Rahim_prosdng2011_2-28.pdf - Perpustakaan Pertanian

10
dengan tungro di Bali, berasosiasi dengan Cercospora di Purwakarta, Jawa Barat, berasosias! dengan penyakit blas di Bali. Penyakit busuk pelepah lebih mematikan dibandingkan dengan OPT yang menyerang awal. Dengan demikian, penyakit busuk pelepah perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, karena potensi kerugian yang sangat nyata. DAFTAR PUSTAKA Baskoro, S.W 2011. Busuk Pelepah Mengempeskan Gabah. Dalem Buletin Peramalan OPT. Vol 8. No. 1. Edisi Xll. April 2010. P. 31-34. BBPOPT- 2011. Optimalisasi Pemanfaatan SMS Center Dalam Rangka Peramalan OPT. Rapat Teknis Perlindungan TP. Ol(ober 2011. Pontiananak. Nagarajan, S dan K. Muralidharan l995. Dynamic of Plant Dlseases.Allied Puuishers Limited. Nelr Delhl247 p. Kusprayogi Y, U. Nuzulullia, dan D.R. Gabriel. 2011. Prakiraan oPT Utama Padi MH.2011t2012. Dalam Buletin Peramalan OPT 11(2):3'8. B. Sugeng W: Sebamn dan Pe*enbangan Otganbme Pongganggu Tanaman Padi 119

Transcript of Rahim_prosdng2011_2-28.pdf - Perpustakaan Pertanian

dengan tungro di Bali, berasosiasi dengan Cercospora di Purwakarta, Jawa Barat,

berasosias! dengan penyakit blas di Bali. Penyakit busuk pelepah lebih mematikan

dibandingkan dengan OPT yang menyerang awal. Dengan demikian, penyakit

busuk pelepah perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, karena potensi

kerugian yang sangat nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, S.W 2011. Busuk Pelepah Mengempeskan Gabah. Dalem BuletinPeramalan OPT. Vol 8. No. 1. Edisi Xll. April 2010. P. 31-34.

BBPOPT- 2011. Optimalisasi Pemanfaatan SMS Center Dalam Rangka PeramalanOPT. Rapat Teknis Perlindungan TP. Ol(ober 2011. Pontiananak.

Nagarajan, S dan K. Muralidharan l995. Dynamic of Plant Dlseases.AlliedPuuishers Limited. Nelr Delhl247 p.

Kusprayogi Y, U. Nuzulullia, dan D.R. Gabriel. 2011. Prakiraan oPT Utama PadiMH.2011t2012. Dalam Buletin Peramalan OPT 11(2):3'8.

B. Sugeng W: Sebamn dan Pe*enbangan Otganbme Pongganggu Tanaman Padi 119

INTERAKSI VIRUS TUNGRO DAN VEKTOR SERTAPENGELOLAANNYA

D. Rahim rl dan F, T. Ladia2,

l,Jurusan Hama dan penyakjt Tumbuhan, Fak. pertanian

-. UniversitasHasanuddln,Makassar., Loka penelitian penyakit Tungro, Lan.ang

ABSTRAK

Studi epldemiologi.penyakit tungro berperan penting dalam memahami dhamkapopura$ v/ereng hlau, slrain virus tungro, ketahamn varietas, dan mekanismeInreraKsmya

_datam_ upaya pengelolaan pen)€kit tungrc. pemanfaatan teknikDrotogt moreKuter dapat berpeEn dalam pengelolaan penyakit tunqro untukmemahami aspek biotogi, ekotogi, dan epiaemiotoli.

-Teknii ;;telu;;

Derpetuang .digunakan dalam beberapa asp€k, mlsalnya diagnosis Denvakitrungro! qereKsl vrus tungro, idenflfikasi st ain vlrus tung.o, biotipe werenq hjiau.patogenisitas virus tungro dan penularannya, laraKerisaii treLrranin v'arilllremaoap vrrus tungro dan wereng hijau, peEkitan varielas tahan virus tunoro danwereng nlau serta perakitan tanaman transgenlk tahan vlrus lunqro. Oleh-sebabilu, kaiian renrang va.iasi genetik virus tungro dan bii pe

",&;q-hiiili;;men aq| sabh satu prioritas dalam me{hahaml mekanisn€ intoraksi viru6 fun;;wereng_ hijau. Haljni menjadi penting karena dapat menladi Aas", penqefoiZlnpenya{tt tungro. Beberapa sirategi pengelolaan penyakit tungro Vani daoato aKuKan oengan mengembangkan atau mengintensifkan temoaii GberdoareKnr( pengendatEn tungro yang telah pemah dilakukan yakni: monitorlno danperamatan- petedakan penyakit tungro melalui studi epidemi tung.o. kuttur 6knis.pengencEran veKor, penggunaan varietas tiahan yang dihasilkan secaraKonvenstonat dan memperlihatkan ketahanan lerhadap virus lunoro.mengnas Kan vanetas tahan dengan leknik lransgenik.

Kata kuncl: virus tungro, serangga veKo., pengendalian

PENDAHULUAN

Virus sebagai patogen penyebab penyakit dapat menyebabkan ke.usakan oarahpada tanaman !6n9 s€cara substansial mengurangi vigor, hasil, dan kualitasproduk. Virus tungto merupakan salah satu dad seiumlah penyakit padi yangdisebabkan oleh virus (Rivera den Ou 1965).

Tanaman padi yang terserang penyakit tungro mempe.tihatkan geialayang khas, yakni perubahan wama daun muda meniadi kuning sampal jinggayang diikuti oleh melintirnya daun dan tanaman menjadl kerdit karena jarakantara buku (infomode) memondek. Selain ttu, jumlah anakan berku,ang dangabah akan berubah bentuk meniadi yang mengakibatkan tanaman tidak akanmemberi hasi sesuai dengan potensinya (Ling i979).

D. Rahlm dan Fauslah T L.: lnte/?,/'si Virus fung,o dan Vel/.or... | 20

Penyakit tungro berpotensi menyebar aecara cepat dan luas (Ling 1979),

dan klnl dilaporkan telah menyebar dan merryebabkan te.jadinya kerusakan

tanaman dan kehilangan hasil padi di berbagai wila)rah di Asia Tenggara, seperti

Indonesia, Malaysia, Filipina, Vielnam, dan Thailand, dan Asia Selatan seperti

India dan Bagladesh Warburton ef€l 1997).

Berbagai usaha pengendalian telah dilakukan, diantaranya dengan

menerapkan teknologi pengendalian penyakit tungro secara terpadu yang

bertu.iuan untuk mencegah atau menghlnda*an pertanaman dari serangannya

(escape sfraf€gy) (Hasanuddin et al. 2OO1r. Namun tidak semua komponen

teknologi dapat dioptimalkan karena berbagai kendala, misalnya komposlsl virus

tungro dan strainnya, biotipe/strain serangga penulamya, varietas padi yang

digunakan di lapangan dan lingkungan. Hal tersebut rnengakibalkan Infeksi virus

tungro pada tanaman padi seringkali memperlihatkan gejala yang berbeda-beda

dan menjadl salah satu kendala dalam pengendalian penyakit tungro. Selain itu,

masih terbatasnya informasi yang berkaltan dengan mekanisme inleraksi virus

dan veKornya juga menjadi masalah dalam pengelolaan tungro.

InteEksl virus-veKor merupakan hal penting dalam proses penularan

virus, kejadian yang sangat spesifik dalam sildus virus untuk replikasl atau

multiplikaslnya. Mrus memiliki gen khusus abu prolein teftentu yang be.fungsi

sebagai pengkode untuk berinteraksi d€ngan veKomya sehingga virus dapat

ditularkan oleh vektor dan menyebarkannya ke tanaman lain (Ng dan Falk 2006).

Demikian juga halnya virus tungro, me6klpun Interaksinya dengan wereng hljau

menjadi penting dalam epidemi lungro, namun mekanisme gpesifik dalam

interaksl atau vlrus tungro^,vereng hijau dalam penularan tungro ke tanaman padi

belum dipahami dengan baik dan memerlukan pengkajbn yang leblh intensif-

Pendekatan biologi molekuler dapat dipeatimbangkan pemanfaatannya dalam

kajian mengenal mekanisme interaksi virus tungrc deogan tee.eng hlrau.

Oleh ssbab itu, diperlukan berbag€i studi keragaman genonlk virus tungro

dan vektornya dari berbagai daerah dengan geogEfis yang berbeda untuk

mendukung studi mengenai mekanisme interaksl virus tungro dan vektomya.

Informagl mengenai variasi kardkter genetik virus tungro dan vektornya luga

b€rmanfaat dalam studi epidemiologi penyaklt tungro dan dapat digunakan sebagai

dasar dalam pengembangan sttategi pengelolaan tungro dan perakttan variebs

tahan tungro, baik secara konvensional maupun detqan pendekabn tranSgenlk.

D. Rahitu dan Fauslah T. L.: lnte.a,6ii Vnrs Tungro atan VeHor... | 21

PENYEBAB PENYAKIT TUNGRO

Tungro disebabkan oleh infeksi ganda darl dua virus yang berbeda, yaitu abe

tungrc bacilliform virus (RTBV) yang merupakan virus berbentuk batang denganasam nukleat DNA dan beruntai ganda, dan ice tungro sphericalv,ius (RTSV)

yang merupakan virus berbentuk bulat dan memilikl asam nukleat RNA denganrantai tunggal (Gambar 1) (Hibino et at .t979).

A

Rf3\,/ at2ztb

t't('t(', s.q#rrrqffiik*_r"*T

Gambar 1. Dua virus p€nyebab penFkit tungro. A. Mlkfog|afik eleklon virlon rbe funarcbacil/,iform dan o€anisssl genomnya, B. Mikrografk eteKrcn vidon dca tur;rospterical den oryanlsasl genomnya,

RTBV merupakan pararetrovirus dan diketompokkan ke dalam tamili

Caulimoviridae (cambar 1A). RTBV bergantung Irada keb€{-adaan RTSV sebagaivirus bantu untuk pendarannya. RTBV memitiki empat qpe., '€adi,E ttanes(ORF) yang mengkode empat protein, yakni 24 kDa (ORFI), 12 kDa (ORF2), 194

kDa (ORF3) dan 46 kDa (ORF4) (Hay et a/. 1991; eu ot €t 199i). ORF3

mengkode poliprolein P194 yang mengandung empal dornain atau gen d€ngan

fungsi yang berHa, yakni setubung proteln virus (Cp; 37 koa), aspartatprot€ase, reveise lranEcdptase, dan rboouklease H (Hull I 996).

RTSV le.golong ke dalam famiti SequMridae, dan bertindak sebagai virus

bant! untuk penularan RTBV (cambar 1B). RTSV memitiki RNA dengan untai

tunggal RNA. RTSV merupakan virus yang memiliki polyadenylated dan

lerenkapsldasi dalam partikel isometrik dengan panjang genom sekltar 12 kb.

D. Rah,/l, dan Fausiah f. L.: hrle|aksi Vtrus Tungto dan Vewor.. | 22

RTSV memlliki ORF panlang yang mengkode poliprotein yang memiliki 3.473

asam amino (Shen el e/, 1993). Strain RTSV tidak dapat dibedakan sec€ra

serologis, namun tidak ada perbedaan secara s'tgnlfikan pada tingkatan

molekuler.

VEKTOR WERENG HIJAU (IV. WRESCEIVS)

Virus tung.o ditularkan oleh lima wereng daun, empat diantaranya termasuk ke

dafam genus Nepholettix. Wereng hijau, Nephoteftix vtBsc€ng pemsh meniadi

hama penling tanaman padi di Sulawesl Selatan tahun 1974 (lclshoven 1981).

Datam beberapa dekade terakhir N. vi.esc€ns tldak pemah lggi menyebabkan

kerusakan langsung pada tanaman padi, namun berpe.an sebagaivektor penting

datam penularan vlrus tungro (Siwi 1992; Wdiarta dan Nakasuil 1992).

Menurut Siwi (1985), di Indonesia terdapat lima ienis veKor virus tungro,

yakni N. vi.esc€nq N, oigropictus, N. mawanug /V. Palvug dan Rec,iria do.salis.

Hal tersebut sesuai dengan laporan Hibino el aL (1986) bahwa wereng hijau

(N. vir€scaas) merupakan spesies yang paling penling dan berhubungan erat

dalam penularan virus tungro. N. vlrcscets merupakan veKor virus yang paling

penting dan domhan yang ditemukan di bebeEpa daerah endemlk dan non-

endemik tungro, seperli Jawa Tengah. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Hal

tersebut sesual dengan laporan Wldia.ta et aL (2004) bahY'/a populasi

N. vri€scens umumnya ditemukan di Jawa Tengah, D.l. Yogyakatta, Jarva Barat'

Nusa Tenggara, Bali, dan Sulav,esi Selatan dengan lingkat k€mampuan

menula*an virus tungro yang be6€da-beda.

PATOGENITAS VIRUS TUNGRO DAN PENULARANNYA

Penyakit tungro teriadi kar€na adanya mekanisme lnteraksi yang sangat

kompleks antara dua Jenis virus yang berbeda, yakni RTBV dan RTSV yang

ditularkan oleh vektor spesitik wereng hliau (rV. v'if9s6€na) secala s€ml-persisten

PenulaEn virus tungro dilakukan secara befsamaan oleh weteng hliau tanpa

multiplikasi vlrus dalam tubuh veKomya (Hibino 1990). Virus tungro dapat

ditularkan oleh wereng hlau dengan cara menularkan RTSV dan RTBV secara

bersama-sama dari sumber inokulum yang mengandung kedua virus oleh

wereng hljau (Gambar 2). Pada penularar tersebut, RTBV merupakan vlrus

dependen dan RTSV sebagai vlrus bantu (helper virus). selaln itu, RTBV dapat

D, Rahlm dan Fauslah f. L.: lnte@ksi Vlrus Tungro dan Venor.. | 23

pula ditularkan oleh wereng hiiau setelah .nenghisap RTSV da.i tanaman padiyang terinfeksi, kemudian me4htsap RTiV pade tanaman padi yang tetrinfd(siRTBV (Ng and Fatk 2006). penularan RTSV dapat teq.adi tanpa bantuan RTBV(Hibino et at 1977: Surnardiyono et al 20(X). Datam suatu poputasi di hpanganterdapat we.eng hiiau sebagal penutar aKif (a dive tclnf}lniftei dan.renaktif (norFactve transnitted- populasi penular €Klf di perlanaman akan meningkatkanefisiensi dan efeklivitas penularsn virus lungro.

R'BV.RISV illv alSV Sdr.t

Gadlbar 2. ceiala. pen'€kit tmgro pada varLtas ,entan dan penularan vinrs tmglomelalui lveptDtefib( r4ssorrrs

Hal tersebut menunjukkan b6hwa untuk penularan virus tungro otehwereng hiau diperlukan adanya komponen pqnbantu, paling tidak pada RTBV(Ng and Falk 2006), v.alaupon b€lum ba.ryak Infomasi mengenai hal te6ebut.Hal ini seialan dengan pendap€l yang dlkemukakan oteh Hibino dan Cabautan(1987) f€ng menduga adanya kornponen ,on-capsid da.i vlrus yang lerlibatdalam penularan virus tungro oteh wsreng hljau. Sglaln itu, penularan virus olehserangga bergantung pada slreln virus dan bloflpe vektor yang ada dipertanaman. Keragaman genetik vlrus tungrg, khususnya RTBV akanberpengaruh dalam penularan vlrug tungro. Cabaulan €f at (.1999) melaporkanbahwa terdapal adanya variasi gen€tik dad lsolat Flllplna dan Malaysia padauntaian nukleotida pada ORF3 dari RTBV den menuniukkan adanya variasigejala tungro yang ditimbutkan (Fan slal i996).

Pada varietas padi rentan, wereng hiiau mgnghlsap pada bagian f,oem(Sogawa 1973), sedangkan pada \rarletag tahan, vrsr€ng hiiau menghisapmakanan terutama pada bagian xylem karem adanla hambatan antit iosis

D. Ramm drn F.uslah f: L: lnlo'tlk Wrus Tungm dan Veaor--- 121

(Auclak ef a/. 1982). Pada varietas padi rentan, N. v,,iescers memperoleh virus

30 menit setelah makan (Rivera dan bu 1965), namun tidak ada Deriode latenpada serangga sehingga vlrus dapat ditularkan setelah memperoleh virus selamabeberapa menit periode makan (Ling i974). Wereng hiau mampumempe(ahankan kemampuan menularkan RTSV dan RTBV maslng_masing 4

dan 7 hari (Hibino dan Cabunagan .1986). Stadia nimfa iuga dapat menularkan

RTSV dan RTBV mmun akan kehilengan InfeKivitas setelah teriadinyapergantian kulit (Llng 1966). Tanaman padiyang le.infeksl tungro meniadi efektifsebagai sumber Inokulum dalam kurun waktu ,l minggu selelah terjadinya

penularan (Narayanasamy 1977). Periode laten pendek yang dlkombinasikan

dengan periode makan yang singkat dipedukan dalam akuisisi dan ponularan

virus, serta akan medciptakan suatu poiensi penyebaran penyakit tungro yang

sangat cepat.

STRATEGI PENGELOLA/AN PENYAKIT TUNGRO

Beberapa Etrategi pengelolaan penyakit tungro yang dapat ditakukan dengan

mengembangkan atau mengintensilkan kemban beberapa teknik pengendalian

yang telah pernah dilakukan, adalah:

1. Monito,ing dan peramalan peledakan penFkit iungro me{alui studi epidemi

tungro. Hal ini diperlukan agar dapat melakukan prediksi leblh awal dari

infeksl tungro di pedanaman. Kegiatan inl dapat ditakukan dengan

mengamati populasi wereng huau sebagai veklor, deteksi virus lungro, dan

uii penula.an virus atau menggunakan teknik sErologi (EL|SA).

Kultur teknis, bertujuan untuk menghilangkgn sumber inokulum awal,

menurunkan populasl dan peeindahan wereng hliau, serta menghilangkan

lanaman yang mempedihatkan gejala tungro.

Pengendalian veKor, dapat dilakukan dengan menggunakan biopestisida,

misalrrya penggunaan ekstrak minyak atau bahan alami lanaman atau

menggunakan pestisida sintetik dengan dosis dan frekunesi anjuran

bilamana kepadatan populaslwereng hijau sangat tinggi.

Menggunakan varletas tahan yang dihasilkan secara konvensional dan

mempedihatkan ketahanan tefhadap virus tungro

Menghasilkan varietas tahan dengan leknik transgenik

O. Rahim dan Feusiah f. L.: lnteaksi Virus TunW d8n Veldor... | 25

PENUTUP

Studi epidemiologi penyaklt tungro berperan penting dalam memahami dinamikapopulasi wereng hijau, strain virus tungro, ketrahanan varietas, dan mekanisme

interaksinya dalam upaya pengelolaan penyakit tungro.

Pemanfuatan teknik biologi molekuler dapat berperan dalam pengelolaan

penyakit tungro untuk memahami aspek blologi, ekologi, dan epidemiologl.

Teknik molekuler berpeluang digumkan dalam beberapa aspek, mlsalnya

diagnosis penyakit tungro, deteksi vlrus tungfo, identifikasi strain virus tungro,

biotipe wereng hljau, patogenisitas virus tungro dan penularannya, karakterigasl

ketahanan varietas te.hadap virus tungro dan wereng hijau, perakitan va.ietas

tahan virus tungro dan wereng hijau serta perakit€n lanaman transgenik tahan

virus tungro.

Oleh sebab itu, kaJian tentang variasl genetik vkus tung.o dan biotipe

wereng htau iuga meniadi salah satu prioritas dahm memahami mekanisme

interaksi virus tungr+wereng hijau, Hallni menjadi penting karena dapat menjadi

dasar pe.timbangan dalam pengelolaan penyakit tungro.

DAFTAR PUSTAKA

Auclair, J. L., E. Baldos, and E. A- Heln.ichs. 1982. Biochemical evidence for thefeeding sites of the leaftopper, Nephotettix virescers within susceptbleand resisiant rice plants. Insect Sci. Appl. 3:29-34.

Cabauatan, P.Q., U. Melcher, K. lshlkawa, T. Omura, H. Hibino, H. Koganezawa,and O. Azzam. 1999. Sequence changes in six varianls of rlc6 tungrobacilliform virus and their phylogenetic relalionships. J. cen. Vllol. 8b :

2229 - 37.

Fan, Z. Dahal, G., Dasgupta, 1., Hay, and J. Hull. 1996. Varia on in lhe genomeof n'ce tungro bacilliform virus: molecular characie,ization of six isolates.J. Gen. Virol. 77:847-54.

Hasanuddin, A., l.N. Wdiarta, dan M. Muhsln. 2001. Penetitian teknik eliminasisumber inokulum RTSV: suatu strategi pengendalian tungro. LapoianRiset Unggulan Terpadu lV. tento. Menristek dan DRN. Jakarta.

Hay, J.M., M.C. Jones, M.L, Blakebrough, t. Dasgupta, J.W. Davies. and R. HuI.'1991. An analysis of lhe sequence of an infeclious clone of d:e tungrobacifliform virus, a plant pararetrovirus. Nucleic Acids. Res. 19,2615,2j.

Hibino, H. 1996. Biology and epidemiology of rice viruses. Annu. Rev.Phytopathol. 34 : 249-74.

O. Rahlm alan Faustah T. L.: hteraksl Virus fungb dm Vehor._. | 26

Hibino, H. and R.C. Cabunagan. 1986. Rice lungro-associated viruses and lheirrelations lo host plants and leafhopper vectors. P.173-182 In: lnt. Sympos,Virus Dis. Rice Leguminous Db. Trop. Tropical Agricultural ResearchSeries No. I L Ministy of Agriculture, Forestry and Fisherles, Japan.

Hibino, H., N. Saleh, and M, Roechan. 1979. Transmission of two kinds of rlcetungro-associaled viruses by insect vectors. Phytopathology 69:1266-8,

Hull, R. 1996. Molecular biology of rice tungro virus€s. Annu. Rev. Phytopathol.34:.275-97.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of crops In Indonesia. Rev, and Transl. P.A. Vander Laan. PT. lchtiar Baru. van Hoeve. Jakarta.

Ling, K.C. 1979. Rice viruse disease. lRRl, Los Banos, Philippines. 142p.

Ling, K.C. 1974. Capacity ot Nephotettix y/rescers to infect rice seedlings wlthlungro. Philipp. Phytopathol. 10:42-49.

Ling, K.C. 1966. Nonpersistence of the tungro virus of rice in its leafhopperveclot, Nephoteftix imprbficeps. Phytopathology 56:1252-1256.

Narayanasamy. P. 1 972. Influence ot age of rice plants at the time of inodlationon the recovery of tungro vi.us by /Veproteftix impicliceps, Phytopathol.Zool.74.1O9-'114.

Ng, J.C.K. and B.W. Falk. 2006. Virus-vector interactions mediating nonpersistenland semipersistent transmission of pla.lt virusEs. Ann. Rev. Phytopath.44:143-212,

Qu, R., M. Bhaftacharya, G.S. Laco, A. De Kochko, B.L. Subba Rao, M.B.lGniewska, J.S. Elmer, D.E. Rochester, C.E. Smith, and R.N. Beachy.1991. Characterizalioo of ihe ggnome of dce tungro bacilliform virus:@mparison with comrnelina yellow mottle vlrus and caulimoviruses.Virology 185:39-64.

Rivera, C.T- and S.H. Ou. 1965. Leafhopper transmission of 'tungro' disease of.ice. Plant Dis. Rep. 49:127-3'1.

Shen, P., M. Kaniewska, c. Smith, R.N. B6achy. 1993. Nucleotide sequence 8ndgenomic organization of.ice tungro 6pherical virus. Virology 193:621-30.

Siwi, S.S. 1985. Studies on g.een leaftoppers genus ,Vephot€tlix matstmura(Euscelidae; Homoptera) in Indonesia with special rcference tomorphological aspecls, A thesis for Degree of Doclor of Agricultural,Tokyo Agrlculture University. 238p.

O. Rahitn dan Faosiah f. L: lnteaksi Virus Tungrc ddn Veldot .. | 27

Siwi, S.S. '1992. Wereng hijau genus Nephotettix sebagai veKor oenvakit tunoropadi. Review hasil penelitian p.162-193, dalan Suzuki i, Sberoto d1nS.S..Siwi (eds). Laporan Akhir Tungro dan Wereng Hijau. Kerja SamaTeknis.lndonesia-Jepang Bidang pedindungan Tanaman. Diflindn. DitjenPertanian-

Sogawa K. 1973. Feeding of the ce plantand leafhoppers. Rev. plant prot. Res.6:31-43.

Sumardiyono, Y.8.. S. Hartono, dan l. Suswanto. 2004. Interaksi RTV denoanwereng tijau dan penyakit lungro pada padi. proslding Seminar NasiolnalStatus Program penelitian Tungro Mendukung Kebadanjutan produksiPadi Nasional. Makassar, 7-8 September 2004

Warburton, H., F.L. Palis, and S. Villareal. 1997. Farmers perceptions of ricetungro disease in the phitippines. p.129-'141. ln irest ManaoementPractices of Rice Farmers in Asia, K. L. Heong and M. M. E;alada.(eds). Intemationat Rice Research Institute, Mani6, phitippines.

\ryidiarta, l.N. dan F. Nakasuji. 1992. perbandingan dlnamika populasi werenohijau (/Vephofeftix sp.) pada padi sawah di daerah tropid abngan aaeraitemperate. p.129161 d€lam Suzuki y, Soeroto dan S.S. Siwi (eds).Laporan Akhi. Tungro dan Wereng Hijau. Kerja sama Teknis tnOonesij-Jepang Bidang Pedindungan Tanaman. Di intan. Ditien perlanian.

\4rrdiarta, 1.N., A. Burhanuddin, A. Daradjat, dan A. Hasanuddin. 2004. Status danprogram penelitian pengendalian te.padu penygklt tunqro. prosidinoSeminar Nasionat Status program penetitian Tungro MendukuniKeberlanjutan Produksi padi Nasional. Makassar, 7{ Seotember 2004. -

D. Rahim dan Fatsiah T. L.: lnteraksi Vnrs Tungo dan Veftor:.- | 20