Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura di Kabupaten ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura di Kabupaten ...
STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENERIMAAN
ADIPURA DI KABUPATEN MAROS
ZULFIKAR
Nomor Stambuk : 10561 04034 11
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENERIMAAN
ADIPURA DI KABUPATEN MAROS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administarsi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
ZULFIKAR
Nomor Stambuk : 10561 04034 11
Kepada
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
PERSETUJUAN
Judul Proposal Penelitian : Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipuradi Kabupaten Maros
Nama Mahasiswa : Zulfikar
Nomor Stambuk : 10561 04034 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. DJuliati Saleh, M.Si Dra. Andi Rosdianti Razak, M.Si
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si
iii
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,
Nomor: 1231/FSP/A.1-VIII/VIII/36/2015 sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara Di
Makassar pada hari Senin tanggal 31 bulan Agustus tahun 2015.
TIM PENILAI
Ketua, Sekretaris,
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.si
Penguji:
1. Dr. H. Mappamiring, M.Si (ketua) ( )
2. Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si ( )
3. Dr. H. Lukman Hakim, M.Si ( )
4. Drs. Ruskin Azikin, MM ( )
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Zulfikar
Nomor Stambuk : 10561 04034 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 13 Mei 2015
Yang Menyatakan,
Zulfikar
v
ABSTRAK
ZULFIKAR. Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura di KabupatenMaros (dibimbing oleh Djuliati Saleh dan Andi Rosdianti Razak).
Strategi Pemerintah dalam penerimaan Adipura di Kabupaten Maros,dengan bertujuan untuk mengetahui seperti apa strategi yang dilakukanPemerintah Kabupaten Maros dalam proses penerimaan Adipura.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif denganmengambil informan sebanyak 9 orang yang dipilih sesuai dengan keterkaitannyadengan penelitian yang dilakukan. Data yang dikumpulkan berasal dari hasilwawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumenresmi lainnya. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif kemudian peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan secara jelas.
Hasil penelitian menunjukkan strategi yang dilakukan PemerintahKabupaten Maros, jika dilihat dari strategi fungsional manajemen dengan caraimplementating dan controlling sudah optimal, selanjutnya strategi pemerintahdaerah dengan cara a. Revitalisasi sampah dengan 3R Reduce, Reuse dan Recycledan b. Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sudah sangat optimal. Adapunfaktor pendukung antara lain sosialisasi kepada masyarakat, dibentuknya strukturorganisasi khusus yang mengurusi kebersihan Maros, membentuk tim penggerak,pembersihan rutin, pembentukan Bank Sampah, dan RTH kabupaten Marossudah memenuhi 30 persen.
Keyword : Strategi, Pemerintah, Penerimaan Adipura
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura di
Kabupaten Maros”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Almarhum Ayahanda Borahima, Ibunda Murni, Selaku Kedua orang tua,
Nenek Nasse, yang senantiasa memanjatkan do,a dan segenap keluarga yang
senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.
2. Ibu Dra. Hj. Djuliati Saleh, Msi selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Andi
Rosdianti Razak, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
vii
3. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Pemerintah Kantor Dinas Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Maros
yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 di Jurusan Ilmu Administrasi
Negara terkhusus kelas B yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh
semangat dalam menjalani studi baik suka maupun duka. Kebersamaan ini
akan menjadi sebuah kenangan yang indah yang tidak akan dilupakan.
8. Sahabat-sahabat penulis yang tak sempat disebutkan satu-persatu yang telah
bersama-sama berjuang serta tidak henti-hentinya memberikan semangat
untuk selesainya karya tulis ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 03 Mei 2015
Zulfikar
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................ iHalaman Persetujuan........................................................................................... iiPenerimaan Tim................................................................................................... iiiHalaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...................................................... ivAbstrak ................................................................................................................ vKata Pengantar .................................................................................................... viDaftar Isi.............................................................................................................. viiiDaftar Tabel ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi ..................................................................................... 6B. Pengertian Pemerintah .......................................................................... 15C. Pengertian Adipura ............................................................................... 19D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 25E. Fokus Penelitian.................................................................................... 26F. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 29B. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 29C. Sumber Data.......................................................................................... 30D. Informan Penelitian............................................................................... 30E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 31F. Teknis Analisis Data ............................................................................. 32G. Pengabsahan Data ................................................................................. 33
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian ..................................... 36B. Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura .................................. 49C. Faktor-faktor pendukung dalam Penerimaan Adipura di Kabupaten
Maros .................................................................................................... 65
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 69B. Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pegawai PerBidang Berdasarkan Status Kepegawaian ............ 40
Tabel 2. Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin ............................... 47
Tabel 3. Karakteristik informan berdasarkan umur ............................................ 48
Tabel 4. Karakteristik informan berdasarkan pendidikan ................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Program Adipura merupakan salah satu program strategis Kementerian
Lingkungan Hidup yang mempunyai maksud dan tujuan untuk mendorong
pemerintah daerah dan masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dan teduh
dengan menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good
Governance) dan Tata Kelola Lingkungan yang baik (Good Environment
Governance). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Adipura.
Kabupaten Maros menjadi satu dari enam kabupaten peraih piala Adipura.
Maros telah meraih Piala Adipura sebanyak dua kali yakni pada tahun 2013 dan
2014. Pada tahun 2012 Maros meraih Piagam Adipura. Dan hal tersebut merupakan
salah satu kebanggaan terbesar Maros dan akan terus dipertahankan dan ditingkatkan
lagi. Nilai Maros tertinggi keempat di Sulsel. Di Sulawesi, Maluku, dan Papua,
Maros berada dalam urutan keenam kota kecil terbersih pada penilaian tahap pertama
(P1).
Salah satu strategi yang digunakan Pemerintah Kabupaten Maros dalam
mendongkrak nilai tambah bagi Kabupaten Maros dengan menerapkan sanitary
lendfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sanitary Landfill adalah metode
1
2
pemusnahan sampah yang paling efektif, karena sampah yang dimusnahkan didalam
tanah tidak akan menyebar dan mengotori lingkungan.
Adipura sebenarnya digunakan sebagai alat untuk mendorong motivasi aparat
pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kebersihan
lingkungan di Indonesia. Beberapa tujuan di balik penghargaan Adipura antara lain,
untuk menurunkan tingkat polusi dari limbah domestik, merealisasikan kesehatan
lingkungan, dan merealisasikan budaya bersih lingkungan.
Program Adipura akan terlaksana dengan baik jika ditunjang dengan
partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan lingkungan. Kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, masyarakat
dan dinas/instansi terkait sangatlah perlu dibina dan dijalin secara terus menerus dan
berkesinambungan. Agar lingkungan menjadi baik perlu dukungan dan kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencapai lingkungan yang bersih dan teduh.
Peran serta masyarakat sangatlah penting untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Program Adipura ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan
Dinas/Instansi terkait saja melainkan juga seluruh elemen masyarakat.
Menuju lingkungan yang baik agar program Adipura tercapai maka
pengelolaannya harus sesuai dengan standar kondisi lingkungan yang ideal. Idealnya
kondisi lingkungan yang baik ditunjukkan dengan upaya pembersihan saluran
drainase, membersihkan dan menjaga lingkungan sekitar, tidak membuang sampah
sembarangan di jalan, sungai dan jembatan, memilah sampah organik dan an organik,
penanaman pohon dan pot bunga untuk penghijauan, tidak melakukan pembakaran
3
sampah sesuai dengan Undang-undang No. 18 tentang Pengelolaan Sampah,
disebutkan bahwa larangan pembakaran sampah karena dapat mengeluarkan gas
beracun yang kemudian pada akhirnya menyebabkan global warming, serta usaha-
usaha lain yang bersifat positif dan baik tersebut perlu dijaga dan ditingkatkan lagi
secara kontinu sehingga masyarakat menjadi aman dan nyaman dengan lingkungan
sekitarnya.
Penilaian Adipura sering menimbulkan pro dan kontra dikalangan
masyarakat, banyak orang yang mengatakan Adipura merupakan Kebijakan Politis
Pemerintah Daerah, tidak dapat dipungkiri mengingat bahwa Bupati dan Wakil
Bupati merupakan pejabat politis, dan kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah bukanlah untuk kepentingan politik semata melainkan juga untuk
kepentingan masyarakat bersama dalam hal ini berkaitan dengan hak setiap
masyarakat untuk merasakan hidup aman dan nyaman dengan lingkungan yang teduh
dan sehat.
Adipura ini benar-benar penghargaan yang hanya diberikan kepada kota yang
benar-benar bersih bukan penghargaan yang hanya semata-mata sebagai simbol
kemenangan tapi sebagai acuan bahwa setelah tercapainya penerimaan Adipura
tersebut Kabupaten Maros menjadi contoh terhadap kabupaten-kabupaten lainnya.
Sangat disayangkan dalam penilaian Adipura hanya menguntungkan pihak-
pihak tertentu saja sebagaimana diketahui bahwa yang seharusnya Adipura ini
menjadi milik seluruh masyarakat Kabupaten Maros tanpa terkecuali, Adipura ini
tidak seharusnya menjadi ajang permainan politik golongan-golongan tertentu saja,
4
tetapi sebuah motivasi untuk meningkatkan kebersihan lingkungan kabupaten Maros
secara terus-menerus dan berkesinambungan agar menjadi Kabupaten percontohan
terhadap Kabupaten-kabupaten lain bahkan sampai kepada kota-kota besar.
Sehubungan dengan pembahasan diatas penulis mengangkat sebuah judul
“Strategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura di Kabupaten Maros”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pemerintah dalam penerimaan Adipura di Kabupaten
Maros?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung strategi pemerintah dalam penerimaan
Adipura di Kabupaten Maros?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi pemerintah dalam penerimaan Adipura di
Kabupaten Maros.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung strategi pemerintah dalam
penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat toritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dalam
mengetahui strategi pemerintah dalam penerimaan Adipura di Kabupaten
Maros, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran.
5
2. Manfaat praktis
Menambah wawasan penulis mengenai strategi pemerintah dalam penerimaan
Adipura di Kabupaten Maros, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam
bersikap dan berperilaku, jugadapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi
1. Pengertian strategi
Strategi adalah rencana jangka panjang, diikuti tindakan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah kemenangan. Asal kata strategi
turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos. Strategi secara umum adalah
proses penentuan rencana pemimpin puncak berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan cara/upaya bagaimana agar dapat dicapai. Sementara
pengertian strategi secara khusus adalah tindakan yang bersifat senangtiasa
meningkat, terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan pelanggan dimasa depan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang
dapat terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Defenisi strategi pertama yang dikemukanan oleh Chandler (dalam
Sedarmayanti 2014:4) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari
suatu perusahaan serta pendayagunaan dan alokasi semua sumberdaya yang penting
untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Glueck dan Jauch (1989:9), pengertian strategi adalah rencana yang
disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
6
7
organisasi. Strategi sebagai sebuah plan sesuai dengan rumusan strategi yang
disampaikan oleh Glueck.
Menurut David (2004:15), definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi
dan joint venture. Dalam hal ini terdapat dua karakteristik strategi yang sangat
penting yakni pertama, strategi direncanakan terlebih dahulu secara sadar dan sengaja
mendahului berbagai tindakan yang akan dilakukan berdasarkan strategi yang dibuat
tersebut. Kedua, strategi kemudian dikembangkan dan diimplementasikan agar
mencapai suatu tujuan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam perkembangannya,
konsep mengenai strategi terus berkembang, hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya
perbedaan konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir. Pemahaman yang baik
mengenai konsep strategi dan konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan
suksenya strategi dan konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya
strategi yang disusun. Konsep tersebut adalah:
1. Distinctive competence, tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat
melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Day
dan Wensley (dalam Sedarmayanti 2014:4), identifikasi distinctive competence
dalam organisasi meliputi:
a. Keahlian tenaga kerja.
b. Kemampuan sumber daya.
8
Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan dapat unggu dibandingkan dengan
pesaingnya.
2. Competitive advantage, keunggulan bersaing disebabkan pilihan strategi yang
dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Jika perusahaan ingin
meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakit ketat, perusahaan harus
memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atau produk dengan
biaya rendah, bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip ini, Porter menyatakan
terdapat tiga strategi generik, yaitu:
a. Strategi diferensiasi, cirinya adalah perusahaan mengambil keputusan untuk
membangun persepsi pasar potensial terhadap suatu produk/jasa yang unggul
agar tampak berbeda dengan produk lain. Dengan demikian, diharapkan calon
konsumen mau membeli dengan harga mahal karena adanya perbedaan itu.
b. Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh, cirinya adalah perusahaan lebih
memperhitungkan pesaing daripada pelanggan, dengan cara memfokuskan
harga jual produk yang murah, sehingga biaya produksi, promosi, riset dapat
ditekan, bila perlu produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk dari
perusahaan lain.
c. Strategi fokus, cirinya adalah perusahaan mengonsentrasikan pada pangsa
pasar yang kecil untuk menghindar dari pesaing dengan menggunakan strategi
kepemimpinan biaya menyeluruh/diferensiasi.
9
2. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan
yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan
strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan
tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan
strategi, yaitu:
a. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan
dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam
lingkungan tersebut.
b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan
dalam menjalankan misinya.
c. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari
strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
d. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal
yang dihadapi.
e. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan
jangka panjang.
10
3. Tingkat-tingkat Strategi
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins
(1985) (dalam J. Salusu 1996:104). menjelaskan adanya empat tingkatan strategi.
Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate
strategy, business strategy dan functional strategy.
a) Enterprise Strategy (Strategi Perusahaan)
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai
hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar
organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali
itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan,
kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise
terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan
dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga
menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk
memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
b) Corporate Strategy (Strategi Perusahaan)
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand
Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan
apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan
bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga
oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit.
11
c) Business Strategy (Strategi Bisnis)
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah
masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para
pengusaha, para donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat
memperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang
berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.
d) Functional Strategy (Strategi Fungsional)
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya
strategi lain.
Ada tiga jenis strategi functional yaitu :
1. Strategi functional ekonomi, yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan
organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang
berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan
pengembangan.
2. Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu
planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating,
communicating, decision making, representing, dan integrating.
a. Planning
Planning atau perencanaan, menurut Sondang P. Siagian (1994:108)
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
12
b. Organizing
Pengorganisasian (Organizing) adalah proses pengaturan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan memperhatikan lingkungan yang
ada.
c. Implementating
Secara sederhana implementasi dapat diartikan pelaksanaan atau penerapan,
Majone dan Wiloldavsky (dalam Nurdin dan Usman 2002:68) mengemukakan
bahwa implementasi sebagai evaluasi, adapun Schubert (dalam Nurdin dan
Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem rekayasa.
Sedangkan menurut Jeffri L.Pressman dan Aaron B.Wildavski (dalam Charles
O.Jones, 1996:265) mengartikan implementasi sebagai suatu proses interaksi
antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya.
d. Contolling
Controlling atau pengawasan, menurut Dale (dalam Winardi, 2000:224)
dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan
melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki
dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
e. Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment) latihan dan
pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam
lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
13
f. Leading
Leading (Pengarahan) Adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para
karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
g. Motivating
Motivating atau motivasi, Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007: 73),
menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
h. Communicating
Communicating atau komunikasi, Rogers dan Kincaid (dalam Cangara, 2004;19)
mengatakan bahwa Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain yang
pada gilirannya akan tiba saling pengertian.
i. Decision making
Pengambilan keputusan (decision making), pengambilan keputusan adalah proses
pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan keputusan
adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi
yang ada.
j. Representing
Representing adalah fungsi manajemen berupa adanya kesamaan dalam hal
pengerjaan tugas.
14
k. Integrating
Integrasi diartikan pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan
yang utuh dan bulat.
3. Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi
lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang
selalu berubah.
4. Jenis Strategi
a. Strategi Integrasi
1. Integrasi ke depan
Integrasi ke depan berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau
kendali lebih besar atas distributor/peritel.
2. Integrasi ke belakang
Integrasi ke belakang: strategi yang mengupayakan kepemilikan/kendali yang
lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi ini tepat ketika pemasok
perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal/tidak
mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
3. Integrasi horizontal
Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mengupayakan
kepemilikan/kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan.
15
b. Strategi Intensif
1. Penetrasi pasar
Penetrasi pasar:strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk
produk/jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar.
2. Pengembangan pasar
Pengembangan pasar meliputi pengenalan produk/jasa yang ada saat ini ke
wilayah geografis yang baru.
3. Pengembangan produk
Pengembangan produk: strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan
dengan cara memperbaiki/modifikasi produk/jasa yang ada saat ini.
c. Strategi Diversifikasi
Terdapat dua jenis umum strategi diversifikasi: terkait dan tak terkait. Bisnis
dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian strategi lintas
bisnis yang bernilai secara kompetitif. Bisnis dikatakan tak terkait ketika rantai
nilai bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang
bernilai secara kompetitif.
B. Pengertian Pemerintah
Pemerintah sebagai sebuah organisasi ditinjau dari sudut biological adalah
sebuah organisme yang hidup dan setiap organisme yang hidup mempunyai bagian
yang disebut Kepala (Head). Sebuah tubuh manusia atau hewan dikendalikan oleh
kepalanya. Sebuah rumah tangga dikendalikan oleh kepala keluarga. Kepala dapat
dianggap identik dengan pemerintah.
16
Pemerintah adalah proses penetatapan janji dan legitimasi seorang pejabat
Negara/publik diukur dengan fakta, sejauh mana ia menebar janji, demikian menurut
Ndraha (2003:71).
Dalam uraian ringkas di atas, menunjukkan bahwa: (1) Pemerintah dapat
dianggap sebagai sesuatu yang given, ditakdirkan hadir di mana-mana dan merupakan
bagian integral sebuah sistem; (2) Pemerintah terbentuk secara evolusioner sebagai
produk penyesuaian diri manusia dengan perubahan lingkungan hidupnya agar ia
tetap survive; (3) Pemerintahan terbentuk melalui revolusi, penaklukan, atau
pernyataan; (4) Dapat juga dianggap sebagai produk manajemen pemerintahan yang
sengaja dibentuk berdasarkan kesepakatan warga masyarakat sebagai alat (input)
untuk mencapai tujuan dan misi tertentu.
Pemerintah adalah keseluruhan struktur, lembaga dan unit-unit dalam negara
yang bertugas untuk mengatur pelaksanaannya tugas-tugas pemerintahan baik yang
bersifat internal maupun kepada masyarakat umum, (dalam Delly Mustafa 2013:109).
Menurut teori Montesquieu (Trias Politica), Kekuasaan Negara terdiri dari:
kekuasaan legislatif (parlemen), kekuasaan eksekutif (pemerintah), dan kekuasaan
yudikatif (peradilan) serta ditambah satu kekuasaan lagi yaitu; kekuasaan auditif
(pengawasan/pemeriksaan) guna mengawasi penyelenggaraan kekuasaan Negara
dibentuk organ-organ negara. Salah satu organ Negara adalah lembaga eksekutif
(pemerintah dalam arti sempit). Rewansyah (2011:133) mengemukakan ada lima (5)
fungsi utama (main function) eksekutif (pemerintah), yaitu: (1) Fungsi
pengaturan/regulasi; (2) Fungsi pelayanan kepada masyarakat (public service); (3)
17
Fungsi pemberdayaan kepada masyarakat (empowering people); (4) Fungsi
pemberdayaan asset/kekayaan Negara; (5) Fungsi keamanan, pengamanan dan
perlindungan. Masing-masing fungsi pemerintah ini, lebih rinci dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fungsi Pengaturan/Regulasi
Dari berbagai fungsi pemerintah sebagaimana tersebut di atas, maka fungsi
pengaturan/regulasi (penetapan kebijakan publik/Negara) adalah fungsi yang tak
dapat didelegasikan, dipindahkan ataupun diprivatisasikan kepada orgnisasi atau
lembaga di luar pemerintahan.
Peran/fungsi pengaturan (regulation), pemerintah akan lebih menempatkan
diri sebagai pengatur dan pembuat aturan serta pengawas/pengendali, sedangkan
pelaksana aturan dapat didelegasikan atau diserahkan kepada dunia usaha/bisnis dan
masyarakat.
2. Fungsi pelayanan Kepada Masyarakat
Menurut Ndraha (2003:76) mengemukakan bahwa: “pemerintah memiliki dua
fungsi dasar yaitu: fungsi primer atau fungsi pelayanan dan fungsi sekunder atau
fungsi pemberdayaan”. Fungsi primer (pelayanan) yaitu fungsi pemerintah sebagai
penyedia (provider) jasa-jasa pelayanan publik yang tidak diprivatisasikan termasuk
jasa hankam, layanan civil dan layanan birokrasi. Sedangkan fungsi sekunder
(pemberdayaan) yaitu sebagai provider kebutuhan dan tuntutan warga masyarakat
akan barang dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi sendiri, karena masih lemah
dan tidak berdaya (powerless), penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana
18
pelayanan kesehatan seperti jasa/layanan sebuah rumah sakit, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dan lain-lain.
3. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah fungsi yang berhubungan secara negatif
dengan kondisi ekonomi, politik dan social warga masyarakat, semakin kuat posisi
tawar (bargaining position), dan semakin integratif masyarakat. Semakin berkuran
fungsi pemberdayaan masyarakat. Jika kondisi ekonomi masyarakat masih lemah,
pemerintah menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui program
pembangunan.
4. Fungsi Pengelolaan Asset/Kekayaan Negara
Sumber daya dinyatakan sebagai milik Negara, maka dengan mudah Kepala
Negara dan jajarannya termasuk pemerintah mengklaim bahwa Negara dengan
segala isinya adalah miliknya, atau ia memposisikan diri sebagai penguasa atas
sumberdaya di dalam Wilayah Negara, atau ia berusaha agar kepadanya diberikan
mandat untuk menguasai atau mengelola sumber daya atas nama Negara. Oleh karen
itu, dalam konstitusi setiap Negara atau dalam piagam PBB dinyatakan secara tegas
bahwa sumber daya itu ada yang dapat dimiliki oleh seseorang atau sebuah badan,
ada yang menjadi milik suatu lingkungan budaya, milik suatu bangsa (bukan milik
negara), dan milik seluruh umat umat manusia. Kepemilikan sumberdaya harus
diikuti dengan pengaturan tentang hak kepemilikan, kepemilikan mutlak atau
kepemilikan relatif (social).
19
5. Fungsi Keamanan, Ketertiban, Pengamanan dan Perlindungan (Polisional)
Fungsi pemerintah untuk menjaga keamanan, ketertiban, pengamanan dan
kelestarian SDA (Sumber Daya Alam) dalam teritorial tanah air agar tidak terjadi
pencurian kekayaan laut (ikan) serta mengelola Aset/Kekanyaan n Negara untuk
kemakmuran bangsa. Selain itu juga menjaga keamanan, pengamanan dan
perlindungan warga Negara yang mencari nafkah di luar negeri juga merupakan
tugas pelayanan yang harus diberikan oleh perwakilan/Kedutaan Besar di Negara-
negara sahabat. Perlindungan terhadap Warga Negara dan Tenaga Kerja Indonesi
(TKI) yang bekerja di luar negeri merupakan tugas dan fungsi pelayanan pemerintah
yang sangat penting.
C. Pengertian Adipura
Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil
dalam kebersihan dan keteduhan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura
diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program ini
dilaksanakan berdasarkan amanat UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah
dan diturunkan menjadi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Adipura.
Pengertian "kota" dalam penilaian Adipura bukanlah kota otonom, namun
bisa juga bagian dari wilayah kabupaten yang memiliki karakteristik sebagai daerah
perkotaan dengan batas-batas wilayah tertentu.
20
Peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori berdasarkan jumlah
penduduk, yaitu:
a. Kota Metropolitan (lebih dari 1 juta jiwa)
b. Kota Besar (500.001 - 1.000.000 jiwa)
c. Kota Sedang (100.001 - 500.000 jiwa)
d. Kota Kecil (sampai dengan 100.000 jiwa)
Dimana Kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok yaitu :
a. Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan (80%) meliputi pengelolaan
sampah, Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, pengendalian pencemaran air.
b. Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik) (20%), yang meliputi
institusi, manajemen, dan partisipasi masyarakat.
Penilaian Adipura dalam satu periode untuk sebuah kota tidak dilakukan
sekali saja penilaiannya, melainkan dilakukan tiga tahap penilaian yaitu Penilaian
Pertama (P1) dilakukan pada Oktober tahun sebelumnya, Penilaian Kedua (P2)
dilakukan pada Februari/Maret, dan tahap verifikasi pada bulan Mei. Walaupun
kisaran waktu penilaian pada P1, P2, dan Verifikasi ditentukan, tetapi tanggal yang
pasti akan diadakan penilaian pada suatu kota tidak tentu dan Tim Penilai tidak akan
memberitahu kapan sebenarnya penilaian akan dilakukan pada suatu kota tertentu.
Dengan demikian Tim Penilai Adipura akan datang secara mendadak tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu. Untuk P1 dan P2 tim penilainya berasal dari Pusat
Pengelolaan Ekoregion (PPE) setempat, BLHD Provinsi, LSM, Media Massa dan
Perwakilan dari Perguruan Tinggi, sedangkan Tahap Verifikasi Tim penilainya
21
bukanlah berasal dari Pusat Pengelolaan Ekoregion Regional setempat, tetapi dari
Pusat Pengelolaan Ekoregion Regional yang lain.
Adapun aspek yang dinilai dalam Adipura adalah bagaimana sebuah kota
mengelola dengan baik sampah yang ditimbulkan. Juga bagaimana sebuah kota
mengelola dengan baik Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dan bagaimana sebuah kota
dapat mengendalikan pencemaran baik itu pencemaran air maupun pencemaran
udaranya.
Objek penilaian Adipura ada yang bersifat Fisik, dan ada juga bersifat Non
Fisik. Objek penilaian Fisik berupa fasilitas umum yaitu Perumahan, Taman Kota,
Jalan, Pasar, Terminal, Sekolah, Perkantoran, Pertokoan, Puskesmas, dan Rumah
Sakit. Yang dinilai adalah kondisi kebersihan yang terdapat pada fasilitas umum itu.
Misalnya tidak terdapatnya sampah yang menumpuk dan bahkan menimbulkan bau
yang busuk sehingga terjadinya pencemaran udara.
Di lokasi fasilitas umum tersebut apakah sudah ada perlakuan pemilahan
sampah, yaitu dengan melakukan pemisahan antara sampah organik dengan an-
organik.Lalu sampah organiknya diolah menjadi pupuk kompos. Bahkan untuk
fasilitas umum Rumah Sakit dan Puskesmas disamping memilah sampah antara
Organik dan An-organik, diwajibkan pula untuk memilah limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) serta hendaknya ada juga unit pengolah limbahnya dan Incenerator.
Sedangkan kriteria penilaian Non Fisik berupa sejauh mana peranan institusi
pemerintah daerah dalam menangani status lingkungan hidup di wilayahnya dengan
mempersiapkan dan menyediakan perangkat baik itu berbentuk kelembagaan,
22
produk hukum, fasilitas (Sampah dan Air bersih), tingkat pelayanan (sampah dan air
bersih), maupun tersedianya anggaran untuk mendukung program kebersihan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan komponen penting dalam
pembangunan sebuah kota, bukan hanya untuk membuat kota indah dan asri, tetapi
juga untuk menyerap karbon dari aktifitas manusia, khususnya transportasi. RTHpun
dapat berperan dalam mitigasi dampak perubahan iklim, diantaranya bencana banjir
dan peningkatan permukaan air laut. RTH dapat menjadi kawasan resapan air untuk
mencegah terjadinya bencana banjir.
Kalau kita simak uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
program Adipura adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kota baik itu
Kota Metropolitan, Kota Sedang, maupun Kota Kecil. Utamanya masalah kebersihan
sampah, air, dan udara. Semua itu tentu diperlukannya pula peranan partisipasi
masyarakat, media, dan dunia usaha.
Sebab kalau hanya pemerintah sendiri saja yang berbuat tentu tidak mungkin
berhasil. Masyarakat juga hendaknya bertanggungjawab atas kebersihan
lingkungannya. Dan dunia usaha mungkin dapat menyediakan tempat sampah dan
bibit pohon. Sedangkan media massa mengambil peran untuk mengkampanyekan
yang berkenaan dengan kebersihan, baik itu kebersihan sampah, air, maupun udara.
Sehingga kebersihan sebuah kota tidak sesaat saja. Pada saat akan penilaian Adipura
kota menjadi bersih, tetapi pada saat setelah penilaian kota kotor kembali. Oleh
karena itu perlu sekali ditanamkan dan dikembangkan budaya untuk hidup bersih bagi
masyarakat, sehingga Anugerah Adipura yang diraih bukan sekedar Pura-Pura.
23
Piala Adipura merupakan penghargaan terhadap kota terbersih dan asri.
Dengan kriteria tertentu, sebuah tim yang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup
melakukan penilaian terhadap kebersihan kota dan keasriannya. Beberapa titik selalu
dijadikan sample dalam penilaian tersebut. Jika ada satu titik saja yang kotor dan
tidak terawat, dipastikan akan gagal mendapatkan piala tersebut. Karenanya,
menjelang penilaian Adipura, pemerintah daerah setempat terus berupaya untuk
mewujudkan harapannya mendapatkan Piala Adipura.Mulai dari kerja bakti,
penanaman pohon penghijauan hingga penyediaan sejumlah fasilitas yang
memadai.Karena bagaimana pun juga, keberhasilan meraih Piala Adipura adalah
sebuah kebanggaan atau gengsi. Dengan Piala Adipura, maka kota tersebut diakui
secara nasional sebagai kota yang bersih.
Niat pemerintah memberikan Piala Adipura sendiri, bukan bermaksud untuk
membedakan antara satu kota dengan kota yang lainnya. Namun menjadi
penyemangat bagi kota-kota tersebut untuk berbuat lebih dalam bidang kebersihan.
Ada semangat agar kotanya, bisa meriah predikat terbersih. Tentunya, langkah
pemerintah ini tidak bisa meninggalkan masyarakat. Masyarakat harus diajak serta
untuk aktif dalam upaya meraih Piala Adipura tersebut. Keberhasilan kota-kota yang
mendapat Piala Adipura, tentu keberhasilan seluruh masyarakat kota tersebut.
Pemerintah berhasil mengajak masyarakat untuk berperilaku bersih, tidak hanya saat
menjelang penilaian Adipura, tetapi seharusnya menjadi perilaku sehari-hari. Semoga
saja, Piala Adipura yang sudah diperoleh itu, bukan untuk gensi saja, tetapi menjadi
budaya dan jatidiri setiap warga.
24
Persyaratan Pemberian Adipura
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memperketat syarat bagi pemerintah
daerah mendapatkan penghargaan Adipura. Dimana dulu syaratnya hanya bersih dan
ruang terbuka hijau (RTH) memenuhi kaidah 10 persen hutan kota. Sehingga
dikeluarkan persyaratan baru yang lebih ketat dan selektif. Persyaratan baru tersebut
antara lain:
a. Revitalisasi sampah dengan prinsip 3R yakni `reduce, reuse dan recycle` harus
tujuh persen.
b. Harus terpenuhinya minimal angka tujuh persen untuk pengelolaan sampah
organik dan anorganik.
c. Kualitas udara, sistem transportasi dan rencana transportasi kota ke depan.
d. Kualitas air apakah kualitas badan sungai yang masuk ke tengah kota memenuhi
baku mutu sehingga menjadi salah satu indikator penentu indeks kualitas
lingkungan perkotaan.
e. Kalau suatu kota dengan empat item yakni Ruang Terbuka Hijau, kualitas air,
kualitas udara, dan pengelolaan sampah, indeksnya tidak terpenuhi, maka tidak
bisa mendapatkan Adipura.
D. Kerangka Pikir
Strategi pemerintah daerah ini dapat terlaksana dengan baik apabila unsur
yang terlibat dalam proses pelaksanaannya dapat berperan dengan baik.
Kesatupaduan unsur-unsur tersebut akan menentukan strategi penerimaan Adipura di
25
kabupaten Maros. Dari berbagai macam pendapat para ahli di atas, penulis
mengambil beberapa pendapat Dan Schendel dan Charles Hofer dalam jenis-jenis
strategi yang ada.
Menjelang penilaian Adipura, pemerintah Kabupaten Maros terus berupaya
untuk mewujudkan harapannya mendapat piala Adipura, berbagai macam cara
dilakukan mulai kerja bakti, penanaman pohon penghijauan hingga penyediaan
fasilitas yang memadai.
Strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Maros memiliki
peran yang sangat penting dalam proses penerimaan Adipura karena tidak hanya
mengikut sertakan pemerintahnya saja namun seluruh masyarakat yang ada di
Kabupaten Maros ikut serta dalam proses penerimaan Adipura tersebut.
26
Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian penulis kali ini adalah Strategi Pemerintah dalam
Penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Strategi
Strategi yang dimaksud disini adalah apa-apa saja upaya yang pemerintah
daerah lakukan agar terwujudnya penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
Strategi Pemerintah dalamPenerimaan Adipura
Strategi Fungsional Manajemen
Adipura tercapai ataudipertahankan
Strategi Pemerintah Daerah
1. Implementating2. Controlling
1. Revitalisasi sampahdengan 3R ‘Reduce,Reuse dan Recycle’
2. Pengadaan RuangTerbuka Hijau (RTH)
Faktor Pendukung
27
2. Implementating (Pelaksanaan)
Implementating (Pelaksanaan) dimaksud disini adalah strategi pemerintah
dalam hal bagaimana pelaksanaan pemerintah kabupaten Maros dalam
mewujudkan tercapainya dan juga mempertahankan piala Adipura.
3. Controlling (Pengawasan)
Controlling (Pengawasan) dimaksud disini adalah strategi pemerintah dalam
hal bagaimana mengawasi atau mengontrol jalannya proses dari pemerintah
kabupaten Maros dalam mewujudkan tercapainya dan juga mempertahankan
piala Adipura.
4. Revitalisasi sampah dengan 3R ‘Reduce, Reuse dan Recycle’
Revitalisasi sampah dengan 3R ‘Reduce, Reuse dan Recycle’ dimaksud disini
adalah cara pemerintah daerah kabupaten Maros dalam hal sampah dengan
pengurangan pemakaian berlebihan, penggunaan kembali, dan mendaur ulang
sampah tersebut.
5. Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dimaksud disini adalah strategi
pemerintah daerah Kabupaten Maros dengan cara pembuatan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) sebagaimana Ruang Terbuka Hijau menjadi salah satu penilaian
dalam penerimaan piala Adipura.
6. Faktor Pendukung
Faktor pendukung disini dimana dimaksudkan bahwa faktor-faktor apa yang
menjadi faktor pendukung didalam penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
28
7. Adipura
Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil
dalam kebersihan dan keteduhan serta pengelolaan lingkungan perkotaan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung sekitar kurang lebih 2 (dua) bulan dari tanggal 6
juni 2015 sampai dengan tanggal 6 agustus 2015 dan penelitian ini berlokasi di Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kabupaten Maros. Penelitian ini dilakukan atas dasar berbagai macam opini
masyarakat tentang penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan
kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan
memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara
mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang
berlaku dengan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti sesuai dengan
apa adanya di lokasi penelitian.
29
30
C. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari lapangan atau tempat
penelitian, sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang di peroleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai, oleh karena itu peulis menggunakan sumber dari informasi yang
terpilih.
2. Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung tetapi ada
penelitian sebelumnya, seperti dokumen, buku-buku laporan, peraturan-peraturan
pemerintah, dan data yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam
penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang
suatu situasi dan kondisi latar penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang akurat
dan valid sesuai dengan permasalahan penelitian, dimana terlebih dahulu penulis
menetapkan siapa saja yang menjadi informannya dan kemudian penulis memilih 9
orang sebagai informan yang memiliki kapasitas untuk memberikan informasi sesuai
dengan masalah yang diteliti. Yakni diantaranya,
31
Tabel Informan
No. Informan Jumlah
1 Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros
1 orang
2 Staf Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros
3 orang
5 Kesubag Program Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kabupaten Maros
1 orang
7 Masyarakat Kabupaten Maros 4 orang
Jumlah 9 orang
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap orang-
orang yang terlibat langsung dalam proses penerimaan Adipura di Kabupaten
Maros.
2. Obsevasi
Obyek dari pengamatan ini adalah tindakan dari pemerintah dalam proses
penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan melalui rekaman kegiatan,
yaitu dengan cara melihat hal-hal penting selama penelitian berlangsung.
32
Rekaman kegiatan tersebut antara lain berupa foto untuk memperoleh gambaran
visual kegiatan pemerintah dalam penerimaan Adipura di Kabupaten Maros.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data
yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan
persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam model ini terdapat
3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman (Dalam Sugiyono, 2012:92-
99) ketiga komponen tersebut yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti di lapangan,
maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan memebuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
33
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Pengabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data, sebagai usaha untuk memenuhi nilai
kebenaran penelitian yang berkaitan dengan fenomena judul tersebut, maka paling
tidak ada 3 (tiga) teknik yang penulis gunakan yaitu :
Pertama, teknik perpanjangan kehadiran penelitian, dalam hal ini penulis
memperpanjang waktu di dalam mencari data di lapangan, mengadakan wawancara
tidak hanya dilakukan satu kali tetapi peniliti melakukan berulang kali, berhari-hari,
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hal ini penulis lakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data yang benar, di samping itu penulis juga mengadakan ceking
data sampai mendapat data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Melakukan pengamatan secara terus-menerus termasuk kegiatan pengecekan
data melalui informan lain untuk menanyakan kebenaran informasi tersebut dan data
lain yang penting.
Kedua, teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:125) Triangulasi diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2012:127) membagi triangulasi ke dalam tiga macam,
yaitu:
34
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan
dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil
pengamatan dengan wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan
doumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga
teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-
beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar
atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum
banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
35
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian,
dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
Ketiga adalah teknik ketekunan pengamatan, keabsahan data melalui
ketekunan pengamatan dalam penelitian ini di lakukan pada saat peneliti melakukan
observasi dilapangan. Peneliti selalu berusaha untuk melakukan pengamatan seteliti
dan setekun mungkin, berbagai informasi atau data yang ada baik di anggap penting
maupun kurang penting selalu dianalisis secermat mungkin.
36
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian
1. Letak Geografi
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan merupakan salah satu
unit kerja dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Majene yang menjadi pemegang
amanah dan tulang punggung pembangunan sektor lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam peningkatan kenyamanan
taraf hidup dan tingkat kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Maros pada
khususnya, yang terletak di Jln. Asoka, Kelurahan Turikale, Kecamatan Turikale,
Kabupaten Maros. Batas-batas wilayah Kabupaten Maros adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan berdasarkan
Peraturan Bupati Maros Nomor 22.2 Tahun 2013 Tentang Tugas Pokok, Fungsi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
sesuai Bab 2 pasal 2 adalah menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan
36
37
berdasarkan asas desentralisasi dan tugas pembantuan, maka untuk melaksanakan
tugas tersebut Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan di bidang lingkungan hidup,
kebersihan dan pertamanan
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun tugas pokok Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros sebagai berikut :
a. Merumuskan program kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan yang berkaitan penyelenggaraan program
kegiatan badan
c. Membina bawahan dalam hal pelaksanaan tugas sesuai peraturan dan prosedur
yang berlaku
d. Mengarahkan dan memeberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan
sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar
38
e. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis badan dan koordinasi penyusun
rencana strategis serta koordinasi penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah
f. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan
g. Menyelenggarakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta kebersihan, pertamanan dan pemakaman
h. Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan
dan kebersihan
i. Menyelenggarakan penataan dan penataan hukum lingkungan hidup, baik secara
administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup, dengan mengembangkan skema insentif-disinsentif dan
pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dan dampak
lingkungan
j. Menyelenggarakan pelayanan bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan dengan mengacu pada standar pelayanan minimal bidang lingkungan
hidup, kebersihan dan pertamanan
k. Memfasilitasi peningkatan kapasitas kelembangaan melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan
l. Memberikan rekomendasi dan melakukan penilaian kelayakan lingkungan
terhadap usaha/kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat
m. Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup,
kebersihan dan pertamanan
39
n. Menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga
non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan
o. Menyelenggarakan pengaturan, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan
urusan bidang lingkungan hidup, kebersihan, pertamanan, pemakaman
p. Merumuskan sasaran pembangunan di bidang lingkungan hidup, kebersihan,
pertamanan, pemakaman
q. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja
r. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbagan kepada
atasan sebagai bahan perumusan kebijakan
s. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
Adapun tugas pokok Kepala Bidang Kebersihan adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan operasional kegiatan bidang kebersihan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas
b. Menyelenggarakan dan pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kebersihan lingkungan di daerah
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat
d. Menilai bawahan sesuai pelaksaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan
40
e. Mengkoordinir penyusunan standar operasional prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh kepala sub bidang
f. Menyusun bahan kebijaksanaan teknis dibidang pengelolaan kebersihan
g. Melakukan pembinaan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pengelolaan kebersihan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku
h. Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk
meningkatkan peran serta dalam penyelenggaraan kebersihan di wilayah
kabupaten
i. Melakukan perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana kebersihan skala
kabupaten
j. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja/instansi terkait dan pemerhati
lingkungan dalam rangka penyelenggaraan kebersihan
k. Mengiventarisasi permasalahan-permasalahan dan menyiapkan data/bahan
pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya
l. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja
m. Menyususun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang kebersihan dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
41
3. Visi, Misi Tujuan, Sasaran dan Struktur Organisasi
a. Visi
Visi Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan “Berwawasan
Lingkungan Kita Wujudkan Kabupaten Maros Bersih, Indah dan Hijau”.
b. Misi
Guna mewujudkan Visi Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan telah ditetapkan dalam misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan perlindungan dan konservasi Sumber Daya Alam (SDA) dan
pengendalian dampak lingkungan
2. Meningkatkan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, pengawasan
serta penegakkan hukum
3. Meningkatkan pengelolaan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat
4. Meningkatkan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) guna mewujudkan
lingkungan yang indah dan hijau.
c. Tujuan Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
Sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan tujuan
dari program pada Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Maros sebagai berikut :
1. Pelestarian sumber daya alam untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan
2. Pengendalian Dampak Lingkungan terhadap usaha/kegiatan
42
3. Pengendalian pencemaran lingkungan akibat aktifitas kegiatan industry atau
usaha dan kegiatan lainnya
4. Pengendalian kerusakan lingkungan yang ditimbulkan olek faktor alam dan
akibat pembangunan
5. Meningkatkan cakupan layanan pengangkutan sampah
6. Meningkatkan pengolahan sampah dengan metode 3R
7. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dan pihak swasta dalam pengelolaan
persampahan
8. Mendorong masyarakat dan dunia usaha untuk melaksanakan penghijauan
lingkungan
9. Penataan Ruang Terbuka Hijau
10. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penghijauan lingkungan
11. Meningkatkan pengelolaan areal pemakaman
12. Peningkatan pengelolaan air minum dan air limbah
d. Sasaran Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasi
secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional untuk dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan, maka sasaran dari masing-masing tujuan
ditetapkan sebagaai berikut :
1. Konservasi dan pengelolaan sumber daya alam
43
2. Terlaksananya peran serta masyarakat/pemprakarsa dalam pelestarian sumber
daya alam
3. Pemantauan dan identifikasi dampak lingkungan yang terjadi akibat suatu usaha
dan kegiatan
4. Pendataan jenis kegiatan dan usaha yang berpotensi menghasilkan limbah
5. Rehabilitasi kerusakan lingkungan
6. Meningkatkan cakupan daerah pelayanan sampai 70% wilayah kota
7. Meningkatkan cakupan pengangkutan sampah 75%
8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sampah
9. Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam pengelolaan sampah
10. Sosialisasi langsung pada masyarakat tentang pengelolaan sampah
11. Pembuatan Taman Kota, Hutan Kota, dan pemeliharaan Ruang Terbuak Hijau
(RTH)
12. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas TPU
13. Sosialisasi kepada masyarakat tentang RTH
14. Optimalisasi dalam pemanfaatan lahan untuk pengembangan RTH
15. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas IPLT.
Tabel 1. Jumlah Pegawai PerBidang Berdasarkan Status Kepegawaian
No BidangStatus Kepeawaian
JumlahPNS CPNS
1. Kepala Badan 1 - 1
44
2. Sekretaris 1 - 1
3. Kabid Pertamanan danPemakaman
1 - 1
4. Kabid Penataan danPengawasan Lingkungan
1 - 1
5. Kabid PelestarianLingkungan Hidup danPengendalian Lingkungan
1 - 1
6. Kabid Kebersihan 1 - 1
7. Kasubbid PenataanLingkungan
1 - 1
8. Kasubbid PelayananPemakaman dan PenataanMakam
1 - 1
9. Kasubbid Baku MutuLingkungan dan StatusLingkungan
1 - 1
10. Kasubbid PengembanganRTH
1 - 1
11. Kasubag Kepegawaiandan Umum
1 - 1
12. Kasubbid PemeliharaanKebersihan
1 - 1
13. Kasubbid Konservasi dankeanekaragaman Hayati
1 - 1
14. Kasubag Keuangan 1 - 1
15. Kasubbid Pengadaan danPemeliharaan Sarana danPrasarana
1 - 1
16. Kasubbid PengelolaanPencemaran Air, Udaradan Tanah
1 - 1
17. Kasubbid Pengelolaan dan 1 - 1
45
PemanfaatanLimbah/Sampah
18. Kasubbid PemeliharaanTanaman dan PenataanTaman
1 - 1
19. Kasubbid PengelolaanPencemaran KebisinganGangguan dan PenegakanHukum
1 - 1
20. Kasubag Program 1 - 1
21. Kepala UPT PengelolaanAir Limbah
1 - 1
22. KTU UPT Laboratorium 1 - 1
23. Tugas Belajar 1 - 1
24. Staf 69 21 90
Jumlah 113
Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
e. Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Maros
Adapun Strukrur organisasi dari Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros adalah sebagai berikut :
47
4. Karakteristik Informan
Berikut ini dipaparkan karakteristik informan umum meliputi jenis kelamin,
umur, dan pendidikan.
1. Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik informan yang menjadi subjek penelitian ini menurut jenis
kelamin ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1. Laki-Laki 9 100 %
2. Perempuan 0 0 %
Jumlah 9 100 %
Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
Data tabel diatas menunjukkan dari 9 orang informan berjenis kelamin laki-
laki sedangkan yang berjenis kelamin perempuan 0. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam penelitian ini keseluruhan informan adalah berjenis kelamin laki-laki.
2. Karakteristik informan berdasarkan umur
Karakteristik nforman yang menjadi subjek penelitian ini menurut umur
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
48
Tabel 3. Karakteristik informan berdasarkan umur.
No Klasifikasi Umur Frekuensi Presentase (%)
1. 30 – 39 4 44,45 %
2. 40 – 49 4 44,45 %
3. 50 – 59 1 11,11 %
Jumlah 9 100 %
Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
Pada tabel 3 diatas dapat dilihat dar 9 informan berdasarkan umur,
menunjukkan bahwa umur yang mendominasi informan berada pada kisaran 30-39
tahun dengan persentase 44,45% dan berumur 40-49 tahun dengan persentase 44,45%
sedangkan pada kisaran umur 50-59 tahun sangat kecil dengan persentase 11,11%.
3. Karakteristik informan berdasarkan pendidikan
Karakteristik informan yang menjadi subjek penelitian ini menurut informan
berdasarkan pendidikan ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Karakteristik informan berdasarkan pendidikan
No Klasifikasi Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1. SD - 0 %
2. SMP - 0 %
3. SMA 4 44,45 %
4. S1 4 44,45 %
5. S2 1 11,11 %
Jumlah 9 100 %
Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
49
Pada tabel 4 diatas dapat dilihat dar 9 informan berdasarkan pendidikan,
menunjukkan bahwa pendidikan yang mendominasi informan berada pada jenjang S1
dan SMA dengan persentase 44,45%, selanjutnya pada jenjang S2 persentasenya
hanya 11,11%.
B. Srategi Pemerintah dalam Penerimaan Adipura
Strategi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini adalah pengawasan yang
dilakukan dalam penerimaan Adipura sangatlah penting agar penerimaan Adipura ini
dapat tercapai begitu pula dengan bagaimana strategi pemerintah dalam
mempertahankan Adipura tersebut dapat tercapai. Berdasarkan teori dan kerangka
pemikiran sebelumnya, maka untuk meninjau atau mengetahui lebih jauh strategi
pemerintah dalam penerimaan Adipura peneliti menggunakan indikator strategi yang
meliputi : (a). Strategi Fungsional Manajemen, (b). Strategi Pemerintah Daerah.
Hasil pengkajian terhadap kedua strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Strategi fungsional manajemen
Strategi fungsional (functional strategy) merupakan suatu pendekatan
terhadap area fungsional untuk mencapai tujuan perusahaan dan unit bisnis dengan
memanksimumkan produktivitas sumber daya. Strategi ini dititikberatkan pada
pengembangan dan pemeliharaan suatu kompetensi khusus (distinctive competency)
untuk menghasilkan keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan atau unit bisnis.
Strategi fungsional manajemen yang dirancang untuk untuk mengindentifikasi
dan memperbaiki penyimpangan rencana agar penyimpangan-penyimpangan
terhadap rencana yang terjadi sebelum dan sesudah penerimaan Adipura dapat
50
diidentifikasi dan diperbaiki, dengan demikian pada strategi fungsional manajemen
mengcakup fungsi-fungsi manajemen yaitu : a. implementating dan b. controlling.
a. Implementating
Menurut Syaukani (2004 : 295) implementasi merupakan suatu rangkaian
aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga
kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan. Rangkaian
kegiatan tersebut mencakup, Pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang
merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya
guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan
prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung
jawab melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Ketiga, bagaimana mengahantarkan
kebijaksanaan secara kongkrit ke masyarakat.
Syukur dalam Sumaryadi (2005 : 79) mengemukakan ada tiga unsur penting
dalam proses implementasi yaitu:
1. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan
2. Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan
akan menerima manfaat dari program, perubahan atau peningkatan
3. Unsur pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk
bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses
implementasi tersebut.
Penerimaan adipura dalam hal ini bagaimana proses yang terjadi di lapangan
yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup,
51
kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros yang dilakukan sebelum penerimaan
Adipura. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan dalam wawncara sebagai berikut :
“Kami selaku pihak yang terkait dalam proses penerimaanAdipura, bertanggung jawab dalam semua aspek yangmendukung dalam hal penerimaan Adipura, dalam hal ini kamipertama-tama melakukan pembinaan masyarakat yang menjadititik pantau sosialisasi dalam proses penerimaan Adipura, denganadanya sosialisasi masyarakat lebih mengetahui tentang prosesbagaimana penerimaan adipura tersebut dapat dicapai olehKabupaten Maros dan juga menyadarkan masyrakat tentangkebersihan lingkungan tanpa perlu adanya Adipura.” (DS,22/6/2015)
Sementara itu penjelasan yang di berikan oleh Staf Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros bahwa :
“Selain sosialisasi proses yang dilakukan oleh BLHKP yaitukami memiliki struktur organisasi khusus untuk mengurusikebersihan Kabupaten Maros dalam hal ini diturunkan sebanyak120 buruh yang menangani kebersihan di bagian Kota diKabupaten Maros.” (H, 22/6/2015)
Menurut penjelasan diatas proses Implementasi yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan sudah melakukan sosialisasi dan
membentuk struktur organisasi yang khusus mengurusi keberihan di Kabupaten
Maros, agar pecapaian untuk penerimaan Adipura dapat berjalan lancar. Hasil
wawancara lainnya dengan Kasubag Program Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kabupaten Maros mengatakan bahwa :
52
“Keterlibatan SKPD di seluruh Kabupaten Maros khususnyauntuk Dinas Pekerjaan Umum (PU) dalam proses penerimaanAdipura mengadakan kerja bakti rutin, pemeliharaan (rehabilitas)sarana khusus untuk jalan dan pertamanan.” (RR, 23/6/2015)
Sementara itu, hasil wawancara dengan masyarakat yang terdapat di
Kabupaten Maros menyatakan bahwa :
“Memang kenyataannya disini sering dilakukan pertemuan olehpemerintah Kabupaten Maros terkhusus dari Badan LingkuhanHidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) untukmemsosialisasikan bagaimana proses dalam proses penerimaanAdipura dan menghimbau kepada seluruh masyarakat agarmembenahi lingkungan masing-masing agar terlihat indah danasri.” (MY, 24/6/2015)
Pernyataan Masyarakat lainnya yang terdapat di Kabupate Maros menyatakan
bahwa :
“Di Perumahan saya ini sering di datangi oleh PemerintahKabupaten Maros dan juga pekerja untuk membenahi perumahansaya dalam hal ini membersihkan setiap lorong dan jugamengecat setiap sudut yang ada di perumahan karena perumahanini menjadi titik penilaian untuk penerimaan Adipura.” (AM,24/6/12015)
Keseluruhan wawancara diatas dapat dilihat dalam beberapa sub bab dalam
implementasi berikut yaitu antara lain:
a. Koordinasi
Koordinasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang
sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau
menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan
53
pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak
yang lainnya. Sementara pada sisi lain yang satu langsung atau tidak langsung
mendukung pihak yang lain.
Dalam hal ini dimana Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
melakukan koordinasi dengan seluruh SKPD yang ada di Kabupaten Maros dalam
proses penerimaan Adipura dengan cara mengadakan kerja bakti rutin dan
pemeliharaan (rehabilitas) sarana khusus untuk jalan dan pertamanan yang dilakukan
langsung oleh pemerintah daerah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertaman dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Maros.
b. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Dalm hal ini melakukan pembinaan masyarakat yang menjadi titik pantau
sosialisasi dalam proses penerimaan Adipura, dengan adanya sosialisasi masyarakat
lebih mengetahui tentang proses bagaimana penerimaan adipura tersebut dapat
dicapai oleh Kabupaten Maros dan juga menyadarkan masyrakat tentang kebersihan
lingkungan tanpa perlu adanya Adipura dan juga melakukan pembinaan kepada
masyrakat agar membersihkan lingkungannya masing-masing agar semua keinginan
yang dilakukan dalam penerimaan Adipura dapat tercapai.
54
c. Partisipasi
Partisipasi dapat di artikan sebagai keterlibatan diri seseorang dalam suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung atau suatu proses identifikasi
diri seseorang untuk menjadi peserta dalam kegiatan bersama dalam situasi sosial
tertentu. Dapat dijelaskan bahwa peran masyarakat dalam mengambil bagian, atau
turut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran ke dalam suatu kegiatan, berupa
keterlibatan ego atau diri sendiri atau pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan
fisik semata.
Partisipasi masyarakat dalam proses penerimaan Adipura di Kabupaten Maros
dimana di setiap perumahan dibentuk tim penggerak untuk melakukan pembersihan
dua kali sehari di setiap lingkungan perumahannya yang telah menjadi titik pantau
dalam proses penilaian penerimaan Adipura.
Keseluruhan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa, pemerintah dalam hal
ini kantor Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dan juga koordinasi
seluruh SKPD yang terdapat di Kabupaten Maros dalam melaksanakan tugasnya
dalam proses sebelum penerimaan Adipura di Kabupaten Maros sudah optimal itu
dibuktikan dengan adanya sosialisai kepada masyarakat yang sering dilakukan oleh
pemerintah dengan adanya tim yang terjun langsung untuk melakukan kerja bakti dan
juga pembersihan ke seluruh titik penilaian Adipura di Kabupaten Maros.
b. Controlling
Dengan adanya pengawasan maka akan mencegah atau mengurangi berbagai
penyimpangan dan kesalahan dalam melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan
55
organisasi. M. Manullang (2005 : 173) mendefinisikan pengawasan sebagai berikut,
“Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Sedangkan menurut T. Hani
Handoko (2003 : 359) mengemukakan pengawasan adalah “Proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
T. Hani Handoko juga membagi tiga jenis pengawasan (2003 : 361)
menyatakan bahwa, “ada tiga tipe dasar pengawasan”,yaitu :
1. Pengawasan pendahuluan
2. Pengawasan concurrent
3. Pengawasan umpan balik
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengawasan pendahuluan
Atau sering disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalah
atau penyimpangan dari suatu standar atau tujuan serta memungkinkan koreksi
dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pengawasan ini
lebih aktif dan agresif dengan mendeteksi masalah dan mengambil suatu tindakan
yang diperlukan sebelum masalah muncul atau terjadi. Pengawasan ini bersifat
preventif artinya tindakan pencegahan sebelum munculnya suatu permasalahan
atau penyimpangan.
2. Pengawasan concurrent
56
Pengawasan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Pengawasan
ini sering disebut dengan pengawasan “Ya, Tidak”. Screenning Control atau
“berhenti, terus”,dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Sehingga
memerlukan suatu prosedur yang harus dipenuhi sebelum kegiatan dilanjutkan.
3. Pengawasan umpan balik
Pengawasan ini dikenal sebagai past – action controls, yang bertujuan untuk
mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab dari
penyimpangan atau kesalahan dicari tahu kemudian penemuan-penemuan tersebut
dapat diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang serupa di masa yang akan datang.
Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Gambar 2. Tiga Tipe Pengawasan
Sumber. T Hani Handoko (2003 : 362)
Proses pengawasan atau controling yang dilakukan oleh Pemerindah Daerah
Kabupaten Maros dalam proses penerimaan Adidupa dalam hal ini apakah tidak
terjadi permainan oleh pihak-pihak yang ingin memenangkan Kabupaten Maros
dalam penerimaan Adipura tersebut. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan
Kegiatan belumdilaksanakan
Kegiatan sedangdilaksanakan
Kegiatan telahdilaksanakan
FeedforwardControl
ConcurrentControl
FeedbackControl
57
dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros sebagai berikut :
“Dalam pengawasan penerimaan Adipura tidak hanya dilakukanoleh Kementrian Lingkungan Hidup saja tetapi oleh Pemda,LSM, Media dan juga dari masyarakat itu sendiri.” (DS,22/6/2015)
Hal ini dipertegas oleh staf Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros yang menyatakan bahwa :
“Dalam membantu pemerintah dalam mengawasi penerimaanAdipura dilakukan pembentukan tim penggerak masyarakat disetiap perumahan.” (H, 22/6/2015)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pengawasan dalam
proses penerimaan Adipura bukan hanya dilakukan oleh Pemenrintah daerah saja
dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros tetapi berbagai elemen yang ikut serta didalamnya. Sama halnya yang
dikatakan oleh Kasubag Program Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Maros
menyatakan bahwa :
“Pengawasan dalam proses penerimaan Adipura bukan hanyadilakukan oleh pihak-pihak terkait saja dalam hal ini BadanLingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP)Kabupaten Maros saja tetapi seluruh SKPD yang terdapat diseluruh Kabupaten Maros ikut mengawasi jalannya prosespenerimaan Adipura di Kabupaten Maros.” (RR, 23/6/2015)
Sementara itu, hasil wawancara dengan masyarakat yang terdapat di
Kabupaten Maros menyatakan bahwa :
58
“Pernah sekali dari Kementrian Lingkungan Hidup datang kelingkungan pemukiman kami beserta pemerintah daerahKabupaten Maros untuk mengawasi berjalannya prosespenerimaan Adipura Kabupaten Maros di lingkungan kami.”(MY, 24/6/2015)
Sama halnya dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh masyarakat
Kabupaten Maros yang menyatakan bahwa :
“Di Perumahan kami dibentuk tim penggerak untuk mengawasiproses penerimaan Adipura dalam proses mengawasi kebersihanyang terdapat di perumahan kami dan juga kami melakukanpembersihan rutin dua kali sehari.” (AM, 24/6/2015)
Keseluruhan pernyataan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa proses
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros sudah sangat optimal, itu dibuktikan dengan dibuktikan
dengan pernyataan beberapa responden diatas dimana partisipasi masyarakat dalam
penerimaan Adipura sangatlah tinggi karena adanya pembentukan tim penggerak
masyarakat di setiap perumahan dan juga membuktikan bahwa pengawasan yang
dilakukan bukan hanya Kementrian Lingkungan Hidup dan pemerintah daerah saja
yang ikut serta dalam proses pengawasan dalam penerimaan Adipura tetapi berbagai
elemen yang ikut serta didalamnya.
2. Strategi pemerintah daerah
Strategi pemerintah daerah yang dimaksud bagaimana strategi yang dilakukan
dari pemerintah daerah Kabupaten Maros dalam rangka proses penerimaan Adipura
dan dari strategi ini dapat dilihat apakah tidak terjadi adanya pentimpangan dalam
59
proses penerimaan Adipura tersebut baik di Kantor Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Maros dan seluruh SKPD di Kabupaten
Maros, adapun strategi yang digunakan yaitu : a. Revitalisasi sampah dengan 3R
‘Reduce, Reuse dan Recycle’ dan b. Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
a. Revitalisasi Sampah dengan 3R Reduce, Reuse dan Recycle
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Revitalisasi berarti proses,
cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang
terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan
menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali
(untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa
berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan
kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah
membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah
usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara
terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya.
Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu
solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau
meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat
dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
60
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat.
Strategi pemerintah daerah dengan revitalisasi sampah dengan 3R Reduce,
Reuse dan Recycle bagaimana dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Maros
mengatasi persoalan sampah yang menjadi persoalan besar yang terjadi di berbagai
daerah termasuk Kabupaten Maros, seperti pernyataan Kepala Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros melalui wawancara sebagai
berikut :
“Yah memang sampah menjadi masalah yang lumayan beratdalam mengatasinya, tetapi dari pihak BLHKP telah berupayadalam mengatasi masalah tersebut dengan cara pembentukanBank Sampah yang telah kami bentuk dari tahun 2012 yangberpusat di belakang Kantor Bupati dan kami telah memilikisebanyak 12 Bank Sampah yang menyebar di sebagian sekolah-sekolah yang terdapat di Kabupaten Maros, di Bank sampah jugaterdapat pengomposan dan yang sering dilakukan yaitu workshoptentang pendaur ulangan sampah dan juga bagaimana caramembuat kompos.” (DS, 22/6/2015)
Hal ini dipertegas lagi oleh Staf Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Maros yang menyatakan bahwa :
“Kami telah membentuk Bank Sampah yang telah berjumlah 12bank sampah dan berpusat di belakang Kantor Bupati dan jugakami memiliki cara lain juga dalam menganggulangi sampah
61
yaitu dengan cara TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu)skala perkotaan, bukan hanya itu pengangkutan sampah dari TPS(tempat pembuangan sementara) ke TPA (tempat pembuanganakhir) bukan hanya dilakukan pagi hari tetapi juga dilakukan sorehari bahkan juga malam hari.” (H, 22/6/2015)
Kedua pernyataan diatas bahwa pemerintah Kantor Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros telah membuat beberapa program
dalam proses penanggulangan sampah tersebut, berbeda dari hal diatas dari pihak
SKPD lain yakni Kasubag Program Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Maros
dari hasil wawancara menyatakan bahwa :
“Untuk kegiatan/program revitalisasi sampah dengan 3R Reduce,Reuse dan Recycle di koordinir di kantor Badan LingkunganHidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros, namundemikian pengadaan sarana fisik persampahan sebagiandikerjakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) tergantung kebijakanKepala Daerah.” (RR, 23/6/2015)
Pernyataan yang sama dari wawancara mengenai revitalisasi sampah dengan
3R Reduce, Reuse dan Recycle dengan masyarakat Kabupaten Maros yang
menyatakan bahwa :
“Saya pernah mendatangi Bank Sampah yang di milikiKabupaten Maros yang bertempat di belakang Kantor Bupatidisana saya melihat bagaimana proses administrasi yang ada danjuga bagaimana cara menangani sampah, mendaur ulang sampahdan juga bagaimana cara membuat kompos.” (MY, 24/6/2015)
Begitu pula dengan pernyataan masyarakat Kabupaten Maros lainnya yang
menyatakan bahwa :
62
“Di perumahan kami ini berhubung menjadi titik penilaianAdipura dari pihak Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan danPertamanan (BLHKP) sendiri sering mengadakan workshopkepada warga perumahan kami disini bagaimana proses pendaurulangan sampah dan pembuatan kompos.” (AM, 24/6/2015)
Penjelasan diatas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa revitalisasi
sampah dengan 3R Reduce, Reuse dan Recycle yang dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Maros sudah terlaksana dengan optimal. Pemerintah kantor Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan telah membentuk bank sampah yang
dimana program dari bank sampah itu sendiri telah mencakup bagaimana
pengurangan pemakaian berlebihan, penggunaan kembali, dan mendaur ulang sampah
tersebut.
b. Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Istilah pengadaan secara khusus mengacu pada kegiatan penyediaan
barang/jasa pada institusi atau instansi pemerintahan, yang pelaksanaannya dilakukan
dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. Proses pengadaan ini
sama halnya dengan proses pembelian atau akuisisi pada sebuah perusahaan.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah merupakan acuan terbaru bagi penyelenggaraan proses pengadaan
pemerintah setelah dicabutnya Keppres nomor 80 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian
/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai
63
dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa.”
Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open
spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH
dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan
wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a)
bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non
alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman; berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a)
bentuk RTH kawasan (areal), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor);berdasarkan
penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH
kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan
permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus,
seperti pemakaman,olah raga, alamiah (Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi RTH publik, yaitu RTH
yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah dan
RTH privatatau non publik, yaitu RTH yang berlokasipada lahan-lahan milik pribadi
(Dep. Pekerjaan Umum, 2008).
64
Berdasarkan Undang-Undang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan pada Pasal 6
jenis RTHKP meliputi :
1. Taman kota
2. Taman wisata alam
3. Taman rekreasi
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman
5. Ttaman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
6. Taman hutan raya
7. Hutan kota
8. Hutan lindung
9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
10. Cagar alam
11. Kebun binatang
12. Pemakaman umum
13. Lapangan olah raga
14. Lapangan upacara
15. Parkir terbuka
16. Lahan pertanian perkotaan
17. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
18. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
19. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
65
Strategi pemerintah daerah dengan pengadaan ruang terbuka hijau (RTH)
bagaimana dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Maros terutama dari Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan menjadi pekerjaan utamanya untuk
membuat Kabupaten Maros yang indah dan asri agar nyaman untuk ditinggali oleh
masyarakatnya, seperti pernyataan dari Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan sebagai berikut :
“Di Kabupaten Maros pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)sudah 30 persen terpenuhi dan didalam kota sudah 10-12 persendan sudah memenuhi standar buat bagi kabupaten kota untukRuang Terbuka Hijaunya.” (DS, 22/6/2015)
Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Staf Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan yang menyatakan bahwa:
“Banyak yang mengatakan bahwa pengadaan Ruang TerbukaHijau di Kabupaten Maros hanya pada saat sebelum penerimaanAdipura, tetapi kenyataan yang ada bahwa pengadaan RTH diKabupaten Maros dimulai dari tahun 2005 karena sepertidiketahui RTH itu sangat dibutuhkan bagi setiap daerah dan jugaperawatan RTH terus dilakukan secara berkesinambungan .” (H,22/6/2015)
Pernyataan diatas diperjelas oleh Kasubag Program Dinas Pekerjaan Umum
(PU) Kabupaten Maros dalam wawancara sebagai berikut :
“Fokus Dinas Pekerjaan Umum (PU) mulai dari tahun Renstra(Rencana Strategi) 2010-2015 untuk kegiatan penataan RuangTerbuka Hijau (RTH) tidak lagi di Dinas Pekerjaan Umum (PU)tetapi dialihkan ke Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan danPertamanan (BLHKP).” (RR, 23/6/2015)
66
Ketiga pernyataan diatas dapat kami katakan bahwa pengadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dari Kantor Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan telah terjadi dan juga bukan hanya akan diadakannya penilaian Adipura
diadakannya RTH tetapi sudah dari bertahun-tahun lamanya. Wawancara selanjutnya
dengan masyarakat yang terdapat di Kabupaten maros terkait dengan pengadaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai berikut :
“Dari yang saya lihat di lapangan di bagian kota di KabupatenMaros sudah banyak hutan-hutan kota yang dibangun dan adasalah satu yang saya lihat di area sekitaran kantor Bupati Marosdan di dekat Kantor Bupati Maros.” (MY, 23/6/2015)
Pernyataan selanjutnya dari masyarakat lainnya yang terdapat di Kabupaten
Maros yang menyatakan bahwa :
“Pihak Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan(BLHKP) Kabupaten Maros memberikan kepada perumahankami pot bunga dan juga tanaman agar kami menanam tanamantersebut di sepanjang lorong perumahan kami agar terlihat asridan indah.” (AM, 23/6/2015)
Keseluruhan pernyataan diatas dapat kami simpulkan bahwa pengadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yang dilakukan oleh Pemerintah Kantor Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan sudah sangat optimal, itu dibuktikan dengan
sudah banyaknya hutan-hutan kota yang terdapat di bagian kota Kabupaten Maros
yang menjadi salah satu syarat dalam penerimaan Adipura dan juga bagaimana
dengan pemerintah kantor Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
67
(BLHKP) menjaga dan merawat hutan-hutan kota tersebut bukan karena akan
diadakannya penilaian Adipura saja tetapi dirawat secara berkesinambungan.
C. Faktor-faktor Pendukung dalam Penerimaan Adipura di Kabupaten Maros
Faktor-faktor pendukung dalam rangka penerimaan Adipura di Kabupaten
Maros yang diungkapkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan adalah sebagai berikut :
“Giatnya pemerintah dalam hal ini staf dari Badan LingkunganHidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros dalammelakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap masyarakat yangmenjadi titik pantau penilaian Adipura dan juga kami memilikistruktur organisasi khusus yang untuk mengurusi kebersihanMaros (sebanyak 120 buruh yang menangani Kebersihan dibagian Kota Kabupaten).” (DS, 22/6/2015)
Sama halnya yang diungkapan oleh Staf Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan yang menyatakan bahwa:
“kami telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bukanhanya itu kami juga membentuk tim penggerak masyarakat disetiap perumahan dan juga kami melakukan pembersihan rutindua kali sehari, pembentukan Bank Sampah, adanya workshopdaur ulang dan pengomposan dan juga adanya TPST (TempatPengelolaan Sampah Terpadu Skala Perkotaan, terlebih pentingKabupaten Maros telah memenuhi 30 persen RTH (RuangTerbuka Hijau) dan 10 – 12 persen terdapat di dalam kotakabupaten Maros.” (H, 22/6/2015)
Pernyataan diatas diperjelas oleh Kasubag Program Dinas Pekerjaan Umum
(PU) Kabupaten Maros dalam wawancara sebagai berikut :
“Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Maros hanya bagianpengadaan sarana fisik persampahan selebihnya dilakukan olehBadan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.” (RR,23/6/2015)
68
Faktor-faktor itulah yang menjadi pendukung dalam strategi pemerintah dalam
penerimaan Adipura di Kabupaten Maros. Dimana hal seperti ini sangat berperan
penting dalam merealisasikan dan mencapai penerimaan dan juga mempertahankan
Adipura tersebut.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelititian mengenai Strategi Pemerintah dalam
Penerimaan Adipura di Kabupaten Maros, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. startegi fungsional manajemen dengan fungsi-fungsi manajemen a.
Implementating dan b. Controlling, dapat disimpulkan bahwa dalam strategi
fungsional manajemen dengan fungsi implementating dan controlling dapat
dikatakan sudah optimal, karena koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan dengan seluruh SKPD di Kabupaten Maros sudah
sangat baik dalam proses penerimaan Adipura sebagaimana dalam hal melakukan
sosialisasi kepada masyarakat tentang penerimaan Adipura dengan pemerintah
sudah terjun langsung ke lapangan dalam melakukan kerja bakti dan juga dalam
hal partisipasi masyrakat sudah sangat aktif dalam penerimaan Adipura karena
bukti adanya pembentukan tim penggerak dalam masyarakat di setiap perumahan
dan juga membuktikan bahwa pengawasan yang dilakukan bukan hanya
Kementrian Lingkungan Hidup dan pemerintah daerah saja yang ikut serta dalam
proses pengawasan dalam penerimaan Adipura tetapi berbagai elemen yang ikut
serta didalamnya.
2. Strategi pemerintah daerah dengan cara a. Revitalisasi sampah dengan 3R
Reduce, Reuse dan Recycle dan b. Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH),
69
70
dapat disimpulkan bahwa kedua strategi pemerintah daerah tersebut sudah sangat
optimal. Pemerintah telah membentuk bank sampah yang dimana program dari
bank sampah itu sendiri telah mencakup bagaimana pengurangan pemakaian
berlebihan, penggunaan kembali, dan mendaur ulang sampah tersebut dan juga
sudah banyaknya hutan-hutan kota yang terdapat di bagian kota Kabupaten
Maros, menjaga dan merawat hutan-hutan kota tersebut bukan karena akan
diadakannya penilaian Adipura saja tetapi dirawat secara berkesinambungan.
3. Faktor-faktor pendukung dalam proses penerimaan Adipura adalah giatnya
pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dibentuknya struktur organisasi
khusus yang untuk mengurusi kebersihan Maros, dari pemerintah membentuk
tim penggerak masyarakat di setiap perumahan, melakukan pembersihan rutin
dua kali sehari, pembentukan Bank Sampah, adanya workshop daur ulang dan
pengomposan dan juga adanya TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
Skala Perkotaan, terlebih penting Kabupaten Maros telah memenuhi 30 persen
RTH (Ruang Terbuka Hijau) dan 10 – 12 persen terdapat di dalam kota
kabupaten Maros.
B. Saran
1. Diharapkan agar pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar dengan terus-menerus melakukan
sosialisasi bahkan sesudah penerimaan Adipuranpun dilakukan.
71
2. Pemerintah perlu transparan dalam proses penerimaan Adipura dan juga
bagaiman penilaiannya kepada masyarakat luas agar tidak menjadi perbincangan
bahwa penerimaan Adipura ini Rekayasa.
3. Hendaknya pemerintah perlu membentuk tim yang khusus untuk menjaga hutan-
hutan kota yang terdapat di bagian kota kabupaten agar tidak rusak dengan orang-
orang yang tidak bertanggung jawab.
4. Diharapkan kepada pemerintah agar mengadakan kerja bakti rutin sering
dilakukan bukan hanya pada saat penilaian Adipura saja tetapi setelah penerimaan
Adipura tetap dilaksanakan secara berkesinambungan.
72
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGranfindo Persada.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
Endah, Alam. 2014. Daftar Kota Peraih Adipura Tahun 2014. Dipublikasi di blog,lingkungan hidup, Jakarta 16 Januari 2015(http://alamendah.org/2014/06/06/daftar-kota-peraih-adipura-tahun-2014/)
Glueck, William F dan Lawrence R. Jauch. 1989. Manajemen Strategis danKebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapan belas. Yogyakarta:BPFEYogyakarta
Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada
Manullang, M. 2004. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Muhammad, Suwarno. 2013. Strategi Pemerintahan: Manajemen Organisasi Publik.Jakarta: Erlangga.
Mustafa, Delly. 2013. Birokrasi Pemerintahan. Bandung: Alfabeta.
Ndraha, Taliziduhu. 2013. Kybernology. Jakarta: Rineke Cipta.
Norton, David. P. 2004.Strategy Maps; Converting Intangible Assets Into TangibleOutcome. Harvard: Harvard Business School Publication Corporation.
Pahlevi, Muamar Riza. 2012. Piala Adipura. Diposkan oleh Muamar Riza PahleviBlog, Brebes 16 Januari 2015(http://muamarrizapahlevi.blogspot.com/2012/06/piala-adipura.html)
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
73
Putra, Rangga Septian. 2009. Fungsi Manajemen Menurut Beberapa Ahli. Diposkanoleh Rangga Septian Putra, Garut 25 Juni 2015(https://ranggablack89.wordpress.com/2009/10/19/fungsi-manajemen-menurut-beberapa-ahli/)
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, StudiKasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rewansyah. Asnawi, 2010, Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Good Governance.Jakarta: Yusaintanas Prima.
Salusu, J. 1996. Pengambilan Stratejik. Jakarta: Gramedia Widisarana.
----------. 2000, Pengambilan Keputusan Strategik; Untuk Organisasi Publik danOrganisasi Non Profit. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sedarmayanti. 2014. Manajemen Strategi. Bandung: Refika Aditama.
Siagian, Sondang P. 1994. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
-----------------------. 2011. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sulistiany. 1999. Skripsi (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia.
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijkan Otonomi Daerah.Jakarta : Citra Utama
Syaukani, 2004, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: PustakaPelajar
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbatas Kurikulum. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Zuchrufi, Muhammad Fery. 2013. Pengertian 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle.Dipublikasi di blog, Unknow Blog’s. Sidoarjo 24 Agustus 2015(http://abangbolobolo.blogspot.com/2013/03/pengertian-3r-reuse-reduce-dan-recycle.html).
74
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2013 tentang Perubahan atasPeraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2011tentang Pedoman Pelaksanaan Adipura.
Peraturan Bupati Maros Nomor 22.2 Tahun 2013 Tentang Tugas Pokok, Fungsi,Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan danPertamanan sesuai Bab 2 pasal 2 adalah menyelenggarakan penyusunandan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup, kebersihandan pertamanan berdasarkan asas desentralisasi dan tugas pembantuan.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah merupakan acuan terbaru bagi penyelenggaraan prosespengadaan pemerintah setelah dicabutnya Keppres nomor 80 Tahun 2003.
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka HijauKawasan Perkotaan.
Gambar 1. STRUKTUR ORGANISASI
BADAN LINGKUNGAN HIDUP, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN MAROS
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
SUB BAGIAN PROGRAMSUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN DAN UMUMSUB BAGIANKEUANGAN
BIDANG PENATAAN DANPENGAWASAN LINGKUNGAN
BIDANG PELESTARIAN LINGK. HIDUPDAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENATAANLINGKUNGAN
SUB BIDANG ANALISIS DAMPAKLINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGELOLAANPENCEMARAN AIR, UDARA &
TANAH
SUB BIDANG BAKU MUTU LINGK.DAN STATUS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGELOLAANPENCEMARAN KEBISINGAN
GANGGUAN & PENEGAKKANHUKUM
SUB BIDANG KONSERVASI DANKEANEKARAGAMAN HAYATI
BIDANG KEBERSIHAN BIDANG PERTAMANAN & PEMAKAMAN
SUB BIDANG PEMELIHARAANKEBERSIHAN
SUB BIDANG PENGELOLAANDAN PEMANFAATAN
LIMBAH/SAMPAH
SUB BIDANG PENGADAANDAN PEMELIHARAAN
SARANA & PRASARANA
SUB BIDANG PEMELIHARAANTANAMAN DAN PENATAAN
TAMAN
SUB BIDANG PENGEMBANGANRUANG TERBUKA HIJAU
SUB BIDANG PELAYANANPEMAKAMAN & PENATAAN
MAKAM
KEPALA UPT LABORATORIUM
KTU UPT LABORATORIUM
KEPALA UPT TPA BONTORAMBA
KTU UPT TPA BONTORAMBA
KEPALA UPT PENGELOLAAN AIRLIMBAH
KPU UPT AIR LIMBAH
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
46
Sumber. Badan Lingkungan Hidup, kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Zulfikar, lahir di Maros Kecamatan Turikale Kelurahan
Turikale Kabupaten Maros pada Tanggal 03 Desember 1993.
Anak kedua dari dua bersaudara dan merupakan buah kasih
sayang dari pasangan Borahima (Alm.) dan Murni.
Penulis menempuh pendidikan di TK R.A Darma Wanita unit agama Kabupaten
Maros pada tahun 1999 dan melanjutkan pendidikan dasar di SDN No.1 Maros
Kabupaten Maros dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Unggulan Maros Kabupaten Maros dan
tamat pada tahun 2008, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 2 Maros
Kabupaten Maros dan Tamat pada tahun 2011. Setelah itu melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu pada Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.