Skripsi Bahasa Indonesia Guru SD

50
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial, manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak. Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini, siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah, 1996 : 82 ). Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa ” keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak

Transcript of Skripsi Bahasa Indonesia Guru SD

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk

sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan

berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial,

manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa

yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang

diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan

perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak.

Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak

merupakan keterampilan yang paling penting diantara

keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini,

siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping

tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah,

1996 : 82 ).

Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa ”

keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang

kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang

baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak

2

akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang

diberikan atau diterima tidak dimengerti ”.

Dan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan kepada

siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa

dapat memperoleh informasi dari bahan simakan. Namun

dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau

kendala dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada

umumnya. Seperti kenyataan yang dihadapi bahwasanya

kemampuan siswa dalam menyimak, khususnya mengungkapkan

kembali isi berita sangat kurang.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak

khususnya mengungkapkan kembali isi cerita, tentu saja

menjadi persoalan bagi peneliti. Karena disamping harapan

kurikulum tidak terpenuhi, juga sangat berpengaruh pada

penentuan nilai akhir pada mata pelajaran bahasa

Indonesia.

Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan

menyimak diduga berasal dari faktor siswa dan guru. Dari

siswa, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mereka

tidak memeiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali

isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang,

kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran

3

menyimak. Sedangkan dari faktor guru sebagai akibat dari

belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan.

Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, peneliti hanya

menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran

mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran

menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam

menerima pelajaran menyimak.

Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa

mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran

menyimak, maka perlu mencari upaya pemecahanya. Dalam

penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba

menggunakan media audio berupa tape recorder. Alasan

peneliti menggunakan media audio ini dengan pertimbangan

media mudah diperoleh dan dapat menunjang peneliti dalam

pengajaran menyimak.

Harapan peneliti dalam penelitian tindakan dengan

mengunakan media audio (tape recorder), kemampuan

mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran

menyimak dapat meningkat. Untuk menguji efektivitas media

audio, khususnya tape-recorder ini, maka peneliti akan

mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan

formulasi judul yaitu;:”Meningkatkan Kemampuan Menyimak

4

Siswa Kelas VI Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-

Recorder)”

Gambar 1.1 Tape Recorder

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang , maka masalah penelitian

yang akan ditindaki adalah apakah kemampuan menyimak

siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan media audio

(Tape Recorder)

C. Cara Memecahkan Masalah

Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk

meningkatkan kemampuan menyimak siswa, yakni dengan

mengunakan media audio (tape recorder) untuk

memperdengarkan cerita dongeng yang berjudul “ Jumpa

Artis Cilik” melalui langkah berikut:

5

a. Siswa menyimak cerita;

b. Siswa menjawab pertanyaan bahan simakan

c. Siswa menentukan ide pokok;

d. Siswa menceritakan kembali;

e. Siswa menyimpulkan isi cerita.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah ”Ingin mengetahui

sejauhmana kemampuan menyimak siswa dapat ditingkatkan

melalui penggunaan media audio (Tape Recorder)..

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat bagi

siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat tersebut sebagai

berikut :

Bagi Siswa

Penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi

siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi

cerita.

6

Bagi Guru

Manfaat penelitian tindakan ini bagi guru adalah :

Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

mengunakan media pengajaran. Dengan dilaksanakan

penelitian tindakan kelas ini, guru bahasa Indonesia

dapat menguasai model pembelajaran menyimak dengan

menggunakan media pengajaran berupa media audio (tape

recorder).

Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang

sangat bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitasnya

sebagai guru dan juga demi perbaikan pembelajaran serta

karirnya di masa yang akan datang.

Bagi Sekolah

Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang

berharga bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran menyimak pada khususnya, dan pembelajaran

bahasa Indonesia pada umumnya.

7

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Kajian Teoretis

A. Pengertian Menyimak

Kegiatan menyimak tidak bisa dilepaskan dengan

kegiatan berbicara sebagai suatu jalinan komunikasi. Pada

dasarnya, komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan

tulis. Komunikasi lisan mencakup aktivitas menyimak dan

berbicara, sementara komunikasi tulis mencakup kegiatan

membaca dan menulis.

Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara mendengar

dan menyimak. `Mendengar` berarti sesuatu yang dilakukan

dengan tidak sengaja. Hal ini berbeda dengar

`mendengarkan` yang sudah mengarah pada usaha yang

sungguh-sungguh dengan memperhatikan baik-baik apa yang

didengar. Dalam `mendengarkan`, faktor kesengajaan dan

perhatian merupakan faktor penting (kamidjan, dalam

Ardiana, 2002 : 6). Sementara itu, menyimak adalah

menangkap pesan dan memahami pesan tersebut dengan

sebaik-baiknya. Jadi, menyimak merupakan penerimaan

pesan, gagasan, perasaan, dan pikiran sesorang. Tanggapan

atas menyimak merupakan respon terhadap pembicara. Jika

8

hal itu terjadi, berarti telah terjalin komunikasi antara

pembicara dan penyimak.

Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan bahwa `mendengar`

merupakan kegiatan pasif, sedangkan `mendengarkan` dan

`menyimak` merupakan kegiatan aktif yang melibatkan

unsur-unsur kejiwaan. Jika ditinjau dari segi tingkat

pemaknaan, `mendengarkan` lebih tinggi dari pada

`mendengar`, sedangkan `menyimak` lebih tinggi dari pada

`mendengarkan`.

Lebih lanjut, Kamidjan dalam Ardiana (2001: 4)

menjelaskan bahwa menyimak ialah suatu proses

mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-

sungguh, penuh, perhatian, pemahaman, apresiasif yang

dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang

disampaikan secara nonverbal.

Akan tetapi, patut diperhatikan pula bahwa kegiatan

menyimak yang dimaksudkan diatas merupakan kegiatan

menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan

menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan

menyimak lisan, bukan tulis. Dalam kegiatan menyimak

(lisan) ini, selain aspek-aspek suprasegmental, seperi :

(1) tekanan atau keras lembutnya suara, (2) jeda atau

panjang pendeknya suara, (3) nada atau tinggi rendahnya

9

suara, (4) intonasi atau naik turunnya suara, dan (5)

ritme atau irama dalam suara (sabarati, 1992: 147). Hal

ini perlu diperhatikan karena keterampilan menyimak

merupakn keterampilan menangkan pesan dan memahami pesan

tersebut dengan sebaik-baiknya, baik pesan yang tersirat

maupun pesan yang tersurat yang terkandung dalam bunyi

bahasa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa menyimak merupakan penerimaan pesan

gagasan, perasaan, dan fikiran sesoorang. Tanggapan atas

penyimak lisan merupakan respon terhadap pembicaraan.

Jika hal itu terjadi, berarti terjadi komunikasi antara

dan penyimak.

B. Tujuan Menyimak

Salah satu aktivitas penyimak ialah pesan yang

disampaikan sumber pembicara. Pemahaman yang dilakukan

penyimak meliputi dua aspek, yaitu (a) pemahaman pesan

dan tanggapan pembicara, (b) tanggapan pemyimak terhadap

pesan sesuai dengan kehendak pembicara (Depdikbud,1985 :

21 – 24 ).

Berdasarkan aspek tersebut dapat dirinci lebih jauh

tentang tujuan menyimak, antara lain :

10

a. Menyimak untuk mendapatkan fakta

b. Menyimak untuk menganalisis fakta

c. Menyimak untuk mengevaluasi fakta

d. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi

e. Menyimak untuk mendapatkan hiburan, dan

f. Menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara.

Berikut ini peneliti akan menguraikan dari masing-masing

itu.

a. Menyimak untuk mendapatkan fakta

Untuk mendapatkan fakta, kita dapat melakukan dengan

berbagai cara,. Salah satu cara ialah dengan menyimak.

Sarana yang diperguanakan dalam menyimak untuk

mendapatkan fakta di antaranya dapat dilakukan melalui

audio, radio, televisi, tape recorder dan pertemuan

secara nasional untuk mendapatkan informasi pertanian.

b. Menyimak untuk menganalisis fakta

Yang dimaksud dengan menganalisis fakta ialah

menguraiakan fakta atas unsur-unsur pemahaman secara

menyeluruh. Tujuan utama analisa fakta ialah untuk

memahami makna dari segi yang paling kecil. Dengan

11

demikian, kita sebagai penyimak daoat memahami setiap

aspek fakta, sehingga fakta tersebut dapat dipahami

dengan baik.

Pemahaman makna fakta dilakukan dengan secermat-

cermatnya melalui makna setiap kata frase, kalimat dan

wacana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan

dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai penyimak,

harus menyadari bahwa tidaklah mungkin akan menganalisis

semua fakta yang terhadap oleh indera pendengar dan yang

masuk dalam otak manusia.

c. Menyimak untuk mengevaluasi fakta

Evaluasi fakta dapat dilakukan dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan berikut : (a) Bernilaikah fakta-

fakta itu?, (b) salahkah fakta-fakta itu?, (c) Adakah

fakta-fakta tersebut dengan pengetahuan dan pengalaman

penyimak?

Jika fakta-fakta yang diterima oleh penyimak

dirasakan bernilai, akurat dan relevansinya dengan

pengetahuan dan pengalaman penyimak, fakta-fakta tersebut

dapat diguakan untuk menambah pengetahuan. Jika fakta-

12

fakta itu tidak sesuai, fakta-fakta tersebut perlu kita

tolak atau hilangkan. Jadi fungsi utama penyimak

mengevaluasi fakta adalah untuk memutuskan apakah fakta-

fakta tersebut akan diterima atau ditolaknya.

d. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi

Istilah inspirasi sering digunakan sebagai alasan

seorang untuk melakukan kegiatan menyimak. Inspirasi

biasanya dapat diperoleh melalui kegiatan menyimak

ceramah, televisi, pertemuan-pertemuan ilmiah, pertemuan

seni, diskusi, debat dan sebagainya

Seorang pembicara yang inspiratif ialah pembicara

yang selalu berusaha mendorong, memotivasi, menyentuh

emosi, memberikan semangat dan membangkitkan kegairahan

penyimak untuk mendapatkan inspirasi. Pada akhirnya,

penyimak tergugah emosinya terhadap hal-hal yang

disampaikan pembicara.

e. Menyimak untuk mendapatkan hiburan

Hiburan dapat diperoleh melalui menyimak, seperti

menyimak lagu-lagu dari radio, televisi, rekaman tape

recorder, rekaman Video Compact Disk (VCD), atau dapat

juga melalui menyimak ceramah atau pidato.

13

Radio merupakan hiburan yang paling murah bagi

sebagian masyarakat Indonesia. Selain radio, sarana

hiburan yang lain ialah tape recorder dan televisi.

Kehebatan sarana hiburan tape-recorder ialah dapat

menyajikan suara yang bisa disimak. Selain itu kita

memilih materi/bahan simakan kepada siswa berupa berita-

berita ataupun informasi lainnya yang kita rekam dari RRI

atau televisi. Selanjutnya, kehebatan sarana hiburan

televisi ialah selain menyajikan suara yang bisa disimak,

sarana itu juga menyajikan gambar karena televisi

merupakan gabungan antara audio dan audio visual.

f. Menyimak untuk memperbaki kemampuan bicara

Kosakata hasil simakan seseorang akan berpengaruh

terhadap kemampuan berbicaranya. Semakin banyak kosakata

yang kita kuasai melalui menyimak, akan semakin tinggi

pula kemampuan kita berbicara.

Berkaitan dengan tujuan menyimak untuk memperbaiki

kemampuan berbicara, seorang pembicara diharapkan dapat :

1. Mengorganisasikan bahan pembicara

2. Menyampaikan bahan

3. Memikat perhatian penyimak

14

4. Mengarahkan

5. Mengunakan alat-alat bantu, seperti mik, alat

peraga, dan sebagainya

6. Memulai dan mengakhiri pembicaraan (Sutari dkk,

1998: 27)

Dalam hal ini, penyimak yang bertujuan memperbaiki

keterampilan berbicaranya diharapkan dapat memahami

keenam komponen itu pada saat menyimak.

C. Jenis-jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (1983 : 22) membagi

jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu (1) menyimak

ekstensif dan (2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak

itu sangat berbeda. Perbedaan itu tampak dalam cara

melakukan kegiatan menyimak.

Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh

masyarakat secara umum, misalnya, orang tua dan anak-anak

menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita

radio dan sebagainya.

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang

dlakkan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat

konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang

15

dikehendak. Dengan kata lain, menyimak intensif lebih

menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya,

dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya

menuntut agar siswa memahami penjelasannya. Selanjutnya

untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang

berkaitan dengan menyimak intensif, yaitu :

a. Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman.

b. Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi

pikiran dan perasaan yang tinggi

c. Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa

formal, dan

d. Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang

simak

D. Unsur-unsur Dasar Menyimak

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup

kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur

yang mendukung. Yang dimaksud dengan unsur dasar ialah

unsur pokok yang menyebabkan terjadinya komunikasi dalam

menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dari unsur yang lain.

16

Unsur-unsur dasar menyimak ialah ; (1) pembicara,

(2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahan lisan yang

digunakan.

1. Pembicara

Yang dimaksud dengan pembicara ialah orang yang

menyampaikan pesan berupa informasi yang dibutuhkan oleh

penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara adalah nara

sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang

yang menerima pesan (penyimak).

Dengan aktivitasnya, seorang penyimak sering

melakukan kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal

penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan

tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan

pembicara kepada penyimak.

2. Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika

penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak

dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan

baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang

dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.

Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan

17

pembicara secara tepat. Hal tersebut akan lebih sempurna

jika ia di tinjau oleh pengetahuan dan pengalamannya.

3. Bahan Simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam

komunikasi lisan , terutama dalam menyimak. Yang dimaksud

dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan

pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa

konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak

dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu

dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya

kegagalan dalam komunikasi.

4. Bahasa Lisan yang Digunakan

Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai

untuk menyimak pembicara menyampaikan gagasan dengan

bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang

disampaikan pembicara dan ditangkap penyimak melalui alat

pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat

memilih kata-kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat

untuk mewadahi gagasan, agar ia dapat menyampaikan

gagasan.

E. Faktor – Faktor Menyimak

18

Martini (2005), menyatakan bahwa Menyimak merupakan

salah satu keterampilan berbahasa diantara empat

keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan

berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam

pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para

siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata

penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu

informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus

dikembangkan.

Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari

siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan.

Menurut pendapat Tarigan (1994:27), ”Pada kegiatan

mendengar mungkin sipendengar tidak memhami apa yang

didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah unsur

kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena

itu belum menjadi tujuan”. Kegiatan menyimak mencakup

mendengar, mendengarkan dan disertai usaha memahami bahan

simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada

unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang

merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak.

Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa

menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.

19

Menurut pendapat Rose (1991:108) bahwa faktor –

faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam

kelas adalah siswa menuliskan butur – butir penting bahan

simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.

Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen /

faktor – faktor dalam menyimak adalah sebagai berikut :

1. Membedakan antar bunyi fonemis

2. Mengingat kembali kata-kata

3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.

4. Mengidentifikasi bagian – bagain pragmatik,

ekspresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi

sebagai unit sementara mencari arti / makna.

5. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda –

tanda para linguistik (intonasi) dan non linguistik

(situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun

makna, menggunakan pengetahuan awal )yang kita tahu

tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap

dikatakan untuk meperkirakan dan kemudian

menjelaskan makna.

Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting.

20

Menurut pendapat Michael (1991:108) faktor – faktor

yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas

adalah siswa menuliskan butir – butir penting dalam

simakan terutama yang berhubungan dengan simakan. Untuk

dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru

perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak

pun tidak asal mendapatkan materi saja, tetapi ada

beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan

materi ini diantaranya : 1. Sasaran kegiatan, 2. Sasaran

kompetensi siswa, 3. Metode pembelajaran dan 4. faktor

keberhasilan menyimak.

2. Pengertian Media

Kata `media` berasal dari bahasa latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata `medium` yang secara harfiah

berarti `perantara atau pengantar`. Dengan demikian,

media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau

penyalur pesan. Menurut Djamarah dkk (1995 : 136), media

adalah sumber belajar, maka secara luas media juga dapat

diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan.

Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media

mempunyai arti cukup penting, karena dalam kegiatan

21

tersebut, ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat

dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.

Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik

dapat disederhanakan dengan bantuan media. Namun perlu

diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila

penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan

pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan

pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk

menggunakan media. Manakalah diabaikan, maka media bukan

lagi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara

efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus seselektif

mungkin memilih media pengajaran yang sesuai dengan bahan

ajar.

3. Prinsip Pemilihan Media Pengajaran

Sudirman (dalam Djamarah dkk, 1995 : 143) mengemukakan

beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang

dibaginya kedalam tiga kategori sebagai berikut :

A. Tujuan Pemilihan

Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan

maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan

media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk

informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan

22

saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah

untuk pengajaran kelompok atau pengajaran imdividual,

apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP,

SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah

masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan

dengan kemampuan berbagai media.

Berdasarkan prinsip pertama dari pemilihan media

pengajaran, yakni tujuan pemilihan media pengajaran,

peneliti memilih media audio berupa tape-recorder untuk

meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SDN Bongkok

mengungkapkan kembali isi cerita. Media tersebut dipilih

oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa media ini mudah

diperoleh dan sangat tepat digunakan dalam pembelajaran

menyimak.

B. Karakteristik Media Pengajaran

Setiap media mempunyai karateristik tertentu, baik

dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun

cara penggunaanya. Memahami karakteristik berbagai media

pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki

guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media

pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada

guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran

secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami

23

karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada

kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.

C. Alternatif Pilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat

keputusan dari berbagai alternativ pilihan. Guru bisa

menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila

terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan.

Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu,

maka guru tidak bisa memilih tetapi mengunakan apa

adanya.

Sudjana (1991 : 104 ) mengemukakan prinsip-prinsip

pemilihan dan penggunaan media sebagai berikut :

Menentukan Jenis media dengan alat tepat; artinya

sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang

sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan di

ajarkan.

Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat;

artinya, perlu diperlukan apakah penggunaan media itu

sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak didik.

Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik metode

penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan

dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.

24

Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu,

tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam

situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu

tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar

terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu

dengan media pengajaran.

D. Jenis-jenis Media Pengajaran

Khususnya untuk pengajaran bahasa, subyakto (1992:

206) mengatakan bahwa ”Media dalam pengajaran bahasa

ialah segala alat yang dapat digunakan oleh guru dan

pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah

ditentukan.” Alat atau media ini dapat terdiri dari yang

komersial (diperjualbelikan) atau yang dapat dibuat

sendiri. Media juga dapat dibagi menjadi media yang

didengar atau audio (auditory), media yang dilihat

(visual), dan media yang didengarkan dan dilihat (audio-

visual).

Sudirman, dkk. (1992: 206-207) menguraikan lebih jelas

media auditf, media visual, dan media audiovisual sebagai

berikut :

25

Media auditif/audio, yaitu media yang hanya

mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape-

recorder/casette recorder, piringan audio. Media ini

tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan

dalam pendengaran.

Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan

indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan

gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides

(film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.

Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar. Jenis media ini seperti film

bingkai suara (sound slide) film rangkai suara, cetak

suara, film suara dan videocassette.

Selanjutnya, Erdmenger (dalam Subyakto, 1993: 206)

memberikan beberapa sudut pandang untuk memeriksa atau

menggambarkan alat/media pengajaran bahasa, yakni :

Ciri informasi yang disampaikan melalui alat (yakni

informasi linguistik dan non-linguistik);

Jalur informasi (auditorym, visual, audio-visual);

Fase-fase dalam proses pembelajaran dan testing (apakah

fase-fase digunakan untuk penyajian, pengulangan,

pemanfaatan materi, atau testing)

26

Fungsi didaktis (pendidikan), yakni apakah alat itu

dipakai untuk memberi motivasi kepada pelajar,

menyampaikan pesan, atau mendorong penggunaan bahasa

dengan bebas.

Kemungkinan-kemungkinan untuk membantu, melengkapi, atau

menggantikan guru. Penggunaan alat oleh individu-individu

atau lebih orang kelompok-kelompok.

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti ingin menggunakan media

auditif, yaitu tape-recorder untuk meningkatkan kemampuan

siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi

cerita dalam pengajaran menyimak.

Tape Recorder sebagai Salah Satu Media audio yang

dapat di gunakan dalam Pembelajaran Mengungkapkan Kembali

Isi Cerita pada Pengajaran Menyimak.

Keterampilan menyimak merupakan salah satu

keterampilan berbahasa Indonesia yang terkait dengan

keterampilan berbicara, guru perlu melatih kemampuan

siswa dengan berbagai peristiwa komunikasi, menyimak

cerita, berita, dan dialog melalui berbagi media, baik

visual, audio atau audio-visual.

27

Tape-recorder merupakan salah satu media audio yang

dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak.

Cerita, fragmen, drama ataupun berita dapat

diperdengarkan dengan menggunakan jenis media ini. Untuk

memilih bahan simakan berupa isi berita dalam pelajaran

menyimak, guru dapat menyelesaikan materi yang diberikan

dengan tingkat kemampuan penyimak (siswa) yang diajarkan.

Dengan kata lain, cerita yang disajikan kepada siswa SD

berbeda dengan siswa SLTP. Materi-materi berupa cerita

yang diberikan kepada siswa terlebih dahulu direkam oleh

guru.

Selanjutnya, dalam proses kegiatan pembelajaran

keterampilan menyimak, media audio berupa tape-recorder

sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

menyimak siswa. Karena melalui media ini, guru dapat

merekam cerita-cerita yang diperoleh berupa masalah-

masalah ekonomi, sosial, olah raga, budaya, pendidikan,

moral, agama, yang selanjutnya dapat disajikan kepada

siswa. Dalam kegiatan ini, siswa diminta untuk

mendengarkan informasi penting yang diperolehdari bahan

simakan. Hal ini sepadan dengan apa yang dikatakan oleh

Ardian, dkk (2002: 24), di mana mereka mengatakan bahwa

cerita-cerita yang diperdengarkan kepada siswa dapat

bersumber dari surat kabar, radio, dan televisi.

28

Setelah guru memperdengarkan bahan simakan berupa isi

cerita beberapa kali, selanjutnya guru meminta siswa

untuk mengungkapkan kembali isi cerita yang didengarkan

dengan kata-kata sendiri baik secara lisan maupun

tertulis.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik maka hipotesis

penelitian tindakan ini dapat dirumuskan yakni ;

”Jika menggunakan media audio (tape-recorder), maka

kemampuan menyimak siswa dalam mengungkapkan kembali isi

cerita akan meningkat”.

Indikator Kerja

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitiian

adalah apabila kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita

dalam pengajaran menyimak siswa kelas VI SDN Bongkok rata

– rata mencapai angka 85 atau mencapai 85% secara

klasikal dan hasil belajar siswa secara individual

mencapai nilai 7,5 atau 75% ke atas.

29

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

A. Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara

kolaboratif dengan guru kelas VI. Fokus penelitian adalah

siswa kelas VI SDN Bongkok dengan jumlah siswa 18 orang

terdiri dari 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.

30

Siswa kelas VI dijadikan sebagai fokus penelitian

karena kemampuan mereka dalam mengungkapkan cerita

tergolong rendah. Pekerjaan mereka sebagian besar adalah

petani. Hal ini dibuktikan hampir semua siswa menerima

Beasiswa Keluarga Miskin (BKM).

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SDN Bongkok merupakan salah satu sekolah sekian

banyak Sekolah Dasar di Kabupaten Sumedang. SDN Bongkok

jaraknya dari pusat kota Sumedang + 13 km . Tempat

dibangunnya sekolah tersebut, yaitu Desa Bongkok. Alat

tranportasi yang digunakan menuju kelokasi tersebut

adalah mobil dan motor. Lokasi sekolah ini sangat

strategi karena cukup jauh dari pusat kota, dan

memungkinkan terciptanya kondisi belajar mengajar yang

kondusif serta mudah di jangkau oleh siswa dan guru.

SDN Bongkok terdiri dari beberapa ruang, yakni 1 (satu)

ruang dewan guru, 1 (satu) ruang perpustakaan, dan 7

31

(tujuh) ruang belajar. Ruangan belajar terdiri dari 1

ruang kelas 1, 1 ruang kelas II, 2 ruang kelas III, 1

ruang kelas IV, 1 ruang kelas V, dan 1 ruang kelas VI.

Fasilitas ruang SDN Bongkok sudah memadai bagi siswa dan

guru. Ruang dewan guru yang tersedia dapat menampung 6

orang guru kelas dan 4 guru honor. Sedangkan ruang kelas

dapat menampung siswa sampai 35 orang perkelas.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan

dalam 2 (dua) siklus, dengan prosedur-prosedur, yakni :

(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi,

( 4) refleksi dalam setiap siklus. Untuk lebih jelasnya,

prosedur penelitian tindakan kelas untuk pelaksanaan

siklus pertama dapat diuraikan pada tahap-tahap sebagai

berikut.

A. Tahap Persiapan

32

Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama tahap

perencanaan ini diuraikan sebagai berikut.

a. Menghubungi Kepala Sekolah untuk memperoleh

izin melaksanakan kegiatan penelitian.

b. Mendiskusikan kegiatan penelitian yang akan

dilaksanakan bersama guru mitra dan Kepala

Sekolah.

c. Melakukan observasi untuk melihat bagaimana

kondisi pembelajaran yang dilaksanakan peneliti

serta bagaimana keadaan siswa dikelas ketika

media audio (tape-recorder) digunakan dalam

pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita.

d. Merancang alat evaluasi unutuk melihat apakah

kemampuan siswa kelas VI SDN Bongkok Tahun

Pelajaran 2013/2014 mengungkapkan kembali isi

cerita. Alat evaluasi yang digunakan dalam

tindakan ini berupa test mengungkapkan kembalim

33

isi cerita. Alat evaluasi ini diberikan setelah

siswa mendengar cerita melalui tape-recorder.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan.

Sebagaimana tealah dikemukakan sebelumnya bahwa

dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan dua siklus

dalam tahapan-tahapan sesuai dengan skenario pembelajaran

sebagai berikut.

a. Peneliti menyediakan kaset yang berisi materi

yang telah direkam serta media tape-recorder.

b. Peneliti memutar isi cerita yang ada pada kaset

melalui tape-recorder sebanyak 3 kali.

c. Peneliti mengundang siswa satu persatu untuk

mengungkapkan isi cerita menjawab pertanyaan

menungkapkan ide pokok, dan memberi simpulan

tersebut secara lisan.

C. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

34

1. Tahap Pemantauan

Pada tahap ini dilaksanakan proses pelaksanaan

pemantauan (observasi) dilaksanakan oleh guru kelas VI

(guru mitra) dengan melihat perangkat pembelajaran yang

digunakan oleh peneliti dan pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar.

2. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilaksanakan setelah proses belajar

mengajar (pemberian materi berupa cerita melalui tape-

recorde). Dalam tahap ini, siswa diberikan kesempatan

mengungkapkan kembali isi cerita secara lisan.

3.2.4. Tahap Analisis dan Refleksi

1. Tahap Analisis

Data yang terkumpul dari hasil penelitian selanjutnya

dianalisis. Dengan kata lain pada tahap ini, peneliti

menganalisis siswa dalam mengungkapkan kembali isi

35

cerita. Aspek-aspek yang dianalisis meliputi ketepatan

menjawab pertanyaan, menemukan ide pokok, menceritakan

kembali dan menyimpulkan isi cerita. Hasil analisis

tersebut diceklis dan diberikan skor 0 sampai 100%.

2. Tahap Refleksi

Refleksi dalam penelitian ini dilaksanakan pada setiap

akhir siklus oleh peneliti dan guru kelas VI. Refleksi

ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil

yang dicapai pada siklus sebelumnya.

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian mendeskripsikan hal – hal yang akan di

analisis pada siklus I, tentang ; bagaimana kemampuan

menyimak siswa melalui penggunaan media audio dalam hal,

menjawab pertanyaan, mengemukakan ide pokok,

menceriterakan kembali serta memberi simpulan. Hal – hal

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ;

37

A. Hasil pengamatan siklus I

Data tentang hasil pengamatan pada siklus I dapat

digambarkan sebagai berikut ;

Dari 18 orang siswa yang dapat menjawab semua

pertanyaan sebanyak 1 orang (5.5 %), dari 18 siswa yang

dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 3 orang (16.67 %),

dari 18 siswa yang dapat menjawab 3 pertanyaan sebanyak 3

orang (16.67 %), dari 18 siswa yang dapat menjawab 2

pertanyaan sebanyak 6 orang (33.3 %), dari 18 siswa yang

dapat menjawab 1 pertanyaan sebanyak 3 orang (16.67 %),

dari 18 siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan

sebanyak 2 orang (11.1 %).

Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide

pokok sebanyak 6 orang (33.3 %), dari 18 siswa yang tepat

dalam menemukan ide pokok sebanyak 9 orang (50 %), dan

dari 18 siswa yang tidak tepat menemukan ide pokok

sebanyak 3 orang (16.67 %).

38

Dari 18 orang yang sangat baik dalam menceritakan

kembali sebanyak 4 orang (22.22 %), dari 18 siswa yang

baik dalam menceritakan kembali sebanyak 7 orang (38.89

%), dari 18 siswa yang cukup dalam menceritakan kembali

sebanyak 7 orang (38.89 %).

Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan

isi cerita sebanyak 2 orang ( 11.11%), dari 18 siswa yang

tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 7 orang

(38.89 %), dan dari 18 siswa yang tidak tepat dalam

menyimpulkan isi cerita sebanyak 9 orang (50%).

Memperhatikan hasil pengamatan pada siklus I

nampaknya belum memperoleh hasil yang diharapkan. Oleh

karena itu hasil pengamatan dilanjutkan ke siklus

berikutnya. Adapun hal – hal yang perlu ditindaki

adalah ;

Menjawab pertanyaan ; soal nomor 2, 3, 4, 5

Menentukan ide pokok

39

Membuat simpulan

B. Hasil pengamatan siklus II

Analisis Tabel Hasil Pengamatan Pada Siklus II

Data tentang hasil pengamatan pada siklus II dapat

digambarkan sebagai berikut :

Dari 18 orang siswa yang dapat menjawab semua

pertanyaan sebanyak 9 orang (50 %), dari 18 siswa yang

dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 7 orang (38.89 %),

dan dari 18 siswa yang dapat menjawab 3 pertanyaan

sebanyak 2 orang (11.11 %).

Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide

pokok sebanyak 10 orang (55.55 %), dari 18 siswa yang

tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 7 orang (38,89

%), dan dari 18 siswa yang tidak tepat menemukan ide

pokok sebanyak 1 orang (5.5 %).

40

Dari 18 orang yang sangat baik dalam menceritakan

kembali sebanyak 12 orang (66.67 %), dari 18 siswa yang

baik dalam menceritakan kembali sebanyak 4 orang (22.22

%), dari 18 siswa yang cukup dalam menceritakan kembali

sebanyak 2 orang (11.11 %).

Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan

isi cerita sebanyak 13 orang (72.22 %), dari 18 siswa

yang tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 3 orang

(16.67 %), dan dari 18 siswa yang tidak tepat dalam

menyimpulkan isi cerita sebanyak 2 orang (11.11 %).

Berdasarkan tabel di atas maka dikatakan bahwa

kegiatan belajar pada siklus II telah memenuhi

ketuntasan. Hal ini dibuktikan dari 4 aspek yang diamati

sudah memperoleh nilai di atas 75 %.

Dengan memperhatikan data hasil pengamatan pada

siklus I dan data hasil pengamatan pada siklus II

disimpulkan bahwa tape-recorder sebagai media audio dapat

41

meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas VI SDN

Bongkok mengungkapkan kembali isi cerita.

2. Pembahasan

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa

yang harus dikembangkan oleh guru kepada siswa.

Keterampilan ini sangat erat kaitannya dengan

keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya seperti

keterampilan berbicara dan membaca. Salah satu contoh

pengajaran keterampilan menyimak dipadukan dengan

keterampilan berbicara, yakni mengungkapkan kembali isi

cerita.

Pada tahap awal tindakan peneliti mengalami berbagai

kesulitan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam

mengungkapkan kembali isi cerita. Hal ini disebabkan

siswa belum mengungkapkan kembali isi cerita yang

disimaknya, sehingga dalam proses pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar, peneliti, banyak melakukan intervensi.

42

Pada saat diberikan kesempatan untuk mengungkapkan

kembali isi cerita sebagian siswa belum mampu.

Untuk mengatasi masalah ini ditempuh hal-hal berikut ;

1. Memperbaiki aspek-aspek yang berhubung dengan

perangkat pembelajaran.

2. Memberikan motivasi kepada siswa sehingga mereka

dapat mengungkapkan kembali isi cerita dengan baik

dan lancar.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar

mengajar yang mantap.

Langkah-langkah ini diupayakan semaksimal mungkin agar

dapat mengatasi kelemahan-kelemahan sebelumnya sehingga

realisasinya akan nampak pada siklus berikutnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan ,pada

hasil siklus II menunjukan adanya perubahan, yaitu

peningkatan kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi

43

cerita serta pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

semakin efektif. Hal ini terlihat pada tabel data yang

menunjukan bahwa siswa dapat mengungkapkan kembali isi

cerita dengan baik, artinya 18 orang yang dikenai

tindakan sebanyak 14 siswa (77.78 %), yang memperoleh

nilai 6,5 ke atas, serhingga telah memperoleh hasil yang

diharapkan.

Memperhatikan data tentang hasil belajar siswa pada

siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas ini perlu dilaksanakan, sebab penelitian

ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses

belajar mengajar, khususnya pada keterampilan menyimak.

Hal ini dilihat dari hasil pelaksanaan siklus II, umumnya

siswa sudah mampu menungkapkan kembali hasil simakannya

melalui tape-recorder.

44

BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab

sebelumnya maka peneliti dapat menarik simpulan sebagai

berikut :

Kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi cerita pada

siklus I sebesar (63,39 %) dengan nilai rata-rata 6,34.

Sedangkan pada siklus II kemampuan siswa mengungkapkan

isi cerita meningkat menjadi (91,96 %) dengan nilai rata-

rata sebesar 9,19.

Melalui penggunaan tape-recorder, kemampuan menyimak

siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi

cerita dapat ditingkatkan dan dioptimalkan.

2. Saran

Dari hasil simpulan , peneliti dapat memberikan

beberapa saran berikut :

45

Dalam pembelajaran menyimak, hendaknya guru dapat

mengintegrasikan atau dipadukan dengan keterampilan-

keterampilan lain seperti keterampilan berbicara dan

keterampilan membaca.

Penelitian ini baru sekitar penggunaan audio tape

rekorder untuk meningkatkan kemampuan menyimak, untuk itu

peneliti lain dapat meninjaunya dari segi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2002. Menyimak. Jakarta : Depdikbud

Ardiana, Leo Idra, dkk. 2002. Pelatihan Terintegrasi BerbasisKompotensi Guru Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia, Menyimak.Jakarta : Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

Azies, Alwasilah, 1996. Pokok-Pokok Keterampilan DasarMengajar. Surabaya : FBS UNESA.

Depdikbud, 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta :Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. 1995. Strategi BelajarMengajar. Jakarta :

Rineke Cipta.

46

Kamidjan, 2001. Teori Menyimak. Surabaya : FBS UNESA.

Martini Iskandar. 2005. Language.(ONLINE) www.digilib.upi.edu/pasca/ available /etd/ etd-1205105-094801. Diakses 12 Desember 2008.

Sabari, dkk. 1992. Bahasa Indonesia, Jakarta : DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.

Subyakto, Sri Utara. 1993. Metodologi PengajaranBahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudirman, dkk. 1992 Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi danAnalisa. Bandung.

Sutari, Ice, KY, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta : Depdikbud

LAMPIRAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VI / 1

47

Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan.

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tokoh, latar, tema/ amanat dari cerita anak yang dibacakan.

Indikator : Siswa mampu menyimpulkan cerita yang didengar.

Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu menyimpulkan cerita anak yang didengar.

Materi Pembelajaran

Cerita anak

Metode Pembelajaran

Tanya jawab Demonstrasi Pemberian tugas

Langkah-Iangkah kegiatan pembelajaran

1. Kegiatan Awala) Siswa diberikan tanya jawab tentang cerita.

2. Kegiatan Intia) Guru memutar isi cerita dengan menggunakan

tape-recorder sebanyak tigaKali.

b) Siswa mendengarkan cerita tersebut.c) Guru menunjuk siswa satu persatu untuk satu

persatu untuk mengungkapkan isi cerita secara lisan.

48

d) Secara bergantian siswa mengungkapkan isi cerita secara lisan.

3. Kegiatan Akhira) Dengan bimbingan guru, siswa dapat membuat

rangkuman materi

Sumber Belajar

1. Cerita anak2. Tape-Recorder3. Kaset4. Buku Bahasa Indonesia Kelas VI SD Penerbit :

Erlangga

Penilaian

a. Tehnik: Penugasanb. Soal :

1. Siapa nama artis cilik dalam cerita itu ?2. Mengapa anak-anak menyukai artis cilik dalam

cerita itu ?3. Siapa yang melempar cicak plastik kepada artis

cilik itu ?4. Mengapa anak itu melempar cicak plastik kepada

artis cilik itu ?5. Siapa yang mendampingi artis cilik itu menyanyi

di alun-alun kota ?

Jawab:1.Dela2.Karena suaranya bagus dan gaya menyanyinya

sangat menarik.3.Heni4.Karena Heni ingin bersalaman dan berkenalan langsung dengan artis kesayangannya.

49

5.Ayahnya

Bongkok, Oktober 2014

Mengetahui,Kepala Sekolah

MIMIN RUKMINI, S.Pd.SDNIP : 1961122911981092002

Guru Mapel Bahasa Indonesia

YAYAT SUKAESIH, S.PdNIP : 196101091979122001

LAMPIRAN 2

Cerita anak

Jumpa Artis Cilik

Dela adalah seorang artis cilik. Suara Dela bagus. Gayamenyanyinya menarik. Oleh karena itu, banyak anak-anakyang menyukainya.

Minggu lalu, Dela menyanyi di alun-alun kota. Penontonnyasangat banyak. Dalam acara itu, ia didampingi olehayahnya.

Para penonton bertepuk tangan setelah Dela selasaimenyanyikan lagu pertama. Pada saat akan menyanyikan laguberikutnya, tiba-tiba ia menjerit, "Hi, cicak ! Ayah,tolong ….!" Dela kaget karena ada cicak di bajunya.

50

Ayahnya segera memeriksa baju Dela. Oh, ternyata cicakmainan. Hm …. berarti, ada yang usil.

Karena masih terkejut, Dela belum mau tampil di panggung.

"Ayo, siapa tadi yang melempar cicak plastik ini? Kalautidak ada yang mengaku, Dela tidak mau menyanyi," kataAyah Dela.

Seorang gadis cilik sebaya Dela, tiba-tiba naik kepanggung. Ia pun mendekati, Dela.

"Maaf, ya, Dela! Aku menyesal. Habis, aku inginbersalaman denganmu!" ujarnya lirih.

Dela mengangguk sambil tersenyum, Dela berkata , ‘"tapilain kali jangan begitu, ya! Oh ya, siapa namamu?" tanyaDela sambil mengulurkan tangan.

Gadis cilik itu lalu menjabat erat dengan Dela.

"Saya Heni." Jawab gadis cilik itu.

Ah, betapa senangnya Heni dapat berkenalan langsungdengan artis kesayangannya.