PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN...
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATAPELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE JIGSAW PESERTA DIDIK KELASVIII SMP NEGERI 2 PARIGI KABUPATENPANGANDARAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu
masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di
kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan
tetapi terkait dengan berbagai faktor dan unsur.
Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya
diukur dari penguasaan materi pelajaran atau
menyiapkan perangkat-perangkat media yang
diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang kondusif.
Selama ini perhatian sangat besar ditujukan
pada upaya memberikan materi sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik, sangat jarang diperhatikan
perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang
1
2
sesungguhnya sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
Berdasar pengamatan di lapangan, proses
pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang
meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik.
Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan tipe
konvensional secara monoton dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar
terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe
ceramah dimana peserta didik hanya duduk, mencatat
dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya.
Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga peserta didik menjadi pasif.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013
menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh
peserta didik. Jadi kegiatan belajar berpusat pada
peserta didik, guru sebagai motivator dan
3
fasilitator didalamnya agar suasana kelas lebih
hidup.
Belajar kooferatif merupakan salah satu upaya
untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar
kooperatif memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk saling berinteraksi. Peserta didik yang
saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada
temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar
yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil
belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia
mendengarkan penjelasan guru.
Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran
IPA yang diperoleh peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 2 Parigi, juga diakibatkan dari cara belajar
peserta didik yang masih salah. Selama ini peserta
didik belajarnya dengan cara menghafal (rote learning)
bukan dimengerti atau dipahami sehingga tidak
menghasilkan pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning). Berdasarkan pengalaman tahun-tahun
4
sebelumnya perolehan skor nilai hasil belajar dari
ulangan harian / ulangan blok sangat rendah, yaitu
berkisar antara 60% sampai dengan 70% di bawah KKM
(Kriteris Ketuntasan Minimal) yang sudah
ditetapkan. Berarti hanya sekitar 30% sampai
dengan 40% yang sudah tuntas. Belajar dikatakan
tuntas bila peserta didik telah mencapai prestasi
belajar atau nilai dengan skor ≥ 60. Dengan
demikian hasil belajar IPA peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 2 Parigi Pangandaran masih dianggap
rendah.
Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah
mengalami sesuatu, prosesnya dapat berupa berbuat,
bereaksi, mengalami sesuatu, menghayati sesuatu.
Mengalami sesuatu berarti menghayati situasi-
situasi yang sebenarnya dan mereaksi terhadap
berbagai aspek situasi itu untuk tujuan-tujuan yang
nyata bagi peserta didik. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran diperlukan suatu metode
pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi
5
belajar peserta didik. Maka untuk memecahkan
permasalahan pembelajaran konsep IPA yang sulit
dipahami, peneliti akan mencoba memberikan upaya
melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian
di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Situasi belajar peserta didik akan lebih
kondusif dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
membangkitkan motivasi belajar peserta didik
dalam mata pelajaran IPA.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
membangkitkan aktivitas belajar peserta didik.
4. Motivasi belajar peserta didik dapat
meningkatkan hasil belajar.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
6
Atas dasar kenyataan yang diuraikan tersebut,
penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian
“Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata
Pelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi
Kabupaten Pangandaran”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah.
1. Masalah dalam penelitian ini penulis dibatasi pada
:
a. Proses pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik dalam mata pelajaran IPA khususnya pada
konsep energi dan usaha.
b. Proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya
pada konsep energi dan usaha.
2. Dalam penelitian ini penulis memberikan perumusan
masalah sebagai berikut :
7
a. Apakah proses pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi
pada mata pelajara IPA khususnya dalam konsep
energi dan usaha.
b. Apakah proses pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi pada mata
pelajaran IPA khususnya dalam konsep energi dan
usaha.
D. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA
konsep energi dan usaha melalui proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA
konsep energi dan usaha melalui proses
8
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi peserta didik, kegiatan pembelajaran dengan
tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar,
dan meningkatkan kegairahan belajar, karena bisa
menarik perhatian peserta didik dengan anggota
kelompoknya yang akan menimbulkan suasana belajar
partisipatif dan menjadi lebih hidup, maka hasil
belajarnya pun meningkat.
2. Bagi guru, kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat menciptakan situasi belajar mengajar
yang efektif dan efisien (suasana belajar yang
kondusif), mengetahui strategi pembelajaran yang
bervariasi dan inovatif serta meningkatkan
pemahaman guru dalam melakukan tindakan kelas.
Sebagai upaya untuk mengatasi pembelajaran yang
9
konvensional, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu proses belajar mengajar di
kelas.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu
memperbaiki proses pembelajaran, khususnya mata
pelajaran IPA, sehingga sekolah bisa
memfasilitasi segala keperluan untuk kelancaran
proses pembelajaran tersebut.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang
bersifat individual yakni terjadinya perubahan
tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman
individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar
yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi
yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang
terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar
diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses
pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.
10
Istilah belajar berarti suatu proses perubahan
sikap dan tingkah laku pada diri individu yang
biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan
sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa
buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut
pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan
bahwa : “Belajar adalah sesuatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkahlaku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar”.
Adapun istilah mengajar adalah menciptakan
situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar.
Hal ini tidak harus berupa proses transformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa. Aa Rooyakkers
(1984 : 13) mengatakan bahwa : “Proses mengajar
adalah menyampaikan bahan pelajaran yang berarti
11
melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut
tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan
tertentu”
Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu
bentuk pendidikan yang multi variable sudah tentu
dalam proses penyelenggaraannya akan turut
dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.
Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 :
132) secara umum terbagi atas tiga macam berupa :
(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasaldari dalam diri siswa seperti halnya minat,bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasaldari lingkungan disekitar siswa seperti keadaankeluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuanguru dalam mengajar.
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upayabelajar siswa yang meliputi strategi dan metodeyang digunakan dalam melakukan kegiatanpembelajaran.
Dengan demikian, untuk menciptakan proses
pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula
bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja
menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran
melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya,
12
belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun
derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang
lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di
kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak
dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati,
misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya
untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama
untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan
atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif
adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental
walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan
fisik. Setelah berakhirnya proses pembelajaran
biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar
(Dimyati, 1999 : 3).
13
Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar
berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat
dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada
dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau
keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman,
sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan
membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan
lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu
dengan lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun
psikologis. Faktor fisiologis antara lain: cacat
badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor
psikologis antara lain berupa motivasi, minat,
reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi,
komprehensif, dan sebagainya.
14
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)
Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor
ini melipui faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana
atau adanya laboratorium.
Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang
bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan
berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya
pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah,
pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang
bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus
dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan
berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam
mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan
sebagainya.
Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa
tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang
dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses
interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara
15
guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru
dan siswa juga berjalan dengan baik.
Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam
penentuan keberhasilan siswa dalam suatu proses
pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa
tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun
berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri,
misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes
adalah tes yang diberikan sebelum suatu pelajaran
dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan.
Sedangkan postes adalah tes yang diberikan sesudah
suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah
menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan
hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh
kualitas pembelajarannya. Jika proses pembelajaran
baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang
besar antara postes dengan pretes. Pertanyaan-
pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan
16
pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua
hasil tes ini dapat dibandingkan.
B. Motivasi Belajar
Menurut Tita Rosita (1995 : 102) “Motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya”.
Agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas
maka guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan dalam
diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran
tidak akan efektif. Siswa yang termotivasi belajar
akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran
yang berlangsung tanpa rasa terpaksa, tetapi secara
sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibat dari
hal ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih
lama diserap, karena dengan adanya motivasi belajar
tersebut maka dorongan dalam diri siswa akan
17
terpenuhi; dan siswa akan merasa puas dengan hasil
belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan.
Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal
pokok yang perlu diperhatikan yaitu: 1) kemana siswa
menuju pada akhir kegiatan, 2) bagaimana caranya
agar siswa tiba pada sasaran yang dituju, 3)
bagaimana agar dapat diketahui apakah sasaran yang
dituju itu sudah tercapai atau belum. Agar melalui
ketiga hal tersebut guru harus menciptakan kondisi
yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar
siswa.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) “Motivasi
berfungsi mengikat perhatian siswa, menggiatkan
semangat belajar, menyediakan kondisi yang optimal
untuk belajar”. Oleh karena itu maka guru harus
membangkitkan motivasi belajar siswa terlebih dahulu
sebelum proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya
Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) mengemukakan bahwa
Motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya
18
untuk menemukan jalan untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam hal ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan dalam kelompoknya mengenai
materi pelajaran yang dipelajarinya.
Berdasarkan penyebab timbulnya, ada dua jenis
motivasi; yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
timbul dari luar diri individu, baik yang disebabkan
oleh orang lain maupun oleh keadaan alam dan
lingkungan. Seperti keluarga, masyarakat, sekolah.
Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari
dalam diri individu sendiri tanpa tekanan dari luar.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi
instrinsik jauh lebih kuat dari pada motivasi
ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini
sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat,
tanpa desakan atau dorongan apapun”. Motivasi
instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas
menjadi giat belajar. Motivasi ekstrinsik dapat
membantu timbulnya motivasi instrinsik, yang
19
berpengaruh lebih kuat terhadap keberhasilan
belajar.
Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar
siswa diantaranya, siswa beranggapan bahwa mata
pelajaran IPA itu sulit. kemungkinan lainnya adalah
model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi
pada guru sehingga siswa belum terlibat aktif secara
maksimal dalam proses pembelajaran, oleh karena itu
maka perlu upaya untuk membangkitkan motivasi
belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
agar hasil pembelajaran menjadi bermakna perlu
menggunakan pendekatan yang sesuai, antara lain
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning).
C. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
20
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie (2004 : 29), “Model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan
sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar
pembelajaran cooperative learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan”.
Penerapan pembelajaran kooperatif akan
memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan
dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya
saling ketergantungan yang positif. Semua anggota
dalam kelompok saling bergantung kepada anggota lain
21
dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya
menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua
adalah tanggungjawab pribadi (individual accountability).
Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki
kontribusi aktif dalam bekerja sama.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ( Model Tim Ahli
)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
22
kelompoknya . Dengan demikian, jigsaw juga dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Menurut Anita Lie (2004 : 69), “siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.
Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan
topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)
saling membantu satu sama lian tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim
ahli.
Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap
kelompok beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang.
Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan
beragam latar belakang, misalnya dari segi
prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status
A B C D
A B C D
A B C D
A B C D
A A A A
B B B B
C C C C
D D D D
23
sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut
kelompok asal.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
berbeda
3. Setiap siswa yang mendapat sub topik yang sama
berkumpul membentuk tim ahli. Tim ahli membahas
sub topik masing-masing dan menjadi ahli dalam
topik itu.
4. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota
kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian
secara bergantian, tiap siswa yang telah menjadi
ahli mengajar teman satu tim mereka tentang sub
topik yang mereka kuasai.
5. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, atau membuat rangkuman. Guru bisa
juga memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat
mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.
Bagan pengelolaan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
I
24
IIKeterangan :
I : Kelompok asal
II : Kelompok ahli
E. Gambaran Umum Konsep Energi dan Usaha
Kompetensi dasar yang harus disampaikan pada
konsep energi dan usaha yang tercantum dalam standar
isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di kelas
VIII semester genap adalah : Menjelaskan hubungan
bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan
energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja
atau usaha. Energi merupakan besaran skalar, energi
bersifat kekal yang berarti tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat berubah
dari bentuk energi yang satu ke bentuk yang lain.
25
1. Bentuk-bentuk Energi
Beberapa bentuk energi yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain energi kimia,
energi kalor, energi bunyi, energi cahaya, energi
listrik, energi nuklir, dan energi mekanik.
2. Perubahan energi (Konversi Energi).
Konversi energi adalah perubahan suatu bentuk
energi ke bentuk energi lain. Alat atau benda yang
melakukan konversi energi disebut converter.
3. Hukum Kekekalan Energi
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari
energi yang satu ke energi yang lain.
4. Sumber-sumber Energi.
Sumber energi ada yang dapat diperbarui dan ada
yang tidak dapat diperbarui. Sumber energi yang tidak
dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah
habis tidak dapat diadakan lagi. Sumber energi yang
dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah
habis, dapat diadakan kembali.
26
5. Usaha
Usaha (W) adalah hasil kali antara gaya dengan
perpindahan yang searah gaya. Benda dikatakan melakukan
usaha jika ada gaya (F) yang bekerja dan ada
perpindahan (S).
Usaha dirumuskan W = F X S
F. Kerangka Berfikir
Upaya yang dilakukan oleh guru untuk dapat
mencapai KKM siswa/hasil belajar adalah melakukan
tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan secara
optimal. Menerapkan model dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar(KBM) adalah merupakan contoh salah satu dari
tindakan tersebut. Dalam penelitian ini akan dicobakan
suatu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Model ini akan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan rasa kerjasama dan tanggungjawab dalam
pencapaian KKM/hasil belajar sehingga dalam setiap
evaluasi akan ada pencapaian KKM dan bahkan melampaui
KKM. Tercapainya KKM akan meningkatkan kebermaknaan
27
pembelajaran. Dari paparan semua ini sudah dapat diduga
bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan
penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran “ benar-benar
dapat terwujud dan pasti ada respon yang positif dari
peserta didik.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berfikir
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran.
28
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action
Research ( CAR ). Penelitian ini dimaksudkan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar
siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di
kelas, khususnya pada pemahaman konsep energi dan
konsep usaha dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw . Langkah-langkah yang ditempuh
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian akan dijabarkan dalam uraian berikut ini.
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan
pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di
SMP Negeri 2 Parigi mulai dari bulan Januari
sampai dengan Maret sebanyak 4 kali pertemuan yang
dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I sebanyak 2 kali
29
pertemuan dan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan.
Jumlah jam pelajaran IPA dalam satu minggu adalah 4
jam pelajaran dimana satu jam pelajaran waktunya 40
menit.
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII
Perempuan sebanyak 19 orang dan laki-laki sebanyak
11 orang. Peneliti mengambil subjek siswa kelas
perempuan mengingat karakteristiknya cenderung
lebih pasif dibandingkan kelas laki-laki dan
berdasarkan dari hasil belajar pada konsep materi
sebelumnya masih dianggap relatif rendah. .
B. Prosedur Siklus Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), adapun tahapan yang akan dilakukan
dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan
oleh Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen
(2003:18) bahwa tahap-tahap tersebut atau biasa
disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen
yang meliputi : (a) perencanaan (planning), (b)
30
aksi/tindakan (acting), (c) observasi (observing), (d)
refleksi (reflecting).
Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara
garis besar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 1 : Siklus Kegiatan Penelitian
SiklusI
Perencanaan Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dilaksanakan.
Menentukan pokok bahasan Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Menyiapkan sumber belajar seperti buku
Mengembangkan format evaluasiTindakan Melaksanakan KBM yang mengacu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan.
Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman konsep yang dipelajari.
Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakanformat observasi
Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi efektifitaswaktu yang telah dilaksanakan.
Membahas hasil tindakan. Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang belum mencapai sasaran.
Evaluasi tindakan.Indikator keberhasilan siklus I
Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat dilaksanakan semua
Siswa mampu melaksanakan KBM dengan aktifitas yang tinggi.
Siswa mampu menunjukan bentuk-bentukenergi dan contohnya dalam kehidupansehari-hari.
Siklus II
Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah
31
Pengembangan program tindakan IITidakan Pelaksanaan program tindakan IIPengamatan Pengumpulan data tindakan IIRefleksi Evaluasi tindakan IIIndicator keberhasilan siklus II
Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat terlaksanakan semua
Aktifitas siswa dalam KBM meningkat. Motivasi siswa dalam KBM meningkat Hampir 100 % pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa,
sedangkan jenis data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif yang meliputi :
a. Data hasil pretes dan postes
b. Hasil observasi terhadap proses Kegiatan
Belajar-Mengajar
c. Jawaban angket
d. Jurnal harian/catatan lapangan
e. Foto kegiatan
2 Teknik Pengumpulan Data
32
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
angket, pretes, dan postes pada tiap siklus dan
dilengkapi jurnal harian (catatan harian).
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, dari observasi tersebut dapat
dilihat peningkatan aktivitas belajar yang
meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan
kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran.
b. Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi
siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan,
dimana angket adalah merupakan tanggapan dari
seluruh siswa terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat
dirasakan oleh siswa dalam rangka meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar.
c. Jurnal Harian (Catatan Harian)
33
Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran
tidak semuanya tercantum dalam lembar observasi.
Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal
harian / catatan harian yang merupakan alat
bantu perekam yang paling sederhana yang memuat
perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang
dapat di jadikan pertimbangan bagi pelaksanaan
langkah-langkah berikutnya.
d. Foto
Untuk merekam peristiwa penting seperti
aspek kegiatan kelas, aktivitas kelas atau untuk
memperjelas data dan hasil observasi dari
penelitian ini, di gunakan foto. Foto ini juga
dapat membantu dalam evaluasi tentang data –
data lainnya.
e. Data Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar berupa data
kuantitatif yang di peroleh melalui pretes
sebelum diadakan tindakan pada masing-masing
siklus dan postes setelah berakhirnya setiap
34
siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap
berakhirnya disetiap siklus dapat diketahui
kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh
siswa melalui pembelajaran pemahaman materi
pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw. Data hasil tes tersebut bisa di
jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi,
untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus
berikutnya.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Observasi
Data obsevasi ini di ambil melalui pengamatan
yang dilakukan oleh kolaborator sebagai observer,
yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan
menggunakan rumus :
35
A− X 100% , dimana A = Jumlah siswa
yang melakukan B kegiatan
B = Jumlah siswakeseluruhan
b. Data Angket
Menganalisis data hasil angket dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah responden actual−−−−−−−−−−−−−−−−−−− X 100 %Jumlah seluruh responden
c. Data Tes Hasil Belajar
Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari
hasil pretes dan postes masing-masing siklus
dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran
IPA adalah 60. Kemudian menentukan banyaknya
siswa yang mendapat nilai diatas atau sama
dengan 60 (siswa yang sudah tuntas). Banyaknya
36
siswa yang mendapat nilai ≥ 60 di hitung
prosentasenya dengan menggunakan rumus :
Jumlah siswa yang tuntas X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan
cara menjumlahkan skor nilai seluruh siswa
dibagi dengan jumlah siswa.
d. Data Jurnal Harian
Peneliti sebagai orang yang terlibat secara
aktif dalam pelaksanaan tindakan, dan juga guru
lain sebagai observer menyimpulkan dan
mendeskripsikan kejadian selama penelitian
berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.
E. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini peneliti selalu
menginginkan agar metode yang diterapkan dapat
meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar
peserta didik terhadap pembelajaran yang diterapkan,
sehingga hasil belajar/ pencapaian KKM yang sudah
37
ditetapkan oleh sekolah dapat tercapai bahkan
mungkin supaya dapat terlampaui.
Peneliti menginginkan dalam pembelajaran
tentang usaha dan energi melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw semua anak minimal dapat
mencapai nilai KKM yaitu 67 untuk kelas VIII ,dan
prosentasenya dapat meningkat setiap saat, sehingga
dalam penelitian ini antara siklus I dan siklus II
ada peningkatan nilai rata-rata maupun prosentase
secara klasikal.
F. Indikator Keberhasilan
Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian
No KEGIATAN
MINGGU KE……..
1 2 3 4 5 6 7 8 91
0
1
1
1
2
1 Perencanaan
2
Proses
Pembelajara
n3 Evaluasi 4 Pengumpulan
38
Data
5Analisis
Data
6Penyusunan
Hasil
7Pelaporan
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera
Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.
Dimyati, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, P.T. Rineka Cipta.
Mendiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Muhibin Syah, (1995), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya
Ratna Wilis Dahar (1986), Interaksi Belajar Mengajar IPA, Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud
39
Rooyakkers, A. (1984), Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.
Sudjana, N. (1989), Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996) Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, (2006), Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) ,Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara.
Tita Rosita, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud