PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA' UNTUK PENINGKATKAN NILAI TUKAR NELAYAN...

22
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA’ UNTUK PENINGKATKAN NILAI TUKAR NELAYAN DALAM PEMBENTUKAN KAWASAN MINAPOLITAN PONDOK MIMBO BIDANG KEGIATAN: PKM GT Diusulkan Oleh : Shanty Anitasari. (NIM. 101510601010) EntriYhonita (NIM. 101510601012)

Transcript of PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA' UNTUK PENINGKATKAN NILAI TUKAR NELAYAN...

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA’ UNTUK PENINGKATKAN NILAI TUKAR NELAYAN DALAM PEMBENTUKAN

KAWASAN MINAPOLITAN PONDOK MIMBO

BIDANG KEGIATAN:

PKM GT

Diusulkan Oleh :

Shanty Anitasari. (NIM. 101510601010)

EntriYhonita (NIM. 101510601012)

UNIVERSITASJEMBERJEMBER2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan PKM-GT (Program

Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis) yang berjudul

“Optimalisasi Peran Pengamba’ Untuk Peningkatkan Nilai Tukar Nelayan

dalam Pembentukan Kawasan Minapolitan Pondok Mimbo” dengan

baik. Tulisan ini disusun sebagai usulan PKM-GT tahun

2013.

Dengan terselesaikannya PKM-GT ini, kami

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang

membantu dan mendukung penulisan gagasan tertulis ini

yakni kepada :

1. Bapak Aryo Fajar S, S.P, M.Si selaku dosen

pembimbing selama penyusunan gagasan ini.

2. Orang tua penulis yang selalu member dukungan dan

doanya

3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut

andil dalam penyelesaian gagasan tertulis ini

Demikian PKM-GT yang telah kami susun.Kami

berharap, gagasan yang kami tulis memiliki potensi dan

manfaat untuk dikembangkan lebih lanjut bagi pembaca.

Namun, kami selaku penulis juga menyadari banyak

kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran

yang membangun.

Jember, 22 Maret

2013

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : OptimalisasiPeran Pengamba’ Untuk Peningkatkan Nilai Tukar

Nelayan dalam Pembentukan Kawasan MinapolitanPondok Mimbo

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√ ) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Shanty Anitasarib. NIM : 101510601010c. Jurusan : Agribisnisd. Universitas : Universitas Jembere. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl.Kalimantan X/1 Jemberf. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 Orang

5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Aryo Fajar S,S.P., M.Si. b. NIP : 197401161999031001 c. AlamatRumah dan No Tel./HP :

Jember, 22 Maret 2013

MenyetujuiKetua Program Studi Agribisnis KetuaPelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Evita Soliha Hani, MP) (ShantyAnitasari)NIP. 196309031990022201 NIM. 101510601010

Pembantu Rektor Bidang Dosen PendampingKemahasiswaan Universitas Jember

(Drs. Andang Subaharianto, M.Hum.) (Aryo Fajar S, S.P., M.Si.) NIP. 196504171990021001 NIP.196505281990031001

OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA’ UNTUK PENINGKATKAN NILAI TUKAR NELAYAN DALAM PEMBENTUKAN

KAWASAN MINAPOLITAN PONDOK MIMBO

Shanty Anitasari, Entri YhonitaUniversitas JemberFakultas Pertanian

Jl. Kalimantan III/23 Jember

RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnyaterdiri dari perairan. Dalam kehidupan nelayan Jawa dan Madura, peranpengamba’ tidak bisa dianggap remeh. Pengamba’ telah memilikikedekatan secara ekonomi dan sosial dengan nelayan Jawa dan Madura.Sebagai agen informal dalam penyedia modal dan agen pemasaran,pengamba’ diharapkan tidak mengambil keuntungan terlampau besarsehingga dapat merugikan nelayan. Pembentukan kawasan minapolitandan penetapan resi gudang diharapkan mampu memposisikanpengamba’ dalam posisi yang tepat dan tetap berguna secara fungsionalsehingga kedekatan yang selama ini terjalin antara nelayan danpengamba’ tidak hilang begitu saja. Sistem resi gudang juga dimasukkandalam sistem minapolitan ini. Selain itu untuk meningkatkan pendapatandaerah juga perlu dibangun industri pengolahan hasil laut yangmenggunakan tenaga kerja wanita dari warga lokal. Hasil olahan dariproduk laut juga bisa dijadikan sebagai produk khas yang menjaring

konsumen yang melewati jalur pantai utara sepanjang garis pantaipondok Mimbo.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia,

memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan

terdiri dari sekitar 17.500 buah pulau yang tersebar di

sekitar garis khatulistiwa. Orientasi pembangunan masih

lebih banyak diarahkan ke daratan daripada orientasi

pembangunan ke arah perairan lautan atau seaward oriented

development. Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3

luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km, tetapi

Produk Domestik Bruto perikanan baru mencapai 2,2%-

2,6%. Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton

per tahun, namun nelayan masih miskin, Produksi

perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton per tahun,

tapi tangkapan yang diperbolehkan (total allowable catch)

maksimum 5,2 juta ton per tahun, atau hanya tersisa 0.5

juta ton per tahun (Sunoto, 2010).

Potensi strategis yang perlu dimanfaatkan secara

optimal adalah kekayaan laut. Subsektor perikanan

memberikan kontribusi yang besar terhadap nilai tambah

di sektor pertanian. Sektor perikanan laut ini mampu

menyerap tenaga kerja yang cukup banyak bagi masyarakat

di sepanjang pantai. Kecamatan Banyuputih memiliki

potensi pengembangan daerah pesisir utara yang bernama

Pondok Mimbo. Kecamatan Banyuputih merupakan daerah

yang paling banyak menghasilkan tangkapan ikan yaitu

sebesar 3.007,22 ton sedangkan kecamatan Arjasa

merupakan daerah terendah dalam produksi perikanan

tangkap yaitu sebesar 1,60 ton (Anonim, 2010).

Kebutuhan hidup nelayan tidak terlepas dari modal

uang. Sejak lama pengamba’ sudah menjadi pihak lembaga

informal yang turut membantu nelayan dalam memenuhi

kebutuhannya. Dominasi peran pengamba’ dan institusi

keuangan informal lainnya sebagai sumber permodalan

yang banyak ditemukan pada budaya nelayan Madura

khususnya di wilayah pesisir Pondok Mimbo Kecamatan

Banyuputih Situbondo. Pengamba’ menjadi sarana tumpuan

bagi kehidupan nelayan karena nelayan mendapatkan modal

pinjaman dengan kemudahan-kemudahan antara lain

prosedur peminjaman tidak birokratis, jangka

pengembalian relatif lama, tidak ada angsuran rutin dan

tanpa agunan sehingga nelayan kecil tidak memilih

lembaga keuangan formal atas dasar adanya agunan tadi.

Adanya ikatan emosional antara nelayan dan pengamba’

membuat hubungan saling ketergantungan antara peranan

pengamba’ sebagai penyedia modal dan pihak pemasaran

hasil tangkapan ikan nelayan. Berdasarkan fenomena di

atas, konsep minapolitan dibentuk untuk menyatukan

sebuah sistem baru sosial budaya ekonomi nelayan modern

untuk turut memberi peran dari pengamba’. Hasil

tangkapan nelayan dibawa ke yang kemudian masuk ke

sistem resi gudang perikanan untuk proses penyortiran.

Kemudian hasil tangkapan tersebut dapat diketahui

standar mutunya sehingga pengamba’ berperan dalam

memasarkan baik ke eksportir maupun pihak swasta

sehingga nelayan juga dapat meningkatkan pendapatannya

melalui penetuan standar mutu hasil tangkapan ikan.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1. Peningkatan nilai tukar nelayan dikawasan

minapolitan

2. Memposisikan pengamba’ sebagai bagian dari

pemasaran yang memiliki peranan lebih baik dari

sebelumnya

Manfaat

1. Diharapkan dapat memberi dampak positif bagi

nelayan dalam berpartisipasi dalam pembentukan konsep

minapolitan dan berjalannya sistem resi gudang dalam

peningkatan nilai tukar nelayan.

2. Diharapkan menjadi acuan bagi peneliti untuk

penelitian selanjutnya

3. Diharapkan menjadi acuan kebijakan ekonomi

perikanan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan

selanjutnya.

GAGASAN

Kondisi Terkini

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh

nelayan di Indonesia adalah modal untuk menjalankan

proses operasional dari pembelian sarana prasaran

produksi, biaya perbaikan dan pemeliharaan sarana

prasara penangkapan, biaya untuk melakukan kegiatan

operasional harian setiap kali melaut sampai pemasaran

hasil tangkapan yang seringkali fluktuatif sehingga

merugikan nelayan. Hal ini juga dialami oleh sebagian

besar nelayan di kawasan pesisir Pondok Mimbo Desa

Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo.

Kegiatan mencari ikan nelayan Desa Sumberanyar

Kecamatan Banyuputih yang seluruhnya atau setidaknya

98% bersuku Madura dilakukan dengan menggunakan perahu

berukuran kurang lebih 3-5 meter dengan bahan bakar

solar.

Solusi yang pernah diajukan

Sistem kerja nelayan buruh atau nelayan kecil di

wilayah pesisir Pondok Mimbo adalah mengandalkan

peranan pengamba’ sebagai penyedia modal. Peran

pengamba’ sangat lah membudaya pada masyarakat nelayan

di pesisir Pondok Mimbo. Pada kenyataannya tidak

terdapat lembaga keuangan formal yang mampu memberikan

pinjaman kepada nelayan tanpa bunga. Selain itu lembaga

keuangan tidak bersedia memberikan pinjaman kepada

nelayan karena sebagian besar nelayan tidak memiliki

cukup jaminan kepada lembaga keuangan formal. Maka

peranan pengamba’ sangat penting karena dengan sistem

jaminan kompensasi yang diberlakukan oleh pengamba’

kepada nelayan, nelayan sudah pasti bisa mendapatkan

hasil penjualan dari hasil tangkapannya. Disatu sisi

pengamba’ juga tidak akan menjadi renternir yang

menarik kembali pinjaman yang diberikan apabila nelayan

tidak memperoleh tangkapan dari hasil melaut. Pengamba’

akan menunggu hasil tangkapan nelayan pada hari

berikutnya untuk bisa mengembalikan pinjaman dari

pengamba’. Pada dasarnya pengamba’ adalah perantara

dari nelayan kepada pembeli atau dalam bahasa umum

disebut makelar. Sistem kerja pengamba’ adalah

mengambil 10-20% keuntungan dari hasil ikan tangkapan

nelayan yang disalurkan pengamba’ kepada pembeli.

Sistem ini juga sangat disetujui dan dipahami oleh

nelayan karena dengan adanya pengamba’, nelayan tidak

perlu lagi mencari pasar agar tangkapannya dapat

terjual. Selain itu besaran kompensasi yang diterapkan

pengamba’ dianggap nelayan sebagai besaran yang wajar

sebagai bentuk balasan atas jasa yang diberikan oleh

pengamba’.

Dilain sisi kontroversi terjadi dimana pihak yang

kontra dengan pengamba’ beranggapan bahwa pengamba’

hanya mengekang kebebasan nelayan untuk menetukan

luasan pasar nelayan dan juga memotong keuntungan dari

nelayan. Pengamba’ pada prosesnya memang menjadi suatu

lembaga informal yang muncul sebagai pihak yang

memiliki modal lalu menawarkan pinjaman kepada nelayan

tanpa modal dengan syarat hasil tangkapan nelayan harus

melewati pengamba’. Untuk itu peningkatan nilai tukar

nelayan perlu ditingkatkan dengan optimalisasi peranan

pengamba’. Sistem kerja pengamba’ pada kenyataannya

tidak bisa dirubah menjadi suatu lembaga keuangan

formal karena berbagai keterbatasan seperti sumberdaya

manusia maupun dari sisi fasilitas.

Gagasan yang Diajukan

Pembangunan wilayah pesisir Pondok Mimbo dapat

diwujudkan dengan dibentuknya kawasan perikanan atau

Minapolitan. Pesisir Pondok Mimbo Desa Sumberanyar

Kecamatan Banyuputih, merupakan wilayah administrasi

dari Kabupaten Situbondo yang terletak sekitar 38 Km

kearah timur dari pusat pemerintahan. Wilayah ini

berbatasan dengan Selat Bali disebelah timur, Sebelah

Selatan dengan Kabupaten Banyuwangi, Sebelah Utara

dengan Selat Madura, dan Sebelah Barat dengan Kecamatan

Asembagus. Wilayah ini dapat dikembangkan menjadi

kawasan Minapolitan kerena secara georgafis wilayah ini

memiliki letak yang sangat strategis karena menjadi

bagian dari jalur pantai utara untuk menuju Kabupaten

Banyuwangi. Jalur ini sangat ramai dilewati kendaraan

dari arah Surabaya menuju Banyuwangi atau Bali. Dengan

kondisi jalan yang cukup baik, pengembangan kawasan

Minapolitan dapat dibentuk memanfaatkan kegiatan arus

lalu lintas ini. Selain itu fasilitas cold storage juga

telah tersedia namun kurang termaksimalkan. Data

perikanan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 60% berasal

dari Kecamatan Banyuputih. Sehingga pembentukan kawasan

Minapolitan merupakan suatu hal yang harapannya mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pesisir Pondok

Mimbo.

Kawasan Minapolitan yang dibentuk terdiri dari

berbagai 3 bagian utama yaitu kawasan produksi, kawasan

pengolahan dan kawasan pemasaran. Kawasan produksi

adalah wilayah pesisir pantai Pondok Mimbo sebagai

wilayah yang memasok hasil pokok utama yaitu berbagai

macam ikan dan hasil laut lainnya. Hasil tangkapan dan

budidaya nelayan selanjutnya akan masuk kedalam sistem

resi gudang perikanan. Sistem resi gudang perikanan

akan diberlakukan setalah pengumpulan hasil tangkapan

laut untuk selanjutnya dilakukan proses penyortiran.

Setelah melewati sistem resi gudang perikanan maka

kumpulan hasil tangkapan nelayan akan akan

tersegmentasi sesuai dengan kualitas dan kuantitas

tertentu. Disinilah peranan pengamba’ kembali muncul

untuk memasarkan tangkapan nelayan sesuai dengan hasil

resi gudang perikanan. Hasil tangkapan nelayan dengan

kualitas yang terbaik akan diutamakan sebagai komoditas

yang akan diekspor. Kegiatan ekspor menjadi prioritas

utama karena sektor perikanan memiliki sifat kebalikan

dari komoditas pertanian. Komoditas perikanan dengan

kualitas terbaik akan memiliki harga tinggi dipasar

internasional apabila dikirim dalam keadaan segar.

Nelayan harus dapat menangani hasil tangkapannya dengan

perlakuan yang baik tanpa cacat sehingga tangkapan

mereka bernilai jual tinggi. Tujuan kegiatan ekspor

juga untuk mengoptimalkan fasilitas cold storage yang

telah ada. Sebaliknya hasil tangkapan nelayan dengan

mutu dibawah ekspor sebagian akan dijual dipasaran

lokal dalam keadaan segar dan sebagian besar masuk

kedalam agroindustri untuk diolah. Pengolahan hasil

tangkapan nelayan wajib dilakukan sebagai bentuk

konsistensi atas kawasan minapolitan yang dibagun.

Adanya produk olahan ikan dimaksudkan untuk menciptakan

karakteristik khusus di Pesisir Pondok Mimbo. Produk

olahan ikan yang dapat menjadi pilihan alternatif warga

diantaranya abon ikan, frozen food (bakso ikan, nugget,

otak-otak, tempura), krupuk ikan, olahan rumput laut

(dodol, permen), dan juga stand rumah makan yang

menjual masakan berbahan dasar ikan. Agroindustri yang

dibangun memanfaatkan tenaga kerja wanita sehingga

dapat mengurangi angka pengangguran. Produk olahan

hasil agroindustri di kawasan minapolitan pesisir

Pondok Mimbo dapat dijual melalui stand pemasaran

disepanjang jalan raya arus transportasi penghubung

Kabupaten Banyuwangi dengan pusat pemerintahan Jawa

timur Surabaya, sebagai produk khas produksi Kabupaten

Situbondo khususnya pesisir Pondok Mimbo. Selain itu

produk olahan ini juga harus bisa dijual sampai keluar

wilayah Situbondo, karena dengan perluasan pasar maka

dapat mendukung proses penjaringan konsumen.

Sebagai ujung tombak dari kegiatan usaha, kawasan

pemasaran memanfaatkan posisi paling terdepan dengan

akses jalan raya. Kegiatan pemasaran harus mampu

melaksakan hubungan baik dengan pihak swasta. Peranan

pemerintah daerah dalam hal perijinan harus dapat

muncul karena untuk melakukan usaha yang berkembang dan

legal dibutuhkan perijinan yang baik. Perijinan legal

adalah bentuk independensi dari masyarakat pesisir

Pondok Mimbo karena dengan terbentuknya perijinan yang

legal berarti masyarakat dapat memenuhi standart dan

kualitas pasaran contohnya dalam hal kesehatan,

kehalalan, dan merek.

Berdasarkan pola kerja Minapolitan di Pesisir

Pondok Mimbo terdapat 3 alur kerja dari nelayan untuk

sampai kepada konsumen. Hasil tangkapan nelayan akan

masuk ke sistem seri gudang perikanan untuk menentukan

kualitas dan kuantitas tertentu. Hasil resi gudang

perikanan akan dibedakan dalam dua segmen yaitu

kualitas ekspor dan non ekspor. Setelah melewati sistem

ini pengamba’ akan menjualkan hasil tangkapan nelayan

dengan sistem kompensasi yang lebih tinggi disisi

nelayan. Sedangkan hasil resi gudang yang tidak layak

ekspor akan masuk kealur dua untuk dijual kepasar dalam

kedaan segar atau masuk kealur 3 utuk diolah dalam

agroindustri. Dengan konsep Minapolitan diharapkan

pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Pesisir

Pondok Mimbo dapat dilaksanakan secara terintegrasi,

efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Hasil

yang diperoleh dengan dibangunnya kawasan ini adalah

kemandirian nelayan dari pengamba’ serta peningkatan

kesejahteraan dari aspek sosial ekonomi. Dalam konteks

global, konsep kawasan Minapolitan pesisir Pondok Mimbo

dapat mendukung kemajuan perekonomian kabupaten bahkan

nasonal.

Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan

a. Pemerintah. Pemerintah diharapkan mendukung

terlaksananya gagasan ini dengan baik, misalnya

pemerintah membantu dalam pelatihan warga dalam

pendirian industri pengolahan hasil laut dan juga

menerapkan sistem resi gudang dalam kawasan

minapolitan pondok mimbo.

b. Masyarakat. Masyarakat adalah unsur utama yang

sangat penting dalam terlaksananya gagasan ini.

Masyarakat dalam hal ini terdiri dari bagian-bagian

pelaksana berdirinya kawasan minapolitan seperti

nelayan, pengamba’, dan warga lainnya seperti

produsen produk olahan laut. Masyarakat harus mampu

berperan dalam sistem secara proporsional dan

memberikan manfaat yang baik bagi komponen

minapolitan yang lainnya.

c. Peneliti. Peneliti berusaha membuat sesuatu yang

baru dan berguna bagi masyarakat luas. Peneliti

menawarkan konsep minapolitan untuk menjadikan

kawasan Pondok Mimbo sebagai wilayah yang terdiri

dari wilayah pemasok produk laut yang nantinya bisa

menjual produk tersebut secara segar dan juga diolah

sebagai produk khas dari kawasan ini.

Langkah-Langkah yang Dapat Dicapai

a. Kegiatan sosialisasi, kegiatan ini dilakukan agar

masyarakat mulai mengenal dan memahami pentingnya

pemosisian tiap bagian dalam sistem minapolitan

secara proporsional.

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Konsep Minapolitan dapat berjalan dengan baik jika

lembaga terkait dapat melakukan pemberdayaan kepada

nelayan dan pengamba’. Peranan strategis pengamba’

dalam aktivitas sosial ekonomi budaya masyarakat

pesisir Pondok Mimbo berupa lembaga non informal

sekaligus memasarkan produk hasil tangkapan nelayan

yang telah melalui proses sistem resi gudang perikanan.

Hal ini dapat meningkatkan nilai tukar nelayan karena

nelayan akan termotivasi agar hasil tangkapannya

bermutu tinggi. Baik nelayan dan pengamba’ sama-sama

memperoleh keuntugan.

Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan

Strategi yang dilakukan untuk membentuk kawasan

Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh

Hasil yang diperoleh dari pembentukan kawasan

minapolitan diwilayah ini adalah

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kecamatan Banyuputih Kabupaten   Situbondo .http://kecbanyuputih.wordpress.com/. [21 November2012]

Sunoto. 2010. Arah Kebijakan Pengembangan Konsep Minapolitan diIndonesia.bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi2%20pdf2c.pdf. [21 November 2012]

LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup Pelaksana Kegiatan

Nama : Shanty Anitasari

NIM : 101510601010

Tempat/ tanggal lahir : Situbondo, 20 Juli 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Jur/Fak/PT : Agribisnis/Pertanian/Universitas

Jember

Alamat Asal : Jl.Diponegoro IV/1 Situbondo

Alamat di Jember : Jl. Kalimantan X/1 Jember

Email/ No HP :

[email protected]/085236425064

Riwayat Pendidikan

No Sekolah Tahun1

2

3

4

SDN 4 Dawuhan

SMP Negeri 1 Situbondo

SMA Negeri 1 Situbondo

Universitas Jember

1998-2004

2004-2007

2007-2010

2010-sekarang

Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti:

- Sekretaris Umum LPMP Plantarum Fakultas Pertanian

2011/2012

- Anggota Bidang Penalaran Keilmuan HMJ HIMASETA

Fakultas Pertanian Universitas Jember

- Studio Tiban Suluh Sosial Ekonomi Pertanian

Universitas Jember

Tertanda,

ShantyAnitasari

NIM.101510601010

Daftar Riwayat Hidup AnggotaPelaksana

Kegiatan

Nama : Entri Yhonita

NIM : 101510601012

Tempat/ tanggal lahir : Banyuwangi 24

Januari 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Jur/Fak/PT : Agribisnis/Pertanian/Universitas

Jember

Alamat Asal : Perum PJKA 12 Ketapang Banyuwangi

Alamat di Jember : Jl. Kalimantan II/6C Jember

Email/ No HP :

[email protected]/087857442303

Riwayat Pendidikan

No Sekolah Tahun1

2

3

4

SDN 1 Ketapang

SMP Negeri 1 Banyuwangi

SMA Negeri 1 Glagah

Universitas Jember

1998-2004

2004-2007

2007-2010

2010-sekarang

Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti:

- Anggota Paduan Suara Chorus Rusticarum

- Anggota HMJ HIMASETA Fakultas Pertanian

Universitas Jember

- Asisten Laboraturium Manajemen Agribisnis Prodi

Agribisnis UNEJ

Tertanda,

EntriYhonita

NIM.101510601012