Reaksi Spesifik Asam Amino
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Reaksi Spesifik Asam Amino
LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA
PERCOBAAN IV
REAKSI-REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA : NURUL ELFIANI PAWELINIM : H41112304HARI/TANGGAL PERC. : SENIN, 28 OKTOBER 2013KELOMPOK : III (TIGA) AASISTEN : STEPHANIE TUNGGALA
LABORATURIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR 2013BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Protein adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai ikatan peptida dan berasal dari monomer asam
amino.Kata protein merupakan kata yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Protos dan memiliki arti “yang
paling utama”.Seluruh sel makhluk hidup mendapatkan
manfaat penting dari protein ini. Tentunya hal itu
punya penyebab, yaitu karena protein mengandung karbon,
sulfur, nitrogen, hidrogen dan oksigen. Protein juga
mengandung fosfor.
Banyak protein mengandung zat- zat lain disamping
asam amino, maka struktur 3 dimensi dan banyak sifat
biologi protein ditentukan terutama oleh jenis asam
amino berikatan satu sama lain pada rantai polipeptida
dari hubungan keruangan satu asam amino dengan yang
lain. Sifat biologi protein yang unik terutama
disebabkan oleh interaksi spesifik antara asam amino
yang menyusunnya.
Asam amino merumapak monomer-monomer dari protein
yang merupakan penyusun dari protein-protein itu
sendiri yang melalui ikatan hidrogen.Asam amino bagi
manusia sangat memiliki banyak manfaat, namun tidak
semua asam amino terdapat pada tubuh manusia atau
dikatakan sebagai asam amnio non esensial, sedangkan
asam amino yang terdapat pada tubuh manusia disebut
asam amino esensial.
Reaksi Adamkiewitz-Hopkins adalah suatu reaksi
untuk menentukan gugus indole spesifik untuk asam amino
triptofan.Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid
tertentu (asam glioksilik, metanol, para metil amino-
benzaldehide) dalam suasana asam dan dingin memberikan
warna violet (). Berdasarkan hal tersebut, maka hal ini
dilakukan.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mempelajari dan
memahami reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah :
1. Membuktikan adanya gugus indol, spesifik amino
triptofan melalui percobaan Adamkiewitz-Hopkins.
2. Membuktikan terjadinya denaturasi protein dengan
percobaan termokoagulasi, serta pengendapan dengan
asam kuat.
I.3Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi reaksi spesifik asam amino dan
protein dengan beberapa pereaksi tertentu yaitu
melalui reaksi Adamkiewitz-Hopkins dan pengendapan
dengan asam kuat seperti asam nitrat dan asam organik
yang ditandai dengan adanya perubahan warna, suhu dan
endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji
positif terhadap asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan urutan linear dari residu asam-
asam amino yang terhubung melalui ikatan peptide.
Ikatan peptide adalah ikatan kovalen antara gugus-amino
dari satu asam amino dan gugus-karboksil dari asam
amino dan gugus-karboksil dari asam amino yang lain.
Ikatan peptida memiliki karakter ikatan rangkap parsial
dan hamper selalu dalam konfigurasi trans. Ketika dua
asam amino digabungkan oleh ikatan peptide, mereka
membentuk sautu dipeptida. Penambahan asam amino
seterusnya mengahsilkan rantai panjang yang disebut
oligopeptida dan polipeptida (Ngili, 2009).
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki
gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -
NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C)
yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus
karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina
memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino
bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan
basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini
terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-
ion.Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling
banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat
penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein
(Anonim, 2010).
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki,
dimana terdapat empat struktur pada protein dwngan
bentuk dan ciri khas masing-masing yang dimana struktur
protein tidak stabil terhadap beberapa faktor, keempat
struktur protein yaitu berupa struktur primer,
sekunder, tersier dan kuartener (Lestari, 2011) yaitu;
1. Struktur primer protein merupakan urutan asam amino
penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan
yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret
asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa
enzim protease yang mengiris ikatan antara asam
amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih
pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan
kertas kromatografik. Urutan asam amino menentukan
fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram
menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah
fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi
genetik.
2. Struktur sekunder protein adalah struktur tiga
dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino
pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah
sebagai berikut:
Alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa
pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti
spiral;
Beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa
lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari
sejumlah rantai asam amino yang saling terikat
melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
Beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
Gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
3. Struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka
ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier
biasanya berupa gumpalan.Beberapa molekul protein
dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen
membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer,
trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur
kuartener.
4. Struktur kuartener yang terkenal adalah enzim
Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan
beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam
kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam
amino ditentukan dengan instrumen amino acid
analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan
menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari
digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan
(4) penentuan massa molekular dengan spektrometri
massa. Struktur sekunder bisa ditentukan dengan
menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan
Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari
puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada
208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu
puncak negatif sekitar 210-216 nm.Estimasi dari
komposisi struktur sekunder dari protein bisa
dikalkulasi dari spektrum CD.Pada spektrum FTIR, pita
amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan
dengan pita amida-I dari lempeng-beta.Jadi, komposisi
struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi
dari spektrum inframerah (Fessenden, 1986).
Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah
terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau
pemadatan, Ada protein yang larut dalam air, ada pula
yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter.
Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan
garam, akibatnya protein akan terpisahsebagai endapan.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol,
maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan
alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-
molekul protein.Adanya gugus amino dan karboksil bebas
pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan
protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter
(dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam larutan
asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+,
sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi
ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan
bergerak kearah katoda (Husni dkk., 2007).
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak
larut dalam pelarut organik non polar seperti eter,
aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan sifat
amina.Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam
karboksilat dan amino terlihat pula pada titik
leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan asam karboksilat atau
amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa asam
amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan
mempunyai polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa
yang mempunyai gugus –COOH dan gugus –NH2.Hal ini
tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit
(Poedjiadi, 1994).
Semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino
mencirikan gugus fungsional yang terkandung. Karena
semua asam amino mengandung gugus amino dan
karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia
yang mencirikan gugus ini. Sebagai contoh gugus amino
dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil
esterifikasi. Walaupun kita tidak akan menganalisa
semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino,
terdapat dua reaksi penting yang secara luas
dipergunakan untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan
identifikasi asam amino (Lehninger, 1982).
Triptofan merupakan satu dari 20 asam amino
penyusun protein yang bersifat esensial bagi
manusia.Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti
asam amino lainnya, L-triptofan.Meskipun demikian D-
triptofan ditemukan pula di alam (contohnya adalah pada
bisa ular laut kontrifan).Gugus fungsional yang dimiliki
triptofan, indol, tidak dimiliki asam-asam amino dasar
lainnya.Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak
senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka
indol. Triptofan adalah prekursor melatonin (hormon
perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada
sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin). Indol adalah
sebuah aromatik heterosiklik senyawa organik. Bisiklik
memiliki struktur, yang terdiri dari enam anggota
benzen cincin melebur kelima-anggota nitrogen yang
mengandung pirol cincin. Indol adalah komponen populer
wewangian dan pendahulu untuk banyak obat-
obatan.Senyawa yang mengandung sebuah cincin indol
disebut indoles.Derivatif yang paling terkenal adalah
asam amino triptofan.Indol berbentukpadat pada suhu
kamar. Indole dapat diproduksi oleh bakteri sebagai
produk degradasi asam amino triptofan. Hal ini terjadi
secara alami di manusia tinja dan tinja yang intens
bau. Pada konsentrasi yang sangat rendah, bagaimanapun,
ia memiliki aroma bunga-bunga dan merupakan konstituen
dari banyak bunga aroma (seperti bunga jeruk) dan
parfum (Colby, 1985).
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino
dan protein (Poedjiadi, 1994 ; Tim Dosen Kimia, 2009),
antara lain:
a. Reaksi sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan
pereaksi nafol dan natrium hipobromit.Pada dasarnya
reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada
gugus guanidin.Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah.
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan
hati-hati ke dalam larutan protein.Setelah dicampur
terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan.Reaksi yang terjadi adalah nitrasi
pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein.
Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil
alanin dan triptofan.
c. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa
yang berwarna. Larutan protein yang mengandung
triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole
yang mengandung asam glioksilat..Setelah dicampur
dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi
cincin ungu pada batas antara kedua lapisan. Reaksi
Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus
indol dalam protein.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah larutan protein (albumin), larutan asam amino
(Alanin, Asam aspartat, Glisin), reagen Hopkins,
larutan NaOH 0,1 M, larutan asam nitrat (HNO3) pekat,
larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan asetat
(CH3COOH) 0,1 M, larutan asam trikloroasetat 7%.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi, pipet skala, pipet tetes, gegep,
rak tabung, pemanas air dan sikat tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.2 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Sebuah tabung reaksi diisi dengan larutan albumin
2 ml dan asam-asam amino (alanin, asam aspartat, dan
glisin) 1 ml pada 4 tabung reaksi lainnya, ditambahkan
2 ml larutan glioksilik (reagen Hopkins) ke dalam
tabung yang berisi albumin dan asam-asam amino tadi,
ditambahkan 4 ml asam sulfat pekat ke dalam tabung
reaksi tanpa mencampur, kemudian diamati perubahan yang
terjadi.
3.3.3 Reaksi-reaksi
pengendapan
1) Termokagulasi
Dibasakan 5 ml larutan albumin dan 5 ml larutan
asam amino (asam aspartat) masing-masing dengan
menggunakan satu tetes NaOH 0,1 M, lalu dipanaskan
hingga mendidih. Amati perubahan yang terjadi, lalu
asamkan larutan panas tersebut dengan asam asetat 0,1 M
dan amati kembali perubahan yang terjadi.
2) Pengendapan dengan asam kuat
a. Asam nitrat
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 2 ml
larutan albumin dan 2 ml asam amino (asam aspartat),
ditambahkan masing-masing tabung larutan asam nitrat
pekat 1 mL pada dasar tabung tanpa mencampur, diamati
perubahan yang terjadi.
b. Asam organik
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 2 mL
larutan albumin dan 2 ml larutan asam amino (asam
aspartat), ditambahkan masig-masing tabung dengan
menggunakan pipet tanpa mencampurkan 1 ml larutan
trikloroasetat 7%, diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
No Larutan Reagen
Hopkins
H2SO4
1 Ovalbumin Bening Bening Kekuning-
kuningan
2 Glisin Bening
Bening
(tidak terjadi
perubahan)
3 Alanin Bening
Bening
(tidak terjadi
perubahan)
4 Asam Aspartat Bening
Terbentuk 2 fase
(dasar berwarna
orange dan atas
berwarna putih)
4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan Termokoagulasi
No Larutan NaOH CH3COOH1 Ovalbumin Putih Kehijauan Gumpalan Putih
Pekat2 Asam Aspartat Bening Bening
4.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan Asam Nitrat
No Larutan Asam Nitrat Pekat1 Ovalbumin Cincin Flokulasi Berwarna Kuning
2Asam
AspartatTidak terjadi perubahan
4.1.4 Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan Asam Organik
No Larutan Asam Trikloroasetat (TCA) 10%1 Ovalbumin Keruh (terdapat busa)2 Asam
Aspartat
Bening
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Adamkiewetz-Hopkins
d. Albumin
O O
-CH2-CH-COOH + C-C H2SO4 pekat
NH2 H HN
-CH2-CH-COOH -H2O
NH-CHOH-COOH
H
4.3 Pembahasan
4.3.1 Reaksi Adamkiewetz-Hopkins
4.3.2 Reaksi Pengendapan
4.3.2.1 Termokoagulasi
4.3.2.2 Pengendapan Asam Kuat
4.3.2.2.1 Asam Nitrat
4.3.2.2.2 Asam Organik
terbentuk adalah cincin yang berwarna ungu. Hal ini
mungkin saja disebabkan karena gugus indole yang
terdapat dalam albumin itu hanya sedikit.
N
H
Pada larutan glisin yang ditambahkan dengan
larutan reagen Hopkins terlihat tidak terjadi
perubahan. Ketika ditambahkan dengan larutan asam
sulfat pekat juga tidak terjadi perubahan. Sama halnya
dengan larutan alanin dan asam aspartat. Ketika
ditambahkan dengan larutan Hopkins, larutan asam sulfat
pekat juga tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi
karena asam amino alanin, asam aspartat dan glisin
tidak memiliki gugus indole.
4.3.2 Reaksi Pengendapan Termokoagulasi
Percobaan pada reaksi ini larutan albumin
ditambahkan dengan larutan NaOH lalu dipanaskan
sehingga membentuk gumpalan yang berwarna putih
kehijauan dimana terbentuk garam-garam protein. Dalam
keadaan masih panas ditambahkan lagi dengan asam
asetat, dimana asam asetat ini digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui adanya endapan atau tidak.
Namun, setelah ditambahkan asam asetat selagi panas,
terjadi koagulasi yang terjadinya gumpalan putih pada
larutan. Hal ini disebabkan karena penambahan asam
asetat menyebabkan albumin dalam keadaan netral yang
sebelumnya dalam keadaan basa, sehingga pada suhu
tinggi, albumin dalam keadaan netral akan terjadi
penggumpalan (koagulasi), oleh karena diberikan
indikator yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengendapan. Sedangkan pada larutan asam
aspartat, ketika ditambahkan dengan larutan NaOH lalu
dipanaskan dan kemudian ditambahakan lagi dengan
larutan asam asetat 0,1 M tidak terjadi perubahan.
4.3.3 Reaksi Pengendapan Asam Nitrat
Percobaan pada reaksi ini, larutan ditambahkan
dengan asam nitrat tanpa dikocok. Larutan tersebut akan
membentuk endapan putih pada dasar tabung reaksi. Hal
itu menunjukkan bahwa larutan protein tersebut telah
mengalami denaturasi. Perubahan ini terjadi karena
protein dapat bereaksi dengan asam amino asetat.
Apabila terjadi perubahan warna itu karena senyawa
tersebut mengandung kromatoform. Namun apabila tidak
terjadi perubahan warna itu disebabkan karena asam
amino spesifik pada larutan tersebut adalah triptofan.
Pada reaksi ini juga terjadi 2 fase, karena terlihat
adanya cincin yang berwarna kuning diantara keduanya.
Sedangkan ketika asam aspartat ditambahkan dengan
larutan asam nitrat pekat, tidak terjadi reaksi
spesifik.
4.3.4 Reaksi Pengendapan Asam Organik
Percobaan pada reaksi ini, larutan albumin yang
ditambahkan TCA 7% mengalai reaksi menyeluruh,
sedangkan pada larutan asam aspartat yang ditambahkan
dengan larutan TCL 7% tidak mengalami perubahan apapun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , dapat
disimpulkan bahwa:
1. Reaksi Adamkiewitz-Hopkins spesifik untuk
mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino
triptofan.
2. Reaksi termokoagulasi spesifik untuk melihat
terjadinya denaturasi protein pada suhu yang tinggi
dan pH yang netral. Reaksi pengendapan asam kuat
spesifik untuk melihat denaturasi irreversible pada
protein dengan terbentuknya cincin flokulasi pada
larutan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Asisten
Sebaiknya saat praktikum berlangsung asisten ikut
turut serta dalam memperhatikan dan meninjau semua
yang dilakukan praktikkan agar praktikkan tidak salah
dalam melakukan percobaan.
5.2.2 Saran untuk Laboraturium
Sebaiknya peralatan praktikum perlu ditambahkan
untuk menunjang berlangsungnya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Colby, D. S., 1985, Ringkasan Biokimia, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.
Fessenden, R. J., 1986, Kimia Organik, Binarupa Aksara,Jakarta.
Husni, Elidahanum., Samah, Asmaedy., T., Araeti, Reci,2007, Analisa Zat Makanan dan Protein dalamMakanan Siap Saji Sosis,(http://digilib.unsri.ac.id), Jurnal Sains dan TeknologiFarmasi, Vol: 12 (2), Hal: 108-111, UniversitasAndalas, Padang.
Lehninger, A. L., 1990, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga,Jakarta.
Lestari, T., Damayanti, 2011, Pengujian Anti ProteinProduksi Blatosis (Anti-PAG) Melalu Metode DotBlot, (http://jurnal.unpad.ac.id), Jurnal Ilmu Ternak.Vol: 11 (1), Hal: 39-43, Universitas Padjajaran,Bandung.
Ngili, Y., 2009, Biokimia Struktur & Fungsi biomolekul, GrahaIlmu, Yogyakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UniversitasIndonesia, Jakarta.
Tim Dosen Kimia, 2009, Penuntun Praktikum Biokimia Umum,Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN
Lembar Kerja
Hasil dari Reaksi Pengendapandengan Asam Nitrat
Hasil dari Reaksi Pengendapandengan Asam Organik
Dipipet 2 mL sebanyak 2x
kali
Dimasukkan ke dalam 2
tabung reaksi berbeda
Ditambahkan 3 mL albumin,
dan alanin, pada tabung
reaksi yang berbeda
Ditambahkan setetes demi
setetes H2SO4
Diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi.
2. Reaksi Termokoagulasi
Dipipet sebanyak 5 ml
Dimasukkan dalam tabung
reaksi
Dibasakan dengan 1 tetes
NaOH 0,1 M
Dipanaskan sampai
mendidih
Diamati perubahan yang
terjadi
Diasamkan dengan CH3COOH
0.1 M
Amati perubahan yang
terjadi
Hasil
Larutan Albumin
Hasil
Ulangi percobaan ini
dengan menggunakan alanin
3. Reaksi Asam Nitrat
Dipipet sebanyak 2 ml
Dimasukkan dalam tabung
reaksi yang bersih dan
kering
Ditambahkan 1 mL HNO3 pada
dasar tabung
Amati cincin flokulasinya
Ulangi percobaan ini
dengan menggunakan alanin
4. Reaksi Asam Organik
LarutanAlbumin
Hasil
Dipipet sebanyak 2 ml
Dimasukkan dalam tabung
reaksi yang bersih dan
kering
Ditambahkan 1 mL asam
Trikloroasetat 7% pada
dasar tabung
Amati perubahan yang
terjadi
Ulangi percobaan ini
dengan menggunakan alanin
Larutan Albumin
Hasil