H e r e ' s T o u r T i p s S t a r i n M a k i n g in Life Insurance ...
S K R I P S I M O E N A W A R
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of S K R I P S I M O E N A W A R
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepualauan yang terbesar
didunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat
luas. Oleh karena itu kapal merupakan alat transportasi
Utama untuk menghubungkan daerah-daerah yang dipisahkan
oleh laut. Diantara beberapa alat transportasi, kapal
niaga sebagai sarana transportasi laut atau sarana jasa
angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam
melayani dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta
membina kesatuan ekonomi Indonesia. Maka untuk itu
diperlukan penyelenggaraan transportasi nasional secara
terpadu yang menyediakan pelayanan angkutan yang cepat,
selamat, lancar, tertib, teratur dan efisien untuk
mengangkut muatan ke daerah-daerah yang jauh atau
terpencil.Transportasi laut sebagai bagian dari system
transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka
mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan seluruh
1
wilayah Indonesia termasuk lautan Nusantara sebagai satu
kesatuan Indonesia
Bangsa Indonesia menganut wawasan nusantara pada
hakekatnya, bahwa wilayah Nusantara beserta udara di
atasnya dan laut yang menghubungkannya berikut segenap
isinya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Hal ini didasrkan pada pertimbangan bahwa Negara
Indonesia adalah Negara kepulauan karena bentuk, letak
geografis dan kepadatan lalulintas pelayaran dikawasan
ini menempatakan Indonesia dalam kedudukan yang sangat
penting. Realisasi pengisian wawasan nusantara memuat
kemampuan untuk menegakkan dan memelihara kedaulatan dan
hukum Negara Indonesia diseluruh Indonesia, khusunya
dilaut. Melihat kenyataan bahwa kondisi geografis
Indonesia yang merupakan Negara kepulauandimana wilayah
perairan jauh lebih luas dibanding daratannya.
pengembangan transportasi laut harus mampu menggerakkan
pembangunan nasional dan pembangunan daerah , dengan
mengutamakan keteraturan kunjungan kapal yang dapat
menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan kegiatan2
pembangunan umumnya. Laut Nusantara sebagai lahan usaha
kelautan mengharuskan pentingnya perhatian terhadap
transportasi laut yang juga membutuhkan penataan
peraturan-peraturan hukum yang mengatur dan mendukung
perkembangan usaha transportasi laut dan usaha yang
terkait dengannya.
pentingnya bidang pengangkutan dalam perkembangan
perekonomian Negara Indonesia didasari oleh berbagai
faktor seperti :
a. Keadaan Geografis Indonesia
Keadaan Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan
pulau pulau besar dan kecil yang sebagaian besar
lautan dengan keadaan wilayah yang luas ini,diperlukan
pengangkutan dilakukan melalui darat,perairan dan
udara yang dapat menjangkau seluruh wilayah Negara
Indonesia bahkan kenegara-negara lain.1
b. Menunjang pembangunan berbagai sektor
1 Abdulkadir Muhammad. Hukum pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2008,halaman 34-36
3
Kemajuan dan kelancaran pengangkutan akan menunjang
pelaksanaan pembangunan, penyebaran kebutuhan
pembangunan dan distribusi hasil pembangunan di
berbagai sector kesuluruh pelosok wilayah Indonesia.
Pelaksanaa pembangunan dan penyebaran kebutuhan
pembangunan yang merata akan mencegah kegiatan
pembangunan yang menumpuk pada wilayah tertentu.
sehingga pemeratan wilayah suatu daerah dapat berjalan
sesuai kemampuan pemerintah agar terjadinya
pembangunan yang merata untuk dapat di bikmati oleh
para masyarakat.
c. Mendekatkan antara desa dan kota
Lancarnya pengangkutan, mendekatkan jarak antara desa
dan kota dan hal ini memberi dampak bahwa untuk
bekerja tidak harus pindah kekota sehingga
kesejahteraan kehidupan dikota juga dapat dinikmati
oleh kehidupan desa.
d. Perkembangan ilmu di bidang teknologi
Pembangunan di sektor pengangkutan mendorong
perkembangan pendidikan dibidang ilmu dan teknologi
4
pengangkutan,sarana angkutan dan hukum pengangkutan
modern serta sumber daya dan infrastruktur dibidang
pengangkutan.2
Pengangkutan memegang peranan penting dalam lalu lintas
perdangan dalam masyarakat. Peranan pengangkutan dalam
dunia perdangan bersifat mutlak, sebab tanpa
pengangkutan, suatu usaha tidak mungkin dapat berjalan,
barang barang yang di hasilkan oleh produsen atau pabrik-
pabrik dapat sampai pada tangan pedagang atau pengusaha
hanya dengan jalan pengangkutan,demikian juga agar sampai
ke tangan konsumen. Dalam perkembangan dewasa ini, jasa
pengangkutan melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan.
Khusus dalam pengangkutan melalui laut, pengangkutan akan
melibatkan yang masing-masing memiliki peran dan tanggung
jawab tergantung pola hubungan yang diinginkan. Dalam
lingkup ini akan ada istilah Charter, pemilik kapal,
shipper, forwarder dan consignee atau penerima barang yang
lazimnya merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam alur
2 Abdulkadir Muhammad. Hukum pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2008,halaman 34-36
5
pengangkutan melalui laut. Mengingat banyak pihak yang
terlibat maka yang harus menjadi perhatian adalah
mengenai tanggung jawab dan batasannya dalam perjanjian
pengangkutan dan memulihkan hak.
Pengangkutan adalah “proses kegiatan memuat barang
atau penumpang kedalam alat pengangkutan, membawa barang
atau penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan dan
menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan
ketempat yang ditentukan dan yang dimaksud dengan
perjanjian pengankutan “perjanjian timbal balik dengan
mana pengankut mengikat untuk menyelanggarakan
pengankutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke
tempat tujuan tertentu dengan selamat,sedangkan pengirim
mengikat diri untuk membayar biaya pengangkut”.3 Dalam
hal mengangkut barang terdapat perjanjian pengangkutan
barang definisi perjanjian pengangkutan adalah perjanjian
tibal balik antara pengangkut dengan mengirim,dimana
pengangkut mengikat diri untuk menyelengarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat3 H.M.N Purwosutjipto, 1984, pengertian pokok hukum dagang,hukum pengangkutan,jilid 3 cetakan-2,penerbit PT djambatan,Jakarta.
6
ketempat tujuan tertentu dengan selamat,sedangkan
pengirim mengikat diri untuk membayar uang
angkutan.perjanjian pengangkutan ini dikenal juga sebagai
Contract of Carriage yang secara umum didefinisikan sebagai
“Contract between a carrier of goods or passenger and the
consignor,consingne or passenger”. Dalam Black Law
Dictonary,terdapat juga istilah “Contact Carrier” yang
didefinisikan sebagai crrier Which furnished transportasion service to
meet the needs of shipper”
Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari
pengangkutan dalam sistem transportasi laut, dengan
mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat
memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight)
yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup
perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan. ” Muatan
kapal adalah; segala macam barang dan barang dagangan
(goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkut
untuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada
orang/barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan”.4
4 .Sujadmiko 1995:647
Pengangkutan menjadi bidang yang sangat vital dalam
perkembangan perekonomian suatu bangsa dan menjadi sarana
dan suatu penunjang penting dalam maju mundurnya
perekonomian Negara peran dan fungsi pengangkutan adalah
sangat vital dalam dunia perdagangan karena sarana ini
merupakan penghubung dari produsen ke
konsumen5.Kenyataan ini dapat dilihat pada lalu lintas
perdagangan, pengangkutan menjadi suatu sarana yang tidak
dapat di pisahkan. Hal inilah yang membuat bahwa
pengangkutan menjadi sangat vital dalam perkembangan
suatu bangsa.
Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses kepelabuhanan karna pelabuhan atau dermaga
merupakan sebuah fasilitas di ujung samudra, sungai atau
danau untuk menerima kapal, sebagaai kegiatan bongkar
muat barang dan orang dari dan ke atas kapal dan bisa
juga sebagai tempat pengisian bahan bakar untuk kapal,
air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah
yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Pelabuhan5 Hasnil Basri Siregar,Kapita Selekta Hukum Dagang.Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat fakultas Hukum USU Medan 1993,halaman 1
8
juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu
daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar
daerah, antar pulau, bahkan antar negara. 6 Instansi
pemerintah yang memegang fungsi pelaksanaan kegiatan di
pelabuhan umum :
1. Instansi Perhubungan Laut / Syahbandar.
2. Bea Cukai / Pabean.
3. Imigrasi
4. Karantina
5. Kesehatan
Instansi Perhubungan Laut atau Syahbandar
Menurut Pasal 26 ayat 1,2 dan 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 1996 Tentang Kepelabuhanan, fungsi
instansi ini adalah untuk keselamatan pelayaran, antara
lain lalu lintas angkutan laut, keselamatan berlayar,
pengawasan bongkar muat dan penyimpanan barang berbahaya,
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, keamanan dan
ketertiban pelabuhan. Yang mana bertugas:6 Triadmodjo,2009
9
1. kerja Melaksanakan tertib bandar, tertib berlayar,
mengeluarkan izin berlayar serta penegakan hukum
perkapalan dan pelayaran.
2. Mengurus perjanjian laut dan melaksanakan perizinan
awak kapal.
3. Melaksanakan pengusutan kecelakaan dan bencana alam.
4. Melaksanakan pendaftaran dan balik nama kapal serta
memberi surat kebangsaan kapal.
5. Melaksanakan penilikan keselamatan kapal, pengukuran
kapal dan kegiatan jasa maritim.
Terkait dengan fungsi pelabuhan atau dermaga sebagai
tempat Pengisian bahan bakar, Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Jawa Timur dan Indonesia National ship owner's
Association (INSA) Surabaya melaporkan Kasus penahanan
kapal bermuatan bahan pokok oleh kepolisian Jatim Jawa
Timur, karena di anggap menyalahi prosedur di Dermaga
Nilam Timur Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya , kasus
penahan kapal Motor Senja Papua milik PT Persada
Nusantara itu terjadi ketika kapal tersebut sedang
10
mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) diPelabuhan Kalimas
Surabaya. Kapal tersebut di tahan karena prosedur
pembelian bahan bakar solar dari Primergy Solution yang
di anggap salah, sehingga kapal dengan tujuan Kaimana,
Papua itu diamankan dan dilarang berlayar yang
mengakibatkan berpotensinya kerugian karena kerusakan
muatan yang berisi bahan-bahan pokok. Laporan KADIN dan
INSA tersebut berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran disebutkan bahwa “Penyelenggara Pelabuhan
Adalah Pemerintah Dan Pengusaha.Penyelenggara yang
dimakasud terdiri dari Otoritas pelabuhan dan unit
Penyelengara Pelabuhan.Hal ini Terkait PT.Primergy
Solution (PG) yang di tuding tidak memiliki izin
melakukan pengangkutan dan penjualan solar.Dugaan ini
dibantah oleh pemilik PG,menurutnya segala kegiatan yang
dilakukan resmi mengantongi izin.7
7http://antarajatim.com/lihat/berita/120318/kadin-jatim-laporkan-kasus-penahanan-kapal-sembako
11
Dari uraian di atas penulis membatasi kajian
pembahasan rumusan masalah,tujuan dan keguanaan
penelitian sebagai berikut :
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
penulis menentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap muatan yang
terdapat pada kapal yang melakukan pengisian Bahan
Bakar Minyak (BBM) secara ilegal
b. Upaya Hukum apa yang dapat dilakukan oleh Pemilik
Barang jika terjadi kerugian yang dilakukan oleh
penahanan kapal karena diduga pengisian Bahan Bakar
Minyak (BBM) ilegal.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian yang dilakukan ini bermaksud
untuk melengkapi dan mengetahui masalah yang diangkat dan
12
jawaban apa yang telah dihadapi ( tujuan obyektif) maupun
untuk memenuhi kebutuhan (tujuan subyektif). Dalam halini
saya mencoba untuk menguraikan apa yang ada dalam tujuan
obyektif dan tujuan subyektif. Tujuan obyektif ini
mempunyai tujuan Untuk mengetahui bagaimana perlindungan
hukum terhadap muatan yang terdapat pada kapal yang
melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) secara
ilegal.
Kegiatan yang dilakukan oleh kapal pengangkut sembako
yang melakukan pelayaran ke tempat tujuan sangat di
sayangkan dengan terjadinya penahanan yang di lakukan
oleh pihak kepolisian karena pengisian bahan bakar
minyak yang dilakukan oleh kapal tersebut adalah minyak
ilegal, sehingga kapal tidak dapat melakukan proses
pelayaran secara baik dan mengakibatkan muatan yang ada
pada kapal trerlambat untuk di berangkatkan demi
menyelesaikan sengketa atau permasalahan pengisian minyak
ilegal tersebut, pengisian yang dilakukan oleh kapal
tersebut benar adanya dan sangat di sayangkan .
13
Kalau dilihat dari segi subyektifnya tujuannya utuk
memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
sarjana dalam bidang ilmu hukum di fakultas hukum
Universitas Balikpapan dan dapat di terapkan di
lingkungan kerja serta dapat berguna bagi kalangan
masyarakat yang berkepentinan di bidang kepelabuhanan dan
Pengirim barang bahan pokok yang menggunakan Angkutan
Laut.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan Penelitian yang dilakukan berdasarkan
beberapa cara antara lain:
a. Secara sisi teoritis
dilihat secara sisi teoritis penulis membahas tentang
tinjauan yuridis terhadap penahanan kapal bermuatan
bahan pokok oleh Kepolisian Jawa Timur ketika sedang
mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Pelabuhan Kalimas,
Surabaya8 Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan bagi
8 http://antarajatim.com/lihat/berita/120318/kadin-jatim-laporkan-kasus-penahanan-kapal-sembako
14
Civitas Akademi Universitas Balikpapan, khususnya pada
Fakultas Hukum dan Sebagai bahan masukan dan
perbandingan kepada para mahasiswa hukum, untuk
meneliti masalah-masalah yang sama dan berkaitan
dengan hukum.
b. Secara sisi praktis
Memberikan masukan dan referensi kepada para pihak
yang terkait kerugian yang dilakukan oleh penahanan
kapal karena diduga pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM)
Ilegal.
Dapat menambah ilmu pengetahuan hukum pada diri
penulis pribadi, khususnya tentang Perlakuan Hukum
terhadap kapal bermuatan Bahan pokok, serta dapat di
pergunakan oleh para kalangan mahasiswa maupun
masyarakat yang membidangi dibidang pelayaran serta
pengiriman bahan pokok dengan menggunakan kapal laut.
15
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Perlindungan Hukum adalah suatu perbuatan hal
melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku dan pelaksanaannya
dapat dipaksakandengan suatu sanksi.9
2. Ganti Kerugian adalah suatu kewajiban yang
dibebankan kepada orang yang telah bertindak melawan
hukum dan menimbulkan kerugian pada orang lain
karena kesalahannya tersebut. Pada masa ini telah
dikenal adanya “personal reparation”, yaitu semacam
pembayaran ganti rugi yang akan dilakukan oleh
seseorang yang telah melakukan tindak pidana atau
keluarganya terhadap korban yang telah dirugikan
sebagai akibat tindak pidana tersebut. Pada masa
belum adanya pemerintahan, atau dalam masyarakat
yang masih berbentuk suku-suku ini (tribal
organization) bentuk-bentuk hukuman seperti ganti
rugi merupakan sesuatu yang biasa terjadi sehari-
9 http://statushukum.com/perlindungan-hukum.html16
hari. Pada masa ini terlihat, sanksi Ganti kerugian
merupakan suatu tanggung jawab pribadi pelaku tindak
pidana kepada pribadi korban. Dewasa ini sanksi
ganti kerugian tidak hanya merupakan bagian dari
hukum perdata, tetapi juga telah masuk ke dalam
hukum Pidana. Perkembangan ini terjadi karena
semakin meningkatnya perhatian masyarakat dunia
terhadap korban tindak pidana.10
3. Bahan Pokok adalah merupakan kebutuhan primer atau
kebutuhan yang benar-benar amat sangat dibutuhkan
orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi.11
4. Bagaimana Syarat & Prosedur Pengangkutan Barang
Baik Berdasarkan UU maupun Perjanjian Penganggkutan
Laut.
Dalam suatu pengiriman atau pengapalan barang dengan
kapal laut terdapat tiga pihak yang saling mempunyai
hubungan hukum satu sama lain,yakni :
10 Martiman Prodjohamidjojo, Ganti Rugi dan Rehabilitasi, cet.II, Jakarta: Ghalia Indonesia, tahun 1986.11 http://id.wikipedia.org/wiki/Sembilan_bahan_pokok
17
a. Pengirim barang (shipper),yaitu orang atau badan hukum
yang memiliki muatan kapal (barang) untuk dikirim
darri sebuah pelabuhan tertentu (pelabuhan muatan)
guna diangkut kepelabuhan lainnya(pelabuhan tujuan);
b. Pengangkut (Carrier), yaitu perusahaan pelayaran
yang melaksanakan atau menyelenggarakan pengangkutan
muatan dari pelabuhan pemuatan ke pelabuhan
tujuannya,atau kepelabuhan anatara (Transhipment port).
c. Penerima barang (Consignee),yaitu orang atau abadan
hukum,kepada siapa muatan dikapalkan.
Pada waktu kapal tiba di pelabuhan tujuan,umumnya
perusahaan pelayaran yang bersangkutan akan mengumumkan
berita kapal pada suatu harian setempat yang isisnya
menyatakan bahwa kapal perusahan tersebut (dengan
identitas lengkap)telah tiba dari suatu negara dan telah
tambat di dermaga pelabuhan.Dalam jangka waktu tiga hari
setelah pembongkaran seyogyanya para penerima sudah
mengambil barangnya,setelah sebelumnya menukar B/L asli
dengan DO (Delivery order).DO ini akan memberikan hak kepada
18
pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-barang yang
disebut dalam DO itu kepada petugas gudang pengangkut.
Walaupun pengangkutan telah berusaha dengan sekuat
tenaga agar dapat menyerahkan barang dalam keadaan utuh
sesuai dengan jumlah dan keadaan yang tercantum dalam
BL,selalu ada kemungkinan pada waktu penyerahan kepada
penerima,barang dalam keadaan rusak atau kurang itu tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam B/L.12
Bilamana selama dalam perwalian pengangkutan terjadi
kerusakan/kekurangan atas komoditiyang diangkutnya,maka
tuntutan ganti rugi (Klaim)dan penyeleseannya dilakukan
di pelabuhan tujuan antara pengangkut(agennya) dengan
consignee dari shipper,berarti hak atas komoditi telah
diserahkan oleh shipper kepada consignee (B/L merupakan
bukti hak milik)
Jika komoditi yang diterima oleh consignee tidak
kuramng suatu apapun,berarti sesuatu yang tercantum B/L,
maka pengangkut telah melakukan tugas dan kewajibanya
dengan baik sehingga iya berhak meperoleh pembebasan
12 Paulus Agung Hernowo FHUI, 2008 Tinjauan yuridis19
ganti rugi atau claim dari consignee. Tetapi bila
komiditi yang diterima tidak sesuai dengan pa yang
tercantum dlam B/L, misalnya ada kerusakan atau
kekurangan atau komoditi,maka consignee mempunyai hak
untuk mengajukan claim atas barang ya ng kondisinya tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam B/L pada
pengangkut.pengangkut setelah menerima pemberitahuan dari
consignee segera menerbitkan tanda bukti/tuntutan (TBT)
yang di tunjukan / diserahkan kepada consignee yang
maksudnya bahwa kekurangan atau kerusakan komoditi
tersebut yang di konstatir, bukan bukti bahwa pengangkut
bertanggung jawab atas kekurangan atau kekurangan
tersebut
Kedua belah pihak (pengangkut/consignee) melakukan
penyelidikan terhadap sebab-sebab atau kejadian yang
mengakibatkan kerusakan atau kekurangan atau komoditi,
akan membuktikan apakah pengangkut bertanggung jawab atas
kerusakan/kekurangan itu jadi, TBT hanya sebagai pangkal
dari pemeriksaan yang akan dilakukan oleh kedua belah
pihak.bila tidak ada TBT, tentu pengangkut akan
20
menolak.Oleh karena itu jika consignee mengkonstatir
adanya kerusakan atau kekurangan komoditi yang
diterimanya, maka pengangkut dituntut membuat TBT ketika
menerima komoditi,dan pengangkut wajib membuatnya.
didalam TBT dicatat dengan jelas :
a. Sifat kerusakan atau kekurangan komoditi
b. Besarnya atau banyaknya kerusakan atau kekurangan
c. sebab-sebab dari kerusakan atau kekurangan.jika
tidak diketahui dengan pasti sebab-sebanya, dicatat
dengan komotiti yang sebenanya.
Kemudian TBT ditanda tangani oleh kedua belah
pihak.namun sebelum menandatanggani,reclaiment (pihak
penuntut claim) perlu meneliti catatan-catatan yang ada
di dalam TBT, karna mungkin pihak pengangkut mencatat hal
yang merugikan reclaiment,misalnya pengemas tidak kuat,
kerusakan-kerusakan disebabkan oleh force major dan
sebagainya.
Bila reclaiment menandatangani TBT yang berisi
catatan-catatan yang demikian,berarti reclaiment
mengakuinya sehingga merugikanya.dengan adnya catatn yang
21
dibuat oleh reclaiment, maka catatan yang dibuat oleh
pihak pengangkut yang merugikan reclaiment tidak berlaku
dalam pemeriksaan dan claim. Pembuatan TBT yang seprti
dibuat diatas adalah jika kerusakan atau kurangan
komoditi dapat diliaht dari luar sehingga dapat diketahui
ketika menerima komoditi dari pengangkut. Jika kerusakan-
kerusakan tidak dapt dilihat dari luar sehingga hanya
dapat diketahui ketika menerima komoditi dari pengangkut.
Jika kerusakan atau kekurangan tidak dapat dilihat
dari luar,tentu tidak mungkin di buat TBT karena tidak
diketahui adanya kerusakan atau kekurangan komoditi
ketika diterima dari pengangkut.menegenai kerusakan dan
kekurangan komoditi yang tidak dapat dilihat dari luar
waktu komoditi diterima atau waktu sebelumnya,diatur
dalam pasal 485 dan 486 KUHD sebagai berikut : "paling
lama pada hari ke 3 setelah penyerahan komoditi,penerima
komoditi memberitahukan secara tertulis kepada pengangkut
ataau kuasanya atas adanya kerusakan atau kekurangan
komoditi tersebut (tidak dapat diliahat dari luar)".
22
jangka waktu yang 3 hari itu diatur dalam pasal 3 ayat 6
the hagues rules.
Dalam hal ini ,surat pemberitahuan tersebut berlaku
sebagai TBT jadi, menurut ketentuan ini ini, consignee
hanya mempunyai waktu 3 hari untuk memberitahukan pada
pihak pengangkut atas adanya kekurangan atau kerusakan
komoditi yang tidak kelihatan dari luar ketika diterima
pengangkut.13
sudah terang bahwa kerusakan atau kerusakan atau
kekurangan yang tidak keliahan dari luar baru diketahui
setelah kolli dibuka dan isinya diperiksa.bila jangka
waktu yang 3 hari tidak dapat dipenuhi,maka yang perlu
diusahakan oleh consegnee meneliti dengan seksama apakah
ada tanda-tanda atau dugagaan yang pantas atas adanya
kekurngan atu kerusakan isi kolli ketika diterima dari
pengangkut,misalnya ada randa-tanda pengemas sobek atau
peti retak dan sebgainya.
Bila ada tanda-tanda yang demikian maka menurut
pasal 481 dan 483 KUHD,consegnee dapat meminta pihak
13 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123630-PK%20IV%202073.8155-Tinjauan%20yuridis-Analisis.pdf
23
pengangkut mengadakan pemeriksaan bersama ketika komoditi
diterima.Jika pihak pengangkut menolak, consegnee memitan
surat penolakanya.dengan adanya surat penolakan itu, maka
walaupun surat pemberitahuan atas kekurangan atau
kerusakan komoditi di sampaikan pad apihak peengangkut
sampai waktu 3 hari surat pemberitahuan tersebut tetap
berlaku sebagai TBT.
Adanya taanda-tanda seperti dikatakan diatas
diperluka sebagai alasan meminta pihak pengangkut
mengadaka pemeriksaan bersama ketika komoditi
diterima,kalau tidak ada tanda-tanda yang demikian pihak
pengangkut dapat menolak mengadakan pemeriksaan bersama.
Dasar penolakan pihak pengangkut dalam keadaan demikian
memang kuat karena: pengangkut tidak bertanggung jawab
atas isi kolli jika kolli yang diterima dalam keadaan
utuh dari shipper di pelabuhan pemuatan,juga diserahkan
dalam keadaan utuh pada consiggne di palabuhan
pembongkaran.
Tetapi jika didalam B/L ada catatan bahwa pengemas
sobek atau peti retak,dan sebagainya,(B/L kotor)sudah
24
tentu consegnee tidak dapat mengajukan tuntutan seperti
yang di sebutkan di atas oleh karena itu, consegnee purlu
juga memperhatikan apakah B/L kotor atau tidak, sebelum
tuntutan diajukan kepada pihak pengangkut.
Bila di dalam L/C di sebutkan bahwa B/L harus Clean maka
hal ini bisa diselesaikan dengan saling pengertian dengan
pengirim dengan perusahaan pelayaran.
5. Penyelesaian persoalan ganti rugi pada kegiatan
pelayaran.
Bila terjadi kerugian dalam pengangkutan barang
melalui laut seperti yang diatur dalam pasal 468
ayat 2 Kitab UndangUndang Hukum Dagang yang menyatakan
bahwa "Sipengangkut diwajibkan untuk mengganti
segala kerugian yang disebabkan karena barang
tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat
diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada
barang itu, kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa
tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi,
25
disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya
tidak dapat dicegah atau dihindarkannya, atau cacat
daripada barang tersebut, atau oleh kesalahan dari si
yang mengirimkannya". Bila timbul kerugian maka
pengangkut wajib bertanggung jawab untuk mengganti
kerugian, apabila kerugian akibat kelalaian dari
pengangkut. Apabila dalam kenyataan dapat
dibuktikan bahwa pengangkut yang bersalah, maka
tentu akan dibayar jumlah kerusakan yang
dilakukan oleh pengangkut.
6. Prosedur Pengisian bahan bakar pada Kapal.
Khusus orang mesin harus memahami system dari bunkkering
procedure.
minyak yang akan dimuat ke kapal kita wajib pengisian
bahan bakar untuk memahami aktual dan rincian praktis
dari proses baik mengikuti tahapan-tahapan yang baik.14
14 http://sharingpelaut.blog.com/2010/09/01/prosedur-bunkering/26
Tanker atau dengan mobil truck/atau bunker bargeseperti
pertamina,pengisian minyak bisa dilakukan pengisian di
pelabuhan.
Persiapan Pengisian Bahan Bakar Merupakan Aspek yang
paling penting dari operasi pengisian bahan bakar
adalah “daftar”, yang merupakan bagian dari safety
management system (SMS) dan ISM, untuk menghilangkan
kemungkinan kesalahan dan kelalaian human error dan
lainnya. pra-pengisian bahan bakar harus diikuti oleh
Chief Engineer (C / E), sesuai check list pre bunkering procedure.
Chief engineer adalah orang yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pengoperasian pengisian bahan
bakar. Sebelum pengisian bahan bakar, biasanya mualim
3 atau 4 akan, mengambil “Soundings” dari tangki ke
tangki bahan bakar dan di hitung volume bahan bakar
minyak yg tersedia di setiap tangki bahan bakar
minyak kapal. Kemudian Bunker-direncana dibuat
perencanaan yg mau di distribusikan dari jumlah total
minyak yg akan di terima untuk setiap tangki.15
15 http://infokapal.wordpress.com/2011/05/25/bunkering-procedure/27
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2011
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Adapun jenis pendekatan yang utama dipergunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu dengan cara
menganalisa pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas, dan
juga melakukan pendekatan secara empiris atau wawancara
kepada pihak Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Surabaya
sebagai Pihak penyelenggara Pelabuhan dan Nakhoda Kapal
yang bermuatan Bahan Pokok sebanyak 5 Orang sebagai pihak
yang mewakili Perusahaan dan bertanggung jawab pada
muatan, serta kepolisian jawa Timur Sebagai Pihak penegak
hukum khususnya ditpol air selaku Penegak Hukum di
Perairan.
28
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis memperoleh
data dari bahan-bahan pustaka yang lazimnya disebut
dengan data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer,
sekunder dan tersier yang selanjutnya penulis
mempelajari, dan mendalami bahan-bahan hukum tersebut
serta mengutip dalam buku literatur, perundang-undangan
dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan
materi pembahasan yang digunakan untuk mendukung
pembahasan ini dan berhubungan dengan pembahasan yang
diteliti.
C. Proses Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, maka penulis telah mempergunakan
Metode Penelitian Kepustakaan atau “Library Research” yaitu
suatu metode yang digunakan dengan jalan mempelajari buku
literatur, perundang-undangan dan bahan-bahan tertulis
lainnya yang berhubungan dengan materi pembahasan yang
digunakan untuk mendukung pembahasan ini serta dalam
29
teknik wawan cara penulis melakukan tanya jawab langsung
kepada pihak Otoritas Pelabuhan Syrabaya sebagai Pihak
penyelenggara Pelabuhan dan Nakhoda Kapal yang bermuatan
Bahan Pokok sebagai pihak yang mewakili Perusahaan dan
bertanggung jawab pada muatan serta kepolisian jawa Timur
Sebagai Pihak penegak hukum khususnya ditpol air selaku
Penegak Hukum di Perairan.
D. Analisis Data
Data yang tekumpul kemudian diolah dengan suatu teknik
pengolahan data secara Deduksi dan Induksi, sebagai
berikut :
a. Secara Deduksi, yaitu menemukan yang khusus dari yang
umum atau pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal
yang bersifat umum, kemudian dibahas menjadi suatu
kesimpulan yang bersifat khusus.
b. Secara Induksi, yaitu menemukan yang umum dari yang
khusus atau pembahasan yang bertitik tolak dari hal-
hal yang bersifat khusus, kemudian dibahas menjadi
suatu kesimpulan yang bersifat umum (merupakan
kebalikan dari metode Deduksi).30
Kedua metode dan teknik pengelolaan data tersebut di
atas dilakukan secara bergantian bilamana perlu untuk
mendukung pembahasan dan dirasa telah cukup lengkap,
kemudian diolah secara kualitatif. Teknik analisis
kualitatif dilakukan dengan menganalisa bahan hukum
berdasarkan buku literatur, perundang-undangan dan bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi
pembahasan yang digunakan untuk mendukung pembahasan ini,
kemudian dilakukan interprestasi untuk menarik suatu
kesimpulan dari karya Ilmiah yang akan Penulis rampungkan
kemudian dalam bentuk laporan hasil penelitian (skripsi).
31
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ilmiah/Literatur :
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara,
CitraAditya Bakti, Bandung, 1991.
Martiman Prodjohamidjojo, Ganti Rugi dan Rehabilitasi, cet.II, Jakarta: Ghalia Indonesia, tahun 1986.
Capt.R.P.Suyono, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui
Laut, PPM, Jakarta, 2003
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cetakan ketujuh , edisi II, Balai Pustaka Jakarta, 1996.
32
M.Husseyn Umar,SH, Hukum Maritim Dan Masalah-Masalah Pelayaran Di
Indonesia, Buku 2, Pustaka Sinar Harapan Jakarta,2001
MS.Amir, Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo, 1999.
Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen
Pengangkutan, Lembaga penerbitan FE UI, Jakarta, 1981
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III,
Djambatan, 1984.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. The Hague-Visby Rules 1924
The Hamburg Rule
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENAHANAN KAPALBERMUATAN BAHAN POKOK OLEH KEPOLISIAN JAWATIMUR KETIKA SEDANG MENGISI BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM) DI PELABUHAN KALIMAS, SURABAYA
SKRIPSI
33
Diajukan untuk sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh :
AGOES MOENAWAR
11.11.106.301101.3069
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN2014
34