1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk
sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan
berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial,
manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa
yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang
diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan
perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak.
Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak
merupakan keterampilan yang paling penting diantara
keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini,
siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping
tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah,
1996 : 82 ).
Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa ”
keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang
kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang
baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak
2
akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang
diberikan atau diterima tidak dimengerti ”.
Dan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan kepada
siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa
dapat memperoleh informasi dari bahan simakan. Namun
dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau
kendala dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada
umumnya. Seperti kenyataan yang dihadapi bahwasanya
kemampuan siswa dalam menyimak, khususnya mengungkapkan
kembali isi berita sangat kurang.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak
khususnya mengungkapkan kembali isi cerita, tentu saja
menjadi persoalan bagi peneliti. Karena disamping harapan
kurikulum tidak terpenuhi, juga sangat berpengaruh pada
penentuan nilai akhir pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan
menyimak diduga berasal dari faktor siswa dan guru. Dari
siswa, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mereka
tidak memeiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali
isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang,
kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran
3
menyimak. Sedangkan dari faktor guru sebagai akibat dari
belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan.
Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, peneliti hanya
menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran
mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran
menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam
menerima pelajaran menyimak.
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa
mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran
menyimak, maka perlu mencari upaya pemecahanya. Dalam
penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba
menggunakan media audio berupa tape recorder. Alasan
peneliti menggunakan media audio ini dengan pertimbangan
media mudah diperoleh dan dapat menunjang peneliti dalam
pengajaran menyimak.
Harapan peneliti dalam penelitian tindakan dengan
mengunakan media audio (tape recorder), kemampuan
mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran
menyimak dapat meningkat. Untuk menguji efektivitas media
audio, khususnya tape-recorder ini, maka peneliti akan
mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan
formulasi judul yaitu;:”Meningkatkan Kemampuan Menyimak
4
Siswa Kelas VI Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-
Recorder)”
Gambar 1.1 Tape Recorder
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang , maka masalah penelitian
yang akan ditindaki adalah apakah kemampuan menyimak
siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan media audio
(Tape Recorder)
C. Cara Memecahkan Masalah
Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan menyimak siswa, yakni dengan
mengunakan media audio (tape recorder) untuk
memperdengarkan cerita dongeng yang berjudul “ Jumpa
Artis Cilik” melalui langkah berikut:
5
a. Siswa menyimak cerita;
b. Siswa menjawab pertanyaan bahan simakan
c. Siswa menentukan ide pokok;
d. Siswa menceritakan kembali;
e. Siswa menyimpulkan isi cerita.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah ”Ingin mengetahui
sejauhmana kemampuan menyimak siswa dapat ditingkatkan
melalui penggunaan media audio (Tape Recorder)..
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat bagi
siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat tersebut sebagai
berikut :
Bagi Siswa
Penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi
siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi
cerita.
6
Bagi Guru
Manfaat penelitian tindakan ini bagi guru adalah :
Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengunakan media pengajaran. Dengan dilaksanakan
penelitian tindakan kelas ini, guru bahasa Indonesia
dapat menguasai model pembelajaran menyimak dengan
menggunakan media pengajaran berupa media audio (tape
recorder).
Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang
sangat bermanfaat untuk meningkatkan profesionalitasnya
sebagai guru dan juga demi perbaikan pembelajaran serta
karirnya di masa yang akan datang.
Bagi Sekolah
Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang
berharga bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran menyimak pada khususnya, dan pembelajaran
bahasa Indonesia pada umumnya.
7
BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teoretis
A. Pengertian Menyimak
Kegiatan menyimak tidak bisa dilepaskan dengan
kegiatan berbicara sebagai suatu jalinan komunikasi. Pada
dasarnya, komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan
tulis. Komunikasi lisan mencakup aktivitas menyimak dan
berbicara, sementara komunikasi tulis mencakup kegiatan
membaca dan menulis.
Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara mendengar
dan menyimak. `Mendengar` berarti sesuatu yang dilakukan
dengan tidak sengaja. Hal ini berbeda dengar
`mendengarkan` yang sudah mengarah pada usaha yang
sungguh-sungguh dengan memperhatikan baik-baik apa yang
didengar. Dalam `mendengarkan`, faktor kesengajaan dan
perhatian merupakan faktor penting (kamidjan, dalam
Ardiana, 2002 : 6). Sementara itu, menyimak adalah
menangkap pesan dan memahami pesan tersebut dengan
sebaik-baiknya. Jadi, menyimak merupakan penerimaan
pesan, gagasan, perasaan, dan pikiran sesorang. Tanggapan
atas menyimak merupakan respon terhadap pembicara. Jika
8
hal itu terjadi, berarti telah terjalin komunikasi antara
pembicara dan penyimak.
Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan bahwa `mendengar`
merupakan kegiatan pasif, sedangkan `mendengarkan` dan
`menyimak` merupakan kegiatan aktif yang melibatkan
unsur-unsur kejiwaan. Jika ditinjau dari segi tingkat
pemaknaan, `mendengarkan` lebih tinggi dari pada
`mendengar`, sedangkan `menyimak` lebih tinggi dari pada
`mendengarkan`.
Lebih lanjut, Kamidjan dalam Ardiana (2001: 4)
menjelaskan bahwa menyimak ialah suatu proses
mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-
sungguh, penuh, perhatian, pemahaman, apresiasif yang
dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang
disampaikan secara nonverbal.
Akan tetapi, patut diperhatikan pula bahwa kegiatan
menyimak yang dimaksudkan diatas merupakan kegiatan
menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan
menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan
menyimak lisan, bukan tulis. Dalam kegiatan menyimak
(lisan) ini, selain aspek-aspek suprasegmental, seperi :
(1) tekanan atau keras lembutnya suara, (2) jeda atau
panjang pendeknya suara, (3) nada atau tinggi rendahnya
9
suara, (4) intonasi atau naik turunnya suara, dan (5)
ritme atau irama dalam suara (sabarati, 1992: 147). Hal
ini perlu diperhatikan karena keterampilan menyimak
merupakn keterampilan menangkan pesan dan memahami pesan
tersebut dengan sebaik-baiknya, baik pesan yang tersirat
maupun pesan yang tersurat yang terkandung dalam bunyi
bahasa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa menyimak merupakan penerimaan pesan
gagasan, perasaan, dan fikiran sesoorang. Tanggapan atas
penyimak lisan merupakan respon terhadap pembicaraan.
Jika hal itu terjadi, berarti terjadi komunikasi antara
dan penyimak.
B. Tujuan Menyimak
Salah satu aktivitas penyimak ialah pesan yang
disampaikan sumber pembicara. Pemahaman yang dilakukan
penyimak meliputi dua aspek, yaitu (a) pemahaman pesan
dan tanggapan pembicara, (b) tanggapan pemyimak terhadap
pesan sesuai dengan kehendak pembicara (Depdikbud,1985 :
21 – 24 ).
Berdasarkan aspek tersebut dapat dirinci lebih jauh
tentang tujuan menyimak, antara lain :
10
a. Menyimak untuk mendapatkan fakta
b. Menyimak untuk menganalisis fakta
c. Menyimak untuk mengevaluasi fakta
d. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi
e. Menyimak untuk mendapatkan hiburan, dan
f. Menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara.
Berikut ini peneliti akan menguraikan dari masing-masing
itu.
a. Menyimak untuk mendapatkan fakta
Untuk mendapatkan fakta, kita dapat melakukan dengan
berbagai cara,. Salah satu cara ialah dengan menyimak.
Sarana yang diperguanakan dalam menyimak untuk
mendapatkan fakta di antaranya dapat dilakukan melalui
audio, radio, televisi, tape recorder dan pertemuan
secara nasional untuk mendapatkan informasi pertanian.
b. Menyimak untuk menganalisis fakta
Yang dimaksud dengan menganalisis fakta ialah
menguraiakan fakta atas unsur-unsur pemahaman secara
menyeluruh. Tujuan utama analisa fakta ialah untuk
memahami makna dari segi yang paling kecil. Dengan
11
demikian, kita sebagai penyimak daoat memahami setiap
aspek fakta, sehingga fakta tersebut dapat dipahami
dengan baik.
Pemahaman makna fakta dilakukan dengan secermat-
cermatnya melalui makna setiap kata frase, kalimat dan
wacana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan
dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai penyimak,
harus menyadari bahwa tidaklah mungkin akan menganalisis
semua fakta yang terhadap oleh indera pendengar dan yang
masuk dalam otak manusia.
c. Menyimak untuk mengevaluasi fakta
Evaluasi fakta dapat dilakukan dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut : (a) Bernilaikah fakta-
fakta itu?, (b) salahkah fakta-fakta itu?, (c) Adakah
fakta-fakta tersebut dengan pengetahuan dan pengalaman
penyimak?
Jika fakta-fakta yang diterima oleh penyimak
dirasakan bernilai, akurat dan relevansinya dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak, fakta-fakta tersebut
dapat diguakan untuk menambah pengetahuan. Jika fakta-
12
fakta itu tidak sesuai, fakta-fakta tersebut perlu kita
tolak atau hilangkan. Jadi fungsi utama penyimak
mengevaluasi fakta adalah untuk memutuskan apakah fakta-
fakta tersebut akan diterima atau ditolaknya.
d. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi
Istilah inspirasi sering digunakan sebagai alasan
seorang untuk melakukan kegiatan menyimak. Inspirasi
biasanya dapat diperoleh melalui kegiatan menyimak
ceramah, televisi, pertemuan-pertemuan ilmiah, pertemuan
seni, diskusi, debat dan sebagainya
Seorang pembicara yang inspiratif ialah pembicara
yang selalu berusaha mendorong, memotivasi, menyentuh
emosi, memberikan semangat dan membangkitkan kegairahan
penyimak untuk mendapatkan inspirasi. Pada akhirnya,
penyimak tergugah emosinya terhadap hal-hal yang
disampaikan pembicara.
e. Menyimak untuk mendapatkan hiburan
Hiburan dapat diperoleh melalui menyimak, seperti
menyimak lagu-lagu dari radio, televisi, rekaman tape
recorder, rekaman Video Compact Disk (VCD), atau dapat
juga melalui menyimak ceramah atau pidato.
13
Radio merupakan hiburan yang paling murah bagi
sebagian masyarakat Indonesia. Selain radio, sarana
hiburan yang lain ialah tape recorder dan televisi.
Kehebatan sarana hiburan tape-recorder ialah dapat
menyajikan suara yang bisa disimak. Selain itu kita
memilih materi/bahan simakan kepada siswa berupa berita-
berita ataupun informasi lainnya yang kita rekam dari RRI
atau televisi. Selanjutnya, kehebatan sarana hiburan
televisi ialah selain menyajikan suara yang bisa disimak,
sarana itu juga menyajikan gambar karena televisi
merupakan gabungan antara audio dan audio visual.
f. Menyimak untuk memperbaki kemampuan bicara
Kosakata hasil simakan seseorang akan berpengaruh
terhadap kemampuan berbicaranya. Semakin banyak kosakata
yang kita kuasai melalui menyimak, akan semakin tinggi
pula kemampuan kita berbicara.
Berkaitan dengan tujuan menyimak untuk memperbaiki
kemampuan berbicara, seorang pembicara diharapkan dapat :
1. Mengorganisasikan bahan pembicara
2. Menyampaikan bahan
3. Memikat perhatian penyimak
14
4. Mengarahkan
5. Mengunakan alat-alat bantu, seperti mik, alat
peraga, dan sebagainya
6. Memulai dan mengakhiri pembicaraan (Sutari dkk,
1998: 27)
Dalam hal ini, penyimak yang bertujuan memperbaiki
keterampilan berbicaranya diharapkan dapat memahami
keenam komponen itu pada saat menyimak.
C. Jenis-jenis Menyimak
Secara garis besar, Tarigan (1983 : 22) membagi
jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu (1) menyimak
ekstensif dan (2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak
itu sangat berbeda. Perbedaan itu tampak dalam cara
melakukan kegiatan menyimak.
Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat secara umum, misalnya, orang tua dan anak-anak
menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita
radio dan sebagainya.
Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang
dlakkan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat
konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang
15
dikehendak. Dengan kata lain, menyimak intensif lebih
menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya,
dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya
menuntut agar siswa memahami penjelasannya. Selanjutnya
untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang
berkaitan dengan menyimak intensif, yaitu :
a. Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman.
b. Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi
pikiran dan perasaan yang tinggi
c. Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa
formal, dan
d. Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang
simak
D. Unsur-unsur Dasar Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup
kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur
yang mendukung. Yang dimaksud dengan unsur dasar ialah
unsur pokok yang menyebabkan terjadinya komunikasi dalam
menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari unsur yang lain.
16
Unsur-unsur dasar menyimak ialah ; (1) pembicara,
(2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahan lisan yang
digunakan.
1. Pembicara
Yang dimaksud dengan pembicara ialah orang yang
menyampaikan pesan berupa informasi yang dibutuhkan oleh
penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara adalah nara
sumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang
yang menerima pesan (penyimak).
Dengan aktivitasnya, seorang penyimak sering
melakukan kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal
penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan
tersebut merupakan pokok-pokok pesan yang disampaikan
pembicara kepada penyimak.
2. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika
penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan
baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang
dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan
17
pembicara secara tepat. Hal tersebut akan lebih sempurna
jika ia di tinjau oleh pengetahuan dan pengalamannya.
3. Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam
komunikasi lisan , terutama dalam menyimak. Yang dimaksud
dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan
pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa
konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak
dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu
dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam komunikasi.
4. Bahasa Lisan yang Digunakan
Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai
untuk menyimak pembicara menyampaikan gagasan dengan
bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang
disampaikan pembicara dan ditangkap penyimak melalui alat
pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan, pembicara dapat
memilih kata-kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat
untuk mewadahi gagasan, agar ia dapat menyampaikan
gagasan.
E. Faktor – Faktor Menyimak
18
Martini (2005), menyatakan bahwa Menyimak merupakan
salah satu keterampilan berbahasa diantara empat
keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan
berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam
pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para
siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata
penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu
informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus
dikembangkan.
Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari
siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan.
Menurut pendapat Tarigan (1994:27), ”Pada kegiatan
mendengar mungkin sipendengar tidak memhami apa yang
didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah unsur
kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena
itu belum menjadi tujuan”. Kegiatan menyimak mencakup
mendengar, mendengarkan dan disertai usaha memahami bahan
simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada
unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang
merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak.
Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa
menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
19
Menurut pendapat Rose (1991:108) bahwa faktor –
faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam
kelas adalah siswa menuliskan butur – butir penting bahan
simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan.
Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen /
faktor – faktor dalam menyimak adalah sebagai berikut :
1. Membedakan antar bunyi fonemis
2. Mengingat kembali kata-kata
3. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.
4. Mengidentifikasi bagian – bagain pragmatik,
ekspresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi
sebagai unit sementara mencari arti / makna.
5. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda –
tanda para linguistik (intonasi) dan non linguistik
(situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun
makna, menggunakan pengetahuan awal )yang kita tahu
tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap
dikatakan untuk meperkirakan dan kemudian
menjelaskan makna.
Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting.
20
Menurut pendapat Michael (1991:108) faktor – faktor
yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas
adalah siswa menuliskan butir – butir penting dalam
simakan terutama yang berhubungan dengan simakan. Untuk
dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru
perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak
pun tidak asal mendapatkan materi saja, tetapi ada
beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan
materi ini diantaranya : 1. Sasaran kegiatan, 2. Sasaran
kompetensi siswa, 3. Metode pembelajaran dan 4. faktor
keberhasilan menyimak.
2. Pengertian Media
Kata `media` berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata `medium` yang secara harfiah
berarti `perantara atau pengantar`. Dengan demikian,
media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Menurut Djamarah dkk (1995 : 136), media
adalah sumber belajar, maka secara luas media juga dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media
mempunyai arti cukup penting, karena dalam kegiatan
21
tersebut, ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik
dapat disederhanakan dengan bantuan media. Namun perlu
diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan
pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk
menggunakan media. Manakalah diabaikan, maka media bukan
lagi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus seselektif
mungkin memilih media pengajaran yang sesuai dengan bahan
ajar.
3. Prinsip Pemilihan Media Pengajaran
Sudirman (dalam Djamarah dkk, 1995 : 143) mengemukakan
beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang
dibaginya kedalam tiga kategori sebagai berikut :
A. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan
maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan
media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan
22
saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah
untuk pengajaran kelompok atau pengajaran imdividual,
apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP,
SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah
masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan
dengan kemampuan berbagai media.
Berdasarkan prinsip pertama dari pemilihan media
pengajaran, yakni tujuan pemilihan media pengajaran,
peneliti memilih media audio berupa tape-recorder untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SDN Bongkok
mengungkapkan kembali isi cerita. Media tersebut dipilih
oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa media ini mudah
diperoleh dan sangat tepat digunakan dalam pembelajaran
menyimak.
B. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karateristik tertentu, baik
dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun
cara penggunaanya. Memahami karakteristik berbagai media
pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media
pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada
guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran
secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami
23
karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada
kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
C. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat
keputusan dari berbagai alternativ pilihan. Guru bisa
menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila
terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan.
Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu,
maka guru tidak bisa memilih tetapi mengunakan apa
adanya.
Sudjana (1991 : 104 ) mengemukakan prinsip-prinsip
pemilihan dan penggunaan media sebagai berikut :
Menentukan Jenis media dengan alat tepat; artinya
sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang
sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan di
ajarkan.
Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat;
artinya, perlu diperlukan apakah penggunaan media itu
sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak didik.
Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik metode
penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan
dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
24
Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu,
tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam
situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu
tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar
terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu
dengan media pengajaran.
D. Jenis-jenis Media Pengajaran
Khususnya untuk pengajaran bahasa, subyakto (1992:
206) mengatakan bahwa ”Media dalam pengajaran bahasa
ialah segala alat yang dapat digunakan oleh guru dan
pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah
ditentukan.” Alat atau media ini dapat terdiri dari yang
komersial (diperjualbelikan) atau yang dapat dibuat
sendiri. Media juga dapat dibagi menjadi media yang
didengar atau audio (auditory), media yang dilihat
(visual), dan media yang didengarkan dan dilihat (audio-
visual).
Sudirman, dkk. (1992: 206-207) menguraikan lebih jelas
media auditf, media visual, dan media audiovisual sebagai
berikut :
25
Media auditif/audio, yaitu media yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape-
recorder/casette recorder, piringan audio. Media ini
tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan
dalam pendengaran.
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan
indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides
(film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.
Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini seperti film
bingkai suara (sound slide) film rangkai suara, cetak
suara, film suara dan videocassette.
Selanjutnya, Erdmenger (dalam Subyakto, 1993: 206)
memberikan beberapa sudut pandang untuk memeriksa atau
menggambarkan alat/media pengajaran bahasa, yakni :
Ciri informasi yang disampaikan melalui alat (yakni
informasi linguistik dan non-linguistik);
Jalur informasi (auditorym, visual, audio-visual);
Fase-fase dalam proses pembelajaran dan testing (apakah
fase-fase digunakan untuk penyajian, pengulangan,
pemanfaatan materi, atau testing)
26
Fungsi didaktis (pendidikan), yakni apakah alat itu
dipakai untuk memberi motivasi kepada pelajar,
menyampaikan pesan, atau mendorong penggunaan bahasa
dengan bebas.
Kemungkinan-kemungkinan untuk membantu, melengkapi, atau
menggantikan guru. Penggunaan alat oleh individu-individu
atau lebih orang kelompok-kelompok.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti ingin menggunakan media
auditif, yaitu tape-recorder untuk meningkatkan kemampuan
siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi
cerita dalam pengajaran menyimak.
Tape Recorder sebagai Salah Satu Media audio yang
dapat di gunakan dalam Pembelajaran Mengungkapkan Kembali
Isi Cerita pada Pengajaran Menyimak.
Keterampilan menyimak merupakan salah satu
keterampilan berbahasa Indonesia yang terkait dengan
keterampilan berbicara, guru perlu melatih kemampuan
siswa dengan berbagai peristiwa komunikasi, menyimak
cerita, berita, dan dialog melalui berbagi media, baik
visual, audio atau audio-visual.
27
Tape-recorder merupakan salah satu media audio yang
dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak.
Cerita, fragmen, drama ataupun berita dapat
diperdengarkan dengan menggunakan jenis media ini. Untuk
memilih bahan simakan berupa isi berita dalam pelajaran
menyimak, guru dapat menyelesaikan materi yang diberikan
dengan tingkat kemampuan penyimak (siswa) yang diajarkan.
Dengan kata lain, cerita yang disajikan kepada siswa SD
berbeda dengan siswa SLTP. Materi-materi berupa cerita
yang diberikan kepada siswa terlebih dahulu direkam oleh
guru.
Selanjutnya, dalam proses kegiatan pembelajaran
keterampilan menyimak, media audio berupa tape-recorder
sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak siswa. Karena melalui media ini, guru dapat
merekam cerita-cerita yang diperoleh berupa masalah-
masalah ekonomi, sosial, olah raga, budaya, pendidikan,
moral, agama, yang selanjutnya dapat disajikan kepada
siswa. Dalam kegiatan ini, siswa diminta untuk
mendengarkan informasi penting yang diperolehdari bahan
simakan. Hal ini sepadan dengan apa yang dikatakan oleh
Ardian, dkk (2002: 24), di mana mereka mengatakan bahwa
cerita-cerita yang diperdengarkan kepada siswa dapat
bersumber dari surat kabar, radio, dan televisi.
28
Setelah guru memperdengarkan bahan simakan berupa isi
cerita beberapa kali, selanjutnya guru meminta siswa
untuk mengungkapkan kembali isi cerita yang didengarkan
dengan kata-kata sendiri baik secara lisan maupun
tertulis.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik maka hipotesis
penelitian tindakan ini dapat dirumuskan yakni ;
”Jika menggunakan media audio (tape-recorder), maka
kemampuan menyimak siswa dalam mengungkapkan kembali isi
cerita akan meningkat”.
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitiian
adalah apabila kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita
dalam pengajaran menyimak siswa kelas VI SDN Bongkok rata
– rata mencapai angka 85 atau mencapai 85% secara
klasikal dan hasil belajar siswa secara individual
mencapai nilai 7,5 atau 75% ke atas.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
A. Penetapan Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara
kolaboratif dengan guru kelas VI. Fokus penelitian adalah
siswa kelas VI SDN Bongkok dengan jumlah siswa 18 orang
terdiri dari 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.
30
Siswa kelas VI dijadikan sebagai fokus penelitian
karena kemampuan mereka dalam mengungkapkan cerita
tergolong rendah. Pekerjaan mereka sebagian besar adalah
petani. Hal ini dibuktikan hampir semua siswa menerima
Beasiswa Keluarga Miskin (BKM).
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SDN Bongkok merupakan salah satu sekolah sekian
banyak Sekolah Dasar di Kabupaten Sumedang. SDN Bongkok
jaraknya dari pusat kota Sumedang + 13 km . Tempat
dibangunnya sekolah tersebut, yaitu Desa Bongkok. Alat
tranportasi yang digunakan menuju kelokasi tersebut
adalah mobil dan motor. Lokasi sekolah ini sangat
strategi karena cukup jauh dari pusat kota, dan
memungkinkan terciptanya kondisi belajar mengajar yang
kondusif serta mudah di jangkau oleh siswa dan guru.
SDN Bongkok terdiri dari beberapa ruang, yakni 1 (satu)
ruang dewan guru, 1 (satu) ruang perpustakaan, dan 7
31
(tujuh) ruang belajar. Ruangan belajar terdiri dari 1
ruang kelas 1, 1 ruang kelas II, 2 ruang kelas III, 1
ruang kelas IV, 1 ruang kelas V, dan 1 ruang kelas VI.
Fasilitas ruang SDN Bongkok sudah memadai bagi siswa dan
guru. Ruang dewan guru yang tersedia dapat menampung 6
orang guru kelas dan 4 guru honor. Sedangkan ruang kelas
dapat menampung siswa sampai 35 orang perkelas.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan
dalam 2 (dua) siklus, dengan prosedur-prosedur, yakni :
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi,
( 4) refleksi dalam setiap siklus. Untuk lebih jelasnya,
prosedur penelitian tindakan kelas untuk pelaksanaan
siklus pertama dapat diuraikan pada tahap-tahap sebagai
berikut.
A. Tahap Persiapan
32
Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama tahap
perencanaan ini diuraikan sebagai berikut.
a. Menghubungi Kepala Sekolah untuk memperoleh
izin melaksanakan kegiatan penelitian.
b. Mendiskusikan kegiatan penelitian yang akan
dilaksanakan bersama guru mitra dan Kepala
Sekolah.
c. Melakukan observasi untuk melihat bagaimana
kondisi pembelajaran yang dilaksanakan peneliti
serta bagaimana keadaan siswa dikelas ketika
media audio (tape-recorder) digunakan dalam
pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita.
d. Merancang alat evaluasi unutuk melihat apakah
kemampuan siswa kelas VI SDN Bongkok Tahun
Pelajaran 2013/2014 mengungkapkan kembali isi
cerita. Alat evaluasi yang digunakan dalam
tindakan ini berupa test mengungkapkan kembalim
33
isi cerita. Alat evaluasi ini diberikan setelah
siswa mendengar cerita melalui tape-recorder.
B. Tahap Pelaksanaan Tindakan.
Sebagaimana tealah dikemukakan sebelumnya bahwa
dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan dua siklus
dalam tahapan-tahapan sesuai dengan skenario pembelajaran
sebagai berikut.
a. Peneliti menyediakan kaset yang berisi materi
yang telah direkam serta media tape-recorder.
b. Peneliti memutar isi cerita yang ada pada kaset
melalui tape-recorder sebanyak 3 kali.
c. Peneliti mengundang siswa satu persatu untuk
mengungkapkan isi cerita menjawab pertanyaan
menungkapkan ide pokok, dan memberi simpulan
tersebut secara lisan.
C. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
34
1. Tahap Pemantauan
Pada tahap ini dilaksanakan proses pelaksanaan
pemantauan (observasi) dilaksanakan oleh guru kelas VI
(guru mitra) dengan melihat perangkat pembelajaran yang
digunakan oleh peneliti dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
2. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilaksanakan setelah proses belajar
mengajar (pemberian materi berupa cerita melalui tape-
recorde). Dalam tahap ini, siswa diberikan kesempatan
mengungkapkan kembali isi cerita secara lisan.
3.2.4. Tahap Analisis dan Refleksi
1. Tahap Analisis
Data yang terkumpul dari hasil penelitian selanjutnya
dianalisis. Dengan kata lain pada tahap ini, peneliti
menganalisis siswa dalam mengungkapkan kembali isi
35
cerita. Aspek-aspek yang dianalisis meliputi ketepatan
menjawab pertanyaan, menemukan ide pokok, menceritakan
kembali dan menyimpulkan isi cerita. Hasil analisis
tersebut diceklis dan diberikan skor 0 sampai 100%.
2. Tahap Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilaksanakan pada setiap
akhir siklus oleh peneliti dan guru kelas VI. Refleksi
ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
yang dicapai pada siklus sebelumnya.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian mendeskripsikan hal – hal yang akan di
analisis pada siklus I, tentang ; bagaimana kemampuan
menyimak siswa melalui penggunaan media audio dalam hal,
menjawab pertanyaan, mengemukakan ide pokok,
menceriterakan kembali serta memberi simpulan. Hal – hal
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ;
37
A. Hasil pengamatan siklus I
Data tentang hasil pengamatan pada siklus I dapat
digambarkan sebagai berikut ;
Dari 18 orang siswa yang dapat menjawab semua
pertanyaan sebanyak 1 orang (5.5 %), dari 18 siswa yang
dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 3 orang (16.67 %),
dari 18 siswa yang dapat menjawab 3 pertanyaan sebanyak 3
orang (16.67 %), dari 18 siswa yang dapat menjawab 2
pertanyaan sebanyak 6 orang (33.3 %), dari 18 siswa yang
dapat menjawab 1 pertanyaan sebanyak 3 orang (16.67 %),
dari 18 siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan
sebanyak 2 orang (11.1 %).
Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide
pokok sebanyak 6 orang (33.3 %), dari 18 siswa yang tepat
dalam menemukan ide pokok sebanyak 9 orang (50 %), dan
dari 18 siswa yang tidak tepat menemukan ide pokok
sebanyak 3 orang (16.67 %).
38
Dari 18 orang yang sangat baik dalam menceritakan
kembali sebanyak 4 orang (22.22 %), dari 18 siswa yang
baik dalam menceritakan kembali sebanyak 7 orang (38.89
%), dari 18 siswa yang cukup dalam menceritakan kembali
sebanyak 7 orang (38.89 %).
Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan
isi cerita sebanyak 2 orang ( 11.11%), dari 18 siswa yang
tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 7 orang
(38.89 %), dan dari 18 siswa yang tidak tepat dalam
menyimpulkan isi cerita sebanyak 9 orang (50%).
Memperhatikan hasil pengamatan pada siklus I
nampaknya belum memperoleh hasil yang diharapkan. Oleh
karena itu hasil pengamatan dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Adapun hal – hal yang perlu ditindaki
adalah ;
Menjawab pertanyaan ; soal nomor 2, 3, 4, 5
Menentukan ide pokok
39
Membuat simpulan
B. Hasil pengamatan siklus II
Analisis Tabel Hasil Pengamatan Pada Siklus II
Data tentang hasil pengamatan pada siklus II dapat
digambarkan sebagai berikut :
Dari 18 orang siswa yang dapat menjawab semua
pertanyaan sebanyak 9 orang (50 %), dari 18 siswa yang
dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 7 orang (38.89 %),
dan dari 18 siswa yang dapat menjawab 3 pertanyaan
sebanyak 2 orang (11.11 %).
Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide
pokok sebanyak 10 orang (55.55 %), dari 18 siswa yang
tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 7 orang (38,89
%), dan dari 18 siswa yang tidak tepat menemukan ide
pokok sebanyak 1 orang (5.5 %).
40
Dari 18 orang yang sangat baik dalam menceritakan
kembali sebanyak 12 orang (66.67 %), dari 18 siswa yang
baik dalam menceritakan kembali sebanyak 4 orang (22.22
%), dari 18 siswa yang cukup dalam menceritakan kembali
sebanyak 2 orang (11.11 %).
Dari 18 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan
isi cerita sebanyak 13 orang (72.22 %), dari 18 siswa
yang tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 3 orang
(16.67 %), dan dari 18 siswa yang tidak tepat dalam
menyimpulkan isi cerita sebanyak 2 orang (11.11 %).
Berdasarkan tabel di atas maka dikatakan bahwa
kegiatan belajar pada siklus II telah memenuhi
ketuntasan. Hal ini dibuktikan dari 4 aspek yang diamati
sudah memperoleh nilai di atas 75 %.
Dengan memperhatikan data hasil pengamatan pada
siklus I dan data hasil pengamatan pada siklus II
disimpulkan bahwa tape-recorder sebagai media audio dapat
41
meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas VI SDN
Bongkok mengungkapkan kembali isi cerita.
2. Pembahasan
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang harus dikembangkan oleh guru kepada siswa.
Keterampilan ini sangat erat kaitannya dengan
keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya seperti
keterampilan berbicara dan membaca. Salah satu contoh
pengajaran keterampilan menyimak dipadukan dengan
keterampilan berbicara, yakni mengungkapkan kembali isi
cerita.
Pada tahap awal tindakan peneliti mengalami berbagai
kesulitan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam
mengungkapkan kembali isi cerita. Hal ini disebabkan
siswa belum mengungkapkan kembali isi cerita yang
disimaknya, sehingga dalam proses pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, peneliti, banyak melakukan intervensi.
42
Pada saat diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
kembali isi cerita sebagian siswa belum mampu.
Untuk mengatasi masalah ini ditempuh hal-hal berikut ;
1. Memperbaiki aspek-aspek yang berhubung dengan
perangkat pembelajaran.
2. Memberikan motivasi kepada siswa sehingga mereka
dapat mengungkapkan kembali isi cerita dengan baik
dan lancar.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar
mengajar yang mantap.
Langkah-langkah ini diupayakan semaksimal mungkin agar
dapat mengatasi kelemahan-kelemahan sebelumnya sehingga
realisasinya akan nampak pada siklus berikutnya.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan ,pada
hasil siklus II menunjukan adanya perubahan, yaitu
peningkatan kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi
43
cerita serta pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
semakin efektif. Hal ini terlihat pada tabel data yang
menunjukan bahwa siswa dapat mengungkapkan kembali isi
cerita dengan baik, artinya 18 orang yang dikenai
tindakan sebanyak 14 siswa (77.78 %), yang memperoleh
nilai 6,5 ke atas, serhingga telah memperoleh hasil yang
diharapkan.
Memperhatikan data tentang hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas ini perlu dilaksanakan, sebab penelitian
ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses
belajar mengajar, khususnya pada keterampilan menyimak.
Hal ini dilihat dari hasil pelaksanaan siklus II, umumnya
siswa sudah mampu menungkapkan kembali hasil simakannya
melalui tape-recorder.
44
BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab
sebelumnya maka peneliti dapat menarik simpulan sebagai
berikut :
Kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi cerita pada
siklus I sebesar (63,39 %) dengan nilai rata-rata 6,34.
Sedangkan pada siklus II kemampuan siswa mengungkapkan
isi cerita meningkat menjadi (91,96 %) dengan nilai rata-
rata sebesar 9,19.
Melalui penggunaan tape-recorder, kemampuan menyimak
siswa kelas VI SDN Bongkok mengungkapkan kembali isi
cerita dapat ditingkatkan dan dioptimalkan.
2. Saran
Dari hasil simpulan , peneliti dapat memberikan
beberapa saran berikut :
45
Dalam pembelajaran menyimak, hendaknya guru dapat
mengintegrasikan atau dipadukan dengan keterampilan-
keterampilan lain seperti keterampilan berbicara dan
keterampilan membaca.
Penelitian ini baru sekitar penggunaan audio tape
rekorder untuk meningkatkan kemampuan menyimak, untuk itu
peneliti lain dapat meninjaunya dari segi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2002. Menyimak. Jakarta : Depdikbud
Ardiana, Leo Idra, dkk. 2002. Pelatihan Terintegrasi BerbasisKompotensi Guru Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia, Menyimak.Jakarta : Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen Depdikbud.
Azies, Alwasilah, 1996. Pokok-Pokok Keterampilan DasarMengajar. Surabaya : FBS UNESA.
Depdikbud, 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta :Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. 1995. Strategi BelajarMengajar. Jakarta :
Rineke Cipta.
46
Kamidjan, 2001. Teori Menyimak. Surabaya : FBS UNESA.
Martini Iskandar. 2005. Language.(ONLINE) www.digilib.upi.edu/pasca/ available /etd/ etd-1205105-094801. Diakses 12 Desember 2008.
Sabari, dkk. 1992. Bahasa Indonesia, Jakarta : DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.
Subyakto, Sri Utara. 1993. Metodologi PengajaranBahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudirman, dkk. 1992 Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi danAnalisa. Bandung.
Sutari, Ice, KY, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta : Depdikbud
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VI / 1
47
Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan.
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tokoh, latar, tema/ amanat dari cerita anak yang dibacakan.
Indikator : Siswa mampu menyimpulkan cerita yang didengar.
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyimpulkan cerita anak yang didengar.
Materi Pembelajaran
Cerita anak
Metode Pembelajaran
Tanya jawab Demonstrasi Pemberian tugas
Langkah-Iangkah kegiatan pembelajaran
1. Kegiatan Awala) Siswa diberikan tanya jawab tentang cerita.
2. Kegiatan Intia) Guru memutar isi cerita dengan menggunakan
tape-recorder sebanyak tigaKali.
b) Siswa mendengarkan cerita tersebut.c) Guru menunjuk siswa satu persatu untuk satu
persatu untuk mengungkapkan isi cerita secara lisan.
48
d) Secara bergantian siswa mengungkapkan isi cerita secara lisan.
3. Kegiatan Akhira) Dengan bimbingan guru, siswa dapat membuat
rangkuman materi
Sumber Belajar
1. Cerita anak2. Tape-Recorder3. Kaset4. Buku Bahasa Indonesia Kelas VI SD Penerbit :
Erlangga
Penilaian
a. Tehnik: Penugasanb. Soal :
1. Siapa nama artis cilik dalam cerita itu ?2. Mengapa anak-anak menyukai artis cilik dalam
cerita itu ?3. Siapa yang melempar cicak plastik kepada artis
cilik itu ?4. Mengapa anak itu melempar cicak plastik kepada
artis cilik itu ?5. Siapa yang mendampingi artis cilik itu menyanyi
di alun-alun kota ?
Jawab:1.Dela2.Karena suaranya bagus dan gaya menyanyinya
sangat menarik.3.Heni4.Karena Heni ingin bersalaman dan berkenalan langsung dengan artis kesayangannya.
49
5.Ayahnya
Bongkok, Oktober 2014
Mengetahui,Kepala Sekolah
MIMIN RUKMINI, S.Pd.SDNIP : 1961122911981092002
Guru Mapel Bahasa Indonesia
YAYAT SUKAESIH, S.PdNIP : 196101091979122001
LAMPIRAN 2
Cerita anak
Jumpa Artis Cilik
Dela adalah seorang artis cilik. Suara Dela bagus. Gayamenyanyinya menarik. Oleh karena itu, banyak anak-anakyang menyukainya.
Minggu lalu, Dela menyanyi di alun-alun kota. Penontonnyasangat banyak. Dalam acara itu, ia didampingi olehayahnya.
Para penonton bertepuk tangan setelah Dela selasaimenyanyikan lagu pertama. Pada saat akan menyanyikan laguberikutnya, tiba-tiba ia menjerit, "Hi, cicak ! Ayah,tolong ….!" Dela kaget karena ada cicak di bajunya.
50
Ayahnya segera memeriksa baju Dela. Oh, ternyata cicakmainan. Hm …. berarti, ada yang usil.
Karena masih terkejut, Dela belum mau tampil di panggung.
"Ayo, siapa tadi yang melempar cicak plastik ini? Kalautidak ada yang mengaku, Dela tidak mau menyanyi," kataAyah Dela.
Seorang gadis cilik sebaya Dela, tiba-tiba naik kepanggung. Ia pun mendekati, Dela.
"Maaf, ya, Dela! Aku menyesal. Habis, aku inginbersalaman denganmu!" ujarnya lirih.
Dela mengangguk sambil tersenyum, Dela berkata , ‘"tapilain kali jangan begitu, ya! Oh ya, siapa namamu?" tanyaDela sambil mengulurkan tangan.
Gadis cilik itu lalu menjabat erat dengan Dela.
"Saya Heni." Jawab gadis cilik itu.
Ah, betapa senangnya Heni dapat berkenalan langsungdengan artis kesayangannya.
Top Related