PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN...

39
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 2 PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait dengan berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya diukur dari penguasaan materi pelajaran atau menyiapkan perangkat-perangkat media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Selama ini perhatian sangat besar ditujukan pada upaya memberikan materi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, sangat jarang diperhatikan perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang 1

Transcript of PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN...

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

JUDUL : MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATAPELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE JIGSAW PESERTA DIDIK KELASVIII SMP NEGERI 2 PARIGI KABUPATENPANGANDARAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu

masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di

kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan

tetapi terkait dengan berbagai faktor dan unsur.

Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya

diukur dari penguasaan materi pelajaran atau

menyiapkan perangkat-perangkat media yang

diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan

kondisi belajar yang kondusif.

Selama ini perhatian sangat besar ditujukan

pada upaya memberikan materi sebanyak-banyaknya

kepada peserta didik, sangat jarang diperhatikan

perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang

1

2

sesungguhnya sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar.

Berdasar pengamatan di lapangan, proses

pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang

meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik.

Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan tipe

konvensional secara monoton dalam kegiatan

pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar

terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam

penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe

ceramah dimana peserta didik hanya duduk, mencatat

dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan

sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya.

Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak

kondusif sehingga peserta didik menjadi pasif.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013

menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh

peserta didik. Jadi kegiatan belajar berpusat pada

peserta didik, guru sebagai motivator dan

3

fasilitator didalamnya agar suasana kelas lebih

hidup.

Belajar kooferatif merupakan salah satu upaya

untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar

kooperatif memberikan kesempatan pada peserta didik

untuk saling berinteraksi. Peserta didik yang

saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada

temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar

yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil

belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia

mendengarkan penjelasan guru.

Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran

IPA yang diperoleh peserta didik kelas VIII SMP

Negeri 2 Parigi, juga diakibatkan dari cara belajar

peserta didik yang masih salah. Selama ini peserta

didik belajarnya dengan cara menghafal (rote learning)

bukan dimengerti atau dipahami sehingga tidak

menghasilkan pembelajaran yang bermakna (meaningful

learning). Berdasarkan pengalaman tahun-tahun

4

sebelumnya perolehan skor nilai hasil belajar dari

ulangan harian / ulangan blok sangat rendah, yaitu

berkisar antara 60% sampai dengan 70% di bawah KKM

(Kriteris Ketuntasan Minimal) yang sudah

ditetapkan. Berarti hanya sekitar 30% sampai

dengan 40% yang sudah tuntas. Belajar dikatakan

tuntas bila peserta didik telah mencapai prestasi

belajar atau nilai dengan skor ≥ 60. Dengan

demikian hasil belajar IPA peserta didik kelas VIII

SMP Negeri 2 Parigi Pangandaran masih dianggap

rendah.

Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah

mengalami sesuatu, prosesnya dapat berupa berbuat,

bereaksi, mengalami sesuatu, menghayati sesuatu.

Mengalami sesuatu berarti menghayati situasi-

situasi yang sebenarnya dan mereaksi terhadap

berbagai aspek situasi itu untuk tujuan-tujuan yang

nyata bagi peserta didik. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran diperlukan suatu metode

pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi

5

belajar peserta didik. Maka untuk memecahkan

permasalahan pembelajaran konsep IPA yang sulit

dipahami, peneliti akan mencoba memberikan upaya

melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian

di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Situasi belajar peserta didik akan lebih

kondusif dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

membangkitkan motivasi belajar peserta didik

dalam mata pelajaran IPA.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

membangkitkan aktivitas belajar peserta didik.

4. Motivasi belajar peserta didik dapat

meningkatkan hasil belajar.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

6

Atas dasar kenyataan yang diuraikan tersebut,

penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian

“Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata

Pelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi

Kabupaten Pangandaran”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah.

1. Masalah dalam penelitian ini penulis dibatasi pada

:

a. Proses pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

dapat meningkatkan motivasi belajar peserta

didik dalam mata pelajaran IPA khususnya pada

konsep energi dan usaha.

b. Proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya

pada konsep energi dan usaha.

2. Dalam penelitian ini penulis memberikan perumusan

masalah sebagai berikut :

7

a. Apakah proses pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar

peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi

pada mata pelajara IPA khususnya dalam konsep

energi dan usaha.

b. Apakah proses pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi pada mata

pelajaran IPA khususnya dalam konsep energi dan

usaha.

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA

konsep energi dan usaha melalui proses

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA

konsep energi dan usaha melalui proses

8

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 2 Parigi.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi peserta didik, kegiatan pembelajaran dengan

tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar,

dan meningkatkan kegairahan belajar, karena bisa

menarik perhatian peserta didik dengan anggota

kelompoknya yang akan menimbulkan suasana belajar

partisipatif dan menjadi lebih hidup, maka hasil

belajarnya pun meningkat.

2. Bagi guru, kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat menciptakan situasi belajar mengajar

yang efektif dan efisien (suasana belajar yang

kondusif), mengetahui strategi pembelajaran yang

bervariasi dan inovatif serta meningkatkan

pemahaman guru dalam melakukan tindakan kelas.

Sebagai upaya untuk mengatasi pembelajaran yang

9

konvensional, dan pada akhirnya dapat

meningkatkan mutu proses belajar mengajar di

kelas.

3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu

memperbaiki proses pembelajaran, khususnya mata

pelajaran IPA, sehingga sekolah bisa

memfasilitasi segala keperluan untuk kelancaran

proses pembelajaran tersebut.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang

bersifat individual yakni terjadinya perubahan

tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman

individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar

yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi

yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang

terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar

diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses

pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.

10

Istilah belajar berarti suatu proses perubahan

sikap dan tingkah laku pada diri individu yang

biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan

sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa

buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut

pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan

bahwa : “Belajar adalah sesuatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkahlaku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu yang

belajar”.

Adapun istilah mengajar adalah menciptakan

situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar.

Hal ini tidak harus berupa proses transformasi

pengetahuan dari guru kepada siswa. Aa Rooyakkers

(1984 : 13) mengatakan bahwa : “Proses mengajar

adalah menyampaikan bahan pelajaran yang berarti

11

melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut

tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan

tertentu”

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu

bentuk pendidikan yang multi variable sudah tentu

dalam proses penyelenggaraannya akan turut

dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.

Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 :

132) secara umum terbagi atas tiga macam berupa :

(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasaldari dalam diri siswa seperti halnya minat,bakat dan kemampuan.

(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasaldari lingkungan disekitar siswa seperti keadaankeluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuanguru dalam mengajar.

(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upayabelajar siswa yang meliputi strategi dan metodeyang digunakan dalam melakukan kegiatanpembelajaran.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses

pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula

bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja

menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran

melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya,

12

belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun

derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang

lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di

kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak

dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati,

misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya

untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama

untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan

atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan

baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif

adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental

walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan

fisik. Setelah berakhirnya proses pembelajaran

biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar

(Dimyati, 1999 : 3).

13

Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan

bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam

suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar

berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat

dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.

Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada

dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau

keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman,

sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan

membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan

lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu

dengan lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2

faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun

psikologis. Faktor fisiologis antara lain: cacat

badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor

psikologis antara lain berupa motivasi, minat,

reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi,

komprehensif, dan sebagainya.

14

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor

ini melipui faktor keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana

atau adanya laboratorium.

Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang

bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan

berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya

pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah,

pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang

bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus

dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan

berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam

mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan

sebagainya.

Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa

tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang

dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses

interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara

15

guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru

dan siswa juga berjalan dengan baik.

Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam

penentuan keberhasilan siswa dalam suatu proses

pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa

tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun

berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri,

misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes

adalah tes yang diberikan sebelum suatu pelajaran

dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan.

Sedangkan postes adalah tes yang diberikan sesudah

suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah

untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah

menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan

hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh

kualitas pembelajarannya. Jika proses pembelajaran

baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang

besar antara postes dengan pretes. Pertanyaan-

pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan

16

pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua

hasil tes ini dapat dibandingkan.

B. Motivasi Belajar

Menurut Tita Rosita (1995 : 102) “Motivasi

adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu

yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya”.

Agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas

maka guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa

untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan dalam

diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran

tidak akan efektif. Siswa yang termotivasi belajar

akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran

yang berlangsung tanpa rasa terpaksa, tetapi secara

sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibat dari

hal ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih

lama diserap, karena dengan adanya motivasi belajar

tersebut maka dorongan dalam diri siswa akan

17

terpenuhi; dan siswa akan merasa puas dengan hasil

belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan.

Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal

pokok yang perlu diperhatikan yaitu: 1) kemana siswa

menuju pada akhir kegiatan, 2) bagaimana caranya

agar siswa tiba pada sasaran yang dituju, 3)

bagaimana agar dapat diketahui apakah sasaran yang

dituju itu sudah tercapai atau belum. Agar melalui

ketiga hal tersebut guru harus menciptakan kondisi

yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar

siswa.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) “Motivasi

berfungsi mengikat perhatian siswa, menggiatkan

semangat belajar, menyediakan kondisi yang optimal

untuk belajar”. Oleh karena itu maka guru harus

membangkitkan motivasi belajar siswa terlebih dahulu

sebelum proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya

Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) mengemukakan bahwa

Motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu siswa

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya

18

untuk menemukan jalan untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam hal ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan

tugas yang diberikan dalam kelompoknya mengenai

materi pelajaran yang dipelajarinya.

Berdasarkan penyebab timbulnya, ada dua jenis

motivasi; yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi

instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang

timbul dari luar diri individu, baik yang disebabkan

oleh orang lain maupun oleh keadaan alam dan

lingkungan. Seperti keluarga, masyarakat, sekolah.

Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari

dalam diri individu sendiri tanpa tekanan dari luar.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi

instrinsik jauh lebih kuat dari pada motivasi

ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini

sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat,

tanpa desakan atau dorongan apapun”. Motivasi

instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas

menjadi giat belajar. Motivasi ekstrinsik dapat

membantu timbulnya motivasi instrinsik, yang

19

berpengaruh lebih kuat terhadap keberhasilan

belajar.

Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar

siswa diantaranya, siswa beranggapan bahwa mata

pelajaran IPA itu sulit. kemungkinan lainnya adalah

model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi

pada guru sehingga siswa belum terlibat aktif secara

maksimal dalam proses pembelajaran, oleh karena itu

maka perlu upaya untuk membangkitkan motivasi

belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA

agar hasil pembelajaran menjadi bermakna perlu

menggunakan pendekatan yang sesuai, antara lain

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning).

C. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah

satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran

kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah salah

satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham

20

konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan

saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok

belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2004 : 29), “Model

pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan

sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajaran cooperative learning yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan”.

Penerapan pembelajaran kooperatif akan

memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan

dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya

saling ketergantungan yang positif. Semua anggota

dalam kelompok saling bergantung kepada anggota lain

21

dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya

menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua

adalah tanggungjawab pribadi (individual accountability).

Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki

kontribusi aktif dalam bekerja sama.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ( Model Tim Ahli

)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu

tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi

belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang

lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

22

kelompoknya . Dengan demikian, jigsaw juga dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Menurut Anita Lie (2004 : 69), “siswa bekerja

dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.

Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan

topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)

saling membantu satu sama lian tentang topik

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian

siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk

menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang

telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim

ahli.

Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap

kelompok beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang.

Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan

beragam latar belakang, misalnya dari segi

prestasi, jenis kelamin, suku, agama, status

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A A A A

B B B B

C C C C

D D D D

23

sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut

kelompok asal.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang

berbeda

3. Setiap siswa yang mendapat sub topik yang sama

berkumpul membentuk tim ahli. Tim ahli membahas

sub topik masing-masing dan menjadi ahli dalam

topik itu.

4. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota

kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian

secara bergantian, tiap siswa yang telah menjadi

ahli mengajar teman satu tim mereka tentang sub

topik yang mereka kuasai.

5. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya, atau membuat rangkuman. Guru bisa

juga memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat

mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.

Bagan pengelolaan siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw

I

24

IIKeterangan :

I : Kelompok asal

II : Kelompok ahli

E. Gambaran Umum Konsep Energi dan Usaha

Kompetensi dasar yang harus disampaikan pada

konsep energi dan usaha yang tercantum dalam standar

isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di kelas

VIII semester genap adalah : Menjelaskan hubungan

bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan

energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari.

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja

atau usaha. Energi merupakan besaran skalar, energi

bersifat kekal yang berarti tidak dapat diciptakan

atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat berubah

dari bentuk energi yang satu ke bentuk yang lain.

25

1. Bentuk-bentuk Energi

Beberapa bentuk energi yang biasa dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, antara lain energi kimia,

energi kalor, energi bunyi, energi cahaya, energi

listrik, energi nuklir, dan energi mekanik.

2. Perubahan energi (Konversi Energi).

Konversi energi adalah perubahan suatu bentuk

energi ke bentuk energi lain. Alat atau benda yang

melakukan konversi energi disebut converter.

3. Hukum Kekekalan Energi

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat

dimusnahkan, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari

energi yang satu ke energi yang lain.

4. Sumber-sumber Energi.

Sumber energi ada yang dapat diperbarui dan ada

yang tidak dapat diperbarui. Sumber energi yang tidak

dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah

habis tidak dapat diadakan lagi. Sumber energi yang

dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah

habis, dapat diadakan kembali.

26

5. Usaha

Usaha (W) adalah hasil kali antara gaya dengan

perpindahan yang searah gaya. Benda dikatakan melakukan

usaha jika ada gaya (F) yang bekerja dan ada

perpindahan (S).

Usaha dirumuskan W = F X S

F. Kerangka Berfikir

Upaya yang dilakukan oleh guru untuk dapat

mencapai KKM siswa/hasil belajar adalah melakukan

tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan secara

optimal. Menerapkan model dalam proses Kegiatan Belajar

Mengajar(KBM) adalah merupakan contoh salah satu dari

tindakan tersebut. Dalam penelitian ini akan dicobakan

suatu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Model ini akan memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan rasa kerjasama dan tanggungjawab dalam

pencapaian KKM/hasil belajar sehingga dalam setiap

evaluasi akan ada pencapaian KKM dan bahkan melampaui

KKM. Tercapainya KKM akan meningkatkan kebermaknaan

27

pembelajaran. Dari paparan semua ini sudah dapat diduga

bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan

penelitian yang berjudul “Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA melalui pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw peserta didik kelas VIII SMP

Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran “ benar-benar

dapat terwujud dan pasti ada respon yang positif dari

peserta didik.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berfikir

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas

VIII SMP Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII

SMP Negeri 2 Parigi Kabupaten Pangandaran.

28

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

(PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action

Research ( CAR ). Penelitian ini dimaksudkan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar

siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di

kelas, khususnya pada pemahaman konsep energi dan

konsep usaha dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw . Langkah-langkah yang ditempuh

mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan

penelitian akan dijabarkan dalam uraian berikut ini.

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan

pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di

SMP Negeri 2 Parigi mulai dari bulan Januari

sampai dengan Maret sebanyak 4 kali pertemuan yang

dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I sebanyak 2 kali

29

pertemuan dan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan.

Jumlah jam pelajaran IPA dalam satu minggu adalah 4

jam pelajaran dimana satu jam pelajaran waktunya 40

menit.

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII

Perempuan sebanyak 19 orang dan laki-laki sebanyak

11 orang. Peneliti mengambil subjek siswa kelas

perempuan mengingat karakteristiknya cenderung

lebih pasif dibandingkan kelas laki-laki dan

berdasarkan dari hasil belajar pada konsep materi

sebelumnya masih dianggap relatif rendah. .

B. Prosedur Siklus Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK), adapun tahapan yang akan dilakukan

dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan

oleh Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen

(2003:18) bahwa tahap-tahap tersebut atau biasa

disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen

yang meliputi : (a) perencanaan (planning), (b)

30

aksi/tindakan (acting), (c) observasi (observing), (d)

refleksi (reflecting).

Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara

garis besar dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1 : Siklus Kegiatan Penelitian

SiklusI

Perencanaan Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dilaksanakan.

Menentukan pokok bahasan Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Menyiapkan sumber belajar seperti buku

Mengembangkan format evaluasiTindakan Melaksanakan KBM yang mengacu pada

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan.

Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman konsep yang dipelajari.

Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakanformat observasi

Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi efektifitaswaktu yang telah dilaksanakan.

Membahas hasil tindakan. Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang belum mencapai sasaran.

Evaluasi tindakan.Indikator keberhasilan siklus I

Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat dilaksanakan semua

Siswa mampu melaksanakan KBM dengan aktifitas yang tinggi.

Siswa mampu menunjukan bentuk-bentukenergi dan contohnya dalam kehidupansehari-hari.

Siklus II

Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah

31

Pengembangan program tindakan IITidakan Pelaksanaan program tindakan IIPengamatan Pengumpulan data tindakan IIRefleksi Evaluasi tindakan IIIndicator keberhasilan siklus II

Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat terlaksanakan semua

Aktifitas siswa dalam KBM meningkat. Motivasi siswa dalam KBM meningkat Hampir 100 % pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa,

sedangkan jenis data yang didapatkan dalam

penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif yang meliputi :

a. Data hasil pretes dan postes

b. Hasil observasi terhadap proses Kegiatan

Belajar-Mengajar

c. Jawaban angket

d. Jurnal harian/catatan lapangan

e. Foto kegiatan

2 Teknik Pengumpulan Data

32

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

angket, pretes, dan postes pada tiap siklus dan

dilengkapi jurnal harian (catatan harian).

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati

aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung, dari observasi tersebut dapat

dilihat peningkatan aktivitas belajar yang

meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan

kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran.

b. Angket

Angket digunakan untuk melihat motivasi

siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan,

dimana angket adalah merupakan tanggapan dari

seluruh siswa terhadap kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat

dirasakan oleh siswa dalam rangka meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar.

c. Jurnal Harian (Catatan Harian)

33

Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran

tidak semuanya tercantum dalam lembar observasi.

Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal

harian / catatan harian yang merupakan alat

bantu perekam yang paling sederhana yang memuat

perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang

dapat di jadikan pertimbangan bagi pelaksanaan

langkah-langkah berikutnya.

d. Foto

Untuk merekam peristiwa penting seperti

aspek kegiatan kelas, aktivitas kelas atau untuk

memperjelas data dan hasil observasi dari

penelitian ini, di gunakan foto. Foto ini juga

dapat membantu dalam evaluasi tentang data –

data lainnya.

e. Data Tes Hasil Belajar

Data tes hasil belajar berupa data

kuantitatif yang di peroleh melalui pretes

sebelum diadakan tindakan pada masing-masing

siklus dan postes setelah berakhirnya setiap

34

siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap

berakhirnya disetiap siklus dapat diketahui

kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh

siswa melalui pembelajaran pemahaman materi

pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw. Data hasil tes tersebut bisa di

jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi,

untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus

berikutnya.

D. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Observasi

Data obsevasi ini di ambil melalui pengamatan

yang dilakukan oleh kolaborator sebagai observer,

yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan

menggunakan rumus :

35

A− X 100% , dimana A = Jumlah siswa

yang melakukan B kegiatan

B = Jumlah siswakeseluruhan

b. Data Angket

Menganalisis data hasil angket dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah responden actual−−−−−−−−−−−−−−−−−−− X 100 %Jumlah seluruh responden

c. Data Tes Hasil Belajar

Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari

hasil pretes dan postes masing-masing siklus

dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran

IPA adalah 60. Kemudian menentukan banyaknya

siswa yang mendapat nilai diatas atau sama

dengan 60 (siswa yang sudah tuntas). Banyaknya

36

siswa yang mendapat nilai ≥ 60 di hitung

prosentasenya dengan menggunakan rumus :

Jumlah siswa yang tuntas X 100 %

Jumlah seluruh siswa

Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan

cara menjumlahkan skor nilai seluruh siswa

dibagi dengan jumlah siswa.

d. Data Jurnal Harian

Peneliti sebagai orang yang terlibat secara

aktif dalam pelaksanaan tindakan, dan juga guru

lain sebagai observer menyimpulkan dan

mendeskripsikan kejadian selama penelitian

berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.

E. Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian ini peneliti selalu

menginginkan agar metode yang diterapkan dapat

meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar

peserta didik terhadap pembelajaran yang diterapkan,

sehingga hasil belajar/ pencapaian KKM yang sudah

37

ditetapkan oleh sekolah dapat tercapai bahkan

mungkin supaya dapat terlampaui.

Peneliti menginginkan dalam pembelajaran

tentang usaha dan energi melalui pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw semua anak minimal dapat

mencapai nilai KKM yaitu 67 untuk kelas VIII ,dan

prosentasenya dapat meningkat setiap saat, sehingga

dalam penelitian ini antara siklus I dan siklus II

ada peningkatan nilai rata-rata maupun prosentase

secara klasikal.

F. Indikator Keberhasilan

Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian

No KEGIATAN

MINGGU KE……..

1 2 3 4 5 6 7 8 91

0

1

1

1

2

1 Perencanaan

2

Proses

Pembelajara

n3 Evaluasi 4 Pengumpulan

38

Data

5Analisis

Data

6Penyusunan

Hasil

7Pelaporan

Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera

Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.

Dimyati, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, P.T. Rineka Cipta.

Mendiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Muhibin Syah, (1995), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya

Ratna Wilis Dahar (1986), Interaksi Belajar Mengajar IPA, Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud

39

Rooyakkers, A. (1984), Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.

Sudjana, N. (1989), Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.

Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996) Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.

Suhardjono, (2006), Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) ,Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara.

Tita Rosita, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka, Depdikbud