranya: tidak menerima pemberitahuan dari pengurus, kealpaan pengurus atau dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
peserta sendiri, memutuskan tidak memperpanjang, atau dari beberapa kasus, peserta
memilih untuk tidak memperpanjang karena tidak memperoleh ‘keuntungan’, dalam
arti bantuan rawat inap atau kematian. Selain itu, peserta yang sudah pernah
menerima bantuan kematian, biasanya juga memilih untuk tidak memperpanjang
kepesertaan karena menganggap diri sudah menerima ‘keuntungan’. Meski begitu,
tidak sedikit, yang tetap meneruskan kepesertaan dengan durasi yang berbeda-beda.
Jika digambarkan dalam bagan, maka rekapitulasi kepesertaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Rekapitulasi peserta 2014 -2018 dan penerima bantuan kematian
No Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 Akumulasi
1. Peserta
terdaftar
8.318 7.821 4.808 4.813 1.280 27.040
2. Renewal - 5.616 11.391 13.622 8.680 39.309
3. Total Bayar 8.318 17.078 16.775 24.055 5.776 66.349
4. Belum
Renewal
- 1.536 2.071 3.582 1.165 8.354
5. Meninggal 6 199 173 221 66 665
6. Meninggal
tidak minta
bantuan
2 10 9 1 22
7. Peserta
Aktif
8.318 15.343 14.531 20.252 4.545 57.330
Dari jumlah kepesertaan, maka dari tabel di atas, makin tahun peserta juga
makin banyak, meski untuk renewal, tidak pernah bisa mencapai 100%. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
angka yang menarik adalah penerima bantuan kematian yang ternyata makin banyak.
Meski begitu, setiap tahun, ada peserta yang seharusnya menerima bantuan kematian,
namun memilih untuk tidak menerima bantuan tersebut dengan berbagai macam
alasan: merasa sebagai KK yang mampu, atau memang sungguh karena ingin berbela
rasa, sehingga hak yang seharusnya diterima, lalu dikembalikan ke sistem atau
sekretariat, dan kemudian diberikan kepada yang membutuhkan jika nanti ada peserta
lain yang meninggal. Keputusan untuk tidak menerima bantuan itu, juga dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor: selain karena kesadaran diri, namun keberhasilan dari
pengurus paroki atau lingkungan dalam mensosialisasikan BKSY dan bela rasa,
menjadi faktor kunci pula sehingga orang yang mendengarkan penjelasan tentang
BKSY, menjadi yakin bahwa gerakan ini bukan asuransi, tetapi sungguh diadakan
untuk memberikan solidaritas kepada umat yang lemah dan miskin, yang tentu sangat
membutuhkan.
Dari data-data yang sudah dipaparkan di atas, menjadi jelas bahwa dari
segi jumlah, peserta BKSY semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun yang
masih menjadi kendala adalah untuk me-maintenance peserta yang sudah aktif
sehingga mau dan bersedia memperpanjang kepesertaan. Maka, di sanalah letak perak
pastor paroki yang menghimbau lewat kesempatan perjumpaan formal, para pengurus
paroki dan lingkungan yang menghimbau lewat sosialisasi ulang atau pada
pertemuan-pertemuan rutin. BKSY menggunakan sistem online yang secara otomatis
akan menghitung waktu ‘jatuh tempo’ dan memiliki mekanisme reminder yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
disampaikan ke sekretariat pusat. Dari sekretariat pusat, daftar ‘jatuh tempo’ tadi
disampaikan kepada pengurus masing-masing paroki dan mereka lah yang nanti
menyampaikan kepada ketua lingkungan untuk menindaklanjuti reminder tersebut.
Mekanisme ini berjalan baik ketika memiliki pengurus paroki yang proaktif, dan
tersendat-sendat manakala pengurus paroki justru pasif. Maka, sekali lagi, peran
pengurus, baik di paroki dan lingkungan sangat penting, sehingga perlu terus
mendapat sosialisasi, informasi dan himbauan dari sekretariat pusat.
3.7.2. Hasil Wawancara
Semenjak di bab I, telah dijelaskan bahwa jumlah informan yang akan
diwawancarai terbagi di tiga paroki, dengan pertimbangan bahwa paroki yang dipilih
adalah paroki yang telah mengikuti dan menjalankan BKSY lebih dari tiga tahun,
dengan maksud bahwa dalam waktu tiga tahun telah terjadi dinamika, yang akan
memunculkan fenomena-fenomena yang dapat diteliti lebih lanjut. Kemudian di tiga
paroki tersebut, sudah dilakukan wawancara kepada total 20 informan, dengan
komposisi sebagai berikut:
1. 9 informan dari paroki St. Antonius Bidaracina
2. 7 informan dari paroki St. Matius Bintaro
3. 4 informan dari paroki St. Yohanes Penginjil Blok B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dalam menentukan jumlah dan pribadi yang dipilih menjadi informan,
sudah ada komunikasi dan rekomendasi dari pengurus BKSY di masing-masing
paroki, sehingga masing-masing informan dapat mudah dihubungi, dan dapat
memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya. Mengingat adanya keterbatasan
waktu dan tempat, maka wawancara hanya dilakukan sekali untuk masing-masing
informan.
Data singkat mengenai keduapuluh informan adalah sebagai berikut:
1. Paroki St. Antonius Bidaracina
No. Data Diri Informan
1.
Nama Susana Atiek Umisanti (A1)
Lingkungan St. Virgilius
Wilayah 14
2.
Nama Oei Bing Hwa (A2)
Lingkungan St. Sirilus
Wilayah 13
3.
Nama Caecilia Purwanti (A3)
Lingkungan St. Hieronimus
Wilayah 8
4.
Nama Helena Sukoco (A4)
Lingkungan St. Hubertus
Wilayah 8
5. Nama Reni Margiastuti (A5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lingkungan St. Martinus
Wilayah 5
6.
Nama Elisabeth Yuliana (A6)
Lingkungan St. Ferdinandus
Wilayah 6
7.
Nama Restituta Nurhaeni (A7)
Lingkungan St. Dorotea
Wilayah 4
8.
Nama Maria Yovita (A8)
Lingkungan St. Marta
Wilayah 10
9.
Nama Yohana Siantini (A9)
Lingkungan St. Hermanus
Wilayah 8
2. Paroki St. Matius Bintaro
No. Data Diri Informan
1.
Nama Sulastri (B1)
Lingkungan Joyoseputro
Wilayah 9
2.
Nama Agnes Yulita (B2)
Lingkungan St. Vincentius
Wilayah 4
3. Nama Teofila Rukmi Satria (B3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lingkungan St. Yohanes Penginjil
Wilayah 5
4.
Nama R.R. Soesapti (B4)
Lingkungan Adisucipto
Wilayah 2
5.
Nama Venansius Sulistyawan (B5)
Lingkungan St. Yustinus
Wilayah 14
6.
Nama Venantius Purwadi (B6)
Lingkungan St. Yustinus
Wilayah 14
7.
Nama Agustina Winarso (B7)
Lingkungan St. Helena
Wilayah 12
3. Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B
No. Data Diri Informan
1.
Nama Sumarwan (C1)
Lingkungan Yoakim
Wilayah 3
2.
Nama Louise Maria Septiani (C2)
Lingkungan St. Fransiskus de Sales
Wilayah 10
3. Nama Agustinus Ngadiman (C3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lingkungan St. Lukas
Wilayah 3
4.
Nama Yustina Sari (C4)
Lingkungan Fransiska
Wilayah 5
Pertanyaan yang telah disusun sebagai panduan wawancara sebelum
melakukan wawancara disesuaikan dengan situasi dan kondisi informan di tempat
wawancara. Demi menciptakan suasana yang alami dan natural, panduan pertanyaan
yang telah dibuat, dalam berbagai kesempatan tidak terpakai. Dengan demikian,
pertanyaan dalam panduan wawancara disampaikan dengan pembahasan yang
terkadang berbeda dengan teks panduan. Dalam wawancara tersebut, informan
menceritakan kisah dan pengalaman serta pandangan dari sudut pandang mereka
masing-masing secara bebas, alami dan spontan. Situasi umum informan ketika
proses wawancara cukup beragam, karena ada yang sungguh-sungguh lancar
menceritakan pengalaman, namun sebagian, juga tidak, artinya harus diberi pengantar
dan pertanyaan ‘pancingan’ untuk memicu informan dalam menjawab. Pengalaman
informan dalam mengikuti BKSY sebagai peserta juga beragam. Ada yang menjadi
peserta sekaligus pengurus, ada yang menjadi peserta saja, ada yang sudah pernah
mendapatkan bantuan rawat inap atau kematian, dan ada yang belum sama sekali
mendapatkan bantuan. Keberagaman juga muncul dari latar belakang pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
sehari-hari dan letak tempat tinggal, dalam hal ini paroki, yang menentukan sudut
pandang informan tersebut.
3.7.2.1. Sistem Pelayanan dan Pengelolaan Gerakan Belarasa Berkhat Santo
Yusup (BKSY)
Di bagian observasi data, telah dipaparkan berbagai macam fakta dan angka,
yang berkaitan dengan pelaksanaan BKSY selama kurang lebih empat tahun (2014-
2018), yang sampai saat ini telah meliputi 32 paroki dan beberapa komunitas serta
perusahaan. Dari data-data yang ditampilkan, menjadi jelas bahwa tidak semua paroki
sudah mengikuti BKSY semenjak pertama kali di-launching, salah satu penyebabnya
adalah pemahaman umat yang belum detail dan menyeluruh. Di sisi lain, belum
semua Pastor Paroki segera tanggap dan menerima program ini sebagai program dari
keuskupan yang bertujuan untuk membantu biaya rawat inap dan kematian, yang
diprakarsai oleh Uskup KAJ sendiri. Selain itu, dapat digambarkan dengan jelas, data
mengenai paroki-paroki yang sudah ‘surplus’, dalam arti iuran dari umat parokinya
sudah bisa ‘menutup’ semua biaya rawat inap dan kematian untuk parokinya sendiri,
atau sebaliknya, ada paroki yang antara jumlah peserta yang sudah ikut, tidak
sebanding dengan jumlah permohonan bantuan rawat inap dan kematian. Memang,
secara sistem, pengelolaan dana dilakukan dalam satu kesatuan, namun penjelasan
tentang ini, membantu setiap pengurus di paroki juga bergiat untuk mencari banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
peserta dengan melakukan sosialisasi sampai ke lingkungan bahkan ke keluarga-
keluarga.
Setelah melihat observasi data, pada bagian ini akan dilanjutkan dengan
melihat pengalaman dan pandangan peserta sendiri mengenai BKSY. Dalam analisis
data, ada tiga bagian tema besar yang akan menjadi panduan, bagi pemilahan hasil
data wawancara, yaitu tentang sistem pelayanan dan pengelolaan BKSY, BKSY
sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bagi yang lemah dan
miskin, serta efek konkret keikutsertaan dalam BKSY bagi hidup menggereja dan
bermasyarakat. Tema-tema atau pokok pembicaraan ini menjadi penting karena
dalam kaitannya dengan tema pokok penelitian ini, yaitu sudahkah BKSY ini menjadi
sarana yang efektif untuk mewujudkan solidaritas bagi sesama yang lemah dan
miskin?
3.7.2.1.1. Sosialisasi dan Katekese
BKSY ini adalah program keuskupan, yang diprakarsai Mgr. Ignatius
Suharyo, namun tidak berarti bahwa gerakan belarasa ini menjadi program
‘mandatoris’, yang mewajibkan semua paroki untuk ikut. Ketika di-launching atau
diluncurkan pertama kali, tidak serta merta semua paroki mengikutinya, dan bahkan
ketika sebuah paroki memutuskan untuk ikut, yang disimbolkan dengan pastor paroki
yang secara lisan atau tertulis menyampaikan kepada pengurus pusat, maka paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
tersebut masih harus melewati satu proses yaitu sosialisasi dan katekese BKSY.
Mengapa harus ada sosialisasi dan katekese? Intinya, bahwa tujuan BKSY adalah
untuk ‘gladi rohani’ seluruh umat, yaitu menumbuhkan iman dengan berbagi kepada
sesama yang lemah miskin. Oleh karena itu, pemahaman tentang BKSY ini harus
disampaikan terlebih dahulu, sampai ke taraf terkecil yaitu umat. Karena kalau tidak
demikian, maka umat yang menjadi peserta dan memandang program ini sebagai
sekedar sebuah asuransi, karena dibantu pihak ketiga yaitu ACA, melulu akan ikut
karena mengharapkan bantuan saja, tanpa memikirkan bahwa iuran yang didapatkan
akan dikumpulkan untuk membantu orang lain.
Dalam wawancara yang dilakukan kepada 20 informan, semua mengalami
sosialisasi dan katekese BKSY, baik di paroki atau lingkungan. Umat yang
mengalami sosialisasi di paroki, biasanya adalah mereka yang tergabung sebagai
pengurus lingkungan, karena biasanya, paroki yang sudah akan ikut, akan
mengumpulkan semua dewan paroki dan pengurus lingkungan, yang kemudian
merekalah yang akan meneruskan sosialisasi kepada umat. Seperti yang dialami oleh
informan A9, yang mengatakan:
Kalau dulu memang disosialisasikan, ketika itu saya menjadi SSL (Seksi
Sosial Lingkungan). Nah ikut yang namanya pertemuan SSL, terus
pertemuan dewan paroki, di daerah mana saya lupa, di situlah tentang
BKSY itu diperkenalkan sama Pak Pur, kalah gak salah. Nah, kalau di
sini ada yang namanya Pak Styanto dan Bu Atiek. Nah, saya berpedoman
bahwa seperti ini, gerakan dari KAJ, meski sudah ada St. Yusup di
paroki-paroki.82
82 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2018, baris ke 6-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Yang menjadi pengurus lingkungan, biasanya memiliki kewajiban untuk
meneruskan informasi sosialisasi dari paroki kepada umat di lingkungan. Momen
yang dipilih tentu bermacam-macam: rapat rutin, doa lingkungan, misa lingkungan
dan lain-lain menyesuaikan keadaan. Maka, beberapa informan mengalami sendiri
mendapatkan sosialisasi ketika pertemuan lingkungan: “Setiap kali disampaikan dan
disosialisasikan di lingkungan untuk ikut BKSY.”83 Ada yang mengungkapkan
bahwa ketua lingkungan selalu menyampaikan sosialisasi setiap pertemuan
lingkungan, demikian: “Paling kalau ada pertemuan rutin. Biasanya selalu ada
tawaran untuk menjadi anggota baru BKSY, kalau gak ya mengingatkan yang
seharusnya sudah renewal (memperbaharui kepesertaan). Kalau dari paroki, biasanya
gak sampai ke lingkungan.”84 Ada yang mengungkapkan bahwa sosialisasi
didapatkan ketika berada di paroki, yang kebetulan ‘mendatangkan’ dari pengurus
sekretariat BKSY pusat, seperti yang diungkapkan demikian: “Kita dapat sosialisasi
dari paroki, waktu itu, ada dari ACA-nya juga datang, terus ada Pak Andre kalau gak
salah yang membidani BKSY di paroki ini.85
Tentu saja, efek dari sosialisasi ini akan sangat berbeda-beda bagi pemahaman
lanjut masing-masing informan tentang BKSY dan bela rasa. Penangkapan akan
informasi yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh macam-macam hal, entah
kemampuan ekonomi dan daya tangkap masing-masing umat, atau justru dari ketua
atau pengurus lingkungan, yang tentu akan memberikan penjelasan dengan cara dan
83 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 47-48. 84 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 50-54. 85 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 9-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
gaya-nya masing-masing. Atau pengalaman dari informan A7, yang juga sebagai
ketua lingkungan: “Yang pasti, pertama kali ya dari paroki. Yang menginformasikan
pertama kali kan Bapak Uskup, lalu ke paroki lewat Romo Paroki. Romo paroki di-
share lewat mimbar, lalu ke ketua lingkungan. Ke umat sebenarnya, tetapi kalau
langsung ke umat, biasanya umat tidak bisa langsung menangkap dengan baik.”86
Karena BKSY ini dikelola oleh ACA dan CAR dalam hal sistem dan keuangan,
maka tidak sedikit umat yang menangkap BKSY ini sebagai asuransi. Apalagi bagi
umat kebanyakan yang sudah mengenal sistem dan mekanisme asuransi, maka
spontan langsung menganggap BKSY ini sebagai asuransi, ketika mendengar ACA
dan CAR pertama kali, seperti pengalaman beberapa informan sebagai berikut:
“Belum sih. Baru sedikit sih yang ikut. Kayaknya kurang pengertian tentang BKSY.
Dan masih ada yang menganggap ini sebagai asuransi.”87 Tidak sedikit pula yang
‘menangkap’ BKSY ini sebagai salah satu produk dari perusahaan asuransi tertentu,
meski secara substansial tahu dan paham akan maksud dan tujuan dari BKSY, seperti
yang diungkapkan: “Sebetulnya, menurut saya BKSY itu berguna bagi umat yang
pra-sejahtera, berguna banget tapi di lingkungan-lingkungan itu, ada yang gak ngerti,
maksudnya masih nganggepnya asuransi, tapi kan memang dibantu asuransi, tapi
bukan asuransi yang itu maksudnya.”88 Selain, masih menganggap asuransi, ada
orang yang masih berpikiran tentang nilai dan perhitungan dari asuransi tersebut:
86 Verbatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 5-10. 87 Verbatim wawancara informan A2, 18 Juli 2018, baris ke 42-44. 88 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 34-39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
“Selain itu, ada yang menganggapnya kayak asuransi beneran, iuran dikit tapi
dapetnya banyak.”89
Pemahaman tentang BKSY yang tidak lengkap, masih di seputar angka hitung-
hitungan dan asuransi, ternyata mempengaruhi keputusan orang untuk ikut menjadi
peserta atau tidak: “Saya rasa mungkin dari yang pertama itu, yang informasinya kan
asuransi. Jadi, kayaknya, umat juga agak menyepelekan. Ee jadi kurang tertarik,
karena penjelasan pertamanya asuransi, orang kan sudah punya banyak.”90
Kepemilikan beberapa asuransi, menjadi salah satu alasan kenapa tidak semua orang
langsung mengambil keputusan untuk menjadi peserta: “Kalau kenal BKSY itu sudah
lama, jaman dulu udah, hanya ikutnya baru beberapa tahun ini, karena waktu itu
sudah punya beberapa asuransi. Jadi, awalnya belum mau ikut.”91 Begitu seperti yang
diungkapan oleh salah satu pengurus lingkungan demikian: “Ya mungkin karena dia
juga sudah punya banyak asuransi, menurut saya gitu. Selain itu, kebutuhan atau
keperluan hidup sehari-hari juga banyak.”92
Maka, dari itu pemahaman yang tepat, menjadi faktor penting, dan kuncinya
ada di momen sosialisasi dan katekese tentang BKSY itu sendiri. Namun, sebelum
sampai pada pemahaman umat, peran pastor paroki dan ketua lingkungan, atau
sebelumnya berada di pengurus paroki, juga menjadi faktor yang penting, karena dari
mereka-lah pertama kali pemahaman BKSY didapatkan, sebelum benar-benar
89 Verbatim wawancara informan A6, 18 Juli 2018, baris ke 66-68. 90 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 67-71. 91 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 14-17. 92 Verbatim wawancara informan B4, 25 Juli 2018, baris ke 55-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
disosialisasikan kepada umat. Selain pemahaman, semangat dan efektivitas pastor
paroki dan pengurus paroki juga turut berpengaruh.
3.7.2.1.2. Peran Pastor Paroki
Tidak bisa dipungkiri bahwa pastor paroki ambil peranan penting dalam
terselenggaranya BKSY di masing-masing paroki. Dari 66 paroki di KAJ saat ini,
baru 32 paroki yang bersedia menjalankan BKSY di parokinya masing-masing.
Tentu, masing-masing pastor paroki memiliki pertimbangannya masing-masing
dalam membuat keputusan untuk ikut BKSY atau tidak. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap 20 informan yang berada di tiga paroki berbeda, tampaknya
tanggapan pastor paroki terhadap BKSY pun berbeda, mengingat komposisi pastor
paroki yang berbeda-beda, baik dari komposisi tarekat atau diosesan, usia pastor,
maupun kepribadian atau karakter dari pastor paroki itu sendiri. Di antara sikap pastor
paroki itu, ada yang tentu sangat mendukung terlaksananya BKSY di parokinya,
seperti yang menjadi pengalaman dan kesaksian dari informan A1: “Saya juga
dikenalkan dari pastor paroki itu. Romo Samiran (SCJ) waktu itu (yang memberikan
sosialisasi). Dan juga Romo Alfons (SCJ) (yang meneruskan penjelasan). Saya
sebagai anggota PSE. Waktu itu saya masih anggota PSE diminta untuk menjadi PIC
(person in charge)-nya BKSY.”93 Biasanya kehadiran Romo Paroki, memanfaatkan
misa, kunjungan atau anjangsana lingkungan: “Ya kunjungan ke semua. Jadi yang di
93 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 39-43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
wilayah itu berkumpul di satu rumah. Nah, pas itu, dewan paroki termasuk Romo
juga dateng. Selain itu, ada seksi-seksi lingkungan: PSE, liturgi, tu suka pada dateng.
Nah pas itu juga ketua lingkungan, termasuk umat yang kalau mau dateng juga boleh.
Mungkin pada saat itu, bisa ada tanya jawab. Lalu, ada cerita tentang BKSY juga.”94
Ada juga Romo Paroki yang ‘membuka’ suara tentang BKSY di mimbar gereja,
bahkan melalui kotbah atau homili: “Yang pertama kali, Romo berbicara tentang
BKSY ya di dalam gereja, masudnya pas misa di gereja. Tiap kali misa minggu,
Romo mengajak umat. Dulu yang sering adalah Romo Samiran (SCJ). Itu petugas
khusus, yang dari KAJ, ada juga yang memperkenalkan.”95
Penjelasan dan katekese dari Romo Paroki makin diperkuat dengan penyerahan
bantuan yang dilakukan sewaktu misa dan diberi pengantar atau peneguhan berkaitan
tentang BKSY dan solidaritas kepada umat yang hadir. Penyerahan bantuan kepada
umat ini, selain menjadi ‘simbol’ bahwa BKSY ini sungguh gerakan bela rasa milik
keuskupan, namun juga menjadi kesempatan bagi pastor paroki untuk mengadakan
sosialisasi dan katekese kepada umat mengenai bela rasa dan solidaritas, yang secara
khusus diwujudnyatakan dalam BKSY ini:
Dulu kan kalau Romo Samiran kan, kami terimakan santunan BKSY
yang meninggal, Romo Sam kan selalu ngasih sedikit wejangan sebelum
santunan diberikan ke ahli warisnya, sedikit masukan Romo Sam, bahwa
BKSY itu adalah berbelarasa, bahwa yang di umat bisa beli pulsa lima
ribu sehari tapi jalau harus nyumbang itu berapa kali berapa, nah Romo
Sam itu selalu begitu.96
94 Verbatim wawancara informan A2, 18 Juli 2018, baris ke 65-71. 95 Verbatim wawancara informan A8, 20 Juli 2018, baris ke 20-24. 96 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 64-73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dalam momen penyerahan bantuan, Romo Paroki memberi himbauan bahkan
tantangan bagi umat untuk ambil bagian dalam BKSY: “Tapi, kalau ada penyerahan
dana bantuan, Romo sering menantang umat, bagi bapak ibu yang belum ikut BKSY,
mohon untuk terketuk hatinya untuk ikut.”97
Namun, satu hal yang tidak bisa dipungkiri dalam perjalanan reksa pastoral,
seorang pastor paroki tentu akan mengalami pergantian. Dalam situasi seperti ini,
tidak semua pastor paroki memiliki perhatian yang sama terhadap keberlangsungan
BKSY dalam sebuah paroki, sehingga terkadang umat dan pengurus juga memiliki
kendala justru karena pastor paroki-nya tidak memiliki pemahaman yang sama
seperti pastor paroki sebelumnya. Nanti, persoalan tentang pastor paroki yang sering
ganti, juga akan terjadi pada pengurus paroki dan pengurus lingkungan, yang dalam
periode-periode tertentu akan terjadi pergantian, sedangkan tiap-tiap orang yang
menggantikan, memiliki pemahaman yang berbeda-beda pula. Syukur, kalau sama
semangatnya dalam ‘menggalakkan’ BKSY, tapi kalau tidak bersemangat dan justru
mlempem maka menjadi tantangan pula dalam keberlangsungan BKSY selanjutnya.
Berbeda pengalaman pula, di paroki yang lain, ada beberapa pastor paroki
dalam satu paroki, namun berbeda pandangan soal BKSY. Satu pastor paroki sangat
mendukung, dan pastor paroki yang lain merasa biasa saja, atau bahkan cenderung
apatis, atau menganggap BKSY itu tidak ada di parokinya. Seperti yang diungkapkan
oleh informan B6 berikut ini:
97 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 115-118.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Ya, menurut saya, Romo paroki juga ikut berpartisipasi dengan
menghimbau kepada umat, pas kalau ada misa bulanan di lingkungan.
Pokoknya Romonya baik di sini, juga kalau pas kunjungan. Tapi,
orangnya kan memang agak tertutup tapi, maksudnya kalau gak diajak
ngomong juga diam gitu. Orangnya agak pendiem gitu maksudnya. Nah,
kalau Romo yang satunya, kan memang orang Jawa, jadi supel dan bisa
bergaul sama yang lain. Memang ya karakternya seperti itulah.98
Atau, seperti kesaksian informan C2 tentang pastor paroki-nya: “Kalau saya
sih, selama ini, Romo masih kurang banyak bergerak, ya sebatas sosialisasi, apalagi
tidak semua Romo bersedia membicarakan tentang BKSY, karena Romo paroki yang
satu juga belum pernah malahan menyinggung soal BKSY ini. Di misa wilayah juga
gak pernah ngomongin tentang BKSY ini juga.”99
Namun, ada juga pastor paroki yang sama sekali tidak berbicara tentang BKSY,
seperti yang diungkapkan oleh informan B4: “Saya belum pernah mendengar
malahan kalau Romo mendorong atau mengajak umat sih. Saya juga belum pernah
denger sih.”100
Perbedaan karakter pastor paroki dalam satu paroki memang sesuatu yang tidak
bisa dihindarkan, namun dalam rangka menggalakkan umat untuk berbela rasa
melalui BKSY, tampaknya menjadi sesuatu yang patut diperhitungkan. Pastor paroki
menjadi faktor yang penting bagi pemahaman umat akan bela rasa dan solidaritas
yang mewujud dalam BKSY ini, karena pastor paroki adalah ‘pemimpin rohani’,
yang keteladanan imannya akan diikuti oleh semua umat. Ketika Pastor paroki tidak
98 Verbatim wawancara informan B6, 25 Juli 2018, baris ke 92-100. 99 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 113-118. 100 Verbatim wawancara informan B4, 25 Juli 2018, baris ke 76-78.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
henti-hentinya menghimbau dalam berbagai macam kesempatan: misa paroki, misa
wilayah atau misa lingkungan, pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat, maka umat di
paroki tersebut akan semakin mendapatkan pemahaman yang tepat dan jelas tentang
BKSY itu sendiri, dengan bela rasa dan solidaritas sebagai intinya. Dengan
pemahaman yang tepat dan jelas, umat yang ikut menjadi peserta pun, terbangun
motivasinya, bukan sekedar dari faktor-faktor luaran, atau karena ingin memenuhi
kebutuhan bagi diri sendiri, namun mewujudkan rasa ingin berbagi itu, dalam satu
kesatuan dan kebersamaan, sebagai warga paroki pada khususnya, dan umat se-
keuskupan pada umumnya.
3.7.2.1.3. Peran Pengurus Paroki dan Lingkungan
Kehadiran dan pelayanan pengurus paroki dan lingkungan dalam BKSY,
adalah sangat penting dan menentukan, karena pengurus paroki dan lingkungan-lah
yang pertama-tama berhadapan langsung dan menerima tanggapan-tanggapan dari
peserta, kalau terjadi ke-tidakberes-an. Di beberapa paroki, BKSY masih dimasukkan
dalam kekoordinatoran PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) namun, tidak sedikit
pula paroki yang mengangkat koordinator BKSY secara khusus, sehingga BKSY
dapat tertangani dengan baik. Dalam pengalaman yang ada, ketika pengurus paroki
dan lingkungan bisa bekerja sama dengan baik, maka semakin banyak umat yang
‘tersentuh’ dengan sosialisasi dan katekese tentang bela rasa, solidaritas dan BKSY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
itu sendiri. Misalnya, seperti yang diungkapkan oleh informan A5: “Menurut saya
(pengurus paroki) kooperatif, kalau ada apa-apa, selalu info ke lingkungan.”101
Atau pengurus paroki yang selalu proaktif dan memberi dampak yang
signifikan terhadap bertambahnya jumlah peserta: “…dari PSE sendiri sih selalu
menggebu-gebu. Waktu itu, pernah Mas Sulis, datang ke wilayah-wilayah, kunjungan
gitu, tapi memang belum semua, dan baru beberapa.”102 Kehadiran pengurus BKSY
paroki atau wilayah ke lingkungan-lingkungan memberi dampak yang signifikan
dalam kepesertaan: “Memang dengan kehadiran Mas Sulis ke wilayah-wilayah,
kunjungan itu, di wilayah itu, akan berhasil, karena kunjungan ke wilayah-wilayah itu
menjadi semakin banyak yang ikut.”103
Meski begitu, masih banyak pengurus paroki atau lingkungan yang kurang
aktif bergerak, sehingga dampak yang ditimbulkan belum signifikan, karena banyak
umat yang mengandalkan kehadiran dan pelayanan ketua lingkungan dalam
mengurusi berbagai macam hal. Berkaitan dengan BKSY ini, karena ketua
lingkungan juga menjadi ‘ujung tombak’, maka ketua lingkungan mengambil peranan
penting dalam menentukan berbagai macam kebijakan, termasuk dengan BKSY ini.
Seperti yang diungkapkan oleh informan A7 berikut ini: “Jadi peran ketua lingkungan
itu yang sangat menentukan, karena untuk pembayaran kan kalau gak diingatkan kan
pasti lupa.”104
101 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 106-107. 102 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 85-88. 103 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 118-121. 104 Vernatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 496-498.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Bahkan peran tersebut menyangkut pada soal-soal teknis administrasi, seperti
pengalaman informan A9 berikut ini: “Nah, dalam hal seperti itu (ketua lingkungan)
harus punya daftarnya, jadi tinggal nyentil aja, supaya (yang belum ikut) bisa segera
ikut.”105 Akibatnya, kalau ketua lingkungan juga tidak proaktif, maka umat pun, pada
kesempatan-kesempatan tertentu menjadi tidak bersemangat, atau tidak memiliki
‘greget’ dalam mengikuti BKSY ini. Seperti yang diungkapkan oleh informan B3
berikut ini: “Iya, soal pemahaman itu akhirnya penting dan cara penyampaiannya,
karena di lingkungan saya, juga sudah mulai habis semangatnya, sudah tidak ada
gaungnya lagi tuh. Maksudnya, ketua lingkungan atau pengurus lain, tidak mencoba
lagi untuk sosialisasi, atau sekedar mengingatkan lagi juga tidak ada.”106 “Kemarin
di lingkungan saya, greget untuk itu juga sudah jauh menurun, karena beberapa kali
pertemuan, ketua lingkungan menyampaikan sekedar informasi tapi tidak mengajak
dan menghimbau umat lagi untuk ikut.”107
Tantangan menjadi pengurus paroki dan pengurus lingkungan dalam hal
menyampaikan tentang BKSY kepada warga adalah karakter dan kebutuhan umat
yang beragam dan bermacam-macam sehingga setiap umat yang datang dan bertanya
mesti mendapatkan jawaban dan solusi yang berbeda-beda pula. Ada yang memang
sungguh tulus dan ikhlas ingin mengetahui dan mengikuti gerakan ini, namun tidak
sedikit umat yang mengetahui secara salah dan akhirnya mengikuti gerakan ini hanya
karena mengharapkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Ada pengurus paroki dan
105 Verbatim wawancara informan A9, 18 Juli 2018, baris ke 100-101. 106 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 58-63. 107 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 118-121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
pengurus lingkungan yang mesti bijaksana dalam memberi solusi dan jawaban bagi
umat yang demikian. Maka, pengurus paroki dan pengurus lingkungan, tetap harus
mendapatkan pemahaman pertama yang tepat dan benar berkaitan dengan bela rasa
dan solidaritas, sehingga kemudian ketika harus menyampaikan dan menempatkan
diri kepada umat dapat melakukan dengan baik dan semestinya.
3.7.2.2. Pemahaman Menumbuhkan Kesadaran Bela Rasa dan Solidaritas
dari Umat
Meski pada awalnya, sosialisasi tidak membuat orang langsung menjadi
paham tentang maksud dan tujuan Bapak Uskup mengenai usaha untuk mewujudkan
solidaritas, tapi toh tidak sedikit umat yang memahami BKSY ini sebagai sungguh
usaha untuk membantu orang lain yang berkekurangan: “Itu kan untuk, maksudnya
itu kan dari KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Waktu itu memang disarankan
mengikuti ini untuk maksudnya membantu atau meringankan atau jaga-jaga, kita kan
gak tahu.”108 Pengetahuan atau pemahaman yang benar, akan memberi dampak
pilihan yang berarti pula: “Tapi, peserta itu sebenarnya, kalau memang, pribadi saya
ya, gak memikirkan dapatnya, kita memang tujuannya, untuk memberi dan
kepedulian, untuk saling membantu, kayak yang memang di bawah bisa terbantu
dengan kepedulian kita ikut BKSY itu, nah itu sepengetahuan saya seperti itu.”109
108 Verbatim wawancara informan A8, 20 Juli 2018, baris ke 7-10. 109 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2019, baris ke 36-41.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ada yang sudah sampai pada pemahaman inti yaitu gotong royong yang mengarah
pada kesediaan untuk saling membantu satu sama lain: “Pada intinya adalah gotong
royong, ada yang kerepotan, saling membantu, dan dipikul bersama.”110 Ada juga
yang tidak memikirkan bantuan yang akan didapatkan kelak: “Kalau dilihat dari
lingkungan saya sendiri sih, ikut untuk berbelarasa, belum terpikir untuk sampai nanti
kalau ikut bisa dapat segini, atau tidak.”111
Tidak sedikit pula umat yang mengalami proses ‘pencerahan’, dari yang
tadinya tidak tahu tentang BKSY menjadi tahu dan paham, atau yang tadinya hanya
memahami BKSY sebagai asuransi, namun karena ada proses pemahaman yang
datang dari berbagai kesempatan dan sosialisasi, akhirnya bisa tahu dan paham
tentang BKSY dengan sebenar-benarnya. Seperti pengalaman dari informan B1, yang
mengatakan bahwa: “Saya rasa mungkin dari yang (sosialisasi) pertama itu, yang
informasinya kan asuransi. Jadi kayaknya, umat juga agak menyepelekan. Ee jadi
kurang tertarik, karena penjelasan pertamanya asuransi, orang sudah punya
banyak”.112
Lalu, setelah dijelaskan lagi, maka pemahaman umat menjadi semakin jelas
dan benar: “Tapi, saya kepengen tuh mungkin umat itu digerakkan lagi dan
diinformasikan lagi bahwa BKSY itu penting gitu lho untuk membela yang lemah.
110 Verbatim wawancara informan B6, 20 Juli 2019, baris ke 79-81. 111 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2019, baris ke 93-95. 112 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 67-71.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Dengan uang sehari seribu rupiah, istilahnya yang tidak terpakai kan bisa dicelengin
dulu tuh dalam satu tahun bisa bayar untuk empat orang.”113
Kemampuan ekonomi umat, tidak menjadi faktor penentu orang lalu
mengikuti program BKSY ini, karena dalam beberapa pengalaman, justru orang-
orang yang kaya, sejahtera, dan memiliki beberapa ‘jaminan’ atau asuransi, justru
memutuskan untuk tidak ikut, karena merasa tidak butuh. Di sini menjadi jelas bahwa
pemahaman adalah penting. Karena, sekali lagi, tujuan dari BKSY adalah gerakan
untuk memberi, bukan gerakan untuk mendapat. Seperti beberapa pengalaman
berikut: “Nah saya bilang, aduh suka dukanya. Tapi, ada juga orang kaya yang gak
mau ikut, katanya asuransi bla, bla, bla, ini ya memang asuransi, tapi kita bisa ikut
berbagi, karena Bapak Uskup yang menganjurkan.”114 Kemampuan secara finansial
tidak menjadikan seseorang otomatis menjadi peserta, bahkan terkadang lebih banyak
perhitungan meski sudah dijelaskan dengan baik dan benar: “Kalau dipikir kan seperti
itu, tapi saya ngajak orang yang berduit pun belum berhasil, sampai sekarang juga
banyak, yang belum berhasil, belum mau gitu. Alasannya ya macem-macem, padahal,
tujuan dari Bapak Uskup itu kan memang untuk bela rasa, tapi kurang memahami itu,
saya rasa.”115
Dalam pengalaman pengurus lingkungan memberikan sosialisasi, ada beberapa
poin yang ternyata ditangkap oleh umat, sehingga menentukan pemahaman umat dan
akhirnya mempengaruhi keputusan orang untuk ambil bagian menjadi peserta BKSY.
113 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 75-80. 114 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 56-61. 115 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2018, baris ke 96-103.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Faktor-faktor itu misalnya tentang sarana dan materi, seperti pengalaman informan
B1:
Kemudian, Bu Agustin kan memberi informasi lewat brosur-brosur, ada
juga lewat video yang dari Bapak Uskupnya itu, oleh Mas Sulis, film dari
KAJ, BKSY. Dari situ kan Monsigneur sendiri yang menghimbau kepada
umat supaya pada ikut BKSY. Akhirnya, ya sudah, saya sekaligus bayar,
sekaligus juga belajar, sekaligus juga mengerti apa sih itu BKSY,
ternyata untuk bela rasa.116
Ada beberapa sarana sosialisasi, dan beberapa umat, bahkan bisa membedakan
sarana-sarana sosialisasi tersebut, misalnya seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“Selain itu, menurut kami, brosur dan leaflet yang lama, atau yang hijau itu, menurut
kami lebih jelas daripada yang baru, yang warnanya kuning.”117 Yang tak kalah
penting adalah bahasa, cara penyampaian, dan detail yang disampaikan, ternyata
mempengaruhi atensi dan pemahaman umat. Seperti yang diungkapkan oleh informan
A7:
Dengan cara, terutama bahasa bahwa kita tujuannya untuk membantu
nih, belarasa bukan untuk mencari keuntungan. Uang delapan puluh ribu
setahun, ya kan, ketika, ada namanya, musibah, entah sakit yang dirawat
itu kan mendapatkan penggantian, biasanya saya menginfokan ke warga
bahwa penggantian itu diberikan kepada orang yang memang
membutuhkan. Ketika orang itu, di-cover oleh BPJS atau di-cover oleh
asuransi yang lain, atau warga itu mampu tidak usah minta. Dengan
bahasa saya tentunya, supaya mereka punya hati juga.118
Ada yang sudah sampai pada kesadaran bahwa cara dan sarana sosialisasi yang
keliru atau tidak ‘pas’, akan memberi dampak yang tidak baik pula di kemudian hari:
116 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 37-44. 117 Verbatim wawancara informan B7, 25 Juli 2018, baris ke 40-42. 118 Verbatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 29-39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
“Sekali lagi, akhirnya yang menjadi penting adalah model penyampaian dan
sosialisasi yang sejak awal memang kurang tepat dan tidak pas, sehingga umat
menjadi salah paham dan tidak mengerti secara tepat tentang BKSY ini.”119 Selain
itu, informasi yang lengkap dan detail, bukan hanya fokus pada angka dan hitung-
hitungan juga berpengaruh besar: “Jadi, waktu pertama kali, Pak Jeffry hanya
mengenalkan, seperti yang saya ungkapkan di depan bahwa kalau sakit mendapat
seratus ribu rupiah dan kalau meninggal mendapat sepuluh juta rupiah, tanpa embel-
embel tidak mampu atau sendiri, tidak sakit dan seterusnya.”120 Selain itu, ada yang
berpendapat bahwa, sosialisasi atau katekese bela rasa dan BKSY yang lengkap serta
tepat, akan berpengaruh pada pemahaman dan pilihan umat untuk menjadi peserta:
“Ya, sosialisasinya mestinya sampai detail, yang bisa dimengerti oleh ‘kaum
bawah’.”121
Yang menarik, beberapa paroki membuat ‘redaksi’ pada istilah-istilah asuransi,
supaya menghindari pemahaman yang keliru dari umat: “Kalau saya sih, tetap
merasakan bahwa ini adalah program bela rasa. Makanya, untuk penyebutannya juga
bukan polis tapi sertifikat, tidak seperti asuransi.”122 Bentuk-bentuk redaksi ini pula
yang dipilih oleh pengurus pusat, supaya sekali lagi, BKSY tidak dipahami sebagai
asuransi, maka istilah-istilah asuransi diganti dengan istilah yang ‘ramah’ dipahami
umat, misalnya ‘polis’ diganti ‘sertifikat’, ‘santunan’ diganti ‘bantuan’, atau ‘klaim’
119 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 105-109. 120 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 83-87. 121 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 105-106. 122 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 47-50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
diganti ‘mengajukan bantuan’, dan sebagainya. Semua itu, semata-mata, supaya umat
semakin mengerti dan paham bahwa BKSY ini memang bukan asuransi, dan sungguh
gerakan belarasa.
3.7.2.3. Efek Konkret bagi Hidup Menggereja dan Bermasyarakat
Sedari awal, Mgr. Ignatius Suharyo menghendaki bahwa BKSY ini menjadi
‘gerakan rohani’ yang mengembangkan hidup beriman umat KAJ, yang diwujudkan
secara konkret dengan berbela rasa kepada orang yang lemah dan miskin. Namun,
ternyata dalam perkembangannya, tidak semua umat, bahkan yang sudah menjadi
peserta, langsung tahu atau paham tentang maksud dan tujuan ini, sehingga tidak
sedikit yang menganggap BKSY ini sebagai program asuransi, karena menggandeng
ACA dan CAR sebagai rekan kerja. Namun, bukan berarti BKSY ini gerakan yang
sia-sia, tetapi tetap ditemukan dampak dan efek yang konkret bagi hidup beriman
umat, terutama yang menjadi peserta. Meski segala sesuatu membutuhkan proses,
namun dalam kesempatan ini, akan disampaikan beberapa fenomena yang
menunjukkan bahwa BKSY ini, sedikit demi sedikit, memiliki daya ubah dan
mengarah pada tujuan dan maksud dari Bapak Uskup sendiri.
Beberapa pengalaman tersebut, misalnnya seperti yang dialami oleh informan
A1, sebagai berikut: “Tapi gini lho frater, kalau memang orang itu niat mau
membantu, kan kita juga sampaikan, ada rekening sendiri untuk pending coffee.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Cuma gak ada yang (berpikir) seperti itu. Adanya yang bayar iuran saja, atau peserta
biasa. Tapi, ada juga yang tidak mengambil (bantuan kematian).”123
Pengalaman lain berkaitan dengan peserta yang tidak mengambil atau tidak
mengajukan bantuan kematian, dialami oleh informan A4, sebagai berikut: “Itu
bagus, saya kemarin ada satu orang kayak gitu, berbela rasa, mungkin keluarganya
kali. Jadi, dia gak ngambil (bantuan kematian), dan dari kita yang sudahlah, untuk
yang lain saja, yang lebih membutuhkan.”124
Selain bantuan kematian, ada juga pengalaman dari informan B1, yang
mengalami sendiri anaknya sakit, namun memilih untuk tidak mengambil bantuan
rawat inap, sebagai berikut: ”Kemudian, setelah itu anak saya sakit, juga saya ber-
bela rasa-ah, karena saya kan sehari hanya seratus ribu sih. Ya kalau memang,
dirawatnya lama kan seminggu ya harus tujuh ratus ribu rupiah, kalau
membayangkan sih untungnya gede banget, kalau dilihat dari untung rugi. Tapi saya
enggak minta, dua kali anak saya sakit saya gak minta.”125
Untuk menjadi peserta BKSY, setiap tahun membayar iuran sebesar Rp.
80.000. Iuran sebesar ini, bagi sebagian orang sangat mudah dan sangat kecil, namun
tidak sedikit juga umat yang merasa keberatan dengan uang sejumlah itu. Pertama-
tama, karena umat tersebut memang tidak mampu secara ekonomi, atau biasanya
karena sudah hidup sendiri: janda atau duda, sehingga tidak ada lagi yang
menanggung perekonomian umat yang bersangkutan. Namun, dalam keadaan
123 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 64-69. 124 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 201-204. 125 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 45-52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
tersebut, ada juga yang ingin tetap ambil bagian dalam BKSY ini, dengan kesadaran
bahwa yang terutama adalah kesediaan untuk membantu orang lain. Dalam kondisi
seperti ini, ada beberapa umat yang tergerak untuk ‘membayari’ iuran umat yang
tidak mampu untuk membiayai iuran tahunan BKSY. Ini adalah bentuk bela rasa
yang banyak ditemukan di beberapa paroki, misalnya pengalaman dari informan A1,
sebagai berikut: “Pernah ada kejadian, orangnya tidak mampu, yang menjadi donatur-
nya itu, orang yang pas-pasan juga. Saya acungi jempol, dan kebetulan yang
disantuni itu juga meninggal, dan gak punya siapa-siapa. Nah saya minta, ketua
lingkungan, bendahara dan donaturnya yang menerima.”126
Ada umat lingkungan, yang dengan penuh kesadaran ‘membayari’ iuran dari
beberapa umat lingkungannya yang tidak mampu untuk membayar iuran, seperti yang
diungkapkan sebagai berikut: “Ada juga dari wilayah 13 itu, yang dia menyantuni 10
personil (umat) itu ada 3 keluarga. Jadi, tiap tahun dibayari sama satu orang. Dan dia
sendiri juga ikut, bertiga yaitu suami, istri dan anaknya.”127
Ada juga ketua lingkungan, yang berinisiatif dan tergerak untuk membantu
umatnya yang benar-benar membutuhkan bantuan, karena keadaan yang
memprihatinkan, seperti pengalaman informan C1, sebagai berikut:
Keluarga juga ada, yang habis kebakaran, tidak punya rumah, kemarin
saya bantu klaim, termasuk yang waktu Natal dan Paskah, alasannya
karena sudah tidak punya rumah, namun menurut saya tidak, karena
anak-anaknya juga mampu. Orang itu sudah janda, tidak punya
penghasilan, sakit-sakitan, mungkin pernah dengan kebakaran sampai
habis, memang benar anaknya kerja, sudah punya mobil dan cicil rumah,
126 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 82-87. 127 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 102-106.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dan lain-lain, lalu pemikiran saya seperti ini, bahwa setiap hari mendapat
transport untuk ke rumah sakit, dan dia tidak punya uang.128
Pada akhirnya, kehadiran BKSY ini membuat banyak orang tergerak dan
tersemangati hidupnya, terlebih usaha dalam memberikan diri dalam pelayanan.
Seperti yang dibagikan oleh informan A1, sebagai berikut:
Sama dengan BKSY ini, mau 5 orang, mau 2 orang, pokoknya sebelum
hari Minggu sudah harus selesai, saya sudah harus input. Dan mendingan
saya nombok (uang iuran) daripada saudara kita nanti ada masalah.
Selama ini memang, saya punya (tabungan) Mandiri, cuma memang
daripada saya ke bank ngantre, pakai ATM atau gimana gitu, ya pake sms
banking aja, wis sekali jebret banyak gak masalah. Yang penting kerjaan
saya selesai. Saya bisa bantu warga paroki. Tuhan sudah ngasih rejeki
banyak. Nah itu yang saya kerjakan. Nah masalahnya memang, nanti
saya sudah gak dipakai lagi, atau gak ngurusin lagi, menunjuk siapa yang
menjadi PIC BKSY. Cari kader aja susah, yang bisa kita percaya, karena
ini uang dan berhubungan dengan orang yang gak mampu.129
Atau yang makin tersemangati dalam tugas menjadi ketua lingkungan dalam
tugas-tugas hidup menggereja, seperti pengalaman informan C1, sebagi berikut:
“Kebetulan saya kemarin juga bersedia menjadi seksi liturgi, dan saya juga terbuka
untuk melakukan (perbuatan) belas kasih, dan menurut saya gerakan ini sudah sangat
bagus.”130
Efek dari gerakan bela rasa ini kalau dicermati, terbagi dalam tiga proses, yaitu
perubahan pemahaman, perubahan sikap dan tindakan, dan akhirnya efek konkret
dalam tugas pelayanan sehari-hari, baik dalam gereja maupun masyarakat. Efek ini
tidak langsung kelihatan, karena pada dasarnya, pertumbuhan iman adalah persoalan
128 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 61-72. 129 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 201-215. 130 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 166-168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pribadi, yang terwujud dalam kesatuan dan komunitas, sehingga selalu ada proses,
yang kadang signifikan, namun juga samar-samar hampir tidak jelas. Namun, yang
jelas gerakan ini memberikan efek positif dalam hidup beriman, terlebih dalam
kaitannya kesadaran untuk berbela rasa dan mewujudkan solidaritas bagi sesama
yang lemah dan miskin.
3.8. Poin-poin Kesimpulan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti akan memaparkan rangkuman hasil observasi dan
wawancara mengenai efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)
untuk mewujudkan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ). Dalam proses ini, peneliti berusaha memahami dan
mengungkapkan kembali makna-makna yang tersirat dari para informan lewat hasil
narasi dan analisis, supaya lebih mudah dipahami dan sesuai dengan alurnya.
Rangkuman analisis penelitian akan dibagi sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan Katekese BKSY yang benar dan tepat, akan
mempengaruhi keputusan umat dalam mengikuti gerakan ini.
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan bahwa masih
banyak sekali umat yang memahami BKSY ini sebagai asuransi
hanya karena ada ‘embel-embel’ ACA dan CAR yang terlibat
sebagai pengelola data dan dana, serta pola serta sistem yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
memang mirip asuransi. Namun, BKSY bukanlah asuransi, dari
berbagai sudut pandang, yaitu jika melihat latar belakang,
spiritualitas, dan mekanisme secara keseluruhan dari BKSY ini.131
2. Sistem dan mekanisme yang diterapkan oleh BKSY, yang dikelola
oleh ACA dan CAR, tidak terlalu menyulitkan, terlebih dalam
proses pendaftaran peserta baru, perpanjangan kepesertaan,
pengajuan bantuan baik rawat inap dan kematian; karena
penjelasan tentang prosedur dan persyaratan ini sudah menjadi
satu dalam sosialisasi dan katekese BKSY di paroki-paroki.
3. Peran pastor paroki dalam upaya menggerakkan umat untuk ambil
bagian dalam gerakan ini sangat penting dan vital. Peran pastor
paroki yang pertama adalah jelas, menangkap misi Bapak Uskup
dan memberi persetujuan bagi parokinya untuk mengikuti BKSY,
kemudian memberi peluang bagi tim sekretariat BKSY pusat
untuk mengadakan sosialisasi dan katekese BKSY bagi dewan
paroki dan pengurus lingkungan, serta akhirnya terus menerus
menggerakkan umat, baik secara lisan maupun lewat aksi nyata
dengan juga menjadi peserta BKSY ini.
4. Pengurus BKSY paroki, biasanya adalah sub-seksi dari bidang
Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari paroki yang
bersangkutan, namun beberapa paroki, terutama paroki yang
131 Penjelasan tentang latar belakang, spiritualitas dan mekanisme secara lengkap dijelaskan di bab II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
sudah sangat berkembang gerakan BKSY-nya, yang ditunjukkan
dengan jumlah peserta yang cukup signifikan, biasanya memiliki
sub-seksi tersendiri khusus untuk BKSY, bahkan memiliki kantor
sendiri dan membuka jam-jam pelayanan khusus BKSY.
5. Pengurus lingkungan, yang biasanya terdiri dari ketua lingkungan
dan atau Seksi Sosial Lingkungan (SSL), juga memiliki pengaruh
besar, bagi perkembangan BKSY ini, terlebih dalam sosialisasi
lanjutan dari paroki, kepada semua umat tanpa terkecuali. Disadari
bahwa karakter ketua lingkungan berbeda-beda: ada yang sangat
giat, semangat dan aktif, namun ada juga yang cenderung pasif
dan malah apatis pada BKSY ini. Karakter ini, ternyata juga
mempengaruhi semangat umat untuk ambil bagian menjadi
peserta BKSY.
6. Dari pengalaman, ada berbagai macam motivasi dan kepentingan
seseorang mengikuti BKSY: memang sungguh ingin berbagi dan
berbela rasa, ingin mendapatkan keuntungan semata atau karena
memang didaftarkan oleh lingkungan. Biasanya karena termasuk
dalam golongan umat pra-sejahtera, yang karena inisiatif ketua
lingkungan, lalu tetap didaftarkan menjadi peserta meski tidak
mampu membayar iuran kepesertaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
7. Melanjutkan poin yang sebelumnya, ada juga beberapa tipe umat
dalam menanggapi BKSY ini: ada yang mampu membayar iuran
tahun demi tahun, ada yang mampu membayari iuran beberapa
umat sekaligus, dan ada juga yang bersedia membantu dana
berapa pun jumlahnya tetapi merasa tidak perlu menjadi peserta.
Itulah mengapa disediakan rekening pending coffee, yang
digunakan untuk menampung dana yang berasal selain dari dana
iuran peserta. Namun, berkaitan dengan tipe kepesertaan yang
terakhir tadi, dalam sosialisasi dan katekese BKSY selalu
ditekankan bahwa BKSY ini adalah gerakan rohani, yang berasal
dari inisiatif pribadi, sehingga kalau keputusan itu membuat orang
yang bersangkutan semakin berbela rasa, maka tidak perlu
dipermasalahkan lebih lanjut.
8. Dari pengalaman orang yang sudah pernah mendapatkan bantuan,
baik rawat inap maupun kematian, tantangan imannya justru
semakin besar ketika harus membuat pilihan untuk meneruskan
kepesertaan atau tidak, karena sudah pernah mendapatkan
bantuan. Ada yang tetap meneruskan kepesertaan meski sudah
pernah mendapatkan bantuan, terutama bantuan kematian, namun
tidak sedikit pula yang berhenti menjadi peserta setalah salah satu
anggota keluarganya meninggal dan sebagai ahli waris, menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
bantuan dari BKSY. Persis di sinilah, motivasi orang mengikuti
gerakan BKSY semakin kelihatan, namun juga dimurnikan.
Beberapa poin di atas, adalah hal-hal yang ditemukan, baik secara tersirat
maupun tersurat, dari peserta sendiri, yang memiliki beragam pengalaman: menjadi
peserta saja, sekaligus menjadi pengurus lingkungan atau paroki, pernah menerima
bantuan baik rawat inap maupun kematian, dan beberapa pengalaman lain. Tentu
sampel informan yang disampaikan di sini, tidak sangat lengkap karena berasal dari 3
paroki saja, dari keseluruhan 32 paroki yang sudah ikut BKSY atau dari keseluruhan
66 paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Namun, dari pengalaman tersebut dapat
digambarkan bahwa umat, terlebih yang sudah menjadi peserta, mengalami dinamika
dan pergulatan iman, meski itu dalam wujud yang sangat sederhana. Pergulatan iman
itu, berkaitan dengan kesadaran diri untuk berbagi kepada sesama atau lebih
mementingkan kepentingan diri. Namun, iman juga merupakan proses, yang
barangkali di awal belum paham, tetapi perlahan ketika sudah mendapatkan
penjelasan yang detail dan lengkap, iman itu mulai bertumbuh dalam perbuatan dan
tindakan-tindakan yang sederhana pula. Maka, ada harapan bahwa gerakan BKSY ini,
sesuai dengan misi Mgr. Ignatius Suharyo, sebagai gerakan rohani yang
diwujudnyatakan dalam bela rasa dan solidaritas kepada sesama yang lemah dan
miskin ini, mendapatkan jalan yang semakin lebar dan luas, meski di beberapa
kesempatan mendapatkan tantangan dan hambatan yang tidak mudah juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
3.9. Rangkuman
Efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) sebagai
perwujudan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin dipengaruhi oleh berbagai
faktor, di antaranya yaitu sosialisasi dan katekese bela rasa yang akan mendukung
pemahaman yang benar dan tepat, gairah dan semangat pastor paroki yang menjadi
‘pemicu’ ‘virus’ bela rasa kepada seluruh umat, serta keterlibatan pengurus paroki
dan lingkungan dalam rangka meneruskan pemahaman bela rasa dan solidaritas itu
kepada seluruh umat tanpa terkecuali. Selain itu, sistem dan mekanisme yang
terwujud dalam prosedur-prosedur dan persyaratan juga menjadi faktor yang tak
kalah penting, karena pemahaman atasnya juga mempengaruhi keputusan untuk
mengikuti gerakan bela rasa ini atau tidak. Namun, yang terpenting, juga menyangkut
motivasi dari masing-masing orang, yang terdiri dari dua pilihan besar: ingin sungguh
berbagi, berbela rasa, dan bersolidaritas; atau hanya sekedar mencari keuntungan bagi
diri sendiri.
Maka, dari itu, pengurus BKSY pusat harus selalu memperbaharui
informasi berkaitan dengan situasi dan kondisi di paroki-paroki atau komunitas.
Semua itu berkaitan dengan tantangan dan hambatan yang sering muncul dalam
pelaksanaan BKSY ini, sehingga dengan terus memantau situasi dan kondisi ini,
diharapkan dapat memberikan solusi yang berdaya-guna, yang bukan hanya menjadi
solusi instant atau sementara, namun juga semakin membuat umat juga bersemangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
dalam mewujudkan iman melalui BKSY ini. Selain itu, pengurus paroki maupun
lingkungan juga makin bersemangat dalam melayani semua umat yang menjadi
peserta. Dengan demikian, harapan yang utama adalah bahwa sungguh gerakan bela
rasa BKSY ini memang sungguh menjadi sarana yang efektif untuk menumbuhkan
kesadaran untuk berbagi, berbela rasa, dan bersolidaritas kepada sesama yang lemah
dan miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BAB IV
REFLEKSI TEOLOGIS: ALLAH YANG BERBELA RASA
DALAM DIRI KRISTUS DAN GEREJA YANG
BERSOLIDARITAS
4.1. Pengantar
Dalam bab III telah diuraikan tentang metode, proses dan hasil penelitian
tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) di Keuskupan
Agung Jakarta. Di sana telah digambarkan dengan sistematis, dinamika di sekitar
gerakan bela rasa BKSY, dan dampaknya bagi kehidupan meng-gereja dan
bermasyarakat. Penelitian yang dilakukan telah memberi gambaran tentang realitas,
tantangan dan hambatan yang dialami oleh para peserta gerakan bela rasa BKSY ini.
Kelanjutan dari proses penulisan ini adalah penyusunan refleksi teologis yang
menjadi dasar pembuatan usulan dan saran pastoral bagi pengembangan gerakan
belarasa BKSY selanjutnya. Pada bab IV ini, penyusunan refleksi teologis adalah
dengan ‘merenungkan’-nya dalam terang Kitab Suci, ajaran Gereja dan prinsip-
prinsip solidaritas, yang telah diuraikan di bab II. Sesudah refleksi teologis, penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
akan mengusulkan kebijakan-kebijakan pastoral demi pengembangan pelayanan
gerakan bela rasa BKSY di KAJ, dan nanti di keuskupan-keuskupan lain.
4.2. Metode Refleksi Teologis
Proses refleksi teologis dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pertama, melihat dan meng-analisis kenyataan sosial atau situasi
yang dihadapi bersama. Untuk melihat itu, diperlukan ilmu-ilmu non-
teologi.
2. Kedua, merumuskan tanggapan penulis sebagai orang beriman atas
fakta yang ada. Keprihatinan iman ini mendorong penulis untuk
melakukan refleksi teologis.
3. Ketiga, refleksi teologis dengan cara ‘merenungkan’ kenyataan sosial
itu dalam terang Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja.
4. Keempat, mengusulkan aksi pastoral sebagai tanggapan iman dalam
menghadapi kenyataan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Perencanaan pastoral ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
gerakan bela rasa BKSY ini selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4.3. Analisis Sosial dan Kultural
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah kota metropolitan. Selain
menjadi ibukota negara, Jakarta juga menjadi pusat perekonomian. Salah satu ciri dari
kota metropolitan adalah bahwa kota itu menjadi tujuan urbanisasi.132 Kota yang
menjadi tujuan urbanisasi, biasanya menjanjikan kesempatan kerja dan peningkatan
taraf hidup secara ekonomi. Arus urbanisasi mulai deras terjadi saat ada perubahan
kultur masyarakat dari masyarakat agraria, menjadi masyarakat industri. Tetapi, tidak
seperti yang dibayangkan bahwa orang-orang yang berbondong-bondong menuju
kota metropolitan, dengan otomatis akan meningkat kehidupan ekonominya.
Kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin lebar menganga, kejahatan yang
semakin meluas, dan masalah-masalah sosial lain yang bermunculan dan semakin
kompleks membuat kehidupan menjadi semakin tidak manusiawi.133 Program-
program pemerintah tampaknya tidak bisa menanggulangi semua masalah tersebut
secara memadai.134
Salah satu akibat langsung dari kesenjangan sosial adalah orang tercerabut dari
akar sosialnya, dengan segala konsekuensinya. Ke-tercerabutan sosial ini akan
berpengaruh pada kesadaran atau gambaran tentang diri, pengalaman hidup dalam
keluarga, dan persahabatan, bahkan sampai pada gambaran tentang Allah. Orang
132 Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. 133 Romdiati, Haning, dan Mita Noveria, ‘Mobilitas Penduduk Antar Daerah Dalam Rangka Tertib
Pengendalian Migrasi Masuk ke DKI Jakarta’, dalam Jurnal Kependudukan Indonesia, vol. 1, no. 1,
2006, 12. 134 Moeis Syarif, Stratifikasi Sosial, (Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung, 2008), 34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
tidak lagi merasa mempunyai perlindungan dalam lingkungan yang lebih stabil.
Perubahan ini dapat dengan mudah membuat orang-orang yang datang ke kota
metropolitan menjadi kehilangan orientasi, termasuk di dalamnya, hilangnya
kepekaan terhadap nilai-nilai akan martabat manusia. Akibat lain yang konkret adalah
‘ketidakberdayaan’ secara politis, sehingga orang-orang tidak memiliki akses
terhadap kekuasaan dan hasil ekonomi, dan dengan mudah menjadi ‘korban’ bagi
keputusan-keputusan politik dan ekonomi, yang penuh dengan kepentingan yang
manipulatif.
Masyarakat kota metropolitan Jakarta, berdasarkan ciri-ciri sosial-budaya, dapat
dibagi menjadi empat kelompok besar135, yaitu:
1. Kelompok elite atau kelompok atas, yaitu kelompok pengendali
perekonomian, pemegang kapital, yang keputusan-keputusannya
mempengaruhi arus ekonomi. Di dalamnya termasuk para elite
politik dan pemerintahan.
2. Kelompok menengah ke atas, yaitu kelompok atau lapisan
masyarakat atas, yang sebagian besar terdiri dari kaum terpelajar:
pegawai negeri, swasta, dan kelompok-kelompok profesional.
3. Kelompok menengah ke bawah, yang terdiri dari para pedagang dan
berpenghasilan cukup, memiliki penghasilan tetap, dan tempat
tinggal tetap.
135 Marco Kusumawijaya, Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, 112.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
4. Kelompok kelas bawah, yang jumlahnya paling banyak. Mereka yang
termasuk kelompok ini adalah para pekerja tidak tetap (serabutan).
Penghasilan mereka juga tidak tetap atau musiman, misalnya: buruh
bangunan, tukang ojek, tukang cuci.
Berdasarkan situasi dan kelompok masyarakat yang ada di DKI Jakarta
tersebut, maka tantangan-tantangan dan permasalahan yang sering muncul adalah
sebagai berikut136:
1. Tantangan kesenjangan sosial, karena jumlah ‘pelaku’ urbanisasi
yang terus meningkat setiap tahun. Penduduk Jakarta semakin
banyak, namun berbanding terbalik dengan lapangan pekerjaan dan
lahan tempat tinggal.
2. Tantangan adanya pekerjaan musiman, yang berdampak pada
tingginya angka pengangguran di bulan-bulan atau periode tertentu
pada saat pekerjaan-pekerjaan musiman belum tiba.
3. Tantangan angka kejahatan yang meningkat, yang juga terjadi akibat
pengangguran yang meningkat, membuat banyak orang memenuhi
kebutuhan pokok dengan jalan pintas, atau perbuatan-perbuatan
kriminal.
4. Tantangan kesehatan, yang diakibatkan oleh tingginya jumlah
penduduk yang tidak sebanding dengan fasilitas dan tenaga kesehatan
yang dapat dijangkau.
136 Moeis Syarif, Stratifikasi Sosial, 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Beberapa tantangan yang dituliskan ini, kemudian mengerucut pada satu
tantangan besar, yaitu tantangan kemiskinan. Kemiskinan dipahami sebagai kondisi
di mana kebutuhan-kebutuhan pokok tidak dapat terpenuhi, pendapatan sangat
rendah, dan kehidupan di bawah garis kemiskinan. Dalam ilmu sosial, dibedakan
antara kemiskinan mutlak dan relatif. Kemiskinan mutlak terjadi jika kebutuhan
primer seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan tidak dapat
dipenuhi, sedangkan kemiskinan relatif didasarkan pada pembagian pendapatan.137
Selain itu, yang juga perlu diperhatikan dalam meng-indentifikasi masyarakat
metropolitan adalah dari sistem kemasyarakatan dan sistem nilai budaya. Sistem nilai
budaya itu terkait dengan konsep mengenai hidup yang ada dalam pikiran
masyarakat, yang berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi.138
Jakarta sendiri, dalam hal ini, termasuk kota yang menonjol sifat kemiskinan relatif-
nya, terutama dalam hal pemerataan pendapatan, yang ‘jomplang’ dan tidak merata.
Kebanyakan orang metropolitan terbentuk oleh situasi sehari-hari yang serba
cepat dan monoton. Semua ditentukan oleh waktu. Maka, tidak mengherankan bahwa
sikap mementingkan diri sendiri, egois, dan berpusat pada keuntungan, menjadi
bentuk sikap yang jamak ditemukan. Tentu ini sangat berbeda dengan masyarakat
pedesaan yang jauh lebih bersaudara, saling menyapa dan menghormati, dan
menjunjung tinggi kerja sama atau gotong royong.139 Hubungan sosial masyarakat
137 Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, (Kanisius: Yogyakarta, 1997),
19. 138 Muhammad Damami, Makna Agama dalam Masyarakat, (LESFI: Yogyakarta, 2002), 7. 139 Soerjono Soekanto, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Dian Rakyat: Jakarta, 1982), 34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
metropolitan cenderung mandiri, mengarah pada apatis terhadap orang-orang di
sekitarnya. Kontak komunal terjadi sebatas dalam urusan pekerjaan, itu pun masih
dalam ranah ‘luaran’, banyak basa-basi. Namun, untuk bisa ‘mengorbankan’ waktu
demi kebersamaan, sangat jarang kelompok masyarakat metropolitan yang dapat
melakukannya.
Dalam konteks inilah, menjadi wajar bahwa untuk bisa berbagi, masyarakat
metropolitan masih sangat sulit. Berbagi itu banyak wujudnya: waktu, materi,
kehadiran dan seterusnya. Perpaduan antara tantangan kemiskinan dan karakter
masyarakat yang sulit berbagi inilah, yang memberi dampak negatif bagi perwujudan
kesejahteraan di dalam masyarakat metropolitan. Untuk mengatasi situasi ini,
sebenarnya ada tiga alternatif, yaitu:
1. Accomodation/aggression:140 bentuk pertama ini dilakukan dengan
cara memperbaiki keadaan dengan bekerja keras, dan apabila cara ini
gagal, maka mulai berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
kemiskinan.
2. Tindakan melarikan diri dari realita yang tidak disukai.
3. Usaha untuk mengubah sistem dan kemapanan yang dianggap
menjadi penyebab kondisi yang miskin.
Dari semua usaha tersebut, poin pertama dan kedua adalah yang paling sering
dilakukan, karena poin ketiga, tetap membutuhkan bantuan secara struktural, dan
140 Stanley Eitzen, Social Problems, (Allyn and Bacon Inc: Boston, 1986), 166.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
biasanya sulit didapatkan. Pada akhirnya, banyak yang kemudian lebih suka memilih
untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang sudah ada.
Ada satu usaha bersama yang juga kini dibangun masyarakat yaitu kerja sama,
gotong royong atau dikenal juga dengan semangat solidaritas. Solidaritas dibangun
berdasarkan situasi bersama, dan tidak mengharuskan situasi kaya-miskin, bahkan
sesama orang yang membutuhkan pun bisa menerapkan solidaritas. Dalam situasi
masyarakat pedesaan, yang masih kental dengan suasana kerja sama dan gotong
royong, solidaritas adalah ‘praktek’ yang sangat mudah ditemui, misalnya
mengumpulkan bahan-bahan makanan, uang untuk dibagikan lagi kepada yang jauh
lebih membutuhkan. Dalam situasi masyarakat metropolitan, ‘semangat’ solidaritas
ini, masih membutuhkan ‘perjuangan’ karena masih menjadi milik segelintir orang
yang dengan sadar memberi dan berbagi bagi orang lain. Umumnya, mereka yang
jauh lebih mampu akan memberi lebih banyak, namun kenyataannya di lapangan,
bisa terbalik: yang mampu tidak mau memberi namun yang kurang mampu justru rela
memberi meski dalam jumlah yang sangat terbatas. Inilah realitas masyarakat
metropolitan, yang menjadi dasar penelitian ini.
Atas penting dan mendesaknya tindakan solidaritas tersebut, Gereja Keuskupan
Agung Jakarta (KAJ), yang berada dalam konteks kesenjangan sosial ‘kaya-miskin’,
menanggapi panggilan untuk mewujudkan solidaritas antar umat, dengan membentuk
sebuah gerakan belarasa dan solidaritas, yang bertujuan untuk membantu umat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
warga yang mengalami kesulitan dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan
dengan pembiayaan rawat inap dan biaya kematian.
4.4. Sintesis Hasil Penelitian
Dari hasil analisis atas data penelitian dan analisis sosial-kultural, dapat
disimpulkan bahwa gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dapat menjadi
sarana yang efektif untuk berbagi dan mewujudkan solidaritas kepada sesama yang
lemah dan miskin. Meski untuk bisa terwujud, hal itu membutuhkan proses yang
tidak mudah, bahkan dengan syarat-syarat tertentu. Dari analisis atas data penelitian
ditemukan beberapa hal berikut ini:
1. Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, merupakan
gerakan bela rasa ‘milik’ keuskupan, dan dilaksanakan dalam dua
cara: teritorial dan kategorial. Secara teritorial berarti dilaksanakan
dengan basis paroki-paroki sedangkan secara kategorial dilaksanakan
dalam komunitas-komunitas. Meski milik keuskupan, namun perlu
inisiatif dan kesediaan dari paroki dan komunitas yang bersangkutan
sebelum menjadi peserta. Penekanannya adalah kesadaran untuk
berbagi menjadi dasar dan titik tolak dari gerakan bela rasa ini.
2. Selama empat tahun berjalan, jumlah peserta cenderung naik, namun
pemahaman dan motivasi peserta untuk ikut berbeda-beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Penentunya adalah sosialisasi yang disampaikan oleh pengurus pusat
dan paroki, serta pastor paroki.
3. Orang yang sudah paham tentang maksud dan tujuan gerakan bela
rasa ini, cenderung akan memberi lebih atau kalau mestinya
mendapatkan bantuan, memilih untuk tidak mengambil dan diberikan
kepada orang lain.
4. Orang yang belum paham tentang maksud dan tujuan gerakan bela
rasa ini, biasanya memandang seperti asuransi: memberi atau
membayar sedikit, namun suatu saat nanti akan menerima lebih
banyak.
5. Penentu pemahaman umat adalah sosialisasi dan katekese tentang
bela rasa yang disampaikan oleh pengurus pusat kepada pastor paroki
dan ketua-ketua wilayah atau lingkungan. Pastor paroki dan ketua-
ketua wilayah atau lingkungan inilah yang akan meneruskan kepada
seluruh umat.
6. BKSY ini ‘menggandeng’ pihak ketiga sebagai mitra dalam
pengelolaan sistem dan dana. Di satu sisi, BKSY terbantu untuk
mengelola dana sistem, namun di sisi lain, sering disalahartikan
sebagai ‘produk’ asuransi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Poin penting dari penelitian ini adalah tentang peran dari gerakan belarasa bagi
tumbuhnya semangat solidaritas di antara umat. Dari analisis data, dapat ditemukan
beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Ada beberapa jenis peserta: peserta yang apatis, peserta yang
membutuhkan proses, dan peserta yang sudah langsung tahu dan
paham bahwa BKSY adalah gerakan bela rasa dan solidaritas.
2. Kemampuan ekonomi umat, tidak menjadi tolok ukuran dalam
keputusan untuk ambil bagian menjadi peserta. Justru orang-orang
yang kaya, sejahtera dan sudah memiliki beberapa asuransi,
memutuskan tidak menjadi peserta BKSY karena merasa tidak butuh
lagi. Padahal BKSY adalah gerakan untuk bela rasa dan solidaritas.
3. Cara dan bahasa penyampaian yang tepat, menjadi faktor kunci untuk
mempengaruhi atensi dan pemahaman umat. Di samping ada hal-hal
material, seperti slide presentasi, website, brosur dan leaflet.
4. Ada paroki yang mengadakan ‘redaksi’ pada istilah-istilah teknis
asuransi, sehingga bisa ditangkap umat sebagai gerakan bela rasa.
Selain semangat solidaritas, himbauan dari Bapa Uskup, hendak menjadikan
gerakan bela rasa BKSY ini sebagai gerakan rohani, yang memberi efek konkret bagi
hidup meng-gereja dan bermasyarakat. Dari analisis data, dapat ditemukan beberapa
kondisi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
1. Ada beberapa peserta yang seharusnya mendapatkan bantuan, namun
memilih untuk tidak mengambil bantuan tersebut, dengan harapan
bahwa bantuan itu bisa membantu orang lain yang jauh lebih
membutuhkan.
2. Dalam lingkup lingkungan, ada juga peserta yang berinisiatif untuk
membayari iuran dari beberapa peserta yang kurang mampu, untuk
beberapa kali periode kepesertaan.
3. Beberapa peserta yang ‘lebih’, selain membayar iuran
kepesertaannya sendiri, juga menambahkan uang untuk pending-
coffee, atau uang yang dikumpulkan sebagai ‘cadangan’ apabila ada
peserta yang ingin ikut menjadi peserta baru, atau renewal
(pembaharuan kepesertaan), namun tidak cukup memiliki uang untuk
membayar iuran kepesertaan.
4. Dan yang terpenting, ada perubahan hidup, dari yang tadinya pelit
menjadi murah hati. Bentuk kemurahan hati itu wujudnya macam-
macam, misalnya terlibat dalam pelayanan di lingkungan dan gereja,
semakin rajin ke gereja, bersedia menjadi pengurus paguyuban ketika
yang lain tidak bersedia.
5. Para peserta juga semakin semangat dalam membangun persaudaraan
dan terlibat dalam masyarakat. Keterlibatan dalam masyarakat juga
sebagai bentuk solidaritas orang Katolik terhadap sesama yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Efek dari gerakan bela rasa ini kalau dicermati, terbagi dalam tiga proses, yaitu
perubahan pemahaman, perubahan sikap dan tindakan, dan akhirnya efek konkret
dalam tugas pelayanan sehari-hari, baik dalam gereja maupun masyarakat. Efek ini
tidak langsung kelihatan, karena pada dasarnya, pertumbuhan iman adalah persoalan
pribadi, yang terwujud dalam kesatuan dan komunitas, sehingga selalu ada proses,
yang kadang signifikan, namun juga samar-samar hampir tidak jelas. Namun, yang
jelas gerakan ini memberikan efek positif dalam hidup beriman, terlebih dalam
kaitannya kesadaran untuk berbela rasa dan mewujudkan solidaritas bagi sesama
yang lemah dan miskin.
4.5. Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri Kristus dan Gereja
yang Bersolidaritas
Gereja di Keuskupan Agung Jakarta, adalah Gereja yang hadir dan menyapa,
serta menjunjung tinggi martabat manusia. Dengan mewujudkan solidaritas, Gereja
diharapkan mampu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menyejahterakan semua
orang, tanpa terkecuali. Dengan begitu, martabat manusia ditinggikan. Gereja ingin
hadir secara signifikan dan relevan. Gereja dan masyarakat berjalan bersama. Maka,
melalui gerakan bela rasa BKSY ini diharapkan bahwa ada kerja sama untuk
mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, sekaligus
membangun manusia rohani, manusia beriman yang mewujudkan iman dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
kesediaan diri untuk berbagi dan berbela rasa. Ada tiga langkah dalam merefleksikan
soal efektivitas gerakan bela rasa BKSY ini, yaitu mengenal Allah yang berbela rasa
kepada manusia, merefleksikan Yesus Kristus sebagai puncak pewahyuan bela rasa
Allah, dan Gereja sebagai perwujudan konkret bela rasa Allah, yang menjadi tujuan
dari refleksi teologis ini.
4.5.1. Allah yang Berbela Rasa kepada Manusia
Paus Fransiskus, dalam Misericordiae Vultus artikel 9, mengatakan bahwa
kerahiman adalah inti iman kristiani, yang didasarkan pada tiga perumpamaan dalam
Injil yang sungguh memperlihatkan kerahiman Allah, yaitu: perumpamaan tentang
domba yang hilang (Luk. 15: 1-17), perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk.
15: 8-10) dan perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15: 11-32). Masih
berkaitan dengan itu, dalam bukunya: The Name of God is Mercy, Paus Fransiskus
menuliskan demikian: “Kerahiman adalah intisari dari pesan Injil. Kerahiman adalah
nama Allah sendiri, wajah yang mewahyukan diri-Nya di dalam Perjanjian Lama dan
mendapat kepenuhannya di dalam Yesus Kristus, inkarnasi kasih yang berdaya cipta
dan membebaskan. Cinta kasih dari kerahiman itu menerangi wajah Gereja, secara
khusus dalam sakramen-sakramen terutama dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan juga
dalam karya-karya cinta kasih, baik komunitas maupun individual.”141
141 Francis, The Name of God is Mercy: A Conversation with Andrea Tornielli, (New York: Random
House, 2016),7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Sejak Perjanjian Lama, Allah telah menyatakan diri sebagai Allah yang
menunjukkan bela rasa, sebagai sifat yang utama, disertai dengan berbagai macam
tindakan dan ‘intervensi’-Nya terhadap bangsa yang diselamatkan yaitu Israel. Yang
menjadi sasaran bela rasa Allah adalah terutama para pendosa dan orang-orang
miskin. Dalam tulisan ini, bela rasa Allah ini akan ditekankan pada ‘keberpihakan’
Allah kepada orang miskin, yang menjadi pilihan-Nya sendiri. Setelah mewahyukan
diri sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah berfirman kepada Musa terkait
penderitaan orang Israel: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan
umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan
oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku mengetahui penderitaan mereka” (bdk. Kel.
3:7). Dalam Kitab Hakim-hakim juga diperlihatkan bagaimana Allah sangat
memperhatikan kebutuhan bangsa Israel yang berseru minta tolong: “Ketika orang
Israel berseru kepada Tuhan, maka Tuhan membangkitkan bagi mereka seorang
penyelamat (bdk. Hak. 6:7).”142 Dengan demikian, juga dapat disimpulkan bahwa,
orang kristiani menjadi alat-alat untuk ‘mendengarkan’ jeritan orang miskin, maka
jika kemudian ada yang menjadi ‘tuli’ akan permohonan dan permintaan orang
miskin, itu berarti sama saja dengan menentang kehendak dan rencana Allah.143
Bela rasa Allah adalah kuasa Allah yang menopang, melindungi dan
menciptakan hidup yang baru. Bela rasa Allah adalah pilihan-Nya kepada kehidupan.
Pilihan Allah kepada orang miskin adalah pilihan yang berdimensi sosial karena
142 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, (London: Darton, Longmann, Todd Ltd.,
2014), 23. 143 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
mengarahkan keprihatinan secara khusus kepada orang yang lemah dan miskin144,
yang sekurang-kurangnya dalam Perjanjian Lama diperlihatkan dalam: peristiwa
eksodus (keluaran), hukum hari dan tahun Sabat serta nubuat-nubuat para nabi.
Dalam peristiwa eksodus, jelas bahwa bangsa Israel adalah bangsa miskin di Mesir
dan Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyelamatkan mereka.145
Dalam hukum hari Sabat, ditetapkan bahwa para budak dan orang asing mendapatkan
hari untuk beristirahat. Selain itu dalam Tahun Sabat, yang diadakan setiap tujuh
tahun sekali, ditetapkan bahwa orang miskin akan mendapatkan makanan dan para
budak dibebaskan.146 Dalam nubuat-nubuat para nabi, selalu ditekankan tentang
kepedulian dan pilihan Allah kepada orang-orang miskin, karena melalui para nabi
inilah, keberpihakan Allah kepada orang yang lemah dan miskin bisa tersampaikan.
Gerakan bela rasa BKSY dicanangkan oleh Mgr. Ignatius Suharyo dengan ‘bela
rasa’ sebagai pokok dan dasar. Bela rasa yang dimaksud adalah perwujudan dari
gambaran kerahiman Allah yang tiada terbatas bagi manusia. Perwujudan bela rasa
ini, ditunjukkan dengan kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang kurang
beruntung, dalam berbagai macam hal, terutama dalam hal ini, adalah soal kesehatan
dan kematian. Gerakan bela rasa BKSY ini, memberi bantuan secara khusus untuk
mereka yang kesulitan dana dalam kesehatan dan kematian. Namun, di sisi lain,
gerakan bela rasa BKSY ini, pun hendak menumbuhkembangkan semangat bela rasa
144 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, (New York: Paulist
Press, 2014), 56. 145 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, 56. 146 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dalam diri masing-masing peserta, sehingga setiap orang yang terlibat sebagai
peserta, memiliki motivasi murni untuk memberi dengan ikhlas melalui iuran yang
dibayarkan, bukan malah berharap menerima sesuatu dari kepesertaan yang mereka
ikuti. Dari iuran yang mereka bayarkan setiap tahun, meski jumlahnya tidak banyak,
menjadi perwujudan konkret dari bela rasa tersebut. Dimensi bela rasa itu makin
tampak ketika seseorang yang seharusnya menerima bantuan, baik itu kesehatan atau
kematian, memutuskan untuk memberikan bantuan tersebut kepada yang lebih
membutuhkan. Bela rasa itu muncul dari dalam diri, kemudian diwujudkan dalam
satu kesatuan paroki dan keuskupan dalam wadah kepesertaan BKSY.
4.5.2. Yesus Kristus sebagai Puncak Pewahyuan Bela Rasa Allah
Yesus adalah wajah bela rasa Allah yang nyata di dunia. Bela rasa Allah yang
besar itu dapat dilihat, dirasakan atau dialami dalam keseluruhan hidup Yesus. Tanda
dan mukjizat yang dikerjakan Yesus, terutama dalam menghadapi pendosa, orang
miskin, orang tersingkirkan, yang sakit, menderita, memiliki inti yaitu: kasih dan bela
rasa. Bersama Yesus Kristus, hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata,
karena Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus merupakan Allah yang solider
dengan kehidupan manusia. Allah telah memilih untuk hadir di tengah hiruk pikuk
kehidupan, berbagi nasib dengan manusia. Pengalaman inkarnasi merupakan
pengalaman Allah yang menjadi manusia, agar manusia dapat mengambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
dalam hidup Allah, yang mau terlibat dalam perjuangan dan keprihatinan manusia.147
Kerahiman sudah tampak sejak tampilnya Yesus pertama kali ketika Yesus membaca
nas Nabi Yesaya di sinagoga di Nazaret: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia
telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah dating” (Luk 4:18-19).148
Kata-kata Yesus ini menjadi dasar dari semua perbuatan dan perkataan kerahiman-
Nya selanjutnya yang menghadirkan Allah di tengah dunia.
Dalam pewahyuan bela rasa Allah, Yesus tidak hanya mewartakan bela rasa
tersebut, tetapi juga menghidupinya melalui perbuatan-perbuatanNya. Hampir seluruh
Injil menceritakan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan dan menunjukkan bela rasa
untuk menolong orang-orang miskin, lemah dan tersingkir, menyembuhkan orang
sakit, memberikan makan dan minum untuk mereka yang lapar dan haus serta
mengampuni orang berdosa. Perbuatan-perbuatan bela rasa Yesus, misalnya
ditunjukkan dalam belas kasih kepada janda dari Nain (Luk. 7:11-15), bela rasa
terhadap orang kusta di Galilea (Mrk. 1:41-42), penyembuhan terhadap dua orang
buta di Yerikho (Mat. 20:34), dan tentu saja, Yesus yang tergerak oleh bela rasa
147 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, 145. 148 Dives in Misericordiae art. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
kepada lima ribu orang yang mengikuti-Nya tiga hari dan memberi mereka makan
(Mrk. 8:1-3).149
Berkenaan dengan tindakan bela rasa Yesus, ensiklik Dives Misericordiae
artikel 2 menegaskan bahwa dalam dan melalui Yesus Kristus, Allah bisa dilihat
secara khusus dalam kerahiman-Nya. Yesus tidak hanya berbicara tentang kerahiman
dan belarasa, termasuk menjelaskan artinya melalui perbandingan dan perumpamaan,
tetapi Yesus sendiri membuat kerahiman dan bela rasa Allah menjelma dan
terpersonifikasi. Yesus adalah Sang Kerahiman itu sendiri.150 Melalui cara hidup-
Nya, Yesus menyatakan kerahiman-Nya sungguh hadir di dalam dunia ini sebagai
sebuah kasih yang berdaya guna, yang menghadirkan diri kepada manusia dan
merangkul segala sesuatu yang membangun kemanusiaan-Nya.151
Bukti paling jelas akan kesetiaan, kasih dan bela rasa Allah dalam diri Kristus
adalah saat penderitaan dan wafat-Nya di salib. Yesus memberikan hidup-Nya sendiri
bagi semua, pun bagi musuh-musuh-Nya, untuk mengubah hati mereka. Dalam salib
Kristus, bela rasa Allah memancar keluar.152 Kematian Kristus mampu menunjukkan
bahwa kasih dan bela rasa Allah itu menghancurkan kematian dan membawa manusia
pada keselamatan. Pemberian diri Kristus secara penuh mengatasi ketakutan manusia
dan membuat manusia mampu untuk mempercayakan diri seutuhnya kepada-Nya.
Dalam diri Yesus, Allah secara definitif, membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang
149 Christoph Schonborn, We Have Found Mercy. The Mistery of God’s Merciful Love, (San Fransisco:
Ignatius Press, 2012), 41-42. 150 Christoph Schonborn, We Have Found Mercy. The Mistery of God’s Merciful Love, 42. 151 Dives in Misericordiae art. 3. 152 Lumen Fidei (LF), art. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
penuh belas kasih dan bela rasa. Yesus menempatkan bela rasa dan kerahiman
sebagai pusat misteri Paskah, sekaligus sebagai peristiwa yang menghadirkan rahmat
bagi umat kristiani, karena ada pengalaman disembuhkan, mengubah sikap dan
transformasi, sekaligus ajakan untuk berpartisipasi menyebarkan kerahiman dan bela
rasa dalam keadaan konkret waktu, tempat dan orang-orang.153
Allah menghendaki agar manusia mengambil inisiatif dan bertindak proaktif
untuk memihak orang miskin dan mengupayakan berbagai macam hal: peduli, solider
dan membantu orang miskin mengatasi kesulitan hidupnya. Gereja dipanggil
meneladan Yesus Kristus, yang ‘…menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan membebaskan
orang-orang tertindas (Luk. 4:18-19)’.154 Realitas Yesus Kristus, dengan demikian
adalah realitas Allah yang berpihak, dan dengan demikian, Gereja yang hendak
menjadi bagian dari Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia, harus menjadi
Gereja ‘yang berpihak’. Gereja menemukan kekuatan dan motif karya pelayanan
dalam realitas salib. Salib merupakan ‘aksi’ solidaritas Allah pada penderitaan
manusia. Yesus Kristus lewat salib memenuhi janji Allah untuk menyelamatkan
manusia di dunia. Dengan ketaatan-Nya, Yesus Kristus melaksanakan penebusan
sekaligus menjadi puncak pewahyuan bela rasa Allah kepada manusia dan dunia.155
153 Christoper G.P., ‘Paschal Mystery and Divine Mercy’, Vidyajoti Journal of Theological Reflection
80, 2016, 243. 154 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, 69. 155 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Gerakan bela rasa BKSY, pada awalnya dianggap sebagai salah satu produk
asuransi, karena menggandeng pihak ketiga sebagai pengelola sistem dan keuangan,
sehingga untuk bisa meyakinkan umat untuk ambil bagian dalam kepesertaan,
membutuhkan usaha yang tidak mudah. Sekretariat BKSY pusat, mengadakan
sosialisasi di paroki-paroki, yang kemudian diteruskan di lingkungan-lingkungan.
Sosialisasi dan katekese memiliki tujuan supaya pemahaman tentang berbagi dan
bersolidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin ini, tidak menjadi konsep
belaka, namun di balik sosialisasi dan katekese tersebut, juga mengandung ajakan
untuk mewujudkan belarasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Konsep besar
tentang bela rasa itu diwujudkan dalam pemahaman yang konkret namun sederhana,
sehingga umat yang mendengarnya pun paham bahwa BKSY bukan produk asuransi,
tetapi gerakan bela rasa.
4.5.3. Gereja sebagai Perwujudan Konkret Bela Rasa Allah
Dalam Konsili Vatikan II terjadi pergeseran eklesiologis dari Gereja yang
bercorak ‘Tubuh Mistik Kristus’ ke arah Gereja ‘Umat Allah’. Umat beriman adalah
umat Allah yang dipanggil kepada iman, harapan dan disempurnakan pada cinta
kasih. Dasar dari panggilan itu ialah kenyataan bahwa mereka dicintai, dan dipilih
oleh Allah, dibenarkan oleh Kristus dan dikuduskan oleh Roh Kudus.156 Pengertian
umat Allah ini menjadi titik tolak untuk mengungkapkan ‘sisi sosial’ Gereja, yaitu
156 M. Nur Widi, Eklesiologi Ardas Keuskupan Agung Semarang, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 103.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
menempatkan Gereja dalam rangka keselamatan Allah yang hadir dalam sejarah yang
konkret.157 Sejak semula, karya keselamatan Allah dalam sejarah diarahkan pada
pembentukan ‘komunitas keselamatan’.158 Dua ciri pokok rencana keselamatan Allah
seperti yang dinyatakan dalam Lumen Gentium (LG) artikel 9,159 adalah: rencana
keselamatan dilaksanakan sebagai relasi pribadi Allah dengan manusia; dan relasi
pribadi tidak terwujud sebagai individualisme tetapi diwujudkan dalam sejarah umat
Allah. Karya keselamatan Allah dilaksanakan dalam Gereja, yang sungguh
manusiawi (kelihatan) dan ilahi (tak kelihatan).160 Dalam realitas kemanusiaannya,
Gereja bertanggungjawab terhadap realitas duniawi yang ada di sekitarnya. Gereja
tidak berdiam diri, tetapi terlibat langsung di tengah situasi dan kondisi yang dialami
oleh dunia.
Gereja dipandang juga sebagai communio atau persekutuan, yang
menekankan kesatuan seluruh umat serta kebersamaan dalam gerak membangun
hidup beriman dan hidup bermasyarakat.161 Gereja sebagai persekutuan berarti
menjadi komunitas yang hidup dan berciri partisipatif (melibatkan), transformatif
(mengembangkan) dan empowering (memberdayakan).162 Maka, dikenal istilah
157 Gaudium et Spes (GS) art. 1. 158 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, 208. 159 “Di segala zaman dan pada semua bangsa, Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan
orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya. Tetapi Ia hendak
membentuk mereka menjadi umat, yang mengakuiNya dalam kebenaran dan mengabdi kepadaNya
dengan suci.” 160 James Kroeger, 50 Jejak Konsili Vatikan II, 158. 161 Dewan Karya Pastoral KAS, Aggiornamento Pembaharuan Hidup Gereja dalam Terang Konsili
Vatikan II, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 32. 162 Dewan Karya Pastoral KAS, Aggiornamento Pembaharuan Hidup Gereja dalam Terang Konsili
Vatikan II, 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Gereja sebagai sebuah komunitas, yang menekankan persaudaraan, solidaritas, dan
keintiman relasi personal dalam membangun hidup bersama. Maka, diharapkan
bahwa Gereja communio menjadi entitas dan ‘lahan subur’ bagi hadirnya Kerajaan
Allah, yang terjadi karena terjalinnya relasi personal-mendalam dengan Allah dalam
kesatuannya dengan sesama dan alam ciptaan. Yesus Kristus mengajar bahwa
manusia tidak hanya menerima dan mengenal bela rasa Allah, tetapi juga dipanggil
untuk ‘mempraktekkan’ kerahiman dan bela rasa kepada sesama, seperti yang tertulis
dalam Mat. 5:7: “Berbahagialah orang yang penuh dengan kerahiman, karena mereka
akan memperoleh kerahiman.”163
Gereja mengajak semua umat untuk ‘melangkah keluar’ menyampaikan
hidup dan kesaksian Kristus sebagai pewahyuan bela rasa Allah, kepada semua orang.
Gereja memiliki bidang-bidang perutusan dan pelayanan: pewartaan sabda (kerygma-
martyria), perayaan sakramen-sakramen (leitourgia) dan perwujudan pelayanan kasih
(diakonia). Masing-masing pelayanan mengandaikan satu sama lain, maka pelayanan
kasih juga bukan sekedar pelayanan kasih tapi merupakan bagian dan hakikat dari
bidang pelayanan yang lain. Gereja, secara konkret, bertindak lewat pelayanan kasih,
maka pelayanan kasih adalah jati diri kristiani. Gereja dipanggil mewartakan dan
membela hak-hak asasi manusia, memperjuangkan keadilan dan perdamaian,
sehingga dalam karya-karyaNya Gereja memberikan pelayanan kepada setiap
pribadi.164 Maka, Gereja bukan lagi Gereja yang tertutup dan berhenti, tetapi Gereja
163 Dives in Misericordiae (DM), art. 14. 164 F.A. Teguh Santosa dkk, Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
yang selalu mencari, menembus batas-batas, menyapa dunia, terlibat untuk berbagi,
peduli, menunjukkan kenyataan bahwa Allah adalah kasih.
Paus Fransiskus dalam bukunya, The Church of Mercy, A Vision for the
Church, mengatakan bahwa Gereja adalah kudus karena berasal dari Allah yang
kudus, Allah yang percaya pada Gereja dan tidak meninggalkannya pada alam maut
(Mat. 16:18). Gereja adalah kudus karena Kristus mengasihi Gereja dan memberikan
diri-Nya di kayu salib untuk menguduskannya (Ef. 5:25-26). Gereja adalah kudus
karena Yesus Kristus, Yang Kudus dari Allah (Mrk. 1:24), disatukan pada Gereja
secara tak terbatalkan (Mat. 28:20). Gereja adalah kudus karena dibimbing oleh Roh
Kudus yang menyucikan, mentransformasi dan memperbaharuinya. Gereja adalah
kudus bukan karena jasa-jasanya sendiri, tetapi karena Allah, Yesus Kristus dan Roh
Kudus yang membuat Gereja menjadi kudus.165
Paus Fransiskus mengakui bahwa Gereja juga terdiri dari orang-orang
berdosa166, maka Gereja sebagai pendosa dipanggil untuk membiarkan diri diubah,
diperbaharui dan disucikan oleh Allah. Panggilan untuk memperbarui diri bukan
berarti menolak para pendosa, namun para pendosa ini direngkuh oleh kerahiman,
kelembutan dan pengampunan Bapa yang menawarkan kepada setiap orang,
kemungkinan untuk berjumpa dengan-Nya dalam perjalanan menuju kekudusan.
Konsekuensi dari panggilan Gereja tersebut, maka seluruh upaya pelayanan dan
pastoral Gereja harus mengungkapkan kelembutan dan kerahiman kepada seluruh
165 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 30. 166 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
umat beriman tanpa kecuali, termasuk untuk mereka yang lemah dan miskin.167
Mengingat pentingnya kesaksian akan kerahiman dan bela rasa, Paus Fransiskus
mengajak umat kristiani untuk melangkah keluar menyampaikan kehidupan Yesus
Kristus kepada semua orang, mencari orang-orang yang menderita di mana mereka
tinggal, dan di mana mereka berharap. Seperti teladan Yesus yang tanpa lelah
mengatakan kepada Gereja: “Berilah mereka makan” (Mrk. 6:37).168
Gerakan bela rasa BKSY yang ‘lahir’ dari pimpinan Gereja Keuskupan Agung
Jakarta, juga melibatkan semua pihak tanpa kecuali, supaya dapat menjangkau umat
yang paling kecil dan sederhana. Maka, keterlibatan pastor paroki, pengurus paroki
dan ketua-ketua lingkungan, dalam gerakan bela rasa ini sangat menentukan, karena
maju dan berkembangnya gerakan ini, ditentukan oleh keterlibatan pastor paroki,
pengurus paroki dan ketua-ketua lingkungan. Ketika mereka ini, terlibat secara aktif
dan bersemangat dalam memperkenalkan dan bahkan memfasilitasi gerakan bela rasa
ini dengan baik, biasanya banyak umat yang ambil bagian menjadi peserta, termasuk
kesadaran untuk memperbarui kepesertaan dari tahun ke tahun. Pastor paroki akan
memberikan penjelasan dan bahkan katekese melalui homili saat misa atau kunjungan
lingkungan, pengurus-pengurus paroki mengadakan sosialisasi dan katekese tiada
henti dan ketua-ketua lingkungan, akan berhadapan langsung dengan umat dan
peserta. Ketua-ketua lingkungan inilah yang setiap kali melakukan tugas-tugas
konkret: mendaftar peserta baru, melakukan proses administrasi baik untuk bantuan
167 Misericordiae Vultus art. 10. 168 Francis, The Name of God is Mercy. A Conversation with Andrea Tornielli, 52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
kesehatan dan kematian, sekaligus tetap melakukan sosialisasi dan katekese. Kerja
sama antara ketiga pihak, termasuk nanti dengan sekretariat BKSY pusat, menjadi
perwujudan Gereja yang keluar, yang mencari mereka yang membutuhkan bantuan,
dan menderita kesusahan, serta membutuhkan bantuan. Kompetensi etis kerja sama,
selain kompetensi etis bela rasa yang dicanangkan Mgr. Ignatius Suharyo, menjadi
wujud konkret Gereja yang memberi perhatian kepada sesama yang lemah dan
miskin, sekaligus mewujudkan kekudusan dalam Gereja, disertai semangat untuk
memperbarui diri.
4.5.4. Gereja dan Solidaritas
Dalam refleksi tentang kehadiran Gereja sebagai perwujudan bela rasa Allah,
maka solidaritas hendak ditempatkan dan dimaknai. Solidaritas adalah bentuk
kehadiran Gereja yang manusiawi, yang kelihatan, menempatkan dalam situasi dan
konteks masyarakat. Selain itu, solidaritas menjadi gambaran Gereja yang hidup
dalam persekutuan-persekutuan untuk membangun hidup beriman dan
bermasyarakat. Dan tentu saja, solidaritas menjadi perwujudan Gereja yang terus
bergerak melayani, membela hak asasi manusia dan memperjuangkan keadilan bagi
sesama dan seluruh ciptaan.
Berbicara tentang solidaritas, tentu tidak bisa dilepaskan dari ‘teladan’ para
rasul dalam konteks Gereja perdana, yang menekankan kesatuan jemaat. Kesatuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
jemaat itu ditunjukkan dengan ungkapan: “…segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama” (Kis. 2:44), yang berangkat dari simpat dan keprihatinan mereka
yang mendalam terhadap kebutuhan setiap anggota. Praksis ini juga didasarkan pada
keputusan dan tekad untuk secara sukarela menjual milik pribadi demi jemaat, setiap
kali ada kebutuhan yang mendesak. Kesediaan ini adalah ungkapan rasa kesatuan
yang mendalam, karena satu sama lain merasa diri satu iman, dalam solidaritas.169
Dalam kisah Gereja perdana juga digambarkan bahwa jemaat yang dihidupi oleh Roh
Kudus dan mengungkapkan rasa kesatuannya dengan kesediaan untuk saling
menyediakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis antar anggotanya, yang tujuan
utamanya adalah menghapus kemiskinan dari tengah-tengah mereka.170 Tujuan itu
dapat dipenuhi dengan adanya re-distribusi kekayaan dalam jemaat, yaitu anggota
jemaat yang lebih kaya secara sukarela menyediakan harta milik bagi mereka yang
lebih miskin. Praksis ini juga menghapus mentalitas memiliki, sekaligus kesediaan
untuk berbagi dengan yang berkekurangan.171
Dalam Kis. 11:12-30, dikisahkan juga upaya solidaritas Gereja perdana yang
lebih luas, yaitu memberikan bantuan kepada jemaat di Yudea. Di situ ada dua prinsip
yang berlaku, yaitu prinsip membantu sesuai dengan kemampuan, artinya sesuai
dengan kekayaan si pemberi. Prinsip ini dapat disalahpahami sebagai tuntutan
minimal jika tidak ditempatkan dalam konteks berbagi dengan orang miskin. Di satu
pihak yang lain, prinsip ini mengakui adanya begitu banyak kebutuhan dasar dan
169 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 146. 170 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 147. 171 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 148.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
tingkat pendapatan di kalangan jemaat. Di sisi lain, prinsip ini menuntut secara
proporsional lebih banyak dari anggota jemaat yang memang memiliki banyak.172
Prinsip berikutnya adalah prinsip solidaritas kristiani, yaitu seluruh jemaat bersatu
dalam satu semangat solidaritas. Namun, tidak berarti solidaritas itu ditujukan bagi
sesama umat kristiani namun sifatnya inklusif dan tidak terbatas pada kalangan
sendiri, atau dalam konteks Kitab Suci, terbatas pada orang-orang Yahudi saja. Maka,
dengan demikian, Gereja perdana tidak sekedar memikirkan kepentingan kaum
seimannya, tetapi juga jemaat yang lebih universal untuk memelihara dan berbagi
dengan semua orang yang kelaparan dan tertindas di dunia ini.173
Dua prinsip di atas, tampaknya menjadi sesuatu yang dihayati oleh gerakan bela
rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY), bahwa orang yang memiliki ‘kekayaan’ lebih
banyak bertanggungjawab untuk memelihara anggota umat yang lain berkekurangan,
namun itu tidak berarti bahwa mereka yang berkekurangan tidak ambil bagian dalam
kesatuan ini, karena semua anggota tetap bisa berbagi dengan jumlah dan caranya
masing-masing. Prinsip yang kedua soal solidaritas, juga ditunjukkan dengan
semakin meluasnya cakupan gerakan bela rasa BKSY ini baik secara teritorial
maupun kategorial, tidak terkotak-kotak oleh paroki atau komunitas tertentu, bahkan
beberapa warga yang bukan Katolik pun bisa didaftarkan, yaitu mereka yang
memiliki keterkaitan dengan komunitas-komunitas Katolik tertentu, entah sebagai
anggota, karyawan, pegawai dan lain-lain. Dari Gereja perdana, prinsip ‘semua milik
172 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 152. 173 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 154.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
bersama’, menjadi usaha untuk mempertahankan kesatuan, yang juga coba diteladani
oleh gerakan bela rasa BKSY ini.
Solidaritas bukan perasaan belas-kasihan yang samar-samar atau rasa sedih
yang dangkal karena nasib dari banyak orang dekat maupun jauh. Solidaritas adalah
tekad yang teguh dan tabah untuk membaktikan diri kepada kesejahteraan umum,
yaitu kesejahteraan semua orang dan setiap perorangan, karena kita ini semua
sungguh bertanggung jawab atas semua orang.174 Prinsip solidaritas dipahami sebagai
prinsip hidup untuk saling membantu antara lemah dan yang kuat, yang kaya dan
yang miskin agar terwujud kehidupan yang lebih baik. Keutamaan muncul dari
hakekat sosial manusia sebagai makhluk sosial yang secara radikal saling tergantung
satu sama lain. Mereka yang memiliki pengaruh lebih besar dari harta benda maupun
jasa-jasa umum, hendaklah merasa bertanggungjawab atas mereka yang lebih lemah
dan bersedia berbagi segala milik kepunyaan dengan mereka. Di pihak lain, mereka
yang lebih lemah, bukan menjadi pasif belaka, dan tetap berusaha sedapat mungkin
demi kesejahteraan semua orang.175 Bagi Gereja, keberpihakan kepada orang miskin
dan tersingkir sudah menjadi perwujudan iman, dan pilihan itu bukan pilihan kita
tetapi pilihan Allah sendiri, karena Allah telah memutuskan untuk berpihak kepada
mereka dan merekalah yang dipilih untuk menjadi perantara utama keselamatan.
Allah tidak memperhitungkan orang-orang berkuasa, berpengaruh atau berilmu
pengetahuan, tetapi Allah memperhatikan orang-orang yang tidak diperhitungkan
174 Sollicitudo Rei Socialis (SRS), art. 38. 175 Sollicitudo Rei Socialis (SRS), art. 39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
orang.176 Solidaritas menjadi bagian dari karya kasih, yang merupakan hal mendasar
dalam tugas perutusan Gereja di dunia terutama dalam pelayanan kepada orang
miskin, sakit, kesepian, dan ditinggalkan.177
4.6. Usulan Pastoral
Gerakan bela rasa BKSY ini, memang pada mulanya dicanangkan, hanya
terbatas di Keuskupan Agung Jakarta, baik itu di paroki-paroki dan komunitas-
komunitas. Namun, dalam perjalanan, beberapa keuskupan juga bergabung, meski
masih dalam jumlah yang terbatas. Pada awalnya, gerakan bela rasa ini adalah
gerakan rohani, yang bertujuan ‘melatih’ umat dalam sikap peduli, berbagi dan
berbela rasa. Maka, seharusnya yang selalu diutamakan adalah mereka yang kecil,
lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Buah dari gerakan bela rasa ini
adalah semangat solidaritas kepada yang lemah dan miskin. Jadi, gerakan bela rasa
ini, terdiri dari gerakan rohani, yang terwujud dalam gerakan ‘jasmani’, konkret
berupa aksi untuk membantu yang lemah dan miskin. Dalam situasi nyata, ada
beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dan disikapi, antara lain:
1. Bela rasa perlu dimengerti secara baik dan benar, terlebih dalam
kerangka pengetahuan dan perwujudan iman, maka katekese dan
sosialisasi tentang gerakan bela rasa BKSY yang belum ‘menyentuh’
176 Heribertus Susanto, ‘Gereja Memperhatikan Orang Miskin sebagai Relevansi’, dalam Jurnal
Humaniora, vol. 8, no. 1 Juni 2015, 78. 177 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayan Kasih, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 133.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
sampai ke seluruh lapisan umat mesti mendapat perhatian lebih
banyak. Tidak bisa dipungkiri bahwa katekese dan sosialisasi adalah
faktor ‘penentu’ sehingga peserta atau (calon) peserta mendapatkan
pemahaman yang benar dan tepat, namun tidak semua pastor paroki,
ketua wilayah atau lingkungan, memiliki keterampilan yang sama
dalam menyampaikan katekese dan sosialisasi.
2. Masih berkaitan dengan katekese dan sosialisasi, bahwa periode
pelayanan pastor paroki dan pengurus wilayah atau lingkungan, akan
berganti secara periodik. Tidak semua pastor paroki dan pengurus
wilayah atau lingkungan memiliki ‘semangat’ yang sama dalam
‘mewartakan’ gerakan bela rasa BKSY ini.
3. Keterlibatan pihak ketiga, sebagai pengelola dana dan sistem, masih
memiliki pengaruh besar, dalam keputusan umat untuk ambil bagian
dalam gerakan bela rasa BKSY ini. Ini tidak lepas dari ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat ‘asuransi’ yang masih diberlakukan
dalam gerakan bela rasa BKSY ini, meski dalam penggunaan istilah-
istilah ‘berbau’ asuransi sudah dikurangi.
4. Pihak ketiga sebagai pengelola dana, juga sekaligus memberikan
‘talangan’ dana, ketika jumlah iuran yang dikumpulkan masih belum
cukup untuk memberikan bantuan kalau ada peserta yang sakit atau
meninggal. Motivasi peserta yang masih mencari keuntungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
menjadikan gerakan bela rasa BKSY ini ‘minus’ di beberapa paroki,
karena semua peserta ingin ‘mengklaim’ bantuan segera setelah
mengajukan bantuan untuk rawat inap atau kematian.
Beberapa tantangan yang dihadapi di atas, masih berkaitan tentang hal-hal
teknis, yaitu manajemen pengelolaan dari gerakan bela rasa BKSY ini, sehingga
seyogyanya memang diatasi dengan beberapa hal teknis pula.
Dengan adanya beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi, maka gerakan
bela rasa BKSY ini, tetap harus maju dan berjalan, namun di samping itu, ada
beberapa usulan supaya maju dan berjalannya gerakan bela rasa ini tetap sesuai
dengan tujuan utamanya, yaitu sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang
lemah dan miskin. Usulan itu ditujukan kepada pengurus BKSY pusat, pastor paroki
peserta BKSY, pengurus BKSY paroki dan ketua-ketua lingkungan.
4.6.1. Pengurus BKSY Pusat
Pengurus BKSY pusat, sejauh ini memiliki peran yang paling sentral, terlebih
dalam hal administrasi, karena membawahi sekian banyak paroki dan komunitas.
Selain itu, biasanya keputusan-keputusan penting berkaitan dengan gerakan bela rasa
BKSY, juga dilakukan oleh pengurus BKSY pusat, karena komunikasi dengan Mgr.
Ignatius Suharyo sendiri dan ACA/CAR sebagai pengelola sistem dan keuangan.
Maka, usulan untuk para pengurus BKSY pusat adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
1. Pengurus BKSY Pusat dilaksanakan oleh seorang yang
profesional namun tetap memiliki semangat dan hati terhadap
gerakan bela rasa BKSY ini. Mengapa profesional? Karena
gerakan bela rasa BKSY ini, makin hari akan mengelola
peserta dalam lingkup dan jumlah yang besar. Kalau hanya
mengandalkan pengurus yang punya semangat dan hati, tapi
tidak disertai dengan kinerja yang profesional, maka
pengelolaan akan berjalan tidak baik, dan kendala-kendala
teknis serta administrasi akan sering terjadi. Pengurus BKSY
Pusat adalah jembatan antara pengurus BKSY Paroki dan pihak
ketika sebagai pengelola dana dan sistem.
2. Pengurus BKSY Pusat menyediakan tools, berupa materi
sosialiasi: buku pegangan, brosur, leaflet dan sejenisnya,
sehingga pengurus BKSY Paroki memiliki acuan yang pasti,
tepat dan seragam ketika harus menyampaikan sosialisasi dan
katekese.
3. Pengurus BKSY Pusat juga mulai memikirkan membuat ‘dana
abadi’, sebagai dana talangan, sehingga ketika pihak ketiga
suatu saat menarik komitmennya, gerakan bela rasa BKSY ini
dapat terus berjalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
4. Pengurus BKSY Pusat juga mulai menggunakan media sosial
sebagai sarana pewartaan dan katekese, terlebih untuk menyapa
generasi milenial, yang mudah sekali mengakses informasi
berbasis web dan media sosial.
5. Pengurus BKSY Pusat memfasilitasi pertemuan pengurus-
pengurus BKSY di paroki, sehingga ada kesempatan untuk
berbagi pengalaman, ide dan gagasan demi pelayanan yang
semakin baik. Pertemuan pengurus-pengurus BKSY di paroki
ini, hendaknya dilakukan secara periodik.
4.6.2. Pastor Paroki
Pastor paroki juga mengambil bagian penting, ketika segala himbauan pastor
paroki kepada umat, akan diikuti oleh umat dengan baik. Maka, dalam hal ini, pastor
paroki dapat menggunakan berbagai macam kesempatan perjumpaan dengan umat
untuk mensosialisasikan gerakan bela rasa ini kepada seluruh umat tanpa terkecuali.
Maka usulan untuk pastor paroki yang sudah menjadi peserta BKSY adalah sebagai
berikut:
1. Pastor paroki adalah ‘motor’ bagi pelaksanaan BKSY di
paroki-paroki. Ketika pastor paroki mengatakan ‘ya’, maka
otomatis paroki yang bersangkutan akan menjalankan gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
bela rasa BKSY. Namun, pastor paroki juga mesti memiliki
semangat dan kepedulian terhadap gerakan bela rasa ini. Kalau
tidak, maka BKSY hanya sekedar sebagai sebuah program
yang berasal dari keuskupan, dan dilaksanakan di paroki-
paroki.
2. Pastor paroki memiliki kesempatan untuk menyampaikan
katekese bela rasa dalam tatap muka di lingkungan, dan atau
bahkan misa di paroki.
3. Pastor paroki menyampaikan katekese yang efektif kepada
umat, yaitu bahwa gerakan bela rasa BKSY ini bukan sekedar
sebagai program untuk pengumpulan dan membantu sesama
yang lemah dan miskin, namun lebih kepada gerakan rohani
untuk melatih kepedulian. BKSY dilakukan untuk
menumbuhkan nilai-nilai iman, nilai solidaritas demi
kesejahteraan bersama, dan nilai kasih bagi sesama yang lemah
dan miskin.
4.6.3. Pengurus BKSY Paroki
Sebelum semua informasi dari pengurus BKSY pusat sampai ke ketua
lingkungan, biasanya diterima dahulu oleh pengurus BKSY paroki, demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
sebaliknya. Informasi ini, sebagian besar berkaitan dengan administrasi dan
sosialisasi. Maka, usulan untuk pengurus BKSY paroki adalah sebagai berikut:
1. Pengurus BKSY Paroki adalah jembatan antara Pengurus
BKSY Pusat dan para peserta sendiri. Biasanya, masih
tergabung sebagai sub-seksi Pengembangan Sosial dan
Ekonomi di sebuah paroki. Baik kalau Pengurus BKSY Paroki
ini, dibuat secara khusus, sehingga pelayanan menjadi semakin
efektif dan efisien.
2. Pengurus BKSY Paroki memiliki kesempatan untuk
memikirkan, merencanakan, mengkoordinasi dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan BKSY di paroki,
termasuk dalam kaitannya soal administrasi dan keuangan,
maka Pengurus BKSY Paroki hendaknya juga memiliki sikap
profesional dan komitmen yang besar dalam melayani.
3. Pengurus BKSY Paroki bisa mengadakan ‘kunjungan’ ke
wilayah atau lingkungan untuk ‘cross-check’, sambil terus
mengadakan re-sosialiasi kepada umat.
4. Jika dibutuhkan, Pengurus BKSY Paroki bisa mengadakan
pelatihan berkaitan dengan administrasi dan sistem, kepada
para pengurus lingkungan, sehingga pelayanan berjalan
semakin baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
4.6.4. Pengurus Wilayah atau Lingkungan
Pengurus wilayah dan lingkungan adalah ‘ujung tombak’ dari gerakan bela
rasa BKSY karena berhadapan langsung dengan umat dan peserta. Maka, tingkat
pemahaman umat di lingkungan berkaitan dengan bela rasa, ditentukan oleh keaktifan
ketua wilayah atau ketua lingkungan. Maka, usulan untuk pengurus wilayah dan
lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Pengurus Wilayah dan Lingkungan akan bertatap muka secara
langsung dengan umat dan peserta, maka ‘modal dasar’-nya
adalah memahami gerakan bela rasa BKSY ini secara tepat dan
benar, tidak setengah-setengah supaya bisa memberikan
katekese dan sosialisasi tentang gerakan bela rasa BKSY ini
secara tepat dan benar.
2. Pengurus Wilayah dan Lingkungan tidak jemu untuk terus
menerus menjelaskan dan mensosialisasikan, bahkan kalau
harus ‘door-to-door’, kepada semua umat.
3. Pengurus Wilayah dan Lingkungan memfasilitasi para peserta
yang tidak mampu membayar iuran namun bersedia menjadi
peserta, misalnya dengan mencarikan orang yang bersedia
memberikan pending-coffee, atau mengumpulkan iuran
‘tambahan’ dari orang-orang yang mampu, dan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
digunakan untuk membantu peserta yang tidak mampu
membayar iuran.
4. Pengurus Wilayah dan Lingkungan secara berkala memberikan
informasi tentang pendaftaran peserta baru, dan informasi
renewal (pembaharuan kepesertaan) kepada umat, supaya umat
diingatkan untuk memulai kepesertaannya lagi.
Beberapa usulan pastoral yang disampaikan di atas, bisa jadi sangat teknis, dan
berkaitan dengan sistem dan administrasi, namun dari pengalaman, dari hal-hal
tersebutlah yang paling sering menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan
gerakan bela rasa dalam lingkup lingkungan atau paroki.
4.7. Rangkuman
Solidaritas Allah kepada manusia menjadi inspirasi dan teladan bagi Gereja
untuk membantu mereka yang lemah dan miskin. Perencanaan pastoral bagi yang
lemah dan miskin harus memperhatikan pula tantangan, dan sekaligus peluang.
Perencanaan pastoral juga tetap memperhatikan pengalaman atau bahkan penelitian
dari yang sebelumnya sudah ada. Gereja diharapkan menangkap keprihatinan umat
dan masyarakat luas, terutama dalam konteks kota metropolitan, di mana kemiskinan
menjadi tantangan dan keprihatinan hidup bersama. Gereja mestinya mendahulukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
mereka yang lemah dan miskin dan ‘mempromosikan’ prinsip solidaritas demi
kesejahteraan bersama.
Dari penelitian tentang efektivitas gerakan bela rasa BKSY di Keuskupan
Agung Jakarta ini, dapat diketahui bahwa situasi sosial-kultural mengambil peranan
penting dalam mempengaruhi sikap dari peserta dalam menanggapi gerakan bela rasa
BKSY ini. Keputusan yang diambil juga dipengaruhi oleh semangat pastor paroki dan
pengurus paroki dan serta pengurus wilayah atau lingkungan. Dalam menjalankan
gerakan bela rasa BKSY ini, perlu ada kerja sama yang terstruktur, antara Pengurus
BKSY Pusat, pihak ketiga sebagai pengelola dana dan sistem, Pengurus BKSY
Paroki dan Pengurus Wilayah atau Lingkungan. Kuncinya, adalah pemahaman yang
tepat dan benar dari umat, sehingga menjadi yakin bahwa gerakan bela rasa BKSY
adalah gerakan untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
BAB V
PENUTUP
5.1. Pengantar
Studi dan penelitian atas tema tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat
Santo Yusup (BKSY) dalam mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan
miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), muncul karena pengalaman selama satu
tahun penuh ambil bagian dalam gerakan bela rasa tersebut, termasuk pengalaman
terlibat dalam sosialisasi dan katekese, komunikasi dengan pastor-pastor paroki,
pengurus BKSY paroki dan bahkan ketua-ketua lingkungan. Dari situ, timbul
keinginan untuk menggali tema solidaritas tersebut, dari sisi efektivitas gerakan bela
rasa ini dalam mewujudkan harapan Mgr. Ignatius Suharyo, yaitu menjadikan
gerakan bela rasa ini, sebagai gerakan rohani dan gladi bagi umat dalam mewujudkan
kepedulian kepada sesama yang lemah dan miskin, dalam konteks Keuskupan Agung
Jakarta (KAJ) ini.
Pada bab penutup ini, penulis akan memberikan kesimpulan atas hasil
penelitian tentang gerakan belarasa BKSY ini, yang dilakukan di tiga paroki, yaitu
Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Matius Bintaro. Pada bab penutup ini pula, penulis akan memberikan saran yang
berguna untuk dinamika dan perkembangan gerakan bela rasa ini selanjutnya, yang
selain dilaksanakan di Keuskupan Agung Jakarta, kini juga dilaksanakan di beberapa
keuskupan, termasuk Keuskupan Agung Semarang.
5.2. Kesimpulan
Tulisan ini dimulai dengan melihat fenomena kemiskinan yang ada di DKI
Jakarta, yang menyebabkan kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial menyebabkan
tingkat pendapatan yang berbeda-beda, termasuk struktur sosial, yang menciptakan
ketidakadilan sosial. Maka, masalah warga ibukota sangat beragam, mulai dari gizi
buruk, Pendidikan yang tidak memenuhi syarat, pengangguran sampai pada
ketidaktersediaan tempat tinggal yang layak. Masalah ini bertambah lagi berkaitan
dengan masalah kesehatan dan kematian. Banyak orang yang sangat menderita, hanya
karena tidak bisa memenuhi kebutuhan kesehatan yang layak, dan pelayanan
kematian yang bermartabat. Kenyataan inilah yang membutuhkan kepedulian, bela
rasa dan tindakan berbagi dari berbagai pihak.
Salah satu pihak itu, adalah Gereja sebagai persekutuan umat beriman, yang
hadir dalam pergulatan masyarakat dunia. Gereja adalah Gereja yang berpihak kepada
sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Kesadaran ini adalah
kesadaran tentang kesinambungan sikap dan karya Yesus sendiri. Yesus selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
berpihak kepada mereka yang KLMTD. Selain itu, perhatian kepada sesama yang
KLMTD ini, menjadi gambaran dari Allah yang senantiasa berbela rasa kepada umat
manusia, dan Yesus sendiri sebagai puncak perwahyuan dari bela rasa Allah tersebut.
Maka, dalam hal ini, Gereja dipanggil untuk menjadi ‘ujung tombak’ untuk
melaksanakan karya Yesus yang senantiasa memberi perhatian kepada sesama yang
lemah dan miskin tersebut.
Pendekatan Gereja dalam menyatakan kepedulian tersebut adalah dengan
bentuk pelayanan yang menekankan aspek solidaritas. Sekali lagi, teladan solidaritas
tertinggi tersebut adalah solidaritas Allah kepada manusia, yaitu Yesus Kristus yang
berpuncak pada peristiwa salib. Kekhasan solidaritas itu adalah perbuatan kasih yang
tidak mengharapkan balasan dari segala kebaikan yang telah diberikan. Gereja yang
membangun solidaritas adalah Gereja yang mencoba menghidupi konsekuensi serta
sehati seperasaan pada komitmen Yesus sendiri untuk senantiasa berpihak kepada
mereka yang KLMTD. Kesadaran untuk ber-solidaritas inilah yang ditangkap oleh
Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), melalui pimpinan-nya, Mgr. Ignatius
Suharyo, yang menggandeng Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius Suharyo
(PaLingSah) untuk membuat sebuah gerakan bela rasa dan solidaritas, yang bertujuan
untuk membantu umat dan warga yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan rawat
inap dan pemakaman.
Gerakan bela rasa, yang kemudian diberi nama: Berkhat Santo Yusup (BKSY)
ini, pada intinya, bertujuan untuk mengumpulkan dana dari iuran peserta yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
tersebar di paroki-paroki dan komunitas-komunitas, yang dikelola oleh pihak ketiga,
dan peruntukannya digunakan untuk membantu umat yang kesulitan dalam
pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Bagi umat yang tergabung menjadi peserta,
gerakan bela rasa ini menjadi sarana untuk menumbuhkan kepekaan untuk peduli,
berbagi dan berbela rasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Tentu saja, kembali
kepada tujuan awal dari Mgr. Ignatius Suharyo untuk menjadikan gerakan bela rasa
BKSY ini sebagai gerakan rohani, yaitu untuk menumbuhkembangkan iman lewat
kesadaran bersolidaritas tersebut. Dengan dasar tersebut, penulis membuat sebuah
hipotesis yang dijawab dan dibuktikan dalam tulisan ini yaitu: “Gerakan Bela Rasa
Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah sarana yang efektif untuk mewujudkan
solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta
(KAJ).”
Hipotesis itu dijawab dengan penelitian yang dilakukan dalam dua cara yaitu:
penelusuran data statistik sederhana dan wawancara yang dilakukan di tiga paroki,
yaitu Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki
St. Matius Bintaro. Pilihan atas ketiga paroki tersebut, didasarkan pada jumlah
peserta aktif, dan keterlibatan paroki tersebut menjadi peserta BKSY yang sudah
lebih dari tiga tahun, sehingga dari sana perkembangan dan dinamika kepesertaan
bisa dilihat. Berdasarkan hasil analisis atas data penelitian dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa gerakan bela rasa BKSY adalah sarana yang efektif untuk
mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Jakarta. Dengan demikian hipotesis yang telah ditetapkan oleh penulis di awal dapat
dibuktikan.
Kesimpulan tersebut dapat menyimak, pertama-tama dari arti kata efektivitas
itu sendiri. Efektivitas berasal dari kata efektif, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, memiliki arti: efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.
Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dan
sasaran dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, maka semakin
efektif kegiatan tersebut, sehingga efektivitas juga dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Efektivitas juga adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana untuk
menghasilkan sesuatu178. Efektivitas itu ditunjukkan dalam tiga tahap, yaitu tahap
pertama, ketika peserta tidak tahu arti dari solidaritas dan bela rasa menuju
pemahaman tentang solidaritas dan bela rasa. Lalu, tahap kedua, dari pemahaman
solidaritas dan bela rasa menuju perubahan sikap dan tindakan, yang salah satunya
ditunjukkan dengan menjadi peserta BKSY. Tahap ketiga ditunjukkan dengan adanya
perubahan konkret dalam kehidupan sehari, dalam tugas dan tanggung jawab serta
pelayanan.
Gerakan bela rasa BKSY, dilihat dari tujuannya adalah untuk mewujudkan
solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Untuk mencapai tujuan tersebut,
ada beberapa hal yang perlu didalami, yaitu: sosialisasi atau katekese bela rasa, peran
178 Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Bumi Aksara, 2008), 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
pastor paroki, peran pengurus paroki dan lingkungan, serta sistem atau mekanisme
pelayanan BKSY.
1. Dari tiga paroki tempat penelitian, dari wawancara, diperoleh
kesimpulan bahwa sosialisasi yang ditangkap dengan baik, jelas dan
benar, mempengaruhi keputusan seseorang untuk menjadi peserta
BKSY. Dengan menjadi peserta BKSY, maka seseorang mulai belajar
untuk berbagi dan berbela rasa terhadap orang lain.
2. Dari tiga paroki tempat penelitian, semua pastor paroki menjadi
penentu dalam ‘melancarkan’ gerakan bela rasa BKSY ini di tengah
umat. Peran pastor paroki tentu bermacam-macam: menjadi contoh
dan teladan dengan menjadi peserta, menyuarakan BKSY di forum
mimbar, dan memberi fasilitas serta akses yang mudah dalam
administrasi BKSY.
3. Dari tiga paroki tempat penelitian, peran pengurus paroki dan
lingkungan juga tidak kalah penting, karena pengurus inilah yang
‘berhadapan’ langsung dengan umat atau warga lingkungan. Ketika
pengurus paroki atau lingkungan itu ‘getol’ dan semangat untuk
mengurusi administrasi ataupun men-sosialisasi-kan di tengah umat,
biasanya kepesertaan BKSY akan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
4. Yang tidak kalah penting adalah sistem dan mekanisme pelayanan
BKSY yang dibantu oleh pihak ketiga. Ketika sistem dan mekanisme
pelayanan itu mudah diakses dan diterapkan oleh siapa pun, minimal
oleh pengurus lingkungan atau paroki, maka orang akan bersemangat
untuk menjadi peserta dan mengikuti prosedur-prosedur yang sudah
ditetapkan.
Dari data wawancara, yang menjadi poin penting sehingga gerakan bela rasa
BKSY ini efektif mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin
adalah:
1. Perubahan motivasi peserta dari yang hanya ingin mengambil
keuntungan, perlahan sungguh ingin berbagi. Faktor penentunya
adalah pemahaman yang tepat, maka butuh sosialisasi dan katekese
terus menerus.
2. Perubahan cara bersikap, terutama dalam hal kesediaan diri untuk
berbagi dan ambil peran dalam gereja dan masyarakat. Beberapa
responden merasakan perubahan: aktif dalam kegiatan gereja,
memberikan banyak waktu untuk pelayanan, memberi lebih dalam
bentuk materi dalam gerakan bela rasa BKSY itu sendiri dalam wujud
pending coffee, bersedia membayari iuran peserta yang tidak mampu,
dan tidak mau mengambil bantuan meski bantuan itu adalah haknya
sebagai peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Penelitian terhadap efektivitas gerakan bela rasa BKSY ini mengantar pada
kesadaran tentang pentingnya solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Di
tengah masyarakat, ada banyak permasalahan sosial, yang mendorong Gereja untuk
hadir dan terlibat. Gereja menegaskan kembali perannya di tengah masyarakat,
dengan tetap sadar sebagai bagian dari struktur masyarakat.
Dari pengolahan data dan hasil penelitian, penulis merefleksikan bahwa
keterlibatan Gereja dalam ‘suka-duka’ dunia dan memberi perhatian kepada sesama
yang lemah miskin, tidak ubahnya sebagai sebuah kewajiban, karena ambil bagian
dalam karya Kristus yang menjadi puncak pewahyuan dari Allah yang berbela rasa.
Maka, dalam simpul-simpul refleksi, penulis menemukan kesinambungan refleksi
bahwa Allah berbela rasa kepada manusia, sejak zaman dahulu, dan bela rasa Allah
itu memuncak pada pewahyuan Kristus. Allah yang berbela rasa itu semakin tampak
dalam ajaran-ajaran dan karya Yesus Kristus di dunia. Gereja ambil bagian dalam
karya-karya Kristus tersebut, dan terutama memberi perhatian kepada sesama yang
lemah dan miskin, karena Kristus sendiri senantiasa memberi perhatian khusus
kepada mereka yang menderita, miskin, sakit dan tidak bisa makan. Inilah dasar
utama Gereja ber-solidaritas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
5.3. Saran
Berdasarkan poin-poin refleksi tersebut, penulis menarik implementasi atau
relevansi bela rasa dan solidaritas sebagai perhatian utama Gereja pada masa kini,
baik di Gereja Keuskupan Agung Jakarta, maupun Gereja Universal:
Pertama, adalah katekese dan sosialisasi tentang bela rasa, pada umumnya,
yang menjadi kebutuhan semua umat. Pewartaan tentang bela rasa dan solidaritas,
bukan sebagai konsep belaka, tetapi sungguh menjadi gaya hidup dan tindakan
konkret, termasuk usaha-usaha untuk berbela rasa yang tersedia dalam berbagai
wadah dan kesempatan. Katekese dan sosialisasi tentang bela rasa, bukan melulu
tentang BKSY, tapi juga termasuk dalam berbagai macam kesempatan. Maka, materi
dan sarana sosialisasi adalah salah satu hal yang penting dan pokok dalam hal ini. Hal
ini disediakan atau disiapkan oleh pengurus BKSY pusat yang menaungi semua
paroki dan komunitas. Dengan materi dan sarana sosialiasi dan katekese yang sama
serta seragam, maka diharapkan pemahaman umat tentang gerakan bela rasa juga
sama dan seragam. Isi atau materi sosialisasi tentu saja bisa konsisten, sedangkan
sarana bisa menggunakan media yang seluas-luasnya, misalnya: leaflet, booklet,
website, dan lain-lain.
Kedua, gerakan belarasa BKSY bukanlah satu-satunya cara untuk bisa berbagi
dan bersolidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Ada masih banyak lagi
ruang dan kesempatan untuk berbagi, maka selalu terbuka kemungkinan bagi umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
untuk bisa ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial dan solidaritas, misalnya:
Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK), Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi di
paroki-paroki masing-masing, Celengan Kasih dan lain-lain. Selain itu, untuk pastor
paroki, diharapkan memiliki passion untuk mengajak umat dalam berbagi dan berbela
rasa, karena melalui pastor paroki, sosialiasi dan katekese tentang bela rasa terasa
sangat efektif. Waktu dan kesempatan yang bisa digunakan adalah saat perayaan
ekaristi, kunjungan lingkungan, anjangsana, dan acara-acara yang lain berkaitan
dengan kegiatan paroki.
Ketiga, dalam pelaksanaan BKSY, tampaknya peran ketua-ketua wilayah dan
lingkungan, sangat menonjol dan vital, karena berhadapan langsung dengan umat.
Namun, ada kendala pula, berkaitan dengan standar pelayanan, karena tidak semua
ketua wilayah dan lingkungan memiliki semangat dan sekaligus kompetensi yang
sama. Pelayanan BKSY juga didasarkan pada sistem online, yang mengandaikan
semua ketua wilayah dan lingkungan menguasai sistem tersebut. Maka, atas dasar
tersebut, bisa diadakan ‘sekolah’ ketua wilayah dan lingkungan. Secara umum,
kurikulum utama yang diberikan adalah berkaitan dengan pelayanan sebagai ketua
wilayah dan ketua lingkungan, dan kurikulum tambahan adalah berkaitan dengan
kemampuan untuk menggunakan gadget, termasuk pemberdayaan sistem online.
Dengan adanya standarisasi tersebut, maka diharapkan semua umat tanpa terkecuali
akan mendapatkan pelayanan yang sama, baik dari segi semangat maupun
kompetensi dari ketua-ketua wilayah atau lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Keempat, sistem dan pengelolaan data BKSY adalah berdasarkan data online,
yang diolah secara manual oleh masing-masing ketua lingkungan, sedangkan
Keuskupan Agung Jakarta telah memiliki BIDUK (Basis Induk Data Umat Katolik),
sehingga penarikan data peserta BKSY bisa dimungkinkan untuk diambil dari data
BIDUK tersebut. Selama ini, tidak ada akses untuk mencapainya. Dengan adanya
sinkronisasi data dari BIDUK tersebut, diharapkan menambah efisiensi pelayanan,
namun juga ketepatan data dari peserta tersebut. Maka, untuk pengurus BKSY paroki
dan lingkungan, perlu juga untuk belajar dan mengenal sistem online ini, karena ke
depannya, semua pengelolaan sistem dan keuangan akan dijalankan dengan sistem
online. Kalau misalkan tidak ada pun, bisa mengajak orang-orang muda untuk ikut
berkecimpung dalam gerakan bela rasa BKSY ini, dengan menjadi admin atau yang
mengurusi administrasi online tersebut.
Pada akhirnya, dari semua proses penelitian yang dilakukan penulis dari awal,
penulis sampai pada kesimpulan bahwa memang gerakan bela rasa Berkhat Santo
Yusup (BKSY) ini sungguh menjadi sarana yang efektif bagi perwujudan solidaritas
kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta. Bagi penulis,
penelitian ini membantu untuk semakin mengimani Allah yang berbela rasa dalam
kehidupan manusia dan Yesus Kristus sebagai puncak pewahyuan bela rasa Allah.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah mewujudnyatakan bela rasa Allah itu
dalam dunia yang konkret melalui pelayanan yang dilakukan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Kehidupan manusia di tengah dunia tidak bisa dilepaskan dari keterlibatannya
bagi manusia yang lain. Sejak semula, manusia diciptakan oleh Allah sesuai dengan
citra-Nya dan diberi tugas untuk mengupayakan dunia baru yang lebih baik.
Pencarian dunia baru bagi hidup manusia yang lebih layak dan bermartabat
merupakan tugas dan tanggung jawab setiap manusia. Namun, konteks manusia
dalam sosial dan ekonomi, yang seharusnya membantu perkembangan hidup manusia
tidak jarang justru menimbulkan ketimpangan dan kemerosotan sosial ekonomi. Kota
metropolitan seperti Jakarta, yang sudah maju dalam segi sosial ekonomi, namun di
‘sisi-lain’ juga menampakkan kejahatan dan kemiskinan. Selalu ada dua sisi yang
berseberangan dan berlawanan.
Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Deus Caritas est, melihat bahwa
pelayanan sosial dan solidaritas adalah bagian dari identitas Gereja. Hakekat Gereja
mengungkapkan diri dalam tiga tugas: pewartaan sabda, perayaan sakramen dan
pelayanan kasih. Tugas-tugas tersebut tidak terpisah dan saling terkait.179 Solidaritas
merupakan tugas setiap orang beriman dan tugas seluruh persekutuan gerejawi, pada
semua tingkat, dari setempat melalui Gereja partikular sampai dengan Gereja
universal.180 Gereja sebagai persekutuan harus melakukan kasih. Kesadaran akan
tugas ini dalam Gereja memang sudah ada sejak semula. Kasih akan sesama berakar
dalam kasih akan Allah. Allah lebih dahulu mengasihi manusia, dan kasih Allah
179 Deus Caritas est (DCE), art. 25. 180 Deus Caritas est (DCE), art. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
sudah menampakkan diri di tengah kita, menjadi kelihatan karena ‘Ia mengutus
Putera tunggal-Nya ke dalam dunia, agar kita hidup oleh-Nya’ (1 Yoh. 4:9).181
Dalam situasi tersebut, Gereja dipanggil untuk terlibat dan menjalankan
pelayanan kasih. Kejahatan dan kemiskinan, yang menjadi masalah utama di kota
metropolitan, telah mengundang gereja setempat untuk ambil bagian dalam pelayanan
lewat perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, dalm wujud
konkret berupa gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY). Gerakan bela rasa
ini, yang diprakarsai sang gembala utama, Mgr. Ignatius Suharyo, di-inisiasi dengan
tujuan untuk mengundang umat beriman dalam perwujudan solidaritas kepada sesama
yang berkekurangan, yang membutuhkan bantuan, yang kesulitan untuk mewujudkan
kehidupan dan kematian yang bermartabat.
181 Deus Caritas est (DCE), art. 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
DAFTAR PUSTAKA
A. Dokumen Gereja
__________,
1995 Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus, Ende.
__________,
2003 Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
__________,
2003 Kitab Hukum Kanonik, Obor, Jakarta.
Benediktus XVI,
2005 Deus Caritas est, (diterjemahkan oleh Piet Go), Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta.
Fransiskus,
2013 Evangelii Gaudium, Sukacita Injil (diterjemahkan oleh FX.
Adisusanto), Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Konsili Vatikan II,
2004 Dokumen Konsili Vatikan, (diterjemahkan oleh R. Hardawiryana),
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI & Obor, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
B. Buku-buku
Creswell, John W.,
2007 Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Approaches, Sage Publications, California.
Curran, Charles,
2005 The Moral Theology of Pope John Paul II, Georgetown UP,
Washington DC.
Damami, Muhammad,
2002 Makna Agama dalam Masyarakat, LESFI, Yogyakarta.
Dister, Nico Syukur,
2004 Teologi Sistematika 2, Kanisius, Yogyakarta.
Eitzen, Stanley,
1986 Social Problems, Allyn and Bacon Inc, Boston.
Effendi, Sofian dan Tukiran,
2002 Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.
Firmanto, Antonius Denny,
2011 Metode Penelitian Eklesiologi Kontekstual, STFT Widya Sasana,
Malang.
Francis,
2014 The Church of Mercy. A Vision for the Church, Darton, Longmann,
Todd Ltd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Fuellenbach, J.,
2004 Church: Community for the Kingdom, Logos Publications, Manila.
Goldewijk, Berma Klein & Bas de Gaay Fortman,
1999 Where Needs Meets Right, WCC Publications, Geneva.
Hardawiryana, Robert,
2001 Cara Baru Menggereja di Indonesia 3: Umat Kristiani Awam Masa
Kini Berevangelisasi Baru, Kanisius, Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris,
____ Metode Penelitian Kualitatif – Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Salemba
Humanika, Jakarta.
Juliawan, Hari dan Mintara Sufiyanta,
2013 Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, Komisi PSE KWI, Jakarta.
Kasper, Walter,
2014 Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life,
Paulist Press, New York.
Kieser, Bernhard,
1972 Keterlibatan Sosial Gereja: Demi Pembangunan atau Inkulturasi?
Dalam Keprihatinan Sosial Gereja, Kanisius, Yogyakarta.
Krispurwana Cahyadi, T.
2010 Gereja dan Pelayanan Kasih, Kanisius, Yogyakarta.
2010 Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, Kanisius, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
2010 Pastoral Gereja: Paroki dalam Membangun Gereja yang Hidup,
Kanisius, Yogyakarta.
Kristiyanto, A. Eddy,
2010 Spiritualitas Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, Kanisius, Yogyakarta.
Kroeger, James,
2013 50 Jejak Konsili Vatikan II, Kanisius, Yogyakarta.
Kunarwoko,
2013 Pijar Vatikan II: Renungan Kecil 50 tahun Konsili Vatikan II,
Kanisius, Yogyakarta.
Kusumawijaya, Marco,
2003 Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, Institut Sosial Jakarta, Jakarta.
Maloney, Robert,
1992 A Contemporary Spirituality in the Service of the Poor, New City
Press, USA.
Mandaru, Hortensius,
1992 Solidaritas Kaya Miskin Menurut Lukas, Kanisius, Yogyakarta.
Moeloeng,
2007 Dasar Penelitian Kualitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif, Pusat Pastoral Yogyakarta, Yogyakarta.
Nolan, Albert,
2015 Yesus Bukan Orang Kristen, Kanisius, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Nur Widi Pranoto, Markus,
2009 Eklesiologi Ardas Keuskupan Agung Semarang, Kanisius, Yogyakarta.
Martasudjita, E.,
2011 Mencintai Yesus Kristus, Kanisius, Yogyakarta.
2013 Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, Kanisius,
Yogyakarta.
Nasution,
1988 Metode Naturalistik Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Phan, Peter C.,
2003 In Our Own Tonguers, Orbis Book, Maryknoll.
Ratzinger, Joseph,
2010 Yesus dari Nazareth, Gramedia, Jakarta.
Ritzen, George,
1980 Sociology: A Multiple Paradigm Science, Allyn & Bacon Inc., Boston.
Santoso, Teguh dan Edi Mulyono,
2012 Hidup yang Dibagikan, Konsorsium Pengembangan Pemberdayaan
KWI, Jakarta.
2013 Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, Konsorsium Pengembangan
Pemberdayaan KWI, Jakarta.
Siagian, Sondang,
2008 Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara: Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Sobrino, Jon dan Juan Hernandez Pico,
1989 Teologi Solidaritas, Kanisius, Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono,
1982 Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakyat, Yogyakarta.
Soetrisno, Lukman,
1997 Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, Kanisius, Yogyakarta.
Sudibyo, Bambang,
1995 Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan dalam Kemiskinan dan
Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta.
Sugiyono,
2006 Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Alfabeta, Bandung.
Suharyo, Ignatius,
2009 The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita, Kanisius,
Yogyakarta.
Susanto, Astrid,
1984 Sosiologi Pembangunan, Bina Cipta, Bandung.
Syarif, Moeis,
2008 Stratifikasi Sosial, UPB, Bandung.
Syukur, Abdul,
2009 Metode Analisis Wacana dan Teks, Pustaka Pelajar, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
C. Artikel
Harun, Martin,
2012 ‘Solidaritas sebagai Norma Dasar Dalam Etika Paulus’, dalam
DISKURSUS,Vol. 11, No.1 April 2012, 79-100.
Haryatmoko, J.,
2003 ‘Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa’, dalam BASIS no. 11-12
tahun 52, November- Desember 2003.
Krispurwana Cahyadi, T.
2014 ‘Evangelii Gaudium: Dalam Hidup Imam yang Bersaksi dengan
Gembira’, sebagai materi Rekoleksi Imam Kas dalam Persiapan
Pembaharuan Janji Imamat, Rumah Retret Syalom dan Griya Asisi
Bandungan, 14-15 April 2014.
Romdiati, Haning, Mita Noveria,
2006 ‘Mobilitas Penduduk antar Daerah dalam Rangka Tertib Pengendalian
Migrasi Masuk ke DKI Jakarta’, dalam Jurnal Kependudukan
Indonesia, vol 1, no. 1, 2006.
Somantri, Gumilar Rusliwa,
2005 ‘Memahami Metode Kualitatif’, dalam Makara vol. 9, no.2, Desember
2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Sunarko, Adrianus,
____ ‘Refleksi Teologi Modern tentang Yesus Kristus Penyelamat’, dalam
DISKURSUS, Vol. 15, No. 1 April 2016, 239-260.
Susanto, Heribertus,
2015 ‘Gereja Memperhatikan Orang Miskin sebagai Relevansi’, dalam
Jurnal Humaniora, vol. 8, no. 1, Juni 2015.
Van der Weiden, Wim,
1988 ‘Kritik Sosial dari Nabi-nabi Israel’, dalam J.B. Banawiratma, Aspek-
aspek Teologi Sosial, Kanisius, Yogyakarta.
Widyawan Luis, Antonius,
2013 ‘Prinsip Partisipasi dan Solidaritas dalam Visi Personalistik Karol
Woytyla’, dalam Arete vol. 2, no. 1 Februari 2013.
D. Sumber Internet
www.aca-komunitas.com
www.bksykaj.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Nama Susana Atiek Umisanti (Bu Atiek)
Lingkungan St. Virgilius
Wilayah 14
Lokasi Aula Bunda Hati Kudus (BHK) Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (11.33 – 12.00)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
10
Fr. Didik
(FD)
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih karena
telah ‘ngrepoti’ Ibu, selain untuk menyelesaikan tugas
akhir, saya juga membawa misi, karena BKSY ini
sekarang (dilaksanakan) di Keuskupan Agung
Semarang, syukur-syukur apa yang saya tulis dari
pengalaman dulu setahun di Jakarta bisa menyumbang
entah banyak atau sedikit untuk BKSY di Keuskupan
Agung Semarang. Mungkin nanti pertannyaanya tidak
terstruktur, nanti spontan saja. Baik yang pertama,
seputar soal pemahaman tentang BKSY, Ibu bisa cerita
pertama kali kenal BKSY, lalu setelah sekian lama kenal
BKSY dan berkecimpung di dalamnya, pemahaman Ibu
tentang BKSY sekarang itu sebenarnya apa?
15
20
Bu Atiek
(BA)
Dari awal yang diperkenalkan, oleh KAJ, awal-awalnya
memang dari keluhan para pastor paroki yang
menyampaikan kepada Monsigneur bahwa banyak umat
Katolik ini yang masih di bawah pra-sejahtera, karena
setiap saat itu banyak yang minta bantuan ke paroki,
terutama ketika mengalami musibah kematian. Memang
sudah ada di paroki itu, yang namanya Santo Yusup.
Santo Yusup itu (iurannya) enam puluh ribu rupiah per
KK. Terus, dana bantuannya itu tiap ada yang
meninggal dikasih dana bantuan dua setengah juta
rupiah.
25
FD Yang diberi bantuan itu siapapun? Misalkan yang
meninggal bukan kepala keluarga, apakah tetap diberi
bantuan?
30
35
BA Semua yang ada di dalam KK gereja. Siapapun yang
meninggal, salah satu dikasih dua setengah juta rupiah.
Saat ini, dua setengah juta tersebut tidak mampu untuk
beli peti. Tidak cukup untuk beli peti. Itu yang kami
tahu, ide Monsigneur itu untuk menaikkan dana bantuan
itu, (maka) terbitlah BKSY, yang memang dibantu,
waktu itu, oleh ACA. Yang saya tahu, memang dibantu
dengan CAR juga. Cuma ya tidak full semuanya
dibantu. Cuma dari dana iuran itu, tuk meng-cover juga
kekurangan dari ACA. ACA membantu juga mengenai
sistemnya, seperti itu awal-awalnya. Saya juga
dikenalkan dari pastor paroki itu.
40 FD Romo siapa waktu itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
BA Romo Samiran waktu itu. Dan juga Romo Alfons. Saya
sebagai anggota PSE. Waktu itu saya masih anggota
PSE diminta untuk menjadi PIC-nya BKSY.
FD Tahun berapa itu?
45
50
55
60
65
70
BA Tahun berapa ya? Sekitar tahun 2015 apa ya? Tahun
2015, waktu itu sebelum Frater Didik, ada Frater Wisnu,
juga sering ketemu. Setiap kali kita sampaikan dan
sosialisasikan di lingkungan, untuk ikut BKSY. Nah,
dari awal-awal, mereka pikir kan sudah ada Santo
Yusup, karena delapan puluh ribu itu, per orang bukan
per KK. Jadi kalau satu KK ada tiga orang atau berapa,
jadi ya tinggal dikalikan itu. Tapi puji Tuhan, ra ketang
sithik-sithik, setiap hari meningkat. Apalagi trus melihat
ada yang terima bantuan. Seperti pernah Frater Didik
juga sampaikan dulu di misa. Kan, waktu Frater Didik
ada di sini, ada yang menerima di gereja waktu misa.
Belakangan-belakangan ini, tambah, tambah, tambah
gitu, mungkin. Mereka sih, kalau yang memang apa
yang pra-sejahtera, itu mengharapkan banget, seperti
itu. Yang memang tujuannya adalah seperti itu. BKSY
ini juga untuk yang pra-sejahtera. Namun demikian,
yang sudah sejahtera pun, sepertinya banyak juga yang
mengharapkan seperti itu. Nah, kami sebagai PIC
BKSY juga suka susah. Tapi gini lo Frater, kalau
memang orang itu niat mau membantu, kan kita juga
sampaikan, ada rekening sendiri untuk pending coffee.
Cuma gak ada yang (berpikir) seperti itu. Adanya yang
bayar iuran saja, atau peserta biasa. Tapi, ada juga yang
tidak mengambil. Jadi ada satu dari wilayah 4 atau 5 ya
Bonaventura itu, ketua lingkungannya yang
menyampaikan ke keluarga dan ahli waris. Kalau saya
ya ga usah diambil lah.
FD Itu termasuk keluarga yang pra-sejahtera atau mampu?
75
80
85
BA Itu keluarga yang mampu. Jadi waktu itu saya tanyakan
ke Romo Samiran: Apakah kita ambil dan itu
disumbangkan ke paroki? Nanti untuk pending coffee
paroki. Kalau ada umat yang perlu dibayar-bayarin, nah
kita ambil uang itu. Tapi Romo Samiran bilang
‘terserah’. Ya sudah, jadi itu tetap kita ambil, terus kita
sampaikan ke ketua lingkungan: ‘Tolong yang memang
di lingkungan itu tidak mampu untuk membayar, tolong
dibayari dengan kas lingkungan’. Pernah ada kejadian,
orangnya tak mampu, yang menjadi donaturnya itu,
orang yang pas-pasan juga. Saya acungi jempol, dan
kebetulan yang disantuni itu juga meninggal, dan gak
punya siapa-siapa. Nah saya minta, ketua lingkungan,
bendahara dan donaturnya yang menerima. Saya gak
tahu ini untuk apa, (namun) biar dikelola sama ketua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
lingkungan dan pengurus lingkungan.
90
95
100
105
BA Gak punya ahli waris. Nah ketua lingkungannya dan
sama donaturnya tadi, dan sama bendaharanya sepakat
untuk ‘slametan’ (memule) sampai selesai. Peringatan
untuk yang meninggal. Jadi urusin dari awalnya, kita
dari PSE yang menghubungi Santo Yusup (yang ada) di
Petamburan itu untuk ambulance, peti dan sebagainya.
Biasanya, dibayari dulu sama PSE. Nanti dari
lingkungan, urusannya sama PSE (untuk)
mengembalikan kekurangannya. Kan dipotong dengan
Santo Yusup yang dua juta lima ratus, dan sisanya
diambil dari BKSY. Sisa dari itu untuk peringatannya.
Nah untuk sisa, saya sebut sisa, itu urusannya
lingkungan bukan urusan kami. Ada juga dari wilayah
13 itu, yang dia menyantuni 10 personil (umat), itu ada
3 keluarga. Jadi, tiap tahun dibayari sama satu orang.
Dan dia sendiri juga ikut, bertiga yaitu suami, istri dan
anaknya. Seperti itu. Jadi sekarang ini sudah dari
lingkungan-lingkungan itu memang sudah mulai
berusaha untuk mengangkat BKSY.
110
FD Kalau di lingkungan, apakah Ibu ikut istilahnya:
mengurusi atau ketua lingkungan?
115
BA Kebetulan, waktu itu, waktu awal 2015 itu saya kan
masih jadi ketua lingkungan. Jadi saya kejar-kejar
mereka. Namun demikian, masih juga belum semuanya.
Tapi kalau yang St. Yusup memang sudah semua. Tapi
untuk BKSY, yang mampu-mampu itu bilangnya sudah
punya banyak asuransi.
FD Berapa jumlahnya, maksunya yang sudah ikut
dibandingkan dengan seluruh umat lingkungan?
120
BA Sudah ada hampir separo. Tapi nggak juga wong
keluarga saja sudah ada tujuh orang. Kan suami, istri,
anak, menantu dan cucu. Yang ikut baru 16 dari,
sebenarnya dari 30 KK. Yang ikut itu baru KK saya,
Pak Ju, Pak Maji, Bu Handoko ya baru lima KK. Berarti
belum hampir separo.
125
FD Kira-kira kenapa Bu, maksudnya yang menyebabkan,
apakah mereka yang merasa belum mau ikut atau
memang, selama ini ada istilahnya sosialisasi sampai ke
lingkungan-lingkungan?
130
BA Setiap pertemuan, waktu saya masih menjadi ketua
lingkungan, saya sampaikan. Saya bilang: ‘Saya ini
ketua lingkungan di sini, dan saya juga PIC BKSY nya
sendiri. Ini idenya Monsigneur’ (Lalu ditanggapi): ‘Ya
Bu, nanti-nanti, dan sampai sekarang juga gak
ditanggapi’.
135
FD Berarti itu lebih ke masing-masing orang sih
sebenarnya, karena orangnya belum memiliki keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
140
atau motivasinya belum kuat, jadi memang berpengaruh
juga. Lalu, menurut Ibu, karena Ibu sebagai PIC, soal
prosedur atau persyaratan, misalkan mau mendaftarkan
peserta baru, renewal, permohonan bantuan, dan
seterusnya. Soal prosedural itu relatif mudah atau sulit,
atau bagaimana menurut Ibu?
145
BA Kalau prosedur dan penginputan itu sih gak masalah
buat saya. Yang masalah itu masih banyak yang suka
berubah-ubah, masih abu-abu peraturannya. Jadi tidak
tegas.
FD Contohnya?
150
155
160
165
170
175
180
BA Contohnya, orang yang punya kartu itu tidak selalu
melihat expired-nya. Tapi setiap kami ketemuan sama,
kami sering PSE itu mengumpulkan ketua lingkungan:
‘Tolong warganya yang punya kartu BKSY, yang
menjadi peserta, dilihat expired-nya.’ Baru-baru ini
begitu akhir bulan, kan di-abu-abuin tuh, ketika udah
inget untuk renewal nih, tiba-tiba abu-abu, trus kita kan
gak bisa untuk memprosesnya. Kalau seperti ini, pasti
dari BKSY pusat. Kita sampaikan nih, udah. Udah kita
bayar, dan sudah diaktivasi. Mereka hanya menanyakan
sehat atau tidak. Saya sebagai PIC paroki, yang saya
kerja sendiri, kan gak bisa cek satu-satu. Lalu hanya
akan tanya sama ketua lingkungan atau Bu Koco (ketua
PSE) yang dititipin uang untuk renewal: ‘Bu, ini sehat
gak?’ ‘Oh sehat kok!’ Ya sudah, saya jawab sehat to
(kepada BKSY pusat). Ternyata baru diaktivasi, belum
ada sebulan meninggal. (Bu Koco bilang:) ‘Bu aku isin
lo Bu’. ‘La malu gimana?’, saya bilang begitu. Saya ya
kan berdasarkan (info Bu Koco). Ga bisa kan saya
datangi satu persatu untuk menanyakan sehat atau tidak.
Tidak ada waktu. Saya hanya percaya sama ketua
lingkungan atau Bu Koco yang menerima uang. Saya
bilang begitu kepada Tuhan: ‘Di paroki ini sudah minus
tujuh juta rupiah, maka jangan ada yang dipanggil dulu’.
Kan ga bisa seperti itu. Itulah yang menjadi, sering
terjadi friksi-friksi yang terjadi sehingga, kalau menurut
saya, ya sudahlah gak usah diperpanjang ya. Adanya
memang itu. Saya hanya ingin Pak Styanto (sekretariat
BKSY pusat), saya hanya menyampaikan saja bahwa ini
meninggal, (dan) berdasarkan prosedur saya kirimkan
(berkas) ke ACA. Kalau akhirnya gak dirilis yang
sepuluh juta rupiah ya monggo, tapi ada jawaban dari
ACA yang bisa saya sampaikan kepada ahli waris.
Kalau saya yang menolak, sebelum saya sampaikan ke
ACA, saya gak bisa, saya gak punya alasan. Seperti itu.
Itu baru saja kejadian, lalu berapa lama, jadi saya ini,
karena saya sekarang sudah menjadi ketua PSE, saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
185
190
195
200
205
210
215
220
225
mencari bantuan dan ditawarkan ternyata ada yang mau
bantu. Cuma kalau saya sudah terima uang, pagi atau
siang, malam harus saya kerjakan itu. Ya nanti kalau
enek apa-apa, karena uang sudah saya terima. Nah
saudari saya yang membantu saya ini, (uangnya)
ditumpuk dan gak segera dikerjakan, maka gak segera
diaktivasi juga. Uangnya juga belum disetor. Sampai
ada 40 sekian orang, aku jadi pusing. Kalau aku tak
proses, pakai uangku sendiri sementara, tak proses
dhewe, tak kerjain dhewe. Selesai. Eh kemarin, tanggal
18 Juli baru diaktivasi, tanggal 24 (Juli) meninggal. La
nek umpamanya, saya gak ngerjain itu, gak
menyelesaikan itu, yang mau nomboki sepuluh juta trus
sapa? Itu yang terjadi seperti itu. Saya itu dari dulu
memang dari bekerja tidak pernah menunda pekerjaan.
Pekerjaan sekarang, ya dikerjakan sekarang. Jadi pulang
gak ada kerjaan yang dibawa. Sama dengan BKSY ini,
mau 5 orang, mau 2 orang, pokoknya sebelum hari
Minggu sudah harus selesai, saya sudah harus input.
Dan mendingan saya nombok (uang iuran) daripada
saudara kita nanti ada masalah. Selama ini memang,
saya punya (tabungan) Mandiri, cuma memang daripada
saya ke bank ngantre, pakai ATM atau gimana gitu, ya
pake sms banking aja, wis sekali jebret banyak gak
masalah. Yang penting kerjaan saya selesai. Saya bisa
bantu warga paroki. Tuhan sudah ngasih rejeki banyak.
Nah itu yang saya kerjakan. Nah masalahnya memang,
nanti saya sudah gak dipakai lagi, atau gak ngurusin
lagi, menunjuk siapa yang menjadi PIC BKSY. Cari
kader aja susah, yang bisa kita percaya, karena ini uang
dan berhubungan dengan orang yang gak mampu.
Memang ada kejadian, waktu itu peserta baru belum ada
sebulan juga meninggal, diajukan ke saya, dia minta
bantuan rawat inap, dan kematian. Saya lihat, dirawat di
rumah sakitnya, sebelum dimasukkan (menjadi peserta)
dan saya bilang bahwa ini gak bisa untuk diajukan
walaupun sudah membayar delapan puluh ribu, dan
sudah diaktivasi. Tapi yang bersangkutan, sudah di
rumah sakit baru diajukan. Kalau tadinya gak minta
rawat inap, saya gak tahu kalau dia dirawat. La itu saya
bisa mencegah sebelum saya sampaikan ke ACA.
230
232
FD Ternyata memang macem-macem kalau dari
pengalaman di paroki-paroki, karena kadang kan kalau
misalnya seperti kami dulu di kantor pusat begitu kan
karena harus melihat banyak paroki, jadi kadang
istilahnya ‘terima beres’ tapi ternyata di paroki
kenyataanya lain. Semoga melalui ini, bisa menjadi
masukan yang baik bagi BKSY pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Nama Oey Bing Hwa (Bu Bing)
Lingkungan St. Sirilus
Wilayah 13
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (13.24 – 13.35)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Oke, baik kalau begitu saya mulai saja supaya (lebih
cepat). Mungkin Ibu bisa cerita pertama kali kenal
BKSY lalu sampai sekarang itu menurut Ibu BKSY itu
apa sih? Kalau banyak umat kan masih salah tangkap
soal asuransi, soal macem-macem gitu lah. Kalau
menurut Ibu sendiri, BKSY itu apa, dan sampai
sekarang itu seperti apa?
10
Bu Bing
(BB)
Kenalnya ya di paroki ini, kan dari ketua lingkungan
juga, (dan) di sini juga sering nanya-nanya. Dan
menurut pengurus di sini, BKSY itu bagus, dan ada
penggantiannya kalau rawat inap dapat dan kalau
meninggal juga ada santunan. Itu kita juga kan untuk
menolong orang lain, kan belarasa.
15
FD Kalau menurut Ibu, lebih kuat yang mana, belarasa
untuk orang yang meninggal atau sekedar program
untuk santunan bagi orang yang kurang mampu? Atau
dua-duanya?
BB Dua-duanya.
20
FD Jadi, maksudnya tujuannya ada dua gitu kan?Jadi yang
satu, kita belajar berbagi, yang satu nanti yang kita
kumpulkan untuk orang yang kurang mampu. Lalu, Ibu
sudah menjadi peserta BKSY berapa tahun?
BB Dua tahun.
25
FD Selama dua tahun ini, pernah mengurusi tentang BKSY,
prosedur dan semacamnya?
BB Enggak.
FD Tapi menurut sepengetahuan Ibu, apakah prosedur dan
persyaratan BKSY ini termasuk rumit atau sederhana
atau bagaimana?
30
BB Sederhana sih, cuman kalau yang saya lihat sih,
pengganti uangnya lama ya.
FD Maksudnya, jangka waktu dari pengajuan sampai
mendapatkan?
35
BB Ya. Saya tahu sendiri, dan saya tahu karena bendahara
paroki. Kalau ACA, pasti transfer dulu ke rekening
paroki, trus baru dikeluarin. Nah, dari Bu Atiek, tentang
(syarat dan ketentuan) pengajuan itu kan banyak banget
dan sekaligus lama juga. Kan saya juga dapet itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
emailnya.
40
FD Dari lingkungan Ibu, sudah banyak yang menjadi
peserta? Kurang lebih berapa?
45
BB Belum sih. Baru sedikit sih yang ikut. Kayaknya kurang
pengertian (pemahaman), tentang BKSY. Dan masih
ada yang menganggap ini seperti asuransi. Kalau soal
hitungan, tentu lebih besar (asuransi) atau gimana.
FD Bukannya lebih besar BKSY?
BB Ya, tapi kalau orang yang pinter, pasti tahu
hitungannya. Kalau saya kan gak pinter ngitung.
50
FD Selain karena orang belum tahu (paham), kira-kira apa
yang membuat orang itu kok gak tertarik ikut BKSY?
BB Ya mungkin, ketua lingkungannya juga itu. Kurang
aktif. Door to door. Memberi pemahaman.
FD Kalau pertemuan lingkungan, suka dijelaskan lagi gak?
BB Gak tuh.
55 FD Apakah di sini ada misa lingkungan atau wilayah?
BB Ada sih.
FD Romo sering bilang tentang BKSY gak?
60
BB Kayaknya enggak deh, kayaknya kalau misa kan
langsung. Dateng langsung mulai misa, atau ntar kalau
gak tuh ramah tamah. Gak cerita tentang BKSY.
Mungkin kalau pas kunjungan wilayah, nah itu. Ada kan
setiap sebulan sekali.
FD Kunjungan wilayah itu kunjungan ke keluarga atau
semua umat?
65
70
BB Ya kunjungan ke semua. Jadi yang di wilayah itu
berkumpul di satu rumah. Nah pas itu, dewan paroki
termasuk Romo juga dateng. Selain itu, ada seksi-seksi
lingkungan: PSE, liturgi, tu suka pada dateng. Nah pas
itu juga ketua lingkungan, termasuk umat yang kalau
mau dateng juga boleh. Mungkin pada saat itu, bisa ada
tanya jawab. Lalu, ada yang cerita tentang BKSY juga.
75
80
85
FD Memang sih, dari pengalaman di beberapa paroki, ada
banyak faktor yang membuat BKSY itu bisa jalan baik
atau enggak. Satu, yang pasti tentang pemahaman umat
tapi tidak tahu dulu apakah di masing-masing
lingkungan itu ada semacam sosialisasi atau hanya
ketua lingkungan saja. Kedua, tentunya pengurus atau
orang yang ditunjuk menjadi koordinator, entah ketua
lingkungan itu sendiri untuk mengurusi BKSY. Nah yang
ketiga ini, barangkali yang kadang tidak kita cermati,
tapi juga penting yaitu soal peran Romo Paroki karena
Romo Paroki ketika mengatakan sesuatu ya otomatis
umatnya akan mengikuti. Nah masalahnya, Romo
Paroki itu kan jarang sekali yang selamanya berkarya
di sebuah paroki. Jadi kadang, berapa tahun sekali
ganti, dan masing-masing mestinya berbeda-beda cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
90
dan karakternya. Nah tadi cerita dari Mas Styanto, kan
dulu Romo Samiran ya juga lumayan, maksudnya beliau
juga aktif menggerakkan, namun romo yang baru belum
paham tapi syukur-syukur tadi ceritanya sudah mulai
tahu banyak soal BKSY, jadi kapan-kapan akan
menggalakkan lagi soal BKSY. Salah satu yang hendak
diperdalam adalah soal keterlibatan romo paroki, juga
soal pemahaman umat dan soal pengurus.
95
100
BB Kalau dulu sih, emang kalau Romo Samiran itu selalu
ngomong soal ini, kalau ada pertemuan-pertemuan di
gereja. Kan setiap ada penggantian yang meninggal itu
kan dapat (bantuan) dan (penyerahannya) di gereja,
sehingga umat (yang hadir saat misa) juga tahu dan
melihat. Sekalian juga ngomong tentang BKSY itu.
105
FD Baik Bu, yang terakhir, karena sudah menjadi peserta
selama dua tahun, dan tahu sedikit banyak tentang
macam-macam hal tentang BKSY, kira-kira apa ada
usulan, atau harapan yang bisa disampaikan supaya
BKSY ini lalu ke depannya bisa semakin baik, dan
berkembang dan maju terutama di paroki ini, tapi juga
kalau ada usulan untuk pengurus pusat juga tidak
masalah?
110
BB Supaya itu aja, mau sosialisasi lagi di lingkungan, di
paroki juga kalau bisa (ketua-ketua lingkungan)
dikumpulin lagi untuk mengadakan (atau menerima)
sosialisasi dan digalakkan lagi.
115
FD Prosedur dan persyaratan, apakah sudah cukup baik
atau perlu diperbaiki, tentang persyaratan dan
seterusnya?
BB Persyaratan sih enggak, cuma ya itu tadi, jangan terlalu
lama gitu. Jadi kan orangnya gak terlalu lama
menunggu. Mungkin bisa bosen nanya-nanyain.
120
125
130
FD Memang sih, di beberapa paroki juga sering gitu sih.
Artinya, kita menyadari bahwa mengajak pihak ketiga
yang disitu adalah perusahaan asuransi sehingga
mereka ini mestinya punya peraturan sendiri:
persyaratan dan prosedur. Dan karena kita sudah
dibantu oleh mereka, maka kita timbal-baliknya ikut
sebagian dari peraturan yang mereka terapkan. Selain
karena kita juga sudah dibantu dalam pengelolaan
keuangan dan pembuatan sistem.
Apakah ada hal lain lagi yang mau disampaikan,
termasuk pelayanan secara umum: PSE dan pengurus?
BB Gak sih saya sudah cukup.
133
FD Baik Bu, terima kasih untuk waktu dan kesediannya.
Selamat siang. Tuhan memberkati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Nama Caecilia Purwanti (Bu Purwanti)
Lingkungan St. Hieronimus
Wilayah 8
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (13.38 – 14.00)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Saya hendak membuat tulisan tentang BKSY, dan yang
diwawancarai adalah mereka yang menjadi pengurus
atau peserta BKSY. Ibu sudah menjadi peserta, maka
sudah masuk dalam kriteria untuk diwawancarai.
Mungkin, pertanyaan pertama yang paling sederhana,
jadi pertama kali Ibu kenal BKSY itu dari mana? Lalu
sampai sekarang, sudah menjadi peserta gak tahu
berapa tahun, menurut Ibu pandangan tentang BKSY itu
gerakan yang seperti apa?
10
15
20
Bu
Purwanti
(BP)
Ya, kalau menurut saya, ya itu kan kalau di lingkungan
kan atau di paroki kan namanya Santo Yusup. Terus, itu
juga mendapatkan ganti ya, tapi kan cuma dua setengah
atau dua juta. Tapi kalau BKSY itu kan e memang cuma
sampai delapan puluh tahun dan delapan puluh tahun ke
atas sudah gak dapet penggantian lagi. Tapi ya itu bisa
menolonglah misalnya masih ya siapa tahu ya namanya
mati gak ngerti itu lo, masih bisa lah gitu. Itu, terus
kemudian ganti ruginya juga lebih banyak. Kalaupun
opname, katanya dapet penggantian seratus (ribu) per
hari maksimal sembilan puluh ribu hari per tahunnya.
Iurannya ya delapan puluh ribu per orang per tahun.
FD Trus, dulu kenal pertama kali, dari sinten Bu?
25
30
BP Kenal pertama kali kan di gereja, di itu diberikan apa ya
warta paroki, trus kemudian Romo dan kemudian di
lingkungan itu Pak Styanto. Itu, ya itu. Di lingkungan
juga digerakkan. Saya gak selingkungan dengan Pak
Styanto, tapi sewilayah. Kan wilayahnya itu eh kalau dia
Kebon Nanas Utara gak satu wilayah ya. Batasnya kan
Otista 3 itu, ke sini. Kayaknya bukan lingkungan saya.
Eh bukan wilayah saya. Dia wilayah 9, kalau gak salah.
Kalau saya wilayah 8.
FD Kalau Ibu di lingkungan, berperan sebagai apa?
Sebagai ketua lingkungan atau yang lain?
BP Enggak, saya ini saja, anggota biasa.
35
FD Tahu tentang prosedur pendaftaran dan permohonan
bantuan gitu gak?
BP Enggak, yang tahu suami saya. Dia ketua lingkungan
hehehe dan itu sudah berkali-kali, gak ada yang ganti.
FD Sering cerita gak tentang prosedur?
40 BP Enggak juga tuh. Nah kalau bantuan yang dari BKSY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
45
50
itu kita belum pernah. Belum pernah, cuma ini, barusan
ada warga yang sakit. E kebetulan dia juga warga, ikut
BKSY. Baru proses. Kita sudah mengajukan. Dia sudah
opname nih. Dan kini proses meminta bantuannya itu.
Nah ini tadi aku tanya sama Bu Atiek, itu juga saya
menanyakan kepada beliau: ‘Bu warga saya itu kan ada
yang kemarin sakit, terus baru proses’. Ini gak tau lama
apa enggak. Baru proses Bu, katanya. Yang di itu kan,
yang di Cikini? Ya benar, saya bilang gitu. Jadi untuk
itunya belum tahu, cepet apa enggak-nya. Belum pernah
baru ini.
FD Kalau mendaftarkan peserta?
55
60
BP Pendaftaran peserta kan mengisi formulir. Lalu yang
menginput dari lingkungan. Kalau setahu saya ya, tapi
gak tahu itu bener apa salah, itu e misalnya lingkungan
saya ada, nah dari lingkungan e memberikan masukan
ke anggota peserta itu, nah nanti dari ketua
lingkungannya baru ke sini (pengurus BKSY paroki)
kalau gak salah. Ke pastoran. Atau yang e yang
mengurusi itu BKSY itu.
FD O jadi peserta yang mau ikut, datanya dikumpulkan di
lingkungan terus baru di bawa ke sini (pengurus BKSY
paroki)? Lalu baru kemudian diinput.
65
BP Kalau gak salah begitu. Suami saya, kayaknya begitu
deh. Setahu saya begitu.
FD Menurut gambaran Ibu, proses yang seperti itu relatif
mudah atau ribet atau ya memang kita harus ikut cara
seperti itu?
70
BP E pertama sih memang waktu itu juga banyak peminat,
terus kayaknya gampang sih. Kayaknya gampang deh.
Cuma ya itu waktu penggantiannya ini, kan kita baru
satu ini mau dalam proses. Sepanjang sudah ikut, dari
wilayah ini e lingkungan saya ya baru ini. Jadi belum
pernah sebelumnya.
75
FD Ibu tahu perbandingan yang sudah ikut dan yang belum
ikut itu berapa? Artinya juga dibandingkan dengan
jumlah umat lingkungan secara keseluruhan.
BP O gak tahu saya.
FD Kalau jumlah umat kira-kira berapa?
80
BP Jumlah umatnya paroki ini? Oh kalau lingkungan saya
itu ada kurang lebihnya 25 KK ya, tapi kalau yang ikut
itu gak tahu persis. Gak semuanya ikut tapi memang
dari e ada satu warga yang memang memberikan apa
bantuan. Maksudnya, tidak ikut tapi ‘mbayari’.
85 FD Yang dibayari berapa orang?
BP Berapa ya? Empat orang kalau gak salah, berarti sama
satu keluarga. Bukan satu keluarga persis sih, tapi ini
satu, ini satu, ini satu gitu. Jadi bukan satu keluarga, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
90
acak, karena di tempat saya itu kan ada yang janda, ada
yang sudah gak punya penghasilan.
FD Yang ‘mbayari’ itu rutin?
BP Rutin, karena kami juga ikutnya belum lama. Mungkin
kalau tidak salah selama tiga tahunan. Tiga tahunan dan
yang sudah dua tahun, dia selalu mbayarin terus.
95
FD Ya lumayan sebenarnya, karena yang di paroki ini
sendiri sebenarnya sejak tahun 2015.
BP Ya memang, pertama itu ada BKSY itu kan memang
digerakkan kalau gak salah digerakkan, termasuk
lingkungan saya itu.
100
FD Kira-kira yang belum ikut itu karena apa? Maksudnya
mereka ini gak butuh, atau gak kepengen atau masih
ragu-ragu?
105
BP Mungkin soal dana ya, karena kan lingkungan saya itu
bukan warga yang menengah ke atas. Jadi mereka ini
cuma ikut yang Santo Yusup itu saja. Kalau Santo
Yusup kan satu KK enam puluh ribu per tahun per KK.
Kalau ini (BKSY) kan per orang.
110
FD Jadi kendalanya mungkin lebih ke pembiayaan untuk
iurannya? Jadi bukan karena gak mau atau gak
kepengen?
BP Sebetulnya mereka kalau ditanyain ya mau cuma ya
karena harus bayar dulu iurannya.
115
FD Terus, kalau Romo paroki sendiri sering kalau
perkumpulan di lingkungan atau pas misa itu sering
cerita tentang BKSY gak atau menggalakkan umat untuk
ikut?
120
125
BP Hanya awal-awal. Waktu Romo Samiran waktu itu.
Tapi cuma di gereja aja, dan di lingkungan sih enggak.
Dulu waktu saya itu, ya Pak Styanto itu, pas pertama
kali. Kayaknya kalau di lingkungan itu memang yang
menggerakkan yang kayak Pak Styanto itu, yang
prodiakon, yang sekalian pertemuan, mereka
memberikan masukan. Jadi pas kumpul-kumpul, kalau
di tempat saya itu satu bulan sekali kumpul, ibadat,
sekalian arisan. Biarpun arisan sedikit tapi yang penting
adalah untuk kumpulnya itu. Yang di lingkungan saya
seperti itu. Kalau yang pas Pak Styanto itu memang satu
wilayah dikumpulin trus beliau yang memberikan
pengarahan untuk BKSY, begitu.
130
FD Karena dari pengalaman, memang ada banyak faktor
yang membuat BKSY ini bisa berjalan baik atau tidak.
Salah satunya, umatnya yang tidak tahu atau tidak
paham secara pas. Karena ada orang yang mengira
kalau ini masih seperti asuransi.
135
BP Ya memang waktu itu, juga dibilangin begitu. Terus
komentarnya: ‘Wah kalau delapan puluh tahun gak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
140
dapet ya rugi kita dong’. La trus kita terangin, di situ
bahwa kita gak tahu kita mati. Kalau istilahnya kita ini
menolong mereka pas kekurangan atau apa. Jadi
memang harus diterangin, ada orang yang ini sih gak
semuanya ikhlas. Jadi sekali lagi, memang harus diberi
keterangan. Tapi kan maksudnya delapan puluh ribu
rupiah itu kan siapa yang tahu? Kita kan gak ngerti.
145
150
FD Jadi memang yang menentukan adalah pemahaman
umat, lalu pengurus lingkungan atau paroki dan itu
tadi, yang gak kalah penting adalah peran romo paroki
karena romo paroki setahu saya selalu ngendiko
tentang BKSY pun, umat lalu tidak serta merta langsung
tertarik, karena masih ada yang punya pandangan
sendiri-sendiri. Nah yang terakhir, lebih ke usulan atau
harapan Ibu, yang konkret kira-kira yang masih perlu
diperbaiki bagi BKSY, entah di lingkungan atau paroki,
atau BKSY secara keseluruhan supaya nanti bisa
berkembang semakin baik. Kira-kira ada mungkin?
155
160
165
BP Ya, usulannya mungkin ya memang harus diitu kan,
harus diingatkan lagi, karena kan e kalau gak diingatkan
mungkin bisa lupa apa sih BKSY itu, misalnya seperti
itu. Terus mungkin juga, kalau misalnya pendanaannya
untuk apa diberikan lebih cepat, begitu, karena saya
terus terang tidak tahu, jadi itu kan lebih baik, jadi kami
bisa woro-woro, kalau BKSY cepat dalam menanggapi
permohonan bantuan, dan juga cepat prosesnya. Nah
seperti itu lo. Jadi mungkin kalau lebih cepat kan, orang
kan jadi udah deh gak apa-apa, maksudnya tertarik
untuk ikut. Prosesnya lebih cepat jadi kita kan gak
terlalu semacam diapusi(dibohongi) lah istilahnya gitu.
170
FD Kalau penjelasan (sosialiasi) tentu sangat butuh ya?
Biar semua umat itu paham, karena takutnya kami itu
kan kadang-kadang pemahaman hanya sampai di ketua
lingkungan. Nah ketua lingkungan itu, kan berbeda-
beda cara menyampaikannya. Nah, yang dipikirkan,
pemahaman yang semua umat bisa diterima secara
sama, sehingga keputusan untuk ikut BKSY bisa menjadi
semakin yakin.
175
180
BP Pengurus paroki atau lingkungan itu kan tidak
selamanya, karena misalkan ini nanti ganti, itu kan
mestinya yang baru pun perlu mendapatkan pemahaman
yang sama dan tepat tentang BKSY jika ingin
menggalakkan BKSY ini lebih maju, termasuk nanti
Romo paroki juga sering ganti dan pindah tugas, atau
pengurus PSE ini juga tidak mungkin selamanya. Nanti
mesti ada pengganti. Pengurus BKSY juga gak mungkin
selamanya.
FD Nah, yang kita pikirkan bersama adalah dalam posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
185
190
195
‘pergantian’ semacam ini, selalu ada cara untuk
‘nurunke ilmu’ supaya nanti pengurus baru itu
gampang. Ini Mas Styanto tadi cerita bahwa Romo yang
baru dan ketika datang belum tahu tentang BKSY, tapi
ketika mendapatkan penjelasan, akhirnya terbuka juga,
termasuk ketika melihat data dan fakta, termasuk soal
defisit yang dialami di paroki atau di pusat.
Jika dirasa cukup, saya ucapkan terima kasih, saya
nyelo waktu nya jenengan yang sibuk. Terimakasih
untuk masukannya.
196 BP Terimakasih Frater. Sama-sama.
Nama Helena Sukoco (Bu Koco)
Lingkungan St. Hubertus
Wilayah 8
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (13.57 – 14.45)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
10
15
Fr. Didik
(FD)
Baik, terima kasih sebelumnya atas waktunya, meskipun
sibuk. Intinya, saya sedang membuat tesis, terus ingin
tahu secara mendalam beberapa hal yang terjadi di
paroki berkaitan dengan BKSY. Dan saya memilih tiga
paroki yang saya anggap sudah cukup lama ikut BKSY,
sebab kalau baru setahun dua tahun sulit untuk
membuat penilaian dan penelitian. Kalau Bidaracina
kan sudah sejak tahun 2015, jadi sudah ada grafiknya.
Lalu, caranya adalah dengan mewawancarai siapa pun
yang berkecimpung di BKSY, entah peserta atau
pengurus, karena pengurus juga punya pergulatan
seperti Bu Atiek cerita tadi tentang macam-macam
masalah, karena mengajak orang untuk berbelarasa itu
tidak mudah. Jadi ini kan saling melengkapi. Yang
pertama, Bu Koco cerita pertama kali kenal BKSY, lalu
sampai sekarang ini, menurut Bu Koco, BKSY itu apa?
20
25
Bu Koco
(BK)
Saya pertama kali, dapetnya dari Pak Styanto lewat
WA, intinya Bapak Uskup bla,bla,bla…menganjurkan
umat kita untuk ikut BKSY, ikut berbelarasa untuk kita
yang bisa membantu. Terus, setelah itu ada sosialisasi di
sini (di gereja), bla,bla,bla…Ibu Sri kalau gak salah
waktu itu ya, di lingkungan kami. Ada beberapa
lingkungan yang sudah ikut. Nah, karena lingkungan
saya sudah sepuh-sepuh, nah maunya Pak Styanto kan
(umur) 0 sampai 80 tahun, di atas itu gak bisa, karena
itung-itungan 80 tahun ke bawah, ya kan? Nah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
30
35
40
45
lingkungan saya, kebanyakan 60 atau 70 tahun ke atas,
paling muda saya deh, sama adik saya. Saya bilang ke
Pak Styanto, saya tuh aduh, di lingkungan saya yang
ikut sekitar 10 kk, itu aja umurnya dah 65 semua, atau
kategori tinggal ‘nunggu-nunggu’. Ada yang 80 lewat,
nah dia gak dapet to? Nah ya udah mesti dijelasin.
Terpaksa waktu itu saya cari peserta, dapet lah sekitar
10 orang. Sebetulnya, menurut saya BKSY itu berguna
bagi umat yang pra sejahtera, berguna banget tapi di
lingkungan-lingkungan itu ada yang gak ngerti,
maksudnya nganggepnya asuransi, tapi kan memang
dibantu asuransi, tapi bukan asuransi yang itu
maksudnya. Kita kan mau berbelarasa. Pokoknya suka
duka ikut BKSY di lingkungan itu banyak. Bla,bla,bla
saya bilang kalau udah renewal, dah abu-abu itu kan
susah ngangkat, bener gak? Kalau ada apa-apa, yang
dari lingkungan itu kan, saya bilang ‘masa gak bisa sih
Bu?’. Ini lama ngangkat (aktivasi)-nya. Misalnya, ada
yang jatuh tempo 15 Juli, kan gak mungkin dong
diambil kalo belum aktivasi. Tapi, ya suka lupa juga sih.
Nah gimana kalau gitu? Yang menghadapi masalah itu
ketua lingkungan tapi ketua lingkungan itu kadang ribet.
50
FD Nah, justru itu, dulu memang, saya juga pengalaman di
pusat, kadang-kadang keadaan di paroki yang dihadapi
pengurus lalu ketua-ketua lingkungan itu, ternyata jauh
berbeda, tidak sesuai dengan yang kami bayangkan,
karena ya mau meng-handle banyak orang tidak mudah.
Jadi itulah yang tidak kami temukan.
55
60
65
70
BK Apalagi kalau ini, setiap paroki pasti ada, atau setiap
lingkungan ada banyak. Tapi memang, ada juga yang
orang itu sehat, tapi kita kan gak tahu ujung-ujungnya.
Nah saya bilang, aduh suka dukanya. Tapi, ada juga
orang kaya yang gak mau ikut, katanya asuransi
bla,bla,bla ini ya memang asuransi, tapi kita bisa
berbagi, karena Bapak Uskup yang menganjurkan, tapi
bener kata Pak Styanto bahwa saya sudah ngomong
banyak sama Romo Marya, untu terus bawa-bawa
BKSY. Dulu kan kalau Romo Samiran kan, kami
terimakan santunan BKSY yang meninggal, Romo Sam
kan selalu ngasih sedikit wejangan sebelum santunan
diberikan ke ahli warisnya, sedikit masukan Romo Sam,
bahwa BKSY itu adalah berbelarasa, bahwa yang di
umat bisa beli pulsa lima ribu sehari tapi kalau harus
nyumbang itu berapa kali berapa, nah Romo Sam itu
selalu begitu. Maka, menurut saya, Romo Sam itu kalau
seperti itu bener-bener deh.
FD Dulu waktu di pusat, pernah juga Romo Samiran. Ya
memang, kesulitan kita Romo itu gak selamanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
75
80
85
berkarya di paroki tertentu, termasuk nanti ketua
lingkungan, pengurus PSE, pengurus BKSY, nanti pada
waktunya akan berganti. Nah sulitnya, posisi nanti
kalau pas pergantian, itu harus ‘nurunke’ pemahaman
itu, dan kebetulan gak semua orang itu mau, termasuk
Romo-nya, dan syukur kalau Romo-nya mau terbuka.
Ada juga Romo Paroki yang gak mau sama sekali,
artinya ya apatis soal BKSY itu. Maka, tidak
mengherankan sampai sekarang pun, 66 paroki tapi
baru 31 atau 32 yang sudah ikut. Itu gak ada separo,
padahal ada penjelasan bahwa ini adalah gerakan yang
diinisiasi oleh Bapak Uskup sendiri.
90
BK Sebenarnya, ini sangat membantu banget untuk orang-
orang yang benar-benar di bawah (pra sejahtera). Maka,
kami tu ada beberapa orang yang seperti itu, lalu saya
masukkin, karena kalau ada apa-apa kan kasihan, saya
ada beberapa tuh, kira-kira 18 orang. Maksudnya, dari
iuran pending coffee kepada umat yang pra sejahtera,
yaitu mereka yang benar-benar butuh.
95
FD Itu kalau di lingkungan Ibu, ada yang dibantu seperti
itu?
BK Kalau di lingkungan saya gak ada, mereka bayar 80 ribu
sendiri.
FD Kalau yang sudah ikut, berapa banyak?
100
105
BK Ya itu tadi, 10 (kk), dari total 17 kk. Bahkan lingkungan
saya adalah yang paling sedikit. Maksudnya kk nya
yang paling sedikit dari seluruh lingkungan di paroki.
Umatnya keseluruhan ga sampai 100 orang, menurut
data. Pokoknya, saya di lingkungan aja karena ya itu
tadi isinya janda-janda semua, karena anak-anaknya
sudah keluar (paroki) semua. Karena ya maklum, karena
pekerjaan atau berumah tangga. Maka kalau saya
laporan ke lingkungan, ya paling bontot, terus warganya
sedikit, dan hampir gak ada anak kecil. Ada satu yang
ngontrak. Kalau ngontrak itu bolek ikut gak sih?
110
FD Bisa sih, tapi ya nanti sulitnya kalau harus perpanjang,
kebetulan di paroki yang baru belum ada BKSY. Tapi,
ada juga yang punya pengalaman ‘dipindahkan’ data
BKSY nya karena pindah domisili.
115
120
BK La itu, makanya saya gak tawarin BKSY, karena takut
kalau pas pindah gimana caranya. Nah itu repot kalau
tempat nanti pindah belum ada BKSY. Nah pernah kan
saya tawarin, ikut yuk atau gimana. Kan anaknya satu,
bapak-ibu, jadi tiga. Trus dia malah jawab gitu, nah kan
kami bisa gak selama-lamanya di sini, soalnya ngontrak.
Bisa pindah ke paroki lain. Nah dalam hal ini, bisa
hitung-hitungan juga orang tersebut mau berbelarasa.
Saya bilang, ya nanti semoga di paroki lain juga ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
125
yang seperti itu. Saya juga punya satu keluarga di
lingkungan, yang masih muda, tapi juga belum ikut,
karena ngontrak.
FD Kalau yang lain, kira-kira kenapa kok belum ikut?
130
BK Ya itu tadi, karena umurnya yang sudah sepuh-sepuh. Di
lingkungan-lingkungan lain itu gak ada, di tempat saya
yang kayak gini. Yang paling muda ya saya sama anak
saya, yang lain 50 tahun ke atas.
135
FD Kita selama ini kan dibantu oleh pihak ketiga, dalam
hal ini adalah perusahaan asuransi, yang tentu memiliki
berbagai macam persyaratannya sendiri, dan soal
pembatasan umur dan seterusnya adalah karena
mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
perusahaan asuransi tersebut, termasuk dalam
pendaftaran kepesertaan dan permohonan bantuan,
yang mesti mencantumkan persyaratan-persyaratan.
140
145
BK Nah dulu waktu pertama kali BKSY juga begitu kan.
Kita ada yang ikut banyak, setelah mau renewal, ada
banyak yang lupa tuh, terus bukan karena dia tapi gak
tahu ketua lingkungannya bagaimana atau gak punya
data atau apa, harusnya kalau memang ikut menjadi
peserta kan harus segera tahu kalau jatuh tempo, nah ada
kejadian yang dateng karena udah dua tahun gak bayar,
nah itu kan jadi sulit ngangkatnya.
FD Kalau sekarang, bisa diikutkan lagi tapi yang dua tahun
itu harus dibayar terlebih dahulu.
150
BK Nah iya bener, dua tahun itu dah bayar, tapi tiba-tiba
dipanggil Tuhan. Nah udah bayar, dan udah bisa nih,
dan dia sehat. Itu masalah gak sih?
155
160
165
170
FD Ya kalau masuk kembali, tentu mesti ada pertanyaan
‘sehat atau tidak’? Tadi, Bu Atik juga cerita, misalkan
ada dua orang yang jatuh tempo, terus yang satu
statusnya abu-abu karena belum dibayar, yang satu
masih hitam karena sudah dibayar, tapi kan biasanya
ditanya sehat atau tidak itu kan yang abu-abu ketika
nanti akan diaktivasi kembali. Padahal, bisa juga yang
masih hitam itu ternyata sakit. Model seperti itu yang
ternyata masih, sering terjadi kesalahpamahaman
antara pengurus pusat dan pengurus di paroki.
Pengurus paroki biasanya bicara sesuai dengan realita
atau kenyataan, tapi yang di pusat kadang-kadang tidak
mau mengerti. Nah ini kadang-kadang belum
menemukan titik temu. Inilah yang hendak diusahakan
untuk diperbaiki. Meski selalu ada harapan, bahwa ke
depan, semua orang bisa tergerak dan ikut ambil
bagian dalam gerakan belarasa ini. Menjadi maklum,
bahwa orang tidak serta merta ikut dan masuk menjadi
peserta BKSY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
175
BK Kemarin tuh ada satu, kejadian ini. Dia renewal, terus
kemarin dulu kan sempet apa ya suaminya tugas di luar
kota, terus tiba-tiba sudah diangkat, dan sudah jadi
sertifikatnya. Tiba-tiba hari Minggu dia tugas ke luar
kota, dan dia sakit meninggal di luar kota.
FD Ya, kalau masih menjadi peserta aktif sih gak masalah
menurut saya.
180
185
BK Aktif sih, tapi ya itu, telat renewalnya. Lupa
memperpanjangnya. Ada juga kan, soalnya biasanya
udah percaya, tapi ya suka lupa itu tadi, kalau sudah kan
suka shock juga sih. Kalau saya sih mudah-mudahan
prosesnya mudah, kasihan juga yang seperti itu, yang
tidak mampu. Saya juga sudah ngurus kok kemarin,
karena meninggalnya di luar kota, di tempat dia kerja.
Istrinya di sini, kita gak itu kan, aduh kasihan juga sih
sebenarnya. Susah juga saya, makanya yang lingkungan
yang kaya itu susah sekali bener. Banyak, bukan di
paroki saya kayaknya sih.
190
195
200
FD Hampir semua paroki seperti itu, jadi orang yang
mampu itu, kalau yang memang baik ya baik bener, tapi
yang pelit ya pelit bener. Intinya mereka (orang kaya)
itu gak mau repot. Menurut mereka, 80 ribu itu adalah
angka yang kecil, tapi repotnya harus jadi peserta
itulah yang menjadi alasan mereka tidak mau, makanya
gak sedikit yang berani menyumbang banyak, tapi
pengennya gak usah jadi peserta. Makanya, dulu juga
dibuatkan rekening pending coffee, untuk
mengakomodasi orang-orang yang pengen berbagi
juga, tapi dia gak pengen jadi peserta. Nah, rekening
pending coffee adalah jembatannya.
BK Itu bagus, saya kemarin ada satu orang kayak gitu,
berbelarasa, mungkin keluarganya kali. Jadi, dia gak
ngambil, dan dari kita ya sudahlah, untuk yang lain saja,
yang lebih membutuhkan.
205
FD Oh, jadi dia harusnya dapet (bantuan), tapi gak
diambil? Iya, sih kalau dia merasa mampu, maka gak
perlu ngambil, atau bahkan kalau pun dia sebenarnya
tidak mampu, tapi gak ngambil juga gak jadi masalah.
210
215
BK Saya ada lagi nih. Umat paroki, mengajukan dan nanya
melulu, dan saya kasih langsung deh ke Bu Atiek, sudah
kirim email, dan Bu Atiek juga sudah datanya lengkap.
Tapi dianya nanya terus kapan keluar, kapan cairnya?
Saya bilang, emang saya gudang duit. Saya bilang, ibu
ngerti gak sih, pokoknya itu kan bantuan untuk yang
meninggal, saya bilang, kami proses ke ACA itu sudah
satu bulan. Dan kalau semua syarat sudah terpenuhi,
satu bulan bisa turun (bantuannya). Emang gak bisa
cepet kayak St. Yusup di paroki. St. Yusup kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
gampang karena deket.
220 FD Lagian, kalau St. Yusup kan memang uang kita sendiri.
225
BK La iya, la kalau BKSY kan beda, uang banyak orang,
banyak umat. Orang itu masih ngeyel, masa sih kok
lama? Saya bilang, gak percaya ya Bu? Omong sendiri
sana sama orang ACA, saya bilang gitu. Saya sampai
begitu. Iya, itu ditanya saya, dicecar. Saya bilang, saya
tuh dapat itunya nanti.
FD La kalau kayak gitu, itu yang minta pasti ahli warisnya,
orang mampu atau bukan?
230
BK Aku tanya sama ketua lingkungannya, dia mampu ga sih
sebenarnya? Kok gak sabar banget kesannya.
FD Saya takutnya adalah, justru itu lo, dia itu sebenarnya
mampu, tapi cari keuntungan karena jumlah uangnya
besar.
235
240
BK Sebenarnya di lingkungan, lingkungan kan yang tahu.
Mosok dia ngejar-ngejar kayak gitu, dikira saya yang
bawa uangnya, dikira gampang semuanya. Minimal satu
bulanlah. Saya saja, setelah dapat email, masih harus
lapor ke dewan paroki, karena ada uang masuk dari
ACA sejumlah bantuan tersebut, buat santunan
meninggal. Tapi orang itu ya masih mengeluh aja, tapi
saya bilang, ibu itu mau ikut BKSY, hanya mau terima
doang? Orang itu sering telpon saya tuh, gak sabaran
banget. Trus baru kemarin itu keluar, dan baru aja
dikasih.
245
FD Takutnya, dia itu sebenarnya mampu, tapi trus mungkin
dia udah membaca dari dulu kalau iuran BKSY sedikit
tapi dapat bantuannya besar, maka trus meminta
haknya dengan cara demikian.
250
BK Iya betul, istilahnya meminta haknya. Tapi kalau
memang meminta haknya tetap harus sabar dong.
Berapa bulan sih dia sudah ikut, kan baru tiga bulan.
Iurannya gak seberapa, tapi mintanya kayak gitu. Orang
kita mau belarasa kok caranya begitu.
255
FD Kemarin ada yang cerita dari Blok B, ada yang persis
kayak gitu, artinya yang minta cepet, tapi Bu Tanto
yang ngurusin itu jawabnya, takbalikin po yang 80
ribu? Kamu tuh iuran hanya segitu, le minta kok cepet-
cepet.
260
BK Iya, la itu tadi. Iuran gak seberapa kok mintanya seperti
itu, apalagi orang-orang yang mampu. Kalau ada lagi,
mending gak usah diberi aja.
FD Tapi kira-kira, melihat pengalaman 4 tahun kurang
lebih, itu kecenderungannya BKSY di sini itu
berkembang, atau naik turun, atau menurun.
265
BK Kalau saya sih cenderungnya naik turun. Kadang-
kadang banyak, kadang sedikit. Kayak yang pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
270
dulu, naik banyak, terus yang kedua, ketika mulai
renewal, dan yang baru juga gak terlalu banyak juga sih.
Harusnya kan tetap seimbang antara yang baru dan
renewal. Renewal kata Bu Atik, juga agak susah,
kadang sampai mikir gimana ya caranya, apalagi yang
sudah masuk daftar ‘abu-abu’. Tolong dibantu, saya
bilang.
275
FD Tapi memang ya, kayak gitu, seperti informasi seperti
itu, peserta juga kadang-kadang lupa, jadi tergantung
ketua lingkungan atau kalau aktif melihat data.
280
BK Kan info tentang kepesertaan bisa dibuka, dan ketua
lingkungan juga tahu. Semua lingkungan kan sudah
diberi (username dan) password untuk login. Semua
lingkungan kan sudah punya sendiri-sendiri.
285
FD Jadi, penentunya adalah ketua lingkungan, termasuk
ambil peran yang besar. Makanya di beberapa paroki,
yang terpenting adalah keterlibatan pengurus,
pemahaman peserta dan romo paroki juga. Romo
paroki juga andil besar untuk memajukan BKSY. Paroki
yang BKSYnya berkembang baik, biasanya romo
parokinya sangat mendukung.
BK Antusiasnya ada kok romo paroki di sini.
290
FD Nah, kadang yang susah, romo paroki pindah, atau
ganti, dan gak ada antisipasi untuk memberi
pemahaman yang sama tentang BKSY kepada romo
yang baru.
295
300
BK Aku sampai ngomong gini ke Romo Samiran, dan
emang gampang beliaunya, dan Romo yang baru kan
juga belum ada setahun di sini. Nanti dua romonya
disentil tentang BKSY ini. Romo Samiran suka bilang
begini, daripada anda beli pulsa lima ribu, mending
ikutan BKSY, ikut berbelarasa, dibagikan kepada
sesama. Kalau Romo yang baru, sudah mulai diberi
pemahaman supaya bisa meneruskan oleh Pak Styanto.
FD Makanya, tadi cerita di jalan, ya harapannya supaya
terus berjalan.
305
BK Mudah-mudahan begitu, karena Romo yang baru ini
sebenarnya bagus. Karena dia baru juga di sini, kalau
untuk hal-hal seperti ini.
310
FD Dalam pertemuan Romo-romo, yang ada Bapak Uskup
saja, gak semua Romo responnya positif terhadap
BKSY, artinya dalam hal ini romo paroki juga memiliki
andil besar. Karena banyak paroki yang kaya belum
ikut: Kelapa Gading, PIK, Alam Sutera, MBK, MKK itu
belum ikut. Peran Romo Paroki itu kelihatan, misalnya
kayak dulu di Sanmare, Romo yang sebelum yang
sekarang, apatis, makanya hanya satu lingkungan yang
diperbolehkan ikut, itupun karena lingkungan itu adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
315
320
lingkungan ketua BKSY paroki. Nah, begitu Romonya
pindah, sekarang sudah bisa ikut, karena ketua
BKSYnya masih sama dan Romo parokinya juga
mendukung, jadi semua umat bisa ikut. Masalahnya,
Romo-romo juga gak taat atau gak paham dengan
maksud Bapak Uskup, bahkan ada yang mengatakan
bahwa ini adalah program yang mengatasnamakan
keuskupan atau Bapa Uskup, atau ini dari ACA, brarti
ini asuransi.
325
BK Ada saya, paroki mana gitu, ketika mau nyerahin itu,
kalau gak salah dari Cililitan deh. Ada umat yang mau
ndaftar BKSY di sini. Saya bilang, wah ya ga bisa.
Daftarnya ya di paroki masing-masing. Gak boleh kan?
FD Gak boleh lah.
330
BK Pingin ikut di sini. Kalau di paroki saya kok gak ada ya
Bu? Mungkin belum aja kali Bu. Coba cari di
parokinya.
335
FD Di Jakarta Timur, yang belom ikut itu Cililitan dan
Rawamangun. Dekenat timur itu, seingat saya, justru
yang paling banyak paroki yang sudah ikut. Jakarta
Utara malah sama sekali belum ada yang ikut. Jakarta
Barat aja baru Kosambi, Cideng.
340
BK Nah, ternyata baru sedikit ternyata. Paroki-paroki yang
gede harus diterobos nih. Kalau di sini sudah hampir
1000 umat yang ikut BKSY. Katanya kalau udah 1000
boleh ngajak yang non-katolik untuk ikut? Tapi itu
tergantung KK sih ya?
345
350
355
360
FD Yang non katolik itu bisa masuk kalau punya ikatan
dengan anggota yang katolik, misalkan dalam satu
keluarga, terus menantunya, atau bahkan kemarin ada
juga yang memasukkan pembantu atau sopir, asalkan
dimungkinkan untuk tinggal dalam waktu yang cukup
lama, itu gak masalah. Tapi, nanti di paroki, misalkan
kayak di SPMR Blok Q, ada satu username lingkungan
namanya ‘lingkungan luar paroki’ atau apa gitu, jadi
untuk menampung peserta yang tidak masuk dalam KK
gereja atau non katolik. Tapi, syaratnya ya itu tadi,
punya keterkaitan dengan anggota umat di paroki
tersebut. Atau model yang lain, masuk sebagai anggota
komunitas-komunitas, misalkan kemarin ada komunitas
karyawan panti asuhan, karyawan alumni sekolah
tertentu, dan lain-lain. Kan kalau seperti itu, gak semua
katolik. Terus yang lain, karyawan perusahaan seperti
Sidomuncul, yang lumayan banyak. Praktis karena
perusahaan dengan karyawan banyak, dan semuanya
adalah usia produktif. Mestinya, jarang memohonkan
bantuan. Minimal secara jumlah kepesertaan, bisa
ngangkat, karena Sidomuncul itu hampir 14 atau 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
365
369
ribu orang yang masuk. Selain itu, ada Kino yang
memasukkan 7 atau 8 ribu peserta. Kedua perusahaan
ini yang punya adalah Katolik. Mereka ingin berbagi,
caranya dengan memasukkan semua karyawan
dimasukkan, dan pakai uangnya Pak Irwan sendiri,
meski kalau renewal agak susah, karena datanya
berubah-ubah.
Nama Reni Margiastuti (Bu Reni)
Lingkungan St. Martinus
Wilayah 10
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (14.54 – 15.15)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Ibu, kan jadi peserta BKSY, kira-kira kapan pertama
kali mengenal BKSY, lalu sudah berapa tahun ikut
menjadi peserta, lalu selama menjadi peserta itu,
memiliki gambaran tentang apa soal BKSY ini?
5
10
Bu Reni
(BR)
Kalau saya pertama kali ikut, saat pembekalan ketua
lingkungan dan seksi sosial. Itu kan pertama kali dengan
program BKSY, dan yang saya tahu, program ini BKSY
ini dari KAJ, dan pada dasarnya buat berbelarasa pada
yang miskin, yang tertindas ataupun yang saya tahu
seperti itu.
FD Ibu jadi ketua lingkungan atau?
BR Bukan, saya jadi seksi sosial lingkungan. Trus ikut
BKSY, mau tahun ketiga, dan tahun kedua sudah habis,
nah ini masuk tahun ketiga.
15
FD Brarti sudah lumayan lama, karena ini kan dari
Bidaracina sudah sejak 2015 ya? Dulu mengenal
pertama kali mengenal dari Romo atau pengurus atau?
20
25
BR Dari Bu Koco, trus ada pembekalan dari seksi PSE,
yang Bu Atiek, eh kalau dulu bukan Bu Atiek, kalau
tidak salah Bu Yanti. Pokoknya, saat itu ada penjelasan
tentang program itu, BKSY itu seperti apa, lalu
tujuannya untuk apa. Jadi memang, pada kesempatan itu
hanya khusus untuk BKSY. Ada yang lain sih
sebenarnya, tapi kebetulan yang saya hadir, nah pas ada
BKSY.
FD Di lingkungan Ibu, sudah berapa yang ikut BKSY?
30
BR Kalau di lingkungan saya hanya sedikit. Sekitar 7 orang
saja, dari sekitar 22 orang KK saja. Ya kalau warganya
sekitar 100 orang, tapi baru 7 orang saja yang ikut.
FD Kira-kira kenapa kok masih banyak yang belum ikut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
35
BR Sebenarnya dari sosialisasi dari lingkungan, setiap ada
pertemuan lingkungan kan ada pertemuan rutin setiap
bulan, dan setiap kali ada sosialisasi BKSY selalu
beranggapan kalau BKSY ini semacam asuransi. Jadi,
dari kalangan yang menengah ke atas, kadang-kadang
mengklaim seperti kepada pihak asuransi. Padahal kan
bukan seperti itu maksudnya.
40
FD Kalau warga yang mampu, dan warga yang tidak
mampu lebih banyak yang mana?
BR Kalau di lingkungan kami yang menengah ke atas
jumlahnya lumyan banyak, dibandingkan yang
menengah ke bawah.
45
FD Karena menurut saya, mungkin yang membuat, belum
banyak itu, ya itu tadi, jumlah umat yang lebih banyak
yang menengah ke atas, mungkin merasa tidak perlu
atau menganggap ini sebagai asuransi. Kalau Ibu
sendiri, sejauh ini selalu ada sosialisasi di lingkungan
itu?
50
BR Paling kalau ada pertemuan rutin. Biasanya selalu ada
tawaran untuk menjadi anggota baru BKSY, kalau gak
ya mengingatkan yang seharusnya sudah renewal. Kalau
dari paroki, biasanya gak sampai ke lingkungan.
55
60
65
FD Karena di beberapa paroki memang, yang paling
menentukan, adalah pemahaman umat, karena kalau
umatnya memang paham benar, biasanya langsung ikut.
Takutnya, ada orang yang menganggapnya beda-beda.
Ada yang menganggap ini sungguh belarasa, tapi ada
juga yang menganggap ini sebagai asuransi, jadi kalau
sudah iuran, kalau ada apa-apa maka segera dapat
bantuan. Jadi, pemahaman masing-masing orang itu
masih beda-beda. Maka, kalau wawancara seperti ini
kan jadi tahu situasi di lingkungan itu seperti apa.
Berarti, kalau menjadi seksi sosial itu, sering mengurusi
pendaftaran, atau pembayaran, atau permohonan
bantuan, kira-kira menurut Ibu selama ini prosedur dan
syarat-syarat, termasuk mudah atau memberatkan atau
ribet maksudnya?
70
75
BR Kalau awal dulu, ada warga saya yang kurang mampu,
dia ikut BKSY, waktu itu kan meninggal, waktu
pertama kali kan dari paroki sendiri kan memang tidak
ada sosialisasi, cara untuk klaim atau memohonkan
bantuan itu seperti apa dan bagaimana, apakah harus ke
Bu Atiek langsung atau langsung ke pihak ACA nya. Itu
sih pertama kali saya ngrasain ya ribet, tapi semakin ke
sini, yang dialami seperti ini, kayak gini, jadi gak ribet
lagi.
FD Jadi, memang sudah beberapa kali menangani umat
yang mengajukan bantuan. Iya sih, kalau kesulitan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
80
85
90
95
100
105
memang, itu tadi, karena kita menggandeng pihak
ketiga dalam hal ini adalah perusahaan asuransi ACA
dan CAR. Resikonya adalah pertama, kita dianggap
seperti asuransi, padahal tujuannya Bapak Uskup,
supaya uang yang kita punya itu dapat dikelola dengan
baik. Dan kita jadi punya sistem online, dan itu
resikonya dipandang seperti asuransi. Resiko yang
kedua, kita mau gak mau terus ikut pola atau
persyaratan dari perusahaan asuransi tersebut,
misalkan ketika mendaftarkan usianya dibatasi 15 hari
sampai 60 tahun, terus harus sehat, terus kalau
memohonkan bantuan harus ada syarat terlampir. Ini
resiko karena kita menggandeng pihak ketiga ini. Di
beberapa kesempatan, seperti ini menjadi ‘penghambat’
untuk menjelaskan ini kepada umat. Seolah-olah ada
pembatasan dari BKSY, padahal karena pemahaman
umat yang tidak pas saja. Hal inilah yang akan diolah
bersama, setelah berjalan selama 4-5 tahun ini, dengan
persyaratan-persyaratan yang sudah ada,
kecenderungannya akan mengarah ke mana. Karena
harapan Bapak Uskup, mestinya adalah kita memiliki
sistem sendiri dan pengelolaan uang sendiri, tapi
membuat sistem seperti itu, biayanya tidak murah. Jadi,
akhirnya ya menggandeng pihak ACA ini. Lalu, kalau
Ibu sendiri melihat, di paroki kita, termasuk pengurus
itu, juga berjalan baik atau bagaimana?
BR Menurut saya kooperatif, kalau ada apa-apa, selalu info
ke lingkungan.
110
FD Artinya, pengurus di paroki, juga membantu yang di
lingkungan. Terus Romo paroki bagaimana? Apakah
Romo paroki juga membantu, karena setahu saya dulu,
Romo Samiran, itu beberapa kali kesempatan misa atau
di lingkungan, juga sering berbicara tentang BKSY?
115
120
BR Kalau Romo Sumarya memang belum lama, dan
memang belum pernah ada kunjungan ke wilayah-
wilayah, jadi kita belum mendapatkan penjelasan. Tapi,
kalau ada penyerahan dana bantuan, Romo sering
menantang umat, bagi bapak ibu yang belum ikut
BKSY, mohon untuk terketuk hatinya untuk ikut. Tapi
kalau di wilayah-wilayah memang belum ada, karena
memang belum ada kunjungan-kunjungan.
125
FD Memang sih, yang menjadi penentu dari beberapa
paroki BKSY itu baik atau mandeg, salah satunya
adalah Romo paroki, jadi selain pemahaman umat yang
benar, lewat sosialisasi atau cara yang lain, lewat
pengurus, juga termasuk Romo paroki, karena Romo
paroki adalah pemimpin, jadi kalau Romo berbicara
sesuatu, biasanya umatnya akan mengikuti. Tapi, kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
130
135
140
145
150
Romo parokinya sudah apatis, karena beberapa paroki
juga demikian. Maka, dari 66 paroki, baru 31 paroki
saja yang ikut. Ya itu, tadi, karena tanggapan Romo
paroki juga beda-beda. Kesulitan yang kedua, Romo
paroki kan gak selamanya di paroki kita, artinya di saat
tertentu harus pindah, dan pergantian itu tidak
otomatis, soal pemahaman misalnya tentang BKSY itu
otomatis akan ‘diturunkan’ kepada Romo yang baru.
Kesulitan bukan hanya pada Romo paroki, tapi, juga
ketua-ketua dan pengurus lingkungan serta pengurus di
paroki. Hal ini juga menentukan pemahaman umat,
karena bisa saja antusiasme Romo paroki, pengurus
lingkungan dan paroki itu tidak sama. Kami yang ada di
pusat, juga sedang mencari cara supaya hal seperti ini
bisa teratas, apakah harus membuat semacam buku
petunjuk, sehingga kalau buku petunjuk itu kan sama.
Selain itu, bisa didistribusikan ke umat, dan
pemahamannya juga sama. Selain itu, sudah ada
website, tapi gak semua bisa mengakses. Mungkin ini
yang terakhir, kira-kira ada harapan tertentu, atau
usulan tertentu supaya BKSY ini semakin baik, bisa
dalam bentuk yang konkret dan bisa ditujukan kepada
siapa saja?
155
160
BR Kalau saya sih, terutama lebih banyak sosialisasi ke
lingkungan, karena gak semua orang bisa memahami
dengan baik dan sama. Selama ini pemahaman dan
sosialisasinya kurang. Kami juga belum mendapat
pemahaman dari SPSE yang datang juga memberikan
pemahaman atau sosialisasi pada saat kunjungan,
harapannya banyak umat yang mau ikut. Karena di
wilayah 10, peserta gak mencapai 50 persen. Karena
antar ketua lingkungan sering tukar ide tukar pikiran,
dan soal BKSY, rata-rata total semua gak sampai 50
persen di wilayah saya. Satu wilayah tujuh lingkungan.
Tapi tetap ada pertemuan lingkungan, dan gak semua
bisa hadir. Itu saja sih menurut saya.
FD Selain pertemuan rutin, biasanya ada misa wilayah ya?
165
BR Kayaknya, kalau misa wilayah ada sih. Tapi biasanya
juga pada saat ulang tahun santo pelindung.
FD Ada lagi?
170
BR Untuk prosedurnya, apakah tidak bisa dibuat lebih
sederhana, terutama untuk pembuatan kronologis
kematiannya. Gak semua umat itu daya tangkapnya
baik, jadi kita sebagai pengurus, yang harus selalu
membuat pengertian untuk mereka.
FD Brarti jadi lebih tentang persyaratan dan prosedur
untuk pengajuan bantuan?
175 BR Ya kalau boleh, bisa lebih dimudahkan, dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
sederhana.
180
185
190
FD Kami yang ada di pusat, mengetahui ada bantuan pun
biasanya dari email saja, karena biasanya dari paroki
langsung kirim email ke ACA dengan cc kami di pusat.
Jadi, kami tahu dari email saja. Jadi, praktis yang
berkomunikasi adalah dari paroki sendiri. Saya kira
bukan hanya soal persyaratan, juga soal sistem online,
yang kadang gak semua orang bisa mengakses, jadi
ketika harus memasukkan data peserta baru, lalu
renewal seperti itu, gak bisa semua orang melakukan.
Tapi, kalau ada orang-orang yang misalkan bisa diajak
kerjasama, saya kira bisa banyak membantu. Misalkan
dengan mengajak orang-orang muda di lingkungan,
untuk membantu menginputkan atau membantu proses
renewal, tapi kan memang tidak semua lingkungan ada
yang seperti itu.
195
200
BR Kalau renewal biasanya kami tinggal setor data dan
uang iuran, lalu diberikan ke pengurus paroki.
Kemudian kalau sudah dimasukkan, maka mereka akan
memberi dalam bentuk kartu peserta. Jadi, modelnya di
sini, lingkungan yang mengumpulkan dan nanti diproses
bersama-sama. Tapi, kalau mengajukan bantuan, lapor
ke ACA dulu, dan memenuhi persyaratan-persyaratan,
tapi itu yang kadang bikin ribet, karena biasanya dari
keluarga yang bersangkutan kan minta bantuan ke
pengurus lingkungan. Mau gak mau ya harus dijalanin.
FD Baik Bu terima kasih untuk kesempatan dan waktunya.
Sampai jumpa lagi.
204 BR Sama-sama Frater.
Nama Elisabeth Yuliana (Bu Yuli)
Lingkungan St. Ferdinandus
Wilayah 6
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 18 Juli 2018 (15.20 – 15.35)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Baik Bu, barangkali nanti agak luwes saja, gak
terpatok, saya memang membawa panduan pertanyaan
tapi nanti bisa mengalir saja. Mungkin yang pertama,
Ibu bisa cerita, pertama kali mengenal BKSY, lalu
sudah berapa tahun, selama beberapa tahun itu,
menurut Ibu sekarang, BKSY itu gerakan yang seperti
apa?
Bu Yuli
(BY)
Pas saya masuk ya ditawarkan sama ketua wilayah,
sekitar tahun 2015. Ya sudah ikut sejak pertama kali,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
10
atau sudah tiga tahun. Sekarang pesertanya sudah ada 10
di lingkungan saya. Dari totalnya 36 KK. Tapi tau deh,
memang bisa 100 KK, tapi 10 orang saja yang masuk
jadi peserta.
FD Kira-kira kenapa kok hanya 10 orang saja?
15
BY Yang pertama, kurang sosialisasi. Saya sendiri males
ngider (berkeliling) untuk nawarin.
FD Ya itu lo Bu, kalau pas pertemuan lingkungan, terus
manggil dari PSE, kan bisa?
BY Pertemuan lingkungan, sedikit yang datang. Gak semua
hadir.
20
FD Di sini, ada model misa rutin di wilayah, ada gak Bu?
Kalau kemarin saya, kayak di Blok B, ada kesempatan
untuk misa wilayah, di situlah Romo bilang tentang
BKSY, karena biasanya yang datang juga banyak.
25
BY Enggak. Dan yang umat termasuk aktif sudah masuk
semua.
FD Berarti memang, yang menjadi kendala adalah gak
semua orang tahu dan paham tentang program ini ya
Bu? Kalau di lingkungan Ibu, lebih banyak yang lanjut
atau yang masih muda, yang termasuk aktif?
30
35
40
BY Yang aktif itu justru yang usianya 60 an. Yang muda-
muda biasanya punya kerjaan kantor atau ngantor
sampai malam. Jadi selain, karena pas pertemuan juga
gak bisa ikut, BKSY-nya juga gak begitu butuh. Nah,
kalau yang usianya sepuh, di atas 60 kan memang
ditolak masuk, karena usianya gak memenuhi syarat.
Biasanya ditanyai, masih sehat gak nih, karena udah tua
banget. Yang Ibu masukkin kok tua-tua semua? Di situ,
orang-orang itu kan jadi tersinggung. Terus di tahun
kedua, ya jadi males memperpanjang. Soalnya, ya itu
dipertanyakan terus soal kesehatannya sama pengurus di
sini. Terus malah ditanyain, di lingkungan ini kok tua-
tua semua? Akhirnya, memang diterima, tapi tahun
kedua gak mau lanjut.
45
50
FD Kelemahan kita adalah karena menggandeng pihak
ketiga, kadang peraturan mereka juga diterapkan dalam
program kita, meski tujuan kita yang sebenarnya adalah
untuk belarasa tapi persyaratan dari perusahaan
asuransi itu ikut diterapkan. Akhirnya ada gejolak di
umat paroki atau lingkungan. Usaha yang kita lakukan
adalah membuat jembatan, mengingat kalau mengelola
uang sendiri dan membuat sistem sendiri juga belum
mampu. Harapannya, nanti kalau sudah mandiri, maka
akan dilepas perlahan.
55
BY Emang yang susah adalah yang muda-muda ini, karena
di kantor-kantor itu juga males. Nah kalau yang tua-tua,
karena persyaratannya macam-macam, ya diprosesnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
juga lama di tempat Bu Koco, dan biasanya kendala
utamanya adalah soal umur.
60
FD Kalau jumlah umat sejahtera dan pra sejahtera,
mempengaruhi gak Bu?
65
70
BY Pengaruh. Biasanya yang sudah mapan, itu gak butuh
model-model seperti ini. Atau memang sudah punya
asuransi sendiri. Peruntukannya nanti memang untuk
orang-orang yang gak mampu, tapi mengajak yang
mampu itu ternyata tidak mudah. Selain itu, ada yang
menganggapnya kayak asuransi beneran, iurannya dikit
tapi dapet-nya banyak. Tapi, saya denger juga, ada
peserta yang sebenarnya dapat bantuan, tapi memilih
untuk tidak diambil supaya bisa disumbangkan ke orang
lain yang jauh lebih membutuhkan, karena dengan
demikian, memang caranya berbagi.
FD Ibu tahu tentang prosedur pendaftaran, lalu
permohonan bantuan, sekilas saja, kira-kira tahu gak?
75
BY Proses dan persyaratan biasanya saya serahkan ke
sekretariat eh maksudnya pengurus paroki. Pokoknya
nanti sekretariat yang ngurus.
FD Menurut Ibu, hal itu memudahkan, atau ribet, terutama
untuk permohonan bantuan?
80
BY Menurut saya sih gampang. Saya sih belum mengalami
seperti itu, karena warga saya belum pernah ada yang
mencairkan bantuan.
FD Ibu di sini, sebagai ketua lingkungan juga?
85
BY Iya, saya ketua lingkungan. Memang langsung
berkecimpung dan mengurusi, tapi untuk permohonan
bantuan, sejauh ini belum pernah ada yang berasal dari
lingkungan saya. Kalau St. Yusup yang di paroki
biasanya lebih cepet dan lebih gampang. Saya juga
sering mengurusi itu. Ya, karena itu uang kita sendiri,
iuran dari umat.
90
FD Menurut Ibu, Romo paroki juga berperan tidak soal
mengenalkan dan menggalakkan BKSY ini?
95
BY Romo yang sekarang maupun yang dulu sama saja.
Kalau di lingkungan juga gak begitu banyak ngomong
tentang BKSY ini. Gaungnya kurang berasa di
lingkungan.
FD Ibu sudah berkecimpung dengan BKSY ini kurang lebih
selama tiga tahun, kira-kira ada usulan atau harapan,
bagi pengurus paroki, atau Romo paroki, baik soal
prosedur dan pengurus pusat?
100
BY Ya itu tadi, orang yang pengen ikut, tapi ditanyain sehat
atau gak, kan jadi tersinggung. Yang masukkin itu kan
bisa aja begitu, karena bisa jadi itu Ibunya, atau anggota
keluarga sendiri. Dan, usulan saya, ya jangan begitu
caranya untuk memastikan. Kasihan yang sudah tua-tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
105
110
115
120
melebih umur yang boleh masuk di BKSY, karena
untuk masuk aja, pertimbangan dan persyaratannya
macem-macem. Itu sih kendalanya buat saya. Di warga
saya, ada tiga orang yang mampu, bantu bayarin
beberapa orang, ada supir ojek, jadi dibayarin supaya
bisa ikut BKSY. Baru sejali ini sih. Satu lagi, misalkan
di kartu keluarga ada empat orang, dan harus masuk
empat-empatnya itu lo. Itu yang bagi beberapa orang
merasa berat. Misalkan suami istri anak dua, dan harus
bayar empat. Dan bisa jadi, dua anaknya itu berada di
paroki lain, maksudnya tidak tinggal serumah, meski
KK nya masih jadi satu. Karena ada yang sudah pengen
ikut, tapi karena harus bayar empat orang, ya jadi gak
masuk deh. Harus nunggu, keburu lupa. Dan akhirnya,
males lagi. Ya kalau di kk anaknya satu, atau sendirian,
mah cepet gak pake nunggu. Kalau saya sih itu
kendalanya. Belum lagi, yang tua-tua selalu
dipertanyakan soal kesehatannya.
125
FD
Jadi lebih banyak ke prosedur dan persyaratan ya Bu?
Nanti bisa diusulkan dan menjadi bahan pertimbangan
bersama. Bagaimana caranya supaya lebih mudah, dan
semua orang bisa ikut. Apakah ada tambahan lain?
BY Itu saja dua.
129 FD Baik Bu terima kasih untuk waktunya.
Nama Restituta Nurhaeni (Bu Resti)
Lingkungan St. Dorotea
Wilayah 4
Lokasi SD St. Antonius Padua
Waktu 18 Juli 2018 (15.45 – 16.30)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Baik, yang pertama kali, kenal BKSY itu dari siapa, lalu
sepanjang sampai sekarang sudah ikut, kira-kira Ibu
memandang BKSY sebagai gerakan yang seperti apa?
Lebih ke pengetahuan dan pemahaman Ibu.
5
10
Bu Resti
(BR)
Yang pasti, pertama kali ya dari paroki. Yang
menginfokan pertama kali kan Bapak Uskup, lalu ke
paroki lewat Romo paroki. Romo paroki di-share lewat
mimbar, lalu ke ketua lingkungan. Ke umat sebenarnya,
tetapi kalau langsung ke umat, biasanya umat tidak bisa
langsung menangkap dengan baik. Lalu, dalam suatu
kali pertemuan, secara khusus membicarakan tentang
BKSY, yaitu tentang info, kemudian hal-hal yang dirasa
itu memang perlu dari Bapak Uskup dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
15
20
25
30
35
40
45
50
keprihatinan dan macam-macamnya, itu supaya kita
diajak untuk berbelarasa. Maka, pertama yang menjadi
ujung tombak dari paroki adalah ketua lingkungan.
Maka ketua lingkunganlah yang bergerak. Kebetulan
saya adalah ketua lingkungan dan korwil (koordinator
wilayah) sehingga lebih mudah. Maka, saya
menanganinya adalah pertama yang dituju adalah
lingkungan kami dulu. Begitu selesai lingkungan kami
diinfokan, saya bergerilya ke lingkungan di satu
wilayah, bergantian. Satu wilayah, empat lingkungan.
Jadi, saya jadwal supaya gerakan dan gaungnya sama, di
bawah bendera wilayah. Maka, setelah selesai, saya
mulai mendata, kira-kira dari lingkungan sana,
penanggungjawabnya adalah ketua lingkungan masing-
masing. Dari ketua lingkungan langsung saja laporlah ke
paroki. Dengan cara, terutama bahasa bahwa kita
tujuannya untuk membantu nih, belarasa bukan untuk
mencari keuntungan. Uang 80 ribu setahun, ya kan,
ketika, ada namanya, musibah, entah sakit yang dirawat
itu kan mendapat penggantian, biasanya saya
menginfokan ke warga bahwa penggantian itu diberikan
kepada orang yang memang membutuhkan. Ketika
orang itu, di-cover oleh BPJS atau di-cover oleh
asuransi yang lain, atau warga itu mampu, tidak usah
minta. Dengan bahasa saya tentunya, supaya mereka
punya hati juga. Kalau setiap kali ada warga yang sakit
terus minta, bagaimana, ya kan? Itu yang menjadi
catatan, maka saya harus lebih jeli melihat situasi ini.
Sejak bergabung dengan BKSY itu, saya merasa sangat
terbantu sebenarnya, terbantu dalam arti, kami misalnya,
warga di lingkungan kami ada yang tidak mampu, saya
ikut sertakan meski orang itu tidak tahu. Saya daftarkan,
saya bayarkan, 80 ribu setahun. Lalu, jaga-jaga, siapa
tahu, orang ini kan sudah tua nih, kita kan gak tahu. Jadi
ada warga kami yang notabene perlu dibantu ya saya
bantu. Dengan menjadi peserta, atau keikutsertaan.
Jumlah KK kami itu, ada 54. Yang sudah ikut 86 orang
dari total, setiap KK itu paling banyak 4 orang. Kalau
dari persen, yang sudah ikut BKSY, 90%. Berarti
hampir semua sudah ikut. Sampai yang masih kecil,
yang masih bayi aja, ada yang sudah diikutsertakan.
55
FD Kalau yang belum ikut, terkendala persyaratan atau
memang orangnya gak mau ikut?
60
BR Memang gak mau, karena dia hanya mau mencari
keuntungan. Jadi pemahaman dia itu adalah karena ini
ada ACA, itu adalah asuransi, saya gak mau ikut kalau
tidak dapat. Itu ada. Ada juga yang memang tidak mau,
karena sudah punya asuransi yang lain. Itu aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
65
FD Karena, pengalaman di paroki lain, ada yang tidak bisa
ikut karena persyaratan, misalkan usia hanya sampai 80
tahun, lalu kriteria sehat atau sakit itu, yang juga
ternyata bisa membuat orang tidak jadi ikut.
BR Betul, tetapi di lingkungan kami, itu tidak ada. Artinya,
umurnya masih, masuk dalam kriteria itu, sehingga
masih aman.
70
FD Lalu, untuk kriteria umat yang sejahtera, dan pra
sejahtera, lebih banyak mana di lingkungan Ibu?
BR Ee, sejahtera dalam arti?
75
FD Artinya, kan BKSY ini kaitannya dengan nanti
membantu orang yang bisa dikatakan tidak mampu,
karena pengalaman di tempat lain itu justru yang paling
sulit mengajak orang yang berbelarasa justru mereka
yang bisa dikatakan mampu.
80
85
90
BR Ya. Yang pasti di lingkungan kami, melihat data
lingkungan kami, ya kebanyakan menengah ke bawah.
Iya, misalnya kami mengadakan acara itu memang,
kami agak kesulitan untuk mencari tempat yang cukup
luas itu, termasuk kan agak menengah ke bawah kalau
seperti itu. Kaya juga enggak, tempat kami gak ada.
Bisa dikatakan, rata-rata. Banyak yang menjadi guru, e
lalu perawat. Itu aja perawat ada dua, gurunya ada
enam. Yang lainnya kerjanya, ya kerja wiraswasta, terus
jahit, dan lainnya. Itu artinya, punya basic-nya mengajar
hanya beberapa itu. Dari 54 KK tadi. Yang lainnya ya
jadi ibu rumah tangga, buruh cuci, gitu. Nah, misalkan
ada pensiunan, dia tidak bisa lagi kan, artinya masuk
dalam kelompok kerja, artinya mereka sudah pensiun ya
sudah, sehingga ya kami masukkan dalam kelompok
yang sudah pensiunan. Yang pensiunan lumayan
banyak, di tempat kami. Pensiunan guru, pensiunan
ABRI, itu ada.
95
FD Selama ini, berkaitan dengan prosedur, kan sebagai
ketua lingkungan, akan berhadapan dengan
persyaratan-persyaratan, menurut Ibu, menangani
BKSY ini cenderung lebih mudah atau ribet, atau soal
waktu, terlalu lama atau bagaimana?
100
105
BR Ya, kalau namanya waktu itu kan relatif, tergantung dari
bagaimana kita menyikapi. Artinya, ada orang yang gak
sabaran, misalnya, dia sakit, begitu tuh minta
penggantian, itu kan gak bisa, karena harus melalui
proses, prosedur. Itu yang saya harus beritahukan ke
mereka, sehingga jangan berpikir bahwa setiap kali
opname harus dapat penggantian. Itu tidak. Memang sih
ada yang ngeyel, kalau ngeyel dan orangnya agak dalam
tanda petik kaku, itu memang mau gak mau dia dilayani.
Tapi kalau orangnya masih punya hati, ya bisa. Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
110
115
120
125
130
135
bisa kasih masukan, itu bisa. Jadi ada beberapa warga
kami yang opname gitu kan, ternyata dalam opname itu
justru dia sudah ter-cover, lewat asuransi, atau lewat
BPJS, yang notabene dia tidak mengeluarkan biaya
sama sekali. Masak sih yang seperti ini minta
penggantian? Ya kan? Seratus ribu, padahal dia
iurannya 80 ribu setahun. Itu yang harus saya
sampaikan, lewat hati. Karena kalau saya ngomongnya
di forum, pada comment, comment-nya apa? Karena
prosedurnya tertulisnya di situ adalah syaratnya begini-
begini. Mbok saya ngomong sampai berbusa, mereka
gak bisa terima. Maka saya harus dengan hati. Saya
datangi, baru saya bilang. Kalau gak dia suruh datang ke
rumah. Supaya mereka tahu, ini lo uang 80 ribu yang
bapak kumpulkan, itu gak bisa men-cover semua ketika
ada anggota atau warga kita yang sakit. Maka, saya
selalu memberi contoh, gak usah jauh-jauh, warga
lingkungan kita yang terdaftar sekian, kalau sampai ada
yang sakit sekian, akan terkumpul berapa? Jadi kalau
dihitung-hitung tuh jangan lingkungan lain. Lingkungan
kita sendiri aja. Itu sehingga kalau mereka yang agak
‘mlethek’ gitu ngerti ya mudah mereka mendapat
pengertian. Kami bawa doa, maka kami sering biasanya
kumpul untuk doa. Kebetulan saya katekis, jadi bisa
masuknya lewat doa gitu sekaligus menjelaskan,
sehingga mereka tidak terlalu banyak menuntut.
140
FD Terus, dari pengalaman, ada beberapa faktor yang
menentukan, BKSY itu berjalan baik atau tidak, yaitu
soal pemahaman, karena pemahaman itu paling
penting. Yang lain soal kepengurusan, entah di
lingkungan atau di paroki. Nah yang ketiga ini, yang
barangkali bisa kelihatan bisa enggak, yaitu peran
pastor paroki. Di beberapa paroki, pastor paroki ambil
peran yang cukup besar, kalau menurut pengalaman
Ibu, Romo paroki di sini, berperan seperti apa?
145
150
155
BR Sebenarnya Romo sudah menyampaikan, dalam kotbah
itu berulangkali, karena ini memang adalah anjuran dari
Bapak Uskup, hanya saja, ketika Romo menyampaikan
itu, tidak semua umat saat itu kan mendengar, misalnya,
Romo tugasnya misa jam 9 nih, yang menyampaikan
Romo ini, lalu yang jam berikutnya, Romonya lain,
menyampaikannya beda, dengan Romo yang pertama
tadi yang penyampaiannya lebih jelas. Tapi, yang jelas,
saya bolak-balik comment-nya adalah kalau kita mau
memberi contoh, mengajak umat, itu harusnya dimulai
dari atas dulu nih. Paling tidak mulai dari dewan paroki,
ikut dulu semua, karena dia menjadi motor kan? Di sini,
tidak semua anggota dewan ikut. Nah itu, itu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
160
165
170
175
180
185
190
195
200
205
sangat saya gak pas. Romo sebagai ketua, kalau dalam
susunan dewan paroki, lalu kemudian bawahnya, bagian
dari DPH, itu harus juga menjadi motor, supaya dia
nanti ke ketua lingkungan, ke bawah basic-nya itu tahu.
Kami mau membuat pengumuman, tapi ada yang
comment, ah DPH nya aja gak ikut. Gitu. Iya kan? Jadi,
saya berharapnya, DPH dulu nih, menjadi motornya,
pelaksana dari Romo paroki yang sudah menyiapkan
berbagai macam, atau minimal mewartakan bagaimana
BKSY itu. Tapi sementara, dari dewan sendiri dia ada
yang tidak ikut menjadi peserta. Ada sih yang memang
sudah ikut, tapi tidak semuanya. Dengan berbagai alasan
tentunya, karena mereka mempunyai duit. Nah itu, kan
jadi gak menurut saya kok gak pas banget sih. Uang 80
ribu berapa sih? Iya kan? Dia memang punya asuransi
macem-macem, tapi itu 80 ribu setahun, berbelarasa.
Berapa sih? Kalau DPHnya sudah memberi contoh,
pasti lingkungan-lingkungan di bawahnya akan tergerak.
Ini di paroki kami aja, tidak semua lingkungan itu
tergerak. Tidak semua, yang ikut ambil bagian. Saya
memang begitu dapat info, menggerakkan betul karena
ini adalah wujud belarasa. Kalau kita mau mewartakan,
saya bilang, apa yang bisa kita buat? Salah satunya
adalah ini. Bapak Ibu berbelarasa ya mulai dari 80 ribu
inilah. Lalu apalagi yang kita buat? Warga kita ada yang
kekurangan, kita bisa bantu. Caranya bagaimana? Ayo,
kita sama-sama ketika pertemuan, kolekte. Wujud
belarasa ya sebenarnya banyak yang bisa kita buat.
Cuma bagaimana caranya itu kan perlu hati yang
terbuka, dari ketua lingkungan atau pengurus
lingkungan baru ke atasnya. Itu saya. Itu kalau
kacamatanya katekis, guru agama. Tapi kalau ketua
lingkungan yang notabene yang penting ada, ya gak
gerak. Contohnya di wilayah sebelah kami, pertemuan
itu sebulan itu gak ada. BKSY itu sama sekali gak ada.
Kan aneh? Sementara saya hampir semua, 90% lo. Saya
beberapa kali dapat penghargaan, dari BKSY. Kalau
atas nama lingkungan, saya pasti dapat. Saya gak
mungkin dapat 100%, gak mungkin karena memang ada
warga yang tidak mau ikut dengan berbagai alasan.
Bukannya karena gak mampu, jelas mampu dia, justru
mampu, karena dia punya asuransi di mana-mana, tapi
giliran 80 ribu, dia keberatan, kan aneh? Sementara
asuransinya itu, dia bayar sampai berapa ratus ribu, dia
bayarkan. Ini yang 80 ribu tidak mau. Kan saya juga gak
bisa memaksakan. Meski saya sudah dengan berbagai
macam cara, untuk memberi masukan, ternyata
masukannya gak sampai, karena terlalu tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
maksudnya. Gitu juga ada.
210
FD Ya memang, tujuan dari Bapak Uskup sebenarnya
bukan pertama-tama mau membantu orang yang
kekurangan, tapi lebih ke gerakan kita mau berbelarasa
walaupun sedikit, wujudnya mengumpulkan orang yang
berkekurangan.
215
220
225
BR Makanya saya bilang, ketika ini nanti misalnya, dia ada
musibah atau meninggal, kan dapat bantuan, itu ada
orang yang berpikiran bahwa besok akan mendapat 10
juta nya itu thok, kayaknya itu yang terpikirkan di situ.
Padahal bukan begitu maksudnya, saya bilang. Yang
namanya, 10 juta, kalau dia memang mampu, kalau
memang keluarganya mampu, memang bisa membantu,
itu pun gak diambil juga gak masalah. Gak diterima juga
gak masalah. Misalnya, diterima lalu dikembalikan,
diserahkan kembali untuk membantu warga yang lain.
Itu dari awal, saya sudah sampaikan ke warga kami,
jangan berpikir dulu untuk yang 10 juta, namanya kita
mau memberikan persembahan itu, jangan kita ada
sesuatu yang digondheli, atau kepentingan. Besok saya
dapat, jangan. Sejauh kita bisa membantu, atau sejauh
kita bisa tangani sendiri, keluarga itu bisa menangani
sendiri, ya sudah. Cukup dengan apa yang kita
dapatkan. Itu berkat Tuhan selalu ada, selalu mengalir.
230
FD Justru itu, mengapa orang belum ikut kan karena
merasa tidak perlu, mungkin ikut tapi karena ada
kepentingan, pamrih.
235
240
245
250
BR Maka, program ini belum sampai mendarahdaging.
Maka, saya juga sempat menyayangkan sampai dalam
satu lingkungan, gak ada sama sekali yang ikut. Tadi
ada yang cerita yang seperti itu. Saya wilayah 4, di
wilayah 3, sebelah kami, banyak yang kaya, tapi gak ada
yang ikut. Memang sih, ada yang kerjanya di asuransi,
jadi seanak-anaknya, sampai secucu-cucunya,
dimasukkan asuransi. Sementara ini yang 80 ribu, tidak.
Coba bayangkan. Itu yang salah siapa? Pemahaman
dalam tanda petik, untuk berbelarasa. Saya juga agak
bingung, apa perlu juga turun tangan ke lingkungan eh
wilayah itu? Kan kadang saya gregetan juga. Kalau di
wilayah kami, kami jalan sendiri lah. Memang semua
saya datangi, ketika mereka pertemuan, bahwa saya
nanti datang, dan pimpin ibadat, dan saya yang kasih
katakese. Bener, saya pimpin ibadat, lalu masukkan
pengertian itu sekaligus, wujud belarasa, dan seterusnya.
Dan akhirnya bisa masuk juga. Dan di wilayah kami itu,
dari empat lingkungan itu, tiga yang sudah bergerak
semua. Yang satu ini memang agak kurang, karena
memang banyak yang gak mau. Ketua lingkungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
255
260
265
270
275
280
285
sih sudah ikutan, tapi anggotanya itu kan memang
banyak yang ee ngontrak, sehingga mereka itu satu
lingkungan ini hanya ada 15 KK, yang ini, khusus yang
ini. Selain ngontrak, lingkungan ini banyak juga yang
ada di rumah susun. Kalau di tempat kami, yang tiga
lingkungan ini, itu KK nya ada sekitar 40an ke atas. Dan
mereka banyak yang ikut, maka ketika sudah menerima
sertifikat nih, satu paroki, itu wilayah kami semua,
karena terus terang saya yang menggerakkan mereka
semua. Kalau gak kita terus siapa? Di tempat Pak
Styanto aja gak dapet, padahal dia motornya. Justru di
wilayah kami. Maka, waktu itu wilayah kami menjadi
contoh. Tempat kami 90%, lalu ada yang lingkungan
80%, dan paling banyak memang wilayah kami, karena
saya datang. Itu, saya datang, ya kita menggerakkan
dengan cara dan bahasa kita kan? Kalau saya di paroki
kan gak mungkin, karena itu bukan wewenang saya.
Nanti dipersalahkan kalau di paroki. Makanya saya yang
berani gerakkan dan opyak-opyak ya di tempat yang
menjadi wilayah saya sendiri. Tapi, kalau di paroki bisa
aja sih, kalau diberi kesempatan. Kalau diberi
kesempatan, saya sih gak masalah. Tempo hari ketika di
paroki, di keuskupan, kan pertemuan nih, saya disuruh
maju, saya suruh cerita atas nama lingkungan, waktu itu
di Paroki Pulomas. Seluruh paroki, di sana pertemuan.
Terus Bidaracina diwakilin, ada empat orang, saya juga
diundang. Saya datang. Karena kalau Pak Styanto
memang dari pusat, maka dari paroki saya datang. Lalu
memberikan bagaimana cara mengajak umat untuk
tergerak. Saya terus terang lewat cara itu, saya pakai
ibadat dulu, lalu saya beri masukan, dasar-dasarnya
seperti apa, dasarnya Injil ini lo, saya bilang gitu. Itu
memang harus ada ayat-ayat Kitab Suci, supaya bisa
melunakkan hati mereka. Itu aja. Kalau enggak, soalnya
ya itu, susah. Kalau dengan cara itu, mudah maka
mereka tinggal jalan kok. Bagi saya gak masalah.
290
FD Yang paling menentukan adalah pemahaman umat itu
bisa sampai bawah apa enggak? Karena waktu ada
sosialisasi, dari paroki ke ketua lingkungan, dan setiap
ketua lingkungan kan caranya berbeda-beda, dan itu
yang akan menentukan.
295
300
BR Kalau saya sih pemahamannya dulu. Jadi gini, Romo
menyampaikan ke ketua lingkungan itu paham gak?
Karena itu mau dibawa ke lingkungan, ada yang ketua
lingkungannya itu, masa bodoh. Saya gak yakin, mosok
dalam satu lingkungan, gak ada satupun yang merasa
tergerak untuk ikut? Itu gak mungkin banget. Itu
menurut kacamata saya. Satu lingkungan itu minimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
305
310
315
ada sekitar 40-45 kk, masa sih tidak ada satu pun warga
yang tergerak hati untuk ambil bagian? Kan gak
mungkin. Gak mungkin. Pasti ada, kalau satu pasti ada.
Saya boleh jamin, ketika misalnya saya yang datang nih,
saya yang masuk. Masak sih gak ada? Makanya,
kuncinya ada di ketua lingkungan, karena dia menjadi
juru bicaranya di situ. Ya kan? Menjadi ujung
tombaknya di paroki adalah ketua lingkungan. Dia yang
akan menyampaikan, dia yang akan mengajak, dia yang
akan mau menyemangati umatnya, ya dari ketua
lingkungan. Umat itu kalau gak dari lingkungan,
meskipun itu pernah dengar, dia tidak akan gerak. Gak
akan. Kok di sana ada BKSY, kok di sini gak ada? Ya
iya lah wong ketua lingkungannya aja gak itu. Ada.
FD Ada juga, umat yang ingin ikut, tapi ketua
lingkungannya yang masa bodoh.
320
325
330
335
BR Ketua lingkungannya gak mau ngurusin, itu bisa karena
butuh formulir, dicatat, kemudian dia harus lapor ke
paroki, sementara dia sendiri jarang ke paroki. Itu bisa,
ada kok. Karena ada juga di paroki kami ini, ketua
lingkungan itu, hanya pengen nama. Itu satu. Ada yang
sebenarnya tidak pengen jadi ketua lingkungan tapi
ditunjuk, yang penting ada ketua lingkungan. Kalau
yang model-model seperti itu, kan dia gak punya hati
untuk melayani. Setahun itu gak ada pertemuan di
paroki, apalagi kalau membagi pertemuan untuk BKSY,
untuk adven, untuk prapaskah, datang ketua
lingkungannya, tanda tangan juga, mengambil buku tapi
ditumpuk di rumah. Kenapa saya bilang begitu? Karena
warga kami, yang dulu pernah tinggal di lingkungan
kami, lalu menurut aturan teritorial dia harus pindah ke
lingkungan lain, dia sampai bilang, komentar, tempat
kami ga ada pertemuan Bu Resti, maka saya mau ijin
ikut pertemuan di tempat kami. Ikut tempat kami ada 9
orang lo, karena dia merasa enjoy, dan di tempat kami
setiap bulan selalu ada pertemuan. Cuma, secara
administrasi, tetap ikut lingkungan sana. Karena apa?
Karena di sana gak ada. Sampai segitunya.
340
345
FD Tadi saya wawancara dengan beberapa warga
lingkungan, tidak semua ketua lingkungan sih, memang
saya lihat dari cara memahami itu memang beda-beda,
bahkan untuk membahasakan BKSY itu apa ada yang
masih menganggap seperti subsidi silang, ada yang
masih mengenalnya sebagai asuransi.
BR Karena kan kacamata mereka memandang dengan sudut
pandang yang berbeda, Romo menyampaikan
sebenarnya sama. Ya kan, Romo menyampaikan sesuatu
yang sama di depan kami, di ketua-ketua lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
350
355
360
365
Hanya pemahaman ketua lingkungan itu, bagaimana
hanya dia yang tahu. Ketika dia menyampaikan ke
warga lingkungan, ya seturut yang dia pahami. Bukan
seturut yang diharapkan oleh Bapak Uskup, atau oleh
Romo, kan gitu? Itu yang sangat disayangkan. Balik
lagi, saya gak yakin banget, kalau dalam satu
lingkungan, 40 kk, satu pun gak ada, kan aneh kalau
seperti itu. Itu menurut saya. Tempat kami aja yang
notabene warga kami yang pas-pasan dan bener-bener
pas-pasan itu mau kok ikut. Misalnya, kan ada novena
roh kudus, selama prapaskah kan kami ada pertemuan
setiap minggu, novena roh kudus kan harus setiap hari,
pengantar saya apa? Bapak Ibu, kita mau menyambur
roh kudus, mau gak roh kudus datang ke rumah kita?
Siapa yang mau ketempatan? 9 kali lo. Rebutan setelah
itu. Tergantung kita sebenarnya. Bagaimana kita mau
menyampaikan ke umat dengan bahasa kita yang
sederhana saja. Tergantung ketua lingkungannya,
tergantung bahasa kita, gitu aja.
370
375
FD Baik, pertanyaan dua sebelum terakhir. Pertanyaannya
agak sulit, agak mbulet, tujuan Bapak Uskup membuat
program BKSY ini adalah mengajak orang untuk
belajar berbelarasa, berbagi kepada orang lain. Dari
pengalaman Ibu selama ini, Ibu merasa gak kalau
program ini sungguh membantu, minimal bagi Ibu
sendiri, untuk semakin mencintai orang lain, dengan
berbelarasa atau ya karena kebetulan sebagai ketua
lingkungan dan menjalan program. Pengalaman itu
sampai ke situ gak?
380
385
390
395
BR Sampai dalam arti, ketika saya memahami betul apa
yang mau kita tuju, itu bisa. Bisa dalam arti, dilihat dari
kacama kita, bantuan itu sangat berarti pada orang yang
memang, membutuhkan, maka saya bilang, ini sama
saja kita itu menabung. Berbelarasa dengan cara
menabung, syukur kalau kita dapat bantuan, kalau tidak
pun gak masalah. Iya kan? Tapi yang mau saya
tanamkan ke umat atau warga kami adalah, kita mau
berbagi, dan jangan dipikirkan tentang dapat atau tidak.
Nanti itu. Berkat Tuhan itu selalu kita dapet, dengan
caranya masing-masing. Maka itu, meskipun dalam
tanda petik beberapa orang yang notabene berharapnya
untuk itu, tapi ya harus pelan-pelan kita beri
pemahaman. Memang sih ada orang-orang yang komen
dengan berbagai macam komentar, namun saya harus
pahami, karena setiap orang punya caranya masing-
masing, memahami apa yang disampaikan Romo,
meskipun saya agak keras juga dengan keluarga di
lingkungan saya, ketika dia sakit, mau minta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
400
405
penggantian, kadang saya stop, saya tidak mau
mengajukan, karena apa? Dia sudah pake BPJS, toh
keluarganya juga mampu. Belum lagi kalaus sudah
punya asuransi. Saya harus tegas, saya sebagai ketua
lingkungan, saya harus mengatakan bahwa keluarga
bapak sudah baik, sudah mampu, bisa membantu orang
lain, apa salahnya kalau kita bagikan kepada mereka
yang membutuhkan.
410
415
420
FD Mengapa pertanyaan ini menjadi penting, karena tujuan
Bapak Uskup adalah mengajak umat untuk berbelarasa.
Perjalanan empat tahun itu tidak sedikit waktunya, dan
aspek yang saya perdalam adalah tentang solidaritas,
apakah selama empat tahun ini, BKSY sudah menjadi
sarana yang tepat dan efektif untuk mewujudkan
belarasa kepada yang KLMTD? Atau kalau tidak
tercapai, apa sih yang menjadi kendalanya? Entah di
lingkungan atau di paroki? Barangkali soal
pemahaman, soal prosedur dan persyaratan, barangkali
soal Romo paroki yang tidak begitu respek, atau
beberapa paroki juga merasa bahwa program ini
adalah program yang tidak wajib. Intinya, apakah
program ini sudah mewujudkan tujuan dari Bapak
Uskup?
425
430
435
440
445
BR Kalau menurut kacamata saya, sebenarnya apa yang
diprogramkan oleh Bapak Uskup, sangat baik, dan itu
sangat membantu, dan memang tujuannya adalah mau
membantu warga yang memang memerlukan. Cuma,
ada juga warga yang punya uang tapi tidak bisa
menyalurkan untuk membantu warga yang lain. Maka
dalam hal ini, pastor paroki, ini punya kewenangan
penuh, karena kalau pastor paroki punya hati, dia
memberitahukan dan menginfokan ke warganya, ke
ketua lingkungan, lalu ketua lingkungannya punya
power di lingkungannya, pasti pemahaman itu akan
sampai, dan pasti akan terbantu. Terbantu dalam arti,
misalnya, ketika di warga kami ada yang sakit, kita beri
masukan, bahwa kita gak minta bantuan pun gak
masalah. Kalau ada dia yang meninggal, lalu dia mau
terima, ya silahkan, tapi kalau keluarganya memang
mampu, ya kita beri masukan, tapi kalau dia memang
mau terima ya, ya silahkan saja. Tapi yang jelas, ini
sangat membantu terutama warga yang berkekurangan.
Dan itu benar kok, saya memang pikirkan dan akan buat
terutama warga kami, yang notabene dia seorang janda,
gak punya apa-apa. Saya cuma berpikir gini, ketika dia
nanti gak ada, siapa yang mau mengurusi? Maka, saya
daftarkan itu, saya bayarkan, nanti kalau terjadi sesuatu,
saya bisa mengurusi pakai dana itu. Itu kan pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
450
455
460
465
470
gampangnya. Itu menurut saya. Nanti kalau dapat, itu
jadi modal untuk mengurusi warga kami yang notabene
tidak ada keluarga. Nanti dapat penggantian itu, lalu kita
atur. Kami di lingkungan punya kas, untuk orang sakit.
Iya, kas sosial. Warga kami yang sakit, kami ambil
untuk, selainan urunan dari warga, kami ambilkan dari
situ untuk menjenguk. Siapa pun yang sakit. Begitu juga
yang meninggal, kami akan ambilkan. Jadi, misalkan
ada warga yang memang gak membutuhkan ya, saya
bisa lihat siapa yang perlu dibantu dan tidak. Kalau ada
apa-apa, kan tetap ketua lingkungan yang mengurusi,
toh dia gak tahu kalau saya bayari. Itu kalau saya.
Maksudnya supaya, ketika kita, karena gak tahu umur
kita gak tahu. La dia gak punya keluarga. Siapa yang
mau mengurusi? Kalau dia mau dimakamkan secara
katolik, kan tetap butuh biaya, saya bayarkan St Yusup,
saya bayarkan BKSY, karena gak ada keluarganya.
Yang katolik dia sendiri. Anaknya ada satu, eh anaknya
dua tapi yang satu muslim, yang satu kristen,
berkeluarga tapi mereka gak mau merawat ibunya lagi.
Dan sangat kekurangan. Maka, setiap kali ada apa, saya
beri, jadi ya menurut saya sangat membantu, ketika
memang memerlukan itu. Meski dia sudah tua, tapi
masih kuat. Tapi kan kita gak tahu umur orang. Jadi
berapa orang yang saya masukin.
FD Baik, yang terakhir, usulan atau harapan Ibu, untuk
BKSY bisa sangat konkret dan dapat ditujukan kepada
siapa pun?
475
480
485
490
BR Yang pertama itu baiknya pastor paroki tidak boleh
berhenti untuk menawarkan, dan menginfokan. Jangan
pernah berhenti, supaya ketua lingkungan itu ikut,
karena kalau BKSY itu kan tidak mulai dari bulan
Januari, dia masuk di bulan apa pun kan bisa. Ya kan?
Makanya jangan pernah jemu, untuk menawarkan dari
pastor paroki, baru kemudian kepada ketua lingkungan.
Karena kadang ketua lingkungan kalau tidak diingatkan
kembali dari paroki, kan kadang gak bisa, atau lupa.
Menurut saya sih itu. Jadi harus terus dan terus. Lalu di
paroki sendiri, baiknya ada kepanitiaan, atau pengurus
supaya segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Jadi
umat yang mau ikut, tau harus kemana, khusus untuk
BKSY saja. Jadi dia bisa menjelaskan, dia bisa
menerima masukan, lalu ada yang bayar, atau kesulitan
bisa lewat dia. Ya kan, sehingga jangan sampai umat
nih, misalnya harus bayar ke bank, padahal dia sendiri
ke bank gak bisa. Waktunya gak ada. Maka, lewatlah
ketua lingkungan. Tempat kami, lebih baik
memprioritaskan itu daripada mau bayar, tapi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
495
enggak. Itu kan jadi repot. Saya yang ngingetin tuh.
Jatuh tempo kapan, terus saya ingatkan di grup
lingkungan. Jadi itu peran ketua lingkungan yang sangat
menentukan, karena untuk pembayaran kan kalau gak
diingatkan kan pasti lupa. Tanggal berapa sih, jatuh
temponya, dan saya ngingetin terus tuh.
500
505
FD Terima kasih, kurang lebih seperti itu, yang bisa digali
pengalamannya dari Ibu. Karena harapannya, dari
wawancara yang lahir dari pengalaman, karena kalau
questioner kadang tidak tepat menggambarkan situasi,
kadang ambigu. Misi kedua, KAS sudah mulai BKSY,
meski baru 3 paroki, saya sendiri ingin membawa
pulang pengalaman satu tahun di BKSY, dengan
jembatan tulisan yang saya buat ini. Semoga bisa diolah
dengan baik dan lancar. Maaf kalau mengganggu
waktunya, maklum nyelo orang sibuk.
510 BR Terimakasih sama-sama.
Nama Maria Yovita (Bu Vita)
Lingkungan St. Marta
Wilayah 10
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 20 Juli 2018 (09.27 – 09.45)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Kira-kira nanti mengalir saja, santai saja, dan semua
berdasarkan pengalaman Ibu, tidak seperti ujian, nanti
malah membebani. Untuk yang pertama, Ibu bisa cerita
pertama kali dulu mengenal BKSY, sampai sekarang ini
menurut Ibu, BKSY itu gerakan apa, atau gerakan yang
seperti apa?
10
Bu Vita
(BV)
Itu kan untuk, maksudnya itu kan dari KAJ. Waktu itu
memang disarankan mengikuti ini untuk maksudnya
membantu atau meringankan atau jaga-jaga, kita kan
gak tahu. Ya itu, saya dapat itu dan ngikuti ya ngikut
aja. Tiap keluarga diharuskan jadi peserta, lalu saya
sama anak saya masuk ke BKSY.
FD Serumah berapa Bu?
BV Saya bertiga, dan semuanya sudah ikut.
15 FD Dulu yang pertama kali mengenalkan siapa Bu?
BV Itu dari sosialisasi per lingkungan. Jadi melalui
lingkungan-lingkungan. Juga dari ketua lingkungan.
FD Trus, Romo kalau pas misa di wilayah gitu, sering
bicara tentang BKSY gak Bu?
20 BV Yang pertama kali, Romo berbicara tentang BKSY ya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
dalam gereja, maksudnya pas misa di gereja. Tiap kali
misa minggu, Romo mengajak umat. Dulu yang sering
adalah Romo Samiran. Itu petugas khusus yang dari
KAJ, ada juga yang memperkenalkan.
25
FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah ikut BKSY
jumlahnya berapa? Dan jumlah umat keseluruhan itu
berapa?
30
BV Kalau di lingkungan itu, lingkungan St. Marta itu
kayaknya banyak yang ikut. Baik yang sudah terdaftar
atau yang ikut belakangan, menyusul.
FD Tapi lumayan banyak, artinya baik yang muda atau
yang sudah sedengan ataupun bahkan yang sudah
sepuh?
35
BV Yang sedengan itu yang cukup banyak hehe. Biasanya
yang paling banyak adalah yang udah pada kerja, jadi
dia bayarnya lebih mudah, karena ikut program ini juga
harus rutin memperpanjang.
FD Di lingkungan Ibu, sudah pernah ada yang dapat
bantuan belum? Baik itu kesehatan atau kematian?
40
45
BV Yang meninggal ya saya, pas suami saya yang
meninggal waktu itu. Setahun yang lalu, yang
menguruskan semua berkas dan persyaratan memang
semua dari paroki. Jadi dikirim ehm maksudnya
diserahkan waktu misa itu. Jadi, ada beberapa orang
menerima bantuan, kemudian pas misa, yang
menyerahkan bantuan adalah Romo paroki. Biasanya
misa yang terakhir, kan sudah ada Romo dan
petugasnya dari paroki.
50
FD Lalu, sebelumnya sebelum mengajukan bantuan
tersebut, menurut Ibu, prosesnya cukup mudah atau
rumit, atau waktunya lama atau gimana?
55
BV Menurut saya sih mudah dan cepat, karena semua
persyaratan beres dan semua sudah ada yang mengurusi.
Kalau saya yang membuat mudah adalah karena segala
sesuatunya segera diproses, dan kebetulan pas saya itu,
ada beberapa juga yang mengajukan bantuan untuk
kematian itu, sehingga dikoordinasi juga waktu
menerima bantuan di tengah misa itu, jadi yang berhak
menerima bisa langsung menerima.
60
FD Jadi memang kalau dari pengalaman, asalkan semua
persyaratan itu terpenuhi, dan tidak ada yang kurang,
biasanya, lalu prosesnya menjadi cepat. Cuma kadang
kalau ada yang kurang satu dua hal tapi pengen buru-
buru, jadinya justru malah agak ribet nanti prosesnya.
65
BV Kita sih bersyukur saja. Pokoknya semua sudah
diproses, jadi segera bisa menerima bantuannya. Kata
pengurus paroki, lengkap kok semua syarat-syaratnya.
FD Menurut Ibu, waktu itu, bantuan ini sangat membantu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
70
BV Ya sangat, karena kalau mendadak seperti itu kan kita
kan gak tahu, dan gak mempersiapkan. Ya kita
sebenarnya gak pernah mengharapkan seperti ini terjadi.
FD Tapi, setelah menerima bantuan ini, Ibu masih akan
tetap ikut menjadi peserta BKSY?
75
BV Iya, karena memang tujuan dari gerakan ini kan kita
ingin berbagi, sedikit dari yang kita punya untuk orang
lain yang membutuhkan bantuan.
FD Menurut Ibu, selama dua tahun, kalau Ibu melihat
BKSY di paroki ini, antusiasme atau jumlah peserta itu
cenderung naik atau biasa saja?
80
85
BV Yang saya tahu, yang terhitung, apalagi di lingkungan,
yang saya lihat juga naik jumlah pesertanya. Kalau
secara keseluruhan, saya kira, jumlah pesertanya
cenderung naik, karena memang dari ketua-ketua
lingkungan yang giat mensosialisasikan, pas ada
pertemuan-pertemuan, sehingga banyak umat atau
warga yang sedikit demi sedikit ikut.
FD Berarti ketua lingkungan, sampai sekarang masih terus
mengajak umat untuk ikut?
90
BV Mengingatkan gitu maksudnya, supaya banyak umat
yang ingin ikut BKSY, pas ada pertemuan-pertemuan
lingkungan biasanya.
FD Kalau yang belum ikut, kalau menurut Ibu kira-kira
kenapa?
95
100
BV Itu memang tergantung masing-masing ketua
lingkungan, karena ketua lingkungan itu kan memang
beda-beda cara menyampaikan dan mendekatinya. Ada
yang gak tahu bahkan soal BKSY ini, termasuk
kebutuhan umat itu kan memang berbeda-beda. Ya
mungkin dengan berjalannya waktu, bisa saling
mengingatkan satu sama lain, terutama tentang aspek
berbagi yang memang menjadi tujuan utama dari
program ini.
105
110
115
FD Memang yang paling menentukan selama ini adalah
soal pemahaman dari umat sehingga ketika umat itu
tahu dan paham tentang maksud dan tujuan Bapak
Uskup, saya kira banyak orang yang akan tertarik untuk
mengikuti karena kadang ada yang karena
pemahamannya tidak pas atau tidak penuh, maka cara
bersikapnya itu juga berbeda. Ada yang menganggap
ini seperti asuransi, ada yang merasa tidak butuh
karena punya asuransi dan BPSJ, atau ada yang
merasa program keuskupan untuk cari untung. Maka,
akhirnya yang menentukan sekali lagi adalah soal
pemahaman umat itu sendiri. Penting pula bagi ketua-
ketua lingkungan untuk ambil bagian secara aktif,
karena ketua lingkungan adalah ujung tombak dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
120
semuanya ini.
Mungkin yang terakhir, Ibu punya masukan, usulan dan
harapan, sehingga BKSY ini dapat berjalan sesuai
dengan maksud dan tujuan Bapak Uskup untuk
mengajak umat berbagi?
125
BV Ya harapan dari saya, pemberitahuan dan sosialisasi
kepada umat itu ditingkatkan, terutama maksud dan
tujuan dari gerakan ini, untuk bisa saling berbagi. Kalau
prosedur sudah cukup baik, serta kerjasama koordinasi
antara pengurus dan ketua lingkungan juga sudah baik.
128
FD Baik kurang lebih seperti itu. Terima kasih untuk
waktunya.
Nama Purwantini (Bu Tini)
Lingkungan St. Polikarpus
Wilayah 11
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 20 Juli 2018 (09.47 – 10.05)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Baik terima kasih untuk waktunya, dan saya ingin
wawancara dengan peserta BKSY. Jadi saya ingin
mendengarkan pengalaman. Baik yang pertama kali,
kalau boleh tahu, Ibu kenal BKSY itu dari mana, sampai
sejauh ini, menurut Ibu BKSY ini gerakan seperti apa?
10
15
20
25
Bu Tini
(BT)
Kalau dulu kan memang disosialisasikan, ketika itu saya
masih SSL. Nah ikut, yang namanya pertemuan SSL,
terus pertemuan dewan paroki, di daerah mana saya
lupa, lalu di situlah tentang BKSY itu diperkenalkan
sama Pak Pur, kalau gak salah. Nah, kalau di sini, ada
yang namanya Pak Styanto, atau juga Bu Atiek. Nah,
saya berpedoman seperti ini, nah ini kan gerakan dari
KAJ, walaupun sudah ada St. Yusup di paroki-paroki.
Terus saya ambil kesimpulannya seperti ini ini, untuk
meringankan beban, karena kita kan gak tahu kejadian
orang yang meningggal, pokoknya untuk meringankan
nantinya. La mau gimana-gimananya itu urusan yang di
atas lah. Terus bisa membantu orang yang selama ini
kan banyak orang yang membutuhkan, ya pokoknya
intinya saling membantu. Tapi saya gak tahu dulu
bentuknya seperti apa, nah begitu beberapa orang sudah
istilahnya ikut dan pake program ini, di lingkungan itu
ada beberapa orang yang sudah meninggal bisa
menerima manfaat yang sangat banyak, meski untuk
orang yang mampu, barangkali gak diambil. Tapi kalau
orang yang gak mampu, memang bener-bener
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
membantu. Saya, sudah beberapa warga di lingkungan
saya juga pada masuk sih. Ikut program itu maksudnya.
30
FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah ikut berapa orang
dari total semua umat lingkungan?
35
BT Saya di lingkungan, ada 25 kk. Itu yang ikut, saya gak
tahu jumlah persisnya, nah yang saya kenal, ada lima
orang sih, warga gitu, suami istri anak. Lima orang eh
maksudnya enam pasang suami istri. Tapi kadang, kk ini
juga rancu, karena orangnya sudah pindah, tapi kk nya
masih tercatat di lingkungan saya seperti itu. Biasanya
kebanyakan yang muda-muda itu yang pindah, karena
kerja atau apa. Nah, yang sudah ikut itu, justru yang
sepuh dan bukan yang muda-muda.
40
FD Kalau ada banyak yang belum ikut, kira-kira kenapa
Bu?
BT Kebanyakan memang gak tahu kalau ada program
seperti ini, terus akhirnya kami sendiri menerima
informasi ya dari mulut ke mulut.
45
FD Kalau di lingkungan gak ada semacam sosialisasi
seperti itu?
50
55
60
BT Ada sih. Dari SSL atau dari ketua lingkungan. Ada yang
bilang juga katanya ribet. Kalau saya sih, jangan sampai
bilang seperti itu, yang penting adalah maksud dan
tujuan dari gerakan itu. Saya sih hanya tegaskan kalau
mau ikut ya ikut aja, tapi nanti jangan lupa, daftar ulang,
maksudnya memperpanjang kepesertaan itu lo. Kalau
pas bulannya tolong diingetin, jadi gak lupa. Jadi,
sampai sekarang, selalu, kalau waktunya untuk
memperpanjang sebulan sebelumnya sudah saya
kumpulkan, lalu warga yang sudah waktunya
memperpanjang lalu diingatkan lagi. Tapi, sekarang
saya lihat sih, sudah ada yang mau ikut juga, maksudnya
menjadi peserta baru, harapannya nanti semua orang di
lingkungan saya minimal bisa ikut semuanya.
FD Di lingkungan Ibu, lebih dominan umat yang masih
muda dan produktif, atau yang sudah sepuh?
65
70
BT Kalau saya lihat sih separo-separo. Maksudnya, jumlah
yang mudah dan yang sepuh itu, kira-kira ya sama lah.
Masih imbang, ya tapi gini, karena anak sekarang ini
kan kerjanya super, maksudnya banyak waktunya untuk
kerja, waktu untuk pertemuan lingkungan dan kumpul
itu gak ada. Terus terang, saya punya anak tiga, laki dan
kerja semua. Kalau ke gereja gak bisa bareng. Hari
minggu itu ke gereja, juga gak bisa bareng. Berangkat
sendiri-sendiri. Karena tiap orang punya pilihannya
sendiri, ada yang pengen ke Katedral, ada yang punya
teman di gereja, terus beda. Jadi, kadang, saya kalau ke
gereja ya sama suami aja, soalnya anak-anak sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
75
punya pilihan sendiri-sendiri. Suami tugas jam 7 pagi,
terus saya waktu ikut ke gereja karena suami tugas.
80
FD Di beberapa lingkungan, ada pengalaman bahwa ada
beberapa umat yang merasa belum perlu untuk ikut
BKSY atau merasa mampu, kadang juga gak tertarik
soal program seperti ini. Ada gak yang seperti itu di
lingkungan Ibu?
85
90
95
100
BT Kalau di tempat saya sih belum ada. Kalau di tempat
saya, yang belum ikut adalah karena memang belum
tahu, termasuk gak tahu caranya ikut itu seperti apa.
Apalagi kalau pas tidak ada pertemuan lingkungan
untuk membahas program dari paroki, kan biasanya
kosong, nah itu bisa diisi dengan pengenalan tentang
liturgi atau alat-alat misa, kalau di tempat saya seperti
itu. Makanya, kalau di tempat saya, pas misa
lingkungan, orang diminta untuk menata peralatan misa,
gak ada yang mau, karena memang gak tahu caranya.
Nah, makanya ada kesempatan-kesempatan seperti itu,
ada perkenalan tentang hal-hal baru supaya umat itu
juga tahu. Walaupun, kemampuan menghafal kita juga
gak terlalu baik, tapi gak papa sih menurut saya. Ini,
termasuk soal BKSY ini, mau digalakkan lagi di
lingkungan, kan memang bulan ini belum ada rencana
pertemuan lingkungan, nah nanti mau diajak lagi,
mereka yang belum ikut BKSY. Terus juga yang belum
ikut St Yusup. Nah seperti itu, kami juga punya
daftarnya, jadi tinggal nyentil aja supaya segera ikut.
Jadi, semuanya bisa dicek.
FD Terus, kalau Romo paroki, kalau hadir di lingkungan,
sering berbicara tentang BKSY?
105
110
BT Iya, yang dulu sering mendengar keluh kesah umat.
Nah, Romo yang ini kan kebetulan baru, jadi memang
belum menyuarakan atau menggalakkan kembali
tentang BKSY ini. Kalau yang dulu, sih sekali dua kali
menyinggung tentang BKSY. Sebenarnya kalau pas
kunjungan wilayah itu saat yang tepat, karena semua
warga lingkungan kan biasanya hadir. Jadi memang
tidak bosen untuk mengingatkan baik dari lingkungan
atau paroki, termasuk dari Romo paroki sendiri.
115
FD Sudah tahun ketiga ikut BKSY, kira-kira punya harapan,
usulan dan masukan untuk BKSY?
120
BT Terutama ini, setelah kita sudah ikut, maksudnya apa sih
yang harus diberikan kepada peserta? Jadi, anggota ini
bisa lebih mengajak yang lain, terus nantinya kalau
ngurus itu gimana sih? Jadi prosedurnya inilah yang
mesti diterangkan kembali. Karena kemarin itu kan ada
warga itu harus ngurus kan sampai kecamatan, karena
surat-surat kematiannya harus lengkap semuanya. Nah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
125
maksud saya, itu dari paroki mestinya ada
pemberitahuan nantinya harus seperti apa. Jadi yang
hidup ini hehe jadi tahu bagaimana harus mengurusnya.
Kalau yang meninggal kan ya sudah, tapi ahli warisnya
ini lo yang mesti mengurusi macam-macam. Walaupun
seandainya gak diambil pun, tidak masalah.
130
FD Di tempat Ibu, apakah belum pernah mengajukan
bantuan?
135
BT Kalau di tempat saya, belum pernah mengajukan
bantuan. Biasanya warga lebih menggunakan St Yusup
yang dari paroki itu, karena kalau itu pasti semuanya
ikut. BKSY belum pernah mengajukan bantuan. Tapi
yang sudah, mengurus sendiri ke paroki.
140
141
FD Baik berarti usulan Ibu, supaya mempermudah
prosedur, lalu umat semakin memiliki pemahaman yang
pas, jelas dan pasti tentang BKSY, sehingga semua bisa
memutuskan ikut BKSY. Baik, kira-kira seperti itu,
terima kasih untuk waktunya.
Nama Yohana Siantini (Bu Ana)
Lingkungan St. Hermanus
Wilayah 8
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 20 Juli 2018 (10.13 – 10.55)
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
10
Fr. Didik
(FD)
Terima kasih sebelumnya, untuk waktu yang diberikan,
saya datang ke Jakarta dari Jogja, untuk membuat
penelitian tentang BKSY, karena di sana sudah ada.
Saya memilih beberapa paroki, salah satunya di St.
Antonius Bidaracina ini, dan melakukan wawancara
dengan beberapa orang, supaya pemahaman tentang
BKSY itu bisa sampai ke peserta terutama yang paling
bawah, bukan hanya sampai kepada pengurus saja.
Yang pertama, Ibu bisa cerita pertama kali dulu,
mengenal BKSY itu waktu kapan, dari siapa, terus
sampai sekarang, kira-kira Ibu melihat BKSY sebagai
apa?
15
Bu Ana
(BA)
Eh sebelumnya ya, saya itu mengenal BKSY sudah
sangat lama, tetapi ikutnya baru tahun kemarin. Gak tau
tuh, mau masuk, ketunda lagi, ketunda lagi, karena ya
masalah apa gak tahu, waktu itu dah masukin, trus ada
datanya yang salah, dan gak jadi. Kebetulan waktu itu,
saya juga ketua lingkungan. Nah saya malah ngajakin
orang-orang, dan sudah pada masuk, saya sendiri malah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
20
25
30
35
40
belum masuk, karena sudah mau masuk, ketunda lagi,
tunda lagi. Nah, pertama-tama, BKSY yang didirikan
sama Uskup itu, untuk kepedulian kepada sesama,
tujuannya. Itu memang bagus sekali, dan lagi peserta,
gak dirugikan juga dengan keikutsertaan kita untuk
kepedulian itu. Puji Tuhan, kalau memang diberkati
sehat, gak ada masalah, ya itu kita, uangnya buat
kepedulian kita, tapi kalau memang kita pas gak sehat
gitu, ada kembali ke kita lagi, sehari seratus ribu untuk
rawat inap, untuk yang nunggu. Itu sangat membantu
juga, untuk transport, mondari-mandir. Nah, manfaat
yang kedua, kalau pas kita dipanggil Tuhan, nah itu
uangnya, kembali ke kita lagi, sepuluh juga ya? Nah,
kalau umur kita sudah melewati batas, misalnya 80
tahun, masih bisa kita terima, tapi kalau udah 80 lebih,
misalnya kalau meninggalnya pas ulangtahun 80, ya gak
dapat apa-apa. Tapi, peserta itu sebenarnya, kalau
memang, pribadi saya ya, gak memikirkan dapetnya,
kita memang tujuannya untuk memberi dan kepedulian,
untuk saling membantu, kayak yang memang di bawah
bisa terbantu dengan kepedulian kita ikut BKSY itu, nah
itu sepengetahuan saya seperti itu.
FD Dulu pas pertama kali, Ibu denger dari pengurus atau
dari Romo, atau siapa Bu?
45
50
55
BA Saya dengar pertama, karena saya ketua lingkungan,
dulu diundang, dan dikasih sosialisasi dan pengarahan,
dan ajakan untuk menghimbau kepada warganya untuk
ikut program ini. Saya sudah menyebarkan infonya dan
banyak yang ikut, saya sendiri malah belakangan. Setiap
kali saya daftar, kurang inilah isinya, kurang itulah
isinya, jadi tertunda, sampai saya sudah niat itu malah
dulu boleh dalam satu kk ikut, namun sekarang saya
mau ikut harus satu kk itu sekaligus. Ya akhirnya, saya
malah bayarin tiga. Saya sendiri, suami satu dan anak
satu. Sekarang kan memang harus satu kk yang ikut,
tapi gapapa lah, karena tertundanya saya dulu, ya
udahlah gak masalah. Orang satu tahun, delapan puluh
ribu satu orang. Jadi untuk itu, ya udahlah itulah sebagai
warga katolik, dan sebagai bentuk kemanusiaan, sebagai
sesama juga.
60
FD Ibu masih ketua lingkungan kan? Setahu Ibu, di
lingkungan sekarang, yang sudah ikut BKSY itu totalnya
berapa?
65
BA Saya sudah gak jadi ketua lingkungan, tapi cuma jadi
seksi sosial saja. Sekarang sih tinggal ini, saya juga kan
bayarin iuran kematian juga kan St Yusup di gereja. Itu
sekarang di lingkungan hanya ada 22 tapi ada satu
warga yang gak mau ikut, kecewa dengan St Yusup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
70
75
80
karena dia keluarganya campuran, ada yang kristen, ada
yang katolik. Dulu mamanya disertakan, terus terakhir
ada peraturan, kalau bukan katolik, gak boleh, terus
dianya agak gimana gak tahu, gak mau ikut, sampai
sekarang. Kalau BKSY apalagi, sekarang setahu saya,
belum banyak juga sih, belum ada 20, dari total satu
lingkungan saya, sebentar. Ada satu yang sudah ikut,
tapi malah keluar, karena kecewa waktu itu, dulu
pengurus sekarang wakil ketua lingkungan, itu orangnya
keras banget, saya juga gak tahu. Dulu ikut, dia sakit,
dia harusnya dapat tapi memang lama prosesnya.
Setelah itu, denger-denger kok dia gak ikut lagi.
Kemarin pas saya mau bayar BKSY, dia bilang udah
keluar kok katanya. Ya begitulah, namanya juga masih
manusia. manusiawinya masih kuat, padahal kalau
dipikir, eh dengan kita gak mendapat itu kan kita amal
lewat BKSY. Orangnya memang agak keras sih.
85
90
FD Ya sih, memang ajakan dari Bapak Uskup, gerakan
BKSY ini lebih ke cara supaya kita bisa berbagi ke
orang lain, lewat sesuatu yang sebenarnya sangat
sederhana, kalau pakai hitung-hitungan. Nah, itu
bonusnya ya bantuan, itu kalau yang gak mampu.
Namun, motivasi orang kan memang beda-beda. Ada
yang yang memang pengen dapet bantuan, atau yang
memandang seperti asuransi.
95
100
105
110
BA Apalagi kalau dihitung dari umur. Misalnya, baru empat
puluh tahun, dikasih Tuhan bonus sampai delapan puluh
tahun lewat, empat puluh dikali delapan puluh ribu itu
hanya berapa sih? Kalau dipikir kan seperti itu, tapi saya
ngajak orang yang berduit pun belum berhasil, sampai
sekarang juga banyak, yang belum berhasil, belum mau
gitu. Alasannya ya macem-macem, padahal, tujuan dari
Bapak Uskup itu kan memang untuk belarasa, tapi
kurang memahami itu, saya rasa. Bukan karena jumlah
uangnya, tapi memang ini agak lain dengan St Yusup,
kalau St Yusup kan memang satu keluarga, hanya lima
ribu, kalau yang belum bekerja. Kalau ini kan, per jiwa,
misalnya satu keluarga isinya lima, dia merasa satu
tahun empat ratus ribu, tapi dia kurang paham juga
kalau ini untuk kepedulian kepada sesama, belarasana
itu yang ditekankan. Nah itu dia. Saya, padahal kalau
pas pertemuan lingkungan, saya himbau lagi, saya
himbau lagi, tapi yang nyangkut dan nyanthel ya baru
satu dua, belum bisa semua. Padahal kalau dihitung
dengan kekuatan ekonomi, sebenarnya juga mampu,
mampu sekali bahkan.
115
FD Jadi, kalau di lingkungan Ibu, yang belum ikut itu
karena belum merasa perlu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
BA Iya, dia juga biasanya udah mikirin dapetnya nanti
seberapa itu sebenarnya kan gak usah. Tapi kan
namanya juga manusia.
120
FD Kalau jumlah umat yang sepuh dan yang muda
banyakan mana Bu?
BA Kalau ini, sudah pasti yang sepuh-sepuh, yang muda
jumlahnya sedikit.
125
FD Jadi, kalau banyak yang sepuh itu kan kadang-kadang
yang mengandalkan program seperti ini kan jauh lebih
besar. Tapi, benar juga bahwa banyak orang yang
masih belum ikut karena kesadaran dan pemahamannya
belum sampai.
130
135
140
145
150
155
160
BA Sebenarnya, jangan memikirkan diri sendiri dulu. Kita
harus, kalau mau ikut BKSY itu, memikirkan rasa
kebersamaan terlebih dahulu, dan sumbangsih kita, cinta
kita terhadap sesama. Nah itu, sebenarnya yang pertama
dipikirkan, jangan eh memikirkan untung rugi, ini bukan
masalah bisnis, ya kan? Saya juga selalu menekankan,
pada anak-anak saya, karena ketika mereka sudah mau
ikut, eh ditinggal, dan malah telat, sebenarnya waktu itu
sudah mau saya ikutin. Sekarang tinggalnya di daerah
Cileungsi sana. Sebenarnya dulu kalau dah mau ikut ya,
tetep bayar juga. Saya juga kurang cepet dalam hal ini.
Dulu saya ketua lingkungan sendiri, anaknya
takmasukin juga sekalian. Kknya juga sudah pindah,
dan gak ikut saya lagi. Nah ini yang belum nikah, satu
maka bayarin tiga orang. Setiap tahun saya bayar tiga.
Tapi, berkat Tuhan ada aja yang bisa buat bayarin.
Walaupun saya sendiri sudah gak kerja. Bapak juga
sudah pensiun. Karena puji Tuhan, selalu ada juga.
Kadang-kadang juga, gimana ya, saya kalau ada
pertemuan lagi, saya juga mau menghimbau, untuk
masalah ini. Ada juga yang mau masuk tapi, udah saya
kasih formulirnya, tapi belum sempet. Makanya saya
juga kadang-kadang, udah saya bela-belain fotokopi
sendiri, saya anterin ke rumahnya, udah itu, saya suruh
ngisi formulir, kalau yang gak sempet saya bantuin
untuk daftarin. Saya udah sampai seperti itu, karena
saya bisanya seperti itu, bisanya tenaga, karena sudah
menerima banyak kebaikan yang luar biasa. Karena saya
sendiri waktu kecil, saudaranya banyak, sekolah sampai
gak selesai, memohon kepada Tuhan, saya pengen
dikaruniai anak tiga, saya mohon supaya ketiganya bisa
sekolah selesai semua, dan dikabulin puji Tuhan.
Makanya, saya sempet berhenti melayani, ketika pernah
jatuh tahun 2010, saya masih ketua lingkungan waktu
itu dan kakinya sampai patah. Suami saya bilang
supaya udah jangan terlalu banyak kegiatan di gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
Saya malah gak bisa. Selama saya masih bisa, selama
saya masih mampu, dan dikasih berkat Tuhan dan sehat,
masih bisa melakukan, saya pasti masih melayani,
kecuali kalau sudah gak bisa. Kalau masih bisa, masih
dipakai Tuhan, saya siap. Cuma, saat ini saya gak mau
lagi jadi ketua lingkungan, hanya seksi sosial dari tahun
2015 lanjut sampai sekarang. Ya ngurusin bendahara,
tapi ya udah, saya terima aja, walaupun orang mau
ngomong apa ya, saya kok gak ini, kalau mau ada
kegiatan saya bisa, kalau gak dipercaya lagi, ya sudah.
Saya sih positif aja, terserah orang mau ngomong apa,
terserah pokoknya saya bekerja untuk Tuhan dan untuk
sesama, udah daripada dengerin orang kan? Dan plus
minus itu pasti selalu ada. Kalau saya menguasai atau
mau apa, show atau apa, gak! Bener-bener gak!
Makanya saya kemarin, di telepon oleh koordinator,
waktu itu pernah jadi koordinator, sekarang kan
memang bukan ketua wilayah, trus saya bilang, aduh
jangan cewek, karena pernah satu wilayah, kalau rapat
malem-malem nanti repot. Sekarang malah ditunjuk,
kemarin saya ditelepon, saya pikir kalau cuman jadi
pembantu kalau ada apa-apa, saya siap saya bilang gitu.
Eh saya tetep menjadi koordinator lansia. Sini kan
ngadain ada grup lansia untuk paroki. Bu wakilin
wilayah ya, ada yang telepon begitu. Ya elah jadi
koordinator, saya pikir cuman kalau ada apa suruh
bantu, saya bantuin, eh puji Tuhan nanti kalau memang
gak ada orang ya mau gak mau, saya harus tetap mau.
Selama masih bisa, tapi sekarang kan saya itu juga bagi-
bagi buat cucu. Nah makanya, kan cucunya satu rumah,
karena bapaknya belum kerja jadi saya terpaksa juga,
bukan terpaksa, saya cinta sama mereka kok, dan orang
bilang, dah enak ngapain ngurusin cucu, karena saya
memang cinta, bukan karena terpaksa. Cuma kalau hari
Minggu, ibunya ada saya, ke gereja sendiri pagi-pagi
sambil menyelesaikan masalah-masalah. Misalnya ada
pertemuan di lingkungan, saya juga seperti itu, biasanya
ada yang bilang, cepet pulang deh, mama ada pertemuan
di lingkungan. Di WK seperti itu, masuk di WK tahun
1997 ditunjuk menjadi pengurus, untuk arisan, sampai
sekarang ini, gak ada yang ganti. Ya udahlah, gak ada
bener, karena udah tua-tua semua. Terus kalau jadi
ketua, saya yang nolak, dulu saya dimarahin juga.
Kenapa kerja di ladang Tuhan malah gak mau?
Bukannya gak mau, daripada saya bilang sanggup jadi
ketua, kan kalau ketua kan emang sibuk banget, harus
rapat itu rapat ini, daripada nanti saya gak bisa
menjalankan, lebih menjadi beban buat saya, mendingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
215
220
225
yang bisa saya lakukan, kalau cuman arisan sebulan
sekali, ya sudahlah. Memang tanggungjawab ngurusin
uang, cuman kan gak tahu dari dulu, hubungannya itu
duit terus. Tapi, puji Tuhan, jarang ada masalah, semua
lancar saja. Masih dipercaya sama warga. Tapi ya itu
aja, kalau masalah BKSY, saya juga masih gak bosen-
bosen, kalau yang belum ikut saya selalu mengajak, ayo
ini bukan masalah untung rugi, atau bisnis, ini untuk
kepedulian, belarasa kepada sesama. Itu yang
ditekankan. Sebenarnya, kalau kemarin dihimbau itu,
kalau kita punya pembantu pun walaupun agamanya
muslim tapi boleh katanya. Asal majikannya mau
bayarin.
230
FD Asalkan ada jaminan bisa tinggal dalam waktu yang
cukup lama, hal itu bisa dilakukan. Di paroki SPMR,
hal itu sudah berjalan dengan baik. Jadi, dibuatkan
username khusus untuk warga non katolik, dengan
nama username ‘lingkungan luar paroki’. Tapi
memang, ada yang setuju, namun ada juga yang belum
setuju dengan hal seperti ini. Kalau di sini, Romo
Paroki sudah menggerakkan tentang program BKSY
ini?
235
BA Beberapa kali diadakan, di sini, tapi yang mau gimana
lagi, yang datang ya hanya itu-itu saja, orangnya juga
itu-itu aja. Yang memberi tanggapan.
240
FD Jadi, memang semua akhirnya kembali ke pribadi
masing-masing, karena Romo paroki juga berulangkali
menggerakkan umatnya untuk mengikuti program BKSY
ini.
245
250
255
260
BA Warganya itu menanggapi masih dengan anggapan yang
macam-macam. Sebelumnya kalau gak paham juga
gapapa, tapi ini kan dijelaskan dengan sejelas-jelasnya.
Saya kira, apa memang kurang mengena di hati, atau
gimana. Memang kalau bagi ini ya, sebelumnya emang
sudah sangat sering sih. Saya juga sering begitu, kalau
pas ada acara apa, atau pas kumpul di lingkungan,
terutama untuk berbelarasa itu saya jelaskan. Sering,
dalam kesempatan tertentu, memohon waktunya, untuk
memberikan penjelasan tentang BKSY ini, tapi yang
menanggapi ya macem-macem itu tadi, dan belum
begitu banyak yang tertarik, yang datang di lingkungan
juga seperti itu. Walaupun warganya sebenarnya
banyak, tapi yang hadir ya hanya tiga, empat, lima itu
sudah termasuk banyak hahahaha kalau yang punya
keluarga. Makanya juga kurang nyampai pesannya
kepada umat, karena yang datang ya itu-itu aja. Karena
saya kadang-kadang juga ga malu, kadang-kadang saya
jujur gak ada yang jaga, saya bawa juga cucu karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
265
270
ibunya belum pulang, entah orang ngomongnya mau
negatif atau apa, tapi saya sering bawa cucu kalau pas
ada pertemuan lingkungan. Saya kalau rapat, saya juga
bilang, saya datang tapi bawa cucu, itu kalau orang mau
omong apa, terserahlah. Kadang saya ikutin kegiatan,
nanti kalau sudah selesai, suruh nyusul di atas, kalau pas
rapat. Tetapi kalau kayak Bu Koco, sudah pada ngerti
sih. Karena emang gak ada ibunya, kan ibunya belum
pulang, daripada saya tinggal di rumah, saya gak tenang
dan pikirannya malah kemana-mana.
FD Tadi, kan Ibu sudah cerita banyak tentang BKSY, kira-
kira ada usulan atau harapan gak tentang gerakan ini
kepada siapa pun, supaya ke depan BKSY semakin
berkembang, dan semakin dipahami oleh umat?
275
280
285
290
295
BA Sebenarnya sudah sangat bagus sih, waktu ada yang
meninggal, lalu dapat santunan untuk keluarganya,
sampai ngasihnya pas misa supaya warga melihat kan?
Sebenarnya, itu menjadi salah satu promosi BKSY yang
sangat bagus juga. Ada warga gereja yang dikenal, dan
ini gak bohong, maksudnya janjinya BKSY itu gak
bohong kalau memang ada yang meninggal, ada dapat
santunan, kecuali warga yang mampu, gak mau terima
santunan. Kalau saya memang sudah bagus, ya itu tadi,
harus gak bosen-bosennya selalu kita mengajak. Kalau
semuanya, proses dan prosedurnya juga sudah bagus
dan baik. Hanya, saya gak tahu, kemarin yang pernah
terjadi, ada yang memohonkan bantuan rawat inap,
karena keterlambatan dokumen atau gimana, ya gak
tahu jadinya seperti apa. Saya juga soalnya, setiap
pribadi itu, lain-lain sih. Dan cara menanggapinya juga
berbeda-beda memang. Sebenarnya dia ikut itu, untuk
mengharapkan mencari keuntungan, atau memang untuk
berbagi, atau berbelarasa, atau demi kemanusiaan itu
tadi.
300
FD Berarti semua akhirnya kembali kepada masing-masing
pribadi. Jadi, menurut Ibu BKSY itu sudah baik, ya itu
tadi yang masih kurang adalah pemahaman umat
tentang BKSY itu sendiri, sehingga tanggapannya pun
berbeda-beda.
305
BA Sampai itu memang udah bertanya berkali-kali, sampai
berapa lama juga saya gak terlalu tahu. Saya juga gak
nanya lagi, soalnya memang orangnya juga agak susah
dan keras. Kalau dia gak cerita, saya juga gak mau
memulai. Sebenarnya saya juga pengen tahu, karena
orangnya keras, jadi kalau mau nanya-nanya juga gak
enak juga. Ini belum lama ini ketemu saya, saya bilang,
tu kalau saya sudah keluar dari BKSY. Kenapa keluar?
Saya juga gak sampai masuk ke situ. Padahal saya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
310
315
320
325
330
denger-denger sedikit, tapi gak sampai terlalu ke dalam
bertanyanya. Karena di kecewa sih saya tahu. Kecewa
sama pengurusnya, karena dia gak mendapat santunan
ganti rawat inap, dan karena terlalu lama, jadi agak
kecewa. Kebetulan memang orang lingkungan saya
sendiri. Padahal ibunya dia juga agak gitu, ibunya dulu
temen WK, sudah meninggal. Sekarang, dia di sini, dulu
gak tinggal di sini, di Bekasi, sekarang, pindah di sini,
jadi satu lingkungan. Emang begitulah. Sebenarnya
juga, baik sih, ya itu tadi, gak tahu apa dia ngitung,
soalnya kalau ada amplop prapaskah itu, untuk hari
pangan, kan beberapa kali kalau di paroki ini, dia bilang,
dia dulu pernah kerja di Majalah Hidup, katanya dia
pernah tahu, bahwa uang sumbangan itu
disalahgunakan. Makanya dia kecewa, dan setiap kali
harus ngisi amplop itu pasti gak mau dan bertanya buat
apa. Kalau memang mau nyumbang, kan gak perlu tahu
buat apa dan memang kalau semampunya segitu, ya
segitu aja, gak usah mikir macem-macem, itu uangnya
mau diapakan, gak perlu tahu kan? Dia kecewa dia
pernah lihat uang yang disalahgunakan, buat piknik atau
buat apa gitu katanya.
335
FD Baik, demikian terima kasih untuk waktunya. Sudah
banyak sekali, semoga ini bisa meneguhkan dan
memberi pencerahan terlebih demi semakin baiknya
BKSY.
336 BA Terima kasih sama-sama.
Nama Sulastri (Bu Lastri)
Lingkungan Joyoseputro
Wilayah 9
Lokasi Kantor PSE Bidaracina
Waktu 24 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Barangkali yang pertama, Ibu bisa cerita dulu, pertama
kali kenal BKSY itu dari mana atau dari siapa, terus
selama menjadi peserta itu, kira-kira pandangan Ibu
tentang BKSY itu apa?
5
10
Bu Lastri
(BL)
Saya kenal BKSY itu dari ketua lingkungan, tahun
pertama ada, saya belum tertarik, karena informasinya
kan asuransi ya, delapan puluh ribu. Ya memang ada
sedikit gambaran untuk berbelarasa dengan orang yang
berkekurangan, tapi informasinya kurang begitu detail
jadi pertama kali diumumkan di lingkungan, pesertanya
juga sedikit gitu, termasuk saya juga belum ikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
15
Kemudian saya tergerak hatinya itu pas pensiun. Saya
diutus oleh ketua lingkungan, untuk menjadi PICnya,
karena di PSE sini kewalahan kan, karena semua urusan
datang ke PSE untuk mengadu segala macam. Ribet
dengan macem-macem hal, maka Bu Agustin
mengadakan kursus atau pembelajaran.
FD Tahun berapa itu Bu?
20
25
30
35
40
45
50
55
BL Kira-kira dua tahun yang lalu. Jadi Bu Agustin tahun
pertama di sini, membenahi dulu sistemnya, masing-
masing lingkungan dibenahi, kemudian Bu Agustin
memberi informasi atau mengajak atau
menginstruksikan bahwa ini perlu masing-masing
lingkungan mempunyai PIC. Jadi tidak semuanya ‘breg’
langsung ke PSE. Kalau tahun pertama kan sampai tiga
tahun. Bu Agustin kan tahun kedua, dan ini mau tahun
ketiga ini. Jadi, saya udah dua tahun ini, pertama-tama
dikursusin dulu sama Mbak Ajeng. Mbak Ajeng sudah
kursus ke BKSY Pusat malahan, karena melihat
sistemnya di paroki ini sudah berantakan. Semua
ditanganin oleh ketua PSE, Pak Giyono, waktu itu. Lalu,
karena belajar secara tidak langsung, kan memang sulit,
maka saya, ya sudah, saya sekeluarga mesti jadi anggota
dulu, maka saya bayar dulu, satu keluarga, sambil
langsung belajar, dan saya sanggupi menjadi PIC di
lingkungan Joyoseputro. Kemudian, Bu Agustin kan
memberi informasi lewat brosur-brosur, ada juga lewat
video yang ada Bapak Uskupnya itu, oleh Mas Sulis,
film dari KAJ, BKSY. Dari situ kan Monsigneur sendiri
yang menghimbau kepada umat supaya pada ikut
BKSY. Akhirnya, ya sudah, saya sekaligus bayar,
sekaligus juga belajar, sekaligus juga mengerti apa sih
itu BKSY, ternyata untuk belarasa. Jadi ya sudah.
Kemudian, setelah itu anak saya sakit, juga saya
berbelarasalah, karena saya kan sehari hanya seratus
ribu sih. Ya kalau memang, dirawatnya lama kan
seminggu ya harus tujuh ratus ribu, kalau
membayangkan sih untungnya gede banget, kalau
dilihat dari untung rugi. Tapi saya enggak minta, dua
kali anak saya sakit saya gak minta. Kemudian
lingkungan saya itu juga, mereka beberapa juga gak
minta, jadi semua memang pure untuk belarasa. Tapi,
untuk bantuan orang yang meninggal, belum ada
pengalaman, jadi ya kurang begitu tahu.
FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah menjadi anggota
berapa orang?
60
BL Sampai sekarang baru tiga puluh delapan orang, dari
total semuanya kalau jiwa sih banyak. Kalau seratus sih
kurang lebih sampai. Ada empat puluh dua kk. Empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
puluh dua kk itu yang ikut baru berapa kk ya? Belum
ada separonya kok.
65
FD Itu, yang belum ikut, kira-kira kenapa? Maksudnya,
penyebabnya apa? Apakah belum tahu, atau belum
tertarik, atau sudah menolak?
70
BL Saya rasa mungkin dari yang pertama itu, yang
informasinya kan asuransi. Jadi kayaknya, umat juga
agak menyepelekan. Ee jadi kurang tertarik, karena
penjelasan pertamanya asuransi, orang sudah punya
banyak.
FD Jadi, yang membuat banyak belum ikut itu karena
memang salah paham atau informasi awal yang salah
bahwa ini seperti asuransi?
75
80
BL Tapi, saya kepengen tuh mungkin umat itu digerakkan
lagi dan diinformasikan lagi bahwa BKSY itu penting
gitu lo untuk membela yang lemah. Dengan uang sehari
seribu rupiah, istilahnya yang tidak terpakai kan bisa
dicelengin dulu tuh dalam satu tahun bisa bayar untuk
empat orang.
FD Selama ini, yang sering memberikan info itu ketua
lingkungan atau dari PSE atau bahkan Romo Paroki
sendiri?
85
BL Kalau Romo paroki menghimbau di gereja itu jarang
selama ini, tapi dari PSE sih selalu menggebu-gebu.
Waktu itu pernah Mas Sulis, datang ke wilayah-wilayah,
kunjungan gitu, tapi memang belum semua, dan baru
beberapa. Terus kan kita ketabrak dengan kesibukan
yang lain, jadi berhenti.
90
95
FD Di beberapa paroki, kendalanya juga hampir sama.
Yang menentukan orang untuk ikut BKSY atau tidak ini
lebih ke pengetahuan atau pemahaman dari orang
tersebut. Kalau pemahamannya keliru, atau tidak pas,
orang juga cenderung apatis dan gak mau ikut. Kalau
soal prosedur-prosedur itu bagaimana? Apa cukup
mudah atau rumit?
100
BL Kalau yang pas pengajuan sakit kali ya, yang kayaknya
harus mengurus surat resume medis. Itu yang kadang
orang merasa susah dan sulit untuk mencari dan
memintanya. Karena untuk resume rumah sakit ini, gak
semua rumah sakit memberi.
105
FD Padahal kalau dihitung, jumlahnya tidak seberapa, tapi
kalau lihat prosesnya agak ribet. Kalau dari Romo
paroki gimana, ada misa wilayah yang memungkin
Romo berbicara dan menghimbau tentang BKSY?
BL Kalau itu hanya momen-momen tertentu saja, misalkan
diundang, pada misa dengan ujub-ujub tertentu. Tidak
ada misa wilayah dan sejenisnya. Tidak ada jadwal yang
rutin. Nah, andai ada jadwal yang rutin, sebenarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
110
Romo juga bisa menghimbau umat, karena biasanya kan
yang datang juga banyak, ya minimal ketua lingkungan
dan pengurus kan pasti hadir.
115
FD Disadari bahwa peran Romo paroki itu di beberapa
tempat itu penting. Selain dari pemahaman umat, ketika
Romo paroki juga menghimbau, apalagi kalau sampai
diulang-ulang, berarti umat dengan sendirinya akan
sadar bahwa itu adalah sesuatu yang penting.
120
125
130
135
140
145
BL Memang dengan adanya kehadiran Mas Sulis ke
wilayah-wilayah, kunjungan itu, di wilayah itu akan
berhasil. Karena kunjungan ke wilayah-wilayah itu,
menjadi semakin banyak yang ikut. Saya juga berharap
bahwa wilayah saya, wilayah sembilan itu, karena di
lingkungan Brigita sini. Memang di lingkungan itu,
menghentikan sosialisasi, karena makin banyak peserta,
makin banyak masalah. Waktu itu kan agak cepet tuh
naiknya, jumlah peserta. Tapi, masalahnya permohonan
bantuannya juga semakin banyak. Sampai waktu itu
mengubah fokus dari fokus penambahan peserta, ke
urusan permohonan bantuan. Waktu itu Mas Sulis juga
bergabung tujuannya supaya semakin banyak yang
menjadi peserta. Kalau sekarang tidak ada sosialisasi
lagi, ya karena itu, fokus untuk mengurusi permohonan-
permohonan bantuan. Bukan tidak mau sosialisasi, tapi
memang agak direm, karena urusan renewal juga
semakin banyak. Ya itu, untuk penambahan anggota,
kami dari lingkungan sih juga gak kurang-kurangnya
mengajak seluruh umat tapi ya itu tadi responnya,
kurang begitu antusias. Waktu itu, saya yang dapat
selebaran dari BKSY langsung kalau gak salah ehm
brosur maksudnya. Eh tulisan yang tiga lembar itu, yang
fotokopian, dan saya kasih semua yang belum ikut.
Pokoknya saya juga berharap, bahwa umat juga respon,
malah yang ada, banyak yang bilang, maaf ya saya gak
ikut. Aduh, batin saya, kok jawabannya kayak gini sih?
Saya pingin maksa juga gimana gitu. Jadi sekarang, saya
belum sosialisasi atau ngajak umat di lingkungan lagi.
Masih sih ngincer beberapa warga yang kayaknya mau
ikut, empat orang, tapi masih nunggu waktu yang agak
tepat juga. Warga saya sendiri itu.
150
FD Yang terakhir mungkin, lebih ke soal usulan, atau
harapan bagi BKSY supaya semakin berkembang lebih
baik?
155
BL Mungkin, soal perubahan program atau persyaratan atau
prosedur, kami yang di paroki juga diberi informasi.
Tiba-tiba pengalaman di sistem, ada yang diblur, kan
kita gak tahu maksudnya, tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Ini soal sistem dan persyaratan. Mungkin kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
160
165
yang di bawah, PIC-PIC itu diberitahu, jadi orang juga
gak pada ribut ke Mas Sulis terutama. Saya juga PIC
lingkungan, karena di cc ke PSE, ngomongnya macem-
macem. Wah ini ternyata, dari sistem sendiri, kurang
terbuka, untuk kita-kita. Ya kalau ada perubahan,
mestinya memberitahu atau menginformasikan.
Kemudian untuk pengajuan bantuan rawat inap,
mungkin dibuat yang simpel aja, artinya gak usah terlalu
lengkap supaya lebih cepat turun. Karena bagi yang
benar-benar membutuhkan, karena sangat berharap soal
seperti ini.
170
FD Memang disadari bahwa kita bersama pihak ketiga, jadi
mau gak mau, kita ikut prosedur dan persyaratan yang
mereka miliki, meski kita tetap menggerakkan belarasa
sebagai intinya, termasuk dalam hal pendaftaran dan
sistem.
175
180
BL Jadi yang pertama tadi soal sistem, lalu yang kedua
tentang pengajuan bantuan yang rawat inap. Kalau yang
meninggal kan mestinya harus lengkap, tapi kalau yang
rawat inap sih yang ringan saja. Kayaknya kemarin saya
lihat yang, temennya Bu Rosa itu, dia butuh banget gitu
ya, ke rumah sakit atau puskesmas, ngurus itu, ngurus
resume medis itu kan malah jadi bukan dapat biaya tapi
keluar biaya banyak malahan. Padahal rawat inapnya
hanya sehari tok. Sehari saja dia minta gitu kan. Tapi,
kalau pakai resume medis, kadang dokter juga gak
ngasih.
185
FD Kalau soal sosialisasi, apakah ada tambahan atau
usulan?
BL Saya perlu untuk sosialisasi dari pusat itu perlu. Dari
pusat ke umat. Ya seperti itu, kayaknya emang perlu.
190
FD Baik, kira-kira seperti dulu. Nanti disambung dengan
peserta yang lain. Terima kasih, Bu.
Nama Agnes Yulita (Bu Agnes)
Lingkungan St. Vincentius
Wilayah 4
Lokasi Kantor PSE Bintaro
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Bu Agnes cerita kenal tentang BKSY? Atau apa
gambaran tentang BKSY?
5
Bu Agnes
(BA)
Waktu itu saya kenal BKSY, sekitar awal dilaunching
itu, tahun berapa itu ya pas Pak Giyono, sekitar tahun
2014. Terus banyak pesertanya, yang ikut pertama kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
10
Waktu itu, administrasinya belum terlalu rapi. Masih
Pak Giyono sendiri yang pegang. Setelah sekitar dua
tahun, baru Bu Agustin, dirapiin semuanya. Kemudian,
mengadakan sosialiasasi lagi dan lebih banyak lagi yang
ikut.
FD Apakah waktu itu, juga ada sosialisasi di lingkungan
atau gimana?
15
BA Di lingkungan juga ada sosialisasi, dan yang
menyampaikan adalah tim BKSY yang ada di paroki,
termasuk Mas Sulis, yang diundang ke lingkungan-
lingkungan yang lain, terus mengadakan sosialiasi di
sana.
FD Sekarang di lingkungan Ibu, sudah berapa orang yang
ikut BKSY?
20
BA Sekitar 87 orang dari total 250an orang. Kknya aja 90
sekian. Karena lingkungan ini yang paling banyak di
paroki jumlah umatnya. Saya sendiri belum ikut, tapi
orang tua sudah ikut semuanya, dan budhe saya juga
ikut.
25 FD Itu kenapa kok belum ikut?
BA Rencananya sih saya mau ikut.
30
35
40
FD Tadi saya juga cerita-cerita sama Mas Sulis bahwa
tujuan dari gerakan BKSY ini adalah untuk membantu
orang yang keluarganya dan dirinya sendiri
berkekurangan. Namun, tujuan dari Bapak Uskup yang
utama adalah bukan soal sekedar memberi bantuannya,
tapi kita diajak untuk berpartisipasi meski dalam jumlah
nominal yang sangat sedikit, karena dengan begitu kita
bisa membantu orang lain. Maka, saya juga bertujuan,
lewat tulisan saya, bahwa apakah BKSY ini sungguh
menjadi sarana untuk berbelarasa bagi umat di
keuskupan ini, maka saya bisa melihat siapa pun yang
berkecimpung di BKSY. Tapi, menurut Ibu sendiri
sebagai orang yang pernah menerima bantuan, apakah
selama ini yang diharapkan Bapak Uskup untuk
program ini, sungguh-sungguh sudah terlaksana atau
belum?
45
50
BA Yang saya lihat langsung, sudah sangat membantu,
termasuk kalau mau mengajukan bantuan, meski rata-
rata yang ikut itu pertama-tama berharap mendapatkan
bantuan, atau ikut-ikutan warga lingkungan yang lain.
Tetapi secara prosedur, juga tidak terlalu ribet, dan
kalau umat dijelaskan dengan detail, segala sesuatunya
bisa berjalan dengan baik dan lancar. Termasuk
membantu mereka yang hendak rawat inap, untuk
mereka yang meninggal.
FD Apakah Romo paroki mendukung gerakan ini di paroki
ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
BA Sejauh saya tahu, romo paroki sangat mendukung.
55
60
FD Nah, yang menjadi tantangan sekarang adalah
bagaimana umat tetap terus mendapatkan pemahaman
yang tepat, sedangkan di sisi lain, seorang Romo
paroki, pengurus lingkungan, pengurus PSE bisa
berganti periode, dengan mengandaikan cara
pengelolaan yang berbeda-beda. Kira-kira jika menjadi
peserta, usulan dan harapan yang bisa diberikan?
65
70
BA Usulannya sih, sebenarnya untuk yang administrasi
sekarang sih sudah sangat baik. Terus ke depan, soal
prosedur dibuat yang mudah dijangkau oleh siapapun.
Kayak kemarin misalnya, ada yang meninggal, ini kan
sudah lama, itu kok belum cair, itu kenapa, barangkali
dalam hal ini, selalu ada penjelasan, sehingga kami yang
langsung bertemu dengan umat, punya jawaban yang
tepat untuk mereka. Karena kemarin ketika ditanya, pas
ACAnya pindahan kantor, sehingga berkasnya
ketlingsut, sedangkan pengalaman Bapak saya kemarin,
yang lebih terakhir, malah cepat pencairannya, daripada
yang sudah lama memohonkan bantuan ini. Itu karena
apa kira-kira, sehingga ada penjelasan dari kantor ACA.
75
80
85
90
FD Kendala kami di sekretariat adalah soal tenaga kerja
dan profesionalitas. Dengan SDM yang terbatas, tapi
sekaligus mengurusi sistem, administrasi dan
sosialisasi. Belum lagi kalau berbicara tentang
marketing, website, dan seterusnya; dan menjalin relasi
dengan pihak-pihak terkait. Fokus dan konsentrasi
mesti dibagi-bagi dan kadang ada satu dua tugas yang
terlewatkan. Tadi Mas Sulis juga cerita, soal
administrasi juga tidak tertangani dengan baik.
Komunikasi juga tidak terjalin dengan baik. Apakah
dengan begitu, maka perlukah untuk menambah tenaga
profesional atau bagaimana? Ini tentu menjadi usulan
yang baik, karena BKSY makin lama makin besar dan
berkembang; peserta makin banyak dan paroki yang
terlibat juga makin banyak. Otomatis kalau dengan cara
pengolahan yang sama dengan ketika pertama kali
diadakan, maka itu tidak bijaksana juga. Profesional
dan sehati dengan BKSY. Kira-kira ada usulan lain?
BA Saya kira cukup, saya menekankan administrasi saja.
94 FD Baik terima kasih.
Nama Teofila Rukmi Satria (Bu Rukmi)
Lingkungan St. Yohanes Penginjil
Wilayah 5
Lokasi Kantor PSE Bintaro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
10
Fr. Didik
(FD)
Saya mengambil tema tentang BKSY untuk tulisan akhir
magister. Misinya ada dua, di Keuskupan Agung
Semarang itu sekarang BKSY sudah mulai berjalan, dan
dengan begitu harapan saya adalah saya punya
pengalaman satu tahun dan diolah lagi, maka bisa
menyumbangkan sesuatu. Prosesnya, saya melakukan
wawancara dengan beberapa orang yang berkecimpung
langsung dengan BKSY, di tiga paroki. Tiga paroki ini
cukup baik dan cukup lama menjalankan BKSY,
sehingga perkembangannya bisa dilihat. Yang pertama,
Ibu bisa cerita tentang pertama kali mengenal BKSY,
terus sudah berapa tahun menjadi peserta, dan apa
pandangan tentang BKSY itu sekarang?
15
20
25
Bu Rukmi
(BR)
Kalau kenal BKSY itu sudah lama, jaman dulu udah,
hanya ikutnya baru beberapa tahun ini, karena waktu itu
sudah punya beberapa asuransi. Jadi awalnya belum
mau ikut. Selain itu, cara penyampaian dan sosialisasi
PIC BKSY yang lalu yang barangkali masih agak
kurang mengena sehingga tidak banyak orang tertarik,
termasuk saya. Kurang begitu detail, sehingga orang,
tidak hanya saya sih, lalu masih beranggapan bahwa
BKSY ini adalah asuransi gitu. Pikir saya waktu itu,
kalau sudah punya beberapa asuransi, kalau ikut BKSY
kan jadi menambah pengeluaran. Jadi memang proses
untuk bisa ikut sih agak lama.
FD Yang menyampaikan atau yang melakukan sosialisasi,
waktu itu?
30
35
BR Berbeda-beda sih. Berbeda-beda dan orangnya sudah
agak sepuh. Pak Kris kalau gak salah waktu itu. Pak
Kris itu ketua subseksi BKSY sebelum Mas Sulis yang
sekarang. Cara penyampaiannya waktu itu masih agak
kurang detail, sehingga akhirnya kami mengasumsikan
itu seperti asuransi. Dari pihak saya, yang sudah punya
asuransi jadi menganggap gak usah dan gak perlu dulu
deh ikut program seperti ini, karena premi yang saya
dapat nanti akhirnya lebih besar dari asuransi yang
sudah saya ikuti.
FD Sampai sekarang sudah berapa tahun menjadi peserta?
40
BR Nah ketemu di sini, terus dikasih tahu sama Bu Agustin,
penjelasan yang lebih tepat dan detail tentang BKSY
begini begitu. Akhirnya jadi ikut, karena tahu dengan
lebih jelas. Baru tiga bulan inilah saya ikut.
FD Apa yang membuat tertarik untuk ikut BKSY?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
45
50
55
BR Kalau saya, intinya adalah belarasa itu. Dari cerita Bu
Agustin, dari belarasa itulah saya kemudian
memantapkan hati untuk ikut menjadi peserta. Karena
dulu, dari penjelasan yang pertama, yang dijelaskan
adalah lebih soal penggantian biaya menunggu orang
sakit atau rawat inap, dengan iuran delapan puluh ribu,
terus penggantian biaya pemakaman kalau ada yang
meninggal, segala macam itu kan. Nah, karena yang
ditonjolkan itunya dulu, ya jadi gak ikut. Nah, baru
kemarin ketika sudah mendapat penjelasan dari Bu
Agustin, baru deh ikut, karena ternyata yang diutamakan
dari gerakan ini adalah ke arah belarasa itu.
FD Ya, akhirnya yang menentukan adalah soal pemahaman.
60
BR Iya soal pemahaman itu akhirnya penting dan cara
penyampaiannya, karena di lingkungan saya, juga sudah
mulai habis semangatnya, sudah tidak ada gaungnya lagi
tuh. Maksudnya, ketua lingkungan atau pengurus lain,
tidak mencoba lagi untuk sosialiasi, atau sekedar
mengingatkan lagi juga tidak ada.
65
FD Yang di lingkungan, sudah berapa orang yang menjadi
peserta?
70
BR Gak tahu. Tapi, menurut saya, masih sangat banyak
yang belum ikut. Atau ada yang sudah ikut, tapi
kemudian tidak dilanjutkan dengan berbagai macam
alasan. Mungkin karena di awal, tujuannya adalah untuk
memenuhi target pemenuhan jumlah peserta tapi
kemudian karena sudah melebihi target, ya sudah tidak
ikut lagi. Atau, karena di tahun pertama tidak mendapat
keuntungan sama sekali, ya sudah berhenti dan tidak
memperpanjang lagi. Beberapa saya lihat seperti itu.
75 FD Yang belum ikut, apakah pemahamannya masih sama?
80
BR Ya, yang belum ikut itu pemahamannya masih sama
ketika tadi saya juga belum ikut, karena memang
mendapatkan sosialiasi dari orang yang sama juga.
Sudah terlanjur bahwa ini asuransi jadi ya sudah,
memutuskan untuk tidak ikut saja. Saya sendiri, sampai
sekarang diubah pemahamannya, karena melihat
langsung kondisinya di PSE, dan belarasa adalah
intinya.
85
FD Sekarang soal prosedur, atau persyaratan-persyaratan,
menurut anda, mudah dilaksanakan atau cenderung
rumet dan njlimet?
90
BR Menurut saya ya biasa, atau standar, dalam arti,
memang harusnya seperti itu. Gak rumit, misalnya kalau
saya punya asuransi itu, standari dan persyaratannya
memang harus seperti itu. Gak menyulitkan peserta.
Soal waktu, pengajuan bantuan untuk orang yang
meninggal, kadang-kadang menjadi agak lama karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
95
persyaratan yang harus dipenuhi. Itu aja, kalau yang
rawat inap, kadang jauh lebih mudah. Setidaknya
selama tiga bulan ini.
FD Kalau komposisi umat di lingkungan?
100
105
BR Saya sih ada 78 kk, dan kalau dikali empat saja sudah
dua ratusan lebih. Untuk di lingkungan saya sih,
kayaknya sih banyak juga keluarga yang muda, atau
hampir imbang, tidak lebih banyak atau lebih sedikit.
Sebenarnya kalau dihitung secara ekonomi, harusnya
lebih banyak yang ikut, karena kalau iurannya hanya
delapan puluh ribu setahun, untuk banyak orang di
lingkungan saya, itu relatif mudah, dan mereka punya
kemampuan untuk itu. Sekali lagi, akhirnya yang
menjadi penting adalah model penyampaian dan
sosialiasi yang sejak awal memang kurang tepat atau
tidak pas, sehingga umat juga menjadi salah paham dan
tidak mengerti secara tepat tentang BKSY ini.
110
115
FD Sejak awal, BKSY dibentuk tapi belum punya tools yang
settle, sehingga selama tahun awal masih meraba-raba
bentuk, termasuk dalam sosialiasi dan penyampaian ke
umat. Dengan SDM yang terbatas, dan mengandalkan
ketua lingkungan, maka ujung tombak adalah ketua
lingkungan dengan tingkat pemahaman yang berbeda-
beda, maka pemahaman yang sampai ke umat juga
berbeda-beda pula.
120
BR Kemarin di lingkungan saya, greget untuk itu juga sudah
jauh menurun, karena beberapa kali pertemuan, ketua
lingkungan menyampaikan sekedar informasi tapi tidak
mengajak dan menghimbau umat lagi untuk ikut.
FD Yang terakhir, usulan dan harapan yang bisa
disampaikan?
125
130
BR Yang jelas, pemahaman dan pengetahuan tentang BKSY
di umat lingkungan itulah yang harus ditingkatkan dan
diperdalam, termasuk cara penyampaian ke warga
lingkungan yang harus dilakukan dengan tepat, sehingga
warga atau umat juga jadi tertarik untuk ikut. Kalau soal
prosedur, persyaratan, kinerja dan sistem saya kira
sudah sangat baik, karena dikerjakan oleh profesional,
artinya memang di bidangnya.
132 FD Oke, cukup kalau begitu. Terima kasih.
Nama R.R. Soesapti (Bu Sapti)
Lingkungan Adisucipto
Wilayah 2
Lokasi Kantor PSE Bintaro
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Ibu bisa cerita pertama kali kenal BKSY? Siapa yang
mengenalkan, dan sudah berapa tahun ikut BKSY?
Sampai sekarang BKSY itu gerakan yang seperti apa,
menurut Ibu?
5
10
Bu Sapti
(BS)
Saya waktu itu dihimbau dan diharapkan oleh ketua
lingkungan. Dari itu saya juga tertarik, dan tahun ini
adalah tahun ketiga saya untuk kepesertaan BKSY. Saya
itu ya istilahnya untuk kita membantu, semacam subsidi
silang begitulah. Jadi kita, istilahnya gak terlalu,
mengharapkan bantuannya, tapi mudah-mudahan kita
justru selalu sehat, dan gak terjadi apa-apa pada kita. Ya
kalau akhirnya dipanggil Tuhan, kan itu ceritanya lain
lagi. Ya kan? Ya itu saja sih.
15
FD Jadi, Ibu yakin bahwa gerakan ini adalah gerakan
untuk membantu orang lain?
BS Iya benar, jadi meski kita memberi tidak terlalu banyak,
tapi kalau dilakukan dengan hati yang ikhlas, maka tetap
berkenan bagi yang menerimanya.
20
FD Terus, dulu yang pertama kali mengenalkan tentang
BKSY?
BS Kalau saya sih dari ketua lingkungan.
FD Ketika diperkenalkan, Ibu langsung tahu dan yakin
bahwa ini gerakan belarasa?
25
BS Kalau saya sih memang langsung tahu bahwa ini
gerakan belarasa, bukan asuransi seperti orang
kebanyakan tahu. Jadi ini program dari KAJ, gitu aja.
FD Selama ini, Ibu tahu tentang prosedur, persyaratan dan
cara-cara pendaftaran?
30
BS Secara mendetail, saya tidak begitu tahu, karena kami
dulu juga didaftarkan, cukup menyetorkan data diri dan
uang iuran saja. Saya sih, juga belum pernah pake,
maksudnya memohonkan bantuan karena setahu saya ya
memang untuk membantu orang lain. Itu aja.
FD Di lingkungan Ibu, sudah ada yang ikut, berapa orang?
35
BS Saya sih, ada juga yang ikut, tapi soal aturan-aturan tadi,
tidak terlalu tahu, karena saya juga jarang baca sih. Gak
tahu, sekarang aturannya seperti apa, hanya tahunya
saya ada bantuan rawat inap dan untuk orang yang
meninggal.
40 FD Prosedurnya, menurut Ibu, rumit atau sederhana?
45
BS Ya, kalau saya sih, seperti yang lain-lainnya, emang
begitu seharusnya. Seperti pada umumnya. Seandainya
harus ada laporan dari rumah sakit, di tempat-tempat
lain, juga memang harus begitu. Gitu aja, ya seperti
biasalah.
FD Ibu tahu gak di lingkungan, sudah berapa orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
ikut?
50
BS Hampir semuanya ikut, tempat saya kurang lebih ada
30an orang. Di tempat saya aja ada dua, saya sama anak
saya aja. Yang lain ada yang dua, ada yang tiga. Dan
satu kk itu kan ada yang banyak juga.
FD Tapi, satu lingkungan itu belum semua ikut kan?
BS Kayaknya sih belum. Belum semuanya ikut.
FD Ibu tahu gak, kenapa masih ada yang belum ikut BKSY?
55
BS Ya mungkin karena dia juga sudah punya banyak
asuransi, menurut saya gitu. Selain itu, kebutuhan atua
keperluan hidup sehari-hari juga banyak.
FD Atau merasa belum butuh atau perlu?
60
BS Kayaknya, kalau seperti itu kan menurut dorongan hati
juga. Kalau yang tertarik, barangkali masih belum
tertarik, atau dorongan hatinya belum sampai ke situ.
Bagi orang tertentu, delapan puluh ribu itu sedikit, tapi
bagi orang lain lagi, delapan puluh ribu itu lumayan
banyak, dan berat juga.
65
FD Ada gak yang berpikiran bahwa program ini masih
seperti asuransi?
70
BS Kayaknya enggak sih, hanya ya pikirannya ingin ikut
program gitu aja sih. Kalau soal asuransi sih, saya juga
punya, tapi toh juga tetap pengen ikut, karena
menangkap intinya tadi, membantu orang lain. Anak
saya juga punya. Jadi ya yang penting, menangkap inti
program ini tadi, yang seperti subsidi silang dan
membantu orang lain.
75
FD Kalau Romo paroki, kira-kira mendorong umat untuk
ikut program ini gak?
BS Saya belum pernah mendengar malahan kalau Romo
mendorong atau mengajak umat sih. Saya juga belum
pernah denger sih.
80
FD Kalau pengurus BKSY di paroki, mereka sering
sosialiasi gak?
85
BS Saya memang seksi sosial lingkungan, ya waktu itu ada
pertemuan yang membahas tentang BKSY ini, mungkin
sosialisasi atau penjelasan tentang program ini, tapi saya
pas gak dateng. Jadi, mereka datang ke lingkungan-
lingkungan tersebut. Jadi kita punya SSL, yang waktu
itu juga mendapat penjelasan dan sosialiasi dari
pengurus PSE tentang BKSY ini.
FD Kira-kira, ada harapan atau usulan bagi
berkembangnya BKSY ke depan?
90
BS Harapannya, kalau ada orang yang memang
membutuhkan, segala sesuatu dipermudah, jadi kalau
ada yang butuh, harus segera diurus, karena ada
pengalaman, yang membutuhkan namun prosesnya
lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
95
FD Kalau soal sosialisasi dan penjelasan, apakah masih
butuh di lingkungan-lingkungan?
BS Kayaknya penjelasan sudah cukup, hanya masih belum
tergerak.
100
FD Dari pengalaman memang pengetahuan yang
menentukan, termasuk peran Romo Paroki, sampai
semua tergerak, sampai semua umat lingkungan mau
untuk ikut. Baik kira-kira begitu dulu, terima kasih
untuk waktunya.
104 BS
Nama Venansius Sulistyawan (Mas Sulis)
Lingkungan St. Yustinus
Wilayah 14
Lokasi Kantor PSE Bintaro
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1 Fr. Didik
(FD)
Kalau dukungan Romo Paroki di sini seperti apa?
5
10
Mas Sulis
(MS)
Romo Parokinya mendukung, himbauan di sini dong.
Sampai pada rapat dewan harian paroki dihimbau, dan
pada saat itu Romo Gerris juga dan sampai dibukain
angkanya per lingkungan, dari aktivasi peserta baru, dan
karena dibukain per lingkungan, semua jadi tahu. Jadi
tahu juga, mana lingkungan yang masih nol, belum ada
pesertanya. Kalau himbauan sih sudah, sudah beberapa
kali. Waktu Frater datang pas itu, Romo Gerris juga
datang kan? Sama pengurus dewan harian juga datang.
FD Romo paroki mestinya perannya besar, artinya ketika
Romo paroki mendukung program ini untuk berjalan,
biasanya semua akan berkembang dan maju.
15
MS Iya sih, kata Frater, memang Romo paroki mendukung,
tapi seaktif apa? Kan Romo juga tidak selamanya, suatu
saat pasti ganti juga. Takutnya, kalau pas ganti,
keaktifan Romo parokinya itu beda.
FD Di sini ada misa lingkungan atau wilayah?
20
25
MS Kalau di sini, misa lingkungan atau wilayah ya
aksidental, sesuai kebutuhan umat. Kalau yang rutin ya
kunjungan umat. Kalau di sini, jatuhnya adalah
kunjungan dewan, dan kunjungan dewan itu juga
langka, per wilayah biasanya setahun sekali. Itupun
kalau ada. Lah terus, kalau misa lingkungan, misalnya
misa santo pelindung, karena di sini ada Romo
Xaverian, yang diutus adalah Romo-romo yang di biara
Xaverian, tidak mesti Romo parokinya. Sekarang kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
30
35
memang udah ada Romo Gerris dan Romo Tiyok, kalau
berdua gak bisa, biasanya ya Romo dari wisma atau
biara. Biasanya Romo Yakobus atau Romo Arko,
disuruh berangkat. Jadi yang berangkat ke lingkungan
pun, belum tentu Romo paroki sini, bisa dari wisma
Xaverian itu. Nah, kalau pastor wisma kan gak tahu juga
kalau soal-soal BKSY ini. Mereka juga tidak dalam
kapasitas untuk menyampaikan itu seperti Romo paroki.
FD Ketika Romo parokinya ganti, atau ketua lingkungan
ganti, mereka belum tentu punya greget dan semangat
yang sama, wong soal pemahaman juga pasti beda.
40
45
50
MS Menurut saya, Romo Gerris itu bagus, di Bintaro ini
sudah sekian lama Romo kepala bukan pribumi, yang
orang Indonesia. Karena Xaverian ini misionaris kan,
selama ini Romo kepala nya selalu orang Italia. Yang
meletakkan batu pertama gereja ini, Rm Tello, juga
orang Italia. Yang membuat jadi gereja ini. Dulunya kan
ikut Kodam. Ganti-ganti, terus terakhir Romo Lorenzi,
baru kemudian ganti ke pribumi, Romo Gerris ini.
Begitu Romo Gerris masuk, karena pribumi jadi lebih
Indonesia, bisa lebih masuk. Maksudnya,
pendekatannya beda. Misalnya, sekarang satpam,
lebaran bisa libur, terus kebutuhan karyawan sekarang
juga dipermudah, tapi yang pasti semuanya, umat berasa
jauh lebih membumi pas Romo Gerris ini. Baru Romo
Gerris ini kepala parokinya orang sini. Tadinya terus-
terusan orang Italia.
55 FD Tapi kalo Romo Italia, bisa berkomunikasi?
60
MS Iya bisa, tapi secara apa ya, secara mental dan
pendekatan, kadang-kadang juga gak nyambung. Kayak
dulu aku masih di mudika, koordinator mudika kalo
sama Romo Lorenzi, bikin program macem-macem,
banyak yang dipentalin, sini dipentalin, sana dipentalin,
budgetnya dikurangin. Istilahnya, masih enak diajak
ngobrol, daripada urusan-urusan kayak gini.
FD Usulan dan harapan?
65
70
MS Kalau aku usulan yang paling konkret, adalah urusan
administrasi. Administrasi dan aktivasi itu. Karena kalau
aku sih, aktivasi ini kan sebenarnya sesuatu yang
mudah, maksudnya, email konfirmasi, jumlahnya
dijelaskan berapa, yang renewal atau new, cocok dengan
bukti pembayaran, dan dinyatakan kan rasanya udah
cukup. Harusnya hanya dengan itu saja, otomatis hari
Senin akan diaktivasi. Nah, yang selama ini kejadian,
ada bolong-bolongnya, kenapa kok yang dari empat
puluh, bisa ada delapan yang tidak diaktivasi, cuma tiga
puluh dua aja yang aktif.
75 FD Nah, dalam kondisi ini, apakah yang delapan itu diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
alasan atau tidak kenapa kok tidak diaktivasi?
80
85
90
95
100
105
110
115
MS Tidak ada alasannya. Akhirnya, yang menemukan
sendiri adalah PICnya ketika cetak kartu. Memang yang
jadi karakteristik di Bintaro adalah mereka akan cetak
kartu, karena uang warga, uang umat istilahnya ini
sebagai tanda terima bagi peserta adalah kartu
kepesertaan BKSY itu. Aku sudah beberapa kali bilang,
cetak kartu beberapa hari ini juga agak bermasalah. Aku
kan bilang ke mereka adalah aktivasi saja discreenshoot
dan dikirimkan. Tapi sebagian warga kan tidak mudah
mengerti untuk hal seperti ini, jadi yang menjadi
permasalahan adalah karena PIC-PIC lingkungan kita
gak setiap hari ketemu, aku juga gak mungkin
mengecek satu persatu, terus terang aja kalau ada email
cc ke aku tentang aplikasi renewal lingkungan ini ini ini,
akhirnya hanya takbuka, dan udah. Gak Seninnya aku
lihat lagi, aktivasinya siapa saja. Kalau dulu masih, baru
aku mulai tugas di sini, masih ada satu dua kasus kayak
gitu, aku masih bisa dan sempat mengatasinya, dan dulu
tiap hari Senin aku ngecek aktivasi. Kalau sekarang aku
gak bisa, karen sudah terlalu banyak. Sebenarnya,
mereka bisa jalan sendiri. Lingkungan-lingkungan itu
sebenarnya sudah bisa jalan sendiri, tanpa kita push-
pun, mereka sudah mengerti. Step step nya mereka udah
mengerti. Jadi alangkah indahnya, kalau inisiatif mereka
yang tanpa kita push, dibarengi dengan tanggapan
sekretariat pusat lebih teliti. Pun akhirnya kalau ada
yang tidak bisa aktivasi, kenapa dan alasannya itu
dijelaskan. Kadang-kadang sudah di submitted, direply
baliknya ini datanya belum masuk ke pusat. Ada
beberapa kejadian seperti itu. Ada yang sudah jelas-jelas
memang dari awal sudah dikirim bukti pembayarannya,
diminta lagi bukti pembayarannya. Itu ada kejadiannya.
Makanya, sebenarnya sistemnya sudah berjalan, hanya
karena semua masih dikerjakan dengan manual, kita cek
sebagai manusia biasa, maka harus kita cek sendiri,
kadang masih ada yang lalai, kelewatan. Maksudnya,
kalau semuanya OK, untuk aktivasi renewal dan new,
sebenarnya sudah tidak masalah lagi harusnya.
Bagaimanalah supaya itu bisa dibantu, PSE kan jatahnya
kan di tengah-tengah, antara umat dan pusat, dan selama
ini, lingkungan juga tidak ada akses ke pusat, dan harus
lewat kita memang. Kita juga mau bantu, susahnya juga
seperti itu.
120
FD Kalau di sini, pendaftaran baru itu langsung dari
lingkungan atau lewat PSE, atau pengurus BKSY
paroki?
MS Langsung dari lingkungan, dan siapapun asalkan lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
lingkungan itu bisa. Asalkan itu adalah PSE lingkungan.
125
FD Kalau di Bidaracina, modelnya yang di lingkungan
akan mengajukan nama-nama yang akan diaktivasi,
terus yang membantu mendaftarkan dan aktivasi adalah
BKSY paroki.
130
135
140
145
MS Kalau input, kami juga dulu begitu. Itu dulu pertama
kalinya BKSY masuk di Bintaro ini. Aku kan waktu itu
juga PSE. Jadinya, setiap PSE buka, yang antri urusan
BKSY jadi banyak banget. Sampai Bu Agustina yang
pegang PSE, karena PSE gak hanya ngurusin BKSY,
maka pendaftaran dibuat di lingkungan. Akhirnya juga
dibuat subseksi BKSY sama kita sosialisasi ke
lingkungan dan lingkungan punya seksi masing-masing,
biar mereka sendiri juga bisa proses. Datanya kan sama
dengan BIDUK juga sebenarnya. BIDUK kan secara
sistem juga sudah canggih banget. Semua yang ada di
lingkungan bisa akses bahkan mengedit. Sebenarnya
aca-komunitas juga seperti itu. Jadi, sekali lagi,
alangkah indahnya, kalau semua dari kita sudah bisa
sosialisasi ke lingkungan, lingkungan sudah bisa kerja
sendiri dan kita pantau, dari BKSY pusat bisa bantu itu
supaya lancar, maka kita bisa seneng banget.
150
FD Memang kalau Mas Sulis tahu, hari Senin di kantor
pusat adalah hari yang sakral, karena hampir seharian
itu gak omong-omongan untuk mengerjakan aktivasi
dari berbagai paroki. Nah setelah saya setahun lebih
gak di situ, ternyata tenaganya juga gak ditambah,
praktis hanya Pak Styanto dan Pak Pur saja yang
bekerja.
155
160
165
170
MS Karena masih ada faktor manusiawi, itu kita mengakui.
Namun, sampai kapan kita bisa mentolerir hal-hal
seperti ini? Takutnya nanti pekerjaan dan aktivasi ini
akan bertumpuk. Bukan apa-apa, ya itu saja sih
sebenarnya. Takut bertumpuk. Bukannya kita gak mau
apa, hanya ini tuh yang kepending tiga lingkungan,
kemarin sudah selesaikan dua lingkungan. Dengan
email berkali-kali, dan WA japri, dengan email sekali
lagi, akhirnya baru bisa diproses. Itu prosesnya sudah
beberapa bulan sendiri. Bukan apa-apa, ini lingkungan
dan kalau tiba-tiba kejadian ada yang meninggal, dan
kebetulan seperti itu, yang belum diaktivasi, sebenarnya
posisi kita kuat untuk menjelaskan, tapi kan gak bisa
seperti itu. Banyak peserta itu yang memang benar-
benar membutuhkan. Problem aktivasi ini akan jadi
masalah kalau sudah bertumpuk. Ini aja, ada satu
lingkungan yang aku harus temuin orangnya supaya kita
bisa crosscheck bareng. Nama yang kemarin sudah
disubmitted siapa saja, yang sudah aktif siapa saja, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
175
180
185
yang belum siapa saja. Karena kalau WA aja ternyata
gak akan nyambung. Akhirnya, jadi nambah waktu lagi,
nambah waktu pertemuan lagi, yang harusnya kita via
elektronik, via email aja sudah cukup. Harapanku sih
itu. Waktu Frater Didik masih di sekretariat, semuanya
gak ada masalah, karena mungkin yang lebih muda dan
lebih teliti. Intinya, usulanku, adalah soal aktivasi ini
kalau bisa harus lebih dipermudah komunikasinya,
karena sistemnya sendiri sebenarnya sudah lancar dan
praktis juga. Cuma, selama ini aku selalu bilang gini,
bukan bermaksud ngegampangin, bahwa okelah salah
tahun, atau salah submitted, hanya kan yang dilihat
waktu ada kejadian permohonan bantuan kan yang
dilihat tahun di KTPnya yang aslinya.
FD Hal lain yang bisa diusulkan, misalnya soal sosialisasi,
apakah masih perlu dilakukan lagi?
190
195
200
MS Kalau aku sih, bukan sosialisasi tapi semacam
penyegaran. Kalau nanti datang lagi ke lingkungan-
lingkungan, maka sebagai penyegaran, karena misalnya
kayak lingkungannya Mbak Ajeng, atau lingkungan
lain, seluruh lingkungan di paroki ini, pada awalnya,
banyak yang daftar, tapi renewalnya gak dimaintenance.
Itu masalahnya di situ. Kemarin pas aku di sini, ada
kesempatan untuk penyegaran lagi, pas Pak Pur juga
bisa dateng, sudah mulai ada lingkungan yang bisa
mengelola renewal, tapi ya ada yang memang bebal,
atau susah diatur. Kalau yang gak mau ngerti ya tetap
aja gak mau ngerti. Kembali, jatuhnya nanti ya ke
asuransi lagi. Pokoknya kalau udah daftar, maka harus
klaim, nah itu biasanya patokannya. Apapun yang
terjadi.
FD Kalau pertemuan pengurus atau rasul sekeuskupan itu
masih perlu atau gak?
205
210
MS Kalau pertemuan itu kan dah lama banget, terakhir ya di
Blok Q itu kan? Menurutku ya perlu banget lah, karena
pas itu posisiku pas baru banget, jadi bisa sharing satu
sama lain. Kalau pas sharing pun, masih sering dengar
aja, karena belum paham banyak juga. Kalau sekarang,
pasti kita sudah bisa sharing. Aku rasa di banyak paroki,
problem atau permasalahan yang didapat kurang lebih
sama ya.
215
FD Kalau di tiga paroki tempat penelitian ini, problem yang
dihadapi juga sama sih sebenarnya. Yang pertama,
tentu tentang pemahaman yang menentukan umat untuk
ikut atau tidak, soal sistem dan soal prosedur atau
persyaratan-persyaratan.
MS Sama satu lagi yang mempengaruhi adalah karakteristik
lingkungan, karena ketika mengajukan bantuan. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
220
225
230
235
santunan yang belum cari dari bulan Maret, tapi sampai
sekarang tetap diam-diam aja. Ada yang santunan
kematiannya telat sebulan, ada yang marah-marah.
Karakteristik lingkungan ini juga menyangkut ujung
tombaknya yaitu ketua lingkungannya. Mau ngajak
berantem terus gak ini. Kadang mereka juga lupa bahwa
di sini kita sama-sama pelayanan, jadi ketika mereka
juga melayani umat atau warga lingkungan, kita yang di
sini juga sedang melayani. Jadi, mereka menganggap
kita sebagai orang ACA, orang asuransi yang bisa
menentukan bantuannya cair atau belum. Aku selalu
bilang, bahwa saya dalam posisi untuk mempersulit atau
mempermudah. Semuanya sudah jelas. Jadi ya diikuti
saja, hanya memang kalau ada yang gak terima, ya gak
terima aja alasannya. Jatuhnya, kalau gitu, bisa aja kan
PSE yang nalangin duluan kalau gitu. Kita pun juga
harus mengerti. PSE bisa mengerti nih tapi lingkungan
belum tentu bisa mengerti. Dalam hal ini, ketua
lingkungan juga ambil peranan penting.
239 FD Ok, terima kasih. Lain waktu bisa ditambahkan lagi.
Nama Venantius Purwadi (Pak Purwadi)
Lingkungan St. Yustinus
Wilayah 14
Lokasi Kantor PSE Bintaro
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Selama pagi, saya Frater Didik, sekarang masih tugas
kuliah di Kentungan. Nah, saya memperdalam
pengalaman bertugas di BKSY dengan membuat tulisan,
dan mewawancarai peserta di tiga paroki. Bapak ikut
to?
Pak
Purwadi
(PP)
Ya, saya menjadi peserta. Yang dari KAJ itu to?
FD Ya benar.
10
15
PP Saya ikut pertama kali dari tiga tahun yang lalu. Itu kan
umat memang dikumpulin, lalu ada yang
menginformasikan. Kebetulan Mas Sulis ini adalah
tetangga saya, satu lingkungan juga, yang kebetulan
juga ngurusin BKSY ini. Ya, sementara dia yang
nalangin dulu iurannya. Tetapi, memang sih yang
nalangin dari lingkungan dulu sih.
FD Terus yang mengenalkan pertama kali memang Mas
Sulis?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
20
PP Ya, tapi semua itu kan dari masing-masing orang atau
keluarga juga sudah sadar untuk ikut. Nah saya gak
tahu, yang belum ikut itu seperti apa? Biasanya, orang
gak ikut kan karena memang belum tahu, bisa jadi
karena jarang ‘srawung’ itu.
25
FD Menurut Bapak, program ini baik untuk dijalankan
terus atau tidak?
30
PP Menurut saya baik, karena membantu orang yang gak
mampu. Kita kan gak pernah tahu, kalau sakit yang
meninggal itu kapan? Lah kalau kebetulan orangnya gak
mampu, kan nanti susah jadinya. Misalnya, saya tiba-
tiba jatuh sakit, atau kecelakaan, terus siapa yang mau
nolong?
FD Kalau di lingkungan, kira-kira sudah banyak belum
yang ikut BKSY?
35
PP Kalau gak salah, di lingkungan saya hampir semua ikut
deh.
FD Kalau yang belum ikut, itu karena apa kira-kira?
PP Kalau itu sih dari Mas Sulis sendiri yang bilang, karena
sejak 2010 saya di sini, setiap kali ketemu Mas Sulis,
selalu bilang itu. Hampir semua sudah ikut program ini.
40
FD Yang lebih sulit masuk, orang yang mampu atau yang
kurang mampu?
45
50
PP Yang gak mampu, ternyata masih banyak juga di
lingkungan saya sehingga sama Mas Sulis, akhirnya
diajak untuk ikut ini. Nah yang penghasilannya rendah
juga ada, bahkan yang tidak punya penghasilan juga
banyak. Orang kayak saya juga termasuk yang tidak
punya penghasilan tetap, karena membantu di gereja.
Jangankan BKSY, iuran untuk St Yusup aja juga susah
bayarnya. Menurut saya, akhirnya juga tergantung
ekonominya sih ya. Ada sih yang segera sadar untuk
bayar, tapi kalau dasarnya memang gak punya uang ya
gimana lagi? Ya, akhirnya harus dikejar-kejar dulu baru
bisa bayar. Tapi kasihan juga kan?
55
FD Ternyata, tidak hanya di lingkungan Bapak saja, bahwa
di lingkungan lain juga banyak yang belum sadar
dengan ini. Mereka masih mementingkan diri sendiri,
terus belum sadar bahwa ada banyak orang yang
membutuhkan bantuan juga, dalam wujud konkretnya
ya itu tadi, bantuan dari iuran peserta BSKY.
60
65
PP Ya semua banyak yang kerja sih, tapi ya serabutan,
tidak tetap, kadang-kadang aja. Yang mampu, juga
ternyata susah untuk didekat, dalam arti, mereka tidak
semua sadar juga untuk itu. Kalau saya sih, akhirnya
tergantung orangnya juga sih. Juga pemahamannya, juga
kesadarannya. Macem-macem lah. Pergaulannya juga
mempengaruhi lo. Maksudnya, kalau ada orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
70
jarang bergaul, jarang kumpul di lingkungan itu susah,
kan kalau mau diajak kayak-kayak gini kan susah juga.
Gak pernah ikut pertemuan, lah mau dapat info dari
mana? Alasannya macem-macem. Sibuk juga. Ya, kalau
gitu kan rumah tangga masing-masing orang juga.
Maka, ya itu, kalau ada pengumuman, dikasih tahu, itu
ya akhirnya gak tahu.
75
FD Di lingkungan Bapak, banyak mana, yang mampu atau
tidak mampu?
PP Kalau saya sih, perkiraannya separo. Seimbang.
FD Kalau dari pengalaman, mudah diajak yang mana?
Yang mampu atau yang tidak mampu?
80
PP Ya, kalau secara rohaninya kan gotong royong, jadi
kalau ada yang kerepotan, harusnya semua saling
membantu, saling urun, dan dipikul bersama. Ya,
tergantung juga sih, tergantung orangnya, dan tinggal
komunikasinya aja gimana. Jadi, siapa yang memberi
info dan caranya gimana, itulah yang menentukan.
85
FD Jadi, gak berpengaruh ya? Artinya, pokoknya ada yang
kesulitan semua saling membantu. Jadi, tidak
tergantung dia orang kaya atau bukan.
PP Sebagai sesama manusia, kita kan memang perlu
membantu, apalagi ini di gereja.
90
FD Kalau Romo paroki di sini gimana Pak? Maksudnya
tentang kegiatan sosial seperti ini punya perhatian gak?
95
100
PP Ya, menurut saya, Romo paroki juga ikut berpartisipasi
dengan menghimbau kepada umat, pas kalau ada misa
bulanan di lingkungan. Pokoknya Romonya baik di sini,
juga kalau pas kunjungan. Tapi, orangnya kan memang
agak tertutup tapi, maksudnya kalau gak diajak
ngomong juga diam gitu. Orangnya agak pendiem gitu
maksudnya. Nah, kalau Romo yang satunya, kan
memang orang Jawa, jadi supel dan bisa bergaul sama
yang lain. Memang ya karakternya seperti itu lah. Kalau
baiknya sih baik, tapi ya itu tadi dasarnya pendiem.
FD Harapan Bapak untuk BKSY, sehingga semua umat bisa
tergerak?
105
110
PP Yang penting, umat tidak mengharapkan bantuan, dan
pelayanan selalu ditingkatkan. Kemudian, tinggal orang
yang menjalani, dan di sini menurut saya juga bagus.
Tapi, banyak orang yang gak seneng, sering terjadi
kesalahpahaman, dan beliau tugas di sini demi
pelayanan. Juga untuk pengurus PSE, memang orangnya
agak keras juga, sakdeg-saknyet, harus dikerjain. Saya
kemarin juga pernah gitu juga. Katanya gitu sih. Susah
senangnya di sini ya seperti itulah, saya sudah tujuh
tahun di sini, namanya juga pelayanan.
114 FD Baik, demikian terima kasih untuk waktunya Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
Nama Agustina Winarso (Bu Agustin)
Lingkungan St. Helena
Wilayah 12
Lokasi Rumah Bu Agustina
Waktu 25 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
Fr. Didik
(FD)
Apa usulan Ibu untuk BKSY yang lebih baik?
5
10
15
20
25
30
35
Bu Agustin
(BA)
Yang pertama adalah soal kartu anggota, karena kata
Pak Pur, gak usah gak apa-apa, baru kalau ada apa-apa
kita bisa lihat di data. Kalau kita memberi kartu anggota
itu, sebenarnya tujuannya adalah membantu ketua
lingkungan, untuk mengingatkan warganya. Satu
lingkungan itu bisa jadi umatnya sampai 200 orang, dan
kalau harus mengingatkan satu persatu kan susah. Saya
usul ke BKSY pusat, kalau di tempat kami, di
lingkungan-lingkungan itu dibuat kepesertaannya satu
tanggal saja. Nah kalau ada peserta baru yang tunggu
dulu, dan biasanya ada yang marah-marah, tapi kita
simpulkan bahwa orang tersebut memang belum paham.
Dia berarti belum paham tentang BKSY, karena kalau
sudah paham, kapan pun dia mau daftar, bisa dibuat satu
tanggal dan meringankan ketua lingkungan juga. Nah,
usulan yang kedua, dalam event-event tertentu, misalnya
Bulan Maria, Bulan Rosario, Bulan Kitab Suci, pas
ngumpul kan umatnya? Nah pertemuan-pertemuan
seperti ini sebenarnya yang efektif untuk
mengumpulkan atau mengingatkan peserta BKSY,
karena biasanya kan sampai empat pertemuan kan satu
bulannya? Dibuat aja nanti pengumpulan datanya di
akhir bulan, sehingga sekali masuk ada banyak
pesertanya. Nah, mohon dispensasi untuk setiap
lingkungan bahwa dalam pengumpulan data peserta
baru atau renewal itu bisa bersamaan. Lha kalau Januari
dua, Februari lima, kan repot sendiri nanti ketua
lingkungannya. Nanti, di tahun depannya, akhirnya
semua ingat, ketua lingkungan dan warganya bahwa di
tanggal-tanggal tertentu, sudah waktunya untuk
memperpanjang. Nah, pernah ada kasus yang datang
dan marah-marah ke ketua lingkungan karena gak
diingatkan pas waktunya renewal, padahal sudah diberi
kartu kepesertaan, namun memang karena tanggal
aktivasinya beda-beda, ya bisa jadi lupa masing-masing
orang. Nanti kalau di Semarang (KAS) dibuat seperti
itu, ya bagus. Jadi sejak awal diintroduksi supaya masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
40
bersama-sama. Selain itu menurut kami, brosur atau
leaflet yang lama atau yang hijau itu, menurut kami
lebih jelas daripada yang baru, yang warnanya kuning.
45
FD Memang, itu maksudnya adalah mempersingkat, meski
yang dikorbankan bahwa isinya menjadi kurang
lengkap.
50
BA Kadang, selalu ada saja warga yang bertanya: siapa aja
yang bisa, siapa aja yang boleh, umur berapa, jadi
semuanya jelas. Yang pertama, minta kebijakan dari
BKSY pusat, agar pendaftaran dan renewal bisa
dibarengkan dalam satu tanggal, jadi umat dalam satu
lingkungan atau wilayah, bisa saling mengingatkan atau
ketua lingkungan yang meningatkan. Jadi tidak repot
dan memudahkan semuanya.
55
FD Di KAS sendiri, memang baru dua paroki yang ikut
serta karena launchingnya juga belum ada setahun.
Tapi, ada beberapa paroki yang memohonkan
sosialisasi dari pusat untuk mendapatkan penjelasan
tentang BKSY. Kalau tentang Romo Paroki bagaimana
Bu, dalam menjalankan BKSY ini di lingkungan?
60
65
70
75
76
BA Kalau saya sih bukan soal patuh atau tidak patuh tetapi
karena BKSY ini pekerjaannya tuh banyak sekali dan
berat juga, apalagi ini berhubungan dengan umat dan
uang juga. BKSY itu kumpulan uang, dan begitu ada
kesalahan kecil, pasti mudah dikomplain oleh umat.
Tapi, kalau misalkan BKSY itu mandiri, bukan di
bawah PSE, saya kira akan menjadi baik, karena ada
yang khusus menanganinya. Soal kebijakan mendaftar
bersama-sama, saya kira di semua paroki bisa dilakukan
seperti itu, tapi kan tetap membutuhkan kebijakan dari
BKSY pusat, bahwa baiknya seperti apa atau
bagaimananya. Setiap tahun ada rapat di keuskupan,
baru kemarin ada BKSY. Pak siapa itu, yang ada di
keuskupan? Pak Suryo ya, saya sampaikan kepada
beliau, kenapa setiap kali ada pertemuan tentang PSE
kok tidak dibahas tentang BKSY. Lalu, ada jawaban,
sosialisasi yang kurang atau sdmnya yang kurang.
Nama Pak Sumarwan
Lingkungan Yoakim
Wilayah 3
Lokasi R. Agatha, Gedung Yohanes
Waktu Senin, 16 Juli 2018
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1 Fr. Didik Kapan pertama kali mengenal BKSY?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
(FD)
5
10
Pak
Sumarwan
(PS)
Pertama kali ketika Pak Jeffry mengenalkan BKSY itu,
cuma bilang begini Romo, ‘Ee ini ada program BKSY,
yang yang sakit dirawat di rumah sakit satu hari seratus
ribu, terus kalau meninggal sepuluh juta.’ Jadi itu, dia
tidak mengatakan bahwa harus keluarga mampu atau
keluarga tidak mampu yang ikut, dan yang lain-lain itu,
dan kebetulan saya dibilang melarat juga enggak, kalau
mampu juga enggak.
FD Sebelumnya, kalau boleh tahu nama, supaya kalau
memilah data tidak terbalik-balik?
PS Nama saya Sumarwan. Dari lingkungan Yoakim,
wilayah 3, paroki Blok B.
15
FD Pertama kali, di tahap awal, bisa dilanjutkan tentang
pertama kali mengenal dan terlibat BKSY, pengenalan
itu semua mulai dari mana?
20
25
30
35
40
45
PS Pertama kali, setahun atau dua tahun yang lalu, waktu
itu saya sebagai ketua lingkungan, dia (Pak Jeffry)
mengenalkan adanya program BKSY. Ternyata dari
yang hadir, yang tertarik ada sekitar 37, atau
gambarannya gamblangnya sekitar 30 lah, dan bisa jadi
lebih dari 30 orang, dan itu berjalan sangat baik. Artinya
kewajiban mereka sebagai anggota juga dipenuhi, terus
mungkin juga ada yang klaim. Cuma, kadang-kadang
saya, kemarin juga agak terpukul juga, sambil saya juga
sharing pengalaman, jadi ketika saya, menawarkan
program tadi kan hanya ada dua kata, sakit di rumah
sakit sebesar seratus ribu, dan meninggal sebesar
sepuluh juga. Waktu berjalan dengan terus, ada warga
saya yang kebetulan opname, nah waktu nge-klaim itu,
ada yang mulus, ada juga yang semacam saya itu, agak
tersinggung. Waktu itu kan, ‘Kamu itu, sebagai ketua
lingkungan bagaimana sih, mosok cuma tiga hari saja
kok diklaim?’ Padahal orang itu aslinya empat hari
hitungannya. Ya, kalau saya berdasarkan surat, dan
dalam persyaratannya adalah empat hari. Mulai dari situ
saya merasa tersinggung, ‘Tuh liat tuh, BKSY adalah
seperti dinas sosial, dan lain-lain, dan kita waktu itu
motivasinya adalah kasih.’ Saya mencoba jujur saja, dan
lebih lepas omongnya. Waktu itu saya dimarah-marahin
oleh pengurus, katanya, ‘Kamu sebagai ketua
lingkungan, kok dengan mudah memberikan ijin?’ Trus
saya bilang setengahnya lagi, ‘Kenapa dulu, lingkungan
saya tidak diberi fotokopi selembar saja, tentang cara
pengajuan klaim itu bagaimana, terus kriterianya seperti
apa, kok sekarang begini, sudah sekarang tolak saja!’
Kebetulan, maaf sekali lagi, ini adalah anak saya, jadi
begini, saya pengennya nanti, itu apa syaratnya dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
50
55
60
65
70
75
tertulis sama pengurusnya, terus kriterianya seperti apa,
apakah kita harus kasih semua, gak mungkin kan? Saya
senang dengan hadirnya BKSY ini, walaupun lama, tapi
paling tidak kita bisa, berbagi, cuma ya kadang-kadang,
menurut saya sendiri tidak mencerminkan kalau itu
milik gereja yang bersifat sosial. Maaf, saya harus
ngomong itu, karena itu dari hati dan pengalaman saya
yang merasa tidak enak, karena saya sebagai ketua
lingkungan yang harus tahu. Sekarang, bayangkan kalau
ada orang yang mentereng, punya mobil, dan mobilnya
mobil utangan, tapi kan kita mampu, misalnya seperti
itu. Keluarga saya juga, yang habis kebakaran, tidak
punya rumah, kemarin saya bantu klaim, termasuk yang
waktu Natal dan Paskah, alasannya karena sudah tidak
punya rumah, namun menurut saya tidak, karena anak-
anaknya juga mampu. Orang tua itu sudah janda, tidak
punya penghasilan, sakit-sakitan, mungkin pernah
dengan yang kebarakan sampai habis, memang benar
anaknya kerja, sudah punya mobil dan cicil rumah, dan
lain-lain, lalu pemikiran saya seperti ini, bahwa setiap
hari mendapat transport untuk ke rumah sakit, dan dia
tidak punya uang. Sudah saya mohonkan, namun tetap
tidak bisa. Keluhan saya, ternyata BKSY ini, belum
berjalan secara baik atau adil. Memang ada baiknya
juga, tergantung orangnya juga, namun saya juga setuju
dengan adanya program ini. Yang kurang begitu
menarik itu, polah tingkahnya yang diberikan oleh
pengurus.
80
FD Sebelum dilanjutkan, apakah sebelum ini Bapak pernah
mendapat atau mendengar sosialisasi tentang BKSY,
sebagai ketua lingkungan, karena mesti tahu dan paham
tentang prosedur?
85
90
95
PS Jadi, waktu pertama kali, Pak Jeffry hanya
mengenalkan, seperti yang saya ungkapkan di depan
bahwa kalau sakit mendapat seratus ribu rupiah dan
kalau meninggal mendapat sepuluh juga rupiah, tanpa
embel-embel tidak mampu, atau sendiri, tidak sakit dan
seterusnya. Tapi dari suratnya tercantum, bahwa semua
selama ini berjalan dengan baik. Artinya, seperti
kemarin ada kasus lagi, yang nanti bisa menjadi
referensi juga. Kemarin warga saya ada yang meninggal
dua orang, Pak Yakobus dan Pak Margono. Kebetulan
Pak Margono, kebetulan ya begitu, tidak mampu
mungkin maksudnya. Dan semua berjalan dengan baik.
Dan bahkan Pak Yakobus sendiri, yang dibantu lima
juta itu, sudah dibantu waktu masih sakit. Maka, dari
itu, saya menyarankan kepada warga saya, sungguh
enaknya, bisa dibantu yang lain, dasarnya itu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
100
Artinya, kadang sosialisasi itu kurang lengkap, ya
masalahnya itu tadi, kenapa tidak disertakan,
berdasarkan sosialisasi. Ya, kan orang-orang yang IQ
nya rendah, kayak saya ini tahunya, ya itu tadi.
FD Berarti menurut Bapak, sosialisasinya kurang lengkap
atau belum sampai mendetail?
105
PS Ya, sosialisasinya mestinya sampai detail, yang bisa
dimengerti oleh ‘kaum bawah’.
110
FD Jadi, kita bisa tahu, dari pengalaman ini, bahwa bukan
‘kaum bawah’ yang menuntut banyak tapi justru dari
pengurus yang sosialisasinya kurang lengkap, termasuk
prosedur dan persyaratan-persyaratan.
115
120
125
PS Dan itu, menurut saya, sangat perlu, jadi apapun yang
tertulis bisa menjadi bukti. Jadi, misalnya harus
menolak orang yang harus minta bantuan pada BKSY,
maka saya bisa menjelaskan bahwa mereka ini mampu,
dan ada dasar tertulisnya. Jadi warga saya itu,
pengetahuannya, punya pengertian bahwa, BKSY ini
semacam asuransi. Jadi kaya miskin ya sama saja.
Waktunya klaim ya klaim. Timbul pikiran dari warga
saya, kebanyakan seperti itu. Apalagi, warga kami itu,
semuanya sudah manula, pendidikannya juga gimana
ya, artinya cara intelektualnya agak repot. Jadi ketika
diberi tahu bahwa BKSY ini kasih, dan jangan
mengambil dan baik kalau diberi ke yang lain,
kemudian belum bisa ini, artinya menerima penjelasan
tersebut.
130
FD Kalau menurut Bapak, yang adalah juga peserta, kira-
kira memiliki harapan tertentu terhadap BKSY ini,
sebagai gerakan untuk membantu sesama tapi bagi diri
sendiri, apakah melalui BKSY ini sudah membantu
Bapak belajar berbagi kepada orang lain atau ya sudah
karena ini program keuskupan ya saya ikut saja?
135
140
PS Sekarang, intinya saya itu, kalau cuma kasarnya, dan
kita bicara yang manual saja, kalau cuma kehilangan
uang delapan puluh ribu, apalagi itu setahun. Menurut
saya seperti ini, siapa sih dari kita yang mau sakit, tapi
masak kalau sakit diganti tiga ratus empat ratus, masak
gak mau? Saya sangat setuju dengan BKSY, itu saja.
Saya masih mau menggerakkan warga saya, kalau hanya
seperti itu. Soalnya untuk menghindari itu juga, warga
kita itu ada yang kelasnya di sini, ada di sini, dari segi
materiil maupun intelektual.
FD Semua warga lingkungan sudah ikut, atau bisa dibilang
berapa persen yang sudah ikut dibandingkan dengan
yang belum ikut BKSY?
145
PS Jumlah KK kami, hanya 26 KK. Soalnya ada juga yang
satu rumah buat 2 KK. Dan itu sudah diikutkan semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
Jadi, kemarin itu, kalau tidak salah, yang sudah ikut
BKSY itu ada 37 orang. Kira-kira jumlahnya demikian,
dan Juli ini ada perpanjangan kepesertaan BKSY.
150 FD Ini ada 37 orang dari total berapa umat?
PS Di lingkungan saya ada sekitar 71 orang. Jadi,
(kayaknya) ikut semua, hampir semua ikutan.
155
FD Lalu, apakah selama ini, ada usaha juga untuk,
mengajak yang belum ikut untuk ikut, atau ya sudah
alami saja?
PS Saya selalu, bukan memaksa istilahnya, tapi
menghimbau dan memberitahu. Mereka saya kasih tahu.
Jadi saya, juga sendiri merasa sudah cukup untuk itu.
160
165
FD Yang terakhir, kurang lebih seperti ini, apa harapan
Bapak terhadap BKSY, ini bisa kepada siapa saja,
misalnya kepada pengurus paroki, atau pengurus pusat,
atau bapak uskup sebagai inisiator gerakan ini,
sehingga gerakan BKSY ini lalu menjadi semacam
sarana untuk orang Katolik di KAJ ini, yaitu belajar
berbagai dan berbelarasa?
168
PS Kebetulan saya kemarin juga menjadi seksi liturgi, dan
saya juga terbuka untuk melakukan belas kasih, dan
menurut saya gerakan ini sudah sangat bagus.
Nama Louise Maria Septiani
Lingkungan St. Fransiskus de Sales
Wilayah 10
Lokasi Kantor PSE Blok B
Waktu Senin, 16 Juli 2018, 14.30 – 15.15
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Frater Didik
(FD)
Kira-kira secara singkat, saya akan membuat tesis
tentang BKSY dan untuk keperluan itu, saya hendak
mewawancarai peserta di tiga paroki, salah satunya di
Blok B ini. Intinya adalah menggali pengalaman dari
peserta. Yang pertama, tahu tentang BKSY dan sejauh
ini pemahaman tentang BKSY itu seperti apa?
10
15
Bu Septi
(BS)
Saya waktu itu masih ketua lingkungan, kira-kira pas
ada program BKSY itu, mungkin sekitar dua tahun lalu
ya, eh mau tiga tahun kayaknya. Kita dapat sosialisasi
dari paroki, waktu itu ada dari ACA nya juga datang,
terus ada Pak Andre kalau gak salah yang membidani
BKSY di paroki ini. Terus, kebetulan waktu itu saya
ketua lingkungan, dan meski sekarang bukan ketua
lingkungan tapi masih aktif mengurusi, karena ketua
lingkungan yang baru ini masih produktif dan aktif
bekerja. Maka, saya masih dipasrahi tugas-tugas di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
20
25
30
35
40
lingkungan, termasuk BKSY ini. Di lingkungan saya
gak banyak, sekitar lima belas orang dari tiga puluh
enam kk. Itu setiap pertemuan lingkungan, saya ajak
tapi di lingkungan saya orang-orangnya agak menengah
ke atas gitu, dan kebanyakan juga chinese, jadi mereka
agak kurang mendesak, dan agak susah untuk
memberikan penjelasan. Saya ajak terus, dan sama ketua
lingkungan yang sekarang aja, sudah saya bagi
formulirnya, tetap responnya gak begitu bagus. Ya
hanya satu dua yang memberi respon, yang lain enggak
sih. Terus untuk pemahamannya, ya saya kasih tahu ke
warga untuk ikut, program ini adalah belarasa. Jadi kita
membantu, dan kita bayarkan iuran itu delapan puluh
ribu per tahun, dan jelas yang mampu tidak
mengharapkan bantuannya. Tapi karena kita memberi
untuk belarasa, maka kita tidak mengharapkan bantuan.
Mungkin ada warga atau umat lain yang jauh lebih
membutuhkan, atau yang tidak mampu. Di lingkungan
saya kebetulan, belum ada yang sampai pernah dapet. Di
wilayah saya itu ada lima lingkungan, semua sudah
pernah mendapatkan bantuan, hanya lingkungan saya
yang belum. Kalau saya sih, penangkapan saya sampai
sekarang yang paling kentara ya soal belarasa. Kan
membantu mereka yang tidak mampu dengan
memberikan delapan puluh ribu rupiah itu per tahun.
Sebenarnya, apalah arti tujuh ribu sebulan, gak terasa,
tapi kan itu akan menjadi berarti untuk mereka yang
benar-benar membutuhkan.
45
FD Menurut Ibu, dari pemahaman yang sudah ada, berarti
lebih condong dan mantap bahwa BKSY itu adalah
gerakan belarasa?
50
BS Kalau saya sih tetap merasakan bahwa ini adalah
program belarasa. Makanya, untuk penyebutannya juga
bukan polis tapi sertifikat, tidak seperti asuransi.
FD Sosialisasi dulu pertama kali darimana?
BS Dari paroki, sampai beberapa kali kok itu. Gak hanya
sekali, kalau gak salah, pas program itu mau jalan, ada
beberapa sering disosialiasikan.
55
FD Sejauh ini, tahu tentang syarat-syarat dan ketentuan
untuk peserta baru, permohonan bantuan dan
sejenisnya. Apakah prosedurnya mudah atau malah
menyulitkan?
60
BS Kalau renewal, menurut saya mudah dilakukan, karena
tinggal bayar, dan info ke pengurus pusat. Tapi, kalau
saya yang agak susah adalah untuk peserta yang
meninggal, maksudnya untuk mengajukan bantuannya.
Itu kan hampir tiga bulan, supaya permohonannya bisa
dikabulkan atau dicairkan. Itu info dari lingkungan lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
65 rata-rata sampai tiga bulan, atau seratus hari lah.
FD Kalau ini kan soal waktu, tapi soal syarat-syarat yang
harus dipenuhi, mudah atau rumit?
BS Menurut saya sih, soal syarat-syarat nya tidak terlalu
rumit. Mudah kok.
70
FD Bagaimana dengan pelayanan di pusat, maksudnya
yang mengurusi BKSY di paroki, menurut Ibu
bagaimana?
75
80
85
BS Eh pelayanannya? Waktu awal-awal saya rasa agak
ribet, karena mungkin baru juga. Namun, ke arah
sininya sudah lebih baik. Kebetulan di sini kan Pak
Yanto yang mengurus, udah lebih mudah dalam
mengurusnya. Di tahun pertama itu saja yang agak sulit
dan rumit. Terus harus melayani sebelas wilayah, berapa
puluh lingkungan, kan agak rumit. Tapi sekarang sudah
sangat baik. Misalnya, ini nanti kan ada renewal dari
tahun lalu, saya kan langsung tahu o nanti untuk
selanjutnya bulan ini mesti dibayar, maka saya sudah
harus woro-woro ke warga yang ikut. Ada juga waktu
itu, kan dari dulu ada kas lingkungan, misalnya lima
belas orang saya bayarin dulu, baru saya kemudian baru
nagih karena kalau harus collect satu demi satu kan agak
susah.
90
FD Saya membuat tulisan tentang BKSY yang menjadi
sarana untuk berbelarasa, dan menurut Ibu sendiri yang
sudah mengikuti program BKSY dalam beberapa tahun
ini, apakah program BKSY ini sudah berhasil untuk
sampai ke sana?
95
BS Kalau dilihat dari lingkungan saya sendiri sih, ikut
untuk berbelarasa, belum terpikir untuk sampai nanti
kalau ikut bisa dapat segini, itu tidak. Dari lingkungan
saya, yang saya lihat ya. Gak tahu kalau dari tempat
yang lain. Kayaknya sih gak ikut karena uangnya, atau
yang didapat, tapi karena ingin membantu sesama.
100
105
FD Karena tadi yang terjadi justru kebalikannya, karena
banyak umat lingkungan yang karena sosialiasi atau
pemahaman yang kurang, jadinya umat menganggap ini
sebagai asuransi belaka. Nah, karena pemahamannya
seperti itu, ya sudah, mereka mengikuti program ini,
pertama-tama karena ingin mendapatkan bantuan saja,
walaupun akhirnya ada juga yang sadar dan paham
betul bahwa ini adalah sarana untuk berbagi dan
berbelarasa. Tapi, kalau lingkungan sudah
mengusahakan seperti itu, saya kira itu sudah sangat
baik, meski secara jumlah masih sedikit.
110
BS Ya, kalau dihitung jumlah peserta, lingkungan saya
termasuk yang paling sedikit.
FD Bagaimana dengan peran Romo paroki?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
115
BS Kalau saya sih, selama ini, Romo masih kurang banyak
bergerak, ya sebatas sosialiasi, apalagi tidak semua
Romo bersedia membicarakan tentang BKSY, karena
Romo paroki yang satu juga belum pernah malahan
menyinggung soal BKSY ini. Di misa wilayah juga gak
pernah ngomongin tentang BKSY ini juga.
FD Usulan dan saran?
120
125
130
135
BS Barangkali yang perlu dipertimbangkan dan ditambah
adalah personel yang khusus menangani BKSY karena
selama ini Pak Andre kan memang sering pergi-pergi
padahal kan permohonan bantuan itu bisa kapan saja,
sehingga kalau sewaktu-waktu ada yang membutuhkan,
bisa mencari orang tersebut, tidak harus Pak Andre.
Karena Pak Andre kalau pergi kadang lama banget.
Untuk PSE di paroki dan BKSYnya semua sudah bagus.
Cuma kita harus semakin getol untuk sosialisasi lagi ke
umat dan lingkungan. Di lingkungan saya, harus
ngajakin lagi. Saya sampai sudah fotokopi banyak juga
brosur tentang BKSY dan formulirnya, ada yang mau
dan minta, tapi kadang ya sampai itu aja, maksudnya
gak pernah daftar. Sampai saya itu bilang, saya aja yang
nulisin data diri dan macem-macem itu, karena saya
pikir kan orangnya juga males kalau ngisi formulir yang
online itu kotak-kotak kecil itu.
138
FD Baik, terima kasih. Kurang lebih seperti itu. Sampai
jumpa lagi.
Nama Agustinus Ngadiman
Lingkungan St. Lukas
Wilayah 3
Lokasi Kantor PSE Blok B
Waktu Selasa, 17 Juli 2018, 10.00 – 10.30
Keterangan
Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema
1
5
Fr. Didik
(FD)
Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih untuk
kehadiran Ibu, yang bersedia saya wawancarai. Saya
sendiri tujuannya adalah untuk menulis tesis dan tugas
akhir dengan tema BKSY. Saya memilih beberapa
paroki dan mewawancarai peserta dan petugas BKSY,
sehingga pengalaman yang sudah ada bisa diolah lagi.
Bapak bisa cerita pertama kali kenal BKSY, dan sampai
sekarang menurut Bapak, BKSY itu apa?
10
Pak
Ngadiman
(PN)
Baik, saya kenal BKSY itu dari teman-teman di
wilayah, yang mengenalkan saya akan sebuah program
untuk berbagi yang digagas sendiri oleh Mgr. Suharyo,
yang tujuannya adalah untuk membantu sesama, sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
15
20
25
30
warga terutama yang berkekurangan, sehingga kami
juga sampaikan kepada warga, bahwa ini adalah
program dari Bapak Uskup bahwa BKSY itu adalah
programnya Bapak Uskup, dan dimana kita bisa
membantu orang lain untuk keperluan warga, terutama
warga yang tidak mampu, dalam hal rawat inap dan
kematian. Beberapa warga, di tempat kami ada tiga
puluh dua warga, yang sudah ikut menjadi peserta
BKSY, eh maksudnya tiga puluh dua kk, yang sudah
ikut dua puluh enam warga yang meninggal sudah satu,
dan sudah mendapatkan bantuan dari BKSY. Jadi ya
memang terutama lingkungan kami ini termasuk
lingkungan dengan model golongan ekonomi lemah.
Jadi dengan program yang diprakarsai Bapak Uskup ini,
itu sangat membantu. Saya sendiri menggalakkan
kepada warga, bahwa mereka yang sudah punya
kesadaran untuk ikut ya monggo silahkan. Cuma ya
sedapat mungkin, warga itu bisa ikut, karena program
ini baik sekali dan itu tadi saya katakan, terutama bagi
warga yang kurang mampu.
35
FD Sebelum Bapak mengenal program ini, apakah di
lingkungan atau di paroki, itu mendapat penjelasan
atau sosialisasi?
PN Sosialisasi sih ada Frater. Di paroki pernah ada, dan di
lingkungan juga ada. Dan di lingungan, PSE itu juga
pernah menyampaikan.
40
FD Sosialisasi di lingkungan itu ke semua warga
lingkungan?
PN Terutama kepada ketua lingkungan, dan juga seksi
sosial, lalu setelah itu disampaikan kepada warga.
FD Apakah waktu sosialisasi itu, masih mendapatkan
selebaran, leaflet atau brosur?
45
PN Kalau pas itu kebetulan hanya penjelasan saja, karena
kebetulan waktu itu brosurnya kurang jumlahnya, jadi
kami hanya mendengarkan penjelasan saja mengenai
program ini.
FD Terus waktu itu Bapak posisinya sebagai?
50 PN Saya sebagai ketua lingkungan.
FD Pernah juga membantu warganya untuk misalkan
mengajukan bantuan?
55
60
PN Sebelum ada BKSY itu, kami juga ada kalau warga
yang sakit itu, ya meskipun sedikit kami ada kas untuk
membantu juga mereka yang sakit. Dan memang dari
PSE juga ada, tapi untuk biaya pemakaman, dan
memang waktu itu juga yang mendapatkan sebesar tiga
juta, dan kalau untuk ukuran sekarang ini, tiga juta itu
sudah tidak cukup lagi. Maka, dengan adanya program
dari Bapak Uskup ini, memang sangat membantu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
FD Kalau sejauh ini, prosedur untuk memohonkan bantuan
itu sederhana atau rumit atau memang sudah
seharusnya begitu?
65
70
PN Kalau menurut saya sih, persyaratan-persyaratannya sih
termasuk mudah. Yang penting kita syarat-syaratnya itu
sudah terpenuhi dan dilengkapi, dan kalau memang gak
dilengkapi ya memang bukan kesalahan dari pengurus
ya, karena kita sendiri yang tidak bisa memenuhi syarat-
syarat. Kalau memang semuanya itu lancar, kayaknya
segala sesuatu yang berkaitan dengan ini akan berjalan
dengan mudah, karena hanya dengan mengajukan itu,
dan membuat rekomendasi dari ketua lingkungan, maka
segera diproses dan langsung cair.
75
FD Dari semua peserta tadi, ada satu yang memohonkan
bantuan untuk meninggal. Bapak pernah mencermati
tidak, ketika itu yang menerimakan bantuan itu siapa?
Dan bagaimana dengan keluarga?
80
PN Sebenarnya yang menerimakan bantuan itu, dari PSE
sedangkan saya sendiri, sedang tidak ada di rumah
waktu itu, karena bekerja. Jadi saya hanya sampaikan
saja bahwa ini telah disampaikan dan yang menerima,
diberi penjelasan bahwa permohonan bantuan sudah cair
sekaligus diterima.
85
FD Tapi dari keluarga memang merasa membutuhkan?
Karena di beberapa paroki, karena melihat ini sebagai
asuransi maka ngotot menganggap ini sebagia haknya.
PN Ya jelas, bahwa bantuan ini sungguh disampaikan
kepada orang yang berkekurangan dan sungguh
membutuhkan bantuan.
90 FD Kalau bantuan rawat inap pernah?
95
100
PN Kalau bantuan rawat inap belum pernah mengajukan.
Pernah ada yang hendak mengklaim, tapi karena
waktunya sudah terlambat, artinya kepesertaannya
sudah hangus, maka bantuan itu tidak bisa dicairkan.
Saya lupa tanggal kadaluwarsanya, tapi karena memang
sudah dianggap tidak masuk dalam masa kepesertaan,
maka tidak jadi. Saya mengurus semua lewat PSE,
biasanya juga lewat Pak Jeffry, pokoknya semua
persyaratan asalkan dipenuhi maka urusan tinggal lewat
PSE saja.
FD Jadi, dalam hal ini, kerjasama dengan PSE juga baik?
Artinya pelayanan mereka bisa berjalan sebagaimana
mestinya?
105
PN Menurut saya, PSE sudah kooperatif dalam bekerja
sama, selama segala yang dibutuhkan, dalam arti segala
persyaratan bisa terpenuhi.
FD Di sini ada misa wilayah? Apakah semua Romo
mendukung gerakan ini dengan misalnya menghimbau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
umat saat misa wilayah, untuk menjadi peserta BKSY?
110
115
120
PN Kayaknya semua Romo mendukung, soalnya dalam
situasi atau kesempatan tertentu para Romo
menyampaikan program BKSY ini sangat membantu
orang lain. Coba yang belum ikut, diusahakan untuk
ikut, bagaimana caranya. Memang, terus terang saya
sampaikan bahwa ada juga dari kelompok legio, yang
satu keluarganya dalam keadaan sakit, sehingga belum
bisa membayar uang kepesertaan, dan ternyata dari PSE
ditanggulangi, sehingga keluarga tersebut masih bisa
terus menjadi peserta BKSY. Memang, menurut saya
dari segi sosial, paroki ini cukup tinggi.
125
FD Dari pengalaman, banyak faktor yang membuat
seseorang memutuskan untuk ikut BKSY, misalkan
melalui pemahaman umat itu sendiri yang biasanya
didapatkan saat sosialisasi, lalu Romo yang bergerak
dan pengurus di paroki atau lingkungan. Terus kalau
menurut Bapak, sejauh melihat di lingkungan, peserta
dibandingkan umat keseluruhan berapa prosentasenya?
130
PN Yang ikut paling ya sekitar tiga puluh persen kira-kira.
Dan, kemungkinan masih bisa terus tambah. Akan saya
usahakan.
FD Kebanyakan umat itu, muda atau sepuh?
135
140
PN Sekarang ini hampir semuanya atau paling tidak dalam
usia senja. Artinya ya separo muda, separo yang sepuh.
Jadi imbang saja. Tidak ada yang lebih banyak, tidak
ada yang lebih sedikit. Satu keluarga saja, yang tadi
saya sampaikan, waktu itu untuk bayar iuran saja tidak
ada, dan suami istri semua dalam keadaan sakit. Itu
kadang-kadang juga masuk rumah sakit, dan sering
terlambat untuk memohonkan bantuan. Kalau saya
sendiri juga tidak bisa berbuat banyak mengenai ini,
karena ini kan memang berkaitan dengan sistem dan
persyaratan yang tak terbantahkan.
FD Namun, sebelum ada BKSY, pelayanan semacam ini
apakah sudah ada?
145
150
PN Dari lingkungan, kami sudah ada, yaitu sekedar
membantu atau meringankan yang sedang sakit, karena
memang pada dasarnya kas lingkungan kami juga agak
minim. Jadi istilahnya, membantu dengan semampunya.
Selain itu, untuk warga yang meninggal, kami juga
membantu tapi juga semampunya.
FD Dari PSE paroki?
PN Kalau dari PSE juga ada untuk kematian sih.
FD Sejauh ini, sejak ada BKSY, apakah jauh lebih
membantu atau ya tidak ada efeknya sama sekali?
155
PN Kalau BKSY menurut saya memang bagus, karena
memang kalau di samping itu, kalau ada musibah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
160
kematian, dari wilayah juga ada, di samping pribadi,
menyampaikan dengan membantu sekedarnya, namun
juga tiap lingkungan selalu ada edaran untuk membantu
yang meninggal.
FD Tadi sudah ada 30 orang yang ikut?
165
PN Bukan tiga puluh orang tapi tiga puluh kk dan yang
sudah ikut dua puluh lima orang. Kebetulan ada yang
ikut atau masuk menjadi peserta itu bareng-bareng,
seperti saya ini keluarga saya masih empat dan masuk
menjadi peserta bersama-sama. Langsung gitu
maksudnya, dan keluarga yang lain juga ada yang
ikutan. Memang, tujuan saya juga begini, saya
sampaikan paling tidak, kepala keluarga dulu yang ikut.
170
FD Kalau di lingkungan Bapak, ada yang model orang tua
di lingkungan, kemudian anaknya di paroki lain?
PN Biasanya ada, tapi kebanyakan masih tinggal bersama
orangtuanya di Blok B ini. Saya kira justru jarang yang
pisah dengan orang tuanya.
175
FD BKSY kan biasanya mendaftar dalam satu keluarga,
susahnya kalau ada satu keluarga tapi beda tempat atau
beda paroki, padahal masih satu KK.
180
185
PN Sementara di lingkungan saya tidak ada, bahkan anak
saya yang sudah berkeluarga pun masih saya daftarkan
di sini. Meskipun, saya sendiri menyarankan bahwa
kalau sudah berkeluarga sendiri, ya membuat kk sendiri.
Di Bintaro katanya ada BKSY, tapi anak saya itu belum
mau ikut yang di sana. Nah, sekarang sudah mau
mengurus kk dan saya ajak untuk ikut BKSY, syukur-
syukur mendaftar di paroki Matius Bintaro itu.
FD Yang terakhir, dari pengalaman Bapak menjadi peserta
sekaligus mengurusi BKSY ini, kira-kira ada usulan
atau harapan untuk BKSY ke depan?
190
195
PN Harapan saya begini, terutama karena di lingkungan
saya itu termasuk lemah. Kemungkinan yang bisa saya
harapkan adalah proses untuk permohonan bantuan baik
rawat inap atau kematian itu kalau bisa lebih dipercepat,
mengingat banyak umat yang membutuhkan. Karena di
tempat kami memang banyak warga yang termasuk
dalam ekonomi lemah. Kalau untuk peserta yang belum
ikut, kami coba bantu, terutama untuk mereka yang mau
ikut tapi tidak punya uang untuk membayar iuran.
FD Kalau untuk pengurus paroki, apakah sudah cukup
baik?
200
PN Kalau pengurus paroki, menurut saya sudah sangat
mendukung. Karena di sini timnya juga sudah solid, dan
kebetulan personel atau anggotanya mudah diajak
bekerja sama apalagi ketika harus mengurusi banyak
lingkungan. Setahu saya relasi antar mereka sendiri juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI