PERBEDAAN COGNITIVE MAP ANTARA MAHASISWA BARU DENGAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI UNIVERSITAS...

14
PERBEDAAN COGNITIVE MAP ANTARA MAHASISWA BARU DENGAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Oleh: Ria Ayu Wardani Dosen Pembimbing I: Ika Herani S.Psi., M. Si., Psi Dosen Pembimbing II: Ratri Nurwanti S.Psi., M.Psi Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ABSTRACT The objective of this research was to determine cognitive map’s differences between freshmen and final year students at Brawijaya University. The sample in this research were 10 freshmen and 10 final year students in each faculty of Brawijaya University, total sample of this research are 240 students. Extracting data using cognitive map’s scaled with four answer choices, 23 questions are based on the cognitive map dimension those are path, landmarks, districts, edges, and nodes. The results of the analysis using independent sample t-test showed that there were significant differences in coginitive map (p = 0.01, p <0.05) between freshmen and final year students, where freshmen (M = 16.1) has cognitive map lower than the final year students (M = 19.4). Difference between the activity of the system of freshmen and final year students caused differences between the two cognitive maps. Keywords: Cognitive Map, Students. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan cognitive map antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya. Sampel pada penelitian ini adalah 10 mahasiswa baru dan 10 mahasiswa tingkat akhir di tiap fakultas, sehingga total keseluruhan sampel sebanyak 240 mahasiswa. Penggalian data menggunakan skala dengan 4 pilihan jawaban, 23 soal dibuat berdasarkan dimensi cognitive map yaitu path, landmark, district, edges, dan nodes. Hasil analisis menggunakan independent sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan coginitive map yang signifikan (p=0,01, p<0,05) antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya dimana mahasiswa baru (M=16,1) memiliki cognitive map yang lebih rendah daripada mahasiswa tingkat akhir (M=19,4). Perbedaan sistem aktivitas antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir menyebabkan perbedaan cognitive map diantara keduanya. Kata kunci : Cognitive Map, Mahasiswa.

Transcript of PERBEDAAN COGNITIVE MAP ANTARA MAHASISWA BARU DENGAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR DI UNIVERSITAS...

PERBEDAAN COGNITIVE MAP ANTARA MAHASISWA BARU

DENGAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR

DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Oleh: Ria Ayu Wardani

Dosen Pembimbing I: Ika Herani S.Psi., M. Si., Psi

Dosen Pembimbing II: Ratri Nurwanti S.Psi., M.Psi

Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The objective of this research was to determine cognitive map’s differences between

freshmen and final year students at Brawijaya University. The sample in this research were

10 freshmen and 10 final year students in each faculty of Brawijaya University, total sample

of this research are 240 students. Extracting data using cognitive map’s scaled with four

answer choices, 23 questions are based on the cognitive map dimension those are path,

landmarks, districts, edges, and nodes. The results of the analysis using independent sample

t-test showed that there were significant differences in coginitive map (p = 0.01, p <0.05)

between freshmen and final year students, where freshmen (M = 16.1) has cognitive map

lower than the final year students (M = 19.4). Difference between the activity of the system

of freshmen and final year students caused differences between the two cognitive maps.

Keywords: Cognitive Map, Students.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan cognitive map antara mahasiswa baru

dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya. Sampel pada penelitian ini

adalah 10 mahasiswa baru dan 10 mahasiswa tingkat akhir di tiap fakultas, sehingga total

keseluruhan sampel sebanyak 240 mahasiswa. Penggalian data menggunakan skala dengan

4 pilihan jawaban, 23 soal dibuat berdasarkan dimensi cognitive map yaitu path, landmark,

district, edges, dan nodes. Hasil analisis menggunakan independent sample t-test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan coginitive map yang signifikan (p=0,01, p<0,05)

antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya dimana

mahasiswa baru (M=16,1) memiliki cognitive map yang lebih rendah daripada mahasiswa

tingkat akhir (M=19,4). Perbedaan sistem aktivitas antara mahasiswa baru dengan

mahasiswa tingkat akhir menyebabkan perbedaan cognitive map diantara keduanya.

Kata kunci : Cognitive Map, Mahasiswa.

PENDAHULUAN

Lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kelangsungan hidup

manusia. Soemarwoto (2010) menyebutkan bahwa lingkungan adalah jumlah semua

benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang manusia tempati yang mempengaruhi

kehidupan manusia. Salah satu lingkungan yang ada dalam kehidupan masyarakat

adalah lingkungan kampus. Secara fisik, suatu kampus terdiri atas kompleksitas

bangunan yang disusun berdasarkan atas kebutuhan untuk mendukung aktivitas kampus

dan beberapa pertimbangan estetika atau keindahan. Unit–unit kelompok bangunan

dalam tata ruang kampus secara konvensional disusun atas dasar kelompok aktivitas

kampus, misalnya dalam kelompok fakultas atau unit pendukung lainnya (Herman,

1983). Perguruan tinggi atau universitas selalu menjaga lingkungan kampus agar

fungsional dan menarik dalam upaya menarik minat calon mahasiswa (Eckert, 2012).

Kampus selalu berusaha untuk menjaga lingkungan di dalamnya agar tampak indah dan

nyaman, namun tidak sedikit mahasiswa yang masih tidak mengerti mengenai lokasi-

lokasi atau posisi bangunan yang terdapat di dalam kampus.

Universitas Brawijaya adalah salah satu perguruan tinggi negeri atau kampus

favorit di Indonesia. Banyaknya mahasiswa yang terdapat di dalamnya menyebabkan

Universitas Brawijaya melakukan pengembangan baik sarana dan prasarana, hal ini

terlihat dari berbagai aspek diantaranya penambahan jumlah gedung dan perubahan

pengaturan jalur atau lalu lintas di Universitas Brawijaya. Pengaturan pola tata ruang,

baik di dalam maupun di luar kampus dapat menimbulkan adanya gambaran personal

mengenai lingkungan kampus tersebut. Gambaran atau sketsa mengenai lingkungan

individu melalui serangkaian pengalaman disebut dengan cognitive map (Bell, Greene,

Fisher dan Baum, 2001). Holahan (1982) menyatakan bahwa cognitive map merupakan

komponen utama pada manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Willey

dan Sons (2011) mengemukakan bahwa cognitive map adalah dasar dalam menentukan

dan menerapkan berbagai rencana pada perilaku spasial individu.

Penelitian yang dilakukan oleh Herman, Kail dan Siegel (1979), mahasiswa baru

yang belum pernah melakukan aktivitas di lingkungan kampus setidaknya

membutuhkan waktu tiga minggu untuk dapat membentuk cognitive map-nya.

Pengetahuan dan pengalaman yang didapat setelah melakukan serangkaian aktivitas di

lingkungan kampus oleh mahasiswa baru ini kemudian bertambah dan semakin

disempurnakan setelah dua bulan kemudian. Tahun 2014 Universitas Brawijaya

menerima mahasiswa baru sebagai bagian dari lingkungan kampus. Memasuki dunia

kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup pada hidup seseorang (Santrock,

2006). Tidak adanya aktivitas atau sedikitnya pengalaman mengenai lingkungan

kampus dapat menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan pada mahasiswa baru.

Hasil wawancara dengan mahasiswa baru di Universitas Brawijaya menyimpulkan

bahwa pada masa awal perkuliahan mahasiswa baru mengalami kesulitan dalam

menemukan lokasi yang ingin dituju (Wawancara, 4 maret 2015). Hal ini disebabkan

oleh jumlah gerbang yang terlalu banyak dan memiliki kemiripan dalam segi arsitektur,

kemudian banyaknya persimpangan yang ada di Universitas Brawijaya, serta minimnya

peta lokasi yang seharusnya terdapat di gerbang masuk atau di pusat kegiatan

mahasiswa seperti gedung rektorat dan perpustakaan Universitas Brawijaya.

Berbeda dengan mahasiswa baru, mahasiswa tingkat akhir telah memiliki lebih

banyak waktu, aktivitas dan pengalaman yang didapat untuk dapat mengenali

lingkungan Universitas Brawijaya yaitu selama kurang lebih tiga tahun. Hasil

wawancara dengan mahasiswa tingkat akhir menyebutkan bahwa apabila dilihat secara

keseluruhan Universitas Brawijaya merupakan kampus yang tidak terlalu luas, dan tiap-

tiap fakultasnya memiliki ciri khas dalam segi arsitektur terutama dalam pewarnaan,

sehingga apabila telah lama melakukan aktivitas di Universitas Brawijaya akan mudah

untuk menemukan lokasi maupun menggambarkan peta Universitas Brawijaya secara

keseluruhan (Wawancara, 4 maret 2015). Mahasiswa tingkat akhir yang telah memiliki

cognitive map yang baik, diasumsikan telah dapat beradaptasi dengan baik dengan

lingkungan kampus sehingga tidak lagi mengalami kebingungan atau stres dalam

menghadapi lingkungannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Cognitive Map

Downs dan Stea (1973) mendefinisikan cognitive map sebagai proses yang

memungkinkan individu untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam

ingatan, memanggil, serta menguraikan kembali informasi tentang lokasi relatif dan

tanda-tanda tentang lingkungan geografis. Kaplan (1972) menyebutkan bahwa cognitive

map adalah sebuah gambaran yang dibuat untuk mengetahui sejauh mana individu

mengetahui lingkungannya. Secara umum, cognitive map mengacu pada sketsa tentang

ruang lokasi yang digambar oleh individu sendiri (McAndrew, 1992). Li dan Meng

(2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa cognitive map mempunyai empat ciri

yang terdapat di dalamnya, yaitu :

1. Cognitive map dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif dalam

mempelajari ruang lingkungan, karena sederhana, mudah divisualisasikan, praktis

dan efisien.

2. Cognitive map menunjukkan informasi multidimensi sebagai gambaran yang

komprehensif dari lingkungan konkrit, tidak hanya mengenai urutan lokasi yang

sederhana tetapi juga termasuk arah, jarak dan bahkan hubungan waktu.

3. Cognitive map juga ditandai dengan ketidakjelasan dan segmentasi.

4. Cognitive map menunjukkan perbedaan individual.

Gambar 1. Gambaran cognitive map (Sumber: www.geo.wvu.edu)

Milgram, Evans, Lee, Michelson, Orleans dan Appleyard (Holahan, 1982) mencoba

untuk mengadakan penelitian pemahaman kota dengan menekankan kepada perbedaan

kemampuan individu sebagai pengamat. Hasilnya adalah terdapat korelasi yang sangat

erat antara sistem aktivitas individual dengan daya kognisi yang dimiliki individual

tentang lingkungan fisiknya. Setelah adanya aktivitas di lingkungan maka cognitive

map dapat terbentuk dengan dipengerahui oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu

pengalaman, kemampuan analogi dan ilmu pengetahuan (Bell et al, 2001). Selain

pengalaman, analogi, dan ilmu pengetahuan terdapat beberapa faktor lain yang telah

dilakukan penelitian dapat mempengaruhi cognitive map, beberapa faktor lain ini

diantara yaitu perbedaan jenis kelamin dan usia.

Lynch (1960) menyimpulkan bahwa ada lima kategori atau unsur yang

dipergunakan individu untuk membentuk cognitive map dari sejumlah tempat. Unsur-

unsur dasar tersebut adalah :

1. Path, yaitu jalur-jalur jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat

lainnya. Path adalah rute atau jalur dimana orang berpindah.

2. Landmark, biasanya digambarkan atau dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang

menonjol dan berbeda dalam lingkungan sehingga mudah diperhatikan dan diingat.

3. Districts, merupakan wilayah-wilayah homogen yang berbeda dan wilayah-wilayah

lain, terkenal atau banyak dikunjungi pada sebuah wilayah tertentu.

4. Edges, yaitu batas-batas wilayah yang membedakan antara wilayah yang satu dengan

wilayah lainnya. Garis ini memisahkan antara bagian/wilayah yang berbeda pada

lingkungan.

5. Nodes, yaitu simpul atau titik temu antar jalur jalan, Sebuah nodes adalah pusat

aktivitas yang sesungguhnya adalah sebuah tipe dari landmark tetapi berbeda karena

fungsinya yang aktif.

Cognitive map dipandang sebagai persyaratan baik untuk kelangsungan hidup

manusia maupun untuk perilaku spasial setiap harinya (Holahan, 1982). Dinyatakan

pula bahwa cognitive map adalah representasi individu yang tertata dari beberapa

bagian lingkungan geografisnya. Cognitive map digunakan individu sebagai referensi

untuk :

1. Routing.

2. Associative processes.

3. Judgement (valuation).

Perguruan Tinggi dan Unsur Terkait

Perguruan tinggi merupakan tempat pendidikan dan pengajaran tinggi (Vindy,

2006). Saat ini Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas negeri yang

terkemuka di Indonesia yang mempunyai jumlah mahasiswa sebanyak 61.231 tersebar

dalam 12 fakultas dan 4 program pendidikan setara fakultas. Bertambahnya jumlah

mahasiswa setiap tahunnya menyebabkan Universitas Brawijaya tidak dapat lagi

dikategorikan sebagai lingkungan kampus yang kondusif, hal ini berkaitan dengan

peraturan perundang-undangan yang menyebutkan bahwa luas lahan harus sebanding

dengan kebutuhan luasan dalam pendidikan tinggi untuk prasarana dengan

memperhatikan building coverage ratio.

Seorang mahasiswa adalah individu yang sedang melakukan serangkaian kegiatan

dalam rangka menempuh suatu program pendidikan (Sanit, 1999). Adapun karakter

mahasiswa diantara yaitu mempunyai pendirian hidup yang mantap, mampu

menemukan identitas diri, idealis dan realistis dalam bertindak, mempunyai intelektual

atau daya nalar tinggi, mampu mengkritik dan menerima kritik, mahasiswa cenderung

bersikap dewasa (Vindy, 2006).

Gambar 2. Peta Universitas Brawijaya

(sumber: sarana dan prasarana Universitas Brawijaya, 2014)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan cognitive map antara

mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir. Penelitian menggunakan metode yang

bersifat komparatif (perbandingan). Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

baru yaitu mahasiswa angkatan 2014 yang berjumlah sekitar 15.000. dan mahasiswa

tingkat akhir yaitu mahasiswa angkatan 2011 yang berjumlah sekitar 15.000. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru sejumlah 120 orang dan

mahasiswa tingkat akhir yang berjumlah orang 120 orang, sehingga total keseluruhan

sampel adalah 240 orang. Penelitian ini menggunakan teknik area probability sampling.

Teknik area probability sampling dianggap paling sesuai dengan penelitian ini

dikarenakan dapat mencakup atau menggambarkan seluruh wilayah Universitas

Brawijaya dari berbagai sudut pandang. Penulis menentukan area berdasarkan fakultas-

fakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya dimana tiap fakultas ditetapkan sampel

sebanyak 20 orang yang terbagi dalam 10 mahasiswa baru dan 10 mahasiswa tingkat

akhir. Total keseluruhan sampel yaitu sebanyak 240 orang dimana 120 orang

merupakan mahasiswa baru dan 120 orang mahasiswa tingkat akhir.

Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa 23 skala yang dibuat dengan

menyesuaikan antara unsur yang terdapat dalam cognitive map dengan lingkungan yang

terdapat di Universitas Brawijaya. Skala pada penelitian ini diskoring dengan ketentuan

jawaban benar atau salah dimana jawaban benar mendapat nilai 1 sedangkan jawaban

salah mendapat nilai 0. Isi pengetahuan atau pokok bahasan disesuaikan dengan dimensi

cognitive map yang dikemukakan oleh Lynch (1960) yaitu path, landmark, district,

edges, nodes. Pengujian content validity pada penelitian ini ditentukan dengan metode

professional judgment. Reliabilitas aitem pada penelitian ini diperoleh dengan cara

melakukan try out pada responden yaitu mahasiswa sejumlah 30 orang, kemudian

hasilnya dihitung dengan bantuan program iteman version 4.1 MicroCAT (tm) Testing

Style yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Hasil Try Out Soal Penelitian

N of Items 23

N of Examines 30

Mean 17.300

Variance 10.210

Std. Dev 3.195

Skew -0,408

Kurtosis 0.031

Minimum 9.00

Maximum 23.00

Median 18.00

Alpha 0.709

SEM 1.725

Mean P 0.752

Mean Item-Tot 0.422

Mean Biserial 0.623

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan teknik

independent sample T-test diketahui bahwa koefisien t yang diperoleh sebesar -12.64

dengan p-value sebesar 0.0001 (p<0.05) dan 95% confidence interval yang terentang

antara -3.86 – -2.82. Analisis terhadap effect size menghasilkan koefisien r sebesar

0.633 dan Cohen’s d sebesar 1.63, sehingga dapat disimpulkan bahwa effect size dalam

penelitian ini termasuk dalam kategori large effect.

Tabel 2. Hasil Uji (Independent Sample T-Test) Perbedaan Cognitive Map antara

Mahasiswa Baru dengan Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Brawijaya.

t-test for Equality of Means

t df Sig.2

tailed

Mean

Difference

Std Error

Diffence

95% Confidence

Interval of The

Difference

Lower Upper

Equal Variances Assumed -12,64 238 0,00 -3,34 0,26 -3,86 -2,82

Equal Variances Not

Assumed -12,64 199,41 0,00 -3,34 0,26 -3,86 -2,82

Perbedaan pengalaman antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat akhir di

Universitas Brawijaya menyebabkan adanya perbedaan cognitive map antara dua

kelompok tersebut. Bell et al (2001) menyebutkan bahwa dalam pembentukan cognitive

map, banyak atau sedikit dipengaruhi oleh pengalaman mengenai lingkungan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al (1979), menyebutkan bahwa mahasiswa

baru yang belum pernah melakukan aktivitas di lingkungan kampus setidaknya

membutuhkan waktu tiga minggu untuk dapat membentuk cognitive map-nya.

Pengetahuan dan pengalaman yang didapat setelah melakukan serangkaian aktivitas di

lingkungan kampus oleh mahasiswa baru ini kemudian bertambah dan semakin

disempurnakan setelah dua bulan kemudian (Herman et al, 1979).

Individu yang mempunyai pengalaman lebih banyak dapat mempunyai cognitive

map yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang sedikit atau tidak mempunyai

pengalaman mengenai lingkungan tersebut. Penelitian yang dilakukan Spiers et al

(2008) memberi kesimpulan yaitu partisipan setiap harinya melewati lingkungan yang

familiar, dengan pengalaman yang cukup ini partisipan telah mempunyai cognitive map

yang akurat sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan sangat baik. Mahasiswa tingkat

akhir pada penelitian ini telah familiar dengan lingkungan di Universitas Brawijaya

dengan melakukan aktivitas di dalam kampus kurang lebih selama tiga tahun, sehingga

mempunyai cognitive map yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan mahasiswa

baru.

Penelitian dilakukan lebih kurang dua bulan setelah mahasiswa baru mulai

menjalani aktivitasnya di Universitas Brawijaya. Sedikitnya aktivitas atau pengalaman

mengenai lingkungan kampus dapat menyebabkan kurang sempurnnya cognitive map

pada mahasiswa baru ini. Penelitian yang dilakukan oleh Milgram et al (dalam Holahan,

1982) juga memberi hasil bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara sistem

aktivitas individu dengan daya kognisi yang dimiliki individu tentang lingkungan

fisiknya. Perbedaan sistem aktivitas antara mahasiswa baru dengan mahasiswa tingkat

akhir ini dapat menyebabkan perbedaan cognitive map diantara keduanya.

Pembahasan Analisis Tambahan

Cognitive map bervariasi antara individu dikarenakan adanya perbedaan jenis

kelamin, usia, latar belakang politik, ekonomi dan budaya (Li & Meng, 2013).

Fenomena perbedaan gender dalam cognitive map telah diteliti secara intensif, di mana

ditemukan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai cara yang berbeda dalam

penggunaan isyarat spasial. Perempuan umumnya lebih mengutamakan keberadaan

landmark sebagai penunjuk arah dan laki-laki lebih mengandalkan informasi geometris

seperti arah, jarak, dan rute (Sandstrom, 1998). Pada penelitian ini diketahui bahwa

terdapat perbedaan cognitive map yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan

mahasiswa perempuan dengan nilai rata-rata (mean) cognitive map pada mahasiswa

laki-laki (μl=18,8) lebih besar daripada rata-rata cognitive map mahasiswa perempuan

(μp=17,14).

Tabel 3. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Jenis Kelamin

Kategori Hasil

Mean Laki-laki 18,8

Perempuan 17,14

t hitung - 4,95

Sig. Equality of Variances - 0,12

Sig. t-test for Equality of Means - 0,00

Passini (dalam Bell et al, 2001) percaya bahwa individu akan bergerak lebih cepat

apabila berada di lingkungan yang telah ia ketahui sebelumnya. Perbedaan letak atau

pusat kegiatan mahasiswa di dalam kampus dapat menciptakan referensi yang berbeda

pula bagi setiap individu. Berdasarkan perbedaan fakultas, dapat diketahui nilai rata-rata

(mean) cognitive map antar kelompok fakultas mempunyai perbedaan yang signifikan

dan kelompok fakultas yang memiliki cognitive map paling baik adalah Fakultas

Hukum dengan rata-rata nilai sebesar 18,65. Hal ini dapat saja terjadi karena Fakultas

Hukum terletak dibagian tengah Universitas Brawijaya, sehingga memudahkan

mahasiswanya untuk lebih mengenal bagian atau wilayah kampus yang sering dijadikan

pusat kegiatan atau disebut dengan landmark.

Tabel 4. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Fakultas

Kategori Hasil

Mean Hukum 18,65

Ekonomi 17,60

Ilmu Administrasi 16,95

Pertanian 18.00

Peternakan 18,05

Teknik 18,30

Kedokteran 16,80

Perikanan 18,50

MIPA 17,60

Teknologi

Pertanian 17,65

FISIP 17,35

Ilmu Budaya 17,80

Nilai F - 0,93

Signifikansi - 0,512

Berbagai jenis pengalaman pada setiap diri individu menyebabkan adanya

perbedaan cognitive map (Bell et all, 2001). Salah satu jenis pengalaman yang

menyebabkan adanya perbedaan cognitive map adalah perbedaan mahasiswa dalam

keangggotaan UKM/LSO. Mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO dapat

mempunyai lebih banyak pengalaman disebabkan banyaknya aktivitas yang dilakukan

di lingkungan kampus. Banyaknya pengalaman ini, seperti yang telah dijelaskan, akan

membentuk suatu cognitive map yang baik. Hal ini tentu berbeda dengan mahasiswa

yang tidak aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO yang banyak melakukan aktivitas di

sekitar fakultas saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cognitive

map yang signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif

mengikuti kegiatan UKM/LSO (p=0,01, p<0,05) dengan nilai rata-rata (mean) cognitive

map pada mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan UKM/LSO (M=18,93) lebih besar

daripada rata-rata cognitive map mahasiswa yang tidak aktif UKM/LSO (M=17,5).

Tabel 5. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Keanggotaan LSO/UKM

Kategori Hasil

Mean Aktif 18,9

Tidak Aktif 17,5

t hitung - 4,41

Sig. Equality of Variances - 0,00

Sig. t-test for Equality of Means - 0,00

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cognitive map yang

signifikan antara mahasiswa yang menuju kampus menggunakan sepeda motor,

kendaraan umum, jalan kaki dan lain-lain. Kategori yang memiliki nilai cognitive map

paling baik adalah mahasiswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor untuk

menuju ke kampus. Hal ini disebabkan mahasiswa yang menggunakan sepeda motor

mempunyai akses lebih mudah untuk menuju suatu tempat. Berdasarkan data

wawancara, mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan atau berjalan kaki biasanya

mengalami kesulitan apabila ingin menuju suatu tempat yang berjarak cukup jauh

karena menghabiskan banyak energi, sehingga mahasiswa ini jarang menuju tempat lain

selain fakultasnya saja. Sedangkan mahasiswa yang menggunakan kendaraan umum

hanya dapat menggunakannya hingga di pintu gerbang. Mahasiswa yang menggunakan

mobil biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat parkir. Berbagai alasan

tersebut menjadikan sepeda motor sebagai alat transportasi yang paling efisien untuk

digunakan oleh mahasiswa. Kemudahan akses dengan menggunakan sepeda motor

menyebabkan mahasiswa memiliki aktivitas yang cukup banyak di kampus. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara

sistem aktivitas individu dengan daya kognisi yang dimiliki individu tentang lingkungan

fisiknya. Alasan inilah yang menjadikan mahasiswa yang menggunakan sepeda motor

memiliki cognitive map yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang menggunakan

alat transportasi lainnya.

Tabel 6. Perbedaan Cognitive Map Ditinjau dari Kendaraan

yang Digunakan Menuju Kampus.

Kategori Hasil

Mean Sepeda Motor 19,67

Mobil 0

Kendaraan Umum 16,72

Jalan Kaki 15,59

Lain-lain 16,17

Signifikansi 0,00

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan pada penelitian ini diantaranya yaitu pengukuran cognitive map yang

hanya dilakukan di lingkungan mahasiswa, sehingga hasil penelitian hanya dapat

digeneralisasikan pada lingkungan yang serupa dengan lingkungan kampus seperti

lingkungan sekolah, kompleks perumahan dan lain-lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian cognitive map yang telah dilakukan pada mahasiswa

baru dan mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima (p=0,01, p<0,05), yaitu

terdapat perbedaan coginitive map yang signifikan antara mahasiswa baru dengan

mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya dimana mahasiswa baru memiliki

cognitive map yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat akhir.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya,

beberapa saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Universitas Brawijaya diharapkan dapat meningkatkan kualitas penataan ruang baik

di dalam maupun di luar lingkungan kampus untuk mempermudah dalam proses

pembentukan cognitive map. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan atau

penambahan peta lokasi di gerbang-gerbang maupun di pusat kegiatan mahasiswa

seperti rektorat dan lain-lain.

2. Berdasarkan dimensi cognitive map, diketahui bahwa mahasiswa baru dan

mahasiswa tingkat akhir memiliki perbedaan yang signifikan pada dimensi edge. Hal

ini perlu mendapat perhatian lebih oleh pihak Universitas Brawijaya mengingat

seringnya diadakan perubahan jalur maupun arah di sekitar lingkungan kampus.

3. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan

variabel yang berkaitan dengan cognitive map dengan mempertimbangkan hasil pada

penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan metode penelitian yang

berbeda seperti metode eksperimen yang dapat lebih spesifik dalam menjelaskan

proses terbentuknya cognitive map.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Rizky Dwi. 4 maret 2015. Wawancara.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Bell, Paul A., Greene, T. C., Fisher, J. D., dan Baum, A. 2001. Enviromental Psychology.

Hardcourt College Publiser.

Downs, R. M., & Stea, D. 1973. Image And Environment. Aldine. Chicago.

Eckert, Erica. 2012. Asessment and the Outdoor Campus Environment: Using Survey to

Measure Student Satisfaction with the Outdoor Physical Campus. Journal of

Society for College and University Planning Vol.41. No. 1.

Farichah, Imroatul. 4 maret 2015. Wawancara.

Herman, Haeruman. 1983. Model Skematis Pengaturan Lingkungan Hidup. Paper dalam

Kursus Dasar – Dasar Analisis Dampak Lingkungan. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Herman, J. F., Kail, R. V. dan Siegel, A. W. 1979. Cognitive Map of A College Campus: A

New Look at Freshman Orientation. Bulletin of The Psychonomic Society Vol. 13.

No. 3.

Holahan. 1982. Envorinmental Psychology. Random. New York.

Kaplan, Stephen. 1972. Cognitive Maps, Human Needs And The Designed Environment.

Journal of Environmental Design Research, VOL.1.

Li, Ang dan Meng, Jin. 2013. Application of Cognitive Map in Campus Environment

Evaluation. Journal of Landscape Research Vol. 5. No. 3.

Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. MIT Press. Cambridge.

McAndrew Francis T. 1993. Enviromental Psychology. Brooks Cole publishing company.

California.

Sandstrom, N. J., Kaufman, J., Huettel, S. A. 1998. Males and Females use different brain

distal cues in a virtual environment navigation task. Journal of Brain and

cognition brain Vol.6 Page.351-360.

Sanit, Arbi. 1999. Pergolakan melawan Kekuasaan. Erlangga. Jakarta.

Sekilas Universitas Brawijaya. 20 Februari 2014. http://ub.ac.id/tentang/profil-

universitas/sekilas-id. Diakses tanggal: 2 Juli 2014.

Soemarwoto, Otto. 2001. Analisis Mengenal Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Spiers, H. J. dan Maguire, E. A. 2008. The Dynamic Nature of Cognition During

Wayfinding. Journal of Enviromental Psychology Vol.28.

Vindy, Eeri P. 2006. Daya Tarik Kota Malang bagi Mahasiswa. Skripsi Teknik

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Malang.