Studi Kasus Desa Suntenjaya, Bandung Financial Feasibilty

16
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 14 No. 1, Juli 2013: 27-42 ISSN 1411-5212 Evaluasi Kelayakan Finansial Usaha Peternakan dan Pengembangan Biogas: Studi Kasus Desa Suntenjaya, Bandung Financial Feasibilty Evaluation of The Integration of Biogas: A Case Study of Suntenjaya Village, Bandung Resty F. Maeanti a,* , Akhmad Fauzi a , Asti Istiqomah a a Departemen Ekonomi dan Sumber daya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Abstract This study aims to evaluate the feasibility of biogas project in Suntenjaya Village, Bandung and identify factors that affect revenues, environment and wider economic benefit of the project, using benefit cost analysis, multiple regression, and descriptive analysis. The results show that biogas project is feasible to be developed. Variables that significantly influence on the biogas project are total amount of poultry’s waste, total amount of water, and labor. Economic impact of biogas from employment is 1.96%. Furthermore, fuel cost savings of biogas is IDR1,406,160. Environmental impact shows that mostly of cow farmer agree that biogas development project give positive impacts to environment. Keywords: Biogas, Cattle’s Waste, Financial Feasibility Evaluation Abstrak Studi ini bertujuan mengevaluasi kelayakan dari usaha biogas di Desa Suntenjaya, Bandung dan mengidenti- fikasi faktor-faktor yang memengaruhi usaha pengembangan biogas, serta mengidentifikasi dampak ekonomi dan lingkungan dari keberadaan usaha biogas. Metode yang digunakan adalah analisis keuangan, analisis biaya manfaat, model regresi berganda, dan analisis deskriptif. Evaluasi kelayakan proyek menunjukkan usaha peternakan sapi perah dengan pengembangan biogas adalah layak. Faktor-faktor yang memengaruhi usaha pengembangan biogas ialah jumlah kotoran sapi, jumlah air yang digunakan, dan jumlah tenaga kerja. Dampak ekonomi dari pengembangan biogas, yaitu penyerapan tenaga kerja sebesar 1,96% dan penghematan biaya bahan bakar yang dihemat sebesar Rp1.406.160 per tahun. Dampak lingkungan menunjukkan peternak setuju bahwa biogas memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Kata kunci: Biogas, Limbah Ternak, Evaluasi Kelayakan Finansial JEL classifications: 022, Q42 Pendahuluan Desa Suntenjaya merupakan desa yang terletak di hulu Sungai Cikapundung, Bandung. Secara umum, kondisi perekonomian masyarakatnya tergolong kelas menengah ke bawah. Rata-rata * Alamat Korespondensi: Fakultas Ekonomi dan Ma- najemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680. E-mail : [email protected]. penduduk desa ini memiliki mata pencahari- an sebagai petani dengan persentase sebesar 40%, pedagang sebesar 30%, dan peternak se- besar 30%. Jumlah pengangguran masih tinggi di desa ini di mana kondisi masyarakat masih memerlukan bantuan untuk meningkatkan ke- sejahteraannya. Potensi yang ada di desa ini berasal dari sumber daya alam, baik peternak- an maupun pertanian, yang cukup memberikan harapan terutama peternakan sapi perah. Ter-

Transcript of Studi Kasus Desa Suntenjaya, Bandung Financial Feasibilty

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 14 No. 1, Juli 2013: 27-42

ISSN 1411-5212

Evaluasi Kelayakan Finansial Usaha Peternakan dan PengembanganBiogas: Studi Kasus Desa Suntenjaya, Bandung

Financial Feasibilty Evaluation of The Integration of Biogas: A Case Studyof Suntenjaya Village, Bandung

Resty F. Maeantia,∗, Akhmad Fauzia, Asti Istiqomaha

aDepartemen Ekonomi dan Sumber daya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Abstract

This study aims to evaluate the feasibility of biogas project in Suntenjaya Village, Bandung and identifyfactors that affect revenues, environment and wider economic benefit of the project, using benefit costanalysis, multiple regression, and descriptive analysis. The results show that biogas project is feasible to bedeveloped. Variables that significantly influence on the biogas project are total amount of poultry’s waste,total amount of water, and labor. Economic impact of biogas from employment is 1.96%. Furthermore, fuelcost savings of biogas is IDR1,406,160. Environmental impact shows that mostly of cow farmer agree thatbiogas development project give positive impacts to environment.Keywords: Biogas, Cattle’s Waste, Financial Feasibility Evaluation

Abstrak

Studi ini bertujuan mengevaluasi kelayakan dari usaha biogas di Desa Suntenjaya, Bandung dan mengidenti-fikasi faktor-faktor yang memengaruhi usaha pengembangan biogas, serta mengidentifikasi dampak ekonomidan lingkungan dari keberadaan usaha biogas. Metode yang digunakan adalah analisis keuangan, analisisbiaya manfaat, model regresi berganda, dan analisis deskriptif. Evaluasi kelayakan proyek menunjukkanusaha peternakan sapi perah dengan pengembangan biogas adalah layak. Faktor-faktor yang memengaruhiusaha pengembangan biogas ialah jumlah kotoran sapi, jumlah air yang digunakan, dan jumlah tenagakerja. Dampak ekonomi dari pengembangan biogas, yaitu penyerapan tenaga kerja sebesar 1,96% danpenghematan biaya bahan bakar yang dihemat sebesar Rp1.406.160 per tahun. Dampak lingkunganmenunjukkan peternak setuju bahwa biogas memberikan dampak positif terhadap lingkungan.Kata kunci: Biogas, Limbah Ternak, Evaluasi Kelayakan Finansial

JEL classifications: 022, Q42

Pendahuluan

Desa Suntenjaya merupakan desa yang terletakdi hulu Sungai Cikapundung, Bandung. Secaraumum, kondisi perekonomian masyarakatnyatergolong kelas menengah ke bawah. Rata-rata

∗Alamat Korespondensi: Fakultas Ekonomi dan Ma-najemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga,Bogor 16680. E-mail : [email protected].

penduduk desa ini memiliki mata pencahari-an sebagai petani dengan persentase sebesar40%, pedagang sebesar 30%, dan peternak se-besar 30%. Jumlah pengangguran masih tinggidi desa ini di mana kondisi masyarakat masihmemerlukan bantuan untuk meningkatkan ke-sejahteraannya. Potensi yang ada di desa iniberasal dari sumber daya alam, baik peternak-an maupun pertanian, yang cukup memberikanharapan terutama peternakan sapi perah. Ter-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 28

dapat 732 peternak di Desa Suntenjaya di ma-na kegiatan usaha peternakan yang dilakukanoleh penduduknya menghasilkan sisa buanganatau limbah ternak. Sebagian besar para pe-ternak di desa tersebut membuang limbah keSungai Cikapundung.

Dampak dari limbah dan bahan-bahan bu-angan dari kegiatan manusia mengakibatkanmenurunnya kualitas lingkungan. Oleh karenaitu, pengaturan lingkungan hidup merupakankonsep yang penting berkaitan dengan kesehat-an manusia untuk jangka panjang. Pengaturanlingkungan hidup adalah pengambilan kepu-tusan yang mengatur alokasi sumber dan desa-in hasilnya memengaruhi siklus kehidupan eko-logis (Edmunds dan Letey, 1973).

Pada tahun 2010, beberapa peternak di DesaSuntenjaya mulai mengolah limbah ternak ter-sebut menjadi biogas. Jawa Barat merupakanwilayah yang terus mengembangkan instalasibiogas. Instalasi biogas bertujuan untuk meng-endalikan dan mengurangi masalah limbah ter-nak bagi masyarakat (Herawati, 2012). Bebe-rapa instalasi biogas yang sudah dibangun diantaranya di daerah Pandeglang, Cijeruk, Bo-gor, dan Bandung. Instalasi biogas yang adadi Jawa Barat pada umumnya menggunakanlimbah ternak sapi perah, hal ini disebabkansentra peternakan sapi perah banyak tersebarluas di wilayah tersebut.

Usaha biogas ini dilakukan oleh para peter-nak di Desa Suntenjaya yang didukung olehBadan Pengkajian dan Penerapan Teknolo-gi (BPPT) melalui program Peningkatan Ke-mampuan Peneliti dan Perekayasa Riset danTeknologi (PKPP Ristek). Program tersebutyaitu berupa diseminasi teknologi biogas de-ngan melakukan pembangunan unit percontoh-an pengolahan limbah kotoran hewan menja-di biogas. Melalui bantuan berupa ’digester’tersebut, gasnya dapat dipakai sebagai bahanbakar kompor untuk memasak. Sedangkan pa-da malam hari, gas biogas dapat dimanfaatkanuntuk membangkitkan listrik (Diella, 2012).

Kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Tekno-

logi Lingkungan (PTL) BPPT, di antaranyaadalah pengolahan limbah peternakan untukproduksi biogas di kawasan hulu Sungai Cika-pundung sebagai salah satu upaya mengurangibeban pencemaran di hilir sungai, dan penda-yagunaan IPTEK biogas sebagai sumber energiterbarukan di daerah Sungai Cikapundung. Da-lam menerapkan teknologi tersebut harus di-kaji apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.Pengolahan limbah peternakan apabila dikelo-la dengan baik akan menghasilkan biogas yangdapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. DiDesa Suntenjaya, usaha peternakan menjadisumber yang dapat diolah menjadi biogas dankompos. Hal ini dapat menjadi sumber pen-dapatan tambahan yang memberikan dampakekonomi yang baik.

Dari sisi lingkungan, setiap satu ekor sapiternak dapat menghasilkan limbah padat se-banyak 20–40 kg per hari dan limbah cair se-banyak 100–250 liter (BPPT, 2010). Limbah-limbah ini apabila tidak dikelola dengan ba-ik akan menimbulkan masalah pada aspek pro-duksi dan lingkungan, serta menimbulkan baudan menjadi sumber penyebaran penyakit. DiDesa Suntenjaya, biogas yang dihasilkan da-pat dimanfaatkan sebagai bahan bakar komporatau generator pembangkit listrik.

Dengan adanya usaha pengembangan biogastersebut perlu dievaluasi bagaimana kelayak-an secara finansial dari usaha pengembanganbiogas. Hal ini agar dapat diketahui bagaima-na keberlanjutan dari usaha biogas ini. Berda-sarkan perumusan masalah di atas, maka per-masalahan yang dikaji dalam studi ini adalahbagaimana kelayakan finansial dari proyek pe-ngembangan biogas di Desa Suntenjaya danfaktor-faktor yang memengaruhinya, serta se-berapa besar dampak ekonomi dan lingkunganyang diperoleh dari usaha pengembangan bi-ogas. Studi ini menganalisis kelayakan biogasdi Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Ka-bupaten Bandung. Di mana pencemaran yangtimbul akibat limbah ternak menyebabkan ma-syarakat harus melakukan upaya untuk meng-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 29

olah limbah ternak tersebut menjadi biogas.

Tinjauan Referensi

Perkembangan Biogas

Perkembangan biogas telah dimulai pada kebu-dayaan Mesir, Cina, dan Roma kuno, di manapenduduk memanfaatkan gas alam dengan ca-ra dibakar dan digunakan sebagai penghasil pa-nas. Namun, orang pertama yang mengaitkangas bakar dengan proses pembusukan sayuranadalah Alessandro Volta pada tahun 1770 (Ke-menterian ESDM, 2010).

Pada akhir abad ke-19 beberapa riset dila-kukan oleh Jerman dan Perancis pada masa an-tara dua Perang Dunia. Selama Perang DuniaII, banyak petani di Inggris dan Benua Ero-pa yang membuat alat penghasil biogas kecilyang digunakan untuk menggerakkan traktor.Karena harga BBM semakin murah dan mudahdidapatkan, pemakaian biogas ini pun mulai di-tinggalkan.

Di negara berkembang atau di dunia keti-ga, biogas merupakan suatu hasil samping da-ri pengolahan limbah peternakan yang telahmembawa keuntungan untuk kesehatan, sosi-al, lingkungan, dan secara finansial. Dalam la-poran United Nations Development Program-me (UNDP) (1997), mengidentifikasi bahwainstalasi biogas adalah satu penyedia sumberenergi desentralisasi yang sangat berguna. Ti-dak seperti teknologi penyedia energi yang ter-sentralisasi seperti pembangkit tenaga listrikyang berasal dari sumber tenaga hidroelektrik,batu bara, minyak atau gas alam. Untuk mem-buat instalasi biogas tidak memerlukan modaldasar yang terlalu besar dan tidak menimbul-kan masalah lingkungan bahkan merupakan so-lusi dari masalah lingkungan itu sendiri danmemberikan beberapa keuntungan lainnya. Se-lama limbah organik dan air tersedia, maka in-stalasi biogas dapat dibangun.

Biogas adalah gas mudah terbakar yang di-hasilkan dari proses fermentasi bahan-bahanorganik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri

yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pa-da umumnya, semua jenis bahan organik bi-sa diproses untuk menghasilkan biogas, namundemikian hanya bahan organik (padat, cair)homogen seperti kotoran dan urine hewan ter-nak yang cocok untuk sistem biogas sederhana(BPTP, 2013). Biogas yang dihasilkan dari lim-bah peternakan dan pertanian relatif mudahdiperoleh di lingkungan masyarakat perdesaan.Dengan menggunakan biogas maka permasa-lahan kekurangan bahan bakar dapat diatasi,penggunaan kayu sebagai bahan bakar dapatdikurangi, serta masyarakat tidak lagi bergan-tung sepenuhnya pada bahan bakar fosil yangkini mulai terasa langka.

Peternakan sapi perah memiliki keunggulandibandingkan peternakan lainnya, mengingatkonsumsi masyarakat akan susu terus mening-kat dalam rangka pemenuhan kualitas gizi yangbaik bagi masyarakat. Hasil lain yang memili-ki keuntungan dari peternakan sapi perah ada-lah daging yang dapat diperjualbelikan sertalimbah yang dapat dimanfaatkan untuk meng-hasilkan biogas dan pupuk organik (Wahyuni,2009).

Berbagai negara yang memiliki populasi ter-nak cukup besar seperti India, Taiwan, Korea,dan Cina, juga telah memanfaatkan kotoranternak sebagai bahan baku dalam pembuatanbiogas. Di Benua Asia, India merupakan nega-ra pelopor penggunaan biogas, yaitu sejak abadke-19. Sedangkan Indonesia baru mulai meng-adopsi teknologi pembuatan biogas pada awaltahun 1970.

Tahapan pembentukan biogas adalah: (a)buat campuran kotoran ternak dan air denganperbandingan 1:2 (bahan biogas); (b) masuk-kan bahan biogas tersebut ke dalam reaktormelalui tempat pengisian, selanjutnya akanberlangsung proses produksi biogas di dalamreaktor; (c) setelah kurang lebih sepuluh ha-ri, reaktor dan penampungan biogas akan terli-hat mengembung dan mengeras karena adanyabiogas yang dihasilkan; (d) biogas sudah da-pat digunakan sebagai energi untuk memasak

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 30

dan penerangan; (e) sekali-sekali reaktor digo-yangkan supaya terjadi penguraian yang sem-purna dan gas yang terbentuk di bagian bawahnaik ke atas, lakukan juga pada pengisian reak-tor; (f) pengisian bahan biogas dapat dilakukansetiap hari di setiap pagi dan sore hari. Sisa pe-ngolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur)yang secara otomatis akan keluar dari reaktorsetiap kali dilakukan pengisian bahan biogas.Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebutdapat digunakan langsung sebagai pupuk orga-nik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

Beberapa alasan bahwa energi biogas sangatpotensial untuk dikembangkan adalah: (1) pro-duksi biogas dari kotoran peternakan sapi di-tunjang oleh kondisi yang kondusif dari per-kembangan peternakan sapi di Indonesia akhir-akhir ini, sehingga ketersediaan supply bahanterjamin; (2) regulasi di bidang energi sepertikenaikan tarif listrik, kenaikan harga LiquefiedPetroleum Gas (LPG), premium, minyak ta-nah, minyak solar, minyak diesel, dan minyakbakar telah mendorong pengembangan sumberenergi alternatif yang murah, berkelanjutan,dan ramah lingkungan; (3) kenaikan harga dankelangkaan pupuk anorganik di pasaran karenadistribusi pemasaran yang kurang baik menye-babkan petani berpaling pada penggunaan pu-puk organik. Harga reaktor biogas tergantungdari diameter reaktor, kisaran harga biogas an-tara Rp4.000.000 sampai Rp8.000.000 per unit.

Studi Kelayakan Proyek

Studi kelayakan proyek dilakukan untuk me-nilai kelayakan atas keberlanjutan suatu pro-yek yang berjalan. Dalam kegiatan investasi,keputusan untuk menanam modal adalah su-atu tindakan yang mengandung konsekuensi.Oleh karena itu, untuk melihat besarnya biayayang harus dikeluarkan untuk kegiatan inves-tasi perlu dilakukan analisis investasi.

Dalam analisis investasi, terdapatkomponen-komponen biaya dan manfaatyang dikelompokkan dan diperoleh nilainya.Komponen-komponen tersebut dikelompokkan

menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan(benefit ; inflow) dan biaya atau pengeluar-an (cost ; outflow). Selisih antara keduanyadisebut manfaat bersih (net benefit). Untuktingkat investasi, digunakanlah beberapakriteria penilaian kelayakan yaitu: Net Pre-sent Value (NPV), Internal Rate of Return(IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)(Gittinger, 1986). Analisis finansial dilakukanuntuk melihat apakah usaha yang dijalankantersebut layak atau tidak dengan melihatempat kriteria investasi yaitu Pay Back Period(PBP), Net B/C, NPV, dan IRR.

a. Net Present Value (NPV)

NPV menunjukkan keuntungan yang akan di-peroleh selama umur investasi, merupakanjumlah nilai penerimaan arus tunai pada wak-tu sekarang dikurangi dengan biaya yang dike-luarkan selama waktu tertentu. Kriteria NPVsebagai berikut:

• NPV>0, maka proyek menguntungkandan layak dilaksanakan;

• NPV=0, maka proyek tidak untung danjuga tidak rugi (manfaat diperoleh hanyacukup untuk menutupi biaya yang dike-luarkan sehingga pelaksanaan proyek ber-dasarkan penilaian subyektif pengambilankeputusan);

• NPV<0, maka proyek rugi dan lebih baikuntuk tidak dilaksanakan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR menunjukkan persentase keuntungan yangdiperoleh atau investasi bersih dari suatu pro-yek, atau tingkat diskonto yang dapat membu-at arus penerimaan bersih sekarang dari inves-tasi (NPV) sama dengan nol. Jika nilai IRRlebih besar dari tingkat diskonto maka proyeklayak untuk dilaksanakan, sedangkan jika nilaiIRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka pro-yek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 31

c. Pay Back Period (PBP)

PBP merupakan waktu yang diperlukan un-tuk mengembalikan investasi awal (Newman,1990). Perhitungan PBP ini dilengkapi denganrasio keuntungan dan biaya dengan nilai seka-rang. Jika nilai perbandingan keuntungan de-ngan biaya lebih besar atau sama dengan 1,maka proyek tersebut dapat dijalankan.

d. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan jumlah ni-lai bersih sekarang yang positif dengan jumlahnilai bersih sekarang yang negatif. Angka inimenunjukkan tingkat besarnya tambahan man-faat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 sa-tuan. Jika diperoleh nilai Net B/C > 1, ma-ka proyek layak dilaksanakan. Tetapi jika nilaiNet B/C < 1, maka proyek tidak layak untukdilaksanakan.

Metode

Studi ini dilaksanakan di Desa Suntenjaya, Ke-camatan Lembang, Kabupaten Bandung Ba-rat. Daerah ini telah mengembangkan biogasdari limbah ternak yang ada. Jenis data yangdigunakan dalam studi ini meliputi data primerdan sekunder. Data primer diperoleh denganmelakukan pengamatan di lapangan dan wa-wancara langsung dengan peternak. Data pri-mer yang dibutuhkan meliputi pengembanganbiogas yang didukung oleh BPPT. Data sekun-der diperoleh dari laporan yang telah dipubli-kasikan maupun laporan yang tidak dipublika-sikan yang bersumber dari BPPT, Biro PusatStatistik (BPS), studi-studi terdahulu, dan ar-tikel terkait.

Metode pengambilan atau penentuan jum-lah responden untuk diwawancara dilakukansecara sengaja (purposive sampling) di manapengambilan sampel dilakukan dengan memi-lih peternak yang telah menggunakan biogas.Jumlah responden ditentukan dengan rumus

Slovin.

n =N

1 +Ne2(1)

dengan:n = ukuran sampel;N = ukuran populasi;e = batas maksimum kesalahan yang masihditerima, asumsi: 10%.

Diketahui, jumlah peternak yang telahmenggunakan biogas di Desa Suntenjaya ada-lah 100 Kepala Keluarga (KK). Berdasarkanhasil perhitungan, didapatkan jumlah sampelyang diambil sebanyak 50 KK.

Evaluasi Kelayakan Finansial Pengem-bangan Biogas

Untuk menganalisis kelayakan biogas, maka di-gunakan umur proyek biogas selama 15 ta-hun. Nurmalina et al. (2009) menguraikan em-pat kriteria investasi yang telah dijabarkansebelumnya untuk menilai kelayakannya. Stu-di ini juga menggunakan analisis sensitivitas.Di mana analisis sensitivitas adalah menentu-kan suatu nilai untuk melakukan perubahan-perubahan pada komponen penerimaan danpengeluaran, serta mengetahui pengaruhnyaterhadap keputusan investasi suatu proyek. Pa-da umumnya proyek-proyek yang dilaksanakansensitif berubah-ubah akibat empat masalah,yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pe-laksanaan, dan hasil (Gittinger, 1986). Dalamstudi ini komponen yang akan diubah adalahpada biaya variabel, berupa peningkatan har-ga konsentrat sebesar 10%, selain itu juga per-ubahan suku bunga menjadi 4% dan 6%, halini dikarenakan kemungkinan perubahan sukubunga 1%.

Untuk melihat faktor-faktor yang memenga-ruhi usaha pengembangan biogas diperlukananalisis regresi linear berganda dengan meng-gunakan pendekatan Ordinary Least Square(OLS). Pada kegiatan mengolah biogas ini,komponen yang dibutuhkan untuk mempro-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 32

duksi biogas adalah kotoran ternak sapi yangdicampurkan dengan air untuk menghasilkanbiogas, selain itu jumlah dari tenaga kerjadan pendidikannya juga merupakan faktor agarproduksi biogas yang dihasilkan maksimal, se-hingga variabel-variabel yang digunakan untukmenduga fungsi produksi biogas dari usaha pe-ngembangan biogas, pada variabel tidak bebasialah produksi biogas dari usaha pengembang-an biogas (Y ), lalu pada variabel bebas ialahjumlah kotoran ternak (X1), jumlah air yangdigunakan (X2), lama usaha peternak (X3),jumlah tenaga kerja (X4), dan pendidikan pe-ternak (X5).

Untuk mengetahui persentase tenaga kerjayang terserap pada pengembangan biogas ter-hadap jumlah tenaga kerja yang tersedia, perludiketahui potensi kerja. Potensi kerja dihitungdengan menghitung jumlah tenaga kerja yangtersedia dikonversikan hari orang kerja (HOK)dan dikalikan 365 atau jumlah hari kerja da-lam setahun. Dengan demikian, akan dipero-leh angka ketersediaan tenaga kerja per tahun.Adapun persamaan matematis persentase pe-nyerapan tenaga kerja yang dapat ditulis ada-lah sebagai berikut:

%PY TK =JHOK

TKteXJHK(2)

dengan:%PY TK = Persentase penyerapan tenagakerja usaha pengembangan biogas;JHOK = Jumlah HOK dalam satu tahun;TKTe = Jumlah tenaga kerja yang tersedia;JHK = Jumlah hari kerja dalam satu tahun(365).

Manfaat dari biaya bahan bakar yang di-hemat adalah keuntungan melalui investasidalam memanfaatkan limbah ternak sehinggamengurangi biaya untuk membeli bahan bakar,seperti minyak tanah atau gas. Adapun per-samaan matematis yang dapat ditulis adalahsebagai berikut:

∆C = CSB − CB (3)

dengan:∆C = Biaya bahan bakar yang dihematselama setahun (Rp);CSB = Biaya untuk bahan bakar sebelummenggunakan biogas dalam setahun (Rp);CB = Biaya untuk bahan bakar setelahmenggunakan biogas dalam setahun (Rp).

Dampak lingkungan dari usaha pengem-bangan biogas bisa dilihat dari dua indikator,yaitu kualitas air dan kualitas udara. Hal inidapat dianalisis dengan menggunakan skala Li-kert. Skala Likert digunakan untuk mengukursikap, pendapat, dan persepsi seseorang atausekelompok tentang kejadian atau gejala sosi-al (Riduwan, 2002). Skala Likert dalam studiini digunakan untuk mengukur persepsi masya-rakat sekitar terhadap adanya kegiatan usahapengembangan biogas.

Hasil dan Analisis

Analisis Finansial Usaha PeternakanSapi Perah

Analisis finansial usaha peternakan sapi perahmengacu pada kondisi usaha peternakan yangmemiliki produk utama susu segar di mana ti-dak terdapat pengembangan biogas dari lim-bah kotoran ternak yang dihasilkan. Kompo-nen pertama yang dianalisis pada aspek iniadalah komponen biaya yang dikeluarkan olehusaha peternakan sapi perah, mencakup biayainvestasi, biaya tetap, dan biaya operasional.Biaya investasi merupakan biaya awal yang di-keluarkan saat menjalankan usaha, yaitu padatahun pertama usaha, di mana jumlahnya re-latif besar dan tidak dapat habis dalam satukali periode produksi. Biaya investasi ditanam-kan atau dikeluarkan pada suatu usaha dengantujuan memperoleh keuntungan dalam periodeyang akan datang, yakni selama umur usaha,atau selama usaha tersebut dijalankan. Besar-nya biaya investasi yang dikeluarkan pada ta-hun pertama sebesar Rp104.170.500. Rincianbiaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha pe-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 33

Tabel 1: Biaya Investasi dan Umur Teknis dalam Usaha Peternakan Sapi Perah

No Biaya Investasi Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) Umur Teknis (Tahun)

1. Tanah 217 m2 75.000 16.286.0002. Kandang 3 Unit 2.920.000 8.760.000 153. Cangkul 1 Unit 88.000 88.000 54. Sekop 1 Unit 27.500 27.500 55. Milk Can (15 liter) 2 Unit 450.000 900.000 156. Milk Can (20 liter) 1 Unit 900.000 900.000 157. Selang 23 Meter 5.000 115.000 38. Sapi Dara 1 Ekor 10.500.000 10.500.000 69. Sapi Laktasi 3 Ekor 11.198.000 33.594.000 810. Sapi Jantan 2 Ekor 16.500.000 33.000.000 6

Total Biaya Investasi (Rp) 104.170.500

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

ternakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel1.

Barang-barang investasi yang telah habisumur teknisnya akan mengalami perganti-an, yang disebut biaya re-investasi. Biaya re-investasi ini dikeluarkan tepat setelah secarateknis dari barang investasi sudah tidak opti-mal untuk digunakan. Barang-barang investasitersebut mengalami penyusutan setiap tahun-nya. Penyusutan dari setiap barang investasimemiliki nilai yang berbeda. Hal ini dipenga-ruhi oleh nilai awal barang investasi, umur tek-nis, dan nilai sisa barang tersebut.

Terdapat biaya tetap yang dikeluarkan sela-ma jalannya usaha. Besarnya biaya tetap yangdikeluarkan ini, tidak dipengaruhi oleh peru-bahaan input maupun output yang dihasilkanpada usaha peternakan. Biaya tetap yang dike-luarkan oleh usaha peternakan sapi perah ha-nya terdiri dari dua bagian, yaitu biaya listrikdan telepon yang dikeluarkan secara rutin se-tiap bulannya. Total biaya tetap yang dikelu-arkan sebesar Rp554.900.

Biaya selanjutnya yang dikeluarkan padausaha peternakan sapi perah adalah biaya vari-abel. Biaya ini dipengaruhi oleh jalannya pro-ses produksi, yakni berkaitan dengan jumlahinput yang digunakan serta jumlah output yangdihasilkan. Komponen yang termasuk ke dalambiaya variabel adalah biaya untuk pakan, men-tega, saringan susu, biaya pembelian saringansusu, sapu, sikat, ember plastik, dan tenaga

kerja (Tabel 2).

Manfaat yang diperoleh usaha peternakansapi perah merupakan seluruh kondisi yangmendorong tercapainya suatu tujuan usaha,yakni memperoleh keuntungan. Yang terma-suk dalam manfaat ini adalah nilai produksitotal, yakni dalam usaha peternakan sapi pe-rah yang dijalankan menghasilkan output pro-duksi utama susu segar. Manfaat pertama yangdiperoleh dari output utama usaha peternak-an sapi perah, yakni susu segar. Susu segaryang dihasilkan pada tahun pertama berjumlah10.287,15 liter. Susu segar yang dihasilkan olehpara peternak dipasarkan oleh Koperasi Pe-ternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) denganharga jual rata-rata Rp3.500 per liter. Pada ta-hun berikutnya, jumlah produksi susu yang di-hasilkan mengalami peningkatan. Peningkatantersebut disebabkan oleh adanya peningkatanjumlah sapi laktasi, yakni yang semula hanyaberjumlah 3 ekor menjadi 4 ekor, karena ada-nya 1 ekor sapi laktasi tambahan yang sebe-lumnya merupakan sapi dara.

Output selanjutnya yang dihasilkan olehusaha peternakan adalah pedet, yakni anaksapi. Penerimaan yang diperoleh peternakdari penjualan pedet setiap tahun sebesarRp12.000.000. Selain sapi pedet yang diperjual-belikan oleh peternak, sapi dewasa yang sudahtidak dapat memproduksi susu secara optimalatau yang disebut sapi apkir, juga diperjualbe-likan.

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 34

Tabel 2: Biaya Variabel dalam Usaha Peternakan Sapi Perah

Variabel Tahun Kesatu (Rp) Tahun Kedua (Rp)

A. Pakan- Konsentrat 9.751.200 9.751.200- Ampas Singkong 4.123.200 4.123.200- Rumput 1.303.200 1.303.200- Mineral 157.200 157.200B. Mentega 398.400 398.400C. Saringan susu 5.500 5.500D. Sapu 5.000 5.000E. Sikat 52.600 52.600F. Ember plastik 71.100 71.100G. Biaya Susu untuk Pedet - 3.456.000H. Tenaga Kerja 17.880.000 17.880.000

Total 33.747.400 37.203.400

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 3: Inflow dalam Usaha peternakan Sapi Perah

Inflow 1 (Rp) 2 (Rp) 5 (Rp) 8 (Rp)

Produksi Susu 36.005.040 48.006.720 48.006.720 48.006.720Penjualan Pedet - 12.000.000 12.000.000 12.000.000Penjualan Sapi Apkir - - 17.000.000 24.000.000

Total 36.005.040 60.006.720 77.006.720 84.006.720

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Penerimaan terakhir yang diperoleh dariusaha ternak sapi perah ialah dari salvage va-lue. Salvage value diperoleh pada tahun terak-hir umur usaha, yakni pada tahun ke-15. Ni-lai sisa diperoleh dari adanya penerimaan daribarang-barang investasi yang masih memilikinilai di akhir tahun umur usaha.

Total nilai sisa yang diperoleh peternak pa-da tahun ke-15 adalah sebesar Rp51.199.333.Pada perhitungan cash flow nilai sisa dari sapilaktasi tidak dimasukkan ke dalam total kese-luruhan nilai sisa, melainkan masuk ke dalampenerimaan dari penjualan sapi laktasi apkir.Hal ini disebabkan tahun terakhir umur usahasama dengan tahun terakhir umur teknis da-ri sapi laktasi. Sehingga, pada tahun tersebut,sapi laktasi yang telah apkir akan dijual.

Nilai NPV yang diperoleh sebesarRp128.246.936, yang menunjukkan bahwamanfaat bersih atau keuntungan yang di-peroleh peternakan sapi perah selama 15tahun dengan tingkat diskonto 5,75% sebesarRp128.246.936. Nilai tersebut lebih besar dari

0, sehingga berdasarkan kriteria NPV , usahapeternakan sapi perah layak untuk dijalankan.Sementara itu, IRR dari usaha peternakansapi perah sebesar 12%. Hal ini menunjukkanbahwa tingkat pengembalian dari investasiyang ditanamkan pada usaha peternakan sapiperah sebesar 12%. Nilai ini lebih besar daritingkat diskonto yang digunakan yakni 5,75%(IRR (12%) > 5,75%) maka, dapat dikatakanbahwa usaha peternakan layak untuk dijalan-kan. Nilai ini juga menunjukkan bahwa usahapeternakan sapi perah skala besar akan tetaplayak untuk dijalankan hingga tingkat IRRmencapai 12%.

Perhitungan Net B/C yang dilakukan,menghasilkan nilai sebesar 1,69 yang menun-jukkan bahwa setiap satu satuan biaya yangdikeluarkan untuk usaha peternakan sapi pe-rah akan memberikan keuntungan yang nilai-nya sebesar 1,69 satuan. Nilai Net B/C ini le-bih besar dari 1 (Net B/C (1,69) > 1), ma-ka pada kriteria ini, usaha peternakan sapi pe-rah layak untuk dijalankan. Pada penghitung-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 35

an PP didapatkan, selama 5 tahun 11 bulan,usaha peternakan sapi perah akan mengalamipengembalian dari investasi yang telah dila-kukan. Sehingga usaha peternakan sapi perahdapat dikatakan layak karena didapatkan PPyang kurang dari umur usaha ternak sapi perahselama lima belas tahun.

Analisis Finansial dalam IntegrasiUsaha Peternakan Sapi Perah danUsaha Pengembangan Biogas

Rangkaian kegiatan PTL BPPT yang dilak-sanakan melalui program PKPP Ristek yai-tu diseminasi teknologi biogas dilakukan mela-lui pembangunan unit percontohan pengolahanlimbah kotoran hewan menjadi biogas. Usahapeternakan sapi perah yang terdapat di DesaSuntenjaya, Kecamatan Lembang mendapat-kan bantuan dari BPPT yang bertujuan un-tuk mengurangi pembuangan limbah ternak kedalam aliran sungai. Dengan adanya bantuantersebut, usaha peternakan sapi perah pun me-miliki manfaat tambahan serta biaya investasibaru yang dikeluarkan. Untuk itu perlu diana-lisis lebih lanjut kelayakan dari usaha peter-nakan sapi perah yang memanfaatkan limbahternak untuk menghasilkan biogas.

Pengolahan limbah ternak, walaupun me-merlukan biaya yang besar namun memberi-kan manfaat berupa biogas yang dihasilkan danpenghematan bahan bakar, sehingga masyara-kat di Desa Suntenjaya tidak perlu lagi meng-gunakan bahan bakar gas atau kayu bakar un-tuk memasak. Komponen biaya dan manfaatpada usaha peternakan dengan pemanfaatanlimbah sebagian besar sama dengan komponenbiaya dan manfaat pada usaha peternakan tan-pa pemanfaatan limbah, namun terdapat be-berapa perbedaan, yakni terdapat penambah-an pada komponen biaya investasi, yaitu biayauntuk reaktor biogas, kompor biogas, dan pi-pa paralon. Dalam menjalankan usahanya, pe-ternak mendapatkan bantuan berupa reaktorbiogas dan kompor biogas.

Dalam menjalankan usaha ternak sapi perah

dengan pengembangan biogas, peternak mem-butuhkan reaktor biogas, kompor biogas, danpipa paralon. Reaktor biogas yang digunakandi Desa Suntenjaya berkapasitas 6m3. Selainreaktor biogas, juga dibutuhkan kompor bio-gas dalam integrasi usaha peternakan sapi pe-rah dan usaha pengembangan biogas, sedang-kan untuk mengalirkan kotoran biogas menujukompor diperlukan pipa paralon.

Komponen pertama yang dianalisis adalahbiaya. Dalam menjalankan usahanya, peter-nak membutuhkan biaya untuk reaktor biogas,kompor biogas, dan pipa paralon. Biaya tetapdan biaya variabel yang dikeluarkan dalam in-tegrasi usaha peternakan sapi perah dan usahapengembangan biogas untuk menghasilkan bio-gas sama dengan komponen biaya yang dikelu-arkan pada usaha peternakan sapi perah tanpabiogas. Komponen biaya selanjutnya adalah bi-aya penyusutan dan nilai sisa dari barang yangdiinvestasikan, kompor biogas memiliki salva-ge value sebesar Rp25.000. Hal ini disebabkanseluruh nilai dari barang investasi telah tergu-nakan seluruhnya selama umur usaha.

Penerimaan dari produksi biogas tersebuttidak dikomersilkan, melainkan dipergunakansendiri oleh peternak, baik untuk keperluan ru-mah tangga, atau untuk keperluan usaha pe-ternakan. Di Desa Suntenjaya, biogas diman-faatkan untuk bahan bakar gas serta generatorlistrik. Namun, untuk generator listrik saat inibaru dimanfaatkan untuk membangkitkan lis-trik di jalan utama Desa Suntenjaya dan digu-nakan pada malam hari. Sehingga, dalam studiini bahan bakar gas merupakan dampak positifyang paling dominan. Maka dari itu, penerima-an dari produksi biogas dihitung dengan me-ngonversikan jumlah biogas yang dihasilkan de-ngan gas elpiji. Sebelum adanya pengembang-an biogas di Desa Suntenjaya, setiap bulannyapara responden mengeluarkan Rp119.520 un-tuk membeli gas elpiji, atau Rp1.434.240 se-tiap tahunnya. Setelah adanya pengembanganbiogas yang diperkenalkan oleh BPPT, masya-rakat di Desa Suntenjaya dapat menghemat se-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 36

Tabel 4: Tambahan Biaya Investasi dan Umur Teknis dalam Integrasi Usaha Peternakan Sapi Perah danSsaha Pengembangan Biogas

No Biaya Investasi Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) Umur Teknis (Tahun)

1. Reaktor Biogas 1 Unit 6.000.000 6.000.000 102. Kompor Biogas 1 Unit 200.000 200.000 83. Pipa Paralon 6 Batang 12.000 72.000 10

Total Biaya Investasi 6.272.000

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

besar Rp1.406.160 per tahunnya.

Berdasarkan komponen biaya dan manfaattersebut, dapat dilakukan perhitungan kriteriainvestasi untuk menentukan tingkat kelayakandalam integrasi usaha peternakan sapi perahdan usaha pengembangan biogas dari limbahternak. Berdasarkan perhitungan tersebut, di-dapatkan nilai NPV sebesar Rp134.973.249,yang menunjukkan bahwa manfaat bersih ataukeuntungan yang diperoleh peternakan sapiperah dengan pengembangan biogas selama 15tahun dengan tingkat diskonto 5,75% adalahsebesar Rp134.973.249. Nilai NPV ini lebihbesar dari 0, sehingga layak untuk dijalankan.

Pada nilai IRR, didapatkan sebesar 19%yang menunjukkan bahwa tingkat pengemba-lian dari investasi yang ditanamkan pada usa-ha peternakan sapi perah dengan pemanfaatanbiogas sebesar 19%. Nilai ini lebih besar daritingkat diskonto yang digunakan yakni sebe-sar 5,75%, maka layak untuk dijalankan. Laluuntuk perhitungan Net B/C, didapatkan nilaisebesar 1,78 yang menunjukkan bahwa setiap1 satuan biaya yang dikeluarkan untuk usahapeternakan sapi perah dengan pemanfaatan bi-ogas akan memberikan keuntungan yang nilai-nya sebesar 1,78 satuan. Nilai Net B/C ini le-bih besar dari satu, maka pada kriteria ini usa-ha peternakan sapi perah dengan pemanfaatanbiogas layak untuk dijalankan.

Pada perhitungan PP didapatkan bahwawaktu pengembalian dari investasi yang dita-namkan adalah selama 5 tahun 10 bulan. PPdalam studi ini memiliki periode yang lebih ke-cil dibandingkan dari umur usaha peternakansapi perah dengan pemanfaatan biogas, yakni

15 tahun. Pada tahun ke-5 bulan ke-10 usahapeternakan sapi perah dengan pengembanganbiogas ini telah dapat mengembalikan investa-si yang ditanamkan. Sehingga, dapat disimpul-kan bahwa usaha peternakan sapi perah de-ngan adanya pengembangan biogas layak un-tuk dijalankan.

Proyek pengembangan biogas ini lebih meng-untungkan dari usaha peternakan sapi perahsaja, meskipun hasil dari NPV , PP , IRR, danNet B/C tidak jauh berbeda, namun tujuandari proyek pengembangan biogas ini lebih kearah lingkungan untuk menghindari kerugianlingkungan yang terjadi. Pendapatan yang ti-dak jauh berbeda ini karena pemanfaatan yangbelum optimal oleh para peternak. Dari kapasi-tas 6m3 reaktor biogas di Desa Suntenjaya seti-ap harinya, para peternak hanya memasukkan10–40 kg kotoran ternak sapi.

Pengembangan biogas ini memiliki keku-rangan dan kelebihan, seperti harga reaktor bi-ogas yang cukup mahal untuk penduduk di De-sa Suntenjaya, namun memiliki manfaat yangbesar dan menjadi solusi dari pencemaran airyang terjadi. Sebagai solusi alternatif pengelo-laan kotoran ternak, maka masalah lingkunganakibat limbah ternak dapat diatasi dan diman-faatkan secara produktif, selain itu juga menja-di jawaban konkret dari terjadinya krisis ener-gi. Apabila pemanfaatan biogas dapat dilesta-rikan, maka biogas ini sangat membantu da-lam mengurangi pengeluaran warga terhadapkebutuhan gas elpiji yang harganya semakinmeningkat, sehingga proyek pengembangan bi-ogas ini harus tetap dijalankan diikuti denganpengoptimalan dari setiap peternak.

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 37

Tabel 5: Hasil Analisis Sensitivitas dalam Integrasi Usaha Peternakan Sapi Perah dan UsahaPengembangan Biogas

No UraianKriteria Investasi

NPV (Rp) IRR Net B/C PP (tahun ke-)

1 Peningkatan harga konsentrat 10% 121.713.833 17% 1,69 5 tahun 11 bulan2 Peningkatan harga konsentrat 10% dan penurunan su-

ku bunga menjadi 4%145.997.584 17% 1,85 5 tahun 10 bulan

3 Peningkatan harga konsentrat 10% dan peningkatansuku bunga menjadi 6%

118.441.256 17% 1,67 7 tahun 11 bulan

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Analisis Sensitivitas Integrasi UsahaPeternakan Sapi Perah dan Usaha Pe-ngembangan Biogas

Analisis sensitivitas pada integrasi usaha ter-nak sapi perah dan usaha pengembangan bio-gas dapat dilihat dari peningkatan harga kon-sentrat sebesar 10%. Analisis sensitivitas ter-hadap kenaikan konsentrat perlu dilakukanoleh usaha ternak sapi perah dengan pengem-bangan biogas karena konsentrat merupakankomponen penting dalam kegiatan usaha ini.Konsentrat sangat dibutuhkan untuk keperlu-an pakan ternak. Apabila tidak ada konsentrat,kotoran ternak yang dihasilkan oleh ternak a-kan menurun karena berkurangnya pakan yangditerima oleh sapi. Tingkat suku bunga jugamerupakan komponen yang dapat berubah se-tiap tahunnya sehingga perlu dilakukan ana-lisis sensitivitas pada perubahan tingkat sukubunga berupa penurunan suku bunga menjadi4% dan kenaikan suku bunga menjadi 6%.

Peningkatan harga konsentrat sebesar 10%membuat NPV yang didapatkan menjadiRp121.713.833, IRR sebesar 17%, Net B/C1,69, dan PP selama 5 tahun 11 bulan. Ber-dasarkan hasil dari kriteria investasi yang di-dapatkan, usaha peternakan sapi perah denganpengembangan biogas tetap layak untuk dilan-jutkan walaupun mengalami peningkatan har-ga konsentrat sebesar 10%.

Ketika tingkat suku bunga diturunkan men-jadi 4% dan harga konsentrat meningkat 10%didapatkan nilai NPV sebesar Rp145.997.584,IRR meningkat menjadi 17%, Net B/C dipero-

leh sebesar 1,85 dan PP selama selama 5 tahun10 bulan. Apabila terjadi perubahan skenarioberupa peningkatan tingkat suku bunga men-jadi 6% dan meningkatnya harga konsentrat10% maka nilai NPV , IRR, Net B/C, dan PPpun masih layak. Nilai NPV menurun menjadiRp118.441.256, lalu pada IRR sebesar 17%, ni-lai Net B/C yang diperoleh menjadi 1,67, danPP menjadi 7 tahun 11 bulan. Perubahan ting-kat suku bunga dan meningkatnya harga kon-sentrat sebesar 10% pada integrasi usaha ter-nak sapi perah dengan pengembangan biogasmasih layak untuk dilanjutkan karena semuakriteria memenuhi syarat. Rincian perhitungananalisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Faktor-Faktor yang MemengaruhiProduksi Biogas dari Usaha Pengem-bangan Biogas

Model regresi digunakan untuk mengetahui pe-ngaruh produksi biogas yang dihasilkan da-ri usaha pengembangan biogas, seperti jumlahkotoran ternak, jumlah air yang digunakan, la-ma usaha pengembangan biogas, jumlah tena-ga kerja, dan tingkat pendidikan peternak. Ha-sil estimasi data dapat dilihat pada Tabel 6,yaitu faktor-faktor yang memengaruhi produk-si biogas adalah jumlah kotoran ternak, jumlahair yang digunakan, dan jumlah tenaga kerja.

Nilai R2 sebesar 37,6%, menunjukkan kera-gaman nilai produksi biogas dari usaha pe-ngembangan biogas yang mampu dijelaskanoleh variabel jumlah kotoran ternak sapi perah,jumlah air yang digunakan, lama usaha, jumlah

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 38

Tabel 6: Hasil Estimasi Regresi Produksi Biogas dari Usaha Pengembangan Biogas

Variabel Koefisien Statistika t P-Value VIF

Konstan 6,647 7,907 0,000X1 (Jumlah kotoran ternak) 0,305 2,895 0,006 1,292X2 (Jumlah air yang digunakan) -0,096 -3.448 0,001 1,168X3 (Lama usaha) 0,061 0,971 0,337 1,131X4 (Jumlah tenaga kerja) 0,290 1,902 0,064 1,189X5 (Pendidikan) 0,011 0,090 0,929 1,036

R2 0,376

R2 (adj) 0,305

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

tenaga kerja, dan pendidikan sebesar 37,6%, si-sanya dijelaskan oleh faktor lain. Uji normali-tas dapat dilihat dari nilai p-value, yaitu sebe-sar 3,410 yang lebih besar dari α sebesar 10%,maka dapat disimpulkan data yang dimiliki te-lah menyebar normal. Uji otokorelasi menun-jukkan bahwa nilai uji Durbin Watson adalah1,781, maka tidak ada otokorelasi. Multikoline-aritas dapat dilihat dari nilai Variance Infla-tion Factor (VIF). Berdasarkan hasil estimasiregresi diperoleh nilai VIF sebesar 1,292; 1,168;1,131; 1,189; 1,036 (< 10) sehingga dapat di-simpulkan bahwa masing-masing peubah tidakterdapat gejala multikolinearitas. Uji heteros-kedastisitas dapat diketahui melalui uji baku,karena nilai p value (0,001) lebih kecil dari ta-raf nyata 10% maka dapat disimpulkan tidakterjadi heteroskedastisitas pada model.

Variabel jumlah kotoran ternak sapi perah,jumlah air yang digunakan, dan jumlah tenagakerja berpengaruh signifikan pada taraf 10%.Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel ter-sebut merupakan faktor-faktor yang dapat me-mengaruhi produksi biogas dari usaha pengem-bangan biogas.

Dampak Ekonomi

Populasi ternak di Desa Suntenjaya mengha-silkan jumlah limbah kotoran ternak sapi perahyang banyak. Pemanfaatan limbah ternak sa-pi perah di Desa Suntenjaya memberikan dam-pak secara ekonomi bagi masyarakat di wila-yah tersebut, yaitu potensi dari limbah ternak

sapi perah menjadi biogas dapat memberikandampak positif. Sehingga para peternak dapatmenghemat pengeluaran energi setelah meng-gunakan biogas.

Dalam penyerapan tenaga kerja, dapat di-lihat berapa tenaga kerja yang terserap se-telah adanya pemanfaatan biogas dari lim-bah ternak. Beberapa usaha ternak sapi pe-rah yang ada dikelola oleh pemiliknya masing-masing tanpa adanya tenaga kerja tambahan.Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bah-wa tenaga kerja pria adalah 94 orang = 94HOK/hari, tenaga kerja wanita adalah 1 orang= 0,8 HOK/hari, dan total HOK yang tersediaadalah 94,8 HOK.

Terdapat 94 total HOK dalam integrasi usa-ha ternak sapi perah dengan pangembanganbiogas di Desa Suntenjaya. Desa Suntenjayasendiri memiliki 2.200 KK, dengan rincian: (a)tenaga kerja pria di Desa Suntenjaya adalah2.200 orang = 2.200 HOK/hari, (b) tenagakerja wanita di Desa Suntenjaya adalah 2.200orang = 1.760 HOK/hari, dan (c) total HOKyang tersedia di Desa Suntenjaya adalah 3.960HOK.

Jumlah HOK di Desa Suntenjaya dalam se-tahun sebanyak 28.440, lalu jumlah tenaga ker-ja yang tersedia adalah 3.960 HOK, sehinggapenyerapan tenaga kerja untuk integrasi usahaternak sapi perah dengan pengembangan bio-gas diperoleh dari jumlah HOK dalam setahunyang tersedia pada integrasi usaha ternak sapiperah dengan pengembangan biogas dibagi de-ngan jumlah tenaga kerja yang tersedia di De-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 39

sa Suntenjaya yang telah dikalikan dengan harikerja dalam setahun. Maka persentase penye-rapan tenaga kerja dari adanya integrasi usahaternak sapi perah dengan pengembangan bio-gas di Suntenjaya sebesar 1,96%.

Untuk biaya bahan bakar yang dihemat,energi yang digunakan oleh responden dalamstudi ini hanya meliputi penggunaan energiyang berhubungan dengan keperluan rumahtangga untuk memasak. Berdasarkan data ha-sil kuesioner, energi yang digunakan untuk me-masak, yaitu kayu bakar, LPG, dan biogas. Pe-ngeluaran untuk bahan bakar yang peternakkeluarkan sebelum menggunakan biogas terdiridari hasil pengeluaran dari membeli LPG dankayu bakar sejumlah Rp1.434.240 dalam seta-hun dari 50 peternak yang menggunakan bio-gas. Sedangkan pengeluaran untuk bahan ba-kar yang peternak keluarkan setelah menggu-nakan biogas dalam setahun sebesar Rp28.080.Sehingga biaya bahan bakar yang dihemat se-telah adanya pemanfaatan biogas adalah sebe-sar Rp1.406.160, sehingga apabila dipersenta-sekan, para penduduk Desa Suntenjaya meng-hemat sebesar 98% dari biaya yang dikeluarkansebelum memanfaatkan biogas.

Jumlah peternak yang menggunakan biogasdi Desa Suntenjaya ialah 100 orang, sehinggadiperoleh total biaya yang dihemat peternakyang menggunakan biogas di Desa Suntenjayaialah sebesar Rp140.616.000 per tahun (Tabel7). Apabila para peternak yang belum meng-olah kotoran ternak menjadi biogas memutus-kan untuk mengolah biogas, maka biaya bahanbakar yang dihemat dalam setahun akan me-ningkat. Dengan jumlah peternak yang belummengembangkan biogas berjumlah 632 orangdi Desa Suntenjaya, maka total potensi biayayang dihemat para peternak di Desa Suntenja-ya per tahunnya sebesar Rp888.693.120.

Nilai pengeluaran usaha ternak sebelummenggunakan biogas lebih tinggi dibandingkanpengeluaran usaha ternak setelah mengguna-kan biogas dikarenakan setelah memanfaatkanbiogas, peternak tidak perlu membeli gas elpiji

atau kayu bakar dalam jumlah banyak dikare-nakan sudah tersedianya biogas dari hasil lim-bah ternak sapi perah untuk bahan bakar. Pen-dapatan para peternak pun menjadi meningkatsetelah adanya pengembangan biogas, yaitu se-besar Rp20.764.800 per tahun. Hal ini dipero-leh dari informasi para peternak, di mana rata-rata pendapatan per bulan para peternak sete-lah memanfaatkan biogas adalah Rp1.730.400.Perbandingan antara biaya yang dihemat olehpeternak dengan pendapatan rumah tangga ia-lah sebesar 7% per tahunnya. Melakukan peng-hematan sebesar 7% ini artinya para peternaktelah mengurangi kotoran ternak sapi yang di-buang ke Sungai Cikapundung.

Dampak Lingkungan

Setelah melakukan perhitungan dengan skalaLikert, maka dapat diketahui bahwa masya-rakat setuju bahwa usaha pengembangan bio-gas berdampak positif pada lingkungan sekitar.Dalam melakukan penilaian persepsi masyara-kat terhadap pengembangan biogas, memper-lihatkan bahwa persepsi air sungai yang men-jadi bersih, output dari biogas yang tidak me-nimbulkan asap, dan adanya biogas penting ba-gi lingkungan memiliki nilai persepsi yang le-bih tinggi, di mana tidak ada masyarakat yangmengatakan tidak setuju pada pernyataan per-sepsi tersebut. Sedangkan untuk persepsi de-ngan adanya pengembangan biogas membuatair sungai menjadi tidak bau dan pemanfaatanair sungai menjadi meningkat, ada masyarakatyang menyatakan tidak setuju dengan pernya-taan tersebut.

Adanya masyarakat yang tidak setuju bah-wa dengan adanya proyek pengembangan bio-gas membuat air sungai menjadi bersih dan pe-manfaatan air menjadi meningkat dikarenakanmasih adanya masyarakat di Desa Suntenjayayang masih membuang kotoran ternaknya kesungai. Apabila seluruh masyarakat Desa Sun-tenjaya menggunakan biogas, maka akan dira-sakan secara bersama bahwa proyek pengem-bangan biogas ini memiliki dampak yang le-

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 40

Tabel 7: Biaya Bahan Bakar yang Dihemat

No Uraian Nilai

1 - Biaya untuk bahan bakar sebelum menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (a) 1.177.200- Biaya untuk transportasi sebelum menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (b) 257.040- Subtotal biaya untuk bahan bakar sebelum menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (1) =(a) + (b)

1.434.240

2 - Biaya untuk bahan bakar setelah menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (c) 24.200- Biaya untuk transportasi setelah menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (d) 3.880- Subtotal biaya untuk bahan bakar setelah menggunakan biogas dalam setahun (Rp) (2) =(c) + (d)

28.080

3 - Biaya bahan bakar yang dihemat dalam setahun (Rp) (1 - 2) 1.406.160

Total biaya yang dihemat peternak yang menggunakan biogas di Desa Suntenjaya 1.406.160

Persentase biaya bahan bakar yang dihemat terhadap pendapatan (%) 7

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 8: Tingkat Persepsi Peternak dengan Adanya Usaha Pengembangan Biogas

No PernyataanPenilaian

Standar DeviasiSS S TS STSΣ % Σ % Σ % Σ %

1 Dengan adanya biogas, kotoran ternak yang di-olah membuat air sungai menjadi lebih bersih

7 14 43 86 0 0 0 0 0,350

2 Dengan air sungai yang lebih bersih membuatair sungai tersebut menjadi tidak bau

8 16 41 82 1 2 0 0 0,404

3 Dengan menggunakan biogas di rumah, tidakmenimbulkan asap

6 12 44 88 0 0 0 0 0,328

4 Usaha pengembangan biogas penting bagi ling-kungan

10 20 40 80 0 0 0 0 0,404

5 Dengan adanya usaha pengembangan biogas,jumlah air yang dimanfaatkan meningkat

1 2 42 84 7 14 0 0 0,395

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

bih baik pada lingkungan. Dilihat dari hasildescriptive statistic, rata-rata para respondensetuju bahwa dengan adanya proyek pengem-bangan biogas memberikan dampak positif ter-hadap lingkungan (Tabel 8).

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahas-an, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Per-tama, integrasi usaha peternakan sapi perahdengan pengembangan biogas akan memberi-kan keuntungan yang lebih besar dibandingkanhanya usaha peternakan sapi perah saja. Usa-ha pengembangan biogas layak dilanjutkan ba-gi peternak yang telah mengembangkan biogasdan layak diterapkan bagi peternak yang be-

lum mengembangkan biogas. Begitu pula padaanalisis sensitivitas, di mana peningkatan har-ga konsentrat sebesar 10% masih layak untukdilanjutkan karena syarat terpenuhi. Adapunfaktor yang memengaruhi produksi biogas dariusaha pengembangan biogas adalah jumlah ko-toran ternak sapi, jumlah air yang digunakan,dan jumlah tenaga kerja.

Kedua, dampak ekonomi dari integrasi usa-ha peternakan sapi perah dengan usaha pe-ngembangan biogas lebih dominan pada peng-hematan penggunaan bahan bakar, yaitu se-besar Rp1.406.160 per tahun setiap peternak,sementara pada persentase penyerapan tenagakerja dari adanya integrasi usaha ternak sapiperah dengan pengembangan biogas di DesaSuntenjaya sebesar 1,96%. Dampak lingkunganyang didapat dari usaha pengembangan biogas

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 41

dilihat dari persepsi masyarakat. Setelah ada-nya usaha pengembangan biogas ini, air sungaimenjadi lebih bersih dan tidak bau, pengguna-an biogas tidak menimbulkan asap, serta jum-lah air yang dimanfaatkan menjadi meningkat.

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapatdirumuskan beberapa saran. Pertama, peme-rintah sebaiknya memberikan insentif kepadapeternak berupa subsidi reaktor biogas seca-ra langsung kepada para peternak. Pemberiansubsidi ini agar para peternak yang ingin mela-kukan integrasi usaha ternak dengan pengem-bangan biogas menjadi semakin bertambah, di-karenakan peternak dapat memperoleh reaktorbiogas dengan harga yang lebih murah.

Kedua, peternak sebaiknya meningkatkanjumlah ternaknya sehingga pendapatan yangdiperoleh meningkat, sehingga biogas yang di-hasilkan juga akan meningkat. Peningkatan iniagar penggunaan reaktor dapat optimal. Sela-in jumlah peternak yang sebaiknya ditambah,adanya pelatihan biogas juga masih tetap di-perlukan, karena hal ini akan membantu parapeternak yang tingkat pendidikannya kurangakan mendapat pendampingan serta pengeta-huan yang bertambah. Saran untuk studi se-lanjutnya ialah menganalisis kelayakan sapi pe-rah serta usaha pengembangan biogas dengananalisis kelayakan ekonomi menggunakan har-ga bayangan, yang menggambarkan nilai sosialatau nilai ekonomis yang sesungguhnya. Selainitu, dalam menganalisis faktor-faktor yang me-mengaruhi produksi biogas dari usaha pengem-bangan biogas sebaiknya ditambah dengan va-riabel lain.

Daftar Pustaka

[1] BPPT. (2010). Menuju Desa Mandiri Energi de-ngan Biogas. Senin, 15 Oktober 2012. http://w1.bppt.go.id/ (Accesesed November 26, 2012).

[2] BPTP. (2013). Temu Lapang PemanfaatanKotoran Sapi (Biogas) Sebagai Sumber EnergiAlternatif. Rabu, 02 Januari 2013. http://

maluku.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?

option=com_content&view=article&id=353:

temu-lapang-pemanfaatan-kotoran-sapi-biogas

-sebagai-sumber-energi-alternatif&catid=6:

ekspose (Accessed August 30, 2013).[3] Diella, D. (2012). Cita-Citarum untuk Citarum

yang Lebih Baik. Bandung: Balai Besar WilayahSungai Citarum.

[4] Edmunds, S. W., & Letey, J. (1973). Environmen-tal Administration. New York: McGraw-Hill BookCompany.

[5] Gittinger, J. P. (1986). Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: UI-Press.

[6] Herawati, T. (2012). Refleksi Sosial dari MitigasiEmisi Gas Rumah Kaca pada Sektor Peternakandi Indonesia. Makalah. Bogor: Balai PenelitianTernak. http://peternakan.litbang.deptan.

go.id/fullteks/wartazoa/wazo221-4.pdf

(Accessed August 30, 2013).[7] Kementerian ESDM. (2010). Perjalan-

an Biogas dari Eropa Hingga Haurngom-bong. Rabu, 25 Agustus 2010. http://www.

esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/

3681-perjalanan-biogas-dari-eropa-hingga-

haurngombong.html (Accessed August 30, 2013).[8] Newman, D. G. (1990). Engineering Economic

Analysis. Jakarta: Binarupa Aksara.[9] Nurmalina, R., Sarianti, T., & Karyadi, A. (2009).

Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agri-bisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen InstitutPertanian Bogor. Butt Design & Printing.

[10] Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[11] UNDP. (1997). Energy After Rio: Prospects andChallenges. New York: UNDP

[12] Wahyuni, S. (2009). Biogas. Jakarta: Penebar Swa-daya.

Resty F. M., Akhmad F., & Asti I./Evaluasi Kelayakan Finansial... 42

Gambar 1: Kerangka Analisis Studi

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis