TA (Repaired)
-
Upload
universitasmedanarea -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of TA (Repaired)
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Dosen Pembimbing,
Kepala Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Medan menyatakan bahwa
laporan tugas akhir dari:
EDWARD CRISMAS SITORUS
NIM: 1005032105
dengan judul,
Studi Susut Tegangan Dan Rugi Daya Pada Jaringan
Distribusi Sekunder Pada Trafo Distribusi TU-19 PT.PLN
(Persero) Rayon Binjai Timur
telah diperiksa dan dinyatakan selesai dapat diajukan
dalam sidang ujian laporan tugas akhir.
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing
Teknik Listrik
Suparmono, M.T Masrul,
M.T
NIP : 19630531 198903 1 002 NIP : 19590602 198603
1 005
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, panitia ujian
Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Medan menyatakan laporan tugas akhir
dari:
EDWARD CRISMASSITORUS
NIM : 1005032105
dengan judul,
Studi Susut Tegangan Dan Rugi Daya Pada Jaringan
Distribusi Sekunder Pada Trafo Distribusi TU-19 PT.PLN
(Persero) Rayon Binjai Timur
Telah selesai diujikan pada tanggal 9 September 2013
di RC 107
Medan, September 2013
Penguji I
Penguji II
Ir. Ngairan Banu Saputra, M.T
Ir. Gunoro, M.T
Nip : 19611214 198503 1 002 Nip : 19601218
198403 1 001
Ketua Jurusan
Kordinator
Teknik Elektro
Ir. Rina Anugrahwaty, M.T
Darwis Tampubolon, S.T M.T
Nip : 19641003 200003 2 001 Nip :
19600721 198503 1 002
ABSTRAK
Jatuh tegangan adalah selisih antara tegangan sumber
atau pangkal dengan tegangan di ujung saluran konsumen.
Permasalahan yang dibahas dalam laporan tugas akhir ini
adalah membandingkan nilai susut tegangan dan rugi daya
pada jaringan distribusi sekunder secara pengukuran
dengan secara teori.
Tujuan yang ingin dicapai dalam laporan tugas akhir ini
adalah untuk mengetahui apakah jatuh tegangan dan rugi
daya pada pada jaringan sekunder sesuai dengan standart
yang telah ditentukan atau tidak.
Dengan hasil yang telah ada, dapat disimpulkan bahwa
adanya perbedaan nilai susut tegangan dan rugi daya
yang didapat secara pengukuran dengan secara teori.
Dapat juga dilihat bahwa susut tegangan pada jaringan
sekunder Rayon Crad TU-19 baik jurusan selatan dan
utara tidak sesuai standart SPLN No.1 Tahun 1995.
Semakin besar nilai susut tegangan maka semakin besar
juga nilai rugi daya yang ditimbulkan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat dan rahmat –Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma 3
di Politeknik Negeri Medan. Adapun judul tugas akhir
ini adalah : “Studi Susut Tegangan dan Rugi Daya Pada
Jaringan Sekunder Pada Trafo Distribusi TU-19 PT.PLN
(Persero) Rayon Binjai Timur“.
Pada laopran ini penulis akan memaparkan nilai susut
tegangan dan rugi daya yang diperoleh secara
perhitungan maupun secara teori.
Selama menyusun laporan tugas akhir ini, penulis banyak
menemukan kendala yang sulit untuk diselesaikan. Namun,
atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala-
kendala tersebut dapat diatasi. Atas bantuan dan
bimbingan yang penulis terima selama pengerjaan laporan
tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. M. Syahruddin, S.T,M.T, selaku Direktur Politeknik
Negeri Medan.
2. Ir. Rina Anugrahwaty, M.T. Ketua Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Medan.
3. Suparmono, M.T. Ketua Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan.
4. Masrul, M.T. selaku Dosen Pembimbing penulis.
5. Seluruh Staff dan Pengajar Program Studi Teknik
Listrik.
6. Yuswadi Manager PLN Rayon Binjai Timur
7. Mahdani Supervisor Op.Dist PLN Rayon Binjai Timur
dan keluarga besar PLN Rayon Binjai Timur yang
membimbing dan membantu penulis selama praktek
lapangan.
8. Orang tua penulis yang tercinta dan keluarga yang
telah banyak memberikan dorongan serta bantuan
materi maupun moril kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan di Politeknik Negeri
Medan.
9. Teman-teman penulis khususnya Kelas EL-6E yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca untuk penyempurnaan tugas akhir ini.
Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Sekian dan terimakasih.
Medan, 9 September
2013
Penulis,
EDWARD CRISMAS SITORUS
NIM
1005032105
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................ii
ABSTRAK.............................................iii
KATA PENGANTAR.......................................iv
DAFTAR ISI...........................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................viii
DAFTAR TABEL.........................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................x
BAB 1.................................................1
PENDAHULUAN...........................................11.1 Latar Belakang......................................11.2 Rumusan Masalah.....................................2
1.3 Batasan Masalah.....................................21.4 Tujuan..............................................2
1.5 Manfaat.............................................31.6 Metode Penulisan....................................3
1.7 Sistemtika Penulisan................................3
BAB 2.................................................5
LANDASAN TEORI........................................52.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik....................5
2.2 Distribusi Sekunder.................................72.2.1 Pelayanan Dengan Transfomator Sendiri............7
2.2.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai................................................7
2.2.3 Bangking Sekunder................................82.2.4 Jaringan Sekunder................................9
2.3 Parameter Saluran..................................11
2.3.1 Resistansi Saluran..............................112.3.2 Induktansi Saluran..............................13
2.3.3 Reaktansi Saluran...............................142.3.4 Kapasitansi Saluran.............................14
2.4 Daya Listrik.......................................152.4.1 Daya Semu.......................................15
2.4.2 Daya Reaktif....................................162.4.3 Daya Aktif......................................17
2.5 Susut Tegangan Dalam Jaringan......................182.6 Rugi Daya Dalam Jaringan...........................19
2.7 Penyebab Terjadinya Susut Tegangan Pada Jaringan Distribusi.........................................20
BAB 3................................................22
PENGUMPULAN DATA.....................................223.1 Rayon Card TU-19...................................22
BAB 4................................................40
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN..........................404.1 Susut Tegangan Pada Rayon Card TU-19...............40
4.1.1 Perhitungan Susut Tegangan......................404.1.2 Perhitungan Rugi Daya...........................79
4.2 Analisa susut tegangan pada jaringan Rayon Card TU-19..............................................89
4.3 Analisa rugi daya pada jaringan Rayon Card TU-19...904.4 Sebab terjadinya susut tegangan dan rugi daya
pada jaringan Rayon Card TU-19.....................91
BAB 5................................................93
SIMPULAN DAN SARAN...................................935.1 SIMPULAN...........................................93
5.2 SARAN..............................................94
DAFTAR PUSTAKA.......................................95
LAMPIRAN.............................................96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tiga komponen utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik. .5
Gambar 2. 2 Sistem Tenaga Listrik............................6
Gambar 2. 3 Sambungan Pemakai Besar dengan Satu Gardu Distribusi
Tersendiri.....................................7
Gambar 2. 4 Penggunaan Satu Gardu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai
.............................................8
Gambar 2. 5 Banking Sekunder, dengan Dua Gardu Distribusi
Dihubungkan Juga pada Sisi Tegangan Rendah..........9
Gambar 2. 6 Jaringan Sekunder Tegangan Rendah...............10
Gambar 2. 7 Resistansi penghantar logam sebagai fungsi dari suhu. .12
Gambar 2. 8 Penghantar Penampang yang Berjarak Sama pada suatu
saluran tiga phasa..............................14
Gambar 2. 9 Segitiga Daya.................................17
Gambar 2. 10 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi..............18
Gambar 3. 1 Gardu Distribusi (TU-19).........................22
Gambar 3. 2 Bagian Luar LVC TU-19..........................23
Gambar 3. 3 Bagian Dalam LVC TU-19........................23
Gambar 3. 4 Diagram satu garis jaringan distribusi Rayon Card TU-19.24
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Trafo TU-19..........................25
Tabel 3. 2 Pengukuran I Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan......................................26
Tabel 3. 3 Pengukuran II Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan......................................26
Tabel 3. 4 Pengukuran III Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan......................................27
Tabel 3. 5 Pengukuran I Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
.............................................27
Tabel 3. 6 Pengukuran II Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
.............................................28
Tabel 3. 7 Pengukuran III Rayon Card TU-19 Jurusan
Utara........................................28
Tabel 3. 8 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran I, tiang
Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP).......29
Tabel 3. 9 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran II,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP). 30
Tabel 3. 10 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran III,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP). 31
Tabel 3. 11 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran I,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)...32
Tabel 3. 12 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran II,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)...33
Tabel 3. 13 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran III,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)...35
Tabel 3. 14 Tabel Resistivity Bahan/ Material........37
Tabel 3. 15 KHA terus menerus kabel pilin udara
berpenghantar aluminium atau.................38
Tabel 3. 16 Karakteristik kabel twisted TR...........39
Tabel 4. 1 Susut tegangan dan rugi daya..............86
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Hasil pengukuran I, II, dan III yang
dilakukan pada Rayon Card TU-19 (Jurusan
Selatan)....................................97
LAMPIRAN II Hasil pengukuran I, II, dan III yang
dilakukan pada Rayon Card TU-19 (Jurusan
Utara).....................................103
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyaluran energi listrik dari trafo
distribusi sekunder kepada pelanggan memerlukan
jaringan tegangan rendah yang cukup panjang
mengakibatkan kerugian tegangan (daya) dalam
penyaluran daya listrik. Sehingga dalam penyaluran
daya listrik melalui saluran distribusi kepada
pelanggan akan mengalami susut tegangan sepanjang
saluran yang dilalui.
Ditinjau dari segi panjang saluran distribusi dari
gardu induk menuju trafo distribusi maupun dari
trafo distribusi ke beban yang dapat juga
menyebabkan susut tegangan yang cukup besar. Selain
susut tegangan yang semakin besar menyebabkan juga
kinerja trafo distribusi kurang maksimal. Dengan
adanya kondisi tersebut maka pihak PT. PLN (Persero)
pun melakukan evaluasi guna mengatasi jatuh
tegangan yang diterima oleh pihak pelanggan
(konsumen). Adapun upaya pihak PT. PLN (Persero)
untuk mengatasi jatuh tegangan pada saluran
distribusi, seperti mengganti trafo distribusi yang
sudah kelebihan beban dan mengganti penghantar pada
jaringan. Maka akan dapat meminimalkan besarnya
jatuh tegangan pada saluran sehinggga rugi daya
listrik pun dapat diminimalkan.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkatnya menjadi suatu permasalahan dalam
penyelesain tugas akhir dengan judul “Studi Susut
Tegangan Dan Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi
Sekunder Pada Trafo Distribusi TU-19 PT.PLN
(Persero) Rayon Binjai Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyaluran daya listrik melalui jaringan
distribusi tentu akan terjadi susut tegangan pada
saluran tegangan rendah. Susut tegangan tersebut
tidak melebihi standart yang ditetapkan. Sehingga
rumusan masalah yang dibuat adalah :
1. Apa saja penyebab terjadinya susut tegangan dan
rugi daya pada jaringan distribusi sekunder yang
tidak memenuhi standart?
2. Bagaimana mengatasi susut tegangan pada jaringan
distribusi sekunder pada trafo distribusi TU 19
PT. PLN (Persero) Rayon Binjai Timur ?
1.3 Batasan Masalah
Agar tujuan tugas akhir sesuai dengan yang
diharapakan berdasarkan judul dan waktu yang
disediakan maka penulis membatasi permasalahan.
Adapun permasalahan yang dibahasa adalah:
1. Membandingan susut tegangan dan
rugi daya secara teori berdasarkan data yang
dicari dengan jatuh tengangan yang dicari secara
langsung di lapangan.
2. Membahas tentang penyebab susut
tegangan dan rugi daya pada Gardu Distribusi TU 19
Jaringan Tegangan Rendah menggunakan trafo
distribusi sekunder 20KV/0,4KV.
3. Tidak membahas rugi-rugi pada
trafo.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan adalah sebagai berikut
:
1. Mengurangi susut tegangan dan rugi daya jaringan
distribusi sekunder pada Trafo Distribusi TU 19
PT.PLN Rayon Binjai Timur.
2. Mengatasi susut tegangan dan rugi daya jaringan
distribusi sekunder pada Trafo Distribusi TU 19
PT.PLN Rayon Binjai Timur.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui penyebab susut tegangan jaringan
distribusi sekunder pada Trafo Distribusi TU 19
PT.PLN Rayon Binjai Timur.
2. Sistem pendistribusian tenaga listrik kepada
pelanggan berjalan dengan baik.
1.6 Metode Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menerapkan
beberapa metode studi diantaranya :
1. Studi pustaka yaitu dengan cara mencari buku
refrensi yang behubungan dengan topik yang
dibahas.
2. Studi Lapangan yaitu dengan melaksanakan
pengambilan data hasil ukur jatuh tegangan pada
jaringan tegangan rendah di PT.PLN (Persero) Rayon
Binjai Timur Cabang Binjai.
3. Studi Bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi
tentang topik tugas akhir ini dengan dosen
pembimbing.
1.7 Sistemtika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini berisikan latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini memberikan penjelasan mengenai pengertian
sistem distribusi secara umum, bentuk-bentuk
sistem distribusi baik saluran primer maupun
saluran sekunder, gardu distribusi, parameter
saluran, daya listrik, jatuh tegangan dalam
jaringan, rugi daya dalam jaringan dan rugi
energi.
BAB 3 PENGUMPULAN DATA
Bab ini berisikan data pendukung dalam penyusunan
laporan tugas akhir.
BAB 4 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai perbandingan besar
susut tegangan yang dihitung secara teori dengan
susut tegangan yang dicari langsung di lapangan
pada Rayon Card TU-19 yang merupakan tarafo
distribusi di PT.PLN (Persero) Cabang Binjai Rayon
Binjai Timur.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan simpulan dari hasil analisa
data dan saran.
BAB 2LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran
tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan, Penyaluran
(transmisi) dan Distribusi seperti pada Gambar 2.1
berikut :
Gambar 2. 1 Tiga komponen utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik
(Djiteng Marsudi,Operasi Sistem Tenaga Listrik, hal 4)
Tegangan sistem distribusi dapat dikelompokan
menjadi 2 bagian besar, yaitu distribusi primer
(20kV) dan distribusi sekunder (380/220V). Jaringan
distribusi 20kV sering disebut Sistem Distribusi
Tegangan Menengah dan jaringan distribusi 380/220V
sering disebut jaringan distribusi sekunder atau
disebut Jaringan Tegangan Rendah 380/220V.
Jaringan ditribusi sekunder terletak antara
transformator distribusi dan pelayanan (beban)
menggunakan penghantar terbuka atau kabel dengan
sistem tiga phasa empat kawat (tiga kawat phasa dan
satu kawat netral).
Dapat kita lihat pada Gambar 2.2 proses penyediaan
tenaga listrik bagi konsumen yang berawal dari pusat
tenaga listrik sampai pada instalasi pemakai yang
merupakan unsur utilisasi.
Gambar 2. 2 Sistem Tenaga Listrik
(Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, hal 5)
Keterangan Gambar 2.2:
PTL : Pembangkit Tenaga Listrik
GI : Gardu Induk
TT : Tegangan Tinggi
TET : Tegangan Ekstra Tinggi
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
2.2 Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder mempergunakan tegangan rendah.
Sebagaimana halnya dengan distribusi primer,
terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal
keandalan pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem
sekunder terdiri atas empat jenis umum:
2.2.1 Pelayanan Dengan Transfomator Sendiri
Pelayanan dengan transformator tersendiri dilakukan
untuk pemakai yang agak besar atau bila para pemakai
terletak agak berjauhan terutama didaerah luar kota,
sehingga saluran tegangan rendahnya akan terjadi
terlampau panjang. Skema ini dapta terlihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2. 3 Sambungan Pemakai Besar dengan Satu Gardu DistribusiTersendiri
(Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, hal 30)
Keterangan Gambar 2.3 :
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
2.2.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah
Pemakai
Yang mungkin paling terbanyak adalah sistem yang
mempergunakan satu tranformator dengan saluran
tegangan rendah yanag melayani sejumlah pemakai.
Sistem ini memperhatikan beban dan keperluan pemakai
yang berbeda-beda sifatnya. Gambar 2.4
memperlihatkan situasi ini. Di Indonesia sistem ini
banyak dipakai.
Gambar 2. 4 Penggunaan Satu Gardu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai
(Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, hal 30)
Keterangan Gambar 2.4 :
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
2.2.3 Bangking Sekunder
Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang
tersambung pada beberapa transformator secara
pararel. Sejumlah pemakai dilayani dari saluaran
tegangan rendah ini. Transfomator-transformator
diisi dari satu sumber energi. Hal ini disebut
banking sekunder transformator.
Sistem yang mempergunakan bangking sekunder tidak
telalu banyak dipakai. Antara Transformator dan
saluran sekunder biasanya terdapat sekring atau
saklar daya otomatik guna melepaskan transformator
dari saluran tegangan rendah bila terdapat gangguan
pada transformator. Dapat juga dipasang sekring
antara seksi-seksi pada jaringan tegangan rendah.
Lihat pada Gambar 2.5. Kelebihan sistem ini dianggap
dapat memberikan pelayanan yang tidak terganggu
dalam waktu begitu lama. Dilain pihak bilamana salah
satu transformator terganggu, beban tambahan yang
harus dipikul transformator-transformator lain dapat
mengakibatkan banyak transformator turut terganggu.
Gambar 2. 5 Banking Sekunder, dengan Dua Gardu DistribusiDihubungkan Juga pada Sisi Tegangan Rendah
(Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, hal 30)
Keterangan Gambar 2.5 :
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
2.2.4 Jaringan Sekunder
Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi
oleh beberapa taransfomator yang pada gilirannnya
diisi oleh dua energi atau lebih. Jaringan tegangan
rendah ini melayani suatu jumlah pemakai yang cukup
besar. Hal ini dikenal sebagai jaring sekunder atau
jaringan tegangan rendah (JTR).
Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini
memberikan taraf keandalan pada jaringan tegangan
rendah di daerah dengan beban kepadatan paling
tinggi, sehingga biayanya yang tinggi dapat
dipertanggungjawabkan dan tingkat keandalan ini
dipandang diperlukan. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi bahwa satu pelanggan tunggal mendapta
penyediaan tenaga listrik dengan jenis sistem yang
dikenal dengan nama jaringan spot (Spot netwoks).
Pada umumnya, jaringan sekunder terjadi dengan
menghubungkan semua sisi tegangan rendah dari gardu-
gardu transformator yang diisi dua atau lebih fider
tegangan menengah. Pada sisi tegangan rendah gardu
distribusi terdapat saklar daya yang dioperasikan
secara otomatik dan dikenal dengan nama proteksi
otomatik. Liahat Gambar 2.6. Proteksi ini akan
melepaskan transformator dari jaringan sekunder
bilamana pengisian primer hilang tegangan. Hal ini
akan menghindari suatu arus balik dari sisi tegangan
rendah kesisi tegangan menengah. Saklar daya
didukung oleh sebuah sekring sehingga, bilamana
proteksi otomatik gagal, sekring akan bekerja dan
melepaskan transformator dari jaringan sekunder.
Jumlah pengisian primer pada sisi tegangan menengah
adalah penting. Bila misalnya hanya ada dua fider,
dapat terjadi bahwa satu fider terganggu, maka akan
perlu adanya kapasitas cadangan transformator yang
cukup agar sistem yang masih bekerja tidak mengalami
kelebihan beban. Jenis jaringan ini sering dinamakan
jaringan kesiapan pertama (single-contingency
network).
Gambar 2. 6 Jaringan Sekunder Tegangan Rendah
(Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, hal 33)
Keterangan Gambar 2.6 :
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat
pengisiian terbanyak dari tiga atau lebih fider,
sehingga bilamana salah satu fider terganggu, sisa
jaring sekunder akan dapat dengan mudah menampung
beban dari fider yang terganggu itu. Sistem demikian
dinamakan jaringan kedua (second-contingency
network). Jaringan sekunder tegangan rendah harus
didesain sedemikian rupa hingga terdapat pembagian
beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation)
yang baik pada semua transformator, juga dalam
keadaan salah satu pengisi tegangan menengah
terganggu.
2.3 Parameter Saluran
Pada saluran transmisi, subtransmisi dan distribusi
mempunyai konstanta yang mempengaruhi kemampuannya
untuk berfungsi sebagai bagian dari tenaga listrik.
Konstanta saluran tersebut mempunyai empat parameter
satuan yang mempunyai pengaruh terhadap saluran-
saluran sistem tenaga listrik. Parameter-parameter
tersebut adalah:
2.3.1 Resistansi Saluran
Pada saluran distribusi di pergunakan kawat udara
ataupun kabel tanah yang sebagai penghantar untuk
penyaluran daya listrik. Penghantar tersebut
mempunyai impedansi yang terdiri dari resistansi.
Besarnya resistansi sangat tergantung terhadap jenis
penghantar, panjang dan luas penampang penghantar
atau dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:
R=ρxlA
.................................................
(2.1)
(William D. Stevenson,Jr. Analisa Sistem Tenaga Listrik, hal 45)
Dimana :
R : Resistansi kawat penghantar ( Ω )
l : Panjang kawat penghantar (m)
ρ : Tahanan Jenis kawat penghantar Ω mm2 / m)
A: Luas Penampang kawat (mm2)
Perubahan resistansi penghantar dengan berubahnya
suhu boleh dikatakan linier pada batas-batas
pengoperasian yang normal. Jika suhu dilukiskan pada
sumbu tegak dan resistansi pada sumbu datar (Gambar
2.7)
Gambar 2. 7 Resistansi penghantar logam sebagai fungsi dari suhu
Titik pertemuan dari perpanjangan garis dengan sumbu
suhu dimana resistansi sama dengan nol adalah
kostanta untuk bahan penghantar. Maka tahanan dapat
ditentukan dengan persamaan :
R2R1
=T+t2T+t1
.................................................
(2.2)
(William D. Stevenson,Jr. Analisa Sistem Tenaga Listrik, hal 46)
Dimana :
R1 : Tahanan searah penghantar pada temperatur t1
(ohm/km)
R2 : Tahanan searah penghantar pada temperatur t2
(ohm/km)
T : Konstanta pada suatu penghantar yang
ditentukan (ohm/km)
Nilai-nilai dari konstanta tersebut adalah:
T = 234,5 Untuk tembaga dengan konduktivitas 100%
T = 241,0 Untuk tembaga dengan konduktivitas 97,3%
T = 288,0 Untuk tembaga dengan konduktivitas 61%
2.3.2 Induktansi Saluran
Induktansi kawat tiga phasa pada umumnya berlainan,
untuk mengetahui masing-masing kawat saluran
tergantung pada besarnya fluksi yang ditimbul oleh
arus yang mengalir pada saluran penghantar tersebut.
Sampai sejauh ini kita hanya membahas saluran phasa
tunggal. Tetapi persamaan-persamaan yang telah kita
turunkan dapat dengan mudah disesuaikan untuk
perhitungan induktansi tiga phasa. Jika kawat netral
tidak ada, atau bahwa arus arus fasor tiga phasa
seimbang. Adapun besarnya induktansi saluran dapat
dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
La={2x107ln ( DDS )}H /m
.................................................
(2.3) (William D. Stevenson,Jr. Analisa Sistem
Tenaga Listrik, hal 65)
Dimana:
La : Induktansi perkawat (Henry/m)
D : Jarak antara kawat dengan kawat (m)
Ds : Jari-jari kawat (m)
Gambar 2. 8 Penghantar Penampang yang Berjarak Sama pada suatusaluran tiga phasa
(William D. Stevenson,Jr. Analisa Sistem Tenaga Listrik, hal 65)
2.3.3 Reaktansi Saluran
Untuk besarnya reaktansi sangat ditentukan oleh
induktansi dari kawat dan frekuensi arus bolak balik
yaitu:
Xl=2π.f.L
.................................................
(2.4)
(Lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, hal 135)
Dimana :
Xl : Reaktansi kawat penghantar (ohm)
L : Induktansi kawat penghantar (Henry)
f : Frekuensi arus bolak-balik (Hz)
2π : Sudut arus bolak-balik
2.3.4 Kapasitansi Saluran
Kapasitansi saluran timbul akibat beda potensial
antara penghantar (konduktor), kapasitansi
menyebabkan penghantar tersebut bermuatan.
Kapasitansi antara penghantar adalah muatan per unit
beda potensial. Kapasitansi antara penghantar
sejajar adalah suatu konstanta yang tergantung pada
ukuran dan jarak pemisah antar penghantar. Untuk
saluran daya yang panjangnya kurang 80 km (50 mil),
pengaruh kapasistansinya kecil dan biasanya dapat
diabaikan. Untuk saluran-saluran yang lebih panjang
dengan tegangan yang lebih tinggi, kapasitansi
menjadi bertambah lebih penting. Adapun persamannya
secara umum adalah:
C=qv (F/m)
.................................................
(2.5)(William D. Stevenson,Jr. Analisa Sistem Tenaga Listrik, hal 78)
Dimana :
C : Kapasitansi saluran
q : Muatan (C/m)
v : Beda potensial antar penghantar (Volt)
2.4 Daya Listrik
Daya listrik adalah hasil perkalian antara tegangan
dan arus serta diperhitungkan faktor kerja daya
listrik tersebut, macam-macam daya listrik antara
lain:
2.4.1 Daya Semu
Daya semu adalah daya yang lewat dari suatu saluran
transmisi atau distribusi, daya semu merupakan
perkalian tegangan dengan arus.
Daya semu untuk satu fasa :
S1φ=VxI (VA)
.................................................
(2.6)
Daya semu untuk tiga phasa :
S3φ=√3xVLxIL (VA)
.................................................
(2.7)
Dimana :
S1φ : Daya dem satu phasa (VA)
S3φ : Daya semu tiga phasa (VA)
VL : Tegangan jala-jala (V)
IL : Arus jala-jala (A)
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
2.4.2 Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang
masuk pada penghantar dengan daya aktif pada
penghantar itu sendiri. Daya reaktif ini adalah
hasil kali antara besarnya arus dan tegangan yang
dipengaruhi oleh faktor daya.
Daya reaktif satu phasa :
Q1φ=VxIxSinϕ (VAR)
.................................................
(2.8)
Daya reaktif tiga phasa :
Q3φ=√3xVLxILxSinϕ (VAR).................................................(2.9)
Dimana :
Q1φ : Daya reaktif satu phasa (VAR)
Q3φ : Daya reaktif tiga phasa (VAR)
VL : Tegangan jala-jala (V)
IL : Arus jala-jala (A)
Sinϕ : Faktor Daya
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
2.4.3 Daya Aktif
Daya aktif merupakan besar tegangan yang dikalikan
dengan besaran arus dan faktor dayanya. Daya aktif
disebut juga daya nyata, daya yang dibutuhkan oleh
beban.
Daya aktif satu phasa :
P1φ=VxIxCosϕ (Watt)
................................................
(2.10)
P
Q S
Daya aktif yiga phasa :
P3φ=√3xVLxILxCosϕ (Watt)
................................................
(2.11)
Dimana :
P1φ : Daya aktif satu phasa (Watt)
P3φ : Daya aktif satu phasa (Watt)
VL : Tegangan jala-jala (V)
IL : Arus jala-jala (A)
Cosϕ : Faktor daya
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
Berikut merupakan hubungan antara daya semu, daya
aktif, dan daya reaktif. Dapat juga disebut sebagai
segitiga daya.
Gambar 2. 9 Segitiga Daya
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
2.5 Susut Tegangan Dalam Jaringan
Susut tegangan merupakan selisih antara tegangan
sumber atau pangkal dengan tegangan di ujung saluran
konsumen. Jatuh tegangan selain dipengaruhi oleh
panjang, luas penampang dan tahanan jenis penghantar
juga ditentukan oleh arus yang mengalir pada
penghantar, daya yang diterima dan faktor kerjanya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dibuat
rangkaian ekivalen seperti Gambar 2.10 dimana
berdasarkan rangakaian ekivalen tersebut, jika ada
arus yang mengalir melalui saluran distribusi maka
akan terjadi penurunan tegangan sepanjang saluran.
Dengan demikian tegangan pada pusat beban tidak sama
besar dengan tegangan pengiriman.
Gambar 2. 10 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
Penurunan tegangan terjadi dari dua komponen :
a. Is.Rs yaitu rugi-rugi tegangan akibat tahanan
saluran.
b. Is.Xs yaitu rugi-rugi tegangan akibat reaktansi
saluran.
Maka jatuh tegangan pada saluran distribusi dapat
dinyatakan :
ΔV=VS−VR (Volt)
................................................
(2.12)
Dinyatakan dalam persen (%)
%ΔV=VS−VRVS
x100 %
................................................(2.13)
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
Rumus jatuh tegangan :
ΔV=ISx(RSxCosϕ+jXSxSinϕ) (Volt)
................................................
(2.14)
Jika harga Xs kecil sekali maka harga Xs bisa
dianggap nol sehingga,
Rumus Jatuh tegangan:
ΔV=ISxRSxCosϕ (Volt)
................................................
(2.15)
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
Dimana :
ΔV = Jatuh tegangan/rugi tegangan (Volt)
(%) ΔV = Jatuh tegangan/rugi tegangan dalam % (Volt)
VS = Tegangan sumber/pangkal/tegangan pada gardu
trafo (Volt)
VR = Tegangan yang diterima/ tegangan ujung
(Volt)
RS = Nilai resistansi pada saluran (ohm)
XS = Nilai reaktansi pada saluran (ohm)
IS = Besar arus terpakai/mengalir pada
penghantar (A)
Cosϕ = Besar faktor daya
2.6 Rugi Daya Dalam Jaringan
Dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu
diusahakan agar rugi-rugi daya yang terjadi di
jaringan distribusi sekecil-kecilnya. Hal ini
dimaksudkan agar daya yang disalurkan ke konsumen
tidak terlampau berkurang. Jika besar nilai rugi
daya didasarkan terhadap rugi tegangan maka besarnya
nilai rugi daya dapat diperoleh melalui persamaan:
Untuk rugi daya satu phasa:
ΔP1φ=ΔVxIxCosϕ
................................................
(2.16)
Untuk rugi daya tiga phasa:
ΔP3φ=3xΔVxIxCosϕ
................................................(2.17)
(Pusdiklat PT.PLN (Persero), Perhitungan Losses)
Dimana :
ΔP1φ : Rugi daya satu phasa (Watt)
ΔP3φ : Rugi daya tiga phasa (Watt)
I : Besar arus yang terpakai/mengalir padapenghantar (A)
Cosϕ : Faktor Daya
2.7 Penyebab Terjadinya Susut Tegangan Pada Jaringan
Distribusi
Ada pun beberapa penyebab terjadinya susut teganganadalah sebagai berikut :
A. Impedansi saluran
Pada dasarnya jatuh tegangan pada jaringan
distribusi adalah sebagai akibat dari impedansi
seluruh jaringan itu sendiri. Impedansi jaringan
tersebut besarnya dipengaruhi oleh hambatan
(resistansi) serta reaktansinya,karena impedansi Z
= R + jXL…………………………(2.18)(Kasyanto, Pengaruh Regulator Tegangan Terhadap Perbaikan Tegangan
Terhadap JTM 20kV Penyulang Purwodadi)
Dimana:
R = resistansi kawat penghantar
L = induktansi
R + jXL = impedansi saluran
B. Temperatur Penghantar
Pada saluran distribusi di pergunakan kawat udara
ataupun kabel tanah yang sebagai penghantar untuk
penyaluran daya listrik. Pada penghantar inilah
terdapat resistansi dan impedansi.
Kenaikan suhu pada penghantar mengakibatkan
resistansi berubah. Semakin tinggi suhu pada
penghantar menyebabkan hambatan jenis (rho)
penghantar semakin besar sehingga resistansi pun
akan menjadi lebih besar, jika resitansi menjadi
besar maka susut tegangan pada penghantar pun
menjadi besar pula.
Hal ini dapat dilihat pada ( hal.12;Gambar 2.7 ).
Dengan persamaan ;
ρT=ρ0x(1+α.∆T)……………………………..………………….(2.19)
sehingga
RT=R0x(1+α.∆T)………………………………………………...(2.20)
(http://www.mediabali.net/listrik_dinamis/hambatan_listrik.html)
Dimana :
ρT : Hambatan jenis pada saat suhu awal
ρ0 : Hambatan jenis pada saat kenaikan suhu
RT : Resistansi pada saat suhu awal
R0 : Resistansi pada saat kenaikan suhu
α : Koefisien temperature (kostanta)
C. Ketidakseimbangan Beban
Dengan rumus susut tegangan seperti pada persamaan
(2.14) dapat dilihat jika impedansi tidak berubah,
maka susut tegangan dipegaruhi oleh beban yang
mengalir pada setiap phasa.
∆ V=I(phasa)
xZ , dari persamaan ini dapat dilihat
jika Z ( Impedansi ) pada penghantar setiap phasa
tetap, namun nilai arus yang mengalir pada setiap
phasa berbeda. Dapat disimpulkan semakin besar
arus yang mengalir pada penghantar phasa maka
semakin besar juga susut tegangan yang terjadi
pada penghantar phasa tersebut.
Maka hubungan antara beban tidak seimbang dengan
susut tegangan adalah phasa yang memiliki beban
BAB 3PENGUMPULAN DATA
3.1 Rayon Card TU-19
Rayon Card TU-19 terletak di JL. Medan-Binjai KM 14,
Perumahan Padang Hijau yang merupakan salah satu
gardu distribusi yang menyalurkan energi listrik
pada konsumen dari 20 kV menjadi 380/220 Volt di
PT.PLN (Persero) Cabang Binjai,Rayon Binjai Timur.
Trafo TU-19 ini disuplai dari fider PG06--SM02 yang
berasal dari Gardu Induk Paya Geli. Rayon Card TU-19
terbagi atas dua jurusan yaitu utara dan selatan.
Panjang penghantar untuk jurusan utara adalah 1500 m
dan panjang penghantar untuk jurusan selatan adalah
1165m. Dan masing-masing jenis penghantarnya adalah
TIC 70 mm2 dan sistem proteksi jaringan yang
digunakan NTFUSE 250 A.
Tabel 3. 1 Data Trafo TU-19
Kode Gardu – No. Trafo TU-19
Lokasi JL. Medan-Binjai KM 14
Feeder PG06--SM02
Daya (kVA) 200
Fasa 3
No. Seri 20113929
Merk B & D
Tegangan Primer L-L (kV)
20
Tegangan Sekunder L-L (Volt)
400
Arus Primer (Amp) 5,8
Arus Sekunder (Amp) 288,7
Jenis Minyak Diala B
Vektor Group YZN5
Impedansi (%) 4
Temperatur 50
Konstruksi Double Pole
Tabel 3. 2 Pengukuran I Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I)
AmpereCos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
22
6
22
6
22
5
20
1
201 20
0
92 51 82 4
4
15
5
10
1
15
0
80 0,9 0,9
Tabel 3. 3 Pengukuran II Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I)
AmpereCos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
22
5
22
6
22
4
20
0
202 20
0
95 48 85 4
6
16
0
10
1
15
4
82 0,9 0,9
Tabel 3. 4 Pengukuran III Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I) Ampere Cos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
22
4
22
5
22
3
20
1
201 19
8
90 50 82 47 15
6
10
5
15
0
82 0,9 0,9
Tabel 3. 5 Pengukuran I Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I) Ampere Cos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
22 22 22 20 200 20 75 65 78 32 11 12 11 76 0,9 0,9
Tabel 3. 6 Pengukuran II Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I) Ampere Cos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
22
4
22
5
22
5
20
1
200 20
0
75 70 82 35 12
0
12
6
11
7
80 0,9 0,9
Tabel 3. 7 Pengukuran III Rayon Card TU-19 Jurusan
Utara
Tegangan (Volt) Arus Beban Terpakai (I) Ampere Cos ϕ
Pangkal Ujung Luar Waktu
Beban Puncak
(LWBP)
Waktu Beban
Puncak
(WBP)
LWBP WBP
R-
N
S-
N
T-
N
R-
N
S-N T-
N
R S T N R S T N
Tabel 3. 8 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran I, tiang
Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP)
No.
No.Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUS1 155 101 150
2 TTUS11 40 28 34
3 TTUS12 25 15,2 21
4 TTUS13 13 6,1 12,2
5 TTUS2 115 73 116
6 TTUS21 24,6 20 27
7 TTUS22 14,2 11 13,7
8 TTUS23 7 3,7 5
9 TTUS3 90,4 53 89
10 TTUS31 30,2 24,2 25,2
11 TTUS32 20 17 13
12 TTUS33 8 9,3 4,3
13 TTUS4 60,1 28,7 64,1
14 TTUS41 20 10,2 20,1
15 TTUS42 12,8 5,7 12
16 TTUS43 4,4 5,7 5
17 TTUS5 40,1 18,5 44
18 TTUS51 25 11,5 22
19 TTUS52 17 8,4 14
20 TTUS53 6,7 4,2 7,3
21 TTUS6 15 7 22
22 TTUS61 15 7 22
23 TTUS62 9 7 13
24 TTUS63 2,6 3,1 6,3
Tabel 3. 9 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran II,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP)
No.
No. Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUS1 160 101 154
2 TTUS11 40 30 35
3 TTUS12 28 15,3 24,7
4 TTUS13 18 5,3 17
5 TTUS2 120 70 119
6 TTUS21 30 20,4 29,3
7 TTUS22 22 12 17,3
8 TTUS23 10 4,7 9,1
9 TTUS3 90 50 90
10 TTUS31 20 24 25
11 TTUS32 14 17,2 15
12 TTUS33 6 11,4 4
13 TTUS4 70 26,2 60
14 TTUS41 24 7 25
15 TTUS42 16 4 15
16 TTUS43 7 4 6,7
17 TTUS5 46 19,7 40
18 TTUS51 24 12 22,3
19 TTUS52 16 8,8 11
20 TTUS53 6 3,2 3,2
21 TTUS6 22 7,6 17,6
22 TTUS61 22 7,6 17,6
23 TTUS62 18 7,6 9,4
24 TTUS63 10 4,1 3,2
Tabel 3. 10 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran III,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan (WBP)
No.
No.Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUS1 156 105 150
2 TTUS11 40,4 35,2 30
3 TTUS12 30 19 21,3
4 TTUS13 21 7,3 12,2
5 TTUS2 115 70 120
6 TTUS21 31 21 25,7
7 TTUS22 21 13,2 16,3
8 TTUS23 11 4,2 5,1
9 TTUS3 84 50,2 94,3
10 TTUS31 19 23 24
11 TTUS32 15 15 13,6
12 TTUS33 5,7 9,4 4
13 TTUS4 65 27 70
14 TTUS41 24,8 12 20,3
15 TTUS42 13,4 4 11,6
16 TTUS43 5,4 4 5,4
17 TTUS5 40 15 49,5
18 TTUS51 22 8,2 30,5
19 TTUS52 14 6 25,5
20 TTUS53 7,7 2,2 10,2
21 TTUS6 18 7 19
22 TTUS61 18 7 19
23 TTUS62 14 7 12,5
24 TTUS63 7,4 3 4,2
Tabel 3. 11 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran I,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)
No.
No. Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUU1 115 120 117
2 TTUU2 115 120 117
3 TTUU21 45 50 40
4 TTUU22 19 25 12
5 TTUU23 7 10 7
6 TTUU24 16 13 10
7 TTUU25 8 8 6
8 TTUU26 5 4 3
9 TTUU3 70 70 77
10 TTUU31 35 45 37
11 TTUU32 20 25 23
12 TTUU33 8 12 10
13 TTUU4 35 25 40
14 TTUU41 5 5 4
15 TTUU5 30 20 32
16 TTUU51 12 10 8
17 TTUU6 18 10 24
18 TTUU61 18 10 24
19 TTUU62 12,8 6,6 17
20 TTUU63 4 0 0
21 TTUU64 2,8 2 5
22 TTUU65 2,8 2 5
23 TTUU66 2,8 2 5
24 TTUS67 6 4,6 12
25 TTUU68 2,4 0 0
26 TTUU69 3,6 4,6 12
27 TTUU610 3,6 2,2 6
28 TTUU611 3,6 2,2 3
29 TTUU612 3,6 2,2 3
30 TTUU613 1,4 2,2 3
Tabel 3. 12 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran II,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)
No.
No. Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUU1 120 126 117
2 TTUU2 120 126 117
3 TTUU21 45 51 42
4 TTUU22 18 22 16
5 TTUU23 8 10 8
6 TTUU24 16 17 14
7 TTUU25 9 12 10
8 TTUU26 5 6 4
9 TTUU3 75 75 75
10 TTUU31 30 40 35
11 TTUU32 18 25 20
12 TTUU33 8 18 8
13 TTUU4 45 35 40
14 TTUU41 10 10 9
15 TTUU5 35 25 31
16 TTUU51 10 5 5
17 TTUU6 25 20 26
18 TTUU61 25 20 26
19 TTUU62 15 14 20
20 TTUU63 5 0 0
21 TTUU64 2 7 6
22 TTUU65 2 7 6
23 TTUU66 2 7 6
24 TTUS67 8 7 14
25 TTUU68 3 0 0
26 TTUU69 5 7 14
27 TTUU610 5 3,8 6
28 TTUU611 5 3,8 2
29 TTUU612 5 3,8 2
30 TTUU613 1,4 3,8 2
Tabel 3. 13 Data Arus Beban Terpakai Pengukuran III,
tiang Rayon Card TU-19 Jurusan Utara (WBP)
No.
No. Tiang
Data Arus Terukur(Ampere)
R S T
1 TTUU1 115 120 120
2 TTUU2 115 120 120
3 TTUU21 45 45 50
4 TTUU22 18 20 22
5 TTUU23 8 8 8
6 TTUU24 17 10 15
7 TTUU25 10 6 10
8 TTUU26 4 3 4
9 TTUU3 70 75 70
10 TTUU31 30 40 30
11 TTUU32 15 19 18
12 TTUU33 5 9,6 9
13 TTUU4 40 35 40
14 TTUU41 8 10 5
15 TTUU5 32 25 35
16 TTUU51 9 5 8
17 TTUU6 23 20 27
18 TTUU61 23 20 27
19 TTUU62 15 13 20
20 TTUU63 4 0 0
21 TTUU64 2,2 6 5
22 TTUU65 2,2 6 5
23 TTUU66 2,2 6 5
24 TTUS67 8,8 7 15
25 TTUU68 4,6 0 0
26 TTUU69 4,2 7 15
27 TTUU610 4,2 3 7
28 TTUU611 4,2 3 2
29 TTUU612 4,2 3 2
30 TTUU613 1,2 3 2
Tabel 3. 14 Tabel Resistivity Bahan/ Material
Bahan ρ (Ω • m) pada 20 ° C Tahanan
σ (S / m) pada 20 ° C Daya konduksi
Perak 1,59 × 10 -8 6,30 × 10 7
Tembaga 1,68 × 10 -8 5.96 × 10 7
Tembaga anil 1,72 × 10 -8 5.80 × 10 7
Emas 2,44 × 10 -8 4.10 × 10 7
Aluminium 2.82 × 10 -8 3,5 × 10 7
Kalsium 3,36 × 10 -8 2.98 × 10 7
Tungsten 5.60 × 10 -8 1,79 × 10 7
Seng 5.90 × 10 -8 1,69 × 10 7
Nikel 6.99 × 10 -8 1,43 × 10 7
Lithium 9.28 × 10 -8 1,08 × 10 7
Besi 1,0 × 10 -7 1.00 × 10 7
Platinum 1,06 × 10 -7 9.43 × 10 6
Timah 1,09 × 10 -7 9.17 × 10 6
Baja karbon (10 10) 1,43 × 10 -7
Memimpin 2.2 × 10 -7 4.55 × 10 6
Titanium 4,20 × 10 -7 2.38 × 10 6
Grain listrik baja berorientasi 4.60 × 10 -7 2.17 × 10 6
Manganin 4.82 × 10 -7 2,07 × 10 6
Constantan 4,9 × 10 -7 2.04 × 10 6
Stainless steel 6,9 × 10 -7 1,45 × 10 6
Air raksa 9,8 × 10 -7 1,02 × 10 6
Nichrome 1.10 × 10 -6 9,09 × 10 5
(http://chemistry.about.com/od/moleculescompounds/a/Table-Of-Electrical-Resistivity-And-
Conductivity.htm)
Tabel 3. 15 KHA terus menerus kabel pilin udara
berpenghantar aluminium atau
tembaga, berisolasi XLPE atau PVC dengan tegangan
pengenal 0,6/` kV (1,2 kV),
untuk saluran tegangan rendah dan saluran pelayanan,
pada suhu keliling
maksimum 30°C
Tabel 3. 16 Karakteristik kabel twisted TR
PenampangNominal
TahananPada 850C
Reaktansipada50 Hz
Arus yang diizinkan pada
200C 300C 400C
mm2 Ohm / km Ohm / km A A A
16
25
35
50
70
2,41
1,52
1,10
0,81
0,54
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
85
110
135
160
200
80
100
125
145
185
70
95
110
135
170
(Pusdilkat PT.PLN(Persero), Perhitungan Losses)
BAB 4ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Susut Tegangan Pada Rayon Card TU-19
Yang dimaksud dengan susut tegangan adalah selisih
antara tegangan sumber (pangkal) yang berasal dari
sekunder trafo dengan tegangan ujung saluran.
Menurut peraturan SPLN (Standart Perusahaan Listrik
Negara) No.1 Tahun 1995 bahawa drop tegangan ujung
yang dijinkan maksimal +5% dan minimal -10% dari
nilai nominal tegangan sekunder trafo distribusi.
Seperti pada Rayon Card TU-19 pada jurusan Utara dan
Selatan, pada jaringan ini terjadi susut tegangan
yang melebih batas tegangan ujung yang diijinkan.
4.1.1 Perhitungan Susut Tegangan
1. Berdasarkan arus mengalir secara pengukuran
Untung perhitungan susut tegangan secara
pengukuran maupun secara teori, data yang
digunakan adalah data yang terukur pada saat beban
puncak yang memiliki nilai beban yang paling
tinggi, pada phasa R untuk jurusan selatan dan
phasa S untuk jurusan utara.
a) Pada jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan
Selatan Phasa R
Pengukuran I
VL-N(Pangkal) = 226 V, VL-N(Ujung) = 201 V
IR = 155 A, IS = 101 A, IT = 150 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=226V−201V
ΔV=25V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=25226
x100%=11,06%
Pengukuran II
VL-N(Pangkal) = 225 V, VL-N(Ujung) = 200 V
IR = 160 A, IS = 101 A, IT = 154 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=225V−200V
ΔV=25V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=25225
x100%=11,11%
Pengukuran III
VL-N(Pangkal) = 224 V, VL-N(Ujung) = 201 V
IR = 156 A, IS = 105 A, IT = 150 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=224V−201V
ΔV=23V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=23224
x100%=10,27%
b) Pada jaringan Rayon Card TU-19 jurusan Utara
Phasa S
Pengukuran I
VL-N(Pangkal) = 224 V, VL-N(Ujung) = 200 V
IR = 115 A, IS = 120 A, IT = 117 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=224V−200V
ΔV=24V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=24224
x100%=10,71%
Pengukuran II
VL-N(Pangkal) = 225 V, VL-N(Ujung) = 200 V
IR = 120 A, IS = 126 A, IT = 117 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=225V−200V
ΔV=25V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=25225
x100%=11,11%
Pengukuran III
VL-N(Pangkal) = 224 V, VL-N(Ujung) = 200 V
IR = 115 A, IS = 120 A, IT = 120 A
Dengan persamaan (2.12), maka susut tegangan
adalah sebagai berikut :
ΔV=VS−VR
ΔV=224V−200V
ΔV=24V
Besar susut tegangan dalam persen (%)
%ΔV=24224
x100%=10,71%
2. Berdasarkan Teori
Untung perhitungan susut tegangan secara teori,
data yang digunakan adalah data yang terukur pada
saat beban puncak, pada phasa yang arus bebannya
tertinggi dari ketiga phasa dan dari ketiga hasil
pengukuran
a) Pada jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan
Pengukuran I
Data yang diambil adalah pengukuran I dengan
beban arus yang mengalir pada phasa R yaitu
155 A. Perhitungan susut tegangan didasarkan
pada gambar di bawah ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut
tegangan totalnya merupakan hasil dari
penjumlahan susut tegangan dari tiap-tiap
bagian.
Bagian A
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS1 - TTUS11ΔV= 0,735 V
TTUS11 - TTUS12ΔV= 0,566 V
TTUS12 - TTUS13ΔV= 0,298 V
Total susut tegangan untuk bagian A adalahΔV= 1,600 V
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS2 - TTUS21ΔV= 0,4517 V
TTUS21 - TTUS22ΔV= 0,2610
V
TTUS22 - TTUS23ΔV= 0,1285
V
Total susut tegangan untuk bagian B adalahΔV= 0,8412 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS3 - TTUS31ΔV= 0,552 V
TTUS31 - TTUS32ΔV= 0,404 V
TTUS32 - TTUS33ΔV= 0,147 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalahΔV= 1,103 V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS4 - TTUS41ΔV= 0,404 V
TTUS41 - TTUS42ΔV= 0,235 V
TTUS42 - TTUS43ΔV= 0,089 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS5 - TTUS51ΔV= 0,4590 V
TTUS51 - TTUS52ΔV= 0,3121
V
TTUS52 - TTUS53ΔV= 0,1230
V
Total susut tegangan untuk bagian E adalahΔV= 0,8941 V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.2) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS5 - TTUS51ΔV= 0,276 V
TTUS51 - TTUS52ΔV= 0,182 V
TTUS52 - TTUS53ΔV=
0,043 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalahΔV= 0,501 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan
dia atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE+ΔVF
ΔV = (1,600 +0,8412 +1,103+0,729 +0,8941
+0,501) VoltΔV = 5,668 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=5,668226
x100%=2,51%
Pengukuran II
Data yang diambil adalah pengukuran II dengan
beban arus terpakai tertinggi adalah pada
phasa R yaitu 160 A. Perhitungan susut
tegangan didasarkan pada gambar di bawah
ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut
tegangan totalnya merupakan hasil dari
penjumlahan susut tegangan dari tiap-tiap
bagian.
Bagian A
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS1 - TTUS11ΔV= 0,735 V
TTUS11 - TTUS12ΔV= 0,566 V
TTUS12 - TTUS13ΔV= 0,298 V
Total susut tegangan untuk bagian A adalahΔV= 1,600 V
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS2 - TTUS21ΔV= 0,5510 V
TTUS21 - TTUS22ΔV= 0,4040
V
TTUS22 - TTUS23ΔV= 0,1836
V
Total susut tegangan untuk bagian B adalahΔV= 1,1386 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS3 - TTUS31ΔV= 0,368 V
TTUS31 - TTUS32ΔV= 0,283 V
TTUS32 - TTUS33ΔV= 0,110 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalahΔV= 0,761 V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS4 - TTUS41ΔV= 0,485 V
TTUS41 - TTUS42ΔV= 0,294 V
TTUS42 - TTUS43ΔV= 0,142 V
Total susut tegangan untuk bagian D adalahΔV= 0,921 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS5 - TTUS51ΔV= 0,4410 V
TTUS51 - TTUS52ΔV= 0,2940
V
TTUS52 - TTUS53ΔV= 0,1102
V
Total susut tegangan untuk bagian E adalahΔV= 0,8452 V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.3) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS5 - TTUS51ΔV= 0,404 V
TTUS51 - TTUS52ΔV= 0,364 V
TTUS52 - TTUS53ΔV= 0,165 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalahΔV= 0,934 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan
dia atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE
ΔV = (1,600+1,1386+0,761+0,
921+0,8452+0,934) VoltΔV = 6,120 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=6,120225
x100%=2,72%
Pengukuran III
Data yang diambil adalah pengukuran III
dengan beban arus yang mengalir pada phasa R
yaitu 156 A. Perhitungan susut tegangan
didasarkan pada gambar di bawah ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut
tegangan totalnya merupakan hasil dari
penjumlahan susut tegangan dari tiap-tiap
bagian.
Bagian A
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS1 - TTUS11ΔV= 0,743 V
TTUS11 - TTUS12ΔV= 0,607 V
TTUS12 - TTUS13ΔV= 0,347 V
Total susut tegangan untuk bagian A adalahΔV= 1,697 V
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS2 - TTUS21ΔV= 0,5692 V
TTUS21 - TTUS22ΔV= 0,3856
V
TTUS22 - TTUS23ΔV= 0,2020
V
Total susut tegangan untuk bagian B adalahΔV= 1,1568 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS3 - TTUS31ΔV= 0,349 V
TTUS31 - TTUS32ΔV= 0,303 V
TTUS32 - TTUS33ΔV= 0,104 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalahΔV= 0,757V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS4 - TTUS41ΔV= 0,502 V
TTUS41 - TTUS42ΔV= 0,246 V
TTUS42 - TTUS43ΔV= 0,109 V
Total susut tegangan untuk bagian D adalahΔV= 0,857 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS5 - TTUS51ΔV= 0,4040 V
TTUS51 - TTUS52ΔV= 0,2644
V
TTUS52 - TTUS53ΔV= 0,1414
V
Total susut tegangan untuk bagian E adalahΔV= 0,810 V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.4) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUS6 - TTUS61ΔV= 0,331 V
TTUS61 - TTUS62ΔV= 0,283 V
TTUS62 - TTUS63ΔV= 0,122 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalahΔV= 0,737 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan
dia atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE+ΔVF
ΔV = (1,697 +1,1568 +0,757+0,857 +0,810
+0,737) VoltΔV = 6,015 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=6,015224
x100%=2,69 %
b) Pada jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
Pengukuran I
Data yang diambil adalah pengukuran I dengan
beban arus yang mengalir pada phasa S yaitu
120 A. Perhitungan susut tegangan didasarkan
pada gambar di bawah ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut
tegangan totalnya merupakan hasil dari
penjumlahan susut tegangan dari tiap-tiap
bagian.
Bagian A
Berdasarkan gambar diatas, besar susut
tegangan dianggap nol karena tidak adanya
pembagian beban pada bagian ini.
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.5) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU2 - TTUU21ΔV= 0,919 V
TTUU21 - TTUU22ΔV= 0,506 V
TTUU22 - TTUU23ΔV= 0,184 V
TTUU21 - TTUU24ΔV= 0,263 V
TTUU24 - TTUU25ΔV= 0,147 V
TTUU25 - TTUU26ΔV= 0,066 V
Total susut tegangan untuk bagian B adalahΔV= 2,085 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.5) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU3 - TTUU31ΔV= 0,910 V
TTUU31 - TTUU32ΔV= 0,460 V
TTUU32 - TTUU33ΔV= 0,221 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalahΔV= 1,590 V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.5) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU4 - TTUU41ΔV= 0,0919 V
Total susut tegangan untuk bagian D adalahΔV= 0,0919 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
= =
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.5) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU5 - TTUU51 0,1836 V
Total susut tegangan untuk bagian E adalah
0,1836 V
AxlR
2
2
7050/0286,0
mmmmxmmΩ
Ω0204,0
Cos
V
V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.5) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU6 - TTUU61ΔV= 0,184 V
TTUU61 - TTUU62ΔV= 0,121 V
TTUU62 - TTUU63ΔV= 0
V
TTUU62 - TTUU64ΔV= 0,040 V
TTUU64 - TTUU65ΔV= 0,040 V
TTUU65 - TTUU66ΔV= 0,033 V
TTUU62 - TTUU67ΔV= 0,076 V
TTUU67 - TTUU68ΔV= 0
V
TTUU67 - TTUU69ΔV= 0,085 V
TTUU69 - TTUU610ΔV= 0,040 V
TTUU610 - TTUU611ΔV= 0,044 V
TTUU611 - TTUU612ΔV= 0,036 V
TTUU612 - TTUU613ΔV= 0,040 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalahΔV= 0,742 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan
dia atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE+ΔVF
ΔV = (0+2,085+1,590+0,0919+0,1836+0,742)
VoltΔV = 4,693 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=4,693224
x100%=2,095 %
Pengukuran II
Data yang diambil adalah pengukuran II dengan
beban arus terpakai tertinggi pada phasa S
yaitu 126 A. Perhitungan susut tegangan
didasarkan pada gambar di bawah ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut tegangan
totalnya merupakan hasil dari penjumlahan susut
tegangan dari tiap-tiap bagian.
Bagian A
Berdasarkan gambar diatas, besar susut tegangan
dianggap nol karena tidak adanya pembagian
beban pada bagian ini.
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan jarak
antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70 mm2,
tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m maka
besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan (Tabel
3.6) maka besar susut tegangan adalah :
TTUU2 - TTUU21ΔV= 0,938 V
TTUU21 - TTUU22ΔV= 0,445 V
TTUU22 - TTUU23ΔV= 0,184 V
TTUU21 - TTUU24ΔV= 0,344 V
TTUU24 - TTUU25ΔV= 0,221 V
TTUU25 - TTUU26ΔV= 0,099 V
Total susut tegangan untuk bagian B adalah ΔV=
2,230 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan jarak
antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70 mm2,
tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m maka
besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan (Tabel
3.6) maka besar susut tegangan adalah :
TTUU3 - TTUU31ΔV= 0,809 V
TTUU31 - TTUU32ΔV= 0,460 V
TTUU32 - TTUU33ΔV= 0,331 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalah ΔV=
1,600 V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
= =
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Ω0286,0
AxlR
2
2
7050/0286,0
mmmmxmmΩ
Ω0204,0
Dengan nilai = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.6) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU4 - TTUU41 0,1840 V
Total susut tegangan untuk bagian D adalah
0,1840 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan jarak
antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70 mm2,
tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m maka
besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan (Tabel
3.6) maka besar susut tegangan adalah :
Cos
V
V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan jarak
antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70 mm2,
tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m maka
besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan (Tabel
3.6) maka besar susut tegangan adalah :
TTUU6 - TTUU61ΔV= 0,368 V
TTUU61 - TTUU62ΔV= 0,257 V
TTUU62 - TTUU63ΔV= 0
V
TTUU62 - TTUU64ΔV= 0,142 V
TTUU64 - TTUU65ΔV= 0,142 V
TTUU65 - TTUU66ΔV= 0,116 V
TTUU62 - TTUU67ΔV= 0,116 V
TTUU67 - TTUU68ΔV= 0
V
TTUU67 - TTUU69ΔV= 0,129 V
TTUU69 - TTUU610ΔV= 0,070 V
TTUU610 - TTUU611ΔV= 0,077 V
TTUU611 - TTUU612ΔV= 0,063 V
TTUU612 - TTUU613ΔV= 0,070 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalah ΔV=
1,548 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan dia
atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE+ΔVF
ΔV = (0+2,230+1,600+0,1840+0,0918+1,548) VoltΔV = 5,654 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=5,654225
x100%=2,513 %
Pengukuran III
Data yang diambil adalah pengukuran III
dengan beban arus yang mengalir pada phasa S
yaitu 120 A. Perhitungan susut tegangan
didasarkan pada gambar di bawah ini :
Perhitungan susut tegangan dibagi dalam
beberapa bagian yang besar nilai susut
tegangan totalnya merupakan hasil dari
penjumlahan susut tegangan dari tiap-tiap
bagian.
Bagian A
Berdasarkan gambar diatas, besar susut
tegangan dianggap nol karena tidak adanya
pembagian beban pada bagian ini.
Bagian B
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.7) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU2 - TTUU21ΔV= 0,827 V
TTUU21 - TTUU22ΔV= 0,404 V
TTUU22 - TTUU23ΔV= 0,147 V
TTUU21 - TTUU24ΔV= 0,202 V
TTUU24 - TTUU25ΔV= 0,110 V
TTUU25 - TTUU26ΔV= 0,050 V
Total susut tegangan untuk bagian B adalahΔV= 1,741 V
Bagian C
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.7) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU3 - TTUU31ΔV= 0,809 V
TTUU31 - TTUU32ΔV= 0,349 V
TTUU32 - TTUU33ΔV= 0,177 V
Total susut tegangan untuk bagian C adalahΔV= 1,335 V
Bagian D
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
= =
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:
Volt
Dengan nilai = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.7) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU4 - TTUU41 0,1840 V
Total susut tegangan untuk bagian D adalah
0,1840 V
Bagian E
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
Ω0286,0
AxlR
2
2
7050/0286,0
mmmmxmmΩ
Ω0204,0
xCosxRIV SS
Cos
V
V
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.7) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU5 - TTUU51 ΔV= 0,0918 V
Total susut tegangan untuk bagian E adalahΔV= 0,0918 V
Bagian F
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dan
jarak antara tiang 50 m, jenis kabel TIC 70
mm2, tahanan jenis aluminium 0,0286Ω mm2/m
maka besarnya hambatan (R) adalah:
R=ρxlA =
0,0286Ωmm2 /mx50m70mm2
= 0,0204Ω
Dan dengan persamaan (2.15) bahwa besarnya
jatuh tegangan adalah:ΔV=ISxRSxCosϕ Volt
Dengan nilai Cosϕ = 0,9 sesuai dengan
(Tabel 3.7) maka besar susut tegangan
adalah :
TTUU6 - TTUU61ΔV= 0,368 V
TTUU61 - TTUU62ΔV= 0,239 V
TTUU62 - TTUU63ΔV= 0
V
TTUU62 - TTUU64ΔV= 0,121 V
TTUU64 - TTUU65ΔV= 0,121 V
TTUU65 - TTUU66ΔV= 0,099 V
TTUU62 - TTUU67ΔV= 0,116 V
TTUU67 - TTUU68ΔV= 0
V
TTUU67 - TTUU69ΔV= 0,129 V
TTUU69 - TTUU610ΔV= 0,055 V
TTUU610 - TTUU611ΔV= 0,061 V
TTUU611 - TTUU612ΔV= 0,050 V
TTUU612 - TTUU613 ΔV= 0,055 V
Total susut tegangan untuk bagian F adalahΔV= 1,414 V
Sehingga total susut tegangan yang dicari
berdasarkan teori melalui gambar jaringan
dia atas adalah :
ΔV=ΔVA+ΔVB+ΔVC+ΔVD+ΔVE+ΔVF
ΔV = (0+1,741+1,335+0,184+0,0918+1,414)
VoltΔV = 4,766 Volt
Dalam bentuk persen (%) adalah :
%ΔV=4,766224
x100%=1,994 %
4.1.2 Perhitungan Rugi Daya
1. Berdasarkan susut tegangan yang diperoleh dari
hasil pengukuran
a) Pada Jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan
Pengukuran I
Untuk perhitungkan rugi daya secara
pengukuran di lapangan maupun secara teori
Rayon Card TU-19 antara Line dengan Netral
(L-N) sama, data yang diambil adalah data
pada pengukuran beban puncak dan phasa yang
memiliki beban tertingi yaitu phasa R. Dengan
nilai jatuh tegangan = 25Volt , sehingga rugi
daya pada phasa R berdasarkan persamaan
(2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 25Voltx155Ax0,9
ΔPR= 3.4875,5W
ΔPR= 3,488kW
Pengukuran II
Untuk perhitungkan rugi daya secara
pengukuran di lapangan maupun secara teori
Rayon Card TU-19 antara Line dengan Netral
(L-N) sama, data yang diambil adalah data
pada pengukuran beban puncak dan phasa yang
memiliki beban tertingi yaitu phasa R. Dengan
nilai jatuh tegangan = 25Volt , sehingga rugi
daya pada phasa R berdasarkan persamaan
(2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 25Voltx160Ax0,9
ΔPR= 3600W
ΔPR= 3,6kW
Pengukuran III
Untuk perhitungkan rugi daya secara
pengukuran di lapangan maupun secara teori
Rayon Card TU-19 antara Line dengan Netral
(L-N) sama, data yang diambil adalah data
pada pengukuran beban puncak dan phasa yang
memiliki beban tertingi yaitu phasa R. Dengan
nilai jatuh tegangan = 23Volt , sehingga rugi
daya pada phasa R berdasarkan persamaan
(2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 23Voltx156Ax0,9
ΔPR= 3.229,2W
ΔPR= 3,23kW
b) Pada Jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
Pengukuran I
Untuk perhitungkan rugi daya secara
pengukuran di lapangan maupun secara teori
Rayon Card TU-19 antara Line dengan Netral
(L-N) sama, data yang diambil adalah data
pada saat pengukuran beban puncak dan phasa
yang memiliki beban tertingi yaitu phasa S.
Dengan nilai jatuh tegangan = 24Volt , sehingga
rugi daya pada phasa S berdasarkan persamaan
(2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS =24Voltx120Ax0,9
ΔPS =2.592W
ΔPS =2,592kW
Pengukuran II
Untuk perhitungkan rugi daya secara pengukuran
di lapangan maupun secara teori Rayon Card TU-19
antara Line dengan Netral (L-N) sama, data yang
diambil adalah data pada saat pengukuran beban
puncak dan phasa yang memiliki beban tertingi
yaitu phasa S. Dengan nilai jatuh tegangan =25Volt , sehingga rugi daya pada phasa S
berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS =25Voltx126Ax0,9
ΔPS =2.835W
ΔPS =2,835kW
Pengukuran III
Untuk perhitungkan rugi daya secara
pengukuran di lapangan maupun secara teori
Rayon Card TU-19 antara Line dengan Netral
(L-N) sama, data yang diambil adalah data
pada saat pengukuran beban puncak dan phasa
yang memiliki beban tertingi yaitu phasa S.
Dengan nilai jatuh tegangan = 24Volt , sehingga
rugi daya pada phasa S berdasarkan persamaan
(2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS =24Voltx120Ax0,9
ΔPS =2.592W
ΔPS =2,592kW
2. Berdasarkan susut tegangan yang diperoleh dari
perhitungan secara teori
a) Pada Jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Selatan
Pengukuran I
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa R, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk R-N =5,668Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran I sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 5,668Voltx155Ax0,9
ΔPR= 793,48W
ΔPR= 0,79348kW
Pengukuran II
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa R, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk R-N =
6,120Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran II sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 6,120Voltx160Ax0,9
ΔPR= 881,28W
ΔPR= 0,88128kW
Pengukuran III
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa R, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk R-N =6,015Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran III sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPR=ΔVxIRxCosϕ
ΔPR= 6,015Voltx156Ax0,9
ΔPR= 844,51W
ΔPR= 0,84451kW
b) Pada Jaringan Rayon Card TU-19 Jurusan Utara
Pengukuran I
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa S, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk S-N =4,693Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran I sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS= 4,693Voltx120Ax0,9
ΔPS= 506,84W
ΔPS= 0,50684kW
Pengukuran II
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa S, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk S-N =5,654Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran II sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS= 5,654Voltx126Ax0,9
ΔPS= 641,16WΔPS= 0,64116kW
Pengukuran III
Untuk perhitungkan rugi daya berdasarkan
susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yang dimana nilai yang diambil dari
phasa tertinggi yaitu phasa S, maka besarnya
nilai jatuh tegangan pada saluran untuk S-N =4,766Volt dan data arus terpakai diambil dari
hasil pengukuran III sesuai perhitungan susut
tegangan sebelumnya, sehingga rugi daya tiap
phasa berdasarkan persamaan (2.16) adalah:
ΔPS=ΔVxISxCosϕ
ΔPS= 4,766Voltx120Ax0,9
ΔPS= 514,73W
ΔPS= 0,51473kW
Tabel 4. 1 Susut tegangan dan rugi daya
No Rayoncard
Jurusan
Berdasarkan Teori Berdasarkan Pengukuran
∆V(%) ∆P(KW) ∆V(%) ∆P(KW)
I II III I II III I II III I II III
1 TU-19
Selatan
PhasaR
2,510
2,720
2,690
0,7940
0,8813
0,8445 11,06 11,11 10,27 3,49 3,60 3,23
2 TU-19UtaraPhasaS
2,095
2,513
1,994
0,5068
0,6412
0,51473 10,71 11,11 10,71 2,59 2,84 2,59
Grafik 4.1 Hubungan susut tegangan dengan rugi daya
pada jaringan Rayon card TU-19 jurusan selatan
pada phasa R berdasarkan pengukuran.
3.2 3.25 3.3 3.35 3.4 3.45 3.5 3.55 3.6 3.659.8
10
10.2
10.4
10.6
10.8
11
11.2
RUGI DAYA (kW)
SUSU
T TEGA
NGAN
(%)
Dari grafik di atas dapat dinyatakan bahwa semakin
besar nilai jatuh tegangan maka akan semakin besar pula
nilai rugi dayanya, seperti yang ditunjukkan pada
grafik di atas ketika nilai susut tegangan pada phasa R
sebesar 11,06 % maka rugi daya-nya sebesar 3,49 kW,
ketika nilai susut tegangan sebesar 11,11 % maka rugi
daya-nya sebesar 3,6 kW dan ketika nilai susut tegangan
sebesar 10,27 % maka rugi daya-nya sebesar 3,23 kW.
Grafik 4.2 Hubungan suusut tegangan dengan rugi daya
pada jaringan Rayon Card TU-19 jurusan utara
phasa S berdasarkan pengukuran
2.55 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.8510.610.710.810.911
11.111.211.311.411.5
RUGI DAYA (kW)
SUS
UT T
EGAN
GAN (%
)
Dari grafik di atas dapat dinyatakan bahwa semakin
besar nilai jatuh tegangan maka akan semakin besar pula
nilai rugi dayanya, seperti yang ditunjukkan pada
grafik di atas ketika nilai susut tegangan sebesar
11,11 % maka rugi daya-nya sebesar 2,835 kW, ketika
nilai susut tegangan sebesar 10,71 % maka rugi daya-nya
sebesar 2,592 kW dan ketika nilai susut tegangan
sebesar 10,71 % maka rugi daya-nya sebesar 2,592 kW.
4.2 Analisa susut tegangan pada jaringan Rayon Card
TU-19
Berdasarkan nilai toleransi tegangan pelayanan (SPLN
No.1 Tahun 1995), nilai susut tegangan pada jaringan
TU-19 yang diperoleh dari hasil pengukuran melampaui
nilai toleransi yang telah ditetapkan. Yang mana
nilai susut tegangan yang diperoleh dari hasil tiga
kali pengukuran pada jaringan TU-19 jurusan selatan
adalah sebagai berikut : hasil pengukuran pertama
sebesar 11,06 % , pengukuran kedua sebesar 11,11
% , pengukuran ketiga 10,27 %. Namun berbeda jauh
dengan nilai susut tegangan yang diperoleh dari
hasil teori yaitu nilai pengukuran pertama sebesar
2,510 %, pengukuran kedua 2,720 %, pengukuran ketiga
sebesar 2,690 %
Untuk nilai susut tegangan pada jaringan TU-19
jurusan utara adalah sebagai berikut : hasil
pengukuran pertama sebesar 10,71 % , pengukuran
kedua sebesar 11,11 % , dan pengukuran ketiga 10,71
%. Nilai susut tegangan yang diperoleh dari hasil
teori yaitu nilai pengukuran pertama sebesar 2,095
%, pengukuran kedua sebesar 2,513 %, dan penukuran
ketiga 1,994 %.
4.3 Analisa rugi daya pada jaringan Rayon Card TU-19
Besar nilai rugi daya dipengaruhi oleh besarnya
susut tegangan yang terjadi pada jaringan. Semakin
besar nilai susut tegangan maka semakin besar pula
nilai rugi dayanya.
Nilai rugi daya pada jaringan Rayon Card TU-19
jurusan selatan yang diperoleh dari hasil tiga kali
pengukuran adalah sebagai berikut : untuk susut
tegangan 11,06 % maka rugi dayanya sebesar 3,49 kW,
untuk susut tegangan 11,11 % maka rugi dayanya
sebesar 3,6 kW, untuk susut tegangan 10,27% maka
rugi dayanya sebesar 3,23 kW.
Nilai rugi daya yang diperoleh dari hasil teori
adalah dengan nilai susut tegangan 2,510 % maka
rugi dayanya sebesar 0,7938 kW, untuk nilai susut
tegangan 2,720 % maka nilai rugi dayanya sebesar
0,88813 kW, untuk nilai susut tegangan 2,690 % maka
nilai rugi dayanya sebesar 0,8445 kW.
Untuk jurusan utara, nilai rugi daya yang diperoleh
dari hasil tiga kali pengukuran adalah sebagai
berikut : untuk susut tegangan 10,71 % maka rugi
dayanya sebesar 2,592 kW, untuk susut tegangan 11,11
% maka rugi dayanya sebesar 2,835 kW, dan untuk
susut tegangan 10,71 % maka rugi dayanya sebesar
2,592 kW.
Nilai rugi daya yang diperoleh dari hasil teori
adalah dengan nilai susut tegangan 2,095 % maka
rugi dayanya sebesar 0,5068 kW, untuk nilai susut
tegangan 2,513 % maka nilai rugi dayanya sebesar
0,6412 kW, untuk nilai susut tegangan 1,994 % maka
nilai rugi dayanya sebesar 0,5147 kW.
4.4 Sebab terjadinya susut tegangan dan rugi daya pada
jaringan Rayon Card TU-19
Beberapa faktor penyebab terjadinya susut tegangan
dan rugi daya diantaranya adalah :
Beban Puncak (Ampere)
Panjang Saluran (Km)
Tahanan Saluran ( Ω/¿ ¿km)
Sambungan-sambungan yang kurang baik pada
penghantar
A. Beban Puncak (Ampere)
Pada saat beban puncak arus yang mengalir pada
penghantar tiap phasa akan besar. Semakin besar
arus yang mengalir maka rugi daya yang terjadi
pada jaringan. Hal ini dibuktikan dengan nilai
rugi daya yang diperoleh dari hasil pengukuran
pada jaringan Rayon Card TU-19.
Pada pengukuran I, II dan III pada jaringan Rayon
Card TU-19 jurusan selatan ataupun utara, semakin
besar arus yang mengalir pada phasa maka semakin
besar susut tegangan dan rugi daya pada jaringan
tersebut.
B. Panjang Saluran (Km) dan Tahanan Saluran ( Ω/¿ ¿km)
Panjang saluran (jaringan) dan tahanan saluran
juga mempengaruhi nilai susut tegangan dan rugi
daya pada jaringan distribusi. Semakin panjang
saluran penghantar maka semakin besar tahanan
saluran juga susut tegangan dan rugi daya semakin
besar.
Seperti yang terjadi pada jaringan Rayon Card TU-
19 jurusan utara, nilai susut tegangan yang
diperoleh secara teori. Pada bagian F nilai susut
tegangan lebih besar dibandingkan dengan bagian-
bagian lainnya. Ini dikarenakan panjang jaringan
bagian F lebih panjang dibanding dengan bagian
lainnya (dalam hal ini nilai tahanan saluran
setiap bagian sama).
C. Sambungan-sambungan yang kurang baik pada
penghantar
Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
susut tegangan. Ini dikarenakan kurang baiknya
sambungan pada penghantar sehingga dapat
menyebabkan susut tegangan pada jaringan
distribusi.
Misalnya sambungan penghantar yang seharusnya
menggunakan join slevee tetapi tidak digunakan
melainkan dililit atau dipuntir.
Sambungan tidak baik juga dapat mengakibatkan
adanya loss contact, sambungan antar kawat tidak
rapat sehingga terdapat celah udara yang
seharusnya kedap udara sehingga menyebabkan alat
cepat rusak dan mengakibatkan susut tegangan.
Sambungan tidak baik kadang disebabkan adanya
ranting pohon layang-layang yang menempel pada
kabel.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan
penulis, maka dapat diambil simpulan dan saran sebagai
berikut:
5.1 SIMPULAN
1. Besar nilai susut tegangan yang diperoleh dari
hasil pengukuran Pada Rayon Card TU-19 jurusan
selatan yang tertinggi adalah 11,11 % berdasarkan
pengukuran II dan nilai rugi dayanya sebesar 3,6
kW.
2. Besar nilai susut tegangan yang diperoleh dari
hasil pengukuran Pada Rayon Card TU-19 jurusan
utara yang tertinggi adalah 11,11 % berdasarkan
pengukuran II dan nilai rugi dayanya sebesar 2,835
kW.
3. Nilai susut tegangan pada jaringan distribusi
sekunder trafo TU-19 tidak sesuai standart SPLN
NO.1 Tahun 1995
4. Terdapat perbedaan nilai yang jauh pada nilai
susut tegangan dan rugi daya yang diperoleh secara
pengukuran dengan nilai yang diperoleh secara
teori.
5. Nilai susut tegangan pada jaringan mempengaruhi
nilai rugi daya pada jaringan. Semakin besar nilai
susut tegangan maka semakin besar juga nilai rugi
daya yang dihasilkan.
6. Faktor lain yang mempengaruhi rugi daya adalah
arus yang mengalir pada penghantar. Semakin besar
nilai arus yang mengalir pada penghantar maka
semakin besar rugi daya yang dihasilkan.
7. Penyambungan yang kurang baik juga merupakan salah
satu penyebab terjadinya susut tegangan pada
penghantar. Hal ini juga merupakan salah satu
penyebab bedanya nilai susut tegangan yang
diperoleh secara pengukuran dengan yang diperoleh
secara teori.
5.2 SARAN
1. Sebaiknya sebelum pemasangan tambahan beban baru
pada jaringan untuk pelanggan perlu diperhatikan
kapasitas maksimu trafo dan arus yang mengalir
pada tiap phasa sehingga nantinya pada saat
pemasangan beban tidak terjadi perbedaan arus yang
terlalu besar antar phasa.
2. Perlu diadakan perbaikan maupun perawatan pada
jaringan seperti memperbaiki sambungan-sambungan
penghantar yang kurang baik. Mengganti penghantar
yang sudah rusak ataupun memperbesar penghantar
untuk mengurangi susut tegangan dan rugi daya ada
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Kadir, “Distribusi Dan Utilisasi Tenaga
Listrik”, Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press), Jakarta, 2006.
2. Djiteng Marsudi, “Operasi system tenaga listrik”,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
3. Daryanto, “Keterampilan Kejuruan Teknik Listrik” ,
Penerbit PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera,
Bandung, 2010.
4. Lister, “Mesin Dan Rangkaian Listrik” Edisi
Keenam, Penerbit Erlangga, Jakrta, 1998.
5. Stevenson, Jr., William D, “Analisis Sistem Tenaga
Listrik”, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1984.
6. Hutauruk, T.S, “Transmisi Daya Listrik”, Penerbit
Erlangga, Institut Teknologi Bandung, 1982.
7. SPLN 1 (Standar Perusahaan Listrik Negara),
“Tegangan-tegangan Standar”, Penerbit P.T. PLN
(Persero), Jakarta, 1995.
8. Pemeliharaan Gardu Distribusi, P.T. PLN
(Persero), PUSDIKLAT.
9. Teori Listrik Dasar, P.T. PLN (Persero),
PUSDIKLAT.
10. Perhitungan Losses, P.T. PLN (Persero),
Pusdiklat.
11. Muh. Nasir Malik, “Analisi Losses Jaringan
Distribusi Primer Pada Penyulang ADHYAKSA
MAKASSAR, 25 Juni 2013.
http://elektro.unm.ac.id/jurnal/ME/ME%20Vol%204%20No.
%201%20edisi%20Juni%202009/Jurnal%20M.%20Nasir
%20Malik.pdf