Technology Acceptance Model in The Usage of Subdistrict's Internet Service Centre Analysis in...

22
260 TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL DALAM ANALISIS PENGGUNAAN PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL IN THE USAGE OF SUBDISTRICT’S INTERNET SERVICE CENTRE ANALYSIS IN POHUWATO REGENCY OF GORONTALO PROVINCE Riva’atul Adaniah Wahab Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado Jl. Pomorow No. 76 Manado 95125, Sulawesi Utara, Indonesia email : [email protected] (Naskah diterima: 30 Agustus 2013 - Disetujui terbit: 12 November 2013) Abstrak Keberadaan fasilitas Internet melalui program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), se- cara maya, telah dapat memasukkan masyarakat dalam jaringan informasi global. Masyarakat mem- punyai fasilitas untuk dapat mengakses dan memperoleh berbagai informasi dan jejaring yang tak ter- batas melalui komunikasi telepon dan Internet. Operasional fasilitas Internet diharapkan dapat me- menuhi kebutuhan masyarakat secara kontinyu dan dapat berkembang mengikuti kemajuan teknologi. Melalui penelitian deskriptif survei dengan pendekatan kuantitatif ini, diharapkan dapat diketahui pengaruh diantara variabel penelitian perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating conditions, behavioral intention of use, dan actual use terkait dengan penggunaan fasilitas PLIK demi mendorong peningkatan pengguna fasilitas PLIK masyarakat Kabupaten Pohuwato- Provinsi Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating conditions memiliki pengaruh positif dan signifikan pada level sangat kuat terhadap behavioral intention of use penggunaan PLIK. Demikian pula halnya dengan pengaruh behavioral intention of use terhadap actual use dimana memberikan pengaruh positif signifikan yang sangat kuat dalam penggunaan PLIK. Maka intensitas pelatihan penggunaan PLIK, sosialisasi, serta penambahan fasilitas pendukung perlu ditingkatkan. Kata kunci : TAM, PLIK. Abstract The existence of the Internet facility through Subdistrict’s Internet Service Center, virtually, has been able to put people in a global information network . The people have facilities to access and obtain various of information and have unlimited networking over the phone and Internet communications . The operational of Internet facility is expected to fulfill the needs of the people continuously and can develop following the progress of technology. Through a survey descriptive research with quantitative approach , this research is hoped that can be seen the correlation between research variables such as perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating conditions, behavioral intention of use, and actual use associated with the usage of facilities in order to encourage increased the number of PLIK user in the community of Pohuwato Regency-Gorontalo Province. Based on the results of this study, it can be concluded that perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, and facilitating conditions have a positive and significant impact on a very strong level of behavioral intention to use PLIK . Similarly, the effect of behavioral intention of use to the actual use which gives a strong significant and positive impact in the use PLIK . Hence, the intensity of training in the usege of PLIK , socialization , and the addition of support facilities are highly required to be improved . Keywords : TAM, PLIK. PENDAHULUAN

Transcript of Technology Acceptance Model in The Usage of Subdistrict's Internet Service Centre Analysis in...

260

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL DALAM ANALISIS

PENGGUNAAN PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN

DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL IN THE USAGE OF

SUBDISTRICT’S INTERNET SERVICE CENTRE ANALYSIS

IN POHUWATO REGENCY OF GORONTALO PROVINCE

Riva’atul Adaniah Wahab

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado

Jl. Pomorow No. 76 Manado 95125, Sulawesi Utara, Indonesia

email : [email protected]

(Naskah diterima: 30 Agustus 2013 - Disetujui terbit: 12 November 2013)

Abstrak

Keberadaan fasilitas Internet melalui program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), se-

cara maya, telah dapat memasukkan masyarakat dalam jaringan informasi global. Masyarakat mem-

punyai fasilitas untuk dapat mengakses dan memperoleh berbagai informasi dan jejaring yang tak ter-

batas melalui komunikasi telepon dan Internet. Operasional fasilitas Internet diharapkan dapat me-

menuhi kebutuhan masyarakat secara kontinyu dan dapat berkembang mengikuti kemajuan teknologi.

Melalui penelitian deskriptif survei dengan pendekatan kuantitatif ini, diharapkan dapat diketahui

pengaruh diantara variabel penelitian perceived usefulness, perceived ease of use, social influence,

facilitating conditions, behavioral intention of use, dan actual use terkait dengan penggunaan fasilitas

PLIK demi mendorong peningkatan pengguna fasilitas PLIK masyarakat Kabupaten Pohuwato-

Provinsi Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perceived usefulness,

perceived ease of use, social influence, facilitating conditions memiliki pengaruh positif dan

signifikan pada level sangat kuat terhadap behavioral intention of use penggunaan PLIK. Demikian

pula halnya dengan pengaruh behavioral intention of use terhadap actual use dimana memberikan

pengaruh positif signifikan yang sangat kuat dalam penggunaan PLIK. Maka intensitas pelatihan

penggunaan PLIK, sosialisasi, serta penambahan fasilitas pendukung perlu ditingkatkan.

Kata kunci : TAM, PLIK.

Abstract

The existence of the Internet facility through Subdistrict’s Internet Service Center, virtually,

has been able to put people in a global information network . The people have facilities to access and

obtain various of information and have unlimited networking over the phone and Internet

communications . The operational of Internet facility is expected to fulfill the needs of the people

continuously and can develop following the progress of technology. Through a survey descriptive

research with quantitative approach , this research is hoped that can be seen the correlation between

research variables such as perceived usefulness, perceived ease of use, social influence, facilitating

conditions, behavioral intention of use, and actual use associated with the usage of facilities in order

to encourage increased the number of PLIK user in the community of Pohuwato Regency-Gorontalo

Province. Based on the results of this study, it can be concluded that perceived usefulness, perceived

ease of use, social influence, and facilitating conditions have a positive and significant impact on a

very strong level of behavioral intention to use PLIK . Similarly, the effect of behavioral intention of

use to the actual use which gives a strong significant and positive impact in the use PLIK . Hence, the

intensity of training in the usege of PLIK , socialization , and the addition of support facilities are

highly required to be improved .

Keywords : TAM, PLIK.

PENDAHULUAN

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

261

Ekspektasi terhadap rekomendasi

World Summit on The Information Society

(WSIS) yang setidaknya 50% penduduk

dunia tahun 2015 berliterasi informasi kini

terus dikembangkan. Upaya perwujudan

masyarakat informasi (information society)

menjadi fokus utama di setiap program

Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Menurut mantan Sekjen PBB, Koffiannan

pada WSIS tahap kedua yang berlangsung

di Tunisia, tolak ukur tercapainya

masyarakat informasi dapat dilihat dari

akses masyarakat terhadap sumber

informasi atau peralatan yang dapat

mendukung perolehan informasi tersebut

misalnya Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK), baik melalui pelatihan

maupun pendidikan, sehingga mereka

dapat menggunakannya secara efektif

(Departemen Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia 2006, 9-10). Untuk

memenuhi tantangan ini, beberapa prinsip

utama dalam membangun masyarakat

informasi dideklarasikan di antaranya 1)

Peran pemerintah dan semua pemangku

kepentingan dalam mempromosikan TIK

untuk pembangunan, 2) Infrastruktur

informasi dan komunikasi, 3) Akses ke

informasi dan pengetahuan, 4) Pem-

bangunan kemampuan, 5) Lingkungan

yang memberdayakan di tingkat nasional,

dan 6) Media (Departemen Komunikasi

dan Informatika Republik Indonesia 2006,

20-28). Dalam Renstra Kominfo Tahun

2010-2014 disebutkan bahwa pem-

bangunan TIK secara nasional masih

lemah yang antara lain ditandai dengan

rendahnya penggunaan dan tingkat

melek/literasi TIK masyarakat. Menurut

International Telecommunication Union

(ITU) pembangunan TIK tidak hanya

diindikasikan dengan kesiapan

infrastruktur tetapi juga penggunaan TIK

dan tingkat literasi TIK sumber daya

manusianya. Dibandingkan dengan 154

negara-negara lain di dunia, data dari ITU

pada tahun 2007 menempatkan Indonesia

pada rangking 108, dengan tingkat literasi

TIK berada pada urutan 51 pada kategori

Medium Access dan pada urutan 116 dari

178 negara yang diindeks (Kementerian

Komunikasi dan Informatika 2010, 5-13).

Jaringan internet atau lebih dikenal

dengan Internet merupakan salah satu me-

dia akses informasi dan pengetahuan yang

dapat digunakan untuk peningkatan literasi

TIK, khususnya Internet dalam rangka

percepatan terwujudnya Masyarakat

Informasi Indonesia (MII). Internet me-

megang peranan penting untuk mewujud-

kan masyarakat informasi yang tidak

hanya berskala nasional tetapi berskala in-

ternasional yang menjadikannya bagian

dari masyarakat global. Seiring perkem-

bangan informasi dan komunikasi yang

dibarengi dengan perkembangan TIK,

masyarakat informasi menempatkan Inter-

net sebagai suatu “candu” dimana men-

galami ketergantungan terhadapnya. Inter-

net adalah hasil dari dan tentunya ber-

fungsi sebagai, sarana kolaborasi yang

unik dan besar (Departemen Komunikasi

dan Informatika Republik Indonesia 2006,

9-10). Pembentukan Working Group on

Internet Governance (WGIC) sebagai

kelompok kerja (working group) dalam

WSIS yang khusus mendiskusikan isu-isu

tentang pengelolaan/pengendalian Internet

telah menunjukkan pentingnya peranan

Internet dalam membangun masyarakat

informasi. Akses terhadap Internet atau

pelayanan TIK bukan hanya persoalan

menggelar fasilitas, namun juga bagaimana

mendidik masyarakat untuk dapat meng-

gunakan dan terbiasa dengannya. Dengan

demikian harapan untuk dapat memberi

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

262

akses terhadap Internet kepada 50% desa

dalam kurun waktu 10 tahun sejak dige-

larnya KTT WSIS tahap kedua (batas

waktu 2015) dapat terwujud (Departemen

Komunikasi dan Informatika Republik

Indonesia 2006, 10-12). Pengguna Internet

di Indonesia sampai tahun 2010 menurut

United Nations Departement of Economic

and Social Affairs mencapai 30 juta peng-

guna atau sekitar 12,3% dari jumlah pen-

duduk Indonesia tahun 2010 (Wahab,

Analisis akses dan penggunaan Internet

sebagai evaluasi tingkat literasi Internet

masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara

2012, 49). Sedangkan penetrasi Internet

tahun 2011, tercatat hanya mencapai

16,1% (Kementerian Komunikasi dan

Informatika 2011b, 23). Berdasarkan data

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) jumlahnya mencapai 63

juta penduduk di tahun 2012 serta

diproyeksi akan terus meningkat sampai

139 juta di tahun 2015.

Gambar 1. Tingkat penetrasi Internet di Indonesia

(APJII 2013)

Jumlah penetrasi Internet dapat

ditingkatkan dengan menyediakan infra-

struktur yang memungkinkan masyarakat

untuk dapat mengakses Internet. Sebagai

leading sector di bidang komunikasi dan

informatika, Kominfo bertanggung jawab

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ber-

bagai pendidikan, pelatihan, dan bantuan

infrastruktur diberikan pemerintah demi

memperkecil kesenjangan informasi dan

meningkatkan penetrasi TIK. Sebagai con-

toh adalah program Kewajiban Pelayanan

Universal (KPU)/Universal Service Obli-

gation (USO) yang pelaksanaannya di-

dasarkan pada Peraturan Menteri Kominfo

No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 ten-

tang Kewajiban Pelayanan Universal Tele-

komunikasi dengan tujuan mengatasi ket-

ersediaan telekomunikasi perdesaan untuk

ribuan desa di seluruh Indonesia

(Kementerian Komunikasi dan Informatika

2011, 28) dan Peraturan Menteri Komuni-

kasi 48/PER/M.KOMINFO/11/2009 ten-

tang Penyediaan Jasa Akses Internet Ke-

camatan Pada Wilayah Pelayanan Univer-

sal Telekomunikasi Internet Kecamatan,

dalam bentuk antara lain : fasilitas yang

telah dan akan terus dibangun menuju ter-

wujudnya akses dan layanan telepon di

31.824 desa pada tahun 2009, internet di

4.218 kecamatan pada tahun 2010, dan ak-

ses internet di 31.824 desa pada tahun

2013 (Kopertis 2011).

Sebagai bagian dari program

USO/KPU, Kominfo memberikan bantuan

agar masyarakat dapat mengakses infor-

masi menggunakan sarana TIK melalui

program Pusat Layanan Internet Kecama-

tan (PLIK). Bantuan ini berupa pemban-

gunan sarana umum penyediaan akses

Internet di ibukota kecamatan yang men-

jadi bagian dari wilayah USO/KPU. Selain

ruang akses bersama, bantuan juga meli-

puti portal konten-konten yang bermanfaat.

Hingga tahun 2010, total bantuan PLIK

yang didistribusikan mencapai 5.748 titik

di Indonesia (Kementerian Komunikasi

dan Informatika 2011, 29). Keberadaan

fasilitas Internet melalui program Pusat

Layanan Internet Kecamatan, secara maya,

telah dapat memasukkan masyarakat

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

263

dalam jaringan informasi global. Masyara-

kat mempunyai fasilitas untuk dapat men-

gakses dan memperoleh berbagai infor-

masi, data, pengetahuan dan jejaring yang

tak terbatas melalui komunikasi telepon

dan Internet. Operasional fasilitas Internet

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat, berlangsung secara kontinyu

dan dapat berkembang mengikuti kema-

juan teknologi (Kopertis 2011). Namun,

dari sekian banyak bantuan PLIK yang

didistribusikan, ada beberapa diantaranya

yang tidak termanfaatkan secara maksimal.

Data Lombok Sumbawa Online menunjuk-

kan bahwa dari 125 titik PLIK yang terse-

bar di 116 kecamatan di Nusa Tenggara

Barat (NTB), 28% di antaranya aktif, 28%

kurang aktif, dan 44% tidak aktif (Lombok

Sumbawa Online 2011); serta hanya 2 dari

7 lokasi PLIK di Kabupaten Batang Hari,

Provinsi Jambi yang aktif (Dio 2012). Dari

kedua data tersebut dapat diketahui bahwa

rata-rata PLIK yang didistribusikan ke be-

berapa kecamatan yang ada di

kota/kabupaten lebih banyak yang tidak

aktif dibandingkan yang aktif dengan rasio

cukup besar.

Kabupaten Pohuwato merupakan

salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo

yang berbatasan langsung dengan provinsi

lainnya (Sulawesi Tengah). Dengan jarak

yang cukup jauh dari ibukota provinsi,

akses informasi menjadi sesuatu yang

mutlak disediakan agar tidak ada gap

informasi yang biasanya terjadi pada

daerah-daerah perbatasan/jauh dari ibukota

provinsi. Untuk memenuhi akses informasi

tersebut, PLIK yang merupakan bantuan

dari Kementerian Komunikasi dan

Informatika dapat menjadi salah satu

fasilitas yang dapat digunakan. Jumlah

PLIK di Kabupaten Pohuwato sendiri

berjumlah 17 unit, namun satu diantaranya

sudah tidak aktif lagi. Namun, hadirnya

fasilitas TIK modern tidak selamanya

dapat diterima baik oleh masyarakat,

apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa

menggunakan TIK dalam kehidupan

sehari-hari. Berbagai faktor dapat menjadi

pertimbangan dan mempengaruhi

masyarakat untuk menggunakan fasilitas

PLIK untuk memenuhi kebutuhan

informasinya. Menurut Bodnar dan

Hopwood (1995) dalam Rahadi (2007),

penerapan teknologi berbasis komputer

terkait dengan 3 hal yaitu perangkat

keras/hardware, perangkat lunak/software,

dan pengguna/brainware. Pengguna

teknologi adalah manusia yang secara

psikologi memiliki suatu perilaku

(behavior) tertentu yang melekat pada

dirinya dan menjadi penentu setiap orang

menggunakan teknologi. Lebih lanjut dari

sumber yang sama, pendapat ini didukung

oleh Sung (1987) dalam Trisnawati (1998)

yang menyatakan bahwa faktor-faktr

teknis, perilaku, situasi, dan personil

pengguna teknologi perlu dipertimbangkan

sebelum pengimplementasian. Selain itu,

Henry (1986) dalam Trisnawati (1998)

dalam Rahadi (2007) juga mengemukakan

bahwa perilaku pengguna dan personal

sistem diperlukan dalam pengembangan

sistem dan hal ini berkaitan dengan

pemahaman dan cara pandang pengguna

sistem tersebut (Rahadi 2007, 2).

Oleh karena itu, perlu dilakukan

kajian terkait penggunaan fasilitas PLIK,

khususnya faktor yang dapat

mempengaruhi penggunaanya, sebagai

evaluasi implementasi program PLIK

karena persepsi individu yang terlibat

dalam implementasi sistem atau teknologi

akan berpengaruh terhadap akhir suatu

sistem atau teknologi, apakah sistem atau

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

264

teknolgi tersebut berhasil atau tidak, dapat

diterima atau tidak, bermanfaat atau tidak

jika diterapkan (Rahadi 2007, 2).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

penelitian, dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Adakah pengaruh positif dan signifikan

antara perceived usefulness dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK?

2. Adakah pengaruh positif dan signifikan

antara perceived ease of use dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK?

3. Adakah pengaruh positif dan signifikan

antara social influence dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK?

4. Adakah pengaruh positif dan signifikan

antara facilitating conditions dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK?

5. Adakah pengaruh positif dan signifikan

antara behavioral intention of use

dengan actual use penggunaan PLIK?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu

mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi masyarakat untuk

menggunakan PLIK yaitu:

1. Mengetahui pengaruh antara perceived

usefulness dengan behavioral intention

of use penggunaan PLIK.

2. Mengetahui pengaruh dan antara

perceived ease of use dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK.

3. Mengetahui pengaruh antara social

influence dengan behavioral intention

of use penggunaan PLIK.

4. Mengetahui pengaruh signifikan antara

facilitating conditions dengan

behavioral intention of use penggunaan

PLIK.

5. Mengetahui pengaruh signifikan antara

behavioral intention of use dengan

actual use penggunaan PLIK.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat

menjadi bahan evaluasi bagi Balai

Penyedia dan Pengelola Pembiayaan

Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI)

sebagai mediator program fasilitas PLIK

dari Kementerian Komunikasi dan

Informatika agar distribusi bantuan tidak

hanya melihat bagaimana program tersebut

dapat dilaksanakan namun juga perlu

adanya pendampingan dan pengawasan

dalam bentuk evaluasi demi tercapainya

tujuan pemberian fasilitas yang diharapkan

dan perbaikan implementasi program

lainnya.

LANDASAN TEORI

Pusat Layanan Internet Kecamatan

(PLIK)

PLIK adalah salah satu program

BP3TI yang bertujuan meningkatkan

keterjangkauan masyarakat terhadap tele-

komunikasi dan pemerataan akses

teknologi informasi. Program PLIK

dilaksanakan di 32 provinsi di Indonesia.

Program ini berusaha menyediakan akses

Internet kepada kecamatan-kecamatan

yang masih belum mendapat akses Internet

untuk memiliki jaringan Internet yang

dapat dimanfaatkan warga maupun aparat

di kecamatan dan desa. Satu fasiltas PLIK

terdiri dari 1 server, 5 client, 1 printer

multifungsi dengan downlink 256 kbps dan

uplink 128 kbps.

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

265

Sampai dengan semester I tahun

2010, pelaksanaan program PLIK telah

dilakukan di 5.748 titik di seluruh Indone-

sia. Dari sebaran lokasinya, pelaksanaan

program PLIK paling banyak dilakukan di

Jawa Timur sebanyak 538 lokasi, diikuti

Jawa tengah dan Jawa Barat masing-

masing 478 lokasi dan 448. Lokasi di luar

pulau Jawa yang terbanyak program PLIK

adalah di Sumatera Utara sebanyak 337

lokasi, NAD sebanyak 260 lokasi, dan Su-

lawesi Selatan 224 lokasi. Pelaksanaan

program PLIK di Provinsi Nusa Tenggara

Timur juga cukup banyak yaitu di 213

lokasi seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah PLIK dan proporsinya terhadap total kecamatan di tiap provinsi sampai Juni 2010

(Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2010, 271)

Proporsi PLIK dapat mencapai

88,8% jika dihitung dari total kecamatan

yang ada di Indonesia. Di beberapa titik,

dalam satu kecamatan terdapat dua PLIK.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah PLIK

yang lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah kecamatannya seperti di Provinsi

Sumatera Barat, Banten, Yogyakarta, Bali,

dan lainnya di kawasan barat, tengah,

maupun timur Indonesia. Lain halnya yang

terjadi di Irian Jaya Barat dan Maluku

Utara dimana jumlah PLIK jauh lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah kecamatan

yang ada dimana jika diprosentasekan

masing-masing hanya mencapai 28% dan

67,3%. Bahkan di Jawa, proporsi jumlah

PLIK baru mencapai 85,5% dari jumlah

kecamatan yang ada. Hal ini diduga

banyak kecamatan yang sudah terakses

Internet sehingga tidak memerlukan lagi

program PLIK (Direktorat Jenderal Pos

dan Telekomunikasi 2010, 272).

Prosentase sebaran PLIK menurut pulau

dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

266

Gambar 2. Proporsi jumlah PLIK terhadap total

kecamatan menurut pulau sampai 30 Juni 2010

(Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2010,

272)

Berdasarkan data awal dari BP3TI,

Kabupaten Pohuwato mendapatkan

distribusi 20 PLIK. Namun, berdasarkan

pengumpulan data lapangan, diketahui

hanya terdapat 17 titik PLIK di daerah

tersebut, terdiri dari 16 PLIK aktif dan 1

PLIK tidak aktif. Perbedaan jumlah

tersebut dikarenakan beberapa PLIK sudah

tidak berada di lokasi yang ada dalam data

awal, baik yang diketahui maupun tidak

diketahui lokasi pemindahannya,

diserahkan kembali ke pihak Telkom,

hanya sempat dibuka beberapa hari, dan

adapula yang belum dipasang sejak awal

diserahkan.

Technology Acceptance Model (TAM)

Sejak munculnya Theory of Reason

Action (TRA) oleh Ajzen tahun 1980,

beberapa model pengukuran perilaku

pengguna terhadap teknologi atau sistem

terus mengalami pertumbuhan. TRA yang

menjadi cikal bakal model pengukuran

lainnya kemudian dikembangkan dan

dimodifikasi dan memunculkan Theory of

Planned Behavior/TPB oleh Ajzen 1988,

Social Cognitive Theory oleh Compeau

dan Higgins 1999, Task-Technology

Fit/TTF oleh Goodhue and Thompson

tahun 1995, Technology Acceptance

Model/TAM oleh Davis tahun 1989, dan

Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology/UTAUT oleh Venkatesh tahun

2003 (Widyastuti 2008, 33-41).

Diantara teori atau model

pengukuran perilaku pengguna tersebut,

TAM yang merupakan salah satu model

untuk memprediksi penerimaan pengguna

adalah yang paling banyak digunakan oleh

peneliti untuk menerangkan penerimaan

pengguna terhadap berbagai macam

sistem. Behavioral intention/BI individual

sebagai pengguna sistem atau teknologi

baru dipengaruhi 2 kepercayaan yaitu

perceive usefulness/PU dan perceive ease

of use/PEOU (Yahya, et al. 2011, 243).

Dalam teori ini, kemudahan dan

kemanfaatan merupakan faktor yang dapat

memebrikan pengaruh besar dalam

keputusan individu untuk menerima dan

menggunakan teknologi atau sistem.

Menurut Davis (1989), PU didefinisikan

sebagai tingkat keyakinan individu bahwa

penggunaan teknologi atau sistem tertentu

akan meningkatkan kinerjanya, termasuk

kaitannya dengan produktivitas, kinerja

tugas, dan efektivitas. Sedangkan PEOU

didefinisikan sebagai tingkat dimana

seseorang meyakini bahwa penggunan

teknologi atau sistem merupakan hal yang

mudah dan tidak memerlukan usaha keras

dari pemakainya. Kemanfaatan dan

kemudahan penggunaan akan mendorong

munculnya keinginan untuk menggunakan

teknologi atau sistem yang kemudian dapat

menjadi perilaku penggunaan secara nyata

(Widyastuti 2008, 38-39). Dalam

perkembangannya, external variable

ditambahkan ke dalam konstruk dimana

sebagian besar merupakan variabel

eksogen yang akan mempengaruhi

penggunaan teknologi melalui variabel PU

dan PEOU (Harmadi dan Hermana 2005,

40).

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

267

Gambar 3. Konstruksi model TAM (Kusuma dan Susilowati 2007, 127)

Social Influence dan Facilitating

Conditions

Selain variabel dalam konstruksi

model TAM secara umum, penelitian ini

juga melibatkan dua variabel eksternal

yaitu pengaruh sosial/social influence (SI)

dan memfasilitasi kondisi/facilitating

conditions (FC) yang dianggap memiliki

pengaruh terhadap variabel yang diteliti.

Pengaruh sosial (social influence) dide-

finisikan sebagai tingkat dimana individu

merasa bahwa orang-orang yang penting

baginya percaya sebaiknya dia mengguna-

kan sistem baru (Venkatesh, et al. 2003,

451). Konsep yang menangkap pengaruh

sosial sebagai penentu langsung dari niat

perilaku adalah bagian dari TRA, TAM2,

TPB / DTPB, C-TAM-TPB, MPCU, dan

IDT. Sedangkan memfasilitasi kondisi (fa-

cilitating conditions) didefinisikan sebagai

tingkat kepercayaan seorang individu ter-

hadap ketersediaan infrastruktur teknik dan

organisasional ada untuk mendukung

penggunaan system (Venkatesh, et al.

2003, 453). Sehubungan dengan definisi

ini, model yang menggunakan gagasan

memfasilitasi kondisi antara lain: kontrol

perilaku yang dirasakan (TPB / DTPB, C-

TAM-TPB), memfasilitasi kondisi

(MPCU), dan kompatibilitas (IDT).

Penggunaan model pengukuran

perilaku pengguna terhadap teknologi telah

diterapkan dalam berbagai penelitian.

Beberapa di antaranya:

1. Rahadi di tahun 2007 melakukan

analisis proses adopsi teknologi

informasi oleh Pemerintah Kota

Palembang dalam memberikan

pelayanan kepada sektor publik dengan

menggunakan TAM. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemudahan

penggunaan dan manfaat yang

dirasakan tidak berpengaruh terhadap

penerimaan TI. Akan tetapi, kemudahan

penggunaan ternyata berpengaruh

terhadap manfaat yang dirasakan

(Rahadi 2007, 1).

2. Titis Widyastuti pada tahun 2008 mela-

kukan penelitian tentang pengaplikasian

mobile banking dengan menggunakan

pendekatan TAM. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa perilaku adopsi

teknologi dipengaruhi oleh tujuan

penggunaan yang dipengaruhi oleh per-

sepsi manfaat dan persepsi kemudahan

penggunaan sistem (Widyastuti 2008,

19).

3. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Penyelenggaraan Pos dan Informatika

(Puslitbang PPI) Kementerian

Komunikasi dan Informatika RI

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

268

melakukan penelitian tentang

pemanfaatan fasilitas USO sebagai

penyedia jasa akses telekomunikasi dan

informatika dengan pendekatan

UTAUT. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa harapan kinerja, harapan usaha,

dan pengaruh lingkungan

sosial/masyarakat berpengaruh terhadap

niat membiasakan diri untuk

menggunakan sistem, demikian pula

kondisi yang mendukung penggunaan

sistem dan niat membiasakan diri untuk

menggunakan juga berpengaruh

terhadap kebiasaan untuk menggunakan

sistem (Puslitbang Postel 2010, 103-

104).

Penggunaan model TAM dalam

penelitian ini karena model pengukuran ini

merupakan yang paling berpengaruh dan

kuat dalam menjelaskan perilaku adopsi

teknologi informasi maupun sistem

informasi.

Kerangka Berpikir

Kehadiran fasilitas PLIK sebagai

media akses informasi perlu dikaji

penerimaannya sehingga dapat

dimanfaatkan sesuai dengan harapan

pemerintah maupun masyarakat. Dengan

mengadopsi model akhir pengembangan

TAM, penelitian ini akan dilakukan

berdasarkan konstruksi model sebagai

berikut:

Gambar 4. Kerangka pikir penelitian

Penelitian akan difokuskan kepada

6 variabel (Gambar 4). Empat variabel

akan berpengaruh terhadap BIOU yang

kemudian akan berdampak pada AU.

Variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Perceived Usefulness (PO)

didefinisikan sebagai tingkat dimana

individu percaya bahwa penggunaan

fasilitas PLIK dapat meningkatkan

kinerja, produktivitas, dan prestasi

kerjanya, termasuk memberikan

kemudahan dalam penyelesaian

pekerjaan.

2. Perceived Ease of Use (PEOU)

didefinisikan sebagai tingkat dimana

individu percaya bahwa fasilitas PLIK

mudah digunakan sehingga usaha (baik

waktu maupun tenaga) dapat

diminimalisir.

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

269

3. Social Influence (SI) didefiniskan

sebagai adanya pengaruh dari orang-

orang yang berada di sekitar individu

yang mendorongnya untuk

menggunakan fasilitas PLIK.

4. Facilitating Conditions (FC)

didefinisikan sebagai tingkat dimana

individu terdorong menggunakan

fasilitas PLIK karena ketersediaan

infrastruktur dan organisasi yang

mendukung penggunaannya.

5. Behavioral Intention of Use (BIOU)

didefinisikan sebagai munculnya

keinginan individu untuk menggunakan

fasilitas PLIK.

6. Actual Use (AU) didefiniskan sebagai

perilaku nyata penggunaan fasilitas

PLIK oleh individu.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir

penelitian, dapat dirumuskan beberapa

hipotesis dalam penelitian

H1 : Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara perceived

usefulness dengan behavioral

intention of use penggunaan

PLIK.

H2 : Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara perceived ease

of use dengan behavioral

intention of use penggunaan

PLIK.

H3 : Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara social influence

dengan behavioral intention of

use penggunaan PLIK.

H4 : Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara facilitating

conditions dengan behavioral

intention of use penggunaan

PLIK.

H5 : Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara behavioral

intention of use dengan actual use

penggunaan PLIK.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian dapat dilihat

menurut teknik sampling, timbulnya

variabel, model pengembangan atau

pertumbuhan, dan menurut rancangan

penelitian (Arikunto 2002, 75). Penelitian

yang dilakukan adalah penelitian deskriptif

survei dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah

masyarakat di Kabupaten Pohuwato yang

berusia ≥ 7 tahun dengan pertimbangan

anak pada usia tersebut dianggap mampu

memahami dan menjawab pertanyaan

penelitian. Sedangkan sampel penelitian

adalah masyarakat yang pernah

menggunakan fasilitas PLIK.

Teknik Penarikan Sampel

Sampel dipilih menggunakan metode

purposive sampling sedangkan penentuan

jumlah sampel menggunakan metode sam-

pling quota. Sebaran responden yang

ditentukan untuk masing-masing titik

adalah 4 orang.

Teknik Pengumpulan Data

a. Studi dokumentasi, penelitian kepusta-

kaan (library research), di mana

peneliti mencari dan menemukan ba-

han/informasi yang berkaitan dengan

penelitian melalui dokumen-dokumen

yang diperoleh baik dari lokasi peneli-

tian maupun dari media online (inter-

net) dalam bentuk buku-buku yang

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

270

relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, jurnal, isi media massa, dan

data relevan lainnya (Riduwan 2010,

31). Data yang sifatnya operasional dan

diperoleh dari pihak lain merupakan

data penunjang yang mungkin didapat

dari instansi-instansi terkait.

b. Penelitian lapangan (field research).

Penelitian ini dilakukan dengan meng-

gunakan metode angket (quetionnaire).

Angket (quetionnaire) yaitu serang-

kaian daftar pertanyaan yang disusun

secara sistematis untuk diisi oleh re-

sponden (Bungin 2009, 123). Angket

dalam penelitian ini merupakan angket

tertutup. Berdasarkan jumlah titik PLIK

yang aktif maka jumlah angket yang

disebarkan adalah sebanyak 64 angket.

c. Observasi (observation), data observasi

merupakan deskripsi yang faktual, cer-

mat dan terinci mengenai keadaan la-

pangan, kegiatan lapangan, kegiatan in-

teraksi manusia, situasi sosial dan kon-

teks kegiatan–kegiatan lainnya

(Sangadji dan Sophia 2010, 11).

Teknik Analisis Data

Pertanyaan dalam angket

menggunakan skala Likert yang biasanya

digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian. Variabel

dalam skala ini dijabarkan sampai menjadi

indikator-indikator terukur (Riduwan

2010, 12). Jawaban responden dijabarkan

dalam pernyataan positif “Sangat Setuju

(SS)” dengan skor 4, “Setuju (S)” dengan

skor 3, “Tidak Setuju (TS)” dengan skor 2,

dan “Sangat Tidak Setuju (STS)” dengan

skor 1.

Sebelum data dianalisis, perlu untuk

melakukan uji validitas dan reliabilitas

instrumen yang digunakan dengan

menggunakan alat bantu analisis SPSS 17,

dimana dalam penelitian ini instrumen

berupa angket. Validitas menunjukkan

sejauh mana alat ukur yang digunakan

dapat mengukur apa yang ingin diukur.

Menurut Kenneth Bailey, validitas

memiliki tiga jenis utama yaitu face

validity (dianggapa sama dengan content

validity), criterion validity, dan construct

validity. Namun dari ketiga jenis validitas

tersebut, menurut Jack R. Fraenkel,

construct validity merupakan yang terluas

cakupannya dibandingkan dengan validasi

lainnya, karena melibatkan banyak

prosedur termasuk content validity dan

criterion validity. Konstruk adalah

kerangka dari suatu konsep dan construct

validity atau validasi konstruk adalah

validitas yang berkaitan dengan

kesanggupan suatu alat ukur dalam

mengukur pengertian suatu konsep yang

diukurnya (Siregar 2013, 75-77). Dalam

penelitian ini, uji validitas konstruk

menggunakan Uji Koefisien Korelasi Rank

Spearman (Spearman Rank Correlation

Coefficient). Uji korelasi ini biasanya

digunakan untuk menentukan nilai korelasi

antara variabel bebas (PU, PEOU, SI, FC)

dan variabel terikat (BIOU, AU) untuk

beberapa hal yang tidak dapat diukur

secara deterministis semisal motivasi,

kondisi moral, maupun tingkat preferensi

terhadap suatu hal serta dapat diterapkan

untuk variabel yang mengandung unsur

pemeringkatan (Lukiastuti dan Hamdani

2012, 318). Butir pertanyaan dikatakan

valid apabila koefisien korelasi item

terhadap total (r) > r tabel (Marthin dan

Semuel 2007, 95).

Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat konsisten dalam mendapatkan data

penelitian, baik pada waktu sekarang

maupun yang akan datang. Uji reliabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

271

adalah Cronbach’s Alpha. Teknik uji

Alpha Cronbach dapat digunakan untuk

mengukur sikap atau perilaku yang

jawabannya berbentuk skala seperti 1-3, 1-

5, atau 1-7 yang menginterpretasikan sikap

responden. Pada teknik ini, instrumen

dikatakan reliabel bila koefisiennya lebih

dari 0,6. (Siregar 2013, 89-90).

Analisis data dilakukan setelah

proses coding dan enter data terhadap isian

angket yang disebarkan kepada responden.

Identitas responden dan penggunaan

fasilitas PLIK akan dianalisis dengan

statistik deskriptif sedangkan analisis

lanjut untuk variabel penelitian dilakukan

dengan statistik inferensial. Statistik infer-

ensial dilakukan untuk menguji hipotesis

terkait hubungan atau korelasi antarvaria-

bel penelitian. Hasil pengukuran korelasi

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria korelasi

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Hasil uji validitas terhadap kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat melalui Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji validitas

Hasil pengujian menunjukkan

bahwa pertanyaan dalam instrumen valid

digunakan untuk menganalisis penggunaan

PLIK masyarakat berdasarkan model TAM

pada tingkat signifikansi 0,01 (r tabel =

0,330). Jadi dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan dalam instrumen memiliki

kesesuaian antara satu dengan yang

lainnya dan antara satu pertanyaan dengan

keseluruhan pertanyaan dalam instrumen

penelitian sehingga valid digunakan untuk

mengukur variabel penelitian. Adapaun

hasil uji reliabilitas instrumen adalah

sebagai berikut:

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

272

Tabel 4. Hasil uji reliabilitas

Hasil pengujian reliabilitas variabel

penelitian memberikan nilai > 0,6. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa instrumen

penelitian reliabel artinya dapat dipercaya

untuk digunakan mengukur penggunaan

fasilitas PLIK dalam beberapa kali

pengukuran baik saat ini maupun di masa

yang akan datang karena dapat

memberikan jawaban yang stabil atau

konsisten.

Penggunaan Fasilitas PLIK

Berdasarkan titik distribusi PLIK

yang ditemukan, diperoleh data bahwa

jumlah fasilitas PLIK di Kabupaten Pohu-

wato adalah sebanyak 17 titik dimana 1

titik tidak aktif. Dengan demikian jumlah

responden yang disurvei hanya dari 16 titik

yaitu 64 orang. Distribusi identitas

responden dapat dilihat melalui Tabel 5 di

bawah ini:

Tabel 5. Identitas responden

Hasil penelitian menunjukkan

bahawa dominan responden yang dalam

penelitian ini adalah pengguna PLIK

berada pada rentang usia 12-16 tahun. Usia

13-22 tahun merupakan rentang usia

remaja awal sampai remaja akhir dimana

menurut Hurlock (1978) perkembangan

sosial menjadi cirinya. Sosialisasi melalui

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

273

komunikasi sebagai kebutuhan dasar

manusia dalam hakikatnya sebagai

makhluk sosial dapat dipenuhi melalui

penggunaan media komunikasi seperti

Internet.

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa

dominan responden adalah

pelajar/mahasiswa. Lebih lanjut, hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa

dominan responden berpendidikan terakhir

SMA sederajat (31 orang). Dari hasil

tersebut dapat dilihat bahwa responden

yang berada pada level pendidikan

menengah (SMP sampai SMA) memiliki

ketertarikan penggunaan Internet yang

lebih tinggi dibandingkan dengan

responden pada level pendidikan yang

lebih tinggi (D1 sampai S1). Adapun

frekuensi penggunaan fasilitas PLIK oleh

responden dalam sebulan dapat dilihat

melalui Grafik 1.

Grafik 1. Frekuensi penggunaan fasilitas PLIK

dalam sebulan

Data pada Grafik 1 menunjukkan

bahwa dominan responden menggunakan

fasilitas PLIK hanya 1-3 kali dalam

sebulan. Hal ini disebabkan beberapa

responden telah memiliki media akses lain

seperti tablet, handphone, atau fixed line

via modem di rumah. Berdasarkan hasil

penelitian, diperoleh data bahwa

33responden atau 51,6% dari total

responden memiliki akses Internet di

rumah baik dalam bentuk handphone,

komputer via modem, maupun tablet

dengan distribusi kepemilikan media

tersebut sebagai berikut:

Grafik 2. Media akses Internet di rumah

Grafik 2 tersebut menunjukkan

bahwa dominan responden memiliki

handphone sebagai media akses Internet di

rumah yaitu sebanyak 29 orang atau 45,3%

dari total responden. Handphone saat ini

telah menjadi salah satu media akses yang

banyak digemari masyarakat. Fleksibilitas

penggunaan (dimana saja dan kapan saja

selama kondisi menmungkinkan) menjadi

daya tarik media ini. Kondisi ini kemudian

mendorong operator seluler meluncurkan

produk-produk layanan Internet yang dapat

diakses melalui handphone yang lebih

dikenal dengan paket Internet handphone.

Kemudahan akses Internet melalui media

ini juga mendorong masyarakat untuk

mengadopsi teknologi ini (Wahab, The

unified theory of acceptance and use of

technology: Survei penggunaan paket

Internet handphone di Kota Manado 2013,

91). Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa fasilitas PLIK masih menarik dan

dijadikan alternatif media untuk

mengakses Internet. Hal tersebut

dibuktikan dengan masih banyaknya

responden (lebih dari 50%) yang

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

274

menggunakan fasilitas Internet meski

dengan frekuensi yang rendah (lihat Grafik

1) walaupun mereka dapat mengaksesnya

di rumah dengan media yang dimiliki.

Selain di rumah dengan menggunakan

media yang dimiliki dan di lokasi PLIK ,

responden biasanya juga mengunjungi

lokasi yang menyediakan akses Internet

seperti pada Grafik 3. di bawah ini.

Grafik 3. Lokasi akses Internet selain di lokasi PLIK

Grafik 3 menunjukkan bahwa

dominan responden mengunjungi warung

Internet (warnet) sebagai alternatif untuk

dapat mengakses Internet meskipun harus

mengeluarkan biaya. Warnet, yang muncul

perdana sekitar tahun 1995, dapat

dikatakan sebagai ujung tombak

pengenalan Internet ke masyarakat yang

berada dalam kondisi ekonomi lemah

sehingga belum mampu menyediakan

fasilitas Internet sendiri, termasuk

pengadaan komputer. Masyarakat dapat

mengunjungi warnet yang membebankan

biaya pengguna sesuai dengan kemampuan

finansial mereka.

Grafik 4. Sumber informasi fasilitas PLIK

Melalui Grafik 4. dapat dilihat

bahwa dominan responden memperoleh

informasi dari teman/tetangga yaitu

sebanyak 40 orang atau 62,5% dari total

responden. Hasil ini menunjukkan bahwa

meskipun relasi secara artifisial atau maya

mengancam eksistensi relasi sosial secara

alamiah atau tradisional, namun relasi

sosial tradisional masih tetap menjadi

unggulan sebagai cara tercepat dalam

penyebaran informasi (Aryani 2008, 72).

Adapun aktifitas yang biasa dilakukan

ketika menggunakan fasilitas PLIK adalah:

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

275

Grafik 5. Aktivitas penggunaan fasilitas PLIK

Data pada Grafik 5 menunjukkan

bahwa tiga aktivitas yang dominan

dilakukan responden dengan menggunakan

fasilitas PLIK adalah jejaring sosial (30

responden), aktivitas belajar (28

responden), dan email (25 responden).

Faktor yang Berpengaruh Dalam

Penggunaan PLIK

Berdasarkan kerangka pikir, dalam

penelitian telah ditetapkan 5 faktor sebagai

variabel yang diukur yaitu perceived

usefulness, perceived ease of use, social

influence facilitating conditions,

behavioral intention of use, dan actual use.

Adapun hasil penelitian yang

menunjukkan hubungan faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Pengujian hipotesis variabel terhadap behavioral intention of use

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

276

Hasil pengujian variabel perceived

usefulness, perceived ease of use, social

influence facilitating conditions terhadap

behavioral intention of use menunjukkan

bahwa korelasi variabel tersebut terhadap

behavioral intention adalah signifikan

pada level 0,01 (1%) ke arah positif.

Artinya perubahan yang dialami pada

variabel perceived usefulness, perceived

ease of use, social influence facilitating

conditions berpengaruh dan akan diikuti

secara positif oleh behavioral intention of

use.

Tabel 7. Pengujian hipotesis variabel terhadap actual use

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil pengujian variabel behavioral

intention of use terhadap actual use adalah

sebesar 0,863 dengan arah positif pada

level signifikan 0,01 (1%). Data tersebut

menunjukkan bahwa perubahan yang

dialami pada variabel behavioral intention

of use akan berpengaruh secara positif

terhadap perubahan actual use. Dengan

demikian, hasil pengujian hipotesis

penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Tabel 8. Hasil uji korelasi dan hipotesis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

semua hipotesis diterima dengan nilai

korelasi pada kriteria sangat kuat/sangat

tinggi. Hasil ini bertolak belakang dengan

hasil penelitian Rahadi (2007) yang

menemukan bahwa adopsi teknologi

informasi dalam pelayanan kepada sektor

publik (behavioral intention of use) tidak

dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan

(perceived ease of use) dan manfaat yang

dirasakan (perceived usefulness). Namun,

hasil penelitian yang diperoleh sejalan

dengan hasil penelitian Widyastuti (2008)

pada aplikasi mobile banking dimana

persepsi manfaat (perceived usefulness)

dan persepsi kemudahan (perceived ease of

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

277

use) berpengaruh terhadap penggunaan

sistem. Adapun hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa pengaruh sosial

(social influence) dan kondisi yang

mendukung (facilitating conditions)

memiliki pengaruh positif terhadap

penggunaan PLIK sejalan dengan hasil

penelitian Puslitbang PPI (2010) terkait

pemanfaatan fasilitas USO.

Sebagai salah satu tujuan

diluncurkannya program PLIK, persepsi

kemanfaatan yang dirasakan masyarakat

merupakan sesuatu yang diharapkan oleh

pemerintah. Karena salah satu tolak ukur

keberhasilan program pemerintah adalah

tercapainya tujuan program tersebut.

Diharapkan dengan persepsi tersebut,

masyarakat dapat secara kontinue

menggunakan PLIK dalam mendorong

peningkatan produktivitasnya. Di sisi yang

sama, kemudahan penggunaan menjadi

faktor pendorong yang kuat dalam

penggunaan fasilitas PLIK. Dengan

kemudahan yang diberikan, dapat

mengurangi usaha baik waktu dan tenaga

seseorang dalam penggunaan fasilitas

PLIK. Dengan demikian pengguna dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih

mudah. Menurut Godwin (1987), Silver

(1988), dalam Adam, et al (1992),

intensitas penggunaan dan interaksi antara

pengguna dengan sistem dapat

menunjukkan kemudahan penggunaan.

Sistem yang lebih sering digunakan

menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih

dikenal, lebih mudah dioperasikan, dan

lebih mudah digunakan oleh penggunanya

(Rahadi 2007, 10). Kemanfaatan dan

kemudahan yang dirasakan masyarakat

dalam penggunaan PLIK menjadi kekuatan

tersendiri bagi keberadaan dan kesuksesan

program PLIK.

Sejalan dengan upaya peningkatan

pengguna PLIK, sosialisasi program

menjadi salah satu faktor pendukung.

Sosialisasi dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai media komunikasi

yang memungkinkan. Relasi tradisional

seperti interaksi masyarakat dalam

keseharian dapat menjadi salah satu media

tercepat dalam penyebaran informasi

PLIK. Dengan intensitas interaksi yang

tinggi, peluang perluasan pengenalan dan

pengaruh untuk menggunakan fasilitas

PLIK dapat semakin tinggi. Namun

demikian, media lainnya seperti cetak dan

elektronik juga dapat dimanfaatkan baik

berskala lokal maupun nasional. Selain

media, fasilitas tambahan yang biasanya

ditujukan untuk memudahkan penggunaan

dan memberi kenyamanan bagi pengguna

PLIK seperti penataan ruangan atau

fasilitas dalam ruangan, termasuk

penentuan lokasi dan papan petunjuk

PLIK, juga dapat mendorong keinginan

masyarakat untuk menggunakan fasilitas

PLIK. Meski terlihat sederhana, namun

jika upaya penyediaan fasilitas tambahan

dimaksimalkan, peluang peningkatan

pengguna PLIK dapat terwujud. Pada

akhirnya, penggunaan nyata PLIK oleh

masyarakat dapat ditimbulkan dari kesan

atau persepsi dan keinginan yang muncul

dalam masyarakat sebelum mereka secara

nyata menggunakan fasilitas tersebut.

Penggunaan PLIK sebagai bentuk

partisipasi masyarakat dalam program ini

perlu menjadi fokus Kementerian

Komunikasi dan Informatika demi

mencapai tujuan dan menjaga

keberlangsungan program PLIK yang

merupakan salah satu upaya mewujudkan

Masyarakat Informasi Indonesia di tahun

2015.

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

278

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa perceived usefulness,

perceived ease of use, social influence

facilitating conditions memiliki pengaruh

positif dan signifikan pada level sangat

kuat terhadap behavioral intention of use

penggunaan PLIK. Demikian pula halnya

dengan pengaruh behavioral intention of

use terhadap actual use dimana

memberikan pengaruh positif signifikan

yang sangat kuat dalam penggunaan PLIK.

Terdapat hasil penelitian terdahulu yang

bertolak belakang dengan hasil penelitian

yang diperoleh, namun adapula yang

sejalan atau memperkuat hasil penelitian

terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa behavioral intention of use

dipengaruhi oleh perceived ease of use dan

perceived usefulness dimana bertolak

belakang dengan hasil penelitian Rahadi

(2007) yang menemukan bahwa adopsi

teknologi informasi dalam pelayanan

kepada sektor publik (behavioral intention

of use) tidak dipengaruhi oleh kemudahan

penggunaan (perceived ease of use) dan

manfaat yang dirasakan (perceived

usefulness). Namun, hasil penelitian yang

diperoleh sejalan dengan hasil penelitian

Widyastuti (2008) pada aplikasi mobile

banking dimana persepsi manfaat

(perceived usefulness) dan persepsi

kemudahan (perceived ease of use)

berpengaruh terhadap penggunaan sistem.

Adapun hasil penelitian ini yang

menunjukkan bahwa pengaruh sosial

(social influence) dan kondisi yang

mendukung (facilitating conditions)

memiliki pengaruh positif terhadap

penggunaan PLIK sejalan dengan hasil

penelitian Puslitbang PPI (2010) terkait

pemanfaatan fasilitas USO.

Rekomendasi

Melihat hasil penelitian yang

diperoleh terkait pengaruh beberapa faktor

dalam penggunaan PLIK, maka dapat

direkomendasikan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Perlunya peningkatan intensitas

pelatihan kepada masyarakat terkait

penggunaan PLIK sehingga masyarakat

dapat dengan mudah menggunakan

fasilitas tersebut yang dapat mendorong

pemanfaatan lebih lanjut.

2. Sosialisasi perlu ditingkatkan baik

melalui relasi tradisional

(antarmasyarakat) maupun dengan

memanfaatkan TIK lainnya (televisi,

radio, dan media elektronik lainnya).

3. Perlunya penambahan fasilitas

pendukung yang dapat mendukung

penggunaan fasilitas PLIK oleh

masyarakat seperti papan informasi,

fasilitas ruangan, termasuk penentuan

lokasi yang strategis dalam penempatan

fasilitas PLIK.

DAFTAR PUSTAKA

APJII. "Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia." Statistik: Indonesia

internet users. 2013.

http://www.apjii.or.id/v2/index.php/rea

d/page/halaman-data/9/statistik.html#

(accessed September 2013, 1).

Arikunto, S. Prosedur penelitian: Suatu

pendekatan praktek. Revisi V. Jakarta:

Rineke Cipta, 2002.

Aryani, Kandi. "Penerimaan remaja

terhadap wacana pornografi dalam

situs-situs seks di media online." Jurnal

Penelitian Dinas Sosial 7, no. 2

(Agustus 2008): 71-78.

Bungin, Burhan. Metodologi penelitian

kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan

kebijakan publik, serta ilmu-ilmu sosial

Technology Acceptance Model Dalam Analisis Penggunaan Pusat Layanan Internet Kecamatan

di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Riva’atul Adaniah Wahab

279

lainnya. 1. Vol. 4. Jakarta: Kencana,

2009.

Departemen Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia. Dokumen hasil

sidang tingkat tinggi dunia mengenai

masyarakat informasi. Edited by

Moedjiono, Arnold Ph. Djiwatampu, F.

B. Moerwanto, Sylvia D. Tulung and

Shinta L. Djiwatampu. Translated by

Moedjiono, Arnold Ph. Djiwatampu, F.

B. Moerwanto, Sylvia D. Tulung and

Shinta L. Djiwatampu. Jakarta:

Departemen Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia, 2006.

Dio. Sekda Batang Hari buka resmi

sosialisasi PLIK. Agustus 13, 2012.

http://informasi-

ngadiyo.blogspot.com/2012/08/sekda-

batang-hari-buka-resmi.html (accessed

Februari 9, 2013).

Direktorat Jenderal Pos dan

Telekomunikasi. Bab 10: Bidang Unit

Pelaksana Teknis (UPT) pos dan

telekomunikasi . Jakarta: Kementerian

Komunikasi dan Informatika, 2010.

Harmadi, Ashur, and Budi Hermana.

"Analisis karakteristik individu dan

perilaku pengguna internet banking:

Reliabilitas dan validitas instrumen

pengukuran." Seminar Nasional

Aplikasi Teknologi Informasi 2005

(SNATI 2005). Yogyakarta, 2005. 39-

44.

Hurlock, Elizabeth B. Child psychology. 6.

New York: Mc-Graw Hill, 1978.

Kementerian Komunikasi dan Informatika

. Rencana strategis Kementerian

Komunikasi dan Informatika 2010-

2014. Jakarta: Kementerian Komunikasi

dan Informatika, 2010.

Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Buku putih 2011. Jakarta: Puslitbang

APTIKA IKP, 2011.

—. Indikator TIK tahun 2010. Jakarta:

Puslitbang APTIKA Kominfo, 2011b.

Kopertis. Berita media: Lomba penulisan

"Model program pemberdayaan

optimalisasi PLIK" Kominfo tahun

2011 . 13 Oktober 2011.

http://www.kopertis12.or.id/2011/10/13

/lomba-penulisan-model-program-

pemberdayaan-optimalisasi-plik-

kominfo-tahun-2011.html (diakses

Februari 9, 2013).

Kusuma, Hadri, and Dwi Susilowati.

"Determinan pengadopsian layanan

internet banking: Perspektif konsumen

perbankan Daerah Istimewa

Yogyakarta." JAAI 11, no. 2 (Desember

2007): 125-139.

Lombok Sumbawa Online. Media: Menteri

Kominfo belum tahu PLIK di Mataram

tidak berfungsi. 12 Desember 2011.

http://lomboknews.com/2011/12/12/me

nteri-kominfo-belum-tahu-plik-di-

mataram-tidak-berfungsi/ (diakses

Februari 9, 2013).

Lukiastuti, Fitri, and Muliawan Hamdani.

Statistik non parametris: Aplikasinya

dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Yogyakarta: CAPS, 2012.

Marthin, Johannes, and Hatane Semuel.

"Analisis tingkat brand loyalty pada

produk shampoo merek Head &

Shoulders." Manajemen Pemasaran 2,

no. 2 (2007): 90-102.

Puslitbang Postel. Studi pemanfaatan

fasilitas USO sebagai penyediaan jasa

akses telekomunikasi dan informatika.

Laporan Penelitian, Jakarta: Puslitbang

Postel Depkominfo, 2010.

Rahadi, Dedi Rianto. "Peranan teknologi

informasi dalam peningkatan pelayanan

di sektor publik." Seminar Nasional

Teknologi 2007 (SNT 2007).

Yogyakarta, 2007. 1-13.

Riduwan. Skala pengukuran variabel-

variabel penelitian. 7th. Bandung:

Alfabeta, 2010.

Sangadji, Etta Mamang, and Sophia.

Metodologi penelitian: Pendekatan

praktis dalam penelitian. Yogyakarta:

Penerbit Andi, 2010.

Siregar, Syofian. Statistik parametrik

untuk penelitian kuantitatif: Dilengkapi

dengan perhitungan manual dan

aplikasi SPSS versi 17. Edited by Fandy

Hutari. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 17 No. 3, Desember 2013: 260-280

280

Venkatesh, V, M.G. Morris, F.D. Davis,

and G.B. Davis. "User acceptance of

information technology: Toward a

unified view." MIS Quarterly 27, no. 3

(2003): 425-478.

Wahab, Riva'atul Adaniah. "Analisis akses

dan penggunaan Internet sebagai

evaluasi tingkat literasi Internet

masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara."

JPKOP 16, no. 1 (April 2012): 48-67.

Wahab, Riva'atul Adaniah. "The unified

theory of acceptance and use of

technology: Survei penggunaan paket

Internet handphone di Kota Manado."

JPKOP (BPPKI Manado) 17, no. 1

(April 2013): 73-94.

Widyastuti, Titis. Pengaruh persepsi

kemudahan penggunaan, persepsi

manfaat, dan kepercayaan konsumen

terhadap pengaplikasian layanan

mobile banking (Studi kasus di Kota

Yogyakarta). Skripsi, Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia, 2008.

Yahya, Mornizan, Feridah Nadzar,

Noorman Masrek, and Baharom abd.

Rahman. "Determinants of UTAUT in

measuring user acceptance of e-syariah

portal in syariah court in Malaysia." The

2nd International Research Symposium

in Service Management. Yogyakarta,

2011. 242-250.