Pratikum fisika

108
Materi Kuliah Perlindungan Tanaman PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PERTANIAN PADA ERA GLOBALISASI ٭) Oleh : YV. Pardjo Notosandjojo ٭٭) I. PENDAHULUAN Pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan bertujuan untuk menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terutama kebutuhan pangan bagi penduduk yang populasinya meningkat dengan cepat. Meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya budaya bangsa, transportasi, komunikasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menuntut adanya kebutuhan pangan yang berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dangayahidup yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukan lahan pertanian yang semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan yang semakin meningkat baik jumlah maupun mutunya. Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan melalui ektensifikasi, intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan antara lain dengan perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut di Sumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi masalah pangan bagi negara kita yang laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah dengan intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas. Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1) Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupuk berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan teknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPT melalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional.

Transcript of Pratikum fisika

Materi Kuliah Perlindungan TanamanPERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PERTANIAN

PADA ERA GLOBALISASI٭)

Oleh :

YV. Pardjo Notosandjojo٭٭)

I. PENDAHULUAN

Pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan bertujuan untuk menaikkanproduksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi kebutuhanhidup masyarakat, terutama kebutuhan pangan bagi penduduk yang populasinyameningkat dengan cepat. Meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya budaya bangsa,transportasi, komunikasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menuntutadanya kebutuhan pangan yang berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan,kesehatan, dangayahidup yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukanlahan pertanian yang semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan yangsemakin meningkat baik jumlah maupun mutunya.

Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan melalui ektensifikasi,intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan antara laindengan perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan danSumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut diSumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi masalah pangan bagi negarakita yang laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah denganintensifikasi, yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas.Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1)Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahanterhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupukberimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkanteknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPTmelalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional.

Upaya deversifikasi dilakukan dengan meningkatkan keragaman pertanaman, bukanmonokultur.

Upaya intensifikasi telah dirasakan memberikan peningkatan hasil positip, iniditandai dengan meningkatnya produksi pertanian secara nyata sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Puncak produksi pangan khususnya beras dicapaipada tahun 1996 dikenal sebagai swa sembada beras. Namun pada tahun1999Indonesiatelah mengimpor beras kembali dari luar negeri. Mengapa demikian ?;Karena peningkatan produksi pertanian masih merupakan hal yang cukup rawan,mengingat banyak hal yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain pengaruh dari duafaktor yang sangat dominan, yaitu faktor abiotik dan faktor biotik.

________________________________________________________________________

Makalah Pengantar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian UNS Surakarta Klas (٭AB-3 C & D

Dosen Pengampu MK Perlindungan Tanaman (٭٭

Kendala faktor abiotik seperti adanya musim kering berkepanjangan, berkurangnyalapisan ozon mengakibatkan ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi kering dantidak dapat dipanen. Bencana banjir sering melanda ribuan bahkan jutaan hektarpertanaman, yang mengakibatkan tanaman puso. Angin puyuh sering mengakibatkantanaman roboh, patah, defoliasi, aborsi bunga atau buah, dan kerusakan lain padatanaman. Logam berat yang berasal dari limbah industri sering mengganggupertumbuhan tanaman. Bencana alam gunung berapi, seperti lava (panas atau dingin),awan panas, dan hujan abu dapat menurunkan produksi tanaman atau bahkanmemusnahkan tanaman pertanian.

Kendala yang berasal dari faktor biotik adalah gangguan dari organisme pengganggutanaman (OPT), yang terdiri atashama, penyakit, dan gulma. Gangguan adalah setiapperubahan pertanaman yang mengarah kepada pengurangan kuantitas dan atau kualitas

dari hasil yang diharapkan. Pengurangan kuantitas dan atau kualitas berdampak padakerugian ekonomik.

Perlindungan tanaman perlu dilakukan dalam rangka mengeliminasi gangguan OPT.Perlindungan dapat dilakukan melalui cara preventif (mencegah OPT masuk kepertanaman) dan cara kuratif (mengendalikan OPT yang telah ada pada pertanaman).Perlindungan tanaman terhadap OPT dapat dilakukan dengan menggunakan berbagaitaktik pengendalian secara terpadu, dengan memperhatikan terhadap kelestarianlingkungan hidup, sosial, ekonomik, dan kesehatan masyarakat. Dengan demikiantaktik pengendalianhamadengan pestisida merupakan pilihan terakhir apabila taktikpengendalian lain tidak mampu membendung laju populasihamaatau tingkat kerusakantanaman. Sebagai dasar penggunaan pestisida adalah Ambang Ekonomi, atau AmbangKendali. Mengingat pestisida merupakan sumber pencemaran bahan kimia beracun baikpada tanaman atau produknya, air, tanah, maupun udara. Pengendalian semacam itulebih dikenal sebagai Sistem Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam budidaya tanaman adalah sangat penting danmutlak dilakukan, mengingat Perlindungan Tanaman merupakan jaminan dalammempertahankan produksi tanaman terhadap gangguan OPT. Tanpa dilakukanPerlindungan Tanaman pada budidaya tanaman sulit dipastikan bahwa petani akanmampu panen sesuai dengan harapan mereka.

II. PENGERTIAN DAN ARTI PENTING ORGANISME

OPT, terdiri atas binatang, mikro-organisme, dan tumbuhan liar (gulma). Binatangyang berperan sebagai OPT dapat berasal dari binatang menyusui (Klas Mammalia),binatang lunak (Klas Mollusca), binatang cacing parasit tanaman (Klas Nematoda),dan binatang Serangga (Klas Insekta dan Klas Arachnida). Dari binatang menyusuimisalnya babi hutan, kera, dan rusa yang menjadi musuh petani di luar Jawaterutama di kawasan pemukiman transmigrasi. Gajah bahkan sering merusak ladangpetani maupun perkebunan tebu di Sumatera Selatan dan Lampung. Tidak kalahpentingnya adalahhamatikus sawah yang mampu menyerang dan membinasakan ribuanbahkan jutaan hektar pertanaman padi yang sudah siap panen. Tidak hanya pertanamanpadi yang diserang tetapi pertanaman pangan lain, palawija, dan tebu. Tidak hanyatikus sawah yang menimbulkan masalah, tetapi juga tikus rumah yang seringmenimbulkan masalah pada bahan dan produk pertanian yang disimpan di dalam gudang.Disamping itu sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tikus pohon jugabanyak menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa atau kelapa sawit, salak, padi,dan jagung. Demikian juga tupai yang banyak menimbulkan masalah pada pertanaman

kelapa, mengerat buah kakao, mangga, dan durian. Kalong dan codhot (bangsakelelawar) banyak menimbulkan masalah karena menyerang buah-buahan di pedesaan.Burung (bangsa Aves) juga sering dijumpai mengganggu tanaman budidaya pertanianterutama burung-burung pemakan biji-bijian seperti burung gelatik, burung pipit,burung gereja. Namun beberapa jenis burung memakan buah-buahan.

Binatang lunak yang sering menimbulkan masalah adalah bangsa siput seperti siputSingapura (bekecot), keong emas, dan jenis siput lain baik yang bercangkang maupuntidak bercangkang. Cacing parasit tanaman (bangsa Nematoda) banyak menimbulkanmasalah baik lokal, nasional, maupun internasional. Nematoda puru akar banyakmenimbulkan permasalahan pada pertanaman terutama dari familia Solanaceae, sepertitanaman tembakau, kentang, tomat, cabai, terung. Namun sifat nematoda puru akaradalah polifag sehingga nematoda tersebut mampu menyerang berbagai komoditipangan, palawija, hortikultura, bahkan tanaman perkebunan. Nematoda dari margaPratylenchus, Radopholus, dan Radinaphelenchus mampu merusak tanaman kopi, lada,pisang, dan kelapa/kelapa sawit. Marga lain misalnya Aphelenchoides, Ditylenchus,dan Anguina mampu menyerang padi, gandum, tanaman hias, dan hortikultura. Padatahun 2000 an Indonesia heboh dengan masuknya “golden nematode” dari MargaGlobodera, jenis nematoda ini menyerang pertanaman kentang, pada hal nematodatersebut merupakan masalah besar di Amerika dan Eropa. Masuknya nematoda tersebutmenunjukkan bahwa sistem perlindungan tanaman kita terutama Dinas KarantinaTumbuhan masih lemah.

Binatang serangga menduduki sekitar 75% dari seluruh binatang yang ada di duniaini. Dengan demikian peran serangga dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,peternakan, dan perikanan sangat penting. Serangga yang memiliki dua klas, yaituklas insekta dan klas arachnida memiliki anggota yang besar yang berperan sebagaiOPT. Dari klas insekta dikenal Bangsa-Bangsa penting, antara lain, Bangsa kupu-kupu (Lepidoptera), bangsa kumbang (Coleoptera), bangsa lalat (Diptera), bangsalebah (Hymenoptera), bangsa belalang (Orthoptera), bangsa kepik atau kepinding(Hemiptera), bangsa kutu & wereng (Homoptera), bangsa trip (Thysanoptera), bangsarayap (Isoptera), dan bangsa capung (Odonata). Dari klas arachnida dikenal bangsatungau (Mite). OPT binatang tersebut untuk selanjutnya disebutbinatanghamaatauhamasaja.

OPT mikro-organisme dapat berupa jamur patogen tanaman, bakteri, virus,mikoplasma, protozoa. Dikenal jamur embun tepung yang menyerang pertanaman apel didaerah Batu, Pujon (Malang, Jatim) meluas sampai daerah Nongkojajar (Pasuruan,Jatim). Jamur Fusarium dan Phytophthora yang sangat berbahaya pada tanaman

tembakau, kentang, tomat, teh, dan lain-lain. Bakteri busuk batang sangatberbahaya pada tanaman panili, bakteri lanas berbahaya pada tanaman tembakau,kentang dan tomat. Virus CVPD telah terbukti mampu menghancurkan ribuan bahkanjutaan tanaman jeruk diIndonesia. Virus mozaik sangat menurunkan kualitas dauntembakau dan teh. Masih banyak lagi peran mikro-organisme sebagai OPT terlebihbila mikro-organisme tersebut ditularkan via serangga vektor. OPT mikro-organismetersebut untuk selanjutnya disebut penyakit tanaman.

OPT berasal dari tumbuhan liar (gulma) mengganggu pertanaman budidaya pertaniandalam berbagai hal, antara lain : persaingan (kompetisi) dalam memperoleh unsurhara, tempat tinggal, cahaya matahari, kadang terjadi alelopati. Rumput alang-alang merupakan masalah di lahan pertanian luar Jawa, baik di SumateradanKalimantan. Enceng gondok yang dahulu sebagai tanaman hias di kolam-kolam telahberubah menjadi gulma baik di persawahan maupun di waduk, dam, atau rawa-rawa.Hampir setiap lahan pertanian, perkebunan, maupun tegalan pasti selalu tumbuhgulma baik berupa rumput-rumputan, gulma berdaun sempit, maupun berdaun lebar,yang tentunya sebagai pesaing berat bagi tanaman budidaya. OPT tumbuhan liartersebut untuk selanjutnya disebut gulma.

Berdasarkan uraian di atas tentunya dapat dibedakan secara mudah antarahama,penyakit, dan gulma. Dari segi jasat pengganggunya, dari cara jasat tersebutmengganggu, dan dampak dari gangguan yang ditimbulkan.

Tidak semua organisme di dunia ini selalu berperan sebagai OPT, namun ada sebagianorganisme yang berperan membantu tanaman atau membantu petani yang lebih dikenalsebagai Organisme Benefisial (OB). Dari golongan binatang menyusui dikenal kucingdan anjing yang merupakan pemangsa tikus dan babi hutan. Binatang melata sepertiular sangat efektif memangsa tikus. Di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utaratelah dipelihara burung hantu sebagai pemangsa tikus pohon.Adajenis-jenis nematodayang berperan sebagai pemangsa nematoda parasit tanaman, ada yang memangsa jamurpatogen atau bakteri. Demikian pula serangga yang banyak berperan sebagai pemangsa(predator) seperti kumbang buas, kepik buas, lebah buas, capung, dan laba-lababuas. Namun ada jenis-jenis serangga yang hidupnya menumpang pada serangga laindan dapat menyebabkan kematian pada serangga tersebut, yang lebih dikenal sebagaiparasitoid. OB serangga dapat pula membantu dalam proses penyerbukan tanaman,menghasilkan lak sebagai bahan baku cat atau pelitur, dan menghasilkan madu sertaroyal jelly. Kelompok mikro-organisme juga ada yang bermanfaat manakala merekaberperan sebagai patogenhama, yang menyebabkanhamamenjadi sakit, dan mati. Jenis-jenis mikro-organisme lain bermanfaat bagi proses fermentasi dalam pembuatan tape,

anggur, dan minuman keras (brem, ciu, arak), pembuatan susu asam (kefir, yakult),juga bermanfaat dalam pembuatantempedan tauco. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagaiobat antibiotika sepert penisilin. Demikian pula tumbuhan liar tidak selalusebagai gulma, tetapi ada yang bermanfaat seperti sebagai penahan longsor, penahanair, sarana olah raga (lapangan sepak bola, golf), untuk taman-taman, dapatmenghasilkan pakan (polen, nektar, madu) bagi imago parasitoid, dan merupakansumber pakan bagi ternak (kambing, sapi, kerbau, kuda, kelinci).

III. HUBUNGAN ANTARA TANAMAN DENGAN OPT

Tanaman bagi OPT binatang merupakan sumber pakan, tempat berlindung atau tempathidup, dan tempat melakukan kopulasi. Sedang keberadaan OPT binatang bagi tanamanmerupakan sumber gangguan, karena binatang mampu memakan tanaman mulai dari bagianakar sampai pucuk bahkan bunga, buah, ataupun bijinya. Beberapa binatang merusaksecara mekanik seperti daun berlobang-lobang karena dimakan ulat daun ataubelalang atau kumbang, akar-akar rusak bahkan terputus karena dimakan Lundi,tanaman padi nampak patah-patah porak poranda karena dimakan tikus sawah. Binatangjuga dapat mengeluarkan semacam ludah yang bersifat toksik (beracun) bagi tanaman,seperti layu pucuk kapas karena dicucuk dan dihisap cairan selnya oleh kepikhijau. Serangan binatang juga mampu mempengaruhi pertumbuhan sel atau jaringantanaman sehingga menyimpang dari normal, terjadinya puru pada akar tanaman karenaadanya penyimpangan sel-sel akar akibat terserang nematoda Meloidogyne. Lebihbahaya lagi apabila saat binatang memakan tanaman, sekaligus menularkan patogentanaman, dengan demikian terjadilah serangan ganda.

Tanaman sebagai sumber pakan sering disebut inang, inang yang paling disukaidikenal sebagai inang utama, namun tentunya binatang tidak mau mati kelaparan manakala inang utamanya tidak ada dan mereka akan memakan tanaman lain meskipun tidaksuka atau sekedar untuk mempertahankan hidup saja, tanaman lain tersebut disebutinang alternatif. Banyak sedikitnya tanaman sebagai inang dikenal sebagai kisaraninang, bila binatang memiliki inang banyak artinya binatang tersebut memilikikisaran inang luas (euro-phagic), sebaliknya bila kisaran inangnya sedikit disebutkisaran inangnya sempit (steno-phagic). Bila binatang memiliki kisaran inang luasdan jenis-jenis tanaman tersebut berasal dari banyak suku (familia) maka binatangtersebut disebut polifag, namun bila kisaran inangnya sempit hanya beberapa jenistanaman yang berasal dari beberapa marga (genus) dinamakan oligofag, sedang bilatanaman inangnya hanya beberapa jenis saja dari satu marga dinamakan monofag.

Binatang yang mengkonsumsi tanaman sebagai sumber pakan dinamakan herbivora, namunada yang mengkonsumsi ganda baik tanaman maupun binatang dinamakan omnivora,sedang bila binatang hanya mengkonsumsi binatang saja dinamakan karnivora. Dengandemikian jelas bahwa OPT binatang berupa herbivora dan omnivora.

Tanaman bagi OPT mikro-organisme sebagai media tumbuh dan berkembang biak.Keberadaan OPT mikro-organisme sangat mengganggu dalam proses fisiologi tanamansehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan pertumbuhan tanaman yang mengarahkepenurunan angka hasil dan mutu hasil. Namun kadang penyimpangan tersebut justrumeningkatkan nilai ekonomi komoditi tersebut, sepertu bunga tulip yang terserangvirus kelihatan lebih indah dan lebih mahal. Kelapa kopyor sangat digemari orangdan mahal harganya.

Tanaman bagi OPT gulma sebenarnya sebagai pesaing, sama seperti gulma bagitanaman. Tanaman dan gulma sama-sama tumbuhan tingkat tinggi jadi wajarlah bilapersaingan tersebut didasarkan pada kebutuhan hidup bagi tanaman, yaitu kebutuhanakan unsur hara, kebutuhan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, dankebutuhan tempat tinggal atau ruang hidup. Namun kadang akar gulma mampumengeluarkan senyawa yang bersifat racun bagi tanaman sehingga terjadilahalelopati. Dengan demikian keberadaan gulma pada pertanaman budidaya sangatmengganggu penyediaan unsur hara tanaman, berkurangnya fotosintesa, terjadinyaetiolasi, sampai pertumbuhan tanaman merana.

IV. KERUSAKAN TANAMAN DAN KERUGIAN EKONOMIK

Setiap kali terjadi serangan hamatentu akan menimbulkan luka (injury), dan lukatersebut akan mengakibatkan kerusakan (damage) pada tanaman. Jadi luka lebihdifokuskan kepadahama dan aktifitasnya, sedang kerusakan lebih difokuskan kepadapenyimpangan dari normal dan respon tanaman tersebut terhadap serangan. Dampakkerusakan adalah penurunan angka hasil (kuantitas) dan atau mutu hasil (kualitas).Bila penurunan angka hasil dan atau mutu hasil dirasakan secara ekonomik, maka OPTtersebut baru dapat dikategorikan sebagaihama, penyakit, maupun gulma. Jadi tolokukurnya adalah nilai ekonomik kerusakan tanaman tersebut.

Sebagai ilustrasi dapat disampaikan beberapa contoh kejadian-kejadian sebagaiberikut : serangan ulat kipat pada tanaman kedondong dan jambu mete mengakibatkandaun-daun kedondong dan mete meranggas bahkan habis dimakan oleh ulat tersebutyang populasinya ratusan sampai ribuan ekor per tanaman. Serangan ulat tersebuttidak pernah dihiraukan oleh pemiliknya, karena pemiliknya tahu bahwa dampak

serangan itu akan membawa keuntungan ganda, yaitu setelah ulat menjadi kepompongmaka kepompong tersebut bernilai ekonomik karena kandungan proteinnya tinggi.Sedang keuntungan kedua adalah tidak lama lagi tanaman akan bersemi kembali sambilmuncul bunga-bunga yang cukup lebat. Dan tentunya hasil panennya lebih tinggidibanding bila tidak terjadi serangan ulat tersebut. Apakah ulat kipat dapatdikategorikan sebagaihama?. Kelapa kopyor adalah penyimpangan buah akibatterserang virus, namun kelapa kopyor memiliki nilai ekonomik lebih tinggidibanding kelapa biasa. Demikian juga bunga tulip yang terserang virus akanterjadi trotol-trotol yang membawa bunga tulip tersebut bernilai ekonomik lebihtinggi. Apakah patogen tersebut dapat dikategorikan sebagai penyakit tanaman ?

Ditinjau dari segi ekonomik ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu :Aras Luka Ekonomik (Economic Injury Level) adalah aras populasi hama terendah yangtelah dapat menimbulkan kerugian secara ekonomik. Oleh karena itu tugasperlindungan tanaman adalah menjaga tingkat populasi hama agar tidak pernah sampaipada aras tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah Ambang Ekonomik (EconomicThreshold) adalah aras populasihama atau tingkat kerusakan tanaman yang pada arastersebut telah dibenarkan penggunaan taktik pestisida untuk menekan populasihamaagar tidak pernah sampai ke Aras Luka Ekonomik. Nilai ALE dan AE senantiasaberubah (dinamis) karena dipengaruhi oleh faktor pendukung yang tidak tetapseperti harga komoditi, biaya pengendalian OPT, kepekaan komoditi tersebutterhadap OPT, dan minat masyarakat terhadap komoditi tersebut.

V. RANGKUMAN

Semakin sempitnya lahan pertanian karena terjadinya alih fungsi dari lahanpertanian ke perumahan, gedung-gedung, pabrik-pabrik industri, jalan-jalan bebashambatan, depo penyediaan BBM (premium, solar, premix), stadion-stadion, terminal-terminal angkutan, pasar-pasar, dan lain-lain, maka dalam proses budidaya tanamanperlu diupayakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya tersebut juga dalamrangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat secara cepat, danmeningkatkan penghasilan petani.

Dalam budidaya pertanian selalu ada kendala-kendala baik secara abiotik, yaituterjadinya bencana alam yang tak mungkin kita kuasai seperti banjir dimusimpenghujan, turunnya hujan es, sambaran petir, terjadinya tanah longsor, banjirlahar dingin, serangan angin puyuh, bencana kekeringan pada musim kemarau, hujanabu, gunung meletus, awan domba (awan panas), terjadinya fros. Tidak kalahpentingnya adalah kendala biotik yang dikenal sebagai OPT. OPT pada garis besarnya

terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu golongan binatang (Vertebrata danAvertebrata), golongan mikro-organisme, dan golongan tumbuhan liar. Gangguan yangditimbulkan dari golongan binatang dinamakanhama, dari mikro-organisme dinamakanpenyakit, dan dari tumbuhan liar dinamakan gulma.

Tidak semua binatang berperan sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperansebagai OB (Organisme Benefisial) misalnya berperan sebagai predator, parasitoid,pollinator, penghasil madu, lak. Demikian juga dari golongan mikro-organisme tidakselalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang bersifat sebagai OB seperti sebagaipatogen hama, patogen gulma, membantu proses fermentasi, ragi tape, ragi tempe,penghasil zat antibiotika, perombak bahan organik dan masih banyak lagi. Tumbuhanliar juga tidk selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan sebagai OBseperti gulma penahan longsor, penahan air, memperindah taman, lapangan bola,golf, pakan ternak, penggembalaan ternak, tempat berlindung musuh alami hama,menyediakan pakan bagi parasitoid imago seperti nektar, polen, madu, dan sebagairamuan obat-obatan. Oleh karena itu suatu kewajiban untuk mengenal organismesecara mendalam, mana yang berperan sebagai OPT dan mana OB. Dengan demikianmemudahkan dalam pengendalian OPT, dan selalu berorientasi untuk pelestarian OB.

Perlindungan tanaman terhadap OPT perlu dilakukan untuk mengeliminasi gangguantersebut sehingga tidak berdampak pada kerugian ekonomik. Berbagai cara dapatdilakukan baik secara preventif (mencegah masuknya gangguan) maupun kuratif(mengendalikan gangguan yang ada). Baik mencegah maupun mengendalikan OPT dikenalberbagai taktik pengendalian yang pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yaitutaktik non-pestisida dan taktik pestisida. Taktik non-pestisida meliputi taktikmekanis, fisis, kultur teknis, penanaman varietas tahan, taktik pemanfaatan musuhalami (biologis), taktik pemanfaatan senyawa atraktan, repellen, tatik rekayasa genetik, dan taktik regulasi (peraturan, perundang-undangan). Taktik pestisidaadalah taktik yang berisiko tinggi, berbahaya terhadap manusia, berbahaya terhadaplingkungan hidup, mengurangi bahkan menghilangkan fungsi OB. Taktik-taktiktersebut digunakan secara terpadu dalam satu tindakan pengendalian OPT yangdikenal sebagai Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Karena taktikpestisida berisiko tinggi maka taktik tersebut merupakan pilihan terakhir bilataktik non-pestisida tidak mampu menanggulangi OPT sasaran. Batas diperbolehkanmenggunakan taktik pestisida dinamakan Ambang Ekonomi.

Dalam rangka mengikuti dinamika populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman makaperlu dilakukan pemantauan atau monitoring secara rutin dan cermat. Hal tersebutperlu dilakukan agar langkah-langkah perlindungan tanaman dapat dilakukan secara

cepat, tepat, dan efisien. Dengan demikian penurunan hasil tanaman akibat gangguanOPT dapat dieliminasi, produksi dapat diselamatkan, dan pendapatan petani akanmeningkat.

PENGENDALIAN HAMA TERPADU

Oleh: Ir. Otto Marwoto MP; Ir. Dwi Hariyanto; Ir. Sri Hartati; Sulistyo Winarno Sp. Djoko DarmantoPerlindungan tanaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan usaha pertanian. Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, kontinuitas hasil dan efisiensi produksi. Oleh karena itu perlindungan tanaman harus selalu menjadi salah satu faktor pertimbangan dan menjiwai setiap usaha budidaya tanaman dan pemasaran hasil.Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk meningkatkan produk yang sesuai dengan harapan. Resiko ini merupakan konsekuensi dari setiap perubahan ekosistem sebagai akibat budidaya tanaman yang dilakukan. Sedangkan ketidaktentuan iklim merupakan suatu hal yang harus diterima sebagai fenomena alam. Perubahan atau ketidaktentuan iklim berpengaruh terhadap perkembangan OPT dan berpengaruh langsung terhadap usaha budidaya tanaman.Kegiatan perlindungan tanaman di dalam sistem produksi terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Untuk mengatasi kesenjangan informasi teknologi pengendalian OPT pada tanaman padi, diperlukan suatu pedoman rekomendasi pengendalian.PENGERTIAN DAN ISTILAHSistem Pengendalian Terpadu (PHT)Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia, yang secara resmi tercantum pada Inpres NO. 3/1986, UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan PP No. 6 / 1995 tentang perlindungan tanaman.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pendekatan ekologi yang multidisiplin terhadap pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan beranekaragam taktik pengendalian secara kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan.Selain itu, pengendalian hama terpadu juga dapat diartikan sebagai suatu cara pendekatan yang komprehensif, cara berpikir yang baru dalam suatu manajemen

dari falsafah Pengelolaan Perlindungan Tanaman. Di dalam penerapannya, baik dalam strategi, langkah operasional dan taktik atau teknik dan pelaksanaannya melalui pendekatan terpadu dari semua aspek yang mempengaruhi OPT dalam prosesproduksi.Kebijakan PHT mulai berkembang sebagai koreksi terhadap usaha pengendalian hama secara konvensional yang mengutamakan penggunaan pestisida kimia secara tidak tepat dan berlebihan. Cara ini selain meningkatkan biaya prouksi, juga mengakibatkan dampak samping yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat

Menurut UU No. 12 dan No. 16, juga PP No. 6, pengendalian OPT dilaksanakan dengan memadukan dua atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan sebagai satu kesatuan tindakan, baik dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan.

Tindakan pengendalian OPT dilaksanakan dengan cara-cara fisik, mekanik, budidaya, biologi, genetik, kimiawi dan lain-lain, yang disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta perkembangan teknologi.

Namun di antara cara-cara pengendalian tersebut, yang paling banyak dipilih dan ditempuh adalah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida sintetis. Padahal cara ini mempunyai kemungkinan paling besar dalam membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia, di samping mencemari lingkungan dan produk pertanian menjadi sangat tidak aman dikonsumsi karena terlalu banyak mengandung residu zat-zat berbahaya.

Penggunaan pestisida berspektrum luas mengakibatkan timbulnya resistensi hama,resurjensi dan ledakan hama sekunder, serta tercemarnya lingkungan.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian, serta untuk membatasi pencemaran lingkungan maka kebijakan pengendlian secara konvensionaldiubah menjadi kebijakan pengendalian hama berdasarkan pada prinsip PHT.Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak,mengganggu kehidupan dan menyebabkan kematian dari tanaman. OPT dikatakan sangat berbahaya bila belum pernah ditemukan di wilayah yang bersangkutan dan sifat penyebarannya sangat cepat.Strategi Penerapan Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu adalah suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi

melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Sasaran PHT adalah produktivitas pertanian mantap, penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida.

Strategi PHT adalah memadukan semua tehnik atau metode pengendalian OPT yang kompatibel antara lain : pemenfaatan musuh alami, pengelolaan ekosistem melalui budidaya tanaman sehat, pengendalian fisik dan mekanis serta penggunaan pestisida secara bijaksana.Prinsip Penerapan Pengendalian Hama Terpadu

Dengan mengacu pada tujuan dasar dan sasaran yang akan dicapai, maka program PHT menyangkut 4 prinsip penerapan PHT di tingkat petani yaitu :

1. Budidaya tanaman sehat.

Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologis yang tinggi terhadap gangguan OPT untuk itu penggunaan teknologi produksi dalam praktek budidaya tanaman harus diusahakan pada terwujudnya tanaman sehat.

2. Pelestarian dan pemberdayaan Musuh Alami ( Pemanfaatan MA). Kekuatan unsur-unsur alami, baik dari unsur iklim, cuaca, ketahanan

tanaman maupun unsur hayati lain termasuk Musuh Alami (MA) merupakan unsur penting dalam pengendalian alamiah. Musuh alami merupakan faktor pengendali peting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi OPT di alam.

3. Pemantauan Agroekosistem Secara Teratur. OPT menimbulkan masalah jika populasinya atau intensitas serangannya

telah mencapai tingkat tertentu karena masalah OPT tidak timbul begitu saja dan tidak mendadak. Biasanya OPT timbul karena interaksi antara unsur tanaman, lingkungan, OPT dan tindakan manusia yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan populasi. Pemantauan ekosistem pertanian yang intensif dan rutin oleh petani merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

4. Petani Sebagai Ahli PHT. Petani sebagai pengambil keputusan dilahannya sendiri hendaaknya

memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara tepat sesuai dengan prinsip-prinsip PHT, selanjutnya petani diharapkan bisa mengembangkan

dirinya baik secara individu maupun kelompok tani untuk meningkatkan usahataninya dan kesejahteraan hidupnya.

Dalam Penarapan PHT, Pengamatan ekosistem merupakan kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan dalam mengambil keputusan tentang pengendalian OPT. Kegiatan pengamatan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keadaan ekosistem meliputi keadaan cuaca, air, tanah, populasi OPT, Musuh alami, Kerusakan tanaman, pertumbuhan tanaman dan lain-lain.

Berdasarkan pada hasil pengamatan, petani atau kelompok tani sebagai pengambilkeputusan melaksanakan analisis ekosistem untuk melihat pengaruh OPT terhadap pertumbuhan tanaman. Populasi Musuh alami perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Secara skematis, proses pengambilan keputusan PHT adalah sebagai berikut:

ANALISIS EKOSISTEM ————————-> PENGAMBILAN KEPUTUSAN

I

I

PENGAMATAN TINDAKAN

I

I

Perencanaan EkosistemPerencanaan ekosistem merupakan langkah awal yang perlu dailakukan dalam pengendalian OPT. Ekosistem yang direncanakan merupakan keadaan yang diharapkan tidak memberikan kesempatan bagi OPT berkembang biak. Tetapi justrumemberikan kesempatan kepada unsur-unsur pengendali alami mampu bekerja seoptimal mungkin

Di tingkat lapang, perencanaan ekosistem diwujudkan dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok / Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDK/RDKK), yang mencakup antara lain tentang rencana pola tanam, penggunaan varietas, waktu tanam, kebutuhan dan pengelolaan air, kebutuhan sarana produksi danpenyediaannya, jumlah dan waktu penyediaan sarana produksi dan perencanaan lainnya yang berkaitan dengan usahatani. Semua perencanaan ekosistem ini bertujuan untuk memberikan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan

OPT dan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang timbul di lapangan. Perencanaan ekosistem akan efektif bila kelompok kelompok tani telah aktif.

Pendekatan ekositem pertanian dilakukan dengan menyederhanakan perencanaan sehingga petani mampu memahami dan melaksanakannya,. Model pendekatan yang digunakan selayaknya terus disempurnakan sejalan dengan perkembangan teknologi.

Untuk mempermudah penerapan PHT, pendekatan ekosistem didasarkan pada tahapan stadia tumbuh tanaman yang mempunyai ciri khas (karakteristik) hubungan antaratanaman, OPT, dan lingkungannya, mencakup ekosistem pra dan pasca tanam.

Dalam rangka mewujudkan pertanian sehat, perlu dilakukan pengamatan OPT, pengamatan musuh alami dan pengamatan komponen-komponen penyusun ekosistem pertanian yang lain, agar pengambilan keputusan berdasarkan komponen ekosistempada stadia tumbuh tanaman tertentu dapat dilakukan dengan tepat.

Pengelolaan ekosistem pertanian secara menyeluruh tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk menjaga keseimbangan hubungan antara berbagai komponen dalam ekosistem pertanian pada berbagai stadia tumbuh tanaman agar tidak terjadi lonjakan populasi OPT.Pengendalian Kimiawi (Pestisida)

Sesuai dengan PP No. 7 Th. 1973 adalah pengendalian yang menggunakan zat kimiaatau bahan lain dan jasad renik serta virus, untuk memberantas hama dan penyakit tanaman atau hasil pertanian, gulma, hewan piaraan dan ternak, hama air, jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat pengangkutan.Pengendalian Alami

Pengendalian Alami, adalah pengendalian OPT di alam, oleh musuh alami yang sudah ada di lokasi/daerah yang bersangkutan tanpa campur tangan manusia.Pengelolaan Ekosistem

Dalam pedoman rekomendasi ini pengelolaan ekosistem yang dibahas terbatas padaekosistem padi sawah.Fase Pratanam.

1. Karakteristik ekosistem Sisa tanaman, singgang, tunggul, jerami dan gulma merupakan tempat

bertahan OPT (Penggerek batang, virus Tungro, bakteri dan cendawan) oleh

karena itu perlu dimusnahkan untuk memperkecil sumber inokulum antara lainpenggerek batang padi, tungro, tempat bakteri dan cendawan.

Populasi OPT pada saat sebelum tanam merupakan sumber serangan / penularanawal yang perlu diwaspadai antara alain liang/jejak aktif tikus, penerbangan OPT wereng coklat , pengegerek batang dll.

2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem Pemantaapan organisasi petani/perencanaana ekosistem. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan antara lain penetapan pola tanam, penentuan varietas, waktu sebar/tanam, pengelolaan air, penyediaan kebutuhan sarana yang meliputi jenis, sarana produksi, jumlah dan waktu penyediaan. Hasil kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk RDK/RDKK. Di daerah kronis serangan Wereng coklat dan Tungro, direncanakan pergiliran varietas sesuai dengan tetua.

Pengelolaan lahan.Untuk daerah kronis-endemis serangan OPT dilakukan pengolahan tanah sampai selesai baru dilakukan penyebaran benih. Dengan demikian sumber serangan akan hilang. Sedangkan untuk daerah kronis Siput murbei (keong mas) dibuat saluran di tengah sawah atau tepi pematang yang berfungsi untuk memudahkan pemasukan dan pembuangan air serta pengumpulan siput murbei.

Pemupukan dilakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dengan menggunakan pupuk kompos.

Pembersihan lingkungan baik itu saluran air, semak, singgang dan sisa tanaman yang diduga sebagai tempat hidup/sembunyi atau yang sebelumnya terserang OPT , gulma dll dengan cara dimusnahkan/dibakar.

3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan Pengambilan Keputusan. Pengamatan populasi dan atau gejala serangan OPT pada tunggul dan sisa-

sisa tanaman/singgang yang dapat dijadikan indikasi tentang keberadaan OPTsehingga perlu diwaspadai.

Analisis Ekosistem dan Pengambilan Keputusan dilakukan : Apabila ditemukan liang-liang aktif tikus dan tanda-tanda keberadaan

populasi tikus sawah, maka dilakukan pengendalian korektif. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah gropyokan, sanitasi lingkungan dan pengumpanan beracun menggunakan rodentisida antikoagulan dan pengemposan.

Apabila pada jerami atau tunggul-tunggul terdapat sklerotia cendawan hawarpelepah dan busuk batang, jerami atau tanggul segera dimusnahkan atau dibakar.

Di daerah kronis serangan penggerek batang padi putih. Dilakukan penundaanwaktu sebar benih, yaitu paling tidak 10 hari setelah puncak penerbangan ngengat dari tunggul atau setelah pengolahan tanah di lahan bekas seranganselesai.

Di daerah kronis serangan ganjur, dilakukan pengaturan waktu sebar benih sehingga pada saat pertumbuhan tanaman fase vegetatif tidak jatuh bersamaan dengan puncak curah hujan. Tanam dilakukan + 1,5 bulan sebelum puncak curah hujan tertinggi.

Di daerah kronis serangan tungro, dilakukan pengaturan waktu tanam yaitu seawal mungkin agar pada saat populasi wereng hijau (vektor virus) tinggi,tanaman sudah mencapai umur diatas 60 HST, sehingga tanaman bisa terhindardari serangan Tungro, atau sebar benih paling tidak 5 hari setelah pengelolaan tanah, sehingga wereng hijau yang mungkin masih hidup sudah tidak membawa virus.

Di daerah kronis anjing tanah (Orong-orong), dilakukan penggenangan lahan dan pengolahan lahan hingga rata.

Di daerah kronis serangan siput murbei (keong mas), ditancapkan ajir-ajir bambu untuk memerangkap telur siput murbei, memasang saringan pada saluranpemasukan air dan memanfaatkan siput untuk pakan ternak atau keperluan lain. Apabila memungkinkan dilakukan pengembangan itik sawah.

Fase Persemaian.

1. Karakteristik ekosistem

Persemaian merupakan tanaman yang masih sangat muda dan sensisitif (peka/rentan) terhadap tekanan lingkungan dan OPT anatara lain Penggerek batang (kelompok telur dan ngengat), wereng coklat, tungro dan tikus.

2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem.

Benih yang disebarkan dipilih berdasarkan kriteria : sehat dan bermutu, tahan OPT

Pembuatan dan pemeliharaan persemaian dengan baik, sehingga bibit di persemaian tumbuh pendek dan kuat yang apabila ditanam akan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan terhadap gangguan OPT.

Gunakan pupuk sesuai rekomendasi, karena pupuk Nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan bibit tumbuh tinggi tapi lemah dan lebih rentan terhadap OPT.

Pada daerah kronis serangan siput murbe / tikus persemaian diberi pagar plastik.

Apabila ditemukan gejala tungro, sawah jangan dikeringkan untuk menghindari berpindahnya wereng hijau ketempat lain.

3. Pengamatan, Analisis ekosistem dan Pengambilan keputusan.

Diamati populasi kelompok telur dan ngengat Penggerek batang, Gejala kresek, Gejala Tungro, Blast, serangan tikus (tanda-tanda,liang dll) dan populasi Wereng hijau.

Apabila ditemukan kelompok telur Penggerek batang dilakukan pengendalian mekanis atau memelihara untuk memanfaatkan parasitoid telur.

Apabila dijumpai penerbangan ngengat OPT dilakukan penangkapan/ pemerangkapan pada daerah disekitar persemaian (tidak pada persemaian).

Fase Tanaman Muda ( sejak Tanam – Anakan Maksimum)

1. Karakteristik ekosistem Penyebaran pertanaman semakin luas yang berarti tersedia cukup sumber

makanan bagi OPT, Pada fase ini mulai terjadi peningkatan populasi OPT danatau infestasi / infeksi oleh OPT tertentu misalnya wereng coklat, penggerek batang, hawar pelepah, busuk batang, blast, tungro, bercak coklat, hawar bakteri dll, yang apabila kondisinya sesuai, OPT ini mampu berkembang.

Bagi hama tikus, nutrisi yang tersedia pada fase ini tidak cocok bagi perkembangbiakan dan peningkatan populasi.

2. Budidaya dan Pengelolaan ekosistem

Dilakukan tanam serentak dalam areal yang luas (serentak memasuki masa generatif, fase matang susu atau panen).

Pada daerah kronis serangan penyakit disebabkan oleh cendawan tular tanah (hawar pelepah) dapat digunakan tanam sistem “legowo” (tanam sistem barisan atau larikan.

Diusahakan pertanaman selalu tergenang sedalam 2 – 5 cm untuk waktu sampaidengan umur 30 HST, sanitasi lingkungan dan penyiangan secara mekanis.

3. Pengamatan, analisis ekosistem dan pengambilan keputusan.

Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman, Populasi Musuh alami dan populasiOPT antara lain tikus, wereng coklat, penggerek batang, gejala tungro (gejala serangan dan populasi wereng hijau) dan gejala serangan penyakit.

4. Analisis ekosistem dan Pengambilan Keputusan.

Didaerah kronis serangan tikus dilakukan pengendalian menurut teknik pengendalian yang ada antara lain : pagar plastik, perangkap bubu, Kombinasi tanaman perangkap dan perangkap bubu, pengumpanan, pengemposan dan sanitasi lingkungan.

Tanaman-tanaman yang menunjukan gejala tungro dicabut dan dibenamkan kedalam tanah.

Apabila populasi wereng batang coklat > 10 ekor/rumpun pada tanaman umur < 40 HST atau >20 ekor / rumpun pada tanaman umur > 40 HST (> 1 ekor / tunas) dilakukan pengendalian korektif dengan menggunakan insektisida efektif yang diijinkan. Untuk meminimalkan penggunaan pestisida digunakan agens hayati Entomopatogen (Beauveria sp / Metarrhizium sp.) bila ditemukan populasi Wereng coklat (sebelum eksplosif).

Apabila ditemukan populasi kelompok telur penggerek batang dilakukan pengumpulan kelompok telur. Kelompok telur yang terkumpul dipelihara untukmemperoleh parasit yang mungkin keluar. Apabila pengumpulan kelompok telurtidak mungkin dilakukan dan atau serangan sundep > 10 % dilakukan pengendalian korektif dengan insektisida efektif yang diijinkan.

Didaerah kronis serangan siput murbei (keong mas) dilakukan pemasangan saringan pada pintu masuk ssaluran. Kelompok telur dikumpulkan dan dimusnahkan, Ajir-ajir bambu dan daun-daun yang berstektur lunak digunakanuntuk memerangkap (tempat bertelur).

Fase Tanaman Tua ( sejak Primodia – Berbunga).

1. Karakteristik ekosistem

Pada Fase pertumbuhan tanaman ini merupakan fase kritis terhadap serengan tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit tanaman.

Serangan penggerek batang pada fase ini mengakibatkan beluk dan sudah tidak bisa disembuhkan lagi serta tanaman sudah tidak mampu mengkompensasikerusakan, sehingga tindakan korektif dengan pestisida sudah tidak dianjurkan lagi.

Serangan tikus makin meningkat, pertumbuhan populasi tikus meningkat pesatkarena nutrisi tanaman sesuai kebutuhan reproduksi tikus. Musim kawin dan perkembangbiakan tikus terjadi pada saat tanaman padi pada fase generatif ini.

Pada fase ini gejala penyakit tanaman oleh bakteri/cendawan sudah nampak dan tanaman yang terinfeksi pada fase ini sulit dikendalikan.

Ganjur dan Tungro tidak menunjukan perkembangan dan tidak mempengaruhi hasil panen tetapi akan menjadi sumber inokulum bagi persemaian atau tanaman muda disekitarnya.

2. Budidaya dan pengelolaan ekosistem

Hindari penggunaan pestisida yang tidak diperlukan untuk memberikan perlindungan kepada musuh alami yang ada di persawahan dan sekitarnya.

Memelihara kebersihan dan pengaturan air sawah.

3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan Pengambilan Keputusan.

Diamati perkembangan OPT dengan lebih seksama. Kelengahan dalam melakukan pengamatan akan berakibat fatal, karena serangan OPT yang terjadi akan mengakibatkan penurunan produksi dan tanaman tidak mampu mengkompensasi lagi.

4. Analisis ekosistem dan Pengambilan Keputusan. Apabila populasi wereng batang coklat > 10 ekor/rumpun pada tanaman

umur < 40 HST atau >20 ekor / rumpun pada tanaman umur > 40 HST (> 1 ekor / tunas) dilakukan pengendalian korektif dengan menggunakan insektisida efektif yang diijinkan. Untuk meminimalkan penggunaan pestisida digunakan agens hayati Entomopatogen (Beauveria sp / Metarrhizium sp.) bila ditemukan populasi Wereng coklat (sebelum eksplosif).

Apabila penyakit-penyakit penting (hawar bakteri, hawar pelepah) sudah muncul diadakan pengeringan berkala dengan cara 1 hari diairi, 3 – 4 hari dikeringkan. Kegiatan ini dapat dilakukan apabila ditemukan populasi Wereng coklat.

Apabila timbul gejala serangan beluk, dilakukan pencabutan beluk segar dandimusnahkan.

Fase Pematangan Bulir ( Pengisian bulir – panen).

1. Karakteristik ekosistem

Pertanaman mengalami pengisian bulir sehingga ketersediaan makanan bagi hama pengisap bulir melimpah sehingga hama tersebut memiliki kesempatan berkembangbiak dengan cepat.

Pengelolaan air sawah sangat berpengaruh besar terhadap proses pengisian dan pemasakan bulir.

2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem

Menjaga pelestarian musuh alami, menjaga kebersihan lingkungan dan mengatur air sawah sehingga pertanaman tumbuh sehat.

3. Pengamatan, analisis ekosistem dan Pengambilan keputusan

Pengamatan populasi hama dan gejala penyakit yang merusak bulir / malai seperti walang sangit, kepik hijau, ulat grayak, burung dan penyakit tanaman.

4. Analisis Ekosistem dan Pengambilan Keputusan. Apabila ditemukan populasi walang sangit, tindakan korektif dapat

dilakukan dengan pemasangan perangkap bangkai kepiting / tulang tulang di persawahan untuk menangkap walang sangit dan kemudian dimatikan atau dengan menggunakan agens hayati entomopatogen Beauveria sp / Metarrhizium sp. untuk mengendalikan populasi walang sangit. Apabila Populasi walang sangit atau hama penghisap bulir lainnya > 10 ekor/m2,, pada saat bulir belum keras, dilakukan aplikasi insektisida yang efektif dan diijinkan.

Apabila serangan tikus masih terus berlanjut dilakukan pengemposan dengan asap belerang beracun dan

Untuk mencegah berkembangnya serangan beluk, dilakukan pencabutan beluk segar dan dimusnahkan

Sesuai dengan UU No. 12 Th. 1992 dan PP No. 6 Th. 1995, Pengendalian Hama Terpadu atau PHT adalah suatu cara pendekatan yang komprehensif, cara berpikiryang baru dalam suatu manajemen dari falsafah Pengelolaan Hama Terpadu. Di dalam penerapannya, baik dalam strategi, langkah operasional maupun taktik atau teknik, dilaksanakan melalui pendekatan terpadu dari semua aspek yang

mempengaruhi OPT dalam proses produksi sehingga diharapkan akan membuahkan hasil :1. Aman, terhadap lingkungan (pendekatan ekologi, kelestarian lingkungan).2. Ekonomi, (pendekatan optimalisasi potensi produksi, biaya input murah dan

harga produksi maksimal).3. Dapat diterima, (pendekatan sosial budaya yang tidak terpisah dari sitem

dan usaha agribisnis).

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang bertumpu pada penggunaan pestisida berspektrum luas yang ternyata dapat menimbulkan masalah resistensi hama, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, residu pada hasil petanian pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Konsep PHT didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan dengan memadukan beberapa teknik pengendalian secara harmonis dan kompatibel dengan memprioritaskan teknik-teknik yang mempunyai dampak minimal terhadap lingkungan. Sedangkan penggunaan pestisida merupakan cara terakhir apabila cara lain tidak mampu mengendalikan OPT yang timbul

Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) adalah pertanian modern yang dipadukan dengan keselarasan alam, tetapi tidak identik dengan pertanian tradisional. Model pertanian ini mempertimbangkan kearifan lokal yang dikembangkan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mampu meningkatkan kualitas, tanpa merusak kelestarian lingkungan hidup.

Di Indonesia sistem pertanian berkelanjutan ini secara tegas telah tertuang dalam GBHN, Tap. MPR No. II/MPR/1993, yang menyatakan antara lain :

1. Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan &kelestarian fungsi hidup serta kepentingan generasi yang akan datang.

2. Pembangunan pertanian dalam arti luas diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani & masyarakat pada umumnya.

3. Peningkatan usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi yang dikaitkan dengan usaha agroindustri serta peningkatan penguasaan teknologi.

Agar produk pertanian mampu bersaing di pasaran dunia dan menjadi produk paling aman untuk dikonsumsi oleh manusia, sudah saatnya penggunaan pestisida dikurangi sebanyak mungkin. Kalau mungkin malah tidak digunakan sama sekali. Sebagai gantinya, Lembah Hijau Multifarm menawarkan satu bentuk konsep perlindungan tanaman dengan memanfaatkan agensia hayati.

Sejarah membuktikan. Sebelum terimbas arus gerakan ’’Revolusi Hijau’’, pertanian Indonesia yang dilaksanakan dengan cara-cara konvensional ternyata lebih memberi jaminan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang mengkonsumsi produk pertanian Indonesia. Tetapi begitu terlibat dalam arus ’’Revolusi Hijau’’, berbagai kasus tentang ancaman kesehatan dan keselamatan manusia kian sering terdengar.

2. APLIKASINYA DARI WAKTU KE WAKTU PHT (integrated pest management) 1960 : Dekade abad XX Pemerintah Belanda pada

tanah perkebunan

Program Nasional PHT 1989 s/d 1999 Pengendalian hayati (biological control agents) Sosialisasi pada Tanaman Pangan 1998 : Dibicarakan/diperbincangkan dan

diteliti oleh para pakar.

JENIS-JENIS ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

JENIS-JENIS ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadangtumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus,bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena merekamengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yangsering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri,dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakantumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses –proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karenaitu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh.Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkankematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusiamenggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untukmembasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakanuntuk membasmi jamur disebut fungsida.

Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harussecara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihandan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Halitu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hamadan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama danpenyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.

Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapatmengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuhalamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satucontoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya,secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alamitikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikusitu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatangtersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memilikipemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak danmenjadi hama pertanian.

A. HAMA TUMBUHAN

Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehinggapertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerangtumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.

1. Tikus

Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani.Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki dayaadaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangattinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepatbertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantungdari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarangtidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yangmembuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan parapetani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudahuntuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang padapematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaansawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – carasebagai berikut :

a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus danmenangkap tikusnya.

b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular. Burung Hantu, Kucing

c. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yangbersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untukmendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.

d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpanberacun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndamsebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum

tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harushati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhanberlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hamawereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :

a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secaraserentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanamandilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanamtanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.

b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng,misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microveliadouglasidan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophineanigrofasciata,dan Synarmonia octomaculata.

c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukanapabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaaninsektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, danaman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang jugameresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbangsambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.

Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yangsudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iuakan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yangmendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.

a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.

b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.

c. Penanaman tidak serentak

Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Menanam tanaman secara serentak.

b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitarsawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.

c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jalapenangkap.

d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau denganalga.

e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alamiberuba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walangsangit.

f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago),tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebihlama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudahmengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencernakarbohidrat.

4. Ulat

Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah danbenareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jikamenetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat.Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang,

terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisarangka atau tulang daunya saja.

Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawahdaun.

b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehinggaulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dandibasmi.

c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukanpenyemprotan dengan menggunakan pertisida.

5. Tungau

Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untukmengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau.Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecilkemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasidengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatutempat dan dibakar.

B. PENYAKIT TUMBUHAN

Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyakjumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan olehmikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhanjuga dapat disebabkan oleh virus.

1. Jamur

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyeranghampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun,bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkanoleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnyabuah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaandaun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak –bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yangdapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga padaakhirnya kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupipermukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula –mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudianmembusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkangetah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akanmembusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu danmati.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.

a) Penyakit pada padi.

Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan olehjamur Pyricularia oryzea. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dantanaman padi akhirnya mati. Selain itu, terdapat pula penyakit yangmenyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini disebabkan olehjamur Magnaporthegrisea.

b) Penyakit embun tepung.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang– kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadikeropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun

pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhankerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak –bercak hitam.

Untuk memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitudengan pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.

2. Bakteri

Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagiantumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh,baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk,lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteridapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yangmenyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atauCVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalahkuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning,sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parangdapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.

3. Virus

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapatterserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukupberbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengancepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan.Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit dauntembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan olehvirus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas dauntembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melaluiperantara serangga.

4. Alga (Ganggang)

Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserangantara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuhrambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan

Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain sebagai berikut.

a) Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan caratercukupi segala kebutuhan zat haranya.

b) Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruhbagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

c) Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lainyang serung membawa bakteri atau jamur.

d) Usahakan lingkungan selalu bersih.

e) Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapatterdeteksi sedini mungkin.

f) Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan(daun, buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidakmenular ke bagian atau tumbuhan yang lainnya.

g) Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatanhama dan penyakit pada tumbuhan.

“Penggunaan Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”

Penggunaan pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenaipilihan pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasilpemantauan rutin dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama danpenyakit yang menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuaisasaran. Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambatdengan menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga pengendalianhama dan penyakit dapat berhasil.

Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida harus memperhatikanjenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta tahap pengembanganhama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan berdasarkanpertimbangan hal -– hal berikut.

a) Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.

b) Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yangmenyerang jenis tanaman tertentu.

c) Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk kedalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebigefektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalambunga.

d) Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontakbersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap perkembangan hama.Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan denganperstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapatmelindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebihefektif karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karenabahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.

C. Gulma

Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikanpetani,gulma juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadangkurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentupopulasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini akanberkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang

diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyianhama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hamayang dapat menyerang tumbuhan.

Berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.

1. Teki

Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).

2. Rumput

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkanstolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).

3. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.

“PENGENDALIAN GULMA”

Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus.Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pengendaliangulma antara lain sebagai berikut :

a) Jenis gulma dominan

b) Tanaman budi daya utama

c) Alternatif pengendalian yang tersedia

d) Dampak ekonomi dan ekologi

Saat ini cukup banyak hebisida (pembasmi gulma) yang tersedia di tokopertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih danmenggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida denganbenar sangatlah dianjurkan.

Tujuan pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhanpengganggu yang akan menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu jugakarena gulma merupakan inang alternetif dan tempat persembunyian hamapenyakit.

Setelah mempelajari tentang gulma yang selalu merugikan manusia, adajuga gulma yang tidak merugikan bagi siapapun, yaitu tanaman Rosela(Hibiscus sabdariffa l.), entah kenapa tanaman ini termasuk gulma,kami mendapatkan ini dari satu media Internet yang membahas tentanghama dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian dari gulma itu sendiriyaitu tanaman pengganggu yang menekan pertumbuhan hama dan penyakit,dilihat dari sisi manfaat tanaman rosela banyak sekali, antara lainmengatasi batuk, lesu, demam, gusi berdarah, penahan kekejangan, anticacing, anti bakteri, anti septik, menurunkan kolesterol dalam darah,asam urat. Melihat dari manfaat – manfaat tanaman ini, tanaman initidak menunjukkan tanaman yang mendatangkan penyakit bagi manusia,malah kebalikannya, tanaman ini dapat menyembuhkan beberapa penyakitmanusia, jadi mengapa banyak orang yang menyebut tanaman ini menjaditanaman gulma? Karena tanaman rosela ini mudah sekali terserangpenyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan banyak sekali hewan –hewan hama hinggap di daun / batangnya

Rabu, 19 Maret 2014Contoh Laporan, Fisika Dasar Pengukuran,

Laporan Fisika Dasar Pengukuran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selaludilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.

Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui

panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume.

Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atausekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.

Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan.

Dengan salah satu argument di atas, setelah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika,

untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar

2. Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran secara benar

3. Memahami dan menggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahlifisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui apa

yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkansesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnyabila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka.Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.

2.2 Pengukuran Panjang Benda

a. Dengan Menggunakan Mistar

Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnyacm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya adalah mistar milimeter. Dengankata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1milimeter dan mempunyai ketelitian 1 milimeter atau 0,1 cm..Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat yang tepat, yaitu terletak padagaris yang tegak lurus mistar. Garis ini ditarikdari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akanterbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang biasadisebut kesalahan paralaks

b. Dengan Menggunakan Jangka Sorong

Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: Rahang yang tetap (biasadisebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-skala utamadalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi10 bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara

skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm.

c. Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup

Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar

0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehinggabenda dapat diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.

2.3 Sistem Internasional

Satuan untuk suatu besaran sebenarnya bisadipilih secara sembarang. Untuk satuan panjang saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan sebagainya. Bahkan ada orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang. Penggunaan berbagai macam satuanini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan. Misalnya kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda untuk satuan yang berbedapula. Kesulitan selanjutnya dalah saat kita akanmelakukan komunikasi ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah satuan menjadi satuan yang lain.

Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah satuian internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI. Dalam satuan SI, panjang memiliki satuan meter, satuanmassa adlah kilogram, dan satuan waktu adalah sekon yang dikenal juga dengan sbutan sistem MKS. Selain itu dikenal pula istilah CGS, dengancentimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan massa, dan sekon sebagai satuan waktu. Setelah ditetapkan secara internasional, sekarang stiap satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya, yaitu: Satuan standar waktu Satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energi yang paling rendah. Satuan standar panjang Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.458 s.

v Satuan standar massaSatu kilogram adalah massa silinder campuran platinum-iridium.

v Satuan standar kuat listrikSatu Ampere adalah kuat arus tetap yang jika

dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.

v Satuan suhu Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air.

v Satuan intensitas cahaya Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar 1/683 watt per steradian dalam arah tersebut.

v Satuan jumlah zat

Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsurelementer zat tersebut dalam jumlah sebanyak atom karbon dalam 0.,012 kg karbon-12.

Setelah ditetap secara internasional, setiap satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya, yaitu :

v Satuan Standar Waktu Satuan standar waktu adalah 1 sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energy yang paling rendah.

v Satuan Standar PanjangSatu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu .

v Satuan Standar Massa

Satu kilogram adalah standar massa silinder campuran platinum-iridium.

v Satuan Standar Kuat ListrikSatu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing dari penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang hampa akan mengalami gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton setiap meter penghantar.

v Satuan Suhu

Satu Kelvin adalah , 1 kali suatu termodinamika titik tripel air.

v Satuan Intensitas Cahaya

Satu candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar watt/sterodion dalam arah tersebut.

v Satuan Jumlah Zat

Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsurelementer zat tersebut dalam jumlah sebanyak atom karbon dalam 0,012 kg karbon-12.

2.4 Ketidakpastian Pengukuran

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja, sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka dilakukan percobaan yang

menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini, ilmufisika tak mungkin berkembang seperti saat sekarang ini.

Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yangmengungkapkan kalau kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran. Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem danketidakpastian acak.

a. Ketidakpastian Bersistem

Kesalahan kalibrasi

- Kesalahan dalam memberi skala pada waktualat ukur sedang dibuat sehingga tiap kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu munculdalam tiap pengukuran.

- Kesalahan titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.

- Kesalahan Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas sudah sering dipakai Gesekan

- Kesalahan yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.

- Kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur.

b. Ketidakpastian Acak

- Gerak Brown molekul udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruh.

- Frekuensi Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki Landasan yang Bergetar

- Adanya Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur.

- Keterbatasan dari Pengamat Sendiri.

c. Angka Penting

Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan pengamatan. Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angkapenting. Untuk bilangan desimal yang lebih kecildari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalahangka penting, kecuali ada penjelasan lain.

2.5 Akurasi dan Presisi

Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak adapengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca

sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan. Misalnya anda memakai sebuah penggaris centimeter untuk mengukur lebar sebuahpapan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm, yaitu bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit untuk memastikan suatu nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu sendiri mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih. Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. sebaik dari ini. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya.

Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada

akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat manipulasi yang lain.

Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Sebagaicontoh, hasil pengukuran lebar papan tulis : 5,2 plus minus 0,1 cm. Hasil Plus minus 0,1 cm (kurang lebih 0,1 cm) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut sehinggalebar sebenarnya paling mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3. Persentase ketidakpastian merupakanperbandingan antara ketidakpastia dan nilai yangdiukur, dikalikan dengan 100 %. Misalnya jika hasil pengukuran adalah 5,2 cm dan ketidakpastiannya 0,1 cm maka presentase ketidakpastiannya adalah : (0,1/5,2) x 100% = 2%

Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara eksplisit. Pada kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua satuan (atau bahkan tiga) dari angka terakhir yang diberikan.

Sebagai contoh, jika panjang sebuah benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap sebesar 0,1 cm (atau mungkin 0,2 cm). Dalam hal ini, penting untuk tidak menulis 5,20 cm, karena hal itu menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm; dianggap bahwa panjang benda tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm, sementara sebenarnya anda menyangka nilainya antara 5,1 dan 5,3.

Setiap unit mempunyai kontribusi terisah dengan batas tertentu. Jika ± a1, = a2 dan ± a3 adalah batas akurasi individual, maka akurasi total dari sistem dapat diekspresikan dalam bentuk bawah akurasi seperti berikut :

A = ± ( a1+ a2 + a3 ) (2.1)

Dalam hal tertentu nilai batas bawah akurasi total diatas mempunyai kelemahan, maka dalam praktek orang lebih sering menggunakan nilai akar kuadrat rata-rata untuk mendefinisikan nilai akurasi dari sebuah sistem, yaitu :

A = ± √ ( a1² + a2² + a3² ) (2.2)

Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai pengukuran ken dan adalah nilai rata-ratanya n pengukuran maka secara metematis, presisi dapat dinyatakan Presisi = (2.3)

Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran.Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan kalibrasi.

Dua istilah yang mempunyai arti mirip denganpresisi adalah repeatability dan reproducibility. Repeability digunakan untuk menggambarkan kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.

Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan ( closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulang-ulang.

Macam – macam alat ukur

a) Jangka sorong

Ketelitian Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka sorong yang memilikiketelitian 0,05 mm dan yang memiliki ketelitian 0,1 mm.

b) Mikrometer sekrup

Ketelitian mikrometer sekrup:

Micrometer sekrup hanya ada satu macam, yakni yang berketelitian 0.01 mm.

c) Spherometer

Spherometer merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu permukaan. Biasanya digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer memiliki 4 kaki, dengan 3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah ketinggiannya. Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.

d) Neraca Torsi

Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca ini bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.

e) Densitometer

Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis)suatu zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan oleh specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).

f) Stopwatch

Stopwatch merupakan alat pengukur waktu.Stopwatch yang sering dipakai biasanya berketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas stopwatch.Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.

g) Termomoter

Termometer adalah alat pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab.

Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan ketelitian 0,50C atau 10C.

h) Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan, dsb. Ketelitan alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur. Jika digunakan untuk mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+)dihubungkan dengan (+) rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya. Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.

i) Neraca Ohauss

neraca ohaus adalah alat ukur massa benda denganketelitian 0.01 gram.,neraca ini ada dua macam :

1. nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah antaraskala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1) yang di bagi2 juga

skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggaltaruh saja bendanya (ingat neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.

2. nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya, waktu membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antaraskala ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu kamuputar skala satuannya (dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol (misal 5.6 g).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisika Dasar mengenai Pengukuran Dasar dilaksanakan pada hari Kamistanggal 19 April 2012. Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00 WITA bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan

1. Jangka sorong

2. Neraca ohauss

3. Micrometer sekrup

4. Bola-bola besi

5. Silinder besi

3.3 Prosedur Percobaan

1. Disiapkan rangkaian alat-alat pengukurandasar

2. Diukur bola-bola besi untuk mencari diameter bola besi

3. Diulang sebanyak 3 kali bola besar, 2 kali bola kecil

4. Diukur panjang, tinggi, dan lebar balok besi dengan menggunakan jangka sorong, diulang percobaan sebanyak 5 kali untuk setiap pengukuran panjang, tinggi dan lebar.

5. Ditimbang bola-bola besi untuk mencari massa menggunakan neraca ohauss, diulang percobaan sebanyak 3 kali bola besar dan 2 kali bola kecil

6. Ditimbang balok besi untuk mencari massamenggunakan neraca ohauss, diulang sebanyak 5 kali percobaan.

Latar Belakang Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yangbersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidakboleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat pentinguntuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedangdipelajari. Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuranatau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatubesaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitungvolume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebardan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikankarakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Danjika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatuhipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yangmendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric

yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik daripermasalahan tersebut. Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum iniyang dapat membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalammengamati suatu gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan datayang didapat dari hasi pengukuran yang kemudian besaran-besaran yangdidapat dari hasil pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan. Dengan salah satu argument di atas, setelah dapat kita ketahui betapapenting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika, untukmemperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapatdipercaya.

B. Tujuan1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.2. Menentukan kepastian dalam pengukuran serta menuliskan hasilpengukuran secara benar.

BAB IIALAT DAN BAHAN

A. Alat- Jangka Sorong- Mikrometer Sekrup- Mistar atau penggaris- Neraca Ohauss- Gelas Ukur

B. Bahan- Batu- Kubus Kayu- Silinder- Air

C. Prosedur Kerjaa. Bahan : Kubus1. Timbanglah massa kubus dengan neraca Ouhauss

2. Ukurlah panjang, lebar, dan tinggi kubus3. Tentukan volume kubus4. Masukan data yang diperoleh ke dalam tabel5. Ulangi kegiatan 1, s/d 4 sebanyak 5 kali pengamatanb. Bahan : Silinder1. Timbanglah massa silinder dengan neraca Ouhauss2. Tentukan Volume silinder3. Masukan data yang diperoleh ke dalam tabel4. Ulangi kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatanc. Bahan : Batu1. Timbanglah massa batu dengan neraca Ouhauss2. Tentukan volume batu3. Masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel4. Ulangi kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1PENGUKURAN

Dosen Pembimbing : Jumingin, S.SiAsisten : Rizky Putri

Jannati

Disusun Oleh :Kelompok 2

Ari Muhamad Isbilly (12 222 011)Aria Lismi (12 222 012)Asia Astuti (12 222 013)Asri Arum Sari (12 222 014)Ayu Ariska Pratiwi (12 222 015)

Ayu Kurnia Lady Ultari (12 222 016)Ayu Puji Astuti (12 222 017)Bunga Pertiwi (12 222 018)Dea Asih Suprianti (12 222 019)

Deby Novianti (12 222 020)

PRODI BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH

IAIN RADEN FATAH PALEMBANG2012

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat

berat memerlukan pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agargejala yang dipelajari dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan)dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak hanya mutlak bagifisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasukaplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata lain, tidak ada teori,prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam yang dapatditerima kecuali jika disertai denganhasil-hasilpengukuranyangakurat.

Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkansuatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagaisatuan. Satuan adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran

adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yangdianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat duafaktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).

Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukurdengan sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapatdiukur,kemudian hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakanbesaran. Besaran Fisika dikelompokkan menjadi Besaran Pokok danBesaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudahditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkanbesaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaranpokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakancontoh besaran pokok. Luas, volume, massa jenis, kecepatan dangaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam SistemInternasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyaisatuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan yang akan dicapai adalah :

1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan

ketebalan benda3. Melakukan pengukuran massa benda

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengukur Besaran Panjang Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan

sebagainya diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur panjang bendakita mengenal alat ukur panjang, seperti mistar, jangka sorong,dan mikrometer sekrup. Alat pengukur massa yaitu neraca Alat ukuryang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skalaterkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah darinilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiriharus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.2.1.1 Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukurdiameter, dimensi luar suatu benda, dan diameter dalam suatubenda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yangfungsinya sebagai tempat skala tetap yang tidak dapat digerakkanletaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skalanonius dan dapat digeser-geser letaknya untuk menyesuaikan danmengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur denganketelitian hingga 0,1 mm.

.

Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangkasorong yaitu micrometer sekrup.2.1.2 Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukurketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensiluar benda yang kecil. Mikrometer skrup memiliki 3 bagian, yaituselubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yangakan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnyatetap dan tidak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang

fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputar-putar untukmenggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan bendayang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yangdapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehinggadapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometerskrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm.2.1.3 Neraca Ohauss

Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neracaatau timbangan yang bekerja atas dasar prinsi tuas. Jenis neracayang umum digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss,neraca emas, dan sebagainya. Jenis neraca lain adalah neracalengan dengan beban geser.

Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa bendaatau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yangditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram.Batasketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Adapun teknikpengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombolkalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbanganlengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan , namunsebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat padaangka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi Hamid,2009).

Neraca ohauss berlengan 3:• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai1g.

• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100g.• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiapskala 10 g.

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan TempatHari/Tanggal : Sabtu, 24 November 2012Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB

Tempat : Laboratorium fisika Institut Agama Islam Negeri RadenFatah Palembang

3.2 Alat

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum iniadalah :

1. Micrometer sekrup2. Jangka sorong3. Neraca lengan4. Plat5. Kelereng6. Koin7. Silinder pipa8. Balok aluminium

3.3 Prosedur Kerja Praktikum1. Baca bismillah sebelum eksperimen2. Siapkan peralatan yang akan digunakan3. Tentukan diameter luar kelereng4. Tentukan diameter luar koin5. Tentukan tebal plat6. Tentukan diameter dalam dan diameter luar silinder pipa7. Ukur massa balok aluminium dengan menggunakan neraca8. Catat data hasil pengamatan Anda sebagai data laporan

sementara akhiri dengan alhamdulillah

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilDari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil, antara lainsebagai berikut.4.1.1 Pengukuran tebal plat menggunakan mikrometer sekrup

No.

Tebal(plat) X2

1 1.65 mm 2.7225 mm2 1.65 mm 2.7225 mm3 1.65 mm 2.7225 mm4 1.65 mm 2.7225 mm5 1.65 mm 2.7225 mm6 1.65 mm 2.7225 mm7 1.65 mm 2.7225 mm8 1.65 mm 2.7225 mm

9 1.65 mm 2.7225 mm10 1.65 mm 2.7225 mm

=16.5 mm =27.225 mm

mm .............................................................................................. class=Section2> 4.1.2 Pengukuran diameter kelereng

No. Diameter D2

1 2.7 mm 7.29 mm2 2.7 mm 7.29 mm3 2.7 mm 7.29 mm4 2.7 mm 7.29 mm5 2.7 mm 7.29 mm6 2.7 mm 7.29 mm7 2.7 mm 7.29 mm8 2.7 mm 7.29 mm9 2.7 mm 7.29 mm10 2.7 mm 7.29 mm

=27 mm =72.9 mm 4.1.3 Pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong

No. Diameter D2

1 15.69 cm 246.1761 cm2 15.67 cm 245.5489 cm3 15.79 cm 249.3241 cm4 15.69 cm 246.1761 cm5 16.02 cm 256.6404 cm6 15.57 cm 242.4249 cm7 15.57 cm 242.4249 cm8 16.45 cm 270.6025 cm9 16.44 cm 270.2736 cm10 15.55 cm 241.8025 cm

=158.44 cm =2511.394 cm

,11 cm4.1.4 Pengukuran diameter luar pipa menggunakan jangka sorong

No.

Diameter luar(pipa) D2

1 2.6 cm 6.76 cm2 2.6 cm 6.76 cm3 2.7 cm 7.29 cm4 2.7 cm 7.29 cm5 2.7 cm 7.29 cm6 2.7 cm 7.29 cm7 2.7 cm 7.29 cm8 2.7 cm 7.29 cm9 2.7 cm 7.29 cm10 2.7 cm 7.29 cm

= 26.8 cm =71.84 cm 4.1.5 Pengukuran diameter dalam pipa menggunakan jangka sorong

No.

diameterdalam D2

1 2.5 cm 6.25 cm2 2.9 cm 8.41 cm3 2.9 cm 8.41 cm4 2.9 cm 8.41 cm5 2.9 cm 8.41 cm6 2.9 cm 8.41 cm7 2.9 cm 8.41 cm8 2.7 cm 7.29 cm9 2.9 cm 8.41 cm10 2.9 cm 8.41 cm

=28.4 cm =80.82 cm 4.1.6 Pengukuran massa menggunakan neraca Ohauss 4 lengan

NO. Massa m2

1 49.64 g 2464.130 g2 49.63 g 2463.137 g3 49.62 g 2462.144 g4 49.60 g 2460.160 g

5 49.60 g 2460.160 g=248.09 g =12309.73 g

g

4.2 Pembahasan Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakanpenggaris, meteran, miktometer sekrup, jangka sorong, dan neracaohuass. Pada praktikum ini kita melakukan pengukuran menggunakanalat jangka sorng, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss. Alatpengukuran tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbedaserta meliki ketelitian yang berbeda juga. Pada alat jangkasorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda, diametersuatu benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangkasorong memiliki ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong memiliki skalautama dan skala nonius. Micrometer sekrup memiliki fungsi untukmengukur panjang benda dengan sangat teliti. Micrometer sekrupmemiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skalautama dan skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untukmengukur massa suatu benda. Neraca ohauss memiliki berbagai macambentuk, yaitu neraca tiga lengan dan neraca empat lengan. Prinsipkerja neraca atau timbangan menggunakan prinsip tuas. Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atauketidakpastian, yaitu:

1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktupembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alatdigunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran.Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alattersebut dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusiajuga, dianggap sempurna padanya hampir tidak terdapat kesalahanapapun.

2. Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat tidak berimpitdengan titik nol jarum petunjuk atau jarum tidak kembali tepatpada angka nol.

3. Kelelahan komponen alat. Misalnya dalam pegas; pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat agak melembek hingga dapatmempengaruhi gerak jarum penunjuk.

4. Gesekan-gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yangbergerak terhadap bagian alat yang lain

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah

dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa jangka sorong digunakanuntuk mengukur diameter luar dan dalam benda, sedangkanmikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameterluar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkanjangka sorong. Mengukur ketebalan benda seperti plat besi dandiameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil pengukuran lebihtepat dibandingkan mengukur benda yang berbentuk sepertikelereng.

5.2 Saran Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankanuntuk memahami dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan

digunakan, besaran, dan satuan agar praktikum berjalan denganlancar dan mudah dipahami. Lakukan pengukuran ketebalan dandiameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk massa dari sudut yangberbeda namun tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.EdisiKedua.Penerbit Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Halliday & Resnick.2010.Fisika.Edisi 7 Jilid 1.Erlangga.Jakarta.

http://kbs.jogjakota.go.id/upload/CARA BACA MIKROMETER SEKRUP.pdf.diakses tgl. kamis, 29 Desember 2012.Pkl. 15.45 WIB

http://novanurfauziawati.files.wordpress.com/2012/01/modul-1-pengukuran.pdf. diakses tgl. Sabtu, 1 Desember 2012. Pkl. 15.27WIB

kumpulan jurnal praktikum fisikaJURNAL PRAKTIKUMFISIKA DASAR“PENGUKURAN DASAR”

Oleh:Atik Dian Widiastuti (1318101301024)Umi Sahrun Ni’mah (131810301029)Fitri Sulistiyowati (131810301043)Riski Diah Kusumaningrum(1318103010 )

LABORATORIUM FISIKA DASARJURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER2013BAB 1 PENDAHULUANLatar BelakangIlmu fisika‚ pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendasar. Kegiatan mengukur merupakan suatu syarat atau hal yang sangat penting dilakukan dalam mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi. Di ala mini memiliki beberapa hal yang berpengaruh pada sifat-sifat fisis dalam fenomena berkembang dengan adanya penemuan-penemuan baru. Di dalam penemuan-penemuan itu terdapat dasar yaitu pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan(Suyadi, 2011).Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur,dan setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil(nst).Setiap alat ukur memiliki skala berupapanjang atau busur atau angkadigital.Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi,dibubuhi nilai tertentu.Keadaan menjadi lebih buruk lagibila ujung atau pinggir objek yang diukur tidaktajam.Nilai skala sesuai denganjarak terkecil itu disebut nst alat ukur tersebut(Swastikaningrum, 2013).Pentingnya besaran dalam pengukuran‚ maka dilakukan suatu kegiatan praktikum untuk lebih memahami dasar-dasar dalam pengukuran. Dalam melakukan pengukuran‚seseorang di tuntut untuk memiliki sifat ilmiah. Seperti mengikuti aturan-aturan yang berhubungan atau berkaitan dengan pengukuran suatu variabel fisis.Dan ada beberapa faktor yang harus diper hatikan dalm pengukuran yaitu metode

pengukuran‚ keadaan lingkungan‚ kondisi alat‚ sampai analisa data hasil pengukuran serta simpulan dari hasil pengukuran(Wibowo, 2012).Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada percobaan pengukuran adalahBagaimana menghitung ralat nst yang diperoleh dari perhitungan langsung?Bagaimana menghitung ralat standart deviasi yang diperoleh dari perhitungan langsung?Bagaimana perbandingan perhitungan ralat nst dan ralat standart deviasi?

TujuanAdapun tujuan dari percobaan pengukuran adalahMampu melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan ralat nstMampu melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan ralat standart deviasiMampu membandingkan perhitungan menggunakan ralat nst dengan ralat standart deviasi

ManfaatDalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal pengukuran. Kita bisamenerapkannya dalam bidang pembangunan dan properti terutama dalam ketelitian membuat sesuatu. Dengan kita mengenal alat ukur secara detail dan jelas, maka dengan mudah kita bisa menentukan berapa ukuran dari sebuah benda yang akan dibuat. Seperti dalam pembuatan rumah, almari, meja dan yang lain-lain itu membutuhkan pengukuran dan ketelitian. Sehingga sangat bermanfaat bagi kita.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAIlmu fisika dilandasi oleh pengukuran besaran. Dimana dasar pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui jari-jari atom‚massa bumi‚ jarak bumi ke matahari‚ dan sebagainya dalam segala aspek kehidupan. terkait dengan pengukuran itu‚ berkembang juga alat ukur yang berarti juga berkembangnya teknologi. Telah disebutkan bahwa pengukuran berarti membandingkan nilai besaran itu dengan satuan. Satuan merupakan ukuran perbandingan yang telah disepakati(SI). Tujuan setiap orang ketika mengukur adalah untuk medapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat. namun‚ awal mulanya tujuan itu tidak pernah benar dan tercapai‚ karena alat ukur yang digunakan dulu memiliki tingkat ketelitian yang terbatas. Hal yang dapat dicapai adalah untuk memperoleh hasil ukur yang boleh jadi benar (Priyambodo‚ 2009).Kebanyakan pengukuran yang dilakukan di laboratorium disederhanakan sedemikianrupa sehingga pada dasarnya merupakan pengukuran dengan jarak. Dengan pengukuran yang menggunakan besaran akan kita peroleh besaran yang diinginkan

(Alonso‚ 2007)Dalam pengukuran diperlukan alat ukur seperti mistar‚ jangka sorong‚ dan micrometer . Mistar sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya cara pemakaian nya sudah dipahami sedangkan jangka sorong dan micrometer biasanya hanya di laboratorium. Lebih jelasnya‚ gambar jangka sorong sebagai berikut:Berikut ini adalah tahapan cara menggunakan jangka sorong :

1. Kendorkan sekrup penjepit2. Geser rahang geser sedikit lebih lebar dari benda yang akan diukur jika kita ingin mengukur bagian luar dari benda, atau geser rahang dalam sedikit lebih sempit dari benda yang akan diukur jika kita ingin mengukur bagian dalamsuatu benda.3. Geser rahang geser menuju ke rahang tetap sehingga benda yang diukur tidak dapat bergerak, pastikan tidak menekan terlalu kuat karena hal ini akan mempengaruhi hasil pengukuran.4. Kencangkan sekrup penjepit5. Baca skala yang didapatkan dari hasil pengukuran.(Yulianti, 1997).Mikrometer adalah alat ukur panjang‚ ketebalan atau diameter luar benda-benda yang relative lebih kecildenagn cara pemutaran alat itu di salah satu bagiannya. Alat ini digunakan untuk mengukur panjang‚ lebar‚ diameter luar dantinggi.

Gambar: Mikrometer sekrup

Cara menggunakan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:Benda atau plat tipis yang akan diukur ketebalannya diletakkan di antara landasan dan sumbu. Kemudian gagang pemutar kita atur sehingga plat tersebut terjepit dengan kuat, baru kita tarik kunci ke arah kiri agar tidak terjadi pergeseran lagi (mengunci).Untuk menentukan besarnya pengukuran maka pembacaan skala kita lakukan dengan membaca skala tetap terlebih dahulu, dengan satuan milimeter, yaitu garis skala tetap yang tepat berada di depan gagang pemutar.(Yulianti, 1997).

BAB 3 METODE PERCOBAANAlat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan pada pengukuran adalahMikrometer digunakan untuk mengukur panjang, tebal dan diameter luar dari sebuah benda yang berukuran relatif kecil.Jangka sorong digunakan sebagai alat ukur dari besaran panjang dengan cukup teliti.Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup.Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan dalam sebuah rangkaian tertutup.Neraca digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran massa.Stopwatch digunakan sebagai alat pengukur waktu.Termometer digunakan untuk mengukur perubahan suhu.Mistar digunakan untuk mengukur panjang,lebar, dan tinggi.Balok logam digunakan sebagai bahan praktikum yang akan diukur.Bola besi kecil digunakan sebagai bahan untuk pengukuran diameter luar dan diameter dalam.

DesignJangka Sorong

Gambar 3.1 Jangka Sorong(Purwandari, 2013)

Mikrometer

Gambar 3.2 Mikrometer(Purwandari, 2013)Amperemeter

Gambar 3.3 Amperemeter(Purwandari, 2013)Voltmeter

Gambar 3.4 Voltmeter(Purwandari, 2013)Stopwatch

Gambar 3.5 Stopwatch(Purwandari, 2013)

Mistar

Gambar 3.6 Mistar(Artoto, 2007)Neraca pegas

Gambar 3.7 Neraca Pegas(Purwandari, 2013)Termometer

Gambar 3.8 Termometer(Artoto, 2007)Balok logam

Gambar 3.9 Balok logam(Artoto, 2007)

Bola besi kecil

Gambar 3.10 Bola besi(Artoto, 2007)

Langkah KerjaAdapun langkah kerja pada percobaan pengukuran adalahMenentukan nilai skala terkecil (nst) dan kesalahan titik nolDiambil jangka sorong lalu tentukan nstnya, kemudian dicatat apabila sklanya tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan.Diambil mikrometer lalu tentukan nstnya, kemudian dicaat apabila skalanya tidak menunjukkan angka nol saat mikrometer belum digunakan.Amperemeter diambil dan ditentukan nstnya, kemudaian dicatat apabila jarum tidak menunjukkan titik nol saat tidak ada arus.Voltmeter diambil lalu ditentukan nstnya, kemudian dicatat apabila jarum tidakmenunjukkan titik nol saat tidak ada teganganTermometer diambil kemudian tentukan nstnya.Neraca diambil lalu tentukan nstnya, kemudian dicatat apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol saat pegas belum terbebani.Stopwatch diambil kemudian tentukan nstnya.Mistar diambil kemudian tentukan nstnya.

Pengukuran langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil.(catatan: hanya dilakukan percobaan 1 kali)Jangka sorong digunaka untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin.Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar sebuah bola besi kecil.

Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian tertutup, kemudian dicatat besar arus dan besar tegangan yang muncul.Diberikan besar arus dan besar tegangan yang muncul.Panjang, lebar dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar panjang.Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch.

Pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi.(catatan: semua percobaan diulang sebanyak 3 kali)Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan diameter dalam sebuahcincin.Mikrometer digunakan untuk mengukr diameter luar dari sebuah bola besi kecil.Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian tertutup, kemudian dicatat besar arus dan besar tegangan yang muncul.Diberikan beban pada neraca kemudian dicatat nilai skalanya.Panjang, lebar dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar panjang.Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch.

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil(catatan: dilakukan 1 kali percobaan)Pengukuran dilakukan kembali untuk menentukan panjang, lebar, dan tinggi baloktersedia menggunakan mistar kemudian massa balok ditimbang.Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter,3 meter, dan 3,5 meter dengan menggunakan stopwatch, lalu dicatat masing-masing waktunya.

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan standart deviasi.(catatan: dilakukan dengan 3 kali percobaan)Pengukuran dilakukan kembali untuk menentukan panjang, lebar, dan tinggi baloktersedia menggunakan mistar kemudian massa balok ditimbang.Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter,3 meter, dan 3,5 meter dengan menggunakan stopwatch, lalu dicatat masing-masing waktunya.

Pengukuran tidak langsung menggunakan nilai skala terkecil dan standart deviasi.Panjang, lebar, dan tinggi balok diukur menggunakan mistar dan standart deviasi kemudian ditimbang massa balok menggunakan nst.Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter, jarak 2,5 meter, 3 meter, dan 3,5 meter

dengan menggunakan stopwatch, kemudian pengukuran jarak menggunakan nst dan perhitungan menggunakan standart deviasi.

Analisis DataAdapun analisis data pada percobaan pengukuran adalahNilai Skala Terkecil (nst)∆x= 1/2 x nstBila hasil ukur menggunakan pengukuran tidak langsung∆z=(dz/dx)(∆x)+ (dz/dy)(∆y)Ralat asal standart deviasi∆z=√((dz/dx)^2 (∆x)^2+ (dz/dy)^2 〖(∆y)〗^2 )Dimana∆x=√(〖Σ(Xi-X rata)〗^2/(n-1))∆y=√(〖Σ(yi-y rata)〗^2/(n-1))Ralat asal gabungan∆z=√(〖(dz/dx)〗^2 (〖0.68 ∆x)〗^2+(dz/dy)^2 〖(∆y)〗^2 )DimanaΔx=1/2 nstΔy=√(〖Σ(yi-y rata)〗^2/(n-1))

DAFTAR PUSTAKASuyadi. (2011). Deforestation in Bukit Barisan Selatan Natinal

Park,Sumatra,Indonesia. Jurnal Biologi Indonesia, 7(2).Swastikaningrum, H. (2013). Keanekaragaman Jenis Burung pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong,Perbatasan Surabaya-Gresik. Jurnal Ilmiah Biologi, 1, 1–13.Wibowo, P. h. (2012). Pengaruh Pengunaan Modul Hasil Penelitian Bentos pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi.

JURNAL PRAKTIKUMFISIKA DASAR“MENENTUKAN HAMBATAN DENGAN HUKUM OHM”

Oleh:1.Atik Dian Widiastuti (1318101301024)2.Umi Sahrun Ni’mah (131810301029)3.Fitri Sulistiyowati (131810301043)4.Riski Diah Kusumaningrum (1318103010)

LABORATORIUM FISIKA DASARJURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER2013

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan arus listrik, tegangan dan hambatan.. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus

menerus. Aliran yang terus menerus inilah yang disebut dengan arus dan sering disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang menalir pada sebuah pipi.Untuk menemukan arti dari sebuah ketepatan dari persamaan kita menentukan nilia massa, isi , panjang dan bentuk lain dari persamaan fisika. Standart yang digunakan pad persamaan teesebut adalah arus listrik, tegangan dn hambatan. Simbolyang digunakan adalah standart alphabetyang digunakan pada persamaan aljabar. Standart ini digunakan pada ilmu fisika yang dikenali secara internasional. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada di antara titik rangkaian listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara istilah-istilah yang ada dalam sebuah rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum yang dapat membuktikannya.Perlunya praktikum hokum ohm ini yaitu dapat mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter.. Selainitu materi tentang hukum ohm ini sangat berguna khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu kitaharus mempelajari lebih dalam tentang Hukum Ohm dengan cara mempraktekkannya dalam percobaan ini.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohm adalahBagaimana hambatan pengganti dari masing – masing rangkaian pada setiap percobaan?Apakah dua rangkaian pada percobaan menduga nilai hambatan dalam rangkaian paralel memberikan nilai hambatan pengganti yang sama? Jelaskan!Apakah dua rangkaian pada percobaan menduga nilai hambatan dalam rangkaian seri memberikan nilai hambatan pengganti yang sama? Jelakan!1.3 TujuanAdapun tujuan pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohm adalahMengetahui hambatan pengganti dari masing – masing rangkaian setiap percobaan.Mengetahui Apa dua rangkaian pada percobaan menduga nilai hambatan dalam rangkaian paralel memberikan nilai hambatan pengganti yang sama.Mengetahui apa dua rangkaian pada percobaan menduga nilai hambatan dalam

rangkaian seri memberikan nilai hambatan pengganti yang sama.1.4 ManfaatAdapun manfaat pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohm adalahHukum Ohm dapat digunakan untuk mendalami kelistrikan.Hukum Ohm dapat digunakan untuk mengetahui polutan pada tanah.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Ohm berbunyi sebagai berikut : besarnya kuata arus yang timbul pada suatu pengantar berbanding lurus dengan beda pontensial atau tegangan antara kedua ujung pengantar tersebut. Hukum Ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan. George ohm menentukan secara ekperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya, Hukum Ohm dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut :V = I . R persamaan 2.1Dimana :V = TeganganR = TahananI = Kuat arus

Hukum Ohm juga menyatakan bahwa tegangan yang konstan, jika nilai tahanan diperkecil maka akan diperoleh arus lebih kuat. Begitu pula sebaliknya dan dapat ditulis sebagai berikut :I = V / R persamaan 2.2Hukum Ohm dapat diterapkan dalam rangkaian seri. Yang dimaksud dengan rangkaian tahanan seri adalah tahanan dihubungkan ujung tahanan yang ada pada rangkaian ke ujung atau dalam suatu rantai. Untuk mencari arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dari satu,diperlukan jumlah total nilai tahanan tersebut, rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus untuk mengalir(Rusdianto,1999).Resistor merupakan elemen pasif yang paling sederhana. Kita akan memulai bahasan kita dengan memperhatikan hasil kerja fisikawan jerman. Georg simon ohm, yang pada tahun 1827 mempublikasikan sebuah pamphlet yang memaparkan hasil – hasil dari usahanya mengukur arus dan tegangan serta hubungan matematika diantara keduanya. Salah satu hasil yang diperoleh adalah pernyataan tentang relasi fundamental yang saat ini kita sebut sebagai Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal – terminal penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir material ini, secara matematika hal ini dirumuskan sebagai berikut :V = I . R persamaan 2.3Dimana konstan porposionalitas atau sebanding R disebut resistensi. Satuan untuk resistensi adalah ohm dan bisa disingkat dengan rumus besar omega Ω(Durbin,2005).

Elektron – elektron bebas bergerak dalam suatu medan listrik yang memperagakanperiode yang sama sebagai lettice-nya. Selama pergerakan mereka, elekton – electron bebas ini sering disebarkan oleh medan. Uraian yang sesuai untuk gerakan electron sejenis ini harus menggunakan metode mekanika kuantum. Disiniuraian yang termasuk sederhana sudah mencukupi. Ketika tidak dapat medan listrik ekternal, elektron – elektron tersebut bergerak kesegala arah dan tidak ada transportasi muatan elektron atau arus listrik. Tetapi jika digunakan sebuah medan listik ekternal terjadi aliran arus listrik. Tampaknya alamiah untuk menganggap kekuatan dari arus tersebut sesuai dengan medan listrik. Untuk membuktikan hubungan ini, kita hasil – hasil percobaan yang telah dihasilkan. Salah satu hukum fisika yang mungkin palig dikenal oleh paramahasiswa adalah Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa untuk konduktor logam pada suhu konstan, perbandingan antara perbedaan potensial ∆V antar dua titik dari konduktor dengan arus listrik I yang melalui konduktor tersebut adalah konstan. Konstan ini disebut tahanan listrik R dari konduktor anatar dua titik. Jadi hokum ohm bisa dinyatakan sebagai berikut :

∆V = R atau I = ∆VI RDari persamaan kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan SI sebagai volt ampere atau m^(2 ) kg s^(-1 ) C^(-2), dan disebut ohm (Ω). Jadi satu Ohm adalah tahanan suatu konduktor yang melewati arus satu ampere ketika perbedaanpotensialnya dijaga satu volt di ujung – ujung konduktor tersebut(Alonso,1992)

BAB 3. METODE PENELITIAN3.1 Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum penentuan hambatan listrikdengan Hukum Ohm adalah adalahSumber daya AC/DC : digunakan sebagai penghasil energy listrik.Voltmeter : digunakan mengukur beda pontensial dalam rangkaian listrik.Ampermeter : digunakan mengukur arus listrik pada suatu rangkaian.R100Ω/5W : digunakan sebagai hambatan tegangan.Connector : digunakan untuk menghubungkan arus listrik ke kabel.Kabel – kabel : digunakan untuk menghubungkan arus listrik ke sumber tegangan.Stopwatch : digunakan untuk mengukur waktu.3.2DesainAdapun desain pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohm adalah

Gambar 3.2.1 Rangkaian paralel(Sumber:Petunjuk Praktikum Fisika Dasar,2013)Gambar 3.2.2 Rangkaian seri(Sumber:Petunjuk Praktikum Fisika Dasar,2013)

Gambar 3.2.2 Rangkaian seri(Sumber:Petunjuk Praktikum Fisika Dasar,2013)3.3 Langkah KerjaAdapun angkah kerja pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohmadalah3.3.1 Menduga Nilia Hanbatan Dalam Rangkaian Seri.1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 3.2.1.2. Tegangan dinaikkan dari tegangan minimum sampai dengan tegangan maksimum secara bertahap pada sumber tegangan untuk mengatur besar arus yang diluar.3. Besar tegangan dicatat dan arus pada voltmeter damn ampermeter setiap terjadi perubahan, sehingga didapatkan minimal 5 pasang data tegangan dan arusnya.(Diusahakan minimumkan interval waktu pengataman untuk memenuhi asumsibahwa nilai hambatan yang diukur adalah konstan).4. Percobaan diulangi eperti diatas untuk gambar 3.2.2 dengan memakai hambatanyang sama.3.3.2 Menduga Besar Panas Disipasi Pada Hambatan Berangkaian Seri.1. Rangkaian disusun seperti gambar 3.2.2.2. Tegangan listrik pada sumber tegangan berada pada posisi maksimum.3. Nilai tegangan (V) dan arus (I) pada voltmeter dan ampermeter setiap interval 3 menit, sehingga didapatkan 5 pasang data.3.3.3 Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Paralel.1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 3.2.4 dengan tetap memakai hambatan yang sama seperti pada percobaan 3.3.1.2. Selanjutnya prosedur 2 dan 3 dilakukan seperti pada percobaan 3.3.1.3. Percobaan diulangi untuk gambar 3.2.3 dengan tetap memakai hambatan yang sama, hanya posisi voltmeter dan ampermeter diubah.3.4 Analisa DataAdapun analisa data pada praktikum penentuan hambatan listrik dengan Hukum Ohmadalaha). W = V.I.T ∆W = √(∈(W-W))/(n-1)b). ∆V = √(∈(V-V))/(n-1)c). ∆t = ½ nstd). ∆I = √(∈(I-I))/(n-1)I =(∆I )/Ix100%K = 100% – I

AP = 1- log(∆I )/Ie). ∆R= √(∈(R-R))/(n-1)

DAFTAR PUSTAKA

Alonso,dkk.1979.Dasar-dasar fisika Universitas.Jakarta:Erlangga.Durdin,dkk.2005.Rangkaian listrik.Jakarta:Erlangga.Rusdianto,E.1999.Penerapan konsep dasar listrik dan elektronika.Yogyakarta:Kanisisius.KETERAMPILAN DASAR MENGUKUR PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGRofi Wibowo, Wiyanto -, Sukiswo S Edie

Abstract

Abstrak

___________________________________________________________________

Kendala dalam praktikum tingkat dasar diantara mahasiswa yang belum siap berpraktikum yaitu tidak memiliki kemampuan prasyarat sebelum melakukan praktikum. Dengan keadaan seperti itu berarti mahasiswa belum dapat dikatakanterampil. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan memberi gambaran bagaimana keterampilan dasar mengukur mahasiswa pendidikan fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang menggunakan alat ukur panjang non digital, massa digital dan non digital, waktu digital dannon digital.

Dengan melakukan survey pada mahasiswa yang telah dianggap terampil dengan ditunjukan dengan nilai praktikum yang baik peneliti melakukan pengambilan data rata-rata, dan data tersebuat digunakan untuk membandingkan mahasiswa semester 1 yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. Pada pengukuran massa digital (neraca digital) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 51,9% mahasiswa yang terampil, dan 48,1% mahasiswa tidak terampil. Pada pengukuran massa non digital (neraca triple beam balance) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 59,6% mahasiswa yang terampil, dan 40,4% mahasiswa tidak terampil. Pada Pengukuran panjang non digital (mistar) diperoleh data dari 80 mahasiswa terdapat pada kompetensi 65,4% mahasiswa yang terampil, dan 44,6% mahasiswa tidak terampil. Pada pengukuran panjang non digital (jangka sorong) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 61,5% mahasiswa yang terampil dan 48,5% mahasiswa tidak terampil. Pada pengukuran panjang non digital (micrometer) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 47,8% mahasiswa yang terampil terampil dan 52,2 % mahasiswa tidak terampil. Pada pengukuran waktu digital (stopwatch digital) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 70,5% mahasiswa yang terampil dan 29,5 % mahasiswa tidak terampil. Pada pengukuran waktu non digital (stopwatch analog) diperoleh data dari 80 mahasiswa dalam praktikum yaitu pada kompetensi terdapat 48,6% mahasiswa yang terampil, dan 51,4 % mahasiswa tidak terampil

Abstract

___________________________________________________________________

Practical constraints in the basic rate among students who are not ready berpraktikum that does not have the prerequisite skills prior to practicum. In such circumstances means that students can not be said to be skilled. This study aims to examine and illustrate how to measure the basic skills of physical education student State University of Semarang State using non-digital length gauge, digital and non-digital mass, digital and non-digital time.

By doing a survey on students who have been shown to be skilled with a good lab values researchers perform data retrieval on average, and the data were used to compare tersebuat first semester students are used as samples in this study. In the digital mass measurement (digital balance) obtained data from 80 students in the practicum is on the competence of students 51.9% are skilled, and 48.1% of the students are not skilled. In the non-digital mass measurement (balance triple beam balance) obtained data from 80 students in the lab are the competencies students are skilled 59.6%, and 40.4% of the students are not skilled. In the non-digital length measurement (ruler) of data obtained from the 80 students present in 65.4% of the students competency of skilled and unskilled students 44.6%. In the non-digital length measurement (calipers) obtained data from 80 students in the lab are the competencies students are 61.5% and 48.5% of skilled unskilled students. In the non-digital measurement of length (micrometer) obtained data from 80 students in the lab are the competencies students are 47.8% and 52.2% skilled skilled unskilled students. At the time of measurement digital (digital stopwatch) obtained data from 80 students in the lab are the competencies students are 70.5% and 29.5% of skilled unskilled students. At the time of measurement non-digital (analog stopwatch) obtained data from 80 students in the lab are the competencies students are skilled 48.6%, and 51.4% of the students are not skilled.

Keywords

Measuring Basic Skills, Physical Education Students

References

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta

Nasution, N. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka . Online. Available at http://hendrykristyanto.blogspot.com/2011/04/keterampilan-dasar-proses-pada.html?m=1. [accessed 29/07/12]

Rujkes, U. 1991. Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Jakarta : Gramedia. Jurnal penelitian fisika dan aplikasi, 12 (20) : 142-168

Schmidt, R.A. 1991. Motor Learning and Performance: from Principle into Practice. Human Kinetics. Champaign, IL. Online. Available at http://kangmr.blogspot.com/2011/08/pengertian-ketrampilanmacam-macam.html?m=1. [accessed 28/07/12]

Singer, R.N. 1980. Motor Learning and Human Performance: An Application to Motor Skill and Moverment Behaviors. New York: Macmillan Pub. Online. Available at http://kangmr.blogspot.com/2011/08/pengertian-ketrampilanmacam-macam.html?m=1. [accessed 28/07/12]

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Tirta, M. 2009. Implementasi Student Centered Learning Dalam Praktikum Fisika Dasar. JurnalPenelitian Fisika dan Aplikasi, 1 ( 2) :19-32

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang : Unnes Press

Wospakrik, Hans. 1994. Dasar-dasar Matematika untuk Fisika.Bandung: ITB Online. Available at http://ml.scribd.com/doc/67972481/Jurnal-Fisika. [accessed 28/07/12]

APR

29

Laporan praktikum dasar-dasar pengukuran

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

DASAR-DASAR PENGUKURAN

(M1)

DASAR-DASAR PENGUKURAN

(M1)

BAB I PENDAHULUAN1. Tujuan1. Mempelajari cara pemakaian jangka sorong dan micrometer2. Mengukur panjang, lebar, tinggi dan diameter beberapa benda ukur3. Memahami konsep angka penting4. Mempelajari cara pengolahan data menggunakan analisa kesalahan

2. Landasan TeoriFisika adalah ilmu eksperimen. Eksperimen memerlukan pengukuran,

dan untuk mendapatkan hasil pengukuran kita menggunakan alat ukur untukmengukur dan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilanganyang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena fisika secarakuantitatif disebut besaran. Ketika mengukur suatu besaran, kita selalumembandingkannya dengan suatu satuan standar yang disebut dengan satuan.

Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatubilangan dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatusatuan. Selanjutnya semua pengukuran sedikit banyak dipengaruhi olehkesalahan eksperimen karena ketidaksempurnaan yang tak terelakkan dalamalat ukur atau karena batasan yang ada pada indera kita (penglihatan danpendengaran), yang harus merekam informasi.

Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilaiukur yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangatpenting didalam fisika untuk memperoleh hasil atau data yang akurat dandapat dipercaya.

Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa datapengukuran yang sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnyatingkat ketelitian hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasihasil pengukuran. Sedangkan ketepatan (akurasi) adalah kesamaan ataukedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya(true value/correct result).

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapapenyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil(NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanyagesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkunganyang saling mempengaruhi keterampilan pengamatan. Ada beberapa hal yangharus diperhatikan dalam pengukuran:

1. Nilai skala terkecil alat ukurPada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagidibagi-bagi. Inilah yang disebut nilai skala terkecil (NST).

2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal

Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian umumnya digunakan bernilaisetengah dari NST. Untuk suatu besaran X, maka ketidakpastian mutlaknyaadalah:

X = ½ NST

Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai:

X = X ± X

Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian relatif adalah:

KTP relative = X/X

Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:

X = X ± KTP relatif x 100%

3. Ketidakpastian pada pengukuran berulangMenggunakan kesalahan ½ rentang pada pengukuran berulang ketidakpastiandituliskan lagi seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan ½ rentangmerupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuranberulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:

1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable X, misalnya n buah, yaitu X1,X2, X3, …, Xn

2. Cari nilai rata-ratanya yaitu X rata-rata = X1-X2-X3-…./n.3. Tentukan Xmax dan Xmin dari kumpulan data X tersebut dan ketidakpastiannya

dapat ditulis:X = (Xmax – Xmin)/2

4. Tuliskan hasilnya sebagai : X-Xrata-rata±X4. Angka berarti (significan figures)

Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkanpada hasil pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif (dalam %). Semakinkecil KTP relatif semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggiketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Hubungan antara KTP relatifdan AB adalah sebagai berikut:

AB = l-log (KTP relatif)

5. Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai olehketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perembatan ketidakpastian.

Jadi sebenarnya pengukuran itu adalah proses atau prosedurmengkuantifikasikan atribut dalam sebuah kontiniu.

Proses : pengukuran memuat prosedur standar

Kuantifikasi : pengukuran menghasilkan angka

Kontinum : karena berada pada suatu kontinum hasil pengukuran antar individu dapatdibandingkan.

Hasil pengukuran berupa angka-angka atau disebut sebagai hasilnumerik selalu merupakan nilai pendekatan. Menurut kelaziman hasilpengukuran sebuah benda mengandung arti bahwa bilangan yang menyatakanhasil pengukuran tersebut. Jika sebuah tongat panjangnya ditulis 15,7 cm.secara umum panjang batang tersebut telah diukur sampai dengan perpuluhancentimeter dan nilai eksaknya terletak diantara 15,65 cm hingga 15,75 cm.seandainya pengukuran panjang tongkat tersebut dinyatakan sebagai 15,70 cmberarti pengukuran tongkat telah dilakukan hingga ketelitian ratusancentimeter.

Pada 15,7 cm maka terdapat 3 angka penting yang merupakan hasilpengukuran. Pada pelaporan hasil pengukuran 15,70 cm berarti terdapat 4angka penting sebagai hasil pengukuran. Dengan demikian angka pentingadalah angka hasil pengukuran atau angka yang diketahui dengan “cukupbaik” berdasarkan kendala alat ukur yang dipakai. Misalnya dilaporkanhasil pengukuran massa sebuah benda 5,4628 gram dapat dinyatakan bahwahasil pengukuran tersebut memiliki 5 angka penting. Dalam menentukanbanyaknya angka penting kita perlu memperhatikan beberapa aturan berikutini:

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.Contoh : 256,67 m = lima angka penting

3,99 g = tiga angka penting

2. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angkapenting.Contoh : 90 m = dua angka penting

78,0 g = tiga angka penting

552130 g = lima angka penting

3. Semua angka bukan nol yang digunakan untuk menentukan letak decimal bukantermasuk angka penting.Contoh : 0,67 N = dua angka penting

0,0023 V = dua angka penting

0,0000507 km = tiga angka penting

4. Banyaknya angka penting hasil penjumlahan atau pengurangan ditentukanberdasarkan banyaknya digit angka dibelakang koma yang paling sedikit.252,8 kg angka 8 merupakan taksiran

2,37 kg + angka 7 merupakan taksiran

255,17 kg angka 1 dan 7 merupakan taksiran

Dalam hal ini kita hanya boleh menuliskan 1 angka taksiran saja, sehinggahasilnya dibulatkan menjadi 255,2 kg.

5. Banyaknya angka penting dari hasil perkalian atau pembagian antara duabilangan sama dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit diantaradua bilangan itu.25,3 kg 3 angka penting

14 m/s x 2 angka penting

354,2 kgm/s harus terdiri atas dua angka penting sehingga ditulis 3,5 x 102 kgm/s.

6. Banyaknya angka penting dari hasil pemangkatan atau penarikan akar samabanyaknya dengan angka penting yang dipangkatkan atau yang ditarikakarnya.(4,32 cm)2 = 80,621568 cm → 80,6 cm

cm2 = 5 cm → 5,0 cm

(disesuaikan menjadi 2 angka penting)

7. Angka yang lebih dari 5 dibulatkan keatas, sedangkan angka yang kurangdari 5 dibulatkan kebawah.1,4 → 1

2,66 → 2,7

8. Angka yang tepat 5 dibulatkan kebawah jika angkan sebelumnya genap, dandibulatkan keatas jika angka sebelumnya ganjil.2,65 → 2,6

2,35 → 2,4

Alat ukur yang biasa digunakan dalam pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Jangka sorongJangka sorong dipergunakan untuk mengukur suatu benda dari sisi luardengan cara diapit, mengukur sisi dalam suatu benda dengan caraukur/diulur, mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan caramenancapkan/menuliskan bagian pengukur.

Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur suatu benda yang mempunyaiketelitian 0,1 mm atau 0,05 mm tanpa kesalahan paralaks. Kesalahanparalaks adalah kesalahan membaca alat ukur karena posisi yang tidak tepatseperti yang dianjurkan. Bagian terpenting dari jangka sorong yaitu:

1. Rahang tetapMemiliki skala panjang, disebut skala utama.

2. Rahang geserMemiliki skala pendek yang disebut nonius atau skala geser.

Jangka sorong memiliki nonius yaitu angka pendek yang panjangnya 9 mm dandibagi atas 10 skala nonius dan satu skala utama, adalah 0,1 mm atau 0,01cm sehingga ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm.

1. Skala nonius terdiri dari 20 skalaJika nonius 20 skala maka sama dengan 19 skala utama sehingga dapatdirumuskan:

k = su-sn atau k = 1/n . su

Ketelitiannya dapat dirumuskan :

k = su-an

= 1 mm – 19/20 mm

= 1 mm – 0,95 mm

= 0,05 mm

Rumusnya : su + (sn x 0,05 mm)

2. Skala nonius yang terdiri dari 10 skalaSkala nonius yang terdiri dari 10 bagian yang sesuai dengan 9 skala utama.Jika skala utama = 1mm, maka setiap 1 skala utama = 1mm.

Rumusnya : k = 1/n . su

2. MicrometerMicrometer sekrup adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarakpendek dan sangat teliti. Misalnya mengukur diameter luar, tebal, danlebar suatu benda. Penggunaan micrometer perlu mengetahui skala apa,satuan yang dipakai pada selubung luar dalam berupa bagian dari satuantersebut yang dinyatakan oleh skala termal.

Mikrometer memiliki 2 skala yaitu skala utama dan skala nonius. Skalanonius terdiri dari 50 skala, satu kali putaran menghasilkan / menyebabkanputaran sebanyak 0,5 mm pada skala utama. Batas ketelitian micrometeradalah 0,01 mm.

Rumusnya : skala utama + skala nonius x 0,01 mm.

3. Gelas ukurGelas ukur adalah alat yang dibuat oleh para ahli dengan menggunakan alat-alat yang canggih, yang bias dipakai di laboratorium yang digunakan untukmempelajari jalannya suatu percobaan. Gelas ukur bermanfaat untuk bendayang tidak teratur seperti air. Gelas ukur banyak digunakan dalam bentukfungsi yang berbeda-beda.

BAB IIPROSEDUR KERJA

1. Alat dan BahanAlat :

1. Jangka sorongKegunaannya :

Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, lebar, diameter, dankedalaman suatu benda dengan ketelitian 0,1 mm.

2. MicrometerKegunaannya :

Micrometer digunakan untuk mengukur jarak yang pendek dengan sangatteliti, karena alat ini dapat mengetahui dalam skala yang terdapat padaselubung luar dengan ketelitian 0,01 mm.

3. PenggarisKegunaannya :

Penggaris digunakan untuk mengukur jarak dari suatu titik lain denganskala 1 cm.

4. Gelas ukurKegunaannya :

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume benda cair.

Bahan :

1. Benda uji berbentuk silinderKegunaannya :

Benda ini digunakan untuk diukur panjang dan diameternya.

2. Benda uji berbentuk kawatKegunaannya :

Benda ini digunakan untuk diukur panjang dan diameternya.

3. Benda uji berbentuk balokKegunaannya :

Benda ini digunakan untuk diukur panjang, lebar serta tinggi dari baloktersebut.

4. Benda uji berbentuk plat besiKegunaannya :

Benda ini digunakan untuk diukur panjang, lebar dan tinggi plat tersebut.

5. Benda uji berupa cairanKegunaannya :

Cairan ini digunakan untuk diukur volume dan massa cairnya.

6. Benang tebalKegunaannya :

Benang tebal ini digunakan untuk mempermudah pengukuran panjang kawat yangtidak lurus.

1. Cara Kerja1. Pengukuran balok Panjang balok diukur sebanyak 8 kali menggunakan penggaris. Lebar dan tinggi balok diukur menggunakan jangka sorong dan pengukuran

tersebut dilakukan minimum sebanyak 8 kali.2. Pengukuran kawat Panjang kawat diukur menggunakan penggaris dan gunakan benang sebagai alat

bantu Diameter kawat diukur menggunakan micrometer sekrup sebanyak 8 kali3. Pengukuran volume air Bejana / gelas ukur kosong ditimbang Ke dalam gelas ukur tadi dimasukkan air sebanyak 100 mL, kemudian

ditimbang dan ditentukan massa airnya. Kemudian gelas ukur tadi dikosongkan lagi dan dimasukkan air sebanyak 100

mL, dan ditimbang Kemudian diulangi minimum sebanyak 8 kali4. Pengukuran benda berbentuk silinder Tinggi silinder diukur dengan jangka sorong sebanyak 8 kali Diameter dalam dan diameter luar silinder diukur dengan jangka sorong

minimum sebanyak 8 kali5. Pengukuran plat besi Panjang plat diukur dengan menggunakan penggaris sebanyak 8 kali Lebar plat diukur dengan menggunakan jangka sorong dan tinggi plat

menggunakan micrometer, dilakukan masing-masing minimum sebanyak 8 kali

2.3 Skema Alat

Keterangan :

a.

b. Neraca

c. Micrometer

d. Kawat

e. Gelas ukur

f. Benang

g. Pipa

h. Jangka sorong

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jurnal

A. Menentukan Massa Jenis Balok Besi

B. Menentukan Massa Jenis Kawat

C. Menentukan Massa Jenis Air

D. Menentukan Massa Jenis Tabung Berongga

3.2 Perhitungan

3.2.1 Menentukan massa jenis balok besi

Percobaan 1 :

m = 14,1 gr

p = 11,99 cm

l = 2,061 cm

t = 0,4775 cm

v = p x l x t

= 11,99 cm x 2,061 cm x 0,4775 cm

= 11,79 cm3

Ρ = m /v

= 14,1 gr / 11,79 cm3

= 1,19 gr/cm3

Tabel 3.1 Hasil ρ balok besi

3.2.2 Menentukan Massa Jenis Kawat

Percobaan 1:

m = 2,55 gr

d = 0,39 cm

p = 13,9 cm

v = ¼ d∏ 2p

= ¼ x 3,14 x (0,39)2 cm x 13,9 cm

= 1,6 cm3

Ρ = m/v

= (2,55 / 1,6 ) gr/cm3

= 1,6 gr/cm3

Tabel 3.2 Hasil ρ kawat

3.2.3 Menentukan Massa Jenis Air

Percobaan 1:

Massa gelas kosong = 22,1 gr

Massa gelas berisi air = 129,1 gr

Massa air = m gelas berisi air – m gelas kosong

= 129,1 gr – 22,1 gr

= 107 gr

Volume air = 1 mL = 1 cm3

Ρ = m/v

= 107 gr / 100 cm3

= 1,07 gr/cm3

Tabel 3.3 Hasil ρ air

3.2.4 Menentukan massa jenis tabung berongga

Percobaan 1 :

m = 28,25 gr

t = 9,7 cm

diameter dalam = 1,908 cm

diameter luar = 2,6 cm

v = ¼ (dl∏ 2-dd2) t

= ¼ x 3,14 ((2,6 cm)2-(1,908 cm)2) 9,7 cm

= ¼ x 3,14 (3,2 cm2) 9,7 cm

= 24 cm3

Ρ = m/v

= 28,25 gr / 24 cm3

= 1,2 gr/cm3

Tabel 3.4 hasil ρ tabung berongga

3.2.5 Teori Ralat

1. balok besi

RM =

= √ gr/cm3

= √0,002 gr/cm3

= 0,1 gr/cm3

RN = (RM/ρ) x 100 %

= (0,1/1,14) x 100%

= 0,08 x 100 %

= 8%

RN tidak normal, karena nilai RN besar dari 5%

2. Kawat

RM =

= √ gr/cm3

= √0,07 gr/cm3

= 0,3 gr/cm3

RN = (RM/ρ) 100%

= (0,3/1,9) x 100%

= 0,16 x 100%

= 16%

RN tidak normal, karena nilai RN besar dari 5%

3. Air

RM =

= √ gr/cm3

= √0,5 gr/cm3

= 0,7 gr/cm3

RN = (RM/ρ)x 100%

= (0,7 / 1,07) x 100%

= 0,654 x 100%

= 65,4 %

RN tidak normal, karena nilai RN lebih besar dari 5%.

4. tabung berongga

RM =

= √ gr/cm3

= √0,5 gr/cm3

= 0,7 gr/cm3

RN = (RM/ρ)x 100%

= (0,7 / 1,2) x 100%

= 0,6 x 100%

= 60 %

RN tidak normal, karena nilai RN lebih besar dari 5%.

3.3 Analisa

Dari percobaan yang telah dilakukan, masih terdapat banyak kesalahan. Baikitu kesalahan dari si pengamat maupun kesalahan yang ada pada alat itusendiri seperti kesalahan letak titik nol yang bergeser dari titik yangsebenarnya.

Nilai yang didapat dalam tiga kali percobaan mengukur massa jenis balokbesi adalah sebagai berikut :

Percobaan 1 : 1,19 gr/cm3

Percobaan 2 : 1,11 gr/cm3

Percobaan 3 : 1,11 gr/cm3

Dari ketiga percobaan tersebut, didapat nilai ketelitiannya adalah 1,11gr/cm3. Sedangkan nilai keakuratannya adalah 1,14 gr/cm3. Bila dibandingkandengan massa jenis besi, hasilnya sangat jauh dari literatur yang ada.Pada literatur, massa jenis besi adalah 7,90 gr/cm3.

Dan bila dianalisa dengan teori ralat, RN yang didapat besar dari 5%,yaitu sebesar 8%. Itu berarti telah terjadi kesalahan dalam praktikum.

Kesalahan praktikum yang terjadi sangat beragam. Seperti pengamat yangkurang terampil dalam membaca hasil pengukuran. Bisa saja posisi pengamatsaat membaca hasil pengukuran tidak tepat ataupun keterbatasan pada alatindera yang dimiliki seperti penglihatan. Tidak hanya itu, kesalahan bisaterjadi pada alat yang digunakan. Yaitu tidak tepatnya letak titik nolataupun kesalahan dalam menentukan nilai kalibrasi.

Tak jauh berbeda dengan pengukuran massa jenis balok besi, pengukurankawat pun juga begitu. Dengan literatur yang sama yaitu 7,90 gr/cm3, nilaiyang didapat dari pengukuran tiga percobaan massa jenis kawat jauh berbedadengan literatur. Hasil percobaan tersebut didapatkan dengan nilai sebagaiberikut:

Percobaan 1 : 1,6 gr/cm3

Percobaan 2 : 2,1 gr/cm3

Percobaan 3 : 2,0 gr/cm3

Dari ketiga hasil percobaan tersebut jelaslah terjadi kesalahan dalampraktikum. Dan nilai RN yang didapat dari ketiga percobaan diatas adalah16% yang menunjukkan nilai RN besar dari 5%. Ketiga percobaan tersebutdidapat nilai keakuratannya sebesar 1,9 gr/cm3. Sedangkan nilaiketelitiannya adalah 2,0 gr/cm3.

Kesalahan yang terjadi saat mengukur massa jenis dari kawat salah satu nyaketerbatasan penglihatan dalam membaca hasil pengukuran. Posisi sipengamat bisa menjadi salah satu kesalahan dalam membaca hasil pengukuran.

Dalam melakukan percobaan mengukur massa jenis air, didapatkan hasilsebagai berikut:

Percobaan 1 : 1,07 gr/cm3

Percobaan 2 : 1,67 gr/cm3

Percobaan 3 : 1,06 gr/cm3

Pada literatur, massa jenis air bernilai 1 gr/cm3. Dari ketiga percobaantersebut apabila dibandingkan dengan massa jenis air pada literatur makahasilnya tidak jauh berbeda. Sedangkan nilai ralat yang didapat dariketiga percobaan tersebut adalah 65,4% yang berarti lebih besar dari 5%.Itu berarti telah terjadi kesalahan dalam praktikum.

Kesalahan yang terjadi beragam macamnya. Bisa saja kesalahan dari membacakalibrasi, saat mengambil volume air yang tidak tepat 100 mL ataupun saatmembaca hasil pengukuran massa air. Hal ini bisa saja terjadi padapengamat. Baik itu dikarenakan posisi pada saat membaca hasil pengukurantidak tepat ataupun karena keterbatasan penglihatan yang dimiliki.

Nilai ketelitian yang didapat pada pengukuran massa jenis air tersebutadalah 1,07 gr/cm3. Sedangkan nilai keakuratannya yang didapat adalahsebesar 1,07 gr/cm3.

Pengukuran selanjutnya yaitu massa jenis tabung berongga. Pada literaturdidapatkan nilai massa jenisnya adalah dengan rentang 0,85 – 1,4 gr/cm3.Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran massajenis tabung berongga berikut ini:

Percobaan 1 : 1,2 gr/cm3

Percobaan 2 : 1,3 gr/cm3

Percobaan 3 :1,2 gr/cm3

Berdasarkan data hasil percobaan tersebut bila dibandingkan dengan nilaipada literatur, maka bisa dikatakan bahwa percobaan ini berhasil. Karenanilai yang didapat berada pada rentang yang sama pada literatur.

Dari ketiga percobaan tersebut, didapatkan nilai ketelitiannya adalah 1,2gr/cm3. Sedangkan nilai keakuratannya adalah 1,2 gr/cm3. Apabila dianalisadengan teori ralat, maka RN yang didapat bernilai besar dari 5% yaitu 60%.

Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini.Seperti kurangnya ketepatan membaca hasil pengukuran. Walaupun hasil yangdidapat masih berada dalam rentang yang sama dengan nilai literatur, namun

disini belum diketahui berapa nilai yang tepatnya. Sehingga nilai RN jugamenunjukkan bahwa masih ada kesalahan yang terjadi pada pengukuran ini.Kesalahan ini mungkin terjadi pada si pengamat karena kurang terampildalam membaca hasil pengukuran.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan1. Beberapa kali melakukan pengukuran terhadap suatu benda menyebabkan

timbulnya ketidakpastian.2. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang terbatas.3. Menggunakan alat ukur yang lebih teliti lebih baik daripada alat ukur

biasa sehingga angka ketidakpastian menjadi lebih kecil.4. Dengan melakukan percobaan mengukur massa jenis beberapa benda, kita dapat

mengetahui cara membaca jangka sorong, micrometer dan neraca dengan baik.

2. SaranUntuk praktikum selanjutnya, agar praktikum berjalan dengan lancar makapraktikan harus:

1. Mengetahui dan memahami tujuan praktikum dan landasan teori sebelummemulai praktikum.

2. Membaca alat ukur lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dalammendapatkan hasil pengukuran.

3. Tidak bermain-main dalam melaksanakan praktikum.4. Menjalankan prosedur kerja sesuai dengan yang di instruksikan oleh

asisten.5. Bertanya kepada asisten jika ada yang tidak dimengerti ketika praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcelo & Edward J. Finn.1992.Dasar-dasar FisikaUniversitas.Jakarta:Erlangga

Cromer, Alan H.1994.Fisika.Yogyakarta:Erlangga

Giancoli,Duglas C.2001.Fisika Dasar.Jakarta:Erlangga

Tipler, Paul.1994.Fisika Untuk Sains dan Teknik.Jakarta:Erlangga