SITI HASANAH-FITK.pdf

186
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMPN 3 Kota Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh: Siti Hasanah 108017000060 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Transcript of SITI HASANAH-FITK.pdf

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE FSLC (Formulate-Share-Listen-Create)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VII SMPN 3 Kota Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Siti Hasanah108017000060

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

i

ABSTRAK

Siti Hasanah (108017000060). “Pengaruh Penggunaan Model PembelajaranKooperatif Tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) Terhadap KemampuanBerpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMPN ITangerang Selatan). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap kemampuan berpikir kreatif matematissiswa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada siswakelas VII tahun ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasieksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject post testonly. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik cluster randomsampling yaitu memilih dua kelas secara acak dari 9 kelas. Sampel penelitian padakelas eksperimen berjumlah 45 siswa yaitu pada kelas VII-6 dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe FSLC. Sampel pada kelas kontrol berjumlah 45siswa yaitu pada kelas VII-7 dengan menggunakan model pembelajarankonvensional. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan padakelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan nilai rata-rata kelas kontrol 64,17dan kelas eksperimen 73. Berdasarkan analisis dengan uji t, diperoleh nilai thitung

yaitu sebesar 3,35 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajatkebebasan (dk) = 88 dan taraf signifikansi (α) = 0,05 yaitu sebesar 1,99 (3,35 > 1,99),maka ditolak dan diterima, yang artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikirkreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajarankonvensional. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipeFSLC berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran kooperatif tipe FSLC, Kemampuan Berpikir KreatifMatematis

ii

ABSTRACT

Siti Hasanah (108017000060) The Influence Of Cooperative Learning with FSLC(Formulate-Share-Listen-Create) Type to Mathematical Creative Thinking Ability OfStudent (Quasi-Experiments in SMPN 3 South Tangerang City). Skripsi of MathematicEducation Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic UniversitySyarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

This research aims to find the influence of Cooperative Learning with FSLCtype to mathematical creative thinking ability of student. The research was conductedat SMP State 3 South Tangerang city class VII student of the school year 2012/2013.The research method used was quasi experimental research design two grouprandomized subject post test only. Samples were taken by using the technique clusterrandom sampling that is randomly selecting two classes from 9 classes. The researchsample in the experimental class numbered 45 students that is in class VII- 6 usingthe cooperative learning with FSLC type. The sample in control classes totaling 45students that is in the class VII-7 using conventional learning. Based on result ofcreative thinking ability test that give to experiment class and control class valueobtained is equal to 64,17 for control class and 73 for experiment class. Based on theanalysis by t test, t value obtained is equal to 3.35 greater than the value of t tableswith degrees of freedom (df) = 88 and a significance level (α) = 0.05 is equal to 1.99(3.35> 1.99), it H0 rejected and H1 accepted, which means an average ofmathematical creative thinking abilities of students taught using cooperative learningwith FSLC type to teaching higher than the average of students' mathematicalcreative thinking abilities are taught using conventional teaching. Thus, theimplementation of cooperative learning with FSLC type to learning a positive effecton students' mathematical creative thinking ability.

Key Words: Cooperative Learning with FSLC Type, Mathematical Creative ThinkingAbility.

iii

KATA PENGANTAR

بسماهللالرحمنالرحیم

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah swt yang telah

melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya serta memberikan kemudahan dan

kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari cukup banyak kesulitan

yang dihadapi, sehingga membuat penulis merasa berat untuk menyelesaikannya.

Selain itu juga keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis membuat

penulis harus lebih banyak belajar agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan

sebaik-baiknya. Dorongan, semangat, bimbingan dari berbagai pihak pun

mempunyai peranan yang sangat penting dalam memotivasi penulis untuk terus

berusaha menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Nurlena Rifa’i, MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom, selaku Dosen Penasehat Akademik

yang penuh kesabaran, bimbingan, waktu, arahan dan semangat dalam

membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Ibu Dra. Afidah Mas’ud sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Maifalinda

Fatra, M. Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, waktu, saran, dan motivasi kepada penulis selama ini dengan

penuh kesabaran dan kesungguhan. Semoga Ibu selalu berada dalam

kemuliaan dan lindungan-Nya.

iv

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur

yang dibutuhkan.

8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan

Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan

dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

9. Kepala SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Bapak Maryono,S.E.M.M.Pd yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Seluruh dewan guru SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, khususnya Ibu Lendra,

S.Pd selaku guru mata pelajaran dan Bapak Drs. Sholeh Fathoni selaku

Wakasek Kurikulum yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian ini. Serta siswa dan siswi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,

khususnya kelas VII-6 dan VII-7.

11. Orang Tua tercinta Mamah Hikah A.M, S.Pd dan Almarhum Bapak

Damanhuri Syam, A. Md yang selalu menjadi inspirasi dalam mengejar cita-

cita serta selalu mendoakan, menyayangi, dan memberikan semangat moril-

materil pada peneliti. Alm. Abah H. Sairun, Umi, Amang Dowi, Uwa, Bibi.

Kakak-kakakku yang tersayang Aa Holid dan Aa Rasyid serta Adik-adikku

yang tersayang Santi, Niar, dan dede Mira yang selalu memberikan senyum,

canda dan semangat pada peneliti, serta seluruh keluarga yang menjadi

kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-

cita.

12. Sahabat-sahabat tercintaku Maspupah, Ekamara Kinasih, Siti Rusdiah, Indah

Sari, Marlani Alfanta, dan Maria Urfa. Terima kasih telah memberikan

dukungan, perhatian, dan keceriaan selama masa kuliah sampai saat ini.

v

13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2008

kelas B dan A, terimakasih atas kebersamaannya selama dibangku perkuliahan

dan juga ketersediannya dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya

kepada penulis.

14. Sahabat-sahabatku di Muchsin Family : Mince, Mbak’e Emma, Nissa, Nela,

Nana, Atu, dan Ka Rara.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya.

Jakarta, September 2013

Penulis

Siti Hasanah

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ... ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7

D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis............................... 10

a. Pengertian Berpikir Kreatif Matematis............................... 11

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ........... 13

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC .......................... 18

a. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran

Matematika………………………………………………... 18

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif…………………..... 21

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC…….……...... 24

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe

FSLC…………………………………………………….... 27

e. Teori Belajar dan Pembelajaran yang Mendukung FSLC... 28

vii

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32

C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 34

D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37

B. Metode dan Desain Penelitian..................................................... 37

C. Populasi dan Sampel .................................................................. 38

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 39

E. Instrumen Penelitian…………………………………………...... 39

F. Teknik Analisis Data…………………………………………… 47

G. Hipotesis Statistik ...................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................ 54

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen 54

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol ..... 57

3. Perbandingan KBKM Siswa pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol……………………………………………….. 62

B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis.......................................... 63

C. Hasil Pengujian Hipotesis……………………………………..... 65

D. Pembahasan Penelitian................................................................ . 67

1. Proses Pembelajaran di Kelas ............................................. 67

2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis……... 69

E. Keterbatasan Penelitian............................................................... . 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 82

B. Saran............................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85

LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................................... 88

viii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir Penelitian…………………………………….. 35

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis…………….... 16

Tabel 3.1 Agenda Penelitian……………………………………………....... 37

Tabel 3.2 Desain Penelitian………………………………………………… 38

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis........................................................................................ 39

Tabel 3. 4 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...... 40

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Tes KBKM Materi Segiempat....................... 42

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelompok Eksperimen......................................................... 55

Tabel 4.2 Nilai Statistik Kelas Eksperimen…................................................. 57

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Kontrol........................................................................ 57

Tabel 4.4 Nilai Statistik Kelas Kontrol........................................................... 59

Tabel 4.5 Perbandingan KBKM Siswa Kelompok Eksperimen dan

Kelompok kontrol...........................................................................

60

Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol…............... 62

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas................................................... 64

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas…………………………….... 65

Tabel 4.9 Hasil Uji-t……………………………………………………........ 66

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen................................. 56

Gambar 4.2 Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Kontrol ....................................... 58

Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ....................................................................................... 61

Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.......................... 63

Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ..................................................................... 66

Gambar 4.6 Aktifitas Siswa Saat Melakukan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe FSLC pada tahap Share .................................... 68

Gambar 4.7 Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran dengan

Model Pembelajaran Konvensional 69...................................... 69

Gambar 4.8a

Gambar 4.8b

Gambar 4.8c

Gambar 4.8d

Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Eksperimen.............

Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Eksperimen..............

Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Kontrol....................

Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Kontrol.....................

70

70

71

71

Gambar 4.9a Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Eksperimen.............. 73

Gambar 4.9b Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Eksperimen............... 73

Gambar 4.9c Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Kontrol..................... 74

Gambar 4.9d Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Kontrol .................... 74

Gambar 4.10a Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Eksperimen............ 75

Gambar 4.10b Jawaban soal no 4a yang salah pada Kelas Eksperimen............. 76

Gambar 4.10c Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Kontrol .................. 76

Gambar 4.10d Jawaban soal no 4a yang salah pada Kelas Kontrol.................... 77

Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen.............. 78

xi

Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada Kelas Eksperimen............... 78

Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Kontrol..................... 79

Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada Kelas Kontrol..................... 79

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen .............................................................. 88

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ..................................................................... 92

Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen............................................................... 96

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Sebelum Validitas .....................................................117

Lampiran 5 Soal Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis....................................................................................119

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis ....................................................................... 121

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen .................................................... 126

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................. 127

Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran .......................................................... 129

Lampiran 10 Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen .......................................... 131

Lampiran 11 Langkah-Langkah Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan

Taraf Kesukaran.......................................................................... 131

Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, dan

Taraf Kesukaran ......................................................................... 135

Lampiran 13 Soal Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.... 136

Lampiran 14 Hasil Post Test Kelas Eksperimen .............................................. 138

Lampiran 15 Hasil Post Test Kelas Kontrol .................................................... 140

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ..................................... 142

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol............................................. 146

Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen .................. 150

Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ......................... 151

Lampiran 20 Penghitungan Uji Homogenitas.................................................. 152

Lampiran 21 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ............................................. 153

Lampiran 22 Lembar Uji Referensi ................................................................. 154

Lampiran 23 Harga Kritik Korelasi Product Momen Person........................... 158

Lampiran 24 Nilai Z pada Distribusi Normal................................................... 159

xiii

Lampiran 25 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ....................... 160

Lampiran 26 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (lanjutan) ............................ 161

Lampiran 27 Tabel Nilai Kritis Distribusi F.................................................... 162

Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis Distribusi F (lanjutan) ................................... 163

Lampiran 29 Tabel Nilai Kritis Distribusi t...................................................... 164

Lampiran 30 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian................................ 165

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Pendidikan menjadikan manusia melalui proses

pembelajaran dimana yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu dan sebelumnya

tidak bisa menjadi bisa. Pentingnya pendidikan sudah dapat terlihat sejak zaman

dahulu. Para filsuf terdahulu yaitu Al Ghazali dan Plato dalam Al Jumhuriyyah

serta Aristoteles dalam Al Siyasah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat

hanya dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pendidikan.1

Selain hal di atas dalam Al-qur’an pun banyak ayat yang mengutarakan

bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan sangatlah penting. Salah satu ayat yang

membahas keutamaan ilmu dan pendidikan yaitu dalam firman Allah pada

QS. Az-Zumar ayat 9:

“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran”.

Ayat tersebut menyatakan bahwa seseorang yang dapat menerima

pelajaran atau pengetahuan ialah orang yang berakal. Sehingga untuk dapat lebih

mudah menerima pengetahuan kita harus sering mengasah akal kita dengan selalu

belajar. Salah satu cara untuk selalu belajar yaitu menempuh pendidikan sampai

akhir hayat.

1 Sulung Nofrianto, The Golden Teacher,(Depok : Lingkar Pena, 2008) , h. 8

2

Hal lain yang menunjukkan pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa

adalah seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.2 Berdasarkan undang-undang tersebut jelas

terlihat bahwa Indonesia sangat mementingkan pendidikan karena dengan

pendidikan masyarakat Indonesia dapat menjadi insan yang mampu

menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.

Berdasarkan UU Sisdiknas di atas salah satu tujuan pendidikan adalah

menjadikan siswa manusia yang kreatif. Hal ini dikarenakan dengan kemampuan

berpikir kreatif seseorang bisa menciptakan sesuatu yang bisa berguna untuk

kehidupan. Dunia kerja saat ini sangat membutuhkan kreativitas yang tinggi

karena dengan kreativitas seseorang dapat menghasilkan suatu inovasi yang

berguna bagi kehidupan. Dunia dengan semua keajaiban teknologinya ada karena

kreativitas. Kreativitas menghasilkan benda-benda yang dapat membantu

meringankan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, kemampuan berpikir secara

kreatif perlu dimiliki oleh pelajar saat ini. Karena pelajar-pelajar inilah yang akan

mengukir dunia di masa yang akan datang. Sehingga pelajaran-pelajaran yang ada

di sekolah pun seharusnya dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif para

siswa. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal yang sangat penting dimiliki

oleh seseorang bukan hanya untuk dapat membuat benda-benda yang membantu

pekerjaan manusia tetapi juga membantu menyelesaikan masalah-masalah

kehidupan yang kompleks.

Berpikir kreatif merupakan salah satu tingkat kemampuan berpikir tingkat

tinggi (high order thingking skill). FJ.King, dkk mengatakan bahwa “Kemampuan

berpikir tingkat tinggi meliputi kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir

kreatif”. Kemampuan berpikir kreatif secara operasional menurut Munandar

dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan (fleksibilitas), dan orsinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk

2 UU Sisdiknas No. 20, (Jakarta :Lembaga Negara RI, 2003), h. 3

3

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.” 3

Sehingga untuk mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang tinggi bukan hal

yang mudah, karena kemampuan berpikir kreatif memiliki banyak indikator.

Dewasa ini perkembangan pendidikan matematika memiliki peranan yang

sangat penting. Matematika tidak hanya sebagai mata pelajaran yang dapat

mencerdaskan siswa tetapi juga dapat melatih siswa dalam menghadapi berbagai

masalah dalam kehidupan. Selain melatih siswa untuk berpikir logis matematis

juga dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif. Seperti yang tercantum dalam

Permendiknas Nomor 14 tahun 2007 bahwa matematika diperlukan untuk melatih

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat

memiliki kemampuan memperoleh mengelola, dan memanfaatkan informasi

untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif.4

Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang dapat diasah

melalui pembelajaran matematika. Kemampuan ini dapat terasah jika guru

mendorong siswa untuk berpikir divergen dengan cara memberikan siswa

masalah-masalah yang memungkinkan siswa untuk menemukan banyak solusi

dari suatu masalah. Selain itu kemampuan ini juga dapat berkembang jika

pembelajaran di kelas didesain sedemikian rupa sehingga mendorong siswa untuk

mengeluaran potensi kreatifnya. Tentu hal ini tidak bisa didapat jika pembelajaran

yang dilakukan di kelas masih menggunakan metode yang konvensional dan

monoton. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang menjadikan siswa

sebagai objek pembelajaran. selain itu guru juga masih terpaku pada soal yang

tertutup (mempunyai jawaban tunggal). Sehingga siswa tidak terlatih untuk

menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya karena guru yang seharusnya dapat

mendorong semua potensi yang ada dalam diri siswa tidak merancang proses

pembelajaran yang inovatif.

3S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:

Grasindo, 1999), h. 50 4 Permendikas No.14, Standar Isi untuk Program paket A, paket B, dan program paket

C,(Jakarta : Depdiknas, 2007), h.82

4

Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran pun monoton.

Seperti metode ceramah, guru menjelaskan materi kepada siswa hanya dengan

tipe komunikasi satu arah. Siswa dibiarkan untuk mendengarkan dengan seksama

apa yang guru jelaskan. Tetapi guru terkadang tidak pernah mengetahui sampai

sejauh mana siswa dapat menerima materi yang guru jelaskan. Dengan tipe

komunikasi yang hanya satu arah siswa menjadi pasif dalam belajar. Hal ini

menjadikan siswa tidak berkembang dalam segala potensi yang dimiliki, termasuk

potensi mereka untuk berpikir kreatif. Tentu keadaan semacam ini tidak dapat

terus dibiarkan. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan tercapainya tujuan

pembelajaran harus melakukan suatu inovasi dan reformasi dalam kegiatan

belajar.

Selain masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah lain

yang juga menjadi batu sandungan di kelas adalah terlalu banyaknya materi yang

harus diajarkan kepada siswa tetapi waktu pembelajaran yang ada hanya sedikit.

Sehingga gurupun terpaksa menjelaskan materi dengan terburu-buru tanpa

memperdulikan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Akibatnya potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa pun termasuk potensi berpikir

kreatifnya tidak tergali karena model dan stategi yang digunakan tidak

memfasilitasi siswa untuk mengembangkannya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk dapat menggali segala

potensi yang siswa miliki ialah dengan merubah metode yang digunakan dalam

pembelajaran di kelas yang semula monoton menjadi inovatif dan menyenangkan.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Djamarah bahwa pembelajaran

matematika yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah harus mengalami

perubahan paradigma yaitu dari teacher centered menjadi learner centered.5

Learner centered atau student centered merupakan paradigma baru dalam dunia

pendidikan yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan dengan teacher

centered. Paradigma ini memberikan ruang yang lebih luas kepada siswa untuk

5Gelar Dwirahayu, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas siswa untuk

meningkatkan prestasi Belajar Siswa SMP”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan

Matematika, (Jakarta: CeMED, 2007), Vol. 2 No. 2, h. 220.

5

berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, karena siswa tidak pasif di

kelas tetapi siswa didorong untuk menggali sendiri pengetahuannya, berinteraksi

dengan temannya di kelas, berdiskusi, presentasi di depan kelas.

Selain model pembelajaran di kelas yang monoton, ketakutan siswa

terhadap pelajaran matematika juga mempengaruhi proses pembelajaran. Hampir

pada setiap jenjang pendidikan, siswa merasa takut dan jenuh dengan matematika

karena bahasanya yang formal. Guru biasanya memulai pelajaran dengan dasar

teori, pernyataan-pernyataan yang mengandung simbol-simbol atau definisi-

definisi. Padahal teori-teori atau konsep formal tidak harus diberikan di awal

materi, pada awal materi guru bisa memaparkan materi menjadi sebuah cerita

yang menarik.6 Sehingga dari awal siswa tidak merasa takut ataupun jenuh justru

sebaliknya siswa jadi tertarik untuk mengetahui materi dengan bertanya kepada

gurunya ataupun berdiskusi dengan siswa lain. Rasa takut dan jenuh terhadap

pelajaran ini mempengaruhi motivasi belajar siswa yang akhirnya membuat siswa

jadi malas belajar dan tidak merespon apa yang guru jelaskan.

Kekeliruan-kekeliruan dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan

rendahnya kemampuan matematis siswa mulai dari pemahaman konsep,

komunikasi matematis, penalaran, kemampuan dalam pemecahan masalah dan

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti kemampuan berpikir kreatif dan

kritis siswa. Beberapa fakta yang menunjukkan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang rendah ditemukan penulis. Pertama, penulis melakukan tes

kemampun berpikir kreatif matematis tingkat rendah kepada 41orang siswa di

sebuah SMP di daerah Tangerang Selatan. Soal yang digunakan mengukur

indikator berpikir lancar (fluency). Hasilnya menunjukkan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswanya rendah, yaitu dari 41 siswa hanya ada 9% siswa yang

dapat menjawab soal yang diberikan dengan banyak jawaban. Rata-rata nilai

indikator fluency hanya mencapai 39. Fakta lainnya yang menunjukkan rendahnya

6Gaguk Margono, “Keterkaitan antara Problem Solving dengan kreativitas dalam

Pembelajaran Matematika”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta:

CeMED, 2007), Vol. 2 No. 1, h. 49.

6

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yaitu ditemukan pada penelitian

Intan Jatiningrum, rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis dari 36 siswa

yang ada pada kelas kontrol sebesar 47, 39, tentu nilai ini masih rendah dan masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka sudah seharusnya guru matematika

melakukan suatu reformasi dalam pembelajaran. Guru sebaiknya tidak

menggunakan metode yang membiarkan siswa hanya pasif mendengarkan

penjelasan dari guru. Tetapi lebih ditekankan pada metode pembelajaran yang

menstimulus siswa untuk lebih aktif membangun pemahamannya sendiri. Hal ini

sejalan dengan teori belajar konstruktivisme. Tugas guru matematika adalah

memotivasi dan menstimulus perkembangan setiap individu di dalam kelas untuk

bereksplorasi, mengajukan pertanyaan, dan menguatkan kompetensi matematika

siswa dalam kemampuan berpikir kreatifnya.

Model pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruksivisme

diantaranya adalah pembelajaran kooperatif, yaitu suatu pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok, sehingga siswa dapat belajar bersama-sama, saling

membantu dan melengkapi satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan tugas

atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif, setiap siswa dapat mendiskusikan pendapat, bertanya, belajar dari

pendapat orang lain, memberikan kritik dan menyimpulkan penemuan mereka,

sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik daripada dengan

mempelajarinya secara individu.

Kreativitas merupakan produk berpikir kreatif seseorang. Berpikir kreatif

merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita mendatangkan atau

memunculkan suatu ide baru. Hal itu menggabungkan ide-ide yang sebelumnya

yang belum dilakukan.7 Pernyataan tersebut sesuai dengan tahapan dalam salah

satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yaitu FSLC. Tahap yang sesuai

7Tatag Yuli Eko Siswono dan Abdul Haris Rosyidi, Menilai Kreativitas Siswa dalam

Matematika, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Peranan

Matematika dan terapannya dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia”,

(Surabaya : Matematika FMIPA UNESA, 2005), h.2

7

dengan pernyataan di atas yaitu formulate dan create. Formulate dalam konteks

ini yaitu merumuskan atau memformulasikan jawaban dari permasalahan yang

guru berikan secara individual. Sedangkan create yang berarti membuat sebuah

jawaban baru yang menggabungkan ide-ide terbaik.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-

Share-Listen-Create) untuk menjadi solusi dari permasalahan telah dipaparkan di

atas. Hal ini disebabkan karena FSLC dapat mengakomodasi kepentingan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Berdasarkan latar

belakang masalah tersebut, dalam penelitian ini peneliti mengambil judul yaitu

:“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC

(Formulate-Share-Listen-Create) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan juga berdasarkan

pengalaman peneliti selama melakukan praktek mengajar di salah satu sekolah

maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

a. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.

b. Siswa di kelas hanya pasif mendengarkan uraian materi dari gurunya,

menerima, menghafal ilmu atau informasi dari guru.

c. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang monoton sehingga

siswa cenderung jenuh ketika proses belajar berlangsung.

d. Siswa merasa takut belajar matematika karena bahasa matematika yang

formal dan dipenuhi dengan simbol-simbol dan definisi yang abstrak.

e. Motivasi belajar matematika dari siswa masih rendah

f. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika.

g. Terlalu banyak materi yang harus siswa pelajari sehinggga guru terkadang

terburu-buru dalam menjelaskan materi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan mengingat permasalahan yang ada cukup

luas maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah untuk penelitian ini

akan dibatasi pada:

8

1. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diteliti adalah kemampuan

berpikir kreatif dengan indikator berpikir lancar (fluency), berpikir luwes

(flexibility), berpikir orisinil (originality), dan berpikir rinci (elaboration)

pada pokok bahasan Segiempat.

2. Model pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate – Share – Listen – Create)

yang meliputi tahap memformulasikan jawaban, membagi jawaban dengan

teman sekelompok, mendengarkan jawaban dari kelompok lain, membuat

jawaban baru yang menggabungkan ide-ide terbaik dari semua kelompok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan pembelajaran

dengan model kooperatif tipe FSLC?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan pembelajaran

secara konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan

pembelajaran model pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dengan siswa yang

diajar model pembelajaran konvensional.

9

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, siswa, dan

guru pada umumnya. Manfaat yang didapat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi penulis

a. penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam bidang

pendidikan matematika, khususnya tentang metode pembelajaran yang

efektif dalam pembelajaran matematika.

b. Dapat menambah pengalaman dalam dunia pendidikan dan bidang

ilmiah.

2. Manfaat bagi guru

Guru dapat melakuan perubahan dalam menggunakan metode pembelajaran

di kelas. Jika sebelumnya guru lebih sering menggunakan metode konvensional,

maka dengan adanya penelitian ini guru dapat menggunakan metode yang lebih

inovatif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran serta suasana belajar

yang aktif dan menyenangkan.

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini akan meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa di sekolah

khususnya untuk pelajaran matematika. Dengan meningkatnya prestasi belajar

siswa maka kualitas sekolah secara umum juga akan meningkat di mata

masyarakat.

10

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Pengertian Berpikir Kreatif Matematis

Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan berbagai kelebihan yang tidak

dimiliki oleh makhluk Allah lainnya. Salah satu kelebihan yang manusia miliki

yang tidak makhluk lain miliki adalah akal. Akal ini yang digunakan oleh manusia

untuk berpikir dan memahami kebesaran-kebesaran Allah yang tersebar di dunia

ini. Manusia juga menggunakan kemampuannya berpikir untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan dalam kehidupan dan untuk menciptakan hal-hal baru

yang akan bermanfaat untuk kehidupan.

Plato mendefinisikan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati.1

Sedangkan Bigot et al mendefinisikan berpikir dengan menekankan pada tujuan

berpikir, yaitu berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian

pengetahuan kita, dimana pengetahuan kita mencakup segala sesuatu yang telah

kita ketahui, dapat berupa pengertian-pengertian dalam batas tertentu ataupun

tanggapan-tanggapan.2 Pendapat tersebut menyatakan bahwa berpikir merupakan

aktivitas menghubungkan segala sesuatu yang kita ketahui sehingga pengetahuan-

pengetahuan tersebut menjadi mempunyai koneksi satu sama lain.

Berbeda dengan pendapat di atas Ruggiero mengartikan berpikir sebagai

suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu

masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.

Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan dan memecahkan

1Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2008), h. 54

2Ibid.

11

masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia dapat dikatakan sedang

melakukan aktivitas berpikir.3

Berdasarkan pada beberapa pengertian berpikir di atas dapat disimpulkan

bahwa berpikir adalah proses pengolahan pengetahuan yang berupa konsep,

gagasan, dan pengertian yang dimiliki oleh seseorang untuk meletakkan

hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan tersebut demi tercapainya

pemahaman yang lebih baik dan sesuatu pengetahuan baru yang digunakan untuk

memecahkan suatu masalah.

Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) menurut Utami adalah

“kemampuan (berdasarkan informasi yang tersedia) menemukan banyak jawaban

terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas,

ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.”4 Jadi, terdapat tiga aspek yang harus

diperhatikan yaitu kuantitas jawaban, yaitu siswa bisa menemukan jawaban lebih

dari satu. Selanjutnya aspek ketepatgunaan, yaitu siswa tidak hanya menemukan

banyak jawaban tetapi juga jawaban-jawaban yang diberikan sesuai dengan

permasalahan yang ada. Kemudian aspek keragaman jawaban, yaitu terdapat

banyak jawaban yang tidak sejenis.

Selanjutnya Wirawan mendefinisikan “berpikir kreatif yaitu berpikir untuk

menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan sistem

baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.”5 Sedangkan menurut

Isakson et al, berpikir kreatif merupakan proses mengkonstruksi ide yang

menekankan pada aspek kelancaran(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian

(originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.6 Sejalan dengan

pendapat di atas Utami menyatakan pengertian kreativitas secara operasional

adalah “Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),

3Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan

Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya:Unesa

University Press, 2008), h. 13 4S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:

Gramedia, 1992), h. 48. 5Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,(Jakarta: Bulan Bintang,2000), cet.

8, h. 47. 6Grieshober, Continuing A Dictionary of Creativity Terms and Definitions), 2012, h. 31,

(http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/theses/Grieswep.pdf )

12

dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”7 Sehingga dari

pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kreativitas

berarti seseorang yang dapat berpikir secara lancar, luwes, orisinil, dan teperinci

dalam menyampaikan gagasannya.

Berbeda dengan pendapat di atas Rhodes mendefinisikan kreativitas dalam

empat dimensi yang dikenal dengan istilah Four P’s of Creativity, keempat

dimensi tersebut yaitu Person, Process, Press dan Product. Person (Pribadi) yaitu

setiap pribadi mempunyai potensi untuk kreatif. Process (proses) yaitu kreativitas

dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran di mana individu berusaha

untuk menemukan jawaban, metode baru dalam menghadapi suatu permasalahan.

Press (pendorong) yaitu kreativitas sebagai pendorong yang datang dari diri

sendiri berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi. Sedangkan definisi

kreativitas dari segi Product (hasil) seperti pendapat Baron yaitu kreativitas

adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru kedalam kehidupan.8

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan definisi kemampuan

berpikir kreatif matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan

masalah matematika dengan memberikan jawaban atau gagasan yang banyak

(berpikir lancar), memberikan berbagai macam penafsiran terhadap suatu gambar,

situasi, cerita atau masalah dan dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut

pandang (berpikir luwes), mampu memberikan gagasan atau jawaban yang baru,

unik tetapi tetap sesuai dengan permasalahan yang diajukan (berpikir orisinil),

serta dapat menguaraikan masalah matematika dengan menjawabnya melalui

langkah-langkah yang terperinci (berpikir terperinci).

7 S. C. Utami Munandar, Op. Cit., h. 50.

8Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka

Populer Obor, 2003), h. 107-108

13

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Utami menguraikan beberapa indikator kemampuan berpikir kreatif

matematis meliputi definisi dan perilaku siswa yang mengindikasikan kemampuan

berpikir kreatifnya. Beberapa indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:9

1. Kemampuan berpikir lancar (fluency) adalah mencetuskan banyak gagasan,

jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara

atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban. Kemampuan ini ditunjukkan dengan perilaku siswa seperti

mengajukan banyak pertanyaan, jika ada pertanyaan siswa menjawab

dengan sejumlah jawaban, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu

masalah, lancar dalam mengemukakan gagasannya, bekerja lebih cepat dan

melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat

kesalahan atau kekurangan pada suatu objek ataupun situasi.

2. Kemampuan berpikir luwes (flexibility) adalah menghasilkan ide, jawaban,

atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang

berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

Kemampuan ini ditunjukkan oleh perilaku siswa seperti memberikan

berbagai macam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek,

memberikan macam-macam interpretasi terhadap suatu gambar, cerita, atau

masalah, menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-

beda, memberikan pertimbangan yang berbeda dari yang diberikan orang

lain terhadap situasi, dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah

selalu mempunyai posisi yang berbeda dari orang lain berikan atau

bertentangan dengan mayoritas kelompok, memikirkan berbagai macam

cara yang bervariasi untuk menyelesaikan suatu masalah, menggolongkan

hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda, mampu mengubah arah

berpikir secara spontan.

3. Kemampuan berpikir orisinil (originality) adalah mampu menghasilkan

ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

9S.C Utami Munandar, op. cit ., h. 88-91

14

mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak

lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Kemampuan ini ditandai dengan

adanya perilaku siswa seperti memikirkan masalah-masalah atau hal-hal

yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara

lama dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru, memilih untuk

menggambar atau membuat desain sesuatu yang asimetris, memiliki cara

berpikir yang lain dari yang lain, mencari pendekatan yang baru dari yang

stereotip, setelah mendengar atau membaca gagasan-gagasan berusaha

untuk menemukan penyelesaian baru, lebih senang mensintesis daripada

menganalisa situasi.

4. Kemampuan berpikir terperinci (elaboration) adalah mampu memperkaya

dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau

memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga

menjadi lebih menarik. Kemampuan ini ditunjukkan dengan perilaku siswa

seperti mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan

masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci,

mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau

menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai

rasa estetis yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong

atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detail-detail

terhadap gambarnya sendiri ataupun gambar orang lain.

5. Kemampuan menilai (mengevaluasi) adalah menentukan patokan penilaian

sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat,

atau suatu tindakan bijaksana atau tidak, mampu mengambil keputusan

terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga

melaksanakannya. Kemampuan menilai ini ditunjukkan oleh perilaku siswa

seperti memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri,

menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisis maslah atau

penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan

“mengapa?”,mempunyai alasan yang rasional dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk mencapai keputusan, merancang suatu

15

rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus, pada saat tertentu tidak

menghasilkan gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis,

menentukan pendapat dan dapat mempertahankannya.

Sedangkan menurut Mahmudi aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif

matematis yang diukur adalah kelancaran, keluwesan, kebaruan (orisinil), dan

keterincian. Aspek-aspek atau indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

tersebut yaitu:

1. Kelancaran meliputi kemampuan (a) menyelesaikan masalah dan

memberikan banyak jawaban atas masalah tersebut; atau (b) memberikan

banyak contoh atau pertanyaan terkait dengan konsep atau situasi tertentu.

2. Keluwesan meliputi kemampuan (a) menggunakan beragam strategi

penyelesaian masalah; atau (b) memberikan beragam contoh atau

pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.

3. Kebaruan meliputi kemampuan (a) menggunakan strategi yang bersifat

baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah; atau (b)

memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak

biasa.

4. Keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut,

dan koheren terhadap prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis

tertentu dengan menggunakan konsep, representasi, istilah, atau notasi

matematis yang sesuai.10

Sedangkan Olson menyatakan bahwa berpikir kreatif terdiri dari dua unsur

yaitu kefasihan dan keluwesan. Kefasihan ini ditunjukkan dengan kemampuan

seseorang menghasilkan banyak gagasan untuk memecahkan masalah secara

lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan menghasilkan gagasan

yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan masalah. Indikator

kemampuan berpikir kreatif ini sejalan dengan yang dinyatakan Munandar, yaitu

10

Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah

disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XV, UNIMA, Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010,

h. 5

16

tidak menekankan kriteria "baru" atau originality sebagai sesuatu yang tidak ada

sebelumnya. Kebaruan ini lebih ditunjukkan dengan keberagaman gagasan yang

dihasilkan.11

Ide yang dihasilkan mungkin tidak baru bagi orang lain tetapi

setidaknya baru bagi orang yang mencetuskan ide tersebut.

Williams mengemukakan pendapat yang hampir sama dengan Mahmudi.

Indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Williams yaitu terdiri dari

kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kefasihan adalah kemampuan

untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak.

Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran,

dan mudah berpindah dari jenis pemikiran satu ke jenis pemikiran lain.

Orisinalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan

ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran

yang tidak lazim. Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah atau memerinci

hal-hal yang detil dari suatu objek, gagasan , atau situasi.12

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator

kemampuan berpikir kreatif terdiri dari berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir

orisinil, berpikir terperinci, dan menilai. Namun pada penelitian ini indikatornya

akan dibatasi pada empat indikator yaitu berpikir lancar, berpikir keluwesan,

berpikir orisinil, dan berpikir terperinci. Penelitian ini menggunakan indikator

yang dikemukakan oleh Mahmudi. Indikator tersebut akan diuraikan pada tabel di

bawah ini

Tabel 2. 1

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Indikator Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency):

Mencetuskan banyak jawaban,

gagasan, dan penyelesaian

Menghasilkan banyak jawaban dan

gagasan dari suatu permasalahan

Dapat dengan cepat melihat

11

Tatag Yuli Eko Siswono, Op. cit., h. 18. 12

Ibid.,

17

masalah. kesalahan dan kekurangan dari suatu

objek dan situasi.

Berpikir Luwes (flexibility):

Menghasilkan gagasan atau

jawaban yang bervariasi.

Memberikan berbagai macam

penafsiran pada suatu gambar..

Memikirkan bermacam-macam cara

yang berbeda-beda untuk

menyelesaikan suatu masalah yang

diberikan.

Berpikir Orisinil (Originality):

Mampu memodifikasi atau

membuat kombinasi baru dari

bagian-bagian atau unsur-unsur.

Memilih cara berpikir yang lain

daripada yang lain.

Mempertanyakan cara-cara lama

dan memikirkan cara-cara baru.

Bepikir terperinci (elaboration):

Menambahkan atau memperinci

detail-detail dari suatu objek,

gagasan atau situasi sehingga

menjadi lebih baik.

Menjelaskan jawaban dari masalah

yang diberikan secara terperinci,

runtut, dan koheren terhadap

prosedur matematis

Seseorang siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik

tidak hanya ditunjukkan dalam kemampuan kognitif tetapi juga mempunyai ciri-

ciri afektif. Ciri-ciri afektif tersebut diantaranya:

1. rasa ingin tahu yang mendorong individu lebih banyak mengajukan

pertanyaan, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, selalu

memperhatikan orang, objek dan situasi serta membuatnya lebih peka dalam

pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti;

2. tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan;

tidak senang terhadap tugas-tugas yang rutin dan tidak menantang.

3. berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh

orang lain, tidak mudah putus asa.

18

4. menghargai keindahan dan memiliki imajinasi yang hidup, yakni kemampuan

memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi dan

mempunyai rasa humor.

5. dapat menghargai bakat diri sendiri maupun orang lain.13

Berdasarkan uraian ciri-ciri afektif tersebut dapat disimpulkan siswa yang

mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik akan terlihat dari perilakunya

sehari-hari di kelas dan dalam pembelajaran. Tetapi guru tidak bisa mengetahui

potensi siswa jika pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan model

pembelajaran konvensional. Oleh karena itu untuk mengetahui potensi berpikir

kreatif siswa yang belum tergali guru harus menggunakan model pembelajaran

yang memicu siswa untuk menampilkan potensinya. Salah satu model

pembelajaran yang dapat memicu dan menggali potensi siswa yaitu model

pembelajaran kooperatif. Tetapi, dalam penelitian ini peneliti tidak melihat

kemampuan berpikir siswa dari ciri-ciri afektifnya tetapi dari hasil belajarnya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC

a. Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran yang dilakukan di kelas harus mempunyai acuan ataupun

suatu pedoman. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung guru tidak

melenceng dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Mills berpendapat bahwa

“model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang

mencoba bertindak berdasarkan model tersebut”.14

Model pembelajaran

merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penemuan para ahli pendidikan

berdasarkan teori psikologi pendidikan dan teori belajar. Sedangkan menurut

Joyce (1992) “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

13

S. C. Utami Munandar, Op.cit, h. 51 14

Agus Suprijono, Cooperative Learning,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), Cet. XI, h.

45

19

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan

lain-lain.”15

Pendapat lain dikatakan Soekamto dkk yaitu model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.16

Berdasarkan uraian di atas

maka kita dapat mengetahui bahwa model pembelajaran yang digunakan sangat

berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru

harus selektif dan harus memperhatikan model pembelajaran yang dipilih.

Model pembelajaran mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran

yang dapat membantu siswa lebih memahami materi sehingga tujuan

pembelajaran pun tercapai. Namun, model pembelajaran yang digunakan selama

ini di kelas mengarahkan siswa untuk individualis, siswa seoalah-olah diajarkan

untuk mengganggap teman sekelasnya sebagai kompetitor atau saingan. Setiap

siswa berusaha secara individu untuk mendapatkan posisi ranking satu di

kelasnya. Hal ini memberikan dampak yaitu menjadikan siswa tidak dapat bekerja

secara kooperatif dalam kelompoknya.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka siswa akan mengalami kesulitan

ketika masuk ke dunia kerja yang menuntutnya untuk dapat bekerja sama dengan

rekan kerjanya. Oleh karena itu, model pembelajaran yang mengarahkan siswa

bersikap individual harus segera dirubah dengan model pembelajaran yang dapat

memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama,

karena hasil pemikiran dari beberapa orang akan lebih baik daripada hanya satu

orang. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam

bekerja sama salah satunya ialah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif ini menggunakan sistem pengelompokan

atau tim kecil, yaitu kelompok berjumlah maksimal enam orang yang mempunyai

15

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Pretasi Pustaka, 2007), h. 5 16

Ibid.,

20

latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda

(heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok dan setiap kelompok

memperoleh penghargaan (reward) sesuai dengan hasil kerjanya. Jika kelompok

mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Maka setiap anggota

kelompok akan membutuhkan satu sama lain. Hal tersebut memunculkan

tanggung jawab individu terhadap kelompok. 17

Hal ini membuat siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran dan lebih peduli terhadap siswa lain sehingga siswa

tidak diajarkan untuk menjadi sosok yang individualistis. Sehingga baik untuk

perkembangan kehidupan sosialnya. Selain itu siswa terlatih untuk dapat

menjelaskan dengan baik hal-hal yang mereka pahami kepada siswa lain. Dengan

demikian kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik pun akan

berkembang.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan.18

Menurut Roger, dkk. (1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa

pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di

antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap

pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong

untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.19

Sejalan dengan Roger dkk., Johnson dan Johnson (1998) mendefinisikan

pembelajaran kooperatif namun dalam kalimat yang lebih ringkas. Johnson dan

Johnson berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif berarti working together to

accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama).20

Begitu

pula dengan Artz dan Newman (1990) mengartikan dengan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar atau siswa yang bekerja sama dalam

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta :

Kencana Frenada Media, 2006), h. 242 18

Ibid .,h. 241. 19

Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 29 20

Ibid, h. 31

21

satu tim untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau

mencapai suatu tujuan bersama).21

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membentuk

siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, masing-masing

anggota kelompok berusaha bekerja sama dan memaksimalkan potensi individu,

kemudian memadukannya ke dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama

dalam pembelajaran.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk menjadi individu yang tidak

indivualistis. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk peduli terhadap

temannya yang kesulitan dalam memahami pelajaran. Sehingga kemungkinan

siswa yang tidak memahami materi yang sedang dipelajari akan semakin kecil,

tentunya dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang baik.

Menurut Roger dan David Johnson tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif. Hasil yang maksimal akan tercapai jika unsur-unsur

pembelajaran kooperatif diterapkan. Ada lima unsur yang harus diterapkan, yaitu :

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif).

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).

4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).

5. Group processing (pemrosesan kelompok).22

Positive interdependence (saling ketergantungan positif) merupakan salah

satu hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif agar

pembelajaran yang dilakukan berjalan efektif. Masing-masing anggota kelompok

harus memahami bahwa mereka mempunyai prinsip dalam kelompok yaitu

“tenggelam dan berenang bersama” (sink and swim together) artinya siswa

mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya untuk maju bersama. Siswa

21

Ibid, h. 32 22

Agus Suprijono, Op. cit., h. 58

22

sama sekali tidak dianjurkan untuk bersikap individualis, menonjolkan diri sendiri

tanpa memperhatikan teman sekelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif

siswa harus bertanggung jawab pada dua hal, pertama mempelajari materi yang

ditugaskan, dan yang kedua memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga

mempelajari dan memahami materi tersebut.

Rasa saling ketergantungan positif ini muncul ketika siswa menyadari

bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan tugas dengan sukses apabila mereka

mengerjakannya sendirian atau jika ada anggota lain yang tidak berhasil

mengerjakannya (begitu pula sebaliknya).23

Untuk menciptakan suasana tersebut,

guru perlu merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan

siswa untuk belajar, mengevaluasi dirinya dan teman sekelompoknya dalam

penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi seperti ini

memungkinkan siswa untuk memiliki rasa saling ketergantungan positif dalam

mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab

individu maupun kelompok, dan juga memotivasi siswa untuk peduli terhadap

teman sekelompoknya. Selain itu juga mendorong setiap anggota kelompok untuk

saling bekerja sama.24

Personal responsibility, yaitu tanggung jawab pribadi individual atau

perseorangan. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran

terhadap keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung

jawab individu merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat

oleh kegiatan belajar bersama. Sehingga setelah mengikuti kegiatan kelompok,

masing-masing anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.25

Adanya rasa tanggung jawab individual ini akan membuat siswa bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri dan kelompoknya. Sehingga siswa tidak akan

melakukan kegiatan kelompok dengan tidak serius.

23

Miftahul Huda, Op. cit., h. 46-47 24

Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,

(Bandung : Alfabeta, 2007), h. 42 25

Agus Suprijono, Op. cit., h. 60

23

Tanggung jawab individual ini dapat ditumbuhkan dengan beberapa cara

yaitu (a) kelompok belajar yang dibentuk jangan terlalu besar; (b) melakukan

assesmen terhadap setiap siswa; (c) memberi tugas kepada siswa , yang dipilih

secara acak untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun

kepada seluruh siswa di depan kelas; (d) mengamati setiap kelompok dan

mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok; (e) menugasi seorang

siswa dalam setiap kelompok untuk menjadi pemeriksa di kelompoknya; (f)

menugasi siswa untuk mengajar temannya26

Face to face promotive interaction, yaitu interaksi antara siswa yang terjadi

secara langsung (tanpa ada perantara). Dalam interaksi ini tidak ada penonjolan

kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat

verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan saling timbal balik

yang positif sehingga mempengaruhi hasil pembelajaran.27

Menurut Lie setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan mendorong siswa untuk membentuk

sinergi yang saling menguntungkan. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih

baik daripada hasil pemikiran hanya satu orang. Dalam proses Face to face

promotive interaction siswa memiliki kesempatan untuk saling bertukar pendapat,

mengetahui hal yang sebelumnya tidak diketahui melalui interaksi dengan teman

sekelompoknya. Hasil kerja sama dari beberapa orang akan lebih baik daripada

hasil kerja dari masing-masing anggota.

Inti dari sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan,

dan mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompok. Perbedaan yang

dimiliki oleh setiap anggota seperti perbedaan latar belakang pengalaman,

keluarga, dan sosial-ekonomi akan menjadi modal utama dalam proses saling

memperkaya antaranggota kelompok. Lie juga menyatakan bahwa sinergi yang

baik tidak mungkin didapatkan dalam waktu singkat, tetapi harus melalui proses

yang cukup panjang. Oleh karena itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk

26

Ibid., 27

Isjoni. loc. cit.

24

saling mengenal dan menerima anggota lain dalam kegiatan tatap muka (Face to

face promotive interaction) dan interaksi pribadi.

Interpersonal skill, yaitu keterampilan komunikasi yang harus dimiliki

setiap anggota untuk dapat berkomunikasi dengan teman sekelompoknya.

Keterampilan ini tidak dimiliki oleh semua siswa, untuk itu sebelum diskusi

dilaksanakan guru sebaiknya memberikan pengarahan tentang cara-cara

berkomunikasi yang baik dalam berdiskusi. Hal ini penting karena keberhasilan

suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.28

Keterampilan berkomunikasi antaranggota ini juga memerlukan proses yang

panjang. Siswa tidak bisa diharapkan langsung menjadi seorang yang mempunyai

interpersonal skill yang tinggi dalam waktu sekejap.

Group processing (pemrosesan kelompok) merupakan unsur yang tidak

kalah penting demi tercapainya tujuan pembelajaran kooperatif. Kerja kelompok

yang efektif dipengaruhi oleh sejauh mana kelompok tersebut merefleksikan

proses kerja sama mereka. Pemrosesan dapat mengandung arti menilai. Melalui

pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan, tahapan kegiatan kelompok

dan kegiatan dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga terlihat anggota

mana yang memberikan kontribusi dan mana yang tidak memberikan kontribusi

terhadap kelompoknya. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan

efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif

untuk mencapai tujuan bersama.29

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi model pembelajaran

kooperatif dengan berbagai tipe. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang

ditemukan oleh ahli ialah think-pair-share (TPS). TPS pertama kali

dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai

dengan yang dikutip oleh Arends (1997), yang menyatakan bahwa TPS

28

Anita Lie, Cooperative Learning (Jakarta:Grasindo, 2010), Cet. VII, h. 34 29

Agus Suprijono, Op. cit., h.61

25

merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di

kelas.30

Prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberikan lebih banyak

waktu untuk siswa berpikir, untuk merespon dan saling membantu dalam

kelompoknya.

Walaupun strategi TPS sudah cukup baik, tetapi para ahli selalu

mengembangkan strategi yang ada. TPS dikembangkan oleh Robert T. Johnson,

David W. Johnson dan Karl A. Smith menjadi sebuah strategi baru yang disebut

dengan Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). FSLC diharapkan dapat

mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh TPS dan dapat menutupi

kekurangan dari TPS. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ledlow bahwa :

A further variation on Think-Pair-Share was developed by Johnson, Johnson,

and Smith (1991). It’s called Formulate-Share-Listen-Create, and it’s a good

strategy for use with problems or questions that could be addressed in a

variety of ways. The “create” step gets students to synthesize their ideas and

come up with the best solution to a problem.31

Johnson, Johnson dan Holubec menganjurkan FSLC untuk digunakan

dalam situasi berpasangan. Para ahli ini menyatakan bahwa “to begin, each

student formulates an answer to a question or problem posed by the teacher.

Then, each student shares his or her thoughts with a partner. It is important that

each student listen carefully to what the partner has articulated so that together,

they can create a response that is better than either of the individual responses.”32

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui langkah-langkah dari model

pembelajaran kooperatif tipe formulate-share-listen-create terdiri dari:

1. Formulate

Setiap siswa memformulasikan jawaban untuk menjawab permasalahan

yang guru berikan.

30

Trianto, Op. cit., h. 126 31

Susan Ledlow, Using Think-Pair-Share in the College Classroom (Arizona: Arizona State

University, 2001), h. 2 www.hydroville.org/system/files/team_thinkpairshare.pdf 32

R. Bruce Williams, Cooperative Learning :A Standard for High Achievement,(California:

Corwin Press, 2002), h. 51

26

2. Share

Setiap siswa membagi/menjelaskan jawabannya kepada teman

sekelompoknya atau pasangannya dalam kelompok.

3. Listen

Setiap teman dalam satu kelompok mendengarkan dengan seksama

penjelasan atau jawaban dari pasangannya. Kemudian mencatat setiap

persamaan dan perbedaan dari jawaban mereka.

4. Create

Setelah setiap siswa mendengarkan jawaban dari pasangan/teman

sekelompoknya masing-masing maka mereka membuat jawaban baru yang

didapat dari penggabungan ide-ide atau jawaban-jawaban terbaik dari

masing-masing anggota kelompok. Sehingga didapat jawaban yang lebih

baik dari sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui langkah-langkah dari model

pembelajaran kooperatif tipe formulate-share-listen-create dikelas terdiri dari:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, inti materi dan penjelasan

secara singkat tentang LKS yang dibagikan kepada setiap siswa.

2. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru menggunakan media

pembelajaran yang menarik atau menggunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS).

3. Guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan kelompok

(pembelajaran kooperatif tipe FSLC), yaitu:

a. Formulate: guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa

untuk mempelajari, mengerjakan dan menjawab pertanyaan yang

ada di LKS. Dalam tahap ini siswa mtentang enuliskan bebagai

jawaban yang diminta dalam soal.

b. Share: setiap siswa berpasangan untuk saling berbagi dan

mendiskusikan tentang jawaban yang mereka temukan

27

c. Listen: setiap pasangan saling mendengarkan pendapat dan

jawaban dari pasangannya masing-masing kemudian mencatat

persamaan dan perbedaan jawabannya.

d. Create: membuat jawaban baru yang merupakan gabungan dari

ide-ide terbaik dari semua kelompok.

4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

5. Guru memberikan soal latihan kepada setiap individu untuk melihat

kemampuan masing-masing siswa.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe FSLC

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran

kooperatif tipe FSLC. Kelebihannya yaitu :

1. Pembelajaran kooperatif yang beranggotakan 2-3 orang akan lebih

cepat dibentuknya.

2. Lebih banyak kesempatan untuk masing-masing anggota kelompok

berkontribusi dan menyampaikan ide pada kelompoknya.

3. Interaksi antaranggota akan lebih mudah dan nyaman karena jumlah

anggota lebih sedikit tapi waktu yang diberikan lebih banyak.

4. Kerja kelompok lebih teratur karena jumlah anggota yang sedikit

sehingga lebih mudah mengontrolnya.

5. Pada tahap formulate siswa tidak hanya memikirkan jawaban secara

individual tetapi juga memformulasikan dan menuliskan berbagai

kemungkinan jawaban dari permasalahan yang diberikan.

6. Dengan adanya tahap create, siswa diberikan kesempatan untuk

membuat jawaban baru yang dihasilkan dari sintesis ide-ide terbaik dari

kelompoknya dan juga dari kelompok lain.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe FSLC, yaitu:

1. Banyak kelompok yang perlu di monitor, dan kemungkinan banyak

juga kelompok yang melapor kepada guru tentang kendala-kendala

dalam kelompoknya.

28

2. Lebih sedikit ide yang dihasilkan karena kelompok hanya terdiri dari 2-

3 orang.

3. Jika kelompok terdiri dari 2 orang tidak ada penengah bila ada

perselisihan antaranggota kelompok.

3. Teori Belajar dan Pembelajaran yang Mendukung FSLC

a. Teori Konstruksivisme

Teori konstruktivisme dikembangkan oleh seorang ahli bernama Piaget pada

pertengahan abad 20. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Dalam paham ini guru tidak selalu

:menyuapi” siswa dengan semua materi-materi pelajaran yang seharusnya mereka

pahami, siswa duduk diam mendengarkan guru berceramah tentang materi yang

sedang dipelajari kemudian setelah itu guru memberikan tugas kepada siswa.

Sedangkan dalam teori konstruktivisme seorang guru tidak mengajarkan

bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan

mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Ketika siswa memberikan jawaban, guru tidak langsung

mengatakan jawaban itu benar atau salah. Tetapi guru mendorong siswa lainnya

untuk memberikan pendapat terhadap jawaban temannya, setuju atau tidak setuju

kepada jawaban atau ide temannya. Kemudian siswa saling bertukar pendapat

sampai persetujuan dicapai oleh siswa dalam satu kelompok .33

Pengetahuan yang

diperoleh siswa dari hasil transfer pengetahuan akan diingat hanya dalam waktu

singkat setelah itu pengetahuan tersebut dilupakan, sedangkan pengetahuan yang

didapat dari konstruksi sendiri akan menjadi pengetahuan yang melekat dan

bermakna bagi siswa.

Menurut Wayan, “belajar menurut pandangan ini lebih sebagai proses

regulasi diri dalam menyelesaikan konflik kognitif yang sering muncul melalui

33

Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), h. 75

29

pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi.”34

Jadi menurut Wayan

belajar merupakan proses pengaturan diri untuk dapat menyelesaikan konflik

kognitif yang muncul pada saat siswa mengalami sesuatu yang nyata, bekerja

sama dengan orang lain dan dalam menginterpretasikan suatu hal.

Secara umum terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas yang

berbasis konstruktivistik, yaitu:

1. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa;

2. Menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama;

3. Menghargai pandangan siswa;

4. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa;

5. Menilai pembelajaran secara kontekstual.

Teori konstruktivisme menekankan bahwa siswa harus belajar untuk

membangun pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kemampuan mereka

dengan tidak hanya mengandalkan penerimaan pengetahuan dari guru. Sehingga

pembelajaran haruslah dikemas sedemikian rupa agar dapat mendorong siswa

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses

pembelajaran. Dalam paham ini siswa menjadi subjek pembelajaran, bukan

sebagai objek yang pasif.

Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat bahwa teori belajar

konstruktivisme sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif, karena

dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam belajar dengan

membangun pemahamannya sendiri. Jadi, secara umum teori pembelajaran

konstruktivisme ini mendukung semua tipe yang ada dalam model pembelajaran

kooperatif termasuk FSLC.

b. Teori Kognitif Piaget

Teori dari Piaget yang patut untuk diketahui terutama oleh guru

matematika yaitu bahwa perkembangan kogntif siswa sangat bergantung kepada

34

I Wayan Santyasa, Model-model Pembelajaran Inovatif,( Universitas Pendidikan Ganesha

: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007), h.1

30

seberapa jauh siswa dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungannnya. Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif sebagai skemata

(schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema.35

Terdapat tiga aspek pada

perkembangan kognitif seseorang, yaitu struktur, isi, dan fungsi kognitifnya.

Struktur kognitif inilah yang disebut dengan skemata (schema), merupakan

organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada saat siswa berinteraksi

dengan lingkungannya. Isi kognitif merupakan pola tingah laku siswa yang

tercermin pada saat ia merespon berbagai masalah. Sedangkan fungsi kognitif

merupakan cara yang digunakan siswa untuk memajukan tingkat intelektualnya.36

Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi

oleh empat hal, yaitu sebagai berikut:37

1. Kematangan (maturation) otak dan sistem syaraf dari seseorang itu.

2. Pengalaman (experience) yang terdiri atas:

a. Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia

dengan lingkungannya.

b. Pengalaman logiko-matematis (logico-mathematical experience),

yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia.

c. Transmisi sosial (social transmission), yaitu interaksi dan kerjasama

yang dilakukan oleh manusia dengan orang lain.

3. Penyeimbangan (equilibration), suatu proses sebagai akibat ditemuinya

pengalaman(informasi) baru.

Selain teori mengenai tahap proses kognitif, faktor yang mempengaruhi,

Piaget juga mengemukakan teori mengenai implikasi dalam model pembelajaran

dari teori Piaget, yaitu:

a. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak

hanya pada hasilnya. Tetapi, guru juga harus memahami bagaimana

siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut.

b. Memperhatikan peranan siswa dalam berinisiatif, mempunyai

keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Kelas yang menggunakan konsep

35

Erman Suherman, dkk., loc. Cit., h. 36 36

Fadjar Shadiq , Aplikasi Teori Belajar, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika,2006), h. 9 37

Ibid., h. 11

31

ini, penyajian pengetahuan yang sudah jadi tidak ditekankan, tetapi siswa

lebih didorong menemukan sendiri pengetahuan itu.

c. Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori ini menganggap bahwa semua siswa melalui tahap

perkembangan yang sama, namun masing-masing siswa memerlukan

waktu yang berbeda-beda dalam melewati setiap tahapnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Teori kognitif dari

Piaget ini relevan dengan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe FSLC

karena teori ini memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak,

yang tidak hanya dilihat hasilnya tetapi juga proses siswa samapi pada hasil

tersebut. Teori ini juga mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran

dan memaklumi perbedaan dari tiap individu mengenai kemajuan perkembangan.

3. Teori Vygotsky

Pembelajaran menurut Vygotsky merupakan suatu perkembangan

pengertian. Pengertian menurut Vygotsky dibedakan enjadi dua yaitu pengertian

spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang

didapatkan anak dari pengalamannya sehari-hari. Sedangkan pengertian ilmiah

adalah pengertian yang diperoleh dari ruangan kelas, atau dari pelajaran sekolah.

Kemudian Suparno menjelaskan kedua konsep tersebut saling berhubungan secara

berkesinambungan. Pengertian yang didapat dari sekolah akan mempengaruhi

perkembangan konsep yang ia peroleh dalam kehidupan sehari-hari dan

sebaliknya.38

Selain itu, Vygotsky juga menyatakan bahwa perkembangan kognitif

seseorang dipengaruhi oleh interaksi sosialnya. Interaksi sosial adalah interaksi

seseorang dengan orang lain dalam lingkungannya. Pembelajaran terjadi pada saat

anak berada dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal

development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan

sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Selanjutnya Nur dan

38

Isjoni, loc. Cit ., h. 39

32

Sammi mengemukakan yang dimaksud dengan zona perkembangan proksimal

adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat

perkembangan potensial.39

Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan seseoarang

untuk memecahkan masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan

potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang

dewasa melalui bekerja sama dengan teman sebaya yang kemampuannya lebih

baik.40

Oleh karena itu, tingkat perkembangan potensial ini dapat dikembangkan

melalui pembelajaran dengan model kooperatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa dalam teori Vygotsky ini,

terdapat hubungan antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kemampuan

berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya

berkembang melalui kerja sama dengan siswa lainnya yang kemampuannya

berbeda-beda di bawah bimbingan guru. Sehingga dapat terlihat bahwa teori

Vygotsky relevan dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan judul

penelitian yang penulis ambil.

1. Elih Solihat (2010), Pengaruh Pendekatan Open-ended terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa dalam Belajar Matematika (Penelitian Quasi

Eksperimen di MTsN Model Babakan Sirna). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh pendekatan Open-ended terhadap terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika.

2. Fithriaini (2010), Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

melalui pendekatan pemecahan Masalah (Penelitian Tindakan Kelas di SMP

Negeri 3 Depok). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan

pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

terlihat dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya

39

Ibid., 40

Ibid.,

33

meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai tes akhir siklus sebesar 44,45 dan pada

siklus II sebesar 81,825.

3. Intan Jatiningrum (2012), Pengaruh Pendekatan Metakognitif terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa yang diajar dengan

pendekatan Metakognitif lebih tinggi dari kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.

4. Isneni Fitri (2012), Pengaruh Pendekatan Kontekstual tehadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

KBKM siswa yang pembelajarannya diterapkan pendekatan kontekstual

strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya diterapkan

pendekatan konvensional (pendekatan ekspositori).

5. Risnanosanti (2011), Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self

Efficacy terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam

Pembelajaran Inkuiri. Hasil penelitian ini menunjukkan Perkembangan KBKM

siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa pada setiap kelompok PAM (atas, tengah dan

bawah).

6. Ade Emay (2011), Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe FSLC lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

7. A. T. Prayitno, dkk. (2012) Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate Share

Listen And Create Bernuansa Konstruktivisme Untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perangkat secara praktis dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis berdasarkan respon siswa dan guru yang positif. Selain itu,

kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen mencapai ketuntasan

34

proporsi lebih baik daripada kelas kontrol. Aktivitas dan motivasi

berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis mereka dan

ada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen.

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC)

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan dan

juga agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran yang

ada pada FSLC terdapat tahap formulate, dimana siswa diminta untuk menuliskan,

merumuskan jawaban dan pendapatnya. Pada tahap ini juga siswa diminta

mencari jawaban lebih dari satu ataupun menjawab soal dengan banyak cara.

Sehingga kemampuan berpikir kreatifnya dapat terasah terutama pada indikator

berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility). Pada saat menuliskan

jawaban pun siswa dilatih untuk menuliskan jawaban secara rinci dan lengkap

dengan demikian siswa terlatih untuk berpikir kreatif terutama pada indikator

berpikir rinci (elaboration). Indikator berpikir rinci pun digali pada tahap share.

Hal ini dikarenakan pada tahap share siswa dilatih untuk menjelaskan jawaban

yang didapatnya kepada teman sekelompoknya dengan rinci dan jelas.

Selain itu, pada tahap create siswa diminta untuk membuat jawaban baru

yang dihasilkan dari sintesa ide-ide terbaik dari semua kelompok. Tahap kegiatan

ini secara logika teori dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa terutama salah satu indikatornya yaitu, berpikir orisinil.

Kemampun berikir orisinil berarti mampu memodifikasi atau membuat kombinasi

baru dari bagian-bagian atau unsur-unsur hal ini sesuai dengan tahap create.

Create berarti membuat atau menciptakan bukan berarti harus menghasilkan

sesuatu yang benar-benar baru, tetapi bisa juga sesuatu hasil modifikasi dari

berbagai hal yang sudah ada dengan melakukan perbaikan dan penambahan hal

yang lain sehingga menjadi yang lebih baik. Pada saat proses listen pun

kemampuan berpikir orisinil dipengaruhi, karena pada saat itu siswa menerima ide

35

orang lain yang mungkin lebih baik sehingga siswa dapat memodifikasi jawaban

menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Formulate-Share-Listen-Create dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ledlow yang

dinyatakan sebelumnya yaitu “It’s called Formulate-Share-Listen-Create, and it’s

a good strategy for use with problems or questions that could be addressed in a

variety of ways”. Jadi menurut Ledlow FSLC merupakan strategi yang baik untuk

digunakan dalam memecahakan masalah dengan jawaban atau cara yang

bervariasi. Sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih baik dengan yang diajar

model pembelajaran konvensional. Kerangka berpikir tersebut dapat disajikan

dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Berpengaruh positif

Bagan 2. 1 Kerangka Berpikir Penelitian

Formulate Fluency

Flexibility

Elaboration

Share

Elaboration

Listen

Originality Create

Originality

Kemampuan

Berpikir

Kreatif

Matematis

36

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas,

maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari

kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajarkan dengan model

pembelajaran konvensional”.

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMPN 3 Tangerang Selatan yang berada di Jl.

Ir. H. Juanda Ciputat dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2012/2013 yaitu pada tanggal 09 April sampai dengan 08 Mei. Adapun jadwal

persiapan dan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Agenda Penelitian

No Jenis Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Persiapan dan perencanaan V

2 Observasi (studi lapangan) V

3 Pelaksanaan Pembelajaran V V

4 Analisis Data V

5 Laporan Penelitian V

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

(eksperimen semu) yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan

pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian. Pada kelas eksperimen

dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

FSLC. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

konvensional dengan metode ekspositori.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian two group randomized

subjects post test only. Desain penelitian tersebut dinyatakan sebagai berikut:

38

Tabel 3. 2

Desain Penelitian

Kelompok Treatmen Post test

Eksperimen EX O

Kontrol KX O

Keterangan :

XE = Perlakuan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe FSLC

XK = Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional

O = Tes akhir kemampuan berpikir kreatif

Langkah yang dilakukan sebelum memberikan tes kemampuan berpikir

kreatif matematis adalah melakukan proses pembelajaran pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Perlakuan khusus diberikan pada kelas eksperimen dalam

bentuk pemberian variabel bebas (Model pembelajaran kooperatif tipe FSLC)

untuk kemudian dilihat pengaruhnya pada variabel terikat (Kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa).

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Subjek yang akan

diteliti yaitu seluruh siswa kelas VII 1-9 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun

ajaran 2012/2013.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Teknik sampling yang

digunakan adalah Cluster Random Sampling, yaitu akan dipilih dua kelas secara

acak dari beberapa kelas yang homogen. Pengambilan acak kluster dilakukan jika

populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok-kelompok

individu dalam kluster. Sampel yang didapat dari teknik sampling tersebut ialah

39

kelas VII-6 dengan jumlah siswa 45 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas

VII-7 dengan jumlah siswa 45 orang sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika. Data tersebut diperoleh dari hasil

tes kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelompok. Tes kemampuan

berpikir kreatif matematis diberikan kepada kelompok eksperimen yang dalam

pembelajarannya diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dan

kelompok kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan unuk mengetahui tingkat

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ialah tes berbentuk uraian. Soal

uraian yang digunakan disusun dengan mengacu pada konsep kemampuan

berpikir kreatif matematis yang memiliki indikator berpikir lancar, luwes, orisinil,

dan terperinci. Maka soal yang disusun harus dapat mengukur indikator-indikator

tersebut. Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal dengan

indikator kemudian menentukan pedoman penskoran untuk menilai kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam

penelitian disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

No Indikator Soal Indikator

KBKM

No

soal

1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas layang-layang dengan banyak jawaban.

Fluency 1

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas persegipanjang dengan banyak jawaban.

Fluency 2

3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas trapesium dengan banyak cara.

Flexibility 3

40

4. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan

pemahaman sendiri tentang masalah yang

berkaitan dengan keliling dan luas persegi.

Originality 4a

5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas persegi dengan jelas dan rinci Elaboration

4b

6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas belah ketupat dengan jelas dan rinci Elaboration

5

7. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan

pemahaman sendiri tentang masalah yang

berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang.

Originality

6a

8. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas jajargenjang dengan jelas dan rinci Elaboration

6b

9. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas trapesium dengan banyak cara. Flexibility

7

Jumlah Soal 9

Pedoman penskoran tes KBKM mengacu pada rubrik skor dari Bosch.

Pedoman penskoran tes KBKM tersebut disajikan dalam tabel berikut:1

Tabel 3. 4

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Aspek yang

diukur Skor Respon Siswa terhadap Soal atau Masalah

Berpikir

Lancar

0

Tidak menjawab atau memberikan ide/jawaban yang tidak

relevan untuk menyelesaikan soal/permasalahan yang

diberikan.

1 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan penyelesaian

masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas atau salah

2 Memberikan satu ide yang relevan dengan penyelesaian

1Risnanosanti, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap

Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri,” Disertasi pada

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2011, h. 82-83, tidak dipublikasikan.

41

masalah dan pengungkapannya lengkap dan jelas.

3

Memberikan lebih dari satu ide/jawaban yang relevan

dengan penyelesaian masalah tetapi penyelesaiannya kurang

jelas.

4

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dengan

penyelesaian masalah dan pengungapannya lengkap dan

jelas.

Berpikir

Luwes

0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara

atau lebih tetapi semuanya salah.

1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan

terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga

hasilnya salah

2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses

perhitungan dan hasilnya benar

3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam)

tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan

dalam proses perhitungan.

4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam),

proses perhitungan dan hasilnya benar

Berpikir

Orisinil

0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban

Salah

1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak

dapat dipahami

2 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses

perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai.

3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi

hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam

proses perhitungan

4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam), proses

perhitungan dan hasilnya benar.

Berpikir

Terperinci

0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah

1 Terdapat kekeliruan dalam jawaban dan tanpa disertai

perincian

2 Terdapat kekeliruan dalam jawaban dan disertai perincian

yang kurang detail

42

3 Memberikan jawaban yang benar tetapi merincinya kurang

detail

4 Memberi jawaban yang benar dan merincinya secara detail

Adapun pedoman penskoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hasil modifikasi acuan penskoran pada tabel 3.4 dengan penjelasan sebagai

berikut.

Tabel 3.5

Pedoman Penskoran Tes KBKM Materi Segiempat

No.

Item Aspek Skor Kriteria

1. Fluency

(Berpikir Lancar)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali

1 Menemukan pasangan diagonal layang-layang

namun tidak sesuai dengan luas yang diketahui

2 Menemukan hanya satu pasangan diagonal layang-

layang yang sesuai.

3 Menemukan banyak pasangan diagonal yang sesuai

namun ada pasangan diagonal yang salah.

4 Menemukan banyak pasangan diagonal yang sesuai

dan semuanya benar.

2. Fluency

(Berpikir Lancar)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali

1 Menemukan satu bangun datar namun luasnya tidak

sama dengan persegipanjang ABCD

2 Menemukan satu bangun datar yang luasnya sama

dengan persegipanjang ABCD

3 Menemukan banyak bangun datar yang luasnya

sama dengan persegipanjang ABCD tetapi ada yang

tidak sesuai.

4 Menemukan banyak bangun datar yang luasnya

sama dengan persegipanjang ABCD dan semuanya

benar.

43

3 , 7 Flexibility

(Berpikir Luwes)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali

1 Menentukan luas bangun datar hanya dengan satu

cara tetapi salah.

2 Menentukan luas bangun datar hanya dengan satu

cara.

3 Menentukan luas bangun datar dengan banyak cara

tetapi ada cara yg salah.

4 Menentukan luas bangun datar dengan banyak cara

dan semuanya benar.

4a ,6a Berpikir Orisinil

(Originality)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali

1 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling

dalam x tetapi hasil dan prosesnya salah

2 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling

dalam x dengan hasil benar tetapi prosesnya salah

3 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling

dalam x dengan hasil benar tetapi prosesnya ada

yang salah

4 Menemukan formula baru untuk luas dan keliling

dalam x dengan benar.

4b,6b Elaboration

(Berpikir Rinci)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali

1 Memberikan jawaban namun tidak sesuai dengan

soal atau tidak dapat menemukan nilai x.

2 Memberikan jawaban yang rinci namun tidak

sesuai dengan soal atau hanya dapat menemukan

nilai x.

3 Menemukan nilai x dan luas persegi dengan cara

dengan hasilnya benar namun ada kesalahan dalam

proses.

4 Menemukan nilai x dan luas persegi dengan cara

yang jelas dan rinci, proses dan hasilnya benar.

44

5 Elaboration

(Berpikir Rinci)

0 Tidak memberikan jawaban sama sekali.

1 Menemukan panjang diagonal dengan proses tidak

lengkap dan hasilnya salah

2 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang

dengan hasilnya benar namun prosesnya kurang

lengkap.

3 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang

rinci dan jelas dengan proses benar tetapi hasilnya

salah

4 Menemukan panjang diagonal dengan cara yang

rinci dan jelas serta proses dan hasilnya benar.

Untuk mengetahui instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sudah

memenuhi persyaratan atau belum, maka sebelum instrumen tersebut digunakan

harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Selain uji validitas

dan reliabilitas, instrumen juga perlu diuji tingkat kesukaran dan daya pembeda

soalnya. Setelah instrumen tersebut memenuhi persyaratan instrumen yang baik

dan layak untuk digunakan maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur variabel yang diinginkan. Instrumen dalam bentuk uraian tersebut dapat

diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Validitas

Validitas adalah salah satu ciri yang menandai instrumen baik. Validitas

yang digunakan adalah validitas isi dan validitas perbutir soal, yaitu ketepatan

mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur lewat butir item tersebut. Pengujian validitas item menggunakan rumus

Product Moment dari Pearson sebagai berikut:2

}}{{2222 YYNXXN

YXXYNrxy

2Sumarna Suryapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes,

(Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet. Ke-3, h.65

45

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi anatara variabel X dan Y

X = skor per item yang diuji

Y = jumlah nilai setiap siswa

∑ 𝑋𝑌 = jumlah hasil kali X dengan Y

𝑋2 = kuadrat dari X

𝑌2 = kuadrat dari Y

N = banyaknya subjek skor X dan skor Y

Validitas suatu instrumen tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien

(r). Penafsirannya ada dua cara yaitu dengan melihat harga r dan diinterpretasikan

misalnya kolerasi tinggi, cukup, dan sebagainya. Kemudian dengan

membandingkan harga 𝑟𝑥𝑦 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Harga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dapat diperoleh dengan terlebih

dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus df = n – 2 , derajat

kebebasan dikonsultasikan kepada tabel “r” pada taraf signifikansi α = 0,05.

Dengan ketentuan:

Jika 𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut valid

Jika 𝑟𝑥𝑦 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka soal tersebut tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketelitian suatu instrumen dalam mengukur variabel

yang diinginkan. Untuk menguji reliabilitas instrument penelitian ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu3:

𝑟11 = (𝑘

𝑘−1) (1 −

∑ 𝜎𝑏2

𝜎𝑡2 ) dengan varians : 𝜎2 =

∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2

𝑁

𝑁

Keterangan:

11r = koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal yang valid

∑ 𝜎𝑏2 = jumlah varians butir

3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2006), Edisi Revisi VI, Cet. 13, h. 196.

46

𝜎𝑡2 = varians total

x = skor tiap soal

N = banyaknya siswa

3. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan

siswa yang memiliki kemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah4:

D = BA

JA−

BB

JB= PA − PB

Keterangan:

D : Daya Beda

J : Jumlah peserta tes

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:

D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D = 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory)

D = 0,41 – 0,70 : baik (good)

D = 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)

Untuk butir soal yang ideal, daya bedanya berkisar antara 0,2 hingga 1,00,

sehingga apabila ditemukan daya beda butir yang negatif, sebaiknya guru

mengganti butir tersebut apabila hendak dimunculkan dalam tes berikutnya.

4. Taraf Kesukaran

Dilakukannya uji taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal-

soal pada penelitian ini adalah soal yang mudah, sedang, dan sukar. Uji taraf

4Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008),

Edisi Revisi Cet.8, h. 211.

47

kesukaran soal ditentukan dengan menghitung indeks besarnya, untuk itu

digunakan rumus:

P = B

JS

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar

JS : jumlah seluruh peserta tes

Indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Dan klasifikasi indeks

kesukaran yang sering digunakan adalah5:

P = 0,00 sampai 0,30 : soal sukar

P = 0,31 sampai 0,70 : soal sedang

P = 0,71 sampai 1,00 : soal mudah

D. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Setelah data terkumpul baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol,

kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis

penelitian. Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat penelitian. Uji prasyarat yang perlu dipenuhi adalah uji normalitas dan

uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Apabila

data berdistribusi normal, maka dalam menguji kesamaan dua rata-rata digunakan

uji t. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan uji chi kuadrat

(Chi Square). Langkah-langkah uji normalitas adalah6:

5Ibid., h. 208.

6Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,(Jakarta : Rosemata Sampurna,

2010), h.111.

48

a. Tentukan Hipotesis Statistik

0H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

1H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b. Tentukan taraf signifikansi α = 0,05.

c. Tentukan statistik uji

2

2

i

ii

e

eo

Keterangan:

2 = statistik uji chi kuadrat

io = frekuensi pengamatan ke-i

ie = frekuensi harapan ke-i

d. Tentukan kriteria uji

Jika 𝜒2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0 diterima

Jika 𝜒2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0 ditolak

e. Kesimpulan

𝜒2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

𝜒2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

memiliki varian yang sama atau tidak (homogen atau tidak). Dalam penelitian ini,

pengujian homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikansi

α = 0,05.

Hipotesis:

H0 : kedua varians homogen

H1 : kedua varians tidak homogen

Hipotesis statistik:

H0 : 𝜎12 = 𝜎2

2

Ha : 𝜎12 ≠ 𝜎2

2

49

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus statistik uji F (Fisher)

sebagai berikut: 7

F =varians terbesar

varians terkecil

Kriteria pengujiannya yaitu:

H0 diterima jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya varians kedua kelompok homogen.

H0 ditolak jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya varians kedua kelompok tidak homogen.

Langkah-langkah uji homogenitas pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Hipotesis

H0 : 𝜎12 = 𝜎2

2

Ha : 𝜎12 ≠ 𝜎2

2

2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus: F = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

3) Tetapkan taraf signifikan (𝛼)

4) Hitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F1/2𝛼(n1-1, n2-1)

5) Tentukan kriteria pengujian H0 yaitu:

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (homogen) dan H1 ditolak.

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (tidak homogen) dan Ha diterima.

2. Pengujian Hipotesis Statistik

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data, maka

dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan, untuk mengetahui apabila rata-

rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk kelompok eksperimen

lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa untuk kelompok kontrol. Untuk Uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus

uji t. rumus yang digunakan yaitu:

7Ibid., h.118

50

a. Jika varians sampel homogen8

2

2

2

1

1

1

21

21

11 n

XXdan

n

XXdengan

nnS

XXt

gab

Sedangkan 𝑆𝑔𝑎𝑏 = √(𝑛1−1)𝑆1

2+(𝑛2−1)𝑆22

𝑛1+ 𝑛2− 2

Keterangan:

thitung = harga t hitung

1X = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

2X = nilai rata-rata hitung data kelompok control

2

1S = varians data kelompok eksperimen

2

2S = varians data kelompok kontrol

gabS = simpangan baku kedua kelompok

1n = jumlah siswa pada kelompok eksperimen

2n = jumlah siswa pada kelompok control

Setelah harga t hitung dioeroleh, kita lakukan pengujian kebenaran kedua

hipotesis dengan membandingakn besarnya thitung dengan ttabel, dengan trelebih

dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan

rumus dk = (n1 + n2 ) – 2 dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel

pada taraf kepercayaan 95% atau taraf siginifikansi (𝛼) = 5%

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

b. Namun, jika varians sampel tak homogen9

8 Ibid., h,195

9 Ibid., h.201

51

1) Mencari nilai thitung dengan rumus:

2

2

2

1

2

1

21

n

S

n

S

XXt

2) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:

𝑑𝑘 =(

𝑆12

𝑛1+

𝑆22

𝑛2)

2

(𝑆1

2

𝑛1)

2

𝑛1− 1+

(𝑆2

2

𝑛2)

2

𝑛2− 1

3) Mencari ttabel dengan taraf siginifikansi (𝛼) = 5%

Dengan 𝑡1 = 𝑡2 = 𝑡(𝛼)(𝑛1−1)

4) Ktiteria pengujian hipotesisnya:

Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Namun apabila sampel yang diteliti tidak memenuhi uji prasyarat analisis,

maka untuk menguji hipotesis digunakan statistic uji nonparametric, yaitu uji Man

Whitney. Rumus statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:10

𝑍 =𝑈 −

𝑛1𝑛2

2

√𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)12

𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1(𝑛1 + 1)

2− 𝑅1

Keterangan:

U : statistik uji Mann Whitney

𝑛1 : ukuran sampel pada kelompok 1

𝑛2 : ukuran sampel pada kelompok 2

R1 : jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran

sampelnya n1

Z : statistik uji Z berdistribusi normal N (0,1)

Kriteria pengujian hipotesisnya, taraf siginifikansi (𝛼) = 5%

Jika Uhitung ≤ Utabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika Uhitung > Utabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

10

Ibid., h.275

52

Langkah-langkahnya sebagai berikut:11

1) Merumuskan hipotesis statistik

𝐻0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2

𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2

2) Menetapkan U kritis

Misalkan 𝛼 = 0,05 dengan n1 = 8 dan n2 = 5,

Diperoleh U(0,05)(8;5) = 8

3) Menentukan nilai statistic Mann Whitney (U),

dengan langkah langkah:

a) Mengurutkan data tanpa memperhatikan sampelnya. Skor

terkecil diberi angka 1 dan yang lebih besar diberi angka 2 dan

seterusnya, jika terdapat angka yang sama digunakan angka

rata-rata

b) Jumlah urutan masing-masing sampel (jumlah = K)

c) Menghitung statistik uji melalui dua rumus:

Pertama; 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1(𝑛1+1)

2− 𝐾1

Kedua; 𝑈 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛2(𝑛2+1)

2− 𝐾2

4) Membuat kesimpulan

Tolak H0 jika statistik uji U > Ukritis dan

Terima H0 jika statistik uji U ≤ Ukritis

Jika ukuran sampelnya lebih besar dari 20, maka distribusi sampling U

menurut Mann dan Whitney akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata

standar error:

𝜇𝑈 = 𝑛1𝑛2

2 dan 𝜎𝑈 = √

𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)

12

11

Ibid., h.273

53

Sehingga variabel normal standarnya dirumuskan:

𝑍 =𝑈−𝜇𝑈

𝜎𝑈=

𝑈− 𝑛1𝑛2

2

√𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)

12

E. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2

H1 : μ1 > μ2

Keterangannya adalah sebagai berikut:

𝜇1 : rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen.

𝜇2 : rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol.

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan dengan

delapan kali perlakuan terhadap dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-6 sebagai kelas

eksperimen yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dan kelas VII-

7 sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional.

Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi

Segiempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif

matematis, setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka kedua

kelompok tersebut diberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis berbentuk

soal uraian.

Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 10

butir soal, uji coba tersebut dilakukan peda kelas VIII-3. Setelah dilakukan uji

coba instrumen selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf

kesukaran butir soal dan uji daya pembeda butir soal. Berdasarkan hasil

perhitungan yang dilakukan diperoleh 9 butir soal yang valid dengan reliabilitas

soal sebesar 0,85. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok

eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang yang dalam pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC diperoleh nilai terendah

47 dan nilai tertinggi 100. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis

kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut:

55

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelompok Eksperimen

Interval Nilai

Tengah

Frekuensi

Absolut (f) Kumulatif Relatif (%)

47 – 55 51 3 3 6,67

56 – 64 60 9 12 20,00

65 – 73 69 10 22 22,22

74 – 82 78 14 36 31,11

83 – 91 87 6 42 13,33

92 – 100 96 3 45 6,67

Jumlah 45 100

Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai

rata-rata 73, median 73,82 dan modus 76,5. Siswa yang nilai postesnya rendah,

yaitu sebanyak 3 orang siswa yang berada pada interval 47-55, sedangkan siswa

yang nilai postesnya rendah tinggi yaitu sebanyak 3 orang siswa berada pada

interval 92-100. Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif

matematis kelompok eksperimen pada pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe FSLC dapat dilihat pada grafik distribusi frekuensi

kumulatif ogive pada gambar 4.1

56

Gambar 4.1: Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Eksperimen

Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,89% siswa kelompok

eksperimen mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata kelas yaitu 73. Sedangkan

siswa yang mendapat nilai lebih tinggi rata-rata sebanyak 51,11% siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok eskperimen mendapat

nilai di atas rata-rata.

Dilihat dari koefisien tingkat kemiringan kelas eksperimen ini sebesar

2068,0 karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri dan

dikatakan kurva menceng kanan, dengan kata lain kecenderungan data

mengumpul di atas rata-rata. Nilai ketajaman/ kurtosisnya sebesar 0,27 yang

berarti lebih dari 0,263 maka model kurva adalah runcing (leptokurtis). Sehingga

nilai rata-ratanya mengelompok (lampiran 17). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel nilai statistik berikut ini.

48.89%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

55 64 73 82 91 100

Fre

kue

nsi

Ku

mu

lati

f

Batas Atas Kelas

Ogive Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Eksperimen

57

Tabel 4.2

Nilai Statistik Kelas Eksperimen

Statistik Nilai

Nilai Terendah 47

Nilai tertinggi 100

Mean/ Rata-rata hitung (�̅�) 73

Simpangan Baku (S) 11,91

Varians (S2) 141,95

Median (Me) 73,82

Modus (Mo) 76,5

Tingkat kemiringan (Sk) -0, 2068

Keruncingan/ Kurtosis (𝛼4) 0,27

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Kontrol

Data hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang yang dalam

pembelajarannya menggunakan model konvensional diperoleh nilai terendah 39

dan nilai tertinggi 97. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis

kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi

Absolut Relatif (%) Kumulatif

1 39 – 48 5 11,11 5

2 49 – 58 10 22,22 15

3 59 – 68 16 35,56 31

4 69 – 78 7 15,56 38

5 79 – 88 5 11,11 43

6 89 – 98 2 4,44 45

Jumlah 45 100

58

Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai

rata-rata 64,17, median 63,19 dan modus 62,5. Siswa yang nilai postesnya rendah,

yaitu sebanyak 5 orang siswa yang berada pada interval 39-58, sedangkan siswa

yang nilai postesnya rendah tinggi yaitu sebanyak 2 orang siswa berada pada

interval 89-98. Secara visual penyebaran data kemampuan berpikir kreatif

matematis kelompok kontrol pada pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran konvensional dapat dilihat pada ogive pada gambar 4.2

Gambar 4.2 : Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Kelompok Kontrol

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa sebanyak 62,22% siswa kelompok

kontrol mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata kelas yaitu 64. Sedangkan siswa

yang mendapat nilai lebih tinggi dari rata-rata sebanyak 37,78% siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok kontrol mendapat

nilai di bawah rata-rata.

Koefisien tingkat kemiringan kelas kontrol ini sebesar 0,23 karena nilai

sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan dan dikatakan kurva

menceng ke kiri, dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah rata-

62.22%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

44 54 64 74 84 94 104

Fre

kue

nsi

Ku

mu

lati

f

Batas Atas Kelas

Ogive Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kontrol

59

rata. Nilai ketajaman/ kurtosisnya sebesa 0,2455 yang berarti kurang dari 0,263

dengan kurva berbentuk platikurtis (mendatar), sehingga nilai rata-rata tersebar

secara merata (lampiran 18). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nilai

statistik berikut ini.

Tabel 4.4

Nilai Statistik Kelas Kontrol

Statistik Nilai

Nilai Terendah 39

Nilai tertinggi 97

Mean/ Rata-rata hitung (�̅�) 64,17

Simpangan Baku (S) 13,04

Varians (S2) 170

Median (Me) 63,19

Modus (Mo) 62,5

Tingkat kemiringan (Sk) 0,23

Keruncingan/ Kurtosis (𝛼4) 0,2455

Perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara

kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model

kooperatif tipe FSLC dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya

menggunakan model konvensional dapat kita lihat pada tabel berikut:

60

Tabel 4.5

Perbandingan KBKM Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol

Statistika Kelompok

Eksperimen Kontrol

Jumlah Siswa 45 45

Maksimum (Xmaks) 100 97

Minimum (Xmin) 47 39

Rata-rata 73 64,17

Median (Me) 73,82 63,19

Modus (Mo) 76,50 62,5

Varians 141,95 170

Simpangan Baku (S) 11,91 13,04

Kemiringan -0,21 0,23

Ketajaman 0,27 0,25

Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik

deskriptif antara kedua kelompok. Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok kontrol

dengan selisih 8,83. Nilai siswa tertinggi dari dua kelompok tersebut terdapat

pada kelompok eksperimen dengan nilai 100, sedangkan nilai terendah terdapat

pada kelompok kontrol dengan nilai 39. Artinya kemampuan berpikir kreatif

matematis perorangan tertinggi terdapat di kelompok eksperimen sedangkan

kemampuan berpikir kreatif matematis perorangan terendah terdapat di kelompok

kontrol. Varians dari data kedua kelompok terlihat bahwa kelas kontrol memiliki

nilai yang lebih besar dari kelas kontrol. Nilai simpangan baku juga lebih besar

pada kelas control. Berarti kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas

kontrol lebih menyebar dari yang rendah hingga tinggi, sedangkan kemampuan

berpikir kreatif matematis kelas eksperimen lebih mengelompok atau hampir

mempunyai kemampuan yang tidak terlalu jauh berbeda dari rata-rata kelas.

61

Secara visual perbandingan penyebaran data di kedua kelas yaitu kelas

yang diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran FSLC dan kelas yang

diterapkan pembelajaran secara konvensional dapat dilihat pada diagram di bawah

ini.

Gambar 4.3

Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan kurva pada gambar 4.3 terlihat perbedaan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Terlihat pula bahwa kurva kelompok eksperimen berada di sebelah kanan dari

kurva kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa kelompok ekpserimen lebih baik dibandingkan kelompok

kontrol. Nilai tertinggi pada kelompok kontrol masih lebih rendah dibandingkan

nilai tertinggi pada kelompok eksperimen, karena nilai tertinggi pada kelas

eksperimen adalah 100, sedangkan kelompok kontrol adalah 97. Nilai terendah

pada kelompok eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan nilai terendah pada

kelompok kontrol, karena nilai terendah pada kelas kontrol adalah 39 sedangkan

kelas eksperimen adalah 47.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 20 40 60 80 100

Fre

kue

nsi

Nilai

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

62

3. Perbandingan KBKM Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Seperti yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian

ini kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti memiliki indikator berpikir

lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), berpikir

rinci (elaboration). Ditinjau dari indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

tersebut, skor rata-rata KBKM pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.6

Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Indikator KBKM Siswa Skor

Ideal

Eksperimen Kontrol

x Nilai x Nilai

1 Berpikir Lancar 8 6,78 84,72 5,96 74,44

2 Berpikir Luwes 8 6,00 75,00 5,31 66,39

3 Berpikir Orisinil 8 5,56 69,44 4,69 58,61

4 Berpikir rinci 12 7,87 65,56 7,02 58,52

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh juga bahwa pada kelas eksperimen

nilai tertinggi dicapai pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

adalah berpikir lancar (fluency), yaitu sebesar 84,72 sedangkan nilai terendah

yang dicapai pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis adalah

indikator berpikir rinci (flexibility), yaitu sebesar 65,56. Hal yang sama juga

terjadi pada kelas kontrol, dimana nilai tertinggi pada indikator kemampuan

berpikir kreatif matematis dicapai pada indikator berpikir lancar (fluency) yaitu

sebesar 74,44 sedangkan nilai terendah pada indikator tahapan kemampuan

berpikir kreatif matematis dicapai pada indikator berpikir rinci (flexibility) yaitu

sebesar 58,52.

Nilai rata-rata terkecil aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dari

kedua kelas, yaitu pada indikator berpikir rinci (elaboration). Hal ini

63

dimungkinkan karena lemahnya kemampuan siswa dalam menjawab

permasalahan dengan langkah yang terperinci. Siswa terbiasa mengerjakan soal

dengan langkah yang singkat dan sederhana. Sehingga ketika suatu soal

membutuhkan langkah yang rumit, terperinci maka siswa tidak bisa

mengerjakannya dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen lebih tinggi dari

pada kelompok kontrol, dengan selisih pada tiap-tiap indikatornya secara

berurutan yaitu 10,28, 8,61, 10,83, dan 7,04. Secara visual nilai aspek kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan

dalam gambar 4.4.

Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil

pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 1,52

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Fluency Flexibility Originality Elaboration

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

64

dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel untuk

n=45 pada taraf signifikan 05,0 adalah 7,81 (lampiran 18).Karena

2 hitung kurang dari 2 tabel (1,52 < 7,81) maka H0 diterima, artinya data

yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Dari hasil

pengujian untuk kelompok kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 2,44 dan

dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2 tabel untuk n = 45

pada taraf signifikan 05,0 adalah 7,81 (lampiran 19). Karena

hitung2 kurang dari

2 tabel (2,44 < 7,81) maka H0 diterima, artinya data

yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal

Hasil dari uji normalitas antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelompok N 2 hitung

2 tabel Kesimpulan

Eksperimen 45 1,52 7,81 Berdistribusi Normal

Kontrol 45 2,44 7,81 Berdistribusi Normal

Karena pada kedua kelompok 2 hitung kurang dari 2 tabel maka

dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi

normal.

65

2. Uji Homogenitas Tes Kemampuan berpikir kreatif matematis Siswa

Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari

populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan uji

Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak.

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok dikatakan homogen

apabila Fhitung < Ftabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan

tertentu.

Hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 1,20 dan Ftabel = 1,65 pada

taraf signifikansi 05,0 dengan derajat kebebasan pembilang 44 dan

derajat kebebasan penyebut 44 (lampiran 20). Hasil dari uji homogenitas

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Kelas n Varians (s2) Fhitung

Ftabel

(α =0,05) Kesimpulan

Eksperimen 45 141,95 1,20 1,65 Terima H0

Kontrol 45 170

Karena Fhitung kurang dari dari Ftabel (1,20 < 1,65) maka H0 diterima,

artinya kedua varians populasi homogen.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi

normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian

dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe FSLC lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok kontrol yang

66

menggunakan metode konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan

uji-t.

Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel

yang homogen, maka diperoleh thitung = 3,35 (lihat lampiran 21). Menggunakan

tabel distribusi t pada taraf signifikan 5%, atau ( = 0,05) diperoleh harga ttabel =

1,99. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji-t

thitung ttabel (α=0,05) Kesimpulan

3,35 1,99 Tolak H0

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa thitung lebih besar dari

ttabel (3,35 1,99) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima

dengan taraf signifikansi 5%, berikut sketsa kurvanya:

Dari gambar 4.5 berarti thitung tidak berada pada daerah penerimaan H0.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan taraf

signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

1,99 3,35

= 0,05

Gambar 4.5 : Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

67

kooperatif tipe FSLC lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.

D. Pembahasan Penelitian

1. Proses Pembelajaran di Kelas

Penelitian pada kelompok eksperimen dilakukan dengan memberikan

model pembelajaran yang berbeda. Salah satu yang membedakan pembelajaran

antara kelas eksperimen dan kelas control ialah setiap pertemuan masing-masing

siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didalamnya memuat soal-soal

yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap

soal permasalahan dalam LKS harus diselesaikan dengan tahapan Formulate-

Share-Listen-Create (FSLC). Siswa memformulasikan jawaban secara individu

terlebih dahulu kemudian mereka berbagi jawaban (share) dengan teman

sekelompoknya untuk dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing jawaban

yang dimiliki. Kemudian masing-masing anggota kelompok mendengarkan

(listen) jawaban teman sekelompoknya. Setelah mereka mendengarkan jawaban

dari teman sekelompoknya dan menemukan perbedaan serta persamaan dari

jawaban mereka maka masing-masing kelompok membuat (create) jawaban baru

yang didapat dari penggabungan jawaban-jawaban terbaik dari masing-masing

anggota kelompok.

Ketika awal-awal pertemuan pembelajaran di kelas eksperimen melakukan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC, siswa terlihat

bingung dengan model pembelajaran yang digunakan. Siswa masih belum paham

dengan tahapan pembelajaran yang digunakan walaupun sudah dijelaskan oleh

peneliti. Ketika mengerjakan LKS pun beberapa kelompok terlihat belum sesuai

dengan instruksi yang diberikan.

Perkembangan terlihat pada pertemuan selanjutnya sampai pertemuan

yang terakhir, siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang

digunakan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan

soal permasalahan yang diberikan. Berikut adalah suasana kegiatan pembelajaran

68

di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

FSLC:

Gambar 4.6 Aktifitas Siswa Saat Melakukan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe FSLC pada tahap Share

Gambar 4.6 memperlihatkan siswa sedang melakukan tahap share setelah

sebelumnya dilakukan tahapan formulate. Pada tahap formulate tersebut siswa

diberikan kesempatan untuk memformulasikan jawaban mereka secara individu

untuk dapat menggali potensi berpikir kreatif mereka. Kemudian dilanjutkan

dengan tahap share, yaitu tahap siswa untuk saling membagi jawaban mereka

dengan teman sekelompoknya. Setelah itu berlanjut ke tahap listen yaitu siswa

diminta mendengarkan jawaban dari kelompok lain, pada tahap ini siswa

menemukan perbedaan dan persamaan diantara jawaban yang mereka temukan

dengan jawaban siswa-siswa dari kelompok lain. Tahap yang terakhir yaitu tahap

create, yaitu siswa membuat jawaban baru yang didapat dari hasil

menggabungkan ide-ide terbaik yang mereka temukan selama proses

pembelajaran mulai dari tahap formulate sampai tahap listen.

Proses pembelajaran pada kelas kontrol yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa terlihat pasif dan hanya

mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam

mengembangkan, menggali potensi berpikir kreatif mereka pada materi

Segiempat.

69

Gambar 4.7 Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran dengan

Model Pembelajaran Konvensional

2. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis

Tes akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan pada

akhir pembelajaran. Soal tes yang diberikan sebanyak 9 soal berupa essay. Dalam

penelitian ini terdapat empat indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

yang diukur peneliti, yaitu:

a. Berpikir lancar (fluency)

Indikator berpikir lancar (fluency) diwakili oleh soal post test nomor 1 dan

2. Nilai rata-rata indikator berpikir lancar siswa kelas eksperimen adalah 84,72

dan kelas kontrol 74,44. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6,78 dan kelas

control 5,96. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir lancar kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut

diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini

merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari

hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 1

Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak

mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai!

Soal di atas merupakan persoalan mencari pasangan diagonal yang sesuai

dengan laying-layang yang luasya 40 cm2. Untuk dapat menjawabnya siswa harus

mengerti bagaimana menemukan diagonal-diagonal layang-layang jika diketahui

70

luasnya. Selain itu siswa juga harus mempunyai kelancaran dalam mencari

pasangan diagonal yang sesuai dengan luasnya.

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.8a Jawaban Soal no.1 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.8b Jawaban Soal no.1 yang salah pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.8a Jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak bahwa

siswa menjawab soal lengkap. Proses menemukan diagonalnya terlihat dari siswa

menuliskan rumus luas layang-layang dan menemukan formula untuk mencari

pasangan diagonalnya. Jawaban yang didapat lebih dari satu dan semuanya benar.

Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.8b siswa bisa menjawab hanya dengan

satu jawaban. Selain proses menemukan formulanya kurang tepat sehingga siswa

tidak menemukan banyak jawaban. Sebagian besar siswa menjawab seperti siswa

pada gambar 4.8a, sedangkan sebagian kecil siswa menjawab seperti yang terlihat

pada gambar 4.8b.

71

Cara menjawab siswa kelas kontrol :

Gambar 4.8c Jawaban soal no 1 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.8d Jawaban soal no 1 yang salah pada kelas kontrol

Pada gambar 4.8c jawaban siswa dari kelas kontrol pada di atas sudah

tepat. Terlihat siswa paham sama terhadap proses menemukan formula yang

benar, tetapi jawaban yang diberikan masih kurang beragam. Seperi adanya

kesamaan antara pasangan diagonal 1 dengan diagonal lainya hanya posisinya

yang dibalik. Jawaban soal post test pada bagian gambar 4.8d terlihat siswa belum

paham cara mencari jawaban dan cara menuliskan yang tepat, tetapi siswa masih

menggunakan rumus yang diajarkan oleh peneliti pada saat pembelajaran. Selain

itu siswa tersebut tidak memberikan jawaban lebih dari satu. Sebagian siswa pada

kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.8c. Sedangkan sebagian besarnya

menjawab seperti pada gambar 4.8d. Hal ini menandakan bahwa beberapa siswa

memahami soal dan mempunyai kemampuan berpikir lancar yang baik.

72

Sedangkan sebagian besar siswa belum memahami soal dan belum memiliki

kemampuan berpikir lancar yang baik.

Dilihat dari jawaban pada gambar 4.8a sampai gambar 4.8d, kemampuan

berpikir lancar (fluency) siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas

kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen, terjadi aktifitas dimana siswa

mengungkapkan gagasan ataupun pemahaman berdasarkan bahasa mereka sendiri.

Selain itu siswa di kelas eksperimen mempunyai kesempatan untuk menggali

potensi berpikir lancar mereka secara individu pada tahap formulate sehingga

siswa mampu menyelesaikan soal berpikir lancar berdasarkan pengalaman mereka

pada saat mengerjakan LKS. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa menyelesaikan

soal berpikir lancar hanya berdasarkan materi yang mereka terima dari gurunya.

Padahal materi yang guru berikan tidak cukup untuk bisa menggali potensi

berpikir kreatif mereka.

b. Berpikir luwes (flexibility)

Indikator berpikir luwes (flexibility) diwakili oleh soal post test nomor 3

dan 7. Nilai rata-rata indikator berpikir luwes siswa kelas eksperimen adalah 75

dan kelas kontrol 66,39. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 6 dan kelas control

5,31. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir luwes kelas eksperimen

lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh hasil

pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini merupakan hasil jawaban

salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test

yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 3 :

Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling

dan luas bangun datar tersebut !

73

Soal di atas merupakan persoalan menentukan luas bangun datar yang ada pada

gambar dengan lebih dari satu cara.

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.9a Jawaban soal no 3 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.9b Jawaban soal no 3 yang salah pada Kelas Eksperimen

Pada gambar 4.9a, jawaban siswa pada kelas eksperimen di atas tampak

bahwa siswa menjawab soal lebih dari 1 cara. Proses menemukan luas bangun

datar antara cara 1 dan cara ke 2 juga berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

ini mampu berpikir luwes atau menemukan jawaban dengan banyak cara.

Sedangkan Jawaban siswa pada gambar 4.9b terlihat bahwa siswa bisa menjawab

hanya dengan satu cara tetapi jawabannya belum tepat. Hal ini diduga karena

siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Jika dilihat dari proses mencari

jawaban sudah benar.

74

Siswa kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.9a.

sedangkan beberapa siswa menjawab serupa dengan jawaban pada gambar 4.9b.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa di kelas eksperimen mempunyai

kemampuan berpikir luwes yang baik, sedangkan beberapa siswa masih belum

mengerti cara mengerjakan soal berpikir luwes.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.9c Jawaban soal no 3 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.9d Jawaban soal no 3 yang salah pada kelas kontrol

Gambar 4.9c menunjukkan bahwa siswa menjawab soal nomor 3 dengan

cara lebih dari satu. Tetapi terdapat kesalahan pada saat menghitung keliling

bangun datar. Sedangkan pada gambar 4.9d menunjukkan bahwa siswa tidak

memahami maksud dari pertanyaan soal nomor 3. Hal tersebut terlihat karena

siswa tidak mencari luas bangun datar secara keseluruhan tetapi bangun datar

dibagi dan siswa mencari luas masing-masing bagian dari bangun datar itu tanpa

menjumlahkan luas-luas bangun datar tersebut kembali.

Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.9c

sedangkan sebagian yang lain menjawab seperti pada gambar 4.9d. Beberapa

75

siswa bahkan ada yang tidak menjawab. Ada juga siswa yang menjawab namun

jawabannya tidak berhubungan dengan pertanyaan pada soal.

Berdasarkan hasil postes siswa pada gambar 4.9a sampai dengan gambar

4.9d maka dapat terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada

indikator berpikir luwes lebih baik pada kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan

siswa kelas ekperimen lebih terbiasa menyelesaikan soal-soal berpikir luwes.

Selain itu pada proses formulate siswa dilatih untuk menyelesaikan soal berpikir

luwes secara individu sehingga pada saat menemui soal yang meminta jawaban

dengan cara lebih dari satu siswa sudah terbiasa.

c. Berpikir Orisinil (Originality)

Indikator berpikir orisinil (originality) diwakili oleh soal post test nomor

4a dan 6a. Nilai rata-rata indikator berpikir orisinil siswa kelas eksperimen adalah

69,44 dan kelas kontrol 58,61. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 5,56 dan

kelas control 4,69. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir orisinil

kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut

diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini

merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari

hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal no. 4a

Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.

Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !

Cara menjawab siswa kelas eksperimen :

Gambar 4.10a Jawaban soal no 4a yang benar pada Kelas Eksperimen

76

Gambar 4.10b Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas eksperimen

Berdasarkan gambar 4.10a terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen

dapat menemukan formula baru untuk mencari keliling dan luas dengan

menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Formula baru ini tidak harus

benar-benar baru atau rumus baru tapi setidaknya baru bagi siswa itu sendiri.

Sedangkan pada gambar 4.10b dapat terlihat bahwa siswa sudah benar dalam

formula awalnya tetapi tidak teliti pada saat mengoperasikan aljabarnya. Hal ini

mungkin dikarenakan siswa masih belum paham mengenai proses operasi pada

aljabar sehingga berakibat pada penyelesaian soal tersebut. Siswa pada kelas

eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar 4.10a sebagian lain

menjawab seperti pada gambar 4.10b. Beberapa siswa menjawab dengan variasi

lain tetapi masih berkaitan dengan soal.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.10c Jawaban soal no 4a yang benar pada kelas kontrol

77

Gambar 4.10d Jawaban soal no 4a yang salah pada kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.10c dapat dilihat bahwa siswa menjawab soal

dengan benar. Siswa menggunakan rumus yang telah diberikan kemudian

membuat jawaban baru yang dihubungkan dengan pengetahua yang dimiliki.

Sedangkan pada gambar 4.10d siswa menjawab dengan salah. Bahkan siswa

tersebut tidak mengerti cara menuliskan rumus dengan tepat. Pada proses

aljabarpun masih belum tepat. Sehingga tidak terbentuk suatu formula baru untuk

keliling dan luasnya. Sebagian siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada

gambar 4.10d, beberapa siswa menjawab seperti pada gambar 4.10c. sebagian

lainnya menjawab dengan versi jawaban lain namun masih berkaitan dengan yang

ditanyakan dalam soal. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir orisinil

pada kelas kontrol tidak baik.

Gambar 4.10a sampai dengan gambar 4.10d menunjukkan bahwa

kemampuan bepikir orisinil pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas

kontrol. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen telah terbiasa membuat

formula baru atau jawaban baru yang didapat dari hasil modifikasi jawaban dan

pengetahuan sebelumnya. Kegiatan ini terdapat pada tipe model pembelajaran

kooperatif yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu FSLC khususnya pada

tahap create.

d. Berpikir Rinci (Elaboration)

Indikator berpikir rinci (elaboration) diwakili oleh soal post test nomor 4b,

5 dan 6b. Nilai rata-rata indikator berpikir rinci siswa kelas eksperimen adalah

65,56 dan kelas kontrol 58,52. Rata-rata skor pada kelas eksperimen 7,87 dan

kelas kontrol 7,02. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator berpikir rinci kelas

78

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut

diperkuat oleh hasil pekerjaan post test yang dikerjakan siswa. Di bawah ini

merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari

hasil jawaban post test yang telah dikerjakan oleh siswa, sebagai berikut:

Soal nomor 5:

Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan

memasang keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya

Pak Rian memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30

cm. Jika keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang

diagonal II keramik tersebut ?

Cara menjawab siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.11a Jawaban soal no 5 yang benar pada Kelas Eksperimen

Gambar 4.11b Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas eksperimen

Berdasarkan pada gambar 4.11a dapat dilihat bahwa siswa mengerjakan

dengan rinci. Langkah-langkah menemukan jawaban yang benar jelas dituliskan

oleh siswa. Sedangkan pada gambar 4.11b dapat terlihat bahwa siswa juga

79

menjawab dengan benar namun di awal menulis jawaban terdapat kesalahan. Pada

bagian akhir juga terdapat kesalahan. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami

cara penulisan jawaban soal matematika dengan benar.

Siswa pada kelas eksperimen rata-rata menjawab seperti pada gambar

4.11a sedangkan sebagian kecil menjawab seperti pada gambar 4.11b. beberapa

siswa menjawab dengan variasi lain namun masih mirip dengan jawaban pada

gambar 4.11a. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen rata-rata

memiliki kemampuan berpikir rinci yang baik.

Cara menjawab siswa kelas kontrol:

Gambar 4.11c Jawaban soal no 5 yang benar pada kelas kontrol

Gambar 4.11d Jawaban soal no 5 yang salah pada kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.11c terlihat bahwa siswa menjawab dengan hasil

yang benar namun masih terdapat kesalahan dalam penulisan langkahnya.

Sedangkan pada gambar 4.11d terlihat bahwa siswa tidak memahami persoalan

yang ditanyakan sehingga jawaban yang diberikan salah.

Gambar 4.11a sampai dengan gambar 4.11d menunjukkan bahwa

kemampuan bepikir kreatif matematis indikator berpikir rinci siswa kelas

80

eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban soal nomor 5 yang benar lebih baik pada kelas eksperimen. Selain itu

pada jawaban salah kelas eksperimen lebih baik daripada jawaban salah pada

kelas kontrol. Hal ini dapat disebabkan siswa kelas eksperimen lebih memahami

cara penulisan jawaban yang rinci. Siswa lebih memahami karena mereka sudah

terbiasa pada saat pembelajaran menggunakan cara yang rinci untuk menjawab

soal-soal di LKS yang guru berikan.

Rata-rata siswa pada kelas kontrol menjawab seperti pada gambar 4.11d

sedangkan sebagian lainnya menjawab seperti pada gambar 4.11c. Beberapa siswa

bahkan tidak menjawab sama sekal. Ada siswa yang menjawab dengan jawaban

versi lain tapi tidak berkaitan dengan yang ditanyakan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

dengan siswa pada kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe FSLC pada pokok bahasan segiempat, yang diterapkan pada proses

pembelajaran dalam penelitian di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan memberikan

dampak positif pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Selain itu, selama penelitian dalam pembelajaran yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe FSLC yang diterapkan pada kelas eksperimen

menjadikan siswa memiliki aktivitas yang mengembangkan berpikir kreatif lebih

baik. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa pada setiap

pertemuan. Siswa juga dapat saling berbagi pengetahuan melalui jawaban masing-

masing kelompok yang diberikan. Proses pembelajaran pun terasa menyenangkan

karena model pembelajaran kooperatif tipe FSLC membuat setiap siswa

berlomba-lomba dalam mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa

sehingga tidak adanya rasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran. Dengan

demikian siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis yang baik.

Sebaliknya dalam model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

menjadikan siswa kurang aktif dalam belajar. Siswa lebih fokus pada penjelasan

guru dibandingkan mengeksplorasi pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa

81

hanya menerima materi yang guru berikan. Sehingga potensi berpikir kreatifnya

menjadi tidak berkembang.

Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang diketahui nilai rata-

rata kelas eksperimen 73 dan kelas kontrol 64,17. Hasil dari pengujian hipotesis

diperoleh bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa rata-rata

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran konvensional.

Dengan demikian terbukti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

FSLC berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

sehingga hasil akhir siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan

kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh

hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat

terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun

mempunyai keterbatasan diantaranya:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan segiempat saja, sehingga

hasilnya belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas VII SMP saja, sehingga belum bisa

digeneralisasikan pada siswa di tingkat SD atau SMA.

3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga diperlukan persiapan yang lebih baik

lagi agar siswa dapat terkontrol secara maksimal dan tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan baik.

4. Kemampuan berhitung siswa masih rendah sehingga cukup menghambat

jalannya proses pembelajaran selama penelitian.

5. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan aspek lain tidak

dikontrol.

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki nilai rata-rata 73. Tingkat

indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang paling baik adalah

kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 84,72, kemampuan berpikir

luwes dengan rata-rata 75, kemampuan berpikir orisinil dengan nilai rata-rata

69,44 dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir rinci dengan nilai

rata-rata 65,56.

2) Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan model

pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran ekspositori memiliki

nilai rata-rata 64,17. Tingkat indikator kemampuan berpikir kreatif dari yang

paling baik adalah kemampuan berpikir lancar dengan rata-rata 74,44,

kemampuan berpikir luwes dengan rata-rata 66,39, kemampuan berpikir

orisinil dengan nilai rata-rata 58,61dan yang paling rendah adalah

kemampuan berpikir rinci dengan nilai rata-rata 58,52.

3) Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran koopertif tipe FSLC lebih tinggi dari pada

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-

rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen

adalah sebesar 73 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif

matematis kelompok kontrol adalah sebesar 64,17. Selisih dari nilai

kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas sebesar 8,83. Perbedaan

ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pengaruh perlakuan selama proses

83

pembelajaran. Secara kualitatif, siswa yang dalam pembelajarannya

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki kemampuan

berpikir kreatif lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model

konvesional. Selain itu, berdasarkan analisis dengan uji-t, maka diperoleh

hasil t-hitung 3,35 dan t-tabel pada signifikansi 5% sebesar 1,99, maka

nilai 𝑡𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti 𝐻0 ditolak artinya kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir

kreatif matematis siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional. Berdasarkan data-data tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC

berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif

matematis.

B. SARAN

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa

saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:

1) Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe FSLC mampu meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat

menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan.

2) LKS sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan

sebagai sumber informasi mengenai perkembangan kemampuan berpikir

kreatif siswa. Guru dapat membuat Lembar Kerja Siswa yang lebih menarik

dan konstruktif dalam berbagai pokok bahasan matematika lain.

3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar

pengaruh model pembelajaran koopeartif tipe FSLC terhadap masing-masing

indikator kemampuan berpikir kreatif matematis.

4) Perlu dilakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih maksimal dengan

model pembelajaran FSLC atau dengan model pembelajaran lain yang

dikombinasikan dengan FSLC. Sehingga terdapat peningkatan yang

signifikan pada kemampuan berpikir kreatif matematis.

84

5) Perlu dilakukan penelitian dengan persiapan yang lebih maksimal terutama

untuk instrumen pembelajaran dan instrumen tes. Sehingga kemampuan

berpikir kreatif siswa tergali secara maksimal.

6) Guru ataupun peneliti hendaknya mempunyai kemampuan menguasai kelas

dengan baik. Hal ini disebabkan jika guru tidak memiliki kemampuan

mengendalikan kelas ataupun siswa-siswa dengan baik maka guru/peneliti

akan kesulitan dalam mengatur waktu pembelajaran. Seperti yang kita ketahui

pada proses pembelajaran kooperatif siswa menjadi aktif berkomunikasi

dengan teman-temannya. Hal ini sering dimanfaatkan oleh siswa yang tidak

berminat belajar untuk bercanda dengan temannya. Akibat buruknya tujuan

pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Untuk membuat siswa patuh

pada peraturan pembelajaran guru dapat memberikan sanksi bagi siswa yang

melanggar peraturan.

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta, Cet. XIII, 2006.

------------. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.VIII, 2008.

Dwirahayu, Gelar. “Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas siswa untuk

meningkatkan prestasi Belajar Siswa SMP”. Algoritma Jurnal Matematika

dan Pendidikan Matematika. Jakarta: CeMED. Vol. 2 No. 2. 2007.

Grieshober. Continuing A Dictionary of Creativity Terms and Definitions), 2012.

http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/theses/Grieswep.pdf, 17

November 2012.

Huda, Miftahul. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011.

Isjoni. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.

Bandung : Alfabeta, 2007.

Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna,

2010.

Ledlow, Susan. Using Think-Pair-Share in the College Classroom (Arizona: Arizona State

University, 2001), www.hydroville.org/system/files/team_thinkpairshare.pdf, 15

Desember 2012.

Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta:Grasindo, Cet. VII, 2010.

Mahmudi, Ali. “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah

disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XV. 30 Juni – 3

Juli.Manado: UNIMA, 2010.

Margono, Gaguk. “Keterkaitan antara Problem Solving dengan kreativitas dalam

Pembelajaran Matematika”, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan

Matematika. Jakarta: CeMED. Vol. 2 No. 1. 2007.

Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: Grasindo, 1999.

Nofrianto, Sulung. The Golden Teacher. Depok: Lingkar Pena, 2008.

86

Permendikas No.14, Standar Isi untuk Program paket A, paket B, dan program paket

C. Jakarta : Depdiknas, 2007.

Risnanosanti, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap

Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran

Inkuiri,” Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: 2011. Tidak

dipublikasikan.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta :

Kencana Frenada Media, 2006.

Santyasa, I Wayan. Model-model Pembelajaran Inovatif. Makalah disampaikan pada

pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di

Nusa Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli. Bali: Jurusan Pendidikan Fisika

FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, cet.

VIII, 2000.

Satiadarma, Monty P. dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Jakarta:

Pustaka Populer Obor, 2003.

Shadiq, Fadjar, Aplikasi Teori Belajar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika,2006.

Siswono, Tatag Yuli Eko dan Abdul Haris Rosyidi. “Menilai Kreativitas Siswa dalam

Matematika”. Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika Peranan Matematika dan

terapannya dalam meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia. 28

Februari. Surabaya: Matematika FMIPA UNESA, 2005.

Siswono,Tatag Yuli Eko. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan

Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.

Surabaya: Unesa University Press, 2008.

Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI, 2002.

Suprijono, Agus. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. XI, 2011.

Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 2008.

Suryapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, Cet. III, 2010.

87

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Pretasi Pustaka, 2007.

UU Sisdiknas No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Lembaga Negara

RI, 2003.

Williams, R. Bruce. Cooperative Learning: A Standard for High Achievement.

California: Corwin Press, 2002.

88

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas /Semester : VII (Tujuh) / Genap

Tahun Ajaran : 2012/2013

Materi Pokok : Segiempat

Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Pertemuan ke : 1 (pertama)

A. Standar Kompetensi

Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

B. Kompetensi Dasar

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

C. Indikator

1. Menentukan keliling persegipanjang.

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan

banyak jawaban. (fluency)

3. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan pemahaman sendiri tentang masalah

yang berkaitan dengan keliling bangun persegipanjang.(Originality)

4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan cara

yang terperinci, jelas dan lengkap.(elaboration)

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC

siswa dapat:

1. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.

2. Menentukan keliling persegipanjang dengan menggunakan rumus yang

ditemukannya sendiri.

3. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling persegipanjang

dengan menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.

89

E. Metode Pembelajaran

Model : Pembelajaran Kooperatif tipe Fomulate-Share-Listen-Create (FSLC)

Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan.

F. Alat dan Sumber Belajar

Alat : Worksheet/LKS

Sumber Belajar :

1. Atik Wintarti, dkk. Contextual Teaching and Learning MATEMATIKA

SMP/MTs. Kelas VII Edisi 4 . Jakarta: Depdiknas. 2008.

2. Wagiyo, A., dkk. Pegangan Belajar Matematika 1:untuk SMP/ MTs. Kelas VII.

Jakarta: Depdiknas. 2008.

3. Dewi Nuharini dan Triwahyuni. MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA

1 SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas. 2008.

G. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan (10’)

1. Guru mengkondisikan siswa dan membuka kegiatan pembelajaran.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan garis besar materi yang

akan dipelajari yaitu keliling persegipanjang.

3. Apersepsi:

Guru melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yaitu tentang sifat-sifat

persegipanjang dan persegi.

Motivasi:

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pentingnya mempelajari

materi tersebut yaitu agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan

dengan keliling persegipanjang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Inti (60’)

a) Eksplorasi

1) Guru memberikan simulasi tentang keliling dengan meminta salah satu

siswa berjalan mengelilingi kelas. Kemudian memberikan pertanyaan

kepada siswa berapa jarak yang dilalui siswa yang mengelilingi kelas

tersebut.

2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan masing-masing

kelompok terdiri dari 2-3 orang. Kemudian guru membagikan Lembar

Kerja Siswa 1 kepada masing-masing siswa.

90

3) Formulate : Siswa mengerjakan LKS secara individual, menuliskan

semua jawaban yang dianggap benar oleh siswa.

4) Share : Setiap siswa dengan kelompoknya saling berbagi dan

mendiskusikan tentang jawaban yang mereka temukan.

5) Listen : Setiap pasangan (anggota kelompok lain) saling mendengarkan

pendapat dan jawaban dari teman sekelompoknya masing-masing

kemudian mencatat persamaan dan perbedaan jawabannya.

6) Create : Siswa membuat jawaban baru yang merupakan gabungan dari

ide-ide terbaik dari semua anggota kelompok.

b) Elaborasi

a) Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

mengenai keliling persegipanjang.

b) Siswa mengembangkan pengetahuannya melalui tanya jawab interaktif

agar lebih memahami konsep yang baru saja dipelajari di bawah

bimbingan guru.

c) Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS

secara individu

d) Konfirmasi

Guru memberikan koreksi, tambahan atau penguatan untuk meluruskan dan

menguatkan pemahaman siswa mengenai keliling persegipanjang.

Penutup (10’)

1) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran

mengenai keliling persegipanjang.

2) Guru memberikan informasi materi pembelajaran berikutnya yaitu mengenai

dan luas persegipanjang.

H. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

Instrument :

Indikator

Pencapaian Kompetensi

Penilaian

Teknik

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen/Soal

91

1. Menentukan keliling

persegipanjang.

2. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan menghitung

keliling persegipanjang

dengan banyak jawaban.

(fluency)

3. Mengungkapkan gagasan

baru berdasarkan pemahaman

sendiri mengenai masalah

yang berkaitan dengan

keliling bangun persegi

panjang. (Originality)

4. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan menghitung

keliling persegipanjang

dengan cara yang terperinci,

jelas dan lengkap.

(elaboration)

Tes

tertulis

Uraian Hitunglah keliling persegi-

panjang yang mempunyai

ukuran Panjang 17 cm dan

lebar 7 cm.

Diketahui suatu persegipanjang

ABCD mempunyai keliling

sebesar 40 cm. Tentukanlah

panjang dan lebar persegi panjang

tersebut ? temukan sebanyak-

banyaknya pasangan panjang dan

lebar yang kelilingnya sesuai

dengan persegipanjang ABCD !

Terlampir dalam LKS

Keliling sebuah persegipanjang

adalah 100 cm. Perbandingan

ukuran panjang dan lebar

persegipanjang tersebut adalah

3:2. Hitunglah panjang dan lebar

persegipanjang !

Tangerang, April 2013

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti

______________________ Siti Hasanah

92

92

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas /Semester : VII (Tujuh) / Genap

Tahun Ajaran : 2012/2013

Materi Pokok : Segiempat

Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Pertemuan ke : 1 (pertama)

A. Standar Kompetensi

Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

B. Kompetensi Dasar

Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

C. Indikator

1. Menentukan keliling persegipanjang.

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan

banyak jawaban. (fluency)

3. Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan pemahaman sendiri tentang masalah

yang berkaitan dengan keliling bangun persegipanjang.(Originality)

4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegipanjang dengan

cara yang terperinci, jelas dan lengkap.(elaboration)

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran maka siswa dapat:

1. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.

2. Menentukan keliling persegipanjang dengan menggunakan rumus yang

ditemukannya sendiri.

3. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keliling persegipanjang

dengan menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya.

E. Metode Pembelajaran

Model : Pembelajaran Konvensional (Ekspositori)

93

93

Metode : Ceramah, tanya jawab dan penugasan.

F. Alat dan Sumber Belajar

Alat : Worksheet/LKS

Sumber Belajar :

1. Atik Wintarti, dkk. Contextual Teaching and Learning MATEMATIKA

SMP/MTs. Kelas VII Edisi 4 . Jakarta: Depdiknas. 2008.

2. Wagiyo, A., dkk. Pegangan Belajar Matematika 1:untuk SMP/ MTs. Kelas VII.

Jakarta: Depdiknas. 2008.

3. Dewi Nuharini dan Triwahyuni. MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA

1 SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas. 2008.

G. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan (10’)

1. Guru mengkondisikan siswa dan membuka kegiatan pembelajaran.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan garis besar materi yang

akan dipelajari yaitu keliling persegipanjang.

3. Apersepsi:

Guru melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yaitu tentang sifat-sifat

persegipanjang dan persegi.

Motivasi:

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pentingnya mempelajari

materi tersebut yaitu agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan

dengan keliling persegipanjang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Inti (60’)

a) Eksplorasi

1) Guru memberikan simulasi tentang keliling dengan meminta salah satu

siswa berjalan mengelilingi kelas. Kemudian memberikan pertanyaan

kepada siswa berapa jarak yang dilalui siswa yang mengelilingi kelas

tersebut.

2) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pengertian keliling

persegi panjang menurut pemahaman mereka. Guru memberitahukan

pengertian keliling persegipanjang menurut teori.

3) Guru meminta siswa untuk memikirkan bagaimana rumus mencari keliling

persegipanjang berdasarkan dari pengertiannya.

94

94

4) Setelah siswa menyatakan pendapatnya mengenai rumus keliling

persegipanjang, maka guru memberitahukan rumus sebenarnya.

b) Elaborasi

1) Guru meenjelaskan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang

berkitan dengan keliling persegipanjang.

2) Guru memberikan soal latihan yang berkaitan dengan keliling

persegipanjang.

3) Pada saat siswa mengerjakan soal latihan guru membantu siswa yang

kesulitan mengerjakannya.

4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal latihan di depan

kelas.

c) Konfirmasi

Guru memberikan koreksi, tambahan atau penguatan untuk meluruskan dan

menguatkan pemahaman siswa mengenai keliling persegipanjang.

Penutup (10’)

1) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran

mengenai keliling persegipanjang.

2) Guru memberikan informasi materi pembelajaran berikutnya yaitu mengenai

dan luas persegipanjang.

H. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

Instrument :

Indikator

Pencapaian Kompetensi

Penilaian

Teknik

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen/Soal

1. Menghitung keliling

persegipanjang.

2. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan menghitung

keliling persegipanjang

dengan banyak jawaban.

Tes

tertulis

Uraian Hitunglah keliling persegi-

panjang yang mempunyai

ukuran Panjang 17 cm dan

lebar 7 cm.

Diketahui suatu persegipanjang

ABCD mempunyai keliling

sebesar 40 cm. Tentukanlah

panjang dan lebar persegi panjang

tersebut ? temukan sebanyak-

95

95

(fluency)

3. Mengungkapkan gagasan

baru berdasarkan pemahaman

sendiri mengenai masalah

yang berkaitan dengan

keliling bangun persegi

panjang. (Originality)

4. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan menghitung

keliling persegipanjang

dengan cara yang terperinci,

jelas dan lengkap.

(elaboration)

banyaknya pasangan panjang dan

lebar yang kelilingnya sesuai

dengan persegipanjang ABCD !

Terlampir dalam LKS

Keliling sebuah persegipanjang

adalah 100 cm. Perbandingan

ukuran panjang dan lebar

persegipanjang tersebut adalah

3:2. Hitunglah panjang dan lebar

persegipanjang !

Tangerang, April 2013

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti

______________________ Siti Hasanah

96

Lampiran 3

Keliling persegipanjang

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

3. ..............................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu agar kalian dapat :

1. Menjelaskan konsep keliling dari bangun datar persegipanjang .

2. Menurunkan rumus keliling persegipanjang.

3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling

persegipanjang dengan banyak jawaban.

4. Menyampaikan ide baru berdasarkan pemahaman sendiri

mengenai konsep keliling persegipanjang

97

Ilustrasi 1 :

Andik diminta pelatihnya berlari mengelilingi lapangan bola yang berukuran panjang 22 m dan lebar

15 m. Andik harus mengelilingi lapangan terebut sebanyak 2 kali. Bagaimanakah caranya agar Andik

mengetahui berapa jarak yang ia tempuh setelah berlari mengelilngi lapangan sebanyak 2 kali ?

1. Informasi-informasi apa yang dapat kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (flexibility, fluency)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

2. Bantulah Andik untuk menghitung jarak yang ia tempuh setelah berlari mengelilingi lapangan

bola 2 kali , hitunglah dengan cara kalian sendiri.

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................

3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (originality)

......................................................................................................................................................

Ilustrasi 2

Ibu Zainna membuat kue tart yang berbentuk persegi panjang berukuran panjang 30 cm dan lebar

20 cm. Ia ingin menghias pinggir-pinggir bagian atas dengan buah cherry. Satu buah cherry

berdiameter 2 cm. Bantulah Ibu Zainna mengetahui berapa buah cherry yang ia butuhkan agar

semua pinggiran kue tart dapat terhias dan tertutupi oleh buah cherry !

Keliling Persegipanjang

98

1. Informasi apa yang dapat kalian peroleh dari cerita Ibu Zainna dan kue tartnya ? (flexibility)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

2. Berapa cherry yang Bu Zainna butuhkan, hitung dengan cara kalian sendiri ! (elaboration)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (Originality)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

Setelah menyimak kedua ilustrasi di atas, simpulkanlah pengertian keliling pada persegipanjang dan

bagaimana rumusnya.

Kerjakanlah di halaman yang kosong!

1. Hitunglah keliling persegipanjang yang mempunyai ukuran sebagai berikut:

a. Panjang 17 dm dan lebar 7 dm.

b. Panjang 20 mm dan lebar 5 mm.

c. Panjang 25 m dan lebar 8 cm.

2. Diketahui suatu persegipanjang ABCD mempunyai keliling sebesar 40 cm. Tentukanlah

panjang dan lebar persegipanjang tersebut ? temukan sebanyak-banyaknya pasangan

panjang dan lebar yang kelilingnya sesuai dengan persegipanjang ABCD ! (fluency)

3. Keliling sebuah persegipanjang adalah 100 cm. Perbandingan ukuran panjang dan lebar

persegipanjang tersebut adalah 3:2. Hitunglah panjang dan lebar persegipanjang !

(elaboration)

Good Luck

Pengertian Keliling Persegipanjang :

Rumus Keliling Persegipanjang :

Ayo kita Berlatih

Soal !!!

99

Luas Persegipanjang

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu

agar kalian dapat :

Menjelaskan konsep luas dari bangun datar

persegipanjang.

Menurunkan rumus luas persegipanjang.

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

luas persegipanjang dengan banyak jawaban.

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

luas persegipanjang dengan langkah-langkah

yang jelas dan terperinci.

100

Ilustrasi 1

Pak Harry ingin memasang keramik di lantai ruang tamu rumahnya yang berbentuk persegipanjang.

Lantai itu berukuran panjang 10 m dan lebar 5 m. Sebelum Pak Harry memesan keramik di toko

mebel, ia ingin mengetahui luas lantai ruang tamunya terlebih dahulu.

1. Informasi-informasi apa yang dapat kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (flexibility)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

2. Bagaimana caranya agar Pak Harry mengetahui luas lantai ruang tamunya? Bantulah pak Harry

untuk mengetahuinya dengan cara kalian sendiri !(originality, elaboration)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

3. Kesimpulan apa yang kalian peroleh dari ilustrasi di atas ? (originality)

......................................................................................................................................................

Ilustrasi 2

Gambar di bawah ini merupakan persegipanjang ABCD. Buatlah kotak-kotak kecil (berbentuk

persegi) pada persegipanjang ABCD. Kotak-kotak tersebut harus menutupi seluruh daerah di dalam

persegipanjang. Keterangan : 1 kotak = 1 satuan

1. Setelah kalian membagi persegipanjang ke dalam kotak-kotak.

Maka panjang AB = CD = ........... satuan dan panjang BC = AD = ........... satuan.

2. Banyak kotak seluruhnya = ................... kotak

101

Rumus Luas Persegipanjang =

3. Informasi apa yang kalian dapatkan dari ilustrasi di atas ? (flexibility)

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

4. Kesimpulan apa yang kalian dapatkan dari ilustrasi di atas ? (originality)

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

1. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai ukuran panjang 15 cm dan lebar 8 cm.

tentukanlah luas persegipanjang tersebut !

2. Sebuah persegipanjang ABCD memiliki ukuran panjang 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ = (3𝑥 − 3)𝑐𝑚 dan lebar

𝐵𝐶̅̅ ̅̅ = (𝑥 + 1)𝑐𝑚. Jika luas persegipanjang tersebut 45 cm2, tentukan panjang dan lebar

dari persegipanjang ABCD ! (elaboration)

3. Pak Zain mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegipanjang yang ukuran

panjangnya empat kali lebarnya. Jika luas tanah tersebut adalah 64 m. Berapakah panjang

dan lebar tanah tersebut ? (flexibility)

4. Diketahui persegipanjang KLMN berukuran panjang = 16 cm dan lebar = 5 cm. Gambarlah

sebanyak mungkin persegipanjang lain yang luasnya sama dengan persegipanjang KLMN di

atas ! (fluency)

Setelah kalian menyimak ilustrasi-

ilustrasi di atas, maka simpulkanlah

rumus luas persegipanjang !

Sekarang mari

kita berlatih

soal !!!

102

Keliling & Luas Persegi

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu

agar kalian dapat :

Menjelaskan konsep keliling dan luas persegi.

Menurunkan rumus keliling dan luas persegi.

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan

luas persegi dengan banyak cara

Memberikan ide baru berkaitan dengan keliling dan luas persegi.

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

PERSEGI

103

Masih ingatkah kalian tentang keliling dan luas persegipanjang yang telah dipelajari

sebelumnya ? bagaimana dengan keliling dan luas persegi ? untuk dapat mengetahuinya

simaklah dan jawablah beberapa pertanyaan dibawah ini !

KELILING PERSEGI

Ilustrasi 1

Sebuah lukisan berbentuk persegi akan dipasangi bingkai dari kayu. Berapa panjang kayu yang

dibutuhkan jika panjang sisi lukisan 90 cm.

1. Informasi-informasi apa yang kalian dapat dari persoalan di atas ? (Fluency, flexibility)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

2. Bagaimana cara kalian mengetahui panjang kayu yang dibutuhkan untuk membuat bingkai

lukisan itu ? (Originality)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

3. Kesimpulan yang kalian dapat dari persoalan di atas ? (originality)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

Jadi, kesimpulannya rumus keliling persegi adalah :

K =

104

Luas persegi

1. Pada lukisan yang sama dengan ilustrasi di atas, bagaimana jika yang ditanyakan merupakan luas

kanvas yang diperlukan untuk membuat lukisan tersebut? Bagaimana cara kalian dalam

menghitung luas kanvas itu ?

...........................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

2. Kesimpulannya untuk menghitung luas persegi, cara yang paling mudah ialah............... (originality)

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

1. Hitunglah keliling dan luas daerah persegi yang panjang sisinya sebagai berikut.

a. 3, 5 m b. 15 cm c. 24 dm

2. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 10 m. Dalam taman

tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegipanjang dengan

ukuran panjang 8 m dan lebar 6 m. Berapakah luas tanah dalam taman yang dapat

ditanami bunga? (elaboration)

3. Romi mempunyai kawat sepanjang 20 cm yang akan dibuat model persegi.

Berapakah sebanyak-banyaknya persegi yang dapat dibuat oleh Romi ? Tuliskan juga

ukuran-ukuran sisi persegi yang dapat dibuat oleh Romi ! (fluency)

4. Sebuah lantai berbentuk persegi dengan panjang sisinya 6 m. Lantai tersebut akan

dipasang ubin berbentuk persegi berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan banyaknya

ubin yang diperlukan untuk menutup lantai ! (elaboration)

Jadi rumus luas persegi :

Ayo kita kerjakan

soal-soal !!!!!

105

105

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

3. ..............................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam

satu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran

ini yaitu agar siswa dapat:

1. Menjelaskan konsep keliling dan luas

jajargenjang.

2. Menurunkan rumus keliling dan luas

jajargenjang.

3. Menyelesaikan soal yang berkaitan

dengan keliling atau luas

jajargenjang dengan banyak cara.

4. Menyelesaikan soal yang berkaitan

dengan keliling atau luas

jajargenjang dengan langkah yang

jelas dan rinci.

106

106

Bahan : kertas berpetak, pensil, penggaris, gunting

1. Pada kertas berpetak , gambarlah sebuah jajargenjang.

2. Gunting kertas yang berbentuk bangun jajargenjang tersebut.

3. Gambarlah garis yang mewakili tinggi jajargenjang dan potong

sepanjang garis tinggi tersebut sehingga terdapat dua bagian.

4. Gabungkanlah dua bagian tersebut sehingga membentuk sebuah persegipanjang.

5. Gambarlah bangun yang didapat dari penggabungan tersebut ?

6. Bandingkan luas persegipanjang yang terbentuk dengan luas jajargenjang semula ! apa yang

kamu peroleh ?

............................................................................................................................. ...............................................

............................................................................................................................................................................

............................................................................................................................ ................................................

7. Apakah tinggi jajargenjang sama dengan panjang salah satu sisi persegipanjang?

............................................................................................................................. ...............................................

8. Apakah alas jajargenjang sama dengan alas persegipanjang ?

............................................................................................................................. ...............................................

9. Kesimpulan apa yang dapat kalian peroleh dari kegiatan di atas ? (originality)

............................................................................................................................. ...............................................

............................................................................................................................................. ...............................

.................................................................................................... ........................................................................

10. Nyatakanlah dengan kata-katamu sendiri sebuah rumus untuk menentukan luas dan keliling

jajargenjang !

107

107

Misal jajargenjang mempunyai luas = L dan

keliling = K, alas a, sisi yang berdekatan dengan

a adalah b dan tinggi t, maka rumus luas dan

keliling secara matematis adalah :

Soal-soal

1. Diketahui jajargenjang PQRS mempunyai panjang sisi 𝑃𝑄̅̅ ̅̅ = 16 cm, 𝑄𝑅̅̅ ̅̅ = 10 𝑐𝑚 dan tinggi

jajargenjang 8 cm, maka hitunglah luas dan keliling jajargenjang tersebut !

2. Tentukan luas dari masing-masing jajargenjang pada gambar berikut.

3. Pada sebuah jajargenjang diketahui luasnya 250 cm2. Jika panjang alas jajargenjang

tersebut 5x dan tingginya 2x, tentukan : (elaboration)

a. nilai x;

b. panjang alas dan tinggi jajargenjang tersebut.

4. Jika ABCD suatu jajargenjang seperti tampak pada

gambar disamping, maka hitunglah luas jajargenjang

ABCD, panjang CF dan keliling ABCD !. (flexibility)

Good Luck

Luas :

Keliling :

L =

K =

108

108

108

Keliling & Luas Belah Ketupat

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu

agar siswa dapat:

1. Menjelaskan konsep keliling dan luas belah

ketupat.

2. Menurunkan rumus keliling dan luas belah

ketupat.

3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

keliling atau luas belah ketupat dengan

banyak jawaban.

4. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

keliling dan luas belah ketupat dengan

langkah yang jelas dan rinci.

109

Kerjakanlah tahapan-tahapan berikut dengan benar dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik !

1. Pada kertas berpetak, gambarlah sebuah belahketupat.

2. Gunting belahketupat tersebut, menurut sisi-sisinya.

3. Gambarlah salah satu diagonal belahketupat dan potonglah kertas sepanjang diagonal

tersebut. Sehingga terdapat dua segitiga samakaki. Apa yang kamu peroleh?.

4. Berapakah luas masing-masing segitiga samakaki tersebut?

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

5. Apakah kedua segitiga tersebut mempunyai luas yang sama?...................................................

6. Bagaimanakah tinggi dan alas kedua segitiga samakaki tersebut?

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

7. Kesimpulan apa yang kalian dapatkan dari kegiatan di atas? (originality)

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

8. Dengan kata-katamu sendiri, nyatakanlah sebuah rumus untuk menentukan luas dan keliling

belahketupat! (originality)

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

9. Jadi, rumus keliling dan luas belah ketupat adalah.....................................................................

Rumus Belah ketupat

Keliling

Luas

Bahan-bahan yang kalian

butuhkan ialah: Kertas

berpetak, pensil, dan gunting

110

1. PQRS adalah belahketupat dengan diagonal 𝑃𝑅̅̅ ̅̅ = 6 satuan panjang, 𝑄𝑆̅̅̅̅ = 8 satuan

panjang dan 𝑃𝑄̅̅ ̅̅ = 5 satuan panjang. Hitunglah luas daerah dan keliling belahketupat

PQRS!

2. PQMN suatu jajargenjang. Jika panjang PN = 7x-10 dan PQ = 5x+6, maka berapakah

nilai x agar PQMN sebuah belahketupat? Hitunglah keliling belah ketupat tersebut !

(elaboration)

3. Diketahui luas sebuah belah ketupat 48 cm2. Tentukan sebanyak mungkin pasangan

panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai. (fluency)

4. Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat diketahui berturut-turut 18 cm dan

(2x + 3) cm. Jika luas belah ketupat tersebut 81 cm2, tentukan: (elaboration)

a. nilai x;

b. panjang diagonal yang kedua.

Horeeeee !!!!!!! Saatnya kita kerjakan soal

^_^

GOOD LUCK !!!!

KERJAKANLAH DENGAN SERIUS !!

111

Keliling & Luas Layang-layang

Nama Kelompok : ..................................................................

Anggota : 1. ..............................................................

2. ..............................................................

3. ..............................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini

yaitu agar siswa dapat:

1. Menjelaskan konsep keliling dan luas

layang-layang.

2. Menurunkan rumus keliling dan luas

layang-layang.

3. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

keliling dan luas layang-layang dengan

banyak cara.

4. Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan

keliling dan luas layang-layang dengan

langkah yang jelas dan rinci.

112

LUAS LAYANG-LAYANG

Kerjakanlah tahapan-tahapan berikut dengan benar dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik !

1. Gambarlah sebuah layang-layang pada kertas berpetak dilengkapi dengan garis diagonal-

diagonalnya.

2. Gambarlah sebuah persegipanjang di luar layang-layang seperti pada gambar berikut.

3. Hitunglah luas persegipanjang tersebut, kemudian guntinglah layang-layang tersebut sehingga

terpisah dengan persegipanjang.

4. Gunting layang-layang pada diagonal-diagonalnya sehingga terdapat 4 segitiga (dua pasang segitiga

yang sama besar).

5. Hitunglah luas keempat segitiga tersebut kemudian jumlahkan luas keempat segitiga !

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

6. Bandingkanlah total luas segitiga dengan luas persegipanjang. Apakah kalian menemukan hubungan

antara total luas segitiga dengan luas persegipanjang ?

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

7. Bagaimana hubungan antara diagonal pada layang-layang dengan sisi-sisi pada persegipanjang?

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

8. Kesimpulan apa yang kalian dapat dari kegiatan di atas ? (originality)

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

Bahan-bahan yang kalian

butuhkan ialah: Kertas

berpetak, pensil, dan gunting

113

Jadi, rumus luas layang-layang adalah................

KELILING LAYANG-LAYANG

Berdasarkan pengetahuanmu mengenai rumus keliling bangun datar lain. Dapatkah kalian menentukan

rumus keliling layang-layang ? jika kalian lupa rumus keliling bangun datar lain, mari kita ingat-ingat kembali !!

Ayo kerjakan soal-soal dibawah ini dengan baik !!!

1. Gambar dibawah ini sebuah layang-layang ABCD dengan panjang diagonal AC =10 cm dan diagonal

BD = 29 cm. Hitunglah keliling dan luasnya !

2. Andi membuat sebuah layang-layang dengan panjang diagonal-diagonalnya adalah 30 cm dan 50

cm. Berapakah luas daerah layang-layang yang dibuat Andi ? kerjakan dengan lebih dari satu cara !

(flexibility)

3. Panjang diagonal-diagonal suatu layang-layang adalah (2x – 3) cm dan (x + 7) cm. Jika diagonal

pertama lebih panjang dari diagonal kedua, tentukan luas minimum layang-layang tersebut.

(elaboration)

Bangun datar Rumus Keliling

Persegipanjang 2 ( p + l )

Persegi 4s

Jajargenjang 2 ( a + b)

Belah ketupat 4s

Layang-layang ......................................

L =

114

Keliling & Luas Trapesium

Nama Kelompok : ....................................................

Anggota : 1. .................................................

2. .................................................

3. .................................................

Petunjuk pengisian LKS

1. Bacalah setiap pertanyaan dan ilustrasi yang diberikan dengan teliti.

2. Isilah LKS dengan jawaban hasil pemikiranmu sendiri, jawabanmu tidak harus sama dengan

teman sekelompokmu. Pikirkan sendiri dan tuliskan sebanyak mungkin jawaban yang

menurutmu benar.

3. Diskusikan setiap permasalahan yang diberikan bersama kelompokmu, ini merupakan

kesempatanmu untuk saling berbagi jawaban dengan teman sekelompokmu.

4. Anggota kelompok yang lain mendengarkan teman sekelompoknya yang sedang menjelaskan

jawabannya. Kemudian catatlah setiap perbedaan dan persamaan yang ada pada jawaban

kalian.

5. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompokmu, buatlah jawaban baru yang merupakan

gabungan dari ide-ide atau jawaban terbaik yang kelompok kalian miliki.

6. Dalam pembelajaran ini tidak ada persaingan antara anggota kelompok, kalian ada dalam satu

tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu memahami materi pembelajaran.

Tujuan dilaksanakannya pembelajaran ini yaitu agar kalian dapat :

Menjelaskan konsep keliling dan luas trapesium

Menurunkan rumus keliling dan luas trapesium

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas

trapesium dengan banyak cara.

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas

trapesium dengan langkah-langkah yang jelas dan rinci .

115

Ilustrasi 1 (Keliling Trapesium)

Sebuah lapangan berbentuk trapesium, bentuknya serupa dengan gambar trapesium di bawah ini.

Berdasarkan pemahaman mengenai keliling yang telah kalian pelajari. Temukanlah keliling lapangan

tersebut menurut pengetahuan yang telah kalian pahami !

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

Ilustrasi 2 (Luas Trapesium)

Sebuah trapesium ABCD memiliki panjang AB = 8 cm dan panjang CD = 12 cm. Tinggi trapesium/

panjang AD = 5 cm.

1. Hitunglah luas ∆ BCD dan luas ∆ ADB.

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

2. Jumlahkanlah luas kedua segitiga tersebut!

.....................................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

3. Tuliskanlah rumus untuk mencari luas segitiga tersebut !

Jadi, rumus keliling trapesium :

116

Luas Trapesium = Luas ∆ BCD + luas ∆ ADB. (lanjutkan)

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

............................................................................................................................................

4. Kesimpulan yang kalian dapat setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas ?

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.....................................................................................................................................................

............................................................................................................................................

Soal latihan

1. Hitunglah luas daerah trapesium dengan tinggi 10 dan panjang sisi-sisi yang sejajar

adalah 12 dan 18!

2. KLMN adalah trapesium dengan MNOP suatu persegi dan OP = 8 cm. Jika KO = 6

cm, PL = 2 cm, KN = 10 cm, dan LM = 2 17 cm, tentukan : (elaboration, flexibility)

a. panjang MN;

b. keliling trapesium KLMN;

c. luas trapesium KLMN (hitunglah dengan

lebih dari satu cara).

3. Perbandingan panjang sisi sejajar pada sebuah trapesium sama kaki adalah 2 : 5.

Diketahui besar sudut pada salah kaki trapesium adalah 60º, panjang kaki trapesium

= 10 cm, tinggi = 8 cm, dan luasnya 80 cm2. Tentukan: (elaboration)

a. besar sudut yang belum diketahui;

b. panjang sisi-sisi yang sejajar;

c. keliling trapesium.

Jadi, rumus Luas Trapesium adalah

Lampiran 4

117

KISI-KISI INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SEBELUM VALIDITAS

Materi : Segiempat

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan

masalah.

No. Materi Pembelajaran Indikator Soal Indikator

KBKM

Nomor

Soal

Jumlah

Soal

1. Luas Layang-layang

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas layang-layang dengan banyak jawaban. fluency 1 1

2. Luas Persegipanjang

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas persegipanjang dengan banyak jawaban. fluency 2 1

3. Luas Trapesium

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas trapesium dengan banyak cara. flexibility 3 , 7b

3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas trapesium dengan jelas dan rinci elaboration 7a*

Lampiran 4

118

4. Keliling dan Luas Persegi

Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan

pemahaman sendiri tentang masalah yang

berkaitan dengan keliling dan luas persegi.

Originality 4a

2

M Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas persegi dengan jelas dan rinci. Elaboration 4b

5. Luas Belah Ketupat

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas belah ketupat dengan jelas dan rinci.

Elaboration

5 1

6. Keliling dan Luas

Jajargenjang

Mengungkapkan gagasan baru berdasarkan

pemahaman sendiri tentang masalah yang

berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang.

Originality

6a

2

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

luas jajargenjang dengan jelas dan rinci

Elaboration

6b

Jumlah 10

Catatan = *Tidak Valid

119

SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Nama :

Kelas :

SKOR :

Kerjakanlah soal di bawah ini dengan teliti dan benar !

1. Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak

mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai !

2. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai panjang 16 cm dan lebar 4 cm. Carilah

bangun datar segiempat lain yang luasnya sama dengan persegipanjang ABCD

tersebut ! Tuliskan ukuran dari segiempat-segiempat tersebut !

3. Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling dan

luas bangun datar tersebut !

4. Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.

a. Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !

b. Tentukanlah nilai x dan hitunglah luas persegi !

5. Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan memasang

keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian

memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika

keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah, berapakah panjang diagonal II

keramik tersebut ?

120

6. Sebuah jajargenjang mempunyai ukuran seperti gambar di bawah ini.

Tentukan :

a. Buatlah persamaan keliling dan luas jajargenjang dalam x !

b. Tentukanlah nilai x dan luas jajargenjang tersebut jika diketahui kelilingnya 50

cm.

7. Perhatikan gambar berikut ini.

Pada gambar di atas diketahui trapesium PQRS sama kaki dengan PS = QR, PQ = 48

cm, SR=26 cm, dan ∠SPM = ∠ RQN = 45o. Tentukan:

a. besar ∠MSP dan ∠RNQ, panjang MN, panjang PM, QN, dan t,

b. luas PQRS. (tentukan dengan banyak cara)

121

Lampiran 6

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS

No.

Butir

soal

Jawaban Skor

1. Dik : L = 40 cm2

Dit : d1 dan d2 ?

Jawab :

L = 1

2 x d1 x d2

40 = 1

2 x d1 x d2

401

2

= d1 x d2

40 x 2

1 = d1 x d2

80 = d1 x d2

Maka diagonal 1 dan diagonal 2 yang memenuhi

ukuran luas belah ketupat tersebut adalah :

a. d1 = 16 cm , d2 = 5 cm.

b. d1 = 20 cm , d2 = 4 cm.

c. d1 = 40 cm , d2 = 2 cm.

d. d1 = 10 cm , d2 = 8 cm.

4

2. Luas Persegipanjang ABCD = p x l

= 16 x 4

= 64 cm2

Maka segiempat yang luasnya sama dengan

persegipanjang ABCD tersebut adalah.

a. Persegi dengan s = 8 cm.

b. Belah ketupat dengan d1= 16 cm dan d2 = 8 cm.

c. Belah ketupat dengan d1= 32 cm dan d2 = 4 cm.

d. Jajargenjang dengan a = 16 cm dan t = 4 cm

e. Jajargenjang dengan a = 32 cm dan t = 2 cm

f. Layang-layang dengan d1= 16 cm dan d2 = 8 cm.

g. Layang-layang dengan d1= 32 cm dan d2 = 4 cm

h. Trapesium dengan sisi sejajar a = 11 cm dan

4

122

b=5 cm , t= 8 cm

i. Trapesium dengan sisi sejajar a = 25 cm dan

b=7 cm , t= 4 cm

j. Trapesium dengan sisi sejajar a = 20 cm dan

b=12 cm , t= 4 cm

3.

Keliling taman = 13 +5+6+4+6+3+12+12+5

= 66 cm

Luas Bangun datar

Cara 1 :

L = Luas Trapesium ABCD – Luas persegipanjang PQRS

= {1

2 x (AB + CD) x t } - {𝑃𝑄 𝑥 𝑄𝑅 }

= {1

2 x (17 + 12) x 12 } - {6 𝑥 4 }

= {1

2 x 29 x 12 } - 24

= (29 x 6) – 24

= 150 cm2

Cara 2 :

Bangun tersebut dibagi kedalam 3 bangun yaitu

persegipanjang I, persegipanjang II dan trapesium III, maka

luas bangun tersebut dihitung dengan cara :

L = L I + L II +L III

= (3 x 12) + (6 x 4) + (1

2𝑥 (10 + 5)𝑥 12 )

= 36 + 24 + (15 x 6)

4

123

= 60 + 90

= 150 cm2

Cara 3 :

L = Luas jajargenjang ABOD – luas PQRS – luas ∆ BOC

= (AB x BC) – (PQ x RS) – ( 1

2 𝑥 𝐶𝑂 𝑥 𝐵𝐶)

= (17 x 12) – (6 x 4) – ( 1

2 𝑥 5 𝑥 12)

= 204 – 24 – 30

= 150 cm2

4. a. persamaan Keliling dalam x

K = 4s

K = 4 (3x+1)

K = 12x + 4 cm

Persamaan luas dalam x

L = s2

L = (3x+1)2

L = 9x2

+ 6x + 1 cm2

a. K = 12x + 4

28 = 12x + 4

28 – 4 = 12x

24 = 12x

x = 24

12 = 2

sisi persegi (s) = 3x + 1

= 3 (2) +1

= 6 + 1

= 7 cm

L = 72

= 49 cm

2

4

4

5. L = 30 m2

= 300.000 cm2

d1 = 30 cm

Luas 1 keramik = Luas Lantai

banyaknya keramik

= 300.000

1000

= 300 cm2

L = 1

2 𝑥 𝑑1𝑥𝑑2

300 = 1

2 x 30 x 𝑑2

300 = 15 𝑑2

4

124

𝑑2= 300

15

= 20 cm

Jadi, panjang diagonal II adalah 20 cm.

6. a. persamaan keliling dalam x

K = 2 (a+b)

K = 2 (4x + 2 + 2x – 1)

K = 2 (6x + 1)

K = 12x + 2

Persamaan luas dalam x

L = a x t

L = (4x + 2) x 9

L = 36x + 18

b. nilai x

K = 12x + 2

50 = 12x + 2

50 – 2 = 12x

48 = 12x

x = 48

12 = 4

jadi, nilai x = 4

L = 36x + 18

= 36 (4) + 18

= 144 + 18

= 162 cm2

Atau dengan cara L = a x t

a = 4x + 2

a = 4(4)+2 = 18

L = 18 x 9

= 162 cm2

4

4

7. a. ∠ MSP = 180o – (90

o + 45

o) ∠RNQ = 90

o

= 180o – 135

o

= 45o

panjang MN = panjang SR = 26 cm

Panjang PM = Panjang PQ – panjang MN

2

= 48 − 26

2

= 22

2

= 11 cm

Panjang QN = panjang PM

= 11 cm

Tinggi trapesium = panjang PM , karena ∠ 𝑀𝑆𝑃 = ∠𝑀𝑃𝑆 Maka ∆ MPS sama kaki

Sehingga t = PM yaitu 11 cm.

4

125

b. Cara 1 :

L = 1

2 x (PQ + SR) x t

= 1

2 x (48 + 26) x 11

= 1

2 x 74 x 11

= 407 cm2

Cara 2:

L = L persegipanjang MNRS + L∆ MPS + L∆ RQN

= L persegipanjang MNRS + 2 (L∆ MPS)

= (MN x MS) + 2 ( 1

2 x PM x t)

= (26 x 11) + 2 (1

2 x 11x 11)

= 286 + 121

= 407 cm2

Cara 3:

L = L jajargenjang PARS + L∆ RQA

= (PA x t ) + ( 1

2 x AQ x t)

= (26 x 11) + (1

2 x 22 x 11)

= 286 + 121

= 407 cm2

Skor total 36

Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟

36𝑥 100

Lampiran 7

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN

no. subjek BUTIR SOAL

Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b

S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 35

S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1 29

S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3 16

S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2 16

S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3 21

S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4 16

S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2 7

S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1 14

S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1 10

S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 35

S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4 32

S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 30

S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 30

S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38

S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1 26

S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3 27

S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2 28

S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1 29

S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2 32

S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 29

S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2 28

S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3 31

S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4 26

S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2 27

S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 29

S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 28

S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1 19

S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1 20

S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2 13

S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 32

S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2 15

S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1 13

S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2 20

S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3 15

S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1 15

S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1 16

S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2 14

S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1 9

S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1 18

S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0 19

∑ 107 86 93 101 87 96 91 63 98 85 907

rxy 0,81259 0,81518 0,80962 0,77321 0,67911 0,52941 0,71837 0,78768 0,28575 0,4436

rtabel 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312 0,312

keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID INVALID VALID

127

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

no. subjek butir soal

Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7b

S1 4 3 4 3 3 4 4 4 2 29

S2 4 2 3 4 4 2 3 3 1 25

S3 2 1 0 2 3 2 0 1 3 11

S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 12

S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 15

S6 0 0 2 2 1 2 2 0 4 9

S7 0 0 1 0 0 1 0 0 2 2

S8 1 2 1 2 2 2 0 0 1 10

S9 2 0 0 2 3 0 0 0 1 7

S10 4 4 3 4 3 4 3 3 3 28

S11 4 4 4 3 3 4 2 3 4 27

S12 3 3 4 4 4 3 3 3 2 27

S13 3 3 3 4 3 4 3 2 3 25

S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 30

S15 4 3 3 4 4 1 2 2 1 23

S16 4 4 3 2 2 4 2 2 3 23

S17 4 2 3 4 4 2 3 3 2 25

S18 4 4 4 3 2 2 3 2 1 24

S19 4 3 3 4 4 2 2 4 2 26

S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 23

S21 4 3 3 4 2 3 3 1 2 23

S22 4 2 4 3 4 3 3 3 3 26

S23 3 3 3 2 1 4 3 1 4 20

S24 4 3 4 2 2 4 2 1 2 22

S25 4 3 2 3 3 2 4 3 3 24

S26 3 3 3 4 2 3 3 2 2 23

S27 2 3 2 2 0 3 2 2 1 16

S28 2 2 3 3 2 1 3 1 1 17

S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 9

S30 3 3 4 3 2 3 4 3 4 25

S31 3 2 0 0 0 2 3 2 2 12

S32 2 1 0 1 0 3 2 1 1 10

S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 16

S34 0 0 3 2 2 2 2 0 3 11

S35 2 2 2 0 0 1 3 2 1 12

S36 2 2 2 1 1 3 2 0 1 13

128

S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 10

S38 0 0 1 1 0 2 2 0 1 6

S39 1 2 0 3 2 3 2 0 1 13

S40 2 2 3 2 2 0 3 1 0 15

∑ 107 88 93 101 87 96 91 63 85 724

si 1,327954 1,2517 1,3847 1,198 1,2788 1,2568 1,132 1,238 1,0667

si2 1,763462 1,5667 1,9173 1,4353 1,6353 1,5795 1,2814 1,5327 1,1378

Ssi2 13,84936

r hitung = 0,851977 st 7,554248

st2 57,06667

129

Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran

no. subjek butir soal

1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b

S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2

S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1

S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3

S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2

S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3

S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4

S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2

S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1

S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1

S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3

S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4

S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2

S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3

S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4

S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1

S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3

S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2

S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1

S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2

S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3

S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2

S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3

S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4

S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2

S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3

S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2

S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1

S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1

S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2

S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4

S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2

S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1

S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2

S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3

S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1

S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1

S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2

S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1

S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1

S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0

130

Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran

∑ 107 86 93 101 87 96 91 63 98 85

P 0,66875 0,5375 0,58125 0,63125 0,54375 0,6 0,56875 0,39375 0,6125 0,53125

Keterangan sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang

Lampiran 11

UJI DAYA BEDA SOAL

Kel

om

po

k A

tas

no. subjek butir soal

Y 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7a 7b

S14 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38

S1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 35

S10 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 35

S11 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4 32

S19 4 3 3 4 4 2 2 4 4 2 32

S30 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 32

S22 4 2 4 3 4 3 3 3 2 3 31

S12 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 30

S13 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 30

S2 4 2 3 4 4 2 3 3 3 1 29

S18 4 4 4 3 2 2 3 2 4 1 29

S20 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 29

S25 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 29

S17 4 2 3 4 4 2 3 3 1 2 28

S21 4 3 3 4 2 3 3 1 3 2 28

S26 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 28

S16 4 4 3 2 2 4 2 2 1 3 27

S24 4 3 4 2 2 4 2 1 3 2 27

S15 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1 26

S23 3 3 3 2 1 4 3 1 2 4 26

∑ 74 61 67 67 59 62 59 49 52 51 Mean 0,925 0,7625 0,8375 0,8375 0,7375 0,775 0,7375 0,6125 0,65 0,6375

Lampiran 11

Kel

om

po

k B

awah

S5 2 3 3 2 2 0 2 1 3 3 21

S28 2 2 3 3 2 1 3 1 2 1 20

S33 4 2 2 3 3 0 2 0 2 2 20

S27 2 3 2 2 0 3 2 2 2 1 19

S40 2 2 3 2 2 0 3 1 4 0 19

S39 1 2 0 3 2 3 2 0 4 1 18

S3 2 1 0 2 3 2 0 1 2 3 16

S4 3 1 0 3 2 1 1 1 2 2 16

S6 0 0 2 2 1 2 2 0 3 4 16

S36 2 2 2 1 1 3 2 0 2 1 16

S31 3 2 0 0 0 2 3 2 1 2 15

S34 0 0 3 2 2 2 2 0 1 3 15

S35 2 2 2 0 0 1 3 2 2 1 15

S8 1 2 1 2 2 2 0 0 3 1 14

S37 1 0 0 1 2 3 1 2 2 2 14

S29 2 0 1 2 1 3 0 0 2 2 13

S32 2 1 0 1 0 3 2 1 2 1 13

S9 2 0 0 2 3 0 0 0 2 1 10

S38 0 0 1 1 0 2 2 0 2 1 9

S7 0 0 1 0 0 1 0 0 3 2 7

∑ 33 25 26 34 28 34 32 14 46 34

Mean 0,4125 0,3125 0,325 0,425 0,35 0,425 0,4 0,175 0,575 0,425

DB 0,5125 0,45 0,5125 0,4125 0,3875 0,35 0,3375 0,4375 0,075 0,2125

Interpretasi Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Jelek Cukup

131

Lampiran 11

Langkah-langkah Penghitungan Validitas Tes Uraian

Contoh mencari validitas soal nomor 1:

1. Menentukan nilai ∑ 𝑋 = Jumlah skor soal nomor 1 = 107

2. Menentukan nilai ∑ 𝑌 = Jumlah skor total = 907

3. Menentukan nilai ∑ 𝑋2 = Jumlah kuadrat skor soal nomor 1 = 355

4. Menentukan nilai ∑ 𝑌2 = Jumlah kuadrat skor total = 23199

5. Menentukan nilai ∑ 𝑋 𝑌 = Jumlah hasil kali skor soal nomor 1 dengan skor

total = 2772

6. Menentukan nilai 𝑟𝑥𝑦 =

2222

YYnXXn

YXXYn

= 22 907)23199).(40()107()355).(40(

)907).(107()2772).(40(

= 0,8126

Mencari nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Dengan dk = n – 2 = 40– 2 = 38 dan taraf signifikansi sebesar 0,05 diperoleh

nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,312

7. Setelah diperoleh nilai 𝑟𝑥𝑦 = 0,8126, lalu dibandingkan dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

0,312. Karena 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,8126 > 0,312), maka soal nomor 1 valid.

8. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan validitasnya sama dengan

penghitungan validitas soal nomor 1.

132

Langkah-langkah Penghitungan Uji Reliabilitas Tes Uraian

1. Menentukan nilai varians skor tiap-tiap soal

Misal, untuk mencari varians nomor 1:

1,76339

40

)107(355

1

2

2

2

2

N

N

XX

i

i

i

2. Menentukan nilai jumlah varians semua soal (∑ 𝜎𝑖2)

Berdasarkan penghitungan reliabilitas tes uraian di atas, dipeoleh:

∑ 𝜎𝑖2 =13,849

3. Menentukan nilai varians total

067,5739

40

)724(15330

1

2

2

2

2

N

N

YY

t

4. Menentukan n = banyaknya soal, yaitu 14 soal

5. Menentukan nilai 852,0067,57

849,131

8

91

1 2

2

11

t

i

n

nr

6. Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai 𝑟11 = 0,852 berada diantara interval nilai 0,70

< r11 ≤ 0,90 maka tes uraian tersebut memiliki tingkat korelasi tinggi.

133

Langkah-langkah Penghitungan Daya Pembeda Tes Uraian

1. Menentukan nilai BA = Jumlah skor kelompok atas pada item/soal ke-i

2. Menentukan nilai BB = Jumlah skor kelompok bawah pada item/soal ke-i

3. Menentukan nilai JA = Jumlah skor maksimum kelompok atas yang

seharusnya

4. Menentukan nilai JB = Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang

seharusnya

Misal, untuk soal nomor 1, penghitungan daya pembedanya sebagai berikut :

BA = 74, BB = 33, JA = 80, JB = 80

5. Menentukan DB = Daya Pembeda

𝐷𝑃 =𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵

𝐷𝑃 =74

80−

33

80

𝐷𝑃 = 0,5125

6. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai 𝐷𝑃 = 0,5125 berada diantara

interval nilai 0,41 – 0,70, maka soal nomor 1 memiliki tingkat daya pembeda

baik.

7. Untuk nomor 2 dan seterusnya, cara penghitungan daya pembedanya sama

dengan penghitungan daya pembeda soal nomor 1.

134

Langkah-langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Tes Uraian

1. Menentukan nilai B = Jumlah skor yang diperoleh siswa

2. Menentukan JS = Jumlah skor maksimum siswa peserta tes

Misal, untuk soal nomor 1, penghitungan tingkat kesukaran sebagai berikut:

B = 107, JS = 160

3. Menentukan IK = Indeks/ tingkat kesukaran

𝐼𝐾 =𝐵

𝐽𝑆=

107

160= 0,669

4. Berdasarkan klasifikasi tingkat kesukaran, nilai IK = 0,669 berada di antara

interval 0,31 - 0,70, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sedang.

5. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, penghitungan tingkat kesukarannya sama

dengan penghitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.

135

Lampiran 12

REKAPITULASI VALIDITAS, DAYA BEDA, TINGKAT KESUKARAN

INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Materi :Segiempat

Standar Kompetensi :Memahami konsep segiempat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segiempat

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Keterangan

Tidak dipakaiDipakai

No. ItemValiditas Daya Beda Tingkat Kesukaran

rhitung rtabel Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,813 0,312 valid 0,512 Baik 0,669 Sedang

2 0,815 0,312 Valid 0,45 Baik 0,537 Sedang

3 0,81 0,312 Valid 0,512 Baik 0,581 Sedang

4a 0,773 0,312 Valid 0,412 Baik 0,631 Sedang

4b 0,679 0,312 Valid 0,387 Cukup 0,544 Sedang

5 0,529 0,312 Valid 0,35 Cukup 0,6 Sedang

6a 0,718 0,312 Valid 0,337 Cukup 0,569 Sedang

6b0,788

0,312 Valid 0,437Baik

0,394 Sedang

7a 0,288 0,312 Tidak Valid 0,075 Jelek 0,612 Sedang

7b 0,444 0,312 Valid 0,212 Cukup 0,531 Sedang

136

Lampiran 13

SOAL INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Nama :

Kelas :

SKOR :

Kerjakanlah soal di bawah ini dengan teliti dan benar !

1. Diketahui sebuah layang-layang mempunyai luas 40 cm2. Tentukan sebanyak

mungkin pasangan panjang diagonal-diagonalnya agar luasnya sesuai !

2. Sebuah persegipanjang ABCD mempunyai panjang 16 cm dan lebar 4 cm. Carilah

bangun datar segiempat lain yang luasnya sama dengan persegipanjang ABCD

tersebut ! Tuliskan ukuran dari segiempat-segiempat tersebut !

3. Sebuah bangun datar berbentuk seperti gambar dibawah ini. Tentukanlah keliling dan

luas bangun datar tersebut !

4. Sebuah persegi mempunyai panjang sisi (3x + 1) cm dan kelilingnya 28 cm.

a. Buatlah persamaan keliling dan luas persegi dalam x !

b. Tentukanlah nilai x dan hitunglah luas persegi !

5. Pak Rian ingin memperindah lantai rumahnya dengan luas 30 m2 dengan memasang

keramik. Setelah melihat katalog jenis dan ukuran keramik, akhirnya Pak Rian

memilih keramik berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal I 30 cm. Jika

keramik yang dibutuhkan sebanyak 1.000 buah. Tentukanlah panjang diagonal II

belah ketupat tersebut dengan cara yang rinci, lengkap dan jelas !

137

6. Sebuah jajargenjang mempunyai ukuran seperti gambar di bawah ini.

Tentukan :

a. Buatlah persamaan keliling dan luas jajargenjang dalam x !

b. Tentukanlah nilai x dan luas jajargenjang tersebut jika diketahui kelilingnya 50cm.

7. Perhatikan gambar berikut ini.

Pada gambar di atas diketahui trapesium PQRS sama kaki dengan PS = QR, PQ = 48

cm, SR=26 cm, dan ∠SPM = ∠ RQN = 45o. Tentukan luas PQRS ! (tentukan dengan

banyak cara)

138

Lampiran 14Hasil Post Test Kelas Eksperimen

No 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7 Jumlah Nilai Fluency Flexibility Originality Elaboration1 4 4 3 1 2 3 3 2 3 25 69 8 6 4 72 1 4 4 1 2 3 4 3 4 26 72 5 8 5 83 4 4 4 4 2 2 4 3 4 31 86 8 8 8 74 4 2 2 4 0 4 2 2 4 24 67 6 6 6 65 4 3 4 4 3 2 1 2 2 25 69 7 6 5 76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 100 8 8 8 127 4 4 4 3 2 4 2 2 2 27 75 8 6 5 88 2 4 2 4 4 3 2 3 3 27 75 6 5 6 109 4 3 2 4 2 1 2 1 1 20 56 7 3 6 4

10 4 4 3 1 2 4 2 2 1 23 64 8 4 3 811 4 1 2 2 2 3 2 2 3 21 58 5 5 4 712 4 4 4 3 4 4 2 4 3 32 89 8 7 5 1213 4 2 2 2 2 2 2 3 3 22 61 6 5 4 714 4 4 4 3 2 3 2 1 2 25 69 8 6 5 615 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 97 8 8 8 1116 4 4 4 4 2 4 4 1 4 31 86 8 8 8 717 4 4 3 3 2 2 4 4 3 29 81 8 6 7 818 4 3 4 4 4 3 3 3 4 32 89 7 8 7 1019 2 3 1 2 0 4 2 2 2 18 50 5 3 4 620 4 4 4 4 4 4 3 3 1 31 86 8 5 7 1121 4 3 2 2 3 4 2 2 2 24 67 7 4 4 922 1 1 4 4 2 1 1 2 4 20 56 2 8 5 523 4 4 4 4 1 4 2 2 4 29 81 8 8 6 724 4 4 4 3 4 4 4 2 0 29 81 8 4 7 1025 4 3 2 1 2 2 2 0 1 17 47 7 3 3 426 4 4 3 4 2 0 3 2 3 25 69 8 6 7 4

139

27 4 4 4 4 1 4 2 3 3 29 81 8 7 6 828 4 4 4 4 2 4 4 4 4 34 94 8 8 8 1029 2 4 4 4 2 4 3 2 4 29 81 6 8 7 830 2 3 2 2 2 4 2 3 3 23 64 5 5 4 931 4 3 3 3 4 2 3 2 4 28 78 7 7 6 832 2 2 1 3 4 3 4 2 3 24 67 4 4 7 933 4 1 1 3 4 2 3 1 3 22 61 5 4 6 734 2 3 4 4 2 2 3 3 4 27 75 5 8 7 735 4 4 4 2 3 2 4 3 2 28 78 8 6 6 836 4 4 4 3 2 4 3 3 4 31 86 8 8 6 937 2 3 3 2 2 3 2 2 3 22 61 5 6 4 738 4 1 4 2 2 4 1 1 1 20 56 5 5 3 739 4 4 4 3 2 4 3 4 0 28 78 8 4 6 1040 3 2 3 3 2 2 1 0 2 18 50 5 5 4 441 3 3 4 3 2 2 2 1 4 24 67 6 8 5 542 4 4 2 2 3 4 3 3 3 28 78 8 5 5 1043 4 4 4 2 4 3 2 2 2 27 75 8 6 4 944 3 4 4 2 2 3 3 4 4 29 81 7 8 5 945 4 3 2 2 3 3 2 3 2 24 67 7 4 4 9

JUMLAH 1179 3275 305 270 250 354RATA-RATA 6.78 6.00 5.56 7.87SKOR IDEAL 8 8 8 12

% 84.72 75.00 69.44 65.56

140

Lampiran 15Hasil Post Test Kelas Kontrol

No 1 2 3 4a 4b 5 6a 6b 7 Jumlah Nilai Fluency Flexibility Originality Elaboration1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 29 81 7 8 6 82 3 2 3 3 3 3 3 2 2 24 67 5 5 6 83 3 2 2 2 2 3 2 3 4 23 64 5 6 4 84 4 2 3 2 2 2 3 2 4 24 67 6 7 5 65 3 3 4 2 3 3 1 2 3 24 67 6 7 3 86 2 2 3 2 2 1 3 2 3 20 56 4 6 5 57 4 3 2 3 3 2 2 1 2 22 61 7 4 5 68 4 3 3 2 3 2 2 3 3 25 69 7 6 4 89 3 4 3 1 1 0 2 0 2 16 44 7 5 3 1

10 3 2 2 2 3 3 3 2 3 23 64 5 5 5 811 4 3 2 2 3 1 3 2 3 23 64 7 5 5 612 3 2 3 4 2 2 2 1 1 20 56 5 4 6 513 3 3 3 2 3 1 2 3 3 23 64 6 6 4 714 4 2 2 2 2 2 3 2 2 21 58 6 4 5 615 3 4 2 3 1 2 1 0 3 19 53 7 5 4 316 2 3 2 1 1 1 1 3 2 16 44 5 4 2 517 2 4 3 4 2 2 2 2 2 23 64 6 5 6 618 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35 97 8 7 8 1219 2 2 2 1 2 2 1 3 3 18 50 4 5 2 720 4 4 2 2 2 2 2 2 3 23 64 8 5 4 621 3 3 2 4 4 2 2 3 2 25 69 6 4 6 922 4 4 4 3 4 4 3 4 2 32 89 8 6 6 1223 3 3 2 2 3 3 2 2 3 23 64 6 5 4 8

141

24 1 3 3 1 0 2 2 1 2 15 42 4 5 3 325 3 2 1 2 2 2 2 2 3 19 53 5 4 4 626 2 2 1 0 2 1 3 2 2 15 42 4 3 3 527 4 2 3 1 3 3 1 3 3 23 64 6 6 2 928 4 4 1 2 1 4 2 1 1 20 56 8 2 4 629 3 2 2 3 2 2 2 3 4 23 64 5 6 5 730 2 2 1 1 2 2 1 2 1 14 39 4 2 2 631 4 4 3 4 2 3 4 3 3 30 83 8 6 8 832 3 3 3 1 2 4 2 2 3 23 64 6 6 3 833 2 3 1 2 1 2 1 3 3 18 50 5 4 3 634 4 3 4 2 4 3 2 3 4 29 81 7 8 4 1035 4 4 4 3 3 3 3 3 4 31 86 8 8 6 936 3 2 2 3 1 2 2 3 2 20 56 5 4 5 637 3 2 2 3 2 3 3 2 3 23 64 5 5 6 738 2 3 2 3 3 3 3 3 3 25 69 5 5 6 939 4 2 3 3 3 3 3 2 3 26 72 6 6 6 840 4 2 3 2 1 2 3 2 3 22 61 6 6 5 541 2 2 3 3 3 2 4 3 3 25 69 4 6 7 842 4 4 2 3 4 3 3 3 3 29 81 8 5 6 1043 4 3 2 2 3 3 3 2 4 26 72 7 6 5 844 3 2 2 1 2 2 3 2 3 20 56 5 5 4 645 3 3 3 3 3 2 3 3 4 27 75 6 7 6 8

JUMLAH 1034 2872 268 239 211 316RATA-RATA 5.96 5.31 4.69 7.02SKOR IDEAL 8 8 8 12

% 74.44 66.39 58.61 58.52

142

142

Lampiran 16

DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN

1. Distribusi Frekuensi

47 50 50 56 56 56 58 61 61 61 64

64 64 67 67 67 67 69 69 69 69 72

72 72 72 72 75 75 75 78 81 81 81

81 83 83 83 86 86 86 89 92 94 97

100

2. Banyak data (n) = 45

3. Rentang data (R)

Keterangan : R = Rentangan

Xmax= Nilai Maksimum (tertinggi)

Xmin = Nilai Minimum (terendah)

R = Xmax – Xmin

= 100 – 47

= 53

4. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n

Keterangan : K = Banyak kelas

N = Banyak siswa

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3.3 log 45

= 1 + (3,3 x 1,65)

= 6, 445 6

5. Panjang kelas : P =

P =

P = 8,833 9

143

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN

No. IntervalBatasBawah

BatasAtas

Frekuensi TitikTengah

(xi)xi

2 fixi fixi2

fi fi(%) fk

1 47-55 46.5 55.5 3 6.67 3 51 2601 153 78032 56-64 55.5 64.5 9 20.00 12 60 3600 540 324003 65-73 64.5 73.5 10 22.22 22 69 4761 690 476104 74-82 73.5 82.5 14 31.11 36 78 6084 1092 851765 83-91 82.5 91.5 6 13.33 42 87 7569 522 454146 92-100 91.5 100.5 3 6.67 45 96 9216 288 27648

Jumlah 45 100 3285 246051Rata-rata 73Median 73.82Modus 76.50

Varians (s2) 141.95

Simpangan Baku (s) 11.91

1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)

Mean ( X ) =

i

ii

f

Xf

Keterangan :

Me = Mean/ Nilai Rata-rata

ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-

masing interval dengan frekuensinya.

if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa

Mean ( X ) = 7345

3285

i

ii

f

Xf

2) Median/ Nilai Tengah (Md)

Me

f

Fnpb 2

1

Keterangan :

144

Me = Median

b = batas bawah kelas median

p = panjang kelas

b = banyak data

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

Me = 82,7314

225,2295,73

3) Modus (Mo)

21

1

dd

dPBM bo

Keterangan :

Mo= Modus

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas

d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesidahnya

Mo 5,7684

495,73

4) Perhitungan Quartil

75,63

9

325,1195,55

41

f

Fn

pbQ

05,81

14

2275,3395,73

4

3

3

f

Fn

pbQ

5) Perhitungan Persentil

145

57

9

35,495,55

100

10

10

f

Fn

pbP

25,89

6

365,4095,82

100

90

90

f

Fn

pbP

6) Varians )( 2s =

95,14114545

3285`24605145

)1(

222

nn

XfXfn iiii

7) Simpangan Baku (s) =

91,1195,1411

..22

nn

XfXfn ii

8) Kemiringan (sk) = 2068,091,11

)82,7373(3

bakusimpangan

median)-rata)-3((rata

Karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri atau miring

ke kanan, kurva menceng ke kanan.

9) Ketajaman/kurtosis

27,0

5725,89

63,75-81,52

1

2

1

1090

13

4

PP

QQ

Karena 4 > 0,263, maka model kurva adalah runcing (leptokurtis).

146

Lampiran 17

DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL

1. Distribusi Frekuensi

39 42 42 44 44 50 50 53 53 56 56

56 56 56 58 61 61 64 64 64 64 64

64 64 64 64 64 64 67 67 67 69 69

69 69 72 72 75 81 81 81 83 86 89

97

2. Banyak data (n) = 45

3. Rentang data (R)

Keterangan : R = Rentangan

Xmax= Nilai Maksimum (tertinggi)

Xmin = Nilai Minimum (terendah)

R = Xmax – Xmin

= 97 – 39

= 58

4. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n

Keterangan : K = Banyak kelas

N = Banyak siswa

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3.3 log 45

= 1 + (3,3 x 1,65)

= 6, 445 6

5. Panjang kelas : P =

P =

P = 9,67 10

147

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL

No. IntervalBatasBawah

BatasAtas

Frekuensi TitikTengah

(xi)xi

2 fixi fixi2

fi fi(%) fk

1 39-48 38.5 48.5 5 11.11 5 43.5 1892.25 217.5 9461.252 49-58 48.5 58.5 10 22.22 15 53.5 2862.25 535 28622.53 59-68 58.5 68.5 16 35.56 31 63.5 4032.25 1016 645164 69-78 68.5 78.5 7 15.56 38 73.5 5402.25 514.5 37815.755 79-88 78.5 88.5 5 11.11 43 83.5 6972.25 417.5 34861.256 89-98 88.5 98.5 2 4.44 45 93.5 8742.25 187 17484.5

Jumlah 45 100 2887.5 192761.3Rata-rata 64.17Median 63.19Modus 62.5

Varians (s2) 170

Simpangan Baku (s) 13.04

1) Mean/Nilai Rata-rata (Me)

Mean ( X ) =

i

ii

f

Xf

Keterangan :

Me = Mean/ Nilai Rata-rata

ii Xf = Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masing-

masing interval dengan frekuensinya.

if = Jumlah frekuensi/ banyak siswa

Mean ( X ) = 17,6445

2887,5

i

ii

f

Xf

2) Median/ Nilai Tengah (Me)

Me

f

Fnpb 2

1

148

Keterangan :

Me = Median

b = batas bawah kelas median

p = panjang kelas

b = banyak data

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

Me = 19,6316

155,22105,58

3) Modus (Mo)

21

1

dd

dPBM bo

Keterangan :

Mo= Modus

b = batas bawah kelas modus

p = panjang kelas

d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesidahnya

Mo 5,6296

6105,58

4) Perhitungan Quartil

75,54

10

525,11105,48

41

f

Fn

pbQ

43,72

7

3175,33105,68

4

3

3

f

Fn

pbQ

149

5) Perhitungan Persentil

5,47

5

05,4105,38

100

10

10

f

Fn

pbP

5,83

5

385,40105,78

100

90

90

f

Fn

pbP

6) Varians )( 2s =

17014545

5,28873,19276145

)1(

222

nn

XfXfn iiii

7) Simpangan Baku (s) =

04,131701

..22

nn

XfXfn ii

8) Kemiringan (sk) = 23,004,13

)19,6317,64(3

bakusimpangan

median)-rata)-3((rata

Karena nilai sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan atau

miring ke kiri, kurva menceng ke kiri.

9) Ketajaman/kurtosis

2455,0

5,475,83

54,75-72,432

1

2

1

1090

13

4

PP

QQ

Karena 4 < 0,263, maka model kurva adalah datar (platikuris).

150

Lampiran 18

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN

No Interval Bataskelas z F(z)

LuasKelasInterval

eF oF e

eo

F

FF 2

46.5 -2.23 0.011 47-55 0.06 2.60 3 0.06

55.5 -1.47 0.072 56-64 0.17 7.51 9 0.30

64.5 -0.71 0.243 65-73 0.28 12.56 10 0.52

73.5 0.04 0.524 74-82 0.27 12.18 14 0.27

82.5 0.80 0.795 83-91 0.15 6.86 6 0.11

91.5 1.55 0.946 92-100 0.05 2.24 3 0.26

100.5 2.31 0.99Rata-rata 73

Simpangan Baku 11.91x^2Hitung 1.52x^2 Tabel 7.81

Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal

z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan baku

F(z) = NORMSDIST(z)

Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang

mendahuluinya

Fe = banyak siswa (n) x Luas Kelas Interval

52,1

22

e

eo

F

FF

Keterangan:

2 = harga chi square

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekensi ekspetasi

151

Lampiran 19

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL

No Interval Bataskelas z F(z)

LuasKelasInterval

eF oF e

eo

F

FF 2

38.5 -1.97 0.021 39-48 0.09 4.06 5 0.22

48.5 -1.20 0.112 49-58 0.22 9.77 10 0.01

58.5 -0.43 0.333 59-68 0.30 13.42 16 0.50

68.5 0.33 0.634 69-78 0.23 10.53 7 1.18

78.5 1.10 0.865 79-88 0.10 4.72 5 0.02

88.5 1.87 0.976 89-98 0.03 1.21 2 0.52

98.5 2.63 1.00 45Rata-rata 64.17

Simpangan Baku 13.04x^2Hitung 2.44

x^2 7.81Data Berasal Dari Populasi Yang Berdistribusi Normal

z = Batas kelas – Rata-rata / Simpangan baku

F(z) = NORMSDIST(z)

Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang

mendahuluinya

Fe = banyak siswa (n) x Luas Kelas Interval

44,2

22

e

eo

F

FF

Keterangan:2 = harga chi square

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekensi ekspetasi

152

Lampiran 20

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Varians (s2) 141,95 170

Fhitung 1,20

Ftabel 1,65

Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen

Fhitung = 20,195,141

1702

2

21

s

s

Keterangan:

21s : Varians terbesar

22s : Varians terkecil

153

Lampiran 21

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata 73 64,17

Varians (s2) 141,95 170

s gabungan 12,49

t hitung 3,35

t table 1,66

Kesimpulan Tolak H0 dan terima H1

49,12

24545

)170)(145()95,141)(145(

2

11

21

222

211

nn

snsnsgab

35,3

45

1

45

149,12

17,6473

11

21

21

nns

XXt

gab

hitung

Keterangan:

1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen dan kontrol

21s dan 2

2s : varians data kelompok eksperimen dan kontrol

sgab : simpangan baku kedua kelompok

n1 dan n2 : jumlah kelompok eksperimen dan kontrol

158

Lampiran 23

Harga Kritik Korelasi Product Momen Person

159

Lampiran 24

Luas Z Di Bawah Kurva Normal

160

Lampiran 25

Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)

161

Lampiran 26

Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)

162

Lampiran 27

Nilai Kritis Distribusi F

f0,05 (v1, v2)

163

Lampiran 28

Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)

164

Lampiran 29

Nilai Kritis Distribusi t