KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

33
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN Muhammad Faiq Dzaki PENDAHULUAN Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. 1. Perkembangan Fisik Anak/Siswa Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki. Pada akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 13 tahun. Anak laki laki memasuki masa

Transcript of KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Muhammad Faiq Dzaki

PENDAHULUANSebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembanganpeserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi:perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, danbermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisikdan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuatterhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mentalatau perkembangan kognitif siswa.

Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas,sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusifyang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusifakan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehinggamampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yangdiinginkan.

1. Perkembangan Fisik Anak/SiswaAnak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periodeperalihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal kesuatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anakrelatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. Padausia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki danperempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anakperempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsingdari anak laki laki.

Pada akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulaimengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulaitumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuanlebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak lakilaki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usiasekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anakperempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka.Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnyadimulai pada usia 12 13 tahun. Anak laki laki memasuki masa

pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13 16tahun.

Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas.Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubahmanusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampubereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuhdipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal(prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal)berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalamtinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seksprimer dan sekunder.

Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuktiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnyakejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulaiperubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anaklaki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yangperlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematanganreproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Denganadanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matangsebelum anak matang yang sama usianya mulai mengalamipubertas.

2. Perkembangan Sosio emosional Anak/SiswaMenjelang masuk SD, anak telah rnengembangkan keterampilanberpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks.Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris(berpusat pada diri sendiri), dan dunia mereka adalah rumahkeluarga, dan taman kanak kanaknya.

Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diritetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulaimencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa"saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahapini disebut tahap 'I can do it my self'. Mereka dimungkinkanuntuk diberikan suatu tugas.

Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD.Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugaspilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hatimenyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakanmandiri, kerjasama dengan kelompok, dan bertindak menurutcara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka jugamulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa inimereka juga mulai menilai diri mereka sendiri denganmembandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebihmuda menggunakan perbandingan sosial (social comparison)terutama untuk norma norma sosial dan kesesuaian jenis jenistingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakinlanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosialuntuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan merekasendiri.

Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitifmereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampaklebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orangdewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalamkehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SDanak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalamkelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidakditerima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosionalyang serius Teman teman mereka menjadi lebih pentingdaripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh temansebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa.Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggotakelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.

Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Padasaat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima danbergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SDhubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yangmenceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidakmereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak praremaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, adabeberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak

mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan,beberapa anak mungkin secara terbuka menentang gurunya.

Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitasremaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untukberpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benakmereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulaimenyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang merekapikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana merekaberperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri merekasendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka,membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencobauntuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahunsarnpai 22 tahun, urnumnya telah rnengembangkan suatu statuspencapaian identitas.

RINGKASANPada anak perempuan sekitar kelas 6 SD, sudah mencapaipuncak lonjakan tinggi badan pada umur (10,5 13,5) tahun dansudah mulai menstruasi umur (10,5 15,5) tahun. Sementara itupada anak laki laki puncak lonjakan tinggi badan tercapai(12,515,5) tahun serta mereka juga sudah dewasa pada alatreproduksinya pada umur (12 16) tahun yaitu denganditandainya penyemburan pertama air mani.

Perkembangan sosio emosional, pada anak permulaan masuk SDmulai mengembangkan keterampilan berpikir, bertindak, danpengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnyakelas dan dengan berlangsungnya pendidikan dan pengajaran disekolah, anak semakin rnengembangkan konsentrasi dalammengerjakan sesuatu termasuk mengerjakan tugas sekolah,mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain.Pada akhir SMP anak sudah mencapai perkembangan sosioemosional yang lebih stabil dan sudah mengembangkan statuspencapaian identitas.

Pendidikan dan Gender

Muhammad Faiq Dzaki

Pendidikan yang bermutu membangun rasa percaya diri baikpada anak perempuan maupun lakilaki, dan membantu merekamengembangkan potensi diri. Dalam masyarakat yang adil, anakperempuan maupun laki-laki memiliki hak yang sama, namunkadang-kadang hak-hak anak perempuan terhadap pelayananpendidikan terabaikan. Padahal, pentingnya perempuan yangberpendikan dalam pembangunan masyakarat sudah tidakdisangkal lagi.

Perempuan yang berpendidikan lebih mampu membuat keluarganyalebih sehat dan memberikan pendidikan yang lebih bermutupada anaknya, Selain itu perempuan berpendidikan lebihmemiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebihbaik. Sebaliknya, perempuan yang pendidikannya kurang akanlebih rentan terhadap tindak kekerasan (fisik maupun nonfisik), dan memiliki tingkat kesehatan dan ekonomi yangcenderung lebih rendah.

Seringkali secara tidak sengaja, guru membedakan muridperempuan dan laki-laki karena guru berpendapat bahwa muridperlu diperlakukan secara khusus menurut peran yangdidasarkan pada jenis kelamin. Padahal asumsi tentang peranperempuan dan laki-laki yang dipegang oleh guru bisamengakibatkan ketidakadilan dalam memberikan layananpendidikan yang terbaik bagi murid laki dan perempuan. Tentusaja penting menghargai perbedaan antara anak perempuan danlaki, asal pembedaan itu tidak mengakibatkan pembatasanterhadap kesempatan anak perempuan maupun laki dalammengembangkan potensi mereka

Interaksi Sebagai Proses Belajar MengajarMuhammad Faiq Dzaki

Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran disekolah berlang-sung interaksi guru dan siswa dalam prosesbelajar mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadiproses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi

antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yangbelajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam prosesinteraksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciriinteraksi edukatif) yaitu (1) Interaksi belajar mengajarmemiliki tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatuperkembangan tertentu. Interaksi belajar mengajar sadartujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatiansiswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannyainteraksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuanyang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perluadanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yangrelevan, (3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satupenggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehinggadapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelumberlangsungnya interaksi belajar mengajar, (4) Ditandaidengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusatpembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlakbagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (5) Dalaminteraksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dansebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6) dalaminteraksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudahditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktutertentu, kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsurpenilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapaimelalui interaksi belajar mengajar.( Titin, 2003:10)

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksibelajar mengajar guru harus memiliki kemampuan mendesainprogram, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakankondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media danmemilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan,memiliki keterampilan mengkomunikasikan program sertamemahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasarbertindak.

Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua prosesyang terpadu yaitu proses belajar mengajar. Seorang pengajar

dapat mengartikan belajar sebagai kegiatan pengumpulan faktaatau juga dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatuproses penerapan prinsip.

Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) mengatakan bahwabelajar merupakan suatu proses yang dapat dilakukan olehmakhluk hidup yang memungkinkan makhluk hidup ini merubahperilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama,sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasibaru. Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan belajarsebagai suatu proses dimana organisme perilakunya sebagaiakibat pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan fakta-faktayang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang barudengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, ataumengaitkan konsep pada umumnya menjadi proposisi yangbermakna.Merujuk pada kaum kontruktivis bahwa belajar merupakanproses aktif dalam mengkonstruksi arti teks, dialog,pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan bahwabelajar juga merupakan proses mengasimilasikan danmenghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apayang sudah dipunyai seseorang. (Suparno P , 1997 :61)

Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar tersebut dapatdisimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yangdilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahantingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secaralangsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsungsebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya denganlingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa belajar sebagai suatuaktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalaminteraksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahandalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.

Belajar fisika dalam kerangka pengajaran dan pendidikan disekolah adalah proses aktivitas siswa arahan dan bimbinganuntuk mempelajari materi mata pelajaran fisika. Melaluikegiatan belajar fisika siswa diharapkan memperoleh

pengertian tentang fakta-fakta, konsep fisika, prinsip,hukum, metode ilmiah dan sikap ilmiah serta salingketerkaitan antar komponen-komponen itu. Selanjutnya semuahal yang dipelajari tersebut diharapkan dapat diterapkandalam kehidupan nyata dan dapat digunakan untuk mempelajariperkembangan sains dan teknologi.Blog dengan ID 33471 Tidak ada Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guruke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswamembangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berartipartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan,membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, danmengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentukbelajar sendiri. (Bettencournt, 1989 dalam SuparnoP,1997 :65)

Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anaksendiri, dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajarsedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan inipada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbingkegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of learningactivities, teaching is for the purpose of aiding the pupillearn” ……. ( Hamalik ,2002:58)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakanproses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajarmerupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswasebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagaipengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajarmengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.

Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harusditempatkan sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif danmelibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhanproses belajar yang harus dialami siswa dalam kerangkapendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem,yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagaikomponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk

menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan(output).

Pustaka:Abdillah, H. dan Abdul, M. 1988. Prinsip-prinsip Belajaruntuk Pengajaran. Surabaya Indonesia : Usaha Nasional.

Motivasi Belajar – Upaya untuk MeningkatkanMuhammad Faiq Dzaki

Upaya untuk meningkatkan motivasi belaja siswa yang dapatdilakukan yaitu:

Optimalisasi penerapan prinsip belajar.Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasibelajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa merupakanbimbingan tindak pembelajaran bagi guru. Dalam upayapembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa danmenguasai seluk beluk bahan yang diajarakan kepada siswa.Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsippembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antaralain sebagai berikut:Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar,oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secarahierarkis.Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan padapemecahana masalah yang menantangnya, oleh karena itupeletakan urutan masalah yang menantang harus disusun gurudengan baik.Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segalakemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu olehkarena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalampengajaran unit atau proyek.Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karenaitu guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhanasampai paling menantang.Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsippenilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan

dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukankriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.

Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaranUnsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswaada yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar.Oleh karena itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktubagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsurdinamis tersebut dengan jalan :Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatanbelajar yang dialaminya.Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehinggaterwujud tindak belajar.Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberikesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalambelajar.Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembiraterpusat pada perilaku belajar.Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percayadiri.

Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswaGuru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuansiswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasipemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukansebagai berikut :1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya danbertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti.2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.4) Guru mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut danmendidik kebenaran mengatasi kesukaran.5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya.7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasilmengatasi kesukaran belajarnya sendiri.8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuansiswa agar belajar secara mandiri.

Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajarPengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuksekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuhdengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguatberupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil.Sebaliknya dorongan keberanian untuk memiliki cita-citadiberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisanmasyarakat

KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK USIA

SEKOLAH DASAR

Oleh Nursidik Kurniawan, A.Ma.Pd.SD

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yangperlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaanpeserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagaiguru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuaidengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorangpendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selainkarakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan pesertadidik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didikdibahas sebagai berikut:

Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain.Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakankegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebihuntuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang modelpembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan didalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yangserius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknyadiselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA,Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan

seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya danKeterampilan (SBK).

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orangdewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat dudukdengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu,guru hendaknya merancang model pembelajaran yangmemungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anakuntuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakananak sebagai siksaan.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anaksenang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulanya dengankelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalamproses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturankelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung padaditerimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasibahwa guru harus merancang model pembelajaran yangmemungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok,serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik inimembawa implikasi bahwa guru harus merancang modelpembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja ataubelajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untukmembentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untukmempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakanatau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasukitahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengankonsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswamembentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya.Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akanlebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnyadengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian

guru hendaknya merancang model pembelajaran yangmemungkinkan anak terlibat langsung dalam prosespembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahamitentang arah mata angina, dengan cara membawa anak langsungkeluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina,bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahuisecara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD,implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhanpeserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasidari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembanganadalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periodetertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akanmenimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalammelaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalandalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidakbahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalammenghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematanganfisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melemparmengangkap dan menendang bola, belajar menerima jeniskelamin yang berbeda dengan dirinya,. Beberapa tugaspekembangan terutama bersumber dari kebudayaan sepertibelajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggungjawab sebagai warga negara. Sementara tugas-tugasperkembangan yang bersumber dari nilai-nlai kepribadianindividu diantaranya memilih dan mempersiapkan untukbekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besaryaitu (1)kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalamkelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki dunia permainandan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3)kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, danligika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik pesertadidik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikantitik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, danuntuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikanpendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itusendiri

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar « on: 02 February 2010, 12:26 »

Masa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yangberlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usiasebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utamasiswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalamkognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian danperkembangan fisik anak.Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enamsampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dandunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anakmulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologimasyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanyaterjadi di sekolah.

Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakanindividu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlulagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasarsedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarahyang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapilingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelasempat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yanglebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakantingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.

Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembanganintelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalamanfisik (physical experience), penyalaman logika matematika(logical mathematical experience), transmisi sosial (social

transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atauproses pengaturan sendiri (self-regulation ) Eriksonmengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadappencapaian hasil belajar.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuandan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anakmembutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuandengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akankegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa merekaberperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehinggamenghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikantahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu :(a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahapoperasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkritusia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia11 atau 12 tahun ke atas.

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada padatahap operasional kongkrit, pada tahap ini anakmengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat padafakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis,tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampumelakukan konservasi.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososialsiswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa merekamempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam prosesberfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari duniakongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembanganpsikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak padaprinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan darihal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkanpada dunia pengetahuan.

Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajarmereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karenamereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata didalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan

bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapasifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadapkehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amatrealistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhirmasa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajarankhusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkansebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnyaanak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusahamenyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandangnilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenaiprestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentukkelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasaradalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baikpertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhanbadaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagaivariasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Inisuatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individualpada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yangsama.

Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti diatas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan danpengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa denganbaik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitarkehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yangdipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secaraindividual maupun dalam kelompok.

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar17 Mei 2009 7.400 views No Comment

Masa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yangberlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia

sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utamasiswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalamkognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian danperkembangan fisik anak.Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enamsampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dandunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anakmulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologimasyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanyaterjadi di sekolah.

Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakanindividu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlulagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasarsedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarahyang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapilingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelasempat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yanglebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakantingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.

Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembanganintelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalamanfisik (physical experience), penyalaman logika matematika(logical mathematical experience), transmisi sosial (socialtransmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atauproses pengaturan sendiri (self-regulation ) Eriksonmengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadappencapaian hasil belajar.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuandan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anakmembutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuandengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akankegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa merekaberperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehinggamenghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan

tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu :(a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahapoperasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkritusia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia11 atau 12 tahun ke atas.

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada padatahap operasional kongkrit, pada tahap ini anakmengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat padafakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis,tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampumelakukan konservasi.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososialsiswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa merekamempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam prosesberfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari duniakongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembanganpsikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak padaprinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan darihal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkanpada dunia pengetahuan.

Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajarmereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karenamereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata didalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakanbahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapasifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadapkehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amatrealistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhirmasa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajarankhusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkansebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnyaanak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusahamenyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandangnilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenaiprestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentukkelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasaradalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baikpertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhanbadaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagaivariasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Inisuatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individualpada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yangsama.

Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti diatas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan danpengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa denganbaik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitarkehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yangdipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secaraindividual maupun dalam kelompok. Semoga

Perlu Diketahui Guru7 Maret 2010 243 views No Comment

KITA banyak sudah berbicara tentang model pembelajarankontekstual, kita juga sudah berbicara perbedaan antaramodel pembelajaran kontekstual dengan model pembelajarantradisional, kita sudah beberkan pula keuntungan dankelebihan dari model pembelajaran kontekstual.

Tidak hanya sampai di situ, dari banyak penelitian dan hasilkajian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan,baik oleh dosen, LSM, guru maupun mahasiswa, menunjukkanbahwa model pembelajaran kontekstual dapat kita lakukan didalam proses pembelajaran.

Selanjutnya dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan,bahwa model pembelajaran kontekstual hasil belajar siswa,motivasi siswa dalam belajar, sikap siswa dalam belajar,

keterampilan kritis dan keterampilan sosial para pelajarlebih baik dibandingkan dengan model pembelajarantradisional yang dilaksanakan oleh guru.

Banyak para peneliti menyampaikan rekomendasinya kepadapengambil kebijakan katakanlah birokrasi pendidikan untukmemberikan pernjelasan dan sosialisasi kepada guru supayaguru menggunakan model pembelajaran kontekstual ini dalampembelajarannya, dan sudah waktunya guru meninggalkan model-model pembelajaran yang ku-rang memberikan kesempatan kepadasiswa untuk aktif, kreatif dan inovatif. Dengan upaya-upayayang sudah dilakukan, baik oleh peneliti, pengambilkebijakan, pelaksana pendidikan, akan dapat memberikandampak dan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan diIndonesia.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini dapat dilakukanoleh semua guru tanpa kecuali, kemudian dapat dilakukanterhadap semua tingkat dan jenis pendidikan. Tentunyamasalah dan konsep yang diketengahkan harus sesuai dengantingkat dan level satuan pendidikan. Untuk tingkatpendidikan anak usia dini berbeda dengan tingkat pendidikandasar, demikian pula pendidikan dasar berbeda pula denganpendidikan menengah.Kita berharap kiranya pengelola pendidikan di kelas, mau danmenyadari bahwa model pembelajaran ini baik, dan kamimemberikan rekomendasi kepada berbagai pihak yang terlibatlangsung dengan masalah pendidikan dan pengajaran.

Pihak-pihak tersebut memiliki ikatan batin danbertanggungjawab secara moral di dalam mewujudkan pendidikanbermutu sebagaimana yang diharapkan kita bersama.

Rekomendasi yang perlu kami sampaikan :

(1) Kepada Guru di semua tingkat, jenis baik pada PendidikanAnak Usia Dini, Pendidikan Dasar (SD/SMP, dan PendidikanMenengah bahkan Pendidikan Tinggi hendaknya dapatmengembangkan kualifikasi dan kualitas profesinya. Dengan

demikian eksplorasi pustaka dan eksperimen empirik tentangmodel pembelajaran kontekstual terus dilaksanakan padasetiap pembelajaran yang dilakukannya.Kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran diantaranyadengan menerapkan pendekatan belajar mengajar modelkontekstual atau CTL dalam setiap mata pelajaran,

(2) Kepada para Guru disampaikan untuk senantiasa bersikapterbuka terhadap inovasi dan merespon secara aktif dankreatif setiap perkembangan pendidikan, sehingga apa yangdilakukan terhadap siswa benar-benar dapat berguna, baikbagi kehidupannya sendiri maupun orang lain,

(3) Kepada Kepala sekolah agar dapat mengevaluasi kegiatanpembelajaran yang dilaksanakan oleh Guru dan mengadakanpemantauan atau monitoring dan evaluasi secara rutin dengantujuan untuk mengingatkan para guru agar dapat melaksanakanproses pembelajaran dengan baik serta tercapai peningkatankegiatan pembelajar agar lebih optimal,

(4) Kepada Instansi atau Lembaga yang terkait denganpenyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah,disarankan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan, sertaworkshop sehingga sosialisasi dapat merata, dan tidak adalagi guru-guru yang tidak mengetahui dan memahami khusustentang pelaksanaan pembelajaran model pembelajarankontesktual kepada para Guru, sehingga para Guru dapatbekerja dengan lebih baik dan profesional yang nantinyadapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dan

(5) Kepada Depdiknas, Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi(LPM, Lemlit, Jurusan atau program studi yang ada di LPTK,media massa dan lembaga lain yang terkait untuk melakukankegiatan-kegiatan pelatihan berkenaan dengan modelpembelajaran kontekstual yang tujuannya adalah meningkatkankemampuan dan ketrampilan guru. Semoga ***

Tak Mudah Menjadi Guru14 Maret 2010 211 views One Comment

AKTIVITAS proses belajar mengajar merupakan inti dari prosespendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangperanan utama. Tugas utama seseorang guru ialah mendidikdengan menggunakan mengajar sebagai pelaksanaan tugasnya,siswa aktif belajar sebagai dampaknya, perubahan pola pikirdan perilaku sesuai dengan yang diharapkan sebagai hasilnya(Sahabuddin, 199S). Tanggung jawab keberhasilan pendidikanberada di pundak guru. Olehnya itu, untuk menjadi seorangguru harus melalui pendidikan dan latihan khusus sertadengan keahlian khusus.

Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampaipenyetahuan dan pengalih pengetahuan dan pengalihketerampilan, serta merupakan satu-satunya sumber belajar,berubah peran menjadi pembimbing, Pembina, pengajar, danpelatih, yang berarti membelajarkan. Dalam kegiatanpembelajaran, guru akan bertindak sebagai fasilisator yangbersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, sertamemperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali danmengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telahdirencanakan (Tangyong, 1996).

Beratnya tanggung jawab bagi guru menyebabkan pekerjaan guruharus memerlukan keahlian khusus. Untuk itu pekerjaan gurutidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidangpendidikan, sehingga profesi guru paling mudah terkenapencemaran.

Guru dalam melaksanakan tugas profesinya diperhadapkan padaberbagai pilihan, seperti cara bertindak bagaimana yangpaling tepat, bahan belajar apa yang paling sesuai, metodepenyajian bagaimanayang paling efektif, alat bantu apa yangpaling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien,sumber belajar mana yang paling lengkap, system evaluasi apayang paling tepat, dan sebagainya (Sahabuddin, 1995).

Guru sebagai pelaksana tugas otonom, harus dapat menentukanpilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan

atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini gugubertindak sebagai pengambil keputusan.Guru sebagai pihak yang ber-kepentingan secara operasionaldan mental harus dipersiapkan dan ditingkatkanprofesionalnya, karena hanya dengan demikian kinerja merekadapat efektif, Apabila kinerja guru efektif maka tujuanpendidikan akan tercapai. Yang dimaksud denganprofesionalisme disini adalah kemampuan dan keterampilanguru dalam merencanakan, melaksanakan pengajaran danketerampilan guru merencanakan dan melaksanakan evaluasihasil belajar siswa.

Mengingat pentingnya profesionalisme guru dalam pencapaiantujuan pendidikan utamanya pada skala tingkat institusional,maka perlu adanya pelatihan dan profesionalisme guru,sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang bisadijadikan masukan dalam membuat dan melaksanakan kebijakandi bidang pendidikan terutama pada tingkat sekolah dasarsampai menengah baik negeri maupun swasta.

Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan pemerintahdalam upaya meningkatkan profesionalisme guru Upaya tersebutantara lain direalisasikan melalui berbagai macam pelatihan.Hasil penelitian yang mengkaji tentang profesionalisme guruseperti dilakukan oleh Tomajahu (2002), menunjukkan adanyaperbedaan kemampuan kompetisi mengajar guru yang seringmengikuti pelatihan dengan yang jarang serta pengalamankerja guru dalam mempengaruhi kompetensinya.

Motivasi lain yang mendorong perlunya dilakukan pelatihan,pelatihan tersebut sangat berkait erat dengan bidang ilmuyang ditekuni, selanjutnya pelatihan hendaknya difokuskannkepada proses pembelajaran, metodologi pembelajaran,pendayagunaan ICT, pelaksanaan system evaluasi. Tak kalahpentingnya adalah pelatihan yang berkaitan denganpelaksanaan kurikulum yang berlaku, dan saat ini sedang di-kembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kitamenyadari bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan belumseluruhnya diketahui oleh guru. Batas waktu implementasi

secara menyeluruh ditetapkan pada tahun 2009. Maka kiranyaakan menjadi perhatian pemerintah dan pemerintah daerah,sehingga pada waktu diterapkan semua persoalan tentangkurkulum ini tidak menimbulkan masalah lagi.

Selanjutnya, tentunya pelatihan yang berkenaan dengansilabus dan perangkat lainnya, karena kita menginginkan kedepan guru kita lebih professional, dan guru diharapkanmemiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi dan perannyasebagai seorang professional. Semoga ***

Prosedur Pembelajaran Kontekstual28 Februari 2010 462 views No Comment

SETIAP siswa memiliki gaya belajar sendiri. Bobbi Deporter(1992) menyebutkan hal itu sebagai unsur modalitas belajar.Menurutnya ada tiga belajar pada tiap diri siswa dimana tiaporang memiliki kecenderungan terhadap salah satunya. Ketigahal itu adalah visual, auditorial, dan kinestetis. Siswayang memiliki kece-nderungan visual akan cenderung belajardengan cara melihat. Siswa dengan kecenderungan auditorialakan lebih tertarik untuk belajar dengan mendengarkan suara-suara. Sementara siswa dengan karakter kinestetis akan lebihtertarik untuk praktek dengan me-lakukan suatu kegiatan ataumenyentuh secara langsung.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru dituntut untuk dapatmemahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapatbelajar dengan gayanya masing-masing. Dalam pembelajarankonvensional, guru sering lupa memperhatikan hal ini.Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan Oleh PauloFreire sebagai pemaksaan kehendak.Sehubungan dengan itu,maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guruketika akan menerapkan model belajar pembelajarankontekstual, yakni :

Pertama, siswa harus dipandang sebagai manusia yag sedangberkembang dan bukan sebagai orang dewasa dalam ukurankecil. Kemampuan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh level

perkembangan siswa sehingga kita tidak boleh memberikanpelajaran yang tidak sesuai dengan level perkembangan siswatersebut. Dengan demikian guru tidak bertindak sebagaipenguasa dalam sebuah pembelajaran, namun ia berperansebagai pembimbing siswa dalam membimbing mereka sesuaidengan level perkembangannya.

Kedua, setiap anak memiliki kecenderungan untuk mencoba halyang baru. Mereka akan senang jika mendapat tantangan-tantangan yang baru. Oleh karena itu, guru berperan sebagaipemilih objek baru dan menantang yang akan dipelajari olehsiswa. Ketiga, belajar bagi siswa adalah mengaitkan hal-halyang telah dikuasi dengan informasi baru yang merekadapatkan. Dengan demikian tugs guru adalah untuk mengaitkaninformasi yang telah ada pada siswa dengan hal baru yang iapelajari. Keempat, belajar merupakan proses penyempurnaanskema yang sudah ada pada diri siswa (asimilasi) dan membuatskema yang baru (akomodasi). Dengan demikian guru bertugasuntuk membantu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebihmerupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yangberisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akandilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akandipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,langkah-langkah pembelajaran, dan authenticassessmennya.Dalam konteks itu, prosedur atau program yangdirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yangakan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak adaperbedaan mendasar format antara program pembelajarankonvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekalilagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Programpembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsitujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkanprogram untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan padaskenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalamprosedur atau penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:

(a) Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuahpernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antaraStandar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok danPencapaian Hasil Belajar,

(b) Nyatakan tujuan umum pembelajarannya,

(c) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu,

(d) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa,

(e) Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apasiswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.Denganmengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan atauimplementasi model pembelajaran kontekstual oleh guru, makaakan memudahkan bagi guru untuk menerapkan modelpembelajaran kontekstual dalam pembelajaran yangdilakukannya. Prsedur yang dikemuakan di atas, bukanlahharga mati dan kaku, guru boleh mencari dan menambah tahapanatau konsep lainnya, sehingga lebih memperkaya danmemperluas prosedur pelaksanaan model pembelajarankontektual ini. Semoga.***

Teori Pembelajaran Piaget11 Oktober 2009 2.269 views One Comment

Satu lagi teori pembelajaran yang dapat digunakan sebagailandasan dalam model cooperative learning. Menurut Piaget(Dahar 1996; Hasan 1996; Surya 2003), setiap individumengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagaiberikut:

(1) Tingkat Sensorimotor (0-2 tahun). Anak mulai belajar danmengendalikan lingkungannya melalui kemampuan panca indradan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini semata-mataberdasarkan pada stimulus yang diterimanya. Sekitar usia 8bulan, bayi memiliki pengetahuan object permanence yaituwalaupun objek pada suatu saat tak terlihat di depan

matanya, tak berarti objek itu tidak ada. Sebelum usia 8bulan bayi pada umumnya beranggapan benda yang tak merekalihat berarti tak ada. Pada tahap ini, bayi memilikidunianya berdasarkan pengamatannya atas dasargerakan/aktivitas yang dilakukan orang-orang disekelilingnya.

(2) Tahap Preoporational (2-7 tahun). Pada tahap ini anaksudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuanberpikirnya belum sampai pada tingkat kemampuan berpikirlogis. Masa 2-7 tahun, kehidupan anak juga ditandai dengansikap egosentris, di mana mereka berpikir subyektif dantidak mampu melihat obyektifitas pandangan orang lain,sehingga mereka sukar menerima pandangan orang lain. Cirilain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahappreporational adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2objek yang sama memiliki masa, jumlah atau volume yang tetapwalau bentuknya berubah-ubah. Karena belum berpikir abstrak,maka anak-anak di usia ini lebih mudah belajar jika gurumelibatkan penggunaan benda yang konkrit daripadamenggunakan hanya kata-kata.

(3). Tahap Concrete (7-11 thn). Pada umumnya, pada tahap inianak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsepkonservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatubenda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenyaadalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi,menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentrissebelumnya. Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masihdalam bentuk konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak,sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soalpelajaran yang bersifat konkrit. Aktifitas pembelajaran yangmelibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangat efektifdibandingkan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).

(4) Tahap Formal Operations (11 tahun ke atas). Pada tahapini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikirabstrak. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung

konsekuensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesa yangmereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu persoalan, siswapada tahap perkembangan formal operational mampumemformulasikan semua kemungkinan dan menentukan kemungkinanyang mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan kemampuanberpikir analistis dan logis.

Walaupun pada mulanya, Piaget beranggapan bahwa pada usiasekitar 15 tahun, hampir semua remaja akan mencapai tahapperkembangan formal operation ini. Namun kenyataanmembuktikan bahwa banyak siswa SMU bahkan sebagian orangdewasa sekali pun tidak memiliki kemampuan berpikir dalamtingkat ini.

Dalam perkaitannya dengan pembelajaran, teori ini berpedomankepada kegiatan pembelajaran yang mesti melibatkan siswa.Menurut teori ini, pengetahuan tidak hanya sekadardipindahkan secara lisan, tetapi mesti dikonstruksi dandikonstruksi semula siswa. Sebagai realisasi teori ini, makadalam kegiatan pembelajaran siswa ia mestilah bersifataktif. Pembelajaran koperatif adalah sebuah modelpembelajaran aktif dan bekerjasama. Pada masa ini, siswatelah menyesuaikan diri dengan realiti konkrit dan harusberpengetahuan. Oleh sebab itu, dalam usaha meningkatkankualiti kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaranmesti lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan masalah ataulatihan meneliti dan menemukan (Semiawan 1990). Selanjutnya,diungkap pembelajaran koperatif bahwa pembentukan mindadengan pengetahuan hafalan dan latihan (drill) yangberlebihan, selain tidak mewujudkan peningkatan perkembangankognitif yang optimal.

Menurut Surya (2003), perkembangan kognitif pada peringkatini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa yangmenuju ke arah proses berfikir dalam peringkat yang lebihtinggi. Peringkat berfikir ini sangat diperlukan dalampemecahan masalah. Proses pembelajaran akan berhasil apabiladisesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa.Siswa hendaklah banyak diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimen dengan objek fizikal, yang disokong denganinteraksi sesama rekan sebaya.***

Anak Autis

Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anakpenderita autis seperti seorang yg kerasukan setan. Selaintidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapatmengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadangmarah tak terkendali. Dia sendiri tdk mampu mengendalikandirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu diulang2.Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannyapada saat2 atau kondisi tertentu.

Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan olehpara ahli. Dimulai dari hipotesis sederhana sampai kepenelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca &mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapatmenarik kesimpulan sementara, yaitu:Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling seringdituduh) yg tdk dapat mendidik penderita. Anak autis tidakmemiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup didunianyasendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain(biasanya ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagaipenyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory of Mind, ygditulis oleh seorang autis).Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktorgenetis. Alergi memang bisa saja diturunkan, tapi alergiturunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti padapenderita autis.Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan olehkeracunan logam berat seperti mercury yg banyak terdapatdalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg dikonsumsi ibuyg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam beratyg tinggi.Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi ygdiperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap olehtubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya.

Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikanperkembangan tubuhnya sendiri karena zat2 yg bermanfaatjustru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalahkekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit.Sedangkan autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan olehtubuh penderita sendiri yg justru kebal terhadap zat2penting dalam tubuh & menghancurkannya.Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zatyg sebenarnya sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya.Dan penderita harus diet ekstra ketat dengan pola makan ygdirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lamamakan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadapsesuatu itu.Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringansampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanyahormon estrogen yg dapat menetralisir autismenya. Sedanghormon testoteronnya justru memperparah keadaannya. Sedikitsekali penderitanya perempuan karena memiliki hormonestrogen yg dapat memperbaikinya.

Memang berat & sangat sulit menangani anak penderita autisyg seperti kerasukan setan ini. Perlu beberapa hal yg perludiketahui, dipahami & dilakukan, yaitu:Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penangananharus dilakukan secara medis & teratur.Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapakondisi, yaitu: ditangani & terapi sejak dini; masih dalamspektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat dalamtubuh penderita (detoxinasi).Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang olehkesabaran & rasa kasih sayang dalam keluarga penderita.Terutama bagi suami-istri karena banyak kasus anak autismenjadi penyebab hancurnya rumah tangga.Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapaiperkembangan yg luar biasa. Semakin besar harapan sembuhbagi penderita.

Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walaupun tingkat perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasatidak ada.Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus &sangat disiplin. Perbaikan kondisi penderita karena dietberlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet dapatmenghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.

Siapa yg tidak ingin anak autisnya dapat hidup mandiri,dapat berkarya & berprestasi baik serta dapat diterima dimasyarakat? Kunci terpenting adalah dengan terus berdoakepada Tuhan agar anak dapat diberi kesembuhan & keluargadiberi kemampuan, kekuatan, kesabaran serta ketabahan dalammembesarkan & mendampingi si anak penderita autis. Juga agardiberi jalan terbaik dalam kehidupan ini agar dapat membantu& mendukung proses perbaikan perkembangan penderita.

cara belajar anak autisMarch 11th, 2010 • Related • Filed Under

Metode belajar yang tepat bagi anak autis disesuaikan denganusia anak serta, kemampuan serta hambatan yang dimiliki anaksaat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak autis. Metode yang digunakan biasanya bersifatkombinasi beberapa metode. Banyak, walaupun tidak semuanya,anak autis yang berespon sangat baik terhadap stimulusvisual sehingga metode belajar yang banyak menggunakanstimulus visual diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yangmenggunakan alat bantu sebagai media pengajarannya menjadipilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster,bola, mainan balok, dll. Pada bulan-bulan pertama inisebaiknya anak autis didampingi oleh seorang terapis yangberfungsi sebagai guru pembimbing khusus

Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalahgejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mauberhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim denganfikiran dan fantasi sendiri.

upratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autismemiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri danbersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidakmemberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti tidakmenaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mauatau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atautidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak sukadengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tuapun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadangterampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap.

Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah caraberpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau dirisendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan danharapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itumenurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuatsemaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku.

Autisma/Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuankomunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tigatahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini didugamengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak adarespon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).

Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisma/Autisme adalahgangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku,dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungansosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untukmempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukansebagai anggota masyarakat. Autisma/Autisme berlanjut sampaidewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisma/Autisme tidak pandangbulu, penyandangnya tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat

tinggal, maupun jenis makanan. Perbandingan antara laki-lakidan perempuan penyandang Autisma/Autisme ialah 4 : 1.

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwaAutisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secaratotal, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar,merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhiperilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi,hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidaktergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial,tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenismakan