TEO EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO ...

273
TEO EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY) SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITAS KEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA TESIS Oleh: LUKAS IVAN SANJAYA Oleh: YOSEPH DIDIK MARDIYANTO NIM: 156312026 PROGRAM MAGISTER TEOLOGI JURUSAN TEOLOGI-FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of TEO EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO ...

TEO

EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA

BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)

SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITAS

KEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN

DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

TESIS

Oleh:

LUKAS IVAN SANJAYA

Oleh:

YOSEPH DIDIK MARDIYANTO

NIM: 156312026

PROGRAM MAGISTER TEOLOGI

JURUSAN TEOLOGI-FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

TEO

EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASA

BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)

SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITAS

KEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN

DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Teologi

Oleh:

YOSEPH DIDIK MARDIYANTO

NIM: 156312026

PROGRAM MAGISTER TEOLOGI

JURUSAN TEOLOGI-FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TrDClrctLIrLtlft

EF'EKTIWTAS GERAKAN BELA RASABERKHAT SANTO YrrSrP (RKSY)

SEBAGAI PERWUJIJDAN SOLIDARTTASKEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN

DI KEI"iSKI.IPAN AGUNG JAKARTA

<gKetua

Sekretaris

Anggota

(

: I)r.

: I)r.

f.,*., Jr. v

Yogyakaita,. .3 .,f* i....202A

Fakultas Teologi

Universitas Sanata Dharma

T\^I-^-r_./t A(III,

\ /

Pada

dan

T)^ -:+: ^I d.r[Lr4

2019

111

Alb. Bagus Laksana, SJ

\

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN MENGENAI KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:

EFEKTIVITAS GERAKAN BELA RASABERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)

SEBAGAI PERWUJUDAN SOLIDARITASKEPADA SESAMA YANG LEMAH DAN MISKIN

DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah'

14 lanuari 2020

Yoseph Didik Mardiyanto

NIM:156312026

lv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

...DAN KUPERSEMBAHKAN ‘KARYA SEDERHANA’ INI

KEPADA:

Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus: Sang Entrenador Sejati kehidupanku,

...yang telah menghadiahiku skill dan passion, untuk menerjemahkan skema,

formasi, dan posisi perjalanan hidupku.

Gereja Keuskupan Agung Semarang: club dimana aku mengabdi,

...yang karena dan demi mereka, aku masih berjuang dan mengayunkan langkah.

Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta: La Masia-nya Romo

KAS,

...yang di dalamnya aku berproses, untuk menjadi seorang playmaker, defender

dan keeper atas kehidupan.

Komunitas Pastoran Katedral dan seluruh umat Katedral yang teramat

kucintai,

...yang di dalamnya aku memperoleh gambaran utama seorang care-taker

sekaligus entrenador sejati, yang mewujud dalam jiwa raga manusia.

Bapak, Ibu dan Masku;

...yang doa dan dukungannya tiada putus untukku. Aku tak tahu, dengan apa aku

hendak membalas kasih kalian kepadaku.

Rekan-rekan seperjalanan dalam tugas, cinta dan panggilan,

Dan anda semua, yang terus menyebut namaku dalam doa-doa anda

sekalian, yang tak tersebutkan satu persatu.

Amo te ut tui semper memor sim,

(aku mencintaimu, maka aku akan selalu mengingatmu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

ABSTRAK

Kemiskinan yang timbul akibat kesenjangan sosial, di Daerah Khusus

Ibukota (DKI) Jakarta, menjadi opsi fundamental bagi kehadiran Gereja di tengah

masyarakat. Gereja yang berpihak kepada sesama yang lemah dan miskin, dengan

mewujudkan solidaritas ini, menjadi perwujudan nyata dari penerusan karya

Yesus sendiri, yang selalu berpihak kepada mereka yang kecil, lemah, miskin,

tersingkir dan difabel. Mgr. Ignatius Suharyo, mencanangkan gerakan bela rasa

Berkhat Santo Yusup (BKSY), sebagai wujud konkret solidaritas tersebut, yaitu

dengan memberikan bantuan dana bagi mereka yang kesulitan biaya untuk rawat

inap dan kematian. Selain itu, gerakan bela rasa ini juga bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran umat untuk berbagi dan berbela rasa, bukan sekedar

untuk ikut menjadi peserta dan mengharapkan keuntungan.

Tulisan ini hendak meneliti tentang efektivitas gerakan bela rasa BKSY

sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Metode

penelitian yang digunakan adalah dengan analisis data statistik kepesertaan

selama periode 2014-2018 dan wawancara secara mendalam kepada peserta yang

mengambil sampel di tiga paroki, yaitu: Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki

St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki St. Matius Bintaro. Di tiga paroki

tersebut, beberapa hal yang menjadi garis utama penelitian adalah tentang

sosialisasi dan katekese bela rasa, peran pastor paroki dalam pemahaman umat,

keterlibatan dan keaktifan pengurus BKSY paroki dan lingkungan, serta efek

konkret gerakan bela rasa di dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan bela rasa BKSY ini menjadi

sarana yang efektif bagi perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan

miskin. Efektifitas ini bisa dilihat dari proses perubahan pemahaman peserta, yang

tadinya tidak paham menjadi paham tentang bela rasa. Kemudian, perubahan

pemahaman tersebut memiliki pengaruh bagi perubahan sikap dan tindakan, yang

ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan menggereja

dan bermasyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

ABSTRACT

Poverty arising from social inequality, in the Special Capital Region of

Jakarta, has become a fundamental option for the presence of the Church in the

midst of society. The church which sided with the weak and poor fellow, by

manifesting this solidarity, became a real manifestation of the continuation of the

work of Jesus himself, who always sided with those who were small, weak, poor,

marginalized and disabled. Mgr. Ignatius Suharyo, launched the compassionate

movement of Berkhat Santo Yusup (BKSY), as a concrete form of solidarity,

namely by providing financial assistance for those who have difficulty in

hospitalization and death. In addition, this compassion movement also aims to

foster awareness of the people to share and have compassion, not just to

participate and expect profit.

This paper will examine the effectiveness of the BKSY’s compassionate

movement as a manifestation of solidarity with others who are weak and poor.

The research method used was the analysis of membership statistical data during

the 2014-2018 period and in-depth interviews with participants who took sample

int three parishes, namely: Parish of St. Anthony Bidaracina, Parish of St. John

the Evangelist Blok B, and Parish of St. Matthew Bintaro. In the three parishes,

some things that became the main line of research were about socialization and

catechetical compassion, the role of the parish priest in the understanding of the

people, the involvement and activeness of the parish and environmental

management, as well as the concrete effects of the compassionate movement in

church and community life.

The results showed that the BKSY compassion movement became an

effective tool for the realization of solidarity with others who are weak and poor.

This effectiveness can be seen from the process of changing the understanding of

participants, who previously did not understand to understand about compassion.

Then, the change in understanding has an influence on changes in attitudes and

actions, which are shown in everyday life, especially in church and community

life.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

KATA PENGANTAR

‘Vamos, Vamos’, demikian teriak para jugador sepakbola kalau

memenangkan sebuah title kejuaraan, pun tidak salah kalau saya pun hendak

meneriakkan hal yang sama karena telah menyelesaikan ‘musim-musim’ yang

melelahkan ini, yang diwarnai ketegangan dan kegelisahan di tiap giornata-nya.

Masterpiece berjudul ‘Efektivitas Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup

(BKSY) Sebagai Perwujudan Solidaritas kepada Sesama yang Lemah dan Miskin

di Keuskupan Agung Jakarta’ ini, adalah bentuk dan bukti nyata bahwa

penyertaan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai Sang Entrenador Sejati atas

kehidupan, sungguh nyata dan sedemikian berarti. Penyertaan yang dilewatkan

pula lewat orang-orang baik, yang dengan caranya masing-masing mengingatkan,

menyemangati dan mendukung untuk segera menyelesaikan tulisan akhir ini.

Maka, dengan masih meneriakkan ‘vamos, vamos’, penulis juga hendak

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

mendukung proses penulisan tesis ini. Secara khusus, rasa terima kasih ini penulis

haturkan kepada:

1. Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang, yang

telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk

mengolah hidup panggilan imamat sebagai calon imam dan imam

Keuskupan Agung Semarang. Terima kasih karena telah sabar dan selalu

memberi kesempatan-kesempatan yang tak terduga, termasuk ‘SK’ untuk

tinggal di Kentungan, di saat paroki sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan

Natal.

2. Rm. Matheus Djoko Setya Prakosa, Pr, Rektor Seminari Tinggi St. Paulus,

Yogyakarta, yang terus mendukung, membimbing dan memberikan

keteladanan-keteladanan penuh arti bagi penulis dalam menghayati hidup

panggilan imamat. Terima kasih karena ‘rekomendasi’ Romo yang baik,

kami Remukan-(remukan) Peyek boleh menerima tahbisan imamat mulia!

3. Rm. Joseph Kristanto, Pr, orang yang ‘mengucapkan’ perutusan untuk studi

ini pertama kali, dalam perjalanan dari Halim Perdana Kusuma sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

Bukit Cengkeh II. Juga yang memberi ‘kesempatan’ untuk menjalani tahun

perutusan di Depok dan Jakarta, sehingga saya boleh berkecimpung di

BKSY, dan mantap menulis tulisan akhir tentang gerakan bela rasa ini.

Terima kasih Romo, yang telah ‘mem-format’ saya jadi pribadi yang

semakin baik dari ke hari. Tanpa anda, hari ini saya tetap menjadi pribadi

yang biasa-biasa saja.

4. Rm. J. Mateus Mali, CSsR, selaku pembimbing I, sebagai care-taker atas

tesis ini, yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk mendukung dan

membantu penulis dalam menyelesaikan tesis, yang Xenia Hijau-nya selalu

kami tunggu terparkir, saat jam istirahat kuliah, meski tidak pernah punya

bahan untuk didiskusikan. Dasar aku!

5. Rm. Matheus Purwatma, Pr, selaku pembimbing II tahap I, yang mengawal

tulisan ini dari pra-proposal, ujian proposal sampai bab III. Terima kasih

bahwa dalam segala kesibukan, dan bahkan rasa sakit, tetap sabar

mendampingi dan memberikan masukan-masukan berharga.

6. Rm. EPD. Martasudjita, Pr, selaku pembimbing II tahap II, yang membidani

tulisan ini, secara khusus dalam refleksi teologis dan bagian akhir. Guyonan

satire dan mencekam di saat-saat akhir telah membuat saya ‘terbangun’ dari

tidur, dan segera menyelesaikan tulisan ini, yang ternyata masuk dalam

kriteria ‘kritis’, alias mustahil diselamatkan.

7. Para Romo, Suster, Bruder dan Karyawan Seminari Tinggi St. Paulus,

Yogyakarta, yang dengan caranya masing-masing selalu membuat penulis

merasa nyaman untuk tinggal di ‘rumah’ kita ini. Secara khusus kepada Rm.

Bismoko ‘Lapendoz’ Mahamboro, Pr, teman sebaya sekaligus sebagai

pembimbing rohani, yang tidak bosan-bosannya bertanya “Tesis sampai

mana, Romo?” dan juga Mas Wandi serta Mas Lismi, sebagai karyawan

perpustakaan, yang membantu kebutuhan-kebutuhan literatur kami, dan

senantiasa memberikan yang terbaik dalam penyediaan sumber-sumber

pustaka.

8. Para Romo Komunitas Pastoran Katedral, Kak Otchep, Om Wihong, dan

Mas Hulek, yang siap, sigap dan cekatan menggantikan tugas-tugas misa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

manakala saat-saat akhir sering ‘kabur’ ke Kentungan demi mengemban

misi menyelesaikan tugas akhir S2 ini. Juga Umat Katedral yang selalu

bertanya: “Romo, lama gak kelihatan? Ke mana saja?” Maafkan saya yang

belum maksimal melayani, karena demi prioritas ini banyak agenda yang

harus terlewati. Maafkan sekali lagi.

9. Rekan-rekan seangkatan tahbisan ‘Remukan Peyek’: Rm. Bernard ‘Pakdhe’

Himawan, Pr, Rm. Kristoforus Rhesa ‘Gombal’ Alem Pramudita, Pr, dan

Rm. Albertus Hesta ‘Senthun’ Hana, Pr,. Kalau PSS Sleman punya Brigata

Curva Sud (BCS) sebagai suporter, maka dalam hidup saya, saya punya

teman-teman seangkatan yang menjadi ‘suporter’, yang menemani,

menghibur dan menginspirasi penulis dalam menjalani rutinitas yang padat

dan ‘gila-gilaan’ ini, yang selalu memulai dengan pertanyaan: “Aa Hendra

atau Olive Chicken?”

10. Semua dan apa saja (termasuk potus, kopi, permen, foto ‘print-print’-an,

senyum, sapaan, ejekan, kunjungan, dolan, doa, dan seterusnya), yang selalu

jadi ‘bahan bakar’ ketika menulis tesis ini. Terima kasih untuk anda semua!

Dan, penulis ini menyadari bahwa tulisan ini ditulis dalam segala

keterbatasan dan kerapuhan seorang manusia, dan seperti kita ketahui bahwa tiada

manusia yang sempurna. Maka penulis mengharapkan selalu kritik dan saran dari

pembaca semua demi semakin baik dan bermutunya tulisan ini. Semoga ‘karya

sederhana’ ini mampu memberikan masukan dan sumbangan positif bagi

kehidupan gereja, dan segala usaha mewujudkan bela rasa kepada sesama. Matur

nuwun, Berkah Dalem.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

HALAMAN KEASLIAN KARYA .................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

1.3 Landasan Teori ............................................................................................. 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10

1.5 Metodologi Penelitian .................................................................................. 11

1.5.1 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 11

1.5.1.1 Studi Dokumen dan Statistik ................................................................... 12

1.5.1.2 Wawancara Mendalam (In Depth Interview) .......................................... 13

1.5.2 Tempat dan Subjek Penelitian .................................................................... 14

1.5.3 Instrumen Penelitian................................................................................... 15

1.5.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 16

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 17

BAB II MAKNA SOLIDARITAS DAN PERWUJUDANNYA DALAM

GERAKAN BELARASA BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY) .................... 20

2.1 Makna Solidaritas ...................................................................................... 20

2.1.1 Solidaritas menurut Kitab Suci .................................................................. 22

2.1.1.1 Solidaritas dalam Perjanjian Lama.......................................................... 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

2.1.1.2 Solidaritas dalam Perjanjian Baru ........................................................... 25

2.1.1.3 Yesus Kristus: Model Solidaritas Gereja kepada Sesama yang Lemah dan

Miskin ................................................................................................................. 27

2.1.1.3.1 Yesus Kristus sebagai Model Solidaritas ............................................. 28

2.1.1.3.2 Solidaritas Murid-murid Kristus .......................................................... 30

2.1.1.4 Solidaritas dalam Gereja Perdana ........................................................... 31

2.1.2 Solidaritas Dalam Konsili Vatikan II ......................................................... 32

2.1.3 Solidaritas dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) Pasca Konsili Vatikan II . 34

2.1.4 ‘Gereja Berpihak kepada Orang Miskin’: Solidaritas menurut Evangelii

Gaudium ............................................................................................................. 37

2.1.5 Solidaritas dalam Dokumen FABC ........................................................... 39

2.1.6 Solidaritas dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta ........ 41

2.2. Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ...................................... 43

2.2.1 Sejarah Pendirian Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Keterlibatan

PaLingSah……………………………………………………………………... 44

2.2.2 ‘Spiritualitas’ Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ............. 46

2.2.2.1 ‘Hendaklah Kamu Bermurah Hati seperti Bapamu Murah Hati’............ 46

2.2.2.2 Orang Samaria yang Baik Hati ............................................................... 48

2.2.2.3 Pending Coffee atau Coffee Suspeso ....................................................... 48

2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY) .......................... 49

2.2.3.1 Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) melengkapi Seksi St.

Yusup .................................................................................................................. 50

2.3.3.2 Gerakan Belarasa Santo Yusup (BKSY) Bukan Produk Asuransi ......... 52

2.3.3.3 Pendaftaran dan Kepesertaan .................................................................. 54

2.3 Rangkuman .................................................................................................. 56

BAB III METODE, INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN TERHADAP

EFEKTIFITAS GERAKAN BELARASA BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)

DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ............................................................. 57

3.1 Pengantar ................................................................................................... 57

3.2 Metode Penelitian Kualitatif ...................................................................... 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

3.3 Tempat Penelitian ...................................................................................... 60

3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 62

3.5 Tahap Penelitian………………………………………………………… 64

3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian ........................................................................ 65

3.5.2 Menentukan Informan ............................................................................... 66

3.5.3 Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 67

3.5.2.1 Observasi Data ........................................................................................ 68

3.5.2.2 Wawancara Mendalam ............................................................................ 68

3.5.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 69

3.5.5 Validasi Data ............................................................................................. 71

3.6 Metode Pasca Penelitian ........................................................................... 71

3.6.1 Metode Pengolahan Data ........................................................................... 72

3.6.2 Metode Analisis Data ................................................................................ 73

3.7 Analisis Hasil Penelitian ............................................................................ 74

3.7.1 Observasi Data ........................................................................................... 74

3.7.2 Hasil Wawancara ....................................................................................... 81

3.7.2.1 Sistem Pelayanan dan Pengelolaan Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup

(BKSY) ............................................................................................................... 86

3.7.2.1.1 Sosialisasi dan Katekese ...................................................................... 87

3.7.2.1.2 Peran Pastor Paroki .............................................................................. 92

3.7.2.1.3 Peran Pengurus Paroki dan Lingkungan .............................................. 96

3.7.2.2 Pemahaman Menumbuhkan Kesadaran Belarasa dan Solidaritas .......... 99

3.7.2.3 Efek Konkret bagi Hidup Menggereja dan Bermasyarakat .................... 104

3.8 Poin-poin Kesimpulan Penelitian................................................................ 108

3.9 Rangkuman ................................................................................................. 113

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS: ALLAH YANG BERBELARASA DALAM

KRISTUS DAN GEREJA YANG BERSOLIDARITAS ..................................... 115

4.1 Pengantar ...................................................................................................... 115

4.2 Metode Refleksi Teologis ............................................................................ 116

4.3 Analisis Sosial dan Kultural ......................................................................... 117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

4.4 Sintesis Hasil Penelitian ............................................................................... 123

4.5 Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri Kristus dan Gereja

yang Bersolidaritas .............................................................................................. 127

4.5.1 Allah yang Berbela Rasa kepada Manusia ................................................ 128

4.5.2 Yesus Kristus sebagai Puncak Pewahyuan Bela Rasa Allah ..................... 131

4.5.3 Gereja sebagai Perwujudan Konkret Bela Rasa Allah .............................. 135

4.5.4 Gereja dan Solidaritas ................................................................................ 140

4.6 Usulan Pastoral ............................................................................................ 144

4.6.1 Pengurus BKSY Pusat ............................................................................... 146

4.6.2 Pastor Paroki .............................................................................................. 148

4.6.3 Pengurus BKSY Paroki ............................................................................. 149

4.6.4 Pengurus Wilayah atau Lingkungan .......................................................... 151

4.7 Rangkuman .................................................................................................. 152

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 154

5.1 Pengantar ...................................................................................................... 154

5.2 Kesimpulan .................................................................................................. 155

5.2 Saran ............................................................................................................ 162

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan bisa diartikan sebagai sebuah keadaan ketika seseorang atau

sekelompok orang tidak mendapatkan kesempatan atau membuat pilihan atas hasil-

hasil pembangunan manusia yang paling mendasar, yaitu menjalani kehidupan yang

panjang, sehat, kreatif serta menikmati standar hidup yang layak, bebas, bermartabat,

mendapatkan penghargaan diri dan penghormatan satu sama lain.1 Kemiskinan adalah

hal yang kompleks dan melingkupi beragam dimensi, tidak hanya mencakup satu

bidang, namun ‘menjangkiti’ manusia dalam berbagai macam bidang kehidupan.

Kemiskinan, kini semakin meningkat dari segi kualitas dan kuantitas, karena begitu

banyak orang, yang dalam rangka memperoleh kehidupan yang lebih baik, sering kali

tidak mendapatkan kesempatan atau sesuatu yang dikehendaki, dan bahkan

1 Berma Klein Goldewijk dan Bas de Gaay Fortman, Where Needs Meets Right, (Geneva: WCC

Publications, 1999), 89.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mendapatkan perlakuan serta tindakan sewenang-wenang dari pihak-pihak yang

memiliki kapital ekonomi dan kapital simbolik.2

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, adalah ibukota negara Indonesia, yang

sekaligus menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan. Permasalahan paling menonjol

di kota ini adalah soal kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial terjadi karena

perbedaan kesempatan yang dimiliki masing-masing orang. Tingkat pendapatan atau

kekayaan antar individual tentu saja berbeda, dan dengan demikian pula, kesempatan

untuk memperoleh akses sumber daya akan berbeda-beda pula, termasuk kesempatan

untuk menerima manfaat-manfaat dari pembangunan di bidang ekonomi. Belum lagi,

kalau kita harus berbicara tentang struktur dalam masyarakat yang memungkinkan

ketidakadilan terjadi secara struktural. Ketidakadilan struktural ini terjadi bersama-

sama sebagai sebuah tindakan yang memiliki dasar pada tindakan-tindakan politik,

ekonomi dan bahkan sosial-budaya.3 Masalah yang dihadapi oleh penduduk miskin di

‘ibukota’ tentu saja beragam, mulai dari gizi buruk, pendidikan yang tidak memenuhi

syarat, pengangguran, sampai pada ketidaktersediaan rumah yang layak. ‘Dukacita’

bertambah kalau ada yang sakit, karena itu berarti menambah pengeluaran untuk

rawat inap, transportasi, makan selama di Rumah Sakit, obat-obatan; apalagi kalau

sampai menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Makin sengsara

kalau yang sakit adalah kepala keluarga, yang menjadi ‘tulang punggung’ bagi

2 J. Haryatmoko, “Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa”, BASIS no. 11-12 tahun 52, November-

Desember (2003), 14. 3 Marco Kusumawijaya, Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, (Jakarta: Institut Sosial Jakarta, 2003),

94.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

keluarga. Ini belum kalau yang sakit ini kemudian meninggal. Biaya makin banyak,

untuk pemakaman, termasuk doa berhari-hari dan transportasi menuju kampung

halaman atau tanah pemakaman. Kenyataan seperti ini adalah keadaan yang

membutuhkan kepedulian, bela rasa dan tindakan berbagi dari orang lain.

Gereja, sebagai persekutuan umat beriman, yang hadir di tengah pergulatan

‘masyarakat’ dunia, adalah Gereja yang berpihak kepada mereka yang kecil, lemah,

miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Kesadaran ini adalah kesadaran tentang

kelanjutan serta kesinambungan sikap dan karya Yesus sendiri.4 Yesus selalu

berpihak kepada mereka yang KLMTD. Yesus memberi perhatian khusus, bahkan

memprioritaskan mereka dalam setiap karya kasih-Nya. Paus Fransiskus menetapkan

Hari Orang Miskin Sedunia I, pada 19 November 2017 silam, dengan tujuan agar

Gereja kembali kepada semangat Yesus, untuk memberi perhatian kepada KLMTD.

Maka, Gereja dipanggil untuk menjadi ‘terang’ dengan memberi perhatian kepada

KLMTD, terlebih yang terjadi akibat struktur dalam masyarakat yang dominan tidak

adil dan tidak berpihak ini.

Pendekatan Gereja dalam menyatakan kepedulian tersebut, adalah dengan

bentuk pelayanan Gereja yang menekankan aspek solidaritas. Dasarnya, tentu saja

sikap Yesus yang solider terhadap mereka yang berdosa dan KLMTD. Dalam karya

pelayanan-Nya, Yesus selalu mengutamakan mereka yang KLMTD ini. Puncak

solidaritas Yesus adalah saat menderita dan wafat di salib demi manusia. Kekhasan

dari solidaritas ini adalah perbuatan kasih yang tidak mengharapkan balasan dari

4 T. Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 116.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

segala kebaikan yang telah diberikan. Yesus memilih untuk tidak netral, dan memilih

opsi keberpihakan pada sesama yang KLMTD tersebut, bukan karena mereka

memiliki sifat-sifat yang istimewa, namun karena mereka adalah orang-orang yang

tak berdaya dan tak seorang pun membela hidup mereka. Maka, Gereja yang

membangun solidaritas adalah Gereja yang mencoba menghidupi konsekuensi serta

sehati-seperasaan pada komitmen Yesus sendiri untuk berpihak pada mereka yang

KLMTD.

Dengan demikian, Gereja yang hadir menjadi ‘penerus’ karya Yesus dalam

mewujudkan solidaritas, menjadikan karya-karya pelayanan bagi mereka yang

KLMTD, sebagai sekaligus bentuk tindakan iman personal, dan terbuka serta

diterima oleh orang lain, dalam lingkup iman komunal.5 Dalam keterbukaan tersebut,

ada usaha untuk saling membantu dan saling mendukung dalam iman. Keterbukaan

pada dinamika orang lain, dalam hal ini, mereka yang KLMTD, adalah usaha untuk

memahami misteri Allah, dan membiarkan seluruh kekayaan misteri itu terungkap.6

Maka, solidaritas ini bukan sekedar soal memberi simpati, berbagi dan memberikan

sesuatu yang dibutuhkan saja, namun sebagai usaha untuk semakin mengenali misteri

Allah, beserta kedalamannya, di dalam ranah hidup yang konkret, dan lewat masalah-

masalah sosial yang ditemui dalam keseharian.

Atas kesadaran akan penting dan mendesaknya tindakan solidaritas tersebut,

Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), yang berada dalam konteks kesenjangan

5 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 79. 6 Jon Sobrino dan Juan Hernandez Pico, Teologi Solidaritas, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

sosial ‘kaya-miskin’ DKI Jakarta pun, hendak menanggapi panggilan untuk

mewujudkan solidaritas antar umat beriman ini. Mgr. Ignatius Suharyo, sebagai

pemimpin tertinggi Gereja KAJ, ‘menggandeng’ Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr.

Ignatius Suharyo (PaLingSah), yang sebagian besar terdiri dari eks-seminaris

Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, dan membentuk sebuah gerakan

bela rasa dan solidaritas, yang bertujuan untuk membantu umat dan warga yang

mengalami kesulitan dalam pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Di paroki-

paroki, sesungguhnya sudah ada seksi kematian St. Yusup atau sejenisnya, namun

tampaknya, keberadaannya masih kurang bergema dan berdaya-guna, karena masih

terbatas di satu paroki tertentu saja. Gerakan bela rasa dan solidaritas yang kemudian

dinamai dengan Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, akan dijalankan di seluruh paroki

di KAJ.

Gerakan bela rasa BKSY ini, bertujuan untuk mengumpulkan dana dari iuran

peserta yang tersebar di paroki-paroki dan komunitas-komunitas, kemudian dari dana

yang terkumpul, dikelola dan peruntukannya digunakan untuk membantu umat yang

kesulitan dalam pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Bagi umat yang tergabung

sebagai peserta BKSY ini, gerakan bela rasa ini menjadi sarana untuk menumbuhkan

kepekaan dan kesadaran untuk peduli, berbagi dan berbela rasa kepada umat lain

yang KLMTD. Dan tentu saja, yang terpenting, sesuai tujuan dari Mgr. Ignatius

Suharyo ketika menggagas pertama kali BKSY ini, adalah untuk

menumbuhkembangkan hidup beriman umat lewat kesadaran untuk ber-solidaritas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

kepada sesama yang KLMTD. Dengan dasar dan latar belakang tersebut, akan

menjadi hipotesis yang hendak dijawab dan dibuktikan dalam tulisan ini, yaitu:

“Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah sarana yang efektif untuk

mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung

Jakarta (KAJ)”.

1.2. Rumusan Masalah

Gerakan bela rasa BKSY adalah gerakan yang akan dilaksanakan di seluruh

paroki di KAJ, maka lingkup pelayanannya nanti adalah seluruh umat KAJ. Namun,

dari 66 paroki di KAJ, baru 32 paroki yang ‘tergerak’ menjadi peserta (data per Maret

2018). Meski begitu, dari data kepesertaan selama lima tahun gerakan ini berjalan

(2013-2018), selalu ada peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan. Jumlah

peserta yang terus meningkat ini, mestinya ditangkap sebagai kenyataan bahwa

kesadaran umat untuk menjadikan BKSY sebagai sarana mewujudkan solidaritas

kepada umat yang KLMTD juga meningkat. Namun, perlu didalami lebih lanjut

tentang motivasi dari masing-masing orang ketika mengajukan diri menjadi peserta

BKSY: apakah sungguh ingin berbagi dan ber-solidaritas kepada umat yang

KLMTD, atau justru hendak mengambil keuntungan bagi diri sendiri, karena dengan

iuran yang ‘minim’, maka akan memperoleh bantuan dana yang cukup besar? Selain

itu, dengan sistem pelayanan dan pengelolaan dana yang sudah berjalan dan diatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

oleh pihak ketiga, apakah dana bantuan sudah menemui sasaran bagi umat yang

KLMTD? Berdasarkan dari beberapa hal di atas, pokok-pokok persoalan yang hendak

dicari dan ditemukan jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah sistem pelayanan dan pengelolaan keuangan dari gerakan

belarasa BKSY ini, sudah sesuai dengan tujuan dan semangat?

Apakah dana bantuan sudah menemui sasaran yang tepat, yaitu

umat yang KLMTD?

2. Apakah gerakan bela rasa BKSY ini sudah menjadi sarana yang

efektif bagi pesertanya untuk menumbuhkan kesadaran dalam

mewujudkan kepedulian dan solidaritas bagi umat yang KLMTD?

3. Apakah gerakan bela rasa BKSY ini, memberikan efek yang

konkret bagi pesertanya dalam hidup menggereja dan

bermasyarakat?

1.3. Landasan Teori

Keberpihakan Gereja kepada mereka yang KLMTD, adalah kelanjutan sikap

dan karya Yesus. Dalam setiap karya-Nya, Yesus mengutamakan pelayanan kepada

yang lemah, sakit dan miskin.7 Yesus memprioritaskan mereka dalam karya

pewartaan dan karya kasih dengan semangat solidaritas. Maka, bentuk-bentuk

solidaritas kepada mereka yang KLMTD, berpangkal dan berpusat pada sikap Yesus

7 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

sendiri, serta kesiapsediaan kita sebagai murid-murid Kristus untuk mengikuti-Nya.8

Gereja mengikuti Yesus Kristus sebagai teladan dalam menjalankan karya pelayanan

terhadap sesama yang KLMTD. Kerajaan Allah dalam Kitab Suci pun selalu

berkaitan dengan orang-orang yang KLMTD. Kitab Suci menyebut mereka sebagai

‘empunya Kerajaan Allah’ (bdk. Luk. 6:20). Panggilan Gereja untuk menghadirkan

Kerajaan Allah bagi sesama yang KLMTD merupakan hal yang esensial dari

kehadiran Gereja bagi masyarakat dan dunia. Keberadaan Gereja sebagai pelayan

Kerajaan Allah bagi sesama yang KLMTD menjadi jaminan bagi mereka untuk

memperoleh kehidupan yang lebih baik (bdk. Mrk. 6:37).

Mengikuti Yesus Kristus berarti masuk dalam inti pengalaman salib. Injil

Yohanes menulis demikian: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,

sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang

percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal (bdk. Yoh. 3:16)”.

Melalui Yesus Kristus, hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata. Allah yang

hadir dalam diri Yesus Kristus, merupakan Allah yang menunjukkan solidaritas

dengan kehidupan manusia. Allah telah memilih untuk hadir di tengah pergulatan

hidup manusia, berbagi nasib dengan manusia: “Ia telah mengosongkan diri-Nya

sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia (bdk.

Flp. 2:6)”. Pengalaman inkarnasi merupakan pengalaman Allah yang menjadi

8 F.A. Teguh Santoso dan Edi Mulyono, Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, (Jakarta: Konsorsium

Pengembangan dan Pemberdayaan KWI, 2013), 31.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

manusia agar manusia dapat mengambil bagian dalam hidup Allah, yang mau terlibat

dalam perjuangan dan keprihatinan hidup manusia.9

Iman kepada Yesus Kristus, yang telah menjadi miskin dan selalu dekat pada

sesama yang KLMTD, merupakan dasar kepedulian dan solidaritas kita bagi mereka

yang ‘tertinggal’ dalam masyarakat. Masing-masing pribadi dan komunitas, dipanggil

menjadi sarana Allah bagi pembebasan dan perjuangan kaum miskin, sekaligus peka,

penuh perhatian akan ‘jeritan’ kaum miskin, dengan membantu lewat karya ‘amal-

kasih’. Perbuatan ‘amal-kasih’ ini sudah menjadi ciri khas murid-murid Kristus (bdk.

Luk. 10:37).10 Perbuatan ‘amal-kasih’ ini adalah bentuk solidaritas bagi sesama yang

KLMTD. Karya amal-kasih perlu dilakukan sebagai tanggapan atas penderitaan dunia

dewasa ini.11 Para murid Kristus dipanggil untuk ikut mengalami suka-duka hidup

sesama dengan peduli terhadap penderitaan manusia.12 Solidaritas adalah tanggapan

yang tepat dari mereka yang mengetahui fungsi sosial dari harta milik, dan tujuan

universal dari barang-barang. Solidaritas mesti disadari sebagai sebuah keputusan

untuk memulihkan segala hal yang menjadi hak milik kaum lemah dan miskin.

Dalam tradisi kita, solidaritas terungkap dalam semangat gotong royong dan saling

membantu. Nilai solidaritas itu sendiri semakin mendesak untuk diwujudkan dalam

konteks dunia sekarang ini.

9 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, (Yogyakarta: Kanisius,

2013), 166. 10 Albert Nolan, Yesus Bukan Orang Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 119. 11 Gaudium et Spes (GS) art. 72. 12 GS art. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Meneliti efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup

(BKSY) sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang

lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

2. Memetakan peluang dan tantangan serta kemungkinan-

kemungkinan gerakan bela rasa BKSY ini dikembangkan dalam

konteks dan lingkup yang lebih luas.

3. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister Teologi di

Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberi sumbangan refleksi kritis, berkaitan dengan pelaksanaan

gerakan bela rasa BKSY, terutama dalam aspek solidaritas kepada

sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel

(KLMTD), sehingga kesejahteraan bersama bisa terwujud.

2. Dalam kerangka pelayanan pastoral di Keuskupan Agung

Semarang (KAS) sebagai medan pelayanan penulis, maka tulisan

ini dapat memberikan sumbangan berupa contoh atau role-model

serta pengalaman pelaksanaan BKSY di Keuskupan Agung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Jakarta (KAJ), selama kurang lebih lima tahun, karena gerakan

bela rasa ini sudah mulai dijalankan di KAS.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian meliputi: metode penelitian dan teknik

pengumpulan data, tempat dan subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik

analisis data.

1.5.1. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif ini hendak ‘menerjemahkan’ realitas sosial yang subjektif dan

diinterpretasikan, sehingga tercipta makna-makna dari kehidupan sosial, sehingga

tercapai sebuah pengertian dari sebuah peristiwa atau fenomena sosial tertentu.13 Pada

penelitian dengan metode kualitatif ini, objek yang diteliti adalah objek pada kondisi

alami (natural setting), yaitu objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi

oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek

tersebut.14 Melalui metode ini, hendak dikaji secara komprehensif tentang fenomena-

fenomena yang terjadi, dengan tujuan utama yaitu mendapatkan pemahaman yang

13 John. W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014), 58. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2006), 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

mendalam dan menyeluruh tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo

Yusup (BKSY) sebagai perwujudan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin.

Untuk mendapatkan data-data penelitian, maka digunakan beberapa

teknik pengumpulan data, yaitu: studi dokumen dan statistik, serta wawancara

mendalam (in-depth interview).

1.5.1.1. Studi Dokumen dan Statistik

Sebelum mengadakan wawancara, penelitian akan dimulai dengan

mencari data-data yang diperoleh dari dokumentasi penyelenggaraan gerakan bela

rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) oleh Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius

Suharyo (PaLingSah), berupa notulensi rapat, materi sosialisasi, katekese bela rasa,

serta sejarah kronologis, sehingga maksud dan tujuan dari gerakan bela rasa BKSY

bisa diteliti dan ditafsirkan secara lebih mendalam. Selain itu, data dan statistik

kepesertaan selama lima tahun berjalannya gerakan bela rasa BKSY ini, menjadi

salah satu sumber data yang kredibel, karena memuat ‘track-record’ kepesertaan

secara terperinci dari 32 paroki dan komunitas-komunitas yang sudah ambil bagian

dalam gerakan bela rasa BKSY ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

1.5.1.2. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

Wawancara mendalam bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang

berbagai macam makna subjektif yang dipahami oleh informan, berkaitan dengan

tema yang hendak diteliti, dan termasuk usaha untuk memperdalam tema tersebut.

Metode wawancara mendalam juga bertujuan untuk mendapatkan perspektif dan

sudut pandang informan tentang kondisi dan pengalaman yang dihadapi berkaitan

dengan tema yang hendak diteliti. Metode wawancara mendalam ini digunakan dalam

penelitian, karena ingin mengetahui pengaruh gerakan bela rasa BKSY bagi para

peserta.

Adapun proses pengambilan data melalui wawancara mendalam adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Pedoman Wawancara

i. Menyusun landasan teori tentang paham solidaritas

dalam sudut pandang Kitab Suci, dan ajaran gereja.

ii. Membuat instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan untuk menggali tentang efektivitas gerakan

bela rasa BKSY.

iii. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan tambahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

iv. Mendiskusikan pedoman wawancara kepada

pembimbing.

b. Penyusunan Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari beberapa hal:

i. Deskripsi setting dan suasana wawancara.

ii. Penampilan fisik informan.

iii. Pihak-pihak yang terlibat dalam setting observasi.

iv. Komunikasi non-verbal dari informan.

v. Hal-hal khusus yang terjadi selama wawancara.

2. Tahap Pengambilan Data

Wawancara akan dilakukan kepada peserta gerakan bela rasa

Berkhat Santo Yusup (BKSY) di tiga paroki, yaitu paroki St.

Matius Bintaro, paroki St. Antonius Bidaracina dan paroki St.

Yohanes Penginjil Blok B.

1.5.2. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian akan dilakukan di beberapa tempat yaitu:

1. Kantor sekretariat gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup

(BKSY), untuk mencari data dokumen dan statistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Paroki St. Matius Bintaro, paroki St. Antonius Bidaracina dan

paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, sebagai tempat untuk

melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Pemilihan

tiga paroki ini dengan pertimbangan bahwa paroki tersebut sudah

menjalankan gerakan bela rasa BKSY selama empat (4) tahun.

Dalam penelitian ini juga digunakan teknik purposes sampling, atau

teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu.15

1.5.3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah key instrument atau instrumen

kunci, yang mengumpulkan sendiri data yang dibutuhkan, serta tidak menggunakan

atau berpedoman pada instrumen atau daftar pertanyaan yang dikembangkan atau

ditemukan oleh peneliti lainnya.16 Untuk menggali pemahaman dan pengalaman

peserta BKSY di tiga paroki, peneliti menggunakan beberapa daftar pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apakah motivasi utama menjadi peserta gerakan bela rasa Berkhat

Santo Yusup (BKSY) ini?

15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 300. 16 John Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches,

(California: Sage Publications, 2007), 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2. Apakah sudah paham tentang konsep: peduli, berbagi, berbela rasa

dan solidaritas, yang menjadi ‘dasar’ dari gerakan bela rasa BKSY

ini?

3. Apakah mekanisme, pelayanan dan pengelolaan gerakan belarasa

BKSY ini mudah untuk diikuti dan dijalankan?

4. Apakah efek atau pengaruh konkret setelah menjadi peserta

gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, dalam hidup

menggereja dan bermasyarakat?

1.5.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses analisis data

menggunakan model Miles-Huberman, melalui tiga proses17, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction).

2. Penyajian data (data display).

3. Kesimpulan atau verifikasi (conclusing drawing/verification).

Kumpulan data-data yang diperoleh melalui studi data dan dokumen serta

wawancara mendalam (in-depth interview), akan dirangkum, dipilih bagian-bagian

yang pokok, dan diambil bagian yang penting serta membuang bagian yang tidak

penting. Peneliti memberikan perhatian utama pada fenomena-fenomena yang terjadi

di lapangan, termasuk tingkah laku informan yang diteliti atau diwawancarai,

17 John Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches, 337.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

pemahaman para informan tentang prinsip solidaritas, dan perwujudan nilai

solidaritas itu dalam gerakan bela rasa BKSY.

Data-data yang sudah direduksi, akan ditampilkan dan diolah dalam

bentuk teks naratif, dan pada bagian ini, peneliti akan menunjukkan relasi antar

fenomena dalam rangka menjawab permasalahan pokok yang ada. Langkah terakhir

adalah membuat suatu kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dihasilkan

berasal dari pemahaman makna dari setiap data dan hasil refleksi mendalam dari

peneliti, setelah mengadakan analisis relasi dari setiap data yang sudah ditampilkan.

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dibagi dalam lima (5) bab, dan masing-masing bab

akan diakhiri dengan kesimpulan. Bab-bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Bab ini akan memaparkan dan menjelaskan tentang

Latar Belakang, Rumusan Masalah, Landasan Teori, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II: Makna Solidaritas dan Perwujudannya dalam Gerakan Bela

Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY). Bab ini akan menjelaskan tentang paham

solidaritas dalam Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja (ASG), Dokumen Konsili Vatikan

II, Dokumen FABC (Federation of Asian Bishops Conference) dan Arah Dasar

(ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Bab ini juga akan memaparkan refleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

biblis-teologis tentang solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, sebagai

bagian dari perwujudan Gereja yang hadir dan hidup, yang juga menghadirkan

solidaritas Kristus bagi dunia. Dunia yang dimaksud adalah konteks masyarakat

dewasa ini. Kemudian akan dijelaskan tentang perwujudan solidaritas ini dalam

gerakan bela rasa BKSY, yang meliputi sejarah, keprihatinan awal, spiritual, dan

mekanisme gerakan bela rasa BKSY ini.

Bab III: Metode, Instrumen dan Hasil Penelitian terhadap

Efektivitas Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) di Keuskupan

Agung Jakarta (KAJ). Bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang

digunakan, tempat penelitian, instrumen penelitian dan tahap-tahap penelitian itu

sendiri, sekaligus memaparkan hasil penelitian setelah mengadakan observasi

dokumen dan data, serta wawancara mendalam (in-depth interview).

Bab IV: Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri

Kristus dan Gereja yang Bersolidaritas. Bab ini akan menganalisis hasil penelitian

yang dilakukan di tiga paroki, yaitu paroki St. Matius Bintaro, paroki St. Antonius

Bidaracina, dan paroki St. Yohanes Penginjil Blok B. Data-data yang sudah dianalisis

ini akan direfleksikan secara sistematis dan teologis, terlebih refleksi teologis tentang

solidaritas.

Bab V: Usulan Pastoral, Kesimpulan dan Penutup. Bab ini merupakan

kesimpulan dari keseluruhan penelitian sekaligus memberikan langkah serta saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

pastoral supaya gerakan bela rasa BKSY ini sungguh menjadi sarana yang efektif

untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

BAB II

MAKNA SOLIDARITAS DAN PERWUJUDANNYA

DALAM GERAKAN BELA RASA BERKHAT SANTO YUSUP

(BKSY)

2.1 Makna Solidaritas

Perutusan Gereja untuk mewartakan Kerajaan Allah dilakukan dengan berbagai

macam cara dan usaha terutama dalam menegakkan keadilan, dan secara konkret,

dapat menyentuh realitas hidup manusia. Kerajaan Allah sendiri adalah ‘kerajaan’

yang menghargai semua orang menurut martabatnya sebagai anak-anak Allah, dan

dipanggil untuk melayani sesuai dengan fungsinya masing-masing. Wujud konkret

Gereja yang menghadirkan Kerajaan Allah adalah dengan sikap solidaritas kepada

mereka yang lemah dan miskin. Solidaritas, secara sederhana, berarti usaha untuk

saling membantu di antara mereka yang ‘miskin dan kaya’, atau yang ‘lemah dan

kuat’, dengan tujuan, terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi satu sama lain.

Solidaritas Gereja kepada yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD)

mendasarkan diri pada sikap Yesus yang selalu berpihak kepada yang lemah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

miskin, serta tersingkir dari struktur masyarakat pada zaman itu.18 Yesus

memprioritaskan pelayanan kepada yang lemah dan miskin dalam keseluruhan karya

pewartaan dan kasih dengan semangat solidaritas.

Dengan tumbuhnya sikap solidaritas, maka perbedaan yang dipahami

sebelumnya sebagai persaingan, akan menjadi perbedaan yang saling memperkaya

satu sama lain. Masing-masing pribadi memiliki tanggung jawab terhadap

kelangsungan hidup sesamanya. Taraf kesadaran ini, memampukan orang untuk

menemukan makna hidupnya yaitu martabat manusiawi dan ikut serta dalam

penderitaan sesama. Namun, secara lebih mendalam, solidaritas bukan sekedar

memberi sesuatu dari yang dimiliki, namun juga tindakan yang membawa perubahan

dari proses kehidupan selanjutnya. Solidaritas adalah tindakan iman pribadi, namun

bermuara kepada iman orang lain, dan tentu saja bermanfaat bagi perkembangan dan

pertumbuhan imannya sendiri. Relasi iman ini saling menguatkan dan meneguhkan,

sekaligus menyempurnakan di hadapan Tuhan dan sesama.19

Sikap Gereja untuk berpihak kepada sesama yang lemah dan miskin, sekaligus

terlibat dalam permasalahan hidup manusia memiliki dasar yang kuat. Maka, dari itu

Gereja mengembangkan solidaritas atas dasar Kitab Suci, Dokumen Konsili Vatikan

II (DKV II), Ajaran Sosial Gereja (ASG), Dokumen FABC, serta situasi konkret

umat Keuskupan Agung Jakarta, dalam kerangka Arah Dasar (ARDAS) KAJ 2011-

2015 dan 2016-2020.

18 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 79. 19 Jon Sobrino dan Juan Hernandez Pico, Teologi Solidaritas, 51-52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2.1.1 Solidaritas menurut Kitab Suci

Rencana Allah untuk menyelamatkan semua manusia adalah dasar solidaritas

dalam Kitab Suci. Allah yang solider ini tampak dalam peristiwa sejarah manusia,

seperti yang digambarkan dalam Kitab Suci. Puncak dan kepenuhan solidaritas Allah

ini adalah peristiwa Allah yang mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus ke dunia, untuk

menebus dan menyelamatkan manusia. Yesus Kristus masuk dalam situasi dosa

dunia, menerima kehampaan dan rela mati bagi manusia.20 Solidaritas Yesus Kristus

ini diteruskan oleh komunitas jemaat perdana, yang selalu berusaha untuk berguna

bagi orang lain demi Kerajaan Allah.21 Melalui hidup, sabda dan karya-Nya, Yesus

menyatakan hidup dan kasih Allah sendiri, yang berpuncak pada misteri Paskah,

lewat wafat dan kebangkitan-Nya.

2.1.1.1 Solidaritas dalam Perjanjian Lama

Dalam sejarah dan perjalanan bangsa Israel, Allah hadir dengan memberikan

pertolongan kepada umat Israel ketika mengalami kesulitan hidup. Solidaritas Allah

tampak dari keberpihakan Allah yang selalu memastikan kelangsungan hidup dan

masa depan umat-Nya. Solidaritas Allah dalam Perjanjian Lama dimulai dari inisiatif

Allah untuk memberkati umat manusia dan perkembangannya (Kej. 1:28). Allah

20 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 243. 21 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

memperbaharui berkat-Nya, meski manusia jatuh dalam dosa (Kej. 8:21), dan bahkan

ketika Allah ‘menghukum’ manusia dengan air bah (Kej. 7:10), Allah tidak pernah

berhenti mencintai umat manusia. Allah selalu berpihak pada umat Israel.

Solidaritas Allah kepada umat Israel, terus berjalan ketika Allah melihat

penderitaan umat-Nya dalam masa ‘pembuangan’ di Mesir. Dalam Kitab Keluaran

2:24-25, dituliskan demikian, “Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia

mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Maka, Allah

melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” Selain teks tersebut,

dalam Kitab Keluaran 3:7, Allah memperlihatkan solidaritas-Nya: “Aku telah

mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku

mengetahui penderitaan mereka.” Allah tidak pernah tinggal diam dan segera

memanggil Musa (Kel. 3:1, 6:28) untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan.

Pembebasan Israel dari kuasa orang-orang Mesir bertujuan supaya bangsa Israel tetap

menjadi milik Allah (Kel. 3:10).

Pada zaman raja-raja, solidaritas Allah tampak dalam kehadiran para nabi. Para

nabi berbicara dan berseru-seru mengenai kasih, kesetiaan dan keadilan Allah

terhadap manusia. Kasih Allah tampak dalam ‘berkat’ Allah atas Tanah Kanaan

sebagai warisan (Ul. 4:1), menjadikan bangsa Israel sebagai ‘anak’-Nya (Ul. 32:5-6),

memberikan kemakmuran di Tanah Terjanji (Ul. 7:12-15), dan memberikan kerajaan

kepada Daud dan menjadikannya sebagai milik Allah. Selain berbicara tentang kasih

dan kesetiaan, para nabi berbicara tentang keadilan. Keadilan dalam masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

berupa persamaan hak dan persaudaraan bagi semua (Yer. 34:8-19). Solidaritas Allah

dilukiskan dalam Kitab Nabi Yesaya 29:18-19: “Orang-orang buta akan melihat,

orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam Tuhan, orang-orang

miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Maha Kudus, Allah

Israel.”

Dalam Kitab Nabi Yesaya 35:5-6, juga dinyatakan demikian, ”Pada waktu itu,

mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.

Pada waktu itu, orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan

bersorak-sorai.” Keberpihakan Allah kepada manusia yang miskin juga dihadirkan

melalui para nabi, seperti yang dituliskan dalam Kitab Nabi Yesaya 61:1-2, “Roh

Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia mengutus aku untuk

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang

yang remuk hati, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan

kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.”

Solidaritas para nabi juga diperlihatkan dalam bentuk kritik sosial kepada Raja-

raja Israel yang melanggar hak-hak bawahannya, misalnya, Nabi Natan yang

mengkritik sikap Raja Daud dalam sikap dan tindakannya yang memburu

kepentingan untuk diri sendiri dan mengorbankan kepentingan rakyatnya. Ketika

Daud jatuh dalam dosa, Allah tidak meninggalkan dan justru memeliharanya lewat

‘pewartaan’ para nabi.22 Solidaritas Allah dalam Kitab Suci Perjanjian Lama,

22 Wim van der Weiden, ‘Kritik Sosial dari Nabi-nabi Israel’, dalam J.B. Banawiratma, Aspek-aspek

Teologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

ditunjukkan dengan pemeliharaan dan penyertaan Allah kepada bangsa Israel, melalui

para bapa bangsa Israel, para Raja dan para nabi. Semuanya hendak mewujudkan

solidaritas Allah dalam diri bangsa Israel yang secara konkret terwujud dalam

pembelaan hak-hak kaum miskin, perjuangan keadilan, dan pencegahan akan

kerakusan harta yang berlebihan. Meski kadang tidak berhasil dan menemui banyak

hambatan, namun Allah tidak pernah menghendaki bangsa Israel masuk dalam dosa

dan kesulitan hidup.

2.1.1.2 Solidaritas dalam Perjanjian Baru

Puncak solidaritas Allah tampak dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus

merupakan hidup Allah yang dibagikan kepada manusia.23 Solidaritas Allah ini,

seperti yang ditulis dalam Yohanes 3:16-17 demikian, “[…] karena begitu besar kasih

Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, sebab

Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,

melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Dalam hal ini, Yesus Kristus hadir

secara nyata sebagai seorang manusia yang lemah, miskin dan bahkan mengalami

penderitaan dan wafat (Luk. 2:1-20).

Sikap Yesus terhadap penderitaan manusia juga tampak dalam ‘kemanusiaan’-

Nya, seperti yang tertulis dalam Kitab Ibrani 5:7-8 demikian, “Dalam hidupnya

23 A. Widyahadi Seputra, Y. Edi Mulyono, F.A. Teguh Santosa, Hidup yang Dibagikan, (Jakarta:

Konsorsium Pengembangan Pemberdayaan Pastoral Sosial Ekonomi, 2012), 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap

tangis dan keluhan Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena

kesalehan-Nya, Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah

diderita-Nya.”

Yesus memberikan teladan sikap belas kasih, ketika berhadapan dengan situasi

kemiskinan jemaat-Nya, karena misi Yesus Kristus ke dunia adalah membebaskan

dan menyelamatkan manusia, seperti yang dinyatakan dalam Injil Lukas 4:18-19,

sebagai berikut, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk

menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku

untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi

orang-orang buta, untuk membebaskan orang tertindas, untuk memberitakan bahwa

tahun rahmat Tuhan sudah datang.”

Allah yang berbelas kasih itu nyata dalam diri Yesus Kristus yang juga berbela

rasa terhadap perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:25-34), terhadap lima ribu

orang yang lapar (Mrk. 6:34), terhadap perempuan Siro-Fenisia yang anaknya sakit

(Mrk. 7:24-30), terhadap janda Nain yang anaknya meninggal (Luk. 7:13). Bela rasa

juga tampak dalam diri orang Samaria yang baik hati, yang menolong korban

perampokan (Luk. 10:25-37), yang hendak menunjukkan tentang kemurahan hati

yang melampaui sekat dan batas.24 Maka, Gereja juga diajak untuk melayani tanpa

membeda-bedakan, sehingga kehadiran Gereja sungguh menjadi tanda kasih

24 Krispurwana Cahyadi, Evangelii Gaudium: Dalam Hidup Imam yang Bersaksi dengan Gembira,

Bahan rekoleksi Imam KAS sebagai Persiapan Pembaharuan Janji Imamat dan Pemberkatan Minyak

Krisma, Rumah Retret Syalom dan Griya Asisi Bandungan, 14-15 April 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

keselamatan Allah. Bela rasa adalah sikap utama Allah dalam diri Yesus, dan menjadi

dasar pewartaan dan pemakluman Kerajaan Allah dalam kata, sikap dan tindakan

Yesus.25

Yesus memberikan hidup-Nya sendiri bagi semua, pun bagi musuh-musuh-

Nya, untuk mengubah hati mereka. Dalam salib Kristus, bela rasa Allah memancar

keluar.26 Kematian Kristus mampu menunjukkan bahwa kasih dan bela rasa Allah itu

menghancurkan kematian dan membawa manusia pada keselamatan. Pemberian diri

Kristus secara penuh mengatasi ketakutan manusia dan membuat manusia mampu

untuk mempercayakan diri seutuhnya kepada-Nya. Dalam diri Yesus, Allah secara

definitif, membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang penuh belas kasih dan bela rasa.

Yesus menempatkan bela rasa dan kerahiman sebagai pusat misteri Paskah, sekaligus

sebagai peristiwa yang menghadirkan rahmat bagi umat kristiani.

2.1.1.3 Yesus Kristus: Model Solidaritas Gereja kepada Sesama yang Lemah

dan Miskin

Keberpihakan Gereja kepada sesama yang lemah dan miskin, adalah kelanjutan

sikap Yesus. Dalam setiap karya-Nya, Yesus mengutamakan pelayanan kepada yang

lemah, sakit dan miskin. Yesus memprioritaskan mereka dalam karya pewartaan dan

karya kasih dengan semangat solidaritas. Maka, bentuk-bentuk solidaritas kepada

25 F.A. Teguh Santosa, Y. Edi Mulyono, Kerja Wujud Belarasa Kristiani, 31. 26 Lumen Fidei (LF), art. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

sesama yang lemah dan miskin ini, berpangkal dan berpusat kepada sikap Yesus

sendiri, serta kesediaan kita sebagai murid-murid Kristus untuk mengikuti-Nya.

2.1.1.3.1 Yesus Kristus sebagai Model Solidaritas

Gereja mengikuti Yesus Kristus sebagai model dalam menjalankan karya

pelayanan terhadap orang yang kecil, lemah, miskin dan menderita. Yesus Kristus

mengutus para murid dan membekali mereka dengan karunia-karunia yang

dibutuhkan (Mat. 10:1), sehingga para murid dapat bekerja sama dan saling

membantu sebagai mitra untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan

Allah dalam Kitab Suci selalu berkaitan dengan orang-orang yang kecil, lemah,

miskin dan menderita, bahkan disebutkan bahwa mereka ini adalah ‘empunya

Kerajaan Allah’ (Luk. 6:20).27 Keberadaan Gereja sebagai pelayan Kerajaan Allah

bagi orang kecil, lemah, miskin dan menderita menjadi jaminan bagi mereka untuk

memperoleh kehidupan yang lebih baik (Mrk. 6:37).28

Mengikuti Yesus Kristus berarti mengikuti jejak-Nya ke dalam inti terdalam

pengalaman salib, perwujudan kasih yang radikal. Injil Yohanes 3:16, menuliskan

demikian, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah

mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-

Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Bersama Yesus Kristus,

27 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 56. 28 E. Martasudjita, Mencintai Yesus Kristus, 80.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata, karena Allah yang hadir dalam

diri Yesus Kristus merupakan Allah yang solider dengan kehidupan manusia. Allah

telah memilih untuk hadir di tengah hiruk pikuk kehidupan, berbagi nasib dengan

manusia. Pengalaman inkarnasi merupakan pengalaman Allah yang menjadi manusia,

agar manusia dapat mengambil bagian dalam hidup Allah, yang mau terlibat dalam

perjuangan dan keprihatinan manusia.29

Allah menghendaki agar manusia mengambil inisiatif dan bertindak proaktif

untuk memihak orang miskin dan mengupayakan berbagai macam hal: peduli, solider

dan membantu orang miskin mengatasi kesulitan hidupnya. Gereja dipanggil

meneladan Yesus Kristus, yang ‘…menyampaikan kabar baik kepada orang-orang

miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan membebaskan

orang-orang tertindas (Luk. 4:18-19)’.30 Realitas Yesus Kristus, dengan demikian

adalah realitas Allah yang berpihak, dan dengan demikian, Gereja yang hendak

menjadi bagian dari Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia, harus menjadi

Gereja ‘yang berpihak’. Gereja menemukan kekuatan dan motif karya pelayanan

dalam realitas salib. Salib merupakan ‘aksi’ solidaritas Allah pada penderitaan

manusia. Yesus Kristus lewat salib memenuhi janji Allah untuk menyelamatkan

manusia di dunia. Dengan ketaatanNya, Yesus Kristus melaksanakan penebusan.31

29 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat,145. 30 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, 69. 31 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

2.1.1.3.2 Solidaritas Murid-murid Kristus

Iman kepada Yesus Kristus yang telah menjadi miskin, dan selalu dekat dengan

‘kaum miskin’, merupakan dasar kepedulian dan solidaritas terhadap mereka yang

berkekurangan di tengah masyarakat. Masing-masing orang dan komunitas Kristiani

dipanggil menjadi sarana Allah bagi perjuangan dan pembebasan kaum miskin, serta

membantu mereka antara lain, lewat karya amal kasih. Melakukan amal kasih sudah

dipandang selalu sebagai ciri khas murid Kristus (Luk. 10:37). Karya amal kasih

perlu dilakukan sebagai tanggapan atas penderitaan dunia dewasa ini (GS art. 1). Para

murid Kristus dipanggil untuk ikut mengalami suka duka hidup sesama mereka

dengan peduli terhadap penderitaan sesama. Dibutuhkan penghiburan kasih,

persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan yang ada dalam Kristus (Flp. 2:1),

sehingga ada kepekaan untuk tolong-menolong menanggung beban dan dengan

demikian memenuhi ‘hukum Kristus (Gal. 6:2)’.32

Solidaritas merupakan reaksi yang tepat dari mereka yang mengetahui fungsi

sosial dari harta milik dan tujuan universal dari barang-barang. Solidaritas semestinya

dihidupi sebagai keputusan untuk memulihkan yang menjadi milik dan hak orang

miskin. Sikap solider mewujud-nyata dalam kesediaan untuk bekerja sama dan

gotong royong menyelesaikan masalah yang merundung orang miskin. Nilai

solidaritas inilah yang semakin mendesak untuk diwujudkan dalam konteks dunia

sekarang ini. Penghargaan terhadap martabat manusia dapat mendorong masyarakat

32 J. Fuellenbach, Church: Community for the Kingdom, (Manila: Logos Publications, 2004), 174.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

menuju kesejahteraan bersama, dengan mengamalkan prinsip solidaritas. Gereja

sebagai umat Allah dan ‘sakramen keselamatan’ diwujudkan dalam komunitas

persaudaraan yang ditandai dengan semangat kesatuan dan kasih persaudaraan. Iman

hendaknya menjadi motivasi dasar bagi seorang beriman memperhatikan

sesamanya.33

2.1.1.4 Solidaritas dalam Gereja Perdana

Kisah Para Rasul berbicara tentang solidaritas dalam gambaran ideal, yaitu

kelompok ‘Gereja Perdana’, yang memiliki semangat berbagi secara sungguh-

sungguh. Dua teks dari Kisah Para Rasul, yaitu Kis. 2:42-47 dan Kis. 4:32-35

melukiskan gambaran ideal jemaat Kristen, yaitu jemaat yang bersatu dan dicirikan

oleh kesediaan untuk bersolider kepada sesama dengan cara ‘menjual dan

membagikan harta milik’ bagi kepentingan bersama. Menurut Kis. 2:42-47, semangat

itu muncul karena Roh Kudus yang hadir pada hari Pentakosta. Meski jemaat harus

berjuang soal ‘semangat berbagi’ dalam hal-hal duniawi, namun setidaknya ada

petunjuk bahwa semangat berbagi ini sudah ‘dipraktekkan’ oleh Jemaat Gereja

Perdana34.

Kotbah Petrus sesudah hari Pentakosta membawa orang-orang bertanya:

“Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara? (Kis. 2:37)” Mereka yang

33 J. Fuellenbach, Church: Community for the Kingdom, 177-178. 34 Indra Sanjaya, Semangat Berbagi dalam Gereja Perdana: Sebuah Tinjauan Alkitabiah, Panitia Buku

Kenangan KEK I KAS GMKA 27-29 Juni 2008, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan, 17-19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

mendengarkan pewartaan Petrus kemudian menyerahkan diri untuk dibaptis, dan

membentuk komunitas Kristen yang pertama. Kebiasaan yang dilakukan dalam

komunitas ini adalah bertekun dalam pengajaran para rasul, dan hidup dalam

persekutuan (koinonia). Mereka juga memecahkan roti dan berdoa. Dalam Kis. 2:44-

45, diungkapkan bahwa kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan bahwa

selalu ada orang yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya untuk

kepentingan bersama.35

Solidaritas dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah

rencana keselamatan Allah, sebagaimana terwujud ketika mengutus Yesus Kristus.

Solidaritas itu terus dihidupi dan memunculkan dimensi relasi timbal balik dan

berjalan dua arah. Masing-masing saling memberi dalam kerangka kasih

persaudaraan. Dalam arti positif, dibutuhkan keterbukaan iman dari dua pihak dalam

mengembangkan relasi sehingga keduanya saling merasakan kedekatan. Tindakan

inilah yang menjadi sarana bagi sesama yang hendak mewujudkan misteri

keselamatan Allah.

2.1.2 Solidaritas dalam Dokumen Konsili Vatikan II

Dokumen Konsili Vatikan II yang berbicara tentang keterlibatan Gereja dalam

masalah sosial adalah Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (GS). Konstitusi pastoral,

tentu berbeda dengan konstitusi dogmatis, karena konstitusi pastoral lebih memuat

35 Indra Sanjaya, Semangat Berbagi dalam Gereja Perdana: Sebuah Tinjauan Alkitabiah, 20-21.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

hal-hal yang perlu dihayati dan dijalankan, sedangkan konstitusi dogmatis lebih

banyak memuat hal tentang sesuatu yang diimani. Gaudium et Spes, membahas

masalah-masalah dalam masyarakat yang lebih luas, dan membukanya dengan

pembicaraan tentang ‘tanda-tanda jaman’.36 Dalam Gaudium et Spes art. 1 dituliskan

demikian:

Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang jaman

sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita,

merupakan kegembiraan dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada

sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka.

Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang yang dipersatukan

dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus, dalam peziarahan mereka

menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk

disampaikan kepada semua orang.

Gereja sebagai bagian integral dalam masyarakat dunia perlu membangun

solidaritas dengan masyarakat itu sendiri, karena Gereja dipanggil bukan untuk

menjadi kelompok yang eksklusif, melainkan menjadi tanda dan sarana keselamatan

Allah. Gereja berusaha mendorong seluruh umat beriman untuk berperan aktif dalam

menyelesaikan masalah-masalah sosial.37 Umat Allah diharapkan untuk

mengusahakan terwujudnya kesejahteraan umum (GS art. 30), ikut serta dalam

paguyuban-paguyuban sosial (GS art. 31), bahkan dengan merelakan harta milik

pribadi dalam gerak amal-kasih sebagai anggota masyarakat (GS art. 72). Gereja juga

harus ‘sungguh mendunia’, tidak terpaku pada gerak ke dalam, tetapi membuka diri

36 Kunarwoko, Pijar Vatikan II: Renungan Kecil 50 tahun Konsili Vatikan II, (Yogyakarta: Kanisius,

2013), 95. 37 Michael Schulteis, Ed P. de Berri, Peter Henriot, Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, (Yogyakarta:

Kanisius, 1988), 29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

pada dunia yang luas, terlebih bagi mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir,

sehingga menampakkan diri sebagai ‘Gereja kaum miskin’.

Cita-cita tentang ‘Gereja kaum miskin’ mendapat peneguhan pada Konsili

Vatikan II, yang dalam Gaudium et Spes, dijelaskan bahwa kemiskinan bukan sesuatu

yang harus ditanggung dengan sabar demi kebahagiaan di akhirat, melainkan sebagai

sesuatu yang harus diatasi dengan usaha-usaha perkembangan (GS art. 65).

Kemiskinan merupakan gejala ‘ketidakmerataan’, bahkan ‘ketidakadilan’ di dalam

masyarakat (GS art. 63). Konsili juga melihat adanya hubungan antara kemiskinan

dan ketidakadilan, sehingga selalu ada usaha untuk membuat keadaan menjadi ‘sama

rata’ dan ‘adil’ karena maksud Allah adalah supaya kekayaan dunia ditujukan bagi

semua orang (GS art. 69).38

2.1.3 Solidaritas dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) Pasca Konsili Vatikan II

Dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG), solidaritas bukan sekedar rasa belas kasih

yang samar-samar atau rasa sedih yang dangkal karena nasib buruk sekian banyak

orang dekat maupun jauh. Solidaritas adalah tekad yang teguh dan tabah untuk

membaktikan diri kepada kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan semua orang dan

setiap perorangan, karena kita ini semua sungguh bertanggung jawab atas semua

38 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2010),

225.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

orang39. Di setiap masyarakat, solidaritas sungguh dilaksanakan, bila para warganya

saling mengakui sebagai pribadi. Mereka yang memiliki pengaruh lebih besar

terhadap harta benda maupun jasa umum, hendaklah merasa bertanggungjawab atas

mereka yang lebih lemah, dan bersedia berbagi segala milik kepunyaan. Di pihak

lain, mereka yang lemah, dalam semangat solidaritas juga, janganlah mengenakan

sikap yang pasif belaka, sementara menghendaki hak-hak yang sah, juga berusaha

sedapat mungkin demi kesejahteraan semua orang.40

Prinsip solidaritas secara umum, juga dipahami sebagai prinsip hidup untuk

saling membantu antara yang lemah dan yang kuat, yang kaya dan yang miskin, agar

terwujud suatu kehidupan yang lebih baik.41 Prinsip ini muncul dari hakikat sosial

sebagai makhluk yang secara radikal saling tergantung satu sama lain, dan dari paham

kesejahteraan manusia.42 Solidaritas itu hendaklah memungkinkan setiap orang

menjadi pelaksana bagi nasib masing-masing, relasi yang dibangun hendaknya

berlandaskan sikap saling menghormati, persahabatan dan kerja sama yang saling

menguntungkan.43 Manusia memiliki kewajiban yang konkret dan mengikat untuk

membantu sesama, bahkan ketika sesama yang dimaksud secara formal dan eksplisit

tidak berhak mendapatkan bantuan dan dukungan tersebut.44

39 Sollicitudo Rei Socialis (SRS) no. 38. 40 SRS no. 39. 41 Konsorsium Sosialisasi Ajaran Sosial Gereja, Sosialisasi Ajaran Sosial Gereja, Pergumulan

Kesadaran Sosial Menuju Gereja yang Berkeadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 28. 42 Hari Juliawan dan Mintara Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, (Jakarta: Komisi

PSE KWI, 2012), 36. 43 Robert Hardawiryana, Cara Baru Menggereja di Indonesia 3: Umat Kristiani Awam Masa Kini

Berevangelisasi Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 142. 44 Hari Juliawan dan Mintara Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, 37.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Solidaritas Gereja terutama tampak dalam keberpihakan kepada kaum miskin.

Orang miskin, dalam arti rohani, yaitu orang yang kehilangan kekudusan, kedamaian

dan cinta kasih. Orang miskin dalam arti jasmani, yaitu orang yang kurang dapat

memenuhi kebutuhan dasar.45 Mereka adalah para petani miskin, para buruh pabrik,

penduduk marginal, anak-anak terlantar, kaum jompo dan mereka semua yang

dimiskinkan dan diperlakukan tidak adil.46 Dan pada akhirnya, Gereja memandang

bahwa pelayanan sosial adalah sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja di dunia,

seperti yang diungkapkan oleh Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Deus Caritas

Est47, bahwa prinsip solidaritas adalah bagian dari karya amal kasih, yang merupakan

hal paling mendasar dalam tugas perutusan Gereja di dunia.

Dengan demikian solidaritas dalam ASG adalah partisipasi anggota Gereja

kepada sesama yang miskin, yang menjadi bentuk kepedulian dan keterlibatan

sebagai umat beriman. Partisipasi ini secara konkret terwujud dalam orientasinya

pada tindakan-tindakan praksis yang menyentuh realitas kehidupan. Tindakan ini

bersumber dari refleksi atas situasi yang terjadi dalam masyarakat, yang bertolak dari

perjuangan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan harapan

untuk memperoleh kehidupan yang layak.48

45 Bambang Sudibyo, Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan, dalam Kemiskinan dan Kesenjangan di

Indonesia, (Yogyakarta: Aditya Media, 1995), 11. 46 Ricardo Antonich, Iman dan Keadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 25. 47 Deus Caritas Est (Allah adalah Kasih), adalah ensiklik yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI, dan

dipromulgasikan pada 25 Januari 2006, yang menerangkan konsep tentang cinta ‘eros’, kasih ‘agape’,

‘logos’ (firman), dan hubungan-hubungannya masing-masing dengan pengajaran Yesus Kristus.

Ensiklik ini diterbitkan dalam 8 (delapan) bahasa yaitu: Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Latin,

Polandia, Portugis dan Spanyol. 48 Michael Schulteis, Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

2.1.4 ‘Gereja Berpihak kepada Orang Miskin’: Solidaritas menurut Evangelii

Gaudium

Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, mengajak untuk memaknai kata

‘evangelium’ sebagai bagian substantif dari pribadi Yesus sendiri. Dijelaskan bahwa

evangelium dalam bahasa Romawi, berarti amanat yang diberikan oleh kaisar, entah

itu menggembirakan atau tidak, namun selalu mengandung unsur keselamatan dan

perubahan ke arah hidup yang lebih baik. Yesus, yang adalah wujud solidaritas Allah

yang konkret, juga datang sebagai evangelium, yang mengajar, bukan melulu secara

informatif, tapi juga secara performatif-transformatif, karena ajarannya selalu berupa

teladan nyata dan berdaya guna yang masuk ke dunia untuk menyelamatkan dan

memperbaharui.49

Dalam kerangka usaha untuk ber-solidaritas kepada sesama yang lemah dan

miskin, maka solidaritas itu adalah perwujudan konkret dari evangelium, yang

menyingkapkan perjumpaan Gereja dan Allah sendiri. Evangelii Gaudium (EG) art.

198 mengajak untuk mengakui daya penyelamatan yang bekerja dalam hidup sesama

yang lemah dan miskin, dan menaruh mereka dalam pusat peziarahan Gereja:

“…Gereja dipanggil untuk menemukan Kristus di dalam diri orang miskin, untuk

meminjam suara kita bagi perkara-perkara mereka, tetapi juga menjadi sahabat-

49 Evangelii Gaudium (EG) no. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

sahabat mereka, mendengarkan mereka, memahami mereka, dan menerima hikmat

tersembunyi yang ingin disampaikan Allah kepada kita melalui mereka.”50

Yesus sendiri me-relevasi-kan diri melalui orang miskin, dan mengindentifikasi

diri-Nya melalui mereka: “[…]they represent for you the person of Our Lord, who

said: ‘Whatever you do for one of these, the least of my brethren, I will consider it as

done to me…”51 Karena menurut Evangelii Gaudium, sesama yang lemah dan miskin

ini memiliki banyak hal yang diajarkan kepada kita, karena mereka tidak hanya

berbagi sensus fidei, tetapi dalam kesulitan-kesulitan mereka, juga mengenalkan

Kristus yang menderita.52 Sesama yang lemah dan miskin, sejatinya membawa

transformasi hidup bagi kita, karena Yesus yang hadir dalam diri mereka, menjadi

sebuah evangelium, yang terus menerus memperbaharui hidup kita. Maka, solidaritas

yang dikehendaki dalam Evangelii Gaudium, adalah bahwa keberpihakan kepada

sesama yang lemah dan miskin ini menjadi cara yang paling tepat bagi Gereja untuk

mengikuti sikap Yesus dalam realitas konkret zaman ini, yang juga ditentukan dari

cara setiap orang memahami Injil sebagai sabda Allah dan evangelium.53 Gereja

memperhitungkan orang miskin, agar terlibat dalam realitas jalinan persahabatan dan

50 EG no. 198. 51 “[…]mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: ‘Apapun yang kau lakukan untuk

saudaraku ini, maka Aku akan menganggapnya sebagai sesuatu yang dilakukan untukku..” Robert

Maloney, A Contemporary Spirituality in the Service of the Poor, (USA: New City Press, 1992), 26. 52 EG no. 198. 53 EG no. 152.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

persaudaraan sebagai sesama manusia, karena orang miskin pun adalah bagian utuh

dari realitas sosial masyarakat manusia.54

2.1.5 Solidaritas dalam Dokumen FABC (Federation of Asian Bishops’

Conferences)

Gereja di Asia adalah gereja yang ‘berjumpa’ dengan konteks yang unik,

sehingga menekankan triple dialogue, yaitu usaha dialog pada tiga realitas utama di

Asia, yaitu realitas agama dan kepercayaan, realitas kemiskinan dan realitas

keberagaman budaya. Usaha dialog ini, selain untuk menjaga keharmonisan hidup

bersama, namun juga untuk mengenali bimbingan Roh Kudus yang tidak hanya

bekerja di dalam Gereja.55 Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC)56,

menekankan bahwa Gereja hadir di tengah masyarakat Asia untuk melayani dan

menjadi bagian dari pergulatan masyarakat Asia dalam mewujudkan kehidupan yang

lebih baik. Dalam sidang FABC V di Bandung tahun 1990, dirumuskan tentang sikap

Gereja Asia untuk membangun solidaritas dan sikap bela rasa (compassion), seperti

Orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37), terutama bagi mereka yang lemah,

miskin dan tersingkir.

54 EG no. 158. 55 Peter C. Phan, In Our Own Tonguers, (Maryknoll: Orbis Book, 2003), 13-14. 56 FABC merupakan Federasi Konferensi Uskup-uskup Asia, yang memiliki kantor sekretariat di

Hongkong. Pada tanggal 16 November 1972, secara resmi berdiri dan mendapat persetujuan dari Tahta

Suci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Kepedulian kepada orang miskin didasarkan pada realita bahwa 80 % penduduk

Asia tergolong kepada orang yang lemah dan miskin, maka harapan FABC adalah

bahwa Gereja-gereja Asia sungguh menjadi ‘Gereja orang miskin’. Keberpihakan

inilah yang menjadi wujud nyata solidaritas dalam mengutamakan cinta kasih kepada

orang yang lemah dan miskin, maka titik pijak pastoral Gereja di Asia adalah

pembelaan terhadap orang yang lemah dan miskin, menentang segala bentuk

ketidakadilan, dan terus memberikan kesaksian akan nilai-nilai kristiani kepada

semua orang. Gereja di Asia memuat perutusan yaitu misi pewartaan, dialog dan

perjuangan nilai kemanusiaan, sehingga Gereja mampu terlibat secara nyata dalam

membangun kehidupan yang baik, yaitu kehidupan yang semakin menampakkan

karya keselamatan Allah.57

Gereja Asia menjadikan pewartaan dan perwujudan Kerajaan Allah di dunia

sebagai arah dan panggilan perutusan, sehingga bukan angka baptisan yang hendak

ditekankan, namun usaha untuk membangun kehidupan, serta menjadi bagian dari

pergumulan umat manusia di tengah realitas hidup sehari-hari. Kerajaan Allah

menjadi sedemikian nyata, jika setiap orang dalam keterbukaan akan misteri ilahi,

bersedia memberikan kasih dan pelayanan bagi sesama.58 Gereja Asia tidak terutama

bekerja untuk kaum miskin, sebagai lembaga penderma, melainkan bekerja sama

kaum miskin, ikut mengalami kehidupan dan aspirasi mereka, memahami

keputusasaan dan harapan mereka, dan berjalan menyertai mereka dalam usaha

57 Krispurwana Cahyadi, Pastoral Gereja: Paroki dalam Membangun Gereja yang Hidup,

(Yogyakarta: Kanisius, 2010), 36. 58 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 202.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

mencari kemanusiaan yang otentik dalam Kristus. Dengan memberikan ketegasan

tersebut, Gereja di Asia mengulangi komitmennya untuk menjadi ‘gereja orang

miskin’.59

2.1.6 Solidaritas dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta

(KAJ)60

Dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta sejak 2011, selalu ada

harapan dan usaha bahwa umat di KAJ terus berkembang dalam iman, semakin

bersaudara dan semakin berbela rasa. Tiga kata kunci ini tidak bisa dipisahkan satu

sama lain. Ciri orang yang sungguh beriman adalah tergerak untuk membangun

persaudaraan sejati. Indikator dari persaudaraan sejati adalah tumbuhnya semangat

berbela rasa atau bersolidaritas. Ketiganya berkaitan satu sama lain, lingkar-

melingkar, berulang terus, semakin kuat dan semakin mendalam, sehingga dengan

demikian, Gereja KAJ akan menjadi Gereja yang semakin hidup. Salah satu pilar

Gereja yang hidup, seperti yang dikatakan dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah

Gereja yang menjunjung tinggi kehidupan, khususnya kehidupan manusia.

Menjunjung tinggi kehidupan, berarti termasuk mengembangkan sikap hormat

terhadap martabat manusia, dan membangun kebaikan bersama. Kebaikan bersama

59 Eddy Kristiyanto (ed), Spiritualitas Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2010),

224. 60 Subbab ini disarikan dari sambutan Mgr. Ignatius Suharyo dalam Rekoleksi Para Rasul (Pengurus)

BKSY, 14-15 Maret 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

adalah kebaikan yang bukan sekedar kebaikan untuk diri sendiri, kebaikan keluarga

sendiri, kebaikan paroki sendiri, apalagi kebaikan untuk kelompok sendiri, tetapi

kebaikan bersama sebagai warga Gereja dan masyarakat.

Bela rasa dan solidaritas dalam bentuk apa pun, dan kesetiakawanan sehebat

apa pun, tetap saja ada sesama yang ‘kurang beruntung’. Maka, Gereja mesti

memberikan perhatian lebih kepada sesama yang ‘kurang beruntung’ ini, dalam arti

apa pun, termasuk dalam hal kesehatan, sampai pada akhir hidupnya dapat dihormati

martabatnya sebagai manusia dan satu citra dengan Allah. Ajaran Sosial Gereja

bukan pertama-tama ajarannya, tetapi semangat yang mesti diwujudkan di dalam

gerakan dan tindakan yang nyata. Dalam pertanyaan yang sederhana: “Apa yang

sudah dilakukan supaya lingkungan, entah secara sempit atau luas, secara nasional

atau regional; dapat semakin manusiawi?” Dengan lingkungan hidup semakin

manusiawi, maka hidup juga semakin kristiani. Jawaban untuk pertanyaan di atas,

membutuhkan dua syarat, yaitu kompetensi etis bela rasa, dan kompetensi etis kerja

sama.

Kompetensi etis bela rasa, bukan sekedar kompetensi etis berdasarkan

keterampilan, melainkan rasa atau sense, yang dibutuhkan supaya hidup menjadi

lebih manusiawi. Kalau melihat penderitaan orang lain, reaksi orang bisa bermacam-

macam. Ada yang akan mengatakan, ‘Itu salah sendiri’, atau ‘Dia tidak berusaha’,

lalu pergi begitu saja. Penyebabnya jelas, yaitu karena orang tersebut tidak memiliki

kompetensi etis. Orang yang memiliki kompetensi etis, tentu akan segera melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

usaha, bukan sekedar memikirkan, supaya orang menderita dapat mendapatkan

kebutuhannya, dan lebih luas lagi, supaya kehidupan menjadi lebih baik. Kompetensi

etis kerja sama, membutuhkan latihan, pengorbanan dan hati yang lapang. Jadi bukan

sekedar saya mengusahakan sesuatu, tapi saya dan orang lain mengusahakan sesuatu.

Permasalahan yang timbul kadang besar dan kompleks, sehingga tidak cukup kalau

dipikirkan sendiri.

2.2 Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)

Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah singkatan dari

‘BERbelarasa dalam Kematian dan KeseHATan’ Santo Yusup. BKSY menjadi salah

satu program dan gerakan untuk peduli, berbela rasa dan berbagi yang kemudian

diangkat menjadi program dan gerakan milik Keuskupan Agung Jakarta. Gerakan

bela rasa ini juga memiliki ‘prospek’ untuk dilaksanakan di keuskupan-keuskupan

lain serta dalam komunitas-komunitas kristiani di seluruh Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

2.2.1 Sejarah Pendirian Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Keterlibatan

PaLingSah61

Pada tahun 2009, Mgr. Ignatius Suharyo, terpilih untuk mengemban tugas

sebagai Uskup Coajutor62 Keuskupan Agung Jakarta, dan kemudian menggantikan

Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ sejak 28 Juni 2010. Sebagai bentuk dukungan

kepada Uskup Agung Jakarta ini, sejumlah ‘sahabat’ Uskup yang tergabung dalam

kelompok alumni Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan, sering mengundang

Uskup untuk berkumpul di rumah-rumah anggota secara bergiliran. Setiap kali

pertemuan alumni, diawali dengan Perayaan Ekaristi, dilanjutkan dengan ramah

tamah atau diskusi dengan tema-tema aktual dengan mengundang pembicara yang

berkompeten berkaitan dengan tema-tema tersebut. Kelompok alumni tersebut pada

akhirnya, menamakan diri ‘Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius Suharyo’,

yang disingkat dengan PaLingSah. Pertemuan diadakan secara rutin 2-3 kali setahun.

Dalam salah satu kesempatan pertemuan alumni tahun 2011, Uskup bertanya:

“Apakah yang dapat kalian sumbangkan secara nyata untuk pelayanan pastoral di

keuskupan ini (Keuskupan Agung Jakarta)?” Pertanyaan ini berangkat dari

keprihatinan Uskup dalam pelayanan pastoral di bidang pendidikan dan kesehatan.

61 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Januari

2015, 14. 62 Uskup Coajutor adalah uskup yang akan menggantikan uskup lain di suatu keuskupan, namun uskup

yang akan digantikan tersebut belum resmi mengundurkan diri atau meninggal, biasanya karena

pensiun. Hal ini seperti yang tertulis dalam kan. 403 Kitab Hukum Kanonik, tentang penunjukan uskup

auksilier dan uskup coajutor dalam situasi khusus. Mgr. Ignatius Suharyo ditunjuk Tahta Suci untuk

menggantikan Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ yang mengundurkan diri atau pensiun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Pada saat itu, program ‘Ayo Sekolah, Ayo Kuliah (ASAK)’ sudah digulirkan oleh

sejumlah paroki, yang menjadi jawaban iman terhadap permasalahan keluarga-

keluarga Katolik yang tidak mampu membiaya pendidikan anak-anaknya. Kelompok

PaLingSah lantas memikirkan program konkret serupa, yang dapat menjadi sarana

untuk peduli, berbela rasa, dan berbagi antar umat, khususnya mereka yang kecil,

lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Inilah gagasan awal berdirinya

BKSY.

Salah satu keprihatinan yang dirasakan pada saat itu, adalah semakin mahalnya

biaya pemakaman dari tahun ke tahun. Dana sebesar Rp. 2.500.000 sampai Rp.

3.000.000 dirasa sudah tidak mencukupi lagi. Di paroki-paroki, sudah ada usaha

untuk mengumpulkan dana untuk kematian oleh Seksi St. Yusup atau

‘pangruktilaya’. Iurannya bervariasi, rata-rata Rp. 5.000 per keluarga per bulan,

dengan jumlah santunan atau bantuan sebesar Rp. 2.500.000 sampai Rp. 3.000.000

untuk uang duka dan biaya pemakaman. Namun, karena biaya pemakaman semakin

mahal, maka muncullah gagasan untuk membuat program bersama yang hendak

melengkapi Seksi St. Yusup. Setelah melalui pertimbangan yang masak dan proses

yang cukup panjang, hampir sekitar 2 tahun, akhirnya jawaban konkret atas masalah

biaya rawat inap dan biaya pemakaman ini ditanggapi dengan peluncuran/launching

gerakan belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY), yang ditetapkan juga sebagai

gerakan belarasa Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) oleh Mgr. Ignatius Suharyo.

Peluncuran ini ditandai dengan Perayaan Ekaristi pada 30 November 2013 di Aula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Katedral Jakarta, dan dihadiri oleh wakil dari seluruh paroki di Keuskupan Agung

Jakarta.

2.2.2 ‘Spiritualitas’ Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)

Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah usaha untuk terlibat

dalam usaha membangun pilar Gereja yang hidup yaitu menjunjung tinggi kehidupan,

menghargai martabat manusia, mengembangkan bela rasa, dan kebaikan bersama

serta perhatian lebih kepada sesama yang kurang beruntung. Diharapkan dengan ikut

serta dalam gerakan bela rasa BKSY ini, perwujudan iman menjadi sungguh nyata

dengan mewujudkan solidaritas antar umat. Dalam perjalanan waktu, BKSY

senantiasa memiliki semangat dasar atau spiritualitas yang hendak diperjuangkan dan

diwujudkan sehingga usaha untuk mewujudkan iman ini sungguh khas dan lahir dari

kesadaran untuk memberi perhatian kepada sesama yang KLMTD.

2.2.2.1 ‘Hendaklah Kamu Bermurah Hati seperti Bapa-Mu adalah Murah Hati

(Luk. 6:36)’63

Usaha untuk meneladan solidaritas Allah sesuai dengan Injil Lukas 6:36,

“Hendaklah kamu murah hati (berbela rasa) sama seperti Bapamu adalah murah hati

63 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret

2015, 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

(bela rasa)”, menunjukkan bahwa salah satu ciri anak Allah, yang sudah dibaptis

adalah kasih, saling mengasihi dan tidak egois. Anak Allah adalah yang menunjukkan

kepedulian dan bela rasa, seperti Bapa. Kalau Bapa-nya murah hati, tetapi anak-Nya

tidak murah hati, maka patut dipertanyakan dan diperdebatkan tentang status ‘anak

Allah’ tersebut. Maka, usaha untuk meneladan Bapa yang adalah murah hati ini,

diwujudkan dalam kepesertaan anggota BKSY, yang meski menyumbang atau

memberikan iuran yang sangat sedikit atau minim, namun kalau semakin banyak

orang yang ikhlas, maka yang kecil itu akan diberkati oleh Tuhan sehingga

bermanfaat bagi orang lain pula.

Motivasi utama untuk menjadi peserta gerakan bela rasa BKSY adalah untuk

bersyukur kepada Allah atas rahmat serta kebaikan Allah, yang begitu besar dan

melimpah. Allah telah berbela rasa dan bermurah hati terlebih dahulu, yaitu saat

manusia dibelenggu dalam dosa, Allah hadir dalam diri Yesus Kristus, yang

menderita, wafat di salib, dan akhirnya bangkit demi keselamatan manusia. Di dalam

Yesus Kristus, manusia menjadi anak-anak Allah, dan diutus untuk berbagi kasih,

keselamatan dan terang itu kepada sesama. Jadi, walaupun dalam segala keterbatasan

sebagai manusia, BKSY ini hendak mewujudkan iman dalam perbuatan, karena iman

tanpa perbuatan, pada hakikatnya adalah mati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

2.2.2.2 Orang Samaria yang Baik Hati (Luk. 10:33-36)64

Orang Samaria adalah gambaran orang yang rela, ikhlas dan tulus membantu

orang lain yang menderita, tanpa memandang pribadi atau latar belakang yang

dibantu. Teladan Orang Samaria ini pula yang menjadi sumber inspirasi bagi peserta

BKSY dalam mewujudkan solidaritas, karena lingkup kepesertaan yang luas,

meliputi paroki-paroki dalam satu keuskupan, maka bantuan yang diberikan, tidak

pernah diketahui kepada siapa akan ditujukan. Namun, prinsip utamanya adalah

kerelaan, dan keikhlasan untuk membantu orang lain yang menderita, karena pada

dasarnya, BKSY bukan sekedar pelayanan karitatif semata, sehingga umat atau

peserta menerima bantuan saja. BKSY mengedepankan cara berbagi dan berbela rasa

yang dapat dijangkau semua orang, baik yang miskin maupun yang kaya. BKSY

mengarahkan semua orang untuk beriman semakin dewasa, dan sadar akan perutusan

untuk berbagi dan melayani sesama tanpa sekat dan batas.

2.2.2.3 Pending Coffee atau Caffe Sospeso65

Di Napoli, Italia, banyak orang yang kaya, tetapi tidak sedikit orang miskin.

Orang-orang miskin ini, bergantung pada kebaikan orang lain. Untuk bisa membeli

64 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret

2015, 19. 65 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Maret

2015, 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

secangkir kopi saja, menunggu orang yang berbaik hati, yang ‘menyumbangkan’

secangkir kopi di kedai-kedai kopi. Orang yang mampu, akan datang membeli

secangkir kopi, dan membayar lebih dari harga secangkir kopi tersebut. Uang ‘lebih’

dari pembayaran tersebut, yang nantinya akan berguna bagi orang-orang miskin yang

hendak minum secangkir kopi, namun tidak memiliki uang untuk membelinya.

Dalam gerakan bela rasa BKSY ini, orang yang mampu, akan membayar lebih

dari jumlah iuran yang seharusnya, dan kelebihannya digunakan untuk ‘membantu’

peserta lain yang berkeinginan menjadi peserta namun tidak memiliki cukup uang.

Kesadaran ini mulai muncul, ketika disadari bahwa iuran yang ditetapkan bagi

peserta, untuk peserta yang sangat mampu, tentu tidak menjadi beban, dan bahkan

bisa memberikan jumlah yang lebih besar, yang kelebihannya bisa digunakan untuk

membantu peserta lain.

2.2.3 Mekanisme Pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY)

Penekanan utama dari gerakan belarasa BKSY adalah dasar dan motivasi

utama, yaitu berbagi, peduli, berbela rasa dan bersolidaritas bagi sesama yang lemah

dan miskin, namun dalam perwujudannya, chasing dari gerakan ini tetap menjadi

sesuatu yang dipertimbangkan sehingga dasar dan motivasi utama tersebut bisa

tercapai. Dalam perjalanannya, segala sesuatu terus dibenahi dan disempurnakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

sehingga umat beriman semakin terbantu untuk mewujudkan iman dengan ber-

solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.

2.2.3.1 Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) Melengkapi Seksi St.

Yusup66

Mengapa gerakan bela rasa BKSY ini tetap mengambil nama Santo Yusup?

Jawabannya mudah dan sederhana, yaitu karena di paroki-paroki Keuskupan Agung

Jakarta (KAJ) sudah memiliki seksi kematian St. Yusup, dan dengan kehadiran

BKSY ini, Seksi St. Yusup akan dilengkapi dan ‘diangkat’ supaya menjadi lebih

bermakna dan berarti. Bukan sekedar dari segi pendanaan, tetapi wawasan dan

pemahaman tentang solidaritas juga diperdalam. Secara garis besar, perbedaan

mendasar dari gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dan Seksi St. Yusup

adalah sebagai berikut67:

1. Seksi St. Yusup anggotanya adalah umat paroki setempat dengan cara yang

pasif, tanpa mendaftar, dan biasanya ditentukan karena menjadi bagian atau

umat dari lingkungan tertentu dari paroki setempat. Keanggotaan BKSY

bersifat aktif, karena harus mendaftar dengan identitas yang jelas dan lengkap,

serta membayar iuran sebesar Rp. 80.000, per orang, berlaku selama satu

66 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Mei

2015, 19. 67 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP,

Februari 2015, 29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

tahun dan bisa diperpanjang (renewal). Peserta BKSY, pada awalnya

mencakup satu keuskupan, yaitu Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), namun

kemudian mulai mencakup komunitas-komunitas Katolik dan sekolah, serta

beberapa keuskupan, yaitu Keuskupan Padang dan Keuskupan Agung

Semarang (KAS).

2. Iuran Seksi St. Yusup pada umumnya berkisar antara Rp. 5000 sampai Rp.

30.000, per bulan per keluarga. Pengumpulan iuran banyak yang terkendala

karena perpindahan umat, sulit ditagih dan pengelolaan dana masih dilakukan

secara manual. Dana iuran Seksi St. Yusup dikelola sendiri oleh paroki, dan

apabila defisit maka akan ditutup oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi

(SPSE) paroki. Iuran BKSY dikelola oleh pihak ketiga yang berpengalaman

dalam mengelola dana dan sekaligus menjamin resiko defisit, sehingga dana

dikelola secara profesional, dan dijalankan secara online

3. Seksi St. Yusup berfokus untuk melayani umat yang ada di paroki, sedangkan

BKSY memiliki program ‘Pending Coffee’, yaitu umat yang lebih mampu

dan dengan sukarela membantu membayar iuran keanggotaan peserta lain

yang kurang mampu.

4. Rentang usia peserta Seksi St. Yusup tidak terbatas, karena pada dasarnya,

keanggotaannya adalah pasif atau ditentukan oleh orang lain, pengurus dan

paroki. Dalam program BKSY, rentang usia peserta yang dapat diterima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

adalah 15 hari sampai sebelum usia 80 tahun, karena kepesertaan didasari oleh

kesadaran pribadi untuk berbagi kepada orang lain.

5. Administrasi pendaftaran anggota, pencairan dana bantuan dan proses data

anggota Seksi St. Yusup dilakukan secara manual oleh Ketua Lingkungan.

Program BKSY menggunakan sistem basis data komputer dan terhubung

secara online sehingga memudahkan pengisian data serta menjamin

kelengkapan dan keamanan.

Dengan BKSY, semangat, cinta sesama, belarasa, kasih, kepedulian, dan

tolong menolong antar umat se-paroki yang ada pada Seksi St. Yusup, semakin

diperkuat dan diperluas dengan sistem dan struktur sehingga solidaritasnya juga

semakin diperluas karena mencakup satu keuskupan, bahkan lebih luas lagi.

2.2.3.2 Gerakan Bela Rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) Bukan Produk

Asuransi68

Berbeda dengan bentuk pelayanan lain di paroki-paroki, BKSY didukung oleh

pihak ketiga, yaitu perusahaan asuransi. Iuran kepesertaan menjadi terjangkau dan

dana gotong royong peserta BKSY akan dikelola secara profesional, sehingga kapan

pun terjadi pengajuan bantuan, akan selalu tersedia dana bantuan. BKSY adalah

perwujudan solidaritas, maka perusahaan asuransi yang diajak untuk bekerja sama

68 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP,

September 2015, 23.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

adalah perusahaan yang selain kuat dan profesional, juga memahami semangat,

solidaritas dan tujuan BKSY. Dari 11 (sebelas) perusahaan asuransi yang dihubungi

dan ditawari, hanya PT. Asuransi Central Asia yang memahami maksud dan tujuan

BKSY. ACA bersedia mendukung program ini. Komitmen ini ditandai dengan

penandatanganan perjanjian kerja sama antara ACA dan PaLingSah disaksikan oleh

Mgr. Ignatius Suharyo. Selain pengelolaan dana, ACA juga membantu membangun

sistem informasi berbasis web/online. Melalui teknologi internet, pendaftaran peserta

menjadi lebih mudah dan akurat, dan solidaritas umat menjadi diperluas. Solidaritas

umat tidak hanya terjadi antar umat satu paroki, tetapi antar paroki dalam satu

keuskupan, dan bahkan antar keuskupan.

Lantaran bekerja sama dengan perusahaan asuransi, apalagi dalam mekanisme

ada kartu kepesertaan yang menyerupai polis asuransi, tidak mengherankan banyak

umat yang berasumsi bahwa BKSY adalah asuransi, seperti asuransi komersial.

Namun, ditegaskan bahwa BKSY bukanlah asuransi, karena jika ini asuransi, pasti

tidak akan murah dan longgar. Lagi pula, Bapa Uskup, tentu tidak akan setujua jika

BKSY menjadi produk asuransi yang bertujuan mencari keuntungan atau profit.

Apabila BKSY adalah asuransi maka tujuan dan motivasi peserta adalah mencari

keuntungan, sedangkan BKSY bertujuan untuk berbagi, peduli dan berbela rasa,

maka yang perlu terus ditanamkan dalam diri setiap peserta adalah usaha untuk

memberikan sesuatu secara tulus, dan ikhlas kepada sesama yang lemah dan miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Roh dan inti BKSY adalah kasih, semangat berbela rasa, berbagi, solider dan

tolong menolong. Dengan kenyataan bahwa masih banyak orang memikirkan

keuntungan bagi diri sendiri, maka perlu ada ‘revolusi mental’, membutuhkan

pertobatan, dan membutuhkan kesadaran bahwa di dalam Yesus Kristus, setiap orang

diangkat menjadi anak-anak Allah, dan status ini mesti dihidupi dengan semangat

kasih.

2.2.3.3 Pendaftaran dan Kepesertaan69

Untuk dapat menjadi peserta BKSY, ada dua kemungkinan pendaftaran, yaitu

kepesertaan dan pendaftaran berbasis paroki, yaitu melalui ketua lingkungan, yang

Pastor Paroki dan Dewan Parokinya sudah memutuskan untuk melaksanakan gerakan

bela rasa BKSY. Kemungkinan lain, yaitu pendaftaran berbasis kategorial, yaitu

melalui komunitas-komunitas, yang pimpinan komunitasnya sudah memutuskan

untuk melaksanakan gerakan bela rasa BKSY. Secara sederhana, pelaksanaan

gerakan bela rasa BKSY, adalah dengan iuran bela rasa sebesar Rp. 80.000 per tahun

per orang, dan akan mendapatkan bantuan rawat inap sebesar Rp. 100.000 per hari

maksimal 90 hari dalam setahun; dan bantuan pemakaman sebesar Rp. 10.000.000.

Dari pengalaman, tidak sedikit yang merasakan bahwa Rp. 80.000 adalah iuran

yang memberatkan. Kebutuhan sehari-hari, dan berbagai kegiatan, baik di gereja dan

69 Disarikan dari ‘Advertorial Gerakan Belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)’ dalam HIDUP, Juli

2015, 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

masyarakat, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun, apabila dirinci lagi, Rp.

80.000 per tahun sama dengan Rp. 6.700 per bulan, dan jika bersedia menyisihkan

Rp. 500 per hari saja, dalam sebulan akan terkumpul Rp. 15.000. Ini menjadi lebih

ringan dan memungkinkan, karena yang penting adalah ketulusan dan keikhlasan

dalam berbagi. Selain itu, ada banyak umat yang lanjut usia, yang menderita sakit

berat, bahkan mendekati tutup usia, didaftarkan menjadi peserta BKSY. BKSY

sebagai wujud solidaritas, mewajibkan peserta dari usia 15 hari sampai dengan

menjelang 80 tahun, dengan tujuan supaya aspek solidaritas menjadi tampak. Bukan

sekedar mendapatkan keuntungan, karena mampu ‘mengorbankan’ yang tua dan

sakit, untuk mendapatkan dana bantuan.

BKSY juga mengusahakan kepesertaan berdasarkan kesatuan keluarga dan

lingkungan, karena bila direnungkan lebih jauh, pihak atau orang yang akan pertama

kali berbela rasa jika ada saudara yang sakit dan menderita, adalah dari keluarga dan

lingkungan terdekat. Maka, selain kepesertaan BKSY dilakukan per orang, agar

tampak wujud iman yang tidak anonim, karena menampakkan identitas pribadi, juga

dilakukan dalam kesatuan keluarga dan lingkungan, karena di situ tampak aspek

berbagi, berbela rasa, dan peduli dalam lingkup satu keluarga dan komunitas terdekat.

Orang non-Katolik atau non-Kristiani boleh ikut berbela rasa dan mendaftar menjadi

peserta BKSY dengan ketentuan bahwa memiliki hubungan atau keterikatan dengan

keluarga atau komunitas Katolik. Misalnya dalam sebuah keluarga, ada anggota

keluarga, saudara, pembantu, sopir atau pegawai non-Katolik, maka orang tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

bisa dimasukkan menjadi peserta BKSY. Selain itu, kemungkinan lain, jika ada

komunitas-komunitas Katolik yang memiliki pegawai atau karyawan non, Katolik,

maka orang tersebut juga bisa dimasukkan menjadi peserta BKSY.

2.3 Rangkuman

Secara garis besar, bab II memberikan kerangka pemikiran teoritis yang

menjadi dasar tindakan solidaritas Gereja kepada sesama yang lemah dan miskin.

Dasar solidaritas adalah rencana keselamatan Allah, yang terwujud secara konkret

dalam diri Yesus Kristus. Solidaritas Allah kepada orang miskin, melalui inkarnasi

Yesus Kristus menjadi inspirasi utama bagi Gereja untuk membantu sesama yang

lemah dan miskin. Dalam usaha mewujudkan Gereja yang berpihak pada sesama

yang lemah dan miskin, Mgr. Ignatius Suharyo bersama PaLingSah, membentuk

gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dengan tujuan supaya setiap umat

Allah menyadari pentingnya meneruskan karya cinta kasih Allah, dengan memberi

perhatian kepada sesama yang lemah dan miskin. Selain itu, gerakan bela rasa BKSY

ini juga bertujuan supaya hidup beriman umat Allah di Keuskupan Agung Jakarta,

sungguh terwujud dalam tindakan nyata, melalui perbuatan kasih, kepedulian, bela

rasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Dalam hal ini, BKSY menjadi salah satu

sarana untuk mewujudkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

BAB III

METODE, INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN

TERHADAP EFEKTIVITAS GERAKAN BELARASA

BERKHAT SANTO YUSUP (BKSY)

DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA (KAJ)

3.1. Pengantar

Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan tentang makna dan prinsip-prinsip

solidaritas dengan acuan dan terang ajaran Gereja dan Kitab Suci. Selain itu,

penerapannya dalam gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dijelaskan

secara detail dan terperinci. Dengan mengandalkan pemahaman tentang makna dan

prinsip-prinsip solidaritas tersebut, maka di bab III ini, akan dipaparkan tentang

metode dan instrumen penelitian, serta setelahnya akan dipaparkan pula tentang hasil

penelitian, yang meliputi observasi data dan wawancara. Pembahasan tentang metode

dan instrumen penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran informasi tentang

proses penelitian itu sendiri, sedangkan analisis data adalah usaha untuk ‘membaca’

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

atau menafsirkan secara terstruktur data yang sudah dikumpulkan dari proses

penelitian.

3.2. Metode Penelitian Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif, yang menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan

informan atau narasumber.70 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti kondisi objek atau situasi secara alamiah, natural, dan

peneliti sendiri adalah sebagai instrumen kunci. Objek yang alamiah adalah objek apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi saat peneliti memasuki

objek, setelah berada di objek atau berada bersama objek, dan setelah keluar dari

objek, relatif tidak berubah, dan dalam proses penelitian, pengumpulan data tidak

dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan saat penelitian di

lapangan71, yang dibantu dengan berbagai macam instrumen penelitian.

Tema dari penelitian ini adalah tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat

Santo Yusup (BKSY) sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan

miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), dan secara khusus akan menggunakan

metode penelitian kualitatif yang bersifat evaluatif, yang hendak menguraikan dan

memahami dinamika internal berjalannya suatu program atau gerakan. Proses

70 Moeloeng, Dasar Penelitian Kualitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,

(Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta, 2007), 9. 71 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya sebuah

program, yang dalam penelitian ini, deskripsi akan didasarkan pada observasi data

dan wawancara dengan pengurus BKSY, dan di antaranya sudah menerima bantuan,

baik rawat inap maupun kematian. Proses evaluasi ini, dalam proses dan

perkembangannya, bisa dikembangkan, berkesinambungan, luwes dan induktif.72

Dalam penelitian kualitatif, bisa terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah

yang hendak diteliti73, yaitu:

1. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki penelitian itu

tetap atau tidak berubah, sehingga sejak awal sampai akhir

penelitian, keadaannya adalah sama. Dengan demikian, judul

proposal dengan judul laporan penelitian adalah sama.

2. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki proses penelitian

menjadi berkembang, yaitu memperluas dan memperdalam

masalah yang telah disiapkan, diteliti dan diobservasi. Dengan

demikian, tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul

penelitian cukup disempurnakan.

3. Masalah yang dibawa peneliti, setelah memasuki lapangan

berubah total, sehingga harus diganti masalah. Dengan demikian,

judul proposal dengan judul laporan penelitian tidak sama dan

judulnya diganti.

72 Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, diterjemahkan oleh Budi

Puspo Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 31. 73 Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, 31.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah gerakan yang sudah

berlangsung 4 (empat) tahun dan sudah memasuki tahun kelima, dan selama itu, tentu

ada perkembangan, baik perubahan menurun atau meningkat, dan sampai sekarang

masih dijalankan, maka perubahan-perubahan yang ‘signifikan’ akan dicatat.

Harapannya, akan diperoleh data seakurat dan setepat, serta se-update mungkin,

sehingga semakin membantu proses analisis dan pembuatan refleksi teologis.

3.3. Tempat Penelitian

Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) sejak semula diinisiasi dan

dilaksanakan pertama kali di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) karena diprakarsai

sendiri oleh Mgr. Ignatius Suharyo, dibantu Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr.

Ignatius Suharyo (PaLingSah). Maka, tempat untuk mengadakan penelitian, secara

umum, adalah paroki-paroki dan komunitas di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang

sudah menjalankan gerakan bela rasa BKSY. Jumlah paroki yang sudah ikut serta,

berdasarkan data per Juli 2018, adalah 32 paroki, dengan Paroki St. Helena Curug,

sebagai paroki yang paling baru sebagai peserta BKSY. Namun, dalam rangka

melaksanakan penelitian dengan metode kualitatif, secara khusus dengan metode

wawancara mendalam (in-depth interview), maka penelitian akan difokuskan di tiga

paroki sebagai sampel, yang masing-masing paroki akan diambil 7-8 orang sebagai

informan, yaitu peserta yang pernah mendapatkan bantuan berupa dana rawat inap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

maupun kematian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan

tempat atau paroki tempat penelitian, yaitu:

1. Lama keikutsertaan sebuah paroki menjadi peserta BKSY.

2. Susunan demografi/umat paroki, misalnya berdasarkan suku/ras,

usia, pekerjaan, dan lain-lain.

3. Keterlibatan Pastor Paroki dalam mendukung gerakan bela rasa

BKSY ini sebagai gerakan bela rasa milik Keuskupan Agung

Jakarta (KAJ).

4. Data dan grafik kepesertaan dari sebuah paroki.

Maka, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, paroki-paroki

yang dipilih untuk tempat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Paroki St. Matius Bintaro

Paroki St. Matius Bintaro adalah paroki yang termasuk dalam

Dekanat Tangerang.

2. Paroki St. Antonius Bidaracina

Paroki St. Antonius Bidaracina adalah paroki yang termsauk

dalam Dekanat Jakarta Timur.

3. Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B

Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B adalah paroki yang termasuk

dalam Dekanat Jakarta Selatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

3.4. Instrumen Penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian

yaitu instrumen penelitian dan pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuannya.74 Dalam penelitian kualitatif, manusia menjadi

instrumen penelitian utama, karena segala sesuatunya belum pasti, karena masalah,

fokus penelitian, proses penelitian, hipotesis yang digunakan dan bahkan hasil yang

diharapkan, semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Segala sesuatu masih bisa dikembangkan, dan dengan demikian, tidak ada pilihan

lain yaitu peneliti sendiri sebagai satu-satunya alat untuk mencapainya.75

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti berusaha memenuhi apa yang menjadi

ciri-ciri yang harus dimiliki peneliti sebagai instrumen sebuah penelitian kualitatif76:

1. Peneliti peka dan dapat bereaksi terhadap segala bentuk stimulus

dari lingkungan yang harus diperkirakan akan berguna atau tidak

bagi penelitian.

2. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

74 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 60. 75 Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), 14. 76 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 61.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, karena tidak ada instrumen

yang berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan

situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat

dipahami dengan pengetahuan semata, maka untuk memahaminya

peneliti perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan

pengetahuan.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperoleh, dengan menafsirkannya, melahirkan hipotesis dan

segera menentukan arah pengamatan, untuk memverifikasi

hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil

kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat

menggunakan segera sebagai feed-back untuk memperoleh

penegasan, perubahan dan perbaikan.

Dalam penelitian kualitatif, selain peneliti yang berfungsi sebagai instrumen,

dibutuhkan juga panduan wawancara. Panduan wawancara hanya membantu peneliti

dalam membangun percakapan dan pembicaraan dengan informan. Panduan

wawancara dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan namun juga bisa

dalam bentuk tema-tema atau hal-hal pokok yang hendak digali dalam wawancara

dari informan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

3.5. Tahap Penelitian

Tahap penelitian ini terdiri dari dua tahapan yang dilalui oleh peneliti. Tahap

pertama, peneliti melakukan observasi data. Observasi data dilakukan dengan

melakukan analisis data pelaksanaan Berkhat Santo Yusup (BKSY) selama kurun

waktu tahun 2013-2018. Adapun data-data yang dianalisis adalah:

1. Data keseluruhan peserta paroki dan komunitas di Keuskupan

Agung Jakarta (KAJ).

2. Data peserta di masing-masing paroki dan komunitas.

3. Data peserta per tahun (pertambahan dan pembaharuan/renewal

kepesertaan).

4. Data peserta yang memohonkan bantuan sakit dan kematian.

5. Data keuangan keseluruhan paroki dan komunitas di Keuskupan

Agung Jakarta (KAJ).

6. Data keuangan di masing-masing paroki dan komunitas.

Tahap kedua penelitian adalah wawancara mendalam (in depth interview) dari

informan, dengan mengambil sampel 7-8 orang per paroki. Adapun wawancara

dilakukan dalam kurun waktu: 7-29 Juli 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

3.5.1. Tahap Persiapan Penelitian

Tema penelitian ini berangkat dari pengalaman peneliti yang pernah bertugas

pastoral di sekretariat gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) pada Juli 2016

– Juli 2017. Pengalaman selama setahun ini, membawa banyak masukan dan ide,

terutama ide tentang perwujudan solidaritas antar umat yang tidak lagi terbatas dalam

paroki tertentu, namun bisa dilaksanakan dalam satu keuskupan, bahkan antar

keuskupan. Namun, usaha itu bukan tanpa hambatan dan tantangan, dan salah satunya

adalah pemahaman umat yang belum mengerti sungguh tentang makna solidaritas itu

sendiri, dan pemahaman bahwa BKSY adalah benar dan sungguh sebagai program

milik keuskupan. Pelaksanaan gerakan bela rasa ini di paroki-paroki juga tidak mulus

dan tidak semudah seperti yang diharapkan, dan mengacu pada beberapa faktor,

misalnya: peran Pastor Paroki, pemahaman umat tentang solidaritas, dan manajemen

kepengurusan di pusat maupun di masing-masing paroki, yang akan menentukan

tercapai atau tidaknya maksud dan tujuan dari BKSY ini.

Dalam tahap ini, peneliti menentukan hipotesis awal yang akan menjadi acuan

penelitian. Ketiga hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman umat tentang bela rasa dan solidaritas masih lemah

dan kurang mendalam, sehingga memandang BKSY sebagai

produk asuransi dengan premi yang murah atau terjangkau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

2. Peran Pastor Paroki, dalam usaha mengajak umat untuk ikut serta

dalam BKSY sangat penting, karena melalui mereka-lah,

pemahaman dan seruan untuk berbela rasa dan bersolidaritas

disampaikan.

3. Manajemen kepengurusan, baik di sekretariat pusat atau di paroki,

masih didasarkan pada relasi kedekatan atau pengurus bidang

tertentu (St. Yusup Paroki atau PSE), bukan pengurus khusus yang

profesional dan terpercaya.

4. Keikutsertaan dalam gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup

(BKSY) ini, baik sebagai peserta dan atau pengurus, membantu

orang untuk semakin menghayati hidup yang berdaya guna dalam

menggereja dan bermasyarakat.

3.5.2. Menentukan Informan

Setiap peserta BKSY dapat dipilih sebagai informan, namun tidak setiap

orang dapat memberikan informasi yang baik. Informan yang baik adalah orang yang

mudah dan nyaman diajak bicara, yang mampu memahami pertanyaan peneliti

dengan baik, mampu menjelaskan dan memberikan informasi yang diminta maupun

yang tidak diminta tetapi masih dirasakan relevan dengan topik penelitian.77 Maka,

dalam penelitian ini, akan difokuskan pada para peserta BKSY, dari tiga paroki yang

77 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2002), 222.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

sudah dipilih. Namun, sebelumnya, akan dilakukan koordinasi dengan pengurus

BKSY paroki perihal peserta BKSY yang akan menjadi informan, sehingga pada

prosesnya akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Yang selalu diharapkan dari

informan ini adalah bahwa informan dapat menjadi sumber informasi yang penting,

yang bisa dilihat sebagai orang yang memiliki pengetahuan tertentu, dapat

menyampaikan gagasan, dan pandangannya dapat menambah guna serta wawasan

bagi penelitian.

3.5.3. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian sosial, data dapat dikumpulkan lewat berbagai macam cara

dan alat, seperti wawancara, pengamatan, kuesioner, dan skala penelitian. Tiap

metode memiliki kelemahan dan kekuatannya masing-masing. Metode penelitian

yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan observasi data dan wawancara.

Observasi data dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan dengan sistematik,

fenomena-fenomena yang muncul dari data yang ‘dibaca’ atau dianalisis. Wawancara

dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in depth interview) dengan para

peserta BKSY di tiga paroki, yaitu Paroki St. Matius Bintaro, Paroki St. Yohanes

Penginjil Blok B, dan Paroki St. Antonius Bidaracina.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

3.5.3.1. Observasi Data

Observasi data bertujuan untuk menggambarkan program atau gerakan BKSY

ini secara menyeluruh, termasuk proses dan kegiatan yang berlangsung, orang-orang

yang berpartisipasi, dan makna yang timbul dari keikutsertaan dari orang-orang yang

berpartisipasi tersebut. Selain itu, dengan observasi data, dapat dilihat perkembangan

program BKSY ini dari minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, dalam

lingkup satu keuskupan atau di masing-masing paroki dan komunitas. Dari data yang

dianalisis, dapat dilihat ‘fakta’ sementara tentang solidaritas umat beriman kepada

sesama yang lemah dan miskin berdasarkan fakta berupa data-data angka.

3.5.3.2. Wawancara Mendalam

Melakukan wawancara mendalam meliputi usaha untuk menanyakan

pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan merekamnya, kemudian

menindaklanjuti dengan pertanyaan tambahan yang terkait. Tujuan wawancara

mendalam adalah untuk memungkinkan peneliti masuk ke perspektif orang lain.

Dalam melakukan wawancara mendalam, ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan

yaitu:

1. Wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data, bila

peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

diperoleh, maka peneliti sudah mempersiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis sesuai dengan

tema penulis. Dalam wawancara terstruktur, terdapat seperangkat

pertanyaan yang dirangkai dan disusun dengan seksama.

Wawancara terstruktur membuat analisis data menjadi lebih

mudah karena memungkinkan untuk menempatkan setiap jawaban

informan untuk pertanyaan yang sama secara cepat dan untuk

mengorganisasikan pertanyaan dan jawaban yang sama.

2. Wawancara tak terstruktur, yang memberikan kesempatan kepada

informan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan

pendapatnya. Metode wawancara inilah yang akan dipilih peneliti

supaya mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang

informan. Jenis-jenis pertanyaan yang digunakan oleh peneliti

adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, perasaan,

pengetahuan, pendapat dan berkenaan dengan indera dan latar

belakang serta demografi.

3.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, selain observasi yang dilakukan dengan melihat kembali

perkembangan grafik dan data dari keberlangsungan gerakan bela rasa Berkhat Santo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Yusup (BKSY) ini, data yang terpenting diperoleh dengan wawancara mendalam

kepada para informan yang telah ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

yang sudah disampaikan dalam penjelasan di atas. Pada dasarnya telah disiapkan

panduan wawancara, yang berisi butir-butir yang hendak digali melalui setiap

wawancara, namun teknik pengumpulan data dengan wawancara ini akan dilakukan

dalam situasi yang natural dan alami. Informan akan diberi kesempatan yang seluas-

luasnya untuk mengungkapkan pengalaman menjadi peserta BKSY, termasuk

pengalaman-pengalaman lain yang menyertainya, di antaranya pengalaman hidup

sehari-hari dan pengalaman pelayanan. Peneliti hanya akan meminta keterangan lebih

lanjut untuk sejumlah hal yang dirasa penting dan mengarah pada pokok persoalan

yang akan dikaji dalam tulisan ini.

Informan tidak terlalu mendapatkan kesempatan fleksibel dalam

melaksanakan wawancara, karena memang sudah ditentukan waktu dan tempatnya.

Pertimbangannya adalah jarak tempat antara peneliti dan informan, sehingga waktu

yang ada benar-benar dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Namun,

konfirmasi-konfirmasi yang penting berkaitan dengan hasil wawancara dapat terus

dilakukan dengan berbagai macam sarana, yaitu e-mail dan whatsapp, sehingga data

yang diperoleh dalam wawancara menjadi semakin lengkap. Berkaitan dengan

instrumen penelitian, segala macam informasi akan direkam dengan alat perekam.

Alat perekam ini menjadi salah satu instrumen penting dalam hubungannya dengan

teknik pengumpulan data ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

3.5.5. Validasi Data

Validasi data merupakan sebuah proses untuk memperkuat akurasi dan

kredibilitas sebuah data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam konteks penelitian

menggunakan wawancara, pertama-tama, informan menjadi pihak yang utama dalam

proses penelitian. Para informan adalah subjek penelitian dan semangat solidaritas

serta pelaksanaan dari gerakan belarasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah objek

yang akan diteliti. Validasi data hasil wawancara akan dilakukan dengan melihat

kesinambungan antara apa yang diungkapkan oleh informan dengan objek penelitian

yaitu pelaksanaan BKSY. Data atau hasil wawancara yang telah diperolah akan

divalidasi dengan cara mengkoreksikan hasil wawancara yang sekiranya

membutuhkan konfirmasi dan validasi kepada pihak yang bersangkutan dengan hasil

wawancara tersebut.

3.6. Metode Pasca Penelitian

Metode pasca penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dalam melihat

proses penelitian dan pengolahan data. Pada bagian ini dapat ditemukan dua metode

lain, yang dimaksudkan untuk memberi tekanan tentang perbedaan proses

pengelolaan data hasil wawancara. Ada dua proses yang dijalani pasca observasi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

wawancara, yaitu, pengolahan data mentah agar siap untuk dianalisis dan proses

analisis data berdasarkan atas teori-teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.6.1. Metode Pengolahan Data

Setelah dilakukan observasi dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah

mengolah data. Dalam tulisan ini, pengolahan data dilakukan dengan beberapa

langkah, yaitu:

1. Menyiapkan dan mengorganisasi data.78 Hasil observasi dan

rekaman wawancara akan ditranskrip. Karena keterbatasan sarana

untuk mendokumentasikan hasil wawancara, penulis memberikan

kode {…} untuk beberapa percakapan yang tidak dapat didengar

jelas dan tidak terdeteksi maksud pembicaraannya. Mengingat

wawancara berlangsung secara alami, ada juga beberapa

pembicaraan di luar tema wawancara sehingga dalam transkrip

ditemukan juga kode […], di antara percakapan yang terjadi.

2. Mereduksi data dan koding.79 Tidak semua data yang didapat dari

wawancara digunakan dalam proses analisis. Oleh karena itu,

transkrip hasil wawancara yang sudah ada akan dipilah, dan

78 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,

(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2015), 88. 79 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,

92-94.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

informasi-informasi yang didapatkan dari para informan akan

diberi kode dengan tema untuk mempermudah analisis data.

3. Menyajikan data.80 Penyajian data atau transkrip hasil wawancara

dibuat untuk mempermudah dalam membuat rujukan dalam

analisis data. Dalam tulisan ini, data akan disajikan dalam bentuk

verbatim.81 Yang dimaksud dengan verbatim adalah paparan

proses wawancara sebagaimana nyatanya terjadi. Verbatim akan

menyajikan hasil transkrip wawancara ke dalam tabel yang terdiri

dari 4 kolom. Kolom-kolom tersebut adalah baris, pelaku, uraian

wawancara dan tema.

3.6.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam tulisan ini dibedakan dengan metode pengolahan

data, dengan maksud mempermudah untuk memahami proses penulisan saja. Metode

analisis data dilakukan setelah pengolahan data. Metode pengolahan data yang

dimaksud dalam tulisan ini adalah proses yang dijalani dari perolehan data dari

informan sampai dengan disajikan dalam bentuk transkrip dan koding. Kemudian,

80 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif – Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan Penelitian,

95-98. 81 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif – Untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika, --), 166-170.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

metode analisis data merupakan proses pendalaman untuk mencari makna dari data

yang sudah didapatkan.

3.7. Analisis Hasil Penelitian

Setelah memaparkan tentang metodologi penelitian, maka bagian selanjutnya

dari bab ini adalah memaparkan hasil penelitian, yang terbagi dalam dua bagian yaitu

observasi data dan wawancara. Observasi data lebih mengarahkan pada analisis data,

grafik, angka yang ditunjukkan dalam perjalanan BKSY selama empat tahun terakhir,

sedangkan wawancara lebih mengarahkan pada situasi konkret dan real dari para

peserta BKSY yang diambil sampel dari tiga paroki, yaitu: Paroki St. Antonius

Bidaracina, Paroki St. Matius Bintaro dan Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B.

3.7.1. Observasi Data

Observasi data dalam penelitian ini dilakukan untuk membuat panorama

secara menyeluruh dari gerakan bela rasa BKSY, yang terjadi selama kurang lebih

empat tahun perjalanan BKSY dalam bentuk pemaparan data, fakta dan angka.

Aspek-aspek yang dipaparkan antara lain: data kepesertaan keseluruhan, daftar paroki

dan komunitas, dan data penerima bantuan rawat inap serta kematian. Keseluruhan

sumber observasi data ini diambil atas izin dari sekretariat BKSY, yang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

operasional sehari-hari dibantu oleh ACA dan CAR, dengan sistem online, dan

diakses melalui laman: aca-komunitas.co.id. Pengumpulan data tersebut

membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena harus ‘mengekstrak’ data online ke

dalam data-data yang siap saji.

Setelah diluncurkan pada 30 November 2013 sampai sekarang, sudah ada 32

paroki di KAJ yang ambil bagian dalam gerakan bela rasa ini. Selain itu, BKSY juga

memiliki peserta dari komunitas-komunitas dan perusahaan-perusahaan yang dimiliki

oleh orang-orang Katolik. BKSY sudah dijalankan setidaknya di tiga keuskupan.

Selain KAJ, masih ada Keuskupan Padang dan Keuskupan Agung Semarang, meski

untuk keduanya secara administrasi masih ‘menginduk’ di KAJ, dan diberi username

sebagai komunitas. Komunitas-komunitas yang ada terdiri dari: paguyuban karyawan

dan panti asuhan, dan ditambah dua perusahaan, yaitu: PT. Sido Muncul, Tbk dan PT.

Kino Indonesia, Tbk yang mengikutsertakan semua karyawannya. Keputusan itu

dibuat ketika dewan direksi sudah menerima sosialisasi dari tim sekretariat, dengan

motivasi untuk ambil bagian juga dalam karya Bapa Uskup KAJ.

Daftar paroki dan jumlah umat yang sudah mengikuti BKSY di KAJ adalah

sebagai berikut:

Tabel 1: Paroki yang sudah mengikuti BKSY dan jumlah peserta masing-masing paroki

per Desember 2018

No. Nama Paroki Jumlah Peserta Aktif per Des 2018

A. Dekenat Utara (0)

B. Dekenat Pusat (3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga Katedral 423

Paroki Kristus Raja Pejompongan 314

Paroki St. Paskalis Cempaka Putih 83

C. Dekenat Timur (6)

Paroki St. Antonius Bidaracina 601

Paroki St. Aloysius Gonzaga Cijantung 642

Paroki St. Anna Duren Sawit 236

Paroki St. Yoseph Matraman 679

Paroki St. Bonaventura Pulomas 1.403

Paroki St. Gabriel Pulogebang 209

D. Dekenat Selatan (4)

Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B 919

Paroki St. Perawan Maria Ratu 1.092

Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu 695

Paroki St. Fransiskus Asisi 537

E. Dekenat Jakarta Barat I (4)

Paroki St. Maria Bunda Perantara Cideng 153

Paroki St. Petrus dan Paulus Mangga Besar 204

Paroki St. Kristus Salvator 420

Paroki St. Maria de Fatima 294

F. Dekenat Jakarta Barat II (3)

Paroki Trinitas Cengkareng 478

Paroki St. Matias Rasul Kosambi 448

Paroki St. Maria Imakulata 560

G. Dekenat Tangerang (6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Paroki St. Matius Bintaro 1.523

Paroki St. Bernadet Ciledug 422

Paroki St. Barnabas Pamulang 1.514

Paroki St. Helena Curug 275

Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang 775

Paroki St. Maria Regina Bintaro Jaya 210

H. Dekenat Bekasi (5)

Paroki St. Arnoldus Bekasi 252

Paroki St. Leo Agung Jatiwaringin 375

Paroki St. Servatius Kampung Sawah 347

Paroki St. Lubang Buaya Kalvari 358

Paroki St. Bartolomeus Galaxi 1.260

Total (32 Paroki) 17.515

Daftar komunitas yang sudah mengikuti BKSY di KAJ adalah sebagai

berikut:

Tabel 2: Komunitas yang sudah mengikuti BKSY dan jumlah peserta masing-masing

komunitas per Desember 2018

No. Nama Komunitas Jumlah Peserta Aktif per Des 2018

1. PaLingSah Jakarta 104

2. Paguyuban Gembala Utama (PGU) Jakarta 16

3. PGU Semarang dan Tiyang Sekeng 57

4. Guru dan Karyawan Seminari Mertoyudan 1

5. Guru Yos Sudarso 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

6. Karyawan Seminari Kentungan Yogyakarta 25

7. Sesawi Jakarta 34

8. Laetitia Lembaga Daya Dharma 107

9. Komunitas Karyawan KAJ 20

10. Pusat Pastoral KAJ Klender 6

11. Komunitas Yubel 83

12. Komunitas KKBS 52

13. Komunitas PI Semarang 59

14. Komunitas LDD 403

15. Komunitas PSKP Padang 129

16. Komunitas Katolik Alumni STAN 101

17. Panti Asuhan Pondok Siboncel 87

18. Panti Asuhan Vincentius Putra 6

19. Panti Wredha Melania Pademangan 56

20. Komisi Kateketik 16

21. Sido Muncul, Tbk 2222

22. Kino, Tbk 1367

23. BKSY KAS 1290

Total 6298

Selama empat tahun berjalan, jumlah peserta cenderung naik dan meningkat,

namun yang menjadi kendala adalah tidak semua peserta yang sudah ikut, bersedia

untuk renewal atau memperpanjang kepesertaan. Alasannya bermacam-macam, di

antaranya: tidak menerima pemberitahuan dari pengurus, kealpaan pengurus atau dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

peserta sendiri, memutuskan tidak memperpanjang, atau dari beberapa kasus, peserta

memilih untuk tidak memperpanjang karena tidak memperoleh ‘keuntungan’, dalam

arti bantuan rawat inap atau kematian. Selain itu, peserta yang sudah pernah

menerima bantuan kematian, biasanya juga memilih untuk tidak memperpanjang

kepesertaan karena menganggap diri sudah menerima ‘keuntungan’. Meski begitu,

tidak sedikit, yang tetap meneruskan kepesertaan dengan durasi yang berbeda-beda.

Jika digambarkan dalam bagan, maka rekapitulasi kepesertaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3: Rekapitulasi peserta 2014 -2018 dan penerima bantuan kematian

No Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 Akumulasi

1. Peserta

terdaftar

8.318 7.821 4.808 4.813 1.280 27.040

2. Renewal - 5.616 11.391 13.622 8.680 39.309

3. Total Bayar 8.318 17.078 16.775 24.055 5.776 66.349

4. Belum

Renewal

- 1.536 2.071 3.582 1.165 8.354

5. Meninggal 6 199 173 221 66 665

6. Meninggal

tidak minta

bantuan

2 10 9 1 22

7. Peserta

Aktif

8.318 15.343 14.531 20.252 4.545 57.330

Dari jumlah kepesertaan, maka dari tabel di atas, makin tahun peserta juga

makin banyak, meski untuk renewal, tidak pernah bisa mencapai 100%. Namun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

angka yang menarik adalah penerima bantuan kematian yang ternyata makin banyak.

Meski begitu, setiap tahun, ada peserta yang seharusnya menerima bantuan kematian,

namun memilih untuk tidak menerima bantuan tersebut dengan berbagai macam

alasan: merasa sebagai KK yang mampu, atau memang sungguh karena ingin berbela

rasa, sehingga hak yang seharusnya diterima, lalu dikembalikan ke sistem atau

sekretariat, dan kemudian diberikan kepada yang membutuhkan jika nanti ada peserta

lain yang meninggal. Keputusan untuk tidak menerima bantuan itu, juga dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor: selain karena kesadaran diri, namun keberhasilan dari

pengurus paroki atau lingkungan dalam mensosialisasikan BKSY dan bela rasa,

menjadi faktor kunci pula sehingga orang yang mendengarkan penjelasan tentang

BKSY, menjadi yakin bahwa gerakan ini bukan asuransi, tetapi sungguh diadakan

untuk memberikan solidaritas kepada umat yang lemah dan miskin, yang tentu sangat

membutuhkan.

Dari data-data yang sudah dipaparkan di atas, menjadi jelas bahwa dari

segi jumlah, peserta BKSY semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun yang

masih menjadi kendala adalah untuk me-maintenance peserta yang sudah aktif

sehingga mau dan bersedia memperpanjang kepesertaan. Maka, di sanalah letak perak

pastor paroki yang menghimbau lewat kesempatan perjumpaan formal, para pengurus

paroki dan lingkungan yang menghimbau lewat sosialisasi ulang atau pada

pertemuan-pertemuan rutin. BKSY menggunakan sistem online yang secara otomatis

akan menghitung waktu ‘jatuh tempo’ dan memiliki mekanisme reminder yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

disampaikan ke sekretariat pusat. Dari sekretariat pusat, daftar ‘jatuh tempo’ tadi

disampaikan kepada pengurus masing-masing paroki dan mereka lah yang nanti

menyampaikan kepada ketua lingkungan untuk menindaklanjuti reminder tersebut.

Mekanisme ini berjalan baik ketika memiliki pengurus paroki yang proaktif, dan

tersendat-sendat manakala pengurus paroki justru pasif. Maka, sekali lagi, peran

pengurus, baik di paroki dan lingkungan sangat penting, sehingga perlu terus

mendapat sosialisasi, informasi dan himbauan dari sekretariat pusat.

3.7.2. Hasil Wawancara

Semenjak di bab I, telah dijelaskan bahwa jumlah informan yang akan

diwawancarai terbagi di tiga paroki, dengan pertimbangan bahwa paroki yang dipilih

adalah paroki yang telah mengikuti dan menjalankan BKSY lebih dari tiga tahun,

dengan maksud bahwa dalam waktu tiga tahun telah terjadi dinamika, yang akan

memunculkan fenomena-fenomena yang dapat diteliti lebih lanjut. Kemudian di tiga

paroki tersebut, sudah dilakukan wawancara kepada total 20 informan, dengan

komposisi sebagai berikut:

1. 9 informan dari paroki St. Antonius Bidaracina

2. 7 informan dari paroki St. Matius Bintaro

3. 4 informan dari paroki St. Yohanes Penginjil Blok B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Dalam menentukan jumlah dan pribadi yang dipilih menjadi informan,

sudah ada komunikasi dan rekomendasi dari pengurus BKSY di masing-masing

paroki, sehingga masing-masing informan dapat mudah dihubungi, dan dapat

memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya. Mengingat adanya keterbatasan

waktu dan tempat, maka wawancara hanya dilakukan sekali untuk masing-masing

informan.

Data singkat mengenai keduapuluh informan adalah sebagai berikut:

1. Paroki St. Antonius Bidaracina

No. Data Diri Informan

1.

Nama Susana Atiek Umisanti (A1)

Lingkungan St. Virgilius

Wilayah 14

2.

Nama Oei Bing Hwa (A2)

Lingkungan St. Sirilus

Wilayah 13

3.

Nama Caecilia Purwanti (A3)

Lingkungan St. Hieronimus

Wilayah 8

4.

Nama Helena Sukoco (A4)

Lingkungan St. Hubertus

Wilayah 8

5. Nama Reni Margiastuti (A5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Lingkungan St. Martinus

Wilayah 5

6.

Nama Elisabeth Yuliana (A6)

Lingkungan St. Ferdinandus

Wilayah 6

7.

Nama Restituta Nurhaeni (A7)

Lingkungan St. Dorotea

Wilayah 4

8.

Nama Maria Yovita (A8)

Lingkungan St. Marta

Wilayah 10

9.

Nama Yohana Siantini (A9)

Lingkungan St. Hermanus

Wilayah 8

2. Paroki St. Matius Bintaro

No. Data Diri Informan

1.

Nama Sulastri (B1)

Lingkungan Joyoseputro

Wilayah 9

2.

Nama Agnes Yulita (B2)

Lingkungan St. Vincentius

Wilayah 4

3. Nama Teofila Rukmi Satria (B3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Lingkungan St. Yohanes Penginjil

Wilayah 5

4.

Nama R.R. Soesapti (B4)

Lingkungan Adisucipto

Wilayah 2

5.

Nama Venansius Sulistyawan (B5)

Lingkungan St. Yustinus

Wilayah 14

6.

Nama Venantius Purwadi (B6)

Lingkungan St. Yustinus

Wilayah 14

7.

Nama Agustina Winarso (B7)

Lingkungan St. Helena

Wilayah 12

3. Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B

No. Data Diri Informan

1.

Nama Sumarwan (C1)

Lingkungan Yoakim

Wilayah 3

2.

Nama Louise Maria Septiani (C2)

Lingkungan St. Fransiskus de Sales

Wilayah 10

3. Nama Agustinus Ngadiman (C3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Lingkungan St. Lukas

Wilayah 3

4.

Nama Yustina Sari (C4)

Lingkungan Fransiska

Wilayah 5

Pertanyaan yang telah disusun sebagai panduan wawancara sebelum

melakukan wawancara disesuaikan dengan situasi dan kondisi informan di tempat

wawancara. Demi menciptakan suasana yang alami dan natural, panduan pertanyaan

yang telah dibuat, dalam berbagai kesempatan tidak terpakai. Dengan demikian,

pertanyaan dalam panduan wawancara disampaikan dengan pembahasan yang

terkadang berbeda dengan teks panduan. Dalam wawancara tersebut, informan

menceritakan kisah dan pengalaman serta pandangan dari sudut pandang mereka

masing-masing secara bebas, alami dan spontan. Situasi umum informan ketika

proses wawancara cukup beragam, karena ada yang sungguh-sungguh lancar

menceritakan pengalaman, namun sebagian, juga tidak, artinya harus diberi pengantar

dan pertanyaan ‘pancingan’ untuk memicu informan dalam menjawab. Pengalaman

informan dalam mengikuti BKSY sebagai peserta juga beragam. Ada yang menjadi

peserta sekaligus pengurus, ada yang menjadi peserta saja, ada yang sudah pernah

mendapatkan bantuan rawat inap atau kematian, dan ada yang belum sama sekali

mendapatkan bantuan. Keberagaman juga muncul dari latar belakang pekerjaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

sehari-hari dan letak tempat tinggal, dalam hal ini paroki, yang menentukan sudut

pandang informan tersebut.

3.7.2.1. Sistem Pelayanan dan Pengelolaan Gerakan Belarasa Berkhat Santo

Yusup (BKSY)

Di bagian observasi data, telah dipaparkan berbagai macam fakta dan angka,

yang berkaitan dengan pelaksanaan BKSY selama kurang lebih empat tahun (2014-

2018), yang sampai saat ini telah meliputi 32 paroki dan beberapa komunitas serta

perusahaan. Dari data-data yang ditampilkan, menjadi jelas bahwa tidak semua paroki

sudah mengikuti BKSY semenjak pertama kali di-launching, salah satu penyebabnya

adalah pemahaman umat yang belum detail dan menyeluruh. Di sisi lain, belum

semua Pastor Paroki segera tanggap dan menerima program ini sebagai program dari

keuskupan yang bertujuan untuk membantu biaya rawat inap dan kematian, yang

diprakarsai oleh Uskup KAJ sendiri. Selain itu, dapat digambarkan dengan jelas, data

mengenai paroki-paroki yang sudah ‘surplus’, dalam arti iuran dari umat parokinya

sudah bisa ‘menutup’ semua biaya rawat inap dan kematian untuk parokinya sendiri,

atau sebaliknya, ada paroki yang antara jumlah peserta yang sudah ikut, tidak

sebanding dengan jumlah permohonan bantuan rawat inap dan kematian. Memang,

secara sistem, pengelolaan dana dilakukan dalam satu kesatuan, namun penjelasan

tentang ini, membantu setiap pengurus di paroki juga bergiat untuk mencari banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

peserta dengan melakukan sosialisasi sampai ke lingkungan bahkan ke keluarga-

keluarga.

Setelah melihat observasi data, pada bagian ini akan dilanjutkan dengan

melihat pengalaman dan pandangan peserta sendiri mengenai BKSY. Dalam analisis

data, ada tiga bagian tema besar yang akan menjadi panduan, bagi pemilahan hasil

data wawancara, yaitu tentang sistem pelayanan dan pengelolaan BKSY, BKSY

sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bagi yang lemah dan

miskin, serta efek konkret keikutsertaan dalam BKSY bagi hidup menggereja dan

bermasyarakat. Tema-tema atau pokok pembicaraan ini menjadi penting karena

dalam kaitannya dengan tema pokok penelitian ini, yaitu sudahkah BKSY ini menjadi

sarana yang efektif untuk mewujudkan solidaritas bagi sesama yang lemah dan

miskin?

3.7.2.1.1. Sosialisasi dan Katekese

BKSY ini adalah program keuskupan, yang diprakarsai Mgr. Ignatius

Suharyo, namun tidak berarti bahwa gerakan belarasa ini menjadi program

‘mandatoris’, yang mewajibkan semua paroki untuk ikut. Ketika di-launching atau

diluncurkan pertama kali, tidak serta merta semua paroki mengikutinya, dan bahkan

ketika sebuah paroki memutuskan untuk ikut, yang disimbolkan dengan pastor paroki

yang secara lisan atau tertulis menyampaikan kepada pengurus pusat, maka paroki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

tersebut masih harus melewati satu proses yaitu sosialisasi dan katekese BKSY.

Mengapa harus ada sosialisasi dan katekese? Intinya, bahwa tujuan BKSY adalah

untuk ‘gladi rohani’ seluruh umat, yaitu menumbuhkan iman dengan berbagi kepada

sesama yang lemah miskin. Oleh karena itu, pemahaman tentang BKSY ini harus

disampaikan terlebih dahulu, sampai ke taraf terkecil yaitu umat. Karena kalau tidak

demikian, maka umat yang menjadi peserta dan memandang program ini sebagai

sekedar sebuah asuransi, karena dibantu pihak ketiga yaitu ACA, melulu akan ikut

karena mengharapkan bantuan saja, tanpa memikirkan bahwa iuran yang didapatkan

akan dikumpulkan untuk membantu orang lain.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada 20 informan, semua mengalami

sosialisasi dan katekese BKSY, baik di paroki atau lingkungan. Umat yang

mengalami sosialisasi di paroki, biasanya adalah mereka yang tergabung sebagai

pengurus lingkungan, karena biasanya, paroki yang sudah akan ikut, akan

mengumpulkan semua dewan paroki dan pengurus lingkungan, yang kemudian

merekalah yang akan meneruskan sosialisasi kepada umat. Seperti yang dialami oleh

informan A9, yang mengatakan:

Kalau dulu memang disosialisasikan, ketika itu saya menjadi SSL (Seksi

Sosial Lingkungan). Nah ikut yang namanya pertemuan SSL, terus

pertemuan dewan paroki, di daerah mana saya lupa, di situlah tentang

BKSY itu diperkenalkan sama Pak Pur, kalah gak salah. Nah, kalau di

sini ada yang namanya Pak Styanto dan Bu Atiek. Nah, saya berpedoman

bahwa seperti ini, gerakan dari KAJ, meski sudah ada St. Yusup di

paroki-paroki.82

82 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2018, baris ke 6-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Yang menjadi pengurus lingkungan, biasanya memiliki kewajiban untuk

meneruskan informasi sosialisasi dari paroki kepada umat di lingkungan. Momen

yang dipilih tentu bermacam-macam: rapat rutin, doa lingkungan, misa lingkungan

dan lain-lain menyesuaikan keadaan. Maka, beberapa informan mengalami sendiri

mendapatkan sosialisasi ketika pertemuan lingkungan: “Setiap kali disampaikan dan

disosialisasikan di lingkungan untuk ikut BKSY.”83 Ada yang mengungkapkan

bahwa ketua lingkungan selalu menyampaikan sosialisasi setiap pertemuan

lingkungan, demikian: “Paling kalau ada pertemuan rutin. Biasanya selalu ada

tawaran untuk menjadi anggota baru BKSY, kalau gak ya mengingatkan yang

seharusnya sudah renewal (memperbaharui kepesertaan). Kalau dari paroki, biasanya

gak sampai ke lingkungan.”84 Ada yang mengungkapkan bahwa sosialisasi

didapatkan ketika berada di paroki, yang kebetulan ‘mendatangkan’ dari pengurus

sekretariat BKSY pusat, seperti yang diungkapkan demikian: “Kita dapat sosialisasi

dari paroki, waktu itu, ada dari ACA-nya juga datang, terus ada Pak Andre kalau gak

salah yang membidani BKSY di paroki ini.85

Tentu saja, efek dari sosialisasi ini akan sangat berbeda-beda bagi pemahaman

lanjut masing-masing informan tentang BKSY dan bela rasa. Penangkapan akan

informasi yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh macam-macam hal, entah

kemampuan ekonomi dan daya tangkap masing-masing umat, atau justru dari ketua

atau pengurus lingkungan, yang tentu akan memberikan penjelasan dengan cara dan

83 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 47-48. 84 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 50-54. 85 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 9-12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

gaya-nya masing-masing. Atau pengalaman dari informan A7, yang juga sebagai

ketua lingkungan: “Yang pasti, pertama kali ya dari paroki. Yang menginformasikan

pertama kali kan Bapak Uskup, lalu ke paroki lewat Romo Paroki. Romo paroki di-

share lewat mimbar, lalu ke ketua lingkungan. Ke umat sebenarnya, tetapi kalau

langsung ke umat, biasanya umat tidak bisa langsung menangkap dengan baik.”86

Karena BKSY ini dikelola oleh ACA dan CAR dalam hal sistem dan keuangan,

maka tidak sedikit umat yang menangkap BKSY ini sebagai asuransi. Apalagi bagi

umat kebanyakan yang sudah mengenal sistem dan mekanisme asuransi, maka

spontan langsung menganggap BKSY ini sebagai asuransi, ketika mendengar ACA

dan CAR pertama kali, seperti pengalaman beberapa informan sebagai berikut:

“Belum sih. Baru sedikit sih yang ikut. Kayaknya kurang pengertian tentang BKSY.

Dan masih ada yang menganggap ini sebagai asuransi.”87 Tidak sedikit pula yang

‘menangkap’ BKSY ini sebagai salah satu produk dari perusahaan asuransi tertentu,

meski secara substansial tahu dan paham akan maksud dan tujuan dari BKSY, seperti

yang diungkapkan: “Sebetulnya, menurut saya BKSY itu berguna bagi umat yang

pra-sejahtera, berguna banget tapi di lingkungan-lingkungan itu, ada yang gak ngerti,

maksudnya masih nganggepnya asuransi, tapi kan memang dibantu asuransi, tapi

bukan asuransi yang itu maksudnya.”88 Selain, masih menganggap asuransi, ada

orang yang masih berpikiran tentang nilai dan perhitungan dari asuransi tersebut:

86 Verbatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 5-10. 87 Verbatim wawancara informan A2, 18 Juli 2018, baris ke 42-44. 88 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 34-39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

“Selain itu, ada yang menganggapnya kayak asuransi beneran, iuran dikit tapi

dapetnya banyak.”89

Pemahaman tentang BKSY yang tidak lengkap, masih di seputar angka hitung-

hitungan dan asuransi, ternyata mempengaruhi keputusan orang untuk ikut menjadi

peserta atau tidak: “Saya rasa mungkin dari yang pertama itu, yang informasinya kan

asuransi. Jadi, kayaknya, umat juga agak menyepelekan. Ee jadi kurang tertarik,

karena penjelasan pertamanya asuransi, orang kan sudah punya banyak.”90

Kepemilikan beberapa asuransi, menjadi salah satu alasan kenapa tidak semua orang

langsung mengambil keputusan untuk menjadi peserta: “Kalau kenal BKSY itu sudah

lama, jaman dulu udah, hanya ikutnya baru beberapa tahun ini, karena waktu itu

sudah punya beberapa asuransi. Jadi, awalnya belum mau ikut.”91 Begitu seperti yang

diungkapan oleh salah satu pengurus lingkungan demikian: “Ya mungkin karena dia

juga sudah punya banyak asuransi, menurut saya gitu. Selain itu, kebutuhan atau

keperluan hidup sehari-hari juga banyak.”92

Maka, dari itu pemahaman yang tepat, menjadi faktor penting, dan kuncinya

ada di momen sosialisasi dan katekese tentang BKSY itu sendiri. Namun, sebelum

sampai pada pemahaman umat, peran pastor paroki dan ketua lingkungan, atau

sebelumnya berada di pengurus paroki, juga menjadi faktor yang penting, karena dari

mereka-lah pertama kali pemahaman BKSY didapatkan, sebelum benar-benar

89 Verbatim wawancara informan A6, 18 Juli 2018, baris ke 66-68. 90 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 67-71. 91 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 14-17. 92 Verbatim wawancara informan B4, 25 Juli 2018, baris ke 55-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

disosialisasikan kepada umat. Selain pemahaman, semangat dan efektivitas pastor

paroki dan pengurus paroki juga turut berpengaruh.

3.7.2.1.2. Peran Pastor Paroki

Tidak bisa dipungkiri bahwa pastor paroki ambil peranan penting dalam

terselenggaranya BKSY di masing-masing paroki. Dari 66 paroki di KAJ saat ini,

baru 32 paroki yang bersedia menjalankan BKSY di parokinya masing-masing.

Tentu, masing-masing pastor paroki memiliki pertimbangannya masing-masing

dalam membuat keputusan untuk ikut BKSY atau tidak. Dari wawancara yang

dilakukan terhadap 20 informan yang berada di tiga paroki berbeda, tampaknya

tanggapan pastor paroki terhadap BKSY pun berbeda, mengingat komposisi pastor

paroki yang berbeda-beda, baik dari komposisi tarekat atau diosesan, usia pastor,

maupun kepribadian atau karakter dari pastor paroki itu sendiri. Di antara sikap pastor

paroki itu, ada yang tentu sangat mendukung terlaksananya BKSY di parokinya,

seperti yang menjadi pengalaman dan kesaksian dari informan A1: “Saya juga

dikenalkan dari pastor paroki itu. Romo Samiran (SCJ) waktu itu (yang memberikan

sosialisasi). Dan juga Romo Alfons (SCJ) (yang meneruskan penjelasan). Saya

sebagai anggota PSE. Waktu itu saya masih anggota PSE diminta untuk menjadi PIC

(person in charge)-nya BKSY.”93 Biasanya kehadiran Romo Paroki, memanfaatkan

misa, kunjungan atau anjangsana lingkungan: “Ya kunjungan ke semua. Jadi yang di

93 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 39-43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

wilayah itu berkumpul di satu rumah. Nah, pas itu, dewan paroki termasuk Romo

juga dateng. Selain itu, ada seksi-seksi lingkungan: PSE, liturgi, tu suka pada dateng.

Nah pas itu juga ketua lingkungan, termasuk umat yang kalau mau dateng juga boleh.

Mungkin pada saat itu, bisa ada tanya jawab. Lalu, ada cerita tentang BKSY juga.”94

Ada juga Romo Paroki yang ‘membuka’ suara tentang BKSY di mimbar gereja,

bahkan melalui kotbah atau homili: “Yang pertama kali, Romo berbicara tentang

BKSY ya di dalam gereja, masudnya pas misa di gereja. Tiap kali misa minggu,

Romo mengajak umat. Dulu yang sering adalah Romo Samiran (SCJ). Itu petugas

khusus, yang dari KAJ, ada juga yang memperkenalkan.”95

Penjelasan dan katekese dari Romo Paroki makin diperkuat dengan penyerahan

bantuan yang dilakukan sewaktu misa dan diberi pengantar atau peneguhan berkaitan

tentang BKSY dan solidaritas kepada umat yang hadir. Penyerahan bantuan kepada

umat ini, selain menjadi ‘simbol’ bahwa BKSY ini sungguh gerakan bela rasa milik

keuskupan, namun juga menjadi kesempatan bagi pastor paroki untuk mengadakan

sosialisasi dan katekese kepada umat mengenai bela rasa dan solidaritas, yang secara

khusus diwujudnyatakan dalam BKSY ini:

Dulu kan kalau Romo Samiran kan, kami terimakan santunan BKSY

yang meninggal, Romo Sam kan selalu ngasih sedikit wejangan sebelum

santunan diberikan ke ahli warisnya, sedikit masukan Romo Sam, bahwa

BKSY itu adalah berbelarasa, bahwa yang di umat bisa beli pulsa lima

ribu sehari tapi jalau harus nyumbang itu berapa kali berapa, nah Romo

Sam itu selalu begitu.96

94 Verbatim wawancara informan A2, 18 Juli 2018, baris ke 65-71. 95 Verbatim wawancara informan A8, 20 Juli 2018, baris ke 20-24. 96 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 64-73.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Dalam momen penyerahan bantuan, Romo Paroki memberi himbauan bahkan

tantangan bagi umat untuk ambil bagian dalam BKSY: “Tapi, kalau ada penyerahan

dana bantuan, Romo sering menantang umat, bagi bapak ibu yang belum ikut BKSY,

mohon untuk terketuk hatinya untuk ikut.”97

Namun, satu hal yang tidak bisa dipungkiri dalam perjalanan reksa pastoral,

seorang pastor paroki tentu akan mengalami pergantian. Dalam situasi seperti ini,

tidak semua pastor paroki memiliki perhatian yang sama terhadap keberlangsungan

BKSY dalam sebuah paroki, sehingga terkadang umat dan pengurus juga memiliki

kendala justru karena pastor paroki-nya tidak memiliki pemahaman yang sama

seperti pastor paroki sebelumnya. Nanti, persoalan tentang pastor paroki yang sering

ganti, juga akan terjadi pada pengurus paroki dan pengurus lingkungan, yang dalam

periode-periode tertentu akan terjadi pergantian, sedangkan tiap-tiap orang yang

menggantikan, memiliki pemahaman yang berbeda-beda pula. Syukur, kalau sama

semangatnya dalam ‘menggalakkan’ BKSY, tapi kalau tidak bersemangat dan justru

mlempem maka menjadi tantangan pula dalam keberlangsungan BKSY selanjutnya.

Berbeda pengalaman pula, di paroki yang lain, ada beberapa pastor paroki

dalam satu paroki, namun berbeda pandangan soal BKSY. Satu pastor paroki sangat

mendukung, dan pastor paroki yang lain merasa biasa saja, atau bahkan cenderung

apatis, atau menganggap BKSY itu tidak ada di parokinya. Seperti yang diungkapkan

oleh informan B6 berikut ini:

97 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 115-118.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Ya, menurut saya, Romo paroki juga ikut berpartisipasi dengan

menghimbau kepada umat, pas kalau ada misa bulanan di lingkungan.

Pokoknya Romonya baik di sini, juga kalau pas kunjungan. Tapi,

orangnya kan memang agak tertutup tapi, maksudnya kalau gak diajak

ngomong juga diam gitu. Orangnya agak pendiem gitu maksudnya. Nah,

kalau Romo yang satunya, kan memang orang Jawa, jadi supel dan bisa

bergaul sama yang lain. Memang ya karakternya seperti itulah.98

Atau, seperti kesaksian informan C2 tentang pastor paroki-nya: “Kalau saya

sih, selama ini, Romo masih kurang banyak bergerak, ya sebatas sosialisasi, apalagi

tidak semua Romo bersedia membicarakan tentang BKSY, karena Romo paroki yang

satu juga belum pernah malahan menyinggung soal BKSY ini. Di misa wilayah juga

gak pernah ngomongin tentang BKSY ini juga.”99

Namun, ada juga pastor paroki yang sama sekali tidak berbicara tentang BKSY,

seperti yang diungkapkan oleh informan B4: “Saya belum pernah mendengar

malahan kalau Romo mendorong atau mengajak umat sih. Saya juga belum pernah

denger sih.”100

Perbedaan karakter pastor paroki dalam satu paroki memang sesuatu yang tidak

bisa dihindarkan, namun dalam rangka menggalakkan umat untuk berbela rasa

melalui BKSY, tampaknya menjadi sesuatu yang patut diperhitungkan. Pastor paroki

menjadi faktor yang penting bagi pemahaman umat akan bela rasa dan solidaritas

yang mewujud dalam BKSY ini, karena pastor paroki adalah ‘pemimpin rohani’,

yang keteladanan imannya akan diikuti oleh semua umat. Ketika Pastor paroki tidak

98 Verbatim wawancara informan B6, 25 Juli 2018, baris ke 92-100. 99 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 113-118. 100 Verbatim wawancara informan B4, 25 Juli 2018, baris ke 76-78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

henti-hentinya menghimbau dalam berbagai macam kesempatan: misa paroki, misa

wilayah atau misa lingkungan, pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat, maka umat di

paroki tersebut akan semakin mendapatkan pemahaman yang tepat dan jelas tentang

BKSY itu sendiri, dengan bela rasa dan solidaritas sebagai intinya. Dengan

pemahaman yang tepat dan jelas, umat yang ikut menjadi peserta pun, terbangun

motivasinya, bukan sekedar dari faktor-faktor luaran, atau karena ingin memenuhi

kebutuhan bagi diri sendiri, namun mewujudkan rasa ingin berbagi itu, dalam satu

kesatuan dan kebersamaan, sebagai warga paroki pada khususnya, dan umat se-

keuskupan pada umumnya.

3.7.2.1.3. Peran Pengurus Paroki dan Lingkungan

Kehadiran dan pelayanan pengurus paroki dan lingkungan dalam BKSY,

adalah sangat penting dan menentukan, karena pengurus paroki dan lingkungan-lah

yang pertama-tama berhadapan langsung dan menerima tanggapan-tanggapan dari

peserta, kalau terjadi ke-tidakberes-an. Di beberapa paroki, BKSY masih dimasukkan

dalam kekoordinatoran PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) namun, tidak sedikit

pula paroki yang mengangkat koordinator BKSY secara khusus, sehingga BKSY

dapat tertangani dengan baik. Dalam pengalaman yang ada, ketika pengurus paroki

dan lingkungan bisa bekerja sama dengan baik, maka semakin banyak umat yang

‘tersentuh’ dengan sosialisasi dan katekese tentang bela rasa, solidaritas dan BKSY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

itu sendiri. Misalnya, seperti yang diungkapkan oleh informan A5: “Menurut saya

(pengurus paroki) kooperatif, kalau ada apa-apa, selalu info ke lingkungan.”101

Atau pengurus paroki yang selalu proaktif dan memberi dampak yang

signifikan terhadap bertambahnya jumlah peserta: “…dari PSE sendiri sih selalu

menggebu-gebu. Waktu itu, pernah Mas Sulis, datang ke wilayah-wilayah, kunjungan

gitu, tapi memang belum semua, dan baru beberapa.”102 Kehadiran pengurus BKSY

paroki atau wilayah ke lingkungan-lingkungan memberi dampak yang signifikan

dalam kepesertaan: “Memang dengan kehadiran Mas Sulis ke wilayah-wilayah,

kunjungan itu, di wilayah itu, akan berhasil, karena kunjungan ke wilayah-wilayah itu

menjadi semakin banyak yang ikut.”103

Meski begitu, masih banyak pengurus paroki atau lingkungan yang kurang

aktif bergerak, sehingga dampak yang ditimbulkan belum signifikan, karena banyak

umat yang mengandalkan kehadiran dan pelayanan ketua lingkungan dalam

mengurusi berbagai macam hal. Berkaitan dengan BKSY ini, karena ketua

lingkungan juga menjadi ‘ujung tombak’, maka ketua lingkungan mengambil peranan

penting dalam menentukan berbagai macam kebijakan, termasuk dengan BKSY ini.

Seperti yang diungkapkan oleh informan A7 berikut ini: “Jadi peran ketua lingkungan

itu yang sangat menentukan, karena untuk pembayaran kan kalau gak diingatkan kan

pasti lupa.”104

101 Verbatim wawancara informan A5, 18 Juli 2018, baris ke 106-107. 102 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 85-88. 103 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 118-121. 104 Vernatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 496-498.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Bahkan peran tersebut menyangkut pada soal-soal teknis administrasi, seperti

pengalaman informan A9 berikut ini: “Nah, dalam hal seperti itu (ketua lingkungan)

harus punya daftarnya, jadi tinggal nyentil aja, supaya (yang belum ikut) bisa segera

ikut.”105 Akibatnya, kalau ketua lingkungan juga tidak proaktif, maka umat pun, pada

kesempatan-kesempatan tertentu menjadi tidak bersemangat, atau tidak memiliki

‘greget’ dalam mengikuti BKSY ini. Seperti yang diungkapkan oleh informan B3

berikut ini: “Iya, soal pemahaman itu akhirnya penting dan cara penyampaiannya,

karena di lingkungan saya, juga sudah mulai habis semangatnya, sudah tidak ada

gaungnya lagi tuh. Maksudnya, ketua lingkungan atau pengurus lain, tidak mencoba

lagi untuk sosialisasi, atau sekedar mengingatkan lagi juga tidak ada.”106 “Kemarin

di lingkungan saya, greget untuk itu juga sudah jauh menurun, karena beberapa kali

pertemuan, ketua lingkungan menyampaikan sekedar informasi tapi tidak mengajak

dan menghimbau umat lagi untuk ikut.”107

Tantangan menjadi pengurus paroki dan pengurus lingkungan dalam hal

menyampaikan tentang BKSY kepada warga adalah karakter dan kebutuhan umat

yang beragam dan bermacam-macam sehingga setiap umat yang datang dan bertanya

mesti mendapatkan jawaban dan solusi yang berbeda-beda pula. Ada yang memang

sungguh tulus dan ikhlas ingin mengetahui dan mengikuti gerakan ini, namun tidak

sedikit umat yang mengetahui secara salah dan akhirnya mengikuti gerakan ini hanya

karena mengharapkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Ada pengurus paroki dan

105 Verbatim wawancara informan A9, 18 Juli 2018, baris ke 100-101. 106 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 58-63. 107 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 118-121.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

pengurus lingkungan yang mesti bijaksana dalam memberi solusi dan jawaban bagi

umat yang demikian. Maka, pengurus paroki dan pengurus lingkungan, tetap harus

mendapatkan pemahaman pertama yang tepat dan benar berkaitan dengan bela rasa

dan solidaritas, sehingga kemudian ketika harus menyampaikan dan menempatkan

diri kepada umat dapat melakukan dengan baik dan semestinya.

3.7.2.2. Pemahaman Menumbuhkan Kesadaran Bela Rasa dan Solidaritas

dari Umat

Meski pada awalnya, sosialisasi tidak membuat orang langsung menjadi

paham tentang maksud dan tujuan Bapak Uskup mengenai usaha untuk mewujudkan

solidaritas, tapi toh tidak sedikit umat yang memahami BKSY ini sebagai sungguh

usaha untuk membantu orang lain yang berkekurangan: “Itu kan untuk, maksudnya

itu kan dari KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Waktu itu memang disarankan

mengikuti ini untuk maksudnya membantu atau meringankan atau jaga-jaga, kita kan

gak tahu.”108 Pengetahuan atau pemahaman yang benar, akan memberi dampak

pilihan yang berarti pula: “Tapi, peserta itu sebenarnya, kalau memang, pribadi saya

ya, gak memikirkan dapatnya, kita memang tujuannya, untuk memberi dan

kepedulian, untuk saling membantu, kayak yang memang di bawah bisa terbantu

dengan kepedulian kita ikut BKSY itu, nah itu sepengetahuan saya seperti itu.”109

108 Verbatim wawancara informan A8, 20 Juli 2018, baris ke 7-10. 109 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2019, baris ke 36-41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Ada yang sudah sampai pada pemahaman inti yaitu gotong royong yang mengarah

pada kesediaan untuk saling membantu satu sama lain: “Pada intinya adalah gotong

royong, ada yang kerepotan, saling membantu, dan dipikul bersama.”110 Ada juga

yang tidak memikirkan bantuan yang akan didapatkan kelak: “Kalau dilihat dari

lingkungan saya sendiri sih, ikut untuk berbelarasa, belum terpikir untuk sampai nanti

kalau ikut bisa dapat segini, atau tidak.”111

Tidak sedikit pula umat yang mengalami proses ‘pencerahan’, dari yang

tadinya tidak tahu tentang BKSY menjadi tahu dan paham, atau yang tadinya hanya

memahami BKSY sebagai asuransi, namun karena ada proses pemahaman yang

datang dari berbagai kesempatan dan sosialisasi, akhirnya bisa tahu dan paham

tentang BKSY dengan sebenar-benarnya. Seperti pengalaman dari informan B1, yang

mengatakan bahwa: “Saya rasa mungkin dari yang (sosialisasi) pertama itu, yang

informasinya kan asuransi. Jadi kayaknya, umat juga agak menyepelekan. Ee jadi

kurang tertarik, karena penjelasan pertamanya asuransi, orang sudah punya

banyak”.112

Lalu, setelah dijelaskan lagi, maka pemahaman umat menjadi semakin jelas

dan benar: “Tapi, saya kepengen tuh mungkin umat itu digerakkan lagi dan

diinformasikan lagi bahwa BKSY itu penting gitu lho untuk membela yang lemah.

110 Verbatim wawancara informan B6, 20 Juli 2019, baris ke 79-81. 111 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2019, baris ke 93-95. 112 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 67-71.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Dengan uang sehari seribu rupiah, istilahnya yang tidak terpakai kan bisa dicelengin

dulu tuh dalam satu tahun bisa bayar untuk empat orang.”113

Kemampuan ekonomi umat, tidak menjadi faktor penentu orang lalu

mengikuti program BKSY ini, karena dalam beberapa pengalaman, justru orang-

orang yang kaya, sejahtera, dan memiliki beberapa ‘jaminan’ atau asuransi, justru

memutuskan untuk tidak ikut, karena merasa tidak butuh. Di sini menjadi jelas bahwa

pemahaman adalah penting. Karena, sekali lagi, tujuan dari BKSY adalah gerakan

untuk memberi, bukan gerakan untuk mendapat. Seperti beberapa pengalaman

berikut: “Nah saya bilang, aduh suka dukanya. Tapi, ada juga orang kaya yang gak

mau ikut, katanya asuransi bla, bla, bla, ini ya memang asuransi, tapi kita bisa ikut

berbagi, karena Bapak Uskup yang menganjurkan.”114 Kemampuan secara finansial

tidak menjadikan seseorang otomatis menjadi peserta, bahkan terkadang lebih banyak

perhitungan meski sudah dijelaskan dengan baik dan benar: “Kalau dipikir kan seperti

itu, tapi saya ngajak orang yang berduit pun belum berhasil, sampai sekarang juga

banyak, yang belum berhasil, belum mau gitu. Alasannya ya macem-macem, padahal,

tujuan dari Bapak Uskup itu kan memang untuk bela rasa, tapi kurang memahami itu,

saya rasa.”115

Dalam pengalaman pengurus lingkungan memberikan sosialisasi, ada beberapa

poin yang ternyata ditangkap oleh umat, sehingga menentukan pemahaman umat dan

akhirnya mempengaruhi keputusan orang untuk ambil bagian menjadi peserta BKSY.

113 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 75-80. 114 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 56-61. 115 Verbatim wawancara informan A9, 20 Juli 2018, baris ke 96-103.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Faktor-faktor itu misalnya tentang sarana dan materi, seperti pengalaman informan

B1:

Kemudian, Bu Agustin kan memberi informasi lewat brosur-brosur, ada

juga lewat video yang dari Bapak Uskupnya itu, oleh Mas Sulis, film dari

KAJ, BKSY. Dari situ kan Monsigneur sendiri yang menghimbau kepada

umat supaya pada ikut BKSY. Akhirnya, ya sudah, saya sekaligus bayar,

sekaligus juga belajar, sekaligus juga mengerti apa sih itu BKSY,

ternyata untuk bela rasa.116

Ada beberapa sarana sosialisasi, dan beberapa umat, bahkan bisa membedakan

sarana-sarana sosialisasi tersebut, misalnya seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“Selain itu, menurut kami, brosur dan leaflet yang lama, atau yang hijau itu, menurut

kami lebih jelas daripada yang baru, yang warnanya kuning.”117 Yang tak kalah

penting adalah bahasa, cara penyampaian, dan detail yang disampaikan, ternyata

mempengaruhi atensi dan pemahaman umat. Seperti yang diungkapkan oleh informan

A7:

Dengan cara, terutama bahasa bahwa kita tujuannya untuk membantu

nih, belarasa bukan untuk mencari keuntungan. Uang delapan puluh ribu

setahun, ya kan, ketika, ada namanya, musibah, entah sakit yang dirawat

itu kan mendapatkan penggantian, biasanya saya menginfokan ke warga

bahwa penggantian itu diberikan kepada orang yang memang

membutuhkan. Ketika orang itu, di-cover oleh BPJS atau di-cover oleh

asuransi yang lain, atau warga itu mampu tidak usah minta. Dengan

bahasa saya tentunya, supaya mereka punya hati juga.118

Ada yang sudah sampai pada kesadaran bahwa cara dan sarana sosialisasi yang

keliru atau tidak ‘pas’, akan memberi dampak yang tidak baik pula di kemudian hari:

116 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 37-44. 117 Verbatim wawancara informan B7, 25 Juli 2018, baris ke 40-42. 118 Verbatim wawancara informan A7, 18 Juli 2018, baris ke 29-39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

“Sekali lagi, akhirnya yang menjadi penting adalah model penyampaian dan

sosialisasi yang sejak awal memang kurang tepat dan tidak pas, sehingga umat

menjadi salah paham dan tidak mengerti secara tepat tentang BKSY ini.”119 Selain

itu, informasi yang lengkap dan detail, bukan hanya fokus pada angka dan hitung-

hitungan juga berpengaruh besar: “Jadi, waktu pertama kali, Pak Jeffry hanya

mengenalkan, seperti yang saya ungkapkan di depan bahwa kalau sakit mendapat

seratus ribu rupiah dan kalau meninggal mendapat sepuluh juta rupiah, tanpa embel-

embel tidak mampu atau sendiri, tidak sakit dan seterusnya.”120 Selain itu, ada yang

berpendapat bahwa, sosialisasi atau katekese bela rasa dan BKSY yang lengkap serta

tepat, akan berpengaruh pada pemahaman dan pilihan umat untuk menjadi peserta:

“Ya, sosialisasinya mestinya sampai detail, yang bisa dimengerti oleh ‘kaum

bawah’.”121

Yang menarik, beberapa paroki membuat ‘redaksi’ pada istilah-istilah asuransi,

supaya menghindari pemahaman yang keliru dari umat: “Kalau saya sih, tetap

merasakan bahwa ini adalah program bela rasa. Makanya, untuk penyebutannya juga

bukan polis tapi sertifikat, tidak seperti asuransi.”122 Bentuk-bentuk redaksi ini pula

yang dipilih oleh pengurus pusat, supaya sekali lagi, BKSY tidak dipahami sebagai

asuransi, maka istilah-istilah asuransi diganti dengan istilah yang ‘ramah’ dipahami

umat, misalnya ‘polis’ diganti ‘sertifikat’, ‘santunan’ diganti ‘bantuan’, atau ‘klaim’

119 Verbatim wawancara informan B3, 25 Juli 2018, baris ke 105-109. 120 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 83-87. 121 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 105-106. 122 Verbatim wawancara informan C2, 16 Juli 2018, baris ke 47-50.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

diganti ‘mengajukan bantuan’, dan sebagainya. Semua itu, semata-mata, supaya umat

semakin mengerti dan paham bahwa BKSY ini memang bukan asuransi, dan sungguh

gerakan belarasa.

3.7.2.3. Efek Konkret bagi Hidup Menggereja dan Bermasyarakat

Sedari awal, Mgr. Ignatius Suharyo menghendaki bahwa BKSY ini menjadi

‘gerakan rohani’ yang mengembangkan hidup beriman umat KAJ, yang diwujudkan

secara konkret dengan berbela rasa kepada orang yang lemah dan miskin. Namun,

ternyata dalam perkembangannya, tidak semua umat, bahkan yang sudah menjadi

peserta, langsung tahu atau paham tentang maksud dan tujuan ini, sehingga tidak

sedikit yang menganggap BKSY ini sebagai program asuransi, karena menggandeng

ACA dan CAR sebagai rekan kerja. Namun, bukan berarti BKSY ini gerakan yang

sia-sia, tetapi tetap ditemukan dampak dan efek yang konkret bagi hidup beriman

umat, terutama yang menjadi peserta. Meski segala sesuatu membutuhkan proses,

namun dalam kesempatan ini, akan disampaikan beberapa fenomena yang

menunjukkan bahwa BKSY ini, sedikit demi sedikit, memiliki daya ubah dan

mengarah pada tujuan dan maksud dari Bapak Uskup sendiri.

Beberapa pengalaman tersebut, misalnnya seperti yang dialami oleh informan

A1, sebagai berikut: “Tapi gini lho frater, kalau memang orang itu niat mau

membantu, kan kita juga sampaikan, ada rekening sendiri untuk pending coffee.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Cuma gak ada yang (berpikir) seperti itu. Adanya yang bayar iuran saja, atau peserta

biasa. Tapi, ada juga yang tidak mengambil (bantuan kematian).”123

Pengalaman lain berkaitan dengan peserta yang tidak mengambil atau tidak

mengajukan bantuan kematian, dialami oleh informan A4, sebagai berikut: “Itu

bagus, saya kemarin ada satu orang kayak gitu, berbela rasa, mungkin keluarganya

kali. Jadi, dia gak ngambil (bantuan kematian), dan dari kita yang sudahlah, untuk

yang lain saja, yang lebih membutuhkan.”124

Selain bantuan kematian, ada juga pengalaman dari informan B1, yang

mengalami sendiri anaknya sakit, namun memilih untuk tidak mengambil bantuan

rawat inap, sebagai berikut: ”Kemudian, setelah itu anak saya sakit, juga saya ber-

bela rasa-ah, karena saya kan sehari hanya seratus ribu sih. Ya kalau memang,

dirawatnya lama kan seminggu ya harus tujuh ratus ribu rupiah, kalau

membayangkan sih untungnya gede banget, kalau dilihat dari untung rugi. Tapi saya

enggak minta, dua kali anak saya sakit saya gak minta.”125

Untuk menjadi peserta BKSY, setiap tahun membayar iuran sebesar Rp.

80.000. Iuran sebesar ini, bagi sebagian orang sangat mudah dan sangat kecil, namun

tidak sedikit juga umat yang merasa keberatan dengan uang sejumlah itu. Pertama-

tama, karena umat tersebut memang tidak mampu secara ekonomi, atau biasanya

karena sudah hidup sendiri: janda atau duda, sehingga tidak ada lagi yang

menanggung perekonomian umat yang bersangkutan. Namun, dalam keadaan

123 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 64-69. 124 Verbatim wawancara informan A4, 18 Juli 2018, baris ke 201-204. 125 Verbatim wawancara informan B1, 25 Juli 2018, baris ke 45-52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

tersebut, ada juga yang ingin tetap ambil bagian dalam BKSY ini, dengan kesadaran

bahwa yang terutama adalah kesediaan untuk membantu orang lain. Dalam kondisi

seperti ini, ada beberapa umat yang tergerak untuk ‘membayari’ iuran umat yang

tidak mampu untuk membiayai iuran tahunan BKSY. Ini adalah bentuk bela rasa

yang banyak ditemukan di beberapa paroki, misalnya pengalaman dari informan A1,

sebagai berikut: “Pernah ada kejadian, orangnya tidak mampu, yang menjadi donatur-

nya itu, orang yang pas-pasan juga. Saya acungi jempol, dan kebetulan yang

disantuni itu juga meninggal, dan gak punya siapa-siapa. Nah saya minta, ketua

lingkungan, bendahara dan donaturnya yang menerima.”126

Ada umat lingkungan, yang dengan penuh kesadaran ‘membayari’ iuran dari

beberapa umat lingkungannya yang tidak mampu untuk membayar iuran, seperti yang

diungkapkan sebagai berikut: “Ada juga dari wilayah 13 itu, yang dia menyantuni 10

personil (umat) itu ada 3 keluarga. Jadi, tiap tahun dibayari sama satu orang. Dan dia

sendiri juga ikut, bertiga yaitu suami, istri dan anaknya.”127

Ada juga ketua lingkungan, yang berinisiatif dan tergerak untuk membantu

umatnya yang benar-benar membutuhkan bantuan, karena keadaan yang

memprihatinkan, seperti pengalaman informan C1, sebagai berikut:

Keluarga juga ada, yang habis kebakaran, tidak punya rumah, kemarin

saya bantu klaim, termasuk yang waktu Natal dan Paskah, alasannya

karena sudah tidak punya rumah, namun menurut saya tidak, karena

anak-anaknya juga mampu. Orang itu sudah janda, tidak punya

penghasilan, sakit-sakitan, mungkin pernah dengan kebakaran sampai

habis, memang benar anaknya kerja, sudah punya mobil dan cicil rumah,

126 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 82-87. 127 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 102-106.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

dan lain-lain, lalu pemikiran saya seperti ini, bahwa setiap hari mendapat

transport untuk ke rumah sakit, dan dia tidak punya uang.128

Pada akhirnya, kehadiran BKSY ini membuat banyak orang tergerak dan

tersemangati hidupnya, terlebih usaha dalam memberikan diri dalam pelayanan.

Seperti yang dibagikan oleh informan A1, sebagai berikut:

Sama dengan BKSY ini, mau 5 orang, mau 2 orang, pokoknya sebelum

hari Minggu sudah harus selesai, saya sudah harus input. Dan mendingan

saya nombok (uang iuran) daripada saudara kita nanti ada masalah.

Selama ini memang, saya punya (tabungan) Mandiri, cuma memang

daripada saya ke bank ngantre, pakai ATM atau gimana gitu, ya pake sms

banking aja, wis sekali jebret banyak gak masalah. Yang penting kerjaan

saya selesai. Saya bisa bantu warga paroki. Tuhan sudah ngasih rejeki

banyak. Nah itu yang saya kerjakan. Nah masalahnya memang, nanti

saya sudah gak dipakai lagi, atau gak ngurusin lagi, menunjuk siapa yang

menjadi PIC BKSY. Cari kader aja susah, yang bisa kita percaya, karena

ini uang dan berhubungan dengan orang yang gak mampu.129

Atau yang makin tersemangati dalam tugas menjadi ketua lingkungan dalam

tugas-tugas hidup menggereja, seperti pengalaman informan C1, sebagi berikut:

“Kebetulan saya kemarin juga bersedia menjadi seksi liturgi, dan saya juga terbuka

untuk melakukan (perbuatan) belas kasih, dan menurut saya gerakan ini sudah sangat

bagus.”130

Efek dari gerakan bela rasa ini kalau dicermati, terbagi dalam tiga proses, yaitu

perubahan pemahaman, perubahan sikap dan tindakan, dan akhirnya efek konkret

dalam tugas pelayanan sehari-hari, baik dalam gereja maupun masyarakat. Efek ini

tidak langsung kelihatan, karena pada dasarnya, pertumbuhan iman adalah persoalan

128 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 61-72. 129 Verbatim wawancara informan A1, 18 Juli 2018, baris ke 201-215. 130 Verbatim wawancara informan C1, 16 Juli 2018, baris ke 166-168.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

pribadi, yang terwujud dalam kesatuan dan komunitas, sehingga selalu ada proses,

yang kadang signifikan, namun juga samar-samar hampir tidak jelas. Namun, yang

jelas gerakan ini memberikan efek positif dalam hidup beriman, terlebih dalam

kaitannya kesadaran untuk berbela rasa dan mewujudkan solidaritas bagi sesama

yang lemah dan miskin.

3.8. Poin-poin Kesimpulan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti akan memaparkan rangkuman hasil observasi dan

wawancara mengenai efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY)

untuk mewujudkan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan

Agung Jakarta (KAJ). Dalam proses ini, peneliti berusaha memahami dan

mengungkapkan kembali makna-makna yang tersirat dari para informan lewat hasil

narasi dan analisis, supaya lebih mudah dipahami dan sesuai dengan alurnya.

Rangkuman analisis penelitian akan dibagi sebagai berikut:

1. Sosialisasi dan Katekese BKSY yang benar dan tepat, akan

mempengaruhi keputusan umat dalam mengikuti gerakan ini.

Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan bahwa masih

banyak sekali umat yang memahami BKSY ini sebagai asuransi

hanya karena ada ‘embel-embel’ ACA dan CAR yang terlibat

sebagai pengelola data dan dana, serta pola serta sistem yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

memang mirip asuransi. Namun, BKSY bukanlah asuransi, dari

berbagai sudut pandang, yaitu jika melihat latar belakang,

spiritualitas, dan mekanisme secara keseluruhan dari BKSY ini.131

2. Sistem dan mekanisme yang diterapkan oleh BKSY, yang dikelola

oleh ACA dan CAR, tidak terlalu menyulitkan, terlebih dalam

proses pendaftaran peserta baru, perpanjangan kepesertaan,

pengajuan bantuan baik rawat inap dan kematian; karena

penjelasan tentang prosedur dan persyaratan ini sudah menjadi

satu dalam sosialisasi dan katekese BKSY di paroki-paroki.

3. Peran pastor paroki dalam upaya menggerakkan umat untuk ambil

bagian dalam gerakan ini sangat penting dan vital. Peran pastor

paroki yang pertama adalah jelas, menangkap misi Bapak Uskup

dan memberi persetujuan bagi parokinya untuk mengikuti BKSY,

kemudian memberi peluang bagi tim sekretariat BKSY pusat

untuk mengadakan sosialisasi dan katekese BKSY bagi dewan

paroki dan pengurus lingkungan, serta akhirnya terus menerus

menggerakkan umat, baik secara lisan maupun lewat aksi nyata

dengan juga menjadi peserta BKSY ini.

4. Pengurus BKSY paroki, biasanya adalah sub-seksi dari bidang

Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari paroki yang

bersangkutan, namun beberapa paroki, terutama paroki yang

131 Penjelasan tentang latar belakang, spiritualitas dan mekanisme secara lengkap dijelaskan di bab II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

sudah sangat berkembang gerakan BKSY-nya, yang ditunjukkan

dengan jumlah peserta yang cukup signifikan, biasanya memiliki

sub-seksi tersendiri khusus untuk BKSY, bahkan memiliki kantor

sendiri dan membuka jam-jam pelayanan khusus BKSY.

5. Pengurus lingkungan, yang biasanya terdiri dari ketua lingkungan

dan atau Seksi Sosial Lingkungan (SSL), juga memiliki pengaruh

besar, bagi perkembangan BKSY ini, terlebih dalam sosialisasi

lanjutan dari paroki, kepada semua umat tanpa terkecuali. Disadari

bahwa karakter ketua lingkungan berbeda-beda: ada yang sangat

giat, semangat dan aktif, namun ada juga yang cenderung pasif

dan malah apatis pada BKSY ini. Karakter ini, ternyata juga

mempengaruhi semangat umat untuk ambil bagian menjadi

peserta BKSY.

6. Dari pengalaman, ada berbagai macam motivasi dan kepentingan

seseorang mengikuti BKSY: memang sungguh ingin berbagi dan

berbela rasa, ingin mendapatkan keuntungan semata atau karena

memang didaftarkan oleh lingkungan. Biasanya karena termasuk

dalam golongan umat pra-sejahtera, yang karena inisiatif ketua

lingkungan, lalu tetap didaftarkan menjadi peserta meski tidak

mampu membayar iuran kepesertaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

7. Melanjutkan poin yang sebelumnya, ada juga beberapa tipe umat

dalam menanggapi BKSY ini: ada yang mampu membayar iuran

tahun demi tahun, ada yang mampu membayari iuran beberapa

umat sekaligus, dan ada juga yang bersedia membantu dana

berapa pun jumlahnya tetapi merasa tidak perlu menjadi peserta.

Itulah mengapa disediakan rekening pending coffee, yang

digunakan untuk menampung dana yang berasal selain dari dana

iuran peserta. Namun, berkaitan dengan tipe kepesertaan yang

terakhir tadi, dalam sosialisasi dan katekese BKSY selalu

ditekankan bahwa BKSY ini adalah gerakan rohani, yang berasal

dari inisiatif pribadi, sehingga kalau keputusan itu membuat orang

yang bersangkutan semakin berbela rasa, maka tidak perlu

dipermasalahkan lebih lanjut.

8. Dari pengalaman orang yang sudah pernah mendapatkan bantuan,

baik rawat inap maupun kematian, tantangan imannya justru

semakin besar ketika harus membuat pilihan untuk meneruskan

kepesertaan atau tidak, karena sudah pernah mendapatkan

bantuan. Ada yang tetap meneruskan kepesertaan meski sudah

pernah mendapatkan bantuan, terutama bantuan kematian, namun

tidak sedikit pula yang berhenti menjadi peserta setalah salah satu

anggota keluarganya meninggal dan sebagai ahli waris, menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

bantuan dari BKSY. Persis di sinilah, motivasi orang mengikuti

gerakan BKSY semakin kelihatan, namun juga dimurnikan.

Beberapa poin di atas, adalah hal-hal yang ditemukan, baik secara tersirat

maupun tersurat, dari peserta sendiri, yang memiliki beragam pengalaman: menjadi

peserta saja, sekaligus menjadi pengurus lingkungan atau paroki, pernah menerima

bantuan baik rawat inap maupun kematian, dan beberapa pengalaman lain. Tentu

sampel informan yang disampaikan di sini, tidak sangat lengkap karena berasal dari 3

paroki saja, dari keseluruhan 32 paroki yang sudah ikut BKSY atau dari keseluruhan

66 paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Namun, dari pengalaman tersebut dapat

digambarkan bahwa umat, terlebih yang sudah menjadi peserta, mengalami dinamika

dan pergulatan iman, meski itu dalam wujud yang sangat sederhana. Pergulatan iman

itu, berkaitan dengan kesadaran diri untuk berbagi kepada sesama atau lebih

mementingkan kepentingan diri. Namun, iman juga merupakan proses, yang

barangkali di awal belum paham, tetapi perlahan ketika sudah mendapatkan

penjelasan yang detail dan lengkap, iman itu mulai bertumbuh dalam perbuatan dan

tindakan-tindakan yang sederhana pula. Maka, ada harapan bahwa gerakan BKSY ini,

sesuai dengan misi Mgr. Ignatius Suharyo, sebagai gerakan rohani yang

diwujudnyatakan dalam bela rasa dan solidaritas kepada sesama yang lemah dan

miskin ini, mendapatkan jalan yang semakin lebar dan luas, meski di beberapa

kesempatan mendapatkan tantangan dan hambatan yang tidak mudah juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

3.9. Rangkuman

Efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) sebagai

perwujudan solidaritas bagi sesama yang lemah dan miskin dipengaruhi oleh berbagai

faktor, di antaranya yaitu sosialisasi dan katekese bela rasa yang akan mendukung

pemahaman yang benar dan tepat, gairah dan semangat pastor paroki yang menjadi

‘pemicu’ ‘virus’ bela rasa kepada seluruh umat, serta keterlibatan pengurus paroki

dan lingkungan dalam rangka meneruskan pemahaman bela rasa dan solidaritas itu

kepada seluruh umat tanpa terkecuali. Selain itu, sistem dan mekanisme yang

terwujud dalam prosedur-prosedur dan persyaratan juga menjadi faktor yang tak

kalah penting, karena pemahaman atasnya juga mempengaruhi keputusan untuk

mengikuti gerakan bela rasa ini atau tidak. Namun, yang terpenting, juga menyangkut

motivasi dari masing-masing orang, yang terdiri dari dua pilihan besar: ingin sungguh

berbagi, berbela rasa, dan bersolidaritas; atau hanya sekedar mencari keuntungan bagi

diri sendiri.

Maka, dari itu, pengurus BKSY pusat harus selalu memperbaharui

informasi berkaitan dengan situasi dan kondisi di paroki-paroki atau komunitas.

Semua itu berkaitan dengan tantangan dan hambatan yang sering muncul dalam

pelaksanaan BKSY ini, sehingga dengan terus memantau situasi dan kondisi ini,

diharapkan dapat memberikan solusi yang berdaya-guna, yang bukan hanya menjadi

solusi instant atau sementara, namun juga semakin membuat umat juga bersemangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

dalam mewujudkan iman melalui BKSY ini. Selain itu, pengurus paroki maupun

lingkungan juga makin bersemangat dalam melayani semua umat yang menjadi

peserta. Dengan demikian, harapan yang utama adalah bahwa sungguh gerakan bela

rasa BKSY ini memang sungguh menjadi sarana yang efektif untuk menumbuhkan

kesadaran untuk berbagi, berbela rasa, dan bersolidaritas kepada sesama yang lemah

dan miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

BAB IV

REFLEKSI TEOLOGIS: ALLAH YANG BERBELA RASA

DALAM DIRI KRISTUS DAN GEREJA YANG

BERSOLIDARITAS

4.1. Pengantar

Dalam bab III telah diuraikan tentang metode, proses dan hasil penelitian

tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) di Keuskupan

Agung Jakarta. Di sana telah digambarkan dengan sistematis, dinamika di sekitar

gerakan bela rasa BKSY, dan dampaknya bagi kehidupan meng-gereja dan

bermasyarakat. Penelitian yang dilakukan telah memberi gambaran tentang realitas,

tantangan dan hambatan yang dialami oleh para peserta gerakan bela rasa BKSY ini.

Kelanjutan dari proses penulisan ini adalah penyusunan refleksi teologis yang

menjadi dasar pembuatan usulan dan saran pastoral bagi pengembangan gerakan

belarasa BKSY selanjutnya. Pada bab IV ini, penyusunan refleksi teologis adalah

dengan ‘merenungkan’-nya dalam terang Kitab Suci, ajaran Gereja dan prinsip-

prinsip solidaritas, yang telah diuraikan di bab II. Sesudah refleksi teologis, penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

akan mengusulkan kebijakan-kebijakan pastoral demi pengembangan pelayanan

gerakan bela rasa BKSY di KAJ, dan nanti di keuskupan-keuskupan lain.

4.2. Metode Refleksi Teologis

Proses refleksi teologis dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pertama, melihat dan meng-analisis kenyataan sosial atau situasi

yang dihadapi bersama. Untuk melihat itu, diperlukan ilmu-ilmu non-

teologi.

2. Kedua, merumuskan tanggapan penulis sebagai orang beriman atas

fakta yang ada. Keprihatinan iman ini mendorong penulis untuk

melakukan refleksi teologis.

3. Ketiga, refleksi teologis dengan cara ‘merenungkan’ kenyataan sosial

itu dalam terang Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja.

4. Keempat, mengusulkan aksi pastoral sebagai tanggapan iman dalam

menghadapi kenyataan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Perencanaan pastoral ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

gerakan bela rasa BKSY ini selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

4.3. Analisis Sosial dan Kultural

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah kota metropolitan. Selain

menjadi ibukota negara, Jakarta juga menjadi pusat perekonomian. Salah satu ciri dari

kota metropolitan adalah bahwa kota itu menjadi tujuan urbanisasi.132 Kota yang

menjadi tujuan urbanisasi, biasanya menjanjikan kesempatan kerja dan peningkatan

taraf hidup secara ekonomi. Arus urbanisasi mulai deras terjadi saat ada perubahan

kultur masyarakat dari masyarakat agraria, menjadi masyarakat industri. Tetapi, tidak

seperti yang dibayangkan bahwa orang-orang yang berbondong-bondong menuju

kota metropolitan, dengan otomatis akan meningkat kehidupan ekonominya.

Kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin lebar menganga, kejahatan yang

semakin meluas, dan masalah-masalah sosial lain yang bermunculan dan semakin

kompleks membuat kehidupan menjadi semakin tidak manusiawi.133 Program-

program pemerintah tampaknya tidak bisa menanggulangi semua masalah tersebut

secara memadai.134

Salah satu akibat langsung dari kesenjangan sosial adalah orang tercerabut dari

akar sosialnya, dengan segala konsekuensinya. Ke-tercerabutan sosial ini akan

berpengaruh pada kesadaran atau gambaran tentang diri, pengalaman hidup dalam

keluarga, dan persahabatan, bahkan sampai pada gambaran tentang Allah. Orang

132 Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. 133 Romdiati, Haning, dan Mita Noveria, ‘Mobilitas Penduduk Antar Daerah Dalam Rangka Tertib

Pengendalian Migrasi Masuk ke DKI Jakarta’, dalam Jurnal Kependudukan Indonesia, vol. 1, no. 1,

2006, 12. 134 Moeis Syarif, Stratifikasi Sosial, (Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung, 2008), 34.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

tidak lagi merasa mempunyai perlindungan dalam lingkungan yang lebih stabil.

Perubahan ini dapat dengan mudah membuat orang-orang yang datang ke kota

metropolitan menjadi kehilangan orientasi, termasuk di dalamnya, hilangnya

kepekaan terhadap nilai-nilai akan martabat manusia. Akibat lain yang konkret adalah

‘ketidakberdayaan’ secara politis, sehingga orang-orang tidak memiliki akses

terhadap kekuasaan dan hasil ekonomi, dan dengan mudah menjadi ‘korban’ bagi

keputusan-keputusan politik dan ekonomi, yang penuh dengan kepentingan yang

manipulatif.

Masyarakat kota metropolitan Jakarta, berdasarkan ciri-ciri sosial-budaya, dapat

dibagi menjadi empat kelompok besar135, yaitu:

1. Kelompok elite atau kelompok atas, yaitu kelompok pengendali

perekonomian, pemegang kapital, yang keputusan-keputusannya

mempengaruhi arus ekonomi. Di dalamnya termasuk para elite

politik dan pemerintahan.

2. Kelompok menengah ke atas, yaitu kelompok atau lapisan

masyarakat atas, yang sebagian besar terdiri dari kaum terpelajar:

pegawai negeri, swasta, dan kelompok-kelompok profesional.

3. Kelompok menengah ke bawah, yang terdiri dari para pedagang dan

berpenghasilan cukup, memiliki penghasilan tetap, dan tempat

tinggal tetap.

135 Marco Kusumawijaya, Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, 112.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

4. Kelompok kelas bawah, yang jumlahnya paling banyak. Mereka yang

termasuk kelompok ini adalah para pekerja tidak tetap (serabutan).

Penghasilan mereka juga tidak tetap atau musiman, misalnya: buruh

bangunan, tukang ojek, tukang cuci.

Berdasarkan situasi dan kelompok masyarakat yang ada di DKI Jakarta

tersebut, maka tantangan-tantangan dan permasalahan yang sering muncul adalah

sebagai berikut136:

1. Tantangan kesenjangan sosial, karena jumlah ‘pelaku’ urbanisasi

yang terus meningkat setiap tahun. Penduduk Jakarta semakin

banyak, namun berbanding terbalik dengan lapangan pekerjaan dan

lahan tempat tinggal.

2. Tantangan adanya pekerjaan musiman, yang berdampak pada

tingginya angka pengangguran di bulan-bulan atau periode tertentu

pada saat pekerjaan-pekerjaan musiman belum tiba.

3. Tantangan angka kejahatan yang meningkat, yang juga terjadi akibat

pengangguran yang meningkat, membuat banyak orang memenuhi

kebutuhan pokok dengan jalan pintas, atau perbuatan-perbuatan

kriminal.

4. Tantangan kesehatan, yang diakibatkan oleh tingginya jumlah

penduduk yang tidak sebanding dengan fasilitas dan tenaga kesehatan

yang dapat dijangkau.

136 Moeis Syarif, Stratifikasi Sosial, 56-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Beberapa tantangan yang dituliskan ini, kemudian mengerucut pada satu

tantangan besar, yaitu tantangan kemiskinan. Kemiskinan dipahami sebagai kondisi

di mana kebutuhan-kebutuhan pokok tidak dapat terpenuhi, pendapatan sangat

rendah, dan kehidupan di bawah garis kemiskinan. Dalam ilmu sosial, dibedakan

antara kemiskinan mutlak dan relatif. Kemiskinan mutlak terjadi jika kebutuhan

primer seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan tidak dapat

dipenuhi, sedangkan kemiskinan relatif didasarkan pada pembagian pendapatan.137

Selain itu, yang juga perlu diperhatikan dalam meng-indentifikasi masyarakat

metropolitan adalah dari sistem kemasyarakatan dan sistem nilai budaya. Sistem nilai

budaya itu terkait dengan konsep mengenai hidup yang ada dalam pikiran

masyarakat, yang berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi.138

Jakarta sendiri, dalam hal ini, termasuk kota yang menonjol sifat kemiskinan relatif-

nya, terutama dalam hal pemerataan pendapatan, yang ‘jomplang’ dan tidak merata.

Kebanyakan orang metropolitan terbentuk oleh situasi sehari-hari yang serba

cepat dan monoton. Semua ditentukan oleh waktu. Maka, tidak mengherankan bahwa

sikap mementingkan diri sendiri, egois, dan berpusat pada keuntungan, menjadi

bentuk sikap yang jamak ditemukan. Tentu ini sangat berbeda dengan masyarakat

pedesaan yang jauh lebih bersaudara, saling menyapa dan menghormati, dan

menjunjung tinggi kerja sama atau gotong royong.139 Hubungan sosial masyarakat

137 Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, (Kanisius: Yogyakarta, 1997),

19. 138 Muhammad Damami, Makna Agama dalam Masyarakat, (LESFI: Yogyakarta, 2002), 7. 139 Soerjono Soekanto, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Dian Rakyat: Jakarta, 1982), 34.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

metropolitan cenderung mandiri, mengarah pada apatis terhadap orang-orang di

sekitarnya. Kontak komunal terjadi sebatas dalam urusan pekerjaan, itu pun masih

dalam ranah ‘luaran’, banyak basa-basi. Namun, untuk bisa ‘mengorbankan’ waktu

demi kebersamaan, sangat jarang kelompok masyarakat metropolitan yang dapat

melakukannya.

Dalam konteks inilah, menjadi wajar bahwa untuk bisa berbagi, masyarakat

metropolitan masih sangat sulit. Berbagi itu banyak wujudnya: waktu, materi,

kehadiran dan seterusnya. Perpaduan antara tantangan kemiskinan dan karakter

masyarakat yang sulit berbagi inilah, yang memberi dampak negatif bagi perwujudan

kesejahteraan di dalam masyarakat metropolitan. Untuk mengatasi situasi ini,

sebenarnya ada tiga alternatif, yaitu:

1. Accomodation/aggression:140 bentuk pertama ini dilakukan dengan

cara memperbaiki keadaan dengan bekerja keras, dan apabila cara ini

gagal, maka mulai berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

kemiskinan.

2. Tindakan melarikan diri dari realita yang tidak disukai.

3. Usaha untuk mengubah sistem dan kemapanan yang dianggap

menjadi penyebab kondisi yang miskin.

Dari semua usaha tersebut, poin pertama dan kedua adalah yang paling sering

dilakukan, karena poin ketiga, tetap membutuhkan bantuan secara struktural, dan

140 Stanley Eitzen, Social Problems, (Allyn and Bacon Inc: Boston, 1986), 166.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

biasanya sulit didapatkan. Pada akhirnya, banyak yang kemudian lebih suka memilih

untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang sudah ada.

Ada satu usaha bersama yang juga kini dibangun masyarakat yaitu kerja sama,

gotong royong atau dikenal juga dengan semangat solidaritas. Solidaritas dibangun

berdasarkan situasi bersama, dan tidak mengharuskan situasi kaya-miskin, bahkan

sesama orang yang membutuhkan pun bisa menerapkan solidaritas. Dalam situasi

masyarakat pedesaan, yang masih kental dengan suasana kerja sama dan gotong

royong, solidaritas adalah ‘praktek’ yang sangat mudah ditemui, misalnya

mengumpulkan bahan-bahan makanan, uang untuk dibagikan lagi kepada yang jauh

lebih membutuhkan. Dalam situasi masyarakat metropolitan, ‘semangat’ solidaritas

ini, masih membutuhkan ‘perjuangan’ karena masih menjadi milik segelintir orang

yang dengan sadar memberi dan berbagi bagi orang lain. Umumnya, mereka yang

jauh lebih mampu akan memberi lebih banyak, namun kenyataannya di lapangan,

bisa terbalik: yang mampu tidak mau memberi namun yang kurang mampu justru rela

memberi meski dalam jumlah yang sangat terbatas. Inilah realitas masyarakat

metropolitan, yang menjadi dasar penelitian ini.

Atas penting dan mendesaknya tindakan solidaritas tersebut, Gereja Keuskupan

Agung Jakarta (KAJ), yang berada dalam konteks kesenjangan sosial ‘kaya-miskin’,

menanggapi panggilan untuk mewujudkan solidaritas antar umat, dengan membentuk

sebuah gerakan belarasa dan solidaritas, yang bertujuan untuk membantu umat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

warga yang mengalami kesulitan dalam kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan

dengan pembiayaan rawat inap dan biaya kematian.

4.4. Sintesis Hasil Penelitian

Dari hasil analisis atas data penelitian dan analisis sosial-kultural, dapat

disimpulkan bahwa gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) dapat menjadi

sarana yang efektif untuk berbagi dan mewujudkan solidaritas kepada sesama yang

lemah dan miskin. Meski untuk bisa terwujud, hal itu membutuhkan proses yang

tidak mudah, bahkan dengan syarat-syarat tertentu. Dari analisis atas data penelitian

ditemukan beberapa hal berikut ini:

1. Gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY) ini, merupakan

gerakan bela rasa ‘milik’ keuskupan, dan dilaksanakan dalam dua

cara: teritorial dan kategorial. Secara teritorial berarti dilaksanakan

dengan basis paroki-paroki sedangkan secara kategorial dilaksanakan

dalam komunitas-komunitas. Meski milik keuskupan, namun perlu

inisiatif dan kesediaan dari paroki dan komunitas yang bersangkutan

sebelum menjadi peserta. Penekanannya adalah kesadaran untuk

berbagi menjadi dasar dan titik tolak dari gerakan bela rasa ini.

2. Selama empat tahun berjalan, jumlah peserta cenderung naik, namun

pemahaman dan motivasi peserta untuk ikut berbeda-beda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Penentunya adalah sosialisasi yang disampaikan oleh pengurus pusat

dan paroki, serta pastor paroki.

3. Orang yang sudah paham tentang maksud dan tujuan gerakan bela

rasa ini, cenderung akan memberi lebih atau kalau mestinya

mendapatkan bantuan, memilih untuk tidak mengambil dan diberikan

kepada orang lain.

4. Orang yang belum paham tentang maksud dan tujuan gerakan bela

rasa ini, biasanya memandang seperti asuransi: memberi atau

membayar sedikit, namun suatu saat nanti akan menerima lebih

banyak.

5. Penentu pemahaman umat adalah sosialisasi dan katekese tentang

bela rasa yang disampaikan oleh pengurus pusat kepada pastor paroki

dan ketua-ketua wilayah atau lingkungan. Pastor paroki dan ketua-

ketua wilayah atau lingkungan inilah yang akan meneruskan kepada

seluruh umat.

6. BKSY ini ‘menggandeng’ pihak ketiga sebagai mitra dalam

pengelolaan sistem dan dana. Di satu sisi, BKSY terbantu untuk

mengelola dana sistem, namun di sisi lain, sering disalahartikan

sebagai ‘produk’ asuransi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Poin penting dari penelitian ini adalah tentang peran dari gerakan belarasa bagi

tumbuhnya semangat solidaritas di antara umat. Dari analisis data, dapat ditemukan

beberapa kondisi sebagai berikut:

1. Ada beberapa jenis peserta: peserta yang apatis, peserta yang

membutuhkan proses, dan peserta yang sudah langsung tahu dan

paham bahwa BKSY adalah gerakan bela rasa dan solidaritas.

2. Kemampuan ekonomi umat, tidak menjadi tolok ukuran dalam

keputusan untuk ambil bagian menjadi peserta. Justru orang-orang

yang kaya, sejahtera dan sudah memiliki beberapa asuransi,

memutuskan tidak menjadi peserta BKSY karena merasa tidak butuh

lagi. Padahal BKSY adalah gerakan untuk bela rasa dan solidaritas.

3. Cara dan bahasa penyampaian yang tepat, menjadi faktor kunci untuk

mempengaruhi atensi dan pemahaman umat. Di samping ada hal-hal

material, seperti slide presentasi, website, brosur dan leaflet.

4. Ada paroki yang mengadakan ‘redaksi’ pada istilah-istilah teknis

asuransi, sehingga bisa ditangkap umat sebagai gerakan bela rasa.

Selain semangat solidaritas, himbauan dari Bapa Uskup, hendak menjadikan

gerakan bela rasa BKSY ini sebagai gerakan rohani, yang memberi efek konkret bagi

hidup meng-gereja dan bermasyarakat. Dari analisis data, dapat ditemukan beberapa

kondisi sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

1. Ada beberapa peserta yang seharusnya mendapatkan bantuan, namun

memilih untuk tidak mengambil bantuan tersebut, dengan harapan

bahwa bantuan itu bisa membantu orang lain yang jauh lebih

membutuhkan.

2. Dalam lingkup lingkungan, ada juga peserta yang berinisiatif untuk

membayari iuran dari beberapa peserta yang kurang mampu, untuk

beberapa kali periode kepesertaan.

3. Beberapa peserta yang ‘lebih’, selain membayar iuran

kepesertaannya sendiri, juga menambahkan uang untuk pending-

coffee, atau uang yang dikumpulkan sebagai ‘cadangan’ apabila ada

peserta yang ingin ikut menjadi peserta baru, atau renewal

(pembaharuan kepesertaan), namun tidak cukup memiliki uang untuk

membayar iuran kepesertaan.

4. Dan yang terpenting, ada perubahan hidup, dari yang tadinya pelit

menjadi murah hati. Bentuk kemurahan hati itu wujudnya macam-

macam, misalnya terlibat dalam pelayanan di lingkungan dan gereja,

semakin rajin ke gereja, bersedia menjadi pengurus paguyuban ketika

yang lain tidak bersedia.

5. Para peserta juga semakin semangat dalam membangun persaudaraan

dan terlibat dalam masyarakat. Keterlibatan dalam masyarakat juga

sebagai bentuk solidaritas orang Katolik terhadap sesama yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Efek dari gerakan bela rasa ini kalau dicermati, terbagi dalam tiga proses, yaitu

perubahan pemahaman, perubahan sikap dan tindakan, dan akhirnya efek konkret

dalam tugas pelayanan sehari-hari, baik dalam gereja maupun masyarakat. Efek ini

tidak langsung kelihatan, karena pada dasarnya, pertumbuhan iman adalah persoalan

pribadi, yang terwujud dalam kesatuan dan komunitas, sehingga selalu ada proses,

yang kadang signifikan, namun juga samar-samar hampir tidak jelas. Namun, yang

jelas gerakan ini memberikan efek positif dalam hidup beriman, terlebih dalam

kaitannya kesadaran untuk berbela rasa dan mewujudkan solidaritas bagi sesama

yang lemah dan miskin.

4.5. Refleksi Teologis: Allah yang Berbela Rasa dalam Diri Kristus dan Gereja

yang Bersolidaritas

Gereja di Keuskupan Agung Jakarta, adalah Gereja yang hadir dan menyapa,

serta menjunjung tinggi martabat manusia. Dengan mewujudkan solidaritas, Gereja

diharapkan mampu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menyejahterakan semua

orang, tanpa terkecuali. Dengan begitu, martabat manusia ditinggikan. Gereja ingin

hadir secara signifikan dan relevan. Gereja dan masyarakat berjalan bersama. Maka,

melalui gerakan bela rasa BKSY ini diharapkan bahwa ada kerja sama untuk

mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, sekaligus

membangun manusia rohani, manusia beriman yang mewujudkan iman dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

kesediaan diri untuk berbagi dan berbela rasa. Ada tiga langkah dalam merefleksikan

soal efektivitas gerakan bela rasa BKSY ini, yaitu mengenal Allah yang berbela rasa

kepada manusia, merefleksikan Yesus Kristus sebagai puncak pewahyuan bela rasa

Allah, dan Gereja sebagai perwujudan konkret bela rasa Allah, yang menjadi tujuan

dari refleksi teologis ini.

4.5.1. Allah yang Berbela Rasa kepada Manusia

Paus Fransiskus, dalam Misericordiae Vultus artikel 9, mengatakan bahwa

kerahiman adalah inti iman kristiani, yang didasarkan pada tiga perumpamaan dalam

Injil yang sungguh memperlihatkan kerahiman Allah, yaitu: perumpamaan tentang

domba yang hilang (Luk. 15: 1-17), perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk.

15: 8-10) dan perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15: 11-32). Masih

berkaitan dengan itu, dalam bukunya: The Name of God is Mercy, Paus Fransiskus

menuliskan demikian: “Kerahiman adalah intisari dari pesan Injil. Kerahiman adalah

nama Allah sendiri, wajah yang mewahyukan diri-Nya di dalam Perjanjian Lama dan

mendapat kepenuhannya di dalam Yesus Kristus, inkarnasi kasih yang berdaya cipta

dan membebaskan. Cinta kasih dari kerahiman itu menerangi wajah Gereja, secara

khusus dalam sakramen-sakramen terutama dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan juga

dalam karya-karya cinta kasih, baik komunitas maupun individual.”141

141 Francis, The Name of God is Mercy: A Conversation with Andrea Tornielli, (New York: Random

House, 2016),7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Sejak Perjanjian Lama, Allah telah menyatakan diri sebagai Allah yang

menunjukkan bela rasa, sebagai sifat yang utama, disertai dengan berbagai macam

tindakan dan ‘intervensi’-Nya terhadap bangsa yang diselamatkan yaitu Israel. Yang

menjadi sasaran bela rasa Allah adalah terutama para pendosa dan orang-orang

miskin. Dalam tulisan ini, bela rasa Allah ini akan ditekankan pada ‘keberpihakan’

Allah kepada orang miskin, yang menjadi pilihan-Nya sendiri. Setelah mewahyukan

diri sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah berfirman kepada Musa terkait

penderitaan orang Israel: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan

umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan

oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku mengetahui penderitaan mereka” (bdk. Kel.

3:7). Dalam Kitab Hakim-hakim juga diperlihatkan bagaimana Allah sangat

memperhatikan kebutuhan bangsa Israel yang berseru minta tolong: “Ketika orang

Israel berseru kepada Tuhan, maka Tuhan membangkitkan bagi mereka seorang

penyelamat (bdk. Hak. 6:7).”142 Dengan demikian, juga dapat disimpulkan bahwa,

orang kristiani menjadi alat-alat untuk ‘mendengarkan’ jeritan orang miskin, maka

jika kemudian ada yang menjadi ‘tuli’ akan permohonan dan permintaan orang

miskin, itu berarti sama saja dengan menentang kehendak dan rencana Allah.143

Bela rasa Allah adalah kuasa Allah yang menopang, melindungi dan

menciptakan hidup yang baru. Bela rasa Allah adalah pilihan-Nya kepada kehidupan.

Pilihan Allah kepada orang miskin adalah pilihan yang berdimensi sosial karena

142 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, (London: Darton, Longmann, Todd Ltd.,

2014), 23. 143 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

mengarahkan keprihatinan secara khusus kepada orang yang lemah dan miskin144,

yang sekurang-kurangnya dalam Perjanjian Lama diperlihatkan dalam: peristiwa

eksodus (keluaran), hukum hari dan tahun Sabat serta nubuat-nubuat para nabi.

Dalam peristiwa eksodus, jelas bahwa bangsa Israel adalah bangsa miskin di Mesir

dan Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyelamatkan mereka.145

Dalam hukum hari Sabat, ditetapkan bahwa para budak dan orang asing mendapatkan

hari untuk beristirahat. Selain itu dalam Tahun Sabat, yang diadakan setiap tujuh

tahun sekali, ditetapkan bahwa orang miskin akan mendapatkan makanan dan para

budak dibebaskan.146 Dalam nubuat-nubuat para nabi, selalu ditekankan tentang

kepedulian dan pilihan Allah kepada orang-orang miskin, karena melalui para nabi

inilah, keberpihakan Allah kepada orang yang lemah dan miskin bisa tersampaikan.

Gerakan bela rasa BKSY dicanangkan oleh Mgr. Ignatius Suharyo dengan ‘bela

rasa’ sebagai pokok dan dasar. Bela rasa yang dimaksud adalah perwujudan dari

gambaran kerahiman Allah yang tiada terbatas bagi manusia. Perwujudan bela rasa

ini, ditunjukkan dengan kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang kurang

beruntung, dalam berbagai macam hal, terutama dalam hal ini, adalah soal kesehatan

dan kematian. Gerakan bela rasa BKSY ini, memberi bantuan secara khusus untuk

mereka yang kesulitan dana dalam kesehatan dan kematian. Namun, di sisi lain,

gerakan bela rasa BKSY ini, pun hendak menumbuhkembangkan semangat bela rasa

144 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, (New York: Paulist

Press, 2014), 56. 145 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, 56. 146 Walter Kasper, Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life, 57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

dalam diri masing-masing peserta, sehingga setiap orang yang terlibat sebagai

peserta, memiliki motivasi murni untuk memberi dengan ikhlas melalui iuran yang

dibayarkan, bukan malah berharap menerima sesuatu dari kepesertaan yang mereka

ikuti. Dari iuran yang mereka bayarkan setiap tahun, meski jumlahnya tidak banyak,

menjadi perwujudan konkret dari bela rasa tersebut. Dimensi bela rasa itu makin

tampak ketika seseorang yang seharusnya menerima bantuan, baik itu kesehatan atau

kematian, memutuskan untuk memberikan bantuan tersebut kepada yang lebih

membutuhkan. Bela rasa itu muncul dari dalam diri, kemudian diwujudkan dalam

satu kesatuan paroki dan keuskupan dalam wadah kepesertaan BKSY.

4.5.2. Yesus Kristus sebagai Puncak Pewahyuan Bela Rasa Allah

Yesus adalah wajah bela rasa Allah yang nyata di dunia. Bela rasa Allah yang

besar itu dapat dilihat, dirasakan atau dialami dalam keseluruhan hidup Yesus. Tanda

dan mukjizat yang dikerjakan Yesus, terutama dalam menghadapi pendosa, orang

miskin, orang tersingkirkan, yang sakit, menderita, memiliki inti yaitu: kasih dan bela

rasa. Bersama Yesus Kristus, hidup di tengah dunia ditandai dengan kasih nyata,

karena Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus merupakan Allah yang solider

dengan kehidupan manusia. Allah telah memilih untuk hadir di tengah hiruk pikuk

kehidupan, berbagi nasib dengan manusia. Pengalaman inkarnasi merupakan

pengalaman Allah yang menjadi manusia, agar manusia dapat mengambil bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

dalam hidup Allah, yang mau terlibat dalam perjuangan dan keprihatinan manusia.147

Kerahiman sudah tampak sejak tampilnya Yesus pertama kali ketika Yesus membaca

nas Nabi Yesaya di sinagoga di Nazaret: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia

telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;

dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang

tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang

tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah dating” (Luk 4:18-19).148

Kata-kata Yesus ini menjadi dasar dari semua perbuatan dan perkataan kerahiman-

Nya selanjutnya yang menghadirkan Allah di tengah dunia.

Dalam pewahyuan bela rasa Allah, Yesus tidak hanya mewartakan bela rasa

tersebut, tetapi juga menghidupinya melalui perbuatan-perbuatanNya. Hampir seluruh

Injil menceritakan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan dan menunjukkan bela rasa

untuk menolong orang-orang miskin, lemah dan tersingkir, menyembuhkan orang

sakit, memberikan makan dan minum untuk mereka yang lapar dan haus serta

mengampuni orang berdosa. Perbuatan-perbuatan bela rasa Yesus, misalnya

ditunjukkan dalam belas kasih kepada janda dari Nain (Luk. 7:11-15), bela rasa

terhadap orang kusta di Galilea (Mrk. 1:41-42), penyembuhan terhadap dua orang

buta di Yerikho (Mat. 20:34), dan tentu saja, Yesus yang tergerak oleh bela rasa

147 E. Martasudjita, Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, 145. 148 Dives in Misericordiae art. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

kepada lima ribu orang yang mengikuti-Nya tiga hari dan memberi mereka makan

(Mrk. 8:1-3).149

Berkenaan dengan tindakan bela rasa Yesus, ensiklik Dives Misericordiae

artikel 2 menegaskan bahwa dalam dan melalui Yesus Kristus, Allah bisa dilihat

secara khusus dalam kerahiman-Nya. Yesus tidak hanya berbicara tentang kerahiman

dan belarasa, termasuk menjelaskan artinya melalui perbandingan dan perumpamaan,

tetapi Yesus sendiri membuat kerahiman dan bela rasa Allah menjelma dan

terpersonifikasi. Yesus adalah Sang Kerahiman itu sendiri.150 Melalui cara hidup-

Nya, Yesus menyatakan kerahiman-Nya sungguh hadir di dalam dunia ini sebagai

sebuah kasih yang berdaya guna, yang menghadirkan diri kepada manusia dan

merangkul segala sesuatu yang membangun kemanusiaan-Nya.151

Bukti paling jelas akan kesetiaan, kasih dan bela rasa Allah dalam diri Kristus

adalah saat penderitaan dan wafat-Nya di salib. Yesus memberikan hidup-Nya sendiri

bagi semua, pun bagi musuh-musuh-Nya, untuk mengubah hati mereka. Dalam salib

Kristus, bela rasa Allah memancar keluar.152 Kematian Kristus mampu menunjukkan

bahwa kasih dan bela rasa Allah itu menghancurkan kematian dan membawa manusia

pada keselamatan. Pemberian diri Kristus secara penuh mengatasi ketakutan manusia

dan membuat manusia mampu untuk mempercayakan diri seutuhnya kepada-Nya.

Dalam diri Yesus, Allah secara definitif, membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang

149 Christoph Schonborn, We Have Found Mercy. The Mistery of God’s Merciful Love, (San Fransisco:

Ignatius Press, 2012), 41-42. 150 Christoph Schonborn, We Have Found Mercy. The Mistery of God’s Merciful Love, 42. 151 Dives in Misericordiae art. 3. 152 Lumen Fidei (LF), art. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

penuh belas kasih dan bela rasa. Yesus menempatkan bela rasa dan kerahiman

sebagai pusat misteri Paskah, sekaligus sebagai peristiwa yang menghadirkan rahmat

bagi umat kristiani, karena ada pengalaman disembuhkan, mengubah sikap dan

transformasi, sekaligus ajakan untuk berpartisipasi menyebarkan kerahiman dan bela

rasa dalam keadaan konkret waktu, tempat dan orang-orang.153

Allah menghendaki agar manusia mengambil inisiatif dan bertindak proaktif

untuk memihak orang miskin dan mengupayakan berbagai macam hal: peduli, solider

dan membantu orang miskin mengatasi kesulitan hidupnya. Gereja dipanggil

meneladan Yesus Kristus, yang ‘…menyampaikan kabar baik kepada orang-orang

miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan membebaskan

orang-orang tertindas (Luk. 4:18-19)’.154 Realitas Yesus Kristus, dengan demikian

adalah realitas Allah yang berpihak, dan dengan demikian, Gereja yang hendak

menjadi bagian dari Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia, harus menjadi

Gereja ‘yang berpihak’. Gereja menemukan kekuatan dan motif karya pelayanan

dalam realitas salib. Salib merupakan ‘aksi’ solidaritas Allah pada penderitaan

manusia. Yesus Kristus lewat salib memenuhi janji Allah untuk menyelamatkan

manusia di dunia. Dengan ketaatan-Nya, Yesus Kristus melaksanakan penebusan

sekaligus menjadi puncak pewahyuan bela rasa Allah kepada manusia dan dunia.155

153 Christoper G.P., ‘Paschal Mystery and Divine Mercy’, Vidyajoti Journal of Theological Reflection

80, 2016, 243. 154 Krispurwana Cahyadi, Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, 69. 155 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayanan Kasih, 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Gerakan bela rasa BKSY, pada awalnya dianggap sebagai salah satu produk

asuransi, karena menggandeng pihak ketiga sebagai pengelola sistem dan keuangan,

sehingga untuk bisa meyakinkan umat untuk ambil bagian dalam kepesertaan,

membutuhkan usaha yang tidak mudah. Sekretariat BKSY pusat, mengadakan

sosialisasi di paroki-paroki, yang kemudian diteruskan di lingkungan-lingkungan.

Sosialisasi dan katekese memiliki tujuan supaya pemahaman tentang berbagi dan

bersolidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin ini, tidak menjadi konsep

belaka, namun di balik sosialisasi dan katekese tersebut, juga mengandung ajakan

untuk mewujudkan belarasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Konsep besar

tentang bela rasa itu diwujudkan dalam pemahaman yang konkret namun sederhana,

sehingga umat yang mendengarnya pun paham bahwa BKSY bukan produk asuransi,

tetapi gerakan bela rasa.

4.5.3. Gereja sebagai Perwujudan Konkret Bela Rasa Allah

Dalam Konsili Vatikan II terjadi pergeseran eklesiologis dari Gereja yang

bercorak ‘Tubuh Mistik Kristus’ ke arah Gereja ‘Umat Allah’. Umat beriman adalah

umat Allah yang dipanggil kepada iman, harapan dan disempurnakan pada cinta

kasih. Dasar dari panggilan itu ialah kenyataan bahwa mereka dicintai, dan dipilih

oleh Allah, dibenarkan oleh Kristus dan dikuduskan oleh Roh Kudus.156 Pengertian

umat Allah ini menjadi titik tolak untuk mengungkapkan ‘sisi sosial’ Gereja, yaitu

156 M. Nur Widi, Eklesiologi Ardas Keuskupan Agung Semarang, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 103.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

menempatkan Gereja dalam rangka keselamatan Allah yang hadir dalam sejarah yang

konkret.157 Sejak semula, karya keselamatan Allah dalam sejarah diarahkan pada

pembentukan ‘komunitas keselamatan’.158 Dua ciri pokok rencana keselamatan Allah

seperti yang dinyatakan dalam Lumen Gentium (LG) artikel 9,159 adalah: rencana

keselamatan dilaksanakan sebagai relasi pribadi Allah dengan manusia; dan relasi

pribadi tidak terwujud sebagai individualisme tetapi diwujudkan dalam sejarah umat

Allah. Karya keselamatan Allah dilaksanakan dalam Gereja, yang sungguh

manusiawi (kelihatan) dan ilahi (tak kelihatan).160 Dalam realitas kemanusiaannya,

Gereja bertanggungjawab terhadap realitas duniawi yang ada di sekitarnya. Gereja

tidak berdiam diri, tetapi terlibat langsung di tengah situasi dan kondisi yang dialami

oleh dunia.

Gereja dipandang juga sebagai communio atau persekutuan, yang

menekankan kesatuan seluruh umat serta kebersamaan dalam gerak membangun

hidup beriman dan hidup bermasyarakat.161 Gereja sebagai persekutuan berarti

menjadi komunitas yang hidup dan berciri partisipatif (melibatkan), transformatif

(mengembangkan) dan empowering (memberdayakan).162 Maka, dikenal istilah

157 Gaudium et Spes (GS) art. 1. 158 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2, 208. 159 “Di segala zaman dan pada semua bangsa, Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan

orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya. Tetapi Ia hendak

membentuk mereka menjadi umat, yang mengakuiNya dalam kebenaran dan mengabdi kepadaNya

dengan suci.” 160 James Kroeger, 50 Jejak Konsili Vatikan II, 158. 161 Dewan Karya Pastoral KAS, Aggiornamento Pembaharuan Hidup Gereja dalam Terang Konsili

Vatikan II, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 32. 162 Dewan Karya Pastoral KAS, Aggiornamento Pembaharuan Hidup Gereja dalam Terang Konsili

Vatikan II, 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Gereja sebagai sebuah komunitas, yang menekankan persaudaraan, solidaritas, dan

keintiman relasi personal dalam membangun hidup bersama. Maka, diharapkan

bahwa Gereja communio menjadi entitas dan ‘lahan subur’ bagi hadirnya Kerajaan

Allah, yang terjadi karena terjalinnya relasi personal-mendalam dengan Allah dalam

kesatuannya dengan sesama dan alam ciptaan. Yesus Kristus mengajar bahwa

manusia tidak hanya menerima dan mengenal bela rasa Allah, tetapi juga dipanggil

untuk ‘mempraktekkan’ kerahiman dan bela rasa kepada sesama, seperti yang tertulis

dalam Mat. 5:7: “Berbahagialah orang yang penuh dengan kerahiman, karena mereka

akan memperoleh kerahiman.”163

Gereja mengajak semua umat untuk ‘melangkah keluar’ menyampaikan

hidup dan kesaksian Kristus sebagai pewahyuan bela rasa Allah, kepada semua orang.

Gereja memiliki bidang-bidang perutusan dan pelayanan: pewartaan sabda (kerygma-

martyria), perayaan sakramen-sakramen (leitourgia) dan perwujudan pelayanan kasih

(diakonia). Masing-masing pelayanan mengandaikan satu sama lain, maka pelayanan

kasih juga bukan sekedar pelayanan kasih tapi merupakan bagian dan hakikat dari

bidang pelayanan yang lain. Gereja, secara konkret, bertindak lewat pelayanan kasih,

maka pelayanan kasih adalah jati diri kristiani. Gereja dipanggil mewartakan dan

membela hak-hak asasi manusia, memperjuangkan keadilan dan perdamaian,

sehingga dalam karya-karyaNya Gereja memberikan pelayanan kepada setiap

pribadi.164 Maka, Gereja bukan lagi Gereja yang tertutup dan berhenti, tetapi Gereja

163 Dives in Misericordiae (DM), art. 14. 164 F.A. Teguh Santosa dkk, Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

yang selalu mencari, menembus batas-batas, menyapa dunia, terlibat untuk berbagi,

peduli, menunjukkan kenyataan bahwa Allah adalah kasih.

Paus Fransiskus dalam bukunya, The Church of Mercy, A Vision for the

Church, mengatakan bahwa Gereja adalah kudus karena berasal dari Allah yang

kudus, Allah yang percaya pada Gereja dan tidak meninggalkannya pada alam maut

(Mat. 16:18). Gereja adalah kudus karena Kristus mengasihi Gereja dan memberikan

diri-Nya di kayu salib untuk menguduskannya (Ef. 5:25-26). Gereja adalah kudus

karena Yesus Kristus, Yang Kudus dari Allah (Mrk. 1:24), disatukan pada Gereja

secara tak terbatalkan (Mat. 28:20). Gereja adalah kudus karena dibimbing oleh Roh

Kudus yang menyucikan, mentransformasi dan memperbaharuinya. Gereja adalah

kudus bukan karena jasa-jasanya sendiri, tetapi karena Allah, Yesus Kristus dan Roh

Kudus yang membuat Gereja menjadi kudus.165

Paus Fransiskus mengakui bahwa Gereja juga terdiri dari orang-orang

berdosa166, maka Gereja sebagai pendosa dipanggil untuk membiarkan diri diubah,

diperbaharui dan disucikan oleh Allah. Panggilan untuk memperbarui diri bukan

berarti menolak para pendosa, namun para pendosa ini direngkuh oleh kerahiman,

kelembutan dan pengampunan Bapa yang menawarkan kepada setiap orang,

kemungkinan untuk berjumpa dengan-Nya dalam perjalanan menuju kekudusan.

Konsekuensi dari panggilan Gereja tersebut, maka seluruh upaya pelayanan dan

pastoral Gereja harus mengungkapkan kelembutan dan kerahiman kepada seluruh

165 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 30. 166 Francis, The Church of Mercy. A Vision for the Church, 31.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

umat beriman tanpa kecuali, termasuk untuk mereka yang lemah dan miskin.167

Mengingat pentingnya kesaksian akan kerahiman dan bela rasa, Paus Fransiskus

mengajak umat kristiani untuk melangkah keluar menyampaikan kehidupan Yesus

Kristus kepada semua orang, mencari orang-orang yang menderita di mana mereka

tinggal, dan di mana mereka berharap. Seperti teladan Yesus yang tanpa lelah

mengatakan kepada Gereja: “Berilah mereka makan” (Mrk. 6:37).168

Gerakan bela rasa BKSY yang ‘lahir’ dari pimpinan Gereja Keuskupan Agung

Jakarta, juga melibatkan semua pihak tanpa kecuali, supaya dapat menjangkau umat

yang paling kecil dan sederhana. Maka, keterlibatan pastor paroki, pengurus paroki

dan ketua-ketua lingkungan, dalam gerakan bela rasa ini sangat menentukan, karena

maju dan berkembangnya gerakan ini, ditentukan oleh keterlibatan pastor paroki,

pengurus paroki dan ketua-ketua lingkungan. Ketika mereka ini, terlibat secara aktif

dan bersemangat dalam memperkenalkan dan bahkan memfasilitasi gerakan bela rasa

ini dengan baik, biasanya banyak umat yang ambil bagian menjadi peserta, termasuk

kesadaran untuk memperbarui kepesertaan dari tahun ke tahun. Pastor paroki akan

memberikan penjelasan dan bahkan katekese melalui homili saat misa atau kunjungan

lingkungan, pengurus-pengurus paroki mengadakan sosialisasi dan katekese tiada

henti dan ketua-ketua lingkungan, akan berhadapan langsung dengan umat dan

peserta. Ketua-ketua lingkungan inilah yang setiap kali melakukan tugas-tugas

konkret: mendaftar peserta baru, melakukan proses administrasi baik untuk bantuan

167 Misericordiae Vultus art. 10. 168 Francis, The Name of God is Mercy. A Conversation with Andrea Tornielli, 52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

kesehatan dan kematian, sekaligus tetap melakukan sosialisasi dan katekese. Kerja

sama antara ketiga pihak, termasuk nanti dengan sekretariat BKSY pusat, menjadi

perwujudan Gereja yang keluar, yang mencari mereka yang membutuhkan bantuan,

dan menderita kesusahan, serta membutuhkan bantuan. Kompetensi etis kerja sama,

selain kompetensi etis bela rasa yang dicanangkan Mgr. Ignatius Suharyo, menjadi

wujud konkret Gereja yang memberi perhatian kepada sesama yang lemah dan

miskin, sekaligus mewujudkan kekudusan dalam Gereja, disertai semangat untuk

memperbarui diri.

4.5.4. Gereja dan Solidaritas

Dalam refleksi tentang kehadiran Gereja sebagai perwujudan bela rasa Allah,

maka solidaritas hendak ditempatkan dan dimaknai. Solidaritas adalah bentuk

kehadiran Gereja yang manusiawi, yang kelihatan, menempatkan dalam situasi dan

konteks masyarakat. Selain itu, solidaritas menjadi gambaran Gereja yang hidup

dalam persekutuan-persekutuan untuk membangun hidup beriman dan

bermasyarakat. Dan tentu saja, solidaritas menjadi perwujudan Gereja yang terus

bergerak melayani, membela hak asasi manusia dan memperjuangkan keadilan bagi

sesama dan seluruh ciptaan.

Berbicara tentang solidaritas, tentu tidak bisa dilepaskan dari ‘teladan’ para

rasul dalam konteks Gereja perdana, yang menekankan kesatuan jemaat. Kesatuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

jemaat itu ditunjukkan dengan ungkapan: “…segala kepunyaan mereka adalah

kepunyaan bersama” (Kis. 2:44), yang berangkat dari simpat dan keprihatinan mereka

yang mendalam terhadap kebutuhan setiap anggota. Praksis ini juga didasarkan pada

keputusan dan tekad untuk secara sukarela menjual milik pribadi demi jemaat, setiap

kali ada kebutuhan yang mendesak. Kesediaan ini adalah ungkapan rasa kesatuan

yang mendalam, karena satu sama lain merasa diri satu iman, dalam solidaritas.169

Dalam kisah Gereja perdana juga digambarkan bahwa jemaat yang dihidupi oleh Roh

Kudus dan mengungkapkan rasa kesatuannya dengan kesediaan untuk saling

menyediakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis antar anggotanya, yang tujuan

utamanya adalah menghapus kemiskinan dari tengah-tengah mereka.170 Tujuan itu

dapat dipenuhi dengan adanya re-distribusi kekayaan dalam jemaat, yaitu anggota

jemaat yang lebih kaya secara sukarela menyediakan harta milik bagi mereka yang

lebih miskin. Praksis ini juga menghapus mentalitas memiliki, sekaligus kesediaan

untuk berbagi dengan yang berkekurangan.171

Dalam Kis. 11:12-30, dikisahkan juga upaya solidaritas Gereja perdana yang

lebih luas, yaitu memberikan bantuan kepada jemaat di Yudea. Di situ ada dua prinsip

yang berlaku, yaitu prinsip membantu sesuai dengan kemampuan, artinya sesuai

dengan kekayaan si pemberi. Prinsip ini dapat disalahpahami sebagai tuntutan

minimal jika tidak ditempatkan dalam konteks berbagi dengan orang miskin. Di satu

pihak yang lain, prinsip ini mengakui adanya begitu banyak kebutuhan dasar dan

169 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 146. 170 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 147. 171 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 148.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

tingkat pendapatan di kalangan jemaat. Di sisi lain, prinsip ini menuntut secara

proporsional lebih banyak dari anggota jemaat yang memang memiliki banyak.172

Prinsip berikutnya adalah prinsip solidaritas kristiani, yaitu seluruh jemaat bersatu

dalam satu semangat solidaritas. Namun, tidak berarti solidaritas itu ditujukan bagi

sesama umat kristiani namun sifatnya inklusif dan tidak terbatas pada kalangan

sendiri, atau dalam konteks Kitab Suci, terbatas pada orang-orang Yahudi saja. Maka,

dengan demikian, Gereja perdana tidak sekedar memikirkan kepentingan kaum

seimannya, tetapi juga jemaat yang lebih universal untuk memelihara dan berbagi

dengan semua orang yang kelaparan dan tertindas di dunia ini.173

Dua prinsip di atas, tampaknya menjadi sesuatu yang dihayati oleh gerakan bela

rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY), bahwa orang yang memiliki ‘kekayaan’ lebih

banyak bertanggungjawab untuk memelihara anggota umat yang lain berkekurangan,

namun itu tidak berarti bahwa mereka yang berkekurangan tidak ambil bagian dalam

kesatuan ini, karena semua anggota tetap bisa berbagi dengan jumlah dan caranya

masing-masing. Prinsip yang kedua soal solidaritas, juga ditunjukkan dengan

semakin meluasnya cakupan gerakan bela rasa BKSY ini baik secara teritorial

maupun kategorial, tidak terkotak-kotak oleh paroki atau komunitas tertentu, bahkan

beberapa warga yang bukan Katolik pun bisa didaftarkan, yaitu mereka yang

memiliki keterkaitan dengan komunitas-komunitas Katolik tertentu, entah sebagai

anggota, karyawan, pegawai dan lain-lain. Dari Gereja perdana, prinsip ‘semua milik

172 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 152. 173 Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya Miskin menurut Lukas, 154.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

bersama’, menjadi usaha untuk mempertahankan kesatuan, yang juga coba diteladani

oleh gerakan bela rasa BKSY ini.

Solidaritas bukan perasaan belas-kasihan yang samar-samar atau rasa sedih

yang dangkal karena nasib dari banyak orang dekat maupun jauh. Solidaritas adalah

tekad yang teguh dan tabah untuk membaktikan diri kepada kesejahteraan umum,

yaitu kesejahteraan semua orang dan setiap perorangan, karena kita ini semua

sungguh bertanggung jawab atas semua orang.174 Prinsip solidaritas dipahami sebagai

prinsip hidup untuk saling membantu antara lemah dan yang kuat, yang kaya dan

yang miskin agar terwujud kehidupan yang lebih baik. Keutamaan muncul dari

hakekat sosial manusia sebagai makhluk sosial yang secara radikal saling tergantung

satu sama lain. Mereka yang memiliki pengaruh lebih besar dari harta benda maupun

jasa-jasa umum, hendaklah merasa bertanggungjawab atas mereka yang lebih lemah

dan bersedia berbagi segala milik kepunyaan dengan mereka. Di pihak lain, mereka

yang lebih lemah, bukan menjadi pasif belaka, dan tetap berusaha sedapat mungkin

demi kesejahteraan semua orang.175 Bagi Gereja, keberpihakan kepada orang miskin

dan tersingkir sudah menjadi perwujudan iman, dan pilihan itu bukan pilihan kita

tetapi pilihan Allah sendiri, karena Allah telah memutuskan untuk berpihak kepada

mereka dan merekalah yang dipilih untuk menjadi perantara utama keselamatan.

Allah tidak memperhitungkan orang-orang berkuasa, berpengaruh atau berilmu

pengetahuan, tetapi Allah memperhatikan orang-orang yang tidak diperhitungkan

174 Sollicitudo Rei Socialis (SRS), art. 38. 175 Sollicitudo Rei Socialis (SRS), art. 39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

orang.176 Solidaritas menjadi bagian dari karya kasih, yang merupakan hal mendasar

dalam tugas perutusan Gereja di dunia terutama dalam pelayanan kepada orang

miskin, sakit, kesepian, dan ditinggalkan.177

4.6. Usulan Pastoral

Gerakan bela rasa BKSY ini, memang pada mulanya dicanangkan, hanya

terbatas di Keuskupan Agung Jakarta, baik itu di paroki-paroki dan komunitas-

komunitas. Namun, dalam perjalanan, beberapa keuskupan juga bergabung, meski

masih dalam jumlah yang terbatas. Pada awalnya, gerakan bela rasa ini adalah

gerakan rohani, yang bertujuan ‘melatih’ umat dalam sikap peduli, berbagi dan

berbela rasa. Maka, seharusnya yang selalu diutamakan adalah mereka yang kecil,

lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD). Buah dari gerakan bela rasa ini

adalah semangat solidaritas kepada yang lemah dan miskin. Jadi, gerakan bela rasa

ini, terdiri dari gerakan rohani, yang terwujud dalam gerakan ‘jasmani’, konkret

berupa aksi untuk membantu yang lemah dan miskin. Dalam situasi nyata, ada

beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dan disikapi, antara lain:

1. Bela rasa perlu dimengerti secara baik dan benar, terlebih dalam

kerangka pengetahuan dan perwujudan iman, maka katekese dan

sosialisasi tentang gerakan bela rasa BKSY yang belum ‘menyentuh’

176 Heribertus Susanto, ‘Gereja Memperhatikan Orang Miskin sebagai Relevansi’, dalam Jurnal

Humaniora, vol. 8, no. 1 Juni 2015, 78. 177 Krispurwana Cahyadi, Gereja dan Pelayan Kasih, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 133.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

sampai ke seluruh lapisan umat mesti mendapat perhatian lebih

banyak. Tidak bisa dipungkiri bahwa katekese dan sosialisasi adalah

faktor ‘penentu’ sehingga peserta atau (calon) peserta mendapatkan

pemahaman yang benar dan tepat, namun tidak semua pastor paroki,

ketua wilayah atau lingkungan, memiliki keterampilan yang sama

dalam menyampaikan katekese dan sosialisasi.

2. Masih berkaitan dengan katekese dan sosialisasi, bahwa periode

pelayanan pastor paroki dan pengurus wilayah atau lingkungan, akan

berganti secara periodik. Tidak semua pastor paroki dan pengurus

wilayah atau lingkungan memiliki ‘semangat’ yang sama dalam

‘mewartakan’ gerakan bela rasa BKSY ini.

3. Keterlibatan pihak ketiga, sebagai pengelola dana dan sistem, masih

memiliki pengaruh besar, dalam keputusan umat untuk ambil bagian

dalam gerakan bela rasa BKSY ini. Ini tidak lepas dari ketentuan-

ketentuan dan syarat-syarat ‘asuransi’ yang masih diberlakukan

dalam gerakan bela rasa BKSY ini, meski dalam penggunaan istilah-

istilah ‘berbau’ asuransi sudah dikurangi.

4. Pihak ketiga sebagai pengelola dana, juga sekaligus memberikan

‘talangan’ dana, ketika jumlah iuran yang dikumpulkan masih belum

cukup untuk memberikan bantuan kalau ada peserta yang sakit atau

meninggal. Motivasi peserta yang masih mencari keuntungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

menjadikan gerakan bela rasa BKSY ini ‘minus’ di beberapa paroki,

karena semua peserta ingin ‘mengklaim’ bantuan segera setelah

mengajukan bantuan untuk rawat inap atau kematian.

Beberapa tantangan yang dihadapi di atas, masih berkaitan tentang hal-hal

teknis, yaitu manajemen pengelolaan dari gerakan bela rasa BKSY ini, sehingga

seyogyanya memang diatasi dengan beberapa hal teknis pula.

Dengan adanya beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi, maka gerakan

bela rasa BKSY ini, tetap harus maju dan berjalan, namun di samping itu, ada

beberapa usulan supaya maju dan berjalannya gerakan bela rasa ini tetap sesuai

dengan tujuan utamanya, yaitu sebagai perwujudan solidaritas kepada sesama yang

lemah dan miskin. Usulan itu ditujukan kepada pengurus BKSY pusat, pastor paroki

peserta BKSY, pengurus BKSY paroki dan ketua-ketua lingkungan.

4.6.1. Pengurus BKSY Pusat

Pengurus BKSY pusat, sejauh ini memiliki peran yang paling sentral, terlebih

dalam hal administrasi, karena membawahi sekian banyak paroki dan komunitas.

Selain itu, biasanya keputusan-keputusan penting berkaitan dengan gerakan bela rasa

BKSY, juga dilakukan oleh pengurus BKSY pusat, karena komunikasi dengan Mgr.

Ignatius Suharyo sendiri dan ACA/CAR sebagai pengelola sistem dan keuangan.

Maka, usulan untuk para pengurus BKSY pusat adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

1. Pengurus BKSY Pusat dilaksanakan oleh seorang yang

profesional namun tetap memiliki semangat dan hati terhadap

gerakan bela rasa BKSY ini. Mengapa profesional? Karena

gerakan bela rasa BKSY ini, makin hari akan mengelola

peserta dalam lingkup dan jumlah yang besar. Kalau hanya

mengandalkan pengurus yang punya semangat dan hati, tapi

tidak disertai dengan kinerja yang profesional, maka

pengelolaan akan berjalan tidak baik, dan kendala-kendala

teknis serta administrasi akan sering terjadi. Pengurus BKSY

Pusat adalah jembatan antara pengurus BKSY Paroki dan pihak

ketika sebagai pengelola dana dan sistem.

2. Pengurus BKSY Pusat menyediakan tools, berupa materi

sosialiasi: buku pegangan, brosur, leaflet dan sejenisnya,

sehingga pengurus BKSY Paroki memiliki acuan yang pasti,

tepat dan seragam ketika harus menyampaikan sosialisasi dan

katekese.

3. Pengurus BKSY Pusat juga mulai memikirkan membuat ‘dana

abadi’, sebagai dana talangan, sehingga ketika pihak ketiga

suatu saat menarik komitmennya, gerakan bela rasa BKSY ini

dapat terus berjalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

4. Pengurus BKSY Pusat juga mulai menggunakan media sosial

sebagai sarana pewartaan dan katekese, terlebih untuk menyapa

generasi milenial, yang mudah sekali mengakses informasi

berbasis web dan media sosial.

5. Pengurus BKSY Pusat memfasilitasi pertemuan pengurus-

pengurus BKSY di paroki, sehingga ada kesempatan untuk

berbagi pengalaman, ide dan gagasan demi pelayanan yang

semakin baik. Pertemuan pengurus-pengurus BKSY di paroki

ini, hendaknya dilakukan secara periodik.

4.6.2. Pastor Paroki

Pastor paroki juga mengambil bagian penting, ketika segala himbauan pastor

paroki kepada umat, akan diikuti oleh umat dengan baik. Maka, dalam hal ini, pastor

paroki dapat menggunakan berbagai macam kesempatan perjumpaan dengan umat

untuk mensosialisasikan gerakan bela rasa ini kepada seluruh umat tanpa terkecuali.

Maka usulan untuk pastor paroki yang sudah menjadi peserta BKSY adalah sebagai

berikut:

1. Pastor paroki adalah ‘motor’ bagi pelaksanaan BKSY di

paroki-paroki. Ketika pastor paroki mengatakan ‘ya’, maka

otomatis paroki yang bersangkutan akan menjalankan gerakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

bela rasa BKSY. Namun, pastor paroki juga mesti memiliki

semangat dan kepedulian terhadap gerakan bela rasa ini. Kalau

tidak, maka BKSY hanya sekedar sebagai sebuah program

yang berasal dari keuskupan, dan dilaksanakan di paroki-

paroki.

2. Pastor paroki memiliki kesempatan untuk menyampaikan

katekese bela rasa dalam tatap muka di lingkungan, dan atau

bahkan misa di paroki.

3. Pastor paroki menyampaikan katekese yang efektif kepada

umat, yaitu bahwa gerakan bela rasa BKSY ini bukan sekedar

sebagai program untuk pengumpulan dan membantu sesama

yang lemah dan miskin, namun lebih kepada gerakan rohani

untuk melatih kepedulian. BKSY dilakukan untuk

menumbuhkan nilai-nilai iman, nilai solidaritas demi

kesejahteraan bersama, dan nilai kasih bagi sesama yang lemah

dan miskin.

4.6.3. Pengurus BKSY Paroki

Sebelum semua informasi dari pengurus BKSY pusat sampai ke ketua

lingkungan, biasanya diterima dahulu oleh pengurus BKSY paroki, demikian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

sebaliknya. Informasi ini, sebagian besar berkaitan dengan administrasi dan

sosialisasi. Maka, usulan untuk pengurus BKSY paroki adalah sebagai berikut:

1. Pengurus BKSY Paroki adalah jembatan antara Pengurus

BKSY Pusat dan para peserta sendiri. Biasanya, masih

tergabung sebagai sub-seksi Pengembangan Sosial dan

Ekonomi di sebuah paroki. Baik kalau Pengurus BKSY Paroki

ini, dibuat secara khusus, sehingga pelayanan menjadi semakin

efektif dan efisien.

2. Pengurus BKSY Paroki memiliki kesempatan untuk

memikirkan, merencanakan, mengkoordinasi dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaan BKSY di paroki,

termasuk dalam kaitannya soal administrasi dan keuangan,

maka Pengurus BKSY Paroki hendaknya juga memiliki sikap

profesional dan komitmen yang besar dalam melayani.

3. Pengurus BKSY Paroki bisa mengadakan ‘kunjungan’ ke

wilayah atau lingkungan untuk ‘cross-check’, sambil terus

mengadakan re-sosialiasi kepada umat.

4. Jika dibutuhkan, Pengurus BKSY Paroki bisa mengadakan

pelatihan berkaitan dengan administrasi dan sistem, kepada

para pengurus lingkungan, sehingga pelayanan berjalan

semakin baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

4.6.4. Pengurus Wilayah atau Lingkungan

Pengurus wilayah dan lingkungan adalah ‘ujung tombak’ dari gerakan bela

rasa BKSY karena berhadapan langsung dengan umat dan peserta. Maka, tingkat

pemahaman umat di lingkungan berkaitan dengan bela rasa, ditentukan oleh keaktifan

ketua wilayah atau ketua lingkungan. Maka, usulan untuk pengurus wilayah dan

lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Pengurus Wilayah dan Lingkungan akan bertatap muka secara

langsung dengan umat dan peserta, maka ‘modal dasar’-nya

adalah memahami gerakan bela rasa BKSY ini secara tepat dan

benar, tidak setengah-setengah supaya bisa memberikan

katekese dan sosialisasi tentang gerakan bela rasa BKSY ini

secara tepat dan benar.

2. Pengurus Wilayah dan Lingkungan tidak jemu untuk terus

menerus menjelaskan dan mensosialisasikan, bahkan kalau

harus ‘door-to-door’, kepada semua umat.

3. Pengurus Wilayah dan Lingkungan memfasilitasi para peserta

yang tidak mampu membayar iuran namun bersedia menjadi

peserta, misalnya dengan mencarikan orang yang bersedia

memberikan pending-coffee, atau mengumpulkan iuran

‘tambahan’ dari orang-orang yang mampu, dan kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

digunakan untuk membantu peserta yang tidak mampu

membayar iuran.

4. Pengurus Wilayah dan Lingkungan secara berkala memberikan

informasi tentang pendaftaran peserta baru, dan informasi

renewal (pembaharuan kepesertaan) kepada umat, supaya umat

diingatkan untuk memulai kepesertaannya lagi.

Beberapa usulan pastoral yang disampaikan di atas, bisa jadi sangat teknis, dan

berkaitan dengan sistem dan administrasi, namun dari pengalaman, dari hal-hal

tersebutlah yang paling sering menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan

gerakan bela rasa dalam lingkup lingkungan atau paroki.

4.7. Rangkuman

Solidaritas Allah kepada manusia menjadi inspirasi dan teladan bagi Gereja

untuk membantu mereka yang lemah dan miskin. Perencanaan pastoral bagi yang

lemah dan miskin harus memperhatikan pula tantangan, dan sekaligus peluang.

Perencanaan pastoral juga tetap memperhatikan pengalaman atau bahkan penelitian

dari yang sebelumnya sudah ada. Gereja diharapkan menangkap keprihatinan umat

dan masyarakat luas, terutama dalam konteks kota metropolitan, di mana kemiskinan

menjadi tantangan dan keprihatinan hidup bersama. Gereja mestinya mendahulukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

mereka yang lemah dan miskin dan ‘mempromosikan’ prinsip solidaritas demi

kesejahteraan bersama.

Dari penelitian tentang efektivitas gerakan bela rasa BKSY di Keuskupan

Agung Jakarta ini, dapat diketahui bahwa situasi sosial-kultural mengambil peranan

penting dalam mempengaruhi sikap dari peserta dalam menanggapi gerakan bela rasa

BKSY ini. Keputusan yang diambil juga dipengaruhi oleh semangat pastor paroki dan

pengurus paroki dan serta pengurus wilayah atau lingkungan. Dalam menjalankan

gerakan bela rasa BKSY ini, perlu ada kerja sama yang terstruktur, antara Pengurus

BKSY Pusat, pihak ketiga sebagai pengelola dana dan sistem, Pengurus BKSY

Paroki dan Pengurus Wilayah atau Lingkungan. Kuncinya, adalah pemahaman yang

tepat dan benar dari umat, sehingga menjadi yakin bahwa gerakan bela rasa BKSY

adalah gerakan untuk mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

BAB V

PENUTUP

5.1. Pengantar

Studi dan penelitian atas tema tentang efektivitas gerakan bela rasa Berkhat

Santo Yusup (BKSY) dalam mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan

miskin di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), muncul karena pengalaman selama satu

tahun penuh ambil bagian dalam gerakan bela rasa tersebut, termasuk pengalaman

terlibat dalam sosialisasi dan katekese, komunikasi dengan pastor-pastor paroki,

pengurus BKSY paroki dan bahkan ketua-ketua lingkungan. Dari situ, timbul

keinginan untuk menggali tema solidaritas tersebut, dari sisi efektivitas gerakan bela

rasa ini dalam mewujudkan harapan Mgr. Ignatius Suharyo, yaitu menjadikan

gerakan bela rasa ini, sebagai gerakan rohani dan gladi bagi umat dalam mewujudkan

kepedulian kepada sesama yang lemah dan miskin, dalam konteks Keuskupan Agung

Jakarta (KAJ) ini.

Pada bab penutup ini, penulis akan memberikan kesimpulan atas hasil

penelitian tentang gerakan belarasa BKSY ini, yang dilakukan di tiga paroki, yaitu

Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki St.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Matius Bintaro. Pada bab penutup ini pula, penulis akan memberikan saran yang

berguna untuk dinamika dan perkembangan gerakan bela rasa ini selanjutnya, yang

selain dilaksanakan di Keuskupan Agung Jakarta, kini juga dilaksanakan di beberapa

keuskupan, termasuk Keuskupan Agung Semarang.

5.2. Kesimpulan

Tulisan ini dimulai dengan melihat fenomena kemiskinan yang ada di DKI

Jakarta, yang menyebabkan kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial menyebabkan

tingkat pendapatan yang berbeda-beda, termasuk struktur sosial, yang menciptakan

ketidakadilan sosial. Maka, masalah warga ibukota sangat beragam, mulai dari gizi

buruk, Pendidikan yang tidak memenuhi syarat, pengangguran sampai pada

ketidaktersediaan tempat tinggal yang layak. Masalah ini bertambah lagi berkaitan

dengan masalah kesehatan dan kematian. Banyak orang yang sangat menderita, hanya

karena tidak bisa memenuhi kebutuhan kesehatan yang layak, dan pelayanan

kematian yang bermartabat. Kenyataan inilah yang membutuhkan kepedulian, bela

rasa dan tindakan berbagi dari berbagai pihak.

Salah satu pihak itu, adalah Gereja sebagai persekutuan umat beriman, yang

hadir dalam pergulatan masyarakat dunia. Gereja adalah Gereja yang berpihak kepada

sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Kesadaran ini adalah

kesadaran tentang kesinambungan sikap dan karya Yesus sendiri. Yesus selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

berpihak kepada mereka yang KLMTD. Selain itu, perhatian kepada sesama yang

KLMTD ini, menjadi gambaran dari Allah yang senantiasa berbela rasa kepada umat

manusia, dan Yesus sendiri sebagai puncak perwahyuan dari bela rasa Allah tersebut.

Maka, dalam hal ini, Gereja dipanggil untuk menjadi ‘ujung tombak’ untuk

melaksanakan karya Yesus yang senantiasa memberi perhatian kepada sesama yang

lemah dan miskin tersebut.

Pendekatan Gereja dalam menyatakan kepedulian tersebut adalah dengan

bentuk pelayanan yang menekankan aspek solidaritas. Sekali lagi, teladan solidaritas

tertinggi tersebut adalah solidaritas Allah kepada manusia, yaitu Yesus Kristus yang

berpuncak pada peristiwa salib. Kekhasan solidaritas itu adalah perbuatan kasih yang

tidak mengharapkan balasan dari segala kebaikan yang telah diberikan. Gereja yang

membangun solidaritas adalah Gereja yang mencoba menghidupi konsekuensi serta

sehati seperasaan pada komitmen Yesus sendiri untuk senantiasa berpihak kepada

mereka yang KLMTD. Kesadaran untuk ber-solidaritas inilah yang ditangkap oleh

Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), melalui pimpinan-nya, Mgr. Ignatius

Suharyo, yang menggandeng Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr. Ignatius Suharyo

(PaLingSah) untuk membuat sebuah gerakan bela rasa dan solidaritas, yang bertujuan

untuk membantu umat dan warga yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan rawat

inap dan pemakaman.

Gerakan bela rasa, yang kemudian diberi nama: Berkhat Santo Yusup (BKSY)

ini, pada intinya, bertujuan untuk mengumpulkan dana dari iuran peserta yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

tersebar di paroki-paroki dan komunitas-komunitas, yang dikelola oleh pihak ketiga,

dan peruntukannya digunakan untuk membantu umat yang kesulitan dalam

pembiayaan rawat inap dan pemakaman. Bagi umat yang tergabung menjadi peserta,

gerakan bela rasa ini menjadi sarana untuk menumbuhkan kepekaan untuk peduli,

berbagi dan berbela rasa kepada sesama yang lemah dan miskin. Tentu saja, kembali

kepada tujuan awal dari Mgr. Ignatius Suharyo untuk menjadikan gerakan bela rasa

BKSY ini sebagai gerakan rohani, yaitu untuk menumbuhkembangkan iman lewat

kesadaran bersolidaritas tersebut. Dengan dasar tersebut, penulis membuat sebuah

hipotesis yang dijawab dan dibuktikan dalam tulisan ini yaitu: “Gerakan Bela Rasa

Berkhat Santo Yusup (BKSY) adalah sarana yang efektif untuk mewujudkan

solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta

(KAJ).”

Hipotesis itu dijawab dengan penelitian yang dilakukan dalam dua cara yaitu:

penelusuran data statistik sederhana dan wawancara yang dilakukan di tiga paroki,

yaitu Paroki St. Antonius Bidaracina, Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B dan Paroki

St. Matius Bintaro. Pilihan atas ketiga paroki tersebut, didasarkan pada jumlah

peserta aktif, dan keterlibatan paroki tersebut menjadi peserta BKSY yang sudah

lebih dari tiga tahun, sehingga dari sana perkembangan dan dinamika kepesertaan

bisa dilihat. Berdasarkan hasil analisis atas data penelitian dan wawancara dapat

disimpulkan bahwa gerakan bela rasa BKSY adalah sarana yang efektif untuk

mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Jakarta. Dengan demikian hipotesis yang telah ditetapkan oleh penulis di awal dapat

dibuktikan.

Kesimpulan tersebut dapat menyimak, pertama-tama dari arti kata efektivitas

itu sendiri. Efektivitas berasal dari kata efektif, yang dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, memiliki arti: efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil.

Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dan

sasaran dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, maka semakin

efektif kegiatan tersebut, sehingga efektivitas juga dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Efektivitas juga adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana untuk

menghasilkan sesuatu178. Efektivitas itu ditunjukkan dalam tiga tahap, yaitu tahap

pertama, ketika peserta tidak tahu arti dari solidaritas dan bela rasa menuju

pemahaman tentang solidaritas dan bela rasa. Lalu, tahap kedua, dari pemahaman

solidaritas dan bela rasa menuju perubahan sikap dan tindakan, yang salah satunya

ditunjukkan dengan menjadi peserta BKSY. Tahap ketiga ditunjukkan dengan adanya

perubahan konkret dalam kehidupan sehari, dalam tugas dan tanggung jawab serta

pelayanan.

Gerakan bela rasa BKSY, dilihat dari tujuannya adalah untuk mewujudkan

solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Untuk mencapai tujuan tersebut,

ada beberapa hal yang perlu didalami, yaitu: sosialisasi atau katekese bela rasa, peran

178 Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Bumi Aksara, 2008), 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

pastor paroki, peran pengurus paroki dan lingkungan, serta sistem atau mekanisme

pelayanan BKSY.

1. Dari tiga paroki tempat penelitian, dari wawancara, diperoleh

kesimpulan bahwa sosialisasi yang ditangkap dengan baik, jelas dan

benar, mempengaruhi keputusan seseorang untuk menjadi peserta

BKSY. Dengan menjadi peserta BKSY, maka seseorang mulai belajar

untuk berbagi dan berbela rasa terhadap orang lain.

2. Dari tiga paroki tempat penelitian, semua pastor paroki menjadi

penentu dalam ‘melancarkan’ gerakan bela rasa BKSY ini di tengah

umat. Peran pastor paroki tentu bermacam-macam: menjadi contoh

dan teladan dengan menjadi peserta, menyuarakan BKSY di forum

mimbar, dan memberi fasilitas serta akses yang mudah dalam

administrasi BKSY.

3. Dari tiga paroki tempat penelitian, peran pengurus paroki dan

lingkungan juga tidak kalah penting, karena pengurus inilah yang

‘berhadapan’ langsung dengan umat atau warga lingkungan. Ketika

pengurus paroki atau lingkungan itu ‘getol’ dan semangat untuk

mengurusi administrasi ataupun men-sosialisasi-kan di tengah umat,

biasanya kepesertaan BKSY akan baik secara kuantitas maupun

kualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

4. Yang tidak kalah penting adalah sistem dan mekanisme pelayanan

BKSY yang dibantu oleh pihak ketiga. Ketika sistem dan mekanisme

pelayanan itu mudah diakses dan diterapkan oleh siapa pun, minimal

oleh pengurus lingkungan atau paroki, maka orang akan bersemangat

untuk menjadi peserta dan mengikuti prosedur-prosedur yang sudah

ditetapkan.

Dari data wawancara, yang menjadi poin penting sehingga gerakan bela rasa

BKSY ini efektif mewujudkan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin

adalah:

1. Perubahan motivasi peserta dari yang hanya ingin mengambil

keuntungan, perlahan sungguh ingin berbagi. Faktor penentunya

adalah pemahaman yang tepat, maka butuh sosialisasi dan katekese

terus menerus.

2. Perubahan cara bersikap, terutama dalam hal kesediaan diri untuk

berbagi dan ambil peran dalam gereja dan masyarakat. Beberapa

responden merasakan perubahan: aktif dalam kegiatan gereja,

memberikan banyak waktu untuk pelayanan, memberi lebih dalam

bentuk materi dalam gerakan bela rasa BKSY itu sendiri dalam wujud

pending coffee, bersedia membayari iuran peserta yang tidak mampu,

dan tidak mau mengambil bantuan meski bantuan itu adalah haknya

sebagai peserta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Penelitian terhadap efektivitas gerakan bela rasa BKSY ini mengantar pada

kesadaran tentang pentingnya solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Di

tengah masyarakat, ada banyak permasalahan sosial, yang mendorong Gereja untuk

hadir dan terlibat. Gereja menegaskan kembali perannya di tengah masyarakat,

dengan tetap sadar sebagai bagian dari struktur masyarakat.

Dari pengolahan data dan hasil penelitian, penulis merefleksikan bahwa

keterlibatan Gereja dalam ‘suka-duka’ dunia dan memberi perhatian kepada sesama

yang lemah miskin, tidak ubahnya sebagai sebuah kewajiban, karena ambil bagian

dalam karya Kristus yang menjadi puncak pewahyuan dari Allah yang berbela rasa.

Maka, dalam simpul-simpul refleksi, penulis menemukan kesinambungan refleksi

bahwa Allah berbela rasa kepada manusia, sejak zaman dahulu, dan bela rasa Allah

itu memuncak pada pewahyuan Kristus. Allah yang berbela rasa itu semakin tampak

dalam ajaran-ajaran dan karya Yesus Kristus di dunia. Gereja ambil bagian dalam

karya-karya Kristus tersebut, dan terutama memberi perhatian kepada sesama yang

lemah dan miskin, karena Kristus sendiri senantiasa memberi perhatian khusus

kepada mereka yang menderita, miskin, sakit dan tidak bisa makan. Inilah dasar

utama Gereja ber-solidaritas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

5.3. Saran

Berdasarkan poin-poin refleksi tersebut, penulis menarik implementasi atau

relevansi bela rasa dan solidaritas sebagai perhatian utama Gereja pada masa kini,

baik di Gereja Keuskupan Agung Jakarta, maupun Gereja Universal:

Pertama, adalah katekese dan sosialisasi tentang bela rasa, pada umumnya,

yang menjadi kebutuhan semua umat. Pewartaan tentang bela rasa dan solidaritas,

bukan sebagai konsep belaka, tetapi sungguh menjadi gaya hidup dan tindakan

konkret, termasuk usaha-usaha untuk berbela rasa yang tersedia dalam berbagai

wadah dan kesempatan. Katekese dan sosialisasi tentang bela rasa, bukan melulu

tentang BKSY, tapi juga termasuk dalam berbagai macam kesempatan. Maka, materi

dan sarana sosialisasi adalah salah satu hal yang penting dan pokok dalam hal ini. Hal

ini disediakan atau disiapkan oleh pengurus BKSY pusat yang menaungi semua

paroki dan komunitas. Dengan materi dan sarana sosialiasi dan katekese yang sama

serta seragam, maka diharapkan pemahaman umat tentang gerakan bela rasa juga

sama dan seragam. Isi atau materi sosialisasi tentu saja bisa konsisten, sedangkan

sarana bisa menggunakan media yang seluas-luasnya, misalnya: leaflet, booklet,

website, dan lain-lain.

Kedua, gerakan belarasa BKSY bukanlah satu-satunya cara untuk bisa berbagi

dan bersolidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin. Ada masih banyak lagi

ruang dan kesempatan untuk berbagi, maka selalu terbuka kemungkinan bagi umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

untuk bisa ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial dan solidaritas, misalnya:

Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK), Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi di

paroki-paroki masing-masing, Celengan Kasih dan lain-lain. Selain itu, untuk pastor

paroki, diharapkan memiliki passion untuk mengajak umat dalam berbagi dan berbela

rasa, karena melalui pastor paroki, sosialiasi dan katekese tentang bela rasa terasa

sangat efektif. Waktu dan kesempatan yang bisa digunakan adalah saat perayaan

ekaristi, kunjungan lingkungan, anjangsana, dan acara-acara yang lain berkaitan

dengan kegiatan paroki.

Ketiga, dalam pelaksanaan BKSY, tampaknya peran ketua-ketua wilayah dan

lingkungan, sangat menonjol dan vital, karena berhadapan langsung dengan umat.

Namun, ada kendala pula, berkaitan dengan standar pelayanan, karena tidak semua

ketua wilayah dan lingkungan memiliki semangat dan sekaligus kompetensi yang

sama. Pelayanan BKSY juga didasarkan pada sistem online, yang mengandaikan

semua ketua wilayah dan lingkungan menguasai sistem tersebut. Maka, atas dasar

tersebut, bisa diadakan ‘sekolah’ ketua wilayah dan lingkungan. Secara umum,

kurikulum utama yang diberikan adalah berkaitan dengan pelayanan sebagai ketua

wilayah dan ketua lingkungan, dan kurikulum tambahan adalah berkaitan dengan

kemampuan untuk menggunakan gadget, termasuk pemberdayaan sistem online.

Dengan adanya standarisasi tersebut, maka diharapkan semua umat tanpa terkecuali

akan mendapatkan pelayanan yang sama, baik dari segi semangat maupun

kompetensi dari ketua-ketua wilayah atau lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Keempat, sistem dan pengelolaan data BKSY adalah berdasarkan data online,

yang diolah secara manual oleh masing-masing ketua lingkungan, sedangkan

Keuskupan Agung Jakarta telah memiliki BIDUK (Basis Induk Data Umat Katolik),

sehingga penarikan data peserta BKSY bisa dimungkinkan untuk diambil dari data

BIDUK tersebut. Selama ini, tidak ada akses untuk mencapainya. Dengan adanya

sinkronisasi data dari BIDUK tersebut, diharapkan menambah efisiensi pelayanan,

namun juga ketepatan data dari peserta tersebut. Maka, untuk pengurus BKSY paroki

dan lingkungan, perlu juga untuk belajar dan mengenal sistem online ini, karena ke

depannya, semua pengelolaan sistem dan keuangan akan dijalankan dengan sistem

online. Kalau misalkan tidak ada pun, bisa mengajak orang-orang muda untuk ikut

berkecimpung dalam gerakan bela rasa BKSY ini, dengan menjadi admin atau yang

mengurusi administrasi online tersebut.

Pada akhirnya, dari semua proses penelitian yang dilakukan penulis dari awal,

penulis sampai pada kesimpulan bahwa memang gerakan bela rasa Berkhat Santo

Yusup (BKSY) ini sungguh menjadi sarana yang efektif bagi perwujudan solidaritas

kepada sesama yang lemah dan miskin di Keuskupan Agung Jakarta. Bagi penulis,

penelitian ini membantu untuk semakin mengimani Allah yang berbela rasa dalam

kehidupan manusia dan Yesus Kristus sebagai puncak pewahyuan bela rasa Allah.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah mewujudnyatakan bela rasa Allah itu

dalam dunia yang konkret melalui pelayanan yang dilakukan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Kehidupan manusia di tengah dunia tidak bisa dilepaskan dari keterlibatannya

bagi manusia yang lain. Sejak semula, manusia diciptakan oleh Allah sesuai dengan

citra-Nya dan diberi tugas untuk mengupayakan dunia baru yang lebih baik.

Pencarian dunia baru bagi hidup manusia yang lebih layak dan bermartabat

merupakan tugas dan tanggung jawab setiap manusia. Namun, konteks manusia

dalam sosial dan ekonomi, yang seharusnya membantu perkembangan hidup manusia

tidak jarang justru menimbulkan ketimpangan dan kemerosotan sosial ekonomi. Kota

metropolitan seperti Jakarta, yang sudah maju dalam segi sosial ekonomi, namun di

‘sisi-lain’ juga menampakkan kejahatan dan kemiskinan. Selalu ada dua sisi yang

berseberangan dan berlawanan.

Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Deus Caritas est, melihat bahwa

pelayanan sosial dan solidaritas adalah bagian dari identitas Gereja. Hakekat Gereja

mengungkapkan diri dalam tiga tugas: pewartaan sabda, perayaan sakramen dan

pelayanan kasih. Tugas-tugas tersebut tidak terpisah dan saling terkait.179 Solidaritas

merupakan tugas setiap orang beriman dan tugas seluruh persekutuan gerejawi, pada

semua tingkat, dari setempat melalui Gereja partikular sampai dengan Gereja

universal.180 Gereja sebagai persekutuan harus melakukan kasih. Kesadaran akan

tugas ini dalam Gereja memang sudah ada sejak semula. Kasih akan sesama berakar

dalam kasih akan Allah. Allah lebih dahulu mengasihi manusia, dan kasih Allah

179 Deus Caritas est (DCE), art. 25. 180 Deus Caritas est (DCE), art. 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

sudah menampakkan diri di tengah kita, menjadi kelihatan karena ‘Ia mengutus

Putera tunggal-Nya ke dalam dunia, agar kita hidup oleh-Nya’ (1 Yoh. 4:9).181

Dalam situasi tersebut, Gereja dipanggil untuk terlibat dan menjalankan

pelayanan kasih. Kejahatan dan kemiskinan, yang menjadi masalah utama di kota

metropolitan, telah mengundang gereja setempat untuk ambil bagian dalam pelayanan

lewat perwujudan solidaritas kepada sesama yang lemah dan miskin, dalm wujud

konkret berupa gerakan bela rasa Berkhat Santo Yusup (BKSY). Gerakan bela rasa

ini, yang diprakarsai sang gembala utama, Mgr. Ignatius Suharyo, di-inisiasi dengan

tujuan untuk mengundang umat beriman dalam perwujudan solidaritas kepada sesama

yang berkekurangan, yang membutuhkan bantuan, yang kesulitan untuk mewujudkan

kehidupan dan kematian yang bermartabat.

181 Deus Caritas est (DCE), art. 17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

DAFTAR PUSTAKA

A. Dokumen Gereja

__________,

1995 Katekismus Gereja Katolik, Arnoldus, Ende.

__________,

2003 Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.

__________,

2003 Kitab Hukum Kanonik, Obor, Jakarta.

Benediktus XVI,

2005 Deus Caritas est, (diterjemahkan oleh Piet Go), Departemen

Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta.

Fransiskus,

2013 Evangelii Gaudium, Sukacita Injil (diterjemahkan oleh FX.

Adisusanto), Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Konsili Vatikan II,

2004 Dokumen Konsili Vatikan, (diterjemahkan oleh R. Hardawiryana),

Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI & Obor, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

B. Buku-buku

Creswell, John W.,

2007 Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five

Approaches, Sage Publications, California.

Curran, Charles,

2005 The Moral Theology of Pope John Paul II, Georgetown UP,

Washington DC.

Damami, Muhammad,

2002 Makna Agama dalam Masyarakat, LESFI, Yogyakarta.

Dister, Nico Syukur,

2004 Teologi Sistematika 2, Kanisius, Yogyakarta.

Eitzen, Stanley,

1986 Social Problems, Allyn and Bacon Inc, Boston.

Effendi, Sofian dan Tukiran,

2002 Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Firmanto, Antonius Denny,

2011 Metode Penelitian Eklesiologi Kontekstual, STFT Widya Sasana,

Malang.

Francis,

2014 The Church of Mercy. A Vision for the Church, Darton, Longmann,

Todd Ltd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

Fuellenbach, J.,

2004 Church: Community for the Kingdom, Logos Publications, Manila.

Goldewijk, Berma Klein & Bas de Gaay Fortman,

1999 Where Needs Meets Right, WCC Publications, Geneva.

Hardawiryana, Robert,

2001 Cara Baru Menggereja di Indonesia 3: Umat Kristiani Awam Masa

Kini Berevangelisasi Baru, Kanisius, Yogyakarta.

Herdiansyah, Haris,

____ Metode Penelitian Kualitatif – Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Salemba

Humanika, Jakarta.

Juliawan, Hari dan Mintara Sufiyanta,

2013 Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial, Komisi PSE KWI, Jakarta.

Kasper, Walter,

2014 Mercy. The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life,

Paulist Press, New York.

Kieser, Bernhard,

1972 Keterlibatan Sosial Gereja: Demi Pembangunan atau Inkulturasi?

Dalam Keprihatinan Sosial Gereja, Kanisius, Yogyakarta.

Krispurwana Cahyadi, T.

2010 Gereja dan Pelayanan Kasih, Kanisius, Yogyakarta.

2010 Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, Kanisius, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

2010 Pastoral Gereja: Paroki dalam Membangun Gereja yang Hidup,

Kanisius, Yogyakarta.

Kristiyanto, A. Eddy,

2010 Spiritualitas Sosial: Suatu Kajian Kontekstual, Kanisius, Yogyakarta.

Kroeger, James,

2013 50 Jejak Konsili Vatikan II, Kanisius, Yogyakarta.

Kunarwoko,

2013 Pijar Vatikan II: Renungan Kecil 50 tahun Konsili Vatikan II,

Kanisius, Yogyakarta.

Kusumawijaya, Marco,

2003 Jakarta Bukan untuk Orang Miskin, Institut Sosial Jakarta, Jakarta.

Maloney, Robert,

1992 A Contemporary Spirituality in the Service of the Poor, New City

Press, USA.

Mandaru, Hortensius,

1992 Solidaritas Kaya Miskin Menurut Lukas, Kanisius, Yogyakarta.

Moeloeng,

2007 Dasar Penelitian Kualitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualitatif

dan Kuantitatif, Pusat Pastoral Yogyakarta, Yogyakarta.

Nolan, Albert,

2015 Yesus Bukan Orang Kristen, Kanisius, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Nur Widi Pranoto, Markus,

2009 Eklesiologi Ardas Keuskupan Agung Semarang, Kanisius, Yogyakarta.

Martasudjita, E.,

2011 Mencintai Yesus Kristus, Kanisius, Yogyakarta.

2013 Pokok-pokok Iman Gereja: Pendalaman Teologi Syahadat, Kanisius,

Yogyakarta.

Nasution,

1988 Metode Naturalistik Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Phan, Peter C.,

2003 In Our Own Tonguers, Orbis Book, Maryknoll.

Ratzinger, Joseph,

2010 Yesus dari Nazareth, Gramedia, Jakarta.

Ritzen, George,

1980 Sociology: A Multiple Paradigm Science, Allyn & Bacon Inc., Boston.

Santoso, Teguh dan Edi Mulyono,

2012 Hidup yang Dibagikan, Konsorsium Pengembangan Pemberdayaan

KWI, Jakarta.

2013 Kerja Wujud Bela Rasa Kristiani, Konsorsium Pengembangan

Pemberdayaan KWI, Jakarta.

Siagian, Sondang,

2008 Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara: Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Sobrino, Jon dan Juan Hernandez Pico,

1989 Teologi Solidaritas, Kanisius, Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono,

1982 Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakyat, Yogyakarta.

Soetrisno, Lukman,

1997 Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, Kanisius, Yogyakarta.

Sudibyo, Bambang,

1995 Substansi Kemiskinan dan Kesenjangan dalam Kemiskinan dan

Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta.

Sugiyono,

2006 Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Alfabeta, Bandung.

Suharyo, Ignatius,

2009 The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita, Kanisius,

Yogyakarta.

Susanto, Astrid,

1984 Sosiologi Pembangunan, Bina Cipta, Bandung.

Syarif, Moeis,

2008 Stratifikasi Sosial, UPB, Bandung.

Syukur, Abdul,

2009 Metode Analisis Wacana dan Teks, Pustaka Pelajar, Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

C. Artikel

Harun, Martin,

2012 ‘Solidaritas sebagai Norma Dasar Dalam Etika Paulus’, dalam

DISKURSUS,Vol. 11, No.1 April 2012, 79-100.

Haryatmoko, J.,

2003 ‘Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa’, dalam BASIS no. 11-12

tahun 52, November- Desember 2003.

Krispurwana Cahyadi, T.

2014 ‘Evangelii Gaudium: Dalam Hidup Imam yang Bersaksi dengan

Gembira’, sebagai materi Rekoleksi Imam Kas dalam Persiapan

Pembaharuan Janji Imamat, Rumah Retret Syalom dan Griya Asisi

Bandungan, 14-15 April 2014.

Romdiati, Haning, Mita Noveria,

2006 ‘Mobilitas Penduduk antar Daerah dalam Rangka Tertib Pengendalian

Migrasi Masuk ke DKI Jakarta’, dalam Jurnal Kependudukan

Indonesia, vol 1, no. 1, 2006.

Somantri, Gumilar Rusliwa,

2005 ‘Memahami Metode Kualitatif’, dalam Makara vol. 9, no.2, Desember

2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

Sunarko, Adrianus,

____ ‘Refleksi Teologi Modern tentang Yesus Kristus Penyelamat’, dalam

DISKURSUS, Vol. 15, No. 1 April 2016, 239-260.

Susanto, Heribertus,

2015 ‘Gereja Memperhatikan Orang Miskin sebagai Relevansi’, dalam

Jurnal Humaniora, vol. 8, no. 1, Juni 2015.

Van der Weiden, Wim,

1988 ‘Kritik Sosial dari Nabi-nabi Israel’, dalam J.B. Banawiratma, Aspek-

aspek Teologi Sosial, Kanisius, Yogyakarta.

Widyawan Luis, Antonius,

2013 ‘Prinsip Partisipasi dan Solidaritas dalam Visi Personalistik Karol

Woytyla’, dalam Arete vol. 2, no. 1 Februari 2013.

D. Sumber Internet

www.aca-komunitas.com

www.bksykaj.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

Nama Susana Atiek Umisanti (Bu Atiek)

Lingkungan St. Virgilius

Wilayah 14

Lokasi Aula Bunda Hati Kudus (BHK) Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (11.33 – 12.00)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

10

Fr. Didik

(FD)

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih karena

telah ‘ngrepoti’ Ibu, selain untuk menyelesaikan tugas

akhir, saya juga membawa misi, karena BKSY ini

sekarang (dilaksanakan) di Keuskupan Agung

Semarang, syukur-syukur apa yang saya tulis dari

pengalaman dulu setahun di Jakarta bisa menyumbang

entah banyak atau sedikit untuk BKSY di Keuskupan

Agung Semarang. Mungkin nanti pertannyaanya tidak

terstruktur, nanti spontan saja. Baik yang pertama,

seputar soal pemahaman tentang BKSY, Ibu bisa cerita

pertama kali kenal BKSY, lalu setelah sekian lama kenal

BKSY dan berkecimpung di dalamnya, pemahaman Ibu

tentang BKSY sekarang itu sebenarnya apa?

15

20

Bu Atiek

(BA)

Dari awal yang diperkenalkan, oleh KAJ, awal-awalnya

memang dari keluhan para pastor paroki yang

menyampaikan kepada Monsigneur bahwa banyak umat

Katolik ini yang masih di bawah pra-sejahtera, karena

setiap saat itu banyak yang minta bantuan ke paroki,

terutama ketika mengalami musibah kematian. Memang

sudah ada di paroki itu, yang namanya Santo Yusup.

Santo Yusup itu (iurannya) enam puluh ribu rupiah per

KK. Terus, dana bantuannya itu tiap ada yang

meninggal dikasih dana bantuan dua setengah juta

rupiah.

25

FD Yang diberi bantuan itu siapapun? Misalkan yang

meninggal bukan kepala keluarga, apakah tetap diberi

bantuan?

30

35

BA Semua yang ada di dalam KK gereja. Siapapun yang

meninggal, salah satu dikasih dua setengah juta rupiah.

Saat ini, dua setengah juta tersebut tidak mampu untuk

beli peti. Tidak cukup untuk beli peti. Itu yang kami

tahu, ide Monsigneur itu untuk menaikkan dana bantuan

itu, (maka) terbitlah BKSY, yang memang dibantu,

waktu itu, oleh ACA. Yang saya tahu, memang dibantu

dengan CAR juga. Cuma ya tidak full semuanya

dibantu. Cuma dari dana iuran itu, tuk meng-cover juga

kekurangan dari ACA. ACA membantu juga mengenai

sistemnya, seperti itu awal-awalnya. Saya juga

dikenalkan dari pastor paroki itu.

40 FD Romo siapa waktu itu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

BA Romo Samiran waktu itu. Dan juga Romo Alfons. Saya

sebagai anggota PSE. Waktu itu saya masih anggota

PSE diminta untuk menjadi PIC-nya BKSY.

FD Tahun berapa itu?

45

50

55

60

65

70

BA Tahun berapa ya? Sekitar tahun 2015 apa ya? Tahun

2015, waktu itu sebelum Frater Didik, ada Frater Wisnu,

juga sering ketemu. Setiap kali kita sampaikan dan

sosialisasikan di lingkungan, untuk ikut BKSY. Nah,

dari awal-awal, mereka pikir kan sudah ada Santo

Yusup, karena delapan puluh ribu itu, per orang bukan

per KK. Jadi kalau satu KK ada tiga orang atau berapa,

jadi ya tinggal dikalikan itu. Tapi puji Tuhan, ra ketang

sithik-sithik, setiap hari meningkat. Apalagi trus melihat

ada yang terima bantuan. Seperti pernah Frater Didik

juga sampaikan dulu di misa. Kan, waktu Frater Didik

ada di sini, ada yang menerima di gereja waktu misa.

Belakangan-belakangan ini, tambah, tambah, tambah

gitu, mungkin. Mereka sih, kalau yang memang apa

yang pra-sejahtera, itu mengharapkan banget, seperti

itu. Yang memang tujuannya adalah seperti itu. BKSY

ini juga untuk yang pra-sejahtera. Namun demikian,

yang sudah sejahtera pun, sepertinya banyak juga yang

mengharapkan seperti itu. Nah, kami sebagai PIC

BKSY juga suka susah. Tapi gini lo Frater, kalau

memang orang itu niat mau membantu, kan kita juga

sampaikan, ada rekening sendiri untuk pending coffee.

Cuma gak ada yang (berpikir) seperti itu. Adanya yang

bayar iuran saja, atau peserta biasa. Tapi, ada juga yang

tidak mengambil. Jadi ada satu dari wilayah 4 atau 5 ya

Bonaventura itu, ketua lingkungannya yang

menyampaikan ke keluarga dan ahli waris. Kalau saya

ya ga usah diambil lah.

FD Itu termasuk keluarga yang pra-sejahtera atau mampu?

75

80

85

BA Itu keluarga yang mampu. Jadi waktu itu saya tanyakan

ke Romo Samiran: Apakah kita ambil dan itu

disumbangkan ke paroki? Nanti untuk pending coffee

paroki. Kalau ada umat yang perlu dibayar-bayarin, nah

kita ambil uang itu. Tapi Romo Samiran bilang

‘terserah’. Ya sudah, jadi itu tetap kita ambil, terus kita

sampaikan ke ketua lingkungan: ‘Tolong yang memang

di lingkungan itu tidak mampu untuk membayar, tolong

dibayari dengan kas lingkungan’. Pernah ada kejadian,

orangnya tak mampu, yang menjadi donaturnya itu,

orang yang pas-pasan juga. Saya acungi jempol, dan

kebetulan yang disantuni itu juga meninggal, dan gak

punya siapa-siapa. Nah saya minta, ketua lingkungan,

bendahara dan donaturnya yang menerima. Saya gak

tahu ini untuk apa, (namun) biar dikelola sama ketua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

lingkungan dan pengurus lingkungan.

90

95

100

105

BA Gak punya ahli waris. Nah ketua lingkungannya dan

sama donaturnya tadi, dan sama bendaharanya sepakat

untuk ‘slametan’ (memule) sampai selesai. Peringatan

untuk yang meninggal. Jadi urusin dari awalnya, kita

dari PSE yang menghubungi Santo Yusup (yang ada) di

Petamburan itu untuk ambulance, peti dan sebagainya.

Biasanya, dibayari dulu sama PSE. Nanti dari

lingkungan, urusannya sama PSE (untuk)

mengembalikan kekurangannya. Kan dipotong dengan

Santo Yusup yang dua juta lima ratus, dan sisanya

diambil dari BKSY. Sisa dari itu untuk peringatannya.

Nah untuk sisa, saya sebut sisa, itu urusannya

lingkungan bukan urusan kami. Ada juga dari wilayah

13 itu, yang dia menyantuni 10 personil (umat), itu ada

3 keluarga. Jadi, tiap tahun dibayari sama satu orang.

Dan dia sendiri juga ikut, bertiga yaitu suami, istri dan

anaknya. Seperti itu. Jadi sekarang ini sudah dari

lingkungan-lingkungan itu memang sudah mulai

berusaha untuk mengangkat BKSY.

110

FD Kalau di lingkungan, apakah Ibu ikut istilahnya:

mengurusi atau ketua lingkungan?

115

BA Kebetulan, waktu itu, waktu awal 2015 itu saya kan

masih jadi ketua lingkungan. Jadi saya kejar-kejar

mereka. Namun demikian, masih juga belum semuanya.

Tapi kalau yang St. Yusup memang sudah semua. Tapi

untuk BKSY, yang mampu-mampu itu bilangnya sudah

punya banyak asuransi.

FD Berapa jumlahnya, maksunya yang sudah ikut

dibandingkan dengan seluruh umat lingkungan?

120

BA Sudah ada hampir separo. Tapi nggak juga wong

keluarga saja sudah ada tujuh orang. Kan suami, istri,

anak, menantu dan cucu. Yang ikut baru 16 dari,

sebenarnya dari 30 KK. Yang ikut itu baru KK saya,

Pak Ju, Pak Maji, Bu Handoko ya baru lima KK. Berarti

belum hampir separo.

125

FD Kira-kira kenapa Bu, maksudnya yang menyebabkan,

apakah mereka yang merasa belum mau ikut atau

memang, selama ini ada istilahnya sosialisasi sampai ke

lingkungan-lingkungan?

130

BA Setiap pertemuan, waktu saya masih menjadi ketua

lingkungan, saya sampaikan. Saya bilang: ‘Saya ini

ketua lingkungan di sini, dan saya juga PIC BKSY nya

sendiri. Ini idenya Monsigneur’ (Lalu ditanggapi): ‘Ya

Bu, nanti-nanti, dan sampai sekarang juga gak

ditanggapi’.

135

FD Berarti itu lebih ke masing-masing orang sih

sebenarnya, karena orangnya belum memiliki keinginan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

140

atau motivasinya belum kuat, jadi memang berpengaruh

juga. Lalu, menurut Ibu, karena Ibu sebagai PIC, soal

prosedur atau persyaratan, misalkan mau mendaftarkan

peserta baru, renewal, permohonan bantuan, dan

seterusnya. Soal prosedural itu relatif mudah atau sulit,

atau bagaimana menurut Ibu?

145

BA Kalau prosedur dan penginputan itu sih gak masalah

buat saya. Yang masalah itu masih banyak yang suka

berubah-ubah, masih abu-abu peraturannya. Jadi tidak

tegas.

FD Contohnya?

150

155

160

165

170

175

180

BA Contohnya, orang yang punya kartu itu tidak selalu

melihat expired-nya. Tapi setiap kami ketemuan sama,

kami sering PSE itu mengumpulkan ketua lingkungan:

‘Tolong warganya yang punya kartu BKSY, yang

menjadi peserta, dilihat expired-nya.’ Baru-baru ini

begitu akhir bulan, kan di-abu-abuin tuh, ketika udah

inget untuk renewal nih, tiba-tiba abu-abu, trus kita kan

gak bisa untuk memprosesnya. Kalau seperti ini, pasti

dari BKSY pusat. Kita sampaikan nih, udah. Udah kita

bayar, dan sudah diaktivasi. Mereka hanya menanyakan

sehat atau tidak. Saya sebagai PIC paroki, yang saya

kerja sendiri, kan gak bisa cek satu-satu. Lalu hanya

akan tanya sama ketua lingkungan atau Bu Koco (ketua

PSE) yang dititipin uang untuk renewal: ‘Bu, ini sehat

gak?’ ‘Oh sehat kok!’ Ya sudah, saya jawab sehat to

(kepada BKSY pusat). Ternyata baru diaktivasi, belum

ada sebulan meninggal. (Bu Koco bilang:) ‘Bu aku isin

lo Bu’. ‘La malu gimana?’, saya bilang begitu. Saya ya

kan berdasarkan (info Bu Koco). Ga bisa kan saya

datangi satu persatu untuk menanyakan sehat atau tidak.

Tidak ada waktu. Saya hanya percaya sama ketua

lingkungan atau Bu Koco yang menerima uang. Saya

bilang begitu kepada Tuhan: ‘Di paroki ini sudah minus

tujuh juta rupiah, maka jangan ada yang dipanggil dulu’.

Kan ga bisa seperti itu. Itulah yang menjadi, sering

terjadi friksi-friksi yang terjadi sehingga, kalau menurut

saya, ya sudahlah gak usah diperpanjang ya. Adanya

memang itu. Saya hanya ingin Pak Styanto (sekretariat

BKSY pusat), saya hanya menyampaikan saja bahwa ini

meninggal, (dan) berdasarkan prosedur saya kirimkan

(berkas) ke ACA. Kalau akhirnya gak dirilis yang

sepuluh juta rupiah ya monggo, tapi ada jawaban dari

ACA yang bisa saya sampaikan kepada ahli waris.

Kalau saya yang menolak, sebelum saya sampaikan ke

ACA, saya gak bisa, saya gak punya alasan. Seperti itu.

Itu baru saja kejadian, lalu berapa lama, jadi saya ini,

karena saya sekarang sudah menjadi ketua PSE, saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

185

190

195

200

205

210

215

220

225

mencari bantuan dan ditawarkan ternyata ada yang mau

bantu. Cuma kalau saya sudah terima uang, pagi atau

siang, malam harus saya kerjakan itu. Ya nanti kalau

enek apa-apa, karena uang sudah saya terima. Nah

saudari saya yang membantu saya ini, (uangnya)

ditumpuk dan gak segera dikerjakan, maka gak segera

diaktivasi juga. Uangnya juga belum disetor. Sampai

ada 40 sekian orang, aku jadi pusing. Kalau aku tak

proses, pakai uangku sendiri sementara, tak proses

dhewe, tak kerjain dhewe. Selesai. Eh kemarin, tanggal

18 Juli baru diaktivasi, tanggal 24 (Juli) meninggal. La

nek umpamanya, saya gak ngerjain itu, gak

menyelesaikan itu, yang mau nomboki sepuluh juta trus

sapa? Itu yang terjadi seperti itu. Saya itu dari dulu

memang dari bekerja tidak pernah menunda pekerjaan.

Pekerjaan sekarang, ya dikerjakan sekarang. Jadi pulang

gak ada kerjaan yang dibawa. Sama dengan BKSY ini,

mau 5 orang, mau 2 orang, pokoknya sebelum hari

Minggu sudah harus selesai, saya sudah harus input.

Dan mendingan saya nombok (uang iuran) daripada

saudara kita nanti ada masalah. Selama ini memang,

saya punya (tabungan) Mandiri, cuma memang daripada

saya ke bank ngantre, pakai ATM atau gimana gitu, ya

pake sms banking aja, wis sekali jebret banyak gak

masalah. Yang penting kerjaan saya selesai. Saya bisa

bantu warga paroki. Tuhan sudah ngasih rejeki banyak.

Nah itu yang saya kerjakan. Nah masalahnya memang,

nanti saya sudah gak dipakai lagi, atau gak ngurusin

lagi, menunjuk siapa yang menjadi PIC BKSY. Cari

kader aja susah, yang bisa kita percaya, karena ini uang

dan berhubungan dengan orang yang gak mampu.

Memang ada kejadian, waktu itu peserta baru belum ada

sebulan juga meninggal, diajukan ke saya, dia minta

bantuan rawat inap, dan kematian. Saya lihat, dirawat di

rumah sakitnya, sebelum dimasukkan (menjadi peserta)

dan saya bilang bahwa ini gak bisa untuk diajukan

walaupun sudah membayar delapan puluh ribu, dan

sudah diaktivasi. Tapi yang bersangkutan, sudah di

rumah sakit baru diajukan. Kalau tadinya gak minta

rawat inap, saya gak tahu kalau dia dirawat. La itu saya

bisa mencegah sebelum saya sampaikan ke ACA.

230

232

FD Ternyata memang macem-macem kalau dari

pengalaman di paroki-paroki, karena kadang kan kalau

misalnya seperti kami dulu di kantor pusat begitu kan

karena harus melihat banyak paroki, jadi kadang

istilahnya ‘terima beres’ tapi ternyata di paroki

kenyataanya lain. Semoga melalui ini, bisa menjadi

masukan yang baik bagi BKSY pusat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

Nama Oey Bing Hwa (Bu Bing)

Lingkungan St. Sirilus

Wilayah 13

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (13.24 – 13.35)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Oke, baik kalau begitu saya mulai saja supaya (lebih

cepat). Mungkin Ibu bisa cerita pertama kali kenal

BKSY lalu sampai sekarang itu menurut Ibu BKSY itu

apa sih? Kalau banyak umat kan masih salah tangkap

soal asuransi, soal macem-macem gitu lah. Kalau

menurut Ibu sendiri, BKSY itu apa, dan sampai

sekarang itu seperti apa?

10

Bu Bing

(BB)

Kenalnya ya di paroki ini, kan dari ketua lingkungan

juga, (dan) di sini juga sering nanya-nanya. Dan

menurut pengurus di sini, BKSY itu bagus, dan ada

penggantiannya kalau rawat inap dapat dan kalau

meninggal juga ada santunan. Itu kita juga kan untuk

menolong orang lain, kan belarasa.

15

FD Kalau menurut Ibu, lebih kuat yang mana, belarasa

untuk orang yang meninggal atau sekedar program

untuk santunan bagi orang yang kurang mampu? Atau

dua-duanya?

BB Dua-duanya.

20

FD Jadi, maksudnya tujuannya ada dua gitu kan?Jadi yang

satu, kita belajar berbagi, yang satu nanti yang kita

kumpulkan untuk orang yang kurang mampu. Lalu, Ibu

sudah menjadi peserta BKSY berapa tahun?

BB Dua tahun.

25

FD Selama dua tahun ini, pernah mengurusi tentang BKSY,

prosedur dan semacamnya?

BB Enggak.

FD Tapi menurut sepengetahuan Ibu, apakah prosedur dan

persyaratan BKSY ini termasuk rumit atau sederhana

atau bagaimana?

30

BB Sederhana sih, cuman kalau yang saya lihat sih,

pengganti uangnya lama ya.

FD Maksudnya, jangka waktu dari pengajuan sampai

mendapatkan?

35

BB Ya. Saya tahu sendiri, dan saya tahu karena bendahara

paroki. Kalau ACA, pasti transfer dulu ke rekening

paroki, trus baru dikeluarin. Nah, dari Bu Atiek, tentang

(syarat dan ketentuan) pengajuan itu kan banyak banget

dan sekaligus lama juga. Kan saya juga dapet itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

emailnya.

40

FD Dari lingkungan Ibu, sudah banyak yang menjadi

peserta? Kurang lebih berapa?

45

BB Belum sih. Baru sedikit sih yang ikut. Kayaknya kurang

pengertian (pemahaman), tentang BKSY. Dan masih

ada yang menganggap ini seperti asuransi. Kalau soal

hitungan, tentu lebih besar (asuransi) atau gimana.

FD Bukannya lebih besar BKSY?

BB Ya, tapi kalau orang yang pinter, pasti tahu

hitungannya. Kalau saya kan gak pinter ngitung.

50

FD Selain karena orang belum tahu (paham), kira-kira apa

yang membuat orang itu kok gak tertarik ikut BKSY?

BB Ya mungkin, ketua lingkungannya juga itu. Kurang

aktif. Door to door. Memberi pemahaman.

FD Kalau pertemuan lingkungan, suka dijelaskan lagi gak?

BB Gak tuh.

55 FD Apakah di sini ada misa lingkungan atau wilayah?

BB Ada sih.

FD Romo sering bilang tentang BKSY gak?

60

BB Kayaknya enggak deh, kayaknya kalau misa kan

langsung. Dateng langsung mulai misa, atau ntar kalau

gak tuh ramah tamah. Gak cerita tentang BKSY.

Mungkin kalau pas kunjungan wilayah, nah itu. Ada kan

setiap sebulan sekali.

FD Kunjungan wilayah itu kunjungan ke keluarga atau

semua umat?

65

70

BB Ya kunjungan ke semua. Jadi yang di wilayah itu

berkumpul di satu rumah. Nah pas itu, dewan paroki

termasuk Romo juga dateng. Selain itu, ada seksi-seksi

lingkungan: PSE, liturgi, tu suka pada dateng. Nah pas

itu juga ketua lingkungan, termasuk umat yang kalau

mau dateng juga boleh. Mungkin pada saat itu, bisa ada

tanya jawab. Lalu, ada yang cerita tentang BKSY juga.

75

80

85

FD Memang sih, dari pengalaman di beberapa paroki, ada

banyak faktor yang membuat BKSY itu bisa jalan baik

atau enggak. Satu, yang pasti tentang pemahaman umat

tapi tidak tahu dulu apakah di masing-masing

lingkungan itu ada semacam sosialisasi atau hanya

ketua lingkungan saja. Kedua, tentunya pengurus atau

orang yang ditunjuk menjadi koordinator, entah ketua

lingkungan itu sendiri untuk mengurusi BKSY. Nah yang

ketiga ini, barangkali yang kadang tidak kita cermati,

tapi juga penting yaitu soal peran Romo Paroki karena

Romo Paroki ketika mengatakan sesuatu ya otomatis

umatnya akan mengikuti. Nah masalahnya, Romo

Paroki itu kan jarang sekali yang selamanya berkarya

di sebuah paroki. Jadi kadang, berapa tahun sekali

ganti, dan masing-masing mestinya berbeda-beda cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

90

dan karakternya. Nah tadi cerita dari Mas Styanto, kan

dulu Romo Samiran ya juga lumayan, maksudnya beliau

juga aktif menggerakkan, namun romo yang baru belum

paham tapi syukur-syukur tadi ceritanya sudah mulai

tahu banyak soal BKSY, jadi kapan-kapan akan

menggalakkan lagi soal BKSY. Salah satu yang hendak

diperdalam adalah soal keterlibatan romo paroki, juga

soal pemahaman umat dan soal pengurus.

95

100

BB Kalau dulu sih, emang kalau Romo Samiran itu selalu

ngomong soal ini, kalau ada pertemuan-pertemuan di

gereja. Kan setiap ada penggantian yang meninggal itu

kan dapat (bantuan) dan (penyerahannya) di gereja,

sehingga umat (yang hadir saat misa) juga tahu dan

melihat. Sekalian juga ngomong tentang BKSY itu.

105

FD Baik Bu, yang terakhir, karena sudah menjadi peserta

selama dua tahun, dan tahu sedikit banyak tentang

macam-macam hal tentang BKSY, kira-kira apa ada

usulan, atau harapan yang bisa disampaikan supaya

BKSY ini lalu ke depannya bisa semakin baik, dan

berkembang dan maju terutama di paroki ini, tapi juga

kalau ada usulan untuk pengurus pusat juga tidak

masalah?

110

BB Supaya itu aja, mau sosialisasi lagi di lingkungan, di

paroki juga kalau bisa (ketua-ketua lingkungan)

dikumpulin lagi untuk mengadakan (atau menerima)

sosialisasi dan digalakkan lagi.

115

FD Prosedur dan persyaratan, apakah sudah cukup baik

atau perlu diperbaiki, tentang persyaratan dan

seterusnya?

BB Persyaratan sih enggak, cuma ya itu tadi, jangan terlalu

lama gitu. Jadi kan orangnya gak terlalu lama

menunggu. Mungkin bisa bosen nanya-nanyain.

120

125

130

FD Memang sih, di beberapa paroki juga sering gitu sih.

Artinya, kita menyadari bahwa mengajak pihak ketiga

yang disitu adalah perusahaan asuransi sehingga

mereka ini mestinya punya peraturan sendiri:

persyaratan dan prosedur. Dan karena kita sudah

dibantu oleh mereka, maka kita timbal-baliknya ikut

sebagian dari peraturan yang mereka terapkan. Selain

karena kita juga sudah dibantu dalam pengelolaan

keuangan dan pembuatan sistem.

Apakah ada hal lain lagi yang mau disampaikan,

termasuk pelayanan secara umum: PSE dan pengurus?

BB Gak sih saya sudah cukup.

133

FD Baik Bu, terima kasih untuk waktu dan kesediannya.

Selamat siang. Tuhan memberkati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Nama Caecilia Purwanti (Bu Purwanti)

Lingkungan St. Hieronimus

Wilayah 8

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (13.38 – 14.00)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Saya hendak membuat tulisan tentang BKSY, dan yang

diwawancarai adalah mereka yang menjadi pengurus

atau peserta BKSY. Ibu sudah menjadi peserta, maka

sudah masuk dalam kriteria untuk diwawancarai.

Mungkin, pertanyaan pertama yang paling sederhana,

jadi pertama kali Ibu kenal BKSY itu dari mana? Lalu

sampai sekarang, sudah menjadi peserta gak tahu

berapa tahun, menurut Ibu pandangan tentang BKSY itu

gerakan yang seperti apa?

10

15

20

Bu

Purwanti

(BP)

Ya, kalau menurut saya, ya itu kan kalau di lingkungan

kan atau di paroki kan namanya Santo Yusup. Terus, itu

juga mendapatkan ganti ya, tapi kan cuma dua setengah

atau dua juta. Tapi kalau BKSY itu kan e memang cuma

sampai delapan puluh tahun dan delapan puluh tahun ke

atas sudah gak dapet penggantian lagi. Tapi ya itu bisa

menolonglah misalnya masih ya siapa tahu ya namanya

mati gak ngerti itu lo, masih bisa lah gitu. Itu, terus

kemudian ganti ruginya juga lebih banyak. Kalaupun

opname, katanya dapet penggantian seratus (ribu) per

hari maksimal sembilan puluh ribu hari per tahunnya.

Iurannya ya delapan puluh ribu per orang per tahun.

FD Trus, dulu kenal pertama kali, dari sinten Bu?

25

30

BP Kenal pertama kali kan di gereja, di itu diberikan apa ya

warta paroki, trus kemudian Romo dan kemudian di

lingkungan itu Pak Styanto. Itu, ya itu. Di lingkungan

juga digerakkan. Saya gak selingkungan dengan Pak

Styanto, tapi sewilayah. Kan wilayahnya itu eh kalau dia

Kebon Nanas Utara gak satu wilayah ya. Batasnya kan

Otista 3 itu, ke sini. Kayaknya bukan lingkungan saya.

Eh bukan wilayah saya. Dia wilayah 9, kalau gak salah.

Kalau saya wilayah 8.

FD Kalau Ibu di lingkungan, berperan sebagai apa?

Sebagai ketua lingkungan atau yang lain?

BP Enggak, saya ini saja, anggota biasa.

35

FD Tahu tentang prosedur pendaftaran dan permohonan

bantuan gitu gak?

BP Enggak, yang tahu suami saya. Dia ketua lingkungan

hehehe dan itu sudah berkali-kali, gak ada yang ganti.

FD Sering cerita gak tentang prosedur?

40 BP Enggak juga tuh. Nah kalau bantuan yang dari BKSY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

45

50

itu kita belum pernah. Belum pernah, cuma ini, barusan

ada warga yang sakit. E kebetulan dia juga warga, ikut

BKSY. Baru proses. Kita sudah mengajukan. Dia sudah

opname nih. Dan kini proses meminta bantuannya itu.

Nah ini tadi aku tanya sama Bu Atiek, itu juga saya

menanyakan kepada beliau: ‘Bu warga saya itu kan ada

yang kemarin sakit, terus baru proses’. Ini gak tau lama

apa enggak. Baru proses Bu, katanya. Yang di itu kan,

yang di Cikini? Ya benar, saya bilang gitu. Jadi untuk

itunya belum tahu, cepet apa enggak-nya. Belum pernah

baru ini.

FD Kalau mendaftarkan peserta?

55

60

BP Pendaftaran peserta kan mengisi formulir. Lalu yang

menginput dari lingkungan. Kalau setahu saya ya, tapi

gak tahu itu bener apa salah, itu e misalnya lingkungan

saya ada, nah dari lingkungan e memberikan masukan

ke anggota peserta itu, nah nanti dari ketua

lingkungannya baru ke sini (pengurus BKSY paroki)

kalau gak salah. Ke pastoran. Atau yang e yang

mengurusi itu BKSY itu.

FD O jadi peserta yang mau ikut, datanya dikumpulkan di

lingkungan terus baru di bawa ke sini (pengurus BKSY

paroki)? Lalu baru kemudian diinput.

65

BP Kalau gak salah begitu. Suami saya, kayaknya begitu

deh. Setahu saya begitu.

FD Menurut gambaran Ibu, proses yang seperti itu relatif

mudah atau ribet atau ya memang kita harus ikut cara

seperti itu?

70

BP E pertama sih memang waktu itu juga banyak peminat,

terus kayaknya gampang sih. Kayaknya gampang deh.

Cuma ya itu waktu penggantiannya ini, kan kita baru

satu ini mau dalam proses. Sepanjang sudah ikut, dari

wilayah ini e lingkungan saya ya baru ini. Jadi belum

pernah sebelumnya.

75

FD Ibu tahu perbandingan yang sudah ikut dan yang belum

ikut itu berapa? Artinya juga dibandingkan dengan

jumlah umat lingkungan secara keseluruhan.

BP O gak tahu saya.

FD Kalau jumlah umat kira-kira berapa?

80

BP Jumlah umatnya paroki ini? Oh kalau lingkungan saya

itu ada kurang lebihnya 25 KK ya, tapi kalau yang ikut

itu gak tahu persis. Gak semuanya ikut tapi memang

dari e ada satu warga yang memang memberikan apa

bantuan. Maksudnya, tidak ikut tapi ‘mbayari’.

85 FD Yang dibayari berapa orang?

BP Berapa ya? Empat orang kalau gak salah, berarti sama

satu keluarga. Bukan satu keluarga persis sih, tapi ini

satu, ini satu, ini satu gitu. Jadi bukan satu keluarga, tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

90

acak, karena di tempat saya itu kan ada yang janda, ada

yang sudah gak punya penghasilan.

FD Yang ‘mbayari’ itu rutin?

BP Rutin, karena kami juga ikutnya belum lama. Mungkin

kalau tidak salah selama tiga tahunan. Tiga tahunan dan

yang sudah dua tahun, dia selalu mbayarin terus.

95

FD Ya lumayan sebenarnya, karena yang di paroki ini

sendiri sebenarnya sejak tahun 2015.

BP Ya memang, pertama itu ada BKSY itu kan memang

digerakkan kalau gak salah digerakkan, termasuk

lingkungan saya itu.

100

FD Kira-kira yang belum ikut itu karena apa? Maksudnya

mereka ini gak butuh, atau gak kepengen atau masih

ragu-ragu?

105

BP Mungkin soal dana ya, karena kan lingkungan saya itu

bukan warga yang menengah ke atas. Jadi mereka ini

cuma ikut yang Santo Yusup itu saja. Kalau Santo

Yusup kan satu KK enam puluh ribu per tahun per KK.

Kalau ini (BKSY) kan per orang.

110

FD Jadi kendalanya mungkin lebih ke pembiayaan untuk

iurannya? Jadi bukan karena gak mau atau gak

kepengen?

BP Sebetulnya mereka kalau ditanyain ya mau cuma ya

karena harus bayar dulu iurannya.

115

FD Terus, kalau Romo paroki sendiri sering kalau

perkumpulan di lingkungan atau pas misa itu sering

cerita tentang BKSY gak atau menggalakkan umat untuk

ikut?

120

125

BP Hanya awal-awal. Waktu Romo Samiran waktu itu.

Tapi cuma di gereja aja, dan di lingkungan sih enggak.

Dulu waktu saya itu, ya Pak Styanto itu, pas pertama

kali. Kayaknya kalau di lingkungan itu memang yang

menggerakkan yang kayak Pak Styanto itu, yang

prodiakon, yang sekalian pertemuan, mereka

memberikan masukan. Jadi pas kumpul-kumpul, kalau

di tempat saya itu satu bulan sekali kumpul, ibadat,

sekalian arisan. Biarpun arisan sedikit tapi yang penting

adalah untuk kumpulnya itu. Yang di lingkungan saya

seperti itu. Kalau yang pas Pak Styanto itu memang satu

wilayah dikumpulin trus beliau yang memberikan

pengarahan untuk BKSY, begitu.

130

FD Karena dari pengalaman, memang ada banyak faktor

yang membuat BKSY ini bisa berjalan baik atau tidak.

Salah satunya, umatnya yang tidak tahu atau tidak

paham secara pas. Karena ada orang yang mengira

kalau ini masih seperti asuransi.

135

BP Ya memang waktu itu, juga dibilangin begitu. Terus

komentarnya: ‘Wah kalau delapan puluh tahun gak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

140

dapet ya rugi kita dong’. La trus kita terangin, di situ

bahwa kita gak tahu kita mati. Kalau istilahnya kita ini

menolong mereka pas kekurangan atau apa. Jadi

memang harus diterangin, ada orang yang ini sih gak

semuanya ikhlas. Jadi sekali lagi, memang harus diberi

keterangan. Tapi kan maksudnya delapan puluh ribu

rupiah itu kan siapa yang tahu? Kita kan gak ngerti.

145

150

FD Jadi memang yang menentukan adalah pemahaman

umat, lalu pengurus lingkungan atau paroki dan itu

tadi, yang gak kalah penting adalah peran romo paroki

karena romo paroki setahu saya selalu ngendiko

tentang BKSY pun, umat lalu tidak serta merta langsung

tertarik, karena masih ada yang punya pandangan

sendiri-sendiri. Nah yang terakhir, lebih ke usulan atau

harapan Ibu, yang konkret kira-kira yang masih perlu

diperbaiki bagi BKSY, entah di lingkungan atau paroki,

atau BKSY secara keseluruhan supaya nanti bisa

berkembang semakin baik. Kira-kira ada mungkin?

155

160

165

BP Ya, usulannya mungkin ya memang harus diitu kan,

harus diingatkan lagi, karena kan e kalau gak diingatkan

mungkin bisa lupa apa sih BKSY itu, misalnya seperti

itu. Terus mungkin juga, kalau misalnya pendanaannya

untuk apa diberikan lebih cepat, begitu, karena saya

terus terang tidak tahu, jadi itu kan lebih baik, jadi kami

bisa woro-woro, kalau BKSY cepat dalam menanggapi

permohonan bantuan, dan juga cepat prosesnya. Nah

seperti itu lo. Jadi mungkin kalau lebih cepat kan, orang

kan jadi udah deh gak apa-apa, maksudnya tertarik

untuk ikut. Prosesnya lebih cepat jadi kita kan gak

terlalu semacam diapusi(dibohongi) lah istilahnya gitu.

170

FD Kalau penjelasan (sosialiasi) tentu sangat butuh ya?

Biar semua umat itu paham, karena takutnya kami itu

kan kadang-kadang pemahaman hanya sampai di ketua

lingkungan. Nah ketua lingkungan itu, kan berbeda-

beda cara menyampaikannya. Nah, yang dipikirkan,

pemahaman yang semua umat bisa diterima secara

sama, sehingga keputusan untuk ikut BKSY bisa menjadi

semakin yakin.

175

180

BP Pengurus paroki atau lingkungan itu kan tidak

selamanya, karena misalkan ini nanti ganti, itu kan

mestinya yang baru pun perlu mendapatkan pemahaman

yang sama dan tepat tentang BKSY jika ingin

menggalakkan BKSY ini lebih maju, termasuk nanti

Romo paroki juga sering ganti dan pindah tugas, atau

pengurus PSE ini juga tidak mungkin selamanya. Nanti

mesti ada pengganti. Pengurus BKSY juga gak mungkin

selamanya.

FD Nah, yang kita pikirkan bersama adalah dalam posisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

185

190

195

‘pergantian’ semacam ini, selalu ada cara untuk

‘nurunke ilmu’ supaya nanti pengurus baru itu

gampang. Ini Mas Styanto tadi cerita bahwa Romo yang

baru dan ketika datang belum tahu tentang BKSY, tapi

ketika mendapatkan penjelasan, akhirnya terbuka juga,

termasuk ketika melihat data dan fakta, termasuk soal

defisit yang dialami di paroki atau di pusat.

Jika dirasa cukup, saya ucapkan terima kasih, saya

nyelo waktu nya jenengan yang sibuk. Terimakasih

untuk masukannya.

196 BP Terimakasih Frater. Sama-sama.

Nama Helena Sukoco (Bu Koco)

Lingkungan St. Hubertus

Wilayah 8

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (13.57 – 14.45)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

10

15

Fr. Didik

(FD)

Baik, terima kasih sebelumnya atas waktunya, meskipun

sibuk. Intinya, saya sedang membuat tesis, terus ingin

tahu secara mendalam beberapa hal yang terjadi di

paroki berkaitan dengan BKSY. Dan saya memilih tiga

paroki yang saya anggap sudah cukup lama ikut BKSY,

sebab kalau baru setahun dua tahun sulit untuk

membuat penilaian dan penelitian. Kalau Bidaracina

kan sudah sejak tahun 2015, jadi sudah ada grafiknya.

Lalu, caranya adalah dengan mewawancarai siapa pun

yang berkecimpung di BKSY, entah peserta atau

pengurus, karena pengurus juga punya pergulatan

seperti Bu Atiek cerita tadi tentang macam-macam

masalah, karena mengajak orang untuk berbelarasa itu

tidak mudah. Jadi ini kan saling melengkapi. Yang

pertama, Bu Koco cerita pertama kali kenal BKSY, lalu

sampai sekarang ini, menurut Bu Koco, BKSY itu apa?

20

25

Bu Koco

(BK)

Saya pertama kali, dapetnya dari Pak Styanto lewat

WA, intinya Bapak Uskup bla,bla,bla…menganjurkan

umat kita untuk ikut BKSY, ikut berbelarasa untuk kita

yang bisa membantu. Terus, setelah itu ada sosialisasi di

sini (di gereja), bla,bla,bla…Ibu Sri kalau gak salah

waktu itu ya, di lingkungan kami. Ada beberapa

lingkungan yang sudah ikut. Nah, karena lingkungan

saya sudah sepuh-sepuh, nah maunya Pak Styanto kan

(umur) 0 sampai 80 tahun, di atas itu gak bisa, karena

itung-itungan 80 tahun ke bawah, ya kan? Nah di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

30

35

40

45

lingkungan saya, kebanyakan 60 atau 70 tahun ke atas,

paling muda saya deh, sama adik saya. Saya bilang ke

Pak Styanto, saya tuh aduh, di lingkungan saya yang

ikut sekitar 10 kk, itu aja umurnya dah 65 semua, atau

kategori tinggal ‘nunggu-nunggu’. Ada yang 80 lewat,

nah dia gak dapet to? Nah ya udah mesti dijelasin.

Terpaksa waktu itu saya cari peserta, dapet lah sekitar

10 orang. Sebetulnya, menurut saya BKSY itu berguna

bagi umat yang pra sejahtera, berguna banget tapi di

lingkungan-lingkungan itu ada yang gak ngerti,

maksudnya nganggepnya asuransi, tapi kan memang

dibantu asuransi, tapi bukan asuransi yang itu

maksudnya. Kita kan mau berbelarasa. Pokoknya suka

duka ikut BKSY di lingkungan itu banyak. Bla,bla,bla

saya bilang kalau udah renewal, dah abu-abu itu kan

susah ngangkat, bener gak? Kalau ada apa-apa, yang

dari lingkungan itu kan, saya bilang ‘masa gak bisa sih

Bu?’. Ini lama ngangkat (aktivasi)-nya. Misalnya, ada

yang jatuh tempo 15 Juli, kan gak mungkin dong

diambil kalo belum aktivasi. Tapi, ya suka lupa juga sih.

Nah gimana kalau gitu? Yang menghadapi masalah itu

ketua lingkungan tapi ketua lingkungan itu kadang ribet.

50

FD Nah, justru itu, dulu memang, saya juga pengalaman di

pusat, kadang-kadang keadaan di paroki yang dihadapi

pengurus lalu ketua-ketua lingkungan itu, ternyata jauh

berbeda, tidak sesuai dengan yang kami bayangkan,

karena ya mau meng-handle banyak orang tidak mudah.

Jadi itulah yang tidak kami temukan.

55

60

65

70

BK Apalagi kalau ini, setiap paroki pasti ada, atau setiap

lingkungan ada banyak. Tapi memang, ada juga yang

orang itu sehat, tapi kita kan gak tahu ujung-ujungnya.

Nah saya bilang, aduh suka dukanya. Tapi, ada juga

orang kaya yang gak mau ikut, katanya asuransi

bla,bla,bla ini ya memang asuransi, tapi kita bisa

berbagi, karena Bapak Uskup yang menganjurkan, tapi

bener kata Pak Styanto bahwa saya sudah ngomong

banyak sama Romo Marya, untu terus bawa-bawa

BKSY. Dulu kan kalau Romo Samiran kan, kami

terimakan santunan BKSY yang meninggal, Romo Sam

kan selalu ngasih sedikit wejangan sebelum santunan

diberikan ke ahli warisnya, sedikit masukan Romo Sam,

bahwa BKSY itu adalah berbelarasa, bahwa yang di

umat bisa beli pulsa lima ribu sehari tapi kalau harus

nyumbang itu berapa kali berapa, nah Romo Sam itu

selalu begitu. Maka, menurut saya, Romo Sam itu kalau

seperti itu bener-bener deh.

FD Dulu waktu di pusat, pernah juga Romo Samiran. Ya

memang, kesulitan kita Romo itu gak selamanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

75

80

85

berkarya di paroki tertentu, termasuk nanti ketua

lingkungan, pengurus PSE, pengurus BKSY, nanti pada

waktunya akan berganti. Nah sulitnya, posisi nanti

kalau pas pergantian, itu harus ‘nurunke’ pemahaman

itu, dan kebetulan gak semua orang itu mau, termasuk

Romo-nya, dan syukur kalau Romo-nya mau terbuka.

Ada juga Romo Paroki yang gak mau sama sekali,

artinya ya apatis soal BKSY itu. Maka, tidak

mengherankan sampai sekarang pun, 66 paroki tapi

baru 31 atau 32 yang sudah ikut. Itu gak ada separo,

padahal ada penjelasan bahwa ini adalah gerakan yang

diinisiasi oleh Bapak Uskup sendiri.

90

BK Sebenarnya, ini sangat membantu banget untuk orang-

orang yang benar-benar di bawah (pra sejahtera). Maka,

kami tu ada beberapa orang yang seperti itu, lalu saya

masukkin, karena kalau ada apa-apa kan kasihan, saya

ada beberapa tuh, kira-kira 18 orang. Maksudnya, dari

iuran pending coffee kepada umat yang pra sejahtera,

yaitu mereka yang benar-benar butuh.

95

FD Itu kalau di lingkungan Ibu, ada yang dibantu seperti

itu?

BK Kalau di lingkungan saya gak ada, mereka bayar 80 ribu

sendiri.

FD Kalau yang sudah ikut, berapa banyak?

100

105

BK Ya itu tadi, 10 (kk), dari total 17 kk. Bahkan lingkungan

saya adalah yang paling sedikit. Maksudnya kk nya

yang paling sedikit dari seluruh lingkungan di paroki.

Umatnya keseluruhan ga sampai 100 orang, menurut

data. Pokoknya, saya di lingkungan aja karena ya itu

tadi isinya janda-janda semua, karena anak-anaknya

sudah keluar (paroki) semua. Karena ya maklum, karena

pekerjaan atau berumah tangga. Maka kalau saya

laporan ke lingkungan, ya paling bontot, terus warganya

sedikit, dan hampir gak ada anak kecil. Ada satu yang

ngontrak. Kalau ngontrak itu bolek ikut gak sih?

110

FD Bisa sih, tapi ya nanti sulitnya kalau harus perpanjang,

kebetulan di paroki yang baru belum ada BKSY. Tapi,

ada juga yang punya pengalaman ‘dipindahkan’ data

BKSY nya karena pindah domisili.

115

120

BK La itu, makanya saya gak tawarin BKSY, karena takut

kalau pas pindah gimana caranya. Nah itu repot kalau

tempat nanti pindah belum ada BKSY. Nah pernah kan

saya tawarin, ikut yuk atau gimana. Kan anaknya satu,

bapak-ibu, jadi tiga. Trus dia malah jawab gitu, nah kan

kami bisa gak selama-lamanya di sini, soalnya ngontrak.

Bisa pindah ke paroki lain. Nah dalam hal ini, bisa

hitung-hitungan juga orang tersebut mau berbelarasa.

Saya bilang, ya nanti semoga di paroki lain juga ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

125

yang seperti itu. Saya juga punya satu keluarga di

lingkungan, yang masih muda, tapi juga belum ikut,

karena ngontrak.

FD Kalau yang lain, kira-kira kenapa kok belum ikut?

130

BK Ya itu tadi, karena umurnya yang sudah sepuh-sepuh. Di

lingkungan-lingkungan lain itu gak ada, di tempat saya

yang kayak gini. Yang paling muda ya saya sama anak

saya, yang lain 50 tahun ke atas.

135

FD Kita selama ini kan dibantu oleh pihak ketiga, dalam

hal ini adalah perusahaan asuransi, yang tentu memiliki

berbagai macam persyaratannya sendiri, dan soal

pembatasan umur dan seterusnya adalah karena

mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh

perusahaan asuransi tersebut, termasuk dalam

pendaftaran kepesertaan dan permohonan bantuan,

yang mesti mencantumkan persyaratan-persyaratan.

140

145

BK Nah dulu waktu pertama kali BKSY juga begitu kan.

Kita ada yang ikut banyak, setelah mau renewal, ada

banyak yang lupa tuh, terus bukan karena dia tapi gak

tahu ketua lingkungannya bagaimana atau gak punya

data atau apa, harusnya kalau memang ikut menjadi

peserta kan harus segera tahu kalau jatuh tempo, nah ada

kejadian yang dateng karena udah dua tahun gak bayar,

nah itu kan jadi sulit ngangkatnya.

FD Kalau sekarang, bisa diikutkan lagi tapi yang dua tahun

itu harus dibayar terlebih dahulu.

150

BK Nah iya bener, dua tahun itu dah bayar, tapi tiba-tiba

dipanggil Tuhan. Nah udah bayar, dan udah bisa nih,

dan dia sehat. Itu masalah gak sih?

155

160

165

170

FD Ya kalau masuk kembali, tentu mesti ada pertanyaan

‘sehat atau tidak’? Tadi, Bu Atik juga cerita, misalkan

ada dua orang yang jatuh tempo, terus yang satu

statusnya abu-abu karena belum dibayar, yang satu

masih hitam karena sudah dibayar, tapi kan biasanya

ditanya sehat atau tidak itu kan yang abu-abu ketika

nanti akan diaktivasi kembali. Padahal, bisa juga yang

masih hitam itu ternyata sakit. Model seperti itu yang

ternyata masih, sering terjadi kesalahpamahaman

antara pengurus pusat dan pengurus di paroki.

Pengurus paroki biasanya bicara sesuai dengan realita

atau kenyataan, tapi yang di pusat kadang-kadang tidak

mau mengerti. Nah ini kadang-kadang belum

menemukan titik temu. Inilah yang hendak diusahakan

untuk diperbaiki. Meski selalu ada harapan, bahwa ke

depan, semua orang bisa tergerak dan ikut ambil

bagian dalam gerakan belarasa ini. Menjadi maklum,

bahwa orang tidak serta merta ikut dan masuk menjadi

peserta BKSY.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

175

BK Kemarin tuh ada satu, kejadian ini. Dia renewal, terus

kemarin dulu kan sempet apa ya suaminya tugas di luar

kota, terus tiba-tiba sudah diangkat, dan sudah jadi

sertifikatnya. Tiba-tiba hari Minggu dia tugas ke luar

kota, dan dia sakit meninggal di luar kota.

FD Ya, kalau masih menjadi peserta aktif sih gak masalah

menurut saya.

180

185

BK Aktif sih, tapi ya itu, telat renewalnya. Lupa

memperpanjangnya. Ada juga kan, soalnya biasanya

udah percaya, tapi ya suka lupa itu tadi, kalau sudah kan

suka shock juga sih. Kalau saya sih mudah-mudahan

prosesnya mudah, kasihan juga yang seperti itu, yang

tidak mampu. Saya juga sudah ngurus kok kemarin,

karena meninggalnya di luar kota, di tempat dia kerja.

Istrinya di sini, kita gak itu kan, aduh kasihan juga sih

sebenarnya. Susah juga saya, makanya yang lingkungan

yang kaya itu susah sekali bener. Banyak, bukan di

paroki saya kayaknya sih.

190

195

200

FD Hampir semua paroki seperti itu, jadi orang yang

mampu itu, kalau yang memang baik ya baik bener, tapi

yang pelit ya pelit bener. Intinya mereka (orang kaya)

itu gak mau repot. Menurut mereka, 80 ribu itu adalah

angka yang kecil, tapi repotnya harus jadi peserta

itulah yang menjadi alasan mereka tidak mau, makanya

gak sedikit yang berani menyumbang banyak, tapi

pengennya gak usah jadi peserta. Makanya, dulu juga

dibuatkan rekening pending coffee, untuk

mengakomodasi orang-orang yang pengen berbagi

juga, tapi dia gak pengen jadi peserta. Nah, rekening

pending coffee adalah jembatannya.

BK Itu bagus, saya kemarin ada satu orang kayak gitu,

berbelarasa, mungkin keluarganya kali. Jadi, dia gak

ngambil, dan dari kita ya sudahlah, untuk yang lain saja,

yang lebih membutuhkan.

205

FD Oh, jadi dia harusnya dapet (bantuan), tapi gak

diambil? Iya, sih kalau dia merasa mampu, maka gak

perlu ngambil, atau bahkan kalau pun dia sebenarnya

tidak mampu, tapi gak ngambil juga gak jadi masalah.

210

215

BK Saya ada lagi nih. Umat paroki, mengajukan dan nanya

melulu, dan saya kasih langsung deh ke Bu Atiek, sudah

kirim email, dan Bu Atiek juga sudah datanya lengkap.

Tapi dianya nanya terus kapan keluar, kapan cairnya?

Saya bilang, emang saya gudang duit. Saya bilang, ibu

ngerti gak sih, pokoknya itu kan bantuan untuk yang

meninggal, saya bilang, kami proses ke ACA itu sudah

satu bulan. Dan kalau semua syarat sudah terpenuhi,

satu bulan bisa turun (bantuannya). Emang gak bisa

cepet kayak St. Yusup di paroki. St. Yusup kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

gampang karena deket.

220 FD Lagian, kalau St. Yusup kan memang uang kita sendiri.

225

BK La iya, la kalau BKSY kan beda, uang banyak orang,

banyak umat. Orang itu masih ngeyel, masa sih kok

lama? Saya bilang, gak percaya ya Bu? Omong sendiri

sana sama orang ACA, saya bilang gitu. Saya sampai

begitu. Iya, itu ditanya saya, dicecar. Saya bilang, saya

tuh dapat itunya nanti.

FD La kalau kayak gitu, itu yang minta pasti ahli warisnya,

orang mampu atau bukan?

230

BK Aku tanya sama ketua lingkungannya, dia mampu ga sih

sebenarnya? Kok gak sabar banget kesannya.

FD Saya takutnya adalah, justru itu lo, dia itu sebenarnya

mampu, tapi cari keuntungan karena jumlah uangnya

besar.

235

240

BK Sebenarnya di lingkungan, lingkungan kan yang tahu.

Mosok dia ngejar-ngejar kayak gitu, dikira saya yang

bawa uangnya, dikira gampang semuanya. Minimal satu

bulanlah. Saya saja, setelah dapat email, masih harus

lapor ke dewan paroki, karena ada uang masuk dari

ACA sejumlah bantuan tersebut, buat santunan

meninggal. Tapi orang itu ya masih mengeluh aja, tapi

saya bilang, ibu itu mau ikut BKSY, hanya mau terima

doang? Orang itu sering telpon saya tuh, gak sabaran

banget. Trus baru kemarin itu keluar, dan baru aja

dikasih.

245

FD Takutnya, dia itu sebenarnya mampu, tapi trus mungkin

dia udah membaca dari dulu kalau iuran BKSY sedikit

tapi dapat bantuannya besar, maka trus meminta

haknya dengan cara demikian.

250

BK Iya betul, istilahnya meminta haknya. Tapi kalau

memang meminta haknya tetap harus sabar dong.

Berapa bulan sih dia sudah ikut, kan baru tiga bulan.

Iurannya gak seberapa, tapi mintanya kayak gitu. Orang

kita mau belarasa kok caranya begitu.

255

FD Kemarin ada yang cerita dari Blok B, ada yang persis

kayak gitu, artinya yang minta cepet, tapi Bu Tanto

yang ngurusin itu jawabnya, takbalikin po yang 80

ribu? Kamu tuh iuran hanya segitu, le minta kok cepet-

cepet.

260

BK Iya, la itu tadi. Iuran gak seberapa kok mintanya seperti

itu, apalagi orang-orang yang mampu. Kalau ada lagi,

mending gak usah diberi aja.

FD Tapi kira-kira, melihat pengalaman 4 tahun kurang

lebih, itu kecenderungannya BKSY di sini itu

berkembang, atau naik turun, atau menurun.

265

BK Kalau saya sih cenderungnya naik turun. Kadang-

kadang banyak, kadang sedikit. Kayak yang pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

270

dulu, naik banyak, terus yang kedua, ketika mulai

renewal, dan yang baru juga gak terlalu banyak juga sih.

Harusnya kan tetap seimbang antara yang baru dan

renewal. Renewal kata Bu Atik, juga agak susah,

kadang sampai mikir gimana ya caranya, apalagi yang

sudah masuk daftar ‘abu-abu’. Tolong dibantu, saya

bilang.

275

FD Tapi memang ya, kayak gitu, seperti informasi seperti

itu, peserta juga kadang-kadang lupa, jadi tergantung

ketua lingkungan atau kalau aktif melihat data.

280

BK Kan info tentang kepesertaan bisa dibuka, dan ketua

lingkungan juga tahu. Semua lingkungan kan sudah

diberi (username dan) password untuk login. Semua

lingkungan kan sudah punya sendiri-sendiri.

285

FD Jadi, penentunya adalah ketua lingkungan, termasuk

ambil peran yang besar. Makanya di beberapa paroki,

yang terpenting adalah keterlibatan pengurus,

pemahaman peserta dan romo paroki juga. Romo

paroki juga andil besar untuk memajukan BKSY. Paroki

yang BKSYnya berkembang baik, biasanya romo

parokinya sangat mendukung.

BK Antusiasnya ada kok romo paroki di sini.

290

FD Nah, kadang yang susah, romo paroki pindah, atau

ganti, dan gak ada antisipasi untuk memberi

pemahaman yang sama tentang BKSY kepada romo

yang baru.

295

300

BK Aku sampai ngomong gini ke Romo Samiran, dan

emang gampang beliaunya, dan Romo yang baru kan

juga belum ada setahun di sini. Nanti dua romonya

disentil tentang BKSY ini. Romo Samiran suka bilang

begini, daripada anda beli pulsa lima ribu, mending

ikutan BKSY, ikut berbelarasa, dibagikan kepada

sesama. Kalau Romo yang baru, sudah mulai diberi

pemahaman supaya bisa meneruskan oleh Pak Styanto.

FD Makanya, tadi cerita di jalan, ya harapannya supaya

terus berjalan.

305

BK Mudah-mudahan begitu, karena Romo yang baru ini

sebenarnya bagus. Karena dia baru juga di sini, kalau

untuk hal-hal seperti ini.

310

FD Dalam pertemuan Romo-romo, yang ada Bapak Uskup

saja, gak semua Romo responnya positif terhadap

BKSY, artinya dalam hal ini romo paroki juga memiliki

andil besar. Karena banyak paroki yang kaya belum

ikut: Kelapa Gading, PIK, Alam Sutera, MBK, MKK itu

belum ikut. Peran Romo Paroki itu kelihatan, misalnya

kayak dulu di Sanmare, Romo yang sebelum yang

sekarang, apatis, makanya hanya satu lingkungan yang

diperbolehkan ikut, itupun karena lingkungan itu adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

315

320

lingkungan ketua BKSY paroki. Nah, begitu Romonya

pindah, sekarang sudah bisa ikut, karena ketua

BKSYnya masih sama dan Romo parokinya juga

mendukung, jadi semua umat bisa ikut. Masalahnya,

Romo-romo juga gak taat atau gak paham dengan

maksud Bapak Uskup, bahkan ada yang mengatakan

bahwa ini adalah program yang mengatasnamakan

keuskupan atau Bapa Uskup, atau ini dari ACA, brarti

ini asuransi.

325

BK Ada saya, paroki mana gitu, ketika mau nyerahin itu,

kalau gak salah dari Cililitan deh. Ada umat yang mau

ndaftar BKSY di sini. Saya bilang, wah ya ga bisa.

Daftarnya ya di paroki masing-masing. Gak boleh kan?

FD Gak boleh lah.

330

BK Pingin ikut di sini. Kalau di paroki saya kok gak ada ya

Bu? Mungkin belum aja kali Bu. Coba cari di

parokinya.

335

FD Di Jakarta Timur, yang belom ikut itu Cililitan dan

Rawamangun. Dekenat timur itu, seingat saya, justru

yang paling banyak paroki yang sudah ikut. Jakarta

Utara malah sama sekali belum ada yang ikut. Jakarta

Barat aja baru Kosambi, Cideng.

340

BK Nah, ternyata baru sedikit ternyata. Paroki-paroki yang

gede harus diterobos nih. Kalau di sini sudah hampir

1000 umat yang ikut BKSY. Katanya kalau udah 1000

boleh ngajak yang non-katolik untuk ikut? Tapi itu

tergantung KK sih ya?

345

350

355

360

FD Yang non katolik itu bisa masuk kalau punya ikatan

dengan anggota yang katolik, misalkan dalam satu

keluarga, terus menantunya, atau bahkan kemarin ada

juga yang memasukkan pembantu atau sopir, asalkan

dimungkinkan untuk tinggal dalam waktu yang cukup

lama, itu gak masalah. Tapi, nanti di paroki, misalkan

kayak di SPMR Blok Q, ada satu username lingkungan

namanya ‘lingkungan luar paroki’ atau apa gitu, jadi

untuk menampung peserta yang tidak masuk dalam KK

gereja atau non katolik. Tapi, syaratnya ya itu tadi,

punya keterkaitan dengan anggota umat di paroki

tersebut. Atau model yang lain, masuk sebagai anggota

komunitas-komunitas, misalkan kemarin ada komunitas

karyawan panti asuhan, karyawan alumni sekolah

tertentu, dan lain-lain. Kan kalau seperti itu, gak semua

katolik. Terus yang lain, karyawan perusahaan seperti

Sidomuncul, yang lumayan banyak. Praktis karena

perusahaan dengan karyawan banyak, dan semuanya

adalah usia produktif. Mestinya, jarang memohonkan

bantuan. Minimal secara jumlah kepesertaan, bisa

ngangkat, karena Sidomuncul itu hampir 14 atau 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

365

369

ribu orang yang masuk. Selain itu, ada Kino yang

memasukkan 7 atau 8 ribu peserta. Kedua perusahaan

ini yang punya adalah Katolik. Mereka ingin berbagi,

caranya dengan memasukkan semua karyawan

dimasukkan, dan pakai uangnya Pak Irwan sendiri,

meski kalau renewal agak susah, karena datanya

berubah-ubah.

Nama Reni Margiastuti (Bu Reni)

Lingkungan St. Martinus

Wilayah 10

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (14.54 – 15.15)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Ibu, kan jadi peserta BKSY, kira-kira kapan pertama

kali mengenal BKSY, lalu sudah berapa tahun ikut

menjadi peserta, lalu selama menjadi peserta itu,

memiliki gambaran tentang apa soal BKSY ini?

5

10

Bu Reni

(BR)

Kalau saya pertama kali ikut, saat pembekalan ketua

lingkungan dan seksi sosial. Itu kan pertama kali dengan

program BKSY, dan yang saya tahu, program ini BKSY

ini dari KAJ, dan pada dasarnya buat berbelarasa pada

yang miskin, yang tertindas ataupun yang saya tahu

seperti itu.

FD Ibu jadi ketua lingkungan atau?

BR Bukan, saya jadi seksi sosial lingkungan. Trus ikut

BKSY, mau tahun ketiga, dan tahun kedua sudah habis,

nah ini masuk tahun ketiga.

15

FD Brarti sudah lumayan lama, karena ini kan dari

Bidaracina sudah sejak 2015 ya? Dulu mengenal

pertama kali mengenal dari Romo atau pengurus atau?

20

25

BR Dari Bu Koco, trus ada pembekalan dari seksi PSE,

yang Bu Atiek, eh kalau dulu bukan Bu Atiek, kalau

tidak salah Bu Yanti. Pokoknya, saat itu ada penjelasan

tentang program itu, BKSY itu seperti apa, lalu

tujuannya untuk apa. Jadi memang, pada kesempatan itu

hanya khusus untuk BKSY. Ada yang lain sih

sebenarnya, tapi kebetulan yang saya hadir, nah pas ada

BKSY.

FD Di lingkungan Ibu, sudah berapa yang ikut BKSY?

30

BR Kalau di lingkungan saya hanya sedikit. Sekitar 7 orang

saja, dari sekitar 22 orang KK saja. Ya kalau warganya

sekitar 100 orang, tapi baru 7 orang saja yang ikut.

FD Kira-kira kenapa kok masih banyak yang belum ikut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

35

BR Sebenarnya dari sosialisasi dari lingkungan, setiap ada

pertemuan lingkungan kan ada pertemuan rutin setiap

bulan, dan setiap kali ada sosialisasi BKSY selalu

beranggapan kalau BKSY ini semacam asuransi. Jadi,

dari kalangan yang menengah ke atas, kadang-kadang

mengklaim seperti kepada pihak asuransi. Padahal kan

bukan seperti itu maksudnya.

40

FD Kalau warga yang mampu, dan warga yang tidak

mampu lebih banyak yang mana?

BR Kalau di lingkungan kami yang menengah ke atas

jumlahnya lumyan banyak, dibandingkan yang

menengah ke bawah.

45

FD Karena menurut saya, mungkin yang membuat, belum

banyak itu, ya itu tadi, jumlah umat yang lebih banyak

yang menengah ke atas, mungkin merasa tidak perlu

atau menganggap ini sebagai asuransi. Kalau Ibu

sendiri, sejauh ini selalu ada sosialisasi di lingkungan

itu?

50

BR Paling kalau ada pertemuan rutin. Biasanya selalu ada

tawaran untuk menjadi anggota baru BKSY, kalau gak

ya mengingatkan yang seharusnya sudah renewal. Kalau

dari paroki, biasanya gak sampai ke lingkungan.

55

60

65

FD Karena di beberapa paroki memang, yang paling

menentukan, adalah pemahaman umat, karena kalau

umatnya memang paham benar, biasanya langsung ikut.

Takutnya, ada orang yang menganggapnya beda-beda.

Ada yang menganggap ini sungguh belarasa, tapi ada

juga yang menganggap ini sebagai asuransi, jadi kalau

sudah iuran, kalau ada apa-apa maka segera dapat

bantuan. Jadi, pemahaman masing-masing orang itu

masih beda-beda. Maka, kalau wawancara seperti ini

kan jadi tahu situasi di lingkungan itu seperti apa.

Berarti, kalau menjadi seksi sosial itu, sering mengurusi

pendaftaran, atau pembayaran, atau permohonan

bantuan, kira-kira menurut Ibu selama ini prosedur dan

syarat-syarat, termasuk mudah atau memberatkan atau

ribet maksudnya?

70

75

BR Kalau awal dulu, ada warga saya yang kurang mampu,

dia ikut BKSY, waktu itu kan meninggal, waktu

pertama kali kan dari paroki sendiri kan memang tidak

ada sosialisasi, cara untuk klaim atau memohonkan

bantuan itu seperti apa dan bagaimana, apakah harus ke

Bu Atiek langsung atau langsung ke pihak ACA nya. Itu

sih pertama kali saya ngrasain ya ribet, tapi semakin ke

sini, yang dialami seperti ini, kayak gini, jadi gak ribet

lagi.

FD Jadi, memang sudah beberapa kali menangani umat

yang mengajukan bantuan. Iya sih, kalau kesulitan kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

80

85

90

95

100

105

memang, itu tadi, karena kita menggandeng pihak

ketiga dalam hal ini adalah perusahaan asuransi ACA

dan CAR. Resikonya adalah pertama, kita dianggap

seperti asuransi, padahal tujuannya Bapak Uskup,

supaya uang yang kita punya itu dapat dikelola dengan

baik. Dan kita jadi punya sistem online, dan itu

resikonya dipandang seperti asuransi. Resiko yang

kedua, kita mau gak mau terus ikut pola atau

persyaratan dari perusahaan asuransi tersebut,

misalkan ketika mendaftarkan usianya dibatasi 15 hari

sampai 60 tahun, terus harus sehat, terus kalau

memohonkan bantuan harus ada syarat terlampir. Ini

resiko karena kita menggandeng pihak ketiga ini. Di

beberapa kesempatan, seperti ini menjadi ‘penghambat’

untuk menjelaskan ini kepada umat. Seolah-olah ada

pembatasan dari BKSY, padahal karena pemahaman

umat yang tidak pas saja. Hal inilah yang akan diolah

bersama, setelah berjalan selama 4-5 tahun ini, dengan

persyaratan-persyaratan yang sudah ada,

kecenderungannya akan mengarah ke mana. Karena

harapan Bapak Uskup, mestinya adalah kita memiliki

sistem sendiri dan pengelolaan uang sendiri, tapi

membuat sistem seperti itu, biayanya tidak murah. Jadi,

akhirnya ya menggandeng pihak ACA ini. Lalu, kalau

Ibu sendiri melihat, di paroki kita, termasuk pengurus

itu, juga berjalan baik atau bagaimana?

BR Menurut saya kooperatif, kalau ada apa-apa, selalu info

ke lingkungan.

110

FD Artinya, pengurus di paroki, juga membantu yang di

lingkungan. Terus Romo paroki bagaimana? Apakah

Romo paroki juga membantu, karena setahu saya dulu,

Romo Samiran, itu beberapa kali kesempatan misa atau

di lingkungan, juga sering berbicara tentang BKSY?

115

120

BR Kalau Romo Sumarya memang belum lama, dan

memang belum pernah ada kunjungan ke wilayah-

wilayah, jadi kita belum mendapatkan penjelasan. Tapi,

kalau ada penyerahan dana bantuan, Romo sering

menantang umat, bagi bapak ibu yang belum ikut

BKSY, mohon untuk terketuk hatinya untuk ikut. Tapi

kalau di wilayah-wilayah memang belum ada, karena

memang belum ada kunjungan-kunjungan.

125

FD Memang sih, yang menjadi penentu dari beberapa

paroki BKSY itu baik atau mandeg, salah satunya

adalah Romo paroki, jadi selain pemahaman umat yang

benar, lewat sosialisasi atau cara yang lain, lewat

pengurus, juga termasuk Romo paroki, karena Romo

paroki adalah pemimpin, jadi kalau Romo berbicara

sesuatu, biasanya umatnya akan mengikuti. Tapi, kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

130

135

140

145

150

Romo parokinya sudah apatis, karena beberapa paroki

juga demikian. Maka, dari 66 paroki, baru 31 paroki

saja yang ikut. Ya itu, tadi, karena tanggapan Romo

paroki juga beda-beda. Kesulitan yang kedua, Romo

paroki kan gak selamanya di paroki kita, artinya di saat

tertentu harus pindah, dan pergantian itu tidak

otomatis, soal pemahaman misalnya tentang BKSY itu

otomatis akan ‘diturunkan’ kepada Romo yang baru.

Kesulitan bukan hanya pada Romo paroki, tapi, juga

ketua-ketua dan pengurus lingkungan serta pengurus di

paroki. Hal ini juga menentukan pemahaman umat,

karena bisa saja antusiasme Romo paroki, pengurus

lingkungan dan paroki itu tidak sama. Kami yang ada di

pusat, juga sedang mencari cara supaya hal seperti ini

bisa teratas, apakah harus membuat semacam buku

petunjuk, sehingga kalau buku petunjuk itu kan sama.

Selain itu, bisa didistribusikan ke umat, dan

pemahamannya juga sama. Selain itu, sudah ada

website, tapi gak semua bisa mengakses. Mungkin ini

yang terakhir, kira-kira ada harapan tertentu, atau

usulan tertentu supaya BKSY ini semakin baik, bisa

dalam bentuk yang konkret dan bisa ditujukan kepada

siapa saja?

155

160

BR Kalau saya sih, terutama lebih banyak sosialisasi ke

lingkungan, karena gak semua orang bisa memahami

dengan baik dan sama. Selama ini pemahaman dan

sosialisasinya kurang. Kami juga belum mendapat

pemahaman dari SPSE yang datang juga memberikan

pemahaman atau sosialisasi pada saat kunjungan,

harapannya banyak umat yang mau ikut. Karena di

wilayah 10, peserta gak mencapai 50 persen. Karena

antar ketua lingkungan sering tukar ide tukar pikiran,

dan soal BKSY, rata-rata total semua gak sampai 50

persen di wilayah saya. Satu wilayah tujuh lingkungan.

Tapi tetap ada pertemuan lingkungan, dan gak semua

bisa hadir. Itu saja sih menurut saya.

FD Selain pertemuan rutin, biasanya ada misa wilayah ya?

165

BR Kayaknya, kalau misa wilayah ada sih. Tapi biasanya

juga pada saat ulang tahun santo pelindung.

FD Ada lagi?

170

BR Untuk prosedurnya, apakah tidak bisa dibuat lebih

sederhana, terutama untuk pembuatan kronologis

kematiannya. Gak semua umat itu daya tangkapnya

baik, jadi kita sebagai pengurus, yang harus selalu

membuat pengertian untuk mereka.

FD Brarti jadi lebih tentang persyaratan dan prosedur

untuk pengajuan bantuan?

175 BR Ya kalau boleh, bisa lebih dimudahkan, dibuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

sederhana.

180

185

190

FD Kami yang ada di pusat, mengetahui ada bantuan pun

biasanya dari email saja, karena biasanya dari paroki

langsung kirim email ke ACA dengan cc kami di pusat.

Jadi, kami tahu dari email saja. Jadi, praktis yang

berkomunikasi adalah dari paroki sendiri. Saya kira

bukan hanya soal persyaratan, juga soal sistem online,

yang kadang gak semua orang bisa mengakses, jadi

ketika harus memasukkan data peserta baru, lalu

renewal seperti itu, gak bisa semua orang melakukan.

Tapi, kalau ada orang-orang yang misalkan bisa diajak

kerjasama, saya kira bisa banyak membantu. Misalkan

dengan mengajak orang-orang muda di lingkungan,

untuk membantu menginputkan atau membantu proses

renewal, tapi kan memang tidak semua lingkungan ada

yang seperti itu.

195

200

BR Kalau renewal biasanya kami tinggal setor data dan

uang iuran, lalu diberikan ke pengurus paroki.

Kemudian kalau sudah dimasukkan, maka mereka akan

memberi dalam bentuk kartu peserta. Jadi, modelnya di

sini, lingkungan yang mengumpulkan dan nanti diproses

bersama-sama. Tapi, kalau mengajukan bantuan, lapor

ke ACA dulu, dan memenuhi persyaratan-persyaratan,

tapi itu yang kadang bikin ribet, karena biasanya dari

keluarga yang bersangkutan kan minta bantuan ke

pengurus lingkungan. Mau gak mau ya harus dijalanin.

FD Baik Bu terima kasih untuk kesempatan dan waktunya.

Sampai jumpa lagi.

204 BR Sama-sama Frater.

Nama Elisabeth Yuliana (Bu Yuli)

Lingkungan St. Ferdinandus

Wilayah 6

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 18 Juli 2018 (15.20 – 15.35)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Baik Bu, barangkali nanti agak luwes saja, gak

terpatok, saya memang membawa panduan pertanyaan

tapi nanti bisa mengalir saja. Mungkin yang pertama,

Ibu bisa cerita, pertama kali mengenal BKSY, lalu

sudah berapa tahun, selama beberapa tahun itu,

menurut Ibu sekarang, BKSY itu gerakan yang seperti

apa?

Bu Yuli

(BY)

Pas saya masuk ya ditawarkan sama ketua wilayah,

sekitar tahun 2015. Ya sudah ikut sejak pertama kali,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

10

atau sudah tiga tahun. Sekarang pesertanya sudah ada 10

di lingkungan saya. Dari totalnya 36 KK. Tapi tau deh,

memang bisa 100 KK, tapi 10 orang saja yang masuk

jadi peserta.

FD Kira-kira kenapa kok hanya 10 orang saja?

15

BY Yang pertama, kurang sosialisasi. Saya sendiri males

ngider (berkeliling) untuk nawarin.

FD Ya itu lo Bu, kalau pas pertemuan lingkungan, terus

manggil dari PSE, kan bisa?

BY Pertemuan lingkungan, sedikit yang datang. Gak semua

hadir.

20

FD Di sini, ada model misa rutin di wilayah, ada gak Bu?

Kalau kemarin saya, kayak di Blok B, ada kesempatan

untuk misa wilayah, di situlah Romo bilang tentang

BKSY, karena biasanya yang datang juga banyak.

25

BY Enggak. Dan yang umat termasuk aktif sudah masuk

semua.

FD Berarti memang, yang menjadi kendala adalah gak

semua orang tahu dan paham tentang program ini ya

Bu? Kalau di lingkungan Ibu, lebih banyak yang lanjut

atau yang masih muda, yang termasuk aktif?

30

35

40

BY Yang aktif itu justru yang usianya 60 an. Yang muda-

muda biasanya punya kerjaan kantor atau ngantor

sampai malam. Jadi selain, karena pas pertemuan juga

gak bisa ikut, BKSY-nya juga gak begitu butuh. Nah,

kalau yang usianya sepuh, di atas 60 kan memang

ditolak masuk, karena usianya gak memenuhi syarat.

Biasanya ditanyai, masih sehat gak nih, karena udah tua

banget. Yang Ibu masukkin kok tua-tua semua? Di situ,

orang-orang itu kan jadi tersinggung. Terus di tahun

kedua, ya jadi males memperpanjang. Soalnya, ya itu

dipertanyakan terus soal kesehatannya sama pengurus di

sini. Terus malah ditanyain, di lingkungan ini kok tua-

tua semua? Akhirnya, memang diterima, tapi tahun

kedua gak mau lanjut.

45

50

FD Kelemahan kita adalah karena menggandeng pihak

ketiga, kadang peraturan mereka juga diterapkan dalam

program kita, meski tujuan kita yang sebenarnya adalah

untuk belarasa tapi persyaratan dari perusahaan

asuransi itu ikut diterapkan. Akhirnya ada gejolak di

umat paroki atau lingkungan. Usaha yang kita lakukan

adalah membuat jembatan, mengingat kalau mengelola

uang sendiri dan membuat sistem sendiri juga belum

mampu. Harapannya, nanti kalau sudah mandiri, maka

akan dilepas perlahan.

55

BY Emang yang susah adalah yang muda-muda ini, karena

di kantor-kantor itu juga males. Nah kalau yang tua-tua,

karena persyaratannya macam-macam, ya diprosesnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

juga lama di tempat Bu Koco, dan biasanya kendala

utamanya adalah soal umur.

60

FD Kalau jumlah umat sejahtera dan pra sejahtera,

mempengaruhi gak Bu?

65

70

BY Pengaruh. Biasanya yang sudah mapan, itu gak butuh

model-model seperti ini. Atau memang sudah punya

asuransi sendiri. Peruntukannya nanti memang untuk

orang-orang yang gak mampu, tapi mengajak yang

mampu itu ternyata tidak mudah. Selain itu, ada yang

menganggapnya kayak asuransi beneran, iurannya dikit

tapi dapet-nya banyak. Tapi, saya denger juga, ada

peserta yang sebenarnya dapat bantuan, tapi memilih

untuk tidak diambil supaya bisa disumbangkan ke orang

lain yang jauh lebih membutuhkan, karena dengan

demikian, memang caranya berbagi.

FD Ibu tahu tentang prosedur pendaftaran, lalu

permohonan bantuan, sekilas saja, kira-kira tahu gak?

75

BY Proses dan persyaratan biasanya saya serahkan ke

sekretariat eh maksudnya pengurus paroki. Pokoknya

nanti sekretariat yang ngurus.

FD Menurut Ibu, hal itu memudahkan, atau ribet, terutama

untuk permohonan bantuan?

80

BY Menurut saya sih gampang. Saya sih belum mengalami

seperti itu, karena warga saya belum pernah ada yang

mencairkan bantuan.

FD Ibu di sini, sebagai ketua lingkungan juga?

85

BY Iya, saya ketua lingkungan. Memang langsung

berkecimpung dan mengurusi, tapi untuk permohonan

bantuan, sejauh ini belum pernah ada yang berasal dari

lingkungan saya. Kalau St. Yusup yang di paroki

biasanya lebih cepet dan lebih gampang. Saya juga

sering mengurusi itu. Ya, karena itu uang kita sendiri,

iuran dari umat.

90

FD Menurut Ibu, Romo paroki juga berperan tidak soal

mengenalkan dan menggalakkan BKSY ini?

95

BY Romo yang sekarang maupun yang dulu sama saja.

Kalau di lingkungan juga gak begitu banyak ngomong

tentang BKSY ini. Gaungnya kurang berasa di

lingkungan.

FD Ibu sudah berkecimpung dengan BKSY ini kurang lebih

selama tiga tahun, kira-kira ada usulan atau harapan,

bagi pengurus paroki, atau Romo paroki, baik soal

prosedur dan pengurus pusat?

100

BY Ya itu tadi, orang yang pengen ikut, tapi ditanyain sehat

atau gak, kan jadi tersinggung. Yang masukkin itu kan

bisa aja begitu, karena bisa jadi itu Ibunya, atau anggota

keluarga sendiri. Dan, usulan saya, ya jangan begitu

caranya untuk memastikan. Kasihan yang sudah tua-tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202

105

110

115

120

melebih umur yang boleh masuk di BKSY, karena

untuk masuk aja, pertimbangan dan persyaratannya

macem-macem. Itu sih kendalanya buat saya. Di warga

saya, ada tiga orang yang mampu, bantu bayarin

beberapa orang, ada supir ojek, jadi dibayarin supaya

bisa ikut BKSY. Baru sejali ini sih. Satu lagi, misalkan

di kartu keluarga ada empat orang, dan harus masuk

empat-empatnya itu lo. Itu yang bagi beberapa orang

merasa berat. Misalkan suami istri anak dua, dan harus

bayar empat. Dan bisa jadi, dua anaknya itu berada di

paroki lain, maksudnya tidak tinggal serumah, meski

KK nya masih jadi satu. Karena ada yang sudah pengen

ikut, tapi karena harus bayar empat orang, ya jadi gak

masuk deh. Harus nunggu, keburu lupa. Dan akhirnya,

males lagi. Ya kalau di kk anaknya satu, atau sendirian,

mah cepet gak pake nunggu. Kalau saya sih itu

kendalanya. Belum lagi, yang tua-tua selalu

dipertanyakan soal kesehatannya.

125

FD

Jadi lebih banyak ke prosedur dan persyaratan ya Bu?

Nanti bisa diusulkan dan menjadi bahan pertimbangan

bersama. Bagaimana caranya supaya lebih mudah, dan

semua orang bisa ikut. Apakah ada tambahan lain?

BY Itu saja dua.

129 FD Baik Bu terima kasih untuk waktunya.

Nama Restituta Nurhaeni (Bu Resti)

Lingkungan St. Dorotea

Wilayah 4

Lokasi SD St. Antonius Padua

Waktu 18 Juli 2018 (15.45 – 16.30)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Baik, yang pertama kali, kenal BKSY itu dari siapa, lalu

sepanjang sampai sekarang sudah ikut, kira-kira Ibu

memandang BKSY sebagai gerakan yang seperti apa?

Lebih ke pengetahuan dan pemahaman Ibu.

5

10

Bu Resti

(BR)

Yang pasti, pertama kali ya dari paroki. Yang

menginfokan pertama kali kan Bapak Uskup, lalu ke

paroki lewat Romo paroki. Romo paroki di-share lewat

mimbar, lalu ke ketua lingkungan. Ke umat sebenarnya,

tetapi kalau langsung ke umat, biasanya umat tidak bisa

langsung menangkap dengan baik. Lalu, dalam suatu

kali pertemuan, secara khusus membicarakan tentang

BKSY, yaitu tentang info, kemudian hal-hal yang dirasa

itu memang perlu dari Bapak Uskup dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

15

20

25

30

35

40

45

50

keprihatinan dan macam-macamnya, itu supaya kita

diajak untuk berbelarasa. Maka, pertama yang menjadi

ujung tombak dari paroki adalah ketua lingkungan.

Maka ketua lingkunganlah yang bergerak. Kebetulan

saya adalah ketua lingkungan dan korwil (koordinator

wilayah) sehingga lebih mudah. Maka, saya

menanganinya adalah pertama yang dituju adalah

lingkungan kami dulu. Begitu selesai lingkungan kami

diinfokan, saya bergerilya ke lingkungan di satu

wilayah, bergantian. Satu wilayah, empat lingkungan.

Jadi, saya jadwal supaya gerakan dan gaungnya sama, di

bawah bendera wilayah. Maka, setelah selesai, saya

mulai mendata, kira-kira dari lingkungan sana,

penanggungjawabnya adalah ketua lingkungan masing-

masing. Dari ketua lingkungan langsung saja laporlah ke

paroki. Dengan cara, terutama bahasa bahwa kita

tujuannya untuk membantu nih, belarasa bukan untuk

mencari keuntungan. Uang 80 ribu setahun, ya kan,

ketika, ada namanya, musibah, entah sakit yang dirawat

itu kan mendapat penggantian, biasanya saya

menginfokan ke warga bahwa penggantian itu diberikan

kepada orang yang memang membutuhkan. Ketika

orang itu, di-cover oleh BPJS atau di-cover oleh

asuransi yang lain, atau warga itu mampu, tidak usah

minta. Dengan bahasa saya tentunya, supaya mereka

punya hati juga. Kalau setiap kali ada warga yang sakit

terus minta, bagaimana, ya kan? Itu yang menjadi

catatan, maka saya harus lebih jeli melihat situasi ini.

Sejak bergabung dengan BKSY itu, saya merasa sangat

terbantu sebenarnya, terbantu dalam arti, kami misalnya,

warga di lingkungan kami ada yang tidak mampu, saya

ikut sertakan meski orang itu tidak tahu. Saya daftarkan,

saya bayarkan, 80 ribu setahun. Lalu, jaga-jaga, siapa

tahu, orang ini kan sudah tua nih, kita kan gak tahu. Jadi

ada warga kami yang notabene perlu dibantu ya saya

bantu. Dengan menjadi peserta, atau keikutsertaan.

Jumlah KK kami itu, ada 54. Yang sudah ikut 86 orang

dari total, setiap KK itu paling banyak 4 orang. Kalau

dari persen, yang sudah ikut BKSY, 90%. Berarti

hampir semua sudah ikut. Sampai yang masih kecil,

yang masih bayi aja, ada yang sudah diikutsertakan.

55

FD Kalau yang belum ikut, terkendala persyaratan atau

memang orangnya gak mau ikut?

60

BR Memang gak mau, karena dia hanya mau mencari

keuntungan. Jadi pemahaman dia itu adalah karena ini

ada ACA, itu adalah asuransi, saya gak mau ikut kalau

tidak dapat. Itu ada. Ada juga yang memang tidak mau,

karena sudah punya asuransi yang lain. Itu aja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204

65

FD Karena, pengalaman di paroki lain, ada yang tidak bisa

ikut karena persyaratan, misalkan usia hanya sampai 80

tahun, lalu kriteria sehat atau sakit itu, yang juga

ternyata bisa membuat orang tidak jadi ikut.

BR Betul, tetapi di lingkungan kami, itu tidak ada. Artinya,

umurnya masih, masuk dalam kriteria itu, sehingga

masih aman.

70

FD Lalu, untuk kriteria umat yang sejahtera, dan pra

sejahtera, lebih banyak mana di lingkungan Ibu?

BR Ee, sejahtera dalam arti?

75

FD Artinya, kan BKSY ini kaitannya dengan nanti

membantu orang yang bisa dikatakan tidak mampu,

karena pengalaman di tempat lain itu justru yang paling

sulit mengajak orang yang berbelarasa justru mereka

yang bisa dikatakan mampu.

80

85

90

BR Ya. Yang pasti di lingkungan kami, melihat data

lingkungan kami, ya kebanyakan menengah ke bawah.

Iya, misalnya kami mengadakan acara itu memang,

kami agak kesulitan untuk mencari tempat yang cukup

luas itu, termasuk kan agak menengah ke bawah kalau

seperti itu. Kaya juga enggak, tempat kami gak ada.

Bisa dikatakan, rata-rata. Banyak yang menjadi guru, e

lalu perawat. Itu aja perawat ada dua, gurunya ada

enam. Yang lainnya kerjanya, ya kerja wiraswasta, terus

jahit, dan lainnya. Itu artinya, punya basic-nya mengajar

hanya beberapa itu. Dari 54 KK tadi. Yang lainnya ya

jadi ibu rumah tangga, buruh cuci, gitu. Nah, misalkan

ada pensiunan, dia tidak bisa lagi kan, artinya masuk

dalam kelompok kerja, artinya mereka sudah pensiun ya

sudah, sehingga ya kami masukkan dalam kelompok

yang sudah pensiunan. Yang pensiunan lumayan

banyak, di tempat kami. Pensiunan guru, pensiunan

ABRI, itu ada.

95

FD Selama ini, berkaitan dengan prosedur, kan sebagai

ketua lingkungan, akan berhadapan dengan

persyaratan-persyaratan, menurut Ibu, menangani

BKSY ini cenderung lebih mudah atau ribet, atau soal

waktu, terlalu lama atau bagaimana?

100

105

BR Ya, kalau namanya waktu itu kan relatif, tergantung dari

bagaimana kita menyikapi. Artinya, ada orang yang gak

sabaran, misalnya, dia sakit, begitu tuh minta

penggantian, itu kan gak bisa, karena harus melalui

proses, prosedur. Itu yang saya harus beritahukan ke

mereka, sehingga jangan berpikir bahwa setiap kali

opname harus dapat penggantian. Itu tidak. Memang sih

ada yang ngeyel, kalau ngeyel dan orangnya agak dalam

tanda petik kaku, itu memang mau gak mau dia dilayani.

Tapi kalau orangnya masih punya hati, ya bisa. Saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205

110

115

120

125

130

135

bisa kasih masukan, itu bisa. Jadi ada beberapa warga

kami yang opname gitu kan, ternyata dalam opname itu

justru dia sudah ter-cover, lewat asuransi, atau lewat

BPJS, yang notabene dia tidak mengeluarkan biaya

sama sekali. Masak sih yang seperti ini minta

penggantian? Ya kan? Seratus ribu, padahal dia

iurannya 80 ribu setahun. Itu yang harus saya

sampaikan, lewat hati. Karena kalau saya ngomongnya

di forum, pada comment, comment-nya apa? Karena

prosedurnya tertulisnya di situ adalah syaratnya begini-

begini. Mbok saya ngomong sampai berbusa, mereka

gak bisa terima. Maka saya harus dengan hati. Saya

datangi, baru saya bilang. Kalau gak dia suruh datang ke

rumah. Supaya mereka tahu, ini lo uang 80 ribu yang

bapak kumpulkan, itu gak bisa men-cover semua ketika

ada anggota atau warga kita yang sakit. Maka, saya

selalu memberi contoh, gak usah jauh-jauh, warga

lingkungan kita yang terdaftar sekian, kalau sampai ada

yang sakit sekian, akan terkumpul berapa? Jadi kalau

dihitung-hitung tuh jangan lingkungan lain. Lingkungan

kita sendiri aja. Itu sehingga kalau mereka yang agak

‘mlethek’ gitu ngerti ya mudah mereka mendapat

pengertian. Kami bawa doa, maka kami sering biasanya

kumpul untuk doa. Kebetulan saya katekis, jadi bisa

masuknya lewat doa gitu sekaligus menjelaskan,

sehingga mereka tidak terlalu banyak menuntut.

140

FD Terus, dari pengalaman, ada beberapa faktor yang

menentukan, BKSY itu berjalan baik atau tidak, yaitu

soal pemahaman, karena pemahaman itu paling

penting. Yang lain soal kepengurusan, entah di

lingkungan atau di paroki. Nah yang ketiga ini, yang

barangkali bisa kelihatan bisa enggak, yaitu peran

pastor paroki. Di beberapa paroki, pastor paroki ambil

peran yang cukup besar, kalau menurut pengalaman

Ibu, Romo paroki di sini, berperan seperti apa?

145

150

155

BR Sebenarnya Romo sudah menyampaikan, dalam kotbah

itu berulangkali, karena ini memang adalah anjuran dari

Bapak Uskup, hanya saja, ketika Romo menyampaikan

itu, tidak semua umat saat itu kan mendengar, misalnya,

Romo tugasnya misa jam 9 nih, yang menyampaikan

Romo ini, lalu yang jam berikutnya, Romonya lain,

menyampaikannya beda, dengan Romo yang pertama

tadi yang penyampaiannya lebih jelas. Tapi, yang jelas,

saya bolak-balik comment-nya adalah kalau kita mau

memberi contoh, mengajak umat, itu harusnya dimulai

dari atas dulu nih. Paling tidak mulai dari dewan paroki,

ikut dulu semua, karena dia menjadi motor kan? Di sini,

tidak semua anggota dewan ikut. Nah itu, itu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206

160

165

170

175

180

185

190

195

200

205

sangat saya gak pas. Romo sebagai ketua, kalau dalam

susunan dewan paroki, lalu kemudian bawahnya, bagian

dari DPH, itu harus juga menjadi motor, supaya dia

nanti ke ketua lingkungan, ke bawah basic-nya itu tahu.

Kami mau membuat pengumuman, tapi ada yang

comment, ah DPH nya aja gak ikut. Gitu. Iya kan? Jadi,

saya berharapnya, DPH dulu nih, menjadi motornya,

pelaksana dari Romo paroki yang sudah menyiapkan

berbagai macam, atau minimal mewartakan bagaimana

BKSY itu. Tapi sementara, dari dewan sendiri dia ada

yang tidak ikut menjadi peserta. Ada sih yang memang

sudah ikut, tapi tidak semuanya. Dengan berbagai alasan

tentunya, karena mereka mempunyai duit. Nah itu, kan

jadi gak menurut saya kok gak pas banget sih. Uang 80

ribu berapa sih? Iya kan? Dia memang punya asuransi

macem-macem, tapi itu 80 ribu setahun, berbelarasa.

Berapa sih? Kalau DPHnya sudah memberi contoh,

pasti lingkungan-lingkungan di bawahnya akan tergerak.

Ini di paroki kami aja, tidak semua lingkungan itu

tergerak. Tidak semua, yang ikut ambil bagian. Saya

memang begitu dapat info, menggerakkan betul karena

ini adalah wujud belarasa. Kalau kita mau mewartakan,

saya bilang, apa yang bisa kita buat? Salah satunya

adalah ini. Bapak Ibu berbelarasa ya mulai dari 80 ribu

inilah. Lalu apalagi yang kita buat? Warga kita ada yang

kekurangan, kita bisa bantu. Caranya bagaimana? Ayo,

kita sama-sama ketika pertemuan, kolekte. Wujud

belarasa ya sebenarnya banyak yang bisa kita buat.

Cuma bagaimana caranya itu kan perlu hati yang

terbuka, dari ketua lingkungan atau pengurus

lingkungan baru ke atasnya. Itu saya. Itu kalau

kacamatanya katekis, guru agama. Tapi kalau ketua

lingkungan yang notabene yang penting ada, ya gak

gerak. Contohnya di wilayah sebelah kami, pertemuan

itu sebulan itu gak ada. BKSY itu sama sekali gak ada.

Kan aneh? Sementara saya hampir semua, 90% lo. Saya

beberapa kali dapat penghargaan, dari BKSY. Kalau

atas nama lingkungan, saya pasti dapat. Saya gak

mungkin dapat 100%, gak mungkin karena memang ada

warga yang tidak mau ikut dengan berbagai alasan.

Bukannya karena gak mampu, jelas mampu dia, justru

mampu, karena dia punya asuransi di mana-mana, tapi

giliran 80 ribu, dia keberatan, kan aneh? Sementara

asuransinya itu, dia bayar sampai berapa ratus ribu, dia

bayarkan. Ini yang 80 ribu tidak mau. Kan saya juga gak

bisa memaksakan. Meski saya sudah dengan berbagai

macam cara, untuk memberi masukan, ternyata

masukannya gak sampai, karena terlalu tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207

maksudnya. Gitu juga ada.

210

FD Ya memang, tujuan dari Bapak Uskup sebenarnya

bukan pertama-tama mau membantu orang yang

kekurangan, tapi lebih ke gerakan kita mau berbelarasa

walaupun sedikit, wujudnya mengumpulkan orang yang

berkekurangan.

215

220

225

BR Makanya saya bilang, ketika ini nanti misalnya, dia ada

musibah atau meninggal, kan dapat bantuan, itu ada

orang yang berpikiran bahwa besok akan mendapat 10

juta nya itu thok, kayaknya itu yang terpikirkan di situ.

Padahal bukan begitu maksudnya, saya bilang. Yang

namanya, 10 juta, kalau dia memang mampu, kalau

memang keluarganya mampu, memang bisa membantu,

itu pun gak diambil juga gak masalah. Gak diterima juga

gak masalah. Misalnya, diterima lalu dikembalikan,

diserahkan kembali untuk membantu warga yang lain.

Itu dari awal, saya sudah sampaikan ke warga kami,

jangan berpikir dulu untuk yang 10 juta, namanya kita

mau memberikan persembahan itu, jangan kita ada

sesuatu yang digondheli, atau kepentingan. Besok saya

dapat, jangan. Sejauh kita bisa membantu, atau sejauh

kita bisa tangani sendiri, keluarga itu bisa menangani

sendiri, ya sudah. Cukup dengan apa yang kita

dapatkan. Itu berkat Tuhan selalu ada, selalu mengalir.

230

FD Justru itu, mengapa orang belum ikut kan karena

merasa tidak perlu, mungkin ikut tapi karena ada

kepentingan, pamrih.

235

240

245

250

BR Maka, program ini belum sampai mendarahdaging.

Maka, saya juga sempat menyayangkan sampai dalam

satu lingkungan, gak ada sama sekali yang ikut. Tadi

ada yang cerita yang seperti itu. Saya wilayah 4, di

wilayah 3, sebelah kami, banyak yang kaya, tapi gak ada

yang ikut. Memang sih, ada yang kerjanya di asuransi,

jadi seanak-anaknya, sampai secucu-cucunya,

dimasukkan asuransi. Sementara ini yang 80 ribu, tidak.

Coba bayangkan. Itu yang salah siapa? Pemahaman

dalam tanda petik, untuk berbelarasa. Saya juga agak

bingung, apa perlu juga turun tangan ke lingkungan eh

wilayah itu? Kan kadang saya gregetan juga. Kalau di

wilayah kami, kami jalan sendiri lah. Memang semua

saya datangi, ketika mereka pertemuan, bahwa saya

nanti datang, dan pimpin ibadat, dan saya yang kasih

katakese. Bener, saya pimpin ibadat, lalu masukkan

pengertian itu sekaligus, wujud belarasa, dan seterusnya.

Dan akhirnya bisa masuk juga. Dan di wilayah kami itu,

dari empat lingkungan itu, tiga yang sudah bergerak

semua. Yang satu ini memang agak kurang, karena

memang banyak yang gak mau. Ketua lingkungannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

255

260

265

270

275

280

285

sih sudah ikutan, tapi anggotanya itu kan memang

banyak yang ee ngontrak, sehingga mereka itu satu

lingkungan ini hanya ada 15 KK, yang ini, khusus yang

ini. Selain ngontrak, lingkungan ini banyak juga yang

ada di rumah susun. Kalau di tempat kami, yang tiga

lingkungan ini, itu KK nya ada sekitar 40an ke atas. Dan

mereka banyak yang ikut, maka ketika sudah menerima

sertifikat nih, satu paroki, itu wilayah kami semua,

karena terus terang saya yang menggerakkan mereka

semua. Kalau gak kita terus siapa? Di tempat Pak

Styanto aja gak dapet, padahal dia motornya. Justru di

wilayah kami. Maka, waktu itu wilayah kami menjadi

contoh. Tempat kami 90%, lalu ada yang lingkungan

80%, dan paling banyak memang wilayah kami, karena

saya datang. Itu, saya datang, ya kita menggerakkan

dengan cara dan bahasa kita kan? Kalau saya di paroki

kan gak mungkin, karena itu bukan wewenang saya.

Nanti dipersalahkan kalau di paroki. Makanya saya yang

berani gerakkan dan opyak-opyak ya di tempat yang

menjadi wilayah saya sendiri. Tapi, kalau di paroki bisa

aja sih, kalau diberi kesempatan. Kalau diberi

kesempatan, saya sih gak masalah. Tempo hari ketika di

paroki, di keuskupan, kan pertemuan nih, saya disuruh

maju, saya suruh cerita atas nama lingkungan, waktu itu

di Paroki Pulomas. Seluruh paroki, di sana pertemuan.

Terus Bidaracina diwakilin, ada empat orang, saya juga

diundang. Saya datang. Karena kalau Pak Styanto

memang dari pusat, maka dari paroki saya datang. Lalu

memberikan bagaimana cara mengajak umat untuk

tergerak. Saya terus terang lewat cara itu, saya pakai

ibadat dulu, lalu saya beri masukan, dasar-dasarnya

seperti apa, dasarnya Injil ini lo, saya bilang gitu. Itu

memang harus ada ayat-ayat Kitab Suci, supaya bisa

melunakkan hati mereka. Itu aja. Kalau enggak, soalnya

ya itu, susah. Kalau dengan cara itu, mudah maka

mereka tinggal jalan kok. Bagi saya gak masalah.

290

FD Yang paling menentukan adalah pemahaman umat itu

bisa sampai bawah apa enggak? Karena waktu ada

sosialisasi, dari paroki ke ketua lingkungan, dan setiap

ketua lingkungan kan caranya berbeda-beda, dan itu

yang akan menentukan.

295

300

BR Kalau saya sih pemahamannya dulu. Jadi gini, Romo

menyampaikan ke ketua lingkungan itu paham gak?

Karena itu mau dibawa ke lingkungan, ada yang ketua

lingkungannya itu, masa bodoh. Saya gak yakin, mosok

dalam satu lingkungan, gak ada satupun yang merasa

tergerak untuk ikut? Itu gak mungkin banget. Itu

menurut kacamata saya. Satu lingkungan itu minimal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209

305

310

315

ada sekitar 40-45 kk, masa sih tidak ada satu pun warga

yang tergerak hati untuk ambil bagian? Kan gak

mungkin. Gak mungkin. Pasti ada, kalau satu pasti ada.

Saya boleh jamin, ketika misalnya saya yang datang nih,

saya yang masuk. Masak sih gak ada? Makanya,

kuncinya ada di ketua lingkungan, karena dia menjadi

juru bicaranya di situ. Ya kan? Menjadi ujung

tombaknya di paroki adalah ketua lingkungan. Dia yang

akan menyampaikan, dia yang akan mengajak, dia yang

akan mau menyemangati umatnya, ya dari ketua

lingkungan. Umat itu kalau gak dari lingkungan,

meskipun itu pernah dengar, dia tidak akan gerak. Gak

akan. Kok di sana ada BKSY, kok di sini gak ada? Ya

iya lah wong ketua lingkungannya aja gak itu. Ada.

FD Ada juga, umat yang ingin ikut, tapi ketua

lingkungannya yang masa bodoh.

320

325

330

335

BR Ketua lingkungannya gak mau ngurusin, itu bisa karena

butuh formulir, dicatat, kemudian dia harus lapor ke

paroki, sementara dia sendiri jarang ke paroki. Itu bisa,

ada kok. Karena ada juga di paroki kami ini, ketua

lingkungan itu, hanya pengen nama. Itu satu. Ada yang

sebenarnya tidak pengen jadi ketua lingkungan tapi

ditunjuk, yang penting ada ketua lingkungan. Kalau

yang model-model seperti itu, kan dia gak punya hati

untuk melayani. Setahun itu gak ada pertemuan di

paroki, apalagi kalau membagi pertemuan untuk BKSY,

untuk adven, untuk prapaskah, datang ketua

lingkungannya, tanda tangan juga, mengambil buku tapi

ditumpuk di rumah. Kenapa saya bilang begitu? Karena

warga kami, yang dulu pernah tinggal di lingkungan

kami, lalu menurut aturan teritorial dia harus pindah ke

lingkungan lain, dia sampai bilang, komentar, tempat

kami ga ada pertemuan Bu Resti, maka saya mau ijin

ikut pertemuan di tempat kami. Ikut tempat kami ada 9

orang lo, karena dia merasa enjoy, dan di tempat kami

setiap bulan selalu ada pertemuan. Cuma, secara

administrasi, tetap ikut lingkungan sana. Karena apa?

Karena di sana gak ada. Sampai segitunya.

340

345

FD Tadi saya wawancara dengan beberapa warga

lingkungan, tidak semua ketua lingkungan sih, memang

saya lihat dari cara memahami itu memang beda-beda,

bahkan untuk membahasakan BKSY itu apa ada yang

masih menganggap seperti subsidi silang, ada yang

masih mengenalnya sebagai asuransi.

BR Karena kan kacamata mereka memandang dengan sudut

pandang yang berbeda, Romo menyampaikan

sebenarnya sama. Ya kan, Romo menyampaikan sesuatu

yang sama di depan kami, di ketua-ketua lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210

350

355

360

365

Hanya pemahaman ketua lingkungan itu, bagaimana

hanya dia yang tahu. Ketika dia menyampaikan ke

warga lingkungan, ya seturut yang dia pahami. Bukan

seturut yang diharapkan oleh Bapak Uskup, atau oleh

Romo, kan gitu? Itu yang sangat disayangkan. Balik

lagi, saya gak yakin banget, kalau dalam satu

lingkungan, 40 kk, satu pun gak ada, kan aneh kalau

seperti itu. Itu menurut saya. Tempat kami aja yang

notabene warga kami yang pas-pasan dan bener-bener

pas-pasan itu mau kok ikut. Misalnya, kan ada novena

roh kudus, selama prapaskah kan kami ada pertemuan

setiap minggu, novena roh kudus kan harus setiap hari,

pengantar saya apa? Bapak Ibu, kita mau menyambur

roh kudus, mau gak roh kudus datang ke rumah kita?

Siapa yang mau ketempatan? 9 kali lo. Rebutan setelah

itu. Tergantung kita sebenarnya. Bagaimana kita mau

menyampaikan ke umat dengan bahasa kita yang

sederhana saja. Tergantung ketua lingkungannya,

tergantung bahasa kita, gitu aja.

370

375

FD Baik, pertanyaan dua sebelum terakhir. Pertanyaannya

agak sulit, agak mbulet, tujuan Bapak Uskup membuat

program BKSY ini adalah mengajak orang untuk

belajar berbelarasa, berbagi kepada orang lain. Dari

pengalaman Ibu selama ini, Ibu merasa gak kalau

program ini sungguh membantu, minimal bagi Ibu

sendiri, untuk semakin mencintai orang lain, dengan

berbelarasa atau ya karena kebetulan sebagai ketua

lingkungan dan menjalan program. Pengalaman itu

sampai ke situ gak?

380

385

390

395

BR Sampai dalam arti, ketika saya memahami betul apa

yang mau kita tuju, itu bisa. Bisa dalam arti, dilihat dari

kacama kita, bantuan itu sangat berarti pada orang yang

memang, membutuhkan, maka saya bilang, ini sama

saja kita itu menabung. Berbelarasa dengan cara

menabung, syukur kalau kita dapat bantuan, kalau tidak

pun gak masalah. Iya kan? Tapi yang mau saya

tanamkan ke umat atau warga kami adalah, kita mau

berbagi, dan jangan dipikirkan tentang dapat atau tidak.

Nanti itu. Berkat Tuhan itu selalu kita dapet, dengan

caranya masing-masing. Maka itu, meskipun dalam

tanda petik beberapa orang yang notabene berharapnya

untuk itu, tapi ya harus pelan-pelan kita beri

pemahaman. Memang sih ada orang-orang yang komen

dengan berbagai macam komentar, namun saya harus

pahami, karena setiap orang punya caranya masing-

masing, memahami apa yang disampaikan Romo,

meskipun saya agak keras juga dengan keluarga di

lingkungan saya, ketika dia sakit, mau minta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211

400

405

penggantian, kadang saya stop, saya tidak mau

mengajukan, karena apa? Dia sudah pake BPJS, toh

keluarganya juga mampu. Belum lagi kalaus sudah

punya asuransi. Saya harus tegas, saya sebagai ketua

lingkungan, saya harus mengatakan bahwa keluarga

bapak sudah baik, sudah mampu, bisa membantu orang

lain, apa salahnya kalau kita bagikan kepada mereka

yang membutuhkan.

410

415

420

FD Mengapa pertanyaan ini menjadi penting, karena tujuan

Bapak Uskup adalah mengajak umat untuk berbelarasa.

Perjalanan empat tahun itu tidak sedikit waktunya, dan

aspek yang saya perdalam adalah tentang solidaritas,

apakah selama empat tahun ini, BKSY sudah menjadi

sarana yang tepat dan efektif untuk mewujudkan

belarasa kepada yang KLMTD? Atau kalau tidak

tercapai, apa sih yang menjadi kendalanya? Entah di

lingkungan atau di paroki? Barangkali soal

pemahaman, soal prosedur dan persyaratan, barangkali

soal Romo paroki yang tidak begitu respek, atau

beberapa paroki juga merasa bahwa program ini

adalah program yang tidak wajib. Intinya, apakah

program ini sudah mewujudkan tujuan dari Bapak

Uskup?

425

430

435

440

445

BR Kalau menurut kacamata saya, sebenarnya apa yang

diprogramkan oleh Bapak Uskup, sangat baik, dan itu

sangat membantu, dan memang tujuannya adalah mau

membantu warga yang memang memerlukan. Cuma,

ada juga warga yang punya uang tapi tidak bisa

menyalurkan untuk membantu warga yang lain. Maka

dalam hal ini, pastor paroki, ini punya kewenangan

penuh, karena kalau pastor paroki punya hati, dia

memberitahukan dan menginfokan ke warganya, ke

ketua lingkungan, lalu ketua lingkungannya punya

power di lingkungannya, pasti pemahaman itu akan

sampai, dan pasti akan terbantu. Terbantu dalam arti,

misalnya, ketika di warga kami ada yang sakit, kita beri

masukan, bahwa kita gak minta bantuan pun gak

masalah. Kalau ada dia yang meninggal, lalu dia mau

terima, ya silahkan, tapi kalau keluarganya memang

mampu, ya kita beri masukan, tapi kalau dia memang

mau terima ya, ya silahkan saja. Tapi yang jelas, ini

sangat membantu terutama warga yang berkekurangan.

Dan itu benar kok, saya memang pikirkan dan akan buat

terutama warga kami, yang notabene dia seorang janda,

gak punya apa-apa. Saya cuma berpikir gini, ketika dia

nanti gak ada, siapa yang mau mengurusi? Maka, saya

daftarkan itu, saya bayarkan, nanti kalau terjadi sesuatu,

saya bisa mengurusi pakai dana itu. Itu kan pikiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212

450

455

460

465

470

gampangnya. Itu menurut saya. Nanti kalau dapat, itu

jadi modal untuk mengurusi warga kami yang notabene

tidak ada keluarga. Nanti dapat penggantian itu, lalu kita

atur. Kami di lingkungan punya kas, untuk orang sakit.

Iya, kas sosial. Warga kami yang sakit, kami ambil

untuk, selainan urunan dari warga, kami ambilkan dari

situ untuk menjenguk. Siapa pun yang sakit. Begitu juga

yang meninggal, kami akan ambilkan. Jadi, misalkan

ada warga yang memang gak membutuhkan ya, saya

bisa lihat siapa yang perlu dibantu dan tidak. Kalau ada

apa-apa, kan tetap ketua lingkungan yang mengurusi,

toh dia gak tahu kalau saya bayari. Itu kalau saya.

Maksudnya supaya, ketika kita, karena gak tahu umur

kita gak tahu. La dia gak punya keluarga. Siapa yang

mau mengurusi? Kalau dia mau dimakamkan secara

katolik, kan tetap butuh biaya, saya bayarkan St Yusup,

saya bayarkan BKSY, karena gak ada keluarganya.

Yang katolik dia sendiri. Anaknya ada satu, eh anaknya

dua tapi yang satu muslim, yang satu kristen,

berkeluarga tapi mereka gak mau merawat ibunya lagi.

Dan sangat kekurangan. Maka, setiap kali ada apa, saya

beri, jadi ya menurut saya sangat membantu, ketika

memang memerlukan itu. Meski dia sudah tua, tapi

masih kuat. Tapi kan kita gak tahu umur orang. Jadi

berapa orang yang saya masukin.

FD Baik, yang terakhir, usulan atau harapan Ibu, untuk

BKSY bisa sangat konkret dan dapat ditujukan kepada

siapa pun?

475

480

485

490

BR Yang pertama itu baiknya pastor paroki tidak boleh

berhenti untuk menawarkan, dan menginfokan. Jangan

pernah berhenti, supaya ketua lingkungan itu ikut,

karena kalau BKSY itu kan tidak mulai dari bulan

Januari, dia masuk di bulan apa pun kan bisa. Ya kan?

Makanya jangan pernah jemu, untuk menawarkan dari

pastor paroki, baru kemudian kepada ketua lingkungan.

Karena kadang ketua lingkungan kalau tidak diingatkan

kembali dari paroki, kan kadang gak bisa, atau lupa.

Menurut saya sih itu. Jadi harus terus dan terus. Lalu di

paroki sendiri, baiknya ada kepanitiaan, atau pengurus

supaya segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Jadi

umat yang mau ikut, tau harus kemana, khusus untuk

BKSY saja. Jadi dia bisa menjelaskan, dia bisa

menerima masukan, lalu ada yang bayar, atau kesulitan

bisa lewat dia. Ya kan, sehingga jangan sampai umat

nih, misalnya harus bayar ke bank, padahal dia sendiri

ke bank gak bisa. Waktunya gak ada. Maka, lewatlah

ketua lingkungan. Tempat kami, lebih baik

memprioritaskan itu daripada mau bayar, tapi lebih baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213

495

enggak. Itu kan jadi repot. Saya yang ngingetin tuh.

Jatuh tempo kapan, terus saya ingatkan di grup

lingkungan. Jadi itu peran ketua lingkungan yang sangat

menentukan, karena untuk pembayaran kan kalau gak

diingatkan kan pasti lupa. Tanggal berapa sih, jatuh

temponya, dan saya ngingetin terus tuh.

500

505

FD Terima kasih, kurang lebih seperti itu, yang bisa digali

pengalamannya dari Ibu. Karena harapannya, dari

wawancara yang lahir dari pengalaman, karena kalau

questioner kadang tidak tepat menggambarkan situasi,

kadang ambigu. Misi kedua, KAS sudah mulai BKSY,

meski baru 3 paroki, saya sendiri ingin membawa

pulang pengalaman satu tahun di BKSY, dengan

jembatan tulisan yang saya buat ini. Semoga bisa diolah

dengan baik dan lancar. Maaf kalau mengganggu

waktunya, maklum nyelo orang sibuk.

510 BR Terimakasih sama-sama.

Nama Maria Yovita (Bu Vita)

Lingkungan St. Marta

Wilayah 10

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 20 Juli 2018 (09.27 – 09.45)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Kira-kira nanti mengalir saja, santai saja, dan semua

berdasarkan pengalaman Ibu, tidak seperti ujian, nanti

malah membebani. Untuk yang pertama, Ibu bisa cerita

pertama kali dulu mengenal BKSY, sampai sekarang ini

menurut Ibu, BKSY itu gerakan apa, atau gerakan yang

seperti apa?

10

Bu Vita

(BV)

Itu kan untuk, maksudnya itu kan dari KAJ. Waktu itu

memang disarankan mengikuti ini untuk maksudnya

membantu atau meringankan atau jaga-jaga, kita kan

gak tahu. Ya itu, saya dapat itu dan ngikuti ya ngikut

aja. Tiap keluarga diharuskan jadi peserta, lalu saya

sama anak saya masuk ke BKSY.

FD Serumah berapa Bu?

BV Saya bertiga, dan semuanya sudah ikut.

15 FD Dulu yang pertama kali mengenalkan siapa Bu?

BV Itu dari sosialisasi per lingkungan. Jadi melalui

lingkungan-lingkungan. Juga dari ketua lingkungan.

FD Trus, Romo kalau pas misa di wilayah gitu, sering

bicara tentang BKSY gak Bu?

20 BV Yang pertama kali, Romo berbicara tentang BKSY ya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214

dalam gereja, maksudnya pas misa di gereja. Tiap kali

misa minggu, Romo mengajak umat. Dulu yang sering

adalah Romo Samiran. Itu petugas khusus yang dari

KAJ, ada juga yang memperkenalkan.

25

FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah ikut BKSY

jumlahnya berapa? Dan jumlah umat keseluruhan itu

berapa?

30

BV Kalau di lingkungan itu, lingkungan St. Marta itu

kayaknya banyak yang ikut. Baik yang sudah terdaftar

atau yang ikut belakangan, menyusul.

FD Tapi lumayan banyak, artinya baik yang muda atau

yang sudah sedengan ataupun bahkan yang sudah

sepuh?

35

BV Yang sedengan itu yang cukup banyak hehe. Biasanya

yang paling banyak adalah yang udah pada kerja, jadi

dia bayarnya lebih mudah, karena ikut program ini juga

harus rutin memperpanjang.

FD Di lingkungan Ibu, sudah pernah ada yang dapat

bantuan belum? Baik itu kesehatan atau kematian?

40

45

BV Yang meninggal ya saya, pas suami saya yang

meninggal waktu itu. Setahun yang lalu, yang

menguruskan semua berkas dan persyaratan memang

semua dari paroki. Jadi dikirim ehm maksudnya

diserahkan waktu misa itu. Jadi, ada beberapa orang

menerima bantuan, kemudian pas misa, yang

menyerahkan bantuan adalah Romo paroki. Biasanya

misa yang terakhir, kan sudah ada Romo dan

petugasnya dari paroki.

50

FD Lalu, sebelumnya sebelum mengajukan bantuan

tersebut, menurut Ibu, prosesnya cukup mudah atau

rumit, atau waktunya lama atau gimana?

55

BV Menurut saya sih mudah dan cepat, karena semua

persyaratan beres dan semua sudah ada yang mengurusi.

Kalau saya yang membuat mudah adalah karena segala

sesuatunya segera diproses, dan kebetulan pas saya itu,

ada beberapa juga yang mengajukan bantuan untuk

kematian itu, sehingga dikoordinasi juga waktu

menerima bantuan di tengah misa itu, jadi yang berhak

menerima bisa langsung menerima.

60

FD Jadi memang kalau dari pengalaman, asalkan semua

persyaratan itu terpenuhi, dan tidak ada yang kurang,

biasanya, lalu prosesnya menjadi cepat. Cuma kadang

kalau ada yang kurang satu dua hal tapi pengen buru-

buru, jadinya justru malah agak ribet nanti prosesnya.

65

BV Kita sih bersyukur saja. Pokoknya semua sudah

diproses, jadi segera bisa menerima bantuannya. Kata

pengurus paroki, lengkap kok semua syarat-syaratnya.

FD Menurut Ibu, waktu itu, bantuan ini sangat membantu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215

70

BV Ya sangat, karena kalau mendadak seperti itu kan kita

kan gak tahu, dan gak mempersiapkan. Ya kita

sebenarnya gak pernah mengharapkan seperti ini terjadi.

FD Tapi, setelah menerima bantuan ini, Ibu masih akan

tetap ikut menjadi peserta BKSY?

75

BV Iya, karena memang tujuan dari gerakan ini kan kita

ingin berbagi, sedikit dari yang kita punya untuk orang

lain yang membutuhkan bantuan.

FD Menurut Ibu, selama dua tahun, kalau Ibu melihat

BKSY di paroki ini, antusiasme atau jumlah peserta itu

cenderung naik atau biasa saja?

80

85

BV Yang saya tahu, yang terhitung, apalagi di lingkungan,

yang saya lihat juga naik jumlah pesertanya. Kalau

secara keseluruhan, saya kira, jumlah pesertanya

cenderung naik, karena memang dari ketua-ketua

lingkungan yang giat mensosialisasikan, pas ada

pertemuan-pertemuan, sehingga banyak umat atau

warga yang sedikit demi sedikit ikut.

FD Berarti ketua lingkungan, sampai sekarang masih terus

mengajak umat untuk ikut?

90

BV Mengingatkan gitu maksudnya, supaya banyak umat

yang ingin ikut BKSY, pas ada pertemuan-pertemuan

lingkungan biasanya.

FD Kalau yang belum ikut, kalau menurut Ibu kira-kira

kenapa?

95

100

BV Itu memang tergantung masing-masing ketua

lingkungan, karena ketua lingkungan itu kan memang

beda-beda cara menyampaikan dan mendekatinya. Ada

yang gak tahu bahkan soal BKSY ini, termasuk

kebutuhan umat itu kan memang berbeda-beda. Ya

mungkin dengan berjalannya waktu, bisa saling

mengingatkan satu sama lain, terutama tentang aspek

berbagi yang memang menjadi tujuan utama dari

program ini.

105

110

115

FD Memang yang paling menentukan selama ini adalah

soal pemahaman dari umat sehingga ketika umat itu

tahu dan paham tentang maksud dan tujuan Bapak

Uskup, saya kira banyak orang yang akan tertarik untuk

mengikuti karena kadang ada yang karena

pemahamannya tidak pas atau tidak penuh, maka cara

bersikapnya itu juga berbeda. Ada yang menganggap

ini seperti asuransi, ada yang merasa tidak butuh

karena punya asuransi dan BPSJ, atau ada yang

merasa program keuskupan untuk cari untung. Maka,

akhirnya yang menentukan sekali lagi adalah soal

pemahaman umat itu sendiri. Penting pula bagi ketua-

ketua lingkungan untuk ambil bagian secara aktif,

karena ketua lingkungan adalah ujung tombak dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

216

120

semuanya ini.

Mungkin yang terakhir, Ibu punya masukan, usulan dan

harapan, sehingga BKSY ini dapat berjalan sesuai

dengan maksud dan tujuan Bapak Uskup untuk

mengajak umat berbagi?

125

BV Ya harapan dari saya, pemberitahuan dan sosialisasi

kepada umat itu ditingkatkan, terutama maksud dan

tujuan dari gerakan ini, untuk bisa saling berbagi. Kalau

prosedur sudah cukup baik, serta kerjasama koordinasi

antara pengurus dan ketua lingkungan juga sudah baik.

128

FD Baik kurang lebih seperti itu. Terima kasih untuk

waktunya.

Nama Purwantini (Bu Tini)

Lingkungan St. Polikarpus

Wilayah 11

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 20 Juli 2018 (09.47 – 10.05)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Baik terima kasih untuk waktunya, dan saya ingin

wawancara dengan peserta BKSY. Jadi saya ingin

mendengarkan pengalaman. Baik yang pertama kali,

kalau boleh tahu, Ibu kenal BKSY itu dari mana, sampai

sejauh ini, menurut Ibu BKSY ini gerakan seperti apa?

10

15

20

25

Bu Tini

(BT)

Kalau dulu kan memang disosialisasikan, ketika itu saya

masih SSL. Nah ikut, yang namanya pertemuan SSL,

terus pertemuan dewan paroki, di daerah mana saya

lupa, lalu di situlah tentang BKSY itu diperkenalkan

sama Pak Pur, kalau gak salah. Nah, kalau di sini, ada

yang namanya Pak Styanto, atau juga Bu Atiek. Nah,

saya berpedoman seperti ini, nah ini kan gerakan dari

KAJ, walaupun sudah ada St. Yusup di paroki-paroki.

Terus saya ambil kesimpulannya seperti ini ini, untuk

meringankan beban, karena kita kan gak tahu kejadian

orang yang meningggal, pokoknya untuk meringankan

nantinya. La mau gimana-gimananya itu urusan yang di

atas lah. Terus bisa membantu orang yang selama ini

kan banyak orang yang membutuhkan, ya pokoknya

intinya saling membantu. Tapi saya gak tahu dulu

bentuknya seperti apa, nah begitu beberapa orang sudah

istilahnya ikut dan pake program ini, di lingkungan itu

ada beberapa orang yang sudah meninggal bisa

menerima manfaat yang sangat banyak, meski untuk

orang yang mampu, barangkali gak diambil. Tapi kalau

orang yang gak mampu, memang bener-bener

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217

membantu. Saya, sudah beberapa warga di lingkungan

saya juga pada masuk sih. Ikut program itu maksudnya.

30

FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah ikut berapa orang

dari total semua umat lingkungan?

35

BT Saya di lingkungan, ada 25 kk. Itu yang ikut, saya gak

tahu jumlah persisnya, nah yang saya kenal, ada lima

orang sih, warga gitu, suami istri anak. Lima orang eh

maksudnya enam pasang suami istri. Tapi kadang, kk ini

juga rancu, karena orangnya sudah pindah, tapi kk nya

masih tercatat di lingkungan saya seperti itu. Biasanya

kebanyakan yang muda-muda itu yang pindah, karena

kerja atau apa. Nah, yang sudah ikut itu, justru yang

sepuh dan bukan yang muda-muda.

40

FD Kalau ada banyak yang belum ikut, kira-kira kenapa

Bu?

BT Kebanyakan memang gak tahu kalau ada program

seperti ini, terus akhirnya kami sendiri menerima

informasi ya dari mulut ke mulut.

45

FD Kalau di lingkungan gak ada semacam sosialisasi

seperti itu?

50

55

60

BT Ada sih. Dari SSL atau dari ketua lingkungan. Ada yang

bilang juga katanya ribet. Kalau saya sih, jangan sampai

bilang seperti itu, yang penting adalah maksud dan

tujuan dari gerakan itu. Saya sih hanya tegaskan kalau

mau ikut ya ikut aja, tapi nanti jangan lupa, daftar ulang,

maksudnya memperpanjang kepesertaan itu lo. Kalau

pas bulannya tolong diingetin, jadi gak lupa. Jadi,

sampai sekarang, selalu, kalau waktunya untuk

memperpanjang sebulan sebelumnya sudah saya

kumpulkan, lalu warga yang sudah waktunya

memperpanjang lalu diingatkan lagi. Tapi, sekarang

saya lihat sih, sudah ada yang mau ikut juga, maksudnya

menjadi peserta baru, harapannya nanti semua orang di

lingkungan saya minimal bisa ikut semuanya.

FD Di lingkungan Ibu, lebih dominan umat yang masih

muda dan produktif, atau yang sudah sepuh?

65

70

BT Kalau saya lihat sih separo-separo. Maksudnya, jumlah

yang mudah dan yang sepuh itu, kira-kira ya sama lah.

Masih imbang, ya tapi gini, karena anak sekarang ini

kan kerjanya super, maksudnya banyak waktunya untuk

kerja, waktu untuk pertemuan lingkungan dan kumpul

itu gak ada. Terus terang, saya punya anak tiga, laki dan

kerja semua. Kalau ke gereja gak bisa bareng. Hari

minggu itu ke gereja, juga gak bisa bareng. Berangkat

sendiri-sendiri. Karena tiap orang punya pilihannya

sendiri, ada yang pengen ke Katedral, ada yang punya

teman di gereja, terus beda. Jadi, kadang, saya kalau ke

gereja ya sama suami aja, soalnya anak-anak sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218

75

punya pilihan sendiri-sendiri. Suami tugas jam 7 pagi,

terus saya waktu ikut ke gereja karena suami tugas.

80

FD Di beberapa lingkungan, ada pengalaman bahwa ada

beberapa umat yang merasa belum perlu untuk ikut

BKSY atau merasa mampu, kadang juga gak tertarik

soal program seperti ini. Ada gak yang seperti itu di

lingkungan Ibu?

85

90

95

100

BT Kalau di tempat saya sih belum ada. Kalau di tempat

saya, yang belum ikut adalah karena memang belum

tahu, termasuk gak tahu caranya ikut itu seperti apa.

Apalagi kalau pas tidak ada pertemuan lingkungan

untuk membahas program dari paroki, kan biasanya

kosong, nah itu bisa diisi dengan pengenalan tentang

liturgi atau alat-alat misa, kalau di tempat saya seperti

itu. Makanya, kalau di tempat saya, pas misa

lingkungan, orang diminta untuk menata peralatan misa,

gak ada yang mau, karena memang gak tahu caranya.

Nah, makanya ada kesempatan-kesempatan seperti itu,

ada perkenalan tentang hal-hal baru supaya umat itu

juga tahu. Walaupun, kemampuan menghafal kita juga

gak terlalu baik, tapi gak papa sih menurut saya. Ini,

termasuk soal BKSY ini, mau digalakkan lagi di

lingkungan, kan memang bulan ini belum ada rencana

pertemuan lingkungan, nah nanti mau diajak lagi,

mereka yang belum ikut BKSY. Terus juga yang belum

ikut St Yusup. Nah seperti itu, kami juga punya

daftarnya, jadi tinggal nyentil aja supaya segera ikut.

Jadi, semuanya bisa dicek.

FD Terus, kalau Romo paroki, kalau hadir di lingkungan,

sering berbicara tentang BKSY?

105

110

BT Iya, yang dulu sering mendengar keluh kesah umat.

Nah, Romo yang ini kan kebetulan baru, jadi memang

belum menyuarakan atau menggalakkan kembali

tentang BKSY ini. Kalau yang dulu, sih sekali dua kali

menyinggung tentang BKSY. Sebenarnya kalau pas

kunjungan wilayah itu saat yang tepat, karena semua

warga lingkungan kan biasanya hadir. Jadi memang

tidak bosen untuk mengingatkan baik dari lingkungan

atau paroki, termasuk dari Romo paroki sendiri.

115

FD Sudah tahun ketiga ikut BKSY, kira-kira punya harapan,

usulan dan masukan untuk BKSY?

120

BT Terutama ini, setelah kita sudah ikut, maksudnya apa sih

yang harus diberikan kepada peserta? Jadi, anggota ini

bisa lebih mengajak yang lain, terus nantinya kalau

ngurus itu gimana sih? Jadi prosedurnya inilah yang

mesti diterangkan kembali. Karena kemarin itu kan ada

warga itu harus ngurus kan sampai kecamatan, karena

surat-surat kematiannya harus lengkap semuanya. Nah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219

125

maksud saya, itu dari paroki mestinya ada

pemberitahuan nantinya harus seperti apa. Jadi yang

hidup ini hehe jadi tahu bagaimana harus mengurusnya.

Kalau yang meninggal kan ya sudah, tapi ahli warisnya

ini lo yang mesti mengurusi macam-macam. Walaupun

seandainya gak diambil pun, tidak masalah.

130

FD Di tempat Ibu, apakah belum pernah mengajukan

bantuan?

135

BT Kalau di tempat saya, belum pernah mengajukan

bantuan. Biasanya warga lebih menggunakan St Yusup

yang dari paroki itu, karena kalau itu pasti semuanya

ikut. BKSY belum pernah mengajukan bantuan. Tapi

yang sudah, mengurus sendiri ke paroki.

140

141

FD Baik berarti usulan Ibu, supaya mempermudah

prosedur, lalu umat semakin memiliki pemahaman yang

pas, jelas dan pasti tentang BKSY, sehingga semua bisa

memutuskan ikut BKSY. Baik, kira-kira seperti itu,

terima kasih untuk waktunya.

Nama Yohana Siantini (Bu Ana)

Lingkungan St. Hermanus

Wilayah 8

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 20 Juli 2018 (10.13 – 10.55)

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

10

Fr. Didik

(FD)

Terima kasih sebelumnya, untuk waktu yang diberikan,

saya datang ke Jakarta dari Jogja, untuk membuat

penelitian tentang BKSY, karena di sana sudah ada.

Saya memilih beberapa paroki, salah satunya di St.

Antonius Bidaracina ini, dan melakukan wawancara

dengan beberapa orang, supaya pemahaman tentang

BKSY itu bisa sampai ke peserta terutama yang paling

bawah, bukan hanya sampai kepada pengurus saja.

Yang pertama, Ibu bisa cerita pertama kali dulu,

mengenal BKSY itu waktu kapan, dari siapa, terus

sampai sekarang, kira-kira Ibu melihat BKSY sebagai

apa?

15

Bu Ana

(BA)

Eh sebelumnya ya, saya itu mengenal BKSY sudah

sangat lama, tetapi ikutnya baru tahun kemarin. Gak tau

tuh, mau masuk, ketunda lagi, ketunda lagi, karena ya

masalah apa gak tahu, waktu itu dah masukin, trus ada

datanya yang salah, dan gak jadi. Kebetulan waktu itu,

saya juga ketua lingkungan. Nah saya malah ngajakin

orang-orang, dan sudah pada masuk, saya sendiri malah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220

20

25

30

35

40

belum masuk, karena sudah mau masuk, ketunda lagi,

tunda lagi. Nah, pertama-tama, BKSY yang didirikan

sama Uskup itu, untuk kepedulian kepada sesama,

tujuannya. Itu memang bagus sekali, dan lagi peserta,

gak dirugikan juga dengan keikutsertaan kita untuk

kepedulian itu. Puji Tuhan, kalau memang diberkati

sehat, gak ada masalah, ya itu kita, uangnya buat

kepedulian kita, tapi kalau memang kita pas gak sehat

gitu, ada kembali ke kita lagi, sehari seratus ribu untuk

rawat inap, untuk yang nunggu. Itu sangat membantu

juga, untuk transport, mondari-mandir. Nah, manfaat

yang kedua, kalau pas kita dipanggil Tuhan, nah itu

uangnya, kembali ke kita lagi, sepuluh juga ya? Nah,

kalau umur kita sudah melewati batas, misalnya 80

tahun, masih bisa kita terima, tapi kalau udah 80 lebih,

misalnya kalau meninggalnya pas ulangtahun 80, ya gak

dapat apa-apa. Tapi, peserta itu sebenarnya, kalau

memang, pribadi saya ya, gak memikirkan dapetnya,

kita memang tujuannya untuk memberi dan kepedulian,

untuk saling membantu, kayak yang memang di bawah

bisa terbantu dengan kepedulian kita ikut BKSY itu, nah

itu sepengetahuan saya seperti itu.

FD Dulu pas pertama kali, Ibu denger dari pengurus atau

dari Romo, atau siapa Bu?

45

50

55

BA Saya dengar pertama, karena saya ketua lingkungan,

dulu diundang, dan dikasih sosialisasi dan pengarahan,

dan ajakan untuk menghimbau kepada warganya untuk

ikut program ini. Saya sudah menyebarkan infonya dan

banyak yang ikut, saya sendiri malah belakangan. Setiap

kali saya daftar, kurang inilah isinya, kurang itulah

isinya, jadi tertunda, sampai saya sudah niat itu malah

dulu boleh dalam satu kk ikut, namun sekarang saya

mau ikut harus satu kk itu sekaligus. Ya akhirnya, saya

malah bayarin tiga. Saya sendiri, suami satu dan anak

satu. Sekarang kan memang harus satu kk yang ikut,

tapi gapapa lah, karena tertundanya saya dulu, ya

udahlah gak masalah. Orang satu tahun, delapan puluh

ribu satu orang. Jadi untuk itu, ya udahlah itulah sebagai

warga katolik, dan sebagai bentuk kemanusiaan, sebagai

sesama juga.

60

FD Ibu masih ketua lingkungan kan? Setahu Ibu, di

lingkungan sekarang, yang sudah ikut BKSY itu totalnya

berapa?

65

BA Saya sudah gak jadi ketua lingkungan, tapi cuma jadi

seksi sosial saja. Sekarang sih tinggal ini, saya juga kan

bayarin iuran kematian juga kan St Yusup di gereja. Itu

sekarang di lingkungan hanya ada 22 tapi ada satu

warga yang gak mau ikut, kecewa dengan St Yusup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221

70

75

80

karena dia keluarganya campuran, ada yang kristen, ada

yang katolik. Dulu mamanya disertakan, terus terakhir

ada peraturan, kalau bukan katolik, gak boleh, terus

dianya agak gimana gak tahu, gak mau ikut, sampai

sekarang. Kalau BKSY apalagi, sekarang setahu saya,

belum banyak juga sih, belum ada 20, dari total satu

lingkungan saya, sebentar. Ada satu yang sudah ikut,

tapi malah keluar, karena kecewa waktu itu, dulu

pengurus sekarang wakil ketua lingkungan, itu orangnya

keras banget, saya juga gak tahu. Dulu ikut, dia sakit,

dia harusnya dapat tapi memang lama prosesnya.

Setelah itu, denger-denger kok dia gak ikut lagi.

Kemarin pas saya mau bayar BKSY, dia bilang udah

keluar kok katanya. Ya begitulah, namanya juga masih

manusia. manusiawinya masih kuat, padahal kalau

dipikir, eh dengan kita gak mendapat itu kan kita amal

lewat BKSY. Orangnya memang agak keras sih.

85

90

FD Ya sih, memang ajakan dari Bapak Uskup, gerakan

BKSY ini lebih ke cara supaya kita bisa berbagi ke

orang lain, lewat sesuatu yang sebenarnya sangat

sederhana, kalau pakai hitung-hitungan. Nah, itu

bonusnya ya bantuan, itu kalau yang gak mampu.

Namun, motivasi orang kan memang beda-beda. Ada

yang yang memang pengen dapet bantuan, atau yang

memandang seperti asuransi.

95

100

105

110

BA Apalagi kalau dihitung dari umur. Misalnya, baru empat

puluh tahun, dikasih Tuhan bonus sampai delapan puluh

tahun lewat, empat puluh dikali delapan puluh ribu itu

hanya berapa sih? Kalau dipikir kan seperti itu, tapi saya

ngajak orang yang berduit pun belum berhasil, sampai

sekarang juga banyak, yang belum berhasil, belum mau

gitu. Alasannya ya macem-macem, padahal, tujuan dari

Bapak Uskup itu kan memang untuk belarasa, tapi

kurang memahami itu, saya rasa. Bukan karena jumlah

uangnya, tapi memang ini agak lain dengan St Yusup,

kalau St Yusup kan memang satu keluarga, hanya lima

ribu, kalau yang belum bekerja. Kalau ini kan, per jiwa,

misalnya satu keluarga isinya lima, dia merasa satu

tahun empat ratus ribu, tapi dia kurang paham juga

kalau ini untuk kepedulian kepada sesama, belarasana

itu yang ditekankan. Nah itu dia. Saya, padahal kalau

pas pertemuan lingkungan, saya himbau lagi, saya

himbau lagi, tapi yang nyangkut dan nyanthel ya baru

satu dua, belum bisa semua. Padahal kalau dihitung

dengan kekuatan ekonomi, sebenarnya juga mampu,

mampu sekali bahkan.

115

FD Jadi, kalau di lingkungan Ibu, yang belum ikut itu

karena belum merasa perlu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

BA Iya, dia juga biasanya udah mikirin dapetnya nanti

seberapa itu sebenarnya kan gak usah. Tapi kan

namanya juga manusia.

120

FD Kalau jumlah umat yang sepuh dan yang muda

banyakan mana Bu?

BA Kalau ini, sudah pasti yang sepuh-sepuh, yang muda

jumlahnya sedikit.

125

FD Jadi, kalau banyak yang sepuh itu kan kadang-kadang

yang mengandalkan program seperti ini kan jauh lebih

besar. Tapi, benar juga bahwa banyak orang yang

masih belum ikut karena kesadaran dan pemahamannya

belum sampai.

130

135

140

145

150

155

160

BA Sebenarnya, jangan memikirkan diri sendiri dulu. Kita

harus, kalau mau ikut BKSY itu, memikirkan rasa

kebersamaan terlebih dahulu, dan sumbangsih kita, cinta

kita terhadap sesama. Nah itu, sebenarnya yang pertama

dipikirkan, jangan eh memikirkan untung rugi, ini bukan

masalah bisnis, ya kan? Saya juga selalu menekankan,

pada anak-anak saya, karena ketika mereka sudah mau

ikut, eh ditinggal, dan malah telat, sebenarnya waktu itu

sudah mau saya ikutin. Sekarang tinggalnya di daerah

Cileungsi sana. Sebenarnya dulu kalau dah mau ikut ya,

tetep bayar juga. Saya juga kurang cepet dalam hal ini.

Dulu saya ketua lingkungan sendiri, anaknya

takmasukin juga sekalian. Kknya juga sudah pindah,

dan gak ikut saya lagi. Nah ini yang belum nikah, satu

maka bayarin tiga orang. Setiap tahun saya bayar tiga.

Tapi, berkat Tuhan ada aja yang bisa buat bayarin.

Walaupun saya sendiri sudah gak kerja. Bapak juga

sudah pensiun. Karena puji Tuhan, selalu ada juga.

Kadang-kadang juga, gimana ya, saya kalau ada

pertemuan lagi, saya juga mau menghimbau, untuk

masalah ini. Ada juga yang mau masuk tapi, udah saya

kasih formulirnya, tapi belum sempet. Makanya saya

juga kadang-kadang, udah saya bela-belain fotokopi

sendiri, saya anterin ke rumahnya, udah itu, saya suruh

ngisi formulir, kalau yang gak sempet saya bantuin

untuk daftarin. Saya udah sampai seperti itu, karena

saya bisanya seperti itu, bisanya tenaga, karena sudah

menerima banyak kebaikan yang luar biasa. Karena saya

sendiri waktu kecil, saudaranya banyak, sekolah sampai

gak selesai, memohon kepada Tuhan, saya pengen

dikaruniai anak tiga, saya mohon supaya ketiganya bisa

sekolah selesai semua, dan dikabulin puji Tuhan.

Makanya, saya sempet berhenti melayani, ketika pernah

jatuh tahun 2010, saya masih ketua lingkungan waktu

itu dan kakinya sampai patah. Suami saya bilang

supaya udah jangan terlalu banyak kegiatan di gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

165

170

175

180

185

190

195

200

205

210

Saya malah gak bisa. Selama saya masih bisa, selama

saya masih mampu, dan dikasih berkat Tuhan dan sehat,

masih bisa melakukan, saya pasti masih melayani,

kecuali kalau sudah gak bisa. Kalau masih bisa, masih

dipakai Tuhan, saya siap. Cuma, saat ini saya gak mau

lagi jadi ketua lingkungan, hanya seksi sosial dari tahun

2015 lanjut sampai sekarang. Ya ngurusin bendahara,

tapi ya udah, saya terima aja, walaupun orang mau

ngomong apa ya, saya kok gak ini, kalau mau ada

kegiatan saya bisa, kalau gak dipercaya lagi, ya sudah.

Saya sih positif aja, terserah orang mau ngomong apa,

terserah pokoknya saya bekerja untuk Tuhan dan untuk

sesama, udah daripada dengerin orang kan? Dan plus

minus itu pasti selalu ada. Kalau saya menguasai atau

mau apa, show atau apa, gak! Bener-bener gak!

Makanya saya kemarin, di telepon oleh koordinator,

waktu itu pernah jadi koordinator, sekarang kan

memang bukan ketua wilayah, trus saya bilang, aduh

jangan cewek, karena pernah satu wilayah, kalau rapat

malem-malem nanti repot. Sekarang malah ditunjuk,

kemarin saya ditelepon, saya pikir kalau cuman jadi

pembantu kalau ada apa-apa, saya siap saya bilang gitu.

Eh saya tetep menjadi koordinator lansia. Sini kan

ngadain ada grup lansia untuk paroki. Bu wakilin

wilayah ya, ada yang telepon begitu. Ya elah jadi

koordinator, saya pikir cuman kalau ada apa suruh

bantu, saya bantuin, eh puji Tuhan nanti kalau memang

gak ada orang ya mau gak mau, saya harus tetap mau.

Selama masih bisa, tapi sekarang kan saya itu juga bagi-

bagi buat cucu. Nah makanya, kan cucunya satu rumah,

karena bapaknya belum kerja jadi saya terpaksa juga,

bukan terpaksa, saya cinta sama mereka kok, dan orang

bilang, dah enak ngapain ngurusin cucu, karena saya

memang cinta, bukan karena terpaksa. Cuma kalau hari

Minggu, ibunya ada saya, ke gereja sendiri pagi-pagi

sambil menyelesaikan masalah-masalah. Misalnya ada

pertemuan di lingkungan, saya juga seperti itu, biasanya

ada yang bilang, cepet pulang deh, mama ada pertemuan

di lingkungan. Di WK seperti itu, masuk di WK tahun

1997 ditunjuk menjadi pengurus, untuk arisan, sampai

sekarang ini, gak ada yang ganti. Ya udahlah, gak ada

bener, karena udah tua-tua semua. Terus kalau jadi

ketua, saya yang nolak, dulu saya dimarahin juga.

Kenapa kerja di ladang Tuhan malah gak mau?

Bukannya gak mau, daripada saya bilang sanggup jadi

ketua, kan kalau ketua kan emang sibuk banget, harus

rapat itu rapat ini, daripada nanti saya gak bisa

menjalankan, lebih menjadi beban buat saya, mendingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224

215

220

225

yang bisa saya lakukan, kalau cuman arisan sebulan

sekali, ya sudahlah. Memang tanggungjawab ngurusin

uang, cuman kan gak tahu dari dulu, hubungannya itu

duit terus. Tapi, puji Tuhan, jarang ada masalah, semua

lancar saja. Masih dipercaya sama warga. Tapi ya itu

aja, kalau masalah BKSY, saya juga masih gak bosen-

bosen, kalau yang belum ikut saya selalu mengajak, ayo

ini bukan masalah untung rugi, atau bisnis, ini untuk

kepedulian, belarasa kepada sesama. Itu yang

ditekankan. Sebenarnya, kalau kemarin dihimbau itu,

kalau kita punya pembantu pun walaupun agamanya

muslim tapi boleh katanya. Asal majikannya mau

bayarin.

230

FD Asalkan ada jaminan bisa tinggal dalam waktu yang

cukup lama, hal itu bisa dilakukan. Di paroki SPMR,

hal itu sudah berjalan dengan baik. Jadi, dibuatkan

username khusus untuk warga non katolik, dengan

nama username ‘lingkungan luar paroki’. Tapi

memang, ada yang setuju, namun ada juga yang belum

setuju dengan hal seperti ini. Kalau di sini, Romo

Paroki sudah menggerakkan tentang program BKSY

ini?

235

BA Beberapa kali diadakan, di sini, tapi yang mau gimana

lagi, yang datang ya hanya itu-itu saja, orangnya juga

itu-itu aja. Yang memberi tanggapan.

240

FD Jadi, memang semua akhirnya kembali ke pribadi

masing-masing, karena Romo paroki juga berulangkali

menggerakkan umatnya untuk mengikuti program BKSY

ini.

245

250

255

260

BA Warganya itu menanggapi masih dengan anggapan yang

macam-macam. Sebelumnya kalau gak paham juga

gapapa, tapi ini kan dijelaskan dengan sejelas-jelasnya.

Saya kira, apa memang kurang mengena di hati, atau

gimana. Memang kalau bagi ini ya, sebelumnya emang

sudah sangat sering sih. Saya juga sering begitu, kalau

pas ada acara apa, atau pas kumpul di lingkungan,

terutama untuk berbelarasa itu saya jelaskan. Sering,

dalam kesempatan tertentu, memohon waktunya, untuk

memberikan penjelasan tentang BKSY ini, tapi yang

menanggapi ya macem-macem itu tadi, dan belum

begitu banyak yang tertarik, yang datang di lingkungan

juga seperti itu. Walaupun warganya sebenarnya

banyak, tapi yang hadir ya hanya tiga, empat, lima itu

sudah termasuk banyak hahahaha kalau yang punya

keluarga. Makanya juga kurang nyampai pesannya

kepada umat, karena yang datang ya itu-itu aja. Karena

saya kadang-kadang juga ga malu, kadang-kadang saya

jujur gak ada yang jaga, saya bawa juga cucu karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

225

265

270

ibunya belum pulang, entah orang ngomongnya mau

negatif atau apa, tapi saya sering bawa cucu kalau pas

ada pertemuan lingkungan. Saya kalau rapat, saya juga

bilang, saya datang tapi bawa cucu, itu kalau orang mau

omong apa, terserahlah. Kadang saya ikutin kegiatan,

nanti kalau sudah selesai, suruh nyusul di atas, kalau pas

rapat. Tetapi kalau kayak Bu Koco, sudah pada ngerti

sih. Karena emang gak ada ibunya, kan ibunya belum

pulang, daripada saya tinggal di rumah, saya gak tenang

dan pikirannya malah kemana-mana.

FD Tadi, kan Ibu sudah cerita banyak tentang BKSY, kira-

kira ada usulan atau harapan gak tentang gerakan ini

kepada siapa pun, supaya ke depan BKSY semakin

berkembang, dan semakin dipahami oleh umat?

275

280

285

290

295

BA Sebenarnya sudah sangat bagus sih, waktu ada yang

meninggal, lalu dapat santunan untuk keluarganya,

sampai ngasihnya pas misa supaya warga melihat kan?

Sebenarnya, itu menjadi salah satu promosi BKSY yang

sangat bagus juga. Ada warga gereja yang dikenal, dan

ini gak bohong, maksudnya janjinya BKSY itu gak

bohong kalau memang ada yang meninggal, ada dapat

santunan, kecuali warga yang mampu, gak mau terima

santunan. Kalau saya memang sudah bagus, ya itu tadi,

harus gak bosen-bosennya selalu kita mengajak. Kalau

semuanya, proses dan prosedurnya juga sudah bagus

dan baik. Hanya, saya gak tahu, kemarin yang pernah

terjadi, ada yang memohonkan bantuan rawat inap,

karena keterlambatan dokumen atau gimana, ya gak

tahu jadinya seperti apa. Saya juga soalnya, setiap

pribadi itu, lain-lain sih. Dan cara menanggapinya juga

berbeda-beda memang. Sebenarnya dia ikut itu, untuk

mengharapkan mencari keuntungan, atau memang untuk

berbagi, atau berbelarasa, atau demi kemanusiaan itu

tadi.

300

FD Berarti semua akhirnya kembali kepada masing-masing

pribadi. Jadi, menurut Ibu BKSY itu sudah baik, ya itu

tadi yang masih kurang adalah pemahaman umat

tentang BKSY itu sendiri, sehingga tanggapannya pun

berbeda-beda.

305

BA Sampai itu memang udah bertanya berkali-kali, sampai

berapa lama juga saya gak terlalu tahu. Saya juga gak

nanya lagi, soalnya memang orangnya juga agak susah

dan keras. Kalau dia gak cerita, saya juga gak mau

memulai. Sebenarnya saya juga pengen tahu, karena

orangnya keras, jadi kalau mau nanya-nanya juga gak

enak juga. Ini belum lama ini ketemu saya, saya bilang,

tu kalau saya sudah keluar dari BKSY. Kenapa keluar?

Saya juga gak sampai masuk ke situ. Padahal saya juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

226

310

315

320

325

330

denger-denger sedikit, tapi gak sampai terlalu ke dalam

bertanyanya. Karena di kecewa sih saya tahu. Kecewa

sama pengurusnya, karena dia gak mendapat santunan

ganti rawat inap, dan karena terlalu lama, jadi agak

kecewa. Kebetulan memang orang lingkungan saya

sendiri. Padahal ibunya dia juga agak gitu, ibunya dulu

temen WK, sudah meninggal. Sekarang, dia di sini, dulu

gak tinggal di sini, di Bekasi, sekarang, pindah di sini,

jadi satu lingkungan. Emang begitulah. Sebenarnya

juga, baik sih, ya itu tadi, gak tahu apa dia ngitung,

soalnya kalau ada amplop prapaskah itu, untuk hari

pangan, kan beberapa kali kalau di paroki ini, dia bilang,

dia dulu pernah kerja di Majalah Hidup, katanya dia

pernah tahu, bahwa uang sumbangan itu

disalahgunakan. Makanya dia kecewa, dan setiap kali

harus ngisi amplop itu pasti gak mau dan bertanya buat

apa. Kalau memang mau nyumbang, kan gak perlu tahu

buat apa dan memang kalau semampunya segitu, ya

segitu aja, gak usah mikir macem-macem, itu uangnya

mau diapakan, gak perlu tahu kan? Dia kecewa dia

pernah lihat uang yang disalahgunakan, buat piknik atau

buat apa gitu katanya.

335

FD Baik, demikian terima kasih untuk waktunya. Sudah

banyak sekali, semoga ini bisa meneguhkan dan

memberi pencerahan terlebih demi semakin baiknya

BKSY.

336 BA Terima kasih sama-sama.

Nama Sulastri (Bu Lastri)

Lingkungan Joyoseputro

Wilayah 9

Lokasi Kantor PSE Bidaracina

Waktu 24 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Barangkali yang pertama, Ibu bisa cerita dulu, pertama

kali kenal BKSY itu dari mana atau dari siapa, terus

selama menjadi peserta itu, kira-kira pandangan Ibu

tentang BKSY itu apa?

5

10

Bu Lastri

(BL)

Saya kenal BKSY itu dari ketua lingkungan, tahun

pertama ada, saya belum tertarik, karena informasinya

kan asuransi ya, delapan puluh ribu. Ya memang ada

sedikit gambaran untuk berbelarasa dengan orang yang

berkekurangan, tapi informasinya kurang begitu detail

jadi pertama kali diumumkan di lingkungan, pesertanya

juga sedikit gitu, termasuk saya juga belum ikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227

15

Kemudian saya tergerak hatinya itu pas pensiun. Saya

diutus oleh ketua lingkungan, untuk menjadi PICnya,

karena di PSE sini kewalahan kan, karena semua urusan

datang ke PSE untuk mengadu segala macam. Ribet

dengan macem-macem hal, maka Bu Agustin

mengadakan kursus atau pembelajaran.

FD Tahun berapa itu Bu?

20

25

30

35

40

45

50

55

BL Kira-kira dua tahun yang lalu. Jadi Bu Agustin tahun

pertama di sini, membenahi dulu sistemnya, masing-

masing lingkungan dibenahi, kemudian Bu Agustin

memberi informasi atau mengajak atau

menginstruksikan bahwa ini perlu masing-masing

lingkungan mempunyai PIC. Jadi tidak semuanya ‘breg’

langsung ke PSE. Kalau tahun pertama kan sampai tiga

tahun. Bu Agustin kan tahun kedua, dan ini mau tahun

ketiga ini. Jadi, saya udah dua tahun ini, pertama-tama

dikursusin dulu sama Mbak Ajeng. Mbak Ajeng sudah

kursus ke BKSY Pusat malahan, karena melihat

sistemnya di paroki ini sudah berantakan. Semua

ditanganin oleh ketua PSE, Pak Giyono, waktu itu. Lalu,

karena belajar secara tidak langsung, kan memang sulit,

maka saya, ya sudah, saya sekeluarga mesti jadi anggota

dulu, maka saya bayar dulu, satu keluarga, sambil

langsung belajar, dan saya sanggupi menjadi PIC di

lingkungan Joyoseputro. Kemudian, Bu Agustin kan

memberi informasi lewat brosur-brosur, ada juga lewat

video yang ada Bapak Uskupnya itu, oleh Mas Sulis,

film dari KAJ, BKSY. Dari situ kan Monsigneur sendiri

yang menghimbau kepada umat supaya pada ikut

BKSY. Akhirnya, ya sudah, saya sekaligus bayar,

sekaligus juga belajar, sekaligus juga mengerti apa sih

itu BKSY, ternyata untuk belarasa. Jadi ya sudah.

Kemudian, setelah itu anak saya sakit, juga saya

berbelarasalah, karena saya kan sehari hanya seratus

ribu sih. Ya kalau memang, dirawatnya lama kan

seminggu ya harus tujuh ratus ribu, kalau

membayangkan sih untungnya gede banget, kalau

dilihat dari untung rugi. Tapi saya enggak minta, dua

kali anak saya sakit saya gak minta. Kemudian

lingkungan saya itu juga, mereka beberapa juga gak

minta, jadi semua memang pure untuk belarasa. Tapi,

untuk bantuan orang yang meninggal, belum ada

pengalaman, jadi ya kurang begitu tahu.

FD Kalau di lingkungan Ibu, yang sudah menjadi anggota

berapa orang?

60

BL Sampai sekarang baru tiga puluh delapan orang, dari

total semuanya kalau jiwa sih banyak. Kalau seratus sih

kurang lebih sampai. Ada empat puluh dua kk. Empat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

228

puluh dua kk itu yang ikut baru berapa kk ya? Belum

ada separonya kok.

65

FD Itu, yang belum ikut, kira-kira kenapa? Maksudnya,

penyebabnya apa? Apakah belum tahu, atau belum

tertarik, atau sudah menolak?

70

BL Saya rasa mungkin dari yang pertama itu, yang

informasinya kan asuransi. Jadi kayaknya, umat juga

agak menyepelekan. Ee jadi kurang tertarik, karena

penjelasan pertamanya asuransi, orang sudah punya

banyak.

FD Jadi, yang membuat banyak belum ikut itu karena

memang salah paham atau informasi awal yang salah

bahwa ini seperti asuransi?

75

80

BL Tapi, saya kepengen tuh mungkin umat itu digerakkan

lagi dan diinformasikan lagi bahwa BKSY itu penting

gitu lo untuk membela yang lemah. Dengan uang sehari

seribu rupiah, istilahnya yang tidak terpakai kan bisa

dicelengin dulu tuh dalam satu tahun bisa bayar untuk

empat orang.

FD Selama ini, yang sering memberikan info itu ketua

lingkungan atau dari PSE atau bahkan Romo Paroki

sendiri?

85

BL Kalau Romo paroki menghimbau di gereja itu jarang

selama ini, tapi dari PSE sih selalu menggebu-gebu.

Waktu itu pernah Mas Sulis, datang ke wilayah-wilayah,

kunjungan gitu, tapi memang belum semua, dan baru

beberapa. Terus kan kita ketabrak dengan kesibukan

yang lain, jadi berhenti.

90

95

FD Di beberapa paroki, kendalanya juga hampir sama.

Yang menentukan orang untuk ikut BKSY atau tidak ini

lebih ke pengetahuan atau pemahaman dari orang

tersebut. Kalau pemahamannya keliru, atau tidak pas,

orang juga cenderung apatis dan gak mau ikut. Kalau

soal prosedur-prosedur itu bagaimana? Apa cukup

mudah atau rumit?

100

BL Kalau yang pas pengajuan sakit kali ya, yang kayaknya

harus mengurus surat resume medis. Itu yang kadang

orang merasa susah dan sulit untuk mencari dan

memintanya. Karena untuk resume rumah sakit ini, gak

semua rumah sakit memberi.

105

FD Padahal kalau dihitung, jumlahnya tidak seberapa, tapi

kalau lihat prosesnya agak ribet. Kalau dari Romo

paroki gimana, ada misa wilayah yang memungkin

Romo berbicara dan menghimbau tentang BKSY?

BL Kalau itu hanya momen-momen tertentu saja, misalkan

diundang, pada misa dengan ujub-ujub tertentu. Tidak

ada misa wilayah dan sejenisnya. Tidak ada jadwal yang

rutin. Nah, andai ada jadwal yang rutin, sebenarnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

229

110

Romo juga bisa menghimbau umat, karena biasanya kan

yang datang juga banyak, ya minimal ketua lingkungan

dan pengurus kan pasti hadir.

115

FD Disadari bahwa peran Romo paroki itu di beberapa

tempat itu penting. Selain dari pemahaman umat, ketika

Romo paroki juga menghimbau, apalagi kalau sampai

diulang-ulang, berarti umat dengan sendirinya akan

sadar bahwa itu adalah sesuatu yang penting.

120

125

130

135

140

145

BL Memang dengan adanya kehadiran Mas Sulis ke

wilayah-wilayah, kunjungan itu, di wilayah itu akan

berhasil. Karena kunjungan ke wilayah-wilayah itu,

menjadi semakin banyak yang ikut. Saya juga berharap

bahwa wilayah saya, wilayah sembilan itu, karena di

lingkungan Brigita sini. Memang di lingkungan itu,

menghentikan sosialisasi, karena makin banyak peserta,

makin banyak masalah. Waktu itu kan agak cepet tuh

naiknya, jumlah peserta. Tapi, masalahnya permohonan

bantuannya juga semakin banyak. Sampai waktu itu

mengubah fokus dari fokus penambahan peserta, ke

urusan permohonan bantuan. Waktu itu Mas Sulis juga

bergabung tujuannya supaya semakin banyak yang

menjadi peserta. Kalau sekarang tidak ada sosialisasi

lagi, ya karena itu, fokus untuk mengurusi permohonan-

permohonan bantuan. Bukan tidak mau sosialisasi, tapi

memang agak direm, karena urusan renewal juga

semakin banyak. Ya itu, untuk penambahan anggota,

kami dari lingkungan sih juga gak kurang-kurangnya

mengajak seluruh umat tapi ya itu tadi responnya,

kurang begitu antusias. Waktu itu, saya yang dapat

selebaran dari BKSY langsung kalau gak salah ehm

brosur maksudnya. Eh tulisan yang tiga lembar itu, yang

fotokopian, dan saya kasih semua yang belum ikut.

Pokoknya saya juga berharap, bahwa umat juga respon,

malah yang ada, banyak yang bilang, maaf ya saya gak

ikut. Aduh, batin saya, kok jawabannya kayak gini sih?

Saya pingin maksa juga gimana gitu. Jadi sekarang, saya

belum sosialisasi atau ngajak umat di lingkungan lagi.

Masih sih ngincer beberapa warga yang kayaknya mau

ikut, empat orang, tapi masih nunggu waktu yang agak

tepat juga. Warga saya sendiri itu.

150

FD Yang terakhir mungkin, lebih ke soal usulan, atau

harapan bagi BKSY supaya semakin berkembang lebih

baik?

155

BL Mungkin, soal perubahan program atau persyaratan atau

prosedur, kami yang di paroki juga diberi informasi.

Tiba-tiba pengalaman di sistem, ada yang diblur, kan

kita gak tahu maksudnya, tanpa pemberitahuan terlebih

dahulu. Ini soal sistem dan persyaratan. Mungkin kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

230

160

165

yang di bawah, PIC-PIC itu diberitahu, jadi orang juga

gak pada ribut ke Mas Sulis terutama. Saya juga PIC

lingkungan, karena di cc ke PSE, ngomongnya macem-

macem. Wah ini ternyata, dari sistem sendiri, kurang

terbuka, untuk kita-kita. Ya kalau ada perubahan,

mestinya memberitahu atau menginformasikan.

Kemudian untuk pengajuan bantuan rawat inap,

mungkin dibuat yang simpel aja, artinya gak usah terlalu

lengkap supaya lebih cepat turun. Karena bagi yang

benar-benar membutuhkan, karena sangat berharap soal

seperti ini.

170

FD Memang disadari bahwa kita bersama pihak ketiga, jadi

mau gak mau, kita ikut prosedur dan persyaratan yang

mereka miliki, meski kita tetap menggerakkan belarasa

sebagai intinya, termasuk dalam hal pendaftaran dan

sistem.

175

180

BL Jadi yang pertama tadi soal sistem, lalu yang kedua

tentang pengajuan bantuan yang rawat inap. Kalau yang

meninggal kan mestinya harus lengkap, tapi kalau yang

rawat inap sih yang ringan saja. Kayaknya kemarin saya

lihat yang, temennya Bu Rosa itu, dia butuh banget gitu

ya, ke rumah sakit atau puskesmas, ngurus itu, ngurus

resume medis itu kan malah jadi bukan dapat biaya tapi

keluar biaya banyak malahan. Padahal rawat inapnya

hanya sehari tok. Sehari saja dia minta gitu kan. Tapi,

kalau pakai resume medis, kadang dokter juga gak

ngasih.

185

FD Kalau soal sosialisasi, apakah ada tambahan atau

usulan?

BL Saya perlu untuk sosialisasi dari pusat itu perlu. Dari

pusat ke umat. Ya seperti itu, kayaknya emang perlu.

190

FD Baik, kira-kira seperti dulu. Nanti disambung dengan

peserta yang lain. Terima kasih, Bu.

Nama Agnes Yulita (Bu Agnes)

Lingkungan St. Vincentius

Wilayah 4

Lokasi Kantor PSE Bintaro

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Bu Agnes cerita kenal tentang BKSY? Atau apa

gambaran tentang BKSY?

5

Bu Agnes

(BA)

Waktu itu saya kenal BKSY, sekitar awal dilaunching

itu, tahun berapa itu ya pas Pak Giyono, sekitar tahun

2014. Terus banyak pesertanya, yang ikut pertama kali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

231

10

Waktu itu, administrasinya belum terlalu rapi. Masih

Pak Giyono sendiri yang pegang. Setelah sekitar dua

tahun, baru Bu Agustin, dirapiin semuanya. Kemudian,

mengadakan sosialiasasi lagi dan lebih banyak lagi yang

ikut.

FD Apakah waktu itu, juga ada sosialisasi di lingkungan

atau gimana?

15

BA Di lingkungan juga ada sosialisasi, dan yang

menyampaikan adalah tim BKSY yang ada di paroki,

termasuk Mas Sulis, yang diundang ke lingkungan-

lingkungan yang lain, terus mengadakan sosialiasi di

sana.

FD Sekarang di lingkungan Ibu, sudah berapa orang yang

ikut BKSY?

20

BA Sekitar 87 orang dari total 250an orang. Kknya aja 90

sekian. Karena lingkungan ini yang paling banyak di

paroki jumlah umatnya. Saya sendiri belum ikut, tapi

orang tua sudah ikut semuanya, dan budhe saya juga

ikut.

25 FD Itu kenapa kok belum ikut?

BA Rencananya sih saya mau ikut.

30

35

40

FD Tadi saya juga cerita-cerita sama Mas Sulis bahwa

tujuan dari gerakan BKSY ini adalah untuk membantu

orang yang keluarganya dan dirinya sendiri

berkekurangan. Namun, tujuan dari Bapak Uskup yang

utama adalah bukan soal sekedar memberi bantuannya,

tapi kita diajak untuk berpartisipasi meski dalam jumlah

nominal yang sangat sedikit, karena dengan begitu kita

bisa membantu orang lain. Maka, saya juga bertujuan,

lewat tulisan saya, bahwa apakah BKSY ini sungguh

menjadi sarana untuk berbelarasa bagi umat di

keuskupan ini, maka saya bisa melihat siapa pun yang

berkecimpung di BKSY. Tapi, menurut Ibu sendiri

sebagai orang yang pernah menerima bantuan, apakah

selama ini yang diharapkan Bapak Uskup untuk

program ini, sungguh-sungguh sudah terlaksana atau

belum?

45

50

BA Yang saya lihat langsung, sudah sangat membantu,

termasuk kalau mau mengajukan bantuan, meski rata-

rata yang ikut itu pertama-tama berharap mendapatkan

bantuan, atau ikut-ikutan warga lingkungan yang lain.

Tetapi secara prosedur, juga tidak terlalu ribet, dan

kalau umat dijelaskan dengan detail, segala sesuatunya

bisa berjalan dengan baik dan lancar. Termasuk

membantu mereka yang hendak rawat inap, untuk

mereka yang meninggal.

FD Apakah Romo paroki mendukung gerakan ini di paroki

ini?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

232

BA Sejauh saya tahu, romo paroki sangat mendukung.

55

60

FD Nah, yang menjadi tantangan sekarang adalah

bagaimana umat tetap terus mendapatkan pemahaman

yang tepat, sedangkan di sisi lain, seorang Romo

paroki, pengurus lingkungan, pengurus PSE bisa

berganti periode, dengan mengandaikan cara

pengelolaan yang berbeda-beda. Kira-kira jika menjadi

peserta, usulan dan harapan yang bisa diberikan?

65

70

BA Usulannya sih, sebenarnya untuk yang administrasi

sekarang sih sudah sangat baik. Terus ke depan, soal

prosedur dibuat yang mudah dijangkau oleh siapapun.

Kayak kemarin misalnya, ada yang meninggal, ini kan

sudah lama, itu kok belum cair, itu kenapa, barangkali

dalam hal ini, selalu ada penjelasan, sehingga kami yang

langsung bertemu dengan umat, punya jawaban yang

tepat untuk mereka. Karena kemarin ketika ditanya, pas

ACAnya pindahan kantor, sehingga berkasnya

ketlingsut, sedangkan pengalaman Bapak saya kemarin,

yang lebih terakhir, malah cepat pencairannya, daripada

yang sudah lama memohonkan bantuan ini. Itu karena

apa kira-kira, sehingga ada penjelasan dari kantor ACA.

75

80

85

90

FD Kendala kami di sekretariat adalah soal tenaga kerja

dan profesionalitas. Dengan SDM yang terbatas, tapi

sekaligus mengurusi sistem, administrasi dan

sosialisasi. Belum lagi kalau berbicara tentang

marketing, website, dan seterusnya; dan menjalin relasi

dengan pihak-pihak terkait. Fokus dan konsentrasi

mesti dibagi-bagi dan kadang ada satu dua tugas yang

terlewatkan. Tadi Mas Sulis juga cerita, soal

administrasi juga tidak tertangani dengan baik.

Komunikasi juga tidak terjalin dengan baik. Apakah

dengan begitu, maka perlukah untuk menambah tenaga

profesional atau bagaimana? Ini tentu menjadi usulan

yang baik, karena BKSY makin lama makin besar dan

berkembang; peserta makin banyak dan paroki yang

terlibat juga makin banyak. Otomatis kalau dengan cara

pengolahan yang sama dengan ketika pertama kali

diadakan, maka itu tidak bijaksana juga. Profesional

dan sehati dengan BKSY. Kira-kira ada usulan lain?

BA Saya kira cukup, saya menekankan administrasi saja.

94 FD Baik terima kasih.

Nama Teofila Rukmi Satria (Bu Rukmi)

Lingkungan St. Yohanes Penginjil

Wilayah 5

Lokasi Kantor PSE Bintaro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

233

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

10

Fr. Didik

(FD)

Saya mengambil tema tentang BKSY untuk tulisan akhir

magister. Misinya ada dua, di Keuskupan Agung

Semarang itu sekarang BKSY sudah mulai berjalan, dan

dengan begitu harapan saya adalah saya punya

pengalaman satu tahun dan diolah lagi, maka bisa

menyumbangkan sesuatu. Prosesnya, saya melakukan

wawancara dengan beberapa orang yang berkecimpung

langsung dengan BKSY, di tiga paroki. Tiga paroki ini

cukup baik dan cukup lama menjalankan BKSY,

sehingga perkembangannya bisa dilihat. Yang pertama,

Ibu bisa cerita tentang pertama kali mengenal BKSY,

terus sudah berapa tahun menjadi peserta, dan apa

pandangan tentang BKSY itu sekarang?

15

20

25

Bu Rukmi

(BR)

Kalau kenal BKSY itu sudah lama, jaman dulu udah,

hanya ikutnya baru beberapa tahun ini, karena waktu itu

sudah punya beberapa asuransi. Jadi awalnya belum

mau ikut. Selain itu, cara penyampaian dan sosialisasi

PIC BKSY yang lalu yang barangkali masih agak

kurang mengena sehingga tidak banyak orang tertarik,

termasuk saya. Kurang begitu detail, sehingga orang,

tidak hanya saya sih, lalu masih beranggapan bahwa

BKSY ini adalah asuransi gitu. Pikir saya waktu itu,

kalau sudah punya beberapa asuransi, kalau ikut BKSY

kan jadi menambah pengeluaran. Jadi memang proses

untuk bisa ikut sih agak lama.

FD Yang menyampaikan atau yang melakukan sosialisasi,

waktu itu?

30

35

BR Berbeda-beda sih. Berbeda-beda dan orangnya sudah

agak sepuh. Pak Kris kalau gak salah waktu itu. Pak

Kris itu ketua subseksi BKSY sebelum Mas Sulis yang

sekarang. Cara penyampaiannya waktu itu masih agak

kurang detail, sehingga akhirnya kami mengasumsikan

itu seperti asuransi. Dari pihak saya, yang sudah punya

asuransi jadi menganggap gak usah dan gak perlu dulu

deh ikut program seperti ini, karena premi yang saya

dapat nanti akhirnya lebih besar dari asuransi yang

sudah saya ikuti.

FD Sampai sekarang sudah berapa tahun menjadi peserta?

40

BR Nah ketemu di sini, terus dikasih tahu sama Bu Agustin,

penjelasan yang lebih tepat dan detail tentang BKSY

begini begitu. Akhirnya jadi ikut, karena tahu dengan

lebih jelas. Baru tiga bulan inilah saya ikut.

FD Apa yang membuat tertarik untuk ikut BKSY?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

234

45

50

55

BR Kalau saya, intinya adalah belarasa itu. Dari cerita Bu

Agustin, dari belarasa itulah saya kemudian

memantapkan hati untuk ikut menjadi peserta. Karena

dulu, dari penjelasan yang pertama, yang dijelaskan

adalah lebih soal penggantian biaya menunggu orang

sakit atau rawat inap, dengan iuran delapan puluh ribu,

terus penggantian biaya pemakaman kalau ada yang

meninggal, segala macam itu kan. Nah, karena yang

ditonjolkan itunya dulu, ya jadi gak ikut. Nah, baru

kemarin ketika sudah mendapat penjelasan dari Bu

Agustin, baru deh ikut, karena ternyata yang diutamakan

dari gerakan ini adalah ke arah belarasa itu.

FD Ya, akhirnya yang menentukan adalah soal pemahaman.

60

BR Iya soal pemahaman itu akhirnya penting dan cara

penyampaiannya, karena di lingkungan saya, juga sudah

mulai habis semangatnya, sudah tidak ada gaungnya lagi

tuh. Maksudnya, ketua lingkungan atau pengurus lain,

tidak mencoba lagi untuk sosialiasi, atau sekedar

mengingatkan lagi juga tidak ada.

65

FD Yang di lingkungan, sudah berapa orang yang menjadi

peserta?

70

BR Gak tahu. Tapi, menurut saya, masih sangat banyak

yang belum ikut. Atau ada yang sudah ikut, tapi

kemudian tidak dilanjutkan dengan berbagai macam

alasan. Mungkin karena di awal, tujuannya adalah untuk

memenuhi target pemenuhan jumlah peserta tapi

kemudian karena sudah melebihi target, ya sudah tidak

ikut lagi. Atau, karena di tahun pertama tidak mendapat

keuntungan sama sekali, ya sudah berhenti dan tidak

memperpanjang lagi. Beberapa saya lihat seperti itu.

75 FD Yang belum ikut, apakah pemahamannya masih sama?

80

BR Ya, yang belum ikut itu pemahamannya masih sama

ketika tadi saya juga belum ikut, karena memang

mendapatkan sosialiasi dari orang yang sama juga.

Sudah terlanjur bahwa ini asuransi jadi ya sudah,

memutuskan untuk tidak ikut saja. Saya sendiri, sampai

sekarang diubah pemahamannya, karena melihat

langsung kondisinya di PSE, dan belarasa adalah

intinya.

85

FD Sekarang soal prosedur, atau persyaratan-persyaratan,

menurut anda, mudah dilaksanakan atau cenderung

rumet dan njlimet?

90

BR Menurut saya ya biasa, atau standar, dalam arti,

memang harusnya seperti itu. Gak rumit, misalnya kalau

saya punya asuransi itu, standari dan persyaratannya

memang harus seperti itu. Gak menyulitkan peserta.

Soal waktu, pengajuan bantuan untuk orang yang

meninggal, kadang-kadang menjadi agak lama karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

235

95

persyaratan yang harus dipenuhi. Itu aja, kalau yang

rawat inap, kadang jauh lebih mudah. Setidaknya

selama tiga bulan ini.

FD Kalau komposisi umat di lingkungan?

100

105

BR Saya sih ada 78 kk, dan kalau dikali empat saja sudah

dua ratusan lebih. Untuk di lingkungan saya sih,

kayaknya sih banyak juga keluarga yang muda, atau

hampir imbang, tidak lebih banyak atau lebih sedikit.

Sebenarnya kalau dihitung secara ekonomi, harusnya

lebih banyak yang ikut, karena kalau iurannya hanya

delapan puluh ribu setahun, untuk banyak orang di

lingkungan saya, itu relatif mudah, dan mereka punya

kemampuan untuk itu. Sekali lagi, akhirnya yang

menjadi penting adalah model penyampaian dan

sosialiasi yang sejak awal memang kurang tepat atau

tidak pas, sehingga umat juga menjadi salah paham dan

tidak mengerti secara tepat tentang BKSY ini.

110

115

FD Sejak awal, BKSY dibentuk tapi belum punya tools yang

settle, sehingga selama tahun awal masih meraba-raba

bentuk, termasuk dalam sosialiasi dan penyampaian ke

umat. Dengan SDM yang terbatas, dan mengandalkan

ketua lingkungan, maka ujung tombak adalah ketua

lingkungan dengan tingkat pemahaman yang berbeda-

beda, maka pemahaman yang sampai ke umat juga

berbeda-beda pula.

120

BR Kemarin di lingkungan saya, greget untuk itu juga sudah

jauh menurun, karena beberapa kali pertemuan, ketua

lingkungan menyampaikan sekedar informasi tapi tidak

mengajak dan menghimbau umat lagi untuk ikut.

FD Yang terakhir, usulan dan harapan yang bisa

disampaikan?

125

130

BR Yang jelas, pemahaman dan pengetahuan tentang BKSY

di umat lingkungan itulah yang harus ditingkatkan dan

diperdalam, termasuk cara penyampaian ke warga

lingkungan yang harus dilakukan dengan tepat, sehingga

warga atau umat juga jadi tertarik untuk ikut. Kalau soal

prosedur, persyaratan, kinerja dan sistem saya kira

sudah sangat baik, karena dikerjakan oleh profesional,

artinya memang di bidangnya.

132 FD Oke, cukup kalau begitu. Terima kasih.

Nama R.R. Soesapti (Bu Sapti)

Lingkungan Adisucipto

Wilayah 2

Lokasi Kantor PSE Bintaro

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

236

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Ibu bisa cerita pertama kali kenal BKSY? Siapa yang

mengenalkan, dan sudah berapa tahun ikut BKSY?

Sampai sekarang BKSY itu gerakan yang seperti apa,

menurut Ibu?

5

10

Bu Sapti

(BS)

Saya waktu itu dihimbau dan diharapkan oleh ketua

lingkungan. Dari itu saya juga tertarik, dan tahun ini

adalah tahun ketiga saya untuk kepesertaan BKSY. Saya

itu ya istilahnya untuk kita membantu, semacam subsidi

silang begitulah. Jadi kita, istilahnya gak terlalu,

mengharapkan bantuannya, tapi mudah-mudahan kita

justru selalu sehat, dan gak terjadi apa-apa pada kita. Ya

kalau akhirnya dipanggil Tuhan, kan itu ceritanya lain

lagi. Ya kan? Ya itu saja sih.

15

FD Jadi, Ibu yakin bahwa gerakan ini adalah gerakan

untuk membantu orang lain?

BS Iya benar, jadi meski kita memberi tidak terlalu banyak,

tapi kalau dilakukan dengan hati yang ikhlas, maka tetap

berkenan bagi yang menerimanya.

20

FD Terus, dulu yang pertama kali mengenalkan tentang

BKSY?

BS Kalau saya sih dari ketua lingkungan.

FD Ketika diperkenalkan, Ibu langsung tahu dan yakin

bahwa ini gerakan belarasa?

25

BS Kalau saya sih memang langsung tahu bahwa ini

gerakan belarasa, bukan asuransi seperti orang

kebanyakan tahu. Jadi ini program dari KAJ, gitu aja.

FD Selama ini, Ibu tahu tentang prosedur, persyaratan dan

cara-cara pendaftaran?

30

BS Secara mendetail, saya tidak begitu tahu, karena kami

dulu juga didaftarkan, cukup menyetorkan data diri dan

uang iuran saja. Saya sih, juga belum pernah pake,

maksudnya memohonkan bantuan karena setahu saya ya

memang untuk membantu orang lain. Itu aja.

FD Di lingkungan Ibu, sudah ada yang ikut, berapa orang?

35

BS Saya sih, ada juga yang ikut, tapi soal aturan-aturan tadi,

tidak terlalu tahu, karena saya juga jarang baca sih. Gak

tahu, sekarang aturannya seperti apa, hanya tahunya

saya ada bantuan rawat inap dan untuk orang yang

meninggal.

40 FD Prosedurnya, menurut Ibu, rumit atau sederhana?

45

BS Ya, kalau saya sih, seperti yang lain-lainnya, emang

begitu seharusnya. Seperti pada umumnya. Seandainya

harus ada laporan dari rumah sakit, di tempat-tempat

lain, juga memang harus begitu. Gitu aja, ya seperti

biasalah.

FD Ibu tahu gak di lingkungan, sudah berapa orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

237

ikut?

50

BS Hampir semuanya ikut, tempat saya kurang lebih ada

30an orang. Di tempat saya aja ada dua, saya sama anak

saya aja. Yang lain ada yang dua, ada yang tiga. Dan

satu kk itu kan ada yang banyak juga.

FD Tapi, satu lingkungan itu belum semua ikut kan?

BS Kayaknya sih belum. Belum semuanya ikut.

FD Ibu tahu gak, kenapa masih ada yang belum ikut BKSY?

55

BS Ya mungkin karena dia juga sudah punya banyak

asuransi, menurut saya gitu. Selain itu, kebutuhan atua

keperluan hidup sehari-hari juga banyak.

FD Atau merasa belum butuh atau perlu?

60

BS Kayaknya, kalau seperti itu kan menurut dorongan hati

juga. Kalau yang tertarik, barangkali masih belum

tertarik, atau dorongan hatinya belum sampai ke situ.

Bagi orang tertentu, delapan puluh ribu itu sedikit, tapi

bagi orang lain lagi, delapan puluh ribu itu lumayan

banyak, dan berat juga.

65

FD Ada gak yang berpikiran bahwa program ini masih

seperti asuransi?

70

BS Kayaknya enggak sih, hanya ya pikirannya ingin ikut

program gitu aja sih. Kalau soal asuransi sih, saya juga

punya, tapi toh juga tetap pengen ikut, karena

menangkap intinya tadi, membantu orang lain. Anak

saya juga punya. Jadi ya yang penting, menangkap inti

program ini tadi, yang seperti subsidi silang dan

membantu orang lain.

75

FD Kalau Romo paroki, kira-kira mendorong umat untuk

ikut program ini gak?

BS Saya belum pernah mendengar malahan kalau Romo

mendorong atau mengajak umat sih. Saya juga belum

pernah denger sih.

80

FD Kalau pengurus BKSY di paroki, mereka sering

sosialiasi gak?

85

BS Saya memang seksi sosial lingkungan, ya waktu itu ada

pertemuan yang membahas tentang BKSY ini, mungkin

sosialisasi atau penjelasan tentang program ini, tapi saya

pas gak dateng. Jadi, mereka datang ke lingkungan-

lingkungan tersebut. Jadi kita punya SSL, yang waktu

itu juga mendapat penjelasan dan sosialiasi dari

pengurus PSE tentang BKSY ini.

FD Kira-kira, ada harapan atau usulan bagi

berkembangnya BKSY ke depan?

90

BS Harapannya, kalau ada orang yang memang

membutuhkan, segala sesuatu dipermudah, jadi kalau

ada yang butuh, harus segera diurus, karena ada

pengalaman, yang membutuhkan namun prosesnya

lama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

238

95

FD Kalau soal sosialisasi dan penjelasan, apakah masih

butuh di lingkungan-lingkungan?

BS Kayaknya penjelasan sudah cukup, hanya masih belum

tergerak.

100

FD Dari pengalaman memang pengetahuan yang

menentukan, termasuk peran Romo Paroki, sampai

semua tergerak, sampai semua umat lingkungan mau

untuk ikut. Baik kira-kira begitu dulu, terima kasih

untuk waktunya.

104 BS

Nama Venansius Sulistyawan (Mas Sulis)

Lingkungan St. Yustinus

Wilayah 14

Lokasi Kantor PSE Bintaro

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1 Fr. Didik

(FD)

Kalau dukungan Romo Paroki di sini seperti apa?

5

10

Mas Sulis

(MS)

Romo Parokinya mendukung, himbauan di sini dong.

Sampai pada rapat dewan harian paroki dihimbau, dan

pada saat itu Romo Gerris juga dan sampai dibukain

angkanya per lingkungan, dari aktivasi peserta baru, dan

karena dibukain per lingkungan, semua jadi tahu. Jadi

tahu juga, mana lingkungan yang masih nol, belum ada

pesertanya. Kalau himbauan sih sudah, sudah beberapa

kali. Waktu Frater datang pas itu, Romo Gerris juga

datang kan? Sama pengurus dewan harian juga datang.

FD Romo paroki mestinya perannya besar, artinya ketika

Romo paroki mendukung program ini untuk berjalan,

biasanya semua akan berkembang dan maju.

15

MS Iya sih, kata Frater, memang Romo paroki mendukung,

tapi seaktif apa? Kan Romo juga tidak selamanya, suatu

saat pasti ganti juga. Takutnya, kalau pas ganti,

keaktifan Romo parokinya itu beda.

FD Di sini ada misa lingkungan atau wilayah?

20

25

MS Kalau di sini, misa lingkungan atau wilayah ya

aksidental, sesuai kebutuhan umat. Kalau yang rutin ya

kunjungan umat. Kalau di sini, jatuhnya adalah

kunjungan dewan, dan kunjungan dewan itu juga

langka, per wilayah biasanya setahun sekali. Itupun

kalau ada. Lah terus, kalau misa lingkungan, misalnya

misa santo pelindung, karena di sini ada Romo

Xaverian, yang diutus adalah Romo-romo yang di biara

Xaverian, tidak mesti Romo parokinya. Sekarang kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

239

30

35

memang udah ada Romo Gerris dan Romo Tiyok, kalau

berdua gak bisa, biasanya ya Romo dari wisma atau

biara. Biasanya Romo Yakobus atau Romo Arko,

disuruh berangkat. Jadi yang berangkat ke lingkungan

pun, belum tentu Romo paroki sini, bisa dari wisma

Xaverian itu. Nah, kalau pastor wisma kan gak tahu juga

kalau soal-soal BKSY ini. Mereka juga tidak dalam

kapasitas untuk menyampaikan itu seperti Romo paroki.

FD Ketika Romo parokinya ganti, atau ketua lingkungan

ganti, mereka belum tentu punya greget dan semangat

yang sama, wong soal pemahaman juga pasti beda.

40

45

50

MS Menurut saya, Romo Gerris itu bagus, di Bintaro ini

sudah sekian lama Romo kepala bukan pribumi, yang

orang Indonesia. Karena Xaverian ini misionaris kan,

selama ini Romo kepala nya selalu orang Italia. Yang

meletakkan batu pertama gereja ini, Rm Tello, juga

orang Italia. Yang membuat jadi gereja ini. Dulunya kan

ikut Kodam. Ganti-ganti, terus terakhir Romo Lorenzi,

baru kemudian ganti ke pribumi, Romo Gerris ini.

Begitu Romo Gerris masuk, karena pribumi jadi lebih

Indonesia, bisa lebih masuk. Maksudnya,

pendekatannya beda. Misalnya, sekarang satpam,

lebaran bisa libur, terus kebutuhan karyawan sekarang

juga dipermudah, tapi yang pasti semuanya, umat berasa

jauh lebih membumi pas Romo Gerris ini. Baru Romo

Gerris ini kepala parokinya orang sini. Tadinya terus-

terusan orang Italia.

55 FD Tapi kalo Romo Italia, bisa berkomunikasi?

60

MS Iya bisa, tapi secara apa ya, secara mental dan

pendekatan, kadang-kadang juga gak nyambung. Kayak

dulu aku masih di mudika, koordinator mudika kalo

sama Romo Lorenzi, bikin program macem-macem,

banyak yang dipentalin, sini dipentalin, sana dipentalin,

budgetnya dikurangin. Istilahnya, masih enak diajak

ngobrol, daripada urusan-urusan kayak gini.

FD Usulan dan harapan?

65

70

MS Kalau aku usulan yang paling konkret, adalah urusan

administrasi. Administrasi dan aktivasi itu. Karena kalau

aku sih, aktivasi ini kan sebenarnya sesuatu yang

mudah, maksudnya, email konfirmasi, jumlahnya

dijelaskan berapa, yang renewal atau new, cocok dengan

bukti pembayaran, dan dinyatakan kan rasanya udah

cukup. Harusnya hanya dengan itu saja, otomatis hari

Senin akan diaktivasi. Nah, yang selama ini kejadian,

ada bolong-bolongnya, kenapa kok yang dari empat

puluh, bisa ada delapan yang tidak diaktivasi, cuma tiga

puluh dua aja yang aktif.

75 FD Nah, dalam kondisi ini, apakah yang delapan itu diberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

240

alasan atau tidak kenapa kok tidak diaktivasi?

80

85

90

95

100

105

110

115

MS Tidak ada alasannya. Akhirnya, yang menemukan

sendiri adalah PICnya ketika cetak kartu. Memang yang

jadi karakteristik di Bintaro adalah mereka akan cetak

kartu, karena uang warga, uang umat istilahnya ini

sebagai tanda terima bagi peserta adalah kartu

kepesertaan BKSY itu. Aku sudah beberapa kali bilang,

cetak kartu beberapa hari ini juga agak bermasalah. Aku

kan bilang ke mereka adalah aktivasi saja discreenshoot

dan dikirimkan. Tapi sebagian warga kan tidak mudah

mengerti untuk hal seperti ini, jadi yang menjadi

permasalahan adalah karena PIC-PIC lingkungan kita

gak setiap hari ketemu, aku juga gak mungkin

mengecek satu persatu, terus terang aja kalau ada email

cc ke aku tentang aplikasi renewal lingkungan ini ini ini,

akhirnya hanya takbuka, dan udah. Gak Seninnya aku

lihat lagi, aktivasinya siapa saja. Kalau dulu masih, baru

aku mulai tugas di sini, masih ada satu dua kasus kayak

gitu, aku masih bisa dan sempat mengatasinya, dan dulu

tiap hari Senin aku ngecek aktivasi. Kalau sekarang aku

gak bisa, karen sudah terlalu banyak. Sebenarnya,

mereka bisa jalan sendiri. Lingkungan-lingkungan itu

sebenarnya sudah bisa jalan sendiri, tanpa kita push-

pun, mereka sudah mengerti. Step step nya mereka udah

mengerti. Jadi alangkah indahnya, kalau inisiatif mereka

yang tanpa kita push, dibarengi dengan tanggapan

sekretariat pusat lebih teliti. Pun akhirnya kalau ada

yang tidak bisa aktivasi, kenapa dan alasannya itu

dijelaskan. Kadang-kadang sudah di submitted, direply

baliknya ini datanya belum masuk ke pusat. Ada

beberapa kejadian seperti itu. Ada yang sudah jelas-jelas

memang dari awal sudah dikirim bukti pembayarannya,

diminta lagi bukti pembayarannya. Itu ada kejadiannya.

Makanya, sebenarnya sistemnya sudah berjalan, hanya

karena semua masih dikerjakan dengan manual, kita cek

sebagai manusia biasa, maka harus kita cek sendiri,

kadang masih ada yang lalai, kelewatan. Maksudnya,

kalau semuanya OK, untuk aktivasi renewal dan new,

sebenarnya sudah tidak masalah lagi harusnya.

Bagaimanalah supaya itu bisa dibantu, PSE kan jatahnya

kan di tengah-tengah, antara umat dan pusat, dan selama

ini, lingkungan juga tidak ada akses ke pusat, dan harus

lewat kita memang. Kita juga mau bantu, susahnya juga

seperti itu.

120

FD Kalau di sini, pendaftaran baru itu langsung dari

lingkungan atau lewat PSE, atau pengurus BKSY

paroki?

MS Langsung dari lingkungan, dan siapapun asalkan lewat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

241

lingkungan itu bisa. Asalkan itu adalah PSE lingkungan.

125

FD Kalau di Bidaracina, modelnya yang di lingkungan

akan mengajukan nama-nama yang akan diaktivasi,

terus yang membantu mendaftarkan dan aktivasi adalah

BKSY paroki.

130

135

140

145

MS Kalau input, kami juga dulu begitu. Itu dulu pertama

kalinya BKSY masuk di Bintaro ini. Aku kan waktu itu

juga PSE. Jadinya, setiap PSE buka, yang antri urusan

BKSY jadi banyak banget. Sampai Bu Agustina yang

pegang PSE, karena PSE gak hanya ngurusin BKSY,

maka pendaftaran dibuat di lingkungan. Akhirnya juga

dibuat subseksi BKSY sama kita sosialisasi ke

lingkungan dan lingkungan punya seksi masing-masing,

biar mereka sendiri juga bisa proses. Datanya kan sama

dengan BIDUK juga sebenarnya. BIDUK kan secara

sistem juga sudah canggih banget. Semua yang ada di

lingkungan bisa akses bahkan mengedit. Sebenarnya

aca-komunitas juga seperti itu. Jadi, sekali lagi,

alangkah indahnya, kalau semua dari kita sudah bisa

sosialisasi ke lingkungan, lingkungan sudah bisa kerja

sendiri dan kita pantau, dari BKSY pusat bisa bantu itu

supaya lancar, maka kita bisa seneng banget.

150

FD Memang kalau Mas Sulis tahu, hari Senin di kantor

pusat adalah hari yang sakral, karena hampir seharian

itu gak omong-omongan untuk mengerjakan aktivasi

dari berbagai paroki. Nah setelah saya setahun lebih

gak di situ, ternyata tenaganya juga gak ditambah,

praktis hanya Pak Styanto dan Pak Pur saja yang

bekerja.

155

160

165

170

MS Karena masih ada faktor manusiawi, itu kita mengakui.

Namun, sampai kapan kita bisa mentolerir hal-hal

seperti ini? Takutnya nanti pekerjaan dan aktivasi ini

akan bertumpuk. Bukan apa-apa, ya itu saja sih

sebenarnya. Takut bertumpuk. Bukannya kita gak mau

apa, hanya ini tuh yang kepending tiga lingkungan,

kemarin sudah selesaikan dua lingkungan. Dengan

email berkali-kali, dan WA japri, dengan email sekali

lagi, akhirnya baru bisa diproses. Itu prosesnya sudah

beberapa bulan sendiri. Bukan apa-apa, ini lingkungan

dan kalau tiba-tiba kejadian ada yang meninggal, dan

kebetulan seperti itu, yang belum diaktivasi, sebenarnya

posisi kita kuat untuk menjelaskan, tapi kan gak bisa

seperti itu. Banyak peserta itu yang memang benar-

benar membutuhkan. Problem aktivasi ini akan jadi

masalah kalau sudah bertumpuk. Ini aja, ada satu

lingkungan yang aku harus temuin orangnya supaya kita

bisa crosscheck bareng. Nama yang kemarin sudah

disubmitted siapa saja, yang sudah aktif siapa saja, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

242

175

180

185

yang belum siapa saja. Karena kalau WA aja ternyata

gak akan nyambung. Akhirnya, jadi nambah waktu lagi,

nambah waktu pertemuan lagi, yang harusnya kita via

elektronik, via email aja sudah cukup. Harapanku sih

itu. Waktu Frater Didik masih di sekretariat, semuanya

gak ada masalah, karena mungkin yang lebih muda dan

lebih teliti. Intinya, usulanku, adalah soal aktivasi ini

kalau bisa harus lebih dipermudah komunikasinya,

karena sistemnya sendiri sebenarnya sudah lancar dan

praktis juga. Cuma, selama ini aku selalu bilang gini,

bukan bermaksud ngegampangin, bahwa okelah salah

tahun, atau salah submitted, hanya kan yang dilihat

waktu ada kejadian permohonan bantuan kan yang

dilihat tahun di KTPnya yang aslinya.

FD Hal lain yang bisa diusulkan, misalnya soal sosialisasi,

apakah masih perlu dilakukan lagi?

190

195

200

MS Kalau aku sih, bukan sosialisasi tapi semacam

penyegaran. Kalau nanti datang lagi ke lingkungan-

lingkungan, maka sebagai penyegaran, karena misalnya

kayak lingkungannya Mbak Ajeng, atau lingkungan

lain, seluruh lingkungan di paroki ini, pada awalnya,

banyak yang daftar, tapi renewalnya gak dimaintenance.

Itu masalahnya di situ. Kemarin pas aku di sini, ada

kesempatan untuk penyegaran lagi, pas Pak Pur juga

bisa dateng, sudah mulai ada lingkungan yang bisa

mengelola renewal, tapi ya ada yang memang bebal,

atau susah diatur. Kalau yang gak mau ngerti ya tetap

aja gak mau ngerti. Kembali, jatuhnya nanti ya ke

asuransi lagi. Pokoknya kalau udah daftar, maka harus

klaim, nah itu biasanya patokannya. Apapun yang

terjadi.

FD Kalau pertemuan pengurus atau rasul sekeuskupan itu

masih perlu atau gak?

205

210

MS Kalau pertemuan itu kan dah lama banget, terakhir ya di

Blok Q itu kan? Menurutku ya perlu banget lah, karena

pas itu posisiku pas baru banget, jadi bisa sharing satu

sama lain. Kalau pas sharing pun, masih sering dengar

aja, karena belum paham banyak juga. Kalau sekarang,

pasti kita sudah bisa sharing. Aku rasa di banyak paroki,

problem atau permasalahan yang didapat kurang lebih

sama ya.

215

FD Kalau di tiga paroki tempat penelitian ini, problem yang

dihadapi juga sama sih sebenarnya. Yang pertama,

tentu tentang pemahaman yang menentukan umat untuk

ikut atau tidak, soal sistem dan soal prosedur atau

persyaratan-persyaratan.

MS Sama satu lagi yang mempengaruhi adalah karakteristik

lingkungan, karena ketika mengajukan bantuan. Ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

243

220

225

230

235

santunan yang belum cari dari bulan Maret, tapi sampai

sekarang tetap diam-diam aja. Ada yang santunan

kematiannya telat sebulan, ada yang marah-marah.

Karakteristik lingkungan ini juga menyangkut ujung

tombaknya yaitu ketua lingkungannya. Mau ngajak

berantem terus gak ini. Kadang mereka juga lupa bahwa

di sini kita sama-sama pelayanan, jadi ketika mereka

juga melayani umat atau warga lingkungan, kita yang di

sini juga sedang melayani. Jadi, mereka menganggap

kita sebagai orang ACA, orang asuransi yang bisa

menentukan bantuannya cair atau belum. Aku selalu

bilang, bahwa saya dalam posisi untuk mempersulit atau

mempermudah. Semuanya sudah jelas. Jadi ya diikuti

saja, hanya memang kalau ada yang gak terima, ya gak

terima aja alasannya. Jatuhnya, kalau gitu, bisa aja kan

PSE yang nalangin duluan kalau gitu. Kita pun juga

harus mengerti. PSE bisa mengerti nih tapi lingkungan

belum tentu bisa mengerti. Dalam hal ini, ketua

lingkungan juga ambil peranan penting.

239 FD Ok, terima kasih. Lain waktu bisa ditambahkan lagi.

Nama Venantius Purwadi (Pak Purwadi)

Lingkungan St. Yustinus

Wilayah 14

Lokasi Kantor PSE Bintaro

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Selama pagi, saya Frater Didik, sekarang masih tugas

kuliah di Kentungan. Nah, saya memperdalam

pengalaman bertugas di BKSY dengan membuat tulisan,

dan mewawancarai peserta di tiga paroki. Bapak ikut

to?

Pak

Purwadi

(PP)

Ya, saya menjadi peserta. Yang dari KAJ itu to?

FD Ya benar.

10

15

PP Saya ikut pertama kali dari tiga tahun yang lalu. Itu kan

umat memang dikumpulin, lalu ada yang

menginformasikan. Kebetulan Mas Sulis ini adalah

tetangga saya, satu lingkungan juga, yang kebetulan

juga ngurusin BKSY ini. Ya, sementara dia yang

nalangin dulu iurannya. Tetapi, memang sih yang

nalangin dari lingkungan dulu sih.

FD Terus yang mengenalkan pertama kali memang Mas

Sulis?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

244

20

PP Ya, tapi semua itu kan dari masing-masing orang atau

keluarga juga sudah sadar untuk ikut. Nah saya gak

tahu, yang belum ikut itu seperti apa? Biasanya, orang

gak ikut kan karena memang belum tahu, bisa jadi

karena jarang ‘srawung’ itu.

25

FD Menurut Bapak, program ini baik untuk dijalankan

terus atau tidak?

30

PP Menurut saya baik, karena membantu orang yang gak

mampu. Kita kan gak pernah tahu, kalau sakit yang

meninggal itu kapan? Lah kalau kebetulan orangnya gak

mampu, kan nanti susah jadinya. Misalnya, saya tiba-

tiba jatuh sakit, atau kecelakaan, terus siapa yang mau

nolong?

FD Kalau di lingkungan, kira-kira sudah banyak belum

yang ikut BKSY?

35

PP Kalau gak salah, di lingkungan saya hampir semua ikut

deh.

FD Kalau yang belum ikut, itu karena apa kira-kira?

PP Kalau itu sih dari Mas Sulis sendiri yang bilang, karena

sejak 2010 saya di sini, setiap kali ketemu Mas Sulis,

selalu bilang itu. Hampir semua sudah ikut program ini.

40

FD Yang lebih sulit masuk, orang yang mampu atau yang

kurang mampu?

45

50

PP Yang gak mampu, ternyata masih banyak juga di

lingkungan saya sehingga sama Mas Sulis, akhirnya

diajak untuk ikut ini. Nah yang penghasilannya rendah

juga ada, bahkan yang tidak punya penghasilan juga

banyak. Orang kayak saya juga termasuk yang tidak

punya penghasilan tetap, karena membantu di gereja.

Jangankan BKSY, iuran untuk St Yusup aja juga susah

bayarnya. Menurut saya, akhirnya juga tergantung

ekonominya sih ya. Ada sih yang segera sadar untuk

bayar, tapi kalau dasarnya memang gak punya uang ya

gimana lagi? Ya, akhirnya harus dikejar-kejar dulu baru

bisa bayar. Tapi kasihan juga kan?

55

FD Ternyata, tidak hanya di lingkungan Bapak saja, bahwa

di lingkungan lain juga banyak yang belum sadar

dengan ini. Mereka masih mementingkan diri sendiri,

terus belum sadar bahwa ada banyak orang yang

membutuhkan bantuan juga, dalam wujud konkretnya

ya itu tadi, bantuan dari iuran peserta BSKY.

60

65

PP Ya semua banyak yang kerja sih, tapi ya serabutan,

tidak tetap, kadang-kadang aja. Yang mampu, juga

ternyata susah untuk didekat, dalam arti, mereka tidak

semua sadar juga untuk itu. Kalau saya sih, akhirnya

tergantung orangnya juga sih. Juga pemahamannya, juga

kesadarannya. Macem-macem lah. Pergaulannya juga

mempengaruhi lo. Maksudnya, kalau ada orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

245

70

jarang bergaul, jarang kumpul di lingkungan itu susah,

kan kalau mau diajak kayak-kayak gini kan susah juga.

Gak pernah ikut pertemuan, lah mau dapat info dari

mana? Alasannya macem-macem. Sibuk juga. Ya, kalau

gitu kan rumah tangga masing-masing orang juga.

Maka, ya itu, kalau ada pengumuman, dikasih tahu, itu

ya akhirnya gak tahu.

75

FD Di lingkungan Bapak, banyak mana, yang mampu atau

tidak mampu?

PP Kalau saya sih, perkiraannya separo. Seimbang.

FD Kalau dari pengalaman, mudah diajak yang mana?

Yang mampu atau yang tidak mampu?

80

PP Ya, kalau secara rohaninya kan gotong royong, jadi

kalau ada yang kerepotan, harusnya semua saling

membantu, saling urun, dan dipikul bersama. Ya,

tergantung juga sih, tergantung orangnya, dan tinggal

komunikasinya aja gimana. Jadi, siapa yang memberi

info dan caranya gimana, itulah yang menentukan.

85

FD Jadi, gak berpengaruh ya? Artinya, pokoknya ada yang

kesulitan semua saling membantu. Jadi, tidak

tergantung dia orang kaya atau bukan.

PP Sebagai sesama manusia, kita kan memang perlu

membantu, apalagi ini di gereja.

90

FD Kalau Romo paroki di sini gimana Pak? Maksudnya

tentang kegiatan sosial seperti ini punya perhatian gak?

95

100

PP Ya, menurut saya, Romo paroki juga ikut berpartisipasi

dengan menghimbau kepada umat, pas kalau ada misa

bulanan di lingkungan. Pokoknya Romonya baik di sini,

juga kalau pas kunjungan. Tapi, orangnya kan memang

agak tertutup tapi, maksudnya kalau gak diajak

ngomong juga diam gitu. Orangnya agak pendiem gitu

maksudnya. Nah, kalau Romo yang satunya, kan

memang orang Jawa, jadi supel dan bisa bergaul sama

yang lain. Memang ya karakternya seperti itu lah. Kalau

baiknya sih baik, tapi ya itu tadi dasarnya pendiem.

FD Harapan Bapak untuk BKSY, sehingga semua umat bisa

tergerak?

105

110

PP Yang penting, umat tidak mengharapkan bantuan, dan

pelayanan selalu ditingkatkan. Kemudian, tinggal orang

yang menjalani, dan di sini menurut saya juga bagus.

Tapi, banyak orang yang gak seneng, sering terjadi

kesalahpahaman, dan beliau tugas di sini demi

pelayanan. Juga untuk pengurus PSE, memang orangnya

agak keras juga, sakdeg-saknyet, harus dikerjain. Saya

kemarin juga pernah gitu juga. Katanya gitu sih. Susah

senangnya di sini ya seperti itulah, saya sudah tujuh

tahun di sini, namanya juga pelayanan.

114 FD Baik, demikian terima kasih untuk waktunya Pak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

246

Nama Agustina Winarso (Bu Agustin)

Lingkungan St. Helena

Wilayah 12

Lokasi Rumah Bu Agustina

Waktu 25 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

Fr. Didik

(FD)

Apa usulan Ibu untuk BKSY yang lebih baik?

5

10

15

20

25

30

35

Bu Agustin

(BA)

Yang pertama adalah soal kartu anggota, karena kata

Pak Pur, gak usah gak apa-apa, baru kalau ada apa-apa

kita bisa lihat di data. Kalau kita memberi kartu anggota

itu, sebenarnya tujuannya adalah membantu ketua

lingkungan, untuk mengingatkan warganya. Satu

lingkungan itu bisa jadi umatnya sampai 200 orang, dan

kalau harus mengingatkan satu persatu kan susah. Saya

usul ke BKSY pusat, kalau di tempat kami, di

lingkungan-lingkungan itu dibuat kepesertaannya satu

tanggal saja. Nah kalau ada peserta baru yang tunggu

dulu, dan biasanya ada yang marah-marah, tapi kita

simpulkan bahwa orang tersebut memang belum paham.

Dia berarti belum paham tentang BKSY, karena kalau

sudah paham, kapan pun dia mau daftar, bisa dibuat satu

tanggal dan meringankan ketua lingkungan juga. Nah,

usulan yang kedua, dalam event-event tertentu, misalnya

Bulan Maria, Bulan Rosario, Bulan Kitab Suci, pas

ngumpul kan umatnya? Nah pertemuan-pertemuan

seperti ini sebenarnya yang efektif untuk

mengumpulkan atau mengingatkan peserta BKSY,

karena biasanya kan sampai empat pertemuan kan satu

bulannya? Dibuat aja nanti pengumpulan datanya di

akhir bulan, sehingga sekali masuk ada banyak

pesertanya. Nah, mohon dispensasi untuk setiap

lingkungan bahwa dalam pengumpulan data peserta

baru atau renewal itu bisa bersamaan. Lha kalau Januari

dua, Februari lima, kan repot sendiri nanti ketua

lingkungannya. Nanti, di tahun depannya, akhirnya

semua ingat, ketua lingkungan dan warganya bahwa di

tanggal-tanggal tertentu, sudah waktunya untuk

memperpanjang. Nah, pernah ada kasus yang datang

dan marah-marah ke ketua lingkungan karena gak

diingatkan pas waktunya renewal, padahal sudah diberi

kartu kepesertaan, namun memang karena tanggal

aktivasinya beda-beda, ya bisa jadi lupa masing-masing

orang. Nanti kalau di Semarang (KAS) dibuat seperti

itu, ya bagus. Jadi sejak awal diintroduksi supaya masuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

247

40

bersama-sama. Selain itu menurut kami, brosur atau

leaflet yang lama atau yang hijau itu, menurut kami

lebih jelas daripada yang baru, yang warnanya kuning.

45

FD Memang, itu maksudnya adalah mempersingkat, meski

yang dikorbankan bahwa isinya menjadi kurang

lengkap.

50

BA Kadang, selalu ada saja warga yang bertanya: siapa aja

yang bisa, siapa aja yang boleh, umur berapa, jadi

semuanya jelas. Yang pertama, minta kebijakan dari

BKSY pusat, agar pendaftaran dan renewal bisa

dibarengkan dalam satu tanggal, jadi umat dalam satu

lingkungan atau wilayah, bisa saling mengingatkan atau

ketua lingkungan yang meningatkan. Jadi tidak repot

dan memudahkan semuanya.

55

FD Di KAS sendiri, memang baru dua paroki yang ikut

serta karena launchingnya juga belum ada setahun.

Tapi, ada beberapa paroki yang memohonkan

sosialisasi dari pusat untuk mendapatkan penjelasan

tentang BKSY. Kalau tentang Romo Paroki bagaimana

Bu, dalam menjalankan BKSY ini di lingkungan?

60

65

70

75

76

BA Kalau saya sih bukan soal patuh atau tidak patuh tetapi

karena BKSY ini pekerjaannya tuh banyak sekali dan

berat juga, apalagi ini berhubungan dengan umat dan

uang juga. BKSY itu kumpulan uang, dan begitu ada

kesalahan kecil, pasti mudah dikomplain oleh umat.

Tapi, kalau misalkan BKSY itu mandiri, bukan di

bawah PSE, saya kira akan menjadi baik, karena ada

yang khusus menanganinya. Soal kebijakan mendaftar

bersama-sama, saya kira di semua paroki bisa dilakukan

seperti itu, tapi kan tetap membutuhkan kebijakan dari

BKSY pusat, bahwa baiknya seperti apa atau

bagaimananya. Setiap tahun ada rapat di keuskupan,

baru kemarin ada BKSY. Pak siapa itu, yang ada di

keuskupan? Pak Suryo ya, saya sampaikan kepada

beliau, kenapa setiap kali ada pertemuan tentang PSE

kok tidak dibahas tentang BKSY. Lalu, ada jawaban,

sosialisasi yang kurang atau sdmnya yang kurang.

Nama Pak Sumarwan

Lingkungan Yoakim

Wilayah 3

Lokasi R. Agatha, Gedung Yohanes

Waktu Senin, 16 Juli 2018

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1 Fr. Didik Kapan pertama kali mengenal BKSY?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

248

(FD)

5

10

Pak

Sumarwan

(PS)

Pertama kali ketika Pak Jeffry mengenalkan BKSY itu,

cuma bilang begini Romo, ‘Ee ini ada program BKSY,

yang yang sakit dirawat di rumah sakit satu hari seratus

ribu, terus kalau meninggal sepuluh juta.’ Jadi itu, dia

tidak mengatakan bahwa harus keluarga mampu atau

keluarga tidak mampu yang ikut, dan yang lain-lain itu,

dan kebetulan saya dibilang melarat juga enggak, kalau

mampu juga enggak.

FD Sebelumnya, kalau boleh tahu nama, supaya kalau

memilah data tidak terbalik-balik?

PS Nama saya Sumarwan. Dari lingkungan Yoakim,

wilayah 3, paroki Blok B.

15

FD Pertama kali, di tahap awal, bisa dilanjutkan tentang

pertama kali mengenal dan terlibat BKSY, pengenalan

itu semua mulai dari mana?

20

25

30

35

40

45

PS Pertama kali, setahun atau dua tahun yang lalu, waktu

itu saya sebagai ketua lingkungan, dia (Pak Jeffry)

mengenalkan adanya program BKSY. Ternyata dari

yang hadir, yang tertarik ada sekitar 37, atau

gambarannya gamblangnya sekitar 30 lah, dan bisa jadi

lebih dari 30 orang, dan itu berjalan sangat baik. Artinya

kewajiban mereka sebagai anggota juga dipenuhi, terus

mungkin juga ada yang klaim. Cuma, kadang-kadang

saya, kemarin juga agak terpukul juga, sambil saya juga

sharing pengalaman, jadi ketika saya, menawarkan

program tadi kan hanya ada dua kata, sakit di rumah

sakit sebesar seratus ribu, dan meninggal sebesar

sepuluh juga. Waktu berjalan dengan terus, ada warga

saya yang kebetulan opname, nah waktu nge-klaim itu,

ada yang mulus, ada juga yang semacam saya itu, agak

tersinggung. Waktu itu kan, ‘Kamu itu, sebagai ketua

lingkungan bagaimana sih, mosok cuma tiga hari saja

kok diklaim?’ Padahal orang itu aslinya empat hari

hitungannya. Ya, kalau saya berdasarkan surat, dan

dalam persyaratannya adalah empat hari. Mulai dari situ

saya merasa tersinggung, ‘Tuh liat tuh, BKSY adalah

seperti dinas sosial, dan lain-lain, dan kita waktu itu

motivasinya adalah kasih.’ Saya mencoba jujur saja, dan

lebih lepas omongnya. Waktu itu saya dimarah-marahin

oleh pengurus, katanya, ‘Kamu sebagai ketua

lingkungan, kok dengan mudah memberikan ijin?’ Trus

saya bilang setengahnya lagi, ‘Kenapa dulu, lingkungan

saya tidak diberi fotokopi selembar saja, tentang cara

pengajuan klaim itu bagaimana, terus kriterianya seperti

apa, kok sekarang begini, sudah sekarang tolak saja!’

Kebetulan, maaf sekali lagi, ini adalah anak saya, jadi

begini, saya pengennya nanti, itu apa syaratnya dibuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

249

50

55

60

65

70

75

tertulis sama pengurusnya, terus kriterianya seperti apa,

apakah kita harus kasih semua, gak mungkin kan? Saya

senang dengan hadirnya BKSY ini, walaupun lama, tapi

paling tidak kita bisa, berbagi, cuma ya kadang-kadang,

menurut saya sendiri tidak mencerminkan kalau itu

milik gereja yang bersifat sosial. Maaf, saya harus

ngomong itu, karena itu dari hati dan pengalaman saya

yang merasa tidak enak, karena saya sebagai ketua

lingkungan yang harus tahu. Sekarang, bayangkan kalau

ada orang yang mentereng, punya mobil, dan mobilnya

mobil utangan, tapi kan kita mampu, misalnya seperti

itu. Keluarga saya juga, yang habis kebakaran, tidak

punya rumah, kemarin saya bantu klaim, termasuk yang

waktu Natal dan Paskah, alasannya karena sudah tidak

punya rumah, namun menurut saya tidak, karena anak-

anaknya juga mampu. Orang tua itu sudah janda, tidak

punya penghasilan, sakit-sakitan, mungkin pernah

dengan yang kebarakan sampai habis, memang benar

anaknya kerja, sudah punya mobil dan cicil rumah, dan

lain-lain, lalu pemikiran saya seperti ini, bahwa setiap

hari mendapat transport untuk ke rumah sakit, dan dia

tidak punya uang. Sudah saya mohonkan, namun tetap

tidak bisa. Keluhan saya, ternyata BKSY ini, belum

berjalan secara baik atau adil. Memang ada baiknya

juga, tergantung orangnya juga, namun saya juga setuju

dengan adanya program ini. Yang kurang begitu

menarik itu, polah tingkahnya yang diberikan oleh

pengurus.

80

FD Sebelum dilanjutkan, apakah sebelum ini Bapak pernah

mendapat atau mendengar sosialisasi tentang BKSY,

sebagai ketua lingkungan, karena mesti tahu dan paham

tentang prosedur?

85

90

95

PS Jadi, waktu pertama kali, Pak Jeffry hanya

mengenalkan, seperti yang saya ungkapkan di depan

bahwa kalau sakit mendapat seratus ribu rupiah dan

kalau meninggal mendapat sepuluh juga rupiah, tanpa

embel-embel tidak mampu, atau sendiri, tidak sakit dan

seterusnya. Tapi dari suratnya tercantum, bahwa semua

selama ini berjalan dengan baik. Artinya, seperti

kemarin ada kasus lagi, yang nanti bisa menjadi

referensi juga. Kemarin warga saya ada yang meninggal

dua orang, Pak Yakobus dan Pak Margono. Kebetulan

Pak Margono, kebetulan ya begitu, tidak mampu

mungkin maksudnya. Dan semua berjalan dengan baik.

Dan bahkan Pak Yakobus sendiri, yang dibantu lima

juta itu, sudah dibantu waktu masih sakit. Maka, dari

itu, saya menyarankan kepada warga saya, sungguh

enaknya, bisa dibantu yang lain, dasarnya itu saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

250

100

Artinya, kadang sosialisasi itu kurang lengkap, ya

masalahnya itu tadi, kenapa tidak disertakan,

berdasarkan sosialisasi. Ya, kan orang-orang yang IQ

nya rendah, kayak saya ini tahunya, ya itu tadi.

FD Berarti menurut Bapak, sosialisasinya kurang lengkap

atau belum sampai mendetail?

105

PS Ya, sosialisasinya mestinya sampai detail, yang bisa

dimengerti oleh ‘kaum bawah’.

110

FD Jadi, kita bisa tahu, dari pengalaman ini, bahwa bukan

‘kaum bawah’ yang menuntut banyak tapi justru dari

pengurus yang sosialisasinya kurang lengkap, termasuk

prosedur dan persyaratan-persyaratan.

115

120

125

PS Dan itu, menurut saya, sangat perlu, jadi apapun yang

tertulis bisa menjadi bukti. Jadi, misalnya harus

menolak orang yang harus minta bantuan pada BKSY,

maka saya bisa menjelaskan bahwa mereka ini mampu,

dan ada dasar tertulisnya. Jadi warga saya itu,

pengetahuannya, punya pengertian bahwa, BKSY ini

semacam asuransi. Jadi kaya miskin ya sama saja.

Waktunya klaim ya klaim. Timbul pikiran dari warga

saya, kebanyakan seperti itu. Apalagi, warga kami itu,

semuanya sudah manula, pendidikannya juga gimana

ya, artinya cara intelektualnya agak repot. Jadi ketika

diberi tahu bahwa BKSY ini kasih, dan jangan

mengambil dan baik kalau diberi ke yang lain,

kemudian belum bisa ini, artinya menerima penjelasan

tersebut.

130

FD Kalau menurut Bapak, yang adalah juga peserta, kira-

kira memiliki harapan tertentu terhadap BKSY ini,

sebagai gerakan untuk membantu sesama tapi bagi diri

sendiri, apakah melalui BKSY ini sudah membantu

Bapak belajar berbagi kepada orang lain atau ya sudah

karena ini program keuskupan ya saya ikut saja?

135

140

PS Sekarang, intinya saya itu, kalau cuma kasarnya, dan

kita bicara yang manual saja, kalau cuma kehilangan

uang delapan puluh ribu, apalagi itu setahun. Menurut

saya seperti ini, siapa sih dari kita yang mau sakit, tapi

masak kalau sakit diganti tiga ratus empat ratus, masak

gak mau? Saya sangat setuju dengan BKSY, itu saja.

Saya masih mau menggerakkan warga saya, kalau hanya

seperti itu. Soalnya untuk menghindari itu juga, warga

kita itu ada yang kelasnya di sini, ada di sini, dari segi

materiil maupun intelektual.

FD Semua warga lingkungan sudah ikut, atau bisa dibilang

berapa persen yang sudah ikut dibandingkan dengan

yang belum ikut BKSY?

145

PS Jumlah KK kami, hanya 26 KK. Soalnya ada juga yang

satu rumah buat 2 KK. Dan itu sudah diikutkan semua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

251

Jadi, kemarin itu, kalau tidak salah, yang sudah ikut

BKSY itu ada 37 orang. Kira-kira jumlahnya demikian,

dan Juli ini ada perpanjangan kepesertaan BKSY.

150 FD Ini ada 37 orang dari total berapa umat?

PS Di lingkungan saya ada sekitar 71 orang. Jadi,

(kayaknya) ikut semua, hampir semua ikutan.

155

FD Lalu, apakah selama ini, ada usaha juga untuk,

mengajak yang belum ikut untuk ikut, atau ya sudah

alami saja?

PS Saya selalu, bukan memaksa istilahnya, tapi

menghimbau dan memberitahu. Mereka saya kasih tahu.

Jadi saya, juga sendiri merasa sudah cukup untuk itu.

160

165

FD Yang terakhir, kurang lebih seperti ini, apa harapan

Bapak terhadap BKSY, ini bisa kepada siapa saja,

misalnya kepada pengurus paroki, atau pengurus pusat,

atau bapak uskup sebagai inisiator gerakan ini,

sehingga gerakan BKSY ini lalu menjadi semacam

sarana untuk orang Katolik di KAJ ini, yaitu belajar

berbagai dan berbelarasa?

168

PS Kebetulan saya kemarin juga menjadi seksi liturgi, dan

saya juga terbuka untuk melakukan belas kasih, dan

menurut saya gerakan ini sudah sangat bagus.

Nama Louise Maria Septiani

Lingkungan St. Fransiskus de Sales

Wilayah 10

Lokasi Kantor PSE Blok B

Waktu Senin, 16 Juli 2018, 14.30 – 15.15

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Frater Didik

(FD)

Kira-kira secara singkat, saya akan membuat tesis

tentang BKSY dan untuk keperluan itu, saya hendak

mewawancarai peserta di tiga paroki, salah satunya di

Blok B ini. Intinya adalah menggali pengalaman dari

peserta. Yang pertama, tahu tentang BKSY dan sejauh

ini pemahaman tentang BKSY itu seperti apa?

10

15

Bu Septi

(BS)

Saya waktu itu masih ketua lingkungan, kira-kira pas

ada program BKSY itu, mungkin sekitar dua tahun lalu

ya, eh mau tiga tahun kayaknya. Kita dapat sosialisasi

dari paroki, waktu itu ada dari ACA nya juga datang,

terus ada Pak Andre kalau gak salah yang membidani

BKSY di paroki ini. Terus, kebetulan waktu itu saya

ketua lingkungan, dan meski sekarang bukan ketua

lingkungan tapi masih aktif mengurusi, karena ketua

lingkungan yang baru ini masih produktif dan aktif

bekerja. Maka, saya masih dipasrahi tugas-tugas di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

252

20

25

30

35

40

lingkungan, termasuk BKSY ini. Di lingkungan saya

gak banyak, sekitar lima belas orang dari tiga puluh

enam kk. Itu setiap pertemuan lingkungan, saya ajak

tapi di lingkungan saya orang-orangnya agak menengah

ke atas gitu, dan kebanyakan juga chinese, jadi mereka

agak kurang mendesak, dan agak susah untuk

memberikan penjelasan. Saya ajak terus, dan sama ketua

lingkungan yang sekarang aja, sudah saya bagi

formulirnya, tetap responnya gak begitu bagus. Ya

hanya satu dua yang memberi respon, yang lain enggak

sih. Terus untuk pemahamannya, ya saya kasih tahu ke

warga untuk ikut, program ini adalah belarasa. Jadi kita

membantu, dan kita bayarkan iuran itu delapan puluh

ribu per tahun, dan jelas yang mampu tidak

mengharapkan bantuannya. Tapi karena kita memberi

untuk belarasa, maka kita tidak mengharapkan bantuan.

Mungkin ada warga atau umat lain yang jauh lebih

membutuhkan, atau yang tidak mampu. Di lingkungan

saya kebetulan, belum ada yang sampai pernah dapet. Di

wilayah saya itu ada lima lingkungan, semua sudah

pernah mendapatkan bantuan, hanya lingkungan saya

yang belum. Kalau saya sih, penangkapan saya sampai

sekarang yang paling kentara ya soal belarasa. Kan

membantu mereka yang tidak mampu dengan

memberikan delapan puluh ribu rupiah itu per tahun.

Sebenarnya, apalah arti tujuh ribu sebulan, gak terasa,

tapi kan itu akan menjadi berarti untuk mereka yang

benar-benar membutuhkan.

45

FD Menurut Ibu, dari pemahaman yang sudah ada, berarti

lebih condong dan mantap bahwa BKSY itu adalah

gerakan belarasa?

50

BS Kalau saya sih tetap merasakan bahwa ini adalah

program belarasa. Makanya, untuk penyebutannya juga

bukan polis tapi sertifikat, tidak seperti asuransi.

FD Sosialisasi dulu pertama kali darimana?

BS Dari paroki, sampai beberapa kali kok itu. Gak hanya

sekali, kalau gak salah, pas program itu mau jalan, ada

beberapa sering disosialiasikan.

55

FD Sejauh ini, tahu tentang syarat-syarat dan ketentuan

untuk peserta baru, permohonan bantuan dan

sejenisnya. Apakah prosedurnya mudah atau malah

menyulitkan?

60

BS Kalau renewal, menurut saya mudah dilakukan, karena

tinggal bayar, dan info ke pengurus pusat. Tapi, kalau

saya yang agak susah adalah untuk peserta yang

meninggal, maksudnya untuk mengajukan bantuannya.

Itu kan hampir tiga bulan, supaya permohonannya bisa

dikabulkan atau dicairkan. Itu info dari lingkungan lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

253

65 rata-rata sampai tiga bulan, atau seratus hari lah.

FD Kalau ini kan soal waktu, tapi soal syarat-syarat yang

harus dipenuhi, mudah atau rumit?

BS Menurut saya sih, soal syarat-syarat nya tidak terlalu

rumit. Mudah kok.

70

FD Bagaimana dengan pelayanan di pusat, maksudnya

yang mengurusi BKSY di paroki, menurut Ibu

bagaimana?

75

80

85

BS Eh pelayanannya? Waktu awal-awal saya rasa agak

ribet, karena mungkin baru juga. Namun, ke arah

sininya sudah lebih baik. Kebetulan di sini kan Pak

Yanto yang mengurus, udah lebih mudah dalam

mengurusnya. Di tahun pertama itu saja yang agak sulit

dan rumit. Terus harus melayani sebelas wilayah, berapa

puluh lingkungan, kan agak rumit. Tapi sekarang sudah

sangat baik. Misalnya, ini nanti kan ada renewal dari

tahun lalu, saya kan langsung tahu o nanti untuk

selanjutnya bulan ini mesti dibayar, maka saya sudah

harus woro-woro ke warga yang ikut. Ada juga waktu

itu, kan dari dulu ada kas lingkungan, misalnya lima

belas orang saya bayarin dulu, baru saya kemudian baru

nagih karena kalau harus collect satu demi satu kan agak

susah.

90

FD Saya membuat tulisan tentang BKSY yang menjadi

sarana untuk berbelarasa, dan menurut Ibu sendiri yang

sudah mengikuti program BKSY dalam beberapa tahun

ini, apakah program BKSY ini sudah berhasil untuk

sampai ke sana?

95

BS Kalau dilihat dari lingkungan saya sendiri sih, ikut

untuk berbelarasa, belum terpikir untuk sampai nanti

kalau ikut bisa dapat segini, itu tidak. Dari lingkungan

saya, yang saya lihat ya. Gak tahu kalau dari tempat

yang lain. Kayaknya sih gak ikut karena uangnya, atau

yang didapat, tapi karena ingin membantu sesama.

100

105

FD Karena tadi yang terjadi justru kebalikannya, karena

banyak umat lingkungan yang karena sosialiasi atau

pemahaman yang kurang, jadinya umat menganggap ini

sebagai asuransi belaka. Nah, karena pemahamannya

seperti itu, ya sudah, mereka mengikuti program ini,

pertama-tama karena ingin mendapatkan bantuan saja,

walaupun akhirnya ada juga yang sadar dan paham

betul bahwa ini adalah sarana untuk berbagi dan

berbelarasa. Tapi, kalau lingkungan sudah

mengusahakan seperti itu, saya kira itu sudah sangat

baik, meski secara jumlah masih sedikit.

110

BS Ya, kalau dihitung jumlah peserta, lingkungan saya

termasuk yang paling sedikit.

FD Bagaimana dengan peran Romo paroki?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

254

115

BS Kalau saya sih, selama ini, Romo masih kurang banyak

bergerak, ya sebatas sosialiasi, apalagi tidak semua

Romo bersedia membicarakan tentang BKSY, karena

Romo paroki yang satu juga belum pernah malahan

menyinggung soal BKSY ini. Di misa wilayah juga gak

pernah ngomongin tentang BKSY ini juga.

FD Usulan dan saran?

120

125

130

135

BS Barangkali yang perlu dipertimbangkan dan ditambah

adalah personel yang khusus menangani BKSY karena

selama ini Pak Andre kan memang sering pergi-pergi

padahal kan permohonan bantuan itu bisa kapan saja,

sehingga kalau sewaktu-waktu ada yang membutuhkan,

bisa mencari orang tersebut, tidak harus Pak Andre.

Karena Pak Andre kalau pergi kadang lama banget.

Untuk PSE di paroki dan BKSYnya semua sudah bagus.

Cuma kita harus semakin getol untuk sosialisasi lagi ke

umat dan lingkungan. Di lingkungan saya, harus

ngajakin lagi. Saya sampai sudah fotokopi banyak juga

brosur tentang BKSY dan formulirnya, ada yang mau

dan minta, tapi kadang ya sampai itu aja, maksudnya

gak pernah daftar. Sampai saya itu bilang, saya aja yang

nulisin data diri dan macem-macem itu, karena saya

pikir kan orangnya juga males kalau ngisi formulir yang

online itu kotak-kotak kecil itu.

138

FD Baik, terima kasih. Kurang lebih seperti itu. Sampai

jumpa lagi.

Nama Agustinus Ngadiman

Lingkungan St. Lukas

Wilayah 3

Lokasi Kantor PSE Blok B

Waktu Selasa, 17 Juli 2018, 10.00 – 10.30

Keterangan

Baris Pelaku Uraian Wawancara Tema

1

5

Fr. Didik

(FD)

Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih untuk

kehadiran Ibu, yang bersedia saya wawancarai. Saya

sendiri tujuannya adalah untuk menulis tesis dan tugas

akhir dengan tema BKSY. Saya memilih beberapa

paroki dan mewawancarai peserta dan petugas BKSY,

sehingga pengalaman yang sudah ada bisa diolah lagi.

Bapak bisa cerita pertama kali kenal BKSY, dan sampai

sekarang menurut Bapak, BKSY itu apa?

10

Pak

Ngadiman

(PN)

Baik, saya kenal BKSY itu dari teman-teman di

wilayah, yang mengenalkan saya akan sebuah program

untuk berbagi yang digagas sendiri oleh Mgr. Suharyo,

yang tujuannya adalah untuk membantu sesama, sesama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

255

15

20

25

30

warga terutama yang berkekurangan, sehingga kami

juga sampaikan kepada warga, bahwa ini adalah

program dari Bapak Uskup bahwa BKSY itu adalah

programnya Bapak Uskup, dan dimana kita bisa

membantu orang lain untuk keperluan warga, terutama

warga yang tidak mampu, dalam hal rawat inap dan

kematian. Beberapa warga, di tempat kami ada tiga

puluh dua warga, yang sudah ikut menjadi peserta

BKSY, eh maksudnya tiga puluh dua kk, yang sudah

ikut dua puluh enam warga yang meninggal sudah satu,

dan sudah mendapatkan bantuan dari BKSY. Jadi ya

memang terutama lingkungan kami ini termasuk

lingkungan dengan model golongan ekonomi lemah.

Jadi dengan program yang diprakarsai Bapak Uskup ini,

itu sangat membantu. Saya sendiri menggalakkan

kepada warga, bahwa mereka yang sudah punya

kesadaran untuk ikut ya monggo silahkan. Cuma ya

sedapat mungkin, warga itu bisa ikut, karena program

ini baik sekali dan itu tadi saya katakan, terutama bagi

warga yang kurang mampu.

35

FD Sebelum Bapak mengenal program ini, apakah di

lingkungan atau di paroki, itu mendapat penjelasan

atau sosialisasi?

PN Sosialisasi sih ada Frater. Di paroki pernah ada, dan di

lingkungan juga ada. Dan di lingungan, PSE itu juga

pernah menyampaikan.

40

FD Sosialisasi di lingkungan itu ke semua warga

lingkungan?

PN Terutama kepada ketua lingkungan, dan juga seksi

sosial, lalu setelah itu disampaikan kepada warga.

FD Apakah waktu sosialisasi itu, masih mendapatkan

selebaran, leaflet atau brosur?

45

PN Kalau pas itu kebetulan hanya penjelasan saja, karena

kebetulan waktu itu brosurnya kurang jumlahnya, jadi

kami hanya mendengarkan penjelasan saja mengenai

program ini.

FD Terus waktu itu Bapak posisinya sebagai?

50 PN Saya sebagai ketua lingkungan.

FD Pernah juga membantu warganya untuk misalkan

mengajukan bantuan?

55

60

PN Sebelum ada BKSY itu, kami juga ada kalau warga

yang sakit itu, ya meskipun sedikit kami ada kas untuk

membantu juga mereka yang sakit. Dan memang dari

PSE juga ada, tapi untuk biaya pemakaman, dan

memang waktu itu juga yang mendapatkan sebesar tiga

juta, dan kalau untuk ukuran sekarang ini, tiga juta itu

sudah tidak cukup lagi. Maka, dengan adanya program

dari Bapak Uskup ini, memang sangat membantu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

256

FD Kalau sejauh ini, prosedur untuk memohonkan bantuan

itu sederhana atau rumit atau memang sudah

seharusnya begitu?

65

70

PN Kalau menurut saya sih, persyaratan-persyaratannya sih

termasuk mudah. Yang penting kita syarat-syaratnya itu

sudah terpenuhi dan dilengkapi, dan kalau memang gak

dilengkapi ya memang bukan kesalahan dari pengurus

ya, karena kita sendiri yang tidak bisa memenuhi syarat-

syarat. Kalau memang semuanya itu lancar, kayaknya

segala sesuatu yang berkaitan dengan ini akan berjalan

dengan mudah, karena hanya dengan mengajukan itu,

dan membuat rekomendasi dari ketua lingkungan, maka

segera diproses dan langsung cair.

75

FD Dari semua peserta tadi, ada satu yang memohonkan

bantuan untuk meninggal. Bapak pernah mencermati

tidak, ketika itu yang menerimakan bantuan itu siapa?

Dan bagaimana dengan keluarga?

80

PN Sebenarnya yang menerimakan bantuan itu, dari PSE

sedangkan saya sendiri, sedang tidak ada di rumah

waktu itu, karena bekerja. Jadi saya hanya sampaikan

saja bahwa ini telah disampaikan dan yang menerima,

diberi penjelasan bahwa permohonan bantuan sudah cair

sekaligus diterima.

85

FD Tapi dari keluarga memang merasa membutuhkan?

Karena di beberapa paroki, karena melihat ini sebagai

asuransi maka ngotot menganggap ini sebagia haknya.

PN Ya jelas, bahwa bantuan ini sungguh disampaikan

kepada orang yang berkekurangan dan sungguh

membutuhkan bantuan.

90 FD Kalau bantuan rawat inap pernah?

95

100

PN Kalau bantuan rawat inap belum pernah mengajukan.

Pernah ada yang hendak mengklaim, tapi karena

waktunya sudah terlambat, artinya kepesertaannya

sudah hangus, maka bantuan itu tidak bisa dicairkan.

Saya lupa tanggal kadaluwarsanya, tapi karena memang

sudah dianggap tidak masuk dalam masa kepesertaan,

maka tidak jadi. Saya mengurus semua lewat PSE,

biasanya juga lewat Pak Jeffry, pokoknya semua

persyaratan asalkan dipenuhi maka urusan tinggal lewat

PSE saja.

FD Jadi, dalam hal ini, kerjasama dengan PSE juga baik?

Artinya pelayanan mereka bisa berjalan sebagaimana

mestinya?

105

PN Menurut saya, PSE sudah kooperatif dalam bekerja

sama, selama segala yang dibutuhkan, dalam arti segala

persyaratan bisa terpenuhi.

FD Di sini ada misa wilayah? Apakah semua Romo

mendukung gerakan ini dengan misalnya menghimbau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

257

umat saat misa wilayah, untuk menjadi peserta BKSY?

110

115

120

PN Kayaknya semua Romo mendukung, soalnya dalam

situasi atau kesempatan tertentu para Romo

menyampaikan program BKSY ini sangat membantu

orang lain. Coba yang belum ikut, diusahakan untuk

ikut, bagaimana caranya. Memang, terus terang saya

sampaikan bahwa ada juga dari kelompok legio, yang

satu keluarganya dalam keadaan sakit, sehingga belum

bisa membayar uang kepesertaan, dan ternyata dari PSE

ditanggulangi, sehingga keluarga tersebut masih bisa

terus menjadi peserta BKSY. Memang, menurut saya

dari segi sosial, paroki ini cukup tinggi.

125

FD Dari pengalaman, banyak faktor yang membuat

seseorang memutuskan untuk ikut BKSY, misalkan

melalui pemahaman umat itu sendiri yang biasanya

didapatkan saat sosialisasi, lalu Romo yang bergerak

dan pengurus di paroki atau lingkungan. Terus kalau

menurut Bapak, sejauh melihat di lingkungan, peserta

dibandingkan umat keseluruhan berapa prosentasenya?

130

PN Yang ikut paling ya sekitar tiga puluh persen kira-kira.

Dan, kemungkinan masih bisa terus tambah. Akan saya

usahakan.

FD Kebanyakan umat itu, muda atau sepuh?

135

140

PN Sekarang ini hampir semuanya atau paling tidak dalam

usia senja. Artinya ya separo muda, separo yang sepuh.

Jadi imbang saja. Tidak ada yang lebih banyak, tidak

ada yang lebih sedikit. Satu keluarga saja, yang tadi

saya sampaikan, waktu itu untuk bayar iuran saja tidak

ada, dan suami istri semua dalam keadaan sakit. Itu

kadang-kadang juga masuk rumah sakit, dan sering

terlambat untuk memohonkan bantuan. Kalau saya

sendiri juga tidak bisa berbuat banyak mengenai ini,

karena ini kan memang berkaitan dengan sistem dan

persyaratan yang tak terbantahkan.

FD Namun, sebelum ada BKSY, pelayanan semacam ini

apakah sudah ada?

145

150

PN Dari lingkungan, kami sudah ada, yaitu sekedar

membantu atau meringankan yang sedang sakit, karena

memang pada dasarnya kas lingkungan kami juga agak

minim. Jadi istilahnya, membantu dengan semampunya.

Selain itu, untuk warga yang meninggal, kami juga

membantu tapi juga semampunya.

FD Dari PSE paroki?

PN Kalau dari PSE juga ada untuk kematian sih.

FD Sejauh ini, sejak ada BKSY, apakah jauh lebih

membantu atau ya tidak ada efeknya sama sekali?

155

PN Kalau BKSY menurut saya memang bagus, karena

memang kalau di samping itu, kalau ada musibah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

258

160

kematian, dari wilayah juga ada, di samping pribadi,

menyampaikan dengan membantu sekedarnya, namun

juga tiap lingkungan selalu ada edaran untuk membantu

yang meninggal.

FD Tadi sudah ada 30 orang yang ikut?

165

PN Bukan tiga puluh orang tapi tiga puluh kk dan yang

sudah ikut dua puluh lima orang. Kebetulan ada yang

ikut atau masuk menjadi peserta itu bareng-bareng,

seperti saya ini keluarga saya masih empat dan masuk

menjadi peserta bersama-sama. Langsung gitu

maksudnya, dan keluarga yang lain juga ada yang

ikutan. Memang, tujuan saya juga begini, saya

sampaikan paling tidak, kepala keluarga dulu yang ikut.

170

FD Kalau di lingkungan Bapak, ada yang model orang tua

di lingkungan, kemudian anaknya di paroki lain?

PN Biasanya ada, tapi kebanyakan masih tinggal bersama

orangtuanya di Blok B ini. Saya kira justru jarang yang

pisah dengan orang tuanya.

175

FD BKSY kan biasanya mendaftar dalam satu keluarga,

susahnya kalau ada satu keluarga tapi beda tempat atau

beda paroki, padahal masih satu KK.

180

185

PN Sementara di lingkungan saya tidak ada, bahkan anak

saya yang sudah berkeluarga pun masih saya daftarkan

di sini. Meskipun, saya sendiri menyarankan bahwa

kalau sudah berkeluarga sendiri, ya membuat kk sendiri.

Di Bintaro katanya ada BKSY, tapi anak saya itu belum

mau ikut yang di sana. Nah, sekarang sudah mau

mengurus kk dan saya ajak untuk ikut BKSY, syukur-

syukur mendaftar di paroki Matius Bintaro itu.

FD Yang terakhir, dari pengalaman Bapak menjadi peserta

sekaligus mengurusi BKSY ini, kira-kira ada usulan

atau harapan untuk BKSY ke depan?

190

195

PN Harapan saya begini, terutama karena di lingkungan

saya itu termasuk lemah. Kemungkinan yang bisa saya

harapkan adalah proses untuk permohonan bantuan baik

rawat inap atau kematian itu kalau bisa lebih dipercepat,

mengingat banyak umat yang membutuhkan. Karena di

tempat kami memang banyak warga yang termasuk

dalam ekonomi lemah. Kalau untuk peserta yang belum

ikut, kami coba bantu, terutama untuk mereka yang mau

ikut tapi tidak punya uang untuk membayar iuran.

FD Kalau untuk pengurus paroki, apakah sudah cukup

baik?

200

PN Kalau pengurus paroki, menurut saya sudah sangat

mendukung. Karena di sini timnya juga sudah solid, dan

kebetulan personel atau anggotanya mudah diajak

bekerja sama apalagi ketika harus mengurusi banyak

lingkungan. Setahu saya relasi antar mereka sendiri juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

259

205

baik, sehingga membentuk kerja samanya lebih mudah

dan lebih kompak.

207 FD Baik, terima kasih untuk kerjasama dan waktunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI