S K R I P S I M O E N A W A R

35
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepualauan yang terbesar didunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat luas. Oleh karena itu kapal merupakan alat transportasi Utama untuk menghubungkan daerah-daerah yang dipisahkan oleh laut. Diantara beberapa alat transportasi, kapal niaga sebagai sarana transportasi laut atau sarana jasa angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam melayani dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta membina kesatuan ekonomi Indonesia. Maka untuk itu diperlukan penyelenggaraan transportasi nasional secara terpadu yang menyediakan pelayanan angkutan yang cepat, selamat, lancar, tertib, teratur dan efisien untuk mengangkut muatan ke daerah-daerah yang jauh atau terpencil.Transportasi laut sebagai bagian dari system transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan seluruh 1

Transcript of S K R I P S I M O E N A W A R

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepualauan yang terbesar

didunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat

luas. Oleh karena itu kapal merupakan alat transportasi

Utama untuk menghubungkan daerah-daerah yang dipisahkan

oleh laut. Diantara beberapa alat transportasi, kapal

niaga sebagai sarana transportasi laut atau sarana jasa

angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam

melayani dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta

membina kesatuan ekonomi Indonesia. Maka untuk itu

diperlukan penyelenggaraan transportasi nasional secara

terpadu yang menyediakan pelayanan angkutan yang cepat,

selamat, lancar, tertib, teratur dan efisien untuk

mengangkut muatan ke daerah-daerah yang jauh atau

terpencil.Transportasi laut sebagai bagian dari system

transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka

mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan seluruh

1

wilayah Indonesia termasuk lautan Nusantara sebagai satu

kesatuan Indonesia

Bangsa Indonesia menganut wawasan nusantara pada

hakekatnya, bahwa wilayah Nusantara beserta udara di

atasnya dan laut yang menghubungkannya berikut segenap

isinya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.

Hal ini didasrkan pada pertimbangan bahwa Negara

Indonesia adalah Negara kepulauan karena bentuk, letak

geografis dan kepadatan lalulintas pelayaran dikawasan

ini menempatakan Indonesia dalam kedudukan yang sangat

penting. Realisasi pengisian wawasan nusantara memuat

kemampuan untuk menegakkan dan memelihara kedaulatan dan

hukum Negara Indonesia diseluruh Indonesia, khusunya

dilaut. Melihat kenyataan bahwa kondisi geografis

Indonesia yang merupakan Negara kepulauandimana wilayah

perairan jauh lebih luas dibanding daratannya.

pengembangan transportasi laut harus mampu menggerakkan

pembangunan nasional dan pembangunan daerah , dengan

mengutamakan keteraturan kunjungan kapal yang dapat

menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan kegiatan2

pembangunan umumnya. Laut Nusantara sebagai lahan usaha

kelautan mengharuskan pentingnya perhatian terhadap

transportasi laut yang juga membutuhkan penataan

peraturan-peraturan hukum yang mengatur dan mendukung

perkembangan usaha transportasi laut dan usaha yang

terkait dengannya.

pentingnya bidang pengangkutan dalam perkembangan

perekonomian Negara Indonesia didasari oleh berbagai

faktor seperti :

a. Keadaan Geografis Indonesia

Keadaan Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan

pulau pulau besar dan kecil yang sebagaian besar

lautan dengan keadaan wilayah yang luas ini,diperlukan

pengangkutan dilakukan melalui darat,perairan dan

udara yang dapat menjangkau seluruh wilayah Negara

Indonesia bahkan kenegara-negara lain.1

b. Menunjang pembangunan berbagai sektor

1 Abdulkadir Muhammad. Hukum pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2008,halaman 34-36

3

Kemajuan dan kelancaran pengangkutan akan menunjang

pelaksanaan pembangunan, penyebaran kebutuhan

pembangunan dan distribusi hasil pembangunan di

berbagai sector kesuluruh pelosok wilayah Indonesia.

Pelaksanaa pembangunan dan penyebaran kebutuhan

pembangunan yang merata akan mencegah kegiatan

pembangunan yang menumpuk pada wilayah tertentu.

sehingga pemeratan wilayah suatu daerah dapat berjalan

sesuai kemampuan pemerintah agar terjadinya

pembangunan yang merata untuk dapat di bikmati oleh

para masyarakat.

c. Mendekatkan antara desa dan kota

Lancarnya pengangkutan, mendekatkan jarak antara desa

dan kota dan hal ini memberi dampak bahwa untuk

bekerja tidak harus pindah kekota sehingga

kesejahteraan kehidupan dikota juga dapat dinikmati

oleh kehidupan desa.

d. Perkembangan ilmu di bidang teknologi

Pembangunan di sektor pengangkutan mendorong

perkembangan pendidikan dibidang ilmu dan teknologi

4

pengangkutan,sarana angkutan dan hukum pengangkutan

modern serta sumber daya dan infrastruktur dibidang

pengangkutan.2

Pengangkutan memegang peranan penting dalam lalu lintas

perdangan dalam masyarakat. Peranan pengangkutan dalam

dunia perdangan bersifat mutlak, sebab tanpa

pengangkutan, suatu usaha tidak mungkin dapat berjalan,

barang barang yang di hasilkan oleh produsen atau pabrik-

pabrik dapat sampai pada tangan pedagang atau pengusaha

hanya dengan jalan pengangkutan,demikian juga agar sampai

ke tangan konsumen. Dalam perkembangan dewasa ini, jasa

pengangkutan melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan.

Khusus dalam pengangkutan melalui laut, pengangkutan akan

melibatkan yang masing-masing memiliki peran dan tanggung

jawab tergantung pola hubungan yang diinginkan. Dalam

lingkup ini akan ada istilah Charter, pemilik kapal,

shipper, forwarder dan consignee atau penerima barang yang

lazimnya merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam alur

2 Abdulkadir Muhammad. Hukum pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2008,halaman 34-36

5

pengangkutan melalui laut. Mengingat banyak pihak yang

terlibat maka yang harus menjadi perhatian adalah

mengenai tanggung jawab dan batasannya dalam perjanjian

pengangkutan dan memulihkan hak.

Pengangkutan adalah “proses kegiatan memuat barang

atau penumpang kedalam alat pengangkutan, membawa barang

atau penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan dan

menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan

ketempat yang ditentukan dan yang dimaksud dengan

perjanjian pengankutan “perjanjian timbal balik dengan

mana pengankut mengikat untuk menyelanggarakan

pengankutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke

tempat tujuan tertentu dengan selamat,sedangkan pengirim

mengikat diri untuk membayar biaya pengangkut”.3 Dalam

hal mengangkut barang terdapat perjanjian pengangkutan

barang definisi perjanjian pengangkutan adalah perjanjian

tibal balik antara pengangkut dengan mengirim,dimana

pengangkut mengikat diri untuk menyelengarakan

pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat3 H.M.N Purwosutjipto, 1984, pengertian pokok hukum dagang,hukum pengangkutan,jilid 3 cetakan-2,penerbit PT djambatan,Jakarta.

6

ketempat tujuan tertentu dengan selamat,sedangkan

pengirim mengikat diri untuk membayar uang

angkutan.perjanjian pengangkutan ini dikenal juga sebagai

Contract of Carriage yang secara umum didefinisikan sebagai

“Contract between a carrier of goods or passenger and the

consignor,consingne or passenger”. Dalam Black Law

Dictonary,terdapat juga istilah “Contact Carrier” yang

didefinisikan sebagai crrier Which furnished transportasion service to

meet the needs of shipper”

Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari

pengangkutan dalam sistem transportasi laut, dengan

mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat

memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight)

yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup

perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan. ” Muatan

kapal adalah; segala macam barang dan barang dagangan

(goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkut

untuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada

orang/barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan”.4

4 .Sujadmiko 1995:647

Pengangkutan menjadi bidang yang sangat vital dalam

perkembangan perekonomian suatu bangsa dan menjadi sarana

dan suatu penunjang penting dalam maju mundurnya

perekonomian Negara peran dan fungsi pengangkutan adalah

sangat vital dalam dunia perdagangan karena sarana ini

merupakan penghubung dari produsen ke

konsumen5.Kenyataan ini dapat dilihat pada lalu lintas

perdagangan, pengangkutan menjadi suatu sarana yang tidak

dapat di pisahkan. Hal inilah yang membuat bahwa

pengangkutan menjadi sangat vital dalam perkembangan

suatu bangsa.

Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting

dalam proses kepelabuhanan karna pelabuhan atau dermaga

merupakan sebuah fasilitas di ujung samudra, sungai atau

danau untuk menerima kapal, sebagaai kegiatan bongkar

muat barang dan orang dari dan ke atas kapal dan bisa

juga sebagai tempat pengisian bahan bakar untuk kapal,

air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah

yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Pelabuhan5 Hasnil Basri Siregar,Kapita Selekta Hukum Dagang.Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat fakultas Hukum USU Medan 1993,halaman 1

8

juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu

daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar

daerah, antar pulau, bahkan antar negara. 6 Instansi

pemerintah yang memegang fungsi pelaksanaan kegiatan di

pelabuhan umum :

1. Instansi Perhubungan Laut / Syahbandar.

2. Bea Cukai / Pabean.

3. Imigrasi

4. Karantina

5. Kesehatan

Instansi Perhubungan Laut atau Syahbandar

Menurut Pasal 26 ayat 1,2 dan 3 Peraturan Pemerintah

Nomor 70 Tahun 1996 Tentang Kepelabuhanan, fungsi

instansi ini adalah untuk keselamatan pelayaran, antara

lain lalu lintas angkutan laut, keselamatan berlayar,

pengawasan bongkar muat dan penyimpanan barang berbahaya,

pencegahan dan penanggulangan pencemaran, keamanan dan

ketertiban pelabuhan. Yang mana bertugas:6 Triadmodjo,2009

9

1. kerja Melaksanakan tertib bandar, tertib berlayar,

mengeluarkan izin berlayar serta penegakan hukum

perkapalan dan pelayaran.

2. Mengurus perjanjian laut dan melaksanakan perizinan

awak kapal.

3. Melaksanakan pengusutan kecelakaan dan bencana alam.

4. Melaksanakan pendaftaran dan balik nama kapal serta

memberi surat kebangsaan kapal.

5. Melaksanakan penilikan keselamatan kapal, pengukuran

kapal dan kegiatan jasa maritim.

Terkait dengan fungsi pelabuhan atau dermaga sebagai

tempat Pengisian bahan bakar, Kamar Dagang dan Industri

(KADIN) Jawa Timur dan Indonesia National ship owner's

Association (INSA) Surabaya melaporkan Kasus penahanan

kapal bermuatan bahan pokok oleh kepolisian Jatim Jawa

Timur, karena di anggap menyalahi prosedur di Dermaga

Nilam Timur Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya , kasus

penahan kapal Motor Senja Papua milik PT Persada

Nusantara itu terjadi ketika kapal tersebut sedang

10

mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) diPelabuhan Kalimas

Surabaya. Kapal tersebut di tahan karena prosedur

pembelian bahan bakar solar dari Primergy Solution yang

di anggap salah, sehingga kapal dengan tujuan Kaimana,

Papua itu diamankan dan dilarang berlayar yang

mengakibatkan berpotensinya kerugian karena kerusakan

muatan yang berisi bahan-bahan pokok. Laporan KADIN dan

INSA tersebut berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran disebutkan bahwa “Penyelenggara Pelabuhan

Adalah Pemerintah Dan Pengusaha.Penyelenggara yang

dimakasud terdiri dari Otoritas pelabuhan dan unit

Penyelengara Pelabuhan.Hal ini Terkait PT.Primergy

Solution (PG) yang di tuding tidak memiliki izin

melakukan pengangkutan dan penjualan solar.Dugaan ini

dibantah oleh pemilik PG,menurutnya segala kegiatan yang

dilakukan resmi mengantongi izin.7

7http://antarajatim.com/lihat/berita/120318/kadin-jatim-laporkan-kasus-penahanan-kapal-sembako

11

Dari uraian di atas penulis membatasi kajian

pembahasan rumusan masalah,tujuan dan keguanaan

penelitian sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka

penulis menentukan rumusan masalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap muatan yang

terdapat pada kapal yang melakukan pengisian Bahan

Bakar Minyak (BBM) secara ilegal

b. Upaya Hukum apa yang dapat dilakukan oleh Pemilik

Barang jika terjadi kerugian yang dilakukan oleh

penahanan kapal karena diduga pengisian Bahan Bakar

Minyak (BBM) ilegal.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian yang dilakukan ini bermaksud

untuk melengkapi dan mengetahui masalah yang diangkat dan

12

jawaban apa yang telah dihadapi ( tujuan obyektif) maupun

untuk memenuhi kebutuhan (tujuan subyektif). Dalam halini

saya mencoba untuk menguraikan apa yang ada dalam tujuan

obyektif dan tujuan subyektif. Tujuan obyektif ini

mempunyai tujuan Untuk mengetahui bagaimana perlindungan

hukum terhadap muatan yang terdapat pada kapal yang

melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) secara

ilegal.

Kegiatan yang dilakukan oleh kapal pengangkut sembako

yang melakukan pelayaran ke tempat tujuan sangat di

sayangkan dengan terjadinya penahanan yang di lakukan

oleh pihak kepolisian karena pengisian bahan bakar

minyak yang dilakukan oleh kapal tersebut adalah minyak

ilegal, sehingga kapal tidak dapat melakukan proses

pelayaran secara baik dan mengakibatkan muatan yang ada

pada kapal trerlambat untuk di berangkatkan demi

menyelesaikan sengketa atau permasalahan pengisian minyak

ilegal tersebut, pengisian yang dilakukan oleh kapal

tersebut benar adanya dan sangat di sayangkan .

13

Kalau dilihat dari segi subyektifnya tujuannya utuk

memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar

sarjana dalam bidang ilmu hukum di fakultas hukum

Universitas Balikpapan dan dapat di terapkan di

lingkungan kerja serta dapat berguna bagi kalangan

masyarakat yang berkepentinan di bidang kepelabuhanan dan

Pengirim barang bahan pokok yang menggunakan Angkutan

Laut.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan Penelitian yang dilakukan berdasarkan

beberapa cara antara lain:

a. Secara sisi teoritis

dilihat secara sisi teoritis penulis membahas tentang

tinjauan yuridis terhadap penahanan kapal bermuatan

bahan pokok oleh Kepolisian Jawa Timur ketika sedang

mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Pelabuhan Kalimas,

Surabaya8 Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan bagi

8 http://antarajatim.com/lihat/berita/120318/kadin-jatim-laporkan-kasus-penahanan-kapal-sembako

14

Civitas Akademi Universitas Balikpapan, khususnya pada

Fakultas Hukum dan Sebagai bahan masukan dan

perbandingan kepada para mahasiswa hukum, untuk

meneliti masalah-masalah yang sama dan berkaitan

dengan hukum.

b. Secara sisi praktis

Memberikan masukan dan referensi kepada para pihak

yang terkait kerugian yang dilakukan oleh penahanan

kapal karena diduga pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM)

Ilegal.

Dapat menambah ilmu pengetahuan hukum pada diri

penulis pribadi, khususnya tentang Perlakuan Hukum

terhadap kapal bermuatan Bahan pokok, serta dapat di

pergunakan oleh para kalangan mahasiswa maupun

masyarakat yang membidangi dibidang pelayaran serta

pengiriman bahan pokok dengan menggunakan kapal laut.

15

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perlindungan Hukum adalah suatu perbuatan hal

melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan

perundang undangan yang berlaku dan pelaksanaannya

dapat dipaksakandengan suatu sanksi.9

2. Ganti Kerugian adalah suatu kewajiban yang

dibebankan kepada orang yang telah bertindak melawan

hukum dan menimbulkan kerugian pada orang lain

karena kesalahannya tersebut. Pada masa ini telah

dikenal adanya “personal reparation”, yaitu semacam

pembayaran ganti rugi yang akan dilakukan oleh

seseorang yang telah melakukan tindak pidana atau

keluarganya terhadap korban yang telah dirugikan

sebagai akibat tindak pidana tersebut. Pada masa

belum adanya pemerintahan, atau dalam masyarakat

yang masih berbentuk suku-suku ini (tribal

organization) bentuk-bentuk hukuman seperti ganti

rugi merupakan sesuatu yang biasa terjadi sehari-

9 http://statushukum.com/perlindungan-hukum.html16

hari. Pada masa ini terlihat, sanksi Ganti kerugian

merupakan suatu tanggung jawab pribadi pelaku tindak

pidana kepada pribadi korban. Dewasa ini sanksi

ganti kerugian tidak hanya merupakan bagian dari

hukum perdata, tetapi juga telah masuk ke dalam

hukum Pidana. Perkembangan ini terjadi karena

semakin meningkatnya perhatian masyarakat dunia

terhadap korban tindak pidana.10

3. Bahan Pokok adalah merupakan kebutuhan primer atau

kebutuhan yang benar-benar amat sangat dibutuhkan

orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi.11

4. Bagaimana Syarat & Prosedur Pengangkutan Barang

Baik Berdasarkan UU maupun Perjanjian Penganggkutan

Laut.

Dalam suatu pengiriman atau pengapalan barang dengan

kapal laut terdapat tiga pihak yang saling mempunyai

hubungan hukum satu sama lain,yakni :

10 Martiman Prodjohamidjojo, Ganti Rugi dan Rehabilitasi, cet.II, Jakarta: Ghalia Indonesia, tahun 1986.11 http://id.wikipedia.org/wiki/Sembilan_bahan_pokok

17

a. Pengirim barang (shipper),yaitu orang atau badan hukum

yang memiliki muatan kapal (barang) untuk dikirim

darri sebuah pelabuhan tertentu (pelabuhan muatan)

guna diangkut kepelabuhan lainnya(pelabuhan tujuan);

b. Pengangkut (Carrier), yaitu perusahaan pelayaran

yang melaksanakan atau menyelenggarakan pengangkutan

muatan dari pelabuhan pemuatan ke pelabuhan

tujuannya,atau kepelabuhan anatara (Transhipment port).

c. Penerima barang (Consignee),yaitu orang atau abadan

hukum,kepada siapa muatan dikapalkan.

Pada waktu kapal tiba di pelabuhan tujuan,umumnya

perusahaan pelayaran yang bersangkutan akan mengumumkan

berita kapal pada suatu harian setempat yang isisnya

menyatakan bahwa kapal perusahan tersebut (dengan

identitas lengkap)telah tiba dari suatu negara dan telah

tambat di dermaga pelabuhan.Dalam jangka waktu tiga hari

setelah pembongkaran seyogyanya para penerima sudah

mengambil barangnya,setelah sebelumnya menukar B/L asli

dengan DO (Delivery order).DO ini akan memberikan hak kepada

18

pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-barang yang

disebut dalam DO itu kepada petugas gudang pengangkut.

Walaupun pengangkutan telah berusaha dengan sekuat

tenaga agar dapat menyerahkan barang dalam keadaan utuh

sesuai dengan jumlah dan keadaan yang tercantum dalam

BL,selalu ada kemungkinan pada waktu penyerahan kepada

penerima,barang dalam keadaan rusak atau kurang itu tidak

sesuai dengan yang tercantum dalam B/L.12

Bilamana selama dalam perwalian pengangkutan terjadi

kerusakan/kekurangan atas komoditiyang diangkutnya,maka

tuntutan ganti rugi (Klaim)dan penyeleseannya dilakukan

di pelabuhan tujuan antara pengangkut(agennya) dengan

consignee dari shipper,berarti hak atas komoditi telah

diserahkan oleh shipper kepada consignee (B/L merupakan

bukti hak milik)

Jika komoditi yang diterima oleh consignee tidak

kuramng suatu apapun,berarti sesuatu yang tercantum B/L,

maka pengangkut telah melakukan tugas dan kewajibanya

dengan baik sehingga iya berhak meperoleh pembebasan

12 Paulus Agung Hernowo FHUI, 2008 Tinjauan yuridis19

ganti rugi atau claim dari consignee. Tetapi bila

komiditi yang diterima tidak sesuai dengan pa yang

tercantum dlam B/L, misalnya ada kerusakan atau

kekurangan atau komoditi,maka consignee mempunyai hak

untuk mengajukan claim atas barang ya ng kondisinya tidak

sesuai dengan yang tercantum dalam B/L pada

pengangkut.pengangkut setelah menerima pemberitahuan dari

consignee segera menerbitkan tanda bukti/tuntutan (TBT)

yang di tunjukan / diserahkan kepada consignee yang

maksudnya bahwa kekurangan atau kerusakan komoditi

tersebut yang di konstatir, bukan bukti bahwa pengangkut

bertanggung jawab atas kekurangan atau kekurangan

tersebut

Kedua belah pihak (pengangkut/consignee) melakukan

penyelidikan terhadap sebab-sebab atau kejadian yang

mengakibatkan kerusakan atau kekurangan atau komoditi,

akan membuktikan apakah pengangkut bertanggung jawab atas

kerusakan/kekurangan itu jadi, TBT hanya sebagai pangkal

dari pemeriksaan yang akan dilakukan oleh kedua belah

pihak.bila tidak ada TBT, tentu pengangkut akan

20

menolak.Oleh karena itu jika consignee mengkonstatir

adanya kerusakan atau kekurangan komoditi yang

diterimanya, maka pengangkut dituntut membuat TBT ketika

menerima komoditi,dan pengangkut wajib membuatnya.

didalam TBT dicatat dengan jelas :

a. Sifat kerusakan atau kekurangan komoditi

b. Besarnya atau banyaknya kerusakan atau kekurangan

c. sebab-sebab dari kerusakan atau kekurangan.jika

tidak diketahui dengan pasti sebab-sebanya, dicatat

dengan komotiti yang sebenanya.

Kemudian TBT ditanda tangani oleh kedua belah

pihak.namun sebelum menandatanggani,reclaiment (pihak

penuntut claim) perlu meneliti catatan-catatan yang ada

di dalam TBT, karna mungkin pihak pengangkut mencatat hal

yang merugikan reclaiment,misalnya pengemas tidak kuat,

kerusakan-kerusakan disebabkan oleh force major dan

sebagainya.

Bila reclaiment menandatangani TBT yang berisi

catatan-catatan yang demikian,berarti reclaiment

mengakuinya sehingga merugikanya.dengan adnya catatn yang

21

dibuat oleh reclaiment, maka catatan yang dibuat oleh

pihak pengangkut yang merugikan reclaiment tidak berlaku

dalam pemeriksaan dan claim. Pembuatan TBT yang seprti

dibuat diatas adalah jika kerusakan atau kurangan

komoditi dapat diliaht dari luar sehingga dapat diketahui

ketika menerima komoditi dari pengangkut. Jika kerusakan-

kerusakan tidak dapt dilihat dari luar sehingga hanya

dapat diketahui ketika menerima komoditi dari pengangkut.

Jika kerusakan atau kekurangan tidak dapat dilihat

dari luar,tentu tidak mungkin di buat TBT karena tidak

diketahui adanya kerusakan atau kekurangan komoditi

ketika diterima dari pengangkut.menegenai kerusakan dan

kekurangan komoditi yang tidak dapat dilihat dari luar

waktu komoditi diterima atau waktu sebelumnya,diatur

dalam pasal 485 dan 486 KUHD sebagai berikut : "paling

lama pada hari ke 3 setelah penyerahan komoditi,penerima

komoditi memberitahukan secara tertulis kepada pengangkut

ataau kuasanya atas adanya kerusakan atau kekurangan

komoditi tersebut (tidak dapat diliahat dari luar)".

22

jangka waktu yang 3 hari itu diatur dalam pasal 3 ayat 6

the hagues rules.

Dalam hal ini ,surat pemberitahuan tersebut berlaku

sebagai TBT jadi, menurut ketentuan ini ini, consignee

hanya mempunyai waktu 3 hari untuk memberitahukan pada

pihak pengangkut atas adanya kekurangan atau kerusakan

komoditi yang tidak kelihatan dari luar ketika diterima

pengangkut.13

sudah terang bahwa kerusakan atau kerusakan atau

kekurangan yang tidak keliahan dari luar baru diketahui

setelah kolli dibuka dan isinya diperiksa.bila jangka

waktu yang 3 hari tidak dapat dipenuhi,maka yang perlu

diusahakan oleh consegnee meneliti dengan seksama apakah

ada tanda-tanda atau dugagaan yang pantas atas adanya

kekurngan atu kerusakan isi kolli ketika diterima dari

pengangkut,misalnya ada randa-tanda pengemas sobek atau

peti retak dan sebgainya.

Bila ada tanda-tanda yang demikian maka menurut

pasal 481 dan 483 KUHD,consegnee dapat meminta pihak

13 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123630-PK%20IV%202073.8155-Tinjauan%20yuridis-Analisis.pdf

23

pengangkut mengadakan pemeriksaan bersama ketika komoditi

diterima.Jika pihak pengangkut menolak, consegnee memitan

surat penolakanya.dengan adanya surat penolakan itu, maka

walaupun surat pemberitahuan atas kekurangan atau

kerusakan komoditi di sampaikan pad apihak peengangkut

sampai waktu 3 hari surat pemberitahuan tersebut tetap

berlaku sebagai TBT.

Adanya taanda-tanda seperti dikatakan diatas

diperluka sebagai alasan meminta pihak pengangkut

mengadaka pemeriksaan bersama ketika komoditi

diterima,kalau tidak ada tanda-tanda yang demikian pihak

pengangkut dapat menolak mengadakan pemeriksaan bersama.

Dasar penolakan pihak pengangkut dalam keadaan demikian

memang kuat karena: pengangkut tidak bertanggung jawab

atas isi kolli jika kolli yang diterima dalam keadaan

utuh dari shipper di pelabuhan pemuatan,juga diserahkan

dalam keadaan utuh pada consiggne di palabuhan

pembongkaran.

Tetapi jika didalam B/L ada catatan bahwa pengemas

sobek atau peti retak,dan sebagainya,(B/L kotor)sudah

24

tentu consegnee tidak dapat mengajukan tuntutan seperti

yang di sebutkan di atas oleh karena itu, consegnee purlu

juga memperhatikan apakah B/L kotor atau tidak, sebelum

tuntutan diajukan kepada pihak pengangkut.

Bila di dalam L/C di sebutkan bahwa B/L harus Clean maka

hal ini bisa diselesaikan dengan saling pengertian dengan

pengirim dengan perusahaan pelayaran.

5. Penyelesaian persoalan ganti rugi pada kegiatan

pelayaran.

Bila terjadi kerugian dalam pengangkutan barang

melalui laut seperti yang diatur dalam pasal 468

ayat 2 Kitab UndangUndang Hukum Dagang yang menyatakan

bahwa "Sipengangkut diwajibkan untuk mengganti

segala kerugian yang disebabkan karena barang

tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat

diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada

barang itu, kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa

tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi,

25

disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya

tidak dapat dicegah atau dihindarkannya, atau cacat

daripada barang tersebut, atau oleh kesalahan dari si

yang mengirimkannya". Bila timbul kerugian maka

pengangkut wajib bertanggung jawab untuk mengganti

kerugian, apabila kerugian akibat kelalaian dari

pengangkut. Apabila dalam kenyataan dapat

dibuktikan bahwa pengangkut yang bersalah, maka

tentu akan dibayar jumlah kerusakan yang

dilakukan oleh pengangkut.

6. Prosedur Pengisian bahan bakar pada Kapal.

Khusus orang mesin harus memahami system dari bunkkering

procedure.

minyak yang akan dimuat ke kapal kita wajib pengisian

bahan bakar untuk memahami aktual dan rincian praktis

dari proses baik mengikuti tahapan-tahapan yang baik.14

14 http://sharingpelaut.blog.com/2010/09/01/prosedur-bunkering/26

Tanker atau dengan mobil truck/atau bunker bargeseperti

pertamina,pengisian minyak bisa dilakukan pengisian di

pelabuhan.

Persiapan Pengisian Bahan Bakar Merupakan Aspek yang

paling penting dari operasi pengisian bahan bakar

adalah “daftar”, yang merupakan bagian dari safety

management system (SMS) dan ISM, untuk menghilangkan

kemungkinan kesalahan dan kelalaian human error dan

lainnya. pra-pengisian bahan bakar harus diikuti oleh

Chief Engineer (C / E), sesuai check list pre bunkering procedure.

Chief engineer adalah orang yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pengoperasian pengisian bahan

bakar. Sebelum pengisian bahan bakar, biasanya mualim

3 atau 4 akan, mengambil “Soundings” dari tangki ke

tangki bahan bakar dan di hitung volume bahan bakar

minyak yg tersedia di setiap tangki bahan bakar

minyak kapal. Kemudian Bunker-direncana dibuat

perencanaan yg mau di distribusikan dari jumlah total

minyak yg akan di terima untuk setiap tangki.15

15 http://infokapal.wordpress.com/2011/05/25/bunkering-procedure/27

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2011

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Adapun jenis pendekatan yang utama dipergunakan dalam

penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu dengan cara

menganalisa pasal-pasal dalam peraturan perundang-

undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas, dan

juga melakukan pendekatan secara empiris atau wawancara

kepada pihak Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Surabaya

sebagai Pihak penyelenggara Pelabuhan dan Nakhoda Kapal

yang bermuatan Bahan Pokok sebanyak 5 Orang sebagai pihak

yang mewakili Perusahaan dan bertanggung jawab pada

muatan, serta kepolisian jawa Timur Sebagai Pihak penegak

hukum khususnya ditpol air selaku Penegak Hukum di

Perairan.

28

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis memperoleh

data dari bahan-bahan pustaka yang lazimnya disebut

dengan data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer,

sekunder dan tersier yang selanjutnya penulis

mempelajari, dan mendalami bahan-bahan hukum tersebut

serta mengutip dalam buku literatur, perundang-undangan

dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan

materi pembahasan yang digunakan untuk mendukung

pembahasan ini dan berhubungan dengan pembahasan yang

diteliti.

C. Proses Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, maka penulis telah mempergunakan

Metode Penelitian Kepustakaan atau “Library Research” yaitu

suatu metode yang digunakan dengan jalan mempelajari buku

literatur, perundang-undangan dan bahan-bahan tertulis

lainnya yang berhubungan dengan materi pembahasan yang

digunakan untuk mendukung pembahasan ini serta dalam

29

teknik wawan cara penulis melakukan tanya jawab langsung

kepada pihak Otoritas Pelabuhan Syrabaya sebagai Pihak

penyelenggara Pelabuhan dan Nakhoda Kapal yang bermuatan

Bahan Pokok sebagai pihak yang mewakili Perusahaan dan

bertanggung jawab pada muatan serta kepolisian jawa Timur

Sebagai Pihak penegak hukum khususnya ditpol air selaku

Penegak Hukum di Perairan.

D. Analisis Data

Data yang tekumpul kemudian diolah dengan suatu teknik

pengolahan data secara Deduksi dan Induksi, sebagai

berikut :

a. Secara Deduksi, yaitu menemukan yang khusus dari yang

umum atau pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal

yang bersifat umum, kemudian dibahas menjadi suatu

kesimpulan yang bersifat khusus.

b. Secara Induksi, yaitu menemukan yang umum dari yang

khusus atau pembahasan yang bertitik tolak dari hal-

hal yang bersifat khusus, kemudian dibahas menjadi

suatu kesimpulan yang bersifat umum (merupakan

kebalikan dari metode Deduksi).30

Kedua metode dan teknik pengelolaan data tersebut di

atas dilakukan secara bergantian bilamana perlu untuk

mendukung pembahasan dan dirasa telah cukup lengkap,

kemudian diolah secara kualitatif. Teknik analisis

kualitatif dilakukan dengan menganalisa bahan hukum

berdasarkan buku literatur, perundang-undangan dan bahan

tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi

pembahasan yang digunakan untuk mendukung pembahasan ini,

kemudian dilakukan interprestasi untuk menarik suatu

kesimpulan dari karya Ilmiah yang akan Penulis rampungkan

kemudian dalam bentuk laporan hasil penelitian (skripsi).

31

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ilmiah/Literatur :

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara,

CitraAditya Bakti, Bandung, 1991.

Martiman Prodjohamidjojo, Ganti Rugi dan Rehabilitasi, cet.II, Jakarta: Ghalia Indonesia, tahun 1986.

Capt.R.P.Suyono, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui

Laut, PPM, Jakarta, 2003

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

cetakan ketujuh , edisi II, Balai Pustaka Jakarta, 1996.

32

M.Husseyn Umar,SH, Hukum Maritim Dan Masalah-Masalah Pelayaran Di

Indonesia, Buku 2, Pustaka Sinar Harapan Jakarta,2001

MS.Amir, Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Jakarta: Pustaka Binaman

Pressindo, 1999.

Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen

Pengangkutan, Lembaga penerbitan FE UI, Jakarta, 1981

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III,

Djambatan, 1984.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. The Hague-Visby Rules 1924

The Hamburg Rule

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENAHANAN KAPALBERMUATAN BAHAN POKOK OLEH KEPOLISIAN JAWATIMUR KETIKA SEDANG MENGISI BAHAN BAKAR

MINYAK (BBM) DI PELABUHAN KALIMAS, SURABAYA

SKRIPSI

33

Diajukan untuk sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh :

AGOES MOENAWAR

11.11.106.301101.3069

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BALIKPAPAN2014

34

35