Pembinaan Modal Insan melalui Nilai Murni dalam Syair Siti Zubaidah
SITI HASANAH-FITK.pdf
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SITI HASANAH-FITK.pdf
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE FSLC (Formulate-Share-Listen-Create)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS SISWA
(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMPN 3 Kota Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Siti Hasanah108017000060
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
ABSTRAK
Siti Hasanah (108017000060). “Pengaruh Penggunaan Model PembelajaranKooperatif Tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) Terhadap KemampuanBerpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMPN ITangerang Selatan). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap kemampuan berpikir kreatif matematissiswa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada siswakelas VII tahun ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasieksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject post testonly. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik cluster randomsampling yaitu memilih dua kelas secara acak dari 9 kelas. Sampel penelitian padakelas eksperimen berjumlah 45 siswa yaitu pada kelas VII-6 dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe FSLC. Sampel pada kelas kontrol berjumlah 45siswa yaitu pada kelas VII-7 dengan menggunakan model pembelajarankonvensional. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan padakelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan nilai rata-rata kelas kontrol 64,17dan kelas eksperimen 73. Berdasarkan analisis dengan uji t, diperoleh nilai thitung
yaitu sebesar 3,35 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajatkebebasan (dk) = 88 dan taraf signifikansi (α) = 0,05 yaitu sebesar 1,99 (3,35 > 1,99),maka ditolak dan diterima, yang artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikirkreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajarankonvensional. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipeFSLC berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran kooperatif tipe FSLC, Kemampuan Berpikir KreatifMatematis
ii
ABSTRACT
Siti Hasanah (108017000060) The Influence Of Cooperative Learning with FSLC(Formulate-Share-Listen-Create) Type to Mathematical Creative Thinking Ability OfStudent (Quasi-Experiments in SMPN 3 South Tangerang City). Skripsi of MathematicEducation Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic UniversitySyarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
This research aims to find the influence of Cooperative Learning with FSLCtype to mathematical creative thinking ability of student. The research was conductedat SMP State 3 South Tangerang city class VII student of the school year 2012/2013.The research method used was quasi experimental research design two grouprandomized subject post test only. Samples were taken by using the technique clusterrandom sampling that is randomly selecting two classes from 9 classes. The researchsample in the experimental class numbered 45 students that is in class VII- 6 usingthe cooperative learning with FSLC type. The sample in control classes totaling 45students that is in the class VII-7 using conventional learning. Based on result ofcreative thinking ability test that give to experiment class and control class valueobtained is equal to 64,17 for control class and 73 for experiment class. Based on theanalysis by t test, t value obtained is equal to 3.35 greater than the value of t tableswith degrees of freedom (df) = 88 and a significance level (α) = 0.05 is equal to 1.99(3.35> 1.99), it H0 rejected and H1 accepted, which means an average ofmathematical creative thinking abilities of students taught using cooperative learningwith FSLC type to teaching higher than the average of students' mathematicalcreative thinking abilities are taught using conventional teaching. Thus, theimplementation of cooperative learning with FSLC type to learning a positive effecton students' mathematical creative thinking ability.
Key Words: Cooperative Learning with FSLC Type, Mathematical Creative ThinkingAbility.
iii
KATA PENGANTAR
بسماهللالرحمنالرحیم
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya serta memberikan kemudahan dan
kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari cukup banyak kesulitan
yang dihadapi, sehingga membuat penulis merasa berat untuk menyelesaikannya.
Selain itu juga keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis membuat
penulis harus lebih banyak belajar agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Dorongan, semangat, bimbingan dari berbagai pihak pun
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memotivasi penulis untuk terus
berusaha menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Nurlena Rifa’i, MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom, selaku Dosen Penasehat Akademik
yang penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam
membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
5. Ibu Dra. Afidah Mas’ud sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Maifalinda
Fatra, M. Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, waktu, saran, dan motivasi kepada penulis selama ini dengan
penuh kesabaran dan kesungguhan. Semoga Ibu selalu berada dalam
kemuliaan dan lindungan-Nya.
iv
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
9. Kepala SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Bapak Maryono,S.E.M.M.Pd yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh dewan guru SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, khususnya Ibu Lendra,
S.Pd selaku guru mata pelajaran dan Bapak Drs. Sholeh Fathoni selaku
Wakasek Kurikulum yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian ini. Serta siswa dan siswi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,
khususnya kelas VII-6 dan VII-7.
11. Orang Tua tercinta Mamah Hikah A.M, S.Pd dan Almarhum Bapak
Damanhuri Syam, A. Md yang selalu menjadi inspirasi dalam mengejar cita-
cita serta selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan semangat moril-
materil pada peneliti. Alm. Abah H. Sairun, Umi, Amang Dowi, Uwa, Bibi.
Kakak-kakakku yang tersayang Aa Holid dan Aa Rasyid serta Adik-adikku
yang tersayang Santi, Niar, dan dede Mira yang selalu memberikan senyum,
canda dan semangat pada peneliti, serta seluruh keluarga yang menjadi
kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-
cita.
12. Sahabat-sahabat tercintaku Maspupah, Ekamara Kinasih, Siti Rusdiah, Indah
Sari, Marlani Alfanta, dan Maria Urfa. Terima kasih telah memberikan
dukungan, perhatian, dan keceriaan selama masa kuliah sampai saat ini.
v
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2008
kelas B dan A, terimakasih atas kebersamaannya selama dibangku perkuliahan
dan juga ketersediannya dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya
kepada penulis.
14. Sahabat-sahabatku di Muchsin Family : Mince, Mbak’e Emma, Nissa, Nela,
Nana, Atu, dan Ka Rara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, September 2013
Penulis
Siti Hasanah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ... ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis............................... 10
a. Pengertian Berpikir Kreatif Matematis............................... 11
b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ........... 13
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC .......................... 18
a. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran
Matematika………………………………………………... 18
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif…………………..... 21
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC…….……...... 24
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe
FSLC…………………………………………………….... 27
e. Teori Belajar dan Pembelajaran yang Mendukung FSLC... 28
vii
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37
B. Metode dan Desain Penelitian..................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 39
E. Instrumen Penelitian…………………………………………...... 39
F. Teknik Analisis Data…………………………………………… 47
G. Hipotesis Statistik ...................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 54
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen 54
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol ..... 57
3. Perbandingan KBKM Siswa pada Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol……………………………………………….. 62
B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis.......................................... 63
C. Hasil Pengujian Hipotesis……………………………………..... 65
D. Pembahasan Penelitian................................................................ . 67
1. Proses Pembelajaran di Kelas ............................................. 67
2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis……... 69
E. Keterbatasan Penelitian............................................................... . 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 82
B. Saran............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................................... 88
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………….... 16
Tabel 3.1 Agenda Penelitian……………………………………………....... 37
Tabel 3.2 Desain Penelitian………………………………………………… 38
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis........................................................................................ 39
Tabel 3. 4 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...... 40
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Tes KBKM Materi Segiempat....................... 42
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelompok Eksperimen......................................................... 55
Tabel 4.2 Nilai Statistik Kelas Eksperimen…................................................. 57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Kontrol........................................................................ 57
Tabel 4.4 Nilai Statistik Kelas Kontrol........................................................... 59
Tabel 4.5 Perbandingan KBKM Siswa Kelompok Eksperimen dan
Kelompok kontrol...........................................................................
60
Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol…............... 62
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas................................................... 64
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas…………………………….... 65
Tabel 4.9 Hasil Uji-t……………………………………………………........ 66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen................................. 56
Gambar 4.2 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ....................................... 58
Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ....................................................................................... 61
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.......................... 63
Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ..................................................................... 66
Gambar 4.6 Aktifitas Siswa Saat Melakukan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe FSLC pada tahap Share .................................... 68
Gambar 4.7 Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Konvensional 69...................................... 69
Gambar 4.8a
Gambar 4.8b
Gambar 4.8c
Gambar 4.8d
Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Eksperimen.............
Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Eksperimen..............
Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Kontrol....................
Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Kontrol.....................
70
70
71
71
Gambar 4.9a Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Eksperimen.............. 73
Gambar 4.9b Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Eksperimen............... 73
Gambar 4.9c Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Kontrol..................... 74
Gambar 4.9d Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Kontrol .................... 74
Gambar 4.10a Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Eksperimen............ 75
Gambar 4.10b Jawaban soal no 4a yang salah pada Kelas Eksperimen............. 76
Gambar 4.10c Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Kontrol .................. 76
Gambar 4.10d Jawaban soal no 4a yang salah pada Kelas Kontrol.................... 77
Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen.............. 78
xi
Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada Kelas Eksperimen............... 78
Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Kontrol..................... 79
Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada Kelas Kontrol..................... 79
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen .............................................................. 88
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ..................................................................... 92
Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen............................................................... 96
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Sebelum Validitas .....................................................117
Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis....................................................................................119
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis ....................................................................... 121
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen .................................................... 126
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................. 127
Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran .......................................................... 129
Lampiran 10 Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen .......................................... 131
Lampiran 11 Langkah-Langkah Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan
Taraf Kesukaran.......................................................................... 131
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, dan
Taraf Kesukaran ......................................................................... 135
Lampiran 13 Soal Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.... 136
Lampiran 14 Hasil Post Test Kelas Eksperimen .............................................. 138
Lampiran 15 Hasil Post Test Kelas Kontrol .................................................... 140
Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ..................................... 142
Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol............................................. 146
Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen .................. 150
Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ......................... 151
Lampiran 20 Penghitungan Uji Homogenitas.................................................. 152
Lampiran 21 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ............................................. 153
Lampiran 22 Lembar Uji Referensi ................................................................. 154
Lampiran 23 Harga Kritik Korelasi Product Momen Person........................... 158
Lampiran 24 Nilai Z pada Distribusi Normal................................................... 159
xiii
Lampiran 25 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ....................... 160
Lampiran 26 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (lanjutan) ............................ 161
Lampiran 27 Tabel Nilai Kritis Distribusi F.................................................... 162
Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis Distribusi F (lanjutan) ................................... 163
Lampiran 29 Tabel Nilai Kritis Distribusi t...................................................... 164
Lampiran 30 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian................................ 165
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pendidikan menjadikan manusia melalui proses
pembelajaran dimana yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan sebelumnya
tidak bisa menjadi bisa. Pentingnya pendidikan sudah dapat terlihat sejak zaman
dahulu. Para filsuf terdahulu yaitu Al Ghazali dan Plato dalam Al Jumhuriyyah
serta Aristoteles dalam Al Siyasah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat
hanya dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pendidikan.1
Selain hal di atas dalam Al-qur’an pun banyak ayat yang mengutarakan
bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan sangatlah penting. Salah satu ayat yang
membahas keutamaan ilmu dan pendidikan yaitu dalam firman Allah pada
QS. Az-Zumar ayat 9:
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”.
Ayat tersebut menyatakan bahwa seseorang yang dapat menerima
pelajaran atau pengetahuan ialah orang yang berakal. Sehingga untuk dapat lebih
mudah menerima pengetahuan kita harus sering mengasah akal kita dengan selalu
belajar. Salah satu cara untuk selalu belajar yaitu menempuh pendidikan sampai
akhir hayat.
1 Sulung Nofrianto, The Golden Teacher,(Depok : Lingkar Pena, 2008) , h. 8
2
Hal lain yang menunjukkan pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa
adalah seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.2 Berdasarkan undang-undang tersebut jelas
terlihat bahwa Indonesia sangat mementingkan pendidikan karena dengan
pendidikan masyarakat Indonesia dapat menjadi insan yang mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.
Berdasarkan UU Sisdiknas di atas salah satu tujuan pendidikan adalah
menjadikan siswa manusia yang kreatif. Hal ini dikarenakan dengan kemampuan
berpikir kreatif seseorang bisa menciptakan sesuatu yang bisa berguna untuk
kehidupan. Dunia kerja saat ini sangat membutuhkan kreativitas yang tinggi
karena dengan kreativitas seseorang dapat menghasilkan suatu inovasi yang
berguna bagi kehidupan. Dunia dengan semua keajaiban teknologinya ada karena
kreativitas. Kreativitas menghasilkan benda-benda yang dapat membantu
meringankan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, kemampuan berpikir secara
kreatif perlu dimiliki oleh pelajar saat ini. Karena pelajar-pelajar inilah yang akan
mengukir dunia di masa yang akan datang. Sehingga pelajaran-pelajaran yang ada
di sekolah pun seharusnya dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif para
siswa. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal yang sangat penting dimiliki
oleh seseorang bukan hanya untuk dapat membuat benda-benda yang membantu
pekerjaan manusia tetapi juga membantu menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan yang kompleks.
Berpikir kreatif merupakan salah satu tingkat kemampuan berpikir tingkat
tinggi (high order thingking skill). FJ.King, dkk mengatakan bahwa “Kemampuan
berpikir tingkat tinggi meliputi kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir
kreatif”. Kemampuan berpikir kreatif secara operasional menurut Munandar
dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), dan orsinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
2 UU Sisdiknas No. 20, (Jakarta :Lembaga Negara RI, 2003), h. 3
3
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.” 3
Sehingga untuk mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang tinggi bukan hal
yang mudah, karena kemampuan berpikir kreatif memiliki banyak indikator.
Dewasa ini perkembangan pendidikan matematika memiliki peranan yang
sangat penting. Matematika tidak hanya sebagai mata pelajaran yang dapat
mencerdaskan siswa tetapi juga dapat melatih siswa dalam menghadapi berbagai
masalah dalam kehidupan. Selain melatih siswa untuk berpikir logis matematis
juga dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif. Seperti yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 14 tahun 2007 bahwa matematika diperlukan untuk melatih
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat
memiliki kemampuan memperoleh mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif.4
Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang dapat diasah
melalui pembelajaran matematika. Kemampuan ini dapat terasah jika guru
mendorong siswa untuk berpikir divergen dengan cara memberikan siswa
masalah-masalah yang memungkinkan siswa untuk menemukan banyak solusi
dari suatu masalah. Selain itu kemampuan ini juga dapat berkembang jika
pembelajaran di kelas didesain sedemikian rupa sehingga mendorong siswa untuk
mengeluaran potensi kreatifnya. Tentu hal ini tidak bisa didapat jika pembelajaran
yang dilakukan di kelas masih menggunakan metode yang konvensional dan
monoton. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai objek pembelajaran. selain itu guru juga masih terpaku pada soal yang
tertutup (mempunyai jawaban tunggal). Sehingga siswa tidak terlatih untuk
menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya karena guru yang seharusnya dapat
mendorong semua potensi yang ada dalam diri siswa tidak merancang proses
pembelajaran yang inovatif.
3S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Grasindo, 1999), h. 50 4 Permendikas No.14, Standar Isi untuk Program paket A, paket B, dan program paket
C,(Jakarta : Depdiknas, 2007), h.82
4
Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran pun monoton.
Seperti metode ceramah, guru menjelaskan materi kepada siswa hanya dengan
tipe komunikasi satu arah. Siswa dibiarkan untuk mendengarkan dengan seksama
apa yang guru jelaskan. Tetapi guru terkadang tidak pernah mengetahui sampai
sejauh mana siswa dapat menerima materi yang guru jelaskan. Dengan tipe
komunikasi yang hanya satu arah siswa menjadi pasif dalam belajar. Hal ini
menjadikan siswa tidak berkembang dalam segala potensi yang dimiliki, termasuk
potensi mereka untuk berpikir kreatif. Tentu keadaan semacam ini tidak dapat
terus dibiarkan. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan tercapainya tujuan
pembelajaran harus melakukan suatu inovasi dan reformasi dalam kegiatan
belajar.
Selain masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah lain
yang juga menjadi batu sandungan di kelas adalah terlalu banyaknya materi yang
harus diajarkan kepada siswa tetapi waktu pembelajaran yang ada hanya sedikit.
Sehingga gurupun terpaksa menjelaskan materi dengan terburu-buru tanpa
memperdulikan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Akibatnya potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa pun termasuk potensi berpikir
kreatifnya tidak tergali karena model dan stategi yang digunakan tidak
memfasilitasi siswa untuk mengembangkannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk dapat menggali segala
potensi yang siswa miliki ialah dengan merubah metode yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas yang semula monoton menjadi inovatif dan menyenangkan.
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Djamarah bahwa pembelajaran
matematika yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah harus mengalami
perubahan paradigma yaitu dari teacher centered menjadi learner centered.5
Learner centered atau student centered merupakan paradigma baru dalam dunia
pendidikan yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan dengan teacher
centered. Paradigma ini memberikan ruang yang lebih luas kepada siswa untuk
5Gelar Dwirahayu, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas siswa untuk
meningkatkan prestasi Belajar Siswa SMP”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, (Jakarta: CeMED, 2007), Vol. 2 No. 2, h. 220.
5
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, karena siswa tidak pasif di
kelas tetapi siswa didorong untuk menggali sendiri pengetahuannya, berinteraksi
dengan temannya di kelas, berdiskusi, presentasi di depan kelas.
Selain model pembelajaran di kelas yang monoton, ketakutan siswa
terhadap pelajaran matematika juga mempengaruhi proses pembelajaran. Hampir
pada setiap jenjang pendidikan, siswa merasa takut dan jenuh dengan matematika
karena bahasanya yang formal. Guru biasanya memulai pelajaran dengan dasar
teori, pernyataan-pernyataan yang mengandung simbol-simbol atau definisi-
definisi. Padahal teori-teori atau konsep formal tidak harus diberikan di awal
materi, pada awal materi guru bisa memaparkan materi menjadi sebuah cerita
yang menarik.6 Sehingga dari awal siswa tidak merasa takut ataupun jenuh justru
sebaliknya siswa jadi tertarik untuk mengetahui materi dengan bertanya kepada
gurunya ataupun berdiskusi dengan siswa lain. Rasa takut dan jenuh terhadap
pelajaran ini mempengaruhi motivasi belajar siswa yang akhirnya membuat siswa
jadi malas belajar dan tidak merespon apa yang guru jelaskan.
Kekeliruan-kekeliruan dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan
rendahnya kemampuan matematis siswa mulai dari pemahaman konsep,
komunikasi matematis, penalaran, kemampuan dalam pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti kemampuan berpikir kreatif dan
kritis siswa. Beberapa fakta yang menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang rendah ditemukan penulis. Pertama, penulis melakukan tes
kemampun berpikir kreatif matematis tingkat rendah kepada 41orang siswa di
sebuah SMP di daerah Tangerang Selatan. Soal yang digunakan mengukur
indikator berpikir lancar (fluency). Hasilnya menunjukkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswanya rendah, yaitu dari 41 siswa hanya ada 9% siswa yang
dapat menjawab soal yang diberikan dengan banyak jawaban. Rata-rata nilai
indikator fluency hanya mencapai 39. Fakta lainnya yang menunjukkan rendahnya
6Gaguk Margono, “Keterkaitan antara Problem Solving dengan kreativitas dalam
Pembelajaran Matematika”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta:
CeMED, 2007), Vol. 2 No. 1, h. 49.
6
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yaitu ditemukan pada penelitian
Intan Jatiningrum, rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis dari 36 siswa
yang ada pada kelas kontrol sebesar 47, 39, tentu nilai ini masih rendah dan masih
perlu ditingkatkan.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka sudah seharusnya guru matematika
melakukan suatu reformasi dalam pembelajaran. Guru sebaiknya tidak
menggunakan metode yang membiarkan siswa hanya pasif mendengarkan
penjelasan dari guru. Tetapi lebih ditekankan pada metode pembelajaran yang
menstimulus siswa untuk lebih aktif membangun pemahamannya sendiri. Hal ini
sejalan dengan teori belajar konstruktivisme. Tugas guru matematika adalah
memotivasi dan menstimulus perkembangan setiap individu di dalam kelas untuk
bereksplorasi, mengajukan pertanyaan, dan menguatkan kompetensi matematika
siswa dalam kemampuan berpikir kreatifnya.
Model pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruksivisme
diantaranya adalah pembelajaran kooperatif, yaitu suatu pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, sehingga siswa dapat belajar bersama-sama, saling
membantu dan melengkapi satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan tugas
atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif, setiap siswa dapat mendiskusikan pendapat, bertanya, belajar dari
pendapat orang lain, memberikan kritik dan menyimpulkan penemuan mereka,
sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik daripada dengan
mempelajarinya secara individu.
Kreativitas merupakan produk berpikir kreatif seseorang. Berpikir kreatif
merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita mendatangkan atau
memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya
yang belum dilakukan.7 Pernyataan tersebut sesuai dengan tahapan dalam salah
satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yaitu FSLC. Tahap yang sesuai
7Tatag Yuli Eko Siswono dan Abdul Haris Rosyidi, Menilai Kreativitas Siswa dalam
Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Peranan
Matematika dan terapannya dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia”,
(Surabaya : Matematika FMIPA UNESA, 2005), h.2
7
dengan pernyataan di atas yaitu formulate dan create. Formulate dalam konteks
ini yaitu merumuskan atau memformulasikan jawaban dari permasalahan yang
guru berikan secara individual. Sedangkan create yang berarti membuat sebuah
jawaban baru yang menggabungkan ide-ide terbaik.
Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-
Share-Listen-Create) untuk menjadi solusi dari permasalahan telah dipaparkan di
atas. Hal ini disebabkan karena FSLC dapat mengakomodasi kepentingan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, dalam penelitian ini peneliti mengambil judul yaitu
:“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC
(Formulate-Share-Listen-Create) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan juga berdasarkan
pengalaman peneliti selama melakukan praktek mengajar di salah satu sekolah
maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
a. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.
b. Siswa di kelas hanya pasif mendengarkan uraian materi dari gurunya,
menerima, menghafal ilmu atau informasi dari guru.
c. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang monoton sehingga
siswa cenderung jenuh ketika proses belajar berlangsung.
d. Siswa merasa takut belajar matematika karena bahasa matematika yang
formal dan dipenuhi dengan simbol-simbol dan definisi yang abstrak.
e. Motivasi belajar matematika dari siswa masih rendah
f. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika.
g. Terlalu banyak materi yang harus siswa pelajari sehinggga guru terkadang
terburu-buru dalam menjelaskan materi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan mengingat permasalahan yang ada cukup
luas maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah untuk penelitian ini
akan dibatasi pada:
8
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diteliti adalah kemampuan
berpikir kreatif dengan indikator berpikir lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibility), berpikir orisinil (originality), dan berpikir rinci (elaboration)
pada pokok bahasan Segiempat.
2. Model pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate – Share – Listen – Create)
yang meliputi tahap memformulasikan jawaban, membagi jawaban dengan
teman sekelompok, mendengarkan jawaban dari kelompok lain, membuat
jawaban baru yang menggabungkan ide-ide terbaik dari semua kelompok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan pembelajaran
dengan model kooperatif tipe FSLC?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan pembelajaran
secara konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran model pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC.
2. Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dengan siswa yang
diajar model pembelajaran konvensional.
9
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, siswa, dan
guru pada umumnya. Manfaat yang didapat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi penulis
a. penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam bidang
pendidikan matematika, khususnya tentang metode pembelajaran yang
efektif dalam pembelajaran matematika.
b. Dapat menambah pengalaman dalam dunia pendidikan dan bidang
ilmiah.
2. Manfaat bagi guru
Guru dapat melakuan perubahan dalam menggunakan metode pembelajaran
di kelas. Jika sebelumnya guru lebih sering menggunakan metode konvensional,
maka dengan adanya penelitian ini guru dapat menggunakan metode yang lebih
inovatif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran serta suasana belajar
yang aktif dan menyenangkan.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini akan meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa di sekolah
khususnya untuk pelajaran matematika. Dengan meningkatnya prestasi belajar
siswa maka kualitas sekolah secara umum juga akan meningkat di mata
masyarakat.
10
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
a. Pengertian Berpikir Kreatif Matematis
Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan berbagai kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk Allah lainnya. Salah satu kelebihan yang manusia miliki
yang tidak makhluk lain miliki adalah akal. Akal ini yang digunakan oleh manusia
untuk berpikir dan memahami kebesaran-kebesaran Allah yang tersebar di dunia
ini. Manusia juga menggunakan kemampuannya berpikir untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam kehidupan dan untuk menciptakan hal-hal baru
yang akan bermanfaat untuk kehidupan.
Plato mendefinisikan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati.1
Sedangkan Bigot et al mendefinisikan berpikir dengan menekankan pada tujuan
berpikir, yaitu berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian
pengetahuan kita, dimana pengetahuan kita mencakup segala sesuatu yang telah
kita ketahui, dapat berupa pengertian-pengertian dalam batas tertentu ataupun
tanggapan-tanggapan.2 Pendapat tersebut menyatakan bahwa berpikir merupakan
aktivitas menghubungkan segala sesuatu yang kita ketahui sehingga pengetahuan-
pengetahuan tersebut menjadi mempunyai koneksi satu sama lain.
Berbeda dengan pendapat di atas Ruggiero mengartikan berpikir sebagai
suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu
masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.
Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan dan memecahkan
1Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2008), h. 54
2Ibid.
11
masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia dapat dikatakan sedang
melakukan aktivitas berpikir.3
Berdasarkan pada beberapa pengertian berpikir di atas dapat disimpulkan
bahwa berpikir adalah proses pengolahan pengetahuan yang berupa konsep,
gagasan, dan pengertian yang dimiliki oleh seseorang untuk meletakkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan tersebut demi tercapainya
pemahaman yang lebih baik dan sesuatu pengetahuan baru yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah.
Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) menurut Utami adalah
“kemampuan (berdasarkan informasi yang tersedia) menemukan banyak jawaban
terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.”4 Jadi, terdapat tiga aspek yang harus
diperhatikan yaitu kuantitas jawaban, yaitu siswa bisa menemukan jawaban lebih
dari satu. Selanjutnya aspek ketepatgunaan, yaitu siswa tidak hanya menemukan
banyak jawaban tetapi juga jawaban-jawaban yang diberikan sesuai dengan
permasalahan yang ada. Kemudian aspek keragaman jawaban, yaitu terdapat
banyak jawaban yang tidak sejenis.
Selanjutnya Wirawan mendefinisikan “berpikir kreatif yaitu berpikir untuk
menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan sistem
baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.”5 Sedangkan menurut
Isakson et al, berpikir kreatif merupakan proses mengkonstruksi ide yang
menekankan pada aspek kelancaran(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.6 Sejalan dengan
pendapat di atas Utami menyatakan pengertian kreativitas secara operasional
adalah “Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),
3Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa
University Press, 2008), h. 13 4S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Gramedia, 1992), h. 48. 5Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,(Jakarta: Bulan Bintang,2000), cet.
8, h. 47. 6Grieshober, Continuing A Dictionary of Creativity Terms and Definitions), 2012, h. 31,
(http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/theses/Grieswep.pdf )
12
dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”7 Sehingga dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kreativitas
berarti seseorang yang dapat berpikir secara lancar, luwes, orisinil, dan teperinci
dalam menyampaikan gagasannya.
Berbeda dengan pendapat di atas Rhodes mendefinisikan kreativitas dalam
empat dimensi yang dikenal dengan istilah Four P’s of Creativity, keempat
dimensi tersebut yaitu Person, Process, Press dan Product. Person (Pribadi) yaitu
setiap pribadi mempunyai potensi untuk kreatif. Process (proses) yaitu kreativitas
dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran di mana individu berusaha
untuk menemukan jawaban, metode baru dalam menghadapi suatu permasalahan.
Press (pendorong) yaitu kreativitas sebagai pendorong yang datang dari diri
sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi. Sedangkan definisi
kreativitas dari segi Product (hasil) seperti pendapat Baron yaitu kreativitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru kedalam kehidupan.8
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan definisi kemampuan
berpikir kreatif matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika dengan memberikan jawaban atau gagasan yang banyak
(berpikir lancar), memberikan berbagai macam penafsiran terhadap suatu gambar,
situasi, cerita atau masalah dan dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut
pandang (berpikir luwes), mampu memberikan gagasan atau jawaban yang baru,
unik tetapi tetap sesuai dengan permasalahan yang diajukan (berpikir orisinil),
serta dapat menguaraikan masalah matematika dengan menjawabnya melalui
langkah-langkah yang terperinci (berpikir terperinci).
7 S. C. Utami Munandar, Op. Cit., h. 50.
8Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2003), h. 107-108
13
b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Utami menguraikan beberapa indikator kemampuan berpikir kreatif
matematis meliputi definisi dan perilaku siswa yang mengindikasikan kemampuan
berpikir kreatifnya. Beberapa indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:9
1. Kemampuan berpikir lancar (fluency) adalah mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara
atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban. Kemampuan ini ditunjukkan dengan perilaku siswa seperti
mengajukan banyak pertanyaan, jika ada pertanyaan siswa menjawab
dengan sejumlah jawaban, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah, lancar dalam mengemukakan gagasannya, bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat
kesalahan atau kekurangan pada suatu objek ataupun situasi.
2. Kemampuan berpikir luwes (flexibility) adalah menghasilkan ide, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
Kemampuan ini ditunjukkan oleh perilaku siswa seperti memberikan
berbagai macam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek,
memberikan macam-macam interpretasi terhadap suatu gambar, cerita, atau
masalah, menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-
beda, memberikan pertimbangan yang berbeda dari yang diberikan orang
lain terhadap situasi, dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah
selalu mempunyai posisi yang berbeda dari orang lain berikan atau
bertentangan dengan mayoritas kelompok, memikirkan berbagai macam
cara yang bervariasi untuk menyelesaikan suatu masalah, menggolongkan
hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda, mampu mengubah arah
berpikir secara spontan.
3. Kemampuan berpikir orisinil (originality) adalah mampu menghasilkan
ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk
9S.C Utami Munandar, op. cit ., h. 88-91
14
mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Kemampuan ini ditandai dengan
adanya perilaku siswa seperti memikirkan masalah-masalah atau hal-hal
yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara
lama dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru, memilih untuk
menggambar atau membuat desain sesuatu yang asimetris, memiliki cara
berpikir yang lain dari yang lain, mencari pendekatan yang baru dari yang
stereotip, setelah mendengar atau membaca gagasan-gagasan berusaha
untuk menemukan penyelesaian baru, lebih senang mensintesis daripada
menganalisa situasi.
4. Kemampuan berpikir terperinci (elaboration) adalah mampu memperkaya
dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau
memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik. Kemampuan ini ditunjukkan dengan perilaku siswa
seperti mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci,
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau
menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai
rasa estetis yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong
atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detail-detail
terhadap gambarnya sendiri ataupun gambar orang lain.
5. Kemampuan menilai (mengevaluasi) adalah menentukan patokan penilaian
sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat,
atau suatu tindakan bijaksana atau tidak, mampu mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga
melaksanakannya. Kemampuan menilai ini ditunjukkan oleh perilaku siswa
seperti memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri,
menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisis maslah atau
penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan
“mengapa?”,mempunyai alasan yang rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai keputusan, merancang suatu
15
rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus, pada saat tertentu tidak
menghasilkan gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis,
menentukan pendapat dan dapat mempertahankannya.
Sedangkan menurut Mahmudi aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif
matematis yang diukur adalah kelancaran, keluwesan, kebaruan (orisinil), dan
keterincian. Aspek-aspek atau indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
tersebut yaitu:
1. Kelancaran meliputi kemampuan (a) menyelesaikan masalah dan
memberikan banyak jawaban atas masalah tersebut; atau (b) memberikan
banyak contoh atau pertanyaan terkait dengan konsep atau situasi tertentu.
2. Keluwesan meliputi kemampuan (a) menggunakan beragam strategi
penyelesaian masalah; atau (b) memberikan beragam contoh atau
pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.
3. Kebaruan meliputi kemampuan (a) menggunakan strategi yang bersifat
baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah; atau (b)
memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak
biasa.
4. Keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut,
dan koheren terhadap prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis
tertentu dengan menggunakan konsep, representasi, istilah, atau notasi
matematis yang sesuai.10
Sedangkan Olson menyatakan bahwa berpikir kreatif terdiri dari dua unsur
yaitu kefasihan dan keluwesan. Kefasihan ini ditunjukkan dengan kemampuan
seseorang menghasilkan banyak gagasan untuk memecahkan masalah secara
lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan menghasilkan gagasan
yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan masalah. Indikator
kemampuan berpikir kreatif ini sejalan dengan yang dinyatakan Munandar, yaitu
10
Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah
disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XV, UNIMA, Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010,
h. 5
16
tidak menekankan kriteria "baru" atau originality sebagai sesuatu yang tidak ada
sebelumnya. Kebaruan ini lebih ditunjukkan dengan keberagaman gagasan yang
dihasilkan.11
Ide yang dihasilkan mungkin tidak baru bagi orang lain tetapi
setidaknya baru bagi orang yang mencetuskan ide tersebut.
Williams mengemukakan pendapat yang hampir sama dengan Mahmudi.
Indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Williams yaitu terdiri dari
kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kefasihan adalah kemampuan
untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran,
dan mudah berpindah dari jenis pemikiran satu ke jenis pemikiran lain.
Orisinalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan
ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran
yang tidak lazim. Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah atau memerinci
hal-hal yang detil dari suatu objek, gagasan , atau situasi.12
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator
kemampuan berpikir kreatif terdiri dari berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir
orisinil, berpikir terperinci, dan menilai. Namun pada penelitian ini indikatornya
akan dibatasi pada empat indikator yaitu berpikir lancar, berpikir keluwesan,
berpikir orisinil, dan berpikir terperinci. Penelitian ini menggunakan indikator
yang dikemukakan oleh Mahmudi. Indikator tersebut akan diuraikan pada tabel di
bawah ini
Tabel 2. 1
Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Indikator Perilaku
Berpikir Lancar (Fluency):
Mencetuskan banyak jawaban,
gagasan, dan penyelesaian
Menghasilkan banyak jawaban dan
gagasan dari suatu permasalahan
Dapat dengan cepat melihat
11
Tatag Yuli Eko Siswono, Op. cit., h. 18. 12
Ibid.,
17
masalah. kesalahan dan kekurangan dari suatu
objek dan situasi.
Berpikir Luwes (flexibility):
Menghasilkan gagasan atau
jawaban yang bervariasi.
Memberikan berbagai macam
penafsiran pada suatu gambar..
Memikirkan bermacam-macam cara
yang berbeda-beda untuk
menyelesaikan suatu masalah yang
diberikan.
Berpikir Orisinil (Originality):
Mampu memodifikasi atau
membuat kombinasi baru dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
Memilih cara berpikir yang lain
daripada yang lain.
Mempertanyakan cara-cara lama
dan memikirkan cara-cara baru.
Bepikir terperinci (elaboration):
Menambahkan atau memperinci
detail-detail dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga
menjadi lebih baik.
Menjelaskan jawaban dari masalah
yang diberikan secara terperinci,
runtut, dan koheren terhadap
prosedur matematis
Seseorang siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik
tidak hanya ditunjukkan dalam kemampuan kognitif tetapi juga mempunyai ciri-
ciri afektif. Ciri-ciri afektif tersebut diantaranya:
1. rasa ingin tahu yang mendorong individu lebih banyak mengajukan
pertanyaan, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, selalu
memperhatikan orang, objek dan situasi serta membuatnya lebih peka dalam
pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti;
2. tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan;
tidak senang terhadap tugas-tugas yang rutin dan tidak menantang.
3. berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh
orang lain, tidak mudah putus asa.
18
4. menghargai keindahan dan memiliki imajinasi yang hidup, yakni kemampuan
memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi dan
mempunyai rasa humor.
5. dapat menghargai bakat diri sendiri maupun orang lain.13
Berdasarkan uraian ciri-ciri afektif tersebut dapat disimpulkan siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik akan terlihat dari perilakunya
sehari-hari di kelas dan dalam pembelajaran. Tetapi guru tidak bisa mengetahui
potensi siswa jika pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan model
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu untuk mengetahui potensi berpikir
kreatif siswa yang belum tergali guru harus menggunakan model pembelajaran
yang memicu siswa untuk menampilkan potensinya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat memicu dan menggali potensi siswa yaitu model
pembelajaran kooperatif. Tetapi, dalam penelitian ini peneliti tidak melihat
kemampuan berpikir siswa dari ciri-ciri afektifnya tetapi dari hasil belajarnya.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC
a. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika
Pembelajaran yang dilakukan di kelas harus mempunyai acuan ataupun
suatu pedoman. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung guru tidak
melenceng dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Mills berpendapat bahwa
“model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan model tersebut”.14
Model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penemuan para ahli pendidikan
berdasarkan teori psikologi pendidikan dan teori belajar. Sedangkan menurut
Joyce (1992) “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
13
S. C. Utami Munandar, Op.cit, h. 51 14
Agus Suprijono, Cooperative Learning,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), Cet. XI, h.
45
19
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain.”15
Pendapat lain dikatakan Soekamto dkk yaitu model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.16
Berdasarkan uraian di atas
maka kita dapat mengetahui bahwa model pembelajaran yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru
harus selektif dan harus memperhatikan model pembelajaran yang dipilih.
Model pembelajaran mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran
yang dapat membantu siswa lebih memahami materi sehingga tujuan
pembelajaran pun tercapai. Namun, model pembelajaran yang digunakan selama
ini di kelas mengarahkan siswa untuk individualis, siswa seoalah-olah diajarkan
untuk mengganggap teman sekelasnya sebagai kompetitor atau saingan. Setiap
siswa berusaha secara individu untuk mendapatkan posisi ranking satu di
kelasnya. Hal ini memberikan dampak yaitu menjadikan siswa tidak dapat bekerja
secara kooperatif dalam kelompoknya.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka siswa akan mengalami kesulitan
ketika masuk ke dunia kerja yang menuntutnya untuk dapat bekerja sama dengan
rekan kerjanya. Oleh karena itu, model pembelajaran yang mengarahkan siswa
bersikap individual harus segera dirubah dengan model pembelajaran yang dapat
memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama,
karena hasil pemikiran dari beberapa orang akan lebih baik daripada hanya satu
orang. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama salah satunya ialah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif ini menggunakan sistem pengelompokan
atau tim kecil, yaitu kelompok berjumlah maksimal enam orang yang mempunyai
15
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Pretasi Pustaka, 2007), h. 5 16
Ibid.,
20
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok dan setiap kelompok
memperoleh penghargaan (reward) sesuai dengan hasil kerjanya. Jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Maka setiap anggota
kelompok akan membutuhkan satu sama lain. Hal tersebut memunculkan
tanggung jawab individu terhadap kelompok. 17
Hal ini membuat siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan lebih peduli terhadap siswa lain sehingga siswa
tidak diajarkan untuk menjadi sosok yang individualistis. Sehingga baik untuk
perkembangan kehidupan sosialnya. Selain itu siswa terlatih untuk dapat
menjelaskan dengan baik hal-hal yang mereka pahami kepada siswa lain. Dengan
demikian kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik pun akan
berkembang.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.18
Menurut Roger, dkk. (1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.19
Sejalan dengan Roger dkk., Johnson dan Johnson (1998) mendefinisikan
pembelajaran kooperatif namun dalam kalimat yang lebih ringkas. Johnson dan
Johnson berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif berarti working together to
accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama).20
Begitu
pula dengan Artz dan Newman (1990) mengartikan dengan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar atau siswa yang bekerja sama dalam
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta :
Kencana Frenada Media, 2006), h. 242 18
Ibid .,h. 241. 19
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 29 20
Ibid, h. 31
21
satu tim untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mencapai suatu tujuan bersama).21
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membentuk
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, masing-masing
anggota kelompok berusaha bekerja sama dan memaksimalkan potensi individu,
kemudian memadukannya ke dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama
dalam pembelajaran.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk menjadi individu yang tidak
indivualistis. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk peduli terhadap
temannya yang kesulitan dalam memahami pelajaran. Sehingga kemungkinan
siswa yang tidak memahami materi yang sedang dipelajari akan semakin kecil,
tentunya dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang baik.
Menurut Roger dan David Johnson tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Hasil yang maksimal akan tercapai jika unsur-unsur
pembelajaran kooperatif diterapkan. Ada lima unsur yang harus diterapkan, yaitu :
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif).
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).
4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
5. Group processing (pemrosesan kelompok).22
Positive interdependence (saling ketergantungan positif) merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif agar
pembelajaran yang dilakukan berjalan efektif. Masing-masing anggota kelompok
harus memahami bahwa mereka mempunyai prinsip dalam kelompok yaitu
“tenggelam dan berenang bersama” (sink and swim together) artinya siswa
mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya untuk maju bersama. Siswa
21
Ibid, h. 32 22
Agus Suprijono, Op. cit., h. 58
22
sama sekali tidak dianjurkan untuk bersikap individualis, menonjolkan diri sendiri
tanpa memperhatikan teman sekelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif
siswa harus bertanggung jawab pada dua hal, pertama mempelajari materi yang
ditugaskan, dan yang kedua memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga
mempelajari dan memahami materi tersebut.
Rasa saling ketergantungan positif ini muncul ketika siswa menyadari
bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan tugas dengan sukses apabila mereka
mengerjakannya sendirian atau jika ada anggota lain yang tidak berhasil
mengerjakannya (begitu pula sebaliknya).23
Untuk menciptakan suasana tersebut,
guru perlu merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan
siswa untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman sekelompoknya dalam
penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi seperti ini
memungkinkan siswa untuk memiliki rasa saling ketergantungan positif dalam
mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab
individu maupun kelompok, dan juga memotivasi siswa untuk peduli terhadap
teman sekelompoknya. Selain itu juga mendorong setiap anggota kelompok untuk
saling bekerja sama.24
Personal responsibility, yaitu tanggung jawab pribadi individual atau
perseorangan. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran
terhadap keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung
jawab individu merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat
oleh kegiatan belajar bersama. Sehingga setelah mengikuti kegiatan kelompok,
masing-masing anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.25
Adanya rasa tanggung jawab individual ini akan membuat siswa bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dan kelompoknya. Sehingga siswa tidak akan
melakukan kegiatan kelompok dengan tidak serius.
23
Miftahul Huda, Op. cit., h. 46-47 24
Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,
(Bandung : Alfabeta, 2007), h. 42 25
Agus Suprijono, Op. cit., h. 60
23
Tanggung jawab individual ini dapat ditumbuhkan dengan beberapa cara
yaitu (a) kelompok belajar yang dibentuk jangan terlalu besar; (b) melakukan
assesmen terhadap setiap siswa; (c) memberi tugas kepada siswa , yang dipilih
secara acak untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun
kepada seluruh siswa di depan kelas; (d) mengamati setiap kelompok dan
mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok; (e) menugasi seorang
siswa dalam setiap kelompok untuk menjadi pemeriksa di kelompoknya; (f)
menugasi siswa untuk mengajar temannya26
Face to face promotive interaction, yaitu interaksi antara siswa yang terjadi
secara langsung (tanpa ada perantara). Dalam interaksi ini tidak ada penonjolan
kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat
verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan saling timbal balik
yang positif sehingga mempengaruhi hasil pembelajaran.27
Menurut Lie setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan mendorong siswa untuk membentuk
sinergi yang saling menguntungkan. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih
baik daripada hasil pemikiran hanya satu orang. Dalam proses Face to face
promotive interaction siswa memiliki kesempatan untuk saling bertukar pendapat,
mengetahui hal yang sebelumnya tidak diketahui melalui interaksi dengan teman
sekelompoknya. Hasil kerja sama dari beberapa orang akan lebih baik daripada
hasil kerja dari masing-masing anggota.
Inti dari sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan,
dan mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompok. Perbedaan yang
dimiliki oleh setiap anggota seperti perbedaan latar belakang pengalaman,
keluarga, dan sosial-ekonomi akan menjadi modal utama dalam proses saling
memperkaya antaranggota kelompok. Lie juga menyatakan bahwa sinergi yang
baik tidak mungkin didapatkan dalam waktu singkat, tetapi harus melalui proses
yang cukup panjang. Oleh karena itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk
26
Ibid., 27
Isjoni. loc. cit.
24
saling mengenal dan menerima anggota lain dalam kegiatan tatap muka (Face to
face promotive interaction) dan interaksi pribadi.
Interpersonal skill, yaitu keterampilan komunikasi yang harus dimiliki
setiap anggota untuk dapat berkomunikasi dengan teman sekelompoknya.
Keterampilan ini tidak dimiliki oleh semua siswa, untuk itu sebelum diskusi
dilaksanakan guru sebaiknya memberikan pengarahan tentang cara-cara
berkomunikasi yang baik dalam berdiskusi. Hal ini penting karena keberhasilan
suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.28
Keterampilan berkomunikasi antaranggota ini juga memerlukan proses yang
panjang. Siswa tidak bisa diharapkan langsung menjadi seorang yang mempunyai
interpersonal skill yang tinggi dalam waktu sekejap.
Group processing (pemrosesan kelompok) merupakan unsur yang tidak
kalah penting demi tercapainya tujuan pembelajaran kooperatif. Kerja kelompok
yang efektif dipengaruhi oleh sejauh mana kelompok tersebut merefleksikan
proses kerja sama mereka. Pemrosesan dapat mengandung arti menilai. Melalui
pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan, tahapan kegiatan kelompok
dan kegiatan dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga terlihat anggota
mana yang memberikan kontribusi dan mana yang tidak memberikan kontribusi
terhadap kelompoknya. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif
untuk mencapai tujuan bersama.29
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi model pembelajaran
kooperatif dengan berbagai tipe. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang
ditemukan oleh ahli ialah think-pair-share (TPS). TPS pertama kali
dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai
dengan yang dikutip oleh Arends (1997), yang menyatakan bahwa TPS
28
Anita Lie, Cooperative Learning (Jakarta:Grasindo, 2010), Cet. VII, h. 34 29
Agus Suprijono, Op. cit., h.61
25
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di
kelas.30
Prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberikan lebih banyak
waktu untuk siswa berpikir, untuk merespon dan saling membantu dalam
kelompoknya.
Walaupun strategi TPS sudah cukup baik, tetapi para ahli selalu
mengembangkan strategi yang ada. TPS dikembangkan oleh Robert T. Johnson,
David W. Johnson dan Karl A. Smith menjadi sebuah strategi baru yang disebut
dengan Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). FSLC diharapkan dapat
mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh TPS dan dapat menutupi
kekurangan dari TPS. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ledlow bahwa :
A further variation on Think-Pair-Share was developed by Johnson, Johnson,
and Smith (1991). It’s called Formulate-Share-Listen-Create, and it’s a good
strategy for use with problems or questions that could be addressed in a
variety of ways. The “create” step gets students to synthesize their ideas and
come up with the best solution to a problem.31
Johnson, Johnson dan Holubec menganjurkan FSLC untuk digunakan
dalam situasi berpasangan. Para ahli ini menyatakan bahwa “to begin, each
student formulates an answer to a question or problem posed by the teacher.
Then, each student shares his or her thoughts with a partner. It is important that
each student listen carefully to what the partner has articulated so that together,
they can create a response that is better than either of the individual responses.”32
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui langkah-langkah dari model
pembelajaran kooperatif tipe formulate-share-listen-create terdiri dari:
1. Formulate
Setiap siswa memformulasikan jawaban untuk menjawab permasalahan
yang guru berikan.
30
Trianto, Op. cit., h. 126 31
Susan Ledlow, Using Think-Pair-Share in the College Classroom (Arizona: Arizona State
University, 2001), h. 2 www.hydroville.org/system/files/team_thinkpairshare.pdf 32
R. Bruce Williams, Cooperative Learning :A Standard for High Achievement,(California:
Corwin Press, 2002), h. 51
26
2. Share
Setiap siswa membagi/menjelaskan jawabannya kepada teman
sekelompoknya atau pasangannya dalam kelompok.
3. Listen
Setiap teman dalam satu kelompok mendengarkan dengan seksama
penjelasan atau jawaban dari pasangannya. Kemudian mencatat setiap
persamaan dan perbedaan dari jawaban mereka.
4. Create
Setelah setiap siswa mendengarkan jawaban dari pasangan/teman
sekelompoknya masing-masing maka mereka membuat jawaban baru yang
didapat dari penggabungan ide-ide atau jawaban-jawaban terbaik dari
masing-masing anggota kelompok. Sehingga didapat jawaban yang lebih
baik dari sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui langkah-langkah dari model
pembelajaran kooperatif tipe formulate-share-listen-create dikelas terdiri dari:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, inti materi dan penjelasan
secara singkat tentang LKS yang dibagikan kepada setiap siswa.
2. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru menggunakan media
pembelajaran yang menarik atau menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
3. Guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan kelompok
(pembelajaran kooperatif tipe FSLC), yaitu:
a. Formulate: guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa
untuk mempelajari, mengerjakan dan menjawab pertanyaan yang
ada di LKS. Dalam tahap ini siswa mtentang enuliskan bebagai
jawaban yang diminta dalam soal.
b. Share: setiap siswa berpasangan untuk saling berbagi dan
mendiskusikan tentang jawaban yang mereka temukan
27
c. Listen: setiap pasangan saling mendengarkan pendapat dan
jawaban dari pasangannya masing-masing kemudian mencatat
persamaan dan perbedaan jawabannya.
d. Create: membuat jawaban baru yang merupakan gabungan dari
ide-ide terbaik dari semua kelompok.
4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
5. Guru memberikan soal latihan kepada setiap individu untuk melihat
kemampuan masing-masing siswa.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe FSLC
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran
kooperatif tipe FSLC. Kelebihannya yaitu :
1. Pembelajaran kooperatif yang beranggotakan 2-3 orang akan lebih
cepat dibentuknya.
2. Lebih banyak kesempatan untuk masing-masing anggota kelompok
berkontribusi dan menyampaikan ide pada kelompoknya.
3. Interaksi antaranggota akan lebih mudah dan nyaman karena jumlah
anggota lebih sedikit tapi waktu yang diberikan lebih banyak.
4. Kerja kelompok lebih teratur karena jumlah anggota yang sedikit
sehingga lebih mudah mengontrolnya.
5. Pada tahap formulate siswa tidak hanya memikirkan jawaban secara
individual tetapi juga memformulasikan dan menuliskan berbagai
kemungkinan jawaban dari permasalahan yang diberikan.
6. Dengan adanya tahap create, siswa diberikan kesempatan untuk
membuat jawaban baru yang dihasilkan dari sintesis ide-ide terbaik dari
kelompoknya dan juga dari kelompok lain.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe FSLC, yaitu:
1. Banyak kelompok yang perlu di monitor, dan kemungkinan banyak
juga kelompok yang melapor kepada guru tentang kendala-kendala
dalam kelompoknya.
28
2. Lebih sedikit ide yang dihasilkan karena kelompok hanya terdiri dari 2-
3 orang.
3. Jika kelompok terdiri dari 2 orang tidak ada penengah bila ada
perselisihan antaranggota kelompok.
3. Teori Belajar dan Pembelajaran yang Mendukung FSLC
a. Teori Konstruksivisme
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh seorang ahli bernama Piaget pada
pertengahan abad 20. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Dalam paham ini guru tidak selalu
:menyuapi” siswa dengan semua materi-materi pelajaran yang seharusnya mereka
pahami, siswa duduk diam mendengarkan guru berceramah tentang materi yang
sedang dipelajari kemudian setelah itu guru memberikan tugas kepada siswa.
Sedangkan dalam teori konstruktivisme seorang guru tidak mengajarkan
bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan
mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Ketika siswa memberikan jawaban, guru tidak langsung
mengatakan jawaban itu benar atau salah. Tetapi guru mendorong siswa lainnya
untuk memberikan pendapat terhadap jawaban temannya, setuju atau tidak setuju
kepada jawaban atau ide temannya. Kemudian siswa saling bertukar pendapat
sampai persetujuan dicapai oleh siswa dalam satu kelompok .33
Pengetahuan yang
diperoleh siswa dari hasil transfer pengetahuan akan diingat hanya dalam waktu
singkat setelah itu pengetahuan tersebut dilupakan, sedangkan pengetahuan yang
didapat dari konstruksi sendiri akan menjadi pengetahuan yang melekat dan
bermakna bagi siswa.
Menurut Wayan, “belajar menurut pandangan ini lebih sebagai proses
regulasi diri dalam menyelesaikan konflik kognitif yang sering muncul melalui
33
Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), h. 75
29
pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi.”34
Jadi menurut Wayan
belajar merupakan proses pengaturan diri untuk dapat menyelesaikan konflik
kognitif yang muncul pada saat siswa mengalami sesuatu yang nyata, bekerja
sama dengan orang lain dan dalam menginterpretasikan suatu hal.
Secara umum terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas yang
berbasis konstruktivistik, yaitu:
1. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa;
2. Menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama;
3. Menghargai pandangan siswa;
4. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa;
5. Menilai pembelajaran secara kontekstual.
Teori konstruktivisme menekankan bahwa siswa harus belajar untuk
membangun pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kemampuan mereka
dengan tidak hanya mengandalkan penerimaan pengetahuan dari guru. Sehingga
pembelajaran haruslah dikemas sedemikian rupa agar dapat mendorong siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam paham ini siswa menjadi subjek pembelajaran, bukan
sebagai objek yang pasif.
Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat bahwa teori belajar
konstruktivisme sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif, karena
dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam belajar dengan
membangun pemahamannya sendiri. Jadi, secara umum teori pembelajaran
konstruktivisme ini mendukung semua tipe yang ada dalam model pembelajaran
kooperatif termasuk FSLC.
b. Teori Kognitif Piaget
Teori dari Piaget yang patut untuk diketahui terutama oleh guru
matematika yaitu bahwa perkembangan kogntif siswa sangat bergantung kepada
34
I Wayan Santyasa, Model-model Pembelajaran Inovatif,( Universitas Pendidikan Ganesha
: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007), h.1
30
seberapa jauh siswa dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannnya. Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif sebagai skemata
(schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema.35
Terdapat tiga aspek pada
perkembangan kognitif seseorang, yaitu struktur, isi, dan fungsi kognitifnya.
Struktur kognitif inilah yang disebut dengan skemata (schema), merupakan
organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada saat siswa berinteraksi
dengan lingkungannya. Isi kognitif merupakan pola tingah laku siswa yang
tercermin pada saat ia merespon berbagai masalah. Sedangkan fungsi kognitif
merupakan cara yang digunakan siswa untuk memajukan tingkat intelektualnya.36
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi
oleh empat hal, yaitu sebagai berikut:37
1. Kematangan (maturation) otak dan sistem syaraf dari seseorang itu.
2. Pengalaman (experience) yang terdiri atas:
a. Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia
dengan lingkungannya.
b. Pengalaman logiko-matematis (logico-mathematical experience),
yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia.
c. Transmisi sosial (social transmission), yaitu interaksi dan kerjasama
yang dilakukan oleh manusia dengan orang lain.
3. Penyeimbangan (equilibration), suatu proses sebagai akibat ditemuinya
pengalaman(informasi) baru.
Selain teori mengenai tahap proses kognitif, faktor yang mempengaruhi,
Piaget juga mengemukakan teori mengenai implikasi dalam model pembelajaran
dari teori Piaget, yaitu:
a. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak
hanya pada hasilnya. Tetapi, guru juga harus memahami bagaimana
siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut.
b. Memperhatikan peranan siswa dalam berinisiatif, mempunyai
keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Kelas yang menggunakan konsep
35
Erman Suherman, dkk., loc. Cit., h. 36 36
Fadjar Shadiq , Aplikasi Teori Belajar, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika,2006), h. 9 37
Ibid., h. 11
31
ini, penyajian pengetahuan yang sudah jadi tidak ditekankan, tetapi siswa
lebih didorong menemukan sendiri pengetahuan itu.
c. Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori ini menganggap bahwa semua siswa melalui tahap
perkembangan yang sama, namun masing-masing siswa memerlukan
waktu yang berbeda-beda dalam melewati setiap tahapnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Teori kognitif dari
Piaget ini relevan dengan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe FSLC
karena teori ini memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak,
yang tidak hanya dilihat hasilnya tetapi juga proses siswa samapi pada hasil
tersebut. Teori ini juga mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran
dan memaklumi perbedaan dari tiap individu mengenai kemajuan perkembangan.
3. Teori Vygotsky
Pembelajaran menurut Vygotsky merupakan suatu perkembangan
pengertian. Pengertian menurut Vygotsky dibedakan enjadi dua yaitu pengertian
spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang
didapatkan anak dari pengalamannya sehari-hari. Sedangkan pengertian ilmiah
adalah pengertian yang diperoleh dari ruangan kelas, atau dari pelajaran sekolah.
Kemudian Suparno menjelaskan kedua konsep tersebut saling berhubungan secara
berkesinambungan. Pengertian yang didapat dari sekolah akan mempengaruhi
perkembangan konsep yang ia peroleh dalam kehidupan sehari-hari dan
sebaliknya.38
Selain itu, Vygotsky juga menyatakan bahwa perkembangan kognitif
seseorang dipengaruhi oleh interaksi sosialnya. Interaksi sosial adalah interaksi
seseorang dengan orang lain dalam lingkungannya. Pembelajaran terjadi pada saat
anak berada dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal
development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan
sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Selanjutnya Nur dan
38
Isjoni, loc. Cit ., h. 39
32
Sammi mengemukakan yang dimaksud dengan zona perkembangan proksimal
adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat
perkembangan potensial.39
Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan seseoarang
untuk memecahkan masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan
potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa melalui bekerja sama dengan teman sebaya yang kemampuannya lebih
baik.40
Oleh karena itu, tingkat perkembangan potensial ini dapat dikembangkan
melalui pembelajaran dengan model kooperatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam teori Vygotsky ini,
terdapat hubungan antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kemampuan
berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya
berkembang melalui kerja sama dengan siswa lainnya yang kemampuannya
berbeda-beda di bawah bimbingan guru. Sehingga dapat terlihat bahwa teori
Vygotsky relevan dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan judul
penelitian yang penulis ambil.
1. Elih Solihat (2010), Pengaruh Pendekatan Open-ended terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa dalam Belajar Matematika (Penelitian Quasi
Eksperimen di MTsN Model Babakan Sirna). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pendekatan Open-ended terhadap terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika.
2. Fithriaini (2010), Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
melalui pendekatan pemecahan Masalah (Penelitian Tindakan Kelas di SMP
Negeri 3 Depok). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
terlihat dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya
39
Ibid., 40
Ibid.,
33
meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai tes akhir siklus sebesar 44,45 dan pada
siklus II sebesar 81,825.
3. Intan Jatiningrum (2012), Pengaruh Pendekatan Metakognitif terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa yang diajar dengan
pendekatan Metakognitif lebih tinggi dari kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.
4. Isneni Fitri (2012), Pengaruh Pendekatan Kontekstual tehadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
KBKM siswa yang pembelajarannya diterapkan pendekatan kontekstual
strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya diterapkan
pendekatan konvensional (pendekatan ekspositori).
5. Risnanosanti (2011), Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self
Efficacy terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam
Pembelajaran Inkuiri. Hasil penelitian ini menunjukkan Perkembangan KBKM
siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa pada setiap kelompok PAM (atas, tengah dan
bawah).
6. Ade Emay (2011), Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe FSLC lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
7. A. T. Prayitno, dkk. (2012) Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate Share
Listen And Create Bernuansa Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perangkat secara praktis dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis berdasarkan respon siswa dan guru yang positif. Selain itu,
kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen mencapai ketuntasan
34
proporsi lebih baik daripada kelas kontrol. Aktivitas dan motivasi
berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis mereka dan
ada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran kooperatif tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC)
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan dan
juga agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran yang
ada pada FSLC terdapat tahap formulate, dimana siswa diminta untuk menuliskan,
merumuskan jawaban dan pendapatnya. Pada tahap ini juga siswa diminta
mencari jawaban lebih dari satu ataupun menjawab soal dengan banyak cara.
Sehingga kemampuan berpikir kreatifnya dapat terasah terutama pada indikator
berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility). Pada saat menuliskan
jawaban pun siswa dilatih untuk menuliskan jawaban secara rinci dan lengkap
dengan demikian siswa terlatih untuk berpikir kreatif terutama pada indikator
berpikir rinci (elaboration). Indikator berpikir rinci pun digali pada tahap share.
Hal ini dikarenakan pada tahap share siswa dilatih untuk menjelaskan jawaban
yang didapatnya kepada teman sekelompoknya dengan rinci dan jelas.
Selain itu, pada tahap create siswa diminta untuk membuat jawaban baru
yang dihasilkan dari sintesa ide-ide terbaik dari semua kelompok. Tahap kegiatan
ini secara logika teori dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa terutama salah satu indikatornya yaitu, berpikir orisinil.
Kemampun berikir orisinil berarti mampu memodifikasi atau membuat kombinasi
baru dari bagian-bagian atau unsur-unsur hal ini sesuai dengan tahap create.
Create berarti membuat atau menciptakan bukan berarti harus menghasilkan
sesuatu yang benar-benar baru, tetapi bisa juga sesuatu hasil modifikasi dari
berbagai hal yang sudah ada dengan melakukan perbaikan dan penambahan hal
yang lain sehingga menjadi yang lebih baik. Pada saat proses listen pun
kemampuan berpikir orisinil dipengaruhi, karena pada saat itu siswa menerima ide
35
orang lain yang mungkin lebih baik sehingga siswa dapat memodifikasi jawaban
menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Formulate-Share-Listen-Create dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ledlow yang
dinyatakan sebelumnya yaitu “It’s called Formulate-Share-Listen-Create, and it’s
a good strategy for use with problems or questions that could be addressed in a
variety of ways”. Jadi menurut Ledlow FSLC merupakan strategi yang baik untuk
digunakan dalam memecahakan masalah dengan jawaban atau cara yang
bervariasi. Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih baik dengan yang diajar
model pembelajaran konvensional. Kerangka berpikir tersebut dapat disajikan
dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Berpengaruh positif
Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir Penelitian
Formulate Fluency
Flexibility
Elaboration
Share
Elaboration
Listen
Originality Create
Originality
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
Matematis
36
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas,
maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari
kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional”.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMPN 3 Tangerang Selatan yang berada di Jl.
Ir. H. Juanda Ciputat dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2012/2013 yaitu pada tanggal 09 April sampai dengan 08 Mei. Adapun jadwal
persiapan dan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Agenda Penelitian
No Jenis Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Persiapan dan perencanaan V
2 Observasi (studi lapangan) V
3 Pelaksanaan Pembelajaran V V
4 Analisis Data V
5 Laporan Penelitian V
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen
(eksperimen semu) yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan
pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian. Pada kelas eksperimen
dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
FSLC. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan metode ekspositori.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian two group randomized
subjects post test only. Desain penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:
38
Tabel 3. 2
Desain Penelitian
Kelompok Treatmen Post test
Eksperimen EX O
Kontrol KX O
Keterangan :
XE = Perlakuan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe FSLC
XK = Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional
O = Tes akhir kemampuan berpikir kreatif
Langkah yang dilakukan sebelum memberikan tes kemampuan berpikir
kreatif matematis adalah melakukan proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perlakuan khusus diberikan pada kelas eksperimen dalam
bentuk pemberian variabel bebas (Model pembelajaran kooperatif tipe FSLC)
untuk kemudian dilihat pengaruhnya pada variabel terikat (Kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa).
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Subjek yang akan
diteliti yaitu seluruh siswa kelas VII 1-9 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun
ajaran 2012/2013.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah Cluster Random Sampling, yaitu akan dipilih dua kelas secara
acak dari beberapa kelas yang homogen. Pengambilan acak kluster dilakukan jika
populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok-kelompok
individu dalam kluster. Sampel yang didapat dari teknik sampling tersebut ialah
39
kelas VII-6 dengan jumlah siswa 45 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas
VII-7 dengan jumlah siswa 45 orang sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika. Data tersebut diperoleh dari hasil
tes kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelompok. Tes kemampuan
berpikir kreatif matematis diberikan kepada kelompok eksperimen yang dalam
pembelajarannya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dan
kelompok kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan unuk mengetahui tingkat
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ialah tes berbentuk uraian. Soal
uraian yang digunakan disusun dengan mengacu pada konsep kemampuan
berpikir kreatif matematis yang memiliki indikator berpikir lancar, luwes, orisinil,
dan terperinci. Maka soal yang disusun harus dapat mengukur indikator-indikator
tersebut. Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal dengan
indikator kemudian menentukan pedoman penskoran untuk menilai kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam
penelitian disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No Indikator Soal Indikator
KBKM
No
soal
1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas layang-layang dengan banyak jawaban.
Fluency 1
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas persegipanjang dengan banyak jawaban.
Fluency 2
3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas trapesium dengan banyak cara.
Flexibility 3
40
4. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan
pemahaman sendiri tentang masalah yang
berkaitan dengan keliling dan luas persegi.
Originality 4a
5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas persegi dengan jelas dan rinci Elaboration
4b
6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas belah ketupat dengan jelas dan rinci Elaboration
5
7. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan
pemahaman sendiri tentang masalah yang
berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang.
Originality
6a
8. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas jajargenjang dengan jelas dan rinci Elaboration
6b
9. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas trapesium dengan banyak cara. Flexibility
7
Jumlah Soal 9
Pedoman penskoran tes KBKM mengacu pada rubrik skor dari Bosch.
Pedoman penskoran tes KBKM tersebut disajikan dalam tabel berikut:1
Tabel 3. 4
Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Aspek yang
diukur Skor Respon Siswa terhadap Soal atau Masalah
Berpikir
Lancar
0
Tidak menjawab atau memberikan ide/jawaban yang tidak
relevan untuk menyelesaikan soal/permasalahan yang
diberikan.
1 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan penyelesaian
masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas atau salah
2 Memberikan satu ide yang relevan dengan penyelesaian
1Risnanosanti, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap
Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri,” Disertasi pada
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2011, h. 82-83, tidak dipublikasikan.
41
masalah dan pengungkapannya lengkap dan jelas.
3
Memberikan lebih dari satu ide/jawaban yang relevan
dengan penyelesaian masalah tetapi penyelesaiannya kurang
jelas.
4
Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dengan
penyelesaian masalah dan pengungapannya lengkap dan
jelas.
Berpikir
Luwes
0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara
atau lebih tetapi semuanya salah.
1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan
terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga
hasilnya salah
2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses
perhitungan dan hasilnya benar
3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam)
tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan
dalam proses perhitungan.
4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam),
proses perhitungan dan hasilnya benar
Berpikir
Orisinil
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban
Salah
1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak
dapat dipahami
2 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses
perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai.
3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi
hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam
proses perhitungan
4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam), proses
perhitungan dan hasilnya benar.
Berpikir
Terperinci
0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah
1 Terdapat kekeliruan dalam jawaban dan tanpa disertai
perincian
2 Terdapat kekeliruan dalam jawaban dan disertai perincian
yang kurang detail
42
3 Memberikan jawaban yang benar tetapi merincinya kurang
detail
4 Memberi jawaban yang benar dan merincinya secara detail
Adapun pedoman penskoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil modifikasi acuan penskoran pada tabel 3.4 dengan penjelasan sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Pedoman Penskoran Tes KBKM Materi Segiempat
No.
Item Aspek Skor Kriteria
1. Fluency
(Berpikir Lancar)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1 Menemukan pasangan diagonal layang-layang
namun tidak sesuai dengan luas yang diketahui
2 Menemukan hanya satu pasangan diagonal layang-
layang yang sesuai.
3 Menemukan banyak pasangan diagonal yang sesuai
namun ada pasangan diagonal yang salah.
4 Menemukan banyak pasangan diagonal yang sesuai
dan semuanya benar.
2. Fluency
(Berpikir Lancar)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1 Menemukan satu bangun datar namun luasnya tidak
sama dengan persegipanjang ABCD
2 Menemukan satu bangun datar yang luasnya sama
dengan persegipanjang ABCD
3 Menemukan banyak bangun datar yang luasnya
sama dengan persegipanjang ABCD tetapi ada yang
tidak sesuai.
4 Menemukan banyak bangun datar yang luasnya
sama dengan persegipanjang ABCD dan semuanya
benar.
43
3 , 7 Flexibility
(Berpikir Luwes)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1 Menentukan luas bangun datar hanya dengan satu
cara tetapi salah.
2 Menentukan luas bangun datar hanya dengan satu
cara.
3 Menentukan luas bangun datar dengan banyak cara
tetapi ada cara yg salah.
4 Menentukan luas bangun datar dengan banyak cara
dan semuanya benar.
4a ,6a Berpikir Orisinil
(Originality)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling
dalam x tetapi hasil dan prosesnya salah
2 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling
dalam x dengan hasil benar tetapi prosesnya salah
3 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling
dalam x dengan hasil benar tetapi prosesnya ada
yang salah
4 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling
dalam x dengan benar.
4b,6b Elaboration
(Berpikir Rinci)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1 Memberikan jawaban namun tidak sesuai dengan
soal atau tidak dapat menemukan nilai x.
2 Memberikan jawaban yang rinci namun tidak
sesuai dengan soal atau hanya dapat menemukan
nilai x.
3 Menemukan nilai x dan luas persegi dengan cara
dengan hasilnya benar namun ada kesalahan dalam
proses.
4 Menemukan nilai x dan luas persegi dengan cara
yang jelas dan rinci, proses dan hasilnya benar.
44
5 Elaboration
(Berpikir Rinci)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali.
1 Menemukan panjang diagonal dengan proses tidak
lengkap dan hasilnya salah
2 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang
dengan hasilnya benar namun prosesnya kurang
lengkap.
3 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang
rinci dan jelas dengan proses benar tetapi hasilnya
salah
4 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang
rinci dan jelas serta proses dan hasilnya benar.
Untuk mengetahui instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sudah
memenuhi persyaratan atau belum, maka sebelum instrumen tersebut digunakan
harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Selain uji validitas
dan reliabilitas, instrumen juga perlu diuji tingkat kesukaran dan daya pembeda
soalnya. Setelah instrumen tersebut memenuhi persyaratan instrumen yang baik
dan layak untuk digunakan maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur variabel yang diinginkan. Instrumen dalam bentuk uraian tersebut dapat
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Validitas
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai instrumen baik. Validitas
yang digunakan adalah validitas isi dan validitas perbutir soal, yaitu ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya
diukur lewat butir item tersebut. Pengujian validitas item menggunakan rumus
Product Moment dari Pearson sebagai berikut:2
}}{{2222 YYNXXN
YXXYNrxy
2Sumarna Suryapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes,
(Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. Ke-3, h.65
45
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi anatara variabel X dan Y
X = skor per item yang diuji
Y = jumlah nilai setiap siswa
∑ 𝑋𝑌 = jumlah hasil kali X dengan Y
𝑋2 = kuadrat dari X
𝑌2 = kuadrat dari Y
N = banyaknya subjek skor X dan skor Y
Validitas suatu instrumen tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien
(r). Penafsirannya ada dua cara yaitu dengan melihat harga r dan diinterpretasikan
misalnya kolerasi tinggi, cukup, dan sebagainya. Kemudian dengan
membandingkan harga 𝑟𝑥𝑦 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Harga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dapat diperoleh dengan terlebih
dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus df = n – 2 , derajat
kebebasan dikonsultasikan kepada tabel “r” pada taraf signifikansi α = 0,05.
Dengan ketentuan:
Jika 𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut valid
Jika 𝑟𝑥𝑦 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketelitian suatu instrumen dalam mengukur variabel
yang diinginkan. Untuk menguji reliabilitas instrument penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu3:
𝑟11 = (𝑘
𝑘−1) (1 −
∑ 𝜎𝑏2
𝜎𝑡2 ) dengan varians : 𝜎2 =
∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2
𝑁
𝑁
Keterangan:
11r = koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal yang valid
∑ 𝜎𝑏2 = jumlah varians butir
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), Edisi Revisi VI, Cet. 13, h. 196.
46
𝜎𝑡2 = varians total
x = skor tiap soal
N = banyaknya siswa
3. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah4:
D = BA
JA−
BB
JB= PA − PB
Keterangan:
D : Daya Beda
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:
D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D = 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D = 0,41 – 0,70 : baik (good)
D = 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
Untuk butir soal yang ideal, daya bedanya berkisar antara 0,2 hingga 1,00,
sehingga apabila ditemukan daya beda butir yang negatif, sebaiknya guru
mengganti butir tersebut apabila hendak dimunculkan dalam tes berikutnya.
4. Taraf Kesukaran
Dilakukannya uji taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal-
soal pada penelitian ini adalah soal yang mudah, sedang, dan sukar. Uji taraf
4Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008),
Edisi Revisi Cet.8, h. 211.
47
kesukaran soal ditentukan dengan menghitung indeks besarnya, untuk itu
digunakan rumus:
P = B
JS
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Dan klasifikasi indeks
kesukaran yang sering digunakan adalah5:
P = 0,00 sampai 0,30 : soal sukar
P = 0,31 sampai 0,70 : soal sedang
P = 0,71 sampai 1,00 : soal mudah
D. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Setelah data terkumpul baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis
penelitian. Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat penelitian. Uji prasyarat yang perlu dipenuhi adalah uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Apabila
data berdistribusi normal, maka dalam menguji kesamaan dua rata-rata digunakan
uji t. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan uji chi kuadrat
(Chi Square). Langkah-langkah uji normalitas adalah6:
5Ibid., h. 208.
6Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,(Jakarta : Rosemata Sampurna,
2010), h.111.
48
a. Tentukan Hipotesis Statistik
0H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
1H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
b. Tentukan taraf signifikansi α = 0,05.
c. Tentukan statistik uji
2
2
i
ii
e
eo
Keterangan:
2 = statistik uji chi kuadrat
io = frekuensi pengamatan ke-i
ie = frekuensi harapan ke-i
d. Tentukan kriteria uji
Jika 𝜒2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0 diterima
Jika 𝜒2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0 ditolak
e. Kesimpulan
𝜒2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
𝜒2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki varian yang sama atau tidak (homogen atau tidak). Dalam penelitian ini,
pengujian homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikansi
α = 0,05.
Hipotesis:
H0 : kedua varians homogen
H1 : kedua varians tidak homogen
Hipotesis statistik:
H0 : 𝜎12 = 𝜎2
2
Ha : 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
49
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus statistik uji F (Fisher)
sebagai berikut: 7
F =varians terbesar
varians terkecil
Kriteria pengujiannya yaitu:
H0 diterima jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya varians kedua kelompok homogen.
H0 ditolak jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya varians kedua kelompok tidak homogen.
Langkah-langkah uji homogenitas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Hipotesis
H0 : 𝜎12 = 𝜎2
2
Ha : 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus: F = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
3) Tetapkan taraf signifikan (𝛼)
4) Hitung Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F1/2𝛼(n1-1, n2-1)
5) Tentukan kriteria pengujian H0 yaitu:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (homogen) dan H1 ditolak.
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (tidak homogen) dan Ha diterima.
2. Pengujian Hipotesis Statistik
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data, maka
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan, untuk mengetahui apabila rata-
rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk kelompok eksperimen
lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa untuk kelompok kontrol. Untuk Uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus
uji t. rumus yang digunakan yaitu:
7Ibid., h.118
50
a. Jika varians sampel homogen8
2
2
2
1
1
1
21
21
11 n
XXdan
n
XXdengan
nnS
XXt
gab
Sedangkan 𝑆𝑔𝑎𝑏 = √(𝑛1−1)𝑆1
2+(𝑛2−1)𝑆22
𝑛1+ 𝑛2− 2
Keterangan:
thitung = harga t hitung
1X = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
2X = nilai rata-rata hitung data kelompok control
2
1S = varians data kelompok eksperimen
2
2S = varians data kelompok kontrol
gabS = simpangan baku kedua kelompok
1n = jumlah siswa pada kelompok eksperimen
2n = jumlah siswa pada kelompok control
Setelah harga t hitung dioeroleh, kita lakukan pengujian kebenaran kedua
hipotesis dengan membandingakn besarnya thitung dengan ttabel, dengan trelebih
dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan
rumus dk = (n1 + n2 ) – 2 dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel
pada taraf kepercayaan 95% atau taraf siginifikansi (𝛼) = 5%
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
b. Namun, jika varians sampel tak homogen9
8 Ibid., h,195
9 Ibid., h.201
51
1) Mencari nilai thitung dengan rumus:
2
2
2
1
2
1
21
n
S
n
S
XXt
2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
𝑑𝑘 =(
𝑆12
𝑛1+
𝑆22
𝑛2)
2
(𝑆1
2
𝑛1)
2
𝑛1− 1+
(𝑆2
2
𝑛2)
2
𝑛2− 1
3) Mencari ttabel dengan taraf siginifikansi (𝛼) = 5%
Dengan 𝑡1 = 𝑡2 = 𝑡(𝛼)(𝑛1−1)
4) Ktiteria pengujian hipotesisnya:
Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Namun apabila sampel yang diteliti tidak memenuhi uji prasyarat analisis,
maka untuk menguji hipotesis digunakan statistic uji nonparametric, yaitu uji Man
Whitney. Rumus statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:10
𝑍 =𝑈 −
𝑛1𝑛2
2
√𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)12
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1(𝑛1 + 1)
2− 𝑅1
Keterangan:
U : statistik uji Mann Whitney
𝑛1 : ukuran sampel pada kelompok 1
𝑛2 : ukuran sampel pada kelompok 2
R1 : jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran
sampelnya n1
Z : statistik uji Z berdistribusi normal N (0,1)
Kriteria pengujian hipotesisnya, taraf siginifikansi (𝛼) = 5%
Jika Uhitung ≤ Utabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika Uhitung > Utabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
10
Ibid., h.275
52
Langkah-langkahnya sebagai berikut:11
1) Merumuskan hipotesis statistik
𝐻0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2
𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2
2) Menetapkan U kritis
Misalkan 𝛼 = 0,05 dengan n1 = 8 dan n2 = 5,
Diperoleh U(0,05)(8;5) = 8
3) Menentukan nilai statistic Mann Whitney (U),
dengan langkah langkah:
a) Mengurutkan data tanpa memperhatikan sampelnya. Skor
terkecil diberi angka 1 dan yang lebih besar diberi angka 2 dan
seterusnya, jika terdapat angka yang sama digunakan angka
rata-rata
b) Jumlah urutan masing-masing sampel (jumlah = K)
c) Menghitung statistik uji melalui dua rumus:
Pertama; 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1(𝑛1+1)
2− 𝐾1
Kedua; 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛2(𝑛2+1)
2− 𝐾2
4) Membuat kesimpulan
Tolak H0 jika statistik uji U > Ukritis dan
Terima H0 jika statistik uji U ≤ Ukritis
Jika ukuran sampelnya lebih besar dari 20, maka distribusi sampling U
menurut Mann dan Whitney akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata
standar error:
𝜇𝑈 = 𝑛1𝑛2
2 dan 𝜎𝑈 = √
𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)
12
11
Ibid., h.273
53
Sehingga variabel normal standarnya dirumuskan:
𝑍 =𝑈−𝜇𝑈
𝜎𝑈=
𝑈− 𝑛1𝑛2
2
√𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)
12
E. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 ≤ μ2
H1 : μ1 > μ2
Keterangannya adalah sebagai berikut:
𝜇1 : rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen.
𝜇2 : rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dengan
delapan kali perlakuan terhadap dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-6 sebagai kelas
eksperimen yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dan kelas VII-
7 sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional.
Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi
Segiempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis, setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka kedua
kelompok tersebut diberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk
soal uraian.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 10
butir soal, uji coba tersebut dilakukan peda kelas VIII-3. Setelah dilakukan uji
coba instrumen selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf
kesukaran butir soal dan uji daya pembeda butir soal. Berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan diperoleh 9 butir soal yang valid dengan reliabilitas
soal sebesar 0,85. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen
Data hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok
eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang yang dalam pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC diperoleh nilai terendah
47 dan nilai tertinggi 100. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis
kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
55
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelompok Eksperimen
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut (f) Kumulatif Relatif (%)
47 – 55 51 3 3 6,67
56 – 64 60 9 12 20,00
65 – 73 69 10 22 22,22
74 – 82 78 14 36 31,11
83 – 91 87 6 42 13,33
92 – 100 96 3 45 6,67
Jumlah 45 100
Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai
rata-rata 73, median 73,82 dan modus 76,5. Siswa yang nilai postesnya rendah,
yaitu sebanyak 3 orang siswa yang berada pada interval 47-55, sedangkan siswa
yang nilai postesnya rendah tinggi yaitu sebanyak 3 orang siswa berada pada
interval 92-100. Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif
matematis kelompok eksperimen pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC dapat dilihat pada grafik distribusi frekuensi
kumulatif ogive pada gambar 4.1
56
Gambar 4.1: Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen
Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,89% siswa kelompok
eksperimen mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata kelas yaitu 73. Sedangkan
siswa yang mendapat nilai lebih tinggi rata-rata sebanyak 51,11% siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok eskperimen mendapat
nilai di atas rata-rata.
Dilihat dari koefisien tingkat kemiringan kelas eksperimen ini sebesar
2068,0 karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri dan
dikatakan kurva menceng kanan, dengan kata lain kecenderungan data
mengumpul di atas rata-rata. Nilai ketajaman/ kurtosisnya sebesar 0,27 yang
berarti lebih dari 0,263 maka model kurva adalah runcing (leptokurtis). Sehingga
nilai rata-ratanya mengelompok (lampiran 17). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel nilai statistik berikut ini.
48.89%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
55 64 73 82 91 100
Fre
kue
nsi
Ku
mu
lati
f
Batas Atas Kelas
Ogive Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Eksperimen
57
Tabel 4.2
Nilai Statistik Kelas Eksperimen
Statistik Nilai
Nilai Terendah 47
Nilai tertinggi 100
Mean/ Rata-rata hitung (�̅�) 73
Simpangan Baku (S) 11,91
Varians (S2) 141,95
Median (Me) 73,82
Modus (Mo) 76,5
Tingkat kemiringan (Sk) -0, 2068
Keruncingan/ Kurtosis (𝛼4) 0,27
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol
Data hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang yang dalam
pembelajarannya menggunakan model konvensional diperoleh nilai terendah 39
dan nilai tertinggi 97. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis
kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Kontrol
No Interval Frekuensi
Absolut Relatif (%) Kumulatif
1 39 – 48 5 11,11 5
2 49 – 58 10 22,22 15
3 59 – 68 16 35,56 31
4 69 – 78 7 15,56 38
5 79 – 88 5 11,11 43
6 89 – 98 2 4,44 45
Jumlah 45 100
58
Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai
rata-rata 64,17, median 63,19 dan modus 62,5. Siswa yang nilai postesnya rendah,
yaitu sebanyak 5 orang siswa yang berada pada interval 39-58, sedangkan siswa
yang nilai postesnya rendah tinggi yaitu sebanyak 2 orang siswa berada pada
interval 89-98. Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif
matematis kelompok kontrol pada pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran konvensional dapat dilihat pada ogive pada gambar 4.2
Gambar 4.2 : Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa sebanyak 62,22% siswa kelompok
kontrol mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata kelas yaitu 64. Sedangkan siswa
yang mendapat nilai lebih tinggi dari rata-rata sebanyak 37,78% siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok kontrol mendapat
nilai di bawah rata-rata.
Koefisien tingkat kemiringan kelas kontrol ini sebesar 0,23 karena nilai
sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan dan dikatakan kurva
menceng ke kiri, dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah rata-
62.22%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
44 54 64 74 84 94 104
Fre
kue
nsi
Ku
mu
lati
f
Batas Atas Kelas
Ogive Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kontrol
59
rata. Nilai ketajaman/ kurtosisnya sebesa 0,2455 yang berarti kurang dari 0,263
dengan kurva berbentuk platikurtis (mendatar), sehingga nilai rata-rata tersebar
secara merata (lampiran 18). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nilai
statistik berikut ini.
Tabel 4.4
Nilai Statistik Kelas Kontrol
Statistik Nilai
Nilai Terendah 39
Nilai tertinggi 97
Mean/ Rata-rata hitung (�̅�) 64,17
Simpangan Baku (S) 13,04
Varians (S2) 170
Median (Me) 63,19
Modus (Mo) 62,5
Tingkat kemiringan (Sk) 0,23
Keruncingan/ Kurtosis (𝛼4) 0,2455
Perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara
kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model
kooperatif tipe FSLC dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya
menggunakan model konvensional dapat kita lihat pada tabel berikut:
60
Tabel 4.5
Perbandingan KBKM Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol
Statistika Kelompok
Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 45 45
Maksimum (Xmaks) 100 97
Minimum (Xmin) 47 39
Rata-rata 73 64,17
Median (Me) 73,82 63,19
Modus (Mo) 76,50 62,5
Varians 141,95 170
Simpangan Baku (S) 11,91 13,04
Kemiringan -0,21 0,23
Ketajaman 0,27 0,25
Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik
deskriptif antara kedua kelompok. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol
dengan selisih 8,83. Nilai siswa tertinggi dari dua kelompok tersebut terdapat
pada kelompok eksperimen dengan nilai 100, sedangkan nilai terendah terdapat
pada kelompok kontrol dengan nilai 39. Artinya kemampuan berpikir kreatif
matematis perorangan tertinggi terdapat di kelompok eksperimen sedangkan
kemampuan berpikir kreatif matematis perorangan terendah terdapat di kelompok
kontrol. Varians dari data kedua kelompok terlihat bahwa kelas kontrol memiliki
nilai yang lebih besar dari kelas kontrol. Nilai simpangan baku juga lebih besar
pada kelas control. Berarti kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas
kontrol lebih menyebar dari yang rendah hingga tinggi, sedangkan kemampuan
berpikir kreatif matematis kelas eksperimen lebih mengelompok atau hampir
mempunyai kemampuan yang tidak terlalu jauh berbeda dari rata-rata kelas.
61
Secara visual perbandingan penyebaran data di kedua kelas yaitu kelas
yang diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran FSLC dan kelas yang
diterapkan pembelajaran secara konvensional dapat dilihat pada diagram di bawah
ini.
Gambar 4.3
Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan kurva pada gambar 4.3 terlihat perbedaan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Terlihat pula bahwa kurva kelompok eksperimen berada di sebelah kanan dari
kurva kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa kelompok ekpserimen lebih baik dibandingkan kelompok
kontrol. Nilai tertinggi pada kelompok kontrol masih lebih rendah dibandingkan
nilai tertinggi pada kelompok eksperimen, karena nilai tertinggi pada kelas
eksperimen adalah 100, sedangkan kelompok kontrol adalah 97. Nilai terendah
pada kelompok eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan nilai terendah pada
kelompok kontrol, karena nilai terendah pada kelas kontrol adalah 39 sedangkan
kelas eksperimen adalah 47.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 20 40 60 80 100
Fre
kue
nsi
Nilai
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
62
3. Perbandingan KBKM Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Seperti yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian
ini kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti memiliki indikator berpikir
lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), berpikir
rinci (elaboration). Ditinjau dari indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
tersebut, skor rata-rata KBKM pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Indikator KBKM Siswa Skor
Ideal
Eksperimen Kontrol
x Nilai x Nilai
1 Berpikir Lancar 8 6,78 84,72 5,96 74,44
2 Berpikir Luwes 8 6,00 75,00 5,31 66,39
3 Berpikir Orisinil 8 5,56 69,44 4,69 58,61
4 Berpikir rinci 12 7,87 65,56 7,02 58,52
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh juga bahwa pada kelas eksperimen
nilai tertinggi dicapai pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
adalah berpikir lancar (fluency), yaitu sebesar 84,72 sedangkan nilai terendah
yang dicapai pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis adalah
indikator berpikir rinci (flexibility), yaitu sebesar 65,56. Hal yang sama juga
terjadi pada kelas kontrol, dimana nilai tertinggi pada indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis dicapai pada indikator berpikir lancar (fluency) yaitu
sebesar 74,44 sedangkan nilai terendah pada indikator tahapan kemampuan
berpikir kreatif matematis dicapai pada indikator berpikir rinci (flexibility) yaitu
sebesar 58,52.
Nilai rata-rata terkecil aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dari
kedua kelas, yaitu pada indikator berpikir rinci (elaboration). Hal ini
63
dimungkinkan karena lemahnya kemampuan siswa dalam menjawab
permasalahan dengan langkah yang terperinci. Siswa terbiasa mengerjakan soal
dengan langkah yang singkat dan sederhana. Sehingga ketika suatu soal
membutuhkan langkah yang rumit, terperinci maka siswa tidak bisa
mengerjakannya dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol, dengan selisih pada tiap-tiap indikatornya secara
berurutan yaitu 10,28, 8,61, 10,83, dan 7,04. Secara visual nilai aspek kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan
dalam gambar 4.4.
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil
pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 1,52
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Fluency Flexibility Originality Elaboration
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
64
dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel untuk
n=45 pada taraf signifikan 05,0 adalah 7,81 (lampiran 18).Karena
2 hitung kurang dari 2 tabel (1,52 < 7,81) maka H0 diterima, artinya data
yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil
pengujian untuk kelompok kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 2,44 dan
dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel untuk n = 45
pada taraf signifikan 05,0 adalah 7,81 (lampiran 19). Karena
hitung2 kurang dari
2 tabel (2,44 < 7,81) maka H0 diterima, artinya data
yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Hasil dari uji normalitas antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelompok N 2 hitung
2 tabel Kesimpulan
Eksperimen 45 1,52 7,81 Berdistribusi Normal
Kontrol 45 2,44 7,81 Berdistribusi Normal
Karena pada kedua kelompok 2 hitung kurang dari 2 tabel maka
dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi
normal.
65
2. Uji Homogenitas Tes Kemampuan berpikir kreatif matematis Siswa
Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji
homogenitas varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan uji
Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak.
Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen
apabila Fhitung < Ftabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan
tertentu.
Hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 1,20 dan Ftabel = 1,65 pada
taraf signifikansi 05,0 dengan derajat kebebasan pembilang 44 dan
derajat kebebasan penyebut 44 (lampiran 20). Hasil dari uji homogenitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas n Varians (s2) Fhitung
Ftabel
(α =0,05) Kesimpulan
Eksperimen 45 141,95 1,20 1,65 Terima H0
Kontrol 45 170
Karena Fhitung kurang dari dari Ftabel (1,20 < 1,65) maka H0 diterima,
artinya kedua varians populasi homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi
normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe FSLC lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok kontrol yang
66
menggunakan metode konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan
uji-t.
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel
yang homogen, maka diperoleh thitung = 3,35 (lihat lampiran 21). Menggunakan
tabel distribusi t pada taraf signifikan 5%, atau ( = 0,05) diperoleh harga ttabel =
1,99. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji-t
thitung ttabel (α=0,05) Kesimpulan
3,35 1,99 Tolak H0
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa thitung lebih besar dari
ttabel (3,35 1,99) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
dengan taraf signifikansi 5%, berikut sketsa kurvanya:
Dari gambar 4.5 berarti thitung tidak berada pada daerah penerimaan H0.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan taraf
signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
1,99 3,35
= 0,05
Gambar 4.5 : Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
67
kooperatif tipe FSLC lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.
D. Pembahasan Penelitian
1. Proses Pembelajaran di Kelas
Penelitian pada kelompok eksperimen dilakukan dengan memberikan
model pembelajaran yang berbeda. Salah satu yang membedakan pembelajaran
antara kelas eksperimen dan kelas control ialah setiap pertemuan masing-masing
siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didalamnya memuat soal-soal
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap
soal permasalahan dalam LKS harus diselesaikan dengan tahapan Formulate-
Share-Listen-Create (FSLC). Siswa memformulasikan jawaban secara individu
terlebih dahulu kemudian mereka berbagi jawaban (share) dengan teman
sekelompoknya untuk dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing jawaban
yang dimiliki. Kemudian masing-masing anggota kelompok mendengarkan
(listen) jawaban teman sekelompoknya. Setelah mereka mendengarkan jawaban
dari teman sekelompoknya dan menemukan perbedaan serta persamaan dari
jawaban mereka maka masing-masing kelompok membuat (create) jawaban baru
yang didapat dari penggabungan jawaban-jawaban terbaik dari masing-masing
anggota kelompok.
Ketika awal-awal pertemuan pembelajaran di kelas eksperimen melakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC, siswa terlihat
bingung dengan model pembelajaran yang digunakan. Siswa masih belum paham
dengan tahapan pembelajaran yang digunakan walaupun sudah dijelaskan oleh
peneliti. Ketika mengerjakan LKS pun beberapa kelompok terlihat belum sesuai
dengan instruksi yang diberikan.
Perkembangan terlihat pada pertemuan selanjutnya sampai pertemuan
yang terakhir, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan
soal permasalahan yang diberikan. Berikut adalah suasana kegiatan pembelajaran
68
di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
FSLC:
Gambar 4.6 Aktifitas Siswa Saat Melakukan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe FSLC pada tahap Share
Gambar 4.6 memperlihatkan siswa sedang melakukan tahap share setelah
sebelumnya dilakukan tahapan formulate. Pada tahap formulate tersebut siswa
diberikan kesempatan untuk memformulasikan jawaban mereka secara individu
untuk dapat menggali potensi berpikir kreatif mereka. Kemudian dilanjutkan
dengan tahap share, yaitu tahap siswa untuk saling membagi jawaban mereka
dengan teman sekelompoknya. Setelah itu berlanjut ke tahap listen yaitu siswa
diminta mendengarkan jawaban dari kelompok lain, pada tahap ini siswa
menemukan perbedaan dan persamaan diantara jawaban yang mereka temukan
dengan jawaban siswa-siswa dari kelompok lain. Tahap yang terakhir yaitu tahap
create, yaitu siswa membuat jawaban baru yang didapat dari hasil
menggabungkan ide-ide terbaik yang mereka temukan selama proses
pembelajaran mulai dari tahap formulate sampai tahap listen.
Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat pasif dan hanya
mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam
mengembangkan, menggali potensi berpikir kreatif mereka pada materi
Segiempat.
69
Gambar 4.7 Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Konvensional
2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis
Tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan pada
akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 9 soal berupa essay. Dalam
penelitian ini terdapat empat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis
yang diukur peneliti, yaitu:
a. Berpikir lancar (fluency)
Indikator berpikir lancar (fluency) diwakili oleh soal post test nomor 1 dan
2. Nilai rata-rata indikator berpikir lancar siswa kelas eksperimen adalah 84,72
dan kelas kontrol 74,44. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6,78 dan kelas
control 5,96. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir lancar kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut
diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini
merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari
hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:
Soal no. 1
Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak
mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai!
Soal di atas merupakan persoalan mencari pasangan diagonal yang sesuai
dengan laying-layang yang luasya 40 cm2. Untuk dapat menjawabnya siswa harus
mengerti bagaimana menemukan diagonal-diagonal layang-layang jika diketahui
70
luasnya. Selain itu siswa juga harus mempunyai kelancaran dalam mencari
pasangan diagonal yang sesuai dengan luasnya.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.8a Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Eksperimen
Gambar 4.8b Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Eksperimen
Gambar 4.8a Jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak bahwa
siswa menjawab soal lengkap. Proses menemukan diagonalnya terlihat dari siswa
menuliskan rumus luas layang-layang dan menemukan formula untuk mencari
pasangan diagonalnya. Jawaban yang didapat lebih dari satu dan semuanya benar.
Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.8b siswa bisa menjawab hanya dengan
satu jawaban. Selain proses menemukan formulanya kurang tepat sehingga siswa
tidak menemukan banyak jawaban. Sebagian besar siswa menjawab seperti siswa
pada gambar 4.8a, sedangkan sebagian kecil siswa menjawab seperti yang terlihat
pada gambar 4.8b.
71
Cara menjawab siswa kelas kontrol :
Gambar 4.8c Jawaban soal no 1 yang benar pada kelas kontrol
Gambar 4.8d Jawaban soal no 1 yang salah pada kelas kontrol
Pada gambar 4.8c jawaban siswa dari kelas kontrol pada di atas sudah
tepat. Terlihat siswa paham sama terhadap proses menemukan formula yang
benar, tetapi jawaban yang diberikan masih kurang beragam. Seperi adanya
kesamaan antara pasangan diagonal 1 dengan diagonal lainya hanya posisinya
yang dibalik. Jawaban soal post test pada bagian gambar 4.8d terlihat siswa belum
paham cara mencari jawaban dan cara menuliskan yang tepat, tetapi siswa masih
menggunakan rumus yang diajarkan oleh peneliti pada saat pembelajaran. Selain
itu siswa tersebut tidak memberikan jawaban lebih dari satu. Sebagian siswa pada
kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.8c. Sedangkan sebagian besarnya
menjawab seperti pada gambar 4.8d. Hal ini menandakan bahwa beberapa siswa
memahami soal dan mempunyai kemampuan berpikir lancar yang baik.
72
Sedangkan sebagian besar siswa belum memahami soal dan belum memiliki
kemampuan berpikir lancar yang baik.
Dilihat dari jawaban pada gambar 4.8a sampai gambar 4.8d, kemampuan
berpikir lancar (fluency) siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, terjadi aktifitas dimana siswa
mengungkapkan gagasan ataupun pemahaman berdasarkan bahasa mereka sendiri.
Selain itu siswa di kelas eksperimen mempunyai kesempatan untuk menggali
potensi berpikir lancar mereka secara individu pada tahap formulate sehingga
siswa mampu menyelesaikan soal berpikir lancar berdasarkan pengalaman mereka
pada saat mengerjakan LKS. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa menyelesaikan
soal berpikir lancar hanya berdasarkan materi yang mereka terima dari gurunya.
Padahal materi yang guru berikan tidak cukup untuk bisa menggali potensi
berpikir kreatif mereka.
b. Berpikir luwes (flexibility)
Indikator berpikir luwes (flexibility) diwakili oleh soal post test nomor 3
dan 7. Nilai rata-rata indikator berpikir luwes siswa kelas eksperimen adalah 75
dan kelas kontrol 66,39. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6 dan kelas control
5,31. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir luwes kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil
pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban
salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test
yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:
Soal no. 3 :
Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling
dan luas bangun datar tersebut !
73
Soal di atas merupakan persoalan menentukan luas bangun datar yang ada pada
gambar dengan lebih dari satu cara.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.9a Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Eksperimen
Gambar 4.9b Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Eksperimen
Pada gambar 4.9a, jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak
bahwa siswa menjawab soal lebih dari 1 cara. Proses menemukan luas bangun
datar antara cara 1 dan cara ke 2 juga berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
ini mampu berpikir luwes atau menemukan jawaban dengan banyak cara.
Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.9b terlihat bahwa siswa bisa menjawab
hanya dengan satu cara tetapi jawabannya belum tepat. Hal ini diduga karena
siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Jika dilihat dari proses mencari
jawaban sudah benar.
74
Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.9a.
sedangkan beberapa siswa menjawab serupa dengan jawaban pada gambar 4.9b.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa di kelas eksperimen mempunyai
kemampuan berpikir luwes yang baik, sedangkan beberapa siswa masih belum
mengerti cara mengerjakan soal berpikir luwes.
Cara menjawab siswa kelas kontrol:
Gambar 4.9c Jawaban soal no 3 yang benar pada kelas kontrol
Gambar 4.9d Jawaban soal no 3 yang salah pada kelas kontrol
Gambar 4.9c menunjukkan bahwa siswa menjawab soal nomor 3 dengan
cara lebih dari satu. Tetapi terdapat kesalahan pada saat menghitung keliling
bangun datar. Sedangkan pada gambar 4.9d menunjukkan bahwa siswa tidak
memahami maksud dari pertanyaan soal nomor 3. Hal tersebut terlihat karena
siswa tidak mencari luas bangun datar secara keseluruhan tetapi bangun datar
dibagi dan siswa mencari luas masing-masing bagian dari bangun datar itu tanpa
menjumlahkan luas-luas bangun datar tersebut kembali.
Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.9c
sedangkan sebagian yang lain menjawab seperti pada gambar 4.9d. Beberapa
75
siswa bahkan ada yang tidak menjawab. Ada juga siswa yang menjawab namun
jawabannya tidak berhubungan dengan pertanyaan pada soal.
Berdasarkan hasil postes siswa pada gambar 4.9a sampai dengan gambar
4.9d maka dapat terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada
indikator berpikir luwes lebih baik pada kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan
siswa kelas ekperimen lebih terbiasa menyelesaikan soal-soal berpikir luwes.
Selain itu pada proses formulate siswa dilatih untuk menyelesaikan soal berpikir
luwes secara individu sehingga pada saat menemui soal yang meminta jawaban
dengan cara lebih dari satu siswa sudah terbiasa.
c. Berpikir Orisinil (Originality)
Indikator berpikir orisinil (originality) diwakili oleh soal post test nomor
4a dan 6a. Nilai rata-rata indikator berpikir orisinil siswa kelas eksperimen adalah
69,44 dan kelas kontrol 58,61. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 5,56 dan
kelas control 4,69. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir orisinil
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut
diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini
merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari
hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:
Soal no. 4a
Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.
Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !
Cara menjawab siswa kelas eksperimen :
Gambar 4.10a Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Eksperimen
76
Gambar 4.10b Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas eksperimen
Berdasarkan gambar 4.10a terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen
dapat menemukan formula baru untuk mencari keliling dan luas dengan
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Formula baru ini tidak harus
benar-benar baru atau rumus baru tapi setidaknya baru bagi siswa itu sendiri.
Sedangkan pada gambar 4.10b dapat terlihat bahwa siswa sudah benar dalam
formula awalnya tetapi tidak teliti pada saat mengoperasikan aljabarnya. Hal ini
mungkin dikarenakan siswa masih belum paham mengenai proses operasi pada
aljabar sehingga berakibat pada penyelesaian soal tersebut. Siswa pada kelas
eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.10a sebagian lain
menjawab seperti pada gambar 4.10b. Beberapa siswa menjawab dengan variasi
lain tetapi masih berkaitan dengan soal.
Cara menjawab siswa kelas kontrol:
Gambar 4.10c Jawaban soal no 4a yang benar pada kelas kontrol
77
Gambar 4.10d Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas kontrol
Berdasarkan gambar 4.10c dapat dilihat bahwa siswa menjawab soal
dengan benar. Siswa menggunakan rumus yang telah diberikan kemudian
membuat jawaban baru yang dihubungkan dengan pengetahua yang dimiliki.
Sedangkan pada gambar 4.10d siswa menjawab dengan salah. Bahkan siswa
tersebut tidak mengerti cara menuliskan rumus dengan tepat. Pada proses
aljabarpun masih belum tepat. Sehingga tidak terbentuk suatu formula baru untuk
keliling dan luasnya. Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada
gambar 4.10d, beberapa siswa menjawab seperti pada gambar 4.10c. sebagian
lainnya menjawab dengan versi jawaban lain namun masih berkaitan dengan yang
ditanyakan dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir orisinil
pada kelas kontrol tidak baik.
Gambar 4.10a sampai dengan gambar 4.10d menunjukkan bahwa
kemampuan bepikir orisinil pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen telah terbiasa membuat
formula baru atau jawaban baru yang didapat dari hasil modifikasi jawaban dan
pengetahuan sebelumnya. Kegiatan ini terdapat pada tipe model pembelajaran
kooperatif yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu FSLC khususnya pada
tahap create.
d. Berpikir Rinci (Elaboration)
Indikator berpikir rinci (elaboration) diwakili oleh soal post test nomor 4b,
5 dan 6b. Nilai rata-rata indikator berpikir rinci siswa kelas eksperimen adalah
65,56 dan kelas kontrol 58,52. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 7,87 dan
kelas kontrol 7,02. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir rinci kelas
78
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut
diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini
merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari
hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:
Soal nomor 5:
Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan
memasang keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya
Pak Rian memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30
cm. Jika keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang
diagonal II keramik tersebut ?
Cara menjawab siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen
Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas eksperimen
Berdasarkan pada gambar 4.11a dapat dilihat bahwa siswa mengerjakan
dengan rinci. Langkah-langkah menemukan jawaban yang benar jelas dituliskan
oleh siswa. Sedangkan pada gambar 4.11b dapat terlihat bahwa siswa juga
79
menjawab dengan benar namun di awal menulis jawaban terdapat kesalahan. Pada
bagian akhir juga terdapat kesalahan. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami
cara penulisan jawaban soal matematika dengan benar.
Siswa pada kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar
4.11a sedangkan sebagian kecil menjawab seperti pada gambar 4.11b. beberapa
siswa menjawab dengan variasi lain namun masih mirip dengan jawaban pada
gambar 4.11a. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen rata-rata
memiliki kemampuan berpikir rinci yang baik.
Cara menjawab siswa kelas kontrol:
Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada kelas kontrol
Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas kontrol
Berdasarkan gambar 4.11c terlihat bahwa siswa menjawab dengan hasil
yang benar namun masih terdapat kesalahan dalam penulisan langkahnya.
Sedangkan pada gambar 4.11d terlihat bahwa siswa tidak memahami persoalan
yang ditanyakan sehingga jawaban yang diberikan salah.
Gambar 4.11a sampai dengan gambar 4.11d menunjukkan bahwa
kemampuan bepikir kreatif matematis indikator berpikir rinci siswa kelas
80
eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban soal nomor 5 yang benar lebih baik pada kelas eksperimen. Selain itu
pada jawaban salah kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban salah pada
kelas kontrol. Hal ini dapat disebabkan siswa kelas eksperimen lebih memahami
cara penulisan jawaban yang rinci. Siswa lebih memahami karena mereka sudah
terbiasa pada saat pembelajaran menggunakan cara yang rinci untuk menjawab
soal-soal di LKS yang guru berikan.
Rata-rata siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.11d
sedangkan sebagian lainnya menjawab seperti pada gambar 4.11c. Beberapa siswa
bahkan tidak menjawab sama sekal. Ada siswa yang menjawab dengan jawaban
versi lain tapi tidak berkaitan dengan yang ditanyakan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan siswa pada kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe FSLC pada pokok bahasan segiempat, yang diterapkan pada proses
pembelajaran dalam penelitian di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memberikan
dampak positif pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Selain itu, selama penelitian dalam pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe FSLC yang diterapkan pada kelas eksperimen
menjadikan siswa memiliki aktivitas yang mengembangkan berpikir kreatif lebih
baik. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa pada setiap
pertemuan. Siswa juga dapat saling berbagi pengetahuan melalui jawaban masing-
masing kelompok yang diberikan. Proses pembelajaran pun terasa menyenangkan
karena model pembelajaran kooperatif tipe FSLC membuat setiap siswa
berlomba-lomba dalam mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa
sehingga tidak adanya rasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran. Dengan
demikian siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang baik.
Sebaliknya dalam model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
menjadikan siswa kurang aktif dalam belajar. Siswa lebih fokus pada penjelasan
guru dibandingkan mengeksplorasi pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa
81
hanya menerima materi yang guru berikan. Sehingga potensi berpikir kreatifnya
menjadi tidak berkembang.
Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diketahui nilai rata-
rata kelas eksperimen 73 dan kelas kontrol 64,17. Hasil dari pengujian hipotesis
diperoleh bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional.
Dengan demikian terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
FSLC berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
sehingga hasil akhir siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol.
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan
kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh
hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat
terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun
mempunyai keterbatasan diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan segiempat saja, sehingga
hasilnya belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas VII SMP saja, sehingga belum bisa
digeneralisasikan pada siswa di tingkat SD atau SMA.
3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga diperlukan persiapan yang lebih baik
lagi agar siswa dapat terkontrol secara maksimal dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.
4. Kemampuan berhitung siswa masih rendah sehingga cukup menghambat
jalannya proses pembelajaran selama penelitian.
5. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan aspek lain tidak
dikontrol.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki nilai rata-rata 73. Tingkat
indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang paling baik adalah
kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 84,72, kemampuan berpikir
luwes dengan rata-rata 75, kemampuan berpikir orisinil dengan nilai rata-rata
69,44 dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir rinci dengan nilai
rata-rata 65,56.
2) Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model
pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran ekspositori memiliki
nilai rata-rata 64,17. Tingkat indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang
paling baik adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 74,44,
kemampuan berpikir luwes dengan rata-rata 66,39, kemampuan berpikir
orisinil dengan nilai rata-rata 58,61dan yang paling rendah adalah
kemampuan berpikir rinci dengan nilai rata-rata 58,52.
3) Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe FSLC lebih tinggi dari pada
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen
adalah sebesar 73 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif
matematis kelompok kontrol adalah sebesar 64,17. Selisih dari nilai
kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas sebesar 8,83. Perbedaan
ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pengaruh perlakuan selama proses
83
pembelajaran. Secara kualitatif, siswa yang dalam pembelajarannya
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model
konvesional. Selain itu, berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh
hasil t-hitung 3,35 dan t-tabel pada signifikansi 5% sebesar 1,99, maka
nilai 𝑡𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti 𝐻0 ditolak artinya kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Berdasarkan data-data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis.
B. SARAN
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa
saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:
1) Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat
menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan.
2) LKS sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai sumber informasi mengenai perkembangan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Guru dapat membuat Lembar Kerja Siswa yang lebih menarik
dan konstruktif dalam berbagai pokok bahasan matematika lain.
3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar
pengaruh model pembelajaran koopeartif tipe FSLC terhadap masing-masing
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis.
4) Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih maksimal dengan
model pembelajaran FSLC atau dengan model pembelajaran lain yang
dikombinasikan dengan FSLC. Sehingga terdapat peningkatan yang
signifikan pada kemampuan berpikir kreatif matematis.
84
5) Perlu dilakukan penelitian dengan persiapan yang lebih maksimal terutama
untuk instrumen pembelajaran dan instrumen tes. Sehingga kemampuan
berpikir kreatif siswa tergali secara maksimal.
6) Guru ataupun peneliti hendaknya mempunyai kemampuan menguasai kelas
dengan baik. Hal ini disebabkan jika guru tidak memiliki kemampuan
mengendalikan kelas ataupun siswa-siswa dengan baik maka guru/peneliti
akan kesulitan dalam mengatur waktu pembelajaran. Seperti yang kita ketahui
pada proses pembelajaran kooperatif siswa menjadi aktif berkomunikasi
dengan teman-temannya. Hal ini sering dimanfaatkan oleh siswa yang tidak
berminat belajar untuk bercanda dengan temannya. Akibat buruknya tujuan
pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Untuk membuat siswa patuh
pada peraturan pembelajaran guru dapat memberikan sanksi bagi siswa yang
melanggar peraturan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. XIII, 2006.
------------. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.VIII, 2008.
Dwirahayu, Gelar. “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas siswa untuk
meningkatkan prestasi Belajar Siswa SMP”. Algoritma Jurnal Matematika
dan Pendidikan Matematika. Jakarta: CeMED. Vol. 2 No. 2. 2007.
Grieshober. Continuing A Dictionary of Creativity Terms and Definitions), 2012.
http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/theses/Grieswep.pdf, 17
November 2012.
Huda, Miftahul. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011.
Isjoni. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.
Bandung : Alfabeta, 2007.
Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna,
2010.
Ledlow, Susan. Using Think-Pair-Share in the College Classroom (Arizona: Arizona State
University, 2001), www.hydroville.org/system/files/team_thinkpairshare.pdf, 15
Desember 2012.
Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta:Grasindo, Cet. VII, 2010.
Mahmudi, Ali. “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah
disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XV. 30 Juni – 3
Juli.Manado: UNIMA, 2010.
Margono, Gaguk. “Keterkaitan antara Problem Solving dengan kreativitas dalam
Pembelajaran Matematika”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. Jakarta: CeMED. Vol. 2 No. 1. 2007.
Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Grasindo, 1999.
Nofrianto, Sulung. The Golden Teacher. Depok: Lingkar Pena, 2008.
86
Permendikas No.14, Standar Isi untuk Program paket A, paket B, dan program paket
C. Jakarta : Depdiknas, 2007.
Risnanosanti, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap
Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran
Inkuiri,” Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: 2011. Tidak
dipublikasikan.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta :
Kencana Frenada Media, 2006.
Santyasa, I Wayan. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah disampaikan pada
pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di
Nusa Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli. Bali: Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, cet.
VIII, 2000.
Satiadarma, Monty P. dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Jakarta:
Pustaka Populer Obor, 2003.
Shadiq, Fadjar, Aplikasi Teori Belajar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika,2006.
Siswono, Tatag Yuli Eko dan Abdul Haris Rosyidi. “Menilai Kreativitas Siswa dalam
Matematika”. Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika Peranan Matematika dan
terapannya dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia. 28
Februari. Surabaya: Matematika FMIPA UNESA, 2005.
Siswono,Tatag Yuli Eko. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Surabaya: Unesa University Press, 2008.
Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI, 2002.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. XI, 2011.
Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 2008.
Suryapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, Cet. III, 2010.
87
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Pretasi Pustaka, 2007.
UU Sisdiknas No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Lembaga Negara
RI, 2003.
Williams, R. Bruce. Cooperative Learning: A Standard for High Achievement.
California: Corwin Press, 2002.
88
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas /Semester : VII (Tujuh) / Genap
Tahun Ajaran : 2012/2013
Materi Pokok : Segiempat
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan ke : 1 (pertama)
A. Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
B. Kompetensi Dasar
Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
C. Indikator
1. Menentukan keliling persegipanjang.
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan
banyak jawaban. (fluency)
3. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan pemahaman sendiri tentang masalah
yang berkaitan dengan keliling bangun persegipanjang.(Originality)
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan cara
yang terperinci, jelas dan lengkap.(elaboration)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC
siswa dapat:
1. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.
2. Menentukan keliling persegipanjang dengan menggunakan rumus yang
ditemukannya sendiri.
3. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling persegipanjang
dengan menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.
89
E. Metode Pembelajaran
Model : Pembelajaran Kooperatif tipe Fomulate-Share-Listen-Create (FSLC)
Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan.
F. Alat dan Sumber Belajar
Alat : Worksheet/LKS
Sumber Belajar :
1. Atik Wintarti, dkk. Contextual Teaching and Learning MATEMATIKA
SMP/MTs. Kelas VII Edisi 4 . Jakarta: Depdiknas. 2008.
2. Wagiyo, A., dkk. Pegangan Belajar Matematika 1:untuk SMP/ MTs. Kelas VII.
Jakarta: Depdiknas. 2008.
3. Dewi Nuharini dan Triwahyuni. MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA
1 SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas. 2008.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan (10’)
1. Guru mengkondisikan siswa dan membuka kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan garis besar materi yang
akan dipelajari yaitu keliling persegipanjang.
3. Apersepsi:
Guru melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yaitu tentang sifat-sifat
persegipanjang dan persegi.
Motivasi:
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pentingnya mempelajari
materi tersebut yaitu agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan
dengan keliling persegipanjang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti (60’)
a) Eksplorasi
1) Guru memberikan simulasi tentang keliling dengan meminta salah satu
siswa berjalan mengelilingi kelas. Kemudian memberikan pertanyaan
kepada siswa berapa jarak yang dilalui siswa yang mengelilingi kelas
tersebut.
2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 2-3 orang. Kemudian guru membagikan Lembar
Kerja Siswa 1 kepada masing-masing siswa.
90
3) Formulate : Siswa mengerjakan LKS secara individual, menuliskan
semua jawaban yang dianggap benar oleh siswa.
4) Share : Setiap siswa dengan kelompoknya saling berbagi dan
mendiskusikan tentang jawaban yang mereka temukan.
5) Listen : Setiap pasangan (anggota kelompok lain) saling mendengarkan
pendapat dan jawaban dari teman sekelompoknya masing-masing
kemudian mencatat persamaan dan perbedaan jawabannya.
6) Create : Siswa membuat jawaban baru yang merupakan gabungan dari
ide-ide terbaik dari semua anggota kelompok.
b) Elaborasi
a) Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
mengenai keliling persegipanjang.
b) Siswa mengembangkan pengetahuannya melalui tanya jawab interaktif
agar lebih memahami konsep yang baru saja dipelajari di bawah
bimbingan guru.
c) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS
secara individu
d) Konfirmasi
Guru memberikan koreksi, tambahan atau penguatan untuk meluruskan dan
menguatkan pemahaman siswa mengenai keliling persegipanjang.
Penutup (10’)
1) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran
mengenai keliling persegipanjang.
2) Guru memberikan informasi materi pembelajaran berikutnya yaitu mengenai
dan luas persegipanjang.
H. Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Instrument :
Indikator
Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen/Soal
91
1. Menentukan keliling
persegipanjang.
2. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan menghitung
keliling persegipanjang
dengan banyak jawaban.
(fluency)
3. Mengungkapkan gagasan
baru berdasarkan pemahaman
sendiri mengenai masalah
yang berkaitan dengan
keliling bangun persegi
panjang. (Originality)
4. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan menghitung
keliling persegipanjang
dengan cara yang terperinci,
jelas dan lengkap.
(elaboration)
Tes
tertulis
Uraian Hitunglah keliling persegi-
panjang yang mempunyai
ukuran Panjang 17 cm dan
lebar 7 cm.
Diketahui suatu persegipanjang
ABCD mempunyai keliling
sebesar 40 cm. Tentukanlah
panjang dan lebar persegi panjang
tersebut ? temukan sebanyak-
banyaknya pasangan panjang dan
lebar yang kelilingnya sesuai
dengan persegipanjang ABCD !
Terlampir dalam LKS
Keliling sebuah persegipanjang
adalah 100 cm. Perbandingan
ukuran panjang dan lebar
persegipanjang tersebut adalah
3:2. Hitunglah panjang dan lebar
persegipanjang !
Tangerang, April 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti
______________________ Siti Hasanah
92
92
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas /Semester : VII (Tujuh) / Genap
Tahun Ajaran : 2012/2013
Materi Pokok : Segiempat
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan ke : 1 (pertama)
A. Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
B. Kompetensi Dasar
Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
C. Indikator
1. Menentukan keliling persegipanjang.
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan
banyak jawaban. (fluency)
3. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan pemahaman sendiri tentang masalah
yang berkaitan dengan keliling bangun persegipanjang.(Originality)
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan
cara yang terperinci, jelas dan lengkap.(elaboration)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran maka siswa dapat:
1. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.
2. Menentukan keliling persegipanjang dengan menggunakan rumus yang
ditemukannya sendiri.
3. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling persegipanjang
dengan menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.
E. Metode Pembelajaran
Model : Pembelajaran Konvensional (Ekspositori)
93
93
Metode : Ceramah, tanya jawab dan penugasan.
F. Alat dan Sumber Belajar
Alat : Worksheet/LKS
Sumber Belajar :
1. Atik Wintarti, dkk. Contextual Teaching and Learning MATEMATIKA
SMP/MTs. Kelas VII Edisi 4 . Jakarta: Depdiknas. 2008.
2. Wagiyo, A., dkk. Pegangan Belajar Matematika 1:untuk SMP/ MTs. Kelas VII.
Jakarta: Depdiknas. 2008.
3. Dewi Nuharini dan Triwahyuni. MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA
1 SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas. 2008.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan (10’)
1. Guru mengkondisikan siswa dan membuka kegiatan pembelajaran.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan garis besar materi yang
akan dipelajari yaitu keliling persegipanjang.
3. Apersepsi:
Guru melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yaitu tentang sifat-sifat
persegipanjang dan persegi.
Motivasi:
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pentingnya mempelajari
materi tersebut yaitu agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan
dengan keliling persegipanjang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti (60’)
a) Eksplorasi
1) Guru memberikan simulasi tentang keliling dengan meminta salah satu
siswa berjalan mengelilingi kelas. Kemudian memberikan pertanyaan
kepada siswa berapa jarak yang dilalui siswa yang mengelilingi kelas
tersebut.
2) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pengertian keliling
persegi panjang menurut pemahaman mereka. Guru memberitahukan
pengertian keliling persegipanjang menurut teori.
3) Guru meminta siswa untuk memikirkan bagaimana rumus mencari keliling
persegipanjang berdasarkan dari pengertiannya.
94
94
4) Setelah siswa menyatakan pendapatnya mengenai rumus keliling
persegipanjang, maka guru memberitahukan rumus sebenarnya.
b) Elaborasi
1) Guru meenjelaskan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang
berkitan dengan keliling persegipanjang.
2) Guru memberikan soal latihan yang berkaitan dengan keliling
persegipanjang.
3) Pada saat siswa mengerjakan soal latihan guru membantu siswa yang
kesulitan mengerjakannya.
4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal latihan di depan
kelas.
c) Konfirmasi
Guru memberikan koreksi, tambahan atau penguatan untuk meluruskan dan
menguatkan pemahaman siswa mengenai keliling persegipanjang.
Penutup (10’)
1) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran
mengenai keliling persegipanjang.
2) Guru memberikan informasi materi pembelajaran berikutnya yaitu mengenai
dan luas persegipanjang.
H. Penilaian
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : Uraian
Instrument :
Indikator
Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen/Soal
1. Menghitung keliling
persegipanjang.
2. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan menghitung
keliling persegipanjang
dengan banyak jawaban.
Tes
tertulis
Uraian Hitunglah keliling persegi-
panjang yang mempunyai
ukuran Panjang 17 cm dan
lebar 7 cm.
Diketahui suatu persegipanjang
ABCD mempunyai keliling
sebesar 40 cm. Tentukanlah
panjang dan lebar persegi panjang
tersebut ? temukan sebanyak-
95
95
(fluency)
3. Mengungkapkan gagasan
baru berdasarkan pemahaman
sendiri mengenai masalah
yang berkaitan dengan
keliling bangun persegi
panjang. (Originality)
4. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan menghitung
keliling persegipanjang
dengan cara yang terperinci,
jelas dan lengkap.
(elaboration)
banyaknya pasangan panjang dan
lebar yang kelilingnya sesuai
dengan persegipanjang ABCD !
Terlampir dalam LKS
Keliling sebuah persegipanjang
adalah 100 cm. Perbandingan
ukuran panjang dan lebar
persegipanjang tersebut adalah
3:2. Hitunglah panjang dan lebar
persegipanjang !
Tangerang, April 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti
______________________ Siti Hasanah
96
Lampiran 3
Keliling persegipanjang
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
3. ..............................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu agar kalian dapat :
1. Menjelaskan konsep keliling dari bangun datar persegipanjang .
2. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.
3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling
persegipanjang dengan banyak jawaban.
4. Menyampaikan ide baru berdasarkan pemahaman sendiri
mengenai konsep keliling persegipanjang
97
Ilustrasi 1 :
Andik diminta pelatihnya berlari mengelilingi lapangan bola yang berukuran panjang 22 m dan lebar
15 m. Andik harus mengelilingi lapangan terebut sebanyak 2 kali. Bagaimanakah caranya agar Andik
mengetahui berapa jarak yang ia tempuh setelah berlari mengelilngi lapangan sebanyak 2 kali ?
1. Informasi-informasi apa yang dapat kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (flexibility, fluency)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
2. Bantulah Andik untuk menghitung jarak yang ia tempuh setelah berlari mengelilingi lapangan
bola 2 kali , hitunglah dengan cara kalian sendiri.
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (originality)
......................................................................................................................................................
Ilustrasi 2
Ibu Zainna membuat kue tart yang berbentuk persegi panjang berukuran panjang 30 cm dan lebar
20 cm. Ia ingin menghias pinggir-pinggir bagian atas dengan buah cherry. Satu buah cherry
berdiameter 2 cm. Bantulah Ibu Zainna mengetahui berapa buah cherry yang ia butuhkan agar
semua pinggiran kue tart dapat terhias dan tertutupi oleh buah cherry !
Keliling Persegipanjang
98
1. Informasi apa yang dapat kalian peroleh dari cerita Ibu Zainna dan kue tartnya ? (flexibility)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
2. Berapa cherry yang Bu Zainna butuhkan, hitung dengan cara kalian sendiri ! (elaboration)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (Originality)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Setelah menyimak kedua ilustrasi di atas, simpulkanlah pengertian keliling pada persegipanjang dan
bagaimana rumusnya.
Kerjakanlah di halaman yang kosong!
1. Hitunglah keliling persegipanjang yang mempunyai ukuran sebagai berikut:
a. Panjang 17 dm dan lebar 7 dm.
b. Panjang 20 mm dan lebar 5 mm.
c. Panjang 25 m dan lebar 8 cm.
2. Diketahui suatu persegipanjang ABCD mempunyai keliling sebesar 40 cm. Tentukanlah
panjang dan lebar persegipanjang tersebut ? temukan sebanyak-banyaknya pasangan
panjang dan lebar yang kelilingnya sesuai dengan persegipanjang ABCD ! (fluency)
3. Keliling sebuah persegipanjang adalah 100 cm. Perbandingan ukuran panjang dan lebar
persegipanjang tersebut adalah 3:2. Hitunglah panjang dan lebar persegipanjang !
(elaboration)
Good Luck
Pengertian Keliling Persegipanjang :
Rumus Keliling Persegipanjang :
Ayo kita Berlatih
Soal !!!
99
Luas Persegipanjang
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu
agar kalian dapat :
Menjelaskan konsep luas dari bangun datar
persegipanjang.
Menurunkan rumus luas persegipanjang.
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
luas persegipanjang dengan banyak jawaban.
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
luas persegipanjang dengan langkah-langkah
yang jelas dan terperinci.
100
Ilustrasi 1
Pak Harry ingin memasang keramik di lantai ruang tamu rumahnya yang berbentuk persegipanjang.
Lantai itu berukuran panjang 10 m dan lebar 5 m. Sebelum Pak Harry memesan keramik di toko
mebel, ia ingin mengetahui luas lantai ruang tamunya terlebih dahulu.
1. Informasi-informasi apa yang dapat kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (flexibility)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
2. Bagaimana caranya agar Pak Harry mengetahui luas lantai ruang tamunya? Bantulah pak Harry
untuk mengetahuinya dengan cara kalian sendiri !(originality, elaboration)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (originality)
......................................................................................................................................................
Ilustrasi 2
Gambar di bawah ini merupakan persegipanjang ABCD. Buatlah kotak-kotak kecil (berbentuk
persegi) pada persegipanjang ABCD. Kotak-kotak tersebut harus menutupi seluruh daerah di dalam
persegipanjang. Keterangan : 1 kotak = 1 satuan
1. Setelah kalian membagi persegipanjang ke dalam kotak-kotak.
Maka panjang AB = CD = ........... satuan dan panjang BC = AD = ........... satuan.
2. Banyak kotak seluruhnya = ................... kotak
101
Rumus Luas Persegipanjang =
3. Informasi apa yang kalian dapatkan dari ilustrasi di atas ? (flexibility)
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
4. Kesimpulan apa yang kalian dapatkan dari ilustrasi di atas ? (originality)
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
1. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai ukuran panjang 15 cm dan lebar 8 cm.
tentukanlah luas persegipanjang tersebut !
2. Sebuah persegipanjang ABCD memiliki ukuran panjang 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ = (3𝑥 − 3)𝑐𝑚 dan lebar
𝐵𝐶̅̅ ̅̅ = (𝑥 + 1)𝑐𝑚. Jika luas persegipanjang tersebut 45 cm2, tentukan panjang dan lebar
dari persegipanjang ABCD ! (elaboration)
3. Pak Zain mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegipanjang yang ukuran
panjangnya empat kali lebarnya. Jika luas tanah tersebut adalah 64 m. Berapakah panjang
dan lebar tanah tersebut ? (flexibility)
4. Diketahui persegipanjang KLMN berukuran panjang = 16 cm dan lebar = 5 cm. Gambarlah
sebanyak mungkin persegipanjang lain yang luasnya sama dengan persegipanjang KLMN di
atas ! (fluency)
Setelah kalian menyimak ilustrasi-
ilustrasi di atas, maka simpulkanlah
rumus luas persegipanjang !
Sekarang mari
kita berlatih
soal !!!
102
Keliling & Luas Persegi
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu
agar kalian dapat :
Menjelaskan konsep keliling dan luas persegi.
Menurunkan rumus keliling dan luas persegi.
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan
luas persegi dengan banyak cara
Memberikan ide baru berkaitan dengan keliling dan luas persegi.
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
PERSEGI
103
Masih ingatkah kalian tentang keliling dan luas persegipanjang yang telah dipelajari
sebelumnya ? bagaimana dengan keliling dan luas persegi ? untuk dapat mengetahuinya
simaklah dan jawablah beberapa pertanyaan dibawah ini !
KELILING PERSEGI
Ilustrasi 1
Sebuah lukisan berbentuk persegi akan dipasangi bingkai dari kayu. Berapa panjang kayu yang
dibutuhkan jika panjang sisi lukisan 90 cm.
1. Informasi-informasi apa yang kalian dapat dari persoalan di atas ? (Fluency, flexibility)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
2. Bagaimana cara kalian mengetahui panjang kayu yang dibutuhkan untuk membuat bingkai
lukisan itu ? (Originality)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
3. Kesimpulan yang kalian dapat dari persoalan di atas ? (originality)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Jadi, kesimpulannya rumus keliling persegi adalah :
K =
104
Luas persegi
1. Pada lukisan yang sama dengan ilustrasi di atas, bagaimana jika yang ditanyakan merupakan luas
kanvas yang diperlukan untuk membuat lukisan tersebut? Bagaimana cara kalian dalam
menghitung luas kanvas itu ?
...........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
2. Kesimpulannya untuk menghitung luas persegi, cara yang paling mudah ialah............... (originality)
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
1. Hitunglah keliling dan luas daerah persegi yang panjang sisinya sebagai berikut.
a. 3, 5 m b. 15 cm c. 24 dm
2. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 10 m. Dalam taman
tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegipanjang dengan
ukuran panjang 8 m dan lebar 6 m. Berapakah luas tanah dalam taman yang dapat
ditanami bunga? (elaboration)
3. Romi mempunyai kawat sepanjang 20 cm yang akan dibuat model persegi.
Berapakah sebanyak-banyaknya persegi yang dapat dibuat oleh Romi ? Tuliskan juga
ukuran-ukuran sisi persegi yang dapat dibuat oleh Romi ! (fluency)
4. Sebuah lantai berbentuk persegi dengan panjang sisinya 6 m. Lantai tersebut akan
dipasang ubin berbentuk persegi berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan banyaknya
ubin yang diperlukan untuk menutup lantai ! (elaboration)
Jadi rumus luas persegi :
Ayo kita kerjakan
soal-soal !!!!!
105
105
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
3. ..............................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam
satu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran
ini yaitu agar siswa dapat:
1. Menjelaskan konsep keliling dan luas
jajargenjang.
2. Menurunkan rumus keliling dan luas
jajargenjang.
3. Menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan keliling atau luas
jajargenjang dengan banyak cara.
4. Menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan keliling atau luas
jajargenjang dengan langkah yang
jelas dan rinci.
106
106
Bahan : kertas berpetak, pensil, penggaris, gunting
1. Pada kertas berpetak , gambarlah sebuah jajargenjang.
2. Gunting kertas yang berbentuk bangun jajargenjang tersebut.
3. Gambarlah garis yang mewakili tinggi jajargenjang dan potong
sepanjang garis tinggi tersebut sehingga terdapat dua bagian.
4. Gabungkanlah dua bagian tersebut sehingga membentuk sebuah persegipanjang.
5. Gambarlah bangun yang didapat dari penggabungan tersebut ?
6. Bandingkan luas persegipanjang yang terbentuk dengan luas jajargenjang semula ! apa yang
kamu peroleh ?
............................................................................................................................. ...............................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................ ................................................
7. Apakah tinggi jajargenjang sama dengan panjang salah satu sisi persegipanjang?
............................................................................................................................. ...............................................
8. Apakah alas jajargenjang sama dengan alas persegipanjang ?
............................................................................................................................. ...............................................
9. Kesimpulan apa yang dapat kalian peroleh dari kegiatan di atas ? (originality)
............................................................................................................................. ...............................................
............................................................................................................................................. ...............................
.................................................................................................... ........................................................................
10. Nyatakanlah dengan kata-katamu sendiri sebuah rumus untuk menentukan luas dan keliling
jajargenjang !
107
107
Misal jajargenjang mempunyai luas = L dan
keliling = K, alas a, sisi yang berdekatan dengan
a adalah b dan tinggi t, maka rumus luas dan
keliling secara matematis adalah :
Soal-soal
1. Diketahui jajargenjang PQRS mempunyai panjang sisi 𝑃𝑄̅̅ ̅̅ = 16 cm, 𝑄𝑅̅̅ ̅̅ = 10 𝑐𝑚 dan tinggi
jajargenjang 8 cm, maka hitunglah luas dan keliling jajargenjang tersebut !
2. Tentukan luas dari masing-masing jajargenjang pada gambar berikut.
3. Pada sebuah jajargenjang diketahui luasnya 250 cm2. Jika panjang alas jajargenjang
tersebut 5x dan tingginya 2x, tentukan : (elaboration)
a. nilai x;
b. panjang alas dan tinggi jajargenjang tersebut.
4. Jika ABCD suatu jajargenjang seperti tampak pada
gambar disamping, maka hitunglah luas jajargenjang
ABCD, panjang CF dan keliling ABCD !. (flexibility)
Good Luck
Luas :
Keliling :
L =
K =
108
Keliling & Luas Belah Ketupat
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu
agar siswa dapat:
1. Menjelaskan konsep keliling dan luas belah
ketupat.
2. Menurunkan rumus keliling dan luas belah
ketupat.
3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling atau luas belah ketupat dengan
banyak jawaban.
4. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling dan luas belah ketupat dengan
langkah yang jelas dan rinci.
109
Kerjakanlah tahapan-tahapan berikut dengan benar dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik !
1. Pada kertas berpetak, gambarlah sebuah belahketupat.
2. Gunting belahketupat tersebut, menurut sisi-sisinya.
3. Gambarlah salah satu diagonal belahketupat dan potonglah kertas sepanjang diagonal
tersebut. Sehingga terdapat dua segitiga samakaki. Apa yang kamu peroleh?.
4. Berapakah luas masing-masing segitiga samakaki tersebut?
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
5. Apakah kedua segitiga tersebut mempunyai luas yang sama?...................................................
6. Bagaimanakah tinggi dan alas kedua segitiga samakaki tersebut?
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
7. Kesimpulan apa yang kalian dapatkan dari kegiatan di atas? (originality)
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
8. Dengan kata-katamu sendiri, nyatakanlah sebuah rumus untuk menentukan luas dan keliling
belahketupat! (originality)
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
9. Jadi, rumus keliling dan luas belah ketupat adalah.....................................................................
Rumus Belah ketupat
Keliling
Luas
Bahan-bahan yang kalian
butuhkan ialah: Kertas
berpetak, pensil, dan gunting
110
1. PQRS adalah belahketupat dengan diagonal 𝑃𝑅̅̅ ̅̅ = 6 satuan panjang, 𝑄𝑆̅̅̅̅ = 8 satuan
panjang dan 𝑃𝑄̅̅ ̅̅ = 5 satuan panjang. Hitunglah luas daerah dan keliling belahketupat
PQRS!
2. PQMN suatu jajargenjang. Jika panjang PN = 7x-10 dan PQ = 5x+6, maka berapakah
nilai x agar PQMN sebuah belahketupat? Hitunglah keliling belah ketupat tersebut !
(elaboration)
3. Diketahui luas sebuah belah ketupat 48 cm2. Tentukan sebanyak mungkin pasangan
panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai. (fluency)
4. Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat diketahui berturut-turut 18 cm dan
(2x + 3) cm. Jika luas belah ketupat tersebut 81 cm2, tentukan: (elaboration)
a. nilai x;
b. panjang diagonal yang kedua.
Horeeeee !!!!!!! Saatnya kita kerjakan soal
^_^
GOOD LUCK !!!!
KERJAKANLAH DENGAN SERIUS !!
111
Keliling & Luas Layang-layang
Nama Kelompok : ..................................................................
Anggota : 1. ..............................................................
2. ..............................................................
3. ..............................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini
yaitu agar siswa dapat:
1. Menjelaskan konsep keliling dan luas
layang-layang.
2. Menurunkan rumus keliling dan luas
layang-layang.
3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling dan luas layang-layang dengan
banyak cara.
4. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
keliling dan luas layang-layang dengan
langkah yang jelas dan rinci.
112
LUAS LAYANG-LAYANG
Kerjakanlah tahapan-tahapan berikut dengan benar dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik !
1. Gambarlah sebuah layang-layang pada kertas berpetak dilengkapi dengan garis diagonal-
diagonalnya.
2. Gambarlah sebuah persegipanjang di luar layang-layang seperti pada gambar berikut.
3. Hitunglah luas persegipanjang tersebut, kemudian guntinglah layang-layang tersebut sehingga
terpisah dengan persegipanjang.
4. Gunting layang-layang pada diagonal-diagonalnya sehingga terdapat 4 segitiga (dua pasang segitiga
yang sama besar).
5. Hitunglah luas keempat segitiga tersebut kemudian jumlahkan luas keempat segitiga !
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
6. Bandingkanlah total luas segitiga dengan luas persegipanjang. Apakah kalian menemukan hubungan
antara total luas segitiga dengan luas persegipanjang ?
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
7. Bagaimana hubungan antara diagonal pada layang-layang dengan sisi-sisi pada persegipanjang?
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
8. Kesimpulan apa yang kalian dapat dari kegiatan di atas ? (originality)
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Bahan-bahan yang kalian
butuhkan ialah: Kertas
berpetak, pensil, dan gunting
113
Jadi, rumus luas layang-layang adalah................
KELILING LAYANG-LAYANG
Berdasarkan pengetahuanmu mengenai rumus keliling bangun datar lain. Dapatkah kalian menentukan
rumus keliling layang-layang ? jika kalian lupa rumus keliling bangun datar lain, mari kita ingat-ingat kembali !!
Ayo kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik !!!
1. Gambar dibawah ini sebuah layang-layang ABCD dengan panjang diagonal AC =10 cm dan diagonal
BD = 29 cm. Hitunglah keliling dan luasnya !
2. Andi membuat sebuah layang-layang dengan panjang diagonal-diagonalnya adalah 30 cm dan 50
cm. Berapakah luas daerah layang-layang yang dibuat Andi ? kerjakan dengan lebih dari satu cara !
(flexibility)
3. Panjang diagonal-diagonal suatu layang-layang adalah (2x – 3) cm dan (x + 7) cm. Jika diagonal
pertama lebih panjang dari diagonal kedua, tentukan luas minimum layang-layang tersebut.
(elaboration)
Bangun datar Rumus Keliling
Persegipanjang 2 ( p + l )
Persegi 4s
Jajargenjang 2 ( a + b)
Belah ketupat 4s
Layang-layang ......................................
L =
114
Keliling & Luas Trapesium
Nama Kelompok : ....................................................
Anggota : 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
Petunjuk pengisian LKS
1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.
2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan
teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang
menurutmu benar.
3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan
kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.
4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan
jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban
kalian.
5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan
gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.
6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu
tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu agar kalian dapat :
Menjelaskan konsep keliling dan luas trapesium
Menurunkan rumus keliling dan luas trapesium
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas
trapesium dengan banyak cara.
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas
trapesium dengan langkah-langkah yang jelas dan rinci .
115
Ilustrasi 1 (Keliling Trapesium)
Sebuah lapangan berbentuk trapesium, bentuknya serupa dengan gambar trapesium di bawah ini.
Berdasarkan pemahaman mengenai keliling yang telah kalian pelajari. Temukanlah keliling lapangan
tersebut menurut pengetahuan yang telah kalian pahami !
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
Ilustrasi 2 (Luas Trapesium)
Sebuah trapesium ABCD memiliki panjang AB = 8 cm dan panjang CD = 12 cm. Tinggi trapesium/
panjang AD = 5 cm.
1. Hitunglah luas ∆ BCD dan luas ∆ ADB.
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2. Jumlahkanlah luas kedua segitiga tersebut!
.....................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
3. Tuliskanlah rumus untuk mencari luas segitiga tersebut !
Jadi, rumus keliling trapesium :
116
Luas Trapesium = Luas ∆ BCD + luas ∆ ADB. (lanjutkan)
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
............................................................................................................................................
4. Kesimpulan yang kalian dapat setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ?
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Soal latihan
1. Hitunglah luas daerah trapesium dengan tinggi 10 dan panjang sisi-sisi yang sejajar
adalah 12 dan 18!
2. KLMN adalah trapesium dengan MNOP suatu persegi dan OP = 8 cm. Jika KO = 6
cm, PL = 2 cm, KN = 10 cm, dan LM = 2 17 cm, tentukan : (elaboration, flexibility)
a. panjang MN;
b. keliling trapesium KLMN;
c. luas trapesium KLMN (hitunglah dengan
lebih dari satu cara).
3. Perbandingan panjang sisi sejajar pada sebuah trapesium sama kaki adalah 2 : 5.
Diketahui besar sudut pada salah kaki trapesium adalah 60º, panjang kaki trapesium
= 10 cm, tinggi = 8 cm, dan luasnya 80 cm2. Tentukan: (elaboration)
a. besar sudut yang belum diketahui;
b. panjang sisi-sisi yang sejajar;
c. keliling trapesium.
Jadi, rumus Luas Trapesium adalah
Lampiran 4
117
KISI-KISI INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SEBELUM VALIDITAS
Materi : Segiempat
Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
No. Materi Pembelajaran Indikator Soal Indikator
KBKM
Nomor
Soal
Jumlah
Soal
1. Luas Layang-layang
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas layang-layang dengan banyak jawaban. fluency 1 1
2. Luas Persegipanjang
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas persegipanjang dengan banyak jawaban. fluency 2 1
3. Luas Trapesium
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas trapesium dengan banyak cara. flexibility 3 , 7b
3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas trapesium dengan jelas dan rinci elaboration 7a*
Lampiran 4
118
4. Keliling dan Luas Persegi
Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan
pemahaman sendiri tentang masalah yang
berkaitan dengan keliling dan luas persegi.
Originality 4a
2
M Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas persegi dengan jelas dan rinci. Elaboration 4b
5. Luas Belah Ketupat
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas belah ketupat dengan jelas dan rinci.
Elaboration
5 1
6. Keliling dan Luas
Jajargenjang
Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan
pemahaman sendiri tentang masalah yang
berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang.
Originality
6a
2
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
luas jajargenjang dengan jelas dan rinci
Elaboration
6b
Jumlah 10
Catatan = *Tidak Valid
119
SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Nama :
Kelas :
SKOR :
Kerjakanlah soal di bawah ini dengan teliti dan benar !
1. Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak
mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai !
2. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai panjang 16 cm dan lebar 4 cm. Carilah
bangun datar segiempat lain yang luasnya sama dengan persegipanjang ABCD
tersebut ! Tuliskan ukuran dari segiempat-segiempat tersebut !
3. Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling dan
luas bangun datar tersebut !
4. Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.
a. Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !
b. Tentukanlah nilai x dan hitunglah luas persegi !
5. Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan memasang
keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian
memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika
keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang diagonal II
keramik tersebut ?
120
6. Sebuah jajargenjang mempunyai ukuran seperti gambar di bawah ini.
Tentukan :
a. Buatlah persamaan keliling dan luas jajargenjang dalam x !
b. Tentukanlah nilai x dan luas jajargenjang tersebut jika diketahui kelilingnya 50
cm.
7. Perhatikan gambar berikut ini.
Pada gambar di atas diketahui trapesium PQRS sama kaki dengan PS = QR, PQ = 48
cm, SR=26 cm, dan ∠SPM = ∠ RQN = 45o. Tentukan:
a. besar ∠MSP dan ∠RNQ, panjang MN, panjang PM, QN, dan t,
b. luas PQRS. (tentukan dengan banyak cara)
121
Lampiran 6
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS
No.
Butir
soal
Jawaban Skor
1. Dik : L = 40 cm2
Dit : d1 dan d2 ?
Jawab :
L = 1
2 x d1 x d2
40 = 1
2 x d1 x d2
401
2
= d1 x d2
40 x 2
1 = d1 x d2
80 = d1 x d2
Maka diagonal 1 dan diagonal 2 yang memenuhi
ukuran luas belah ketupat tersebut adalah :
a. d1 = 16 cm , d2 = 5 cm.
b. d1 = 20 cm , d2 = 4 cm.
c. d1 = 40 cm , d2 = 2 cm.
d. d1 = 10 cm , d2 = 8 cm.
4
2. Luas Persegipanjang ABCD = p x l
= 16 x 4
= 64 cm2
Maka segiempat yang luasnya sama dengan
persegipanjang ABCD tersebut adalah.
a. Persegi dengan s = 8 cm.
b. Belah ketupat dengan d1= 16 cm dan d2 = 8 cm.
c. Belah ketupat dengan d1= 32 cm dan d2 = 4 cm.
d. Jajargenjang dengan a = 16 cm dan t = 4 cm
e. Jajargenjang dengan a = 32 cm dan t = 2 cm
f. Layang-layang dengan d1= 16 cm dan d2 = 8 cm.
g. Layang-layang dengan d1= 32 cm dan d2 = 4 cm
h. Trapesium dengan sisi sejajar a = 11 cm dan
4
122
b=5 cm , t= 8 cm
i. Trapesium dengan sisi sejajar a = 25 cm dan
b=7 cm , t= 4 cm
j. Trapesium dengan sisi sejajar a = 20 cm dan
b=12 cm , t= 4 cm
3.
Keliling taman = 13 +5+6+4+6+3+12+12+5
= 66 cm
Luas Bangun datar
Cara 1 :
L = Luas Trapesium ABCD – Luas persegipanjang PQRS
= {1
2 x (AB + CD) x t } - {𝑃𝑄 𝑥 𝑄𝑅 }
= {1
2 x (17 + 12) x 12 } - {6 𝑥 4 }
= {1
2 x 29 x 12 } - 24
= (29 x 6) – 24
= 150 cm2
Cara 2 :
Bangun tersebut dibagi kedalam 3 bangun yaitu
persegipanjang I, persegipanjang II dan trapesium III, maka
luas bangun tersebut dihitung dengan cara :
L = L I + L II +L III
= (3 x 12) + (6 x 4) + (1
2𝑥 (10 + 5)𝑥 12 )
= 36 + 24 + (15 x 6)
4
123
= 60 + 90
= 150 cm2
Cara 3 :
L = Luas jajargenjang ABOD – luas PQRS – luas ∆ BOC
= (AB x BC) – (PQ x RS) – ( 1
2 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 𝐵𝐶)
= (17 x 12) – (6 x 4) – ( 1
2 𝑥 5 𝑥 12)
= 204 – 24 – 30
= 150 cm2
4. a. persamaan Keliling dalam x
K = 4s
K = 4 (3x+1)
K = 12x + 4 cm
Persamaan luas dalam x
L = s2
L = (3x+1)2
L = 9x2
+ 6x + 1 cm2
a. K = 12x + 4
28 = 12x + 4
28 – 4 = 12x
24 = 12x
x = 24
12 = 2
sisi persegi (s) = 3x + 1
= 3 (2) +1
= 6 + 1
= 7 cm
L = 72
= 49 cm
2
4
4
5. L = 30 m2
= 300.000 cm2
d1 = 30 cm
Luas 1 keramik = Luas Lantai
banyaknya keramik
= 300.000
1000
= 300 cm2
L = 1
2 𝑥 𝑑1𝑥𝑑2
300 = 1
2 x 30 x 𝑑2
300 = 15 𝑑2
4
124
𝑑2= 300
15
= 20 cm
Jadi, panjang diagonal II adalah 20 cm.
6. a. persamaan keliling dalam x
K = 2 (a+b)
K = 2 (4x + 2 + 2x – 1)
K = 2 (6x + 1)
K = 12x + 2
Persamaan luas dalam x
L = a x t
L = (4x + 2) x 9
L = 36x + 18
b. nilai x
K = 12x + 2
50 = 12x + 2
50 – 2 = 12x
48 = 12x
x = 48
12 = 4
jadi, nilai x = 4
L = 36x + 18
= 36 (4) + 18
= 144 + 18
= 162 cm2
Atau dengan cara L = a x t
a = 4x + 2
a = 4(4)+2 = 18
L = 18 x 9
= 162 cm2
4
4
7. a. ∠ MSP = 180o – (90
o + 45
o) ∠RNQ = 90
o
= 180o – 135
o
= 45o
panjang MN = panjang SR = 26 cm
Panjang PM = Panjang PQ – panjang MN
2
= 48 − 26
2
= 22
2
= 11 cm
Panjang QN = panjang PM
= 11 cm
Tinggi trapesium = panjang PM , karena ∠ 𝑀𝑆𝑃 = ∠𝑀𝑃𝑆 Maka ∆ MPS sama kaki
Sehingga t = PM yaitu 11 cm.
4
125
b. Cara 1 :
L = 1
2 x (PQ + SR) x t
= 1
2 x (48 + 26) x 11
= 1
2 x 74 x 11
= 407 cm2
Cara 2:
L = L persegipanjang MNRS + L∆ MPS + L∆ RQN
= L persegipanjang MNRS + 2 (L∆ MPS)
= (MN x MS) + 2 ( 1
2 x PM x t)
= (26 x 11) + 2 (1
2 x 11x 11)
= 286 + 121
= 407 cm2
Cara 3:
L = L jajargenjang PARS + L∆ RQA
= (PA x t ) + ( 1
2 x AQ x t)
= (26 x 11) + (1
2 x 22 x 11)
= 286 + 121
= 407 cm2
Skor total 36
Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟
36𝑥 100
Lampiran 7
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
no. subjek BUTIR SOAL
Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b
S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 35
S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1 29
S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3 16
S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2 16
S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3 21
S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4 16
S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2 7
S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1 14
S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1 10
S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 35
S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4 32
S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 30
S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 30
S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1 26
S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3 27
S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2 28
S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1 29
S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2 32
S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 29
S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2 28
S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3 31
S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4 26
S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2 27
S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 29
S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 28
S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1 19
S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1 20
S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2 13
S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 32
S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2 15
S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1 13
S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2 20
S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3 15
S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1 15
S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1 16
S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2 14
S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1 9
S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1 18
S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0 19
∑ 107 86 93 101 87 96 91 63 98 85 907
rxy 0,81259 0,81518 0,80962 0,77321 0,67911 0,52941 0,71837 0,78768 0,28575 0,4436
rtabel 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312
keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID INVALID VALID
127
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
no. subjek butir soal
Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7b
S1 4 3 4 3 3 4 4 4 2 29
S2 4 2 3 4 4 2 3 3 1 25
S3 2 1 0 2 3 2 0 1 3 11
S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 12
S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 15
S6 0 0 2 2 1 2 2 0 4 9
S7 0 0 1 0 0 1 0 0 2 2
S8 1 2 1 2 2 2 0 0 1 10
S9 2 0 0 2 3 0 0 0 1 7
S10 4 4 3 4 3 4 3 3 3 28
S11 4 4 4 3 3 4 2 3 4 27
S12 3 3 4 4 4 3 3 3 2 27
S13 3 3 3 4 3 4 3 2 3 25
S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 30
S15 4 3 3 4 4 1 2 2 1 23
S16 4 4 3 2 2 4 2 2 3 23
S17 4 2 3 4 4 2 3 3 2 25
S18 4 4 4 3 2 2 3 2 1 24
S19 4 3 3 4 4 2 2 4 2 26
S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 23
S21 4 3 3 4 2 3 3 1 2 23
S22 4 2 4 3 4 3 3 3 3 26
S23 3 3 3 2 1 4 3 1 4 20
S24 4 3 4 2 2 4 2 1 2 22
S25 4 3 2 3 3 2 4 3 3 24
S26 3 3 3 4 2 3 3 2 2 23
S27 2 3 2 2 0 3 2 2 1 16
S28 2 2 3 3 2 1 3 1 1 17
S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 9
S30 3 3 4 3 2 3 4 3 4 25
S31 3 2 0 0 0 2 3 2 2 12
S32 2 1 0 1 0 3 2 1 1 10
S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 16
S34 0 0 3 2 2 2 2 0 3 11
S35 2 2 2 0 0 1 3 2 1 12
S36 2 2 2 1 1 3 2 0 1 13
128
S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 10
S38 0 0 1 1 0 2 2 0 1 6
S39 1 2 0 3 2 3 2 0 1 13
S40 2 2 3 2 2 0 3 1 0 15
∑ 107 88 93 101 87 96 91 63 85 724
si 1,327954 1,2517 1,3847 1,198 1,2788 1,2568 1,132 1,238 1,0667
si2 1,763462 1,5667 1,9173 1,4353 1,6353 1,5795 1,2814 1,5327 1,1378
Ssi2 13,84936
r hitung = 0,851977 st 7,554248
st2 57,06667
129
Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran
no. subjek butir soal
1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b
S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2
S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1
S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3
S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2
S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3
S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4
S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2
S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1
S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1
S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3
S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4
S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2
S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3
S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4
S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1
S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3
S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2
S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1
S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2
S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3
S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2
S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3
S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4
S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2
S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3
S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2
S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1
S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1
S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2
S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4
S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2
S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1
S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2
S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3
S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1
S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1
S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2
S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1
S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1
S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0
130
Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran
∑ 107 86 93 101 87 96 91 63 98 85
P 0,66875 0,5375 0,58125 0,63125 0,54375 0,6 0,56875 0,39375 0,6125 0,53125
Keterangan sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang
Lampiran 11
UJI DAYA BEDA SOAL
Kel
om
po
k A
tas
no. subjek butir soal
Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b
S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 35
S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 35
S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4 32
S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2 32
S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 32
S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3 31
S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 30
S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 30
S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1 29
S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1 29
S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 29
S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 29
S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2 28
S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2 28
S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 28
S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3 27
S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2 27
S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1 26
S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4 26
∑ 74 61 67 67 59 62 59 49 52 51 Mean 0,925 0,7625 0,8375 0,8375 0,7375 0,775 0,7375 0,6125 0,65 0,6375
Lampiran 11
Kel
om
po
k B
awah
S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3 21
S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1 20
S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2 20
S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1 19
S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0 19
S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1 18
S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3 16
S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2 16
S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4 16
S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1 16
S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2 15
S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3 15
S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1 15
S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1 14
S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2 14
S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2 13
S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1 13
S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1 10
S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1 9
S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2 7
∑ 33 25 26 34 28 34 32 14 46 34
Mean 0,4125 0,3125 0,325 0,425 0,35 0,425 0,4 0,175 0,575 0,425
DB 0,5125 0,45 0,5125 0,4125 0,3875 0,35 0,3375 0,4375 0,075 0,2125
Interpretasi Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Jelek Cukup
131
Lampiran 11
Langkah-langkah Penghitungan Validitas Tes Uraian
Contoh mencari validitas soal nomor 1:
1. Menentukan nilai ∑ 𝑋 = Jumlah skor soal nomor 1 = 107
2. Menentukan nilai ∑ 𝑌 = Jumlah skor total = 907
3. Menentukan nilai ∑ 𝑋2 = Jumlah kuadrat skor soal nomor 1 = 355
4. Menentukan nilai ∑ 𝑌2 = Jumlah kuadrat skor total = 23199
5. Menentukan nilai ∑ 𝑋 𝑌 = Jumlah hasil kali skor soal nomor 1 dengan skor
total = 2772
6. Menentukan nilai 𝑟𝑥𝑦 =
2222
YYnXXn
YXXYn
= 22 907)23199).(40()107()355).(40(
)907).(107()2772).(40(
= 0,8126
Mencari nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Dengan dk = n – 2 = 40– 2 = 38 dan taraf signifikansi sebesar 0,05 diperoleh
nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,312
7. Setelah diperoleh nilai 𝑟𝑥𝑦 = 0,8126, lalu dibandingkan dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
0,312. Karena 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,8126 > 0,312), maka soal nomor 1 valid.
8. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan validitasnya sama dengan
penghitungan validitas soal nomor 1.
132
Langkah-langkah Penghitungan Uji Reliabilitas Tes Uraian
1. Menentukan nilai varians skor tiap-tiap soal
Misal, untuk mencari varians nomor 1:
1,76339
40
)107(355
1
2
2
2
2
N
N
XX
i
i
i
2. Menentukan nilai jumlah varians semua soal (∑ 𝜎𝑖2)
Berdasarkan penghitungan reliabilitas tes uraian di atas, dipeoleh:
∑ 𝜎𝑖2 =13,849
3. Menentukan nilai varians total
067,5739
40
)724(15330
1
2
2
2
2
N
N
YY
t
4. Menentukan n = banyaknya soal, yaitu 14 soal
5. Menentukan nilai 852,0067,57
849,131
8
91
1 2
2
11
t
i
n
nr
6. Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai 𝑟11 = 0,852 berada diantara interval nilai 0,70
< r11 ≤ 0,90 maka tes uraian tersebut memiliki tingkat korelasi tinggi.
133
Langkah-langkah Penghitungan Daya Pembeda Tes Uraian
1. Menentukan nilai BA = Jumlah skor kelompok atas pada item/soal ke-i
2. Menentukan nilai BB = Jumlah skor kelompok bawah pada item/soal ke-i
3. Menentukan nilai JA = Jumlah skor maksimum kelompok atas yang
seharusnya
4. Menentukan nilai JB = Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang
seharusnya
Misal, untuk soal nomor 1, penghitungan daya pembedanya sebagai berikut :
BA = 74, BB = 33, JA = 80, JB = 80
5. Menentukan DB = Daya Pembeda
𝐷𝑃 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
𝐷𝑃 =74
80−
33
80
𝐷𝑃 = 0,5125
6. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai 𝐷𝑃 = 0,5125 berada diantara
interval nilai 0,41 – 0,70, maka soal nomor 1 memiliki tingkat daya pembeda
baik.
7. Untuk nomor 2 dan seterusnya, cara penghitungan daya pembedanya sama
dengan penghitungan daya pembeda soal nomor 1.
134
Langkah-langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Tes Uraian
1. Menentukan nilai B = Jumlah skor yang diperoleh siswa
2. Menentukan JS = Jumlah skor maksimum siswa peserta tes
Misal, untuk soal nomor 1, penghitungan tingkat kesukaran sebagai berikut:
B = 107, JS = 160
3. Menentukan IK = Indeks/ tingkat kesukaran
𝐼𝐾 =𝐵
𝐽𝑆=
107
160= 0,669
4. Berdasarkan klasifikasi tingkat kesukaran, nilai IK = 0,669 berada di antara
interval 0,31 - 0,70, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sedang.
5. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan tingkat kesukarannya sama
dengan penghitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.
135
Lampiran 12
REKAPITULASI VALIDITAS, DAYA BEDA, TINGKAT KESUKARAN
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Materi :Segiempat
Standar Kompetensi :Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segiempat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Keterangan
Tidak dipakaiDipakai
No. ItemValiditas Daya Beda Tingkat Kesukaran
rhitung rtabel Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,813 0,312 valid 0,512 Baik 0,669 Sedang
2 0,815 0,312 Valid 0,45 Baik 0,537 Sedang
3 0,81 0,312 Valid 0,512 Baik 0,581 Sedang
4a 0,773 0,312 Valid 0,412 Baik 0,631 Sedang
4b 0,679 0,312 Valid 0,387 Cukup 0,544 Sedang
5 0,529 0,312 Valid 0,35 Cukup 0,6 Sedang
6a 0,718 0,312 Valid 0,337 Cukup 0,569 Sedang
6b0,788
0,312 Valid 0,437Baik
0,394 Sedang
7a 0,288 0,312 Tidak Valid 0,075 Jelek 0,612 Sedang
7b 0,444 0,312 Valid 0,212 Cukup 0,531 Sedang
136
Lampiran 13
SOAL INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Nama :
Kelas :
SKOR :
Kerjakanlah soal di bawah ini dengan teliti dan benar !
1. Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak
mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai !
2. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai panjang 16 cm dan lebar 4 cm. Carilah
bangun datar segiempat lain yang luasnya sama dengan persegipanjang ABCD
tersebut ! Tuliskan ukuran dari segiempat-segiempat tersebut !
3. Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling dan
luas bangun datar tersebut !
4. Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.
a. Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !
b. Tentukanlah nilai x dan hitunglah luas persegi !
5. Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan memasang
keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian
memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika
keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah. Tentukanlah panjang diagonal II
belah ketupat tersebut dengan cara yang rinci, lengkap dan jelas !
137
6. Sebuah jajargenjang mempunyai ukuran seperti gambar di bawah ini.
Tentukan :
a. Buatlah persamaan keliling dan luas jajargenjang dalam x !
b. Tentukanlah nilai x dan luas jajargenjang tersebut jika diketahui kelilingnya 50cm.
7. Perhatikan gambar berikut ini.
Pada gambar di atas diketahui trapesium PQRS sama kaki dengan PS = QR, PQ = 48
cm, SR=26 cm, dan ∠SPM = ∠ RQN = 45o. Tentukan luas PQRS ! (tentukan dengan
banyak cara)
138
Lampiran 14Hasil Post Test Kelas Eksperimen
No 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7 Jumlah Nilai Fluency Flexibility Originality Elaboration1 4 4 3 1 2 3 3 2 3 25 69 8 6 4 72 1 4 4 1 2 3 4 3 4 26 72 5 8 5 83 4 4 4 4 2 2 4 3 4 31 86 8 8 8 74 4 2 2 4 0 4 2 2 4 24 67 6 6 6 65 4 3 4 4 3 2 1 2 2 25 69 7 6 5 76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 100 8 8 8 127 4 4 4 3 2 4 2 2 2 27 75 8 6 5 88 2 4 2 4 4 3 2 3 3 27 75 6 5 6 109 4 3 2 4 2 1 2 1 1 20 56 7 3 6 4
10 4 4 3 1 2 4 2 2 1 23 64 8 4 3 811 4 1 2 2 2 3 2 2 3 21 58 5 5 4 712 4 4 4 3 4 4 2 4 3 32 89 8 7 5 1213 4 2 2 2 2 2 2 3 3 22 61 6 5 4 714 4 4 4 3 2 3 2 1 2 25 69 8 6 5 615 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 97 8 8 8 1116 4 4 4 4 2 4 4 1 4 31 86 8 8 8 717 4 4 3 3 2 2 4 4 3 29 81 8 6 7 818 4 3 4 4 4 3 3 3 4 32 89 7 8 7 1019 2 3 1 2 0 4 2 2 2 18 50 5 3 4 620 4 4 4 4 4 4 3 3 1 31 86 8 5 7 1121 4 3 2 2 3 4 2 2 2 24 67 7 4 4 922 1 1 4 4 2 1 1 2 4 20 56 2 8 5 523 4 4 4 4 1 4 2 2 4 29 81 8 8 6 724 4 4 4 3 4 4 4 2 0 29 81 8 4 7 1025 4 3 2 1 2 2 2 0 1 17 47 7 3 3 426 4 4 3 4 2 0 3 2 3 25 69 8 6 7 4
139
27 4 4 4 4 1 4 2 3 3 29 81 8 7 6 828 4 4 4 4 2 4 4 4 4 34 94 8 8 8 1029 2 4 4 4 2 4 3 2 4 29 81 6 8 7 830 2 3 2 2 2 4 2 3 3 23 64 5 5 4 931 4 3 3 3 4 2 3 2 4 28 78 7 7 6 832 2 2 1 3 4 3 4 2 3 24 67 4 4 7 933 4 1 1 3 4 2 3 1 3 22 61 5 4 6 734 2 3 4 4 2 2 3 3 4 27 75 5 8 7 735 4 4 4 2 3 2 4 3 2 28 78 8 6 6 836 4 4 4 3 2 4 3 3 4 31 86 8 8 6 937 2 3 3 2 2 3 2 2 3 22 61 5 6 4 738 4 1 4 2 2 4 1 1 1 20 56 5 5 3 739 4 4 4 3 2 4 3 4 0 28 78 8 4 6 1040 3 2 3 3 2 2 1 0 2 18 50 5 5 4 441 3 3 4 3 2 2 2 1 4 24 67 6 8 5 542 4 4 2 2 3 4 3 3 3 28 78 8 5 5 1043 4 4 4 2 4 3 2 2 2 27 75 8 6 4 944 3 4 4 2 2 3 3 4 4 29 81 7 8 5 945 4 3 2 2 3 3 2 3 2 24 67 7 4 4 9
JUMLAH 1179 3275 305 270 250 354RATA-RATA 6.78 6.00 5.56 7.87SKOR IDEAL 8 8 8 12
% 84.72 75.00 69.44 65.56
140
Lampiran 15Hasil Post Test Kelas Kontrol
No 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7 Jumlah Nilai Fluency Flexibility Originality Elaboration1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 29 81 7 8 6 82 3 2 3 3 3 3 3 2 2 24 67 5 5 6 83 3 2 2 2 2 3 2 3 4 23 64 5 6 4 84 4 2 3 2 2 2 3 2 4 24 67 6 7 5 65 3 3 4 2 3 3 1 2 3 24 67 6 7 3 86 2 2 3 2 2 1 3 2 3 20 56 4 6 5 57 4 3 2 3 3 2 2 1 2 22 61 7 4 5 68 4 3 3 2 3 2 2 3 3 25 69 7 6 4 89 3 4 3 1 1 0 2 0 2 16 44 7 5 3 1
10 3 2 2 2 3 3 3 2 3 23 64 5 5 5 811 4 3 2 2 3 1 3 2 3 23 64 7 5 5 612 3 2 3 4 2 2 2 1 1 20 56 5 4 6 513 3 3 3 2 3 1 2 3 3 23 64 6 6 4 714 4 2 2 2 2 2 3 2 2 21 58 6 4 5 615 3 4 2 3 1 2 1 0 3 19 53 7 5 4 316 2 3 2 1 1 1 1 3 2 16 44 5 4 2 517 2 4 3 4 2 2 2 2 2 23 64 6 5 6 618 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35 97 8 7 8 1219 2 2 2 1 2 2 1 3 3 18 50 4 5 2 720 4 4 2 2 2 2 2 2 3 23 64 8 5 4 621 3 3 2 4 4 2 2 3 2 25 69 6 4 6 922 4 4 4 3 4 4 3 4 2 32 89 8 6 6 1223 3 3 2 2 3 3 2 2 3 23 64 6 5 4 8
141
24 1 3 3 1 0 2 2 1 2 15 42 4 5 3 325 3 2 1 2 2 2 2 2 3 19 53 5 4 4 626 2 2 1 0 2 1 3 2 2 15 42 4 3 3 527 4 2 3 1 3 3 1 3 3 23 64 6 6 2 928 4 4 1 2 1 4 2 1 1 20 56 8 2 4 629 3 2 2 3 2 2 2 3 4 23 64 5 6 5 730 2 2 1 1 2 2 1 2 1 14 39 4 2 2 631 4 4 3 4 2 3 4 3 3 30 83 8 6 8 832 3 3 3 1 2 4 2 2 3 23 64 6 6 3 833 2 3 1 2 1 2 1 3 3 18 50 5 4 3 634 4 3 4 2 4 3 2 3 4 29 81 7 8 4 1035 4 4 4 3 3 3 3 3 4 31 86 8 8 6 936 3 2 2 3 1 2 2 3 2 20 56 5 4 5 637 3 2 2 3 2 3 3 2 3 23 64 5 5 6 738 2 3 2 3 3 3 3 3 3 25 69 5 5 6 939 4 2 3 3 3 3 3 2 3 26 72 6 6 6 840 4 2 3 2 1 2 3 2 3 22 61 6 6 5 541 2 2 3 3 3 2 4 3 3 25 69 4 6 7 842 4 4 2 3 4 3 3 3 3 29 81 8 5 6 1043 4 3 2 2 3 3 3 2 4 26 72 7 6 5 844 3 2 2 1 2 2 3 2 3 20 56 5 5 4 645 3 3 3 3 3 2 3 3 4 27 75 6 7 6 8
JUMLAH 1034 2872 268 239 211 316RATA-RATA 5.96 5.31 4.69 7.02SKOR IDEAL 8 8 8 12
% 74.44 66.39 58.61 58.52
142
Lampiran 16
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1. Distribusi Frekuensi
47 50 50 56 56 56 58 61 61 61 64
64 64 67 67 67 67 69 69 69 69 72
72 72 72 72 75 75 75 78 81 81 81
81 83 83 83 86 86 86 89 92 94 97
100
2. Banyak data (n) = 45
3. Rentang data (R)
Keterangan : R = Rentangan
Xmax= Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 100 – 47
= 53
4. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
Keterangan : K = Banyak kelas
N = Banyak siswa
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3.3 log 45
= 1 + (3,3 x 1,65)
= 6, 445 6
5. Panjang kelas : P =
P =
P = 8,833 9
143
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
No. IntervalBatasBawah
BatasAtas
Frekuensi TitikTengah
(xi)xi
2 fixi fixi2
fi fi(%) fk
1 47-55 46.5 55.5 3 6.67 3 51 2601 153 78032 56-64 55.5 64.5 9 20.00 12 60 3600 540 324003 65-73 64.5 73.5 10 22.22 22 69 4761 690 476104 74-82 73.5 82.5 14 31.11 36 78 6084 1092 851765 83-91 82.5 91.5 6 13.33 42 87 7569 522 454146 92-100 91.5 100.5 3 6.67 45 96 9216 288 27648
Jumlah 45 100 3285 246051Rata-rata 73Median 73.82Modus 76.50
Varians (s2) 141.95
Simpangan Baku (s) 11.91
1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)
Mean ( X ) =
i
ii
f
Xf
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) = 7345
3285
i
ii
f
Xf
2) Median/ Nilai Tengah (Md)
Me
f
Fnpb 2
1
Keterangan :
144
Me = Median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b = banyak data
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Me = 82,7314
225,2295,73
3) Modus (Mo)
21
1
dd
dPBM bo
Keterangan :
Mo= Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesidahnya
Mo 5,7684
495,73
4) Perhitungan Quartil
75,63
9
325,1195,55
41
f
Fn
pbQ
05,81
14
2275,3395,73
4
3
3
f
Fn
pbQ
5) Perhitungan Persentil
145
57
9
35,495,55
100
10
10
f
Fn
pbP
25,89
6
365,4095,82
100
90
90
f
Fn
pbP
6) Varians )( 2s =
95,14114545
3285`24605145
)1(
222
nn
XfXfn iiii
7) Simpangan Baku (s) =
91,1195,1411
..22
nn
XfXfn ii
8) Kemiringan (sk) = 2068,091,11
)82,7373(3
bakusimpangan
median)-rata)-3((rata
Karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri atau miring
ke kanan, kurva menceng ke kanan.
9) Ketajaman/kurtosis
27,0
5725,89
63,75-81,52
1
2
1
1090
13
4
PP
Karena 4 > 0,263, maka model kurva adalah runcing (leptokurtis).
146
Lampiran 17
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1. Distribusi Frekuensi
39 42 42 44 44 50 50 53 53 56 56
56 56 56 58 61 61 64 64 64 64 64
64 64 64 64 64 64 67 67 67 69 69
69 69 72 72 75 81 81 81 83 86 89
97
2. Banyak data (n) = 45
3. Rentang data (R)
Keterangan : R = Rentangan
Xmax= Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin = Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin
= 97 – 39
= 58
4. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
Keterangan : K = Banyak kelas
N = Banyak siswa
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3.3 log 45
= 1 + (3,3 x 1,65)
= 6, 445 6
5. Panjang kelas : P =
P =
P = 9,67 10
147
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
No. IntervalBatasBawah
BatasAtas
Frekuensi TitikTengah
(xi)xi
2 fixi fixi2
fi fi(%) fk
1 39-48 38.5 48.5 5 11.11 5 43.5 1892.25 217.5 9461.252 49-58 48.5 58.5 10 22.22 15 53.5 2862.25 535 28622.53 59-68 58.5 68.5 16 35.56 31 63.5 4032.25 1016 645164 69-78 68.5 78.5 7 15.56 38 73.5 5402.25 514.5 37815.755 79-88 78.5 88.5 5 11.11 43 83.5 6972.25 417.5 34861.256 89-98 88.5 98.5 2 4.44 45 93.5 8742.25 187 17484.5
Jumlah 45 100 2887.5 192761.3Rata-rata 64.17Median 63.19Modus 62.5
Varians (s2) 170
Simpangan Baku (s) 13.04
1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)
Mean ( X ) =
i
ii
f
Xf
Keterangan :
Me = Mean/ Nilai Rata-rata
ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-
masing interval dengan frekuensinya.
if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) = 17,6445
2887,5
i
ii
f
Xf
2) Median/ Nilai Tengah (Me)
Me
f
Fnpb 2
1
148
Keterangan :
Me = Median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b = banyak data
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Me = 19,6316
155,22105,58
3) Modus (Mo)
21
1
dd
dPBM bo
Keterangan :
Mo= Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesidahnya
Mo 5,6296
6105,58
4) Perhitungan Quartil
75,54
10
525,11105,48
41
f
Fn
pbQ
43,72
7
3175,33105,68
4
3
3
f
Fn
pbQ
149
5) Perhitungan Persentil
5,47
5
05,4105,38
100
10
10
f
Fn
pbP
5,83
5
385,40105,78
100
90
90
f
Fn
pbP
6) Varians )( 2s =
17014545
5,28873,19276145
)1(
222
nn
XfXfn iiii
7) Simpangan Baku (s) =
04,131701
..22
nn
XfXfn ii
8) Kemiringan (sk) = 23,004,13
)19,6317,64(3
bakusimpangan
median)-rata)-3((rata
Karena nilai sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan atau
miring ke kiri, kurva menceng ke kiri.
9) Ketajaman/kurtosis
2455,0
5,475,83
54,75-72,432
1
2
1
1090
13
4
PP
Karena 4 < 0,263, maka model kurva adalah datar (platikuris).
150
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
No Interval Bataskelas z F(z)
LuasKelasInterval
eF oF e
eo
F
FF 2
46.5 -2.23 0.011 47-55 0.06 2.60 3 0.06
55.5 -1.47 0.072 56-64 0.17 7.51 9 0.30
64.5 -0.71 0.243 65-73 0.28 12.56 10 0.52
73.5 0.04 0.524 74-82 0.27 12.18 14 0.27
82.5 0.80 0.795 83-91 0.15 6.86 6 0.11
91.5 1.55 0.946 92-100 0.05 2.24 3 0.26
100.5 2.31 0.99Rata-rata 73
Simpangan Baku 11.91x^2Hitung 1.52x^2 Tabel 7.81
Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal
z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan baku
F(z) = NORMSDIST(z)
Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang
mendahuluinya
Fe = banyak siswa (n) x Luas Kelas Interval
52,1
22
e
eo
F
FF
Keterangan:
2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
151
Lampiran 19
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
No Interval Bataskelas z F(z)
LuasKelasInterval
eF oF e
eo
F
FF 2
38.5 -1.97 0.021 39-48 0.09 4.06 5 0.22
48.5 -1.20 0.112 49-58 0.22 9.77 10 0.01
58.5 -0.43 0.333 59-68 0.30 13.42 16 0.50
68.5 0.33 0.634 69-78 0.23 10.53 7 1.18
78.5 1.10 0.865 79-88 0.10 4.72 5 0.02
88.5 1.87 0.976 89-98 0.03 1.21 2 0.52
98.5 2.63 1.00 45Rata-rata 64.17
Simpangan Baku 13.04x^2Hitung 2.44
x^2 7.81Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal
z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan baku
F(z) = NORMSDIST(z)
Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang
mendahuluinya
Fe = banyak siswa (n) x Luas Kelas Interval
44,2
22
e
eo
F
FF
Keterangan:2 = harga chi square
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekensi ekspetasi
152
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Varians (s2) 141,95 170
Fhitung 1,20
Ftabel 1,65
Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen
Fhitung = 20,195,141
1702
2
21
s
s
Keterangan:
21s : Varians terbesar
22s : Varians terkecil
153
Lampiran 21
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata 73 64,17
Varians (s2) 141,95 170
s gabungan 12,49
t hitung 3,35
t table 1,66
Kesimpulan Tolak H0 dan terima H1
49,12
24545
)170)(145()95,141)(145(
2
11
21
222
211
nn
snsnsgab
35,3
45
1
45
149,12
17,6473
11
21
21
nns
XXt
gab
hitung
Keterangan:
1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen dan kontrol
21s dan 2
2s : varians data kelompok eksperimen dan kontrol
sgab : simpangan baku kedua kelompok
n1 dan n2 : jumlah kelompok eksperimen dan kontrol