Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah - Gulung Tukar

92
Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah oleh Yayak Priasmara

Transcript of Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah - Gulung Tukar

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

oleh Yayak Priasmara

Kentrung Mbok Gimah tahun 90-an

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

oleh

Yayak Priasmara

Proyek Pengarsipan dalam Kegiatan Buka Kunci, Tangkap Layar - Gulung Tukar, 2020

DesainBenny Widyo

Ucapan Terima KasihAllah SWT, Tim BKTL Gulung Tukar, Almarhummah Mbok Gimah Kentrung, Sedyo Rukun Tulungagung, Mbah Bibit (Panjak Kentrung Mbok Gimah, Anggota Sanggar Seni Gedhang Godhog Tulungagung

Kurator: Benny Widyo, Tanaya ‘Sompit’, Titah AW

oleh Yayak Priasmara

hal. 1

Daftar Isi

2.3.6.10.44.74.

Kata Pengantar Tim BKTL, Gulung Tukar BKTL

Kata PengantarPenyunting Naskah

Profil Mbok Gimah

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Terjemahan Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah(Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 2

Kata PengantarTim BKTL, Gulung Tukar

Salah satu fungsi pencatatan adalah untuk mengumpulkan memori.

Dari memori, seseorang membangun pengetahuan, kesadaran,

dan pada akhirnya bahkan keputusan-keputusan yang saling

mempengaruhi. Dari situ sebetulnya ide soal proyek pengarsipan

pra-acara Gulung Tukar ini dibuat, yaitu untuk mencatat. Kami

merasa bahwa pencatatan atau pengarsipan adalah hal yang minim

sekali dilakukan oleh para pegiat (isu apapun) di Tulungagung, dari

yang sudah sedikit itu, obyek arsip yang menyoal kota sendiri lebih

sedikit lagi. Maka sejak awal kami memang mengarahkan proyek

pengarsipan ini untuk dilakukan oleh, tentang, dan untuk teman-

teman di Tulungagung.

Naskah Legenda Baru Klinthing versi Lakon Mbok Gimah adalah

salah satu ide terpilih. Kami merasa karya ini penting dibuat untuk

mengabadikan atau mewujudkan apa yang selama ini tersebar lewat

lisan saja. Sebagai salah satu folklor, kami percaya Baru Klinthing

bisa dilihat sebagai salah satu alternatif mengintip sejarah kota

Tulungagung. Tersebab lahir dari masyarakat, cerita rakyat semacam

ini punya potensi mengabadikan cerita lampau yang menyusup dan

ikut membentuk kota Tulungagung hari ini. Lewat naskah ini juga,

kami berharap teman-teman bisa berkenalan dengan sosok Mbok

Gimah dan kesenian kentrung yang begitu melegenda.

Kami harap arsip semacam ini bisa membawa perspektif baru untuk

melihat kesenian tradisi, cerita rakyat, juga barangkali bermacam

hal yang biasa kita anggap lampau. Sebab kami yakin, banyak rahasia

lampau yang justru amat relevan untuk bekal menyongsong hari

depan. Selamat atas terbitnya arsip ini, dan selamat membaca!

Titah AW

oleh Yayak Priasmara

hal. 3

Kata PengantarPenyunting NaskahPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan saya, Yayak Priasmara

selaku pengasuh dari Sanggar Seni Gedhang Godhog

untuk terlibat dalam proyek pengarsipan Buka Kunci,

Tangkap Layar yang diselenggarakan oleh Gulung

Tukar di tahun 2020 ini.

Proyek pengarsipan dengan judul Pendokumentasian

Naskah Baru Klinthing versi Lakon Kentrung Mbok

Gimah ini saya pilih karena beberapa alasan. Pertama,

lakon ini kental kaitannya dengan Kabupaten

Tulungagung. Meski dikategorikan sebagai kisah

legenda, namun folklor ini kuat berkembang di

masyarakat. Lahirnya pusaka Tulungagung yakni Kyai

Upas juga tertuang dalam kisah ini. Juga banyaknya

lokasi di kabupaten ini yang dipercaya masyarakat

berkaitan erat dengan kisah ini.

Kedua, seni tutur atau sastra lisan memiliki kekuatan

dan keindahan tersendiri. Demikian juga dengan

cara almarhumah Mbok Gimah mengungkapkan

kisah Baru Klinthing ini dengan format kentrung.

Berbeda dengan format seni pertunjukan, kentrung

hanya menggunakan oral lisan dengan sastra sebagai

senjatanya. Dalam pengertian mudahnya, indahnya

dongeng ala kentrung beda dengan ketika kisah yang

sama dibawakan dengan format kethoprak atau seni

pertunjukan lainnya. Parikan, suluk, larik ber-rima,

nyondro, dan unsur sastra lisan lainnya khas Kentrung

Sedyo Rukun Mbok Gimah menjadi dokumen berharga

yang sayang jika dilupakan.

Ketiga, sama halnya dengan kesenian tradisional

lainnya, seni kentrung juga merupakan sajian yang

bukan hanya sebagai tontonan, tapi juga tatanan

dan tuntunan. Banyak nilai positif dalam kisah Baru

Klinthing yang dikemas dalam Kentrung Mbok Gimah

ini, baik secara tersirat maupun tersurat. Terselip

banyak tatanan untuk hidup bermasyarakat dengan

baik, serta tuntunan untuk mendekatkan diri kepada

Sang Pencipta. Pesan-pesan luhur ini tentu sayang

jika tidak kita lestarikan. Karena masih sangat relevan

untuk ditularkan kepada generasi sekarang dan yang

akan datang.

Hal-hal tersebut yang mendasari saya untuk mau

ambil bagian dalam proyek pengarsipan ini. Terakhir,

arsip ini adalah hasil proses dua puluh hari saya

dalam mengumpulkan data, menonton video,

merekam, menulis, menerjemahkan, dan menyunting

pertunjukan kentrung Mbok Gimah dengan lakon

Baru Klinthing. Mengingat kemampuan saya masih

sangat terbatas dalam menulis, mohon maaf sebesar-

besarnya jika masih banyak kekurangan dalam tulisan

ini. Semoga arsip ini bermanfaat untuk banyak pihak.

Salam budaya,

Yayak Priasmara, S.Pd.

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 4

Kentrung Mbok Gimah (Sedyo Rukun)

di Universitas Negeri Malang, April 2016

oleh Yayak Priasmara

hal. 5

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 6

ProfilMbok Gimah

Mbok Gimah (1954 – 2018) merupakan dalang seni

tutur/sastra lisan kentrung tradisi kebanggaan

Kabupaten Tulungagung. Meskipun lahir di Kediri

(13 Juli 1954), ia memilih untuk menetap dan terus

berupaya mempertahankan kesenian tutur yang sarat

pesan moral ini di Tulungagung sampai akhir hayatnya.

Dari sang ayah, Giran, beliau mempelajari kesenian

ini sejak usianya baru 10 tahun. Beliau ikut sang ayah

mbarang kentrung (mengamen kentrung) ke berbagai

pelosok daerah. Berbagai lakon baik kisah persebaran

islam di timur tengah (menak), lakon babad, maupun

legenda beliau dapat dari sang ayah dan juga dari

seniman kentrung lain di masa itu.

Sepeninggal sang ayah, perjalanan kentrung Mbok

Gimah tidak berhenti sampai disitu. Bersama Djaimin

sang suami, beliau membentuk grup kentrung Sedyo

oleh Yayak Priasmara

hal. 7

Rukun dan mulai menetap di Dusun Patik, Desa Batang

Saren, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.

Di masa ini, kentrung yang awalnya merupakan

pertunjukan jalanan (mbarang kentrung), naik kelas

menjadi sajian di hajatan dan ruwatan warga. Hal ini

berkaitan dengan beberapa cerita yang dibawakan

dalang kentrung seperti Syekh Subakir Pasang Tumbal,

Adeging Mesjid Demak, Daupe Nabi Yusuf dll dianggap

sakral dan kental akan tuntunan agama islam. Hal

ini juga yang membuat Beliau pernah berkata bahwa

Tulungagung menjadi pitulungan kang agung dalam

perjalanannya menjadi seniman kentrung, yakni

mengangkat kiprah kentrung beliau dari jalanan

menuju panggung hajatan.

Di tahun 1990, Djaimin suami Mbok Gimah meninggal.

Langkah beliau tak jua terhentikan. Beliau terus

berupaya melestarikan kentrung seorang diri.

Terkadang beliau meminta bantuan kawan seniman

kentrung dari Blitar atau Kediri. Selanjutnya di

tahun yang sama ia mengajak dan mengajari seorang

bernama Bibit asal Bangoan Tulungagung untuk

menemaninya sebagai panjak kentrung Sedyo Rukun.

Bersama Bibit, Mbok Gimah membesarkan nama seni

kentrung hingga akhir hayatnya.

Mbok Gimah telah banyak mendapatkan penghargaan

baik tingkat daerah, dari berbagai universitas (ISI

Surakarta, ISI Yogyakarta, UM, Unesa), hingga gelar

maestro kesenian tutur kentrung dari Provinsi Jatim.

Ratusan cerita beliau kuasai dan ribuan panggung

telah beliau takhlukkan. Hingga pada 13 Juni 2018,

Mbok Gimah meninggal dunia dengan tenang di usia 64

tahun.

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 8

Kentrungan terakhir Mbok Gimah sebelum

meninggal, lakonnya Nabi Yusuf, 2018.

oleh Yayak Priasmara

hal. 9

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 10

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

1. Salam Pambuka

Parikan Pambuka Dalang lan Panjak

Panjak Assalamualaikum

Kintun salam para priyagung,

Sami sugeng sak rawuhipun

Mriksani kentrung Sedyo Rukun

Dalang Niat ingsun miwiti muji

Nyebutake asmaning sukma

Menika kesenian kentrung tradisonil asli

Sedyo rukun ingkang paring asma

Panjak Ayo konco menyang pancuran

Kanggo wudhu para ulama

Ayo konco golek seduluran

Mumpung urip ning ngalam ndunya

Dalang Kawula badhe ndalang mboten ngadhep wayange

Kula badhe moco mboten ngadhep layange

Kula badhe kandha tasik kathah sulayane

Wonten lepate njogo kentrung nyuwun agung sepurane

oleh Yayak Priasmara

hal. 11

Panjak Mayangsari kembange pucang

Menyang sawah ayo nandur jagung

Mulo ojo lali sholatmu sembahyang

Manembah Allah kang maha agung

Dalang Niat ingsun miwiti ndalang,

Ngudhal-udhal crita kang ilang

Ingkang wajib ngudhal kawula menika dalang

Lahire Joko Baru Klinthing babare lelampahan

Panjak Iket blangkon weton boyolali

Bebetono jarik sido luhur

Bocah wadon yen winanci rabi

Ngentenono umur selikur

Dalang Jumejerake pertapan kondhang kaloko

Pertapan Mangir ingkang kula carito

Pertapan Mangir kondhang saking monconegoro

Ki Ageng Wonoboyo kang ngasto kapandhito

Panjak Oro-oro tukul alang-alang

Pamrihe makmur ditanduri pantun

Semono uga mas yen kanggo wong lanang

Yen rabi umur selawe tahun

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 12

2.1. Crita

Dalang lan Panjak ngenalake lakon

Dalang Ananggih, pertapan pundi to ingkang kawula carita ing dalu mangke?

Panjak Nuwun inggih, pertapan pundi ing dalu mangke kedhah kawula ceritaaken wonten ing

ngarso panjenengan sedoyo?

Dalang Tepis piringing sukune Gunung Merapi!

Panjak Inggih mapan wonten tepise Gunung Merapi!

Dalang Wonten salah sawijining bale percabaan, kawastanan Pertapan Mangir!

Panjak Inggih ingkang kawastanan Ki Ageng Mangir!

Dalang Pertapan Mangir kondhang kaloko saking mancanegara, percabaan duwur pupuse adoh

kuncarane, asri katribawane!

Panjak Sanyoto bener yen Pertapan Mangir ketawis asri katribawane!

Dalang Sinten to ingkang jumeneng pandhita wonten Pertapan Mangir? peparap Sang

Begawan Wonoboyo!

Panjak Inggih sanyata leres ingkang jumeneng resi wonten Percabaan Mangir inggih sang Resi

Wonoboyo!

Dalang Mula asma Ki Ageng Wonoboyo, Pertapan Mangir wonten wilayah bumi Wonoboyo,

mula diarani Pertapan Mangir, sinten ingkang jumeneng pandhita asma Ki Ajar

Mangir!

Panjak Sanyoto bener ingkang jumeneng pandito inggih Ki Ajar Mangir!

Dalang Wonten Bumi Wonoboyo, pinaringan percabaan Mangir, Ki Ajar Mangir peparap Ki

Ageng Wonoboyo nggih Ki Ageng Mangir. Kathah para cantrik, kathah para puthut,

kathah para siswa ingkang nyuwun piwulanging Ki Ageng Wonoboyo. Adhep sowane

para cantrik, alon sakwetara!

oleh Yayak Priasmara

hal. 13

2.2. Adegan Jejeran Pertapan Mangir

Dalang dhapuk Ki Ajar Mangir (KAM), Panjak dhapuk Cantrik (C)

Dalang/KAM kene-kene Cantrik, yen wis podho rampung pakaryan sira, caketo sang Begawan

Wonoboyo Cantrik!

Panjak/C nuwun kasinggihan dawuh Sang Panembahan, kula kang sowan ngaturaken salam

taklim muga konjuk dhateng ngarsa Panjenengan Dalem Sang Panembahan

Dalang/KAM Cantrik banget panarimaning Sang Panembahan, Sira ngaturake sembah bekti wis

tak tampa. Tak sangga ono dodo, lumungsura menyang wardaya, mahamna tentreme

Percabaan. Puja pangestune Ki Ajar Mangir tampanono yo cantrik!

Panjak/C O o Sang Panembahan pepunden kawula jejimatan kula, lumantar sadoyo ingkang

dipun kadhawuhaken dateng kula, Sang Penambahan, kula tampi tangan kawula kalih,

kula pundi wonten mustaka kawula, mugi tansah andadosaken pepajaripun manah

kawula Sang Panembahan!

Dalang/KAM Cantrik!

Panjak/C Nuwun kula!

Dalang/KAM Sliramu siswa kang kinasih, wis tak pinicaya gawe wewangunane pertapan, mimpim

para kabeh para putra, para cantrik, para puthut kang cumondhok ana bale percabaan

kene. Opo yo wis sayuk saeko nganti tentrem ayem ora ana sing nuwuhake pasulayan,

Cantrik?

Panjak/C Oo Sang Panembahan, tamtunipun sadoyo pakaryan kawulo sampun mboten wonten

ingkang ndadosaken lingsemipun Padhuka Sang Panembahan. Anggen kawula mimpin

para Cantrik sadoyo, mbok menawi wonten wigatosan menopo tertamtu mboten wonten

ingkang ndadosaken kuciwaning penggalih Padhuka Sang Panembahan

Dalang/KAM Bocah enom suwito pawongan tuwa, nadyan ora entuk upa nek entuk tata! sokor bage

ngerti tumpraping solah bawa budhi pakarti. Sing kena kangge tepo patuladha yo

Cantrik!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 14

Panjak/C O o Sang Panembahan, kanthi dhawuh Padhuka ingkang kados mekaten kawula

mboten badhe ndaga, setyo tuhu badhe kawula lampahi menopo ingkang dados

piwulang Padhuka Sang Panembahan

Dalang/KAM Jiwamu muda calone mundhut garwo,

Panjak/C Nuwun inggih

Dalang/KAM Jumbuhna kekudhangane wong tuwa, anak lanang iso mikul dhuwur mendhem jero

marang wong tuwa. Lire anak lanang iso mikul dhuwur marang wong tuwa, njur yen

wong tuwa sedo dipikul dewe sing duwur? Dudu kuwi! Dipendhem dewe sing jeru? Ora

ngono kuwi! Ngluhurake derajade wong tuwa, ngluhurake asmane wong tuwa. Mula

jiwa muda mumpung durung mundhut garwo, goleko sastrane raga! Sastra tulis, raga

pribadi! Nyelengi wohing pakarti siji gelem manembah marang Gusti, loro gelemo

sekolah tulis, sekolah ngaji. Yen ora waspodo Cantrik, isi jiwa ragane manungsa iku

dadi pasudungane iblis, pasudungane setan. Opo ngge ngusir iblis, setan, dajil kang

sumudung marang manungsa? Kajaba pawongan sing duwe paugeran marang agama.

Koyo ngono yo Cantrik!

Panjak/C o o sang Panembahan, kula tampi kanthi bingah ing manah anggen Padhuka paring

dawuh kados mekaten, mugi tansah saget nyumrambahi dhateng para putra siswa

sedoyo Sang Panembahan

Dalang/KAM Wong sekolah kuwi sangune dudu bondho lan dunya, tekat niat madhep lan mangkat!

Mula sliramu diwarisi kepinteran karo wong tuwa, mapan becik apik anggen Sira

nggunakake, kepinteran iku ntek e bareng pecating nyowo yo Cantrik yo

Panjak/C Kados to mekaten nuwun inggih, ngestokaken dhawuh Sang Panembahan

Dalang/KAM Cantrik?

Panjak/C Nuwun kula?

oleh Yayak Priasmara

hal. 15

Dalang/KAM Papan anggonku jumeneng Pandhita ana Pertapan Mangir, iki biyen Bumi Wonoboyo,

tinggalane Kanjeng Rama suwargi. Putrane Rama kuwi akehe telu, siji kangmas Ajar

Segu, loro aku Ajar Mangir, sing ragil wanito kusumaning ayu Dewi Roro Kijang.

Aku krungu warto jare Bumi Wonoboyo iki dibawahake ono Mentaram, tak suwun!

Parandene keboyak prajurit Mentaram! Banjur aku oncat saka paprangan! Mula

dino saiki aku jumeneng pandhita ana Bumi Wonoboyo, mundut peparap Ki Ageng

Wonoboyo sebab iki Bumine Wonoboyo. Mula tak paringe pertapan mangir, kang

jumeneng pandita yo aku Ki Ageng Mangir yo cantrik

Panjak/C Kados to mekaten mratelakaken matur sewu genging panuwun dhateng sadoyo dhawuh

ingkang dipun kalunturaken dhateng kula Sang Panembahan

Dalang/KAM Kene-kene Cantrik, sang pandhita bakal paring dhawuh marang jeneng Sira, ngudhari

panguneg-unegku iki yo Cantrik

Panjak/C kados to mekaten Sang Panembahan, muga enggal dipun kadhawuhna dhateng para

siswa-siswa sedaya mekaten Sang Panembahan

Dalang/KAM Mbacutake ceritaku rikala jaman semana! bareng aku bandhawala kelawan prajurit

Mentaram, cara aku aku menang durung karuan, kalah durung kepara. Nengah-

nengahi nempukake yudha aku antuk wangsit. Sing paring dhawuh yen ora kleru

panyokrobawaku iku ngendhikane Kanjeng Rama kang suwargi. Ajar Mangir ora kena

nutuk-nutake anggene paperangan tandhing pawongan Mentaram, supoyo aku oncat

nglungani soko paperangan menyang Pondok Mbulki. Kelakon aku menyang pondok

Mbulki pitung sasi. Ono pondok aku ngerti cumlorot lir kadyo ndaru, songko lor wetan

ceblok ono pangimaman. Tak pirsani ki pusaka lho Cantrik!

Panjak/C o o Sang Panembahan, winanci jam 3 dalu Padhuka nyumurupi cumlorot saking

antarikso dumawah wonten ing sak ngajengipun pangimaman, Padhuka mriksani jebul

wonten wujud pusaka ngoten? Inggih ngestokaken dhawuh

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 16

Dalang/KAM Yo nek anggitku ki pusaka kagungane Rama Kyai opo kagungane para santri kang ono

Pondok Mbulki. Bareng aku ngaturake pusaka ono ngarsane Rama Kyai, Rama Kyai ora

kagungan pusaka kaya ngono kuwi, klebu murid pondok ora ana sing duwe. Anggene

paring dhawuh Rama Kyai, iki sing nemu Ajar Mangir sing kagungan yo Ajar Mangir.

Banjur aku nyuwun pirso marang Rama Kyai, Cantrik!

Panjak/C inggih Padhuka nyuwun pirsa dhateng Rama Kyai kados menopo Sang Panembahan?

Dalang/KAM Niki pusaka menapa? Rama Kyai paring dhawuh! Kuwi pangot lanang pangot wojo

karah komo pamor kencono! Pangot lanang ki kadung mandi tenanan, pangot wojo

karah komo pamor kencono kuwi cukup sing keno yen diagem priyo, ora kena diagem

wanita! Anggone paring dhawuh Rama Kyai koyo ngono cantrik!

Panjak/C dados wujudipun pangot wojo karah pamor kencono, dhawuhipun Kanjeng Rama Kyai

dhateng Padhuka mboten kenging kaagem wanodya ngoten Sang Panembahan?

Dalang/KAM Rama Kyai ngendhika keno diagem wanito, nanging kudu ono sirikane! Wanito keno

ngagem pangot lanang pangot wojo ning sirikane cilik ditungkulke pangkon, gedhe

ditumpangne pangkon! Kuwi larangan gedhen lho Cantrik!

Panjak/C kadosto mekaten tumprapipun Kanjeng Rama Kyai, pangot wojo pamor kencono

kenging kaagem wanodya nanging wonten tarak sirikanipun kados dene ingkang dipun

kadawuhaken dhateng Padhuka Sang Panembahan

Dalang/KAM semono Cantrik! Banjur aku wis suwe lek ku suwita ono ing pondok rikala aku oncat

saka Mentaram, aku kedharang-dharang kelawan adiku Roro Kijang. Prapto daerah

Tulungagung, karesidenan Kediri kabupaten Tulungagung, tepis piringe Campurdarat.

Aku iki mesanggrah ana ing Rawa Bening, aku iki merdukuh ana Rawa Bening kelawan

adhiku Roro Kijang banjur aku mulih saka pondok bali menyang Rawa Bening dipapak

adhiku Roro Kijang, ngono critane Cantrik! Adhiku kuwi biasane doyane nginang, golek

adah kinang ketemu dipirsani adune kurang sing kurang jambe, Cantrik!

Panjak/C Kados to mekaten nuwun inggih

oleh Yayak Priasmara

hal. 17

Dalang/KAM ana jambe sih glundungan,Roro Kijang montang manting golek gaman banjur tak

timbali, mbok ora usah dithuk i jambe to dhi. Mboten kangmas, kangmas to ngasta

pustaka mbok kula ngampil. Pangot lanang disilih adhiku ning Rawa bening sejatine

wis tak wanti wanti yo dhi pangot iki keno mbok gawe nyigar jambe ning ilingo cilik ojo

mbok tungkulne pangkon gedhe ojo mbok tumpangne pangkon iki ora keno temenan.

Roro Kijang yo saguh.

Panjak/C Dados kadhang Padhuka kusumaning ayu Dewi Roro Kijang inggih metuhu kaliyan

dhawuh Padhuka mekaten Sang Panembahan

Dalang/KAM Ceritane adhiku nyigar jambe, jambe ditumpangake undhak-undhak lawang, pangot

ditungkulke, saka mandhine pangot waja kama pamor kencana, jambe durung nganti

ketibanan pangot, pangot ditungkulke jambe ambyar dewe-dewe. Roro Kijang lali

welinge Ajar Mangir pangot ditumpangke pangkone Dewi Roro Kijang, pangot dipangku

ilang musna ora karuan, ilange pangot waja kama pamor kencana Roro Kijang

ngandhut sang putra lo Cantrik!

Panjak/C Icalipun pangot waja kama pamor kencana adhi Padhuka menika nandhang ndarbeni

ngoten napa kados to pundi?

Dalang/KAM Kaya ngono iyo! gandeng adhiku isih prawan anane nandhang kawirangan, trimo

mangku pangot waja iso ndarbeni njur aku ngesakake, kuwi tak daku ramane yo

Ajar Mangir ibune Roro Kijang. Ning aku ora suwi cumondok ana Rawa Bening, aku

kudu pisah karo adhiku ngelakoni mertapa ana ing Wonoboyo kene! badar anggonku

mertapa njur aku saiki dadi Pandhita! adhiku tak tinggal kuwi mau tak tinggali

jimatan yo kuwi klinthing kencana kolore sutro diwangga, kuwi tak welingne adhiku

supaya nyinggahake mbesuk lek putraku lair teka njaba, yen takon ramane, supaya

ndunungake ramane cumondok ana papan kene. Klinting kencana kolore sutra

diwangga supaya dikalungake janggane. Kangge tandha putra Ajar Mangir, Cantrik!

Lir pindho nguranti kumambange watu item sirining gabus, ora ana tumimbul kakung

apa putri Roro Kijang anggone kagungan putra kok durung ana salah sawijining

pawongan kang kalungan kolore sutra diwangga? Apa Roro Kijang mbiyen lek nglairake

putra, putrane ora kenek diemong? Ora kena kanggo wiji ana ing ngalam ndunyo ngono

po kepriye lo Cantrik?

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 18

Panjak/C Dados kadhang Padhuka kusumaning ayu Dewi Roro Kijang inggih metuhu kaliyan

dhawuh Padhuka mekaten Sang Panembahan

Dalang/KAM Cantrik kaya ngono iyo! Weh kok ana suara! kemrongsong suarane!

Dalang Ki Ageng Wonoboyo anggenipun ngendhikan kalihan Cantrik, sinten ingkang kulo

cerito ingkang lair wonten Rawa Bening? Joko Baru Klinthing!!! Sak pucang gedhene

naga wujude! ngancaring Pertapa Guwo Pelawangan sukuning Arga Merapi. Sowan

kang rama Ki Ageng Wonoboyo!w

Dalang/KAM Ana naga sak pucang gedhene! Naga pinter tata jalma ora bedo titahing manungsa

pajangkara! Kok ngaturi Kanjeng Rama Ki Ageng Wonoboyo? He Naga! Naga saka

ngendi yen ndarbeni asma? Jenengmu sapa kowe Naga lanang?

Panjak/BK Kanjeng Rama, Kanjeng Rama! Menawi Padhuka paring dhawuh kados to mekaten

dhateng kula, kula Naga saking Rawa Bening, Putra kanjeng ibu Roro Kijang mekaten

Kanjeng Rama

Dalang/KAM Naga sangka Rawa Bening putra Dewi Roro Kijang? Alon disik! Yen kowe nduwe

jeneng, jenengmu sapa?

Panjak/BK Inggih nami kula Joko Baru Klinthing, Kanjeng Rama!

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing? Roro Kijang kuwi titah manungsa pajangkara, kuwi putra

Pandhita, kadhange Ki Ajar Mangir! Mokal yen ndarbeni putra kok wujude kewan

Naga, aku ora ngandhel ora percaya! Pancen sliramu Naga melek didaku titah

manungsa! Sumingkir saka papan kene! Ora sumingkir tak tugel gulumu, tak

padhakake dosamu mangkono

2.3. Adegan Naga Baru Klinthing sowan Kanjeng Rama Ajar Mangir

Dalang dhapuk Ki Ajar Mangir/Ki Ageng Wonoboyo (KAM), Panjak dhapuk Joko Baru Klinthing (BK)

oleh Yayak Priasmara

hal. 19

Panjak/BK Amit sewu Kanjeng Rama, nalika dhuk ing nguni Padhuka sampun paring dhawuh

kalawan Kanjeng Ibu, yen to putranipun ngupadi ramanipun sampek o sedina kaping

pitu mboten bakal kadaku yen to mboten kalungan klinthing kencana koloring sutra

diwangga mekaten Kanjeng Rama?

Dalang/KAM Banjur sing mok karepake?

Panjak/BK pramila saking menika monggo kula aturi mriksani ingkang wonten jangga kawula

menika Kanjeng Rama

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Nuwun kula kanjeng Rama!

Dalang/KAM Rikala aku oncat saka Rawa Bening, Roro Kijang ndarbeni, pancen aku ninggal

jejimatan klinthing kencana koloring sutra diwangga. Mbesok yen putraku lair tekan

njaba pitakon sudarmane, supaya ndunungake lek Ramane cumondhok ana papan

kene! Klinthing kencana koloring sutra diwangga supaya kakalungake janggane

putraku, kangge tandha putra Ajar Mangir! Ning tak waspadhakake sing kok gawe

kalungan amung koloring sutra diwangga, ning klinthinge kok ora ono nyangdi parane?

Panjak/BK Kanjeng Rama pepundhen kawula jejimatan kula, anggen kawula minggah wonten ing

dirgantara, klinthing punika dumawah sahingga kawula ngawontaneken sabda, pundi

papan pundi panggonan ingkang kadawahan klinthing kula menika kencana, yen to

wonten rejaning njaman dadio alas alas baru klinthing, inggih desa desa baru klinthing.

Nalika kula sowan wonten dhateng ngarsa Padhuka, klinthing kula dumawah mekaten

Kanjeng Rama

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Klinthingmu ceblok sliramu sabda? Endi papan sing kaceblokan

klinthingmu kuwi dadio deso, deso Baru Klinthing?

Panjak/BK sanyata bener wonten mrika papan dunungipun Baru Klinthing Kanjeng Rama!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 20

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Saiki mangkene, kangge ijole ilange klinthing kencono, sliramu

kudu bisa mupus sayembarane Ki Ajar Mangir, ora isuk ora sore! Yen Joko Baru

Klinthing bisa nglekeri sukuning Gunung Merapi, nganti tepung gelang! Putra Ajar

Mangir Putra Roro Kijang! Ning nek ora iso tepung gelang? Prasanda kowe Naga

ngawu-ngawu! dudu putra Ajar Mangir dudu putra Roro Kijang! Tak tugel gulumu tak

padhakake dosamu mangkono!

Panjak/BK Duh kanjeng Rama pepundhen kawula jejimatan kula, Padhuka kersa ndaku

dhateng kula putra, Padhuka ngawontenaken giri patembaya kados mekaten kala

wau amratipun, Nuwun inggih, mapan kula saget anglekeri menika Gunung Merapi

Padhuka sagah badhe ndaku dhateng kula putra? Mula kula nyuwun idi pangestunipun

Kanjeng Rama

Dalang/KAM Tindhakno ayo! Ndendunga marang panguasaning Gusti, muga Joko Baru Klinthing

bisa ngudanani apa kang dadi panyuwunane sudarmane!

Panjak/BK oh inggih, idi pangestunipun Kanjeng Rama, muga tansah nyumrambahi dhateng kula

Joko Baru Klinthing Kanjeng Rama!

Dalang Nyuwun dhumateng panguaosing gusti, kang pamrihe Joko Baru Klinthing bisa

ngudanani opo kang dadi panyuwunane sudarmane! Soyo cilik badane, pathing

jaretot, pathing jaretot! Suwantenipun pedhote otote Joko Baru Klinthing! Badan

kaangkat, dipun sabetake gapura pertapan! Soyo cilik! Soyo cilik! Mboten supe

nyebutake Asmaning Allah! Nyebutake asmane Gusti! Badan kantun sak dami aking,

namung ageng sirahipun bloko, Joko Baru Klinthing anggenipun nglekeri sukuning

Gunung Merapi, sagete tepung gelang, tempuke sirah kaliyan buntut kantun kirang

sak cengkang! Upami badan kaangkat sampun mboten kiyat, yen kalajengaken tamtu

pedhot badane Joko Baru Klinthing! Kirang sak cengkang sambat kantaka matur kang

Rama Ki Ajar Mangir!

2.4. Adegan Naga Baru Klinthing nglekeri Gunung Merapi

oleh Yayak Priasmara

hal. 21

Panjak/BK Kanjeng Rama, Kanjeng Rama, anggen kawula anglekeri menika sukuning gunung

Merapi, namung kirang sak cengkang tumprapipun Kanjeng Rama, menapa sampun

dipun katampi pas mekaten Kanjeng Rama?

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Inggih kula Kanjeng Rama?

Dalang/KAM bisane tempuke sirah kelawan buntut kurang sak cengkang, sliramu matur digawe

cukup opo durung? Ajar Mangir pandhita, pandhita iku lek ngendhika sabda pendhita

wali! Ora ana pandhita paring dhawuh pindho jangkepe kaping telu! Pisan kudu dadi

tepung gelang putraku! Ora isa nempukake sirah kelawan buntut, mesti tak tugel

gulumu tak padhakake dosamu mangkono!

Panjak/BK kados to mekaten Kanjeng Rama, amit sewu Kanjeng Rama, tumprapipun anggen kula

anglekeri sukuning Gunung Merapi, kirang sak cengkang tumprapipun umpami kula

sambung kaliyan lidah kawula mekaten nopo dipun keparengaken Kanjeng Rama?

Dalang/KAM bakal kok sambung kelawan lidahmu?

Panjak/BK kados to mekaten nuwun inggih Kanjeng Rama!

Dalang/KAM iya! Aku marengake! Sebab lidah metu saka guwa garbamu dewe mangkono

Panjak/BK menawi kados to mekaten kula nyuwun idi pangestune Kanjeng Rama, badhe kawula

lampahi menapa kang dados dhawuh Padhuka Kanjeng Rama!

Dalang Joko Baru Klinthing, kang pamrihe saget tepung gelang kurang sak cengkang!

kasambung kaliyan lidahe! Joko Baru Klinthing mangap mak haaa mak tlole katon

lidahe! ora kurang ora turah, pas sak cengkang! Lidahe Joko Baru Klinthing, Ki Ageng

Mangir pirsa lidahe Joko Baru Klinthing cawang, srepet ngunus pusaka Ki Ajar

Mangir, tanpa kandha tanpa sranta, lidahe Joko Baru Klinthing katigas pusaka! Joko

Baru Klinthing nglengani wonten guwa trawangan!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 22

Panjak/BK (parikan)

wus wancine wayahe esuk,

Jagone wis podho keluruk,

Golek ngelmu sing nganthi pethuk,

Kanggo sangu lek tuwek mbesok

Dalang nglengani Joko Baru Klinthing sambat Keng Rama!

Panjak/BK Aduh! Aduuuh! Kanjeng Rama! Kanjeng Rama! Monggo dipun kapejahana ke mawon

kula Joko Baru Klinthing, Kanjeng Rama!

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing?

Panjak/BK nuwun kula Kanjeng Rama?

Dalang/KAM sliramu ora mati! Nadyan lidahmu tak tigas pusaka, sliramu ora mati! Nyumurupana,

anane lidahmu tak tigas pusaka, sliramu ki putra Pandhita kok lidahe cawang? Anane

tak tigas pusaka sejatine lidahmu cawang Joko Baru Klinthing

Panjak/BK Karono lidah kawula Padhuka tigas kaliyan menika parang ingkang kados to mekaten,

lidah kawula menika cawang Kanjeng Rama?

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Ajar Mangir gelem ndaku putra sliramu, ning aku nyuwun,

tugelane lidahmu iki balekno nyang guwa garbamu, lepehen meneh menyang njobo, aku

njaluk salin rupa! Dadekno tumbak sak landeane mangkono!

Panjak/BK lidah kawula ingkang cawang Padhuka tigas supados kawula ulu malih, nanging

wujudipun menika lidah kula supados ndadosaken tumbak sak landeane? Inggih

kula nyuwun tambahing pangestu badhe hanglampahi menopo ingkang dados dawuh

Padhuka Kanjeng Rama!

oleh Yayak Priasmara

hal. 23

Dalang Kacarito ra koyo mangkono! Tugelaning lidahe Joko Baru Klinthing, kalebetaken

wonten guwa garba, karanti seprapating jam kalepeh dhateng njobo, wujud pusaka

tumbak sak landeane, kacaosaken dhateng Ramane!

Panjak/BK Monggo Kanjeng Rama, kula aturi nampi, naminipun nami pusaka menapa Kanjeng

Rama?

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Inggih kula Kanjeng Rama!

Dalang/KAM Yo iki lho Kanjeng Kyai Upas, tumbak Baru Dhampit! Angsal bakale tugelane lidahe

Joko Baru Klinthing, mangkono!

Panjak/BK Kados to mekaten, guna katiyasanipun kados to pundi Kanjeng Rama?

Dalang/KAM Iki pusaka kang banget migunani! Kena kanggo ngayomi para kawula kang

dumunungan Kanjeng Kyai Upas iki, mangkono!

Panjak/BK Kados to mekaten ngaturaken sewu genging panuwun Kanjeng Rama

Dalang/KAM Saiki sliramu tak daku, putra Ajar Mangir putra Roro Kijang!

Panjak/BK Kados to mekaten kula tampi kanthi bingah ing manah Kanjeng Rama

Dalang/KAM Nanging sliramu ora kenek nderek Rama, ora kenek nderek Ibu! Kudu pisah karo wong

tuwa sak untara

Panjak/BK Yen to kawula kedah pinisah kaliyan Padhuka, kedhah wonten pundhi papan

kadhunungan kawula Kanjeng Rama?

Dalang/KAM Balio menyang daerah Tulungagung! Tepis piringe Campurdarat! Jumujuga ana

tengahing Alas Ngembel! Mertapa mbatang, mertapa mati ana tengahe Alas Ngembel

kono! Aja kepati badhar yen durung karuwat pawongan Ngembel, mangkono!

Panjak/BK Kados to mekaten menapa sampun dipun keparengaken kedah kula lumengser saking

ngarsa Padhuka Kanjeng Rama?

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 24

Dalang/KAM Sakdurunge sliramu prapto Ngembel, mampiro menyang Glagah Ombo, sowano ibumu

Dewi Roro Kijang, matura yen wis didaku marang Kanjeng Rama! Ibumu supaya

ngoncati saka Glagah Ombo supaya prapto ana Pertapan Mangir kene Joko Baru

Klinthing!

Panjak/BK kados to mekaten mitungkasipun Kanjeng Rama dhateng kula, ngestokaken dhawuh

Kanjeng Rama!

Dalang Joko Baru Klinthing, kendhel wonten ing Dusun Glagah Ombo! Kang wigati pamit

marang ibune Roro Kijang wonten ing Dusun Glagah Ombo! Joko Baru Klinthing

budhal mertapa mbatang mertapa mati!

Dalang Sak bibaripun Joko Baru Klinthing, dhateng Dusun Glagah Ombo sowan ibu Roro

Kijang, bidhal dhateng Alas Ngembel, mertapa mbatang mertapa mati! Buntut

kaancepake siti bantala, siti lemah bantala padas, sirah kalebetaken wonten bhumi,

badan dipun glethakaken dhateng wana, mboten kawistara menika ulo gedhe mertapa,

lir kadya kayu lumuten! Sak dangune Alas Ngembel kangge mertapa mbatang mertapa

mati Joko Baru Klinthing, Jim setan peri prayangan ilu-ilu banaspati kang mbaureksa

tengahing Alas Ngembel mboten kiyat kenging wibawane Joko Baru Klinthing! Sami

medhal saking wana Ngembel, neluh kawula Ngembel! Desa Ngembel katerjang pageblug

katerjang penyakit! Kathah penyakit kathah lelara! Gempalaning cinarita, jare cerita

kaincrit waton ditoto! Nek mirsani wayang larapane debog dowo, nek mirsani kentrung

larapane cukup lambe bloko! Kula ungkuraken Joko Baru Klinthing, njumejeraken

Desa Ngembel!

2.5. Adegan Joko Baru Klinthing Topo Mbathang ing Alas Ngembel

oleh Yayak Priasmara

hal. 25

Panjak Anjumejeraken wonten ing Desa Ngembel!

Dalang Sampean opo weruh Desa Ngembel?

Panjak Halah kidul kono!

Dalang Sandinge Ngentrong!

Panjak Hok oh!

Dalang (Kmtw) Kene-kene konco Ngembel kabeh! Abot nindhakake apa kang dadi utusane Mbah

Demang Ngembel, supaya gropyok golek iwak kangge bersih desa. Biasane yo Co, lek

awake dhewe ki ora diutus Kaki Demang, banteng, kidang, menjangan pating bleber

sepirang-pirang! Bareng diutus Kaki Demang supaya gropyok nyang alas, ojo to

banteng, kidang, menjangan, semut ireng wae lek cethuk kok nyimpang yo Co yo?

Panjak (Konco) inggih Pak Wo, leres menapa ingkang dados dhawuh padhuka Pak Wo!

Dalang (Kmtw) kae krungu swarane bedhug! Bedhug muni sepisan ki critane wong kuno nek mlaku

kudu leren sak untara, sebab bedhug muni sepisan ki lakune para kala! Ki lho! Ning

ngisore randu gumbala, iyup papane enek kayu lumuten penak kanggo lelungguhan,

yo kene! Leren lungguh ning kayu lumuten kene yo Co! mengko lek bar bedhug mlaku

meneh yo Co yo?

Panjak (Konco) Inggih monggo dipun kakendhelaken langkung rumiyin Pak Wo

Dalang (Kmtw) ho oh, kono sing nggowo bontrot dibukak bontrote!

Panjak (Konco) inggih kula badhe ngersakaken udud riyin Pak Wo!

Dalang (Kmtw) kono sing nggowo klobot mbako ndang podho ngrokok-ngrokok kono!

Panjak (Konco) inggih Pak Wo!

Dalang (Konco 2) Aku mau nggowo mbako ning ora nggowo klobot, arepe ngrokok ra nduwe klobot ki aku

Panjak (Konco 3) wah beja kumayangan, sampean nggowo mbako nanging ora nggowo klobot, kebenaran!

Nek ngono besanan wae yo Yu!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 26

Dalang (Konco 2) besanan piye Bit?

Panjak (Konco 3) klobote aku, mbakone kowe yo Yu!

Dalang (Konco 2) lha klobote kok sik ontongan?

Panjak (Konco 3) wah wong iki warisan nenek moyang, iki klobote ontongan ning tak godhog karo banyu

klopo! Rasane enak kok Yu!

Dalang (Konco 2) Cocok karo mbakoku lha iki mbako gRawal!

Panjak (Konco 3) wah mbakomu mbako gewol ngono kok!

Dalang (Konco 2) ngonoo wong iki weton Kalituri mbakone enak kok e!

Panjak (Konco 3) woh! Opo iyo to Yu?

Dalang (Konco 2) he eh! Wes kono-kono ayo ngge ngrokok!

Panjak (Konco 3) nggih monggo kendel sak watawis karo rokokan nggih Yu Gimah!

Dalang Tankocapo! Kawula Ngembel ngethok klobot kangge landesan batange Joko Baru

Klinthing! Klobot dikethol mak jleg! Manther-manther medhal darahe! Tankocapo unine

Bibit!

Panjak (Konco 3) Yu! Yu Gimah!

Dalang (Konco 2) Bit, eneng opo Le?

Panjak (Konco 3) weh! Ora ngerti sangkan parane bilahi, lha aku ngelus klobot kok jebul metu ndaging

koyo ngene iki wujude opo to Yu?

Dalang (Konco 2) : lho lho lho sek-sek kayu kok metu getihe? Bareng kok kewal kok metu daginge, maturo

Pak Kamituwo!

Panjak (Konco 3) Amit sewu Pak Wo!

Dalang (Kmtw) ora lho jane Bibit karo Gimah ki kok umek ae jane eneng opo to?

oleh Yayak Priasmara

hal. 27

Panjak (Konco 3) amit sewu Pak Wo, niki sak jeroning kendhel wonten ing tengahing wono, podho sami

rokokan, mboten ngerti sangkan paraning bilahi kula ngelus klobot, lha kok newal kayu

malah dadi ndaging kados ngaten Pak Wo?

Dalang (Kmtw) konco Ngembel sing ora waspodo! Jebul sing dingge lungguhan iki maeng dudu kayu

lumuten, lha iki lak bathang to Co iki?

Panjak (Konco) ingkang dipun wastani bathang menika mengku werdi kados pundhi Pak Wo?

Dalang (Kmtw) Bathang ki ulo gedhe mertapa! Wis moro kabeneran, gandheng golek kewan ora ana!

Anane bathang! Ayo bathang iki diruwat wae! Lulang, eri, buntut, sirah, ditinggal ning

alas kene! Dijipuki daginge wae! Ngko digowo nyang Ngembel iki kena kanggo bersih

desa mangkono Konco!

Panjak (Konco) wah kados to mekaten kaleresan nggih Pak Wo! Nggih!

Dalang (Kmtw) ayo ayo Konco! Ngruwat bathange Joko Baru Klinthing! Entuk pirang pikul iwake

Konco?

Panjak (Konco) wah! Pikanthuk wolong pikul Pak Wo!

Dalang (Kmtw) peh gedhi tenan yo ulo iki mau

Panjak (Konco) inggih, ageng sanget Pak Wo!

Dalang (Kmtw) entuk wolung pikul mbrengkut, mbok menawa iki cukup kangge bersih desa, ana ing

Desa Ngembel, ayo Co, saiki podho digowo bali yo Co!

Panjak (Konco) nggih, monggo sami dipun kabetha wangsul Pak Wo

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 28

2.6. Adegan Joko Baru Klinthing Bibar Karuwat Warga Desa Ngembel

Dalang dhapuk Joko Bajang (JB), Panjak dhapuk Cah Ngarit (CN)

Dalang Sak ungkure kanca wolu songo Pak Kamituwo Ngembel, ingkang kentun wonten wono

lulang, eri, buntut, sirah. Ngempal dados setunggal mlethik wonten ing dirgantara,

dumawah dhateng siti bantala. Ilang sifating lulang, eri, buntut, sirah. Jenggeleg wujud

titah manungsa pajangkara malihane Joko Baru Klinthing! Emanipun, bocahe dedhege

cebol kepalang, rambute abang koyo kemamang, bathuk nonong, irung nyuntik lambe

nyumik, pipi klungsur, gulu cendhak kathik blirik untune cilik, pundhake brojol,

bokonge tepos, kenthole nrapus wetenge bekel, awake koyo sisike ulo. Lingak linguk!

Panjak tolah-toleh!

Dalang ( JB) matur nuwun Gusti Kang Maha Suci! Ingkang paring titah kawula Joko Baru

Klinthing! Rikala semanten wujud kula naga sak pucang ageng kula! Sakmenika kula

sampun dados manungsa, ning aku ki uwong opo genep-genepan urip ning ngalam

ndunya? Jenenge nek uwong kok ora pokro? Awakku koyok sisike ulo! Dhedhegku cebol

kepalang, ntoh!!! Rambut abang, bathuk nonong, mripat ngeleng, irung nyunthik, lambe

nyumik! Awak sekujur kok cacatan thok! Nek rupaku koyo ngene mosok jenengku Joko

Baru Klinthing? Kok apik jenenge karo rupane? Halah wis ora nggawe baru klinthing-

baru klinthingan! Aku tak nggawe jeneng sing pas karo rupaku iki! Aku tak golek

jeneng Joko Bajang! Lhaaa iki wis! Bocahe nggiantheng jenenge Joko Bajang! Lingak

linguk neng alas ra enek kancaku! Lha iki! Iki kok enek wong ngarit neng kulonku

nggawe klambi ijo? Wah iki tukang ngeritne wedhus bekne iki? Kang! Kang! Sing nggawe

blangkon klambi ijo! Kang!

Panjak (CN) Opo Le?

Dalang ( JB) sawangen aku nggantheng yo Kang yo?

Panjak (CN) wah rupamu koyo uncek! Ora mareki! Kon nyawang!

Dalang ( JB) kurang tlaten lek mu nyawang! Kok eker-ekero anggitmu jik enek pilihane lho iki

oleh Yayak Priasmara

hal. 29

Panjak (CN) ana parigawe opo Le celuk-celuk karo aku?

Dalang ( JB) Kang! Jarene Desa Ngembel kuwi lagi bersih desa? Mbah Demang kuwi nanggap tayub

to Kang?

Panjak (CN) wah! Wis ora tumpangsuh anggenku nampa, anggenmu kandha pancen bener dinane

iki pancen Kaki Demang ngenekake ramen-ramen gedhe-gedhenan nganggo nanggap

tayub Le!

Dalang ( JB) nanggap kleningan Kang?

Panjak (CN) ho oh! Tayuban!

Dalang ( JB) njur kene ki Ngembel karo kene ki ngendhi to Kang?

Panjak (CN) arahe kidul kono lho!

Dalang ( JB) Kang! Yo ndelok tayub nggone Mbah Demang Kang!

Panjak (CN) wah! Lha iki wancine arepe udan, lekku ngarit wae durung kebak krenjangku!

Dalang ( JB) beres! Wes to ngko lek wedhusmu luwe brukono Kang!

Panjak (CN) lho! Opo ra kleru to Le?

Dalang ( JB) kok kleru?

Panjak (CN) Lha wedhus luwe kok tak bruk I ki piye?

Dalang ( JB) yo dibruk I pakan!

Panjak (CN) ooo ngono!

Dalang ( JB) engko tak ewangi ngarit ngono lho!

Panjak (CN) tenan ye? Kenek tak percoyo Le omonganmu?

Dalang ( JB) kapan aku tau ra ngapusi ki?

Panjak (CN) lha iyo kapan kowe ra lecet ki?

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 30

Dalang ( JB) hehehe lha iyo!

Panjak (CN) kandhani seprono-seprene kok panggah! Katak wohe uwi!

Dalang ( JB) terus?

Panjak (CN) kadung watak ra iso ngowahi!

Dalang ( JB) Ngono yo? Pancen iki gawane urip kok! Wis ayo ndelok tayub nggone Mbah Demang ojo

samar melok Joko Bajang! Wetengmu luwe warege ning aku Kang, beres!

Panjak (CN) ning mengko lek wis oleh-olehan jo lali yo Le yo?

Dalang ( JB) Beres, diomongi kok pokok luwene wetengmu warege ning aku ngono lho!

Panjak (CN) Yo! Wis ora liwat goleko jalukan, mengko lek wis oleh diandum yo Le!

Dalang ( JB) Wis to ayo ndelok tayub!

Panjak (CN) yo ayo ndelok tayub nggone Kaki Demang Le!

Dalang ( JB) ayo!

Dalang ( JB) uwapik tenan yo Kang yo!

Panjak (CN) wah jebulane langen tayub kuwi kok yo enak dirungokne yo Le

Dalang ( JB) ning yo emane teko kene wetengku pas luwe kang

Panjak (CN) aku maeng kandha piye to Le? Iki ndelok tayub aja mung ndelok thok! Ayo golek jalukan,

lek oleh diandum karo aku Le!

Dalang ( JB) yo, arepe tuku ra nggowo duik yo wis entenana kene yo Kang, aku tak nang pawon tak

njaluk sego! Engko lek oleh didum wong loro, lha luwe kok Kang yo?

Panjak (CN) iyo Le, iyo!

Dalang ( JB) ho oh engko didum karo kanca-kancane kabeh! Wong mburi kae yo digolekne yo kang yo!

2.7. Adegan Joko Bajang Lan Cah Ngarit Budhal Ndelok Tayub ing Desa Ngembel

oleh Yayak Priasmara

hal. 31

Panjak (CN) yo digolekake!

Dalang ( JB) ho oh yo wis lek koyo ngono, aku tak nang pawon yo Kang!

Dalang Kacarita Joko Bajang! Mlebu menyang pawon golek jalukan! Wonten pawon wonten

tiyang sepuh asmanipun Nyai Rondo Tuntang! Nyai Rondo Tuntang omahe Desa

Gedhangan! Pegaweyane amung cukup tukang padhang! Mula pundhi-pundhi lek ana

wong duwe gawe, Nyai Rondo Tuntang sing diaturi! Dikongkon adhang! Senajan tuwa lek

adhang sugih jopo! Joko Bajang inthak-inthik njujug nggone Nyai Rondo Tuntang sing

daleme Gedhangan!

Dalang ( JB) Yung Dhe tukang padhang!

Panjak (NRT) ana parigawe apa Ngger?

Dalang ( JB) aku mau ndelok tayub wetengku luwe, arepe tuku sego aku ra nduwe duik, aku nyuwun

maeme yo Yung Dhe yo?

Panjak (NRT) oalah Ngger-Ngger, Yung Dhe ana ing papan kene mung kadhapuk tukang padhang yo

Le, Yung Dhe bisane peparing yo mung sega nyel, yen to mbutuhake lawuh moro coba

nyuwuna lawuh sing ning pawon kono yo Ngger

Dalang ( JB) Matur nuwun Yung Dhe, biyuh pincuke godhong jati, segane abang, kok ora enek lawuhe?

Yo wis aku tak njaluk tukang masak iwak kae! Yung Dhe tukang masak iwak! Heh iki

rewang kok turu ae to Yung Dhe?

Panjak (TMI) haladhalah Le Le! Lha enek wong karipan kok iso nyelo-nyelo ana parigawe apa?

Dalang ( JB) titik ae Yung Dhe!

Panjak (TMI) tithik, tithik, tithik piye?

2.8. Adegan Joko Bajang golek jalukan mangan ning pawone Mbah Demang

Dalang dhapuk Joko Bajang (JB), Panjak dhapuk Nyai Rondo Tuntang (NRT),

Tukang Masak Iwak (TMI), lan Tukang Masak Srondeng (TMS)

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 32

Dalang ( JB) njaluk iwake tithik ae

Panjak (TMI) lha wong aku ket isuk tukang masak wae urung oleh pakone Kaki Demang ora wani

mangan kok moro-moro dadak golek jalukan!

Dalang ( JB) halah sak imet ae Yung Dhe!

Panjak (TMI) lek ora ndang ngalih saka kene malah tak sothil boyokmu lho! Ayo ndang nyisih! Rupamu

wis kaya ngono!

Dalang ( JB) iyo-iyo ngalih yo ngalih kok eram men to! Yung Dhe tukang nyrondeng! Aku njaluk

srondenge titik ae Yung Dhe!

Panjak (TMI) Iki kok enek bocah banget kurang tata rupane, moro-moro golek jalukan, ora enek apa-

apa kene!

Dalang ( JB) sak pyur ae Yung Dhe!

Panjak (TMS) sak pyur sak pyur! Wong kene masak ket isuk wae durung mangan kok!

Dalang ( JB) kene lho pyurono segoku titik

Panjak (TMS) heh! Lek ra gelem ngalih tak suirati banyu kobokan! Hayo ngalih!

Dalang ( JB) iyo-iyo beh beh beh!

Panjak (TMS) moro-moro kok golek jalukan!

Dalang Joko Bajang nelongso atine! Wong sak pawon dijaluki lawuh ora ana sing menehi! Joko

Bajang keronto-ronto pikire!

Dalang ( JB) Masya Allah! Jenenge wong Ngembel kene lho kok mbethithil kabeh! Jenenge wong

rewang semene kehe kok sing ngewenehi kok mung tukang padhang tok! Jaluki lawuh kok

ora ana sing oleh! Halah! Arep mangan ora enek lawuhe! Ora mangan ora popo segoku

tak balekne ae! Yung Dhe Tukang Padhang

Panjak (NRT) opo Ngger?

oleh Yayak Priasmara

hal. 33

Dalang ( JB) nyoh segaku tak balekne, aku ra sida mangan Yung Dhe

Panjak (NRT) omonge keluwen? Nyuwun Yung Dhe wis tak paringi kok or kok maem to Ngger?

Dalang ( JB) senajan sega tak balekke, iki wis tak trima ndunya tekane akhir kok Yung Dhe

Panjak (NRT) ojo kurang pangapura yo Ngger, Yung Dhe ana papan kene mung kadhapuk padhang,

mbok menawa ana kaluputane Yung Dhe sing gedhe pangapurane yo Ngger

Dalang ( JB) ora popo wong panjenengan mung sak derma dikongkon, sik to, panjenengan ki asmane

sopo daleme ndi Yung Dhe?

Panjak (NRT) oo, takon marang aku? Teka ngendhi papan padununganku? Aku saka Desa Gedhangan,

yo aku karan Nyai Ageng Tuntang Ngger

Dalang ( JB) ooo asmane njenengan Nyai Ageng Tuntang?

Panjak (NRT) iyo Le, lha kowe saka ngendhi to Le?

Dalang ( JB) aku saka nggunung jenengku Joko Bajang, lha samean kok uwik ae nyang opo to Yung

Dhe?

Panjak (NRT) halah wong iki jenenge padhang, karo nyambi gawe takir ngono lho Le

Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang, samean tak omongi yo Yung Dhe, mbesok-mbesok meneh lek

enek wong duwe gawe, tukang padhang ki ojo diperintah penggawean sing neko-neko!

Mengko mburi arep enek sambikala lho Yung Dhe!

Panjak (NRT) lho, kok semune anggenmu kandha kok ngeget-ngegeti marang Yung Dhe Le?

Dalang ( JB) ora popo wong panjenengan sak derma diutus! Yo wis lek ngono segaku sepincuk ijolono

sodo sing mbok ngge nakir kuwi Yung Dhe!

Panjak (NRT) dadi sega mok balekake marang Yung Dhe, supaya tak ijoli sodo iki Le?

Dalang ( JB) ho oh Yung Dhe

Panjak (NRT) iyo, iki moro coba tampanono Ngger, iki sodo lanang Ngger!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 34

Dalang ( JB) sodo lanang? Yo wis tak ngge jimatan, iki sodo lanang paringane Yung Dhe Nyai Tuntang!

Yung Dhe Nyai Tuntang!

Panjak (NRT) iyo kepriye Ngger, Joko Bajang?

Dalang ( JB) saiki sampean tak omongi, iki cukup kanggo panjenengan dewe, opo pirantine wong

tuwek koyo to gula bubuk, menir, pokok kuabeh cemplungno ning lesung kene! Sampean

nyekelo enthong iki yo! Mengko lek enek jeglug-jeglug ping telu, age-age sampean ndang

numpako lesung Yung Dhe! Engko eneng opo-opo lho Yung Dhe!

Panjak (NRT) opo tenan Ngger?

Dalang ( JB) yo wis, menang cacak kalah cacak, olo opo panjengan piranti. Aku tak dolan yo Yung

Dhe, ojo lali lho yo welingku!

Dalang ( JB) Kang aku wis teko Kang!

Panjak (CN) hayo, ndi Le oleh-olehane? Anggenmu golek jalukan mau?

Dalang ( JB) penak awakmu adhep-adhep ning ngisor pager, lek oleh njaluk, lha wong aku neng

pawon, peh lencret kang aku! Diclathu wong sak pawon! Njaluk lawuh ra diwenehi!

Sawangen lambeku garing Kang! Wis saiki ngene wae, sampean ndelok tayub lek mulih

yo ora iso nerokne njoget to?dolanan ae karo aku Kang!

Panjak (CN) dolanan opo meneh!

Dalang ( JB) sawangen, aku ngencepke sodo lanang ning latare Mbah Demang Ngembel! Sing tak

ngge ngencepne tangan kiwo ki lho yo? Jebolen Kang! Nek kowe iso njebol sodo lanang

iki tak opahi!

Panjak (CN) opahe opo Le?

2.9. Adegan Joko Bajang adeg sayembara ndudhut sodo lanang

oleh Yayak Priasmara

hal. 35

Dalang ( JB) Kalungku iki! Iki jenenge Koloring sutra diwangga!

Panjak (CN) kasiate?

Dalang ( JB) lek ana panas ora kepanasan, ana udan ora kudanan! Iki sodo iki jebolen! Lek iso jebol

kalungku pek’en!

Panjak (CN) tenan opo piye Le?

Dalang ( JB) lek sodo iki jebol, sampek kalung ora tak wehne, totohane cagake gulune Joko Bajang!

Panjak (CN) lek pancen ora kok wenehne tak gebeg kupingmu tenan kowe Le!

Dalang ( JB) iyo! Ayo jebolen!

Panjak (CN) yo tak jebole Le!

Dalang kacarita kancane Joko Bajang! Njebol sodo lanang! Sodo candak cek! bathek sret!

Sodone ora isa jebol, sing njebol klemahan! Diguyu wong sepirang-pirang! Sing ndelok

tayub bubar ditinggal ndelok Joko Bajang anggone ngencepake sodo lanang! Kabeh-

kabeh sing ndelok tayub ora ana sing bisa njebol! Angger ana sing tiba dikukuhi,

sing tiba disoraki! Ladene sing rewang kabeh kayuyun karo Joko Bajang anggene

ngencepake sodo lanang! Mbah Demang mek kethuwal-kethuwel dewe karo tandhake!

Saka pegele Mbah Demang brosot metu nyang njaba!

Dalang (MD) Bubrah! Wong Ngembel koyo bayi-bayi kabeh! Ditanggapne tayub apik-apik kok

kuarepe dewe, rame-rame keplok-keplok! Bar! Opo sing dikeploki koyo ngene iki?

Panjak

(Warga)

Nuwun sewu Kaki Demang, wonten wujudipun menika lho bocah sing banget kurang

tata, ngencepake sodo lanang dipun kajabut kalihan sok sintena sapa mawon kok

mboten saget jebol menika kados to pundi Kaki Demang?

Dalang (MD) sek-sek, bocahe sing ndi?

Panjak (Warga) lha nika wonten ler kilen ndepis nika!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 36

Dalang (MD) Le! Jenengmu sopo Le?

Panjak (Warga) Inggih nami kula Joko Bajang, Kaki Demang!

Dalang (MD) rupamu koyok kucing kuru! Melek karo merem ora ana bedane! Ning kene wani gawe

goro-goro kowe ki! Joko Bajang!

Panjak ( JB) inggih kula Kaki Demang

Dalang (MD) sing ngencepne sodo lanang kowe? Nek iso njebol opahe opo?

Panjak ( JB) sok sintena kemawon ingkang saget njabut sodo lanang kan kula encepaken, opahe

menika kalung kula kolore sutra diwangga Kaki Demang

Dalang (MD) iki lek ora ndang tak tandhangi ra rampung-rampung! Aku sing arep njebol Joko

Bajang!

Panjak ( JB) monggo yen to Padhuka ingkang badhe njabut, Kaki Demang!

Dalang Kaki Demang Ngembel! Njebol sodo lanang, sodo ndak bisa jebol! Mbah Demang

klemahan! Diguyu para masyarakate sedoyo! Dukane Kaki Demang!

Dalang (MD) Joko Bajang!

Panjak ( JB) nuwun kula Kaki Demang!

Dalang (MD) yahmene ngabangne moto karipan kowe! Wong sakmene kehe podho kawirangan

anggonmu ngencepake sodo lanang! Ora ana sing isa njebol! Demang Ngembel bakal

takon, sopo sing ngencepake sodo lanang iki mau?

Panjak ( JB) ingkang ngencepake sodo lanang kulo Kaki Demang

Dalang (MD) kowe iso ngencepne kudu iso njebol! Jebolen Joko Bajang sodo lanang iki!

Panjak ( JB) oh Kaki Demang, kula purun njabut sodo lanang ingkang kulo encepaken kolo wau,

nanging kula nyuwun dipun kaijolono Kaki

oleh Yayak Priasmara

hal. 37

Dalang (MD) njaluk opah opo?

Panjak ( JB) kula nyuwun ijole iwake panjenengan mekaten Kaki Demang!

Dalang (MD) nek pancen sodo lanang jebol njaluk opah iwake Mbah Demang, mlebuo nyang pawon

mangano sak mingere udhelmu Joko Bajang!

Panjak ( JB) kados to mekaten Padhuka sagah minangkani menapa ingkang dados panyuwun

kawula?

Dalang (MD) tak turuti opo kang dadi panyuwunmu!

Panjak ( JB) badhe kula jabut Kaki Demang!

Dalang Kacarita Kaki Demang ingkang mboten tanggap panyuwune putra Joko Bajang! Gelem

njebol sodo lanang njaluk opah iwake Kaki Demang! Sejatose ingkang kasuwun sanes

iwak sing dimasak ana pawon! Ning iwake Mbah Demang sak anak buahe! Kasuwun

Joko Bajang kanggo ijol iwake Joko Bajang! Joko Bajang kalih mungkur anggonipun

njebol sodo lanang! Nggedhug lemah kaping telu, jeglug-jeglug kaping telu! Jebol sodo

lanang! Banjir gedhe papak embong!

Panjak Jangkar kayu taline rante,

Lembak-lembak banyu segara,

Sugeng rahayu lak sedayane,

Monggo pinarak ingkang sekeca

Dalang Jebol sodo lanang Banjir gedhe papak embong! Sadoyo dados Rawa! Keterak ilining

toya! Sodo kang kaasta Joko Bajang, dipun sawataken, Joko Bajang sabda: endi

papan sing keceblokan sodoku iki, dadio desa Desa Sodo! Tipak anggene ngencepake

sodo lanang dados telenge Telaga Ngembel! Sinten ingkang kula cerita nindhakake

pitungkase Joko Bajang? Pawongan saking Gedhangan, tukang padhang Nyai Tuntang!

Krungu jeglug-jeglug kaping telu numpak lesung! Enthong digawe obek ana nginggile

toya!

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 38

2.10. Adegan bubar kedadean banjir gedhe. Joko Bajang (JB) lan Nyai Rondo Tuntang (NRT)

Panjak (NRT) Oh Gusti Allah Pangeran kula kang sejati, ingkang pinangka dados sesembahan kula

kang sejati, matur sewu gunging panuwun Gusti dhateng sadoyo menapa ingkang dados

pitulungan Padhuka Gusti!

Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang, aku Joko Bajang Yung Dhe

Panjak (NRT) ealah Ngger, iyo Ngger banget matur sembah nuwun, marang apa kang dadi kandhamu

nyatane aku bisa slamet wilujeng mangkono Ngger,

Dalang ( JB) koyo ngene iki Yung Dhe, mula lali-lali den ilingno, nek ana wong duwe gawe yen

ana wong njaluk kudu diwehi sak paring-paringe, iyo lek njaluk tenan? Nek mbujuk

kapilamur kaya Joko Bajang ngene iki kan ora ngerti, jajal pirsanana kabeh podho

entek ketrajang ilining toya, banjir gedhe papan kene dadi rawa, panjenengan

ngorbakake sega sepincuk kanggo Joko Bajang nyatane diparingi slamet wilujeng,

pinaringan panjang yuswa Yung Dhe

Panjak (NRT) Iyo Le bener opo kang dadi kandhamu, banjir gedhe papak embong, kawula Ngembel

podho ketrajang banyu koyo ngono Ngger, nanging Yung Dhe ana ing papan kene

lesunge bisa kandhas koyo mangkene kepriye Ngger, Joko Bajang?

Dalang ( JB) lesungmu nyanggrang? Kandhas? Iyo tak duduk e! Yung Dhe Nyai Tuntang, kena

kangge pengeling-eling, lek ku ndhuduk lesung iki lek enek rejaning njaman dadio Desa

Welahan yo Yung Dhe!

Panjak (NRT) oalah Ngger, anggonmu ndhuduk lesunge Yung Dhe kang mandhek ana papan kene

mbesok kapan yen ana rejaning njaman dadio desa, Desa Welahan. Aku miji lan

nyekseni marang opo kang dadi kandhamu yo Ngger

Dalang ( JB) Lekku ngunggahake lemah iki mbesok, lek ana rejaning njaman dadio Desa Ngunggahan

Yung Dhe!

oleh Yayak Priasmara

hal. 39

Panjak (NRT) Ngger Joko Bajang, anggonmu ngunggahake lemah ana ing papan kene mbesok kapan

lek ana rejaning njaman dadio desa Desa Ngunggahan, iyo aku miji nyekseni mangkono

Ngger!

Dalang ( JB) Lekku ngresiki lesungmu iki mbesok, lek ana rejaning njaman dadio Desa Gesikan, Yung

Dhe!

Panjak (NRT) anggonmu ngresiki lesunge Yung Dhe ana papan kene, mbesok kapan lek ana rejaning

njaman dadio desa ya Desa Gesikan, aku miji aku nyekseni Ngger!

Dalang ( JB) lesungmu kandas nyanggrang ana papan kene, papan kene mbesok lek ana rejaning

njaman, tak jenengake Campur Janggrang Yung Dhe!

Panjak (NRT) oh, lesunge Yung Dhe mesanggrah ana papan kene, mbesok kapan lek ana rejaning

jaman dadio desa Campur Janggrang, merga lesunge Yung Dhe njanggrang ning kene

Dalang ( JB) iya, Panjenengan mbesok dadi Wo Pituwane kawula sing manggon ana daerah

Rawa Campur, khususe ning Campur Janggrang kene! Panjenengan mbesok dadi

Wo Pituwane Sesepuh kene, sopo pawongan kang manggon ana papan kene mbok

menawa ketelaten sandhang pangan, ana keruwetan apa wae, kersa sowan Yung Dhe

Nyai Tuntang, Gusti Allah bakal peparing opo kang dadi panyuwune kawula kang

manggon ana ing daerah Campur kalebu Campur Janggrang kene, bakal pinaringan!

Panjenengan mbesok kangge Wo Pituwane kawulo sing manggen ana daerah Campur

kene Yung Dhe!

Panjak (NRT) iya Ngger, tak tampa ndunya tekan akhir anggonmu kandha, muga-muga Gusti Kang

Maha Kuwasa tansah ngijabahi opo kang dadi aturmu yo Ngger

Dalang ( JB) sekira kaya mangkono iyo, pancen panjengan cukup kangge lantaran, ora kok nyuwun

kamulyane marang Yung Dhe Nyai Tuntang, ora! Ning nyuwun ing ngarsane Gusti

Allah, ning lantaran sowan Panjenengan, yo?

Panjak (NRT) kaya mangkono kang pinangka dadi aturmu, iyo Ngger, tak tampa ndunya tekan akhir

Ngger

Naskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 40

Dalang ( JB) Yung Dhe Nyai Tuntang? Lairku iku ana Rawa Bening kene, Ibuku ana Glagah Ombo!

Panjak (NRT) sopo kang dadi Ibumu, Ngger?

Dalang ( JB) asmane Dewi Roro Kijang, ning saiki wis sowan Kanjeng Rama ana Pertapan Mangir

Guwa Plawangan Sukune Gunung Merapi kono, aja kok sengguh aku ki bocah

nggunung, aku putra Kanjeng Rama Ajar Mangir, Ibuku Roro Kijang, aku Joko Baru

Klinthing lho Yung Dhe!

Panjak (NRT) oalah Ngger, Ngger! Wani kaduk kurang dugane anggone kandha Yung Dhe tinampa

marang jeneng Sira kurang nuju prana, Yung Dhe nyuwun pangapura yo Ngger!

Dalang ( JB) podho-podho Yung Dhe, ora usah ngilo kaca benggala, kena kanggo patuladha Yung

Dhe Nyai Tuntang, nadyan to sega sak pincuk waton ikhlas lahir tulusing bathin,

bisa paring pinanjang yuswa slamet widodo, kalis sangka bebaya! Yung Dhe, ayo!

Saiki wis rampung pakaryanku, mengko selak dadi pengarep ngarepe Kanjeng Rama,

dunga dinunga panjenengan muga pinaringan panjang yuswa, tetep nungganana

dadi sesepuhe pawongan kang manggon ana ing daerah Campur Darat, mbok menawa

ketelaten sandhang lan pangan, kersa ngleluri Yung Dhe Nyai Tuntang, bakal diparingi

kelawan Gusti Allah, panjenengan kangge lantaran. Aku nyuwun pamit Yung Dhe

Panjak (NRT) inggih, inggih, inggih Ndoro! Kula mboten wuninga yen Panjenengan punika atmajane

Ki Ageng Mangir lan ibu kusumaning ayu Dewi Roro Kijang, salam kula mangke katur

dhateng Rama kaliyan ibu nggih Ngger

Dalang ( JB) sampun, sampun, Yung Dhe Nyai Tuntang, wis Panjenengan niku mboten boso mboten

nopo-nopo!

Panjak (NRT) nggih wong ala tanpa rupa kawula menika urip wonten karang pradesan, Padhuka

menika atmajena sinatriya kang budhi luhur, yen ana klera-klerune Yung Dhe nyuwun

pangapura tenan yo Ngger

Dalang ( JB) iya Yung Dhe wis cukup semono, aku pamit Yung Dhe

oleh Yayak Priasmara

hal. 41

Panjak (NRT) iya tak restoni kaya dene banyu mili anggonmu lumaku yo Ngger

Dalang ( JB) Kacarita Joko Bajang, bubar nggawekake griya Nyai Tuntang ana ing Campur

Janggrang, sila sedhakep matek aji pancandriya, panca lima ndriya pengangen-angen,

nglakoni mati sajroning urip urip sajroning mati, nekadke karep ngeningke cipta

nyambatake sedulur papat limo pancer, nyuwun dhumateng panguwasaning Gusti

Kang Maha Kuwasa, pinaringan menapa kang dados panyuwune Joko Bajang! Ical ala

tanpa rupa gleger dados satriya bagus wideksa! Lir pindho Dewa Kumajaya! Minggah

Pertapan Mangir sowan Ki Ajar Mangir!

Panjak para Bapak saha Ibu ingkang tuhu kinurmatan, inggih kados mekaten kolo wau

babaripun cinarita Joko Baru Klinthing kalebet Lahire Pusaka Tulungagung,

kemampuan kawula sak rombongan inggih namung kados mekaten kolo wau, atur

panglipur kula sak rombongan katampi para Bapak lan Ibu ing warga mriki sedoyo

kurang nuju prana, kula makili keluwarga nyuwun pangapura dhateng ngarsa

Panjenengan sesami, kula akhiri bilahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum

warahmatullahi wabarakatu!

3. Penutup

Replika Naga di Pinka TA sebagai bukti bahwa masyarakat dan pemda TA dekat dengan kisah Baru Klinthing

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 42

Jamasan Pusaka Tulungagung Tumbak Kyai Upas yang dalam

lakon Baru Klinthing dikisahkan berasal dari potongan lidah

Joko Baru Klinthing.

oleh Yayak Priasmara

hal. 43

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 44

1. Salam Pembuka

Pantun Jawa Pembuka Dalang dan Panjak

Panjak Assalamu alaikum,

Terucap salam untuk para hadirin,

Semoga dalam keadaan sehat saat datang,

Menonton pertunjukan Kentrung Sedyo Rukun

Dalang Aku berniat mengawali pujian,

Menyebut nama sukma/roh suci,

Ini kesenian kentrung tradisonal asli,

Sedyo Rukun itulah nama grupnya

Panjak Ayo teman pergi ke pancuran air,

Ikut berwudlu bersama Para Ulama,

Ayo teman mencari persaudaraan,

Mumpung masih hidup di dunia

Dalang Saya akan mendalang namun tidak menghadap wayang,

Saya akan membaca namun tapi tidak menghadap surat,

Saya akan berbicara masih banyak salah dan khilafnya,

Jika ada kesalahan menjaga seni kentrung, mohon maaf sebesar-besarnya

oleh Yayak Priasmara

hal. 45

Panjak Mayangsari nama bunga Pohon Pucang,

Pergi ke sawah ayo menanam jagung,

Maka jangan lupa sholat dan sembahyang,

Bersujud kepada Allah Yang Maha Agung

Dalang Aku berniat mengawali mendalang,

Membuka kembali cerita yang hilang,

Yang wajibnya membuka cerita memanglah saya sebagai dalang,

Kisah Lahirnya Joko Baru Klinthing akan segera saya mulai

Panjak Ikat blangkon asli Boyolali,

Pakailah kain jarik Sido Luhur,

Anak perempuan jika ingin menikah,

Tunggulah usia dua puluh satu

Dalang Membuka cerita tentang pertapaan yang sangat tersohor,

Pertapaan Mangir yang saya ceritakan

Pertapaan Mangir terkenal hingga mancanegara

Ki Ageng Wonoboyo adalah pemimpinnya

Panjak Padang luas ditumbuhi alang-alang

Jika ingin makmur tanamilah padi,

Demikian juga untuk orang laki-laki,

Menikahlah di umur 25 tahun

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 46

2.1. Isi Cerita

Dalang dan Panjak mengenalkan kisah yang akan dibawakan

Dalang Pertapaan mana yang akan aku ceritakan di malam ini?

Panjak Ya, Pertapaan mana yang akan aku ceritakan kepada anda semua?

Dalang di lereng Gunung Merapi!

Panjak Ya, tempatnya ada di lereng Gunung Merapi!

Dalang Ada sebuah tempat menuntut ilmu, bernama Pertapaan Mangir!

Panjak Yang dipimpin Ki Ageng Mangir!

Dalang Pertapaan Mangir terkenal hingga ke luar negara, tempat menuntut ilmu yang bagus

dan tersohor, dan penuh kedamaian!

Panjak Memanglah benar jika Pertapaan Mangir penuh kedamaian!

Dalang Siapa yang menjadi Guru di Pertapaan Mangir? berjuluk Sang Begawan Wonoboyo!

Panjak Memanglah benar yang menjadi guru di Pertapaan Mangir adalah Sang Resi

Wonoboyo!

Dalang Mengapa berjuluk Ki Ageng Wonoboyo? Pertapaan Mangir ada di wilayah Wonoboyo!

Mengapa disebut Pertapaan Mangir, karena yang menjadi guru adakah Ki Ajar

Mangir!

Panjak memanglah benar yang menjadi guru adalah Ki Ajar Mangir!

Dalang Di Bumi Wonoboyo berdirilah Pertapaan Mangir, Ki Ajar Mangir berjuluk Ki Ageng

Wonoboyo alias Ki Ageng Mangir. Banyak sekali murid yang menimba ilmu kepada

Ki Ageng Wonoboyo. Suatu ketika, seorang murid menghadap ke Ki Ajar Mangir!

oleh Yayak Priasmara

hal. 47

2.2. Adegan pembuka di Pertapaan Mangir

Dalang sebagai Ki Ajar Mangir (KAM), Panjak sebagai Murid/Cantrik (C)

Dalang/KAM Kemarilah Muridku, jika sudah selesai pekerjaanmu, mendekatlah kepada Sang

Begawan Wonoboyo, Muridku!

Panjak/C Baiklah Sang Panembahan, saya yang datang mengucapkan salam hormat kepada

anda Sang Panembahan.

Dalang/KAM Muridku, aku terima salam hormatmu dengan senang hati. Semoga menjadi sumber

ketentraman pertapaan ini. Terimalah juga restu dariku, Ki Ajar Mangir!

Panjak/C O o Sang Panembahan yang saya muliakan. Restu yang engkau berikan, saya terima

dengan kedua tanganku, saya letakkan di atas kepala, semoga menjadi sumber pelita

untuk hidup saya Sang Panembahan!

Dalang/KAM Muridku!

Panjak/C Saya?

Dalang/KAM Kamu adalah muridku terkasih, yang aku percayai mampu mengharumkan nama

pertapaan ini, memimpin semua murid di pertapaan ini. Apakah keadaan pertapaan

sudah benar-benar tentram tanpa masalah?

Panjak/C Oo Sang Panembahan, semua pekerjaan saya sudah selesai, semoga tidak ada yang

mengecewakan hati Paduka Sang Panembahan.

Dalang/KAM Anak muda mau bergaul dengan orang tua, meski tidak mendapat sesuap nasi tapi

mendapatkan pelajaran tata krama! Apalagi jika mampu menumbuhkan perilaku

dan budi pekerti yang baik. Yang bisa buat contoh untuk manusia lain ya Muridku?

Panjak/C O o Sang Panembahan, perkataan Paduka memanglah benar, sepenuh hati akan

saya amalkan semua ajaran Paduka Sang Panembahan.

Dalang/KAM Kamu jiwa muda, pasti nantinya akan menikah.

Panjak/C Benar, Guru.

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 48

Dalang/KAM Wujudkan harapan orang tuamu, anak lelaki harus bisa mikul dhuwur mendhem

jero orang tuanya. Artinya, bukan ketika orang tua kita meninggal dipikul yang

tinggi! Bukan seperti itu! Atau dikubur sendiri yang dalam? Juga bukan seperti

itu! Maksudnya adalah mengangkat derajat orang tua, juga mengharumkan nama

orang tua! Maka jiwa muda mumpung belum beristri, carilah sastrane raga! Sastra

itu tulis, raga itu tubuh! Menabung kebaikan dalam diri! Pertama, mau bertakwa

kepada Tuhan, kedua mau bersekolah dan mengaji. Jika tidak waspada, isi jiwa

raganya manusia iku menjadi wadahnya iblis, tempatnya setan! Yang bisa mengusir

iblis dan setan dalam diri manusia tak ada lain selain manusia yang kuat agamanya.

Seperti itu Muridku!

Panjak/C O o Sang Panembahan, saya terima dengan suka cita apa yang Paduka sampaikan,

semoga kebaikan yang paduka tebar mampu terserap oleh semua murid di

pertapaan ini, Sang Panembahan

Dalang/KAM Orang sekolah itu bukan bermodal harta, namun tekad, niat, lalu berangkat! Maka

jika engkau mendapat warisan ilmu dari orang tua, asal kau gunakan dengan baik,

ilmu tersebut tak akan hilang sampai kau meninggal dunia kelak.

Panjak/C Iya Guru.

Dalang/KAM Muridku?

Panjak/C Saya?

oleh Yayak Priasmara

hal. 49

Dalang/KAM Tempat aku menjadi guru di Pertapaan Mangir ini dulunya Bumi Wonoboyo,

peninggalan almarhum ayahku. Ayahku memiliki tiga orang putra, yang pertama

kakakku yang bernama Ajar Segu, yang kedua aku Ajar Mangir, yang paling bungsu

perempuan bernama Dewi Roro Kijang. Aku mendengar kabar jika Bumi Wonoboyo

kini menjadi wilayah Mataram, berdasarkan wasiat ayahku, tanah ini aku minta!

Ternyata niatku dihentikan oleh para perajurit Mataram! Hingga aku pergi dari

medan perang. Dari hal tersebut aku berada di sini di Bumi Wonoboyo, bergelar Ki

Ageng Wonoboyo sebab ini Bumi Wonoboyo. Ku beri nama pertapaan ini dengan

nama Pertapaan Mangir, ku ambil dari nama asliku Ki Ageng Mangir, begitu

Muridku.

Panjak/C Terima kasih Sang Panembahan, telah menjelaskan hal ini kepada saya.

Dalang/KAM Tetaplah disini Muridku, Aku masih akan mengungkapkan apa yang menjadi

kegundahan dalam hatiku.

Panjak/C Baik Sang Panembahan, saya selalu siap mendengarkan apa yang akan Guru

sampaikan.

Dalang/KAM Melanjutkan cerita masa laluku, setelah aku bersitegang dengan Perajurit Mataram,

belum jelas kalah dan menangnya. Di tengah peperangan aku mendapatkan bisikan

gaib. Jika tak salah inderaku, bisikan gaib itu adalah suara almarhum ayahku. Dalam

bisikan tersebut ayahku berkata bahwa saya tidak boleh melanjutkan peperangan

dengan perajurit Mataram, aku disuruh pergi dari medan laga menuju sebuah

tempat bernama Pondok Bulki. Akhirnya aku pergi dan tinggal di pondok Bulki

selama tujuh bulan. Di pondok, suatu malam aku melihat cahaya yang sangat

menyilaukan bak bulan, jatuh di area imam. Ternyata setelah aku lihat itu pusaka!

Panjak/C O o Sang Panembahan, pada jam 3 malam, Guru melihat cahaya terang dari langit

turun ke pengimaman surau, Guru menghampirinya dan melihat sebuah pusaka?

Baik Guru.

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 50

Dalang/KAM Aku berpikir jika pusaka itu milik Kyai Pondok atau seseorang santri Pondok

Mbulki. Namun ketika aku membawa pusaka itu ke Rama Kyai, Rama Kyai tidak

memiliki pusaka seperti itu, demikian juga para santri pondok. Rama Kyai berkata

jika pusaka itu adalah hak ku sebagai orang yang menemukannya. Aku menerima

keputusan Rama Kyai, lantas aku bertanya kepadanya.

Panjak/C Bertanya bagaimana Sang Panembahan?

Dalang/KAM Itu pusaka apa? Rama Kyai menjawab jika itu pangot lanang pangot wojo karah komo

pamor kencono! Kata beliau itu pusaka sakti yang hanya boleh digunakan laki-laki,

tidak boleh dipegang oleh perempuan!

Panjak/C Seperti itu Sang Panembahan?

Dalang/KAM Rama Kyai berkata, pusaka itu bisa dipegang perempuan namun ada syaratnya!

Syaratnya yaitu pusaka itu tidak boleh dipangku oleh perempuan!

Panjak/C Seperti itu Guru.

Dalang/KAM Ya Muridku! Setelah sekian lama aku di pondok tersebut, aku rindu akan adikku

Roro Kijang. Aku sebenarnya tinggal di Rawa Bening bersama adhiku Roro Kijang.

Maka aku pun pulang ke Rawa Bening menemui Roro Kijang! Sesampainya di rumah

lagi, Adikku yang memang suka bersirih, suatu hari mencari kotak sirihnya. Namun

ia kecewa melihat pinangnya habis!

Panjak/C Lantas Guru?

Dalang/KAM Ia bingung mencari pinang. Setelah menemukan pinang ia bingung mencari pisau

dapurnya yang juga hilang. Ia lalu meminjam pusakaku. Sialnya, itu pusaka pangot

sakti. Sebenarnya adikku sudah ku beri tahu tentang pantangan pusaka itu, dan

ia bilang sanggup untuk tak melanggar pantangannya. Namun naas ketika pangot

digunakan, sebelum menyentuh pinang, pinang hancur berkeping-keping! Roro

Kijang lupa dengan laranganku, pangot ditaruh dalam pangkuan Dewi Roro Kijang,

pangot hilang entah kemana, hilangnya pangot waja kama pamor kencana Roro

Kijang seketika hamil!

oleh Yayak Priasmara

hal. 51

Panjak/C Hamil Guru?

Dalang/KAM Ya! Adikku yang masih perawan dirundung malu yang mendalam, hanya karena

memangku pangot waja bisa mengandung, Aku kasihan, akhirnya aku mengakui

bayi itu, Ajar Mangir sebagai ayahnya dan Roro Kijang sebagai ibunya. Tetapi aku

tak berlama-lama tinggal di Rawa Bening, aku harus berpisah dengan adikku dan

bertapa di Wonoboyo sini! Usai bertapaku aku kini jadi Resi! Aku meninggalkan

jimat klinthing kencana kolore sutro diwangga, dan berpesan kepada adikku untuk

menyimpannya. Kelak jika putraku bertanya siapa ayahnya, agar menjelaskan

jika ayahnya ada di tempat ini. Klinting kencana kolore sutra diwangga agar di

kalungkan lehernya. Sebagai tanda ia putra Ajar Mangir, Muridku!

Ku nanti hingga saat ini, tak ada kabar berita dari Roro Kijang. Kok belum ada anak

yang menemuiku dengan berkalung kolore sutra diwangga? Apa mungkin bayi Roro

Kijang meninggal

Panjak/C O o Sang Panembahan, semoga kelahiran anak di kandungan adik Guru tidak ada

halangan suatu apapun

Dalang/KAM Iya Muridku! hah! Suara apa itu???

Dalang Ki Ageng Wonoboyo berkata dengan Muridnya, siapa yang ku ceritakan lahir di Rawa

Bening? Joko Baru Klinthing!!! Badannya besar berwujud naga! menggemparkan

Pertapaan Goa Pelawangan lereng Arga Merapi. Menghadap Ki Ageng Wonoboyo!

Dalang/KAM Ada naga sebesar pohon pucang! Naga bisa berbicara seperti manusia! Kok

memanggilku Ayahanda Ki Ageng Wonoboyo? Hei Naga! Naga dari mana? Namamu

siapa Naga jantan?

2.3. Adegan Naga Baru Klinthing menemui Ayahanda Ajar Mangir

(Dalang sebagai Ki Ajar Mangir/Ki Ageng Wonoboyo (KAM), Panjak sebagai Joko Baru Klinthing (BK)

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 52

Panjak/BK Ayahanda! Jika ayahanda bertanya seperti itu kepada saya, saya Naga dari Rawa

Bening, Putra ibu Roro Kijang, seperti itu Ayahanda

Dalang/KAM Naga dari Rawa Bening putra Dewi Roro Kijang? Sebentar! Jika kau memiliki nama,

siapa namamu?

Panjak/BK Nama saya Joko Baru Klinthing, Ayahanda!

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing? Roro Kijang itu manusia putra Pandita, saudara perempuanku

Ki Ajar Mangir! Mustahil memiliki putra berwujud hewan Naga, aku tidak percaya!

Kau Naga yang ingin diakui menjadi anak manusia! Pergi dari sini! Tak pergi ku

potong lehermu, sebagai tebusan atas dosamu!

Panjak/BK Maaf Ayahanda, dulu ayah berpesan kepada Ibu, jika putranya menemui ayah tanpa

mengenakan klinthing kencana koloring sutra diwangga tak akan diakui, benar

begitu Ayahanda?

Dalang/KAM Lantas, maksudmu?

Panjak/BK Lihatlah di leherku, Ayahanda.

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Ya Ayahanda!

Dalang/KAM Ketika aku pergi dari Rawa Bening, Roro Kijang mengandung, memang aku

meninggalkan pesan berupa klinthing kencana koloring sutra diwangga. Kelak jika

anak yang dikandungnya lahir dan bertanya siapa ayahnya, supaya menunjukkan

jika aku ada di tempat ini! Klinthing kencana koloring sutra diwangga agar

dikalungkan di leher, sebagai tanda putra Ajar Mangir! Kulihat kau hanya berkalung

koloring sutra diwangga, tapi klinthing-nya tidak ada, dimana?

oleh Yayak Priasmara

hal. 53

Panjak/BK Ayahandaku yang terhormat, ketika aku terbang di langit, klinthing itu jatuh dan

aku bersabda, mana saja tempat jatuhnya klinthing itu, kelak jadilah hutan baru

klinthing, desa desa baru klinthing. Ketika aku menempuh perjalanan kesini,

klinthing saya jatuh, demikian Ayahanda

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Klinthingmu jatuh dan engkau bersabda? Mana tempat yang

kejatuhan klinthingmu jadilah desa, desa Baru Klinthing?

Panjak/BK Benar Ayahanda!

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Sekarang begini saja, sebagai ganti hilangnya klinthing itu, kau

harus menjawab sayembara Ki Ajar Mangir! Jika Joko Baru Klinthing bisa melingkari

kaki Gunung Merapi, hingga membentuk gelang! Kau memanglah Putra Ajar Mangir

Putra Roro Kijang! Tapi jika gagal? Berarti kau naga penipu! Bukan putra Ajar

Mangir bukan putra Roro Kijang! Ku potong lehermu!

Panjak/BK Duh ayahandaku, baiklah, aku minta doa restumu Ayah

Dalang/KAM Lakukanlah! Berdoalah kepada Gusti, semoga Joko Baru Klinthing bisa menjalankan

apa yang jadi permintaan Ayahanda!

Panjak/BK Baik, doa restu Ayahanda, semoga menjadi pemudah jalanku Joko Baru Klinthing!

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 54

Dalang Meminta kepada kuasanya Gusti, semoga Joko Baru Klinthing bisa menjawab

permintaan Ayahanda! Makin kecil badannya! Putusnya otot Joko Baru Klinthing

sampai terdengar suaranya! Makin kecil, makin kecil! Tak lupa menyebut nama

Allah! Menyebut nama Gusti! Badannya sampai kecil sekali, hampir membentuk

gelang, hanya kurang sedepa! Badannya sudah sangat lemah, jika diteruskan pasti

putus badan Joko Baru Klinthing! Kurang sedepa dia mengiba kepada ayahnya Ki

Ajar Mangir!

Panjak/BK Ayahandaku, perjuanganku melingkari gunung Merapi, kurang sedepa saja

Ayahanda, apa sudah dianggap berhasil?

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Saya Ayahanda?

Dalang/KAM Hanya kurang sedepa perjuanganmu, kau bertanya padaku sudah dianggap berhasil

apa belum? Ajar Mangir seorang Resi, Resi itu jika sudah berkata sama artinya

dengan sabda pendhita wali! Tak ada resi yang berkata sampai dua atau tiga kali!

Sekali kataku kau harus melingkar membentuk gelang, ya itu harus kau lakukan!

Jika kau tak bisa melakukannya, kutebas lehermu sebagai tebusan atas dosamu!

Panjak/BK Seperti itu Ayahanda, maaf aku ingin bertanya, jika jarak yang tersisa ini

kusambung dengan lidahku apa diperkenankan?

Dalang/KAM Kau sambung dengan lidahmu?

Panjak/BK Ya Ayahanda!

Dalang/KAM Iya! Aku memperbolehkannya! Sebab lidah juga merupakan bagian tubuhmu.

2.4. Adegan Naga Baru Klinthing nglekeri Gunung Merapi

oleh Yayak Priasmara

hal. 55

Panjak/BK Jika seperti itu aku minta restu padamu Ayahanda, akan kuwujudkan apa yang

menjadi permintaanmu!

Dalang Joko Baru Klinthing, melingkari gunung Merapi bisa membentuk gelang hanya

kurang sedepa! disambung dengan lidahnya! Joko Baru Klinthing membuka mulut

menjulurkan lidahnya! Tidak kurang tidak lebih, pas sedepa! Ki Ageng Mangir

melihat lidah Joko Baru Klinthing bercabang lantas ia menghunus pusaka, tanpa

berkata lidah Joko Baru Klinthing ditebas dengan pusaka! Joko Baru Klinthing

kesakitan!

Panjak/BK (parikan)

Sudah waktu pagi hari,

Ayam jago telah berkokok,

Cari ilmu harus sampai dapat,

Untuk bekal hari tua nanti

Dalang Joko Baru Klinthing yang kesakitan mengadu ke Ayahandanya!

Panjak/BK Aduh! Aduuuh! Ayahanda! Ayahanda! Bunuh saja aku, Joko Baru Klinthing,

Ayahanda!

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing?

Panjak/BK Iya Ayahanda?

Dalang/KAM Kau tidak mati! Meski lidahmu kupotong, kau belum mati! Ketahuilah, mengapa

lidahmu kupotong? Kau ini putra Resi, tak patut jika lidahmu bercabang seperti

ular! Lidahmu kupotong lantaran lidahmu bercabang Joko Baru Klinthing

Panjak/BK Karena lidahku bercabang sehingga kau potong, Ayahanda?

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 56

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing! Ajar Mangir mau mengakuimu sebagai anak, tapi aku minta,

telanlah potongan lidahmu ini! Lalu muntahkan lagi ke luar dengan wujud yang

berbeda! Jadikan tombak beserta pegangannya!

Panjak/BK Potongan lidah ini aku telan kembali dan ku muntahkan sebagai pusaka tombak dan

pegangannya? Baik Ayahanda, akan ku lakukan permintaanmu!

Dalang Diceritakan! Potongan lidah Joko Baru Klinthing, dimasukkan kembali ke dalam

mulut, dinanti lima belas menit lalu dimuntahkan kembali ke luar, berganti wujud

pusaka tombak dan pegangannya, diberikan kepada Ajar Mangir!

Panjak/BK Ini Ayahanda, terimalah! Ini pusaka apa Ayahanda?

Dalang/KAM Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Iya Ayahanda!

Dalang/KAM Pusaka ini bernama Kanjeng Kyai Upas, tombak Baru Dhampit! Yang berasal dari

potongan lidah Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Seperti itu, kegunaannya untuk apa Ayahanda?

Dalang/KAM Ini pusaka yang sangat berguna! Bisa untuk mengayomi siapapun yang berada

dalam perlindungan Kanjeng Kyai Upas ini!

Panjak/BK Seperti itu, baik Ayahanda

Dalang/KAM Sekarang dirimu telah kuakui sebagai putra Ajar Mangir putra Roro Kijang!

Panjak/BK Saya sangat senang sekali Ayahanda

Dalang/KAM Tapi kamu tak boleh bersamaku, juga tak boleh bersama Ibumu! Kau harus berpisah

dengan kami berdua untuk sementara waktu

oleh Yayak Priasmara

hal. 57

Panjak/BK Jika aku harus berpisah dengan Ayah dan Ibu, harus kemana aku pergi Ayahanda?

Dalang/KAM Kembalilah ke daerah Tulungagung! Di wilayah Campurdarat! Menujulah ke Hutan

Ngembel! Mertapa mbatang, bertapa seperti mati di tengah Hutan Ngembel sana!

Jangan bangun sebelum kau dibunuh dan dagingmu diambil oleh warga Ngembel!

Panjak/BK Seperti itu, apa sekarang aku sudah diperbolehkan untuk pergi?

Dalang/KAM Sebelum dirimu pergi menuju Ngembel, mampirlah ke Glagah Ombo, temuilah

ibumu Dewi Roro Kijang, bilanglah Ayah sudah mengenalimu! Suruh ibumu

meninggalkan Glagah Ombo dan berkumpul bersamaku di Pertapaan Mangir ini

Joko Baru Klinthing!

Panjak/BK Seperti itu pesan Ayahanda, baik, aku akan menjalankannya!

Dalang Joko Baru Klinthing, mampir di Dusun Glagah Ombo! Pamit kepada ibunya Roro

Kijang! Joko Baru Klinthing lantas berangkat untuk mertapa mbatang bertapa

seperti mati!

Dalang Setelah Joko Baru Klinthing sampai di Hutan Ngembel, mertapa mbatang bertapa

seperti mati! Ekornya dan kepalanya dimasukkan ke dalam tanah, badannya

diletakkan di tanah, tak terlihat seperti ular bertapa tapi seperti batang kayu

berlumut! Sedemikian lama Hutan Ngembel dibuat bertapa Joko Baru Klinthing,

para setan dan hantu penguasa Hutan Ngembel tidak kuat dengan wibawa Joko Baru

Klinthing! Keluar dari Ngembel, meneluh warga Ngembel! Desa Ngembel diterjang

penyakit!! Saya tinggalkan dulu Joko Baru Klinthing, kuceritakan tentang Desa

Ngembel!

2.5. Adegan Joko Baru Klinthing Topo Mbathang ing Alas Ngembel

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 58

Panjak Membuka cerita tentang Desa Ngembel!

Dalang Apa kamu tahu Desa Ngembel?

Panjak Halah, di selatan sana!

Dalang Dekat Ngentrong!

Panjak Iya!

Dalang Desa Ngembel biasanya mengadakan sedekah bumi meruwat desa! Ki Demang

menyuruh para warga untuk mencari binatang buruan di tengah hutan! Pak

Kamituwo Ngembel berangkat membawa delaman teman, sembilan orang dengan

Pak Kamituwo sendiri! Mencari daging buruan di tengah hutan! Sampai di tempat

Joko Baru Klinthing bertapa, suara bedug terdengar satu kali, Pak Kamituwo

Ngembel berkata kepada teman-temannya!

Dalang (Kmtw) Kemarilah kawan-kawan Ngembel semua! Ternyata berat menjalankan perintah

Mbah Demang Ngembel, mencari daging untuk bersih desa. Biasane jika sedang

tidak diutus Ki Demang, banteng, kijang, menjangan banyak berkeliaran! Saat

diperintah seperti ini, jangankan banteng, kijang, menjangan, semut saja kok setiap

bertemu seakan menghindar ya kawan?

Panjak (Konco) Iya Pak Wo, benar apa kata Pak Wo!

Dalang (Kmtw) Itu terdengar suara bedug! Bedug berbunyi sekali kata orang dulu ketika kita dalam

perjalanan harus berhenti sejenak, sebab bedug bunyi sekali itu waktu berjalannya

para setan! Ini lho! Di bawah pohon randu ini, sejuk tempatnya, ada kayu besar bisa

buat duduk! Istirahat disini dulu saja ya! Nanti kita jalan lagi

Panjak (Konco) Benar, kita istirahat dulu saja Pak Wo

Dalang (Kmtw) Iya, silahkan yang bawa bekal dibuka bekalnya!

Panjak (Konco) Iya, saya mau merokok dulu Pak Wo!

Dalang (Kmtw) Yang bawa klobot dan tembakau silahkan merokok dulu sana!

oleh Yayak Priasmara

hal. 59

Panjak (Konco) Ya Pak Wo!

Dalang (Konco 2) Aku bawa tembakau tapi tak bawa klobot, mau merokok tak ada klobot-nya.

Panjak (Konco 3) Wah pas sekali, saya bawa klobot tapi tak bawa tembakau! Bisa dipasangkan!

Dalang (Konco 2) Besanan ceritanya?

Panjak (Konco 3) Klobot-nya aku, tembakaunya kamu!

Dalang Alkisah! Warga Ngembel memotong klobot dengan landasan batang tubuh Joko Baru

Klinthing! Klobot dipotong! Keluar darahnya! Warga terkejut!

Panjak (Konco 3) Yu! Yu Gimah!

Dalang (Konco 2) Bit, ada apa Le?

Panjak (Konco 3) Wah! Aku memotong klobot kok dari alasnya keluar darah ini bagaimana Yu?

Dalang (Konco 2) Lho lho lho kayu kok keluar darah? Kucukil kok seperti daging, ayo tanya Pak

Kamituwo!

Panjak (Konco 3) Permisi Pak Wo!

Dalang (Kmtw) Ada apa kok ribut-ribut?

Panjak (Konco 4) Iya nih, dua orang kok sama cerewetnya?

Dalang (Kmtw) Ada apa??

Panjak (Konco) Permisi Pak Wo, saat kami istirahat dan ingin merokok, saya memotong klobot

dengan alas pohon ini, kok keluar darah Pak Wo?

Dalang (Kmtw) Teman-teman yang tidak waspada! Ternyata ini bukan kayu berlumut, ini ular

bertapa? Justru bagus, berhubung kita tak mendapat hwan buruan, adanya ular

bertapa ini! Ayo kita bawa daging ular ini saja! Kulit, tulang, kepala dan ekor kita

tinggal, dagingnya kita bawa! Dibawa pulang ke Ngembel bisa buat bersih desa!

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 60

Panjak (Konco) Wah benar Pak Wo! Baik!

Dalang (Kmtw) Ayo teman!! Dapat berapa pikul daging teman?

Panjak (Konco) Wah! Dapat delapan pikul Pak Wo!

Dalang (Kmtw) Besar sekali ular ini

Panjak (Konco) Iya Pak Wo!

Dalang (Kmtw) Dapat delapan pikul cukup untuk bersih desa di Desa Ngembel, ayo Kawan,

sekarang ayo kita kembali!

Panjak (Konco) Baik, mari kita kembali Pak Wo

2.6. Adegan Joko Baru Klinthing Setelah diruwat Warga Desa Ngembel

Dalang sebagai Joko Bajang ( JB), Panjak sebagai Cah Ngarit (CN)

Dalang Setelah kepergian Pak Kamituwo Ngembel dan teman-teman, yang tersisa di hutan

hanya kulit, tulang, kepala, dan ekor. Berkumpul menjadi satu lalu melesat ke langit,

lalu jatuh kembali ke tanah. Hilang sifat ular berubah menjadi manusia, malihan

wujud Joko Baru Klinthing! Sayangnya, ia buruk rupa. Ia kebingungan!

Dalang ( JB) Terima kasih Gusti Yang Maha Suci! Yang memberi titah kepadaku Joko Baru

Klinthing! Dulu wujudku ular naga! Kini sudah menjadi manusia, tapi aku ini

manusia seperti apa? Jika manusia kok buruk sekali penampilanku? Badanku

seperti sisik ular! Tubuhku kerdil! Sekujur badan kok buruk semua! Jika

penampilanku seperti ini apa pantas jika namaku Joko Baru Klinthing? Kok bagus

namanya dari wajahnya? Halah! Aku tak memakai nama baru klinthing-baru

klinthingan! Aku akan memakai nama yang sesuai dengan rupaku! Aku pakai nama

Joko Bajang! Aku kok sendirian tanpa teman!

Lha ini! Ada pencari rumput memakai baju hijau?? Kak! Kakak berbaju hijau! Kak!

oleh Yayak Priasmara

hal. 61

Panjak (CN) Apa Dek?

Dalang ( JB) Lihatlah aku tampan ya Kak?

Panjak (CN) Wah wajahmu jelek kok aku disuruh melihat! Ada apa kok memanggilku?

Dalang ( JB) Kak! Katanya Desa Ngembel sedang bersih desa? Mbah Demang menanggap tayub

ya?

Panjak (CN) Wah! Memang benar Mbah Demang hari ini menanggap tayub Le!

Dalang ( JB) Menanggap kleningan Kang?

Panjak (CN) Iya! Tayuban!

Dalang ( JB) Lantas, Ngembel sama sini jauh Kak?

Panjak (CN) Arahnya ke selatan sana!

Dalang ( JB) Kak ayo lihat tayub di kediaman Mbah Demang Kak!

Panjak (CN) Wah! Ini mau hujan, rumputku belum dapat sekeranjang!

Dalang ( JB) Beres! Nanti ku bantu mencari rumput!

Panjak (CN) Benar? Bisa kupercaya kata-katamu?

Dalang ( JB) Iya, sudahlah ayo nonton tayub dulu dengan Joko Bajang!

Panjak (CN) Tapi nanti kalau dapat apa-apa jangan lupakan aku ya?

Dalang ( JB) Beres!

Panjak (CN) Ya sudah! Nanti disana mintalah makanan, bagilah denganku!

Dalang ( JB) Beres! Ayo nonton tayub!

Panjak (CN) Baiklah! Ayo nonton tayub di rumah Ki Demang Le!

Dalang ( JB) Ayo!

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 62

Dalang ( JB) Bagus sekali ya Kak!

Panjak (CN) Wah ternyata lagu tayub itu enak sekali didengar

Dalang ( JB) Sayangnya perutku lapar kak.

Panjak (CN) Aku tadi bilang apa? Jangan cuma lihat tayub saja! Ayo mintalah makanan, kalau

dapat makanan nanti bagi denganku!

Dalang ( JB) Iya, mau beli ya ndak punya uang, aku ke dapur saja minta nasi ya Kak! Kalau berhasil

dibagi berdua, lapar Kak?

Panjak (CN) Iya Dek!

Dalang ( JB) Baiklah, aku ke dapur dulu Kak!

Dalang Diceritakan Joko Bajang! Masuk ke dapur minta makan! Di dapur ada orang tua

bernama Nyai Rondo Tuntang! Nyai Rondo Tuntang rumahnya Desa Gedhangan!

Tugasnya menanak nasi! Dimana ada orang hajatan, Nyai Rondo Tuntang yang

disuruh! Disuruh menanak nasi! Meski tua banyak mantra! Joko Bajang menghampiri

Nyai Rondo Tuntang yang rumahnya Gedhangan!

2.7. Adegan Joko Bajang dan Pencari Rumput Berangkat Nonton Tayub di Desa Ngembel

Dalang ( JB) Ibu tua penanak nasi!

Panjak (NRT) Ada perlu apa Nak?

Dalang ( JB) Aku tadi menonton tayub lantas perutku lapar, mau beli nasi tak punya uang, aku

minta makanannya Ibu Tua?

2.8. Adegan Joko Bajang minta makanan di dapur Mbah Demang

Dalang sebagai Joko Bajang ( JB), Panjak sebagai Nyai Rondo Tuntang (NRT),

Tukang Masak Iwak (TMI), danTukang Masak Srondeng (TMS)

oleh Yayak Priasmara

hal. 63

Panjak (NRT) Oalah Nak, Ibu disini hanya sebagai penanak nasi, Ibu hanya bisa memberi nasi putih

saja, jika butuh lauk mintalah ke tukang masak lauk ya Nak

Dalang ( JB) Terima kasih Bu, wah bungkusnya daun jati, nasinya merah, tak ada lauknya? Ya

sudah aku akan minta ke tukang masak lauk itu! Ibu tukang masak lauk! Minta

lauknya sedikit saja.

Panjak (TMI) Aku dari pagi saja belum makan, kok seenaknya kamu minta!

Dalang ( JB) Sedikit saja Bu!

Panjak (TMI) Kalau tidak segera pergi ku pukul kau nanti! Ayo pergi! Rupamu buruk!

Dalang ( JB) Iya aku pergi, kok segitunya sih! Ibu tukang srundeng! Aku minta srundengnya

sedikit!

Panjak (TMI) Ini kok ada bocah kurang ajar! Datang-datang minta makanan! Disini tak ada apa-

apa!

Dalang ( JB) Sedikit saja Bu!

Panjak (TMI) Sedikit apanya! Aku saja masak dari pagi belum makan!

Dalang ( JB) Ayolah sedikit saja di atas nasiku ini

Panjak (TMI) Heh! Kalau tak mau pergi kusiram air cucian piring kamu! Pergi!

Dalang ( JB) Iya! Aku pergi!

Panjak (TMS) Datang-datang mau minta makanan!

Dalang Joko sedih hatinya! Orang se dapur tak ada yang memberinya lauk!

Dalang ( JB) Masya Allah! Orang Ngembel sini kok pelit semua! Banyak orang di dapur kok yang

mau memberi aku makan hanyalah tukang menanak nasi saja! Dimintai lauk tak ada

yang mau! Halah! Mau makan tak ada lauknya! Tidak makan tidak apa-apa nasiku ku

kembalikan saja! Ibu tua penanak nasi!

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 64

Panjak (NRT) Apa Nak?

Dalang ( JB) Ini nasiku ku kembalikan, aku tidak jadi makan Bu

Panjak (NRT) Katanya lapar? Minta Ibu sudah ku kasih, kok tidak dimakan?

Dalang ( JB) Meski nasi ku kembalikan, sudah ku terima dunia akherat kok Bu.

Panjak (NRT) Maafkan aku ya Nak, Ibu hanya penanak nasi.

Dalang ( JB) Tidak apa-apa Bu, sebentar, nama Ibu siapa? Rumahnya mana?

Panjak (NRT) Aku dari Desa Gedhangan, namaku Nyai Ageng Tuntang Nak.

Dalang ( JB) Ooo nama Ibu Nyai Ageng Tuntang?

Panjak (NRT) Iya Nak, kamu dari mana Nak

Dalang ( JB) Aku dari gunung namaku Joko Bajang, Ibu sedang apa kok terlihat repot?

Panjak (NRT) Namanya tukang menanak nasi, ini sambil membuat takir.

Dalang ( JB) Ibu Nyai Tuntang, aku mau memberi tahu Ibu, besok-besok lagi jika ada hajatan,

penanak nasi jangan disuruh mengerjakan pekerjaan lain! Nanti ada bencana yang

datang dibelakang lho Bu!

Panjak (NRT) Lho, kok perkataanmu membuat Ibu takut Nak?

Dalang ( JB) Tidak apa apa, Ibu kan hanya disuruh! Ya sudah, tukarlah nasiku dengan lidi sebatang

Bu!

Panjak (NRT) Nasi kau kembalikan, dan kau minta lidi ini Nak?

Dalang ( JB) Iya Bu.

Panjak (NRT) Iya, terimalah, lidi ini bernama Sodo Lanang Nak!

Dalang ( JB) Sodo Lanang? Ya sudah akan ku pakai sebagai jimat, ini Sodo Lanang pemberian Ibu

Nyai Tuntang! Ibu Nyai Tuntang?

oleh Yayak Priasmara

hal. 65

Panjak (NRT) Iya bagaimana Joko Bajang?

Dalang ( JB) Aku berpesan padamu Bu, ini cukup untuk Ibu sendiri, apa keperluanmu seperti

gula, bubuk kopi, beras, pokok semua saja masukkan ke dalam lesung ini! Ibu

peganglah sendok nasi ini! Nanti jika ada suara gemuruh tiga kali, segeralah naiki

lesung ini ya Bu! Nanti akan ada sesuatu lho Bu!

Panjak (NRT) Apa benar Nak?

Dalang ( JB) Sudahlah, bersiap tak ada salahnya kan Bu. Aku pergi bermain dulu, jangan lupakan

pesanku!

Dalang ( JB) Kak, saya sudah datang!

Panjak (CN) Hayo, mana hasilnya? Hasil kamu meminta tadi?

Dalang ( JB) Enakan kamu kak hanya bersandar di bawah pagar, aku habis dihina orang-orang

di dapur! Minta lauk tidak dikasih! Lihatlah bibirku kering! Sudah sekarang begini

saja, kamu nonton tayub juga tidak bisa menirukan kan? Bermain sama aku aja yuk

Kak!

Panjak (CN) Bermain apa lagi?

Dalang ( JB) Lihatlah, aku menancapkan lidi ini di pelataran rumah Mbah Demang Ngembel!

Aku hanya menancapkan dengan tangan kiri lho ya? Silahkan dicabut Kak! Jika bisa

tercabut akan kuberi hadiah!

Panjak (CN) Apa hadiahnya?

2.9. Adegan Joko Bajang membuat sayembara mencabut lidi

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 66

Dalang ( JB) Kalungku ini! Ini namanya Koloring Sutra Diwangga!

Panjak (CN) Khasiatnya?

Dalang ( JB) Jika ada panas tidak kepanasan, jika hujan tidak kehujanan! Cabut lidi ini! Jika

berhasil milikilah kalungku ini!

Panjak (CN) Benarkah?

Dalang ( JB) Jika benar tercabut dan aku ingkar, potong leher Joko Bajang!

Panjak (CN) Jika tak kau berikan kujewer kupingmu!

Dalang ( JB) Iya! Ayo cabut!

Panjak (CN) Aku cabut!

Dalang Diceritakan teman Joko Bajang! Mencabut lidi sayembara Joko Bajang! Lidi

dipegang! Di tarik! Lidi tidak tercabut, yang mencabut justru terjungkal! Banyak

orang tertawa! Semua orang meninggalkan tayub dan malah menonton sayembara

Joko Bajang! Semua yang menonton tayub tak ada yang bisa mencabut! Setiap ada

yang jautuh disoraki dan ditertawakan! Mbah Demang ditinggal sendirian bersama

grup tayub! Karena geram, Mbah Demang keluar mencari tahu!

Dalang (MD) Bubrah! Warga Ngembel seperti bayi semua! Dibikinkan hiburan tayub bagus-bagus

kok semaunya sendiri, malah disini ramai-ramai! Bubar! Apa yang disoraki ini?

Panjak (Warga) Permisi Mbah Demang, ini ada seorang anak, menancapkan lidi, dicabut siapa saja

kok tidak bisa, bagaimana ini Mbah Demang?

Dalang (MD) Sebentar! Yang mana anakknya?

Panjak (Warga) Yang itu Ki Demang!

Dalang (MD) Nak! Siapa namamu?

oleh Yayak Priasmara

hal. 67

Panjak (Warga) Nama saya Joko Bajang, Ki Demang!

Dalang (MD) Rupamu seperti kucing kurus! Berani membuat gara-gara disini Joko Bajang!

Panjak ( JB) Saya, Ki Demang

Dalang (MD) Kamu yang menancapkan lidi ini? Apa hadiahnya jika bisa mencabutnya?

Panjak ( JB) Siapa yang bisa mencabutnya, hadiahnya kalung saya Kolore Sutra Diwangga, Ki

Demang.

Dalang (MD) Jika tak segera ku atasi tak akan cepat selesai! Aku akan mencabutnya Joko Bajang!

Panjak ( JB) Silahkan, Ki Demang!

Dalang Ki Demang Ngembel! Mencabut lidi, namun gagal! Mbah Demang terjatuh! Semua

masyarakat tertawa! Ki Demang marah!

Dalang (MD) Joko Bajang!

Panjak ( JB) Saya Kaki Demang!

Dalang (MD) Kamu membuat saya marah! Bahkan, semua orang jadi malu lantaran sayembara

lidimu ini! Tak ada yang bisa mencabutnya! Demang Ngembel bertanya padamu,

siapa sebenarnya yang menancapkan lidi ini?

Panjak ( JB) Benar saya yang menancapkannya Ki Demang

Dalang (MD) Kamu yang menancapkan harus bisa mencabutnya! Coba cabut lidi ini Joko Bajang!

Panjak ( JB) Oh Ki Demang, saya mau mencabutnya, tapi ada tebusannya!

Dalang (MD) Minta apa kamu?

Panjak ( JB) Saya minta daging Ki Demang!

Dalang (MD) Jika memang itu yang kamu minta, masuklah dapur lalu makanlah sekenyangmu

Joko Bajang!

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 68

Panjak ( JB) Benar anda bisa mengabulkan apa yang saya minta?

Dalang (MD) Ku turuti apa yang jadi permintaanmu!

Panjak ( JB) Baik, akan ku cabut lidi ini, Ki Demang!

Dalang Diceritakan Ki Demang tidak paham apa sebenarnya diminta Joko Bajang! Yang

berkata mau mencabut lidi itu dengan upah daging Ki Demang! Sesungguhnya yang

diminta bukan daging di dapur! Tapi daging Mbah Demang dan anak buahnya yang

diminta sebagai ganti daging Joko Bajang yang telah diambil warga Ngembel! Joko

Bajang mencabut lidi yang ditancapkannya! Menghentak tanah tiga kali! Tercabutlah

lidi! Banjir besar terjadi!

Panjak Jangkar kayu talinya rantai,

Bergelombang airnya laut,

Semoga selamat pemirsa semua,

Silahkan duduk yang nyaman

Dalang Tercabutnya lidi yang ditancapkan Joko Bajang seketika banjir besar terjadi!

Semua menjadi Rawa! Tersapu aliran air! Lidi yang telah tercabut dilempar oleh

Joko Bajang sembari bersabda: Dimana pun tempat lidi ini jatuh, jadilah Desa

Sodo! Sementara bekas cabutan lidi menjadi pusara Telaga Ngembel! Siapakah

yang kuceritakan menjalankan pesan Joko Bajang? Orang asal Gedhangan, tukang

menanak nasi yakni Nyai Tuntang! Mendengar suara gemuruh tiga kali, Nyai

Tuntang sontak menaiki lesung! Sendok nasi dibuatnya mendayung di tengah

banjir!

2.10. Adegan setelah banjir besar. Joko Bajang ( JB) dan Nyai Rondo Tuntang (NRT).

Panjak (NRT) Oh Gusti Allah Pangeran sejati, yang menjadi sesembahan ku yang sejati, terima

kasih banyak Gusti atas semua pertolongan Gusti!

oleh Yayak Priasmara

hal. 69

Dalang ( JB) Ibu tua, Nyai Tuntang, aku Joko Bajang Yung Dhe

Panjak (NRT) Ealah Nak, terima kasih banyak ya Nak, karena pesanmu nyatanya aku bisa selamat

Dalang ( JB) Iya Yung Dhe, maka jika lupa tolong diingatkan, jika sedang punya hajat lantas ada

orang meminta-minta, berilah seikhlasnya! Iya kalau dia memanglah peminta-

minta? Jika ia hanya berpura-pura seperti Joko Bajang begini ini kan tidak tahu?

Coba perhatikan, semuanya hanyut, semuanya menjadi rawa! Anda memberi nasi

sebungkus saja untuk Joko Bajang, nyatanya diberi keselamatan dan umur panjang

Yung Dhe

Panjak (NRT) Iya Nak, benar katamu, Warga Ngembel semuanya hanyut Nak. Tapi nak, bagaimana

denganku? Lesungku tersangkut seperti ini Joko Bajang?

Dalang ( JB) Lesungmu tersangkut? Kandas? Aku bantu menggalinya! Yung Dhe Nyai Tuntang,

bisa untuk pengingat-ingat di masa depan, tempatku menggali lesung ini, kelak

jadilah Desa Welahan ya Yung Dhe!

Panjak (NRT) Oalah Nak, tempatmu menggali lesung Yung Dhe yang tersangkut di tempat ini

kelak jadi Desa Welahan. Aku yang bersaksi atas perkataanmu Nak

Dalang ( JB) Tempatku membuang tanah galian ini, kelak jadilah Desa Ngunggahan Yung Dhe!

Panjak (NRT) Anakku Joko Bajang, tempatmu menaikkan tanah dan membuang tanah hasil galian

kelak jadi nama Desa Ngunggahan, iya aku bersaksi atas katamu Nak!

Dalang ( JB) Tempatku membersihkan lesung ini, kelak jadi Desa Gesikan, Yung Dhe!

Panjak (NRT) Tempatmu membersihkan lesung Yung Dhe di sini, kelak jadi Desa Gesikan, aku

bersaksi Nak!

Dalang ( JB) Lesungmu kandas nyanggrang atau tersangkut di tempat ini, tempat ini kelak, ku

beri nama Campur Janggrang Yung Dhe!

Panjak (NRT) Oh, lesung Yung Dhe tersangkut di tempat ini, kelak jadi desa Campur Janggrang

TerjemahanNaskah Asli Baru Klinthing Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 70

Dalang ( JB) Iya, dan kelak anda menjadi tetua di daerah Rawa Campur, khususya di Campur

Janggrang sini! menjadi Sesepuh daerah sini, siapa orang yang ada di tempat ini,

jika ada warga sini yang telat sandang pangan, kesulitan apa saja, mau mengunjungi

Ibu Nyai Tuntang, Gusti Allah akan memberikan jalan keluar kepada masyarakat

daerah Campur termasuk Campur Janggrang sini!

Panjak (NRT) Iya Nak, aku terima dunia hingga akherat perkataanmu, semoga Gusti Yang Maha

Kuasa mengabulkan apa keinginanmu ya Nak.

Dalang ( JB) Baik, memangnya anda hanya sebagai perantara, bukannya meminta kemulyaan

kepada Yung Dhe Nyai Tuntang, bukan! Tapi meminta kepada Gusti Allah, dengan

perantara menemui Anda?

Panjak (NRT) Seperti itu perkataanmu, iya Nak, kuterima dunia hingga akherat perkataanmu

Dalang ( JB) Ibu Nyai Tuntang? Lahirku di Rawa Bening sini, Ibuku ada di Glagah Ombo!

Panjak (NRT) Siapa nama Ibumu, Nak?

Dalang ( JB) Namanya Dewi Roro Kijang, tapi beliau sekarang sedang bersama Ayahandaku di

Pertapaan Mangir Gua Plawangan di Kaki Gunung Merapi sana, jangan engkau

kira aku anak gunung, aku putra Ajar Mangir, Ibuku Roro Kijang, namaku yang

sebenarnya adalah Joko Baru Klinthing, Ibu Tua!

Panjak (NRT) Oalah Nak! Ada salah kata dan tindakan Ibu yang bagimu tak berkenan, Ibu meminta

maaf ya Nak!

Dalang ( JB) Sama-sama Bu, sudahlah Ibu Nyai Tuntang, semoga bisa menjadi contoh ke

depan, meski hanya nasi sebungkus namun jika diberikan dengan ikhlas hati, bisa

membuat selamat dan panjang umur, luput dari mara bahaya! Ibu, ayo! Sekarang

sudah selesai tugasku, nanti Ayahanda mencariku, kudoakan agar engkau panjang

umur, tetap disinilah Bu, menjadi sesepuh di daerah Campur Darat. Jika ada warga

yang kurang sandang dan pangan, mau mengingat Nyai Tuntang, akan diberikan

jalan keluar dari masalahnya oleh Gusti Allah dengan anda sebagai pengantarnya.

Aku pamit Ibu Tua

oleh Yayak Priasmara

hal. 71

Panjak Para Bapak dan Ibu yang terhormat, seperti itu tadi kisah Joko Baru Klinthing yang

didalamnya juga terkandung cerita Lahirnya Pusaka Tulungagung, hanya sebatas itu

kemampuan kami berdua, hanya seperti itu yang bisa kami haturkan, jika ada yang

kurang berkenan saya mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya, saya akhiri

bilahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu!

3. Penutup

Panjak (NRT) Tuan Muda, Saya tidak mengetahui jika anda adalah putra Ki Ageng Mangir dan ibu

Dewi Roro Kijang, salam saya kepada Ayah dan Ibumu ya Tuan Muda

Dalang ( JB) Sudah, sudah, Yung Dhe Nyai Tuntang, anda tidak perlu terlalu segan kepada saya!

Panjak (NRT) Ya saya kan hidup di desa, engkau putra dari manusia yang berbudi luhur, jika ada

kesalahan dalam saya berucap, saya mohon maaf ya Tuan Muda

Dalang ( JB) Iya, Ibu Tua, sepertinya cukup, aku pamit Bu

Panjak (NRT) Iya, aku merestui jalanmu agar lancar seperti air mengalir Joko Bajang

Dalang ( JB) Diceritakan Joko Bajang, setelah membuatkan rumah Nyai Tuntang di Campur

Janggrang, ia mengucap mantra, menghayati mati dalam hidup, hidup dalam

mati, menekadkan kemauan mengheningkan cipta, meminta kepada Gusti Yang

Maha Kuasa! Doa Joko Bajang dikabulkan oleh Sang Kuasa! Hilang buruk rupanya,

berganti menjadi tampan dan gagah bak Dewa Kumajaya! Lalu dirinya menuju

Pertapan Mangir menemui Ki Ajar Mangir!

Petilasan dan Makam Mbok Rondo Tuntang alias Nyai Tuntang di Plesungan,

Campurdarat. Dalam lakon Baru Klinthing dikisahkan sebagai figur tukang adang sego

(penanak nasi) yang selamat dari banjir besar lantaran kebesaran hatinya menolong

Joko Bajang dengan memberikan sepincuk nasi.

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 72

Telaga Ngembel yang berada di Desa Ngentrong Kecamatan Campurdarat dalam lakon

Baru Klinthing dikisahkan sebagai pusara yang muncul setelah Joko Bajang mencabut

lidi.

oleh Yayak Priasmara

hal. 73

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 74

Tersebutlah seorang pemuda bernama Ajar Mangir.

Ia memiliki seorang kakak bernama Ajar Segu dan

seorang adik perempuan bernama Roro Kijang.

Kakaknya, Ajar Segu, telah lama meninggalkan hal

duniawi dan memilih untuk bertapa. Sementara

adiknya, Roro Kijang, tinggal bersama Ajar Mangir di

sebuah daerah bernama Rawa Bening. Konon Rawa

Bening sendiri kini berada di daerah Kecamatan

Campurdarat Kabupaten Tulungagung.

Kisah ini berawal ketika suatu hari Ajar Mangir

teringat wasiat dari almarhum ayahnya untuk babad

alas Wonoboyo. Hutan Wonoboyo merupakan tanah

perdikan pemberian Kesultanan Demak atas jasa

ayahanda Ajar Mangir. Ajar Mangir lantas berpamitan

kepada adiknya untuk pergi menunaikan amanat dari

almarhum ayah mereka. Awalnya Roro Kijang tidak

setuju lantaran setelah masa kejayaan kesultanan

Demak berakhir, kini daerah Hutan Wonoboyo masuk

ke dalam kekuasaan Mataram, namun Ajar Mangir

dengan lembut berhasil meyakinkan adiknya tersebut.

Sampailah Ajar Mangir dan beberapa pengikutnya

di kawasan Hutan Wonoboyo. Awalnya memang

semua berjalan lancar, namun selang beberapa waktu

pasukan Mataram mengetahui tindakan Ajar Mangir.

Pasukan Mataram lantas menghentikan paksa Ajar

Mangir dan pengikutnya. Penjelasan Ajar Mangir

tentang kepemilikan hutan tersebut tidak dihiraukan

oleh Pasukan Mataram. Perang tanding pun terjadi,

pengikut Ajar Mangir tewas terbunuh. Ajar Mangir

yang memiliki kesaktian tinggi awalnya masih mampu

mengimbangi Pasukan Mataram. Namun banyaknya

pasukan Mataram akhirnya membuat posisi Ajar

Mangir tersudut.

Saat Ajar Mangir bingung musti berbuat apa, tiba-tiba

ia mendapat bisikan gaib yang ia yakini adalah suara

ayahandanya. Bisikan tersebut menyuruh Ajar Mangir

untuk pergi meninggalkan medan laga menuju ke arah

barat. Disana ia akan menemukan sebuah pondok

bernama Pondok Bulqi. Ajar Mangir lantas menuruti

bisikan gaib tersebut. Beberapa waktu ia berjalan ke

arah barat sampai ia benar-benar menjumpai pondok

yang dimaksud.

Part 1 Lahirnya Naga Baru Klinthing

~ y p ~

oleh Yayak Priasmara

hal. 75

Pondok Bulqi merupakan pondok pengajaran agama

islam yang dipimpin oleh seorang kyai bernama Kyai

Dul Ngalim. Kedatangan Ajar Mangir diterima dengan

baik oleh Kyai Dul Ngalim dan para santri. Dalam

beberapa bulan, Ajar Mangir ikut nyantrik menuntut

ilmu di pondok tersebut. Banyak pengetahuan dan

pemahaman baru tentang kebaikan yang ia dapatkan

dari sang kyai.

Hingga pada suatu malam, ketika semua penghuni

pondok tertidur lelap, Ajar Mangir gelisah di

peraduannya. Ia lantas memutuskan keluar dari

kamar dan berjalan-jalan di area pondok. Langkah

Ajar Mangir terhenti di depan surau pondok ketika

ia melihat sebuah cahaya terang benderang turun

dari langit menukik tajam ke arah surau. Ia terkejut

bukan main, namun rasa penasaran Ajar Mangir

menuntunnya masuk ke dalam surau. Sesampainya

di dalam surau ia melihat sesuatu yang bercahaya

tepat di area pengimaman surau tersebut. Ajar Mangir

memberanikan diri untuk mendekati sumber cahaya

tersebut. Dilihatnya sebuah pusaka tepat di atas alas

pengimaman. Ia lantas mengambil pusaka yang di

matanya terlihat seperti pisau kecil itu.

Paginya, Ajar Mangir menceritakan kejadian semalam

kepada Kyai Dul Ngalim. Ajar Mangir juga menanyakan

tentang pusaka yang ia temukan. Ia mengira jika

pusaka tersebut milik sang kyai atau salah satu

santri Pondok Bulki. Namun baik sang kyai maupun

para santri tidak ada yang merasa memiliki pusaka

tersebut. Lantas Kyai Dul Ngalim menjelaskan bahwa

pusaka yang ditemukan oleh Ajar Mangir merupakan

pusaka sakti berbentuk pisau berjuluk pangot wojo

pamor kencono. Kyai Dul Ngalim menambahkan

bahwa pusaka tersebut adalah hak milik Ajar

Mangir lantaran dialah yang menemukannya. Ajar

Mangir patuh terhadap perkataan sang kyai lantas

menyelipkan pusaka tersebut di pinggangnya.

Sebelum Ajar Mangir beranjak pergi, sang kyai juga

mengingatkan Ajar Mangir tentang pantangan dari

pusaka itu. Pusaka tersebut hanya boleh dipergunakan

oleh pria, tidak boleh digunakan oleh wanita, apalagi

sampai dipangku oleh seorang wanita. Ajar Mangir

mengangguk tanda mengerti lantas segera berpamitan

untuk kembali melanjutkan aktifitasnya di pondok.

Suatu ketika, Ajar Mangir dirundung kerinduan yang

mendalam kepada sang adiknya Roro Kijang di Rawa

Bening. Seakan mengerti kegelisahan Ajar Mangir,

Kyai Dul Ngalim menemuinya dan menyuruhnya

pulang. Ajar Mangir pun berpamitan kepada sang kyai

dan semua santri pondok. Ia mengucapkan terima

kasih sebanyak-banyaknya kepada sang kyai atas

ilmu dan pengetahuan baru yang ia dapatkan selama

di Pondok Bulqi. Sang kyai melepaskan kepergian

Ajar Mangir dengan mengingatkan sekali lagi tentang

pantangan pusaka sakti yang dimiliki Ajar Mangir.

Ajar Mangir mengingat pesan sang kyai, lantas pergi

melangkah menjauh dari gerbang Pondok Bulqi.

~ y p ~

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 76

Roro Kijang menyambut kedatangan kakaknya

dengan penuh suka cita. Kecemasan Roro Kijang

atas kepergian kakaknya yang berbulan-bulan tanpa

kabar seketika terobati. Mereka berdua melepaskan

kerinduan untuk beberapa waktu. Tak lupa Ajar

Mangir menceritakan tentang kisahnya selama

pergi meninggalkan Rawa Bening. Roro Kijang

mendengarkan cerita kakaknya mulai dari kepergian

kakaknya untuk babat alas, dikepung perajurit

Mataram, hingga sampai ke pengalaman kakaknya di

Pondok Bulqi. Roro Kijang bersyukur kakaknya baik-

baik saja dan bisa pulang kembali ke Rawa Bening.

Pada jaman itu perempuan desa gemar bersirih atau

nginang, demikian pula Roro Kijang. Pagi itu mulutnya

merasa masam tanda ia harus segera bersirih. Roro

Kijang segera mengambil kotak sirih miliknya.

Hasratnya terhenti lantaran ia tidak menjumpai salah

satu kelengkapan bersirih di dalam kotak sirihnya

yaitu pinang. Segera ia berlari ke halaman, mengambil

tongkat panjang, dan berusaha mengunduh pinang

yang memang ada di depan rumahnya. Setelah

kebutuhan bersirihnya lengkap, Roro Kijang kembali

menggerutu lantaran pangot atau pisau dapur

miliknya tak kunjung ditemukannya. Roro Kijang

lantas teringat akan pangot milik kakaknya. Ia berpikir

tidak ada salahnya meminjam sebentar pangot milik

kakaknya itu. Ia mengambil pangot tersebut di ruang

pusaka, lantas menggunakannya untuk memotong

pinang-pinang yang baru dipanennya.

Ajaib! Pinang-pinang tersebut terpotong dengan

sendirinya bahkan sebelum pangot tersebut

menyentuh kulitnya. Roro Kijang terkesima dengan

pemandangan di depannya. Ia lupa pesan dari

kakaknya. Pangot sakti disandarkan ke pangkuan

Roro Kijang. Dan tak lama, pangot itu menghilang

bersamaan dengan membesarnya perut Roro Kijang.

Roro Kijang berteriak kesakitan, ia menangis sejadi-

jadinya. Mendengar tangisan adiknya, Ajar Mangir dan

para abdi seketika menghampiri Roro Kijang.

Roro Kijang menceritakan apa yang sedang terjadi

kepada kakaknya. Ajar Mangir terkejut bukan main.

Muka Ajar Mangir memerah lantaran kecerobohan

adiknya, namun sifat bijaksana yang dimilikinya

membuatnya mampu meredam amarahnya. Roro

Kijang masih tertunduk menangis ketika kakaknya

mulai berbicara padanya dengan nada bijak. Ajar

Mangir merangkul adiknya sembari mengatakan

bahwa apa yang telah terjadi sudah menjadi suratan

takdir. Ajar Mangir meminta adiknya untuk sabar

dan mau menerima kenyataan jika kini dalam

perutnya terdapat janin bayi. Ajar Mangir juga berkata

kepada adiknya untuk membesarkan, merawat, dan

melahirkan bayi itu. Jika ada pertanyaan tentang siapa

ayah bayi tersebut, Roro Kijang diminta menjawab

bahwa Ajar Mangir lah ayahnya.

oleh Yayak Priasmara

hal. 77

Roro Kijang mendengarkan dengan seksama semua

perkataan Ajar Mangir. Hati Roro Kijang yang hancur

berangsur tenang. Ajar Mangir kembali berkata bahwa

sesungguhnya yang terjadi ini juga merupakan wujud

dosa yang harus dibayar dengan bersemedi. Ajar

Mangir harus kembali meninggalkan Roro Kijang

untuk bersemedi di lereng Gunung Merapi. Roro

Kijang hanya bisa mengiyakan semua perkataan

kakaknya tersebut. Di penghujung kepergiannya,

Ajar Mangir menitipkan sebuah kalung klinthing

kencana kolore sutra diwangga untuk di kalungkan

ke anaknya kelak. Ajar Mangir juga berpesan, jika

anaknya sudah berusia dua belas tahun, Roro Kijang

harus menyuruh anaknya menemui Ajar Mangir di

lereng Gunung Merapi dengan berkalungkan klinthing

kencana kolore sutra diwangga sebagai tanda pengenal

bahwa benar ia anaknya. Jika anaknya menemuinya

tanpa mengenakan kalung tersebut, ia tidak akan

menganggapnya sebagai anaknya. Ajar Mangir pergi

meninggalkan Roro Kijang dengan penuh rasa haru.

Di Rawa Bening, Roro Kijang ditemani beberapa

embannya menunggu hari kelahiran bayi ajaib yang

dikandungnya. Makin hari tubuh Roro Kijang makin

lemas. Para emban merawat Roro Kijang dengan baik,

sesekali memberikan semangat agar Roro Kijang

mampu bertahan hingga hari kelahiran bayinya tiba.

Hal tersebut menjadi sumber semangat untuk Roro

Kijang yang memang sesungguhnya masih belum

bisa menerima kenyataan bahwa dirinya harus

mengandung di usia belia dan tanpa didahului dengan

pernikahan. Hari-hari ia lalui dengan menitikkan air

mata penyesalan atas kecerobohannya menggunakan

pusaka kakaknya. Tak hanya kehamilannya yang ia

sesali, ia juga memikirkan nasib kakaknya yang harus

bersusah payah bersemedi karena ulahnya.

Hari kelahiran pun tiba. Jerit kesakitan Roro Kijang

terdengar hingga seluruh penjuru Rawa Bening. Para

emban yang membantu persalinan tegang bukan

main lantaran si jabang bayi tak kunjung keluar.

Hingga akhirnya tubuh Roro Kijang mengejang, lantas

ia pingsan bersamaan dengan keluarnya si jabang

bayi. Ketika si bayi yang dinanti keluar dari rahim

ibunya, giliran para emban yang menjerit ketakutan.

Pasalnya bukan bayi manusia yang ada dihadapannya,

melainkan bayi naga berjenis kelamin jantan.

Saat siuman, naluri keibuan Roro Kijang muncul, ia

lupa akan masalah tentang kehamilannya dan kini

~ y p ~

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 78

ia hanya ingin melihat wajah putranya. Para emban

bingung bagaimana harus memberi tahu Roro Kijang

kenyataan yang memilukan tersebut. Namun pada

akhirnya para emban tetap menunjukkan bayi naga

jantan itu kepada Roro Kijang. Roro Kijang terkejut

bukan main, ia memerintahkan para emban untuk

menjauhkan bayi naga itu dari hadapannya.

Setelah tenang, Roro Kijang dan para emban

berdiskusi mau diapakan bayi naga jantan itu.

Sebagian emban mengusulkan untuk membunuh bayi

naga itu, namun Roro Kijang menolaknya. Ia tidak

ingin tindakan tersebut justru menambah beban dosa

keluarganya karena bagaimanapun bayi naga jantan

itu adalah putranya. Roro Kijang memerintahkan

embannya untuk mengambil sebuah daringan tempat

menampung beras yang paling besar yang mereka

miliki. Roro Kijang memutuskan untuk menaruh bayi

naga jantan itu di dalam daringan, karena merawat

seeokor naga adalah hal yang sangat berbahaya.

Sebelum naga dimasukkan ke dalam daringan, terlebih

dahulu Roro Kijang mengukir namanya dan nama

kakaknya di tubuh bayi naga jantan tersebut. Roro

Kijang lantas mengatakan kepada para embannya

bahwa ia menyerahkan hidup atau matinya bayi naga

tersebut di dalam daringan kepada Sang Pencipta.

Semua emban menyetujui langkah yang diambil Roro

Kijang. Daringan ditutup rapat, kemudian Roro Kijang

beserta semua embannya segera berkemas dan pergi

dari Rawa Bening menuju sebuah daerah bernama

Glagah Ombo, meninggalkan bayi naga jantan dalam

daringan.

Tahun demi tahun berlalu, hingga tak terasa sudah dua

belas tahun berlalu bayi naga ditinggalkan Roro Kijang

di dalam daringan. Ketika Sang Kuasa berkehendak,

maka sesuatu yang mustahilpun dapat terjadi.

Demikian juga dengan nasib bayi naga di dalam

daringan. Ia belum mati, bahkan hidup dan semakin

membesar tiap harinya. Tepat dua belas tahun usia

naga itu, daringan tak mampu lagi menahan berat

sang naga di dalamnya. Daringan pecah berkeping-

keping. Muncullah sosok naga jantan yang sehat dan

perkasa. Di luar daringan, naga itu semakin membesar

hingga sebesar pohon pucang.

~ y p ~

Part 2 Naga Mencari Jati Diri

oleh Yayak Priasmara

hal. 79

~ y p ~

Naga terbang kesana-kemari, menelusuri semua

penjuru rumah yang telah kumuh dan tak terawat. Tak

didapatinya seseorang pun disana. Ia menuju ke luar

rumah, mencari ibu dan ayahnya, namun ia tetap tak

mendapati siapapun disana. Naga itu bisa berbicara

layaknya manusia. Dari situlah ia meyakini bahwa ia

bukan naga biasa. Ia meyakini bahwa ia pasti putra

dari manusia. Ia bertekad untuk mencari dimana

kedua orang tuanya berada.

Agaknya pencarian sang naga tidak semudah yang ia

bayangkan. Semua orang yang berhasil ia temui di

perjalanannya justru kabur ketakutan melihatnya.

Sampai ia tersesat di tengah hutan belantara. Ia turun

ke tanah, mengistirahatkan badannya yang kelelahan.

Suara badannya yang jatuh ke tanah menyebabkan

gempa hebat yang tanpa ia sadari telah membuyarkan

semedi seorang pertapa di dekatnya. Pertapa bangkit

dari semedinya lantas menghampiri sang naga.

Pertapa menyuruh naga itu pergi, namun sang naga

tak mengindahkan permintaan sang pertapa. Sang

naga berkata bahwa ia baru akan pergi ketika pertapa

itu bisa memberi tahukan dimana orang tuanya

berada. Sang naga juga mengatakan jika orang tuanya

pastilah manusia, bukan ular naga. Pertapa tertawa

mendengar pernyataan sang naga. Naga itu marah

lalu menyerang pertapa. Pertempuran sengit pun

terjadi hingga pertapa melihat guratan tulisan di

tubuh naga itu. Pertapa membaca tulisan tersebut

dan baru ia sadar bahwa benar naga itu adalah putra

manusia. Bukan hanya itu, naga itu adalah putra

adik kandungnya sendiri yakni Ajar Mangir dan Roro

Kijang. Ya, pertapa itu ternyata adalah Ajar Segu, sang

kakak tertua.

Ajar Segu lantas meminta sang naga untuk

menghentikan pertempuran. Ajar Segu bingung,

bagaimana bisa Ajar Mangir memiliki putra dari

adiknya sendiri. Lalu ia berdiam diri sejenak meminta

petunjuk kepada Sang Kuasa. Barulah ia tahu apa

yang sebenarnya terjadi. Ia menjelaskan apa yang

sebenarnya telah terjadi pada sang naga. Sang naga

sontak menghaturkan hormatnya kepada pertapa yang

ternyata adalah pamannya sendiri. Ajar Segu lantas

menunjukkan dimana Roro Kijang berada. Sebelum

naga pergi menemui ibunya, Ajar Segu memberikan

nama ke naga tersebut yakni Joko Baru.

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 80

Sang naga jantan yang kini memiliki nama yakni

Joko Baru, melesat ke Glagah Ombo untuk menemui

ibunya. Betapa terkejutnya Roro Kijang melihat

ada naga jantan sebesar pohon mendatanginya.

Ketakutan Roro Kijang berganti iba dan haru ketika

sang naga menjelaskan bahwa ia adalah bayi naga

yang dilahirkannya dua belas tahun yang lalu. Roro

Kijang melihat guratan nama yang ia ukir di tubuh

sang naga, dan ternyata benar guratan itu masih

ada. Roro Kijang memeluk naga itu dan meminta

maaf atas kesalahannya telah meninggalkan naga itu

dalam daringan. Sang naga menghaturkan hormat

kepada ibunya dan berkata bahwa ia tidak menyimpan

dendam sedikitpun pada ibunya.

Naga itu menceritakan kisah pertemuannya dengan

paman Ajar Segu dan tentang nama Joko Baru yang

disandangnya. Ibunya yang mendengarkan ceritanya

lantas teringat dengan pesan Ajar Mangir. Ia ambil

kalung klinthing kencana koloring sutra diwangga

yang ditinggalkan Ajar Mangir. Lalu ia kalungkan ke

leher putranya. Roro Kijang lantas memberitahukan

keberadaan Ajar Mangir berada. Roro Kijang

menyuruh putranya menemui Ajar Mangir dengan

mengenakan kalung tersebut. Sebelum putranya

pergi, Roro Kijang juga memberi tambahan nama

untuk putranya yang diambil dari suara klinthing yang

terdengar nyaring dari kalung sang naga. Kini naga

jantan itu bernama Joko Baru Klinthing.

Joko Baru Klinthing melesat secepat angin menuju

ke Pertapaan Mangir di lereng Gunung Merapi

untuk menjumpai sang ayah, Ajar Mangir. Ia tak

menyadari jika klinthing di lehernya terlepas, yang

tersisa hanyalah kalung koloring sutra diwangga.

Tanpa beristirahat Joko Baru Klinthing terus melesat

hingga sampailah ia di lereng Gunung Merapi. Lagi-

lagi kedatangannya membuat gempar. Para murid

Pertapaan Mangir berlarian ketakutan. Hanya satu

orang yang tak gentar dengan kehadiran sosok naga

itu, dialah Ajar Mangir.

Ajar Mangir menyambut sang naga, meminta naga

itu meninggalkan pertapaan. Bukannya pergi naga

itu langsung bersujud memberi hormat kepada Ajar

Mangir. Naga itu yakin bahwa yang sedang berdiri

dihadapannya adalah ayahnya. Naga menyebutkan

namanya, menjelaskan perihal kedatangannya, dan

menunjukkan kalung tak berklinthing yang ia kenakan.

Mendengar cerita naga dan melihat kalung koloring

sutra diwangga yang dikenakan sang naga, Ajar Mangir

~ y p ~

oleh Yayak Priasmara

hal. 81

~ y p ~

hampir percaya. Namun masih ada keraguan dalam

hati Ajar Mangir, ia berpikir mungkin saja naga itu

telah membunuh adiknya dan mencuri kalung itu tapi

gagal mencuri klinthingnya.

Joko Baru Klinthing terus berusaha menjelaskan

kepada Ajar Mangir. Namun Ajar Mangir tetap belum

percaya begitu saja. Untuk menguji kejujuran sang

naga, Ajar Mangir memberikan sayembara kepada

naga itu. Jika naga itu berhasil melingkari gunung

merapi hingga tubuhnya menyatu membentuk seperti

gelang, Ajar Mangir baru akan mengakuinya sebagai

anaknya. Joko Baru Klinthing menyanggupi syarat dari

Ajar Mangir.

Tubuh Joko Baru Klinting meliuk-liuk di angkasa.

Seketika ia langsung mencoba melingkari kaki Gunung

Merapi. Namun Gunung Merapi terlalu besar untuk

ia lingkari. Joko Baru Klinthing mengerahkan semua

tenaganya, tubuhnya ia mulurkan hingga hanya

sebesar cacing. Joko Baru Klinthing kesakitan bukan

main, tubuhnya robek penuh luka, namun ia tidak

menyerah. Kepala dan ekornya hampir bertemu,

hanya kurang satu depa lengan manusia. Ia lantas

menjulurkan lidahnya untuk menyempurnakannya.

Berhasil, kini tubuhnya benar-benar melingkari

Gunung Merapi membentuk seperti gelang.

Ajar Mangir tersenyum melihat sang naga berhasil

menjawab sayembaranya. Ajar Mangir menghampiri

naga itu lantas memotong lidah sang naga. Baru

Klinthing kesakitan dan menyangka bahwa Ajar

Mangir ingkar. Namun Ajar Mangir langsung

menjelaskan alasannya memotong lidah sang naga

adalah untuk kebaikan naga itu sendiri di kemudian

hari. Ajar Mangir menyembuhkan luka sang naga dan

kini ia mengakui sang naga sebagai putranya. Ajar

Mangir lantas meminta sang naga untuk menelan

potongan lidahnya sendiri. Baru Klinthing menuruti

permintaan Ajar Mangir. Begitu lidah ditelan, sang

naga langsung muntah. Yang dimuntahkan adalah

sebuah pusaka sakti yang nantinya menjadi pusaka

andalah Pertapan Mangir, yakni Tumbak Baru Dampit

Kyai Upas.

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 82

Part 3 Naga Berubah Wujud Manusia

Ajar Mangir berkata kepada Joko Baru Klinthing bahwa

wujud putranya itu bisa berubah menjadi manusia jika

mau bersemedi. Ajar Mangir menunjukkan sebuah

tempat yang tepat untuk bersemedi putranya yaitu di

tengah hutan belantara. Putranya harus topo mbatang

yakni bertapa seperti ular mati, tidak bergerak

sedikitpun apapun yang terjadi sampai ia mendapat

jawaban atas semedinya itu. Joko Baru Klinthing

menuruti perintah ayahnya tersebut.

Ia segera pergi meninggalkan Pertapan Mangir

menuju ke hutan yang dimaksud. Di dalam hutan,

ia jalankan amanat ayahnya yakni melakukan topo

mbatang. Tubuhnya dibaringkan di tanah, kepala dan

ekornya ia benamkan ke dalam tanah. Jika dilihat

tidak nampak seperti ular melainkan seperti sebatang

pohon berlumut. Waktu demi waktu ia lalui dengan

bersemedi tanpa bergerak sedikitpun.

Tak jauh dari hutan tempat Joko Baru Klinthing

bersemedi terdapat sebuah desa yang bernama

Desa Ngembel. Desa yang awalnya subur makmur

itu mendadak terserang wabah penyakit. Tak hanya

penyakit, sawah dan ladang desa pun mengering.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi

wabah dan kekeringan tersebut namun tak ada

hasilnya. Hingga pada suatu hari Mbah Demang Desa

Ngembel memutuskan untuk melakukan ritual bersih

desa.

Di kediaman Mbah Demang Ngembel musyawarah

membahas rencana bersih desa digelar. Mbah Demang

membagikan tugas kepada para perangkat desa. Mulai

dari menyiapkan kebutuhan ritual, tontonan rakyat,

hingga urusan dapur dipikirkan masak-masak. Salah

satu yang diberi tugas adalah Kamituwo desa. Pak

Kamituwo ditugaskan untuk memimpin rombongan

warga untuk mencari hewan buruan di hutan untuk

sajian di acara bersih desa. Pak Kamituwo mengajak

delapan warganya untuk pergi berburu ke tengah

hutan.

Pagi-pagi buta Pak Kamituwo bersama rombongan

menuju hutan. Hampir siang rombongan sudah

sampai di tengah hutan. Mereka heran, hewan hutan

yang biasanya banyak berkeliaran hari itu tidak

mereka jumpai satupun. Tugas berburu yang awalnya

mereka remehkan kini tak lagi menjadi tugas mudah.

~ y p ~

oleh Yayak Priasmara

hal. 83

~ y p ~

Mereka takut jika pulang tidak membawa hewan

buruan, Mbah Demang akan marah. Mereka terus

berjalan menyusuri hutan sampai hampir kehabisan

tenaga namun tetap tak menjumpai satupun buruan.

Ketika matahari tepat diatas kepala mereka, Pak

Kamituwo mengajak para warga untuk beristirahat

sejenak melepas penat.

Mereka beristirahat di sebuah batang pohon besar

yang tumbang. Tapi sesungguhnya itu bukan batang

pohon melainkan tubuh Joko Baru Klinthing yang

sedang topo mbathang. Warga mulai membuka bekal

mereka, mulai dari makanan, minuman, hingga

tembakau dan klobot jagung sebagai kertas rokoknya.

Hal mengejutkan terjadi ketika salah seorang warga

mengiris klobot jagung untuk keperluan merokok

dengan batang pohon tumbang tersebut sebagai

landasannya.

Darah mengucur dari batang pohon tersebut. Semua

warga heran bukan main, namun Pak Kamituwo

langsung mengerti apa yang sedang terjadi jika batang

itu adalah ular besar yang sedang topo mbatang.

Pak Kamituwo justru merasa beruntung atas hal

itu, ia segera berrembug dengan para warga untuk

membawa daging ular tersebut sebagai hasil buruan

mereka. Para warga setuju dan langsung berbondong-

bondong menyayat daging ular itu hingga hanya

tersisa kulit, tulang, kepala, dan ekornya. Dengan suka

cita para warga pulang menuju Desa Ngembel.

Sepeninggal para warga, sisa tubuh Joko Baru

Klinthing tiba-tiba melesat ke angkasa lalu jatuh

kembali ke bumi dengan diiringi dentuman hebat.

Asap tebal mengepul, dari tengah asap tersebut

muncul sosok manusia yang pendek dan buruk rupa

malihan jasad Joko Baru Klinthing. Joko Baru Klinthing

mengamati seluruh bagian tubuhnya, ia bersyukur

telah berubah menjadi manusia. Namun di sisi lain ia

malu dengan keadaannya yang buruk rupa. Ia merasa

tidak pantas menyandang nama Joko Baru Klinthing

lagi. Ia ubah namanya menjadi Joko Bajang.

Joko Bajang lantas berjalan keluar dari hutan. Di

perjalanannya ia berjumpa dengan seorang pencari

rumput. Pencari rumput tersebut memberi informasi

jika di Desa Ngembel sedang ada pertunjukan tayub.

Joko Bajang lantas mengajak pencari rumput itu untuk

pergi ke Desa Ngembel menonton tayub dan mencari

makanan. Pencari rumput itu akhirnya mau mengikuti

permintaan Joko Bajang. Mereka berjalan beriringan

menuju ke Desa Ngembel.

Legenda Baru Klinthing Versi Kentrung Mbok Gimah (Hasil Sunting)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 84

Di Desa Ngembel suara gamelan terdengar di

pelataran rumah Mbah Demang. Beberapa saat

Joko Bajang dan pencari rumput ikut menikmati

pertunjukan tayub dari jauh. Tak lama, perut mereka

berdua kelaparan. Hendak membeli sesuatu untuk

dimakan, mereka tak punya uang. Lantas Joko

Bajang pamit untuk menuju dapur Mbah Demang

memintakan makanan untuk dirinya dan si pencari

rumput. Pencari rumput mengangguk senang.

Joko Bajang masuk ke dapur Mbah Demang.

Ditemuinya seorang perempuan setengah baya sedang

menanak nasi untuk sajian bersih desa. Perempuan

yang bernama Nyai Tuntang itu langsung memberikan

sepincuk nasi hangat untuk Joko Bajang. Nyai Tunyang

memohon maaf kepada Joko Bajang karena ia hanya

bisa memberi nasi saja. Nyai Tuntang menyuruh

Joko Bajang untuk meminta lauk ke perempuan-

perempuan lain di dapur itu yang memang bertugas

memasak lauk dan sayur. Joko Bajang berterima kasih

kepada Nyai Tuntang dan berjalan menuju perempuan

lain di dapur itu. Namun sial, tak ada satupun dari

perempuan di sana yang mau memberikannya

lauk. Perempuan-perempuan juru masak itu justru

mengusir dan bahkan menghina wajah buruk Joko

Bajang.

Joko Bajang kembali menuju Nyai Tuntang,

mengembalikan sepincuk nasi yang diberikannya

lantas meminta sebatang lidi kepada Nyai Tuntang.

Joko Bajang berkata bahwa hanyalah Nyai Tuntang

lah orang baik di dapur itu. Untuk itu Joko Bajang

berpesan kepada Nyai Tuntang jika nanti mendengar

suara gemuruh dari luar, Nyai Tuntang agar segera

menaiki lesung yang ada di dekatnya. Nyai Tuntang

mengiyakan pesan dari Joko Bajang. Joko Bajang lantas

kembali menuju depan panggung tayub.

Di luar, Joko Bajang tidak menikmati sajian tayub,

justru membuat sayembara dari lidi yang diberikan

Nyai Tuntang. Sayembara itu berbunyi, barang siapa

yang mampu mencabut lidi yang dia tancapkan di

tanah, akan dia beri imbalan kalung koloring sutra

diwangga yang memiliki kesaktian yen panas ora

kepanasan, yen udan ora kudanan. Satu, dua, tiga,

hingga makin banyak warga yang mencoba sayembara

Joko Bajang itu, dan kesemuanya gagal. Para warga

Desa Ngembel tak lagi mempedulikan tontonan tayub,

semuanya berkerumun di titik sayembara Joko Bajang.

Satu demi satu warga gagal dan terjatuh saat berusaha

mencabut lidi tersebut, disambut gemuruh gelak tawa

warga lainnya.

Mengetahui warganya meninggalkan area bersih

desa, Mbah Demang Ngembel geram. Mbah Demang

lantas menuju ke titik dimana sayembara Joko Bajang

berlangsung. Mbah Demang yang geram memutuskan

untuk ikut sayembara demi segera mengakhiri

oleh Yayak Priasmara

hal. 85

kerumunan tersebut. Mbah Demang mengeluarkan

segala kesaktiannya untuk mencabut lidi itu, namun

beliau juga gagal dan tersungkur di tanah. Mbah

Demang lantas menyuruh Joko Bajang sendiri yang

mencabut lidi itu. Joko Bajang memberi syarat

kepada Mbah Demang. Syarat itu berbunyi, jika lidi

ini tercabut oleh Joko Bajang maka Mbah Demang

wajib memberikan daging Mbah Demang kepada Joko

Bajang. Mbah Demang mengiyakan karena mengira

Joko Bajang meminta daging makanan yang ada di

dapur, padahal sebenarnya makna daging adalah

nyawa manusia yang tamak.

Lidi tercabut oleh Joko Bajang. Dari titik lidi

itu dicabut, muncul air yang sangat deras yang

mengakibatkan banjir besar terjadi. Mbah Demang

dan para warganya hanyut terbawa arus banjir.

Selain Joko Bajang, hanya satu orang yang berhasil

selamat yakni Nyai Tuntang yang baik hati. Nyai

Tuntang terombang-ambing di atas lesung yang ia

naiki. Hingga suatu ketika lesungnya tersangkut di

sebuah gundukan tanah. Joko Bajang menghampirinya

dan menolongnya. Konon, dari proses Joko Bajang

menolong Nyai Tuntang tersebut menjadi cikal

bakal nama beberapa desa di daerah Tulungagung

diantaranya Welahan, Ngunggahan, Gesikan, dan

Campur Janggrang. Setelah menolong Nyai Tuntang,

wujud Joko Bajang yang buruk rupa berubah menjadi

pemuda tampan, gagah, dan perkasa. Ia lalu pergi

menemui Ayah dan Ibunya dan hidup damai di

Pertapan Mangir.

~ e n d ~

Mbok Gimah dan SSGG - Prosesi Peresmian SSGG Tahun 2O17

Mbok Gimah dan SSGG - Mbok Gimah Membuka Beasiswa Kentrung 1 event belajar kentrung gratis

selama sebulan di ssgg tahun 2O18

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 86

Mbok Gimah dan SSGG - Mbok Gimah mendampingi SSGG kentrungan di Kediri 2O16

Mbok Gimah dan SSGG_Kolaborasi Kentrung Sedyo Rukun dan Kentrung SSGG di UM Malang dalam

acara Malam Aksi Kentrung 2O16

oleh Yayak Priasmara

hal. 87

Kentrung Mbok Gimah Lakon Baru Klinthing

(bagian 1)

Kentrung Mbok Gimah Lakon Baru Klinthing

(bagian 2)

s.id/kmgb1

s.id/kmgb2

atau klik pada gambar(untuk versi digital)

atau klik pada gambar(untuk versi digital)

Versi Lakon Kentrung Mbok Gimah

hal. 88

Yayak Priasmara lahir di Surabaya, 21 Mei 1987. Sejak

kecil menetap di Campurdarat, Tulungagung. Alumnus

Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang ini

justru nylenthan, sehingga dikenal sebagai pegiat

seni tutur; kentrung dan teater di Tulungagung.

Kecintaannya pada kentrung dan teater, pengalaman

di organisasi teater SMA dan kampus, serta spirit dari

almarhumah Mbok Gimah, membuatnya yakin untuk

mendirikan Sanggar Seni Gedhang Godhog (SSGG)

Tulungagung pada tahun 2011. Hingga kini, bersama

SSGG Tulungagung ia terus belajar dan berkarya

mengenalkan kentrung kepada generasi muda melalui

pementasan dan pelatihan gratis. Terakhir, ia berhasil

menyabet gelar aktor terbaik kategori seni tutur dalam

ajang Jejak Virtual Aktor Kemendikbud 2020. Jika ingin

berkorespondensi lebih dekat, Yayak bisa dihubungi

melalui surat elektronik [email protected]

atau 085233125072

gulungtukar.orgoleh Yayak Priasm

araLegenda Baru K

linthing Versi Lakon Kentrung Mbok G

imah