Technology Acceptance Model in The Usage of Subdistrict's Internet Service Centre Analysis in...
Transcript of Technology Acceptance Model in The Usage of Subdistrict's Internet Service Centre Analysis in...
260
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL DALAM ANALISIS
PENGGUNAAN PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN
DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO
TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL IN THE USAGE OF
SUBDISTRICT’S INTERNET SERVICE CENTRE ANALYSIS
IN POHUWATO REGENCY OF GORONTALO PROVINCE
Riva’atul Adaniah Wahab
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado
Jl. Pomorow No. 76 Manado 95125, Sulawesi Utara, Indonesia
email : [email protected]
(Naskah diterima: 30 Agustus 2013 - Disetujui terbit: 12 November 2013)
Abstrak
Keberadaan fasilitas Internet melalui program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), se-
cara maya, telah dapat memasukkan masyarakat dalam jaringan informasi global. Masyarakat mem-
punyai fasilitas untuk dapat mengakses dan memperoleh berbagai informasi dan jejaring yang tak ter-
batas melalui komunikasi telepon dan Internet. Operasional fasilitas Internet diharapkan dapat me-
menuhi kebutuhan masyarakat secara kontinyu dan dapat berkembang mengikuti kemajuan teknologi.
Melalui penelitian deskriptif survei dengan pendekatan kuantitatif ini, diharapkan dapat diketahui
pengaruh diantara variabel penelitian perceived usefulness, perceived ease of use, social influence,
facilitating conditions, behavioral intention of use, dan actual use terkait dengan penggunaan fasilitas
PLIK demi mendorong peningkatan pengguna fasilitas PLIK masyarakat Kabupaten Pohuwato-
Provinsi Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perceived usefulness,
perceived ease of use, social influence, facilitating conditions memiliki pengaruh positif dan
signifikan pada level sangat kuat terhadap behavioral intention of use penggunaan PLIK. Demikian
pula halnya dengan pengaruh behavioral intention of use terhadap actual use dimana memberikan
pengaruh positif signifikan yang sangat kuat dalam penggunaan PLIK. Maka intensitas pelatihan
penggunaan PLIK, sosialisasi, serta penambahan fasilitas pendukung perlu ditingkatkan.
Kata kunci : TAM, PLIK.
Abstract
The existence of the Internet facility through Subdistrict’s Internet Service Center, virtually,
has been able to put people in a global information network . The people have facilities to access and
obtain various of information and have unlimited networking over the phone and Internet
communications . The operational of Internet facility is expected to fulfill the needs of the people
continuously and can develop following the progress of technology. Through a survey descriptive
research with quantitative approach , this research is hoped that can be seen the correlation between
research variables such as perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating
conditions, behavioral intention of use, and actual use associated with the usage of facilities in order
to encourage increased the number of PLIK user in the community of Pohuwato Regency-Gorontalo
Province. Based on the results of this study, it can be concluded that perceived usefulness, perceived
ease of use, social influence, and facilitating conditions have a positive and significant impact on a
very strong level of behavioral intention to use PLIK . Similarly, the effect of behavioral intention of
use to the actual use which gives a strong significant and positive impact in the use PLIK . Hence, the
intensity of training in the usege of PLIK , socialization , and the addition of support facilities are
highly required to be improved .
Keywords : TAM, PLIK.
PENDAHULUAN
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
261
Ekspektasi terhadap rekomendasi
World Summit on The Information Society
(WSIS) yang setidaknya 50% penduduk
dunia tahun 2015 berliterasi informasi kini
terus dikembangkan. Upaya perwujudan
masyarakat informasi (information society)
menjadi fokus utama di setiap program
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Menurut mantan Sekjen PBB, Koffiannan
pada WSIS tahap kedua yang berlangsung
di Tunisia, tolak ukur tercapainya
masyarakat informasi dapat dilihat dari
akses masyarakat terhadap sumber
informasi atau peralatan yang dapat
mendukung perolehan informasi tersebut
misalnya Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), baik melalui pelatihan
maupun pendidikan, sehingga mereka
dapat menggunakannya secara efektif
(Departemen Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia 2006, 9-10). Untuk
memenuhi tantangan ini, beberapa prinsip
utama dalam membangun masyarakat
informasi dideklarasikan di antaranya 1)
Peran pemerintah dan semua pemangku
kepentingan dalam mempromosikan TIK
untuk pembangunan, 2) Infrastruktur
informasi dan komunikasi, 3) Akses ke
informasi dan pengetahuan, 4) Pem-
bangunan kemampuan, 5) Lingkungan
yang memberdayakan di tingkat nasional,
dan 6) Media (Departemen Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia 2006,
20-28). Dalam Renstra Kominfo Tahun
2010-2014 disebutkan bahwa pem-
bangunan TIK secara nasional masih
lemah yang antara lain ditandai dengan
rendahnya penggunaan dan tingkat
melek/literasi TIK masyarakat. Menurut
International Telecommunication Union
(ITU) pembangunan TIK tidak hanya
diindikasikan dengan kesiapan
infrastruktur tetapi juga penggunaan TIK
dan tingkat literasi TIK sumber daya
manusianya. Dibandingkan dengan 154
negara-negara lain di dunia, data dari ITU
pada tahun 2007 menempatkan Indonesia
pada rangking 108, dengan tingkat literasi
TIK berada pada urutan 51 pada kategori
Medium Access dan pada urutan 116 dari
178 negara yang diindeks (Kementerian
Komunikasi dan Informatika 2010, 5-13).
Jaringan internet atau lebih dikenal
dengan Internet merupakan salah satu me-
dia akses informasi dan pengetahuan yang
dapat digunakan untuk peningkatan literasi
TIK, khususnya Internet dalam rangka
percepatan terwujudnya Masyarakat
Informasi Indonesia (MII). Internet me-
megang peranan penting untuk mewujud-
kan masyarakat informasi yang tidak
hanya berskala nasional tetapi berskala in-
ternasional yang menjadikannya bagian
dari masyarakat global. Seiring perkem-
bangan informasi dan komunikasi yang
dibarengi dengan perkembangan TIK,
masyarakat informasi menempatkan Inter-
net sebagai suatu “candu” dimana men-
galami ketergantungan terhadapnya. Inter-
net adalah hasil dari dan tentunya ber-
fungsi sebagai, sarana kolaborasi yang
unik dan besar (Departemen Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia 2006,
9-10). Pembentukan Working Group on
Internet Governance (WGIC) sebagai
kelompok kerja (working group) dalam
WSIS yang khusus mendiskusikan isu-isu
tentang pengelolaan/pengendalian Internet
telah menunjukkan pentingnya peranan
Internet dalam membangun masyarakat
informasi. Akses terhadap Internet atau
pelayanan TIK bukan hanya persoalan
menggelar fasilitas, namun juga bagaimana
mendidik masyarakat untuk dapat meng-
gunakan dan terbiasa dengannya. Dengan
demikian harapan untuk dapat memberi
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
262
akses terhadap Internet kepada 50% desa
dalam kurun waktu 10 tahun sejak dige-
larnya KTT WSIS tahap kedua (batas
waktu 2015) dapat terwujud (Departemen
Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia 2006, 10-12). Pengguna Internet
di Indonesia sampai tahun 2010 menurut
United Nations Departement of Economic
and Social Affairs mencapai 30 juta peng-
guna atau sekitar 12,3% dari jumlah pen-
duduk Indonesia tahun 2010 (Wahab,
Analisis akses dan penggunaan Internet
sebagai evaluasi tingkat literasi Internet
masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara
2012, 49). Sedangkan penetrasi Internet
tahun 2011, tercatat hanya mencapai
16,1% (Kementerian Komunikasi dan
Informatika 2011b, 23). Berdasarkan data
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) jumlahnya mencapai 63
juta penduduk di tahun 2012 serta
diproyeksi akan terus meningkat sampai
139 juta di tahun 2015.
Gambar 1. Tingkat penetrasi Internet di Indonesia
(APJII 2013)
Jumlah penetrasi Internet dapat
ditingkatkan dengan menyediakan infra-
struktur yang memungkinkan masyarakat
untuk dapat mengakses Internet. Sebagai
leading sector di bidang komunikasi dan
informatika, Kominfo bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ber-
bagai pendidikan, pelatihan, dan bantuan
infrastruktur diberikan pemerintah demi
memperkecil kesenjangan informasi dan
meningkatkan penetrasi TIK. Sebagai con-
toh adalah program Kewajiban Pelayanan
Universal (KPU)/Universal Service Obli-
gation (USO) yang pelaksanaannya di-
dasarkan pada Peraturan Menteri Kominfo
No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 ten-
tang Kewajiban Pelayanan Universal Tele-
komunikasi dengan tujuan mengatasi ket-
ersediaan telekomunikasi perdesaan untuk
ribuan desa di seluruh Indonesia
(Kementerian Komunikasi dan Informatika
2011, 28) dan Peraturan Menteri Komuni-
kasi 48/PER/M.KOMINFO/11/2009 ten-
tang Penyediaan Jasa Akses Internet Ke-
camatan Pada Wilayah Pelayanan Univer-
sal Telekomunikasi Internet Kecamatan,
dalam bentuk antara lain : fasilitas yang
telah dan akan terus dibangun menuju ter-
wujudnya akses dan layanan telepon di
31.824 desa pada tahun 2009, internet di
4.218 kecamatan pada tahun 2010, dan ak-
ses internet di 31.824 desa pada tahun
2013 (Kopertis 2011).
Sebagai bagian dari program
USO/KPU, Kominfo memberikan bantuan
agar masyarakat dapat mengakses infor-
masi menggunakan sarana TIK melalui
program Pusat Layanan Internet Kecama-
tan (PLIK). Bantuan ini berupa pemban-
gunan sarana umum penyediaan akses
Internet di ibukota kecamatan yang men-
jadi bagian dari wilayah USO/KPU. Selain
ruang akses bersama, bantuan juga meli-
puti portal konten-konten yang bermanfaat.
Hingga tahun 2010, total bantuan PLIK
yang didistribusikan mencapai 5.748 titik
di Indonesia (Kementerian Komunikasi
dan Informatika 2011, 29). Keberadaan
fasilitas Internet melalui program Pusat
Layanan Internet Kecamatan, secara maya,
telah dapat memasukkan masyarakat
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
263
dalam jaringan informasi global. Masyara-
kat mempunyai fasilitas untuk dapat men-
gakses dan memperoleh berbagai infor-
masi, data, pengetahuan dan jejaring yang
tak terbatas melalui komunikasi telepon
dan Internet. Operasional fasilitas Internet
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, berlangsung secara kontinyu
dan dapat berkembang mengikuti kema-
juan teknologi (Kopertis 2011). Namun,
dari sekian banyak bantuan PLIK yang
didistribusikan, ada beberapa diantaranya
yang tidak termanfaatkan secara maksimal.
Data Lombok Sumbawa Online menunjuk-
kan bahwa dari 125 titik PLIK yang terse-
bar di 116 kecamatan di Nusa Tenggara
Barat (NTB), 28% di antaranya aktif, 28%
kurang aktif, dan 44% tidak aktif (Lombok
Sumbawa Online 2011); serta hanya 2 dari
7 lokasi PLIK di Kabupaten Batang Hari,
Provinsi Jambi yang aktif (Dio 2012). Dari
kedua data tersebut dapat diketahui bahwa
rata-rata PLIK yang didistribusikan ke be-
berapa kecamatan yang ada di
kota/kabupaten lebih banyak yang tidak
aktif dibandingkan yang aktif dengan rasio
cukup besar.
Kabupaten Pohuwato merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo
yang berbatasan langsung dengan provinsi
lainnya (Sulawesi Tengah). Dengan jarak
yang cukup jauh dari ibukota provinsi,
akses informasi menjadi sesuatu yang
mutlak disediakan agar tidak ada gap
informasi yang biasanya terjadi pada
daerah-daerah perbatasan/jauh dari ibukota
provinsi. Untuk memenuhi akses informasi
tersebut, PLIK yang merupakan bantuan
dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika dapat menjadi salah satu
fasilitas yang dapat digunakan. Jumlah
PLIK di Kabupaten Pohuwato sendiri
berjumlah 17 unit, namun satu diantaranya
sudah tidak aktif lagi. Namun, hadirnya
fasilitas TIK modern tidak selamanya
dapat diterima baik oleh masyarakat,
apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa
menggunakan TIK dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai faktor dapat menjadi
pertimbangan dan mempengaruhi
masyarakat untuk menggunakan fasilitas
PLIK untuk memenuhi kebutuhan
informasinya. Menurut Bodnar dan
Hopwood (1995) dalam Rahadi (2007),
penerapan teknologi berbasis komputer
terkait dengan 3 hal yaitu perangkat
keras/hardware, perangkat lunak/software,
dan pengguna/brainware. Pengguna
teknologi adalah manusia yang secara
psikologi memiliki suatu perilaku
(behavior) tertentu yang melekat pada
dirinya dan menjadi penentu setiap orang
menggunakan teknologi. Lebih lanjut dari
sumber yang sama, pendapat ini didukung
oleh Sung (1987) dalam Trisnawati (1998)
yang menyatakan bahwa faktor-faktr
teknis, perilaku, situasi, dan personil
pengguna teknologi perlu dipertimbangkan
sebelum pengimplementasian. Selain itu,
Henry (1986) dalam Trisnawati (1998)
dalam Rahadi (2007) juga mengemukakan
bahwa perilaku pengguna dan personal
sistem diperlukan dalam pengembangan
sistem dan hal ini berkaitan dengan
pemahaman dan cara pandang pengguna
sistem tersebut (Rahadi 2007, 2).
Oleh karena itu, perlu dilakukan
kajian terkait penggunaan fasilitas PLIK,
khususnya faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaanya, sebagai
evaluasi implementasi program PLIK
karena persepsi individu yang terlibat
dalam implementasi sistem atau teknologi
akan berpengaruh terhadap akhir suatu
sistem atau teknologi, apakah sistem atau
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
264
teknolgi tersebut berhasil atau tidak, dapat
diterima atau tidak, bermanfaat atau tidak
jika diterapkan (Rahadi 2007, 2).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
penelitian, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Adakah pengaruh positif dan signifikan
antara perceived usefulness dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK?
2. Adakah pengaruh positif dan signifikan
antara perceived ease of use dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK?
3. Adakah pengaruh positif dan signifikan
antara social influence dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK?
4. Adakah pengaruh positif dan signifikan
antara facilitating conditions dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK?
5. Adakah pengaruh positif dan signifikan
antara behavioral intention of use
dengan actual use penggunaan PLIK?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu
mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi masyarakat untuk
menggunakan PLIK yaitu:
1. Mengetahui pengaruh antara perceived
usefulness dengan behavioral intention
of use penggunaan PLIK.
2. Mengetahui pengaruh dan antara
perceived ease of use dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK.
3. Mengetahui pengaruh antara social
influence dengan behavioral intention
of use penggunaan PLIK.
4. Mengetahui pengaruh signifikan antara
facilitating conditions dengan
behavioral intention of use penggunaan
PLIK.
5. Mengetahui pengaruh signifikan antara
behavioral intention of use dengan
actual use penggunaan PLIK.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi bahan evaluasi bagi Balai
Penyedia dan Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI)
sebagai mediator program fasilitas PLIK
dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika agar distribusi bantuan tidak
hanya melihat bagaimana program tersebut
dapat dilaksanakan namun juga perlu
adanya pendampingan dan pengawasan
dalam bentuk evaluasi demi tercapainya
tujuan pemberian fasilitas yang diharapkan
dan perbaikan implementasi program
lainnya.
LANDASAN TEORI
Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK)
PLIK adalah salah satu program
BP3TI yang bertujuan meningkatkan
keterjangkauan masyarakat terhadap tele-
komunikasi dan pemerataan akses
teknologi informasi. Program PLIK
dilaksanakan di 32 provinsi di Indonesia.
Program ini berusaha menyediakan akses
Internet kepada kecamatan-kecamatan
yang masih belum mendapat akses Internet
untuk memiliki jaringan Internet yang
dapat dimanfaatkan warga maupun aparat
di kecamatan dan desa. Satu fasiltas PLIK
terdiri dari 1 server, 5 client, 1 printer
multifungsi dengan downlink 256 kbps dan
uplink 128 kbps.
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
265
Sampai dengan semester I tahun
2010, pelaksanaan program PLIK telah
dilakukan di 5.748 titik di seluruh Indone-
sia. Dari sebaran lokasinya, pelaksanaan
program PLIK paling banyak dilakukan di
Jawa Timur sebanyak 538 lokasi, diikuti
Jawa tengah dan Jawa Barat masing-
masing 478 lokasi dan 448. Lokasi di luar
pulau Jawa yang terbanyak program PLIK
adalah di Sumatera Utara sebanyak 337
lokasi, NAD sebanyak 260 lokasi, dan Su-
lawesi Selatan 224 lokasi. Pelaksanaan
program PLIK di Provinsi Nusa Tenggara
Timur juga cukup banyak yaitu di 213
lokasi seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah PLIK dan proporsinya terhadap total kecamatan di tiap provinsi sampai Juni 2010
(Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2010, 271)
Proporsi PLIK dapat mencapai
88,8% jika dihitung dari total kecamatan
yang ada di Indonesia. Di beberapa titik,
dalam satu kecamatan terdapat dua PLIK.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah PLIK
yang lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah kecamatannya seperti di Provinsi
Sumatera Barat, Banten, Yogyakarta, Bali,
dan lainnya di kawasan barat, tengah,
maupun timur Indonesia. Lain halnya yang
terjadi di Irian Jaya Barat dan Maluku
Utara dimana jumlah PLIK jauh lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah kecamatan
yang ada dimana jika diprosentasekan
masing-masing hanya mencapai 28% dan
67,3%. Bahkan di Jawa, proporsi jumlah
PLIK baru mencapai 85,5% dari jumlah
kecamatan yang ada. Hal ini diduga
banyak kecamatan yang sudah terakses
Internet sehingga tidak memerlukan lagi
program PLIK (Direktorat Jenderal Pos
dan Telekomunikasi 2010, 272).
Prosentase sebaran PLIK menurut pulau
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
266
Gambar 2. Proporsi jumlah PLIK terhadap total
kecamatan menurut pulau sampai 30 Juni 2010
(Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2010,
272)
Berdasarkan data awal dari BP3TI,
Kabupaten Pohuwato mendapatkan
distribusi 20 PLIK. Namun, berdasarkan
pengumpulan data lapangan, diketahui
hanya terdapat 17 titik PLIK di daerah
tersebut, terdiri dari 16 PLIK aktif dan 1
PLIK tidak aktif. Perbedaan jumlah
tersebut dikarenakan beberapa PLIK sudah
tidak berada di lokasi yang ada dalam data
awal, baik yang diketahui maupun tidak
diketahui lokasi pemindahannya,
diserahkan kembali ke pihak Telkom,
hanya sempat dibuka beberapa hari, dan
adapula yang belum dipasang sejak awal
diserahkan.
Technology Acceptance Model (TAM)
Sejak munculnya Theory of Reason
Action (TRA) oleh Ajzen tahun 1980,
beberapa model pengukuran perilaku
pengguna terhadap teknologi atau sistem
terus mengalami pertumbuhan. TRA yang
menjadi cikal bakal model pengukuran
lainnya kemudian dikembangkan dan
dimodifikasi dan memunculkan Theory of
Planned Behavior/TPB oleh Ajzen 1988,
Social Cognitive Theory oleh Compeau
dan Higgins 1999, Task-Technology
Fit/TTF oleh Goodhue and Thompson
tahun 1995, Technology Acceptance
Model/TAM oleh Davis tahun 1989, dan
Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology/UTAUT oleh Venkatesh tahun
2003 (Widyastuti 2008, 33-41).
Diantara teori atau model
pengukuran perilaku pengguna tersebut,
TAM yang merupakan salah satu model
untuk memprediksi penerimaan pengguna
adalah yang paling banyak digunakan oleh
peneliti untuk menerangkan penerimaan
pengguna terhadap berbagai macam
sistem. Behavioral intention/BI individual
sebagai pengguna sistem atau teknologi
baru dipengaruhi 2 kepercayaan yaitu
perceive usefulness/PU dan perceive ease
of use/PEOU (Yahya, et al. 2011, 243).
Dalam teori ini, kemudahan dan
kemanfaatan merupakan faktor yang dapat
memebrikan pengaruh besar dalam
keputusan individu untuk menerima dan
menggunakan teknologi atau sistem.
Menurut Davis (1989), PU didefinisikan
sebagai tingkat keyakinan individu bahwa
penggunaan teknologi atau sistem tertentu
akan meningkatkan kinerjanya, termasuk
kaitannya dengan produktivitas, kinerja
tugas, dan efektivitas. Sedangkan PEOU
didefinisikan sebagai tingkat dimana
seseorang meyakini bahwa penggunan
teknologi atau sistem merupakan hal yang
mudah dan tidak memerlukan usaha keras
dari pemakainya. Kemanfaatan dan
kemudahan penggunaan akan mendorong
munculnya keinginan untuk menggunakan
teknologi atau sistem yang kemudian dapat
menjadi perilaku penggunaan secara nyata
(Widyastuti 2008, 38-39). Dalam
perkembangannya, external variable
ditambahkan ke dalam konstruk dimana
sebagian besar merupakan variabel
eksogen yang akan mempengaruhi
penggunaan teknologi melalui variabel PU
dan PEOU (Harmadi dan Hermana 2005,
40).
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
267
Gambar 3. Konstruksi model TAM (Kusuma dan Susilowati 2007, 127)
Social Influence dan Facilitating
Conditions
Selain variabel dalam konstruksi
model TAM secara umum, penelitian ini
juga melibatkan dua variabel eksternal
yaitu pengaruh sosial/social influence (SI)
dan memfasilitasi kondisi/facilitating
conditions (FC) yang dianggap memiliki
pengaruh terhadap variabel yang diteliti.
Pengaruh sosial (social influence) dide-
finisikan sebagai tingkat dimana individu
merasa bahwa orang-orang yang penting
baginya percaya sebaiknya dia mengguna-
kan sistem baru (Venkatesh, et al. 2003,
451). Konsep yang menangkap pengaruh
sosial sebagai penentu langsung dari niat
perilaku adalah bagian dari TRA, TAM2,
TPB / DTPB, C-TAM-TPB, MPCU, dan
IDT. Sedangkan memfasilitasi kondisi (fa-
cilitating conditions) didefinisikan sebagai
tingkat kepercayaan seorang individu ter-
hadap ketersediaan infrastruktur teknik dan
organisasional ada untuk mendukung
penggunaan system (Venkatesh, et al.
2003, 453). Sehubungan dengan definisi
ini, model yang menggunakan gagasan
memfasilitasi kondisi antara lain: kontrol
perilaku yang dirasakan (TPB / DTPB, C-
TAM-TPB), memfasilitasi kondisi
(MPCU), dan kompatibilitas (IDT).
Penggunaan model pengukuran
perilaku pengguna terhadap teknologi telah
diterapkan dalam berbagai penelitian.
Beberapa di antaranya:
1. Rahadi di tahun 2007 melakukan
analisis proses adopsi teknologi
informasi oleh Pemerintah Kota
Palembang dalam memberikan
pelayanan kepada sektor publik dengan
menggunakan TAM. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemudahan
penggunaan dan manfaat yang
dirasakan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan TI. Akan tetapi, kemudahan
penggunaan ternyata berpengaruh
terhadap manfaat yang dirasakan
(Rahadi 2007, 1).
2. Titis Widyastuti pada tahun 2008 mela-
kukan penelitian tentang pengaplikasian
mobile banking dengan menggunakan
pendekatan TAM. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa perilaku adopsi
teknologi dipengaruhi oleh tujuan
penggunaan yang dipengaruhi oleh per-
sepsi manfaat dan persepsi kemudahan
penggunaan sistem (Widyastuti 2008,
19).
3. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Penyelenggaraan Pos dan Informatika
(Puslitbang PPI) Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
268
melakukan penelitian tentang
pemanfaatan fasilitas USO sebagai
penyedia jasa akses telekomunikasi dan
informatika dengan pendekatan
UTAUT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa harapan kinerja, harapan usaha,
dan pengaruh lingkungan
sosial/masyarakat berpengaruh terhadap
niat membiasakan diri untuk
menggunakan sistem, demikian pula
kondisi yang mendukung penggunaan
sistem dan niat membiasakan diri untuk
menggunakan juga berpengaruh
terhadap kebiasaan untuk menggunakan
sistem (Puslitbang Postel 2010, 103-
104).
Penggunaan model TAM dalam
penelitian ini karena model pengukuran ini
merupakan yang paling berpengaruh dan
kuat dalam menjelaskan perilaku adopsi
teknologi informasi maupun sistem
informasi.
Kerangka Berpikir
Kehadiran fasilitas PLIK sebagai
media akses informasi perlu dikaji
penerimaannya sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan harapan
pemerintah maupun masyarakat. Dengan
mengadopsi model akhir pengembangan
TAM, penelitian ini akan dilakukan
berdasarkan konstruksi model sebagai
berikut:
Gambar 4. Kerangka pikir penelitian
Penelitian akan difokuskan kepada
6 variabel (Gambar 4). Empat variabel
akan berpengaruh terhadap BIOU yang
kemudian akan berdampak pada AU.
Variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perceived Usefulness (PO)
didefinisikan sebagai tingkat dimana
individu percaya bahwa penggunaan
fasilitas PLIK dapat meningkatkan
kinerja, produktivitas, dan prestasi
kerjanya, termasuk memberikan
kemudahan dalam penyelesaian
pekerjaan.
2. Perceived Ease of Use (PEOU)
didefinisikan sebagai tingkat dimana
individu percaya bahwa fasilitas PLIK
mudah digunakan sehingga usaha (baik
waktu maupun tenaga) dapat
diminimalisir.
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
269
3. Social Influence (SI) didefiniskan
sebagai adanya pengaruh dari orang-
orang yang berada di sekitar individu
yang mendorongnya untuk
menggunakan fasilitas PLIK.
4. Facilitating Conditions (FC)
didefinisikan sebagai tingkat dimana
individu terdorong menggunakan
fasilitas PLIK karena ketersediaan
infrastruktur dan organisasi yang
mendukung penggunaannya.
5. Behavioral Intention of Use (BIOU)
didefinisikan sebagai munculnya
keinginan individu untuk menggunakan
fasilitas PLIK.
6. Actual Use (AU) didefiniskan sebagai
perilaku nyata penggunaan fasilitas
PLIK oleh individu.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir
penelitian, dapat dirumuskan beberapa
hipotesis dalam penelitian
H1 : Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara perceived
usefulness dengan behavioral
intention of use penggunaan
PLIK.
H2 : Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara perceived ease
of use dengan behavioral
intention of use penggunaan
PLIK.
H3 : Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara social influence
dengan behavioral intention of
use penggunaan PLIK.
H4 : Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara facilitating
conditions dengan behavioral
intention of use penggunaan
PLIK.
H5 : Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara behavioral
intention of use dengan actual use
penggunaan PLIK.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian dapat dilihat
menurut teknik sampling, timbulnya
variabel, model pengembangan atau
pertumbuhan, dan menurut rancangan
penelitian (Arikunto 2002, 75). Penelitian
yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
survei dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah
masyarakat di Kabupaten Pohuwato yang
berusia ≥ 7 tahun dengan pertimbangan
anak pada usia tersebut dianggap mampu
memahami dan menjawab pertanyaan
penelitian. Sedangkan sampel penelitian
adalah masyarakat yang pernah
menggunakan fasilitas PLIK.
Teknik Penarikan Sampel
Sampel dipilih menggunakan metode
purposive sampling sedangkan penentuan
jumlah sampel menggunakan metode sam-
pling quota. Sebaran responden yang
ditentukan untuk masing-masing titik
adalah 4 orang.
Teknik Pengumpulan Data
a. Studi dokumentasi, penelitian kepusta-
kaan (library research), di mana
peneliti mencari dan menemukan ba-
han/informasi yang berkaitan dengan
penelitian melalui dokumen-dokumen
yang diperoleh baik dari lokasi peneli-
tian maupun dari media online (inter-
net) dalam bentuk buku-buku yang
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
270
relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, jurnal, isi media massa, dan
data relevan lainnya (Riduwan 2010,
31). Data yang sifatnya operasional dan
diperoleh dari pihak lain merupakan
data penunjang yang mungkin didapat
dari instansi-instansi terkait.
b. Penelitian lapangan (field research).
Penelitian ini dilakukan dengan meng-
gunakan metode angket (quetionnaire).
Angket (quetionnaire) yaitu serang-
kaian daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis untuk diisi oleh re-
sponden (Bungin 2009, 123). Angket
dalam penelitian ini merupakan angket
tertutup. Berdasarkan jumlah titik PLIK
yang aktif maka jumlah angket yang
disebarkan adalah sebanyak 64 angket.
c. Observasi (observation), data observasi
merupakan deskripsi yang faktual, cer-
mat dan terinci mengenai keadaan la-
pangan, kegiatan lapangan, kegiatan in-
teraksi manusia, situasi sosial dan kon-
teks kegiatan–kegiatan lainnya
(Sangadji dan Sophia 2010, 11).
Teknik Analisis Data
Pertanyaan dalam angket
menggunakan skala Likert yang biasanya
digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian. Variabel
dalam skala ini dijabarkan sampai menjadi
indikator-indikator terukur (Riduwan
2010, 12). Jawaban responden dijabarkan
dalam pernyataan positif “Sangat Setuju
(SS)” dengan skor 4, “Setuju (S)” dengan
skor 3, “Tidak Setuju (TS)” dengan skor 2,
dan “Sangat Tidak Setuju (STS)” dengan
skor 1.
Sebelum data dianalisis, perlu untuk
melakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen yang digunakan dengan
menggunakan alat bantu analisis SPSS 17,
dimana dalam penelitian ini instrumen
berupa angket. Validitas menunjukkan
sejauh mana alat ukur yang digunakan
dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Menurut Kenneth Bailey, validitas
memiliki tiga jenis utama yaitu face
validity (dianggapa sama dengan content
validity), criterion validity, dan construct
validity. Namun dari ketiga jenis validitas
tersebut, menurut Jack R. Fraenkel,
construct validity merupakan yang terluas
cakupannya dibandingkan dengan validasi
lainnya, karena melibatkan banyak
prosedur termasuk content validity dan
criterion validity. Konstruk adalah
kerangka dari suatu konsep dan construct
validity atau validasi konstruk adalah
validitas yang berkaitan dengan
kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang
diukurnya (Siregar 2013, 75-77). Dalam
penelitian ini, uji validitas konstruk
menggunakan Uji Koefisien Korelasi Rank
Spearman (Spearman Rank Correlation
Coefficient). Uji korelasi ini biasanya
digunakan untuk menentukan nilai korelasi
antara variabel bebas (PU, PEOU, SI, FC)
dan variabel terikat (BIOU, AU) untuk
beberapa hal yang tidak dapat diukur
secara deterministis semisal motivasi,
kondisi moral, maupun tingkat preferensi
terhadap suatu hal serta dapat diterapkan
untuk variabel yang mengandung unsur
pemeringkatan (Lukiastuti dan Hamdani
2012, 318). Butir pertanyaan dikatakan
valid apabila koefisien korelasi item
terhadap total (r) > r tabel (Marthin dan
Semuel 2007, 95).
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat konsisten dalam mendapatkan data
penelitian, baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang. Uji reliabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
271
adalah Cronbach’s Alpha. Teknik uji
Alpha Cronbach dapat digunakan untuk
mengukur sikap atau perilaku yang
jawabannya berbentuk skala seperti 1-3, 1-
5, atau 1-7 yang menginterpretasikan sikap
responden. Pada teknik ini, instrumen
dikatakan reliabel bila koefisiennya lebih
dari 0,6. (Siregar 2013, 89-90).
Analisis data dilakukan setelah
proses coding dan enter data terhadap isian
angket yang disebarkan kepada responden.
Identitas responden dan penggunaan
fasilitas PLIK akan dianalisis dengan
statistik deskriptif sedangkan analisis
lanjut untuk variabel penelitian dilakukan
dengan statistik inferensial. Statistik infer-
ensial dilakukan untuk menguji hipotesis
terkait hubungan atau korelasi antarvaria-
bel penelitian. Hasil pengukuran korelasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria korelasi
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Hasil uji validitas terhadap kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat melalui Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji validitas
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa pertanyaan dalam instrumen valid
digunakan untuk menganalisis penggunaan
PLIK masyarakat berdasarkan model TAM
pada tingkat signifikansi 0,01 (r tabel =
0,330). Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan dalam instrumen memiliki
kesesuaian antara satu dengan yang
lainnya dan antara satu pertanyaan dengan
keseluruhan pertanyaan dalam instrumen
penelitian sehingga valid digunakan untuk
mengukur variabel penelitian. Adapaun
hasil uji reliabilitas instrumen adalah
sebagai berikut:
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
272
Tabel 4. Hasil uji reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas variabel
penelitian memberikan nilai > 0,6. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa instrumen
penelitian reliabel artinya dapat dipercaya
untuk digunakan mengukur penggunaan
fasilitas PLIK dalam beberapa kali
pengukuran baik saat ini maupun di masa
yang akan datang karena dapat
memberikan jawaban yang stabil atau
konsisten.
Penggunaan Fasilitas PLIK
Berdasarkan titik distribusi PLIK
yang ditemukan, diperoleh data bahwa
jumlah fasilitas PLIK di Kabupaten Pohu-
wato adalah sebanyak 17 titik dimana 1
titik tidak aktif. Dengan demikian jumlah
responden yang disurvei hanya dari 16 titik
yaitu 64 orang. Distribusi identitas
responden dapat dilihat melalui Tabel 5 di
bawah ini:
Tabel 5. Identitas responden
Hasil penelitian menunjukkan
bahawa dominan responden yang dalam
penelitian ini adalah pengguna PLIK
berada pada rentang usia 12-16 tahun. Usia
13-22 tahun merupakan rentang usia
remaja awal sampai remaja akhir dimana
menurut Hurlock (1978) perkembangan
sosial menjadi cirinya. Sosialisasi melalui
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
273
komunikasi sebagai kebutuhan dasar
manusia dalam hakikatnya sebagai
makhluk sosial dapat dipenuhi melalui
penggunaan media komunikasi seperti
Internet.
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa
dominan responden adalah
pelajar/mahasiswa. Lebih lanjut, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa
dominan responden berpendidikan terakhir
SMA sederajat (31 orang). Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa responden
yang berada pada level pendidikan
menengah (SMP sampai SMA) memiliki
ketertarikan penggunaan Internet yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
responden pada level pendidikan yang
lebih tinggi (D1 sampai S1). Adapun
frekuensi penggunaan fasilitas PLIK oleh
responden dalam sebulan dapat dilihat
melalui Grafik 1.
Grafik 1. Frekuensi penggunaan fasilitas PLIK
dalam sebulan
Data pada Grafik 1 menunjukkan
bahwa dominan responden menggunakan
fasilitas PLIK hanya 1-3 kali dalam
sebulan. Hal ini disebabkan beberapa
responden telah memiliki media akses lain
seperti tablet, handphone, atau fixed line
via modem di rumah. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh data bahwa
33responden atau 51,6% dari total
responden memiliki akses Internet di
rumah baik dalam bentuk handphone,
komputer via modem, maupun tablet
dengan distribusi kepemilikan media
tersebut sebagai berikut:
Grafik 2. Media akses Internet di rumah
Grafik 2 tersebut menunjukkan
bahwa dominan responden memiliki
handphone sebagai media akses Internet di
rumah yaitu sebanyak 29 orang atau 45,3%
dari total responden. Handphone saat ini
telah menjadi salah satu media akses yang
banyak digemari masyarakat. Fleksibilitas
penggunaan (dimana saja dan kapan saja
selama kondisi menmungkinkan) menjadi
daya tarik media ini. Kondisi ini kemudian
mendorong operator seluler meluncurkan
produk-produk layanan Internet yang dapat
diakses melalui handphone yang lebih
dikenal dengan paket Internet handphone.
Kemudahan akses Internet melalui media
ini juga mendorong masyarakat untuk
mengadopsi teknologi ini (Wahab, The
unified theory of acceptance and use of
technology: Survei penggunaan paket
Internet handphone di Kota Manado 2013,
91). Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa fasilitas PLIK masih menarik dan
dijadikan alternatif media untuk
mengakses Internet. Hal tersebut
dibuktikan dengan masih banyaknya
responden (lebih dari 50%) yang
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
274
menggunakan fasilitas Internet meski
dengan frekuensi yang rendah (lihat Grafik
1) walaupun mereka dapat mengaksesnya
di rumah dengan media yang dimiliki.
Selain di rumah dengan menggunakan
media yang dimiliki dan di lokasi PLIK ,
responden biasanya juga mengunjungi
lokasi yang menyediakan akses Internet
seperti pada Grafik 3. di bawah ini.
Grafik 3. Lokasi akses Internet selain di lokasi PLIK
Grafik 3 menunjukkan bahwa
dominan responden mengunjungi warung
Internet (warnet) sebagai alternatif untuk
dapat mengakses Internet meskipun harus
mengeluarkan biaya. Warnet, yang muncul
perdana sekitar tahun 1995, dapat
dikatakan sebagai ujung tombak
pengenalan Internet ke masyarakat yang
berada dalam kondisi ekonomi lemah
sehingga belum mampu menyediakan
fasilitas Internet sendiri, termasuk
pengadaan komputer. Masyarakat dapat
mengunjungi warnet yang membebankan
biaya pengguna sesuai dengan kemampuan
finansial mereka.
Grafik 4. Sumber informasi fasilitas PLIK
Melalui Grafik 4. dapat dilihat
bahwa dominan responden memperoleh
informasi dari teman/tetangga yaitu
sebanyak 40 orang atau 62,5% dari total
responden. Hasil ini menunjukkan bahwa
meskipun relasi secara artifisial atau maya
mengancam eksistensi relasi sosial secara
alamiah atau tradisional, namun relasi
sosial tradisional masih tetap menjadi
unggulan sebagai cara tercepat dalam
penyebaran informasi (Aryani 2008, 72).
Adapun aktifitas yang biasa dilakukan
ketika menggunakan fasilitas PLIK adalah:
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
275
Grafik 5. Aktivitas penggunaan fasilitas PLIK
Data pada Grafik 5 menunjukkan
bahwa tiga aktivitas yang dominan
dilakukan responden dengan menggunakan
fasilitas PLIK adalah jejaring sosial (30
responden), aktivitas belajar (28
responden), dan email (25 responden).
Faktor yang Berpengaruh Dalam
Penggunaan PLIK
Berdasarkan kerangka pikir, dalam
penelitian telah ditetapkan 5 faktor sebagai
variabel yang diukur yaitu perceived
usefulness, perceived ease of use, social
influence facilitating conditions,
behavioral intention of use, dan actual use.
Adapun hasil penelitian yang
menunjukkan hubungan faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Pengujian hipotesis variabel terhadap behavioral intention of use
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
276
Hasil pengujian variabel perceived
usefulness, perceived ease of use, social
influence facilitating conditions terhadap
behavioral intention of use menunjukkan
bahwa korelasi variabel tersebut terhadap
behavioral intention adalah signifikan
pada level 0,01 (1%) ke arah positif.
Artinya perubahan yang dialami pada
variabel perceived usefulness, perceived
ease of use, social influence facilitating
conditions berpengaruh dan akan diikuti
secara positif oleh behavioral intention of
use.
Tabel 7. Pengujian hipotesis variabel terhadap actual use
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil pengujian variabel behavioral
intention of use terhadap actual use adalah
sebesar 0,863 dengan arah positif pada
level signifikan 0,01 (1%). Data tersebut
menunjukkan bahwa perubahan yang
dialami pada variabel behavioral intention
of use akan berpengaruh secara positif
terhadap perubahan actual use. Dengan
demikian, hasil pengujian hipotesis
penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Tabel 8. Hasil uji korelasi dan hipotesis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua hipotesis diterima dengan nilai
korelasi pada kriteria sangat kuat/sangat
tinggi. Hasil ini bertolak belakang dengan
hasil penelitian Rahadi (2007) yang
menemukan bahwa adopsi teknologi
informasi dalam pelayanan kepada sektor
publik (behavioral intention of use) tidak
dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) dan manfaat yang
dirasakan (perceived usefulness). Namun,
hasil penelitian yang diperoleh sejalan
dengan hasil penelitian Widyastuti (2008)
pada aplikasi mobile banking dimana
persepsi manfaat (perceived usefulness)
dan persepsi kemudahan (perceived ease of
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
277
use) berpengaruh terhadap penggunaan
sistem. Adapun hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pengaruh sosial
(social influence) dan kondisi yang
mendukung (facilitating conditions)
memiliki pengaruh positif terhadap
penggunaan PLIK sejalan dengan hasil
penelitian Puslitbang PPI (2010) terkait
pemanfaatan fasilitas USO.
Sebagai salah satu tujuan
diluncurkannya program PLIK, persepsi
kemanfaatan yang dirasakan masyarakat
merupakan sesuatu yang diharapkan oleh
pemerintah. Karena salah satu tolak ukur
keberhasilan program pemerintah adalah
tercapainya tujuan program tersebut.
Diharapkan dengan persepsi tersebut,
masyarakat dapat secara kontinue
menggunakan PLIK dalam mendorong
peningkatan produktivitasnya. Di sisi yang
sama, kemudahan penggunaan menjadi
faktor pendorong yang kuat dalam
penggunaan fasilitas PLIK. Dengan
kemudahan yang diberikan, dapat
mengurangi usaha baik waktu dan tenaga
seseorang dalam penggunaan fasilitas
PLIK. Dengan demikian pengguna dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih
mudah. Menurut Godwin (1987), Silver
(1988), dalam Adam, et al (1992),
intensitas penggunaan dan interaksi antara
pengguna dengan sistem dapat
menunjukkan kemudahan penggunaan.
Sistem yang lebih sering digunakan
menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih
dikenal, lebih mudah dioperasikan, dan
lebih mudah digunakan oleh penggunanya
(Rahadi 2007, 10). Kemanfaatan dan
kemudahan yang dirasakan masyarakat
dalam penggunaan PLIK menjadi kekuatan
tersendiri bagi keberadaan dan kesuksesan
program PLIK.
Sejalan dengan upaya peningkatan
pengguna PLIK, sosialisasi program
menjadi salah satu faktor pendukung.
Sosialisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai media komunikasi
yang memungkinkan. Relasi tradisional
seperti interaksi masyarakat dalam
keseharian dapat menjadi salah satu media
tercepat dalam penyebaran informasi
PLIK. Dengan intensitas interaksi yang
tinggi, peluang perluasan pengenalan dan
pengaruh untuk menggunakan fasilitas
PLIK dapat semakin tinggi. Namun
demikian, media lainnya seperti cetak dan
elektronik juga dapat dimanfaatkan baik
berskala lokal maupun nasional. Selain
media, fasilitas tambahan yang biasanya
ditujukan untuk memudahkan penggunaan
dan memberi kenyamanan bagi pengguna
PLIK seperti penataan ruangan atau
fasilitas dalam ruangan, termasuk
penentuan lokasi dan papan petunjuk
PLIK, juga dapat mendorong keinginan
masyarakat untuk menggunakan fasilitas
PLIK. Meski terlihat sederhana, namun
jika upaya penyediaan fasilitas tambahan
dimaksimalkan, peluang peningkatan
pengguna PLIK dapat terwujud. Pada
akhirnya, penggunaan nyata PLIK oleh
masyarakat dapat ditimbulkan dari kesan
atau persepsi dan keinginan yang muncul
dalam masyarakat sebelum mereka secara
nyata menggunakan fasilitas tersebut.
Penggunaan PLIK sebagai bentuk
partisipasi masyarakat dalam program ini
perlu menjadi fokus Kementerian
Komunikasi dan Informatika demi
mencapai tujuan dan menjaga
keberlangsungan program PLIK yang
merupakan salah satu upaya mewujudkan
Masyarakat Informasi Indonesia di tahun
2015.
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
278
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perceived usefulness,
perceived ease of use, social influence
facilitating conditions memiliki pengaruh
positif dan signifikan pada level sangat
kuat terhadap behavioral intention of use
penggunaan PLIK. Demikian pula halnya
dengan pengaruh behavioral intention of
use terhadap actual use dimana
memberikan pengaruh positif signifikan
yang sangat kuat dalam penggunaan PLIK.
Terdapat hasil penelitian terdahulu yang
bertolak belakang dengan hasil penelitian
yang diperoleh, namun adapula yang
sejalan atau memperkuat hasil penelitian
terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa behavioral intention of use
dipengaruhi oleh perceived ease of use dan
perceived usefulness dimana bertolak
belakang dengan hasil penelitian Rahadi
(2007) yang menemukan bahwa adopsi
teknologi informasi dalam pelayanan
kepada sektor publik (behavioral intention
of use) tidak dipengaruhi oleh kemudahan
penggunaan (perceived ease of use) dan
manfaat yang dirasakan (perceived
usefulness). Namun, hasil penelitian yang
diperoleh sejalan dengan hasil penelitian
Widyastuti (2008) pada aplikasi mobile
banking dimana persepsi manfaat
(perceived usefulness) dan persepsi
kemudahan (perceived ease of use)
berpengaruh terhadap penggunaan sistem.
Adapun hasil penelitian ini yang
menunjukkan bahwa pengaruh sosial
(social influence) dan kondisi yang
mendukung (facilitating conditions)
memiliki pengaruh positif terhadap
penggunaan PLIK sejalan dengan hasil
penelitian Puslitbang PPI (2010) terkait
pemanfaatan fasilitas USO.
Rekomendasi
Melihat hasil penelitian yang
diperoleh terkait pengaruh beberapa faktor
dalam penggunaan PLIK, maka dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Perlunya peningkatan intensitas
pelatihan kepada masyarakat terkait
penggunaan PLIK sehingga masyarakat
dapat dengan mudah menggunakan
fasilitas tersebut yang dapat mendorong
pemanfaatan lebih lanjut.
2. Sosialisasi perlu ditingkatkan baik
melalui relasi tradisional
(antarmasyarakat) maupun dengan
memanfaatkan TIK lainnya (televisi,
radio, dan media elektronik lainnya).
3. Perlunya penambahan fasilitas
pendukung yang dapat mendukung
penggunaan fasilitas PLIK oleh
masyarakat seperti papan informasi,
fasilitas ruangan, termasuk penentuan
lokasi yang strategis dalam penempatan
fasilitas PLIK.
DAFTAR PUSTAKA
APJII. "Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia." Statistik: Indonesia
internet users. 2013.
http://www.apjii.or.id/v2/index.php/rea
d/page/halaman-data/9/statistik.html#
(accessed September 2013, 1).
Arikunto, S. Prosedur penelitian: Suatu
pendekatan praktek. Revisi V. Jakarta:
Rineke Cipta, 2002.
Aryani, Kandi. "Penerimaan remaja
terhadap wacana pornografi dalam
situs-situs seks di media online." Jurnal
Penelitian Dinas Sosial 7, no. 2
(Agustus 2008): 71-78.
Bungin, Burhan. Metodologi penelitian
kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan
kebijakan publik, serta ilmu-ilmu sosial
Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan
di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Riva’atul Adaniah Wahab
279
lainnya. 1. Vol. 4. Jakarta: Kencana,
2009.
Departemen Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia. Dokumen hasil
sidang tingkat tinggi dunia mengenai
masyarakat informasi. Edited by
Moedjiono, Arnold Ph. Djiwatampu, F.
B. Moerwanto, Sylvia D. Tulung and
Shinta L. Djiwatampu. Translated by
Moedjiono, Arnold Ph. Djiwatampu, F.
B. Moerwanto, Sylvia D. Tulung and
Shinta L. Djiwatampu. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia, 2006.
Dio. Sekda Batang Hari buka resmi
sosialisasi PLIK. Agustus 13, 2012.
http://informasi-
ngadiyo.blogspot.com/2012/08/sekda-
batang-hari-buka-resmi.html (accessed
Februari 9, 2013).
Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi. Bab 10: Bidang Unit
Pelaksana Teknis (UPT) pos dan
telekomunikasi . Jakarta: Kementerian
Komunikasi dan Informatika, 2010.
Harmadi, Ashur, and Budi Hermana.
"Analisis karakteristik individu dan
perilaku pengguna internet banking:
Reliabilitas dan validitas instrumen
pengukuran." Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi 2005
(SNATI 2005). Yogyakarta, 2005. 39-
44.
Hurlock, Elizabeth B. Child psychology. 6.
New York: Mc-Graw Hill, 1978.
Kementerian Komunikasi dan Informatika
. Rencana strategis Kementerian
Komunikasi dan Informatika 2010-
2014. Jakarta: Kementerian Komunikasi
dan Informatika, 2010.
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Buku putih 2011. Jakarta: Puslitbang
APTIKA IKP, 2011.
—. Indikator TIK tahun 2010. Jakarta:
Puslitbang APTIKA Kominfo, 2011b.
Kopertis. Berita media: Lomba penulisan
"Model program pemberdayaan
optimalisasi PLIK" Kominfo tahun
2011 . 13 Oktober 2011.
http://www.kopertis12.or.id/2011/10/13
/lomba-penulisan-model-program-
pemberdayaan-optimalisasi-plik-
kominfo-tahun-2011.html (diakses
Februari 9, 2013).
Kusuma, Hadri, and Dwi Susilowati.
"Determinan pengadopsian layanan
internet banking: Perspektif konsumen
perbankan Daerah Istimewa
Yogyakarta." JAAI 11, no. 2 (Desember
2007): 125-139.
Lombok Sumbawa Online. Media: Menteri
Kominfo belum tahu PLIK di Mataram
tidak berfungsi. 12 Desember 2011.
http://lomboknews.com/2011/12/12/me
nteri-kominfo-belum-tahu-plik-di-
mataram-tidak-berfungsi/ (diakses
Februari 9, 2013).
Lukiastuti, Fitri, and Muliawan Hamdani.
Statistik non parametris: Aplikasinya
dalam bidang ekonomi dan bisnis.
Yogyakarta: CAPS, 2012.
Marthin, Johannes, and Hatane Semuel.
"Analisis tingkat brand loyalty pada
produk shampoo merek Head &
Shoulders." Manajemen Pemasaran 2,
no. 2 (2007): 90-102.
Puslitbang Postel. Studi pemanfaatan
fasilitas USO sebagai penyediaan jasa
akses telekomunikasi dan informatika.
Laporan Penelitian, Jakarta: Puslitbang
Postel Depkominfo, 2010.
Rahadi, Dedi Rianto. "Peranan teknologi
informasi dalam peningkatan pelayanan
di sektor publik." Seminar Nasional
Teknologi 2007 (SNT 2007).
Yogyakarta, 2007. 1-13.
Riduwan. Skala pengukuran variabel-
variabel penelitian. 7th. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Sangadji, Etta Mamang, and Sophia.
Metodologi penelitian: Pendekatan
praktis dalam penelitian. Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2010.
Siregar, Syofian. Statistik parametrik
untuk penelitian kuantitatif: Dilengkapi
dengan perhitungan manual dan
aplikasi SPSS versi 17. Edited by Fandy
Hutari. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280
280
Venkatesh, V, M.G. Morris, F.D. Davis,
and G.B. Davis. "User acceptance of
information technology: Toward a
unified view." MIS Quarterly 27, no. 3
(2003): 425-478.
Wahab, Riva'atul Adaniah. "Analisis akses
dan penggunaan Internet sebagai
evaluasi tingkat literasi Internet
masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara."
JPKOP 16, no. 1 (April 2012): 48-67.
Wahab, Riva'atul Adaniah. "The unified
theory of acceptance and use of
technology: Survei penggunaan paket
Internet handphone di Kota Manado."
JPKOP (BPPKI Manado) 17, no. 1
(April 2013): 73-94.
Widyastuti, Titis. Pengaruh persepsi
kemudahan penggunaan, persepsi
manfaat, dan kepercayaan konsumen
terhadap pengaplikasian layanan
mobile banking (Studi kasus di Kota
Yogyakarta). Skripsi, Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia, 2008.
Yahya, Mornizan, Feridah Nadzar,
Noorman Masrek, and Baharom abd.
Rahman. "Determinants of UTAUT in
measuring user acceptance of e-syariah
portal in syariah court in Malaysia." The
2nd International Research Symposium
in Service Management. Yogyakarta,
2011. 242-250.