Skripsi “ UJI MODEL PENGOLAHAN AIR BAKU SEDERHANA ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Skripsi “ UJI MODEL PENGOLAHAN AIR BAKU SEDERHANA ...
SKRIPSI
“ UJI MODEL PENGOLAHAN AIR BAKU SEDERHANA TIPE PENYARINGAN
BERLAPIS UNTUK MENDAPATKAN AIR MINUM DI KECAMATAN TAMALATEA
KABUPATEN JENEPONTO”
Oleh :
NURBIAH : 105 810 1194 10
ABD.RAHMAN : 105 810 1167 10
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
UJI MODEL PENGOLAHAN AIR BAKU SEDERHANA TIPE
PENYARINGAN BERLAPIS UNTUK MENDAPATKAN AIR MINUM DI
KECAMATAN TAMALATEA KABUPATEN JENEPONTO
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar sarjana
Program studi teknik sipil
Jurusan sipil pengairan
Fakultas teknik
Disusun dan diajukan oleh
NURBIAH ABD. RAHMAN
105810119410 105810116710
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun Makalah Ujian
Komprehensif ini, dan dapat kami selesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang
harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun Judul Proposal
Penelitian kami adalah:
“ UJI MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR BAKU SEDERHANA TIPE
PENYARINGAN BERLAPIS UNTUK MENDAPATKAN AIR MINUM DI
KECAMATAN TAMALATEA KABUPATEN JENEPONTO”
Tugas Akhir ini terwujud berkat adanya bantuan, arahan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib,M.pd. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Hamzah Al Imran, ST., MT. sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Muh. Syafaat S. Kuba, ST. sebagai Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Ir. H. Muhammad Idrus Ompo,Sp. selaku Pembimbing I dan Ibu Hj.
Arsyuni Ali Mustari,ST.MT. selaku pembimbing II, yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga
terwujudnya tugas akhir ini.
iv
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai Fakultas Teknik atas segala waktunya
telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses belajar mengajar
di Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Ayahanda, Ibunda dan Saudara-saudaraku yang tercinta, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, do’a,
dorongan dan pengorbanannya.
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik, terkhusus Syafruddin.S.ST
Suhariadi, Muh.Yusuf Bahar,Ibrahim Asiz.ST dan persaudaraannya banyak
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang berlipat ganda
di sisi Allah SWT dan proposal penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis, rekan-rekan, masyarakat serta bangsa dan negara. Amin.
Makassar,……….…………2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian . 2
E. Batasan Masalah 3
F. Sistematika Penulisan 3
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Perancangan Instalasi Penjernihan Air 5
B. Syarat-syarat Air Minum 7
1. Syarat Fisik 8
2. Syarat bakteriologis 9
vi
C. Unit Pengolahan Air Minum 9
1. Bangunan pengkap air 9
2. Bangunan pengendap pertama 10
3. Pembubuhan koagulant 10
4. Bangunan pengaduk cepat 11
5. Bangunan pembentuk flok 11
6. Bangunan pengendap kedua 12
7. Filter (saringan) 13
8. Reservoir 14
9. Pemompaan 15
D. Standar Kualitas Air Bersih 16
1. Persyaratan Biologis 16
2. Persyaratan Fisik 17
3. Persyaratan Kimia 17
E. Cara Menentukan Pemililhan Unit Pengolahan Air 17
1. Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum 17
2. Pemilihan Unit Pengolahan Air Bersih 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitia 23
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data 25
C. Alat dan Bahan 25
D. Variabel Yang Diteliti 27
E. Prosedur Pekerjaan Laboratorium Kualitas Air 27
F. Diagram Proses Penelitian Laboratorium 32
vii
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Pemilihan Pengolahan Air Bersih 33
B. Data & Hasil Pengolahaan Uji Laboratorium SebelumUji Model 33
C. Data Pengolahan Laboratorium Setelah Uji Model 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 67
B. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 69
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1. Filter (saringan) 13
2. Pemompaan 15
3. Peta administrasi Kabupaten Jeneponto 23
4. Kelurahan Tonrokassi Kecamatan Tamalatea 24
5. Bagian Alir (flow chart) 32
6. Model Penyaringan Yang Terpilih 48
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Syarat Fisik
2. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Kualitas Air Bersih Dan Air Minum
3. Model Prediksi Pemilihan Unit-unit Pengolahan Air Minum
4. Alternatif Unit Pengolaha Air Minum
5. Bagian Alir (Flow Chart)
6. Hasil Laboratorium Sebelum Uji Model
7. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi
1(Taipakalongkong) Sebelun di Uji
8. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 2 (Sulurang)
Sebelum di Uji
9. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 3 (Serukang)
Sebelum di Uji
10. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 1
(Taipakalongkong) Sebelum di Uji
11. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 2
(Sulurang) Sebelum di Uji
12. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 3
(Serukang) Sebelum di Uji
13. Hasil Laboratorium Setelah Uji Model
14. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 1
(Taipakalongkong) Setelah di Uji
15. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 2
(Sulurang) Setelah di Uji
8
19
21
22
32
34
36
37
39
41
43
45
50
52
53
x
16. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 3
(Serukang) Setelah di Uji
17. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 1
(Taipakalongkong) Setelah di Uji
18. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 2
(Sulurang) Setelah di Uji
19. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di Lokasi 3
(Serukang) Setelah di Uji
20. Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum
55
57
59
61
64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.
Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia.
Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari
adalah untuk minum, mencuci, dan mandi. Sampai saat ini, penyediaan air bersih
untuk masyarakat di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan
yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah
satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat
pelayanan air bersih untuk masyarakat.
Di Provinsi Sulawesi Selatan masih banyak yang belum mendapatkan air
bersih terutama di daerah pedesaan sehingga kami bermotivasi agar bisa meneliti
kelayakan air tersebut untuk kesehatan masyarakat kedepannya, khususnya di
daerah Tonro kassi kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto masih
menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Namun untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi
kesehatan tidaklah mudah. Hal ini disebabkan adanya mikroorganisme/bakteri dan
unsur-unsur lain yang terkandung dalam air tersebut sehingga harus melakukan uji
2
penjernihan agar layak untuk dijadikan air bersih sebagai air baku untuk keperluan
air minum, mencuci dan mandi.
Secara administratif kelurahan tonro kassi kecamatan tamalatea ini dengan
bertambahnya aktivitas dan jumlah penduduk setiap tahunnya, maka jumlah air
bersih yang diperlukan manusia akan semakin meningkat. Secara kuantitas sumber
daya tanah dan air relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun,
dengan dasar ini peneliti berkeinginan untuk meneliti “Uji Model Pengolahan Air
Baku Sederhana Tipe Penyaringan Berlapis Untuk Mendapatkan Air Minum Di
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas maka, masalah yang
kami ambil adalah:
1. Bagaimana tingkat reduksi unsur logam pada air minum di kelurahan tonrokassi
kabupaten jeneponto.
2. Bagaimana mereduksi senyawa asam pada air minum di kelurahan tonrokassi
kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto.
3. Bagaimana reduksi unsur kandungan oksigen pada air minum di kelurahan
tonrokassi kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto.
3
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian
adalah untuk mengetahui model unit pengolahan air baku untuk mendapatkan air
minum di Kelurahan Tonrokassi Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam laporan skripsi yang berjudul uji model unit
pengelolahan air bersih sederhana untuk mendapatkan kualitas air bersih di
Kelurahan Tonrokassi Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan terhadap mengatasi
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air minum di kelurahan tonro kassi
kecamatan tamalatea kabupaten jeneponto.
2. Sebagai bahan informasi bagi stekholder untuk pemecahan masalah
pemenuhan air minum untuk penduduk setempat.
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi tersebut adalah :
1. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada kelurahan tonro kassi dengan 3
lingkungan yaitu: Taipa kalongkong, Sulurang dan Se’rukang.
2. Uji model unit pengolahan dibatasi hanya pada pengolahan pasir lambat (SSF)
dengan menggunakan saringan alam tanpa bahan kimia.
4
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran umum isi tulisan, penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I pendahuluan mencakup pembahasan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan
masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian pustaka mencakup, pengolahan kualitas air bersih, hubungan air
dengan kesehatan serta pengaruhnya, dan analisa kualitas air.
Bab III Metodologi penelitian mencakup lokasi penelitian, jenis penelitian dan
sumber data, teknik analisa data, deskripsi kualitas air bersih dan
peralatan yang dapat digunakan dalam penelitian tentang pengolahan
kualitas air bersih.
Bab IV Hasil Analisa Dan Pembahasan mencakup mengenai isi yang akan dibahas
pada uji model unit penelitian yang dilaksanakan sesuai uji laboratorium
dan uji model sederhana.
Bab V Penutup (Kesimpulan Dan Saran) mencakup isi serta hasil pada uji
percobaan, serta harapan yang ditunjukan oleh pembaca atau si penulis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perancangan Instalasi Penjernihan Air
Dalam perancangan instalasi penjernihan air (IPA) harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan suatu instalasi yang
aman dan berguna. Instalasi penjernihan air yang baik akan menghasilkan air baku,
air bersih dan air minum. Menurut SNI 19-6777-2002 pengertian dari air-air tersebut
adalah seperti yang tercantum di bawah ini.
1) Air baku adalah air yang memenuhi ketentuan yang berlaku untuk baku mutu air
baku yang dapat diolah menjadi air minum.
2) Air jernih adalah air yang telah bersih dari kotoran lumpur setidaknya akan
mengurangi bahaya kesehatan bagi manusia apabila akan dikonsumsi maupun
untuk keperluan lainnya.
3) Air bersih adalah air yang memenuhi kebutuhan baku mutu air bersih yang
berlaku.
4) Air minum adalah air yang memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang
berlaku.
Ada beberapa jenis penyaringan , antara lain :
1) Saringan pasir lambat
Huisman dan Wood (1974) mengatakan bahwa tidak ada proses tunggal yang
dapat mempengaruhi atau membersihkan air dan meningkatkan mutu air terhadap
sifat fisik, kimia, dan mikroba. Saringan pasir lambat (slow sand filters) memiliki
efesiensi yang tinggi didalam cara menghilangkan kekeruhan air, rasa, dan bau,
dan itu tidak memerlukan bahan kimia.
6
Saringan pasir lambat (SPL) sudah lama dikenal di eropa sejak awal tahun
1800an. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, SPL dapat digunakan untuk
menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan pasir lambat sangat cocok untuk
komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air
bersih yang dihasilkan SPL relatif kecil. Ada dua jenis proses penyaringan yang
terjadi pada saringan pasir lambat , yakni secara fisika dan biologi. Partikel-pertikel
yang ada dalam sumber air yang keruh secara fisik akan bertahan oleh lapisan pasir
pada SPF. Disisi lain, bakteri-bakteri dari genus pseudomonas dan trichoderma
akan tumbuh dan berkembang biak.
2) Saringan pasir cepat
Saringan pasir cepat (rapid sand gravity filter) juga disebut filter
mekanis.sistem ini biasanya dilengkapi dengan dua aksesoris yanhg penting yaitu :
yang disebut loss of head gauge dan pengendali laju aliran yang
tersaring.(Winarno,1986). Loos of head gauge dapat memperlihatkan suatu tana
bahwa alirannya menjadi tertahan sedemikian rupa sehingga pasir penyaringnya
harus dicuci back washed system, yaitu air dialirkan berlawanan dengan aliran air
selama proses penyaringan.
3) Arang Batok
Arang batok adalah arang yang berasal tempurung kelapa. Tempurung
tersebut dibakar sampai menjadi arang. Arang ini juga bisa diperoleh dari
pembakaran kayu. Arang batok terbentuk butiran juga dapat menyerap bahan-
bahan kimia pencemar air. Fungsi arang adalah untuk mengurangi warna, bau air
kotor. Ada dua bentuk arang batok yang digunakan, yaitu butiran berdiameter 0,1
mm dan berukuran 200 mesh. Arang batok berfungsi sebagai penyerap
mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang terkandung di air kotor. Setelah
7
berkali-kali digunakan maka arang batok ini tidak efektif lagi karena air yang disaring
sudah tidak begitu jernih. Maka arang harus diganti atau dibakar lagi.
B. Syarat-Syarat Air Minum
Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar (patokan) yang pada
beberapa negara berbeda-beda menurut:
a) Kondisi negara masing-masing
b) Perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Perkembangan teknologi
Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum, antara lain:
a) American drinking water standard
b) British drinking water standard; agak ketat
c) W.H.O.drinking water standard
Berdasarkan Standar kualitas air baku mutu yang ditetapkan berdasarkan
sifat –sifat fisik, kimia, radioaktif, maupun bakteriologis yang menunjukan
persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 82
tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan penegndalian pencemaran air,
menurut kegunaanya digolongkan menjadi :
Kelas I : Air yang peruntukanya dapat digunakan untuk air baku air minum
atau peruntukan lainya yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kelas II : Air yang peruntukanya da[pat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
8
Kelas III : Air yang peruntukanya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Dari segi kualitas air minum harus memenuhi:
1) Syarat Fisik:
a) Air tidak boleh berwarna
b) Air tidak boleh berasa
c) Air tidak boleh berbau
d) Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25 C)
e) Air harus jernih
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan)
yang disyaratkan dan tidak bolehdilampaui adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Syrat Fisik
Kadar (bilangan)
yang disyaratkan
Kadar (bilangan) yang
tidak dilampaui
Keasaman sebagai
PK7,0- 8,5
Di bawah 6,5 dan di
atas 9,5
Bahan-bahan padatTak melebihi 50
mg/l
Tak melebihi 1,500
mg/l
Warna (skala pt CO)Tak melebihi
kesatuan
Takmelebihi 50
kesatuan
Rasa Tak mengganggu −
Bau Tak mengganggu
−
Sumber : Permenkes 1990
9
2) Syarat-syarat bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama
sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-
batas yang telah ditentukannya yaitu 1 coli/100 ml air.
Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri
patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:
a) Bakteri typhsum
b) Vibrio colerae
c) Bakteri dysentriae
d) Entamoeba hystolotica
e) Bakteri enteritis ( penyakit perut)
Air yang mengandung golongan coli dianggap telah berkontaminasi
(berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan
bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen,
tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan coli.
C. Unit Pengolahan Air Minum
Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :
1) Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk
menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat
dimanfaatkan. Adapun bentuk dan konstruksi ini bergantung kepada jenis dan
macam sumber air yang kita tangkap. Fungsi dari bangunan penangkapair ini
sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran.Sedangkan
penanganan bangunan penangkap air ini ditujukan terhadap:
10
a) Kuantitas:
(1) Pencatatan tingkah laku (keadaan) dari sumber asal air.
(2) Pencacatan debit air pada setiap saat, sehingga dengan demikian akan dapat
mengetahui fluktuasidari kuantitas air yang masuk.
(3) Mengontrol/memeriksa pealatan pencacatan debit serta peralatan lainnya
(misalnya: pompa, saringan, pintu air) untuk menjaga kontiunitas debit
pengaliran.
b) Kualitas:
(1) Hal ini penting terutama terhadap kemungkinan pencemaran sumber asal air
yang kita ambil dari sumber nya.
(2) Pemeriksaan kualitas air pada sumber air secara periodik.Dengan demikian
akan dapat diketahui ada tidaknya pencemaran.
2) Bangunan Pengendap Pertama
Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel padat dari air sumur dengan gaya gravitasi.Pada
proses ini tidak ada pembunuhan zat/bahan kimia. Untuk instilasi penjernihan air
minum, yang air bakunya cukup jernih, tetapi
sadah,bak pengendap pertama tidak diperlukan.
3) Pembubuhan koagulant
Koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu
proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendapkan dengan
sendirinya (secara gravimetris). Sesuai dengan nama dari unit ini, maka unit
berfungsi untuk membubuhkan koagulant secara teratur sesuai dengan kebutuhan
(dalam dosis yang tepat).
Alat pembubuh koagulant yang banyak kita kenal sekarang, dapat dibedakan dari
cara pembubuhannya:
11
(a) Secara gravitasi, dimana bahan atau zat kimia (dalam bentuk larutan) mengalir
dengan sendirinya karena gravitasi.
(b) Memakai pompa (dosering pump); pembubuhan/zat kimia dengan bantuan
pemompaan.
Di sini perlu kita perhatikan pada pembubuhan koagulant, adalah pemipaan
yang mengalirkan bahan/zat kimia supaya tidak tersumbat. Maka perlu pemeriksaan
secara teliti terhadap peralatan-peralatannya.
Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulant:
Aluminium sulfat Biasa disebut sebagai tawas. Bahan ini banyak dipakai,
karena efektif untuk menurunkan kadar karbonate. Bahan ini paling ekonomis
(murah) dan mudah didapat pada pasar-pasar serta mudah disimpan.Bentuk :
serbuk, kristal, dan koral.
4) Bangunan pengaduk cepat
Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulant) yang ditambahkan
agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna
dan cepat.
Cara pengadukan:
(a) Alat mekanis : motor dengan alat pengaduknya
(b) Penerjun air : dengan bantuan udara bertekanan.
5) Bangunan Pembentuk Flok
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya
dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat
koagulant yang kita bubuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk floc-floc
(partikel yang lebih dan bisa mengendap dengan gravitasi):
(a) Kekeruhan pada baku air
(b) Tipe dari suspended solid
12
(c) pH
(d) Alkalinity
(e) Bahan koagulant yang dipakai
(f) Lamanya pengadukan
Pada unit ini kita akan usahakan supaya tidak terbentuk endapan floc.
6) Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan floc yang terbentuk pada unit bak
pembentuk floc. Pengendapan di sini dengan gaya berat floc sendiri (gravitasi).
Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak pengendapan
pertama.
Aliran pada unit dijaga sedemikian rupa sehingga tetap tenang.dengan
teknologi modern.
(a) Unit pengaduk cepat.
(b) Unit pengaduk cepat.
(c) Unit pengendap kedua.
Unit-unit tersbut diatas digabungkan menjadi satu unit tersendiri yang
kompak. Kita kenal :
(a) Accelator Clarifier.
(b) Pulsator Clarifier.
Bak pengendapan : Accelator Clarifier.
Sebagian kota-kota besar di indonesia, instalasi air minumnya dibangun oleh
Degremont S.A. (Perancis), antara lain: Bandung, Jakarta, Surabaya, dan lain-lain.
Sedangkan pengendapannya digunakan Pulsator (Degremont).
Cara kerja dari Pulsator adalah sebagai berikut:
(1) Valve A tertutup.
13
(2) Air naik pada ruangan vakuum C.
(3) Air di bagian D dalam keadaan diam
(4) Setelah air di vakuum C mencapai S, kran udara A terbuka.
(5) Air di ruang vakuum C turun dan masuk daerah B.
(6) Lumpur naik dan sebagian terbuang ke B1.
(7) Air jernih di bagian atas akan mengalir ke saluran E
Kalau turunnya air di ruangan vakuum C sampai pada titik i, kran udara A tertutup
kembali.
7) Filter (Saringan).
Dalam proses penjernihan air minum diketahui 2 macam filter :
(a) Saringan pasir lambat.
(b) Saringan pasir cepat.
Effuent dari bak pengendap (sedimentation basin) mengalir ke filter,
gumpalan-gumpalan dan lumpur (floc) tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat
tertentu dimana hilangnya tekanan (loos of head) dari air di atas saringan terlalu
tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan, maka
saringan akan dicuci kembali (back wash) dengan air bertekanan dari bawah.
Gambar 1. Filter (Saringan).
14
Cara kerja dari filter :
(a) Buka kran A, maka air akan mengalir ke filter dari bak pengendap.
(b) Buka kran B, air yang sudah disaring akan mengalir ke reservoir selama
operasi kran-kran yang lain di tutup.
Cara kerja pencucian filter :
(a) Tutup kran A.
(b) Tutup kran B pada saat air saringan turun dan tepat di bibir ambang pelimpah.
(c) Buka kran C dan D.
Maka air pencucian akan mengalir ke atas melalui batu-batu kerikil dan pasir
dan akan membersihkan lumpur-lumpur yang melekat pada lapis atas dari pasir.
Dan air yang kotor dengan lumpur-lumpur akan mengalir keluar melalui pelimpah.
Setelah dianggap bersih, kran A lalu dibuka, sementara kran-kran yang lain masih
dibiarkan tertutup. Sebelum filter beroperasi kembali maka air dibiarkan mengalir
sebentar untuk mengalirkan kotoran-kotoran yang mungkin tertinggal. Kran C dan D
kemudian ditutup dan filter beroperasi kembali. Di indonesia sebagian besar
instalasi penjernihan air minum dibangun oleh Degremont S.A (Prancis), dan
menggunakan sistem filter sebagai berikut :
Macam saringan yang lain adalah presure filter, yang banyak digunakan
untuk keperluan industri (pabrik). Biasanya berkapasitas kecil, dalam tangki baja
tertutup, dapat berbentuk horizontal atau vertikal.
8) Reservoir
Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut
telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir
(tandon) untuk diteruskan pada konsumen.Untuk keperluan pemakaian terbanyak
15
jam 16.00-18.00 diperlukam tandon minimum 10% debit/harinya.Contoh:Penduduk
suatu kampung tiap harinya mempergunakan air sebanyak 225.000 liter. Air yang
harus disimpan untuk keperluan pemakaian terbanyak tersedia sebesar : 10 % x
225.000 ltr = 22.500 liter
9) Pemompaan
Gambar 2. Pemompaan
Keterangan : prinsip kerja pompa.
Pada posisi I klep seperti pada gambar, tekanan udara luar sama dengan
tekanan dalam tabung tekanan udara luar ini, tergantung dari ketinggian tempat
pompa dari permukaan air laut.
Pada gambar II, volume udara dalam tabung diperkecil hingga tekanannya
menjadi lebih besar, aklibatnya klep mendapat tekanan,
karena posisinya klep bawah menutup.
Pada posisi III, volume udara dalam tabung diperbesar, tekanan menjadi
kecil, kedua klep mendapat kelebihan tekanan dari arah luar. Karena posisinya, klep
atau menutup dan klep bawah membuka.
Dengan gerakan seperti pada gambar tersebut berulang-ulang udara dalam
tabung makin lama berkurang akhirnya makin mendekati nol. Perbedaan tekanan
udara luar dan udara dalam tabung akhirnya menjadi: Tekanan udara luar – udara
16
dalam tabung = takanan udara luar – 0 = tekanan udara dalam = 1 atm. 1 atm = 76
Cm Hg = 76 Cm x 13,6 air = 10,33 m = 10 m. Jadi daya isap pompa = 1 atm = 10 m.
Perlu diingat bahwa dalam hal ini, makin kecil tekanan udara makin cepat
kecepatan menguap air, dan penyerapan air dipengaruhi temperatur.Oleh karena
itu, daya isap pompa masih dikurangi dengan hal-hal sebagai berikut:
(a) Tekanan uap jenuh dari air.
(b) Kehilangan tekanan karena gesekan dengan pipa (Hosen william).
(c) Tergantung tekanan udara luar
. D. Standar Kualitas Air Minum
Berdasarkan SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi
pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket
instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan Definisi yang disebut dengan Air
Baku adalah : “Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan
atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum” sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata
air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang
”Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas air “, air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat –syarat air bersih yaitu:
1) Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
17
dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli.
Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Kualitas Air Bersih Dan Air
Minum (Permenkes, 1990) sebagaimana pada tabel 2.
2) Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya
selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik
seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak
langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
3) Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam.
E. Cara Menentukan Pemilihan Unit Pengolahan Air
1) Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum
Pemilihan unit-unit pengolahan yang akan digunakan dalam instalasi
pengolahan air minum tergantung kepada kualitas air baku yang akan diolah,
dengan mempertimbangkan segi teknis dan segi ekonomis.Beberapa pertimbangan
dari segi teknis adalah :
(1) Efisiensi unit-unit pengolahan terhadap parameter yang akan diturunkan.
(2) Fleksibilitas sistem pengolahan terhadap kualitas air yang berfluktuasi.
(3) Kemudahan operasional dan pemeliharaan dalam jangka waktu yang panjang.
18
(4) Kemudahan konstruksi.
(5) Segi Ekonomis.
(6) Biaya investasi awal, operasional, dan pemeliharaan.
(7) Luas lahan yang dibutuhkan.
(8) Optimalisasi jumlah unit pengolahan untuk menurunkan parameter. kualitas air
yang hendak diturunkan.
Unit-unit pengolahan air minum untuk negara-negara berkembang dapat
ditentukan berdasarkan model prediksi seperti yang ditunjukkan pada Tabel
dihalaman berikut.
Keterangan Model Prediksi Pemilihan unit Pengolahan Air Minum
S = Screening (penyaringan)
RSF = Rapid Sand Filter (saringan pasir cepat)
PC = Prechlorination (prapemberian desinfektan dengan chlor)
SSF = Slow Sand Filter (saringan pasir lambat)
PS = Plain Settling (pengendapan sederhana)
SCT = Special Chemical Treatment (pengisian kimia khusus)
A = Aeration (penjemuran/pengisian gas)
AC = Activated Carbon (karbon aktif)
LS = Lime Softening (pelunak kapur)
P = Post Chlorination (pengolahan chlor utama)
SC = Special Chlorination (pengolahan chlor khusus)
19
SWT = Salt WaterTreatment (pengolahan air asin)
CS = Coagulation & Sedimentation (koagulasi dan sedimentasi)
O = Optional, (pilihan : biasa iya, biasa tidak)
E = Essential (perlu digunakan : harus digunakan pengolahan)
Tabel 2. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Kualitas Air Bersih Dan Air
Minum (Permenkes, 1990).
20
Kadar
maksimum
yang
Keterangan Kadar
maksimum
yang
Keterangan
1 2 3 4 5 6
A. FISIKA
Bau - - Tidak
berbau
- Tidak
berbauJumlah padat terlarut
(TDS)mg/L 1 1.5
Kekeruhan skala
NTU
5 15
Rasa - - Tidak
berasa
- Tidak
berasaSuhu oC Suhu
udara±3oC
Suhu
udara±3oCWarna skala
TCU
15 25
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
Air Raksa mg/L 0,001 0,001
Aluminium mg/L 0,2 -
Arsen mg/L 0,05 0,05
Barium mg/L 1,0
Besi mg/L 0,3 1,0
Fluorida mg/L 1,5 1,5
Kadmium mg/L 0,005 0,005
Kesadahan (Ca CO3) mg/L 500 500
Klorida mg/L 250 600
Kromium Valensi 6 mg/L 0,05 0,05
Mangaan mg/L 0,1 0,5
Natrium mg/L 200 200
Nitrat, sebagai N mg/L 10 10
Nitrit, sebagai N mg/L 1,0 1,0
Perak mg/L 0,05 0,05
Ph 6,5-8,5merupakan
batas max
dan min
6,5-9,0merupakan
batas max
dan minSelenium mg/L 0,01 0,01
Seng mg/L 5,0 15
Sianida mg/L 0,1 0,1
Sulfat mg/L 400 400
Sulfida sebagai H2S mg/L 0,05 -
Tembaga mg/L 1,0 -
Parameter Satuan
Persyaratan air minum Persyaratan air bersih
21
1 2 3 4 5 6
a. Kimia Organik
Aldrin Dan Dieldrin mg/L 0,0007 0,0007
Benzene mg/L 0,01 0,01
Benzo(A) Pyrene mg/L 0,00001 0,00001
Chlordane (Total
Isomer)
mg/L 0,0003 0,007
Chloroform mg/L 0,03 0,03
2,4 – D mg/L 0,1 0,1
DDT mg/L 0,03 0,03
Detergent mg/L 0,05 0,5
1,2- Dichloroetane mg/L 0,01 0,01
1,1- Dichloroetene mg/L 0,0003 0,0003
Heptachlor dan
Heptachlor Epoxidemg/L 0,003 0,003
Hexachlorbenzene mg/L 0,00001 0,00001
Gamma-HCH
(lindane)
mg/L 0,004 0,004
Metoxychlor mg/L 0,03 0,1
Pentachlorophenol mg/L 0,01 0,01
Pestisida total mg/L 0,1 0,1
2,4,6 trichlorophenol mg/L 0,01 0,01
Zat organik (kmno4) mg/L 10 10
C. Mikrobiologik
Koliform tinja Jumlah/
100 ml
0
Total koliformJumlah/
100 ml0
95% dari sampel
yang diperiksa
selama setahun
kadang-kadang
boleh ada 3 per
100ml sampel air,
tetapi tidak
berturut turut
50 10bukan air
perpipaan air
perpipaan
D. Radio aktifitas
Aktifitas alpha (Gross
Alpha activity)Bq/L 0,1 0,1
Sumber : Permenkes 1990.No: 416/Menkes/Per/lx/1990
Tabel 3. Model Prediksi Pemilihan Unit-unit Pengolahan Air Minum
Parameter Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per 100 ml Rata-rata bulanan
0-20
E
20-100
O
O O O E
100-5000 E
E E O E
> 5000 E O
E E
E O
Turbidity, NTU
0-10 O
10-200 O
E
> 200 O
O
E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70
E O
O
> 70
O E
O
Rasa & Bau Terasa
O
O
O
O E
CaCO3, mg/l > 200
E E E
E
Fe & Mn,mg/l
< 0,3
O O
E
0,3-1,0
O
E E O
> 1,0
E
E
E E O
O
Chloride, mg/l
0-250
E
E
E E O
O
200-500
O
>500
E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005
O O
O O
> 0,005
E E
O E O
Bahan Kimia Lain
E E
E O
O O
O O
Sumber :Babbit,1976
22
2) Pemilihan unit pengolahan air bersih
Parameter Pengolahan Pokok Alternatif lain
Kekeruhan Koagulasi dan sedimentasi
Saringan pasir cepat
Screening
Prasedimentasi (>200 NTU)
Saringan pasir lambat ( <10 NTU )
Warna Koagulasi dan sedimentasi (>70)
Saringan pasir cepat (>70)
Koagulasi dan sedimentasi (20-70)
Saringan pasir cepat (20-70)
Super klorinasi
Zat Organik Koagulasi dan sedimentasi
Saringan pasir cepat
Desinfeksi
Preklorinasi (untuk zat organik yang sangat tinggi)
Prasedimentasi
Saringan pasir lambat
Karbon aktif
23
Tabel 4. Alternatif Unit Pengolahan Air Bersih Yaitu:
Sumber : babbit 1976
Fe & Mn Preklorinasi (> 1,0)
Aerasi (> 1,0)
Koagulasi dan sedimentasi ( 0,3 – > 1,0 )
Saringan pasir cepat ( 0,3 – > 1,0 )
Preklorinasi (<0,3)
Aerasi (<0,3)
Prasedimentasi (<0,3)
Saringan pasir lambat
Total Coliform Preklorinasi (100-5000)
Prasedimentasi
Koagulasi dan sedimentasi
Saringan pasir cepat
Post klorinasi
Prasedimentasi (20-100)
Koagulasi dan sedimentasi (20-100)
Saringan pasir lambat
Super klorinasi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas Perikanan Dan
Kelautan Universitas Hasanuddin, dengan waktu penilitian selama tiga bulan
(September – November).
Gambar 3. Peta administrasi kabupaten jeneponto
27
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental, dimana kondisi
tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti dengan mengacu pada literatur-literatur yang
berkaitan dengan penelitian tersebut, serta adanya kontrol, dengan tujuan untuk
menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan
sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada
beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
Pada penelitian ini akan menggunakan dua sumber data yakni :
1) Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan dan informasi
masyarakat setempat.
2) Data Sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur dan hasil penelitian yang
sudah ada baik yang telah dilakukan di Laboratorium maupun dilakukan di
tempat lain yang berkaitan dengan penelitian Kualitas Air Bersih.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian model unit pengolahan air bersih sederhana untuk perbaikan kualitas air bersih sebagai berikut:
1) Alat
(a) Gayung
(b) Botol plastik vol.500, ml
(c) Botol oksigen vol. 250 ml
(d) Cool box atau termos es
(e) Botol BOD terang
(f) Gelas ukur 100 m
(g) Gelas piala 10 ml
(h) Pipet tetes 10 ml
(i) Botol BOD gelap
(j) Buret asam 50 ml
(k) Kaca arloji
(l) Pipet gondok 10 ml
28
2) Bahan
(a) Air
(b) Larutan MnSO4
(c) Larutan Alkaliodida azida ( NaOH-KI )
(d) Asam sulfat pekat ( H2SO4 )
(e) Larutan indicator kanji 2
(f) Kristal natrium tiosulfat ( NaS2O3.5H2O )
(g) Air suling atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5 – 2,0 Umhos / Cm.
(h) Indikator ferroin
(i) Aguades
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(a) Botol plastk Vol. 500 ml untuk air yang mau di sampel
(b) Botol Oksigen Vol. 250 untuk sampel air yang di campur cairan COD dan BOD
(c) Cool box atau termos es untuk tempat penyimpanan sampel yang ad di dalam
botol oksigen kaca yang di pinggir botolnya di isi dengan es batu yang
secukupnya agar sampel bisa awet dan bermalam
(d) Stiker label untuk menandai sampel yang di temple pada botol oksigen kaca
(e) Solasi hitam dan bening untuk digunkan mempelaster botol oksigen kaca dan cool
box
Cara pengambilan sampel :
(a) Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sampel dibersihkan terlebih
dahalu.
(b) Botol dibenamkan pada kedalaman perairan yang akan di periksa.
(c) Pengambilan pertama sampel air digunakan untuk membersihkan botol
sampling untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali.
29
(d) Penganmbilan kedua merupakan sampel air yang akan diperiksa ke dalam
botol sampel untuk kemudian ditutup.
D. Variabel Yang DIteliti
Adapun variabel yang akan diteliti yaitu :
1) Kekeruhan
2) Besi (Fe)
3) Kesadahan
4) Klorida (Cl¯)
5) Mangan (Mn)
6) Nitrat (NO3)
7) Nitrit (NO2)
8) pH
9) Kalsium (Ca)
10) Sulfat (SO4)
11) Dissolved Oksigen (DO)
12) Biochemical Oksogen Demand (BOD)
13) Chemical Oksigen Demand (COD)
E. Prosedur Pekerjaan Laboratorium Kualitas Air
Adapun prosedur pekerjaan laboratorium yaitu :
1) Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO-Dissolved Oxygen) adalah jumlah mg/L gasoksigen yang
terlarut dalam air. Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
dengan cara titrasi (Titrimetri) dan dengan penggnaan alat ukur elektronik yaitu
desebut DO-meter.
30
Penetuan oksigen secara titrimetri dilakukan menurut metoda standar Winkler.
a) Alat dan Bahan
Alat :
(1) Botol BOD terang (4) Buret 50 ml
(2) Erlenmeyer 250 ml (5) Pipet tetes 1 ml
(3) Gelas ukur 100 ml
Bahan :
(1) Larutan MnSO4
(2) Larutan alkaliodida azida (NaOH-KI)
(3) Asam sulfat pekat (H2SO4)s
(4) Larutan indicator kanji 2%
(5)Kristal natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
(6)Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7 0.025 N)
(7) Air suling atau air demeneralisasi yang mempunyai DHL 0,5-0.025 umhos/cm.
b) Cara kerja
(1) Pindahkan air sampel ke dalam botol BOD sampai meluap (jangan sampai
terjadi gelembung udara), tutup kebali.
(2) Tambahkan 1 ml Mangan sulfat (MnSO4), dan 1 ml NaOH + KI.
Penambahan reagen-reagen ini juga dengan memasukkan pipet di bawah
permukaan botol. Tutup dengan hati-hati dan aduk dengan membolak-balik
boto ± 20 kali.
(3) Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan hati-hati (gunakan ruang asam), aduk
dengan cara yang sama hingga semua endapan larut. Kalau endapan belum
larut semua, tambkan lagi 0,5 ml H2SO4 pekat.
31
(4) Ambil 50 ml air dari botol BOD tersebut dengan menggunakan pipet Mohr
atau gelas ukur, masukkan dalam Erlenmeyer, usahakan jangan sampai
terjadi aerasi.
(5) Titrasi dengan Na-Thiosulfat 0,025 N hingga terjadi perubahan warna dari
kuning tua ke kuning muda. Tambahkan 5-8 tetes indikiator amylum hingga
terbentuk warna biru. Lanjutkan titrasi dengan Na-Thiosulfat hingga tepat
tidak berwarna (bening).
2) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam
proses dekomposisi bahan organik. Penentuan BOD ini dilakukan dengan cara
menghitung kadar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mendekomposisi bahan organic yang terlarut di perairan dalam waktu 5 hari. Jadi
merupakan selisih kadar oksigen pada hari pertama dan hari kelima.
a) Alat dan Bahan
Alat :
(1) Botol BOD gelap
(2) Erlenmeyer 250 ml
(3) Gelas ukur 100 ml
(4) Buret 50 ml
(5) Pipet tetes 1 ml
Bahan :
(1) Larutan MnSO4
(2) Larutan alkaiodida azida (NaOH-KI)
(3) Asam sulfat pekat (H2SO4)
32
(4) Larutan indikator kanji 2%
(5) Kristal natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
(6) Air suling atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5-2,0 umhos/cm.
b) Cara kerja
(1) Prosedur pengerjaan BOD sama dengan prosedur DO hanya untuk
analisa BOD sampel di inkubasi selama 5 malam dalam ruang gelap.
(2) Pindahkan air sampel tersebut kedalam botol BOD gelap dan terang sampai
penuh. Air dalam botol BOD terang segera dianalisis kadar oksigen terlarutnya
(DO1). Botol BOD gelap dan air sampel didalamnya diinkubasi dalam BOD
inkubator pada suhu 20°C. Setelah 5 hari, tentukan kadar oksigen terlarut
dalam botol BOD gelap ini (DO5). Penentukan kadar oksigen terlarut ini bisa
dilakukan secara titrimetrik atau dengan menggunakan DO-meter.
3) Chemical Oksigen Demand (COD)
Pengukuran COD didasarkan atas prinsip bahwa hamper semua bahan
organik yang ada di perairan dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air
dengan menggunakan suatu oksidator kuat dalam kondisi asam. Sebagai
oksidadtor digunakan Potassium Dichromate (K2Cr2O7). Sejumlah Potassium
dichromate tertentu ditambahkan ke dalam sampel yang telah diasamkan dengan
Asam sulfat (H2SO4). Air sampel akan dipanaskan, sehingga bahan organic
teroksidasi menjadi karbondioksida dan air, dan bersamaan dengan itu dichromate
berkurang.
a) Alat dan Bahan
Alat :
(1) Buret asam 50 ml
33
(2) Erlenmeyer 250 ml
(3) Gelas ukur 100 ml
(4) Gelas piala 100 ml
(5) Pipet skala 10 ml
(6) Pipet gondok 10 ml
(7) Kaca arloji
(8) Karet bulp
Bahan :
(1) Kalium dikromat; K2Cr2O7 0,025 N
(2) Ferro Ammonium sulfat (FAS); Fe(NH4)2(SO4)2.6 H2O 0,025 N
(3) Asam sulfat pekat; H2SO4
(4) Indikator Ferroin
(5) Aquades
b) Cara kerja
(1) Pipet 10,00 ml air sample, masukkan dalam Erlenmeyer.
(2) Tambahkan 5 ml K2Cr2O7, aduk 0,025 N.
(3) Tambahkan dengan hati-hati 10 ml H2SO4 pekat (Gunakan ruang asam)
kemudian aduk.
(4) Tutup Erlenmeyer dengan kaca arloji (Gelas penutup) dan biarkan sekitar 30
menit.
(5) Encerkan dengan menambahkan 7,5 ml Aquades bebas ion, aduk.
(6) Tambahkan 2-3 tetes indikator Ferroin, kemudian titrasi dengan FAS hingga
terjadi perubahan warna dari kuning orange atau biru kehijauan menjadi merah
kecoklatan.
34
(7) Buat larutan blanko dengan menggunakan 10 ml aquades, kemudian
tambahkan pereaksi-pereaksi seperti pada prosedur 1-7. Larutan blanko ini
diperlukan dalam perhitungan nilai COD.
E. Diagram Proses Penelitian Laboratorium
Tahapan penelitian yang dilakukan sesuai dengan bagan alir pada Gambar
5 berikut ini :
Tidak
Ya
Gambar 5. Bagan alir (flow chart)
Rancangan Unit Model
Pengolahan Air Minum
Studi lateratur
Validasidat
Pengambilan data
Data primer
1. Pengambilan sampel 2. Lab sebelum di uji
dan setelah di uji
Data sekunder
1. Data potografi 2. Data masyarakat
Analisis
MULAI
Selesai
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Pemilihan Pengolahan Air Bersih
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan di laboratorium universitas
muhammadiyahMakassar dan di laboratorium universitas hasanuddin yaitu untuk
menentukan unit pemilihan pengolahan air bersih kami menggunakan metodebabbit
1976dengan tujuanuntuk mendapatkan kualitas air yang berkualitas untuk
kebutuhan air minum sehari-hari, metode yang kami gunakan dalam penyaring yaitu
material seperti pasir,ijuk, batu koral dan lainnya.
B. Data & Hasil Pengolahan Uji Laboratorium Sebelum Uji Model
Dari ketiga lokasi (TaipaKalongkong,Sulurang, Serukang) tersebut sebelum
di uji model diperoleh dari uji laboratorium kualitas air maka dapat dilihat pada tabel
berikut
36
Tabel 5, Hasil Laboratorium sebelum uji model
Hasil Uji Laboratorium
satuan
Sampel Air Rata Rata
pergubno.69thn 2010
Sumur Galian 1 Sumur galian 2 Sumur Bor
1 2 3 4 5 6 S g S g 2 S b
Fis
ik
a Kekeruhan NTU 7 8 5 6 8 9 7.5 6.5 5.5 5
Warna - - - - - - - - - -
Kim
ia
Derajat keasaman (pH)
- 7.5 8 7.5 7.5 7.5 7.5 7.8 7.8 7.5
6-8.5
Iron (Fe) Ppm 6.085 7.597 4.806 4.651 3.76 14.574 6.8 6.2 4.7 0.3
mangan (Mn) Mg/l Tt Tt Tt Tt tt Tt tt Tt tt
Nitrat (NO₃) Ppm 1.306 0.901 3.259 3.309 1.411 1.828 1.1 2.1 3.3 10
Nitrit (NO₂) Ppm 0.005 0.003 1.647 1.878 1.841 3.599 0.0 0.8 1.8 0.06
Sulfat (SO₄) Ppm 13.26 16.28 34.26 39.28 69.86 72.28 14.8 25.3 36.8 400
Kalsium (Ca) Ppm 302.302 307.708 332.332 332.332 708.708 316.316 305.0 320.0 332.3 (-)
Khlorida (Cl) Ppm 493.5 326.6 145.5 170.4 442.0 447.3 410.1 236.1 158.0 600
Dissolved oksigen (DO)
Ppm 4.16 6.08 6.40 5.44 6.72 5.44 5.1 6.2 5.9
6
Biochemical oksigen demand
(BOD)
Ppm 1.76 4.18 4.60 5.24 4.62 3.94 3.0 4.4 4.9
2
Chemical oksigen demand (COD)
Ppm 47.47 51.60 61.92 70.38 82.56 80.50 49.5 56.8 66.2
10
zat organic Mg/l 6.32 9.48 13.27 8.85 21.49 15.80 7.9 11.4 11.1 (-)**
Sumber ;Data Hasil Laboratorium Unhas 2014
Catatan : Sg 1 : sumur galian 1,
Sg2 : sumur galian 2 ,
Sb : sumur bor
36
37
Pada tabel 5, menunjukkan hasil dilaboratorium universitas hasanuddin,pada
tabel ini menunjukkan sampel air di tiga lokasi yaitu Taipakalongkong, Sulurang dan
Serukang memiliki parameter standar dibawah standar kualitas air yang dikeluarkan
oleh pemerintah, contoh misalnya nilai kekeruhan yang sangat tinggi antara (9-5
NTU) sehingga memerlukan pengolahan agar bisa layak digunakan oleh
masyarakat setempat.
Pada tabel 6, halaman 36 dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi (satu) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 7.5 NTU, zat organic rata-rata 7.9, Fe dan Mn rata-rata
1,6.841 mg/l, pH (derajat keasaman) rata-rata 410.05 mg/l sehingga diperoleh
pengolahan pokok yaitu :
a)Koagulasi dan sedimentasi
b) saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a) Screeningg
b) Prasedimentasi
c) Prasaringan sederhana
34
38
Tabel 6, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih dilokasi 1(Taipakalongkong)Sebelum di uji
Parameter Satuan
Hasil uji laboratorium pergubno.69thn 2010
Pengolahan Pokok Alternatif lain
1 2 Rata –Rata
Kekeruhan
NTU
7
8
7.5
5
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana
- Screening -prasaringan (< 7 NTU)
Zat Organik
Mg/l
6.32
9.48
7.9
(-)
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana Prasaringan (< 7 NTU)
Fe &Mn
Ppm
6.085
7.597
6.841
(-)
- Koagulasi dan
sedimentasi ( 0,3 – > 1,0 )
Prasaringan sederhana
pH
(DrajatKeasaman)
_
7.5
8
7.75
6-8,5
Saringan sederhana
Prasaringan sederhana
Cl⁻
Ppm
493.5
326.6
410.05
600
Saringan sederhana
Prasedimentasi
Sumber ; Hasil Analisis
38
39
Tabel 7, Penentuan Model Pengolahan Air Bersih di lokasi 2 (Sulurang) Sebelum di uji
Parameter
Satuan
Hasil uji laboratorium pergubno.69thn 2010
Pengolahan Pokok Alternatif lain
3 4 Rata –Rata
Kekeruhan NTU
5
6
5.5 5
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana
- Screening Prasaringan (< 5 NTU)
Zat Organik Mg/l 13.27 8.85 11.06
(-)
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana
- Prasedimentasi
Fe &Mn Ppm 4.81 4.65 4.729
(-)
- Koagulasi dan
sedimentasi ( 0,3 – > 1,0 )
prasaringan sederhana
pH (DrajatKeasaman)
_ 7.5 7.5 7.5
6-8,5 Saringansederhana
prasaringansederhana
Cl⁻ Ppm
145.5
170.4 157.95
600
Saringansederhana
prasedimentasi
Sumber ; Hasil Analisis
39
40
Pada tabel 7, dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi 2 (dua) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 5.5 NTU, zat organic rata-rata 11.06, Fe dan Mn rata-
rata 4.729 mg/l, pH (derajat keasaman) rata-rata 7.5 mg/l, Cl¯ rata-rata 157.95
sehingga diperoleh pengolahan pokok yaitu :
a) Koagulasi dan sedimentasi
b) saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a) Screening
b) Prasedimentasi
c) Prasaringan sederhana
Pada tabel 8, halaman 39 dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi 2 (dua) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 8.5 NTU, zat organic rata-rata 21.49, Fe dan Mn rata-
rata 1,9.167 mg/l, pH (derajat keasaman) rata-rata 7.7 mg/l sehingga diperoleh
pengolahan pokok yaitu :
a)Koagulasi dan sedimentasi
b) saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a) Screening
b) Prasedimentasi
c) Prasaringan sederhana
41
Tabel 8, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih dilokasi 3 (Serukang) sebelum di uji
Parameter satuan
Hasil uji laboratorium pergubno.69thn 2010
Pengolahan Pokok Alternatif lain 5 6
Rata –Rata
Kekeruhan NTU
8
9
8.5
15
Koagulasi dan sedimentasi
saringan sederhana
Screening
Prasaringan (< 8 NTU)
Zat Organik Mg/l
21.49
21.49
21.49
(-)
Koagulasi dan sedimentasi
saringan sederhana
Prasedimentasi
Fe &Mn pp 3.76 14.57 9.165 (-) Koagulasi dan sedimentasi (0,3>
1,0 ) prasaringan sederhana
pH (DrajatKeasaman)
_
7.5
7.5
7.5
6-8.5
Saringan sederhana
prasaringan sederhana
Cl⁻ ppm 442 447.3 444.65 (-) Saringan sederhana prasedimentasi
Sumber ;Hasil Analisis
41
42
Dari ketiga hasil penentuan model (dari 3 lokasi sampel air) ditentukanlah
model pengolahan untuk wilayah Kelurahan Tonrokassi sebagai berikut :
1) Pengolahan pokok
(a) Koagulasi dan sedimentasi
(b) saringan sederhana
2) Alternatif lain
(a) Screening
(b) Prasaringan (< 8 NTU)
(c) Prasedimentasi
(d) prasaringan sederhana
43
Tabel 9, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di lokasi 1 (Taipakalongkong) sebelum di uji
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentra
si S.galia
n S.galia
n Rata –Rata
S PC PS
A LS
CS
RSF
SSF
P SC
AC
SCT
SWT
Coliform, MPN Per 100 ml Rata-rata bulanan
0-20
- - -
E
20-100 O O O O E
100-5000 E E E O E
> 5000 E O E E E O
Turbidity, NTU
0-10
7 8 7.5
O
10-200 O E
> 200 O O E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70 - - -
E O O
> 70 O E O
CaCO3, mg/l
> 200 302.30 307.71 305.01 O E E E E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
6.09 7.60 6.84
O O E
0,3-1,0 O E E O
> 1,0 E E E E O O
Chlorida, mg/l
0-250
493.5 326.6 410.05
E E E E O O
200-500 O
>500 E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005
- - -
O O O O
> 0,005
E E O E O
Bahan Kimia Lain
- - - E E E O
O O O O
Sumber : Hasil Analisis
43
44
Pada tabel 9, dari penentuan model prediksi pengolahan air dengan metode
Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil pengolahan dari 2
sampel dilokasi (satu) Taipakalongkong memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 7.5
NTU, CaCOᶾ rata-rata 305.01 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 6.84 mg/l, Chlorida rata-
rata 410.05 mg/l sehingga diperoleh cara pengolahan yang menggunakan tiga
metode yaitu:
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Dengan pengolahan
(a) LS ( lime softening)
(b) CS (coagulasion dan sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khusus
(a) SCT (special chimecal treatment)
(b) SWT (salt water)
45
Tabel 10, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di lokasi 2 (Sulurang) sebelum di uji
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi
S galian
S galian
Rata -Rata
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per 100 ml Rata-rata bulanan
0-20
- - -
E
20-100
O
O O O E
100-5000 E
E E O E
> 5000 E O
E E
E O
Turbidity, NTU
0-10
5 6 5.5
O
10-200 O
E
> 200 O
O
E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70 - - -
E O
O
> 70
O E
O
CaCO3, mg/l > 200 332.33 332.33 332.33
O
E E E
E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
4.81 4.65 4.73
O O
E
0,3-1,0
O
E E O
> 1,0 E E E E O O
Chlorida, mg/l
0-250
145.5 170.4 157.95
E E E E O O
200-500 O
>500 E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005 - - -
O O O O
> 0,005 E E O E O
Bahan Kimia Lain
- - - E E E O
O O O O
Sumber ;Hasil Analisis
45
46
Pada tabel 10, dari penentuan model prediksi pengolahan air minum
dengan metode Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil
pengolahan dari 2 sampel dilokasi 2 (dua) sehingga memiliki tingkat kekeruhan
rata-rata 5,5 NTU, CaCOᶾ rata-rata 332.33 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 4.73 mg/l,
Chlorida rata-rata 157.95 mg/l sehingga diperoleh cara pengolahan yang
menggunakan tiga metode yaitu :
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Dengan pengolahan
(a) LS ( lime softening)
(b) CS (coagulasion dan sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khususyaitu : SCT (special chimecal treatment)
47
Tabel 11, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Minum di lokasi 3 ( Serukang) Sebelum di uji
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra
Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi S
Bor S Bor
Rata –Rata
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per
100 ml Rata-rata bulanan
0-20
- - -
E
20-100
O
O O O E
100-5000 E
E E O E
> 5000 E O
E E
E O
Turbidity, NTU
0-10
8 9 8.5
O
10-200 O
E
> 200 O
O
E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70 - - -
E O
O
> 70
O E
O
CaCO3, mg/l > 200 708.7 316.3 512.51
O
E E E
E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
3.76 14.57 9.167
O O
E
0,3-1,0
O
E E O
> 1,0
E
E
E E O
O
Chlorida, mg/l
0-250
442 447.3 444.65
E
E
E E O
O
200-500
O
>500
E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005 - - -
O O
O O
> 0,005
E E
O E O
Bahan Kimia Lain
- - - E E
E O
O O
O O
Sumber ;Hasil Analisis
47
48
Pada tabel 11, dari penentuan model prediksi pengolahan air minum dengan
metode Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil pengolahan dari
2 sampel dilokasi 3 (tiga) sehingga memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 8.5 NTU,
CaCOᶾ rata-rata 512.51 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 9.167 mg/l, Chlorida rata-rata
444.65 mg/l sehingga diperoleh cara pengolahan yang menggunakan tiga metode
yaitu :
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Dengan pengolahan
(a) LS (lime softening)
(b) CS (coagulasion da sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khusus
(a) SCT (special chimecal treatment)
(b) SWT (salt water)
Dari ketiga hasil penentuan model (dari 3 lokasi sumber air), ditentukanlah
model pengolahan untuk wilayah kelurahan Tonrokassi sebagai berikut :
1) Menggunakan Pra Pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
49
2) Menggunakan pengolahan pokok
(a) LS (lime softening)
(b) CS (coagulasion da sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Menggunakan pengolahan khusus yaitu :SCT (special chimecal treatment)
Berdasarkan analisis kualitas air bersih dan pertimbangan alternati
pengolahan maka dapat dibuat alternatif-alternatif unit pengolahan yang akan
digunakan untuk menyisihkan parameter-parameter yang tidak sesuai dengan baku
mutu.
1) Kekeruhan
Kekeruhan dapat disisihkan menggunakan koagulasi dan sedimentasi
yang dilanjutkan dengan filtrasi menggunakan model saringan, atau menggunakan
saringan sederhana koagulasi dan sedimentasi (>9 NTU) dan dilanjutkan dengan
filtrasi menggunakan Prasaringan Sederhana ( <4 NTU ).
2) Besi
Untuk kandungan besi pengolahan yang dapat diterapkan adalah aerasi,
preklorinasi, koagulasi dan sedimentasi, saringan sederhana atau prasaringan
sederhana
3) Zat Organik
Zat organik dapat diturunkan dengan proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan
dilanjutkan dengan desinfeksi. Bila kandungan zat organik tinggi maka diperlukan
50
adanya preklorinasi. Alternatif lain adalah menggunakan prasedimentasi dilanjutkan
dengan saringan Sederhana atau menggunakan karbon aktif.
Adapun beberapa fungsi dari material yang digunakan adalah
a) Fungsi Kerikil : penyaring kotoran-kotoran kasar
b) Fungsi Arang : penghilang bau
c) Fungsi Pasir halus : pengendap kotoran-kotoran halus yang masih lolos
d) Fungsi Batu koral : memberi celah yang lebih besar sebagai jalan keluarnya air
melalui lubang
e) Fungsi Ijuk : penyaring kotoran-kotoran halus
f) Spon berfungsi sebagai filter untuk menyaring material zat organic
Sehingga diperoleh kriteria model rancangan penyaringan sederhana untuk
pengolahan air yang ditujukan untuk pengamatan diuniversitasmuhammadiyah
Makassar dan kemudian di uji laboratorium kualitas air jurusan perikanan fakultas
ilmu kelautan dan perikanan Universitas Hasanuddin dan dapat dilihat rancangan
sebelum di uji laboratorium seperti gambar berikut.
51
Gambar 6. Model penyaringan yang terpilih
C. Data Pengolahan Laboratorium Setelah Uji Model
Setelah uji model dengan media penyaringan pasir lambat dan batu koral
tersebut dilakukan uji kembali pada laboratorium kualitas air di Universitas
Hasanuddin Fakultas Perikanan dan Kelautan, maka diperoleh data yang sangat
baik setelah dilakukannya penyaringan bisa dilihat pada table berikut
6cm
7cm
6cm
6cm
5cm
10cm
14cm
30cm
56cm
30cm
86cm
1
2
Air Baku
3
Penyaringan
Hasil Air Bersih
Air Baku
Ijuk
Spon
Hasil Air Bersih
Batu Koral
Batu Krikil
Pasir
Arang
Gambar 13. Model penyaringan yang terpilih
20 cm
22 cm
20 cm
52
Tabel 12, Hasil Laboratorium Setelah Uji Model
Parameter
Satua
n
Sampel air Rata rata
Pergubno.69thn 2010
Sumur Galian 1 Sumur Galian 2 Sumur Bor
1 2 3 4 5 6 S. G1 S.g 2 Sb
Fis
ik
a Kekeruhan NTU 4 5 5 4 6 5 4.5 4.5 5.5 5
Warna - - - - - - - - - - -
Kim
ia
Derajat keasamam(Ph)
- 7.5 7 6.8 6.5 7 7 7.3 6.7 7.0 6-8.5
Iron (Fe) Ppm 1.279 0.000 0.078 1.124 0.039 0.349 0.6 0.6 0.2 (-)
Nitrat (NO₃) Ppm 1.306 0.901 2.259 1.718 1.273 1.952 1.1 2.0 1.6 10
Nitrit (NO₂) Ppm 0.005 0.003 0.030 0.122 0.003 Tt 0.004 0.1 Tt 0.06
Sulfat (SO₄) Ppm 3.73 3.74 3.60 3.61 4.39 4.18 3.7 3.6 4.3 400
Kalsium (Ca) Ppm 302.302 294.294 294.294 296.296 198.198 290.290 298.3 295.3 244.2 (-)
Khlorida (Cl) Ppm 28.4 42.6 39.1 39.1 39.1 35.5 35.5 39.1 37.3 600
Dissolved oksigen(DO)
Ppm 2.14 2.05 1.92 1.60 0.32 0.32 2.1 1.8 0.3 6
Biochemical oksigen demand(BOD)
Ppm 2.14 2.05 1.92 1.60 0.32 0.32 2.1 1.8 0.3 32
Chemical oksigen demand (COD)
Ppm 16.51 10.32 10.32 10.32 8.26 12.38 13.4 10.3 10.3 10
Zat organik
(-)**
Sumber ; data hasil lebunhas 2014
Catatan : Sg 1 : Sumur galian 1,
Sb : Sumur Bor,
Sg2 : Sumur galian 2
52
53
Pada tabel 12, menunjukkan hasil dilaboratorium universitas
hasanuddin,pada tabel ini menunjukkan sampel air di tiga lokasi yaitu
Taipakalongkong, Sulurang dan Serukang memiliki parameter standar dibawah
standar kualitas air yang dikeluarkan oleh pemerintah, contoh misalnya nilai
kekeruhan yang sangat tinggi antara (5-4 NTU) sehingga memerlukan pengolahan
agar bisa layak digunakan oleh masyarakat setempat.
Pada tabel 13, halaman 52 dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi 1 (satu) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 4.5 NTU, Fe dan Mn rata-rata 0.640mg/l, pH (derajat
keasaman) rata-rata 7.25 mg/l,Cl¯ rata-rata 35.50 mg/l sehingga diperoleh
pengolahan pokok yaitu :
a)Koagulasi dan sedimentasi
b)saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a) Screening
b) Prasedimentasi
c) Prasaringan sederhana
54
Tabel 13, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 1 ( Taipakalongkong) Setelah di uji model
Parameter
Satuan
Hasil uji laboratorium Pergubno.69thn 2010 Pengolahan Pokok Alternatif lain
1 2 Rata –Rata
Kekeruhan
NTU
4
5
4.5
5
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana
- Screening Prasaringan (< 4
NTU)
Zat organik
Mg/l
Tt
Tt
Tt
Fe
Ppm 1.279
0.000 0.640
0.3
- Koagulasi dan
sedimentasi ( 0,3 – > 1,0 )
prasaringan sederhana
pH (DrajatKeasaman)
_ 7.5 7
7.25 6-8.5
Saringan sederhana prasaringan sederhana
Cl⁻ Ppm
28.4
42.6
35.50
600 Saringan sederhana
Prasedimentasi
Sumber ; Hasil Analisis
54
55
Tabel 14, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 2 ( Sulurang) Setelah di uji model
Parameter
satua
n
Hasil uji laboratorium Pergubno.69thn 2010 Pengolahan Pokok Alternatif lain
3 4 Rata -Rata
Kekeruhan
NTU 5
4 4.5 5
- Koagulasi dan sedimentasi
-saringan sederhana
- Screening
Prasaringan (< 4 NTU)
Zat Organik
Mg/l
Tt Tt Tt
Tt Tt
Fe
ppm 0.08
1.12 0.6
0.3
- Koagulasi dan sedimentasi ( 0,3 – > 1,0 )
prasaringan sederhana
pH (DrajatKeasama
n)
_
7.5 6.5 7
6-8.5
Saringan sederhana prasaringan sederhana
Cl⁻
ppm
39.1
39.1 39.1
600
Saringan sederhana Prasedimentasi
Sumber ; Hasil Analisis
55
56
Pada tabel 14, dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi 2 (dua) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 4.5 NTU, Fe dan Mn rata-rata 0.6 mg/l, pH (derajat
keasaman) rata-rata 7 mg/l,Cl¯ rata-rata 39.1 mg/l sehingga diperoleh pengolahan
pokok yaitu :
a) Koagulasi dan sedimentasi
b)Saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a)Screening
b)Prasedimentasi
c)Prasaringan sederhana
Pada tabel 15, halaman 55, dari penentuan model prediksi pengolahan air
memperlihatkan bahwa hasil pengolahan dari 2 sampel dilokasi 2 (dua) memiliki
tingkat kekeruhan rata-rata 5.5 NTU, Fe dan Mn rata-rata 0.195 mg/l, pH (derajat
keasaman) rata-rata 7 mg/l, Cl¯ rata-rata 37.3 mg/l sehingga diperoleh pengolahan
pokok yaitu
a)Koagulasi dan sedimentasi
b)saringan sederhana
Sedangkan alternative lain yaitu:
a)Screening
b)Prasedimentasi
c)Prasaringan sederhana
57
Tabel 15, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 3 (Serukang) setelah di uji model
Parameter
satua
n
Hasil uji laboratorium Pergubno.69t
hn 2010 Pengolahan Pokok Alternatif lain
5 6 Rata –
Rata
Kekeruhan
NTU 6 5 5.5
5
- Koagulasi dan
sedimentasi
-saringan sederhana
- Screening
Prasaringan (< 5 NTU)
Zat Organik
Mg/l
Tt Tt
tt
- Tt tt
Fe ppm 0.04 0.35` 0.195
0.3
- Koagulasi dan
sedimentasi ( 0,3 – > 1,0
)
prasaringan sederhana
pH
(DrajatKeasama
n)
_
7
7
7
6-8.5 Saringan sederhana prasaringan sederhana
Cl⁻ ppm 39.1 35.5 37.3
600 Saringan sederhana Prasedimentasi
Sumber ;Hasil Analisis
57
58
Dari ketiga hasil penentuan model (dari 3 lokasi sampel air),ditentukanlah
model pengolahan untuk wilayah Kelurahan Tonrokassi sebagai berikut :
1) Pengolahan pokok
(a) Koagulasi dan sedimentasi
(b) Saringan sederhana
2) Alternatif lain
(a) Screening
(b) Prasaringan (< 8 NTU)
(c) Prasedimentasi
(d) prasaringan sederhana
59
Tabel 16, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 1 ( Taipakalongkong) setelah di uji model
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi
sumur 1
Sumur 2
Rata –Rata
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per 100 ml Rata-rata bulanan
0-20
- - -
E
20-100 O O O O E
100-5000 E E E O E
> 5000 E O E E E O
Turbidity, NTU
0-10
4 5 4.5
O
10-200 O E
> 200 O O E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70 - - -
E O O
> 70 O E O
CaCO3, mg/l
> 200 302.30 294.29 298.30 O E E E E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
1.28 0.00 0.64
O O E
0,3-1,0 O E E O
> 1,0 E E E E O O
Chlorida, mg/l
0-250
28.4 42.6 35.5
E E E E O O
200-500 Ο
>500 E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005 - - -
O O O O
> 0,005 E E O E O
Bahan Kimia Lain
- - - E E E O
O O O O
Sumber ;Hasil Analisis
59
60
Pada tabel 16, dari penentuan model prediksi pengolahan air minum
dengan metode Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil
pengolahan dari 2 sampel dilokasi 1 (satu) memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 4.5
NTU, CaCo3 rata-rata 295.30 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 0.64 mg/l, Chlorida rata-
rata 35.5 mg/l sehingga diperoleh cara pengolahan yang menggunakan tiga
metode yaitu :
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Dengan pengolahan
(a) LS (lime softening)
(b) CS (coagulasion dan sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khusus yaitu : SCT (special chimecal treatment)
61
Tabel 17, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 2( Sulurang) setelah di uji model
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter
Konsentrasi
S galian
3
S galian
4
Rata –Rata
S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform, MPN Per 100 ml
Rata-rata bulanan
0-20
- - -
E
20-100 O O O O E
100-5000
E E E O E
> 5000 E O E E E O
Turbidity, NTU
0-10
5 4 4.5
O
10-200 O E
> 200 O O E
Warna, mg/l Pt-Co
20-70 - - -
E O O
> 70 O E O
CaCO3, mg/l
> 200 294.29 296.30 295.30 O E E E E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
0.08 1.12 0.6
O O E
0,3-1,0 O E E O
> 1,0 E E E E O O
Chlorida, mg/l
0-250
39.1 39.1 39.1
E E E E O O
200-500 O
>500 E
Senyawa Phenol, mg/l
0-0,005 - - -
O O O O
> 0,005 E E O E O
Bahan Kimia Lain
- - - E E E O
O O O O
Sumber ;Hasil Analisis
61
62
Pada tabel 17, dari penentuan model prediksi pengolahan air minum dengan
metode Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil pengolahan dari
2 sampel dilokasi 2 (dua),memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 4.5 NTU, CaCo3 rata-
rata 295.30 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 0.6 mg/l, Chlorida rata-rata 39.1 mg/l
sehingga diperoleh cara pengolahan yang menggunakan tiga metode yaitu :
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (Plain settling)
(d) A (Aeraption)
2) Dengan pengolahan
(a) LS ( lime softening)
(b) CS (coagulasion dan sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khusus yaitu : SCT (special chimecal treatment)
63
Tabel 18, Penentuan Model Prediksi Pengolahan Air Bersih di lokasi 3(Serukang) setelah di uji model
Parameter Hasil Uji laboratorium Pra Pengolahan Pengolahan Pengolahan Khusus
Parameter Konsentrasi S Bor
5
S Bor
6
Rata -
Rata S PC PS A LS CS RSF SSF P SC AC SCT SWT
Coliform,
MPN Per 100
ml Rata-rata
bulanan
0-20
- - -
E
20-100
O
O O O E
100-5000 E
E E O E
> 5000 E O
E E
E O
Turbidity,
NTU
0-10
6 5 5.5
O
10-200 O
E
> 200 O
O
E
Warna, mg/l
Pt-Co
20-70 - - -
E O
O
> 70
O E
O
CaCO3, mg/l > 200 198.20 290.29 244.24
O
E E E
E
Fe &Mn,mg/l
< 0,3
0.04 0.35 0.27
O O
E
0,3-1,0
O
E E O
> 1,0
E
E
E E O
O
Chlorida, mg/l
0-250
39.1 35.5 37.3
E
E
E E O
O
200-500
O
>500
E
Senyawa
Phenol, mg/l
0-0,005 - - -
O O
O O
> 0,005
E E
O E O
Bahan Kimia
Lain - - -
E E
E O
O O
O O
Sumber ; Hasil Analisis
63
64
Pada tabel 18, dari penentuan model prediksi pengolahan air minum dengan
metode Babbit yang digunakan memperlihatkan angka bahwa hasil pengolahan dari
2 sampel dilokasi 3 (tiga), memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 5.5 NTU, CaCo3
rata-rata 244.24 mg/l, Fe dan Mn rata-rata 0.27 mg/l, Chlorida rata-rata 37.3 mg/l
sehingga diperoleh cara pengolahan yang menggunakan tiga metode yaitu :
1) Dengan cara pra pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Dengan pengolahan
(a) LS (lime softening)
(b) CS (coagulasion dan sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Dengan cara pengolahan khusus
(a) SCT (special chimecal treatment)
(b) SWT (salt water)
65
Dari ketiga hasil penentuan model (dari 3 lokasi sumber air), ditentukanlah
model pengolahan untuk wilayah kelurahan Tonrokassi sebagai berikut
1) Menggunakan Pra Pengolahan
(a) S (Screening)
(b) PC (Prechorination)
(c) PS (plain settling)
(d) A (Aeration)
2) Menggunakan pengolahan pokok
(a) LS ( lime softening)
(b) CS (coagulasion da sedimentasion)
(c) RSF (raspid sand filter)
(d) SSF (slow sand)
3) Menggunakan pengolahan khusus yaitu : SCT (special chimecal treatment)
66
Tabel 19, penentuan model prediksi pengolahan air minum
Hasil Uji Laboratorium
Rata-Rata Hasil Uji
Laboratorium Standarisasi Mutu Air Keterangan
Sumur
Galian
1
Sumur
Galian
2
Sumur
Bor
Gol
A
Gol
B
Gol
C
Seb
elu
m U
ji
Mo
del
Fis
ik
a Kekeruhan 7.5 5.5 8.5 5* 15* 25* Gol B
Warna - - - - - - -
Kim
ia
Ph 7.75 7.5 7.5 6 - 8.5 6 - 8.5 6 - 8.5 Gol A
Fe 6.84 4.73 9.17 10 10 20 Gol A
Mangan (Mn) Tt Tt Tt 0.4** (─) (─) -
NO₃ 1.10 3.28 1.62 10 10 20 Gol A
NO₂ 0.00 1.76 2.72 0.6 0.6 0.6 Gol A
SO₄ 14.77 36.77 71.07 400 (─) (─) Gol A
Ca 305.01 332.33 512.51 (─) (─) (─) -
Cl 410.05 157.95 444.65 600 (─) (─) Gol A
DO 5.12 5.92 6.08 6 4 3 Gol A
BOD 2.97 4.92 4.28 2 3 6 Gol C
COD 49.54 66.15 81.53 10 25 50 Gol C
Zat Organic 7.90 11.06 18.65 (─)** -
Sesu
dah
U
ji M
od
el
Fis
ik
a Kekeruhan 4.50 4.50 5.50 5* 15* 25* Gol A
Warna - - - - - - -
Kim
ia
Mangan (Mn) tt tt tt 0.4** (─) (─) -
Ph 7.3 6.7 7.0 6 - 8.5 6 - 8.5 6 - 8.5 Gol A
Fe 0.6 0.6 0.2 10 10 20 Gol A
NO₃ 1.1 2.0 1.6 10 10 20 Gol A
NO₂ 0.0 0.1 0.0 0.6 0.6 0.6 Gol A
SO₄ 3.7 3.6 4.3 400 (─) (─) Gol A
Ca 298.3 295.3 244.2 (─) (─) (─) -
Cl 35.5 39.1 37.3 600 (─) (─) Gol A
DO 2.1 1.8 0.3 6 4 3 Gol A
BOD 2.1 1.8 0.3 2 3 6 Gol A
COD 13.4 10.3 10.3 10 25 50 Gol B
Zat Organic 0 0 0 (─)** -
Sumber : Data Laboratorium
Tt adalah tidak terdeteksi
Tanda (-) adalah tidak dipersyaratkan
**Acuan baku mutu : Analisa air minumpermenkesno.492/Menkes/Per/lv/2010
Catatan : Gol A : Diperuntukkan sebagai air minum
Gol B : Diperuntukkan untuk sarana dan prasarana rekreasi dan air baku
Gol C : Diperuntukkan sebagai tambah ikan air tawar, peternakan dan
mengairi tanaman.
67
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa :
1. Pada sumur galian 1 memiliki tingkat kekeruhan sebelum diuji rata-rata 7.5
NTU dan setelah diuji model rata-rata 4.50 NTU.Standar baku mutu kualitas air
permenkes 2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
2. Pada sumur galian 2 memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 5.5 NTU dan setelah
diuji rata-rata 4.50 NTU. Standar baku mutu kualitas air permenkes 2010, air
tersebut termasuk dalam golongan A.
3. Pada sumur bor memiliki tingkat kekeruhan rata-rata 8.5 NTU dan setelah diuji
rata-rata 5.50 NTU. Standar baku mutu kualitas air permenkes 2010, air tersebut
termasuk dalam golongan A.
4. Pada sumur galian 1 memiliki tingkat BOD rata-rata 2.97 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata 2.1 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
5. Pada sumur galian 2 memiliki tingkat BOD rata-rata4.92 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata 1.8 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
6. Pada sumur bor memiliki tingkat BOD rata-rata 4.2 0.3 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata . 8 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
7. Pada sumur galian 1 memiliki tingkat COD rata-rata 49.54 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata 13.4 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
8. Pada sumur galian 2 memiliki tingkat COD rata-rata 66.15 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata 10.3 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan A.
68
9. Pada sumur bor memiliki tingkat COD rata-rata 81.53 ppm dan setelah diuji
model memiliki rata-rata 10.3 ppm. Standar baku mutu kualitas air permenkes
2010, air tersebut termasuk dalam golongan B.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1) Hasil laboratorium menunjukkan bahwa tingkat reduksi logam (Fe) melebihi
batas yang disyaratkan misalnya sebelum diuji memiliki rata-rata 14,574
ppm sedangkan setelah di uji mengalami penurunan menjadi 3,76 ppm
2) Hasil laboratoriun menunjukkan bahwa reduksi senyawa asam melebihi
batas yang disyaratkan antara lain sulfat (SO4) 72,28 ppm menjadi
13,26,ppm, khlorida (Cl¯) 493,5 ppm menjadi 145,5.
3) Hasil laboratorium menunjukkan bahwa reduksi unsure kandungan oksigen
melebihi batas yang disyaratkan antara lain Dissolved Oxigen (DO) 6,72
ppm menjadi 4,16 ppm, Chemical OxigenDemend (COD) 82,56 ppm menjadi
47,47 ppm.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan dalam penelitian ini penulis memberikan
saran-saran untuk penelitian lebih lanjut, yaitu :
1) Pemerintah Kelurahan TonrokassiKecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto perlu melakukan sosialisasi dalam membuat model
penyaaringan air yang sederhana dan murah.
2) Diharapkan adanya perhatian pemerintah untuk mencari solusi untuk
mengadakan sumber air yang lain agar masyarakat tidak bergantung kepada
70
air tanah dangkal (air sumur) misalnya denganbak-bak penampungan air baku
di setiap daerah yang belum terjangkau instalasi PDAM.
3) Untuk penelitian lebih lanjutnya perlu dilakukan pengambilan sampel
dalam waktu yang bersamaan untuk mendapatkan data yang lebih
akurat sehingga dalam tahap penyelesaian penelitian tidak terdapat
kekeliruhan yang akan menjadi masalah nantinya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, pedoman penulisan skripsi, fakultas teknik universitas
muhammadiyah Makassar.
Caronge anshari muhammad, 2013, Pengolahan Laboratorium Kualitas Air,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Departemen Kesehatna R.I., Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktorat
Instansi Kesehatan, Buku Petunjuk Pengambilan Contoh air Pemeriksaan
Kimia Di Lapangan, Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I., Peraturan Menteri Kesehatan R,I,. No.
416/Men.Kes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum, Jakarta, 1990.
Departemen Kesehatan R.I., Peraran Menteri Kesehatan R,I.. No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta,
2010.
Htt:// binaciptasugito, wordpress, com/ 2012/ 01/ 26/ proses-pengolahan air.
Htt://anekatipsmenarik.blogspot.com/2008/02/manfaat-air-putih.html
Htt://www.blackdumai.co.cc/2010/06/1000-penyakit-terobat-dengan-minum-air.html.
Larry W, Center, Environmental Impact Assessment, Mc. Graws Hill Book
Company, P.86-118, 1977.
Soeripto, BE., Metode Pengambilan Contoh air dan Pemeriksaan Kimia Air,
Laboratorium Kesehatan Teknik Yogyakarta.
Sutrisno, Totok dan Eni Suciastuti.2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta :
RINEKA CIPTA.2002.Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta : RINEKA CIPTA.